PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk...

63

Transcript of PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk...

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANNERACA KONSOLIDASI30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

- 1 -

A S E T

Kas dan setara kas (Catatan 2d, 2g, 3, 34 dan 35) Rp 173.777.026 Rp 165.329.043

Surat berharga (Catatan 2d) 428.114.997 414.715.674

20082009

g ( )

Investasi (Catatan 2e, 2h, 4, 34 dan 35) 116.949.015 70.658.786

Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 2d, 2i, 5 dan 34) 18.227.521 15.759.955 Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 6.144.746 pada tahun 2009 dan Rp 4.918.431 pada tahun 2008

(Catatan 2i, 5 dan 34) 249.403.286 55.956.837 ( )

Piutang lain-lain Pihak yang mempunyai hubungan istimewa - setelah dikurangi penyisihan

piutang ragu-ragu sebesar Rp 16.031.791 pada tahun 2008(Catatan 2d, 2i, 6 dan 34) 274.027 4.388.129

Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesarRp 104.213 pada tahun 2009 dan 2008 (Catatan 2i, 6 dan 34) 3.234.825 4.921.533

Persediaan setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai sebesarPersediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai sebesarRp 8.893.212 pada tahun 2009 dan 2008 (Catatan 2k, 2p dan 7) 1.751.722.155 1.726.427.409

Pajak dibayar di muka (Catatan 8 dan 18) 12.281.652 30.924.968

Biaya dibayar di muka (Catatan 2l, 9 dan 34) 8.674.973 8.770.201

Aset pajak tangguhan - bersih (Catatan 2x dan 18) 7.728.875 - Aset pajak tangguhan bersih (Catatan 2x dan 18) 7.728.875

Properti investasi - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesarRp 137.045.542 pada tahun 2009 dan Rp 58.729.423 pada tahun 2008(Catatan 2m dan 10) 1.168.706.881 1.234.280.522

Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 965.514.910pada tahun 2009 dan Rp 860.863.469 pada tahun 2008 (Catatan 2n dan 11) 1.289.986.418 1.414.837.182

Goodwill - setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar Rp 153.768.768pada tahun 2009 dan Rp 84.308.537 pada tahun 2008 (Catatan 12) 90.771.465 91.724.414

Aset lain-lain (Catatan 13, 34 dan 35) 92.504.586 40.092.394

JUMLAH ASET Rp 5.412.357.702 Rp 5.278.787.047

(Berlanjut)

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANNERACA KONSOLIDASI (Lanjutan)30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

- 1a -

(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Kewajiban

Surat hutang (Catatan 14) Rp 522.774.000 Rp 703.350.000

2009 2008

Hutang bank (Catatan 15, 34 dan 35) 832.445.828 838.391.589

Hutang obligasi (Catatan 16) 22.000.000 25.000.000

Hutang usaha (Catatan 17 dan 35) 128.450.316 153.956.638

Hutang pajak (Catatan 2x dan 18) 22.384.520 4.935.199

Biaya yang masih harus dibayar (Catatan 2d, 19 dan 35) 322.721.525 333.905.075

Pendapatan diterima di muka (Catatan 2r dan 20) 177.520.468 155.949.581

Hutang lain lain pihak yang mempunyai hubungan istimewaHutang lain-lain - pihak yang mempunyai hubungan istimewa(Catatan 2d, 2e, 21, 34 dan 35) 14.823.556 24.545.810

Kewajiban pajak tangguhan - bersih (Catatan 2x dan 18) 22.349.523 15.103.772

Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha (Catatan 2s) 1.620.209 951.872

Taksiran kewajiban untuk pembangunan prasarana (Catatan 22) 24 862 500 24 862 500Taksiran kewajiban untuk pembangunan prasarana (Catatan 22) 24.862.500 24.862.500

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja (Catatan 2w dan 37) 41.989.107 32.594.734

Pendapatan ditangguhkan (Catatan 2e, 2t dan 23) 9.086.887 17.551.818

Kewajiban lain-lain (Catatan 24 dan 35) 752.000.447 918.908.396

Jumlah Kewajiban 2.895.028.886 3.250.006.984

Hak Minoritas atas Aset Bersih Anak Perusahaan (Catatan 2c dan 25) 1.019.400.970 731.539.804

(Berlanjut)

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANNERACA KONSOLIDASI (Lanjutan)30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

- 1b -

EKUITASModal saham - nilai nominal Rp 500 per saham

Modal dasar - 3.000.000.000 sahamModal ditempatkan dan disetor penuh - 1.930.039.200 saham (Catatan 26) Rp 965.019.600 Rp 965.019.600

Tambahan modal disetor - bersih (Catatan 2q dan 27) 1.219.436.685 1.219.436.685

2009 2008

Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaanasosiasi (Catatan 2c) 394.498.091 394.498.091

Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (Catatan 2c) ( 868.563.770 ) ( 868.563.770 )Defisit ( 212.462.760 ) ( 413.150.347 )

Jumlah Ekuitas 1.497.927.846 1.297.240.259

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp 5.412.357.702 Rp 5.278.787.047

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasisecara keseluruhan.

- 2 -

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI UNTUK SEMBILAN BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham) 2009 2008

PENDAPATAN (Catatan 2d, 2t dan 28) Rp 1.673.915.256 Rp 671.590.447 BEBAN POKOK PENJUALAN (Catatan 2t dan 29) 612.837.511 295.637.941

LABA KOTOR 1.061.077.745 375.952.506 BEBAN USAHA Umum dan administrasi (Catatan 30) 382.297.048 341.219.225 Penjualan 31.988.902 30.112.606

Jumlah Beban Usaha 414.285.950 371.331.831

LABA USAHA 646.791.795 4.620.675

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Laba kurs mata uang asing – bersih (Catatan 2d dan 2v) 198.151.375 7.227.850 Pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan 28.545.792 23.873.431 Pendapatan bunga 4.054.403 2.056.758 Amortisasi goodwill ( 26.404.943 ) ( 26.404.943 ) Beban bunga dan beban keuangan lainnya – bersih (Catatan 14 dan 15) ( 50.693.173 ) ( 70.899.680 ) Lain-lain – bersih 26.890.309 ( 1.672.687 )

Penghasilan (Beban) Lain-lain – Bersih 180.543.763 ( 65.819.271 )

LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK 827.335.558 ( 61.198.596 ) BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK Kini 66.745.725 - Tangguhan 13.273.605 ( 48.595.469 ) 80.019.330 ( 48.595.469 )

LABA (RUGI) SEBELUM POS LUAR BIASA DAN HAK MINORITAS ATAS (LABA) RUGI BERSIH ANAK PERUSAHAAN Rp 747.316.228 ( Rp 109.794.065 )

(Berlanjut)

- 2a - 2009 2008 POS LUAR BIASA Rp - Rp 146.769.253 HAK MINORITAS ATAS (LABA) RUGI BERSIH ANAK PERUSAHAAN (Catatan 2c dan 25) ( 425.204.878 ) 40.590.878

LABA BERSIH Rp 322.111.350 Rp 77.566.066

LABA BERSIH PER SAHAM DASAR (Catatan 2y) Rp 166,89 Rp 40,19

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

- 3 -

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASI UNTUK SEMBILAN BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008 (Jumlah Rupiah dalam Ribuan) 2009 2008

ARUS KAS DARI KEGIATAN USAHA Penerimaan kas dari pelanggan, penyewa pusat perbelanjaan, pembeli apartemen dan pembeli kompleks gedung perkantoran dan ruang perkantoran Rp 1.265.259.942 Rp 1.052.316.956 Pembayaran kas untuk/kepada: Pemasok dan kontraktor ( 796.894.647 ) ( 349.875.887 ) Karyawan ( 69.514.737 ) ( 382.642.260 ) Uang jaminan ( 7.900.263 ) 825.788 Lain-lain ( 15.777.586 ) ( 21.725.145 ) Kas bersih diperoleh dari operasi 375.172.709 298.899.452 Pembayaran pajak penghasilan ( 81.165.111 ) ( 60.817.474 ) Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi 294.007.598 359.716.926 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Penerimaan bunga 3.185.710 2.056.758 Hasil penjualan aset tetap 201.237 - Penurunan (kenaikan) aset lain-lain ( 769.715 ) 3.246.678 Kenaikan investasi ( 15.597.582 ) - Perolehan properti investasi dan aset tetap ( 28.537.649 ) ( 346.781.000 ) Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi ( 41.517.999 ) ( 341.477.564 ) ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Pengurangan pendapatan diterima di muka ( 21.024.445 ) - Penambahan piutang ( 44.637.541 ) ( 111.331.964 ) Pembayaran bunga ( 48.048.014 ) ( 69.276.000 ) Pengurangan surat hutang bank dan hutang bank ( 175.325.000 ) ( 31.915.000 ) Penambahan kewajiban lain-lain - 269.809.933 Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Pendanaan ( 289.035.000 ) 57.286.969 KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS ( 36.545.401 ) 75.526.331 KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 210.322.427 89.802.712

KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE Rp 173.777.026 Rp 165.329.043

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANLAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIUNTUK SEMBILAN BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 30 SEPTEMBER 2009 DAN 2008(Dalam Ribuan Rupiah)

Selisih TransaksiPerubahan EkuitasAnak Perusahaan/

Perusahaan Asosiasi Defisit

Saldo pada tanggal 1 Januari 2008 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 490.716.413 ) 1.219.674.193

Laba bersih periode berjalan - - - - 77.566.066 77.566.066

Saldo pada tanggal 30 September 2008 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 413.150.347 ) Rp 1.297.240.259

Saldo pada tanggal 1 Januari 2009 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 534.574.110 ) Rp 1.175.816.496

Laba bersih periode berjalan - - - - 322.111.350 322.111.350

Saldo pada tanggal 30 September 2009 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 212.462.760 ) Rp 1.497.927.846

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

Restrukturisasi Entitas

- 4 -

Selisih Nilai Transaksi

Sepengendali Jumlah EkuitasModal Saham Modal DisetorTambahan

- 5-

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (Jumlah Rupiah dalam Ribuan, kecuali Data Saham) 1. U M U M

a. Pendirian PT Jakarta International Hotels & Development Tbk (Perusahaan atau Induk Perusahaan) didirikan pada tanggal 7 Nopember 1969 dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1/1967 berdasarkan Akta No. 5 tanggal 7 Nopember 1969 dari Soetrono Prawiroatmodjo, S.H., notaris di Jakarta, yang kemudian diubah dengan Akta No. 42 tanggal 27 Januari 1970 dari notaris yang sama. Akta tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 54 tanggal 7 Juli 1970, Tambahan No. 214. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 108 tanggal 27 Juni 2008 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, sehubungan dengan penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan terhadap Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-94129.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 9 Desember 2008. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, lingkup kegiatan Perusahaan mencakup pembangunan hotel dan penyelenggaraan jasa perhotelan, pembangunan real estat dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan niaga beserta fasilitasnya. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1969. Perusahaan adalah pemilik Hotel Borobudur Jakarta (Hotel) yang dikelola oleh PT Dharma Harapan Raya. Kantor pusat Perusahaan berkedudukan di Gedung Artha Graha - Lantai 15, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS), Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta.

b. Penawaran Umum Efek Perusahaan Seluruh saham Perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh berjumlah 1.930.039.200 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Informasi historis mengenai saham Perusahaan yang dicatatkan di bursa adalah sebagai berikut:

Tahun Keterangan Jumlah Saham

1984 Penawaran Umum Saham Perdana 6.618.600 1988 Penawaran Umum Saham Kedua 6.633.700 1989 Pencatatan Saham Pendiri 11.315.700 1991 Pencatatan Saham Private Placement 432.000 1992 Pencatatan Saham Pendiri 56.869.280 1992 Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran 46.800.000 1994 Pencatatan Saham Bonus 257.338.560

1996 Penawaran Umum Terbatas I 579.011.760 2004 Pemecahan Nilai Nominal Saham 965.019.600

Jumlah 1.930.039.200

- 6-

c. Anak Perusahaan yang Dikonsolidasi Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, Perusahaan memiliki lebih dari 50% saham dalam anak-anak perusahaan berikut:

T ahun Perusahaan Dom is ili Bidang Usaha Berd iri 2009 2008 2009 2008

P em ilikan Lan gsu ngP T Danay asa A rthat am a T bk (D A) J ak arta R ea l es t at 1987 82, 41% 82, 41% 4.085. 690.861 3.965. 844.526P T Panduneka Se jahtera (PS) J ak arta Pem bangunan dan 1995 99, 99% 99, 99% 115. 933.112 113. 464.253

penge lolaan gedungperk antoran

P T Dharm a H arapan Raya (D HR ) J ak arta M anajeme n perhote lan 1998 60, 00% 60, 00% 9. 990.359 6. 837.533P T Jak arta In ternat ional H ote ls J ak arta M anajeme n perhote lan 1992 90, 00% 90, 00% - - M anagement (J I HM ) * )

P em ilikan Tid ak Lan gsu ngM ela lui DA J ak arta T e lekom unik asi, liha t penyertaan saham D A pada anak perus ahaan

real esta t , properti, ho te l dan perdagangan

* ) d ihentik an s em entara kegia tanny a s ehubungan dengan berdir inya D HR

Pers entase K epemilik an Jum lah As et sebe lum E lim inasi

PT Danayasa Arthatama Tbk (DA) Pada tanggal 28 Maret 2002, DA memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) dengan Surat Keputusan No. S-615/PM/2002 untuk melakukan penawaran umum perdana atas 100.000.000 saham DA kepada masyarakat dengan harga nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 500 per saham. Saham-saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 19 April 2002. Kepemilikan saham Perusahaan pada DA mengalami dilusi setelah penawaran umum perdana ini dari semula 99,99% menjadi 96,28%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 15.562.817 dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi” pada neraca konsolidasi dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan penyertaan saham yang bersangkutan. Pada tanggal 6 September 2004, DA memperoleh pernyataan efektif dari ketua Bapepam dan LK dengan Surat Keputusan No. S-2837/PM/2004 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas I kepada pemegang saham DA dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu sebanyak 630.360.000 saham dengan harga nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga pelaksanaan sebesar Rp 625 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Surabaya pada tanggal 23 September 2004. Dalam penerbitan saham tersebut, Perusahaan tidak melaksanakan haknya. Setelah penerbitan saham baru tersebut, kepemilikan saham Perusahaan pada DA mengalami dilusi menjadi 63,44%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 110.045.409 dan dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi entitas sepengendali” pada neraca konsolidasi dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan. Pada bulan Juli 2007, Perusahaan memperoleh kepemilikan 630.340.604 saham dalam DA yang berasal dari pembagian dividen non-tunai dari PT Graha Jakarta Sentosa (GJS), dahulu merupakan anak perusahaan yang seluruh kepemilikan sahamnya telah dijual pada tahun 2007, sehingga meningkatkan kepemilikan saham Perusahaan dalam DA menjadi 82,41%. DA saat ini sedang mengembangkan area seluas lebih kurang 45 hektar yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, yang dikenal dengan nama "Kawasan Niaga Terpadu Sudirman" (KNTS). Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, DA memiliki penyertaan saham dalam perusahaan-perusahaan berikut:

- 7-

Perus ahaan Bidang Usaha Tahun Berdiri

Pemilikan LangsungPT Grahamas Adisentosa (GA) Pembangunan dan pengelolaan gedung s erta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Intigraha Arthayasa (IA) **) Perhotelan, pariwisata dan kegiatan yang berkaitan 1995 100% *) 100% *)PT C itra W iradaya (CW ) ***) Pembangunan dan pengelolaan gedung s erta 1995 100% 100%

kegiatan yang berkaitanPT C itra Adis arana (CA) ** Pembangunan dan pengelolaan gedung s erta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Artharaya Unggul Abadi (AUA) **) Pembangunan dan pengelolaan gedung s erta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Nusagraha Adicitra (NA) **) Pembangunan dan pengelolaan gedung s erta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Artha Telekom indo (AT) Telekomunik asi 1993 100% 100%PT Pandugraha Sejahtera (PGS) **) Pembangunan dan pengelolaan gedung s erta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Adinus a Puripratama (AP) **) Pembangunan dan pengelolaan gedung s erta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Panduneka Abadi (PA) **) Pembangunan dan pengelolaan gedung s erta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Grahaputra Sentosa (GPS) **) Pembangunan dan pengelolaan gedung s erta 1995 100% *) 45% *)

kegiatan yang berkaitanPT Primagraha Majumakmur (PGMM) **) Pengembangan real estat dan agen 1993 100% *) 100% *)

pemasaran apartemenPT Pusat Graha Mak mur (PGM) **) Perdagangan 1994 99% *) 99% *)PT Esagraha Puripratama (EP) **) Perdagangan 1995 99% *) 99% *)PT Adimas U tama (AMU) **) Perdagangan 1995 99% *) 99% *)PT Trinusa Wi ragraha (TW ) **) Perdagangan 1995 99% *) 99% *)Delfina Group Holdings Lim ited (Delfina) **) Penyer taan saham di berbagai perusahaan 2005 64% 64%PT Majumakmur Arthas entosa (MAS) Pengembangan hotel dan apartemen 1995 51% *) 51% *)PT Andana U tamagraha (AU) Pengembangan hotel dan apartemen 1995 51% 51%

Pemilikan Langsung oleh Anak PerusahaanPT Pacific P lace Jakarta (PPJ)(o leh Delfina) Pengembangan dan pengelolaan hotel, pus at 1995 55% 55%

perbelanjaan, apartemen dan gedung kantorPT Graha Sampoerna (GS)(oleh PPJ) Pembangunan dan pengelolaan gedung s erta 1995 100% 100% kegiatan yang berkaitan

*) Perusahaan masih dalam tahap pengembangan**) Anak Perus ahaan memilik i posisi keuangan yang tidak signifikan dibandingkan posisi keuangan konsolidasi

2009 2008Persentase Kepemil ikan

PT Panduneka Sejahtera (PS) Pada tahun 2007, Perusahaan memperoleh kepemilikan sebanyak 112.043.366 saham dalam PS yang berasal dari pembagian dividen non tunai dari GJS. PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) dan PT Andana Utamagraha (AUG) Sejak tahun 1998, pengembangan hotel yang dilakukan MAS dan apartemen yang dilakukan oleh AU telah ditunda akibat krisis ekonomi yang belum membaik. Pada tahun 2003, AU mulai melanjutkan pembangunan apartemen yang berlokasi di Lot 23-B KNTS dan pada tahun 2005 telah melakukan kegiatan komersialnya. Berdasarkan Management Plan MAS untuk pengembangan Lot 23-A KNTS tanggal 14 Maret 2002, manajemen MAS mengubah rencana peruntukan dari hotel menjadi apartemen jual/strata title. Dengan perubahan tersebut, mulai tahun 2002 saldo bangunan yang sedang dikonstruksi beserta penyisihan penurunan nilainya dicatat pada akun “Persediaan”. Delfina Group Holdings Limited (Delfina) Pada tahun 2005, Delfina memiliki penyertaan saham dalam PPJ sebanyak 269.683.066 saham atau sebesar 20% dari seluruh saham PPJ yang disetor penuh. Berdasarkan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang didokumentasikan dalam Akta No. 108 tanggal 30 Juni 2006 dari Fathiah Helmi S.H., notaris di Jakarta, DA mengalihkan 471.945.365 saham dalam PPJ kepada Delfina sehingga penyertaan saham Delfina dalam PPJ menjadi 741.628.431 saham atau sebesar 55% dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh PPJ. Sebaliknya DA mendapatkan penyertaan saham dalam Delfina sebanyak 50.757.975 saham atau sebesar 63,64% dari seluruh saham yang dikeluarkan Delfina. Transaksi tersebut telah didokumentasikan dalam Akta No. 23 tanggal 12 Agustus 2006 dari Ny. Sinta Susikto S.H., notaris di Jakarta.

- 8-

Transaksi tersebut diatas telah memenuhi ketentuan dalam peraturan Badan Pengawas Pasar Modal No. IX.E.2 mengenai “Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama”. PT Pacific Place Jakarta (PPJ) Berdasarkan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 1 Juli 2005, yang didokumentasikan dalam Akta No. 44 tanggal 12 September 2005 dari Retno Handayani Rahayu S.H., notaris pengganti Esther Mercia Sulaiman, S.H., notaris di Jakarta, PPJ meningkatkan modal dasarnya menjadi Rp 2.000.000.000 dan modal ditempatkan dan disetor penuh menjadi Rp 1.348.415.328. Dalam peningkatan modal ditempatkan dan disetor penuh tersebut, DA tidak ikut ambil bagian sehingga kepemilikan saham DA dalam PPJ mengalami dilusi menjadi 35%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 216.044.968. Dampak pencatatan akun tersebut pada DA, mengakibatkan perubahan nilai investasi Perusahaan terhadap DA sebesar Rp 178.044.634 dan dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi” pada neraca konsolidasi. PT Graha Sampoerna (GS) Pada tanggal 2 Juli 2007, PPJ melakukan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) saham GS dengan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMS). Berdasarkan perjanjian, PPJ akan membeli dari HMS sebanyak 87.732.410 saham GS yang mewakili 99,99% dari keseluruhan modal disetor GS dengan harga yang disepakati sebesar Rp 157.249.641. Pada bulan Januari 2008, PPJ telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia atas pengambilalihan saham tersebut. Nilai wajar aset GS yang dapat diidentifikasi pada saat akuisisi adalah sebesar Rp 88.742.558 termasuk saldo kas sebesar Rp 16.676. Goodwill yang diakui dari akuisisi saham GS adalah sebesar Rp 68.507.284. Sehubungan dengan transaksi tersebut di atas, sejak bulan Juni 2008 laporan keuangan GS dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan PPJ.

d. Pelepasan Anak Perusahaan Pada bulan Juli 2007, Perusahaan memperoleh dividen non-tunai dari GJS berupa penyertaan saham GJS dalam DA dan PS masing-masing sebanyak 630.340.604 saham dan 112.043.366 saham, serta surat hutang dengan nilai nominal sebesar US$ 44.222.188. Berdasarkan Perjanjian Pengikatan Jual Beli tanggal 27 Juli 2007 yang diaktakan dengan Akta Penyimpangan Surat (Depot) No. 21 tanggal 26 Januari 2008 dari notaris Emmy Halim, S.H., M.Kn, Perusahaan mengalihkan seluruh kepemilikan sahamnya dalam GJS kepada PT Artha Jaya Makmur, pihak ketiga. Pelepasan penyertaan saham dalam GJS mengakibatkan terealisasinya saldo “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”, dan laporan keuangan GJS tahun 2007 tidak lagi dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan konsolidasi Perusahaan.

e. Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan Susunan anggota Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 30 September 2009 berdasarkan Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan No. 53 tanggal 18 Juni 2009 dari Imas Fatimah, S.H., notaris di Jakarta, adalah sebagai berikut:

- 9-

Komisaris Utama : Prof. Dr. J. B. Sumarlin *)Wakil Komisaris Utama : Sugianto Kusuma

Tomy WinataKomisaris : Parlaungan Lumban Toruan Sihombing, S.H., LLM *)

Direktur Utama : H. Jusuf Indradewa, S.H.Wakil Direktur Utama : Santoso GunaraDirektur : Hartono Tjahjadi Adiwana

Mimy C. Ratulangi*) Merupakan Komisaris Independen

Susunan Komite Audit berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris tanggal 22 Mei 2009 adalah sebagai berikut: Ketua : Prof. Dr. J. B. SumarlinAnggota : Parlaungan Lumban Toruan Sihombing, S.H., LLM

GandhiTatang SayutiBudianto Tirtadjaja

Jumlah kompensasi yang diterima oleh Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada 30 September 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 3.546.500 dan Rp 2.847.900. Jumlah rata-rata karyawan Perusahaan pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 masing-masing sebanyak 855 karyawan dan 878 karyawan.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (sekarang Bapepam dan LK). Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasi ini adalah konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali untuk akun persediaan yang dinyatakan sebesar kecuali nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value) dan efek hutang yang dinyatakan sebesar nilai wajarnya. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan metode akrual, kecuali laporan arus kas. Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp). Kecuali dinyatakan secara khusus, angka-angka adalah dalam Rupiah.

b. Penerapan Pernyataan Stándar Akuntasi Keuangan (PSAK) Revisi PSAK Revisi yang Berlaku Efektif Tahun 2008 Perusahaan dan anak perusahaan telah menerapkan PSAK revisi tersebut mulai tanggal 1 Januari 2008: (1) PSAK No. 13 (Revisi 2007) “Properti Investasi”, yang mengatur mengenai pengakuan,

pengukuran dan pengungkapan atas properti investasi. Selain itu, standar ini diterapkan

- 10-

untuk pengukuran hak atas properti investasi yang diperoleh melalui sewa pembiayaan di dalam laporan keuangan lessee. Standar ini mengizinkan Perusahaan dan anak perusahaan untuk memilih di antara model biaya dan model nilai wajar untuk seluruh properti investasinya. Standar ini telah diterapkan secara restrospektif. Sehubungan dengan hal tersebut, bangunan (mal dan perkantoran) anak perusahaan yang disewakan dengan biaya perolehan pada tahun 2007 sebesar Rp 1.168.014.797 yang termasuk dalam akun “Aset tetap – bersih” ditransfer ke akun “Properti investasi – bersih” dalam neraca konsolidasi tahun 2007. Pada tanggal 1 Januari 2007, properti investasi masih dalam proses konstruksi, sehingga dicatat berdasarkan PSAK No. 16. Perusahaan dan anak perusahaan memilih menggunakan model biaya untuk akuntansi setelah pengakuan awal atas properti investasi yang dimilikinya.

(2). PSAK No. 16 (Revisi 2007) “Aset Tetap”, yang mengatur perlakuan akuntansi atas aset tetap. Stándar ini mengatur antara lain mengenai pengakuan aset tetap, penentuan jumlah tercatat, penyusutan dan penurunan nilai. Selain itu, stándar ini mewajibkan untuk menghitung dan memasukkan biaya pembongkaran dan pemindahan atau restorasi lokasi aset sebagai bagian dari biaya perolehan, serta mewajibkan entitas untuk memilih di antara model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi atas aset tetapnya. Perusahaan dan anak perusahaan memilih menggunakan model biaya untuk akuntansi setelah pengakuan awal atas aset tetap yang dimilikinya stándar ini diterapkan secara retrospektif. Sebagaimana diatur dalam ketentuan transisi atas standar ini, surplus revaluasi aset tetap yang dicatat pada akun “Selisih Penilaian Kembali Aset Tetap” sebesar Rp 744.827.274 direklasifikasi ke “Saldo Laba”.

(3) PSAK No. 30 (Revisi 2007) “Sewa”, yang mengatur kebijakan akuntansi dan pengungkapan transaksi sewa baik dari sisi lessor maupun lessee. Standar ini mengatur klasifikasi sewa berdasarkan sejauh mana risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewaan berada pada lessor atau lessee, serta berdasarkan substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Standar ini diterapkan secara prospektif. Penerapan standar ini tidak berdampak material terhadap laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan anak perusahaan.

PSAK Revisi yang Berlaku Efektif Setelah Tahun 2008 Perusahaan dan anak perusahaan akan menerapkan PSAK revisi berikut pada saat telah berlaku efektif: (1) PSAK No. 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”,

mengatur ketentuan mengenai penyajian instrumen keuangan serta pengungkapan yang wajib dilakukan. Ketentuan penyajian mencakup klasifikasi instrumen keuangan tersebut dari sudut pandang penerbit, yakni aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang terkait dengan instrumen keuangan; dan keadaan tertentu yang memungkinkan saling hapus (offset) antara aset dan kewajiban keuangan. Standar ini mewajibkan pengungkapan antara lain informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah, saat dan kepastian arus kas masa depan dari suatu entitas terkait dengan instrumen keuangan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan atas instrumen tersebut. PSAK No. 50 (Revisi 2006) menggantikan PSAK No. 50 “Akuntansi Investasi Efek Tertentu”, dan diterapkan secara prospektif mulai tanggal 1 Januari 2010.

(2) PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan, dan

- 11-

kontrak tertentu untuk membeli atau menjual item non-keuangan. Standar ini mengatur antara lain mengenai definisi dan karakteristik instrumen derivatif, kategori, pengakuan dan pengukuran instrument keuangan, akuntansi lindung nilai dan penentuan hubungan lindung nilai. PSAK No. 55 (Revisi 2006) menggantikan PSAK No. 55 “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Lindung Nilai”, dan diterapkan secara prospektif mulai tanggal 1 Januari 2010. Kedua standar tersebut seharusnya berlaku efektif pada laporan keuangan konsolidasi untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009. Namun, pada tanggal 30 Desember 2008 Dewan Standar Akuntasi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) mengumumkan penundaan berlakunya kedua standar tersebut selama 1 tahun melalui Surat No. 1705/DSAK/IAI/XII/2008, sehingga kedua standar tersebut berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2010.

(3) PSAK No. 14 (Revisi 2008) “Persediaan”, yang mengatur mengenai penentuan biaya persediaan pada saat pengakuan awal dan mengharuskan pengukuran selanjutnya berdasarkan yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih. Standar ini mengurangi alternatif pengukuran biaya persediaan, karena standar ini tidak memperkenankan penggunaan metode masuk terakhir keluar pertama (LIFO) untuk mengukur biaya persediaan dan mengharuskan Perusahaan dan anak perusahaan untuk menggunakan metode biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. PSAK No. 14 (2008) menggantikan PSAK No. 14 (1994) “Persediaan”, berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2009 dan diterapkan secara retrospektif. Perusahaan dan anak perusahaan masih mengevaluasi dampak penerapan PSAK revisi di atas dan dampak terhadap laporan keuangan konsolidasi dari penerapan PSAK revisi tersebut belum dapat ditentukan.

c. Prinsip Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang dikendalikannya, dimana Perusahaan memiliki lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan keuangan dan operasi dari anak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas anak perusahaan tersebut. Sebuah anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila sifat pengendaliannya adalah sementara karena anak perusahaan tersebut diperoleh dengan tujuan akan dijual kembali dalam waktu dekat; atau jika ada pembatasan jangka panjang yang mempengaruhi kemampuan anak perusahaan untuk memindahkan dananya ke Perusahaan. Dalam hal pengendalian terhadap anak perusahaan dimulai atau diakhiri dalam suatu periode tertentu, maka hasil usaha anak perusahaan yang diperhitungkan ke dalam laporan keuangan konsolidasi hanya sebatas hasil pada saat pengendalian tersebut mulai diperoleh atau hingga saat pengendalian atas anak perusahaan itu berakhir. Laba anak perusahaan sebelum akuisisi oleh Perusahaan disajikan dalam akun “Laba Pra-Akuisisi” pada laporan laba rugi konsolidasi. Saldo dan transaksi, termasuk keuntungan/kerugian yang belum direalisasi, atas transaksi antar perusahaan yang signifikan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan anak perusahaan sebagai satu kesatuan usaha. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Apabila anak perusahaan menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dari kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasi, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan tersebut.

- 12-

Hak minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan dinyatakan sebesar proporsi pemegang saham minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan tersebut sesuai dengan persentase kepemilikan pemegang saham minoritas pada anak perusahaan tersebut. Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada suatu anak perusahaan dapat melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi bagian pemegang saham minoritas, harus dibebankan kepada pemegang saham mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas untuk menutupi kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya. Apabila pada periode selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup. Selisih dari harga perolehan dengan nilai wajar kepemilikan Perusahaan atas aset bersih anak perusahaan dicatat sebagai goodwill dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus selama periode 5 tahun.

d. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama periode berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi periode yang bersangkutan, kecuali yang berhubungan dengan pengembangan proyek real estat dikapitalisasi ke persediaan real estat dan tanah yang belum dikembangkan.

e. Transaksi Hubungan Istimewa

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah: 1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh,

atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);

2. Perusahaan asosiasi; 3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan

hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan);

4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk

merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan

5. Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.

- 13-

Semua transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan, persyaratan dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi.

f. Penggunaan Estimasi Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aktiva dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aktiva dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasi serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.

g. Kas dan Setara Kas Kas terdiri dari kas dan kas di bank. Setara kas adalah semua investasi yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid yang dapat segera dikonversikan menjadi kas dengan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi pencairannya.

h. Investasi

1. Giro

Rekening giro yang dijaminkan atau dibatasi pencairannya disajikan dalam bagian investasi. Rekening giro ini disajikan sebesar nilai nominal.

2. Deposito berjangka

Deposito berjangka yang jatuh temponya kurang dari tiga bulan pada saat penempatan namun dijaminkan atau telah dibatasi pencairannya atau deposito berjangka yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan pada saat penempatan disajikan dalam bagian investasi. Deposito berjangka disajikan sebesar nilai nominal.

3. Penempatan pada efek Efek terdiri dari surat sanggup (Promissory Notes dan efek hutang). Efek diklasifikasikan berdasarkan tujuan manajemen pada saat perolehan, sebagai berikut: a) Diperdagangkan (trading)

Termasuk dalam kelompok ini adalah efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, yang biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sering. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek. Investasi dalam efek yang termasuk dalam kelompok ini diukur sebesar nilai wajarnya. Laba/rugi yang timbul dari kenaikan atau penurunan tersebut diakui pada laba rugi konsolidasi periode yang bersangkutan.

b) Dimiliki hingga jatuh tempo (held-to-maturity) Investasi dalam efek hutang yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo diukur sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan amortisasi premi atau diskonto yang belum diamortisasi.

c) Tersedia untuk dijual (available-for-sale) Investasi dalam efek yang tidak memenuhi kriteria kelompok “diperdagangkan” dan yang “dimiliki hingga jatuh tempo” dinyatakan sebesar nilai wajarnya. Laba dan rugi yang belum

- 14-

direalisasi dari kenaikan atau penurunan nilai wajar atas kepemilikan efek ini disajikan sebagai komponen ekuitas, dan tidak diakui sebagai keuntungan atau kerugian sampai direalisasi. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi periode berjalan. Untuk menghitung laba atau rugi yang direalisasi, biaya perolehan efek ekuitas ditentukan berdasarkan metode rata-rata tertimbang, sedangkan biaya perolehan efek hutang yang dimiliki hingga jatuh tempo ditentukan berdasarkan metode identifikasi khusus.

4. Investasi jangka panjang dalam bentuk penyertaan saham yang nilai wajarnya tidak tersedia

Investasi dengan menggunakan Metode Biaya

Investasi dalam bentuk penyertaan saham dengan persentase kepemilikan kurang dari 20% dicatat dengan menggunakan metode biaya. Menurut metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Investor mengakui penghasilan hanya sebatas distribusi laba (dividen, kecuali dividen saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang diakumulasikan oleh perusahaan asosiasi setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang melebihi laba tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurangan terhadap biaya investasi. Investasi dalam bentuk saham di mana Perusahaan mempunyai pemilikan saham minimal 20%, tetapi tidak lebih dari 50% dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, di mana biaya perolehan dari penyertaan ditambah atau dikurangi dengan bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi sejak tanggal perolehan sebesar persentase pemilikan serta dikurangi dengan pendapatan dividen. Bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi disesuaikan dengan amortisasi goodwill dengan menggunakan metode garis lurus selama 5 tahun. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk setiap investasi secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi periode berjalan. Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh terjadinya perubahan nilai ekuitas anak perusahaan yang bukan merupakan transaksi antara Perusahaan dengan anak perusahaan diakui sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi”, dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan. Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas yang berada dalan suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaksi demikian tidak dapat menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut. Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak mengakibat perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aset, saham, kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aset maupun kewajiban yang pemilikannya dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan nilai buku.

- 15-

Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali dibukukan dalam akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” dan disajikan sebagai dari Ekuitas. Saldo “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” diakui sebagai laba atau rugi yang direalisasi dalam laporan keuangan konsolidasi pada saat (1) hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi, (2) pelepasan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak lain yang tidak sepengendali. Sebaliknya, jika ada transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama maka saling hapus dilakukan antara saldo yang ada dengan yang baru, sehingga menimbulkan saldo “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali”, baru.

i. Piutang Piutang dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan setelah dikurangi dengan penyisihan piutang ragu-ragu, jika ada. Piutang yang tidak dapat ditagih dihapuskan.

j. Penyisihan Piutang Ragu-Ragu Penyisihan piutang ragu-ragu dibentuk berdasarkan penelaahan manajemen terhadap masing-masing akun piutang akhir periode.

k. Persediaan

1. Persediaan Real Estat Persediaan real estat terdiri dari tanah dan bangunan (secara strata title) yang siap dijual, bangunan (secara strata title) yang sedang dikonstruksi dan tanah yang sedang dikembangkan dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value). Nilai realisasi bersih merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya penjualan. Biaya perolehan tanah yang sedang dikembangkan meliputi biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan ditambah dengan biaya pengembangan langsung dan tidak langsung yang dapat diatribusikan pada kegiatan pengembangan real estat serta biaya pinjaman (beban bunga dan selisih kurs). Tanah yang sedang dikembangkan akan dipindahkan ke bangunan yang sedang dikonstruksi pada saat tanah tersebut selesai dikembangkan dengan menggunakan metode luas areal. Biaya pengembangan tanah, termasuk tanah yang digunakan sebagai jalan dan prasarana atau area yang tidak dijual lainnya, dialokasikan ke proyek berdasarkan luas area yang dapat dijual. Biaya perolehan bangunan yang sedang dikonstruksi meliputi biaya-biaya konstruksi serta dipindahkan ke tanah dan bangunan yang siap dijual pada saat selesai dibangun. Biaya-biaya tersebut ditentukan dengan menggunakan metode identifikasi khusus. Akumulasi biaya ke proyek pengembangan real estat tidak dihentikan walaupun realisasi pendapatan pada masa mendatang lebih rendah dari nilai tercatat proyek. Namun, dilakukan penyisihan secara periodik atas perbedaan tersebut. Jumlah penyisihan tersebut akan mengurangi nilai tercatat proyek dan dibebankan ke laba rugi konsolidasi periode berjalan. Estimasi dan alokasi biaya harus dikaji kembali pada setiap akhir periode pelaporan sampai proyek selesai secara substansial. Apabila telah terjadi perubahan mendasar pada estimasi kini, biaya direvisi dan direalokasi.

- 16-

Beban yang tidak berhubungan dengan proyek real estat dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya.

2. Persediaan Hotel

Barang dan perlengkapan hotel terdiri dari makanan, minuman, perlengkapan teknik dan perlengkapan hotel. Persediaan tersebut dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan, yang ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata, dan nilai realisasi bersih.

l. Biaya Dibayar di muka Biaya dibayar di muka diamortisasi selama manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

m. Properti Investasi Properti investasi diukur sebesar biaya perolehan, termasuk biaya transaksi, setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai. Jumlah tercatat termasuk biaya penggantian untuk bagian tertentu dari properti investasi yang telah ada pada saat beban terjadi, jika kriteria pengakuan terpenuhi dan tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari properti investasi. Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari neraca) pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut. Transfer ke properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan, yang ditunjukkan dengan berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dimulainya sewa operasi ke pihak lain atau pengembangan.

n. Aset Tetap Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, tetapi tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari, dikurangi akumulasi penyusutan serta akumulasi penurunan nilai aset, jika ada. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penurunan nilai, jika ada. Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan. Beban-beban yang timbul setelah aset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Apabila beban-beban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dan penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasikan sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap. Semua aset tetap, kecuali tanah, disusutkan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa manfaat dari aset sebagai berikut:

- 17-

Tahun

Bangunan 20 – 40 Peralatan dan perabotan 2 – 10 Peralatan mekanis dan listrik 6 – 14 Kendaraan bermotor 2 – 8 Peralatan telekomunikasi 2 – 8 Partisi kantor 3 – 5

Nilai tercatat aset tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya. Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Biaya inspeksi signifikan yang dikapitalisasikan tersebut diamortisasi selama periode sampai dengan saat inspeksi signifikan berikutnya. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya (derecognized) pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutan dan amortisasi serta akumulasi penurunan nilai yang terkait dengan aset tetap tersebut. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah tercatat dari aset tetap tersebut, dan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya penghentian pengakuan. Nilai residu, umur manfaat, serta metode penyusutan dan amortisasi ditelaah setiap akhir periode dan dilakukan penyesuaian apabila hasil telah berbeda dengan estimasi sebelumnya. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan.

o. Sewa Sewa di mana Perusahaan dan anak perusahaan tetap mempertahankan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Biaya langsung awal yang dapat didistribusikan secara langsung dengan negoisasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke nilai tercatat aset sewaan dan diakui ke laba rugi konsolidasi periode berjalan selama masa sewa sesuai dengan dasar pengakuan pendapatan sewa.

p. Penurunan Nilai Aset Manajemen menelaah ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aktiva pada tanggal neraca dan kemungkinan penyesuaian ke nilai yang dapat diperoleh kembali apabila terdapat keadaan yang mengindikasikan terjadinya penurunan nilai aset tersebut. Kerugian penurunan nilai diakui jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali. Jumlah aset yang dapat diperoleh kembali dihitung berdasarkan nilai pakai atau harga jual bersih, mana yang lebih tinggi. Di lain pihak, pemulihan penurunan nilai diakui apabila terdapat indikasi bahwa penurunan nilai tersebut tidak lagi terjadi. Penurunan (pemulihan) nilai aset diakui sebagai beban (pendapatan) pada laba rugi konsolidasi periode berjalan.

- 18-

q. Biaya Emisi Saham Biaya emisi saham disajikan sebagai pengurang akun tambahan modal disetor dan tidak diamortisasi.

r. Pendapatan Diterima di Muka Pendapatan diterima di muka ditangguhkan pengakuannya dan akan dibukukan sebagai pendapatan sesuai dengan masa manfaat pendapatan tersebut.

s. Penyisihan untuk Penggantian Peralatan Usaha

Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha (barang dan perlengkapan hotel) dibebankan pada laba rugi konsolidasi berdasarkan taksiran nilai penggantian dari peralatan yang hilang atau rusak. Pembelian dibebankan pada akun “Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha”.

t. Pengakuan Pendapatan dan Beban

(1) Pengakuan Pendapatan Pendapatan dari penjualan persediaan real estat Pendapatan atas penjualan bangunan kondominium, apartemen strata title, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan sejenis lainnya serta unit dalam kepemilikan secara time sharing, diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion method) terhadap unit yang terjual, apabila seluruh persyaratan berikut terpenuhi: 1) Proses konstruksi telah melampaui tahap awal, yaitu fondasi bangunan telah selesai dan

semua persyaratan untuk memulai pembangunan telah dipenuhi. 2) Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang telah

disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; dan 3) Jumlah pendapatan dari penjualan dan biaya unit bangunan dapat diestimasi dengan

andal. Jika semua kriteria yang disebutkan di atas tidak terpenuhi, maka pembayaran yang diterima dari pembeli harus diakui sebagai uang muka dengan metode deposit sampai seluruh kriteria terpenuhi. Dengan metode persentase penyelesaian, jumlah pendapatan dan beban yang diakui untuk setiap periode akuntansi harus sesuai dengan tingkat atau persentase penyelesaian dari aset tersebut. Tingkat atau persentase penyelesaian pengembangan real estat ditentukan berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal tertentu dibandingkan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengembangan real estat tersebut. Pendapatan atas penjualan apartemen strata title, konstruksi yang telah selesai pembangunannya, harus diakui dengan menggunakan metode akrual penuh. Pendapatan sewa dan jasa pelayanan Pendapatan sewa ruangan pusat perbelanjaan dan kantor serta tanah diakui berdasarkan metode garis lurus sesuai dengan jangka waktu sewa dan pendapatan jasa pelayanan diakui pada saat jasa diserahkan.

- 19-

Pendapatan dari Hotel Pendapatan hotel diakui pada saat barang atau jasa diberikan kepada tamu. Lainnya Pendapatan dari iuran keanggotaan klub diakui sesuai dengan periode keanggotaan. Pendapatan dari jasa telekomunikasi diakui pada saat jasa telah diserahkan kepada pelanggan.

(2) Pengakuan Beban

Beban diakui sesuai dengan manfaatnya pada periode yang bersangkutan (accrual basis) pada saat terjadinya, kecuali beban pokok penjualan persediaan real estat yang di dalamnya termasuk taksiran biaya untuk pengembangan prasarana atas tanah yang terjual maupun yang sedang dikembangkan untuk penjualan di masa mendatang.

u. Restrukturisasi Hutang Bermasalah

Restrukturisasi hutang bermasalah diperlakukan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No. 54, “Akuntansi untuk Restrukturisasi Hutang-Piutang Bermasalah”. Sesuai dengan PSAK No. 54, keuntungan dari restrukturisasi harus diakui jika nilai tercatat hutang yang diselesaikan, setelah dikurangi penyelesaian hutang melalui penyerahan saham (jika ada), lebih besar dari pembayaran kas masa depan tanpa memperhitungkan nilai tunainya. Seluruh biaya langsung yang terjadi dari restrukturisasi hutang bermasalah harus dikurangkan dalam penghitungan keuntungan restrukturisasi hutang bermasalah. Keuntungan dari restrukturisasi hutang bermasalah, diakui dan diklasifikasikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi konsolidasi pada periode terjadinya restrukturisasi.

v. Biaya Pinjaman Biaya pinjaman merupakan bunga dan selisih kurs pinjaman yang diterima dalam mata uang asing dan biaya lainnya (amortisasi diskon/premium dari pinjaman diterima) yang terjadi sehubungan dengan peminjaman dana. Biaya pinjaman diakui sebagai beban pada saat terjadinya, kecuali biaya pinjaman atas pinjaman yang diperoleh untuk membiayai perolehan dan pengembangan aset real estat dan dapat secara langsung diatribusikan ke aktivitas pengembangan real estat, yang dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya tanah yang belum dikembangkan dan/atau biaya pengembangan untuk proyek real estat. Apabila pinjaman secara spesifik dipergunakan untuk memperoleh dan mengembangkan proyek real estat, biaya pinjaman yang dikapitalisasi adalah seluruh biaya pinjaman yang terjadi selama periode pinjaman tersebut, dikurangkan dengan pendapatan bunga atas penempatan sementara dari dana pinjaman diterima yang belum digunakan. Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan jika dalam suatu periode yang cukup lama proyek pengembangan real estat ditangguhkan atau ditunda, sedangkan kapitalisasi biaya pinjaman tersebut diakhiri pada saat proyek pengembangan itu telah selesai dan siap untuk digunakan.

w. Imbalan Kerja Imbalan kerja jangka pendek Imbalan kerja jangka pendek merupakan upah, gaji, dan iuran jaminan sosial. Imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah yang tak-terdiskonto sebagai kewajiban setelah dikurangi

- 20-

dengan jumlah yang telah dibayar pada neraca konsolidasi dan sebagai beban pada laba rugi konsolidasi periode berjalan. Imbalan pasca-kerja

Imbalan pasca-kerja Perusahaan merupakan manfaat pasti yang dibentuk dengan pendanaan khusus melalui program dana pensiun dan didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan pada saat pensiun, sedangkan untuk anak-anak perusahaan, imbalan pasca-kerja merupakan manfaat pasti yang dibentuk tanpa pendanaan khusus. Imbalan pasca-kerja tersebut keduanya didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan pada saat pensiun. Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini cadangan imbalan pasti, beban jasa kini yang terkait dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Beban jasa kini, beban bunga, beban jasa lalu yang telah menjadi hak karyawan, hasil yang diharapkan dari aset program, dan dampak kurtailmen atau penyelesaian (jika ada) diakui pada laba rugi konsolidasi periode berjalan. Keuntungan atau kerugian aktuarial (jika ada) dan beban jasa lalu yang belum menjadi hak karyawan bagi karyawan yang masih aktif bekerja diamortisasikan selama jangka waktu rata-rata sisa masa kerja karyawan.

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja disajikan sebesar nilai bersih dari nilai kini cadangan imbalan pasti setelah memperhitungkan nilai wajar aset program keuntungan atau kerugian aktuarial yang tidak diakui.

Imbalan kerja jangka panjang lainnya

Imbalan kerja jangka panjang lainnya yang dibentuk oleh Perusahaan merupakan imbalan untuk karyawan yang telah bekerja lebih dari 15 tahun dan minimum berumur 40 tahun. Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini cadangan imbalan pasti, beban jasa kini yang terkait dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Baban jasa kini, beban bunga, hasil yang diharapkan dari aset program (jika ada), keuntungan atau kerugian aktuarial, beban jasa lalu serta dampak kuartailmen atau penyelesaian (jika ada) diakui pada laba rugi konsolidasi periode yang berjalan.

Kewajiban imbalan kerja jangka panjang lainnya disajikan bersih sebesar nilai kini kewajiban imbalan pasti setelah memperhitungkan nilai wajar aset program (jika ada).

x. Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan Final Sesuai dengan peraturan perundangan perpajakan, pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak lagi dikenakan pajak penghasilan final tidak lagi dilaporkan sebagai pendapatan kena pajak, dan semua beban sehubungan dengan pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak boleh dikurangkan. Di lain pihak, baik pendapatan maupun beban tersebut dipakai dalam perhitungan laba rugi menurut akuntasi. Oleh karena itu, tidak terdapat perbedaan temporer sehingga tidak diakui adanya aset atau kewajiban pajak tangguhan. Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari dasar pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan. Beban pajak atas pendapatan yang dikenakan pajak penghasilan final diakui secara proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final terhutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada laporan laba rugi diakui sebagai pajak dibayar di muka dan pajak yang masih harus dibayar.

- 21-

Pajak Penghasilan Tidak Final Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam periode yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku. Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.

Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aktiva dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.

Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca konsolidasi, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, atas dasar kompensasi sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini.

y. Laba Bersih Per Saham

Laba bersih per saham dihitung dengan membagi laba bersih konsolidasi dengan jumlah tertimbang saham yang ditempatkan dan disetor penuh selama periode yang bersangkutan.

z. Informasi Segmen

Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis.

Segmen usaha adalah komponen Perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Segmen geografis adalah komponen Perusahaan dan anak perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain.

3. KAS DAN SETARA KAS Kas dan setara kas terdiri dari: 2009 2008 Kas Rupiah Rp 1.616.460 Rp 1.262.074 Dolar AS dan mata uang asing lainnya (Catatan 35) 42.881 36.862

Jumlah 1.659.341 1.298.936

- 22-

2009 2008

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (lihat Catatan 34) Bank Rupiah PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rp 32.761.685 Rp 9.791.777 Dolar Amerika Serikat PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (US$ 1.728.383 pada tahun 2009 dan US$ 160.898 pada tahun 2008) 16.732.474 1.544.467

Deposito Rupiah PT Bank Artha Graha Internasional Tbk 65.393.798 29.356.925 Dolar Amerika Serikat PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (US$ 1.704.488 pada tahun 2009 dan US$ 1.691.396 pada tahun 2008) 16.501.147 15.924.662 Jumlah 131.389.104 56.617.831

Pihak ketiga Bank Rupiah Deutsche Bank AG – cabang Jakarta 4.731.685 8.795.716

PT Bank Central Asia Tbk 1.125.887 2.933.324 PT Bank CIMB Niaga Tbk* 343.014 4.457.942 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 41.718 440.767 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk 1.000 - Dolar Amerika Serikat Deutsche Bank AG – cabang Singapura (US$ 698.283 pada tahun 2009 dan US$ 4.967.620 pada tahun 2008) 6.760.078 46.586.339 PT Bank CIMB Niaga Tbk* (US$ 208.874 pada tahun 2009 dan US$ 844.809 pada tahun 2008) 2.022.110 7.922.623 PT Bank Central Asia Tbk (US$ 197.416 pada tahun 2009 dan US$ 851.582 pada tahun 2008) 1.911.180 7.986.133 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (US$ 96.955 pada tahun 2009 dan US$ 305.109 pada tahun 2008) 938.620 2.855.734 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (US$ 11.926 pada tahun 2009) 115.451 - Citibank N.A. - cabang Jakarta (US$ 3.438 pada tahun 2009 dan US$ 3.574 pada tahun 2008) 33.281 33.521 Deposito berjangka Rupiah PT Bank Mega Tbk 20.653.194 - PT Bank Central Asia Tbk - 13.017.371 PT Bank Panin Tbk - 2.000.000

- 23-

2009 2008 Dolar Amerika Serikat PT Bank Mega Tbk (US$ 211.896 pada tahun 2009 dan US$ 1.000.000 pada tahun 2008) Rp 2.051.363 Rp 9.378.000 PT Bank Danamon Tbk (US$ 107.145 pada tahun 2008) - 1.004.806 Jumlah 40.728.581 107.412.276 Jumlah Rp 173.777.026 Rp 165.329.043

Suku bunga rata-rata deposito berjangka per tahun:

2009 2008 Rupiah 8,75% - 12,50% 8,00% - 12,15% Dolar Amerika Serikat 0,09% - 4,00% 3,30% - 4,50%

* Dahulu merupakan PT Bank Lippo Tbk. PT Bank Lippo Tbk bergabung dengan PT Bank Niaga Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk pada tahun 2008.

Transaksi dengan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk, pihak yang mempunyai hubungan

istimewa, dilaksanakan dengan suku bunga, syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga (Catatan 34).

4. INVESTASI 2009 2008 Deposito berjangka yang dibatasi pencairannya (Catatan 14) Rp 59.817.390 Rp 19.915.399 Penyertaan saham 56.480.933 50.600.000 Rekening giro yang dibatasi pencairannya (Catatan 14 dan 15) 650.692 143.387 Jumlah Rp 116.949.015 Rp 70.658.786

a. Deposito Berjangka yang Dibatasi Pencairannya

Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, PPJ memiliki deposito yang dibatasi pencairannya masing-masing sebesar US$ 6.178.844 (ekuivalen sebesar Rp 59.817.390) dan US$ 2.123.630 (ekuivalen sebesar Rp 19.915.399) yang ditempatkan di Deutsche Bank AG, Cabang Singapura sehubungan dengan surat hutang yang diterbitkan PPJ (Catatan 14). Suku bunga deposito rata-rata per tahun adalah 0,21% pada tahun 2009 dan 1,31% pada tahun 2008.

b. Penyertaan Saham

Penyertaan saham pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:

- 24-

Persentase Nilai Penyertaan Kepemilikan 2009 2008

Metode Biaya: PT First Jakarta International (FJI) 9% Rp 45.600.000 Rp 45.600.000 PT Graha Putranusa (GPN) 5 5.000.000 5.000.000 Metode Ekuitas: PT Bumi Mulia Unika (BMU) 20 5.880.933 -

Jumlah Rp 56.480.933 Rp 50.600.000

FJI adalah pemilik dari gedung perkantoran serba guna yang dikenal sebagai Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) (dahulu Bursa Efek Jakarta sebelum bergabung dengan Bursa Efek Surabaya pada tahun 2007), yang berlokasi di Lot 2 KNTS. FJI memulai kegiatan usahanya pada tahun 1995. Pada tahun 2006, FJI meningkatkan modal ditempatkan dan disetor menjadi 489.622 saham atau sebesar US$ 240.230.213,85. Dalam peningkatan modal ditempatkan dan disetor tersebut, Perusahaan tidak ikut ambil bagian, sehingga kepemilikan saham Perusahaan dalam FJI terdilusi dari 19% menjadi 9%. Dengan demikian, sebagian pendapatan ditangguhkan diakui sebagai penghasilan (beban) lain-lain pada saat terjadinya dilusi atas penyertaan saham tersebut (Catatan 23). GPN didirikan dengan tujuan untuk membangun dan mengelola gedung perkantoran dan apartemen yang berlokasi di Lot 24 KNTS. Pada tahun 2004, GPN memulai pembangunan apartemen yang dikenal dengan nama “The Capital Residences” dan telah selesai pada tahun 2007. Pada tanggal 30 Oktober 2008, PT Citra Wiradaya (CW) (anak perusahaan PT Danayasa Arthatama Tbk) melakukan penyertaan saham pada PT Bina Mulia Unika (BMU) dengan kepemilikan sebesar 99,99%. Penyertaan saham tersebut dilakukan untuk tujuan pemilikan jangka pendek. Pada tanggal 23 Januari 2009, CW menjual penyertaan sahamnya dalam BMU kepada PT DMS International (sekarang PT Kingsland International) yang mengakibatkan persentase kepemilikan saham dalam BMU berkurang menjadi 20%, sehingga pada tanggal 30 September 2009 penyertaan saham tersebut dicatat dengan metode ekuitas. Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, tidak ada dividen kas yang diterima dari penyertaan saham tersebut. Tujuan utama penyertaan saham di atas adalah sesuai dengan tujuan utama Perusahaan, yaitu melakukan atau menjalankan kegiatan utama dalam bidang real estat termasuk, tetapi tidak terbatas pada aktivitas pengembangan. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai dari penyertaan saham tersebut di atas.

c. Rekening Giro yang dibatasi pencairannya 2009 2008 Pihak ketiga Dolar Amerika Serikat (Catatan 35) Deutsche Bank AG, cabang Singapura Rp 580.606 Rp 75.295 PT Bank Windu Kentjana International Tbk (dahulu PT Bank Multicor Tbk) 70.086 68.093 Jumlah Rp 650.692 Rp 143.387

- 25-

Perusahaan memiliki rekening giro yang dibatasi pencairannya di PT Bank Windu Kentjana International Tbk (dahulu PT Bank Multicor Tbk sebelum bergabung dengan PT Bank Windu Kentjana pada tahun 2008) yang digunakan sebagai rekening pembayaran hutang (debt-service account) berdasarkan Perjanjian Perubahan dengan sindikasi bank yang dikoordinasi oleh The Royal Bank of Scotland Plc (Catatan 15b). Selain itu, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) memiliki rekening giro yang dibatasi pencairannya di Deutsche Bank AG, Cabang Singapura sehubungan dengan surat hutang yang diterbitkan oleh PPJ (Catatan 14).

5. PIUTANG USAHA

2009 2008

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (lihat Catatan 34) Rupiah PT Mulia Sejahtera Abadi Rp 10.013.903 Rp 8.529.497 PT Arthagraha Sentral 4.251.530 4.438.939 PT Music Roomindo Sejati 2.298.518 1.234.457 Discovery Kartika Plaza Hotel 1.377.370 1.207.595 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk 170.498 184.339 PT Buanagraha Arthaprima 60.500 55.928 Lain-lain 55.202 109.200 Jumlah Rp 18.227.521 Rp 15.759.955

Pihak ketiga Rupiah Jasa Konstruksi PT Kingsland International Rp 60.358.126 Rp - Real Estat 27.623.277 22.035.477 Hotel Guest and city ledger 20.242.699 11.530.306 Kartu kredit 794.031 1.876.467 Jasa Telekomunikasi PT Aplikanusa Lintasarta 413.541 61.450 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 386.468 132.222 PT Indosat Tbk 56.938 267.979 Lain-lain 4.064.629 2.868.366 Dolar Amerika Serikat (Catatan 35) Real Estat 141.157.095 22.031.599

Jasa Telekomunikasi Singapore Telecommunications Limited - 40.819 Lain-lain 451.228 30.583

Jumlah 255.548.032 60.875.268 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 6.144.746 ) ( 4.918.431 )

Bersih Rp 249.403.286 Rp 55.956.837

Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 masing-masing sebesar 18,20% dan 86,60% dari saldo piutang usaha digunakan sebagai jaminan untuk surat hutang dan hutang bank (Catatan 14 dan 15). Piutang jasa konstruksi merupakan piutang atas penjualan kompleks gedung perkantoran strata-title yang dibangun PT Citra Wiradaya.

- 26-

Piutang real estat merupakan piutang atas penjualan ruang perkantoran strata-title yang dibangun oleh PT Graha Sampoerna dan apartemen “Pacific Place Residences” yang dibangun oleh PT Pacific Place Jakarta, keduanya merupakan anak perusahaan (melalui Delfina). City Ledger, In House Guest and Store Rental merupakan tagihan kepada pelanggan hotel dan penyewa ruangan. Termasuk di dalam piutang usaha – lain-lain adalah tagihan kepada perorangan - pihak ketiga.

Rincian piutang usaha dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut:

2009 2008 Sampai dengan 1 bulan Rp 159.691.504 Rp 32.290.003 > 1 bulan – 3 bulan 10.559.116 9.628.386 > 3 bulan – 6 bulan 8.468.067 7.306.759 > 6 bulan 95.056.864 27.410.073 Jumlah Rp 273.775.553 Rp 76.635.223

Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha tersebut. Piutang usaha dalam mata uang asing adalah sebesar US$ 14.648.453 (ekuivalen sebesar Rp 141.811.673) dan US$ 2.356.899 (ekuivalen sebesar Rp 22.103.001) masing-masing pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 (Catatan 35).

6. PIUTANG LAIN-LAIN

Akun ini terdiri dari: 2009 2008

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 34) Akademi Pariwisata Jakarta International Hotels Rp 200.000 Rp 1.015.000 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk 49.455 34.611 PT Cemerlang Pola Cahaya - 16.031.791

PT Ciptadaya Gema Puspita - 2.800.000 Lain-lain 24.572 538.518

Jumlah 274.027 20.419.920 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu - ( 16.031.791 )

Bersih Rp 274.027 Rp 4.388.129

- 27-

2009 2008 Pihak ketiga

Uang dari karyawan Rp 335.503 Rp 494.683 Utilitas 335.376 377.701 Lain-lain 2.668.159 4.153.362 Jumlah 3.339.038 5.025.746 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 104.213 ) ( 104.213 )

Bersih Rp 3.234.825 Rp 4.921.533 Piutang dari PT Cemerlang Pola Cahaya (CPC) terkait dengan pengalihan penyertaan saham Omni Hotels Investment Limited dalam PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) sebesar 10% kepada CPC pada tahun 1997. Pada tanggal 22 Mei 2009, CPC telah menyelesaikan hutangnya kepada DA. Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang lain-lain tersebut.

7. PERSEDIAAN Akun ini terdiri dari: 2009 2008

Persediaan real estat - bersih Rp 1.745.559.161 Rp 1.720.773.869

Barang dan perlengkapan hotel 6.158.516 5.653.540 Lain-lain 4.478 -

Jumlah Rp 1.751.722.155 Rp 1.726.427.409

a. Persediaan real estat

2009 2008

Tanah yang sedang dikembangkan Rp 1.160.274.136 Rp 1.160.297.482 Bangunan yang sedang dikonstruksi 516.574.122 471.715.212 Tanah dan bangunan yang siap dijual 77.604.114 97.654.387

Jumlah 1.754.452.373 1.729.667.081 Dikurangi penyisihan penurunan nilai ( 8.893.212 ) ( 8.893.212 ) Bersih Rp 1.745.559.161 Rp 1.720.773.869

Persediaan tanah yang sedang dikembangkan terdiri dari tanah yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan di masa yang akan datang. Bangunan yang sedang dikonstruksi tahun 2009 dan 2008 termasuk akumulasi biaya proyek pembangunan ruang perkantoran strata-title “Equity Tower” yang berlokasi di Lot 9 KNTS, pembangunan kompleks gedung perkantoran strata-title SCBD “18 Office Park” yang berlokasi di Lot 18 KNTS, dan pembangunan hotel yang berlokasi di Lot-23A. Pada tahun 2009 dan 2008, persediaan tanah dan bangunan yang siap dijual terdiri dari apartemen strata title “Pacific Place Residences”, “SCBD Suites” dan “Kusuma Candra”.

- 28-

Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, masing-masing sebesar 2,83% dan 3,84% dari persediaan real estat digunakan sebagai jaminan untuk surat hutang (Catatan 14). Pada tanggal 30 September 2009, proyek “Equity Tower” telah diasuransikan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa, berupa “Contractors all risks insurance” dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 85.000.000. Transaksi dengan AGI dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana dilaksanakan dengan pihak ketiga. Penyisihan penurunan nilai persediaan real estat dibentuk oleh anak perusahaan, PT Majumakmur Arthasentosa sebesar Rp 6.007.600 dan PT Andana Utamagraha sebesar Rp 2.885.612 pada tanggal 30 September 2009 dan 2008.

Manajemen berpendapat bahwa penyisihan penurunan nilai yang dibentuk adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas penurunan nilai persediaan.

b. Barang dan Perlengkapan Hotel

2009 2008

Makanan dan minuman Rp 3.470.892 Rp 3.344.983 Perlengkapan teknik 2.048.825 1.667.171 Perlengkapan hotel 638.799 641.386

Jumlah Rp 6.158.516 Rp 5.653.540

Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 masing-masing sebesar 0,19% dan 0,25% dari barang dan perlengkapan hotel digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 15b). Perusahaan tidak mengasuransikan barang dan perlengkapan hotel pada tanggal 30 September 2009 dan 2008. Manajemen tidak membentuk penyisihan penurunan nilai barang dan perlengkapan hotel karena manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai atas persediaan tersebut pada tanggal 30 September 2009 dan 2008.

8. PAJAK DIBAYAR DI MUKA

Akun ini terdiri dari:

2009 2008

Pajak Penghasilan: Pasal 4 ayat (2) (Final) Rp 1.527.782 Rp 16.111.859 Pasal 22 2.205.006 2.510.635 Pasal 23 6.915.311 3.020.963 Pasal 25 1.633.553 768.951

Fiskal - 50.500 Pajak Pertambahan Nilai – bersih - 7.439.636 Pajak Penghasilan Badan - 1.022.424

Jumlah Rp 12.281.652 Rp 30.924.968

- 29-

9. BIAYA DIBAYAR DI MUKA Akun ini terdiri dari: 2009 2008

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35) Asuransi Rp 8.057.727 Rp 7.121.442 Sewa 19.494 20.525

Jumlah 8.077.221 7.141.967

Pihak ketiga Asuransi 55.216 608.702 Administrasi saham 27.500 24.063 Sewa - 69.444 Lain-lain 515.036 926.025

Jumlah 597.752 1.628.234

Jumlah Rp 8.674.973 Rp 8.770.201

Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.

10. PROPERTI INVESTASI Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, properti investasi merupakan tanah dan bangunan “Pacific Place Mall” dan “One Pacific Place” yang dimiliki PT Pacific Place Jakarta (PPJ), anak perusahaan (melalui Delfina) dengan luas bangunan 83.041 m2 dan disewakan kepada pihak ketiga.

2009: Perubahan selama periode berjalan

1 Januari 2009 Penambahan Pengurangan 30 September 2009 _______________ Biaya perolehan: Pacific Place Mall Rp 1.190.406.154 Rp 4.915.885 Rp - Rp1.195.322.039 One Pacific Place 110.430.383 - - 110.430.383 _______________ Jumlah 1.300.836.537 4.915.885 - 1.305.752.422

_______________ Akumulasi Penyusutan:

Pacific Place Mall 71.475.190 54.289.541 - 125.764.731 One Pacific Place 6.665.934 4.614.877 - 11.280.811 _______________ Jumlah 78.141.124 58.904.418 - 137.045.542

_______________ Bersih Rp 1.222.695.413 Rp 1.168.706.881

2008: Perubahan selama periode berjalan

1 Januari 2008 Penambahan Pengurangan 30 September 2008 _ Biaya perolehan: Pacific Place Mall Rp 1.057.584.414 Rp 125.204.490 Rp - Rp 1.182.788.904 One Pacific Place 110.430.383 - - 110.430.383 _______________ Jumlah 1.168.014.797 125.204.490 - 1.293.219.287

_______________ Akumulasi Penyusutan: Pacific Place Mall 4.968.688 48.842.435 - 53.811.123 One Pacific Place 512.764 4.614.878 - 5.127.642 _______________ Jumlah 5.481.452 53.457.313 - 58.938.765

_______________ Bersih Rp 1.162.533.345 Rp 1.234.280.522

- 30-

Akumulasi biaya pembangunan properti investasi sejak saat dimulainya pembangunan dicatat pada akun Aset Tetap (Catatan 11) sebagai aset dalam penyelesaian, setelah pembangunan properti selesai, akumulasi biaya pembangunan properti investasi tersebut telah ditransfer dari akun “Aset Tetap” ke akun “Properti Investasi”.

Pendapatan sewa properti investasi yang diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 226.768.865 dan Rp 160.473.606 yang dilaporkan sebagai bagian dari “Pendapatan Usaha” (Catatan 28). Beban penyusutan properti investasi pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 58.904.418 dan Rp 53.457.313 disajikan sebagai bagian dari “Beban Pokok Penjualan” pada laporan laba rugi konsolidasi (Catatan 29). Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, Properti Investasi dijadikan jaminan atas Surat Hutang (Catatan 14). Seluruh Properti Investasi diasuransikan secara gabungan dengan Aset Tetap (Catatan 11). Nilai wajar Properti Investasi pada tanggal 31 Desember 2007 adalah sebesar Rp 2.361.000.000 yang ditentukan berdasarkan laporan penilai independen tertanggal 24 Maret 2008. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan atas nilai wajar tersebut sejak tanggal laporan penilai independen sampai dengan tanggal 30 September 2009.

11. ASET TETAP

Aset tetap terdiri dari: 2009:

Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2009 Penambahan Pengurangan 30 September 2009 _ Nilai Tercatat: Tanah Rp 435.254.604 Rp - Rp - Rp 435.254.604 Bangunan 811.391.988 4.014.836 37.567.976 777.838.848 Peralatan dan perabotan 522.029.658 17.712.106 12.855.977 526.885.787 Peralatan mekanis dan listrik 484.210.222 5.257.608 5.777.617 483.690.213 Kendaraan bermotor 12.219.134 1.779.033 1.608.127 12.390.040 Peralatan telekomunikasi 6.471.650 7.352.071 - 13.823.721 Partisi kantor 2.889.904 2.728.212 - 5.618.116 Aset dalam penyelesaian 6.802.842 5.162.381 11.965.223 - _____________ Jumlah 2.281.270.002 44.006.247 69.774.920 2.255.501.329 _____________

Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi: Tanah 1.013.580 - - 1.013.580 Bangunan 177.980.384 23.001.139 - 200.981.523 Peralatan dan perabotan 407.777.115 27.354.667 3.636.899 431.494.883 Peralatan mekanis dan listrik 286.194.980 31.002.693 144.560 317.053.113 Kendaraan bermotor 5.915.796 1.358.362 615.772 6.658.386 Peralatan telekomunikasi 4.210.942 1.521.990 - 5.732.932 Partisi kantor 2.490.387 90.106 - 2.580.493 _______________ Jumlah 885.583.184 84.328.957 4.397.231 965.514.910 _______________ Nilai Buku Rp 1.395.686.818 Rp 1.289.986.419

- 31-

2008: Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2008 Penambahan Pengurangan 30 September 2008 _ Nilai Tercatat: Tanah Rp 435.254.604 Rp - Rp - Rp 435.254.604 Bangunan 798.247.477 12.697.654 - 810.945.131 Peralatan dan perabotan 491.897.234 31.121.342 2.350.897 520.667.679 Peralatan mekanis dan listrik 476.605.456 8.126.051 921.257 483.810.248 Kendaraan bermotor 9.888.464 3.291.296 638.025 12.541.735 Peralatan telekomunikasi 4.629.892 1.776.720 - 6.406.612 Partisi kantor 2.498.445 - - 2.498.446 Aset dalam penyelesaian - 3.366.852 - 3.366.852 _____________ Jumlah 2.219.021.572 60.379.915 3.910.179 2.275.491.309 _____________ Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi: Tanah 1.013.580 - - 1.013.579 Bangunan 147.901.322 22.468.925 - 170.370.247 Peralatan dan perabotan 377.770.688 24.134.880 2.313.452 399.592.116 Peralatan mekanis dan listrik 247.341.295 30.222.228 896.901 276.666.622 Kendaraan bermotor 6.017.360 1.031.413 598.710 6.450.063 Peralatan telekomunikasi 3.806.988 276.733 - 4.083.721 Partisi kantor 2.452.815 24.963 - 2.477.778 _______________ Jumlah 786.304.046 78.159.142 3.809.063 860.654.126 _______________ Nilai Buku Rp 1.432.717.524 Rp 1.414.837.183

Pada tahun 2008, PT Citra Wiradaya (CW), anak perusahaan, mereklasifikasikan tanah dengan nilai tercatat sebesar Rp 4.012.970 dari persediaan ke aset tetap, sehubungan dengan perjanjian antara CW dan PT DMS International (sekarang PT Kingsland International) atas tanah Lot 18, di mana CW akan memiliki Kavling A beserta gedung yang akan dibangun di atasnya. Aset dalam penyelesaian pada tanggal 30 September 2009 merupakan akumulasi biaya pembangunan “18 SCBD Office Park” - Kavling A yang dimiliki oleh CW. Pembebanan penyusutan dialokasikan sebagai berikut:

2009 2008

Beban umum dan administrasi (Catatan 30) Rp 84.328.957 Rp 78.159.142 Beban pokok penjualan (Catatan 29) 58.904.418 53.457.313

Jumlah Rp 143.233.375 Rp 131.616.455

Rincian pengurangan aktiva tetap sebagai berikut:

2009 2008

Harga perolehan Rp 333.620 Rp 3.910.179 Nilai buku 132.383 3.809.063

Rugi penghapusan aset tetap Rp 201.237 Rp 101.116

Kerugian atas penghapusan aktiva tetap dicatat dalam laporan laba rugi konsolidasi pada akun “Penghasilan (Beban) Lain-lain”. Seluruh aktiva tetap pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 dimiliki oleh Perusahaan dan anak perusahaan.

- 32-

Tanah merupakan hak atas tanah Perusahaan yang di atasnya terletak Hotel Borobudur Jakarta dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 1062/Pasar Baru yang berlaku sampai tanggal 31 Mei 2023, hak atas tanah PPJ dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 415 dan hak atas tanah CW dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 629, masing-masing berlaku sampai dengan tanggal 5 Juni 2015.

Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, Aset Tetap, Persediaan (Catatan 7) dan Properti Investasi (Catatan 10) yang terkait dengan proyek “One Pacific Place”, telah diasuransikan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa, berupa “Property all risks insurance”, dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 438.885.000. Selain asuransi tersebut, pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, Perusahaan dan anak perusahaan mengasuransikan aset tetapnya, kecuali tanah kepada PT Asuransi Central Asia, pihak ketiga, dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 5.631.500 dan Rp 4.064.950. Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, Perusahaan juga mengasuransikan aset tetapnya, kecuali tanah kepada PT Arthagraha General Insurances, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 1.564.327.808 dan Rp 1.546.775.258 Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas aset yang dipertanggungkan.

Transaksi dengan AGI, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga. Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, sebesar 98,87% dan 99,35% dari nilai tercatat aset tetap digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank dan surat hutang kepada pihak tertentu (Catatan 14 dan 15b). Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai dari aset yang disebutkan di atas.

12. GOODWILL 2009 2008 ___________ _________________________

Harga perolehan Rp 244.540.233 Rp 176.032.951 Akumulasi amortisasi ( 153.768.768 ) ( 84.308.537 ) ___________ ________________________

Jumlah Rp 90.771.465 Rp 91.724.414

Akun ini merupakan goodwill yang timbul dari penyertaan saham PPJ dalam GS pada tahun 2008, penyertaan saham DA dalam GPS pada tahun 2006 dan transaksi penukaran saham PPJ antara DA dan Delfina pada tahun 2005 (Catatan 1c). Pembebanan amortisasi dialokasikan sebagai berikut:

2009 2008

Penghasilan (beban) lain-lain Rp 26.404.943 Rp 26.404.943 Beban pokok penjualan (Catatan 29) 20.552.185 -

Jumlah Rp 46.957.128 Rp 26.404.943

- 33-

13. ASET LAIN-LAIN 2009 2008 ___________ ________________________

Biaya proyek dalam pelaksanaan Rp 31.352.433 Rp - Hak guna kapasitas transmisi 15.249.858 - Uang muka kepada pemasok dan kontraktor 12.738.347 4.217.203 Biaya tangguhan 11.336.006 11.336.006 Peralatan usaha hotel 8.533.740 14.429.170

Uang muka kepada PLN 4.809.070 4.803.810 Investasi dalam bentuk tanah 3.039.063 3.039.063 Setoran jaminan 1.729.757 216.004 Uang muka pembelian tanah 500.000 500.000 Lainnya 3.216.312 1.551.138 ___________ ________________________

Jumlah Rp 92.504.586 Rp 40.092.394

Biaya proyek yang sedang dilaksanakan merupakan biaya atas pembelian bahan material, pembayaran kepada sub-kontraktor dan biaya overhead proyek sehubungan dengan kontrak pembangunan gedung perkantoran antara PT Citra Wiradaya, anak perusahaan, dengan PT DMS International (sekarang PT Kingsland International). CW memiliki sebidang tanah yang terletak di Lot 18 (Kavling A, B, C, E dan F) KNTS. Pada tanggal 20 April 2008, CW mengadakan Perjanjian Pokok dengan DMS di mana CW akan menjual Kavling B, C, D dan E (BCDE) dengan luas 5.910 meter persegi kepada DMS, dan DMS akan menunjuk CW untuk membangun gedung perkantoran di BCDE. Perjanjian Pendahuluan juga menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mendirikan PT Bina Mulia Unika (BMU) yang akan memiliki tanah yang terletak di Kavling F seluas 477 meter persegi (melalui perikatan jual beli dengan CW) dan gedung perkantoran yang akan dibangun di atasnya. BMU ditunjuk sebagai pengelola gedung tunggal dari seluruh fasilitas di Lot 18 dan dapat mendelegasikan pengelolaan gedung kepada CW selama 5 tahun setelah Kavling BCDE dan F diserahkan masing-masing kepada DMS dan BMU, sedangkan Kavling A tetap dimiliki oleh CW. Pada tanggal 30 September 2009, proyek yang sedang dilaksanakan oleh CW tersebut telah diasuransikan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa, berupa “Contractors All Risks Insurance” dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 180.000.000. Transaksi dengan AGI, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga. Uang muka kepada pemasok dan kontraktor merupakan uang muka kepada pemasok hotel sehubungan dengan pembelian yang dilakukan oleh Perusahaan dan anak perusahaan. Beban tangguhan termasuk biaya-biaya sehubungan dengan rencana pembangunan Lot 6 KNTS oleh PT Grahamas Adisentosa, anak perusahaan. Uang muka kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) merupakan uang muka pembelian daya listrik untuk KNTS. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat kemungkinan kerugian atas uang muka yang dimaksud, sehingga manajemen tidak membentuk penyisihan piutang ragu-ragu atas uang muka tersebut. Aset lain-lain pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 termasuk saldo dalam mata uang asing masing-masing sebesar US$ 1.771 (ekuivalen sebesar Rp 17.148) dan US$ 41.885 (ekuivalen sebesar Rp 392.798) (Catatan 35).

- 34-

14. SURAT HUTANG

Pada tanggal 4 Juli 2006, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) menerbitkan Senior Secured Amortizing Notes (surat hutang) dengan nilai nominal US$ 80.000.000 dimana DB Trustees (Hong Kong) Limited bertindak sebagai Trustee and Security Trustee. Suku bunga surat hutang tersebut adalah LIBOR + 7,5% per tahun dan dibayar setiap triwulanan. Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, suku bunga yang dikenakan masing-masing 8,67% dan 12,85%. Jangka waktu surat hutang ini adalah 5 tahun dan akan jatuh tempo pada tanggal 4 Juli 2011. Surat hutang ini dijamin dengan piutang usaha, persediaan, properti investasi, aset tetap dan fiducia security over insurance (Catatan 5, 7 dan 12). PT Metropolitan Mulia Persada dan Delfina Group Holdings Limited juga menjaminkan penyertaan saham dalam PPJ masing-masing sebesar Rp 539.366.131 dan Rp 741.628.431. Surat hutang ini juga dijamin dengan jaminan tambahan dari beberapa perusahaan dan perorangan. PPJ juga memiliki rekening giro dan deposito berjangka yang dibatasi pencairannya, sehubungan dengan surat hutang tersebut (Catatan 4).

PPJ diwajibkan untuk memenuhi beberapa syarat perjanjian, diantaranya pembatasan PPJ untuk mengubah jadwal dan rencana konstruksi dan akta pendirian, melakukan penggabungan atau perolehan anak perusahaan, mewajibkan untuk memelihara beberapa rasio keuangan tertentu (debt-to-equity ratio dan debt-to-carrying value of assets under construction ratio). Pembayaran pokok surat hutang selama tahun 2009 adalah sebesar US$ 11.000.000. Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, saldo surat hutang masing-masing sebesar US$ 54.000.000 dan US$ 75.000.000 (masing-masing ekuivalen sebesar Rp 522.774.000 dan Rp 703.350.000) (Catatan 35).

Beban bunga surat hutang ini pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp 48.053.173 dan Rp 67.354.294 dan dicatat sebagai “Beban bunga dan beban keuangan lainnya”. Beban bunga yang belum dibayar sebesar US$ 1.064.049 (ekuivalen sebesar Rp 10.301.057) pada tanggal 30 September 2009 dan US$ 1.781.095 (ekuivalen sebesar Rp 16.703.106) pada tanggal 30 September 2008, dan dicatat dalam akun “Biaya yang masih harus dibayar” (Catatan 19).

15. HUTANG BANK 2009 2008

Rupiah Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 34) PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rp - Rp 32.000.000

Dolar Amerika Serikat

Pihak ketiga Hutang bank sindikasi - The Royal Bank of Scotland Plc (RBS) sebagai “Facility Agent” (US$ 85.987.587 pada tahun 2009 dan 2008) 832.445.828 806.391.589

Jumlah Rp 832.445.828 Rp 838.391.589

- 35-

Pada tanggal 30 September 2008, saldo hutang bank kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah sebesar 0,94% dari jumlah kewajiban konsolidasi (Catatan 34). a. Pada tanggal 30 September 2008, PT Citra Wiradaya memiliki fasilitas pinjaman dari PT Bank

Artha Graha Internasional Tbk (BAGI) dengan pagu kredit maksimal sebesar Rp 32.000.000 dan suku bunga sebesar 14% per tahun. Fasilitas pijaman ini jatuh tempo pada tanggal 12 Januari 2009. Pinjaman ini dijamin dengan tanah yang terletak di Lot 18 KNTS. Pada bulan Nopember 2008 CW telah melunasi pinjaman tersebut.

b. Pada tahun 1995, Perusahaan memperoleh pinjaman sebesar US$ 70.000.000 dari bank sindikasi yang dikoordinasikan (arrange) oleh Schroders International Merchant Bankers Limited (yang kemudian sejak tahun 1999 digantikan oleh The Royal Bank of Scotland Plc (RBS)). Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai renovasi Hotel Borobudur Jakarta.

Sejak tahun 1998, Perusahaan tidak dapat membayar bunga atas pinjaman dan tidak berhasil memenuhi persyaratan rasio keuangan konsolidasi tertentu. Pada tanggal 17 Nopember 2000, Perusahaan memperoleh persetujuan dari kreditur untuk restrukturisasi hutang bank sindikasi. Berdasarkan Perjanjian Perubahan yang berlaku efektif mulai tanggal 22 Desember 2000, kreditur menyetujui hal-hal sebagai berikut: 1. Bunga yang belum dibayar sejumlah US$ 15.987.587 dijadikan sebagai bagian dari pokok

pinjaman dan pokok pinjaman yang baru menjadi sebesar US$ 85.987.587;

2. Sisa bunga yang masih harus dibayar sampai dengan tanggal 22 Desember 2000 sejumlah US$ 6.552.277 dihapuskan;

3. Jatuh tempo hutang bank sindikasi diperpanjang sampai bulan Desember 2005 dan masih

dapat diperpanjang untuk jangka waktu maksimal 2 tahun; 4. Pinjaman baru dikenakan tingkat bunga sebesar LIBOR ditambah marjin 3,5% untuk 5 tahun

sampai dengan tanggal 17 Nopember 2006 dan LIBOR ditambah marjin 4% apabila pinjaman diperpanjang. Pembayaran bunga ditetapkan sebesar 4% per tahun mulai tanggal 17 Nopember 2000 yang meningkat sebesar 1% setiap tahun sampai dengan tanggal 17 Nopember 2003. Selisih antara tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank dan bunga yang dibayarkan dikapitalisasi ke pokok; dan

5. Jaminan berupa pengalihan fidusia (fiduciary transfer) rekening bank (Catatan 4), piutang

usaha (Catatan 5), persediaan (Catatan 7), penyerahan (assignment) penggantian asuransi, pengalihan fidusia hak atas barang tidak bergerak dan hipotik pertama atas Hotel Borobudur Jakarta khususnya tanah yang terletak di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat (Catatan 11).

Perjanjian Perubahan mencakup antara lain, persyaratan (covenants) dan pembatasan mengenai pembagian dividen, merger dan akuisisi, penawaran umum saham, penggunaan hasil penjualan aktiva, jaminan dan prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan mengenai persyaratan keuangan (financial covenant). Pada tanggal 13 Juli 2001, 24 Januari 2002 dan 22 Agustus 2002, Perusahaan menerima surat pemberitahuan dari RBS bahwa, Perusahaan melanggar persyaratan dalam Perjanjian Perubahan. Saldo hutang bank pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 adalah sebesar US$ 85.987.587. Berdasarkan perjanjian, jika Perusahaan gagal memenuhi persyaratan dalam perjanjian hutang sindikasi, bank sindikasi dapat menyatakan setiap saat seluruh jumlah hutang sindikasi yang telah direstrukturisasi, termasuk seluruh bunga masih harus dibayar atau beban dan jumlah lainnya yang terhutang, jatuh tempo segera dan harus dibayar. Sampai dengan tanggal

- 36-

30 September 2009, Perusahaan tidak memperoleh pembebasan atas pelanggaran akibat terpenuhinya persyaratan tersebut. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan sedang dalam proses negosiasi dengan para kreditur untuk merestrukturisasi pinjaman tersebut. Saldo hutang bank dan bunga yang masih harus dibayar pada tanggal 30 September 2009 masing-masing sebesar US$ 85.987.587 (ekuivalen dengan Rp 832.445.828) dan US$ 18.780.104 (ekuivalen dengan Rp 181.810.188).

16. HUTANG OBLIGASI Obligasi, yang dikenal dengan “Obligasi I Jakarta International Hotels & Development Tahun 1997

dengan Tingkat Bunga Tetap”, diterbitkan dengan jumlah nominal sebesar Rp 600.000.000 melalui Penawaran Umum pada tahun 1997 dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (dahulu PT Bank Dagang Negara).

Pada tahun 1997 dan 1998, Perusahaan memperoleh kembali obligasi sejumlah Rp 81.000.000. Berdasarkan Akta No. 27 tanggal 15 Desember 1999 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, Perjanjian Wali Amanat diubah untuk memperhitungkan obligasi yang diperoleh kembali sehingga saldo tercatat di neraca adalah sebesar Rp 519.000.000.

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) tanggal 11 Agustus 2004 yang telah didokumentasikan dalam Akta No. 6 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, 99,40% dari jumlah pemegang obligasi yang hadir atau 95,18% dari seluruh obligasi yang terhutang atau sama dengan Rp 494.000.000 menyetujui tawaran Perusahaan sebagai berikut: a. Penyelesaian kewajiban pokok sebesar Rp 494.000.000 dan tunggakan bunga yang

diperhitungkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 dengan saham milik Perusahaan di anak perusahaan, PT Grahaputra Sentosa (GPS) dan PT Danayasa Arthatama Tbk (DA) masing-masing sebanyak 29.620.228 saham dan 484.322.097 saham.

b. Sehubungan dengan butir (a), pemegang obligasi setuju melepaskan haknya untuk menuntut

Wali Amanat dengan cara dan/atau bentuk apapun juga atas dasar ketentuan hukum yang berlaku sepanjang terkait dengan keputusan RUPO. Selain itu membebaskan Wali Amanat dari semua tuntutan dan/atau gugatan dalam bentuk dan/atau cara apapun juga dari siapapun juga termasuk Pemegang Obligasi yang tidak hadir dan/atau tidak diwakili dalam RUPO ini.

Sedangkan untuk pemegang obligasi Iainnya sebesar Rp 25.000.000 yang mewakili 4,82% dari seluruh obligasi yang terhutang, Perusahaan menawarkan penyelesaian kewajiban pokok dan seluruh tunggakan bunga yang diperhitungkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 dengan cara penukaran sejumlah 31.156.381 saham yang dimiliki Perusahaan pada DA. Penawaran kepada pemegang obligasi tersebut telah dilakukan oleh Perusahaan dan Wali Amanat melalui surat kabar "Harian Ekonomi Neraca" tanggal 17 Desember 2004. Batas waktu penawaran tersebut adalah sampai dengan tanggal 31 Desember 2004. Dengan demikian, terhitung sejak tanggal 31 Desember 2004 hak tagih para pemegang obligasi ditujukan langsung kepada Perusahaan dan selanjutnya sejak tanggal 1 Januari 2005 tugas Wali Amanat dan Perjanjian Perwaliamanatan berakhir. Sampai dengan tanggal laporan keuangan, belum ada penyelesaian yang dilakukan oleh Perusahaan untuk sisa kewajiban obligasi tersebut.

Pada bulan Desember 2008, Perusahaan melakukan penyelesaian pokok hutang obligasi sebesar Rp 3.000.000 dengan harga penyelesaian sebesar Rp 750.000. Selain itu, tunggakan bunga sebesar Rp 5.644.714 (Catatan 20) dihapuskan. Perusahaan mengakui keuntungan sebesar Rp 7.894.714 atas penyelesaian hutang obligasi tersebut dan penghapusan tunggakan bunga dan keuntungan tersebut dicatat sebagai “Pos luar biasa” dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun 2008.

- 37-

Selama tahun 2009, Perusahaan belum melakukan penyelesaian pokok hutang obligasi tersebut.

17. HUTANG USAHA 2009 2008

Pihak ketiga Rupiah PT Indalex Rp 14.209.983 Rp 899.208 PT Surya Pertiwi 6.706.695 8.025.890 PT Multikon 6.075.292 - PT Inti Listelindo 5.799.504 6.253.120 PT Acset Indonusa 4.664.482 2.129.512 PT Jaya Readymix 4.426.823 3.549.716 PT Hardi Agung Perkasa 3.520.000 9.666.189 PT Jaya Kencana 2.599.999 - PT The Master Steel MFG.Co. 1.349.815 1.730.812 PT Megah Abadi Jaya 1.149.995 1.149.995 PT Tata Solusi Pratama 1.062.475 - PT Jones Lang Lassalle 1.035.975 - PT Trigonomitra Anugrah 1.016.095 1.736.913 PT Gipsindo Grahatama 865.425 1.583.723 PT Indoartha Surya Buana 750.530 103.446 PT Wonderful Indah Jaya 705.945 705.945 CV Indonesia Toyo Paint 623.654 664.512 PT Toshindo Elevator Utama 580.192 1.730.727 PT Aljo Karya Asri 363.089 380.359 PT Lelco Trindo Graha Nusantara 256.391 1.550.871 PT Hamparan Aneka Granit 172.438 744.083 PT Sarana Cendikia Abadi - 1.014.393 PT Jakarta Cakratunggal Karmel Sejati - 7.636.598 PT Kharisma Karmel Sejati - 2.827.966 PT Sapta Pusaka Grahanusantara - 2.191.155 PT Star Delta Utama Sakti - 2.015.111 PT Cigading Habeam Centre - 1.646.902 Pemasok hotel: PT Sukanda Jaya 490.389 396.246 PT Indoguna Utama 398.978 423.831

Maulana 331.424 257.442 PT Gama Jaya Sukses 283.989 - CV Puran Jaya 234.539 306.059 PT Jaya Kusuma 223.920 - PT Classic Carpetama Indonesia 223.084 - PT Causa Prima 185.566 - Daya Persada Teknik 178.000 178.000 UD Putra Mandiri 151.704 35.588 UD Budi Jaya 129.174 202.128 CV Tongkat Permata 111.662 153.835 PT Mitraguna Adikriya 91.621 179.326 PT Bumi Maestro Ayu 86.583 267.677 Pemasok hotel – lain-lain 9.201.683 10.197.224 Lain-lain 26.256.099 22.245.547

Sub Jumlah 96.513.212 94.780.049

- 38-

2009 2008

Dollar Amerika Serikat PT Indalex Rp 13.835.308 Rp 19.599.540 PT NAP Info Lintas Nusa 4.927.500 - PT Sarana Cendekia Abadi 2.672.857 89.091 PT Hamparan Anekagranit 2.460.016 8.222.031 PT Hardi Agung Perkasa 1.538.954 1.385.029 PT Siemens Indonesia 1.450.794 3.649.054 PT Moelya Kreasi Perdana 997.458 970.463 PT Draco International 871.290 828.800 PT Haman Rokko Enterprise 795.397 5.095.161 PT Mitra Citrajasa Konstruksi 369.427 359.429 PT GT Kabel Indonesia Tbk 301.794 332.214 Grand Kartech 266.245 564.689 PT Safira Karpet 201.728 1.963.269 PT Stella Mobili 170.435 1.574.843 PT Hadinovasi Wiramandiri 107.882 1.184.817 PT Bika Parama Cipta - 4.475.983 PT Caturgriya Lestari - 3.165.155 PT Prima Setyamakmur - 2.577.067 PT Sapta Pusaka Grahanusantara - 2.191.156 Lain-lain 970.019 948.798

Sub Jumlah 31.937.104 59.176.589

Jumlah Rp 128.450.316 Rp 153.956.638

Jumlah hutang usaha berdasarkan umur (bulan) dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut:

2009 2008

Sampai dengan 1 bulan Rp 27.545.206 Rp 45.946.967 >1 bulan – 3 bulan 7.437.335 8.758.835 >3 bulan – 6 bulan 5.166.691 11.763.432 >6 bulan 88.301.084 87.487.404

Jumlah Rp 128.450.316 Rp 153.956.638

18. HUTANG PAJAK 2009 2008

SKP KB Pajak penghasilan Rp 11.981.874 Rp - Pajak Pertambahan Nilai – Bersih 5.515.260 -

Pajak Penghasilan Pasal 21 2.375.029 1.900.734 Pasal 23 105.134 95.493 Pasal 25 27.054 - Pasal 26 63.927 96.187 Pajak Pembangunan I 1.251.012 1.312.410 Pajak Penjualan Barang Mewah 1.065.230 74.033 Pajak Bumi dan Bangunan - 1.456.342

Jumlah Rp 22.384.520 Rp 4.935.199

- 39-

SKP KB Pajak Pengasilan merupakan kewajiban pajak PPJ atas kekurangan pembayaran pajak penghasilan pasal 21, pasal 23, pasal 26 serta Pajak Pertambahan Nilai untuk masa pajak tahun 2007.

Besarnya pajak penghasilan terhutang ditetapkan berdasarkan perhitungan pajak yang dilakukan

sendiri oleh wajib pajak (self-assessment). Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 mengenai Perubahan ketiga atas Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Kantor pajak dapat melakukan pemeriksaan atas perhitungan pajak dalam jangka waktu 5 tahun (dari sebelumnya 10 tahun) setelah terhutangnya pajak, sedangkan untuk tahun pajak 2008 dan sebelumnya ketetapan tersebut berakhir paling lama pada akhir tahun pajak 2013.

19. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR 2009 2008

Pihak ketiga Bunga Rp 200.949.651 Rp 206.405.945

Administrasi pinjaman 38.716.166 37.504.412 Fasilitas umum dan sosial 23.588.125 23.588.125

Jasa profesional 22.541.368 30.909.150 Listrik, air dan telepon 11.268.942 11.199.231 Gaji dan tunjangan karyawan 9.806.213 7.740.791 Pemeliharaan taman dan fasilitas hotel 4.575.089 5.241.063 Pengembangan sumber daya manusia 1.152.916 893.476 Iuran Jamsostek 216.419 368.517 Lain-lain 9.906.635 10.054.365

Jumlah Rp 322.721.525 Rp 333.905.075

Biaya yang masih harus dibayar untuk fasilitas umum dan sosial merupakan tambahan kewajiban DA sebagai pengembang yakni membangun beberapa fasilitas sosial dan fasilitas umum berdasarkan perjanjian penyelesaian kewajiban DA, dengan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota (PEMDA DKI) Jakarta tanggal 23 Juli 2004. Kewajiban tersebut diharapkan selesai akhir tahun 2005. Sampai dengan tanggal laporan keuangan, kewajiban tersebut masih belum terealisasi seluruhnya.

Jasa profesional pada tanggal 30 September 2009 termasuk biaya pemasaran untuk “Ritz-Carlton Pacific Place Residences”, “Pacific Place Mall” dan “18 SCBD Office Park”, sedangkan pada tanggal 30 September 2008 merupakan akumulasi biaya pemasaran untuk “Pacific Place Residences” dan “Pacific Place Mall”.

Saldo biaya yang masih harus dibayar pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 dalam mata uang

asing masing-masing sebesar US$ 19.844.153 (setara dengan Rp 192.111.245) dan US$ 20.561.199 (setara dengan Rp 192.822.922) (Catatan 35).

- 40-

20. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA 2009 2008 Pihak ketiga

Sewa “Pacific Place Mall” Rp 93.299.844 Rp 127.855.406 Penjualan ruang perkantoran “Equity Tower” 63.500.343 - Sewa dan pengelolaan kawasan 7.857.835 5.749.701 Jasa telekomunikasi 6.247.383 7.017.372 Penjualan apartemen “Kusuma Candra” 3.074.313 3.074.313 Sewa ruang perkantoran “One Pacific Place” 2.362.950 - Iuran keanggotaan klub kebugaran 853.571 1.014.202 Penjualan apartemen “Pacific Place Residences” - 10.709.540 Iuran keanggotaan “Discovery Club Card” 146.436 134.210 Lain-lain 177.793 394.837

Jumlah Rp 177.520.468 Rp 155.949.581

Pendapatan diterima di muka dari penyewa “Pacific Place Mall” dan “One Pacific Place” merupakan sewa diterima di muka oleh PT Pacific Place Jakarta (PPJ) atas sewa ruang pusat perbelanjaan dan ruang perkantoran.

Pendapatan diterima di muka “Sewa dan pengelolaan kawasan” merupakan uang muka yang diterima oleh PT Danayasa Arthatama Tbk, anak perusahaan, atas sewa lahan dan pengelolaan KNTS.

Pendapatan diterima di muka “Jasa telekomunikasi” merupakan uang muka yang diterima oleh

PT Artha Telekomindo, anak perusahaan, atas sewa ruang radio, antena dan menara. Pada tanggal 30 September 2008, pendapatan diterima di muka atas penjualan “Pacific Place Residences” merupakan selisih pembayaran yang diterima PPJ dengan pengakuan pendapatan atas penjualan apartemen. Pada tahun 2009, pendapatan diterima di muka tersebut telah diakui seluruhnya menjadi pendapatan usaha dalam laba rugi konsolidasi.

21. HUTANG KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA 2009 2008

PT Berkat Surya Sentrajaya Rp 12.551.465 Rp 12.158.624 PT Cemerlang Pola Cahaya 2.209.591 12.324.686 PT First Jakarta International 62.500 62.500 Jumlah Rp 14.823.556 Rp 24.545.810

Saldo hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 termasuk hutang dalam mata uang asing sebesar US$ 1.296.505 dan US$ 1.524.745 (Catatan 35).

- 41-

22. TAKSIRAN KEWAJIBAN UNTUK PEMBANGUNAN PRASARANA

Merupakan taksiran kewajiban untuk biaya pembangunan prasarana disekitar Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS). Pada tahun 2002, taksiran kewajiban tersebut telah dinilai kembali oleh surveyor independen dan konsultan manajemen PT Quantech Indonesia. Komponen utama dari biaya pembangunan prasarana ini meliputi jalan dan terowongan, jaringan telekomunikasi, lokasi pengolahan limbah, gardu listrik, pengalihan sungai dan penyediaan air. Tidak ada penilaian kembali untuk taksiran kewajiban untuk biaya pembangunan prasarana pada tahun 2009 dan 2008, karena tidak ada yang signifikan.

23. PENDAPATAN DITANGGUHKAN 2009 2008

PT First Jakarta International (FJI) Bagian laba penjualan tanah DA kepada FJI pada tahun 1993 (yang sahamnya dimiliki oleh Perusahaan sebesar 9%) Rp 7.618.438 Rp 16.083.369

PT Graha Putranusa (GPN) Bagian penggantian biaya pengembangan dan pematangan tanah dari GPN (yang sahamnya dimiliki oleh DA sebesar 5%) 1.468.449 1.468.449

Jumlah Rp 9.086.887 Rp 17.551.818

24. KEWAJIBAN LAIN – LAIN 2009 2008

Rupiah Setoran jaminan Penyewa “Pacific Place Mall” Rp 51.620.456 Rp 51.728.810 Pembeli apartemen “Pacific Place Residences” 5.846.440 10.625.229 Instalasi jaringan telepon 4.653.995 3.145.936 Sewa dan pengelolaan kawasan 1.170.000 970.000 Pengguna jasa telekomunikasi 1.628.086 1.625.086 Lain-lain 4.526.082 2.180.925 Pelanggan hotel 24.685.020 16.587.637 Uang muka penyewa “Pacific Place Mall” 17.687.985 46.223.984 Pengguna jasa telekomunikasi 6.168.880 6.068.882 Hak guna kapasitas transmisi 4.927.500 - Uang muka penyewa “One Pacific Place” 2.869.037 2.460.648 Uang muka pembeli apartemen “SCBD Suites” 669.952 669.952 Instalasi jaringan listrik 438.019 437.139 Pembelian kendaraan bermotor 344.336 439.509 Uang muka pembeli apartemen “Pacific Place Residences” - 13.970.676 Titipan uang jasa promosi - 3.378.037 Lain-lain 188.278.522 31.334.690

Sub Jumlah 315.514.310 191.847.140

- 42-

2009 2008

Dolar Amerika Serikat (Catatan 35) Uang muka pembeli ruang perkantoran strata-title “Equity Tower” Rp 168.760.199 Rp 319.365.299 Setoran dari pembeli “Pacific Place Residences” 14.469.626 79.343.857 Setoran jaminan Penyewa “One Pacific Place” 6.849.496 5.919.288 Sewa dan pengelolaan kawasan 3.284.464 3.399.164 Instalasi jaringan telepon 3.283.566 3.180.796 Pembeli “Pacific Place Residences” 1.232.154 1.176.958 Lain-lain 446.930 186.218 Lain-lain Federal Investment Holdings Ltd. 96.810.000 93.780.000 PT Trireka Jasa Sentosa 36.498.435 35.356.092 Bicapital Ventura Invesment Ltd. 12.189.347 11.807.840 PT Honey Lady Utama 5.041.090 4.883.312

PT Karya Agung Pratama 1.970.035 1.908.376 Lain-lain 85.650.795 166.754.056 Sub Jumlah 436.486.137 727.061.256 Jumlah Rp 752.000.447 Rp 918.908.396

Lain-lain termasuk jumlah yang diterima PT Pacific Place Jakarta (PPJ) dari Sino-Landmark Development Limited (Sino), pihak ketiga. Berdasarkan “Option Agreement” tanggal 1 Juli 2005 yang ditandatangani oleh PPJ dan Sino, PPJ memberikan hak eksklusif kepada Sino untuk melakukan pemasaran dan penjualan atas seluruh apartemen yang akan dibangun PPJ dan sebagai imbalannya Sino akan memperoleh anggaran biaya pemasaran dari PPJ sejumlah tertentu. Selain itu, Sino juga memperoleh hak opsi untuk melakukan penyertaan saham dalam PPJ di masa mendatang. Pembayaran uang muka untuk penempatan saham dalam PPJ dari Sino pada tanggal 30 September 2009 sebesar Rp 144.637.078 dan US$ 1.089.309 (setara Rp 10.545.597) dan pada tanggal 30 September 2008 sebesar US$ 16.023.409 (setara Rp 150.267.532). Kewajiban lain-lain dalam mata uang asing pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 masing-masing sebesar US$ 45.086.885 (Rp 436.486.137) dan US$ 77.528.391 (Rp 727.061.256) (Catatan 35).

- 43-

25. HAK MINORITAS PADA ANAK PERUSAHAAN 2009 2008

a. Hak minoritas atas aset bersih anak perusahaan: Delfina Group Holdings Limited Rp 710.948.905 Rp 464.879.278 PT Danayasa Arthatama Tbk 283.823.577 238.475.650 PT Majumakmur Arthasentosa 15.900.221 20.415.555 PT Andana Utamagraha 4.877.632 5.516.762 PT Dharma Harapan Raya 3.843.385 2.245.509 PT Panduneka Sejahtera 3.448 3.448 PT Pusatgraha Makmur 1.000 1.000 PT Adimas Utama 200 200 PT Adinusa Puripratama 200 200 PT Artharaya Unggul Abadi 200 200 PT Citra Adisarana 200 200 PT Citra Wiradaya 200 200 PT Esagraha Puripratama 200 200 PT Graha Sampoerna 200 - PT Grahamas Adisentosa 200 200 PT Grahaputra Sentosa 200 200 PT Intigraha Arthagraha 200 200 PT Nusagraha Adicitra 200 200 PT Pandugraha Sejahtera 200 200 PT Panduneka Abadi 200 200 PT Trinusa Wiragraha 200 200 PT Artha Telekomindo 1 1 PT Primagraha Majumakmur 1 1 Jumlah Rp 1.019.400.970 Rp 731.539.804

b. Hak minoritas atas (laba) rugi bersih anak perusahaan: PT Pacific Place Jakarta ( Rp 260.453.429 ) Rp 15.902.858 Delfina Group Holdings Limited ( 102.554.157 ) 20.258.533 PT Danayasa Arthatama Tbk ( 57.470.486 ) 4.904.144 PT Dharma Harapan Raya ( 2.557.839 ) ( 1.033.305 ) PT Majumakmur Arthasentosa ( 1.409.774 ) 28.730 PT Andana Utamagraha ( 759.193 ) 529.918 Jumlah ( Rp 425.204.878 ) Rp 40.590.878

26. MODAL SAHAM Susunan kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 berdasarkan

laporan yang dibuat oleh PT Sirca Data Pro, Biro Administrasi Efek, adalah sebagai berikut:

- 44-

2009

Jumlah Persentase Jumlah Saham Kepemilikan Modal Disetor

Pemegang Saham Indonesia Tn. Tomy Winata 306.243.700 15,87% Rp 153.121.850 Tn. Sugianto Kusuma 188.297.750 9,75 94.148.875

Pemegang saham Indonesia lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 987.015.540 51,14 493.507.770

Sub-jumlah 1.481.556.990 76,76 740.778.495

Pemegang Saham Asing

Pemegang saham asing lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 448.482.210 23,24 224.241.105

Jumlah 1.930.039.200 100,00% Rp 965.019.600

2008

Jumlah Persentase Jumlah Saham Kepemilikan Modal Disetor Pemegang Saham Indonesia Tn. Tomy Winata 306.243.700 15,87% Rp 153.121.850 Tn. Sugianto Kusuma 188.297.750 9,75 94.148.875 Pemegang saham Indonesia lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 865.185.240 44,83 432.592.620

Sub-jumlah 1.359.726.690 70,45 679.863.345

Pemegang Saham Asing Pemegang saham asing lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 570.312.510 29,55 285.156.255

Jumlah 1.930.039.200 100,00% Rp 965.019.600

Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya pada Bursa Efek Indonesia.

- 45-

27. TAMBAHAN MODAL DISETOR – BERSIH 2009 2008

Agio modal saham yang berasal dari: Penawaran Umum Saham Perdana (1984) Rp 6.472.000 Rp 6.472.000 Penawaran Umum Saham Kedua (1988) 16.585.000 16.585.000 Pencatatan Saham Pendiri (1989) 2.026.000 2.026.000 Pencatatan Saham Private Placement (1991) 460.000 460.000 Pencatatan Saham Pendiri (1992) 653.998.355 653.998.355 Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran (1992) 538.200.000 538.200.000 Penawaran Umum Terbatas I (1996) 275.030.586 275.030.586 Konversi tambahan modal disetor ke saham bonus (1994) ( 257.338.560 ) ( 257.338.560 ) Biaya emisi saham (Catatan 2p) ( 15.996.696 ) ( 15.996.696 )

Jumlah Rp 1.219.436.685 Rp 1.219.436.685

Biaya emisi saham merupakan biaya sehubungan dengan penerbitan hak memesan saham untuk pemegang saham Perusahaan yang dikapitalisasi pada bulan Juli 1996.

28. PENDAPATAN USAHA

Rincian akun ini menurut bidang usahanya adalah sebagai berikut:

2009 2008

Real estat Rp 1.206.424.442 Rp 390.717.971 Usaha hotel 253.648.784 246.243.405 Jasa konstruksi 170.959.656 - Jasa telekomunikasi 39.225.556 32.607.790 Jasa manajemen 3.656.818 2.021.281

Jumlah Rp 1.673.915.256 Rp 671.590.447

Pada tanggal 30 September 2009, pendapatan real estat terutama berasal dari pendapatan sewa “Pacific Place Mall”, penjualan ruang perkantoran strata title “Equity Tower” dan penjualan tanah Lot 18 yang di atasnya sedang dibangun “18 SCBD Office Park”, sedangkan pada tanggal 30 September 2008 terutama berasal dari pendapatan sewa “Pacific Place Mall” dan penjualan apartemen “Pacific Place Residences”.

Pendapatan jasa konstruksi pada tanggal 30 September 2009 merupakan pendapatan untuk jasa

pembangunan kompleks perkantoran strata-title “18 SCBD Office Park”. Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan

kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.

- 46-

29. BEBAN POKOK PENJUALAN Rincian akun ini adalah sebagai berikut: 2009 2008

Real estat Rp 423.367.130 Rp 238.156.820 Jasa konstruksi 125.150.901 - Usaha hotel 64.419.480 57.481.121

Jumlah Rp 612.937.511 Rp 295.637.941

30. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI Rincian akun ini adalah sebagai berikut: 2009 2008

Usaha hotel Rp 205.605.686 Rp 197.436.934 Real estat 137.483.227 114.795.409 Jasa telekomunikasi 20.234.570 24.673.417 Jasa konstruksi 14.281.164 - Jasa manajemen 4.692.401 4.313.465 Jumlah Rp 382.297.048 Rp 341.219.225

Sebesar Rp 10.764.915 (2,82%) dan Rp 6.644.036 (1,95%) dari beban umum dan administrasi pada

tanggal 30 September 2009 dan 2008 dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga (Catatan 34).

31. PENDAPATAN SEWA DAN PENGELOLAAN KAWASAN Rincian penyewa dengan nilai pendapatan bersih melebihi 5% dari pendapatan sewa adalah sebagai berikut : 2009 % 2008 %

PT Lucky Strategis Rp 5.257.011 18,42 Rp 5.430.851 22,74 PT Tunas Mandiri Niaga 2.647.715 9,27 - - PT Electronic City Indonesia 2.599.600 9,11 2.498.693 10,47 PT Plasma Inti Media 2.382.798 8,35 - - PT Auto Mall Indonesia 1.928.981 6,76 1.933.623 8,10 PT Prestasi Golf Andalan 1.483.020 5,19 1.395.107 5,83 Lain-lain 12.246.667 42,90 12.615.157 52,86

Jumlah Rp 28.545.792 100,00 Rp 23.873.431 100,00

Sebesar Rp 5.886.606 atau 20,62% dan Rp 5.179.453 atau 21,69% dari pendapatan sewa dan

pengelolaan kawasan berasal dari transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, masing-masing untuk tahun 2009 dan 2008 (Catatan 34).

- 47-

32. PAJAK PENGHASILAN a. Beban (penghasilan) pajak Perusahaan dan anak perusahaan terdiri dari: 2009 2008

Kini Rp 66.745.725 Rp - Tangguhan 13.273.605 ( 48.595.469 ) Jumlah Rp 80.019.330 ( Rp 48.595.469 )

b. Pajak Kini

Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi konsolidasi dengan akumulasi rugi fiskal untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 30 September 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:

2009 2008

Laba (rugi) sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan konsolidasi Rp 827.335.558 ( Rp 61.198.596 ) Rugi (laba) anak perusahaan sebelum pajak ( 779.049.814 ) 47.371.391 Laba (rugi) Perusahaan sebelum pajak 48.285.744 ( 108.569.987 )

Perbedaan temporer: Perbedaan penyusutan antara fiskal dan komersial 10.039.434 7.010.088 Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha hotel 1.620.209 1.911.342 Laba penjualan aktiva tetap ( 360.756 ) ( 176.226 ) Bersih 11.298.887 8.745.204

Perbedaan tetap: Kesejahteraan karyawan 4.560.355 5.149.353 Pendapatan bunga yang telah dikenakan pajak final ( 2.063.049 ) ( 648.997 ) Bersih 2.497.306 4.500.356

Laba kena pajak (rugi fiskal) 62.081.937 ( 104.325.139 ) Rugi fiskal tahun lalu ( 125.544.791 ) ( 201.120.024 ) Akumulasi rugi fiskal Rp 63.462.854 Rp 96.794.885

Pada bulan September 2008, Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan direvisi melalui penerbitan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008. Undang-Undang revisi tersebut berlaku efektif tanggal 1 Januari 2009, mengatur perubahan tarif pajak penghasilan badan, dari sebelumnya tarif progresif menjadi tarif tunggal sebesar 28% untuk tahun 2009 dan 25% untuk tahun 2010 dan seterusnya. Perusahaan dan anak perusahaan (PT Danayasa Arthatama Tbk dan PT Artha Telekomindo) telah menghitung dampak perubahan tarif pajak tersebut dalam perhitungan aset pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2008 yakni sebesar Rp 1.815.184 – bersih dan Rp 1.539.111 – bersih dan membukukannya sebagai bagian dari beban pajak pada laporan laba rugi konsolidasi.

- 48-

Pada bulan Nopember 2008, Pemerintah menerbitkan PP No. 71/2008 yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2009, mengatur pengenaan pajak bersifat final atas penghasilan yang berasal dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yang mana sebelum terbitnya peraturan ini, penghasilan tersebut dikenakan tarif pajak penghasilan badan progresif. Dengan pemberlakuan peraturan ini, manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat keyakinan bahwa PT Majumakmur Arthasentosa, PT Grahaputra Sentosa, PT Pacific Place Jakarta dan PT Primagraha Majumakmur (anak-anak perusahaan) akan memperoleh laba kena pajak yang memadai untuk memungkinkan pemanfaatan aset pajak tangguhan dari perbedaan temporer sehingga aset pajak tangguhan dari perbedaan temporer dan rugi fiskal tahun berjalan tidak diakui, dan aset pajak tangguhan pada tanggal 31 Desember 2007 sebesar Rp. 3.241.296 dihapuskan dan dibebankan sebagai bagian dari beban pajak dalam laporan laba rugi konsolidasi.

33. LABA BERSIH PER SAHAM Perhitungan laba bersih per saham dasar adalah sebagai berikut: 2009 2008

Laba bersih Rp 322.111.350 Rp 77.566.066

Jumlah saham 1.930.039.200 1.930.039.200

Laba bersih per saham dasar Rp 166,89 Rp 40,19

34. SIFAT DAN TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA

Sifat Hubungan Istimewa Perusahaan yang pemegang saham atau sebagian pengurus atau manajemennya baik secara langsung maupun tidak langsung sama dengan Perusahaan dan anak perusahaan yaitu: Akademi Pariwisata Jakarta International Hotels PT Arthagraha General Insurance PT Arthagraha Sentral PT Bank Artha Graha Internasional Tbk

PT Buanagraha Arthaprima PT Cemerlang Pola Cahaya Discovery Kartika Plaza Hotel PT First Jakarta International

PT Berkat Surya Sentrajaya PT Bhakti Artha Reksa Sejahtera

PT Graha Artha Sentosa Sejahtera PT Graha Putranusa

PT Bina Mulia Unika

PT Kharisma Arya Paksi

Transaksi Hubungan Istimewa

Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi-transaksi tertentu dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. a. Rincian jenis transaksi yang signifikan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah

sebagai berikut:

- 49-

2009 2008 Aset Kas dan setara kas

PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Deposito berjangka Rp 81.894.945 Rp 45.281.587 Bank 49.494.159 11.336.244 Jumlah Rp 131.389.104 Rp 56.617.831

Penyertaan saham PT First Jakarta International (FJI) Rp 45.600.000 Rp 45.600.000 PT Bina Mulia Unika (BMU) 5.880.933 - PT Graha Putranusa (GPN) 5.000.000 5.000.000 Jumlah Rp 56.480.933 Rp 50.600.000

Piutang usaha

PT Mulia Sejahtera Abadi Rp 10.013.903 Rp 8.529.497 PT Arthagraha Sentral 4.251.530 4.438.939 PT Music Roomindo Sejati 2.298.518 1.234.457 Discovery Kartika Plaza Hotel 1.377.370 1.207.595 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk 170.498 184.339 PT Buanagraha Arthaprima 60.500 55.928 Lain-lain 55.202 109.200 Jumlah Rp 18.227.521 Rp 15.759.955

Piutang lain-lain

Akademi Pariwisata Jakarta International Hotels Rp 200.000 Rp 1.015.000 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk 49.455 34.611 PT Cemerlang Pola Cahaya - 16.031.791 PT Cipta Daya Gemapuspita - 2.800.000 Lain-lain 24.572 538.518 Jumlah 274.027 20.419.920 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu - ( 16.031.791 ) Bersih Rp 274.027 Rp 4.388.129 Biaya dibayar di muka PT Arthagraha General Insurance Rp 8.057.727 Rp 7.121.442

PT Buanagraha Arthaprima 19.494 20.525 Jumlah Rp 8.077.221 Rp 7.141.967

Aset lain-lain PT Buanagraha Arthaprima Rp 826.714 Rp 578.753

- 50-

2009 2008

Kewajiban Hutang bank PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rp - Rp 32.000.000

Hutang lain-lain PT Berkat Surya Sentrajaya Rp 12.551.465 Rp 12.158.624 PT Cemerlang Pola Cahaya 2.209.591 12.324.686 PT First Jakarta International 62.500 62.500 Lain-lain - Jumlah Rp 14.823.556 Rp 24.545.810

Pendapatan ditangguhkan PT First Jakarta International Rp 7.618.438 Rp 16.083.369 PT Graha Putranusa 1.468.449 1.468.449 Jumlah Rp 9.086.887 Rp 17.551.818

Beban umum dan administrasi PT Arthagraha General Insurance Rp 7.392.932 Rp 3.831.690 PT Buanagraha Arthaprima 3.731.983 2.812.346 Jumlah Rp 11.124.915 Rp 6.644.036

b. Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi perbankan dengan PT Bank Artha

Graha Internasional Tbk (BAGI), sehubungan dengan aktivitas operasional dan fasilitas pinjaman. Pendapatan bunga yang diperoleh dari BAGI sebesar Rp 3.374.041 pada tanggal 30 September 2009 (83,22% dari pendapatan bunga) dan Rp 1.476.518 pada tanggal 30 September 2008 (71,79% dari pendapatan bunga).

c. Pada tanggal 30 September 2009 dan 2008, Perusahaan dan anak perusahaan

mengasuransikan persediaan, properti investasi, dan aset tetap kecuali tanah kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI) (Catatan 7, 10 dan 11).

d. PT Artha Telekomindo mengadakan perjanjian kerjasama di bidang telekomunikasi dengan

PT First Jakarta International, PT Buanagraha Arthaprima dan PT Graha Putranusa.

Transaksi-transaksi tersebut dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.

35. ASET DAN KEWAJIBAN MONETER DALAM MATA UANG ASING

Saldo aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang Dolar Amerika Serikat pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 adalah sebagai berikut:

- 51-

2009 2008

Ekuivalen Ekuivalen Dolar A.S. dalam Rupiah Dolar A.S. dalam Rupiah

Aktiva Kas dan setara kas Pihak yang mempunyai

hubungan istimewa 3.432.871 33.233.621 1.852.294 17.469.129 Pihak ketiga 1.428.788 13.832.083 8.079.839 75.767.156 Surat berharga 44.222.187 428.114.997 44.222.187 414.715.674 Investasi Pihak ketiga 6.246.057 60.468.082 2.138.920 20.058.792 Piutang usaha Pihak ketiga 6.941.453 67.200.592 2.356.899 22.103.001 Piutang lain-lain 14.627.448 141.608.323 15.650.379 146.769.254 Aset lain-lain Pihak ketiga 1.771 17.148 41.885 392.798

Jumlah Aktiva 76.900.575 603.474.846 74.342.403 697.275.804

Kewajiban

Surat hutang 54.000.000 522.774.000 75.000.000 703.350.000 Hutang bank Pihak ketiga 85.987.587 832.445.828 85.987.587 806.391.589 Hutang usaha Pihak ketiga 3.298.947 31.937.104 6.310.150 59.176.589 Biaya masih harus dibayar Pihak ketiga 19.844.153 192.111.245 20.561.199 192.822.922 Hutang lain-lain 1.296.505 12.551.485 1.524.745 14.299.059 Kewajiban lain-lain 45.086.885 436.486.137 77.528.391 727.061.256

Jumlah Kewajiban 209.514.077 2.028.305.799 266.912.072 2.503.101.415

Posisi Kewajiban Bersih 132.613.502 1.424.830.953 192.569.669 1.805.825.611

Kurs konversi yang digunakan pada tanggal 30 September 2009 dan 2008 adalah Rp 9.681 dan Rp 9.378 per US$1.

36. IKATAN, KONTINJENSI DAN PERKARA HUKUM

a. Perjanjian dengan PT Dharma Harapan Raya (DHR) Pada tahun 1999, Perusahaan menandatangani perjanjian pengoperasian dan pengelolaan hotel

dengan DHR untuk mengawasi, mengoperasikan, mengelola dan mengendalikan usaha Hotel Borobudur Jakarta. Sebagai kompensasinya, Perusahaan membayar imbalan jasa manajemen, teknis dan pemasaran kepada DHR. Perjanjian dengan DHR berlaku untuk periode sepuluh tahunan dimulai dari tanggal 1 Januari 1999, setelah perjanjian ini berakhir, kedua belah pihak dapat memperpanjang kembali perjanjian ini untuk jangka waktu dua periode lima tahunan.

- 52-

DHR akan menerima imbalan jasa manajemen dengan tarif setinggi-tingginya sebesar 8% dari laba usaha kotor seperti yang disebutkan dalam perjanjian. DHR juga memperoleh imbalan jasa teknis atas jasa-jasa yang diberikan, yang meliputi kegiatan usaha, keuangan, personalia, pembelian dan kendali mutu. Jumlah imbalan jasa akan dibayarkan sesuai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian.

DHR juga mengenakan jasa pemasaran untuk tahun pertama dan kedua yang dihitung sebesar

0,5% dari pendapatan usaha hotel, sedangkan untuk tahun berikutnya sebesar 1% dari pendapatan usaha Hotel.

Pada bulan Nopember 2008, Perusahaan dan DHR memperbaharui perjanjian atas

pengoperasian dan pengelolaan hotel yang berlaku untuk jangka waktu dua periode lima tahunan terhitung tanggal 1 Januari 2009. Di dalam perjanjian baru tersebut terdapat beberapa perubahan syarat dan kondisi, di antaranya, perubahan dasar perhitungan imbalan jasa manajemen, peningkatan jasa pemasaran menjadi sebesar 2% dari pendapatan usaha hotel dan imbalan jasa teknis sebesar US$ 600.000 per tahun.

Pendapatan DHR yang diperoleh dari Hotel telah dieliminasi dalam laporan keuangan

konsolidasi. b. Perjanjian dengan International Hotel Licensing Company (IHLC)

Pada tanggal 31 Maret 2006, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) mengadakan perjanjian dengan International Hotel Licensing Company (IHLC) yang berlaku untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak tanggal dimulainya kegiatan operasional dan dapat diperpanjang sampai 10 tahun.

c. Perjanjian dengan Conrad International Investment Corporation (Conrad) dan Perusahaan

Afiliasinya

Pada tahun 1994, PT Danayasa Arthatama Tbk (DA), dan Conrad menandatangani perjanjian di mana kedua belah pihak sepakat untuk membentuk perusahaan patungan dengan nama PT Jakarta International Artha (JIA), dimana JIA akan memperoleh secara unit strata, mengembangkan, memiliki dan mengoperasikan hotel internasional berbintang lima yang terletak di Lot 3 KNTS. Selanjutnya, pada tahun 1997 Conrad telah membayar uang muka pemesanan saham JIA sebesar USD 6.933.000. Berdasarkan Perjanjian Penghentian (Termination Agreement) tanggal 22 Juli 2005 yang dibuat oleh DA, Conrad dan JIA disepakati untuk menghentikan perjanjian kerjasama tersebut di atas. Selanjutnya, para pihak tersebut menyetujui untuk menyelesaikan pembayaran uang muka pemesanan saham dari Conrad kepada JIA sebesar US$ 6.993.000 dengan cara sebagai berikut: 1. Penyerahan saham yang dimiliki DA pada PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) senilai

US$ 3.846.150 atau sebesar 10% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh MAS; dan

2. DA akan menyetorkan dana ke MAS untuk kepentingan Conrad sebesar US$ 3.146.850

sebagai pinjaman subordinasi dari Conrad kepada MAS (Pinjaman Subordinasi Conrad).

Apabila pengalihan saham yang dimiliki DA pada MAS kepada Conrad telah efektif dan DA telah menyetor Pinjaman Subordinasi Conrad kepada MAS, maka kewajiban JIA kepada Conrad akan dianggap tuntas.

d. Kontinjensi – Sengketa Lahan

PT Danayasa Arthatama Tbk (DA), (sebagai Tergugat) menghadapi beberapa perkara litigasi berkaitan ijin penggunaan lahan di Kawasan Niaga Terpadu Sudirman sebagai berikut:

- 53-

1. Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Indonesia (Penggugat)

Merupakan sengketa tanah seluas 3,5 ha di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 30 Januari 2002 menyatakan eksepsi Tergugat tidak dapat diterima. Atas putusan tersebut pihak Penggugat telah mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 29 Juli 2002. Pada tanggal 12 Januari 2004 DA mengajukan keberatan terhadap dilaksanakannya eksekusi tersebut kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 64/PDT.BTH/2004 tanggal 19 Agustus 2004 menyatakan menerima sebagian gugatan DA antara lain eksekusi tidak dapat dilaksanakan. Putusan tersebut dikuatkan dengan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 602/PDT/2004/PT.DKI tanggal 17 Mei 2005 pada tingkat banding. Putusan dari Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1280 K/PDT/2006 jo No. 64/PDT.G/2004/PN.JKT.PST tanggal 23 Nopember 2006 menyatakan menolak kasasi yang diajukan Penggugat. Selain itu, Perusahaan dan DA (sebagai Tergugat) menghadapi perkara litigasi berkaitan ijin penggunaan lahan seluas 3,5 ha di Kawasan Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta dari Badan Hukum Masehi Advent Hari Ketujuh Se-Indonesia.

2. Yayasan Rumah Sakit Sari Asih/Ny Ratnasari Dewi Soekarno (Penggugat) Pada tanggal 5 Maret 2003, DA dan PPJ (dahulu PT Arthayasa Grahatama), anak-anak perusahaan, menghadapi perkara perdata yang diajukan oleh Penggugat pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengenai perkara sengketa tanah seluas + 72.954 m2 yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tanggal 26 September 2003 menyatakan tidak dapat menerima gugatan yang diajukan Penggugat dan menerima eksepsi Tergugat. Putusan tersebut dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 203/PDT.G/2006/PT.DKI Jakarta tanggal 30 Juni 2005 pada tingkat banding. Dan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1974/K/PDT/2006 tanggal 15 Maret 2007 menolak permohonan kasasi dari Penggugat.

e. Perjanjian Kerjasama

PT Artha Telekomindo (AT), anak perusahaan, telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan berbagai pihak berkaitan dengan sarana telekomunikasi.

f. Perjanjian antara PT Citra Wiradaya (CW) dengan PT DMS International (DMS) (sekarang PT Kingsland International) CW memiliki sebidang tanah yang terletak di Lot 18 (Kavling A, B, C, E dan F) KNTS. Pada tanggal 20 April 2008, CW mengadakan Perjanjian Pokok dengan DMS dimana CW akan menjual Kavling B, C, D dan E (BCDE) dengan luas 5.910 meter persegi kepada DMS, dan DMS akan menunjuk CW untuk membangun gedung perkantoran di BCDE. Perjanjian Pendahuluan juga menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mendirikan PT Bina Mulia Unika (BMU) yang akan memiliki tanah yang terletak di Kavling F seluas 477 meter persegi (melalui perikatan jual beli dengan CW) dan gedung perkantoran yang akan dibangun di atasnya. BMU ditunjuk sebagai pengelola gedung tunggal dari seluruh fasilitas di Lot 18 dan dapat mendelegasikan pengelolaan gedung kepada CW selama 5 tahun setelah Kavling BCDE dan F diserahkan masing-masing kepada DMS dan BMU, sedangkan Kavling A tetap dimiliki oleh CW.

- 54-

37. IMBALAN PASCA KERJA

Besarnya imbalan pasca-kerja dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku, yakni KEP-150/MEN/2000 (KepMen 150) yang berlaku sejak tahun 2000 dan kemudian disesuaikan menjadi Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003. Program pensiun iuran pasti Imbalan pasca-kerja The Ritz-Carlton Pacific Place (RCPP) didanai melalui program dana iuran pasti. Dana tersebut dikelola oleh DPLK Manulife. Selama tahun 2008, iuran yang ditanggung oleh RCPP adalah sebesar Rp 788.325. Program pensiun manfaat pasti Imbalan pasca-kerja Perusahaan sebagian didanai melalui program dana pensiun manfaat pasti, sedangkan anak perusahaan tidak menyelenggarakan program dana pensiun. Dana Pensiun tersebut dikelola oleh Dana Pensiun Jakarta International Hotels & Development (DAPEN JIHD) yang pendiriannya telah disetujui oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia berdasarkan surat No. KEP-366/KM.17/2000 tanggal 2 Oktober 2000. Selama periode 31 Maret 2009 dan 2008, iuran pensiun yang ditanggung oleh Perusahaan adalah sebesar 9%, sedangkan yang ditanggung oleh karyawan adalah sebesar 6%, masing-masing dari gaji pokok bulanan karyawan. Perhitungan aktuaria terakhir atas dana pensiun dan kewajiban imbalan pasti pasca-kerja dilakukan oleh PT Prima Bhaksarana, aktuaris independen, tertanggal 7 Maret 2009. Jumlah karyawan yang berhak atas imbalan pasti pasca-kerja tersebut sebanyak 1.713 karyawan pada tanggal 31 Desember 2008, sedangkan pada tanggal 30 September 2009, Perusahaan tidak melakukan perhitungan aktuaria. Rekonsiliasi jumlah nilai kini cadangan imbalan pasti pasca-kerja yang didanai dan tidak didanai pada neraca konsolidasi adalah sebagai berikut:

2008

Nilai cadangan imbalan pasti yang didanai Rp 44.482.632 Nilai wajar aktiva program ( 27.198.600 )

17.284.032 Nilai kini cadangan imbalan pasti yang tidak didanai 11.257.631 Keuntungan (kerugian) aktuarial yang tidak diakui 14.706.922

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja Rp 43.248.585 Berikut adalah rincian beban imbalan pasti pasca-kerja dan hasil aktual dari aset program: 2008

Beban jasa kini Rp 3.771.122 Beban bunga 5.487.333 Hasil yang diharapkan dari aktiva program 3.058.807 Kerugian (keuntungan) aktuarial bersih yang diakui pada periode berjalan ( 255.038 )

Jumlah beban imbalan pasti pasca-kerja Rp 13.633.039

- 55-

Mutasi cadangan imbalan pasti pasca-kerja adalah sebagai berikut: 2008

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja awal tahun Rp 31.594.358 Beban imbalan pasti pasca-kerja periode berjalan 13.633.039 Pembayaran selama periode berjalan ( 1.978.812 )

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja akhir tahun Rp 43.248.585 Asumsi-asumsi aktuarial utama yang digunakan dalam perhitungan imbalan pasti pasca-kerja:

2008

Tabel mortalita : CSO 1958 Modified, TM-2 Usia pensiun normal : 50 tahun – 55 tahun Tingkat diskonto jangka panjang : 8,8% - 12,0% per tahun Tingkat kenaikan gaji per tahun : 9,0% - 10.0% per tahun Tingkat kenaikan cacat : 10% x CSO 1958

38. INFORMASI SEGMEN Informasi segmen tentang Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 30 September 2009 dan

2008 dan untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut adalah sebagai berikut:

Segmen Primer Perusahaan dan anak perusahaan dikelola dan dikelompokkan dalam divisi usaha yang terdiri dari hotel, real estat, telekomunikasi dan jasa manajemen. Divisi usaha ini juga digunakan sebagai dasar pelaporan informasi segmen primer. Informasi bentuk segmen primer yang berupa segmen usaha Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut:

2009 2008

a. Aset Real estat Rp 4.101.386.126 Rp 3.961.545.622 Hotel 2.732.844.117 2.510.800.426 Jasa telekomunikasi 60.034.382 38.964.791 Jasa manajemen 9.990.359 5.783.052

Jumlah sebelum eliminasi 6.904.254.984 6.517.093.891 Eliminasi 1.491.897.282 1.238.306.844

Jumlah setelah eliminasi Rp 5.412.357.702 Rp 5.278.787.047

b. Pendapatan Real estat Rp 1.206.424.442 Rp 390.717.971 Hotel 253.943.540 246.243.405

Jasa konstruksi 170.959.656 - Jasa telekomunikasi 39.225.556 32.607.790 Jasa manajemen 11.025.733 7.004.995

Jumlah sebelum eliminasi 1.681.578.927 676.574.161 Eliminasi 7.663.671 4.983.714

Jumlah setelah eliminasi Rp 1.673.915.256 Rp 671.590.447

- 56-

2009 2008

c. Laba (Rugi) Usaha Real estat Rp 656.461.401 Rp 5.950.968 Jasa telekomunikasi 6.657.552 7.583.062 Jasa manajemen 6.038.577 2.691.530 Hotel ( 22.365.735 ) ( 11.604.885 )

Jumlah sebelum eliminasi 646.791.795 ( 4.620.675 ) Eliminasi - -

Jumlah setelah eliminasi Rp 646.791.795 ( Rp 4.620.675 )

Segmen Sekunder Bentuk sekunder pelaporan segmen Perusahaan dan anak perusahaan adalah segmen geografis yang ditentukan berdasarkan lokasi aset atau operasi Perusahaan dan anak perusahaan.

39. KELANGSUNGAN USAHA Pada tanggal 30 September 2009, Perusahaan memiliki saldo defisit sebesar Rp 212.462.760 yang terutama berasal dari akumulasi kerugian atas kurs mata uang asing pada saat terjadinya krisis moneter tahun 1998 dan 2008, namun Perusahaan berhasil mencatat laba bersih untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2009 sebesar Rp 322.111.350. Sampai dengan tanggal 30 September 2009, Perusahaan belum dapat melunasi hutang bank (Catatan 15b) yang jatuh tempo pada tahun 2007. Untuk menghadapi kondisi tersebut di atas dan kondisi ekonomi yang belum pulih sebagaimana diungkapkan pada Catatan 40, Perusahaan dan anak perusahaan akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Tetap melanjutkan Program Pengembangan Usaha antara lain, pengembangan Usaha antara

lain, pengembangan gedung perkantoran strata title di Lot 9 yang akan selesai pada bulan Maret 2010 dan di Lot 18 yang akan selesai pada bulan Desember 2009.

b. Melakukan negoisasi mengenai Program Restrukturisasi Keuangan dengan para kreditur atas

pinjaman yang telah jatuh tempo. c. Mengundang investor baru untuk memberikan pendanaan dan berpartisipasi dalam modal agar

pembangunan proyek yang telah direncanakan dapat segera dimulai dan berjalan sesuai rencana.

d. Melakukan program penghematan biaya dalam segala bidang.

Manajemen berpendapat bahwa langkah-langkah tersebut di atas dapat dilaksanakan dan memungkinkan Perusahaan dan anak perusahaan untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajiban yang telah jatuh tempo.

40. KONDISI EKONOMI INDONESIA AKIBAT KRISIS KEUANGAN GLOBAL Krisis keuangan global yang dimulai dari Amerika Serikat telah mempengaruhi pasar modal dan

pasar keuangan di Indonesia, ditandai antara lain dengan melemahnya nilai tukar mata uang Rupiah, penurunan permintaan dan nilai pasar komoditas, penurunan nilai pasar saham dan surat berharga, serta kenaikan suku bunga. Kondisi tersebut telah mengakibatkan berkurangnya likuiditas, terbatasnya penyediaan kredit serta menurunnya pertumbuhan ekonomi.

- 57-

Akibat memburuknya kondisi ekonomi, rencana pengembangan proyek real estat dan tingkat hunian properti yang disewakan serta hotel milik anak perusahaan menjadi terpengaruh, sehingga akan mempengaruhi pendapatan dan laba bersih Perusahaan dan anak perusahaan di masa mendatang. Rencana pengembangan proyek real estat akan terpengaruh oleh tingkat permintaan pasar yang mungkin cenderung menurun. Selain itu, tingkat hunian properti yang disewakan akan terpengaruh oleh kemungkinan bahwa penyewa mengakhiri atau tidak memperpanjang lagi masa sewa karena kondisi usaha penyewa menurun. Kondisi tersebut juga dapat mengakibatkan penyewa tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

Untuk menghadapi kondisi ekonomi tersebut, Perusahaan dan anak perusahaan telah melakukan dan

akan meneruskan rencana dan tindakan sebagaimana diungkapkan pada Catatan 39. Perbaikan dan pemulihan ekonomi tergantung pada beberapa faktor, antara lain kebijakan fiskal dan

moneter yang diupayakan oleh Pemerintah, suatu tindakan yang berada di luar kendali Perusahaan dan anak perusahaan, untuk mencapai pemulihan ekonomi, dampak masa depan yang berasal dari kondisi ekonomi pada saat ini atas likuiditas serta pendapatan Perusahaan dan anak perusahaan, termasuk dampak masa depan terhadap investor, pelanggan dan pemasok, tidak dapat ditentukan.

41. INFORMASI LAINNYA Pada bulan Juli 2008, Pemerintah menerbitkan PP No. 51/2008 yang mengatur pengenaan pajak

bersifat final atas penghasilan yang berasal dari usaha jasa konstruksi, yang mana sebelum terbitnya peraturan ini, penghasilan tersebut dikenakan tarif pajak penghasilan yang progresif. Peraturan ini efektif berlaku tanggal 1 Januari 2008.

42. REKLASIFIKASI AKUN

Beberapa akun dalam laporan keuangan konsolidasi untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2008 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan konsolidasi untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2009 sesuai dengan Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. SE-02/PM/2004 tanggal 27 Desember 2004.