Psikopatologi Anak

download Psikopatologi Anak

of 12

Transcript of Psikopatologi Anak

Psikopatologi Anak A. Gangguan Tingkah Laku 1. Pengertian ADHD ( attention deficit hyperactivity disorder) Hiperaktif adalah Gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan 2. Ciri Ciri anak sangat sulit memusatkan perhatian dalam waktu yang sama (konsentrasi hanya sesaat dan sering berganti-ganti aktivitas) tubuh selalu bergerak (sering terlihat di kelas atau saat makan) impulsif (anak tidak sabar menunggu atau bertindak sebelum berpikir) kadang-kadang tidak bisa disiplin prestasi di sekolah rendah cenderung mengalami kecelakaan (jatuh, terbentur dan sebagainya) Pola-pola tersebut terjadi pada hampir semua situasi, yakni di rumah, sekolah dan waktu bermain. Jadi aktivitas fisik anak yang sangat berlebihan memang belum tentu abnormal. 3. Diagnosa Banding Ada beberapa gangguan yang menunjukkan ciri-ciri serupa, yakni gangguan fisik khas epilepsi (ayan), sindroma fetal alkohol (bayi dilahirkan dari ibu yang alkoholik), dan penyakit kelenjar tiroid gangguan emosional yang menyeluruh, dengan menunjukkan kecemasan (anxiety) dan depresi autisme, yakni kegagalan berbahasa atau bersosialisasi gangguan tingkah laku (anak menunjukkan sikap menentang, meski tidak sulit memusatkan perhatian) retardasi mental ringan dan kesulitan belajar dan tingkah laku yang disebabkan adanya problema orang tua - anak. 4. Deteksi Dini Evaluasi 4 kelompok perilaku anak ( perhatian, hiperaktivitas, kemampuan bersosialisasi dan bersikap menantang ). Masing-masing kelompok evaluasi terdiri dari pertanyaanpertanyaan yang dinilai dengan angka 1-5. Nilai 1 berarti sama sekali tidak, nilai 5 berarti selalu, dan nilai-nilai 2-4 berarti antara kedua pernyataan tersebut. Kemudian, nilai-nilai tersebut dijumlah. Dari sinilah baru bisa ditentukan apakah anak tidak bermasalah, bermasalah dan perlu mendapat perhatian, atau bermasalah dan perlu mendapat terapi. 5. Terapi Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pasien harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obatobatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah Terapi Obat-obatan Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendelai, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, clonidine

Terapi nutrisi dan diet Keseimbangan diet karbohidrat protrein Terapi biomedis Suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino Terapi perilaku B. Gangguan Emosional 1. Gangguan Cemas a. Pengertian Anxiety disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional. Seseorang dikatakan menderita anxiety disorder apabila kecemasan atau anxietas ini mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut. salah satunya terganggunya fungsi sosial dalam diri individu. Misalnya, kecemasan yang berlebihan ini menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu maupun kelompoknya. b. Ciri-Ciri 1. Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat 2. Rasa sakit atau nyeri pada dada 3. Rasa sesak napas 4. Berkeringat secara berlebihan 5. Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual 6. Gangguan tidur 7. Tubuh gemetar 8. Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat 9. Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri 10. Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain). c. Diagnosa Banding 1. Fobia 2. Obsesif Kompulsif 3. Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca Trauma) 4. GAD (Generalized Anxiety Desease: Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan) 5. Gangguan Panik d. Terapi a. Pemaparan Gradual b. Rekonstruksi Pikiran c. Flooding d. Terapi Kognitife. e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT) 2. Selective Mutisme a. Pengertian Selective Mutism (SM) atau gangguan pertumbuhan pada masa kanak-kanak karena serangan kecemasan yang berlebihan, lebih sering menggunakan bahasa nonverbal seperti menganguk

atau menggelengkan kepala, menunjuk, mengedipkan mata dan lainnya. Pada beberapa penderita SM diketemukan sama sekali tidak berkomunikasi, baik verbal maupun nonverbal. Kemudian berperilaku menghindar, tidak berkomunikasi dan berinteraksi dengan sekitar, peragu dan tidak memiliki kemampuan untuk memulai berbicara. Ketika diminta bicara di kelas atau dengan orang diluar kerabat, anak umumnya menunduk dan menarik diri. b. Ciri- Ciri Perhatikan pohon keluarga, kemungkinan ada predisposisi yang diwariskan dari jalur keluarga mengenai kecemasan. 1. Merupakan gangguan cemas berat pada anak 2. Withdrawal 3. Kurang bisa berkomunikasi secara verbal 4. Peragu c. Diagnosis Banding 1. pemalu, 2. autism spectrum disorder, 3. oromotor dyspraksia (gangguan motorik oral) 4. oppositional-defiant disorder (gangguan pola perilaku yang menentang peraturan). d. Terapi Terapi modifikasi perilaku banyak digunakan di luar negeri. Terapi ini menggunakan teknik untuk mengurangi rasa cemas anak melalui beberapa cara seperti desensitisasi, stimulus fading techniques dan positive reinforcement. Teknik-teknik ini bertujuan melatih anak untuk mulai berkomunikasi baik dengan berbisik, yang kemudian meningkat menjadi bersuara perlahan sampai anak mampu berbicara dengan volume normal. Anak juga bisa dilatih berbicara dengan seseorang ketika ia tidak merasa nyaman, misalnya teman sekelas di lingkungan anak merasa nyaman misalnya rumah kediaman si anak. Ketika cemas anak terhadap teman sekelas tersebut mulai berkurang dan rasa nyaman dengan keberadaan temannya mulai timbul, teman sekelas kedua bisa diundang untuk bergabung. Diharapkan juga rasa nyaman terhadap teman sekelas tersebut dapat kemudian ditransfer ke ruangan kelas. Terapi perilaku membutuhkan kerja sama yang baik antara terapis, anak, orang tua, sekolah, guru dan teman kelas. Kesabaran, kesungguhan dan ketekunan dibutuhkan untuk dapat membuahkan keberhasilan. Terapi Obat yang sering dipakai untuk mengatasi depresi pada orang dewasa banyak digunakan di luar negeri untuk mengobati anak-anak dengan selective mutism. Pengobatan berlangsung selama 9 - 12 bulan dan umumnya pendekatan dengan pengobatan selalu disertai dengan pendekatan terapi perilaku. Terapi dengan pengobatan umumnya hanya diberikan pada penderita yang sudah remaja atau dewasa berhubung deggan faktor risiko yang terkait dengan obat-obat antidepresan. Terapi dengan pengobatan seharusnya tidak dianggap sebagai satu-satunya terapi untuk mengatasi SM. 3. Gangguan Sikap Menentang a. Pengertian Dicirikan oleh kurangnya kerjasama, sikap bermusuhan, serta perlawanana thdp pihak yg berwenang dan sangat mungkin akan meneyrtakan gejala-gejala tantrum, suka

membantah, melanggar aturan, menolak permintaan orang lain, serta mengganggu kenyamanan orang lain a. Ciri Ciri Bisa muncul di rumah, sekolah, lingkungan tetangga atau muncul scr bersamaan di ketiga tempat tsb Lebih banyak terjadi pada laki-laki Lebih jelas terjadi pada usia 8 thn Lanjutan dari gangguan tingkah laku Biasanya terjadi pada keluarga yg salah satu ortunya mengalami Mood Disorder, Oppositional Defiant Disorder, Conduct Disorder, Attention-Deficit/Hyperactivas Disorder, Kepribadian Anti Sosial Disorder, atau suatu Substance-Related Disorder . Dan keluarga yang mengalami perselisihan. b. Prognosis Suatu pola dari perilaku negativistic, memusuhi, menentang, provokatif dan merusak sedikitnya 6 bulan. Ada empat (atau lebih) yg termasuk ke dlm kriteria ini : (-1) sering kali daya toleransi thd frustasi rendah dan cepat hilang kesabarannya/ sering marah-marah (-2) sering kali membantah/berargumentasi dgn orang dewasa (-3) sering kali dengan aktif menentang atau menolak untuk mematuhi permintaanpermintaan atau aturan-aturan orang dewasa (-4) sering kali dengan sengaja membuat orang-orang jengkel (-5) sering kali menyalahkan orang lain utk kesalahannya atau perilakunya (-6) sering mudah tersinggung atau mudah merasa jengkel dgn orang lain (-7) sering marah dan dendam (-8) sering dengki dan ingin balas dendam Catatan: Perhatikan suatu kriteria yg hanya terpenuhi bila perilakunya terjadi lebih sering daripada yg biasanya tampak pada orang-orang dgn tingkat usia dan perkembangan serupa. c. Terapi Behavioral terapi Modifikasi Perilaku 4. Gangguan Schizoid Personality Disorder (SPD) a. Pengertian Gangguan kepribadian skizoid merupakan suatu karakter yang sifatnya menetap dalam diri individu yang menghindari (withdrawal) kontak dari hubungan sosial. Individu dengan gangguan

kepribadian skizoid (SPD) digambarkan sebagai individu yang tidak memiliki emosi dalam merespon pelbagai situasi. Kondisi ini seperti ketidakmampuan dalam menikmati pelbagai pengalaman-pengalaman hidup dalam pelbagai situasi yang terjadi. Individu dengan SPD dalam hubungan sosial cenderung tidak menunjukkan ekspresi emosi, ia tidak tertarik pada hal-hal tertentu yang terjadi di sekelilingnya. Bermuram dan menjauhkan diri dari yang lain sehingga ia kadang terlihat seperti menyendiri dalam keterasingan. b. Ciri-Ciri 1. Pola perilaku menetap yang tidak berpengaruh dari bentuk hubungan sosial dan keterbatasan pengungkapan ekspresi emosi dalam pelbagai hubungan antar pribadi pada awal masa dewasa; a. Tidak pernah tertarik atau menikmati dalam berhubungan dengan orang lain termasuk untuk menjadi bagian dalam keluarga b. Hampir selalu memilih aktivitas untuk menyendiri c. Sangat sedikit diantaranya yang tertarik pada aktivitas seksual d. Sangat jarang untuk memilih waktu untuk bersenang-senang e. Sedikit mempunyai teman akrab f. Tidak terpengaruh pada pujian dan kritik dari orang lain g. Perilaku "dingin", emosi datar 2. Gangguan kepribadian skizoid tidak muncul yang disebabkan oleh skizofrenia, gangguan mood dengan gejala psikotik dikemudian hari, gangguan psikotik lainnya atau disebbkan oleh gangguan perkembangan termasuk fungsi fisiologis dari dampak langsung pengobatan medis. c. Terapi a. b. Terapi Obat Pengobatan untuk individu dengan gangguan kepribadian skizoid (SPD) tidak begitu diperlukan, kecuali bila dokter beranggapan perlunya obat-obatan bila pasien disertai dengan gangguan kecemasan. Psikoterapi Individu dengan gangguan kepribadian skizoid sangat sulit untuk mendapatkan treatment, hal ini disebabkan bahwa individu dengan gangguan SPD beranggapan bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja, bahkan individu tersebut tidak peduli sama sekali dengan terapi. Ini menjadi alasan treatment dianggap tidak diperlukan bagi individu dengan gangguan kepribadian skizoid. kecuali dalam beberapa kasus dimana individu senagaja datang pada terapis yang diakibatkan adanya gangguan lainnya seperti ketergantungan pada kebiasaan-kebiasaan buruk yang disadari oleh indivdu bersangkutan. Psikoterapi yang sering digunakan untuk gangguan kepribadian skizoid adalah cognitivebehavioral therapy (CBT), terapi keluarga dan terapi psikodinamika. Bila individu mempunyai

pasangan hidup, terapi pasangan (couples therapy) dapat digunakan untuk membentuk komunikasi antar pasangan c. Terapi Individu.

Berhasilnya terapi pada individu dengan gangguan SPD membutuhkan waktu yang relatif lama, dibutuhkan kesabaran untuk mengubah persepsi yang salah terhadap cara memandang persahabatan untuk menciptakan hubungan interpersonal yang baik. Pada awal terapi, terapis akan menyuruh pasien/klien untuk mengungkapkan apa yang dibayangkan oleh individu menyangkut sebuah hubungan persahabatan dan ketakutan-ketakutan yang dirasakan oleh individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Selanjutnya terapis akan menyusun langkah-langkah kedepan secara bersama dengan klien untuk penyembuhannya. d. Terapi Kelompok Terapi kelompok merupakan salah satu treatment yang paling cepat dan efektif, meskipun demikian terapi kelompok tetap menemui kesulitan ketika individu SPD ikut dalam partisipasi kelompok tersebut. Oleh karenanya individu diberikan kenyamanan dalam grupnya, terapis juga harus menjaga dari kritikan anggota lainnya. Terciptanya keakraban antar sesama anggota merupakan salah satu harapan dari terapi ini dengan menciptakan hubungan-hubungan sosial yang saling mendukung. Terapi kelompok akan memberi pengalaman-pengalaman sosial yang bermanfaat, saling mengerti sesama anggota, berkomunikasi sampai pada memahami orang lain.

C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. a.

Gangguan Fisik Anorexia Nervosa Bulimia Pika Tik Sepintas Tik Motorik (1-5 ada dibuku) Enuresis Pengertian Enuresis berasal dari bahasa Yunani en-, yang berarti di dalam dan auron, yang berarti

urine. Enuresis adalah kegagalan mengontrol BAK setelah seseorang mencapai usia normal untuk mampu melakukan kontrol. Enuresis diperkirakan mempengaruhi 7% anak laki-laki dan 3% anak perempuan usia 5 tahun. Gangguan ini biasanya hilang dengan sendirinya pada usia remaja atau sebelumnya, walaupun pada 1% kasus masalah ini berlanjut sampai dewasa (APA, 2000).

Enuresis dapat terjadi selama tidur malam saja, selama anak terjaga saja, atau keduanya. Enuresis saat tidur malam saja adalah tipe yang paling umum, dan enuresis yang muncul saat tidur disebut mengompol. b. Ciri-ciri diagnostik dari Enuresis Anak berulang kali mengompol di tempat tidur atau pakaian (baik disengaja maupun tidak). Usia kronologis anak minimal 5 tahun (atau anak berada pada tingkat perkembangan yang setara). Perilaku tersebut muncul setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan, atau menyebabkan hendaya yang signifikan dalam fungsi atau distres. Gangguan ini tidak memiliki dasar organik. Enuresis primer, ditandai oleh mengompol yang terus menerus dan tidak pernah mampu untuk mengontrol BAK, diturunkan secara genetis. Enuresis sekunder tampak pada anak-anak yang memiliki masalah setelah mampu mengontrol BAK dan diasosiasikan dengan mengompol secara berkala. c. Terapi

Metode behavioral mengondisikan anak-anak untuk bangun bila kandung kemih mereka penuh. Salah satu contohnya adalah metode bel dan bantalan dari Mowrer. Caranya adalah dengan meletakkan bantalan di bawah anak yang sedang tidur. Bila bantalan basah, sirkuit listrik menutup menyebabkan bel berbunyi dan membangunkan anak yang masih tidur.setelah beberapa kali pengulangan, anak-anak belajar untuk bangun sebagai respon dari tekanan kandung kemih sebelum mereka mengompol. Teknik ini biasanya dilakukan dengan metode classical conditioning. D. Gangguan Perkembangan 1. Autism a. Pengertian

Autisme merupakan gangguan yang menyangkut banyak aspek perkembangan anak, ada tiga kelompok dengan fungsi berbeda yang dapat diserang, yaitu bahasa, fungsi sosial, dan perilaku repetitif. Karena gejala autisme beragam dan si anak tetap mengalami perkembangan, maka diagnosanya pun dapat berubah setiap waktu. Anak di bawah tiga tahun sering menunjukkan gejala yang ada pada anak autis. Sebaliknya, gejala autis juga kerap dialami oleh anak dengan

gangguan perkembangan lain. Sehingga orangtua diharapkan teliti dan mewaspadai keterlambatan atau kelainan yang mirip gejala autis pada si kecil. Dokter dan psikolog juga akan mengamati perkembangannya setiap tiga bulan, secara berkala dan melakukan evaluasi mengenai terapi yang diperlukan. Deteksi dini autisme sudah dapat dilakukan sebelum si kecil berusia 3 tahun, karena pada umumnya gejala autisme sudah mulai terlihat jelas di usia 2 hingga 5 tahun. Tapi pada beberapa kasus, gejala baru terlihat di usia sekolah. b. Ciri-Ciri Gejala-gejala autisme mencakup beberapa gangguan perkembangan pada anak, yaitu : 1. Gangguan komunikasi, verbal dan non verbal - Terlambat bicara atau tidak dapat bicara. - Mengeluarkan kata - kata yang tidak dapat dimengerti oleh orang lain. - Tidak mengerti dan tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. - Bicara tidak digunakan untuk komunikasi. - Meniru atau membeo, ada yang pandai meniru nyanyian, nada atau kata-kata yang tak ia mengerti artinya. - Kadang bicara monoton seperti robot. - Mimik muka datar. - Seperti anak tuli, tetapi bila mendengar suara yang disukainya akan bereaksi dengan cepat. 2. Gangguan interaksi sosial - Menolak atau menghindar untuk bertatap muka. - Mengalami ketulian. - Merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk. - Tidak berusaha untuk berinteraksi dengan orang lain. - Bila menginginkan sesuatu ia akan menarik tangan orang yang terdekat dan mengharapkan orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. - Bila didekati untuk bermain justru menjauh. - Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. - Kadang mereka masih mendekati orang lain untuk makan atau duduk di pangkuan sebentar, kemudian berdiri tanpa memperlihatkan mimik apapun. - Keengganan untuk berinteraksi lebih nyata pada anak sebaya dibandingkan terhadap orangtuanya. 3. Gangguan perilaku dan bermain - Tidak mengerti cara bermain, bermain sangat monoton dan melakukan gerakan yang sama

selama berjam-jam. - Bila sudah senang dengan satu mainan, tidak mau mainan yang lain dan cara bermainnya juga aneh. - Terpaku pada roda (memegang roda mobil-mobilan terus menerus untuk waktu lama) atau sesuatu yang berputar. - Lekat dengan benda-benda tertentu, seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar yang terus dipegang dan dibawa kemana-mana. - Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar, air yang bergerak. - Sering melakukan perilaku ritualistik. - Kadang terlihat hiperaktif, seperti tidak dapat diam, lari kesana sini, melompat-lompat, berputar-putar, memukul benda berulang-ulang. - Atau sangat diam dan tenang. 4. Gangguan perasaan dan emosi - Tidak punya atau kurang berempati, misalnya tidak punya rasa kasihan. Bila ada anak yang menangis, ia tidak kasihan tapi malah merasa terganggu. Ia bisa saja mendatangi si anak dan memukulnya. - Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata. - Sering mengamuk tidak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan apa yang diingginkan, bahkan dapat menjadi agresif dan dekstruktif. 5. Gangguan persepsi sensoris - Mencium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja. - Bila mendengar suara keras langsung menutup mata. - Tidak menyukai rabaan dan pelukan. bila digendong cenderung merosot untuk melepaskan diri dari pelukan. - Merasa tidak nyaman bila memakai pakaian dengan bahan tertentu. c. Terapi Penanganan Behavioral Untuk Anak dengan Autis Dengan Modelling dan Pengondisian Operant, para terapis perilaku mengajari anak-anak autis untuk berbicara, mengubah bicara ekolalik mereka, mendorong mereka untuk bermain dengan anak lain, dan membantu mereka secara umum menjadi lebih responsif kepada orang dewasa. Penanganan Psikodinamik bagi Anak-Anak Autis

Menurut Bruno Bettelheim (1967, 1974), atmosfer yang hangat dan penuh kasih sayang harus diciptakan untuk mendorong si anak memasuki dunia. Kesabaran sebagai penerimaan positif tanpa syarat diyakini merupakan hal yang perlu dilakukan oleh anak autis untuk memulai mempercayai orang lain dan untuk mengambil kesempatan dalam membangun hubungan dengan orang lain. Penanganan dengan Obat-Obatan Obat yang paling umum digunakan adalah haloperidol, suatu obat antipsikotik yang sering digunakan untuk menangani skizofrenia. Beberapa studi menunjukkan bahwa obat ini mengurangi penarikan diri dari kehidupan sosial, perilaku motorik stereotipik, dan perilaku maladaptif, seperti melukai diri sendiri dan agresi.namun, obat ini tidak menunjukkan efek positif untuk aspek-aspek lain gangguan autistik, seperti hubungan interpersonal yang abnormal dan hendaya bahasa.

2. Gangguan membaca (2-5 ada dibuku) 3. Gangguan berhitung 4. Gangguan berbahasa 5. Gangguan artikulasi E. Gangguan Intelegensi 1. Retardasi Mental a. Pengertian Retardasi mental ialah keterlambatan yang mencakup rentang yang luas dalam perkembangan fungsi kognitif dan social (APA, 2000). b. Ciri Ciri Fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah rata-rata, IQ kurang dari 70 Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal dua bidang berikut : komunikasi, mengurus diri sendiri, kehidupan keluarga, keterampilan interpersonal, pengguanaan sumber daya komunitas, kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri, keterampilan akademik fungsional, rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan kemanan Onset sebelum usia 18 tahun c. Klasifikasi Diagnosis Retardasi Mental

Retardasi Mental Ringan (IQ 50 hingga 70). Di usia remaja akhir dapat mempelajari ketrampilan akademik setara dengan kelas enam. Ketika dewasa, mampu melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan, meski masih membutuhkan bantuan dalam masalah sosial dan keuangan. Mereka bisa menikah dan mempunyai anak. Retardasi Mental Sedang (IQ 35-40 hingga 50-55). Mereka dapat mengalami kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang menghambat keterampilan motorik normal. Dengan banyak bimbingan dan latihan, mereka dapat bepergian sendiri di tempat yang tidak asing bagi mereka. Retardasi Mental Berat (IQ 20-25 hingga 35-40). Memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktivitas karena kerusakan otak yang parah. Mereka mampu melakukan pekerjaan yang sangat sederhana dengan supervisi terus menerus. Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di bawah 20-25). Mereka membutuhkan supervisi total dan seringkali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian besar memiliki abnormalitas fisik berat serta kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri ke manapun. d. Terapi 1. Penanganan Residensial Sejak tahun 1975, individu yang mengalami retardasi mental berhak mendapatkan penanganan yang sesuai dalam lingkungan dengan batasan yang sangat minimal. Orang dewasa dengan retardasi mental sedang, tinggal di tempat sederhana dan disediakan perawatan medis. Mereka didorong untuk berpartisipasi dalam tugas rutin rumah tangga semampu mereka.

Mereka yang mengalami retardasi mental berat, tinggal di rumah perawatan yang dilengkapi dengan layanan pendidikan dan psikologis. 2. Intervensi Behavioral Berbasis Pengondisian Operant Dalam metode operant, anak-anak diajari berbagai keterampilan selangkah demi selangkah dan berurutan. Prinsip-prinsip pengondisian operant kemudian diterapkan untuk mengajarkan berbagai komponen aktivitas pada anak, juga digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak pada tempatnya dan perilaku mencederai diri sendiri. Intervensi Kognitif 3. Latihan Inruksional Diri mengajari mereka yang mengalami retardasi mental untuk memandu upaya penyelesaian masalah mereka melalui kata-kata yang diucapkan.

4. Intruksi dengan Bantuan Komputer Komponen visual dan auditori dalam komputer dapat mempertahankan konsentrasi para siswa yang sulit berkonsentrasi. Komputer dapat memenuhi kebutuhan akan banyaknya pengulangan materi tanpa menjadi bosan atau tidak sabar seperti yang dapat terjadi pada guru.