makalah manejemen proyek 2
-
Upload
oscar-mccoy -
Category
Documents
-
view
196 -
download
1
Embed Size (px)
Transcript of makalah manejemen proyek 2

i
MAKALAH
PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Proyek
Dosen: Gading GamaPutra S.ap, M.ag
Di susun oleh :
Krisman Hi sabudin
Nim:0111120465
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI NEGARA”AAN”
YOGYAKARTA
2013/2014

0
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................... 1
BAB II ...................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2
A. PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA ............................................................................................ 2
B. ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF
PERENCANAAN .................................................................................................................................... 4
C. MEMAHAMI PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA .................................. 6
BAB III ................................................................................................................................................... 11
PENUTUP............................................................................................................................................... 11
1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan publik khususnya pemerintahan maupun privat (usaha swasta) selalu diperlukan
barang/jasa baik untuk keperluan operasional yang bersifat rutin seperti bahan baku, bahan penolong
(supplies), suku cadang, barang jadi, dan barang modal (kapital) seperti bangunan, mesin dan peralatan
lainnya.
Kebutuhan barang/jasa tidak dapat dihindarkan untuk menjaga kelancaran operasional dan untuk
menjamin pertumbuhan, dimana untuk mendapatkannya tidak dapat diperoleh secara instan, tetapi
diperlukan tenggang waktu. Tenggang waktu tersebut dimulai dari saat melakukan pemesanan, waktu
untuk memproduksinya, waktu untuk mengantarkan barang, bahkan sampai dengan waktu untuk
memproses barang di gudang hingga siap digunakan oleh pemakainya.
Diberbagai negara maju seperti di Amerika dan negara yang tergabung dalam Komunitas Eropa, tidak
kurang dari 20% GDP dialokasikan untuk pengadaan barang/jasa, sedangkan di Indonesia tiap tahunnya
tidak kurang dari 30% APBN dialokasikan untuk pengadaan barang/jasa.
Oleh sebab itu, sistem pengadaan publik yang transparan, non diskriminasi, berkeadilan, efektif
dan efisien sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Salah satu isu dan
permasalahan pokok dalam penyelenggaraan pengadaan publik yang diakui oleh berbagai kalangan baik
dari masyarakat bahkan dari pemerintah adalah praktek diskriminatif, kecurangan, dan korupsi yang
terjadi tidak hanya di negara berkembang seperti di dalam pengadaan pemerintah di Indonesia, tetapi juga
diberbagai negara maju.
Menurur Christopher & Gross (2006), sebenarnya isu dan permasalahan ini telah mendapat perhatian
masyarakat internasional sejak tahun 60an, dan berbagai upaya telah dilakukan untuk mencari solusinya.
Kesepakatan pertama lahir tahun 1979 pada Putaran Tokyo (Tokyo Round) dengan dikeluarkannya
Government Procurement Agreement (GPA) sebagai suatu kesepakatan yang bersifat plurilateral yang
mul mulai diberlakukan pada 1 Januari 1981.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Prinsip pengadaan barang/jasa
2. Efektivitas kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah dalam perspektif perencanaan
3. Memahami perencanaan dan kebijakan pengadaan barang/jasa

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PRINSIP PENGADAAN BARANG/JASA
Beberapa prinsip pengadaan barang menurut Perpres 54/2010 adalah : Efesien, berarti pengadaan barang /
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan. Terbuka dan bersaing, berarti
pengadaan barang / jasa yang harus terbuka bagi penyedia barang/ jasa yang memenuhi persyaratan dan
dilakukan melalui persingan yang sehat diantara penyedia barang / jasa yang setara dan memenuhi syarat
tertentu berdasarkan ketentuan prosedur yang jelas dan transparan. Transparan, berarti semua ketentuan
dan informasi mengenai pengadaan barang / jasa termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara
evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calonpenyedia barang / jasa, yang berminat serta bagi masyarakat luas
pada umumnya. Adil / tidak diskriminatif, berat memberikan perlakukan yang sama bagi semua calon
penyedia barang / jasa dan tidak mengarah untuk mengarah, untuk member keuntungan kepada pihak
tertentu dengan cara dan alasan apapun. Akuntabel berarti harus mencapai sasaran baik fisik keuangan
maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat
sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang / jasa.jasa harus
diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan
dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Efektif, berati pengadaan barang /
jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan seperti berikut:
a. Prinsip dan Etika Pengadaan
Mengingat belum ada formulasi standar terkait dengan public procurement yang bisa dianut oleh suatu
negara maka agar pengadaan barang/jasa mencapai tujuan sesuai dengan kriteria kinerja yang diharapkan
sebagaimana diuraikan diatas dari berbagai sumber yang ada dapat disarikan prinsip dasar, etika
pengadaan, dan ketentuan umum sebagai berikut.
b. Prinsip Dasar Pengadaan
Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan menggunakan prinsip dasar sebagai berikut:
1. Transparan: semua ketentuan dan informasi, baik teknis maupun administratif termasuk tata cara
peninjauan, hasil peninjauan, dan penetapan Penyedia Barang/Jasa harus bersifat terbuka bagi
Penyedia Barang/Jasa yang berminat dan mampu tanpa diskriminasi.

3
2. Adil: tidak diskriminatif dalam memberikan perlakuan bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa
dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara atau
alasan apa pun.
3. Bertanggung jawab: mencapai sasaran baik fisik, kualitas, kegunaan, maupun manfaat bagi kelan-
caran pelaksanaan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebijakan serta ketentuan yang
berlaku dalam pengadaan barang/jasa
4. Efektif: sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi para pihak terkait
5. Efisien: menggunakan dana, daya, dan fasilitas secara optimum untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan dengan biaya yang wajar dan tepat pada waktunya.
c. Etika Pengadaan
Semua fungsi/pihak yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa wajib mematuhi etika sebagai berikut
1. Melaksanakan tugas secara tertib, penuh rasa tanggung jawab, demi kelancaran, dan ketepatan
tercapainya tujuan pengadaan barang/ jasa.
2. Bekerja secara profesional dengan menjunjung tinggi kejujuran, kemandirian, dan menjaga
informasi yang bersifat rahasia
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan persain
gan tidak sehat, penurunan kualitas proses pengadaan, dan hasil pekerjaan.
4. Bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kewenangannya.
5. Mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of interest) pihak-pihak yang terlibat
langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan.
Pengadaan barang/jasa publik (public procurement) merupakan pengadaan barang yang dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang baik dari segi penggunanya, pelaksana pengadaan, dan sumber dananya.
Aktivitas pengadaan tidak terbatas pada proses pengadaan, namun cakupan aktivitas pengadaan meliputi
lima kegiatan utama yaitu rencana pengadaan, proses pengadaan, penerimaan dan penyimpanan, serta
pemakaian dan manajemen aset, dan tiga transaksi, yaitu transaksi pembelian barang/ jasa (kontrak),
transaksi penerimaan barang/jasa, dan transaksi pengeluaran atau penggunaan barang/jasa.

4
B. ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF PERENCANAAN
Berangkat dari permasalahan pada pembahasan sebelumnya, dapat dipahami apabila
perencanaan mempunyai fungsi yang amat penting. Pemerintah akan kehilangan arah dan tujuan
terutama dalam mempersiapkan dan melaksanakan pengadaan barang / jasa pemerintah yang
efisien, efektif dan akuntabel. Agar perencanaan bukan sekedar kata-kata manis diucapkan,
maka pada prinsipnya setiap kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah bertujuan untuk
mensinergikan ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah dengan kebijakan-kebijakan di
sektor lainnya. Secara garis besar proses pengadaan barang/jasa pemerintah diawali oleh : 1).
Kebutuhan barang/jasa; 2) Optimalisasi fungsi perencanaan ; 3) Rencana Kerja
Anggara/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (RKA/DPA) ; 4) Pengadaan Barang/Jasa
Gambar 4.1 Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Untuk meningkatkan efifiensi, efektivitas dan akuntabel dalam penggunaan keuangan
negara yang dibelanjakan melalui proses pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan upaya
untuk menciptakan kondisi yang diinginkan, sehingga diperoleh barang/jasa pemerintah yang
terjangkau dan berkualitas serta dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik,
keuangan maupun manfaat bagi kelancaran tugas – tugas umum pemerintah dan pelayanan
umum.
Sejauh ini upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah baru terbatas pada usaha
perubahan kelembagaan dari Panitia Pengadaan Barang/Jasa menuju Unit Layanan Pengadaan
(ULP) serta aplikasi e-procurement dan e-announcement, melalui sistem pengadaan barang / jasa
pemerintah yang dikelola secara elektronik berbasis web. Memang tidak salah inovasi ide-ide
baru tersebut akan dijalankan. Namun upaya tersebut akan jauh lebih baik dan efektif apabila
mengoptimalkan fungsi-fungsi perencanaan sebagai berikut :

5
1. Sebagai Alat Pedoman Pencapaian Tujuan
Menetapkan seting tujuan merupakan hal mendasar yang akan menjadi pedoman dan
karakteristik sebagai sarana pertumbuhan organisasi. Menetapkan tujuan yaitu memutuskan
target pencapaian tujuan jangka pendek atau jangka panjang dalam skope yang jelas, tetapi
desain spesifik sub tujuan dalam pembuatan rencana operasional dengan strategi. Tujuan dapat
dicapai dengan berbagai cara, seperti : menyusun alternative kebijakan atau tindakan yang
mugkin dapat dipilih, menilai dan membandingkan untung ruginya setiap alternative kegiatan,
memilih dan menetapkan satu alternative yang paling cocok atau baik diantara alternative
tersebut.
2. Sebagai Alat Koordinasi Kegiatan
Perencanaan memiliki fungsi untuk mengkoordinasikan usaha-usaha dalam suatu
organisasi, atau pekerjaan yang dilakukan oleh individu dan kelompok. Masing-masing individu
atau kelompok memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda. Agar tujuan dan
kepentingan itu tidak keluar dari tujuan organisasi, maka perlu dilakukan koordinasi.
3. Sebagai Alat Untuk Evaluasi Kinerja
Keberhasilan yang dicapai pada masa lalu akan menjadi standar kinerja untuk masa yang
akan datang. Standar itu biasanya disusun dalam suatu rumusan tujuan organisasi. Tanpa
perencanaan, standar perfoma mungkin menjadi tidak rasional, subjektif, dan tak
terarah sehingga sulit untuk mencapainya. Oleh karena itu agar arah kebijakan umum pengadaan
barang / jasa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ritz Mengatakan “ Kesuksesan pengadaan
barang / jasa adalah tujuan dari semua pihak yang terlibat didalam proyek pengadaan barang /
jasa tersebut ”. Masterman juga menyatakan bahwa tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh
pengguna adalah bagaimana kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh penyedia barang / jasa
sesuai dengan biaya yang dianggarkan dan kualitas pekerjaan yang sesuai”. Lebih lanjut
Soeharto juga menyatakan bahwa tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh pengguna adalah
kegiatan pengadaan barang / jasa tersebut dapat cepat selesai minimal tidak melewati anggaran,
berfungsi sesuai dengan harapan dan minimal sesuai spesifikasi. Sedangkan tujuan-tujuan

6
tersebut hanyalah tersedia pada fungsi perencanaan yang benar-benar dijadikan sebagai
pembaharuan new public management.
C. MEMAHAMI PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA
a. Efektivitas
Dalam Ensiklopedi Administrasi, pengertian efektivitas adalah suatu keadaan yang
mengandung pengertian mengenai terjadinya sesuatu efek atau akibat yang dikehendaki, kalau
seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki,
maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat atau mempunyai maksud
sebagaimana yang dikehendakinya.
Lebih lanjut menurut H. Emerson (dalam Handayaningrat, 1995:16), menyatakan bahwa
efektivitas merupakan pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Jadi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai, pekerjaan itu tidak
efektif. Atau tercapainya tujuan itu adalah efektif sebab mempunyai efek atau pengaruh yang
benar terhadap kepentingan masyarakat banyak.
Dalam konteks organisasi, Richard M. Streers (1990 : 1), menjelaskan efektivitas dinilai
menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dan optimal. Lalu
sejalan dengan pendapat tersebut, Michael E. Mc. Gill (1992:7) menyatakan efektivitas
merupakan suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuan, artinya sejauhmana tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dari beberapa pendapat tersebut maka secara substansi,
dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan dampak hasil kinerja dari kegiatan menajemen
publik.
b. Konsep Perencanaan
Perencanaan merupakan awal dari proses manajemen. Perencanaan menunjukan tujuan yang
penting dan menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapainya. Perencanaan
merupakan pijakan untuk tahap lebih lanjut dari tugas-tugas manajerial yaitu mengalokasikan
dan mengatur sumber produksi untuk mencapai tugas-tugas pokok (Pengorganisasian),

7
mengarahkan usaha Sumber Daya Manusia, menjamin dan memonitor tercapainya penyelesaian
tugas dengan sempurna serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan dalam usaha
mencapai tujuan.
Stephen Robbins dan Mary Coulter mengemukakan 4 (empat) tujuan perencanaan :
Memberikan pengarahan baik untuk manajer maupun karyawan non manajerial ;
Mengurangi ketidakpastian ;
Meminimalisir pemborosan ;
Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu proses
pengontrolan dan pengevaluasian.
Dengan demikian, tanpa perencanaan organisasi akan kehilangan arah dan sulit untuk
mengantisipasi ancaman perubahan lingkungan ( Amirullah dan Rindyah, 2002:50-51).
c. Konsep Kebijakan publik
Kebijakan publik merupakan hasil keputusan yang dibuat oleh Pemerintah dan ditujukan
kepada masyarakat atau pihak-pihak tertentu, baik dari kalangan pemerintah sendiri maupun dari
kalangan swasta. Definisi singkat dan jelas disampaikan oleh Thomas R.Dye dalam Howlett dan
Ramesh (1995:4), yang berbunyi : “ Anything a government choose to do ornot to do “ ( Sesuatu
yang dipilih oleh pemerintah untuk dilaksanakan atau tidak dilaksananakan).
Mengingat bahwa lingkungan sosial bersifat dinamis dan komplek dengan beragam
kepentingan ada didalamnya, dan pihak –pihak terlibat dalam kebijakan juga memiliki berbagai
kepentingan, maka proses pembuatan kebijakan sering melalui tarik-menarik kepentingan yang
kontradiktif penuh dengan perdebatan akan kebenaran menurut pandangan masing-masing pihak
yang terlibat didalam perumusan maupun pelaksanaan kebijakan tersebut.
Fox dan miller (1995:112) mengatakan, “ Kebijakan adalah : Suatu Paradoks dimana terdapat
beberapa kebenaran kontradiktif yang timbul menurut pandangan masing-masing pihak”. Lebih
lanjut Fox dan Miller mengatakan bahwa kebijakan ini merupakan kegiatan politis yang
didalamnya penuh dengan kepentingan dimana masing-masing pihak di masyarakat saling

8
mempengaruhi satu sama lain. Inilah fakta yang menunjukan betapa eratnya hubungan kebijakan
dengan politik, karena kebijakan selalu terkait dengan kepentingan kelompok di masyarakat.
d. Konsep Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah
Pengadaan barang / jasa atau yang lebih dikenal dengan lelang banyak dilakukan pada semua
pihak dari pemerintah maupun swasta. Pengadaan barang / jasa pemerintah yang dibiayai dengan
APBN,APBD Propinsi dan APBD Kabupaten, baik yang dilaksanakan secara swakelola ataupun
oleh penyedia barang / jasa yang dilakukan secara pihak swasta,dibedakan dengan biaya yang
dikeluarkan secara pribadi maupun oleh pihak swasta untuk proses pelanggan barang / jasa, dan
kesemuanya ini telah diatur berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perpres nomor
54 Tahun 2010.
Adapun maksud dan tujuan pengadaan barang / jasa menurut Peraturan Presiden nomor 54
Tahun 2010 adalah :
1. Untuk mengatur pelaksanaan pengadaan barang / jasa yang sebagaian atau seluruhnya
didanai dari APBN / APBD Propinsi atau APBD Kabupaten.
2. Agar pelaksanaan dilakukan secara efesien, efektif, terbuka,dan dan bersaing, transparan,
adil / tidak diskriminatif, dan akuntabel.
Kedudukan pengguna barang / jasa adalah kepala kantor / satuan kerja / pemimpin bagian
proyek / pengguna anggaran daerah / pejabat yang disamakan sebagai pemilik pekerjaan yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang / jasa dalam lingkungan unit kerja /
proyek tertentu.). Sedangkan penyedia barang ./ jasa adalah badan usaha atau orang
perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang / layanan jasa.
Selanjutnya dalam Peraturan Presiden nomor 54 Tahun 2010 ditegaskan bahwa dalam
pengadaan barang / jasa pemerintah, penyedia pengadaan wajib menerapkan efesien, efektifitas,
terbuka dan bersaing, transparasi, berkeadilan tidak berdiskriminatif serta akuntabel. Sehingga
wajar jika kebijakan umum tentang pengadaan barang / jasa pemerintah, diarahkan kepada : a).
Peningkatan penggunan produksi dalam negeri . b). Peningkatan peran serta usaha kecil . c).

9
Meningkatkan profesionalisme. d). peningkatkan penerimaan negara. e). penumbuhan peran
serta usaha nasional. f ) Pengharusan pengumuman secara terbuka.
Dalam rangka memenuhi arah kebijakan umum pengadaan barang / jasa, maka pengguna
barang / jasa, penyedia barang / jasa dan apara pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan
barang / jasa harus mematuhi etika sebagai berikut :
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran
kelancaran dan ketetapan tercapainya tujuan pengadaan barang / jasa.
2. Bekerja secara professional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan
dokumen pengadaan barang / jasa yang seharusnya dirahasiakan untyuk mencegah
terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang / jasa.
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan
menghindari terjadinya persaingan tidak sehat.
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan para pihak.
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait,
langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang / jasa (conflict of
interest).
6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan Negara
dalam pengadaan barang / jasa.
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang atau kolusi dengan tujuan untuk
menciptakan good and cleen governance Secara tehnis factor keberhasilan pengadaan
barang / jasa terdiri dari empat sasaran yaitu ketetapan waktu, biaya yang sesuai
anggaran, kualitas yang memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, dan terjaminya
keselamatan kerja.
Pengadaan barang / jasa yang sukses tidaklah mudah didapat karena banyaknya kepentingan
dari pihak-pihak utama yang terrlibat dalam pengadaan. Kepentingan-kepentingan seperti
kepentingan owner yang meliputi ketetapan waktu, biaya dan fungsinya seperti yang diharapkan.
Ritz (1994) Mengatakan “ Kesuksesan pengadaan barang / jasa adalah tujuan dari semua pihak
yang terlibat didalam proyek pengadaan barang / jasa tersebut. Adapun yang terlibat antara lain

10
pengguna barang / jasa dan konsultan atau manager konsultasi. Berdasarkan kualifikas sesuai
persyaratan bagi penyedia barang / jasa yang telah ditentukan oleh pengguna tetap menjadi
prioritas usaha dari semua pihak yang terlibat dalam pengadaan barang / jasa dan segala daya
yang dikerahkan untuk mencapain hal “
Menurut beberapa peneliti, pengguna barang / jasa mempunyai kebutuhan / tujuan tertentu
terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Masterman menyatakan ( 1994, Bent 1984, Curtis et al
1994 dalam Hatush dan Skitmore,1997. a ) Tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh pengguna
adalah bagaimana kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh penyedia barang / jasa sesuai
dengan biaya yang dianggarkan dan kualitas pekerjaan yang sesuai.
Soeharto (1995) berpendapat lain tujuan kegiatan yang ingin dicapai oleh pengguna adalah
kegiatan pengadaan barang / jasa tersebut dapat cepat selesai minimal tidak melewati anggaran,
berfungsi sesuai dengan harapan dan minimal sesuai spesifikasi.

11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Perencanaan hanya kata-kata yang manis diucapkan tapi sulit untuk diterapkan. Paradigma ini hampir
sudah membudaya sehingga esensi dan tujuan perencanaan semakin hari semakin abu-abu, dan
berdampak pada pencapaian kinerja pengadaan barang/jasa yang tidak optimal;
Pengadaan barang / jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN,APBD Propinsi dan APBD
Kabupaten, baik yang dilaksanakan secara swakelola ataupun oleh penyedia barang / jasa diatur
berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Perpres nomor 54 Tahun 2010. Secara garis besar
proses pengadaan barang/jasa pemerintah diawali oleh :
a). Kebutuhan barang/jasa
b) Optimalisasi fungsi perencanaan
c) Rencana Kerja Anggara/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (RKA/DPA)
d) Pengadaan Barang/Jasa

12
DAFTAR PUSTAKA
Website:
http://badandiklat.jatengprov.go.id/index.php?p=wi&m=dt&id=56
http://www.lkpp.go.id/v3/files/attachments/1_NXtSXAqtUeJQITYddJWmZkEdTlCfIMDW.pdf