PSC KRA Soft Tissue

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor adalah pertumbuhan baru suatu jaringan yang tidak terkontrol, tumor disebut juga neoplasma.Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian) (Dorland, 2002). Soft Tissue Tumor (STT) dapat merupakan suatu neoplasma yang bersifat jinak atau ganas, perbandingan antara yang jinak dan ganas kurang lebih 100:1(Brennan, 2002). Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada (Sjamsuhidajat,2005). 1

description

ikm

Transcript of PSC KRA Soft Tissue

Page 1: PSC KRA Soft Tissue

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor adalah pertumbuhan baru suatu jaringan yang tidak terkontrol,

tumor disebut juga neoplasma.Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang

terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong

jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan

synovial (jaringan di sekitar persendian) (Dorland, 2002). Soft Tissue Tumor

(STT) dapat merupakan suatu neoplasma yang bersifat jinak atau ganas,

perbandingan antara yang jinak dan ganas kurang lebih 100:1(Brennan, 2002).

Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah

yaitu sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di

anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan

sekitar 13%. 30% di tubuh bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding

perut, dan juga pada jaringan lunak dalam perut maupun dekat ginjal atau yang

disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan

1% di tempat lainnya, antara lain di dada (Sjamsuhidajat,2005).

WHO memperkirakan bahwa 84 juta orang meninggal akibat Soft tissue

tumordalam rentang waktu 2005 sampai dengan 2015 di seluruh dunia (Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). Prevalensi soft tissue tumor di

Indonesia adalah 4,3 per 1.000 penduduk. Di Pulau Jawa, kurang lebih

500.000 penderita soft tissue tumor terdiagnosis setiap tahunnya. Angka

tertinggi prevalensi soft tissue tumor di Indonesia terdapat di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta(DIY), yaitu 9,6 per 1.000 penduduk dan angka terendah

terdapat di Maluku yaitu 1,5 per 1.000 penduduk (Sabiston,2010).

Menurut data rawat inap rumah sakit, insidensi tumor tertinggi di

Indonesia secara umum adalah tumor payudara sebanyak 8.082 kasus (18,4%)

(Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia, 2008).Menurut penelitian yang

pernah dilakukan, prevalensi soft tissue tumor berdasarkan provinsi

menunjukkan bahwa ada 5 provinsi yang prevalensi soft tissue tumor melebihi

1

Page 2: PSC KRA Soft Tissue

prevalensi soft tissue tumor nasional yaitu Provinsi DIY sebesar 9.66%,

Provinsi Jawa Tengah sebesar 8.06%, Provinsi DKI Jakarta sebesar 7.44%,

Provinsi Banten sebesar 6.35%, dan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 5.76%

(Ratih Oemiati, 2011).

Di Jawa Tengah sendiri, khususnya di puskesmas Kerjo Kabupaten

karanganyar menunjukkan prevelansi penyakit soft tissue tumor menduduki

peringkat ke 4 penyakit yang sering ditemui di puskesmas tersebut dalam 5

bulan terakhir yang mencapai 661 kasus. Dimana kasus terbanyak terdapat di

usia 14-44 tahun. Dilihat dari letak demografi, wilayah kerjo memiliki banyak

pabrik karet dan hutan karet yang luas, sehingga sebagian penduduknya banyak

yang bekerja di pabrik tersebut. Dimana limbah pabrik karet dapat menjadi

salah satu faktor resiko dari soft tissue tumor.

Tingginya prevalensi kejadian soft tissue tumor sesuai data di atas

maka perlu dilakukan analisis Problem Solving Cycle tentang tatalaksana Soft

Tissue Tumor menurut jenis kelaminpada kelompok umur 15-44 di Puskesmas

Kerjo Kabupaten Karanganyar.

B. Tujuan

MenganalisisProblem Solving Cycle (PSC) tentang tatalaksana Soft Tissue

Tumor menurut jenis kelaminpada kelompok umur 15-44 di Puskesmas

Kerjo Kabupaten Karanganyar.

C. Manfaat

a. Dapat dijadikan bukti empiris tentang kejadianSoft Tissue Tumormenurut

jenis kelaminpada kelompok umur 15-44 di Puskesmas Kerjo Kabupaten

Karanganyar.

b. Dapat dijadikan sumbangan informasi pada tatalaksana Soft Tissue

Tumormenurut jenis kelaminpada kelompok umur 15-44 dalam bentuk PSC

di Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

BAB II

2

Page 3: PSC KRA Soft Tissue

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Kasus-kasus yang terdapat di Puskesmas Kerjo mulai dari kasus bulan

Januari hingga Mei 2014 tersaji di bawah ini. Data-data tersebut

menggambarkan prevalensi dari masing-masing kasus dan digunakan sebagai

pembanding antara kasus yang satu dengan yang lain maupun pembanding

angka kejadian penyakit yang sama setiap bulannya.

Tabel 1: Data 10 Besar Penyakit Januari-Mei 2014

No PenyakitBulan

TotalJanuari Februari Maret April Mei

1.Acute upper respiratory infections of multiple and unspecified sites

371 462 429 292 309 1681

2. Dyspepsia 303 273 239 294 254 1018

3.Other soft tissue disorders, not elsewhere classified

217 135 115 114 118 661

4.Essential (primary) hypertension

310 268 254 282 275 784

5. Allergic contact dermatitis 124 97 110 106 94 471

6. Headache 115 102 92 151 134 557

7. Other arthritis 130 107 166 145 167 573

8.Influenza, virus not identified

91 138 156 121 139 603

9.Influenza due to identified influenza virus

95 113 135 155 112 499

10.Acute nasopharyngitis [common cold]

75 67 108 128 182 531

TOTAL 1831 1762 1804 1788 1784 7378

3

Page 4: PSC KRA Soft Tissue

Tabel 1 menunjukkan data penyakit yang ada di Puskesmas Kerjo

selama bulan Januari hingga Mei 2014. Dari data tersebut didapatkan ISPA

menempati urutan pertama, diikuti dispepsia, hipertensi, soft tissue tumor,

influenza, arthritis, headache, common cold dan dermatitis kontak.

Tabel 2: Data 10 Besar Penyakit Januari-Mei 2014 Berdasarkan Jenis Kelamin

Nama PenyakitJanuari

TOTALFebuari

TOTALMaret

TOTALApril

TOTALMei

TOTAL

L P L P L P L P L P

                               Acute upper respiratory infections of multiple and unspecified sites 162 209 371 182 280 462 201 228 429 142 150 292 129 180 309

Dyspepsia 82 221 303 59 214 273 53 186 239 93 201 294 71 183 254Other soft tissue disorders, not elsewhere classified 55 162 217 30 105 135 20 95 115 18 96 114 23 95 118Essential (primary) hypertension 84 226 310 84 184 268 75 179 254 72 210 282 64 211 275Allergic contact dermatitis 45 79 124 36 61 97 47 63 110 37 69 106 35 59 94

Headache 31 84 115 23 79 102 17 75 92 42 109 151 34 100 134

Other arthritis 29 101 130 27 80 107 41 125 166 43 102 145 46 121 167Influenza, virus not identified 25 66 91 50 88 138 45 111 156 37 84 121 53 86 139Influenza due to identified influenza virus 38 57 95 48 65 113 60 75 135 61 94 155 48 64 112Acute nasopharyngitis [common cold] 22 53 75 25 42 67 46 62 108 53 75 128 71 111 182

TOTAL 573 1258 1831 564 1198 1762 605 1199 1804 598 1190 1788 574 1210 1784

Dari tabel 2 didapatkan temuan bahwa perempuan lebih beresiko

terkena penyakit daripada laki-laki dilihat dari jumlah kunjungan setiap bulan

yang menunjukkan jumlah kunjungan pasien perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki di wilayah Puskesmas Kerjo.

4

Page 5: PSC KRA Soft Tissue

B. Pemilihan Prioritas Masalah

Setelah mengumpulkan data sekunder berupa laporan Puskesmas,

tahap selanjutnya adalah menyusun prioritas masalah. Tahap ini, tidak hanya

menempatkan penyakit dengan kunjungan terbesar sebagai prioritas masalah,

tetapi harus dipandang dari berbagai aspek, seperti peningkatan yang

signifikan jumlah kunjungan dari bulan sebelumnya, adanya kasus berat dari

suatu penyakit, maupun kesenjangan antara jenis kelamin. Selain itu, juga

harus dipertimbangkan dampak masyarakat, perspektif masyarakat,

mortalitas, dan kemudahan penyakit tersebut ditangani.

Di Jawa Tengah sendiri, khususnya di puskesmas Kerjo Kabupaten

karanganyar menunjukkan prevelansi penyakit soft tissue tumor menduduki

peringkat ke 4 penyakit yang sering ditemui di puskesmas tersebut dalam 5

bulan terakhir yang mencapai 661 kasus. Dimana kasus terbanyak terdapat di

usia 14-44 tahun. Dilihat dari letak demografi, wilayah kerjo memiliki banyak

pabrik karet dan hutan karet yang luas, sehingga sebagian penduduknya banyak

yang bekerja di pabrik tersebut. Dimana limbah pabrik karet dapat menjadi

salah satu faktor resiko dari soft tissue tumor.

Tingginya prevalensi kejadian soft tissue tumor sesuai data di atas

maka perlu dilakukan analisis Problem Solving Cycle tentang tatalaksana Soft

Tissue Tumor menurut jenis kelaminpada kelompok umur 15-44 di Puskesmas

Kerjo Kabupaten Karanganyar.

Tabel 3. Daftar Pasien Soft Tissue Tumor berdasarkan Usia dan Jenis

Kelamin

Nama Penyakit

BULAN

Rentang Usia dan Jenis Kelamin

JUMLAH0-7

HR8 - 30 HR < 1 TH

1 - 4TH

5-14 TH

15-44 TH

45 - 54 TH

55 - 64 TH

> 65 TH

L P L P L P L P L P L P L P L P L P

Other soft tissue

JAN 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 6 29 14 42 15 49 19 41 217

FEB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 13 7 28 11 38 10 26 135

5

Page 6: PSC KRA Soft Tissue

disorders, not

elsewhere classified

MAR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 15 3 19 6 40 10 21 115

APR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 5 19 4 20 5 24 4 31 114

MEI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 27 6 18 4 28 8 22 118

C. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu akronim dari strength (kekuatan),

weakness (kelemahan) dari lingkungan internal organisasi, serta opportunity

(kesempatan/peluang) dan threat (ancaman/rintangan) dari lingkungan

eksternal organisasi. Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan

antara faktor eksternal dengan faktor internal organisasi untuk memaksimalkan

kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan dan ancaman. Analisis ini berguna untuk menganalisis faktor-

faktor internal organisasi layanan kesehatan yang memberi andil terhadap

kualitas layanan kesehatan atau salah satunya komponennya dengan

mempertimbangkan faktor-faktor eksternal organisasi layanan kesehatan.

Unsur-unsur dari analisis SWOT sebagai berikut (Azwar, 1996) :

1) Kekuatan

Kekuatan (Strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki

oleh suatu puskesmas, yang apabila dimanfaatkan akan berperan besar dalam

memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan

yang dimiliki oleh puskesmas itu sendiri.

2) Kelemahan

Kelemahan (Weakness) adalah berbagai kelemahan yang bersifat khas, yang

dimiliki oleh suatu puskesmas, yang apabila diatasi akan berperan besar tidak

hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

puskesmas tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh puskesmas.

3) Kesempatan

Kesempatan (Opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi

oleh suatu puskesmas yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar peranannya

dalam mencapai tujuan puskesmas.

4) Hambatan

6

Page 7: PSC KRA Soft Tissue

Hambatan (Threat) adalah kendala yang bersifat negatif yang dihadapi

oleh suatu puskesmas yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya

dalam mencapai tujuan puskesmas.

Tabel 4. Analisis SWOT Soft Tissue Tumor di Puskesmas Kerjo

SW

OT

S

1. Kesadaran masyarakat untuk

berobat cukup baik terbukti

dengan banyaknya data

kunjungan ( 661 kunjungan

selama Januari – Mei 2014)

2. Adanya program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN)

dengan paradigma sehat yang

telah tersistem untuk upaya

penanggulangan suatu penyakit

3. Terjangkaunya pelayanan

kesehatan (pustu/pusling)

W

1. Belum tersedianya bagian

khusus di puskesmas yang

mengurus masalah soft

tissue tumor

2. Tidak tersedianya sarana

prasarana untuk deteksi

dini soft tissue tumor

O

1. Adanya kerjasama antara

puskesmas dengan pelayanan

kesehatan lain khususnya

dalam deteksi dini soft tissue

tumor.

2. Terdapat peran serta bidan

wilayah dan masyarakat dalam

menjadi kader.

3. Adanya peran serta

masyarakat dalam upaya

SO

1. Memaksimalkan

kerjasama dengan UPK lain

dalam deteksi dini soft tissue

tumor

2. Memaksimalkan

kerjasama dengan UPK lain

dalam pendataan pasien dengan

soft tissue tumor

3. Perbaikan sistem

pencatatan dan pelaporan agar

WO

1. Menyediakan bagian khusus

yang mengurus masalah soft

tissue tumor.

2. Menyediakan sarana

prasarana untuk deteksi dini

soft tissue tumor.

3. Pemberian pelatihan kepada

tenanga puskesmas untuk

menambah tenaga yang

paham soft tissue tumor.

7

Page 8: PSC KRA Soft Tissue

kesehatan berupa posyandu lebih baik dan teratur

T

1. Tidak adanya dana dan

fasilitasi dari pemerintah untuk

program deteksi dini soft

tissue tumor

2. Pengetahuan masyarakat yang

masih kurang tentang soft

tissue tumor

3. Kondisi ekonomi masyarakat

yang tergolong rendah

4. Terdapat kultur dalam

masyarakat setempat bahwa

soft tissue tumor adalah

penyakit yang menakutkan,

tidak dapat disembuhkan dan

bersifat membunuh

ST

1. Penyediaan dana dan

fasilitas secara optimal untuk

menanggulangi prevalensi soft

tissue tumor

2. Peningkatan penyuluhan

tentang definisi, faktor resiko,

gejala, tanda bahaya,

pemeriksaan, pengobatan dan

pencegahan soft tissue tumor

3. Pendekatan personal oleh

petugas kepada pasien dengan

soft tissue tumor dan

keluarganya

WT

1. Memasyarakatkan screening

dan surveilance petugas

secara kontinyu

2. Mendorong masyarakat untuk

mau memeriksakan diri ke

Puskesmas atau sarana

kesehatan terdekat jika ada

gejala dan keluhan mengenai

soft tissue tumor

3. Menyelenggarakan

penyuluhan tentang kesehatan

lingkungan dan pola makan

dalam upaya pencegahan

terjadinya soft tissue tumor.

8

Page 9: PSC KRA Soft Tissue

BAB III

PENETAPAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH

A. Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah menentukan masalah yang akan diprioritaskan di Puskesmas

Kerjo, perlu dilakukan peninjauan penyebab masalah tersebut. Analisis

tinjauan tersebut didapatkan melalui data primer maupun sekunder. Data

primer didapat dari hasil wawancara dengan salah satu pasien soft tissue tumor

beserta keluarganya dan data sekunder didapat dari data puskesmas yang

berhubungan dengan terjadinya soft tissue tumor. Hasil analisis tersebut kami

kembangkan dalam bentuk diagram tulang ikan yang menunjukkan analisis

sebab akibat terjadinya soft tissue tumor.

9

Lingkungan

Soft tissue tumor

PengetahuanMasyarakat

Pengetahuan masyarakat mengenai gejala/tanda awal soft tissue tumor masih rendah

Paparan asap pengolahan di pabrik karet

Pencemaran lingkungan akibat limbah pabrik

PerilakuMasyarakatat

Kebiasaan merokokPola makan yang tidak sehat (makanan instant, makanan yang dibakar, berpengawet)Faktor genetik dan hormonal

Sosial EkonomiLayanan Kesehatan

Taraf ekonomi yang tergolong menengah kebawah

Kurangnya jumlah SDM dan sarana prasarana di puskesmas

KIE belum optimal

Page 10: PSC KRA Soft Tissue

Berdasarkan diagram tulang ikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa

penyebab masalah yang berperan terhadap kurangnya penemuan kasus soft

tissue tumor di wilayah kerja Puskesmas Kerjo. Setelah menganalisis

penyebab masalah utama, yakni soft tissue tumor, langkah selanjutnya

adalah menyusun jalan keluar dari setiap penyebab masalah yang ada.

Alternatif jalan keluar tersebut tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah Penyebab Alternatif Jalan Keluar

Kurangnya deteksi dini dalam penemuan kasus soft tissue tumor

1. Petugas medis (Man)- Pengetahuan- KeterampilanMasyarakat

- Pengetahuan- Kesadaran

- Pelatihan petugas kesehatan mengenai deteksi dini soft tissue tumor

- Penyuluhan mengenai definisi, faktor resiko, gejala, tanda bahaya, pemeriksaan, pengobatan dan pencegahan soft tissue tumor

2. Sumber dana (Money)- Alokasi dana dari

pemerintah- Alur permintaan

dan penyaluran yang rumit

- Penetapan prioritas alokasi dana lebih besar untuk keperluan deteksi dini soft tissue tumor

- Pendekatan kepada pemerintah untuk memudahkan pencairan dana

3. Waktu (Minutes):- Keterbatasan

waktu

- Perlunya peningkatan kesadaran untuk melakukan deteksi dini soft tissue tumor jika ada tanda atau gejala awal yang muncul

- Perlunya tenaga tambahan yang khusus untuk melaksanakan deteksi dini soft tissue tumor

4. Metode (Methode) :- Pendekatan yang

- Perlunya edukasi pada masyarakat mengenai pencegahan terjadinya soft tissue tumor

10

Page 11: PSC KRA Soft Tissue

kurang kepada masyarakat

- Perlunya edukasi pada pasien dengan soft tissue tumor dan keluarga mengenai tata laksana

5. Pengawasan (controlling)- Kurangnya

pengawaasan

- Perlunya dilakukan inspeksi dan evaluasi pelaksanaan deteksi dini soft tissue tumor

6. Pelaksanaan (Actuating)- Kurangnya

realisasi penyuluhan

- Peningkatan kesadaran petugas kesehatan akan pentingnya deteksi dini soft tissue tumor

- Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini soft tissue tumor

7. Lingkungan (environmetnt)- Ketidakpedulian

masyarakat

- Penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya hidup bersih dan pola makan yang sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh

11

Page 12: PSC KRA Soft Tissue

B. Pemilihan Alternatif Intervensi yang Terbaik

Tabel 6. Pemilihan Prioritas Pemecahan Masalah

No Cara Pemecahan Masalah

EfektivitasEfisiensi

(C)

Prioritas

= C

MxIxVM I V

1 Penyuluhan 5 5 5 3 41,67

2Penambahan jumlah tenaga kerja dan kader deteksi dini soft tissue tumor

2 3 2 5 2,4

3 Pelatihan kader 5 4 4 3 26,67

5Meningkatkan kerjasama dan komunikasi efektif dengan UPK lain

3 3 3 3 9

6

Menjaga kebersihan lingkungan

dan pola makan yang sehat untuk

meningkatkan daya tahan tubuh

4 3 3 5 7,2

Kriteria efektivitas :

M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)

I = Importancy (pentingnya jalan keluar)

V = Vulnerability (sensivitas jalan keluar)

Kriteria efisiensi :

C = Efficiency – Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin

tidak efisien)

12

Page 13: PSC KRA Soft Tissue

Prioritas pemecahan masalah yang dipilih adalah penyuluhan

karena memiliki nilai paling tinggi yaitu 41,67. Memiliki magnitude dan

importancy yang tinggi serta cost-effectife (Anwar, 1996).

.

13

Page 14: PSC KRA Soft Tissue

BAB IV

PLAN OF ACTION

Dari hasil pemilihan prioritas jalan keluar dipilih bentuk kegiatan berupa

sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut ditujukan guna meningkatan kesadaran

dan pengetahuan masyarakat yang lebih mendalam mengenai penyakit soft tissue tumor,

Sosialisasi ini menggunakan slide presentasi dan leaflet yang menarik guna

mempermudah penyampaian materi kepada masyarakat. Berikut ini merupakan rencana

persiapan yang dibutuhkan :

1. Tujuan : Meningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat

diwilayah kerja Puskesmas Kerjo.

2. Sasaran : Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kerjo.

3. Metode : Pemberian informasi dan penyuluhan dengan

menggunakan

Media cetak (leaflet dan postur) maupun media

elektronik yang menarik

4. Materi : Pengetahuan tentang penyakit soft tissue tumor berupa

gejala, cara

penularan, bahaya dan pengobatan.

5. Waktu dan lokasi : Senin, 13 Juni 2014. Lokasi : Kecamatan Karanganyar

6. Pelaksana : Dokter muda IKM 476 Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret

7. Biaya :

Tabel 7. Perkiraan Biaya yang Diperlukan untuk SosialisasiNo Pengeluaran Satuan Harga Jumlah

14

Page 15: PSC KRA Soft Tissue

1 Pamflet 100 Rp500,00 Rp50.000,00

Jumlah Rp50.000,00

8. Mekanisme Kegiatan: Penyuluhan dilaksanakan dengan menggunakan media

elektronik dan media cetak. Setelah materi

disampaikan, para peserta diberikan kesempatan untuk

bertanya. Dengan demikian, para peserta diharapkan

dapat memahami materi yang disampaikan.

15

Page 16: PSC KRA Soft Tissue

DAFTAR PUSTAKA

Brennan M.F., Lewis J.J. 2002. Diagnosis and Management of Soft Tissue Sarcoma. Martin Dunitz Ltd : United Kingdom.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012

Dorland, W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta.

Ratih Oemiati, Ekowati Rahajeng, Antonius Yudi Kristianto. 2011.Prevalensi tumor dan beberapa faktor yang mempengaruhinya di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

 Sabiston. 2010. Buku Ajar Bedah, bagian 2. EGC: Jakarta.

Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia, 2008

Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D. 2005. “Soft Tissue Tumor”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC: Jakarta.

Weiss S.W., Goldblum J.R. 2008. Soft Tissue Tumors, Fifth Edition. Mosby Elsevier: China.

16