makalah manejemen proyek 2

14
i MAKALAH PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Proyek Dosen: Gading GamaPutra S.ap, M.ag Di susun oleh : Krisman Hi sabudin Nim:0111120465 SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI NEGARA”AAN” YOGYAKARTA 2013/2014

Transcript of makalah manejemen proyek 2

Page 1: makalah manejemen proyek 2

i

MAKALAH

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Manajemen Proyek

Dosen: Gading GamaPutra S.ap, M.ag

Di susun oleh :

Krisman Hi sabudin

Nim:0111120465

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI NEGARA”AAN”

YOGYAKARTA

2013/2014

Page 2: makalah manejemen proyek 2

0

DAFTAR ISI

BAB I ....................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................... 1

BAB II ...................................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2

A. PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA ............................................................................................ 2

B. ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF

PERENCANAAN .................................................................................................................................... 4

C. MEMAHAMI PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA .................................. 6

BAB III ................................................................................................................................................... 11

PENUTUP............................................................................................................................................... 11

1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

Page 3: makalah manejemen proyek 2

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kegiatan publik khususnya pemerintahan maupun privat (usaha swasta) selalu diperlukan

barang/jasa baik untuk keperluan operasional yang bersifat rutin seperti bahan baku, bahan penolong

(supplies), suku cadang, barang jadi, dan barang modal (kapital) seperti bangunan, mesin dan peralatan

lainnya.

Kebutuhan barang/jasa tidak dapat dihindarkan untuk menjaga kelancaran operasional dan untuk

menjamin pertumbuhan, dimana untuk mendapatkannya tidak dapat diperoleh secara instan, tetapi

diperlukan tenggang waktu. Tenggang waktu tersebut dimulai dari saat melakukan pemesanan, waktu

untuk memproduksinya, waktu untuk mengantarkan barang, bahkan sampai dengan waktu untuk

memproses barang di gudang hingga siap digunakan oleh pemakainya.

Diberbagai negara maju seperti di Amerika dan negara yang tergabung dalam Komunitas Eropa, tidak

kurang dari 20% GDP dialokasikan untuk pengadaan barang/jasa, sedangkan di Indonesia tiap tahunnya

tidak kurang dari 30% APBN dialokasikan untuk pengadaan barang/jasa.

Oleh sebab itu, sistem pengadaan publik yang transparan, non diskriminasi, berkeadilan, efektif

dan efisien sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Salah satu isu dan

permasalahan pokok dalam penyelenggaraan pengadaan publik yang diakui oleh berbagai kalangan baik

dari masyarakat bahkan dari pemerintah adalah praktek diskriminatif, kecurangan, dan korupsi yang

terjadi tidak hanya di negara berkembang seperti di dalam pengadaan pemerintah di Indonesia, tetapi juga

diberbagai negara maju.

Menurur Christopher & Gross (2006), sebenarnya isu dan permasalahan ini telah mendapat perhatian

masyarakat internasional sejak tahun 60an, dan berbagai upaya telah dilakukan untuk mencari solusinya.

Kesepakatan pertama lahir tahun 1979 pada Putaran Tokyo (Tokyo Round) dengan dikeluarkannya

Government Procurement Agreement (GPA) sebagai suatu kesepakatan yang bersifat plurilateral yang

mul mulai diberlakukan pada 1 Januari 1981.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Prinsip pengadaan barang/jasa

2. Efektivitas kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah dalam perspektif perencanaan

3. Memahami perencanaan dan kebijakan pengadaan barang/jasa

Page 4: makalah manejemen proyek 2

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA

Beberapa prinsip pengadaan barang menurut Perpres 54/2010 adalah : Efesien, berarti pengadaan barang /

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan. Terbuka dan bersaing, berarti

pengadaan barang / jasa yang harus terbuka bagi penyedia barang/ jasa yang memenuhi persyaratan dan

dilakukan melalui persingan yang sehat diantara penyedia barang / jasa yang setara dan memenuhi syarat

tertentu berdasarkan ketentuan prosedur yang jelas dan transparan. Transparan, berarti semua ketentuan

dan informasi mengenai pengadaan barang / jasa termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara

evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calonpenyedia barang / jasa, yang berminat serta bagi masyarakat luas

pada umumnya. Adil / tidak diskriminatif, berat memberikan perlakukan yang sama bagi semua calon

penyedia barang / jasa dan tidak mengarah untuk mengarah, untuk member keuntungan kepada pihak

tertentu dengan cara dan alasan apapun. Akuntabel berarti harus mencapai sasaran baik fisik keuangan

maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat

sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang / jasa.jasa harus

diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan

dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Efektif, berati pengadaan barang /

jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan seperti berikut:

a. Prinsip dan Etika Pengadaan

Mengingat belum ada formulasi standar terkait dengan public procurement yang bisa dianut oleh suatu

negara maka agar pengadaan barang/jasa mencapai tujuan sesuai dengan kriteria kinerja yang diharapkan

sebagaimana diuraikan diatas dari berbagai sumber yang ada dapat disarikan prinsip dasar, etika

pengadaan, dan ketentuan umum sebagai berikut.

b. Prinsip Dasar Pengadaan

Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan menggunakan prinsip dasar sebagai berikut:

1. Transparan: semua ketentuan dan informasi, baik teknis maupun administratif termasuk tata cara

peninjauan, hasil peninjauan, dan penetapan Penyedia Barang/Jasa harus bersifat terbuka bagi

Penyedia Barang/Jasa yang berminat dan mampu tanpa diskriminasi.

Page 5: makalah manejemen proyek 2

3

2. Adil: tidak diskriminatif dalam memberikan perlakuan bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa

dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara atau

alasan apa pun.

3. Bertanggung jawab: mencapai sasaran baik fisik, kualitas, kegunaan, maupun manfaat bagi kelan-

caran pelaksanaan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebijakan serta ketentuan yang

berlaku dalam pengadaan barang/jasa

4. Efektif: sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi para pihak terkait

5. Efisien: menggunakan dana, daya, dan fasilitas secara optimum untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan dengan biaya yang wajar dan tepat pada waktunya.

c. Etika Pengadaan

Semua fungsi/pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa wajib mematuhi etika sebagai berikut

1. Melaksanakan tugas secara tertib, penuh rasa tanggung jawab, demi kelancaran, dan ketepatan

tercapainya tujuan pengadaan barang/ jasa.

2. Bekerja secara profesional dengan menjunjung tinggi kejujuran, kemandirian, dan menjaga

informasi yang bersifat rahasia

3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan persain

gan tidak sehat, penurunan kualitas proses pengadaan, dan hasil pekerjaan.

4. Bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kewenangannya.

5. Mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest) pihak-pihak yang terlibat

langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan.

Pengadaan barang/jasa publik (public procurement) merupakan pengadaan barang yang dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang baik dari segi penggunanya, pelaksana pengadaan, dan sumber dananya.

Aktivitas pengadaan tidak terbatas pada proses pengadaan, namun cakupan aktivitas pengadaan meliputi

lima kegiatan utama yaitu rencana pengadaan, proses pengadaan, penerimaan dan penyimpanan, serta

pemakaian dan manajemen aset, dan tiga transaksi, yaitu transaksi pembelian barang/ jasa (kontrak),

transaksi penerimaan barang/jasa, dan transaksi pengeluaran atau penggunaan barang/jasa.

Page 6: makalah manejemen proyek 2

4

B. ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA

PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF PERENCANAAN

Berangkat dari permasalahan pada pembahasan sebelumnya, dapat dipahami apabila

perencanaan mempunyai fungsi yang amat penting. Pemerintah akan kehilangan arah dan tujuan

terutama dalam mempersiapkan dan melaksanakan pengadaan barang / jasa pemerintah yang

efisien, efektif dan akuntabel. Agar perencanaan bukan sekedar kata-kata manis diucapkan,

maka pada prinsipnya setiap kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah bertujuan untuk

mensinergikan ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah dengan kebijakan-kebijakan di

sektor lainnya. Secara garis besar proses pengadaan barang/jasa pemerintah diawali oleh : 1).

Kebutuhan barang/jasa; 2) Optimalisasi fungsi perencanaan ; 3) Rencana Kerja

Anggara/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (RKA/DPA) ; 4) Pengadaan Barang/Jasa

Gambar 4.1 Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Untuk meningkatkan efifiensi, efektivitas dan akuntabel dalam penggunaan keuangan

negara yang dibelanjakan melalui proses pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan upaya

untuk menciptakan kondisi yang diinginkan, sehingga diperoleh barang/jasa pemerintah yang

terjangkau dan berkualitas serta dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik,

keuangan maupun manfaat bagi kelancaran tugas – tugas umum pemerintah dan pelayanan

umum.

Sejauh ini upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah baru terbatas pada usaha

perubahan kelembagaan dari Panitia Pengadaan Barang/Jasa menuju Unit Layanan Pengadaan

(ULP) serta aplikasi e-procurement dan e-announcement, melalui sistem pengadaan barang / jasa

pemerintah yang dikelola secara elektronik berbasis web. Memang tidak salah inovasi ide-ide

baru tersebut akan dijalankan. Namun upaya tersebut akan jauh lebih baik dan efektif apabila

mengoptimalkan fungsi-fungsi perencanaan sebagai berikut :

Page 7: makalah manejemen proyek 2

5

1. Sebagai Alat Pedoman Pencapaian Tujuan

Menetapkan seting tujuan merupakan hal mendasar yang akan menjadi pedoman dan

karakteristik sebagai sarana pertumbuhan organisasi. Menetapkan tujuan yaitu memutuskan

target pencapaian tujuan jangka pendek atau jangka panjang dalam skope yang jelas, tetapi

desain spesifik sub tujuan dalam pembuatan rencana operasional dengan strategi. Tujuan dapat

dicapai dengan berbagai cara, seperti : menyusun alternative kebijakan atau tindakan yang

mugkin dapat dipilih, menilai dan membandingkan untung ruginya setiap alternative kegiatan,

memilih dan menetapkan satu alternative yang paling cocok atau baik diantara alternative

tersebut.

2. Sebagai Alat Koordinasi Kegiatan

Perencanaan memiliki fungsi untuk mengkoordinasikan usaha-usaha dalam suatu

organisasi, atau pekerjaan yang dilakukan oleh individu dan kelompok. Masing-masing individu

atau kelompok memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda. Agar tujuan dan

kepentingan itu tidak keluar dari tujuan organisasi, maka perlu dilakukan koordinasi.

3. Sebagai Alat Untuk Evaluasi Kinerja

Keberhasilan yang dicapai pada masa lalu akan menjadi standar kinerja untuk masa yang

akan datang. Standar itu biasanya disusun dalam suatu rumusan tujuan organisasi. Tanpa

perencanaan, standar perfoma mungkin menjadi tidak rasional, subjektif, dan tak

terarah sehingga sulit untuk mencapainya. Oleh karena itu agar arah kebijakan umum pengadaan

barang / jasa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ritz Mengatakan “ Kesuksesan pengadaan

barang / jasa adalah tujuan dari semua pihak yang terlibat didalam proyek pengadaan barang /

jasa tersebut ”. Masterman juga menyatakan bahwa tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh

pengguna adalah bagaimana kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh penyedia barang / jasa

sesuai dengan biaya yang dianggarkan dan kualitas pekerjaan yang sesuai”. Lebih lanjut

Soeharto juga menyatakan bahwa tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh pengguna adalah

kegiatan pengadaan barang / jasa tersebut dapat cepat selesai minimal tidak melewati anggaran,

berfungsi sesuai dengan harapan dan minimal sesuai spesifikasi. Sedangkan tujuan-tujuan

Page 8: makalah manejemen proyek 2

6

tersebut hanyalah tersedia pada fungsi perencanaan yang benar-benar dijadikan sebagai

pembaharuan new public management.

C. MEMAHAMI PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PENGADAAN

BARANG/JASA

a. Efektivitas

Dalam Ensiklopedi Administrasi, pengertian efektivitas adalah suatu keadaan yang

mengandung pengertian mengenai terjadinya sesuatu efek atau akibat yang dikehendaki, kalau

seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki,

maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat atau mempunyai maksud

sebagaimana yang dikehendakinya.

Lebih lanjut menurut H. Emerson (dalam Handayaningrat, 1995:16), menyatakan bahwa

efektivitas merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Jadi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai, pekerjaan itu tidak

efektif. Atau tercapainya tujuan itu adalah efektif sebab mempunyai efek atau pengaruh yang

benar terhadap kepentingan masyarakat banyak.

Dalam konteks organisasi, Richard M. Streers (1990 : 1), menjelaskan efektivitas dinilai

menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dan optimal. Lalu

sejalan dengan pendapat tersebut, Michael E. Mc. Gill (1992:7) menyatakan efektivitas

merupakan suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuan, artinya sejauhmana tujuan

yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dari beberapa pendapat tersebut maka secara substansi,

dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan dampak hasil kinerja dari kegiatan menajemen

publik.

b. Konsep Perencanaan

Perencanaan merupakan awal dari proses manajemen. Perencanaan menunjukan tujuan yang

penting dan menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapainya. Perencanaan

merupakan pijakan untuk tahap lebih lanjut dari tugas-tugas manajerial yaitu mengalokasikan

dan mengatur sumber produksi untuk mencapai tugas-tugas pokok (Pengorganisasian),

Page 9: makalah manejemen proyek 2

7

mengarahkan usaha Sumber Daya Manusia, menjamin dan memonitor tercapainya penyelesaian

tugas dengan sempurna serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan dalam usaha

mencapai tujuan.

Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan 4 (empat) tujuan perencanaan :

Memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non manajerial ;

Mengurangi ketidakpastian ;

Meminimalisir pemborosan ;

Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses

pengontrolan dan pengevaluasian.

Dengan demikian, tanpa perencanaan organisasi akan kehilangan arah dan sulit untuk

mengantisipasi ancaman perubahan lingkungan ( Amirullah dan Rindyah, 2002:50-51).

c. Konsep Kebijakan publik

Kebijakan publik merupakan hasil keputusan yang dibuat oleh Pemerintah dan ditujukan

kepada masyarakat atau pihak-pihak tertentu, baik dari kalangan pemerintah sendiri maupun dari

kalangan swasta. Definisi singkat dan jelas disampaikan oleh Thomas R.Dye dalam Howlett dan

Ramesh (1995:4), yang berbunyi : “ Anything a government choose to do ornot to do “ ( Sesuatu

yang dipilih oleh pemerintah untuk dilaksanakan atau tidak dilaksananakan).

Mengingat bahwa lingkungan sosial bersifat dinamis dan komplek dengan beragam

kepentingan ada didalamnya, dan pihak –pihak terlibat dalam kebijakan juga memiliki berbagai

kepentingan, maka proses pembuatan kebijakan sering melalui tarik-menarik kepentingan yang

kontradiktif penuh dengan perdebatan akan kebenaran menurut pandangan masing-masing pihak

yang terlibat didalam perumusan maupun pelaksanaan kebijakan tersebut.

Fox dan miller (1995:112) mengatakan, “ Kebijakan adalah : Suatu Paradoks dimana terdapat

beberapa kebenaran kontradiktif yang timbul menurut pandangan masing-masing pihak”. Lebih

lanjut Fox dan Miller mengatakan bahwa kebijakan ini merupakan kegiatan politis yang

didalamnya penuh dengan kepentingan dimana masing-masing pihak di masyarakat saling

Page 10: makalah manejemen proyek 2

8

mempengaruhi satu sama lain. Inilah fakta yang menunjukan betapa eratnya hubungan kebijakan

dengan politik, karena kebijakan selalu terkait dengan kepentingan kelompok di masyarakat.

d. Konsep Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah

Pengadaan barang / jasa atau yang lebih dikenal dengan lelang banyak dilakukan pada semua

pihak dari pemerintah maupun swasta. Pengadaan barang / jasa pemerintah yang dibiayai dengan

APBN,APBD Propinsi dan APBD Kabupaten, baik yang dilaksanakan secara swakelola ataupun

oleh penyedia barang / jasa yang dilakukan secara pihak swasta,dibedakan dengan biaya yang

dikeluarkan secara pribadi maupun oleh pihak swasta untuk proses pelanggan barang / jasa, dan

kesemuanya ini telah diatur berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perpres nomor

54 Tahun 2010.

Adapun maksud dan tujuan pengadaan barang / jasa menurut Peraturan Presiden nomor 54

Tahun 2010 adalah :

1. Untuk mengatur pelaksanaan pengadaan barang / jasa yang sebagaian atau seluruhnya

didanai dari APBN / APBD Propinsi atau APBD Kabupaten.

2. Agar pelaksanaan dilakukan secara efesien, efektif, terbuka,dan dan bersaing, transparan,

adil / tidak diskriminatif, dan akuntabel.

Kedudukan pengguna barang / jasa adalah kepala kantor / satuan kerja / pemimpin bagian

proyek / pengguna anggaran daerah / pejabat yang disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang

bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang / jasa dalam lingkungan unit kerja /

proyek tertentu.). Sedangkan penyedia barang ./ jasa adalah badan usaha atau orang

perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang / layanan jasa.

Selanjutnya dalam Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010 ditegaskan bahwa dalam

pengadaan barang / jasa pemerintah, penyedia pengadaan wajib menerapkan efesien, efektifitas,

terbuka dan bersaing, transparasi, berkeadilan tidak berdiskriminatif serta akuntabel. Sehingga

wajar jika kebijakan umum tentang pengadaan barang / jasa pemerintah, diarahkan kepada : a).

Peningkatan penggunan produksi dalam negeri . b). Peningkatan peran serta usaha kecil . c).

Page 11: makalah manejemen proyek 2

9

Meningkatkan profesionalisme. d). peningkatkan penerimaan negara. e). penumbuhan peran

serta usaha nasional. f ) Pengharusan pengumuman secara terbuka.

Dalam rangka memenuhi arah kebijakan umum pengadaan barang / jasa, maka pengguna

barang / jasa, penyedia barang / jasa dan apara pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan

barang / jasa harus mematuhi etika sebagai berikut :

1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran

kelancaran dan ketetapan tercapainya tujuan pengadaan barang / jasa.

2. Bekerja secara professional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan

dokumen pengadaan barang / jasa yang seharusnya dirahasiakan untyuk mencegah

terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang / jasa.

3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan

menghindari terjadinya persaingan tidak sehat.

4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan

kesepakatan para pihak.

5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait,

langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang / jasa (conflict of

interest).

6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Negara

dalam pengadaan barang / jasa.

7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang atau kolusi dengan tujuan untuk

menciptakan good and cleen governance Secara tehnis factor keberhasilan pengadaan

barang / jasa terdiri dari empat sasaran yaitu ketetapan waktu, biaya yang sesuai

anggaran, kualitas yang memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, dan terjaminya

keselamatan kerja.

Pengadaan barang / jasa yang sukses tidaklah mudah didapat karena banyaknya kepentingan

dari pihak-pihak utama yang terrlibat dalam pengadaan. Kepentingan-kepentingan seperti

kepentingan owner yang meliputi ketetapan waktu, biaya dan fungsinya seperti yang diharapkan.

Ritz (1994) Mengatakan “ Kesuksesan pengadaan barang / jasa adalah tujuan dari semua pihak

yang terlibat didalam proyek pengadaan barang / jasa tersebut. Adapun yang terlibat antara lain

Page 12: makalah manejemen proyek 2

10

pengguna barang / jasa dan konsultan atau manager konsultasi. Berdasarkan kualifikas sesuai

persyaratan bagi penyedia barang / jasa yang telah ditentukan oleh pengguna tetap menjadi

prioritas usaha dari semua pihak yang terlibat dalam pengadaan barang / jasa dan segala daya

yang dikerahkan untuk mencapain hal “

Menurut beberapa peneliti, pengguna barang / jasa mempunyai kebutuhan / tujuan tertentu

terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Masterman menyatakan ( 1994, Bent 1984, Curtis et al

1994 dalam Hatush dan Skitmore,1997. a ) Tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh pengguna

adalah bagaimana kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh penyedia barang / jasa sesuai

dengan biaya yang dianggarkan dan kualitas pekerjaan yang sesuai.

Soeharto (1995) berpendapat lain tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh pengguna adalah

kegiatan pengadaan barang / jasa tersebut dapat cepat selesai minimal tidak melewati anggaran,

berfungsi sesuai dengan harapan dan minimal sesuai spesifikasi.

Page 13: makalah manejemen proyek 2

11

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Perencanaan hanya kata-kata yang manis diucapkan tapi sulit untuk diterapkan. Paradigma ini hampir

sudah membudaya sehingga esensi dan tujuan perencanaan semakin hari semakin abu-abu, dan

berdampak pada pencapaian kinerja pengadaan barang/jasa yang tidak optimal;

Pengadaan barang / jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN,APBD Propinsi dan APBD

Kabupaten, baik yang dilaksanakan secara swakelola ataupun oleh penyedia barang / jasa diatur

berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perpres nomor 54 Tahun 2010. Secara garis besar

proses pengadaan barang/jasa pemerintah diawali oleh :

a). Kebutuhan barang/jasa

b) Optimalisasi fungsi perencanaan

c) Rencana Kerja Anggara/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (RKA/DPA)

d) Pengadaan Barang/Jasa

Page 14: makalah manejemen proyek 2

12

DAFTAR PUSTAKA

Website:

http://badandiklat.jatengprov.go.id/index.php?p=wi&m=dt&id=56

http://www.lkpp.go.id/v3/files/attachments/1_NXtSXAqtUeJQITYddJWmZkEdTlCfIMDW.pdf