PSA gigi sulung sken 1.docx

25
Step 1 1. Furcation Involvment : Invasi penyakit periodontal pada percabangan akar dan merupakan indikasi kerusakan jaringan periodontal 2. Karies Profunda Perforasi : Karies yang telah mencapai pulpa. Step 2 1. Apa diagnosa yang tepat pada skenario tersebut ? 2. a. Apa saja macam-macam perawatan pulpa ? b. Perawatan pulpa apa yang sesuai dengan skenario ? 3. Apa saja tujuan dilakukan perawatan pulpa pada gigi sulung ? 4. Apa yang menyebabkan resorbsi akar pada gigi 85 dan pengaruhnya terhadap rencana perawatan ? Step 3 1. Diagnosa Berdasarkan : - Anamnesa : Sakit cekot-cekot sejak tiga hari yang lalu (spontan) - Gejala Klinis : Karies profunda perforasi, tes termis (+) 1

description

psa

Transcript of PSA gigi sulung sken 1.docx

Page 1: PSA gigi sulung sken 1.docx

Step 1

1. Furcation Involvment : Invasi penyakit periodontal pada percabangan akar

dan merupakan indikasi kerusakan jaringan periodontal

2. Karies Profunda Perforasi : Karies yang telah mencapai pulpa.

Step 2

1. Apa diagnosa yang tepat pada skenario tersebut ?

2. a. Apa saja macam-macam perawatan pulpa ?

b. Perawatan pulpa apa yang sesuai dengan skenario ?

3. Apa saja tujuan dilakukan perawatan pulpa pada gigi sulung ?

4. Apa yang menyebabkan resorbsi akar pada gigi 85 dan pengaruhnya

terhadap rencana perawatan ?

Step 3

1. Diagnosa

Berdasarkan :

- Anamnesa : Sakit cekot-cekot sejak tiga hari yang lalu (spontan)

- Gejala Klinis : Karies profunda perforasi, tes termis (+)

- Pemeriksaan RO : - Resorbsi akar >1/3 apikal tapi tidak >2/3 apikal

- Furcation involvement (-)- Kelainan periapikal (-)- Benih gigi permanen (+)

Diagnosa sementara : Pulpitis Irreversibel

2. Macam-macam perawatan pulpa

a. Pulp Capping

1. Indirect Pulp Capping

Indikasi :

- Karies yang dalam, dimana lapisan dentin di atas pulpa sudah

sedemikian tipis

1

Page 2: PSA gigi sulung sken 1.docx

Kontra Indikasi :

- Adanya resorbsi interna/eksterna

- Sakit spontan

- Resorbsi >1/3 apikal

- Ada tanda-tanda kondisi patologi klinis atau radiografis

2. Direct Pulp Capping

Terdapat pemberian bahan terapeutik

Indikasi :

- Pulpa sudah terbuka

- Diameter perforasi tidak > 1 mm, biasanya dikarenakan

kesalahan operator saat pengeburan ( iatrogenik )

Kontra Indikasi :

- Terdapat sakit spontan

b. Pulpotomi

Pulpotomi merupakan pengambilan jaringan pulpa pada ruang

pulpa yang terinfeksi, kemudian pemberian bahan atau obat-obatan

seperti : formokresol dan gluteraldehid

1. Pulpotomi Vital

Indikasi :

- gigi sulung atau permanen muda yang masih vital

Kontra Indikasi :

- Rasa sakit spontan

- Sistem imun rendah

2. Pulpotomi Devital

Indikasi :

- Pasien tidak bersedia di anastesi

Dalam proses pulpotomi devital, obat yang digunakan adalah

para formokresol

3. Pulpotomi Non Vital

Indikasi :

- Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma

2

Page 3: PSA gigi sulung sken 1.docx

Pulpotomi sering dilakukan pada gigi sulung karena saluran akar

pada gigi sulung lebih kompleks serta ukuran rongga mulut pada anak-

anak lebih kecil. Pada pulpotomi dilakukan pengambilan jaringan

pulpa hanya pada bagian koronal. Obat pulpotomi adalah formokresol.

c. Pulpektomi

Pulpektomi merupakan proses pengambilan seluruh jaringan pulpa.

Indikasi :

- Gigi dengan pulpitis irreversibel

- Gigi masih bisa direstorasi tetap

- Resorbsi akar tidak >1/3 apikal

- Gigi dengan infeksi pulpa yang melebihi kamar pulpa

Kontra Indikasi :

- Mahkota tidak dapat direstorasi tetap

- Resorbsi akar interna

- Resorbsi akar > 1/3 apikal

Pulpektomi terdapat tiga macam :

1. Pulpektomi vital

2. Pulpektomi devital

3. Pulpektomi non vital

3. Tujuan Perawatan Pulpa

- Mempertahankan lengkung gigi

- Mencegah tanggal prematur

- Mempertahankan fungsi estetik

- Mempertahankan ruang untuk gigi pengganti

- Sebagai space maintener alami

- Mencegah infeksi karies lebih lanjut ( apabila karies bertambah parah

maka perawatan semakin kompleks sedangkan untuk perawatan gigi anak

harus sesederhana mungkin.

3

Page 4: PSA gigi sulung sken 1.docx

Diagnosa

PulpotomiPulp Capping

Rencana Perawatan

Pulpektomi

Prosedur Perawatan

Restorasi

4. Penyebab Resorbsi Akar Gigi 85 dan Pengaruhnya terhadap Rencana

Perawatan

Resorbsi akar pada gigi 85 dapat bersifat fisiologis atau patologis.

Fisiologis karena adanya benih gigi pengganti dan bersifat patologis karena

resorbsi interna atau adanya keradangan pada pulpa.

Resorbsi akar sangat berpengaruh terhadap rencana perawatan pulpa.

Hal ini berkaitan dengan indikasi dan kontra indikasi, misalnya pada

perawatan pulpektomi yang terdapat kontra indikasi berupa resorbsi akar >1/3

apikal.

Step 4 (Mapping)

Step 5

1. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosa yang tepat pada skenario.

2. Mampu memahami dan menjelaskan macam-macam perawatan pulpa dan

perawatan pulpa yang sesuai pada skenario.

3. Mampu memahami dan menjelaskan prosedur perawatan yang sesuai

dengan diagnosa pada skenario.

4

Page 5: PSA gigi sulung sken 1.docx

Step 7

1. Diagnosa yang Tepat pada Skenario

Diagnosa pada skenario tidak berbeda dari diagnosa yang disebutkan

dalam step 3, yaitu pulpitis irreversibel. Hal ini didasarkan pada :

- Anamnesa : Sakit cekot-cekot sejak tiga hari yang lalu (spontan)

- Gejala Klinis : Karies profunda perforasi, tes termis (+)

- Pemeriksaan RO : Resorbsi akar >1/3 apikal tapi tidak >2/3 apikal

Diagnosis banding dari gejala klinis, anamnesa serta pemeriksaan

radiologi pada sekenario dapat berupa pulpitis reversible dan nekrosis pulpa

parsialis. Apabila dilihat dari gejala klinis pada skenario, yaitu tes termis (+)

gejala tersebut mirip dengan pulpitis reversible. Selain itu, keadaan gigi yang

sudah dalam keadaan karies profunda perforasi dengan tes termis (+) , dapat

pula didiagnosa sebagai nekrosis pulpa parsialis. Hanya saja pada nekrosis

pulpa parsialis seringkali dilakukan tes vitalitas berupa tes miller bukan tes

termis.

Berikut ini merupakan keterangan tentang pulpitis reversibel, pulpitis

irreversible dan nekrosis pulpa yang dapat membantu untuk membedakan

ketiganya dalam menentukan suatu diagnosis yang tepat.

Diagnosis penyakit pulpa didasarkan pada tanda dan gejala klinis

oleh karena sedikit atau tidak adanya korelasi antara data histologik penyakit

pulpa dan gejalanya. Diagnosis penyakit pulpa sebagai berikut :

1. Pulpitis Reversibel.

Pulpitis reversibel merupakan inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika

penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali

normal. Stimulus ringan seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi

oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontal yang dalam,

dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor

yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel.

5

Page 6: PSA gigi sulung sken 1.docx

Diagnosis pulpitis reversibel didasarkan pada pengamatan terhadap

gejala pasien dan berdasarkan tes klinis. Aplikasi cairan dingin dan panas, atau

makanan manis atau masam dapat menyebabkan nyeri sementara yang tajam.

Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera hilang. Sebuah gigi yang

menderita pulpitis reversibel secara normal bereaksi terhadap perkusi, palpasi,

dan mobilitas serta pada pemeriksaan radiografi jaringan periapikal normal

2. Pulpitis Irreversibel.

Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis

reversibel. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas

selama prosedur operatif, terganggunya aliran darah pada pulpa akibat

trauma, dan pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi dapat menyebabkan

pulpitis irreversibel.

Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi parah yang tidak akan

dapat pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis irreversibel

dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya

beberapa menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal

dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas

pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes

palpasi dan perkusi berada dalam batas normal.

Secara klinis, pulpitis irreversibel dapat bersifat simtomatik dan

asimtomatik. Pulpitis irreversibel simtomatik merupakan salah satu jenis

pulpitis irreversibel yang ditandai dengan rasa nyeri spontan. Spontan berarti

bahwa stimulus tidak jelas. Nyeri spontan terus menerus dapat dipengaruhi

dari perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversibel simtomatik yang tidak

diobati dapat mereda jika sirkulasi dibuat untuk eksudat inflamasi. Sedangkan

pulpitis irreversibel asimtomatik merupakan jenis lain dari pulpitis

irreversible dimana eksudat inflamasi yang dengan cepat dihilangkan.

Pulpitis irreversibel asimtomatik yang berkembang biasanya disebabkan oleh

karies yang besar atau trauma sebelumnya yang mengakibatkan rasa sakit

dalam durasi yang lama.

6

Page 7: PSA gigi sulung sken 1.docx

Diagnosis pulpitis irreversibel biasanya ditemukan suatu kavitas

dalam yang meluas ke pulpa atau suatu karies di bawah tumpatan.

3. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan oleh

pulpitis irreversibel yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang dapat

mengganggu suplai darah ke pulpa.

Nekrosis pulpa dapat berupa nekrosis sebagian (nekrosis pulpa

parsialis) dan nekrosis pulpa totalis. Nekrosis parsial menunjukkan gejala

seperti pulpitis irreversibel dengan nyeri spontan, kurang bereaksi terhadap

tes termal, namun masih terdapat reaksi saat dilakukan tes miller sedangkan

nekrosis total tidak menunjukkan gejala dan tidak ada respon terhadap tes

vitalitas yang dilakukan seperti tes termis, tes kavitas dan tes miller.

2. Macam-macam Perawatan Pulpa dan Perawatan Pulpa yang sesuai

dengan Skenario

Perawatan gigi sulung mempunyai beberapa tujuan yang diantara lainnya

ialah:

1. Mempertahankan gigi

2. Mencegah tanggal prematur

3. Mempertahankan lengkung gigi

4. Menghilangkan infeksi dan radang kronis

5. Mempertahankan fungsi estetik

6. Mempertahankan fungsi mastikasi

7. Mempertahankan fungsi fonetik

8. Mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman

7

Page 8: PSA gigi sulung sken 1.docx

1. Pulpotomi

Indikasi Pulpotomi

Secara umum Indikasi perawatan pulpotomi adalah perforasi

pulpa karena proses karies atau proses mekanis pada gigi sulung vital,

tidak ada pulpitis radikular, tidak ada rasa sakit spontan maupun

menetap, panjang akar paling sedikit masih dua pertiga dari panjang

keseluruhan, tidak ada tanda-tanda resorpsi internal, tidak ada

kehilangan tulang interradikular, tidak ada fistula, perdarahan setelah

amputasi pulpa berwarna pucat dan mudah dikendalikan (Budiyanti,

2006). Selain itu indikasinya adalah anak yang kooperatif, anak

dengan pengalaman buruk pada pencabutan, untuk merawat pulpa gigi

sulung yang terbuka, merawat gigi yang apeks akar belum terbentuk

sempurna, untuk gigi yang dapat direstorasi .

Secara terperinci, untuk masing-masing jenis pulpotomi adalah

sebagai berikut :

a. Pulpotomi Vital

1. Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda –

tanda gejala peradangan pulpa dalam kamar pulpa.

2. Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin

lunak prosedur pulp capping indirek yang kurang hati – hati,

faktor mekanis selama preparasi kavitas atau trauma gigi dengan

terbukanya pulpa.

3. Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal

didukung lebih dari 2/3 panjang akar gigi.

4. Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus

menerus.

5.Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis.

b. Pulpotomi Devital

1. Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karen karies atau

trauma.

8

Page 9: PSA gigi sulung sken 1.docx

2. Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi.

3. Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya hemofili.

4. Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada

perawatan pulpektomi terutama pada gigi posterior.

5. Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sukar

dilakukan karena kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif.

c. Pulpotomi Non-vital

1. Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma.

2. Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar

tetapi masih diperlukan sebagai space maintainer.

3. Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronis.

4. Gigi sulung patologik karena abses akut, sebelumnya abses harus

dirawat dahulu.

Kontra Indikasi Pulpotomi

Secara umum kontraindikasi pulpotomi adalah sakit spontan,

sakit pada malam hari, sakit pada perkusi, adanya pembengkakan,

fistula, mobilitas patologis, resorpsi akar eksternal patologis yang luas,

resorpsi internal dalam saluran akar, radiolusensi di daerah periapikal

dan interradikular, kalsifikasi pulpa, terdapat pus atau eksudat serosa

pada tempat perforasi, dan perdarahan yang tidak dapat dikendalikan

dari pulpa yang terpotong. Selain itu, kontraindikasinya adalah pasien

yang tidak kooperatif, pasien dengan penyakit jantung kongenital atau

riwayat demam rematik, pasien dengan kesehatan umum yang buruk,

kehilangan tulang pada apeks dan atau di daerah furkasi.

Secara terperinci, untuk masing-masing jenis pulpotomi adalah

sebagai berikut :

a. Pulpotomi Vital

1. Rasa sakit spontan.

2. Rasa sakit terutama bila diperkusi maupun palpasi.

3. Ada mobiliti yang patologi.

9

Page 10: PSA gigi sulung sken 1.docx

4. Terlihat radiolusen pada daerah periapikal, kalsifikasi pulpa,

resorpsi akar interna maupun eksterna.

5. Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh

terhadap infeksi sangat rendah.

6. Perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.

b. Pulpotomi Devital

1. Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi tidak

mungkin dilakukan.

2. Infeksi periapikal, apeks masih terbuka.

3. Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun

rontgenologis.

2. Pulp Capping

Pulp capping bertujuan untuk mempertahankan vitalitas pulpa

dengan menempatkan selapis material proteksi/terapeutik yang sesuai,

baik secara langsung pada pulpa yang terbuka berdiameter kurang lebih

1 mm atau di atas lapisan dentin yang tipis dan lunak. Bahan yang

dipakai Ca(OH)2 yang mempunyai khasiat merangsang odontlobast

membentuk dentin reparatif.

Teknik pulp capping ada dua cara :

1. Pulp Capping Indirect

Pemberian bahan terapitik pada dentin yang terinfeksi di atas

pulpa pada kavitas yang dalam, dimana pulpa belum terbuka.

Indikasi :

1) Karies yang dalam, dimana lapisan dentin di atas pulpa sudah

sedemikian tipis.

2) Tanpa adanya gejala inflamasi.

Kontra Indikasi :

1) Adanya rasa sakit spontan.

10

Page 11: PSA gigi sulung sken 1.docx

2) Adanya tanda – tanda kondisi patologi klinis maupun radiografis.

a. Riwayat sakit pulpa.

· Rasa sakit spontan dan berdenyut.

· Rasa sakit karena rangsangan.

b. Gambaran patologis pulpa.

· Resorpsi interna.

· Kalsifikasi pada pulpa.

· Radiolusen di daerah furkasi atau periapikal.

· Penebalan periodontal membrane di daerah apikal.

· Resorpsi akar pada gigi sulung mencapai 2/3 akar atau lebih.

c. Perubahan jaringan periodonsium yang berhubungan dengan pulpa.

· Kegoyangan gigi.

· Perdarahan gingiva.

2. Pulp Capping Direct.

Pemberian bahan terapitik / medikamen pada daerah pulpa yang

terbuka untuk merangsang terbentuknya barrier atau dentin reparatif yaitu

dentin barrier atau calcific barrier.

Indikasi :

1) Pulpa vital terbuka kecil (pin point) seujung jarum karena kesalahan

waktu preparasi kavitas atau ekskavasi jaringan dentin lunak.

2) Terbukanya pulpa kecil (pin point) dengan diameter kurang dari 1 mm.

3) Untuk gigi tetap muda pembentukan akar dan apeks belum sempurna.

Kontra indikasi :

Kontra indikasi pada pulp capping direk sama dengan kontra

indikasi pulp capping indirek.

Evaluasi :

Pemeriksaan ulang perawatan dilakukan minimal 4 – 6 minggu.

Perawatan berhasil :

Tidak ada keluhan subyektif.

11

Page 12: PSA gigi sulung sken 1.docx

Gejala klinis baik.

Pada gambaran radiografik terbentuk dentin barrier pada bagian

pulpa yang terbuka.

Tidak ada kelainan pulpa dan periapikal

3. Pulpektomi

Definisi

Pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan saluran

akar. Pada gigi molar sulung pengambilan seluruh jaringan secara

mekanis tidak memungkinkan sehubungan bentuk morfologi saluran

akar yang kompleks.

Pulpektomi dapat dilakukan dengan 3 cara :

1) Pulpektomi vital.

2) Pulpektomi devital.

3) Pulpektomi non vital.

Indikasi

1) Gigi sulung dengan infeksi melebihi kamar pulpa pada gigi vital atau

non vital.

2) Resorpsi akar kurang dari 1/3 apikal.

3) Resorpsi interna tetapi belum perforasi akar.

4) Kelanjutan perawatan jika pulpotomi gagal.

Kontra Indikasi

1) Bila kelainan sudah mengenai periapikal.

2) Resorpsi akar gigi yang meluas.

3) Kesehatan umu tidak baik.

4) Pasien tidak koperatif.

5) Gigi goyang disebabkan keadaan patologis

Pulpektomi terdapat tiga macam :

1. Pulpektomi vital

2. Pulpektomi devital

12

Page 13: PSA gigi sulung sken 1.docx

3. Pulpektomi non vital

Perbedaan pulpektomi dan pulpotomi dapat dilihat dari tabel berikut :

Pulpotomi Pulpektomi

Pengambilan jaringan pulpa

hanya pada kamar pulpa .

Pengambilan seluruh jaringan

pulpa dari kamar pulpa dan

saluran akar.

Pada skenario ini , apabila melihat indikasi serta kontra indikasi

pada setiap jenis perawatan pulpa, jenis perawatan yang sesuai adalah

pulpotomi vital mengingat diagnosa dari kasus tersebut adalah pulpitis

irreversibel yang seharusnya lebih tepat dilakukan perawatan pulpektomi

namun karena telah terjadi resorbsi akar yang melebihi 1/3 apikal sehingga

dikontraindikasikan melakukan perawatan pulpektomi.

Perawatah pulpotomi adalah suatu perawatan dengan cara memotong

tanduk pulpa sampai ruang pulpa dengan tujuan untuk memfiksasi dan

menjaga saluran akar agar tetap vital dan steril.

Selain itu, pulpotomi devital juga bisa menjadi pilihan. Hal ini

menjadi pertimbangan apabila pasien tidak ingin dianastesi atau alergi

terhadap bahan anastetikum. Perbedaan antara pulpotomi vital dan

pulpotomi devital adalah pada saat kunjungan ke dua. Pulpotomi devital

tidak memerlukan bahan anastetikum lagi saat akan melakukann perawatan

sedangkan pasien dengan perawatan pulpotomi vital perlu dianastesi lagi

sebelum dilakukan perawatan. Namun pulpotomi vital bisa dilakukan

dalam satu kali kunjungan.

3. Prosedur Perawatan Pulpa

Perawatan pulpa yang sesuai dengan diagnose kasus pada scenario

adalah Pulpotomi vital atau pulpotomi devital.

13

Page 14: PSA gigi sulung sken 1.docx

Pulpotomi vital merupakan tindakan pengambilan jaringan pulpa

bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan anastesi

sebelum prosedur perawatan dilakukan dan kemudian diberi pasta

antiseptik untuk mempertahankan vitalitas pulpa bagian radikuler.

Sedangkan pulpotomi devital dilakuan devitalisasi pulpa terlebih dahulu,

untuk gigi sulung biasanya menggunakan pasta para formaldehid, sehingga

pada kunjungan berikutnya tidak lagi dianastesi sebelum melakukan

perawatan pulpotomi.

Teknik pulpotmi vital dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan

ataupun dua kali kunjungan. Sedangkan pulpotomi devital dilakukan dalam

dua kali kunjungan.

Berikut teknik pulpotomi vital :

1. Satu kali kunjungan

a Asepsis

b Anastesi local

c Isolasi daerah kerja

d Semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies disingkirkan.

e Pembukaan atap pulpa dengan bur fissure steril dan semprotan air

pendingin

f Pemotongan jaringan pulpa dalam kamar pulpa sampai sebatas

orifice atau diatasnya dengan menggunakan ekskavator tajam atau

dengan bur kecepatan rendah

g Irigasi dengan aquadest untu membersihkan dan mencegah

masuknya sisa-sisa dentin ke dalam jaringan pulpa bagian radikuler

h Apabila terjadi perdarahan setelah pemotongan pulpa, dapat

dikontrol dengan kapas kecil yang dibasahi aquadest, kemudian

diletakkan di atas pulpa hingga perdarahan terhenti.

14

Page 15: PSA gigi sulung sken 1.docx

i Orifice diberi formokresol dengan menggunakan cotton pellet steril

yang dibasahi formokresol selama 3-5 menit. Pemberian

formokresol cukup sedikit saja, cotton pellet jangan terlalu basah.

j Setelah 5 menit cotton pellet tadi diangkat, pada kamar pulpa

terlihat warna coklat tua atau kehitaman akibat proses fiksasi oleh

formokresol.

k Kemudian tutup dengan pasta campuran eugenol dan formokresol

dengan perbandingan 1:1 dengan ZnO powder.

l Kemudian diatasnya direstorasi tetap.

2. Dua kali kunjungan

Apabila pada saat pemotongan pulpa terjadi perdarahan terus-

menerus, maka dapat dilakukan dua kali kunjungan perawatan

a Kunjungan pertama

- Pulpa yang terus menerus mengalami perdarahan setelah dilakukan

pemotongan, ditekan dengan cotton pellet steril yang dibasahi

sedikit dengan formokresol.

- Ditutup dengan tambalan sementara

b Kunjungan kedua (sesudah 7 hari)

- Tambalan sementara dibongkar lalu cottong pellet yang

mengandung formokresol diambil dari kamar pulpa

- Orifice diberi pasta campuran eugenol dan formokresol dengan

perbandingan 1:1 dengan ZnO powder.

- Kemudian diatasnya direstorasi tetap.

15

Page 16: PSA gigi sulung sken 1.docx

Gambar 1. Langkah-langkah Perawatan Pulpotomi Vital Formokresol Satu Kali Kunjungan.1. Ekskavasi karies, 2. Buang atap kamar pulpa, 3. Buang pulpa di kamar pulpa dengan ekskavator, 4. Pemotongan pulpa di orifis dengan bor bundar kecepatan rendah, 5. Pemberian formokresol selama 5 menit, 6. Pengisian kamar pulpa dengan campuran zinc oxide dengan formokresol dan eugenol, 7. Gigi yang telah di restorasi.

Berikut teknik pulpotomi devital :

Perawatan pulpotomi devital membutuhkan waktu dua kali kunjungan.

1. Kunjungan pertama

a Asepsis dan isolasi daerah kerja

b Semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies disingkirkan

c Pasta devital para formaldehid dengan cotton pellet diletakkan di atas

pulpa

d Tutup dengan tambalan sementara, hindari tekanan pada pulpa,

e Pemberian obat analgesic bila timbul rasa sakit pada malam hari

(pasien/orang tua diinstruksikan)

2. Kunjungan kedua (sesudah 7-10 hari)

a Diperiksa apakah ada keluhan rasa sakit atau bengkak

b Diperiksa perkusi, tekanan dan kegoyangan gigi

c Isolasi daerah kerja

16

Page 17: PSA gigi sulung sken 1.docx

d Tambalan sementara dibuka, cotton pellet dan paste disingkirkan

e Buka atap pulpa dan potong pulpa yang mati dalam kamar pulpa

f Tutup bagian pulpa yang telah dipotong dengan pasta campuran

eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1 dengan ZnO

powder.

g Kemudian diatasnya direstorasi tetap.

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak: A manual of paedodontics. 2nd

ed. Alih Bahasa. Agus Djaya. Jakarta: Widya Medika, 1992: 107-113.

Finn, S B. 1973. Clinical Pedodontics. 4th.Ed. Philadelphia,London, and

Toronto:W.B. Saunders Company.

Grossman,L I, Oliet.S,Del Rio. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Ed.11.

Alih Bahasa, Rafiah Abiyono.Jakarta:EGC.

Kennedy DB. Konservasi Gigi Anak: Paediatric Operative Dentistry. 3rd ed.

Alih Bahasa. Narlan Sumawinata. Jakarta: EGC, 1993: 260-261

Http://dentalresource.org. Pediatric Dental Health. Diakses tanggal 18

September 2013.

Http://www.aapd.org . clinical Guidline on Pulp Therapy for Primary and

Young Permanent Teeth. Diakses tanggal 18 September 2013.

17