Anak-tetanus Pd Anak

34
KONSEP DASAR PENYAKIT TETANUS PADA ANAK A. PENDAHULUAN Tatanus adalah penyakit yang sering ditemukan , dimana masih terjadi dimasyarakat kelas menengah kebawah. Di RSU Dr.Soetomo sebagian besar pasien tetanus berusia >3 tahun dan <1 minggu . dari seringnya kasus tetanus serta kegawatan yang ditimbulkan, maka sebagai seorang perawat atau bidan dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat. B. PENGERTIAN Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran . (sulistiawati Ningsih & Ninik Wirarti) Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospamin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani Tetanus atau rahang terkunci (Locjaw) adalah penyakit akut , paralitik apastik yang disebabkan oleh tetanospamin , neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani 1

description

tetanus

Transcript of Anak-tetanus Pd Anak

Page 1: Anak-tetanus Pd Anak

KONSEP DASAR PENYAKIT TETANUS

PADA ANAK

A. PENDAHULUAN

Tatanus adalah penyakit yang sering ditemukan , dimana masih terjadi

dimasyarakat kelas menengah kebawah.

Di RSU Dr.Soetomo sebagian besar pasien tetanus berusia >3 tahun dan

<1 minggu . dari seringnya kasus tetanus serta kegawatan yang ditimbulkan, maka

sebagai seorang perawat atau bidan dituntut untuk mampu mengenali tanda

kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

B. PENGERTIAN

Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)

tanpa disertai gangguan kesadaran . (sulistiawati Ningsih & Ninik Wirarti)

Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan

saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospamin yang dihasilkan oleh

Clostridium Tetani

Tetanus atau rahang terkunci (Locjaw) adalah penyakit akut , paralitik

apastik yang disebabkan oleh tetanospamin , neurotoksin yang dihasilkan

oleh Clostridium Tetani

C. ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah kuman yang dikenal sebagai Clostridium

Tetani yang masuk dalam tubuh melalui

1. luka tusuk , gigitan binatang , luka bakar

2. luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik

3. OMP , Caries gigi , infeksi telinga

4. pemotongan tali pusat yang tidak steril.

5. penjahitan luka robek yang tidak steril dan dari bekas suntikan Clostridium

Tetani

karakteristik Clostridium Tetani

1

Page 2: Anak-tetanus Pd Anak

hidup anaerob , membentuk spora yang berbentuk lonjong dengan ujung

yang bulat , khas seperti batang korek api.

Sifat spora ini tahan dalam air mendidih selama 4 jam , obat antiseprik ,

tetapi mati dalam autoclap bila dipanaskan selama 15-20 menit pada suhu

1210C , bila tidak kena cahaya maka spora ini dapat hidup ditanah

berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun.

Spora akan berubah menjadi bentuk vegetative dalam keadaan anaerob dan

kemudian berkembang biak.

Memproduksi 2 macam eksotoksin yaitu tetanospamin dan tetanolisin .

tetanospamin merupakan protein dengan berat molekul 150.000 dalton ,

larut dalam air . labil pada panas dan cahaya , rusak dengan enzim

proteolitik , tetapi stabil dalam bentuk murni dan kering.

Tetanospamin disebut juga neurotoksin karena toksin ini melalui beberapa

jalan dapat mencapai susunan syaraf pusat dan menimbulkan gejala berupa

kekakuan (rigiditas) , spasme otot dan kejang mengeluarkan toksin bila

dalam kondisi baik.

Tetanilisin menyebabkan lisis dari sel-sel darah merah.

D PATOFISIOLOGI

Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka yang

terkontaminasi dengan debu tanah , tinja binatang , pupuk . bila keadaan

menguntungkan dimana tempat luka tersebut menjadi hipoanaerob disertai

terdapatnya jaringan nekrotis , leukosit mati , benda-benda asing maka spora

berubah menjadi vegetatif yang kemudian berkembang . kuman ini tidak

invasive , bila dinding sel kuman lisis maka dilepaskan eksotosin , yaitu

tetanospamin dan tetanolisin . tetanospamin sangat mudah diikat oleh syaraf dan

akan mencapai saraf melalui dua cara :

1. secara local : siabsorbsi melalui junction pada ujung-ujung saraf perifer

motorik melalui axis silindrik kecornu anterior susunan saraf pusat

2. toksin diabrorbsi melalui pembuluh limfe lalu ke sirkulasi darah untuk

seterusnya susunan saraf pusat .

2

Page 3: Anak-tetanus Pd Anak

E. EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini tersebar di seluruh dunia . terutama pada daerah resiko tinggi

dengan cakupan imunisasi DPT yang rendah

Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak

sehingga resiko penyakit ini didaerah peternakan sangat tinggi . spora kuman

Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran dimana-mana .

F. MANIFESTASI KLINIS

Masa inkubasi tetanus umumnya 3-21 hari , namun dapat singkat hanya 1-

2 hari . dan kadang-kadang lebih dari 1 bulan .

Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosisnya . terdapat

hubungan antara jarak tempat invasi clostridium tetani dengan susunan saraf pusat

dan interval antara luka dan permulaan penyakit . dimana makin jauh tempat

invasi maka inkubasi makin panjang.

Secara klinis tetanus ada 3 macam:

1. tetanus umum

gambaran ini termasuk tetanus yang paling sering dijumpai .

terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya luka bakar

yang luas , luka tusuk yang dalam , furunkolis , ekstraksi gigi , ulkus

dekubitus , dan suntikan hypodermis .

biasanya tetanus timbul secara mendadak berupa kekakuan otot

baik bersifat menyeluruh ataupun hanya sekelompok otot . kekakuan otot

terutama pada rahang (trismus) dan leher (kaku kuduk). 50% penderita

tetanus akan menunjukan trismus .

menurut berat ringannya tetanus dibagi atas :

a) tetanus ringan , trismus >3 cm, tidak disertai kejang umum

walaupun dirangsang

b) tetanus sedang , trismus < 3 cm dan disertai kejang umum bila

dirangsang

c) tetanus berat , trismus < 1 cm dan disertai kejang umum yang

spontan.

Cole dan Youngman (1969) membagi tetanus umum atas :

3

Page 4: Anak-tetanus Pd Anak

a. grade I ringan

- masa inkubasi > 14 hari

- periode of onset >6 hari

- trismus positif tetapi tidak berat

- sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada

lokasi kekakuan dekat dengan luka berupa spamse

disekitar luka dan kekakuan umum terjadi beberapa jam

atau hari

b. grade II sedang

- masa inkubasi <4 hari

- periode of onset 3 hari atau kurang

- trismus berat

- disfagia berat

kekakuan umum dan gangguan pernafasan asfiksia ,

ketakutan keringat banyak dan takikardia .

2. tetanus local

tetanus ini sebenarnya merupakan banyak akan tetapi kurang

dipertimbangkan karena gambaran klinis tidak khas.

Bentuk tetanus ini merupakan nyeri , kekakuan otot-otot pada

bagian proximal dari tempat luka . tetanus local adalah bentuk ringan

dengan angka kematian 1% kadang-kadang ini dapat berkembang menjadi

tetanus umum .

3. tetanus Chepalic

merupakan salah satu varian tetanus local . terjadi bentuk ini bila

luka mengenai daerah mata , kulit kepala , muka , telinga , leher , otitis

media kronis dan jarang akibat tonsilektomi. Gejala berupa disfungsi saraf

cranial antara lain N. IV , VII . IX , X , XI , dapat berupa gengguan

sendiri-sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari

bahkan berbulan-bulan .

tetanus chepthalik dapat berkembang menjadi tetanus umum . pada

umumnya prognosa bentuk tetanus cheptalik jelek .

4

Page 5: Anak-tetanus Pd Anak

G. PATHWAY KEPERAWATAN

H. KOMPLIKASI

1) pada saluran pernafasan

oleh karena spasme otot-otot pernafasan dan spasme otot laring dan

seringnya kejang menyebabkan terjadinya asfiksia . karena akumulasi

sekresi saliva serta sukarnya menelan air liur dan makanan atau minuman

sehingga sering terjadi aspirasi pneumonia , atelektasis akibat obstruksi oleh

secret .

pneumothoraks dan mediastinal emfisema biasanya terjadi akibat

dilakukanya trakheostomi.

2) pada kardiovaskuler

komplikasi berupa aktivitas simpatis yang meningkat antara lain takikardi ,

hipertensi , vasokontriksi perifer , dan rangsangan miokardium.

3) pada tulang dan otot

pada otot karena spasme yang berkepanjangan bisa terjadi perdarahan dalam

otot. Pada tulang dapat terjadi raktura columna vertebralis akibatnya kejang

yang terus menerus pada anak dan orang dewasa.

4) komplikasi yang lain

- laserasi lidah akibat kejang

- dekubitus karena penderita berbaring dalam satu posisi saja

- panas yang tinggal karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar

luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.

Penyebab kematian penderita tetanus akibat kmplikasi yaitu

bronchopneumonia , cardiac arrest , septikemnia , pneumotoraks.

I. PROGNOSA

Dipengaruhi oleh beberapa factor :

1. masa inkubasi

5

Page 6: Anak-tetanus Pd Anak

makin panjang masa inkubasi biasanya penyakit makin ringan , dan

sebaliknya . pada umumnya bila inkubasi kurang dari 7 hari maka

tergolong berat

2. umur

makin muda umur penderita seperti pada neonatus maka prognosanya

3. periode of onset

periode of onset adalah waktu antara timbulnya gejala tetanus , misalnya

trismus sampai terjadi kejang . kurang dari 48 jam prognosa jelek.

4. panas

pada umumnya febris tidak selalu ada

5. pengobatan : pengobatan yang terlambat prognosanya jelek

6. ada tidaknya komplikasi

7. frekuensi kejang : semakin sering kejang semakin jelek prognosanya

J. PENATALAKSANAAN PASIEN TETANUS

Pengobatan umum :

1. mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi . pemberian cairan secara

iv. ,sekalian untuk memberikan obat-obatan secara syring pump (volium

pump)

2. menjaga saluran nafas tetap bebas , pada kasus yang berat perlu

tracheostomi

3. memeriksakan tambahan oksigen secara nasal atau sungkup.

4. kejang harus segera dihentikan dengan pemberian valium/diazepam bolus

i.v., 5 mg untuk neonatus , bolus i.v., atau perectal 10 mg untuk anak-anak

(maksimum 0,7 mg/Kg BB)

pengobatan khusus :

1. antitetanus toksin

selama infeksi , toksin tetanus berdar dalam 2 bentuk :

a) toksin bebas dalam darah (dapat dinetralisir)

6

Page 7: Anak-tetanus Pd Anak

b) toksin yang bergabung dengan jaringan saraf (tidak dapat

dinetralisir ).

Sebelum dilakukan pemberian antitoksin

a) anamnesa apakah ada riwayat alergi

b) tes kulit dan mata

c) harus selalu ada adrenalin 1:1000

tes mata

pada konjuntiva bagian bawah diteteskan 1 tetes larutan antitoksin

tetanus 1:10 dalam larutan garam faali , sedang pada mata yang lain

ditetesi garam faali .

positif bila dalam 20 menit tampak kemerahan dan bengkak pada .

konjuntiva

tes kulit

suntikan 0,1 larutan garam faali secara intrakutan.

Reaksi positif bila dalam 20 menit pada tempat suntikan terjadi kemerahan

dan indurasi lebih dari 10 mm.

Bila tetes mata dan kulit semuanya positif , maka antitoksin diberikan

secara bertahap (besredka) . ATS dapat diberikan 5000 unit IU i.m.,atau

TIGH (tetanus immune globulin human) 1500-3000 IU dan harus disertai

dengan imunisasi aktif dengan toksoid (DPT/DT/TT)

2. antikonvulsan dan sedative

obat-obatan ini digunakan untuk merelaksasi otot dan mengurangi

kepekaan jaringan saraf terhadap rangsang .

diazepam

bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dosis

0,5 mg/kg/bb/x i.v., perlahan-lahan dengan dosis optimum 10

mg/kg/bb/x diulangi setiap kejang.

Fenobarbital

7

Page 8: Anak-tetanus Pd Anak

Dosis awal : 1 tahun 50 mg intramuscular dan 1 tahun 75 mg

intramuscular , kemudian dilanjutkan dengan dosis oral 5-9

mg/kg/bb/x dibagi dalam 3 dosis .

Largactik

Dosis yang dianjurkan 4mg/kg/bb/hari dibagi dalam 6 dosis

3. antibiotic

penisilin prokain (PP) 50.000-100.000 IU/kg BB

diberikan terutama bila penderita alergi terhadap penisilin.

4. perawatan luka sangat penting dan harus secara steril dan keperawatan

terbuka (debridemen )

5. trakheostomi : dilakukan jika spasme berkepanjangqan dari otot respirasi ,

tidak ada kesanggupan batuk atau menelan , obstruksi laring dan koma.

6. hiper barik : diberikan oksigen murni pada tekanan 5 atmosper .

7. konsultasi dengan dokter gigi atau dokter bedah atau dokter THT .

K. PENCEGAHAN

1. perawatan luka

terutama pada luka tusuk , kotor atau kula terbuka yang tercemar dengan

spora tetanus , harus dicegah timbulnya jaringan anaerob pada pasien

termasuk adanya jaringan mati dan nanah .

2. imunisasi pasif

diberikan antitoksin , pemberian antitoksin ada 2 bentuk , yaitu:

ATS dari serum kuda

Tetanus immunoglobulin human (TIGH)

Dosis yang diberikan belum ada keseragaman pendsapat , yaitu antara :

1500-3000 u i.m

3000-5000 u i.m

Pemberian dosis sebaiknya didahului dengan tes kulit & mata .

Dosis TIGH : 250-500 U i.m.

3. imunisasi aktif

diindonesia dengan adanya program Pengembangan Imunisasi (PPI) selain

menurunkan angka kesakitan juga mengurangi angka kematian tetanus .

8

Page 9: Anak-tetanus Pd Anak

imunisasi tetanus biasanya dapat diberikan dalam bentuk DPT : DT dan

TT

DPT : diberikan untuk imunisasi dasar

DT : diberikan untuk booster pada usia 3 tahun , diberikan pada

anak dengan riwayat demam dan kejang .

TT : diberikan pada ibu hamil dan anak usia 13 tahun ke atas .

Sesuai dengan program pengembangan imunisasi , imunisasi dilakukan

pada usia 2,4,dan 6 tahun. Sedangkan booster dilakukan pada usia 1,5-2

tahun dan usia 5 tahun . dosis yang diberikan adalah 0,5 cc tiap kali

pemberian secara intramuscular.

4. khusus untuk mencegah tetanus neonatorum perlu diperhatikan kebersihan

pada waktu persalinan terutama alas tempat tidur , alat pemotong tali pusar

, dan cara perawatan tali pusar.

5. pendidikan atau penjelasan kepada orang tua mengenai kebersihan

individu dan lingkungan serta cara pemeriksaaan dan perawatan di RS dan

perlunya pemeriksaan lanjutan .

L. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosa tetanus ditegakan berdasarkan :

riwayat adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasi

gejala kklinis

penderita biasanya belum mendapatkan imunisasi .

pemeriksaan penunjang meliputi:

o pemeriksaan laboratorium

pemeriksaan darah rutin kurang menunjang dalam diagnosis karena tidak

menunjukan nilai spesifik , kadar leukosit dapat normal maupun

meningkat .

o pemeriksaan ikrobiologi

bahan diambil dari luka berupa pus atau jaringan nekrotik . tetapi hanya

30% dari seluruh kasus tetanus yang dalam pemeriksaan mikrobiologi

terdapat clostridium tetani.

o pemeriksaan cairan cerebrospinalis

9

Page 10: Anak-tetanus Pd Anak

cairan cerebrospinalis dalam batas normal walaupun kadang –kadang

meningkat akibat kontraksi otot.

o pemeriksaan elektroensofagus

o pemeriksaan elektromiografi

DAFTAR PUSTAKA

Beth sesyl L , Sowen Linda A 2002 . buku saku keperawatan pediatric . Jakarta :

EGC

Dongoes , M.F.1999. Rencana asuhan keperawatan : pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien edisi .

Jakarta : EGC

Suriadi & yuliani R 2001. asuhan keprawatan pada anak edisi 1. Jakarta : CV

Agung solo

10

Page 11: Anak-tetanus Pd Anak

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN TETANUS

1. PENGKAJIAN

A. Riwayat kesehatan

Hal-hal yang perlu ditanyakan :

o Riwayat antenatal , natal dan post natal

o Imunisasi yang telah didapatkan baik oleh ibu selama kehamian

dan anak

o Lama terjadinya luka

o Adanya kelainan neurologik seperti kejang otot , gangguan

menelan

o Nyeri otot , sakit kepala, gangguan pola nafas .

o Sebab-sebab terjadinya luka .

Pengkajian keluarga

o Apakah ada keluarga yang menderita tetanus

o Kaji harga diri atau mekanisme koping anak dan keluarga

o Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan atau perawatan

dirumah.

o Kaji tingkat pengetahuan keluarga

B. Pemeriksaan fisik

11

Page 12: Anak-tetanus Pd Anak

o Tanda-tanda vital , meliputi TD , pola pernapasan , nadi dan

suhu

o Luka yang terlihat : luka pada tubuh yang terinfeksi

o Kenaikan tonus otot skelet : trismus , kontraksi otot-otot kepala ,

wajah dan mulut,

C. Pemeriksaan laboratorium

o Kultur luka

Dengan mengambil pus ataupun jaringan nekrotis dari

luka , yaitu ditemukanya clostridium tetani.

o Test tetanus anti bodi

D. Pemeriksaan penunjang

o EKG : interval CT memanjang karena segmen ST , bentuk

takikardi ventrikuler ( torsaderde pointers)

o Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto roentgen pada

jaringan subkutan atau basal ganglia otak menunjukan

klasifikasi .

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

penurunan sirkulasi . hipoksemia berat

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

3. bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sekresi secret

4. retensi urin berhubungan dengan kerusakan otot inguina

5. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan refleks menelan

6. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan sukar

membuka mulut (kekakuan otot)

7. resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang spontan

yang terus menerus

8. koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan

keadaan orang terdekat dan kurang pengetahuan terhadap kondisi anak

12

Page 13: Anak-tetanus Pd Anak

III. INTERVENSI

Dx I : perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan

sirkulasi . hipoksemia berat.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

status sirkulasi dan kesadaran pasien stabil , dengan criteria hasil:

NOC : neurology status : Consciusness

o membuka mata bila ada rangsangan dari luar

o berkomunikasi sesuai situasi

o merespon rangsang dari lingkungan

o tidak ada sakit kepala

keterangan skala

1. tidak tampak

2. jarang tampak

3. kadang tampak

4. sering tampak

5. selalu tampak

NIC : monitor neurology

o monitor tingkat kesadaran

o monitor ukuran , bentuk , kesimetrisan dan kepekaan pupil

o monitor TTV

o monitor refleks kornea

o monitor GCS

o monitor respon terhadap pengobatan

o tingkatkan frekuensi monitor tingkat kessadaran jika diperlukan

Dx II : nyeri akut berhubungan dengan agen njuri biologi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

nyeri berkurang , dengan criteria hasil:

NOC 1 : tingkat nyeri

o melaporkan nyeri , frekuensi dan lama nyeri

13

Page 14: Anak-tetanus Pd Anak

o memposisikan tubuh untuk mengurangi nyeri

o perubahan TD , RR , nadi dan suhu dalam batas normal

o menunjukan ekspresi puas terhadap pengendalian diri

keterangan skala

1. sangat berat

2. berat

3. sedang

4. ringan

5. tidak ada nyeri

NOC 2 : control nyeri

o mengungkapkan factor penyebab timbulnya nyeri

o mengungkapkan terapi non farmalogik

o dapat menggunakan berbagai sumber untuk mengontrol nyeri

o anak tidak menangis

keterangan skala

1. tidak pernah

2. jarang

3. kadang-kadang

4. sering

5. terus-menerus

NIC 1 : manajemen nyeri

o kaji secara komprehensif mengenai karakteristik , lokasi durasi ,

frekuensi . intensitas , kualitas , dan factor pencetus nyeri

o observasi keluhan non verbal terhadap ketidaknyamanan , misalnya anak

menangis

o ajarkan teknik non farmalogik pada keluarga dan anak jka mungkin

o berikan analgetik sesuai indikasi

o Bantu pasien mendapat dukungan dari keluarga untuk mengurangi nyeri

o Beri informasi tentang nyeri meliputi penyebab , durasi , prosedur ,

antisipasi ketidaknyamanan pada keluarga dan anak jika mungkin

NIC 2: monitor tanda-tanda vital

14

Page 15: Anak-tetanus Pd Anak

o Monitor TD , RR , nadi dan suhu tubuh

o Monitor pola nafas abnormal

o Identifikasi kemungkinan perubahan tanda-tanda vital

o Cek secara periodic TTV pasien

Dx III : bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekeresi secret

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

mampu mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan criteria hasil :

NOC : status pernafasan

o Pertukaran gas

o Mudah untuk bernafas

o Tidak ada gelisah , sianosis , dispneu

o Saturasi oksigen dalam batas nnormal

o Tenuan sinar X dada dalam rentang yang diharapkan

Keterangan skala

1. buruk sekali

2. buruk

3. sedang

4. baik

5. baik sekali

NIC : pengisapan jalan nafas

o tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakeal

o pantau status oksigen dan status hemodinamik dan irama jantung segera ,

selama dan setelah pengisapan

o catat tipe dan jumlah sekresi yang dikumpulkan

o intruksikan pada keluarga atau mungkin pasien jika mungkin tentang

batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan keluarnya secret.

o Ajarkan pasien dan keluarga tentang pentingnya perubahan pada sputum

(warna, karakter,jumlah, bau)

o Berikan oksigen yang telah dihumodifikasikan sesuai kebijakan institusi

15

Page 16: Anak-tetanus Pd Anak

o Anjurkan aktifitas fisik misalnya bermain untuk meningatkan pergerakan

sekresi.

Dx IV :retensi urin berhubungan dengan kerusakan otot inguiana

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

eliminasi urin berjalan lamcar dengan criteria hasil :

NOC : menunjukan kontinensia urin

o Kandung kemih kosong sempurna

o Tidak ada sisa setelah buang air > 100-200 cc

o Asupan cairan dalam rentang yang diharapkan

Keterangan skala

1. tidak pernah

2. jarang

3. kadang-kadang

4. sering

5. selalu

NIC : perawatan retensi urin

o pantau penggunaan agen yang tidak diresepkan dengan anti klinergik / alfa

agonis

o pantau efek dari obat yang diberikan seperti anti kolinergik

o pantau haluaran dan asupan

o intruksikan keluarga pasien untuk mencatat haluaran bila diperlukan

o rujuk ke spesialis kontinesia urin jika diperlukan

o beri privasi untuk eliminasi

o gunakan kekuatan sugesti dengan mengalirkan air atau membilas toilet.

Dx V : ketidak seimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan refleks menelan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan criteria hasil :

NOC : status neurologys

16

Page 17: Anak-tetanus Pd Anak

o kesadaran

o orientasi kognitif

o berespon terhadap stimulus lingkungan

o makan tanpa tersedak

keterangan skala

1. buruk sekali

2. buruk

3. sedang

4. baik

5. baik sekali

NIC 1 : terapi menelan

o pantau gerakan lidah klien saat makan

o pantau hidrasi tubuh ( asupan , haluaran , turgor kulit dan membrane

mukosa)

o kaji mulut dari adanya makanan setelah makan

o ajarkan pasien menggapai makanan dibibir atau dipipi menggunakan lidah

o kolaborsi dengan tenaga kesehatan lain misalnya ahli terapi okupasi , ahli

patologi bicara dan ahli gizi

o Bantu pasien memposisikan kepala fleksi kedepan untuk menyiapkan

menelan ( dagu msuk)

o Motivasi keluarga untuk memberikan makanan sesering mungkin terutama

jika anak masih minum ASI

NIC 2 : kewaspadaan aspirasi

o Pantau tingkat kesadaran , refleks batuk , refleks muntah , dan kemampuan

menelan

o Minta obat-obatan dalam bentuk eliksir

o Posisikan pasien tegak lurus 90 derajat atau sejauh mungkin

o Makan dengan porsi sedikit

o Potong makanan kecil-kecil

17

Page 18: Anak-tetanus Pd Anak

Dx VI : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan sukar membuka

mulut (kekakuan otot)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

pasien dapat berkomunikasi dengan criteria hasil :

o Anak dapat berkomunikasi

o Mengutarakan keinginan

o Menggunakan bahasa non verbal

Keterangan skala

1. buruk sekali

2. buruk

3. sedang

4. baik

5. baik sekali

NIC : pencapaian komunikasi

o kaji kemampuan berkomunikasi

o gunakan komunikasi yang sederhana

o ajarkan metode komunikasi alternative yang sesuai

o anjurkan orangtua sering mengajak berkomunikasi

o dorong komunikasi terus menerus dengan dunia luar

Dx VII : resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang yang terus menerus

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

tidak terjadi injury atau cedera dengan criteria hasil :

NOC : control resiko

o memahammi resiko

o monitor factor resiko

o mengembangkan strategi untuk mengontrol resiko

o berpartisipasi dalam mengontrol resiko

keterangan skala

1. tidak pernah

2. jarang

18

Page 19: Anak-tetanus Pd Anak

3. kadang-kadang

4. sering

5. selalu

NIC : hindari kemungkinan jatuh

o tempatkan anak dekat dengan orang tua

o dampingi ketika terjadi kejang

o gunakan pengekang jika diperlukan

o berikan tempat tidur dengan pembatas

o usahakan tidak meninggalkan anak sendirian

Dx VIII : koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan orang

terdekat dan kurang pengetahuan terhadap kondisi anak

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan

keluarga mempunyai mekanisme koping yang adekuat dengan criteria hasil :

NOC : koping keluarga

o keluarga menunjukan rasa sayang dan dukungan terhadap anak

o tidak ada depresi

o mampu mengelola masalah

o orangtua tidak menunjukan rasa malu

keterangan skala

1. tidak tampak

2. jarang tampak

3. kadang tampak

4. sering tampak

5. selalu tampak

NIC : dukungan keluarga

o dukung keluarga menujukan sikap penerimaan terhadap anaknya

o dorong orangtua mengatasi reaksi berduka , syok atau menolak

o berikan informasi mengenai kondisi pasien

o berikan support pada keluarga

o beri umpan balik pada orangtua berkaitan dengan koping mereka

19

Page 20: Anak-tetanus Pd Anak

o atur pertemuan dengan orangtua lain yang mengalami hal serupa

IV. EVALUASI

Dx I : perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan

sirkulasi . hipoksemia berat

kriteria hasil skala

o membuka mata bila ada rangsangan dari luar

o berkomunikasi sesuai situasi

o merespon rangsang dari lingkungan

o tidak ada sakit kepala

4

4

4

4

Dx II : nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

kriteria hasil skala

NOC 1

o melaporkan nyeri , frekuensi dan lama nyeri

o memposisikan tubuh untuk mengurangi nyeri

o perubahan TD , RR , nadi dan suhu dalam batas normal

o menunjukan ekspresi puas terhadap pengendalian diri

NOC 2

o mengungkapkan factor penyebab timbulnya nyeri

o mengungkapkan terapi non farmalogik

o dapat menggunakan berbagai sumber untuk mengontrol nyeri

o anak tidak menangis

4

4

4

4

4

4

4

4

Dx III : bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekresi secret

kriteria hasil skala

NOC 1

o Pertukaran gas 4

20

Page 21: Anak-tetanus Pd Anak

o Mudah untuk bernafas

o Tidak ada gelisah , sianosis , dispneu

o Saturasi oksigen dalam batas nnormal

o Temuan sinar X dada dalam rentang yang diharapkan

4

4

4

4

Dx IV : retensi urin berhubungan dengan kerusakan otot inguina

kriteria hasil skala

o Kandung kemih kosong sempurna

o Tidak ada sisa setelah buang air > 100-200 cc

o Asupan cairan dalam rentang yang diharapkan

4

4

4

Dx V : ketidak seimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan refleks menelan

kriteria hasil skala

o kesadaran

o orientasi kognitif

o berespon terhadap stimulus lingkungan

o makan tanpa tersedak

4

4

4

4

Dx VI : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan sukar membuka mulut

(kekakuan otot)

kriteria hasil skala

o Anak dapat berkomunikasi

o Mengutarakan keinginan

o Menggunakan bahasa non verbal

4

4

4

Dx VII : resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang yang terus menerus

21

Page 22: Anak-tetanus Pd Anak

kriteria hasil skala

o memahammi resiko

o monitor factor resiko

o mengembangkan strategi untuk mengontrol resiko

o berpartisipasi dalam mengontrol resiko

4

4

4

4

Dx VIII : koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan orang

terdekat dan kurang pengetahuan terhadap kondisi anak

kriteria hasil skala

o keluarga menunjukan rasa sayang dan dukungan terhadap anak

o tidak ada depresi

o mampu mengelola masalah

o orangtua tidak menunjukan rasa malu

4

4

4

4

22

Page 23: Anak-tetanus Pd Anak

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN TETANUSDosen Pengampu : Wahyudi, Skep, Ns.

Disusun Oleh :

1. Dyah Kartika P1742020715

2. Dyah Retna P1742020716

3. Edi Sutrisno P1742020717

4. Eko Yulianto P1742020718

5. Ernie Sarjiati P1742020719

6. Fais Arinandhar P1742020720

7. Faroq Zaeni P1742020721

23

Page 24: Anak-tetanus Pd Anak

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2009

24

Page 25: Anak-tetanus Pd Anak

25