Proposal TBC

16
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia , penyaki t TB Paru masih menjadi momok karena negara ini termasu k daerah endemis TBC. Kasus TBC di dunia sekitar 40% berada di kaasan !sia. Indonesia menduduki kedudukan ketiga di baah Cina dan India. Diperkirakan di antara "00.000 penduduk terdapat "00#$00 ora ng yan g ter in eks i TBC. TBC di kaasa n ini menjadi pembunu h nomor sat u, kematian akibat TBC &ebih banyak '#$ ka&i &ipat dari (I)*!ID+ yang berada di urutan kedua Depkes,'00"- Penyakit TB paru disebabkan o&eh adanya aktor#aktor yang dipengaruhi o&eh pengetahuan,  pri&aku dan sikap. Dari sudut pandang bio&ogis, pri&aku ada&ah suatu kegiatan atau aktiitas orga nisme yang bersan gkutan , yang dapat diama ti se/ara &angsu ng maupun tidak &angsung dan menur ut oto atmoj o,'00'- Pri& aku diart ikan sebaga i suatu aksi# reaks i orga nisme terha dap &ingkungannya. Peri&aku baru terjadi apabi&a ada sesuatu yang diper&ukan untuk menimbu&kan reaksi, yakni disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasi&kan reaksi atau  peri&aku tertentu pu&a. Da&am pe&ayanan kesehatan tidak ter&epas dari keter&ibatan ke&uarga sebagai orang yang ter deka t dar i pas ien ter uta ma pas ien TB par u. Peng eta huan ke&u arg a men gena i menjaga kesehatan agar tetap da&am kondisi yang sehat baik jasmani maupun rohaninya, terutama bi&a ada ke&uarga yang menderita TB paru, motiasi dan peran ke&uarga sangat diharapkan misa&nya se/epat mungkin membaa penderita ditempat pe&ayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan  pengobatan serta bagaimana peri&aku dan sikap ke&uarga dapat men/egah penu&aran penyakit TB  paru. 1aktor pengetahuan yang merupakan i&mu yang diketahui seseorang ataupun penga&aman yang dia &ami o&e h seseor ang maupun ora ng &ai n. !mat ter &ebih da& am ha& ini baga ima na seharusnya ke&uarga k&ien yang terdiagnosa TBC paru mengetahui se/ara je&as dan benar apa sebenarnya penyakit TBC paru ini, dan bagaimana /ara penu&aran dan pen/egahannya. +ikap ke& uar ga sangat menent ukan kebe rha si& an pengoba tan TBC ama t ter &ebi h da& am men/ ega h  penu&arannya, karena jika sikap ke&uarga k&ien yang terdiagnosa TBC mengerti apa yang sebena rnya dia &akuka n maka se/ara otomati s dia juga bisa dan mampu me&indu ngi dirinya dan anggo ta ke& uarg a &ainnya. Pr i& aku di si ni ada &ah suatu akti i tas ma nus ia it u sendir i otoatmojo,'00'- artinya antara pri&aku yang satu ada kaitannya dengan peri&aku yang &ain,  pri&aku sekarang ada&ah ke&anjutan pri&aku yang baru &a&u, dan seterusnya dengan kata &ain  baha pri&aku manusia terjadi se/ara berkesinambungan bukan se/ara serta merta. 2adi, sebenarnya pri&aku manusia tidak pernah berhenti pada suatu saat begitu juga dengan pri&aku ke&uar ga. 2i ka pr i& akuny a bai k maka akan me mbaa dampak posi ti bag i pen /egahan  penge&uaran TBC paru. Da&am mening katk an ee kti itas pe& ayanan kes ehatan dan menjaab per mas a&a han#  permasa&ahan yang terjadi di atas diper&ukan suatu pengetahuan, sikap dan pri&aku, yang berasa& dar i ke& uar ga da& am pen/ega han penu &ar an TB par u. 3nt uk mempe& aja ri tentang pri &ak u ke&uarga da&am pen/egahan penu&aran Tuber/o&osis paru maka pene&iti tertarik untuk me&akukan  pene&itian tentang 5(ubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan ke&uarga dengan Pen/ega han Penu&a ran Tuberku &osi s Paru di 6uangan Penyakit Da&am 6+3 Dr. +am 6atu&angi Tondano.5

description

proposal tbc

Transcript of Proposal TBC

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahDi Indonesia, penyakit TB Paru masih menjadi momok karena negara ini termasuk daerah endemis TBC. Kasus TBC di dunia sekitar 40% berada di kawasan Asia. Indonesia menduduki kedudukan ketiga di bawah Cina dan India. Diperkirakan di antara 100.000 penduduk terdapat 100-300 orang yang terinfeksi TBC. TBC di kawasan ini menjadi pembunuh nomor satu, kematian akibat TBC lebih banyak 2-3 kali lipat dari HIV/AIDS yang berada di urutan kedua (Depkes,2001)Penyakit TB paru disebabkan oleh adanya faktor-faktor yang dipengaruhi oleh pengetahuan, prilaku dan sikap. Dari sudut pandang biologis, prilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung dan menurut (Notoatmojo,2002) Prilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu pula.Dalam pelayanan kesehatan tidak terlepas dari keterlibatan keluarga sebagai orang yang terdekat dari pasien terutama pasien TB paru. Pengetahuan keluarga mengenai menjaga kesehatan agar tetap dalam kondisi yang sehat baik jasmani maupun rohaninya, terutama bila ada keluarga yang menderita TB paru, motivasi dan peran keluarga sangat diharapkan misalnya secepat mungkin membawa penderita ditempat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan serta bagaimana perilaku dan sikap keluarga dapat mencegah penularan penyakit TB paru.Faktor pengetahuan yang merupakan ilmu yang diketahui seseorang ataupun pengalaman yang dialami oleh seseorang maupun orang lain. Amat terlebih dalam hal ini bagaimana seharusnya keluarga klien yang terdiagnosa TBC paru mengetahui secara jelas dan benar apa sebenarnya penyakit TBC paru ini, dan bagaimana cara penularan dan pencegahannya. Sikap keluarga sangat menentukan keberhasilan pengobatan TBC amat terlebih dalam mencegah penularannya, karena jika sikap keluarga klien yang terdiagnosa TBC mengerti apa yang sebenarnya dia lakukan maka secara otomatis dia juga bisa dan mampu melindungi dirinya dan anggota keluarga lainnya. Prilaku disini adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoatmojo,2002) artinya antara prilaku yang satu ada kaitannya dengan perilaku yang lain, prilaku sekarang adalah kelanjutan prilaku yang baru lalu, dan seterusnya dengan kata lain bahwa prilaku manusia terjadi secara berkesinambungan bukan secara serta merta. Jadi, sebenarnya prilaku manusia tidak pernah berhenti pada suatu saat begitu juga dengan prilaku keluarga. Jika prilakunya baik maka akan membawa dampak positif bagi pencegahan pengeluaran TBC paru. Dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di atas diperlukan suatu pengetahuan, sikap dan prilaku, yang berasal dari keluarga dalam pencegahan penularan TB paru. Untuk mempelajari tentang prilaku keluarga dalam pencegahan penularan Tubercolosis paru maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang : Hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga dengan Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru di Ruangan Penyakit Dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.

B. Perumusan MasalahBerdasarkan uraian dan latar belakang tersebut diatas dapat diasumsikan termasuk kurang berhasilnya prilaku keluarga dalam pencegahan TB paru dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga tentang pencegahan penularan TB Paru sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana hubungan pengetahuan, sikap dan sikap keluarga dengan pencegahan penularan penyakit TB Paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.b. Untuk mengetahui hubungan sikap keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.c. Untuk mengetahui hubungan tindakan keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.

D. Manfaat Penelitian1. Institusi PendidikanMenambah bahan referensi bagi institusi dan merupakan data awal bagi peneliti selanjutnya.2. Rumah SakitMeningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan juga diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan pelayanan pada penderita TBC paru dan upaya-upaya dalam pencegahan penularan TBC paru.3. Untuk PenelitiMemperkaya ilmu pengetahuan sehingga berguna bagi pekerjaan dan tugas peneliti sebagai bahan masukan yang digunakan untuk penerapan prilaku keluarga yang baik dalam pencegahan penularan TB paru yang dapat menurunkan penularan TB paru.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Konsep dan Teori Perilaku1. Pengertian Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati seccara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoadmodjo, 1997)Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut ransangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, 1997).Robert Kwick (1974), sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo (1997), perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.Umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah mahluk hidup (Kusmiyati dan Desminiarti,1991)Menurut penulis yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.2. Proses Pembentukan PerilakuPerilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham Harold Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yakni :a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu H2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang menimbulkan sesak nafas dan kekurangan H2O dan elektrolit yang menyebabkan dehidrasi.b. Kebutuhan rasa aman, misalnya :1) Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan kejahatan lain.2) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan dan lain-lain.3) Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit4) Rasa aman memperoleh perlindungan hukum.c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :1) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara, teman, kekasih, dan lain-lain.2) Ingin dicintai/mencintai orang lain.3) Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.d. Kebutuhan harga diri, misalnya :1) Ingin dihargai dan menghargai orang lain2) Adanya respek atau perhatian dari orang lain3) Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingane. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya :1) Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain2) Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita3) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha, kekayaan, dan lain-lain.

3. Bentuk PerilakuPerilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :a. Perilaku Pasif (respons internal)Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata.b. Perilaku Aktif (respons eksternal)Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.

4. Perilaku KesehatanPerilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Respons atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respons yang masih tertutup) dan aktif (respons terbuka, tindakan yang nyata atau practice/psychomotor)Menurut Notoatmodjo (1997), rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. 5. Perilaku Terhadap Sakit dan PenyakitPerilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit yang bersifat respons internal (berasal dari dalam dirinya) maupun eksternal (dari luar dirinya), baik respons pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun aktif (praktik) yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkatan-tingkatan pemberian pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkatan pencegahan penyakit, yaitu :a. Perilaku peningkatan dan pemeliharan kesehatan (health promotion behavior)b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)c. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)d. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior)6. Perilaku Terhadap Sistem Pelayanan KesehatanPerilaku ini adalah respons individu terhadap sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional, meliputi :a. Respons terhadap fasilitas pelayanan kesehatanb. Respons terhadap cara pelayanan kesehatanc. Respons terhadap petugas kesehatand. Respons terhadap pemberian obat-obatanRespons tersebut terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas maupun penggunaan obat-obatan.7. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan (Environmental behaviour)Perilaku ini adalah respons individu terhadap lingkungan sebagai determinant (faktor penentu) kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini sesuai lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :a. Perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor atau kotoran. Disini menyangkut pula higiene, pemeliharaan, teknik dan penggunaannya.c. Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah, baik limbah cair maupun padat. Dalam hal ini termasuk sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat dan dampak pembuangan limbah yang tidak baik.d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat. Rumah sehat menyangkut ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.e. Perilaku terhadap pembersihan sarang-sarang vektor.8. Perilaku Orang Sakit dan Perilaku Orang SehatMenurut Sarwono (1993) yang dimaksud dengan perilaku sakit dan perilaku sehat sebagai berikut :Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Perilaku sakit menurut Suchman adalah tindakan untuk menghilangkan rasa tidak enak atau rasa sakit sebagai akibat dari timbulnya gejala tertentu.Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.Penyebab perilaku SakitMenurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Sarwono (1993) bahwa penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :a. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan normal.b. Anggapan adanya gejalan serius yang dapat menimbulkan bahaya.c. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan dengan keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.d. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat dilihat.e. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.f. Adanya informasi, pengetahuan dan anggapan budaya tentang penyakit.g. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.h. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.i. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti : fasilitas, tenaga, obat-obatan, biaya dan transportasi.9. Domain Perilakua. PengetahuanPengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (over behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng.Proses adopsi perilaku, menurut Notoadmodjo (1997) yang mengutip pendapat Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi perilaku, didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan (akronim AIETA), yaitu :a) Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.b) Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulusc) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi.d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu :a) Tahu merupakan tingkatan pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingatkan atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisi dan menyatakan.b) Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan.c) Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.d) Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi.e) Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.f) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek, evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

b. SikapSikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersbeut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu.Tingkatan sikap adalah menerima, merespons, menghargai dan bertanggung jawab.c. Tingkatan Praktik atau TindakanSeperti halnya pengetahuan dan sikap, praktik juga memiliki tingkatan-tingkatan, yaitu :1) Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan.2) Respons terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai contoh.3) Mekanisme, individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah menjadi kebiasaan.4) Adaptasi, adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran.

B. Konsep Keluarga1. PengertianKeluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (DepKes RI, 1998).Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Bailon Maglaya : 1989).2. Perilaku KeluargaSeperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu yang didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga. Ayah sebagai penanggung jawab untuk kelangsungan hidup keluarga atas kesehatan baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit. Ibu berperan sebagai pembimbing, pendorong, pengasuh, pendidik dalam rangka pertumbuhan anak. Anak menerima hak untuk diasuh dan dimbing dan melaksanakan tanggung jawabnya kepada pengetahuan keluarga mengenai menjaga kesehatan agar selalu dalam keadaan sehat, segeralah keluarga membawa penderita untuk mendapatkan pengobatan serta bagaimana cara keluarga dapat pencegahan penyakit TBC Paru.

3. Fungsi KeluargaFungsi keluarga terbagi atas :a. Fungsi Biologi1) Untuk meneruskan keturunan2) Memelihara dan membesarkan anak3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga4) Memelihara dan merawat anggota keluargab. Fungsi Psikologis1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga4) Memberikan indentitas keluargac. Fungsi Sosialisasi1) Membina sosialisasi pada anak2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkatan perkembangan anak3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.d. Fungsi Ekonomi1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan2) Penganggaran penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di masa yang akan datang.e. Fungsi Pendidikan1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat.2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

C. Penyakit TBC Paru 1. Definisi TuberkulosisTuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2002).2.Epidemiologi Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.Pada tahun 1995, diperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 9 juta penderita baru TBC dengan kematian 3 juta orang (WHO, Treatment of Tuberculosis,Guidelines for National Programmes, 1997). Di negara-negara berkembang kematian TBC merupakan 25% dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% penderita TBC berada di negara berkembang, 75% penderita TBC adalah kelompok usia produktif (15-50 tahun) debu (Depkes RI, 2002). Penelitian Heryanto ,dkk (2001) di Kabupaten Bandung menemukan Karakteristik kasus kematian penderita TB paru hampir tersebar pada semua kelompok umur, paling banyak pada kelompok usia 20-49 tahun (58,3%) yang merupakan usia produktif dan usia angkatan kerja. Proporsi menurut jenis kelamin, laki-laki (54,5%) dan perempuan (45,5%). Sebagian besar tidak bekerja (34,9%) dan berpendidikan rendah (tidak sekolah,tidak tamat SD,dan tamat SD) sebesar 62,9% .3.Kuman dan Cara Penularan TuberkulosisKuman TBC bersifat aerob dan lambat tumbuh (Holt, 1994). Suhu optimum pertumbuhannya 37-38oC. Kuman TBC cepat mati pada paparan sinar matahari langsung tapi dapat bertahan beberapa jam pada tempat yang gelap dan lembab serta dapat bertahan hidup 8-10 hari pada sputum kering yang melekat pada debu (Depkes RI, 2002).Sumber infeksi yang terpenting adalah dahak penderita TBC Paru. Penularan terjadi melalui percikan dahak (Droplet Infection) saat penderita batuk, berbicara atau meludah (Soediman, 1995). Kuman TBC Paru dari percikan tersebut melayang di udara, jika terhirup oleh orang lain akan masuk kedalam system respirasi dan selanjutnya dapat menyebabkan penyakit pada penderita yang menghirupnya. Kuman TBC dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh dan lebih memilih bagian tubuh dengan kadar oksigen tinggi. Paru-paru merupakan tempat predileksi utama kuman TBC. Gambaran TBC pada paru yang dapat di jumpai adalah kavitasi, fibrosis, pneumonia progresif dan TBC endobronkhial. Sedangkan bagian tubuh ekstra paru yang sering terkena TBC adalah pleura, kelenjar getah bening, susunan saraf pusat, abdomen dan tulang (WHO, 2002).Kemungkinan suatu infeksi berkembang menjadi penyakit, tergantung pada konsentrasi kuman yang terhirup dan daya tahan tubuh (Depkes RI, 2002). 4.Gejala Klinis Tuberkulosis Gambaran klinis pada TBC Paru meliputi (Dahlan, 1994): a. Gejala umum, berupa :1) Demam dan keringat dingin2) Penurunan berat badan3) Lemah badan4) Nafsu makan kurang b. Gejala saluran pernapasan, berupa:1) Batuk dengan atau tanpa sputum selama 3 minggu atau lebih.2) Hemoptisis3) Nyeri dada4) Sesak nafas5) Wheezing local6) Ronkhi di puncak paru7) Pneumonia yang lambat sembuh5. Diagnosis Tuberkulosis Diagnosis TBC ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala dan tanda TBC Paru dapat juga dijumpai pada penyakit paru lain. Untuk memastikannya, perlu dilakukan pemeriksaan sputum terhadap Basil Tahan Asam (BTA) secara mikroskopis langsung. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan penunjang yang tercepat memberikan hasil untuk menegakkan diagnosa TBC (Depkes RI, 2002). Diagnosa TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif, perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang.6. PengobatanPengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan (www.klikpdpi.com).7. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Obat yang dipakai: a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: Rifampisin, INH , Pirazinamid , Streptomisin , Etambutol. b. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) : Kanamisin, Amikasin, Kuinolon, Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat. Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain : Kapreomisin, Sikloserino, PAS (dulu tersedia) Derivat rifampisin dan INH, Thioamides (ethionamide dan prothionamide). (www.klikpdpi.com).

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIANA. Kerangka Konsep Penelitian B. Hipotesis Penelitian Ha : 1. Ada hubungan pengetahuan keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.2. Ada hubungan sikap keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.3. Ada hubungan tindakan keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.H0 : 1. Tidak ada hubungan pengetahuan keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.2. Tidak ada hubungan sikap keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.3. Tidak ada hubungan tindakan keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.

BAB IVMETODE PENELITIANA. Jenis PenelitianDilihat dari cara pengumpulan dan pengolahan datanya maka penelitian dan pembahasan ini merupakan penelitian dengan desain Cross Sectional.

b.Populasi, Sampel dan Sampling 1. PopulasiKeseluruhan keluarga yang sedang menjaga anggota keluarga yang dirawat karena Tuberkulosis Paru di ruang penyakit dalam RSUD DR.Sam Ratulangi Tondano. 2. Sampel dan Sampling Teknik sampling menggunakan purposive sampling dan rumus besar sampel populasi < 1000 (Nursalam,20003): n =

N 1 + N (d)2Keterangan :n : jumlah sampleN : jumlah populasid : tingkat signifikansi (p)

3. Kriteria Sample :a. Kriteria Inklusif1) Masing-masing satu orang anggota keluarga dari salah satu anggota keluarga di diagnosis TBC2) Usia minimal 20 tahun3) Pendidikan minimal SLTP4) Bersedia menjadi responden penelitianb. Kriteria Eksklusif1) Tidak tinggal serumah dengan penderita2) Tidak mengerti cara penularan TB paruD. Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional1. Variabel independen (Bebas)Variabel bebas (variabel independen): pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga 2. Variabel Dependen (Tergantung) Variabel tergantung (variabel dependen): pencegahan penularan TB Paru. 3. Definisi OperasionalVariabelDefinisi OperasionalParameterAlat UkurSkalaScore

IndependenPenge-tahuan keluargaJawaban responden mengenai pemahaman dalam keluarga tentang pencegahan pe-nularan TBC paru.Penyebab TBC paru, penularan TBC, pencegahan TBC paru.

KuisionerOrdinalBaik : 76-100%Cukup :56-75 %Kurang :< 56 %

Positif:> 50%Negatif:< 50%

Sikap keluargaJawaban responden berupa respon yang dilakukan keluarga terhadap pencegahan penularan pe-nyakit TBC paru .Sikap terhadap gizi penderita, sikap keluarga dalam memotivasi klien untuk berobat, sikap terhadap penularan TB Paru.KuisionerOrdinal

Tindakan KeluargaJawaban responden mengenai perlakuan keluarga untuk melakukan pencegahan penularan penyakit TBC paru di rumah.

Cara memisah-kan alat-alat makan, menyiapkan tempat untuk membuang dahak, cara isolasi dan pengaturan ventilasiKuisionerOrdinalBaik : 76-100%Cukup :56-75 %Kurang :< 56 %

DependenPencegahan Penularan Penyakit TBC paruTemuan peneliti mengenai kegiatan yang merupakan usaha yang dilakukan keluarga untuk menghindari tertularnya pe-nyakit TBC paru ketika menunggui keluarganya yang sedang dirawat.

Cara memisah-kan alat-alat makan, menyiapkan tempat untuk membuang dahak dan menjaga kontak dengan penderita.ObservasiordinalBaik : 76-100%Cukup :56-75 %Kurang :< 56 %

Tabel 4.1. Definisi Operasional penelitian hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga dengan pencegahan penularan TBC paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.

E. Lokasi dan Waktu PenelitianTempat penelitian adalah di ruangan Penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano. Waktu penelitian minggu pertama sampai minggu keempat bulan April 2008.F. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data 1. Instrumen Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :a. Data Demografi Reponden meliputi Umur dan Jenis Kelamin respondenb. Kuisioner mengenai pengetahuan tentang TBC Paru berisi 10 pertanyaan yang terdiri dari 2 pilihan jawaban yaitu benar atau salah dengan kriteria pemberian nilai 1 (satu) untuk jawaban benar dan nilai 0 (nol) untuk jawaban salah. Untuk perhitungan objektif diukur dengan menggunakan rumus: P=F/N x 100% Dimana P : Prosentasi F : Jumlah jawaban yang benar N : Jumlah skor maksimal, jika pertanyaan dijawab benar (Arikunto, 1998) Setelah prosentasi diketahui kemudian hasilnya diinterprestasikan dengan Kriteria Baik : 76 % -100 %, Cukup : 56 % - 75 %, Kurang : kurang dari 56 % (Arikunto, 1998).c. Kuisioner mengenai sikap terhadap pencegahan penularan TB Paru. Pengukuran sikap pada responden terdiri dari 10 pertanyaan dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 4 (empat) pilihan jawaban yaitu:Untuk jawaban pertanyaan positif 4 : Bila pilihan jawaban responden : sangat setuju3 : Bila pilihan jawaban responden : setuju2 : Bila pilihan jawaban responden : tidak setuju1 : Bila pilihan jawaban responden : sangat tidak setujud. Kuisioner mengenai tindakan pencegahan TBC Paru berisi 10 pertanyaan yang terdiri dari 2 pilihan jawaban yaitu benar atau salah dengan kriteria pemberian nilai 1 (satu) untuk jawaban benar dan nilai 0 (nol) untuk jawaban salah. Untuk perhitungan objektif diukur dengan menggunakan rumus: P=F/N x 100% Dimana P : Prosentasi F : Jumlah jawaban yang benar N : Jumlah skor maksimal, jika pertanyaan dijawab benar (Arikunto, 1998) Setelah prosentasi diketahui kemudian hasilnya diinterprestasikan dengan Kriteria Baik : 76 % -100 %, Cukup : 56 % - 75 %, Kurang : kurang dari 56 % (Arikunto, 1998) .e. Lembar Observasi pencegahan TBC Paru berisi 10 item penilaian pertanyaan yang terdiri dari 2 pilihan penilaian yaitu Ya atau Tidak dengan kriteria pemberian nilai 1 (satu) untuk jawaban benar dan nilai 0 (nol) untuk jawaban salah. Untuk perhitungan objektif diukur dengan menggunakan rumus: P=F/N x 100% Dimana P : Prosentasi F : Jumlah jawaban yang benar N : Jumlah skor maksimal, jika pertanyaan dijawab benar (Arikunto, 1998) Setelah prosentasi diketahui kemudian hasilnya diinterprestasikan dengan Kriteria Baik : 76 % -100 %, Cukup : 56 % - 75 %, Kurang : kurang dari 56 % (Arikunto, 1998) . 2. Prosedur Pengumpulan DataPeneliti akan mendatangi keluarga yang sedang menunggui/ menjaga anggota keluarganya yang dirawat karena TBC Paru di ruang perawatan penyakit dalam RSUD DR.Sam Ratulnagi Tondano. Setelah diidentifikasi dan keluarga bersedia menjadi responden maka diberikan kuesioner. Setelah responden mengisi kuesioner selanjutnya peneliti melakukan pengamatan/ observasi terhadap kegiatan responden yang berkaitan dengan pencegahan penyakit TB Paru. G. Cara Analisa DataSetelah data lembaran observasi terkumpul, akan diperiksa kembali untuk mengetahui kelengkapan isi,kemudian ditabulasi,dikelompokkan berdasarkan variabel yang diteliti hasil yang ada diberi skor sesui yang sudah ditetapkan kemudian diberi kode ( koding ) .Setelah itu data akan diinput dan akan diolah dengan software computer SPSS ( statistical product and service solution ) versi 13.0 (Triton, 2006 ) untuk analisa dengan uji Spearman dengan nilai signifikansi < 0,05. Karena korelasi Spearman Rank bekerja dengan data ordinal , maka data yang telah peneliti dapatkan tersebut terlebih dahulu diubah menjadi data ordinal dalam bentuk rangking. Berdasarkan Sugiyono (2002) untuk membuktikan penafsiran terhadap yang di tentukan apakah atau kecil tingkat hubungannya, maka di buat pedoman sebagai berikut :Tabel 4.2 : Koefesien Korelasi Dan Tingkat Hubungan Interval koefesienTingkat hubungan

0,0 0,1Sangat rendah

0,20 0,399Rendah

0,40 0,599Sedang

0,60 0,799Kuat

0,80 - 1000Sangat kuat

Dari hasil uji ini akan ditentukan apakah hipotesa diterima atau ditolak. Apabila nilai yang didapat lebih besar daripada nilai signifikansi 0,05, maka hipotesis nol diterima dan hipotesis alternatif ditolak. Tapi apabila nilai yang didapat lebih kecil dari nilai singnifikansi 0,05, maka hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. H. Etika PenelitianPersetujuan dan kerahasian responden adalah hal utama yang perlu diperhatikan. Oleh karena itu peneliti sebelum melakukan penelitian telah mengajukan permohonan kapada pihak yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat dalam penelitian,agar tidik terjadi pelnggaran hak- hak manusia menjadi subjek peneliti. Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan ijin terlebih dahuluh kepada kepada dekan fakultas keperawatan UNSRIT dan direktur RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano. Setelah mendapat persetujuan dari semua pihak tersebut diatas, peneliti memulai penelitian dengan menekankan prinsip prinsip dalam etika yang berlaku. Prinsip dalam etika meliputi : a. Informed consent (persetujuan)Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan di teliti, tujuannya subjek mengetahui maksud penelitian serta dampak pada lahan pengolahan data. Lembaran ini disertai dengan judul penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek. b. Anonimity (tanpa nama)Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut hanya diberikan kode tertentu.c. Confidentiality (kerahasiaan)Kerahasiaan informasi dan data yang diperoleh dari responden, dijamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.