PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya...

55
PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA REGULER DI SEKOLAH INKLUSIF SMP MUHAMMADIYAH 2 MALANG SKRIPSI Oleh: Niki Cahyani 201210230311410 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

Transcript of PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya...

Page 1: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA

REGULER DI SEKOLAH INKLUSIF SMP MUHAMMADIYAH 2

MALANG

SKRIPSI

Oleh:

Niki Cahyani

201210230311410

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

Page 2: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

i

PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA

REGULER DI SEKOLAH INKLUSIF SMP MUHAMMADIYAH 2

MALANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi

Oleh:

Niki Cahyani

201210230311410

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

Page 3: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

ii

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Psikodrama untuk Meningkatkan Empati Siswa Reguler di Sekolah

Inklusif SMP Muhammadiyah 2 Malang

2. Nama Peneliti : Niki Cahyani

3. NIM : 201210230311410

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas MUhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian : 18 Desember 2015 – 21 Januari 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 30 April 2016

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si. ( )

Anggota Penguji : 1. Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi. ( )

2. Ni’matuzzahroh, S.Psi, M.Si. ( )

3. Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi. ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si. Zainul Anwar, M.Psi.

Malang, 07 Mei 2016

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universita Muhammadiyah Malang

Dra. Tri Dayakisni, M.Si

Page 4: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Niki Cahyani

NIM : 201210230311410

Fakultas/Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul:

Psikodrama untuk Meningkatkan Empati Siswa Reguler di Sekolah Inklusif SMP

Muhammadiyah 2 Malang

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk

kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas

Royalti non ekslusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila penyataan ini

tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang

berlaku.

Malang, 07 Mei 2016

Mengetahui

Ketua Program Studi Yang Menyatakan

Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si Niki Cahyani

Page 5: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Psikodrama untuk

Meningkatkan Empati Siswa Reguler di Sekolah Inklusif SMP Muhammadiyah 2 Malang”,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas

Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk

serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarya kepada:

1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si selaku Pembimbing I dan dosen wali yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik serta telah mendukung dan memberi

pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Zainul Anwar, S.Psi. M.Psi. selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membekali

penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan

skripsi.

5. Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah

banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan dan penulisan skripsi ini,

6. Bapak Drs. H. Mardjono, M.Si. selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 2 Malang

yang telah memberikan izin penelitian dan dukungan atas pelaksanaan penelitian skripsi

ini.

7. Orang tua tercinta, Bapak Priyo Cahyono dan Ibu Miatun (Almh) atas jasa-jasanya yang

tidak akan terlupakan, juga kesabaran, do’a, dan tidak pernah lelah mendidik dengan tulus

kepada penulis. Serta saudara-saudara penulis yang tidak lelah mendukung penulis.

8. Rekan-rekan kelas, yakni: Sakinah Nur, Ida Nur Kusuma, Dwi Yunda, Ari Widya, Akbar

Prasetyo, Nurlaili, dan Amita Yuni yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang

berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan

bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran

demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 07 Mei 2016

Penulis

Niki Cahyani

Page 6: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... i

Halaman Pengesahan ................................................................................................ ii

Surat Pernyataan ....................................................................................................... iii

Kata Pengantar ......................................................................................................... iv

Daftar Isi ................................................................................................................... v

Daftar Tabel ............................................................................................................... vi

Daftar Gambar ............................................................................................................. vii

Daftar Lampiran .......................................................................................................... viii

Ringkasan ........................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................... 2

LANDASAN TEORI

Empati ............................................................................................................... 6

Aspek-Aspek Empati ........................................................................................ 7

Faktor yang Mempengaruhi Empati ................................................................. 7

Perkembangan Empati ...................................................................................... 7

Cara Meningkatkan Empati .............................................................................. 8

Psikodrama ...................................................................................................... 8

Prosedur Penerapan Psikodrama ....................................................................... 9

Tahap-Tahap Psikodrama ................................................................................. 9

Psikodrama sebagai Metode untuk Meningkatkan Empati Siswa Reguler ...... 9

Hipotesis ........................................................................................................... 11

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian ........................................................................................ 11

Subjek Penelitian .............................................................................................. 11

Tahapan Penelitian ............................................................................................ 12

Variabel dan Instrumen Penelitian .................................................................... 13

Prosedur dan Analisa Data Penelitian ............................................................... 13

HASIL PENELITIAN .................................................................................... 14

DISKUSI .......................................................................................................... 15

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ..................................................................... 18

REFERENSI ................................................................................................... 19

LAMPIRAN

Page 7: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Subjek Penelitian ................................................................................ 14

Tabel 2. Hasil Uji Pre-Test dan Post-Test ........................................................ 14

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 15

Page 8: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ........................................................................... 10

Gambar 2. Tahapan Penelitian .......................................................................... 12

Page 9: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Blueprint Uji Coba Skala Empati ................................................. 22

Lampiran 2. Blueprint Skala Empati Penelitian ............................................... 24

Lampiran 3. Hasil Uji Coba Skala Empati ....................................................... 26

Lampiran 4. Skala Penelitian ............................................................................ 28

Lampiran 5. Tabulasi Data ............................................................................... 30

Lampiran 6. Hasil Analisa Data ........................................................................ 31

Lampiran 7. Modul Penelitian .......................................................................... 32

Lampiran 8. Guide Observasi dan Interview .................................................... 43

Lampiran 9. Verbatim Focus Group Discussion (FGD) .................................. 44

Lampiran 10. Dokumentasi ............................................................................. 45

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian

Lampiran 12. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 13. Inform Consent

Lampiran 14. Daftar Riwayat Hidup Peserta

Lampiran 15. Berita Acara Penelitian

Page 10: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

1

PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA

REGULER DI SEKOLAH INKLUSIF SMP MUHAMMADIYAH 2

MALANG

Niki Cahyani

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

[email protected]

Pada pelaksanaan pendidikan inklusif yang bertujuan mewujudkan pendidikan yang

menghargai keanekaragaman dan non diskriminatif, seringkali siswa ABK menjadi korban

bullying oleh siswa reguler dikarenakan kurangnya empati siswa reguler. Salah satu metode

yang diperkirakan dapat meningkatkan empati siswa reguler adalah Psikodrama. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas psikodrama dalam meningkatkan empati

siswa reguler terhadap siswa ABK di sekolah inklusif. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode eksperimen dengan model one group pre and post test design. Teknik

pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan jumlah subjek 15 siswa reguler SMP

Muhammadiyah 2 Malang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah interview,

dan skala empati. Berdasarkan data yang diperoleh dilakukan analisa data menggunakan

paired sample t test (p = 0.000, p < 0.005 & t = -9.439), dapat diambil kesimpulan bahwa

psikodrama dapat meningkatkan empati siswa reguler terhadap siswa ABK di sekolah

inklusif SMP Muhammadiyah 2 Malang.

Kata Kunci: Empati, Psikodrama, Sekolah Inklusif

On the implementation of inclusive education aimed at realizing education that respects

diversity and non-discriminatory, often disability students are becoming victims of bullying

by another reguler students. One of the methods that are expected to increase student’s

empathy to disability students is psychodrama. The purpose of the research is to know the

effectiveness of using psychodrama for increasing reguler student’s empathy to disability

students in the inclusive class. This research is using experimental method which is one

group pre and post test design. The samples are 15 reguler students of SMP Muhammadiyah

2 Malang and taken by using purposive sampling method. Data is collected by interview and

empathy scale. The data is analyzed by paired sample t test (p = 0.000, p < 0.005 & t = -

9.439), can be concluded that psychodrama effectively can improve the empathy of reguler

students to disability students in the inclusive class of SMP Muhammadiyah 2 Malang.

Keyword: Empathy, Psychodrama, Inclusive Class

Page 11: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

2

Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki atribut fisik dan atau

kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, baik di atas atau di bawah, sehingga

membutuhkan program individual dalam pendidikan khusus (Heward & Orlansky, 1992).

Maka dari itu diperlukan suatu pendidikan yang dapat juga memfasilitasi anak yang

berkebutuhan khusus supaya mendapatkan fasilitas pendidikan yang sama dengan individu

yang lain. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dijelaskan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didikan

yang memiliki kelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat

pendidikan dasar & menengah. Pasal inilah yang memungkinkan bentuk pelayanan

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus berupa penyelenggaraan pendidikan inklusif yang

dimana anak berkebutuhan khusus mengikuti program pendidikan di sekolah inklusif,

menjalani proses pembelajaran bersama-sama dengan siswa-siswi reguler.

Di Indonesia sendiri disebutkan tujuan pelaksanaan pendidikan inklusif untuk memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya dan mewujudkan pendidikan yang menghargai

keanekaragaman, non diskriminatif kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan

fisik, emosional, mental, dan sosial ataupun yang memiliki kecerdasan atau bakat istimewa

untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya

(Direktorat PLB, 2007). Tujuan lain dari pendidikan inklusif adalah agar siswa ABK dapat

mengikuti proses pembelajaran bersama dengan siswa reguler yang pada nantinya anak dapat

bersosialisasi secara normal dan dapat terstimulasi oleh lingkungan sosial yang memiliki

siswa heterogen apabila dibandingkan dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang cenderung

mengelompokkan anak-anak didik sesuai dengan kebutuhan khusus masing-masing siswa.

Selain itu pendidikan inklusif juga diharapkan dapat menjadi sarana terjalinnya interaksi

sosial antara siswa ABK dan siswa reguler sehingga keduanya mampu memahami adanya

perbedaan fisik, mental, dan kemampuan belajar diantara mereka dimana diharapkan siswa

reguler mampu membimbing atau membantu siswa ABK dalam kegiatan belajar.

Konsekuensi dari sistem pendidikan inklusif yaitu siswa reguler harus memiliki sikap

penerimaan pada siswa berkebutuhan khusus sehingga terjadi interaksi sosial yang baik

antara siswa reguler dan siswa ABK yang berdampak pada tercapainya tujuan

penyelenggaran pendidikan inklusif. Namun pada kenyataannya meski undang-undang telah

secara tegas mengatur pemerataan hak dan kewajiban bagi setiap warga negara untuk

mendapatkan pendidikan, kasus diskriminasi dalam bidang pendidikan masih kerap terjadi

khususnya terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK). Salah satu contoh diskriminasi di

dalam interaksi antar peserta didik yaitu masih adanya kekerasan verbal dan non verbal atau

bulliying yang dilakukan oleh siswa reguler terhadap siswa ABK. Siswa ABK juga enggan

dalam membantu siswa ABK yang membutuhkan bantuan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa kurangnya penerimaan siswa reguler

terhadap siswa ABK dapat menghambat tercapainya tujuan penyelenggaran pendidikan

inklusif. Penelitian yang dilakukan oleh Saripah (2008) yang menunjukkan bahwa

karakteristik perilaku bulliying sebagian besar memiliki kemampuan empati yang rendah

serta tingkat agresivitas yang tinggi. Tubbs (dalam Pramuaji, 2012) mendefinisikan empati

berasal dari kata Einfuhlung yang pertama kali digunakan oleh Psikolog Jerman, secara

terminologis memiliki arti “merasa terlibat”. Eisenberg dalam Panuntun (2012) menjabarkan

empati adalah suatu respon afektif yang berasal dari penangkapan atau pemahaman keadaan

emosi atau kondisi lain, dan yang mirip dengan perasaan orang lain. Sebuah respon afektif

dimana seorang individu menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan mampu melakukan

Page 12: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

3

penghayatan terhadap orang lain, yaitu suatu keadaan dimana empati terjadi ketika seseorang

dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tetap tidak kehilangan realitas

akan dirinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa empati merupakan emosi yang tergugah

untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain rasakan, namun tidak membuat

seseorang menjadi kehilangan identitas dan sikap dirinya. Goleman (2007) dalam buku

Emotional Intelligence menjelaskan, empati memungkinankan seseorang untuk menghayati

masalah atau kebutuhan yang tersirat di balik perasaan orang lain, yang tidak hanya

diungkapkan melalui kata-kata. Melalui empati, kita tidak hanya keluar dari dalam usaha

memahami orang lain, tetapi juga melakukan pemahaman internal terhadap diri sendiri.

Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan siswa reguler

dalam memahami perbedaan mereka dengan siswa ABK serta kemampuan merasakan

kesulitan siswa ABK karena keterbatasan yang dimiliki.

Menurut Goleman (2003) empati merupakan salah satu dari lima komponen kecerdasan

emosional, komponen lainnya adalah: Pengenalan Diri (Self Awareness); Pengendalian Diri

(Self Regulation); Motivasi (Motivation); dan Keteramilan Sosial (Social Skills). Pengertian

dari kecerdasan emosional sendiri menurut Salovey (dalam Stein, 2002) yakni kemampuan

untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,

memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga

membantu perkembangan emosi dan intelektual. Goleman (2003) menyatakan bahwa

setinggi-tingginya IQ menyumbang kurang lebih 20% sebagai faktor yang menentukan

kesuksesan hidup, sedang 80% lainnya ditentukan oleh kecerdasan emosional sehingga

kecerdasan emosional sangat penting untuk dikembangkan khususnya dalam permasalahan

penyelenggaran sekolah inklusif ini adalah pada komponen empati.

SMP Muhammadiyah 2 Malang merupakan salah satu sekolah inklusif di Kota Malang yang

pada tahun ajaran 2015/2016 jumlah siswanya ada 156 siswa, terdiri dari 126 siswa reguler

dan 30 siswa ABK. Berdasarkan hasil interview dari salah satu guru BK di sekolah tersebut

menyatakan bahwa interaksi antara siswa reguler dan siswa ABK di sekolah kurang efektif

karena siswa reguler kurang memahami siswa ABK dan kesulitan berkomunikasi dengan

mereka. Hal tersebut sesuai pula dengan hasil interview dengan 2 siswa kelas VII dan 1 siswa

kelas VIII, peneliti menemukan bahwa siswa reguler terkadang merasa terganggu oleh siswa

ABK di kelas. Hal ini dikarenakan beberapa siswa ABK sering tidak bisa diam dan membuat

kegaduhan saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi langsung di sekolah juga

menunjukkan bahwa setiap waktu istirahat siswa-siswa ABK berkumpul di dalam dan sekitar

ruang BK sekolah sedangkan siswa reguler bermain dengan siswa reguler lainnya. Jika ada

interaksi antara siswa reguler dan siswa ABK, interaksi berupa siswa reguler yang

mengganggu siswa ABK baik secara verbal maupun non verbal. Mengganggu secara verbal

contohnya dengan mengejek siswa ABK sedangkan mengganggu secara non verbal

contohnya siswa reguler menyuruh siswa ABK mengambilkan barang dan saling bekerjasama

untuk menyembunyikan barang siswa ABK.

Berdasarkan hasil asesmen tersebut dapat diketahui bahwa salah satu penyebab fenomena-

fenomena yang menyebabkan interaksi antara siswa reguler dan siswa ABK yang kurang

efektif adalah rendahnya tingkat empati siswa reguler terhadap siswa ABK, dimana siswa

reguler kurang mampu memahami perbedaan mereka dengan siswa ABK yang berdampak

pada perilaku mereka yang cenderung mengganggu saat berinteraksi dengan siswa ABK.

Padahal menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Krevans & Gibbs (1996) menyatakan

bahwa usia 11-15 tahun atau saat memasuki sekolah tingkat ke-enam anak seharusnya sudah

mulai mencapai kapasitas kematangan empati. Empati yang rendah pada remaja akan

Page 13: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

4

mengarah pada disfungsi empati menyebabkan munculnya tingkah laku antisosial (Santrock,

2003). Hal ini sejalan dengan sebuah penelitian yang menyatakan bahwa perilaku yang

menggambarkan kemampuan empati yang rendah menunjukkan perilaku antisosial, yaitu

perilaku yang dilakukan tanpa perasaan dan tanpa memperhatikan kesejahteraan orang lain

dengan menunjukkan kepedulian yang kurang dan melakukan pelanggaran terhadap hak-hak

orang lain (Clarke, 2003). Tanpa empati, siswa reguler tidak dapat memahami dan

menghargai siswa ABK.

Beberapa penelitian menunjukkan kemampuan empati pada anak memiliki hubungan dengan

perilaku positif. Janet Strayer dan William Robert (2004) meneliti tentang empati dengan

judul “Empathy and Observed Anger and Aggression in Five Years Old”. Peneliti

menggunakan metode eksperimen dengan mengobservasi langsung 24 anak usia 5 tahun yang

dibagi secara acak untuk bermain bersama selama 1 jam. Empati dinilai dengan

menggunakan The Empathy Continum dari Strayer. Hasil menunjukkan bahwa empati

berkorelasi negatif dengan agresi dan marah, sebaliknya empati berkorelasi positif dengan

perilaku prososial.

Cynthia A. Lietz, Karen E. Gerdes, Fei Sun, Jennifer M. Geiger, M. Alex Wagaman dan

Elizabeth A. Seagl (2011) meneliti tentang keabsahan versi revisi dari alat ukur Emphaty

Assessment Index (EAI). Hasilnya antara lain tidak ada perbedaan antara mahasiswa dan non

mahasiswa. Pada komponen kesadaran diri terhadap orang lain, perempuan mempunyai skor

lebih tinggi, dan terdapat perbedaan pada ras atau etnis pada ras Afrika Amerika dan latin

yang lebih tinggi daripada ras Kaukasia di komponen sikap empati. Selain itu, pada

komponen sikap empati, responden yang berasal dari keluarga menengah ke bawah

mempunyi skor lebih tinggi daripada responden yang berasal dari keluarga mengengah ke

atas. Secara keseluruhan, perempuan mempunyai skor empati lebih tinggi daripada laki-laki.

Dari beberapa pemaparan di atas menunjukkan bahwa empati sangat penting untuk dilatih

dan dikembangkan. Upaya melatih dan meningkatkan empati sedini mungkin merupakan

suatu hal yang harus memperoleh perhatian penting dari pihak sekolah agar siswa reguler

mampu menerima, memahami, dan menghargai siswa ABK agar terwujud tujuan dari sekolah

inklusif.

Adapun bentuk intervensi yang pernah digunakan untuk meningkatkan empati adalah dengan

menggunakan Pelatihan Mindfullness yang telah diteliti oleh Saleh Umniyah (2008) dalam

tesisnya yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Mindfullness terhadap Peningkatan Empati

Perawat”. Penelitian ini menggunakan metode eksperiment randomized pretest-posttest

control group design. Instrumen pengukuran menggunakan skala empati, observasi,

wawancara, dan sharing. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan mindfullness dapat

meningkatkan empati perawat.

Penelitian tentang intervensi untuk meningkatkan empati selanjutnya oleh Kyle Ryan dan

Sheri Grotrian Ryan (2012) dengan judul “Linking Empathy to Character Via a Service

Learning Endeavor”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan

memberikan perlakuan berupa kegiatan langsung membantu orang-orang yang kurang

mampu di rumah singgah yang melibatkan 10 orang siswa Phi beta Lambda yang diberi tugas

untuk melakukan kegiatan pelayanan sosial sebagai asisten dapur dan di jalan selama 6-8 jam

pelayanan. Dasar teori empati yang digunakan adalah teori multidimensional empati. Hasil

yang diperoleh menyatakan bahwa pengalaman langsung dalam melayani orang yang kurang

Page 14: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

5

beruntung mampu mengubah proses berpikir, mampu menunjukkan perubahan kognisi serta

mampu untuk berpikir dalam hubungan empati.

Pada penelitian kedua ini, peneliti menggunakan teknik psikodrama dalam meningkatkan

empati siswa reguler terhadap siswa ABK di sekolah inklusif SMP Muhammadiyah 2

Malang. Corey (dalam Romlah, 2001) menyebutkan bahwa psikodrama merupakan

permainan yang dimaksudkan supaya individu yang bersangkutan dapat memperoleh

pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan

kebutuhan-kebutuhannya dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.

Peneliti memilih teknik psikodrama karena menurut Eisenberg (2002) salah satu cara untuk

meningkatkan empati adalah dengan role play atau bermain peran dan menurut Bennett

(dalam Romlah, 2001) salah satu bentuk bermain peran adalah psikodrama.

Penelitian pertama mengenai keberhasilan psikodrama dalam meningkatkan empati siswa

reguler terhadap siswa ABK telah dilakukan oleh Cahyani dan Utomo (2015). Subjek

penelitian berjumlah 15 siswa dan hasil penelitian adalah psikodrama efektif dalam

meningkatkan empati Subjek. Penelitian kedua ini dilakukan dengan tujuan sebagai

intervensi berkelanjutan di sekolah inklusif SMP Muhammadiyah 2 Malang kepada 15

Subjek yang berbeda dari penelitian sebelumnya agar manfaat penelitian ini lebih optimal

sekaligus memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam penelitian pertama. Ada beberapa

evaluasi dari penelitian pertama yang perlu diperbaiki di penelitian kedua, yakni:

1. Ruangan Psikodrama

Pada penelitian pertama, psikodrama dilaksanakan di dalam ruang BK atau di depan

ruang BK. Kegiatan psikodrama seringkali terganggu oleh keramaian siswa-siswa lain

di SMP Muhammadiyah 2 Malang karena letak ruang BK di lantai 1 dan dekat

dengan kantin sekolah. Sehingga peneliti merekomendasikan kepada pihak sekolah

agar menggunakan ruangan yg lebih tenang dan luas.

2. Focus Group Discussion (FGD) yang kurang optimal

Pelaksanaan FGD pada penelitian pertama kurang optimal sehingga berdampak pada

penyusunan skenario psikodrama yang kurang pula. Hal ini menyebabkan peserta

psikodrama kurang siap dalam bermain peran menjadi siswa ABK sehingga sering

menolak atau saling menunjuk ketika mendapat giliran bermain peran menjadi siswa

ABK. Pada penelitian kedua, peneliti harus mengoptimalkan pelaksanaan FGD.

Beberapa penelitian yang menunjukkan efektivitas psikodrama sebagai teknik intervensi

adalah penelitian yang dilakukan oleh Affiyani Pramono (2013) dengan judul

“Pengembangan Model Bimbingan Kelompok melalui Teknik Psikodrama untuk

Mengembangkan Konsep Diri Positif” dengan subjek 158 siswa kelas IX SMPN 2 Mejobo

Kudus tahun pelajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis

deskriptif, metode partisipatif kolaboratif, dan metode quasi eksperimen. Hasil penelitian ini

adalah ditemukannya model bimbingan kelompok melalui teknik psikodrama yang efektif

untuk mengembang konsep diri positif.

Penelitian lain dilakukan oleh Novi Okta Alfasnur (2013) dengan judul “Upaya

Meningkatkan Kecerdasan Emosional melalui Metode Psikodrama pada Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 1 Sleman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dapat

ditingkatkan melalui metode psikodrama. Salah satu aspek kecerdasan emosional menurut

Goleman (2000) adalah empati sehingga secara tidak langsung berdasarkan penelitian ini

psikodrama dapat meningkatkan empati.

Page 15: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

6

Psikodrama sangat bermanfaat karena melalui interaksinya dengan anggota-anggota

kelompok, mereka memenuhi beberapa kebutuhan psikologis seperti kebutuhan untuk

menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan untuk bertukar

pikiran dan berbagi perasaan, kebutuhan untuk menjadi lebih independen dan mandiri. Hal ini

sesuai dengan tahap perkembngan pada remaja. Dalam psikodrama, peserta memerankan

situasi yang sesuai dengan kehidupan sebenarnya sehingga melibatkan pengalaman peserta

dan membantu peserta meningkatkan pemahaman yang lebih baik terhadap diri mereka

sendiri dan orang lain. Peserta melalui psikodrama dapat mengeksplorasi hubungan dengan

cara memeragakan dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama dapat

mengekplorasi perasaan, sikap, nilai, dan perilaku. Psikodrama dapat memperkaya

kemampuan pribadi dengan cara bermain peran untuk memahami perasaan atau kondisi

orang lain dan kemudian menyesuaikan dengan perasaan atau kondisi orang lain dalam

lingkup sosial. Pada dasarnya empati merupakan respon afektif dimana seorang individu

menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan mampu merasakan apa yang dirasakan orang

lain. Uraian tersebut menguatkan bahwa teknik psikodrama merupakan salah satu intervensi

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan empati seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan diangkat dalam penelitian

ini adalah apakah pemberian psikodrama dapat meningkatkan empati siswa reguler terhadap

siswa ABK di sekolah inklusif SMP Muhammadiyah 2 Malang? Tujuan penelitian ini yaitu

untuk mengetahui keberhasilan psikodrama dalam hal peningkatan empati siswa reguler

terhadap siswa ABK di sekolah inklusif SMP Muhammadiyah 2 Malang. Manfaat penelitian

yaitu mendapatkan usulan model intervensi pada sekolah inklusif dalam hal peningkatan

empati siswa reguler terhadap siswa ABK yang dapat diterapkan di berbagai sekolah inklusif

lain. Selain itu juga dapat memberikan kontribusi dalam perbaikan layanan pendidikan

khususnya pendidikan inklusif dalam memenuhi kebutuhan peserta didiknya.

Empati

Eisenberg (2002) menyatakan bahwa empati adalah sebuah respon afektif yang berasal dari

penangkapan atau pemahaman keadaan emosi atau kondisi lain, dan yang mirip dengan

perasaan orang lain. Empati sebagai kemampuan untuk meletakkan diri sendiri dalam posisi

orang lain dan mampu menghayati posisi orang lain tersebut. Empati terjadi ketika seseorang

dapat merasakan apa yang orang lain rasakan namun tidak membuat seseorang kehilangan

identitas dirinya.

Taufik (2012) mengatakan bahwa dengan empati seseorang berusaha melihat seperti apa

yang orang lain lihat, merasakan seperti apa yang orang lain rasakan. Empati memerlukan

kerjasama antara kemampuan menerima dan memahami secara kognitif dan afektif.

Komponen kognitif melibatkan pemahaman terhadap perasaan orang lain dan kemampuan

afektif merupakan respon emosional yang sesuai. Tanpa empati orang dapat menjadi terasing,

salah menafsirkan perasaan sehingga mati rasa atau tumpulnya perasaan yang berakibat

rusaknya hubungan. Seseorang dikatakan memiliki empati yang rendah ketika orang tersebut

menyamaratakan orang lain dengan dirinya, bukan memandang sebagai individu yang unik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa empati adalah kemampuan individu

untuk menempatkan diri dalam mengenali, mengerti, memahami, dan menerima pikiran,

perasaan, dan pandangan orang lain namun tetap tidak kehilangan identitas dirinya.

Aspek-Aspek Empati

Page 16: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

7

Menurut Eisenberg (2002) empati memiliki dua aspek, yaitu:

a. Aspek Afektif: merupakan kecenderungan seseorang untuk mengalami perasaan

emosional orang lain yaitu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Aspek

afektif terdiri dari empat indikator, yaitu: kemampuan merasakan perasaan orang lain,

kemampuan menyesuaikan diri dengan perasaan atau kondisi orang lain, kemampuan

mengkomunikasikan perasaan secara verbal, kemampuan mengkomunikasikan

perasaan secara non verbal

b. Aspek Kognitif: merupakan proses intelektual untuk memahami perspektif/sudut

pandang orang lain dengan tepat dan menerima pandangan mereka, misalnya

membayangkan perasaan orang lain ketika marah, kecewa, senang, memahami

keadaan orang lain dari: cara berbicara, raut wajah, dan ekspresi dalam berpendapat.

Aspek kognitif terdiri dari tiga indikator, yaitu: kemampuan untuk memahami sesuatu

hal yang dialami orang lain, kemampuan untuk memikirkan sesuatu hal yang dialami

dari sudut pandang orang lain, kemampuan memberi solusi terhadap masalah teman.

Faktor yang Mempengaruhi Empati

Eisenberg (2002) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi empati seseorang, yaitu:

(1) Kebutuhan: Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi akan mempunyai

tingkat empati dan nilai prososial yang rendah, sedangkan individu yang memiliki kebutuhan

afiliasi yang rendah akan memiliki tingkat empati yang tinggi. (2) jenis kelamin: perempuan

mempunyai empati lebih tinggi daripada laki-laki karena perempuan lebih nurturance

(bersifat memelihara) dan lebih berorientasi interpersonal dibanding laki-laki. (3) kematangan

psikis: seseorang dengan kematangan psikis yang baik akan mampu untuk menampilkan

empati yang tinggi pula. (4) sosialisasi: sosialisasi dapat mengarahkan seseorang untuk

melihat keadaan orang lain dan berpikir tentang orang lain. (5) Variasi situai dan

pengalaman: tinggi rendahnya empati seseorang sangat dipengaruhi oleh situasi dan

pengalamannya.

Perkembangan Remaja dan Empati Remaja

Piaget (dalam Santrock, 2007) menjelaskan bahwa perkembangan kognitif remaja termasuk

dalam tahap operasional formal. Dalam tahap ini, remaja melampaui pengalaman-

pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak serta lebih logis. Dalam memecahkan

masalah, remaja dapat berpikir secara lebih sistematis, mengembangkan hipotesis mengenai

mengapa sesuatu terjadi seperti itu, kemudian menguji hipotesis ini.

Sedangkan perkembangan sosioemosi di masa remaja menurut Santrock (2007) bahwa kawan

sebaya berperan penting dalam kehidupan remaja. Remaja memiliki kebutuhan yang kuat

untuk disukai dan diterima kawan sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan

merasa senang apabila diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas

apabila dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Salah satu fungsi

terpenting dari kelompok kawan sebaya adalah sebagai sumber informasi mengenai dunia di

luar keluarga. Remaja mempelajari bahwa apa yang mereka lakukan itu lebih baik, sama

baik, atau kurang baik dibandingkan remaja lainnya. Relasi yang baik di antara kawan-kawan

sebaya dibutuhkan bagi perkembangan sosial yang normal di masa remaja. Isolasi sosial atau

ketidakmampuan untuk “terjun” dalam sebuah jaringan sosial berkaitan dengan berbagai

bentuk masalah dan gangguan, mulai dari masalah kenakalan dan depresi. Remaja memiliki

Page 17: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

8

motivasi yang kuat untuk berkumpul bersama kawan sebaya dan menjadi sosok yang

mandiri.

Menurut Taufik (2012), empati bukanlah sekedar sifat alami yang dianugerahkan Tuhan yang

secara otomatis dimiliki oleh setiap individu, melainkan potensi-potensi yang harus terus

dipupuk dan dikembangkan dalam berbagai setting kehidupan.

Pada perkembangannya, empati selalu dikaitkan dengan sikap. Loannidou dan Konstantikaki

(2008) mengemukakan bahwa team work merupakan cara yang cukup efektif dalam

membentuk sikap empati, dengan mendorong individu untuk memahami kebutuhan orang

lain dan memberikan masukan yang dibutuhkan orang lain, serta bekerja sama dalam

mencapai suatu tujuan.

Menurut Damon (dalam Santrock, 2007) bahwa individu usia sekitar 12 tahun

mengembangkan empati bagi orang lain yang hidup dalam lingkungan yang kurang

menguntungkan. Kepedulian tidak lagi terbatas pada perasaan dari orang-orang khusus di

situasi-situasi yang langsung teramati oleh mereka. lebih dari itu, remaja usia sekitar 12 tahun

mulai memperluas kepedulian mereka terhadap masalah-masalah umum yang dialami oleh

orang-orang yang hidup dalam lingkungan yang kurang menguntungkan, seperti: orang

miskin, cacat, terkucil secara sosial, dan seterusnya. Kepekaan baru ini dapat menggiring

remaja untuk bertindak secara altruistik, dan selanjutnya memberikan rasa kemanusiaan bagi

perkembangan remaja.

Cara Meningkatkan Empati

Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan empati menurut Eisenberg (2002) yaitu: (1)

Menyadari sepenuhnya emosi, semakin terbuka seseorang terhadap emosinya maka akan

semakin mampu dalam membaca perasaan orang lain. (2) Belajar mendengar pendapat orang

lain. (3) Memerhatikan orang lain di jalan, atau di tempat umum lainnya serta mencoba

memahami perasaannya melalui ekspresi wajah. (4) Menilai orang lain tidak hanya

berdasarkan pada penampilan luar saja. (5) Melihat film pendek di telivisi dan

memperkirakan pokok persoalan yang dibicarakan. (6) Role Play atau bermain peran. (7)

Menganalisis perbedaan pembicaraan yang berbeda pendapat dengan kita. (8) Bertanya pada

diri sendiri mengapa dalam situasi tertentu memberikan reaksi tertentu untuk mengetahui

latar belakang perilaku sendiri, akan mudah menempatkan diri dalam posisi orang lain. (9)

Mencari sebab-sebab dalam diri sendiri ketika tidak menyukai orang. (10) Mencoba mencari

sebanyak mungkin keterangan tentang seseorang sebelum melakukan penilaian terhadapnya

agar penilaian kita lebih tepat dan sikap kita terhadapnya lebih sesuai.(11) Mengingat setiap

orang dipengaruhi oleh perasaan dan perilakunya.

Psikodrama

Menurut Corey (dalam Romlah, 2001) psikodrama merupakan permainan yang dimaksudkan

agar individu yang bersangkutan dapat memeroleh pengertian lebih baik tentang dirinya,

dapat menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan

reaksi-reaksi tekanan terhadap dirinya.

Page 18: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

9

Menurut Moreno (dalam Prawitasari, 2011) psikodrama memberikan kesempatan orang

untuk melihat kehidupan pribadi dengan cara pandang berbeda setelah kehidupan pribadi itu

didramakan dan dimainkan oleh orang lain yang berada dalam kelompok bersamanya.

Prosedur Penerapan Psikodrama

Prosedur psikodrama menurut Prawitasari (2011) digunakan untuk memberikan fasilitas

ekspresi, kesadaran, pengetahuan akan akibat perilaku seseorang bagi orang lain, dan

perubahan perilaku. Beberapa teknik psikodrama, yaitu: [1] Penyajian Peran (role

presentation): memperkenalkan diri dalam peran sederhana yang memperlihatkan dirinya

dalam kehidupan sehari-hari. [2] Pergantian Peran (role reversal) berganti peran dengan

orang lain dan melihat hubungan atau konflik melalui sudut pandang orang lain. [3]

Soliloquy: berpura-pura sendiri dan tidak ada seorang pun yang mendengarkan pikiran dan

perasaannya yang diungkapkan dengan keras. [4] Aside: menyuarakan perasaan yang seakan-

akan tidak tepat kalau diucapkan dengan keras. [5] Doubling: orang lain menirukan gerakan-

gerakan peserta. [6] Melantangkan (amplifying): bentuk penyederhanaan doubling, hanya

mengikuti perkataan saja (biasanya untuk peserta yang pemalu). [7] Cermin (mirror): metode

umpan balik untuk melihat refleksi dirinya. [8] Peneladanan (modelling): demonstrasi

alternatif perilaku yang dilakukan anggota kelompok untuk peserta.

Tahap-Tahap Psikodrama

Tahapan psikodrama menurut Prawitasari (2011) adalah:

1. Persiapan: Fasilitator menjelaskan secara singkat mengenai hakikat dan tujuan dari

psikodrama. Fasilitator mewawancarai pengalaman-pengalaman anggota kelompok

terkait masalah yang akan diperankan dalam psikodrama. Pembentukan kelompok dan

pembagian peran.

2. Pelaksanaan: Para pemain akan memainkan perannya dalam psikodrama.

3. Diskusi: Fasilitator memimpin diskusi dan meminta penonton memberikan umpan

balik (fedback), para penonton juga memberikan feedback.

Psikodrama sebagai Metode untuk Meningkatkan Empati Siswa Reguler

Menurut Eisenberg (2002) Aspek-aspek yang memengaruhi empati adalah aspek kognitif dan

aspek afektif. Peserta dalam psikodrama diajak untuk memahami masalah dari sudut pandang

orang lain, yaitu dengan membayangkan dan bermain peran menjadi orang tersebut, peserta

dapat melihat dari mata orang tersebut, bersikap seperti orang tersebut, dan bisa menyelami

perasaan orang itu. Jika peserta yang bersikap baik, mendapatkan peran dengan sikap yang

buruk, tidaklah mungkin peserta akan menampilkan keadaan yang sama dengan sikap dirinya

yang sesungguhnya. Peserta harus dapat memahami karakter peran yang akan dimainkannya

dan mempraktikkannya tanpa harus mengubah sikap aslinya yang baik menjadi buruk. Dalam

hal ini peran empati sangatlah penting untuk memahami karakter peran yang akan dimainkan.

Dalam penelitian ini setiap peserta bermain peran menjadi siswa ABK dimana siswa ABK

yang diperankan adalah salah satu teman kelas peserta yang ABK sehingga peserta dapat

mengetahui bagaimana karakter siswa ABK yang diperankan berdasarkan pengalaman

kehidupan nyata dalam interaksi antara siswa reguler dan siswa ABK.

Page 19: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

10

Sebelum bermain peran, peserta dituntut memahami bagaimana cara berbicara, cara berjalan,

pola interaksi, dan perilaku-perilaku lain siswa ABK di sekolah. Sehingga terjadi proses

kognitif pada siswa reguler untuk lebih memahami karakteristik dan sudut pandang siswa

ABK. Setelah memahami karakteristik siswa ABK, siswa reguler bermain peran menjadi

siswa ABK yang berinteraksi dengan siswa reguler. Dalam bermain peran terjadi proses

afektif di mana siswa reguler dapat merasakan apa yang dirasakan oleh siswa ABK. Setelah

penampilan psikodrama, peneliti akan memberikan umpan balik agar peserta lebih

memahami siswa ABK dan mengeksplorasi perasaaan peserta setelah berperan menjadi siswa

ABK. Kegiatan umpan balik ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses kognitif dan afektif

selama psikodrama. Proses kognitif dan afektif inilah yang menjadi aspek dari empati. Jadi

dengan psikodrama, siswa reguler dapat memahami dan merasakan bagaimana menjadi siswa

ABK yang sering diganggu dan dijahili oleh teman lain dan bagaimana keterbatasan siswa

ABK dalam berinteraksi sehingga dapat meningkatkan empati siswa reguler terhadap siswa

ABK.

Melalui psikodrama, peserta mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia

dengan cara memeragakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama peserta

dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi

pemecahan masalah dalam berinteraksi dengan siswa ABK.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Hipotesis

PSIKODRAMA

Terjadi proses

afektif

Terjadi proses

kognitif

Merasakan

bagaimana menjadi

siswa ABK

Memahami

perbedaan siswa

ABK

Aspek Empati

Meningkatnya Empati

Page 20: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

11

Psikodrama dapat meningkatkan empati siswa reguler terhadap siswa ABK (Anak

Berkebutuhan Khusus) di sekolah inklusif SMP Muhammadiyah 2 Malang.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Mengingat penelitian

efektivitas psikodrama untuk meningkatkan empati siswa reguler terhadap siswa ABK bukan

penelitian laboratorium, sehingga tidak memungkinkan untuk mengontrol variabel lain secara

ketat. Maka metode penelitian yang cocok dalam penelitian ini adalah quasi experiment

dengan model one group pre and post-test design, merupakan desain eksperimen yang hanya

menggunakan satu kelompok subjek serta memberikan pengukuran sebelum dan sesudah

pemberian perlakuan pada subjek. Perbedaan kedua hasil pengukuran tersebut dianggap

sebagai efek perlakuan (Latipun, 2002). Secara skematis dapat digambar sebagai berikut:

O1 → (X) → O2

Keterangan: O1 = Pre-test

X = Perlakuan psikodrama

O2 = Post-test

Subjek Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah siswa reguler SMP Muhammadiyah 2 Malang sebanyak

126 siswa. Penelitian dilakukan kepada siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) dengan

pertimbangan bahwa perlakuan psikodrama paling tepat untuk siswa SMP. Jika Subjek siswa

SD (sekolah Dasar), Subjek kesulitan dalam bermain peran dan internalisasi feedback dari

kegiatan psikodrama karena keterbatasan kemampuan kognitifnya, sehingga membutuhkan

pendampingan ekstra dari fasilitator. Sedangkan jika perlakuan psikodrama diberikan kepada

siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) dapat dikatakan sudah cukup terlambat untuk

peningkatan empati pada usia siswa SMA.

Pengambilan Subjek ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik sampling yang

dilakukan dengan mengambil sample yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh

peneliti. Dalam penelitian ini kriteria Subjek yaitu memiliki skor empati rendah dan sedang

yang diidentifikasi dengan menggunakan skala empati yang sebelumnya subjek merupakan

siswa reguler yang direkomendasikan oleh guru bimbingan konseling di sekolah. Subjek

berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 8 siswa yang memiliki skor empati rendah dan 7 siswa

yang memiliki skor empati sedang. Penentuan jumlah sampel penelitian ini mengacu pada

pendapat Creswell (2008) yang berpendapat bahwa “dalam penelitian eksperimen, estimasi

jumlah sampel yang dibutuhkan untuk prosedur pengolahan statistik sehingga dapat mewakili

populasi secara tepat adalah sekitar 15 orang”.

Page 21: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

12

Pengambilan Subjek dikhususkan untuk siswa kelas VII SMP dengan pertimbangan kelas

VIII SMP mayoritas aktif dalam kegiatan sekolah seperti OSIS, Mading (Majalah Dinding),

dan kegiatan lainnya serta kelas IX SMP sudah fokus dengan persiapan ujian nasional

sehingga kelas VIII dan kelas IX tidak dapat berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan

dalam beberapa pertemuan.

Tahapan Penelitian

Gambar 2. Tahapan Penelitian

Variabel dan Instrumen Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah psikodrama dan variabel terikatnya adalah empati.

Psikodrama adalah salah satu bentuk bimbingan kelompok yang bertujuan untuk memberikan

Focus Group Discussion

Mengidentifikasi interaksi peserta pikodrama dengan siswa ABK sekaligus sebagai acuan

konsep skenario psikodrama, yakni pemilihan siswa ABK yang akan diperankan oleh masing-

masing peserta psikodrama.

Melakukan interview kepada setiap Subjek terkait interaksi Subjek dengan siswa ABK (sebagai

alat ukur tambahan dalam penelitian).

Psikodrama 1

Penampilan kelompok 1 & Diskusi

Psikodrama 2

Penampilan kelompok 2 & Diskusi

Psikodrama 3

Penampilan kelompok 3 & Diskusi

Evaluasi

Pemberian feedback secara keseluruhan dan pemberian skala

empati dan interview sebagai post-test

Pemilihan Peserta Psikodrama

Berdasarkan rekomendasi guru BK

Pemberian Skala Empati

Berfungsi sebagai pre-test

Page 22: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

13

bantuan kepada anggota kelompok berupa kegiatan bermain peran dimana setiap anggota

kelompok secara bergiliran diminta untuk berperan sebagai siswa ABK dan menampilkan

bagaimana interaksinya dengan siswa ABK di sekolah berdasarkan kenyataan, bukan

rekayasa atau skenario. Empati adalah kemampuan siswa reguler untuk merasakan apa yang

dirasakan oleh siswa ABK dan memahami keterbatasan siswa ABK yang ditandai dengan

berkurangnya perilaku mengganggu dari siswa reguler terhadap siswa ABK.

Adapun data penelitian diperoleh dari instrumen penelitian menggunakan model pengukuran

dengan skala. Pengukuran ini dilakukan dengan mengumpulkan skor hasil skala empati pada

peserta psikodrama sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) perlakuan psikodrama. Skala

empati terdiri dari 2 aspek yang dikemukakan oleh Eisenberg (2002), yaitu (1) Aspek

Kognitif yang terdiri dari 3 indikator (Kemampuan untuk memahami sesuatu hal yang

dialami orang lain, Kemampuan untuk memikirkan sesuatu hal yang dialami dari sudut

pandang orang lain, Kemampuan memberi solusi terhadap masalah teman) dan (2) Aspek

Afektif yang terdiri dari 4 indikator (Kemampuan merasakan perasaan orang lain,

Kemampuan menyesuaikan diri dengan perasaan atau kondisi orang lain, Kemampuan

mengkomunikasikan perasaan secara verbal, Kemampuan mengkomunikasikan perasaan

secara non verbal). Setiap indikator terdiri dari 4 item dimana 2 item berupa item favorable

dan 2 item unfavorable, sehingga jumlah item dalam skala empati adalah 28 item.

Berdasarkan hasil uji coba pada tanggal 25 April 2015 kepada 125 siswa SMP

Muhammadiyah 2 Malang dan SMP Sriwedari Malang yang dilakukan oleh Utomo dan

Cahyani (2015) pada skala tersebut menunjukkan dari 28 item, 23 item valid dengan indeks

validitas 0,311-0,650 . sedangkan dari uji reliabilitas didapatkan hasil nilai alpha yaitu 0,875.

Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen ini reliabel sesuai dengan syarat reliabilitas

crobanch alpha minimal 0,6 (Priyatno, 2011).

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Prosedur penelitian diawali dengan mengurus perizinan penelitian kepada pihak SMP

Muhammadiyah 2 malang kemudian menyusun instrumen dan uji coba instrumen tersebut

kepada 125 siswa reguler di SMP Muhammadiyah 2 Malang dan SMP Sriwedari. Setelah

melaksanakan uji coba, peneliti melaksanakan asesmen awal dengan interview kepada guru

BK dan observasi di sekolah. Kemudian meminta 15 siswa sebagai Subjek penelitian yang

direkomendasikan oleh Guru Bimbingan Konseling. Selanjutnya Subjek diminta

menandatangani informed consent sebagai bukti kesediaan Subjek untuk mengikuti

serangkaian prosedur penelitian.

Peneliti memulai intervensi dengan pemberian skala empati sebagai pre-test kemudian

dilanjutkan dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) untuk mengidentifikasi

masalah interaksi dan crosscheck data hasil interview dan observasi di asesmen awal. Dalam

FGD ini juga dilaksanakan interview sebagai alat ukur tambahan untuk mengetahui

perbedaan sebelum dan sesudah pemberian psikodrama berdasarkan jawaban subjek.

Pertanyaan interview mengenai bagaimana interaksi subjek penelitian dengan siswa ABK.

Pertemuan kedua, ketiga, dan keempat peneliti melaksanakan psikodrama dimana peserta

dibagi menjadi 3 kelompok. Ketika satu kelompok melaksanakan psikodrama, 2 kelompok

lain berperan sebagai penonton. Setiap peserta secara bergiliran dalam kelompok harus

menampilkan bagaimana interaksi kesehariannya dengan siswa ABK dan juga harus berperan

sebagai siswa ABK. Setelah semua kelompok tampil, peneliti memberikan feedback dari

kegiatan psikodrama kepada peserta.

Page 23: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

14

Pertemuan kelima kembali diadakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) untuk

mengidentifikasi perubahan interaksi peserta dengan siswa ABK setelah perlakuan

psikodrama. Pada pertemuan tersebut juga diberikan skala empati dan interview sebagai post-

test.

Setelah rangkaian intervensi berakhir, peneliti memasuki tahap analisa data. Data yang

diperoleh dari hasil pre-test dan post-test diinput dan diolah dengan menggunakan program

SPSS for windows ver. 21, yaitu analisis parametrik. Analisis yang digunakan untuk

mengetahui keberhasilan psikodrama adalah Uji-t dengan membandingkan skor sebelum dan

sesudah kegiatan psikodrama.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang dilaksanakan selama empat kali pertemuan akan dipaparkan dengan

tabel-tabel berikut.

Tabel 1. Subjek Penelitian

Jenis Kelamin Jumlah Usia Rata-Rata Skor

Pre-Test

Rata-Rata Skor

Post Test

Laki-Laki 8 anak 12-13 tahun 13,125 17,75

Perempuan 7 anak 12-13 tahun 15 19,71

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa jumlah total subjek 15 anak yang terdiri dari 8 anak laki-

laki dan 7 anak perempuan dengan rata-rata skor pre-test dan rata-rata skor post-test subjek

perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan subjek laki-laki.

Tabel 2. Hasil Uji Pre-Test dan Post-Test

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pretest 14,00 15 2,878 -0,743

Posttest 18,67 15 3,395 -0,877

Tabel 2 menunjukkan rata-rata (mean) skor empati subjek pada sebelum dan sesudah

diberikan psikodrama, dimana sebelum diberikan psikodrama rata-rata skor empati subjek

adalah 14,00 sementara setelah diberikan psikodrama rata-rata skor empati subjek adalah

18,67. Hal ini menunjukkan adanya perubahan skor empati subjek antara sebelum dan

sesudah pemberian psikodrama.

Page 24: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

15

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis

Paired Ddifferences

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Mean Lower Upper T df Sig. (2-tailed)

-4,667 1,915 0,494 -5,727 -3,606 -9,439 14 0,000

Pada tabel 3 diperoleh nilai t hitung sebesar -9,439 dengan sig. 0,000. Karena sig < 0,05 dan t

hitung (-9,439) tidak berada diantara nilai - t tabel dan +t tabel (derajat kebebasan-df 14, taraf

signifikansi 5% = -1,76) maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, artinya skor empati

subjek antara sebelum dan sesudah diberikan psikodrama adalah berbeda. Oleh karena itu

dapat dinyatakan bahwa psikodrama mempengaruhi peningkatan empati siswa reguler

terhadap siswa ABK.

Selain menggunakan skala empati sebagai alat ukur perubahan sebelum dan sesudah

diberikan psikodrama, peneliti juga menggunakan interview dalam kelompok untuk

mengetahui bagaimana perubahan interaksi subjek dengan siswa ABK setelah diberi

piskodrama. Interview sebelum perlakuan menunjukkan bahwa semua subjek penelitian

seringkali mengganggu siswa ABK baik secara verbal maupn non verbal, bahkan beberapa

subjek menyatakan ketidaknyamanannya di kelas karena keberadaan siswa ABK yang dinilai

mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas. Sedangkan interview yang dilaksanakan

setelah perlakuan menunjukkan semua subjek mengaku bahwa intensitas mengganggu siswa

ABK telah berkurang, beberapa subjek juga mengajak bermain dan mengajari teman ABK

mereka, bahkan sebagian kecil dari peserta telah menegur teman reguler lain yang sedang

mengganggu siswa ABK.

Berdasarkan hasil analisis dengan membandingkan nilai mean sebelum dan setelah diberikan

psikodrama, hasil analisis uji hipotesis, dan hasil interview pada subjek menunjukkan hasil

yang mendukung hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu psikodrama dapat

meningkatkan empati siswa reguler terhadap siswa ABK di sekolah inklusif SMP

Muhammadiyah 2 Malang.

DISKUSI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa psikodrama dapat meningkatkan empati siswa reguler

di SMP Muhammadiyah 2 Malang. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan antara skor

empati sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) pemberian psikodrama dan hasil wawancara

pada subjek.

Psikodrama secara umum memiliki unsur terapiutik yang mampu meningkatkan empati

sebagaimana penjelasan Eisenberg (2002) bahwa salah satu cara untuk meningkatkan empati

adalah dengan role play atau bermain peran dan menurut Bennett (dalam Romlah, 2001)

salah satu bentuk bermain peran adalah psikodrama.

Menurut Moreno (dalam Prawitasari, 2011) psikodrama memberikan kesempatan orang

untuk melihat kehidupan pribadi dengan cara pandang berbeda setelah kehidupan pribadi itu

didramakan dan dimainkan oleh orang lain yang berada dalam kelompok bersamanya. Pada

Page 25: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

16

penelitian ini psikodrama dilaksanakan dengan cara siswa reguler sebagai peserta bermain

peran secara bergilir menjadi siswa ABK. Interaksi yang ditampilkan dalam psikodrama

berdasarkan pengalaman yang pernah dialami subjek sebagai siswa reguler ketika

berinteraksi dengan siswa ABK. Sehingga subjek dapat melihat kehidupan pribadinya dengan

cara pandang berbeda dalam hal ini khususnya sebagai siswa reguler yang berinteraksi

dengan siswa ABK di mana subjek mampu memahami bahwa yang selama ini dilakukan

dengan maksud bercanda kepada siswa ABK ternyata sangat mengganggu siswa ABK.

Subjek dalam penelitian ini adalah subjek dengan kategori usia remaja, yaitu dengan

rentangan usia menurut Santrock (2007) berada pada usia 10-13 tahun. Menurut Piaget

(dalam Santrock, 2007) perkembangan kognitif diusia remaja sudah mencapai pada tahap

Operasional Formal, dimana remaja mulai mengembangkan pola berpikir abstrak yang juga

mempunyai implikasi secara emosional. Pada tahap perkembangan kognitif ini

memungkinkan remaja untuk berpikir dalam kerangka apa yang mungkin akan terjadi bukan

hanya yang terjadi. Pada perkembangan ini remaja juga sudah mulai terampil dalam

penyerapan perspektif sosial, mulai mampu untuk memahami sudut pandang orang lain serta

level pengetahuan berbicara menjadi seimbang dengan kedua hal tersebut. Anak yang telah

memasuki masa remaja awal (early adolescence) telah mampu menunjukkan rasa empati

pada teman sebayanya dan pada orang lain. Ditinjau dari kemampuan perkembangan

tersebut, maka tepat jika remaja yang menjadi subjek penelitian ini karena sudah mampu

dalam bepikir secara abstrak untuk memahami sudut pandang orang lain melalui psikodrama.

Sebelum pelaksanaan psikodrama, peneliti memberikan tugas kepada subjek ketika FGD

untuk mengamati bagaimana karakteristik dan perilaku keseharian siswa ABK yang akan

diperankan oleh masing-masing subjek. Ketika mengamati dan mempelajari perilaku siswa

ABK yang akan diperankan, terjadi proses kognitif pada siswa reguler di mana siswa reguler

mulai memahami perbedaan antara mereka dengan siswa ABK. Pemahaman kognitif siswa

reguler tentang siswa ABK lebih dioptimalkan lagi saat sesi akhir di mana peneliti

menjelaskan materi singkat tentang siswa ABK dan keterbatasannya. Ketika bermain peran

dalam psikodrama, siswa reguler yang berperan menjadi siswa ABK akan diganggu oleh

peserta lain yang berperan menjadi siswa reguler sebagaimana interaksi berdasarkan

pengalaman subjek. Hal ini menyebabkan subjek mampu merasakan bagaimana rasanya

diganggu oleh teman-teman reguler lain sehingga terjadi proses afektif di dalam pelaksanaan

psikodrama. Setelah pelaksanaan psikorama dalam setiap sesi, dilaksanakan diskusi

kelompok untuk mengeksplorasi bagaimana perasaan subjek setelah bermain peran. Saat

diskusi inilah proses afektif diperkuat. Semua subjek setelah bermain peran mengatakan

bahwa menjadi siswa ABK ternyata sangat tidak enak karena sering diganggu, diremehkan

dan diperintah oleh siswa lain sehingga mereka menyadari bahwa tindakan mereka selama ini

sangat merugikan siswa ABK.

Berdasarkan uraian di atas, melalui psikodrama peserta mendapat pemahaman secara kognitif

dan afektif mengenai siswa ABK. Hal ini sesuai dengan aspek-aspek yang mempengaruhi

empati menurut Eisenberg (2002) yakni aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif

merupakan komponen yang menimbulkan pemahaman terhadap perasaan orang lain.

Eisenberg (2002) mendefinisikan aspek kognitif sebagai kemampuan untuk membedakan dan

mengenali kondisi emosional yang berbeda. Hal yang paling mendasar pada proses empati

adalah pemahaman adanya perbedaan antara individu dan orang lain. Berdasarkan uraian

tersebut, aspek kognitif dalam empati meliputi aspek pemahaman atas kondisi orang lain.

Oleh karena itu, aspek kognitif sangat berperan penting dalam berempati. Psikodrama dalam

penelitian ini memberikan kesempatan kepada subjek untuk memahami perbedaan antara

Page 26: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

17

subjek sebagai siswa reguler dan siswa ABK yang telah diperankan sehingga memenuhi

aspek kognitif dalam empati.

Aspek afektif yaitu respon emosi yang seolah–olah terjadi pada diri sendiri merupakan dasar

empati. Pada awalnya dalam aspek ini subjek cenderung kurang dapat memahami apa yang

dialami oleh siswa ABK, justru mereka suka mengganggu siswa ABK dan tidak peduli

dengan apa yang dirasakan siswa ABK. Namun setelah bermain peran dalam psikodrama,

subjek mampu merasakan bagaimana tidak enaknya menjadi siswa ABK dan enggan untuk

mengganggu siswa ABK lagi. Jadi dengan psikodrama, siswa reguler dapat memahami dan

merasakan bagaimana menjadi siswa ABK yang sering diganggu dan dijahili oleh teman lain

dan bagaimana keterbatasan siswa ABK dalam berinteraksi sehingga dapat meningkatkan

empati siswa reguler terhadap siswa ABK. Hal ini dibuktikan secara kuantitatif dengan uji

analisis paired sample t-test yang menunjukkan adanya peningkatan empati siswa reguler

terhadap siswa ABK setelah diberikan psikodrama (p = 0.000, p < 0.05 & t hitung = -9.439, t

tabel = -1,76).

Hasil pretest dan posttest skala empati menunjukkan bahwa mean skor empati subjek

perempuan lebih tinggi daripada subjek laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Maite Garaigordobil (2009) dengan judul “A Comparative Analysis of

Empathy in Childhood and Adolescence: Gender Differences and Associated Socio-

emotional Variables”. Penelitian ini mengambil 313 sampel yang berusia antara 10-14 tahun.

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa perempuan mempunyai skor yang lebih tinggi pada

empati, perilaku prososial, perilaku asertif, dan kemampuan kognitif untuk menganalisis

emosi negatif. Sementara itu, laki-laki menunjukkan kecenderungan untuk lebih agresif saat

berinteraksi dengan teman sebayanya.

Penelitian lain yang membahas empati berdasarkan perbedaan gender adalah dari Nicole L.

Cundiff, Joel T. Nadler, dan Alicia Swan (2009) yang berjudul “The Influence of Cultural

Empathy and Gender on Perceptions of Diversity Program” dengan sampel 294 mahasiswa

Midwestern University.hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan dengan empati

yang tinggi terhadap budaya atau etnis mempunya intensitas perilaku yang tinggi untuk

menghadiri dan mempunyai persepsi yang positif terhadap berbagai macam program.

Penelitian psikodrama ini dan penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat

empati perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, subjek cukup antusias dalam mengikuti psikodrama. Hal

ini terlihat dari semangat subjek ketika bermain peran dan ketika melihat kelompok lain yang

tampil. Suasana psikodrama sengaja dibuat santai dan menyenangkan agar subjek yang

termasuk dalam usia remaja menikmati proses psikodrama. Selain itu, proses kelompok

dalam psikodrama juga dianggap penting karena dapat menyampaikan substansi program

secara efektif dengan adanya kehangatan, dukungan, dan kesempatan untuk behubungan

secara individual (Sochet dkk dalam Gerald, 2012). Perlakuan dalam bentuk kelompok ini

sesuai dengan perkembangan sosioemosi pada masa remaja di mana peran kawan sebaya

sangat penting bagi remaja. Dalam psikodrama, subjek dapat saling membentuk konformitas

untuk mengembangkan sikap positif guna meningkatkan empati mereka. Teknik psikodrama

ini memberi kesempatan juga kepada subjek untuk saling berinteraksi baik ketika bermain

peran maupun ketika diskusi sehingga antar subjek dapat saling mendukung terciptanya

dinamika kelompok yang mengoptimalkan tujuan dari pelaksanaan psikodrama. Sehingga

psikodrama tepat sebagai perlakuan untuk mengembangkan sikap positif pada remaja karena

model bermain peran yang menyenangkan dan tidak terlalu serius.

Page 27: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

18

Dengan berbagai kelebihan yang telah dijelaskan sebelumnya, bukan berarti penelitian ini

tidak memiliki kekurangan. Berbagai keterbatasan juga muncul pada penelitian ini terutama

masalah waktu pelaksanaan. Seringkali waktu pertemuan lebih singkat daripada waktu yang

sudah dirancang dalam modul pelaksanaan psikodrama. Hal ini dikarenakan waktu

pelaksanaan psikodrama ketika jeda antara istirahat sholat dhuhur dengan kegiatan

ekstrakurikuler wajib sekolah sehingga pihak sekolah memberikan waktu yang terbatas

kepada peneliti dalam melaksanakan penelitian. Keterbatasan waktu ini cukup mengganggu

penelitian karena menyebabkan peneliti tidak bisa melaksanakan kegiatan psikodrama sesuai

dengan modul yang sudah dirancang sebelumnya. Contohnya pemberian ice breaking yang

dirancang di setiap sesi pertemuan tidak bisa dilaksanakan. Selain itu, peneliti juga tidak

menyusun check list observasi berisi indikator-indikator perilaku peserta yang menjadi alat

ukur peningkatan empati peserta saat bermain psikodrama.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 15 subjek yang terdiri dari 8

subjek siswa laki-laki dan 7 subjek siswa perempuan, maka dapat disimpulkan bahwa

perlakuan psikodrama yang diberikan selama 4 sesi diikuti oleh seluruh subjek, efektif untuk

meningkatkan empati siswa reguler terhadap siswa ABK. Hal ini dibuktikan dengan uji

analisa data dengan paired sample t-test (p = 0.000, p < 0.05 & t hitung = -9.439, t tabel = -

1,76). Setelah pelaksanaan psikodrama, subjek mengaku bahwa intensitas menganggu siswa

ABK berkurang, sebagian subjek mau mengajak bermain dan belajar bersama siswa ABK,

bahkan beberapa subjek sudah mau menegur teman reguler lain yang sedang mengganggu

siswa ABK. Hal ini menjadi pendukung adanya peningkatan empati pada subjek penelitian.

Penelitian perlakuan psikodrama ini dapat efektif dengan kriteria usia subjek dalam

kelompok remaja, jumlah subjek antara 10-15 siswa, perlakuan diberikan minimal 4

pertemuan yang sebelumnya diawali dengan asesmen, pemberian feedback tiap akhir

pertemuuan, dan tempat pelaksanaan yang kondusif.

Implikasi dari penelitian ini diharapkan pihak sekolah inklusif tempat penelitian dan sekolah-

sekolah inklusif lain bersedia menerapkan psikodrama sebagai salah satu solusi alternatif

untuk meningkatkan empati siswa reguler sehingga juga meningkatkan penerimaan siswa

reguler terhadap siswa ABK dan jangka panjangnya tujuan dari penyelenggaraan pendidikan

inklusif dapat tercapai dengan baik. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian

dengan variabel yang sama disarankan untuk menggunakan model perlakuan yang sama

dengan kelompok umur berbeda, atau prosedur pelaksanaan yang berbeda, atau menggunakan

model perlakuan yang berbeda.

REFERENSI

Alfasnue, N.A. (2013). Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosional Melalui Metode

Psikodrama Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sleman. Skripsi: Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Clarke, D. (2003). Prosocial and Anti Social Behavior. New York: Routledge.

Page 28: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

19

Cresswell, John W. (2008). Educational Research (Third Edition). California: Pearson

Prentice Hall.

Cundiff, N. L., Nadler, J.T., & Swan, A. (2009). The Influence of Cultural Empathy and

Gender on Perception of Diversity Program. Journal of Leadership & Organizational

Studies, 16, 97-110.

Direktorat PLB. (2007). Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta :

Depdiknas.

Eisenberg, N. (2002). Empathy and its Development. Cambridge: Cambridge University

Press.

Garaigordobil, M. (2009). A Comparative Analysis of Empathy in Childhood and

Adolescence: Gender Differences and Associated Socio-emotional Variables.

International Journal of Psychology and Psychological Therapy, 9, 217-235.

Gerald, K. (2012). Practical Interventions for Young People at Risk. (Terj. Helly P. S, MA &

Dra. Sri Mulyantini S). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Goleman, Daniel. (2000). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Goleman, Daniel. (2003). Working With Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Goleman, Daniel. (2007). Social Intelligence: The New Science of Human Relationship.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Heward, W. L., & Orlansky, M. D., (1992). Exceptional Children: An Introductory Survey of

Special Education. Columbus, Ohio, U.S.A: Merril Pub Co.

Krevans, J. & Gibbs, J.C. 1996. Parents Use of Inductive Discipline: Relations to Children’s

Empathy and Prosocial Behavior. Child Development, 6, 3263-3277

Latipun. (2002). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Lietz, C. A., Gerdes, K. E., Sun, F., Geiger, J. M., Wagaman, M. A., & Segal, E. A. (2011).

The Empathy Assessment Index (EAI): A Confirmatory Factor Analysis of a

Multidimensional Model of Empathy. Journal of the Society for Social Work and

Research, 2, 104-124.

Loannidou, F. & Konstantikaki, V. (2008). Empathy and Emotional intelligence: What is it

Really About?. International Journal of Caring Sciences, 1, 118-123.

Panuntun, J. G. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Empati Pada Siswa Kelas X

SMK 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Kristen Saya Wacana, Salatiga

Page 29: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

20

Pramono, Affiyani. (2013). Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Melalui Teknik

Psikodrama untuk Mengembangkan Konsep Diri Positif. Jurnal Bimbingan

Konseling, 2, 99-104.

Pramuaji, Krisan Andreas. (2012). Penggunaan Metode Bermain Peran (Role Play) dalam

Meningkatkan Empati Teman Sebaya Siswa Kelas XILD Jurusan Administrasi

Perkantoran di SMK PGRI 02 Salatiga. Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Prawitasari, J.E. (2011). Psikologi Klinis Pengantar Terapan Mikro dan Makro. Jakarta:

Erlangga.

Romlah, Tatik. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri

Malang.

Ryan, K. & Ryan, S.G. (2012). Linking Empathy to Character Via a Service Learning

Endeavor. Journal of Civic Commitment, 18, 1-13.

Santrock, J.W. 2003. Adolescene, sixth edition. (Terj. Shinto B. Adelar & Sherlu Saragih).

Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2007). Adolescene, eleventh edition. (Terj. Benedictine Widyasinta). Jakarta:

Erlangga.

Saripah, I. (2010). Model Konseling Kognitif Perilaku untuk Menanggulangi Bulliying

Peserta Didik.(Studi Pengembangan Model Konseling pada Peserta didik Sekolag

Dasar di beberapa Kabupaten Kota di Jawa Barat). Disertasi. Pogram Pasca Sarjana

Univesitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Strayer, J. & Roberts, W. (2004). Empathy and Observed Anger and Aggression in Five

Years Old. Social Development, 13, 1-13.

Stein, S. J. & Book, H. E. (2002). Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional

Meraih Sukses. Bandung: Kaifa

Taufik (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Umniyah, S. Pengaruh Pelatihan Mindfullness Terhadap Peningkatan Empati Perawat.

Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Page 30: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

21

Lampiran 1 Blueprint Uji Coba Skala Empati

SKALA EMPATI

ASPEK AFEKTIF

NO INDIKATOR PERTANYAAN U/F

1 Kemampuan

merasakan perasaan

orang lain

Saya dapat merasakan kesedihan ketika melihat

teman ABK saya mengalami kesulitan

Ketika melihat teman ABK saya bersedih, saya

malah tertawa

Ketika melihat teman ABK saya marah karena

F

U

F

Page 31: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

22

diganggu teman yang lain, saya juga merasa

marah

Saya senang melihat teman ABK saya yang

marah karena diganggu teman lain

U

2 Kemampuan

menyesuaikan diri

dengan perasaan

atau kondisi orang

lain

Saya merasa sedih ketika melihat teman ABK

saya sendirian di kelas

Saya merasa senang ketika melihat teman ABK

saya diacuhkan oleh teman-teman yang lain

Saya ikut bahagia ketika melihat teman ABK

saya dipuji oleh guru

Saya merasa senang ketika melihat teman ABK

saya diejek oleh teman lain

F

U

F

U

3 Kemampuan

mengkomunikasikan

perasaan secara

verbal

Saya mengucapkan selamat kepada teman ABK

saya ketika dia mendapat nilai yang bagus

Saya tidak perlu mengucapkan selamat kepada

teman ABK saya ketika dia mendapat nilai

bagus

Saya meminta maaf kepada teman ABK saya

ketika saya berbuat kesalahan kepada dia

Saya hanya diam meskipun yang berbuat

kesalahan pada teman ABK saya

F

U

F

U

4 Kemampuan

mengkomunikasikan

perasaan secara non

verbal

Saya bertepuk tangan ketika melihat teman

ABK saya senang

Saya menyuruh teman saya mengganggu teman

ABK

Saya melarang teman saya mengganggu teman

ABK

Saya ikut menertawakan teman ABK saat diejek

teman lain

F

U

F

U

ASPEK KOGNITIF

NO INDIKATOR PERTANYAAN U/F

1 Kemampuan untuk

memahami sesuatu

hal yang dialami

orang lain

Ketika teman ABK saya bercerita mengenai

kesulitannya, saya mampu merasakan apa yang

dirasakannya

Saya kurang mampu memahami bagaimana

rasanya menjadi anak ABK

Saya dapat memahami kesulitan yang dialami

teman ABK dalam belajar

Saya kesulitan memahami perilaku anak ABK

dalam berinteraksi

F

U

F

U

2 Kemampuan untuk Saya memaklumi kesulitan teman ABK untuk F

Page 32: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

23

memikirkan sesuatu

hal yang dialami

dari sudut pandang

orang lain

mengikuti pelajaran di kelas

Saya tida tahu kalau pekerjaan rumah (PR)

cukup sulit bagi teman ABK

Saya mengerti teman ABK kesulitan

mengerjakan petugas rumah (PR) dari guru

Saya tidak mengerti bahwa pelajaran di sekolah

sulit dipahami teman ABK

U

F

U

3 Kemampuan

memberi solusi

terhadap masalah

teman

Saya akan membantu mengajarkan pelajaran

kepada teman ABK saya saat mengalami

kesulitan memahami mata pelajaran tertentu

Saya membiarkan teman ABK saya saat

kesulitan memahmi pelajaran

Saya akan memberi tahu kepada teman ABK

saya bagaimana berinteraksi dengan teman

sebaya

Saya membiarkan teman ABK saya yang

membutuhkan bantuan

F

U

F

U

Keterangan:

F : Favorable

U : Unfavorable

Lampiran 2. Blueprint Skala Empati Penelitian

SKALA EMPATI

ASPEK AFEKTIF

NO INDIKATOR PERTANYAAN U/F

1 Kemampuan

merasakan perasaan

orang lain

Ketika melihat teman ABK saya bersedih, saya

malah tertawa

Saya senang melihat teman ABK saya yang

marah karena diganggu teman lain

U

U

2 Kemampuan

menyesuaikan diri Saya merasa sedih ketika melihat teman ABK

saya sendirian di kelas

F

Page 33: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

24

dengan perasaan

atau kondisi orang

lain

Saya merasa senang ketika melihat teman ABK

saya diacuhkan oleh teman-teman yang lain

Saya ikut bahagia ketika melihat teman ABK

saya dipuji oleh guru

Saya merasa senang ketika melihat teman ABK

saya diejek oleh teman lain

U

F

U

3 Kemampuan

mengkomunikasikan

perasaan secara

verbal

Saya mengucapkan selamat kepada teman ABK

saya ketika dia mendapat nilai yang bagus

Saya tidak perlu mengucapkan selamat kepada

teman ABK saya ketika dia mendapat nilai

bagus

Saya meminta maaf kepada teman ABK saya

ketika saya berbuat kesalahan kepada dia

Saya hanya diam meskipun yang berbuat

kesalahan pada teman ABK saya

F

U

F

U

4 Kemampuan

mengkomunikasikan

perasaan secara non

verbal

Saya bertepuk tangan ketika melihat teman

ABK saya senang

Saya menyuruh teman saya mengganggu teman

ABK

Saya melarang teman saya mengganggu teman

ABK

Saya ikut menertawakan teman ABK saat diejek

teman lain

F

U

F

U

ASPEK KOGNITIF

NO INDIKATOR PERTANYAAN U/F

1 Kemampuan untuk

memahami sesuatu

hal yang dialami

orang lain

Ketika teman ABK saya bercerita mengenai

kesulitannya, saya mampu merasakan apa yang

dirasakannya

Saya dapat memahami kesulitan yang dialami

teman ABK dalam belajar

F

F

2 Kemampuan untuk

memikirkan sesuatu

hal yang dialami

dari sudut pandang

orang lain

Saya memaklumi kesulitan teman ABK untuk

mengikuti pelajaran di kelas

Saya mengerti teman ABK kesulitan

mengerjakan petugas rumah (PR) dari guru

Saya tidak mengerti bahwa pelajaran di sekolah

sulit dipahami teman ABK

F

F

U

3 Kemampuan Saya akan membantu mengajarkan pelajaran F

Page 34: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

25

memberi solusi

terhadap masalah

teman

kepada teman ABK saya saat mengalami

kesulitan memahami mata pelajaran tertentu

Saya membiarkan teman ABK saya saat

kesulitan memahmi pelajaran

Saya akan memberi tahu kepada teman ABK

saya bagaimana berinteraksi dengan teman

sebaya

Saya membiarkan teman ABK saya yang

membutuhkan bantuan

U

F

U

Keterangan:

F : Favorable

U : Unfavorable

Lampiran 3. Hasil Uji Coba Skala Empati

Page 35: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

26

Page 36: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

27

Lampiraan 4. Skala Penelitian

Identitas

Nama :

Jenis Kelamin : L/P

Usia :

Sekolah :

Page 37: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

28

Pada tabel di bawah ini terdapat daftar pernyataan. Berilah pilihan “Ya” atau “Tidak” pada

daftar tersebut. Dalam pengisian pada setiap kolom tidak diperkenankan untuk memiliki

jawaban ganda.

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Saya merasa sedih ketika melihat teman ABK saya sendirian di kelas

2. Saya merasa senang ketika melihat teman ABK saya diacuhkan oleh

teman-teman yang lain

3. Ketika melihat teman ABK saya bersedih, saya malah tertawa

4. Saya membiarkan teman ABK saya yang membutuhkan bantuan

5. Saya membiarkan teman ABK saya saat kesulitan memahmi

pelajaran

6. Saya ikut bahagia ketika melihat teman ABK saya dipuji oleh guru

7. Saya menyuruh teman saya mengganggu teman ABK

8. Saya mengucapkan selamat kepada teman ABK saya ketika dia

mendapat nilai yang bagus

9. Saya mengerti teman ABK kesulitan mengerjakan tugas rumah (PR)

dari guru

10. Saya hanya diam meskipun yang berbuat kesalahan pada teman

ABK saya

11. Saya bertepuk tangan ketika melihat teman ABK saya senang

12. Saya senang melihat teman ABK saya yang marah karena diganggu

teman lain

13. Saya tidak perlu mengucapkan selamat kepada teman ABK saya

ketika dia mendapat nilai bagus

14. Saya meminta maaf kepada teman ABK saya ketika saya berbuat

kesalahan kepada dia

15. Saya melarang teman saya mengganggu teman ABK

16. Saya memaklumi kesulitan teman ABK untuk mengikuti pelajaran di

kelas

17. Saya merasa senang ketika melihat teman ABK saya diejek oleh

teman lain

18. Ketika teman ABK saya bercerita mengenai kesulitannya, saya

mampu merasakan apa yang dirasakannya

19. Saya dapat memahami kesulitan yang dialami teman ABK dalam

belajar

20. Saya tidak mengerti jika pelajaran di sekolah sulit dipahami teman

ABK

21. Saya akan memberi tahu kepada teman ABK saya bagaimana

berinteraksi dengan teman sebaya

22. Saya akan membantu mengajarkan pelajaran kepada teman ABK

saya saat mengalami kesulitan memahami mata pelajaran tertentu

Page 38: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

29

23. Saya ikut menertawakan teman ABK saat diejek teman lain

Lampiran 5. Tabulasi Data

No Nama Pretest Posttest

1 Achmad Syachfir H 8 12

2 Alma Wasiem 15 20

3 Annora Mahsa I 16 22

4 Bagus Bandung J.P 8 13

5 Danang Tejo K. 16 18

6 Fadhil Rahmat N 15 22

7 Fawwas Rayhan F 15 17

Page 39: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

30

Lampiran 6. Hasil Analisa Data

8 Izzah Aulia A 16 23

9 Jasmine Ina H 13 19

10 Nabilah Nur A. 17 21

11 Puguh Hananto 11 17

12 Qumairoh Mursalina 13 17

13 Raffi Yuli Susanti 15 16

14 Rizki Feri A. 16 20

15 Savira Adelevi A. 16 23

Page 40: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

31

Lampiran 7. Modul Penelitian

MODUL PSIKODRAMA

Page 41: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

32

Oleh:

Niki Cahyani

201210230311410

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

Psikodrama merupakan permainan yang memberikan kesempatan kepada peserta untuk

melihat kehidupan pribadi dengan cara pandang berbeda dari sebelumnya setelah kehidupan

pribadi tersebut diperankan oleh orang lain dalam kelompok. Berikut modul pelaksanaan

kegiatan psikodrama :

Page 42: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

33

A. ASESMEN

1. Gambaran Umum

Asesmen merupakan proses untuk melaksanakan penggalian data, hal ini

bertujuan untuk mengetahui data tentang kondisi maupun permasalahan yang

dimiliki oleh peserta. Data hasil asesmen akan dianalisis sebagai bahan untuk

menentukan prosedur pelaksanaan psikodrama. Asesmen ini dilaksanakan

sebelum pelaksanaan psikodrama. Proses asesmen dilakukan kepada siswa reguler

sekolah inklusif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan empati

siswa reguler terhadap siswa Anak Berkebutuhan Khusus (selanjutnya akan

disingkat ABK).

2. Tujuan

a. Melakukan analisa tingkat empati siswa reguler terhadap siswa ABK.

b. Menentukan peserta psikodrama.

3. Metode

a. Interview terhadap orang-orang yang bersangkutan seperti guru yang menjadi

wali kelas dan guru Bimbingan Konseling (BK) serta beberapa siswa reguler

di sekolah inklusif.

b. Observasi secara langsung di sekolah

c. Pemberian skala empati kepada siswa reguler sekolah inklusif.

4. Waktu

Proses asesmen dengan 3 metode ini dilaksanakan di beberapa waktu.

Interview dilaksanakan dengan menyesuaikan waktu luang guru Bimbingan

Konseling (BK) dan wali kelas. Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan

belajar-mengajar sedang berlangsung maupun pada waktu istirahat dengan cara

melakukan observasi di dalam kelas maupun di luar kelas. Asesmen terakhir

berupa pemberiavasi dan skala empati yang diaksanakan setelah proses observasi

dan interview selesai. Asesmen difokuskan untuk mengetahui bagaimana interaksi

antara siswa reguler dengan siswa ABK. Proses asesmen ini dapat dinyatakan

selesai apabila telah mendapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan.

5. Tahapan

Tahap pertama, peneliti mengumpulkan data tingkat kemampuan empati siswa

reguler terhadap siswa ABK dengan melakukan observasi atau pengamatan baik

ketika proses pembelajaran berlangsung maupun ketika istirahat. Tahap kedua,

peneliti melaksanakan interview kepada guru BK, guru wali kelas, dan beberapa

siswa reguler di sekolah inklusif dengan topik interview adalah interaksi siswa

reguler dan siswa ABK di sekolah tersebut. Tahap ketiga, peneliti memberikan

skala empati kepada siswa reguler kelas VII di sekolah inklusif. Tahap keempat,

peneliti menganalisis data-data yang diperoleh dari proses interview, observasi,

dan pemberian skala. Hasil tersebut digunakan untuk menentukan siswa reguler

yang tepat menjadi peserta psikodrama, yakni yang memiliki kemampuan empati

yang rendah terhadap siswa ABK.

B. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

Page 43: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

34

1. Gambaran Umum

FGD dilakukan kepada 15 siswa reguler yang telah ditentukan menjadi

peserta psikodrama melalui asesmen. Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi

interaksi peserta psikodrama dengan siswa ABK secara rinci yang digunakan

sebagai acuan konsep skenario psikodrama. Pada tahap ini peneliti berperan

sebagai fasilitator yang akan mendampingi peserta dalam pelaksanaan FGD dan

mempersiapkan sarana maupun prasarana penunjang yang akan digunakan dalam

pelaksanaan FGD.

2. Tujuan

a. Membangun rapport baik antara peserta psikodrama dengan fasilitator

maupun antar peserta psikodrama

b. Menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman dalam kelompok.

c. Mengidentifikasi interaksi antara peserta psikodrama dengan siswa ABK

d. Menjadi acuan penyusunan konsep skenario psikodrama

3. Metode

a. Ice Breaking

b. Focus Group Discussion (FGD)

4. Waktu

Waktu pelaksanaan FGD dilakukan dalam sekali pertemuan sebelum

pelaksanaan psikodrama.

5. Tahapan

a. Ice Breaking

- Gambaran Umum

Ice Breaking merupakan permainan bertujuan untuk memecahkan

kebekuan sehingga peserta bersemangat dalam mengikuti kegiatan. Pada

tahap ini fasilitator memberikan permainan yang digunakan sebagai media

perkenalan dan pengakraban antara fasilitator dengan peserta dan antar

peserta.

- Tujuan

Menciptakan suasana yang akrab dan nyaman dalam kelompok

Membuat peserta bersemangat dan fokus dalam kegiatan

- Waktu

Pelaksanaan ice breaking ± 15 menit sebelum FGD dimulai.

- Tahapan

Kelompok peserta diminta untuk berbaris membentuk lingkaran

Fasilitator menyalakan musik sambil mengoper bole ke salah satu

peserta dan bola terus berputar diantara peserta. Bola berhenti ketika

fasilitator menghentikan musiknya.

Peserta yang mendapatkan bola diminta untuk memperkenalkan

dirinya secara lengkap yaitu menjelaskan nama, asal daerah, tempat

tanggal lahir, alamat, hobi, cita-cita masing-masing, dan pernyataan-

pernyataan lain yang bisa ditambahkan, kemudian peserta diminta

Page 44: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

35

untuk menceritakan hal yang pernah dialami yang tidak disukai

tentang siswa ABK.

Setelah memperkenalkan diri, peserta diminta untuk mengoper

kembali bola tersebut kepada teman di samping kanan atau kirinya

dan bagi peserta yang sudah mendapat bola harus mundur ke

belakang satu langkah. Hal ini bertujuan agar permainan lebih efektif

dan efisien waktu.

Permainan berkahir ketika semua peserta sudah mendapat giliran

perkenalan diri.

b. Focus Group Discussion (FGD)

- Gambaran Umum

Focus Group Discussion ini dilakukan setelah kegiatan Ice Breaking:

Bola Perkenalan. Pada Focus Group Discussion fasilitator melakukan

pembangunan rapport (pendekatan lebih jauh dengan peserta). Setelah itu

fasilitator mengidentifikasi permasalahan yang pernah dialami oleh siswa

reguler dalam proses interaksi dengan siswa ABK di sekolah dengan cara

memberikan kesempatan pada setiap peserta untuk bercerita. Fasilitator

diharapkan mampu menciptakan suasana yang hangat dan akrab sehingga

para peserta dapat mengungkapkan perasaan dan pemikiran mereka secara

jujur, terbuka, baik dan leluasa.

- Tujuan

1. Peserta dapat mengenal peserta yang lainnya dalam kelompok secara

dekat

2. Fasilitator mampu mengenal peserta secara lebih dekat

3. Mengidentifikasi faktor-faktor permasalahan interaksi peserta dengan

siswa ABK di sekolah

4. Mengetahui permasalahan yang dihadapi peserta dengan berbagai sudut

pandang peserta dalam menyikapinya

5. Hasil FGD menjadi acuan penyusunan konsep skenario psikodrama

- Waktu

Focus Group Discussion (FGD) ini dilakukan satu kai pertemuan dengan

durasi ± 60 menit.

- Tahapan

1. Fasilitator memperkenalkan diri kembali di depan peserta psikodrama. Isi

perkenalannya adalah nama, asal daerah, tempat tanggal lahir, alamat,

hobi dan cita-cita dan pernyataan-pernyataan lain yang bersifat

membangun kondisi yang nyaman dan kondusif bagi seluruh anggota.

Page 45: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

36

2. Fasilitator memberikan waktu apabila ada hal lain yang ingin ditanyakan

tentang informasi fasilitator.

3. Fasilitator mengajak peserta untuk berdiskusi dengan tema sekolah inklusif

secara umum yang kemudian difokuskan kepada permasalahan tentang

interaksi siswa reguler terhadap siswa ABK.

4. Fasilitator menanyakan permasalahan yang pernah dialami oleh peserta

siswa reguler terkait interaksinya dengan siswa ABK.

5. Peserta lain diminta untuk memberikan tanggapan ataupun klarifikasi

tentang hal yang telah diceritakan oleh peserta tersebut.

6. Fasilitator kemudian menyimpulkan secara umum permasalahan yang

terdapat pada interaksi antara siswa reguler dan siswa ABK dan

menyampaikan kesimpulan tersebut sebagai klarifikasi atas permasalahan

yang dialami oleh siswa reguler.

7. Fasilitator dan peserta mendata siswa ABK yang ingin diperankan oleh

masing-masing peserta.

c. Pembentukan Norma Kelompok

- Gambaran umum :

Pembentukan norma kelompok digunakan untuk membuat peraturan

kelompok secara bersama-sama yang melingkupi hal-hal yang boleh

dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama proses

pelaksanaan Psikodrama ini berlangsung. Pembentukan norma kelompok

ini juga berguna untuk keamanan dan kenyamanan peserta selama

pelaksanaan psikodrama.

- Tujuan :

1. Peserta dapat membentuk peraturan dalam kelompok dan mengambil

keputusan untuk kesepakatan secara bersama-sama.

2. Memahami hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh

dilakukan selama kegiatan psikodrama ini berlangsung.

- Waktu :

Waktu pelaksanaan pada tahap ini adalah ± 15 menit setelah fasilitator

mengidentifikasi permasalahan interaksi antara peserta dengan siswa ABK.

- Tahapan :

1. Fasilitator menjelaskan gambaran kegiatan psikodrama secara umum

kepada peserta.

2. Fasilitator menjelaskan pentingnya untuk membuat norma kelompok dan

menawarkan kepada peserta pembuatan norma kelompok.

Page 46: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

37

3. Anggota kelompok diberikan kesempatan untuk memberikan kritik

maupun saran untuk pembentukan norma kelompoknya.

4. Peserta menyepakati norma yang telah dibentuk secara bersama-sama.

5. Fasilitator menuliskan hasil kesepakatan norma kelompok yang telah

dibentuk

6. Peserta diminta untuk dapat mematuhi norma kelompok yangtelah

dibentuk.

7. Fasilitator membacakan kembali norma yang telah disepakati oleh

peserta.

d. Pembagian Kelompok

- Gambaran Umum

Pembagian kelompok digunakan untuk mempermudah pelaksanaan

kegiatan psikodrama dalam pembagian peran.

- Tujuan

1. Peserta dapat mempersiapkan diri sebelum bermain peran dihadapan

peserta lain sehingga pelaksanaan psikodrama diharapkan optimal.

2. Peserta mengetahui urutannya dalam bermain peran.

- Waktu

Waktu pelaksanaan pada tahap ini adalah ± 15 menit setelah pembentukan

norma.

- Tahapan

1. Fasilitator membagi peerta menjadi 3 kelompok secara acak di mana

masing-masing kelompok terdiri dari 5 peserta.

2. peserta diminta berkumpul sesuia dengan kelompoknya dan mengatur

urutan anggota kelompok yang berperan menjadi pemeran utama

(protagonis).

3. Fasilitator mencatat urutan tampilan psikodrama masing-masing kelompok

dan membacakannya kembali.

4. Fasilitator meminta peserta agarmengamati bagaimana kebiasaan dan

perilaku siswa ABK yang akan diperankannya ketika di sekolah.

C. PELAKSANAAN

1. Gambaran Umum

Psikodrama ini dilakukan kepada siswa reguler sekolah inklusif yang telah

ditentukan melalui proses asesmen yang telah dilakukan sebelumnya. Pada tahap

ini peneliti berperan sebagai fasilitator yang akan mendampingi peserta dalam

pelaksanaan psikodrama dan mempersiapkan sarana maupun prasarana penunjang

yang akan digunakan dalam pelaksanaan psikodrama.

2. Tujuan

Page 47: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

38

a. Siswa reguler memahami bahwa siswa ABK berbeda dari dirinya.

b. Siswa reguler mampu menempatkan dirinya pada posisi siswa ABK sehingga

menimbulkan empati dan keengganan untuk mengganggu siswa ABK.

c. Meningkatkan kemampuan empati pada siswa reguler terhadap siswa ABK

3. Metode

a. Ice Breaking

b. Psikodrama

4. Waktu

Waktu yang diperlukan adalah 3 kali pertemuan, dengan rincian sebagai

berikut :

a. Hari Pertama : Ice breaking, psikodrama, pemberian feedback (± 60 menit)

b. Hari Kedua : Ice breaking, psikodrama, pemberian feedback (± 60 menit)

c. Hari Ketiga : Ice breaking, psikodrama, pemberian feedback (± 60 menit)

5. Tahapan

a. Pelaksanaan Psikodrama

- Gambaran Umum

Psikodrama merupakan drama yang dilakukan dalam kelompok

sebagai bentuk pengembangan manusia dengan eksplorasi melalui tindakan

yang dramatis. Setiap peserta menjadi agen penyembuh dalam kelompok.

Semua peran dimainkan secara spontan oleh setiap peserta yang merupakan

cerminan dari kehidupannya sehari-hari dan menggambarkan

permasalahannya. Permasalahan peserta tersebut memiliki hubungan erat

dengan interaksi siswa reguler terhadap siswa ABK. Pada tahap ini salah satu

anggota kelompok diminta untuk melakukan psikodrama menggunakan teknik

pegantian peran (role reversal) yakni berganti peran dengan orang lain dan

melihat hubungan atau konflik melalui sudut pandang orang lain. Sedangkan

cerita yang digunakan dalam psikodrama ini adalah peristiwa-peristiwa yang

pernah dialami secara faktual oleh peserta terkait interaksinya dengan siswa

ABK.

Setiap peserta secara bergiliran diminta untuk bermain peran menjadi

siswa ABK, sedangkan peserta lainnya berperan sebagai siswa reguler seperti

dirinya sendiri pada saat berinteraksi dengan siswa ABK di sekolah, kemudian

peserta diminta untuk merespon hal tersebut. Fasilitator berperan sebagai

pemimpin psikodrama (sutradara) yang bertugas merancang kegiatan,

mengarahkan pelaksanaan dan mengamati berlangsungnya pelaksanaan

psikodrama. Serta memberikan feedback kepada peserta setelah

kegiatanpsikodrama dilakukan.

- Tujuan

Page 48: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

39

1. Setiap peserta memiliki kesempatan untuk berperan menjadi siswa ABK

yang bertujuan untuk membentuk kemampuan dalam pemahaman dan

kemampuan untuk dapat ikut serta merasakan apabila peserta berada dalam

posisi siswa ABK.

2. Meningkatkan kemampuan empati siswa reguler terhadap siswa ABK.

- Waktu

Pelaksanaan psikodrama dilakukan selama 3 kali pertemuan dengan setiap

pertemuan berlangsung selama ± 60 menit.

- Tahapan

1. Setiap kali pertemuan fasilitator hanya memberikan kesempatan satu

kelompok untuk bermain peran dalam psikodrama yang telah dipilih secara

bersama-sama oleh kelompok, sedangkan 2 kelompok lainnya berperan

sebagai penonton (audience) yang juga bertugas memberikan komentar dari

permainan psikodrama yang ditampilkan.

2. Setiap pertemuan sebelum pelaksanan psikodrama, dilakukan briefing

singkat terlebih dahulu antara fasilitator dan seluruh peserta untuk

membahas aktivitas dan setting yang akan diperankan pemeran pembantu

(auxiliary). Setiap peserta akan mendapat giliran untuk berperan sebagai

siswa ABK (protagonist)

3. Pada pelaksanaan psikodrama, siswa yang berperan sebagai protagonist

berperan sebagaimana hasil pengamatannya terhadap siswa ABK yang

diperankan.

4. Setelah menampilkan perannya yang berdasarkan pengalamannya di masa

lalu, protagonist berganti peran menjadi auxilary .

5. Protagonist memberikan kesempatan kepada anggota lain (auxilary) untuk

memainkan peran dari setiap cerita yang ada dalam tema tersebut. Hal ini

bertujuan membantu protagonist mengembangkan sebuah pemahaman

mengenai penilaian dari orang lain terhadap dirinya sendiri mengenai

sebuah kejadian. Setiap peserta yang berperan sebagai auxilari dianjurkan

mengekspresikan dirinya secara spontan berdasarkan pengalaman mereka,

bukan berdasar rekayasa, baik secara verbal maupun non vebal

6. Fasilitator bertugas memberikan semangat pada anggota kelompok yang

sedang menampilkan psikodrama. Apabila terdapat peserta yang merasa

malu atau canggung melakukan psikodrama, fasilitator dan audience

bertugas untuk memberikan dukungan terhadap peserta untuk menampilkan

psikodrama.

7. Pada nantinya respons yang diberikan oleh peserta yang berperan menjadi

auxiliary terhadap siswa yang berperan sebagai siswa ABK (protagonist)

Page 49: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

40

akan membentuk insight tersendiri bagi siswa yang berperan sebagai siswa

ABK. Insight tersebut membantu siswa agar dapat menempatkan dirinya

dalam posisi siswa ABK.

8. Setelah peserta berperan menjadi siswa ABK (protagonist), Fasilitator

memberikan kesempatan kepada tokoh protagonist untuk merencanakan

perilaku yang baru dalam kehidupannya (yang akan dia lakukan jika

berhadapan dengan situasi permasalahan yang sama kembali, yaitu bertemu

dengan siswa ABK di sekolah, antara masih mengganggu siswa ABK atau

membantu siswa ABK) dan fasilitator akan membantu protagonist

mendapatkan gagasan yang lebih jelas mengenai dampak dari perilaku

barunya tersebut, hingga peserta mendapatkan gagasan yang lebih konkret

dan dapat memberikan manfaat baik bagi siswa ABK maupun pada diri

sendiri.

9. Setiap akhir sesi pelaksanaan psikodrama, fasilitator kembali mengadakan

diskusi yang bertujuan untuk memberikan umpan balik (feedback) dari

kegiatan yang telah dilakukan. Setiap peserta diberikan kesempatan untuk

mengemukakan pendapat mengenai perasaannya ketika bermain

psikodrama dan penonton juga berhak memberikan komentar pada akhir

pelaksanaan psikodrama. Fasilitator mengarahkan jalannya diskusi dan

memberikan kesimpulan maupun overview atas kegiatan psikodrama yang

telah dilakukan.

D. EVALUASI

1. Gambaran Umum

Pada tahapan ini fasilitator memberikan overview atas kegiatan psikodrama

yang telah dilakukan, yaitu dari awal proses asesmen sampai akhir kegiatan

psikodrama. Setiap anggota diberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman dan

perasaan mereka baik pada saat pelaksanaan psikodrama maupun setelah mengikuti

psikodrama, mencakup dampak dan efek terhadap diri mereka maupun lingkungan

di sekitar mereka. Serta gambaran apa yang akan mereka lakukan setelah sesi

psikodrama berakhir. Selanjutnya Fasilitator akan memberikan saran bagi mereka

saat berinteraksi dengan siswa ABK di sekolah. Pada tahap ini, peserta juga

memberikan evaluasi atau komentar tentang proses pelaksanaan psikodrama dari

awal sampai akhir dan diminta untuk memberikan saran dan kritikan bagi

fasilitator. Tahapan ini sebagai penutup yang menunjukkan bahwa kegiatan

psikodrama telah berakhir.

2. Tujuan

a. Membimbing peserta untuk mengekspresikan pengalamannya setelah

psikodrama.

b. Memberikan pemahaman kepada peserta tentang manfaat yang diperoleh dari

kegiatan psikodrama.

Page 50: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

41

c. Membantu peserta untuk menerapkan hal-hal yang telah dipelajari dalam

psikodrama pada kehidupan sehari-hari.

d. Menjadi sarana refreshing bagi peserta.

e. Fasilitator mengetahui kekurangan dalam pelaksanaan psikodrama sehingga

dapat menjadi bahan pebaikan pada kegiatan-kegiatan selanjutnya.

f. Mengakhiri kegiatan psikodrama.

3. Metode

a. Ceramah

b. Diskusi

c. Pemberian skala empati

4. Waktu

Waktu pelaksanaan adalah 1 kali yaitu pada pertemuan akhir yang akan

dilakukan selama ± 60 menit.

5. Tahapan

1. Fasilitator meminta peserta untuk berkumpul dan duduk melingkar.

2. Setiap peserta diberi kesempatan untuk menceritakan pengalamannya selama

mengikuti psikodrama.

3. Tugas Fasilitator adalah memulai dan mengarahkan diskusi untuk

memaksimalkan pemberian umpan balik (feedback) dari peserta lain.

4. Tokoh protagonist diberikan kesempatan untuk membuat kesimpulan mengenai

pengalamannya dalam memerankan tokoh yang diperankan tersebut melingkupi

interaksinya dengan auxiliary yang berperan menjadi siswa reguler.

5. Fasilitator memberikan penjelasan secara singkat tentang Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) kepada peserta psikodrama untuk memberikan pemahaman

secara kognitif dan afektif yang bertujuan membangun kemampuan empati

peserta.

6. Fasilitator memberikan skala empati untuk mengetahui peningkatan kemampuan

empati

7. Fasilitator memberikan kesempatan pada peserta untuk memberikan kritik atau

saran kepada fasilitator atas kegiatan psikodrama yang telah dilaksanakan.

8. Fasilitator memberikan motivasi singkat kepada peserta.

9. Fasilitator menutup kegiatan psikodrama.

Page 51: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

42

Lampiran 8.Guide Observasi dan Interview

GUIDE INTERVIEW DAN OBSERVASI

PERTANYAAN UTAMA KETERANGAN

Page 52: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

43

Bagaimana sikap siswa reguler kepada siswa ABK?

Bagaimana interaksi antar siswa reguler di kelas?

Bagaimana interaksi siswa reguler dan siswa ABK di

kelas?

Bagaimana interaksi siswa reguler dan siswa ABK di luar

kelas (saat istirahat)?

Bagaimana interaksi antar siswa ABK?

Bagaimana intensitas komunikasi siswa reguler dan siswa

ABK?

Bagaimana metode pembelajaran di kelas inklusif?

(efektivitas)

Bagaimana perlakuan khusus dari pihak sekolah kepada

siswa inklusif? (fasilitas)

Lampiran 9. Verbatim Focus Group Discussion (FGD)

VERBATIM

NO SUBJEK SEBELUM FGD SESUDAH FGD

1 Achmad Syachfir Saya suka mengganggu dan

nyuruh-nyuruh teman ABK di

kelas

Sekarang mengganggu saya

berkurang, saya ajak main, ajak

diskusi, bercanda. Ya teman ABK

saya anggap seperti teman reguler

INDIKATOR KETERANGAN

Tidak terjadi interaksi antara siswa reguler dan siswa ABK

Siswa ABK berkumpul sendiri dengan siswa ABK

Siswa reguler mengejek/menggoda siswa ABK

Siswa reguler mengacuhkan keberadaan siswa ABK

Siswa ABK kesulitan memahami pelajaran di kelas

Siswa ABK kesulitan mengikuti kegiatan belajar mengajar di

kelas

Page 53: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

44

2 Alma Wasiem Saya suka gangguin teman ABK

karena mereka lucu dan berbeda

dengan teman reguler

Saya negur teman reguler lain yang

mengganggu teman ABK karena saya

sudah merasakan menjadi ABK tidak

enak

3 Annora Mahsa I Saya suka godain teman ABK

karena asyik godain mereka

Saya sudah nggak sering godain

teman ABK lagi

4 Bagus Bandung Saya sering marahin teman ABK

soale sulit dibilangi

Saya tidak gangguin teman ABK

seperti dulu lagi.

5 Danang Tejo K. Anak ABK itu suka marah-

marah sendiri dan senang

mengganggu mereka

Saya kasihan sama teman ABK,

sekarang saya ajak ngobrol dan sholat

bareng

6 Fadhil Rahmat N Saya suka gangguin mereka pas

istirahat

Saya berkurang gangguin teman

nggak kayak dulu lagi

7 Fawwas Rayhan F Saya sering gangguin teman

ABK di kelas

Saya kasihan ketika melihat teman

ABK dibully, saya nggak mau

gangguin lagi tapi saya balas ketika

mereka mengganggu saya

8 Izzah Aulia A Teman ABK sering mengganggu

pelajaran di kelas. Mereka sulit

kalau disuruh diam.

Saya jadi tahu bagaimana rasanya

menjadi teman ABK, jadi kasihan

dan saya jarang ganggu mereka lagi

9 Jasmine Ina H Saya selalu ganggu dan nyuruh-

nyuruh teman ABK

Sekarang lebih care dan lebih

perhatian ke teman ABK

10 Nabilah Nur A. Saya suka mengganggu teman

ABK karena mereka uni dan

beda dengan kita

Saya mau ganggu mereka tapi nggak

jadi karena kasihan, saya ajak

interaksi, bantuin ngerjakan tugas dan

saya negur teman reguler yang

gangguin mereka

11 Puguh Hananto Saya senang kalau ganggu siswa

ABK

Saya jadi lebih care dan jarang

gangguin siswa ABK lagi

12 Qumairoh M Saya suka marahin teman ABK

karena sulit diatur dan tidak bisa

diam kalau di kelas

Saya berkurang gangguin teman

ABK, nggak seperti dulu lagi

13 Raffi Yuli Susanti Saya sering gangguin teman

ABK karena mereka lucu

Saya tidak menggoda teman ABK

lagi, lebih perhatian dan peduli, terus

saya ajak mereka ketika ada kegiatan

14 Rizki Feri A. Saya suka godain teman-teman

ABK, ya karena senang saja

godain mereka

Saya jadi semakin tahu tentang siswa

ABK dan ketika berinteraksi saya

harus hati-hati

15 Savira Adelevi A. Saya jarang interaksi dengan

teman ABK karena nggak

nyambung. Kadang-kadang saya

godain mereka

Saya berkurang godainnya, sekarang

jadi lebih sering berinteraksi,

mengajari pelajaran ke mereka dan

menegur teman reguler lain yang

gangguin teman ABK

Lampiran 9. Dokumentasi

DOKUMENTASI PSIKODRAMA

Page 54: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

45

Page 55: PSIKODRAMA UNTUK MENINGKATKAN EMPATI · PDF fileSurat Izin Penelitian . ... kita tidak hanya keluar dari dalam ... Dalam permasalahan sekolah inklusif ini empati dapat diartikan kemampuan

46