PT. Puri Hijau Lestari

57
LAPORAN HASIL MAGANG MANAJEMEN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI AFDELING IV PADA PT. PURI HIJAU LESTARI DESA SUNGAI BUNGUR, MUARO JAMBI - JAMBI Oleh: Ibnu Kurniawan D1B010028 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2013

description

laporan hasil kegiatan magang selama 8 minggu

Transcript of PT. Puri Hijau Lestari

Page 1: PT. Puri Hijau Lestari

0

LAPORAN HASIL MAGANG

MANAJEMEN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI AFDELING IV PADA PT. PURI HIJAU

LESTARI DESA SUNGAI BUNGUR, MUARO JAMBI - JAMBI

Oleh:

Ibnu Kurniawan

D1B010028

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2013

Page 2: PT. Puri Hijau Lestari

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu komoditi yang telah menerapkan konsep agribisnis dalam

pengembangannya adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.). Kelapa sawit di

Indonesia memilki arti penting karena mampu menciptakan lapangan kerja bagi

masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Minyak kelapa sawit

memilki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya seperti minyak

kelapa, kedelai, bunga matahari, wijen dan kacang tanah. Keunggulan kelapa

sawit antara lain adalah produksi per hektar tinggi, umur ekonomis yang panjang

dan resiko kecil.

Permintaan minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) datang

dari Asia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia saat ini. India dan Cina

merupakan pasar terbesar CPO Indonesia. Bahkan, dua negara di atas menyerap

sekitar 70% total pasokan CPO dunia. Permintaan CPO India pada tahun 2012

mencapai 7,1 juta ton naik 5,18% dari tahun 2011 sebesar 6,75 juta ton. Impor

CPO Cina pada tahun 2012 naik dari 5,95 juta ton pada tahun 2011 menjadi 6,65

juta ton pada tahun 2012 (BPS, 2012). Provinsi Jambi salah satu Provinsi di

Indonesia yang tengah gencar meningkatkan produksi kelapa sawit. Perkebunan

kelapa sawit di Provinsi Jambi juga sudah tersebar luas dan mengalami

peningkatan yang cukup baik. Namun dari hal tersebut tidak luput juga dari

manajemen yang baik.

Sejalan dengan kebutuhan akan kelapa sawit yang terus meningkat

menyebabkan pelaku usaha terus mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit

terutama menghasilkan produk yang bernilai guna tinggi. Perkebunan kelapa

sawit tidak hanya dikembangkan oleh pemerintah dalam Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) saja tetapi juga dikembangkan oleh pihak swasta. Bagi investor

tentu kondisi ini menjadi peluang bisnis yang menentukan. Tak heran jika banyak

yang terjun dalam bisnis perkebunan kelapa sawit, mulai dari skala kecil yang

hanya puluhan hektar hingga perusahaan besar dengan luas lahan mencapai

ratusan hektar. Dengan pengembangan tersebut berdampak kepada meningkatnya

Page 3: PT. Puri Hijau Lestari

2

produksi kelapa sawit, yang mana secara tidak langsung akan meningkatkan

pendapatan daerah dan peluang lapangan kerja di Provinsi Jambi itu sendiri.

Tabel 1. Perkembangan luas areal, produksi dan produktifitas kelapa sawit di

Provinsi Jambi tahun 2006-2012.

Tahun Luas Areal

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Kg/Ha/Tahun)

2006 409.445 559.251 134.240

2007 448.899 1.087.524 151.678

2008 484.137 1.115.251 220.030

2009 493.737 1.241.921 259.141

2010 495.151 1.297.670 326.391

2011 532.293 2.131.328 391.490

2012 545.399 2.213.413 441.510

Jumlah 3.409.061 9.646.358 1.924.480

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi, 2013

Kelapa sawit telah menjadi bagian komoditas perkebunaan yang memilki

prospek pengembangan yang cukup cerah. Untuk mencapai produktifitas yang

optimal pada tanaman kelapa sawit, pencapaian hasil produksi kelapa sawit yang

tinggi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor lingkungan, faktor genetik

dan teknik budidaya. Tinggi produksi salah satunya tidak lepas dari pemanenan

tanaman yaitu suatu kegiatan pekerjaan memanen tanaman mulai dari berumur

empat tahun sampai lima tahun.

PT. Puri Hijau Lestari sebagai perusahaan kelapa sawit anakan dari makin

group melakukan beberapa kegiatan manajemen pemeliharaan atau perawatan,

pembibitan (sekarang tidak lagi), pemupukan maupun pemanenan. Luas areal

statetment makin group di Jambi: 26.728 Ha. Untuk makin group Jambi dibagi

menjadi 2 wilayah. Wilayah 1 dan wilayah 2, Luas areal statement wilayah 1

(RKK: 5.256 Ha, PHL: 5.221 Ha, MKI: 4.146 Ha). Dan 1 unit PKS (Pabrik

Kelapa Sawit) yang terletak di dalam PT. RKK yang mulai beroperasi pada tahun

2011 (PPKS Batanghari).

Manajemen adalah suatu rangkaian proses yang meliputi kegiatan

perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Actuating),

Page 4: PT. Puri Hijau Lestari

3

dan pengawasan (Controlling) dalam rangka memberdayakan sumber daya yang

dimiliki organisasi baik Sumber Daya Manusia (SDM), modal, materil, maupun

teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Rangkaian

kegiatan tersebut dikenal sebagai fungsi-fungsi manajemen (Gumbira dan Harizt,

2004).

Panen adalah kegiatan memotong tandan matang dan pengutipan

brondolan yang kemudian dikumpulkan di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)

untuk kemudian diangkut ke pabrik untuk diolah (Lubis, 1992).

Manajemen pemanenan kelapa sawit adalah suatu kegiatan mengumpulkan

hasil usaha tani yaitu berupa Tandan Buah Segar (TBS) dari lahan budidaya yang

di dalamnya terdapat aspek-apek manajemen. Panen kelapa sawit perlu dilakukan

secara benar dan tepat karena panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan

kelapa sawit dan menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui

penjualan Minyak Kelapa Sawit (MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS).

Tugas utama personil di lapangan adalah mengambil buah dari tanaman

dan mengantarkannya ke pabrik. Cara dan waktu panen yang tepat dapat

mempengaruhi kuantitas produksi (ekstrasi). Sementara itu, waktu yang tepat

dapat mempengaruhi kualitas produksi Asam Lemak Bebas (ALB). Karena itu

agar mencapai keuntungan (profit) perlu dilakukan manajemen pemanenan kelapa

sawit secara benar dan tepat agar perusahaan tidak mengalami kerugian, buah

sawit yang dipanen pun tidak mengalami kerusakan sehingga tidak mengganggu

kualitas serta kuantitas hasil panen.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis menarik judul yang akan

diamati yaitu “Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis

guineensis Jacq.) Di Afdeling IV Pada PT. Puri Hijau Lestari Desa Sungai

Bungur, Muaro Jambi – Jambi”.

1.2 Tujuan Magang

Adapun tujuan dari praktik magang adalah:

1. Mengamati dan mempelajari pelaksanaan manajemen pemanenan

Tandan Buah Segar (TBS) yang ada di PT. Puri Hijau Lestari.

Page 5: PT. Puri Hijau Lestari

4

2. Menambah wawasan dan pemahaman dalam melaksanakan kegiatan

pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) di PT. Puri Hijau Lestari.

3. Menganalisis sistem pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) yang

diterapkan PT. Puri Hijau Lestari dan membandingkan dengan literatur.

4. Meningkatkan kemampuan profesionalisme mahasiswa berdasarkan

kompetensinya agar dapat memahami dan menghayati proses kerja

secara nyata.

1.3 Metodologi Magang

Pelaksanaan praktik magang dilaksanakan selama kurun waktu 8 minggu

yaitu dimulai pada tanggal 30 Oktober 2013 sampai dengan 23 Desember 2013

bertempat di Afdeling 4 PT. Puri Hijau Lestari Desa Sungai Bungur Kabupaten

Muaro Jambi – Jambi. Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan teknis

di lapangan dan manajerial baik di kebun maupun di kantor estate. Kegiatan-

kegiatan tersebut disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan oleh pihak

perusahaan tempat melaksanakan kegiatan magang. Dalam pelaksanaan magang,

metode pengumpulan data yang digunakan antara lain:

1. Melaksanakan kerja lapangan langsung (metode observasi).

Yaitu pelaksanaan kegiatan dengan terjun langsung ke lapangan

dengan ikut serta dalam proses pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) dan

kegiatan lainnya.

2. Diskusi dan tanya jawab.

Dalam pengumpulan data perlu dilakukan diskusi atau tanya jawab

dengan manajer, asisten kepala, asisten divisi, mandor dan para karyawan

ataupun pekerja yang ada dilapangan dan lingkungan perusahaan yang

berhubungan dengan pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) mengenai hal-

hal yang sudah dimengerti maupun yang belum mengerti.

3. Studi literatur dan pengamatan kegiatan

Mempelajari buku-buku dan sumber lainnya yang berhubungan

dengan segala aspek tanaman kelapa sawit khususnya manajemen dan

pemanenan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) serta

pengamatan kegiatan langsung yang dilakukan di lapangan.

Page 6: PT. Puri Hijau Lestari

5

II. KEADAAN PERUSAHAAN

2.1 Keadaan Umum Perusahaan

2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Puri Hijau Lestari (PHL) merupakan salah satu anak perusahaan

Matahari Kahuripan Indonesia (Makin Group) yang mengelola tanaman

perkebunan kelapa sawit dan berkedudukan di Jakarta.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 2003 yang berlokasi di Desa Sungai

Bungur dan Mekar Sari Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Provinsi

Jambi. Sebelah barat berbatasan dengan PT. Ricky Kurniawan Kertapersada

(RKK), di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mekar Sari. Sebelah utara

berbatasan dengan PT. Batanghari Sawit Lestari (BSL) dan sebelah timur

berbatasan dengan Desa Sungai Bungur.

PT. Puri Hijau Lestari berlokasi di sekitar Desa Mekar Sari yakni berada

kurang lebih 40 km dari Kota Jambi, lokasi tersebut dapat ditempuh dalam waktu

lebih kurang satu setengah jam, sedangkan dari Mekar Sari ke PT. Puri Hijau

Lestari (PHL) dapat ditempuh lebih kurang satu setengah jam dalam kondisi jalan

lancar dan tidak hujan (jalan tidak becek). Pada musim hujan waktu tempuh

tersebut dapat menjadi lebih lama karena kondisi jalan berlumpur.

Lokasi perkebunan PT. Puri Hijau Lestari terletak di dua kecamatan yaitu

wilayah Kecamatan Kumpeh dan Kecamatan Sungai Gelam. PT. Puri Hijau

Lestari memiliki luas keseluruhan lahan 9.761,67 Ha. Untuk kebun dibagi atas

Afdeling 1 hingga Afdeling 6 dan dari beberapa kebun PT. Puri Hijau Lestari

merupakan kebun kemitraan, sementara Afdeling 2,5,6 adalah kebun inti.

2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan PT. Puri Hijau Lestari adalah menjadi perusahaan nasional

kelas dunia dalam bidang pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) yang diakui

kepedulian dan usahanya dalam mengembangkan kemampuan masyarakat untuk

memperbaiki kualitas hidupnya dan meningkatkan kualitas lingkungan alam.

Page 7: PT. Puri Hijau Lestari

6

Sedangkan Misi PT. Puri Hijau Lestari adalah menciptakan dan

menyelenggarakan usaha pengolahaan Sumber Daya Alam (SDA) secara

ekonomik dan bertanggung jawab yang mampu meningkatkan nilai bagi

pemangku kepentingan dan membangun mendayagunakan potensi nasional secara

cerdas dan etika.

2.1.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perusaahaan

Organisasi perusahaan merupakan suatu kemampuan orang-orang atau

secara bersamaan untuk menjalankan suatu kegiatan atau usaha dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan PT. Puri Hijau Lestari (PHL) Makin Group yang di

kepalai oleh seorang Senior Manajer. Dalam melakukan tugasnya Senior Manajer

dibantu oleh beberapa orang staf, pegawai dan karyawan.

Adapun tugas dan tangung jawab dari masing-masing personil dalam

struktur organisasi PT. Puri Hijau Lestari adalah sebagai berikut :

a. Senior Manajer/General Manager

Senior Manajer bertugas untuk menilai, mengontrol atau mengawasi

kegiatan perusahaan yang di pimpinnya dan membawahi semua staf,

pegawai dan karyawan baik di kebun maupun di pabrik.

b. Manajer Kebun/Estate Manager

Estate Manager bertangung jawab pada Senior Manager dan bertangung

jawab atas pelaksanaan pekerjaan pada unit pekerjaan masing-masing serta

membawahi semua asisten, menjabarkan dan melaksanakan langkah-

langkah kebijakan direksi dalam bidang tanaman, teknik, administrasi,

pelaporan tenaga kerja dan agraria, bertanggung jawab atas semua aset

yang ada di kebun termasuk pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM),

merencanakan dan mengawasi penempatan karyawan secara efektif dan

efisien, memberikan saran/usulan kepada direksi baik diminta maupun

tidak diminta untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaan organisasi.

c. Asisten Afdeling/Field Assistant

Field Assistant bertugas membantu manajer dalam menyusun anggaran

tahunan, memeriksa dan mensuspensi seluruh kegiatan yang di gerakan di

setiap unit kerja serta memberi perintah pada mandor 1 dan para mandor

Page 8: PT. Puri Hijau Lestari

7

semua bagian untuk segera membuat perbaikan yang diperlukan bila

ditemukan ada penyimpangan, memberi petunjuk dan mengawasi kegiatan

operasional pegawai atau karyawan. Asisten afdeling bekerja berdasarkan

dalam bidang produksi, membuat Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan

Rencana Kerja Bulanan (RKB), mengevaluasi laporan kerja, mengajukan

permintaan alat atau barang yang dibutuhkan pada afdeling, menerima

tugas-tugas khusus dan pelimpahan wewenang dari asisten kepala manajer.

d. Kepala Tata Usaha (KTU)

Kepala Tata Usaha membantu manajer dalam menyusun administrasi

kantor dan pengambilan upah/gaji karyawan. Disamping itu, KTU

melakukan pencatatan, pengelompokan dan pengawasan semua transaksi

dan membuat buku besar, account report, progress report dan laporan

lainnya, bekerja sama dengan petugas umum membina dan memberi

petunjuk kepada karyawan dalam meningkatkan kesejahteraan,

keagamaan, olahraga, lingkungan hidup, gotong royong, koperasi dan

keamanan karyawan di lingkungan kantor kebun.

e. Mandor 1

Mandor 1 bertugas membantu Field Assistant dalam melaksanakan

supervisi ke lapangan dan memberi arahan tentang pekerjaan yang akan di

kerjakan kepada mandor lapangan, pekerjaan yang diarahkan sudah diatur

oleh Field Assistant dan Mandor 1 sebagai jendralnya di lapangan.

f. Kerani divisi

Kerani divisi bertugas mengelola laporan yang diterima dari Field

Assistant laporan realisasi harian dan realisasi kerja serta memeriksa

kembali administrasi divisi lainya, mengisi daftar presensi, tenaga kerja,

laporan harian kegiatan lapangan. Melaksanakan administrasi

kepegawaian sehari-hari, administrasi surar-surat serta komunikasi dengan

unit lainya.

g. Mandor lapangan

Mandor lapangan bertangung jawab kepada Mandor 1 dan Field Assistant

dalam pelaksanaan kegiatan kerja karyawan di lapangan dan meyerahkan

Page 9: PT. Puri Hijau Lestari

8

laporan kerja mandor kepada asisten afdeling serta memberikan arahan

dan pengawasan pada karyawan di lapangan.

h. Kerani buah

Bertanggung jawab kepada Field Assistant dalam mencatat produksi di

lapangan, baik kuantitas dan kualitas. Adapun tenaga kerja yang ada di PT.

Puri Hijau Lestrai (PHL) yaitu :

a. Staf

Golongan staf terdiri dari Senior Manajer, Manajer, Field Assistant,

Kepala Tata Usaha. Untuk merekrut staf harus melakukan trainning

terlebih dahulu, dan berdasarkan evaluasi dari kebun di kirim ke

direksi, baru ke kantor pusat.

b. Pegawai Bulanan (PB)

Merupakan pegawai SKU yang telah diangkat oleh Senior Manajer.

c. Serikat Kerja Umum (SKU)

Merupakan karyawan bulanan yang di gaji berdasarkan banyaknya

hari kerja. Pegawai ini diangkat oleh Senior Manajer.

d. Pekerja Harian Lepas (PHL)

Merupakan pekerjaan yang bekerja berdasarkan banyaknya volume

kerja yang ada di kebun.

2.1.4 Kondisi Lahan dan Pembukaan Lahan

Perkebunan kelapa sawit di PT. Puri Hijau Lestari dibangun di daerah

dataran rendah, mayoritas lahan kebun ini pada areal pertanaman sebagian besar

rawa. Jenis tanah di lokasi perkebunan PT. Puri Hijau Lestari tanahnya gambut

(organosol) dengan tekstur tanah kehitaman berpasir. Jenis tanah tersebut

merupakan tanah mengandung zat asam yang sangat tinggi, tanah ini sebelum

melakukan penanaman kelapa sawit harus terlebih dahulu ditaburkan dengan

pupuk dolomit, agar keasaman tanah hilang atau berkurang. Pembukaan lahan

perkebunan kelapa sawit PT. Puri Hijau Lestari mulai dari steking lahan,

pembabatan semak dan pohon-pohon. Hal ini merupakan langkah awal

pembukaan areal baru. Pekerjaan tersebut dilakukan secara manual dengan tenaga

manusia atau dengan alat-alat tradisional. Akan tetapi supaya lebih praktis baik

Page 10: PT. Puri Hijau Lestari

9

dari segi tenaga, waktu maupun biaya saat ini lebih sering dilakukan secara

mekanis dengan menggunakan eskavator, traktor dan buldoser. Penebangan pohon

awal pembukaan areal baru dilakukan ke satu arah. Hasil penebangan di potong-

potong untuk mempercepat pengeringan dan mempermudah pembakaran, hasil

tebangan dibiarkan dalam jangka waktu tertentu, yaitu kurang lebih 3 – 6 bulan

selanjutnya dikumpulkan dengan secara mekanis dan mengunakan alat-alat

tradisional.

2.1.5 Letak Geografis Perusahaan

PT. Puri Hijau Lestari berlokasi di sekitar Desa Mekar Sari yakni berada

kurang lebih 40 km dari Kota Jambi, lokasi tersebut dapat ditempuh dalam waktu

lebih kurang satu setengah jam, sedangkan dari Mekar Sari ke PT. Puri Hijau

Lestari (PHL) dapat ditempuh lebih kurang satu setengah jam dalam kondisi jalan

lancar dan tidak hujan (jalan tidak licin). Pada musim hujan waktu tempuh

tersebut dapat menjadi lebih lama karena kondisi jalan berlumpur. Sebelah utara

perkampungan seperti Manis Mato, Londerang dan Rantau Panjang, Danau

Padang dan Sungai Batanghari dengan anak-anak sungainya. Sebelah selatan

perkebunan kelapa sawit PT. Ricky Kurniawan Kertapersada (RKK) Mekarsari.

Sebelah timur perkebunan Kelurahan Tanjung, Desa Sogo, Pulau Tiga, Seponjen,

Sungai Bungur, Suko Berajo, Sungai Kumpeh dengan anak-anak sungainya serta

PT. WSI. Sebelah barat perkebunan Desa Ramin, Rukam, perkebunan PT. Bukit

Sawit Lestari.

2.1.6 Luas Area dan Tata Guna Lahan

PT. Puri Hijau Lestari memiliki luas area secara keseluruhan 5.370,40 Ha

yang terdiri dari kebun inti dan kemitraan dengan luas kebun inti seluas 3.148,34

Ha dan luas kebun kemitraan seluas 2.222,07 Ha, saat ini kemitraan yang

dilakukan PT. Puri Hijau Lestari masih berjalan sebagaimana semestinya.

Luas areal kebun inti dan kemitraan terbagi menjadi 6 afdeling yang

masing-masing afdeling memiliki luasan yaitu Afdeling 1 Koperasi Wahana

Agung 609,59 Ha, Afdeling 2 Inti 1.001,17 Ha, Afdeling 3 Koperasi Mekar Jaya

1.147,30 Ha, Afdeling 4 Koperasi Harapan Jaya 465,18 Ha, Afdeling 5 Inti

Page 11: PT. Puri Hijau Lestari

10

1.053,29 Ha, Afdeling 6 Inti 1.093,88 Ha untuk jelasnya luas area perkebunan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Luas area seluruh dan kemitraan afdeling PT. Puri Hijau Lestari

No Nama Afdeling Luas (ha)

1 Afdeling 1 Koperasi Wahana Agung 609,59 Ha

2 Afdeling 2 Inti 1.001,17 Ha

3 Afdeling 3 Koperasi Mekar Jaya 1.147,30 Ha

4 Afdeling 4 Koperasi Harapan Jaya 465,18 Ha

5 Afdeling 5 Inti 1.053,29 Ha

6 Afdeling 6 Inti 1.093,88 Ha

Total 5.370,40 Ha

Sumber: Kantor K8 PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai Bungur

2.1.7 Profil Afdeling 4

2.1.7.1 Letak Geografis Afdeling

Afdeling 4 berada pada bagian paling ujung dari keseluruhan area unit

Sungai Bungur dengan jarak tempuh 4 km dari kantor kebun PT. Puri Hijau

Lestari Sungai Bungur (K8). Batas-batas areal afdeling 4 adalah sebelah utara

berbatasan dengan kebun masyarakat Seponjen, sebelah barat berbatasan dengan

areal afdeling 3 koperasi Mekar Jaya, sebelah timur berbatasan dengan afdeling

12 kebun Seponjen dan sebelah selatan berbatasan dengan SK Berdikari Desa

Sungai Bungur.

2.1.7.2 Kondisi Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di PT. Puri Hijau Lestari

merupakan varietas Tenera (Dura x Psifera) yang berasal dari Marihat dan

Socfindo. Tanaman kelapa sawit yang ditanam di PT. PHL telah memasuki

Tanaman Mengahasilkan (TM) sebagian Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

dan rencana Tanaman Baru (TB) dengan pola tanam yang digunakan adalah

segitiga sama sisi yaitu 8,8 m x 8,8 m x 8,8 m dan jarak antara pasar rintis

(gawangan) 7,6 m. sehingga standar populasi untuk lahan gambut adalah 150

tanaman per hektar.

Page 12: PT. Puri Hijau Lestari

11

Kondisi tanaman kelapa sawit di PT. Puri Hijau Lestari memiliki rata-rata

tinggi pokok kurang lebih 2 – 5 m, dengan berat janjang rata-rata 7 kg tergantung

dari tahun tanam dan luasan blok sedangkan untuk produksi TBS bisa mencapai 2

ton/hari/hancak tergantung dari cakupan area. Populasi tanaman saat ini tidak

seutuhnya hidup berkuranganya populasi tanaman disebabkan oleh tanaman yang

tidak produktif mengalami stagnasi, pohon rebah, terserang penyakit dan pohon

tidak tumbuh normal akibat kondisi lahan. Sedangkan luas area, jenis tanaman dan

produksi akan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Luas areal, jumlah tanaman dan produksi kebun Sungai Bungur PT. Puri

Hijau Lestari

Kebun Areal

Ter

Tanam

Belum

Tertan

am

Pena

mbah

an

Jumlah Pokok Sph

(Ha) (Ha) (Ha) Berbuah Belum Total Pkk

/Ha

AFD 1 609,59 578,46 31,13 - 46.161 30.777 76.938 133

AFD 2 1.001,17 1.001,17 0,00

145.461 0 145.461 145

AFD 3 1.147,30 1.052,59 94,71 - 132.233 15.587 147.820 140

AFD 4 465,18 368,64 96,54 1,90 36.208 14.060 50.268 136

AFD 5 1.053,29 848,69 204,60 - 89.960 32.871 122.831 145

AFD 6 1.093,88 991,67 102,21 - 105.900 37.449 143.349 145

Total 5.370,41 4.841,22 529,19 1,90 555.923 130.744 686.667 142

Sumber: Kantor K8 PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai bungur

Berdasarkan tabel di atas luasan area PT. Puri Hijau Lestari belum

sepenuhnya di tanami kelapa sawit dimana dari tabel di atas disajikan luasan blok

keseluruhan mencapai 5.370,41 Ha dengan pencapaian luasan tanaman mencapai

4.839,09 Ha. Artinya luasan yang tidak tertanam kelapa sawit mencapai 531,09

Ha.

Page 13: PT. Puri Hijau Lestari

12

2.1.7.3 Struktur Organisasi

Susunan Manajemen dan Struktur Organisasi pada Afdeling 4 Kebun

Sungai Bungur.

Gambar 1. Bagan struktur organisasi afdeling 4 PT. Puri Hijau Lestari

2.2 Kegiatan Perusahaan

2.2.1 Pelaksanaan Kegiatan

Semua pelaksanaan kegiatan kebun PT. Puri Hijau Lestari dimulai dengan

master pagi atau apel pagi sedangkan untuk karyawan kantor tanpa apel pagi. Para

karyawan atau pekerja produksi di kebun berkumpul untuk melaksanakan apel

pagi pada pukul 05.30 WIB. Masing-masing karyawan kantor maupun kebun

menyampaikan permasalahan dan kendala yang dihadapi agar mendapat

penyelesaian dari atasan mereka. Selain itu disampaikan pula informasi-informasi

tentang perkembangan perusahaan. Pelaksanaan aktivitas kerja kantor kebun di

PT. Puri Hijau Lestari dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan hari Sabtu

dimulai pada pukul 07.00 – 16.00 WIB sedangkan menurut dari ketetapan

perusahaan untuk di kebun dilaksanakan pada hari Senin sampai dengan hari

Sabtu dimulai setelah apel pagi sekitar pukul 07.00 – 14.00 WIB dengan jam

istirahat pukul 12.00 WIB namun seringkali pelaksanaan kegiatan dilakukan

hingga sore hari dikarenakan untuk pencapaian target-target lapangan yang belum

terselesaikan.

Selama penulis mengikuti kegiatan di area lahan yang dilaksanakan di

afdeling 4 kebun Sungai Bungur berkumpul di lokasi apel pagi pada pukul 05.30

WIB namun seringkali dimulai hingga pukul 05.45 WIB sambil mandor 1

Manajer

Asisten Afdeling

Kerani Afd

Mandor 1

Mandor Panen

Kerani Panen

Kerani Kirim

Mandor Pemupukan

Mandor Chemist

Mandor Umum

Mandor Pemel

Mandor PHPT

Page 14: PT. Puri Hijau Lestari

13

menunggu para mandor lapangan hadir semua di lokasi. Pada saat

dilaksanakannya apel pagi tersebut mandor 1 mengkoordinasikan dan

mengevaluasi hasil kerja mandor-mandor pada hari sebelumnya dan perencanaan

yang akan dilakukan pada hari itu. Adapun tambahan dari asisten afdeling

memberikan pengarahan, intruksi teknik pekerjaan, evaluasi hasil kerja kepada

mandor-mandor tentang pekerjaan serta target yang dilaksanakan pada hari itu

serta menyampaikan berbagai informasi tentang perkembangan perusahaan dan

afdeling serta kegiatan lainnya. Setelah rangkaian apel pagi terselesaikan

kemudian ditutup oleh pembacaan doa yang dilakukan oleh salah satu mandor

yang bertugas pada hari itu untuk memimpin doa.

Para mandor bubar dan membentuk barisan baru untuk mengumpulkan para

anggotanya yang membawa kentosan (bibit sawit liar) dan brondolan yang akan

dikumpulkan setelah apel pagi selesai, aturan tersebut dilakukan oleh manajemen

perusahaan sebagai tiket harian apel pagi mereka yang berfungsi mengurangi

keberadaan kentosan dan brondolan di sekitaran pokok sawit yang menganggu

aktivitas kebun, kebersihan dan kualitas produksi. Pada saat yang sama para

mandor juga melaksanakan tugasnya yaitu memberikan lembar kehadiran

karyawan (absensi) kepada anggota dan dilanjutkan pembagian tugas dan

pemberian arahan terhadap pekerjaan mereka masing-masing agar seluruh

rangkaian pekerjaan yang diintruksikan kepada pekerja merata. Setelah

pembagian kerja dan absensi selesai para pekerja meninggalkan lokasi apel pagi

dan bergegas bekerja ke tempat mereka yang telah diintruksikan oleh mandor

mereka masing-masing. Sedangkan para mandor kembali sejenak ke rumah

mereka masing-masing untuk sekedar sarapan dan persiapan segala hal lainnya

sebelum mereka mengawasi pekerjaan para tenaga kerja pelaksana. Asisten

afdeling menjumpai mereka di tempat berkumpulnya para mandor (base camp)

untuk sekedar penambahan informasi dan mengumpulkan lembar kerja mandor

dan administrasi lainnya yang diperlukan.

Pelaksanaan kegiatan teknis di lapangan ditulis oleh penulis berdasarkan

aktivitasnya sebagai pendamping mandor melalui kegiatan mengikuti dan

melakukan semua aktivitas pemeliharaan tanaman hingga panen Tandan Buah

Segar (TBS). Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati dan mengevaluasi

Page 15: PT. Puri Hijau Lestari

14

pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan mandor di lapangan, membantu suatu

pekerjaan, serta mempelajari pembuatan laporan administrasi.

2.2.2 Teknis Pemeliharaan Tanaman Mengahasilkan

Pemeliharaan tanaman menghasilkan merupakan salah satu usaha untuk

meningkatkan dan mendapatkan kondisi tegakan tanaman serta mendapatkan

tanaman yang sehat yang mampu berproduksi sesuai standar atau sesuai dengan

yang diharapkan. Pengurangan standar pemeliharaan pada tahap ini tidaklah

menguntungkan secara ekonomis dalam jangka panjang. Tanaman harus

dipelihara dengan baik selama 25 tahun, dan biaya pengelolaan yang baik akan

tertutup oleh produksi yang tinggi sampai tanaman tersebut replanting.

Pemeliharaan tanaman menghasilkan juga melaksanakan serangkaian

aktivitas kerja rawat pada areal tanaman yang telah berproduksi. Perawatan

Tanaman Menghasilkan (TM) merupakan lanjutan dari pemeliharaan Tanaman

Belum Menghasilkan (TBM), perawatan TM ditujukan untuk memperoleh

produksi optimal. Tujuan kegiatan rawat tanaman menghasilkan adalah untuk

menjaga agar tanaman tumbuh normal dan berpotensi produksi tinggi serta

mempermudah pekerjaan pemanenan. Untuk mencapai hal tersebut yang menjadi

prioritas utama adalah pemeliharaan ataupun perawatan sarana dan prasarana

pendukung kegiatan di areal lahan perkebunan kelapa sawit, pemupukan,

optimalisasi kesuburan tanah dan air, pelaksanaan tunasan, perawatan gawangan,

pemberantasan gulma secara manual dan kimia sebagai tindakan memperkecil

losses produksi. Pekerjaan rawat tanaman menghasilkan yang dilakukan di

perkebunan kelapa sawit dibagi menjadi pekerjaan rutin dan non rutin.

2.2.2.1 Pemeliharaan Jalan

Jalan adalah sarana transportasi utama pada lokasi perkebunan kelapa

sawit yang mempunyai peran penting untuk pemeliharaan tanaman, akses tenaga

kerja dan produksi. Jenis jalan di area perkebunan kelapa sawit pada umumnya

dibedakan atas 4 (jenis), yaitu:

Page 16: PT. Puri Hijau Lestari

15

1. Jalan akses (Access Road)

Jalan akses berfungsi sebagai jalan utama yang menghubungkan tiap

afdeling, pabrik, emplasemen dan keluar kebun. Disamping itu, berfungsi

juga sebagai jalan untuk pengangkutan hasil produksi dari pabrik ke

pelabuhan. Lebar jalan akses keseluruhan (termasuk bahu jalan) adalah

10-12 m. Sedangkan lebar bersih badan jalan dibuat 8-9 m, diperkeras

secara penuh (ketebalan 15-20 cm), berbentuk cembung dan dilengkapi

dengan parit jalan untuk mengumpulkan aliran permukaan pada badan

jalan. Drainase jalan harus cukup lebar (1 s/d 1,5 m x 1 m) untuk

menampung air hujan pada segala kondisi cuaca. Jalan akses dibangun

secara terpadu dengan infrastruktur lain seperti perumahan, bengkel dan

kantor.

2. Jalan utama (Main Road)

Jalan utama dipergunakan untuk transportasi buah ke pabrik dan bahan-

bahan lainnya yang diperlukan ke afdeling. Jalan utama (main road)

dibangun dengan interval 300 m dan sejajar dengan baris tanaman di

areal dengan topografi datar sampai landai. Jalan utama mempunyai lebar

keseluruhan (termasuk bahu jalan) adalah 9-10 m, sedangkan lebar bersih

badan jalan adalah 7-8 m, berbentuk cembung. Permukaan jalan utama

harus diperkeras secara penuh dengan sirtu atau laterit (setelah tanaman

berumur 3-4 tahun). Parit jalan dibangun di kiri-kanan jalan untuk

menampung aliran permukaan dari badan jalan dengan ukuran 1 s/d 1,5

m x 1 m (tergantung keadaan).

3. Jalan produksi/koleksi (Collection Road)

Jalan koleksi dibangun tegak lurus terhadap jalan utama dengan interval

jarak 1.000 m di areal bertopografi datar-landai. Jalan koleksi adalah

jalan yang membatasi dan membagi blok dan digunakan untuk

mengumpulkan hasil panen (TBS) yang akan diangkut ke pabrik serta

untuk pengangkutan bahan-bahan perawatan, di jalan koleksi terdapat

Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Jalan koleksi mempunyai lebar

keseluruhan 6-7 m, sedangkan lebar bersih badan jalan adalah 5-6 m,

diperkeras ringan dengan sirtu (ketebalan 10 cm), dibuat cembung

Page 17: PT. Puri Hijau Lestari

16

dengan parit jalan di kiri-kanan badan jalan dengan ukuran 1m x 1m

(tergantung keadaan). Pengerasan jalan dilakukan setiap tahun sampai

diperoleh permukaan jalan yang tahan cuaca.

4. Jalan kontrol (Midle Path)

Merupakan jalan yang terdapat di dalam blok yaitu di tengah-tengah blok

yang dibuat sejajar dengan jalan produksi atau tegak lurus terhadap

barisan tanaman. Dengan kata lain jalan kontrol membagi blok menjadi 2

bagian dengan arah Timur – Barat. Panjang jalan kontrol sesuai dengan

panjang blok, yaitu 1.000 m. Jalan kontrol biasanya dipakai untuk

pemeriksaan atau pengawasan yang dilakukan oleh kepala afdeling,

asisten kepala ataupun mandor pemanenan. Pemeliharaan jalan kontrol

dilakukan 3-4 rotasi per tahun dengan cara manual, cara kimiawi atau

kombinasi manual dan kimiawi.

Tujuan dari pemeliharaan jalan adalah menyediakan akses ke areal lahan

perkebunan kelapa sawit guna pelaksanaan pemeliharaan tanaman, kegiatan

pemupukan, kegiatan panen, pengangkutan TBS, bahan-bahan keperluan tanaman

dan memudahkan pengawasan pekerja di lapangan. Adapaun aturan berlaku pada

kegiatan perawatan jalan adalah pekerjaan perbaikan jalan tidak dianjurkan

selama musim yang sangat basah, harus tersedia tenaga kurang lebih 8 orang tiap

afdeling (tergantung luasan area) untuk tenaga perawatan jalan dan parit yang

meliputi pemadatan badan jalan serta menghindari genangan air dengan

melancarkan parit jalan, meratakan permukaan tanah dengan cangkul, membentuk

kembali permukaan agar cembung dilengkapi saluran di pinggirnya, dan

memadatkan permukaan tanah dengan roller/compactor ataupun peralatan manual

seperti cangkul.

Rawat piringan (Circle) adalah daerah sekeliling pohon yang memberikan

ruang untuk pertumbuhan tanaman. Tujuan dilakukan pembersihan piringan

adalah untuk memudahkan proses pemanenan, kutip brondolan, pemupukan atau

penebaran pupuk. Rawat piringan adalah proses pembersihan gulma yang dapat

mengganggu dan merugikan tanaman utama dalam persaingan unsur hara dan air.

Page 18: PT. Puri Hijau Lestari

17

2.2.2.2 Pengendalian Lalang dan Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan

kondisi yang tidak diinginkan manusia dan menggangu pertumbuhan tanaman di

lahan karena menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur

hara, air, sinar matahari dan ruang hidup. Untuk tanaman perkebunan kerugian

yang ditimbulkan sangat bervariasi tergantung jenis tanaman, iklim, jenis gulma,

dan kondisi di lapangan. Tanaman perkebunan mudah dipengaruhi oleh gulma,

khususnya untuk tanaman muda apabila pengendalian gulma tidak dilakukan

secara benar. Pengendalian lalang secara kultur teknis, dengan menggunakan

kacangan yang ditanam sebagai penutup tanah, teknis penanaman kacangan sesuai

dengan Standar Operational Procedure (SOP) perusahaan. Pengendalian lalang

secara kimiawi dipakai dari jenis herbisida sistemik (dengan bahan aktif Glifosat,

Sulfosat atau Imzapir). Macam-macam gulma yang ditemukan di perkebunan

kelapa sawit selama pengamatan di lapangan oleh penulis terdapat sepuluh jenis

gulma, lima diantaranya yaitu, gulma pakisan resam (Dicranopteris linearis),

gulma teki-tekian (Cyperus Sp.), gulma cabe-cabean (Acytasia intrusa), senduduk

(Melastoma malabathricum L), dan kentosan merupakan brondolan sawit yang

tumbuh di piringan pokok yang tidak terangkut oleh pemanen.

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 2. Jenis gulma yang terdapat di areal kebun kelapa sawit PT. PHL (a)

Kentosan (bibit sawit liar), (b) Dicranopteris linearis (pakisan resam), (c)

Page 19: PT. Puri Hijau Lestari

18

Cyperus Sp (teki-tekian), (d) Acytasia intrusa (cabe-cabean), (e) Paspalum

conjugatum (paitan), (f) Mikania micranta (sembung merambat).

Pengendalian gulma yang dilakukan di perkebunan kelapa sawit di

afdeling 4 PT. PHL yaitu dengan cara pembersihan gulma di piringan, jalan pikul,

rintisan piringan, collection road, Tempat Pengumpulan Hasil (TPH),

pembersihan gawangan dan pemberantasan lalang. Pekerjaan pengendalian gulma

ini merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan di PT. PHL dan mempunyai rotasi

dalam pengerjaannya. Interval waktu yang optimum antar rotasi juga tergantung

dari jenis dan keadaan pertumbuhan gulma dan keadaan tanah di lapangan, pada

daerah-daerah tertentu penambahan atau pengurangan dari rotasi penyiangan

dapat dipertimbangkan setelah dikonsultasikan dengan atasan yang bersangkutan.

Rotasi pengendalian gulma ini dilakukan tiga bulan sekali, sehingga rotasi yang

dibuat dapat menjaga pertumbuhan gulma sehingga tidak merugikan secara

ekonomis. Tujuan pengendalian gulma adalah menghindarkan persaingan unsur

hara oleh tanaman, memudahkan pemanen untuk pengutipan brondol,

memudahkan pemanen mengangkut buah (TBS) ke TPH dan memudahkan

kegiatan rawat lainnya serta terlihat kebersihan areal kebun yang akan

meningkatkan kualitas dari produksi.

Pengendalian gulma yang dilakukan di PT. PHL yaitu yang telah

dipraktekkan pada afdeling 4 adalah dengan menggunakan bahan kimia dan

manual. Pengendalian gulma dilakukan berdasarkan kerapatan gulma, alat dan

bahan yang digunakan, tenaga kerja dan cuaca. Pengendalian gulma dengan

menggunakan racun rumput atau herbisida dengan cara penyemprotan. Herbisida

yang digunakan yang bersifat sistemik dan bersifat kontak. Herbisida sistemik

merupakan herbisida yang dapat membunuh gulma dengan cara herbisida masuk

ke jaringan gulma melalui daun dan akar yang kemudian ditranslokasikan

keseluruh jaringan gulma dan dapat mengganggu fisiologi gulma dan akhirnya

gulma dapat mati. Herbisida sistemik yang biasanya digunakan oleh kebun PT.

PHL ini adalah Glisat dengan bahan aktif Glifosat sedangkan herbisida kontak

adalah herbisida yang dapat membunuh gulma apabila bagian jaringan terkena

racun saja. Herbisida kontak yang digunakan yaitu Gramoxone dengan bahan aktif

Paraquat yang cair dan berwarna biru tua.

Page 20: PT. Puri Hijau Lestari

19

Pengendalian gulma pada prirngan, jalan pikul, TPH dan rintisan piringan

atau jari-jari pokok sawit sekitar 2 meter dengan cara penyemprotan yang

dilakukan di kebun PT. PHL adalah menggunakan herbisida kontak Gramoxone

dengan bahan aktif Paraquat yang dikombinasi dengan herbisida sistemik dengan

bahan aktif Metil Metsulforon 20% Herbisida. Pencampuran herbisida kontak dan

sistemik ini untuk pengendalian gulma dapat menghemat tenaga kerja, pekerjaan

dapat dilakukan lebih cepat, dapat sekaligus memberantas gulma yang matinya

baik dengan herbisida sistemik maupun kontak. Dengan demikian hasil akhirnya

dapat meminimalisir biaya rawat. Dengan menggunakan herbisida Gramoxone

dan herbisida sistemik gulma yang disemprot dapat mati total 3 hari atau 60 jam

setelah diaplikasi.

(a) (b) (c)

Gambar 3. Kegiatan penyemprotan gulma di PT. Puri Hijau Lestari (a) Jenis

Glisat dengan bahan aktif Glifosat, (b) Pencampuran bahan, (c) Penyemprotan

langsung.

2.2.2.3 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama pada area perkebunan kelapa sawit mempunyai tujuan

mendeteksi serangan hama dan penyakit tanaman serta memberantasnya sehingga

hama dan penyakit di lahan tanaman dapat dikendalikan dan akhirnya potensial

kerusakan dapat dikurangi, menjaga keseimbangan biologis sehingga tidak terjadi

outbreak satu jenis hama dan penyebaran dapat dideteksi atau diawasi. Standar

kesesuaian pelaksanaan kerja yang dilaksanakan setiap afdeling untuk

pengendalian hama dan penyakit meliputi petugas monitoring harus mencatat

kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh hama dan penyakit termasuk yang

disebabkan oleh binatang seperti serangga pemakan daun, batang, buah, dll. Hama

yang menyerang pohon kelapa sawit yaitu, tikus, ulat api atau ulat kantong,

oryctes (kumbang) dan rayap. Hama yang menyerang buah kelapa sawit di PT.

Page 21: PT. Puri Hijau Lestari

20

PHL yaitu tikus. Ciri-ciri buah yang dimakan tikus yaitu daging kelapa sawit

dimakan habis hingga tersisa tempurungnya. Pengamatan hama ini bisa dilakukan

dengan racun tikus atau remortal (klered). Selain itu hama yang ditemukan yaitu

hama rayap (Coptotermes curvignathus). Ciri-ciri gejala serangan rayap yaitu

pokok tersebut ditutupi rayap yang bersembunyi pada tanah yang menutupi batang

kelapa sawit tersebut, daunnya kuning kecokelatan dan kering jika tidak

dikendalikan serta daun tombak dan daun pupus yang juga merapuhkan batang

pokok. Cara pengendaliannya yaitu dengan cara dibersihkan batangnya yang

tertutupi kemudian batang disemprot dengan material Termitisida dengan bahan

aktif Fipronil.

Pengendalian Penyakit.

Tujuan dari pengendalian penyakit adalah mendeteksi serangan penyakit

sebelum pengendalian dalam skala luas dan untuk menerapkan strategi

pengendalian yang efektif. Dengan standar kesesuaian pelaksanaan pekerjaan

penyakit harus dicegah dengan menjaga kebersihan tanaman secara tepat dan

ledakan/serangan harus terdeteksi oleh petugas pengamat rutin sebelum kerusakan

serius terjadi. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah

penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma) merupakan penyakit yang umum

dijumpai dan yang paling penting pada tanaman kelapa sawit. Areal serangan

penyakit ini terus meningkat. Ganoderma semula dikaitkan dengan semakin

tuanya tanaman, tetapi ternyata infeksi penyakit ini dapat dijumpai pada tanaman

berumur 5 tahun. Serangan penyakit ini yang paling tinggi dijumpai pada umur

10-15 tahun, tetapi hal ini bervariasi tergantung pada kebersihan kebun dan

sejarah tanaman di kebun. Selain itu terdapat jenis penyakit busuk pucuk yang

meliputi berbagai kondisi yang berhubungan dengan infeksi jaringan lunak pucuk

daun atau titik tumbuh oleh jamur patogen. Hal tersebut sering didahului oleh

serangga dan kumbang yang menyebabkan kerusakan yang nyata terhadap

jaringan sehingga memungkinkan terjadinya infeksi oleh busuk pucuk.

Gejala pertama adalah membusuknya pucuk tanaman yang dapat dengan

mudah dibuang dengan tangan. Jaringan yang terkena penyakit ini mempunyai

warna cokelat dengan areal infeksi basah dan biasanya berbau tidak sedap. Pucuk

Page 22: PT. Puri Hijau Lestari

21

daun yang membusuk akhirnya mati dan roboh ke samping atau ke bawah ke daun

lainnya. Tanpa adanya titik tumbuh yang sehat, tanaman ini dianggap mati tetapi

mungkin masih hidup secara vegetatif bergantung pada hasil fotosintesis daun

dibawahnya yang masih hidup. Jika tanaman ini sembuh maka daun pertama yang

muncul akan berukuran pendek tanpa anak daun dan tampak seperti tonggak.

Daun-daun berikutnya perlahan-lahan akan tampak normal. Infeksi busuk pucuk

menghambat pertumbuhan, perkembangan tanaman dan akhirnya produksi

tanaman. Pemilihan bahan tanaman yang sehat dan secara genetis tidak rentan

terhadap busuk pucuk merupakan hal penting. Monitoring persilangan dan bahan

material sangat penting agar induk material yang rentan terhadap busuk pucuk

tidak digunakan sebagai bahan persilangan.

(a) (b) (c)

Gambar 4. Jenis penyakit tanaman kelapa sawit di lahan PT. PHL (a) Busuk

batang yang disebabkan jamur patogen, (b) Bolong daun akibat ulat, (c) Rapuh

dan daun menguning akibat ulat bulu.

2.2.2.4 Pemupukan

Pemupukan merupakan kegiatan penaburan pupuk di lahan perkebunan

kelapa sawit sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan perusahaan yang

didasarkan pada analisis daun dan analisis tanah. Pemupukan pada tanaman

kelapa sawit membutuhkan biaya yang cukup besar, yaitu sekitar 50% dari total

biaya pemeliharaan. Kegiatan pemupukan memiliki tujuan menyediakan unsur

hara yang cukup untuk mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan

produksi yang maksimum serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama

dan penyakit. Untuk menghasilkan produksi yang maksimal dan ekonomis, areal

yang akan dipupuk piringan harus bebas dari gulma, pupuk yang diberikan dengan

menerapkan 4T yaitu tepat dosis, tepat waktu, tepat tabur dan tepat jenis. Dalam

proses pemupukan di PT. Puri Hijau Lestari selalu dimulai dari proses

Page 23: PT. Puri Hijau Lestari

22

perencanaan yang meliputi jenis pupuk yang akan digunakan, dosis yang

dibutuhkan, blok sasaran yang akan dipupuk, dosis yang dibutuhkan, waktu

pemupukan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dan sarana dan prasarana yang

menunjang proses pekerjaan pemupukan. Setelah mendapat rekomendasi

pemupukan maka dipersiapkan waktu pelaksanaan pemupukan. Pada perkebunan

ini dalam satu tahun dilakukan pemupukan 3 semester. Waktu pelaksanaan

pemupukan pada bulan pergantian musim hujan dan musim kemarau, hal ini

ditujukan untuk keefektifan tanaman mengambil hara yang diberikan. Jenis pupuk

yang digunakan pada PT. Puri Hijau Lestari ini yaitu: NPK 7/6/34+Cu+Zn+B,

NPK 12/12/17/2, Chelated Zincopper, Borate (HGFB).

Waktu pelaksanaan pemupukan harus dijadwalkan pelaksanaanya pada

musim hujan kecil dan per semester. Pada semester I kegiatan pemupukan

dilakukan pada bulan Januari – April karena merupakan waktu yang tepat untuk

melakukan kegiatan pemupukan yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim

hujan. Sedangkan untuk semester II kegiatan pemupuk dilakukan pada bulan Juli

– Oktober. Manfaat pemupukan yang maksimum dapat tercapai bila curah hujan

antara 100 – 250 mm per bulan yang ditentukan. Pada musim ini, kondisi tanah

cukup basah (tetapi belum jenuh) sehingga kemudahan terserapnya unsur hara

oleh tanaman. Selain itu pemupukan di lahan gambut dilakukan secara bertahap

dan dengan takaran rendah karena daya pegang (Sorption power) hara tanah

gambut rendah sehingga pupuk mudah tercuci (Agus dan Subiksa, 2008). Norma

pemupukan yaitu berdasarkan dosis pupuk. Dosis rekomendasi pemupukan pada

PT. Puri Hijau Lestari sebagai berikut:

Tabel 4. Rekomendasi dosis pemupukan pada PT. Puri Hijau Lestari Kebun

Sungai Bungur.

Jenis Pupuk Dosis (Kg)

Npk 12/12/17/2 2,5

Npk 7/6/34+Cu+Zn 2

HGFB (Borat) 0,10

Chelated Zincopper 0,10

RP (Rock Phosphat) 0,5

Dolomite 1

Page 24: PT. Puri Hijau Lestari

23

NPK 18:8:8:2+TE 2

MOP(MuriatePotas) 1

Sumber: Kantor K8 PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai bungur

Tahapan kegiatan pemupukan yaitu dimulai dari proses penguntilan,

pelangsiran dari gudang ke blok, pelangsiran dari pinggir blok, pengeceran dalam

blok, penaburan pupuk dan pengumpulan karung. Penguntilan yaitu pembagian

pupuk dengan cara mengemas jumlah pupuk berdasarkan rekomendasi jenis dan

dosis yang dianjurkan. Tujuan dilakukan penguntilan yaitu memudahkan dalam

pemupukan dan setiap pohon mendapatkan dosis yang sesuai dengan

rekomendasi, selain itu menghindari hal-hal kehilangan pupuk baik itu pencurian

maupun penggelapan pupuk. Untuk jumlah pengaplikasian pemupukan di

lapangan biasanya pada PT. Puri Hijau Lestari setiap harinya dihitung dengan luas

areal blok dan banyak tanaman dimana kegiatan tersebut telah diatur oleh Field

Afdeling.

Dan sebelum memulai pelaksanaan kegiatan pemupukan terlebih dahulu

dilakukan kegiatan penguntilan pupuk. Dimana penguntilan merupakan kegiatan

pembagian jumlah pupuk berdasarkan rekomendasi dosis/pokok dengan jumlah 8

pokok peruntilan yang bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat

pengeceran pupuk.

Kegiatan penguntilan dilakukan sesuai dengan pencapaian target masing-

masing yaitu dengan norma 1 HK = 2000 kg (171 karung isi @50 kg). Kegiatan

penguntilan dilakukan dengan 8.342 kg pupuk dilangsir ke tempat penguntilan

dengan bertahap-tahap mengunakan angkong, sambil pupuk di langsir tenaga

kerja penguntilan mempersiapkan karung untuk tempat pupuk yang akan di until,

sesudah semua pupuk terkumpul di tempat penguntilan kemudian tenaga kerja

melakukan penguntilan, memecahkan pupuk yang beku lalu dimasukan ketakaran

yang telah dianjurkan oleh manajer kemudian dimasukan kekarung dan disusun

per blok sesuai dengan kebutuhan pada blok yang akan dipupuk. Untuk

menentukan jumlah kebutuhan pupuk per blok dan jumlah kebutuhan tenaga kerja

digunakan rumus sebagai berikut :

Page 25: PT. Puri Hijau Lestari

24

Kebutuhan jumlah untilan untuk masing-masing blok dihitung dengan rumus:

Jumlah Untilan =

Dimana LB = Luas Blok (Ha)

P = Jumlah Pokok (P/Ha)

D = Dosis Pupuk perpokok (Kg/p)

Untilan = 16,5 Kg

Contoh :

Untuk Afdeling IV Blok L 16, Pupuk yang di aplikasikan NPK 7-6-34+TE

jumlah yang luas blok nya adalah 28,54 ha dan jumlah keseluruhan pokok 4.171

dan dimana pokok per hektar nya 146 pokok, maka jumlah untilan pupuk yang

dibutuhkan untuk Blok L 15 dapat dihitung sebagai berikut :

= 505 until

Adapun jumlah kebutuhan pupuk yang digunakan adalah 8.342 Kg yang

diperoleh dari 4.171 pokok dengan dosis 2 kg per pokok. Dengan rumus diatas

dapat di hitung jumlah untilan dan seberapa banyak pupuk yang dibutukan untuk

Blok L-16. Selanjutnya kebutuhan tenaga kerja untuk pemupukan dapat dihitung

dengan cara sebagai berikut :

a) Tenaga kerja untuk mengecer pupuk terdiri dari 3 orang langsir mengunakan

alat bargas dan 3 orang untuk mengecer pupuk dari depan gawangan ke

dalam gawangan, sehingga jumlah tenaga kerja untuk mendistribusi pupuk

adalah 6 orang.

b) Pupuk yang sudah berada di lokasi dalam gawangan selanjutnya di tabur oleh

tenaga kerja pemupukan, jumlah tenaga kerja pemupukan dihitung dengan

cara 1 HK= 900 Kg. Dengan demikian jumlah tenaga kerja untuk pemupukan

Blok L16 adalah sejumlah 8.342 kg (505 until) dibagi 900 kg pupuk / HK,

yaitu sejumlah 9,26 Kg atau 9 HK (orang).

Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah tenaga kerja untuk pemupukan

adalah 9 HK (orang) untuk distribusi di tambah 6 HK (orang) jadi tenaga kerja

Page 26: PT. Puri Hijau Lestari

25

yang dibutuhkan untuk pemupukan yaitu berjumlah 15 HK untuk Blok L16

tersebut.

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h)

Gambar 5. Kegiatan pemupukan afdeling 4 (a) Mandor pupuk di gudang induk,

(b) Jenis pupuk Chelated Zincopper, (c) Pupuk majemuk, (d) Penulis di gudang

pupuk K8, (e) Langsir dari pinggir blok, (f) Langsir dari gudang untuk

penguntilan, (g) Pengambilan pupuk yang siap di sebar, (h) Pelangsiran pupuk

dari gudang ke blok.

2.2.2.5 Prunning

Prunning atau pemangkasan pelepah pada tanaman kelapa sawit adalah

pekerjaan memotong pelepah daun tua yang dianggap sudah kurang produktif.

Pemotongan daun tua yang sudah kurang produktif tersebut bertujuan untuk

menjaga keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif, mempermudah

pelaksanaan panen, mengurangi salah satu faktor yang menghalangi penyerbukan

secara alami, cahaya dapat masuk lebih merata sehingga proses asimilasi dan

sirkulasi angin dapat lebih baik, mendorong penyaluran zat hara yang diserap

tanaman pada daun yang lebih produktif dan mengurangi brondolan yang

menyangkut pada cabang. Untuk menjaga keseimbangan aspek vegetatif dan

generatif maka jumlah cabang optimum disesuaikan dengan umur tanaman. Selain

Page 27: PT. Puri Hijau Lestari

26

itu tujuan akhir dari pemeliharaan cabang adalah untuk mendapatkan produksi

yang optimum karena berkaitan dengan fotosintesis.

Pekerjaan prunning dilakukan secara rutin pada Tanaman Menghasilkan

(TM). Alat yang digunakan untuk prunning adalah dodos besar bergantung pada

ketinggian tanaman. Prunning maksimum boleh dilakukan dalam bentuk songgo

dua (dua pelepah dibawah tandan paling bawah harus ditinggalkan). Tujuan

pemangkasan pelepah yang dilakukan dengan songgo dua adalah untuk

memudahkan pelaksanaan panen karena tanaman sudah cukup tinggi dan

memberikan keleluasan perkembangan tandan untuk menghindari adanya tandan

terjepit. Pemotongan pelepah harus dilakukan sedekat mungkin dengan pohon.

Hal tersebut dilakukan agar brondolan yang jatuh tidak tersangkut pada cabang.

Semua pelepah yang telah dipotong harus disusun rapi di gawangan mati dengan

posisi telungkup. Penyusunan pelepah tidak boleh mengganggu pasar pikul dan

piringan. Tujuan penyusunan pelepah adalah untuk menjaga kelembaban tanah,

menekan perumbuhan gulma, mengurangi erosi, memudahkan kegiatan perawatan

dan panen, merangsang pertumbuhan akar dan sebagai sumber bahan organik.

Prunning dilaksanakan bertujuan untuk menjaga tajuk tanaman yang sehat

secara penuh dengan cara membuang daun yang berlebihan, mati, rusak atau

terserang hama penyakit. Selain itu tujuannya untuk mempertahankan luas daun

optimal sehingga dapat memaksimalkan konversi sinar matahari, hara dan air

menjadi bagian vegetatif tanaman dan buah. Pada hasil pengamatan belum

seluruhnya dilakukan prunning dengan standar songgo 2 namun adapun

pelaksanaan hingga songgo 3 pada PT. Puri Hijau Lestari, hal ini dikarenakan

lahan afdeling 4 merupakan lahan gambut yang pertumbuhan tanamannya kurang

optimal sehingga banyak pelepah kering yang berada pada songgo dibawah buah

tersebut. Pada beberapa pokok juga terdapat 1 songgo pada pokok yang telah di

prunning dengan tujuan agar pertumbuhan Tandan Buah Segar (TBS) lebih

leluasa dan akan berakibat janjang sawit berukuran besar dan menambah dari nilai

berat janjang.

Page 28: PT. Puri Hijau Lestari

27

(a) (b) (c)

Gambar 6. Pokok sawit yang telah dipangkas/Prunning (a) Pokok sawit

pemangkasan 2 songgo, (b) Pokok sawit dengan pemangkasan 2 songgo, (c)

Pemangkasan pelepah

2.2.2.6 Pengelolaan Air (Water Management)

Pengelolaan air atau water management merupakan faktor penting dalam

budidaya kelapa sawit terutama pada lahan-lahan yang sering tergenang atau pada

lahan gambut. Ketersediaan air merupakan faktor utama bagi produksi karena

untuk ketersediaan air. Lahan gambut yang ada di PT. Puri Hijau Lestari

tergolong dari lahan gambut kedalaman sedang. Pengelolaan air yang dilakukan di

PT. Puri Hijau Lestari ini berupa pembuatan saluran drainase atau kanal-kanal

yang bertujuan supaya keadaan air di tanah dapat terkendali. Saluran drainase

(parit) di areal pertanaman kelapa sawit berfungsi sebagai tempat keluar

masuknya air, jika terjadi masalah maka akan berpengaruh terhadap kondisi

tanaman yang ada di lapangan. Pengelolaan air ini dirancang sedemikian rupa

sehingga lahan tetap dijaga agar kondisi lahan tidak tergenang jika intensitas

hujan tinggi (musim penghujan) maupun kondisi lahan tidak kekeringan pada

saat musim kemarau.

Dalam pengelolaan air yang dilakukan PT. Puri Hijau Lestari yaitu

dilakukan sistem pembagian zona air (water zone). Pembagian zona suatu wilayah

ini dengan menentukan tinggi rendahnya (topografi) dan garis kontur. Tujuan

yang ingin dicapai dalam pembagian zona air wilayah ini untuk mencegah

terjadinya overdrain serta untuk menetapkan water table yang baik untuk lahan

tersebut.

Macam-macam parit yang dibuat untuk mengatur air yaitu parit primer

yang berfungsi untuk menampung kelebihan air yang ada di parit sekunder

Page 29: PT. Puri Hijau Lestari

28

maupun parit tersier atau parit sirip yang ada dalam blok. Sedangkan parit

sekunder berfungsi untuk menampung kelebihan air dari parit tersier atau parit

sirip, sedangkan parit tersier atau parit sirip berfungsi untuk menampung air dari

lahan guna untuk menampung elevasi permukaan air lahan sebagai drainase lahan,

serta sebagai penyalur air masuk ke dalam blok jika pada saat musim kemarau.

Permukaan air tanah perlu dipertahankan pada kedalaman 60-75 cm di bawah

permukaan tanah, dengan cara memasang pintu air pada saluran primer. Pintu air

bisa dibuat dari kayu, besi atau bahan lainnya yang dapat diatur ketinggiannya.

Sebelum dibuat saluran, maka harus dipetakan dahulu seluruh areal, sehingga

dapat diketahui mana titik tertinggi dan mana titik terendah pada areal tersebut.

Rotasi perawatan (membersihkan dan mendalamkan) parit di dalam kebun dapat

dilakukan sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun, sedangkan di luar kebun 1

kali dalam 2 tahun.

Bendungan manual merupakan sebuah bangunan yang dibuat untuk

menahan air pada parit collection agar tidak keluar ke parit primer. Bendungan ini

dibuat melintang di parit collection yang berguna untuk menahan air di lahan

tersebut agar kebutuhan air di blok tersebut terpenuhi. Pada kondisi overflow cara

penggunaannya bisa dibuka dan ditutup berdasrkan level air yang harus

dipertahankan pada blok tersebut berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

Acuan untuk pembukaan dan penutupan overflow yaitu berdasarkan tinggi level

air diblok dengan melihat level air yang ada di piezzometer atau ram ukur

merupakan mistar ukur yang ditempelkan pada pancang kayu yang dipasang pada

titik tertentu di dalam kanal atau parit. Ram ukur berfungsi untuk mengetahui

elevasi muka air di parit atau di kanal atau untuk mengukur ketinggian air diblok

(saluran/parit).

Setelah dilakukan pengukuran tindakan selanjutnya yaitu menganalisis

level air yang ada dalam blok tersebut. Analisis ini berguna untuk mengetahui

keadaan level air. Jika muka air tanah di lahan lebih besar dari muka air tanah

yang disarankan maka tindakan selanjutnya dilakukan pengaturan level air dengan

menggunakan overflow.

Page 30: PT. Puri Hijau Lestari

29

(a) (b) (c)

Gambar 7. Drainase lahan gambut dengan kanal-kanal di PT. Puri Hijau Lestari

(a) Kanal afdeling 4, (b) Kanal dan Ketek (c) Bendungan Manual afdeling.

2.2.2.7 Pengangkutan TBS

Pengangkutan ini memilki tujuan mengirim TBS dan brondolan ke Pabrik

Kelapa Sawit (PKS) dalam keadaan baik serta menjaga jadwal pengiriman TBS,

sehingga PKS dapat beroperasi optimal. Karena itu, pekerjaan pengangkutan di

perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pekerjaan yang cukup penting,

pengangkutan buah merupakan salah satu mata rantai dari tiga mata rantai yang

terpenting dan saling memengaruhi antara potong buah, pengolahan dan

transportasi. Standar kesesuaian pelaksanaan pengangkutan TBS meliputi semua

TBS dan brondolan harus dikirim ke PKS dalam waktu 24 jam. Pada PT. Puri

Hijau Lestari kerusakan TBS pada saat pengangkutan harus diupayakan sekecil

mungkin, TBS dan brondolan bersih dari tangkai tandan, pasir/tanah dan sampah

serta TBS mentah, busuk dan brondolan busuk tidak dibawa ke PKS. Kerani kirim

yang bertugas menghitung jumlah TBS yang diangkut dan selisih TBS dipanen

agar diberi keterangan dan membukukan di lembar kegiatan mandor. Faktor yang

memengaruhi kelancaran transportasi buah meliputi:

1. Organisasi potong buah

a. Realisasi tonase buah yang dipotong setiap hari tidak jauh berbeda

dengan tonase taksasi buah pada hari sebelumnya.

b. Rotasi potong buah dijaga antara 6-8 hari sehingga presentase brondolan

terhadap janjang maksimum 7-9%.

c. Buah harus diletakkan di TPH yang telah ditentukan dengan diberi

nomor.

Page 31: PT. Puri Hijau Lestari

30

d. Potong buah diusahakan terkonsentrasi, jangan terpencar-pencar dari satu

mandoran ke mandoran yang lain.

e. Usahakan satu seksi selesai dipotong dalam satu hari.

f. Transportasi paling lambat dimulai pada pukul 08.30 WIB atau setelah

TBS terkumpul di TPH.

2. Bentuk dan pola jalan di suatu kebun dan blok

a. Pola jalan sebaiknya lurus

b. Jalan buntu (jalan tidak tembus) diminimalkan atau bahkan tidak perlu

ada.

3. Kondisi dan perawatan jalan

a. Beberapa staf di lapangan masih beranggapan bahwa solusi

ketidaklancaran transportasi adalah penambahan alat transportasi,

padahal kapasitas per unit alat transportasinya masih jauh dibawah

kapasitas standar. Jadi sebenarnya, ketidaklancaran transportasi bisa

disebabkan oleh kondisi jalan yang kurang baik.

b. Penggunaan rood greader yang disediakan perusahaan justru banyak

digunakan untuk menarik kendaraan yang terperosok akibat jalan yang

rusak. Fungsi utama road greader sebenarnya hanya untuk membentuk

dan merawat jalan.

Pemuatan tandan ke dalam truk pada PT. Puri Hijau Lestari dilakukan

dengan menggunakan gancu dan tojok agar tandan dilemparkan ke atas truk serta

penggunaan karung eks pupuk digunakan untuk melemparkan brondolan ke dalam

truk. Waktu yang diperlukan untuk memuat 1 truk umumnya sekitar 30-45 menit

dan waktu pembongkaran di transfer ramp 15-20 menit. Pengaturan rute

tergantung pada sistem panen. Dari segi angkutan, pengaturan yang baik adalah

tidak terlalu sering menggunakan jalan produksi setiap hari dan TBS harus segera

masuk ke pabrik. Kapasitas truk per hari perlu disesuaikan dengan jarak dari

lokasi panen ke pabrik dan kondisi jalan yang dihitung atas dasar kecepatan dalam

km/jam. Kapasitas truk harus dibatasi, yaitu 5-6 ton/trip. Idealnya, setiap hari truk

dapat mengangkut 4-5 trip atau 20-25 ton TBS. Prosedur operasional standar yang

dilakukan biasanya, yaitu:

Page 32: PT. Puri Hijau Lestari

31

1. Truk angkut TBS disediakan kebun;

2. Kebun dapat menentukan PKS mana dikirim, dengan memperhitungkan

harga transportasi terendah;

3. Kebun dapat menghitung biaya transport Rp/Kg TBS dan pembayaran

dilakukan di kebun;

4. Truk diisi secara hati-hati, muatan truk tidak melebihi 6 ton, bila melalui

jalan umum digunakan jaring pengaman;

5. Dokumen pengiriman TBS (surat pengantar TBS) harus dilengkapi

setiap truk mengangkut TBS dan diserahkan ke PKS;

6. Dokumen hasil penimbangan dari PKS diterima kembali oleh kebun;

7. Setiap TBS diangkut harus dicatat oleh Kerani Kirim setiap afdeling.

(a) (b) (c)

Gambar 8. Kegiatan pengangkutan TBS ke dalam truk di PT. Puri Hijau Lestari

(a) Pengangkutan TBS di TPH ke dalam truk (b) Pemasukan TBS dengan alat

tojok (c) Penyusunan TBS di atas truk.

2.2.2.8 Panen

Panen merupakan serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan

matang panen sesuai kriteria matang panen, kemudian mengumpulkan dan

mengutip brondolan serta menyusun tandan buah segar di Tempat Pengumpulan

Hasil (TPH) beserta brondolannya. Semua buah matang panen dipanen tuntas,

kemudian brondolan dikutip tuntas dari areal panen dengan karung, kemudian

panen terjaga sesuai standar.

Kriteria matang panen yaitu indikator yang dibuat untuk menetapkan

apabila buah kelapa sawit dipohon sudah bisa dipanen atau tidak. Kriteria panen

yang digunakan di PT. Puri Hijau Lestari yaitu 20-50 % buah luar membrondol

Page 33: PT. Puri Hijau Lestari

32

atau sekitar lebih dari 2 brondolan yang jatuh di piringan per TBS secara alami.

Tujuan panen buah matang dengan melihat brondolan jatuh yang ada dipiringan

yaitu menjaga rendeman minyak kelapa sawit dan rendeman inti sawit dan

perolehan total volume minyak dan inti sawit. Tandan buah kelapa sawit yang

paling baik dipanen adalah buah yang mempunyai kadar minyak tertinggi dengan

kandungan asam lemak bebas yang rendah. Kriteria buah matang panen diatas

berlaku untuk buah yang normal karena di lapangan sering ditemukan buah sakit

dan buah batu. Buah sakit adalah buah yang berwarna hitam pada bagian

pucuknya sudah membrondol, sedangkan buah batu adalah buah yang sudah

matang tetapi buahnya tidak lepas dari tandannya. Proses panen merupakan

serangkaian kerja yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan

hasil. Proses panen yang dilkukan di perkebunan PT. Puri Hijau Lestari ini yaitu

rotasi panen, sensus buah, taksasi panen, pembagian hancak panen dan cara teknis

panen. Setelah buah di panen, maka buah diangkut dengan menggunakan angkong

ke TPH. Kemudian buah disusun rapi di TPH dan menomori tangkai tersebut

dengan cap. Kerani panen mengecek kupon yang ditulis pemanen dan

mencatatnya di catatan kerani. Kerani penen membuat surat atau laporan kerja

yang berisi catatan blok dan luas areal yang dipanen, jumlah janjang dan tonase

yang diangkut.

Gambar 9. Brondolan, Buah Cokelat, Buah Matang

Page 34: PT. Puri Hijau Lestari

33

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Prencanaan (Planning) Kegiatan Panen

Perencanaan adalah suatu fungsi manajemen yang paling penting untuk

menentukan apa yang akan dikerjakan, siapa yang akan mengerjakan, kapan

dikerjakan, kenapa dikerjakan, dimana dan bagaimana caranya. Perencanaan perlu

disusun terlebih dahulu sebelum melaksanakan pekerjaan karena perencanaan

merupakan pedoman dalam melakukan pekerjaan, pada tingkat afdeling

melibatkan manajer, asisten dan mandor bagaimana mempersiapkan segala

sesuatunya agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Perencanaan panen

adalah hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum panen dilaksanakan. Pada

perancanaan panen merupakan suatu fungsi manajemen yang paling penting.

Karena pada kegiatan panen akan dikerjakan pekerjaan pemotongan Tandan Buah

Segar (TBS), siapa yang mengerjakan, dimana dan bagaimana caranya.

Perencanaan sangat perlu disusun sebelum melaksanakan suatu kegiatan. Adapun

perencanaan yang menyangkut kegiatan pemanenan pada PT. Puri Hijau Lestari di

afdeling 4 adalah sebagai berikut:

3.1.1.1 Persiapan Panen

a. Perencanaan Produksi

Sensus produksi dilakukan setelah lokasi panen ditentukan atau diketahui,

untuk menentukan buah yang akan dipanen dan dilakukan pada 4 bulan sekali

dalam satu tahun. Sensus ini dilakukan untuk mengetahui kerapatan buah, sensus

dilakukan pada Januari, April, Agustus dan Desember. Pada sensus 4 bulan yang

diamati adalah buah kopi sampai buah merah mentah. Adapun jangka waktu

kematangan buah berbeda-beda untuk buah:

BK : Bunga Kopi selama 4 bulan

BMH : Buah Merah Hitam selama 3 bulan

BMC : Buah Merah Cokelat selama 2 bulan

BMM : Buah Mentah Merah selama 1 bulan

Page 35: PT. Puri Hijau Lestari

34

Kegiatan sensus produksi dapat digunakan sebagai penyusunan estimasi

produksi yang tersusun dalam rencana anggaran biaya. Cara pelaksanaan sensus

produksi menurut prosedur operasional standar perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Sensus dimulai dari blok-blok nomor kecil.

2. Di setiap blok, sensus dimulai dari TS no. 1

3. Perhitungan janjang dilakukan terhadap TS dan PS no. 1-6, sehingga ada 7

pokok yang disensus.

4. Kayu kait disangkutkan pada salah satu janjang (sebagai tanda awal

perhitungan) dan selanjutnya petugas menghitung semua janjang yang ada

pada pokok tersebut.

5. Janjang yang dihitung adalah: mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi

(bunga cengkeh, yang dibedakan siap panen 5-6 bulan berikutnya) hingga

janjang yang akan dipanen pada bulan terakhir semester (semester untuk

sensus).

6. Janjang yang diperkirakan akan dipanen pada akhir bulan semester

berjalan (semester saat penyensusan) tidak dihitung.

7. Hasil penghitungan dipindahkan ke dalam formulir tersebut langsung

dikumpulkan pada hari itu juga di kantor afdeling.

b. Identifikasi Pokok

Pada penentuan nomor penyensusan setiap penyensus yang akan melakukan

sensus detil sebaiknya ditentukan terlebih dahulu nomornya dan nomor ini tidak

boleh berubah selama pelaksanaan sensus. Nomor penyensusan dibuat urut dari

nomor 1, 2, 3 dan seterusnya. Nomor urut 1 dimulai pada barisan pertama (arah

Barat-Selatan) kearah Timur. Dengan demikian sekali jalan setiap penyensus bisa

menyensus sekaligus dua baris tanaman di kiri-kanannya, sehingga untuk 1 blok

bisa diselesaikan oleh 61 orang penyensus sekali jalan. Dengan pembuatan nomor

penyensus ini diharapkan tidak terjadi tumpang tindih dan pengawasan/koreksi

atas hasil sensus dari setiap penyensus bisa lebih mudah dilakukan. Peta hancak

sensus dibuat dengan cara membagi blok tanaman searah barisan tanaman sesuai

dengan nomor urut dan jumlah penyensus. Dengan peta hancak sensus ini maka

setiap penyensus akan tahu hancak sensusnya masing-masing mulai dari baris

Page 36: PT. Puri Hijau Lestari

35

berapa. Selain itu prestasi dan progress sensus serta target penyelesaian sensus di

lapangan dari setiap penyensus juga bisa dimonitor dengan baik. Pembuatan

nomor baris tanaman dibuat dengan nomor urut dari arah Barat-Selatan (baris

pertama) ke arah utara. Penomoran baris dibuat dengan menggunakan cat (warna

biru dan putih) pada pangkal pelepah sisa tunasan (untuk TM) dari pokok yang

terletak paling luar dari setiap baris.

Contoh penomoran baris di PT. PHL:

Gambar 10. Contoh penomoran pokok di setiap blok

c. Penentuan Lokasi Panen

Awalnya seluruh mandor lapangan melakukan kegiatan master pagi atau apel

pagi, yang langsung diarahkan oleh asisten afdeling dan mandor 1. Setelah

kegiatan apel pagi dengan asisten dan mandor 1 selesai, maka mandor panen

melakukan kegiatan apel pagi bersama masing-masing anggota panennya. Pada

saat apel pagi mandor panen mengarahkan anggota panen untuk mempersiapkan

segala alat yang dibutuhkan pada saat panen TBS, absensi karyawan, membagi

hancak panen dan memberi tahu lokasi panen pada hari tersebut. Kemudian

mandor panen menginstruksikan hal-hal yang dilarang pada saat panen TBS,

seperti melarang pemanen memotong buah yang belum layak panen, selanjutnya

mandor panen melakukan pengarahan anggota untuk segera ke area blok yang

telah ditentukan oleh masing-masing mandor panen.

Gambar 11. Kegiatan rutinitas apel pagi di afdeling 4 PT. Puri Hijau Lestari

Baris Nomor = 53

Jumlah tanaman dalam baris =

30 pokok

Page 37: PT. Puri Hijau Lestari

36

d. Rotasi Panen

Rotasi panen adalah jarak waktu yang diperlukan antara memanen pertama di

satu blok sampai panen berikutnya di blok yang sama. Rotasi panen yang umum

digunakan di perkebunan PT. Puri Hijau Lestari yaitu rotasi 6/7, yang artinya

dalam satu minggu mempunyai enam hari panen dan masing-masing hancak

panen diulang tujuh hari berikutnya. Rotasi panen yang normal dalam pemanenan

yaitu tujuh hari, karena proses pematangan buah kurang lebih tujuh hari. Namun

rotasi sering kali berubah tergantung kerapatan buah yang akan di panen.

e. Rencana Kerja Tahunan (RKT)

RKT adalah suatu perkiraan dalam bentuk finasial tentang angaran setahun.

RKT berisikan tentang jenis pekerjaan, mulai dari pengendalian gulma,

pemupukan, pemeliharaan, kebutuhan tenaga kerja untuk satu tahun, kebutuhan

alat dan bahan, pengunaan sarana dan prasarana yang digunakan dalam satu tahun

dan jumlah biaya yang dibutuhkan selama setahun. Waktu pembuatan RKT pada

awal bulan Desember. Yang terlibat dalam pembuatan RKT ini yaitu : Field

Asisten bersama Manajer yang kemudian diajukan ke General Manajer untuk

dibahas dalam rapat tahunan. Apabila rencana ini disetujui maka rencana ini

diturunkan ke kebun dalam bentuk “budget” yang selanjutnya dilaksanakan oleh

Field Assistant afdeling pada masing-masing afdeling. RKT dilakukan setahun

sekali dan pelaksanaanya 3 bulan sekali.

f. Rencana Kerja Operasional (RKO)

Rencana kerja operasional adalah rencana kerja yang dibuat oleh Field

Assistant afdeling. Rencana Kerja Operasional (RKO) disusun tiap 3 bulan sekali

yaitu pada Bulan Januari, April dan Juli. Penyusunan Rencana Kerja Operasional

(RKO) berdasarkan pemeriksaan buah Triwulan kemudian dibuat anggaranya dan

produksi yang akan dicapai. Rencana Kerja Operasional (RKO) merupakan hasil

nyata dilapangan, dan Rencana Kerja Operasional (RKO) inilah yang digunakan

oleh semua mandor dalam mencapai produksi yang telah ditetapkan.

Page 38: PT. Puri Hijau Lestari

37

g. Rencana Kerja Bulanan (RKB)

Rencana kerja bulanan merupakan jabaran dari rencana kerja tahunan yang

dibuat oleh asisten afdeling satu bulan sebelumnya. Pada rencana kerja bulanan

tercantun jenis-jenis pekerjaan yang akan dilakukan pada bulan tersebut. Budget

ini berisikan uraian pekerjaan, volume kerja, biaya-biaya bulanan yang diperlukan

yang akan diajukan ke pimpinan perusahaan.

h. Rencana Kerja Harian (RKH)

Rencana kerja harian disusun berdasarkan Rencana Kerja Bulanan (RKB) yang

didalamnya tercantum jenis-jenis pekerjaan, blok, kebutuhan tenaga kerja pria dan

wanita, jumlah hari kerja dan keterangan untuk transaksi produksi untuk hari

berikutnya. RKH dibuat oleh asisten afdeling dengan mandor 1. Dengan adanya

rencana kerja bulanan dan harian manajemen kebun akan merencanakan kegiatan

yang akan dilaksanakan untuk satu periode kedepan.

i. Sistem Panen

Sistem panen yang diterapkan di PT. Puri Hijau Lestari yaitu sistem hancak

tetap bergilir. Setiap pemanen mempunyai hancak masing-masing yang telah

dibagi oleh mandor. Hancak panen adalah luasan areal yang menjadi tanggung

jawab dari setiap pemanen pada setiap harinya. Pemberian luasan hancak panen

biasanya tergantung kerapatan buah yang akan di panen saat itu, kapasitas

pemanen dan ketinggian tanaman. Hancak tetap yaitu setiap pemanen harus

melaksanakan pemanenan pada masing-masing hancak yang telah ditetapkan

mandor. Setiap pemanen memilki hancak panen seluas 3 Ha. Pada sistem ini

setiap pemanen ditetapkan hancak panen untuk hari itu sekaligus dan bergilir

keesokan harinya pada blok yang berbeda dengan hancak yang sama. Kelebihan

hancak tetap yaitu, hancak yang diberikan kepada pemanen tetap terjaga bersih,

buah terpanen tuntas, tanaman disetiap hancak terjaga, pemanen memiliki

tanggung jawab terhadap hancaknya dan memudahkan pengecekan mandor

terhadap hancak jika terjadi kesalahan dalam proses pemanenan. Sedangkan

kelemahan hancak tetap yaitu pelaksanaan pemotongan buah tidak mngacu pada

banyak atau sedikitnya buah karena luas hancak telah ditentukan. Sedangkan

Page 39: PT. Puri Hijau Lestari

38

hancak tetap giring adalah setiap pemanen diberikan hancak tetap yang

perpindahan ke blok di depannya digiring bersama dan harus selesai pada satu

hari setiap seksi. Dilakukan hingga hancak panen terbagi dan tenaga panen berada

di hancak masing-masing.

j. Taksasi Produksi dan Tenaga Kerja

Taksasi produksi adalah rangkaian dari kegiatan panen yaitu rencana dan

persiapan panen. Dalam pekerjaan pemanenan selalu dilakukan taksasi. Tujuan

diadakannya taksasi produksi di PT. Puri Hijau Lestari yaitu mengetahui jumlah

produksi keesokan hari, menentukan tenaga kerja yang digunakan dan mengetahui

transportasi yang dibutuhkan. Taksasi yang dilakukan taksasi buah harian dan

taksasi buah empat bulanan. Taksasi harian yaitu taksasi yang dilakukan setiap

hari guna untuk mengetahui potensi atau hasil tonase buah yang ada untuk

keesokan harinya. Taksasi harian ini dilakukan pada blok-blok yang akan dipanen

besok. Pelaksanaan taksasi ini dengan cara menghitung kerapatan buah merah

yang membrondol dan sudah siap dipanen besok. Pokok yang dijadikan sampel

sudah ditetapkan sebelumnya yaitu pada baris ke-10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80,

90, 100, 110, 120. Baris ini sudah diberi tanda atau penomoran. Pelaksanaan

taksasi harian dilakukan oleh petugas taksasi. Untuk mencari total estimasi

produksi hari ini dengan mencari % kematangan buah, yaitu:

Kemudian setelah mendapat persentase kematangan buah, kita dapat mencari

taksasi produksi (janjang) dengan cara, yaitu:

Untuk mengetahui jumlah tonase yang akan dihasilkan pada ukuran kg, yaitu:

Tonase (Kg) = Taksasi Produksi x BJR

Page 40: PT. Puri Hijau Lestari

39

Jumlah taksasi panen yang dihitung berikut ini merupakan pengamatan

penulis di PT. Puri Hijau Lestari dalam melakukan taksasi dalam satu blok,

namun pada kenyataannya di lapangan untuk kegiatan taksasi dilakukan pada

minimal tiga blok yang akan dipanen keesokan harinya. Pada perhitungan tersebut

kita juga dapat mengetahui jumlah tenaga kerja pemanen pada blok tersebut,

komponen tenaga kerja dihitung dari luasan yang akan dipanen, angka kerapatan

panen, berat janjang rata-rata (BJR), populasi pokok per hektar, dan kapasitas

pemanen perhari. Pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan mengetahui

bahwa mandor panen mempunyai tenaga pemanen sebanyak 18 Tenaga Kerja.

Contoh pengamatan taksasi yang akan diamat:

Tabel 5. Data pengamatan taksasi harian afdeling 4 PT. Puri Hijau Lestari

Blok Tahun

Tanam

Luas

Blok

Jumlah

Pokok SPH

Jumlah

Pokok

Produktif

Jumlah

Pohon

diperiksa

Jumlah

Janjang

Matang

BJR AKP

L14 2004 28,15 2588 92 2588 259 150 8 58%

Sumber : Data Pengamatan Lapangan, November 2013

Dari data yang diperoleh kita dapat menentukan total estimasi produksi

dan penggunaan tenaga kerja untuk keesokan hari dengan menggunakan beberapa

rumus sebagai berikut:

= 58%

Kemudian setelah mendapat persentase kematangan buah, kita dapat mencari

Taksasi produksi (janjang) dengan cara, yaitu:

= 1.501 Janjang

Untuk mengetahui jumlah tonase yang akan dihasilkan pada ukuran kg, yaitu:

Tonase (Kg) = 1.501 janjang x 8 Kg

Page 41: PT. Puri Hijau Lestari

40

= 12.008 Kg

Pada perencanaan kerja sebelum melakukan proses pemanenan maka

harus diketahui berapa jumlah kebutuhan tenaga kerja panen dalam satu areal. Hal

ini bertujuan agar tenaga kerja yang disediakan sesuai dengan kapasitas pekerjaan

yang dilakukan untuk menentukan jumlah tenaga kerja panen berdasarkan taksasi

atau kerapatan panen dalam blok tersebut. Maka diperoleh dengan:

= 8 Orang

Sehingga pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan memperoleh

total hasil estimasi panen buah di blok L14 diperoleh jumlah buah yang dapat

diperoleh sebanyak 12 ton atau 12.008 kg dengan jumlah janjang sejumlah 1.501

janjang namun untuk keesokan hari dilapangan bisa berubah pada kondisi tertentu

namun ketidaktepatan dari hasil estimasi hanya sebesar 5% saja sehingga taksasi

tersebut digunakan sebagai pedoman perencanaan dalam melakukan potong buah

sedangkan untuk jumlah tenaga kerja panen yang digunakan adalah sebanyak 8

orang namun tenaga kerja panen yang digunakan dapat kurang dari 8 orang yaitu

sekitar 7 orang saja karena setiap orangnya mampu memanen hingga 1.800 kg

maka jika dirasa penggunaan tenaga kerja sebanyak 7 orang mampu menembus

angka yang dibutuhkan per hancak panen per hari dalam satu blok maka

penambahan tenaga kerja untuk di blok itu saja tidak dilakukan.

3.1.1.2 Peralatan Panen

Sebelum melakukan kegiatan panen, anggota panen terlebih dahulu

mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk memanen TBS dan mengutip

brondolan. Pemanen harus bertanggung jawab terhadap kelengkapan alatnya

masing-masing. Beberapa alat yang digunakan dalam menunjang kegiatan panen

TBS antara lain: dodos, kapak, gancu, angkong dan garukan sedangkan untuk

bongkar muat TBS menggunakan alat gancu dan tojok. Alat-alat penunjang untuk

mengutip brondolan antara lain: drum dan karung eks pupuk adapun sarana

penunjang lainnya adalah titi panen, TPH dan bargas yaitu perahu yang digunakan

Page 42: PT. Puri Hijau Lestari

41

untuk melangsir TBS dari TPH kecil ke TPH besar di pinggir jalan koleksi

melalui kanal-kanal blok. Adapun peralatan yang digunakan di PT. Puri Hijau

Lestari pada saat pemanenan terdiri atas:

a. Dodos, Kampak, Gancu.

Dodos adalah alat yang digunakan untuk memotong tandan buah segar pada

tanaman kelapa sawit dan memotong tandan buah yang telah masak pada tanaman

kelapa sawit dan memotong tandan buah pada tanaman yang rendah. Kampak

adalah alat yang digunakan untuk memotong tangkai berlebih pada TBS yang

akan mempengaruhi berat janjang, alat tersebut terbuat besi dengan lebar mata 12

cm, lebar tengah 1 cm, tebal pangkal 1,5 cm dan panjang total 18 cm. Gancu

adalah alat yang digunakan untuk memudahkan mengambil janjang dari piringan

dan menaikannya keatas alat pengangkutan (angkong) untuk dibawa ke Tempat

Pengumpulan Hasil (TPH) dan juga berfungsi untuk mengumpulkan atau

menyusun buah kelapa sawit di Tempat Pengumpulan Hasil.

Gambar 12. Alat Dodos, Kampak dan Gancu

b. Angkong dan Garukan

Angkong adalah alat yang digunakan untuk mengangkut atau mengeluarkan

buah dari dalam hancak atau piringan ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH).

Angkong terbentuk dari besi dengan permukaan badan cekung kedalam untuk

menampung buah dengan satu ban karet di depannya dengan ketebalan besi plat

0,8 mm namun banyak dijumpai angkong sudah banyak di modifikasi dengan

roda motor dengan alasan mengurangi berat beban dan meringankan dalam

pengangkutan. Garukan adalah alat yang digunakan untuk menarik dan

mengumpulkan brondolan yang tercecer di sekitaran pokok sawit ataupun TPH,

Page 43: PT. Puri Hijau Lestari

42

alat ini terbentuk seperti garu yang bergerigi namun garukan ini terbuat dari

plastik drum dan tangkai yang terbuat dari kayu.

Gambar 13. Angkong dan Garukan

c. Tojok, Drum dan Karung Eks Pupuk

Tojok adalah alat yang digunakan untuk bongkar dan muat TBS yang terbuat

dengan besi panjang seperti huruf “T” dengan lancip bagian bawah. Drum sebagai

alat mengangkut TBS dari pinggir pokok ke TPH alat ini sangat efektif pada lahan

gambut yang berair sedangkan karung eks pupuk adalah alat sebagai wadah

pengumpul brondolan sawit yang jatuh di pokok dan dibawa ke TPH.

Gambar 14. Tojok, Drum dan Karung Eks Pupuk

d. Bargas, TPH dan Titi Panen

Bargas adalah sarana dalam kegiatan panen yang berguna untuk mengangkut

TBS ke TPH besar/induk berbentuk seperti perahu yang terbuat dari besi yang

mampu menampung TBS seberat 1 ton. TPH merupakan sarana kegitan panen

yang penting sebagai tempat pengumpulan TBS sebelum diangkut ke pabrik dan

Page 44: PT. Puri Hijau Lestari

43

titi panen merupakan sarana panen yang menghubungkan antara 1 blok dengan

blok lainnya dalam hal kegiatan panen ataupun pengawasan.

Gambar 15. Bargas, TPH dan Titi Panen

3.1.1.3 Kualitas Panen

Kriteria matang panen adalah suatu indikasi yang dapat membantu para

pemanen untuk memotong Tandan Buah Segar (TBS) pada saat yang tepat.

Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna. Jika

warna buah yang matang akan berubah menjadi warna merah atau oranye akibat

pengaruh pigmen beta karoten. Kriteria matang panen yang ditetapkan di PT. Puri

Hijau Lestari pada afdeling 4 adalah jumlah brondolan yang jatuh disekitar

piringan dengan ketentuan minimal 2 brondolan pada TBS. Kriteria panen kelapa

sawit dapat ditentukan apabila dari tandan telah terdapat satu brondolan alami per

kg tandan. Mutu panen buah yang baik ditentukan oleh derajat kematangan buah

yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 6. Tingkat kematangan Tandan Buah Segar (TBS) dalam beberapa fraksi.

Fraksi Jumlah brondolan yang lepas Derajat Kematangan

00

0

I

II

III

IV

V

VI

Tidak ada membrondol, buah warna

hitam

1 – 12,5 % buah luar membrondol

12,5 – 25% buah luar membrondol

25 – 50 % buah luar membrondol

50 – 75 % buah luar membrondol

75 – 100 % buah luar membrondol

Buah lapisan dalam ikut membrondol

Semua buah membrondol

Sangat Mentah

Mentah

Kurang Matang

Matang I

Matang II

Lewat Matang I

Lewat Matang II

Tandan Kosong

Sumber: SOP Kriteria Mulai Panen PT. Puri Hijau Lestari

Page 45: PT. Puri Hijau Lestari

44

Kriteria matang panen yang digunakan di kebun PT. Puri Hijau Lestari

adalah jika terdapat minimal 2 brondolan segar yang jatuh di piringan yang

berasal dari satu pohon atau dengan kata lain fraksi panen yang digunakan di

afdeling 4 adalah fraksi 2 dan fraksi 3 karena terdapat rendeman minyak yang

tinggi dengan kualitas minyak yang baik serta kandungan asam lemak bebas

rendah.

3.1.2 Pengorganisasian (Organizing) Kegiatan Panen

Pengorganisasian dapat diterjemahkan sebagai penentuan pekerjaan-

pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagikan

pekerjaan kepada setiap karyawan, penetapan departemen serta penentuan

hubungan-hubungan. Organisasi panen dibentuk dengan tujuan agar pelaksanaan

panen bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Tingkatan tenaga kerja pada

kegiatan pengorganisasian di PT. Puri Hijau Lestari terdiri dari Estate Manager

(kepala kebun), asisten afdeling, kerani afdeling, mandor 1, kerani, mandor panen,

kerani panen, kerani transport/kirim dan pemanen ataupun pelangsir.

Susunan organisasi kegiatan pemanenan pada PT. Puri hijau lestari

ESTATE MANAGER

KARYAWAN HARIAN

LEPAS (KHL)

MANDOR 1

KARYAWAN HARIAN

TETAP (KHT)

MANDOR PANEN

KERANI AFD

KERANI PANEN

KERANI KIRIM

FIELD ASISTEN

Page 46: PT. Puri Hijau Lestari

45

Adapun tugas dan fungsi dari masing-masing personil yang terlibat langsung

dalam kegiatan pemanenan adalah sebagai berikut:

1. Estate Manager menjamin terlaksananya kegiatan panen sesuai dengan

rencana (plan), dan pencapaian target panen. Estate Manager dapat

memberikan teguran dan atau sanksi melalui asisten afdeling, dan asisten

afdeling yang akan menegur dan memberi sanksi kepada mandor panen,

kerani panen, kerani kirim atau pemanen yang melanggar aturan panen.

Sanksi yang diberikan bisa berupa denda atau surat peringatan. Serta

peninjauan langsung ke kebun untuk melihat kondisi kebun, penerapan cara

baru bahkan kegiatan tenaga kerja di kebun.

2. Asisten Afdeling bertanggung jawab kepada manajer atas pelaksanaan

kegiatan yang dilakukan di kebun pada keiatan pemeliharaan dan produksi

dengan mengevaluasi seluruh kegiatan kebun yang dilakukan. Asisten

afdeling membawahi seluruh mandor yang melakukan kegiatan pemeliharaan

atau produksi di kebun.

3. Mandor 1 mengatur dan memberikan pengarahan kepada mandor panen dan

kerani panen pada pelaksanaan panen harian. Bertanggung jawab kepada

asisten afdeling dan bertugas membantu asisten afdeling dalam mengatur

kegiatan pemeliharaan dan produksi dengan membawahi mandor.

4. Kerani bertugas mengatur semua administrasi yang digunakan dalam proses

kegiatan pemeliharaan dan produksi serta bertanggung jawab penuh kepada

asisten afdeling dalam melaksanakan tugasnya.

5. Mandor panen bertugas mengarahkan dan mengawasi pemanen serta

menjamin tuntas panen baik TBS maupun brondolan di seluruh areal panen

yang menjadi tanggung jawabnya, serta memberikan teguran atau sanksi bagi

pemanen yang melanggar aturan panen.

6. Kerani panen bertanggung jawab dalam menghitung dan memastikan jumlah

TBS dan brondolan tiap pemanen di TPH, serta menghitung kesalahan

pemanen berdasarkan kriteria panen yang berlaku.

7. Kerani kirim bertugas mengawasi dan memeriksa kebersihan TBS dan

brondolan di TPH untuk diangkut oleh truk menuju ke pabrik.

8. Pemanen bertanggung jawab dan memastikan bahwa hancak panen sudah

Page 47: PT. Puri Hijau Lestari

46

selesai tuntas dipanen, buah yang dipanen memenuhi kriteria matang panen

dan melaksanakan panen sesuai SOP pelaksanaan panen dan arahan mandor.

3.1.3 Penggerakan (Actuating) Kegiatan Panen

Penggerakan merupakan usaha yang berhubungan dengan segala sesuatu

kegiatan panen agar semuanya dapat dilakukan dengan apa yang telah

direncanakan dan diorganisasikan karena pada kenyataan mungkin tidak berjalan

lancar jika satu sama lainnya tidak saling koordinasi. Penggerakan harus bersifat

sederhana dan mudah dijelaskan agar memperoleh pengertian satu sama lain, yang

akhirnya digunakan dan bersifat konsultatif. Adapun kegiatan yang menyangkut

penggerakan antara lain:

1. Pelaksanaan Panen

2. Premi Panen

Pengarahan dari mandor 1 kepada mandor panen diberikan setiap hari

pada pagi hari di lokasi apel pagi. Pengarahan yang diberikan dari mandor 1

kepada mandor panen tentang kebersihan panen, misal mengutip brondolan pada

setiap pokok yang telah dipanen dan pemanenan TBS harus sesuai dengan kriteria

matang panen yang telah ditetapkan serta lokasi kebun yang akan dipanen.

Pengarahan yang dilakukan oleh mandor 1 kepada mandor lapangan berupa

motivasi dan pembinaan agar mandor lapangan tersebut bekerja sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan, biasanya kegiatan motivasi dan pembinaan ini

dilakukan pada saat mandor 1 dan mandor lapangan sedang berdiskusi baik

dilapangan maupun setelah jam kerja selesai.

a. Pelaksanaan Panen

Pelaksanaan pemanenan kelapa sawit merupakan suatu kegiatan memotong

tandan buah yang sudah matang kemudian mengutip brondolan yang tercecer

didalam dan diluar piringan selanjutnya menyusun tandan buah di tempat

pengumpulan hasil, selanjutnya langsung dibawa ke pabrik kelapa sawit.

Pelaksanaan pemanenan kelapa sawit tidak dilakukan secara sembarangan, perlu

memperhatikan beberapa kriteria tertentu, sebab tujuan panen untuk mendapatkan

rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen

Page 48: PT. Puri Hijau Lestari

47

yang baik adalah mengetahui kriteria matang panen, alat panen, teknik panen,

rotasi panen, dan sistem panen.

Pelaksanaan kegiatan panen pada PT. Puri Hijau Lestari sebelum melakukan

kegiatan panen TBS lokasi panen telah ditentukan mandor panen. Prinsip dasar

dari kegiatan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan TBS dan

mengangkutnya ke pabrik untuk diolah menjadi minyak sawit berkualitas baik

yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam lemak bebas

(FFA) yang rendah. Pelaksananan panen di perkebunan PT. Puri Hijau Lestari,

antara lain:

1. Setelah mengikuti master pagi/apel pagi dengan mandor panen, maka

pemanen segera menuju blok yang akan dipanen sesuai dengan hancak

mereka masing-masing dengan membawa peralatan mereka.

2. Tempat awal panen dan arah panen telah ditentukan oleh masing-masing

mandoran.

3. Pemanen memperhatikan tingkat kematangan buah dan juga jumlah

brondolan segar yang ada dipiringan sebagai pedoman untuk

melaksanakan panen.

4. Pelepah yang menjadi penyanggah buah terlebih dahulu dipotong (tidak

boleh sengkleh), dan disusun digawangan mati.

5. Jika memanen dengan menggunakan dodos, di usahakan semaksimal

mungkin tidak mengenai pelepahnya. Pelepah yang menyangga atau

songgoh buah matang dipotong dengan dodos, dengan kriteria songgoh 2,

yaitu menyisahkan 2 pelepah dibawah janjang yang nantinya untuk

pemanenan pada tahap berikutnya.

6. Semua berondolan dipiringan dikutip begitu juga yang berada diketiak

pelepah harus dikorek, tujuannya agar berondolan tersebut tidak tumbuh

menjadi tanaman baru yang dapat mengganggu tanaman kelapa sawit yang

sudah ada. Tandan dan berondolan diangkat/dibawa dengan menggunakan

gancu dan angkong ketempat pengumpulan hasil, kemudian disusun

dengan baik yaitu jenjang menghadap keatas dan diberi nomor pemanen.

Page 49: PT. Puri Hijau Lestari

48

7. Memotong buah yang telah matang, dan tangkai panjang dipotong

minimal 2,5 cm dari permukaan buah, lalu gagang bekas potongan

dibuang digawangan mati.

8. Bila hancak dalam satu blok sudah selesai, pindah ke ancak pada blok

berikutnya.

Gambar 16. Pelaksanaan Panen

Kegiatan pemanenan dimulai pada pukul 07.00 WIB, dimana para pemanen

sudah tiba dilahan, para pemanen sudah tiba pada pukul 07.05 WIB. Setelah tiba

dilahan para pemanen melakukan kegiatan pemanenan dengan cara memotong

tandan buah segar yang telah memenuhi kriteria matang panen. Apabila pemanen

melebihi basis yang telah ditetapkan, maka para pemanen akan memperoleh

premi. Pemberian premi panen bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil panen,

dan meningkatkan pendapatan sesuai dengan jumlah dan mutu hasil yang

diperoleh. Premi tersebut tidak hanya diberikan kepada para pemanen, tetapi juga

diberikan kepada mandor panen, krani buah dan mandor 1.

b. Premi Panen

Pada pemanenan terdapat premi hidup yang tergantung dari tonase yang

diperoleh. Borong tandan harus diatur sedemikian rupa, sehingga jumlah tandan

yang ditetapkan bagi pemanen dalam waktu 7 jam kerja untuk setiap tahun tanam

dapat diselesaikan dengan jumlah kilogram terentu. Premi basis atau siap borong

harus berpedoman kepada anggaran (Rp/ton TBS) yang sedang berjalan dan tarif

yang berlaku sebelumnya. Premi siap borong harus sama untuk semua umur

tanaman. Yang berbeda adalah lebih basis atau lebih borongannya. Tarif premi

lebih borong, pertama menentukan kelas-kelas BJR dahulu, kemudian ditetapkan

Page 50: PT. Puri Hijau Lestari

49

harga per tandan lebih basis/borong menurut kelas-kelas BJR tersebut. Harga

tandan lebih basis/borong dari kelas yang berbeda dapat saja sama, tergantung

dari kondisi setempat. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa biaya Rp/ton TBS

dari lebih basis/borong tidak boleh lebih tinggi dari biaya Rp/ton TBS dalam

dinas. Sebagai ketentuan premi lebih borong maksimum 50% dari gaji rata-rata.

Premi kepala mandor (mandor 1) maksimum 2,00 x premi rata-rata pemanen yang

dibawah pengawasannya dalam bulan bersangkutan. Premi mandor panen

maksimum 1,50 x premi rata-rata yang dibawah pengawasannya pada bulan

bersangkutan. Premi kerani panen maksimum 1,25 x premi rata-rata pemanen

yang dibawah pengawasannya pada bulan bersangkutan dengan ketentuan apabila

BJR sesuai dengan hasil penimbangan di lapangan pada semester bersangkutan.

3.1.4 Pengawasan (Controlling)

Pengawasan perlu dilkukan untuk mendapatkan hasil yang maksimum

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan adalah agar

suatu pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan

sehingga tujuan dari suatu kegiatan dapat terwujud. Kegiatan pengawasan dapat

juga dilakukan dengan cara mengawasi suatu kegiatan dan mengoreksi hasil

pekerjaan. Pengawasan pada hakikatnya merupakan usaha memberikan petunjuk

pada cara pelaksanaan agar mereka bertindak sesuai dengan rencana. Diharapkan

agar para pelaksana membatasi tidakan-tindakannya mencapai tujuan sedemikian

rupa sehingga tidak begitu menyimpang dari yang diperbolehkan. Pengawasan

menjadi siklus fungsi manajemen lengkap dan membawa organisasi ke

perencanaan. Dalam kegiatan panen pengawasan berperan penting mendapatkan

suatu tingkat kuantitas dan kualitas yang mempunyai nilai tambah sehingga semua

mandor kerja dan sistem yang telah diintruksikan dapat berjalan dengan baik

karena hasil dari pengawasan akan meningkatkan mutu kerja dan mutu hasil yang

lebih baik.

Pengawasan pemanenan dapat dilakukan oleh asisten afdeling, mandor 1,

mandor, manajer, ataupun tim audit. Mandor melakukan pengawasan terhadap

karyawannya dan wajib menegur jika terjadi kesalahan serta melaporkan kepada

asisten afdeling untuk kesalahan yang fatal. Asisten afdeling melakukan

Page 51: PT. Puri Hijau Lestari

50

pengawasan kepada mandor dalam mengerakkan anggotanya pada kegiatan

pemanenan agar pekerjaan dapat selesai tepat waktu dan sesuai dengan rencana.

Manajer melakukan pengawasan jika terjadi kejanggalan dari laporan

harian ataupun bulanan untuk masing-masing afdeling. Sedangkan tim audit

pengawasannya dilakukan dengan melihat bagian administrasi serta turun

langsung kelapangan guna memastikan kegiatan tersebut sudah sesuai atau belum

dengan Standart Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan oleh

perusahaan, namun untuk tim audit biasanya dilakukan pada setahun sekali. Pada

tingkat asisten afdeling bertanggung jawab terhadap semua kegiatan operasional.

Untuk melakukan pengawasan pekerjaan dilapangan dilakukan oleh mandor 1 dan

mandor panen. Mandor 1 bertanggung jawab penuh terhadap atas pengawasan

yang berada dibawah wewenangnya, mandor panen bertanggung jawab penuh atas

pengawasan anggota panennya.

Mandor 1, mandor panen, kerani panen atau kerani kirim, baik secara

sendiri atau bersama-sama harus bertanggung jawab atas sempurnanya pekerjaan

panen dan menjamin hal sebagai berikut dalam pengawasan:

a. Panen harus bersih dan buah/brondolan tersusun rapi di TPH

b. Tidak ada buah matang yang tertinggal

c. Potongan pelepah harus disusun dan tidak dibenarkan pelepah gantung

sesuai dengan peraturan

d. Pengutipan semua brondol dan dibawa ke TPH

e. Data janjang harus akurat dan transport TBS berjalan lancar

Adapun kegiatan pengawasan pemanenan harus dilakukan dengan 2 cara yaitu :

a) Pengawasan Langsung

Pengawasan yang dilakukan dengan cara Field Assistant, Mandor 1, dan

Kepala Kebun terjun langsung ke lapangan. Biasanya ada kerjasama antara

mandor 1 dengan asisten dalam melakukan pengawasan. Mandor panen

mengawasi bagian dalam pasar pikul sedangkan asisten mengawasi dari jalan

poros agar tidak terjadi penyimpangan. Tujuanya agar pemanenan dapat berjalan

dengan lancar sehingga aktivitas panen yang diinginkan dapat tercapai.

Page 52: PT. Puri Hijau Lestari

51

b) Pengawasan Tidak Langsung

Dilakukan dengan cara melihat atau mengevaluasi data–data yang dibuat

berdasarkan kegiatan di lapangan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan

dalam perhitungan jumlah tenaga kerja, jumlah buah yang dipanen dan jumlah

biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Adapun pengawasan setelah melakukan

kegiatan panen berupa denda. Denda terhadap kesalahan pemanen dapat dilihat

dari tabel berikut:

Tabel 7. Denda terhadap kesalahan pemanen PT. Puri Hijau Lestari

No. Kode Uraian Pelanggaran

Nilai Minimum

Potongan (% dari

UMR per Hari)

Per Satuan

1 A Potong Buah Mentah 25 Janjang

2 G Tangkai Panjang 5 Janjang

3 S Buah Masak Tidak Dipanen 15 Janjang

4 M1 Buah Diperam 20 Janjang

5 M2 Buah Dipanen Tidak

Dibawa Ke TPH 20 Janjang

6 M3 Buah Matahari (potong

buah tak sempurna) 5 Janjang

7 M4 Buah tidak disusun di TPH 5 TPH

8 B1 Brondolan tidak dikutip > 3

butir 5 Pohon

9 B2 Brondolan dibuang di

gawangan 0,2 Butir

10 C Pelepah sengkleh tidak

dipotong 5 Pelepah

11 R Pelepah tidak disusun di

gawangan 5 Pelepah

Sumber: Sistem dan Standard Premi Manual (SOP PT. PHL), Desember 2013

Apabila seorang pemanen melakukan pelanggaran hingga denda dan

menghabiskan upahnya (HK dan Premi) maka pada hari tersebut pemanen tidak

akan mendapat upah (HK dan Premi). Misalnya bila pemanen memotong buah

mentah lebih dari 4 buah maka pemanen tidak akan mendapatkan HK. Penetapan

Page 53: PT. Puri Hijau Lestari

52

denda terhadap kesalahan pemanen bertujuan meningkatkan disiplin kerja,

meningkatkan moral tukang panen karena adil, meningkatkan mutu dan rendemen

minyak, mengacu pada peningkatan output dan produktivitas penamen.

3.2 Pembahasan

Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik

mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan Crude Palm Oil (CPO) ke

konsumen. Manajemen adalah suatu proses kegiatan usaha untuk mencapai tujuan

tertentu melalui kerjasama dengan orang lain. Sedangkan organisasi menurut

(Sumardjo, 2010) adalah suatu kumpulan individu yang bersama-sama menjadi

suatu sistem, melalui suatu hirarki jabatan dan pembagian kerja untuk berusaha

mencapai tujuan tertentu. Apabila manajemen suatu perusahaan baik, tetapi

organisasinya tidak baik, maka keadaan perusahaan tersebut tidak akan sukses.

Sebaliknya, jika organisasi baik tetapi manajemen jelek, maka akan timbul mis-

manajemen. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari sembilan unsur

manajemen, yang meliputi pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan modal,

pengelolaan barang dan bahan, pengelolaan mesin-mesin, pengelolaan teknis

lapangan, pengelolaan peluang pasar, pengelolaan waktu, pengelolaan sumber

daya alam, dan pengelolaan fakta menjadi data dan informasi (Risza, 2010).

Perencanaan dalam pemanenan dilakukan ketika tanaman akan beralih dari

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) ke Tanaman Menghasilkan (TM).

Kegiatan perencanaan tersebut diantaranya penentuan jumlah tenaga pemanen,

prosedur pelaksanaan, persiapan hancak panen, persiapan akses jalan panen dan

perlengkapan panen, sistem administrasi dan waktu pelaksanaan.

Pengorganisasian kegiatan panen dikelola oleh asisten afdeling yang

bertanggung jawab kepada Estate Manager. Seorang asisten afdeling berhak

memilih seorang mandor 1 sebagai pengawas dan penanggung jawab kegiatan

lapangan. Pembagian tugas dan hancak karyawan panen dilakukan oleh mandor

panen selain bertugas melakukan pengawasan terhadap anggotanya masing-

masing. Setiap individu yang terlibat dalam organisasi panen harus memiliki

kemampuan kerjasama dalam tim selain kemampuan teknis di lapangan.

Page 54: PT. Puri Hijau Lestari

53

Pengarahan dalam menjelaskan strategi untuk mencapai tujuan bersama

adalah tanggung jawab manager dan asisten. Seorang pemimpin perlu memiliki

integritas dan komunikasi yang baik dalam memberi pengarahan sehingga staf dan

karyawan pun paham dan bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Biasanya

manajer akan memberikan pengarahan terlebih dahulu kepada asisten afdeling

terkait pencapaian target produksi. Asisten langsung merespon arahan tersebut

dengan mengkoordinasikan kepada seluruh karyawan. Komunikasi yang tidak

efektif kepada karyawan dapat menyebabkan pekerjaan tidak terarah sehingga

terjadi pemborosan karena biaya yang dikeluarkan tidak mencapai target yang

diinginkan. Dalam mempengaruhi karyawannya, seorang asisten dapat melakukan

kekuasan ganjaran, yaitu menggunakan imbalan agar karyawan bekerja dengan

baik atau kekuasaan paksaan seperti memberikan sangsi apabila karyawan tidak

bekerja dengan baik. Selain itu, karyawan pun dapat dipengaruhi oleh kekuasaan

ahli berupa kemampuan teknis, pengalaman, dan kecerdasan teori yang dimiliki

seorang pemimpin (Sumardjo, 2010).

Pengawasan menjadi fungsi terakhir dalam manajemen agar seluruh

perencanaan dan kegiatan dalam mencapai tujuan bersama dapat berjalan secara

optimal. Seluruh standar kerja dan prestasi kerja karyawan harus selalu di evaluasi

oleh seorang pemimpin. Hal tersebut juga dapat menjadi motivasi karyawan untuk

selalu bekerja dengan baik. Pengawasan ini dapat dilakukan dengan melihat

laporan administrasi dan melihat langsung kondisi di lapangan. Selain

kemampuan teknis dan teori, seorang pemimpin juga harus menguasai

permasalahan yang terdapat di lapangan agar dapat segera diambil keputusan atau

solusinya. Pada pelaksanaan manajemen pemanenan di PT. Puri Hijau Lestari

selama penulis melakukan kegiatan magang semuanya berjalan dengan baik dan

berjalan berdasarkan Standart Operational Procedure (SOP) yang ada namun

pada kondisi di lapangan ada beberapa perbedaan yang dilakukan dengan

kebiasaan yang ada tetapi pada dasarnya kegiatan tersebut tidak menyimpang jauh

dari SOP perusahaan dan dalam tingkat yang wajar.

Page 55: PT. Puri Hijau Lestari

54

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pelaksanaan kegiatan magang selama kurun waktu delapan minggu

(30 Oktober 2013 s/d 23 Desember 2013) di PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai

Bungur Afdeling 4 pada kegiatan manajemen pemanenan Tandan Buah Segar

(TBS) penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pemanenan pada PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai Bungur

khususnya di Afdeling 4 sudah berjalan sesuai yang direncanakan, baik dari

peninjauan rencana kerja harian, bulanan dan kegiatan di lapangan hampir

seluruhnya memenuhi standar operasional perusahaan yang telah diberikan

serta pelaksanaan pemanenan telah dilakukan sebagaimana mestinya untuk

tanaman kelapa sawit.

2. Pelaksanaan pengorganisasian pada PT. Puri Hijau Lestari Kebun Sungai

Bungur terdiri dari Estate Manager, Asisten Afdeling, Mandor 1, Mandor

Panen dan Kerani Panen maupun Kerani Kirim telah terkoordinasi dengan baik

sehingga kegiatan pemanenan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan

yang direncanakan.

3. Pelaksanaan pengarahan di Afdeling 4 pada PT. Putri Hijau Lestari Kebun

Sungai Bungur berjalan dengan baik. Asisten afdeling dan mandor 1 selalu

memberikan pengarahan kepada mandor panen yaitu tentang kebersihan

pemanen, misalnya pengutipan brondolan pada setiap pokok yang telah

dipanen harus bersih, dan pemanen TBS harus sesuai dengan kriteria matang

panen yang telah ditetapkan.

4. Pelaksanaan pengawasan di Afdeling 4 pada PT. Puri Hijau Lestari Kebun

Sungai Bungur berjalan dengan baik, karena mandor 1 ataupun mandor panen,

kerani panen dan kerani kirim langsung turun ke lapangan melihat kegiatan

para pemanen, pelangsir dan pengangkut sehingga kegiatan pemanen dan

pekerja lain bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan pemanen TBS.

Page 56: PT. Puri Hijau Lestari

55

4.2 Saran

Berdasarkan hasil mengikuti tinjauan beberapa kegiatan manajemen

pemanenan di PT. Puri Hijau Lestari penulis memberikan saran untuk

meningkatkan kualitas dan produktifitas kepada para karyawan terutama pada setiap item

pekerjaan yang ada di kegiatan pemanenan bertujuan untuk meminimalisir kehilangan

produksi (losess) kemudian perlu pengawasan secara optimal, harus dilihat secara

langsung dan rutin agar produksi tanaman sawit terus meningkat. Untuk masalah

pengelolaan panen di PT. Puri Hijau Lestari perbaikan sarana dan prasarana panen

yang harus dilakukan terus-menerus untuk kemudahan kegiatan panen dengan

perawatan bargas yang bocor, perawatan pasar pikul ataupun gawangan/piringan

di setiap pokok, penanganan yang cepat untuk alat-alat panen yang sudah rusak

dan hal-hal lainnya yang harus diperhatikan sebagai penunjang kegiatan

pemanenan di PT. Puri Hijau Lestari.

Page 57: PT. Puri Hijau Lestari

56

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2013. Indonesian Oil Palm Statistic. Badan Pusat Statistik. Jakarta

Effendi Rustam dan Widanarko Agus. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit.

Agromedia, Jakarta.

Hasibuan, SP. 1993. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Penabur.

Jakarta.

Munandar Ari. 2013. Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit Di Afdeling

1 pada PT. Bangun Persada Kahirupan Sarolangun. Fakultas Pertanian Universitas

Jambi. Jambi.

Rankine Ian dan Fairhurst Thomas. 1998. Buku Lapangan Seri Tanaman Kelapa

Sawit Vol. 3 Tanaman Menghasilkan. Oxford Graphics Printers Pte. Ltd.

Singapore.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya.

Jakarta