PUNYA IRA.docx

36
I. Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan 1.1 Definisi Larutan dan Cairan Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut (solute), sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat lain dalam larutan disebut pelarut (solvent). Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan adalah suatu campuran homogen satu zat atau lebih yang tersebar secara molekular dalam jumlah medium pelarut secukupnya. (Kamus Kedokteran Dorland edisi 29) Cairan adalah bahan yang langsung mengalir secara alamiah, bukan padat / gas. (Sukmariah, M., & Kamianti, A.1990. Kimia Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara) Sementara cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Cairan sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Cairan di dalam tubuh sebanyak 60% dari berat tubuh atau 2/3 dari berat tubuh. (Mima & Swearingen, 1995) 1.2 Klasifikasi Larutan i. Berdasarkan kepekatannya o Larutan tak jenuh, yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau dengan kata lain partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat).

description

fyyiiuooiiooip

Transcript of PUNYA IRA.docx

Page 1: PUNYA IRA.docx

I. Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan

1.1 Definisi Larutan dan CairanLarutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut (solute), sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat lain dalam larutan disebut pelarut (solvent).

Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.Larutan adalah suatu campuran homogen satu zat atau lebih yang tersebar secara molekular dalam jumlah medium pelarut secukupnya.

(Kamus Kedokteran Dorland edisi 29)

Cairan adalah bahan yang langsung mengalir secara alamiah, bukan padat / gas.

(Sukmariah, M., & Kamianti, A.1990. Kimia Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara)

Sementara cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Cairan sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Cairan di dalam tubuh sebanyak 60% dari berat tubuh atau 2/3 dari berat tubuh.

(Mima & Swearingen, 1995)

1.2 Klasifikasi Larutan

i. Berdasarkan kepekatannya

o Larutan tak jenuh, yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau dengan kata lain partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat).

o Larutan jenuh, yaitu larutan yang dalam kondisi standar tidak dapat lagi melarutkan solute. Pada kondisi ini terjadi kesetimbangan antara jumlah solute yang larut dan yang tidak terlarut.

o Larutan sangat jenuh (lewat jenuh), yaitu larutan yang mengandung konsentrasi zat terlarut melebihi konsentrasi zat terlarut pada keadaan jenuh atau dengan kata lain larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga membentuk endapan.

ii. Berdasarkan daya hantar listriknyaKekuatannya bergantung pada nilai koefisien ionisasinya,

Page 2: PUNYA IRA.docx

o Larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Elektrolit kuat memiliki α=1 sedangkan elektrolit lemah memiliki koefisien ionisasi pada kisaran 0< α < 1

Tabel 1. Komposisi Elektrolit dalam Cairan Tubuh Manusia

ooooooo Larutan non elektroit, yaitu larutan yang tidak dapat

menghantarkan arus listrik. Larutan ini memiliki nilai koefisien ionisasi α=0. Glukosa (C6H12O6), etanol (C2H5OH), gula tebu (C12H22O11), larutan urea (CO(NH2)2) merupakan beberapa contoh senyawa yang dalam bentuk padatan, lelehan maupun larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.

iii. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut

o Larutan Pekat: Larutan yang mengandung lebih banyak solut dibanding solvent.

Page 3: PUNYA IRA.docx

- Larutan Tidak Pekat (encer): Larutan yang relatif lebih sedikit solut dibanding solvent.

(Juliantara,2009)

iv. Berdasarkan fasanyaSolvent(Pelarut)

Contoh Solute(Terlarut)

Contoh Contoh campuran

Zat cair Air Zat cair Alkohol SpiritusZat cair Aseton Gas Asetilen Zat untuk lasZat cair Air Zat padat Garam Larutan garam

Gas Udara Zat cair Minyak Wangi SprayGas O2 Gas He Gas untuk mengelasGas O2 Zat padat Naftalen Kamfer

Zat padat Cd Zat cair Hg Amalgam gigiZat padat Pd Gas H2 Gas ovenZat padat Au Zat padat Ag

- Faktor yang mempengaruhi kelarutan- Suhu

Pemanasan pelarut dapat mempercepat larutnya zat terlarut. Pelarut dengan suhu yang lebih tinggi akan lebih cepat melarutkan zat terlarut dibandingkan pelarut dengan suhu lebih rendah.

Ketika pemanasan dilakukan, partikel pada suhu tinggi bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya, kontak antara zat terlarut dengan zat pelarut menjadi lebih efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi.Kebanyakan benda padat sulit larut bila suhu pelarutnya rendah. Sebaliknya, benda padat lebih mudah larut bila suhu pelarutnya tinggi.

- Sifat solute dan solventnya (like dissolve like)Solute akan mudah larut pada solvent yang memiliki sifat yang sama dengan solutenya. Solute polar akan mudah larut pada solvent polar, sedangkan solute non polar akan mudah larut pada solvent non polar,

- TekananTekanan sangat berpengaruh pada gas, diatur oleh hukum Henry C=Kp, contohnya pada minuman soda. Untuk fase padat cair, tekanan tidak berubah.

- PengadukanPengadukan menyebabkan partikel-partikel antara zat terlarut dengan pelarut akan semakin sering untuk bertabrakan. Hal ini menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin cepat.

- Ukuran zat terlarut

Zat terlarut dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah melarut dibandingkan dengan zat terlarut yang berukuran besar.

Page 4: PUNYA IRA.docx

Pada zat terlarut berbentuk serbuk, permukaan sentuh antara zat terlarut dengan pelarut semakin banyak. Akibatnya, zat terlarut berbentuk serbuk lebih cepat larut daripada zat telarut berukuran besar.

LO. 2. Memahami dan menjelaskan keseimbangan cairan

2.1 Kompartemen

Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu: cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. Persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas.(Guyton&Hall,1997)

1. Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB totalAdalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70kg). Sebaliknya, hanya ½ dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.

2. Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB totalAdalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) dibagi menjadi:a. Cairan interstisial (CIT)

Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.

b. Cairan intravaskular (CIV)Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain.Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :

1) pengiriman nutrien (mis: glokusa dan oksigen) ke jaringan2) transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru3) pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi4) transpor hormon ke tempat aksinya 5) sirkulasi panas tubuh

Page 5: PUNYA IRA.docx

3. Cairan Transelular (CTS) Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu (CTS) mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8L per hari.

A. Homoestasis Cairan

Keseimbangan cairan dipertahnkan dengan mengatur volume dan osmolaritas CES. Perubahan volume CES dalam jumlah kecil tidak akan memberi reaksi fisiologis. Mekanisme homeostatis air dan elektrolit bertujuan mempertahankan volume dan osmolaritas cairan ekstrasel dalam batas normal, dengan mengatur keseimbangan antara absorbsi makanan dan minuman di usus dan ekskresi di ginjal yang melibatkan system hormonal. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

Apabila asupan air berlebihan,mengakibatkan hypervolemia atau volume cairan berlebihan ditandai dengan meningkatnya volume CES,volume darah dan disusul dengan meningkatnya tekanan darah. Pada keadaan ini,tubuh kan berupaya untuk mengurangi volume cairan hingga keadaan normal dan menurunkan tekanan darah.

Kompensasi:

1. Mengurangi volume cairan dengan cara:1) Menurunkan sekresi ADH,sehingga reabsorbsi dan retensi air

oleh ginjal berkurang. Akibatnya air yang berlebihan akan dibuang lewat urin

2) Merangsang pelepasan ANP (Atrial Natriuretik Peptide) yang berfungsi menurunkan sekresi renin dan aldosteron,sehingga reabsorpsi dan retensi Natrium oleh pembuluh darah akan menurun,sehingga natrium yang berlebihan akan terbuang lewat urin.

2. Menurunkan tekanan darah:

ANP yang dihasilkan oleh dinding atrium kanan jantung akan mengurangi retensi natrium sehingga terjadilah vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah,dan tekanan darah akan menurun.

Apabila kekurangn asupan air atau terjadi pengeluaran cairan yang berlebihan seperti diare atau muntah akan mengakibatkan hipovolemia,ditandai dengan menurunnya volume ces, volume darah

Page 6: PUNYA IRA.docx

dan tekanan darah. Pada keadaan ini,tubuh akan berupaya untuk mencegah pengeluaran cairan yang lebih lanjut,menimbulkan mekanisme haus serta meningktkan tekanan darah.

3. Mencegah pengeluaran cairan lebih lanjut:1) Meningkatkan sekresi ADH, sehingga reabsorbsi dan retensi air yang

meningkat menyebabkan urin lebih pekat dan sedikit.

2) Pengaktifan system Renin-Angiotensin-Aldosteron,yang bertujuan untuk meningkatkan reabsorbsi dan retensi natrium.

3) Perangsangan mekanisme haus dan dorongan untuk minum agar kekurangan cairan dapat segera diatasi.

4. Menaikkan tekanan darah:1) Pengaktifan sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron dapat membuat

pembuluh darah bervasokontriksi menyebabkan tekanan darah meningkat

B. Homeostatis Elektrolit

Kesimbangan elektrolit dengan ketat dijaga oleh tubuh karena elektrolit berpengaruh pada osmolaritas cairan. Kation yang utama adalah kalium dan natrium. Keduanya mempengaruhi tekanan osmotik CES dan CIS dan langsung berhubungan dengan fungsi selular.

Pada saat lebih banyak elektrolit terlarut dalam CES, osmolalitas CES tinggi sehingga cairan intraselular akan keluar menuju cairan ekstaselular. Akibatnya volume CES meningkat dan kadar elektrolit kembali normal. Sekresi ADH juga akan ditingkatkan pada keadaan ini sehingga reabsorbsi dan retensi air meningkat. Bersamaan dengan sekresi ADH, mekanisme haus juga diaktifkan di hipotalamus sehingga menimbulkan dorongan untuk minum. Pada saat lebih sedikit elektrolit terlarut dalam ces,osmolalitas ces menurun sehingga sekresi ADH menurun dan kelebihan cairan akan diekresikan bersama urin.

C. Pengaturan Volume Cairan Tubuh

Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.

Page 7: PUNYA IRA.docx

2.2 Cairan Intraselular dan Ekstraselular

H2O atau cairan dalam tubuh terbagi menjadi 2 kompartemen utama: cairan di dalam sel (cairan intraselular), dan cairan yang terdapat di sekitar sel (cairan ekstraselular). Sebanyak 2/3 dari cairan tubuh terdapat di dalam sel. Meskipun tiap-tiap sel memiliki kandungan cairan yang berbeda, namun secara umum, kumpulan cairan tersebut dapat dikategorikan sebagai kompartemen cairan intraselular.

Sebanyak 1/3 sisanya, terdapat pada cairan ekstraselular. Kompartemen ini terbagi menjadi 2 subdivisi, yaitu cairan plasma dan cairan interstitial. Cairan Plasma, adalah cairan yang ada di dalam darah dan merupakan 1/5 dari keseluruhan cairan ekstraselular. Sementara cairan Interstitial, adalah cairan yang terdapat pada rongga antar sel, dan merupakan 4/5 dari seluruh cairan ekstraselular. Dua kategori cairan ekstraselular yang tergolong sedikit terdiri dari cairan limfe dan cairan transelular. Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstitial ke plasma darah melalui sistem limfe, yang juga berfungsi sebagai imunitas tubuh. Cairan transelular terdiri dari kumpulan cairan-cairan yang terspesialisasi, yaitu cairan yang disekresikan oleh sel tertentu, yang ditujukan kepada bagian tubuh tertentu dengan fungsi spesifik. Cairan transelular meliputi cairan cerebrospinal (mengelilingi, melindungi, dan menutrisi otak dan saraf tulang belakang), cairan intraocular (mempertahankan bentuk dan menutrisi mata), cairan synovial (melumasi dan berfungsi sebagai bantalan persendian), cairan pericardial, intrapleural, dan peritoneal (secara berurutan, melumasi gerakan jantung, paru-paru dan usus), dan cairan digestivus (mencerna makanan yang dikonsumsi).

Meskipun fungsinya sangat penting, namun cairan-cairan tersebut hanya merupakan bagian kecil dari cairan tubuh. Bahkan, cairan transelular tidak dapat dijadikan tolok ukur perubahan keseimbangan cairan tubuh. Sebagai contoh, cairan cerebrospinal tidak berkurang apabila seseorang mengalami kekurangan H2O. Namun juga tidak berarti cairan-cairan tersebut selalu konstan, dan tidak pernah mengalami perubahan. Perubahan volume yang terlokalisasi dapat terjadi dalam kondisi patologis, misalnya penumpukan cairan di mata pada penderita glaukoma. Namun kondisi tersebut tidak berpengaruh pada keseimbangan cairan tubuh secara menyeluruh. Oleh karena itu, cairan transelular pada umumnya diabaikan pada penderita dengan gangguan keseimbangan cairan. Kecuali pada kasus muntah atau diare yang berat, di mana penderita mengalami kekurangan cairan digestivus. Hal ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan. (Sherwood, et. al., 2010)

Gambar 1. Klasifikasi Cairan Tubuh

2.3 Kadar Normal Cairan dalam TubuhPada kebanyakan individu, sekitar 60% dari

Page 8: PUNYA IRA.docx

berat badannya adalah air. Persentasi ini berkisar antara 50% hingga 70%, dan angka tepatnya terkait dengan kadar lemak dari tiap individu. Karena lemak memiliki kadar air yang lebih rendah, maka seseorang dengan kadar lemak yang tinggi memiliki persentasi berat air yang lebih kecil. (Sherwood, et. al., 2010)

Terdapat 2 kompartemen utama cairan tubuh, yaitu sebagai berikut:

1. Cairan Intraselular, berkontribusi sebanyak 2/3 dari air di dalam tubuh

a. Apabila berat air dalam tubuh adalah 60%, berat cairan intraselular adalah 40% dari berat badan.

b. Cairan intraselular pada umumnya berupa solusi/larutan kalium dan protein sebagai anion organik.

c. Membran sel dan proses metabolisme sel mengatur cairan intraselular.

2. Cairan Ekstraselular, berkontribusi sebanyak 1/3 dari air di dalam tubuh a. Sebanyak 20% dari berat badan manusia adalah cairan ekstraselularb. Cairan ekstraselular pada umumnya berupa solusi/larutan NaCl dan NaHCO3 c. ECF terbagi menjadi 3 subkompartemen

i. Cairan interstitial, yaitu 3⁄4 dari cairan ekstraselular

ii.Plasma darah, yaitu 1⁄4 dari cairan ekstraselular

iii. Cairan transelular, yaitu sebanyak kurang lebih 1-2 liter

Gambar 2. Kadar Cairan Tubuh, dengan asumsi berat badan 70 kg

2.4 Keseimbangan Cairan Tubuh Harian

Kontrol terhadap H2O bebas sangat penting untuk meregulasi osmolaritas cairan ekstraselular. Peningkatan kadar H2O bebas dapat menyebabkan cairan ekstraselular terlalu encer, sebaliknya, apabila kadar H2O bebas menurun, maka dapat menyebabkan cairan ekstraselular menjadi kental. Perubahan osmolaritas cairan ekstraselular harus dengan cepat diperbaiki agar tidak terjadi perpindahan cairan dari intraselular menuju ekstraselular. Untuk menjaga keseimbangan H2O, diperlukan

Page 9: PUNYA IRA.docx

input dan output H2O yang seimbang. (Sherwood, et. al., 2010)

1. Sumber input H2O

Sehari-harinya, sebanyak 1250 mL H2O didapatkan dari minuman. Namun ternyata, jumlah yang hampir sama, yaitu 1000 mL H2O, didapatkan dari makanan (dalam bentuk padat). Perlu diingat bahwa otot memiliki kandungan air sebanyak 75%; oleh karena itu, katakanlah seseorang makan daging sapi (otot hewan), maka 75% dari makanan tersebut adalah H2O. Buah dan sayuran memiliki kandungan air sebanyak 60% hingga 90%. Sehingga, sebagian besar air yang didapatkan manusia sehari- harinya, berasal dari makanan padat dan minuman.

Sisanya, sumber H2O yang paling kecil didapatkan adalah dari proses metabolisme tubuh. Beberapa reaksi kimia di dalam sel mengkonversi bahan makanan dan O2 menjadi energi, dengan menghasilkan CO2 dan H2O. Proses metabolisme ini mengeluarkan H2O dari sel menuju cairan ekstraselular sebanyak 350 mL setiap harinya.(Patlak, 1999). Sehingga rata-rata, input H2O manusia setiap harinya adalah 2600 mL. Sumber H2O lain juga didapatkan dalam kondisi terapi/pengobatan, misalnya melalui infus.

2. Pengeluaran H2O (output)

Hampir sebanyak 1 liter H2O keluar dari tubuh manusia tanpa disadari. Hal ini dinamakan insensible loss (kehilangan H2O tanpa kesadaran oleh sensorik manusia), dan terjadi karena proses respirasi-ekspirasi pada paru-paru dan pengeluaran keringat pada bagian-bagian kulit yang tidak mengeluarkan keringat. Ketika respirasi, udara yang masuk sebetulnya mengandung H2O. Namun H2O ini hilang ketika udara sudah masuk ke paru-paru. Umumnya kita tidak menyadari kehilangan H2O ini, namun ketika musim dingin, kita dapat melihat keluarnya uap H2O dari mulut/hidung kita. Insensible loss yang lain adalah keluarnya H2O dari kulit secara terus-menerus, bahkan ketika tidak sedang berkeringat sekalipun. Molekul air dapat berdifusi menembus sel-sel kulit dan berevaporasi tanpa disadari. Namun, kulit memiliki sifat tahan air oleh karena lapisan keratin di bagian terluarnya, yang berfungsi untuk menghindari keluarnya H2O secara berlebihan. Ketika lapisan ini rusak, misalnya pada kasus luka bakar, H2O dapat keluar lebih banyak lagi, sehingga dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh.

Sensible loss, atau pengeluaran H2O yang disadari, salah satunya berupa keringat. Pada suhu udara 68F, sebanyak 100mL H2O hilang melalui keringat setiap harinya. Jumlah H2O yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, tergantung dari temperatur lingkungan dan derajat aktivitas; jumlahnya berkisar dari 0 mL hingga beberapa liter ketika cuaca sangat panas.

Jalur pengeluaran H2O yang lain adalah melalui feses. Pada umumnya, sebanyak 100mL H2O keluar melalui feses setiap harinya. Pada saat proses pembentukan feses di usus besar, sebagian besar H2O diabsorbsi oleh lumen digestivus menuju darah, sehingga dapat menghindari pembuangan H2O yang berlebihan. Namun pada kasus diare, jumlah H2O yang keluar dapat lebih banyak lagi.

Pengeluaran H2O yang paling besar adalah melalui ekskresi urin, yaitu sebanyak 1500mL urin yang diproduksi setiap harinya.

Page 10: PUNYA IRA.docx

Total pengeluaran H2O setiap harinya adalah 2600 mL, sama dengan jumlah intake H2O dalam contoh ini. Keseimbangan ini sebetulnya tidak terjadi secara kebetulan. Biasanya, output H2O disesuaikan dengan input H2O, sehingga kadar H2O di dalam tubuh tetap terjaga.

Gambar 3. Input dan Output Air dalam Tubuh (Sherwood, et. al., 2010)

2.5 Mekanisme Regulasi Keseimbangan Cairan Tubuh

Dari beberapa sumber pengeluaran dan pemasukan H2O, hanya dua sumber yang dapat diatur oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan H2O. Untuk input H2O, rasa haus dapat diatur untuk memenuhi intake H2O dan untuk output H2O, ginjal dapat mengatur banyaknya urin yang akan dibentuk. Pengaturan pengeluaran H2O pada urin adalah faktor terpenting dalam menjaga keseimbangan H2O.

Beberapa faktor lain dapat diatur, namun tidak menjadi pengaturan utama dalam menjaga keseimbangan H2O. Asupan air dari makanan dapat diatur untuk menjaga keseimbangan energi, dan kontrol terhadap pengeluaran keringat penting untuk menjaga suhu tubuh. H2O yang dihasilkan secara metabolik dan pengeluaran H2O dengan cara insensible loss tidak dapat diatur oleh tubuh

Pengaturan output air oleh vasopressin pada urin

Perubahan osmolaritas cairan ekstraselular yang disebabkan oleh ketidak seimbangan input/output H2O dapat dikompensasi secara cepat dengan mengatur pengeluaran H2O oleh urin, tanpa harus mengeksresi zat-zat garamnya. Oleh karena itu, reabsorbsi dan eksresi H2O dibedakan dari reabsorbsi dan eksresi solute, sehingga jumlah H2O bebas yang dijaga/dibuang dapat berubah secara cepat untuk menjaga osmolaritas cairan ekstraselular. Reabsorbsi dan eksresi H2O bebas diatur oleh sekresi hormon vasopressin. Di seluruh nefron ginjal, reabsorbsi H2O sangat penting untuk mengatur volume cairan ekstraselular karena reabsorbsi garam disertai dengan reabsorbsi H2O dalam jumlah yang sama. Namun pada distal dan tubulus kolektivus, reabsorbsi H2O bebas dapat terjadi tanpa harus menyerap garam dalam jumlah yang sama. Hal ini dikarenakan adanya gradien osmotik vertikal dalam medulla ginjal, di mana terdapat sebagian dari tubulus itu.Vasopressin meningkatkan permeabilitas terhadap H2O di bagian akhir tubulus tersebut. Jumlah H2O bebas yang direabsorbsi sangat bervariasi, tergantung dari jumlah vasopressin yang disekresi, dan dari osmolaritas cairan ekstraselular.

Vasopressin diproduksi di hypothalamus, dan disimpan di kelenjar pituitary. Vasopressin disekresi dari bagian posterior kelenjar pituitary atas perintah dari

Page 11: PUNYA IRA.docx

hypothalamus.

Pengatur input air oleh mekanisme haus

Haus adalah sensasi yang dirasakan secara subjektif, yang mendorong manusia untuk minum. Pusat haus terletak di hypothalamus, dekat dengan sel-sel yang mensekresi vasopressin.

Pusat kontrol hypothalamus yang mengatur sekresi vasopressin dan rasa haus bekerja secara bersamaan. Adanya vasopressin dan rasa haus distimulasi oleh defisit H2O, dan kebalikannya, ditekan oleh adanya H2O bebas. Oleh karena itu, perintah untuk mengurangi output H2O oleh urin biasanya diiringi dengan rasa haus, supaya segera mendapat asupan H2O.

Gambar 4. Regulasi Sekresi Vasopressin & Rasa Haus (Sherwood, et. al., 2010)

Peranan osmoreseptor hypothalamus

Pusat penerimaan input rasa haus dan sekresi vasopressin terletak pada bagian osmoreseptor hypothalamus. Osmoreseptor ini terus-menerus memonitor osmolaritas dari cairan yang mengelililinginya. Ketika osmolaritas cairan meningkat (karena kekurangan H2O), kebutuhan untuk menahan pengeluaran H2O meningkat. Hal ini menyebabkan sekresi vasopressin dan adanya rasa haus. Akibatnya, terjadi peningkatan reabsorbsi H2O di distal dan tubulus kolektivus, sehingga H2O dapat dikonservasi; namun di saat yang bersamaan, tubuh tetap memaksa agar intake H2O dilakukan segera. Seluruh mekanisme tersebut dapat mengganti H2O yang berkurang dari cairan ekstraselular, sehingga kondisi hipertonis cairan dapat diatasi. Kebalikannya, apabila terjadi kelebihan H2O, dengan manifestasi rendahnya osmolaritas cairan ekstraselular, menyebabkan meningkatnya produksi urin, dan menghilangkan rasa haus.

Peranan reseptor volume pada arteri kiri jantung

Meskipun stimulus sekresi vasopresin dan rasa haus terjadi karena peningkatan osmolaritas cairan ekstraselular, namun sel pensekresi vasopressin dan pusat rasa haus

Page 12: PUNYA IRA.docx

juga dipengaruhi oleh perubahan volume cairan ekstraselular yang dideteksi oleh reseptor volume pada arteri kiri jantung. Reseptor-reseptor ini merespon tekanan peregangan pembuluh darah yang dipengaruhi oleh aliran darah, yang dapat dianggap sebagai volume cairan ekstraselular. Reseptor tersebut memonitor ‘seberapa penuhnya’ pembuluh darah. Ketika terjadi penurunan volume ekstraselular yang tinggi (penurunan volume lebih dari 7%), reseptor volume tersebut secara refleks menstimulasi sekresi vasopressin dan

LO.3 Memahami dan Menjelaskan Dehidrasi

III.1 Definisi

Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik)

(Ilmu Penyakit Dalam Jilid I hlm.797)

III.2 Etiologi

Dehidrasi dapat terjadi karena:

1. Kemiskinan air (water depletion)

2. Kemiskinan natrium (sodium depletion)

3. Water and sodium depletion terjadi bersama-sama

Water depletion atau dehidrasi primer terjadi karena masuknya air sangat terbatas akibat:

a. Penyakit yang meghalangi masuknya air

b. Penyakit mental yang disertai menolak air atau ketakutan dengan air (hydrophobia)

c. Penyakit sedemikia rupa sehingga penderita sangat lemah dan tidak dapat minum air lagi

d. Koma yang terus menerus

Pada stadium permulaan water depletion, ion natrium dan klor ikut menghilang dengan cairan tubuh

Dehidrasi sekunder atau sodium depletion terjadi karena tubuh kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit. Sodium depletion sering terjadi akibat keluarnya cairan melalui saluran pencernaan seperti muntah-muntah dan diare yang berkelanjutan.

Penyebab timbulnya dehidrasi, dibedakan atas 2 hal

a. Eksternal

1.Akibat berkurangnya cairan akibat panas, kekurangan natrium dan air

Page 13: PUNYA IRA.docx

2.Diet keras

3.Olahraga berlebih

4.Obat-obatan yang digunakan terlalu lama

b. Internal

1.Penurunan kemampuan homeostasis

2.Penurunan respons rasa haus terhadap kondisi hipovolemik dan hiperosmolaritas

3.Penurunan laju filtrasi glomelurus, kemamuan fungsi ginjal, renin, aldosterone dan penurunan respons ginjal terhadap vasopressin.

3.3 Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan

Derajat dehidrasi seseorang berdasarkan defisit berat badan, dapat digolongkan sebagai berikut:

• Dehidrasi ringan (defisit <5% BB)Keadaan umum sadar baik, rasa haus +, sirkulasi darah nadi normal, pernapasan biasa, mata agak cekung, tugor biasa, kencing biasa.

• Dehidrasi sedang (defisit 5-10% BB)Keadaan umum gelisah, rasa haus ++, sirkulasi darah nadi cepat (120-140), pernapasan agak cepat, mata cekung, turgor agak berkurang, kencing sedikit.

• Dehidrasi berat (defisit >10% BB)Keadaan umum apatis/koma, rasa haus +++, sirkulasi darah nadi cepat (>140), pernapasan Kussmaul (cepat dan dalam), mata cekung sekali, turgor kurang sekali, kencing tidak ada.

Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatikDehidrasi ringan : gambaran klinisnya turgir kurang, suara serak,

pasien belum jatuh dari presyokDehidrasi sedang : turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok

atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalamDehidrasi berat : tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun

(apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis(Ilmu Penyakit Dalam hlm.552)

Sedangkan tanda dehidrasi pada anak:

Mulut dan lidah kering

Tidak keluar air mata saat menangis

Popok tidak basah selama lebih dari 3 jam

Perut, mata,pipi cekung

Page 14: PUNYA IRA.docx

Demam

Lesu atau rewel

Kulit tidak segera kembali ke posisi semula jika di cubit kemudian dilepaskan

Hasil pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan kelainan antara lain:

Peningkatan hematocrit

Peningkatan kadar protein serum

Na+ serum normal (biasanya)

Rasio BUN/kreatinin serum >20:1 (normal 10:1)

Berat jenis urin tinggi

Osmolaritas urin >450 mEq/L

Na+ urin < 10 mEq/L (penyebab dari ekstrarenal)

Na+ urin > 20 mEq/L (penyebab dari renal atau adrenal)

3.4 Penatalaksanaan

Pertolongan Pertama Terhadap Dehidrasi Ringan

 Setelah mengetahui gejala dehidrasi ringan, anda dapat melakukan pertolongan

pada penderita dehidrasi agar gejala-gejala tersebut tidak menjadi semakin parah.

Berikut adalah pertolongan pertama pada dehidrasi ringan:

Hentikan aktivitas sejenak

Jika anda merasakan gejala-gejala dehidrasi, segeralah menghentikan

aktivitas anda. Cari tempat untuk istirahat atau sekedar untuk merebahkan

badan.

Minum air putih

Dehidrasi terjadi kurangnya cairan volume air dalam tubuh, jadi anda harus

segera mengisi ulang cairan tersebut dengan minum air putih. Namun

usahakan agar suhu air putih yang anda minum tidak terlalu dingin apalagi

manis. Air putih dengan suhu ruang adalah yang terbaik untuk mengatasi

dehidrasi. Jika tidak suka air putih, meksipun tidak terlalu disarankan, anda

bisa juga mengkonsumsi minuman isotonik. Minum secara perlahan jangan

tergesa-gesa agar tubuh tidak mengalami shock.

Page 15: PUNYA IRA.docx

Istirahat sampai anda merasa pulih kembali

Jangan paksakan untuk bekerja yang berat-berat dulu.

 Pertolongan Pertama Terhadap Dehidrasi Berat

Penanganan dehidrasi berat berbeda dengan dehidrasi ringan. Pada dehidrasi yang

berat, cairan yang dikeluarkan jauh lebih banyak dan kondisi tubuh jauh lebih

kritis. Karena itu, penanganan dehidrasi berat sangat perlu untuk dilakukan.

Berikut adalah pertolongan pertama pada dehidrasi berat:

Minum oralit atau campuran air hangat dengan gula dan garam. Kandungan

oralit bisa mengisi ulang cairan dan elektrolit tubuh yang hilang

Istirahat. Ketika terkena dehidrasi berat tubuh akan terasa lemas sekali.

Pastikan anda sudah berada di rumah dan segera cari tempat tidur. Pastikan

ada orang lain yang membantu anda.

Jangan gegabah untuk mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung serat

karena malah akan melancarkan saluran pembuangan

Segera pergi ke dokter. Jangan tunggu sampai kondisi tubuh menjadi parah.

Segeralah pergi ke dokter agar penyakit dehidrasi tidak menjadi parah.

Dokter bisa member infus cairan sehingga cairan tubuh bisa tercukupi.

Pada Usia Lanjut1. Terapi Rehidrasi Oral

Pada dehidrasi ringan terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-2500ml/24jam (30ml/kg berat badan/24jam) untuk kebutuhan dasar, ditambah dengan penggantian defisit cairan dan kehilangan cairan yang masih berlangsung. Cairan yang diberikan secara oral tergantung jenis dehidrasiDehidrasi hipertonik : air atau minuman dengan kandungan sodium yang

rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggurDehidrasi isotonik : air dan suplemen yang mengandung sodium (jus

tomat), juga dapat diberikan larutan isotonik yang ada di pasaran

Dehidrasi hipotonik : cairan seperti diatas tetapi dibutuhkan kadar sodium yang lebih tinggi

2. Terapi Rehidrasi ParenteralJenis cairan kristaloid yang digunakan untuk rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinyaDehidrasi isotonik : cairan NaCl 0,9% atau Dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total per hariDehidrasi hipertonik : cairan NaCl 0,45%Dehidrasi hipotonik : mengatasi penyebb yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu pemberian cairan hipertonik

Page 16: PUNYA IRA.docx

(Ilmu Penyakit Dalam Jilid I hlm.799)

3.5 Klasifikasi

Memahami dan Menjelaskan Gangguan Elektrolit (Hiponatremia,Hipokalemia,Hipoklorida)

Hiponatremia

Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah) adalah konsentrasi natrium yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah

Berdasarkan waktu terjadinya, dibagi menjadi:Hiponatremia kronik. Disebut kronik bila kejadian hiponatremia berlangsung lambat yaitu >48jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejl yang berat seperti penurunan kesadaran dan kejang, gejala yang terjadi hanya ringan seperti lemas atau mengantuk. Kelompok ini disebut juga sebagagai hiponatremia asimptomatikHiponatremia akut. Disebut akut bila kejadian hiponatremia berlangsung cepat yaitu <48jam. Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang erat seperti penurunan ksadaran atau kejang. Hal ini terjadi kibat adanya edema sel otak karena air dari ekstrasel masuk ke intrasel yang osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut juga sebagai hiponatremi simptomatikatau hiponatremia berat

4. Penyebab

a. Asupan makanan- rendahnya kadar Na di makanan kurang dari 135 mEq/L- asupan air yang berlebihan : mengakibatkan pengenceran cairan ekstrasel- anoreksia nervosa- pemberian infus Dekstrosa 5 % yang berkepanjangan

b. Keluarnya natrium dari saluran pencernaan- muntah, diare, aspirasi dari saluran cerna - operasi saluran cerna- bulimia- kehilangan potassium

c. Keluarnya natrium dari ginjal- gangguan tubulus ginjal : tidak respon terhadap ADH → pengeluaran Na,

Cl dan air- diuretik

d. Pengaruh hormon- ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dari tubulus distal →

cairan ekstraselular menjadi lebih banyak mengandung air → kadar Na berkurang

- Penurunan hormon adreno-kortikal : penyakit kelenjar adrenal (Addison) → produksi hormon adreno-kortikal berkurang → pengeluaran Na dan retensi K

- Manifestasi klinis dan pemeriksaan

Page 17: PUNYA IRA.docx

Hiponatremia bervariasi tergantung pada jumlah natrium yang hilang. Hiponatremia ringan biasanya asimptomatik (tidak bergejala), dan gejala awal biasanya berupa mual dan muntah. Gangguan saluran cerna: mual, muntah, diare, perut nyeri dan keram; Gangguan jantung : hipotensi; Gangguan neuromuskular : kelemahan otot; Lain-lain : kulit kering, pucat, membran mukosa kering,sakit kepala,depresi,kejang.

Pemeriksaan penunjang :- Natrium serum : akan <137 mEq/l- Osmolalitas serum : menurun, kecuali pada kasus pseudohiponatremia,

azotemia, atau mencerna toksin yang meningkatkan osmolalitas.- Berat jenis urin : menurun karena upaya ginjal untuk mengekskresikan

kelebihan air.- Natrium urin : menurun (biasanya <20 mEq/l)

- Penanganan

Langkah selanjutnya adalah melakukan pengobatan yang tepat sasaran.• Perlu dibedakan apakah kejadian hiponatremia, akut atau kronik.• Tanda atau penyakit lain yang menyertai hiponatremia perlu dikenali

(deplesi volume, dehidrasi, gagal jantung, gagal ginjal)• Hiponatremia akut, koreksi Na dilakukan secara cepat dengan

pemberian larutan natrium hipertonik intravena. Kadar natrium plasma dinaikkan sebanyak 5 mEq/L dari kadar natrium awal dalam waktu 1 jam. Setelah itu, kadar natrium plasma dinaikkan sebesar 1 mEq/L setiap 1 jam sampai kadar natrium darah mencapai 130 mEq/L. Rumus yang dipakai untuk mengetahui jumalah natrium dalam larutan natrium hipertonik yang diberikan adalah 0,5 x Berat Badan (kg) x delta Na. Delta natrium adalah selisih antara kadar natrium yang diinginkan dengan kadar natrium awal.

• Hiponatremia kroni, koreksi Na dilakukan secara perlahan yaitu sebesar 0,5 mEq/L setiap 1 jam, maksimal 10 mEq/l dalam 24 jam. Bila delta Na sebesar 8 mEq/L, dibutuhkan waktu pemberian selama 16 jam. Rumus yang diapakai adalah sama dengan di atas. Natrium yang diberikan dapat dalam bentuk natrium hipertoikintravena atau natrium oral.

Hipokalemia

Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3,5 mEq

- Penyebab

a. Asupan makanan- rendahnya kadar K di makanan kurang dari 3.5 mEq/L- malnutrisi, kelaparan, diet yang tidak seimbang- anoreksia nervosa- alkoholisme

Page 18: PUNYA IRA.docx

b. Keluarnya kalium dari saluran pencernaan- muntah, diare, aspirasi dari saluran cerna - operasi saluran cerna, fistula saluran cerna- bulimia

c. Keluarnya kalium dari ginjal- fase diuresis (poliuria) gagal ginjal akut- diuretik, terutama diuretik yang tidak hemat kalium - hemodialisis, peritoneal dialisis

d. Pengaruh hormon- penggunaan steroid, terutama kortison dan aldosteron dapat meningkatkan ekskresi kalium dan retensi natrium - stress, menyebabkan peningkatan produksi steroid di dalam tubuh- penggunaan licorice (mengandung asam gliserat) yang berlebihan, memiliki efek seperti aldosteron

e. Gangguan fungsi selular- trauma, kerusakan jaringan, luka bakar, operasi- menyebabkan banyak kalium yang dilepaskan ke dalam cairan intra vaskular

f. Redistribusi kalium- alkalosis metabolik, menarik kalium masuk ke dalam sel- insulin, menarik glukosa dan kalium ke dalam sel

- Manifestasi klinis dan pemeriksaan

Defisit kalium dapat memperlambat kontraksi otot, baik otot rangka maupun otot saluran pencernaan.Gangguan saluran cerna : anoreksia, mual, muntah, diare, distensi abdomen, gangguan peristaltik dan ileus; Gangguan neuromuskular : kelemahan otot, penurunan refleks tendon, paralisis otot pernapasan; Gangguan ginjal : poliuria dan polidipsia

Pemeriksaan penunjang :- Kalium serum : nilai akan >3.5 mEq/l- Gas darah arteri : dapat menunjukan alkalosis metabolik (peningkatan pH dan

HCO3-)

- Elektrokardiogram : depresi sekmen ST, gelombang Tdatar, adanya gelombang U, distrimia ventrikel

- Penanganan

Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam:a. Indikasi mutlak, pemberian kalium mutlak segera diberikan yaitu pada

keadaan; 1) pasien sedang dalam pengobatan digitalis, 2) pasien dengan ketoasidosis diabetik, 3) pasien dengan kelemahan otot pernapasan, 4) pasien dengan hipokalemia berat (K<2mEq/L).

b. Indikasi kuat, kalium harus diberikan dalam waktu todak terlalu lama yaitu pada keadaan; 1) insufisiensi koroner/iskemia otot jantung , 2) ensefalopati hepatikum, 3) pasien memakai obat yang dapatmenyebabkan perpindahan kalium dari ekstrasel ke intrasel

Page 19: PUNYA IRA.docx

c. Indikasi sedang, pemberian kalium tidak perlu segeran seperti pada; hipokalemia ringan (K antara 3-3,5mEq/L).

Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral oleh karena lebih mudah. Pemberian 40-60 mEq dapat menaikan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedang pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L.

Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam. Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau kelumpuhan otot pernapasan, dapat diberikan dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc NaCl isotonik. Bila melalui vena perifer, KCl maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 cc, sebab bila melebihi ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan dapat menyebabkan sklerosis vena.

Hipokloremia

Hipokloremik (kadar klorida yang rendah dalam tubuh) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi klorida dalam darah kurang dari 96 - 106 mEq / L

Eksresi tergantung oleh natrium, jika tubuh banyak kehilangan natrium, tubuh pun akan kehilangan klor. Tetapi, klor juga dapat lebih banyak hilang pada saat kehilangan cairan lambung oleh muntah-muntah atau pada obstruksi pilorus atau duodenum (Setiyani, n.d.)

3.6 Mekanisme Terjadinya Dehidrasi

Dehidrasi terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium. Kehilangan cairan (air) menyebabkan peningkatan kadar natrium, pengingkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Kondisi ini menyebabkan gangguan fungsi sel dan kolaps sirkulasi. Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar serum dari natrium. Dehidrasi isotonis terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama dengan natrium dalam darah.

Kehilangan cairan dan natrium besarnya relative sama dalam kompartemen intravaskuler maupun kompartemen ekstravaskuler. Dehidrasi hipotonis terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih bnayak dari darah. Karena kadar natrium serum rendah, air dikompartemen intravaskuer ke ekstravaskuler, sehingga menurunkan volume intravascular. Dehidrasi hipertonis terjadi ketika kehilangan cairan dengan kandungan natrium lebih sedikit dari darah. Secara garis besar kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Awal tanda dehidrasi dapat terjadi pada stadium awal ketika Na dan Cl keluar bersama cairan tubuh. 36– 48 jam kemudian terjadi reabsorpsi berlebihan oleh ginjal yangmengakibatkan Na dan Cl ektrasel meningkat (Hipertonik).

Peningkatan osmolaritas ekstrasel inilah yang mengakibatkan penarikan air dari dalam sel. Sel menjadi dehidrasi sehingga merangsang hipofisis untuk mensekresi ADH yang nantinya menahan cairan di Ginjal dan menghasilkan oliguria. Pada saat tubuh kehilangan sodium, terjadi hipotoni ekstrasel (sebagian air masuk ke sel sehingga sel tidak merasa kehilangan air) sehingga osmosis menurun dan ADH

Page 20: PUNYA IRA.docx

dihambat lalu ekskresi urin meningkat (agar tercapai CES yang normal). Akibatnya volume plasma dan cairan interstisial menurun.(Rahmawati, n.d.)

LO.4.Memahami dan Menjelaskan Gangguan Elektrolit (Hiponatremia,Hipokalemia,Hipoklorida)

Hiponatremia

Hiponatremia (kadar natrium darah yang rendah) adalah konsentrasi natrium yang lebih kecil dari 136 mEq/L darah

Berdasarkan waktu terjadinya, dibagi menjadi:Hiponatremia kronik. Disebut kronik bila kejadian hiponatremia berlangsung lambat yaitu >48jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejl yang berat seperti penurunan kesadaran dan kejang, gejala yang terjadi hanya ringan seperti lemas atau mengantuk. Kelompok ini disebut juga sebagagai hiponatremia asimptomatikHiponatremia akut. Disebut akut bila kejadian hiponatremia berlangsung cepat yaitu <48jam. Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang erat seperti penurunan ksadaran atau kejang. Hal ini terjadi kibat adanya edema sel otak karena air dari ekstrasel masuk ke intrasel yang osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut juga sebagai hiponatremi simptomatikatau hiponatremia berat

- Penyebab

e. Asupan makanan- rendahnya kadar Na di makanan kurang dari 135 mEq/L- asupan air yang berlebihan : mengakibatkan pengenceran cairan ekstrasel- anoreksia nervosa- pemberian infus Dekstrosa 5 % yang berkepanjangan

f. Keluarnya natrium dari saluran pencernaan- muntah, diare, aspirasi dari saluran cerna - operasi saluran cerna- bulimia- kehilangan potassium

g. Keluarnya natrium dari ginjal- gangguan tubulus ginjal : tidak respon terhadap ADH → pengeluaran Na,

Cl dan air- diuretik

h. Pengaruh hormon- ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dari tubulus distal →

cairan ekstraselular menjadi lebih banyak mengandung air → kadar Na berkurang

- Penurunan hormon adreno-kortikal : penyakit kelenjar adrenal (Addison) → produksi hormon adreno-kortikal berkurang → pengeluaran Na dan retensi K

- Manifestasi klinis dan pemeriksaan

Page 21: PUNYA IRA.docx

Hiponatremia bervariasi tergantung pada jumlah natrium yang hilang. Hiponatremia ringan biasanya asimptomatik (tidak bergejala), dan gejala awal biasanya berupa mual dan muntah. Gangguan saluran cerna: mual, muntah, diare, perut nyeri dan keram; Gangguan jantung : hipotensi; Gangguan neuromuskular : kelemahan otot; Lain-lain : kulit kering, pucat, membran mukosa kering,sakit kepala,depresi,kejang.

Pemeriksaan penunjang :- Natrium serum : akan <137 mEq/l- Osmolalitas serum : menurun, kecuali pada kasus pseudohiponatremia,

azotemia, atau mencerna toksin yang meningkatkan osmolalitas.- Berat jenis urin : menurun karena upaya ginjal untuk mengekskresikan

kelebihan air.- Natrium urin : menurun (biasanya <20 mEq/l)

- Penanganan

Langkah selanjutnya adalah melakukan pengobatan yang tepat sasaran.• Perlu dibedakan apakah kejadian hiponatremia, akut atau kronik.• Tanda atau penyakit lain yang menyertai hiponatremia perlu dikenali

(deplesi volume, dehidrasi, gagal jantung, gagal ginjal)• Hiponatremia akut, koreksi Na dilakukan secara cepat dengan

pemberian larutan natrium hipertonik intravena. Kadar natrium plasma dinaikkan sebanyak 5 mEq/L dari kadar natrium awal dalam waktu 1 jam. Setelah itu, kadar natrium plasma dinaikkan sebesar 1 mEq/L setiap 1 jam sampai kadar natrium darah mencapai 130 mEq/L. Rumus yang dipakai untuk mengetahui jumalah natrium dalam larutan natrium hipertonik yang diberikan adalah 0,5 x Berat Badan (kg) x delta Na. Delta natrium adalah selisih antara kadar natrium yang diinginkan dengan kadar natrium awal.

• Hiponatremia kroni, koreksi Na dilakukan secara perlahan yaitu sebesar 0,5 mEq/L setiap 1 jam, maksimal 10 mEq/l dalam 24 jam. Bila delta Na sebesar 8 mEq/L, dibutuhkan waktu pemberian selama 16 jam. Rumus yang diapakai adalah sama dengan di atas. Natrium yang diberikan dapat dalam bentuk natrium hipertoikintravena atau natrium oral.

Hipokalemia

Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3,5 mEq

- Penyebaba. Asupan makanan

- rendahnya kadar K di makanan kurang dari 3.5 mEq/L- malnutrisi, kelaparan, diet yang tidak seimbang- anoreksia nervosa- alkoholisme

b. Keluarnya kalium dari saluran pencernaan

Page 22: PUNYA IRA.docx

- muntah, diare, aspirasi dari saluran cerna - operasi saluran cerna, fistula saluran cerna- bulimia

c. Keluarnya kalium dari ginjal- fase diuresis (poliuria) gagal ginjal akut- diuretik, terutama diuretik yang tidak hemat kalium - hemodialisis, peritoneal dialisis

d. Pengaruh hormon- penggunaan steroid, terutama kortison dan aldosteron dapat meningkatkan ekskresi kalium dan retensi natrium - stress, menyebabkan peningkatan produksi steroid di dalam tubuh- penggunaan licorice (mengandung asam gliserat) yang berlebihan, memiliki efek seperti aldosteron

e. Gangguan fungsi selular- trauma, kerusakan jaringan, luka bakar, operasi- menyebabkan banyak kalium yang dilepaskan ke dalam cairan intra vaskular

f. Redistribusi kalium- alkalosis metabolik, menarik kalium masuk ke dalam sel- insulin, menarik glukosa dan kalium ke dalam sel

- Manifestasi klinis dan pemeriksaan

Defisit kalium dapat memperlambat kontraksi otot, baik otot rangka maupun otot saluran pencernaan.Gangguan saluran cerna : anoreksia, mual, muntah, diare, distensi abdomen, gangguan peristaltik dan ileus; Gangguan neuromuskular : kelemahan otot, penurunan refleks tendon, paralisis otot pernapasan; Gangguan ginjal : poliuria dan polidipsia

Pemeriksaan penunjang :- Kalium serum : nilai akan >3.5 mEq/l- Gas darah arteri : dapat menunjukan alkalosis metabolik (peningkatan pH dan

HCO3-)

- Elektrokardiogram : depresi sekmen ST, gelombang Tdatar, adanya gelombang U, distrimia ventrikel

- Penanganan

Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam:d. Indikasi mutlak, pemberian kalium mutlak segera diberikan yaitu pada

keadaan; 1) pasien sedang dalam pengobatan digitalis, 2) pasien dengan ketoasidosis diabetik, 3) pasien dengan kelemahan otot pernapasan, 4) pasien dengan hipokalemia berat (K<2mEq/L).

e. Indikasi kuat, kalium harus diberikan dalam waktu todak terlalu lama yaitu pada keadaan; 1) insufisiensi koroner/iskemia otot jantung , 2) ensefalopati hepatikum, 3) pasien memakai obat yang dapatmenyebabkan perpindahan kalium dari ekstrasel ke intrasel

Page 23: PUNYA IRA.docx

f. Indikasi sedang, pemberian kalium tidak perlu segeran seperti pada; hipokalemia ringan (K antara 3-3,5mEq/L).

Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral oleh karena lebih mudah. Pemberian 40-60 mEq dapat menaikan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedang pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L.

Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam. Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau kelumpuhan otot pernapasan, dapat diberikan dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc NaCl isotonik. Bila melalui vena perifer, KCl maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 cc, sebab bila melebihi ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan dapat menyebabkan sklerosis vena.

Hipokloremia

Hipokloremik (kadar klorida yang rendah dalam tubuh) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi klorida dalam darah kurang dari 96 - 106 mEq / L

Eksresi tergantung oleh natrium, jika tubuh banyak kehilangan natrium, tubuh pun akan kehilangan klor. Tetapi, klor juga dapat lebih banyak hilang pada saat kehilangan cairan lambung oleh muntah-muntah atau pada obstruksi pilorus atau duodenum

LO.5.Memahami dan Menjelaskan Etika Minum Sesuai dengan Syariat Islam

Al-Quran

(QS. Al-Waqi’ah: 68-69) 

{ ب�ون� ر� ت�ش� ال ذ�ي آء� ال�م� ء�ي�ت�م� ر� ف�ن�{ 68أ� ن�ح� أ�م� ن� ز� ال�م� م�ن� ل�ت�م�وه� نز�

أ� نت�م� ء�أ�

نز�ل�ون� } {69ال�م�

”Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan.” 

( QS. Al-Araf : 31 )

�ن ه� إ وا ر�ف� ت�س� و�ال ب�وا ر� و�اش� ك�ل�وا و� د) ج� م�س� ك�ل+ ن�د� ع� ز�ين�ت�ك�م� ذ�وا خ� آد�م� ب�ن�ي ي�ار�ف�ين� ال�م�س� ب6 ي�ح�  ال

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Hadis

Page 24: PUNYA IRA.docx

Diriwayatkan dari Anan RA, dia berkata: Rasulullah melarang seseorang minum dengan berdiri. Maka mereka bertanya, "bagaimana dengan makan?" Beliau menjawab, "lebih lagi waktu makan” (HR. Muslim).

4.3 Diriwayatkan dari Hafshah RA. : "Rasulullah SAW menggunakan tangan kanannya ketika makan dan minum serta tangan kirinya untuk yang lainnya." (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

4.4 Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan diniatkan agar bisa dapat beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala dari makan dan minum mu itu.

4.5 Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam haditsnya menuturkan: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila suka sesuatu ia makan dan jika tidak, maka ia tinggalkan”. (Muttafaq’alaih).

4.6 Tidak makan dan minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas dan perak. Di dalam hadits Hudzaifah dinyatakan di antaranya bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: “… dan janganlah kamu minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas dan perak, dan jangan pula kamu makan dengan piring yang terbuat darinya, karena keduanya untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk kita di akhirat kelak”. (Muttafaq’alaih).

4.7 Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Apabila seorang diantara kamu makan, hendaklah menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan jika lupa menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala pada awalnya maka hendaknya mengatakan : Bismillahi awwalihi wa akhirihi”. (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani). Adapun meng-akhirinya dengan Hamdalah, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah sangat meridhai seorang hamba yang apabila telah makan suatu makanan ia memuji-Nya dan apabila minum minuman ia pun memuji-Nya”. (HR. Muslim).

4.8 Tidak meniup makan yang masih panas atau bernafas di saat minum. Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya”. (HR. At-Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

4.9 Tidak berlebih-lebihan di dalam makan dan minum. Karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Tiada tempat yang yang lebih buruk yang dipenuhi oleh seseorang daripada perutnya, cukuplah bagi seseorang beberapa suap saja untuk menegakkan tulang punggungnya; jikapun terpaksa, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minu-mannya dan sepertiga lagi untuk bernafas”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Page 25: PUNYA IRA.docx

4.10 Hendaknya kamu tidak memulai makan atau minum sedangkan di dalam majlis ada orang yang lebih berhak memulai, baik kerena ia lebih tua atau mempunyai kedudukan, karena hal tersebut bertentangan dengan etika.

4.11 Jangan sekali-kali kamu melakukan perbuatan yang orang lain bisa merasa jijik, seperti mengirapkan tangan di bejana, atau kamu mendekatkan kepalamu kepada tempat makanan di saat makan, atau berbicara dengan nada-nada yang mengandung makna kotor dan menjijik-kan.

4.12 Jangan minum langsung dari bibir bejana, berdasarkan hadits Ibnu Abbas beliau berkata, “Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum dari bibir bejana wadah air.” (HR. Al Bukhari)