Usulan proposal penelitian

36
USULAN PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS PROGRAM REGENERASI PERSONIL SATBRIMOBDA JAWA BARATDisusun Oleh : PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR 2016

Transcript of Usulan proposal penelitian

Page 1: Usulan proposal penelitian

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

“ANALISIS PROGRAM REGENERASI PERSONIL

SATBRIMOBDA JAWA BARAT”

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2016

Page 2: Usulan proposal penelitian

i

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA :

NIM :

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM

FAKULTAS : HUKUM

JUDUL : ANALISIS PROGRAM REGENERASI

PERSONIL SATBRIMOBDA JAWA BARAT.

PEMB. AKADEMIK :

Page 3: Usulan proposal penelitian

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya

kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan

judul “ANALISIS PROGRAM REGENERASI PERSONIL SATUAN

BRIMOBDA JAWA BARAT”. Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di Jurusan

Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Djuanda Bogor.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai

tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak .............................., selaku Ketua Jurusan Hukum, Fakultas Hukum,

Universitas Djuanda Bogor.

2. Bapak .............................., selaku Dosen Pembimbing, Jurusan Hukum,

Fakultas Hukum, Universitas Djuanda Bogor, atas bimbingan, saran, dan

motivasi yang diberikan.

3. Bapak ..............................., atas bimbingan, saran, dan motivasi yang

diberikan.

4. Ibu ..................................., selaku Koordinator Tugas Akhir dan Skripsi

Jurusan Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Djuanda Bogor.

5. Segenap Dosen Jurusan Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Djuanda

Bogor yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Rekan-rekan Jurusan Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Djuanda

Bogor atas saran dan bantuannya.

7. Orang tua, saudara-saudara kami, atas doa, bimbingan, serta kasih sayang

yang selalu tercurah selama ini.

8. Keluarga besar Jurusan Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Djuanda

Bogor, khususnya teman-teman seperjuangan kami di Jurusan Hukum,

Fakultas Hukum, Universitas Djuanda Bogor, atas semua dukungan,

semangat, serta kerjasamanya.

9. Seluruh civitas akademika Jurusan Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Djuanda Bogor, yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis.

Page 4: Usulan proposal penelitian

iii

Kami menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.

Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya

sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

bidang pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih

lanjut. Amiin.

Bogor, ...... ........ 2016

Peneliti

Page 5: Usulan proposal penelitian

iv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 11

D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 11

E. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 12

F. Metoda Penelitian dan Lokasi Penelitian ................................................. 25

G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 29

Page 6: Usulan proposal penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan

adat istiadat yang beraneka ragam dari sabang sampai merauke. Adat istiadat

tersebut sangat berbeda satu sama lainnya. Sejak negara ini memproklamasikan

kemerdekaannya maka, Indonesia terbentuk menjadi negara kesatuan dengan

memiliki satu sistem hukum yang berlaku secara Nasional1 dan apabila kita

ibaratkan sebagai sebuah organisasi maka negara kita memiliki suatu sistem

dalam menjalankan pemerintahan yang mana tentunya juga memiliki apa yang

disebut sebagai sub-system sehingga dapat terciptanya suatu ketersinambungan

dalam menjalankan rantai organisasi dan untuk mencapai tujuan yang dicita-

citakan organisasi tidak lepas dari sumber daya. Dalam hal ini susunan organisasi

dan tata kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia disesuaikan dengan

kepentingan pelaksanaan tugas dan wewenangnya yang diatur lebih lanjut dengan

Keputusan Presiden,2 yang di ibaratkan sebagai bagian dari system organisasi

adalah lembaga kenegaraan yang dalam pembahasan ini salah satunya merupakan

sub-system yang khusus bergerak dibidang hukum dan perundang-undangan

untuk menjaga tatanan nilai dan norma yang hidup dalam masyarakat dan sub-

system itu adalah aparat pemerintah yang terdiri dari polisi, jaksa dan hakim dan

ketiganya merupakan penegak hukum yang ditunjuk dan memiliki kewenangan

dalam menegakkan hukum untuk menciptakan keadilan dan rasa aman ditengah-

tengah masyarakat tentunya dengan prosedur yang telah diatur sesuai dalam

undang-undang yang berlaku yang selanjutnya kita ketahui bersama tergabung

dalam mekanisme Criminal Justice System.3 Dalam organisasi Negara dan

1 Praya Dira. Makna Indonesia Sebagai Negara Hukum. 2015. Hlm 6.

http://dokumen.tips/documents/makna-indonesia-sebagai-negara-hukum.html. Diakses pada

Tanggal 14 Agustus 2016. 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002. Tentang Kepolisian Republik

Indonesia. Bab II. Pasal 7. 3 Wibisono S, Profesionalisme Dan Mentalitas Ideal Personil Polri Dalam Menghadapi

Tantangan Tugas, 2015, Hlm 1. http://sonnywibisono66.blogspot.com/2015/03/profesionalisme-

dan-mentalitas-ideal.html. Diakses pada Tanggal 11 Juli 2016

Page 7: Usulan proposal penelitian

2

Pemerintahan Polri yang dipimpin oleh Kapolri merupakan Lembaga Negara non

Departemen yang berkedudukan langsung di bawah Presiden, yang dalam

pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, dan dijelaskan pada UU No 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab fungsi kepolisian Kapolri menetapkan, menyelenggarakan, dan

mengendalikan kebijakan teknis kepolisian, antara lain menentukan dan

menetapkan penyelengaraan kegiatan operasional kepolisian dalam rangka

pelaksanaan tugas kepolisian negara Republik Indonesia dan penyelenggaraan

pembinaan kemampuan Kepolisian Negera Republik Indonesia. Pelaksanaan

kegiatan operasional dan pembinaan kemampuan kepolisian dilaksanakan oleh

seluruh fungsi kepolisian secara berjenjeng mulai dari tingkat pusat sampai

tingkat daerah yang terendah yaitu Pos Polisi, dan tanggungjawab atas

pelaksanaan tugas dan wewenang kepolisian secara hierarkhi dari tingkat paling

bawah ke tingkat pusat yaitu Kapolri, selanjutnya Kapolri

mempertangungjawabkan kepada Presiden Republik Indonesia.4 Hal ini

mengingat karena Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan

persetujuan DPR-RI. Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan

negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat tentunya

harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang baik. Sumber daya terpenting

dalam suatu organisasi adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia

merupakan faktor penting atas efektivitas organisasi, karena tingkah laku mereka

dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan

organisasi. Orang-orang yang dalam organisasi memberikan tenaga, bakat,

kreativitas dan usaha mereka kepada organisasi. Tanpa orang-orang yang cakap

organisasi dan manajemen akan gagal mencapai tujuannya. Melalui pemanfaatan

sumber daya manusia secara optimal, maka akan dapat meningkatkan prestasi

kerja personil maupun organisasi. Melalui penilaian prestasi kerja personil akan

4 Komjen (Purn) Imam Sujarwo, Perkembangan Organisasi Brimob dari Masa ke Masa. 2014,

Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Korps Brimob Polri

Page 8: Usulan proposal penelitian

3

diketahui kecakapan personil dalam menyelesaikan uraian pekerjaan yang

dibebankan kepadanya.5

Sumber daya manusia (SDM) juga merupakan faktor penentu keberhasilan

dalam suatu program untuk mencapai tujuan. Sebagai aparatur, kesatuan brimob

merupakan sebuah profesi yang menjadi salah satu tulang punggung negara dalam

melaksanakan pengamanan. oleh karena itu diperlukan program regenerasi atau

manajemen sumber daya manusia untuk mengatasi kesenjangan antara personil

yang dimiliki dengan tuntutan tugas yang dihadapi. Dengan adanya mutasi

personil dalam mewujudkan situasi dan kondisi yang lebih baik sangat di perlukan

sumber daya manusia (SDM) yang enerjik dan cekatan, dalam arti anggota yang

muda yang penuh semangat, disiplin, berdedikasi tinggi dan terampil dalam

mengemban tugas operasional sehingga tercapai hasil tugas yang baik dan

optimal.6 Selanjutnya untuk mengatasi persoalan sumber daya manusia tersebut

maka di pandang sangat perlu di dalam kesatuan Sat Brimob Polda Jawa Barat

dapat segera merencanakan dan menyusun program Regenerasi anggota brimob di

jajaran Sat Brimobda Jabar dengan harapan akan tercipta suatu kondisi yang

sangat baik dan prima yang berkaitan dengan terciptanya kecepatan mobilisasi

pasukan dalam melayani masyarakat di seluruh wilayah hukum Polda Jawa barat.

Brigade Mobil atau sering disingkat Brimob adalah unit (Korps) tertua di dalam

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) karena mengawali pembentukan kepolisian

Indonesia pada tahun 1945. Korps ini dikenal sebagai Korps Baret Biru. Brimob

termasuk satuan elit dalam jajaran kesatuan Polri, Brimob juga tergolong ke

dalam sebuah unit paramiliter ditinjau dari tanggung jawab dan lingkup tugas

kepolisian.7

Pada masa Orde Lama, Mobrig menjadi kesatuan khusus yang dimiliki

Polri dengan pengkhususan pada gangguan keamanan dan ketertiban tingkat

tinggi, seperti konflik dan gerakan separatisme. Hal ini mendorong upaya

penyempurnaan organisasi. Meski hanya bersifat sementara dan koordinatif, di

5 Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta. 1997. Hlm 7-9. 6 Ruyatnasih dkk. Pengaruh Rekruitmen Sumber Daya Manusia Terhadap Penempatan Karyawan

Kerja Tetap Pada Pt Bina San Prima Karawang. Jurnal Manajemen Vol. 09 No.2, 2012. Hlm 622. 7 Kamal Izat. Pembinaan Perilaku Anggota Brimob. Universitas Indonesia. Depok. 2008. Hlm 55

Page 9: Usulan proposal penelitian

4

tingkat karesidenan MBK (Mobile Brigade Karesidenan) diubah menjadi Rayon

Mobrig dan MBB (Mobile Brigade Besar) di tingkat provinsi diubah menjadi

kompi reserve (cadangan). Di tingkat pusat dibentuk koordinator dan inspektur

Mobile Brigade yang berkewajiban mengurusi pasukan Mobrig yang

berkedudukan di Purwokerto dengan tugas membantu Kepala Djawatan

Kepolisian Negara berkaitan dengan Mobrig. Sementara di tingkat provinsi

dibentuk Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade yang berkewajiban

mengurusi pasukan Mobrig di daerah yang berkeduduakn di provinsi, di mana

konsekuensinya di tiap kabupaten dibentuk kompi-kompi Mobrig. Mobrig

kemudian ditingkatkan statusnya, yang semula setingkat kompi, maka

berdasarkan Surat Keputusan Departemen Kepolisian Negara No. Pol:

13/MB/1959 tertanggal 25 April 1959 ditingkatkan statusnya menjadi setingkat

batalyon, sementara koordinator daerah Mobrig diubah menjadi Komandemen

Daerah serta Koordinator Mobile Brigade Djawatan Kepolisian Negara diubah

menjadi komandemen Mobile Brigade Pusat, yang juga diubah lagi menjadi

Komandemen Mobrig Pusat. Menjelang Ulang Tahun Mobrig ke 16, Menteri

Kepala Kepolisian Negara mengeluarkan surat order (Perintah) dengan nomor:

Y.M. No. Pol: 23/61 tertanggal 16 Agustus 1961, di mana berisi penetapan hari

ulang tahun, dengan Inspektur Upacara Presiden Soekarno, yang mengubah

sebutan Mobrig menjadi Brigade Mobil, atau Brimob. Akan tetapi pada

perjalanannya, perubahan penamaan tersebut tidak memberikan satu persfektif

bahwa penamaan tersebut kurang memberikan penekan akan pentingnya

integralitas Brimob sebagai bagian dari kesatuan yang ada di Polri. justru

perwatakan Brimob mengarah pada pengentalan karakteristik militer yang

sesungguhnya bertolak belakang dengan esensi Polri sebagai organisasi pengelola

keamanan yang berwatak sipil. Justru yang makin menarik adalah dari berbagai

proses perubahan ketatanegaraan dan legal formalnya, hingga terbitnya UU Pokok

Kepolisian No. 13/1961 yang mempertegas posisi Polri sebagai salah satu unsur

ABRI. Perubahan tersebut mendorong internalisasi nilai militeristik dalam tubuh

dan struktur Polri. Apalagi sejak dikeluarkannya Keppres No. 155/1965 tanggal 6

Juli 1965 tentang disamakannya pendidikan pada level akademi bagi ABRI dan

Polri. Setelah itu dikembalikan ke masing-masing akademinya. Hal ini jelas

Page 10: Usulan proposal penelitian

5

mengubah perwajahan Polri dari sipil ke militer, dengan berbagai atribut yang

dikenakannya. Permasalahan yang kemudian muncul adalah, bahwa Polri

merupakan institusi sipil yang harus mencitrakan dirinya sebagai bagian dari sipil

dalam operasionalnya. Tak terkecuali Brimob.8

Brimob yang sejak awal memang kesatuan paramiliter yang merupakan

kesatuan khusus Polri makin mengentalkan warna militeristiknya ketika Polri

disatukan dengan TNI dengan nama ABRI, warna militeristik makin kental, bukan

hanya terbatas pada satuan Brimob saja, melainkan menjadi bagian dari kultur di

Polri. Bahkan hal tersebut makin menguatkan kultur militeristik yang meresap di

satuan Brimob. Perubahan ini sangat mempengaruhi kinerja Polri, dan Brimob

pada khususnya dalam mengoperasionalkan peran dan fungsinya sebagai alat

keamanan negara. Upaya mendorong agar proses demokrasi sebagai bagian dari

komitmen Polri dalam mewujudkan Keamanan Dalam Negeri (Kamdagri) yang

kondusif hampir tidak terjadi. Penekanan bahwa tugas Brimob dalam bidang

Kamtibmas gangguan tingkat tinggi dan di front pertempuran, terkoreksi dengan

keluarnya Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: SK/05/III/1972, tertanggal 2 Maret

1972 tentang Refungsionalisasi dan Reorganisasi Organisasi Brimob, yang

mengurangi peran front tempur dan militernya. Di samping itu Surat Keputusan

tersebut menempatkan Brimob kembali pada esensi awal pendiriannya yakni di

bawah komando langsung Kapolda, sama ketika organisasi Brimob kali pertama

dengan nama Mobile Brigade Karesidenan (MBK) tersebut.9

Mengacu kepada SK tersebut pula, tugas dan fungsi Brimob dipangkas

tidak lagi pada tugas tempur militer, tapi fungsi satuan bantuan operasional taktis

kepolisian, guna menghadapi kriminalitas tingkat tinggi. Sehingga bentuk

organisasinya juga tidak lagi bersifat korps yang bersifat vertikal, namun kesatuan

yang dibatasi hanya sampai pada tingkat batalyon kedudukan kompi-kompi yang

berdiri sendiri (BS), menjadi organik pada komando-komando kewilayahan Polri

(Polda). Perubahan struktur organisasi tersebut hanya bertahan selama sebelas

tahun, karena pada 14 November 1983, struktur Brimob kembali dirubah, dengan

8 Muradi. Quo Vadis Brimob Polri. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2009. Hlm 7-9. 9 Komjen (Purn) Imam Sujarwo, Perkembangan Organisasi Brimob dari Masa ke Masa. 2014,

Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Korps Brimob Polri.

Page 11: Usulan proposal penelitian

6

benar-benar melikuidasi keberadaan batalyon dan Kompi BS (berdiri sendiri). Hal

ini berarti ada penyempitan dengan keberadaan batalyon dan kompi dari mulai

pertama pembentukannya hingga Surat Keputusan Polri No. Pol.:

Skep/522/XI/1983, digantikan dengan pembentukan Satuan Brimob, yang

membawahi kompi-kompi non-BS. Berdasarkan Keputusan Kapolri No. Pol. :

Kep/10/IX/1996 tanggal 16 September 1996 tentang “Pengesahan Korps Brimob

Polri”. Satuan Brimob mengalami validasi organisasi dengan perubahan struktur

Organisasinya, sebutan Pus Brimob dirubah menjadi Korps Brimob Polri dengan

dipimpin oleh Perwira Tinggi Bintang Satu dengan sebutan Komandan Korps

Brimob Polri dengan mengesahkan Brimob Polri sebagai badan pelaksana pusat

tingkat Mabes Polri berkedudukan di bawah Kapolri. Berdasarkan Surat

Keputusan Kapolri No. Pol.: 53/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang

Organisasi dan tata kerja tingkat Mabes Polri, struktur Organisasi Korps Brimob

mengalami perubahan dimana terdapat perubahan sebutan Pimpinan Korbrimob

dari Dankorbrimob Polri menjadi Kepala Korps Brimob Polri dengan dijabat oleh

Perwira Tinggi bintang dua. Berdasarkan Peraturan Kapolri nomor 21 tahun 2010

tanggal 14 September 2010 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Satuan

Organisasi Pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 444). Korps Brimob

Polri terdiri dari 4 Satker : Mako Korbrimob, Satuan I Gegana , Satuan II Pelopor

dan Satuan III Pelopor Berdasarkan Peraturan Kapolri nomor 22 tahun 2010

tanggal 28 September 2010 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Satuan

Organisasi Pada Tingkat Kepolisian Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 477), Satuan Brimob Polri di Polda di pimpin oleh

Perwira Menengah berpangkat KBP tanpa melihat Type Polda, masing-masing

Satuan terdiri dari Detasemen Gegana dan Detasemen Pelopor. Perlu dibuat

eselonisasi untuk kasat brimob daerah dah kasat di mako korbrimob disesuaikan

dengan tingkatan polda.10

Sat Brimob Polda Jabar sebagai bagian dari Polda Jabar di bidang

pemeliharaan Kamtibmas, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan

10 Mabes Polri, Keputusan Kapolri No. Pol. Kep/552/XI/1983. Tentang

Likuidasi Satuan Brimob dan Redislokasi Kompi-kompi BS Brimob, 1983.

Page 12: Usulan proposal penelitian

7

pelayanan kepada masyarakat di wilayah Propinsi Jawa Barat harus mampu

memberikan jaminan keamanan, ketertiban dan perlindungan hak asasi kepada

masyarakatnya, serta dapat menunjukkan transparansi dalam setiap tindakan,

menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, keadilan dan kepastian sebagai wujud

pertanggung jawaban kepada publik. Sat Brimob Polda Jabar sebagai satuan

back up kewilayahan dalam penanggulangan gangguan keamanan berintensitas

tinggi, terorisme, huru hara / kerusuhan massa, kejahatan teroganisir bersenjata

api atau bahan peledak termasuk penyelamatan dan pertolongan/search and rescue

(SAR) bencana atau gangguan lainnya bersama unsur pelaksana operasional

Kepolisian, dalam rangka penegakan hukum dan keamanan dalam Negeri, sesuai

perintah Kapolda atau permintaan mendesak dari satuan fungsi / kewilayahan.

Serta tugas-tugas lainnya sangatlah membutuhkan tampilan kesatuan yang

memiliki performance yang mantap sesuai dengan postur Brimob yang di sertai

kemampuan, disiplin, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi serta mobilitas pasukan

guna mendukung tugas operasional yang berhasil maksimal. Dalam

mengantisipasi dan mendukung semua kegiatan tersebut maka Satbrimobda Jawa

Barat juga dipandang perlu membuat program regenerasi anggota Brimob guna

mendukung dan meningkatkan mobilisasi operasional pasukan dan performance

pasukan yang mantap.11

Perkembangan dan kemajuan zaman dalam situasi kamtibmas yang sangat

dinamis mengakibatkan upaya penegakan hukum dan keamanan di wilayah Jawa

Barat dari waktu kewaktu senantiasa di hadapkan kepada tantangan tugas yang

semakin kompleks. Bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama

mendukung terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Pada UU Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Republik Indonesia Bab I Pasal 1 ayat 6 “Keamanan dalam negeri

adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban

masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan,

11 Peraturan Kepala Korps Brigade Mobil Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 1 Tahun

2011 tentang Hubungan Tata Cara Kerja di Lingkungan Korps Brigade Mobil Kepolisian Negara

Republik Indonesia. Bab 2 pasal 4 ayat 1.

Page 13: Usulan proposal penelitian

8

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”.12

Terlebih lagi bila di kaitkan

dengan situasi politik di tahun 2014 yang lalu, yaitu pemilihan calon legislatif dan

pemilihan umum presiden dan wakil presiden yang di ikuti partai – partai politik

yang berpotensi memunculkan kerawanan kamtibmas terutama yang berimplikasi

pada kontijensi, antara lain konflik antar partai politik, money politik, perdebatan

tidak sehat dan unjuk rasa masyarakat yang disertai dengan tindakan anarkis.13

Belum lagi adanya konflik komunal seperti yang terjadi di Maluku / Ambon yaitu

konflik yang bernuansa sara yang terjadi beberapa tahun yang lalu dan itu

alhamdulillah dapat di selesaikan walaupun dengan kurun waktu yang cukup lama

yaitu kurang lebih 5 tahun berjalan. Dan yang masih hangat terjadi sekarang di

wilayah Timur Indonesia, di Papua yaitu tentang pemberontakan Separatis OPM

(Organisasi Papua Merdeka) dan di Poso yaitu pemberontakan kelompok

bersenjata Santoso juga menjadi pekerjaan tambahan POLRI di Republik ini pada

saat ini.14

Melihat perkembangan dinamika demokrasi dan suhu politik yang sering

memanas seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya

berbagai kejahatan baik dalam jenis maupun bentuk nya atau yang sering di sebut

sebagai Modus Operandi yang tentunya mempunyai dampak terhadap gangguan

kamtibmas, misalnya dalam dinamika demokrasi membuka peluang bagi

masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dengan melakukan kegiatan

pengumpulan massa yang begitu besar dan berujung pada tindakan anarkis, untuk

itu diharapkan adanya upaya polri yang profesional dalam menghadapi

perkembangan lingkungan strategis yang harus di dukung dengan kesatuan

Brimob yang memiliki mobilitas operasional pasukan yang tinggi serta

performance kesatuan Brimob yang mantap. Keberhasilan dalam menjalankan

tugas tidak pernah lepas dari permasalahan. Untuk mencapai keberhasilan maka

perlu adanya program yang mampu mengatasi setiap permasalahan dan setiap

12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002. Tentang Kepolisian Republik

Indonesia. 13 Muradi, Rakernis Korps Brimob Polri T.A. Peran Brimob Polri Dalam

Pengamanan Pemilu 2014, 2016, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/03-

peran-brimob-polri.pdf, Diakses pada Tanggal 11 Juli 2016. 14 Ridwan Nurkholis M. “Teror Proyek Menyudutkan Umat Islam” Sabili 16 November 2006, hlm.

3-10

Page 14: Usulan proposal penelitian

9

anggota perlu memperhatikan kenyamanan dalam bekerja dan untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat agar para anggota mendapatkan keberhasilan dalam

bekerja. Mutasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam tubuh Polri

selain untuk memberikan kesempatan mengembangkan karier, mutasi jabatan juga

dibutuhkan dalam rangka memberikan suasana baru serta meningkatkan potensi

kinerja yang baik di organisasi maupun bagi personil, dalam rangka kepentingan

dinas dan kelancaran pelaksanaan tugas di lingkungan Satbrimob Polda Jabar

dalam pembinaan karier anggota dan atau untuk penyegaran organisasi. Pada

proses mutasi anggota tersebut, pihak kepolisian sering mengalami permasalahan

internal.15

Mutasi bisa diartikan sebagai kegiatan pemindahan personel dari suatu

jabatan ke jabatan lain, atau antar daerah.16

Mutasi dilakukan dalam ruang lingkup organisasi kepolisian nan

pelaksanaannya harus sinkron dengan undang-undang yang berlaku. Kegiatan

memindahkan anggota Polri dari satu lokasi dinas ke lokasi dinas lain disebut

mutasi Polri. Akan tetapi, mutasi sebenarnya tak selamanya sama dengan

pemindahan. Mutasi Polri meliputi kegiatan memindahkan anggota Polri,

pengoperan tanggung jawab, pemindahan status atau jabatan Polri, dan

sejenisnya.17

Permasalahan internal dalam kesatuan Brimob khususnya di Sat

Brimobda Jabar dan umumnya di Sat Brimobda yang lainnya di seluruh

Nusantara. Akibat yang di timbulkan dari permasalahan tersebut bagi personil

Brimob banyak sekali antara lain : 1. Menurunnya kecepatan mobillisasi pasukan,

saat melaksanakan tugas operasional back up satuan wilayah, 2. Menurunnya

semangat dan moril anggota saat berlatih yang di sebabkan faktor usia anggota

yang pada umumnya sudah sangat senior, 3. Menurunnya tingkat kedisiplinan

anggota saat melaksanakan dinas / tugas sehari hari baik di dalam Mako maupun

di luar saat back up satuan wilayah, 4. Berubahnya mindset anggota yang sudah

terkontaminasi dengan pemikiran dan angan-angan ingin pindah kepolisi tugas

umum sehingga mengakibatkan berpengaruh pada kinerja anggota, 5. Akibat

adanya pergeseran pola pikir tersebut maka terjadi pula pergeseran kultur lama

15 Rarung N, dkk, Pengaruh Mutasi Pegawai Dan Pelaksanaan Penilaian Prestasi Kerja

Terhadap Prestasi Kerja Pegawai. Jurnal EMBA. Vol. 3, No. 4, Manado, 1983, Hlm. 143. 16

Hasibuan Malayu. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta 17 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Mutasi Anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia . No. 16 Tahun 2012

Page 15: Usulan proposal penelitian

10

yaitu : yang dulunya pasukan Brimob memiliki jiwa korsa yang kuat sehingga

sekarang sudah sedikit luntur dan terkikis dan itu semua akibat dari faktor usia

dimana mereka (anggota) sudah cukup jenuh dengan situasi kedinasan di kesatuan

Brimob.

Kesatuan brimob di bawah jajaran Kepolisian daerah Jawa Barat yang

mengemban visi terwujudnya postur Brimob Polri yang profesional, bermoral,

modern dan patuh hukum sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat,

juga mampu melaksanakan tugas pokoknya dengan mengedepankan kemitraan

serta percepatan dalam pelayanan atau Quick Response yang menjadi salah satu

program dalam grand strategi Polri tahap pertama. Dalam menjalankan peran atau

tugas yang lebih berat dari tugas kepolisian yang lain sebagai back up satuan

kewilayahan, Sat Brimobda Jabar dengan sumber daya manusia yang mengalami

perpindahan jabatan ke jabatan lain. Pada kenyataannya, program mutasi dengan

sumber daya manusia yang dimiliki belum bisa mengatasi permasalahan

keanggotaan.18

Mutasi merupakan hal yang biasa dilakukan dalam sebuah organisasi

termasuk Sat Brimobda Jabar. Selain program mutasi pada Satuan Brimobda

Jabar. Namun penting juga melakukan program regenerasi dalam tubuh Polri

selain untuk mengatasi permasalahan internal juga penting dalam pembinaan karir

bagi anggota yang bersangkutan, juga untuk penyegaran dan peningkatan kinerja

anggota Polri kearah yang lebih baik. Sebagai mana disebutkan pada bab II Pasal

3 dan 4 batas usia pensiun anggota polri dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 /

2003 “Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah mencapai batas

usia pensiun diberhentikan dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik

Indonesia. Batas usia pensiun anggota polri maksimum 58 (lima puluh delapan)

tahun berlaku untuk semua golongan dan dapat dipertahankan sampai usia 60

(enam puluh) tahun bila memiliki ke ahlian khusus dan sangat dibutuhkan dalam

tugas Kepolisian”.19

Hal ini mendukung program regenerasi dalam pengembangan

18 Anonim, Pembangunan Postur Sumber Daya Manusia Sat Brimob Polda X Yang Paripurna

Guna Akselerasi Pelayanan Prima Dalam Rangka Stabilitas Kamtibmas, 2015, Hlm. 1.

http://nkp.seleksipolri.com/wp-content/uploads/2015/09/NKP-BRIMOB.pdf. Diakses pada

Tanggal 12 Juli 2016. 19 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003. Tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian

Negara Republik Indonesia.

Page 16: Usulan proposal penelitian

11

karir Sat Brimobda Jabar untuk pengembangan karir personil, sehingga dinamika

kerja Polri yang ada akan terus menggalami peningkatan untuk mencapai sukses

dalam meningkatkan mobilisasi pasukan. Namun bila masa jabatan perasonil

sebagai Polri diperpanjang, hal itu akan menghambat proses regenerasi di tubuh

Sat Brimobda ini karena akan menutup karier Polri lainnya yang sudah

selayaknya dipromosikan.

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, peneliti tertarik untuk

menganalisis serta membahas permasalahan tersebut dalam sebuah penelitian

dengan judul : ANALISIS PROGRAM REGENERASI PERSONIL

SATBRIMOBDA JAWA BARAT.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka pokok

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana program Regenerasi Personil (SDM) dijajaran Satbrimobda

jabar dilaksanakan.

2. Hambatan apa saja yang dihadapi Satbrimobda Jabar dalam pelaksanaan

program Regenerasi.

3. Upaya mengatasi hambatan yang terjadi dalam program Regenerasi

Satbrimobda Jabar.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan menganalisi tentang program Regenerasi Satbrimobda

Jawa Barat dilaksanakan.

2. Untuk mengetahui Satbrimobda Jawa Barat dalam pelaksanaan program

Regenerasi.

D. Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

Page 17: Usulan proposal penelitian

12

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran khususnya pada Hukum Kepolisian Republik Indonesia yaitu

Perkap 16 tahun 2012 tentang mutasi anggota Polri.

2. Kegunaan Praktis

Memberikan sumbangan pemikiran, saran dan masukan bagi pihak

terkait yaitu Satuan Brimob Polda Jabar dan semua Personilnya

E. Kerangka Pemikiran

Bangsa Indonesia sejak jaman lampau, jauh sebelum kemerdekaan

merupakan bangsa yang religius, bangsa yang saling tolong menolong satu sama

lainnya dalam hidup bermasyarakat, oleh karena itu ketika para pendiri negara ini

mencari dasar berpijak berdirinya negara Indonesia yang merdeka, menggali nilai-

nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Sejak negara ini

memproklamasikan kemerdekaannya maka, Indonesia terbentuk menjadi negara

kesatuan dengan memiliki satu sistem hukum yang berlaku secara Nasional.20

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum nasional dan sekaligus

membuktikan bahwa selain filsafat Negara, Pancasila juga sebagai filsafat hukum

Indonesia.21

Menurut Muhammad Yamin, Pancasila adalah suatu sistem filsafat,

kelima sila itu tersusun dalam suatu rumusan pikiran-pikiran filsafat yang

harmonis. Soedirman Kartahadiprojo, mengatakan bahwa Pancasila merupakan

isi jiwa bangsa Indonesia. Kalau filsafat itu isi jiwa suatu bangsa, maka Pancasila

adalah filsafat bangsa Indonesia.22

Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama

dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara republik Indonesia. Oleh

karena itu, fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara didasarkan pada

Ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 (jo Ketetapan MPR No.V/MPR/1973, jo

Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978) yang menjelaskan bahwa Pancasila sebagai

20 Praya Dira. Makna Indonesia Sebagai Negara Hukum. 2015. Hlm 6.

http://dokumen.tips/documents/makna-indonesia-sebagai-negara-hukum.html. Diakses pada

Tanggal 14 Agustus 2016. 21 Prasetyo Teguh dan Barkatullah Halim A. Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum. Jakarta : Rajawali

Pers, 2012. Hlm. 367. 22 Kailani M.S, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta : Pen. Paradigma, 2008. Hlm 37-38.

Page 18: Usulan proposal penelitian

13

sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang pada

hakikatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita

hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari

bangsa Indonesia.23

Kemudian mengenai Pancasila sebagai sumber dari segala

sumber hukum ini dijelaskan kembali dalam Ketetapan MPR No.III/MPR/2000

tentang sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan pada Pasal

1 ayat (3) yang menyatakan bahwa ”sumber hukum dasar nasional adalah

Pancasila. Dengan terbentuknya UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, sebagaimana yang termuat dalam Pasal 2 UU

No.10 tahun 2004 yang menyatakan bahwa ”Pancasila merupakan sumber dari

segala sumber hukum negara”, dengan tegas menyebutkan Pancasila sebagai

sumber dari segala sumber hukum sebagai berikut: ”Penempatan Pancasila

sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan

Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi

negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi

muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai

yang terkandung dalam Pancasila”.24

Pancasila selalu merupakan suatu kesatuan,

sila yang satu tidak bisa dilepas-lepaskan dari sila yang lain. Pancasila sebagai

dasar negara dan pandangan hidup bangsa terdapat kandungan akan nilai-nilai.

Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional adalah nilai-nilai yang

bersifat tetap. Namun, pada penjabarannya, dilakukan secara dinamis dan kreatif

yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat Indonesia. Diterima

Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional (pandangan hidup bangsa)

membawa dampak bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok, dan

landasan fundamental bagi setiap penyelenggaraan negara Indonesia.

Pancasila berisi lima sila yang hakikatnya berisi lima nilai dasar yang

fundamental. Hakikat Nilai-nilai Pancasila Sila pertama Pancasila, Ketuhanan

Yang Maha Esa menjadi sumber pokok nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia,

menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil

23 Achmad Fauzi, Soetomo, dkk. Pancasila di Tinjau dari Segi Sejarah, Segi Yurudis

Konstitusional dan Segi Filosofis, Malang : Lembaga Penerbitan Universtas Brawijaya, 1989.

Hlm. 42. 24 Kurnisar. Pancasila Sumber Hukum dari Segala Sumber Hukum di Indonesia, Jurnal Ilmiah

Ilmu Sosial, Vol 11, No. 3, Palembang, 2012, Hlm. 243.

Page 19: Usulan proposal penelitian

14

dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang berdaulat penuh, yang

bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia.25

Mengingat bahwa Pancasila adalah dasar negara, maka mengamalkan dan

mengamankan Pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat

imperatif/memaksa, artinya setiap warga negara Indonesia harus tunduk/taat

kepadanya. Siapa saja yang melanggar Pancasila sebagai dasar negara harus

ditindak menurut hukum, yakni hukum yang berlaku di negara Indonesia. Sebagai

sumber dari segala sumber hukum, pengamalan dan pelaksanaan nilai-nilai

Pancasila harus dijadikan sebagai landasan pokok dari permasalahan regenerasi di

Satuan Brimoda Jawa Barat.26

Menurut Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. memberikan petunjuk-petunjuk nyata

dan jelas wujud pengamalan kelima Sila dari Pancasila sebagai beriukut :

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa : Hormat menghormati dan bekerjasama

antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-

beda, sehingga terbina kerukunan hidup. Atas keyakinan yang demikianlah

maka berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan negara memberikan

jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai

dengan kepercayaannya dan beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya. Hakikat tersebut sesuai dengan Pasal 29, UUD 1945 : 1.

Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.27

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab : Mengakui persamaan derajat

persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia, saling

mencintai sesama manusia, tidak semena-mena terhadap orang lain dan

menjujung tinggi nilai kemanusiaan. Di dalam sila II Kemanusiaan Yang

25 Darji Darmodiharjo, Nyoman Dekker, dkk. Santiaji Pancasila, Surabaya : Usaha Nasional,

1991. Hlm. 39 26 Ibid. Hlm. 14. 27 Ibid. Hlm. 38.

Page 20: Usulan proposal penelitian

15

Adil Dan Beradab telah tersimpul cita-cita kemanusiaan yang lengkap,

yang memenuhi seluruh hakikat makhluk manusia. Kemanusiaan yang adil

dan beradab adalah suatu rumusan sifat keluhuran budi manusia

(Indonesia). Menurut pasal 27, UUD 1945 : 1. Segala warga negara

bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya, 2.

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan.28

c. Sila Persatuan Indonesia : Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan

dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau

golongan dan memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa

yang ber-Bhineka Tunggal Ika. Indonesia mengandung dua makna,

pertama : makna geografis, yang berarti sebagai bumi yang membentang

dari 95o – 141

o bujur timur dan dari 6

o lintang utara sampai 11

o lintang

selatan. Kedua : makna bangsa dari arti politis, yaitu bangsa yang hidup di

dalam wilayah itu. Indonesia dalam sila III ini ialah persatuan bangsa yang

mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia

ini bersatu karena di dorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang

bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat. Persatuan

Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa

Indonesia, bertujuan memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan

kehidupan bangsa serta ikut mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Menurut Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang antara lain berbunyi:

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indoneisa dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”29

d. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam

Permusyawaratan/Perwakilan : Mengutamakan kepentingan negara dan

masyarakat, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan

28 Ibid. Hlm. 40-42. 29 Ibid. Hlm. 43.

Page 21: Usulan proposal penelitian

16

untuk kepentingan bersama, musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi

oleh semangat kekeluargaan, keputusan yang diambil harus dapat

dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,

menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran

dan keadilan. Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti

sekelompok manusia yang berdiam dalam satu wilayah tertentu.

Kerakyatan dalam hubungan sila IV ini berarti bahwa kekuasaan yang

tertinggi berada di tangan rakyat. Kerakyatan disebut pula kedaulatan

rakyat (rakyat yang berdaulat/berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang

memerintah). Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio

yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan

bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan

bertanggung jawab serta didorong oleh itikad baik sesuai dengan hati

nurani.30

e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia : Mengembangkan

perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan kegotongroyongan, bersikap adil, menjaga

keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak-hak orang lain,

tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum dan

bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan. Sila keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang

mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indoneisa dalam bernegara,

yang perwujudannya ialah tata masyarakat adil makmur berdasarkan

Pancasila.31

Dasar negara Pancasila itu dinyatakan secara tegas dalam pokok-pokok

pikiran dari Pembukaan UUD 1945. dengan demikian, jelas pula bahwa Pancasila

itu yang menjadi sumber dari segala sumber hukum negara kita. Tujuannya adalah

untuk dipergunakan sebagai dasar negara. Jadi, dilihat dari fungsinya, Pancasila

memiliki fungsi utama sebagai dasar negara Republik Indonesia.32

30 Ibid. Hlm. 44-46. 31 Ibid. Hlm. 46-48. 32 Achmad Fauzi, Soetomo, dkk. Pancasila di Tinjau dari Segi Sejarah, Segi Yurudis

Konstitusional dan Segi Filosofis, Malang : Lembaga Penerbitan Universtas Brawijaya, 1989.

Hlm. 73.

Page 22: Usulan proposal penelitian

17

Indonesia merupakan negara hukum. Aristoteles, merumuskan negara hukum

adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga

negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk

warga Negara dan sebagai dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila

kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Peraturan yang

sebenarnya menurut Aristoteles ialah peraturan yang mencerminkan keadilan bagi

pergaulan antar warga negaranya. maka menurutnya yang memerintah Negara

bukanlah manusia melainkan “pikiran yang adil”. Penguasa hanyalah pemegang

hukum dan keseimbangan saja.33

Di Indonesia istilah Negara Hukum, sering diterjemahkan rechtsstaat atau the

rule of law. Paham rechtsstaat pada dasarnya bertumpu pada sistem Eropa

Kontinental. Ide tentang rechtsstaat mulai populer pada abad ke XVII sebagai

akibat dari situasi sosial politik Eropa didominir oleh absolutisme raja.34

Penjelasan UUD 1945 mengatakan, antara lain, “Negara Indonesia berdasar atas

hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machsstaat)”. Jadi

jelas bahwa cita-cita Negara hukum (rul of law) yang tekandung dalam UUD

1945 bukanlah sekedar Negara yang berlandaskan sembarang hukum. Hukum

yang didambakan bukanlah hukum yang ditetapkan semata-mata atas dasar

kekeuasaan, yang dapat menuju atau mencerminkan kekuasaan mutlak atau

otoriter. Hukum yang demikian bukanlah hukum yang adil (just law), yang

didasarkan pada keadilan bagi rakyat. 35

Gagasan, cita, atau ide Negara Hukum, selain terkait dengan konsep

“rechtsstaat” dan “the rule of law”, juga berkaitan dengan konsep “nomocracy”

yang berasal dari perkataan “nomos” dan “cratos”. Perkataan nomokrasi itu dapat

dibandingkan dengan “demos” dan “cratos” atau “kratien” dalam demokrasi.

“Nomos” berarti norma, sedangkan “cratos” adalah kekuasaan. Yang dibayangkan

sebagai faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau

hukum. Karena itu, istilah nomokrasi itu berkaitan erat dengan ide kedaulatan

hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi. Dalam istilah Inggris

33 Abdul, Aziz H, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia, Yogyakarta : Penerbit Pustaka

Pelajar, 2011, Hlm. 8. 34 Padmo Wahjono, Pembangunan Hukum di Indonesia, Jakarta : Ind-Hill Co. 1989, Hlm 29 35 Soedjati, Djiwantono, J. Setengah Abad Negara Pancasila. Jakarta : Centre for Strategic and

International Studies (CSIS), 1955. Hlm, 47.

Page 23: Usulan proposal penelitian

18

yang dikembangkan oleh A.V. Dicey, hal itu dapat dikaitkan dengan prinsip “rule

of law” yang berkembang di Amerika Serikat menjadi jargon “the Rule of Law,

and not of Man”. Yang sesungguhnya dianggap sebagai pemimpin adalah hukum

itu sendiri, bukan orang. Dalam buku Plato berjudul “Nomoi” yang kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul “The Laws”36

, jelas

tergambar bagaimana ide nomokrasi itu sesungguhnya telah sejak lama

dikembangkan dari zaman Yunani Kuno. Dalam rangka perubahan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka dalam Perubahan

Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang

sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan

tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yangmenyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara

Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu, di idealkan bahwa yang harus

dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan

politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa

Inggris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah “the rule of law, not of

man”. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem,

bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai “wayang” dari skenario

sistem yang mengaturnya.37

Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropah Kontinental

dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, JuliusStahl, Fichte,

dan lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat’. Sedangkan

dalam tradisi Anglo Amerika, konsep Negara hukum dikembangkan atas

kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan “The Rule of Law”. Menurut Julius

Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah ‘rechtsstaat’ itu

mencakup empat elemen penting, yaitu:38

1. Perlindungan hak asasi manusia.

2. Pembagian kekuasaan.

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.

4. Peradilan tata usaha Negara.

36 Lihat Plato: The Laws, Penguin Classics, edisi tahun 1986. Diterjemahkan dan diberi kata

pengantar oleh Trevor J. Saunders. 37 Jimly Asshiddiqie. Gagasan Negara Hukum Indonesia, Buana Ilmu, Jakarta, 2007, hlm. 176 38

Arief Sidharta, Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum, dalam Jentera (Jurnal Hukum),

“Rule ofLaw”, Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Jakarta, edisi 3Tahun II, November

2004, Hlm.124-125.

Page 24: Usulan proposal penelitian

19

Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap

Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law”, yaitu:

1. Supremacy of Law.

2. Equality before the law.

3. Due Process of Law.

Keempat prinsip ‘rechtsstaat’ yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di

atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip ‘Rule of Law’ yang

dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern

di zaman sekarang. Bahkan, oleh “The International Commission of Jurist”,

prinsip-prinsip Negara Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas

dan tidak memihak (independence and impartiality of judiciary) yang di zaman

sekarang makin dirasakan mutlak diperlukan dalam setiap negara demokrasi.

Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut “The

International Commission of Jurists” itu adalah:39

1. Negara harus tunduk pada hukum.

2. Pemerintah menghormati hak-hak individu.

3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.

Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan kehidupan

bernegara mengalami banyak perubahan. Konsep negara mulai mengalami

pergeseran yang pada awalnya negara merupakan negara yang berdasarkan pada

kekuasan beralih pada konsep negara yang mendasarkan atas hukum (rechtsstaat).

Ajaran negara berdasarkan atas hukum (de rechts staat dan the rule of law)

mengandung pengertian bahwa hukum adalah supreme dan kewajiban bagi setiap

penyelenggara negara atau pemerintah untuk tunduk pada hukum (subject to the

law). Tidak ada kekuasaan diatas hukum (above to the law). Atas dasar

pernyataan tersebut maka tidak boleh ada kekuasaan yang sewenang-wenang

(arbitrary power) atau penyalahgunaan kekuasaan (misuse of power) baik pada

negara berbentuk kerajaan maupun republik. Secara maknawi, tunduk pada

hukum mengandung pengertian pembatasan kekuasaan seperti halnya ajaran

39 Ibid. Hlm 125.

Page 25: Usulan proposal penelitian

20

pemisahan dan pembagian kekuasaan. Oleh sebab itu, negara berlandaskan hukum

memuat unsur pemisahan atau pembagian kekuasaan.40

Kekuasaan negara menetapkan, melaksanakan dan menegakkan kepatuhan

terhadap hukum, apalagi dalam negara kesejahteraan (welfare state), dimana

negara berhak ikut campur hampir diseluruh bidang kehidupan rakyat, sehingga

penggunaan kekuasaan negara itu mempunyai potensi melanggar hak -hak rakyat

yang ada dalam negara tersebut, bahkan hak-hak rakyat yang paling mendasar-pun

(HAM) dapat dilanggar. “Power tends to corrupt, and absolute power corrupts

absolutely”, demikian adegium yang dikemukakan oleh Lord Acton. Dengan

demikian, moral kekuasaan tidak boleh hanya diserahkan pada niat, ataupun sifat-

sifat pribadi seseorang yang kebetulan sedang memegangnya. Betapun baiknya

seseorang, yang namanya kekuasaan tetaplah harus diatur dan dibatasi.41

Setiap negara dijalankan oleh organ negara yang diatur dalam konstitusi.

Pengaturan kewenangan organ negara dalam konstitusi dimaksudkan agar tercipta

keseimbangan antara organ negara yang satu dengan lainnya (check and

balances). A. Hamid Attamimi menyebutkan bahwa konstitusi adalah pemberi

pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara

harus dijalankan. Secara umum, konstitusi dapat dikatakan demokratis

mengandung prinsip dalam kehidupan bernegara yaitu salah satunya adanya

pembagian kekuasaan berdasarkan trias politica dan adanya kontrol serta

keseimbangan lembaga-lembaga pemerintahan.42

Pemahaman mengenai organ negara dikenal dengan trias politica yang berarti

bahwa kekuasaan negara dilaksanakan oleh tiga cabang kekuasaan yaitu

kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif dan kekuasaan yudikatif. Ketiga cabang

kekuasaan tersebut diatur dan ditentukan kewenangannya oleh konstitusi.

Mariam Budiardjo menyatakan bahwa dalam sistem pemerintahan

parlementer, badan eksekutif dan badan legislatif bergantung satu sama lain.

40 Manan, Bagir. Lembaga Kepresidenan, Jakarta : FH UII Press, 2003 , Hlm. 11. 41 Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD

1945, Jakarta : Buana Ilmu, 2005, Hlm. 37. 42 Azra Azyumardi dan Hidayat K. Pendidikan Kewargaan (Civic Education), Demokrasi, Hak

Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008. Hlm. 73-

74

Page 26: Usulan proposal penelitian

21

Kabinet sebagai bagian dari badan eksekutif yang “bertanggung jawab”

diharapkan mencerminkan kekuatan-kekuatan politik dalam badan legislatif yang

mendukungnya, dan mati hidupnya kabinet tergantung pada dukungan dalam

badan legislatif (asas tanggung jawab menteri). Selanjutnya Saldi Isra

menyimpulkan bahwa, disamping pemisahan jabatan kepala negara (head of

master) dengan kepala pemerintahan (head of goverment), karakter paling

mendasar dalam sistem pemerintahan parlementer adalah tingginya tingkat

dependensi atau ketergantungan eksekutif kepada dukungan parlemen. Apalagi,

eksekutif tidak dipilih langsung oleh pemilih sebagaimana pemilihan untuk

anggota legislatif. Oleh karena itu parlemen menjadi pusat kekuasaan dalam

sistem pemerintahan parlementer.43

Setiap negara selalu mempunyai fungsi kepolisian untuk kepentingan

perlindungan dan keamanan internal warga masyarakat. Indonesia berbentuk

Negara Kesatuan. Artinya, Negara Indonesia hanya ada 1, yaitu Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, organisasi kepolisian kita juga hanya ada

1 saja, yaitu Kepolisian Republik Indonesia, disingkat POLRI. Polri merupakan

produk sejarah yang panjang, karena itu singkatannya pun tidak dapat lagi diubah

selain POLRI. Padahal sejak Perubahan Kedua UUD 1945 pada tahun 2000, Pasal

30 UUD 1945 menggunakan sebutan “Kepolisian Negara Republik Indonesia”

sebagai nama yang dapat disingkat menjadi KNRI, bukan lagi POLRI.44

Dengan rangkaian sejarahnya yang panjang itu, POLRI tumbuh dan

berkembang sebagai satu kesatuan institusi kepolisian yang utuh seperti halnya

TNI. Karena itu, dalam Pasal 30 ayat (4) UUD 1945, ditegaskan, “Kepolisian

Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang menjaga keamanan dan

ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat,

serta menegakkan hukum”. Dengan demikian baik POLRI maupun TNI sama-

sama merupakan alat negara, artinya bukan alat pemerintah apa lagi alat partai

politik, dan kedua organisasi merupakan satu kesatuan institusi yang bersifat

nasional yang tidak dapat dipecah-pecah atas dasar kedaerahan.45

43 Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislati f: Menguatnya model Legislasi Parlementer Dalam

Sistem Presidensial Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers, 2010, hlm. 30-31. 44 Jimly Asshiddiqie, Kedudukan Konstitutional Kepolisian Dalam Tata-Pemerintahan Negara,

Jakarta : Buana Ilmu, 2006, Hlm 25. 45 Ibid., Hlm. 27.

Page 27: Usulan proposal penelitian

22

Dalam sistem pemerintahan presidential Indonesia berdasarkan UUD 1945,

Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan sebagai “single

executive”. Pada pokoknya semua kekuasaan yang berasal dari rakyat

dimandatkan dan didelegasikan kepada Presiden sebagai kepala negara dan

sekaligus kepala pemerintahan itu. Hanya saja, untuk kepentingan checks and

balances sesuai dengan prinsip negara hukum dan demokrasi, kekuasaan rakyat

yang tercermin dalam jabatan Presiden itu dibatasi secara konstitusional dengan

cara menyerahkan sebagian urusan kepada cabang-cabang kekuasaan dan

institusi-institusi independen lainnya, seperti MPR, DPR, MK, MA, BPK, dan

lembaga -lembaga atau komisi-komisi negara yang bersifat independen, termasuk

TNI dan POLRI dalam menjalankan tugas konstitusionalnya masing-masing.

Karena itu, Negara Kesatuan Republik Indonesia dipimpin oleh seorang Presiden

dan karena itu semua institusi berada dalam jangkauan koordinasi oleh Presiden,

dan bahkan dalam lingkup eksekutif semua berada di bawah kekuasaan Presiden

secara subordinatif. POLRI termasuk cabang kekuasaan eksekutif dan karenanya

berada di bawah Presiden. Akan tetapi, dalam pelaksanaan operasionalnya,

Presiden memerlukan para pembantu, dan itulah yang disebut sebagai menteri,

yaitu untuk melakukan fungsi koordinasi.46

Kepolisian memiliki peranan penting dalam mewujudkan keamanan dan

kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat, kepolisian merupakan lembaga

pengayom masyarakat dalam segala kondisi sosial yang caruk maruk. Peran

kepolisian dapat dikatakan sebagai aspek kedudukan yang berhubungan dengan

kedudukanya sebagai pelindung masyarakat. Menurut Soejono Sukanto, Peran

atau Peranan (Role) merupakan aspek dinamis dari suatu kedudukan atau (status).

Apabila seseorang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukanaya

maka dia menjalankan suatu peran. Sedangkan menurut teori peranan (roletheory)

yang di kutip oleh setiawan mengatakan bahwa “Peranan atau Peran adalah

sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu”

menurut teori ini, peranan yang berbeda menimbulkan tingkah laku itu sesuai

dengan suatau situasi lain relatif bebas (Independent) tergantung pada orang yang

46 Ibid., Hlm. 28-29.

Page 28: Usulan proposal penelitian

23

menjalankan peran tersebut, jadi setiap orang akan mempunyai peranan pada

masing-masing situasi.47

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, bahwa

keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya

masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi

kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat

dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku alat negara

yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.48

Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.49

Keamanan dan

ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah

satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka

tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban,

dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung

kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat

dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran

hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan

masyarakat.50

Menurut Sadjijono bahwa: “Istilah polisi adalah sebagai organ atau lembaga

pemerintahan yang ada dalam negara, Sedangkan istilah kepolisian adalah sebagai

organ dan sebagi fungsi. Sebagi organ yaitu suatu lembaga pemerintahan yang

terorganisasi dan terstruktur dalam organisasi negara. Sedangkan sebagai fungsi,

yakni tugas dan wewenang serta tanggung jawab lembaga atas kuasa Undang-

undang untuk menyelenggarakan fungsinya, antara lain pemeliharaan keamanan,

47 Rayni Wulansuci S. Pdf. Peran dan Fungi TNI dan Polri dalam Pertahanan dan Keamanan

Negara pada Massa Reformasi, 2011. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2016 48 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia. 49 Ibid. Pasal 1 Ayat 1. 50 Ibid. Pasal 1 Ayat 5.

Page 29: Usulan proposal penelitian

24

ketertiban masyarakat, penegak hukum pelindung, pengayom, pelayananan

masyarakat.51

Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 1997 pasal 3. Menyatakan bahwa

“Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

penegakan hukum, perlindungan, dan pembibimbingan masyarakatdalam rangka

terjaminya tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman masyarakat

guna terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat”52

Menurut Sadjijono dalam menjalankan fungsinya sebagai aparat penegak

hukum polisi wajib memahami asas-asas hukum yang digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pelaksanaan tugas yaitu:

1. Asas legalitas, dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum

wajib tunduk pada hukum

2. Asas Kewajiban, merupakan kewajiban polisi dalam menangani

permasalahan dalam masyarakat yang bersifat diskresi, karna belum diatur

dalam hukum.

3. Asas Partisipasi, Dalam rangka mengamankan lingkungan masyarakat

polisi mengkoordinasikan pengamanan swakarsa untuk mewujudkan

kekuatan hukum dikalangan masyarakat.

4. Asas Preventif selalu mengedepankan tindakan pencegahan dari pada

penindakan kepada masyarakat.

5. Asas Subsidiaritas, melakukan tugas instansi lain agar tidak menimbulkan

permasalahan yang lebih besar sebelum di tangani oleh institusi yang

membidangi.53

Berdasarkan asas-asas tersebut diatas maka fungsi polisi yang terdapat dalam

Undang-Undang No. 22 Tahun 2002 telah mengalami perubahan citra, maka

fungsi polisi menjadi fleksibel dalam artian satua saat mereka harus tegas

menangani suatu peristiwa, namun dalam situasi tertentu mereka harus sangat

dekat dengan masyarakat guna menjalakan asas preventif. Oleh karenanya harus

mampu dan memahami perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, serta

kebutuhan mereka, dalam mendapatkan perlindungan keamanan. Keadaan ini

menuntut polisi untuk melakukan regenarasi agar fungsi kepolisian dapat

terealisasikan sebagaimana lembaga kepolisian memiliki tugas yang sangat besar

untuk melindungi negara, dengan ruang lingkup yang sangat luas.

51 Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian, Yogyakarta : PT. Laksbang Presindo, 2010, Hlm. 56. 52 Undang-Undang No. 28 Tahun 1997 53 Sadjijono, op. cit. hlm 17

Page 30: Usulan proposal penelitian

25

F. Metoda Penelitian dan Lokasi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Doctrinal dan Non Doctrinal

yaitu :

Penelitian hukum Doctrinal atau penelitian hukum normatif hukum

yang tertulis dikaji dari berbagai aspek seperti aspek teori, filosofi,

perbandingan, struktur/ komposisi, konsistensi, penjelasan umum dan

penjelasan pada tiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu

undang-undang serta bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum.

Sehingga dapat kita simpulkan pada penelitian hukum normatif

mempunyai cakupan yang luas.

Penelitian Non Doctrinal yaitu berupa studi-studi empiris untuk

menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses

bekerjanya regenerasi didalam satbrimobda. Yaitu menganalisa tentang

pemindahan personel Polri dari suatu jabatan ke jabatan lain, atau antar

daerah.

2. Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer, data sekunder dan data tersier

yaitu :

a) Data Primer

Data Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, seperti :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; Peraturan Daerah; Hukum

Adat; Yurisprudensi; Traktat.

b) Data Sekunder

Data Sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan Hukum primer, seperti : RUU, hasil penelitian, hasil

karya dari kalangan hukum, dan lain-lain.

Page 31: Usulan proposal penelitian

26

c) Data Tersier

Data Tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder; contohnya

adalah kamus, ensiklopedia, ineks kumulatif, dan lain-lain.

3. Lokasi penelitian

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis

melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di Kantor Kesatuan

Brimob Polda Jabar Cikole Bandung.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang

sangat penting dalam penulisan, karena dengan adanya data dapat

menunjang penulisan sebagai bahan dalam penulisan itu sendiri. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan

wawancara yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap

obyek yang diteliti dalam rangka memperoleh data primer dengan

wawancara. Wawancara ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab

secara langsung baik lisan tertulis maupun pengamatan langsung.

5. Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan

metode penelitian hukum normatif-empiris. Metode penelitian hukum

normatif empiris ini pada dasarnya merupakan penggabungan antara

pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur

empiris. Metode penelitian normatif-empiris mengenai implementasi

ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap

peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat. Dalam

penelitian jenis ini terdapat tiga kategori yakni:

- Non judicial Case Study

Merupakan pendekatan studi kasus hukum yang tanpa konflik

sehingga tidak ada campur tangan dengan pengadilan.

- Judicial Case Study

Pendekatan judicial case study ini merupakan pendekatan studi

kasus hukum karena konflik sehingga akan melibatkan campur tangan

Page 32: Usulan proposal penelitian

27

dengan pengadilan untuk memberikan keputusan penyelesaian

(yurisprudensi)

- Live Case Study

Pendekatan live case study merupakan pendekatan pada suatu

peristiwa hukum yang prosesnya masih berlangsung atau belum berakhir..

G. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Identifikasi Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Kerangka Pemikiran

F. Metoda Penelitian dan Lokasi Penelitian

G. Sistematika Penulisan

BAB II. GAMBARAN UMUM TENTANG KESATUAN BRIMOBDA

DAN PROGRAM REGENERASI

A. BRIMOB

1. Sejarah Berdiri Kesatuan Brimob

2. Tugas Pokok dan Fungsi Brimob

3. Wilayah Kewenangan Brimob

4. Kebutuhan yang Mengatur

B. Program Regenerasi

1. Pengertian Regenerasi

2. Maksud dan Tujuan Regenerasi

3. Macam-macam Regenerasi

4. Kebutuhan yang Mengatur

C. Program Regenerasi di Kesatuan Brimob Jawa Barat

1. Program Regenerasi

2. Tujuan dari Program Regenerasi

3. Kebijakan Program Regenerasi

Page 33: Usulan proposal penelitian

28

BAB IV. ANALISIS

A. Program Regenerasi di Satuan Brimobda Jawa Barat

B. Hambatan

C. Upaya Mengatasi Hambatan

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Page 34: Usulan proposal penelitian

29

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Abdul, Aziz H. 2011. Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia.

Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Achmad Fauzi, Soetomo, dkk. 1989. Pancasila di Tinjau dari Segi Sejarah, Segi

Yurudis Konstitusional dan Segi Filosofis. Malang : Lembaga Penerbitan

Universtas Brawijaya.

Azra, Azyumardi dan Hidayat K. 2008. Pendidikan Kewargaan (Civic

Education), Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.

Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Darji Darmodiharjo, Nyoman Dekker, dkk. 1991. Santiaji Pancasila. Surabaya :

Usaha Nasional.

Hasibuan Malayu. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi

Aksara.

Jimly Asshiddiqie. 2003. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran

Kekuasaan Dalam UUD 1945. Jakarta : Buana Ilmu.

--------------------. 2006. Kedudukan Konstitutional Kepolisian Dalam Tata-

Pemerintahan Negara. Jakarta : Buana Ilmu.

--------------------. 2007. Gagasan Negara Hukum Indonesia. Jakarta. : Buana

Ilmu.

Kamal Izat. 2008. Pembinaan Perilaku Anggota Brimob. Depok : Universitas

Indonesia.

Kailani M.S. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Pen. Paradigma.

Manan dan Bagir. 2003. Lembaga Kepresidenan. Jakarta : FH UII Press.

Muradi. Quo Vadis Brimob Polri. 2009. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Wahjono P. 1989. Pembangunan Hukum di Indonesia. Jakarta : Ind-Hill Co.

Prasetyo Teguh dan Barkatullah Halim A. 2012. Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum.

Jakarta : Rajawali Pers.

Saldi Isra. 2010. Pergeseran Fungsi Legislati. Jakarta : Rajawali Pers.

Siagian dan Sondang P. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi

Aksara.

Page 35: Usulan proposal penelitian

30

Soedjati, Djiwantono, J. 1955. Setengah Abad Negara Pancasila. Jakarta : Centre

for Strategic and International Studies (CSIS).

The Laws, Penguin Classics, edisi tahun 1986. Diterjemahkan dan diberi kata

pengantar oleh Trevor J. Saunders.

Sumber Undang-undang :

Komjen (Purn) Imam Sujarwo. 2014. Perkembangan Organisasi Brimob dari

Masa ke Masa. Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia

Korps Brimob Polri.

Mabes Polri. 1983. Keputusan Kapolri No. Pol. Kep/552/XI/1983. Tentang

Likuidasi Satuan Brimob dan Redislokasi Kompi-kompi BS Brimob.

Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 1997 Tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002. Tentang Kepolisian

Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003. Tentang Pemberhentian Anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Kepala Korps Brigade Mobil Kepolisian Negara Republik Indonesia

No. 1 Tahun 2011 tentang Hubungan Tata Cara Kerja di Lingkungan

Korps Brigade Mobil Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor. 16 Tahun 2012.

Tentang Mutasi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Sumber Jurnal dan Majalah :

Arief Sidharta. 2004. Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum. Jurnal Hukum.

“Rule of Law”. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK). Jakarta.

Ruyatnasih dkk. 2012. Pengaruh Rekruitmen Sumber Daya Manusia Terhadap

Penempatan Karyawan Kerja Tetap Pada Pt Bina San Prima Karawang.

Jurnal Manajemen Vol. 09. No.2.

Rarung N dkk. 1983. Pengaruh Mutasi Pegawai Dan Pelaksanaan Penilaian

Prestasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai. Jurnal EMBA. Vol. 3.

No. 4. Manado.

Kurnisar. 2012. Pancasila Sumber Hukum dari Segala Sumber Hukum di

Indonesia. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial. Vol 11. No. 3. Palembang.

Ridwan Nurkholis M. .Teror Proyek Menyudutkan Umat Islam. Sabili 16

Page 36: Usulan proposal penelitian

31

November 2006.

Sumber digital :

Anonim. 2015. Pembangunan Postur Sumber Daya Manusia Sat Brimob Polda X

Yang Paripurna Guna Akselerasi Pelayanan Prima Dalam Rangka

Stabilitas Kamtibmas. http://nkp.seleksipolri.com/wp-

content/uploads/2015/09/NKP-BRIMOB.pdf. Diakses pada Tanggal 12

Juli 2016.

Muradi. 2016. Rakernis Korps Brimob Polri T.A. Peran Brimob Polri Dalam

Pengamanan Pemilu 2014. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2016/05/03-peran-brimob-polri.pdf. Diakses pada

Tanggal 11 Juli 2016.

Praya Dira. 2015. Makna Indonesia Sebagai Negara Hukum.

http://dokumen.tips/documents/makna-indonesia-sebagai-negara-

hukum.html. Diakses pada Tanggal 14 Agustus 2016.

Rayni Wulansuci S. 2011. Peran dan Fungi TNI dan Polri dalam

Pertahanan dan Keamanan Negara pada Massa Reformasi.

ib.ui.ac.id/file?file=digital/20273547-T29297-Peran%20dan.pdf. Diakses

pada tanggal 25 Agustus 2016

Wibisono S. 2015. Profesionalisme Dan Mentalitas Ideal Personil Polri Dalam

Menghadapi Tantangan Tugas.

http://sonnywibisono66.blogspot.com/2015/03/profesionalisme-dan-

mentalitas-ideal.html. Diakses pada Tanggal 11 Juli 2016.