psi sos tugas.docx

10
Ujian nasional dapat memberikan dampak yang baik maupun dampak yang buruk pada psikologi siswa, yang menjadi masalah adalah dampak negatifnya. Salah satunya adalah dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan. Sedangkan menurut Syahril dalam Sonariah (2009) “UN merupakan momok yang telah membuat tingginya tingkat stres”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa, tingginya tingkat stres merupakan bagian dari tekanan fisik dan mental yang sangat luar biasa yang dialami secara merata oleh semua orang yang menempuh pendidikan. Menurut wibowo (2012) Gejala perilaku siswa yang mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi ujian nasional, antara lain gejala phisik, gejala psikis, dan gejala sosial. Gejala phisik meliputi peningkatan detak jantung, perubahan pernafasan (nadi dan pernafasan meningkat), keluar keringat, gemetar, kepala pusing, mual, lemah, ngeri, sering buang air besar dan kencing, nafsu makan menurun, tekanan darah ujung jari terasa dingin, dan lelah. Gejala psikis meliputi perasaan akan adanya bahaya, kurang percaya diri, kurang tenaga/tidak berdaya, khawatir, rendah diri, tegang, tidak bisa konsentrasi, kesempitan jiwa, ketakutan , kegelisahan, berkeluh kesah, kepanikan, tidur tidak nyenyak, berdosa, terancam, dan kebingungan/linglung. Gejala sosial meliputi mencari bocoran soal, mencari kunci jawaban, menyontek, menyalahkan soalnya sulit, dan menyalahkan gurunya belum pernah mengajarkan materi yang diujikan. Kecemasan merupakan kondisi psikologis dan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia pernah mengalami kondisi psikologis ini. Kecemasan sering muncul pada orang yang dianggap normal, meskipun kecemasan merupakan simtom semua psikopathologi terutama neurotik. Kecemasan dan ketakutan biasa merasuki manusia, baik secara individual maupun komunal, sejak mereka memiliki kesadaran, kecuali orang yang dikasihi Allah dan diberi nikmat keimanan. Menurut Freud (Schultz & Schultz, 2005) dalam Herdi dan komalasari (2011) kecemasan adalah komponen utama dan memegang peranan penting dalam dinamika kepribadian seorang individu. Spielberger et al. (1977) menganggap kecemasan sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja

description

psikologi sosial

Transcript of psi sos tugas.docx

Page 1: psi sos tugas.docx

Ujian nasional dapat memberikan dampak yang baik maupun dampak yang buruk pada psikologi siswa, yang menjadi masalah adalah dampak negatifnya. Salah satunya adalah dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan.

Sedangkan menurut Syahril dalam Sonariah (2009) “UN merupakan momok yang telah membuat tingginya tingkat stres”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa, tingginya tingkat stres merupakan bagian dari tekanan fisik dan mental yang sangat luar biasa yang dialami secara merata oleh semua orang yang menempuh pendidikan.

Menurut wibowo (2012) Gejala perilaku siswa yang mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi ujian nasional, antara lain gejala phisik, gejala psikis, dan gejala sosial. Gejala phisik meliputi peningkatan detak jantung, perubahan pernafasan (nadi dan pernafasan meningkat), keluar keringat, gemetar, kepala pusing, mual, lemah, ngeri, sering buang air besar dan kencing, nafsu makan menurun, tekanan darah ujung jari terasa dingin, dan lelah. Gejala psikis meliputi perasaan akan adanya bahaya, kurang percaya diri, kurang tenaga/tidak berdaya, khawatir, rendah diri, tegang, tidak bisa konsentrasi, kesempitan jiwa, ketakutan , kegelisahan, berkeluh kesah, kepanikan, tidur tidak nyenyak, berdosa, terancam, dan kebingungan/linglung. Gejala sosial meliputi mencari bocoran soal, mencari kunci jawaban, menyontek, menyalahkan soalnya sulit, dan menyalahkan gurunya belum pernah mengajarkan materi yang diujikan.

Kecemasan merupakan kondisi psikologis dan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia pernah mengalami kondisi psikologis ini. Kecemasan sering muncul pada orang yang dianggap normal, meskipun kecemasan merupakan simtom semua psikopathologi terutama neurotik. Kecemasan dan ketakutan biasa merasuki manusia, baik secara individual maupun komunal, sejak mereka memiliki kesadaran, kecuali orang yang dikasihi Allah dan diberi nikmat keimanan.

Menurut Freud (Schultz & Schultz, 2005) dalam Herdi dan komalasari (2011) kecemasan adalah komponen utama dan memegang peranan penting dalam dinamika kepribadian seorang individu.

Spielberger et al. (1977) menganggap kecemasan sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah.

Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi psikologis dari kehidupan manusia. Kecemasan merupakan salah satu factor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah.

Kondisi psikologis dalam bentuk kecemasan akan terus meningkat seiring dengan pesatnya kemajuan peradaban material serta jauhnya manusia dari pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Allah swt.

Sedangkan factor lain yang mengganggu psikologi siswa yaitu stress saat menghadapi ujian. Menurut Ansori (2011) definisi stress bagi setiap orang berbeda, namun secara umum stress didefinisikan sebagai pola respon yang ditimbulkan seseorang karena peristiwa atau hal yang mengganggu keseimbangan psikologisnya (Duffy & Atwater, 1990).

Selama ini, stress dianggap selalu memberikan efek negatif terhadap individu- nya namun ternyata ada juga stress yang membawa efek positif bagi individu. Stress yang menimbulkan efek negatif bagi individu disebut distress, yang selalu dialami oleh siswa ketika menghadapi ujian.

Page 2: psi sos tugas.docx

Sedangkan stress yang justru bermanfaat untuk individu adalah eustress. Eustress sangat bermanfaat bagi pengembangan diri kita karena ia membuat kita menjadi lebih fokus dan waspada, mempersiapkan diri lebih baik, serta sadar pada hal-hal yang masih kurang. Eustresslah yang memicu semangat kita dalam melakukan sesuatu secara baik dan benar (Lubis, 2007). Dalam menghadapi ujian, tipe stress inilah yang lebih dapat berperan penting dalam mempersiapkan kondisi psikologis siswa.

Menurut kartika (2011) Ujian Nasional juga memiliki sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif dari ujian nasional salah satunya adalah cara belajar. Dengan adanya ujian nasional ini, siswa akan semangat untuk belajar. Siswa akan mulai bersaing dengan murid yang lain untuk mendapatkan nilai ujian nasional yang lebih tinggi. Sedangkan sisi negatif dari ujian nasional adalah : Siswa harus menyiapkan tenaga ekstra untuk mengikuti les atau bimbingan belajar dan siswa kehilangan waktu untuk bermain.

Sedangkan menurut Wibowo (2012) Siswa yang dinamika psikisnya baik, tidak mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional, dimungkinkan karena :

sudah menguasai materi pembelajaran yang akan di Uji Nasional-kan;

penuh percaya diri, penuh rasa kemenangan, dan keberhasilan, serta siap menghadapi kenyataan.

sugesti diri yang positif akan keberhasilan dalam menghadapi Ujian Nasional.

memiliki kesiapan mental dan phisik dalam menghadapi Ujian Nasional.

menganggap bahwa ujian adalah merupakan hal yang biasa dan harus dilalui dalam proses pembelajaran.

menganggap bahwa lulus atau gagal adalah merupakan yang wajar dalam menghadapi Ujian Nasional.

ingin membuktikan kemampuan yang dimiliki apa sudah bisa mencapai standar kompetensi lulusan secara nasional yang ditetapkan dalam Ujian Nasional.

Sedangkan siswa yang dinamika psikisnya tidak baik akan mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional,dimungkinkan karena:

tidak menguasai materi pembelajaran yang akan di Uji Nasional-kan.

tidak percaya diri,dan tidak siap dan biasa menghadapi kenyataan.

tidak memiliki kesiapan mental dan phisik dalam menghadapi Ujian Nasional.

menganggap bahwa ujian (Ujian Nasional) adalah merupakan hal yang menakutkan.

menganggap Ujian Nasional harus lulus dan jika tidak lulus adalah tabu karena disekolah setiap ujian pasti lulus.

pembelajaran disekolah dianggap belum mencukupi untuk membekali dirinya dalam menghadapi Ujian Nasional.

proses pembelajaran di sekolah tidak menerapkan sistem evaluasi/ujian yang obyektif, berkeadilan,dan akuntabel.

Page 3: psi sos tugas.docx

8. hasil Ujian Nasional akan menentukan kelulusan pada akhir masa studi.

Berdasarkan hasil penelitian Djemari Mardapi dan Badrun Kartowagiranonal (2009), ujian nasional memiliki dampak positif terhadap siswa antara lain: 81% siswa dari sekolah kategori tinggi dan 65% siswa dari sekolah kategori rendah menambah jam belajar. Sebagian besar dari mereka menambah jam belajar sekitar 10 jam/minggu dengan cara mengikuti les di sekolah dan guru berpendapat bahwa dengan danya UN siswa termotivasi untuk belajar.

Sedangkan dampak negatif dari UN pada siswa, ada 41% siswa SMP kategori rendah dan 41% siswa SMP kategori tinggi merasa adanya kelelahan fisik. Sementara itu, 47% guru dari SMP kategori tinggi dan 66% guru SMP kategori rendah mengatakan bahwa UN menimbulkan kelelahan fisik siswa. Selain itu, 34% guru SMP kategori tinggi dan 53% guru SMP rendah mengatakan bahwa UN menimbulkan stress pada siswa.

Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat di atas menunjukkan bahwah ujian nasional memiliki dampak positif dan dampak negative bagi siswa, dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa lebih besar dampak positifnya dari pada dampak negatifnya. Adapun dampak positifnya adalah :

siswa akan semangat untuk belajar.

Siswa akan mulai bersaing dengan murid yang lain untuk mendapatkan nilai ujian nasional yang lebih tinggi.

Sedangkan dampak negatif dari ujian nasional adalah :

1. Siswa harus menyiapkan tenaga ekstra untuk mengikuti les atau bimbingan belajar.

2. Sisi negatifnya yang lainnya adalah, siswa kehilangan waktu untuk bermain.

7. Cara mengatasi rasa cemas atau dampak negatif bagi siswa dalam menghadapi Ujian

Nasional.

Cara mengatasi kecemasan pada siswa, dalam menghadapi ujian nasional yaitu dengan pendekatan social, pendekatan psikologi dan pendekatan edukatif.

Pendekatan social ( peran orang tua )

Menurut ansori (2011), untuk membantu anak-anak mengelola kondisi psikologisnya ketika akan menghadapi ujian, orang tua dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:

Tidak berlebihan menekan anak saat belajar adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan agar anak tidak semakin takut dan tegang ketika mempersiapkan ujian. Ini yang disebut dengan meniadakan stressor.

Mengajak anak berpikir: “Ini sulit, tapi mungkin” daripada “Ini mungkin, tapi sulit.”

Membantu anak untuk berpikir bahwa ujian adalah hal yang penting tapi bukan tidak mungkin dapat dilewati. Pemikiran anak yang berlebihan terhadap ujian adalah salah satu penyebab anak merasa grogi atau tegang sehingga pelajaran yang semula dipahami hilang tiba – tiba saat berada di ruang ujian.

Page 4: psi sos tugas.docx

Berikan dukungan sosial pada anak dan tanamkan pemikiran positif pada anak bahwa ia dapat menghadapi ujian dengan baik tanpa harus merasa khawatir berlebihan.

Mengajak anak untuk beribadah dan berdoa bersama agar semakin tenang ketika mendekati masa-masa ujian.Ketika waktu belajar pun, orang tua dapat mengajarkan dan melantunkan doa sebelum belajar bersama dengan anak.

Pendekatan psikologi

Menurut Wibowo (2012) ada sepuluh jurus kesiapan menghadapi ujian nasional, agar tidak cemas, takut dan stress yaitu :

1. Penguasaan Materi Pembelajaran

2. Meningkatkan Rasa Percaya Diri

3. Meningkatkan Konsentrasi Belajar

4. Mengembangkan Disiplin Diri Dalam Belajar

5. Hidup Teratur Agar Berhasil Dalam Menghadapi Ujian Nasional

6. Mengelola Waktu Belajar Secara Efektif dan Efisien

7. Meningkatkan Produktivitas Belajar dalam menghadapi Ujian Nasional

8. Ketekunan Dalam Belajar

9. Motivasi Diri untuk Berhasil Ujian Nasional

10. Bersikap Positif Terhadap Ujian Nasional

Pendekatan edukatif

Menurut Yudhawati dan Haryanto (2011), cara untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa yaitu :

1. Mencipkan suasana pembelajaran yang menyenangkan

2. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyannya dapat mengembangkan “sense of humor” dirinya maupun para siswanya.

3. Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game” atau “ice break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif.

4. Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus terkurung di dalam kelas.

5. Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat kesulitan yang moderat (tidak terlalu mudah).

Page 5: psi sos tugas.docx

6. Menggunakan pendekatan humanistic dalam pengelolaan kelas, dimana siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru maupun dengan sesame siswa.

7. Guru seyogyanya berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan hadir sebagai sosoknyang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.

8. Mengembangkan system penilaian yang menyenangkan, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri ( self assessment ) atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya.

9. Pengembangan manajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya sarana dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa

10. Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah

Dari keempat pendapat diatas, dapat disimpulakn bahwa banyak cara yang dapat digunakan untuk mencegah dan menghilangkan kecemasan, ketakutan dan steres yang menyebabkan psikologi siswa jadi terganggu yaitu dengan tiga pendekatan. Adapun tiga pendekatan itu yaitu pendekatan social ( Peran orang tua ), pendekatan psikologi ( dalam diri siswa sendiri ), dan pendekatan edukatif ( peran sekolah ).

Cara Menanggulang Dampak Negatif

Dampak Positif

siswa lebih giat belajar

siswa lebih berpikir kritis mengenai masa depan termasuk sekolah yang akan di gapai

siswa lebih semangat untuk bersaing dengan siswa yang lain

siswa lebih berani bertanya dengan guru atau teman lain

semakin cepat pengetahuan maupun pengalaman yang di dapat karena waktu untuk belajar lebih banyak dari sebelumnya jauh dari persiapan Ujian Nasional

Dampak Negatif

siswa mengeluarkan tenaga ekstra untuk mempersiapkan Ujian Nasional

siswa kehilangan waktu untuk bermain atau bersantai

timbulkanya sikap kurang percaya diri dan kegelisahan

habisnya tenaga untuk esok hari karena kebut malam

depresi karena terlalu keras dalam mempersiapkan Ujian Nasional

memicu tindakan untuk bertindak curang

Page 6: psi sos tugas.docx

siswa yang tidak peduli dengan Ujian Nasional kemudian jika tidak lulus akan sangat mengecewakan orang tuanya bahkan berhenti sekolah

Peran Serta

Orang Tua

orang tua berperan untuk :

membimbing siswa, karena siswa dapat lebih semangat dan tidak berani membantah untuk malas belajar

memberi pemahaman bahwa Ujian Nasional bukan hal yang harus ditakuti melainkan hal yang harus dilakukan dengan baik

memberi dukungan kepada siswa

menenangkan pikiran siswa agar tidak stress seperti mengajak bercanda atau melakukan hal positif yang siswa senangi diluar jam belajar

meyakinkan bahwa siswa bisa mengerjakan dengan baik dan membanggakan orang tua

Cara Menanggulagi Dampak Negatif

Meminta do’a restu kepada keluarga, saudara, termasuk guru-guru.

menguasai materi pembelajaran yang akan di Uji Nasional-kan.

Penuh percaya diri, optimis, dan siap menghadapi kenyataan.

Sugesti diri yang positif

siap mental dan phisik dalam menghadapi Ujian Nasional.

Menganggap bahwa ujian merupakan hal yang biasa dan harus dilalui dalam proses pembelajaran.

Meminta penjalasan jika ada materi yang kurang jelas.

Mengatur makanan yang bergizi, jangan melupakan vitamin.

mengatur waktu dengan baik

belajar bertahap, tidak mempelajari setumpuk materi dalam satu waktu

rajin berlatih soal agar dapat mengetahui seberapa potensi siswa dan memperbaiki kesalahannya

UAN mempunyai dampak negatif yang sangat besar terhadap perkembangan mental pelajar Indonesia. Kita dapat mengambil satu contoh nyata, dikutip dari kompas cyber media edisi Juni 2006 seorang siswa SMK di Pontianak memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya lantaran tidak lulus didalam UAN,

Dalam UAN tidaklah cukup untuk merepresentasikan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa secara objektif. Lama kelamaan secara tidak langsung, sistem UAN akan lebih

Page 7: psi sos tugas.docx

condong untuk menghargai pelajar yang mempunyai intelektualitas yang tinggi daripada anak-anak yang mempunyai tingkat intelektualitas sedang dan rendah. Sehingga siswa yang mempunyai tingkat intelektualitas sedang dan rendah akan mengalami suatu perang batin apakah mereka cukup kompeten atau tidak. Dan apabila ini terus berlanjut tidak dapat dipungkiri bahwa akan banyak pelajar Indonesia pada masa mendatang yang akan mengalami penurunan mental yang selanjutnya akan menjadi salah satu pengambat dalam perkembangan pendidikan dan masalah ini sudah bisa digolongkan pada ketidakadilan dalam dunia pendidikan formal

Menurutku,UAN bisa diteruskan bila dijadikan penilaian daerah mana yang belum memenuhi standar dan yang belum. Tetapi, UAN tidaklah perlu dilaksanakan apabila hanya bertujuan untuk standarisasi kelulusan semata. Saya berikan dua contoh ilustrasi dampak yang akan terjadi apabila UAN menjadi stardarisasi kelulusan. Ada seorang pelajar yang rajin dan pintar, tidak pernah bolos, selalu juara, berkepribadian positif akan tetapi, tetapi karena pada malam sebelum ujian, salah satu keluarganya sakit, sehingga harus masuk rumah sakit dan harus menemani, ketika pagi harinya ujian berlangsung dia mengerjakan soal diliputi dengan perasaan was-was, tidak dapat berkonsentrasi penuh dan akhirnya hasil ujiannya dinyatakan gagal. Dan sebaliknya seorang siswa lainnya yang sering bolos, nilainya kurang memuaskan, tetapi pada saat ujian, kebetulan duduk berdekatan dengan anak yang pintar, sehingga dapat mencontek, akhirnya ujiannya dinyatakan lulus. Kita bisa melihat dari dua contoh diatas bahwa sungguh tidak adil apabila Ujian Akhir Nasional harus dijadikan standarisasi kelulusan siswa. Apakah pendidikan seperti ini yang diharapkan pemerintah kita??? ??Apakah pemerintah terlalu mementingkan sebuah nilai?? Apakah di Indonesia ilmu sudah bisa dibayar dengan sebuah nilai ujian???? Seharusnya pemerintah memberi kesempatan kepada sekolah terutama guru untuk menentukan kelulusan karena gurulah yang paling mengetahui proses perkembangan belajar siswa.