Psikologi Komunikasi(UTS)

download Psikologi Komunikasi(UTS)

of 15

description

Psikologi Komunikasi

Transcript of Psikologi Komunikasi(UTS)

KAJIAN TEORI

1. Siapa manusia itu?

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan stuktur dan fungsi yang sangat sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya. Manusia juga diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karna itu manusia disebut sebagai makhluk unik yang unik, yang memiliki kemampuan sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Di samping itu, semua manusia dengan akal pikiran mampu mengembangkan kemampuan tertingginya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yaitu memiliki kemampuan spiritual, sehingga manusia di samping sebagai makhluk individual, makhluk sosial, juga sebagai makhluk spiritual.

Dalam kenyataannya, kemampuan fungsional manusia di atas dapat dilakukan secara simultan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk individu, makluk sosial, dan sebagai makhluk spiritual. Namun juga manusia dengan kecerdasannya dapat memisahkan fungsi-fungsi tersebut berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan serta kondisi sosial yang mengitarinya. Kemampuan-kemampuan fungsional inilah yang menjadikan manusia berbeda secara fundamental dengan makhluk-makhluk hidup yang lainnya di muka bumi ini. Bahkan dengan kekuatan spiritualnya maka manusia mampu menggungguli kemampuan makhluk-makhuluk Allah lainnya seperti Jin dan Sebagainya.

Dari tahapan diatas menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.

. Dalam perkembangannya manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari :

penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.

penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.Pada umumnya hasrat meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

1. Tekanan emosional.

Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.

2. Harga diri yang rendah.

Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.

3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

Dapat disimpulakan bahwa sesungguhnya manusia tidaklah dapat hidup sendiri. Sebab manusia membutuhkan sesama untuk melengkapi dalam kehidupannya.Maka jelaslah bahwa manusia yang befikir logis artinya berfikir sesuai dengan kaidah-laidah ilmu logika. Dan berfikir argumentatif adalah berfikir dengan menggunakan argumentasi yang valid seperti yang diatur dalam ilmu logika tersebut. Jika kita cermati secara seksama, maka sesungguhnya yang hidup didunia ini membutuhkan satu sama lain. Dan oleh sebab itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. 2. Manusia sebagai Pribadi

Berbicara mengenai manusia bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana untuk dibicarakan, karna manusia banyak memiliki keunikannya maka keunikan tersebut dinyatakan sebagai kodrat manusia, ataupun sebaliknya, begitu banyak permasalahan yang ditimbulkannya maka permasalahan merupakan masalah sekaligus manusia mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam berbagai kehidupan. Manusia sulit difahami dan dimengerti secara menyeluruh tetapi juga manusia mempunyai banyak kekuatan-kekuatan spiritual yang mendorong seseorang mampu bekerja dan mengembangkan pribadinya secara mandiri.

Arti pribadi menurut lughah adalah mandiri, sendiri. Dan arti pribadi menurut istilah ialah manusia mandiri dalam menentukan kehendaknya, menentukan sendiri setiap perbuatannya dalam pencapaian kehendaknya.Allah Yang Maha Kuasa telah memberikan akal budi, manusia tahu apa yang harus dilakukannya, mengapa harus melakukannya, karena manusia adalah mahluk hidup, yang mampu memberdayakan akal budinya, maka manusia mempunyai berbagai kemampuan, mampu berfikir, berkreasi, berinovasi ,memberdayakan kekuatannya sehingga manusia tidak pernah berhenti untuk berkembang dalam mengembangkan dirinya sebagai suatu upaya dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya dalam mengaktualisasikan sebagai indifidu.

Berkaitan dengan hal tersebut Abraham Maslow dalam salah satu teorinya menyatakan Manusia banyak mempunyai kebutuhan,dan kebutuhan itu menyangkut kebutuhan akan kekuatan,lahir bathin, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan menjadi anggota kelompok, kebutuhan ego, serta kebutuhan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya

Maka, manusia dalam mengaktualisasikan dirinya secara nandiri, dibutuhkan suatu proses pembelajaran beserta latihan yang terus-menerus dalam meraih perestasinya yang mengarah kepada sesuatu yang menjadi visi dan misi hidupnya masing-masing. Tetapi sering kali manusia dalam mengembangkan dirinya sering kali dihanyutkan dan dihempaskan oleh berbagai realita nyata yang ada disekitarnya apakah itu berupa cobaan, kegagalan ,hambatan rintangan, persaingan dsb. Artinya manusia akan menemukan berbagai kendala dalam menuai jati dirinya dan tidak selalu mulus, dan kendala-kendala ini harus kita hadapi dengan mencari berbagai terobosan, mengetahui akar permasalahannya, dan dicari jalan penyelesaiannya , sehingga akan menjawab semua tantangan dan rintangan yang dihadapi manusia sebagai nyata upaya pembelajaran diri, manusia tanpa mengalami proses pembelajaran diri , manusia akan sulit menjadi manusia mandiri.

Kecenderungan manusia dalam merubah sebagai pribadi mandiri, sering kali pada kenyataannya menjadi lain, hal itupun sebagai suatu proses pembentukan kepribadiannya.Pada dasarnya pembentukan kepribadian adalah suatu proses pembelajaran dalam diri yang selalu melekat dan tak akan pernah berakhir kecuali berakhirnya dengan kematian.

Proses pembentukan diri melibatkan manusia secara keseluruhan dalam masa sejarah kehidupan pribadi yang merupakan kegiatan masa lampai maupun kegiatan dimasa mendatang. Kemudian terbentuknya individu dan kegiatan individu tidak ditentukan oleh pengalamannya saja tetapi ada proses interaksi antasa individu dengan lingkungan disekitarnya, dalam hal ini individu sebagai subjek dalam nengelola pengalamannya, bahkan memiliki berbagai pengalamannya. Dan manusia dengan pengalamannya mampu berinteraksi sebagai mahkuk social, manusia terpanggil untuk mengembangkan dirinya, bertafakur dengan dirinya, melakukan dialog secara terus-menerus dengan lingkungan, dan saling berinteraksi untuk menggapai kualitas pribadi. Manusia berupaya mendakwakan dirinya untuk beraktualisasi dalam lingkungan sosialnya dengan menampilkan tahap demi tahap dari perkembangan kepribadian yang mantap dan harmonis sebagai wujud manusia yang mempunyai totalitas.

Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, yang mengikat dalam karakter bangsa Indonesia sehingga setiap pribadi harus menjadi bangsa yang mandiri dan berkepribadia sesuai dengan falsafah kita. Keberadaan manusia dimuka bumi ini, ditakdirkan untuk mengisi kehidupan alam ini, pengelolaan dan pengaturannya harus dengan sebaik-baiknya tanpa merusaknya .

Menurut agama Islam khususnya, Allah membuat dua pilihan untuk manusia yaitu kemudahan menuju jalan yang baik dan kemudahan menuju kepada jalan yang tidak baik, Iman dan taqwalah inilah yang akan menjadi pribadi mandiri dan mampu memilih jalan yang benar.

3. Interaksi manusia dengan manusia

Pada hakikatnya manusia memiliki hubungan yang perlu dijalankan, yaitu hubungan sacara vertikal dan horizontal. Hubungan secara vertikal merupakan hubungan manusia kepada Tuhan. Hubungan vertikal ini sangat pribadi, individual, dan spiritual. Hanya manusia dan Tuhan yang tahu seberapa kedekatan itu. Hubungan horizontal dapat diartikan sebagai hubungan yang sangat luas, hubungan yang hanya berlangsung di dunia, salah satunya adalah hubungan sesama manusia. Hubungan yang menunjukkan bahwa manusia itu adalah mahkluk sosial yang tak bisa lepas dari bantuan manusia lainnya.

Tekadang, hubungan sesama manusia itu memiliki hambatan. Hambatan itu dapat sangat sulit maupun sangat mudah untuk diselesaikan. Penyelasaiannya tergantung pada pribadi manusia itu sendiri, apakah ia mudah atau sulitkah dalam menyelesaikannya. Hubungan kedekatan manusia memiliki berbagai tingkatan, mulai dari yang paling dekat yaitu keluarga, sahabat, teman, sebatas tahu, dan yang paling jauh adalah tidak kenal sama sekali. Keluarga, sahabat, dan teman merupakan kelompok yang pasti ada hubungan, minimal hubungan komunikasi sedangkan kelompok sebatas tahu dan tidak kenal sama sekali merupakan kelompok yang minimal tidak ada hubungan sama sekali.

Sangat terlihat jelas dari pembagian kelompok di atas bahwa kelompok yang pertamalah yang dapat menyebabkan suatu permasalah karena batas minimalnya adanya hubungan komunikasi. Dari komunikasi inilah yang dapat menyebabkan konflik suatu hubungan. Konflik sendiri dapat menjadi perekat suatu hubungan juga dapat menjadi boomerang yang dapat memperjauh kedekatan suatu hubungan dan memasukkan kelompok yang kedua. Lalu bagaimanakah meminimalisir konflik yang mengarah ke hal negatif? Tentu perlu ada hal yang dapat menahan agar suatu hubungan tidak menjadi semakin menjauh.

Setiap orang memiliki perangai yang berbeda-beda. Dan setiap orang lain berhak memberikan penilaian terhadap seseorang. Pergaulan kita berpengaruh terhadap penilaian kita terhadap orang tersebut. Namun yang perlu diperhatikan bahwa penilaian itu hanya berlaku untuk diri kita dan orang yang dituju. Jangan pernah memengaruhi pihak ketiga atas penilaian kita dan jangan mudah terpengaruh atas penilaian pihak ketiga tentang orang lain. Itu semua dapat mengakibatkan pikiran negative yang tentu menjerumuskan kita terhadap perbuatan tercela. Alangkah lebih baiknya jika kita lebih berhati-hati dalam bersikap, ketahuilah orang lain dengan cara perlahan karena ada orang yang sekalinya diberi umpan malah menunjukkan reaksi yang kuat.

Jangan terlalu cepat menganggap orang dekat dengan kita. Terlalu cepat melakukan hal tersebut akan cepat pula mengakibatkan keretakan yang terjadi. Proses mengangkatan kasta perlu cukup panjang agar hasilnya kita mendapatkan orang dekat yang benar-benar dekat bukan dekat sesaat.

Hidup itu memang tidak semudah yang dibayangkan, masalah memang selalu terjadi kapan saja tanpa kita duga. Alangkah lebih baiknya kita mulai berhati-hati dari sekarang. Coba lakukan hanya hubungan yang menyenangkan saja untuk manusia lain. Jangan coba menuangkan masalah kita kepada orang lain tanpa mengenal pribadi orang tersebut. Tuhan-lah yang dapat mendengar semua keluh-kesah kita dan Tuhan-lah yang memberikan solusi terhadap masalah kita walaupun memang tidak secara langsung. Pola pikir yang diberikan Tuhan-lah yang membuat kita dapat menyelesaikan konflik antar hubungan sesama manusia.

4. Interaksi manusia dengan masyarakat

Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Sudah bukan rahasia lagi bahwa segala bentuk kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan terbentuk karena interaksi dan benturan kepentingan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sejak zaman prasejarah hingga sejarah, manusia telah disibukkan dengan keterciptaan berbagai aturan dan norma dalam kehidupan berkelompok mereka. Manusia adalah makhluk social yang hidup bermasyarakat (zoon politicon). Keutuhan manusia akan tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk ekonomi dan social. Sebagai makhluk sisoal (homo socialis), manusia tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu. Misalnya, dalam lingkungan manusia terkecil yaitu keluarga. Dalam keluarga, seorang bayi membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya agae dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan sehat.

Manusia sebagai makhluk sosial dan budaya Sebagai masyarakat Indonesia, setiap manusia saling membutuhkan satu sama lainnya tentunya dalam hal yang positif. Saling bersosialisasi antara satu sama lainnya membuat interaksi yang kuat untuk mengenal kepribadian manusia lain. Manusia yang mudah bersosialisasi adalah manusia yang dapat atau mampu menjalankan komunikasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya. Dengan berlandaskan pancasila manusia sebagai makhluk yang social dan budaya disatukan untuk saling menghormati dan menghargai antara manusia yang memiliki budaya yang berbeda-beda. Manusia sebagai Makhluk Sosial Manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam masyarakat, tidak mungkin manusia di luar masyarakat. Aristoteles mengatakan: bahwa makhluk hidup yang tidak hidup dalam masyarakat ialah sebagai seorang malaikat atau seekor hewan.

Di India oleh Mr. Singh didapatkan dua orang anak yang berumur 8 tahun dan 1 tahun. Pada waktu masih bayi anak-anak tersebut diasuh oleh srigala dalam sebuah gua. Setelah ditemukan kemudian anak yang kecil mati, tinggal yang besar. Selanjutnya, walaupun ia sudah dilatih hidup bermasyarakat sifatnya masih seperti srigala, kadang-kadang meraung-raung di tengah malam, suka makan daging mentah, dan sebagainya. Juga di Amerika dalam tahun 1938, seorang anak berumur 5 tahun kedapatan di atas loteng.karena terasing dari lingkungan dia meskipun umur 5 tahun belum juga dapat berjalan dan bercakap-cakap. Jadi jelas bahwa manusia meskipun mempunyai bakat dan kemampuan, namun bakat tersebut tidak dapat berkembang, Itulah sebabnya manusia dikatakan sebagai makhluk sosial (Hartomo, 2000: 77).Misalnya saja hubungan sosialisasi antar tetangga , dengan adanya interaksi sosial antar tetangga akan mempermudah kita dalam mengatasi masalah di sekitar yang membutuhkan bantuan dari manusia lainnya. Jadi itulah mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk social yang harus berinteraksi dengan masyarakat lainnya.Dibawah ini merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat. Faktor-faktor itu adalah:1. Adanya dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan atau jenisnya.2. Adanya kenyataan bahwa manusia adalah serba tidak bisa atau sebagai makhluk lemah. Karena itu ia selalu mendesak atau menarik kekutan bersama, yang terdapat dalam perserikatan dengan orang lain. 3. Karena terjadinya habit pada tiap-tiap diri manusia. Manusia bermasyarakat karena ia telah biasa mendapat bantuan yang berfaedah yang diterimanya sejak kecil dari lingkungannya.4. Adanya kesamaan keturunan, kesamaan territorial, nasib, keyakinan/cita-cita, kebudayaan, dan lain-lain.Faktor-faktor lain yang dapat mengatakan manusia adalah makhluk sosial, yaitu :a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai pelaku dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu memelihara lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Bagaimana manusia mensikapi dan mengelola lingkungannya pada akhirnya akan mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan.Manusia sebagai makhluk budaya Budaya atau Kebudayaan perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk yang lain (hewan) ialah bahwa manusia adalah makhluk berbudaya, hal ini disebabkan karena manusia diberi anugrah yang sangat berharga oleh Tuhan, yaitu budi atau pikiran.dengan kemampuan budi atau akal itulah manusia dapat menciptakan kebudayaan yang menyebabkan kehidupannya sangat jauh berbeda dengan kehidupan hewan.

Oleh karena, itu manusia sering disebut makhluk social budaya, artinya makhluk yang harus hidup bersama dengan manusia lain dalam satu kesatuan yang disebut dengan masyarakat. Disamping itu, manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan dengan berbudaya itulah manusia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya. Manusia tidak dapat dilepas dari kebudayaan, dimana ada manusia disitu ada kebudayaan.kapankah kebudayaan mulai ada dimuka bumi? bersamaan dengan mulai adanya umat manusia dimuka bumi ini.5. Manusia dan Pemanfaatan IQ dan EQ

1. Intelligence Quotient (IQ)

IQ (Intelligence Quotient) adalah kemampuan atau kecerdasan yang didapat dari hasil pengerjaan soal-soal atau kemampuan untuk memecahkan sebuah pertanyaan dan selalu dikaitkan dengan hal akademik seseorang. Banyak orang berpandangan bahwa IQ merupakan pokok dari sebuah kecerdasan seseorang sehingga IQ dianggap menjadi tolak ukur keberhasilan dan prestasi hidup seseorang. Padahal IQ hanyalah satu kemampuan dasar. Kemampuan ini umumnya terbatas pada keterampilan standar dalam melakukan suatu kegiatan dan tingkatnya relatif tetap. IQ (Intellegence Quotient) / kecerdasan otak masih berorientasi pada kebendaan.

Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.

Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak adalah organ luar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5 % dari total berat badan kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius memakainya 5-6 %. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 %.

Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup.

2. Emotional Quotient (EQ)

EQ (Emotional Quotient) / kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengelola emosi atau perasaan. Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. EQ masih berorientasi pada kebendaan. Tingkat EQ dapat meningkat sepanjang kita masih hidup. Kecerdasan Emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup.

Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.

Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk menjinakkan emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.

Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif di dalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.

3. Manfaat IQ, EQ untuk memahami, mengukur, mengklasifikasi, mengelola serta memanfaatkan aspek-aspek kecerdasan individu dalam kehidupannya sehari-hari.

Dalam konteks ini, kecerdasan dimaknaisama seperti maknanya dalam bahasa sehari-harisebagai kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan praktis (problem-solving capacity).6. Manusia dan Faktor Kepemimpinan1. Pengertian Manusia Menurut Para Ahli Nicolaus D & A. SudiarjaManusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.

Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany

Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

2. Faktor pemimpin

Kepemimpinan adalah aktivitas yang menggunakan seluruh potensi diri seseorang untuk mempengaruhi orang lain demi mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan secara salah menimbulkan gerakan narsistik yanga artinya orang-orang yang dipengaruhi akhirnya menerima apa saja yang diinginkan pemimpinnnya tanpa harus berpikir lagi apakah pemimpinnya itu benar atau pemimpin itu tidak benar.Faktor yang utama adalah kemampuan orasi, berbicara, berkomunikasi. Kemampuan pemimpin mengomunikasikan visinya, cita-citanya, impiannya, rencananya yang dengan bantuan atau pengaruh orang lain visi, impian, keinginan itu menjadi keinginan bersama dan tujuan bersama. Pengikut yang setia dan loyal dihasilkan dari derajat kekuatan mempengaruhi (affection) dari pemimpin.Pemimpin memiliki tugas menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompok. Dari keinginan itu dapat dipetik keinginan realistis yang dapat dicapai. Selanjutnya, pemimpin harus meyakinkan kelompok mengenai apa yang menjadi keinginan realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.

Untuk keberhasilan dalam pencapaian sutu tujuan diperlukan seorang pemimpin yang profesional, dimana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Disamping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Menurut Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan adalah

1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (leader).2.Adanya orang lain yang dipimpin

3.Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya

4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di dalam organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.

Faktor Faktor Dalam Kepemimpinan :

1. PemimpinDalam kaitannya dengan Kepemimpinan, Pemimpin memang merupakan faktor esensial dari Proses Kepemimpinan itu sendiri. Serta Pemimpin itu memang harus mengerti apa yang harus dia tahu dan apa yang harus dia perbuat, atau istilah lainnya The Right Man on The Right Place.

2. Pengikut (Followers)Salah satu faktor kepemimpinan yang membuat Faktor pertama itu ada. Karena tanpa adanya Pengikut, otomatis Pemimpin pun tak ada. Oleh karena itu Faktor Kepemimpinan dalam Pengikut ini lebih cenderung pengertian akan apa saja yang Followers inginkan sehingga sebuah satuan fungsi manajemen bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Serta ada pula yang mengatakan kalau berbeda Pemimpin maka berbeda pula gaya kepemimpinannya. Oleh karena itu Pengikut disini memang harus menyesuaikannya dengan cepat.

3. KomunikasiSalah satu hal yang menjembatani antara Pemimpin dan Pengikut adalah proses Komunikasi itu sendiri. Dengan adanya komunikasi. Hubungan kerja antara dua belah pihak baik atasan maupun bawahan dapat sinergis dan berjalan sesuai dengan apa yang telah dirancangkan sebelumnya.

4. SituasiDalam sebuah situasi tertentu, terkadang kita diharusnkan untuk bertindak secara cepat dan refleks untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu kondusifitas situasi antara Atasan dan Bawahan memang harus saling dikuatkan agara selalu terjadi kondisi situasi yang nyaman dan kondusif.

7. Manusia sebagai Pribadi Efektif

Pribadi yang efektif adalah pribadi yang mana senantiasa mengembangkan dirinya dalam sadar.

Contoh :

Melakukan pekerjaan yang amat penting ditangani dalam situasi yang amat penting dan dilakukan tidak dalam keadaan terburu-buru.

Manusia yang melakukan pembiasaan dengan tepat berdasarkan prinsip-prinsip tertentu inilah nanti yang akan membentuk watak dan kerakter pribadi. Pada gelirannya nanti pribadi yang demikian akan sangat efektif dalam merespon aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Ada tujuh kebiasaan manusia yang diajukan Covey agar dapat menumbuhkan pribadi yang efektif adalah :

1. Jadilah proaktif

Proaktif merupakan kebiasaan untuk mengambil inisiatif untuk bertanggung jawab dengan memberikan tanggapan sesuai dengan pilihan kita.

2. Mulailah dengan gambaran mengenai tujuan

Kebiasaan yang paling dasar yang segera dapat diterapkan dalam kehidupan setiap hari adalah memulai suatu hari dengan gambaran yang jelas dalam benak kita apa pun yang akan dilakukan. Berarti kita berpegang pada tujuan yang jelas, sehingga posisi kita dapat dipahami lebih baik dan bergerak maju kearah yang tepat.

3. Utamakan prioritas

Kebiasaan ini berhubungan dengan bagaimana kita mengelola waktu dan semuanya ini menuntut suatu kedisiplinan.

4. Berpikir menang/menang

Dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, mereka yang memiliki pribadi yang efektif selalu berpikir bagaimana agar terjadi situasi menang/kalah, kalah/menang, menang semata. Ini menyangkut pembiasaan dalam mengembangkan watak, hubungan-hubungan, kesepakatan sistem kerja, maupun proses interaksi tersebut. Prinsip ini berarti kita tidak bersikap mau menang sendiri.

5. Berusha untuk memahami kemudian memahami

Ibarat seorang dokter pribadi yang efektif melakukan diagonis terhadap persoalan terlebih dahulu sebelum memberikan resepnya. Prinsip ini sangat umum diseluruh dunia dan terkenal ampuh dalam hubungan antar pribadi.

6. Bersinergi

Bersinergi merupakan upaya untuk memanfaatkan dan memadukan kekuatan yang terbesar yang dimeliki oleh manusia.

7. Terus mengasah diri.

Kebiasaan yang ketujuh ini menyuruh kita untuk terus mengasah kemampuan yang kita miliki supaya kemampuan kita tidak menurun.

Contoh : gergaji yang digunakan untuk memotong kayu harus diasah trus supaya gergaji itu tajam dan tidak tumpul.

DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan, 2011. Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Prenada Media Group. Vardiyansah. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Wiryanto, DR. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.

Wulandari, Diah, 2009, Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan,

Dwi Narwoko dan Bagong Suryanto.2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.Preneda Media Group.Jakarta Goleman, Daniel.1999. Working With Emotional Intelligence. (Terj. Alex Tri Kancono Widodo), Jakarta: PTGramedia. Ginanjar, Ary Agustian. 2001. ESQ Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam; Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Sipritual. Jakarta : Arga. Groves, Colin (2005-09-16). In Wilson, D. E., dan Reeder, D. M. (eds). Mammal Species of the World (ed. edisi ketiga). Johns Hopkins University Press. ISBN 0-801-88221-4.

Robins, A.H. Perspektif Biologis pada Pigmentasi Manusia. Cambridge: Cambridge University Press, 1991.

Covey.Stephen R. 1989. The 7 Habits Of Highly Effeective People, Jakarta: PT SUKA BUKU

15