Protap DM

download Protap DM

of 21

description

dm

Transcript of Protap DM

  • 1

    PROTAP PENATALAKSANAAN DIABETES MELLITUS

    SUB-BAGIAN ENDOKRINOLOGI DAN METABOLISME

    SMF / LAB. ILMU PENYAKIT DALAM / RSUD.Dr.MOEWARDI SURAKARTA

    EPIDEMILOGI

    1. Dari berbagai penelitian epidemilogi di Indonesia didapatkan prevalensi

    DM sebesar 1,5 - 2,3 % pada penduduk usia lebih dari 15 tahun, sedang

    di Menado didapatkan prevalensi DM sebesar 6,1 % (Konsensus

    PERKENI, 1998).

    2. Dari keseluruhan penderita DM didapatkan dua bentuk diabetes : (

    Diabetes Atlas, 2000 ).

    A . DM tipe -1 yang terjadi pada anak dan remaja, diperkirakan sekitar

    10 - 15 % dari seluruh penderita DM didunia.

    B . DM tipe - II yang terjadi pada dewasa, merupakan bentuk DM yang

    banyak didapatkan, yaitu sekitar 85 - 90% dari seluruh DM didunia.

    Insidensi DM tipe I dari negara - negara yang tergabung IDF

    (Internasional Diabetes Federation) didapatkan 77.000 penduduk usia 0

    - 14 tahun pertahun, dan 119.000 penduduk usia diatas 15 tahun.

    3. Pada tahun 2000 diperkirakan 150 juta penduduka dunia menderita

    DM, dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 300 juta,

    peningkatan ini disebabkan adanya pertambahan penduduk,

    peningkatan umur, urbanisasi, kebiasaan makan yang tidak sehat, dan

    hidup kurang aktivitas.

    4 . Pada tahun 2000 ada 5 negara teringgi penderita DM, yaitu (1) India -

    32,7 juta, (2) China - 22,6 juta, (3) USA - 15,3 juta, (4) Pakistan - 8,8

    juta, (5) Jepang - 7,1 juta.

    5 . Pada tahun 2000 didapatkan negara-negara dengan prevalensi DM

    yang tinggi, yaitu : Papua New Guinea-15,5%, (2) Mauritius-15,0%, (3)

    Bahrain-14,8%, (4) Mexico-14,2%, (5) Trinidad & Tobago-14,1%.

    6. Di negara maju DM menduduki penyebab peringkat ke-4 penyebab kematian dari seluruh penyebab kematian.

  • 2

    Klasifikasi Etiologis DM (ADA, 1998)

    1 . DM tipe-1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi

    insulin absolut) dapat karena: Autoimun atau idiopatik.

    2 . DM tipe -2 ( bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi

    insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek

    sekresi insulin disertai resistensi insulin).

    3 . DM tipe lain

    A. Defek genetic fungsi sel beta :

    - Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3

    - DNA mitokondria.

    B. Defek genetic kerja insulin

    C. Penyakit Eksokrin pankreas

    - Pankreatitis

    - Tumor / Pankreatektomi

    - Pankreatopati fibrokalkulus

    D . Endokrinologi

    - Akromegali, - Sindroma Cushing- Feokromositoma, -

    Hipertiroidisme

    E . Karena Obat / Zat kimia

    - Vacor, pentamidin, Asam nikotinat

    - Glukokortikoid, Hormon tiroid

    - Tiazid, Dilantin, Interferon alfa dan lain - lain

    F . Infeksi

    Rubella congenital, Cyto-Mega;o Virus (CMV)

    G. Sebab imunologi yang jarang

    Antibody anti insulin

    H . Sindroma genetic lain yang berkaitan dengan DM

    Sindroma Down, - Sindrona Klinefelter, Sindroma Turner, dll.

    4 . Diabetes Mellitus Gestasional (DMG).

  • 3

    DIAGNOSIS

    * Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa

    darah, tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria

    saja.

    ** Dalam menentukan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan

    darah yang diambil

    (plasma vena atau darah kapiler) dan cara pemeriksaan yang

    dipakai.

    *** Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah

    pemeriksaan glukosa

    dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena dan

    pemeriksaan glukosa

    darah diseyogyakan dilakukan di laboratorium klinik yang

    terpercaya (yang

    melakukan program pemantapan kendali mutu secara teratur)

    Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah

    kapiler.

    A. Langkah Menegakkan Diagnosis DM.

    1 . Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan

    khas/tidak khas.

    2 . - Keluhan khas(klasik) berupa Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Lemah

    dan Penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. (3P dan LP-BB).

    - Keluhan tidak khas berupa Kesemutan, Gatal-gatal, Mata kabur,

    Impotensi pada pria, serta Pruritus vulvae pada pasien wanita. (KGM-I/P)

    1. Adanya Keluhan khas disertai hasil pemeriksaan kadar glukosa

    darah sewaktu (GDS) 200 mg/dL atau kadar gula puasa (GDP)

    126 mg/dL sudah cukup untuk menegakakn DM.

    2. Pada pasien dengan adanya keluhan tidak khas, hasil pemeriksaan

    glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal belum cukup kuat

  • 4

    untuk menegakkan diagnosis klinis DM, diperlukan pemastian

    lebih lanjut dengan mendapatkan sekali lagi angka abnormal baik

    GDP 126 mg/dL atau GDS 200 mg/dL pada hari yang lain, atau

    dari hasil test TTGO yang abnormal.

    KRITERIA DIAGNOSTIK DM (LABORATORIUM)*

    1 . Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dL. atau

    2 . Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dL. Atau

    3 . Kadar glukosa plasma 200 mg/dL pada 2 jam sesudah

    bebanglukosa 75 gram pada TTGO**

    * Kriteria diagnostik tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang

    lain, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia dengan dekompensasi

    metabolik akut, seperti ketoasidosis, BB yang menurun cepat.

    ** Cara diagnosis dengan kriteria diagnostik ini tidak dipakai rutin di

    klinik. Untuk penelitian epidemiologik pada penduduk dianjurkan

    memakai kriteria diagnosti kadar glukosa darah puasa. Untuk DM

    Gestational juga dianjurkan kriteria diagnostik yang sama.

  • 5

    B. Langkah-langkah Diagnostik DM (Konsensus, 1998)

    STATUS GISI Untuk penentuan status gisi, dipakai : Body Masa Index (BMI) = Indeks Massa Tubuh (IMT)

    Berat Badan dalam (Kg)

    BMI = IMT = ------------------------------------- (tinggi Badan dalam meter)

    2

    IMT normal ( Wanita ) = 18,5 - 22,9 kg/m

    2

    IMT normal (Pria) = 20 - 24,9 kg/m2

    Status Gisi :

    BB(kg) BBR ( Berat Badan Relatif) % =----------------------- X 100 %

    (TB - 100) Cm

    KELUHAN KLINIK DM

    Keluhan klasik(+)

    Poliuria

    Polidipsi

    Polifagia

    Lemah

    Penurunan BB.

    Keluhan kalsik (-)

    Keluhan lain seperti :

    Kesemutan

    Mata kabur, Gatal-gatal

    Impotensia, Pruritus Vulva

    GDP

    atau

    GDS

    126

    ------

    200

    < 126

    -------

  • 6

    1 . Berat badan kurang = < 90% BBR 2 . Berat badan normal = 90 - 100% BBR

    3 . Berat badan lebih = 110 - 120 % BBR 4 . Gemuk = obesitas = > 120 % BBR

    PENGELOLAAN

    A. TUJUAN Jangka pendek : Menghilangkan keluhan / gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman dan enak.

    Jangka panjang : Mencegah penyulit, baik makroangiopati, mikroangiopati maupun neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas.

    B. PILAR PENGELOLAAN DM. 1 . Penyuluhan 2 . Perencanaa makan 3 . Latihan jasmani

    4 . Obat berkhasiat hipoglikemik 5 . Tindakan pembedahan (cangkok Pankreas)

    1 . Penyuluhan (Edukasi Diabetes)

    Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai

    pengetahuan serta ketrampilan bagi pasien DM yang bertujuan

    menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman

    pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan

    sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas

    hidup yang lebih baik.

    2 . Perencanaan Makan

    a. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang

    seimbang dalam hal karbohidrat protein dan lemak, sesuai dengan

    kecukupan gizi baik sebagai berikut :

    Karbohidrat 60 - 70 %, protien 10 - 15 %, dan lemak 20 - 25% ".

    Untuk kelompok sosial ekonomi rendah, makanan dengan

    komposisi karbohidrat sampai 70 - 75 % juga memberikan hasil

    yang baik.

  • 7

    Jumlah kandungan kolesterol < 300 mg/hari, diusahakan lemak dari

    sumber asam lemak tidak jenuh dan menghindari asam lemak

    jenuh. Jumlah kandungan serat sekitar 25g/hari, diutamakan serat

    larut.

    b. Jumlah kalori disesuaikan dengan ( 1) pertumbuhan; ( 2 ) status

    gisi; ( 3 ) umur; ( 4) stres akut

    ( 5) kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan idaman / berat

    badan relatif.

    c. Kebutuhan kalori/hari untuk menuju berat badan normal :

    1. Pasien dengan BB normal ( BBR 90-110% ), kebutuhan kalori

    sehari : 30 kal/KgBB

    2. Pasien dengan BB kurang ( BBR ) < 90% ), kebutuhan kalori

    sehari : 40-60 kal/KgBB

    3. Pasien dengan BB lebih ( BBR 110% ), kebutuhan kalori sehari

    : 20 Kal/KgBB

    4. Pasien dengan Gemuk ( BBR 120 % ), kebutuhan kalori sehari

    : 15 Kal/KgBB

    d. Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut

    diatas dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi ( 20% ); siang (

    30% ); dan sore ( 25 % ), serta 2-3 porsi ( makanan ringan, 10-15%

    ) diantaranya. Pembagian porsi tersebut sedapat mungkin sesuai

    dengan kebiasaan pasien, kemungkinan adanya penyakit penyerta.

    e. Pemanis buatan dapat dipakai secukupnya, dan untuk mendapatkan

    kepatuhan terhadap pengaturan makan yang baik, pasien

    perludijelaskan mengenai bahan makan penukar.

    Dalam melaksanakan perencanaan makan, ikutilah 3J ( jumlah; jadwal;

    jenis )

    3. Latihan jasmani

    1. Latihan jasmani secara teratur, 3-4x perminggu, selama 30 - 45

    menit.

  • 8

    2. Sesuai petunjuk CRIPE ( Continous, Rhythmical, Internal,

    Progressive, Endurance, and Training )

    3. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran yaitu 75-85 denyut nadi

    maksimal ( 220 - umur ), sesuai kemampuan dan kondisi adanya

    penyakit penyerta.

    Contoh :

    - Latihan jasmani ringan -- jalan kaki biasa selama 30

    menit

    - Latihan jasmani sedang -- berjalan cepet selam 20 menit

    - Latihan jasmani berat -- misalnya jogging

    4. Obat berkhasiat Hipoglikemik

    Bila penderita DM telah menjalankan pengaturan makan dan kegiatan

    jasmani yang benar dan teratur , namun pengendalian kadar glukosa

    darah belum tercapai, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat

    higlikemik ( oral atau suntikan ).

    Mekanisme kerja dan efek samping utama Obat berkhasiat hipoglikemik

    Obat Cara kerja utama Efek samping utama

    Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin BB naik + hipoglikemia

    Metformin Menekan produksi glukosa hati Diare, asidosis laktat

    Inhibitor glukosidase alfa Menghambat absosorbsi glukosa diusus Flatulenns, tinja lembek

    Insulin Menekan produksi glukosa hati Hipoglikemi, BB naik

    Meningkatkan penggunaan glukosa

    di-jaringan

  • 9

    * Diberikan menit sebelum makan ** Dapat diberikan sesaat sebelum makan

    *** Dapat diberikan bersama ataupun sesudah makan **** Diberikan segera setelah suapan pertama waktu makan

    OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)

    Obat Dosis awal Dosis anjuran Pemberian (X)

    Gol.Sulfonilurea(*)

    Glibenklamid 2,5 mg 15-20 mg 1 - 2 X

    Gliklasid 80 mg 240 mg 1 - 2 X

    Glikuidon 30 mg 120 mg 2 - 3 X

    Glipisid 5 mg 20 mg 1 - 2 X

    Glipisid GITS 5 mg 20 mg 1 X

    Glimepirid (**) 1 mg 6 mg 1 X

    Klorpropamid 50 mg 500 mg 1 X

    Gol.Biguanid (***)

    Metformin 500 mg 2500 mg 1 - 3 X

    Gol.Inhibitor gluko-

    Dase alfa (****)

    Acarbose 50 mg 300 mg 2 - 3 X

    Jenis dan lama kerja insulin

    Jenis Awal kerja Puncak kerja Lama kerja

    (jam) ( jam ) (jam)

    Insulin kerja pendek 0,5 - 1 2 - 4 5 - 8

    Insulin kerja menengah 1 - 2 4 - 12 8 - 24

    Insulin kerja panjang 2 6 - 20 18 - 36

    Insulin campuran 0,5 - 1 2 - 4 dan 6 - 12 8 - 24

  • 10

    PENGELOLAAN DM TIPE II

    DM tipe II

    Evaluasi 4-8 minggu Evaluasi 4 - 8 jam

    T

    B atau IA

    Keterangan : SU ( Sulfonil urea ), B ( Biguanid ) IA ( Inhibitor Glukosidase Alfa

    ) ST : ( sasaran metabolik tercapai ) STT : ( sasaran metabolik tidak tercapai 4 minggu setelah memakai dosis OHO maksimal )

    ( * ) : Ketoasidosis, BB menurun dengan cepat, Stress / Infeksi berat ( ** ) : Untuk pasien dengan glukosa darah puasa normal

    ( *** ) : Dapat insulin saja atau kombinasi dengan OHO

    Gemuk

    Penilaian pengelolaan secara berkala

    Disesuaikan dengan respon, mungkin dengan Diet atau OHO saja

    STT Insulin ***

    STT

    ST ST

    B / IA + SU

    STT

    ST

    Tidak Gemuk

    Dekompensasi Metabolik Berat*

    Penyuluhan DM menyeluruh

    Penyuluhan Perencanaan Makan

    Kegiatan Jasmani

    Penyuluhan DM menyeluruh Penyuluhan Perencanaan Makan Kegiatan Jasmani

    ST

    STT

    Penekanan kembanli Perencanaan

    Makan dan kegiatan Jasmani

    ST

    STT

    SU atau IA**

    ST

    STT

    SU+IA/B SU

    +IA/B SU

    +IA/B

    ST

    STT STT

    ST

    ST

    STT

    SU + IA / B

    T

    E

    R

    U

    S

    K

    A

    N

    T

    E

    R

    U

    S

    K

    A

    N

  • 11

    PENGELOLAAN DM TIPE II

    Evaluasi 4 - 8 minggu Evaluasi 4 - 8 minggu

    Keterangan : SU ( Sulfonil urea ), B ( Biguanid ) IA ( Inhibitor Glukosidase Alfa ) ST : ( sasaran metabolik tercapai ) STT : ( sasaran metabolik tidak tercapai 4 minggu setelah memakai dosis OHO maksimal ) ( * ) : Ketoasidosis, BB menurun dengan cepat, Stress / Infeksi berat ( ** ) : Untuk pasien dengan glukosa darah puasa normal ( *** ) : Dapat insulin saja atau kombinasi dengan OHO

    Penyulit DM

    GEMUK Tidak Gemuk

    Dekompensasi Metabolik Berat *

    Penyuluhan DM menyeluruh

    Penyuluhan Perencanaan Makan

    Kegiatan Jasmani

    Penyuluhan DM menyeluruh

    Penyuluhan Perencanaan Makan

    Kegiatan Jasmani

    ST

    ST

    ST

    STT

    Penekanan kembali Perencanaan

    Makan dan Kegiatan Jasmani

    SU atau IA**

    T

    E

    R

    U

    S

    K

    A

    N

    T

    E

    R

    U

    S

    K

    A

    N

    ST

    STT

    ST

    STT

    B atau IA

    STT

    ST

    B / IA + SU

    ST

    STT

    B+ IA + SU

    ST

    STT Insulin ***

    SU + IA / B

    STT

    ST

    SU + IA / B

    ST

    STT

    Disesuaikan dengan respon, mungkin dengan Diet atau OHO saja

    Penilainan pengelolaan secara berkala

    DM tipe II

  • 12

    A. Penyulit Akut

    I. Hipoglikemia

    II. Ketoasidosis Diabetik ( KAD )

    III. Hiperosmolar non Ketotik ( HONK )

    Hiperosmolar Hyperglycemia State ( HHS ) * ( ADA, 2001 )

    IV. Asidosis Laktat

    B. Penyulit Menahun

    1. Makroangipati

    a. Penyakit Jantung Koroner

    b. Penyakit Pembuluh Darah Tepi

    c. Pembuluh Darah Otak ( Stroke )

    ( Hipertensi dan Dislipidemia merupakan faktor resikonya )

    2. Mikroangiopati

    a. Retinopati Diabetik c. Kardiomiopati

    b. Nefropati Diabetik

    3. Neuropati

    4. Rentan Infeksi seperti :

    a. Tuberkulosa paru

    b. Ginggivitis

    c. Infeksi Saluran Kemih

    5. Kaki Diabetik ( gabungan no 1 sampai dengan 4 )

  • 13

    PROTAB HIPOGLIKEMIA PADA DM DAN NON DM

    DI PENYAKIT DALAM RSUD.Dr.MOEWARSI SURAKARTA

    DEFINISI DAN GEJALA :

    1. HIPOGLIKEMIA KADAR GULA DARAH < 60 mg %

    2. GEJALA :

    2.1 Fase 1 bila kadar gula darah < 60 mg%

    belum ada gejala klinis

    2.1 Fase 2 bila kadar gula darah < 50 mg%

    ( banyak hormon epinefrin )

    berkeringat banyak, palpitasi, tremor,

    ketakutan, rasa lapar

    dan mual

    2.2 Fase 3 bila kadar gula darah < 20 mg %

    pusing, pandanagn kabur, ketajaman

    mental ,

    hilangnya ketrampilan motorik yang

    halus,

    kesadaran , kejang - kejang dan koma

    Penyebab Hipoglikemia

    1 . Hipoglikemia pada DM :

    - akibat penggunaan insulin ataupun sulfonilurea

    - bayi yang lahir dari ibu yang mendapat terapi DM-nya

    - pada DM stadium awal

    2 . Hipoglikemia pada non-DM :

    - keadaan kritis pada kegagalan hati, jantung, ginjal,

    sepsis,

    kelaparan yang berkepanjangan

    - pengguna obat alkohol, salisilat, sulfonamide, quinine

    - hiperinsulinemia endogen, tumor non- sel pankreas

    - hiperinsulinemia alimenter post gastrectomi

    DIAGNOSIS HIPOGLIKEMIA ( Berdasar Trias Whipple )

    1 . Adanya gejala - gejala hipoglikemia

    2 . Kadar gula darah yang kurang dari 60 mg%

    3. Gejala menghilang bila kadar gula darah di-normalkan

  • 14

    PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA

    1 . Pada pasien DM :

    1.1. Pasien sadar :

    - beri minum larutan gula 10 - 30 gram

    - observasi dan monitor gula darah ( > 90 mg % )

    1.2. Pasien tidak sadar :

    - suntikan intravena 50 - 100 ml Dextrose 40%

    - observasi dan cek kadar gula darah ( > 90 mg% )

    - 10 menit setelah kadar gula darah > 90 mg%

    biasanya pasien akan sadar penuh

    - dijaga agar gula darah tetap >90 mg% dengan pemberian infus Dextrose

    10% (1-3 hari) dengan monitor gula darah 3-6 jam sekali, sebaiknya

    dipertahankan kadar gula darah 90 - 180 mg%

    - hentikan sementara obat hipoglikemia

    - bila suntikan I.V Dextrose tidak dapat dijalankan dapat diberikan

    suntikan glukagon 1 ml (I>M) ( terutama hipoglikemia karena terapi

    insulin)

    1.3 . Pasien tetap tidak sadar walau sudah terapi (1.2)

    - infus Manitol (1,5 - 2 gram/kg BB) setiap 6-8 jam

    - suntikan dexametason 10 mg bolus, dilanjutkan 2 mg setiap 6 jam

    - infus Dextrose 10% terus dilanjutkan

    - dijaga kadar gula darah sekitar180 mg%

    - observasi dan cari penyebab koma yang lain

    2 . Pada pasien non-DM :

    1.1 Kadar gula darah dinormalkan (>90 mg% )

    1.2 Terapi penyakit dasar

  • 15

    KETOASIDOSIS DIABETIK

    Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan kegawatan dibidang

    endokirnologi yang paling sering dihadapi dokter.

    KAD paling sering ditemukan pada penderita DM type I. Pada DM type

    2 keadaan tertentu juga beresiko untuk mendapatkan KAD. Angka

    kematian KAD, sebelum ditemukan insulin angka kematian mencapai

    100%.

    Sesudah ditemukan insulin dilaporkan oleh National Institue of Health

    (NIH) pada 1983 sebesar 10% dan sekarang dengan bertambah baiknya

    pengertian pathogenesis KAD, angka kematian dibawah 5%.

    Faktor Pencetus

    Semua kelainan pada KAD disebabkan oleh kekurangan insuline

    baik relatif maupun absolut yang berkembang dalam beberapa jam atau

    hari. Pada penderita DM yang telah diketahui sebelumnya disebebkan

    oleh kekurangan pemberian kebutuhan insuline exogen atau karena

    peningkatan kebutuhan insulinn akibat keadaan atau stress tertentu.

    Stress tersebut dapat berupa :

    Infeksi

    Kelainan vasculair (Infark miocard stroke)

    Kelainan endokein (hipertyroidisme, Sindr, Chusing)

    Trauma

    Kehamilan

    Stress emosional

    Peningkatan Hormon kontrainsulin (epinefrin, cortisol, glukagon)

    Gambaran Klinik

    A. Gejala

    1 . Polidipsi, poliuria dan kelemahan

  • 16

    2 . Anoreksia, mual-mual, muntah, nyeri perut

    3 . Ileus (sekunder akibat hilangnya K+ karena diuretis osmotik)

    4 . Pernapasan Kussmaul (pernapasan cepat dan dalam) sebagai kompensasi asidosis metabolik B. Pemeriksaan Fisik

    1 . Hipotermia sering ditemukan pada KAD. Adanya panas

    merupakan tanda adanya infeksi

    2 . Hiperkapniaatau pernapasan Kussmaul, berkaitan dengan

    beratnya acidosis

    3 . Takhicardia sering ditemukan, namun tekanan darah masih

    normal kecuali terjadi dehidrasi berat.

    4 . Nafas berbau buah

    5 . Turgor kulit menurun, tergantung beratnya dehidrasi

    6 . Hiporefleksi (akibat hipokalemi)

    7 . Pada KAD berat dapat koma

    8 . Tanda lain sesuai penyakit / faktor pencetusnya. C. Laboratorium

    1 . Glucosa diatas 300mg/dl

    2 . Keton

    Tiga benda keton utama : betahidroksibutirate asetoacetat dan

    aceton. Kadar keton total melebihi 3 m M/L dan dapat

    meningkat sampai 30mML (N : 0,15 m M/L)

    3 . Acidosis

    Acidosis metabolik ditandai kadar bikarbonat garam dibawah

    15mMq/L dan pH arteri dibawah 7,3

    4 . Electrolyt

    K+, Na dapat rendah, normal atau tinggi

    5 . Lain - lain

    - BUN sekitar 20 - 30 mg/dl -- cermin hilangnya volume

  • 17

    - Al : leukositosis 15.000 - 20.000

    - Amilase meningkat

    Pengelolaan

    Sasaran pengobatan KAD

    1 . Memperbaiki volume sirkulasi dan perfusi jaringan

    2 . Menurunkan kadar glucosa darah

    3 . Memperbaiki asam keto diserum dan urine ke keadaan normal

    4 . Mengoreksi gangguan electrolyt Pada pengobatan KAD diperlakukan pengawasan yang ketat,

    karena pengobatan sendiri dapat menyebabkan beberapa komplikasi

    yang membahayakan diantaranya oedem cerebri, adult respiratory

    distress syndrome, asidosis hiperchloremik dan lain-lain.

    Tabel protokol pengonbatan ketoasidosis diabetik

    (Askandar Tjokropawiro).

    FASE I

    1. Rehidrasi : NaCl 0,9% atau RL 2L dalam /2 jam pertama lalu 80 tetes

    permenit selama 4 jam, lalu 30-50 tetes permenit selama 18 jam

    (4-6 L/24 jam)

    2. Insulin : 4-8 mnt/jam sampai Fase II

    3. Infus K : 75mEq/L (bila K

  • 18

    KOMA HIPEROSMOLER NON KETOTIK ( KOMA HONK )

    Koma HONK merupakan sindrom yang terdiri dari hiperkalemi berat,

    dehidrasi sampai syok, hiperosmolarites tanpa ketonemia dan penurunan

    kesadaran sampai koma. Sering ditemukan pada umur menengah dan

    tua.

    Angka kematian pada koma HONK jauh lebih tinggi dari angka kematian karena komaketoasidosis, yaitu sekitar 50%.

    Faktor Pencetus

    1. Dapat terjadi secara spontan pada 5-7% kasus

    2. Infeksi merupakan pencetus paling sering

    3. Insufisiensi ginjal

    4. Obat - obat : steroid, diuretik boros K ( Tiazid, Furosemid/ fenitoin,

    propanolol ).

    5. Penyakit non infeksi : stroke, infark myocard, luka bakar, uremia.

    Diagnosis

    A. Klinik

    - Poliuria, polidipsia, berat badan menurun, kelemahan dan

    perubahan kesadaran dalam beberapa hari sampai minggu

    - Dehidrasi, hipotensi, sampai syok

    - Pada 5% penderita gejala neurologis berupa kejang - kejang

    - Tanpa hiperventilasi dan tanpa bau Aseton B. Laboratorium

    - Gula darah meningkat > 600% dapat samapi 2000

    - Osmolaritas serum tinggi diatas 350mEq/L dapat dihitung dari

    rumus :

    Glucosa BUN Osm : 2 ( Na + K ) + ------------- + --------

    18 2,8

    - Kadar bikarbonat normal ( sekitar 20mEq/L )

  • 19

    - PH normal

    - Benda keton tidak meninggi

    - Defisit K+ setelah diterpi dengan insulin dan cairan

    - Glucosuria tetapi tidak ketonuria

    Pengobatan

    Sasaran pengobatan pada Koma HONK ada 3 tingkatan ( lihat tabel ).

    Tabel sasaran pengobatan :

    1. Pengobatan awal jam 0-12

    Memperbaiki volume

    2. Tingkat kedua ( jam 12-24 )

    - Pengobatan terhadap penyakit pencetus

    - Memperbaiki tonisitas menjadi normal

    - Koreksi keseimbangan asam basa

    3. Tingkat ketiga ( hari ke 2-14)

    Penambahan air, electrolit, Mg++, PO4

    Tabel protokol Koma HONK

    SEGERA SELANJUTNYA

    Cairan :

    1. NaCl 0,91/jam

    2. Ganti defisit Na 4-6 jam ( 500mgEq)

    3. Pantau electrolit setiap jam

    Kaliaum :

    1. Jika K+ serum tinggi mulai KCl 20mEq/jam

    setelah produksi urine jalas.

    2. Jika K+ serum normal atau rendah, segera berikan

    KCl 20mEq/jam, kurangi 50% jika oliguri

    3. Periksa K+ setiap jam

    Insulin :

    Pemberian reguler dosis rendah 4-8 m/jam sampai

    kadar glucose 250 mgr/dl. Monitor glucose tiap jam.

    Antibiotika :

    Dosis tinggi

    4. Jika tekanan darah stabil produksi urine adequat

    ganti NaCl 0,45% 250-500ml/jam

    5. Jika glukosa serum 250mL/d tambah glucose 5%

    kecairan intravena

    6. Ganti defisit air selama 12-24 jam ( 5-10L)

    1. Sesuaikan dosis KCl dengan terial K+ serum

    - Turunkan dosis insuline 4-6 mnt/4-6 jam

    - Pantau glucose dan electrolit tiap 4 jam

    Makanan lunak karbohidrat komplex

  • 20

    ASIDOSIS LAKTAT

    Asidosis laktat merupakan suatu sindrom klinik yang disebabkan oleh

    peninggian kadar asam laktat darah ( diatas 5mmol perliter ) atau

    penurunan pH darah dibawah 7,2.

    Keadaan ini sering terjadi pada penderita dengan anoksia dan syok,

    selain itu akibat efek samping obat gol biguanid.

    Dalam tubuh asam laktat dioksidasi menjadi bicarbonat

    Asam laktat + H2O + 02 bikarbonat

    Apabila terjadi hipoxia jaringan ( kadar O2 ) asam laktat tak dirubah

    menjadi bikarbonat. Akibatnya asam laktat darah meningkat dan

    akhirnya timbul koma lactat asidosis.

    Hipoxia jaringan dapat disebabkan faktor-faktor predisposisi :

    1. Infeksi

    2. Syok

    3. Gangguan faal hepar atau ginjal

    Diagnosa

    a. Klinik

    - Dicurigai penderita DM dengan hipotensi atau syok

    - Hiperventilase, tidak jelas nafas

    - Somnolen akut sampai koma

    - Tanda dehidrasi

    b. Laboratirum

    - Kadar bikarbonat darah sekitar 15mEq/L

    - Kadar asam laktat > 7mmol/L

    - Anion GAP diatas 20mEq/L , rumus AG = K + Na - ( Cl - CO2 )

    - Urine tanpa glukosuria dan ketonuria yang menonjol

    Pengobatan

    Umumnya tidak menghasilkan hasil yang memuaskan :

    - Memperbaiki sirkulasi

  • 21

    - Mengatasi infeksi

    - Menghentikan obat biguanid

    - Memberikan bicarbonat 40-132 mEq

    - Bila pelu infus Dextro 5%

    - Pemberian insulin 4u setiap 4-6 jam sesuai GDS

    - Dapat dicoba methylen blue 1V dicloroacetaf dan buffer THAM