Proses Perceraian Sampai Putusan

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu naluri manusia karena dengan adanya perkawanian tumbuh rasa saling memberi, memiliki dan saling memembantu sehingga terwujud keluarga sakinah mawadah wa rahmah. Keluarga sakinah mawadah wa rahmah merupakan suatu model yang dicita-citakan oleh setiap orang. Perkawinan merupakan awal hidup bersama dalam suatu ikatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud membentuk keluarga yang bahagia, seperti yang di amanahkan oleh pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi :”Tujuan perkawinan adalah juga untuk membangun keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Oleh karena dalam perkawinan bertujuan membentuk keluarga yang harmonis antara suami istri dan anggota keluarganya berdasarkan adanya prinsip saling menghormati dengan baik, tenang, tenteram dan saling mencintai dengan tumbuhnya kasih sayang. Membangun rumah tangga yang damai berdasarkan kasih sayang yang menjadi performance merupakan idaman bagi setiap pasangan suami istri merupakan upaya yang tidak mudah, tidak sedikit pasangan suami istri yang gagal dan berakhir dengan sebuah perceraian. 1

description

proses perceraian

Transcript of Proses Perceraian Sampai Putusan

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar belakang masalahPerkawinan merupakan salah satu naluri manusia karena dengan adanya perkawanian tumbuh rasa saling memberi, memiliki dan saling memembantu sehingga terwujud keluarga sakinah mawadah wa rahmah.

Keluarga sakinah mawadah wa rahmah merupakan suatu model yang dicita-citakan oleh setiap orang. Perkawinan merupakan awal hidup bersama dalam suatu ikatan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dengan maksud membentuk keluarga yang bahagia, seperti yang di amanahkan oleh pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang berbunyi :Tujuan perkawinan adalah juga untuk membangun keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Oleh karena dalam perkawinan bertujuan membentuk keluarga yang harmonis antara suami istri dan anggota keluarganya berdasarkan adanya prinsip saling menghormati dengan baik, tenang, tenteram dan saling mencintai dengan tumbuhnya kasih sayang. Membangun rumah tangga yang damai berdasarkan kasih sayang yang menjadi performance merupakan idaman bagi setiap pasangan suami istri merupakan upaya yang tidak mudah, tidak sedikit pasangan suami istri yang gagal dan berakhir dengan sebuah perceraian.

Angka perceraian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Perceraian terjadi apabila sudah sama-sama merasakan ketidakcocokan dalam menjalani rumah tangga. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan tidak memberikan definisi mengenai perceraian secara khusus. Pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan serta penjelasannya secara jelas menyatakan bahwa perceraian dapat dilakukan apabila sesuai dengan alasan-alasan yang telah ditentukan. Dilihat dari putusnya perkawinan dalam UU Perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian dan adanya putusan pengadilan.Bertolak dari uraian sebab-sebab putusnya perkawinan tersebut diatas, penulis berkeinginan untuk menelaah mengenai sebab-sebab putusnya perkawinan, khususnya dalam proses perceraian sampai putusan di pengadilan dalam betuk penulisan makalah yang berjudul PROSES PERCERAIAN SAMPAI PUTUSAN

1.2 Identifikasi masalah 1. Apa itu perceraian? 2. Bagaimana bentuk dan tahapan perceraian?

3. Apa saja akibat perceraian?

1.3Maksud tujuan 1.Untuk mengetahui Apa itu perceraian

2.Untuk mengetahui Bagaimana bentuk dan tahapan perceraian

3.Untuk mengetahui Apa saja akibat perceraian BAB II

PEMBAHASAN2.1 Pengertian Cerai Atau TalakPerceraian menurut bahasa berasa dari kata dasar cerai yang berarti pisah kemudian mendapat awalan (per) yang berfungsi pembentukan kata benda abstrak kemudian menjadi perceraian yang berarti hasil dari perbuatan cerai. Perceraian dalam istilah fiqh disebut talaq atau furqah. Talak berarti pembuka ikatan atau membatalkan perjanjian. Furqah berarti bercerai lawan dari bekumpul kemudian perkataan ini dijadikan istilah oleh ahli fiqh yang berarti perceraian antara suami istri. Sedangkan menurut syara ialah melepaskan ikatan perkawinan dengan menggunakan lafadz talaq atau semakna dengan para ulama ada yang memberi pengertia talaq ialah melepaskan ikatan nikah pada waktu sekarang dan yang akan datang dengan lafadz talaq atau dengan lafadz yang semakna dengan itu. Dalam istilah fiqhiyah perkataan talaq mempunyai dua arti yaitu arti yang sudah umum dan arti yang khusus. Talaq menurut arti yang umum ialah segala bentuk perceraian baik yang dijatuhkan oeh suami yang ditetapkan oeh hakim maupun perceraian yang jatuh dengan sendirinya atau perceraian karena meninggalkan salah satu pihak. Talaq dalam arti khusus ialah perceraian yang dijatukan oleh suami. Al Jaziri memberikan definisi talak sebagai berikut :

.Talak ialah melepaskan ikatan atau mengurangi pelepasan ikatan dengan menggunakan kata-kata tertentu.

Sedangkan As Sayid Sabiq memberikan definisi talaq sebagai berikut :

.Sebuah upaya untuk melepaskan ikatan perkawinan dan selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan itu sendiri.

Dari definisi diatas jelaslah bahwa talak merupakan sebuah lembaga yang digunakan untuk melepaskan sebuah ikatan perkawinan yang mempunyai masa tunggu tertentu apabila dalam masa tunggu itu suami tidak merujuknya sehingga habis masa iddahnya maka tidak halal lagi hubungan suami istri kecuali dengan akad nikah baru. , .. ( : 230)Artinya :kemudian jika dia menthalaq isterinya sekali lagi sesudah dithalaq kali yang kedua itu maka tidak halal wanita itu baginya, sebelum si wanita itu nikah dengan suami yang selainnya. Jika suami yang kedua menthalaqnya maka tak ada dosa atas keduanya (suami pertama dan bekas istrinya itu), untuk ruju-merujui. (Al-Baqarah :230)Lahirnya regulasi perkawinan dalam bentuk undang-undang dan KHI(Kompilasi Hukum Islam)tidak lain adalah untuk mengatur ketertiban, menjamin dan menjaga hak-hak kedua belah pihak agar tidak dirampas. Oleh karena itu perceraian bukanlah persolanIndvidual Affairsemata akan tetapi sudah pula masuk dalam wilayah kewenangan Negara sebagai pengaturnya. Perceraian adalah putusnya perkawinan yang sah didepan hakim pengadian berdasarkan syarat-syarat tertentu yang ditetapkan Undang-Undang (Martiman Prodjohamidjojo). Dalam perspektif undang-undang sebagaimana dijelaskan dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 38 dinyatakan :

Perkawinan dapat putus karena 3 sebab, yaitu:

a.Kematian

b. Perceraian

c.Atas keputusan Pengadilan.

Redaksi pasal tersebut sama dengan redaksi pasal yang ada di Kompilasi Hukum Islam pasal 113. Apabila merujuk pada UU No. 1 Tahun 1974 dan KHI, maka perceraian hanya bisa dilakukan di muka pengadilan. Sebagaimana bunyi pasal UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawianan pasal 39 dinyatakan :

1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.

3. Tata cara perceraian di depan pengadilam diatur dalam peraturan perundangan sendiri.

Kemudian pada pasal 115 KHI dinyatakan :

Perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Dari dua redaksi pasal tersebut diatas dapat diketahui adanya perbedaan antara UU No.1 Tahun 1974 dengan KHI. Dalam KHI dinyatakan bahwa putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian. Kedua istilah tersebut tidak terdapat dalam UU Perkawinan. Dalam UU No. 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama, ketentuan mengenai perceraian juga diatur dalam pasal 66 ayat (1) :Seseorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan isterinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan siding guna penyaksian ikrar talak.

Selanjutnya menyangkut saat mulai terjadinya perceraian karena talak dijelaskan didalam PP No. 9 Tahun 1975 pasal 17 sebagai berikut :

Sesaat setelah dilakukan sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraian yang dimaksud dalam pasal 16. Ketua pengadilan membuat surat keterangan tentang terjadinya perceraian tersebut. Surat keterangan itu dikirimkan kepada Pegawai Pencatat di tempat perceraian terjadi untuk diadakan pencatatan perceraian.

Pada pasal 18 dinyatakan Perceraian itu dihitung pada saat perceraian itu dinyatakan di depan siding Pengadilan. Dalam hal ini KHI nampaknya sama dalam memandang saat awal perhitungan terjadinya talak seperti terdapat pada pasal 123 :

Perceraian itu terjadi terhitung pada saat perceraian itu dinyatakan di depan sidang Pengadilan.2.1.2 Macam-Macam Talak

Ditinjau dari segi waktu dijatuhkannya talak, maka talak dibagi menjadi tiga macam sebagai berikut:

a. Talak sunni, yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntutan sunnah.Perceraian dikatakan talak sunni bila memenuhi empat syarat:

1.Istri yang ditalak sudah pernah dikumpuli.

2.Istri dapat segera melakukan iddah suci setelah ditalak.

3.Talak itu dijatuhkan ketika istri dalam keadaan suci.

4.Suami tidak pernah dikumpuli istri selama dalam masa suci dalam manatalak itu dijatuhkan.

b. Talak BidI, yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai atau bertentangan dengantuntunan sunnah. Yang termasuk talak BidI:

1.Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu haidh.

2.Talak yang dijatuhkan terhadap istri dalam keadaan suci tetapi pernah dikumpuli oleh suami.

c. Talak Sunni Wal BidI, yaitu talak yang tidak termasuk kategori talak Sunni maupun talak BidI.

1.Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah dikumpuli.

2.Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah haid/telah lepas haid.

3.Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang hamil.

Ditinjau dari segi tegas dan tidaknya kata-kata yang dipergunakan sebagai ucapan talak, maka talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:a.Talak Sahih, yaitu talak yang diucapkan dengan jelas sehingga ucapantersebut tidak dapat diartikan lain. Contoh: aku talak engkau atau aku ceraikan engkau.

b.Talak Inayah, yaitu ucapan talak yang tidak jelas atau melalui sindiran. Contoh: pulanglah kamu.

Ditinjau dari segi ada atau tidaknya kemungkinan bekas suami merujuk kembali bekas istri maka talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:

a)Talak Raji, yaitu talak yang dijatuhkan suami terhadap istrinya yang pernah dikumpuli bukan karena memperoleh ganti harta dari istri, talak yang pertama kali dijatuhkan atau yang kedua kalinya.

Firman Allah dalam surat Al-Thalaq ayat 1:

Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.

b)Talak Bain, yaitu talak yang tidak memberi hak merujuk bagi bekas suami terhadap bekas istrinya, unttuk mengembalikan bekas istri kedalam ikatan perkawinan dengan bekas suami harus melalui akad nikah baru lengkap dengan rukun dan syaratnya. Talak bain ada dua macam:

1. Talak Bain Sughra, yaitu talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam masa iddah.

2. Talak Bain Qubra, yaitu talak yang terjadi untuk ketiga kalinya. Talak initidak dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahi kembali kecuali bekas istrinyatelah menikah dengan orang lain.

Ditinjau dari cara suami menyampaikan talak terhadap istrinnya, talak ada beberapa macam:

a.Talak dengan ucapan.

b.Talak dengan tulisan.

c.Talak dengan isyarat.

d.Talak dengan putusan.

Ditinjau dari masa berlakunya talak dapat berlaku seketika, artinya tidak bergantung pada waktu atau keadaan tertentu. Hukum Talak Berdasarkan bentuk-bentuk peristiwa talak yang tersebut diatas, maka talak dapat dibedakan ketetapan hukumnya yang dinamakan hukum talak, yaitu :a. Talak wajib, yaitu wajib hukumnya melakukan talak kalau konflik antara suami istri terus menerus terjadi dan tidak dapat dipertemukan lagi baik oleh keluarga maupun oleh Pengadilan Agama.

b. Talak haram, yaitu haram hukumnya bagi seorang suami yang menjatuhkan talak kepada istri tanpa sebab yang sah.

c. Talak mubah, yaitu menceraikan istri tidak dianjurkan, tidak diwajibkan, atau tidak diharamkan asalkan sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak menimbulkan akibat buruk bagi para pihak setelah terjadi perceraian itu.

d. Talak sunnah, yaitu sunnah hukumya menceraikan istri kalau ia tidak mau merubah kebiasaan buruknya semasa belum kawin atau tidak mau menjaga harga diri sebagai seorang istri.

e. Talak haram ringan, yaitu seorang suami yang menjatuhkan talak kepada istri dalam keadaan menstruasi yang sebelumnya tidak pernah digauli.2.2Bentuk Dan Tahapan PerceraianBohannon (dalam Fitria, 2004) mencatat sejumlah bentuk dan tahapan perceraian yang harus dilalui oleh seseorang, yaitu :

1. Perceraian Emosional merupakan awal persoalan dari perkawinan yang mulai memburuk. Bentuk perceraian ini adalah tahapan awal yang sangat berpengaruh dimana struktur perkawinan menjadi runtuh dan motivasi untuk bercerai mulai muncul. Perilaku-perilaku yang muncul diantanya adalah konflik, terhambatnya komunikasi, hilangnya kepercayaan, dan kebencian.

2. Perceraian Legal memerlukan lembaga pengaduan untuk memutuskan ikatan perkawinan. Pasangan biasanya mengalami kelegaan, jika perceraiannya telah diputuskan secara legal dimana berbagai ekspresi emosional akan muncul pada tahap ini.

3. Perceraian Ekonomi menunjukkan pada tahap dimana pasangan telah memutuskan untuk membagi kekayaan dan harta mereka masing-masing. Pada tahap ini seringkali dibutuhkan seorang penengah karena biasanya Kedua pasangan menunjukkan reaksi kebencian, kemarahan, dan permusuhan berkaitan dengan pembagian harta kekayaan.

4. Perceraian antar orang tua merupakan tahapan keempat yang berkenan dengan persoalan pengasuhan anak. Kekhawatiran dan perhaatian terhadap dampak perceraian pada anak seringkali muncul dalam tahap ini.

5. Perceraian Komunitas menunjukkan bahwa status individu dalam hubungan sosial menjadi berubah. Banyak individu yang bercerai merasa bahwa mereka terisolasi dan kesepain.

6. Perceraian Psikis berkaitan dengan mendapatkan kembali otonomi individual. Perubahan dari situasi yang berpasangan menjadi individu yang sendirian, membutuhkan penyesuaian kembali peran-peran dan penyesuaian mental.

Reaksi pertama yang dimunculkan oleh individu saat menghadapi perceraian umumnya adalah reaksi reaksi yang bersifat emosional. Rekasi tersebut tampak dengan wujud penyangkalan terhadap kenyataan perceraian dan kemarahan yang memuncak pada depresi. Individu pada akhirnya setuju untuk bercerai, hanya ketika melihat kenyataan bahwa perceraian merupakan keputusan yang terbaik dari pada mempertahankan perkawinan yang sudah tidak harmonis.

Berdasarkan peraturan dan hukum yang ditetapkan dan berlaku di Indonesia mengenai perceraian, terdapatbeberapa tahap cerai (Rofiq, 2000):1)Tahap Permohonana.Penggugat mendaftarkan dan mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama atau ke Mahakamah Syariyah.b.Penggugat dan tergugat dipanggil oleh Pengadilan Agama atau Mahkamah Syariyah untuk menghadiri persidangan.2)Tahap Persidangan

a.Pada pemeriksaan sidang pertama hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak, dan suami istri harus datang secara pribadi (Pasal 82UUNo.7 Tahun 1989).b.Apabila usaha perdamaian pertama belum berhasil, maka hakim mewajibkan kepada kedua belah pihak agar menempuh proses mediasi terlebih dahulu (Pasal 3 Ayat (1)PERMANo.2 Tahun 2003).c.Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan, jawaban, jawab menjawab, pembuktian dan kesimpulan. dalam tahap jawab-menjawab (sebelum pembuktian) tergugat dapat mengajukan gugatan rekonversi atau gugatan balik (Pasal 132aHIR,158 R. Bg).3)Tahap Putusan Pengadilan Agama atau Mahkamah Syariyaha.Gugatan dikabulkan apabila tergugat tidak puas dapat mengajukan banding melalui Penghadilan Agama atau Mahkamah Syariyah.b.Gugatan ditolak, dan penggugat dapat mengajukan banding melalui Pengadilan Agama atau Mahkamah Syariyah tersebut.c.Gugatan tidak diterima dan penggugat dapat mengajukan permohonan baru.Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa perceraian baru dapat dilaksanakan apabila telah dilakukan berbagai cara untuk mendamaikan kedua belah pihak untuk tetap mempertahankan keutuhan rumah tangga pasangan suami isteri tersebut dan ternyata tidak ada jalan lain kecuali hanya dengan jalan perceraian.2.3.1Akibat Perceraian bagi Suami Istri1. Pasangan yang pernah hidup bersama lalu kemudian berpisah, tentu akan menjadi canggung saat bertemu kembali.

2. Kebanyakan pasangan yang bercerai umumnya diawali olehperselisihanatau permusuhan. Bila hubungan rumah tangga terputus akibat permusuhan, hal ini umumnya akan sangat merenggangkan silaturahmi di kemudian hari.

3. Tak hanya diawali oleh permusuhan, pasangan yang awalnya ingin berpisah secara baik-baik pun bisa menjadi saling tidak suka akibatperceraian. Contohnya, masalah yang cukup sulit untuk diselesaikan saat bercerai adalah urusan harta atauhak asuh anak. Dalam hal ini, tak jarang pasangan suami istri yang awalnya berniat cerai baik-baik, kemudian menjadi saling bermusuhan.

4. Perceraian suami istri terkadang menimbulkan trauma bagi pasangan itu sendiri. Kegagalanrumah tanggamenjadi kenangan buruk dan kadang menghambat seseorang untuk kembali menikah dengan orang lain.

5. Masalah perceraian adalah masalah yang sangat rumit. Hal ini bisa membuat pasangan menjadi stres dan depresi. Perasaan yang negatif seperti ini tentu sangat tidak menguntungkan, khususnya dalam halpergaulanmaupun pekerjaan.

6. Kehidupan ekonomi setelah berceraidapat menjadi sulit terutama jika saat menikah dulu, Anda hanya sebagai ibu rumah tangga. Ataupun jika Anda bekerja, tetap sajapendapatan keluargamenjadi berkurang karena kehilangan satu orang pencari nafkah.2.3.2Dampak perceraian terhadap anakAda beberapa hal yang merupakandampak perceraianpada anak, yakni:1.Tingkat kepercayaan seorang anak kepada orang tuanya akanbergeser dan berubah. Ibarat piring yang sudah pecah, maka jiwa seorang anak tak akan utuh seperti semula.2.Paradigma si anak terhadap esensi sebuah kebenaran yang hakiki akan berubah. Dia akan apatis dan apriori terhadap khotbah dan wejangan, dan menganggapnya sebagai kemunafikan orang dewasa.3.Tingkat konsentrasi seorang anak dalam segala hal termasuk dalam hal belajar, akan kabur dan ngambang.4.Rasa hormat seorang anak kepada orang tuanya yang sudah dianggap panutan baginya akan luntur secara perlahan.5.Rasa percaya diri si anak akan hilang, sedangkan sikap skeptis dan ragu semakin besar.BAB IIIPENUTUP3.1Kesimpulan

Mendasarkan pada hasil penelitian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa, menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawianan pasal 39. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian tidak hanya berakibat pasangan itu saja tetapi akan berakibat pula pada pemeliharaan anak harta bersama dan masalah pemberian nafkah. Hal ini bertentangan dengan Tujuan Hukum Islam sendiri yaitu hifdzu an-nasab dan hifdzu al-maal. Waallahu alam bis shawab3.2SaranBagi pasangan suami-isteri hendaknya saling memahami, saling terbuka dalam rumah tangga untuk memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga tidak terjadi disharmonis dalam keluarga. Langkah yang ditempuh adalah dengan cara mengemukakan permasalahan yang ada, kemudian permasalahan tersebut dibicarakan bersama dan dicari jalankeluarnya bersama-sama, salah satunya adalah harus ada yang mengalah dan saling menyadari satu sama lain, sehingga perselisihan cepat terselesaikan dengan damai

Bagi masyarakat hendaknya dilakukan penyuluhan yang menyangakut hukum perceraian dengan segala aspeknya, guna merangsang kokohnya ikatan perkawinan dan mengurangi angka perceraian.

DAFTAR PUSTAKA Al-Quran. Ash Shiddieqy Hasbi, 1977, Tafsir Al Bayan, Jakarta, Ladjanah Pentashih Mashaf. Subekti R dan Tjitrosudibio, 2008, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, PT. Pradnya Paramita, Cetakan ke-30. Soemiyati.Ny,2007, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan. http://nasional.kompas.com/read/2011/05/11/22341091/Ekonomi.Penyebab.Perceraian. Diakses tanggal 09/03/2014. http://jelita249.blogspot.com/2009/08/perceraian-menurut-hukum-islam-dan-uu.html?m= 1. Diakses tanggal 23/03/2014. wwwaninovianablogspotcom.blogspot.com/2010/perceraian-menurut-hukum-islam.html?m=1. Diakses tanggal 23/03/2014. Eka Karim. Perceraian dalam Sosiologi Keluarga (ed), T.O hromi. Jakarta: Yayasan Obor. Yaini: sesudah berakhir masa iddah dari thalaq suaminya yang kedua. Setelah habis masa iddah mereka boeh berumah tangga lagi, melalui nikah baru.

Tafsir Al-Bayan 1, Prof. TM. Hasbi Ash-Siddieqy, hal 255-256.

soemiyati.Ny. hukum perkawinan islam dan undang-undang perkawinan.

12