Proposal Tryout usulan tesis 2013
-
Upload
lemano-lemania -
Category
Documents
-
view
69 -
download
0
description
Transcript of Proposal Tryout usulan tesis 2013
1
PROPOSAL KEGIATAN
A. Judul Tesis
Pelamar mengambil tesis dengan judul “ Metode Pengawetan Ikan Berbasis
Asap Cair” yang direncanakan akan dilakasanakan pada akhir februari 2013.
B. Waktu Studi dan Kebutuhan Dana
Sesuai dengan lamanya Program S2 yang ditetapkan dalam 4 semester
selama 2 tahun (24 bulan) dengan beban sebanyak-banyaknya 44 s/d 50 SKS,
maka diperlukan dana sebesar Rp 47.200.000,-. Adapun perincian dana
disesuaikan dengan proyeksi anggaran Universitas Gadjah Mada dan biaya
lainnya yang dibutuhkan selama menempuh pendidikan S2.
C. Rincian Dana (Asli File scan )
E. PENUTUP
Demikian proposal ini saya buat. Besar harapan saya agar Bapak sudi kiranya
mewujudkan permohonan ini. Atas perhatian dan kebijaksanaan Bapak, saya ucapkan
terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan Karunian-Nya
kepada kita semua. Amin
2
PROPOSAL RENCANA TESIS
METODE PENGAWETAN IKAN BERBASIS ASAP CAIR
Diajukan oleh:
Isra Leman Nalo
Proposal Rencana Tesis diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seleksi Program Beasiswa Unggulan Kemendiknas
Tahun Akademik 2012/2013
MINAT BIOKIMIA
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN DASAR DAN BIOMEDIS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYKARTA
2012
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha untuk memanfaatkan ikan sebaiknya digunakan semaksimal
mungkin sebagai bahan pangan dengan nilai gizi yang cukup tinggi. Ikan yang
baru ditangkap dapat dipertahankan kesegarannya untuk jangka waktu yang
cukup lama, dapat diolah maupun diawetkan dalam berbagai bentuk bahan
pangan. Ikan memiliki kadar protein yang sangat tinggi yaitu sekitar 20 %. Di
samping itu protein yang terkandung dalam ikan mempunyai mutu yang baik,
sebab sedikit mengandung kolesterol dan sedikit lemak.
Disamping kelebihan tersebut, ikan memiliki kelemahan yakni mudah
membusuk. Ikan relatif lebih cepat mengalami pembusukan daripada daging
unggas dan mamalia karena pada saat ditangkap ikan selalu berontak sehingga
banyak kehilangan glikogen dan glukosa. Glikogen dan glukosa pada hewan
yang mati dapat mengalami glikolisis menjadi asam piruvat yang selanjutnya
diubah menjadi asam laktat. Apabila ikan terlalu banyak berontak pada saat
ditangkap maka akan banyak kehilangan glikogen dan glukosa sehingga
kandungan asam laktat ikan menjadi rendah. Dengan demikian nilai pH-nya
relatif mendekati normal. Nilai pH yang mendekati normal ini sangat cocok
untuk pertumbuhan bakteri, sehingga ikan segar harus segera diolah dengan baik
agar layak untuk dikonsumsi.
Pada prinsipnya ada 2 cara mencegah pembusukan ikan oleh bakteri, yaitu
pendinginan dan pengawetan. Namun keduanya memakan waktu dan
memerlukan banyak energi untuk menjaga ikan tetap segar. Metode dengan
pendinginan tidak efisien sebab sewaktu-waktu es dapat mencair sehingga
menambah kadar air pada ikan yang justru memudahkan proses pembusukan
pada ikan. Sementara pengawetan metode fermentasi perlakuannya harus steril
dan penggunaan berbagai bahan kimia memungkinkan protein ikan terdenaturasi
4
sehingga nilai gizi yang terkandung di dalam ikan tidak memenuhi standar
kesehatan sebagai bahan pangan yang layak dikonsumsi.
Untuk menghambat pembusukan pada ikan, diperlukan solusi yang tepat
salah satunya dengan metode pengawetan berbahan asap cair. Asap cair (liquid
smoke) merupakan destilat asap hasil pirolisis bahan lignoselulosa oleh panas
dengan oksigen terbatas (Amritama, 2008:1). Asap cair mengandung berbagai
senyawa yang dapat dikelompokkan ke dalam fenol, asam dan karbonil seperti
yang terdapat pada asap alami. Ketiga senyawa tersebut secara simultan dapat
berperan sebagai antibakteri, antioksidan dan pembentuk warna di dalam produk
asapan. Karena asap cair mampu bertindak sebagai antibakteri dan antioksidan
maka asap cair dapat berperan sebagai pengawet alami. Senyawa yang
mendukung sifat antibakteri dalam asap cair adalah fenol dan asam, senyawa
yang mendukung antioksidan dalam asap cair adalah fenol, dan senyawa yang
mendukung pembentukan warna di dalam produk asapan adalah karbonil
(Yuwanti, 1999:36). Senyawa fenol dihasilkan dari pirolisis lignin, karbonil
dihasilkan dari pirolisis selulosa dan asam merupakan hasil pirolisis selulosa dan
hemiselulosa (Halim dkk, 2006 : 119-120).
Asap cair dapat diperoleh dari pirolisis bahan ligoselulosa seperti sabut
kelapa. Sabut kelapa termasuk bagian terluar buah yang berperan membungkus
tempurung kelapa. Menurut Hambali dkk (2007:13) bahwa kandungan sabut
sekitar 35 % dari bobot buah kelapa. Sabut kelapa mengandung lignin 45 %,
selulosa 43 % dan hemiselulosa 1 % (Tarmansyah, 2005:5). Produksi sabut
kelapa Sulawesi Tengah rata-rata 300 ton per tahun (infokom, 2005:1). Akan
tetapi, oleh sebagian orang, sabut kelapa hanya dianggap sebagai bahan bakar
terutama pada pengolahan kopra dengan cara pengasapan yang justru
menimbulkan polusi udara.
Dengan memanfaatkan sabut kelapa sebagai asap cair untuk diterpakan
sebagai pengawet ikan, praktis akan memberikan pengaruh positif terhadap
lingkungan diantaranya polusi udara menurun, pendapatan ekonomi petani kelapa
5
meningkat sebab produk samping dapat di-recycle, kesehatan masyarakat
terpenuhi, sehingga kesejahteraan bangsa Indonesia untuk tahun-tahun yang akan
datang akan semakin signifikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Berapakah kadar (%) senyawa fenol, karbonil dan asam dari asap cair yang
tepat untuk pengawetan ikan ?
2. Berapakah kadar asam laktat dan nilai pH ikan sebelum dan setelah
perendaman asap cair ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kadar (%) fenol, karbonil dan asam asap cair yang tepat untuk
digunakan sebagai pengawet ikan.
2. Menentukan kadar asam laktat dan nilai pH ikan sebelum dan setelah
perendaman asap cair.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang adanya limbah kelapa berupa sabut kelapa
yang sangat potensial diolah menjadi asap cair.
2. Sebagai informasi bagi pelajar, peneliti dan masyarakat umum bahwa asap
cair dapat menjamin ramah lingkungan.
3. Sebagai informasi bagi pelajar, peneliti dan masyarakat umum bahwa asap
cair dapat diaplikasikan pada berbagai produk pangan dan non pangan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Daging Ikan Sebagai Sumber Protein
Kandungan protein ikan erat sekali kaitannya dengan kandungan lemak
dan kandungan airnya. Pada ikan yang kandungan lemaknya rendah, rata–rata
mengandung protein dalam jumlah besar. Protein memegang peranan penting
pada pembentukan jaringan. Selain itu juga protein juga memegang peranan pada
proses pencernaan, misalnya dalam menstimulir cairan pencerna. Enzim – enzim,
termasuk enzim pencerna diketahui adalah protein. Dalam keadaan tertentu
protein dapat memberikan energi, meski pun fungsi utamanya bukan penghasil
energi. Baik asam –asam amino esensial mau pun yang non-esensial banyak
terdapat dalam protein ikan. Jenis dan jumlah asam-asam amino pada daging ikan
rata-rata sama dengan yang terdapat pada daging sapi, tetapi daging ikan
mempunyai kelebihan pada kandungan argininnya yaitu lebih banyak .
Kandungan asam amino alanin, isoleusin dan metionin pada daging ikan
kebanyakan rendah. Jika daging ikan dibandingkan dengan kasein (protein susu),
kandungan asam-asam amino arginin, histidin, lisin, dan sistinnya lebih banyak,
sementara kasein mempunyai kandungan fenilalanin, tirosin, dan prolin lebih
banyak. Perlu diketahui bahwa komposisi asam amino bahan pangan dipengaruhi
oleh banyak faktor, antara lain jenis makanan.
Kandungan asam amino esensial pada daging ikan dapat dikatakan
sempurna, artinya semua jenis asam amino esensial terdapat pada daging ikan.
Hanya saja perlu diperhatikan bahwa besarnya kandungan beberapa asam amino
esensial tidak mencukupi kebutuhan manusia, antara lain fenilalanin, triptofan,
dan metionin. Pada tabel di bawah ini diberi gambaran sumbangan asam amino
esensial daging ikan kepada kebutuhan tubuh manusia. Pada Tabel 2.1. diberikan
gambaran sumbangan asam amino esensial daging ikan kepada kebutuhan tubuh
manusia.
7
Tabel 2.1. Kebutuhan tubuh manusia terhadap asam amino esensial
dan jumlahnya yang dapat disumbang oleh daging ikan.
Asam amino Kebutuhan per hari
untuk orang laki-laki
dengan berat 75 Kg
(gram)
Jumlah yang dapat
disumbang dari 200g
daging ikan
(gram)
Treonin 1.0 1.6
Valin 1.6 2.0
Leusin 2.2 2.8
Isoleusin 1.4 2.0
Lisin 1.6 3.2
Metionin 2.2 1.2
Fenilalanin 2.2 1.4
Triptofan 0.5 0.4
(Borgstorm, 1962, 53)
Daging ikan termasuk daging putih karena kandungan mioglobinnya
rendah. Meski pun demikian beberapa jenis ikan mempunyai daging merah,
misalnya ikan tuna mempunyai daging merah kurang lebih seper-enam bagian.
Baik daging putih maupun daging merah mempunyai nilai biologik yang hampir
sama. Daging merah mempunyai kandungan mioglobin tinggi diimbangi dengan
banyaknya jaringan pengikat dan pembuluh darah, sementara daging putih
mempunyai jenis – jenis protein yang berkualitas tinggi. Sedangkan kandungan
asam amino kedua macam daging tersebut boleh dikatakan sama. Walau pun
daging ikan mempunyai nilai biologik yang tinggi, tetapi nilai biologik tersebut
dapat turun karena penanganan yang kurang baik. Misalnya karena proses
pengawetan dan penyimpanan ikan segar tanpa pendinginan dapat menyebabkan
terjadinya proses pembusukan sehingga menurunkan nilai biologiknya.
1. Struktur dan Sifat Protein
Apabila protein murni dianalisa unsur-unsur penyusunnya, maka
gambaran yang berikut ini umumnya dijumpai :
C : 50 – 55 % O : 20 – 25 % N : 15 – 18 % S : 0,4 – 2,5 % P, Fe : sedikit
8
Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang tersusun oleh
matarantai asam-asam amino. Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu
atau lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH2)
yang salah satunya terletak pada atom C yang tepat sebelah gugus karbosil (atau
atom C alfa). Asam-asam amino yang berbeda-beda bersambung melalui ikatan
peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil satu asam amino dengan gugus amino
dari asam amino yang di sampingnya.
2. Fungsi Protein
Protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai
enzim, zat pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut, dan lain-lain.
Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau dibantu oleh suatu senyawa
makromolekul spesifik yang disebut enzim ; dari reaksi yang sangat sederhana
seperti reaksi transportasi karbondioksida sampai yang sangat rumit seperti
replikasi kromoson.
Hampir semua enzim menunjukkan daya katalitik yang luar biasa, dan
biasanya dapat mempercepat reaksi sampai beberapa juta kali. Sampai kini lebih
dari seribu enzim telah dapat diketahui sifat-sifatnya dan jumlah tersebut masih
terus bertambah. Protein besar peranannya terhadap perubahan-perubahan kimia
dalam sistem biologis.
Alat pengangkut dan Alat penyimpan
Banyak molekul dengan BM kecil serta beberapa ion dan diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya Hemoglobin mengangkut
oksigen dalam eritrosit, sedang Miglobin mengangkut oksigen dalam otot. Ion
besi diangkut dalam plasma darah oleh transferin dan disimpan dalam hati sebagai
kompleks dengan feritin, suatu protein yang berbeda dengan transferin.
9
Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging; gerakan otot terjadi karena
adanya dua molekul protein yang saling bergeseran. Pergerakan flagela sperma
disebabkan oleh protein.
Penunjang Mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya
kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut.
Pertahanan tubuh/Immunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein
khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing
yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteria, dan sel-sel asing lain. Protein
ini pandai sekali membedakan benda-benda yang menjadi anggota tubuh dengan
benda-benda asing.
Media perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya terbentuk reseptor; misalnya
Rodupsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor/penerima warna atau
cahaya pada sel-sel mata.
Pengendalian pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapar
mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter
bahan.
3. Kebutuhan Protein
Kebutuhan manusia akan protein dapat dihitung dengan mengetahui
jumlah nitrogen yang hilang (oblygatory nitrogen). Bila seseorang mengkonsumsi
ramsum tanpa protein, maka nitrogen yang hilang tersebut pasti berasal dari
nitrogen tubuh yang dipecah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Nitrogen
yang dikeluarkan dari tubuh merupakan bahan buangan hasil metabolisme
protein; karena itu, jumlah nitrogen yang terbuang mewakili jumlah protein yang
harus diganti. Setiap harinya nitrogen yang keluar bersama urine rata-rata 37
10
mg/kg berat badan, dan dalam feses 12 mg/kg berat badan. Nitrogen yang lepas
bersama kulit 3 mg/kg serta melalui jalur lain seperti keringat meliputi 2 mg/kg
sehingga jumlahnya sekitar 54 mg/kg berat badan per hari. Karena itu nitrogen
yang dibuat oleh tubuh dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan
kebutuhan minimal protein yang diperlukan badan.
Nitrogen yang hilang atau terbuang sekitar 54 mg/kg berat badan per hari.
Angka tersebut dapat dikalikan dengan 6,25 (konversi protein dari nitrogen)
menjadi jumlah kebutuhan protein/kg berat badana per hari. Angka ini biasanya
masih ditambah 30 % untuk memberi peluang peningkatan terbuangnya nitrogen
kelak kalau protein sudah dikonsumsi. Terbuangnya nitrogen juga bervariasi
tergantung individu, ukuran badan, jenis kelamin dan umur; untuk itu
pengamanan angka terakhir masih harus ditambah lagi dengan 30 %.
B. Daging Ikan Sebagai Sumber Lemak
Lemak merupakan bahan penghasil energi terbesar dibandingkan dengan
zat – zat makanan lainnya. Satu gram lemak dapat memberikan kurang lebih 9
kalori. Memang tidak semua ikan mempunyai kandungan lemak tinggi. Sebagian
ikan kandungan lemaknya rendah. Oleh karenanya dikenal dua kategori ikan,
yaitu ikan gemuk yang mempunyai kandungan lemak banyak, dan ikan kurus
yang kandungan lemaknya rendah. Pada umumnya ikan dikatakan berlemak atau
gemuk jika kandungan lemaknya lebih daripada 4 %, sebaliknya termasuk ikan
kurus. Sering kali diadakan penggolongan yang lebih rinci sebagai berikut: ikan
berlemak jika kandungan lemaknya di atas 8 %, ikan dengan kandungan lemak
2,5 – 8 %, ikan berlemak sedang dengan kandungan lemak 0,5 – 2,5 %, dan ikan
kurus jika kandungan lemaknya kurang dari 0,5 %.
Jenis – jenis asam lemak daging ikan lebih banyak daripada yang terdapat
pada daging hewan darat. Lemak daging ikan mengandung asam – asam lemak
jenuh dengan panjang rantai C14 – C22 dan asam–asam lemak tidak jenuh dengan
jumlah ikatan rangkap 1 – 6. lemak ikan rata-rata mempunyai nilai biologik
tinggi, misalnya ikan sarden mempunyai nilai biologik 98,3, nilai biologik lemak
11
ikan kod adalah 97,9, sedangkan halibut mempunyai lemak dengan nilai biologik
85,4. Tingginya nilai biologik lemak disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
Golongan pertama adalah asam oleat yang dapat memberikan angka biologik
tertinggi, sehingga asam ini tergolong sebagai asam lemak esensial.
Golongan kedua diberikan oleh asam-asam lemak dengan berat molekul
rendah, seperti misalnya asam-asam laurat, miristat, kaprat, dan kaprilat.
Golongan ketiga diberikan oleh asam-aam linoleat dan stearat.
Dan paling rendah diberikan oleh asam linolenat.
1. Komposisi dan Sifat Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak termasuk dalam kelompok senyawa yang disebut
lipida yang pada umumnya mempunyai sifat sama yaitu tidak larut dalam air.
Dalam penanganan dan pengolahan bahan pangan, perhatian lebih banyak
ditunjukkan pada suatu bagian dari lipida, yaitu trigliserida atau neutral fat.
Pada umumnya untuk pengertian sehari-hari lemak merupakan bahan
padat dalam suhu kamar, sedang minyak dalam bentuk cair dalam suhu kamar,
tetapi keduanya terdiri dari molekul-molekul trigliserida.
Lemak merupakan bahan padat pada suhu kamar, diantaranya disebabkan
kandungannya yang tinggi akan asam lemak jenuh yang secara kimia tidak
mengandung ikatan rangkap, sehingga mempunyai titik lebur yang lebih tinggi.
Contoh asam lemak jenuh yang banyak terdapat di alam adalah asam palmitat dan
asam stearat. Minyak merupakan bahan cair diantaranya disebabkan rendahnya
kandungan asam lemak jenuh dan tinggi kandungan asam lemak yang tidak jenuh,
yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara atom-atom karbonnya,
sehingga mempunyai titik lebur yang rendah.
Kristal Lemak
Bila suatu lemak didinginkan, hilangnya panas akan memperlambat
gerakan moleklu-molekul dalam lemak, sehingga jarak antara molekul-molekul
lebih kecil. Jika jarak antara molekul tersebut mencapai 5 A, maka akan timbul
gaya tarik-menarik antar molekul yang disebut gaya vann der waals. Besar gaya
12
ini hanya bisa dihitung pada molekul yang berantai panjang, seperti asam lemak
dengan BM tinggi. Akibat adanya gaya ini, radikal-radikal asam lemak dalam
molekul lemak akan tersusun berjajar dan saling bertumpuk serta berikatan
membentuk kristal.
2. Nilai Gizi Lemak dan Minyak
Minyak dan lemak berperan sangat penting dalam gizi kita terutama
karena merupakan sumber energi, cita rasa serta sumber vitamin A, D, E, dan K.
Manusia dapat digolongkan makhluk omnivora. Artinya makanannya
terdiri dari bahan hewahi maupun nabati, karena itu dapat menerima minyak dan
lemak dari berbagai sumber baik ternak maupun tanaman. Minyak merupakan
jenis makanan yang paling padat energi, yaitu mengandung 9 kkal/gram atau 37
kjoule/gram. Susunan menu manusia sangat bervariasi terutama terhadap proporsi
relatif protein, karbohidrat, dan lemak/minyaknya, lokasi, kebiasaan dan tradisi.
Konsumsi lemak/minyak meskipun dapat fleksibel jumlahnya dalam diet, tetapi
perlu diperhatikan akibat dari konsumsi lemak dan minyak yang tinggi terhadap
metabolisme dan kesehatan manusia.
Pada umumnya proporsi minyak dan lemak yang dikonsumsi ada
kaitannya dengan tingkat ekonomi suatu negara. Di negara-negara yang sudah
maju teknologinya konsumsi lemak umumnya tinggi, sebaliknya di negara-negara
yang penghasilannya terbatas pada hasil pertanian, jumlah konsumsi lemaknya
rendah. Di Amerika serikat konsumsi rata-rata lemak merupakan 40 – 50 % total
konsumsi kalori. Sedang di negara-negara yang sedang berkembang baru
mencapai 2 – 5 % saja. Angka 40 – 50 % tersebut dianggap terlalu tinggi, tetapi
para ahli gizi dapat menyetujui konsumsi lemak sampai setinggi 30 – 35 % dari
jumlah kalori yang dikonsumsi. (Winarno, 1995)
C. Buah Kelapa dan Pemanfaatannya
Tanaman kelapa (Cocos nucifera) merupakan tanaman perkebunan dari
famili Palmae dan banyak tumbuh di daerah tropis, misalnya di Provinsi Sulawesi
Tengah. Kelapa membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
13
produksinya. Faktor lingkungan itu adalah sinar matahari, suhu, curah hujan,
kelembaban dan tanah (Prananta, 2008:1).
Salah satu bagian terpenting dari tanaman ini adalah buah kelapa. Buah kelapa
terdiri dari sabut (ekscarp), tempurung (endocarp), daging buah (endosperm) dan
air buah (Hambali dkk, 2007:13). Adapun komposisi buah kelapa disajikan pada
tabel 2.1
Tabel 2.1 Komposisi Buah Kelapa
Komponen Jumlah Berat (%)
Sabut
Tempurung
Daging buah
Air buah
35
12
28
25
Sumber : Hambali dkk, 2007
1. Sabut kelapa
Pemanfaatan sabut kelapa umumnya masih sangat terbatas sebagai bahan
bakar terutama pada pengolahan kopra dengan cara pengasapan. Nilai ekonomis
sabut kelapa dapat ditingkatkan apabila diolah menjadi briket arang, arang aktif
dan serat sabut. Serat sabut umumnya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
sapu, alas kaki, tali, karpet dan produk-produk kerajinan rumah tangga (Zainal
dkk, 2005:57). Sabut kelapa dapa diolah menjadi asap cair karena mengandung
lignin, selulosa dan hemiselulosa. Adapun komposisi kimianya disajikan pada
tabel 2.2
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Sabut Kelapa
Komponen
Persentase (%)
Lignin Selulosa
Hemiselulosa
45
43
1
Sumber : Tarmansyah, 2005
14
2. Tempurung kelapa
Tempurung sebelumnya hanya digunakan sebagai bahan bakar, sekarang
sudah merupakan bahan baku industri cukup penting. Produk yang dihasilkan adalah
asap cair, briket arang, arang aktif, tepung tempurung dan barang kerajinan lainnya
(Zainal dkk, 2005:58). Selain sabut, tempurung juga mengandung lignoselulosa
sehingga dapat diolah menjadi asap cair. Berikut komposisi kimianya disajikan pada
tabel 2.3.
Tabel 2.3 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa
Komponen Persentase (%)
Lignin Selulosa
Hemiselulosa
36,51
33,61
19,27
Sumber : Amritama, 2008
3. Daging buah
Daging buah kelapa banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan kopra,
minyak kelapa, virgin coconut oil (vco), biodiesel, coconut cream, santan dan kelapa
parutan kering (dessicated coconut) (Surya, 2006:5). Adapun komposisi kimia daging
buah kelapa disajikan pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Komposisi Kimia Daging Buah Kelapa
Komponen
Persentase (%)
Air Minyak
Protein
Karbohidrat
Zat Abu
52
34
3
1,5
1
Sumber : Suhardiman, 2000
15
4. Air kelapa
Air kelapa semula dianggap sebagai limbah, sebenarnya masih dapat diolah
menjadi beberapa macam produk olahan antara lain, cuka manis (vinegar), minuman
air kelapa (kalengan), nata de coco, alkohol, bahan pengembang roti (shortening) dan
bahan baku pembuatan kecap air kelapa (Suprapti, 2008:7). Adapun kandungan gizi
dan kalori dalam air kelapa disajikan pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Kandungan Gizi Air Kelapa
Unsur Gizi
Persentase (%)
Energi (kal) Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Mineral (g)
Kalsium (g)
Fosfor (g)
Besi (g)
Vitamin C (g)
17
94,5
1,2
0,1
3,8
0,4
15
18
0,2
1
Sumber : Suprapti, 2008
D. Asap Cair (Liquid Smoke)
Liquid smoke atau lebih dikenal sebagai asap cair merupakan suatu hasil
destilasi (pengembunan) dari pirolisis bahan lignoselulosa (Amritama, 2008:1).
Asap cair mengandung berbagai senyawa yang diantaranya dapat dikelompokkan
ke dalam fenol, karbonil dan asam. Komponen-komponen ini ditemukan dalam
jumlah yang bervariasi tergantung jenis bahan, umur tanaman, sumber bahan dan
kondisi pertumbuhannya seperti iklim dan tanah (Prananta, 2008:4). Selain itu,
besar kecilnya kandungan fenol, karbonil dan asam penyusun asap cair juga
dipengaruhi oleh kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin (Halim dkk,
2006:117).
16
1. Senyawa penyusun asap cair
Adapun kelompok senyawa penyusun asap cair yang memiliki sifat
fungsional meliputi :
a) Senyawa-senyawa fenol
Fenol dalam asap cair merupakan hidrokarbon aromatik yang tersusun dari
cincin benzena dengan mengikat sejumlah gugus hidroksil (-OH). Senyawa fenol
juga dapat mengikat beberapa gusus fungsional antara lain gugus aldehid, keton,
asam dan ester (Maga, 1987 dalam Anonim, 2007:3).
OH
Fenol
Fenol dalam asap cair merupakan hasil pirolisisi lignin, semakin banyak
kandungan lignin pada kayu maka makin besar pula kandungan fenol yang
dihasilkan dalam asap cair (Halim dkk, 2006:119). Potensi antioksidan dalam
asap cair karena peran fenol (Yuwanti, 1999:36). Fenol bertindak sebagai donor
hidrogen untuk menghambat reaksi oksidasi lemak dan menstabilkan radikal
bebas.
Beberapa jenis senyawa yang termasuk kelompok fenol antara lain 2-
metoksi fenol dan 1,2,6-trimetoksi benzena (Halim dkk, 2006:121).
OCH3
OH
CH3OOCH3
OCH3
2-metoksi fenol 1,2,6-trimetoksi benzena
b) Senyawa-senyawa karbonil
Gugus karbonil (C=O) merupakan bagian dari bermacam-macam gugus
fungsi. Gugus fungsi dan golongan senyawa ditentukan oleh atom lain yang
terikat pada karbon karbonil. Bila satu atom terikat pada karbon adalah hidrogen
maka senyawa tersebut adalah aldehid (RCOH), bila dua karbon terikat pada
17
karbon karbonil maka senyawa tersebut adalah keton (R1COR2). Bila atom
karbon karbonil mengikat gugus alkoksi maka senyawa tersebut adalah ester
(R1COOR2).
C
O
HR C
O
R2R1
Aldehid Keton
Karbonil dalam asap cair merupakan hasil pirolisis selulosa
(Halim dkk, 2006:119). Selulosa adalah polimer dari karbohidrat. Senyawa yang
termasuk karbohidrat umumnya mengandung gugus –OH, gugus aldehida dan
gugus keton. Berdasarkan gugus-gugus tersebut, maka karbohidrat dapat
didefinisikan sebagai polihidroksialdehid atau polihidroksiketon. Semua
karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid dan keton bebas akan membentuk
osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin, osazon yang terjadi mempunyai
bentuk kristal yang khas (Poedjiadi, 1994:42). Hal ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya karbonil dalam asap cair.
Karena karbonil adalah hasil pirolisis selulosa, maka tingginya kandungan
selulosa akan menentukan total karbonil yang dihasilkan dalam asap cair.
Karbonil memiliki efek terbesar terhadap pembentukan warna di dalam produk
asapan (Prananta, 2008:15). Jenis senyawa karbonil yang terdapat di dalam asap
cair antara lain 1-hidroksi-2-butanon dan vanilin (Prananta, 2008:5).
CH3-CH2 C
O
CH-OH--
CHO
OCH3
OH
1-hidroksi-2-butanon Vanilin
c) Senyawa-senyawa asam
Asam dalam asap cair merupakan hasil pirolisis selulosa dan
hemiselulosa, bahan dengan kandungan selulosa dan hemiselulosa yang tinggi
akan menghasilkan total asam yang besar pula (Halim dkk, 2006:120). Kedua
18
karbohidrat tersebut mengandung gugus aldehida yang dapat teroksidasi menjadi
asam karboksilat.
-COH -COOH+ [O]
Beberapa jenis asam yang terdapat dalam asap cair adalah asam propionat
dan asam butirat (Prananta, 2008:5).
C
O
OHCH3-CH2
C
O
OHCH3-CH2-CH2
Asam Propionat Asam Butirat
Menurut Girard (1992) (Darmadji dkk, 2003:13) bahwa perbedaan bahan
baku akan memberikan pengaruh terhadap komposisi senyawa kimia asap,
termasuk perbedaan kandungan senyawa antibakteri dalam asap cair. Asam
mempunyai peranan antibakteri lebih dominan daripada fenol tetapi secara
bersama-sama dapat menghasilkan penghambatan yang lebih besar di dalam
produk.
2. Keuntungan asap cair
Keuntungan penggunaan asap cair menurut Maga (1987) (Anonim,
2007:5) antara lain lebih intensif dalam pemberian citarasa, kontrol hilangnya
citarasa lebih mudah, dapat diaplikasikan dalam berbagai jenis bahan pangan,
lebih hemat dalam pemakaian kayu sebagai bahan asap dan dapat memperkecil
polusi lingkungan. Asap cair dapat diaplikasikan ke dalam bahan dengan berbagai
cara seperti penyemprotan, pencelupan atau dicampur langsung ke dalam
makanan.
Penggunaan asap cair yang diproses dengan baik dapat mengeliminasi
komponen asap berbahaya yang berupa hidrokarbon polisiklis aromatis.
Komponen ini tidak diharapkan karena beberapa diantaranya terbukti bersifat
karsinogen pada dosis yang tinggi (Prananta, 2008:5).
19
3. Aplikasi asap cair
Asap cair telah banyak digunakan pada berbagai industri antara lain :
a) Industri pangan
Asap cair sebagai pengawet karena sifat antimikrobia dan antioksidannya.
Asap cair telah banyak digunakan untuk pengawetan daging, ikan, mie dan bakso.
Di pasar internasional, asap cair digunakan pada produk buah-buahan, juga untuk
menambah citarasa pada saus, sup, sayuran dalam kaleng, bumbu, rempah-
rempah dan lain-lain.
b) Industri perkebunan
Asap cair dapat digunakan sebagai koagulan lateks dengan sifat fungsional
asap cair seperti antibakteri dan antioksidan. Sifat tersebut dapat memperbaiki
kualitas produk karet.
c) Industri kayu
Kayu yang diolesi asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan
rayap daripada kayu yang tanpa diolesi asap cair (Darmadji, 1996 dalam Anonim,
2007:7).
3. Pirolisis (Destructive Distillation)
Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat dengan oksigen terbatas
sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras. Istilah
lain dari pirolisis adalah “destructive distillation” atau destilasi kering merupakan
proses penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan
oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar. Pada saat pirolisis,
energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang
kompleks terurai sebagian besar menjadi karbon atau arang (Prananta, 2008:7).
Selama proses pirolisis, kandungan bahan lignoselulosa akan terdegradasi
menjadi senyawa volatil yang dapat dikondensasikan (destilat), senyawa volatil
20
yang tak dapat dikondensasikan (gas) dan arang (Halim dkk, 2006:119). Asap cair
terbentuk dari pirolisis bahan yang mengandung hemiselulosa, selulosa dan
lignin.
1. Pirolisis hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan senyawa polimer gula. Penyusun hemiselulosa
terdiri dari beberapa monosakarida seperti pentosa (C5H8O4) dan heksosa
(C6H10O5). Komponen hemiselulosa berpengaruh pada kadar furfural, furan dan
asam asap cair yang dihasilkan (Girard,1992 dalam Halim dkk, 2006:118).
Hemiselulosa akan terdekomposisi pada suhu 200–250oC.
2. Pirolisis selulosa
Selulosa merupakan polimer gula yang tersusun atas 100–1000 unit
glukosa. Besarnya kadar selulosa akan berpengaruh pada kadar asam, furan dan
air dalam asap cair yang dihasilkan (Girard, 1992 dalam Halim dkk, 2006:118).
Pirolisis selulosa berlangsung dalam dua tahap, tahap pertama merupakan reaksi
hidrolisis menghasilkan glukosa dan tahap kedua merupakan reaksi pembentukan
asam asetat dan homolognya bersama-sama dengan air serta sejumlah kecil furan
(Halim dkk 2006:120). Selulosa mengalami dekomposisi pada suhu 280oC.
3. Pirolisis lignin
Lignin merupakan sebuah polimer kompleks yang tersusun atas unit-unit
fenil propana. Kandungan lignin pada bahan akan menentukan kadar fenol dalam
asap cair yang dihasilkan. Menurut Maga (1987) (Halim dkk, 2006:119) bahwa
pirolisis terjadi pada suhu 310–500oC, bila suhu tersebut belum tercapai maka
degradasi lignin pada proses tersebut tidak terjadi sehingga berpengaruh pada
kandungan fenol asap cair yang dihasilkan. Lignin adalah material yang paling
kuat di dalam bahan lignoselulosa. Lignin sangat tahan terhadap degradasi baik
secara biologi, enzimatis, maupun kimia.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah ikan tongkol dan asap cair yang berasal dari sabut
kelapa. Sampel asap cair diperoleh dari Laboratorium Kimia FMIPA UGM.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu laboratorium kimia FMIPA dan
laboratorium biokimia FK UGM pada tanggal 20-25 Februari 2013.
C. Alat dan Bahan
1. Alat :
Pipet tetes, Pipet volume, Labu ukur, Max Mix, Gelas kimia, Erlenmeyer,
Statif dan klem, Buret, pH-meter, Spektronik-20, Picnometer, Penangas listrik dan
Kromatografi gas GC-MS Shimadzu QP-5000.
2. Bahan :
Ikan tongkol segar, Aquades, Fenol, Larutan NH4OH 0,5 N, Asam Fosfat 1 :
9, Buffer Fosfat, Indikator Metil orange, Aseton, Fenilhidrazin, HCl pekat, KOH 1
N, Kristal Asam oksalat, larutan NaOH 0,1 N dan Indikator phenolphthalein.
D. Prosedur Kerja
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi penyediaan sampel ikan segar,
penentuan kadar fenol, karbonil dan asam, serta analisis kadar asam laktat dan nilai
pH ikan sebelum dan sesudah perendaman asap cair sabut kelapa.
1. Preparasi Sampel
a) Sebelum perendaman asap cair
1) Ikan dicuci hingga bersih, kemudian dipotong-potong lalu disimpan pada
suhu ruang.
2) Diukur kadar asam laktat dan nilai pH setiap hari selama 7 hari.
22
Proses B Pengukuran pH Ikan
- ditimbang hingga 15 gr
- dihaluskan dengan mortar
- ditambahkan akuades 30 mL
- diaduk
- diukur dengan pH meter
Nilai pH ikan
Pengukuran asam laktat Ikan
- Ditmbang hingga 10 gr
- dihaluskan dengan mortar
- disuspensikan dengan akuades
- dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
- ditambahkan akuades hingga 100 mL
- didiamkan selama 30 menit
- diaduk (larutan homogen)
- disaring dengan kertas Wattman
Hasil saringan
- dipipet sebanyak 10 mL
- dimasukkan ke dalam botol film
- ditambahkan pp 2-3 tetes
- dititrasi dengan NaOH 0,1 N
Larutan berwarna merah muda
b) Sesudah perendaman asap cair
1) Ikan dicuci hingga bersih, kemudian dipotong-potong lalu direndam
dalam asap cair pada suhu ruang.
2) Diukur kadar asam laktat dan nilai pH setiap hari selama 7 hari.
2. Pengukuran kadar asam laktat dan nilai pH ikan
Penentuan kadar asam laktat dan nilai pH pada ikan sebelum dan sesudah
perendaman asap cair dilakukan dengan mekanisme berikut :
Proses A
Kadar asam laktat dihitung dengan rumus :
3. Penentuan kadar fenol, karbonil dan asam asap cair
a) Uji kadar fenol asap cair
Sebanyak 1 gr fenol murni dilarutkan menjadi 100 ml dengan aquades,
diambil 10 ml diencerkan lagi menjadi 100 ml (FP = 1000 kali). Diambil 5 ml lalu
diencerkan menjadi 50 ml, kemudian diencerkan lagi menjadi 100 ml (50 ppm).
Sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml kemudian dipanaskan
dalam penangas air selama 5 menit, lalu ditambahkan 1-2 tetes indikator MO sampai
terbentuk warna kuning. Selanjutnya ke dalam larutan ditambahkan 2-3 tetes asam
fosfat 1 : 9 sampai terbentuk warna merah jingga. Larutan didinginkan kemudian
23
ditambahkan 1,2 ml NH4OH 0,5 N yang telah distandarisasi. Diatur pH larutan
hingga 7,9 ± 0,1 dengan buffer fosfat (pH = 12). Kemudian dibuat larutan standar
dengan konsentrasi berturut-turut 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm.
Masing-masing larutan ditambahkan dengan 5 ml ikan pada proses dan
didiamkan selama 45 menit, lalu diukur nilai pH setiap larutan. Campuran diukur
pada panjang gelombang maksimum 450 nm dengan spektronik-20. Kadar fenol
dalam sampel ditentukan dengan rumus :
100%(mg)sampelBobot
FP(X)FenolKadar%
Ket : X = Konsentrasi fenol (ppm)
FP = Faktor pengenceran (kali)
b) Uji kadar karbonil asap cair
Satu ml aseton murni diencerkan menjadi 100 ml dengan aquades, diambil
10 ml diencerkan lagi menjadi 100 ml (FP = 1000 kali). Diambil 5 ml lalu diencerkan
menjadi 50 ml, kemudian diencerkan lagi menjadi 100 ml (50 ppm). Kemudian
larutan ini dibuat dengan konsentrasi berturut-turut 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm
dan 25 ppm. Masing-masing larutan dalam Erlenmeyer 100 ml ditambahkan 1 ml
fenilhidrazin dan 0,5 ml HCl pekat lalu dipanaskan dalam penangas air selama 30
menit. Campuran didinginkan kemudian ditambahkan 7,5 ml KOH 1 N yang telah
distandarisasi lalu dikocok dengan max mix.
Larutan kemudian ditambahkan dengan 5 ml ikan pada proses B dan
didiamkan selama 45 menit, lalu diukur nilai pH masing-masing larutan. Selanutnya
campuran diukur pada panjang gelombang maksimum 480 nm dengan spektronik-20.
Total karbonil sampel dihitung dengan rumus :
100%(mg)sampelBobot
FP(X)KarbonilKadar%
Ket : X = Konsentrasi karbonil (ppm)
FP = Faktor pengenceran (kali)
24
c) Analisa keasaman metode titrasi
1. Standarisasi larutan NaOH
Sebanyak 0,1 gr asam oksalat dilarutkan menjadi 50 ml dengan aquades
kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml. Larutan ditambahkan tiga tetes
indikator PP lalu dititrasi dengan NaOH 0,0996 N yang telah distandarisasi. Titrasi
dihentikan sampai diperoleh warna merah muda. Standarisasi dilakukan tiga kali
ulangan dan konsentrasi NaOH dihitung dari rata-rata ml titrasi dengan rumus :
2 x mg asam oksalat N NaOH = BM asam oksalat x mL NaOH Ket : BM Asam Oksalat = 126
2. Penentuan keasaman
Asap cair sebanyak satu ml ditimbang lalu diencerkan menjadi 25 ml dengan
aquades. Sebanyak 2,5 ml hasil pengenceran terakhir ditambahkan sebanyak 5 ml
ikan proses B lalu didiamkan selama 45 menit dan diukur nilai pH-nya. Campuran
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 ml kemudian ditambahkan tiga tetes indikator
PP lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang telah distandarisasi. Titrasi
dihentikan sampai diperoleh warna merah muda. Titrasi dilakukan tiga kali ulangan
dengan menghitung keasaman total sebagai asam asetat. Kadar asam ditentukan
dengan rumus :
100%(mg)sampelBobot
10BMNaOHNNaOH mlAsamKadar%
Ket : BM = Berat Molekul Asam asetat = 60,05
25
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, F. ([email protected]). 10 November 2008. Penentuan Kadar Fenol. E-mail kepada Isra Leman Nalo ([email protected]).
Akhirudin. 2006. Asap Cair Tempurung Kelapa Sebagai Pengganti Formalin. (On-Line). http : // www.indonesiaindonesia.com. [19 Agustus 2008]
Amritama, D. 2007. Asap Cair. (On-line). http://my.yahoo.com. [12 Agustus 2008]
Amritama, D. 2008. Apakah Yang Dimaksud Dengan Smoke Liquid?. (On-line). http://smk3ae.wordpress.com. [21 Maret 2008].
Anonim. 2007. Asap Cair. (On-line). http://teknik-kimia2003.blogspot.com. [13 Agustus 2008] Anonim. 2007.Biosel Pengawet Alami.(OnLine)http://coconutcenter.blogspot.com.
[13 Oktober 2008] AOAC, 1970, Official Methods of Analysis of The Associations of Official
Analytical Chemist, Association of Official Analytical Chemists, Washington, DC.
Ashari, B. J., 2004, Kimia Organik Lanjut, Tadulako University press, Palu. Borgstrom, G., 1962, Fish as Food Vol. II, Academic press, New York. Hambali , E.,dkk. 2007. Teknologi Bioenergi. Jakarta : AgroMedia Pustaka. Setyamidjaja, D. 2000. Bertanam Kelapa Hibrida. Yogyakarta : Kanisius. Suhardiman, P. 2000. Bertanam Kelapa Hibrida. Jakarta : Penebar Swadaya.
Surya, dkk. 2006. Limbah Perkebunan Kelapa (Cocos nucifera) Sebagai Bahan Pengawet Makanan. (On-Line). http://fufoe.wordpress.com
[12 Agustus 2008]. Prananta, Juni. 2008. Pemanfaatan Sabut dan Tempurung kelapa SertaCangkang
Sawit Untuk Pembuatan Asap Cair Sebagai Pengawet Alami. (On-Line). http://www.scrab.com [13 Oktober 2008]
Winarno, 1995, Kimia Pangan dan Gizi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.