PROSEDUR KERJA GTJ
-
Upload
irdian-devi-saputri -
Category
Documents
-
view
333 -
download
37
description
Transcript of PROSEDUR KERJA GTJ
PROSEDUR KERJA GTJ
1. Preparasi Gigi
a. Pembuatan galur
Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik bila gigi
bagian labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk mencegah pergeseran ke
lingual atau labial dan berguna untuk mendapatkan ketebalan preparasi di daerah
tersebut. Galur pada gigi anterior dapat dibuat dengan bur intan berbentuk
silinder.
b. Preparasi bagian proksimal
Tujuannya untuk membuat bidang mesial dan distal preparasi sesuai dengan
arah pasang jembatannya. Selain itu untuk mengurangi kecembungan permukaan
proksimal yang menghalangi pemasangan jembatan. Preparasi bagian proksimal
dilakukan dengan menggunakan bur intan berbentuk kerucut. Pengurangan bagian
proksimal membentuk konus dengan kemiringan 5-100.
c. Preparasi permukaan insisal atau oklusal
Pengurangan permukaan oklusal harus disesuaikan dengan bentuk
tonjolnya. Preparasi permukaan oklusal unruk memberi tempat logam bagian
oklusal pemautnya, yang menyatu dengan bagian oklusal pemaut. Dengan
demikian, gigi terlindungi dari karies, iritasi, serta fraktur.
d. Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual
Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk silinder.
Preparasi permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh ruangan yang cukup
untuk logam pemaut yang memberi kekuatan pada pemaut dan supaya beban
kunyah dapat disamaratakan.
e. Pembulatan sudut preparasi bidang aksial
f. Pembentukan tepi servikal
Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan pembuatan
pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:
a. Tepi demarkasi (feater edge)
b. Tepi pisau (knife edge)
c. Tepi lereng (bevel)
d. Tepi bahu liku (chamfer)
e. Tepi bahu (shoulder)
f. Pencetakan Fungsional
Bahan cetak yang digunakan adalah hidrokoloid irreversible (alginate).
g. Pembuatan Model Kerja
Pengisian cetakan dengan bahan dental stone/gips biru sehingga didapatkan
model kerja.
h. Pembuatan Jembatan Sementara
Jembatan sementara terbuat dari akrilik self cure. Cara membuatnya
sebagian besar dilakukan di luar mulut kemudian dilakukan penyesuaian di dalam
mulut. Cara pembuatan jembatan sementara ada 2 cara :
1. Cara pertama
Pada model pembahasan dibuatkan model malam pada daerah
edentulusnya sehingga membentuk deretan gigi yang utuh.
Cek oklusinya dengan gigi antagonisnya.
Cetak dengan alginate menggunakan sendok cetak sebagian.
Berilah malam lunak pada daerah undercut.
Buatlah adonan akrilik yang warnanya sesuai dengan warna gigi.
Masukkan adonan akrilik ke dalam cetakan alginate.
Sebelum di cetakkan lagi, permukaan preparasi diulasi dengan silicon
grease dan segera cetakkan alginate beradonan akrilik pada pasiennya
dengan posisi dan kedudukan yang benar.
Akrilik yang tersisa digunakan untuk mengecek apakah sudah terasa
plastis, yaitu saat untuk mengeluar-masukkan cetakan tersebut.
Hasil cetakkan dirapikan dan dilakukan pemolesan.
Penyemenan menggunakan zinc okside eugenol.
2. Cara kedua
Hasil preparasi gigi dicetak menggunakan alginate.
Hasil cetakkan dicor gips sehingga menjadi model gips dengan cetakkan
preparasi yang sudah jadi.
Pada model tersebut dibuatkan model malam pada daerah edentulusnya
sehingga membentuk deretan gigi yang utuh.
Cek oklusinya dengan gigi antagonisnya.
Cetak dengan alginate menggunakan sendok cetak sebagian. Berilah
malam lunak pada daerah undercut. Buatlah adonan akrilik yang warnanya
sesuai dengan warna gigi. Masukkan adonan akrilik ke dalam cetakan
alginate.
Sebelum di cetakkan lagi, permukaan preparasi diulasi dengan silicon
grease dan segera cetakkan alginate beradonan akrilik pada model tersebut
dengan posisi dan kedudukan yang benar.
Akrilik yang tersisa digunakan untuk mengecek apakah sudah terasa
plastis, yaitu saat untuk mengeluar-masukkan cetakan tersebut.
Hasil cetakkan dirapikan dan dilakukan pemolesan.
Penyemenan menggunakan zinc okside eugenol.
Jembatan sementara harus diteliti ketepatannya di dalam mulut, meskipun
hanya sementara pemakaiannya. Dalam hal itu dapat digunakan
articulating paper untuk mengecek oklusinya supaya tidak terjadi kontak
premature dengan gigi antagonisnya.
i. Penyesuaian Warna
Pertimbangan dalam penentuan warna gigi tiruan adalah sebagai berikut.
1. Pertimbangan dasar ialah keserasian warna gigi dengan wajah pasien serta gigi-
gigi tidak boleh tampak mencolok. Warna yang dipilih tidak boleh terlalu
mencolok sehingga perhatian orang tidak langsung tertuju kepada gigi-gigi itu.
2. Bila mungkin warna gigi-gigi harus ditentukan di hari yang cerah, dengan
mendudukkan pasien dekat cahaya alamiah.
3. Faktor usia. Pasien yang berusia tua biasanya warna giginya lebih gelap
4. Pembuatan Pola Malam Retainer, Pontik dan Konektor
Yang diartikan dengan pola malam atau wax-pattern ialah: suatu model dari
retainer atau restorasi yang dibuat dari malam yang kemudian direproduksi
menjadi logam, porselen, maupun bahan lain.
Tujuan pembuatan pola lilin adalah sebagai berikut.
Mendapatkan retainer atau restorasi yang tepat, pas dan mempunyai adaptasi
yang sempurna dengan preparasi.
Memperoleh bentuk anatomi.
Menghasilkan suatu coran (casting) yang merupakan reproduksi yang tepat
(bentuk dan ukuran) dari pola lilin itu.
Mencapai hubungan yang tepat dengan gigi sebelahnya dan gigi lawan.
Membuat pola lilin dapat dengan cara berikut.
Dilakukan pemberian bahan separator (paraffin) pada mahkota model. Setelah itu
malam inlay (warna biru) diaplikasikan dengan pisau malam pada mahkota model
selapis demi selapis. Tidak boleh terdapat lipatan-lipatan pada permukaan dalam dari
model. Perhatikan kontak mesio-distal setiap mahkota gigi penyangga dengan gigi
tetangganya serta batas model malam mahkota gigi penyangga pada bagian servikal
adalah sesuai dengan batas preparasi gigi yang telah dibuat. Selanjutnya dilakukan
pengukiran untuk membentuk mahkota gigi penyangga. Secara keseluruhan bentuk
anatomis model malam mahkota adalah mengikuti bentuk anaatomis gigi asli. Setelah
selesai pembuatan kedua model malam mahkota gigi penyangga dilakukan
pembuatan model malam pontik. Pembuatan pontik sesuai dengan bentuk anatomi
gigi asli. Perhatikan bagian facio-lingual dari kontak proksimal tidak boleh terlalu
besar.
5. Pasang Coba
Pasang coba ini bertujuan untuk didapatkannya adaptasi dari gingiva
margin. Metode pasang coba: memasukkan GTJ pada gigi yang telah dipreparasi
dan direkatkan dengan semen ZOE sebagai perekat sementara, lalu dilihat kontak
oklusinya. Kontak oklusi diperiksa memakai artikulating paper.
Hal-hal yang haruus diperhatikan saat pasang coba adalahs ebagai berikut.
1. Pemeriksaan kontak
Keadaan kontak diperiksa dengan seutas benang (dental floss silk) yang
ditekankan masuk melalui interdental di antara retainer dan gigi sebelahnya.
2. Pemeriksaan overextention atau underextention
Overextention dapat disebabkan oleh solder yang mengalir ke pinggiran
mahkota atau terbentuk pada waktu pengecoran. Underextention kebanyakan
disebabkan oleh karena penggerindaan atau pemolesan yang berlebihan.
Pemeriksaan dilakukan dengan sonde yang tajam, yaitu dengan
menggerakan sonde dari akar ke mahkota. Jika sonde tersangkut pada pinggiran
mahkota, ini berarti bahwa mahkota terlampau panjang atau pinggiran tidak
merapat pada gigi.jika sonde masuk ke dalamselaa dan kemudian tersangkut pada
pinggiran mahkota kemungkinan terdapat underextention. Mahkota dengan
pinggiran akurat dapat mencegah terjadinya karies dan kelainan pada gusi
sekitarnya.
6. Insersi
Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat insersi:
1. daerah kontak
2. kerapatan margin
3. oklusi dan artikulasi
4. kontur bukal (labial) dan lingual (palatal)
5. retensi dan resistensi
6. estetik
Penyusunan kembali (remounting)
Setelah pasang coba dilakukan dan jembatan dikoreksi kemudian dilakukan
remounting. Fungsi remonting: untuk dapat mengontrol artikulasi dan oklusi
diluar rongga mulut dan mengoreksinya.
Penyemenan jembatan
Penyemenan jembatan berarti melekatkan jembatan dengan semen pada gigi
penyangga di dalam mulut. Persiapan gigi penyangga sebelum penyemenan perlu
dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk mencegah perubahan relasi oklusal dan
tepi gingiva, yang mungkin juga disebabkan tekanan hidrolik yang mengganggu
pulpa. Hal tersebut harus dihindari oleh operator. Semen yang digunakan untuk
melekatkan jembatan ialah zinc phosphate semen, semen silikofosfat, semen
alumina EBA, semen polikarboksilat, serta semen resin komposit. Pemilihan
dilakukan berdasarkan sifat biologic, biofisik serta pengaruh pada estetiknya.
7. Kontrol
a. kontrol selama dalam proses restorasi: preparasi, dsb.
b. kontrol terakhir: insersi
c. kontrol tetap:
- 24 jam
- 3 hari
- 1minggu
- tiap 6 bulan 1 kali.