Proposal Usulan Penelitian - Andrie

36
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat diperlukan untuk kebutuhan hidup orang banyak, termasuk seluruh makhluk hidup. Oleh sebab itu, sumber daya air yang ada harus dilindungi agar pemanfaatannya dapat dirasakan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lainnya. Pemanfaatan air dalam berbagai kepentingan harus dilakukan dengan bijaksana. Permasalahan utama saat ini yaitu yang berfokus pada sumber daya air yang meliputi kualitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus menerus meningkat dan kualitas air untuk kebutuhan domestik yang semakin menurun. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki peraturan yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air. Pemerintah juga telah mencanangkan program- program penataan lingkungan yang pada dasarnya berkaitan dengan upaya pengelolaan sumber daya air dan sumber daya alam lainnya, dalam rangka pengendalian dampak lingkungan. Jonggol merupakan sebuah kawasan yang dulunya sempat ingin dijadikan sebagai calon ibukota Republik Indonesia. Berlokasi di propinsi Jawa Barat dengan letak yang strategis yaitu 50 km dari ibukota kab. Bogor, 60 km dari ibukota negara Jakarta, dan 156 km dari ibukota provinsi Bandung.

description

Proposal penelitian

Transcript of Proposal Usulan Penelitian - Andrie

  • 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat diperlukan untuk

    kebutuhan hidup orang banyak, termasuk seluruh makhluk hidup. Oleh sebab itu,

    sumber daya air yang ada harus dilindungi agar pemanfaatannya dapat dirasakan

    dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lainnya. Pemanfaatan air

    dalam berbagai kepentingan harus dilakukan dengan bijaksana. Permasalahan

    utama saat ini yaitu yang berfokus pada sumber daya air yang meliputi kualitas air

    yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus menerus meningkat

    dan kualitas air untuk kebutuhan domestik yang semakin menurun.

    Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki peraturan yang telah diatur dalam

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 Tentang

    Pengendalian Pencemaran Air. Pemerintah juga telah mencanangkan program-

    program penataan lingkungan yang pada dasarnya berkaitan dengan upaya

    pengelolaan sumber daya air dan sumber daya alam lainnya, dalam rangka

    pengendalian dampak lingkungan. Jonggol merupakan sebuah kawasan yang

    dulunya sempat ingin dijadikan sebagai calon ibukota Republik Indonesia.

    Berlokasi di propinsi Jawa Barat dengan letak yang strategis yaitu 50 km dari

    ibukota kab. Bogor, 60 km dari ibukota negara Jakarta, dan 156 km dari ibukota

    provinsi Bandung.

  • 2

    Wilayah Jonggol memiliki luas wilayah 12,586 ha dengan jumlah penduduk

    97.025 jiwa (tahun 2012). Salah satu permasalahan pengelolaan kualitas sumber

    daya air yang terdapat di sebuah kawasan pesantren Madinatul Quran, yang

    berlokasi di Jonggol, Bogor. Sumber air yang digunakan untuk kebutuhan para

    santri dilingkungan pesantren adalah bersumber dari mata air yang terdapat

    disekitar kawasan pesantren tersebut.

    Karena sumber mata air yang dihasilkan terletak didaerah perbukitan, maka

    kualitas air akan bercampur dengan tanah sehingga warna dari air yang ditampung

    untuk kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus) agak keruh. Gambaran mengenai

    sumber aliran air yang digunakan dan penyimpanan bak penampungan sumber air

    dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2 berikut ini.

    Gambar 1.1 Sumber aliran air

  • 3

    Gambar 1.2 Bak penampungan air

    1.2 Rumusan Masalah

    Adapum rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    a. Memberikan sebuah upaya untuk memenuhi kebutuhan air di kawasan

    Pesantren Madinatul Quran.

    1.3 Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Penelitian meneliti air baku dikawasan pesantren madinatul quran;

    b. Parameter yang diuji yaitu pH, kekeruhan, warna, bau, rasa, dan kadar besi

    (Fe);

    c. Merancang sistem filtrasi sederhana dengan sistem saringan pasir lambat up

    flow dengan berbagai alternatif penyaringan.

  • 4

    1.4 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

    a. Bagaimana memurnikan air baku yang menjadi kebutuhan sehari-hari para

    santri di pondok pesantren Madinatul Quran;

    b. Bagaimana kefektifan filter penyaringan dalam memurnikan air baku dengan

    berdasarkan parameter ph, Fe, kekeruhan, bau, rasa, dan warna;

    c. Bagaimana mengupayakan sebuah teknologi pemurnian air yang ditinjau dari

    segi aspek teknis, lingkungan, ekonomi dan sosial.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang akan dirasakan dengan penerapan sistem pemurnian air ini

    kedepannya dapat meningkatkan jumlah santri yang akan menimba ilmu

    dipesantren nantinya karena dengan fasilitas air bersih yang menyehatkan untuk

    para santri. Selain itu manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sekitar ialah dapat

    dimanfaatkan untuk dikonsumsi dan juga sebagai kebutuhan air lainnya. Dan

    terciptanya lingkungan yang sehat disekitar kawasan wisata islami ini.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Penilitian Terdahulu

    Penelitian tentang pemurnian air sudah sangat banyak dibahas dan dengan

    berbagai metode yang digunakan seperti yang dilakukan oleh (Mary S., 2012),

    mengenai pengolahan air melalui media filter pasir kuarsa dengan menganalisa

    keefektifan pasir kuarsa yang terdapat pada sungai Malimpung untuk menurunkan

    kadar ph, kekeruhan, warna, bau, dan rasa dalam air dengan saringan single

    medium. Selain itu penelitian mengenai penyaringan air tanah juga dilakukan

    oleh (Abdur rahman,2004) yaitu dengan menggunakan media zeolit alami untuk

    menurunkan kadar besi dan mangan yaitu dengan merancang sebuah kolom gelas

    yang berisi zeolit untuk menyaring air tanah.

    Penelitian lain tentang pemurnian air juga dilakukan oleh (Yusminar, dkk, 2010)

    yaitu dengan mengolah air gambut dengan menggunakan bentonit. Prosesnya

    dengan menyaring air gambut yang merupakan air permukaan dari tanah

    bergambut dengan menggunakan metode gabungan yaitu metode adsorpsi,

    koagulasi-sedimentasi, dan filtrasi. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh

    (Sukmayanti A., dkk, 2008) mengenai pengembangan model proses filtrasi dan

    disinfeksi yang akan mempengaruhi kualitas air minum isi ulang. Dimana

    penelitian ini membahas mengenai penggunaan filtrasi karbon dan pasir silika

    sebagai filtrasi akan berpengaruh dalam menurunkan/mengurangi jumlah zat

  • 6

    padat yang terlarut, kekeruhan, warna, zat padat terlarut, serta besi dan sulfat.

    Sementara itu penelitian mengenai penyediaan air bersih yaitu dengan

    menggunakan air laut di pesisir pantai Kenjeran Surabaya pernah dilakukan oleh

    (Irman J.K., 2008), yaitu dengan menggunakan filter tembikar, yang dimana filter

    tembikar ini akan digunakan untuk pengolahan air yang telah tercemar oleh

    bakteri e.coli, logam berat, warna, dan kekeruhan.

    Untuk penelitian menggunakan media filter saringan pasir lambat pernah

    dilakukan oleh (Safira, 2009) yaitu dengan menguji kehandalan dari sistem

    saringan pasir lambat dalam pengolahan air. Dimana penilitian ini bertujuan untuk

    mengukur kinerja dari sebuah sistem penyaringan dengan melihat kehandalannya

    dalam pengolahan air murni dan mencari faktor-faktor pembatas dalam

    pengelohan air dengan menggunakan sistem saringan pasir lambat.

    Penelitian oleh (Pangidoan, 2013) yang juga menggunakan media saringan pasir

    lambat untuk mengolah air bersih dilingkungan kampus Universitas Pasir

    Pengaraian dengan sistem up flow. Di mana penelitian ini merancang sebuah

    model penyaringan pasir dengan sistem up flow untuk menyaring air dengan

    menggunakan media pasir dan kerikil. Penelitian menggunakan saringan pasir

    lambat dengan dua tingkat pernah dilakukan oleh (Nisaul M., 2009) yaitu dengan

    cara melakukan tahap penyisihan besi-mangan, kekeruhan dan warna pada kondisi

    aliran tak jenuh pada air sungai cikapundung.

  • 7

    Berdasarkan parameter yang digunakan dalam penelitian pemurnian air oleh peneliti terdahulu dan yang akan digunakan oleh penulis

    untuk kedepannya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

    Tabel 2.1 Matriks Penelitian

    No. Variabel Penlitian

    Metode Penyaringan Air

    Saringan

    Pasir Lambat

    Filter

    Pasir

    Kuarsa

    Zeolit alami Saringan

    Bentonit

    Filter Karbon Filter

    Tembikar

    1 Aspek Teknis

    Penelitian ini,

    (Safira Astari,

    2009)

    (Pangidoan,

    2013)

    (Nisaul M.,

    2009)

    (Mary S., 2012)

    (Abdurahman, 2004)

    (Yusminar, dkk., 2010)

    (Sukmayanti A., 2008)

    (Irman, J.K., 2008)

    2 Aspek Lingkungan

    Penelitian ini

    3 Aspek Ekonomi Penelitian ini

    4 Aspek Sosial Penelitian ini

  • 8

    8

    Berdasarkan beberapa penelitian yang telah penulis kutip diatas, dengan ini

    penulis menyatakan bahwa tesis Perancangan Sistem Pemurnian Air di Kawasan

    Pesantren Madinatul Quran Jonggol Bogor merupakan karya penulis yang

    dimana penelitiannya tidak hanya membahas tentang bagaimana merancang

    sebuah sistem pemurnian air tetapi juga dari sebuah sistem ini nantinya akan

    terkait dengan integrasi sistem yang ada dilingkungan kawasan wisata islami ini

    kedepannya, sehingga bagi para santri serta masyarakat sekitar akan saling

    bersinergi dalam memanfaatkan sistem pemurnian air ini untuk kedepannya.

  • 9

    BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1 Sumber Daya Air

    Sumber daya air yang terdiri atas sumber air dan daya air yang merupakan sebuah

    karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang akan memberikan manfaat yang besar

    untuk mewujudkan terciptanya kesejahteraan untuk masyarakat dari berbagai

    bidang seperti sosial, ekonomi, budaya, politik, maupun bidang ketahanan

    nasional.

    Hefni (2003) menyebutkan bahwa pengelolaan terhadap sumber daya air sangat

    penting dan pemanfaatan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang

    diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan yaitu dengan metode

    pemantauan dan interpretasi data terhadap kualitas air, yang mencakup kualitas

    fisika, kimia, dan biologi.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang

    Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan beberapa peristilahan sebagai

    berikut:

    a. Air, yang meliputi semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari

    sumber air yang terdapat di atas permukaan tanah;

    b. Kualitas air, yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau

    komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa

  • 10

    parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan

    sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan

    sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan

    sebagainya);

    c. Pencemaran air, yaitu yang termasuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

    energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga

    kualitas air menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi

    berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

    3.2 Penjernihan Air

    Prinsip dasar penjernihan air di sebuah kawasan khususnya di pedesaan yang

    meliputi berbagai aspek yang harus dipenuhi diantaranya sebagai berikut:

    a. Bersifat tepat guna dan sesuai dengan kondisi, lingkungan fisik, maupun sosial

    budaya masyarakat setempat;

    b. Pengoperasiannya mudah dan sederhana;

    c. Bahan-bahan yang digunakan mudah dan sederhana;

    d. Bahan-bahan yang digunakan berharga murah;

    e. Bahan-bahan yang digunakan tersedia di lokasi dan mudah diperoleh;

    f. Efektif, memiliki daya pembersih yang besar untuk memurnikan air.

    Alamsjah (2006), mengemukakan bahwa prinsip penyaringan (filtrasi) merupakan

    sebuah proses untuk memisahkan antara padatan/koloid dengan cairan. Proses

  • 11

    penyaringan bisa merupakan proses awal (primary treatment) atau penyaringan

    dari proses sebelumnya.

    Apabila air olahan mempunyai padatan dengan ukuran seragam, saringan yang

    digunakan adalah single medium. Sebaliknya bila ukuran padatan beragam,

    digunakan saring dual medium atau three medium. Penyaringan air olahan yang

    mengandung padatan dilakukan dengan cara membuat saringan bertingkat, yaitu

    saringan kasar, saringan sedang, sampai saringan halus.

    Untuk merancang sebuah sistem penyaringan ini perlu penelitian terlebih dahulu

    terhadap beberapa faktor diantaranya sebagai berikut (Kusanaedi, 2010):

    a. Jenis limbah padat (terapung atau tenggelam);

    b. Ukuran padatan; ukuran yang terkecil dan ukuran yang terbesar;

    c. Perbandingan ukuran kotoran padatan besar dan kecil;

    d. Debit air olahan yang akan diolah.

    Berikut merupakan beberapa karakteristik atau kriteria pengamatan untuk

    memastikan apakah suatu sumber daya air itu bersih atau tidak. Dengan berbagai

    kriteria seperti warna, rasa, bau, kekeruhan, pH (derajat keasaman), dan kadar besi

    (Fe).

    3.3 Warna

    Hefni (2003) menyebutkan bahwa warna perairan dikelompokkan menjadi dua,

    yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color).

  • 12

    Warna sesungguhnya ialah warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia

    terlarut. Pada penentuan warna sesungguhnya, bahan-bahan tersuspensi yang

    dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu. Warna tampak adalah

    warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan

    tersuspensi. Standar warna yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

    adalah berwarna bening dengan skala TCU 15.

    3.4 Bau

    Bau suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat organik

    pada suatu perairan yang dapat menimbulkan gas-gas. Gas yang keluar dari hasil

    dekomposisi bukan saja menimbulkan bau yang kurang sedap tetapi adakalanya

    dapat mematikan biota yang ada di dalamnya. Standar bau air yang ditetapkan

    berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990

    Tentang Pengendalian Pencemaran Air adalah air tidak berbau.

    3.5 Rasa

    Parameter ini erat kaitannya dengan pengujian parameter warna dan bau sehingga

    seringkali pada pelaksanaannya digabungkan. Rasa suatu perairan dalam kondisi

    baik yaitu berasa hambar, bila suatu perairan sudah berwarna kurang baik atau dan

    bau kurang sedap secara otomatis akan mempunyai rasa yang kurang enak.

    Standar rasa air yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

  • 13

    Indonesia No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air adalah

    tidak berasa atau hambar.

    3.6 Kekeruhan

    Kekeruhan dapat mempengaruhi masuknya sinar matahari ke dalam air. Sinar

    matahari sangat diperlukan oleh organisme yang berada di dalam perairan untuk

    proses metabolisme. Bila suatu perairan keruh maka sinar matahari yang masuk

    akan sedikit karena terpencar-terpencar oleh adanya partikel yang terlarut, dan

    bila air tidak keruh maka sinar matahari yang masuk akan banyak.

    Kekeruhan dapat dipakai sebagai indikasi kualitas suatu perairan. Air alami dan

    air buangan yang mengandung koloid dapat memudarkan sinar sehingga dapat

    mengurangi transmisi sinar. Kekeruhan dapat mengurangi proses fotosintesis

    tanaman dalam air. Misalnya vegetasi perairan berakar dan ganggang, mengurangi

    pertumbuhan tanaman dan mengurangi produktifitas ikan. Standar kekeruhan air

    yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20

    Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air dengan batas maximal

    bernilai 25 NTU.

    3.7 pH (derajat keasaman)

    Novita (2011) menyebutkan bahwa pH adalah derajat keasaman yang digunakan

    untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu

    larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang

  • 14

    terlarut. Standar pH air yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

    yaitu antara 6,5 8,5.

    3.8 Besi (Fe)

    Besi merupakan suatu elemen kimiawi yang dapat ditemui disemua tempat

    dibumi, pada semua lapisan geologis, dan semua badan air. Dengan adanya unsur-

    unsur besi yang terdapat dalam air diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme.

    Dinyatakan pula dalam kandungan besi dalam air yaitu bersumber dari dalam

    tanah sendiri di samping itu dapat pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari

    larutan pipa besi, reservoir air dari besi atau endapan-endapan buangan industri.

    Standar kadar besi dalam air yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah

    Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

    yaitu sebanyak 0,3 mg/l. Apabila konsentrasi besi yang terlarut dalam air telah

    melebihi batas yang telah ditetapkan, maka akan menyebabkan berbagai

    permasalahan yang diantaranya sebagai berikut :

    a. Gangguan teknis.

    Endapan Fe (OH) yang bersifat korosif terhadap pipa dan akan mengendap di

    saluran pipa, sehingga akan mengakibatkan saluran pipa menjadi buntu dan

    efek yang ditimbulkan seperti mengotori bak yang terbuat dari seng,

    mengotori wastafel, dan kloset

    b. Gangguan fisik

    Gangguan fisik yang akan ditimbulkan yaitu adanya besi yang terlarut dalam

    air yaitu akan timbulnya warna, rasa, dan bau. Air yang terkontaminasi dengan

  • 15

    besi akan terasa tidak enak dan berbau karena konsentrasi besi yang terlarut

    >0,1 mg/L.

    c. Gangguan kesehatan

    Senyawa besi yang terdapat dalam tubuh manusia jumlahnya kecil, fungsi dari

    senyawa besi dalam tubuh ini akan membantu proses pembentukan sel-sel

    darah merah yang dimana tubuh manusia memerlukan 7-35 mg/hari yang

    sebagian besar diperoleh dari air. Apabila zat besi (fe) yang melebihi dosis

    yang dikonsumsi oleh tubuh manusia akan berdampak pada kesehatan.

    Dampak kesehatan yang ditimbulkan karena dosis fe yang berlebihan dalam

    tubuh akan tidak dapat mengsekresi Fe yang akan berakibat apabila mendapat

    transfusi darah maka warna kulitnya akan menjadi hitam karena akumulasi Fe.

    Selain itu, air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa

    mual apabila dikonsumsi, dan apabila dosis yang dikonsumsi cukup besar

    maka akan merusak dinding usus.

    3.9 Penyaringan (filtrasi)

    Penyaringan merupakan sebuah proses pemisahan antara padatan/koloid dengan

    cairan. Proses penyaringan dapat dikategorikan sebagai proses awal (primary

    treatment) atau penyaringan dari proses sebelumnya. Bahan padatan yang pada

    umumnya dapat dilihat langsung terapung seperti potongan kayu atau potongan

    sayuran. Bahan padatan yang berupa logam, tulang, bulu atau daun dapat disaring

    secara kasar atau sedang dengan melalui proses awal (primary treatment).

  • 16

    Apabila air yang akan disaring berupa cairan yang mengandung butiran halus,

    maka sebelum proses penyaringan sebaiknya dilakukan koagulasi atau netralisasi

    yang menghasilkan endapan.

    3.10 Sedimentasi

    Sedimentasi merupakan proses pengendapan bahan padatan yang terdapat pada air

    olahan. Proses sedimentasi bisa terjadi bila air mempunyai berat jenis dari air

    sehingga tenggelam. Prinsip sedimentasi adalah pemisahan bagian padat dengan

    memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian yang padat berada pada dasar

    pengendapan sedangkan air murni berada di atas.

    3.11 Saringan Pasir Lambat

    Saringan pasir lambat (SPL) atau slow sand filter (SSF) yang telah lama dikenal

    di Eropa sejak awal tahun 1800an. Dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih,

    saringan pasir lambat dapat digunakan dalam menyaring air keruh ataupun air

    kotor. Saringan pasir lambat sangat cocok dalam memenuhi kebutuhan air bersih

    dalam komunitas skala kecil atau skala rumah tangga. Ini karena debit air yang

    dihasilkan oleh SPL relatif kecil.

    Saringan pasir lambat merupakan sebuah proses filtrasi yang berupa wadah yang

    diisi pasir dengan ukuran tertentu dan berfungsi untuk menyaring serta

    menurunkan tingkat kekeruhan air karena dengan adanya peran mikroorganisme

    sehingga akan menghasilkan air yang bersih.

  • 17

    Saringan pasir lambat proses pengerjaannya sederhana, murah dalam pembelian

    bahan bakunya, serta dapat dipercaya sebagai salah satu metode pembersihan

    persediaan air bersih. Dalam saringan pasir lambat, air yang mengalir berdasarkan

    gravitasi yang melalui pasir halus dengan kecepatan yang rendah. Untuk kondisi

    rata-rata harian yang dihasilkan berkisar antara 0,1-0,4 m3/m

    2/jam (kecepatan

    rendah). Dengan lapisan filter yang telah tersusun dari pasir halus dengan

    diameter efektif berkisar 0,15-0,35 mm dengan materi tersuspensi dan koloid dari

    air baku akan tertahan di lapisan teratas filter yang akan mengakibatkan

    penyumbatan. Hal ini akan menyebabkan filter harus dibersihkan agar berfungsi

    kembali seperti semula dengan cara membuang/mengangkat lapisan kotor

    penyumbat (kotoran) sedalam satu sampel atau beberapa sentimeter. (Huisman,

    1975)

    Berdasarkan jenisnya, saringan pasir lambat digolongkan sebagai berikut:

    a. Saringan pasir lambat model down flow atau konvensional

    Saringan pasir lambat dengan menggunakan sistem aliran penyaringan dari

    atas ke bawah. Keuntungan dari sistem penyaringan down flow ini antara lain

    tidak memerlukan tekanan untuk menaikkan air dikarenakan air akan turun

    sesuai dengan adanya gaya gravitasi. Untuk kelemahan dari sistem ini yaitu

    memerlukan perawatan yang lebih, karena mengharuskan untuk pencucian

    media pasir dengan cara manual yaitu mengeluarkan media pasir kemudian

    dikeringkan dan dipasang kembali.

  • 18

    b. Saringan pasir lambat model up flow

    Saringan pasir lambat dengan menggunakan sistem aliran penyaringan dari

    bawah ke atas. Keuntungan dari sistem up flow ini yaitu menghasilkan aliran

    air tenang sehingga proses penyaringan lebih baik, unsur-unsur yang akan

    disaring akan dipengaruhi gaya gravitasi sehingga tetap berada dibawah, dan

    apabila saringan kotor maka proses pencucian akan terjadi dengan sendirinya

    yaitu dengan cara membuka kran pembuangan, proses ini dinamakan sebagai

    pencucian balik (back wash). Sedangkan kelemahan dari sistem penyaringan

    up flow ini adalah penempatan sumber air harus lebih tinggi atau letak

    reservoar harus lebih tinggi dari pipa.

    3.12 Faktor Yang Mempengaruhi Penyaringan

    Adapun berbagai faktor yang mempengaruhi proses penyaringan adalah sebagai

    berikut:

    a. Susunan lapisan pasir

    Susunan lapisan pasir yang mencakup dari luas permukaan pasir yang akan

    digunakan serta ketebalan lapisan pasir yang berstandar dan akan digunakan

    dimedia penyaring yaitu antara 50-60 cm. Sedangkan untuk diameter pasir

    yang digunakan dalam saringan pasir lambat antara 0,3-1 mm. Dan lama

    pemakaian dari media saring yang harus disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu

    dengan melakukan pembersihan secara rutin agar dapat memaksimalkan

    proses penyaringan untuk kedepannya.

  • 19

    b. Suhu air

    Temperatur atau suhu air akan sangat mempengaruhi dalam penerimaan air

    oleh masyarakat, selain itu akan mempengaruhi reaksi kimia dalam

    pengolahan air apabila temperatur air tersebut sangat tinggi.

    c. Kecepatan penyaringan

    Tingkat kecepatan penyaringan akan mempengaruji penggunaan filter, untuk

    memperpanjang masa penggunaan filter maka diperlukan pengaturan tekanan

    pada lapisan pasir yaitu dengan cara menambahkan ketinggian air diatas

    media saring. Kecepatan penyaringan air pada proses saringan pasir lambat

    yaitu berkisar antara 0,1-0,2 m/jam, ini dikarenakan proses penyaringan

    saringan pasir lambat ini tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu

    sehingga prosesnya lama.

    d. Kualitas air baku

    Apabila kualitas air baku mempunyai kekeruhan yang relatif tinggi maka

    diperlukan proses pendahuluan berupa penyaringan.

    Adapun contoh skema dari saringan pasir lambat dapat dilihat pada Gambar 3.1

    berikut ini:

  • 20

    (Sumber: Nusa Idaman Said, 1996)

    Gambar 3.1 Proses Saringan Pasir Lambat

    3.13 Elemen Saringan Pasir Lambat

    Adapun elemen terpenting yang digunakan dalam proses saringan pasir lambat

    adalah sebagai berikut:

    a. Aliran air baku

    Aliran air dalam proses saringan pasir lambat harus diperhatikan, karena

    sistem saringan ini apabila aliran air yang dialirkan terlalu deras akan

    mengakibatkan filter penyaring seperti pasir akan tercampur dengan air.

    b. Lapisan pasir

    Tingginya lapisan pasir menjadi perhatian penting dalam penyaringan

    saringan pasir lambat. Standar tinggi lapisan pasir pada filter saringan pasir

    lambat berkisar antara 50-60 cm.

  • 21

    c. Kerikil;

    Lapisan kerikil memiliki peranan dalam hal menyaring kotoran/padatan yang

    terdapat pada air.

    d. Pengaturan aliran air di dasar saringan

    Aliran air pada dasar saringan penting untuk mengatur proses pengurasan atau

    pencucian filter saringan serta mengatur aliran air yang akan dilalui oleh filter.

    3.14 Mekanisme Penyaringan Saringan Pasir Lambat

    Mekanisme proses untuk penyaringan air bersih dimana air baku yang bersumber

    pada sungai atau mata air akan dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan

    ke bak pengendap tanpa memakai zat kimia, ini bertujuan untuk mengendapkan

    kotoran yang terdapat dalam air baku. Selanjutnya dialirkan ke penyaringan

    dengan proses saringan pasir lambat setelah itu dialirkan ke dalam bak

    penampung air bersih. Air baku yang dialirkan ke saringan pasir lambat akan

    menyaring kotoran-kotoran yang ada didalamnya akan tertahan pada media pasir

    dikarenakan adanya akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun anorganik

    pada media filternya akan membentuk sebuah lapisan (film) biologis.

    Dengan adanya lapisan ini, maka selain hasil penyaringan air secara fisika juga

    dapat menghilangkan (impuritis) secara biokimia. Kadar ammonia dengan

    konsentrasi yang rendah, zat besi, mangan, dan zat-zat yang menimbulkan bau

    pada air dapat dihilangkan dengan proses ini, sehingga proses pengolahan air ini

    dapat dinilai sebagai kualitas yang baik.

  • 22

    Pengolahan air baku ini sangat sesuai untuk kualitas kekeruhan air yang rendah

    dan relatif tetap, biaya operasional yang dikeluarkan rendah dikarenakan proses

    pengendapan tanpa bahan kimia dan proses pencucian media filter juga lebih

    mudah.Untuk proses disinfeksi/penghilangan kuman yang terkandung dalam air

    dapat menggunakan berbagai cara seperti proses klorinisasi, brominasi, ozonisasi,

    penyinara ultraviolet, ataupun menggunakan aktif karbon. Apabila ingin

    dikonsumsi, sebaiknya air hasil dari penyaringan ini dimasak terlebih dahulu

    hingga mendidih sebelum dikonsumsi.

    3.15 Definisi Sistem

    Definisi sistem yang dikemukakan oleh (Maryono, A., 2011) merupakan suatu

    keterpaduan (wholism) antar elemen-elemen (sub-sistem) yang saling berinteraksi,

    berintegrasi, berbagi, bersinergi, dan berkolaborasi untuk suatu tujuan tertentu

    dengan proses mekanisme metabolisme loop-feedback input-process-output

    tertentu dengan target produk dan waktu pencapaian tertentu dengan adanya

    mekanisme kontrol perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara kontinyu yang

    bersifat terbuka serta mempunyai batasan-batasan tertentu dan berada atau terkait

    dengan lingkungan tertentu.

    3.16 Pola Pikir Sistem

    Maryono, 2011 menyebutkan bahwa pengembangan suatu sistem membutuhkan

    suatu pola pikir untuk menyelesaikan permasalahan sebuah sistem. Salah satu

    pola pikir sistem yang dikembangkan yaitu pola pikir integralistik yang

  • 23

    merupakan sebuah pola pikir yang mengaitkan antara satu permasalahan dengan

    permasalahan yang lain, semakin banyak yang terkait dengan permasalahan

    tersebut dengan kaitan yang logis dan realistis, maka semakin bagus pula

    penyelesaian masalah yang akan diusulkan.

    Sebagai contoh sebuah permasalahan tentang pemenuhan kebutuhan air bersih di

    suatu kawasan atau lingkungan tertentu. Di mana sebuah kawasan yang

    kesehariannya bergantung untuk penggunaan air baku dari sungai. Kondisi sungai

    yang tercemar dan kotor sangat tidak layak untuk kesehatan karena air sungai

    telah terkontaminasi bakteri dan zat pencemar lainnya seperti limbah domestik

    maupun limbah rumah tangga. Untuk mewujudkan pemenuhan akan kebutuhan

    air yang bersih dan layak diperlukan berbagai elemen-elemen pendukung yang

    membantu terselesaikannya masalah tersebut, diantaranya faktor dari kesadaran

    masyarakat sekitar untuk menjaga lingkungannya yaitu dengan tidak membuang

    sampah di sumber air seperti sungai. Selain itu peran serta masyarakat untuk

    menyadari pentingnya dalam menjaga kelestarian disekitar sungai.

    3.17 Pendekatan Sistem

    Pendekatan sistem yang akan dilakukan dalam upaya penerapan sebuah proses

    pemurnian air bersih di kawasan wisata islami pesantren madinatul quran dan

    masyarakat sekitarnya yaitu dengan cara melakukan sosialisasi tentang pentingnya

    sebuah kualitas air yang bersih untuk kesehatan serta dengan memperkenalkan

    sebuah teknologi sederhana untuk memurnikan air. Pengenalan teknologi ini harus

  • 24

    mencakup sistem masyarakat disana, dari segi kemampuan masyarakat untuk

    mengembangkan teknologi tersebut, hingga ketersediaan bahan baku untuk

    penerapan teknologi pemurnian air tersebut.

    Peran serta masyarakat dan para santri akan membantu mewujudkan kualitas air

    bersih dan layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk proyeksi

    kedepannya kawasan pesantren akan menjadi sebuah kawasan wisata islami yang

    nantinya fasilitas untuk ketersediaan air bersih sangat vital bagi pengunjung

    wisatawan dan juga bagi para santri dan masyarakat sekitarnya.

    3.18 Kebutuhan Air

    Menurut WHO (World Health Organization) kebutuhan air seseorang tidak dapat

    diprediksi, sebagai contoh untuk kebutuhan mencuci pakaian ataupun mencuci

    tangan dan kaki. Walaupun secara umum kebutuhan akan penggunaan air setiap

    orang berbeda-beda, tetapi perkiraan untuk pengelompokan kebutuhan air dapat

    digolongkan seperti kebutuhan air untuk minum tentunya lebih sedikit dan lebih

    bersih dibandingkan dengan kebutuhan mandi atau cuci pakaian.

    Kebutuhan penggunaan air dikelompokkan dari yang terpenting dan akan menjadi

    sebuah hirarki berbentuk piramida hirarki kebutuhan minimal air. Pengelompokan

    kebutuhan air yang paling utama berada paling atas karena merupakan sebuah

    kebutuhan yang wajib karena alasan untuk bertahan hidup dalam jangka waktu

    yang pendek yaitu kebutuhan untuk konsumsi air minum.

  • 25

    Teori yang diterapkan oleh Abraham Maslow mengenai hirariki kebutuhan air

    dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.

    Gambar 3.2 Hirarki kebutuhan air (sumber: WHO, minimum water requirment)

    Dari penjelsan gambar hirarki kebutuhan di atas, dapat dijelaskan untuk

    menghitung kebutuhan air dalam suatu kawasan dengan memperkirakan

    banyaknya jumlah air yang akan digunakan. Sebagai contoh dalam sebuah

    kawasan pesantren dengan perkiraan kasar jumlah santri yang menggunakan air

    dikawasan tersebut adalah 100 orang dan melihat kebutuhan untuk bertahan hidup

    yang dikategorikan meminum air untuk konsumsi dan kebutuhan memasak, dan

    kebutuhan untuk membersihkan badan seperti mandi dan buang air sehingga

    dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.1 berikut ini.

    ...........................(3.1)

  • 26

    3.19 Studi Kelayakan

    Studi kelayakan merupakan suatu kegiatan analisis yang cermat sistemis dan

    menyeluruh mengenai faktor-faktor atau aspek yang dapat mempengaruhi

    kemungkinan berhasilnya (layaknya) pelaksanaan atas sebuah gagasan usaha.

    Dalam melakukan sebuah studi kelayakan, hendaknya terlebih dahulu ditentukan

    aspek-aspek kelayakan apa saja yang akan dikaji.

    Salah satu aspek yang terpenting dalam sebuah studi kelayakan sebuah

    pengembangan kawasan di Pesantren Madinatul Quran dan dalam pengembangan

    sebuah teknologi pemurnian air bersih nantinya akan mencakup berbagai aspek

    yang diantaranya aspek teknis dan teknologi, aspek lingkungan, dan aspek

    ekonomi dan sosial. Penjelasan mengenai berbagai kelayakan yang terkait dapat

    dilihat sebagai berikut.

    a. Aspek teknis dan teknologi

    Menurut (Veronika, 2009) aspek teknis merupakan aspek yang berkaitan

    dengan pengoperasian atau pembangunan suatu proyek secara teknis. Studi

    aspek teknis dan teknologi akan menjelaskan kebutuhan apa saja yang

    diperlukan serta bagaimana teknis atau proses suatu produksi yang akan

    dilaksanakan untuk kedepannya;

  • 27

    b. Aspek lingkungan

    Dalam peninjauan dari aspek lingkungan, dilakukan sebuah analisa mengenai

    dampak lingkungan yang mungkin terjadi dengan adanya sebuah kegiatan

    indusri ini (Makarina, 2006). Dampat yang akan timbul ada yang langsung

    mempengaruhi dan pada suatu kegiatan atau akan terlihat pada masa yang

    akan datang (Elvira).

    c. Aspek ekonomi dan sosial

    Menurut (Nia, 2013), aspek ekonomi dan sosial merupakan pengaruh yang

    akan terjadi khusunya dibidang perekonomian masyarakat dan bidang sosial

    kemasyarakatan. Setiap usaha yang dijalankan akan memberikan dampak

    yang positif dan negatif bagi berbagai pihak.

    Bagi masyarakat, adanya investasi yang ditinjau dari aspek ekonomi akan

    memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan, sedangkan bagi

    pemerintah akan memberikan pemasukan berupa pendapatan baik bagi

    pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

  • 28

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian mengenai perancangan sistem pemurnian air ini dilakukan di kawasan

    pondok pesantren Madinatul Quran Jonggol, Bogor. Waktu penelitian akan

    dimulai pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Adapun

    gambaran lokasi pondok pesantren Madinatul Quran dapat dilihat pada Gambar

    4.1berikut ini.

    Gambar 4.1 Lokasi Penelitian (Sumber: Google Earth)

    4.2 Bahan dan Alat Penelitian

    Adapun bahan dan alat yang akan digunakan selama penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

  • 29

    a. Sampel air baku di kawasan Pondok Pesantren Madinatul Quran

    Air baku yang digunakan oleh para santri dan masyarakat sekitar merupakan

    air yang bersumber dari mata air sodong di kawasan pegunungan, Jonggol,

    Kab. Bogor;

    b. Alat yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

    Alat filtrasi Saringan Pasir Lambat model up flow;

    pH meter;

    Turbidity meter

    Phenantroline spectrofotometer (ferrover)

    Botol Sampel

    Styrofoam

    Stopwatch

    4.3 Tahap Penelitian

    4.3.1 Pengujian sampel air baku

    Menguji sampel air baku yang ada di lokasi dengan parameter pH (derajat

    keasaman), kekeruhan, bau, rasa, warna, serta kadar besi (Fe) yang terkandung

    dalam air.

    4.3.2 Pemasangan Saringan Pasir Lambat

    Pemasangan saringan pasir lambat untuk menyaring air baku yang bersumber

    pada aliran air yang kemudian dipompa menuju tandon air dan kemudian

    diteruskan kedalam filter penyaringan. Adapun proses saringan pasir lambat

  • 30

    menggunakan sistem up flow, untuk gambaran skemanya dapat dilihat pada

    Gambar 4.2 berikut ini.

    Air baku

    Gambar 4.2 Skema Penyaringan Saringan Pasir Lambat

    4.3.3 Pengujian Sampel Filtrasi

    Hasil sampel air yang telah di filtrasi kemudian akan di uji dengan parameter pH

    (derajat keasaman), kekeruhan, bau, rasa, warna, serta kadar besi (Fe) yang

    terkandung dalam air. Dan memberikan alternatif untuk media saring yang efektif

    untuk hasil penyaringan air yang baik

    4.3.4 Perbandingan Hasil Uji Sampel

    Membandingkan hasil sampel awal sebelum filtrasi dan sesudah filtrasi untuk

    mengetahui bagaimana kefektifan sistem filter dalam meningkatkan kualitas air

    baku.

    Tandon

    air

    Bak

    Penampungan

    Air Bersih

  • 31

    4.3.5 Analisa dan Pembahasan

    Analisa dan pembahasan mengenai data sampel air yang diuji, selain itu menguji

    keefektifan saringan filter yang digunakan yaitu dengan membandingkan filter

    mana yang efektif digunakan serta menghitung kebutuhan air yang akan

    digunakan. Adapun alternatiif saringan filter adalah sebagai berikut:

    a. Saringan filter yang terdiri dari kerikil dan pasir

    b. Saringan filter yang terdiri dari kerikil, pasir, dan ijuk;

    c. Saringan filter yang terdiri dari kerikil, pasir, arang tempurung kelapa.

    Selain itu, analisa yang akan dilakukan nantinya berupa studi kelayakan terhadap

    berbagai aspek yang terkait dalam pengembangan teknologi pemurnian air ini

    yang diantaranya kelayakan dari segi teknis dan produksi, kelayakan dari segi

    lingkungan, serta kelayakan dari segi ekonomi sosial.

    4.3.6 Kesimpulan dan Saran

    Memberikan kesimpulan akhir dari penelitian yang dijalankan berdasarkan pada

    tujuan awal yang telah ditetapkan. Serta memberikan saran untuk kemajuan

    penelitian yang berikutnya yang lebih baik.

    4.4 Variabel Penelitian

    Adapun variabel penelitian yang dibahas adalah sebagai berikut:

    a. Variabel bebas, yaitu berupa kualitas air baku yang akan diuji untuk dilakukan

    filtrasi baik yang sebelum maupun yang sesudah;

  • 32

    b. Variabel terikat, yaitu berupaparameter uji yang akan digunakan untuk

    mengukur kualitas sampel air seperti ph, kekeruhan, bau, rasa, warna, dan

    kadar besi (fe). Serta menguji kefektifan filter yang digunakan dengan

    lamanya proses filtrasi dengan rentan waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit.

    3.5 Diagram Alir Proses Penelitian

    Adapun diagram alir proses penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.

    Standar Peraturan Pemerintah

    No. 20 Tahun 1990 tentang

    Pengendalian dan Pencemaran

    Air

    Identifikasi Data yang

    dibutuhkan Data Primer:

    - Data Sampel Air Baku; - Data Sampel Air Baku

    setelah tahap filtrasi.

    Data Sekunder:

    - Data Santri dan Masyarakat di kawasan pesantren Madinatul Quran;

    - Referensi Buku, Jurnal, dan Internet.

    Pra Survei Penelitian

    Kualitas Air Baku yang terdapat di

    kawasan Pesantren Madinatul Quran

    Kebutuhan air yang digunakan di

    kawasan Pesantren Madinatul Quran

    Analisa Teknis

    3 alternatif filter : 1. Kerikil Pasir 2. Kerikil Pasir

    Ijuk 3. Kerikil Pasir

    Arang Tempurung Kelapa

    Pengujian Sampel Air Baku di

    Laboratorium

    Proses Filtrasi

    Saringan Pasir Lambat

    Pengujian Sampel Air Filtrasi

    di Laboratorium

    1

  • 33

    A

    Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Penelitian

    Analisa Kebutuhan Air Bersih yang akan digunakan di

    kawasan

    Pesantren Madinatul Qur,an

    Kesimpulan dan Saran

    Alternatif Penyaringan yang

    efektif memurnikan air

    Analisa dan Pembahasan

    Penelitian

    Analisa Lingkungan

    Analisa Ekonomi dan Sosial

    Analisa Perhitungan Kelayakan Ekonomi

    1

  • 34

    4.6 Jadwal Penelitian

    Adapun uraian jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

    Tabel 4.1 Jadwal Penelitian

    No Kegiatan Bulan 2014

    Januari Februari Maret April Mei

    1 Pra Survei Penelitian

    2 Penyusunan Proposal

    3 Seminar Proposal

    4 Revisi

    5 Tahap Penelitian

    6 Pengambilan sampel air baku untuk diuji

    7

    Pengujian proses

    pemurnian air menggunakan saringan

    pasir lambat

    8 Pengujian air filtrasi

    9 Analisa kebutuhan air

    10 Analisa efektifitas filter Saringan Pasir Lambat

    11

    Analisa pendekatan

    sistem melalui studi feasibility study

    9 Asistensi Dengan

    Dosen Pembimbing

    10 Seminar Kemajuan

    11 Seminar Hasil

    12 Revisi

    13 Ujian Tesis

    DAFTAR PUSTAKA

    Alegantina, S., 2008, Pengembangan Model Proses Filtrasi dan Disinfeksi Yang

    Mempengaruhi Kualitas Air Minum Isi Ulang, Media Litbang Kesehatan

    Volume XVIII Nomor 3 Tahun 2008.

    Astari, S., 2014,Kehandalan Saringan Pasir Lambat Dalam Pengolahan Air,

    Institut Teknologi Bandung, Bandung.

  • 35

    Debora, N., 2011, Peningkatan Kualitas Air Bersih Berbahan Baku Air Sungai

    Mahakam Samarinda Memakai Serbuk Kelor (Moringa Oleivera) dan

    Arang Tempurung Kelapa, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

    Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta.

    Huisman, L., 1975, Slow Sand Filter, Daft University of Technology,

    Netherlands.

    Idaman Said, N., 1996, Teknologi Pengolahan Air Bersih Dengan Proses

    Saringan Pasir Lambat Up Flow.

    Makhmudah, N., 2009, Penyisihan Besi-Mangan, Kekeruhan dan Warna

    Menggunakan Saringan Pasir Lambat Dua Tingkat Pada Kondisi Air Tak

    Jenuh, Studi Kasus Air Sungai Cikapundang, Institut Teknologi Bandung,

    Bandung.

    Maryono, A., 2011, Pola Pikir Sistem The Power of Systemic Thinking,

    Lembaga ECO COMM INDONESIA, Eco Engineering and Community

    Empowerment, Sleman, Yogyakarta.

  • 36

    Pangidoan, 2013, Pengolahan Air Bersih di Lingkungan Kampus Universitas

    Pasir Pengaraian Dengan Sistem Up Flow, Universitas Pasir Pengaraian,

    Riau.

    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990, Tentang

    Pengendalian Pencemaran Air.

    Rahman, A., 2004, Penyaringan Air Tanah Dengan Zeolit Alami Untuk

    Menurunkan Kadar Besi dan Mangan, Departemen Kesehatan Lingkungan,

    Universitas Indonesia, Depok.

    Sutrisno, T., 1996, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.

    WHO (World Health Organization), Minimum Water Quantity Needed for

    Domestic Uses, WHO/SEARO Technical Notes for Emergencies

    http://aimyaya.com/menghitung_perkiraan_kebutuhan_minimal_air/, diposting

    oleh aimyaya, diunduh pada tanggal 20 Februari 2014, 14.23 WIB.