Proyek Makalah Strabismus
-
Upload
al-adip-indra-mustafa -
Category
Documents
-
view
262 -
download
0
Transcript of Proyek Makalah Strabismus
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
1/33
BAB I
PENDAHULUAN
Pada diskusi kasus 1 modul Tindakan Medik Keperawatan dengan topik Seorang
anak laki laki berusia 2 tahun yang menderita juling diadakan dalam satu sesi. Diskusi
diadakan pada hari kamis tanggal 4 mei 2013, pukul 10.00 WIB sampai pukul 11.00
WIB. Pada diskusi kasus pertama ini diketuai oleh saudara Prasada Wedatama dan
saudara Ahmad rudiansah sebagai sekretaris. dr.anggraini selaku tutor datang tepat waktu
dan memulai diskusi dengan mengabsen kelompok setelah itu membagikan skenario
kasus.Walaupun pada awalnya semua peserta diskusi terkesan bingung karena informasi
yang di dapatkan hanya sedikit,tetapi semua peserta terlihat cukup aktif dan semua ikut
berpartisipasi memberikan pendapatnya dalam diskusi.
Tujuan dibuatnya makalah tentang strabismus ini ini adalah kami selaku
mahasiswa berusaha membuat sebuah tulisan yang mampu memberikan pengetahuan
tentang strabismus kepada seluruh orang yang bekerja dalam dunia medis,khusunya bagi
masyarakat FK Usakti.
Kami menyadari isi dari makalah ini masih bayak kekurangan,oleh karena itu
kami mengharapkan masukan dari teman teman maupun para dosen pakar,supaya untukselanjutnya kami bisa lebih baik dalam membuat makalah.
1
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
2/33
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang anak berumur 2 tahun dibawa oleh orang tuanya berobat ke poli mata
karena mata kirinya juling. Dikatakan bahwa julingnya sudah terjadi sejak anak tersebut
baru lahir.
Student guide:
1. Sebutkan masalah kasus diatas
2. Sebutkan hipotesis saudara untuk kasus diatas
3. Pemeriksaan oftalmologis apa saja yang harus dilakukan. Terangkan caranya
4. Sebutkan otot-otot pergerakan bola mata serta persarafannya, kerja otot tersebut dan
akibatnya bila terjadi parese
5. Bagaimana penatalaksanaan kasus diatas
6. Apakah yang mungkin terjadi bila tidak dilakukan penatalaksanaan
2
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
3/33
BAB III
PEMBAHASAN
IDENTITAS PASIEN
Nama : -
Umur : 2 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama orang tua : -
Alamat : -
Pekerjaan orang tua :
MASALAH
Daftar Masalah Hipotesis berdasarkan masalah
Juling pada mata kiri
Paralisis otot penggerak bola mata
Kelumpuhan pada saraf
- Congenital:1 Hipertoni rektus
medius kongenital, Hipotoni rektus
lateral akuisita, Eksotropia (unsur
herediter sangat besar yaitu trait
autosomal dominant).
- Infeksi: terkena infeksi toxoplasma
saat kehamilan dapat melahirkan
anak dengan mata juling.
- Neoplasma: Retinoblastoma,
neoplasma intrakranial
- Trauma: Trauma persalinan
terutama di daerah kepala dapat
menekan nervus kranialis yang
mempersarafi otot-otot
ekstraokular.
- Lain-lain: Katarak,hipertiroid
Memeriksakan mata ke dokter saat
sudah berusia dua tahun
Keluhan sudah di dapat sejak lahir,
namun tidak segera diperiksa untuk
ditatalaksana sedini mungkin, sehingga bisa
3
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
4/33
dikatakan perjalanan penyakit sudah lama
dan memiliki faktor tinggi kemungkinan
anak akan menderita juling permanen..
ANAMNESIS DAN ANAMNESIS TAMBAHAN
Keluhan Utama : Mata kiri juling
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak kapan keluhan utama terjadi?
Sudah didapatkan dari anamnesis bahwa keluhan pasien terjadi sudah
sejak pasien lahir. Berdasarkan keterangan ini,kemungkinan besar
juling yang diderita oleh pasien merupakan kelainan kongenital atau
kelainan yang didapatkan saat proses persalinan.
Apakah anak sering menabrak saat berjalan?
Hal ini ditanyakan untuk mengetahui apakah ada gangguan pada
penglihatan anak atau tidak.
Apakah anak mengalami peningkatan aktivitas?
Hal ini ditanyakan untuk menunjang hipotesis terjadinya
hipertiroidisme. Pada hipertiroidisme dapat terjadi strabismus juga
akibat dari penebalan otot-otot bola mata sehingga mengalami
gangguan gerak.
Bagaimana nafsu makan anak?
Hal ini ditanyakan juga untuk menunjang hipotesis hipertiroidisme,
dimana seperti diketahui metabolisme pada hipertiroidisme meningkat
sehingga anak akan makan lebih banyak.
Riwayat Kehamilan Ibu
Apakah ibu mengalami infeksi selama kehamilan?Bila ibu pernah mengalami infeksi toksoplasma maka kemungkinan
anak dapat lahir dengan masalah pada penglihatannya.
Bagaimana gizi ibu selama kehamilan?
Gizi ibu selama kehamilan sangat penting untuk perkembangan
janinnya. Gizi yang buruk dapat menggagu proses perkembangan
4
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
5/33
organ-organ janin. Strabismus juga dapat disebabkan oleh
organohenesis dari otak yang tidak sempurna.
Riwayat Kelahiran
Bagaimana proses persalinan anak? Apakah spontan atau bedah
sesaria?
Proses persalinan anak yang spontan memungkinkan terjadinya trauma
pada anak. Truma pada kepala dapat menyebabkan terjadinya
strabismus karena cidera pada persarafan yang mempersarafi otot-otot
penggerak bola mata.
Apakah ibu sedang sakit (infeksi kelamin) saat persalinan?
Infeksi kelamin pada ibu (herpes simplek, gonore) dapat memberikan
masalah pada penglihatan anak jika perslinannya dilakukan secara
spontan, kemungkinan seperti ini perlu ditanyakan kepada orang tua
pasien.
Apakah anak mendapatkan perawatan khusus saat setelah lahir?
Perawatan khusus pada kasus ini contohnya adalah perawatan dengan
oksigen konsentrasi tinggi dimana pasien beresiko mengalami
gangguan penglihatan akibat ablasio retina.
Riwayat Makanan
Bagaimana asupan gizi anak selama ini?
Riwayat Imunisasi
Apakah imunisasi anak lengkap?
Riwayat Keluarga
Apakah ada keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien?
Hal ini perlu ditanyakan untu mencari kemungkinan penyakit
keturunan seperti retinoblastoma dan kelainan genetik.
Berdasarkan keterangan yang ada, kami belum bisa menegakan sebuah diagnosis pasti
pada pasien ini, karena informasi yang kami peroleh hanya sedikit.sejauh ini,kami hanya
5
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
6/33
bisa menegakan sebuah diagnosis yaitu strabismus pada okuli sinistra pasien,untuk lebih
mengetahui lebih pasti tentang keadaan pasien, maka kami merencanakan serta
menganjurkan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan tambahan yang akan kami lakukan
adalah:
PEMERIKSAAN TAMBAHAN2,3,4
Pemeriksaan status lokalis
Leher :
Periksa keadaan kelenjar tiroid. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu mempalpasi kelenjar
tiroid, sehingga bisa mengetahui apakah terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau tidak.Hal
ini untuk mendukung mau pun menyingkirkan hipotesis hipertiroid.
Pemeriksaan oftalmologis
Pemeriksaan pupil
Pemeriksaan reflex cahaya pupil ini sebagai salah satu pemeriksaan untuk menunjukan
apakah ada neoplasma intrakranial. Apabila adanya neoplasma intrakranial maka dalam
pemeriksaan didapatkan pupil yang anisokhor.
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan dengan E-chart digunakan pada anak mulai umur 3 - 3,5 tahun, sedangkan
diatas umur 5 6 tahun dapat digunakan Snellen chart.
Untuk anak dibawah 3 th dapat digunakan cara:
1. Objektif dengan optal moschope
2. Dengan observasi perhatian anak dengan sekelilingnya
3. Dengan oklusi / menutup satu mata
Pemeriksaan pergerakan monokuler
6
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
7/33
Satu mata ditutup dan mata yang lainnya mengikuti cahaya yang digerakkan kesegala
arah pandangan,sehingga adanya kelemahan rotasi dapat diketahui. Kelemahan seperti ini
biasanya karena para usis otot atau karena kelainan mekanik anatomik.
Tes tensilon (edrofonium klorida)
Tensilon adalah suatu penghambat kolinesterase. Tes ini sangat bermanfaat apabila
pemeriksaan antibodi anti-reseptor asetilkolin tidak dapat dikerjakan, atau hasil
pemeriksaannya negatif sementara secara klinis masih tetap diduga adanya miastenia
gravis. Apabila tidak ada efek samping sesudah tes 1-2 mg intravena, maka disuntikkan
lagi 5-8 mg tensilon. Reaksi dianggap positif apabila ada perbaikan kekuatan otot yang
jelas (misalnya dalam waktu 1 menit), menghilangnya ptosis, lengan dapat dipertahankan
dalam posisi abduksi lebih lama, dan meningkatnya kapasitas vital. Reaksi ini tidak akan
berlangsung lebih lama dari 5 menit. Jika diperoleh hasil yang positif, maka perlu dibuat
diagnosis banding antara miastenia gravis yang sesungguhnya dengan sindrom miastenik.
Penderita sindrom miastenik mempunyai gejala-gejala yang serupa dengan miastenia
gravis, tetapi penyebabnya ada kaitannya dengan proses patologis lain seperti diabetes,
kelainan tiroid, dan keganasan yang telah meluas. Usia timbulnya kedua penyakit ini
merupakan faktor pembeda yang penting. Penderita miastenia sejati biasanya muda,
sedangkan sindrom miastenik biasanya lebih tua. Gejala-gejala sindrom miastenik
biasanya akan hilang kalau patologi yang mendasari berhasil diatasi.Tes ini dapat
dikombinasikan dengan pemeriksaan EMG.
Uji Hirsberg, refleks kornea
Adanya juling ditentukan dengan menggunakan sentolop dan melihat refleks sinar
pada kornea.
Pada uji ini, mata disinari dengan sentolop dan akan terlihat refleks sinar pada
permukaan kornea. Refleks sinar pada mata normal terletak pada kedua mata sama-sama
di tengah pupil. Bila satu refleks sinar di tengah pupil sedang pada mata yang lain di
nasal berarti pasien juling ke luar atau eksotropia dan sebaliknya bila refleks sinar
sentolop pada kornea berada di bagian temproal kornea berarti mata tersebut juling ke
7
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
8/33
dalam atau esotropia. Setiap pergeseran letak refleks sinar dari sentral kornea 1 mm
berarti ada deviasi bola mata 7 derajat.
Uji tutup mata
Uji ini sering digunakan untuk mengetahui adanya tropia atau foria. Uji
pemeriksaan ini dilakukan untuk pemeriksaan jauh dan dekat, dan dilakukan dengan
menyuruh mata berfiksasi pada satu obyek. Bila telah terjadi fiksasi kedua mata, maka
mata kiri ditutup dengan lempeng penutup. Di dalam keadaan ini, mungkin akan terjadi:
1. Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai kejulingan yang manifes. Bila
mata kanan bergerak ke nasal berarti mata kanan juling keluar atau eksotropia. Bila
mata kanan bergerak ke temporal berarti mata kanan juling ke dalam atau esotropia
2. Mata kanan bergoyang yang berarti mata tersebut mungkin ambliopia atau tidak dapat
berfiksasi
3. Mata kanan tidak bergerak sama sekali yang berarti bahwa mata kanan berkedudukan
normal, lurus atau telah berfiksasi.
Uji tutup mata berganti
Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yang lain, maka bila kedua mata
berfiksasi normal maka mata yang dibuka tidak bergerak. Bila terjadi pergerakan pada
mata yang baru dibuka berarti terdapat foria atau tropia.
Uji tutup buka mata
Uji ini sama dengan uji tutup mata, di mana yang dilihat adalah mata yang ditutup.
Mata yang ditutup dan diganggu fusinya sehingga mata yang berbakat menjadi juling
akan menggulir. Bila mata tutup mata tersebut ditutup dan dibuka akan terlihat
pergerakan mata tersebut. Pada keadaan ini berarti mata ini mengalami foria atau juling
atau berubah kedudukan bila mata ditutup.
Pemeriksaan penunjang
Kadar T3 dan T4
Pemeriksaan ini dilakukan jika pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran kelenjar
tiroid,untuk memperkuat kemungkinan adanya hipertiroid
8
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
9/33
MRI rongga orbita dan kepala
Pemeriksaan ini untuk memperkuat kemungkinan atau memperbesar kemungkinan
adanya retinoblastoma atau kelainan yang ada di intra cranial,seperti neoplasma intra
kranial .
USG mata
Pemeriksaan in untuk menentukan ada tidaknya kemungkinan retinoblastoma pada pasien
ini. Apabila ada retinoblastoma, dapat memberikan gambaran heterogenitas dan
kalsifikasi jaringan yang identik dengan massa pada retinoblastoma.
PENATALAKSANAAN
Dari pemeriksaan yang dilakukan baik fisik, status oftalmologis dan pemeriksaan
lainnya yang kelompok kami anjurkan, belum terdapat hasil yang memadai untuk dibuat
suatu diagnosis kerja. Maka kelompok kami melakukan penatalaksanaan secara umum
sebagai berikut.
Secara umum, terapi pada anak yang menderita strabismus harus segera dilakukan
setelah diagnosis tersebut ditegakkan. Semakin dini pengangan terhadap strabismus,
maka akan semakin baik pula kemungkinan untuk menjadi normal.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada penderita strabismus antara lain dengan
bantuan kacamata, penutup mata, obat-obatan, latihan mata, toksin botulinum serta
tindakan operasi.
Untuk medika mentosa, dapat diberikan obat tetes atropine dan preaparat
parasimpatomimetik atau miotik seperti echothiophat iodide yang dapat mempengaruhi
ukuran pupil melalui kemampuan mata untuk memfokuskan cahaya. Preparat miotik
dapat digunakan pada strabismus yang diakibatkan oleh adanya gangguan memfokuskan
mata. Atropine digunakan untuk melatih mata yang memiliki gangguan fungsi
penglihatan (amblyopia) dengan cara membuat kabur penglihatan mata yang sehat. Hal
tersebut dilakukan untuk melatih dan memaksa anak agar terbiasa memakai matanya
yang lemah.
Selain preaparat yang dapat mempengaruhi ukuran pupil, pada penderita
strabismus dapat diberikan toksin botulium seperti botoks. Obat ini berfungsi untuk
mencegah terjadinya kontraksi pada otot untuk beberapa bulan. Pemberian obat tersebut
9
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
10/33
membuat otot menjadi rileks dan membuat otot yang bekerja berlawanan untuk merubah
posisi bola mata. Obat ini biasa digunakan sebagai terapi suplemen saat tindakan operasi
tidak dapat memperbaiki gangguan mata tersebut. Namun, terapi ini masih kontroversi
karena pemakaiannya menggunakan banyak suntikan, hasil seringkali tidak dapat diduga
serta dapat menyebabkan gangguan kelainan baru.
Tindakan operasi adalah satu-satunya jalan untuk menyelaraskan mata dan
meningkatkan ketajaman penglihatan pada anak dengan strabismus. Selama operasi,
dokter akan mengendurkan atau mengencangkan otot mata dengan mengubah panjang
dan posisinya sehingga dapat kembali pada letak yang seharusnya. Anak akan
membutuhkan beberapa kali operasi untuk meningkatkan ketajaman penglihatannya dan
setelah dioperasi harus menggunakan kacamata.
Dikarenakan penatalaksanaan awal sangat penting untuk mengkoreksi strabismus,
namun operasi pada anak kurang dari 2 tahun tidak biasa dilakukan dan operasi tersebut
dapat dilakukan pada usia 3 bulan dengan adanya kasus tertentu. Efektivitas melakukan
tindakan operasi pada anak dibawah usia 6 bulan masih menjadi controversial karena
walaupun jarang, strabismus pada anak yang masih usia muda terkadang dapat
menghilang seiring dengan perkembangan usia.
Penanganan strabismus bersifat relatif yaitu disesuaikan dengan individu masing-
masing. Dokter harus memperhatikan:
1. usia saat onset strabismus terjadi
2. usia pasien saat ini
3. status kesehatan pasien
4. perkembangan pasien yang diharapkan dari tindakan
5. pertimbangan keluarga pasien
6. gejala dan tanda dari gangguan penglihatan
7. kebutuhan penglihatan pasien
8. besarnya deviasi
9. ada tidaknya fusi
10. ada tidaknya ambliopia
Terapi untuk menangani strabismus ada banyak bentuk, namun dokter harus
memikirkan terapi non-bedah sebelum terapi bedah. Terapi berdasarkan dengan etiologi
10
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
11/33
dari strabismus ini. Bila etiologinya berupa gangguan fusi (non-paralitik) seperti akibat
katarak, trauma atau retinoblastoma, cukup terapi kausalnya. Untuk indikasi terapi non-
bedah seperti vision therapy adalah status dari sensori motor, terapi ini tepat untuk
strabismus akibat adanya fusi. Selain itu dipertimbangkan pula terapi pelatihan mata yang
sakit atau juling.
Terapi farmakologi untuk menangani strabismus kurang efektif karena kadang
menimbulkan efek samping bagi tubuh, sekarang hanya digunakan untuk pasien
accomodative esotropia yang tidak bisa menggunakan kacamata karena adanya
deformitas wajah. Namun, terapi farmakologi dengan obat-obat midriatik dan miositik
sering digunakan dalam menangani ambliopia pada pasien strabismus namun
perbaikannya cenderung lambat.
Terapi bedah hanya dilakukan bila terapi non bedah tidak memberikan efek.
Tindakan bedah biasanya dilakukan bila deviasi telah melebihi 15 PD pada melihat jauh
atau dekat dengan refraksi mata yang sudah dikoreksi. Untuk pasien eksotropia, deviasi
melebihi 20 PD juga harus dipikirkan untuk dilakukannya tindakan bedah. Tindakan
bedah tidak perlu dilakukan pada pasien dengan deviasi yang kecil dan pada pasien
dengan total akomodasi strabismus.5
Dokter spesialis mata akan membuat sayatan pada selaput putih mata untuk dapat
mencapai otot penggerak bola mata. Otot mata kemudian dilepaskan dari perlekatannya
dan dipindahkan perlekatannya pada tempat yang diinginkan sesuai dengan arah deviasi
bola mata. Atau dapat pula otot dipotong sedikit sesuai kebutuhan kemudian dilekatkan
lagi pada tempat perlekatan semula.
Operasi strabismus dapat dilakukan pada satu atau kedua mata sekaligus
tergantung jenis dan besarnya juling. Operasi strabismus umumnya dilakukan dengan
bius umum, terutama pada anak-anak.
Waktu pemulihan cepat. Anak biasanya dapat kembali pada aktivitas normal
dalam beberapa hari. Setelah pembedahan, kacamata mungkin masih diperlukan. Pada
beberapa kasus, pembedahan lebih dari satu kali mungkin diperlukan untuk menjaga mata
tetap lurus.
11
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
12/33
Penentuan waktu bedah ditentukan berdasarkan tipe dari strabismus, usia pasien
dan kemungkinan berkembangnya fusi.
Langkah-langkah operasi:
Informed consent
Edukasinya dilakukan bedah strabismus
1. Mata yang strabismus bisa menyebabkan mata jadi susah focus sehingga terjadi
ambliopia
2. Bedah dilakukan karena pada tahun awal mata masih berusaha memfokuskan
penglihatan sehingga jika tidak dioperasi mata anak jadi tidak bisa beradaptasi
untuk menggunakan kemampuanya untuk memfokuskan cahaya
3. Indikasi untuk therapy
RESEKSI /RESESI otot mata
Langkah penting
1. Melalui sclera setinggi limbus dipasang dua jahitan kekang. Benang-benang ini
digunakan untuk memanjangkan tempat operasi
2. Konjungtiva di atas otot yang akan dikoreksi diinsisi dengan forsep bergigi dan
gunting westkott
3. Otot dipegang dengan sebuah pengait otot besar
4. Digunakan aplikator berujung kapas untuk membersihkan dan memotong otot
5. Dimasukkan sebuah pengait otot jameson untuk menahan otot sedangkan jahitan
yang dipasang di otot dipotong
Reseksi
1. Digunakan sebuah jangka lengkung untuk mengukur jumlah otot yang akan
dipotong
2. Di tepi bagian dalam jangka tersebut dipasang sebuah klem otot jameson
3. Sclera otot dipotong pada insersinya, menyisakan sebuah punctum kecil
4. Perdarahan dihentikan dengan kauter
5. Dipasang dua benang (yang dapat diserap) rangkap melaui otot di belakang klem
6. Klem dilepas dan otot yang terletak superior terhadap benang dijepit dengan
sebuah hemostat dan dipangkas dengan gunting westkott
12
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
13/33
7. Otot ditegangkan dan disambung kembali ke punctum otot di sclera dengan
benang rangkap yang tadi dipasang
8. Konjungtiva ditutup dengan benang yang dapat diserap
Resesi
1. Di batas atas otot dipasang dua benang tunggal
2. Benang dan klem otot dipegang di satu tangan dan otot dipotong dengan gunting
westkott
3. Digunakan sebuah jangka lengkung untuk mengukur besar/jumlah resesi pada
bola mata
4. Benang dijahitkan melalui sclera superficial di titik resesi, dan otot disambung
kembali.
5. Konjungtiva ditutup dengan benang yang dapat diserap
KOMPLIKASI
Komplikasi tindakan bedah
1. diplopia
2. undercorrection atau overcorrection
3. inflamasi kronis konjungtiva
4. sikatriks
5. hilangnya otot penggerak bola mata
6. perforasi bola mata
7. endoftalmitis
8. perdarahan retrobulbar
Komplikasi bila tidak ditangani:
1. hilangnya kemampuan persepsi
2. hilangnya visus di satu mata
3. Ambliopia bersifat ireversibel dan insidennya sering terjadi
13
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
14/33
4. Gangguan pengelihatan
5. Gangguan psikologis,apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan
gangguan kosmetik pada mata, sehingga anak akan mengalami gangguan
psikologis,seperti kurangnya percaya diri.
6. Perforasi sklera
7. Kehilangan otot penggerak bola mata secara penuh
8. Skotoma supresi yang merupakan adaptasi sensoris strabismus pada anak-
anak mengakibatkan menurunnya persepsi tetapi tidak menurunkan lapang
pandang.
PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Secara keseluruhan, prognosisis pada pasien ini baik apabila pasien mendapatkan
terapi yang terbaik dan dilakukan sedini mungkin.Ad sanationam ad bonam
karena jika terapi medikasi dan terapi operasi berjalan baik maka tidak akan
terulang lagi.Ad functionam ad bonam karena apabila dilakukan tindakan
penatalaksanaan pada anak yang berusia kurang dari 8 tahun maka fungsinya
mata anak akan kembali normal.
14
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
15/33
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
STRABISMUS
Definisi
Strabismus (Mata juling) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penyimpangan
abnormal dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya, sehingga garis penglihatan
tidak paralel dan pada waktu yang sama, kedua mata tidak tertuju pada benda yang sama.
Terdapat beberapa jenis strabismus:
1. Esotropia : mata melenceng ke arah dalam
2. Eksotropia : mata melenceng ke arah luar
3. Hipertropia : mata melenceng ke arah atas
4. Hipotropia : mata melenceng ke arah bawah.
Beberapa keadaan yang bisa ditemukan bersamaan dengan strabismus:
- Ambliopia - Retinopati pada prematuritas
- Retinoblastoma - Cedera otak traumatik
- Hemangioma di sekitar mata (pada masa bayi) - Cerebral palsy.
- SindromaApert - SindromaNoonan
15
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
16/33
- SindromaPrader-Willi - Trisomy 18
- Rubella kongenitalis - Sindroma inkontinensia pigmen
Etiologi
1. Faktor Keturunan
Genetik Patternnya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnya sudah jelas.
Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka bila
anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula.
2. Kelainan Anatomi
Kelainan otot ekstraokuler
Over development
Under development
Kelainan letak insertio otot
3. Kelainan pada vascial structure
Adanya kelaian hubungan vascial otot-otot ekstraokuler dapat menyebabkan
penyimpangan
posisi bola mata.
4. Kelainan dari tulang-tulang orbita
Kelainan pembentukan tulang orbita menyebabkan bentuk dan orbital abnormal,
sehingga menimbulkan penyimpangan bola mata.
Kelainan pada saraf pusat yang tidak bisa mensintesa rangsangan.
Fovea tidak dapat menangkap bayangan.
Kelainan kwantitas stimulus pada otot bola mata.
Kelainan Sensoris
5. Kelainan Inervasi
Gangguan proses transisi dan persepsi
16
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
17/33
Pathofisiologi
Diagnosis Strabismus
Kelainan kedudukan mata dapat dibagi dalam :
strabismus paralitik (noncomitant) = incomitant
17
http://3.bp.blogspot.com/-GomdBYqnjm4/UF51IRiRDrI/AAAAAAAAAkw/jbUVl04TTUQ/s1600/pato+strabismus.jpg -
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
18/33
nonparalitik = (comitant = concomitant)
manifes = strabismus = heterotropia
laten = heteroforia
akomodatif
non akomodatif
Seringkali heteroforia bertambah secara progresif, sehingga kelainan deviasi ini tidak
dapat lagi diatasi, sehingga menjadi = strabismus.
1. Strabismus Paralitika (noncomitant, incomitant)
Tanda-tanda :
a. Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. Hal ini menjadi
nyata pada kelumpuhan total dan kurang nampak pada parese. Ini dapat dilihat, bila
penderita diminta supaya matanya mengikuti suatu obyek yang digerakkan ke 6 arah
kardinal, tanpa menggerakkan kepalanya (excurtion test). Keterbatasan gerak kadang-
kadang hanya ringan saja, sehingga diagnosa berdasarkan pada adanya diplopia saja.
b.Deviasi
Kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja, mata yang
sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal.
Deviasi ini akan tampak lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana otot
yang lumpuh bekerja. Tetapi bila mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini
tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.
Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat kekiri tak
tampak esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata sekali.
Parese m.rektus lateral mata kanan Mata kiri fiksasi (mata sehat) mata kanan ditutup
(mata sakit) deviasi mata kanan=deviasi mata primer Mata kiri yang sehat ditutup,
mata kanan yang sakit fiksasi, deviasi mata kiri = deviasi sekunder, yang lebih besardari pada deviasi primer.
c. Diplopia : terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih nyata
bila mata digerakkan kearah ini.
18
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
19/33
d. Ocular torticollis (head tilting).Penderita biasanya memutar kearah kerja dari otot
yang lumpuh. Kedudukan kepala yang miring, menolong diagnosa strabismus
paralitikus. Dengan memiringkan kepalanya, diplopianya terasa berkurang.
e.Proyeksi yang salah. Mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada lokalisasi yang
benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh menunjukkan suatu obyek yang
ada didepannya dengan tepat, maka jarinya akan menunjukkan daerah disamping
obyek tersebut yang sesuai dengan daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Hal
ini disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar dibutuhkan oleh otot yang lumpuh,
untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini menyebabkan tanggapan yang salah pada
penderita.
f. Vertigo, mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan ini
dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit. Diagnosa berdasarkan :Keterbatasan
gerak ,Deviasi,Diplopia.
Ketiga tanda ini menjadi nyata, bila mata digerakkan kearah lapangan kerja dari otot
yang sakit. Pada keadaan parese, dimana keterbatasan gerak mata tak begitu nyata
adanya diplopi merupakan tanda yang penting.Cara pemeriksaannya dengan tes
diplopi.Dengan cara ini dapat diketahui:
1. Pada arah mana didapat diplopia
2. Apakah diplopianya bertambah kesatu arah
3. Mata mana yang menderita.
Dengan demikian dapat diketahui mata mana dan otot mana pada mata itu yang salah.
Caranya : Penderita disuruh mengikuti gerak korek api, dengan matanya, tanpa
menggerakkan kepalanya, yang digerakkan keatas, kebawah, kekanan dan kekiri,
secara maksimal. Diperhatikan apakah timbul diplopia pada salah satu arah.
Pengukuran derajat deviasinya dengan tes Hirschberg, tes Krimski, tes Maddox
cross.Kelumpuhan otot dapat mengenai satu otot, biasanya m.rektus lateralis,
m.obliqus superior atau salah satu otot yang diurus oleh N.III. Dapat juga mengenai
beberapa otot yang diurus oleh N.III.
Esotropia paralitikus = abdusen palcy = noncomitant esotropia
Sering terdapat pada orang dewasa yang mendapat trauma dikepala, tumor atau
peradangan dari susunan saraf serebral. Jarang ditemukan pada anak-anak, yang
19
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
20/33
biasanya disebabkan trauma pada waktu lahir, kelainan kongenital dari m.rektus
lateralis atau persarafannya.
Tanda-tandanya :
gangguan pergerakan mata kearah luar
diplopi homonim, yang menjadi lebih hebat, bila mata digerakkan kearah luar
kepala dimiringkan kearah otot yang lumpuh
deviasinya menghilang, bila mata digerakkan kearah yang berlawanan dengan otot
yang lumpuh
pada anak dibawah 6 tahun, dimana pola sensorisnya belum tetap, timbul supresi,
sehingga tidak timbul diplopia
pada orang dewasa, dimana esotropianya terjadi sekonyong-konyong, penderita
mengeluh ada diplopia, karena pola sensorisnya sudah tetap dan bayangan dari obyek
yang dilihatnya jatuh pada daerah-daerah retina dikedua mata yang tidak bersesuaian
(corresponderend).
Pengobatan :
Penderita diobati dahulu secara nonoperatif selama 6 bulan, menurut kausanya, kalau
dapat dengan kerjasama beserta seorang ahli saraf. Bila terdapat diplopia, mata yang sakit
ditutup untuk menghilangkan diplopia dan segala akibatnya. Adapula yang menutup mata
yang sehat untuk menghilangkan diplopianya.
Baik pada anak ataupun dewasa, bila setelah 6 bulan pengobatan belum ada perbaikan,
baru dilakukan operasi, yaitu reseksi dari m.rektus lateralis atau reseksi dari m.rektus
medialis, sebab bila dibiarkan terlalu lama dapat terjadi atrofi dari otot.
kelumpuhan dari n.iii (n. okulomotorius).
Pada kelumpuhan total dari saraf ini didapatkan :
ptosis.
bola mata hampir tak dapat bergerak. Keterbatasan bergerak kearah atas, kenasal dan
sedikit kearah bawah.
mata berdeviasi ketemporal, sedikit kebawah. Kepala berputar kearah bahu pada sisi
otot yang lumpuh.
20
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
21/33
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
22/33
lainnya. Terjadinya bisa sekonyong-konyong ataupun perlahan-lahan, tetapi perjalanan
penyakitnya selalu menahun. Kekambuhan sering terjadi. Kalau telah terjadi lama,
prognosis tidak menguntungkan lagi, karena kemungkinan terjadinya atrofi dari otot-otot
yang lumpuh dan kontraksi dari otot lawannya.
Pengobatan :
Untuk menghindari diplopia, mata yang sakit ditutup. Ada pula yang menutup mata yang
sehat.Kalau setelah pengobatan kira-kira 6 bulan tetap lumpuh, dilakukan operasi reseksi
dari otot yang lumpuh disertai resesi dari otot lawannya. Supaya tidak terjadi atrofi dari
otot yang lumpuh. Hasil dari operasi ini sering mengecewakan, tetapi perbaikan kosmetis
mungkin dapat memuaskan.
Kelumpuhan m.rektus medialis :
Menyebabkan strabismus divergens, gangguan gerak kearah nasal, cross diplopi.
Kelainan ini bertambah bila mata digerakkan kearah nasal (aduksi). Kepala dimiringkan
kearah otot yang sakit.
Kelumpuhan m.rektus superior :
Terdapat keterbatasan gerak keatas, hipotropia, diplopia campuran (diplopi vertikal dan
crossed diplopia). Bayangan dari mata yang sakit terdapat diatas bayangan mata yangsehat. Kelainan bertambah pada gerakan mata keatas.
Kelumpuhan m.rektus inferior :
Terdapat keterbatasan gerak mata kebawah, hipertropia, diplopi campuran, crossed, yang
bertambah hebat bila mata digerakkan kebawah. Bayangan dari mata yang sakit terletak
lebih rendah.
Kelumpuhan m.obliqus superior :
Terdapat keterbatasan gerak kearah bawah terutama nasal inferior, strabismus yang
vertikal, diplopia campuran, terutama vertikal dan homonim yang bertambah hebat bila
mata digerakkan kearah nasal inferior. Bayangan dari mata yang sakit terletak lebih
rendah.
Kelumpuhan m.obliqus inferior :
22
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
23/33
Terdapat keterbatasan gerak keatas, terutama atas nasal, strabismus vertikal, diplopia
campuran, homonim. Kelainan ini bertambah bila mata digerakkan kearah temporal atas.
Bayangan dari mata yang sakit terletak lebih tinggi.
2. STRABISMUS NONPARALITIK
Disini kekuatan duksi dari semua otot normal dan mata yang berdeviasi mengikuti gerak
mata yang sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan kekuatan yang
sama. Deviasi primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan deviasi sekunder
(deviasi pada mata yang sehat). Mata yang ditujukan pada obyek disebut fixing eye,
sedang mata yang berdeviasi disebut squinting eye.
Dibedakan strabismus nonparalitika; nonakomodatif akomodatif berhubungan
dengan kelainan refraksi.
Strabismus Nonparalitik nonakomodatif :
Deviasinya telah timbul pada waktu lahir atau pada tahun-tahun pertama. Deviasinya
sama kesemua arah dan tidak dipengaruhi oleh akomodasi. Karena itu penyebabnya tak
ada hubungannya dengan kelainan refraksi atau kelumpuhan otot-otot. Mungkin
disebabkan oleh Insersi yang salah dari otot-otot yang bekerja horizontal
Gangguan keseimbangan gerak bola mata, dapat terjadi karena gangguan yang bersifat
sentral, berupa kelainan kwantitas rangsangan pada otot. Hal ini disebabkan kesalahan
persarafan terutama dari perjalanan supranuklear, yang mengelola konvergensi dan
divergensi. Kelainan ini dapat menimbulkan proporsi yang tidak baik antara kekuatan
konvergensi dan divergensi. Untuk melakukan konvergensi dari kedua mata, harus ada
kontraksi yang sama dan serentak dari kedua m.rektus internus, sehingga terjadi gerakan
yang sama dan simultan dari mata ke nasal. Divergensi dan konvergensi adalah
bertentangan, overaction dari yang satu menyebabkan kelemahan dari yang lain dan
sebaliknya.
Rangsangan sentral yang berlebihan untuk konvergensi, menyebabkan kedudukan bola
mata yang normal untuk penglihatan jauh (divergensi) sedang menjadi strabismus
konvergens untuk penglihatan dekat (konvergensi).
Dibedakan :
23
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
24/33
1. Kelebihan konvergensi : (convergence excess) pada penglihatan jauh normal, pada
penglihatan dekat timbul strabismus konvergens.
2. Kelebihan divergensi (divergence exess) : pada penglihatan dekat normal. pada
penglihatan jauh timbul strabismus divergens.
3. Kelemahan konvergensi : (convergence insufficiency) : pada penglihatan jauh normal,
pada penglihatan dekat timbul strabismus divergens.
4. Kelemahan divergensi (divergence insufficiency) : pada penglihatan dekat normal, pada
penglihatan jauh timbul strabismus konvergens.
Kekurangan daya fusi : Kelainan daya fusi kongenital sering didapatkan. Daya fusi
ini berkembang sejak kecil dan selesai pada umur 6 tahun. Ini penting untukk penglihatan
binokuler tunggal yang menyebabkan mata melihat lurus. Tetapi bila daya fusi ini
terganggu secara kongenital atau terjadi gangguan koordinasi motorisnya, maka akan
menyebabkan strabismus. Pada kasus yang idiopatis, kesalahan mungkin terletak pada
dasar genetik. Eksotropik dan esotropia sering merupakan keturunan autosomal dominan.
Kadang-kadang pada anak dengan esotropia, didapatkan orang tuanya dengan esoforia
yang hebat. Tidak jarang strabismus nonakomodatif tertutup oleh faktor akomodatif,
sehingga bila kelainan refraksinya dikoreksi, strabismusnya hanya diperbaiki sebagian
saja.
Tanda-tanda :
1. Kelainan kosmetik, sehingga pada anak-anak yang lebih besar merupakan beban
mental.
2. Tak terdapat tanda-tanda astenopia.
3. Tak ada hubungan dengan kelainan refraksi.
4. Tak ada diplopia, karena terdapat supresi dari bayangan pada mata yang berdeviasi.
Pada strabismus yang monokuler, karena supresi dapat terjadi ambliopia ex anopsia.
Bila deviasinya mulai pada umur muda dan sudut deviasinya besar, maka bayangan
dimakula yang terdapat pada mata yang fiksasi (fixing eye) terdapat didaerah diluar
makula pada mata yang berdeviasi (squiting eye). Jadi terdapat abnormal retinal
correspondence (binocular fals projection). Pengukuran derajat deviasinya dilakukan
24
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
25/33
dengan : tes Hisrchberg, tes Krimsky, tes Maddox cross. Pemeriksaan kekuatan duksi
untuk mengukur kekuatan otot.
Pengobatan :
1. Preoperatif
2. Operatif
Ad. 1. Preoperatif :
Pengobatan yang paling ideal pada setiap strabismus adalah bila tercapai hasil fungsionil
yang baik, yaitu penglihatan binokuler yang normal dengan stereopsis, disamping
perbaikan kosmetik. Hal ini sukar dicapai karena tergantung dari pada
o lamanya strabismus.
o umur anak pada waktu diperiksa.
o sikap orang tuanya.
o kelainan refraksi.
Pada strabismus yang sudah berlangsung lama dan anak berumur 6 tahun atau lebih pada
waktu diperiksa pertama, maka hasil pengobatannya hanya kosmetis saja.
Sedapat mungkin ambliopia pada mata yang berdeviasi harus dihilangkan dengan:
Menutup mata yang normal (terapi oklusi = patching).
Dengan demikian penderita dipaksa untuk memakai matanya yang berdeviasi. Biasanya
ketajaman penglihatannya menunjukkan perbaikan dalam 4-10 minggu. Penutupan ini
mempunyai pengaruh baik pada pola sensorisnya retina, tetapi tidak mempengaruhi
deviasi. Sebaiknya terapi penutupan sudah dimulai sejak usia 6 bulan, untuk hindarkan
timbulnya ambliopia. Pada anak berumur dibawah 5 tahun dapat diteteskan sulfas atropin
1 tetes satu bulan, sehingga mata ini tak dipakai kira-kira 2 minggu. Ada pula yang
menetesinya setiap hari dengan homatropin sehingga mata ini beberapa jam sehari tak
dipakai. Sedang pada anak-anak yang lebih besar, dilakukan penutupan matanya 2-4 jam
sehari. Penetesan atau penutupan jangan dilakukan terlalu lama, karena takut
menyebabkan ambliopia pada mata yang sehat ini.
Pengobatan dengan cara penutupan,
pada anak yang sudah mengerti (3 tahun), harus dikombinasikan dengan latihan ortoptik
untuk mendapatkan penglihatan binokuler yang baik. Kalau pengobatan preoperatif sudah
cukup lama dilakukan, kira-kira 1 tahun, tetapi tak berhasil, maka dilakukan operasi.
25
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
26/33
Tindakan operatif sebaiknya dilakukan pada umur 4-5 tahun, supaya bila masih ada
strabismusnya yang belum terkoreksi dapat dibantu dengan latihan.
Prinsip operasinya :
reseksi dari otot yang terlalu kuat
reseksi dari otot yang terlalu lemah.
Esotropia Nonakomodativa,
Meliputi lebih dari setengahnya strabismus nonparalitika. Deviasinya sudah timbul pada
waktu lahir atau pada tahun-tahun pertama. Deviasinya sama kesemua arah dan tak
terpengaruhi oleh akomodasi, tak ada hubungan dengan kelainan refraksi atau
kelumpuhan otot.
Penyebabnya mungkin insersi yang salah dari otot bekerja horizontal, kelainan persarafan
supranuklear atau kelainan genetis.
Pengobatan :
Terapi penutupan secepat mungkin, disamping latihan ortoptik, sebelum dilakukan
tindakan operatif ;
resesi dari m.rektus medialis
reseksi dari m.rektus lateralis.
Strabismus Nonparalitika akomodativa :
Gangguan keseimbangan konvergensi dan divergensi dapat juga berdasarkan akomodasi,
jadi berhubungan dengan kelainan refraksi.
Dapat berupa :
strabismus konvergens (esotropia)
strabismus divergens (eksotropia).
Pemeriksaan yang dilakukan :
Pemeriksaan refraksi harus dilakukan dengan sikloplegia, untuk menghilangkan pengaruh
dari akomodasi.
Caranya :
Pada anak-anak dengan pemberian sulfas atropin 1 tetes sehari, tiga hari berturut-
turut, diperiksa pada hari keempat.
26
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
27/33
Pada orang dewasa diteteskan homatropin 1 tetes setiap 15 menit, tiga kali
berturut-turut, diperiksa 1 jam setelah tetes terakhir.
Pengukuran derajat deviasi dengan tes Hirschberg, tes Krismky, tes Maddox cross.
Pemeriksaan kekuatan duksi, untuk mengukur kekuatan otot yang bergerak pada arah
horizontal (adduksi = m.rektus medialis; abduksi = m.rektus lateralis).
Pengobatan :
1 koreksi dari kelainan refraksi, dengan sikloplegia.
2 hindari ambliopia dengan penetesan atropin atau penutupan pada mata yang sehat.
3 meluruskan aksis visualis dengan operasi (mata menjadi ortofori).
4 memperbaiki penglihatan binokuler dengan latihan ortoptik.
Strabismus Konvergens nonparalitik akomodatif (konkomitan akomodatif)
Dinamakan juga esotropia, dimana mata berdeviasi kearah nasal. Kelainan ini
berhubungan dengan hipermetropia atau hipermetropia yang disertai astigmat. Tampak
pada umur muda, antara 1-4 tahun, dimana anak mulai mempergunakan akomodasinya
untuk melihat benda-benda dekat seperti mainan atau gambar-gambar. Mula-mula timbul
periodik, pada waktu penglihatan dekat atau bila keadaan umumnya terganggu, kemudian
menjadi tetap, baik pada penglihatan jauh ataupun dekat.
Kadang-kadang dapat menghilang pada usia pubertas. Anak yang hipermetrop,
mempergunakan akomodasi pada waktu penglihatan jauh, pada penglihatan dekat
akomodasi yang dibutuhkan lebih banyak lagi. Akomodasi dan konvergensi erat
hubungannya, dengan penambahan akomodasi konvergensinyapun bertambah pula. Pada
anak dengan hipermetrop ini, mulai terlihat esoforia periodik pada penglihatan dekat,
disebabkan rangsangan berlebihan untuk konvergensi. Lambat laun kelainan deviasi ini
bertambah sampai fiksasi binokuler untuk penglihatan dekat tak dapat dipertahankan lagi,
dan terjadilah strabismus konvergens untuk dekat. Kemudian terjadi pula esotropia pada
penglihatan jauh.
Pengobatan :
1) Koreksi refraksi dengan sikloplegia. Harus diberikan koreksi dari hipermetropia
totalis, dan kacamata dipakai terus-menerus. Karena terdapat akomodasi yang berlebihan,
27
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
28/33
juga dapat diberikan kacamata untuk dekat meskipun belum usia presbiopia, untuk
mengurangi akomodasinya. Jadi diberikan kacamata bifokal.
2) Mata yang sehat ditutup atau ditetesi atropin untuk memperbaiki visus pada mata
yang sakit, 1 tetes 1 bulan 1 kali dapat juga dengan homatropin setiap hari atau penutupan
mata yang sehat. Kacamata harus diperiksa berulang kali, karena mungkin terdapat
perubahan, sampai kelainan refraksinya tetap.
3) Latihan ortoptik harus dilakukan bersamaan dengan perbaikan koreksi untuk
memperbaiki pola sensorik dari retina, sehingga memperbesar kemungkinan untuk dapat
melihat binokuler.
4) Kalau setelah tindakan diatas esotropianya masih ada, dan kelainan deviasinya
tidak begitu besar, dapat diberikan koreksi dengan prisma, basis temporal.
5) Bila semua tindakan tidak menghilangkan kelainan deviasinya, maka dilakukan
operasi, untuk meluruskan matanya.
6) Setelah operasi, diteruskan latihan ortoptik untuk memperbaiki penglihatan
binokuler. Pada esotropia untuk jarak jauh, dilakukan reseksi m.rektus eksternus, (otot
yang lemah). Pada esotropi jarak dekat, perlu resesi m.rektus internus (otot yang kuat).
Untuk esotropi yang hebat, lebih dari 30 derajat, terjadi jauh dekat, dilakukan operasi
kombinasi.
strabismus divergens nonparalitik akomodatif(eksotropi konkomitanakomodatif)
Mata berdeviasi kearah temporal. Hubungannya dengan miopia. Sering juga didapat, bila
satu mata kehilangan penglihatannya sedang mata yang lain penglihatannya tetap baik,
sehingga rangsangan untuk konvergensi tak ada, maka mata yang sakit berdeviasi keluar.
Strabismus divergens biasanya mulai timbul pada waktu masa remaja atau dewasa muda.
Lebih jarang terjadi.
Dapat dimulai dengan :
Kelebihan divergensi
Kelemahan konvergensi.
Pada miopia mulai dengan kelemahan akomodasi pada jarak dekat, orang miop hanya
sedikit atau tidak memerlukan akomodasi, sehingga menimbulkan kelemahan
konvergensi dan timbullah kelainan eksotropia untuk penglihatan dekat sedang untuk
28
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
29/33
penglihatan jauhnya normal. tetapi pada keadaan yang lebih lanjut, timbul juga
eksotropia pada jarak jauh. Bila penyebabnya divergens yang berlebihan, yang biasanya
merupakan kelainan primer, mulai tampak sebagai eksotropia untuk jarak jauh. Tetapi
lama kelamaan kekuatan konvergensi melemah, sehingga menjadi kelainan yang
menetap, baik untuk jauh maupun dekat.
Pengobatan :
1. Koreksi penuh dari miopinya, ditambah overkoreksi 0,5-0,75 dioptri untuk
memaksa mata itu berakomodasi, kacamata ini harus dipakai terus-menerus.
2. Latihan ortoptik, untuk memperbaiki penglihatan binokuler, disamping terapi
oklusi.
3. Operasi, bila cara yang terdahulu tak memberikan pengobatan yang memuaskan.
Pada eksotropia hanya untuk jarak jauh, dilakukan dari m.rektus lateralis, sedang
pada kelemahan dari daya konvergensi, yang timbulkan eksotropia pada jarak
dekat dilakukan reseksi dari m.rektus medialis. Untuk eksotropia yang menetap
untuk jauh dan dekat, dilakukan operasi kombinasi. Bila kelainan deviasinya tak
begitu besar, dapat dicoba dulu dengan kacamata prisma basis nasal.
Pada bayi dan anak kecil ada kecenderungan konvergensi yang berlebihan, yang
dipengaruhi oleh persarafan supranuklear. Kecenderungan untuk berdivergensi menjadi
lebih besar dengan bertambahnya umur. Karena itu, bila tidak ada daya untuk berfusi,
seperti pada mata yang buta atau mata dengan visus yang sangat menurun, maka mata ini
akan berdeviasi kenasal pada anak-anak sampai umur 6 tahun dan pada orang-orang yang
lebih dari 6 tahun usianya akan berdeviasi kearah temporal
Pemeriksaan Diagnostik
a. E-chart / Snellen Chart
Pemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3 - 3,5 tahun, sedangkan
diatas umur 5 6 tahun dapat digunakan Snellen chart.
Untuk anak dibawah 3 th dapat digunakan cara
1. Objektif dengan optal moschope
2. Dengan observasi perhatian anak dengan sekelilingnya
29
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
30/33
3. Dengan oklusi / menutup cat mata
b. Menentukan anomaly refraksi
Dilakukan retroskopi setelah antropinisasidengan atropin 0,5 % - 1 %
c. Retinoskopi
Sampai usia 5 tahun anomali refraksi dapat ditentukan secara objectif dengan retinoskopi
setelah atropinisasi dengan atropin 0,5 % - 1 %, diatas usia 5 tahun ditentukan secara
subbjektif seperti pada orang dewasa.
d. Cover Test : menentukan adanya heterotropia
e. Uncovertest : menentukan adanya heterophoria
Caranya:
Pasien diminta melihat objek fiksasi. Mata kanan ditutup dan mata kiri tidak.
Lalu dibuka, segera perhatikan, bila bola mata bergerak, heterophoria diam,orhoporia,
exophoria bergerak nasal.
f. Hirsberg Test
Pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada permukaan kornea.
Cara :
1. Penderita melihat lurus ke depan
2. Letakkan sebuah senter pada jarak 1/3 m = 33 cm di depan setinggi kedua mata
pederita
3. Perhatika reflek cahaya dari permukaan kornea penderita.
4. Prisma + cover test
Mengubah arah optic garis pandang
g. Tes Krimsky
Caranya:
Penderita melihat kesumber cahaya yang jarak nya ditentukan. Perhatikan reflek cahaya
pada mata yang berdeviasi. Kekuata prisma yang terbesar diletakkan di depan mata yang
brdeviasi, sampai reflek cahaya yang terletak disentral kornea
h. Tes Maddox Cross
Maddox Cross terdiri dari satu palang dengan tangan dari silang nya 1 m. pada jarak 1m
dari Maddox cross, kedua mata penderita, musle light yang terletak ditengah-tengah
30
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
31/33
Maddox cross dan ujung Maddox cross membentuk segitiga sama kaki dengan sudut
dasarnya 45o
Suruh penderita melihat muscle light, kalau tidak ada strabismus, reflek cahaya terletak di
tengah-tengah pupil, namu bila strabismus, letaknya eksentrik
i. Pemeriksaan gerakan mata
Pemeriksaan pergerakan monokuler
Satu mata ditutup dan mata yang lainnya mengikuti cahaya yang digerakkan kesegala
arah pandangan,sehingga adanya kelemahan rotasi dapat diketahui. Kelemahan seperti ini
biasanya karena para usis otot atau karena kelainan mekanik anatomic.
Pemeriksaan pergerakan binokuler
Pada tiap-tiap mata ,bayangan yang ditangkap oleh fovea secara subjektif terlihat seperti
terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek yang berlainan ditangkap oleh 2 fovea, kedua
objek akan terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek akan terlihat saling
tindih,tetapi jika ada ketidak samaan menyebabkan fusi tidak memberikan kesan tunggal.
Komplikasi
1. Supresi
Usaha yang tidak disadari dari penderita untuk menghindari diplopia yang timbul
akibat adanya deviasinya.
2. Amblyopia
Menurunnya visus pada satu atau dua mata dengan atau tanpa koreksi kacamata dan
tanpa adanya kelainan organiknya.
3. Anomalus Retinal Correspondens
Suatu keadaan dimana favea dari mata yang baik (yang tidak berdeviasi) menjadi sefaal
dengan daerah favea dari mata yang berdeviasi.
4. Defect otot
Perubahan-perubahan sekunder dari striktur konjungtiva dan jaringan fascia yang ada di
sekeliling otot menahan pergerakan normal mata
5. Adaptasi posisi kepala
31
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
32/33
Keadaan ini dapat timbul untuk mengindari pemakaian otot yang mengalami efecyt atau
kelumpuhan untuk mencapai penglihatan binokuler. Adaptasi posisi kepala biasanya
kearah aksi dari otot yang lumpuh.
AMBLIOPIA
Amblyopia lebih dikenal dengan sebutanLazy Eye (mata malas). Ambliopia adalah
kurangnya tajam penglihatan akibat perkembangan abnormal pada area visual di otak
yang disebabkan kurangnya rangsangan visual selama perkembangan visual dini.
Kurangnya rangsangan visual dini ini didapatkan pada kasus-kasus seperti strabismus,
katarak sejak lahir, kelainan refraksi yang berat pada satu atau dua mata (yang tidak
segera dikoreksi dengan kacamata), kekeruhan pada kornea dan badan kaca.1 Keadaan
ini menyebabkan tajam penglihatan yang tidak optimal tanpa adanya kelainan organik
dan tidak dapat lagi dikoreksi. Keadaan ini juga dikenal dengan istilah lazy eye atau
mata malas.
Bila salah satu mata memiliki tajam penglihatan yang baik sedangkan mata yang lainnya
tidak, maka mata dengan tajam penglihatan yang lebih buruk akan mengalami ambliopia.
Umumnya hanya satu mata yang mengalami ambliopia, namun tidak menutup
kemungkinan gangguan ini bisa terjadi pada dua mata sekaligus.
Ambliopia sering ditemukan dan dapat mengenai 2 hingga 3 orang dari 100 pasien. Masa
terapi ambliopia yang paling baik adalah selama masa bayi dan awal masa anak-anak
32
-
7/22/2019 Proyek Makalah Strabismus
33/33
BAB V
KESIMPULAN
Pasien pada kasus ini adalah pasien dengan strabismus. Mengenai jenis dari strabismus
tersebut masih belum diketahui, sehingga masih perlu dilakukan pemeriksaan tambahan
lannya untuk mengetahui jenisnya serta penyebabnya. Penatalaksanaan yang dapat
diberikan pada pasien ini adalah dengan bantuan kacamata, penutup mata, obat-obatan,
latihan mata, toksin botulinium, serta tindakan operasi.apabila tindakan pengobatan
dilakukan dengan waktu sedini mungkin, maka hasil pengobatan pun akan semakin
optimal.