Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

27
Disusun Oleh: Kelompok E2 Jordy – 102011015 Yehiel Flavius Kabanga – Malaura Elfrida Simarmata – Fendy Frans Elya Cohen Manalu – Liza Amanda Saphira – Elly Sonny – Puspa Mayanovi Jonnarita Paulus – Apriandy Pariury – Leni Herliani – PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

description

komunikasi empati

Transcript of Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

Page 1: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

Disusun Oleh:

Kelompok E2

Jordy – 102011015

Yehiel Flavius Kabanga –

Malaura Elfrida Simarmata –

Fendy Frans Elya Cohen Manalu –

Liza Amanda Saphira –

Elly Sonny –

Puspa Mayanovi Jonnarita Paulus –

Apriandy Pariury –

Leni Herliani –

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510

Page 2: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Komunikasi dan Empati yang berjudul : Hal-

hal penting yang mempengaruhi pasien bosan minum obat.

Makalah ini membahas tentang komunikasi dan empati yang bertujuan agar pembaca

lebih mengenal dan memahami komunikasi dan empati yang dilakukan seorang dokter terhadap

pasien. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini adalah berkat bantuan dari

berbagai pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Hartanto selaku tutor / pembimbing yang telah banyak memberi masukan kepada

penulis

2. Orang tua yang sudah banyak mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini

3. Teman-teman yang juga sudah memberikan bantuan kepada penulis dalam

menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat

memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan

peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 14 Oktober 2011

Penulis

Page 3: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

DAFTAR ISI

Judul ………………………………………………………...

Kata pengantar ………………………………………………………...

Daftar isi ………………………………………………………....

Bab 1. Pendahuluan

1.1. Latar belakang ………………………………………………………...

1.2. Tujuan ………………………………………………………...

1.3. Hipotesis ………………………………………………………...

1.4. Butir Penting ………………………………………………………...

1.5. Manfaat ………………………………………………………...

Bab 2. Isi Pembahasan ………………………………………………………...

Bab 3. Penutup

3.1. Kesimpulan ………………………………………………………... .

Daftar Pustaka ………………………………………………………...

Page 4: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hal ini paling sering menjadi topik pembahasan dalam dunia kedokteran maupun

masyarakat adalah kelemahan komunikasi antara dokter dengan pasien atau antara rumah

sakit dengan pasien. Banyak masalah yang dapat terjadi, contohnya pasien merasa bosan

dan berhenti mematuhi pengobatan dalam jangka waktu yang lama, hal ini bukan hanya

disebabkan oleh faktor – faktor yang ada pada diri pasien saja tetapi juga ada faktor-

faktor dari luar yang menyebabkan hal ini dapat terjadi diantaranya faktor komunikasi

dokter – pasien , faktor perilaku, kepribadian, dan apakah informasi yang dijelaskan

dokter menjadi efektif bagi pasien. Masalah – masalah seperti inilah yang biasanya

menyebabkan peningkatan kebiasaan berobat ke luar negeri. Banyak opini menyebutkan,

cara berkomunikasi dokter-pasien di Indonesia kalah jauh dibandingkan dokter-dokter di

luar negeri. Padahal pasien dan dokter di negara kita berbahasa sama, bahasa Indonesia.

Contohnya saja Beberapa pasien mengungkapkan berobat di Singapura sangat puas,

karena dapat berkonsultasi dengan dokter hingga 1 jam. Di Indonesia, seorang pasien bisa

masuk ruang praktek dokter 15 menit saja sudah menjadi hal yang langka. Sebagian besar

hubungan dokter-pasien pun hanya bersifat satu arah sehingga inilah yang menyebabkan

mispresentasi bagi pasien. Berbeda jika seorang dokter menggunakan komunikasi 2 arah

maka semuanya akan bebas dari kendala antara dokter dengan pasien. Komunikasi 2 arah

itu sendiri merupakan pengirim pesan dan penerima pesan yang perannya saling

bergantian. Hal – hal seperti inilah yang di butuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien. Untuk lebih jelasnya lagi akan dipaparkan lebih rinci dan jelas pada isi

pembahasan makalah ini.

Page 5: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ilmiah ini yaitu:

1. Untuk mengerti dan memahami inti dari masalah apa yang menyebabkan pasien

menjadi bosan dan berhenti minum obat dalam jangka waktu yang lama.

2. Untuk meningkatkan komunikasi dengan pasien agar kualitas kesehatan di Indonesia

dapat di perbaiki.

3. Untuk mengetahui dan memahami Komunikasi dan Empati secara umum dan dalam

bidang kesehatan dan kedokteran berdasarkan kasus atau skenario yang ada

4. Untuk dapat menerapkan prinsip Komunikasi dan Empati dalam kehidupan profesi

dan bermasyarakat.

1.3. Hipotesis

Pasien bosan dan berhenti minum obat karena kurangnya komunikasi dokter-pasien,

informasi yang tidak efektif, tidak berperilaku sehat, dan berkepribadian yang kurang

baik.

1.4. Butir Penting

1. Komunikasi Dokter-Pasien

Komunikasi Konseling dan Terapeutik

Komunikasi Efektif

Komunikasi Empati

Verbal

Non-Verbal

Hambatan Komunikasi

2. Perilaku Sehat

3. Kepribadian

4. Informasi Efektif

Page 6: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

1.5. Manfaat

Penulisan ilmiah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai:

1. Literatur bagi mahasiswa kedokteran dalam mempelajari cara-cara berkomunikasi yang

efektif dan memiliki ilmu perilaku yang baik.

2. Setelah lulus dari pendidikan kedokteran dan menjadi seorang dokter, komunikasi dan

empati serta ilmu perilaku ini dapat diaplikasikan dalam pelayanan kesehatannya setiap

waktu.

3. Kita lebih mengerti pentingnya komunikasi dari dokter – pasien.

4. Kita mengetahui cara-cara bagaimana untuk memberikan informasi yang efektif

kepada pasi

5. Kita lebih mengetahui bahwa kita tidak hanya menyembuhkan pasien secara medis tetapi

psikologisnya pun harus kita sembuhkan.

6. Kita menjadi lebih mengenal kepribadian dari pasien lebih dalam dengan membangun

komunikasi yang baik dengan pasien tersebut.

7. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau

institusi pelayanan medis.

8. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan

dokter-pasien yang baik.

9. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.

10. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam

menghadapi penyakitnya.

Page 7: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

BAB 2

ISI PEMBAHASAN

A. Skenario

Pasien laki – laki 35 tahun, datang berobat ke puskesmas dengan keluhan batuk

berdarah. Batuk seperti ini pernah dialaminya 2 tahun yang lalu. Pasien berobat untuk

sakitnya tersebut dan stop obat karena bosan minum obat yang direncanakan dokter akan

berlangsung minimal 6 bulan. Pasien saat ini masih merokok 20 batang per hari.

B. Identifikasi Istilah Yang Tidak Diketahui

Tidak ada

C. Rumusan Masalah

1. Pasien laki – laki 35 tahun dengan keluhan batuk berdarah yang pernah dialaminya pada waktu 2 tahun yang lalu dan pernah berobat namun berhenti berobat karena bosan dengan jangka waktu yang panjang.

2. Pasien saat ini masih merokok 20 batang rokok per hari.

D. Pembahasan Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang

atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi perilaku orang lain.

Stimulus yang diberikan dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa

gerakan, tindakan, atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain,

dan pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang

memberikan stimulus.1Atau komunikasi juga dapat didefenisikan sebagai pengiriman dan

penerimaan pesan oleh dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan

tersebut dapat dipahami.

Agar terjadi komunikasi yang efektif, maka dibutuhkan beberapa unsur-unsur

komunikasi, seperti :

a. Komunikator (source)

Page 8: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

orang atau sumber yang memberikan atau menyampaikan stimulus dalam bentuk

informasi, dll.

b. Komunikan (receiver)

Pihak yang menerima stimulus dan memebrikan trespon terhadap stimulus.

c. Pesan (message)

isi stimulus yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

d. Saluran (media)

alat atau sarana yang digunakan oleh komunikan dalam menyampaikan pesan atau

komunikasi, seperti : mulut (lisan), bunyi-bunyian (kentongan), tulisan (cetakan), sampai

dengan televisi atau internet. Atau biasanya kedua orang tersebut berperan sebagai pembicara

dan juga pendengar, inilah yang disebut komunikasi 2 arah.

Komunikasi kesehatan atau komunikasi dokter – pasien, adalah komunikasi yang dilakukan

oleh dokter dan pasien. Pasien memiliki hak dan kewajiban tertentu, dokter pun demikian.

Hak dan Kewajiban pasien diantaranya :

a. Hak

1. hak akan informasi dirinya

2. hak atas rahasia medik

3. hak untuk persetujuan tindakan medik tertentu

4. hak untuk menolak tindakan medic

5. hak untuk menghentikan pengobatan

b. Kewajiban

1. memberikan informasi yang jujur

2. memberikan kesempatan kepada dokter untuk memeriksa fisik dan mental

3. mematuhi nasihat dokter

4. mematuhi cara-cara pengobatan

5. mematuhi syarat-syarat pengobatan

Sedangkan hak dan kewajiban dokter yaitu :

Page 9: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

a. Hak

1. mendapatkan informasi yang benar

2. melakukan pemeriksaan fisik dan mental

3. menegakkan diagnosis

4. menyusun prognosis

5. memberi terapi

b. Kewajiban

1. menghormati hak pasien

2. menjaga rahasia pasien

3. memberikan informasi yang berkaitan dgn tindakan medis tertentu

4. meminta persetujuan gterhadap tindakan medis tertentu

5. membuat dan memelihara rekam medis

Seorang dokter haruslah mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Dengan komunikasi

yang baik, hubungan dokter dengan pasien akan terjalin dengan baik pula. Dokter harus

mempunyai komunikasi yang baik, agar pasien dapat menerima pesan yang dimaksud oleh

dokter secara baik. Pesan yang diterima pasien juga dapat dibedakan menjadi 3:

-Secara sengaja/tidak sengaja

Sengaja = Dokter bermaksud begitu

Tidak sengaja= Dokter tidak bermaksud begitu

-Secara sadar/tidak sadar

Kita bisa mengirim/menerima pesan secara sadar, tapi mungkin tanpa kita sadari.

-Secara benar/menyimpang

Pesan yang diterima pasien bisa sesuai dengan maksud dokter, tetapi bisa juga

menyimpang dari maksud dokter.

Oleh karena itu, setiap pesan yang telah kita sampaikan haruslah kita klarifikasi kembali

dengan pasien apakah ia mengerti apa tidak. Hal ini bertujuan agar pesan yang dikirimkan

dokter diterima oleh pasien dengan baik

Page 10: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

Pasien dan dokter harus berkomunikasi secara efektif. Komunikasi yang efektif yaitu

komunikasi yang terdiri atas :

1. Komunikasi 2 arah: menjadi pembicara dan juga pendengar

2. Bahasa penerimaan: memahami dan menerima apa adanya

3. Pendengar yang aktif

4. Komunikasi dewasa dan dewasa (saling menghargai, tidak otoriter, tidak mengatur)

5. Caranya: wawancara yang efektif

6. Tujuannya: mendapatkan informasi dan data, dan menyampaikan informasi dan terapi.

Selain itu, terdapat juga Komunikasi Konseling dan Terapeutik. Komunikasi konseling dan

terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang dapat membuat orang lain merasa tertolong

dan lebih baik, terdorong untuk berbicara, mengekspresikan perasaan-perasaan, memiliki

harga diri, mengurangi rasa takut/terancam sehingga merangsang pertumbuhan dan

perubahan yang membangun. Bahasa yang dikomunikasikan dan diperlihatkan baik dalam

bentuk verbal dan non-verbal.

Di dalam komunikasi antara dokter dan pasien, harus didasari rasa empati. Karena empati

adalah kunci komunikasi yang baik. Komunikasi terbagi atas 2 yaitu:

a. Komunikasi Verbal

adalah proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa,

baik lisan maupun tulisan. Di dalam komunikasi verbal diperlukan mendengar aktif, terampil

berdialog, refleksi, assertive, persuasi, memahami perasaan, mengendalikan emosi, dan

empati.

1. Mendengar aktif ( dengar, perhatian, tanggap, rumuskan, bertanya, tahu pokok

permasalahan)

2. Komunikasi secara satu arah dan dua arah. Komunikasi dua arah terjadi apabila

pengirim pesan dan penerima pesan perannya saling bergantian, sedangkan

komunikasi satu arah tidak berganti peran

3. Refleksi yang didengar. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk

mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya. Dalam hal ini kita berikan

kesempatan kepada pasien untuk berbicara mengenai pemikiran yang ia miliki.

Page 11: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

4. Assertive. Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan

pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain. Seorang dokter

harus dapat memberikan suatu alternatif yang lain, tetapi juga tidak lupa untuk

mengormati dan menghargai pasiennya.

5. Persuasi. Dengan kata halus dan tegas mengajak seseorang melakukan sesuatu,

hal membujuk, menanamkan kepercayaan. Sebagai dokter kita harus memiliki

sikap persuasi agar pasien kita dapat lebih nyaman dan dapat menerima suatu

tindakan.

b. Komunikasi Non Verbal

adalah komunikasi proses komunikasi yang menggunakan simbol-sombol atau komunikasi

non lisan. Komunikasi jenis ini tidak menggunakan kata-kata, hanya berupa gerak tubuh,

ekspresi muka, kontak mata, pakaian, gaya rambut, simbol dan paralinguistik.

1. Gesture. Gerakan isyarat tubuh meliputi gerakan tubuh, gerakan mata, cara

menatap, ekspresi wajah, dll.

2. Posisi. Posisi yang dilakukan saar berkomunikasi dapat berhadapan, dapat

menyimpang, membentuk siku. Janganlah berkomunikasi dengan jarak yang

terlalu dekat maupun terlalu jauh. Berikanlah jarak yang sesuai agar komunikasi

dapat berjalan secara lancar dan nyaman

3. Posture. Sikap tubuh yang terlihat dapat menunjukan suatu pandangan tersendiri

bagi pasien, misalnya seorang dokter haruslah memberikan pembawaan yang

santai dan berwibawa, sehingga pasien akan merasa nyaman.

4. Paralinguistik. Perhatikanlah hembusan nafas, perubahan tinggi nada, perubahan

keras suara, kelancaran suara, dll. Penting untuk menyesuaikan perubahan ini

sesuai dengan kondisi dan situasi yang sedang berlangsung.

Hambatan komunikasi

Dalam melakukan komunikasi sehari-hari tentunya akan ada hambatan yang muncul.

Untuk itulah dokter harus bersikap proaktif. Hambatan yang dialami oleh dokter adalah pasien

tidak mendengar apa yang disampaikan oleh dokter. Pasien juga tidak mengerti maksud dari

pesan yang disampaikan oleh dokter. Oleh karena itu, sebagai dokter yang baik, kita harus

mengklarifikasi pesan-pesan yang kita sampaikan. Kita juga harus memiliki kemampuan

Page 12: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

komunikasi yang efektif, dengan menyampaikan pesan secara verbal dan non verbal harus

sejalan, agar pasien mengerti apa maksud yang ingin kita sampaikan. Terkadang pasien juga

tidak setuju atas saran dan nasehat dari dokter. Untuk itu sebaiknya kita harus melakukan

pendekatan secara interpersonal kepada pasien, agar pasien mengerti apa kelebihan dan

kekuarangan dari suatu masalah yang dialaminya. Dengan semikian pasien akan dapat

menyetujui dengan alasan yang benar. Perbedaan budaya juga merupakan salah satu hambatan

yang besar bagi seorang dokter. Oleh karena itu kita harus mempunyai kemampuan komunikasi

secara empati, yaitu komunikasi melalui upaya dalam mengerti, menghayati dan menempatkan

diri kita di tempat orang lain berdasarkan identitas, perilaku, keinginan, perasaan, dan pikiran.

Dalam skenario A, salah satu kendala yang dihadapi adalah komunikasi. Pasien stop

minum obat karena bosan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya komunikasi yang efektif antara

dokter dan pasien. Komunikasi yang efektif akan meningkatkan kepercayaan pasien kepada

dokter. Komunikasi yang efektif juga akan dapat membantu menyampaikan pesan-pesan dokter

sesuai dengan pesan-pesan yang diterima oleh pasien. Oleh karena itu pesan-pesan verbal yang

disampaikan harus sejalan dengan pesan-pesan non verbal. Hambatan komunikasi juga

mempengaruhi sikap pasien. Pasien mungkin tidak mendengar akibat-akibat yang akan ia

peroleh, ataupun pasien tidak menyetujui pengobatan yang diberikan oleh dokter.

Informasi yang efektif

Secara Etimologi, informasi berasal dari bahasa Perancis kuno informacion (tahun 1387) yang

diambil dari bahasa Latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”. Informasi

merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam “pengetahuan yang

dikomunikasikan”. Informasi juga dapat diartikan sebagai data yang telah diolah menjadi bentuk

yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Faktor yang mempengaruhi

informasi efektif adalah ethos. Ethos tediri dari kredibilitas, atraksi, dan kekuatan. Kredibilitas

terdiri dua unsur, yaitu expertise dan trustworthiness. Expertise adalah orang yang ahli dalam

suatu bidangnya, sedangkan trustworthines berhubungan dengan kepercayaan. Kredibilitas

berhubungan dengan prior ethos dan intrinsic ethos. Prior ethos dilihat dari diri seseorang

sebelum menampilkan sesuatu, sedangkan intrsic ethos melihat dari dalam diri seseorang dalam

menyampaikan komunikasinya. Faktor situasional yang mempengaruhi atraksi, yaitu daya tarik

Page 13: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

fisik dan kesamaan antara orang yang berbicara dengan orang-orang yang diajak berbicara. Lima

jenis kekuasaan menurut Raven (1974):

1.Koersif (berdasarkan jabatan yang diperoleh)

2.Keahlian (ahli sesuai dalam bidangnya)

3.Informasional (memberitahu sesuatu hal yang baru)

4. Rujukan (berdasarkan peraturan yang ada)

5.Legal (sesuai dengan undang-undang yang berlaku)

Pengaruh sosial dalam informasi:

1.Internalisasi (mengambil sesuatu dari luar, masuk dalam diri kita, dan kita

memahaminya)

2.Identifikasi (mengidentifikasi diri kita apakah sesuai dengan informasi yang diterima)

3.Ketundukan/compliance (melakukan apa yang telah disampaikan)

Dokter adalah profesional yang berurusan dengan manusia, maka kita harus memberikan

pelayanan profesional yang memenuhi kebutuhan manusia yang paling mendasar. Setiap pasien

ingin didengarkan, diperhatikan dan dihargai. Oleh karena itu hendaklah kita sebagai dokter

memberikan informasi yang efektif kepada pasien. Informasi yang efektif akan dapat

menciptakan hubungan yang baik antara dokter dengan pasien. Pasien puas akan informasi yang

telah disampaikan. Resiko dalam malpraktek pun semakin kecil. Kita harus berbicara secara baik

agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pasien. Sedangkan pasien

harus mendengarkan secara aktif apa yang disampaikan oleh dokter, agar dapat mengerti

maksud-maksud yang ingin disampaikan oleh dokter. Agar informasi menjadi efektif hendaklah

kita sebagai dokter menyampaikan suatu informasi secara singkat. Singkat dalam arti jangan

bertele-tele, langsung kepada poin-poin permasalahan yang ada. Kemudian hendaklah dokter

menyampaikan informasi menggunakan bahasa yang sederhana, jangan menggunakan bahasa

latin, karena pasien nanti tidak akan mengerti informasi yang dimaksud. Dokter juga harus

memperhatikan suara, ekspresi wajah, kontak mata, dan emosi. Suara dokter harus jelas, ekspresi

Page 14: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

wajah menunjukan sikap yang simpatik. Melakukan tatap mata pasien, dan juga mengendalikan

emosi yang dimiliki. Dokter akan mengatasi pasien-pasien yang berbeda-beda, oleh karena itu

dokter harus mengendalikan emosinya dengan baik. Dalam skenario A seorang dokter mungkin

kurang memberikan informasi secara efektif, sehingga pasien menjadi bosan minum obat dan

tidak patuh pada pengobatan-pengobatan yang ada. Kurangnya informasi yang efektif dapat

mengurangi tingkat kepatuhan pasien dalam menjalan pengobatan. Informasi yang disampaikan

harus sejelas mungkin, agar pasien mengerti apa dari resiko yang ia peroleh apabila tidak

menjalani pengobatan dengan teratur. Informasi yang kurang efektif biasanya akan

mempengaruhi pertimbangan seseorang dalam melaksanakan suatu hal.

Perilaku sehat

Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, dan penjagaaan

kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi2. Lima perilaku sehat:

1.Pencegahan. Segala tindakan yang direkomendasikan dilakukan secara sukarela oleh

seseorang yang percaya dirinya sehat dan bermaksud untuk mencegah penyakit atau

ketidakmampuan atau untuk mendeteksi penyakit yang tidak tampak nyata

(asimptomatik). Pencegahan dapat dibedakan secara primer dan secara sekunder.

Pencegahan secara primer berlangsung dengan cara mengurangi atau menghilangkan

faktor resiko. Pencegahan sekunder dengan cara mendeteksi gejala asimptomatik dari

penyakit pada fase awal, contohnya melakukan pemeriksaan jantung. Pencegahan dapat

terjadi secara medis dan non medis. Pencegahan secara medis misalnya imunisasi,

sedangkan pencegahan non medis misalnya menggunakan sabuk pengaman.

2.Perlindungan. Tindakan yang dilakukan seseorang untuk melindungi, meningkatkan,

dan menjaga kesehatan. Tindakan ini dapat berupa tindakan medis maupun non medis.

Contohnya berdoa, minum vitamin, dll.

3.Perilaku sebelum sakit. Tindakan yang dilakukan oleh orang yang tidak yakin akan

kondisi fisiknya. Individu ingin memperjelas arti kondisinya kemudian menentukan

apakah mereka sehat atau tidak. Individu juga bertanya apa yang akan ia lakukan kalau

sakit. Contohnya adalah datang ke dokter.

Page 15: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

4.Perilaku saat sakit. Tindakan yang dilakukan oleh orang yang sakit, baik yang

dilakukan oleh orang lain atau dirinya sendiri. Contohnya adalah kontrol ke dokter.

5.Kondisi sosial. Tindakan yang dilakukan oleh lingkungan sosial agar kesehatan tetap

terjamin. Contohnya adalah pendidikan kesehatan, kompetensi profesional dokter, dll.

Perilaku sehat itu berubah karena ada konsekuensinya. Tiga konsekuensi yang berperan:

1.Reinforcement (peningkatan). Melakukan suatu hal yang membawa kesenangan dan

kepuasan, kemudian diulangi agar mendapatkan kepuasaan lagi. Ada 2 reinforcement

yaitu postive reinforcement ( anak kecil mau sikat gigi karena mendapatkan koin), dan

negative reiforcement (anda makan paracetamol supaya sakit kepala hilang).

2. Extinction (peniadaan), berupaya untuk konsisten, mengganti. Jika konsekuensi yang

mempertahankan perilaku sehat dihilangkan maka akan melemahnya respon. Peniadaan

terjadi ketika tidak ada stimuli yang mempertahankan perilaku sehat. Contohnya, anak

kecil yang mau gosok gigi karena uang, bisa tetap melakukan perilaku sehatnya karena

pujian orang tua karena giginya bagus.

3.Punishment (hukuman), hukuman harus konsisten, apabila tidak konsisten perilaku sulit

diubah. Jika perilaku yang dilakukan membawa konsekuensi yang tidak menyenangkan,

cenderung ditekan. Pembelajaran bisa dilakukan karena mengobservasi perilaku orang

lain. Konsekuensi yang diterima model, mempengaruhi perilaku observer. Contoh,

remaja yang melihat individu merokok dengan nikmat/mendapat perhatian sosial maka

remaja itu terdorong untuk merokok juga, namun sebaliknya jika perokok mendapatkan

hukuman, maka dorongan merokokmya tidak ada.

Tingkatan perubahan perilaku:

1.Prekontemplasi: Belum ada niat perubahan perilaku

2.Kontemplasi: Individu sabar adanya masalah dan secara serius ingin merubah

perilakunya menjadi lebih sehat, tetapi belum siap berkomitmen untuk bertindak.

3.Persiapan. Individu siap untuk berubah dan mengejar tujuannya. Ia duluh pernah

melakukan suatu perubahan tetapi mungkin ia masih gagal.

Page 16: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

4.Tindakan. Individu sudah melakukan perilaku sehat sekurangnya 6 bulan dari sejak

mulai usaha memberlakukan perilaku sehat

5.Pemeliharaan. Individu berusaha untuk mempertahankan perilaku sehat yang telah

dilakukan, yang mungkin berlangsung lama, dan akan ditinjau kembali.

Kepribadian

Kepribadian (personality) merupakan segala tingkah laku yang dimiliki oleh seseorang/individu

sebagai perpaduan yang timbul dari dalam dirinya (internal) dan lingkungan (eksternal) sehingga

menjadi satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu tersebut.(4)

Faktor-faktor pembentuk kepribadian seseorang, dalam hal ini pada kasus pasien yang batuk

berdarah adalah sebagai berikut.  

Faktor keturunan 

Faktor keturunan (biologis) berpengaruh langsung dalam pembentukan kepribadian

seseorang. Beberapa faktor biologis yang penting seperti sistem syaraf, watak, seksual

dan kelainan biologis, seperti penyakit-penyakit tertentu (pasien batuk berdarah).

Faktor lingkungan fisik (geografis)

Meliputi iklim dan bentuk muka bumi atau topografi setempat, serta sumber-sumber

alam, Faktor lingkungan fisik (geografis) ini mempengaruhi lahirnya budaya yang

berbeda pada masing-masing masyarakat.

Faktor lingkungan sosial

1) Faktor keluarga, dimulai sejak bayi yaitu berhubungan dengan orangtua

dan saudaranya. 

2) Lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Suatu warna yang harus

ditegaskan dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat

lainnya.   

Faktor kebudayaan yang berbeda-beda 

Perbedaan kebudayan yang berbeda-beda. Perbedaan kebudayaan dalam setiap

Page 17: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang misalnya kebudayaan di daerah

pantai, pegunungan, kebudayaan petani, kebudayaan kota.  

Kebudayaan dan Pengaruhnya terhadap kepribadian. 

Ciri-ciri dan unsur-unsur kepribadian seseorang individu dewasa sebenarnya sudah tertanam ke

dalam jiwa seseorang anak sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak melalui proses sosialisasi. 

Stuktur kepribadian

id : bahan dasar dari pembentukan psikis dan yang lain.

ego: lapisan psikis yang berhubungan langsung dengan dunia luar

superego : akibat dari ego yang terbentuk.

Kepribadian juga dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Komponen kecerdasan emosional

adalah kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, empati, dan hubungan sosial. Dalam

skenario ini, pasien kurang memiliki kesadaran diri dan motivasi yang baik. Kurangnya

kesadaran akan kesehatan menjadi salah satu masalah yang cukup penting. Oleh karena itu, ia

harus sadar dan memiliki motivasi untuk menjalani suat perubahan. Ego pasien ini cenderung

masih dikuasai oleh kontak dengan dunia luar yang kurang baik. Karakter/watak yang ia miliki,

dipengaruhi dan terbentuk oleh lingkungan sekitar dia yang terbiasa merokok, atau pendidikan

akan kesehatan yang kurang. Oleh karena itu tidak ada suatu motivasi dan niat untuk merubah

kepribadiannya.

Komponen kecerdasan emosional :

kesadaran diri: kemampuan mengenali diri sendiri

mengelola emosi : kemampuan menangani perasaan diri sendiri

motivasi diri : suatu energi dalam diri seseorang yang dapat menolong seseorang

melakukan sesuatu.

empati : kemampuan untuk mampu merasakan perasaan orang lain.

Page 18: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam kasus seperti ini, kita sebagai dokter harus bisa menerapkan konsep-

konsep komunikasi dan empati maupun ilmu perilaku secara efektif karena pasien yang

kita hadapi nantinya maupun dalam diskusi PBL ini memiliki perilaku maupun

kepribadian yang berbeda. Kita harus mengidentifikasi apa yang diinginkan seorang

pasien terhadap kinerja kerja kita. Kita pun harus mengetahui apakah pasien yang kita

tangani ini sudah memahami dan mengerti informasi yang kita berikan dalam hal proses

peyembuhan penyakitnya ke depan. Bukan itu saja, kita juga harus mengontrol pola

hidup pasien tersebut karena kepribadian dari si pasien tidak menentu. Dalam hal

konsultasi pun, pasien harus menceritakan keluhan-keluhan dari penyakitnya secara jelas

supaya ketika kita mendiagnosis penyakitnya, tidak bertentangan dengan kondisi si

pasien. Dengan kata lain, harus ada hubungan timbal balik antara pasien dan dokter.

Pada intinya, komunikasi yang dilakukan oleh dokter dan pasien harus lancar sehingga

informasi yang diberikan efektif, serta dalam memberikan infomasi kita harus

mengetahui terlebih dahulu kepribadian pasien dan pola perilaku kesehatannya supaya

tidak terjadi misrepresentasi. Apalagi dalam kasus yang kita bahas sekarang ini,

pasiennya merasa bosan karena jangka waktu pengobatan yang lama. Semoga makalah

ini bisa menjadi pedoman bagi siapa saja terkhususnya mahasiswa kedokteran.

Page 19: Makalah Pleno E2 Komunikasi Empati