Pengertian Perceraian

71
Bab IPendahuluan A.Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang, yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Agar pembangunan yang dilaksananakn berjalan lancar dan sesuai dengan apa y an gdiharapkan. Untuk itu dibutuhkana dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkandari berbagai potensi sumber daya yang dimiliki oleh Negara Indonesia ini baik dari hasilsumber kekayaan alam seperti, minyak bumi dan gas alam maupun dari sektor pajak.B e r b i c a r a m e n g e n a i k e t e t a p a n pajak, pada umumnya tidak terlepas dari subyek pajak yaitu mereka (orang atau badan) yang memenuhi syarat subyektif, yaitu syaratyang melekat pada orang atau badan sesuai dengan apa yang ditentukan oleh undang-undang. Sedangkan obyek pajak artinya mereka mempunyai potensi untuk dikenai pajak,tetapi belum tentu dikenai pajak. Sementara itu, wajib pajak adalah mereka (orang atau badan) yang selain memenuhi syarat subyektif, juga harus memenuhi syarat obyektif.Jadi wajib pajak itu tidak hanya potensial untuk dikenakan pajak, melainkan lebih dari itumemang sudah dikenakan kewajiban untuk membayar utang pajak.Di dalam menentukan besarnya pajak yang terutang sering terjadi perselisihanantara wajib pajak dan petugas pajak. Perselisihan tersebut terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara wajib pajak dan petugas pajak mengenai suatu maslah seperti peraturan dan penafsiran fiskus atas suatu fakta, dan kesalahan hitung atau tulis.Dalam makalah ini, kami akan membahas lebih lanjut mengenai Ketetapan pajak. B.Rumusan Masalah 1.Apa yang dimaksud dengan Ketetapan Pajak ? 2.Apa saja jenis Ketetapan Pajak ? Pengertian Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Surat tagihan pajak (STP) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa. Fungsi Surat Tagihan pajak 1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terhutang SPT Wajib Pajak 2. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau

Transcript of Pengertian Perceraian

Page 1: Pengertian Perceraian

  Bab IPendahuluanA.Latar BelakangIndonesia adalah negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di s e g a l a b i d a n g , y a n g b e r t u j u a n m e n i n g k a t k a n k e s e j a h t e r a a n r a k y a t I n d o n e s i a . A g a r     p e m b a n g u n a n y a n g d i l a k s a n a n a k n b e r j a l a n l a n c a r d a n s e s u a i d e n g a n a p a y a n g diharapkan. Untuk itu dibutuhkana dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari berbagai potensi sumber daya yang dimiliki oleh Negara Indonesia ini baik dari hasilsumber kekayaan alam seperti, minyak bumi dan gas alam maupun dari sektor pajak.B e r b i c a r a m e n g e n a i k e t e t a p a n p a j a k , p a d a u m u m n y a t i d a k t e r l e p a s d a r i s u b y e k    pajak yaitu mereka (orang atau badan) yang memenuhi syarat subyektif, yaitu syaratyang melekat pada orang atau badan sesuai dengan apa yang ditentukan oleh undang-undang. Sedangkan obyek pajak artinya mereka mempunyai potensi untuk dikenai pajak,tetapi belum tentu dikenai pajak. Sementara itu, wajib pajak adalah mereka (orang atau  badan) yang selain memenuhi syarat subyektif, juga harus memenuhi syarat obyektif. Jadi wajib pajak itu tidak hanya potensial untuk dikenakan pajak, melainkan lebih dari itumemang sudah dikenakan kewajiban untuk membayar utang pajak.D i d a l a m m e n e n t u k a n b e s a r n y a p a j a k y a n g t e r u t a n g s e r i n g t e r j a d i p e r s e l i s i h a n a n t a r a w a j i b p a j a k d a n p e t u g a s p a j a k . P e r s e l i s i h a n t e r s e b u t t e r j a d i k a r e n a a d a n y a  perbedaan pendapat antara wajib pajak dan petugas pajak mengenai suatu maslah seperti peraturan dan penafsiran fiskus atas suatu fakta, dan kesalahan hitung atau tulis.Dalam makalah ini, kami akan membahas lebih lanjut mengenai Ketetapan pajak.B . R u m u s a n M a s a l a h1 . A p a y a n g d i m a k s u d d e n g a n K e t e t a p a n P a j a k ? 2 . A p a s a j a j e n i s K e t e t a p a n P a j a k ?

Pengertian Surat Tagihan Pajak (STP)Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Surat tagihan pajak (STP) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa.

Fungsi Surat Tagihan pajak1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terhutang SPT Wajib Pajak2. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda3. Alat untuk menagih pajak

Yang dapat ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP)Surat Tagihan Pajak dikeluarkan apabila (Pasal 14 UU Nomor 28 tahun 2007) :a. Pajak penghasilan dalam satu tahun berjalan (PPh pasal 25) tidak atau kurang dibayarb. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitungc. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bungad. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha kena pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak dan atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktue. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap , selain identitas pembeli atau identitas pembeli serta nama dan tandatangan dalam hal penyerahan yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran.f. Pengusaha kena pajak melaporkan faktur pajak tidak sesua dengan penerbitan faktur pajak ataug. Pengusaha kena pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian pajak

Page 2: Pengertian Perceraian

masukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (6a) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/2152089-surat-tagihan-pajak/#ixzz2EPGBERWw

SURAT TAGIHAN PAJAK (STP) dan SURAT KETETAPAN PAJAK (SKP)

 

 

Fungsi STP :

•  Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT WP; •  Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda; •  Sarana untuk menagih pajak.   STP diterbitkan dalam hal : •  PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. •  Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan akibat salah tulis/salah hitung. •  Dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan / bunga. •  Pengusaha tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PKP. •  Pengusaha tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak dikenakan denda 2%. •  Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat faktur pajak dikenakan denda 2%. •  Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tidak membuat/membuat faktur pajak tetapi tidak lengkap, dikenakan denda 2%. •  FP tidak tepat waktu / tidak diisi lengkap , denda 2%.  

PEMERIKSAAN PAJAK

Proses Pemeriksaan

Tata cara pemeriksaan diatur dalam Kep. Men Keu No.545/KMK/.04/2000. Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap WP OP, badan atau instansi pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak (penjelasan pasal 29). Pemeriksaan dilakukan untuk menelusuri (tracing) terhadap kebenaran SPT, pembukuan atau catatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya dari WP. Pemeriksaan : serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan

Page 3: Pengertian Perceraian

lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (ps 29 ayat 1). Pemeriksaan Sederhana : pemeriksaan yang dilakukan terhadap WP untuk seluruh jenis pajak atau jenis pajak ttt, baik untuk tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana. Pemeriksaan Kantor : pemeriksaan yang dilakukan terhadap WP di kantor unit pelaksana pemeriksaan pajak yang meliputi satu jenis pajak ttt, pada tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilaksanakan dengan pemeriksaan sederhana. Kertas Kerja Pemeriksaan : catatan secara rinci dan jelas yang diselenggarakan oleh pemeriksa pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan dan kesimpulan yang diambil sehubungan dengan pemeriksaan yang dilaksanakannya. Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) : laporan tentang hasil pemeriksaan yang disusun oleh pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan pemeriksaan.  

Tujuan Pemeriksaan :

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan a. SPT menunjukkan kelebihan pembayaran pajak b. SPT Tahunan PPh menunjukkan rugi c. SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan. d. SPT yang memenuhi kreteria seleksi yang ditentukan oleh DJP e. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada huruf c tidak dipenuhi. 2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan : •  pemberian NPWP secara jabatan; •  penghapusan NPWP; •  pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak; •  WP mengajukan keberatan; •  Pengumpulan bahan guna guna penyusunan norma penghitungan penghasilan neto; •  Pencocokan data dan atau alat keterangan; •  Penentuan WP berlokasi didaerah terpencil; •  Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN Ruang lingkup pemeriksaan adalah pemeriksaan sederhana. Pemeriksaan sederhana dilaksanakan dalam jangka waktu 4 minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 minggu.  

Ruang lingkup dan jangka waktu pemeriksaan :

Ruang lingkup pemeriksaan Pajak : Pemeriksaan adalah salah satu alat untuk menyukseskan system perpajakan Self Assessment. Untuk melaksanakan pemeriksaan ini ada 2 ruang lingkup pemeriksaan : a. Pemeriksaan Lapangan yang meliputi suatu jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk tahun

Page 4: Pengertian Perceraian

berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya dan atau tujuan lain yang dilakukan ditempat WP, terdiri dari pemeriksaan sederhana lapangan dan pemeriksaan lengkap . Pemeriksaan lengkap dilaksanakan dalam jangka waktu 2 bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 bulan. b . Pemeriksaan Kantor yang meliputi suatu jenis pajak tertentu baik tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan dikantor DJP. Pemeriksaan sederhana dilaksanakan dalam jangka waktu 1 bln, dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 bln. Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor : Pemeriksaan kantor dilaksanakan di kantor DJP denan cara memanggil WP untuk meminjamkan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen. Pemeriksaan kantor dilaksanakan pada jam atau hari kerja dengan jk waktu 4 minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 minggu. Apabila dipandang perlu, pelaksanaan pemeriksaan kantor dapat dilanjutkan diluar jam atau hari kerja.   PEMBAHASAN AKHIR HASIL PEMERIKSAAN : a. Setiap prosedur pemeriksaan yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, bukti dan keterangan yang dikumpulkan dan kesimpulan yang diambil sehubungan dengan pemeriksaan yang dilaksanakan harus dituangkan dalam KERTAS KERJA PEMERIKSAAN . b. Kertas Kerja Pemeriksaan yang telah ditelaah dan disetujui oleh supervisor merupakan dasar pembuatan konsep LAPORAN PEMERIKSAAN PAJAK (LPP). c. Konsep LPP hasil pemeriksaan kantor harus memuat hal-hal yang berbeda antara SPT dengan hasil Pemeriksaan. Dan setelah disetujui oleh Kepala UPPP (Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak) diberitahukan secara tertulis kepada WP dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) yang dilampiri dengan Daftar Temuan Pemeriksaan Pajak. d. Dalam jk waktu sebagaimana disebut dalam SPHP, WP harus memberikan tanggapan tertulis baik setuju maupun tidak setuju atas hasil pemeriksaan kantor. e. WP yang menyetujui seluruh hasil pemeriksaan lapangan harus menandatangani surat tanggapan hasil pemeriksaan beserta lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dan Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan dan menyerahkannya kembali kepada kepala unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak. f. WP yang tidak setuju atas sebagian / seluruh hasil pemeriksaan lapangan harus mengisi, menandatangani dan menyampaikan Surat Tanggapan Hasil Pemeriksaan kepada Kepala UPPP yang dilampiri dengan bukti-bukti pendukung sanggahan serta penjelasan sepenuhnya. g. Tanggapan atas SPHP harus dibahas oleh tim Pemeriksa Pajak dengan WP dalam rangka meakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. h. Hasil pembahasan akhir dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan beserta lampirannya dan harus ditandatangani WP dan Pemeriksa Pajak dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari LPP.   Kondisi Khusus : 1. Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan ditemukan indikasi adanya transaksi yang mengandung unsure transfer pricing, maka lingkup pemeriksaan ditingkatkan menjadi pemeriksaan lapangan. 2. Pemeriksaan lapangan berkenaan dengan ditemukannya indikasi adanya unsure transfer pricing, yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam serta memerlukan waktu yang

Page 5: Pengertian Perceraian

lebih lama dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 2th.  

KEBERATAN DAN BANDING

WP dapat mengajukan keberatan kepada DJP atas suatu : •  SKPKB •  SKPKBT •  SKPLB •  SKPN •  Pemotongan / pemungutan oleh pihak ke tiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.   RESTITUSI : DJP setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, DJP harus menerbitkan Surat Ketetapan paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan diterima. Apabila setelah lewat 12 bln DJP tidak memberi suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan dalam jangka waktu 1 bln setelah 12 bulan tersebut. Pengajuan restitusi dapat dilakukan dengan cara mengisi SPT lebih bayar dan memilih kolom atau kotak restitusi, atau mengajukan restitusi secara tertulis (setelah menerima SKPLB), KPP akan menerbitkan SPMKPP (Surat Perintah Membayar Kelebihan Pembayaran Pajak) dan SKPKPP (Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak) dalam jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya permohonan WP atau sejak diterbitkannya SKPLB, bila WP mempunyai utang pajak maka akan dilakukan kompensasi terlebih dahulu.

Surat Tagihan Pajak (STP)

a. Pengertian

‘’Surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bagian dan/atau denda.

b. Penerbitan SPT

STP diterbitkan apabila:

1. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar.

2. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau salah

hitung.

Page 6: Pengertian Perceraian

3. Wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.

c. Fungsi STP

1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT wajib pajak.

2. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

3. Alat untuk menagih pajak.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pajak

Pajak sebagai sumber utama penerimaan negera sangat perlu ditingkatkan sehingga

pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip

kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat dibidang perpajakan harus ditunjang dengan iklim

yang mendukung peningkatan peran aktif masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajiban dalam

melaksanakan peraturan Perundang-Undangan Perpajakan. Peran serta masyarakat Wajib Pajak dalam

memenuhi kewajiban kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat

diharapkan. Namun, tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana

mestinya.

2.1.1.1 Pengertian Pajak

Page 7: Pengertian Perceraian

Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian pajak, diantaranya pengertian

pajak yang dikemukakan oleh Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, dalam buku “Perpajakan Indonesia”

adalah sebagai berikut :

“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang dan wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelengarakan pemerintahan”.

(2003:4)

Sedangkan pengertian pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro, dalam buku “Dasar-

dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan” adalah sebagai berikut :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

(2003:5)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang

melekat pada pengertian pajak :

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaanya yang bersifat dapat

dipaksakan

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh

pemerintah

3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya

masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public invesment

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan lain selain budgeter, yaitu regulerend

Page 8: Pengertian Perceraian

2.1.1.2 Fungsi Pajak

Fungsi pajak tidak terlepas dari tujuan pajak, sedangkan tujuan pajak tidak terlepas dari tujuan

negara. Oleh karena itu tujuan pajak itu harus disetarakan dengan tujuan negara yang menjadi landasan

tujuan pemerintah. Baik tujuan pajak maupun tujuan negara semuanya berakar pada tujuan

masyarakat. Tujuan masyarakat ini yang menjadi falsafah bangsa dan negara. Oleh karena itu tujuan dan

fungsi pajak tidak terlepas dari tujuan dan fungsi negara yang mendasarinya.

Kalau kita melihat kembali ke pengertian pajak dan ciri-ciri seperti yang dijelaskan diatas,

terlihat seolah-olah pemerintah memungut pajak semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan

negara, namun tidak demikian pajak mempunyai fungsi sebagai berikut :

Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi

regulerend (mengatur).

1. fungsi budgetair (sumber keuangan negara)

Fungsi budgetair yang dikemukakan oleh Siti Resmi, dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus”

adalah sebagai berikut :

“Pajak mepunyai fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu penerimaan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan, sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara”.

(2003:2)

Sedangkan fungsi budgetair yang dikemukakan oleh Mardiasmo, dalam buku “Perpajakan”

adalah sebagai berikut :

Page 9: Pengertian Perceraian

“Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluarannya”.

(2001:2)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pajak sebagai

salah satu sumber penerimaan negara dengan mengukur sampai sejauh mana kepatuhan masyarakat

dalam membayar pajak yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.

2. Fungsi regulerend (mengatur)

Fungsi regulerend yang dikemukakan oleh Siti Resmi, dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus”

adalah sebagai berikut :

“Fungsi regulerend yaitu fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat, baik

dibidang ekonomi, sosial maupun polotik dengan tujuan tertentu”.

(2003:3)

Sedangkan fungsi regulerend yang dikemukakan oleh Mardiasmo, dalam buku “Perpajakan”

adalah sebagai berikut :

“Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh :

1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

2. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

3. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia dipasaran dunia”.

(2001:2)

Page 10: Pengertian Perceraian

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pajak digunakan

sebagai alat untuk mengatur dan mengarahkan masyarakat ke arah yang dikehendaki oleh pemerintah.

Oleh karena itu fungsi mengatur sangat erat hubungannya dengan pemerintah untuk mengatur

penerimaan pajaknya agar dapat digunakan secara efisien untuk menciptakan kesejahteraan

masyarakat.

2.1.1.3 Subjek dan Objek Pajak

1. Subjek Pajak

Subjek pajak diartikan sebagai orang yang ditujuk oleh Undang-Undang untuk dikenakan pajak.

Pengertian subjek pajak yang dikemukakan oleh Waluyo, dalam buku “Perpajakan Indonesia” adalah

sebagai berikut :

“Subjek pajak terdiri dari :

a. Orang PribadiOrang Pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun diluar Indonesia.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuanMenggantikan yang berhak warisan yang belum terbagi dimaksud merupakan subjek pajak pengganti menggantikan mereka yang berhak yaitu sebagai ahli waris.

c. BadanSekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi PT, CV, Perseroan lainnya, serta BUMS dan bentuk usaha apapun.

d. Bentuk Usaha Tetap

Page 11: Pengertian Perceraian

Bentuk usaha yang dipergunakan orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada diluar Indonesia tidak lebih 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat dari kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia”.

(2007:57)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa subjek pajak merupakan sebuah satuan dari

masyarakat yang terdiri dari orang pribadi, warisan yang belum terbagi, badan, serta bentuk usaha tetap

yang ada.

2. Objek Pajak

Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung

pajak terutang. Pengertian objek pajak yang dikemukakan oleh Waluyo, dalam buku “Perpajakan

Indonesia” adalah sebagai berikut :

“Objek pajak terdiri dari :

1. Penghasilan2. Laba usaha3. Hadiah dari undian atau pekerjaan4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta5. Deviden”.

(2007:66)

Berdasarkan teori diatas disebutkan bahwa objek pajak merupakan sasaran pengenaan pajak

dan dasar untuk menghitung pajak terutang, yang berupa penghasilan, laba usaha, hadiah dari undian,

keuntungan karena penjualan, serta deviden.

Page 12: Pengertian Perceraian

2.1.1.4 Syarat Pemungutan Pajak

Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah tidak semata-mata untuk keperluan

pemerintah disatu pihak, tetapi demi kepentingan rakyat banyak karena pajak merupakan pungutan

yang dilakukan oleh pemerintah tanpa adanya kontra prestasi langsung kepada masyarakat secara

individual dan tidak memandang jumlah yang diberikan masyarakat kepada pemerintah.

Pungutan pajak yang dilakukan pemerintah, dilaksanakan sedemikian rupa agar tidak merugikan

masyarakat. Oleh karena itu diperlukan syarat-syarat yang khusus untuk melakukannya agar seimbang

antara masyarakat dan pemerintah sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

Adapun syarat-syarat pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Mardiasmo, dalam buku

“Perpajakan” adalah sebagai berikut :

“Asas pemungutan pajak agar tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungut pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Pemungut pajak harus adil (syarat keadilan)Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang-Undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam Perundang-Undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang (Syarat Yuridis)Di Indonesia pajak diatur dalam UUD 1945 Pasal 23. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Page 13: Pengertian Perceraian

Sistem pemungutan sederhana harus memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh Undang-Undang Perpajakan yang baru”.

(2001:2)

Sedangkan syarat-syarat pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Erly Suandy, dalam buku

“Hukum Pajak” adalah sebagai berikut :

“Syarat-syarat pemungutan pajak :

1. EqualityPembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah perlindungan pemerintah. Dalam hal equality ini tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi diantara sesama Wajib Pajak. Dalam keadaan yang sama Wajib Pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan berbeda Wajib Pajak harus dilakukan berbeda.

2. CertaintyPajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi (not arbitrary). Dalam syarat ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya.

3. Convenience Of PaymentPajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib Pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan/keuntungan yang dikenakan pajak.

4. Economic Of CollectionsPemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri. Karena tidak ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh”.

(2000:19)

Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemungutan

pajak haruslah memenuhi syarat yang telah ditetapkan agar dapat tercapai suatu hal yang

berkesinambungan antara Wajib Pajak dan penagih pajak serta untuk menghindari hambatan dan

perlawanan dari Wajib Pajak, karena Wajib Pajak merasa dirugikan oleh Fiskus.

Page 14: Pengertian Perceraian

2.1.1.5 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Siti Resmi, dalam buku “Perpajakan Teori

dan Kasus” adalah sebagai berikut :

“Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu official assesment system, self assesment system dan with holding system.

1. Official Assesment Sysem adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

2. Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk :a. Menghitung sendiri pajak yang terutangb. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutangc. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutangd. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutange. Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang

3. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Perpajakkan yang berlaku”.

(2003:10)

Berdasarkan teori diatas dapat ditentukan bahwa sistem pemungutan pajak yang digunakan

oleh negara Indonesia adalah sistem pemungutan pajak self assesment system dimana Wajib Pajak

diberikan kewajiban sendiri untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya

kepada Kantor Pelayanan Pajak.

2.1.1.6 Pengelompokan Pajak

Page 15: Pengertian Perceraian

Bedasarkan sistem pemungutan diatas, pajak yang dipungut oleh Negara Indonesia beraneka

ragam. Menurut kemampuan daya beli masyarakat saja sudah berbeda, karena daya beli masyarakat

Indonesia berbeda-beda atau bervariasi. Ada yang penghasilannya tinggi sehingga daya beli masyarakat

pun tinggi, ada yang daya belinya rendah karena penghasilannya rendah dan ada pula yang

penghasilannya menengah sehingga daya belinya tercukupi. Hal-hal tersebut dilakukan untuk

memudahkan pemahaman masyarakat tentang jenis pajak. Misalnya jenis pajak apa yang harus

masyarakat bayar dan berapa jumlahnya. Oleh karena itu, untuk mempermudah pemahaman tentang

pembagian jenis pajak, pajak harus dikelompokkan.

Pajak dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis dilihat dari berbagai segi, misalnya dilihat

dari segi golongan, pembagian berdasarkan wewenang yang memungut dan pembagian pajak menurut

sifatnya.

1. Berdasarkan Golongannya

Pengelompokan pajak menurut golongannya yang dikemukakan oleh Mardiasmo, dalam buku

“Perpajakan” adalah sebagai berikut :

“Menurut golongannya :

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain”.

(2002:5)

Sedangkan pengelompokan pajak menurut golongannya yang dikumukakan oleh Siti Resmi,

dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus” adalah sebagai berikut:

“Menurut golongannya :

a. Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

Page 16: Pengertian Perceraian

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain sehingga sering disebut juga sebagai pajak tidak langsung”.

(2000:28)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

pembagian pajak menurut golongannya dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pajak langsung dan

pajak tidak langsung. Pajak langsung merupakan pajak yang secara ekonomis tidak dapat

dilimpahkan kepada orang lain dengan kata lain harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak yang

bersangkutan. Sedangkan pengertian pajak tidak langsung merupakan pajak yang secara ekonomis

dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain.

2. Berdasarkan sifatnya

Pengelompokan pajak menurut sifatnya yang dikemukakan oleh Mardiasmo, dalam buku

“Perpajakan” adalah sebagai berikut :

“Menurut sifatnya :

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak”.

(2002:6)

Sedangkan pengelompokan pajak menurut sifatnya yang dikemukakan oleh Siti Resmi,

dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus” adalah sebagai berikut:

“Menurut sifatnya :

a. Pajak subjektif adalah pajak yang memperlihatkan kondisi atau keadaan Wajib Pajak dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan yang subjektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya yaitu gaya pikul.

b. Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memperlihatkan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik orang pribadi maupun badan”.

(2000:28)

Page 17: Pengertian Perceraian

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pengelompokan pajak menurut sifatnya dapat digolongkan menjadi pajak subjektif dan pajak

objektif. Pajak subjektif yaitu tarif pajak ditentukan berdasarkan nilai dari objek pajak tersebut.

Contih : Bea Materai untuk surat berharga yang mempunyai harga nominal Rp. 500.000,- tidak akan

sama dengan surat berharga yang mempunyai harga nominal Rp.2.000.000,-

3. Berdasarkan lembaga pemungut

Pengelompokan pajak menurut pemungutannya yang dikemukakan oleh Mardiasmo, dalam buku

“Perpajakan” adalah sebagai berikut :

“Menurut lembaga pemungutannya :

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerahPajak Daerah terdiri atas :

Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota”.

(2002:6)

Sedangkan pengelompokan pajak menurut lembaga pemungutannya yang dikemukakan

oleh Siti Resmi, dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus” adalah sebagai berikut:

“Menurut lembaga pemungutannya :

a. Pajak pusat atau pajak negara adalah pajak yang wewenang pemungutannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.

b. Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah”.

(2000:28)

Page 18: Pengertian Perceraian

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya pengelompokan pajak, para Wajib Pajak dengan mudah dapat mengidentifikasi jenis pajak

apa yang harus mereka bayar, dan akan mempermudah proses penagihan pajak oleh Jurusita Pajak.

2.1.1.7 Tarif Pajak

Pungutan pajak yang dilakukan pemerintah, dilaksanakan sedemikian rupa agar tidak merugikan

masyarakat. Oleh karena itu diperlukan Tarif pajak agar pemungutan pajak seimbang antara masyarakat

dan pemerintah sehingga tidak ada pihak yang dirugikan dan tidak terjadi kesalahan.

Tarif pajak yang dikemukakan oleh Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, dalam buku “Perpajakan

Indonesia” adalah sebagai berikut :

“Ada empat macam tarif pajak :

1. Tafif sebanding/proporsionalTarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

2. Tarif tetapTarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

3. Tarif progresifPersentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar

4. Tarif DegresifPersentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar”.

Page 19: Pengertian Perceraian

(2003:16)

Sedangkan tarif pajak yang dikemukakan oleh Ely Suhayati dan Siti Kurnia, dalam modul

“Pengantar Perpajakan” adalah sebagai berikut :

“Dalam berbagai literatur perpajakan dikenal empat macam tarif, yaitu:

1. Tarif TetapTarif tetap adalah tarif yang jumlah pajaknya dalam satuan rupiah (Indonesia), bersifat tetap walaupun objek pajak jumlahnya berbeda-beda.

2. Tarif ProporsionalTarif proporsional adalah tarif yang prosentasenya tetap walaupun jumlah objek pajaknya berubah-ubah. Jika jumlah yang dijadikan dasar perhitungan berubah maka jumlah uang yang harus dibayar juga semakin besar jumlah yang dijadikan dasar, semakin besar pula jumlah utang pajak, tetapi kenaikan ini diperoleh dengan persentase yang sama.

3. Tarif ProgresifTarif progresif adalah tarif yang makin tinggi objek pajaknya, makin tinggi pula prosentase tarif pajaknya. Tarif ini digunakan terutama ditujukan kepada pajak-pajak subyektif.

4. Tarif DregresifTarif dregresif adalah tarif yang persentasenya makin menurun apabila jumlah yang dijadikan dasar perhitungan naik. Apabila objek pajaknya makin tinggi, maka makin rendah tarifnya”.

(2006:34)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya

tarif pajak, para Wajib Pajak dengan mudah dapat menghitung seberapa besar pajak yang harus Wajib

Pajak bayar dan akan mempermudah proses penagihan pajak oleh Jurusita Pajak.

2.1.2 Pengertian Penagihan Pajak

Page 20: Pengertian Perceraian

Pengertian penagihan pajak yang dikemukakan dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2000

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dalam buku “Perpajakan Indonesia” adalah

sebagai berikut :

“Penagihan pajak adalah STP, SKPKB, SKPKBT, dan Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Pajak yang terutang pada saat jatuh tempo ternyata tidak dibayar atau kurang bayar akan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan untuk masa, dihitung dari jatuh tempo sampai dengan tanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya surat tagihan pajak dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan”.

(2003:53)

Sedangkan penagihan pajak yang dikemukakan dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2000

tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah sebagai berikut :

“Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak

merupakan tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan

memperingatkan dan melakukan pelaksanaan penagihan yang menyebabkan jumlah pajak yang harus

dibayar bertambah.

2.1.2.1 Dasar Penagihan Pajak

Page 21: Pengertian Perceraian

Dasar penagihan pajak menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun

1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut :

“Dasar Penagihan pajak terbagi menjadi enam, yaitu :

1. Surat Tagihana. Pengertian

Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

b. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila :

- PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar- Dari hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak

sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung- Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga- Pengusaha yang memenuhi kriteria sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi

tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP- Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi telah membuat faktur pajak

atau pengusaha yang dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat atau faktur pajak tidak lengkap”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan

tagihan pajak diperlukan Surat Tagihan Pajak (STP), dan diterbitkan apabila PPh dalam tahun berjalan

tidak atau kurang dibayar, terdapat kekurangan pembayaran pajak, dan dikenakan denda jika Wajib

Pajak telat dalam pembayaran pajaknya.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)“Surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)

1. PengertianPengertian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

2. Penerbitan SKPKBDiterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) apabila :

Page 22: Pengertian Perceraian

- Berdasarkan hasil pemeriksaan atau ada keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar

- SPT tidak disampaikan pada waktunya, dan setelah ditegur secara tertulis tidak juga disampaikan dalam waktu menurut saran teguran

- Berdasarkan pemeriksaan mengenai PPn dan PPnBM ternyata tidak harus dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0% (nol persen)

- Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak terpenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Surat Ketetapan

Pajak Kurang bayar (SKPKB) digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang, jumlah

kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus

dibayar. Dan diterbitkan apabila berdasarkan pemeriksaan terdapat pajak terutang, tidak

menyampaikan surat pemberitahuan tepat waktu, berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat

dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak, dan jika penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan

tidak terpenuhi.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)“Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT)

1. PengertianSurat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan.

2. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) apabila :- Berdasarkan data baru atau data yang semula belum lengkap menyebutkan

penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya- Ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat penerbitan SKPKBT

dengan demikian SKPKBT dapat diterbitkan lebih dari satu kali”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Surat Ketetapan

Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) digunakan untuk menentukan tambahan atas jumlah pajak yang

ditetapkan. Dan diterbitkan jika data baru atau data semula belum lengkap serta ditemukannya data

yang lain setelah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

Page 23: Pengertian Perceraian

4. Surat Keputusan Pembetulan“Surat keputusan pembetulan adalah surat putusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan Perundang-Undangan Perpajakan yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan atau Pembetulan Ketetapan Pajak yang tidak benar atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Surat Keputusan

Pembetulan merupakan surat untuk membetulkan jika terdapat kesalahan tulis, salah hitung, maupun

kekeliruan dalam penerapan Undang-Undang Perpajakan.

5. Surat Putusan Keberatan

“Surat Putusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat

Ketetapan Pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang

dianjurkan oleh Wajib Pajak”.

Dari pengertian diatas Surat Putusan Keberatan merupakan keputusan keberatan terhadap

pemotongan atau pemungutanoleh pihak ketiga yang dianjurkan oleh Wajib Pajak.

6. Putusan Banding

“Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap surat

keputusan keberatan yang dianjurkan oleh Wajib Pajak”.

Berdasarkan Pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa putusan banding

merupakan putusan yang diputuskan oleh peradilan pajak terhadap surat keputusan keberatan yang

dianjurkan oleh Wajib Pajak.

Page 24: Pengertian Perceraian

2.1.2.2 Biaya Penagihan Pajak

Untuk melaksanakan setiap tindakan penagihan pajak memerlukan biaya guna membayar

pelaksanaan penagihan pajak dan biaya lain yang terkait dengan setiap tahapan penagihan pajak. Hal ini

membuat adanya biaya penagihan pajak yang ditagih oleh Wajib Pajak dimana besarnya disampaikan

dengan tahapan pelaksanaan penagihan pajak yang dilakukan oleh Jurusita Pajak.

Biaya penagihan pajak yang dikemukakan oleh Marihot P, dalam buku “Penagihan pajak”

adalah sebagai berikut :

“Terdapat lima jenis biaya penagihan pajak antara lain :

1. Biaya pelaksanaan atau penyampaian surat paksa yang meliputi biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap surat paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak.

2. Biaya pelaksanaan penyitaan, yang meliputi biaya harian dan biaya perjalanan Jurusita Pajak dan dua orang saksi yang harus ada guna sahnya pelaksanaan penyitaan pajak, biaya ini diperuntukkan untuk setiap Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan penagihan pajak dengan surat paksa.

3. Biaya pencegahan atau biaya penyanderaan4. Biaya pelaksanaan lelang yang meliputi biaya pengumuman lelang disurat kabar dan

media lainnya, biaya lelang, biaya penyimpanan barang yang disita dan biaya lain yang berhubungan dengan lelang.

5. Biaya yang timbul karena penjualan barang sitaan yang dilakukan tidak secara lelang”.(2005:113)

Berdasarkan pengertian kelima jenis biaya pajak diatas dapat disimpulkan bahwa biaya

penagihan pajak digunakan untuk membiayai surat paksa yang disampaikan oleh Jurusita, untuk

melakukan penagihan pajak dengan surat paksa, biaya pencegahan atau biaya penyanderaan, untuk

membiayai pengumuman, penyimpanan dan biaya lainnya yang berhubungan dengan lelang selain itu

untuk membiayai biaya yang timbul karena penjualan barang sitaan yang tidak secara lelang.

Page 25: Pengertian Perceraian

Umumnya biaya penagihan pajak ini dikeluarkan terlebih dahulu oleh negara, mengingat

Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya memerlukan biaya tertentu. Kemudian semua biaya

penagihan pajak yang telah dikeluarkan akan diperhitungkan dan akan ditambahkan pada pajak yang

terutang. Dengan demikian, Wajib Pajak atau Penanggung Pajak harus melunasi pokok pajak yang

terutang, sanksi administrasi dan semua biaya penagihan pajak. Besarnya biaya penagihan pajak dapat

diubah oleh Pejabat Pajak yang berwenang, sesuai dengan perkembangan kondisi pertumbuhan

nasional.

2.1.2.3Pejabat dan Jurusita Pajak

1. Pejabat Pajak

Pengertian Pejabat yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas, dalam

buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“Pejabat adalah pejabat yang berwenang dalam menggangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, surat pencabutan sita, pengumuman lelang, surat penentuan harga limit, pembatalan lelang, surat perintah penyanderaan, dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak terhadap penanggung pajak yang tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak menurut Undang-Undang dan Peraturan Daerah”.

(2006:45)

Sedangkan pengertian Pejabat yang dikemukakan oleh Moeljo Hadi, dalam buku “Dasar-Dasar

Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Oleh Jurusita Pusat dan Daerah” adalah sebagai berikut :

“Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, surat pencabutan sita, pengumuman lelang, pembatalan lelang,

Page 26: Pengertian Perceraian

surat perintah penyanderaan, dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan penanggung pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak menurut Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku”.

(2001:1)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang berhak

dalam proses pelaksanaan penagihan pajak adalah Pejabat pajak guna melancarkan seluruh proses

pelaksanaan penagihan pajak.

Dalam ketentuan Pasal 2 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) dikatakan Pejabat Pajak

yang berwenang tersebut ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk Penagihan Pajak Pusat dan kepada

Daerah untuk Pajak Daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan Pejabat tersebut adalah Kepala Kantor

Pelayanan Pajak untuk Pajak Pusat dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kepala

Kantor Dinas Pendapatan Daerah untuk Pajak Daerah menurut ketentuan peraturan kepegawaian maka

seseorang dapat dikatakan sebagai Pejabat apabila dia telah memenuhi persyaratan-persyaratan antara

lain :

1. Telah ada Surat Keputusan atau Pengangkatan sebagai Pejabat yang dimaksud

2. Telah dilakukan serah terima jabatan

3. Telah dilakukan pelantikan dan atau sumpah jabatan.

2. Jurusita

Pengertian Jurusita Pajak yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas,

dalam buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“Jurusita Pajak adalah pelaksanaan tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan

seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan”.

Page 27: Pengertian Perceraian

(2006:51)

Sedangkan pengertian Jurusita Pajak yang dikemukakan oleh Moeljo Hadi, dalam buku “Dasar-

Dasar Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Oleh Juru Sita Pusat dan Daerah” adalah sebagai berikut :

“Juru Sita Pajak adalah pelaksanaan tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan

seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan penyanderaan”.

(2001:11)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Jurusita Pajak

bertujuan untuk melakukan penagihan dimana pelaksanaan penagihan pajak sangat penting demi

meminimalisasi tunggakan pajak yang ada.

Kemudian pengertian yang mengangkat Jurusita Pajak yang terdapat dalam Pasal 2 ayat 3

tentang Penagihan Pajak dengan Suran Paksa (PPSP) mengandung maksud bahwa setiap Pejabat

harus :

1. Memberikan surat keputusan pengangkatan sebagai Jurusita Pajak

2. Melakukan pelantikan sebagai Pejabat Jurusita Pajak

3. Melakukan sumpah jabatan sebagai Pejabat Jurusita Pajak.

Jurusita pajak dapat diartikan pula sebagai pelaksana tindakan penagihan pajak yang ditunjuk

oleh Pejabat. Dengan sendirinya timbul pertanyaan yakni persyaratan apa saja seorang pelaksana dapat

diangkat sebagai Jurusita dan kapan pengangkatan tersebut dapat dicabut.

Syarat Jurusita Pajak berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Nomor 562/KMK.04/2000

adalah sebagai berikut :

1. Berizasah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu

Page 28: Pengertian Perceraian

2. Berpangkat serendah-rendahnya pengatur muda golongan ii/a

3. Berbadan sehat

4. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita pajak

5. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian

Sedangkan pemberhentian Jurusita Pajak berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Nomor

562/KMK.04/2000 adalah sebagai berikut:

1. Meninggal dunia

2. Pensiun

3. Karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya

4. Ternyata lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas

5. Melakukan perbuatan tercela

6. Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak

7. Sakit jasmani atau rohani secara terus menerus

2.1.2.4Pelaksanaan Penagihan Pajak

Apabila utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum dilunasi,

akan dilakukan tindakan penagihan pajak sebagai berikut :

1. Menegur atau Memperingatkan

Pengertian surat teguran yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas,

dalam buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“Surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) untuk memberikan peringatan kepada Wajib Pajak”.

(2006:61)

Page 29: Pengertian Perceraian

Sedangkan pengertian surat teguran menurut Keputusan Mentri Keuangan Nomor

24/PMK.03/2008 mengenai Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan

Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah sebagai berikut :

“Surat Teguran adalah utang pajak yang tidak dilunasi setelah lewat 7 (tujuh) hari dari tanggal

jatuh tempo pembayaran, akan diterbitkan surat teguran”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian surat

teguran atau menegur (memperingatkan) merupakan surat yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan

Pajak untuk memberikan peringatan kepada Wajib Pajak jika tidak melunasi utang pajaknya setelah 7

hari dari tanggal jatuh tempo.

2. Penagihan seketika dan sekaligus

Pengertian penagihan seketika dan sekaligus yang dikemukakan oleh FE Unikom dan Fortrans,

dalam modul “Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu” adalah sebagai berikut :

“Penagihan ini dilakukan dalam hal :

1. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu

2. Penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia

3. Terdapat tanda-tanda penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya, menggabungkan atau memekarkan usahanya, memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasai ataupun melakukan perubahan dalam bentuk lain

4. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara5. Terjadi penyitaan atas barang penanggung pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-

tanda kepailitan”.(2006)

Page 30: Pengertian Perceraian

Sedangkan penagihan seketika dan sekaligus yang dikemukakan dalam Undang-Undang Nomor

19 Tahun 2000 Pasal 1, dalam buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“Penagihan seketika dan sekeligus adalah penagihan pajak tanpa menunggu tanggal jatuh

tempo pembayaran terhadap seluruh utang pajak dan semua jenis pajak, masa pajak dan

tahun pajak”.

(2006:246)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersabut diatas dapat disimpulkan bahwa Penagihan

seketika dan sekaligus merupakan proses penagihan pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo dan

diberikan pada saat Wajib Pajak akan meninggalkan Indonsia untuk selamanya.

3. Surat Paksa

Pengertian surat paksa yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas, dalam

buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.”

(2006:61)

Sedangkan pengertian surat paksa yang dikemukakan dalam www.google.com Search

Direktorat Jenderal Pajak Tanggal 13 Maret 2008 adalah sebagai berikut :

“Utang pajak setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari dari tanggal surat teguran tidak dilunasi, diterbitkan surat paksa yang diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan dibebani biaya penagihan pajak dengan surat paksa sebesar Rp.50.000,00 (Lima puluh ribu rupiah). Utang pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak”.

Page 31: Pengertian Perceraian

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa surat paksa

diterbitkan jika :

1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran dan

pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaanya yang bersifatnya dapat

dipaksakan

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh

pemerintah

3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya

masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public invesment

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan lain selain budgeter, yaitu regulerend

4. Pencegahan

Pengertian pencegahan yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas, dalam

buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“Pencegahan adalah larangan bersifat sementara terhadap orang-orang tertentu untuk keluar wilayah Indonesia berdasarkan alasan-alasan tertentu. Orang-orang tertentu bukan hanya Warga Negara Indonesia, tetapi juga orang asing yang berada diwilayah Indonesia”.

(2006:163)

Sedangkan pengertian pencegahan yang dikemukakan oleh Ely Suhati dan Siti Kurnia Rahayu,

dalam modul “Pengantar Perpajakan” adalah sebagai berikut:

Page 32: Pengertian Perceraian

“Pencegahan adalah salah satu upaya penagihan pajak agar pelaksanaan pencegahan tidak

menimbulkan sewenang-wenang dalam pelaksanaannya”.

(2006:59)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pencegahan

merupakan larangan terhadap Wajib Pajak untuk keluar dari wilayah Indonesia dengan tujuan tidak

menimbulkan sewenang-wenangan dalam pelaksanaannya.

5. Penyitaan

Pengertian penyitaan yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas, dalam

buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna

dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut Peraturan Perundang-Undangan”.

(2006:75)

Sedangkan pengertian penyitaan yang dikemukakan oleh FE Unikom dan Fortrans, dalam modul

“Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu” adalah sebagai berikut:

“Penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak didasarkan atas SPMP yang dilaksanakan oleh Jurusita, yang dilakukan dalam waktu 2 X 24 jam terhitung sejak surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak”.

(2008:26)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penyitaan

merupakan tindakan untuk meguasai barang penanggung pajak yang digunakan jaminan untuk melunasi

hutang pajaknya.

Page 33: Pengertian Perceraian

6. Penyanderaan

Pengertian penyanderaan yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas,

dalam buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan

menempatkannya ditempat tertentu”.

(2006:163)

Sedangkan pengertian penyanderaan yang dikemukakan oleh Ely Suhati dan Siti Kurnia

Rahayu, dalam modul “Pengantar Perpajakan” adalah sebagai berikut:

“Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak

ditempat tertentu”.

(2006:58)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penyanderaan

merupakan pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak disuatu tempat tertentu.

7. Lelang

Pengertian lelang atau menjual barang yang disita yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan

Bagus Pamungkas, dalam buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“lelang atau menjual barang yang disita adalah setiap penjualan barang barang dimuka umum

dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan

peminat atau calon pembeli”.

(2006:125)

Page 34: Pengertian Perceraian

Sedangkan pengertian lelang yang dikemukakan oleh Mardiasmo, dalam buku “Perpajakan”

adalah sebagai berikut :

“Lelang adalah setiap penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara

lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli”.

(2001:288)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa lelang merupakan

usaha untuk melakukan penjualan barang Wajib Pajak yang disita dengan cara penawaran harga secara

lisan atau tertulis melalui pengumpulan calon-calon pembeli.

2.1.3 Pencairan Tunggakan Pajak

2.1.3.1 Pengertian Tunggakan pajak

Pengertian tunggakan pajak yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus Pamungkas,

dalam buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“Tungggakan pajak adalah pajak yang masaih harus dibayar termasuk sanksi administrasi burupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan”.

(2006:1)

Sedangkan pengertian tunggakan pajak yang dikemukakan oleh Waluyo, dalam buku

“Perpajakan” adalah sebagai berikut :

Page 35: Pengertian Perceraian

“Tunggakan pajak adalah jumlah piutang pajak yang belum lunas sejak dikeluarkannya ketetapan pajak, dan jumlah piutang pajak yang belum lunas yang sebelumnya dalam masa tagihan pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan dan Putusan Banding”.

(2003:52)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tunggakan pajak

merupakan suatu pajak yang belum dapat dibayar oleh Wajib Pajak dalam masa tagihan pajak

berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan.

2.1.3.2 Pengertian Pencairan Tunggakan pajak

Pengertian cair disini mengandung dua pengertian dimana sampai dengan lunas atau bahkan

sudah tidak dapat dilakukan penagihan lagi dengan kata lain dihapuskan. Sedangkan pengertian lunas

memiliki dua pengertian yakni dengan cara dibayar lunas, baik dibayar dengan uang tunai maupun

melalui pembukuan atau dengan cara penjualan sita lelang atas barang-barang milik Penanggung Pajak.

Utang pajak diusulkan untuk dihapuskan manakala tidak ada lagi kemampuan Wajib Pajak atau

Penganggung Pajak dalam membayar utang pajak dan tidak ada lagi objek sitanya.

Pengertian pencairan tunggakan pajak yang dikemukakan oleh Waluyo, dalam buku

“Perpajakan” adalah sebagai berikut :

“Pencairan tunggakan pajak adalah jumlah pembayaran atas tunggakan pajak yang dapat terjadi karena :

1. Pembayaran dengan menggunakan SSP (Surat Setoran Pajak) untuk pelunasan piutang pajak yang terdaftar dalam STP/SKPKB/SKPKBT/SK Pembetulan/SK Keberatan/ Putusan Banding yang mengakibatkan bertambahnya jumlah piutang pajak.

2. Pemindahbukuan (Pbk). Sebenarnya Wajib Pajak sudah membayar utang pajaknya, tapi salah nomor rekening sehingga dianggap belum melunasi utangnya. Oleh karena itu, dilakukan pemindahbukuan.

Page 36: Pengertian Perceraian

3. Pengajuan permohonan pembetulan yang dikabulkan atas Surat Teguran/ Surat Peringatan/ Surat lain yang sejenis, Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, SPMP, Surat Perintah Penyanderaan, Pengumuman Lelang dan Surat Penentuan Harga Limit yang dalam perhitungannya terdapat kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan berkurangnya jumlah piutang pajak.

4. Pengajuan Keberatan/ Banding yang dikabulkan atas SKPKB/SKPKBT yang mengakibatkan berkurangnya jumlah piutang pajak.

5. Penghapusan Piutang. Dilakukan karena piutang pajak sudah tidak mungkin lagi ditagih penyebabnya antara lain karena Wajib Pajak dan atau Penanggung Pajak sudah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan, Wajib Pajak dan atau Penanggung Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi dan hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluarsa.

6. Wajib Pajak pindah yang artinya Wajib Pajak pindah alamat dan tidak dapat ditemukan lagi”.

(2003:64)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pencairan

tunggakan pajak merupakan pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak,

yang digunakan untuk pelunasan piutang pajak dan diajukannya keberatan atau banding, sehingga

mengakibatkan berkurangnya jumlah piutang pajak serta jika Penanggung Pajak sudah meninggal dunia

dan berpindah tempat tinggal maka piutang pajak tersebut akan dihapuskan karena penanggung pajak

sudah tidak ada atau tidak dapat ditemukan lagi.

2.1.3.3 Proses Pencairan Tunggakan Pajak

Tujuan utama penagihan pajak ini adalah pencairan tunggakan pajak dimana peranan penagihan

pajaknya harus dilakukan dengan seoptimal mungkin untuk menghasilkan pencairan tunggakan pajak.

Dimana cara-cara pencairan tunggakan pajaknya adalah sebagai berikut :

1. Pembayaran dengan SSP

Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) yang dikemukakan oleh Siti Resmi, dalam buku

“Perpajakan Teori dan Kasus” adalah sebagai berikut :

Page 37: Pengertian Perceraian

“Surat Setoran Pajak merupakan surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara atau ketempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Mentri Keuangan”.

(2003:34)

Sedangkan pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) yang dikemukakan oleh Mardiasmo, dalam

buku “Perpajakan” adalah sebagai berikut :

“Surat setoran pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang kekas negara melalui kantor pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Mentri Keuangan”.

(2002:23)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Surat

Setoran Pajak (SSP) merupakan surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan

pembayaran pajak yang terutang kekas negara atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh

Mentri Keuangan.

2. Pemindahbukuan

Pengertian pemindahbukuan yang dikemukakan oleh Waluyo, dalam buku “Perpajakan

Indonesia” adalah sebagai berikut :

“Pemindahbukuan adalah pembayaran pajak yang dilakukan Oleh Wajib Pajak yang

seharusnya tidak terutang tapi dinyatakan dalam SKKPP karena adanya kesalahan

pencatatan”.

(2007:71)

Sedangkan pengertian pemindahbukuan yang dikemukakan oleh FE Unikom dan Fortrans,

dalam modul “Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu” adalah sebagai berikut :

“Dasar hukum dari pemindahbukuan adalah Keputusan mentri Keuangan Nomor 88/KMK.04 dan Keputusan Dirjen Pajak No.965/PJ.9/1991 dan SE Dirjen Pajak

Page 38: Pengertian Perceraian

No. SE-26/PJ.9/1991. Hingga berlakunya Undang-Undang 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”

(2008:10)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pemindahbukuan atau Pbk merupakan adanya kelebihan pajak yang besarnya dinyatakan dalam

SKKPP dan oleh Direktorat Jenderal Pajak tidak langsung direstitusi tetapi dipindahbukukan ke

utang-utang. selain itu terdapat kesalahan-kesalahan pencatatan dalam pengisian Surat Setoran

Pajak baik dalam menyangkut Wajib Pajak maupun Wajib Pajak lainnya.

3. Pengajuan Permohonan Pembetulan

Pengertian pengajuan permohonan pembetulan (surat keputusan pembetulan) yang

dikemukakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan, adalah sebagai berikut:

“Surat keputusan pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga”.

Sedangkan pengertian pengajuan permohonan pembetulan (surat keputusan pembetulan) yang

dikemukakan oleh Siti Resmi, dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus” adalah sebagai berikut :

“Surat permohonan pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan yang berlaku”.

(2003:21)

Page 39: Pengertian Perceraian

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengajuan

permohonan pembetulan atau surat keputusan pembetulan merupakan surat pembetulan yang

dibuat dengan tujuan pembetulan kesalahan-kesalahan yang biasanya terdapat dalam :

1. Surat Ketetapan Pajak

2. Surat Tagihan Pajak

3. Surat Keputusan Pembetulan

4. Surat Keputusan Keberatan

5. Surat Keputusan Sanksi Administrasi

6. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi

7. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak

8. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak

9. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak

10. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga

4. Pengajuan Keberatan atau Banding

Pengertian pengajuan keberatan atau banding yang dikemukakan dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, adalah

sebagai berikut :

“Surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atau keberatan terhadap surat

ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga

yang diajukan oleh Wajib Pajak”.

Sedangkan pengertian pengajuan keberatan atau banding yang dikemukakan oleh Siti Resmi,

dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus” adalah sebagai berikut :

Page 40: Pengertian Perceraian

“Surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat

ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pungutan oleh pihak ketiga yang

diajukan oleh Wajib Pajak”.

(2003:21)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa surat

keputusan keberatan atau banding merupakan suatu surat yang bertujuan untuk membuat surat

keputusan terhadap SKP atau Surat Ketetapan Pajak terhadap pemotong pajak.

5. Penghapusan Piutang Wajib Pajak

Pengertian penghapusan piutang pajak yang dikemukakan oleh Panca Kurniawan dan Bagus

Pamungkas, dalam buku “Penagihan pajak” adalah sebagai berikut :

“Penghapusan utang adalah utang pajak dapat dihapuskan karena terdapat surat ketetapan pajak dalam hal terjadinya pembatalan surat ketetapan pajak, maka secara hukum untuk menagih pajak tersebut telah hilang. Oleh karena itu utang pajak harus dihapuskan”.

(2006:2)

Sedangkan pengertian penghapusan piutang pajak yang dikemukakan oleh Siti Resmi, dalam

buku “Perpajakan Teori dan Kasus” adalah sebagai berikut :

“Penghapusan piutang Wajib Pajak adalah kewajiban Wajib Pajak oleh Wajib Pajak tertentu dinyatakan hapus oleh Fiskus karena setelah dilakukannya penyelidikan dipandang perlu bahwa Wajib Pajak tidak mampu lagi memenuhi kewajibannya”.

(2003:13)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penghapusan

piutang Wajib Pajak merupakan penghapusan atau dihapuskannya hutang Wajib Pajak

dikarenakan pembatalan Surat Ketetapan Pajak atau Wajib Pajak mengalami kebangkrutan

maupun mengalami kesulitan likuiditas.

Page 41: Pengertian Perceraian

6. Wajib Pajak Pindah

Pengertian wajib pajak pindah yang dikemukakan oleh Waluyo, dalam buku “Perpajakan

Indonesia” adalah sebagai berikut :

“Wajib pajak pindah adalah sebuah alternatif lainnya Wajib Pajak terdaftar pindah tempat tinggal atau pindah tempat kedudukan atau pindah tempat usaha ke wilayah Kantor Pelayanan Pajak lain atau terjadi perubahan status perusahaan yang mengakibathan Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar harus berubah, maka Wajib Pajak mengajukan permohonan pindah dengan menyampaikan surat pernyataan pindah beserta persyaratan lainnya”.

(2007:27)

Sedangkan pengertian wajib pajak pindah yang dikemukakan oleh FE Unikom dan Fortrans

dalam modul “Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu” adalah sebagai berikut :

“Wajib pajak pindah adalah surat yang dibuat untuk menyatakan bahwa Wajib Pajak pindah

tempat tinggal atau kedudukannya atau bila terjadi perubahan status perusahaan”.

(2008:6)

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak

pindah merupakan sebuah cara atau alternatif apabila Wajib Pajaknya akan pindah dari tempat

tinggalnya atau tempat kedudukannya maupun perubahan status yang mengakibatkan pindaknya Wajib

Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak lain.

2.1.4 Hubungan Penagihan Pajak Dengan Pencairan Tunggakan Pajak

Page 42: Pengertian Perceraian

Penagihan pajak merupakan proses penagihan pajak yang terutang oleh Jurusita Pajak dan

mempunyai kukuatan hukum yang dapat dipaksakan, artinya tidak ada upaya hukum lainnya yang dapat

digunakan untuk menolak penagihan pajak tersebut. Jadi penagihan pajak tidak bisa ditentang.

Penagihan pajak yang terutang oleh Wajib Pajak harus dilakukan untuk tercapainya realisasi

pencairan tunggakan pajak yang mengakibatkan penerimaan kekas negara menjadi bertambah.

Menurut Waluyo dalam buku “Perubahan Undang-Undang Perpajakan dan Reformasi “ adalah

sebagai berikut :

“Perkembangan jumlah tunggakan pajak dari waktu ke waktu menunjukan jumlah yang sangat besar. Peningkatan jumlah tunggakan pajak ini masih belum dapat diimbangi dengan kegiatan pencairannya, namun demikian secara umum penerimaan dibidang pajak semakin meningkat. Terhadap tunggakan pajak dimaksud perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa”.

(2000:238)

Untuk itu hasil pencairan tunggakan pajak atau penerimaan pajak dapat digunakan untuk

membiayai pembangunan yang bersifat umum, artinya pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak

agar seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmatinya dimasa yang akan datang. Jadi semakin

optimalnya peranan pelaksanaan penagihan pajak kepada Wajib Pajak yang menunggak maka akan

meningkat pula pencairan tunggakan pajak yang mengakibatkan penerimaan pajak meningkat.

Pencairan tunggakan pajak akan optimal jika didukung oleh Fiskus yang mengerti dan

memahami tentang perpajakan, mempunyai rasa tanggung jawab, serta Wajib Pajak yang sadar akan

pentingnya pembayaran pajak. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan

pelaksanaan penagihan pajak sangat diperlukan karena mempunyai pengaruh dalam pencairan

tunggakan pajak.

Page 43: Pengertian Perceraian

2.2 Kerangka Pemikiran

Suatu negara pada umumnya bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya, salah satu cara yang

dilakukan pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan dilakukannya

pembiayaan pembangunan diberbagai sektor kehidupan dan sumber utama pembiayaan pembangunan

tersebut adalah berasal dari pajak.

Untuk memahami masalah tentang ada tidaknya peranan yang signifikan dalam pelaksanaan

penagihan pajak terhadap pencairan tunggakan pajak, terlebih dahulu akan dibahas tentang pengertian

pajak, fungsi pajak, penagihan pajak, dan pencairan tunggakan pajak.

1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, dalam buku

“Perpajakan Indonesia” adalah sebagai berikut :

“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang dan wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelengarakan pemerintahan.”

(2003:4)

Sedangkan pengertian pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro, dalam buku “Dasar-

dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan” adalah sebagai berikut :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

(2003:5)

Page 44: Pengertian Perceraian

Dari definisi diatas dapat disimpulkan pajak bersifat sukarela sekaligus dapat dipaksakan oleh

Undang-Undang, dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual

oleh pemerintah, pajak dipungut oleh Negara baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, pajak

diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya masih

terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public invesment, Pajak dapat pula mempunyai tujuan

lain selain sumber keuangan negara, yaitu mengatur.

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak yang dikemukakan oleh Siti Resmi, dalam buku “Perpajakan Teori dan Kasus”

adalah sebagai berikut :

“Dua fungsi pajak, yaitu :

a. Pajak mepunyai fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu penerimaan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan, sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara

b. Fungsi regulerend yaitu fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat, baik dibidang ekonomi, sosial maupun polotik dengan tujuan tertentu”.

(2003:2)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak digunakan sebagai alat untuk

mengatur dan mengarahkan masyarakat ke arah yang dikehendaki oleh pemerintah. Oleh karena itu

fungsi mengatur sangat erat hubungannya dengan pemerintah untuk mengatur penerimaan pajaknya

agar dapat digunakan secara efisien untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Sejarah perpajakan di Indonesia mengalami perubahan mendasar pada asas perpajakan dianut

dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System. Secara sederhana Official Assessment

System berarti Wajib Pajak menaati berapa besarnya pajak yang harus dibiayainya berdasarkan

penetapan pajak dari aparat pajak. Dengan demikian, Wajib Pajak relatif pasif dan aparat lebih aktif

Page 45: Pengertian Perceraian

dalam rangka menjaring pajak. Dengan demikian, Wajib Pajak diasumsikan sebagai komponen yang

tidak bisa diberi kepercayaan karena tidak mampu menghitung pajaknya sendiri.

Berbeda dengan Self Assessment System, dimana Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk

menghitung, membayar dan melaporkan pajaknya sendiri. Aparat pajak idealnya hanya menanti

pelaporan dan menerapkan ketentuan hukum bagi siapa saja yang tidak taat pada peraturan hukum.

Sepanjang dirasa tidak ada alasan yang cukup maka diasumsikan apa yang dilaporkan oleh Wajib Pajak

sudah mencerminkan apa yang dilaporkan dan dibayarkan.

Akan tetapi dengan adanya Self Assessment System dimana Wajib Pajak diberikan hak atas

kepercayaan untuk menghitung sendiri jumlah pajaknya yang harus dibayarkan, menyebabkan

kesadaran Wajib Pajak untuk membayarkan pajaknya. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak terlihat dalam

masalah pembayaran pajak yang sering kali tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya, tidak tepat

waktu akan menunggak pajak bahkan tidak mau membayar pajak dengan cara menutupi pajak yang

harus dibayarkan.

3. Penagihan Pajak

Pengertian penagihan pajak yang dikemukakan oleh Paca Kurniawan dan Bagus Pamungkas,

dalam buku “Penegihan Pajak di Indonesia” adalah sebagai berikut :

“Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita”.

(2006:1)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan penagihan pajak adalah tindakan agar

penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan memperingatkan dan

melakukan pelaksanaan penagihan yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

Page 46: Pengertian Perceraian

Karena penerimaan pajak yang berpengaruh penting bagi negara, maka pemerintah harus

mengetahui apakah pelaksanaan Self Assessment System sudah berjalan dengan baik atau tidak.

Direktorat Jenderal Pajak sebagai pihak Fiskus berkewajiban untuk melakukan penerimaan,

pengawasan, pemeriksaan dan penerapan sanksi perpajakan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu penelitian dan pemeriksaan. Dari hasil yang diperoleh, maka dapat dibedakan menjadi dua

kelompok. Yaitu pertama, hasilnya adalah Wajib Pajak yang telah melaksanakan Self Assessment System

dengan benar sehingga tidak menimbulkan pajak yang terutang, dan yang kedua adalah Wajib Pajak

tidak melaksanakan Self Assessment System dengan benar sehingga menimbulkan adanya pajak

terutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.

Jika Wajib Pajak membayar jumlah pajak yang terutang tersebut, maka tidak ada lagi utang

pajak. Akan tetapi halnya jika pajak terutang tersebut tidak dibayarkan maka akan terjadi tunggakan

pajak. Jika jumlah tunggakan pajak semakin besar mengakibatkan jumlah penerimaan dalam negeri

berkurang. Hal itu tidak melepas kemungkinan atas terhambatnya proses pembiayaan untuk

pembangunan nasional.

4. Pencairan Tunggakan Pajak

Pengertian pencairan tunggakan pajak menurut Waluyo dalam buku “Perpajakan” definisi

pencairan tunggakan pajak adalah sebagai berikut :

“Pencairan tunggakan pajak adalah jumlah pembayaran atas tunggakan pajak yang dapat terjadi karena :

1. Pembayaran dengan menggunakan SSP (Surat Setoran Pajak) untuk pelunasan piutang pajak yang terdaftar dalam STP/SKPKB/SKPKBT/SK Pembetulan/SK Keberatan/ Putusan Banding yang mengakibatkan bertambahnya jumlah piutang pajak.

2. Pemindahbukuan (Pbk). Sebenarnya Wajib Pajak sudah membayar utang pajaknya, tapi salah nomor rekening sehingga dianggap belum melunasi utangnya. Oleh karena itu, dilakukan pemindahbukuan.

3. Pengajuan permohonan pembetulan yang dikabulkan atas Surat Teguran/ Surat Peringatan/ Surat lain yang sejenis, Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa, SPMP, Surat

Page 47: Pengertian Perceraian

Perintah Penyanderaan, Pengumuman Lelang dan Surat Penentuan Harga Limit yang dalam perhitungannya terdapat kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan berkurangnya jumlah piutang pajak.

4. Pengajuan Keberatan/ Banding yang dikabulkan atas SKPKB/SKPKBT yang mengakibatkan berkurangnya jumlah piutang pajak.

5. Penghapusan Piutang. Dilakukan karena piutang pajak sudah tidak mungkin lagi ditagih penyebabnya antara lain karena Wajib Pajak dan atau Penanggung Pajak sudah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan, Wajib Pajak dan atau Penanggung Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi dan hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluarsa.

6. Wajib Pajak pindah yang artinya Wajib Pajak pindah alamat dan tidak dapat ditemukan lagi”.(2003:27)

Dari definisi diatas pencairan tunggakan pajak yang dapat terjadi larena menggunakan Surat

Setoran Pajak, Pemindahbukuan, pengajuan permohonan pembetulan, pengajuan keberatan atau

banding, penghapusan piutang dan Wajib Pajak pindah.

Seperti yang dikemukakan oleh Waluyo dalam buku “Perubahan Undang-Undang Perpajakan

dan Reformasi “ adalah sebagai berikut :

“Perkembangan jumlah tunggakan pajak dari waktu ke waktu menunjukan jumlah yang sangat besar. Peningkatan jumlah tunggakan pajak ini masih belum dapat diimbangi dengan kegiatan pencairannya, namun demikian secara umum penerimaan dibidang pajak semakin meningkat. Terhadap tunggakan pajak dimaksud perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa”.

(2000:238)

Dengan demikian pemerintah berusaha membuat jumlah tunggakan pajak yang ada serendah

mungkin. Hal ini dilakukan dengan melakukan proses penagihan pajak yang terutang seperti yang

disebutkan di Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

No.16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan yang meliputi penerbitan Surat

Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan, dan Surat

Keputusan Pembatalan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak

Page 48: Pengertian Perceraian

yang harus dibayar bertambah sebagai sarana administrasi bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk

melakukan peningkatan penerimaan.

Karena itu dari pemikiran diatas, penulis ingin meneliti bagaimana pengaruh dari proses

penagihan pajak yang dilakukan oleh pemerintah dengan usaha untuk meningkakan penerimaan jumlah

pajak yang tertunggak pada Kantor Pelayanan Pajak. Dibawah ini merupakan penelitian-penelitian yang

pernah dilakukan mengenai penagihan pajak dan pencairan tunggakan pajak.

Tabel 2.1

Penelitian dan Referensi yang berkaitan dengan

Penagihan Pajak Dalam Pencairan Tunggakan Pajak

Penulis/Judul Hasil PenelitianPenulis : Henni OktafiaAnalisis Efektifitas Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Penyitaan Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Kediri

Hasil penelitian menunjukan bahwa Efektifitas pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penulis : DaminAnalisis Administrasi Pencairan Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) : Suatu Tinjauan Untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Administrasi pencairan tunggakan pajak kendaraan bermotor perpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Yang membedakan penelitian penulis dengan Henni Oktafia dan Darmin yaitu penulis

menitikberatkan pada peranan pelaksanaan penagihan pajak sedangkan Henni Oktafia dan Darmin

menitikberatkan pada kepatuhan wajib pajak. Dan yang menjadi persamaannya adalah pengaruhnya

penagihan pajaknya.

Page 49: Pengertian Perceraian
Page 50: Pengertian Perceraian

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dan dukungan teori yang ada maka penulis membuat

hipotesis sebagai berikut :

“Pelaksanaan Penagihan Pajak Berperan Dalam Pencairan Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Bandung Cibeunying”.

d. Sanksi administrasi STPJumlah kekurangan pajak yang terutang (poin 2a dan 2b) ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan untuk paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak ,atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak.

SuratTagihanPajak(disingkatSTP)

Page 51: Pengertian Perceraian

adalahsuratuntukmelakukantagihanpajakdan/atausanksiadministrasiberupabungadan/ataudenda.

Page 52: Pengertian Perceraian

(KetentuanUmumPasal1 angka20 UU KUP)