Proposal Praktek Lapangan

30
PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI PADA SALURAN PRIMER KOMERING OPSDA II BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII Oleh DORA ERLISA PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA 2011

description

PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI PADA SALURAN PRIMER KOMERING OPSDA II BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIIIOleh DORA ERLISAPROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYAINDRALAYA 2011PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI PADA SALURAN PRIMER KOMERING OPSDA II BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIIIOleh DORA ERLISAPROPOSAL PRAKTIK LAPANGAN sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi PertanianPada PROGRAM STUDI TEKNI

Transcript of Proposal Praktek Lapangan

Page 1: Proposal Praktek Lapangan

PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI

PADA SALURAN PRIMER KOMERING OPSDA II

BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII

Oleh

DORA ERLISA

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2011

Page 2: Proposal Praktek Lapangan

PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI

PADA SALURAN PRIMER KOMERING OPSDA II

BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII

Oleh

DORA ERLISA

PROPOSAL PRAKTIK LAPANGAN

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2011

Page 3: Proposal Praktek Lapangan

Proposal Praktik Lapangan

PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI

PADA SALURAN PRIMER KOMERING OPSDA II

BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI SUMATERA VIII

Oleh

DORA ERLISA

05081006027

telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Indralaya, September 2011

Jurusan Teknologi Pertanian

Fakultas Pertanian

Universitas Sriwijaya

Pembimbing, Ketua Jurusan,

Ir. Haisen Hower, M.P Dr. Ir. Hersyamsi, M.Agr

NIP. 196612061994031003 NIP. 196008021987031004

Page 4: Proposal Praktek Lapangan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal praktik lapangan ini dengan baik. Adapun judul dari proposal ini adalah

“Pengelolaan Jaringan Irigasi Pada Saluran Primer Komering OPSDA II Balai Besar

Wilayah Sungai Ssumatera VIII”. Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk melaksanakan Praktik Lapangan pada Program Studi Teknik Pertanian,

Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Haisen Hower, M.P

selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan membantu

dalam menyelesaikan proposal ini. Terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu

serta seluruh keluarga atas segala doa dan perhatiannya.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun bila terdapat

kekurangan dan kesalahan dalam penulisan proposal rencana praktik lapangan ini.

Semoga proposal rencana praktik lapangan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Indralaya, September 2011

Penulis

Page 5: Proposal Praktek Lapangan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ….…………………………………………………..………… v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..……......................................................................... 1

B. Tujuan Praktik Lapangan ..……......................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Irigasi ……………………………………………………….. 4

B. Jaringan Irigasi …..…..….…………….…….…………………...… 6

C. Pengelolaan Jaringan Irigasi ……………………………………….. 14

III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu ............................................................................. 16

B. Metode Pelaksanaan ........................................................................... 16

IV. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 6: Proposal Praktek Lapangan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat. Air tidak hanya

dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi juga

dibutuhkan oleh hewan dan tanaman untuk melangsungkan kehidupan. Ketiadaan air

menyebabkan tidak akan ada kehidupan, sehingga sering diungkapkan bahwa air

adalah sumber kehidupan. Namun menurut Pawitan (1999), kondisi sumber daya air

pada sebagian besar daerah telah mencapai tingkat waspada sampai tingkat kritis,

sedangkan kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lain terus meningkat.

Irigasi didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan

penyediaan cairan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman (Hansen et al.,1994).

Irigasi pada tanaman padi berfungsi sebagai penyedia air yang cukup dan stabil

untuk menjamin produksi padi. Luas tanah atau sawah di dalam daerah pengairan

dibagi sedemikian rupa sehingga memudahkan pembagian airnya. Cara pembagian

air tergantung pada tujuan pengairan dan kebutuhan air untuk pertanian. Air yang

disalurkan ke sawah melalui sistem jaringan yang terdiri atas saluran-saluran air

dengan bangunan pengendali (Salim, 2007).

Bendung merupakan bangunan air yang dibangun secara melintang sungai,

dibentuk sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya meningkat sampai

ketinggian tertentu, sehingga air sungai dapat dialirkan melalui pintu sadap ke

saluran-saluran pembagi hingga ke lahan-lahan pertanian (Kartasapoetra, 1991).

Page 7: Proposal Praktek Lapangan

Jaringan irigasi merupakan satu kesatuan saluran dan bangunan yang

diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,

pemberian, pembagian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Jaringan irigasi

dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan sekunder, yaitu dari bangunan pembagi

sampai petak sawah. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu

jaringan irigasi disebut dengan daerah Irigasi (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).

Menurut Pusposutarjdo (1990), fungsi jaringan irigasi adalah untuk

memindahkan air dari suatu tempat ke daerah tanaman dalam bentuk tersedia, cukup

jumlah, tepat waktu, dan tepat pendistribusiannya. Jaringan irigasi digolongkan

menjadi tiga golongan yang meliputi: jaringan irigasi sederhana, jaringan irigasi semi

teknis, dan jaringan irigasi teknis.

Keadaan air dalam tanah yang paling baik mendukung kehidupan tanaman

adalah pada saat kapasitas lapang. Pemberian air irigasi secara tepat dan efisien

memerlukan bangunan ukur debit untuk setiap saluran, sehingga diharapkan agar

pemberian air tidak berlebihan atau kekurangan dan sesuai dengan kebutuhan air

tanaman yang ada dalam petakan sawah (Direktorat Jendral Pertanian, 1986).

Kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang disediakan untuk

mengimbangi air yang hilang akibat evaporasi dan transpirasi. Kebutuhan air di

lapangan merupakan jumlah air yang harus disediakan untuk keperluan pengolahan

lahan ditambah kebutuhan air tanaman. Kebutuhan air tanaman merupakan syarat

mutlak bagi pertumbuhan dan produksi (Doorenbos dan Pruit, 1984).

Pengelolaan sumber daya air bertujuan meningkatkan kinerja pendistribusian

dan pengalokasian air secara efektif dan efisien. Pembangunan saluran irigasi

Page 8: Proposal Praktek Lapangan

merupakan penunjang untuk menyediakan bahan pangan nasional yang sangat

diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan

tersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Hal tersebut berhubungan

dengan usaha teknik irigasi yang memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat

ruang, dan tepat waktu dengan cara yang efektif dan ekonomis (Sudjarwadi, 1987).

Karena pengelolaan air irigasi meliputi dari pengaturan air dan pembuangan

air sampai petak sawah yang dibutuhkan tanaman maka penulis tertarik untuk

mempelajari dan membahas faktor yang menyebabkan pengelolaan jaringan irigasi

tidak mencapai tingkat yang maksimal.

B. Tujuan

Pelaksanaan praktik lapangan ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan

jaringan irigasi pada saluran primer komering OPSDA II balai besar wilayah sungai

sumatera VIII.

Page 9: Proposal Praktek Lapangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Irigasi

Irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi

kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari permukaan air

tanah. Istilah Irigasi atau pengairan juga dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk

memberikan air guna keperluan pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur

untuk daerah pertanian yang membutuhkan dan kemudian air itu dipergunakan

secara tertib dan teratur serta dibuang ke saluran. Pengairan selanjutnya diartikan

sebagai pemanfaatan serta pengaturan air dan sumber-sumber air yang meliputi

irigasi, pengembangan daerah rawa, pengendalian banjir, usaha perbaikan sungai

dan waduk, serta pengaturan penyediaan air minum, air perkotaan dan air industri

(Ambler, 1991).

Pengaturan pengairan bagi pertanian tidak hanya untuk penyediaan air, tetapi

juga untuk mengurangi berlimpahnya air hujan di daerah-daerah yang kelebihan air

dengan maksud mencegah peluapan air dan kerusakan tanah. Oleh sebab itu,

pengaturan irigasi akan menjangkau beberapa teknis sebagai berikut :

Pengembangan sumber air dan penyediaan air bagi keperluan usaha tani.

Penyaluran air irigasi dari sumber ke daerah atau lahan usaha tani.

Pembagian dan pemberian air di daerah atau lahan usaha tani.

Page 10: Proposal Praktek Lapangan

Pengaturan tersebut mempunyai tujuan utama yaitu membasahi tanah guna

menciptakan keadaan lembab di sekitar daerah perakaran agar tanaman tumbuh

dengan baik (Kartasapoetra dan Sutejo, 1994).

Faktor-faktor yang menentukan pemilihan metoda pemberian air irigasi

adalah distribusi musiman hujan, kemiringan lereng dan bentuk permukaan lahan,

suplai air, rotasi tanaman dan permeabilitas tanah lapisan bawah. Metoda

pendistribusian air irigasi dapat dibagi ke dalam :

1) Irigasi Permukaan.

2) Irigasi Lapisan Bawah.

3) Sprinkler.

4) Drip atau Trickle (Hakim et al., 1986).

Sistem irigasi bertujuan untuk memindahkan air dari suatu tempat ke daerah

perakaran tanaman dalam bentuk tersedia, cukup jumlahnya, dan pada waktu yang

tepat.

Berdasarkan letak dan fungsinya saluran irigasi teknis dibedakan menjadi :

a. Saluran Primer (Saluran Induk) yaitu saluran yang langsung berhubungan dengan

saluran bendungan, berfungsi untuk menyalurkan air dari waduk ke saluran lebih

kecil.

b. Saluran Sekunder yaitu cabang dari saluran primer yang membagi saluran induk

ke dalam saluran yang lebih kecil (tersier).

c. Saluran Tersier yaitu cabang dari saluran sekunder yang langsung berhubungan

dengan lahan untuk menyalurkan air ke saluran-saluran kwarter.

Page 11: Proposal Praktek Lapangan

d. Saluran kwarter yaitu cabang dari saluran tersier dan berhubungan langsung

dengan lahan pertanian (Najiyati, 1993).

B. Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang

merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari

penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya.

Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai

dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan

sadap serta bangunan pelengkapnya (Ambler,1991).

Jaringan irigasi adalah sarana untuk pengambilan, penyediaan dan pengaturan

air dari sumber air petak sawah yang memerlukan air irigasi dan membuang

kelebihannya. Pada umumnya air irigasi tersebut diambil dari sungai, danau, mata

air atau air tanah. Cara pengambilan air dapat melalui bangunan bendung, pompa

dan pasang surut. Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo (1994), jaringan irigasi terdiri

dari:

1. Jaringan irigasi tersier

Merupakan jaringan air pengairan di petak tersier, mulai air keluar dari

bangunan ukur tersier yang terdiri dari saluran tersier dan saluran kuarter beserta

bangunan pelengkapnya.

2. Jaringan pembuangan atau saluran drainase

Sedangkan berdasarkan kualitas bangunannya, Pasandaran (1991)

mengklasifikasikan jaringan irigasi umumnya menjadi tiga golongan, yaitu:

Page 12: Proposal Praktek Lapangan

a. Jaringan irigasi sederhana atau non teknis, adalah jaringan irigasi yang

bangunan-bangunanya masih sederhana dan terbuat dari tanah. Pembagian dan

pemberian air di jaringan dilakukan dengan cara taksiran dan kebiasaan. Sebagai

contoh adalah irigasi yang berada di daerah Semendo.

b. Jaringan irigasi semi- teknis, adalah jarinagan irigasi yang bangunan-

bangunannya tidak seluruhnya permanen, bangunan ukurannya tidak lengkap.

Pembagian dan pemberian air belum dapat dilakukan dengan tepat.

c. Jaringan irigasi teknis, adalah jaringan irigasi yang seluruh bangunannya

permanen yang dilengkapi dengan pintu-pintu air dan alat-alat ukur debit, serta

dikelola dengan baik. Pembagian dan pemberian air dapat dilakukan dengan

tetap (Direktorat Irigasi II,1990).

1. Bangunan Irigasi

Bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan

air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang terdapat dalam praktek irigasi,

yaitu; 1) bangunan utama, 2) bangunan pembawa, 3) bangunan bagi dan sadap, 4)

bangunan pengatur dan pengukur muka air, 5) bangunan pembuang dan penguras,

serta 6) bangunan pelengkap (Direktorat Jendral Pengairan, 1986).

2. Ketersediaan Air Irigasi

Ketersediaan sumber daya air lahan pertanian potensial semakin langka dan

terbatas. Kondisi sumber daya air yang terbatas, sedangkan kebutuhan air untuk

berbagai kepentingan terus meningkat, menyebabkan permintaan terhadap air

Page 13: Proposal Praktek Lapangan

semakin kompetitif. Pengelolaan daerah pengairan merupakan upaya untuk

mendistribusikan air secara adil dan merata. Namun menurut Rachman (1999),

dalam mekanismenya sering dihadapkan pada beberapa permasalahan mendasar,

yaitu:

1. Jumlah daerah golongan air bertambah tanpa terkendali.

2. Letak petakan sawah relatif dari saluran tidak diperhitungkan dalam distribusi air

dan anjuran teknologi yang berada di bagian hilir.

3. Penyadapan air secara liar dengan pompa berlanjut tanpa sanksi.

4. Pintu air banyak yang tidak berfungsi.

5. Produktivitas padi sangat beragam antara bagian hulu dan hilir.

3. Kebutuhan Air Irigasi dan Pembagian Air Irigasi

Kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan

dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi. Kebutuhan air irigasi merupakan

banyaknya air pengairan yang diperlukan untuk menambah curah hujan efektif yang

ketersediaanya di permukaan tanah terbatas terutama pada musim kemarau untuk

memenuhi keperluan pertumbuhan atau perkembangan tanaman.

Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan

oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal.

Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET),

sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan

lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian Sehingga kebutuhan

air dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi 1987) :

Page 14: Proposal Praktek Lapangan

KAI = ET + KA + KK ………………………………………. (1)

keterangan :

KAI : kebutuhan Air Irigasi

ET : evapotranspirasi

KA : kehilangan air

KK : kebutuhan Khusus

Sawah dikerjakan secara basah dengan tujuan untuk mempermudah

pengolahan tanah. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah meliputi penjenuhan

lapisan tanah, penggenangan permukaan tanah, perkolasi, dan evaporasi (Djunaedi,

1978). Menurut De Datta (1981) dan De Goor (1982), kebutuhan air tanaman padi

sawah dapat dibagi dalam empat komponen, yaitu : 1) air untuk menggenangi sawah,

2) air untuk menjenuhi tanah, 3) air untuk evapotranspirasi, dan 4) air untuk

perkolasi.

Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi terdapat dua sumber utama, yaitu

pemberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Selain itu terdapat sumber lain

yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah perakaran serta

kontribusi air bawah permukaan. Pemberian air irigasi dapat dipandang sebagai

kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah. Kebutuhan air juga

disesuaikan dengan karakteristik tanah, karena setiap tanah memiliki sifat dan

kemampuan dalam menahan air berbeda (Notohadiprawiro et al., 1983).

PAI = KAI - HE – KAT ………………………………………… (2)

Page 15: Proposal Praktek Lapangan

keterangan :

PAI : pemberian air irigasi

KAI : kebutuhan air

HE : hujan efektif

KAT : kontribusi air tanah

Tanaman padi sawah merupakan jenis tanaman yang terdapat di tanah

persawahan dengan kebutuhan airnya diperoleh dari air hujan ataupun dari air irigasi

yang dialirkan ke petak-petak sawah (Kartasapoetra, 1991).

Pembagian air merupakan suatu kegiatan penyaluran air irigasi dari saluran

sekunder ke saluran tersier kemudian dialirkan ke petak- petak sawah. Sistem

pembagian air dapat dibagi menjadi sistem penggolongan dan sistem giliran.

Pembagian air dilakukan pada pola tanam tahap pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan cara penyaluran air di jaringan irigasi terdapat ada dua cara yang

meliputi:

1. Pembagian air secara terus menerus, yaitu dilakukan apabila air di saluran

mencukupi kebutuhan (setinggi air normal). Jika air di bendung mencukupi,

maka pintu air pengambilan dibuka sampai air di saluran mencapai ketinggian

pada batas normal.

2. Pembagian air secara bergilir, yaitu apabila air yang disalurkan tidak mencukupi

kebutuhan lebih kecil dibanding dari kondisi normal.

Page 16: Proposal Praktek Lapangan

Kebutuhan Air di Petak Sawah

Teknis pengairan air di petak sawah bermacam – macam antara lain adalah :

(1) Air yang digunakan untuk mengairi sawah berasal dari sumber air yang telah

ditentukan oleh yang berwenang (Dinas Pengairan dan Dinas Pertanian) dengan

aliran air yang tidak deras.

(2) Air yang masuk ke petak sawah harus dipertahankan agar bisa mengenangi dan

merata, sehingga permukaan tanah terairi dan basah. Pada petak sawah 18 harus

terdapat lubang pemasukan dan lubang pembuangan air yang letaknya

berseberangan agar air yang diperlukan oleh tanaman dapat merata di seluruh

lahan.

(3) Air mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak sawah.

Kotoran yang mengendap dapat digunakan sebagai pupuk dan lumpur sangat

baik untuk tanaman padi sawah.

(4) Genangan air pada ketinggian yang diinginkan dapat membantu pertumbuhan

tanaman padi yang merata pada petak sawah.

(5) Aliran air di dalam petak sawah melalui kedua lubang atau pemasukan dan

pembuangan harus bisa menunjang pertukaran udara di dalam air sehingga dapat

digunakan untuk pernafasan akar-akar tanaman.

Menurut Koesoemah (1981), kebutuhan air selain dipengaruhi oleh jenis

tanaman , juga dipengaruhi oleh : 1) iklim, 2) jenis dan sifat tanah, 3) cara bercocok

tanam, dan 4) cara pemberian air.

Air irigasi yang digunakan untuk mengairi sawah dan ladang pada areal

pertanian dialirkan melalui saluran-saluran irigasi, diantaranya saluran induk, saluran

Page 17: Proposal Praktek Lapangan

primer, saluran sekunder, dan saluran tersier. Pada prakteknya beberapa persen dari

air yang dialirkan melalui saluran-saluran tersebut akan hilang karena:

(1) Menurut Mawardi (1990), evaporasi adalah proses perubahan air (cair) menjadi

uap air karena input energi. Sumber energi untuk evaporasi berasal dari energi

matahari dan angin. Kartasapoetra dan Sutedjo (1994) menyatakan bahwa

makin lebar dan makin panjang saluran pengairan maka kehilangan air

pengairan karena evaporasi akan semakin besar. Dumairy (1992) menyatakan

bahwa nilai suhu air, suhu udara dan sinar matahari berbanding lurus dengan

nilai evaporasi.

(2) Perkolasi merupakan perembesan air ke dalam lapisan tanah bagian dalam,

berlangsung secara vertikal dan horizontal, yang sangat dipengaruhi oleh sifat-

sifat tanah dan kedalaman muka air tanah. Tekstur tanah seperti tanah bertekstur

liat, lempung, lempung berpasir berpengaruh langsung terhadap nilai perkolasi

(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).

(3) Rembesan (seepage losses) yaitu proses peresapan air ke dalam tanah saat

penyaluran air melalui saluran-saluran pengairan. Penyebab utama yang

biasanya terjadi adalah kebocoran pada saluran-saluran pengairan air tersebut.

Penyebab lain adalah disebabkan oleh meresapnya air melalui tanggul sawah.

Perembesan air dan kebocoran air pada saluran pengairan pada umumnya

berlangsung ke samping (horizontal) terutama terjadi pada saluran-saluran

pengairan yang dibangun pada tanah-tanah tanpa dilapisi tembok, sedang pada

saluran yang dilapisi kehilangan air sehubungan dengan terjadinya perembesan

dan bocoran tidak terjadi. Metode yang sangat umum digunakan dalam

Page 18: Proposal Praktek Lapangan

pengukuran rembesan adalah metode inflow-outflow terdiri dari pengukuran

aliran yang masuk dan aliran yang keluar dari suatu penampang saluran yang

dipilihnya. Ketelitian cara ini meningkat dengan perbedaan antara hasil jumlah

aliran masuk dan aliran keluar (Hansen et al., 1992).

Ketepatgunaan penyaluran (efisiensi) air pengairan ditunjukkan dengan

terpenuhinya angka persentase air pengairan yang telah ditentukan untuk sampai di

areal pertanian dari air yang dialirkan ke saluran pengairan. Hal ini sudah termasuk

dengan memperhitungkan kehilangan-kehilangan selama penyaluran (seperti

evaporasi, rembesan dan perkolasi). Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu

utama dari unjuk kerja suatu sistem jaringan irigasi. Rumus efisiensi penyaluran air

dinyatakan sebagai berikut :

𝐸𝑐 = 𝑊𝑓

𝑊𝑟 × 100 % ………………………………….. (1)

keterangan :

Ec : efisiensi irigasi (%)

Wf : jumlah air yang terdapat di areal persawahan (m³)

Wr : jumlah air yang tersedia yang berasal dari reservoir (m³)

Konsep efisiensi pemberian air irigasi yang paling awal untuk mengevaluasi

kehilangan air adalah efisiensi saluran pembawa air. Jumlah air yang masuk dari

pintu pengambilan atau sungai biasanya sangat besar dan saat penyaluran terjadi

kehilangan air pada saluran (Hansen et al., 1992). Kehilangan air masing-masing

dipengaruhi oleh panjang saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan

kedudukan air tanah (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).

Page 19: Proposal Praktek Lapangan

Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir

dari suatu sumber per satuan waktu, biasanya diukur dalam satuan meter kubik per

detik (m3/det) atau liter per detik (L/det). Air irigasi yang masuk ke lahan pertanian

dapat diketahui dengan cara menghitung kapasitas saluran irigasi atau debit air

irigasi, dengan maksud agar pembagian air dalam suatu jaringan irigasi dapat

dilaksanakan secara adil dan merata sehingga air yang dibutuhkan dapat mencukupi.

Dengan bantuan pengukuran tersebut, maka masalah kebutuhan air pengairan dapat

diatasi tanpa menimbulkan permasalahan dimasyarakat petani pemakai air pengairan

(Kartasapoetra dan Sutedjo, 1994).

C. Pengelolaan Jaringan Irigasi

Pengelolaan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan dan

rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi. Pengelolaan sumber daya air bertujuan

meningkatkan kinerja pendistribusian dan pengalokasian air secara efektif dan

efisien. Pembangunan saluran irigasi merupakan penunjang untuk menyediakan

bahan pangan nasional yang sangat diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan

akan terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan

(sungai). Hal tersebut berhubungan dengan usaha teknik irigasi yang memberikan

air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang, dan tepat waktu dengan cara yang efektif

dan ekonomis (Sudjarwadi, 1987).

Menurut ketentuan umum Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang

Irigasi, operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi pada jaringan

irigasi yang meliputi penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, pembuangan,

Page 20: Proposal Praktek Lapangan

dan konservasi air irigasi termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan

irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana

pembagian air, kalibrasi, pengumpulan data, pemantauan dan evaluasi .

Pengelolaan jaringan irigasi adalah kesatuan proses penyadapan air dari

sumber air ke petak- petak sawah serta pembuangan air yang berlebihan sehingga :

a. Air yang tersedia digunakan dan dimanfaatkan secara efektif dan efisien

b. Air yang tersedia dibagi secara adil dan merata

c. Air diberikan ke petak-petak sawah secara tepat sesuai dengan kebutuhan

pertumbuhan tanaman tepat caranya, tepat waktunya dan tepat jumlahnya

d. Akibat-akibat negative yang mungkin ditimbulkan oleh air dapat dihindarkan.

Terdapat beberapa permasalahan yang timbul dalam kegiatan pengelolaan

jaringan irigasi, yaitu jumlah air bertambah tanpa terkendali, letak petak sawah dari

saluran tidak diperhitungkan dalam pendistribusian air, kebutuhan air yang tersedia

di bendung tidak sesuai dengan pembagian air di saluran akibat kehilangan air,

penyadapan air secara liar, pintu air banyak yang tidak berfungsi, produktivitas

tanaman yang beragam dari hulu ke hilir, serta kerusakan-kerusakan yang timbul

pada saluran irigasi.

Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan jaringan

irigasi yaitu : 1) kegiatan pengumpulan data, meliputi data: data hidrologi antara lain

data debit air tersedia. 2) Penyediaan air irigasi dan pengaturan air irigasi dimulai

dari air yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang berasal dari air

hujan dan dari sumber air (sungai, waduk, mata air, air tanah) yang dipompa.

Page 21: Proposal Praktek Lapangan

III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu

Praktik Lapangan ini akan dilaksanakan pada Bulan Oktober 2011, di

Bendung Perjaya OPSDA II Kecamatan Martapura, Kabupaten Ogan Komering Ulu

Timur, Sumatera Selatan.

B. Metode Pelaksanakan

Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan praktik lapangan di

Bendung Perjaya ini adalah metode wawancara, studi pustaka dan observasi

langsung ke lapangan. Berdasarkan metode-metode tersebut akan dilakukan

pengolahan data dan analisis data.

1. Metode Wawancara (Interview)

Metode ini dilakukan melalui wawancara dengan pihak perusahaan dan

pegawai yang berhubungan dengan masalah, serta pihak-pihak lain yang dianggap

mengetahui banyak tentang data yang dibutuhkan.

2. Metode Pengamatan (Observasi)

Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan

dalam bentuk kunjungan langsung ke lokasi Bendungan Perjaya dan menganalisis

hasil pengamatan, yang didapat dari Bendungan Perjaya maupun lingkungan

sekitarnya serta ikut dalam proses kerja.

Page 22: Proposal Praktek Lapangan

3. Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka ini dilakukan untuk menambah dan menunjang data-

data yang diperoleh dari metode wawancara (interview) dan metode pengamatan

(observasi).

4. Praktik Kerja Langsung

Praktik kerja dilakukan di Bendungan Perjaya dan dibimbing oleh staf atau

karyawan yang menangani bidangnya masing-masing maupun masyarakat yang ada

di daerah tersebut agar penulis dapat lebih memahami keadaan yang ada di daerah

Bendungan Perjaya sehingga data-data yang diperlukan untuk laporan praktik

lapangan ini dapat lebih akurat.

Page 23: Proposal Praktek Lapangan

IV. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan Laporan Praktik Lapangan yang berjudul

”Pengelolaan Jaringan Irigasi Pada Saluran Primer Komering OPSDA II Balai

Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII” adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Praktik Lapangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Irigasi

B. Jaringan Irigasi

C. Pengelolaan Jaringan Irigasi

III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu

B. Metode Praktik Lapangan

C. Data-data yang diamati

IV. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

B. Lokasi Daerah

C. Keadaan Iklim dan Topografi

Page 24: Proposal Praktek Lapangan

V. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN

A. Permasalahan

B. Pembahasan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 25: Proposal Praktek Lapangan

DAFTAR PUSTAKA

Ambler, J. S. 1991. Irigasi di Indonesia. LP3ES, Jakarta.

De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. Jhon Wiley and

Sons Inc., New York.

De Goor Van. 1982. Irrigation Requirement For Double Cropping of Low Land In

Malaya. ILRI., Wageningen The Netherlands.

Djunaedi, S. 1978. Tata Guna Air Pada Tingkat Usaha Tani. Departemen Pekerjaan

Umum, Yogyakarta.

Direktorat Irigasi II. 1990. Aspek Perkumpulan Petani Pemakai Air. Dalam makalah

penataran tat guna air kelompok C anghkatan IX. Dirjen pengairan DPU.

Sumatra selatan.

Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP. 01-05).

Departemen Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung.

Direktorat Jendral Pertanian. 1986. Standar Perencanaan Irigasi. Departemen

Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung.

Doorenbos, J., and W.O. Pruit,. 1984. Guidelines For Predicting Crop Water

Requirement. FAO. Rome.

Dumairy. 1992. Ekonomika Sumber Daya Air. BPFE. Yogyakarta.

Hakim, N,. Nyakpa, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Balley. 1986.

Dasar-dasar Ilmu Tanah. UNILA. Lampung.

Hansen, V.E., O.W. Israelsen, dan G.E. Stringham. 1992. Irrigation Principles and

Practices. Jhon Wiley and Sons, New York.

Koesoemah, G. 1981. Irigasi Sumur Bandung, Bandung.

Kartasapoetra, A.G. 1991. “ Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi “. Bumi Aksara.

Jakarta.

Kartasapoetra, A. G., dan M. Sutedjo. 1994. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi.

Bumi Aksara.

Mawardi, M. 1990. Hidrologi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian UGM,

Yogyakarta.

Page 26: Proposal Praktek Lapangan

Najiyati, S. 1993. Sistem Penyaluran Air Dalam Dampak Petunjuk Mengairi

Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Notohadiprawiro, T., S. Soekodarmodjo, S. Wisnubroto, E. Sukana dan M. Dradjad.

1983. Pelaksanaan Irigasi Sebagai Salah Satu Unsur Hidromeliorasi Lahan.

Makalah Diskusi Panel UGM-DPU di FP-UGM Yogyakarta tanggal 16-18

Maret 1983. (online), 4(1): 1-2. (http://www.faperta.ugm.ac.id, diakses 20

Juli 2010).

Pusposutardjo, S. 1990. Azaz Dasar Rancangan Rekayasa Jaringan Irigasi Materi

Kursus Singkat Pemahaman Azaz Rekayasa Sistemirigasi di Indonesia.

Fakultas Teknik Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Pawitan, H. 1999. Mengantisipasi Krisis Air Nasional Memasuki Abad 21. Makalah

Utama Pada Seminar Kebutuhan Air Bersih dan Hak Azasi Manusia di

Bogor, tanggal 25 Februari 1999.

Rachman, B. 1999. Analisis Kelembagaan Jaringan Tata Air dalam Meningkatkan

Efisiensi dan Optimasi Alokasi Penyaluran Air Irigasi di Wilayah

Pengembangan IP Padi 300, Jawa Barat. PPS-IPB, Bogor. Hlm. 90-95.

Salim, M. 2007. Peranan Saluran Irigasi Bendung Pesayangan untuk Mencukupi

Kebutuhan Tanaman Padi Petak Sawah di Kecamatan

Talang, Kabupaten Tegal. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Semarang. Semarang.

Sudjarwadi. 1987. Teknik Sumber Daya Air. Diktat Kuliah Jurusan Teknik Sipil

UGM. Yogyakarta.

Page 27: Proposal Praktek Lapangan

LAMPIRAN

Page 28: Proposal Praktek Lapangan

KUISIONER

Keadaan Umum Perusahaan ( Bendungan Perjaya )

A. Sejarah Singkat Perusahaan (Bendungan Perjaya)

1. Kapan perusahaan (Bendungan Perjaya) didirikan ?

2. Dimana lokasi perusahaan (Bendungan Perjaya) ?

B. Tata Letak Perusahaan (Bendungan Perjaya)

1. Berapa luas areal bangunan (Bendungan Perjaya) ?

2. Apa tata letak perusahaan (Bendungan Perjaya) ini mengalami perubahan dari

sejak didirikan sampai sekarang ?

C. Struktur Organisasi Perusahaan (Bendungan Perjaya)

1. Bagaimana struktur dan sistem organisasi perusahaan (Bendungan Perjaya) ?

2. Berapa Jumlah tenaga kerja ?

Pengelolaan Jaringan Irigasi

A. Kebutuhan Air (Bendungan Perjaya)

1. Berapa kebutuhan air per musim untuk irigasi ?

2. Berapa luas pelayanan air untuk irigasi ?

3. Berapa kebutuhan air irigasi per musim untuk jenis tanaman padi dan

palawija ?

4. Berapa kapasitas keperluan air yang dibutuhkan oleh setiap P3A ?

5. Berapa besar kapasitas penyediaan air pada bendung untuk kebutuhan air

pada saluran ?

Page 29: Proposal Praktek Lapangan

B. Pembagian air

1. Ketersedian air dalam berdasarkan kapasitas bendung ?

2. Pembagian air untuk memenuhi kebutuhan P3A ?

3. Pembagian air pada jaringan primer ?

4. Penentuan rencana kebutuhan air di pintu pengambilan ?

5. Pencatatan debit saluran dan debit bendung ?

6. Layanan pembagian air dari pengamat dalam mengaliri air ke petak sawah ?

C. Jadwal Pengoperasian (Bendungan perjaya)

1. Bagaimana jadwal operasi pintu saluran irigasi ?

a. Normal

- Harian

- Mingguan

- Bulanan

b. Emergensi

- Harian

- Mingguan

- Bulanan

2. Berapa panjang saluran air irigasi (primer, sekunder, tersier) ?

3. Tahap-tahap dalam pengelolaan jaringan irigasi ?

4. Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pengelolaan jaringan irigasi ?

Page 30: Proposal Praktek Lapangan

Martapura,

Mengetahui,

Pembimbing

Jurnal Jadwal Kegiatan

Praktik Lapangan di Daerah Irigasi Komering

Nama : Dora Erlisa

Tanggal Kegiatan Tempat Paraf Pembimbing