PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM...

93
PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus Pada Masyarakat Atoni, Kec. Amanuban Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur)” SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjanah Syariah (S. Sy) DI SUSUN OLEH : ABIYATI ATNAN NITIONO NIM : 1110044100085 PROGRAM STUDI PERADILAN AGAMA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM...

Page 1: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI

DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

“(Studi Kasus Pada Masyarakat Atoni, Kec. Amanuban Timur Propinsi

Nusa Tenggara Timur)”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjanah Syariah (S. Sy)

DI SUSUN OLEH :

ABIYATI ATNAN NITIONO

NIM : 1110044100085

PROGRAM STUDI PERADILAN AGAMA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 3: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 4: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 5: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

i

KATA PENGANTAR

من ا لر حيمح ا لر اهلل مسب

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

Hidayah-Nya, terucap dengan tulus dan ikhlas Alhamdulillahi Rabbil „alamiin tiada

henti karena dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Salawat serta salam semoga

selalu tercurah kepada suri tauladan dan penunjuk jalan kebenaran ialah Rasulullah

SAW.

Salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Strata Satu

(S1) di Perguruan Tinggi termasuk Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam

rangka itulah penulis membuat skripsi ini dengan judul PROSESI PERNIKAHAN

SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, “(Studi Kasus

Pada Masyarakat Atoni, Kec. Amanuban Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur)”.

Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Namun demikian, skripsi ini merupakan hasil usaha dan upaya dari

penulis. Tidak sedikit hambatan, cobaan dan kesulitan yang ditemui dalam

menyelesaikan skripsi ini. Namun tanpa bantuan, dukungan dan motivasi yang tak

terkira ksususnya orang tua tercinta, Ayahanda Atnan Nitiono dan ibunda Rosmiwati

Umar Isu dan para keluarga khususnya paman-pamanku tersayang (Yusuf Umar

Isu, S. Ag, dan Suherman Umar Isu, SH) yang selalu mencurahkan kasih sayangnya,

membiayai, serta doa, dukungan dan motivasinya tehadap penulis agar penulis sukses

dalam menimba ilmu.

Page 6: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

ii

Selain itu juga penulis ingin mengucapkan Jazakumullah khairon katsiron

kepada berbagai pihak yang sudah patutnya penulis ucapkan terima kasih karena telah

membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, utamanya kepada:

1. Dr. Phil. JM. Muslimin, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Jakarta.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH., MA. Selaku Ketua Program Studi Akhwal

Syaksiyah dan ibu Hj. Rosdiana, MA selaku sekertaris program studi Akhwal

Syaksiyah, yang telah banyak membantu penulis selama masih kuliah.

3. Dr. H. Umar Alhadad, MA. Selaku Dosen Pembimbing karena berkait

bimbingan, perhatian dan kesabaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

4. Kepada seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membekali

penulis dengan ilmu yang berharga yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terimakasih penulis ucapkan,

semoga dapat balasan setimpal dari-Nya.

5. Kepada Dra. Hj. Maskufah. MA, selaku dosen pembimbing Akademik yang

selalu mensuport, membimbing dan memotivasi penulis selama kuliah

6. Kepada UKM Resimen Mahasiswa Jayakarta (MENWA JAKARTA)

khususnya Senior-senior Menwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Komandan

Amin, Komandan Syawal, Wadan Helmi, bu Kuntum, bu Qudsy) yang telah

membina, mendidik, memotivasi dan mengenalkan organisasi kepada penulis.

Page 7: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

iii

7. Kepada kakekku yang tersayang (kakek Umar Isu, Nenek Robiah Sone, Gafur

Nitiono. Alm, Rodia Taneo) yang selalu memotivasi penulis dalam menuntut

ilmu.

8. Kepada Om Sultan Umar Isu, tante Linda, Om Tohir Umar Isu, yang selalu

memberikan nasehat kasih sayangnya kepada penulis.

9. Kepada om Sudirman Kadir Isu, S. Ag., M. H dan bibi Wiwin yang selalu

memberikan nasehat, motivasi dan dukunganya kepada penulis.

10. Kepada kakek Drs. Ali Tatan Sone, beserta keluarga yang telah membina dan

mengenalkan penulis untuk menuntut ilmu kepulau Jawa.

11. Kepada chy Aminah Kadir Isu, S. Sos, chy Rosmiwati Isu, S. Pd. I, chy Anisa

Kadir Isu, S. Pd. I,chy Fatmawati Umar Isu (alm), chy Anggriani Umar Isu

(alm ) yang selalu membantu danmendo‟akan penulis dalam hal menuntut

ilmu.

12. Kepada kakak, adik-adik dan ponakan-ponakanku (Kakak Junaidin Atnan

Nitiono, Ben Marwah, Alfat, Iskandar, Anggi, Rodiah, Faizah, Indah,Arif Liu,

Andri Liu, Fahmi Liu, Adhe Liu, Fira, Zaki, Nci).

13. Kepada sahabat karibku Nur Anisah Usman, S. KM, yang selalu mensuport

dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. Mudah-mudahan Allah

SWT memberikan segala kemudahan kepadamu kawan.

14. Kepada sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 2010 Peradilan Agama,

khususnya (Ema, Erliyanti, Futi, Syoraya, Ratih, Mila, Fitmau, Sahro, Aulia,

Nurdin, Irfan, Anas, Fahmi) teman-teman lainnya yang penulis tidak bisa

Page 8: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

iv

sebutkan satu persatu. Banyak moment indah yang telah kita sama-sama lewati

dari awal perkuliahan yang dalam keseharian selalu bertemu, bahkan ke luar

kotapun kita selalu bersama, sampai pada di akhir perkuliahan yang hanya bisa

tegur atau sapa di dunia maya saja. Namun yang jelas nama-nama kalian akan

selalu menjadi sebuah lembaran sejarah dalam hidup penulis dan akan

tertumpuk rapih dalam silsilah kehidupan. Yang kapan saja penulis bisa buka

lembaran tersebut untuk sedikit mengobati rasa rindu yang membelenggu hati.

15. Kepada bapak kepala desa Billa, kakanda Ishak Nitiono, S. Sos, beserta tokoh

masyarakat yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan wawancara dan

penelitian.

16. Kepada kakak-kakak terutama abang Par, abang Dhanil, kakak Ryanto, dan

temankuYanti Demaris Asbanu, Owen, Yusron, aa Andrew, kk Munir, Hek

Amir, Hek Zul, Nub Ali, yang selalu setia mendengarkan keluh kesah penulis

dalam menuntut ilmu.

Akhirul kalam, penulis ucapkan banyak terimakasih kepada seluruh komponen

yang telah berjasa memberikan kontribusinya dan tidak ada yang dapat diberikan

sebagai tanda balas jasa penulis, kecuali hanya dengan do‟a semoga Allah SWT

membalas segala amal dan buat baik mereka dengan sebaik-baik balasan. Amin

YaRobbal alamiin.

Jakarta, 15 April 2014

AbiyatiAtnanNitiono

Page 9: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 7

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian .......................... 7

D. Metode Penelitian ................................................................ 8

E. Review Studi Terdahulu ...................................................... 11

F. Sistem Penulisan .................................................................. 12

BAB II : LANDASAN TEORI PERKAWINAN

A. Pra Nikah ............................................................................. 15

1. Pengertian Khitbah ....................................................... 15

2. Prosedur Khitbah .......................................................... 16

3. Asas-asas yang Benar Memilih Istri ............................. 19

4. Cara Pembatalan Khitbah ............................................. 21

B. Perkawinan Menurut Syari’at Islam .................................... 24

1. Pengertian Nikah dan Dasar Hukum ............................ 24

2. Prosedur atau Cara Perkawinan .................................... 19

3. Tujuan dan Hikmah Perkawinan .................................. 31

Page 10: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

vi

C. Walimatul ‘Urs .................................................................... 35

1. PengertianWalimatul ‘Urs ............................................ 35

2. Hukum dan Hikmah Walimatul ‘Urs ............................ 37

3. Hukum Memenuhi Undangan Walimatul Urs .............. 37

BAB III : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SUKU ATONI

DESA BILLA

A. Letak Geografis ................................................................... 40

B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya .................................. 44

C. Kondisi Pendidikan .............................................................. 48

D. Kondisi Keagamaan ............................................................. 52

BAB IV : PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PROSESI

PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI (NTT)

A. Prosesi Pelaksanaan Pra Nikah Menurut Suku Adat

Atoni .................................................................................... 59

B. Prosesi Pelaksanaan Nikah Menurut Suku Adat Atoni ....... 57

1. Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Calon

Penganten Laki-Laki ..................................................... 58

2. Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Calon

Pengantin Perempuan ................................................... 58

3. Prosesi Kabin Alat menurut Suku Adat Atoni.............. 59

C. Prosesi Walimatul Urs ......................................................... 61

Page 11: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

vii

D. Perspektif Hukum Islam Terhadap Prosesi Pernikahan

Suku Adat Atoni .................................................................. 63

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 71

B. Saran .................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT menciptakan makhluk hidup berpasang-pasangan, Allah

memerintahkan agar umatnya melakukan perkawinan dengan syarat dan

ketentuan yang telah ditetapkan. Perkawinan adalah sunatullah artinya perintah

Allah dan rasul-Nya tidak hanya semata-mata keinginan manusia, atau hawa

nafsunya saja, karena sesorang yang telah berumah tangga berarti ia telah

mengerjakan sebagian dari syari‟at (aturan) Agama Islam.1

Pernikahan yaitu suatu ikatan antara pria dan wanita sebagai suami-istri

berdasarkan hukum yang terdapat di dalam Undang-undang(UU) hukum agama

dan adat istiadat yang berlaku.2

Sedangkan perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 pasal

(1) adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan

sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga), yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam kehidupan dunia fana ini, semua makhluk hidup baik manusia,

binatang maupun tumbuh-tumbuhan tidak bisa lepas dariperkawinan. Ini

1 Sidi Nazar Baqry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), cet.

Ke-I, h. 3 2 Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Urusan

Agama Islam, Korps Penasehat Perkawinan dan Keluarga Sakinah, (Jakarta: 2001 ), h. 59

Page 13: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

2

merupakan sunatullah (hukum alam) untuk kelangsungan hidup umat manusia,

berkembang biaknya binatang-binatang dan untuk melestarikan lingkungan alam

semesta.

Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur‟an surat Yasin: 36

Artinya:

“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu berjodoh-

jodohan, baik tumbuh-tumbuhan maupun diri mereka sendiri dan lain-lain yang

tidak mereka ketahui.”(QS. Yasin: 36).3

Sedangkan perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam BAB II, Pasal (2

dan 4), (2), yaitu akad yang sangat kuat atau nitsaqanghalidhun untuk mentaati

perintah Allah dan melaksanakan merupakan ibadah, (4) Perkawinan adalah sah,

apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) UU NO. 1

Tahun 1974 tentang perkawinan.

Dengan demikian pernikahanpun merupakan suatu ikatan lahir bathin

antara dua orang, laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu

rumah tangga dan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan

syari‟at Islam.

Perkawinan juga merupakan hal yang sangat sakral untuk setiap jiwa

manusia, kerena itu kebanyakan orang yang akan melaksanakan suatu pernikahan

diiringi oleh upacara pernikahan secara adat budaya setempat, karena perkawinan

3 Mohammad Asnawi, Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta: Darussalam

Perum Griya Suryo Asrif, 2004), cet. Ke-I, h. 19

Page 14: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

3

merupakan salah satu budaya yang mengikuti perkembangan manusia, dalam

kehiduapan bermasyarakat.

Pokok perkawinan baik secara tradisional maupun secara modern yaitu

perkawinan sakral sehingga hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhannya

sangat terasa kehadirannya dalam upacara perkawinan.

Budaya perkawinan dan aturannya yang berlaku pada masyarakat atau

pada suatu bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan

masyarakat itu berada, serta pergaulan masyarakat yang dipengaruhi oleh

pengetahuan, pengalaman, kepercayaan keagamaan yang dianutnya serta

kebiasaan setempat. Seperti halnya kebiasaan yang dianut dalam masyarakat

Atoni khususnya di desa Billa Kecamatan Amanuban Timur, Provinsi Nusa

Tenggara Timur, upacara pesta perkawinan tidak hanya dipengaruhi oleh ajaran

agama Islam, yang minoritas dipeluk oleh masyarakat.

Bila di tinjau secara kulturalistik, masyarakat pribumi Atoni mempunyai

berbagai macam bentuk kebudayaan daerah. Budaya lokal ini dicerminkan dari

kebiasaan yang berkembang di lingkungan warganya. Satu tuntutan pola hidup

turun temurun yang kuat. Keanekaragaman itu nampak jelas terlihat pada saat

penyelenggaraan perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Atoni ini.

Sebuah khasanah daerah berkelanjutan dari akar budaya setempat.

Sehubungan dengan walimah, adat kebiasaan masing-masing daerah dapat

dipertahankan bahkan dilestarikan sepanjang tidak menyalahi prinsip ajaran

Page 15: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

4

agama Islam. Dan apabila adat kebiasaan yang berhubungan walimah tersebut

bertentangan dengan syariat Islam, setuju atau tidak, harus ditinggalkan.4

Berbagai macam tata cara upacara pesta perkawinan (walimah „urs) yang

berlaku diberbagai daerah adalah tatanan nilai luhur yang telah dibentuk oleh para

orang tua dan diturunkan kepada generasi ke generasi seterusnya, karena itu

upacara pesta perkawinan dalam adat merupakan kegiatan tradisional turun-

temurunyang mencirikan keanekaragaman budaya bangsa dan juga dimaksudkan

agar dapat diketahui oleh masyarakat sekitar untuk menghindari fitnah, yang

bertujuan agar perkawinan selamat sejahtera serta mendatangkan kebahagiaan

bagi keduannya di kemudian hari.

Tahapan pertama dalam perkawinan adalah pinangan atau khitbah, yang

mana hal ini merupakan pola yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat,

artinya dapat ditemui pada tiap hukum adat yang ada di Indonesia, dan pada

dasarnya melakukan peminangan itu terdapat kesamaan, namun perbedaan-

perbedaannya hanyalah terdapat pada alat atau sarana pendukung prosesi

pinangan itu.5

Di suku adat Atoni proses pelamaran itu dilakukan dengan cara kedua

orang tua dan laki-laki yang akan jadi calon suami si perempuan tersebut

mendatangi rumah si perempuan dengan membawa bermacam-macam perhiasan,

pakaian, sopi (minuman dari pohon lontar atau tuak), uang lima ribu rupiah(Rp.

4 http:/bekal pernikahan.blogdrive.com

5 Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1986), Cet. Ke-III, h. 246

Page 16: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

5

5.000). Sebelum berlangsungnya proses peminangan uang lima ribu (Rp. 5. 000)

tersebut, dimasukan ke dalam kotak sirih atau yang sering dikenal dengan sebutan

oktuke, kemudian uang dan sopi tersebut dihidangkan di depan ayah si wanita

tersebut.

Tujuannya agar setelah mereka selesai mengutarakan maksud dan

kedatangan mereka, akan adanya jawaban dari pihak calon isrti berupa isyarat.

Penerimaan atas tamunya itu dengan mengambil uang yang telah diletakan di

hadapan ayahnya, sedangkan sopinya akan ayahnya si wanita minum bersama-

sama dengan tamunya tersebut. Selanjutnya baru terjadinya pengesahan barang-

barang yang dibawa oleh pihak calon suami, dan dari pihak perempuanpun

memberikan sebuah sarung adat Atoni (mau naek) kepada pihak laki-laki. Hal

tersebut dianggap sebagai satu tanda telah bersatunya dua keluarga besar.6

Setelah proses lamaran diterima, jarak satu bulan kemudian maka keluarga

dari pihak calon suami kembali mendatangi rumah keluarga wanita, dan biasanya

para orang tua yang akan menikahkan anaknya menanyakan tanggal akad

pernikahan kepada orang tua sigadis. Kemudian setelah itu satu bulan kemudian

barulah melaksanakan upacara pernikahan.

Dengan dilakukannya upacara pesta perkawinan (walimah „urs), kedua

mempelai mengumumkan permulaan kehidupan mereka dan untuk meminta doa

restu kepada keluarga dan sahabat. Rasulullah menganjurkan dalam mengadakan

upacara pesta perkawinan hendaklah dilakukan dengan sederhana, dan diniati

6 Umar Keke Isu. Anak dari Keturunan Raja Suku Adat Suku Atoni

Page 17: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

6

untuk mengikuti sunnah Rasulullah Saw dan menghindari dari perbuatan yang

bertentangan dengan syariat pada saat perayaan upacara pesta perkawinan. Dan

yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan upacara pesta perkawinan tidak

memaksakan diri untuk bermewah-mewahan, melainkan sesuai kemampuannya,

undangan hendaknya tidak dibedakan antara yang kaya dan yang miskin,

semuanya harus diperlakukan sama.7

Masyarakat suku Atoni mempunyai keunikan dan kebiasaan yang berbeda

yang mana setelah adanya akad nikah, keluarga pengantin laki-laki menyuruh

seorang utusan laki-laki untuk melanjutkan acara walimah yang langsung

dilaksanakan pada saat setelah akad nikah, dengan proses natoni Adat Atoni

(utusan tersebut berbicara terlebih dahulu kemudian beberapa pengikut yang

mewakili pengantin laki-laki mengutip pembicaraan tersebut), kemudian barulah

diadakan walimahtul urs.

Hal tersebut menarik untuk dibahas, di samping mininoritas penduduknya

yang menganut agama Islam, masyarakat desa Billa juga sangat menjunjung

tinggi warisan nenek moyang. Penulis akan membahas adat istiadat masyarakat

Atoni mengenai prosesi prnikahan.

Hal yang menarik adalah sejauh mana masyarakat Atoni memahami nilai-

nilai Islami dalam upacara pesta perkawinan, apakah masyarakat Atoni berpegang

teguh pada nilai Islami atau tidak, kemudian apakah pergeseran nilai-nilai Islami

terhadap upacara pesta perkawinan masyarakat Atoni?

7 Ahmad Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, (Bandung: Al-Bayan, 1994), h. 65

Page 18: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

7

Dengan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan ini menjadi penelitian dengan judul: PROSESI PERNIKAHAN

SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIIF HUKUM ISLAM “(Studi Kasus

Pada Masyarakat Atoni, Kec. Amanuban Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi pada proses bagaimana

prosesi pernikahan (peminangan, akad, dan walimah) menurut pandangan hukum

adat Atoni dan tinjauan hukum Islam. Objek penelitian di desa Billa kecamatan

Amanuban Timur kabupaten Timor Tengah Selatan, mengingat lokasi tersebut

masih kental dengan tradisi adat istiadat, khususnya pada praktek pernikahan.

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini

adalah:

1. Bagaimana prosesi pernikahan secara umum pada suku adat Atoni?

2. Apakah prosesi pernikahan baik tahap peminangan, akad dan walimah pada

suku adat Atoni sudah sesuai dengan hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui prosesi pernikahan secara umum pada masyarakat

Atoni.

Page 19: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

8

b. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kesesuaiaan proses pernikahan pada

masyarakat Atoni menurut hukum Islam.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Agar masyarakat Atoni mengetahui prosesi pernikahan yang benar dan

sesuai dengan ajaran hukum Islam.

b. Agar menambah wawasan bagi para peneliti dan pemikir hukum keluarga

Islam dalam menggemas nilai-nilai ajaran Islam menjadi kajian yang

menarik. Selanjutnya memberikan motivasi bagi para pelaksana peneliti

(terutama jurusan peradilan Agama atau hukum keluarga Islam).

c. Bagi dunia pustaka hasil ini dapat dijadikan sebagai tambahan koleksi

dalam ruang lingkup karya ilmiah khusunya di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan proposal ini, penulis menggunakan metode penelitian

sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

a. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang sumber datanya

terutama diambil dari objek penelitian (masyarakat atau komunitas sosial)

dengan melihat secara langsung di daerah penelitian, yaitu daerah suku

adat Atoni.

Page 20: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

9

b. Studi kasus, yaitu penelitian yang dituntut untuk melakukan penelitian

secara mendalam, yakni mampu melacak dan menemukan berbagai faktor

yang terkait dengan kasus pernikahan tersebut.8

2. Sumber data

a. Data primer, yaitu data lapangan yang didapat dari sumber pertama,

seperti hasil wawancara telephon terhadap tokoh adat (panutan suku)

masyarakat Atoni yang merupakan tokoh panutan gerakan moral bagi

masyarakat sekitar.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari artikel yang berkaitan

dengan tema penelitian yang berasal dari media cetak dan media

elektronik.

3. Pengumpulan data, yaitu dilakukan melalui pengamatan secara terlibat di

lokasi penelitian dengan cara:

a. Observasi, yaitu kegiatan dalam penelitian yang memperhatikan suatu

keadaan secara jelas dan merumuskan nilai-nilai yang dianggap berlaku

dalam masyarakat tertentu agar hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan

yang menjadi sasaran pengamatan dengan cara mengikuti dan

menyaksikan langsung prosesi pernikahan menurut suku adat Atoni.

b. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang akan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam hal

8 Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Ciputat: UIN Jakarta, 2010), h. 27

Page 21: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

10

ini penulis mengadakan wawancara dengan informan yaitu, para pelaku

pernikahan, orang tua, masyarakat setempat dan tokoh adat suku Atoni.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terhadap salah satu dari anak

keturunan raja suku adat Atoni Umar Keke Isu.

c. Studi dokumentasi, yaitu meliputi studi bahan-bahan hukum yang terdiri

dari bahan hukum primer dan hukum sekunder. Dan juga data-data yang

diperoleh dari literatur dan referensi yang berkenaan dengan judul skripsi

ini.

4. Pengolahan data, menjelaskan cara mengolah data mentah hasil penelitian

agar dapat terbaca dengan baik. Pengolahan data harus didasarkan pada

kebutuhan data yang akan disajikan dalam skripsi.

5. Analisa data, yaitu data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisi

komparasi, yaitu dalam pendekatan teori ini, peneliti mengkonsentrasikan diri

untuk melakukan penelitian secara mendalam dengan pendekatan kepada

tokoh adat, dan masyarakat suku Atoni, yang bertujuan untuk menemukan

persamaan atau perbedaan tentang objek peneletian yang berkaitan dengan

prosesi penikahan suku adat Atoni dan hukum Islam.

Adapun teknis penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta cetakan I

Penerbit Fakultas Syariah dah Hukum UIN Syarif Hidaytullah Jakarta 2007.

Page 22: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

11

E. Review Studi Terdahulu

Dari katalog yang penulis cari, karya mengenai proses pelaksanaan

khitbah menurut hukum Islam dan suku adat Atoni, belum dibahas karena penulis

belum menemukan judul seprti yang diangkat oleh penulis, dan penulis berasumsi

bahwa judul yang diangkat adalah baru. Penulis meringkas skripsi yang ada

kaitannya dengan peminangan. Diantaranya yaitu:

Sari Ngabalin (1060442014773). Tabarok (Taruh Harta) sebagai

Persyaratan Pernikahan Adat Papua dalam Perspektif Hukum Islam. Skripsi yang

penulis buat itu membahas tentang prosesi pernikahan adat Fak-fak yang dikenal

dengan istilah adat ”taruh harta”, yaitu pemberian dari seorang calon mempelai

laki-laki kepada calon mempelai perempuan sebagai alat pengabsahan terhadap

suatu perkawinan. Di dalam sikripsi itu penulis mencantumkan prosesi

pembayaran taruh harta, yaitu memakai simbol terdepan burung kuning sebagai

simbol kekayaan alam tanah Papua. Burung cendrawasih yang dipasang di tiang

utama harus diserahkan kepada pihak perempuan sebagai tanda pintu rumah

keluarga menerima. Saudara perempuan dari pengantin yang akan menerima

simbol burung kuning dan meneyarahkan kepada pihak laki-laki piring (Ben

Pepon) dan uang sebagai tanda awal pembayaran taruh harta. Berbeda dengan

yang dibahas oleh penulis, yaitu penulis membahas lebih dalam mengenai mahar

pernikahan menurut suku adat Atoni dan perspektif hukum Islam.

Anugrah Sejati (101044222178). Prosesi Ritual Perkawinan Adat Jawa

dilihat dari sudut pandang Islam. Skripsi yang penulis buat itu membahas tentang

Page 23: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

12

proses peminangan adat Jawa itu dinamakan dengan istilah ngebunebun esuk,

anjejawah sonten. Lamaran dapat dilakukan sendiri oleh orang tua laki-laki secara

lisan namun dianggap kurang tepat yang kemudian laki-laki tersebut menulis dan

mengirim surat lamaran kepada pihak perempuan yang dibawa oleh seorang

petugas yang dijadikan duta dan biasanya berasal dari kalangan keluarga sendiri

(paman). Beberapa hari kemudian surat berdasarkan hasil perundingan dari

keluarga si gadis yang dihadiri oleh nenek atau kakek si gadis maka orang tua si

gadis tersebut pun menulis surat jawaban. Berbeda dengan yang dibahas oleh

penulis, yaitu penulis membahas lebih dalam mengenai prosesi pernikahan

menurut suku adat Atoni Nusa Tenggara Timur dan bagaimana menurut

perspektif hukum Islam.

F. Sistem Penulisan

Agar penulisan skripsi ini terarah dan mudah dibahas, maka penulis

mensistematika pembahasan skripsi ini ke dalam lima bab :

BAB I: Membahas Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode

Penelitian,dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Membahas Landasan Teori Perkawinan yang terdiri dari: Pra

Nikah (Pengertian Khitbah, Prosedur Khitbah, Asas-asas yang

Benar Memilih Istri, Cara Pembatalan Khitbah), Perkawinan

menurut Syariat Islam (Pengertian, dan Dasar Hukum Perkawinan,

Page 24: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

13

Prosedur atau Cara Perkawinan, Tujuan dan Hikmah Perkawinan),

Walimatul Urs (Pengertian Walimatul „Urs, Hukum dan Hikmah

Walimatul Urs dan Hukum Memenuhi Undangan Walimatul Urs).

BAB III: Membahas Gambaran Umum Profil Masyarakat desa Billa dengan

Membahas tentang: Letak Geografis, Kondisi Sosial, Ekonomi dan

Budaya, Kondisi Pendidikan dan Kondisi Keagamaan.

BAB IV: Dalam Bab ini Membahas tentang Perspektif Hukum Islam

terhadap Prosesi Pernikahan Suku Adat Atoni (NTT) yang terdiri

dari: Prosesi Pelaksanaan Pra Nikah Menurut Suku Adat Atoni,

Prosesi Pelaksanan Perkawinan Menurut Suku Adat Atoni, dan

Walimatul Urs atau Pengumuman Perkawinan Menurut Pandangan

Suku Adat Atoni.

BAB V: Merupakan Penutup yang Berisi Kesimpulan dan Saran-saran.

Page 25: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

14

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Pelaksanaan Pra Nikah atau Khitbah Sebagai Syariat Islam.

1. Pengertian Khitbah

Kata “Peminangan” berasal dari kata “pinang, meminang” (kata kerja).

Menurut etimologi meminang atau melamar artinya antara lain, yaitu meminta

wanita untuk dijadikan istri oleh seorang laki-laki baik (bagi diri sendiri atau

untuk orang lain).9

Menurut Terminologi, Khitbah (lamaran) adalah” Usulan untuk

membangun satu konstruksi yang landasannya yaitu keluarga,

menyempurnakan dua komponen, yaitu pria dan wanita.10

Sedangkan dalam

buku Fiqh Munakahat Kajian Fikih Lengkap Karangan H. M. A. M. dan

Sahrani, mengatakan bahwa khitbah menurut terminologi adalah kegiatan atau

upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan

seorang wanita. Atau seorang laki-laki meminta kepada seorang perempuan

untuk menjadi istrinya, dengan cara-cara yang umum berlaku di tengah-

tengah masyarakat.11

9 Kotja Ningrat, Pedoman Penelitian, (Jakarta: Raja wali Press, 1989), h.9

10 Mahmud Ash-Shabbagh. Keluarga Bahagia Dalam Islam, (Jakarta: CV. Pustaka Mantiq.

1993). h.61 11

Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2009), h. 24

15

Page 26: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

15

Adapun syari‟at khitbah (peminangan) antara lain, yaitu menurut

pandangan jumhur tentang khitbah berdasarkan Al-Qur‟an dan demikian pula

pengikut madzhab al-Syafi‟i berdasarkan al-hadits, dapat diltelusuri melalui

kutipan sunnah fi‟liyah Nabi Saw yang berbunyi:

“Dari Urwah, Bahwasanya Nabi Saw meminang (khitbah) Aisyah ra

kepada Abu Bakar ra (ayah Aisyah), maka Abu Bakarpun menjawab: “ya,

baiklah aku adalah saudaramu”. Kemudian Nabi SAW menimpali seraya

berkata: “benar, engkau adalah saudaraku seagama dan saudara yang

seperti yang difirmankan Allah dalam kitab-Nya (al-Qur‟an) sehingga “dia”

(Aisyah) juga halal bagiku (untuk dinikahi).

Artinya:“Hamba Allah yang shaleh (Syuaib) berkata kepada Musa

AS: “ Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang

dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan

tahun...........”(QS. al-Qasas: 27).

Hadist dan ayat tersebut di atas, dari sudut subtansinya mengarah

kepada bentuk-bentuk khitbah (lamaran) dengan corak beragam. Pada hadist

tersebut menjelaskan bagaimana khitbah dilakukan oleh pihak calon suami

kepada pihak calon istri melalui walinya secara langsung tanpa perantara.

Sedangkan pada ayat al-Qur‟an menunjukan bahwa seorang wali secara syara‟

diharuskan memilih calon suami anak perempuan yang di bawah

perwaliannya dengan lelaki saleh. Untuk itu, lamaran tidak saja datang dari

pihak calon suami, tetapi dimungkinkan berasal dari pihak calon istri. Adapun

Page 27: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

16

perempuan-perempuan yang tidak boleh dikhitbah sebagaimana isyarat al-

Qur‟an tentang larangan menikahinya. Sebagaimana Allah berfirman:

Artinya: “Diharamkan bagimu menikahi ibu-ibumu, anak-anak

perempuanmu, saudara-saudara perempuanmu, saudara-saudara perempuan

ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak perempuan dari

saudara-saudara laki-lakimu, anak-anak perempan dari saudara-saudara

perempuanmu, ibu-ibu yang menyusuimu, saudara-saudara perempuan

sesusuanmu,ibu-ibu istrimu (martua), anak-anak perempuan dari istrimu

(anak tiri peremmpuan), yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah

kamu campuri. Tetapi jika kamu belum bercampur dengan istrimu itu (dan

sudah kamu ceraikan) maka tidak berdosa kamu (menikahinya, (dan

diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan)

mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali

yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun, lagi Maha penyayang (QS. An-Nisa: 23).12

2. Prosedur Khitbah

Sebelum memulai langkah-langkah melamar, seseorang yang ingin

menikah harus tahu secara pasti bahwa tidak ada larangan-larangan syariah

12

Al-barudi Imad Zaki, Tafsir Al-Qur‟an al-Anzhim Lin Nisa, (Jakarta Pusat: Pena Pundi

Aksara), h. 3

Page 28: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

17

yang menghalangi menikah. Oleh karena itu dianjurkan adanya prosedur

khitbah (lamaran), yaitu:13

a. Cara Memandang.

Hukum syara‟ mensunahkan seseorang untuk memandang kepada

wanita yang hendak dilamarnya. Demikian pula, si wanita yang dilamar

disunahkan memandang kepada pria yang melamarnya, sebelum

menyatakan menerima lamaran itu. Sebagaimana Al-Mughirah bin

Syu‟ban pernah melamar seorang wanita. Masalah ini disampaikannya

kepada Rasul Saw, kemudian bersabda kepadanya:

ك إ د و ث ئذش ا ب, فب ظش ان ت فب با ر Artinya: “Pergi dan pandanglah wanita itu. Sebab, memandang disini

akan menjadi bumbu bagi berdua.”

Sedangkan jumhur ulama berpendapat, bahwa pria boleh

memandang wajah dan dua telapak tangan si wanita yang dilamarnya

sebab, memandang wajah bisa mewakili kecantikan (seorang wanita),

sedangkan memandang kedua telapak tangan bisa mewakili subur

tidaknya tubuh (seorang wanita).

b. Mengenal Sifat

Setiap pernikahan yang terjadi tanpa melalui proses memandang

terlebih dahulu maka akibatnya adalah kekecewaan. Memandang sebelum

menikah tidak terbatas hanya mengenal cantik atau tidaknya, tetapi juga

13

Mahmud Ash-Shabbagh. Keluarga Bahagia Dalam Islam, (Jakarta: CV. Pustaka Mantiq,

1993), h. 65

Page 29: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

18

mencakup proses mengenal sifat-sifat yang lain dengan minta informasi

kepada orang-orang yang bisa dipercaya dari kalangan kerabat, seperti ibu

dan saudaranya.

Informan yang dimintai untuk memberikan penilaian harus

menguasai persoalan agar tidak terjebak yang menyebabkan si mempelai

tidak mantap setelah menikah dan mendambakan wanita yang bukan

istrinya. Sebagaimana Rasulullah Saw mengutus sebagian wanita agar

mereka mengetahui aib-aib yang tidak nampak oleh mata. Selain, itu juga

Nabi Muhammad Saw mengutus Ummuh Salamah kepada seorang wanita.

Beliau bersabda: “Lihatlah daerah tumitnya. Cium pula ma‟atifnya atau

awaridhnya.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, al-Hakim, Al-Thabrani dan

Al-Baihaqi. Ma‟atif di sini, berarti daerah di sekitar leher. Sedangkan

awaridh berarti gigi yang terletak di bagian mulut yakni, gigi yang terletak

antara gigi dengan rahang. Tetapi yang dimaksud kutipan hadits tersebut

adalah mencium bau mulut.14

c. Menguatkan Lamaran

Jika kedua belah pihak setuju untuk menjadi suami istri maka

lamaran di sini bisa diterima oleh kedua belah pihak. Dan masing-masing

pihak berusaha untuk memperkokoh hubungannya dengan orang lain

14

Mahmud Ash-Shabbagh. Keluarga Bahagia Dalam Islam, (Jakarta: CV. Pustaka Mantiq,

1993), h. 67

Page 30: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

19

sedemikian rupa demi memperkuat hubungan baru. Seringkali setelah

proses melamar selesai, kemudian diikuti dengan pemberian mahar,

seluruhnya atau sebagian. Atau dilanjut dengan pemberian hadiah-hadiah

dan pemberian lain bertanda adanya hubungan keluarga yang baru. Tetapi,

hal tersebut bukan berarti memperbolehkan pasangan calon pengantin

tersebut untuk berduaan, selama belum menyatakan akad nikah.

3. Asas-asas yang Benar Memilih Istri

Prinsip-prinsip yang benar untuk memilih calon suami atau istri. Al-

Qur‟an menjadikan unsur ketaqwaan sebagai ukuran bagi prinsip yang kuat

yang tidak bisa digantikan dengan ukuran yang lain, karena agama Islam telah

menetapkan kriterea orang yang melamar antara lain, yaitu:

a. Jika ia saleh atau shalihah (bertaqwa kepada Allah)

Sebagaimana Allah SWT berfirman :

.......... ا .........

Artinya: “ sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah

orang yang paling bertaqwa di antara kamu...”(QS. Al-Hujuraat: 13).15

b. Wanita-wanita yang sendirian dan berkaitan dengan harta

Allah SWT berfirman :

15

Mahmud Ash-Shabbagh. Keluarga Bahagia Dalam Islam, (Jakarta: CV. Pustaka Mantiq,

1993), h. 70

Page 31: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

20

Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu,

dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu

yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka

miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan Allah

Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui”.(An-Nur: 32)

c. Orang-orang berakhlak baik

Rasulullah Saw telah berwasiat kepada kita

Artinya: “Jika ada seorang yang melamar (anakmu) diantar kamu

sekalian yang kamu anggap agama, dan akhlaknya kau anggap baik,

maka kawinkanlah. Jika tidak, ia akan menimbulkan fitnah dan bencana

di bumi.”(HR. At-Tarmidzi dan Shaheh).

d. Orang-orang yang sehat dan akan memberikan keturunan. Sebab, tujuan

utama perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan. Sebagaimana

hadits Rasulullah Saw yang mengatakan:

ب يخ. و ا نق , يكب ثش ثكى ا أل يى د فب د د ان ن ا ا ن ج رض Artinya:“Nikahilah olehmu wanita yang pencinta, dan yang memiliki

kemungkinan besar untuk melahirkan keturunan yang banyak. Karena aku

akan bangga dengan jumlah umatku yang banyak di hari kiamat.”

Selain, itu juga Rasulullah Saw bersbda bahwa memilih calon istri

yang baik dan shaliha itu, ada empat faktor, sebagaiman haditsnya:

ب, ب ن ج ب, دغج ب, ب ن ش أ ح أل سثغ , ن كخ ا ن ب فب ظفش ثز ر ا د د

شش ثذ ذ ا ك انذ Artinya: “Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena

kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya.” (HR.

Bukhari dan Muslim).16

16

Mahmud Ash-Shabbagh. Keluarga Bahagia Dalam Islam, (Jakarta: CV. Pustaka Mantiq,

1993), h. 72

Page 32: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

21

4. Cara Pembatalan Khitbah

Pertunangan merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum,

pernikahan dilangsungkan, yang pada umumnya banyak laki-laki

menyerahkan mahar, baik keseluruhan maupun sebagiannya, memberi hadiah

dan hibah (hantaran, red), mempererat silaturahmi dan mengukuhkan pertalian

diantara keluarga keduanya.

Bisa jadi, pertunangan yang sudah terjadi menjadi batal (tidak

dilanjutkan hingga kejenjang pernikahan), baik yang membatalkan dari pihak

laki-laki ataupun dari pihak perempuan. Juga bisa jadi pembatalan itu atas

kesepakatan kedua belah pihak.

Pada dasarnya, pertunangan hanya sebatas janji untuk menikah, bukan

akad pernikahan. Pembatalan atas pertunangan merupakan hak bagi orang

yang melangsungkan pertunangan dan tidak ada konsekuensi hukum jika

terjadi pembatalan (untuk menikah). Meskipun syariat menganggap bahwa

pembatalan atas pernikahan yang sudah dimulai dengan pertunangan

merupakan perilaku yang tidak terpuji dan bagian dari sifat kemunafikan,

kecuali jika dalam pembatalan tersebut disertai alasan dan kepentingan yang

amat mendesak yang mengharuskan untuk membatalkannya. Rasulullah Saw

bersabda:

ا ثخ انب فق ثال س: ا ر ا دذ س كز ة ا ر ا ءد اخهف, ا ر ا ا ؤ ر خب .

Page 33: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

22

Artinya: “Adatanda-tanda orang munafik ada tiga: ketika berbicara, dia

berdusta: ketika berjanji dia ingkar dan ketika diberi kepercayaan dia

berkhianat.”

Mengenai hadiah, tidak ada ubahnya seperti hibah. Hadiah tidak boleh

dikembalikan jika itu murni pemberian, tanpa adanya ikatan atau syarat

karena orang yang menerima hadiah berhak atasnya dan menjadi pemilik apa

yang telah diberikan kepadanya sejak dia menerimanya. Dia berhak

mempergunakan dan memanfaatkan apa yang telah menjadi miliknya.

Pengambilan kembali hadiah yang telah diberikan merupakan perampasan

atas hak milik yang tanpa disertai dengan keridhoan pemiliknya.Hal itu

merupakan perbuatan batil dalam Islam.17

Tapi, jika hibah diberikan dalam rangka mengharapkan balasan dari

penerima, maka jika orang yang menerima itu belum melaksanakan apa yang

diminta, orang yang memberi berhak untuk mengambil kembali hibah yang

telah diberikan. Dalam keadaan seperti ini orang yang memberi berhak

meminta kembali apa yang telah diberikannya, karena dia memberikannya

atas dasar sesuatu yaitu pernikahan. Apabila pernikahan tidak terlaksana,

maka laki-laki berhak mengambil kembali hadiah yang telah diberikannya.

Sebagai landasan atas hal ini adalah berapa hadist sebagai berikut :

Imam Bukhori Muslim, Abu Daud, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majah dan

Ahmad meriwayatkan hadist dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah Saw

bersabda:

17

Sabiq Sayyid. Fiqh Sunnah, (Jakarta: Cakra Publishing, 2008). Cet ke-I. h. 235

Page 34: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

23

Artinya: “Tidak halal bagi seorang yang memberikan sesuatu atau

menyerahkan hadiah kemudian mengambilnya kembali kecuali Ayah yang

mengambil apa yang diberikan pada anaknya “

Mereka juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Bahwasanya Rasul

Saw bersabda:

Artinya: “orang yang mengambil kembali pemberiannya, dia seperti orang

yang menelan muntahannya kembali“.

Salim ra meriwayatkan dari ayahnya bahwa Rasulullah Saw.

Bersabda:

Artinya: “siapa yang diberi suatu pemberian, maka dia lebih berhak atasnya

kecuali jika dia memberi ganti”.

Ulama mazhab Maliki berpendapat lain. Mereka membedakan antara

pembatalan pernikahan dari pihak laki-laki dan perempuan.Jika pembatalan

berasaldari pihak laki-laki, maka dia tidak berhak meminta kembali hadiah

yang telah diberikan kepada pihak perempuan. Tetapi, apabila pembatalan

diajukan oleh pihak perempuan, maka laki-laki berhak mengambil kembali

semua hadiah yang telah diberikan. Dalam hal ini, pihak perempuan

berkewajiban untuk mengembalikannya atau menggantikannya bila barang

yang telah diterima rusak atau telah habis, kecuali bila bentuk pemberian

hadiah tersebut merupakan suatu tradisi atau syarat yang harus dilaksanakan.

Menurut ulama mazhab Syafi‟i hadiah yang telah diberikan harus

dikembalikan, baik dalam keadaan utuh maupun rusak. Jika barang itu utuh,

Page 35: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

24

maka ia dikembalikannya semula dan jika sudah rusak, maka pihak

perempuan harus mengganti barang itu sesuai dengan nilainya.18

B. Perkawinan Menurut Syari’at Islam

1. Pengertian Nikah dan Dasar Hukum

a. Pengertian Nikah

Secara etimologi kata (ا نكب ح) sama dengan kata (ا نض ا ج) yang

artinya nikah, kawin.19

Perkawinan atau pernikahan dalam literatur fiqh

berbahasa arab disebut dengan dua kata, yaitu (كب ح) dan zawaj (ص ا ج).

Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang arab dan

banyak terdapat di dalama al-Qur‟an dan hadist nabi. Kata na-ka-ha

banyak terdapat dalam al-Qur‟an dengan arti kawin. Secara arti kata

nikah berarti gabung (ضى) hubungan kelamin (طء) dan juga berarti akad

adanya dua kemungkinan arti ini karena kata nikah yang terdapat (ءقذ)

dalam al-Qur‟an memang mengandung dua arti tersebut.20

Dalam bahasa indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin”

yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,

bersuami atau beristri, menikah atau melakukan hubungan kelamin

18

Sabiq Sayyid. Fiqh Sunnah, (Jakarta: Cakra Publishing, 2008). Cet ke-I. h. 235-238 19

Ahmad Warson Munawwir, Al-munawwir,Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progressif, 1997), cet. Ke-14, h. 1461 20

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kenacana, 2007),h.

35-36

Page 36: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

25

(bersetubuh).21

Sedangkan kata nikah dalam bahasa Indonesia artinya

adalah ikatan (akad)perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan

hukum dan ajaran agama.22

Nikah menurut bahasa artinya mengumpulkan. Menurut syara‟

artinya akad yang terkenal dan memenuhi rukun-rukun serta syarat (yang

telah tertentu ) untuk berkumpul.23

Menurut istilah perkawinan atau nikah, yaitu menyerahkan dan

penerimaan tanggung jawab dalam arti luas yang dilakukan pada saat akad

serta tanda dimulainya hukum halal untuk bercampur sebagai suami istri

yang merupakan suatu ikatan lahir antara seorang laki-laki dan seorang

perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan memiliki

keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syariat

Islam.24

Hal ini terdapat dalam Firman Allah SWT :

.......... ..... ..

Artinya….”Nikahilah mereka itu dengan izin keluarganya…”( QS. An-

Nisa: 25)

Adapun pengertian perkawinan menurut beberapa mazhab adalah

sebagai berikut:

1) Definisi nikah menurut golongan Syafi‟iyah.

21

Dep Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,(Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2008 ), cet. Ke-I, edisi ke-4, h. 639 22

Frista Artmanda W, Kamus Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media, 2007), h. 2848 23

Imam Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar Juz 2, (Indonesia: Darul „Ihya al-Kutub Arabiyah, tt ),

h. 36 24

Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqh (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), h. 249

Page 37: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

26

Nikah adalah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan

wath‟i dengan lafaz nikah, tawij atau yang semakna dengan keduanya.

2) Definisi nikah menurut golongan Malikiyah

Nikah adalah akad untuk mendapatkan kesenangan wanita dengan

membayar mahar dan adanya saksi.

3) Defenisi nikah menurut golongan Hanafiyah

Nikah adalah akad yang berfaidah memiliki bersenang-senang dengan

sengaja.

4) Definisi nikah menurut golongan Hanabilah.

Nikah adalah akad dengan mempergunakan lafaz nikah atau tazwij

guna memperbolehkan manfa‟at, bersenang-senang dengan wanita.25

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa para

ulama mutaqaddimin, memandang nikah hanya dari satu saja yaitu

kebolehan hukum antara seorang laki-laki dan seorang wanita untuk

berhubungan yang semula dilarang. Mereka tidak memperhatikan tujuan,

akibat nikah tersebut terhadap hak dan kewajiban suami istri yang

timbul.26

b. Dasar Hukum

Perkawinan yang dinyatakan sebagai ketetapan Ilahi (sunatullah)

merupakan kebutuhan bagi setiap naluri manusia dan dianggap sebagai

25

Abdurrahman Al-jaziry, Al-Fiqh „ Ala Madzahib Al-Arba‟ah Juz 4, (Beirut: Darul Ihya,

1969), h. 2-3. 26

Djama‟an Nur, Fiqh Munakahat, (Semarang: Dina Utama Semarang, 1993), cet. Ke-I, h. 3.

Page 38: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

27

ikatan yang sangat kokoh. Allah SWT dan rasul-Nya Muhammad Saw

telah menjelaskan isyarat perintah melalui kalam-Nya dan sabda Rasul-

Nya, di antaranya, yaitu: 27

Firman Allah SWT :

Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil

terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya),

maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau

empat. Kemudian jika kamu takut tidak berlaku adil, maka (kawinilah)

seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki”.(QS. An-Nisa: 3)

Selain ayat tersebut di atas Allah berfirman:

Artinya:”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia

menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu

cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya

diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-

Rum: 21)

Sabda Rasulullah Saw:

اغض نهجصش ا دص نهفش ج ج فب زض كى انجب ء ح فه ا عزطب ع ي ب يؼشش ا نشجب ة ي

Artinya: “Wahai generasi muda, barang siapa diantara kalian

telah mampu serta keinginan untuk menikah, maka hendaklah ia menikah.

27

Imam Taqiyuddin Abi Bakar Muhammad bin Abdul Mu‟min .t.tKiyafatul Akhyar Fi Halli

Ghayaatul Ikhtisar Syarah Matana abi Syuja‟. (Beirut: Dar al-minhaj), h. 669

Page 39: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

28

Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat mendudukan pandangan mata

dan memelihara kemaluan.(Muttafaqun „Alaih)”.28

Hukum Perkawinan ada 5, yaitu:

1) Wajib, bagi orang telah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk

kawin dan dikhawatirkan akan tergelincir pada perbuatan zina

seandainya tidak kawin maka hukum melakukan perkawinan adalah

wajib.

2) Sunat. Bagi orang yang telah mempunyai kemauan dan kemampuan

untuk melangsungkan perkawinan, tetapi tidak kawin tidak

dikhawatirkan akan berbuat zina, maka hukum melakukan perkawinan

bagi orang tersebut adalah sunnat.

3) Haram. Bagi orang yang mempunyai keinginan dan tidak mempunyai

kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-

kewajiban dalam rumah tangga sehingga apabila melangsungkan

perkawinan bagi orang tersebut adalah haram.

4) Makruh. Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan

perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri

sehingga tidak memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina

sekiranya tidak kawin.

5) Mubah. Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk

melakukannya, tetapi apabila tidak melakukannya tidak khawatir akan

28

Imam Muhyiddin Annawawi, Shahih Muslim, (Beirut: Darul Marifah, 2007), h. 176

Page 40: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

29

berbuat zina dan apabila melakukannya juga tidak ada melantarkan

isteri.29

2. Prosedur atau Cara Perkawinan

Dalam Islam diatur tata cara tentang prosesi akad nikah yang terdiri

dari, syarat pernikahan dan rukun pernikahan yang menentukan suatu

perbuatan hukum, terutama yang menyangkut sah dan tidaknya perbuatan

tersebut dari segi hukum. Dalam hal ini Amir Syarifuddin menjelaskan bahwa

kedua kata tersebut mengandung arti yang sama, yakni bahwa keduanya

merupakan sesuatu yang harus diadakan, dalam arti perkawinan tidak sah bila

keduanya tidak ada atau tidak lengkap.30

Menurut ulama Syafi‟iyah syarat perkawinan itu adakalanya

menyangkut sighat, wali, calon suami istri, dan juga syuhud (saksi).

Sedangkan berkenaan dengan rukunnya, bagi mereka ada 5 (lima), yaitu:

calon suami istri, wali, dua orang saksi, dan sighat. Sedangkan menurut

Malikiyah adalah termasuk mahar dan tidak menempatkan saksi sebagai

rukun.31

Ulama Hanafiyah melihat perkawinan itu dari segi ikatan yang berlaku

antara piha yang melangsungkan perkawinan. Oleh karenanya yang menjadi

rukun dalam sebuah perkawinan hanyalah akad nikah yang dilakukan oleh

29

Abd. Rahman Ghazali, Fiqh Munakaht, h. 18-20 30

Slamet Abidin dan H. Aminuddin, Fiqh Munakahat I, h. 63 31

Amir Nuruddin, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU No. 1/19974 sampai KHI (Jakarta: Kencana, 2006)

ed. I cet. I, h. 61

Page 41: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

30

dua belah pihak yang bersangkutan, sedangkan di luar daripada itu seperti

kehadiran saksi dan mahar bukan termasuk rukun melainkan sebagai syarat

perkawinan.32

Terdapat perbedaan para ulama fiqh dalam menentukan mana yang

termasuk rukun dan mana yang termasuk syarat. Perbedaan tersebut wajar

karena perbedaan pandangan mengenai perkawinan, sehingga boleh jadi

sebagian ulama menentukan sebagian rukun dan sebagiannya lagi menentukan

sebagai syarat.

Menurut jumhur ulama rukun perkawinan itu ada 5 (lima), yaitu:

a. Calon Suami

b. Calon Istri

c. Wali Nikah

d. Saksi Nikah

e. Ijab Kabul

Selanjutnya adalah mahar yang merupakan syarat sah perkawinan,

yaitu pemberian sesuatu dari calon mempelai laki-laki kepada calon mempelai

wanita baik yang berbentuk barang uang ataupun jasa yang tidak bertentangan

dengan hukum Islam di mana status hukumnya adalah wajib. Adapun

mengenai jumlahnya tidak ditentukan secara tegas yang hanya didasarkan

pada kesepakatan antara keduanya dan tidak bersifat memberatkan.

32

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antar Fiqh Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, h. 59-60

Page 42: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

31

Dapat dipahami bahwa mas kawin disebut shaduqat yang berarti

shadaqah yang bermakna perasaan jujur dan hati yang suci. Artinya harta

diperoleh secara jujur (halal) yang kemudian diberikan kepada calon istri yang

didasari oleh keikhlasan. Seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah SWT: 33

Artinya: “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,

Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi

baik akibatnya”. (QS. An-Nisa: 4)

3. Tujuan dan Hikmah Perkawinan

a. Tujuan Perkawinan

Sebagaimana hukum-hukum yang telah ditetapkan dengan tujuan

tertentu sesuai dengan tujuan terbentuknya, demikian pula halnya dengan

syari‟at Islam. Mensyari‟atkan perkawinan dengan tujuan-tujuan tertentu

pula, diantara tujuan-tujuan tersebut adalah:34

1) Melanjutkan keturunan yang merupakan sambungan hidup dan

menyambung cita-cita, membentuk keluarga dan dari keluarga-

keluarga dibentuk umat, ialah umat Nabi Muhammad Saw (umat

Islam).

Sebagaimana dalam Firman Allah menjelaskan:.

33

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Pt. Sinar Grafika, 2006), cet. I,

h. 24 34

Kamal Mukhtar, Asas-asasHukum Islam Tentang Perkawinan, h. 12-15

Page 43: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

32

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu

sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak

dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka

Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari

nikmat Allah”. (QS. An-Nahl: 72)

2) Untuk menjaga dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT

untuk mengerjakannya.

3) Untuk menimbulkan rasa cinta antara suami istri, menimbulkan rasa

kasih sayang antar orang tua dengan anaknya dan antar seluruh

anggota keluarga. Rasa cinta dan kasih sayang dalam keluarga ini akan

dirasakan pula oleh masyarakat, sehingga terbentuklah umat yang

diliputi cinta dan kasih sayang.

4) Untuk menghormati atau mengikuti sunnah Rasululllah Saw, beliau

mencela orang-orang yang berjanji akan puasa setiap hari, akan

bangun beribadah setiap malam dan tidak akan kawin-kawin

sebagaimana sabda beliau:

ف س غت ء عز فهظ ي )س ا انجخب س يغهى (Artniya: “maka barang siapa yang benci kepada sunnah-ku bukanlah

ia termasuk (umatku)”. ( HR. Bukhari dan Muslim).

5) Untuk membersihkan keturunan. Keturunan yang bersih, yang jelas

ayah, kakek, dan sebagainya. Semua itu hanya dapat diperoleh dengan

perkawinan. Dengan demikian akan jelas pula orang-orang yang

Page 44: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

33

bertanggung jawab terhadap anak-anak, yang akan memelihara dan

mendidik sehingga menjadilah ia seorang muslim yang dicita-

citakan.35

Agar tujuan seseorang dalam melakukan perkawinan terlaksana

dengan baik, maka dianjurkan memenuhi beberapa syarat perkawinan,

salah satu diantaranya adalah usia menikah, hal tersebut di tetapkan dalam

pasal 7 Undang-undang No. 1 tahun 1974 yakni calon suami sekurang-

kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya berumur

16 tahun. Sedang dalam penetapan BKKBN usia ideal menikah calon

suami sekurang-kurangnya berumur 25 tahun dan calon istri sekurang-

kurangnya berumur 20-21.36

b. Hikmah Perkawinan

1) Naluri seks merupakan naluri yang paling kuat dan keras yang

selamanya menuntut adanya jalan keluar. Dan kawin adalah jalan

alami dan biologis yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan

memuaskan naluriah seks ini

“Dari abu Hurairah: pernah Nabi saw bersabda: " Sesungguhnya

perempuan itu menghadap dengan rupa setan dan membelakangi

dengan rupa setan pula. Jika seseorang diantaramu tertarik kepada

seorang perempuan, hendaklan ia datangi isterinya, agar nafsunya

dapat tersalurkan".(HR. Muslim, Abu Daud dan Tarmidzi).

35

Sayid Sabiq, Fiqh SunahTerjemah M. Galib, (Bandung: Al ma‟arif, 1994), cet-ke 5, h. 64 36

Sugiri Syarif Kepala BKKBN, Perbincangan dengan detik.com pada hari selasa 12 Mei

2011 di Jakarta

Page 45: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

34

2) Kawin adalah jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia,

memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta

memelihara nasab yang oleh Islam sangat diperhatikan. Sebagaiaman

sabda Rasulullah: "Kawinlah dengan perempuan pencinta lagi bisa

banyak anak, agar nanti aku dapat membanggakan jumlahnya yang

banyak di hadapan para Nabi pada hari kiamat nanti".

3) Tumbuhnya naluri kebapaan dan ke-ibuan yang saling melengkapi,

tumbuh perasaan cinta, ramah, dan sayang dalam suasana hidup

dengan anak-anak.

4) Adanya rasa tanggung jawab yang dapat mendorong ke arah rajin

bekerja, bersungguh-sungguh dan mencurahkan perhatian

5) Adanya pembagian tugas istri mengurusi dan mengatur rumah tangga,

membimbing dan mendidik anak-anak, sementara si suami bekerja di

luar rumah.

6) Dapat membuahkan tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan

rasa cinta antara keluarga dan memperkuat hubungan

kemasyarakatan.37

37

Wasiun Mika,” Hukum dan Perkawinan Menurut Islam”,

http://www.jadipintar.com/2013/06/Hukum-dan Hikmah-Perkawinan-Menurut-Islam.html, di akses

pada 18 Desember 2013

Page 46: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

35

C. Walimatul ‘Urs

1. Pengertian Walimatul ‘Urs

Walimah berasal dari kata (نى yang artinya pesta penggantin atau (ا ن

bisa juga disebut sebagai makanan yang disediakan khusus dalam acara

perkawinan.38

Walimah arti harfiyahnya ialah berkumpul. Karena pada waktu itu

berkumpul suami istri, sedangkan walimah menurut istilah, yaitu khusus

tentang makan dalam acara pesta perkawinan.39

Walimatul urs (resepsi pernikahan) adalah hidangan makanan yang

disediakan pada hari-hari resepsi pasangan pengantin. Disebut walimah

lantaran orang-orang berkumpul pada acara ini. Walimah termasuk perkara

yang di syariatkan oleh agama Islam.

Sehingga dalam prakteknya, sering kita dapati orang begitu semangat

untuk mengadakan walimah sehingga terkadang sampai melewati batas

kewajaran dan mulai memasuki wilayah yang sebenarnya tidak lagi sesuai

dengan rambu-rambu syariah.

Perintah walimah dengan makan-makan tentu tidak berarti kita

dibenarkan untuk menghambur-hamburkan harta. Sebab orang yang

menghambur-hamburkan harta termasuk saudaranya syetan. Sebagaimana

dalam Firman Allah SWT:

38

Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqh Munakahat, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet. I,

h. 56 39

Mustofa Dibul Bigha, Fiqh Syafi‟i (Sawahan: CV Bintang Pelajar, 1984), h. 382

Page 47: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

36

Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara

syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isra:

27)

Walimah bisa dilakukan kapan saja. Bisa setelah dilangsungkannya

akad nikah dan bisa pula ditunda beberapa waktu sampai berakhirnya hari-

hari pengantin baru. Namun disenangi tiga hari setelah dukhul, karena

demikian yang dinukilkan dari Nabi Muhammad Saw. Anas bin Malik ra

berkata:“Nabi Muhammda Saw menikah dengan Shafiyyah ra dan beliau

jadikan kemerdekaan Shafiyyah sebagai maharnya. Beliau mengadakan

walimah tiga hari kemudian”.

Dan apabila mengadakan walimah, maka hendaklah yang diundang

dalam acara walimah tersebut orang-orang yang shalih, tanpa memandang dia

orang kaya atau orang miskin. Karena kalau yang dipentingkan hanya orang

kaya sementara orang miskinnya tidak diundang, maka makanan walimah

tersebut teranggap sejelek-jelek makanan. Karena Rasululllah Saw bersabda:

ث أ ب ين ا ػ ذ ,ب ر أ ب يؼ, خن ان ب وؼط شع ب ا تج ىن ي ب,

صػ ذق, فح ػ انذ نع س ا اهلل

Artinya: “Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana yang

diundang dalam walimah tersebut hanya orang-orang kaya sementara orang-

orang miskin tidak diundang”. (HR. Al-Bukhari).40

40

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2011), h. 517

Page 48: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

37

2. Hukum dan Hikmah Walimatul Urs

Melangsungkan walimah „urs hukumnya sunnah, karena Nabi

Muhammad Saw menyuruh Abdurrahman bin Auf agar mengadakan

walimatul urs saat menikah, yaitu beliau bersabda kepadanya:41

ثشب,أ ن ح نى Artinya: ”Adakanlah walimah walaupun dengan seekor domba”.

Hikmah dari diadakannya walimatul urs ada enam yaitu:

a. Merupakan rasa syukur kepada Allah SWT

b. Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang tuanya

c. Sebagai tanda resminya adanya akad nikah

d. Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami istri

e. Sebagai realisasi arti sosiologi dari akad nikah

f. Sebagai pengumuman bagi masyarakat bahwasanya antara kedua

mempelai telah resmi menjadi suami-istri sehingga masyarakat tidak

curiga terhadap perilaku yang dilakukan oleh kedua mempelai.42

3. Hukum Memenuhi Undangan Walimatul Urs

Menghhadiri undangan orang yang mengundang dalam acara walimah

pernikahan hukumnya wajib bagi orang yang diundang, karena memenuhi

undangan ini menunjukkan adanya perhatian kepada pihak yang mengundang,

41

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Shahih Fiqh Wanita Menurut Al-Qur‟‟an dan Sunnah,

(Jakarta: Akbar Media, 2009), h. 234. 42

Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2009), h. 151

Page 49: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

38

memberikan kegembiraan kepadanya dan membuat hatinya lega.

Sebagaimana dasar hukumnya adalah:

Ibnu Umar ra. berkata kepada Rasulullah Saw. bersabda:

خ ن آ دذ كى ئن بر أه, فئ ر ا د ػArtinya: “Jika salah seorang diantara kalian diundang ke acara walimah,

hendaknya dia memenuhi undangan itu.

Abu Hurairah ra. berkata kepada Rasulullah Saw. bersabda:

ػ ا نذ كشر ي ن س ع ح , فقذ ػص ا اهلل Artinya: “siapa yang meninggalkan undangan, maka dia telah menantang

Allah rasul-Nya”.

Abu Hurairah ra. berkata kepada Rasulullah Saw. bersabda:

ئ ن ذ أ ن ذ ئ ن كش ع , د ػ ذهجق, نا ع س ر نArtinya : “Seandainya aku diundang pada hidangan berupa kaki bagian

bawah (yanikit dagingnya), niscaya aku memenuhi (undangan itu). Dan

seandainya aku diberi hadiah berupa kaki bagian depan, niscaya aku

menerima. (HR. Bukhari).

Jika undangan itu bersifat umum dan tidak terbatas pada satu orang

atau sejumlah orang saja, maka undangan tidak wajib dipenuhi dan tidak pula

dianurkan untuk dipenuhi.

Ada yang berpendapat bahwa memenuhi undangan hukumnya fardhu

kifayah. Pendapat lainnya dikatakan, memenuhi undangan walimah

hukumnya sunnah. Pendapat pertama lebih tepat, karena penentangan tidak

dinyatakan kecuali terkait pengabaian kewajiban. Hal ini berkaitan dengan

walimah pernikahan.

Adapun memenuhi undangan selain walimah pernikahan, hukumnya

adalah sunnah bukan wajib, menurut mayoritas ulama. Sebagian pengikut

Page 50: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

39

mazhab Syafi‟i berpendapat bahwa hukum memenuhi undangan apapun

adalah wajib secara mutlak.43

43

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2011), h. 513-514

Page 51: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

40

BAB III

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA BILLA

A. Letak Geografis

Nusa Tenggara Timur disebut juga dengan Flobamora, yaitu propinsi yang

terdiri dari tiga kepulauan besar, yakni pulau Flores, pulau Sumba dan pulau

Timur. Secara astronomis, Nusa Tenggara Timur terletak antara 10°36‟14”-

10°39‟58” LS dan 123°32‟23”–123°37‟01”BT.44

Propinsi ini dibatasi oleh laut

Flores di sebelah Utara, Negara Timor-Timur atau Timor Leste, Provinsi Maluku

dan Laut Banda di sebelah Timur, kemudian di sebelah selatan berbatasan dengan

Samudra Hindia dan di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara

Barat.45

Lokasi yang dijadikan objek penelitian oleh penulis adalah desa Billa,

Kecamatan Amanuban Timur, Kabupaten Timur Tengah Selatan, Propinsi Nusa

Tenggara Timur. Jarak antara lokasi penelitian ke kota kecamatan ± 8 Km, ke Ibu

Kota Kabupaten (110) Km dan ke Ibu Kota Provinsi (170) Km. Adapun desa-desa

yang berbatasan dengan lokasi penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten TTU

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Oe‟ekam

44

Badan Pertanahan Nasional Kota Kupang, Profil Pemerintah Kota

Kupang,http://kupangkota.go.id/?page_id=5132, di akses pada tanggal 17 Januari 2014 45

Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Batas Wilayah

NTT,http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur, di akses pada tanggal 1 April 2014

40

Page 52: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

41

3. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Fatukopa

4. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Abi. Luas areal desa Billa secara

keseluruhan adalah ± 174. 532 ha/m2.46

Dari keseluruhan luas areal desa Billa di atas, 45 % wilayahnya

merupakan deretan perkebunan dan 25 % lagi wilayahnya merupakan deretan

pekarangan dan pegunungan yang terjal dan sungai-sungai yang dalam, yang sulit

untuk ditempuh bila menggunakan kendaraan yang beroda dua maupun beroda

empat, sejauh ini masyarakat masih menggunakan berjalan di atas kedua belah

kaki untuk menempuh jarak tersebut.

Apabila kita melihat kondisi fisik wilayah desa Billa seperti di atas, maka

ini akan sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan di daerah ini.

Pengaruh yang sangat menonjol dari kondisi fisik di atas adalah sulitnya membuat

jalan atau jembatan layang yang menghubungkan antara masyarakat yang

bertempat tinggal jauh dari lokasi desa Billa. Jalur transportasi yang

menghubungkan antara Rukun-rukun Tetangga (RT/RW) diwilayah desa Billa

kecamatan Amanuban Timur ini hanyalah melalui jalan kaki. Hal ini

mengakibatkan terisolirnya masyarakat desa dari informasi-informasi

pembangunan. Hal ini dapat disaksikan melalui pembangunan rumah-rumah

penduduk yang 50 % beratapkan rumput alang-alang dan berdinding pelepah

pohon gawang.

46

Ishak S. Sos, Profil Desa Billa 2014

Page 53: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

42

Kondisi fisik wilayah desa Billa yang tergolong menantang, tidak saja

menghambat jalur transportasi bagi warga desa Billa, tetapi menghambat juga

transportasi bagi para aparat pemerintah di tingkat kecamatan dalam

mensosialisasikan program kerjanya. Pejabat kantor urusan Agama (KUA)

kecamatan Amanuban Timur yang berperan menerbitkan perkawinan umat Islam,

ia juga merasa kesulitan dalam menjangkau seluruh wilayah RT/RW di desa

Billa Kecamatan Amanuban Timur ini. Berikut adalah kutipan pembicaraannya

dengan penulis pada tanggal 18 Februari 2014 di kantornya

”Luas wilayah yang harus dilayani oleh KUA kecamatan Amanuban

Timur ditambah dengan kondisi jalan yang tidak memadai, merupakan hambatan

tersendiri dari keterbelakangan pembangunan di wilayah kecamatan Amanuban

Timur secara umum dan khususnya adalah wilayah RT Tuble‟o desa Billa ini.

Bisa dibayangkan, apabila musim hujan telah tiba maka sungai-sungai

akan meluap dan tidak ada orang menyebrang dikarenakan tidak ada jembatan

penghubung antara wilayah tersebut. Pejabat yang bertugas di KUA ini tidak saja

menertibkan perkawinan umat Islam, tetapi kami selalu dihubungi oleh warga

yang beragama Islam bila mereka mendapatkan musibah kematian sanak keluarga

atau terkena persoalan yang berhubungan dengan agama. Dan hingga saat ini,

kami hanya memiliki beberapa orang sebagai tenaga honor untuk mendampingi

petugas kami apabila ada kunjungan kerja ke daerah. Sebab kami sendiri bukan

merupakan orang asli daerah ini, maka kehadiran tenaga kerja tersebut sangat

Page 54: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

43

dibutuhkan sebagai penunjuk daerah yang akan dituju serta batas-batas wilayah

kekuasaan KUA Kecamatan Amanuban Timur ”.47

Dari kutipan hasil pembicaraan di atas, dapat dimengerti bahwa

keterbelakangan warga Tuble‟o desa Billa diakibatkan oleh tidak adanya interaksi

antara warga masyarakat perkotaan dengan warga di pedesaan atau RT/RW

setempat.

Untuk mengetahui hasil pembangunan di wilayah desa Billa, maka dapat

dilihat melalui tabel berikut yang menampilkan tentang penggunaan tanah pada

wilayah desa Billa.

Tabel I

Desa Billa Menurut Penggunaan Tanah

No Jenis Penggunaan Tanah Luas Tasnah (Ha)

1 Pekarangan dan pegunungan 25. 440 ha/m2

2 Perkebunan 31. 800 ha/m2

3 Pemukiman 1. 272 ha/m2

4 Sawah 113 ha/m2

5 Perkantoran 1. 30 ha/m2

6 Kuburan 1 ha/m2

7 Luas prsarana umum Lainnya 2 ha/m2

Total Luas 174. 532 ha/m2

Sumber : Data Monografi desa Billa keadaan Februari 2014

Pembagian daerah secara administratif desa Billa terbagi 4 Dusun, 9

Rukun Warga dan 22 Rukun Tetangga yang rinciannya seperti yang tertera dalam

tabel berikut

47

Wawancara penulis dengan M. Akhyar Liunokas sebagai staf KUA kecamatan Amanuban

Timur pada tanggal 18 Februari 2014

Page 55: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

44

Tabel II

Wilayah Desa Billa menurut Pembagian Dusun

No Nama Dusun Jumlah RW Jumlah RT

1 Dusun A 2 7

2 Dusun B 2 5

3 Dusun C 3 5

4 Dusun D 2 5

Sumber: Data Monografi desa Billa keadaan Februari 2014

B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya

Apabila dilihat ke belakang, yakni dari peta pemanfaatan tanah di wilayah

desa Billa maka dapat diambil kesimpulan, bahwa mayoritas masyarakatnya

berpencaharian bertani dan beternak. Masyarakat desa Billa sepenuhnya

bergantungkan kelangsungan hidupnya dari hasil bercocok tanam dan

mengembala binatang ternak yang dilepas bebas berkeliaran di hutan kecil

sedangkan masih ada juga sebagaian masyarakat yang melepaskan binatang

ternaknya di lingkungan halaman rumahnya, ini disebabkan karena masih banyak

halam rumahnya yang masih luas.48

Nusa Tenggara Timur secara umum merupakan salah satu wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang curah hujannya per tahun tergolong

kurang baik, sementara kelangsungan hidup masyarakat tergantung pada hasil

pertanian, persawahan dan peternakan, bila tidak diantisipasi secara dini oleh

48

Wawancara penulis dengan Yusuf Nenohai, Masyarakat desa Billa pada tanggal 18

Februari 2014

Page 56: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

45

pemerintah dan warga masyarakat setempat melalui usaha alih tekhnologi pangan

maka tidak heran jika wilayah ini akan menjadi langganan rawan pangan tiap

tahunnya.

Untuk merintis usaha tersebut di atas, pemerintah sebagai penguasa

wilayah harus bekerja sama dengan parah tokoh masyarakat untuk bersama-sama

membina pola pikir masyarakat, artinya dalam hal ini pemerintah membangun

wilayah kekuasaan bila tidak melibatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat, maka

pemerintah jangan terlalu banyak berharap untuk diikuti oleh warga. Sebab

sampai saat ini ketaatan warga masih kepada tokoh adat lebih besar ketimbang

pemerintah.

Persiapan warga desa Billa dalam menyongsong musim kemarau yang

panjang dan sering terjadi kerawanan pangan di wilayah ini, warga dalam

berkebun mempersiapkan 4-6 lahan kebun atau sawah. Semua lahan perkebunan

tersebut, ditanaminya dengan jagung atau padi.

Jika lahan tersebut merupakan lahan perkebunan maka di pinggir-

pinggirnya selalu ditanami dengan tanaman berumur panjang, seperti pisang,

tebu, ubi kayu, pepaya, mangga, jeruk, kelapa dll.

Hasil-hasil dari kebun-kebun tersebut yang berupa jagung akan dikemas

dan dikumpulkan pada satu tempat yang bernama umek bubu (rumah bulat

berpanggung), yang berfungsi sebagai lambang pertahanan pangan keluarga.

Sedangkan padi atau beras yang hasil dari sawah tersebut biasanya di pisahkan

dengan jagung-jagung hasil lahan kebun dan biasanya di simpan di ume noe

Page 57: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

46

(rumah besar atau rumah tempat tinggal sehari-hari). Jika hasil panen tersebut

sudah dikumpulkan, maka akan diutus seorang keluarga untuk menjemput

ana‟smanaf (pimpinan Agama) agar mengadakan tasyakuran sebelum hasil panen

tersebut dinaikan ke atas umek bubu (rumah bulat berpanggung). Setelah

dinaikan, maka tidak sembarangan orang naik ke panggung tersebut, yang boleh

naik ke umek bubu (rumah bulat berpanggung) hanyalah ibu dari pengurus rumah

tangga tersebut. Ia akan mengambil untuk kebutuhan keluarga sekaligus

mengontrolnya agar persiapan mereka akan memenuhi kebutuhan hingga musim

panen tahun berikutnya, bila menurut penglihatan sang ibu bahwa persiapan atau

persediaan pangan sudah menipis, maka ia akan segera cepat meminta bantuan

kepada suami untuk melihatnya.

Dari hasil pengamatan suami inilah mereka akan memutuskan bersama

tentang usaha penanggulangan kekurangan, sambil menghemat dalam

menggunakan yang masih tersisa.49

Wilayah desa Billa yang dikenal dengan daerah pertanian, apabila warga

sudah memanen kebunnya maka jarang sekali warga yang menjual hasil

panennya. Transaksi dengan uang jarang sekali terjadi di daerah ini. Oleh sebab

itu, uang yang beredar dalam masyarakat juga sangat sedikit.

Beranjak dari kenyataan di masyarakat, penulis melihat bahwa faktor

pendapatan masyarakat desa Billa turut berpengaruh terhadap kelancaran

49

Wawancara penulis dengan Kahar Benu. Masyarakat desa Billa pada tanggal 18 Februari

2014

Page 58: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

47

operasionalisasi lembaga pemerintah setempat. Apabila faktor sosial ekonomi

masyarakat diabaikan dengan hanya melihat pada aspek formalitas dan legalitas,

maka pembangunan yang akan terwujud adalah pembanguna yang statis bukan

pembangunan yang dinamis yang melibatkan masyarakat.

Untuk mengetahui komposisi penduduk desa Billa berdasarkan mata

pencaharian, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel III

Komposisi Penduduk Desa Billa

Menurut Mata Pencaharian Pokok

No Mata Pencaharia Jumlah

1 Petani 579

2 Buruh Tani -

3 Pegawai Negeri (PNS) 10

4 Pegawai Swasta -

5 Pedagang -

6 Peternak -

7 Pertukangan -

Jumlah 589

Sumber: Data monografi desa Billa keadaan Februari 2014.

Desa Billa sebagai suatu wilayah yang sedang berkembang, seperti pada

umumnya wilayah-wilayah lain di Indonesia yang sedang berkembang, namun

adat istiadat seperti yang diketahui sebagai ”way ol life”, yaitu cara kehidupan

masyarakat yang merupakan hasil dari kekuatan atau yang diletakan orang tanpa

disadari dan cara hidup itu sebagai cara intensif yang berkembang dari

pengalaman untuk mencapai suatu bentuk berakhir daripada penyesuaian

Page 59: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

48

maksimal ke arah kepentingan yang diwariskan oleh tradisi tanpa adanya

perubahan yang rasional.

Sistem berpikir tradisional itu sangat terikat oleh pola-pola tertentu,

sehingga masyarakat desa Billa terkadang sukar menerima ide-ide baru yang lebih

berguna bagi masyarakat modern. Sistem berpikir ini statis irasional, sehingga

sikap mental masyarakatnya tertutup untuk bergerak dan berkembang, karena

mereka masih tetap dan memegang sistem budaya lama yang diwariskan oleh

nenek moyangnya.

Sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian konsep-konsep abstrak yang

ada pada sebagian masyarakat desa Billa atau yang dikenal dengan masyarakat

Atoni, mengenai apa yang baik dan mana yang buruk, mana yang penting dan

mana yang bersifat remeh. Sikap budaya lama inilah yang menyebabkan sikap

mental masyarakat tertutup dan pasif.

C. Kondisi Pendidikan

Pembangunan sektor pendidikan merupakan pembangunan yang sangat

vital dan mendesak untuk diwujudkan, sebab melalui sektor ini akan lahir

pemimpin-pemimpin bangsa yang memiliki kemampuan profesional, yang

diharapkan sebagai pelopor pembangunan kultur pelayanan terhadap masyarakat.

Hingga saat ini, perhatian masyarakat desa Billa terhadap pentingnya

peningkatan ilmu pendidikan dirasakan sangat minim. Hal ini dapat dilihat dari

pengadaan sarana dan prasarana. Sarana pendidikan yang tersedia di wilayah desa

Page 60: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

49

Billa barulah sebatas Pendidikan Dasar, Taman Kanak-kanak dan Sekolah

Menegah Terbuka dari luas wilayah yang ada.

Warga masyarakat bersama dengan aparat pemerintah, berusaha untuk

mendirikanenam buah sarana pendidikan diantaranya adalah 3 buah TK, 2 buah

sekolah Dasar dan 1 buah Sekolah Menengah Terbuka (SMP terbuka).Dari enam

lembaga pendidikan tersebut di atas, diantaranya salah satu yang berada di bawah

naungan Departemen Pendidikan Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu

SD Inpres Billa sedangkan lembaga pendidikan lainnya merupakan lembaga

pendidikan swasta.50

Angkatan sekolah di daerah desa Billa sangat kecil padahal anak usia

sekolah banyak sekali, tetapi karena kesadaran warga terhadap pendidikan tidak

ada, maka kenyataan seperti di atas, dibiarkan berlanjut. Hal ini merupakan

kesulitan tersendiri bagi pemerintah dalam memberantas buta aksara, warga lebih

cenderung mendidik putra-putrinya untuk mewarisi tata cara hidup mereka.

Kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya di lembaga

pendidikan formal relatif lebih kecil, karena mereka lebih memilih untuk

mendidik putra-putrinya pada lembaga adat agar bisa mengetahui tentang tata

cara upacara adat istiadat.51

50

Ishak Nitiono, S. Sos, Profil Desa Billa, 2014 51

Wawancara penulis dengan Wabang, Guru Pendidikan Agama Islam di SD Inpres Billa

pada tanggal 1 Februari 2014

Page 61: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

50

Pendidikan non-formal adalah pendidikan TPQ yang dilaksanakan setiap

hari, setelah magrib sampai setelah Isya di masjid Al-ikhlas Billa, dan pendidikan

non-formal selalu di bombing oleh ustat danorang tua itu sendiri

Selain itu juga ada pendidikan non-formal Adat yang diberikan oleh para

tokoh adat adalah tidak lain agar kelak putra-putri mereka dapat mengetahui

tentang asal-usul masing-masing. Sehingga di dalam bertindak diharapkan tidak

salah kaprah. Masyarakat desa Billa akan merasa terhina bila terdapat putra-

putrinya tidak mengenal adat istiadatnya.

Oleh sebab itu, bagi mereka yang sudah tidak mengenal terhadap asal-usul

klennya merupakan suatu pengkhianatan terhadap leluhurnya, dan ia bersama

dengan keturunannya akan mendapatkan laknat dari ruh-ruh nenek moyang

berupa gangguan makhluk halus sepanjang hidupnya sampai nyawa mereaka

direnggrut.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh seorang ketua adat di desa tersebut

yang oleh warga, beliau sebagai pusat informasi adat istiadat tentang asal-usul

tiap klen yang mendiami desa Billa. Berikut adalah kutipan hasil percakapannya

dengan penulis pada tanggal 2 Maret 2014.

“Hai atone metomaaiskam inaskolantia bale me inahinmanlali‟nakaf man

lail ana aplenat mais in kanahinaf uab adat in maskan beteaf hanekfa la uabadat

la‟na, mais maiskam hai anah kanaskol ai kanekfa plenat mais inahin uab adat

masan betem in esnek la uab adat natuin uab adat la‟na maupa ma kaul ta uabat

sanat naopabkit”.

Artinya:

“Kami masyarakat suku Atoni bagi anak kami sekolah sampai di

manapundan ia sebagai seorang pejabat pemerintah, namun ia tidak mengerti

tentang adat, maka ia tidak akan dipilih menjadi pemimpin (Natoni adat)

Page 62: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

51

tersebut, tetapi apabila anak kami tidak sekolah atau tidak sebgai pejabat

pemerintah namun ia mengerti tentang adat maka ia akan dipilih sebagai

pemimpin (jubir adat) karna adat itu sangat penting sebab jika salah maka akan

dikenakan hukuman atau denda”.52

Dari kutipan pembicaraan tokoh adat masyarakat desa Billa di atas, dapat

dipahami bahwa kemajuan ilmu pendidikan dan tekhnologi yang telah dicapai

oleh pakar-pakar ilmuwan dunia, ternyata tidak mampu untuk memalingkan

masyarakat suku Atoni dari kebiasaan yang telah lama mereka warisi dari

leluhurnya. Dan ini juga merupakan penyebab tersendiri keterbelakangan

pembangunan pendidikan di wilayah desa Billa. Untuk mengetahui komposisi

pendududk desa Billa berdasarkan tingkat pendidikan maka lihat pada tabel

berikut ini:

Tabel IV

Komposisi Penduduk Desa Billa Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Belum sekolah 145

2 Tidak tamat SD/Buta aksara 704

3 Tamat SD/sederajat 827

4 Tamat SMP/sederajat 82

5 Tamat SMA/sederajat 59

6 Tamat Perguruan Tinggi 8

Jumlah 1.825

Sumber : Data monografi desa Billa keadaan Februari 2014

52

Wawancara penulis dengan Tokoh Masyarakat, Karim Nitiono pada tanggal 29 Februari

2014

Page 63: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

52

D. Kondisi Keagamaan

Bidang sosial keagamaan masyarakat desa Billa mayoritas memeluk

ajaran agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Sebagian lagi memeluk

agama Islam, umumnya masyrakat desa Billa belum dapat menjalankan

peribadatan syari‟at agama masing-masing.

Mayarakat mengenal agama-agama tersebut dengan istilah-istilah tertentu

yakni agama Kristen Katolik dengan istilah Kle Mnasi, agama Kristen Protestan

dengan istilah Kle Makuke, dan agama Islam dikenal dengan istilah Kle Soeb

Metan, sejak lama tiga agama tersebut hidup secara rukun dan berdampingan. Hal

ini melihat masyarakat yang memeluk agama-agama tersebut di atas, rata-rata

masih satu keturunan.

Oleh sebab itu, toleransi antar umat beragama di wilayah desa Billa ini

tergolong baik sekali, ini dapat dilihat melalui kerja sama mereka dalam

membangun sarana peribadatan. Warga beragapan, bahwa sarana-sarana tersebut

akan digunakan oleh keluarganya sendiri untuk beribadat kepada Tuhan Yang

Maha Esa, Tuhan yang satu bagi manusia.

Oleh karena itu, di dalam pembangunan sarana peribadatan tersebut semua

keluarga dari berbagai agama yang dianut oleh masyarakat setempat, terlibat

dalam pembangunannya.

Untuk kedepannya wilayah ini membutuhkan peningkatan pembinaan

dalam bidang keagamaan. Untuk mengetahui penganut agama di desa Billa maka

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 64: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

53

Tabel V

Penduduk Desa Billa Berdasarkan Agama

No Kategori Agama Jumlah

1 Kristen Protestan 1.565

2 Kristen Katolik 298

3 Islam 332

Jumlah 2.195

Sumber: Data monografi desa Billa keadaan Februari 2014

Page 65: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

54

BAB IV

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP PROSESI PERNIKAHAN

SUKU ADAT ATONI (NTT)

A. Prosesi Pelaksanaan Pra Nikah Menurut Suku Adat Atoni

Dalam adat istiadat suku adat Atoni proses pelaksanaan pra nikah

biasanya didahului dengan perundingan yang dilakukan oleh kedua calon

pengantin dan keluarga kedua belah pihak. Dalam pelaksanaannya terdapat utusan

sebagai orang yang mewakili pembicaraan yang disebut natoni adat. Natoni adat

adalah orang yang pandai dan faham tentang seluk beluk adat suku adat Atoni.

Kebiasaan ini lazim dilakukan sejak dahulu kala, dan dapat pula diartikan sebagai

kebiasaan.53

Prosesi pra nikah dalam suku adat Atoni disebut tamam nasoko atau

tamam man toet bi fe. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tamam

nasoko atau tamam man toet bi fe (khitbah) adalah sebagai berikut:

1. Fesula Tolo

Atone tamaman fena sula tolo neo bife, naomnan ton mese na atone

onan tamam man tetan poetan sula tolo, sula tolo batim nua on, sula tolo la

otone inimfenmes nok, sula tolo la atone in fomilnemsat noknahinan neo sula

tolo, kaul atone in fomilna noknahinan neo han fe sula tolo mas esan fenublua

nako klene ai falo

53

Tamrin Kadir Isu, Natoni Adat Suku Atoni, wawancara pribadi pada tanggal 2 Maret 2014

54

Page 66: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

55

Artinya:

Proses ketika seorang laki-laki dalam memberikan sula tolo tersebut

harus sampai satu tahun terlebih dahulu, kemudian baru diadakan penarikan

sula tolo tersebut, sula tolo terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Sula tolo langsung diberikan oleh laki-laki yang merupakan calon

tunangan si perempuan dan sula tolo ini hanya berupa surat biasa yang

memberitahukan tentang perasaan hatinya.

b. Sula tolo diberikan melalui orang tua dan kerabat terdekat si laki-laki. Jika

sula tolo ini diberikan oleh orang tua si laki-laki, maka harus adanya emas

berupa anting atau cincin.54

2. Helan Poetan Sula Tolo

Helan Poetan Sula Tolo la‟na kaul bife sium atone in sulat okatan

tuinan noesaman balas eot neo on inimsat loem atone la‟na, na mashan

tekatnak han taman han helan poetan. Kaul bife balas nalail la sulat tolo

la‟na, na mas atone nok in fomili han atol bife blua nok pake nako, noso, lipa,

falo, heke, klene, tua, none. Proses tamam man helan poetan sula tolo la‟na

harus tianpai bife in ume blua nok pake nateksin neo bife in matnini, kaul

none solo nok tua boetmese nateksin neo bife in enaf amaf matkini, na onan

eot neo ok amteksin la„na han helan poetan sula tolo ai la biasantekam bi

suku adat Atoni nak on Sae Toe Sanu Seet.

Artinya:

Dalam helan poetan sula tolo tersebut, harus ada balasan surat dari

wanita tersebut yang menyatakan bahwa iapun menyukai laki-laki tersebut,

dan apabila surat tersebut telah dibalas, maka keluarga dari pihak laki-laki

mempersiapkan pakaian dan perhiasan yang berupa, baju, sarung, sandal,

emas (anting, kalung, cincin), tua (arak berupa minuman mabuk), uang adat.

Dan apabila persiapan tersebut telah disiapkan, maka calon laki-laki tersebut

bersama keluarganya mendatangai rumah si calon perempuan, kemudian

pakaian dan perhiasan tersebut di simpan dalam kotak sirih dan disimpan di

depan mata si perempuan, sedangkan tua (arak berupa minuman mabuk), dan

uang adat tersebutpun disimpan dalam kotak sirih dah disimpan di depan

kedua orang tua wanita tersebut, baru si natoni adat mulai menyampaikan

maksud dan tujuan okomama yang ada di depan mata mereka. Jika sula tolo

54

Marten, Anak dari Tokoh masyarakat Suku Atoni, wawancara pada tanggal 11 Maret 2014

Page 67: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

56

tersebut dikasih langsung oleh laki-laki yang bersangkutan maka disaat helan

poetan sula tolo tersebut ia akan dikenakan hukum atau denda berupa

pembayaran uang sejumlah Rp. 500.000-00”

Setelah helan poetan sula tolo biasanya orang tua perempuan merasa

sangat senang, karena mereka merasa mendapatkan suatu penghargaan

sehingga anak perempuannya dipinang oleh laki-laki, karena yang sering

terjadi di masyarakat Atoni dalam hal perkawinan adalah melalui kawin lari,

namun selama pernikahan belum berlangsung para orang tua selalu khawatir

bahwa anak perempuan mereka akan membuat senonoh dan menimbulkan

efek negatif berupa kehilangan harga diri di mata masyarakat melalui ajakan

kawin lari oleh laki-laki lain selain pinangannya.55

Oleh karena itu para orang tua yang sudah mendapatkan penghargaan

tersebut mengambil langkah dengan cara natupasin (kedua calon pengantin

sudah tidur bersama selayak pasangan suami-sitri) malam saat setelah

tamaman helan poetan sula tolo. Natupasin ini dilakukan karena sering terjadi

ajakan kawin lari oleh laki-laki lain selain pinangannya dan apabila terjadi

seperti hal tersebut maka keluarga dari pihak perempuan akan dikenakan

denda atau bayar uang adat berupa lima puluh ekor sapi.56

3. Bife loem ai penkun (Peminangan tersebut di terima atau ditolak)

Kaul atone tamaman toet bife, bife penkun bifela‟na maskan balasfa sula

tolo ai maskan naitfa ok amteksin la nok blua, pake, none, mak tua, mais kaul

55

Kadir Keke Isu, Anak dari keturunan Raja Suku adat Atoni, wawancara pribadi pada

tanggal 11 Maret 2014 56

R. B, Pelaku Kawin Lari dengan H. N, wawancara pribadi pada tanggal 11 Maret 2014

Page 68: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

57

naitsin neo bifela in fomilne mashan nateken oko mese nok none solo, tua

botel mese ma pilu neo atone infomilne onan eot neo sinin sium atone iniblua.

Artinya:

Ketika seorang laki-laki meminang seorang wanita, dan wanita itu

tidak menerima pinangan dari laki-laki tersebut maka si wanita tidak akan

membalas sula tolo dan mengambil barang-barang yang telah disimpan di

depan mata saat tamaman helan poetan sula tolo. Tapi apabila pinangan

tersebut diterima, maka dari pihak keluarga perempuanpun harus

menyiapkan uang adat, tua (arak berupa minuman mabuk), dan pilu (ikat

pinggang suku adat Atoni). Kemudian disimpan di depan orang tua calon

pengantin laki-laki, dan perwakilan natoni adat dari pihak perempuanpun

menyampaikan maksud okomama yang ada di depan mata mereka, tujuannya

agar keluarga dari pihak laki-lakipun mengetahui bahwasanya pinangan

tersebut diterima oleh pihak perempuan.57

B. Prosesi Pelaksanaan Nikah Menurut Suku Adat Atoni

Pelaksanaan nikah dalam suku adat Atoni, dikenal dengan istilah kabin

alat, sebelum melakukan kabin alat, keluarga dari calon mempelai pria kembali

mendatangi kediaman calon mempelai wanita untuk menentukan hari kabin alat

akan berlangsung, kabin alat ini biasa berlangsung selama tiga hari dan dua

malam.

Bagi masyarakat suku adat Atoni kabin alat ini sangat penting

dibandingkan akad pernikahan, karena akad nikah itu hanya merupakan syarat

untuk pencatatan nikah, sedangkan kabin alat merupakan syarat utama dalam

melakukan perkawinan di suku Atoni. Karena bagi masyarakat Atoni yang tidak

melakukan kabin alat, maka dikhawatirkan suatu saat akan medapatkan ganjalan

dari roh-roh nenek moyang mereka.

57

Muslimin B, Cucu Kepala Suku adat Atoni, wawancara pribadi pada tanggal 12 Maret 2014

Page 69: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

58

Kabin alat ini merupakan acara perkawinan yang dianggap sangat sulit

pada masyarakat Atoni, karena bagi kedua calon pengantin harus mempersiapkan

bermacam-macam syarat kabin alat, sehingga terkadang bagi pasangan yang tidak

mampu terpaksa melakukan perkawinan kawin lari tanpa menikah terlebih

dahulu.

1. Syarat-syarat yang harus disiapkan oleh laki-laki dalam melakukan kabin alat

terdiri dari:

a. Puahmanus (sirih pinang).

b. Noen Solo, Tuaboetmese (Uang, minuman arak yang memabukan)

c. Lipa (sarung)

d. Noso (baju)

e. Falo, Heke, Klene (emas berupa anting, kalung, cincin)

f. Bia (sapi)

g. Mnes (Beras)

2. Syarat-syarat yang harus disiapkan oleh perempuan dalam melakukan kabin

alat terdari dari:

a. Puah manus (sirih pinang)

b. Noen Solo, Tua boetmese (Uang, minuman arak yang memabukan)

c. Mau (Sarung suku adat Atoni)

d. Pilu (topi suku adat Atoni)

e. Bia (sapi)

Page 70: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

59

f. Mnes (beras).58

3. Prosesi dalam melakukan kabin alat menurut suku adat Atoni ini diawali

dengan:

a. Puah Manus ona nahe na benonat ok on talfe neo puamnasi neo keothaef

keot nimaf, enaf ai lala oe oto.

Artinya: “Siri pinang, Tua none (minuman arak yang memabukan)

kepada orang tua dan keluarga perempuan untuk mengingat jasa-jasa

orang tua dalam membesarkan anak gadis mereka”.

Dalam hal ini keluarga pihak laki-laki harus mempersiapkan

beberapa kotak sirih, kotak sirih yang disiapkan itu tergantung berapanya

anggota keluarga si perempuan dalam rumah.Kotak sirih (okomama)

tersebut berisi uang, baju atau sarung suku adat Atoni. Kemudian satu

okomama disimpan di depan kedua orang tua, dan setiap anggota

keluargapun berhak mendapatkan satu okomama di depan mata mereka.

Baru kemudian satu okomama lagi dan tua (minuman arak yang

memabukan ) buat orang tua mempelai wanita, tujuan sebagai noen eto.

Apabila semua okomama sudah siap baru natoni adat, maju dan

memberitahukan tentang maksud dan tujan okomama-okomama yang ada

di depan mata mereka sebagai nahe na benonat ok on talfe.

58

Umar Keke Isu, Anak dari Raja Suku Adat Atoni, wawancara pribadi pada tanggal 12

Meret 2014

Page 71: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

60

b. Onamnasi aombianam bian ma eotnin neo bife ma atone mak anin.

Artinya:

Orang tua kedua calon pengantin saling memberitahukan bahwa anak

mereka akan segera menikah.

Jika dalam hal nahe na benonat ok on talfe yang mempersiapkan

okomama adalah pihak laki-laki, maka disini yang natek okomama adalah

keluarga dari pihak perempuan, itupun hanya satu okamama sebagai noen

eto untuk memberitahukan kepada keluarga pihak laki-laki bahwasanya

anak mereka akan menjadi sebuah pasangan keluarga.

c. Bife inimnasi namuib sin anah

Artinya:

Keluarga perempuan memberikan harta bawaan kepada anak perempuan

mereka.

Harta bawaan tersebut terdiri dari:

1) Bia (Sapi)

2) Bikase (Kuda)

3) Bibi (Kambing)

4) Pika (Piring)

5) Sunu (Sendok)

6) Klas (Gelas)

7) Nai (Periuk atau alat untuk memasak)

Tujuannya Bife inimnasi namuib sin anah

Tujuannya Bife inimnasi namuib sin anah adalah jika setelah

menikah dan pisah rumah dengan orang tua, kedua pengantin tidak saling

Page 72: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

61

mengungkit apabila ada masalah rumah tangga. Karena anak laki-laki di

suku adat Atoni saat menikah pengeluaran lebih banyak dibandingkan

anak perempuan. Jika telah melakukan kabin alat baru mengundang pihak

KUA untuk melaksanakan kabin smanaf (akad nikah).59

C. Prosesi Walimatul Urs

Undangan walimatul urs yang berlaku di suku adat Atoni ini sangat

berbeda dengan daerah-daerah lain, karena pada umumnya daerah-daerah lain

menggunakan surat undangan nikah, sedangkan undangan pernikahan di suku

adat Atoni ini berupa okomama puah manus (sirih pinang).

Puah manus (sirih pinang) disini nanti dibagikan kepada semua saudara

dan kerabat dari kedua calon pengantin tersebut, kemudian puah manus yang

telah disiapkan itu juga akan dibagikan perkeluarga atau per setiap marga yang

sama, kemudian orang yang tertua dalam marga tersebut yang akan membagikan

puah manus kepada fomilinya (keluarga-keluarga) terdekatnya sebagai okoma2

elmalinat (undangan pesta pernikahan).

Dalam pelaksanaan walimah akan dilaksanakan setelah kedua calon

melakukan akad nikah, melaksanakan upacara perkawinan biasanya juga

diselenggarakan hiburan. Hiburan ini bermacam-macam, misalnya: dansa, tarian

59

Umar Kekek Isu, Anak dari Keturunan Raja Suku adat Atoni, wawancara pribadi pada

tanggal 12 Maret 2014

Page 73: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

62

perang atau caci, dan tarian ja‟i, yang dewasa ini sepertinya belum sempurna jika

dalam pernikahan tanpa adanya hiburan tersebut.

1. Tarian Perang atau Caci

Tarian perang atau caci dilakukan antara sepasang penari laki-laki

yang bertarung dengan cambuk dan perisai, pertarungan berlangsung dengan

diiringi bunyi pukulan gendang dan gong, serta nyanyian adat semisal

pantun.60

tarian ini akan dilakukan setelah prosesi akad nikah, kemudian

natoni adat (jubir adat) meminta izin kepada orang tua wanita untuk

melakukan tarian perang tersebut, tarian perang atau tarian caci biasanya

dilakukan oleh beberapa kelompok, namun yang membuka tarian tersebut

adalah tuan rumah (uem tuaf) keluarga pihak perempuan dengan kelompok

penantang dari pengantin keluarga laki-laki.

2. Hiburan organ tunggal atau nyanyian

3. Tarian Ja‟i

Dewasa ini kebanyakan orang di desa Billa menganggap bahwa pesta

perkawinan belum sempurna tanpa adanaya hiburan tarian Ja‟i, terutama bagi

para undangan dan tamu-tamu kehormatan karena, Ja‟i merupakan simbol

kebersamaan dan kegembiraan.61

Dari hasil penelitian penulis bahwa hiburan dan tarian ja‟i yang

dilaksanakan di desa Billa, kebanyakan para pemuda menampilkan tarian

60

Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Tarian Perang atau

Cacihttp://id.wikipedia.org/wiki/Caci., diakses pada tanggal 25 Maret 2014 61

Maria Lily, Ja‟i Ngada, http://sailkomodo2013 diakses pada tanggal tanggal 25 Maret 2014

Page 74: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

63

ja‟inya dengan berpegangan tangan atau berpegang pada pinggul pemudi yang

diikuti oleh goyangan yang mengundang syahwat dari pelaku-pelaku dan

tarian ja‟i tersebut. Terkadang sering terjadi keributan antara para pelaku taian

laki-laki dikarenakan para lelaki mabuk sehingga berebut wanita-wanita

cantik dan yang cerdas berdansa.

D. Perspektif Hukum Islam Terhadap Prosesi Pernikahan Suku Adat Atoni

Salah satu peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan manusia dalam

berbagai suku adalah masalah pernikahan, karena pernikahan merupakan suatu

sistem sosial yang tidak hanya menyangkut dua manusia yang berkepentingan

saja tetapi juga menyangkut orang tua, kerabat dan masyarakat.62

Islam sebagai tuntunan bagi manusia mengatur hal pernikahan,

diantaranya mengenai kafa‟ah. Kafa‟ah atau kufu yang berarti seimbang atau

keserasian atau kesesuaian, serupa sederajat dan sebanding.

Sedangkan yang dimaksud sekufu dalam pernikahan, menurut hukum

Islam adalah keserasian dan keseimbangan antara calon istri dan calon suami

sehingga masing-masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan

pernikahan, artinya kedua calon sebanding dalam kedudukan, tingkat sosial, dan

akhlak serta kekayaan.

62

Suryowingjodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, (Jakarta: Gunung Agung,

1982), h. 122

Page 75: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

64

Ulama berpendapat bahwa masalah kufu‟ dalam pernikahan. Sebagian

ulama menganggap bahwa kufu merupakan syarat sahnya akad nikah, sedangkan

ulama yang lain berpendapat bahwa persetujuan wali calon pengantin wanita yang

menjadi syarat sah akad nikah, jika tidak ada persetujuan dari keduanya maka

pernikahan dianggap batal.63

Sedangkan menurut kalangan mazhab Maliki tidak ada perselisihan bahwa

apabila seorang gadis dikawinkan oleh ayahnya dengan seorang peminum

khamar, atau orang fasik, maka gadis tersebut berhak menolak perkawinannya.64

Karena khamar akan menimbulkan dampak negatif dan merusak akal seseorang,

sebagaimana Firman Allah :

Artiny: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu

dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan” (QS.

An-Nisa: 43).65

Oleh karena itu Islam menganjurkan kepada setiap manusia untuk

melaksanakan setiap pernikahan bagi mereka yang mampu dengan cara yang baik

dan ma‟ruf dan tidak menggunakan syarat pengabsahan pernikahan seperti arak

atau khamar. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tarmidzi

bahwasanya “sesungguhnya Rasulullah Saw melaknat dalam khamar sepuluh

personel, yaitu: pemerasnya (pembuatnya), distributor, peminumnya,

63

Syaikh Hasan Ayyub, Fiqh Keluarga, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), h. 33 64

Ibnu Rasyid, Bidayatul Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr, 1971), h. 122 65

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 289

Page 76: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

65

pembawanya, pengirimnya, penuangnya, penjualnya, pemakan uang hasilnya,

pembayarnya, dan pemesannya.” (HR Ibnu Majah dan Tirmidzy).

Peminangan merupakan pintu gerbang pernikahan yang harus dilalui,

namun setelah peminangan itu berlangsung biasanya banyak kekeliruan yang

terjadi di tengah-tengah masyarakat tentang khithbah sering menggiring mereka

pada anggapan bahwa pasangan laki-laki dan perempuan yang telah

melangsungkan peminangan, maka ia boleh melakukan sebagian aktivitas.

Misalnya, jalan berdua, bicara berdua, bahkan bagi masyarakat yang lebih awam

menggapnya kedua calon tersebut sudah bisa melakukan hubungan selayak

pasangan suami-istri. Dalam hal seperti ini Allah berfirman:

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, Sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. “ (QS. Al-Israa: 32)

Padahal Khithbah sebenarnya hanya merupakan janji kedua pihak untuk

menikah pada waktu yang disepakati, dalam menjalankan proses khitbah diantara

keduanya boleh saling melakukan kebaikan seperti saling memberikan hadiah,

menanyakan kepribadian masing-masing (karakter, kesukaan), cara pandang, dan

sikap, karena khithbah memang merupakan sarana untuk dapat saling mengenal

lebih jauh satu sama lain dengan cara yang ma‟ruf. Sebagaimana Allah SWT

berfirman:

Page 77: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

66

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka

menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah

lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka

perbuat". (QS. An-Nur: 30)

Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka

menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka

Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan

hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah

Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,

atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami

mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara

lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-

wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-

laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang

belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan

kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah

kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu

beruntung”. (QS. An-Nur: 31)

Page 78: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

67

Prosesi perkawinan yang dianjurkan bukan hanya terjadi dalam Islam saja

melainkan ini juga barlaku di setiap daerah, namun harus dipertimbangkan karena

hukum adat harus menyesuaikan dengan hukum Islam, artinya dalam melakukan

suatu kebiasaan dan kebisaan tersebut tidak sesuai dengan hukum Islam, maka

kebisaan tersebut harus ditinggalkan, namun jika kebiasaan tersebut tidak

melanggar syariat agama Islam maka kebisaan tersebut dapat dijadikan sebagai

dasar hukum yang wajib diamalkan. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:

يب س أ انغه دغب ف ػذ ا اهلل دغArtinya: “apa yang dipandang baik oleh umat Islam, baik pula disi Allah ”.

66

Prosesi perkawinan berlaku juga pada masyarakat suku adat Atoni.

Masyarakat suku adat Atoni melaksanakan adat kebiasaan ini sejak zaman nenek

moyang mereka,67

Islam membolehkan adat kebiasaan yang tidak bertentangan

dengan syarah, hal ini sesuai dengan kaidah fikiyah yang berbunyi :

ا نؼب د ح يذكخ .68

Artinya : “Adat kebiasaan yang baik dapat dijadikan sebagai sumber hukum”

Dalam pernikahan suku adat Atoni prosesi perkawinan kabin alat, kedua

calon pengantin harus mempersiapkan syarat-syarat yang telah ditetapkan, baru

bisa melakukan pernikahan sehingga sangat sulit bagi sebagian masyarakat yang

tidak mampu,69

padahal dalam kitab fikih disebutkan bahwa dalam melakukan

66

Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh Searah dan Kaidah Asasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2002), h. 155 67

Karim Nitiono, Tua Adat Masyarakat desa Billa, wawancara pada tanggal 12 Maret 2014 68

As-Suyuthiy, Al-Asbah, Wa Nazair Fi Furru‟, h. 64 69

Ishak Nitiono, Kepala Desa Billa, wawancara pada tanggal 13 Maret 2014

Page 79: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

68

perkawinan tidak boleh memberatkan kedua belah pihak. Hal ini selaras dengan

hadis Nabi Saw :

ء عم ث عؼذ قب ل : ص ج ا ج صه اهلل ػه عهى س جال ا يش ا ح ة خب رى ي دذ ذ

)ا خش ج ا نذب كى(

Artinya : “Dari Sahl bin Saad berkata : Nabi Saw menikahkan seorang laki-laki

dengan seorang wanita dengan mahar dari cincin besi. ” (dikeluarkan hakim).70

Agama Islam merupakan agama yang lurus dan penuh kemudahan.

Sebagaimana Allah SWT berfirman :

.... األ خ

Artinya: ".....Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu....."(QS. Al-Baqarah: 185)

Demikian juga Rasul Saw bersabda:

س أغشب يب نى ك ئثب ث شـئ ئال اخزبا ا نج صه ا هلل ع ن عهى خش ث

Artinya: "Sesungguhnya Nabi Shollallahu „Alaihi Wa Sallam tidak pernah

diperintahkan untuk memilih diantara dua perkara kecuali akan memilih perkara

yang paling mudah selagi bukan merupakan dosa” (HR. Bukhori Muslim).71

Adapun upacara atau hiburan pesta perkawinan masyarakat suku adat

Atoni, yang dilaksanakan jika dilihat dari hukum Islam sebagai berikut, Bila

ditinjau dari hukum Islam, hiburan dan nyanyian boleh, berdasarkan hadist Nabi

Muhammad Saw:

اث ل ا نه ػ صب س فجب ء س ع ا نأ ب ي كذذ ػب ئغخ ر ا د قش ا ثخ ن ػجب ط :أ

ب ي زى انفزب ح ؟ قب ن : ؼى . قب ل : أ س عهزى يؼ ذ عهى فقب ل : أ ء صه ا هلل ػه

70

Ibnu Hajar, Al-Asqalani, Bulughul Maram, Taklid dan Tahrij, (Bairut: Darul Fikr, 1979), h.

452 71

http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-menjawab-

problematika-modern-1 di akses pada tanggal 13 Maret 2014

Page 80: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

69

ى غ ؟ قب و ف صب س ق ا ال عهى : ا ل اهلل صه ا نه ػه نذ : نب. فقب ل سع

دب كى ب كى فذب ب ب كى ء أ ر ل : أ ر ق ب ي ثؼززى يؼض ػض ل فه

)س ا ث يب ج(

Artinya: Dari Ibnu Abas: Aisyah pernah mengawinkan salah seorang kerabatnya

dengan orang anshor, kemudian Rasululullah Saw datang dan bertanya: “

Apakah kamu telah memberikan gadis itu kepada suaminya?” Para sehabat

menjawab : betul. Rasulullah Saw bertanya lagi: “ Apakah kamu kirim gadis itu

oorang yang akan bernyanyi?, Aisyah menjawab: tidak, kemudian Rasulullah

Saw bersabda: “ Sesungguhnya orang Anshor adalah suatu kaum yang suka

kepada nyanyian. Alangkah baiknya kamu kirim bersama dia seorang yang

menyatakan: kami telah datang kepadamu, maka dia memberi hormat kepada

kami dan kami memberi hormat pula kepada kamu”. (HR. Ibnu Majah).72

Sedangkan hiburan-hiburan lain dalam acara walimahpun dapat

diperbolehkan, sebagaimana Nabi Saw bersabda:

ب ص ػب ئغخ أ ػ ػه صه انه صب س فقب ل انج ا أل فذ ا يش أ ح ا ن س جم ي

)س انجخب س( ى ا نهه صب س ؼجج ا أل ؟ فب ن يؼكى ي عهى : ب ػب ئغخ يب كب

Artinya: “Dari Aisyah r.a bahwa ia mengantar seoorang wanita sebagai

pengantin kepada seorang lelaki anshor, maka Rasul Saw bersabda: Hai Aisyah

permainan apa yang kamu punyai? Susungguhnya orang Ansor menyukai

permainan (hiburan).73

Berdasarkan kedua hadist tersebut di atas, maka penulis mengambil

kesimpulan bahwa hiburan dan nyanyian yang diperdengarkan pada saat-saat

upacara atau pesta perkawinan di suku adat Atoni tidaklah bertentangan dengan

ajaran agama Islam, meski yang menyanyikan itu adalah wanita, karena

mendengarkan nyanyian yang dinyanyikan oleh wanita tidaklah haram, begitu

juga termasuk hiburan-hiburan tarian lainnya. Keharaman itu bisa dikatakan

apabila kita melihat penyanyinya secara langsung di temap maksiat dan si

72

Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar al-Fikri), Juz I, h. 128 73

Imam Bukhari, Al-Jami as-Shahih, (Beirut: Dar Ihya atu Turas al-Arabi), Juz III, h. 377

Page 81: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

70

penyanyi wanita tersebut menampilkan kecantikan tubuhnya dengan membuka

aurat.

Page 82: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

71

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam bab terakhir ini setelah penulis membahas bab demi bab maka

penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Prosesi perkawinan yang dianjurkan bukan hanya terjadi dalam Islam

saja,melainkan ini berlaku juga pada masyarakat suku adat Atoni. Namun

prosesi perkawinan yang terjadi di suku adat Atoni sangat bertentangan

dengan ajaran syariat agama Islam, Karena dalam melakukan perkawinan

masyarakat suku adat Atoni cenderung mengunakan tua, none (minuman arak

yang memabukan) sebagai cara atau syarat pengabsahan jalannya perkawinan.

Setelah adanya proses peminangan, maka menurut para orang tua dari

pihak perempuan akan memperbolehkan si calon suami untuk tinggal serumah

meskipun belum menikah,faktor penyebabnya karena sering adanya ajakan

kawin lari oleh laki-laki lain terhadap perempuan tersebut.

2. Masyarakat Atoni melaksanakan adat kebiasaan ini sejak zaman nenek

moyang mereka, dibandingkan Agama karena ada beberapa faktor, diantara

faktor-faktor tersebut adalah:

a. Karena kepercayaan masyarakat yang sangat kuat terhadap nenek moyang

atau roh-roh mereka,

b. Karena minimnya ilmu Agama dan

c. Ilmu Pendidikan

71

Page 83: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

72

B. SARAN-SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka untuk bahan

evaluasi dan perbaikan ke depan penulis memaparkan beberapa saran yang dapat

bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi orang Timor, diantaranya yaitu:

1. Untuk masyarakat Atoni, lebih ditingkatkan pendidikan ilmu Agama.

2. Untuk para tokoh adat, (kepala suku) diharapkan untuk memberikan

kesempatan atau peluang kepada putra-putri dalam menuntut ilmu agar bisa

dapat merubah masyarakat Atoni yang lebih baik dan maju.

3. Bagi para junior atau peneliti lain yang ingin meneliti adat Timor maka

penulis sarankan untuk meneliti secara lebih luas“ Belis Nana‟nakan

(Mahar/Jual Beli Susu), ini sering terjadi di suku Timor khususnya pada

masyarakat Rote.

Page 84: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

73

DAFTAR PUSTAKA

Sidi Nazar Baqry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1993, cet. Ke-I.

Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,

Direktorat Urusan Agama Islam, Korps Penasehat Perkawinan dan Keluarga

Sakinah, Jakarta: 2001

Asnawi Mohammad, Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, Yogyakarta:

Darussalam Perum Griya Suryo Asrif, 2004, cet. Ke-I.

http:/bekal pernikahan.blogdrive.com

Soekanto Soerjono, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Rajawali, 1986, Cet. Ke-

III.

Ahmad Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan, Bandung: Al-Bayan,

1994

Yayan Sopyan, Dr. M. Ag, S. H. Pengantar Metode Penelitian, Ciputat: UIN

Jakarta, 2010

Kotja Ningrat, Pedoman Penelitian, Jakarta: Raja wali Press, 1989.

Ash-Shabbagh Mahmud. Keluarga Bahagia Dalam Islam, Jakarta: CV.

Pustaka Mantiq. 1993.

Tihami, Prof. Dr. H. M. A. M.A. dan Sahrani,Drs. M. M. M. H, Fiqh

Munakahat Kajian Fikih Lengkap, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009

Imad Zaki Al-barudi, Tafsir Al-Qur’an al-Anzhim Lin Nisa, Jakarta Pusat:

Pena Pundi Aksara

Ash-Shabbagh Mahmud. Keluarga Bahagia Dalam Islam, Jakarta: CV.

Pustaka Mantiq, 1993

Sayyid Sabiq. Fiqh Sunnah, Jakarta: Cakra Publishing, 2008. Cet ke-I.

Ahmad Warson Munawwir, Al-munawwir,Kamus Arab-Indonesia, Surabaya:

Pustaka Progressif, 1997, cet. Ke-14

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta:

Kenacana, 2007

Page 85: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

74

Dep Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2008, cet. Ke-I, edisi ke-4

Frista Artmanda W, Kamus Bahasa Indonesia, Jombang: Lintas Media, 2007

Imam Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar Juz 2, Indonesia: Darul ‘Ihya al-Kutub

Arabiyah

Abdul Mujieb dkk, Kamus Istilah Fiqh Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992

Abdurrahman Al-jaziry, Al-Fiqh‘ AlaMadzahib Al-Arba’ahJuz 4, Beirut:

Darul Ihya, 1969

Djama’an Nur, Fiqh Munakahat, Semarang: Dina Utama Semarang, 1993,

cet. Ke-I

Imam Taqiyuddin Abi Bakar Muhammad bin Abdul Mu’min .t.t Kiyafatul

Akhyar Fi Halli Ghayaatul Ikhtisar Syarah Matanaabi Syuja’. Beirut: Dar al-minhaj

Annawawi Imam Muhyiddin, Shahih Muslim, Beirut: Darul Marifah, 2007

Abd. Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat

Slamet Abidin dan H. Aminuddin, FiqhMunakahat I

Mir Nuruddin, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di

Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqh, UU No. 1/19974

sampai KHI(Jakarta: Kencana, 2006) ed. I cet. I

Syarifuddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antar Fiqh

Munakahat dan Undang-undang Perkawinan

Ali Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia Jakarta: Pt. Sinar Grafika,

2006, cet. I

Mukhtar,Kamal Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan

Sabiq Sayid, Fiqh Sunah Terjemah M. Galib, Bandung: Al ma’arif, 1994, cet-

ke 5

Wasiun Mika,” Hukum dan Perkawinan Menurut

Islam”,http://www.jadipintar.com/2013/06/Hukum-dan Hikmah-Perkawinan-

Menurut-Islam.html, di akses pada 18 Desember 2013

Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqh Munakahat, Bandung: CV Pustaka Setia,

1999, cet. I

Page 86: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

75

Bigha Mustofa Diibul, Doktor. Fiqh Syafi’I, Sawahan: CV Bintang Pelajar,

1984

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Shahih Fiqh Wanita Menurut Al-Qur’’an

dan Sunnah, Jakarta: Akbar Media, 2009

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jakarta: Cakrawala Publishing, 2011

Badan Pertanahan Nasional Kota Kupang, ,Profil Pemerintah Kota Kupang,

http://kupangkota.go.id/?page_id=5132,di akses pada tanggal 17 Januari 2014

Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Batas Wilayah NTT,

http://id.wikipedia.org/wiki/Nusa_Tenggara_Timur, di akses pada tangal 1 April

2014

Ishak S. Sos, Profil Desa Billa 2014

Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Tarian Perang atau

Caci,http://id.wikipedia.org/wiki/Caci. Tarian Perang atau Caci, diunggah pada

tanggal 25 maret 2014

Maria Lily, Ja’iNgada,http://sailkomodo2013.nttprov.go.id/index.php/2012-

12-05-06-20-09/tarian-daerah/158-tarian-ja-i diunggah pada tanggal 25 Maret 2014

Suryowingjodipuro, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta: Gunung

Agung, 1982

Ayyub Syaikh Hasan, Fiqh Keluarga, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006

Rasyid Ibnu, Bidayatul Mujtahid, Beirut: Dar al-Fikr, 19971

Syarifuddin Amir, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003)

As-Suyuthiy, Al-Asbah, Wa Nazair Fi Furru’

Ibnu Hajar, Al-Asqalani, Bulughul Maram, Taklid dan Tahrij, Bairut: Darul

Fikr, 1979

http://www.ppmus.com/artikel/278-kaidah-hukum-adat-acuan-dalam-

menjawab-problematika-modern-1 di akses pada tanggal 13 Maret 2014

Majah Ibnu, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Dar al-Fikri, Juz I

Imam Bukhari, Al-Jami as-Shahih, Beirut: Dar Ihya atu Turas al-Arabi, Juz III

Page 87: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 88: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 89: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Wawancara Kuesioner Penelitian

Prosesi Pernikahan Suku Adat Atoni (NTT)

Nara sumber : Ustat Alimin Banfatin

Jabatan : Mantan Imam Masjid Al-Ikhlas Billa

Pewawancara : Abiyati Atnan Nitiono

Hari/tanggal : 22 Maret 2014

Pertanyaan : Bagaimana menurut pandangan anda tentang proses

pelaksanaan perkawinan di Desa Billla?

Jawaban : Karena sebagian besar tidak semua proses pelaksanaan

perkawinan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Pertanyaan : Langkah pra nikah apa sajakah yang diketahui dan yang

terdapat pada adat masyarakat Islam Suku Atoni?

Jawaban : 1. yang saya ketahui masyarakat Islam suku adat Atoni

melakukan pra nikah dengan cara kedua calon pengantin saling

memberikan tanda mata yang berbentuk barang, misalnya si

calon laki-laki memberikan barang logam atau uang, kemudian

sebaliknya calon mempelai membalas pemberian laki-laki

dengan selendang tenunan khas suku adat atoni yang mana

barng tersebut harus dibuat oleh perempuan tersebut.

menandakan bahwa kedua calon telah bertungan.

2. Si laki-laki beserta keluarganya mendatangi keluarga

perempuan dengan tujuan membocorkan tanda pemberian surat

Page 90: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

pertama yang diberikan oleh calon pengantin laki-laki kepada

calon mempelai wanita.

Pertanyaan : Mengapa tradisi proses pelaksanaan perkawinan suku adat

Atoni sampai saat ini masih dilestarikan, bagaimana

tangggapan bapak mengenai hal tersebut?

Jawaban : Karena tradisi perkawininan di suku adat Atoni merupakan

salah satu tradisi yang tidak bisa dirubah atau dihapus karena

tradisi ini sudah menjadi suatu kebiasan dari nenek moyang

mereka.

Pertanyaan : Langkah Apa saja yang harus dipersiapkan oleh calon

pengantin ketika harus menikah?

Jawaban : 1. Laki-laki harus mempersiapkan perlengkapan pakian adat

untuk wanita

2. Perempuan harus menyediakan pakain adat suku adat Atoni

yang terbuat dari hasil tenunan perempuan tersebu.

3. Kedua belah pihak sama-sama menanggung Konsumsi atau

makan minum untuk para undangan.

Mengetahui

(…………..……...)

Page 91: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Wawancara Kuesioner Penelitian

Prosesi Pernikahan Suku Adat Atoni (NTT)

Hasil wawancara dengan saudara

Nama : Taslimin Nitiono

Jabatan : Kepala Suku adat Atoni desa Billa

Pewawancara : Abiyati Atnan Nitiono

Hari/tanggal : 22 Maret 2014

Pertanyaan : Apakah yang dimaksud dengan perkawinan?

Jawaban : perkawinan adalah untuk mempersatukan seorang laki-laki

dengan seorang wanita untuk hidup bersama dalam satu

rumpun atau satu atap dan menghasilkan keturunan-keturunan

yang baik.

Pertanyaan : Kenapa masyarakat Atoni dalam melaksanakan Proses

Perkawinan, harus menggunakan Tua, None sebagai pengantar

pengabsahan perkawinan?

Jawaban : Karena Tua dan None merupakan syarat awal untuk memulai

mengutarakan maksud dan tujuan dalam melakukan

perkawinan, selain itu tua dan none juga merupakan simbol

kebersamaan.

Page 92: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Pertanyaan : Menurut bapak, saat ini apakah masih relevan / cocok untuk

menerapkan adat suku adat Atoni ini?

Jawab : Menurut saya cocok karena kami masyarakat Atoni masih

percaya kepada roh-roh nenek moyang kami.

Pertanyaan : Apabila calon mempelai laki-laki tidak memenuhi

persyaratan dalam prosesi pernikahan adat suku Atoni, apakah

pernikahan menjadi batal atau tidak sah menurut adat

Jawaban : Tidak, tapi akan ditunda hari pernikahan tersebut sampai

semua persyarat lengkap dan terkumpul

Mengetahui

(………….……....)

Page 93: PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24876/1/Abiyati... · PROSESI PERNIKAHAN SUKU ADAT ATONI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM