PROYEK AKHIR TANTANGAN DAN KESEMPATAN INTEGRASI ALKITAB …repository.uph.edu/5787/5/e Kajian...
Transcript of PROYEK AKHIR TANTANGAN DAN KESEMPATAN INTEGRASI ALKITAB …repository.uph.edu/5787/5/e Kajian...
PROYEK AKHIR
TANTANGAN DAN KESEMPATAN INTEGRASI ALKITAB
DALAM PENDIDIKAN
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NAMA : MARTA LUSIANA PANE
NPM : 00000026124
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2019
v
ABSTRAK
Marta Lusiana Pane (00000026124)
TANTANGAN DAN KESEMPATAN INTEGRASI ALKITAB
DALAM PENDIDIKAN
(VIII + 19 halaman: - gambar; - tabel; - lampiran)
ABSTRAK
Integrasi Alkitab dalam pendidikan sangat penting karena sejalan dengan tujuan
pendidikan Kristen, yaitu menolong anak didik untuk membangun hidupnya di
atas dasar yang teguh. Pendidikan Kristen merupakan pendidikan yang berpusat
pada Kristus dimana Allah menjadi pusat dan sumber ilmu pengetahuan. Oleh
sebab itu, dalam praktiknya perlu integrasi Alkitab sebagai dasar dalam setiap
pembelajaran. Namun, pada kenyataannya banyak ditemukan tantangan yang
berasal dari dunia dan pengetahuan yang dipandang baik oleh manusia.
Tantangan-tantangan tersebut mengakibatkan adanya kesenjangan antara kondisi
ideal dan kenyataan yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pendidikan
dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tantangan-tantangan yang
dihadapi pendidikan Kristen dalam mengintegrasikan Alkitab terkhusus pada
pembelajaran. Selain itu, makalah ini menjelaskan bahwa integrasi Alkitab
merupakan sebuah kesempatan dalam menyatakan kebenaran Allah melalui
pembelajaran dan membawa siswa pada pembaharuan oleh karya Roh Kudus.
Integrasi Alkitab merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan terlebih pada
peran guru dalam mentransformasi siswa. Guru Kristen memiliki kesempatan
yang lebih luas dalam integrasi Alkitab sebagai pribadi yang berinteraksi secara
langsung dengan siswa. Untuk itu, seorang guru Kristen harus benar-benar
menggumuli panggilannya sehingga setiap ilmu pengetahuan dapat diintegrasikan
sesuai dengan kebenaran Alkitab.
Kata Kunci: Integrasi Alkitab, pendidikan, Roh Kudus, tantangan
Referensi: 30 (2005-2019)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah
diberikan-Nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
Tugas Akhir dengan judul “TANTANGAN DAN KESEMPATAN
INTEGRASI ALKITAB DALAM PENDIDIKAN” ini ditujukan untuk
memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pelita Harapan, Tangerang.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai
pihak, Tugas Akhir ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini,
yaitu kepada:
1. Connie Rasilim, S.S., B.Ed., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan.
2. Destya Waty Silalahi, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi
3. Candra Yulius Tahya, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan banyak memberikan masukan kepada
penulis.
4. Ayah, Ibu dan adik-adik yang selalu memberikan dukungan dan doa
kepada penulis
5. Jessica Elfani Bermuli, S.Pd., M.Si., selaku leader caregroup yang
selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
vii
6. Dosen dan staff Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pelita Harapan
yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
7. Lusi Elfrida Siburian, Maya Vicha Rumengan, Noviana Tantri, Pestaria
Rejeki Tambunan dan Ribka Mawati Sinaga, selaku sahabat-sahabat
penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
8. Greis Naningsi, Jumila Tonapa, Kristi Sagala, Lusi Siburian, Maria
Simbolon, Meka S., Noviana Tantri dan Elisabeth Wulan, selaku teman
satu grup bimbingan yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada
penulis.
9. Teman-teman satu Program Studi Pendidikan Biologi cohort 2016 yang
selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
10. Komunitas kamar G722 dan mentoring (Kak Sion Simanjuntak, Maya
Rumengan, Mei Nainggolan, Yuliana) yang selalu memberikan
dukungan dan doa kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat
bermanfaat bagi penulis. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Tangerang, 6 November 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TUGAS AKHIR
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING TUGAS AKHIR
PERSETUJUAN TIM PENGUJI TUGAS AKHIR
PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
LATAR BELAKANG ........................................................................................... 2
ALKITAB SEBAGAI PEDOMAN ..................................................................... 7
INTEGRASI ALKITAB SEBAGAI TANTANGAN ......................................... 8
INTEGRASI ALKITAB SEBAGAI KESEMPATAN ...................................... 9
TRANSFORMASI PIKIRAN SISWA .............................................................. 11
PERANAN ROH KUDUS .................................................................................. 12
PEMBAHASAN .................................................................................................. 14
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20
1
Tantangan dan Kesempatan Integrasi Alkitab dalam Pendidikan
Marta Lusiana Pane
Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
ABSTRAK
Integrasi Alkitab dalam pendidikan sangat penting karena sejalan dengan tujuan pendidikan
Kristen, yaitu menolong anak didik untuk membangun hidupnya di atas dasar yang teguh.
Pendidikan Kristen merupakan pendidikan yang berpusat pada Kristus dimana Allah menjadi
pusat dan sumber ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, dalam praktiknya perlu integrasi Alkitab
sebagai dasar dalam setiap pembelajaran. Namun, pada kenyataannya banyak ditemukan tantangan
yang berasal dari dunia dan pengetahuan yang dipandang baik oleh manusia. Tantangan-tantangan
tersebut mengakibatkan adanya kesenjangan antara kondisi ideal dan kenyataan yang
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pendidikan dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk
menjelaskan tantangan-tantangan yang dihadapi pendidikan Kristen dalam mengintegrasikan
Alkitab terkhusus pada pembelajaran. Selain itu, makalah ini menjelaskan bahwa integrasi Alkitab
merupakan sebuah kesempatan dalam menyatakan kebenaran Allah melalui pembelajaran dan
membawa siswa pada pembaharuan oleh karya Roh Kudus. Integrasi Alkitab merupakan hal yang
tidak mudah untuk dilakukan terlebih pada peran guru dalam mentransformasi siswa. Guru Kristen
memiliki kesempatan yang lebih luas dalam integrasi Alkitab sebagai pribadi yang berinteraksi
secara langsung dengan siswa. Untuk itu, seorang guru Kristen harus benar-benar menggumuli
panggilannya sehingga setiap ilmu pengetahuan dapat diintegrasikan sesuai dengan kebenaran
Alkitab.
Kata Kunci: Integrasi Alkitab, pendidikan, Roh Kudus, tantangan
ABSTRACT
Bible integration in education is very important because it is in line with the aim of Christian
education, which is to help students build their lives on a firm basis. Christian education is Christ-
centered education where God is the center and source of knowledge. Therefore, in practice, it is
necessary to integrate the Bible as the basis for every learning. However, in reality there are many
challenges that come from the world and knowledge that is considered good by humans. These
challenges resulted in a gap between ideal conditions and reality which resulted in not achieving
educational goals properly. This paper aims to explain the challenges facing Christian education
in integrating the Bible, especially in learning. In addition, this paper explains that biblical
integration is an opportunity to express God's truth through learning and bringing students to
renewal by the work of the Holy Spirit. Biblical integration is not easy to do especially in the role
of the teacher in transforming students. Christian teachers have a wider opportunity to integrate
the Bible as individuals who interact directly with students. For this reason, a Christian teacher
must truly struggle with his vocation so that every science can be integrated according to Bible
truth.
Key Words: Biblical integration, education, Holy Spirit, Challenge
2
LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu komponen yang berperan penting dalam
sejarah kehidupan manusia. Pendidikan dapat dilakukan melalui proses
pembelajaran dalam kelas dan interaksi antara guru dengan siswa. Setiap
pendidikan memiliki tujuan sendiri untuk mempersiapkan siswa menuju target
yang diharapkan. Menurut UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukannya,
masyarakat, bangsa, dan negara” (Neolaka & Neolaka, 2017).
Pendidikan Kristen merupakan pendidikan yang berpusat pada Kristus
dimana Allah menjadi sumber atau pusat ilmu pengetahuan. Tujuan pendidikan
Kristen di dasari dan berkembang dari penegasan tentang Allah yang
diperkenalkan melalui Kristus dalam Alkitab sedangkan tujuan pendidikan di
dalam masyarakat berkembang dari pemikiran manusia, demokrasi dan nilai-nilai
moral yang berlaku di masyarakat (Cully, 2009).
Pazmiño (2012) dalam bukunya menuliskan sebanyak tujuh fondasi
pendidikan Kristen, yaitu fondasi Alkitabiah, fondasi teologis, fondasi filosofis,
fondasi historis, fondasi sosiologis, fondasi psikologis dan fondasi kurikulum.
Salah satu diantaranya adalah fondasi filosofis dimana berhubungan dengan
fondasi Alkitab dan teologi. Fondasi ini memberikan dasar-dasar yang universal
dalam rangka memandu pola pikir dan praktik pendidikan Kristen. “Secara
harafiah, kata ‘filsafat’ berarti cinta akan kebijaksanaan” (Knight, 2006). Alkitab
3
mengingatkan dalam Amsal 2:6 bahwa Tuhan yang memberikan hikmat dan
dalam Amsal 1:7 dan Amsal 9:10 dinyatakan bahwa pengetahuan berawal dari
takut akan Tuhan adalah awal dari pengetahuan.
Pengetahuan adalah bagian yang sangat esensial dari rangkaian aktivitas
manusia yang menunjukkan paduan dari pengetahuan yang sistematis mengenai
gejala-gejala tentang alam, masyarakat atau perorangan yang bertujuan untuk
memberikan penjelasan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, atau
melakukan penerapan (Kirom, 2011). Cabang ilmu filsafat yang mempelajari
hakikat, sumber pengetahuan dan hal apa yang benar adalah epistemologi
(Groome, 2010). Pertanyaan-pertanyaan dari studi epistemologi memiliki dampak
langsung terhadap pendidikan. Epistemologi berkaitan dengan pengetahuan dan
kebenaran, yaitu tentang hal apa yang diketahui oleh manusia dan bagaimana
manusia dapat mengetahuinya. Kebenaran yang ada di dunia ciptaan berasal dari
Allah, tidak ada kebenaran di luar Allah.
Implementasi integrasi Alkitab dan ilmu berpangkal dari Allah sebagai
pencipta, sumber kebenaran, sumber hikmat, dan pengetahuan. Perkembangan
pengetahuan harus menyatakan kedaulatan Allah Pencipta. Keduanya
menunjukkan hubungan timbal balik yang amat kuat, diantaranya iman
menentukan tujuan, yang memberikan upaya pencapaian terhadap kebenaran dan
pemahaman akan keberadaan Tuhan.
Pendidik Kristen memiliki peluang dan kesempatan lebih banyak untuk
membagikan pesan kehidupan Kristen melalui proses pendidikan. Mendidik anak
memahami kebenaran merupakan mandat yang dinyatakan oleh Tuhan di dalam
Alkitab. Kebenaran berarti memahami firman Tuhan (Yohanes 17:17). Tugas
4
pendidikan adalah mendorong indvidu dan kelompok memiliki pola berpikir
kritis. Untuk itu, pendidik Kristen memiliki peran yang sangat penting dalam
menyatakan kebenaran di dalam pendidikan sebagai seseorang yang berinteraksi
langsung dengan siswa.
Fokus pendidikan Kristen adalah mengajarkan kebenaran firman Tuhan
yang menyatakan Allah Bapa sebagai pencipta manusia dan segala isinya,
menyatakan Tuhan Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang datang ke dunia
menebus dosa manusia, memulihkan gambar dan rupa Allah yang sudah rusak
akibat dosa, serta mengajarkan pimpinan Roh Kudus dalam membimbing murid
yang lahir baru dalam menerima Tuhan Yesus Kristus. Namun, dalam pendidikan
masih banyak hal yang belum sesuai dengan kebenaran Alkitab. Misalnya,
rancangan pembelajaran yang hanya berusaha menyelesaikan materi atau konten
dengan mengabaikan karakter Kristen di dalam pendidikan. Rancangan
pendidikan cenderung dibuat berdasarkan apa yang dipandang baik oleh manusia
bukan berdasarkan kebenaran Allah yang tertulis dalam Alkitab.
Buku-buku teks yang digunakan oleh institusi pendidikan Kristen
khususnya di Indonesia adalah buku-buku teks dari sekolah umum. Hal ini dapat
menimbulkan masalah serius tat kala materi yang terkandung tidak seiring dalam
pembentukan iman Kristen. Pengembangan kurikulum dalam institusi Kristen
seringkali dimulai karena ketidakmengertian (akibat pengaruh dosa) akan
landasan filosofis kebenaran Alkitab sehingga menyebabkan kita terjebak dalam
dikotomi antara ilmu sekuler dengan iman. Menurut dikotomi sekuler, berbagai
pelajaran sains seperti matematika, fisika, kimia, biologi, dan ekonomi tidak ada
kaitannya dengan firman Tuhan (Tung, 2015). Tentu saja hal ini tidak benar
5
karena berdasarkan “All truth is God’s truth”, penjelasan ilmu-ilmu tersebut harus
mengacu pada kebenaran Allah sebagai sumber kebenaran. Jadi, tidak ada
pengertian yang dapat dilepaskan dari Sang Pencipta.
Pengetahuan bukan hanya mengenai materi, fakta atau informasi.
Pengetahuan menunjukkan adanya suatu relasi. Murid-murid dapat memperoleh
dan mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan hikmat melalui penyataan
Allah dalam Kristus, relasi dengan Allah di dalam Kristus, dan sebuah interaksi
yang penuh kerendahan hati dengan lingkungan dan komunitas. Pengetahuan
seharusnya di mengerti secara holistis dimana pengetahuan tersebut mampu
membentuk pikiran, menginspirasi hati dan menggerakkan pribadi untuk
melakukan tindakan. Oleh sebab itu, sekolah haruslah menjadi komunitas
pembelajar yang secara aktif mencari pengetahuan yang sejati dan
mengembangkan keterampilan.
Pendidikan seharusnya menuntun murid untuk menjadi penatalayan yang
bertanggungjawab untuk setiap hal yang mereka pelajari sehingga kerajaan Allah
dibesarkan dan Shalom Allah memenuhi dunia ini. Alam semesta ciptaan Allah
memiliki hukum-hukum alam. Manusia yang dicipta dalam gambar dan rupa
Allah memiliki potensi untuk menemukan hukum-hukum alam tersebut.
Pengetahuan yang sejati yang berlandaskan penyataan Allah mengenai ciptaan,
karya penebusan Kristus, dan Alkitab. Namun, pengetahuan yang diperoleh
manusia sangat terbatas akibat tercemarnya ciptaan dan pikiran manusia sebagai
konsekuensi dari dosa. Oleh karena itu, pengetahuan yang dimengerti sebagai
interpretasi manusia yang terbatas terhadap ciptaan dapat berubah setiap saat.
6
Penerapan dari pengetahuan dan pemahaman tersebut berubah sesuai pengalaman
manusia tentang kehidupan.
Pengetahuan sejati diperoleh oleh manusia hanya melalui pewahyuan
khusus dan pekerjaan Roh Kudus. Alkitab adalah sumber utama dari
pembelajaran yang sejati. Alkitab melalui prinsip-prinsip kebenarannya menjadi
dasar dalam memahami setiap subyek pembelajaran maupun aspek kehidupan
lainnya. Alkitab secara tidak langsung berbicara secara begitu luas sehingga
mencakup setiap pengetahuan dalam mata pelajaran. Namun demikian, pengertian
akan prinsip-prinsip Alkitabiah mutlak diperlukan untuk memperoleh hikmat.
Dengan hikmat manusia memperoleh pencapaian tertinggi pembelajaran dan
aplikasinya dari subyek apapun.
Pilar pendidikan Kristen adalah orangtua, sekolah dan gereja. Pendidikan
Kristen merupakan perpanjangan pendidikan keluarga dan gereja dalam
penginjilan. Orang tua memiliki hak dan tanggung jawab di hadapan Allah untuk
memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Otoritas mendidik tersebut
didelegasikan kepada sekolah, maka guru sehubungan dengan kompetensi dengan
hal mendidik mempunyai kewajiban di hadapan Allah untuk membuat keputusan
berdasarkan kompetensi itu. Menurut Wolterstorff (2007) ada tiga area krusial di
sekolah untuk memberikan pendidikan bagi siswa, yaitu kegiatan yang dinamakan
ekstrakurikuler, literatur yang dipilih untuk kurikulum, pengajaran mengenai
penciptaan dan evolusi. Sekolah Kristen harus bertujuan untuk memperlengkapi
siswa untuk menjalan kehidupan Kristen.
Orang tua sendiri tidak mampu mendidik anak-anak mereka sepenuhnya.
Karena itu, sekolah didirikan sebagai sarana pendidikan. Sekolah-sekolah Kristen
7
didirikan oleh orang-orang dengan visi religious yang sama. Dipandang dari sudut
ini, jelas bahwa sekolah merupakan institusi pelayanan jasa dengan otoritas yang
didelegasikan kepadanya karena kompetensi yang terkhusus di bidang pendidikan.
Tujuannya adalah untuk melayani masyarakat dan atau melaksanakan tugas yang
diberikan Allah untuk mendidik anak-anak mereka. Peran pendidikan Kristen
lebih dari membentuk cara berpikir Kristen dalam berbagai aspek pengetahuan
yang didapatkan. Karena pendidikan Kristen merupakan mandat Allah, segala
fondasi cara pandang Kristen harus dimulai dari Alkitab.
Makalah ini dibuat untuk menjelaskan tantangan-tantangan integrasi
Alkitab dalam pendidikan Kristen dan kesempatan yang dapat dilakukan untuk
membenahi hal tersebut. Guru Kristen harus mempunyai kesadaran theologis
tentang pentingnya integrasi antara iman dan pengetahuan dengan proses
pendidikan. Tugas integrasi bukan suatu hal yang mudah, diperlukan wawasan
dan keterampilan yang bertumbuh.
ALKITAB SEBAGAI PEDOMAN
Alkitab berperan sebagai fondasi pendidikan Kristen. Kebenaran firman
Allah dinyatakan dalam Alkitab sebagai kebenaran mutlak. Di tengah persaingan
pendidikan yang mengutamakan excellence (keunggulan) seperti sekarang ini,
peserta didik perlu memiliki perspektif hidup berdasarkan Alkitab (Santoso,
2005). Melalui Alkitab siswa belajar bahwa mereka adalah ciptaan Tuhan yang
berharga dan selayaknya menghargai orang lain, siswa menerima berita
keselamatan agar mereka mengalami lahir baru, siswa juga dibimbing untuk lebih
memahami dan menaati firman.
8
Berdasarkan kesaksian Alkitab, pendidikan Kristen bersifat teosentris
sebab Allah sendirilah yang berperan sebagai pendidik utama. Pendidikan itu
berasal dari Allah dan oleh Allah serta kemuliaanNya (Hasugian, 2019). Allah
adalah pusat dari catatan Alkitab. Para penulis Alkitab melihat maksud-maksud
Allah yang kudus ini di dalam segala peristiwa. Alkitab dapat menjadi dasar bagi
iman yang hidup karena Allah berbicara lewat dia (Cully, 2009).
Penulis Alkitab tidak datang dengan sendirinya, tetapi telah ditugaskan
oleh Allah untuk berbicara dan menuliskan firman Allah yang mutlak. Semua
ajaran yang ada di dalam Alkitab memberi pedoman hidup yang sesuai dengan
Kristus. Tentu untuk menjadikan Alkitab sebagai pedoman hidup orang percaya,
kita harus mengenal firman Allah itu dengan baik (Sitorus, 2018).
INTEGRASI ALKITAB SEBAGAI TANTANGAN
Tantangan pendidikan Kristen saat ini adalah kemajuan zaman yang
ditandai dengan teknologi yang semakin maju dan berkembang pesat. Informasi
apapun dan dimana pun dapat dijangkau melalui genggaman tangan dengan
murah dan mudah oleh siapa saja. Hal ini menjadi tantangan yang kompleks bagi
guru Kristen dalam mendidik siswa terutama dalam perkembangan karakter yang
yang didasarkan pada kebenaran firman Allah, yaitu Alkitab (Astika & Bunga,
2016). Tantangan yang besar bersumber dari lingkungan masyarakat masa
sekarang yang semakin lama semakin sekuler dan menduniawi dalam sistem nilai
kehidupannya (Kolibu, 2017).
Selain itu tantangan pendidikan saat ini adalah bahwa para akademisi
hanya berjuang untuk menggali informasi baru dan menggali ‘kebenaran’ yang
9
mapan dalam suatu disiplin ilmu (Nielson & Allen, 2014). Salah satu masalah
serius yang dihadapi oleh institusi pendidikan Kristen adalah kurangnya materi
kurikulum yang terintegrasi dengan kebenaran firman Tuhan. Integrasi Alkitab
menjadi suatu hal yang penting dan harus diterapkan dalam sekolah Kristen.
Elemen rohani seperti doa dan ibadah tidak cukup menanamkan Biblical Christian
Worldview pada siswa di setiap subjek pelajaran. (Adhi, Winardi, & Listiani,
2018).
Ada tiga alasan integrasi Alkitab dalam pendidikan Kristen dikatakan
sebagai tantangan. Pertama masyarakat Kristen dipanggil untuk menjadi
komunitas teladan, patut dicontoh artinya mampu memberi bukti dalam cara
hidupnya sendiri tentang hidup baru yang Allah kehendaki bagi anak-anakNya.
Sekolah Kristen harus memperlihatkan bagaimana pendidikan yang baik melalui
rancangan dan proses belajar mengajar. Kedua, sekolah Kristen tidak cukup hanya
melengkapi dan memperbaiki perspektif sekuler tentang seni, literatur, penciptaan
alam, dan masalah- masalah sosial. Ketiga, sasaran sekolah Kristen adalah
mewujudnyatakan Injil Kristen, dimana pun dan kapan pun dalam pelayanan
menuju pembentukan suatu cara hidup (Wolterstorff, 2007).
INTEGRASI ALKITAB SEBAGAI KESEMPATAN
Segala sesuatu yang perlu dilakukan untuk membayar lunas hukuman atas
dosa-dosa manusia dan keselamatan semua manusia sudah dikerjakan melalui
penderitaan dan kematian Yesus pada kayu salib. Jika guru Kristen mengajarkan
masih ada hal yang perlu dilakukan di luar dari apa yang telah dilakukan oleh
Tuhan Yesus, maka ia menolak mengakui bahawa karya penebusan Yesus di
10
Kayu Salib sempurna (Handayani, 2017). Guru-guru Kristen memiliki
pendekatan yang unik dalam pandangan mereka terhadap disiplin dalam
pendidikan. Pendidikan Kristen berusaha untuk menanamkan kebenaran
Alkitabiah ke dalam semua aspek.
Dalam Markus 22:37 Yesus berkata bahwa perintah terbesar adalah
‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap akal budimu’. Hal ini menunjukkan bahwa melakukan
integrasi penuh sangat sulit karena hal yang harus dilakukan adalah mencintai
Tuhan. Guru memang perlu kreatif dan memiliki pemikiran yang terbuka terhadap
segala perubahan dan kemajuan yang ada untuk memajukan siswa. Guru harus
mampu bersikap sebagai seorang yang intelektual yang mau berkembang dan
belajar seumur hidup, mau membawa perubahan, reflektif dan berani membela
kebenaran dan keadilan (Isjoni, 2006). Guru Kristen juga mengajarkan segala
sesuatu yang bersumber dari kebenaran firman Allah yang telah diintegrasikan
dengan keseluruhan ilmu pengetahuan tersebut.
Guru Kristen memiliki tanggung jawab berat sebagai agen yang
menyampaikan kebenaran. Seluruh ilmu yang ada harus dipahami, dipelajari,
dikuasai dan diterapkan dengan baik dan benar dalam kehidupannya (Santosa,
2012). Jika penerapan ilmu pengetahuan keluar dari kebenaran, maka
pengetahuan tersebut tidak akan berarti dan mengakibatkan penderitaan bagi diri
sendiri dan dunia ini.
11
TRANSFORMASI PIKIRAN SISWA
Pendidikan formal diperlukan sebagai sarana belajar dan latihan dalam
ilmu pengetahuan dan tanggap terhadap perkembangan IPTEK. Pendidikan
berkaitan dengan ‘upaya belajar’ yaitu dengan adanya persiapan seseorang agar
dapat mandiri dalam mengatasi perubahan yang akan dihadapi (Situmorang,
2015). Pengajaran dalam kebenaran firman Allah secara intensif sangat penting
bagi siswa, karena selain agar mereka mengalami pertumbuhan rohani, juga
karena mereka adalah pemimpin gereja di masa mendatang dan sebagai generasi
penerus yang berperan penting dalam pelayanan di muka bumi ini (Latif, 2017).
Belajar merupakan suatu perubahan dari perilaku sebagai hasil dari pengalaman
yang siswa alami, dalam hal ini terutama pengalaman di sekolah (Agustin,
Gunanto, & Listiani, 2017). Belajar merupakan usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 2010). Pengajaran pendidikan Kristen bisa terlaksana secara efektif,
efisien dan produktif tentunya berdasarkan kebenaran Alkitab yang berisi suatu
aturan, bimbingan, arahan, dan berkuasa untuk pembinaan dan mengembangkan
kehidupan rohani setiap orang dan anak didik (Panembahan, 2012).
Firman Tuhan yang disampaikan melalui pengajaran tidak akan sia-sia
meskipun anak didik memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Pendidikan
Kristen memiliki pemahaman bahwa Allah adalah sumber pengetahuan dan
kebenaran sejati. Allah menyatakan kebenaran dan pengetahuan tersebut dalam
berbagai cara. Kebenaran Allah nyata dalam ciptaanNya, alam semesta dan pada
manusia. Manusia dapat mengenal kebenaran dengan potensi yang diberikan
12
Allah melalui iman sebagai pemberian Allah, inteligensi, perasaan, intuisi,
kehendak serta melaui perilakunya. Inteligensi merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam belajar, berpikir, bersikap, dan bertindak sehingga dapat
dikatakan bahwa prestasi seseorang sangat ditentukan oleh inteligensinya.
Inteligensi siswa tidak akan dapat berkembang secara maksimal jka dia tidak
diberi stimulasi intelektual oleh lingkungannya (Pasuhuk, 2014). Pendidikan
Kristen tidak hanya sekedar membimbing murid mengetahui berbagai kebenaran
filosofis dan ilmiah tetapi juga kebenaran di dalam Allah dan melalui Yesus
Kristus.
Untuk membawa murid mengenal Allah, metode pembelajaran tidak
hanya pada proses informing tetapi juga meliputi conforming dan transforming
(Simanjuntak, 2017). Guru Kristen tidak hanya memberikan ceramah tentang
pembelajaran, tetapi guru juga harus membimbing muridnya agar hidup
bersesuaian dengan apa yang dipelajari. Guru dengan pertolongan hikmat dari
Roh Kudus membawa anak didik untuk mengalami pembaruan dalam dirinya
karena pengetahuan guru dan siswa dipertemukan dengan kebenaran yang
memerdekakan di dalam Yesus Kristus.
PERANAN ROH KUDUS
Keseluruhan Alkitab menjelaskan bahwa Roh Kudus adalah Allah. Roh
Kudus hadir dalam kehidupan orang Kristen (orang percaya) untuk memampukan
dalam mengemban tugas sebagai umat Allah di dunia. Roh Kudus memberikan
hikmat, kebijaksanaan, dan menuntun manusia kepada kebenaran yang dijelaskan
dalam Alkitab dan kebenaran dalam diri Yesus Kristus. Para pendidik Kristen,
13
orangtua, administrator dan peserta didik harus peka dengan pekerjaan Roh Kudus
dalam memotivasi manusia dan berdoa agar Roh Kudus bisa bekerja dengan
efektif dalam hidup mereka. Roh Kudus menggerakkan, melengkapi dan
membenarkan pengajaran manusia (Pazmiño, 2012).
Pendidikan sebagai sarana yang digunakan oleh Roh Kudus untuk
membawa murid pada persekutuan dengan Allah. Roh Kudus adalah yang
memulai dan memelihara kehidupan, Roh Kebenaran dan yang mentransformasi
manusia. Roh Kudus dapat membukakan rahasia kebenaran melalui pembacaan
dan perenungan firman Tuhan atau melalui mereka yang dipilih dan dilengkapi
dengan pengalaman rohani untuk mengajar orang-orang yang percaya (orang
Kristen) (Rondonuwu, 2012). Pimpinan nyata Roh Kudus sangat diperlukan
dalam pendidikan, terlebih kepada guru dan siswa dalam pembelajaran dan
interaksi dalam kelas.
Tugas utama seorang guru dalam konteks pendidikan Kristen adalah
membantu para siswa untuk belajar dan mengenal Allah di dalam Yesus Kristus
dan melalui firmanNya tersebut, siswa dapat bertumbuh dan meneladani Kristus
sehingga semakin serupa dengan Kristus dalam kehidupan sehari hari. Oleh sebab
itu, peran dan karya Roh Kudus sangat penting sebagai sumber hikmat untuk
menolong guru Kristen membedakan antara kebenaran sejati dan kebenaran yang
bersifat humanisme belaka (Chrismastianto, 2018). Roh Kudus juga hadir dan
bekerja bagi siswa untuk memberi hikmat dan kebijaksanaan. Roh Kudus
menuntun siswa ke dalam kebenaran yang dijelaskan dalam Alkitab. Jika Roh
Kudus tidak bekerja dalam proses pemulihan siswa, maka siswa yang sangat
terpelajar sekalipun dan ahli dalam berbagai bidang pengetahuan tidak akan
14
berdaya melawan kuasa dosa yang sangat merusak dalam dirinya (Simanjuntak,
2017).
PEMBAHASAN
Filsafat pendidikan Kristen perlu dipahami secara serius oleh seorang guru
Kristen. Guru Kristen merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan yang
harus mengeksplorasi cara pandang Kristiani sehingga memiliki implikasi
langsung dan hasil berupa tindakan bagi pendidikan. Jika guru Kristen tidak
benar-benar memahami hal tersebut, maka pelajaran yang dipahami siswa hanya
sebatas ilmu pengetahuan yang nantinya berdampak pada worldview mereka yang
akan dipenuhi dengan hal sekuler. Secara umum, filsafat berarti suatu disiplin
ilmu yang membahas tentang natur realitas dan meneliti tentang prinsip-prinsip
umum pengetahuan, eksistensi, realitas dan kebenaran Allah. Filsafat berperan
sebagai pendorong, pembebas dan pendobrak sehingga sangat berguna dalam
segala aspek kehidupan.
Filsafat pendidikan merupakan bagian yang sangat penting karena menjadi
pusat dari segala ilmu pengetahuan. Selain itu, dasar pendidikan Kristen meliputi
Allah pencipta segala sesuatu dan alam semesta, manusia diciptakan segambar
dan serupa dengan Allah, kejatuhan manusia ke dalam dosa dan penebusan dosa
manusia, alam semesta adalah ciptaan Tuhan yang dikembangkan sesuai dengan
kehendak Allah (Tety & Wiraatmadja, 2017). Filsafat pendidikan Kristen tidak
hanya mengajarkan kebenaran, tetapi juga mendorong manusia pada pembaharuan
akalbudi dan mampu mempraktekkan kebenaran dalam kehidupan nyata. Hal ini
15
membuktikan filsafat pendidikan Kristen tidak hanya sekedar teori melainkan
tindakan nyata yang dapat dilihat dan sumber kebenarannya dapat dirasakan.
Dalam pendidikan Kristen sering terjadi kesenjangan antara kondisi ideal
dengan kondisi nyata. Untuk itu peran guru Kristen sangat diperlukan dalam
melakukan integrasi Alkitab dalam pendidikan khususnya dalam pengajaran
terhadap anak didik. Namun, melakukan integrasi Alkitab bukan suatu perkara
yang mudah bagi guru dan seluruh bagian dari institusi pendidikan. Kebenaran
menjadi sebuah beban, menyinggung, dan kebenaran tidak memiliki pribadi jika
manusia memisahkan antara kasih dan kebenaran (Zacharias & Vitale, 2018).
Kebenaran pada akhirnya didasarkan pada pribadi Allah yang adalah Kasih,
sehingga pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan tentang pribadi.
Setiap pertanyaan tentang sains adalah pertanyaan tentang bagaimana dan
mengapa Allah menciptakan dan menopang alam semesta. Semua ilmu
pengetahuan yang berada di dalam dunia ini datangnya berasal dari Allah.
Allah memiliki rancangan dan tujuan bagi setiap ciptaanNya termasuk
perjalanan hidup anak-anakNya. Segala sesuatunya tidak terlepas dari turut
campur tangan dan rencana Allah bagi setiap anak didik. Untuk itu, peran guru
Kristen diperlukan untuk membimbing siswa mengerti akan tujuan hidupnya
untuk menggenapi rencana Allah. Guru Kristen membantu membimbing siswa
membangun kehidupan mereka di atas dasar yang teguh bukan membangun
kehidupan mereka di atas pasir seperti tertulis dalam Matius 7:24-27. Pada zaman
sekarang ini, anak didik cenderung membangun hidup mereka di atas pasir karena
gaya hidup pada zaman ini cenderung serba instan. Segala sesuatu dapat diperoleh
tanpa mementingkan proses yang panjang dan melelahkan. Hal ini menjadi
16
tantangan bagi pendidikan Kristen dalam integrasi Alkitab karena orientasi
berpikir anak didik berfokus pada hal-hal yang terlihat instan. Manusia pada
zaman sekarang ini, khususnya pelajar tidak mementingkan sebuah proses terlebih
jika hal tersebut membutuhkan banyak tenaga, waktu dan finansial.
Firman Allah menegaskan dalam Matius 7:24-27 bahwa seseorang
memiliki dasar hidup yang kokoh, yakni hidup sesuai firman Allah ada kepastian
di dalam kehidupannya akan mampu bertahan sekalipun di tengah badai dan
tantangan zaman. Hal ini terlihat ketika seseorang mempertimbangkan unsur-
unsur yang penting, esensial, mengakar, dan mendalam dalam melakukan dan
memperoleh segala sesuatu. Pendidikan Kristen melalui guru Kristen bertujuan
menolong anak didik untuk membangun kehidupannya di atas dasar yang teguh,
yaitu Alkitab dalam menghadapi tantangan kekuatan modern dan teknologi yang
berkembang pesat.
Guru Kristen bertanggung jawab untuk berpikir secara serius bagaimana
menolong siswa untuk membimbing mereka membangun kehidupan di atas batu
karang yang teguh. Sehingga ketika siswa memiliki dasar hidup yang teguh siswa
tidak mudah terbawa arus berbagai macam gaya hidup yang melawan kebenaran
firman Allah seperti materialisme, atheisme, skeptisisme, hedonisme, dan
sekularisme. Allah menciptakan alam semesta untuk kemuliaanNya dan manusia
terpanggil untuk mengelola alam semesta tersebut bagi kepentingan manusia itu
sendiri. Hal ini menjadi landasan bagi siswa untuk menanamkan tanggung jawab
untuk terus berkarya bagi kemuliaan Allah.
Pendidikan mengupayakan transformasi dan perubahan setiap pribadi
siswa oleh kuasa Roh kudus sehingga siswa menjalani kehidupan sesuai dengan
17
kehendak Allah seperti yang dinyatakan oleh Alkitab dan Tuhan Yesus. Alkitab
menjadi sumber segala kehidupan yang mengubahkan kehidupan seseorang
sekalipun yang jahat kearah kebaikan. Pertumbuhan rohani berarti menyerahkan
diri sesering mungkin dan secara total kepada Roh Kudus, dipimpin oleh Roh,
berjalan dan hidup di dalam Roh dari hari ke hari dan setiap jam (Hoekema,
2006). Pendidikan Kristen harus memiliki sikap yang serius dalam memahami,
meerenungkan serta menyampaikan friman Allah di dalam Alkitab dan di dalam
Yesus Kristus. Allah menciptakan manusia sebagai pribadi yang memiliki tubuh
jasmani, pikiran, perasaan, kehendak, suara hati, jiwa, dan roh. Manusia ada
bukan karena suatu kebetulan sehingga tujuan pendidikan Kristen bukan hanya
mengupayakan terjadinya transformasi pikiran siswa melainkan juga
mengupayakan terjadinya transformasi suara hati, jiwa, dan roh dari siswa
(Simanjuntak, 2017).
Alkitab mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk berdosa, akibat
pemberontakan manusia pertama. Dosa membuat manusia tidak mengalami
keutuhan dalam dirinya, dosa membuat manusia mengalami dan menghadapi
berbagai masalah dalam dirinya, termasuk rasa malu, rasa bersalah, tertolak, tak
berdaya, dan jauh dari Allah. Dosa sangat merusak dan mendatangkan maut.
Pendidikan yang dirancang secanggih apapun tidak mampu menghilangkan
realitas dosa dalam kehidupan manusia dengan pembelajaran yang bersifat baik
dipandangan manusia.
Oleh sebab itu, manusia membutuhkan pemulihan dan pendamaian dengan
Allah, supaya manusia yang memiliki gambar dan rupa Allah dipulihkan kembali.
Panggilan Allah bagi manusia adalah agar manusia berpaling kepadaNya di dalam
18
dan melalui Yesus Kristus melalui karyaNya di kayu salib dan kebangkitanNya.
Dengan pemahaman ini, pendidikan Kristen tidak berhenti sebatas mengajarkan
berbagai pengetahuan dan keterampilan hidup, tetapi juga menjadi agen
pemberitaan injil, kasih dan anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Roh Kudus
juga hadir untuk memampukan manusia dalam mengemban setiap tugas,
khususnya setiap orang yang mengambil bagian dalam pendidikan. Roh Kudus
memberi hikmat, kebijaksanaan, dan menuntun orang ke dalam kebenaran dalam
diri Yesus.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Pengetahuan sejati yang bersumber dari Allah dinyatakan dalam Alkitab
menjadi pusat dalam pendidikan Kristen. Integrasi Alkitab dalam pendidikan
merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan, karena diperhadapkan dengan
tantangan dunia yang semakin sekular dan perkembangan teknologi yang
menanamkan pemikiran segala sesuatunya serba cepat khususnya bagi anak didik.
Pendidik Kristen harus sungguh-sungguh mengenal Allah dan memiliki
keteladanan hidup dalam Yesus Kristus karena tantangan yang dihadapi adalah
dunia. Untuk itu, dalam integrasi Alkitab dalam pendidikan, seorang guru Kristen
harus mengalami pembaruan spiritual, memiliki konsep epistemologis yang benar
bahwa pengetahuan dan kebenaran bersumber dari Allah, setia membimbing anak
didik mengenal kebenaran dan sumber kebenaran, yaitu Allah, guru yang
senantiasa diperbarui oleh Roh Kudus sehingga dapat dipakai oleh Allah sebagai
19
saluran berkat, guru yang mampu membedakan kebenaran dan kepalsuan dalam
pengetahuan.
SARAN
Guru memiliki peranan yang besar mengintegrasikan Alkitab dalam
pendidikan. Untuk itu, sebaiknya seorang guru Kristen benar-benar menggumuli
panggilannya. Guru Kristen harus memiliki dasar filosofi yang kuat dalam
mengintegrasikan setiap ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk diajarkan sesuai
dengan kebenaran Alkitab.
20
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Y., Winardi, Y., & Listiani, T. (2018). Penerapan model integrasi Biblika
Bryan Smith tahap 2 pada pembelajaran matematika untuk meningkatkan
pemahaman wawasan Kristen Alkitabiah (WAK) siswa kelas XI IPA-2 di
suatu SMA di Toraja. JOHME: Journal of Holistic Mathematics Education,
2(1), 45–56. https://doi.org/10.19166/johme.v2i1.979
Agustin, Y., Gunanto, Y., & Listiani, T. (2017). Hubungan motivasi belajar dan
disiplin belajar siswa kelas IX pada pembelajaran matematika di suatu
sekolah Kristen. JOHME: Journal of Holistic Mathematics Education, 1, 32–
40. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.19166/johme.v1i1.716
Astika, M., & Bunga, S. S. (2016). Hubungan kompetensi sosial guru Kristen
terhadap perkembangan karakter siswa: Tantangan pendidikan Kristen dalam
mencerdaskan youth generation. Jurnal Jaffray.
https://doi.org/10.25278/jj71.v14i1.189
Chrismastianto, I. A. (2018). Peran dan karya Roh Kudus serta implikasinya
terhadap pengembangan pribadi dan kualitas pengajaran guru Kristen.
POLYGLOT: Journal of Language, Literature, Culture, and Education,
14(1). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.19166/pji.v14i1.326
Cully, I. (2009). Dinamika pendidikan Kristen. Jakarta: Gunung Mulia.
Groome, T. (2010). Pendidikan agama Kristen: berbagi cerita dan visi kita (1st
ed.). Jakarta: Gunung Mulia.
Handayani, D. (2017). Tinjauan teologis konsep iman dan perbuatan bagi
keselamatan. Epigraphe: Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani), volume
1(2579–9932), 91–103.
Hasugian, J. (2019). Kurikulum pendidikan Kristen bagi orang dewasa di gereja.
KURIOS (Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen), 5(2614–3135),
36–54.
Hoekema, A. (2006). Diselamatkan oleh anugerah. Surabaya: Penerbit
Momentum.
Isjoni, H. (2006). Pendidikan sebagai investasi masa depan. Jakarta: Yayasan
Obor.
Kirom, S. (2011). Filsafat ilmu dan arah pengembangan pancasila: Relevansinya
dalam mengatasi persoalan kebangsaan. Jurnal Filsafat, 21, 100–117.
https://doi.org/https://doi.org/10.22146/jf.3111
Knight, G. R. (2006). Philosophy & Education: An Introduction in Christian
Perspective. In Christian Education Journal. Tangerang: Universitas Pelita
21
Harapan Press.
Kolibu, D. R. (2017). Tantangan pelayanan dalam tugas mengajar PAK: Kajian
teologis, pedagogis, implementasi pendidikan agama Kristen sebagai
integrasi iman dan ilmu. Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 1(2),
133–150.
Latif, H. (2017). Pengaruh pengajaran dan persekutuan terhadap tingkat
pertumbuhan rohani anak dan remaja. EPIGRAPHE: Jurnal Teologi Dan
Pelayananan Kristiani, 1(1), 119–138.
Neolaka, A., & Neolaka, G. (2017). Landasan pendidikan: Dasar pengenalan diri
sendiri menuju perubahan hidup. Depok: Kencana.
Nielson, N., & Allen, J. (2014). Light and hope: Transformational impact in
Christian higher education. Tangerang: UPH Press.
Panembahan, H. G. (2012). Pendidikan agama Kristen dalam Alkitab dan dunia
pendidikan masa kini. Yogyakarta: Andi.
Pasuhuk, N. (2014). Pendidikan keluarga yang aktif. KURIOS: Jurnal Teologi
Dan Pendidikan Agama Kristen, 2(1), 70–81.
Pazmiño, R. (2012). Fondasi pendidikan Kristen: Sebuah pengantar dalam
perspektif Injili. Bandung: BPK Gunung Mulia.
Rondonuwu, R. (2012). Memahami esensi Roh Kudus dalam kehidupan Kristen
(1st ed.; A. Pakasi, Reny, & E. Manopo, eds.). Jakarta: Lavindo.
Santosa, N. B. (2012). Peran Roh Kudus dalam pelaksanaan pendidikan Kristen.
Antusias: Jurnal Teologi Dan Pelayanan, 2(1).
Santoso, M. P. (2005). Karakteristik pendidikan Kristen. Veritas.
Simanjuntak, J. (2017). Ilmu belajar dan didaktika pendidikan Kristen.
Yogyakarta: ANDI.
Sitorus, J. (2018). Ragam bahasa dalam perspektif Alkitab (Language variety
from a Biblical perspective). POLYGLOT: Jurnal Ilmiah, 14, 139–150.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.19166/pji.v14i2.809
Situmorang, S. (2015). Desain pengajaran yang Alkitabiah. KERUSSO: Jurnal
Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 1(1), 1–18.
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tety, & Wiraatmadja, S. (2017). Prinsip-prinsip filsafat pendidikan Kristen.
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga Jemaat, 1(1), 55–
60.
22
Tung, K. Y. (2015). Menuju sekolah Kristen impian masa kini: Isu-isu filsafat,
kurikulum, strategi dalam pelayanan sekolah Kristen. Yogyakarta: ANDI.
Wolterstorff, N. (2007). Mendidik untuk kehidupan: Refleksi mengenai
pengajaran dan pembelajaran Kristen. Surabaya: Momentum Christian
Literature.
Zacharias, R., & Vitale, V. (2018). Jesus among secular gods. Surabaya: Literatur
Perkantas Jawa Timur.