PSC 427A

download PSC 427A

of 34

Transcript of PSC 427A

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis atau dikenal dengan TBC di Indonesia merupakan salah satu penyakit menular paling berbahaya dengan tingkat kematian tertinggi. Indonesia adalah negara dengan TBC paling parah di dunia setelah India dan Cina (Amin, 2007) . Dewasa ini, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi

Mycobacterium tuberculosis. Sekitar 8 juta penderita baru TB di seluruh dunia setahunnya dan hampir 3 juta orang yang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Paling sedikit satu orang akan terinfeksi TB setiap detik. Setiap 10 detik akan ada satu orang yang mati akibat TB di dunia (Aditama, 2002). Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004,

tuberkulosis merupakan penyebab kematian ketiga tertinggi di Indonesia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit pernafasan akut

(PDPI,2006). Diperkirakan secara kasar terdapat 130 penderita baru TB paru dengan BTA positif setiap 100.000 penduduk Indonesia (Depkes RI, 2009). Sedangkan tahun 2007, prevalensi nasional TB Paru di Indonesia adalah sekitar 0,24 % (Amin, 2007). Menyadari begitu pentingnya pencegahan dan pemberantasan TB Paru di Indonesia, maka Depkes RI menetapkan suatu program penemuan kasus TB Paru BTA (+) dengan target dalam pencapaian penemuan kasus BTA (+) yaitu sebesar 70 % dari perkiraan jumlah penderita paru BTA (+) (Depkes RI, 2009). Salah satu program pokok Puskesmas Kerjo adalah Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit yang juga mencakup pencegahan dan

pemberantasan TB Paru. Jumlah Penderita TB Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kerjo adalah sebagai berikut :

1

Tabel 1. Pencapaian Penemuan Kasus TB Paru di Puskesmas Kerjo Tahun Target TB BTA (+) 2008 2009 2010 2011 38 38 40 40 21 23 23 27 TB BTA (+) % penemuan kasus TB Paru BTA (+) 55,26 60.52 57.5 67.7

(Data sekunder Puskesmas Kerjo, 2011; Data Sekunder DKK Karanganyar, 2011) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pencapaian penemuan kasus TB Paru BTA (+), belum mencapai angka yang diharapkan yaitu 70 % dari perkiraan jumlah penderita TB Paru yang dinyatakan positif (Depkes RI, 2009; Dinkes Jawa Tengah, 2005). Hal ini menunjukkan belum maksimalnya hasil yang didapat dari program Unit P2P dalam menangani kasus TB Paru. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin menganalisis kesenjangan antara pencapaian penemuan kasus TB Parudengan target di wilayah kerja Puskesmas Kerjo.

B. Perumusan Masalah Mengapa terjadi kesenjangan antara penemuan kasus TB Paru BTA (+) dengan target yang telah ditetapkan oleh Depkes RI?

C. Tujuan Pemecahan Masalah 1. Untuk meningkatkan capaian penemuan kasus TB Paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar.

2

2. Untuk

meningkatkan

dan

mempertahankan

keberhasilan

program

pencegahan dan pemberantasan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar. D. Manfaat 1. Ilmu pengetahuan: a. Menambah pengetahuan mengenai program-program pencegahan dan pemberantasan TB Paru b. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan TB Paru. 2. Penyusunan kebijakan Memberikan informasi kepada penyusun kebijakan mengenai faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan TB, serta memberikan alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan keberhasilan program pencegahan dan

pemberantasan TB Paru 3. Pelaksanaan kebijakan Memberikan alternatif pemecahan masalah kepada pelaksana kebijakan untuk menghadapi kendala di lapangan dalam rangka mengatasi kesenjangan pencapaian penemuan kasus TB paru dengan target yang telah ditetapkan Depkes RI.

3

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Problem Solving Cycle Metode pemecahan masalah yang dipakai adalah metode Problem Solving Cycle (PSC), meliputi langkah-langkah sebagai berikut : a. Menetapkan prioritas masalah dengan teknik kajian data b. Menentukan prioritas jalan keluar c. Melakukan upaya pemecahan masalah Karakteristik pokok dari PSC yang harus dipenuhi yaitu : a. Berkesinambungan Dalam menyelesaikan suatu masalah problem solving cycle tidak hanya melihat secara retrospektif tetapi juga secara prospektif, sesuai dengan paradigma sehat yaitu mengutamakan promotif, preventif tanpa mengurangi kuratif dan rehabilitatif. Penyelesaian masalah tersebut dilakukan berkesinambungan

dimana masalah yang belum diselesaikan berusaha diselesaikan pada tahap berikutnya dan begitu seterusnya. b. Obyektif Karakteristik obyektif adalah yang menunjuk pada standar yang telah ditetapkan. c. Terpadu Karakteristik terpadu adalah menunjuk pada penyelesaian masalah yang dilaksanakan secara terpadu, dengan melihat secara komprehensif dan holistik, melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Sehingga masalah kesehatan bukan hanya merupakan tanggung jawab Puskesmas sebagai pelaksana Primary Health Care (PHC).

4

d. Sistematis Sistematis berarti menganalisis permasalahan dari satu sisi dan dari sisi yang lain yang masih ada titik sambungnya dengan permasalahan yang dihadapi. (Azwar A, 1996) Untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung serta menghambat dari permasalahan cakupan penemuan TB paru BTA (+), dilakukan kajian secara seksama dengan analisis SWOT dengan unsurunsur sebagai berikut (Azwar A, 1996): 1.) Kekuatan Yang dimaksud dengan kekuatan (Strength) adalah berbagai kelebihan yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila dimanfaatkan akan berperan besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi. 2.) Kelemahan Yang dimaksud dengan kelemahan (Weakness) adalah berbagai kelemahan yang bersifat khas, yang dimiliki oleh suatu organisasi, yang apabila diatasi akan berperan besar tidak hanya dalam

memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki oleh organisasi. 3.) Kesempatan Yang dimaksud dengan kesempatan (Opportunity) adalah peluang yang bersifat positif yang dihadapi oleh suatu organisasi yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

5

4.) Hambatan Yang dimaksud dengan hambatan (Threat) adalah kendala yang bersifat negative yang dihadapi oleh suatu organisasi yang apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi.

2. Profil Puskesmas Kerjo a. Profil Puskesmas Kerjo merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Karanganyar yang terletak paling utara dan berbatasan dengan Kabupaten Sragen, dengan luas wilayah kerja Puskesmas Kec. Kerjo 4682,275 km2. b. Visi, misi, dan strategi 1.) VISI Menjadi institusi pelayanan kesehatan yang unggul di tahun 2010 untuk dapat diminati di seluruh lapisan masyarakat, khususnya di wilayah Kecamatan Kerjo. 2.) MISI a) Meningkatkan sumber daya manusia. b) Meningkatkan profesionalisme pelayanan. c) Menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat luas. 3.) STRATEGI a) Pemenuhan tenaga dan meningkatakan sumber daya tenaga kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan. b) Penyediaaan sarana kesehatan sesuai standar pelayanan

kesehatan yang berlaku . c) Pengelolaan sumber dana yang efektif, efisien dan tepat guna.

6

c. Keadaan umum dan lingkungan

Gambar 1. Peta Puskesmas Kerjo (Sumber Data: Data Primer, 2010) 1.) Batasan Wilayah Bagian Timur Bagian Utara Bagian Barat : Kecamatan Jenawi : Kabupaten Sragen : Kecamatan Mojogedang

Bagian Selatan : KecamatanNgargoyoso 2.) Kondisi geografis Keadaan wilayah kecamatan Kerjo terdiri dari pegunungan dengan ketinggian daerah sekitar 500 m dari permukaan air laut, dan Kecamatan Kerjo terletak di utara dari Kabupaten Karanganyar. 3.) Luas Wilayah Kecamatan Kerjo terbagi menjadi 10 desa , antara lain adalah : - Desa Kutho - Desa Tawangsari - Desa Ganten - Desa Gempolan - Desa Plosorejo - Desa Karangrejo - Desa Kwadungan : 635,332 km2 : 677,044 km2 : 299,107 km2 : 605,169 km2 : 592,337 km2 : 567,970 km2 : 229,985 km2 7

- Desa Botok - Desa Sumberejo - Desa Tamansari

: 324,297 km2 : 443,935 km2 : 307,104 km2 + : 4682,275 km2

--------------------------------------------------------------------------------

Luas Kecamatan 4.) Demografi

Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Kerjo tahun 2009 sebanyak 37.723 jiwa. Jumlah KK adalah 10.140. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di kecamatan Kerjo sebagai petani atau buruh tani. d. Sarana 1.) 2.) Puskesmas Induk Puskesmas Pembantu 3.) 4.) 5.) 6.) 7.) 8.) Pustu Ganten Pustu Botok Pustu Tawangsari Pustu Plosorejo :5 :1 :4

Polindes Polindes Desa Kutho

Polindes Desa Kwadungan Polindes Desa Tamansari Polindes Desa Karangrejo Polindes Desa Gempolan :2 : 26 Tempat : 68 Tempat :1 : 1 ( Poskes Ngasem )

Pusling / Mobil Posyandu Lansia Pokjanal RawatInap Pos Kesehatan

e. Jenis Pelayanan Puskesmas Kerjo 1.) 2.) Pelayanan pengobatan umum Pelayanan pengobatan gigi 8

3.) 4.) 5.) 6.) 7.) 8.) 9.)

Pelayanan kesehatan ibu dan anak Pelayanan KB Pelayanan klinik sanitasi Pelayanan imunisasi Pelayanan klinik gizi Laboratorium sederhana Apotik

10.) Rawat inap 11.) UGD 24 jam 12.) Pusling 13.) PKD 14.) Pijat bayi 15.) Pos kesehatan f. Sarana Ketenagaan 1) Dokter Umum 2) Dokter Gigi 3) Bidan 4) Perawat 5) Perawat Gigi 6) Petugas Kesling 7) Petugas farmasi 8) Petugas Gizi 9) Petugas Laborat 10) Administrasi 11) Petugas Cuci & Masak 12) Penjaga Malam 13) Perawat Honorer 14) Cleaning Service Honorer 15) Fisioterafis Kontrak : : 3 Orang 1 Orang

: 18 Orang : : : : : : : : : : : : 8 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1Orang 4 Orang 1Orang 1 Orang 4 Orang 1 Orang 1 Orang

------------------------------------------------------ + Jumlah Karyawan : 48 Orang

9

g. Program puskesmas Program Kerja Puskesmas Kerjo meliputi 6 program pokok dan 5 program pengembangan, yaitu: Program Pokok: 1) Pelayanan Pengobatan Umum (BP) 2) Pelayanan Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan KB 3) Pelayanan Klinik Gizi 4) Promosi Kesehatan (PromKes) 5) Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan 6) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Program Pengembangan: 1) Upaya Kesehatan Sekolah 2) Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 3) Pelayanan Kesehatan Jiwa 4) Pelayanan Kesehatan Mata 5) Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut h. Manajemen Puskesmas 1) Perencanaan (P1) yang diselenggarakan melalui mekanisme Perencanaan Mikro (mikro planning) yang kemudian menjadi Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP), yang disusun setiap tahun dengan kegiatan : a) menyusun dan mengajukan kegiatan tahunan b) menetapkan daerah binaan c) menyusun rencana pelaksanaan kegiatan sebagai Plan of Action Rencana perbaikan pada bulan- bulan berikutnya, dituangkan pada Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau POA bulanan. RPK secara garis besar menjelaskan tentang jenis, tempat, waktu dan pelaksanaan kegiatan serta informasi lain yang diperlukan.

10

2) Penggerakan Pelaksanaan (P2) yang diselenggarakan melalui mekanisme Lokakarya Mini. Dilaksanakan minimal satu bulan sekali untuk internal Puskesmas dan tiga bulan sekali untuk pertemuan lintas sektoral. Pada Lokakarya Mini dibicarakan evaluasi bulan sebelumnya dan rencana kegiatan bulan selanjutnya, sebagai forum musyawarah untuk menyelesaikan masalah yang dijumpai. 3) Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3) diselenggarakan melalui Stratifikasi Puskesmas yang kemudian menjadi Penilaian Kinerja Puskesmas setiap tahun ( Depkes RI, 2003 ).

3. P2 TB Paru di Puskesmas Kerjo a. VISI Masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat dimana tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. b. MISI 1.) Menjamin bahwa setiap pasien TB mempunyai akses terhadap pelayanan yang bermutu, untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena TB 2.) Menurunkan resiko penularan TB 3.) Mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat TB c. TUJUAN Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan rantai penularan serta mencegah terjadinya TB MDR. d. TARGET Target Program Nasional Penanggulangan TB adalah : 1.) Sejak tahun 2005 paling sedikit 70% dari perkiraan pasien baru TB BTA positif harus ditemukan 2.) Menyembuhkan paling sedikit 85% dari semua pasien baru TB BTA positif yang diobati

11

e. P2 TB Paru Puskesmas Kerjo Unit P2 TB Paru Puskesmas Kerjo merupakan unit yang bertugas untuk menangani pencegahan dan pemberantasan TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kerjo. Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB paru, dengan indikator kinerja 1.) Jumlah kesembuhan penderita TBC BTA (+)/ (CR/ Cure Rate) 2.) Penemuan kasus TBC BTA (+)/ (CDR/ Case Detection Rate) Unit P2 TB Paru Puskesmas Kerjo melaksanakan empat kegiatan pokok : 1) Penjaringan suspek Secara aktif, yaitu bersama dengan kegiatan penyuluhan. Secara pasif dari pasien yang datang sendiri ke Puskesmas Kerjo untuk memeriksakan diri. 2) Penyuluhan Dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang TB Paru kepada masyarakat, informasi tentang program pemerintah tentang pemberantasan TB Paru serta sebagai refresh pengetahuan bagi kader maupun bidan desa di daerah. 3) Pemantauan minum obat secara langsung Kegiatan ini dilakukan di Puskesmas dimana pasien datang untuk mengambil paket obat. Dokter yang ditunjuk memantau kepatuhan pasien dalam minum obat. 4) Pengambilan sputum Berupa pengambilan sampel dahak langsung ke warga yang dicurigai sebagai suspek TB atas laporan dari bidan desa (jemput bola) Sumber daya manusia pada P2 TB Paru Puskesmas Kerjo : - Perawat : 2 orang - Dokter : 2 orang

12

Sumber dana untuk kegiatan P2 TB Paru Puskesmas Kerjo berasal dari: - BOK - Global fund Setiap triwulan petugas P2 TB Paru Puskesmas Kerjo memberikan laporan tentang penemuan kasus yang ada di wilayah kerjanya untuk kemudian dilaporkan kepada Kapuskes dan DKK. 4. TB Paru Insidens penyakit TB paru dan mortalitas yang disebabkannya menurun drastis setelah ditemukan kemoterapi. Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini penurunan itu tidak terjadi lagi, bahkan insidens penyakit ini cenderung meningkat (Price SA, 2005). a. Definisi Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, akan tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (PDPI, 2006). Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosi,( Amin, 2007). Mycobacterium tuberculosis bersifat aerob, cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant tertidur lama selama beberapa tahun (PDPI, 2006). b. Gejala Klinis Pada stadium dini penyakit tuberkulosis biasanya tidak tampak adanya tanda atau gejala yang khas ( Price, SA, 1995) Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut di atas dapat dijumpai pula pada penyakit parus selain TB, seperti

13

bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut di aas, dianggap sebagai seorang suspek TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Depkes RI, 2009). Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimptomatik dan penyakit baru dicurigai dengan

didapatkannya kelainan radiologis pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin yang positif (PDPI, 2006). c. Pemeriksaan Penunjang Tuberkulosis dapat didiagnosis dengan pemeriksaan penunjang yaitu : 1) Pemeriksaan Laboratorium a) Darah Pemeriksaan ini hasilnya tidak sensitif dan tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah lekosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran kekiri, jumlah limfosit masih dibawah normal dan laju endap darah mulai meningkat(PDPI,2006). b) Sputum (dahak) Pemeriksaan sputum penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan dan juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Menurut American Thoracic Society dan WHO diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium tuberculosae dalam

sputum atau jaringan paru secara biakan (PDPI, 2006). c) Tes Tuberkulin Pemeriksaan tes tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik agak kurang artinya pada orang dewasa, karena pemeriksaan ini untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita). Uji ini akan mempunyai makna bila

14

didapatkan konversi dari tes yang dilakukan satu bulan sebelumnya atau apabila kepositifan uji yang didapat besar sekali (PDPI, 2006). 2) Pemeriksaan Radiologis Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya didaerah apeks paru, tetapi dapat juga mengenai lobus bawah atau didaerah hilus yang menyerupai tumor paru (Amin, 2007). Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut : - Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positf - Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT - Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti:

pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleura) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma) (Depkes RI, 2009).

15

Suspek TB Paru Pemeriksaan dahak mikroskopis Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)

Hasil BTA + + + + + -

Hasil BTA + - -

Hasil BTA - - -

Antibiotik Non-OAT

Tidak ada perbaikan

Ada perbaikan

Foto toraks dan pertimbangan dokter

Pemeriksaan dahak mikroskopis

Hasil BTA + + + + + + - -

Hasil BTA - - -

Foto toraks dan pertimbangan dokter

TB

BUKAN TB

Bagan 1. Alur diagnosis TB Paru : (Depkes RI, 2009)

16

* pada keadaan-keadaan tertentu dengan pertimbangan kegawatan dan medis spesialistik, alur tersebut dapat digunakan secara lebih fleksibel d. Terapi Pengobatan tuberculosis terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Penderita tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minimum dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat (Price, SA, 2005). Obat-obatan yang digunakan sebagai terapi Tb paru adalah : 1) Isoniazid (INH) Dosis harian 5 mg/kg BB dan dosis untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu adalah10 mg/kg BB. 2) Rifampicine Dosis harian sama dengan dosis untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu yaitu 10 mg/kg BB. 3) Pirazinamid Dosis harian 25 mg/kg BB dan dosis untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu adalah 35 mg/kg BB. 4) Streptomisin Dosis harian sama dengan dosis untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu yaitu 15 mg/kg BB. Untuk penderita dengan usia sampai dengan 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan penderita dengan usia 60 tahun keatas dosisnya 0,50 gr/hari. 5) Ethambutol Dosis harian 15 mg/kg BB dan dosis untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu adalah 30 mg/kg BB. Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik (PDPI, 2006).

17

e. Case Detection Rate Penemuan penderita merupakan hal yang diprioritaskan dalam program pencegahan dan pemberantasan TB (WHO, 2011). Indikator keberhasilan dapat dihitung dengan menggunakan CDR (Case Detection Rate) adalah persentase jumlah penderita baru BTA positif yang ditemukan dibandingkan jumlah penderita baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut. CDR menggambarkan cakupan penemuan penderita baru BTA positif pada wilayah tersebut. Rumus: Jumlah penderita baru BTA positif yang dilaporkan dalam TB(tahun tertentu) Perkiraan jumlah penderita baru BTA positif

X 100%

Angka perkiraan nasional penderita baru TB BTA positif adalah 110/100.000 penduduk (100-200/100.000 penduduk). Target CDR Program Penanggulangan TB Nasional : 70 % pada tahun 2005, dan tetap dipertahankan pada tahun-tahun berikutnya (Depkes RI, 2009).

18

B. Kerangka Berpikir Konseptual Masalah : Kesenjangan antara Pencapaian Penemuan Kasus TB Paru (+) dengan target Depkes RI

PSC

SWOT

Hasil

Berdasarkan permasalahan yang ada yaitu kesenjangan pencapaian target penemuan TB Paru BTA (+) dengan target Depkes RI, akan dilakukan analisis analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) sehingga didapatkan suatu alternatif pemecahan masalah berdasarkan prioritas.

19

BAB III METODE PEMECAHAN MASALAH

A. JENIS METODE PEMECAHAN MASALAH Sistem pemecahan masalah yang dipakai adalah metode Problem Solving Cycle, meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menetapkan prioritas masalah dengan teknik kajian data. a. Melakukan pengumpulan data b. Melakukan pengolahan data c. Melakukan penyajian data d. Memilih prioritas masalah 2. Menetapkan prioritas jalan keluar a. Menyusun alternatif jalan keluar b. Memilih prioritas jalan keluar c. Melakukan uji lapangan d. Memperbaiki prioritas jalan keluar e. Menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar 4. Melakukan upaya pemecahan masalah (Azwar A, 1996).

B. LOKASI DAN WAKTU KEGIATAN Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas Kerjo yang terletak di Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar. Waktu pelaksanaannya yaitu tanggal 24 Februari - 11 Maret 2012.

C. SUBYEK MASALAH Subyek masalah adalah Program Puskesmas Kerjo dalam mengatasi TB Paru. 20

D. SUMBER DATA Sumber data primer : wawancara dengan koordinator P2 TB Paru.

Sumber data sekunder : hasil capaian kerja program P2 TB Paru 2011.

E. DEFINISI OPERASIONAL 1. Kesenjangan Ketidaksesuaian antara hasil yang didapat dengan target yang diharapkan. Pencapaian penemuan penderita TB Paru BTA (+) di Puskesmas Kerjo pada tahun 2008-2011 adalah 55,26 67 %, sedangkan target yang ditetapkan dari Depkes RI adalah 70 % 2. Program Penemuan kasus TB Paru BTA (+) Program Penemuan kasus TB Paru BTA (+)adalah program yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI dalam rangka Penanggulangan TB Nasional . Target yang ditetapkan yaitu sebesar 70 % pada tahun 2005, dan tetap dipertahankan pada tahun-tahun berikutnya (Depkes RI, 2009). 3. Wilayah kerja Puskesmas Kerjo Wilayah kerja Puskesmas Kerjo adalah wilayah yang meliputi 10 desa yaitu Ganten, Botok, Tawangsari, Plosorejo, Gempolan, Kutho, Kwadungan, Karangrejo, Tamansari dan Sumberejo.

21

F. RANCANGAN PENYELESAIAN MASALAH 1. Penelitian / Penetapan Masalah

Pengumpulan data

Analisa data

Masalah yang ditentukan

2. Penyelesaian MasalahEvaluasi hasil intervensi Memilih masalah yang diprioritaskan

Melaksanakan kegiatan penyelesaian masalah

Memilih cara penyelesaian dari sejumlah alternatif cara yang mungkin

Penyusunan rencana penyelesaian masalah

Uji coba

Menentukan tujuan dan menyusun penyelesaian masalah

( (Azwar, 1996)

Bagan 2. Skema Penyelesaian Masalah

22

BAB IV ANALISIS PENYEBAB MASALAH DAN PEMBAHASAN

A. Data Penemuan Penderita TB Tahun 2011 Berikut adalah laporan penemuan penderita TB di Puskesmas Kerjo pada tahun 2011. Tabel 2. Penemuan Penderita TB di Puskesmas Kerjo Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Nama Penderita Ngatmi Joko Endang Narko Wiyono Joko Daryanto Suryono Putut Wijanarko Sukarjo Sudarwi Sadino Cipto Rebo Budi Purwanto Painem Karyo Sangat Sutarmin Darno Karyo Sukimin Naryo Danang Painem Wiro Kusmanto L/P P L P L L L L L L L L L P L L L L L L P L Usia (th) 32 34 35 58 43 49 26 50 36 42 53 25 59 70 40 40 70 40 15 60 75 Tanggal Penemuan 4 Februari 2011 18 Maret 2011 19 April 2011 21 April 2011 22 April 2011 15 Mei 2011 30 Mei 2011 19 Juni 2011 27 Juni 2011 31 Juni 2011 13 Juli 2011 19 Juli 2011 30 Juli 2011 8 Agustus 2011 20 Agustus 2011 22 Agustus 2011 30 Agustus 2011 28 September 2011 10 Oktober 2011 10 Oktober 2011 12 Oktober 2011 Alamat Karangrejo Gempolan Kutho Gempolan Bulak kedung Kutho Botok Tawangsari Tawangsari Tawangsari Dumpul Karangrejo Tawangsari Karangrejo Karangrejo Tawangsari Ganten Karangrejo Tawangsari Karangrejo Karangrejo

23

22 23 24 25 26 27

Surati Karto Suwiryo Darso Wiyono Singgih Darno Tarso

P L L L L L

60 80 60 16 70 70

2 November 2011 10 November 2011 25 November 2011 30 November 2011 30 November 2011 30 November 2011

Karangrejo Ganten Botok Tawangsari Karangrejo Tawangsari

Dari data di atas didapatkan jumlah total penderita TB sebanyak 27 orang sedangkan target yang diharapkan adalah 40 orang. Case Detection Rate TB di Puskesmas Kerjo tahun 2011 adalah: CDR = Jumlah penderita baru BTA positif X 100% Perkiraan jumlah penderita baru BTA positif

= 27 X 100% 40 = 67,7 % Penemuan penderita TB terbanyak ditemukan di Desa Karangrejo dan yang kedua ditemukan di Desa Tawangsari.

B. Analisis SWOT P2 TB Paru Puskesmas Kerjo SWOT merupakan akronim dari strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan) dalam organisasi puskesmas, serta opportunity (peluang) dan threat (ancaman) dari lingkungan eskternal yang dihadapi organisasi puskesmas. Analisis SWOT merupakan alat yang ampuh dalam melakukan analisis strategis. Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang serta berperan untuk meminimalisasi kelemahan organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisis SWOT dapat diterapkan dalam tiga bentuk untuk menetukan keputusan strategis. Pertama, analisis yang menyangkut situasi tempat organisasi berada, identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang layak untuk dipertimbangkan, dan menetukan pilihan

24

alternatif yang diperkirakan paling ampuh. Kedua, perbandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal di salah satu pihak serta kekuatan dan kelemahan internal di pihak yang lain. Ketiga, analisis SWOT memungkinkan untuk melihat posisi organisasi secara menyeluruh dari aspek produk dan atau jasa yang dihasilkan dan pasar yang dilayani. Untuk mengidentifikasi dan memaksimalkan peranan faktor kekuatan organisasi dan memanfaatkan peluang serta meminimalkan kelemahan internal organisasi dan menekan dampak ancaman eskternal organisasi maka dilakukan kajian secara seksama dengan analisis SWOT, dengan unsur-unsur sebagai berikut: 1. Kekuatan (strength) Yang dimaksud kekuatan (strength) adalah berbagai kelebihan internal organisasi yang bersifat khas, yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila dimanfaatkan akan berperan besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapai tujuan yang dimiliki organisasi. 2. Kelemahan (weakness) Yang dimaksud dengan kelemahan (weakness) adalah berbagai kekuarangan internal organisasi yang bersifat khas yang dimiliki oleh suatu organisasi yang apabila diatasi akan berperan besar tidak hanya dalam memperlancar berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi, tetapi juga dalam mencapau tujuan yang dimiliki oleh organisasi. 3. Kesempatan (opportunity) Yang dimaksud dengan kesempatan (opportunity) adalah peluang eksternal organisasi yang bersifat positif yang dihadapi oleh suatu organisasi, yang apabila dapat dimanfaatkan akan besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. 4. Ancaman (threat) Yang dimaksud dengan ancaman (threat) adalah kendala eksternal organisasi yang bersifat negatif yang dihadapi oleh suatu organisasi yang

25

apabila berhasil diatasi akan besar peranannya dalam mencapai tujuan organisasi. Kekuatan (S) Tersedianya dana Kelemahan (W) Koordinasi yang belum optimal antar

(APBD II, JKMM) Adanya protab untuk penanganan TB Paru dan tersedianya obatobatan yang cukup Adanya kerja (Pokjanal) Sudah program adanya penemuan kelompok operasional

pemegang program (P2 TB Paru, Kesehatan Pos

Lingkungan, Jumlah

Kesehatan Masyarakat) petugas

program P2 TB Paru masih kurang Hanya laboratorium pemeriksaan dahak Koordinator P2 TB ada 1

penderita TB Adanya petugas yang menjadi Sudah koordinator

merangkap jabatan

program TB adanya

evaluasi program baik dari maupun untuk mutu Peluang (O) Adanya yang baik Strategi SO kerjasama Mengoptimalkan dengan kesehatan Puskesmas partisipasi masyarakat dalam Strategi WO Mengoptimalkan kinerja petugas kesehatan yang menangani dengan TB Paru Kapuskes dari DKK

penjaminan

pelayanan di luar

gerakan pencegahan dan pemberantasan

mengevaluasi

(RS, DKK, dr swasta)

program secara rutin

26

Adanya

partisipasi

TB dengan

Paru,

misal Mengoptimalkan kontribusi keterlibatan internal dan jejaring puskesmas

masyarakat di bidang kesehatan terbentuknya Kelurahan Siaga) (sudah

membantu

menyebarkan informasi terkait TB Paru

terkait program P2 TB Paru dengan menambah personil

Pelatihan dan kursus Mengoptimalkan dari DKK dalam peran petugas

rangka melaksanakan Program TB Adanya kader P2 TB

Puskesmas dan kader. Mengoptimalkan Memanfaatkan kegiatan program pelatihan perbaikan dalam program evaluasi dan untuk strategi pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh DKK

pelaksanaan

Ancaman (T) Adanya wabah Kesadaran masyarakat akan TB Paru masih kurang

Strategi ST Mengoptimalkan kerja petugas P2 TB Paru Membentuk gerak Kerjasama sektoral melibatkan agama, masyarakat, tim cepat

Strategi WT Menambah petugas Meningkatkan komunikasi pemegang dengan tokoh antara program melibatkan agama dan jumlah

mengatasi wabah lintas dengan tokoh tokoh dan

masyarakat,

misalnya

dengan pertemuan rutin mengevaluasi promosi kegiatan di

kesehatan

insatansi lain yang terkait pada promosi kesehatan

masyarakat

27

Untuk itu disusunlah alternatif pemecahan masalah beserta rencana pemecahan masalah (plans of action) yang memungkinkan untuk dilakukan, demi menyelesaikan permasalahan tersebut. C. Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah Tabel 3. Alternatif Pemecahan Masalah Masalah Penyebab Altrnatif Pemecahan Masalah Rendahnya kasus wilayah Puskesmas Kerjo TB penemuan Pelaksanaan program Meningkatkan kontribusi dan Paru di P2 TB Paru yang keterlibatan jejaring internal Puskesmas terkait program P2 TB Paru dengan menambah personil petugas program P2 TB Paru serta

kerja belum optimal

mengevaluasinya secara rutin

Kurangnya pertisipasi masyarakat

Meningkatkan masyarakat

partisipasi dalam

dalam pelaksanaan P2 TB Paru serta

gerakan P2 TB Paru pengetahuan tentang TB Paru dan kurangnya dengan pemasangan penyuluhan, poster dan

pengetahuan masyarakat TB Paru Kurangnya komunikasi kerjasama sektoral kegiatan

tentang pembagian leaflet TB Paru

Meningkatkan

komunikasi

dan dan kerja sama lintas sektoral lintas untuk kegiatan promosi

dalam kesehatan khususnya terkait promosi P2 TB dengan melibatkan

kesehatan khususnya semua instansi yang terkait, terkait TB Paru seperti tokoh agama,

28

masyarakat, dengan

koordinasi serta

Pokjanal,

mengevaluasinya secara rutin. Dari beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut. Pemilihan prioritas menggunakan teknik CARL, dengan skala penilaian: 1. C 2. A : : Capability (Kemampuan): Kekuatan yang dimiliki dari sumber; Accesibillity (Kemudahan): Masalah/penyebab masalah mudah diatasi (ketersediaan metode/cara/teknologi dan penunjang

pelaksanannya Juknis) 3. R : Readyness (Kesiapan): tenaga pelaksana (keahlian/kemampuan) dan sasaran (motivasi) 4. L : Leverage (Daya ungkit/Pengaruh): Besarnya pengaruh yang satu dengan yang lain secara langsung maupun tidak langsung dalam proses manajemen Tabel 4. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah TB Paru di Puskesmas Kerjo dengan Teknik CARL. No Aspek 1. Meningkatkan kontribusi keterlibatan jejaring C dan A R L Kumulatif Rangking

internal

Puskesmas terkait program P2 TB Paru dengan menambah 4 2 4 5 160 2

personil petugas program P2 TB Paru serta mengevaluasinya

secara rutin. 2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P2 TB Paru serta pengetahuan tentang TB Paru dengan penyuluhan, pemasangan poster dan pembagian leaflet TB Paru. 3. Meningkatkan komunikasi dan 5 4 4 5 400 1 2 3 3 5 90 3

29

kerja sama lintas sektoral untuk kegiatan promosi kesehatan khususnya terkait P2 TB dengan melibatkan semua instansi yang terkait, seperti tokoh agama, masyarakat, koordinasi dengan Pokjanal, serta mengevaluasinya secara rutin. Keterangan : Mengisi dan membobot masing-masing aspek dengan bobot interval 5-4-3-21.Semakin besar/tinggi akibat, pengaruh dampak dan rasionalnya makin tinggi bobot yang ditetapkan padanya. Berdasarkan tabel 4 urutan prioritas masalah adalah : 1. Meningkatkan komunikasi dan kerja sama lintas sektoral untuk kegiatan promosi kesehatan khususnya terkait P2 TB dengan melibatkan semua instansi yang terkait, seperti tokoh agama, masyarakat, koordinasi dengan Pokjanal, serta mengevaluasinya secara rutin. 2. Meningkatkan kontribusi dan keterlibatan jejaring internal Puskesmas terkait program P2 TB Paru dengan menambah personil petugas program P2 TB Paru serta mengevaluasinya secara rutin. 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P2 TB Paru serta pengetahuan tentang TB Paru dengan penyuluhan, pemasangan poster dan pembagian leaflet TB Paru. Dari penentuan prioritas pemecahan masalah TB Parudengan teknik CARL di atas, diketahui bahwa skor yang paling besar untuk alternatif pemecahan masalah TB Paru adalah dengan meningkatkan komunikasi dan kerja sama lintas sektoral untuk kegiatan promosi kesehatan khususnya terkait P2 TB dengan melibatkan semua instansi yang terkait, seperti tokoh agama, masyarakat, koordinasi dengan Pokjanal, serta mengevaluasinya secara rutin.

30

BAB V PLANS OF ACTION Berdasarkan hasil analisis terhadap alternatif pemecahan masalah, diketahui bahwa hal yang menjadi prioritas utama dalam menghadapi rendahnya angka temuan kasus TB Paru di Puskesmas Kerjo adalah dengan meningkatkan komunikasi dan kerja sama lintas sektoral dalam kegiatan promosi kesehatan dengan mengadakan lokakarya mini tentang TB paru serta mengadakann penyuluhan berkala tentang TB Paru dalam berbagai kesempatan. Oleh karena itu, dengan dasar tersebut, disusunlah Plans of Action sebagai berikut : 1. Susunan Plans of Action Kegiatan 1 : Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P2TB Paru a. Tujuan Melibatkan seluruh masyarakat di wilayah Kecamatan Kerjo untuk mendukung program P2TB Paru, setidaknya mampu membantu proses penjaringan suspek, deteksi dini terhadap kasus TB, serta penyebaran informasi terkait pengetahuan TB Paru. Secara khusus, program ini bertujuan untuk melibatkan kader kesehatan tiap desa dan bidan desa untuk berperan secara tidak langsung sebagai petugas P2TB Paru, membantu petugas P2TB Paru Puskesmas Kerjo sehingga penjaringan pasien suspek TB dapat lebih optimal. b. Sasaran Kader kesehatan tiap desa, bidan desa, dan masyarakat di wilayah Kecamatan Kerjo. c. Pelaksana Anggota P2TB Paru Puskesmas Kecamatan Kerjo. d. Waktu Awal sampai pertengahan tahun 2012. e. Lokasi Seluruh desa di wilayah Kecamatan Kerjo.

31

Kegiatan 2 :

Peningkatan pengetahuan tentang TB Paru dengan penyuluhan, pemasangan poster, dan pembagian leaflet tentang TB Paru

a. Tujuan Meningkatkan pengetahuan masyarakat di wilayah Kecamatan Kerjo tentang TB Paru, khususnya untuk menjawab pertanyaan apakah TB Paru, bahaya TB Paru, bagaimana gejala TB Paru, bagaimana cara penularannya, bagaimana cara pencegahannya, dan dilakukan segera jika ditemukan gejala TB Paru. b. Sasaran Masyarakat di wilayah Kecamatan Kerjo. c. Pelaksana Anggota P2TB Paru Puskesmas Kecamatan Kerjo. d. Waktu Kegiatan dilaksanakan minimal 1 kali dalam satu bulan e. Lokasi Posyandu Lansia, Pertemuan kader kesehatan desa, pertemuan karang taruna desa, dan pokjanal jejaring di wilayah Puskesmas Kerjo. Kegiatan 3 : Monitoring dan evaluasi secara berkala a. Tujuan Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan yang melibatkan kader kesehatan dan program-program penyuluhan yang telah dilakukan. b. Sasaran Jajaran UPTD Puskesmas Kerjo, dalam hal ini adalah unit P2PM (Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular ). c. Pelaksana Anggota P2 TB Paru Puskesmas Kerjo. d. Waktu Kegiatan dilaksanakan minimal 1 kali dalam satu bulan. e. Lokasi Puskesmas Kerjo Kabupaten Karanganyar. apa yang harus

32

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Prioritas masalah pada program P2TB Paru Puskesmas Kerjo didasarkan pada rendahnya angka penemuan kasus TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kerjo. Oleh karena itu, alternatif pemecahan masalah TB Paru adalah dengan meningkatkan komunikasi dan kerja sama lintas sektoral untuk kegiatan promosi kesehatan, khususnya yang terkait P2TB dengan cara melibatkan semua instansi terkait, seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, koordinasi dengan Pokjanal, serta melakukan monitoring dan evaluasinya secara rutin. Terdapat kesenjangan antara pencapaian penemuan kasus TB Paru BTA (+) dengan target yang seharusnya dicapai. Kesenjangan tersebut terjadi antara lain karena hal-hal berikut: 1. Keterbatasan sumber daya manusia, baik dari segi jumlah maupun dalam hal kreativitas dan kepahaman. 2. 3. Keterbatasan sumber dana. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan bahaya TB.

B. Saran Puskesmas Kerjo dapat mengaplikasikan metode peningkatan komunikasi dan kerjasama lintas sektoral dalam kegiatan promosi kesehatan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan fenomena penemuan TB di masyarakat. Selain itu, dapat pula melakukan hal sebagai berikut: 1. 2. Menambah jumlah petugas sehingga secara kuantitas dapat lebih memadai. Menyerahkan program kepada petugas yang berkompetensi serta tetap mempertahankan dan melakukan upgrading melalui keiikutsertaan petugas dalam seminar/kursus. 3. 4. Mencari alternatif sumber dana lain. Mengembangkan kegiatan promotif untuk meningkatkan pengetahuan dan taraf kesehatan masyarakat.

33

DAFTAR PUSTAKA . Aditama, Tjandra Y. 2002. Tuberkulosis, Diagnosa, Terapi dan Masalahnya. Yayasan penerbit IDI. Jakarta. hal: 2-15.

Amin. 2007. Tuberkulosis Paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. III. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. Hal: 988-993.

Edisi

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal. 181-250.

Departemen

Kesehatan

RI.

2009.

Pedoman

Nasional

Penanggulangan

Tuberkulosis. Jakarta.

Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2005. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 71 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten /Kota di Propinsi Jawa Tengah. Semarang :Dinkes Propinsi Jawa Tengah. Hal 90-91.

PDPI. 2006. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Hal 1-2

Price, Sylvia A. 2006. Tuberkulosis Paru-paru. Dalam : Patofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Edisi III. Jakarta. Hal: 753-763.

WHO. 2011. Global Tuberculosis Control 2011. Geneva : WHO.

34