PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS &...

70
PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 MARET 2011

Transcript of PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS &...

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 MARET 2011

PhoneFacsimileE-mailWebsite

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS &Gedung Artha Graha Lantai 15Kawasan Niaga Terpadu SudirmanJl, Jenderal Sudirman Kav. 52-53Jakarta 12190 - lndonesia

DEVELOPMENTTbK

DIRECTORS' STATEMENT ONTHE RESPONSILIBILITY

FOR THE CONSOLIDATED FINANCIALSTATEMENTS FOR THREE MONTHS WHICH

ENDED MARCH 31,201 1 AND 2O1O

PT. JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS &DEVELOPMENT TbK AND ITS SUBSIDIARIES

We, the undersigned:

Santoso GunaraGedung Artha Graha Lantai '15

Jl. Jenderal Sudirman Kav.52-53Jakarta 12190Jl. Kembang Murni Blok K 2/9 RT. 008 RW. 002Kembangan - Jakarta Barat

5152020Wakil Presiden Direktur/Vice President Director

Hartono Tjahjadi AdiwanaGedung Artha Graha Lantai '15

Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53Jakarta 12190Jl. Puri Nusa Dua E 2lF 38 RT. 007 RW. 010PademanganJakarta Utara

5'152555Direktur/Director

declare that:

1. We are responsible for the preparation andpresentation of the Company's and itsSubsidiaries consolidated financialstatements for three months which endedMarch 31,2011 dan 2010.

The Company's and its Subsidiariesconsolidated financial statements have beenprepared and presented in accordance. withgenerally accepted accounting principles. flv

I

(6221) 515 2555(62 21) 515 2526,51 52546iihd @ jihd.co.idwww.jihd.co.id

Ref. No. : j O|ET lF N JIHD llV 1201 1

SURAT PERNYATAAN DIREKSITENTANG TANGGUNG JAWAB ATASLAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIUNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR

PADA TANGGAL-TANGGAL31 MARET 2011 DAN 2O1O

PT. JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS& DEVELOPMENT TbK DAN ANAK

PERUSAHA,AN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama/lriarneAlamat K:antor I Office address

Alamat Domisili/sesuai KTP atauKartu identitas lainl Res id e nti a IAdd ress/in accordance withPersonal ldentity Card

Nomor Telepon/Ielephone n umberJabalanlTitle

2. Nama/lVameAlamat Kantor I Office address

Alamat Domisili/sesuai KTP atauKartu identit as lainl Res id e nti alAddress/in accordance withPersonal ldentity Card

Nomor Telepon/Ielephone n umbe rJabalanlTitle

menyatakan bahwa:

1. Bertanggung jawab atas penyusunandan penyajian laporan keuangankonsolidasi Perusahaan dan AnakPerusahaan untuk tiga bulan yangberakhir pada tanggal-tanggal31 Maret 2011 dan2O1O.

2. Laporan keuangan konsolidasiPerusahaan dan Anak Perusahaantersebut telah disusun dan disajikansesuai dengan prinsip akuntansi yangberlaku umum.

ffmlN"#

3. a. Semua informasi dalam laporankeuangan konsolidasi Perusahaandan Anak Perusahaan tersebuttelah dimuat secara lengkap danbenar, dan

b. Laporan keuangan konsolidasiPerusahaan dan Anak Perusahaantersebut tidak mengandunginformasi atau fakta material yangtidak benar, dan tidakmenghrlangkan informasi atau faktamaterial.

Bertanggung jawab atas sistempengendalian intern dalam Perusahaandan Anak Perusahaan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengansebenarnya.

Wakil Presiden Dire

3. a. All information has been fully and correctlydisclosed in the Company's and itsSubsidiaries consolidated financialstatements, and

b. The Company's and its Subsidiariesconsolidated financial statements do notcontain materially misleading informationor facts, and do not conceal anyinformation or facts.

We are responsible for the Company's andits Subsidiaries internal control system.

This statement has been made truthfully

Adiwanatur/Director

Vice President Direc

29 April 201 I I April 29, 201 1

METERAT

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANNERACA KONSOLIDASI31 MARET 2011 DAN 31 DESEMBER 2010(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

- 1 -

A S E T

Kas dan setara kas (Catatan 2b, 2c, 3, 35 dan 36) Rp 180.459.209 Rp 180.059.773

Investasi (Catatan 2b, 2d, 4, 36 dan 37) 442.415.475 454.900.815

31 Desember 201031 Maret 2011

( , , , )

Piutang usaha Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 2b, 2f, 5 dan 35) 5.413.006 5.577.309 Pihak ketiga - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 7.938.808 pada tanggal 31 Maret 2011 dan Rp 7.543.012 pada

tanggal 31 Desember 2010 (Catatan 2f, 5 dan 37) 54.439.389 56.242.527

Piutang lain-lain - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesarRp 104.213 pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010(Catatan 2f, 6 dan 37) 6.672.573 7.207.484

Persediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai sebesarRp 8.893.212 pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 (Catatan 2k, 2q dan 7) 1.294.730.376 1.319.953.782

Pajak dibayar di muka (Catatan 8 dan 33) 10.438.272 6.755.693

Biaya dibayar di muka (Catatan 2l, 9 dan 36) 6.232.906 6.971.606

Aset pajak tangguhan - bersih (Catatan 2x dan 33) 5.001.092 5.001.092

Properti investasi - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesarRp 258.460.730 pada tanggal 31 Maret 2011 dan Rp 238.554.542 pada tanggal 31 Desember 2010 (Catatan 2l dan 10) 1.050.951.561 1.070.857.749 gg ( )

Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 1.141.061.305 pada tanggal 31 Maret 2011 dan Rp 1.108.632.752 pada tanggal 31 Desember 2010 (Catatan 2m dan 11) 1.306.279.260 1.328.370.650

Goodwill - setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar Rp 230.038.903pada tanggal 31 Maret 2011 dan Rp 225.284.778 pada tanggal 31 Desember 2010 (Catatan 12) 14.501.331 19.255.456

Aset lain-lain (Catatan 13, 35 dan 36) 309.481.972 315.147.034

JUMLAH ASET Rp 4.687.016.422 Rp 4.776.300.970

(Berlanjut)

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANNERACA KONSOLIDASI (Lanjutan)31 MARET 2011 DAN 31 DESEMBER 2010(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

- 1a -

(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

KEWAJIBAN DAN EKUITAS

Kewajiban

Hutang bank (Catatan 14, 34 dan 35) Rp 1.157.220.127 Rp 1.216.512.571

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Hutang obligasi (Catatan 15) 22.000.000 22.000.000

Hutang usaha (Catatan 16) 33.414.166 37.850.117

Hutang pajak (Catatan 2x,17 dan 33) 17.303.388 17.738.864

Biaya yang masih harus dibayar (Catatan 2c, 18 dan 35) 202.334.392 210.187.632

Pendapatan diterima di muka (Catatan 2r dan 19) 123.084.945 122.281.163

Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa(Catatan 2d, 20, 35 dan 36) 2.050.242 2.116.106

Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha (Catatan 2s) 4.730.235 4.790.107

Taksiran kewajiban untuk pembangunan prasarana, fasilitas umum dan sosial (Catatan 21) 48.450.625 48.450.625

Pendapatan ditangguhkan (Catatan 2e dan 22) 9.086.887 9.086.887

Kewajiban lain-lain (Catatan 2d, 23 dan 35) 208.181.176 268.013.231

Kewajiban pajak tangguhan - bersih (Catatan 2x dan 33) 35.538.181 29.272.834

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja (Catatan 2w dan 32) 42.083.967 42.852.905

Jumlah Kewajiban 1.905.478.331 2.031.153.042

Hak Minoritas atas Aset Bersih Anak Perusahaan (Catatan 2b dan 24) 1.210.968.138 1.192.748.241

(Berlanjut)

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANNERACA KONSOLIDASI (Lanjutan)31 MARET 2011 DAN 31 DESEMBER 2010(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)

- 1b -

EKUITASModal saham - nilai nominal Rp 500 per saham

Modal dasar - 3.000.000.000 sahamModal ditempatkan dan disetor penuh - 1.930.039.200 saham (Catatan 25) Rp 965.019.600 Rp 965.019.600

Tambahan modal disetor - bersih (Catatan 2q dan 26) 1.219.436.685 1.219.436.685

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaanasosiasi (Catatan 2c) 394.498.091 394.498.091

Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (Catatan 2b) ( 868.563.770 ) ( 868.563.770 )Defisit ( 139.820.653 ) ( 157.990.919 )

Jumlah Ekuitas 1.570.569.953 1.552.399.687

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp 4.687.016.422 Rp 4.776.300.970

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasisecara keseluruhan.

- 2 -

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2011 DAN 2010 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham) 31 Maret 2011 31 Maret 2010

PENDAPATAN (Catatan 2d, 2t dan 28) Rp 273.866.620 Rp 373.355.314 BEBAN POKOK PENJUALAN (Catatan 2t dan 29) 86.545.213 168.257.274

LABA KOTOR 187.341.407 205.098.040 BEBAN USAHA Umum dan administrasi (Catatan 30) 146.159.222 142.518.306 Penjualan 5.840.534 9.398.051

Jumlah Beban Usaha 155.416.255 151.916.357

LABA USAHA 31.925.152 53.181.683

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Laba kurs mata uang asing – bersih (Catatan 2c) 25.588.951 37.760.493 Pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan 7.931.038 8.556.795 Pendapatan bunga 1.216.603 1.145.305 Amortisasi goodwill ( 4.754.126 ) ( 8.801.648 ) Beban bunga dan beban keuangan lainnya – bersih (Catatan 2v, 14 dan 15) ( 7.441.543 ) ( 9.169.974 ) Lain-lain – bersih ( 150.920 ) 528.465

Penghasilan Lain-lain – Bersih 22.390.003 30.019.436

LABA SEBELUM PAJAK 54.315.155 83.201.119 BEBAN PAJAK Kini 11.868.237 18.695.752 Tangguhan 6.056.755 6.232.208 17.924.992 24.927.960

LABA SEBELUM HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN Rp 36.390.163 Rp 58.273.159

(Berlanjut)

- 2a - 2011 2010 HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN (Catatan 2b dan 25) ( Rp 18.219.897 ) ( Rp 42.247.482 )

LABA BERSIH Rp 18.170.266 Rp 16.025.677

LABA BERSIH PER SAHAM DASAR (Catatan 2y) Rp 9,41 Rp 8,30

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

- 3 -

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASI UNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL 31 MARET 2011 DAN 2010 (Jumlah Rupiah dalam Ribuan) 2011 2010

ARUS KAS DARI KEGIATAN USAHA Penerimaan kas dari pelanggan hotel, penyewa pusat perbelanjaan, pembeli apartemen dan pembeli kompleks gedung perkantoran dan ruang perkantoran Rp 327.518.997 Rp 428.968.992 Pembayaran kas untuk/kepada: Pemasok dan kontraktor ( 209.573.245 ) ( 228.876.671 ) Uang jaminan ( 1.606.151 ) ( 6.482.230 ) Lain-lain ( 42.447.625 ) ( 27.462.507 ) Kas bersih diperoleh dari operasi 73.891.976 166.147.584 Pembayaran pajak penghasilan ( 10.730.892 ) ( 27.462.507 ) Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi 63.161.084 138.685.077 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Penerimaan bunga 733.109 1.145.305 Penurunan (kenaikan) investasi 1.443.061 ( 63.900.033 ) Perolehan properti investasi dan aset tetap ( 18.512.499 ) ( 36.231.449 ) Hasil penjualan aset tetap ( 14.677 ) - Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi ( 16.351.006 ) ( 98.986.177 ) ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penurunan (penambahan) piutang/hutang 473.453 ( 517.481 ) Pembayaran bunga ( 10.014.404 ) ( 9.169.974 ) Pengurangan hutang bank ( 35.043.945 ) ( 47.000.000 ) Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan ( 44.584.896 ) ( 56.687.455 ) KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS 2.225.182 ( 15.446.855 ) KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 180.057.773 172.735.725 Pengaruh perubahan kurs mata uang asing ( 1.823.746 ) ( 1.541.700 )

KAS DAN SETARA KAS AKHIR PERIODE Rp 180.459.209 Rp 155.747.170

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAANLAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIUNTUK TIGA BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 MARET 2011 DAN TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2010(Dalam Ribuan Rupiah)

Selisih TransaksiPerubahan EkuitasAnak Perusahaan/

Perusahaan Asosiasi Defisit

Saldo pada tanggal 1 Januari 2010 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 219.408.083 ) Rp 1.490.982.523

Laba bersih tahun berjalan - - - - 61.417.164 61.417.164

Saldo pada tanggal 31 Desember 2010 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 157.990.919 ) Rp 1.552.399.687

Saldo pada tanggal 1 Januari 2011 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 157.990.919 ) Rp 1.552.399.687

Laba bersih periode berjalan - - - - 18.170.266 18.170.266

Saldo pada tanggal 31 Maret 2011 Rp 965.019.600 Rp 1.219.436.685 Rp 394.498.091 ( Rp 868.563.770 ) ( Rp 139.820.653 ) Rp 1.570.569.953

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasi secara keseluruhan.

Restrukturisasi Entitas

- 4 -

Selisih Nilai Transaksi

Sepengendali Jumlah EkuitasModal Saham Disetor - BersihTambahan Modal

5

PT JAKARTA INTERNATIONAL HOTELS & DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (Jumlah Rupiah dalam Ribuan, kecuali Data Saham) 1. U M U M

a. Pendirian

PT Jakarta International Hotels & Development Tbk (Perusahaan atau Induk Perusahaan) didirikan pada tanggal 7 Nopember 1969 dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1/1967 berdasarkan Akta No. 5 tanggal 7 Nopember 1969 dari Soetrono Prawiroatmodjo, S.H., notaris di Jakarta, yang kemudian diubah dengan Akta No. 42 tanggal 27 Januari 1970 dari notaris yang sama. Akta tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 54 tanggal 7 Juli 1970, Tambahan No. 214. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta No. 108 tanggal 27 Juni 2008 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, sehubungan dengan penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan terhadap Undang-undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-94129.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 9 Desember 2008 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 65 tanggal 14 Agustus 2009 Tambahan No. 21703.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, lingkup kegiatan Perusahaan mencakup pembangunan hotel dan penyelenggaraan jasa perhotelan, pembangunan real estat dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan niaga beserta fasilitasnya. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1969.

Perusahaan adalah pemilik Hotel Borobudur Jakarta (Hotel) yang dikelola oleh PT Dharma Harapan Raya.

Kantor pusat Perusahaan berkedudukan di Gedung Artha Graha - Lantai 15, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS), Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52 - 53, Jakarta.

b. Penawaran Umum Efek Perusahaan

Seluruh saham Perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh berjumlah 1.930.039.200 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia. Informasi historis mengenai saham Perusahaan yang dicatatkan di bursa adalah sebagai berikut:

Tahun Keterangan Jumlah Saham

1984 Penawaran Umum Saham Perdana 6.618.600 1988 Penawaran Umum Saham Kedua 6.633.700 1989 Pencatatan Saham Pendiri 11.315.700 1991 Pencatatan Saham Private Placement 432.000 1992 Pencatatan Saham Pendiri 56.869.280 1992 Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran 46.800.000 1994 Pencatatan Saham Bonus 257.338.560

1996 Penawaran Umum Terbatas I 579.011.760 2004 Pemecahan Nilai Nominal Saham 965.019.600

Jumlah 1.930.039.200

6

c. Anak Perusahaan yang Dikonsolidasi

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan memiliki lebih dari 50% penyertaan saham pada anak-anak perusahaan berikut:

Tahun 31 Maret 31 Desember

Perusahaan Domisili Bidang Usaha Berdiri 2011 2010 2011 2010

Pemilikan LangsungPT Danayasa Arthatama Tbk (DA) Jakarta Real estat 1987 82,41% 82,41% 3.408.584.697 3.475.736.555PT Panduneka Sejahtera (PS) Jakarta Pembangunan dan 1995 99,99% 99,99% 119.632.201 118.627.150

pengelolaan gedungperkantoran

PT Dharma Harapan Raya (DHR) Jakarta Jasa manajemen 1998 60,00% 60,00% 7.308.551 8.933.506perhotelan

PT Jakarta International Hotels Jakarta Jasa manajemen 1992 90,00% 90,00% - - Management (JIHM) *) perhotelan

Pemilikan Tidak LangsungMelalui DA Jakarta Telekomunikasi, lihat penyertaan saham DA pada anak perusahaan

real estat, properti, hotel dan perdagangan

*) dihentikan sementara kegiatannya sehubungan dengan berdirinya DHR

Persentase Kepemilikan Jumlah Aset sebelum Eliminasi

PT Danayasa Arthatama Tbk (DA)

Pada tanggal 28 Maret 2002, DA memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) dengan Surat Keputusan No. S-615/PM/2002 untuk melakukan penawaran umum perdana atas 100.000.000 saham DA kepada masyarakat dengan harga nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 500 per saham. Saham-saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 19 April 2002. Kepemilikan saham Perusahaan pada DA mengalami dilusi setelah penawaran umum perdana ini dari semula 99,99% menjadi 96,28%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 15.562.817 dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi” pada neraca konsolidasi dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan penyertaan saham yang bersangkutan. Pada tanggal 6 September 2004, DA memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam dan LK dengan Surat Keputusan No. S-2837/PM/2004 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas I kepada pemegang saham DA dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu sebanyak 630.360.000 saham dengan harga nominal sebesar Rp 500 per saham dan harga penawaran sebesar Rp 625 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 23 September 2004. Dalam penerbitan saham tersebut, Perusahaan tidak melaksanakan haknya. Setelah penerbitan saham baru tersebut, kepemilikan saham Perusahaan pada DA mengalami dilusi menjadi 63,44%. Perubahan nilai investasi yang terjadi akibat transaksi ini adalah sebesar Rp 110.045.409 dan dicatat sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” pada neraca konsolidasi dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan. Pada bulan Juli 2007, Perusahaan memperoleh kepemilikan 630.340.604 saham dalam DA yang berasal dari pembagian dividen non-tunai dari PT Graha Jakarta Sentosa (GJS), dahulu merupakan anak perusahaan yang seluruh kepemilikan sahamnya telah dijual pada tahun 2007, sehingga meningkatkan kepemilikan saham Perusahaan pada DA menjadi 82,41%. DA saat ini sedang mengembangkan area seluas lebih kurang 45 hektar yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, yang dikenal dengan nama "Kawasan Niaga Terpadu Sudirman" (KNTS). Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, DA memiliki penyertaan saham pada perusahaan-perusahaan berikut:

7

31 Maret 31 DesemberPerusahaan Bidang Usaha Tahun Berdiri

Pemilikan LangsungPT Grahamas Adisentosa (GA) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Intigraha Arthayasa (IA) Perhotelan, pariwisata dan kegiatan yang berkaitan 1995 100% *) 100% *)PT Citra Wiradaya (CW) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% 100%

kegiatan yang berkaitanPT Citra Adisarana (CA) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Artharaya Unggul Abadi (AUA) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Citra Wiradaya (CW) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Nusagraha Adicitra (NA) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Artha Telekomindo (AT) Telekomunikasi 1993 100% 100%PT Pandugraha Sejahtera (PGS) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Adinusa Puripratama (AP) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Panduneka Abadi (PA) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Grahaputra Sentosa (GPS) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% *) 100% *)

kegiatan yang berkaitanPT Pusat Graha Makmur (PGM) Perdagangan 1994 100% *) 100% *)PT Esagraha Puripratama (EP) Perdagangan 1995 100% *) 100% *)PT Primagraha Majumakmur (PGMM) Pengembangan real estat dan agen 1993 100% *) 100% *)

pemasaran apartemenPT Adimas Utama (AMU) Perdagangan 1995 100% *) 100% *)PT Trinusa Wiragraha (TW) Perdagangan 1995 99% *) 99% *)Delfina Group Holdings Limited (Delfina) Penyertaan saham di berbagai perusahaan 2005 64% 64%PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) Pengembangan hotel dan apartemen 1995 51% *) 51% *)PT Andana Utamagraha (AU) Pengembangan apartemen 1995 51% 51%

Pemilikan Langsung oleh Anak PerusahaanPT Pacific Place Jakarta (PPJ)(oleh Delfina) Pengembangan dan pengelolaan hotel, pusat 1995 55% 55%

perbelanjaan, apartemen dan gedung kantorPT Graha Sampoerna (GS)(oleh PPJ) Pembangunan dan pengelolaan gedung serta 1995 100% 100% kegiatan yang berkaitan

*) Perusahaan masih dalam tahap pengembangan

2011 2010

Persentase Kepemilikan

d. Dewan Komisaris, Direksi dan Karyawan

Susunan anggota Dewan Komisaris Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 berdasarkan Akta No. 17 tanggal 23 Pebruari 2009 dan susunan anggota Direksi Perusahaan berdasarkan Akta No. 44 tanggal 17 Juli 2009, keduanya dari Imas Fatimah, S.H., notaris di Jakarta, adalah sebagai berikut: Dewan Komisaris Komisaris Utama : Prof. Dr. J.B. Sumarlin*) Wakil Komisaris Utama : Sugianto Kusuma Tomy Winata Komisaris : Parlaungan Lumban Toruan Sihombing, S.H., LLM*) Direksi Direktur Utama : H. Jusuf Indradewa, S.H. Wakil Direktur Utama : Santoso Gunara Direktur : Hartono Tjahjadi Adiwana Mimy Carol Ratulangi *) Merupakan Komisaris Independen Susunan Komite Audit berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris Perusahaan tanggal 22 Mei 2009 adalah sebagai berikut: Ketua : Prof. Dr. JB Sumarlin Anggota : Parlaungan Lumban Toruan Sihombing, S.H., LLM Gandhi*) Tatang Sayuti Budianto Tirtadjaja *) Wafat pada tanggal 3 Januari 2010

8

Jumlah remunerasi yang diterima oleh Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 1.167.600 dan Rp 1.146.000. Jumlah rata-rata karyawan Perusahaan (tidak diaudit) sebanyak 887 dan 1.005 masing-masing pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010.

2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting

a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) No. Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 dan Lampiran 11 Surat Edaran No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan dan Emiten atau Perusahaan Publik dalam Industri Real Estat. Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasi ini adalah konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain, sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan metode akrual, kecuali laporan arus kas.

Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Sesuai dengan Pernyataan Stándar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 44 tentang “Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat”, Perusahaan dan anak perusahaan tidak mengelompokkan aset dan kewajiban dalam neraca konsolidasi menurut lancar dan tidak lancar (unclassfied). Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp). Kecuali dinyatakan secara khusus, angka-angka adalah dalam ribuan Rupiah.

b. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Revisi

Efektif tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan secara prospektif PSAK revisi berikut: (1) PSAK 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, yang berisi

persyaratan pengungkapan instrumen keuangan dan kriteria informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan pengungkapan diterapkan berdasarkan klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, yakni aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian bunga, dividen, keuntungan dan kerugian yang terkait; dan situasi tertentu dimana saling hapus aset dan kewajiban keuangan diizinkan. PSAK ini juga mewajibkan pengungkapan atas, antara lain, informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kebijakan akuntansi atas instrumen keuangan. Stándar ini menggantikan PSAK 50 “Akuntansi Investasi Efek Tertentu”

(2) PSAK 55 (Revisi 2006), Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, yang menetapkan dasar-dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan dan kontrak-kontrak pembelian atau penjualan instrumen non-keuangan. PSAK ini menjelaskan di antaranya definisi derivatif, kategori instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penentuan kriteria lindung nilai. Standar ini menggantikan PSAK 55 (Revisi 1999) “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Lindung Nilai’.

9

Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi pada tanggal 1 Januari 2010 yang disusun berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006), tidak terdapat penyesuaian transisi atas jumlah-jumlah yang sebelumnya telah dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasi tanggal 31 Desember 2009.

(3) PSAK 26 (Revisi 2008), “Biaya Pinjaman”, yang berisi perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman dan mengharuskan entitas untuk mengkapitalisasikan biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan, konstruksi atau pembuatan aset kualifikasian sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Stándar ini juga mengharuskan entitas untuk mengakui biaya pinjaman lainnya sebagai beban. Stándar ini menggantikan PSAK 26 (1997) “Biaya Pinjaman”. Penerapan stándar ini tidak memiliki dampak material terhadap laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan anak perusahaan.

c. Prinsip Konsolidasi dan Akuntansi Penggabungan Usaha

Prinsip Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang dikendalikannya, dimana Perusahaan memiliki lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan keuangan dan operasi dari anak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas anak perusahaan tersebut. Sebuah anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila sifat pengendaliannya adalah sementara karena anak perusahaan tersebut diperoleh dengan tujuan akan dijual kembali dalam waktu dekat; atau jika ada pembatasan jangka panjang yang mempengaruhi kemampuan anak perusahaan untuk memindahkan dananya ke Perusahaan.

Dalam hal pengendalian terhadap anak perusahaan dimulai atau diakhiri dalam suatu periode tertentu, maka hasil usaha anak perusahaan yang diperhitungkan ke dalam laporan keuangan konsolidasi hanya sebatas hasil pada saat pengendalian tersebut mulai diperoleh atau hingga saat pengendalian atas anak perusahaan itu berakhir.

Saldo dan transaksi, termasuk keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi, atas transaksi antar perusahaan yang signifikan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan anak perusahaan sebagai satu kesatuan usaha. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Apabila anak perusahaan menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dari kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasi, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan tersebut. Hak minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan dinyatakan sebesar proporsi pemegang saham minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan tersebut sesuai dengan persentase kepemilikan pemegang saham minoritas pada anak perusahaan tersebut. Kerugian yang menjadi bagian dari pemegang saham minoritas pada suatu anak perusahaan dapat melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut yang menjadi bagian pemegang saham minoritas, harus dibebankan kepada pemegang saham mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas untuk menutupi kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya. Apabila pada periode selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup.

10

Akuntansi Penggabungan Usaha Perolehan anak perusahaan dari pihak ketiga dipertanggungjawabkan menggunakan metode pembelian sesuai dengan PSAK 22 “Akuntasi Penggabungan Usaha”. Dalam menerapkan metode pembelian, selisih lebih yang dapat diidentifikasi antara biaya perolehan dengan nilai wajar aset bersih anak perusahaan yang diakuisi pada tanggal transaksi dibukukan sebagai goodwill dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama lima (5) tahun. Aset dan kewajiban yang diperoleh diakui secara terpisah pada tanggal akuisisi apabila besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomis masa depan akan mengalir ke atau dari pengakuisi; dan tersedia dasar pengukuran atas biaya perolehan atau nilai wajar yang dapat diandalkan. Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian pengakuisisi atas nilai wajar aset bersih yang dapat diidentifikasi pada tanggal akuisisi, maka nilai wajar aset non-moneter yang diperoleh diturunkan nilainya secara proporsional sampai seluruh selisih tersebut dieliminasi. Sisa selisih tersebut diakui sebagai goodwill negatif. Akuisisi anak perusahaan dari entitas yang merupakan entitas sepengendali yang merupakan reorganisasi perusahaan-perusahaan di bawah pengendali yang sama (pooling of interest), dipertanggungjawabkan sesuai dengan PSAK 38 (Revisi 2004) “Akuntansi Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Berdasarkan PSAK 38 tersebut, transfer aset, kewajiban, saham dan instrumen kepemilikan lainnya di antara entitas sepengendali tidak menghasilkan laba atau rugi bagi grup atau bagi perusahaan individu berada di bawah grup yang sama. Karena transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak menimbulkan perubahan substansi ekonomi atas kepemilikan aset, kewajiban, saham dan instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aset dan kewajiban yang ditransfer dicatat pada nilai buku. Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi entitas sepengendali dibukukan pada akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” pada bagian ekuitas. Saldo “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi sebagai laba atau rugi yang direalisasi pada saat (1) hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi, (2) pelepasan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak lain yang tidak sepengendali. Sebaliknya, jika ada transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama maka saling hapus dilakukan antara saldo yang ada dengan yang baru, sehingga menimbulkan saldo baru atas akun ini.

d. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing

Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama periode berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi periode yang bersangkutan. Keuntungan atau kerugian selisih kurs atas aset dan kewajiban moneter merupakan selisih antara biaya perolehan diamortisasi dalam Rupiah pada awal tahun yang disesuaikan dengan bunga efektif dan pembayaran selama tahun berjalan, dengan biaya perolehan diamortisasi dalam mata uang asing yang dijabarkan ke dalam Rupiah menggunakan kurs yang berlaku pada akhir tahun. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, kurs konversi yang digunakan Perusahaan dan anak perusahaan masing-masing sebesar Rp 8.709 dan Rp 8.991 per US$ 1.

11

e. Transaksi Hubungan Istimewa

Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:

1. Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);

2. Perusahaan asosiasi; 3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan

hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan);

4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk

merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan

5. Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara

langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.

Semua transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan, persyaratan dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi.

f. Penggunaan Estimasi

Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan konsolidasi serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi. Estimasi dan asumsi yang digunakan tersebut ditelaah kembali secara terus-menerus. Revisi atas estimasi akuntansi diakui dalam periode yang sama pada saat terjadinya revisi estimasi atau pada periode masa depan yang terkena dampak. Informasi mengenai ketidakpastian yang melekat pada estimasi dan pertimbangan yang mendasari dalam penerapan kebijakan akuntansi yang memiliki dampak signifikan terhadap jumlah-jumlah yang diakui dalam laporan keuangan konsolidasi, dijelaskan pada Catatan 3 atas laporan keuangan konsolidasi.

g. Kas dan Setara Kas

Kas terdiri dari kas dan bank. Setara kas adalah semua investasi yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid yang dapat segera dikonversikan menjadi kas dengan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi pencairannya.

12

h. Deposito Berjangka

Deposito berjangka yang jatuh temponya kurang dari tiga bulan pada saat penempatan namun dijaminkan, atau dibatasi pencairannya dan deposito berjangka yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan pada saat penempatan disajikan sebagai investasi.

i. Instrumen Keuangan Kebijakan Akuntansi Efektif Tanggal 1 Januari 2010 Sebagaimana dijelaskan pada Catatan 2b, Perusahaan dan anak perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi berikut berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) yang berlaku efektif 1 Januari 2010: Perusahaan dan anak perusahaan mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca, jika dan hanya jika, Perusahaan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. Pembelian atau penjualan yang lazim atas instrumen keuangan diakui pada tanggal penyelesaian. Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan (dalam hal aset keuangan) atau yang diterima (dalam hal kewajiban keuangan). Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hampir sama. Pengukuran awal instrumen keuangan, kecuali untuk instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, termasuk biaya transaksi. Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrumen keuangan. Biaya transaksi tersebut diamortisasi sepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif. Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perusahaan dan anak perusahaan mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan adalah jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih. Pengklasifikasian instrumen keuangan dilakukan berdasarkan tujuan perolehan instrumen tersebut dan mempertimbangkan apakah instrumen tersebut memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, Perusahaan dan anak perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual, kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan

13

laba rugi dan kewajiban lain-lain; dan melakukan evaluasi kembali atas kategori-kategori tersebut pada setiap tanggal pelaporan, apabila diperlukan dan tidak melanggar ketentuan yang disyaratkan. Penentuan Nilai Wajar Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal neraca adalah berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjual/dealer (bid price untuk posisi beli dan ask price untuk posisi jual), tanpa memperhitungkan biaya transaksi. Apabila bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir yang digunakan untuk mencerminkan bukti nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signifikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, kecuali investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga, maka nilai wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini (net present value), perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi, model harga opsi (options pricing models), dan model penilaian lainnya. Dalam hal nilai wajar tidak dapat ditentukan dengan andal menggunakan teknik penilaian, maka investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga dinyatakan pada biaya perolehan setelah dikurangi penurunan nilai. Laba/Rugi Hari ke-1 Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan nilai wajar yang dihitung menggunakan teknik penilaian dimana variabelnya merupakan data yang diperoleh dari pasar yang dapat diobservasi, maka Perusahaan dan anak perusahaan mengakui selisih antara harga transaksi dengan nilai wajar tersebut (yakni Laba/Rugi hari ke-1) dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali jika selisih tersebut memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset yang lain. Dalam hal tidak terdapat data yang dapat diobservasi, maka selisih antara harga transaksi dan nilai yang ditentukan berdasarkan teknik penilaian hanya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi apabila data tersebut menjadi dapat diobservasi atau pada saat instrumen tersebut dihentikan pengakuannya. Untuk masing-masing transaksi, Perusahaan dan/atau anak perusahaan menerapkan metode pengakuan Laba/Rugi Hari ke-1 yang sesuai. Aset Keuangan (1) Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar melalui Laporan Laba Rugi

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki untuk diperdagangkan apabila aset keuangan tersebut diperoleh terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal jika memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan

pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul dari pengukuran aset atau pengakuan aset atau pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau

b. Aset tersebut merupakan bagian dari kelompok aset keuangan, kewajiban keuangan,

atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan; atau

c. Instrumen keuangan tersebut memiliki derivatif melekat, kecuali jika derivatif melekat

tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas, atau terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa analisis, bahwa pemisahan derivatif melekat tidak dapat dilakukan.

14

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi konsolidasi dicatat pada neraca pada nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Bunga yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan bunga, sedangkan pendapatan dividen dicatat sebagai bagian dari pendapatan lain-lain sesuai dengan persyaratan dalam kontrak, atau pada saat hak untuk memperoleh pembayaran atas dividen tersebut telah ditetapkan. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

(2) Pinjaman yang Diberikan dan Piutang

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat dan tidak diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau aset tersedia untuk dijual.

Setelah pengukuran awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode bunga efektif, dikurangi penyisihan penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasi. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi.

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, kategori ini meliputi kas dan setara kas, investasi dalam rekening giro dan deposito berjangka, efek-efek hutang, piutang usaha, piutang lain-lain dan aset lain-lain (setoran jaminan) yang dimiliki oleh Perusahaan dan anak perusahaan.

(3) Investasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempo

Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dan manajemen Perusahaan dan/atau anak perusahaan memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Apabila Perusahaan dan/atau anak perusahaan menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo, maka seluruh aset keuangan dalam kategori tersebut terkena aturan pembatasan (tainting rule) dan harus direklasifikasi ke kelompok tersedia untuk dijual. Setelah pengukuran awal, investasi ini diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode bunga efektif, setelah dikurangi penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasi. Keuntungan dan kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat penghentian pengakuan dan penurunan nilai dan melalui proses amortisasi menggunakan metode bunga efektif. Pada tanggal 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki aset keuangan dalam bentuk investasi dimiliki hingga jatuh tempo.

15

(4) Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual

Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain. Aset keuangan ini diperoleh dan dimiliki untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan dapat dijual sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau karena perubahan kondisi ekonomi. Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar. Komponen hasil (yield) efektif dari surat berharga hutang tersedia untuk dijual serta dampak penjabaran mata uang asing (untuk surat berharga hutang dalam mata uang asing) diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Laba atau rugi yang belum direalisasi yang timbul dari penilaian pada nilai wajar atas aset keuangan tersedia untuk dijual tidak diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi, melainkan dilaporkan sebagai laba atau rugi bersih yang belum direalisasi pada bagian ekuitas dalam neraca konsolidasi dan laporan perubahan ekuitas konsolidasi. Apabila aset keuangan dilepaskan, atau dihentikan pengakuannya, maka laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Jika Perusahaan dan/atau anak perusahaan memiliki lebih dari satu jenis surat berharga yang sama, maka diterapkan dasar masuk pertama keluar pertama (first-in, first out basis). Bunga yang diperoleh dari aset keuangan tersedia untuk dijual diakui sebagai pendapatan bunga yang dihitung berdasarkan metode suku bunga efektif. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai aset keuangan juga diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan memiliki aset keuangan tersedia untuk dijual berupa investasi dalam saham sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 5d. (i). Karena nilai wajarnya tidak dapat ditentukan secara andal, maka investasi dalam saham tersebut dinyatakan pada biaya perolehan, dikurangi kerugian penurunan nilai, jika ada.

Kewajiban Keuangan (1) Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Kewajiban keuangan diklasifikasikan dalam kategori ini apabila kewajiban tersebut merupakan hasil dari aktifitas perdagangan atau transaksi derivatif yang tidak dimaksudkan sebagai lindung nilai, atau jika Perusahaan dan/atau anak perusahaan memilih untuk menetapkan kewajiban keuangan tersebut dalam kategori ini.

Perubahan dalam nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi.

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki kewajiban keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi konsolidasi.

(2) Kewajiban Keuangan Lain-lain

Kategori ini merupakan kewajiban keuangan yang dimiliki tidak untuk diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal tidak ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan lain-lain, jika substansi perjanjian kontraktual mengharuskan Perusahaan dan anak perusahaan untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada pemegang instrumen keuangan, atau jika kewajiban

16

tersebut diselesaikan tidak melalui penukaran kas atau aset keuangan lain atau saham sendiri yang jumlahnya tetap atau telah ditetapkan. Kewajiban keuangan lain-lain pada pengakuan awal diukur pada nilai wajar dan sesudah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan memperhitungkan dampak amortisasi (atau akresi) atas premi, diskonto dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, kategori ini meliputi hutang bank, hutang obligasi, hutang usaha, biaya yang masih harus dibayar, hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan kewajiban lain-lain tertentu yang dimiliki oleh Perusahaan dan anak perusahaan.

Saling Hapus Instrumen Keuangan Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam neraca konsolidasi jika, dan hanya jika, Perusahaan dan/atau anak perusahaan saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajibannya secara simultan. Penurunan Nilai Aset Keuangan Pada setiap tanggal neraca, manajemen Perusahaan dan anak perusahaan menelaah apakah suatu aset keuangan atau kelompok aset keuangan telah mengalami penurunan nilai. (1) Aset Keuangan pada Biaya perolehan Diamortisasi

Manajemen pertama-tama menentukan apakah terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk aset keuangan yang jumlahnya tidak signifikan secara individual. Jika manajemen menentukan tidak terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik aset keuangan tersebut signifikan atau tidak signifikan, maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.

Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi atas aset dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun penyisihan dan jumlah kerugian yang terjadi diakui di laporan laba rugi konsolidasi.

Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai bertambah atau berkurang karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka dilakukan penyesuaian atas penyisihan kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui. Pemulihan penurunan nilai selanjutnya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi, dengan ketentuan nilai tercatat aset setelah pemulihan penurunan nilai tidak melampaui biaya perolehan diamortisasi pada tanggal pemulihan tersebut.

(2) Aset Keuangan yang Dicatat pada Biaya Perolehan Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai wajar

17

karena nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, maka jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset keuangan serupa.

(3) Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual

Dalam hal instrumen ekuitas dalam kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehannya yang signifikan dan berkelanjutan. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka kerugian penurunan nilai kumulatif yang dihitung dari selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai yang sebelumnya telah diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi konsolidasi tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi (harus diakui melalui ekuitas). Kenaikan nilai wajar setelah terjadinya penurunan nilai diakui di ekuitas.

Dalam hal instrumen hutang dalam kelompok tersedia untuk dijual, penurunan nilai ditelaah berdasarkan kriteria yang sama dengan aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Bunga tetap diakru berdasarkan suku bunga efektif asal yang diterapkan pada nilai tercatat aset yang telah diturunkan nilainya, dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasi. Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen hutang meningkat dan peningkatan nilai wajar tersebut karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan melalui laporan laba rugi konsolidasi.

Penghentian Pengakuan Aset dan Kewajiban Keuangan

(1) Aset Keuangan

Aset keuangan (atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya jika:

a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir;

b. Perusahaan dan/atau anak perusahaan tetap memiliki hak untuk menerima arus kas dari

aset keuangan tersebut, namun juga menanggung kewajiban kontraktual untuk membayar kepada pihak ketiga atas arus kas yang diterima tersebut secara penuh tanpa adanya penundaan yang signifikan berdasarkan suatu kesepakatan; atau

c. Perusahaan dan/atau anak perusahaan telah mentransfer haknya untuk menerima arus

kas dari aset keuangan dan (i) telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, atau (ii) secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, namun telah mentransfer pengendalian atas aset keuangan tersebut.

Ketika Perusahaan dan/atau anak perusahaan telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari suatu aset keuangan atau telah menjadi pihak dalam suatu kesepakatan, dan secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan dan masih memiliki pengendalian atas aset tersebut, maka aset keuangan diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan aset keuangan tersebut. Keterlibatan berkelanjutan dalam bentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur berdasarkan jumlah terendah antara nilai aset yang ditransfer dengan nilai maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh Perusahaan dan/atau anak perusahaan.

(2) Kewajiban Keuangan

Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya jika kewajiban keuangan tersebut berakhir, dibatalkan atau telah kadaluarsa. Jika kewajiban keuangan tertentu digantikan dengan

18

kewajiban keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama namun dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau terdapat modifikasi secara substansial atas ketentuan kewajiban keuangan yang ada saat ini, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dianggap sebagai penghentian pengakuan kewajiban keuangan awal. Pengakuan timbulnya kewajiban keuangan baru serta selisih antara nilai tercatat kewajiban keuangan awal dengan yang baru diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi.

Piutang Usaha

Piutang dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan setelah dikurangi dengan penyisihan piutang ragu-ragu, jika ada.

Penyisihan piutang ragu-ragu dibentuk berdasarkan penelaahan manajemen terhadap masing-masing akun piutang akhir tahun.

Investasi

(1). Penempatan pada efek yang nilai wajarnya tersedia

Investasi ini dapat digolongkan dalam tiga kelompok sesuai dengan tujuan investasi sebagai berikut:

a) Diperdagangkan (trading)

Termasuk dalam kelompok ini adalah yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, yang biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sering. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek. Investasi yang termasuk dalam kelompok ini diukur sebesar nilai wajarnya. Laba/rugi yang timbul dari kenaikan atau penurunan tersebut diakui pada laporan laba rugi konsolidasi periode berjalan.

b) Dimiliki hingga jatuh tempo (held-to-maturity)

Investasi tersebut diukur sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan amortisasi premi atau diskonto yang belum diamortisasi.

c) Tersedia untuk dijual (available-for-sale)

Investasi yang tidak memenuhi kriteria kelompok “diperdagangkan” dan yang “dimiliki hingga jatuh tempo” diukur sebesar nilai wajarnya. Laba dan rugi yang belum direalisasi dari kenaikan atau penurunan nilai wajar atas kepemilikan efek dan unit penyertaan reksadana ini disajikan sebagai komponen ekuitas, dan tidak diakui sebagai keuntungan atau kerugian sampai direalisasi.

Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.

Untuk menghitung laba atau rugi yang direalisasi, biaya perolehan efek ekuitas ditentukan berdasarkan metode rata-rata tertimbang, sedangkan biaya perolehan efek hutang yang dimiliki hingga jatuh tempo ditentukan berdasarkan metode identifikasi khusus.

(2) Investasi dalam bentuk penyertaan saham yang nilai wajarnya tidak tersedia

Investasi dalam bentuk penyertaan saham dengan persentase kepemilikan kurang dari 20% dicatat dengan menggunakan metode biaya. Menurut metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Investor mengakui penghasilan hanya sebatas distribusi laba (dividen, kecuali dividen saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang

19

diakumulasikan oleh perusahaan asosiasi setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang melebihi laba tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurangan terhadap biaya investasi.

Restrukturisasi Hutang Bermasalah

Restrukturisasi hutang bermasalah diperlakukan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 54, “Akuntansi untuk Restrukturisasi Hutang-Piutang Bermasalah”. Sesuai dengan PSAK No. 54, keuntungan dari restrukturisasi harus diakui jika nilai tercatat hutang yang diselesaikan, setelah dikurangi penyelesaian hutang melalui penyerahan saham (jika ada), lebih besar dari pembayaran kas masa depan tanpa memperhitungkan nilai tunainya. Seluruh biaya langsung yang terjadi dari restrukturisasi hutang bermasalah harus dikurangkan dalam penghitungan keuntungan restrukturisasi hutang bermasalah.

Keuntungan dari restrukturisasi hutang bermasalah, diakui dan diklasifikasikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun terjadinya restrukturisasi.

j. Penyertaan Saham dalam Perusahaan Asosiasi

Investasi dalam bentuk saham di mana Perusahaan mempunyai pemilikan saham minimal 20%, tetapi tidak lebih dari 50% dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, dimana biaya perolehan dari penyertaan ditambah atau dikurangi dengan bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi sejak tanggal perolehan sebesar persentase pemilikan serta dikurangi dengan pendapatan dividen. Bagian Perusahaan atas laba atau rugi bersih perusahaan asosiasi disesuaikan dengan amortisasi goodwill dengan menggunakan metode garis lurus selama 5 tahun.

Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut yang ditentukan untuk setiap investasi secara individu dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.

Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi

Perubahan nilai investasi (dengan menggunakan metode ekuitas) yang disebabkan oleh terjadinya perubahan nilai ekuitas anak perusahaan yang bukan merupakan transaksi antara Perusahaan dengan anak perusahaan diakui sebagai bagian dari ekuitas dalam akun “Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi”, dan akan diakui sebagai pendapatan atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan.

k. Persediaan

1. Persediaan Real Estat

Persediaan real estat terdiri dari tanah dan bangunan (secara strata title) yang siap dijual, bangunan (secara strata title) yang sedang dikonstruksi dan tanah yang sedang dikembangkan dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value). Nilai realisasi bersih merupakan estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi dengan estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya penjualan. Biaya perolehan tanah yang sedang dikembangkan meliputi biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan ditambah dengan biaya pengembangan langsung dan tidak langsung yang dapat diatribusikan pada kegiatan pengembangan real estat serta biaya pinjaman (beban bunga dan selisih kurs). Tanah yang sedang dikembangkan akan dipindahkan ke bangunan yang sedang dikonstruksi pada saat konstruksi dimulai dengan menggunakan metode luas areal.

20

Biaya pengembangan tanah termasuk tanah yang digunakan sebagai jalan dan prasarana atau area yang tidak dijual lainnya, dialokasikan ke proyek berdasarkan luas area yang dapat dijual. Biaya perolehan bangunan yang sedang dikonstruksi meliputi biaya-biaya konstruksi serta dipindahkan ke tanah dan bangunan yang siap dijual pada saat selesai dibangun. Biaya-biaya tersebut ditentukan dengan menggunakan metode identifikasi khusus.

Akumulasi biaya ke proyek pengembangan real estat tidak dihentikan walaupun realisasi pendapatan pada masa mendatang lebih rendah dari nilai tercatat proyek. Namun, dilakukan penyisihan secara periodik atas perbedaan tersebut. Jumlah penyisihan tersebut akan mengurangi nilai tercatat proyek dan dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. Estimasi dan alokasi biaya harus dikaji kembali pada setiap akhir periode pelaporan sampai proyek selesai secara substansial. Apabila telah terjadi perubahan mendasar pada estimasi kini, biaya direvisi dan direalokasi. Beban yang tidak berhubungan dengan proyek real estat dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya.

2. Persediaan Hotel

Barang dan perlengkapan hotel terdiri dari makanan, minuman, perlengkapan teknik dan perlengkapan hotel. Persediaan tersebut dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan, yang ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata, dan nilai realisasi bersih.

l. Biaya Dibayar di muka

Biaya dibayar di muka diamortisasi selama manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan metode garis lurus.

m. Properti Investasi

Properti investasi, kecuali tanah, diukur sebesar biaya perolehan, termasuk biaya transaksi, setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi kerugian penurunan nilai, jika ada. Jumlah tercatat termasuk biaya penggantian untuk bagian tertentu dari properti investasi yang telah ada pada saat beban terjadi, jika kriteria pengakuan terpenuhi dan tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari properti investasi.

Properti investasi, kecuali tanah, disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus dengan estimasi masa manfaatnya yakni enam (6) sampai dengan dua puluh (20) tahun.

Properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari neraca) pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut.

Transfer ke properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan, yang ditunjukkan dengan berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dimulainya sewa operasi ke pihak lain atau berakhirnya konstruksi atau pengembangan. Transfer dari properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan, yang ditunjukkan dengan dimulainya penggunaan oleh pemilik atau dimulainya pengembangan untuk dijual.

21

n. Aset Tetap

Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan, tetapi tidak termasuk biaya perawatan sehari-hari, dikurangi akumulasi penyusutan serta akumulasi penurunan nilai aset, jika ada. Tanah tidak disusutkan dan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penurunan nilai, jika ada.

Biaya perolehan awal aset tetap meliputi harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan dan biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan sesuai dengan tujuan penggunaan yang ditetapkan.

Beban-beban yang timbul setelah aset tetap digunakan, seperti beban perbaikan dan pemeliharaan, dibebankan ke laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya. Apabila beban-beban tersebut menimbulkan peningkatan manfaat ekonomis di masa datang dari penggunaan aset tetap tersebut yang dapat melebihi kinerja normalnya, maka beban-beban tersebut dikapitalisasi sebagai tambahan biaya perolehan aset tetap.

Semua aset tetap, kecuali tanah, disusutkan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa manfaat dari aset tetap. Berdasarkan penelaahan dan taksiran manajemen atas estimasi masa manfaat aset tetap, mulai tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan mengubah estimasi masa manfaat dari bangunan Hotel Borobudur Jakarta. Di bawah ini adalah estimasi masa manfaat (dalam tahun) sebelum dan setelah tanggal 1 Januari 2010:

Sebelum Mulai1 Januari 1 Januari

2010 2010

Bangunan 20 - 40 20 - 30Peralatan dan perabotan 2 - 10 2 - 10Peralatan mekanis dan listrik 6 - 14 6 - 14Kendaraan bermotor 2 - 8 2 - 8Peralatan telekomunikasi 2 - 8 2 - 8Partisi kantor 3 - 5 3 - 5

Nilai tercatat aset tetap ditelaah kembali dan dilakukan penurunan nilai apabila terdapat peristiwa atau perubahan kondisi tertentu yang mengindikasikan nilai tercatat tersebut tidak dapat dipulihkan sepenuhnya.

Dalam setiap inspeksi yang signifikan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian apabila memenuhi kriteria pengakuan. Biaya inspeksi signifikan yang dikapitalisasi tersebut diamortisasi selama periode sampai dengan saat inspeksi signifikan berikutnya.

Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya (derecognized) pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Aset tetap yang dijual atau dilepaskan, dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutan serta akumulasi penurunan nilai yang terkait dengan aset tetap tersebut. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah tercatat dari aset tetap tersebut, dan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun terjadinya penghentian pengakuan.

Nilai residu, umur manfaat, serta metode penyusutan ditelaah setiap akhir tahun dan dilakukan penyesuaian apabila hasil telaah berbeda dengan estimasi sebelumnya. Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat selesai dan siap digunakan.

22

o. Sewa

Penentuan apakah suatu kontrak merupakan, atau mengandung unsur sewa adalah berdasarkan substansi kontrak pada tanggal awal sewa, yakni apakah pemenuhan syarat kontrak tergantung pada penggunaan aset tertentu dan kontrak tersebut berisi hak untuk menggunakan aset tersebut.

Evaluasi ulang atas perjanjian sewa dilakukan setelah tanggal awal sewa hanya jika salah satu kondisi berikut terpenuhi:

a. Terdapat perubahan dalam persyaratan perjanjian kontraktual, kecuali jika perubahan tersebut

hanya memperbarui atau memperpanjang perjanjian yang ada;

b. Opsi pembaruan dilakukan atau perpanjangan disetujui oleh pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian, kecuali ketentuan pembaruan atau perpanjangan pada awalnya telah termasuk dalam masa sewa.

c. Terdapat perubahan dalam penentuan apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada suatu

aset tertentu; atau

d. Terdapat perubahan substansial atas aset yang disewa.

Apabila evaluasi ulang telah dilakukan, maka akuntansi sewa harus diterapkan atau dihentikan penerapannya pada tanggal dimana terjadi perubahan kondisi skenario a, c atau d dan pada tanggal pembaharuan atau perpanjangan sewa pada skenario b.

Sewa dimana Perusahaan dan/atau anak perusahaan tetap mempertahankan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Biaya langsung awal yang dapat didistribusikan secara langsung dengan negoisasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke nilai tercatat aset sewaan dan diakui ke laba rugi konsolidasi tahun berjalan selama masa sesuai dengan dasar pengakuan pendapatan sewa.

p. Kelebihan Penagihan atas Pengakuan Pendapatan Kontrak Konstruksi

Pendapatan dan beban kontrak berkenaan dengan kontrak konstruksi diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak (percentage of completion method) pada tanggal neraca konsolidasi. Kelebihan penagihan atas pendapatan disajikan pada Kewajiban Lain-lain sebagai “Kelebihan penagihan atas pengakuan pendapatan kontrak konstruksi”.

q. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan

Manajemen menelaah ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai aset pada tanggal neraca dan kemungkinan penyesuaian ke nilai yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) apabila terdapat keadaan yang mengindikasikan terjadinya penurunan nilai aset tersebut.

Kerugian penurunan nilai diakui jika nilai tercatat aset melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali. Nilai aset yang dapat diperoleh kembali dihitung berdasarkan nilai pakai atau harga jual bersih, mana yang lebih tinggi. Di lain pihak, pemulihan penurunan nilai diakui apabila terdapat indikasi bahwa penurunan nilai tersebut tidak lagi terjadi.

Penurunan (pemulihan) nilai aset diakui sebagai beban (pendapatan) pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan.

r. Biaya Emisi Saham

Biaya emisi saham disajikan sebagai pengurang akun tambahan modal disetor dan tidak diamortisasi.

23

s. Pendapatan Diterima di Muka

Pendapatan diterima di muka ditangguhkan pengakuannya dan akan dibukukan sebagai pendapatan sesuai dengan masa manfaat pendapatan tersebut.

t. Penyisihan untuk Penggantian Peralatan Usaha

Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha (barang dan perlengkapan hotel) dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi berdasarkan taksiran nilai penggantian dari peralatan yang hilang atau rusak. Pembelian dibebankan pada akun “Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha”.

u. Pengakuan Pendapatan dan Beban

(1) Pengakuan Pendapatan

Pendapatan dari penjualan persediaan real estat

Pendapatan atas penjualan bangunan kondominium, apartemen strata title, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan bangunan sejenis lainnya serta unit dalam kepemilikan secara time sharing, diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion method) terhadap unit yang terjual, apabila seluruh persyaratan berikut terpenuhi:

1) Proses konstruksi telah melampaui tahap awal, yaitu fondasi bangunan telah selesai dan

semua persyaratan untuk memulai pembangunan telah dipenuhi.

2) Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang telah disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; dan

3) Jumlah pendapatan dari penjualan dan biaya unit bangunan dapat diestimasi dengan

andal.

Jika semua kriteria yang disebutkan di atas tidak terpenuhi, maka pembayaran yang diterima dari pembeli harus diakui sebagai “uang muka penjualan” dengan metode deposit sampai seluruh kriteria terpenuhi.

Dengan metode persentase penyelesaian, jumlah pendapatan dan beban yang diakui untuk setiap periode akuntansi harus sesuai dengan tingkat atau persentase penyelesaian dari aset tersebut.

Tingkat atau persentase penyelesaian pengembangan real estat ditentukan berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal tertentu dibandingkan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk pengembangan real estat tersebut.

Pendapatan atas penjualan apartemen strata title, konstruksi yang telah selesai pembangunannya, harus diakui dengan menggunakan metode akrual penuh.

Pendapatan sewa dan jasa pelayanan

Pendapatan sewa ruangan pusat perbelanjaan dan kantor serta tanah diakui berdasarkan metode garis lurus sesuai dengan jangka waktu sewa dan pendapatan jasa pelayanan diakui pada saat jasa diserahkan. Pendapatan dari Hotel

Pendapatan hotel diakui pada saat barang atau jasa diberikan kepada tamu.

24

Pendapatan Kontrak

Pendapatan kontrak diakui sebagai pendapatan dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak konstruksi (percentage of completion method) pada tanggal neraca konsolidasi.

Tingkat atau persentase penyelesaian aktivitas kontrak konstruksi ditentukan berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal tertentu dibandingkan dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk aktivitas kontrak konstruksi tersebut.

Lainnya

Pendapatan dari iuran keanggotaan klub diakui sesuai dengan periode keanggotaan.

Pendapatan dari jasa telekomunikasi diakui pada saat jasa telah diserahkan kepada pelanggan.

Efektif tanggal 1 Januari 2010, pendapatan bunga diakui secara akrual dalam laporan laba rugi konsolidasi menggunakan metode suku bunga efektif. Sebelum tanggal 1 Januari 2010, pendapatan bunga berdasarkan metode akrual berdasarkan suku bunga kontraktual.

(2) Pengakuan Beban

Beban diakui sesuai dengan manfaatnya pada tahun yang bersangkutan (accrual basis) pada saat terjadinya, kecuali beban pokok penjualan persediaan real estat yang di dalamnya termasuk taksiran biaya untuk pengembangan prasarana atas tanah untk dijual maupun yang sedang dikembangkan untuk penjualan di masa mendatang.

Beban kontrak diakui sebagai beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak konstruksi pada tanggal neraca konsolidasi (percentage of completion method).

Efektif tanggal 1 Januari 2010, beban bunga diakui secara akrual dalam laporan laba rugi konsolidasi menggunakan metode suku bunga efektif. Sebelum 1 Januari 2010, beban bunga berdasarkan metode akrual berdasarkan suku bunga kontraktual.

Efektif tanggal 1 Januari 2010 biaya transaksi yang terjadi dan dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan atau penerbitan instrumen keuangan yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diamortisasi sepanjang umur instrumen keuangan menggunakan metode suku bunga efektif dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga untuk biaya transaksi terkait aset keuangan, dan sebagai bagian dari beban bunga untuk biaya transaksi terkait kewajiban keuangan.

v. Biaya Pinjaman

Biaya pinjaman merupakan bunga dan selisih kurs pinjaman yang diterima dalam mata uang asing dan biaya lainnya (amortisasi diskon/premium dari pinjaman diterima) yang terjadi sehubungan dengan peminjaman dana.

Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi, atau pembuatan aset kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Biaya pinjaman lainnya diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

Jika Perusahaan dan/atau anak perusahaan meminjam dana secara khusus untuk tujuan memperoleh aset kualifikasian, maka Perusahaan dan /atau anak perusahaan menentukan jumlah biaya pinjaman yang layak dikapitalisasikan sebesar biaya pinjaman aktual yang terjadi selama periode berjalan dikurangi penghasilan investasi atas investasi sementara dari pinjaman tersebut.

25

Jika pengembangan aktif atas aset kualifikasian dihentikan, Perusahaan dan/atau anak perusahaan menghentikan kapitalisasi biaya pinjaman selama periode yang diperpanjang tersebut.

Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan saat selesainya secara substansi seluruh aktivitas yang diperlukan untuk mempersiapkan aset kualifikasian agar dapat digunakan atau dijual sesuai dengan maksudnya.

w. Imbalan Kerja

Imbalan kerja jangka pendek merupakan upah, gaji, dan iuran jaminan sosial. Imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah yang tak-terdiskonto sebagai kewajiban setelah dikurangi dengan jumlah yang telah dibayar pada neraca konsolidasi dan sebagai beban pada laporan laba rugi konsolidasi.

Program pensiun manfaat pasti

Imbalan pasca-kerja Perusahaan merupakan manfaat pasti yang dibentuk dengan pendanaan khusus melalui program dana pensiun, sedangkan untuk anak-anak perusahaan, imbalan pasca-kerja merupakan manfaat pasti yang dibentuk tanpa pendanaan khusus. Imbalan pasca-kerja tersebut keduanya didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan pada saat pensiun. Metode penilaian aktuarial yang digunakan untuk menentukan nilai kini cadangan imbalan pasti, beban jasa kini yang terkait dan beban jasa lalu adalah metode Projected Unit Credit. Beban jasa kini, beban bunga, beban jasa lalu yang telah menjadi hak karyawan, hasil yang diharapkan dari aset program, dan dampak kurtailmen atau penyelesaian (jika ada) diakui pada laba rugi konsolidasi tahun berjalan. Keuntungan atau kerugian aktuarial (jika ada) dan beban jasa lalu yang belum menjadi hak karyawan bagi karyawan yang masih aktif bekerja diamortisasikan selama jangka waktu rata-rata sisa masa kerja karyawan.

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja disajikan sebesar nilai bersih dari nilai kini cadangan imbalan pasti setelah memperhitungkan nilai wajar aset program dan keuntungan atau kerugian aktuarial yang tidak diakui.

Program pensiun iuran pasti

Imbalan pasca-kerja anak perusahaan tertentu merupakan program iuran pasti melalui dana pensiun dan didasarkan pada masa kerja dan jumlah penghasilan karyawan saat pensiun. Jumlah iuran yang terhutang diakui sebagai cadangan pada neraca konsolidasi setelah dikurangi dengan jumlah yang telah dibayar dan sebagai beban pada laporan laba rugi konsolidasi.

Jika ada bagian iuran yang jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal neraca konsolidasi, maka iuran tersebut disajikan sebesar nilai kini cadangan yang didiskontokan.

x. Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan Final

Sesuai dengan peraturan perundangan perpajakan, pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak lagi dilaporkan sebagai pendapatan kena pajak, dan semua beban sehubungan dengan pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan final tidak boleh dikurangkan. Di lain pihak, baik pendapatan maupun beban tersebut dipakai dalam penghitungan laba rugi menurut akuntasi. Oleh karena itu, tidak terdapat perbedaan temporer sehingga tidak diakui adanya aset atau kewajiban pajak tangguhan.

Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan pajak penghasilan final berbeda dari dasar pengenaan pajaknya, maka perbedaan tersebut tidak diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan.

26

Beban pajak atas pendapatan yang dikenakan pajak penghasilan final diakui secara proporsional dengan jumlah pendapatan yang diakui menurut akuntansi tahun bersangkutan.

Selisih antara jumlah pajak penghasilan final terhutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada laporan laba rugi konsolidasi diakui sebagai pajak dibayar di muka dan pajak yang masih harus dibayar.

Pajak Penghasilan Tidak Final

Beban pajak kini ditentukan berdasarkan laba kena pajak dalam tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku.

Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan dengan dasar pengenaan pajak aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan rugi fiskal yang belum dikompensasikan, sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa datang.

Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas.

Aset dan kewajiban pajak tangguhan disajikan di neraca atas dasar kompensasi, kecuali aset dan kewajiban pajak tangguhan untuk entitas yang berbeda, sesuai dengan penyajian aset dan kewajiban pajak kini.

Perubahan atas kewajiban pajak dicatat ketika hasil pemeriksaan diterima atau, jika banding diajukan oleh Perusahaan dan/atau anak perusahaan, ketika hasil banding telah ditentukan.

y. Laba Bersih Per Saham Dasar

Laba bersih per saham dihitung dengan membagi laba (bersih dengan jumlah tertimbang saham yang ditempatkan dan disetor penuh selama tahun yang bersangkutan.

z. Informasi Segmen

Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha, sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis.

Segmen usaha adalah komponen Perusahaan dan anak perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain.

Segmen geografis adalah komponen Perusahaan dan anak perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain.

3. Penggunaan Estimasi, Pertimbangan dan Asumsi Manajemen atas Instrumen Keuangan Manajemen berkeyakinan bahwa pengungkapan berikut telah mencakup ikhtisar estimasi, pertimbangan dan asumsi signifikan yang dibuat oleh manajemen, yang berdampak terhadap jumlah-jumlah yang dilaporkan serta pengungkapan dalam laporan keuangan konsolidasi.

27

Nilai Wajar Aset Keuangan dan Kewajiban Keuangan

Efektif tanggal 1 Januari 2010, prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mensyaratkan pengukuran aset keuangan dan kewajiban keuangan tertentu pada nilai wajarnya, dan penyajian ini mengharuskan penggunaan estimasi, pertimbangan dan asumsi akuntansi. Komponen pengukuran nilai wajar yang signifikan ditentukan berdasarkan bukti obyektif yang dapat diverifikasi (seperti nilai tukar, suku bunga), sedangkan saat dan besaran perubahan nilai wajar dapat menjadi berbeda karena penggunaan metode penilaian yang berbeda. Nilai wajar aset keuangan dan kewajiban keuangan diungkapkan pada Catatan 25.

Aset Keuangan yang Tidak Memiliki Kuotasi Harga di Pasar yang Aktif

Efektif tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan anak perusahaan mengklasifikasikan aset keuangan dengan mengevaluasi, antara lain, apakah aset tersebut memiliki atau tidak memiliki kuotasi harga di pasar yang aktif. Evaluasi tersebut juga mencakup apakah kuotasi harga suatu aset keuangan di pasar yang aktif, merupakan kuotasi harga yang tersedia secara regular, dan kuotasi harga tersebut mencerminkan transaksi di pasar yang aktual dan terjadi secara regular dalam suatu transaksi wajar.

Penyisihan Penurunan Nilai Piutang

Penyisihan penurunan nilai piutang (penyisihan piutang ragu-ragu) dipelihara pada jumlah yang menurut manajemen adalah memadai untuk menutup kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Efektif tanggal 1 Januari 2010, pada setiap tanggal neraca Perusahaan dan anak perusahaan secara spesifik menelaah apakah telah terdapat bukti objektif bahwa suatu aset keuangan telah mengalami penurunan nilai (tidak tertagih). Jumlah penyisihan yang dibentuk adalah berdasarkan pengalaman penagihan masa lalu dan faktor-faktor lainnya yang mungkin mempengaruhi kolektibilitas, antara lain kemungkinan kesulitan likuiditas atau kesulitan keuangan yang signifikan yang dialami oleh debitur atau penundaan pembayaran yang signifikan.

Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka saat dan besaran jumlah yang dapat ditagih diestimasi berdasarkan pengalaman kerugian masa lalu. Penyisihan penurunan nilai dibentuk atas akun-akun yang diidentifikasi secara spesifik telah mengalami penurunan nilai. Akun piutang dihapusbukukan berdasarkan keputusan manajemen bahwa aset keuangan tersebut tidak dapat ditagih atau direalisasi meskipun segala cara dan tindakan telah dilaksanakan. Suatu evaluasi atas piutang,yang bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah penyisihan yang harus dibentuk, dilakukan secara berkala sepanjang tahun. Oleh karena itu, saat dan besaran jumlah penyisihan piutang ragu-ragu yang tercatat pada setiap periode dapat berbeda tergantung pada pertimbangan dan estimasi yang digunakan.

28

4. KAS DAN SETARA KAS Kas dan setara kas terdiri dari: 31 Maret 2011 31 Desember 2010 Kas

Rupiah Rp 770.751 Rp 299.093 Mata uang asing (Catatan 36) 258.274 915.180 Jumlah 1.029.025 1.214.273

Bank Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35) PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rupiah 11.957.852 19.324.915 Dolar Amerika Serikat (Catatan 35) (US$ 770.598 pada tahun 2011 dan US$ 1.737.506 pada tahun 2010) 6.711.137 15.621.919

Jumlah 18.668.989 34.946.834

Pihak ketiga Rupiah PT Bank Central Asia Tbk 8.305.344 4.281.149 Deutsche Bank AG – cabang Jakarta 2.461.367 13.872.662 PT Bank Internasional Indonesia Tbk 2.159.848 482.492 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 378.596 123.584 PT Bank CIMB Niaga Tbk 18.089 10.889 Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) PT Bank Central Asia Tbk (US$ 540.075 pada tahun 2011 dan US$ 408.778 pada tahun 2010) 4.703.517 3.675.326 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (US$ 252.796 pada tahun 2011 dan US$ 129.967 pada tahun 2010) 2.201.597 1.168.532 Citibank N.A. – cabang Jakarta (US$ 3.258 pada tahun 2011 dan US$ 3.288 pada tahun 2010) 28.371 29.559 Deutsche Bank AG – cabang Singapura (US$ 7.217 pada tahun 2010) - 64.888 PT Bank CIMB Niaga Tbk (US$ 2.901 pada tahun 2010) - 26.087 PT Bank Internasional Indonesia Tbk (US$ 945 pada tahun 2010) - 8.496

Jumlah 20.256.729 23.743.664 Jumlah - Bank Rp 38.925.718 Rp 58.690.498

29

31 Maret 2011 31 Desember 2010 (Lanjutan) Deposito berjangka Pihak yang mempunyai hubungan istimewa PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rupiah Rp 43.480.097 Rp 52.463.257 Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) (US$ 517.245 pada tahun 2011 dan US$ 516.849 pada tahun 2010) 4.504.686 4.646.991 47.984.783 57.110.248

Pihak ketiga Rupiah PT Bank Central Asia Tbk 33.025.827 18.994.653 PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 9.916.425 10.286.128 Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) PT Bank ICBC Indonesia (US$ 5.191.879 pada tahun 2011 dan US$ 3.254.681 pada tahun 2010) 45.216.075 29.262.840 PT Bank Central Asia Tbk (US$ 400.787 pada tahun 2011 dan US$ 400.626 pada tahun 2010) 3.490.456 3.602.033 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (US$ 100.000 pada tahun 2011 dan 2010) 870.900 899.100 Jumlah 92.519.683 63.044.754 Jumlah – Deposito Berjangka 140.504.466 120.155.002

Jumlah Rp 180.459.209 Rp 180.059.773

Suku bunga rata-rata deposito per tahun:

Rupiah 7,63% 7,91% Dolar Amerika Serikat 1,50% 1,67%

Transaksi dengan PT Bank Artha Graha Internasional Tbk, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga (Catatan 35).

5. INVESTASI 31 Maret 2011 31 Desember 2010 Rekening giro yang dibatasi pencairannya (Catatan 14) Rp 407.657 Rp 416.909 Deposito berjangka yang dibatasi

pencairannya (Catatan 14) 388.339 393.781 Efek-efek hutang 385.131.031 397.601.688 Penyertaan saham

Biaya perolehan 50.600.000 50.600.000 Metode ekuitas 5.888.448 5.888.437 Jumlah Rp 442.415.475 Rp 454.900.815

30

a. Rekening Giro yang Dibatasi Pencairannya 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Pihak ketiga

Rupiah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rp 125.664 Rp 125.664 Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) PT Bank Windu Kentjana International Tbk 62.342 64.482 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (US$ 25.221 pada tahun 2011 219.651 226.763 dan 2010) Jumlah Rp 407.657 Rp 416.909

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Hotel Borobudur Jakarta (HBJ) memiliki rekening giro di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Mandiri) yang dibatasi penggunaannya sehubungan dengan penerbitan bank garansi oleh Mandiri sebagai jaminan atas perjanjian kerjasama antara HBJ dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN). Perusahaan memiliki rekening giro yang dibatasi pencairannya di PT Bank Windu Kentjana International Tbk yang digunakan sebagai rekening pembayaran hutang (debt-service account) berdasarkan Perjanjian Perubahan dengan sindikasi bank yang dikoordinasi oleh The Royal Bank of Scotland Plc (Catatan 14).

b. Deposito Berjangka yang Dibatasi Pencairannya 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Pihak ketiga Rupiah PT Bank CIMB Niaga Tbk Rp 143.953 Rp 142.150 Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) PT Bank CIMB Niaga Tbk (US$ 28.061 pada tahun 2011 dan 2010) 244.386 251.631 Jumlah Rp 388.339 Rp 393.781

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, PPJ, anak perusahaan, memiliki deposito berjangka di PT Bank CIMB Niaga Tbk yang dibatasi pencairannya sebagai jaminan atas perjanjian kerjasama antara PPJ dan PGN.

Suku bunga rata-rata deposito per tahun: 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Rupiah 6,50% 6,25% Dolar Amerika Serikat 2,50% 1,50%

c. Efek-efek Hutang

Akun ini merupakan efek hutang yang diperoleh kembali oleh Perusahaan sejumlah US$ 44.222.188 (setara dengan Rp 385.131.035 pada tanggal 31 Maret 2011 dan Rp 397.601.688 pada tanggal 31 Desember 2010).

31

d. Penyertaan Saham

i) Biaya Perolehan

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, penyertaan saham berikut dikategorikan sebagai aset keuangan tersedia untuk dijual. Karena nilai wajarnya tidak dapat ditentukan secara andal maka penyertaan tersebut dinyatakan pada biaya perolehan.

Penyertaan saham adalah sebagai berikut:

Nilai Penyertaan

Persentase Kepemilikan 31 Maret 2011 31 Desember 2010

PT First Jakarta International (FJI) 9% Rp 45.600.000 Rp 45.600.000 PT Graha Putranusa (GPN) 5% 5.000.000 5.000.000 Jumlah Rp 50.600.0000 Rp 50.600.000

FJI, adalah pemilik dari gedung perkantoran serbaguna yang dikenal sebagai Gedung Bursa

Efek Indonesia (BEI), yang berlokasi di Lot 2 KNTS. FJI memulai kegiatan usahanya pada tahun 1995.

GPN didirikan dengan tujuan untuk membangun dan mengelola gedung perkantoran dan apartemen ”The Capital Residence” yang berlokasi di Lot 24 KNTS. Proyek tersebut dimulai pembangunannya pada tahun 2004 dan telah selesai pada tahun 2007.

(ii) Metode Ekuitas

Penyertaan saham dengan menggunakan metode ekuitas merupakan penyertaan saham PT Citra Wiradaya (CW), anak perusahaan, pada PT Bina Mulia Unika (BMU) dengan kepemilikan saham pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 sebesar 20%. Pada bulan Maret 2009, CW menjual penyertaan sahamnya dalam BMU kepada pihak ketiga seharga Rp 24.000.000 yang mengakibatkan persentase kepemilikan saham dalam BMU berkurang dari 99,99% menjadi 20% (Catatan 39e). Nilai tercatat penyertaan saham CW pada BMU pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar Rp 5.888.448 dan Rp 5.888.437. Bagian rugi BMU yang diakui oleh CW pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar Rp 11 dan Rp 121.

Pada tahun 2011 dan 2010, tidak ada dividen kas yang diterima dari penyertaan saham tersebut. Tujuan utama penyertaan saham di atas adalah sesuai dengan tujuan utama Perusahaan yaitu melakukan atau menjalankan kegiatan utama dalam bidang real estat, termasuk tetapi tidak terbatas pada aktivitas pengembangan.

Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai dari penyertaan saham di atas.

32

5. PIUTANG USAHA

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa

(Catatan 35) Rupiah

PT Arthagraha Sentral Rp 2.798.278 Rp 3.044.123 Discovery Kartika Plaza Hotel 919.161 817.448 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk 65.078 125.981

Lain-lain 1.630.489 1.589.757

Jumlah Rp 5.413.006 Rp 5.577.309

Pihak ketiga Rupiah

Real Estat 22.146.627 22.178.647 Hotel City Ledger 28.654.301 29.335.752 In House Guest 4.163.191 2.651.117

Kartu kredit 1.092.309 592.306 Sewa ruangan 165.227 411.532

Jasa Telekomunikasi 3.461.404 2.962.338 Jasa Manajemen Perhotelan 172.800 216.000

Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) Real Estat 2.466.209 5.118.126

Jasa Telekomunikasi 56.129 319.721

Jumlah 62.378.197 63.785.539 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 7.938.808 ) ( 7.543.012 )

Bersih 54.439.389 56.242.527 Jumlah Rp 59.852.395 Rp 61.819.836

Pada tanggal 31 Maret 2011, sebesar 46,91% dari saldo piutang usaha digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank, sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010, sebesar 57,25% dari saldo piutang usaha digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 14). Pada tanggal 31 Maret 2011, piutang real estat terutama merupakan piutang sewa “Pacific Place Mall”. Pada tanggal 31 Desember 2010, piutang real estat terutama merupakan piutang atas penjualan unit gedung perkantoran strata title “Equity Tower” yang dibangun oleh GS, anak perusahaan (dalam mata uang Dolar Amerika Serikat), serta piutang sewa “Pacific Place Mall” (dalam mata uang Rupiah). City Ledger, In House Guest dan Sewa Ruangan merupakan tagihan kepada pelanggan hotel dan penyewa ruangan hotel. Rincian piutang usaha dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut:

33

(Lanjutan) 31 Maret 2011 31 Desember 2010 Sampai dengan 1 bulan Rp 39.365.467 Rp 31.252.741 > 1 bulan – 3 bulan 9.800.619 15.249.064 > 3 bulan – 6 bulan 4.820.174 5.608.346 > 6 bulan 15.804.943 17.252.697

Jumlah Rp 67.791.203 Rp 69.362.848

Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut:

31 Maret 2011 31 Desember 2010 Saldo awal tahun Rp 7.543.012 Rp 6.357.694

Penambahan periode berjalan 395.796 1.222.644 Penghapusan periode berjalan - ( 37.326 ) Saldo akhir periode Rp 7.938.808 Rp 7.543.012

Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang usaha tersebut. Piutang usaha dalam mata uang asing pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar US$ 289,624 (ekuivalen sebesar Rp 2.522.338) dan US$ 604.810 (ekuivalen sebesar Rp 5.437.847) (Catatan 36).

6. PIUTANG LAIN-LAIN

Akun ini terdiri dari: 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35) PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rp 79.530 Rp 33.586 Lain-lain 7.608 65.419 Jumlah 87.138 99.005

Pihak ketiga Piutang karyawan 328.628 127.263 Bunga 102.434 63.881 Lain-lain 6.258.586 7.021.548

Jumlah 6.689.648 7.212.692 Dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu ( 104.213 ) ( 104.213 )

Bersih 6.585.435 7.108.479 Jumlah Rp 6.672.573 Rp 7.207.484

34

Mutasi penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut:

31 Maret 2011 31 Desember 2010 Saldo awal tahun Rp 104.213 Rp 104.213 Pemulihan - -

Saldo akhir periode Rp 104.213 Rp 104.213

Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang ragu-ragu adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak tertagihnya piutang lain-lain tersebut. Piutang lain-lain dalam mata uang asing pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing adalah sebesar US$ 270.075 (ekuivalen sebesar Rp 2.352.087) dan US$ 290.947 (ekuivalen sebesar Rp 2.615.905) (Catatan 37).

7. PERSEDIAAN Akun ini terdiri dari:

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Persediaan real estat - bersih Rp 1.287.806.204 Rp 1.312.720.743

Barang dan perlengkapan hotel 5.874.467 6.279.755 Lain-lain 1.049.705 953.284

Jumlah Rp 1.294.730.736 Rp 1.319.953.782

a. Persediaan real estat

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Tanah yang sedang dikembangkan Rp 1.154.167.672 Rp 1.154.167.672 Bangunan yang sedang dikonstruksi 110.741.143 110.741.143 Tanah dan bangunan yang siap dijual 31.790.601 56.705.140

Jumlah 1.296.699.416 1.321.613.955 Dikurangi penyisihan penurunan nilai ( 8.893.212 ) ( 8.893.212 ) Bersih Rp 1.287.806.204 Rp 1.312.720.743

Persediaan tanah yang sedang dikembangkan termasuk tanah yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan di masa yang akan datang. Bangunan yang sedang dikonstruksi pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 merupakan akumulasi biaya akumulasi biaya pembangunan di Lot 23 A. Persediaan tanah dan bangunan yang siap dijual terdiri dari unit ruang perkantoran strata-title “Equity Tower”, apartemen strata-title “Pacific Place Residences”, “SCBD Suites” dan “Kusuma Candra”. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, masing-masing sebesar 0,32% dan 0,83% dari persediaan real estat digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 14). Penyisihan penurunan nilai persediaan real estat telah dibentuk oleh anak-anak perusahaan,

35

AU sebesar Rp 2.885.612 dan MAS sebesar Rp 6.007.600 pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010.

Manajemen berpendapat bahwa penyisihan penurunan nilai yang dibentuk adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas penurunan nilai persediaan real estat dan nilai tercatat persediaan real estat telah mencerminkan nilai realisasi bersihnya.

b. Barang dan Perlengkapan Hotel

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Makanan dan minuman Rp 3.414.604 Rp 3.817.365 Perlengkapan teknik 1.585.742 2.031.868 Perlengkapan hotel 874.121 430.522

Jumlah Rp 5.874.467 Rp 6.279.755

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar 61,84% dan 70,71% dari barang dan perlengkapan hotel digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 14).

Manajemen berpendapat bahwa, nilai tercatat atas persediaan tersebut telah mencerminkan nilai realisasi bersihnya pada tahun 2011 dan 2010 sehingga tidak dibentuk penyisihan penurunan nilai barang dan perlengkapan hotel.

8. PAJAK DIBAYAR DI MUKA

Akun ini terdiri dari: 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Pajak Pertambahan Nilai – Bersih Rp 325 Rp 9.924 Pajak Penghasilan: Pasal 4 (2) - Final 8.563.244 6.697.735

Pasal 23 667.301 48.034 Pasal 25 1.207.402 -

Jumlah Rp 10.438.272 Rp 6.755.693

9. BIAYA DIBAYAR DI MUKA Akun ini terdiri dari: 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35) Asuransi Rp 4.019.953 Rp 2.901.394 Sewa 226.837 139.450

Jumlah 4.246.790 3.040.844

36

31 Maret 2011 31 Desember 2010

(Lanjutan) Pihak ketiga

Sewa Rp 249.480 Rp 700.436 Asuransi 16.922 1.890.322 Lain-lain 1.719.714 1.340.004

Jumlah 1.986.116 3.930.762

Jumlah Rp 6.232.906 Rp 6.971.606

Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.

10. PROPERTI INVESTASI

Akun ini merupakan tanah yang dimiliki perusahaan yang berlokasi di Sawangan, Jawa Barat serta tanah dan bangunan “Pacific Place Mall” dan “One Pacific Place” yang dimiliki PPJ, anak perusahaan, yang disewakan kepada pihak ketiga untuk memperoleh pendapatan sewa. 2011:

Perubahan selama periode berjalan 1 Januari 2011 Penambahan Pengurangan 31 Maret 2011 _ Biaya Perolehan: Tanah Rp 3.039.063 Rp - Rp - Rp 3.039.063 Pacific Place Mall 1.195.942.845 - - 1.195.942.845 One Pacific Place 110.430.383 - - 110.430.383 _____________ Jumlah 1.309.412.291 - - 1.309.412.291 _____________

Akumulasi Penyusutan: Pacific Place Mall 219.582.268 18.367.896 - 237.950.164 One Pacific Place 18.972.274 1.538.292 - 20.510.566 _______________ Jumlah 238.554.542 19.906.188 - 258.460.730 _______________ Nilai Buku Rp 1.070.857.749 Rp 1.050.951.561

2010:

Perubahan selama periode berjalan

1 Januari 2010 Penambahan Pengurangan 31 Desember 2010 _ Biaya Perolehan: Tanah Rp 3.039.063 Rp - Rp - Rp 3.039.063 Pacific Place Mall 1.195.201.473 741.372 - 1.195.942.845 One Pacific Place 110.430.383 - - 110.430.383 Jumlah 1.308.670.919 741.372 - 1.309.412.291 Akumulasi Penyusutan: Pacific Place Mall 144.023.136 75.559.132 - 219.582.268 One Pacific Place 12.819.104 6.153.170 - 18.972.274 Jumlah 156.842.240 81.712.302 - 238.554.542 Nilai Buku Rp 1.151.828.679 Rp 1.070.857.749

Pendapatan sewa “Pacific Place Mall” dan “One Pacific Place” yang diakui pada laporan laba rugi konsolidasi pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 81.156.790 dan Rp 89.835.299 yang dilaporkan sebagai bagian dari “Pendapatan Usaha” dalam laporan laba rugi konsolidasi (Catatan 29). Beban penyusutan properti investasi pada tanggal 31 Maret 2011 dan

37

2010 masing-masing sebesar Rp 19.906.188 dan Rp 19.679.760 disajikan sebagai bagian dari “Beban pokok penjualan” pada laporan laba rugi konsolidasi (Catatan 29). Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, properti Investasi, kecuali tanah, dijadikan jaminan atas hutang bank (Catatan 14).

Seluruh Properti Investasi, kecuali tanah, diasuransikan secara gabungan dengan Aset Tetap (Catatan 11).

Nilai wajar dari “Pacific Place Mall” dan “One Pacific Place” pada tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp 2.832.000.000 yang ditentukan berdasarkan laporan penilai independen tertanggal 1 Maret 2010. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan atas nilai wajar tersebut sejak tanggal laporan penilai independen sampai dengan tanggal 31 Desember 2010.

11. ASET TETAP

Aset tetap terdiri dari: 2011:

Biaya perolehan:Tanah Rp 435.254.604 Rp - Rp - Rp - Rp 435.254.604 Bangunan 825.651.855 - (258.626) - 825.393.229 Peralatan dan perabotan 565.789.228 4.125.728 (2.518) - 569.912.438 Peralatan mekanis dan listrik 496.423.339 9.863 - - 496.433.202 Kendaraan bermotor 11.681.086 364.600 - - 12.045.686 Prasarana telekomunikasi 21.186.228 832.513 - - 22.018.741 Partisi kantor 18.909.636 1.353.430 - - 20.263.066 Aset dalam pembangunan 62.107.426 3.912.173 - - 66.019.599

Jumlah 2.437.003.402 10.598.307 (261.144) - 2.447.340.565

Akumulasi penyusutanTanah 1.013.580 - - - 1.013.580 Bangunan 243.515.063 8.801.654 - - 252.316.717 Peralatan dan perabotan 477.390.523 11.243.938 (2.518) - 488.631.943 Peralatan mekanis dan listrik 368.813.826 10.642.743 (40.949) - 379.415.620 Kendaraan bermotor 5.816.624 454.527 - - 6.271.151 Prasarana telekomunikasi 8.891.096 993.806 - - 9.884.902 Partisi kantor 3.192.040 335.352 - - 3.527.392

Jumlah 1.108.632.752 Rp 32.472.020 Rp (43.467) Rp - Rp 1.141.061.305

Nilai Buku Rp 1.328.370.650 Rp 1.306.279.260

1 Januari 2011 31 Maret 2011Perubahan Selama Tahun 2011

Penambahan Pengurangan Reklasifikasi

38

(Lanjutan)

2010:

Biaya perolehan:Tanah Rp 435.254.604 Rp - Rp - Rp - Rp 435.254.604 Bangunan 815.406.824 608.845 - 9.636.186 825.651.855 Peralatan dan perabotan 542.781.795 15.759.737 (5.400.216) 12.647.912 565.789.228 Peralatan mekanis dan listrik 488.983.881 3.180.026 (56.200) 4.315.632 496.423.339 Kendaraan bermotor 11.647.910 2.216.701 (2.183.525) - 11.681.086 Prasarana telekomunikasi 14.745.525 5.008.977 - 1.431.725 21.186.227 Partisi kantor 6.365.759 9.359.909 - 3.183.968 18.909.636 Aset dalam pembangunan 53.404.824 39.918.026 - (31.215.423) 62.107.427

Jumlah 2.368.591.122 76.052.221 (7.639.941) - 2.437.003.402

Akumulasi penyusutanTanah 1.013.580 - - - 1.013.580 Bangunan 208.774.430 34.730.715 - 9.918 243.515.063 Peralatan dan perabotan 441.764.659 40.955.642 (5.329.778) - 477.390.523 Peralatan mekanis dan listrik 327.525.775 41.339.257 (51.207) - 368.813.825 Kendaraan bermotor 6.134.124 1.729.713 (2.047.214) - 5.816.623 Prasarana telekomunikasi 5.827.573 3.063.524 - - 8.891.097 Partisi kantor 2.629.561 572.398 - (9.918) 3.192.041

Jumlah 993.669.702 Rp 122.391.249 Rp (7.428.199) Rp - 1.108.632.752

Nilai Buku Rp 1.374.921.420 Rp 1.328.370.650

31 Desember 2010Perubahan Selama Tahun 2010

1 Januari 2010 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi

Aset dalam pembangunan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 merupakan tanah dan bangunan Kavling A yang berlokasi di Lot 18 KNTS yang dibangun oleh CW dan akumulasi biaya renovasi Hotel Borobudur Jakarta (HBJ). Beban penyusutan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 32.472.020 dan Rp 29.129.304 dan disajikan pada akun “Beban umum dan administrasi” (Catatan 31). Tanah merupakan hak atas tanah Perusahaan yang di atasnya terletak Hotel Borobudur Jakarta dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 1062/Pasarbaru yang berlaku sampai tanggal 31 Mei 2023, hak atas tanah PPJ dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 415 dan hak atas tanah CW dengan Hak Guna Bangunan (HGB) No. 629 yang masing-masing berlaku sampai tanggal 5 Juni 2015.

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, aset tetap, persediaan (Catatan 7) dan properti investasi (Catatan 10), atas “One Pacific Place”, telah diasuransikan kepada PT Asuransi Himalaya Pelindung dan PT Asuransi Bintang Tbk berupa “Terrorism and Sabotage Insurance” masing-masing sebesar US$ 278.000.000 dan US$ 160.885.000 dan kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI), pihak yang mempunyai hubungan istimewa berupa “Property all risks Insurance” dengan jumlah pertanggungan sebesar US$ 363.400.000 (Catatan 35). Selain asuransi tersebut, pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan juga mengasuransikan aset tetapnya, kecuali tanah kepada AGI dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 1.430.951.565 dan Rp 1.371.964.000. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010, anak perusahaan lainnya mengasuransikan aset tetapnya, kepada perusahaan asuransi lainnya, pihak ketiga, dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 14.259.572 dan Rp 13.532.300 dan kepada AGI dengan nilai pertanggungan masing-masing sebesar Rp 124.405.472 dan US$ 1.032.457, dan sebesar Rp 27.607.707.

39

Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas aset yang di pertanggungkan. Transaksi dengan AGI, pihak yang mempunyai hubungan istimewa, dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga. Rincian pengurangan aset tetap yang merupakan penjualan aset tetap adalah sebagai berikut:

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Harga jual Rp 203.000 Rp 1.176.210 Nilai buku 217.677 195.164

Laba (rugi) penjualan aset tetap ( Rp 14.677 ) Rp 981.046

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar 45,06% dan 49,03% dari nilai tercatat aset tetap digunakan sebagai jaminan untuk hutang bank (Catatan 14). Mulai tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan, mengubah estimasi masa manfaat bangunan HBJ (Catatan 2n). Dampak dari perubahan estimasi tersebut adalah penambahan beban penyusutan sebesar Rp 4.418.668 untuk tahun 2010 dan pada tahun-tahun berikutnya. Dampak perubahan estimasi tersebut pada tahun 2010 telah dicatat dalam akun “Beban umum dan administrasi” pada laporan laba rugi konsolidasi tahun 2010 (Catatan 30). Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat penurunan nilai atas aset tersebut pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010.

12. GOODWILL 31 Maret 2011 31 Desember 2010 ___________ _________________________

Harga perolehan Rp 244.540.234 Rp 244.540.234 Akumulasi amortisasi ( 230.038.903 ) ( 225.284.778 ) ___________ ________________________

Jumlah Rp 14.501.331 Rp 19.255.456

Akun ini merupakan goodwill yang timbul dari penyertaan saham oleh anak-anak perusahaan yakni penyertaan saham PPJ dalam GS pada tahun 2008, penyertaan saham DA dalam GPS pada tahun 2006 dan transaksi penukaran saham PPJ, antara DA dan Delfina pada tahun 2005.

13. ASET LAIN-LAIN

31 Maret 2011 31 Desember 2010 ___________ ________________________

Uang muka pembelian lahan Rp 272.289.140 Rp 276.995.262 Peralatan usaha hotel 9.963.442 9.646.336 Setoran jaminan 6.850.976 6.898.873 Hak guna kapasitas transmisi 7.831.008 9.067.483

Uang muka pemasok 7.089.370 9.429.439 Uang muka kepada PLN 1.643.750 1.643.750 Biaya tangguhan 736.578 282.425 Lainnya 3.077.708 1.183.466 ___________ ________________________

Jumlah Rp 309.481.972 Rp 315.147.034

40

Pada tanggal 31 Desember 2010, uang muka pembelian lahan termasuk uang muka sebesar Rp 276.495.263 yang dibayarkan GS, anak perusahaan, dalam rangka proyek kerjasama dengan Maisons Development Ltd. (Maisons), pihak ketiga, untuk pengembangan properti di kawasan pusat bisnis berdasarkan Nota Kesepakatan (MoU) yang ditandatangani oleh para pihak pada tanggal 8 Oktober 2010. MoU tersebut juga mencantumkan kondisi dan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh para pihak guna pelaksanaan proyek tersebut. MoU tersebut akan batal dengan sendirinya bilamana para pihak tidak dapat memenuhi kondisi dan persyaratan tersebut selambat-lambatnya tanggal 8 Oktober 2011. Dengan demikian, Maisons harus mengembalikan uang muka tersebut, tanpa bunga kepada GS. Rencana proyek ini adalah sejalan dengan kegiatan usaha utama dan rencana bisnis GS dan Perusahaan, yaitu pengembangan usaha properti di masa mendatang. Hak guna kapasitas transmisi merupakan hak penggunaan kapasitas transmisi kabel matrix yang diperoleh AT, anak perusahaan, pada tahun 2008 dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus selama periode 4 tahun dan dicatat dalam akun “Beban umum dan administrasi. Uang muka kepada pemasok merupakan uang muka kepada pemasok hotel dan lainnya sehubungan dengan pembelian yang dilakukan oleh Perusahaan dan anak perusahaan. Uang muka kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (PLN) merupakan uang muka pembelian daya listrik untuk KNTS. Biaya tangguhan termasuk biaya-biaya sehubungan dengan rencana pembangunan Lot 6 KNTS oleh GA, anak perusahaan dan biaya pemasaran CW. Pada tanggal 31 Maret 2010 dan 31 Desember 2010 sebesar Rp 993.052 atau 0,02% dan Rp 933.245 atau 0,02% dari jumlah aset merupakan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35). Aset lain-lain pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 termasuk saldo dalam mata uang asing masing-masing sebesar US$ 31.313 (ekuivalen sebesar Rp 272.709) dan US$ 31.981 (ekuivalen sebesar Rp 287.541) (Catatan 36). Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat kemungkinan kerugian atas aset-aset tersebut, sehingga manajemen tidak membentuk penyisihan penurunan nilai tersebut.

14. HUTANG BANK 31 Maret 2011 31 Desember 2010 ___________ ________________________

Dolar Amerika Serikat Pihak ketiga Hutang bank sindikasi The Royal Bank of Scotland Plc (sebagai “facility agent”) Rp 748.865.894 Rp 773.114.393

PT Bank Internasional Indonesia Tbk 244.988.287 265.997.493 PT Bank CIMB Niaga Tbk 163.365.946 177.400.685 ___________ ________________________

Jumlah Rp 1.157.220.127 Rp 1.216.512.571

Pada tahun 1995, Perusahaan memperoleh pinjaman sebesar US$ 70.000.000 dari bank sindikasi

yang dikoordinasikan (arrange) oleh Schroders International Merchant Bankers Limited (yang kemudian sejak tahun 1999 digantikan oleh The Royal Bank of Scotland Plc (RBS)). Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai renovasi Hotel Borobudur Jakarta.

41

The Royal Bank of Scotland Plc Sejak tahun 1998, Perusahaan tidak dapat membayar bunga atas pinjaman dan tidak berhasil memenuhi persyaratan rasio keuangan konsolidasi tertentu. Pada tanggal 17 Nopember 2000, Perusahaan memperoleh persetujuan dari kreditur untuk restrukturisasi hutang bank sindikasi. Berdasarkan Perjanjian Perubahan, yang berlaku efektif mulai tanggal 22 Desember 2000, kreditur menyetujui hal-hal sebagai berikut: 1. Bunga yang belum dibayar sejumlah US$ 15.987.587 dijadikan sebagai bagian dari pokok

pinjaman dan pokok pinjaman yang baru menjadi sebesar US$ 85.987.587;

2. Sisa bunga yang masih harus dibayar sampai dengan tanggal 22 Desember 2000 sejumlah US$ 6.552.277 dihapuskan;

3. Jatuh tempo hutang bank sindikasi diperpanjang sampai bulan Desember 2005 dan masih dapat

diperpanjang untuk jangka waktu maksimal 2 tahun;

4. Pinjaman baru dikenakan suku bunga sebesar LIBOR ditambah marjin 3,5% untuk 5 tahun sampai dengan tanggal 17 Nopember 2005 dan LIBOR ditambah marjin 4% apabila pinjaman diperpanjang. Pembayaran bunga ditetapkan sebesar 4% per tahun mulai tanggal 17 Nopember 2000 yang meningkat sebesar 1% setiap tahun sampai dengan tanggal 17 Nopember 2003. Selisih antara tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank dan bunga yang dibayarkan dikapitalisasi ke pokok; dan

5. Jaminan berupa pengalihan fidusia (fiduciary transfer) rekening bank (Catatan 5), piutang usaha

(Catatan 6), persediaan (Catatan 8), penyerahan (assignment) penggantian asuransi, pengalihan fidusia hak atas barang tidak bergerak dan hipotik pertama atas Hotel Borobudur Jakarta khususnya tanah yang terletak di Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta Pusat (Catatan 12).

Perjanjian Perubahan mencakup antara lain persyaratan (covenants) dan pembatasan mengenai pembagian dividen, merger dan akuisisi, penggunaan hasil penjualan aset, jaminan dan prosedur-prosedur yang harus dilaksanakan mengenai persyaratan keuangan (financial covenant). Pada tanggal 13 Juli 2001, 24 Januari 2002 dan 22 Agustus 2002, Perusahaan menerima surat pemberitahuan dari RBS bahwa Perusahaan melanggar persyaratan dalam Perjanjian Perubahan.

Berdasarkan konfirmasi dari RBS, saldo hutang bank pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 adalah sebesar US$ 85.987.587. Berdasarkan perjanjian jika Perusahaan gagal memenuhi persyaratan dalam perjanjian hutang sindikasi, bank sindikasi dapat menyatakan setiap saat seluruh jumlah hutang sindikasi yang telah direstrukturisasi, termasuk seluruh bunga masih harus dibayar atau beban dan jumlah lainnya yang terhutang, jatuh tempo segera dan harus dibayar. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2011, Perusahaan tidak memperoleh pembebasan dari bank sindikasi atas pelanggaran akibat terpenuhinya persyaratan tersebut. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasi, Perusahaan sedang dalam tahap penyelesaian negosiasi dengan para kreditur untuk penyelesaian pinjaman tersebut. PT Bank Internasional Indonesia Tbk dan PT CIMB Niaga Tbk Pada tanggal 13 Desember 2010, PPJ, anak perusahaan, memperoleh pinjaman dari PT Bank Internasional Indonesia Indonesia Tbk (BII) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB) masing-masing sebesar US$ 30.000.000 dan US$ 20.000.000 dengan suku bunga sebesar 6,75% per tahun. Kedua pinjaman tersebut berjangka waktu 5 (lima) tahun. Hutang bank ini dijamin dengan piutang usaha Pacific Place Mall dan One Pacific Place, properti investasi dan penyerahan klaim asuransi (Catatan 6 dan 10).

42

Beban bunga pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar Rp 7.441.543 dan Rp 1.429.682 dan dicatat dalam akun “Beban bunga dan beban keuangan lainnya” pada laporan laba rugi konsolidasi. Beban bunga yang belum dibayar sebesar US$ 142.500 (ekuivalen sebesar Rp 1.241.032) pada tanggal 31 Maret 2011 dan US$ 147.945 (ekuivalen sebesar Rp 1.330.175) pada tanggal 31 Desember 2010 dan dicatat dalam akun “Biaya yang masih harus dibayar” pada neraca konsolidasi (Catatan 19). Pada tanggal 31 Maret 2011, saldo hutang bank dari BII dan CIMB Niaga masing-masing sebesar US$ 28.500.000 dan US$ 19.000.000 (ekuivalen sebesar Rp 248.206.500 dan Rp 165.471.000) dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi masing-masing sebesar US$ 611.237 (ekuivalen sebesar Rp 5.323.267) dan US$ 415.138 (ekuivalen sebesar Rp 3.732.507).

15. HUTANG OBLIGASI

Obligasi yang dikenal dengan “Obligasi I Jakarta International Hotels & Development Tahun 1997 dengan Tingkat Bunga Tetap”, diterbitkan dengan jumlah nominal sebesar Rp 600.000.000, dikenakan suku bunga tetap sebesar 16% per tahun yang dibayar tiap tengah tahun, dan sudah jatuh tempo pada tahun 2002. Pada tahun 1997 dan 1998, Perusahaan memperoleh kembali obligasi sejumlah Rp 81.000.000. Berdasarkan Akta No. 27 tanggal 15 Desember 1999 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, Perjanjian Wali Amanat diubah untuk memperhitungkan obligasi yang diperoleh kembali sehingga saldo tercatat adalah sebesar Rp 519.000.000. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) tanggal 11 Agustus 2004 yang telah didokumentasikan dalam Akta No. 6 dari Fathiah Helmi, S.H., notaris di Jakarta, 99,40% dari jumlah pemegang obligasi yang hadir atau 95,18% dari seluruh obligasi yang terhutang atau sama dengan Rp 494.000.000 menyetujui usulan Perusahaan: a. Penyelesaian kewajiban pokok sebesar Rp 494.000.000 dan tunggakan bunga yang

diperhitungkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 dengan saham milik Perusahaan dalam anak perusahaan, PT Grahaputra Sentosa (GPS) dan PT Danayasa Arthatama Tbk (DA) masing-masing sebanyak 29.620.228 saham dan 484.322.097 saham.

b. Sehubungan dengan butir (a), pemegang obligasi setuju melepaskan haknya untuk menuntut

Wali Amanat dengan cara dan/atau bentuk apapun juga atas dasar ketentuan hukum yang berlaku sepanjang terkait dengan keputusan RUPO. Selain itu membebaskan Wali Amanat dari semua tuntutan dan/atau gugatan dalam bentuk dan/atau cara apapun juga dari siapapun juga termasuk Pemegang Obligasi yang tidak hadir dan/atau tidak diwakili dalam RUPO ini.

Sedangkan untuk pemegang obligasi Iainnya sebesar Rp 25.000.000 yang mewakili 4,82% dari seluruh obligasi yang terhutang, Perusahaan menawarkan penyelesaian kewajiban pokok dan seluruh tunggakan bunga yang diperhitungkan sampai dengan posisi pada tanggal 31 Desember 2003 dengan cara penukaran sejumlah 31.156.381 saham yang dimiliki Perusahaan dalam DA. Penawaran kepada pemegang obligasi tersebut telah dilakukan oleh Perusahaan dan Wali Amanat melalui surat kabar "Harian Ekonomi Neraca" tanggal 17 Desember 2004. Batas waktu penawaran tersebut adalah sampai dengan tanggal 31 Desember 2004. Dengan demikian, terhitung sejak tanggal 31 Desember 2004, hak tagih para pemegang obligasi ditujukan langsung kepada Perusahaan dan selanjutnya sejak tanggal 1 Januari 2005, tugas Wali Amanat dan Perjanjian Perwaliamanatan berakhir.

Pada bulan Desember 2008, Perusahaan melakukan penyelesaian pokok hutang obligasi sebesar Rp 3.000.000 dengan harga penyelesaian sebesar Rp 750.000. Selain itu, tunggakan bunga sebesar Rp 5.644.714 dihapuskan. Perusahaan mengakui keuntungan sebesar Rp 7.894.714 atas penyelesaian hutang obligasi dan penghapusan tunggakan bunga tersebut dan dicatat sebagai “Pos luar biasa” dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun 2008.

43

16. HUTANG USAHA a. Rincian hutang usaha menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Pihak ketiga Rupiah PT Multikon Rp 3.009.273 Rp - PT Karya Usaha Indah 1.700.500 - PT Multibangun Adhitama Konstruksi - 2.928.783 Pemasok hotel: PT Sukanda Jaya 682.060 1.060.629 PT Indoguna Utama 622.318 1.301.350 PT Causa Prima 321.605 492.818 Koperasi Waroeng Kita 310.923 333.719 PT Bakti Artha Reksa Sejahtera 247.885 271.531 Freddy Iskandar 238.244 163.494 CV Puran Jaya 223.370 201.899 UD Putra Mandiri 220.225 345.401 Maulana 214.147 283.579 PT Pluit Cold Strorage 208.673 266.125 PT Berkah Anugrah 199.460 171.299 PT Cahaya Alam Perkasa 193.528 210.215 PT Tirta Investama 169.240 192.640 PT Aditama Persada 163.010 173.304 CV Permata Bahari 152.306 267.873 UD Budi Jaya - 217.499 PT Gama Jaya Sukses - 211.352 PT Bumi Maestro Ayu - 197.526 PT Ecolab Indonesia - 179.381 PT Mitraguna Adikriya - 176.718 Mextracom International - 160.757 PT Delikatessa - 152.137 Pemasok hotel – lain-lain (masing-masing kurang dari Rp 150 juta) 11.748.718 9.864.741 Lain-lain (masing-masing kurang dari Rp 1 miliar) 8.955.817 13.507.613 Sub Jumlah 29.581.302 33.332.383

Dollar Amerika Serikat PT Sarana Cendekia Abadi 2.149.119 2.149.119 Lain-lain (masing-masing kurang dari Rp 1 miliar) 1.683.745 2.368.615

Sub Jumlah 3.832.864 4.517.734

Jumlah Rp 33.414.166 Rp 37.850.117

44

b. Jumlah hutang usaha berdasarkan umur dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai berikut:

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Sampai dengan 1 bulan Rp 20.122.808 Rp 13.925.444 >1 bulan – 3 bulan 5.766.959 15.568.256

>3 bulan – 6 bulan 124.562 2.506.831 >6 bulan 7.399.837 5.849.586

Jumlah Rp 33.414.166 Rp 37.850.117

17. HUTANG PAJAK 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Pajak Pertambahan Nilai – Bersih Rp 5.453.559 Rp 5.508.518 Pajak Bumi dan Bangunan 4.722.782 - Pajak Pembangunan I 2.541.585 4.078.606 Pajak Penghasilan Pasal 4(2) – Final 578.738 1.605.919 Pasal 21 1.032.292 2.396.783 Pasal 23 639.641 244.919 Pasal 25 2.033.034 405.347 Pasal 26 175.490 164.181 Pasal 29 - 2.239.061 Pajak Penjualan Barang Mewah 126.268 1.095.530

Jumlah Rp 17.303.388 Rp 17.738.864

Besarnya pajak penghasilan terhutang ditetapkan berdasarkan perhitungan pajak yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak (self-assessment). Berdasarkan Undang-undang No. 28 Tahun 2007 mengenai Perubahan Ketiga atas Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Kantor Pajak dapat melakukan pemeriksaan atas perhitungan pajak dalam jangka waktu 5 tahun (dari sebelumnya 10 tahun) setelah terhutangnya pajak, dengan beberapa pengecualian, sedangkan untuk tahun pajak 2007 dan sebelumnya ketetapan tersebut berakhir paling lama pada akhir tahun pajak 2013.

18. BIAYA YANG MASIH HARUS DIBAYAR 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Pihak ketiga Bunga dan beban keuangan lainnya Rp 156.985.644 Rp 161.775.908

Beban karyawan 11.688.026 9.246.719 Listrik, air dan telepon 9.570.209 9.663.611 Fasilitas umum hotel 7.424.671 5.862.800 Jasa profesional 3.299.630 11.302.526 Lain-lain 13.366.212 12.336.068

Jumlah Rp 202.334.392 Rp 210.187.632 Jasa profesional pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 termasuk biaya pemasaran

“Pacific Place Mall”.

45

Saldo biaya yang masih harus dibayar pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 dalam mata uang asing masing-masing sebesar US$ 16.813.141 (ekuivalen sebesar Rp 146.425.644) dan US$ 17.618.586 (ekuivalen sebesar Rp 158.408.708) (Catatan 36).

19. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Sewa “Pacific Place Mall” Rp 83.565.378 Rp 94.645.690 Sewa “The Ritz-Carlton Pacific Place Residences” 11.860.343 8.820.821 Penjualan “Equity Tower” 7.210.275 - Jasa telekomunikasi 4.292.850 3.862.350 Sewa “One Pacific Place” 3.176.555 3.110.960 Sewa dan pengelolaan kawasan 2.471.169 3.875.866 Lain-lain 10.508.375 7.965.476 Jumlah Rp 123.084.945 Rp 122.281.163

Pendapatan diterima di muka dari penyewa “Pacific Place Mall”, “The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place” dan “One Pacific Place” merupakan uang muka yang diterima oleh PPJ, anak perusahaan atas sewa ruang pusat perbelanjaan “One Pacific Place”, apartemen servis dan ruang perkantoran.

Pendapatan diterima di muka “Jasa telekomunikasi” merupakan uang muka yang diterima oleh AT, anak perusahaan, atas sewa ruang radio, antena dan menara.

Pendapatan diterima di muka “Sewa dan pengelolaan kawasan” merupakan uang muka yang

diterima oleh DA, anak perusahaan, atas sewa lahan dan pengelolaan KNTS.

20. HUTANG KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA 31 Maret 2011 31 Desember 2010

PT Cemerlang Pola Cahaya Rp 1.987.742 Rp 2.052.106 Lain-lain 62.500 64.000 Jumlah Rp 2.050.242 Rp 2.116.106

Saldo hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 termasuk hutang dalam mata uang asing masing-masing sebesar US$ 228.240 (ekuivalen sebesar Rp 1.987.742) dan US$ 228.240 (ekuivalen sebesar Rp 2.052.106) (Catatan 36).

21. TAKSIRAN KEWAJIBAN UNTUK PEMBANGUNAN PRASARANA 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Pembangunan prasarana Rp 24.862.500 Rp 24.862.500 Fasilitas umum dan sosial 23.588.125 23.588.125 Jumlah Rp 48.450.625 Rp 48.450.625

46

Taksiran kewajiban untuk biaya pembangunan prasarana meliputi jalan dan terowongan, jaringan telekomunikasi, lokasi pengelolahan limbah, gardu listrik, pengalihan sungai dan penyediaan air di sekitar Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS). DA, anak perusahaan, tidak melakukan penilaian kembali atas taksiran kewajiban untuk pembangunan prasarana pada tahun 2011 dan 2010 karena tidak ada penambahan prasarana yang signifikan. Taksiran kewajiban untuk fasilitas umum dan sosial merupakan merupakan tambahan kewajiban DA sebagai pengembang yakni membangun beberapa fasilitas sosial dan fasilitas umum berdasarkan perjanjian penyelesaian kewajiban DA dan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (PEMDA DKI) tanggal 23 Juli 2004. Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasi, kewajiban tersebut masih belum terealisasi seluruhnya.

Merupakan taksiran kewajiban untuk biaya pembangunan prasarana di sekitar Kawasan Niaga Terpadu Sudirman (KNTS). Pada tahun 2002, taksiran kewajiban tersebut telah dinilai kembali oleh surveyor independen dan konsultan manajemen PT Quantech Indonesia. Komponen utama dari biaya pembangunan prasarana ini meliputi jalan dan terowongan, jaringan telekomunikasi, lokasi pengolahan limbah, gardu listrik, pengalihan sungai dan penyediaan air. Tidak ada penilaian kembali untuk taksiran kewajiban untuk pembangunan prasarana pada tahun 2010 dan 2009 karena tidak ada penambahan prasarana yang signifikan.

22. PENDAPATAN DITANGGUHKAN 31 Maret 2011 31 Desember 2010

PT First Jakarta International (FJI) Bagian laba penjualan tanah DA kepada FJI pada tahun 1993 (yang sahamnya dimiliki oleh Perusahaan sebesar 9%) Rp 7.618.438 Rp 7.618.438

PT Graha Putranusa (GPN)

Bagian penggantian biaya pengembangan dan pematangan tanah dari GPN (yang sahamnya dimiliki oleh DA sebesar 5%) 1.468.449 1.468.449

Jumlah Rp 9.086.887 Rp 9.086.887

23. KEWAJIBAN LAIN – LAIN 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Rupiah Deposit atas penjualan apartemen Rp 7.234.813 Rp 7.882.671 Setoran jaminan Pacific Place Mall 67.387.026 50.381.983 The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place 9.792.699 7.859.335 One Pacific Place 7.370.644 6.983.244 Instalasi jaringan telepon 6.998.625 7.934.276 Hotel Borobudur Jakarta 6.757.505 8.278.369 Sewa dan pengelolaan kawasan 2.261.530 4.758.255 Telepon 1.161.258 1.818.370 Lain-lain 42.493.053 51.124.901

Sub Jumlah Rp 151.457.153 Rp 147.021.404

47

31 Maret 2011 31 Desember 2010

(Lanjutan) Dolar Amerika Serikat (Catatan 36) Deposit atas penjualan “Equity Tower” Rp 2.461.742 Rp 28.579.611 Setoran jaminan Sewa dan pengelolaan kawasan 3.003.447 3.151.678 Instalasi jaringan telepon 2.924.494 3.019.190 Lain-lain - 20.680 Lain-lain PT Trireka Jasa Sentosa 32.833.888 33.897.059 Bicapital Ventura Invesment Ltd. 10.965.502 11.320.568 PT Honey Lady Utama 4.534.950 4.681.793 Lain-lain - 36.321.248

Sub Jumlah 56.724.023 120.991.827 Jumlah Rp 208.181.176 Rp 268.013.231

Kewajiban lain-lain yang merupakan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa

masing-masing sebesar Rp 1.177.667 dan Rp 2.770.578 atau 0,06% dan 0,14% dari jumlah kewajiban pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 (Catatan 35).

24. NILAI WAJAR ASET KEUANGAN DAN KEWAJIBAN KEUANGAN

Nilai wajar adalah nilai dimana suatu instrumen keuangan dapat dipertukarkan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar, dan bukan merupakan nilai penjualan akibat kesulitan keuangan atau likuidasi yang dipaksakan. Berikut adalah nilai tercatat dan estimasi nilai wajar atas aset dan kewajiban keuangan Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 31 Desember 2010:

Nilai Tercatat Estimasi Nilai Wajar

Aset Keuangan Kas dan setara kas Rp 180.459.209 Rp 180.459.209 Investasi 441.619.479 441.619.479 Piutang usaha - bersih 59.852.395 59.852.395 Aset lain-lain – setoran jaminan 6.850.976 6.850.976 Jumlah Aset Keuangan Rp 688.782.059 Rp 688.782.059 Kewajiban Keuangan Hutang bank Rp 1.157.220.127 Rp 1.157.220.127 Hutang obligasi 22.000.000 22.000.000 Hutang usaha 33.414.166 33.414.166 Biaya yang masih harus dibayar 208.394.760 208.394.760 Hutang kepada pihak yang mempunyai

hubungan istimewa 2.050.242 2.050.242 Kewajiban lain-lain 208.181.176 208.181.176 Jumlah Kewajiban Keuangan Rp 1.631.260.471 Rp 1.631.260.471

48

Berikut adalah metode dan asumsi yang digunakan Perusahaan dan anak perusahaan untuk mengestimasi nilai wajar dari setiap kategori instrumen keuangan: Aset dan kewajiban keuangan dengan jangka waktu 12 bulan atau kurang Dikarenakan sifat jangka pendek dari transaksi kas dan setara kas, investasi dalam rekening giro, deposito berjangka dan efek-efek hutang, piutang usaha, piutang lain-lain tertentu, aset lain-lain (setoran jaminan), hutang bank tertentu, hutang obligasi, hutang usaha, biaya yang masih harus dibayar, hutang kepada pihak yang mempunyai istimewa dan kewajiban lain-lain tertentu, maka nilai tercatat dari aset dan kewajiban keuangan telah mendekati nilai wajarnya. Aset dan kewajiban keuangan dengan jangka waktu lebih 12 bulan Terdiri dari piutang lain-lain tertentu, aset lain-lain (setoran jaminan), hutang bank tertentu dan kewajiban lain-lain tertentu. Nilai wajarnya ditentukan dengan mendiskontokan arus kas masa datang menggunakan suku bunga yang berlaku dari transaksi pasar yang dapat diamati untuk instrumen dengan persyaratan, risiko kredit dan jatuh tempo yang sama. Instrumen keuangan tanpa kuotasi harga di pasar aktif

Terdiri dari pernyataan saham. Karena tidak ada basis yang andal untuk mengukur nilai wajarnya, investasi ini dicatat sebesar biaya perolehan.

25. HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH DAN RUGI (LABA) BERSIH ANAK PERUSAHAAN 31 Maret 2011 31 Desember 2010

a. Hak minoritas atas aset bersih anak perusahaan: PT Pacific Place Jakarta Rp 619.594.348 Rp 606.496.456 PT Danayasa Arthatama Tbk 289.490.069 286.481.414 Delfina Group Holdings Limited 279.248.317 276.353.052 PT Majumakmur Arthasentosa 19.162.544 18.159.416 PT Dharma Harapan Raya 2.592.521 2.342.210 PT Andana Utamagraha 872.716 2.908.070 PT Panduneka Sejahtera 3.448 3.448 PT Pusatgraha Makmur 1.000 1.000 PT Graha Sampoerna 973 973 PT Adimas Utama 200 200 PT Artharaya Unggul Abadi 200 200 PT Citra Adisarana 200 200 PT Citra Wiradaya 200 200 PT Esagraha Puripratama 200 200 PT Grahamas Adisentosa 200 200 PT Grahaputra Sentosa 200 200 PT Intigraha Arthayasa 200 200 PT Nusagraha Adicitra 200 200 PT Trinusa Wiragraga 200 200 PT Panduneka Abadi 200 200 PT Artha Telekomindo 1 1 PT Primagraha Majumakmur 1 1 Jumlah Rp 1.210.968.138 Rp 1.192.748.241

49

b. Hak minoritas atas rugi (laba) bersih anak perusahaan: 31 Maret 2011 31 Maret 2010 PT Pacific Place Jakarta ( Rp 13.097.891 ) ( Rp 28.680.704 ) PT Danayasa Arthatama Tbk ( 3.008.655 ) ( 8.348.589 ) Delfina Group Holdings Limited ( 2.895.266 ) ( 3.176.500 ) PT Majumakmur Arthasentosa ( 1.003.129 ) ( 1.013.883 ) PT Dharma Harapan Raya ( 250.310 ) ( 579.869 ) PT Andana Utamagraha 2.035.354 ( 447.937 ) Jumlah ( Rp 18.219.897 ) ( Rp 42.247.482)

26. MODAL SAHAM Susunan kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010

berdasarkan laporan yang dibuat oleh PT Sirca Datapro Perdana, Biro Administrasi Efek, adalah sebagai berikut:

31 Maret 2011

Jumlah Persentase Jumlah Saham Kepemilikan Modal Disetor

Pemegang Saham Indonesia Tn. Tomy Winata Rp 306.243.700 15,87% Rp 153.121.850 Tn. Sugianto Kusuma 188.297.750 9,76 94.148.875 Tn. Santoso Gunara 7.760.500 0,40 3.880.250 Pemegang saham Indonesia lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 1.029.100.240 53,32 514.550.120

Sub-jumlah 1.531.402.190 79,35 765.701.095

Pemegang Saham Asing Pemegang saham asing lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 398.637.010 20,65 199.318.505

Jumlah Rp 1.930.039.200 100,00% Rp 965.019.600

50

(Lanjutan) 31 Desember 2010

Jumlah Persentase Jumlah Saham Kepemilikan Modal Disetor Pemegang Saham Indonesia

Tn. Tomy Winata Rp 306.243.700 15,87% Rp 153.121.850 Tn. Sugianto Kusuma 188.297.750 9,76 94.148.875 Tn. Santoso Gunara 7.760.500 0,40 3.880.250 Pemegang saham Indonesia lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 1.023.894.740 53,05 511.947.370

Sub-jumlah 1.526.196.690 79,08 763.098.345

Pemegang Saham Asing Pemegang saham asing lainnya (masing-masing dengan persentase kepemilikan kurang dari 5%) 403.842.510 20,92 201.921.255

Jumlah Rp 1.930.039.200 100,00% Rp 965.019.600

Perusahaan telah mencatatkan seluruh sahamnya pada Bursa Efek Indonesia.

27. TAMBAHAN MODAL DISETOR – BERSIH 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Agio modal saham yang berasal dari: Penawaran Umum Saham Perdana (1984) Rp 6.472.000 Rp 6.472.000 Penawaran Umum Saham Kedua (1988) 16.585.000 16.585.000 Pencatatan Saham Pendiri (1989) 2.026.000 2.026.000 Pencatatan Saham Private Placement (1991) 460.000 460.000 Pencatatan Saham Pendiri (1992) 653.998.355 653.998.355 Pencatatan Saham yang berasal dari Penukaran Waran (1992) 538.200.000 538.200.000 Konversi tambahan modal disetor ke saham bonus (1994) ( 257.338.560 ) ( 257.338.560 ) Penawaran Umum Terbatas I (1996) 275.030.586 275.030.586 Biaya emisi saham (Catatan 2q) ( 15.996.696 ) ( 15.996.696 )

Jumlah Rp 1.219.436.685 Rp 1.219.436.685

Biaya emisi saham merupakan biaya sehubungan dengan penerbitan hak memesan saham untuk pemegang saham Perusahaan yang dikapitalisasi pada bulan Juli 1996.

51

28. PENDAPATAN USAHA

Rincian pendapatan usaha menurut bidang usahanya adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 31 Maret 2010

Real estat Rp 125.460.208 Rp 261.238.834 Usaha hotel 112.267.216 91.945.615 Jasa telekomunikasi 20.942.480 18.435.554 Kontrak konstruksi 14.062.934 439.463 Jasa manajemen perhotelan 1.153.782 1.295.848

Jumlah Rp 273.886.620 Rp 373.355.314 Pada tanggal 31 Maret 2011, pendapatan real estat terutama berasal dari pendapatan sewa “Pacific

Place Mall” dan ruang perkantoran “One Pacific Place”, sedangkan pada tanggal 31 Maret 2010, pendapatan real estat terutama berasal dari penjualan gedung perkantoran strata title “Equity Tower”, pendapatan sewa “Pacific Place Mall” dan ruang perkantoran “One Pacific Place”.

Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010, pendapatan kontrak konstruksi merupakan pendapatan

untuk jasa pembangunan kompleks perkantoran strata-title “18 PARC” yang diperoleh CW, anak perusahaan (Catatan 37e).

Sebesar Rp 1.784.423 atau 0,65% dan Rp 1.924.707 atau 0,51% dari pendapatan usaha konsolidasi

merupakan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa masing-masing pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 (Catatan 35).

Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan

kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga. 29. BEBAN POKOK PENJUALAN Rincian akun beban pokok penjualan ini adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 31 Maret 2010

Real estat Rp 47.213.709 Rp 145.918.409 Usaha hotel 24.713.893 18.181.086 Kontrak konstruksi 9.906.316 393.947 Jasa telekomunikasi 4.711.295 3.763.832

Jumlah Rp 86.545.213 Rp 168.257.274

52

30. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI Rincian akun ini adalah sebagai berikut:

31 Maret 2011 31 Maret 2010

Real estat Rp 68.751.018 Rp 78.139.519 Usaha hotel 74.117.596 64.064.506 Jasa telekomunikasi 9.426.405 7.787.644

Jasa manajemen 2.738.517 1.612.390 Kontrak kontruksi 382.720 312.298 Jumlah Rp 155.416.255 Rp 151.916.357

Sebesar Rp 4.451.602 (2,86%) dan Rp 4.475.154 (2,95%) dari beban umum dan administrasi pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga (Catatan 35).

31. PENDAPATAN SEWA DAN PENGELOLAAN KAWASAN

Rincian pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan adalah sebagai berikut:

%

PT Lucky Strategis Rp 1.682.197 21,21PT Electronic City Indonesia 1.166.908 14,71PT Plasma Inti Media 684.049 8,62PT Tunas Mandiri Niaga 543.189 6,85PT Danapati Abinaya Investama 530.227 6,69Surya Dharma (Sari Kuring) 506.755 6,39PT Prestasi Golf Andalan 505.240 6,37Lain-lain (masing-masing dibawah 5%) 2.312.473 29,16

Jumlah Rp 7.931.038 100,00

%

PT Lucky Strategis Rp 1.771.704 20,71PT Electronic City Indonesia 1.077.477 12,59PT Plasma Inti Media 660.966 7,72PT Tunas Mandiri Niaga 820.629 9,59Surya Dharma (Sari Kuring) 497.989 5,24PT Prestasi Golf Andalan 433.590 5,07Lain-lain (masing-masing dibawah 5%) 3.294.440 39,08

Jumlah Rp 8.556.795 100,00

31 Maret 2011

31 Maret 2010

Sebesar Rp 736.215 (3,29%) dan Rp 748.182 (2,49%) dari pendapatan sewa dan pengelolaan

kawasan, masing-masing pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 berasal dari transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Catatan 35).

53

32. IMBALAN PASCA KERJA

Besarnya imbalan pasca-kerja dihitung berdasarkan peraturan yang berlaku, yakni Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003.

Program pensiun iuran pasti Imbalan pasca-kerja The-Ritz Carlton Jakarta, Pacific Place (RCPP), didanai melalui program dana iuran pasti. Dana tersebut dikelola oleh DPLK Manulife Financial. Iuran pension yang ditanggung RCPP berkisar 3%-7% dari gaji pokok bulanan karyawan dan tergantung kepada masa kerja karyawan tersebut. Sampai dengan tanggal 31 Maret 2011, iuran yang ditanggung oleh RCPP sebesar Rp 85.176.

Program pensiun manfaat pasti

Imbalan pasca-kerja Perusahaan sebagian didanai melalui program dana pensiun manfaat pasti. Sedangkan untuk anak perusahaan, tidak diselenggarakan program dana pensiun. Dana Pensiun tersebut dikelola oleh Dana Pensiun Jakarta International Hotels & Development (DAPEN JIHD) yang pendiriannya telah disetujui oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia berdasarkan surat No. KEP-366/KM.17/2000 tanggal 2 Oktober 2000. Selama periode 31 Maret 2010 dan 2009, iuran pensiun yang ditanggung oleh Perusahaan dan karyawan masing-masing sebesar 9% dan 6% gaji pokok bulanan karyawan.

Perhitungan aktuaria terakhir atas dana pensiun dan cadangan imbalan pasti pasca-kerja Perusahaan dilakukan oleh PT Prima Bhaksana Lestari, aktuaris independen, tertanggal 10 Maret 2011.

Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan yang berhak atas imbalan pasti pasca-kerja tersebut masing-masing sebanyak 1.708 karyawan pada tahun 2011 dan 1.732 karyawan pada tahun 2010.

Rekonsiliasi jumlah nilai kini cadangan imbalan pasti pasca-kerja yang didanai dan tidak didanai pada neraca konsolidasi adalah sebagai berikut:

31 Desember 2010

Nilai cadangan imbalan pasti yang didanai Rp 41.139.598 Nilai wajar aktiva program ( 33.946.411 )

7.193.187 Nilai kini cadangan imbalan pasti yang tidak didanai 24.690.385

Keuntungan (kerugian) aktuarial yang tidak diakui 10.969.333

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja Rp 42.852.905

54

Berikut adalah rincian beban imbalan pasti pasca-kerja dan hasil aktual dari aset program: 31 Desember 2010

Beban jasa kini Rp 5.262.595 Beban bunga 6.723.743 Hasil keuntungan (kerugian) yang diharapkan dari aset program ( 2.786.232 ) Beban jasa lalu 212.748

Kerugian (keuntungan) aktuarial bersih yang diakui pada periode berjalan ( 520.884 ) Keuntungan kurtailmen ( 277.738 ) Jumlah beban imbalan pasti pasca-kerja Rp 8.614.232

Mutasi cadangan imbalan pasti pasca-kerja adalah sebagai berikut:

31 Desember 2010

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja awal tahun Rp 45.692.103 Beban imbalan pasti pasca-kerja periode

berjalan 8.614.232 Pembayaran selama periode berjalan ( 5.524.837 ) Penyesuaian aktuaria ( 5.928.593 )

Cadangan imbalan pasti pasca-kerja akhir tahun Rp 42.852.905 Asumsi-asumsi aktuarial utama yang digunakan dalam perhitungan imbalan pasti pasca-kerja:

2010

Tabel mortalita CSO 1958,TMI-99,GAM-83 Usia pension normal 50 - 55 tahun Tingkat diskonto jangka panjang 8,5% - 11% Tingkat kenaikan gaji per tahun 9% - 10%

33. PAJAK PENGHASILAN a. Beban pajak Perusahaan dan anak perusahaan terdiri dari: 31 Maret 2011 31 Maret 2010

Pajak kini Rp 11.868.237 Rp 18.695.752 Pajak tangguhan 6.056.755 6.232.208 Jumlah Rp 17.924.992 Rp 24.927.960

b. Pajak Kini

Rekonsiliasi antara laba (rugi) sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi konsolidasi dengan akumulasi rugi fiskal untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut:

55

(Lanjutan)

31 Maret 2011 31 Maret 2010

Laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi konsolidasi Rp 54.315.155 Rp 83.201.119 Rugi (laba) anak perusahaan sebelum pajak ( 45.563.990 ) ( 76.896.323 )

Laba (rugi) Perusahaan sebelum pajak 8.751.165 6.304.796

Perbedaan temporer: Perbedaan penyusutan antara fiskal dan komersial 4.486.489 3.231.990 Penyisihan piutang ragu-ragu 300.000 300.000 Penyisihan untuk penggantian peralatan usaha 300.263 455.377 Laba penjualan aset tetap 83.000 -

Jumlah 5.169.752 3.987.367

Perbedaan tetap: Kesejahteraan karyawan 2.955.329 2.661.808 Pendapatan bunga yang telah dikenakan pajak final ( 369.807 ) ( 578.530 )

Bersih 2.585.522 2.083.278

Laba kena pajak periode berjalan Rp 16.506.439 Rp 12.375.441

34. LABA BERSIH PER SAHAM DASAR Perhitungan laba bersih per saham dasar adalah sebagai berikut: 31 Maret 2011 31 Maret 2010 Laba bersih Rp 18.170.266 Rp 16.025.677

Jumlah saham beredar 1.930.039.200 1.930.039.200

Laba bersih per saham dasar Rp 9,41 Rp 8,30

35. SIFAT DAN TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA

Sifat Hubungan Istimewa Perusahaan yang pemegang saham atau sebagian pengurus atau manajemennya baik secara langsung maupun tidak langsung sama dengan Perusahaan dan anak perusahaan yaitu:

• PT Arthagraha General Insurance • PT Arthagraha Sentral • PT Bank Artha Graha Internasional Tbk • PT Berkat Surya Sentrajaya

• PT Cemerlang Pola Cahaya • Discovery Kartika Plaza Hotel • PT First Jakarta International • PT Graha Artha Sentosa Sejahtera

• PT Bhakti Artha Reksa Sejahtera • PT Bina Mulia Unika

• PT Graha Putranusa • PT Kharisma Arya Paksi

56

Transaksi Hubungan Istimewa Dalam menjalankan usahanya, Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi-transaksi tertentu dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

a. Rincian jenis transaksi yang signifikan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah

sebagai berikut: 31 Maret 2011 31 Desember 2010

Aset Kas dan setara kas PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Bank Rp 18.668.989 Rp 34.946.834 Deposito Berjangka 47.984.783 57.110.248 Jumlah Rp 67.524.673 Rp 92.057.082

Investasi

Penyertaan saham PT First Jakarta International (FJI) Rp 45.600.000 Rp 45.600.000 PT Bina Mulia Unika (BMU) 5.888.448 5.888.437 PT Graha Putranusa (GPN) 5.000.000 5.000.000 Jumlah Rp 56.488.448 Rp 56.488.437

Piutang Usaha PT Arthagraha Sentral Rp 2.798.278 Rp 3.044.123 Discovery Kartika Plaza Hotel 919.161 817.448 PT Bank Artha Graha Internasional Tbk 65.078 125.981 Lain-lain 1.630.489 1.589.757 Jumlah Rp 5.413.006 Rp 5.577.309

Piutang lain-lain

PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rp 79.530 Rp 33.586 Lain-lain 7.608 65.419 Jumlah Rp 87.138 Rp 99.005

Biaya dibayar di muka

PT Arthagraha General Insurance Rp 4.019.953 Rp 2.901.394 PT Buanagraha Arthaprima 226.837 68.416 PT First Jakarta International - 71.034 Jumlah Rp 4.246.790 Rp 3.040.844

Aset lain-lain

PT Buanagraha Arthaprima Rp 778.399 Rp 784.099 PT First Jakarta International 91.941 94.918 Lain-lain 122.712 54.228 Jumlah Rp 993.052 Rp 933.245

57

31 Maret 2011 31 Desember 2010

(Lanjutan) Kewajiban

Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa

PT Cemerlang Pola Cahaya Rp 1.987.742 Rp 2.052.106 Lain-lain 62.500 64.000 Jumlah Rp 2.050.242 Rp 2.052.106

Pendapatan ditangguhkan

PT First Jakarta International (FJI) Rp 7.618.438 Rp 7.618.438 PT Graha Putranusa (GPN) 1.468.449 1.468.449 Jumlah Rp 9.086.887 Rp 9.086.887

Kewajiban lain-lain

PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Rp 960.167 Rp 2.553.078 PT First Jakarta International (FJI) 217.500 217.500 Jumlah Rp 1.177.667 Rp 2.770.578

31 Maret 2011 31 Maret 2010

Pendapatan usaha Discovery Kartika Plaza Hotel Rp 1.033.782 Rp 1.175.848 PT First Jakarta International (FJI) 350.450 351.450

Lain-lain 400.191 397.409 Jumlah Rp 1.784.423 Rp 1.924.708

Beban umum dan administrasi

PT Arthagraha General Insurance Rp 2.477.946 Rp 2.730.054 PT Buanagraha Arthaprima 1.566.971 1.308.125 PT Bhakti Artha Reksa Sejahtera 406.685 436.975

Jumlah Rp 4.451.602 Rp 4.475.154

Penghasilan lain-lain

Pendapatan sewa dan pengelolaan kawasan Rp 736.215 Rp 748.182 Perusahaan dan anak perusahaan melakukan transaksi perbankan dengan PT Bank Artha Graha

Internasional Tbk (BAGI) sehubungan dengan aktivitas operasional dan kebutuhan modal kerja. Pendapatan bunga yang diperoleh dari BAGI sebesar Rp 663.841 pada tanggal 31 Maret 2011 (54,56% dari pendapatan bunga) dan sebesar Rp 896.693 pada tanggal 31 Maret 2010 (78,29% dari pendapatan bunga).

b. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010, Perusahaan dan anak perusahaan mengasuransikan

persediaan, properti investasi, dan aset tetap kecuali tanah kepada PT Arthagraha General Insurance (AGI) (Catatan 7, 10 dan 11).

c. AT, anak perusahaan, mengadakan perjanjian kerjasama di bidang telekomunikasi dengan PT First Jakarta International, PT Buanagraha Arthaprima dan PT Graha Putranusa (Catatan 37).

58

Transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dilaksanakan dengan syarat dan kondisi yang sama sebagaimana bila dilaksanakan dengan pihak ketiga.

Tidak terdapat transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa baik yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan kegiatan usaha utama perusahaan, yang didefinisikan sebagai transaksi benturan kepentingan berdasarkan peraturan BAPEPAM-LK No.IX.E-1 ”Benturan Kepentingan”.

36. TUJUAN DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN

Risiko-risiko utama yang timbul dari instrumen keuangan yang dimiliki Perusahaan dan anak perusahaan adalah risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko kredit dan risiko likuiditas. Kegiatan operasional Perusahaan dan anak perusahaan dijalankan secara berhati-hati dengan mengelola risiko-risiko tersebut agar tidak menimbulkan potensi kerugian bagi Perusahaan dan anak perusahaan.

Risiko Suku Bunga

Risiko Suku Bunga adalah risiko dimana nilai wajar atau arus kas kontraktual masa datang dari suatu instrumen keuangan akan terpengaruh akibat perubahan suku bunga pasar. Eksposur Perusahaan dan anak perusahaan yang terpengaruh risiko suku bunga terutama terkait dengan hutang bank.

Walaupun Perusahaan dan anak perusahaan memiliki hutang dengan suku bunga tetap, manajemen juga melakukan penelaahan atas suku bunga yang telah ditetapkan, apabila suku bunga pasar turun secara signifikan, manajemen akan melakukan negoisasi untuk menurunkan suku bunga tersebut.

Risiko Nilai Tukar

Risiko nilai tukar adalah risiko bahwa nilai wajar atau arus kas kontraktual masa depan dari suatu instrumen keuangan akan berfluktuasi akibat perubahan nilai tukar. Eksposur Perusahaan dan anak perusahaan yang terpengaruh risiko nilai tukar yang terutama berhubungan dengan investasi pada efek-efek hutang, piutang lain-lain, hutang bank, biaya yang masih harus dibayar dan kewajiban. Transaksi umum yang dilakukan Perusahaan dan anak perusahaan (seperti: penjualan, pembelian dan beban usaha) sebagian besar menggunakan mata uang Rupiah. Manajemen melakukan review berkala atas eksposur mata uang asing. Pada tanggal 31 Maret 2011 dan 2010, Perusahaan dan anak perusahaan mempunyai aset dan kewajiban dalam mata uang asing sebagai berikut:

59

31 Maret 2011 31 Desember 2010

Ekuivalen Ekuivalen Dolar A.S. dalam Rupiah Dolar A.S. dalam Rupiah

Aset Kas dan setara kas Pihak yang mempunyai

hubungan istimewa 1.287.843 11.215.823 2.254.355 20.268.910 Pihak ketiga 6.488.795 56.510.916 4.410.193 39.652.041

Investasi Pihak ketiga 44.282.629 385.657.414 44.282.568 398.144.564 Piutang usaha Pihak ketiga 289.624 2.522.338 604.810 5.437.847 Piutang lain-lain Pihak ketiga 270.075 2.352.087 290.947 2.615.905 Aset Lain-lain Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 10.557 91.941 10.557 94.918 Pihak ketiga 20.756 180.768 21.424 192.623

Jumlah Aset 52.650.279 458.531.287 51.874.854 466.406.808

Kewajiban

Hutang bank Pihak ketiga 132.876.350 1.157.220.127 135.303.367 1.216.512.571 Hutang usaha Pihak ketiga 440.103 3.832.864 502.473 4.517.734 Biaya masih harus dibayar Pihak ketiga 16.813.141 146.425.644 17.618.586 158.408.708

Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa 228.240 1.987.742 228.240 2.052.106 Kewajiban lain-lain Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 135.824 1.182.890 291.772 2.623.323 Pihak ketiga 6.513.265 55.541.133 13.165.118 118.368.504

Jumlah Kewajiban 157.006.923 1.366.190.400 167.109.556 1.502.482.946

Kewajiban Bersih ( 104.356.644) ( 907.659.113 ) ( 115.234.702) ( 1.036.076.138)

Kurs konversi yang digunakan pada tanggal 31 Maret 2011 dan 31 Desember 2010 diungkapkan pada Catatan 2d laporan keuangan konsolidasi.

60

Risiko Kredit Risiko kredit adalah risko bahwa Perusahaan dan anak perusahaan akan mengalami kerugian yang timbul dari pelanggan atau pihak lawan akibat gagal memenuhi kewajiban kontraktualnya. Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat risiko kredit yang terkonsentrasi secara signifikan. Perusahaan dan anak perusahaan mengendalikan risiko kredit dengan cara melakukan hubungan usaha dengan pihak lain yang memiliki kredibilitas, menetapkan kebijakan verifikasi dan otorisasi kredit, serta memantau kolektibilitas piutang secara berkala untuk mengurangi jumlah piutang tak tertagih. Berikut adalah eksposur neraca konsolidasi yang terkait risiko kredit pada tanggal 31 Maret 2011:

Jumlah Bruto Jumlah Neto

Pinjaman yang diberikan dan piutang Kas dan setara kas Investasi Rekening giro Rp 407.657 Rp 407.657 Deposit berjangka 388.339 388.339 Efek-efek hutang 385.131.031 385.131.031 Piutang usaha 67.791.204 59.852.395 Piutang lain-lain 12.468.391 12.364.178 Aset lain-lain 9.394.270 9.394.270 Tersedia untuk dijual Penyertaan saham 50.600.000 50.600.000 Jumlah Rp 526.180.892 Rp 518.137.870

Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang timbul dari kemungkinan Perusahaan dan anak perusahaan mengalami kesulitan pendanaan untuk memenuhi komitmen dan kewajiban Perusahaan dan anak perusahaan kepada pihak kreditur pada saat jatuh tempo pembayaran.

Dalam pengelolaan risiko likuiditas, manajemen memantau dan menjaga jumlah kas dan setara kas yang dianggap memadai untuk membiayai operasional Perusahaan dan anak perusahaan dan untuk mengatasi dampak fluktuasi arus kas. Manajemen juga melakukan evaluasi berkala atas proyeksi arus kas dan arus kas aktual, termasuk jadwal jatuh tempo hutang, dan terus-menerus melakukan penelaahan pasar keuangan untuk mendapatkan sumber pendanaan yang optimal.

37. IKATAN, KONTINJENSI DAN PERKARA HUKUM

a. Perjanjian dengan PT Dharma Harapan Raya (DHR) Pada tahun 1999, Perusahaan menandatangani Perjanjian Pengoperasian dan Pengelolaan hotel

dengan DHR untuk mengawasi, mengoperasikan, mengelola dan mengendalikan usaha Hotel Borobudur Jakarta. Sebagai kompensasinya, Perusahaan membayar imbalan jasa manajemen, teknis dan pemasaran kepada DHR. Perjanjian dengan DHR berlaku untuk periode sepuluh tahunan dimulai dari tanggal 1 Januari 1999, setelah perjanjian ini berakhir, kedua belah pihak dapat memperpanjang kembali perjanjian ini untuk jangka waktu dua periode lima tahunan.

DHR akan menerima imbalan jasa manajemen dengan tarif setinggi-tingginya sebesar 8% dari laba usaha kotor seperti yang disebutkan dalam perjanjian. DHR juga memperoleh imbalan jasa teknis atas jasa-jasa yang diberikan, yang meliputi kegiatan usaha, keuangan, personalia, pembelian dan kendali mutu. Jumlah imbalan jasa akan dibayarkan sesuai persyaratan yang ditentukan dalam perjanjian.

61

DHR juga mengenakan jasa pemasaran untuk tahun pertama dan kedua yang dihitung sebesar 0,5% dari pendapatan usaha hotel, sedangkan untuk tahun berikutnya sebesar 1% dari pendapatan usaha Hotel.

Pada bulan Nopember 2008, Perusahaan dan DHR memperbaharui Perjanjian atas

Pengoperasian dan Pengelolaan hotel yang berlaku untuk jangka waktu dua periode lima tahunan terhitung tanggal 1 Januari 2009. Di dalam perjanjian baru tersebut terdapat beberapa perubahan syarat dan kondisi, di antaranya, perubahan dasar perhitungan imbalan jasa manajemen, peningkatan jasa pemasaran menjadi sebesar 2% dari pendapatan usaha hotel dan imbalan jasa teknis sebesar US$ 600.000 per tahun.

Pendapatan DHR yang diperoleh dari Hotel Borobudur Jakarta telah dieliminasi dalam laporan

keuangan konsolidasi. b. Perjanjian dengan International Hotel Licensing Company (IHLC)

Pada tanggal 31 Maret 2006, PT Pacific Place Jakarta (PPJ) mengadakan perjanjian dengan International Hotel Licensing Company (IHLC) yang berlaku untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak tanggal dimulainya kegiatan operasional (22 Nopember 2007) dan dapat diperpanjang kembali untuk jangka waktu sampai 10 tahun.

c. Perjanjian dengan Conrad International Investment Corporation (Conrad) dan Perusahaan

Afiliasinya

Pada tahun 1994, PT Danayasa Arthatama Tbk (DA), dan Conrad menandatangani perjanjian dimana kedua belah pihak sepakat untuk membentuk perusahaan patungan dengan nama PT Jakarta International Artha (JIA), dimana JIA akan memperoleh secara unit strata, mengembangkan, memiliki dan mengoperasikan hotel internasional berbintang lima yang terletak di Lot 3 KNTS. Selanjutnya, pada tahun 1997 Conrad telah membayar uang muka pemesanan saham JIA sebesar USD 6.933.000. Berdasarkan Perjanjian Penghentian (Termination Agreement) tanggal 22 Juli 2005 yang dibuat oleh DA, Conrad dan JIA disepakati untuk menghentikan perjanjian kerjasama tersebut di atas. Selanjutnya, para pihak tersebut menyetujui untuk menyelesaikan pembayaran uang muka pemesanan saham dari Conrad kepada JIA sebesar US$ 6.993.000 dengan cara sebagai berikut: 1. Penyerahan saham yang dimiliki DA pada PT Majumakmur Arthasentosa (MAS) senilai

US$ 3.846.150 atau sebesar 10% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh MAS; dan

2. DA akan menyetorkan dana ke MAS untuk kepentingan Conrad sebesar US$ 3.146.850

sebagai pinjaman subordinasi dari Conrad kepada MAS (Pinjaman Subordinasi Conrad).

Apabila pengalihan saham dimiliki DA pada MAS kepada Conrad telah efektif dan DA telah menyediakan Pinjaman Subordinasi Conrad kepada MAS, maka kewajiban JIA kepada Conrad akan dianggap tuntas.

d. Perjanjian Kerjasama AT, anak perusahaan, telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan berbagai pihak

berkaitan dengan sarana telekomunikasi. e. Perjanjian antara PT Citra Wiradaya (CW) dengan PT Kingsland International (KI)

CW memiliki sebidang tanah yang terletak di Lot 18 (Kavling A, B, C, D, E dan F) KNTS. Pada tanggal 20 April 2008, CW menandatangani Perjanjian Pokok dengan KI dimana CW akan menjual Kavling B, C, D dan E (BCDE) dengan luas keseluruhan 5.910 meter persegi kepada KI, dan KI akan menunjuk CW untuk membangun gedung perkantoran di BCDE. Sedangkan, Kavling A tetap dimiliki oleh CW. Perjanjian Pokok juga menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat

62

untuk mendirikan PT Bina Mulia Unika (BMU) yang akan memiliki tanah dan bangunan yang terletak di Kavling F seluas 477 meter persegi. BMU ditunjuk sebagai pengelola gedung kepada pihak lain yang ditunjuk oleh CW sebagai pengelola selama 5 tahun sejak gedung BCDE diserahkan kepada KI atau pihak lain yang ditunjuk olehnya dan gedung F diserahkan kepada BMU. Pengelolaan gedung oleh pihak lain yang ditunjuk oleh CW akan berlaku selama Kavling dan gedung masih dimiliki oleh CW. Pada tanggal 23 Januari 2009, KI menunjuk PT Bangun Cipta Graha (BCG), PT Citra Graha Manunggal (CGM), PT Dian Graha Cipta (DGC), da PT Eka Adi Graha (EAG), anak-anak perusahaan dari KI, untuk menandatangani Akta Jual Beli dengan CW sehubungan dengan perjanjian di atas dimana CW menjual Kavling B, C, D dan E masing-masing kepada BCG, CGM, DGC, dan EAG serta Kavling F kepada BMU. Pada bulan Maret 2009, CW menjual penyertaan sahamnya dalam BMU sebesar 80% kepada BCG, CGM, DGC dan EAG (masing-masing sebesar 20%) seharga Rp 240.000.000, yang mengakibatkan persentase kepemilikan saham CW dalam BMU berkurang menjadi 20%.

38. INFORMASI SEGMEN Informasi segmen tentang Perusahaan dan anak perusahaan untuk tiga bulan yang berakhir pada

tanggal-tanggal 31 Maret 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut:

Segmen Primer Perusahaan dan anak perusahaan dikelola dan dikelompokkan dalam divisi usaha yang terdiri dari hotel, real estat, jasa telekomunikasi dan jasa manajemen perhotelan. Divisi usaha ini juga digunakan sebagai dasar pelaporan informasi segmen primer.

Informasi bentuk segmen primer yang berupa segmen usaha Perusahaan dan anak perusahaan adalah sebagai berikut:

31 Maret 2011 31 Desember 2010

a. Aset Real estat Rp 3.551.689.552 Rp 3.530.556.173 Hotel 2.627.061.735 2.631.971.019 Jasa telekomunikasi 72.441.726 66.505.769 Jasa manajemen 7.308.551 6.235.268

Jumlah sebelum eliminasi 6.258.501.564 6.235.268.229 Eliminasi 1.471.485.142 1.458.967.259

Jumlah setelah eliminasi Rp 4.687.016.422 Rp 4.776.300.970

31 Maret 2011 31 Maret 2010

b. Pendapatan Real estat Rp 125.539.488 Rp 261.238.834 Hotel 112.267.216 91.945.615

Jasa telekomunikasi 20.942.481 18.435.554 Kontrak konstruksi 14.062.933 439.463 Jasa manajemen 3.611.537 3.778.187

Jumlah sebelum eliminasi 276.423.655 375.837.653 Eliminasi 2.537.035 2.482.339

Jumlah setelah eliminasi Rp 273.886.620 Rp 373.355.314

63

31 Maret 2011 31 Maret 2010 (Lanjutan) c. Laba Usaha

Real estat Rp 32.459.562 Rp 52.670.522 Hotel ( 7.984.057 ) ( 8.772.242 ) Jasa telekomunikasi 6.655.906 7.286.618 Jasa manajemen 793.741 1.996.785

Jumlah sebelum eliminasi 31.925.152 53.181.683 Eliminasi - -

Jumlah setelah eliminasi Rp 31.925.152 Rp 53.181.683

39. PENERBITAN STÁNDAR AKUNTANSI KEUANGAN Ikatan Akuntan Indonesia telah menerbitkan revisi Pernyataan Stándar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Stándar Akuntansi Keuangan (ISAK). Stándar-stándar akuntansi keuangan tersebut akan berlaku efektif sebagai berikut: Periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011

PSAK

1. PSAK 1 (Revisi 2009), Penyajian Laporan Keuangan

2. PSAK 2 (Revisi 2009), Laporan Arus Kas

3. PSAK 3 (Revisi 2010), Laporan Keuangan Interim

4. PSAK 4 (Revisi 2009), Laporan Keuangan Konsolidasi dan Laporan Keuangan Tersendiri

5. PSAK 5 (Revisi 2009), Segmen Operasi

6. PSAK 7 (Revisi 2010), Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

7. PSAK 8 (Revisi 2010), Peristiwa Setelah Periode Pelaporan

8. PSAK 12 (Revisi 2009), Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama

9. PSAK 15 (Revisi 2009), Investasi Pada Entitas Asosiasi

10. PSAK 19 (Revisi 2010), Aset Tidak Berwujud 11. PSAK 22 (Revisi 2010), Kombinasi Bisnis

12. PSAK 23 (Revisi 2010), Pendapatan

13. PSAK 25 (Revisi 2009), Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

14. PSAK 48 (Revisi 2009), Penurunan Nilai Aset

15. PSAK 57 (Revisi 2009), Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontijensi 16. PSAK 58 (Revisi 2009), Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang

Dihentikan

64

ISAK 1. ISAK 7 (Revisi 2009), Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus

2. ISAK 9, Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas Serupa

3. ISAK 10, Program Loyalitas Pelanggan

4. ISAK 11, Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik

5. ISAK 12, Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer

6. ISAK 14 (2010), Biaya Situs Web

7. ISAK 17 (2010), Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai

Periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012

PSAK

1. PSAK 10 (Revisi 2010), Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing

2. PSAK 18 (Revisi 2010), Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya

3. PSAK 24 (Revisi 2010), Imbalan Kerja

4. PSAK 46 (Revisi 2010), Akuntansi Pajak Penghasilan

5. PSAK 50 (Revisi 2010), Instrumen Keuangan: Penyajian

6. PSAK 60 (Revisi 2010), Instrumen Keuangan: Pengungkapan

ISAK

1. ISAK 13 ( 2010), Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri

2. ISAK 15, PSAK 24-Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan

Interaksinya 3. ISAK 20, Pajak Penghasilan-Perubahan Dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang

Saham Perubahan dan anak perusahaan masih mengevaluasi dampak penerapan PSAK dan ISAK revisi di atas dan dampak terhadap laporan keuangan konsolidasi dari penerapan PSAK dan ISAK revisi tersebut belum dapat ditentukan.

40. REKLASIFIKASI AKUN

Beberapa akun dalam laporan keuangan konsolidasi untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2010 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan konsolidasi untuk tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011.