Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

108
PROSES PEMBELAJARAN DALAM PERUBAHAN BELAJAR AGAMA DI KELOMPOK MENTORING Diajukan Kepada Dosen Ilmu Jiwa Belajar Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Semester Genap Pada Semester IV Oleh: LILIS MUSLICHA 12214210410 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TARBIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

description

Pendiidikan Agama Islam

Transcript of Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Page 1: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

PROSES PEMBELAJARAN DALAM PERUBAHAN BELAJAR AGAMA DI KELOMPOK MENTORING

Diajukan Kepada Dosen Ilmu Jiwa Belajar Untuk Memenuhi Persyaratan

Ujian Semester Genap Pada Semester IV

Oleh:

LILIS MUSLICHA

12214210410

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TARBIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

17 Mei 2014 M / 17 Rajab 1435 H

Page 2: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

HALAMAN MOTTO

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu

damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan

takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat

[49]: 10)

“Tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai

untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri” (HR.

Bukhari)

ii

Page 3: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur yang sangat dalam penulis

panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya turunlah segala kebaikan dan dengan taufik-Nya tercapailah

segala tujuan. Bagi Allah juga segala puji sepenuh langit dan bumi, dan

sepenuh apa saja yang dikehendaki-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan penelitian ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada

Rasulullah saw sebagai pendidik dan pembawa petunjuk bagi manusia

dan sebagai hujjah atas semua manusia untuk menyempurnakan akhlak

mulia, untuk mengeluarkan dunia dari kegelapan menuju cahaya dan

menunjukkan mereka ke jalan Allah yang lurus. Semoga shalawat dan

salam juga terlimpahkan kepada keluarga Nabi saw, para sahabatnya dan

orang yang mengikutinya dengan baik sampai Hari Pembalasan.

Dengan izin Allah SWT., penulis mampu menyelesaikan penelitian

ini sebagai tugas akhir semester dari perkulian Ilmu Jiwa Belajar yang

berjudul “Proses Pembelajaran dalam Perubahan Belajar Agama di

Kelompok Mentoring”.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Ahmad Muslich Prasetyo dan Ibunda Daryanti

tercinta yang dengan ikhlas memberikan dukungan baik moril,

materiil, dan spiritual serta menaruh perhatian yang besar

dalam membesarkan ananda dengan penuh kasih sayang.

Semoga Allah SWT. menjadikan mereka orang-orang yang

selalu dimuliakan.

2. Saudara kembaranku, Lilis Syolicha, yang selalu memberikan

motivasi serta dukungan untuk menyelesaikan penelitian ini.

iii

Page 4: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

3. Ibu Santi Lisnawati, selaku Dosen Ilmu Jiwa Belajar Fakultas

Agama Islam di Universitas Ibn Khaldun Bogor yang dengan

ikhlas membagikan waktu, tenaga, dan fikiran Beliau dalam

upaya memberikan bimbingan dalam penyelesaian penelitian

ini.

4. Teh Ajeng, selaku Mentor pada Mentoring, yang selalu sabar

dalam memberikan bimbingan pada Mentoring sehingga

penulisan penelitian ini dapat terselesaikan.

5. Teman-teman Mentoring, terima kasih atas dukungan dan

motivasi yang diberikan sehingga penulisan penelitian ini dapat

terselesaikan.

6. Seluruh teman-teman mahasiswa/I PAI 4B angkatan 2012 yang

telah membantu memberikan semangat dan dorongan hingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

7. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu

yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi

penulis demi terselesainya penyusunan skripsi ini.

Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazaakumullah

Ahsanal Jazaa” semoga semua amal baiknya diterima oleh Allah SWT

dan dicatat sebagai amalan yang sholeh. Aamiin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh

dari sempurna, penulis hanya berusaha atas dasar kelebihan yang sangat

kecil, penuh kesalahan dan khilaf yang telah diberikan Allah berupa akal

fikiran, hari dan juga kesempatan. Kesempurnaan semua milik Allah SWT,

untuk itu kritik dan saran dari pembaca, penulis nanti-nantikan dan

harapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan penelitian ini dan mohon maaf atas segala khilaf serta

kekurangan.

iv

Page 5: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Cibinong, 17 Mei 2014

Lilis Muslicha

v

Page 6: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN MOTTO ............................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 1

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 2

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................ 3

A. Belajar ....................................................................................... 3

1. Pengertian Belajar ............................................................... 3

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .......................... 5

3. Pentingnya Belajar dalam Kehidupan ................................. 6

B. Agama ...................................................................................... 8

1. Pengertian Agama ............................................................... 8

2. Aspek-aspek Ajaran Agama ................................................ 10

3. Urgensi Agama dalam Kehidupan ....................................... 16

C. Mentoring .................................................................................. 18

1. Pengertian Mentoring .......................................................... 18

2. Pengertian Tarbiyah ............................................................ 19

3. Proses Belajar Agama ......................................................... 21

BAB III METODOLOGI ....................................................................... 23

A. Metode Penelitian ..................................................................... 23

vi

Page 7: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 23

C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 24

D. Analisis Data ............................................................................. 25

BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................. 26

A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian ................................... 26

1. Sejarah Mentoring pada Zaman Nabi .................................. 26

2. Struktur Organisasi Kelompok Mentoring ............................ 32

3. Kurikulum ............................................................................ 36

4. Lokasi dan Subjek Penelitian .............................................. 42

5. Sarana dan Prasarana ........................................................ 42

6. Kegiatan Kelompok Mentoring ............................................ 43

B. Deskripsi Proses Belajar Agama .............................................. 45

1. Paparan dan Analisis Data .................................................. 45

2. Metode Proses Belajar Agama ............................................ 47

BAB V PENUTUP ............................................................................... 50

A. Kesimpulan ............................................................................... 50

B. Saran ........................................................................................ 51

C. Penutup .................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 53

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

Page 8: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangBelajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi

dari pengalaman-pengalaman dari proses memperoleh pengetahuan

yang dilakukan dalam bentuk perilaku atau latihan.

Proses pembelajaran dalam perubahan belajar agama

membutuhkan beberapa komponen untuk menunjang terciptanya

suatu keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut. Terutama

yang menjadi permasalahan saat ini ialah bagaimana dapat

menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan dapat dipahami

dengan baik oleh komponen-komponen yang ada di suatu Mentoring.

Dengan adanya pembinaan agama pada setiap diri manusia,

maka mereka memiliki pengetahuan agama yang lebih banyak,

menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran untuk melaksanakan

ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang

berhubungan dengan akidah, akhlak, syariah, dan ibadah.

Dalam hal ini, proses pembelajaran agama sangat diperlukan

dan merupakan salah satu cara untuk membina dan mendidik

manusia di lembaga pendidikan formal atau informal maupun

nonformal, termasuk di kelompok Mentoring.

B. Rumusan MasalahAdapun perumusunnya adalah:

1. Apakah yang dimaksud dengan Belajar dan Agama? Berikan

penjelasannya!

2. Apakah yang dimaksud dengan Mentoring? Berikan

penjelasannya!

1

Page 9: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

3. Bagaimanakah pengaruh terhadap proses pembelajaran dalam

perubahan belajar agama di kelompok Mentoring?

C. Tujuan Penelitian1. Mengetahui maksud Belajar dan Agama dengan memberikan

penjelasan secara rinci.

2. Mengetahui maksud Mentoring dengan memberikan penjelasan

secara rinci.

3. Menganalisis proses pembelajaran dalam perubahan belajar

agama pada kelompok Mentoring.

D. Manfaat Penelitian1. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna

melakukan penelitian pada masalah serupa yang lebih mendalam.

2. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari informasi tentang

pembelajaran yang diberikan di kelompok Mentoring. Selain itu,

juga menjadi bahan pertimbangan bagi pendidikan Mentoring

dalam perubahan belajar agama.

3. Sebagai acuan referensi dalam meningkatkan wawasan tentang

adanya pada proses pembelajaran dalam perubahan belajar

agama bagi praktisi pendidikan maupun bagi peneliti untuk

dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan proses

pembelajaran di kelompok Mentoring lainnya.

2

Page 10: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

BAB II

KAJIAN TEORI

Kajian ini dibagi menjadi 2 (dua) fokus yaitu mengenai belajar dan

agama, jika ditinjau dari berbagai perspektif kajian maka keduanya

memiliki cakupan yang luas. Namun, pada kajian belajar mencakup;

pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, dan pentingnya

belajar dalam kehidupan. Sedangkan kajian agama mencakup tentang

pengertian, aspek-aspek ajaran agama, dan urgensi agama dalam

kehidupan.

A. Belajar1. Pengertian Belajar

Belajar, seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang

secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang

diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Belajar itu

sendiri merupakan satu kegiatan yang terjadi di dalam diri

seseorang, yang sukar untuk di amati secara langsung, tapi dapat

dilihat dari hasil proses belajar yang telah dialami.

Pendapat para ahli pendidikan modern yan merumuskan

perbuatan belajar sebagai berikut:

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam

diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku

yang baru berkat pengalaman.

Beberapa definisi dari para ahli pendidikan modern.

a) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of learning (1975)

mengemukakan, “Belajar berhubungan dengan perubahan

tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam

situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat

3

Page 11: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan,

kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang

misalnya; kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya.”

b) Gagne, dalam buku The Condition of Learning (1977)

menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi

stimulus bersama-sama dengan isi ingatan memengaruhi siswa

sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu

sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia

mengalami situasi tadi.”

c) Morgan, dalam buku Introduction of Psychology (1978)

mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari

latihan atau pengalaman.”

d) Witherington, dalam buku Educational Psychology,

mengemukakan: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru

daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepandaian, atau suatu pengertian.”1

Menurut Djamarah belajar yaitu “serangkaian kegiatan jiwa

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik”2

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi dari

pengalaman-pengalaman dari proses memperoleh pengetahuan

yang dilakukan dalam bentuk perilaku atau latihan. Dan dapat

dikatakan juga bahwa dalam proses pembelajaran Mentoring,

belajar juga diperlukan karena belajar merupakan proses

transformasi dari tidak memiliki ilmu dan tidak tahu menjadi

1 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana), 2004, Cet. Pertama, hlm. 209-2102 Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta), 2002, hal. 12

4

Page 12: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

memiliki ilmu dan tahu; dari tidak mempunyai kehendak menjadi

memiliki kehendak; dari tidak mempunyai amal menjadi memiliki

produktivitas.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi BelajarBerhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada

bermacam-macam faktor, adapun faktor-faktor tersebut dapat

dibedakan menjadi dua golongan:

a) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut

faktor individual. Faktor yang termasuk ke dalam faktor

individual antara lain; faktor kematangan/pertumbuhan,

kecerdasan latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

1. Kematangan/Pertumbuhan

Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika

pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya dalam arti

potensi-potensi jasmani dan rohaninya telah matang untuk

itu.

2. Kecerdasan dan Intelegensi

Selain kematangan, dapat tidaknya seseorang

mempelajari sesuatu dengan baik ditentukan juga oleh taraf

kecerdasan.

3. Latihan dan Ulangan

Karena terlatih seringkali mengulangi sesuatu, maka

kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat

menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Sebaliknya,

tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah

dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang.

4. Motivasi

Motivasi merupakan pendorong suatu organism untuk

melakukan sesuatu.

5

Page 13: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

b) Faktor yang ada di luar individual yang disebut sosial. Faktor

yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan

rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang

dipergunakan dalam mengajar, lingkungan, dan kesempatan

yang tersedia dan motivasi sosial.

5. Keadaan Keluarga

Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-

macam juga mau tidak mau turut menentukan bagaimana

dan sampai di mana belajar dialami dan dcapai oleh anak-

anak.

6. Guru dan Cara Mengajar

Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi

rendahnya pengetahuan cara guru mengajarkan

pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya juga turut

menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai.

7. Motivasi Sosial

Karena belajar itu suatu proses yang timbul dari

dalam, maka motivasi memegang peranan penting. Jika

guru atau orangtua dapat memberikan motivasi yang baik

pada anak-anak, maka timbullah dorongan dan hasrat untuk

belajar lebih baik.

8. Lingkungan dan Kesempatan

Pengaruh lingkungan dan kesempatan untuk belajar

juga dapat mempengaruhi belajarnya.3

3. Pentingnya Belajar dalam KehidupanBelajar itu tidak hanya melatih kematangan, menyesuaikan

diri, memperoleh pengalaman, pengertian atau latihan. Dilihat dari

sudut ilmu mendidik, belajar berarti perbaikan tingkah laku dan

3 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana), 2004, Cet. Pertama, hlm. 224-226

6

Page 14: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

kecakapan-kecakapan (manusia), atau memperoleh kecakapan-

kecakapan dan tingkah laku yang baru. Belajar juga diarahkan

kepada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam

mengenai proses perubahan manusia itu sendiri karena belajar.

mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi

mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan

(buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar

dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut

apa yang telah diajarkan Allah kepadamu[399]. Maka makanlah

dari apa yang ditangkapnya untukmu[400], dan sebutlah nama

Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya)[401]. dan

bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-

Nya. (QS. Al-Maidah: 4)

Maksudnya: binatang buas itu dilatih menurut kepandaian

yang diperolehnya dari pengalaman; pikiran manusia dan ilham

dari Allah tentang melatih binatang buas dan cara berburu.

Begitupun dengan manusia, harus dilatih otaknya agar pandai dan

cerdas sesuai dengan fitrahnya, yakni manusia yang berilmu.

Jadi, perubahan/perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang

menjadi syarat dan mendasari perbaikan tingkah laku dan

kecakapan-kecakapan, termasuk di dalamnya perubahan di dalam

pengetahuan, minat dan perhatian yang dibentuk oleh tenaga-

tenaga/fungsi psikis dalam pribadi manusia.

B. Agama1. Pengertian Agama

7

Page 15: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Agama atau ad-dien dalam bahasa arabnya adalah:

“Keyakinan (keimanan) tantang suatu dzat ketuhanan (Ilahiyah)

yang pantas untuk menerima ketaatan dan ibadah”. Ini adalah

definisi secara umum. Karenanya semua keyakinan tentang dzat

ketuhanan disebut agama, walaupun itu murni hasil “kreatifitas”

otak manusia.4

Dalam bahasa Sanskerta disebutkan pula arti agama terdiri

dari dua kata, yaitu a = tidak; gama = kacau. Jadi, agama

dimaksudkan sebagai ajaran yang datang dari Tuhan untuk

diamalkan manusia supaya terhindar dari kekacauan. Ajaran

agama memang menjamin jika manusia mengamalkan ajaran

Tuhan-Nya, mereka akan aman tenteram dan sejahtera.

Adapun beberapa ahli mendefinisikan agama, sebagai

berikut:

a) Prof. Dr. Bouquet mendefinisikan agama sebagai hubungan

yang tetap antara diri manusia dengan yang bukan manusia

yang bersifat suci dan supernatural yang berada dengan

sendirinya dan mempunnyai kekuasaan absolut yang disebut

Tuhan. Memang dalam ajaran agama menekankan hubungan

ini adalah hubungan pencipta dengan yang diciptakan, bukan

seperti hubungan manusia dengan sesamanya ataupun

dengan alam lingkungannya.

b) Dalam bahasa Al-Qur’an, agama sering disebut ad-din yang

artinya hukum, kerajaan, kekuasaan, tuntunan, pembalasan,

dan kemenangan. Dan arti ini dapat disimpulkan bahwa agama

(ad-din) adalah hukum serta I’tibar

(contoh/permasalahan/ajaran) yang berisi tuntunan cara

penyerahan mutlak dari hamba kepada Tuhan Yang maha

Pencipta melalui susunan pengetahuan dalam pikiran,

4 Kebutuhan Manusia Terhadap Agama, http://makalahzaki.blogspot.com/2011/07 /kebutuhan-manusia-terhadap-agama.html. diakses pada Sabtu, 31 Mei 2014 pukul 10.00 WIB

8

Page 16: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

pelahiran sikap serta gerakan tingkah laku, yang di dalamnya

tercakup akhlaqul karimah (akhlak mulia) yang di dalamnya

terliput moral, susila, etika, tata karma, budi pekerti terhadap

Tuhan, serta semua ciptaan-Nya: kitab suci-Nya, malaikat-Nya,

rasul-Nya, manusia termasuk untuk dirinya sendiri, hewan,

tumbuhan, serta benda di sekitarnya atau ekologinya.

Hal ini terlihat dari ungkapan Prof. Dr. Harun Nasution

yang mengulas, bahwa ‘din’ dalam bahasa Semit berarti

undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, kata ini

mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang,

balasan, dan kebiasaan. Agama memang membawa peraturan

yang merupakan hukum yang harus dipatuhi orang. Agama

selanjutnya memang menguasai diri seseorang dan membuat

ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dan menjalankan ajaran

agama. Agama lebih lanjut lagi membawa kewajiban yang jika

tidak dijalankan oleh seseorang menjadi hutang baginya.

Paham kewajiban dan kepatuhan membawa pula kepada

paham balasan. Mereka yang menjalankan kewajiban dan

patuh akan mendapat balasan baik dari tuhan dan yang tidak

menjalankan kewajiban serta tidak patuh akan mendapat

balasan tidak baik.5

Prof. Dr. Harun Nasution membentangkan sejumlah

definisi agama, sebagai berikut:

1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan

kekuatan gaib yang harus dipatuhi.

2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai

manusia.

5 Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A., Ilmu Jiwa Agama (The Psychology of Religion), (Jakarta: Penerbit Kencana), 2014, hlm 3-5

9

Page 17: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

3) Meningkatkan diri pada suatu bentuk hidup yang

mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di

luar diri manusia dan memengaruhi perbuatan manusia.

4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan

cara hidup tertentu.

5) Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal

dari suatu kekuatan gaib.

6) Pengakuan terhadap adanya kewajiban yang diyakini

bersumber pada suatu kekuatan gaib.

7) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan

lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang

terdapat dalam alam sekitar manusia.

8) Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui

seorang Rasul.6

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan

bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Allah swt. yang

di dalamnya terdapat ketetapan-ketetapan Ilahi yang

diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup

manusia. Jadi, agama adalah “Hubungan antara makhluk dan

Khaliq-Nya”.

2. Aspek-aspek Ajaran AgamaIslam merupakan agama yang sangat diridhoi oleh Allah

SWT. Para mudjahid membagi Islam ke dalam tiga kerangka

pokok yaitu aqidah, Syariah dan akhlak. Semuanya merupakan

satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Untuk lebih jelasnya,

maka kita akan membahas lebih dalam mengenai ketiga aspek

ajaran Islam di bawah ini.

a) Aspek akidah

6 Ibid, hlm 8

10

Page 18: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Aqidah secara etimologi,  Aqidah berasal dari kata ‘aqd

yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh

seseorang. Jika dikatakan “Dia mempunyai aqidah yang benar”

berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan

perbuatan hati yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya.

Aqidah scara syara’ yaitu iman kepada Allah, para

MalaikatNya, Kitab-kitabNya, Para RasulNya dan kepada hari

akhir serta kepada qadar yang baik mupun yang buruk. Hal ini

disebut juga sebagai rukun iman.7

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan

langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam

di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun

yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya.

(Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka

sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil

pelajaran?” (QS. Yunus: 3)

Aqidah adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam.

Aqidah Islam disebut tauhid dan merupakan inti dari

kepercayaan. Tauhid adalah suatu kepercayaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Dalam Islam, aqidah merupakan I’tiqad

bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat

hubungannya dengan rukun iman. Masalah aqidah ini secara

garis besar ditunjukkan oleh Rasulullah saw.

Sabda Rasulullah:

7 Salih bin fauzan bin Abdullah Al Fauzan. Kitab Tauhid I (Cet: Ke-2 Yayasan Al-Sofwa Jakarta, 2000) Hal. 3.

11

Page 19: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

األخر واليوم ورسله وكتبه ءكته ومال باالله تؤمن أن اإليمانوثره خيره والقدر

Iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-

Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan percaya

adanya ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk. (HR.

Muslim)8

Dalam aspek aqidah ini bukan saja pembahasannya

tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi

materi dakwah dalam ke-Mentoring-an juga diperlukan yang

meliputi masalah-masalah yang dlarang sebagai lawannya,

misalnya syirik (menyekutukan adanya Tuhan), ingkar dengan

adanya Tuhan dan sebagainya. Jadi, akidah adalah

kepercayaan atau keimanan seseorang yang kuat dari seorang

mukmin yang telah mengikatkan diri kepada Sang Pencipta dan

mengesampingkan penyembahan selain kepada Allah.

b) Aspek syariah

Syariah secara bahasa berarti “jalan yang harus dilalui”

sedangkan menurut istilah berarti “ketentuan hukum Allah yang

mengatur hubungan manusia dengan Allah yang mengatur

hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia,

manusia dengan flora dan founa serta alam sekitarnya.9

Syariah adalah seluruh hukun dan perundang-undangan

yang terdapat dalam Islam, baik yang berhubungan manusia

dengan Tuhan, maupun antar manusia sendiri.

Dalam Islam, syariat berhubungan erat dengan amal lahir

(nyata) dalam rangka menaati semua peraturan atau hukum

Allah, guna mengatur hubungan antara manusia dengan

Tuhannya dan mengatur antara sesama manusia.

Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi saw:

8 Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah0, 2009, cet. 1, hlm 90.9 http://mikowicaksono.blogspot.com/2012/11/aspek-aspek-ajaran-islam.html Diakses pada 31 Mei 2014 pukul 9:58 WIB.

12

Page 20: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

الزكاة وتؤدي الصالة وتقيم شيءً به تشرك وال الله تعبد أن اإلسالمالبيت وتحج رمضان وتصوم المفروضة

Islam adalah bahwasanya engkau menyembah kepada Allah

swt, dan janganlah engkau mempersekutukan-Nya dengan

sesuatu pun, mengerjakan shalat, membayar zakat-zakat yang

wajib, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan

ibadah haji di Mekah (Baitullah). (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hadits tersebut mencerminkan hubungan antara manusia

dengan Allah swt. artinya, masalah-masalah yang berhubugan

dengan syariah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah,

akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan

pergaulan hidup antar sesama manusia juga diperlukan.10

Diantaranya yaitu berumah tangga, bertetangga, hukum jual

beli, warisan, dan amal-amal saleh lainnya. Demikian juga

larangan-larangan Allah seperti berzina, meminum minuman

keras, mencuri, berjudi, dan membunuh, serta masalah-

masalah yang menjadi materi dakwah Islam (nahyi an al-

munkar) pada kelompok Mentoring.

c) Aspek ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan

diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi),

ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan

maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

1) Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan

perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.

2) Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa

Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai

dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

10 Drs. Samsul Munir Amin, M.A., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah0, 2009, cet. 1, hlm 90-91.

13

Page 21: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

3) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang

dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa

ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.

Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia.11

Allah berfirman:

dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku. aku tidak menghendaki rezki

sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya

mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha

pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.

(QS. Adz-Dzaariyaat: 56-58)

Allah  memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan

manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada

Allah. Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah

mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya.

Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka

menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Oleh

karena itu, pada kelompok Mentoring juga membahas

mengenai ibadah yang didalamnya mencakup hal ketaatan

manusia kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan

menjauhi segala larangan-Nya.

d) Aspek akhlak

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut

pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari bahasa

Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut

11 http://anitadeka.wordpress.com/2013/07/15/hubungan-aqidah-ibadah-muamalah-dan-ahklak/ diakses pada 24 April 2014 pukul 6:56 WIB

14

Page 22: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.

Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan

perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan

” Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang

diciptakan.

Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila

membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.

Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti

benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam

pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk

kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah

memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari

hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan

dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan

tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup

keseharian.

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-

orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,

menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali

kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk

Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat

kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya

Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-

Maidah: 8)12

12 Muhammad, Aspek Hukum dalam Muamalat, (Yogyakarta: Graha ilmu), 2007, Cet. I hlm.12

15

Page 23: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Akhlak dalam aktivitas dakwah pada suatu kelompok

Mentoring merupakan pelengkap, yaitu melengkapi keimanan

dan keislaman seseorang. Tetapi, akhlak ini berfungsi

penyempurna keimanan dan keislaman seseorang. Sebab

Rasulullah saw sendiri pernah bersabda, “Sesungguhnya aku

diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Selain itu, ajaran akhlak dalam Islam termasuk ke dalam

materi dakwah suatu kelompok Mentoring yang penting untuk

disampaikan kepada anggota kelompoknya oleh seorang

Mentor. Dengan akhlak yang baik dan keyakinan agama yang

kuat maka Islam menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dalam

kehidupan manusia. Jadi, akhlak adalah tingkah laku yang

sudah terbiasa dilakukan untuk diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari semata-mata taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

3. Urgensi Agama dalam KehidupanDalam catatan sejarah, ada tiga masalah besar yang pernah

menimpa umat manusia; kemiskinan, kebodohan, dan

keterbelakangan. Sampai sekarang pun, ketiga masalah sosial ini

masih mewarnai kehidupan sebagian besar bangsa-bangsa dunia

termasuk Indonesia.

Menghadapi kenyataan tersebut, maka Islam menaruh

perhatian pada masalah seperti ini. Dalam hal kebodohan, Allah

swt. berfirman:

Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam

dada orang-orang yang diberi ilmu. dan tidak ada yang

mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (QS.

Al-Ankabut: 49)

16

Page 24: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Maksud ayat di atas adalah ayat-ayat Al Quran itu

terpelihara dalam dada dengan dihapal oleh banyak kaum

muslimin turun temurun dan dipahami oleh mereka, sehingga tidak

ada seorangpun yang dapat mengubahnya. Jadi, tidak ada

manusia yang tidak memiliki ilmu, karena Allah telah menaruh

ilmu-Nya dalam dada mereka, hanya manusia yang tidak berilmu

yang akan tersesat. Dan manusia yang berilmu sajalah yang akan

memanfaatkan dan menggunakan ilmu Allah dengan sebaik-

baiknya.

Terkait dengan kemiskinan, Allah berfirman:

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia

dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka Dia akan

berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". (QS. Al-Fajr: 15)

Maksud dari ayat di atas ialah setiap manusia pasti diuji oleh

Allah swt. berkaitan dengan kekayaan dan kemiskinan. Apapun

keadaan yang telah Allah berikan, wajiblah untuk disyukuri.

Sebesar ataupun sekecil kekayaan yang dimiliki, tetap dipakai dan

digunakan dalam jalan-Nya. Karena setiap manusia melakukan

sesuatu di dunia akan diminati pertanggungjawaban.

Bergerak untuk maju merupakan suatu keniscayaan bagi

kita umat Islam, terutama dalam hal-hal yang menyangkut

kebutuhan pokok hidup. Disinilah pentingnya agama dalam

kehidupan manusia. Pada prinsipnya, Allah swt mengutus para

Rasul untuk menyempurnakan akhlak manusia demi membenahi

kehidupan suatu kaum yang telah rusak, baik keyakinan maupun

tatanan kehidupan sosialnya. Sebab, manusia membutuhkan

agama karena manusia itu memiliki banyak keterbatasan dan

membutuhkan sesuatu yang dapat menguatkan iman manusia

17

Page 25: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

yaitu Allah swt. Oleh karena itu, agama dalam kehidupan manusia

sangat penting bahkan sangat dibutuhkan.

C. Mentoring1. Pengertian Mentoring

Halaqah atau Usrah merupakan istilah yang berhubungan

dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran

Islam (tarbiyah Islamiyah). Istilah Mentoring (lingkaran) biasanya

digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil Muslim yang

secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta dalam

kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. Mereka

mengkaji Islam dengan manhaj13 (kurikulum) tertentu. Biasanya

kurikulum tersebut berasal dari mentor/naqib yang

mendapatkannya dari jamaah (organisasi) yang menaungi

Mentoring/usrah tersebut. Di beberapa kalangan, Halaqah/usrah

disebut juga dengan Mentoring, ta’lim, pengajian kelompok,

tarbiyah atau sebutan lainnya.14 Tapi, disini penulis menyebutnya

sebagai Mentoring.

Mentoring adalah sekumpulan orang yang terdiri dari 3-12

orang yang bergabung dalam satu kelompok yang kesemuanya

ingin mempelajari dan mengamalkan Islam secara serius.

Biasanya anggota (mentee/murid) kelompok Mentoring dipimpin

oleh seorang mentor (guru/Pembina). Mentor bekerjasama dengan

peserta kelompok Mentoring untuk mencapai tujuan Mentoring,

yaitu terbentuknya Muslim yang islami dan berkarakter da’I yakni

dengan berusaha agar peserta kelompok Mentoring hadir secara

rutin dalam pertemuan Mentoring.13 Arti “manhaj” atau kurikulum dalam pendidikan Islam sebagaimana yang terdapat dalam kamus Al-Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.Dikutip dari Dictionary of Education. English-Arabis. Dar El-Ilm Lil Malayin. Bairut.tt.hlm 105 oleh Muhammad Ali Al-Khuli.14 Satria Hadi Lubis, Menggairahkan Perjalanan Mentoring, (Yogyakarta: Pro You), 2010, hlm 16.

18

Page 26: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

2. Pengertian TarbiyahDalam pengertian etimologi, menurut muj’am (kamus)

kebahasaan, kata Al-Tarbiyat memiliki tiga akar kebahasaan, yaitu:

a) Tarbiyah, Yarbu, Rabba, yang memiliki arti tambah (Zad) dan

berkembang (Nama). Pengertian ini berdasarkan atas Q.S. Al-

Rum ayat 39.

dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia

bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah

pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang

kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang

berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan

(pahalanya).

b) Yarbi, Tarbiyah, Rabbi, yang memiliki arti tambah (Nasya’a)

dan menjadi besar (Tara’a).

c) Tarbiyah, Yarbi, Rabba, yang memiliki arti memperbaiki

(Ashalala), menguasai urusan, memelihara, merawat,

menunaikan, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan

memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian dan eksistensinya.

Dalam pengertian terminology, Musthafa Al-Maraghi

membagi kegiatan Al-Tarbiyat dengan dua macam. Pertama,

Tarbiyah Kholqiyat. Yaitu, penciptaan, pembinaan dan

pengembangan jasmani pesreta didik agar dapat dijadikan sebagai

sarana bagi pengembangan jiwanya. Kedua, Tarbiyat Diniyat

Tahsiniyat. Yaitu, pembinaan jiwa manusia dan kesempurnaannya

melalui petunjuk wahyu Allah.

19

Page 27: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Menurut Dr. Zakiah Daradjat, pendidikan Islam secara

terminologi (istilah) adalah usaha dan kegiatan yang dilakukan

oleh Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan seruan agama

dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh dan

menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide

pembentukan pribadi muslim.15

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan Islam atau tarbiyah adalah suatu proses edukatif yang

mengarak kepada pengembangan jiwa, penbentukan pribadi atau

akhlak dan penyampaian ajaran Islam dengan memberikan contoh

serta menciptakan lingkungan yang baik untuk membentuk

kepribadian muslim.

3. Proses Belajar AgamaPemahaman dan perilaku keagamaan umat beragama yang

inklusif, harus disesuaikan pada kondisi keberagaman masyarakat

yang serba dinamis. Dengan keinginan memperoleh hasil yang

sesuai dengan harapan yakni adanya peningkatan kualitas

kehidupan beragama, yang ditandai dengan manusia yang

rabbani.

Pada dasarnya, di lembaga pendidikan manapun, yaitu

pendidikan formal, informal, nonformal, termasuk pendididkan

Islam (Tarbiyah) di kelompok Mentoring, semuanya mengalami

pembelajaran Agama. Pembelajaran tersebut disampaikan oleh

seorang Mentor kepada Mentee-nya. Adapun materi yang

disampaikan sesuai dengan manhaj. Mentoring sekarang ini

menjadi alternative sistem pendidikan Islam yang cukup efektif

untuk membentuk Muslim berkepribadian islami. Hal ini dapat

15 Muhammad Syafari Muhammad (NPM: 03310151). Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Bagi Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Jember. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2010. SKRIPSI

20

Page 28: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

terlihat dari hasil pembinaannya yang berhasil membentuk sekian

banyak Muslim yang serius mengamalkan Islam dengan

memulainya dari belajar dan mengalami proses belajar agama,

tadinya tidak tahu menjadi tahu.

dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan

tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.

An-Nahl: 78)

Dengan merebaknya sistem pendidikan Islam melalui

program Mentoring, proses pembentukan umat islami (takwinul

ummah) akan mengalami akselerasi, sehingga-insyaa Allah-umat

yang benar-benar islami akan menjadi kenyataan dalam waktu

yang lebih cepat. Hal ini akan berdampak pada kehidupan

manusia secara menyeluruh yang lebih berpihak kepada nilai-nilai

kebenaran dan keadilan. Hal ini juga bermanfaat bagi

pengembangan pribadi para peserta kelompok Mentoring. Dengan

diadakan secara rutin dan peserta yang tetap biasanya

berlangsung dengan semangat kebersamaan (ukhuwah Islamiyah)

sehingga nuansa semacam itu, peserta belajar bukan hanya

tentang nilai-nilai Islam, tapi juga belajar untuk bekerjasama,

belajar disiplin terhadap aturan yang mereka buat bersama, belajar

berdiskusi dan menyampaikan ide, belajar mengambil keputusan

dan juga belajar berkomunikasi. Semua itu sangat penting bagi

kematangan pribadi seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya,

yakni sukses di dunia dan akhirat.

21

Page 29: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

BAB III

METODOLOGI

A. Metode PenelitianBerdasarkan tujuan yang akan diteliti pada penulisan penelitian

ini, maka metode penilitian yang digunakan adalah metode penelitian

kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh

informasi mengenai bentuk pada proses pembelajaran dalam

perubahan belajar agama di kelompok Mentoring.

Penelitian kualitatif lebih memiliki perhatian pada proses

daripada hasil atau produk. Dan bersifat deskriptif, dalam arti peneliti

tertarik pada proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui

pengamatan yang dilakukan. Maka, adapun penunjang guna

mendukung penyelesaian penelitian ini ialah dengan adanya berbagai

buku, artikel, jurnal, serta laporan penelitian yang sudah ada yang

berkenaan dengan tema penelitian untuk menggali informasi sebagai

panduan pelaksanaan penelitian dimana dimensi waktu dilaksanakan

dalam kurun waktu empat kali. Oleh karena itu, metode kualitatif ini

memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat bagi

perkembangan perubahan belajar agama di berbagai tempat.

B. Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di kelompok Mentoring – Bogor, yang

letaknya di daerah Indraprasta Warung Jambu. Adapun alamat

lengkapnya yaitu Jalan Arjuna Raya No. 4 RT 02 RW 15 Indra Prasta

Bogor 16152. Meskipun demikian, waktu dan tempat penelitian

dikondisikan dengan jadwal dan keinginan subjek peserta kelompok

Mentoring.

22

Page 30: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

C. Teknik Pengumpulan DataMetode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang

dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Pada teknik

pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik observasi.

Menurut Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar

semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan

bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda

yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang sangat jauh

(benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.16

Metode ini yaitu mengadakan pengamatan secara sistematis

terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelompok

Mentoring untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan dalam

proses pembelajaran di kelompok Mentoring. Adapun pangamatan

langsung yang digunakan adalah pengamatan partisipasi yaitu

pengamatan dengan cara kut melibatkan diri di dalamnya kerena

peneliti juga terlibat sebagai anggota kelompok Mentoring tersebut.

Kehadiran dan keikutsertaan peneliti dalam penelitian ini mutlak

diperlukan, maka penulis berperan sebagai anggota kelompok

Mentoring. Jadi, selain melakukan pengamatan secara langsung

tentang proses pembelajaran dalam perubahan belajar agama di

kelompok Mentoring, maka penulis juga berpartisipasi dengan

anggota kelompok lainnya dalam pembinaan Mentoring.

Di samping itu, kehadiran peneliti pada beberapa pengamatan,

berbaur dengan sesama anggota tidak diketahui statusnya bahwa

peneliti sedang melakukan pengamatan. Barulah saat terakhir

pertemuan pengamatan, peneliti mengutarakan kepada Mentor dan

anggota yang lain bahwa peneliti sedang melakukan pengamatan. Hal

16 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Penerbit Alfabeta), 2012, hlm 310.

23

Page 31: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

ini dilakukan semata-mata agar saat proses pembinaan dalam

Mentoring tidak terganggu dengan adanya pemberitahuan bahwa

peneliti sedang melakukan pengamatan. Alhamdulillah, tujuan yang

telah ditentukan tercapai. Yaitu adanya proses perubahan belajar

agama di kelompok Mentoring.

D. Analisis Data Data yang dikehendaki dalam penelitian ini pada dasarnya

bersifat deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini, data yang

dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut

berasal dari catatan observasi yang dicatat secara pribadi dan

disimpan dalam dokumen pribadi yang kemudian diambil kesimpulan

dari data tersebut.

Dengan demikian, tujuan deskriptif kualitatif adalah untuk

menggambarkan realitas yang sebenarnya sesuai dengan fenomena

yang ada secara mendalam, rinci, dan tuntas. Analisa yang dimaksud

yaitu mendeskripsikan dan menguraikan tentang pembinaan dalam

proses pemebelajaran perubahan belajar agama di kelompok

Mentoring.

24

Page 32: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian1. Sejarah Mentoring pada Zaman Nabi

Dengan menggunakan manhaj tarbiyah melalui sistem

pelaksanaan Mentoring, didapatkan kearifan, kejelian, dan

langsung di bawah asuhan seorang mentor. Karena pertama Allah

yang memerintahkan dan kedua Nabi yang mencontohkan

modelnya. Rasul membina umatnya yaitu dengan proses bentuk

pertemuan ketika Rasulullah menyebarkan Islam kepada orang-

orang terdekatnya yaitu istrinya, sahabatnya Abu Bakar ash-

Shiddiq yang kemudian menyebarkan kepada teman-teman

bisnisnya lalu merekrut Utsman bin Affan, kemudian Khadidjah

mengajak kepada keluarga terdekatnya yaitu Ali bin Abi Thalib, lalu

Ali mengajak kepada orang terdekatnya dirumah yaitu

pembantunya (khodimat) Zaid bin Haritsah kemudian kepada

teman dekatnya yang sesama budak yaitu Bilal hingga seterusnya.

Jadi, begitulah Islam yang melebar atau menyebarluakan

lewat kedekatan hubungan yang seharusnya manhaj itu harus

dipertahanlan. Jika kita ingin mengajak orang kepada kebaikan

haruslah pada orang-orang terdekat kita dahulu. Dan ketika

assabiqunal awwalun masuk Islam itu melakukan proses transfer

of knowledge, ada pengajian, ada proses interaksi.17

Ketika ada 12 orang masuk Islam, strategi Nabi yaitu masuk

pada kemah-kemah. Pada musim haji tahun kesebelas dari

nubuwah, tepatnya pada bulan Juli tahun 620 M, dakwah Islam

memperoleh benih-benih yang baik, dan secepat itu pula tumbuh

17 Taujih Ust. Herry. Pada acara Mentor Schooling tema “Urgensi Membina” di Masjid At-Tarbiyah, SMAN 6 Bogor. 2014

25

Page 33: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

menjadi pohon yang rindang. Di bawah lindungannya, orang-orang

Muslim bia melepaskan diri dari lembaran-lembaran kezhaliman

dan kesewenang-wenangan yang telah berjalan beberapa tahun.

Ada satu langkah bijaksana yang dilakukan Rasulullah

Shallallahu alaihi wa Sallam dalam menghadapi tindakan

penduduk Makkah yang selalu mendustakan dan menghalang-

halangi orang yang mengikuti jalan Allah, yaitu beliau menemui

berbagai kabilah pada malam hari, sehingga tak seorang pun dari

orang-orang musyrik Makkah yang bisa menghalang-halanginya.

Suatu malam dengan ditemani Abu Bakar dan Ali, beliau

keluar dan melewati perkampungan Dzuhl dan Syaiban bin

Tsa’labah. Beliau menyampaikan Islam kepada mereka. Abu

Bakar dan seseorang dari Dzuhl mengadakan perdebatan yang

cukup seru. Adapun Bani Syaiban memberikan jawaban yang

tuntas, namun mereka masih menunda untuk menerima Islam.

Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam melewati

Aqabah di Mina. Di sana beliau mendengar beberapa orang yang

sedang mengobrol. Maka beliau mendekati mereka. Ternyata

mereka ada enam oran dari pemuda Yastrib, yang semuanya

berasalah dari Khazraj, yaitu:

a) As’ad bin Zurarah, dari Bani An-Najjar.

b) Auf bin Al-Harits bin Rifa’ah bin Afra, dari Bani An-Najjar.

c) Rafi’ bin Malik bin Al-Ajlan, dari Bani Zuraiq.

d) Qutbah bin Amir bin Hadidah, dari Bani Zuraiq.

e) Uqbah bin Amir bin Nabi, dari Bani Ubaid bin Ka’ab.

f) Jabir bin Abdillah bin Ri’ab, dari Bani Ubaid bin Ka’ab.

Untungnya mereka sudah pernah mendengar dari sekutu-

sekutu mereka dari kalangan Yahudi Madinah, bahwa ada seorang

nabi yang diutus pada masa ini, yang akan muncul dan mereka

mengikutinya, sehingga mereka bisa memerangi Khazraj seperti

peperangan yang menghancurleburkan kaum Ad dan Iram.

26

Page 34: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

“Siapakah kalian ini?” tanya beliau setelah saling bertemu

muka dengan mereka.

“Kami orang-orang dari Khazraj,” jawab mereka.

“Sekutu orang-orang Yahudi?” tanya beliau.

“Benar,” jawab mereka.

“Maukah kaliah duduk-duduk agar bisa berbincang-bincang

dengan kalian?”

“Baiklah.”

Mereka pun duduk-duduk bersama beliau, lalu beliau

menjelaskan hakikat Islam dan dakwahnya, mengajak mereka

kepada Allah dan membacakan Al-Qur’an. Mereka berkata, “Demi

Allah, kalian tahu sendiri bahwa memang dia benar-benar seorang

nabi seperti apa yang dikatakan orang-orang Yahudi. Janganlah

mereka mendahului kalian. Oeh karena itu segeralah memenuhi

seruannya dan masuklah Islam!”

Mereka ini termasuk pemuda pemuda Yastrib yang pandai.

Setiap saat peperangan antarpenduduk siap meluluhlantahkan,

yang saat itu pun baranya masih tetap menyala. Maka mereka

berharap dakwah beliau ini bisa menjadi sebab untuk meredakan

peperangan. Mereka berkata, “Kami tidak akan membiarkan kaum

kami dan kaum yang lain terus bermusuhan dan berbuat jahat.

Semoga Allah menyatukan mereka dengan engkau. Kami akan

menawarkan agama yang telah kami peluk ini. Jika Allah

menyatukan mereka, maka tidak ada orang yang lebih mulia selain

daripada engkau.”

Sekembalinya ke Madinah18, mereka membawa risalah Islam

dan menyebarkannya di sana. Sehingga tidak ada satu rumah pun

di Madinah melainkan sudah menyebut nama Rasulullah

Shallallahu alaihi wa Sallam.19

18 Dahulunya adalah Yastrib.19 Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), 1997, cet. 1, hlm 149-150.

27

Page 35: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Sudah disebutkan di atas bahwa terdapat enam orang dari

penduduk Yastrib yang masuk Islam pada musim haji tahun

kesebelas dari nubuwah, dan mereka berjanji kepada Rasulullah

Shallallahu alaihi wa Sallam untuk menyampaikan risalah di

tengah kaumnya.

Hasilnya, ada duabelas orang yang datang ke Makkah pada

musim haji berikutnya. Lima orang di antara adalah enam orang

yang sudah berhubungan dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa

Sallam sebelumnya. Orang yang keenam tidak ikut bergabung kali

ini adalah Jabir bin Abdillah bin Ri’ab. Adapun tujuh orang sisanya

adalah:

a) Mu’adz bin Al-Harits bin Afra’ dari Bani An-Najjar dari Khazraj.

b) Dzakwan bin Abdul-Qais dari bani Zuraiq dari Khazraj.

c) Ubadah bin Ash-Shamit, dari Bani Ghanm dari Khazraj.

d) Yazin bin Tsa’labah, dari sekutu Bani Ghanm dari Khazraj.

e) Al-Abbas bin Ubadah bin Nadhlah, dari Bani Salim dari Khazraj.

f) Abul-Haritsam bin At-Taihan, dari Bani Salim dari Khazraj.

g) Uwaim bin Sa’idah, dari Bani Amr bin Auf dari Aus.

Mereka bertemu Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam di

Aqabah di Mina, lalu mengucapkan baiat seperti butir-butir baiat

para wanita saat penaklukan Makkah.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Ubadah bin Ash-Shamit,

bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bersabda,

“Kemarilah dan berbaiat kalian kepadaku untuk tidak

menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak mencuri, tidak

berzina, tidak membunuh anak-anak sendiri, tidak akan berbuat

dusta yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak

mendurhakai dalam urusan yang baik. Barang siapa di antara

kalian yang menepatinya, maka pahala ada pada Allah. Barang

siapa mengambil sesuatu dari yang demikian ini, lalu dia disiksa di

28

Page 36: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

dunia, maka itu merupakan ampunan dosa baginya, dan barang

siapa mengambil sesuatu dari yang demikian itu lalu Allah

menutupinya, maka urusannya terserah Allah. Jika menghendaki

Dia menyiksanya dan jika menghendaki Dia akan

mengampuninya.” Lalu aku pun berbaiat kepada beliau.

Setelah baiat itu sudah terlaksana secara sempurna dan

musim haji juga sudah selesai, maka beliau mengirim duta yang

pertama ke Yastrib bersama-sama dengan mereka, untuk

mengajarkan syariat-syariat Islam dan pengetahuan agama

kepada orang-orang Muslim di sana, sekaligus menyebarkan Islam

di antara penduduk yang masih musyrik. Tugas sebagian duta ini

diserahkan kepada seorang pemuda Islam yang termasuk

pendahulu Islam, yaitu Mush’ab bin Umair al-Abdari.20

Mush’ab bin Umair inilah mentor pertama, grup Mentoring

pertama di Madinah. Jadi 12 orang yang masuk Mentoring itu pas

dengan yang sama-sama kita ketahui bahwa dalam satu grup

Mentoring itu terdiri dari 12 orang, itu karena pada zaman Nabi

juga terdiri dari 12 orang.

Dalam prosesnya selama 1 tahun, Mush’ab bin Umair

berhasil menyebarluaskan dakwah dengan luas dan mampu

mengajak orang banyak untuk masuk Islam, sehingga pada musim

haji tahun berikutnya medapatkan banyaknya 72 orang dalam 6

kelompok. Mereka berbaiat kepada Nabi dan disebut dengan Bait

Aqabah II. Kemudian, Mush’ab melapor kepada Nabi tidak ada

20 Ibid, 159-160.Dibalik kesuksesan Mush’ab bin Umair yaitu di Madinah banyak keluarga Nabi

saw dari ibu kakeknya tapi Mush’ab bukan dari keluarga Nabi saw. sehingga, penduduk Madinah menganggap dakwah Mush’ab dengan objektif; mush’ab adalah seorang pemuda kaya dan tampan serta berwibawa; Mush’ab seorang ahli diplomasi dan coaching yang handal; Mush’ab punya pengalaman hijrah ke Habasyah; dan sengaja tidak dikirim Abu Bakar atau Utsman, agar tidak muncul anggapan bahwa Islam hanya untuk orang kaya. Tidak juga dikirim Bilal agar tidak dilecehkan. Dikutip dari buku 365 Soal Jawab Sirah Nabawiyah oleh Hepi Andi Bastoni, 2014, hlm 62-63.

29

Page 37: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

satu rumah pun di Madinah melainkan sudah menyebut nama

Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam.21

Fenomena halaqah/usroh22 berawal dari berdirinya jama‘ah

Ikhwanul Muslimin pada tahun 1928 M di Mesir. Pendiri Ikhwanul

Muslimin, Hasan Al Banna –semoga Allah merahmatinya– sangat

prihatin dengan kondisi umat Islam saat itu yang jauh dari nilai-nilai

Islam. Beliau berusaha keras mengembalikan umat kepada

agamanya. Dari pengamatannya yang mendalam tentang kondisi

umat Islam, beliau sampai pada satu kesimpulan bahwa jauhnya

umat dari Islam disebabkan mereka tidak terdidik secara Islami.

Lalu beliau mengenalkan sistem pendidikan alternatif yang harus

dilakukan oleh anggota jama’ahnya. Sistem itu disebut dengan

sistem usroh. Anggota jama‘ahnya dibagi dalam kelompok-

kelompok kecil berdasarkan tingkat pemahamannya terhadap

Islam. Dengan dibimbing oleh seorang naqib23, para anggota

Ikhwanul Mulimin saat itu secara serius mempelajari Islam yang

berorientasi pada pengamalan Islam. Hasilnya, jama‘ah Ikhwanul

Muslimin saat itu dikenal oleh kawan dan lawannya sebagai

jama‘ah yang anggotanya sangat konsisten menegakkan Islam di

dalam diri dan di masyarakat. Sepeninggal Hasan Al Banna,

sistem usroh dilanjutkan oleh para pengikutnya. Sistem ini

akhirnya menyebar –dengan berbagai modifikasinya– ke berbagai

gerakan Islam lainnya.24

Dengan adanya mentor, materi yang disampaikan pun

sesuai yang dialami sebelumnya saat masuk Islam dan kemudian

mengajarkan pada kelompok Mentoringnya. Jadi, perbahan

21 Taujih oleh Ust. Pada acara Mentor Schooling tema “Urgensi Membina” di Masjid At-Tarbiyah, SMAN 6 Bogor.22 Atau disebut juga dengan Mentoring.23 Bisa disebut dengan Mentor.24 Satria Hadi Lubis, Menggairahkan Perjalanan Mentoring, (Yogyakarta: Pro You), 2010, hlm 17-18.

30

Page 38: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

MasulahKarizma Rindu I

SekretarisFadila

BendaharaAfifah U. Karimah

Suun Qur’anWilda Kholiilaa

Suun Mutaba’ahDiar Nuricha P.

Susun TarbawiNada

Anggota

Amani Hanifah Lilis Muslicha

dakwah Nabi itu karena terjadi proses tarbiyah yang dapat

memepngaruhi orang lain dan pada fase inilah yang merupakan

satu momentum strategis untuk membentuk formasi baru dalam

pengembangan dakwah dan pendidikan Islam (tarbiyah).

2. Struktur Organisasi Kelompok Mentoring

Tugas Masing-Masing BagianUntuk menyelenggarakan pertemuan kelompok

Mentoring tiap pertemuan pekanan sebagaimana tersebut

diatas, maka tugas masing-masing bagian pada kelompok

Mentoring antara lain:

1) Masulah

Mengetahui kabar masing-masing atau kesibukan atau

aktivitas para anggota kelompok Mentoring.

31

Page 39: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Menjadwalkan agenda pekanan Mentoring.

Men-jarkom25 anggota kelompok Mentoring dengan

format menanyakan siapa sajakah yang bisa hadir.

Mengetahui anggota kelompoknya siapa saja yang bisa

hadir.

Mengetahui siapa saja yang tidak bisa hadir dengan

memberikan alasan yang syar’I bagi anggota

kelompoknya.

Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.

Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara.

2) Sekretaris

Mengatur administrasi dalam kelompok Mentoring.

Merekap hasil Mutaba’ah.

Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.

Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara.

3) Bendahara

Mengatur dan mengelola pemasukan keuangan

kelompok Mentoring yakni dengan diadakannya infaq

tiap pertemuan.

Mencatat pemasukan dan pengeluaran yang dipakai

oleh kelompok Mentoring.

Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.

Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

25 Menghubungi anggota kelompok yang lain melalui SMS atau Telepon atau Jaringan Pribadi lainnya sehingga informasi agenda Mentoring dapat diketahui oleh semua anggota.

32

Page 40: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Membayar infaq seikhlasnya.

4) Suun Mutaba’ah

Memantau mutaba’ah atau amalah Yaumiyah anggota

kelompok Mentoring.

Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.

Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara.

5) Suun Tarbawi

Memantau pembagian kultum anggota kelompok

Mentoring.

Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.

Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara.

6) Suun Qur’an

Mencatat hafalan Qur’an para anggota kelompok

Mentoring tiap pertemuan pekanan.

Mengingatkan hafalan Qur’an para anggota kelompok.

Membuat hasil sun qur’an tiap 2 bulan sekali dalam

bentuk diagram dan kemudian dilaporkan dalam forum

pertemuan kelompok Mentoring.

Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.

Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara.

7) Anggota

Mengingatkan anggota lainnya jika ada yang kelupaan

mengenai jadwal agenda pekanan Mentoring.

Mengikuti semua kegiatan dalam kelompok Mentoring.

33

Page 41: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Melaporkan amalan Yaumiyah atau Mutaba’ah kepada

masing-masing PJ.

Membayar infaq seikhlasnya kepada bendahara.

34

Page 42: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

3. Kurikulum

NoMateri

MentoringTujuan

Metode Pendekatan

Referensi

1 Amal Jama’I Peserta mengetahui

pengertian amal jama’I

Peserta memahami

pentingnya beramal jama’i

Peserta mengetahui ciri-ciri

amal jama’I

Ceramah

dan Diskusi

Mushtafa Masyhur, Amal Jama'i:

Gerakan Bersama, Al-Islahi Press

Abdurrahman bin Abdul Khaliq Al-Yusuf,

Legitimasi Amal Jama'i: Kupasan

Gamblang tentang Keharusan Beramal

Jama'i, Pustaka Tadabbur

Mushtafa Masyhur, Al-Qiyadah wal

Jundiyah, Al-Islahi Press

Dr.Yusuf Al-Qardhawi, Prioritas Gerakan

Islam Jilid I, Usamah Press

2 Makna

Syahadatain

Peserta mamahami makna

dan hakikat dua kalimat

syahadah

Peserta menngetahui

pengaruh dua kalimah

Paket BP Nurul Fikri , Syahadahmu

Syahadahku

Muh. Bin Sid bin Salim Al-Qahthany,

Loyalitas Muslim Terhadap Islam

Muh. Said Al-Qaathani, Muh. Bin Abd.

36

Page 43: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

syahadah bagi kehidupan

seoorag mukmin

Peserta termotivasi untuk

menjalankan secara benar

syahadah uluhiyah dan

syahadah risalahnya dalam

kehidupan sehari-hari

Wahhab, Muh. Qutb, Memurnikan Laa

Ilaaha Illallah

Koleksi Bahan Tarbiyah Islamic Network

(Isnet, 1996)

Aqidah Seorang Muslim, Al Ummah

3 Karakteristik

Iman dan

Jalannya

Peserta mengetahui dan

memahami pengertian

karakteristik iman

Peserta mengetahui jalan

yang ditempuh dalam rangka

keimanan

Peserta mengetahui

konsekuensi iman

Ceramah

dan Diskusi

Dr.Ali Gharisah, Beriman yang Benar,

GIP

Abdul Majid Aziz Azzindani, Jalan

Menuju Iman

4 Islam sebagai

Sistem Hidup

Peserta memahami

karakteristik Islam sebagai

diinul haq

Peserta mengetahui

Ceramah

dan Diskusi

Materi Mentoring Islamic Study

1994-/1995

Panduan Aktivis Harokah, Pustaka Al-

Ummah, Jakarta

37

Page 44: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

pentingnya memahami Islam

secara menyeluruh

Dr.Yusuf Al-Qaradhawi, Karakteristik

Islam: Kajian Analitik, Risalah Gusti

5 Hal-hal yang

Menguatkan

Iman

Peserta mengetahui sebab-

sebab bertambahnya iman.

Muhammad Sholih Al Munajjid, Obat

Lemahnya Iman, Darul Falah

Dr. Muhammad Na'im Yasin, Yang

menguatkan yang membatalkan Iman,

GIP

6 Hal-hal yang

Melemahkan

Iman

Peserta memahami adanya

fluktuasi keimanan

Peserta mengetahui

fenomena lemahnya iman

Peserta mengetahui

penyebab lemahnya iman

Muhammad Sholih Al Munajjid, Obat

Lemahnya Iman, Darul Falah

7 Islam:

Kemarin, Kini,

dan Esok

Peserta mengetahui

keberadaan/posisi dirinya

dalam peta perkembangan

Islam

Peserta mempunyai sikap

optimis bahwa masa depan

Ceramah

dan Diskusi

Hasan Al-Banna, Dakwah islam,

Kemarin, Kini dan Esok

Dr. Abdullah 'Azzam, Islam dan Masa

Depan Umat Manusia, Bayan Press

38

Page 45: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

pasti di tangan Islam

Peserta mengetahui faktor-

faktor yang mendukung

kebagnkitan Islam

8 Sabar Peserta mengetahui

pengertian sabar

Peserta mengetahui macam-

macam sabar

Peserta mermahami hikmah

cobaan bagi kaum mukmin

Ceramah

dan Diskusi

Dr.Yusuf Al-Qardhawi, Al-Qur'an

Menyuruh kita sabar, GIP.

ISNET, Koleksi Bahan Tarbiyah, 1996

Ibnu Qoyyim Al-Jauuziyah, Hikmah

Cobaan, Pustaka Al-Kautsar

9 Tadabbru QS.

Ali Imran:

190-191

Peserta memahami hikmah

dan pelajaran dari QS.3:190-

191

Peserta mengetahui ciri-ciri

orang yang berakal (Ulil

Albab)

Al-Qur'an dan tafsirnya,Universitas

Islam Indonesia

Al-Qur'an dan

Terjemahannya,Departemen Agama RI

Prof. Dr.Hamka,Tafsir al-Azhar Juz IV,

Pustaka Panjimas

Majalah Nurul Fikri,Ulil Albab, Sosok

Cendekiawan Versi al-Qur'an,

No.4/II/Ramadhan 1411-Maret 1991

39

Page 46: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

10 Wala’ dan

Bara’

Peserta memahami

pengertian Wala' dan Bara'

Peserta memahami

pentingnya Wala' dan Bara'

dalam kehidupan seorang

muslim

Peserta mengetahui kepada

siapa Wala' seorang muslim

harus diberikan dan Bara'

harus diarahkan

Ceramah

dan Diskusi

Muhammad bin Sa'id bin Salim Al-

Qahthany, Loyalitas Muslim terhadap

Islam, Ramadhani

Muhammad bin Sa'id bin Salim Al-

Qahthany,Muh. bin Abdul Wahhab dan

Muhammad Qutb, Memurnikan Laa

Ilaaha Illallah, GIP

11 Syarat

Diterimanya

Syahadat

Peserta mengetahui syarat-

syarat diterimanya syahadah

seorang muslim

Ceramah

dan Diskusi

Muhammad bin Sa'id bin Salim Al-

Qahthany, Loyalitas Muslim Terhadap

Islam, Ramadhani.

Muhammad bin Sa'id bin Salim Al-

Qahthany, Muh. Bin Abdul Wahhab dan

Muhammad Qutb, Memurnikan Laa

Ilaaha Illallah, GIP.

Dr. Ibrahim Muhammad Abdullah Al-

Buraikhan, Pengantar Studi aqidah

40

Page 47: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Islam, Litbang Pusat Studi Islam Al-

Manar.

12 Aqidah

Islamiyah

Peserta memahami makna

aqidah secara bahasa dan

istilah

Peserta memahami

hubungan iman kapada Allah

dengan aqidah Islam

Peserta memahami standar

nilai aqidah Islam

Peserta memahami makna

dan jenis tauhid

DR.Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-

Buraikan, Pengantar Studi Aqidah

Islam.

Aqidah Seorang Muslim, Al-Ummah

Sayyid Sabiq, Aqidah Islam, Pola Hidup

Manusia Beriman, C.V.Diponegoro.

41

Page 48: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

4. Lokasi dan Subjek Penelitiana) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelompok Mentoring – Bogor,

yang letaknya di daerah Indraprasta Warung Jambu. Adapun

alamat lengkapnya yaitu Jalan Arjuna Raya No. 4 RT 02 RW 15

Indra Prasta Bogor 16152. Meskipun demikian, waktu dan

tempat penelitian dikondisikan dengan jadwal dan keinginan

subjek peserta kelompok Mentoring.

Pada kelompok Mentoring ini memiliki 8 orang anggota

dan 1 orang mentor. latar belakang pendidikan yang berbeda

tidak menyurutkan semangat untuk hadir pada pertemuan tiap

pekannya.

b) Subjek PenelitianPenelitian kualitatif bertujuan untuk membuat generalisasi

hasil penelitian. Hasil penelitian lebih bersifat kontekstual. Pada

penelitian kualitatif disebut informan atau subjek penelitian,

yaitu orang-orang yang terpilih untuk diamati atau diobservasi

sesuai tujuan penelitian. Melalui metode kualitatif kita dapat

mengenal orang (subjek) secara pribadi dan melihat mereka

mengembangkan definisi mereka sendiri tentang ke-Islaman

dan komunikasi yang mereka lakukan.

Maka, subjek penelitian ini adalah anggota kelompok

Mentoring yang sedang haus akan Ilmu pengetahuan Islam.

5. Sarana dan PrasaranaDalam suatu lembaga pendidikan maupun lembaga lainnya,

termasuk kelompok Mentoring mutlak mempunyai sarana dan

prasarana sebab keberadaannya berfungsi penting di dalam

proses menjalankan program yang telah dipersiapkan oleh

lembaga atau kelompok Mentoring tersebut.

42

Page 49: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Sarana dan prasarana dapat berupa fisik maupun non fisik.

Fisik misalnya, berupa bangunan dan hal lainnya yang berupa

materi. Sedangkan non fisik misalnya berupa bimbingan maupun

ide-ide. Namun, yang lebih dominan adalah yang berupa non fisik,

tapi keberadaan fisik juga berarti.

Yang lebih dominan ialah berupa non fisik dikarenakan pada

kelompok Mentoring itu diajarkan Islam melalui ceramah dan

penjabaran yang terkonsep oleh mentor. Ia menjelaskan secara

detail mengenai tema yang akan dibahas tiap pertemuannya.

Contoh, pada suatu pertemuan kami membahas mengenai tema

“Persiapan Menuju Ramadhan”. Dengan dikomandoi oleh mentor,

kami diarahkan untuk mempersiapkan amalan plus plus saat

Ramadhan tahun ini. Jika pada bulan selain bulan Ramadhan kita

dapat mengkhatamkan 1 juz Al-Qur’an per harinya, maka pada

bulan Ramadhan diharapkan dapat lebih dari target awal. Lalu, jika

pada bulan selain bulan Ramadhan kita dapat menunaikan shalat

dhuha maupun qiyamul lain hanya 4 rakaat, maka pada bulan

Ramadhan harus bisa lebih dari itu.

Selain target amalan Yaumiyah yang dibahas, mengenai

akhlak yang baik pun dibahas. Kita diharapkan mampu

memperbaiki akhlak yang tadinya tidak baik menjadi baik, juga

mampu mengamalkan akhlak tersebut dalam kehidupan sehari-

hari. Amalan Yaumiyah/Mutaba’ah inilah yang mengantarkan

peserta kelompok Mentoring memiliki akhlaqul karimah yang baik

sesuai dengan tuntunan syariat Islam yang dibawakan oleh Nabi

Muhammad saw.

6. Kegiatan Kelompok MentoringAdapun kegiatan kelompok Mentoring berupa kegiatan yang

rutin dilaksanakan tiap pekannya dengan di komandoi oleh

seorang mentor. Kegiatannya seperti dalam tabel berikut ini:

43

Page 50: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

No Rentang Waktu

Kegiatan Keterangan

1 2 menit Pembukaan Oleh MC

2 25 menit Tilawah dan pembacaan

terjemah Al-Qur’an

Oleh masing-masing

anggota

3 15 menit Hafalan Al-Qur’an Oleh masing-masing

anggota

4 7 menit Kultum Oleh seorang anggota

dan telah ditentukan

oleh Suun Tarbawi

5 30 menit Materi Mentoring Oleh Mentor

6 15 menit Diskusi Materi Mentoring Semua terlibat

7 8 menit Pengisian form Mutaba’ah Oleh masing-masing

anggota

8 10 menit Qadhaya (Tanya jawab

mengenai kondisi masing-

masing)

Semua terlibat

9 5 menit Pembacaan Do’a Rabithah Oleh Mentor

10 3 menit Penutupan Oleh MC

Kegiatan pertemuan Mentoring jika dijumlah, menghabiskan

selama kurang lebih 2 jam penuh atau 120 menit. Tidak selamanya

kegiatan Mentoring dalam waktu 2 jam. Kadangkala, bisa kurang

dari 2 jam. Dan juga terkadang bisa lebih dari 2 jam. Hal ini

disesuaikan dengan bobot materi dan estimasi keterlambatan

datangnya para anggota kelompok Mentoring, dikarenakan

ragamnya aktivitas tiap individu, juga tidak bisa memperkirakan

lamanya perjalanan untuk sampai pada waktunya karena yang

terjadi selama dalam perjalanan –kendaraan bermotor– tidak dapat

diperkirakan.

Acuan penulis menuliskan pada tabel selama 2 jam atau 120

menit hanyalah estimasi rentang waktu yang memang idealnya

44

Page 51: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

pertemuan kelompok seperti pada tebel tersebut. Jika ada

percepatan atau perlambatan dalam pertemuan yang lainnya, itu

disesuaikan dengan kondisi semua yang terlibat di dalamnya.

B. Deskripsi Proses Belajar Agama1. Paparan dan Analisis Data

Pada kegiatan kelompok Mentoring setiap pekannya,

diharapkan mampu untuk menumbuhkan kesadaran beragama

pada setiap anggota, mengembangkan potensi, mengokohkan

persatuan, mengangkat konsep persaudaraan dalam setiap

keadaan, dan merasakan nikmatnya ukhuwah sepanjang

perjalanan Mentoring.

Karena itu, salah satu cara yang paling efektif untuk

mengatasi kebodohan umat adalah dengan memasyarakatkan

kegiatan Mentoring dan mentarbiyahkan masyarakat, sehingga

umas terdidik secara islami. Umat yang terdidik secara islami akan

mampu mengatasi berbagai masalah yang muncul dengan solusi

yang lebih tepat yakni yang datangnya dari Allah swt.

Selain itu, untuk menjadikan kegiatan Mentoring sebagai

wadah tarbiyah (pendidikan Islam) yang efektif, maka para aktivis

dakwah (termasuk Mentor dan Mentee) harus berupaya agar

kegiatan ini dapat berjalan dengan sukses (muntijah). Dengan

demikian, kegiatan Mentoring dapat berorientasi pada kesuksesan

dalam pembangunan umat yang islami. Tercapainya kegiatan

Mentoring haruslah dinamis dan produktif. Dinamis, jalannya

kegiatan Mentoring berlangsung dengan menggairahkan dan tidak

membuat terasa jemu. Produktif, tujuan kegiatan Mentoring dapat

terwujud, yakni pada tercapainya muwashafat.

Dinamis dan produktif menjadi faktor yang penting dalam

mengukur kegiatan Mentoring yang sukses, sebab kesuksesan

harus dilihat dari dua paradigm, yaitu proses dan hasil. Kita tidak

45

Page 52: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

bisa mengukur kesuksesan suatu sistem hanya dengan melihat

satu paradigma saja, apakah proses atau hasil. Dalam sistem

sosial seperti kegiatan Mentoring, keberhasilah tidak dapat diukur

dari proses atau hasilnya saja. Namun, kedua-duanya penting

sebagai indikator untuk mengukur keberhasilan sebuah sistem

sosial yaitu kegiatan Mentoring.

Dinamisasi kegiatan Mentoring akan mengukur sampai

sejauh mana kepuasan aktivitas yang dialami mentor maupun

mentee di dalam kegiatan Mentoring. Misalnya, nikmatnya

ukhuwah Islamiyah dalam kegiatan Mentoring tak mungkin

terwujud tanpa perhatian terhadap dinamisasi kegiatan Mentoring.

Aktivitas kegiatan Mentoring tidak cukup hanya sekedar

memberikan taujih (arahan) saja tentang ukhuwah untuk

mewujudkan nikmat ukhuwah, akan tetapi perlu dipraktikan di

dalam kegiatan Mentoring itu sendiri.

Hal ini akan terwujud dengan adanya peran Mentor dalam

mewujudkan kegiatan Mentoring yang sukses. Perannya jauh lebih

penting dan dominan dari peserta anggota kelompok Mentoring itu

sendiri, boleh dikatakan sukses atau tidaknya sebuah kegiatan

Mentoring ada di tangan Mentor, hal ini dikarenakan ia adalah

pemimpin dalam kelompok Mentoring. Ia yang memotivasi,

mengarahkan, membimbing, mendidik, mengevaluasi, dan

mengendalikan perjalanan kegiatan Mentoring. Peran peserta

dalam menyukseskan kegiatan Mentoring lebih sebagai faktor

sekunder, mereka memiliki kemauan dan kemampuan yang tinggi

untuk menyukseskan kegiatan Mentoring.

Saat ini laju dakwah bergerak lebih cepat, dibutukan

keseriusan untuk menanganinya. Dakwah yang serius hanya bisa

ditangani oleh orang yang serius pula. Tanpa keseriusan, dakwah

tidak mungkin berhasil. Oleh karena itu, pembentukan kegiatan

Mentoring yang sukses menjadi urgen adanya, yaitu meningkatkan

46

Page 53: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

dinamisasi dan mencapai produktivitas. Kedua-duanya harus

dilakukan secara simultan untuk mencapai kesuksesan Mentoring.

Jadi, meningkatkan dinamisasi dan mencapai produktivitas

Mentoring harus dilakukan secara bersama-sama sehingga

kegiatan Mentoring dapat mencetak kader-kader yang tangguh

untuk dakwah dan umat.

2. Metode Proses Belajar Agama

Betapa pun sempurnanya materi, lengkapnya bahan dan

aktualnya isu-isu yang disajikan, tetapi bila disampaikan dengan

cara yang semberono, tidak sistematis, maka akan menimbulkan

kesan yang tidak menggembirakan. Tetapi sebaliknya, walaupun

materi kurang sempurna, bahan sederhana dan isu-isu yang

disampaikan kurang aktual, namun disajikan dengan cara yang

menarik dan menggugah, maka akan menimbulkan kesan yang

menggembirakan. Untuk itu, Mentoring haruslah dikemas dengan

cara dan metode yang tepat. Mentoring harus tampil secara aktual

dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat di

tengah masyarakat, faktual dalam arti konkret dan nyata, dan

konstektual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang

sedang dihadapi oleh masyarakat.

Metode dakwah dalam Mentoring. Yaitu sudut pandang kita

terhadap proses dakwah. Umumnya, penentuan pendekatan di

dasarkan pada mentee atau penerima dakwah dan suasana yang

melingkupinya. Maka, dalam metode dakwah tersebut melibatkan

semua unsur dakwah, bukan hanya mitra dakwah (mentee) saja.

Terdapat dua pendekatan dakwah, yaitu pendekatan yang terpusat

pada pendakwah dan pendekatan dakwah yang terpusat pada

mitra dakwah (mentee).

47

Page 54: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Adapun metode ke-Mentoring-an yang dipakai yaitu

mendorong mentee untuk bertukar pikiran tentang suatu masalah

keagamaan sebagai pesan dakwah antar beberapa orang dalam

tempat tertentu. Biasanya, peserta terdiri antara 3 sampai 12 orang

dalam satu kelompok dan kegiatan Mentoring diadakan seminggu

sekali. Dalam Mentoring, pasti ada dialog yang tidak hanya sekadar

bertanya, tetapi memberikan sanggahan atau usulan dan dapat

dilakukan dengan komunikasi tatap muka ataupun komunikasi

kelompok.

Kelebihannya yaitu sarana dakwah akan tampak hidup

karena semua mentee dapat mencurahkan perhatiannya kepada

masalah yang sedang didiskusikan, diharapkan akan menimbulkan

sifat-sifat yang positif pada mitra dakwah seperti toleransi,

musyawarah, berpikir sistematis dan logis, serta materi akan dapat

dipahami secara mendalam.

Teknik dalam metode Mentoring antara lain mentor membuat

persiapan yang matang sebelum bertukar pikiran dengan membaca

dan memikirkan mengenai materi yang akan disampaikan dan

dibahas, memberikan suatu kisah atau cerita yang terkait dengan

materi yang akan disampaikan dan dibahas, memberitahukan tema

materi lalu dilanjut dengan membahas materi yang telah

dipersiapkan, mengajukan pertanyaan kepada menteenya jika ada

yang ingin didiskusikan, mengemukakan ikhtisar atau kesimpulan

dari keseluruhan materi, diakhiri dengan qodoya atau tanya kabar

mengenai aktivitas perminggunya, dan dilanjut dengan mengisi

form mutaba’ah.26

Adapun proses belajar agama dalam kegiatan Mentoring

yakni berbentuk pengarahan dan bimbingan. Hal ini dapat dilihat

26 Lilis Muslicha, Islam dan Dakwah, (Bogor: Universitas Ibn Khaldun Bogor), 2013, hlm 16-17, MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM.

48

Page 55: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

dalam bentuk kegiatan yang memberikan bimbingan kepada

binaannya yaitu peserta kelompok Mentoring oleh Mentor

mengenai pendidikan, penghayatan, pembentukan akhlak, dan

pengamalan agama.

Selain itu, bentuk penilaian yang dilakukan ialah ingin

mengetahui sejauh mana peserta kelompok Mentoring memahami,

menghayati, dan mengamalkan materi Mentoring yang diberikan.

Dengan adanya proses pembelajaran dalam perubahan

belajar agama di kelompok Mentoring, maka akan memberikan

dampak positif yaitu tercapainya tujuan Mentoring yakni yang

tertuang dalam muwashafat, pembentukan akhlak yang semakin

baik, dan membentuk kader-kader yang tangguh untuk dakwah dan

umat.

49

Page 56: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

BAB V

PENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan yang telah

diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

1. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi

dari pengalaman-pengalaman dari proses memperoleh

pengetahuan yang dilakukan dalam bentuk perilaku atau latihan.

Dan dapat dikatakan juga bahwa dalam proses pembelajaran

Mentoring, belajar juga diperlukan karena belajar merupakan

proses transformasi dari tidak memiliki ilmu dan tidak tahu menjadi

memiliki ilmu dan tahu; dari tidak mempunyai kehendak menjadi

memiliki kehendak; dari tidak mempunyai amal menjadi memiliki

produktivitas.

Agama adalah ajaran yang berasal dari Allah swt. yang di

dalamnya terdapat ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan

kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Jadi,

agama adalah “Hubungan antara makhluk dan Khaliq-Nya”

2. Mentoring adalah sekumpulan orang yang terdiri dari 3-12 orang

yang bergabung dalam satu kelompok yang kesemuanya ingin

mempelajari dan mengamalkan Islam secara serius. Kegiatan

Mentoring ini berkaitan dengan pendidikan atau pengajaran Islam

(tabiyah Islamiyah)

3. Terdapat pengaruh pada perubahan belajar agama dalam proses

pembelajaran di kelompok Mentoring, yaitu terlihat dari hasil

pembinaannya yang berhasil membentuk sekian banyak Muslim

yang serius mengamalkan Islam dengan memulainya dari belajar

dan mengalami proses belajar agama, tadinya tidak tahu menjadi

50

Page 57: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

tahu. Dengan merebaknya sistem pendidikan Islam melalui

program Mentoring, proses pembentukan umat islami (takwinul

ummah) akan mengalami akselerasi, sehingga-insyaa Allah-umat

yang benar-benar islami akan menjadi kenyataan dalam waktu

yang lebih cepat. Hal ini akan berdampak pada kehidupan

manusia secara menyeluruh yang lebih berpihak kepada nilai-nilai

kebenaran dan keadilan.

Oleh karena itu, pembentukan kegiatan Mentoring yang

sukses menjadi urgen adanya, yaitu meningkatkan dinamisasi dan

mencapai produktivitas. Dengan adanya proses pembelajaran

dalam perubahan belajar agama di kelompok Mentoring, maka

akan memberikan dampak positif yaitu tercapainya tujuan

Mentoring yakni yang tertuang dalam muwashafat, pembentukan

akhlak yang semakin baik, dan membentuk kader-kader yang

tangguh untuk dakwah dan umat. Sehingga kegiatan Mentoring

dapat mencetak kader-kader yang tangguh untuk dakwah dan

umat.

B. SaranDari hasil penelitian ini, diyakini bahwa proses pembelajaran

dalam perubahan belajar agama di kelompok Mentoring sangat

diperlukan. Untuk itu penulis memberikan saran, diantaranya;

1. Pembina atau Mentor dalam kegiatan Mentoring. Semakin

memperluas penyampaian aspek-aspek Islam. Dan tidak kenal

lelah dalam menyampaikan syiar-syiar ke-Islaman kepada

menteenya.

2. Kepada para peserta kelompok Mentoring, semakin rajin untuk

hadir dalam pertemuan pekanannya, agar memberikan dampak

positif yaitu tercapainya tujuan Mentoring yakni yang tertuang

dalam muwashafat, pembentukan akhlak yang semakin baik, dan

membentuk kader-kader yang tangguh untuk dakwah dan umat.

51

Page 58: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

3. Kepada para pembaca yang budiman, agar mampu memanfaatkan

adanya kegiatan Mentoring untuk menciptakan kader-kader yang

tangguh untuk dakwah dan umat, yakni dengan mengajarkan ke-

Islaman pada generasi-generasi baru.

C. PenutupPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas berkat

taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan penelitian ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat

dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad

saw, nabi akhir zaman yang telah membimbing umatnya kepada jalan

kebenaran. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih

jauh dari sempurna. Akhirnya atas segala kekurangan yang ada pada

penulis sangat berlapang dada untuk menerima kritik dan saran.

Penulis juga menghimbau kepada para pembaca, untuk

mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dalam

rangka mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar.

52

Page 59: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman. Sirah Nabawiyah. Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar. 1997.

Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah. 2009. Cet. 1.

Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Surabaya: Kencana. 2008.

Bastoni, Hepi Andi. 365 Soal Jawab Sirah Nabawiyah. Bogor: Pustaka al-

Bustan. 2014

Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta. 2002.

http://anitadeka.wordpress.com/2013/07/15/hubungan-aqidah-ibadah-

muamalah-dan-ahklak/ Diakses pada 24 April 2014 pukul 6:56 WIB

http://makalahzaki.blogspot.com/2011/07 /kebutuhan-manusia-terhadap-

agama.html. Diakses pada Sabtu, 31 Mei 2014 pukul 10.00 WIB

http://mikowicaksono.blogspot.com/2012/11/aspek-aspek-ajaran-

islam.html Diakses pada 31 Mei 2014 pukul 9:58 WIB.

Lubis, Satria Hadi. Menggairahkan Perjalanan Mentoring. Yogyakarta: Pro

You. 2010.

Muhammad. Aspek Hukum dalam Muamalat. Yogyakarta: Graha ilmu.

Cet. I. 2007.

Muhammad, Syafari Muhammad. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Bagi Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Jember.

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2010.

SKRIPSI

Muslicha, Lilis. Islam dan Dakwah. Bogor: Universitas Ibn Khaldun Bogor.

2013. MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM.

Salih bin fauzan bin Abdullah Al Fauzan. Kitab Tauhid I. Jakarta: Yayasan

Al-Sofwa. Cet: Ke-2. 2000.

53

Page 60: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu

Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana. 2004. Cet.

Pertama.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta. 2012.

Taujih Ust. Herry. Acara Mentor Schooling tema “Urgensi Membina” di

Masjid At-Tarbiyah. SMAN 6 Bogor. 2014

Tumanggo, Rusmin. Ilmu Jiwa Agama (The Psychology of Religion).

Jakarta: Penerbit Kencana. 2014.

54

Page 61: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

LAMPIRAN

Lampiran 1. Mentoring Pertemuan Pertama

Isi materi Mentoring

Tanggal : Sabtu, 3 Mei 2014

Pukul : 13.00 – 15.30 WIB

Tema : Amal Jama’i

Catatan Observasi:

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, ialah:

Memasuki rumah Mentor, langsung diarahkan ke tempat biasanya

dipakai untuk kegiatan Mentoring dan kami semua (peserta

kelompok Mentoring) diperkenankan duduk. Peneliti duduk selama

kurang lebih 10 menit untuk menunggu teman yang lainnya.

Setelah teman yang lain datang, kegiatan Mentoring dimulai yang

oleh MC.

Selang beberapa lama, teman yang lain pun datang. Dengan

membawa wajah capai tetapi semangat yang tersimpan dibaliknya

terlihat sekali.

Setelah pembukaan kegiatan Mentoring dibuka oleh MC, yaitu

salam kemudian dilanjutkan dengan tilawah al-Qur’an dan jika

semua sudah membacanya dlanjut dengan membaca

terjemahannya.

Kemudian, dilanjut dengan hafalan Qur’an. Tiap peserta kelompok

Mentoring menyetor hafalannya kepada teman sekelompoknya.

Page 62: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Walaupun kami semua masih belum banyak hafalannya, tapi kami

tetap semangat untuk berusaha mnghafal al-Qur’an.

Diantara kami, ada yang mengalami percepatan dalam hafalan

Qur’annya. Oleh karena itu, kami semua semakin termotivasi untuk

menghafal al-Qur’an.

Usai setor-penyetoran hafalan, lanjut ke materi Mentoring. Kali ini

materi Mentoring bertema “Amal Jama’I” oleh Mentor yaitu teh

Ajeng.

Pengertian Amal jama'i

Amal berarti bekerja, berbuat atau menghasilkan. Bagi seorang

muslim, beramal berarti berbuat, mengerjakan dan menghasilkan sesuatu

yang bermanfaat bagi dirinya, umat dan agama. Karenanya bekerja

menjadi kewajiban bagi setiap muslim.

Jama'i berasal dari kata jama'ah. Jama'ah adalah suatu

perkumpulan orang-orang untuk mencapai hal-hal tertentu.Yang disebut

dengan jama'ah sedikitnya terdiri dari dua orang. Sesuai dengan sabda

Ra-sulullah SAW: "Barangsiapa yang ingin mendapatkan pahala

berjama'ah maka shalatlah bersa-manya." [Dikeluarkan oleh Ahmad,

Daraimi, Tirmizi, Hakim, Baihaqi dan Ibnu Hazm dari hadits Abu Sa'id Al-

Khudri]. "Shalat berjama'ah itu lebih besar pahalanya 27 tingkat dari shalat

sendirian." [Muttafaq 'Alaihi dari hadits Ibnu Umar].

'Amal Jama'i atau kerja bersama adalah kegiatan yang merupakan

produk suatu keputusan jama'ah yang selaras dengan manhaj (sistem)

yang telah ditentukan bersama, untuk mencapai tujuan tertentu.

Page 63: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Pentingnya 'Amal Jama'i

Manusia, sepanjang zaman, secara fitrah tidak dapat hidup

sendirian. Ia selalu membutuhkan manusia lain untuk mencapai tujuan

hidupnya. Lihat kisah:

• Fir'aun [26:34-37]

• Ratu Balqis [27:32-33]

• Nabi Musa AS [20:29-32]

• Kaum kafir Makkah [8:30]

Bagi manusia muslim, Allah telah mengarahkan agar dalam

melaksanakan aktifitasnya dengan beramal jama'i [61:4, 3:104].

Realitas yang ada juga mengharuskan bahwa kerja yang sukses

harus dilakukan secara kolektif. Sebab tangan sebelah tidak bisa

bertepuk. Lidi, jika hanya sebatang, tidak dapat membersihkan daun-daun

di halaman.

Untuk menegakkan Islam di hati kaum muslimin, menghadapi ke-

mungkaran yang terjadi dan melawan tipu daya musuh, diperlukan kerja

jama'ah. Dari sini amal jama'i menjadi wajib.Karena kaidah ushul fiqh

menyatakan: "Sesuatu kewajiban yang tidak sempurna pelaksanaannya

kecuali dengannya, maka ia adalah wajib". Selain itu, Islam bukan agama

individu, melainkan agama satu umat, satu tanah air dan satu tubuh. Islam

menyerukepada kesatuan kaum muslimin. Allah berfirman: "Dan

berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah

kamu bercerai berai." [3:103]

Ciri-ciri 'Amal Jama'i

Page 64: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

1. Aktifitas yang akan dijalankan harus bersumber dari keputusan

atau persetujuan jama'ah.

2. Jama'ah yang dimaksud harus mempunyai visi dan misi, serta

struktur organisasi yang tersusun rapi.

3. Setiap tindakan dan aktifitasnya harus sesuai dengan dasar dan

strategi atau pendekatan yang telah digariskan oleh jama'ah.

4. Seluruh tindakannya harus bertujuan untuk mencapai cita-cita yang

telah ditetapkan bersama.

Setelah materi selesai, kami semua dipersilahkan untuk bertanya

jika ada yang kurang jelas.

Kemudian, dilanjut dengan qadhaya (tanya kabar) dari tiap masing-

masing peserta kelompok Mentoring. Sementara teman sedang

qadhaya, yang lainnya mengisi form Mutaba’ah.

Pertemuan kegiatan usai, kemudian dilanjut dengan penutupan

oleh MC yaitu hamdalah, istighfar, Do’a Rabithah, penutup majelis,

salam.

Page 65: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Lampiran 2. Mentoring Pertemuan Kedua

Isi materi Mentoring

Tanggal : Sabtu, 3 Mei 2014

Pukul : 14.00 – 16.30 WIB

Tema : Wala’ Dan Bara’

Pengertian Wala' dan Bara'

Secara bahasa, Wala' berasal dari kata al-walayah yang artinya

nasab, pertolongan pembebasan budak, sedangkan orangnya disebut al-

Muwalat yang artinya orang yang menolong. Bara' berarti lepas atau

bebas dan jauh dari.

Secara istilah wala' berarti pertolongan, kecintaan, pemuliaan,

penghormatan, kesamaan dengan orang-orang yang dicintai baik secara

zahir maupun batin (loyalitas) [2:257].

Penjelasan lebih jauh definisi wala' dan bara', seperti yang

dikatakan Syaikhul-Islam, Ibnu Taimiyyah: "Al-walayah kebalikan dari

al-'Adawah. Asal pengertian dari al-Walayah adalah kecintaan dan

kedekatan. Sedangkan pengertian al-'Adawah adalah kebencian dan

kejauhan. Al-wali artinya yang dekat".

Pentingnya Wala' dan Bara'

Wala' dan Bara' merupakan keharusan karena merupakan bukti

kecintaan seorang mukmin kepada Allah. Syekh Hafizh al-Hikamy

berkata, "Tanda kecintaan hamba kepada Rabbnya ialah: menda-hulukan

apa yang dicintai-Nya, meskipun hawa nafsunya menentang, membenci

Page 66: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

apa yang dibenci-Nya meskipun hawa nafsunya condong kepadanya,

mengangkat orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai

pemimpinnya, memusuhi orang yang memusuhi-Nya, mengikuti

Rasulullah, meniti jejaknya dan menerima petunjuk-Nya". At-Thabrani

meriwayatkan dalam al-Kabir, dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah SAW

bersabda: "Tali iman yang paling kuat adalah loyalitas terhadap pemimpin

karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah pula".

Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab,

menjelaskan perkataan Ibnu Abbas: "Perkataan Ibnu Abbas ra.: "Loyalitas

pemimpin karena Allah", menjelaskan tentang keharusan kecintaan

karena Allah yaitu loyalitas karena Allah pula. Hal ini merupakan isyarat

bahwa sikap tersebut tidak hanya terbatas pada kecintaan semata, tetapi

harus disertai loyalitas yang merupakan keharusan kecintaan. Loyalitas itu

berupa tindakan memberi pertolongan, menghormati, memuliakan, selalu

bersama orang-orang yang dicintai, zhahir dan bathin.Dan perkataannya:

"Membenci karena Allah", menjelaskan keharusan kebencian karena

Allah, yaitu berupa permusuhan. Maksudnya ialah memperlihatkan

permusuhan, langsung berupa tindakan, seperti jihad menghadapi musuh-

musuh Allah, melepaskan diri dari mereka, menjauhi mereka zhahir dan

bathin. Sikap ini tidak hanya sekadar kebencian hati tetapi harus disertai

pula dengan sikap-sikap yang harus dilakukan [61:4]".

Wala' dan bara' juga merupakan pengejawantahan dari kalimat Laa

ilaha illallah. Kalimat ini merupakan penolakan terhadap segala bentuk

ilah yang diikuti dengan mengukuhkan Allah saja sebagai satu-satunya

ilah. Jika seseorang memulai dengan menegakkan Laa ilaha dalam

dirinya maka akan tumbuh al-Bara'. Al-Bara' ditujukan kepada:

a. Arbaba, sesuatu yang dijadikan Tuhan [9:31]

b. Aaliha, tuhan-tuhan yang disembah selain Allah [25:3, 11:54]

c. Andaada, tandingan-tandingan Allah [2:165]

Page 67: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

d. Thogut, sesuatu yang melampaui batas [2:256].

Dengan membatalkan semua bentuk ilah dan mengecualikannya

untuk Allah maka akan tumbuh al-Wala'. Al-Wala' diberikan kepada:

a. Allah [2:257, 22:78, 66:4]

b. Islam [3:85, 5:3]

c. Rasul [3:31-33]

d. Orang-orang mukmin atau sholeh [3:28, 3:3, 4:89, 5:51, 60:1, 9:71].

Page 68: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Lampiran 3. Mentoring Pertemuan Ketiga

Isi materi Mentoring

Tanggal : Sabtu, 3 Mei 2014

Pukul : 14.00 – 16.00 WIB

Tema : Persiapan  Menghadapi  Bulan  Ramadhan  

PERSIAPAN  MENGHADAPI  BULAN  RAMADHAN  

Bulan Ramadhan yang insya Allah sebentar lagi akan kita masuki,

adalah bulan yang sangat mulia, bulan tarbiyah (pembinaan) untuk

mencapai derajat yang paling tinggi, paling mulia: derajat taqwa.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa,

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu

bertaqwa.” (QS Al Baqarah: 183).

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah yang

paling bertaqwa.” (QS Al Hujurat: 13).

Predikat taqwa ini tidak mudah untuk diperoleh. Ia baru akan

diperoleh manakala seseorang melakukan persiapan yang cukup, dan

mengisi bulan Ramadhan itu dengan berbagai kegiatan yang baik dan

mensikapinya dengan benar.

Minimal ada tiga hal yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong

bulan Ramadhan yang penuh berkah itu:

a. Persiapan Ruh dan Jasad

Dengan cara mengkondisikan diri agar pada bulan Sya'ban

(bulan sebelum Ramadhan) kita telah terbiasa dengan berpuasa.

Page 69: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Sehingga kondisi ruhiyah imaniyah meningkat, dan tubuh sudah

terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika kita

memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik,

yang selanjutnya dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang

mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan. Di sisi lain, tidak

akan terjadi lagi gejolak phisik dan proses penyesuaian yang kadang-

kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali berpuasa,

seperti: lemah badan, demam atau panas dingin dan sebagainya.

Rasulullah saw menganjurkan kepada kita agar kita

memperbanyak puasa sunnah pada bulan Sya'ban ini dengan cara

memberikan contoh langsung dan aplikatif. 'Aisyah Radhiyallahu 'anha

berkata: "Rasulullah saw berpuasa, sampai-sampai kami mengiranya

tidak pernah meninggalkannya". Demikian dalam riwayat Bukhari dan

Muslim.

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa: "Beliau melakukan puasa

sunnah bulan Sya'ban sebulan penuh, beliau sambung bulan itu

dengan Ramadhan". (Hadits shahih diriwayatkan oleh para ulama'

hadits, lihat Riyadhush-Shalihin, Fathul Bari, Sunan At-Tirmidzi dan

lain-lain).

Anjuran tersebut dikuatkan lagi dengan menyebutkan

keutamaan bulan Sya'ban. Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada

Rasulullah saw. Katanya: "Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau

berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan

Sya'ban ini? Beliau saw menjawab: "Itulah bulan yang  dilupakan

orang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal

perbuatan kepada Allah swt Rabbul 'Alamin. Dan aku ingin amalku

diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa". (HR An-Nasa-i).

b. Persiapan Materi

Bulan Ramadhan merupakan bulan muwaasah (bulan

santunan). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain,

betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat oleh

Page 70: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada orang lain yang

berpuasa, sekalipun Cuma sebuah kurma, seteguk air atau sesendok

mentega.

Rasulullah saw pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan,

sangat pemurah. Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan

santunan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata, lebih

merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di

sekitarnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Abbas

RadhiyaLlahu 'anhu.

"Sungguh, Rasulullah saw saat bertemu dengan malaikat Jibril,

lebih derma dari pada angin yang dilepaskan". (HR Muttafaqun 'alaih).

Santunan dan sikap ini sudah barang tentu tidak dapat

dilakukan dengan baik kecuali manakala jauh sebelum Ramadhan

telah ada persiapan-persiapan materi yang memadai.

c. Persiapan Fikri (Persepsi)

Minimal persiapan fikri ini meliputi dua hal, yaitu:

1. Mempunyai persepsi yang utuh tentang Ramadhan dan

keutamaan bulan Ramadhan.

2. Dapat memanfaatkan dan mengisi bulan Ramadhan dengan

kegiatan-kegiatan yang secara logis dan konkrit

mengantarkannya untuk mencapai ketaqwaan.

Page 71: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Lampiran 4. Form Mutaba’ah

No

AmalanBulan Mei

TanggalTangga

lTanggal Tanggal

1 Pertemuan Kelompok

2Terlambat Pertemuan

Kelompok

3 Shalat Berjamaah di Masjid

4 Tilawah

5 Al-Ma’tsurat

6 Shaum Sunnah

7 Qiyamul Lail

8 Hafalan Qur’an

9Membaca Kitab Riyadush

Shalihin

10 Dhuha

11 Berita Nasional

12 Berita Internasional

13 Berita Dunia Islam

14SKJ (Senam Kebugaran

Jasmani)

15 Jalan Kaki

16 Lari

17 Renang

18 Permainan Olahraga Khusus

19 Ziarah

20 Tukar Hadiah

21 Waktu Khusus Keluarga

Page 72: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Lampiran 4. Muwashafat

Daftar 10 Muwashafat peserta Mentoring

1. Salimul 'Aqidah (Selamat Aqidahnya) Tidak meruqyah kecuali dengan al-Qur’an ma’tsur.

Tidak berhubungan dengan jin.

Tidak meminta tolong kepada orang yang berlindung kepada jin.

Tidak meramal nasib dengan melihat telapak tangan.

Tidak menghadiri majelis dukun dan peramal.

Tidak meminta berkah dengan mengusap-usap kuburan.

Tidak meminta tolong kepada orang yang telah dikubur (mati).

Tidak bersumpah dengan selain Allah swt.

Tidak tasua’um (merasa sial karena melihat atau mendengar

sesuatu).

Mengikhlaskan amal untuk Allah swt.

Mengimani rukun iman.

Beriman kepada nikmat dan siksa kubur.

Mensyukuri nikmat Allah saat mendapatkan nikmat.

Menjadikan setan sebagai musuh.

Tidak mengikuti langkah-langkah setan.

Menerima dan tunduk secara penuh kepada Allah swt dan tidak

bertahkim kepada selain yang diturunkan-Nya.

2. Shahihul 'Ibadah (Benar Ibadahnya) Tidak sungkan azan.

Ihsan dalam thaharah.

Bersemangat untuk shalat berjamaah di masjid.

Ihsan dalam shalat.

Qiyamullail minimal sekali sepekan.

Page 73: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Membayar zakat.

Berpuasa fardhu.

Berpuasa sunnah minimal sehari dalam sebulan.

Niat melaksanakan haji.

Komitmen dengan adab tilawah.

Khusyuk dalam membaca al-Qur’an.

Hafal satu juz al-Qur’an.

Komitmen dengan wirid tilawah harian.

Berdoa pada waktu-waktu utama.

Menutup hari-harinya dengan bertaubat dan beristighfar.

Berniat pada setiap melakukan perbuatan.

Menjauhi dosa besar.

Merutinkan zikir pagi hari.

Merutinkan zikir sore hari.

Zikir kepada Allah swt. dalam setiap keadaan.

Memenuhi nazar.

Menyebarluaskan salam.

Menahan anggota tubuh dari segala yang haram.

Beriktikaf pada bulan Ramadhan, jika mungkin.

Mempergunakan siwak.

Senantiasa menjaga kondisi thaharah jika mungkin.

3. Matiinul Khuluq (Tegar Ahlaqnya) Tidak takabbur.

Tidak ima’ah (asalah ikut, tidak punya prinsip).

Tidak dusta.

Tidak mencaci maki.

Tidak mengadu domba.

Tidak ghibah.

Tidak mematikan omongan orang lain.

Tidak mencibir dengan isyarat apa pun.

Page 74: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Tidak menghina dan meremehkan orang lain.

Tidak menjadikan orang buruk sebagai teman/sahabat.

Menyayangi yang kecil.

Menghormati yang besar.

Memenuhi janji.

Birrul walidain (berbakti kepada orangtua).

Ghadul bashar (menundukkan pandangan).

Menyimpan rahaia.

Menutupi dosa orang lain.

Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada keluarganya.

Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada agamanya.

4. Qadirun'Alal Kasbi (Mampu Memenuhi Kebutuhannya) Menjauhi sumber penghasilan haram.

Menjauhi riba.

Menjauhi judi dengan segala macamnya.

Menjauhi tindak penipuan.

Membayar zakat.

Menabung, meskipun sedikit.

Tidak menunda dalam melaksanakan hak orang lain.

Menjaga fasilitas umum.

Menjaga fasilitas khusus.

5. Mutsaqaful Fikri (Luas Wawasan) Baik dalam membaca dan menulis.

Membaca satu juz tafsir al-Qur’an (juz 30).

Memerhatikan hukum-hukum tilawah.

Menhapal separuh hadis arba’in an-Nawawiyah (1-20)

Menghapalkan 20 hadis pilihan Riyadush Shalihin.

Mengkaji marhalah Makkiyah dan menguasai karakteristiknya.

Mengenal 10 shahabat yang dijamin masuk surge.

Page 75: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Mengetahui hukum thaharah.

Mengetahui hukum shalat.

Mengetahui hukum puasa.

Membaca sesuatu yang di luar spesialisasinya 4 jam setiap pecan.

Memperluas wawasan diri dengan sarana-sarana baru.

Menyadari adanya peperangan zionisme terhadap Islam

Mengetahui ghazwul fikri.

Mengetahui organisasi-organisasi terselubung.

Mengetahui bahaya pembatasan kelahiran.

Menjadi pendengan yang baik.

Mengemukakan pendapatnya.

Berpartisipasi dalam kerja-kerja jama’i.

Tiak menerima suara-suara miring tentang jamaah.

6. Qawiyyul Jismi (Kuat Jasmani) Bersih badan.

Bersih pakaian.

Bersih tempat tinggal.

Komitmen dengan adab makan dan minum sesuai dengan sunnah.

Tidak israf dalam melekan (jaga).

Komitmen dengan olahraga 2 jam setiap pecan.

Bangun sebelum fajar.

Memerhatikan tata car abaca yang sehat.

Mencabut diri dari merokok.

Menghindari tempat-tempat kotor dan polusi.

Menghindari tempat-tempat bencana (bila masih di luar area.

7. Mujahidu Linafsihi (Bersungguh Terhadap Dirinya) Menjauhi segala yang haram.

Menjauhi tempat-tempat bermain yang haram.

Page 76: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

Menjauhi tempat-tempat maksiat.

8. Munazham Fii Syu'unihi (Tertata Urusannya) Memperbaiki penampilannya (performennya).

Tidak menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga yang

menentang Islam.

9. Haritsun'Ala Waqtihi (Menjaga Waktunya) Bangun pagi.

Menghabiskan waktu untuk belajar.

10. Nafi'un Lighairihi (Bermanfaat Bagi Selainya) Melaksanakan hak kedua orangtua.

Ikut berpartisipasi dalam kegembiraan.

Membantu yang membutuhkan.

Member petunjuk orang yang tersesat.

Menikah dengan pasangan yang sesuai.

Page 77: Proses Pembelajaran Dalam Perubahan Belajar Agama Di Kelompok Mentoring

CV (Curriculum Vitae)

Nama : Lilis Muslicha

Nama Panggilan : Lilis

TTL : Jakarta, 6 Maret 1994

Alamat : Nanggewer RT/RW 03/03 Kel. Nanggewer

Kec. Cibinong Kab. Bogor

Status : Belum Menikah

No HP : 0856-9510-3455

Email : [email protected]

Orangtua : Ahmad Muslich Prasetyo dan Daryanti

Anak ke- : 1 dari 2 bersaudara (kembar)

Riwayat Pendidikan : TK Uswatun Hasanah (1999-2000)

SDN Cibuluh I Bogor (2000-2006)

SMPN 8 Bogor (2006-2009)

SMAN 6 Bogor (2009-2012)

Universitas Ibn Khaldun (2012-sekarang)

Pengalaman Organisasi : Rohis Al-Hadistiyah

ILMA (Ikatan Alumni Muslim SMAN 6 Bogor)

ISY (Ilma Super Youth)