prospek kebidanan di era keluarga berencana.docx

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi kependudukan yang ada pada saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh dan berkelanjutan. Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk yang telah dijalankan selama ini dilakukan melalui program pengaturan kelahiran atau program keluarga berencana (KB). Hal ini di lakukan oleh organisasi pemerintahan yang berada di bawah wewenang Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) dan di tangani oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan juga di dukung oleh para tenaga kesehatan lainnya khususnya bidan. Selain melalui pengaturan kelahiran, upaya pengendalian pertumbuhan penduduk juga harus didukung dengan adanya penyerasian kebijakan pengendalian penduduk dengan kebijakan pembangunan bidang lainnya terutama yang berkaitan Bahasa Indonesia | 1

Transcript of prospek kebidanan di era keluarga berencana.docx

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi kependudukan yang ada pada saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh dan berkelanjutan. Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk yang telah dijalankan selama ini dilakukan melalui program pengaturan kelahiran atau program keluarga berencana (KB). Hal ini di lakukan oleh organisasi pemerintahan yang berada di bawah wewenang Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) dan di tangani oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan juga di dukung oleh para tenaga kesehatan lainnya khususnya bidan. Selain melalui pengaturan kelahiran, upaya pengendalian pertumbuhan penduduk juga harus didukung dengan adanya penyerasian kebijakan pengendalian penduduk dengan kebijakan pembangunan bidang lainnya terutama yang berkaitan dengan kuantitas, kualitas, maupun mobilitas penduduk agar selaras, serasi, dan sinergis.

1.2 Rumusan Masalah1. Apakah masalah kependudukan yang di alami di Indonesia?2. Bagaimana upaya pemerintah dalam menghadapi masalah kepadatan penduduk?3. Apa sajakah yang mencakup tentang KB?4. Bagaimana perkembangan KB ditengah-tengah masyarakat?1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui masalah kependudukan yang di alami di Indonesia.2. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam menghadapi masalah kepadatan penduduk.3. Untuk mengetahui semua yang mencakup tentang KB.4. Untuk mengetahui perkembangan KB ditengah-tengah masyarakat.

BAB IIPEMBAHASAN2.1Masalah Kependudukan Di IndonesiaSampai saat ini, masalah kependudukan Indonesia masih menjadi fokus perhatian pemerintah. Wilayah Indonesia yang luas dan terpisah dalam bentuk kepulauan juga menjadi tantangan tersendiri dari aspek koordinasi kebijakan. Ditambah dengan jumlah penduduk yang setiap tahun mengalami peningkatan, kondisi Indonesia semakin menghadapi permasalahan yang kompleks. Tetapi, jika ditarik sebuah benang merah, sebenarnya pangkal segala permasalahan Indonesia berasal dari kependudukan.Data hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.641.326 jiwa. Sebesar 49,79 persennya merupakan penduduk yang menempati daerah perkotaan, sementara sisanya, yakni 50,21 persen merupakan penduduk perdesaan. Berdasarkan data resmi yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan bahwa kepadatan penduduk per wilayah (kilometer persegi) tahun 2010 mencapai 131,00. Artinya setiap 1 area seluas 1 kilometer persegi dihuni oleh sebanyak 131 penduduk. Angka tersebut ternyata mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi 135.

Grafik Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia (diolah), sumber : Statistik Indonesia (BPS) tahun 2014Berdasarkan data tersebut, jumlah penduduk terlihat mengalami peningkatan yang positif. Tahun 2013 kemarin, penduduk Indonesia telah naik sebesar 1,41 persen dari tahun 2012. Pertumbuhan penduduk memang terus meningkat, tetapi cenderung konstan dengan angka laju pertumbuhan sekitar 1 persen.2.2Upaya Pemerintah Dalam Mengatasi Kepadatan PendudukPemerintah dalam mengatasi kepadatan penduduk melakukan berbagai upaya, yakni membuat program KB untuk menekan kepadatan penduduk, yang berada di bawah wewenang Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) yang merupakan komitmen dan salah satu fokus program prioritas nasional. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang merupakan penjabaran visi dan misi Pemerintah berisikan kebijakan, progam, dan kegiatan Pemerintah untuk kurun waktu 2010-2014 termasuk upaya pengendalian penduduk sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan SDM yang berharkat, bermartabat, beretika, berbudaya, beradab, dan berdaya saing. Dalam RPJMN disebutkan bahwa program KKB merupakan rangkaian pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas sebagai langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Pembangunan Kependudukan di Indonesia diarahkan sebagai upaya pengendalian kuantitas penduduk melalui keluarga berencana dan penyerasian kebijakan pengendalian penduduk dengan pembangunan lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas dan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Rencana strategis (Renstra) BKKBN tahun 2010-2014, yang merupakan penjabaran dari RPJMN, merupakan dasar pelaksanaan program KKB selama 5 tahun. BKKBN merupakan lembaga pemerintah non kementerian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri yang bertanggung jawab di bidang Kesehatan. BKKBN, sesuai Perpres 62 tahun 2010, mempunyai tugas melaksanakan pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.Dalam melaksanakan tugasnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Perpres 62 tahun 2010, BKKBN menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana; 2. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana; 3. Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana; 4. Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana; 5. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana; 6. Pembinaan, pembimbingan dan fasilitasi di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana. Selain menjalankan fungsi sebagaimana di atas, BKKBN juga menyelenggarakan fungsi: 1. Penyelenggaraan pelatihan, penelitian, dan pengembangan dibidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana; 2. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi umum di lingkungan BKKBN; 3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BKKBN; 4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BKKBN; dan5. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan dibidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana (KB).

2.3 Keluarga Berencana (KB)2.3.1 Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)KB adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. Menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahterah)

Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.Jadi, pengertian KB (Keluarga Berencana) secara umum ialah upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera.2.3.2 Tujuan KB Tujuan UmumMeningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Tujuan Khusus Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Kesimpulan daritujuan program KBadalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akanpelayanan KBdan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi. Tujuan KBberdasarRENSTRA2005-2009 meliputi:1. Keluarga dengan anak ideal2. Keluarga sehat3. Keluarga berpendidikan4. Keluarga sejahtera5. Keluarga berketahanan6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

2.3.3 Sasaran Program KBSasaran program KBtertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.4. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5persen.5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayananProgram KBNasional.

2.3.4 Ruang Lingkup KBRuang lingkup KBantara lain:Keluarga berencana; Kesehatan reproduksi remaja; Ketahanan dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas; Keserasian kebijakan kependudukan; Pengelolaan SDM aparatur; Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan; Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparaturnegara.2.3.5 Strategi Program KBStrategi program KBterbagi dalam dua hal yaitu:1. Strategi dasar2. Strategi operasionalStrategi Dasar Meneguhkan kembali program di daerah Menjamin kesinambungan programStrategi operasional Peningkatan kapasitas sistem pelayananProgram KBNasional Peningkatan kualitas dan prioritas program Penggalangan dan pemantapan komitmen Dukungan regulasi dan kebijakan Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan2.3.6 Dampak Program KBProgram keluarga berencanamemberikan dampak positif, yaitu penurunan angka kematian ibu dan anak; Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi; Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan; Peningkatan mutu dan layanan KB-KR; Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM; Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar. Sedangkan untuk bidan, program Keluarga Berencana memberikan pengaruh kepada bidan untuk ikut serta dalam memajukan program pemerintah untuk mengatasi kepadatan penduduk dan menambah pelayanannya menjadi lebih lengkap.2.3.7 Kekuatan Yang Mendorong Keberhasilan KBMendapatkan manfaat utama optimal1.Untuk kepentingan orang tuaOrang tua (ayah dan ibu) yang paling bertanggung jawab atas keselamatan dirinya dan keluarganya (anak-anak), karena itu orang tua haruslah sadar akan batas-batas kemampuannya selama masa baktinya dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya sampai menjadi orang yang berguna. Walaupun manusia dapat mengharapkan pertolongan dan rezeki dari Tuhan Yang Maha Esa, namun mereka sebagai makhluk insan diberi akal, ilmu, dan pikiran sehat. Karena itu, mereka wajib memakai pemberian Tuhan tersebut untuk mendapatkan jalan dan hidup yang sehat pula supaya jangan berbuat lebih dari kemampuan yang ada. Terciptalah keselamatan keluarga dan terbentuklah keluarga yang bahagia.2.Untuk kepentingan anak-anakAnak adalah amanah dan karunia Tuhan yang harus dijunjung tinggi sebagai pemberian yang tidak ternilai harganya. Mengatur kelahiran merupakan salah satu cara dalam menghargai kepentingan anak. Orang tua mempunyai persiapan yang matang agar dapat memberikan kehidupan yang baik kepada anak-anaknya agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi orang tua dan bangsa.3.Untuk kepentingan masyarakatKeluarga merupakan kumpulan terpadu dari satu komunitas atau masyarakat meminta agar setiap orang tua sebagai kepala keluarga memelihara dengan baik keluarga dan anak-anaknya agar dapat membantu terlaksananya kesejahteraan seluruh komunitas sehingga secara makro telah ikut memelihara keseimbangan penduduk dan pelaksanaan pembangunan nasional. Tanpa bantuan kesungguhan keluarga-keluarga dalam menekan pertambahan penduduk dengan cepat, pembangunan tidak akan berarti. Orang tua yang menentukan jumlah anak yang ingin mereka miliki sesuai dengan kemampuannya dan tidak melupkan tanggung jawab terhadap anak-anak yang telah dilahirkan, tanggung jawab terhadap masyarakat dan negara dimana mereka hidup dan berbakti.Meningkatkan Sumber Daya ManusiaKB berperan aktif membantu keluarga agar dapat merancang serta merencanakan segala sesuatunya dengan lebih matang untuk keturunan-keturunan keluarga tersebut sehingga menghasilkan masyarakat yang lebih berkualitas dengan pendidikan tinggi dan daya intelektual yang mampu membantu perusahaan lokal tak kalah saing dengan perusahaan asing.Dapat menganggulangi berbagai masalah kependudukanTingginya angka kemiskinan yang semakin meningkat seta kesejahteraan rakyat yang semakin berkurang dikarenakan semakin banyaknya jumlah penduduk maka masyarakat sulit untuk mendapatkan pendidikan dimana itu akan mempengaruhi SDM kita untuk tahun-tahun mendatang, sulit bagi kita untuk bersaing di era globalisasi ini jika kita kekurangan SDM, maka tingkat kebodohan semakin meningkat serta kurangnya lapangan kerja yang juga berpengaruh akan presentase kriminalitas di negara kita dan itu memiliki dampak negatif yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia. Disini program KB dapat mengurangi serta menekan tingkat laju penduduk dengan merencanakan kapan suatu keluarga harus punya anak serta jarak kelahiran dari tiap anak-anak dari keluarga tersebut, sehingga mengurangi pengangguran, kemiskinan, perpindahan penduduk secara besar-besaran untuk tahun-tahun kedepan.Meningkatkan kesejahteraan keluargaPada prinsipnya dengan ber-KB maka keluarga yang bersangkutan memiliki kesempatan lebih luas untuk bermasyarakat. Disamping itu, KB terbukti mampu meningkatkan peran ibu dalam pengambilan keputusan keluarga. Dengan demikian mengikuti program KB itu tidak ada ruginya karena selain dianjurkan oleh pemerintah, agama apapun juga mendorong terwujudnya keluarga yang sejahtera yang menjadi tujuan akhir dari program KB itu sendiri. Artinya, KB tidak hanya memberikan solusi untuk membangun keluarga kecil mandiri, tetapi juga keluarga yang memiliki ketahanan yang tinggi sehingga keharmonisan serta kesejahteraannya dapat lebih terjaga.

2.3.8 Kelemahan Yang Menghambat Keberhasilan Program KBPemahaman masyarakat dari segi religiMasyarakat di Indonesia terutama pada suku-suku pedalaman yang terdapat di beberapa pulau seperti Kalimantan, Irian Jaya, Madura, dll. Di daerah papua, program KB khususnya keluarga kecil yang telah diperkenalkan oleh pemerintah sejak 1970 belum sepenuhnya dapat diterima oleh responden di daerah asal maupun perantauan. Masyarakat masih menganggap program KB bertentangan dengan kepercayaan agama masing-masing. Hal ini disebabkan karena menurut pemikiran mereka dari segi agama, penggunaan alat kontrasepsi adalah pembunuhan anak secara dini, untuk itu KB hukumnya haram. Pengembangan program KB di dalam masyarakat mengalami hambatan karena kurangnya dukungan masyarakat untuk program KB tersebut.Persepsi Banyak anak banyak rezekiKalau kita amati tayangan berita di media massa, khususnya televisi dan surat kabar, maka daerah-daerah kumuh, perkampungan miskin, daerah terpencil, tempat pengungsian, didominasi oleh anak-anak non produktif. Jumlah angka pengangguran pun setiap tahunnya meningkat. Coba kita bayangkan seorang PNS dengan gaji 2 juta sebulan, sementara isteri tidak bekerja dan menanggung 4 orang anak yang sedang sekolah. Pengeluaran untuk dapur, bensin sepeda motor, uang belanja anak-anak, SPP tiap bulan, listrik, air, telepon, HP, dan lain-lain tampaknya jauh dari cukup. Kasus seperti ini mungkin ada hubungannya dengan prinsip keluarga orang jawa Makan tidak makan yang penting ngumpul. Padahal kalau dipikir pakai logika manusia mana yang bisa bertahan hidup jika tidak makan bukan?Ancaman baby boomingLedakan jumlah penduduk mencemaskan program KB diabaikan seiring dengan daerah otonom. Akibatnya Indonesia mengalami ledakan jumlah penduduk atau baby booming yang diestimasikan 220 juta tahun ini menjadi 247,5 juta jiwa pada tahun 2015 dan 273 juta jiwa pada tahun 2025. Baby booming bisa terjadi jika program KB kurang mendapat dukungan. Saat ini persoalan kependudukan ditangani pemerintah daerah. Sayang, komitmen sejumlah pemerintah daerah kurang serius menangani masalah kependudukan. Itulah sebabnya jumlah peserta program KB cenderung turun dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Begitu juga presentase perserta KB baru dengan pasangan usia subur cenderung mengalami penurunan. Jika tahun 998 presentase KB baru mencapai 70,4%, pada tahun 2006 hanya 69,6%.Psikologis masyarakat tentang penggunaan KBBanyak masyarakat yang mengeluhkan KB jenis IUD terasa sakit, tidak nyaman, dan suami merasa seperti ada yang mengganjal atau menusuk pada saat berhubungan intim. Adapula pada saat pemasangan alat KB wanita merasa seram karena adanya benda asing yang dimasukan kedalam tubuhnya. Hal ini menyebabkan depresi atau trauma sehingga sebagian wanita tidak mau lagi menggunakan kontrasepsi KB lagi.2.3.9 Peluang pada keberhasilan program KBKeluarga menjadi lebih sejahteraProgram KB dilakukan bukan karena paksaan tapi harus didasari atas kesadaran diri masing-masing masyarakat. Dengan KB masyarakat berpeluang memiliki keluarga yang sejahtera karena segala sesuatunya sudah direncanakan terlebih dahulu sehingga kepentingan keluarga tidak ada yang terbengkalai.Dapat meningkatkan taraf gizi, pendidikan dan kesehatan anak-anakMempunyai 2 anak dibandingkan mempunyai 5 anak tentu saja jauh berbeda bukan? Dari segi pendidikan mempunyai 5 anak sudah jelas cukup memusingkan mengatur mereka dari masih anak-anak sampai dewasa. Begitu juga dengan gizi dan kesehatan anak-anak tersebut, jika kita mengikuti program KB kesehatan serta gizi anak kita tentu saja tidak sesulit mengurus 5 anak. Hal itu membuktikan bahwa merencanakan sebuah keluarga dengan KB dapat mempengaruhi kualitas anak-anak pada keluarga tersebut.Masyarakat memiliki pemahaman positif tentang penggunaan KBMempengaruhi pemahaman masyarakat luas tidaklah mudah, tetapi dengan menggalakkan KB membuat masyarakat tau apa saja manfaat serta keuntungan KB dan menghilangkan pemahaman-pemahaman negatif mereka tentang penggunaan KB.Memudahkan program sensus penduduk tiap tahunJumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya membuat pemerintah kelabakan dalam mendata jumlah penduduk Indonesia. Dengan KB memudahkan sensus penduduk karena jika masyarakat sudah tertib mengikuti program KB yaitu memiliki anak 2 tentu saja tim sensus penduduk tidak terlalu lelah dalam mendata ratusan juta masyarakat Indonesia.

2.3.10 Tantangan yang di hadapi dalam mengembangkan program KBPendekatan sosial budayaRendahnya tingkat pendidikan (formal) masyarakat kita di daerah pedesaan/pedalaman. Mindset mereka umumnya telah dibentuk oleh norma-norma agama dan nilai-nilai budaya yang mereka anggap bertentangan dengan norma agama dan nilai budaya yang mereka miliki. Tantangan seperti ini bisa dipecahkan melalui berbagai pendekatan sosial budaya. Misalnya menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai tokoh agama dan tokoh adat serta perguruan tinggi.Pemerintah harus melakukan revitalisasi kembaliPemerintah memang sudah melakukan revitalisasi program KB, namun upaya pemerintah kurang direspon jajarannya dan tidak diimplementasikan secara optimal. Sehingga hasilnya tidak maksimal dan kurang dapat berpengaruh dalam pengendalian laju penduduk yang terus meningkat. Program KB harus benar-benar dikampanyekan pada masyarakat agar mereka mau untuk ber-KB. Pemerintah juga harus menetapkan kebijakan agar program yang ditetapkan dapat terlaksana secara optimal. Pemerintah juga harus memberikan pelayanan gratis khususnya di daerah-daerah agar masyarakat kurang mampu dapat mengikuti program KB. Sebab alasan utama masyarakat tidak mau melakukan program KB adalah kesulitan ekonomi.Biaya besar dalam melakukan penyuluhanDalam menjalankan sebuah penyuluhan suatu program tentu saja membutuhkan biaya, begitu juga dengan program KB yang dalam melakukan penyuluhan menyedot biaya besar untuk berkampanye, memasang iklan, mengadakan seminar dan lain sebagainya yang menjadi tantangan dalam menyebarluaskan program KB.Menjadikan program KB sebagai pola hidup modernMenjadikan KB sebagai pola hidup modern mungkin terdengar agak sulit untuk dijalankan. Tetapi jika pemerintah berhasil menjadikan KB sebagai pola hidup modern di mata masyarakat, maka segala masalah kependudukan seperti kepadatan penduduk akan jauh lebih mudah dituntaskan.2.4Penerapan KB Di Tengah MasyarakatJumlah Wanita atau Ibu Usia Subur Pengguna Alat KB (%) (diolah), sumber : Statistik Indonesia (BPS) tahun 2014 Hingga tahun 2013, persentase perempuan yang berusia subur yang memakai KB secara nasional mengalami peningkatan. Jika mengamati data mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2013, tercatat pengguna KB semakin banyak. Selain dari data tersebut, tercatat pula di Indonesia pada bulan Agustus 2013 sebanyak 688.951 peserta yang menggunakan alat kontrasepsi. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 46.988 peserta IUD (6,82%), 7.982 peserta MOW (1,16%), 44.453 peserta implant (6,45% ), 351.016 peserta suntikan (50,95%), 193.405 peserta pil (28,07%), 1.125 peserta MOP (0,16%) dan 43.982 peserta kondom (6,38%).Ini merupakan prestasi besar yang ditorehkan oleh BKKBN sebagai lembaga pelopor di bidang pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Program KB juga terlihat andal dalam menekan jumlah kelahiran anak yang terjadi di Indonesia dengan indikator angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR).

Angka Kelahiran (Total Fertility Rate, TFR) (diolah), sumber : Statistik Indonesia (BPS) Tahun 2014Angka kelahiran atau TFR menunjukkan rata - rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. Berdasarkan data tercatat TFR Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun tampak stagnan pada angka 2 - 3. Artinya, setiap wanita yang berusia subur di Indonesia rata - rata melahirkan anak sebanyak 2 - 3. Meski pada tahun 2009 hingga 2010 tampak terjadi peningkatan angka TFR, tetapi secara relatif menunjukkan bahwa tingkat kelahiran anak di Indonesia dapat ditekan dengan baik. Ini merupakan hasil dari BKKBN yang menggalakkan program Dua Anak, Cukup dan kerja sama yang baik antara program pemerintah dan tenaga kesehatan lainnya seperti bidan dan dokter selama ini.Walaupun demikian, BKKBN seyogyanya terus melanjutkan upayanya dalam menekan pertumbuhan penduduk Indonesia. Dengan kata lain, program KB ke depannya akan terus di galakkan pada masyarakat dan di sosialisasikan untuk menekan jumlah kelahiran. Ketika jumlah kelahiran anak ditekan maka dapat mempengaruhi pertumbuhan dan struktur penduduk di masa berikutnya. Sedangkan dalam hal ini, peran bidan dan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter akan terus ikut aktif dalam mengembangkan dan mensosialisasikan program KB dari pemerintah kepada masyarakat agar dapat menekan pertumbuhan penduduk dan tingkat kematian ibu dan anak.Salah satu aspek penting dalam meningkatkan keberhasilan program KB Dan kesehatan reproduksi perempuan adalah dengan melakukan konseling. Dengan konseling bidan maupun tenaga kesehatan lainnya dapat membantu klien untuk memilih dan memutuskan jenis kontrapsepsi yang akan digunakan. Jika menggunakan teknik konseling yang baik dan memberikan informasi yang tepat, maka klien akan lebih yakin dan merasa lebih puas dalam menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan, sehingga program KB yang di berikan oleh pemerintah dapat berjalan dengan lancar kedepannya.Untuk mencapai tujuan konseling dalam pelayanan KB, bidan sebagai konselor harus mempunyai sikap sebagai berikut: Memperlakukan klien dengan baikSikap yang dibutuhkan bidan untuk dapat memperlakukan klien dengan baik diantaranya sabar, menghargai klien, membina rasa saling percaya (trust). Terbuka, dan tidak mengaggap remeh klien. Interaksi dengan klienPada saat melakukan interaksi dengan klien, bidan sebagai konselor harus mendengarkan apa yang disampaikan klien. Gunakan teknik mendengar efekif dan bersikap empati. Misalnya, ibu dengan usia dan jumlah anak yang cukup atau mungkin lebih, datang ke bidan menghendaki informasi mengenai metode kontrasepsi yang akan digunakan, bidan tidak boleh secara langsung melakukan penilaian (judgement) terhadap ibu karena selama ini tidak menggunakan kontrasepsi apapun, bidan sebagai konselor harus memberikan informasi mengenai metode operasi (tubektomi dan vasektomi). Mengindari pemberian informasi yang berlebihanPenjelasan diperlukan klien untuk menentukan pilihan (informed choice). Penjelasan dengan menggunakan bahasa yang dimengerti klien dan memfokuskan (focusing) akan lebih bermanfaat dari pada menjelaskan semua jenis kontrasepsi. Pemberian informasi yang terlalu banyak akan menyebabkan ketidakmengertian dan kesulitan klien untuk mengingat informasi, sehinggga klien sulit untuk menentukan pilihan. Bidan sebagi konselor, harus mempersilahkan klien untuk berdiskusi, bertanya, dan mengajukan pendapat. Menyediakan metode yang diinginkan klien Dalam proses konseling KB, bidan harus mengkaji apakah klien sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi, cara pengguna serta keuntungan dan kerugiannya. Proses konseling dimulai dengan memperkenalkan klien pada berbagai jenis kontrasepsi yang memberi kesempatan kepada klien untuk melihat persamaaan dan membandingkan berbagai jenis kontrasepsi yang ada agar klien lebih mudah mengambil keputusan.

membantu klien mengerti dan mengingat.Penggunaan alat peraga (contoh model) berbagai jenis kontrasepsi akan sangat membantu klien untuk mengerti tentang berbagai jenis alat kontrasepsi. Bidan berhak menggunakan lembar balik (flip charts), poster, pamflet, halaman bergambar, model dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) , ataupun menciptakan sendiri model untuk melakukan proses konseling tentang KB. Alat peraga boleh dibawa pulang oleh klien dengan harapan klien dapat membaca dan mempelajarinya dirumah. Dengan demikian, program KB yang di galakkan pemerintah dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan dengan kerja sama yang baik antara organisasi pemerintah, yakni BKKBN dan tenaga kesehatan lain seperti bidan dan dokter dalam menekan pertumbuhan penduduk untuk menciptakan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Sebab, tanpa kerja sama dengan bidan, program KB tidak akan berjalan dengan lancar. Tanpa peran bidan dalam BPJS, program KB akan lumpuh, kata Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi dr Julianto Witjaksono sebagaimana dilansir situs resmi BKKBN. Julianto, sangat kecewa jika orientasi pelayanan kesehatan BPJS hanya terpaku pada dokter. Oleh karenanya, BKKBN telah berupaya memasukkan peran bidan dalam BPJS. Sehingga semua fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia dapat ikut berperan aktif dalam memajukan program KB.

BAB IIIPENUTUP3.1Kesimpulan Sampai saat ini, masalah kependudukan Indonesia masih menjadi fokus perhatian pemerintah, yakni permasalahan yang berasal dari kependudukan. Ini di buktikan ata hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.641.326 jiwa. Sebesar 49,79 persennya merupakan penduduk yang menempati daerah perkotaan, sementara sisanya, yakni 50,21 persen merupakan penduduk perdesaan. Berdasarkan data resmi yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyebutkan bahwa kepadatan penduduk per wilayah (kilometer persegi) tahun 2010 mencapai 131,00. Artinya setiap 1 area seluas 1 kilometer persegi dihuni oleh sebanyak 131 penduduk. Angka tersebut ternyata mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi 135. Pemerintah dalam mengatasi kepadatan penduduk melakukan berbagai upaya, yakni membuat program KB untuk menekan kepadatan penduduk, yang berada di bawah wewenang Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) yang merupakan komitmen dan salah satu fokus program prioritas nasional. Dalam RPJMN disebutkan bahwa program KKB merupakan rangkaian pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas sebagai langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Pembangunan Kependudukan di Indonesia diarahkan sebagai upaya pengendalian kuantitas penduduk melalui keluarga berencana dan penyerasian kebijakan pengendalian penduduk dengan pembangunan lainnya dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas dan pembangunan yang berwawasan kependudukan. Jika mengamati data mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2013, tercatat pengguna KB semakin banyak. Selain dari data tersebut, tercatat pula di Indonesia pada bulan Agustus 2013 sebanyak 688.951 peserta yang menggunakan alat kontrasepsi. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 46.988 peserta IUD (6,82%), 7.982 peserta MOW (1,16%), 44.453 peserta implant (6,45% ), 351.016 peserta suntikan (50,95%), 193.405 peserta pil (28,07%), 1.125 peserta MOP (0,16%) dan 43.982 peserta kondom (6,38%). Salah satu aspek penting dalam meningkatkan keberhasilan program KB Dan kesehatan reproduksi perempuan adalah dengan melakukan konseling. Dengan konseling bidan maupun tenaga kesehatan lainnya dapat membantu klien untuk memilih dan memutuskan jenis kontrapsepsi yang akan digunakan. Jika menggunakan teknik konseling yang baik dan memberikan informasi yang tepat, maka klien akan lebih yakin dan merasa lebih puas dalam menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan, sehingga program KB yang di berikan oleh pemerintah dapat berjalan dengan lancar kedepannya. Untuk mencapai tujuan konseling dalam pelayanan KB, bidan sebagai konselor harus mempunyai sikap sebagai berikut: Memperlakukan klien dengan baik Interaksi dengan klien Mengindari pemberian informasi yang berlebihan Menyediakan metode yang diinginkan klien Dengan demikian, program KB yang di galakkan pemerintah dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan dengan kerja sama yang baik antara organisasi pemerintah, yakni BKKBN dan tenaga kesehatan lain seperti bidan dan dokter dalam menekan pertumbuhan penduduk untuk menciptakan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Sebab, tanpa kerja sama dengan bidan, program KB tidak akan berjalan dengan lancar. Tanpa peran bidan dalam BPJS, program KB akan lumpuh, kata Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi dr Julianto Witjaksono sebagaimana dilansir situs resmi BKKBN. Julianto, sangat kecewa jika orientasi pelayanan kesehatan BPJS hanya terpaku pada dokter. Oleh karenanya, BKKBN telah berupaya memasukkan peran bidan dalam BPJS. Sehingga semua fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia dapat ikut berperan aktif dalam memajukan program KB.3.2SaranDalam penulisan makalah ini, penulis sangat yakin masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian guna dan tujuan untuk memperbaiki kesalahan dan menutupi kekurangan. Atas partisipasinya terima kasih kami hanturkan.

DAFTAR PUSTAKAhttps://kambingsembilan.wordpress.com/2011/11/03/peran-keluarga-berencana-untuk-kesejahteraan-keluarga/http://doktersehat.com/pengertian-dan-tujuan-keluarga-berencana-kb/#ixzz3PHiPjiDOhttp://cherylrenatagesanti.blogspot.com/2011/10/peran-program-keluarga-berencana-untuk.htmlhttp://jateng.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=8c526a76-8b88-44fe-8f81-2085df5b7dc7&ID=404http://rizanurzaman.blogspot.com/2012/11/sejarah-keluarga-berencana

Bahasa Indonesia | 1