Ptk Pemasaran 1

53
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan den gan per kembangan il mu dan teknol ogi, pen did ikan ke ju ruan se nant ia sa be ru pa ya me lak uk an pe ny esua ia n te rhada p perkembangan zaman. Or ientasi kurikulum yang dilaksanakan ada lah pemenuhan per mintaan pasar, rancangan pendekatan pengembanganya mener apkan pendekat an akademi k, kecakap an hidup (lif e skill) ,kuri kulum berbasis kompet ensi (Co mpetency Based Curriculum), serta pendekatan kurikulum berbasis luas dan mendasar (Broad Based Curriculum). ompet ensi seseor ang dapa t dit unj ukkan dengan hasil ker ja atau karya, pen get ahuan, keterampilan, peri laku, karakter, si kap, moti !asi, dan"at au bakat nya. #ntuk membed akan penyanyi dan peluki s yang superior dengan rat a$rat a, misalny a, dapat dilihat dar i kary anya, yang berupa albu m dan lukisannya. Sedangkan untuk membedakan juru$taksir (%appr aisal& )super ior dengan rata$rata , yang tugas utama nya member ikan estimasi harga suatu barang ,adal ah penget ahuanny a akan harga barang . Sedang kan yang membedakan t ukang las su perior , misal nya' %o!er head  elder& dengan yang rata$rata adalah ketrampilannya menggunakan peralatan las untuk posi si dan tempat kerj a yang sangat suli t, seper ti kemampuan melas posi si di atas kepala. ari contoh$contoh di at as

Transcript of Ptk Pemasaran 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, pendidikan kejuruan senantiasa berupaya melakukan penyesuaian terhadap perkembangan zaman. Orientasi kurikulum yang dilaksanakan adalah pemenuhan permintaan pasar, rancangan pendekatan pengembanganya menerapkan pendekatan akademik, kecakapan hidup (life skill),kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum), serta pendekatan kurikulum berbasis luas dan mendasar (Broad Based Curriculum).Kompetensi seseorang dapat ditunjukkan dengan hasil kerja atau karya, pengetahuan, keterampilan, perilaku, karakter, sikap, motivasi, dan/atau bakatnya. Untuk membedakan penyanyi dan pelukis yang superior dengan rata-rata, misalnya, dapat dilihat dari karyanya, yang berupa album dan lukisannya. Sedangkan untuk membedakan juru-taksir (appraisal)superior dengan rata-rata, yang tugas utamanya memberikan estimasi harga suatu barang,adalah pengetahuannya akan harga barang. Sedangkan yang membedakan tukang las superior, misalnya: over head welder dengan yang rata-rata adalah ketrampilannya menggunakan peralatan las untuk posisi dan tempat kerja yang sangat sulit, seperti kemampuan melas posisi di atas kepala. Dari contoh-contoh di atas ditemukan bahwa yang membedakan antara mereka yang berkinerja superior dengan yang rata-rata bukan semata-mata tingkat intelegensi dan nilai akademis yang dimilikinya, tetapi keterampilannya mlakukan pekerjaan.Dalam pengembangan kompetensi khususnya kompetensi seorang penjual atau tenaga pemasaran diperlukan berbagai jenis kompetensi yang berhubungan dengan komunikasi, teknik menjual, promosi, negosiasi, konfirmasi, pengenalan produk dan sikap (attitude) dari seseorang. Untuk itu dalam mengembangkan kompetensi bidang pemasaran diperlukan upaya-upaya konkrit dalam penyampaian materi kepada siswa sehingga berbagai jenis materi yang harus dikuasai menjadi lebih hidup menarik dan mampu diimplementasikan dengan baik oleh peserta didik.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang pembelajaran prooduktif pemasaran. Hasil penelitian ini akan penulis laporakan dalam sebuah karya tulis ilmiah berjudul, " Proses Pembelajaran Produktif Pemasaran Materi Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan Dengan Metode Active Learning Type STAD (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012)."

B. Identifikasi Masalah

Dari permasalahan yang dikemukakan di atas penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan teknik Model Cooperatif learning type STAD di XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Bagaimanakah minat belajar Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan siswa kelas XI Pemasaran2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012 ?C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Untuk melaksanakan penelitian ini penulis perlu membatasi lingkup/penelitian, supaya penelitian yang penulis laksanakan tidak terlalu luas atau tidak keluar dan jalur yang dibahas. Penelitian ini terbatas hanya membahas pembelajaran Produktif Pemasaran materi Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan dengan Cooperatif Learning Type STAD pada siswa XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012.

Rumusan Masalah

Berdasar pada permasalahan-permasalahan di atas penulis menyusun rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut. Dapatkah Metode Belajar Coopeative Learning type STAD meningkatkan hasil pembelajaran Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan pada siswa kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012.D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui dapat tidaknya Metode Cooperatif Learning Type STAD meningkatkan hasil pembelajaran pada siswa Kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012.E. Manfaat Hasil Penelitian

Penulis berharap penelitian ini memiliki kegunaan baik secara teoretis maupun secara praktis.1.Secara TeoretisSecara teoretis bermanfaat untuk mendukung pembelajaran produktif pemasaran dan memperkaya teknik pembelajaran yang sudah ada.2.Secara PraktisSecara praktis bermanfaat bagi guru yaitu sebagai acuan atau model pembelajaian bahwa cooperative learning type STAD dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran produktif pemasaran.F. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut : Cooperative Learning Type STAD dapat meningkatkan hasil pembelajaran produktif pemasaran materi Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan pada siswa kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teoriHakekat Materi Melakukan Konfirmasi Keputusan pelanggan

1. Pengertian Konfirmasi Istilah konfirmasi apabila ditinjau dari segi etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Inggris, yaitu confirm atau confirmation yang berarti menguatkan, penguatan, atau pengesahan. Pengertian konfirmasi apabila dihubungkan dengan kegiatan bisnis, diantaranya untuk meminta kepastian kepada calon pelanggan apakah diteruskan ke tahap kesepakatan (closing) atau tidak. Berdasarkan hal tersebut, maka pengertian konfirmasi keputusan pelanggan berarti upaya yang dilakukan pengusaha untuk menguatkan dan memastikan untuk memperteguh hubungan interpersonal anatara pengusaha dan calon pelanggan.

Konfirmasi keputusan pelanggan ini sebenarnya dapat diketahui langsung pada saat terjadimya negosiasi yang dapat diperhatikan dari bahasa tubuh calon pelanggan. Namun, konfirmasi juga membutuhkan waktu apabila calon pelanggan menagguhkan negosiasi untuk beberapa hari sehingga pengusaha harus menanyakan kembali, bail, melalui surat, telepon, fax, email, atau menghadap langsung sesuai perjanjian dengan calon pelanggan. Untuk itu, apabila ditinjau dari segi bahasa tubuh, dala prose negosiasi ada konfirmasi dan diskonfirmasi. Konfirmasi adalah untuk melakukan peneguhan, sedangkan diskonfirmasi untuk penggagalan.

a. KonfirmasiKonfirmasi untuk melakukan pengesahan dan penguatan yang tujuannya untuk peneguhan hubungan antara penjual dan calon pembeli, dapat dilihat diantaranya dari hal hal berikut ini :

a. Direct acknouledgement

Direct acknouledgement adalah konfirmasi dengan pengakuan langsung dari calon pembeli yang diterima oleh penjual dan calon pembeli yang diterima oleh penjual pada saat terjadinya negosiasi.

b. Positive feeling

Adalah konfirmasi dengan pengungkapan perasaan positif terhadap produk yang ditawarkan yang disampaikan calon pembeli terhadap penjual saat terjadinya negosiasi.

c. Clarifying response

Adalah konfirmasi dengan respons dimana calon pembeli memperteguh kesetujuannya terhadap produk yang ditawarkan.

d. Agreeing response

Adalah konfirmasi dengan respons dimana calon pembeli memperteguh kesetujuaanya terhadap produk yang ditawarkan.

e. Supportive response (respons suportif)

Adalah konfirmasi dengan respons calon pembeli mengungkapkan pengertian, dukungan, atau memperkuat penjual.

b. Diskonfirmasi

Diskonfirmasi adalah kebalikan dari konfirmasi. Konfirmasi merupakan peneguhan hubungan, sedangkan diskonfirmasi adalah pemutusan atau penggagalan hubungan. Diskonfirmasi dapat diketahui dari respons berikut ini,

a. Targential response

Adalah diskonfirmasi dengan response sekilas.

b. Impersonal response

Adalah diskonfirmasi dengan respons memberikan komentar sambutan menggunakan kata ganti orang ketiga.

c. Impervious response

Adalah diskonfirmasi dengan respons kosong, tidak ,menghiraukan penjual sama sekali atau tidak meberikan sambutan verbal maupun nonverbal.

d. Irrelevant response

Adalah diskonfirmasi dengan respons tidak relevan dari calon pembeli.

e. Interrupting response

Adalah diskonfirmasi dengan respons interupsi atau calon pembeli. Memotong pembicaraan dan mengambil alih pembicaraan sebelum penjual selesai berbicara.

f. Incoherent response

Adalah diskonfirmasi dengan respons calon pembeli berbicara dengan kalimat kalimat yang kacau, rancu, tidak lengkap, dan seenaknya.

g. Incongruous response

Adalah diskonfirmasi dengan respons yang disampaikan calon pembeli antara perkataan dan pesan nonverbal bertentangan.

2. Komunikasi VerbalAktivitas paling sering dilakukan dalam sehari semalam adalah berkomunikasi. Komunikasi dapat dilakukan, baik dengan teman, guru, keluaraga, orang orang yang ditemui dalam perjalanan ataupun ditempat kerja. Semakin baik komunikasi seorang maka akan sebaik baik pula kepribadian dan pandangan hidupnya. Bahkan, sbagian ahli komunikasi mengatakan bahwa kesuksesan seseorang tergantung dari bagaimana cara ia berkomunikasi. Begitu pula dengan kegagalan seseorang dapat ditentukan dari kegagalannya dalam berkomunikasi. Ditinjau dari segi proses komunikasi, komunikasi

meliputi komunikasi dengan kata kata (verbal) dan komunikasi tidak dengan kata kata melainkan antara dengan isyarat tubuh (nonverbal).

1. Pengertian Komunikasi verbal

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communicare yag arti memberitahukan. Istilah ini berkembang ke dalam bahasa inggris menjadi communication yang artinya proses pertukaran informasi.\, konsep, ide, perasaan, dan lain antara dua orang atau lebih. Kemudian istilah ini di Indonesiakan menjadi komunikasi, yang berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

Dalam kamus Bahasa Indonesia,verbal berarti lisan sehingga komunikasi verbal dapat diartikan sebagai komunikasi lisan. Namun, berdasarkan ilmu komunikasi yang dimaksud dengan komunikasi verbal bukan hanya lisan saja, tetapi meliputi komunikasi lisan dan komunikasi tertulis.

Dalam komunikasi, bahasa diartikan sebagai lambang verbal. Dengan demikian komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan lambang bahasa dan media . selanjutnya, karena bahasa dapat disampaikan secara lisan atau tulisan,maka komunikasi verbal dapat diartikan sebagai komunikasi yang menggunakan bahasa lisan atau tulisan.

Dari uraian tersebut, secara lengkap komuikasi verbal dapat diartikan sebagai, proses penyampaian pikiran oleh komunikator krpada komunikan dengan menggunakan bahsa lisan atau tertulis. Komunikasi perorangan secara verbal biasanya dilakukan anatara dua orang. Dengan kata lain, yang dimaksud komunikasi perorangan secara verbal adalah komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain secara lisan maupun tertulis.

Menurut Barker, bahwa communication is a dynamic ever changing umending process by with people transmit information and feeling to other. Komunikasi adalah proses perubahan yang terus menerus antara orang orang untuk menyampaikan informasi, baik berupa suatu objek , ide, atau perasaan kepada orang lain.

2. Unsur - unsur komunikasiDr. Harold D Laswell menyebutkan bahwa ada lima komponen komunikasi yang terdiri atas who (siapa), says what (menyatakan apa), in which channel (melalui media yang mana), to whom (kepada siapa), dan with what effect (apa pengaruhnya). Pengertian komunikasi menurut Barker tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam berkomunkasi harus ada usnur unsur pelaku (people), pesan (object, idea, and feeling), media (process), dan tanggapan (dynamic ever changing).

a. People

People adalah komunikator yang menyampaikan pesan jika dala jual beli, berarti maksudnya adalah penjual. Komunikator dapat berupa perorangan maupun kelompok. Untuk dapat melakukan komunikasi dengan baik, seorang komunikator memiliki syarat syarat sebagai berikut :

1) Memiliki semangat

2) Bersifat kritis

3) Memiliki kepercayaan diri

4) Memiliki sikap dan tidnakan yang terpuji

5) Memelihara prose komunikasi yang sedang berlangsung

6) Menyadari kebiasaan kebiasaan yang berlebihan yang dipandangtidak baik, misalnya dalam hal ucapan, sikap maupun tindakan.

b. To other

To other adalah komunikan yang menerima pesan, misalnya calon pembeli yang menerima pesan tentang produk yang ditawarkan oleh penjual. Komunikan ini bisa individu, maupun kelompok. Namun, antara penjual dan calon pembeli dalam proses komunikasinya dapat saling bergantian sebagai komunikator dan sebagai komunikan. Jika ditinjau dari segi pelakunya maka komunikasi terbagi menjadi berikut ini.

1. Intrapersonal communication

Intrapersonal communication adalah komunikasi dengan pribadi atau individu masing masing. Saat sendirian, kita tidak berkata apa apa, namun hati kita tetap berbicara dan hal itu merupakan tingkat komunikasi dengan diri pribadi. Seiring kita mempertimbangkan sesuatu dengan bertanya pada hati kita sendiri dan menjawabnya sendiri. Sebagian ahli komunikasi berpendapat bahwa apabila kita ingin berjalan mulus dalam melakukan komunikasi dengan orang lain atau kelompok lain, sebelumnya kita harus dapat berkomunikasi terlebih dahulu dengan diri sendiri. Orang yang telah dapat berkomunikasi dengan dirinya sendiri tidak mungkin berkata, bersikap, bertindak, yang akan merugikan dan menyakitkan orang lain. Apabila kita telah dapat melakukan komunikasi pribadi, diharapkan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain akan lancar. Komunikasi intrapersonal ini merupakan awal timbulnya ide atau gagasan seseorang misalnya intropeksi diri, berpikir, berdoa, menulis surat, mendengarkan radio.

2. Interpersonal communication

Adalah komunikasi antarapribadi perseorangan atau komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Misalnya, berkomunikasi dengan pimpinan, dengan sesama kolega, atau antara seseorang penjual dan seorang calon pembeli.

3. Group communication

Adalah komunikasi kelompok, baik seseorang dengan kelompok maupun antarkelompok. Group communication terbagi membagi dua bagian, yaitu small group communication dan large group communication :

a. Small group communication

Adalah komunikasi kelompok kecil atau kelompok yang keanggotaannya masih dapat terhitung dan terkendalikan dalam proses komunikasinya, misalnya kelompok kerja symposium, dan seminar.

b. Large group communication

Adalah komunikasi kelompok besar yang keanggotaanya agak sulit untuk dikendalikan dan tidak dapat dihitung dengan mudah. Misalnya, kelompok pada saat kampanye partai, demo massa, dan tablig akbar.

4. Mass communication

Adalah komunikasi yang mempergunakan media massa. Misalnya, Koran, majalah, radio, internet, dan televisi. Pesan disampaikan c. Process (Proses)

proses adalah penyampaian pesan komunikasi dari komunikator kepada komunikan melalui media atau alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Media komunikasi tidak hanya berupa perangkat keras saja, tetapi juga terdiri atas perangkat lunak misalnya bahasa merupakan media komunikasi juga untuk media lebih jelasnya sebagai berikut:1. Media kominikasi berupa bahasa

Bahsa merupakan lambang-lambang huruf dan angka ataupun yang lainnya sebagai bunyi vocal yang mengandung makna. Apabila guru menilai arti bahwa anda mempunyai nilai A, maka lambang A tersebut mempunyai makna dan vocal tersendiri yang membedakan dengan B atau C. rangkaian dari lambang-lambang huruf tersebut menjadi bahasa yang dapat diterima aloeh komunikan. Untuk itu, bahsa merupakan sebagai media alat komunikasi bentuk software. Bahsa adalah alat terpenting dalam proses komunikasi, sekalipun peralatan canggih yang digunakan untuk berkomunikasi jika bahsa yang digunakan tidak baik, maka komunikasi itu kemungkinan besar akan gagal. Seperti halnya peribahasa bahasa meupakan bangsa, artinya bahsa dapat mencerminkan kepribadian seseorang.

2. Media komunikasi berupa alat

Media komunikasi berupa alat merupakan sarana komunikasi berupa perangkat keras yang digunakan untuk berkomunikasi. Apabila ditinjau dri wujudnya, media komunikasi itu dapat berupa audio, visual, dan audio visual.

a. Audio

Audio merupakan media komunikasi yang dapat didengar, misalnya, radio, telepon selular, telepon rumah, tape recorder, dsb.

b. Visual

Visual merupakan media komunikasi yang dapat dilihat, misalnya, Koran, majalah, buku, faksimile, surat, internet, dsb.

c. Audio visual

Audio visual merupakan media komunikasi yang dapat didengar dan dilihat, misalnya, televise dan teleks.

Proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dinamakan dengan Encode. Prose penerimaan pesan oleh komunikan dari komunikator disebut Decode. Encode dan decode berlangsung saling bergantian.

d. Information

Informasi adalah pesan ( message ) yang disampaikan oleh komunikator. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi apabila ditinjau dari segi penyampaiannya dapat berupa

pesan verbal dan pesan nonverbal.

1. Pesan verbal

Pesan verbal merupakan pesan berupa kata kata atau bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2. Pesan Nonverbal

Pesan nonverbal merupakan pesan yang bukan kata kata, melainkan isyara ataug erak.Apabila ditinjau dari segi isinya, pesan komunikasi terbagi atas tiga bagian,yaitu :1. Berisi tentang suatu objek

Pada pesan komunikasi ini isi berupa suatu hal tertentu yang dibicarakan antara komunikator dan komunikan.

Misalnya : masalah harga barang atau penjual mengkorfimasikan kepastian pembeli oleh calon pelanggan.

2. Berisi tentang suatu ide

Pada pesan komunikasi ini, isi berupa gagasan atau juga argument. Misalnya : masalah strategi perubahan tata letak toko.

3. Berisi tentang ungkapan perasaan

Pada pesan komunikasi ini, isi berupa ungkapan perasaan. Misalnya, ungkapanketertarikan, dan ketidaktertarikan calon pembeli terhadap barang yang ditawarkan, ungkapan sedih, ungkapan gembira.

Pesan adalah sesuatu yang berupa pikiran atau perasaan yang disampaikan oleh komunikatorkepada komunikan. Sementara, bentuk bentuk pesan yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu, informative, persuasive, dan koersif.

Bentuk bentuk pesan :

1. Informatif adalah pesan yang bersifat memberikan keterangan keterangan (fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulandan keputusan sendiri.

2. Persuasif adalah pesan yang berupa bujukan yang berusaha membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang disampaikan oleh komunikator akan memberikan perubahan sikap.

3. Koersif adalah pesan yang bersifat memaksa dan menggunakan sanksi sanksi apabila tidak dilaksanakan. Bentuk koersif yang paling popular adalah agitasi dengan penekanan penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di kalangan public. Pesan ini dapat berupa perintah perintah, instruksi, dan sebagainya. e. Dynamic Ever Changing

Adalah bahwa dalam proses komunikasi itu harus selalu ada perubahan yang terus menerus dan dinamis dari pihak komunikator dan komunikan. Perubahan yang diharapkan dalam komunikasi adalah perubahan gerak tubuh dan pemikiran.

1. Perubahan gerak tubuh

Perubahan ini adalah perubahan gerak normal tubuh saat terjadi komunikasi. Hal ini bertujuan agar proses komunikasi tidak bersifat monoton. Untuk itu, dalam berkomunikasi harus disertai dengan gaya gerak, isyarat tangan. Namun, gerakan itu diharapkan adalah gerakan normal tubuh, bukan gerak yang berulang ulang karena suatu penyakit atau sesuatu hal. Misalnya, gerakan menggaruk garuk tangan karena gatal dan gelisah saat duduk karena ingin buang hajat.

2. Perubahan pemikiran

Perubahan ini merupakan perubahan pemikiran yang dihasilkan dari proses komunikasi, misalnya perubahan dari yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, yang sebelumnya paham menjadi tidak paham. Oleh sebab itu, dalam berkomunikasi harus menggunakan bahasa yang komunikatifagar dapat dipahami oleh kedua belah pihak.

Dari perubahan peruabahan pemikiran tersebut, maka akan timbul tanggapan (respon) dari pihak komunikan. Tanggapan ini timbul karena komunikan mengerti tentang apa yang disampaikan. Tanggapan yang disampaikan dapat berupa respon ucapan, sikap dan tindakan.

1. Respons ucapan atau Adalah tanggapan yang diberikan komunikan terhadap komunikator berupa jawaban bahasa, baik lisan maupun tulisan. Misalnya pimpinan meminta karyawan untuk membereskan pengadministrasian transaksi, karyawan akan menjawab ya saya bereskan, besok pagi udah selesai, Pak! jawaban karyawan tgersebut merupakan respons ucapan.

2. Respons sikap

adalah tanggapan yang diberikan komunikan kepada komunikator berupa sikap. Misalnya, pimpinan memarahi karyawan tanpa jelas/tanpa alasan, karena kesalnya terhadap pimpinan maka karyawan beriskap acuh dan dingin terhadap pimpinan, seperti tidak saling sapa.

3. Respons tindakan

Adalah tanggapan yang diberikan komunikan kepada komunikator berupa tindakan nyata. Misalnya, pimpinan meminta karyawannya melakukan sesuatu, tanpa berkata kata karyawan tersebut langsung mengerjakannya. Contoh lainnya, seorang karyawan diberi surat tugas, setelah membaca surat karyawan tersebut langsung melaksanakannya.

Komponen komponen komunikasi menurut Barker diatas pada intinya sama dengan yang diungkapan Dr. Harold D Laswell yangmenyebutkan bahwa ada lima komponen komunikasi yang terdiri dari :

1. Who (siapa)

Komponen pertama adalah siapa yang melakukan komunikasi. Siapa yang melakukan komunikasi akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proses komunikasi.

2. Says what ( menyatakan apa)

Says what menyatakan pesan atau isi yang akan disampaikan. Ada tingkatan kesulitan yang berbeda dalam menyampaikan atau menanggap isi pesan.

3. In which chanenel (melalui media mana)

pa yang akan disampaikan juga mempengaruhi media yang akan dipilih untuk menyatakan pesan.

4. To whom (kepada siapa)

Siapa yang akan menjadi sasaran atau kepada siapa pesan akan disampaikan. Hal ini akan membuat orang yang mengirimkannya menyesuaiakan dengan kemampuan orang yang menangkap pesan dalam lambang komunikasi.

5. With what effect (apa pengaruhnya)

Pengaruh atau perubahan perubahan yang telah terjadi setelah pesan atau informasi disampaikan. Suatu pesan atau informasi akan menimbulkan pengaruh tertentu.

Hakekat Cooperative Learning

Dewasa ini penggunaan secara efektif keterampilan-keterampilan tocperatif menjadi semakin penting agar berhasil menghadapi tantangan lapangan kerja yang berorientasi pada tim, sehingga arah pembelajaran seharusnya difokuskan pada belajar (learn) seperti yang ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1996 bahwa pembelajaran pada abad 21 haruslah didasarkan pada empat pilar yaitu Learning to know, Learning to Do, Learning to Be, Learning to Live Together, yang semuanya itu terdapat dalam model pembelajaran kooperatif.Mengingat semakin pentingnya interaksi kooperatif, penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pendidikan menjadi sangat penting. Tidaklah cukup bagi siswa Akuntansi mempelajari Akuntansi saja, tetapi mereka juga harus belajar keterampilan-keterampilan untuk bekerja dalam tim. Keterampilan-keterampilan ini perlu bagi anggota tim agar dapat bekerja sama secara produktif.Slavin (dalam Lasmawan, 1997), mengatakan bahwa belajar kooperatif (cooperative Learning) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang terdiri 4-6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (dalam Juliati, 2000) mengatakan bahwa model Cooperative Learning yaitu suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus di rancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama berlangsungnya proses pembelajaran.Menurut Lie (2004), terdapat lima elemen dasar dalam belajar kooperatif yaitu :1.saling ketergantungan (Positif Independence)Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggota-anggotanya. Dalam interaksi kooperatif guru menciptakan suasana belajar yang mendorong anak-anak untuk saling membutuhkan. Interaksi yang paling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan.2.tatap Muka (Interaction Face to Face)Dalam interaksi kooperatif menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dengan saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog dan mengembangkan komunikasi yang efesien.3.tanggung jawab perseorangan (Personal Responsibility)Dalam kelompok kooperatif, tiap anggota kelompok dituntut untuk memberikan andil bagi keberhasilan kelompoknya.4.komunikasi antar anggota (Communication with Members)Unsur ini menghendaki agar pembelajaran dibekali dengan berbagai keterampilan komunikasi. Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan social seperti tenggang rasa, bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide orang lain, berani mempertahankan pikiran yang logis dan berbagai keterampilan yang bermanfaat untuk menjalin hubungan Inter Personal secara sengaja diajarkan dan dilatih.5.evaluasi proses kelompok (Team Process Evaluation)Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bias bekerjasama dengan lebig efektif waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bias diadakan beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam kegiatan kooperatif.Belajar Cooperatif Learning merupakan salah satu strategi belajaralternatif yang merupakan perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal, yangtujuannya adalah :1. memberi kesempatan setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional.2. mengembangkan sikap social dan semangat gotong royong dalam kehidupan.3. mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap anggota merasa diri sebagai badian kelompok yang bertanggung jawab.4. mengembangkan kemampuan kepemimpinan-kepemimpinan pada setiap anggota kelompok dalam memecahkan masalah kelompok(Dimyati dan Mujiono, 1999)B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Diki Suwarjilki, mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Siliwangi, angkatan tahun 2002. Diki Suwarjilki meneliti Proses pembelajaran Ekonomi Khususnya Akuntansi pada siswa kelas XI SMK Mitra Batik Tasikmalaya.

Diki Suwarjilki menyimpulkan hasil penelitiannya yaitu, dengan variasi metode pengajaran yang baik dapat diperoleh hasil belajar yang memuaskan terutama bagi siswa yang memiliki tingkat kecerdasan dan intelektual tinggi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah Model Cooperative Learning Type STAD yang digunakan dalam pembelajaran Produktif Pemasaran materi Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan pada siswa kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2011.B. Setting Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian ini di Kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012. penulis melaksanakan penelitian dilapangan yaitu dengan melakukan pembelajaran dengan menerapkan teknik mengajar yang dimaksud langsung dikelas dengan setting kelas sebagai berikut pertama siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, dan kemudian secara bertahap siswa melaksanakan tugas pembelajaran secara individu.

Adapun waktu penelitian adalah pada jam pelajaran Melakukan konfirmasi Keputusan Pelanggan di kelas XI Pemasaran 2 yaitu selama 2 Jam pelajaran pada hari rabu 28 September 2011 pada jam pelajaran ke 3 dan ke 4.

Subjek penelitian ini adalah siswa XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik Tes

Dengan teknik ini penulis melaksanakan tes awal dan tes akhir pada siswa Kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012.

2. Teknik Observasi

Dengan teknik ini penulis mengobservasi kegiatan belajar siswa, sikap siswa juga hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Teknik Wawancara

Dengan teknik ini penulis mewawancarai siswa tentang sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan dengan teknik cooperative learning.D. Prosedur Penelitian Tindakan

Karena penelitian ini berupa tindakan kelas yang memiliki karakteristik khusus, yaitu :1. mengembangkan rencana kritis untuk memperbaiki apa yang ada ;2. melakukan tindakan untuk mengimplementasikan rencana ;3. mengobservasi akibat tindakan dalam konteksnya ;4. merefleksikan akibat ini sebagai dasar perencanaan lebih lanjut.Maka pada pelaksanaannya dilakukan beberapa siklus. Satu siklus terdiri dari tiga komponen penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu rencana, penerapan tindakan atau observasi dan refleksi.Pada siklus pertama mempelajari materi Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan dengan materi Pengertian Konfirmasi dan Komunikasi Verbal, siklus yang kedua dan ketiga memperbaiki kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya.

Adapun siklus penelitian tindakan kelas yang dilakukan tergambar sebagai berikut :

(Sutarno, FKIP/PPSP-LPP Universitas Sebelas Maret : 2008)

E. Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan dari teknik pembelajaran yang dilaksanakan di kelas adalah ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar dan peningkatan antusiasme siswa selama proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan % nilai siswa hasil belajar sebelum dan sesudah penggunaan teknik yang diteliti.

F. Metode Analisis Data

Dalam PTK ini, prosedur pengumpulan data dilakukan melalui langkah -langkah sebagai berikut:1.tahap PerencanaanPada tahap ini mengidentifikasi masalah pada saat kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sedang berlangsung. Kemudian membuat perencanaan tindakan.2.tahap Persiapan Tindakan1) Pada tahap persiapan pelaksanaan dilakukan pembuatan RPP, mempersiapkan sarana pembelajaran, mempersiapkan instrument PTK seperti format angket.2) Tahap Pelaksanaan TindakanPada tahap ini model pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan beberapa langkah sebagai berikut:a.guru menyampaikan materi pembelajaran .atau permasalahan kepadasiswa sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.b.guru memberikan tes / kuis kepada setiap siswa secara individualsehingga akan diperoleh skor awal.c.guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5- 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda - beda (tinggi. sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras,budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.d.bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompokuntuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipeSTAD, biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.e.guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materipembelajaran yang telah dipelajari.f.guru memberikan tes / kuis kepada setiap siswa secara individual.g.guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehannilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skorkuis berikutnya.3) ObservasiPada tahap ini, guru memberikan tanggapan setelah siswa selesai diskusi.4) EvaluasiPada tahap ini akan didapatkan hasil persentase minat siswa pada setiap siklus. 1. RefleksiPada tahap ini, berdasarkan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, peneliti menemukan permasalahan yang muncul selama terjadinya proses pembelajaran. Dan diuraikan pula saran - saran perbaikan yang direfleksikan berdasarkan hasil observasi pada setiap siklus. b. Pengolahan DataUntuk keperluan analisis, dari data minat siswa diolah dengan dicari persentase. Dalam setiap siklus selama pembelajaran, ada beberapa tingkatpenentuan minat siswa, yaitu : 90 % sampai 100 % dikatakan tinggi sekali, 70 % sampai 90 % dikatakan tinggi, 40 % sampai 70 % dikatakan sedang, 20 % sampai 40 % dikatakan rendah, dan 0 sampai 20 % dikatakan kecil.Adapun perhitungan persentase untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan ketentuan sebagai berikut:

Dimana : A = Jumlah Aspek minat belajar siswaB = Jumlah keseluruhan siswa (Ridwan, 1999)Kriteria terhadap minat belajar siswa (dalam %)0 20

= Kecil

20 40

= Rendah

40 70

= Sedang

70 90

= Tinggi

90 100= Sangat Tinggi

Sumber data : Ruseffendi (Guilford : 1956)BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Selintas tentang Setting Penelitian

Penelitian ini penulis laksanakan di Kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 38 orang. Pada pelaksanaan penelitian kelas dibagi kedalam 7 kelompok yang terdiri dari 5 6 orang dengan kemampuan yang berbeda-beda. Materi yang telah disiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. B. Uraian Penelitian Secara Umum

Ada beberapa langkah dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu sebagai berikut:1. sebelumnya guru memberikan apersepsi dengan mengabsen siswa dan menanyakan kembali materi sebelumnya. Kemudian memberikan batasan masalah mengenai materi yang akan dipelajari. Kemudian memberikan motivasi, dalam memotivasi siswa penulis memberitahukan manfaat mempelajari materi ini jika dihubungkan dengan kehidupan sehari - hari;2. siswa dibagi dalam 6 kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa dengankemampuan yang berbeda - beda (tinggi, sedang, dan rendah);3. bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untukmencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanyadigunakan untuk penguatan pemahaman materi;4. guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, danmemberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari;5. guru memberikan tes / kuis kepada setiap siswa secara individual;6. guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilaipeningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.Prosedur pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD seperti yang diuraikan di atas dilaksanakan juga pada siklus kedua sampai ketiga. Yang membedakan pada siklus kedua sampai ketiga yaitu pada motivasi, guru memberikan pre test pada sub pokok bahasan atau materi yang dipelajari pada tiap-tiap siklus pembelajaran. Pada siklus pertama mempelajari materi tentang Pengertian konfirmasi dan Komunikasi verbal, siklus yang kedua dan ketiga memperbaiki kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya.

1) Siklus I1.Perencanaan terdiri dari:a.Identifikasi Masalah Kurang ada respon dari siswa. Kurang seriusnya siswa dalam proses KBM.b.Perencanaan TindakanMenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.2.Persiapan Tindakan terdiri dari :a. menyiapkan pelaksanaan; membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi langkah langkah kegiatan dalam pembelajaran di samping bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan; mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan. Sarana pembelajarannya berupa buku paket;

mempersiapkan instrument PTK , misalnya untuk mengobservasi proses, kegiatan, dan hasil pembelajaran. Hendaknya peran dari setiap kolaborator dideskripsikan dengan jelas agar didalam pelaksanaan mereka dapat berperan secara optimal, b. Pelaksanaan TindakanModel pembelajaran yang digunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan beberapa langkah sebagai berikut: sebelumnya guru memberikan apersepsi dengan mengabsen siswa dan menanyakan kembali materi sebelumya. Tujuannya untuk mengetahui kehadiran siswa dan melihat seberapa jauh siswa memahami materi yang sudah dipelajari. Kemudian memberikan batasan masalah mengenai materi yang akan dipelajari. Kemudian memberikan motivasi,dalam memotivasi siswa, penulis memberitahukan manfaat mempelajari materi ini jika dihubungkan dengan kehidupan sehari - hari; siswa dibagi dalam 6 kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda - beda (tinggi, sedang, dan rendah);bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi; guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari; guru memberikan tes / kuis kepada setiap siswa secara individual; guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan peserta didik bersama - sama membuat kesimpulan tentang materi yang dipeiajari, guru memberikan tugas (PR) dan menyampaikan materi pada pertemuan yang akan datang. Kemudian guru memberikan post test berupa tes tertulis tentang materi dengan tujuan melihat sejauh mana kemampuan siswa setelah mempelajari materi.c.ObservasiPada tahap ini guru memberikan tanggapan setelah siswa selesai diskusi dan guru dibantu oleh teman sejawat sebagai observer yang tugasnya mengamati proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung menyangkut semua variable yang berhubungan dengan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.d.EvaluasiTabel 4.1 Persentase Hasil Minat Belajar Siswa Pada Siklus IAspek Minat Belajar SiswaJumlah SiswaPersentase

Kemauan dalam belajar o Bertanya722,22 %

Pengembangan penalaran deduktif o Menjawab pertanyaan1037,04 %

Keberanian menyampaikan gagasan dan minat o Memberikan pendapat829,62 %

Kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur o Mengikuti aturan dalam pembelajaran1037,04 %

Dari kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat mereka, setelah di evaluasi ternyata pada siklus I, minat siswa dalam belajar masih rendah. 2) Siklus II1. Persiapan Tindakan terdiri dari:a. Menyiapkan pelaksanaan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi langkah - langkah kegiatan dalam pembelajaran dan kegiatan yang lebih menekankan pada pengaturan pengalokasian waktu, guru berperan sebagai fasilitator, dan pemberi motivasi pada siswa, serta bersikap lebih tegas; mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan. Sarana pembelajarannya berupa buku paket;mempersiapkan instrument PTK , misalnya untuk mengobservasi proses, kegiatan, dan hasil pembelajaran. Hendaknya peran dari setiap kolaborator dideskripsikan dengan jelas agar didalam pelaksanaan mereka dapat berperan secara optimal,

b. Pelaksanaan tindakanModel pembelajaran yang digunakan pembelajaran kooperatif tipe STADdengan beberapa langkah sebagai berikut: sebelumnya guru memberikan apersepsi dengan mengabsen siswa dan menanyakan kembali materi sebelumya. Tujuannya untuk mengetahui kehadiran siswa dan melihat seberapa jauh siswa memahami materi yang sudah dipelajari. Kemudian memberikan batasan masalah mengenai materi yang akan dipelajari. Kemudian memberikan motivasi, dalam memotivasi siswa, penulis memberikan pre test pada siswa hal ini bertujuan untuk melihat kesiapan siswa dalam menerima materi dan melihat kemampuan siswa sebelum dijelaskan materi, apakah siswa sudah memahaminya dan melihat siswa apakah mereka belajar di rumah; siswa dibagi kelompok yang sama dengan pertemuan sebelumnya, terdiri dari 5 - 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda - beda (tinggi, sedang, dan rendah); bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi; guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari; guru memberikan tes / kuis kepada setiap siswa secara individual; guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan peserta didik bersama sama membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari, guru memberikan tugas (PR) dan menyampaikan materi pada pertemuan yang akan datang. Kemudian guru memberikan post test berupa tes tertulis tentang materi dengan tujuan melihat sejauh mana kemampuan siswa setelah mempelajari materi. c. ObservasiPada tahap ini, guru memberikan tanggapan setelah siswa selesai diskusi dan guru dibantu oleh teman sejawat sebagai observer yang tugasnya mengamati proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung menyangkut semua variable yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran.d. EvaluasiTabel 4.3 Persentase Hasil Minat Belajar Siswa Pada Siklus IIAspek Minat Belajar SiswaJumlah SiswaPersentase

Kemauan dalam belajar

o Bertanya1970,36 %

Pengembangan penalaran deduktif

o Menjawab pertanyaan1659,27 %

Keberanian menyampaikan gagasan dan minat

o Memberikan pendapat2274,07 %

Kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur

o Mengikuti aturan dalam proses pembelajaran2385,19 %

Dari kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat mereka, setelah di evaluasi ternyata pada siklus II, minat siswa dalam belajar ada peningkatan yang cukup tinggi.3) Siklus III1. Persiapan Tindakan terdiri dari :

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran dan kegiatan yang lebih menekankan pada pengaturan pengalokasian waktu, guru membimbing siswa, untuk mengatur pembagian tugas dengan merata guru menyuruh siswa untuk belajar dirumah, dan perbaikan penguasaan kelas; mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan. Sarana pembelajarannya berupa buku paket;

mempersiapkan instrument PTK , misalnya untuk mengobservasi proses, kegiatan, dan hasil pembelajaran. Hendaknya peran dari setiap kolaborator dideskripsikan dengan jelas agar didalam pelaksanaan mereka dapat berperan secara optimal.

b. Pelaksanaan tindakanModel pembelajaran yang digunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan beberapa langkah sebagai berikut:sebelumnya guru memberikan apersepsi dengan mengabsen siswa dan menanyakan kembali materi sebelumya. Tujuannya untuk mengetahui kehadiran siswa dan melihat seberapa jauh siswa memahami materi yang sudah dipelajari. Kemudian memberikan batasan masalah mengenai materi yang akan dipelajari. Kemudian memberikan motivasi,dalam memotivasi siswa, penulis memberikan pre test pada siswa hal ini bertujuan untuk melihat kesiapan siswa dalam menerima materi dan melihat kemampuan siswa sebelum dijelaskan materi, apakah siswa sudah memahaminya dan melihat siswa apakah mereka belajar di rumah;guru menyuruh siswa untuk belajar dirumah, dan perbaikan penguasaan kelas; mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan. Sarana pembelajarannya berupa buku paket;

mempersiapkan instrument PTK , misalnya untuk mengobservasi proses, kegiatan, dan hasil pembelajaran. Hendaknya peran dari setiap kolaborator dideskripsikan dengan jelas agar didalam pelaksanaan mereka dapat berperan secara optimal.b. Pelaksanaan tindakanModel pembelajaran yang digunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan beberapa langkah sebagai berikut:sebelumnya guru memberikan apersepsi dengan mengabsen siswa dan menanyakan kembali materi sebelumya. Tujuannya untuk mengetahui kehadiran siswa dan melihat seberapa jauh siswa memahami materi yang sudah dipelajari. Kemudian memberikan batasan masalah mengenai materi yang akan dipelajari. Kemudian memberikan motivasi,dalam memotivasi siswa, penulis memberikan pre test pada siswa hal ini bertujuan untuk melihat kesiapan siswa dalam menerima materi dan melihat kemampuan siswa sebelum dijelaskan materi, apakah siswa sudah memahaminya dan melihat siswa apakah mereka belajar di rumah; siswa dibagi kelompok yang sama dengan pertemuan sebelumnya,terdiri dari 5-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda - beda (tinggi, sedang, dan rendah); bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompeter.si dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi; guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari; guru memberikan tes / kuis kepada setiap siswa secara individual;guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru dan peserta didik bersama - sama membuat kesimpulan tentang materi yang dipelajari, guru memberikan tugas (PR) dan menyampaikan materi pada pertemuan yang akan datang. Kemudian guru memberikan post test berupa tes tertulis tentang materi dengan tujuan melihat sejauh mana kemampuan siswa setelah mempelajari materi. c. ObservasiPada tahap ini, guru memberikan tanggapan setelah siswa selesai diskusi dan guru dibantu oleh teman sejawat sebagai observer yang tugasnya mengamati proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung menyangkut semua variable yang berhubungan dengan kegiatan siswa dalam mengikuti pelajaran.d. EvaluasiTabel 4.3 Persentase Hasil Minat Belajar Siswa Pada Siklus IIAspek Minat Belajar SiswaJumlah SiswaPersentase

Kemauan dalam belajar

o Bertanya2592,59 %

Pengembangan penalaran deduktif

o Menjawab pertanyaan2281,48 %

Keberanian menyampaikan gagasan dan minat

o Memberikan pendapat2488,88 %

Kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur

o Mengikuti aturan dalam proses pembelajaran2696,30 %

Dari kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat mereka, setelah di evaluasi ternyata pada siklus III, minat siswa dalam belajar ada peningkatan tinggi.C. Hasil PenelitianDari hasil evaluasi PTK pada setiap akhir siklus dapat dilihat persentase minat belajar siswa. Dapat dilihat rata-rata persentase tersebut terlihat pada table berikut :

Tabel. 4.6

Minat Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Siklus PembelajaranMinat Belajar Siswa (%)

Siklus I32,65 %

Siklus II75,20 %

Siklus III90,00 %

D. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan atas dasar hasil observasi terhadap pelajaran Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan di Di Kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012. Dengan tujuan melihat minat belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran Melakukan Konfirmasi Keputusan pelanggan secara berkelompok {Cooperative Learning) dengan tipe STAD. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa :1. Penerapan model kooperatif tipe STAD yang dilakukan adalah dengan menerapkan beberapa siklus dalam proses pembelajaran. Setiap masing -masing siklus terdapat perencanaan tindakan, persiapan tindakan, dan refleksi. Hal ini dimaksudkan untuk menemukan dan memecahkan permasalahan yang muncul selama terjadinya proses pembelajaran dan diuraikan pula saran - saran perbaikan yang di refleksikan berdasarkan hasil observasi.2. Dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dapat diketahui bahwa minatbelajar siswa sebelum menerapkan model kooperatif tipe STAD yang terdapatdalam siklus I dan siklus II sangat rendah yaitu 27,78% dan 22,22%.Sedangkan minat belajar siswa setelah menerapkan model kooperatif tipe STAD yang terdapat dalam siklus I, II, dan III terjadi peningkatan yang cukup signifikan, yaitu pada siklus I sebesar 30,55%, siklus II sebesar 72,22%, dan siklus III sebesar 89,81%.3. Dalam proses pembelajaran, minat mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan belajar. Menurut Oemar Hamalik (suudiyah, 2001 :19), kurangnya minat dalam belajar menyebabkan kurangnya perhatian dalam usaha belajar sehingga semua itu akan menghambat studinya. Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari setiap siklus dapat dilihat dengan menggunakan pembelajaran Cooperatif Learning tipe STAD, temyata minat belajar siswa yang ditunjukkan oleh siswa meningkat pada siklus II samapai dengan siklus III. Pada siklus I minat belajar siswa masih rendah, pada siklus II minat belajar siswa ada sedikit peningkatan, dan pada siklus III minat belajar siswa terjadi peningkatan yang cukup tinggi. Hal ini berarti adanya keberhasilan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Dalam proses KBM terjadi perubahan yang besar antara minat belajar siswa dalam belajar sebelum dan setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD . Perubahan itu terjadi dilihat dari minat belajar siswa pada waktu bertanya atau menjawab pertanyaan. Sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tidak ada minat siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan. Jadi sikap kritis dan keingintahuan siswa dalam belajar sangat rendah. Siswa yang belum terbiasa belajar sama - sama dengan teman kelompoknya, sangat terlihat kurang adanya minat untuk mengerjakan bahan pelajaran, jadi apa yang seharusnya dikerjakan bersama kelompoknya, ternyata siswa itu mengerjakan sendiri. Tapi setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa mulai timbul minat untuk bekerja saraa di dalam kelompoknya, karena ada rasa senang yang dimiliki dalam belajar berkelompok, maka timbullah keinginan atau minat untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan bila ditanya bersedia atau berminat untuk menjawab pertanyaan. Dari adanya rasa senang dan minat yang dimiliki oleh siswa, akan terlihat sikap kritis dan keingintahuan siswa dalam belajar ada peningkatan. Menurut Dayles Fruyer (Wayan dan Sumartana, 1986 : 229), minat merupakan gejala psikis yang berkaitan dengan obyek, aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada dirl individu. Jadi minat itu berhubungan dengan rasa senang sehingga dalam belajar perlu adanya rasa senang, agar hasil belajarnya baik. Dari pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat dilihat perubahan yang sangat besar, bahwa dengan mempelajari Melakukan Konfirmasi Keputusan pelanggan khususnya dengan menerapkan model pembelajaran ini kecil kemungkinan siswa masih menganggap kalau pelajaran Melakukan Konfirmasi Keputusan pelanggan merupakan suatu pelajaran yang sulit. walaupun tingkat pemahaman berbeda dari tiap siswa tapi dengan model pembelajaran ini penulis tidak melihat perbedaan itu. Dari hasil PTK yang didapat dan pembahasan yang telah di uraikan dapat dilihat bahwa terbukti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat belajar siswa.E. Pembuktian Hipotesis Tindakan

Setelah penulis menjabarkan dan menggambarkan analisis proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini, penulis dapat menyatakan bahwa hipotesis tindakan yang penulis ajukan dapat dibuktikan kebenarannya juga dapat dipertanggungjawabkan. Data-data yang rnembuktikan bahwa hipotesis ini terbukti kebenarannya yaitu sebagai berikut.

Perolehan nilai proses belajar siswa dan siklus satu, dua, dan Siklus tiga selalu ada perubahan dan peningkatan. Bila penulis simpulkan minat belajar pada pada siklus I sebesar 30,55%, siklus II sebesar 72,22%, dan siklus III sebesar 89,81%.Dengan bukti-bukti data persentase di atas, penulis dapat menyatakan bahwa hipotesis tindakan dalam penelitian ini diterima. Artinya, Model Pembelajaran Cooperative Learning Type STAD dapat meningkatkan Minat Belajar Siswa pada Materi Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan di kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang diperoleh, dapat disimpulkan bahvva :1. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapatdilihat perubahan yang sangat besar, bahwa dengan mempelajari Produktif Pemasaran khususnya dengan menerapkan model pembelajaran ini kecil kemungkinan siswa menganggap kalau pelajaran Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan merupakan suatu pelajaran yang sulit. Dari hasil PTK yang di dapat dan pembahasan yang telah di uraikan dapat dilihat bahwa terbukti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat belajar siswa.2. Dalam penerapan model kooperatif tipe STAD dengan menggunakan beberapa siklus, proses pembelajaran menjadi lebih terarah dari sebelum memulai pembelajaran di kelas sampai dengan akhir pembelajaran.3. Adanya peningkatan minat belajar siswa setelah menerapkan model kooperatif tipe STAD.B. Saran

Berdasarkan penelitian dan diperolehnya kesimpulan di atas, penulis mengemukakan saran berikut.1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karena itu. bagi guru mata pelajaran Produktif Penjualan, model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan sebagai salah satu alternative model pembelajaran untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa.2. Agar kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif. maka rencana pembelajaran harus dibuat secara jelas disesuaikan dengan model pembelajaran yang akan digunakan.DAFTAR PUSTAKAAd. Rooijakkers. (1991). Mengajar dengan Sukses. Jakarta : Grasindo.Alipandi I. (1984). Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya : UsahaNasional. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta : Rineka Cipta. Aulia, Nur. (2003). Penerapan Startegi Belajar Kooperatif Tipe Student TeamsAchievement Division (STAD dalam Upaxa Meiungkatkan Hasil Belajar Matematika). Skripsi UPI : Bandung. Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : RinekaCipta. Erman S. (2003). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika (Contextual Teaching and Learning, CTL). Makalah pada Diklat CTL bagi Guru-Guru Jabar : Depdikbud.Hamalik, Oeinar. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Hariyanto. (2001). Perbandingan Hasil Belajar Antara Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Model Tradisional di Kelas 2 MAN Jember. Tesis PPS UPI :Tidak dipublikasikan. Kadir, Abdul. (2Q00). Penerapan Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Tesis PPS UPI: Tidak dipublikasikan.DAFTAR ISI

ABSTRAK ..i

KATA PENGANTAR ..ii

DAFTAR ISI iv

BAB IPENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah ..2

B. Identifikasi Masalah .3

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .3

D. Tujuan Penelitian 4

E. Manfaat Hasil Penelitian .4

F. Hipotesis Tindakan 5

BAB IIKAJIAN PUSTAKA .

A. Kajian Teori ..6

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan 13

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian 14

B. Setting Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian 14

C. Metode Pengumpulan Data 15

D. Prosedur Penelitian Tindakan 15

E. Kreteria Keberhasilan 17

F.Metode Analisis Data 17

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Selintas tentang Setting Penelitian 21

B. Uraian Penelitian Secara Umum 21

C. Hasil Penelitian 32

D. Proses Analisis Data ..32

E. Pembahasan ..36

F. Pembuktian Hipotesis Tindakan ..36

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .38

B. Saran-saran ..39

DAFTAR PUSTAKA ..40

LAMPIRAN - LAMPIRAN

PROSES PEMBELAJARAN PRODUKTIF PEMASARAN MATERI MELAKUKAN KONFIRMASI KEPUTUSAN PELANGGANDENGAN METODE ACTIVE LEARNING TYPE STAD

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA KELAS XI PEMASARAN 2 SMK NEGERI 1 TASIKMALAYA TAHUN PELAJARAN 2011/2012)PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Diajukan untuk menyempurnakan proses belajar mengajar

Pada mata pelajaran Produktif Pemasaran di SMK Negeri 1 Tasikmalayaoleh

NENI ROSTINI, S.PdNIP. 19730405 200604 2 019

DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 TASIKMALAYATASIKMALAYA2011ABSTRAK

Neni Rostini,S.Pd , 2011. Proses Pembelajaran Produktif Pemasaran Materi Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan Dengan Metode Active Learning Type STAD (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012)Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana minat belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Materi Melakukan Konfirmasi Keputusan Pelanggan. Aspek minat belajar siswa yang diteliti adalah variabel kemauan dalam belajar dengan indicator bertanya, variabel pengembangan penalaran deduktif dengan indikator menjawab pertanyaan, variabel keberanian menyampaikan gagasan dan minat dengan indikator mernberikan pendapat, variabel kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur dengan indikator mengikuti aturan dalam proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan di Kelas XI Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012, dengan sample siswa berjumlah 38 orang. Metode penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hasil yang diperoleh dari setiap siklus PTK dengan rata rata pada siklus I adalah 30,55 %, siklus II adalah 72,22 %, dan siklus III adalah 89,81. Dari hasil PTK yang diperoleh secara signifikan dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan minat belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di dalam kelas.A

Prosesntase = ----------- x 100%

B

PAGE