Proposal PKL
-
Upload
adietija-bagoes -
Category
Documents
-
view
1.105 -
download
28
Transcript of Proposal PKL
TATA LAKSANA SANITASI UNTUK PENANGANAN SUSU SAPI SEGAR DI KOPERASI SUSU GETASAN
KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG
Usulan Praktek Kerja Lapangan
Oleh:
Nama: Donny Feri IrawanNIM : H2E 007 018
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAKJURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS DIPONEGORO
2010
JUDUL: TATA LAKSANA SANITASI UNTUK PENANGANAN SUSU SAPI SEGAR DI KOPERASI SUSU GETASAN, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG.
LATAR BELAKANG
Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nutrisi yang lengkap yang
dapat di cerna dengan kandungan protein, lemak, mineral dan vitamin yang tinggi.
Tingginya kandungan gizi pada susu menyebabkan susu mudah rusak, maka perlu
adanya suatu penanganan untuk memperpanjang daya simpan susu. Salah satu
cara untuk memperpanjang daya simpan yaitu dengan pasteurisasi susu pada suhu
62 °C selama 30 menit atau 72 °C selama 15 menit. Pada proses pasteurisasi,
mikroorganisme patogen dapat dimusnahkan, tetapi mikroorganisme non patogen,
khususnya mikroba pembusuk tidak dapat dimusnahkan.
Produk susu yang aman dikonsumsi harus bebas dari bahaya biologis,
kimia, dan fisik yang membahayakan bagi kesehatan manusia. Cara untuk
menghindari kontaminasi dari bahaya-bahaya tersebut maka diperlukan suatu
sanitasi yang baik dalam proses penanganan atau pengolahan susu. Sanitasi
merupakan kondisi dan kebersihan permukaan peralatan yang dipakai langsung
untuk pangn termasuk perlengkapan pengolahan, sarung tangan dan pakaian
pekerja. Program sanitasi yang baik umumnya dijabarkan ke dalam prosedur
standar yang dikenal sebagai Standard Sanitation Operation Prosedure (SSOP).
SSOP yang disusun dengan baik merupakan acuan bagi pelaksanaan sanitasi dan
higiene di industri pangan. Sanitasi yang dilakukan meliputi sanitasi bahan baku,
peralatan, pekerja, kesehatan pekerja, lingkungan pekerja dan pengendalian
hama..
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk
mengetahui apakah tatalaksana kegiatan sanitasi di Koperasi Susu Getasan sudah
sesuai dengan prinsip-prinsip “Sanitation Standard Operating Procedures” (SSOP)
serta mempelajari cara sanitasi yang baik untuk penanganan susu.
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah
untuk mendapatkan gambaran secara langsung tentang kegiatan sanitasi di KUD
Getasan
.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Susu
Susu adalah cairan berwarna putih yang disekresikan oleh kelenjar mamae
(ambing) pada mamalia betina untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi
anaknya (Winarno dan Fernandez, 2007). Suardana dan Swacita (2009)
mengemukakan bahwa definisi susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi
yang sedang laktasi, atau ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari
pemerahan secara sempurna (tidak termasuk kolostrum), dengan tanpa
penambahan atau pengurangan suatu komponen.
Standar Susu
Kualitas susu segar menurut SNI 01-3141-1998 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Standar Mutu Susu Segar (SNI 01-3141-1998)
Sifat Susu NilaiBerat Jenis (pada suhu 27,5 °C)Kadar lemakKadar BKTLKadar proteinWarna, bau, rasa dan kekentalanDerajat asamUji alkohol (70%)Uji katalaseAngka refraksiAngka reduktaseCemaran mikroba maksimum
Total kumanSalmonellaE. coliColiformStreptococcus group BStreptococcus aureus
Jumlah sel radangCemaran logam berbahaya maksimal :
Timbal (Pb)Seng (Zn)Merkuri (Hg)Arsen (As)
Kotoran dan benda-benda asingResidu : Antibiotika Pestisida/insektisida
Uji pemalsuanTitik bekuUji peroksidase
Minimal 1,0280Minimal 3,0%Minimal 8,05%Minimal 2,75%Tidak ada perubahan6-7° SHnegatifmaksimum 3 ml36-382-5 jam
1 x 106 CFU/mlnegatifnegatif20 CFU/mlNegatif1 x 102 / mlmaksimum 4 x 105 Sel/ml
0,3 ppm0,5 ppm0,5 ppm0,5 ppmnegatif
Sesuai dengan peraturan keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian yang berlakunegatif-0,5 s/d -5,6 °Cpositif
Komposisi utama susu menurut Buckle et al., (2007) adalah air, protein,
lemak, laktosa, vitamin dan mineral. Komposisi dari bahan penyusun susu
bervariasi tergantung bangsa sapi, jumlah maupun komposisi makanan yang
diberikan, waktu laktasi dan umur sapi. Selain hal tersebut komposisi susu juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar, seperti pemalsuan susu dengan air atau
bahan lain, kegiatan bakteri atau kurang merata dalam pengadukan. Semua jenis
sapi perah dengan semua kondisi mempunyai komposisi susu rata-rata sebagai
berikut: lemak 3,9%; protein 3,4%; laktosa 4,8%; mineral 0,72% dan air 87,90%.
Susu mengandung zat lain tetapi dalam jumlah yang sedikit seperti sitrat, enzim-
enzim, fosfolipid, vitamin A, vitamin B dan vitamin C. Adapun syarat susu yang
baik meliputi banyak faktor, seperti warna, rasa, bau, berat jenis, kekentalan, titik
beku, titik didih, dan tingkat keasaman.
Kerusakan Susu
Faktor pertama penyebab kerusakan susu adalah mikroba. Mikroba
patogen yang umum mencemari susu adalah E. coli. SNI mensyaratkan bakteri E.
coli tidak terdapat dalam susu dan produk olahannya. Menurut pendapat dari
Buckle et,. Al (2007) selain E.coli, beberapa bakteri patogen yang umum
mencemari susu segar adalah Brucella sp., Bacillus cereus, Shigella, Salmonella
sp., dan Staphylococcus aureus. Pencegahan kerusakan susu dapat dilakukan
dengan pengaturan suhu sehingga mikroba tidak dapat tumbuh, yaitu dengan
menurunkan suhu susu dibawah 4°C atau menaikkan suhu susu diatas 60°C. SNI
(Standar Nasional Indonesia 01- 6366 tahun 2000) mensyaratkan ambang batas
cemaran mikroba yang maksimum di dalam susu adalah 3 x 104 CFU/g.
Kerusakan protein pada pengolahan susu dapat berupa terbentuknya
pigmen coklat (melanoidin) akibat reaksi Millard. Reaksi Millard adalah reaksi
pencoklatan non enzimatik yang terjadi antara gula dan protein susu akibat proses
pemanasan yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama seperti pada proses
pembuatan susu bubuk. Reaksi pencoklatan tersebut menyebabkan menurunnya
daya cerna protein (Astawan, 2008). Kerusakan susu dapat terjadi karena berbagai
macam cara baik dari kontaminasi fisik, kimia, dan biologin. Oleh karena itu
sangat diperlukan kegiatan sanitasi yang tepat. Usaha sanitasi yang tepat sangat
berpangaruh pada mutu dan kualitas susu yang diperoleh (Hatmono, 2008).
Sanitasi
Sanitasi merupakan upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh
dan berkembangbiaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan,
minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan
membahayakan manusia (UU No. 7 Tahun 1996). Sanitasi juga dapat di jabarkan
sebagai cara untuk pencegahan pencemaran terhadap makanan selama kegiatan
penanganan, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sanitasi dilakukan dengan
tujuan melindungi kesehatan masyarakat melalui pengurangan atau penghilangan
cemaran dalam bahan makanan (Hariadi dan Dewanti, 2009). Menurut pendapat
Fathonah (2005) bahwa sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan
penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan
yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut. Dalam sanitasi
industri terdapat delapan kunci “Sanitation Standard Operating Procedures”
(SSOP) yaitu sanitasi bahan baku, sanitasi peralatan, penggunaan bahan sanitaiser,
sanitasi karyawan, kesehatan karyawan, sanitasi lingkungan, pengendalian hama,
dan kontaminasi silang.
Sanitasi Bahan Baku
Susu pada umumnya mengandung bakteri patogen dan pembusuk. Oleh
karena itu sebaiknya dalam penanganan susu dilakukan proses sanitasi pada susu.
Sanitasi pada susu dapat dilakukan dengan cara pasteurisasi dan sterilisasi.
Pasteurisasi merupakan cara pengolahan susu sederhana dengan pemanasan pada
suhu 62 °C selama 30 menit atau 72 °C selama 15 menit yang bertujuan untuk
membunuh bakteri patogen (Winarno dan Fernandez, 2007). Susu sterilisasi
adalah susu yang telah mengalami proses sterilisasi. Sterilisasi adalah pemanasan
susu pada suhu dan waktu tertentu. Sterilisasi biasanya dilakukan pada suhu tinggi
yaitu 121 °C dengan tekanan 15 psi selama 10 detik atau 134 °C selama 1 detik.
Tujuan sterilisasi adalah membunuh semua bakteri yang tahan terhadap panas
tanpa merusak kandungan susu (Suardana dan Swacita, 2009). Pertumbuhan
bakteri sangat cepat, jumlah kecil pada awal pemerahan dapat berkembang hingga
merusak dan menurunkan kualitas susu. Karena itu, pertumbuhan kuman perlu
ditekan. Salah satu cara yang efektif menekan pertumbuhan kuman adalah melalui
pendinginan. Susu dalam wadahnya dapat ditempatkan sementara pada bak
berlapis seng atau aluminium, diisi dengan timbunan es batu, dibubuhi garam
dapur, dan serbuk gergaji (Hatmono, 2008).
Sanitasi Peralatan
Semua peralatan yang digunakan dalam pengolahan susu sebaiknya di
desain dengan baik. Pembersihan dan sanitasi peralatan yang digunakan
dilakuakan dengan deterjen dan air panas, serta dapat pula menggunakan larutan
kimia (Suardana dan Swacita, 2009). Program sanitasi peralatan yang efektif
menuntut sarana pengolahan dengan alat yang dirancang dan ditempatkan dengan
baik agar memudahkan proses pembersihan dan sanitasi. Secara umum sanitasi
peralatan dilakukan dengan metode membersihkan semua kotoran yang tersisi
pada peralatan (Hariadi dan Dewanti, 2009).
Penggunaan Bahan Sanitaiser
Faktor yang kedua, kerusakan susu bisa terjadi akibat kontaminasi bahan
kimia. Dalam hal ini kasus yang menyebabkan bayi-bayi di Cina mengalami sakit
ginjal, terindikasi akibat perlakuan sengaja produsen susu menambahkan melamin
yang seharusnya tidak digunakan pada bahan pangan. Faktor lainnya, kontaminasi
bahan kimia ke dalam susu bisa terjadi akibat faktor kelalaian manusia. Seperti
sisa bahan kimia pembersih peralatan produksi yang tercampur tanpa sengaja,
hingga akhirnya terakumulasi ke dalam susu dan ikut terkonsumsi.
Sanitasi Karyawan
Sanitasi dan higiene pekerja juga perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan
karena pekerja merupakan sumber potensial dalam perpindahan cemaran. Jadi
program sanitasi dan higiene pekerja adalah hal yang mutlak. Sanitasi pekerja
meliputi kesehatan pekerja, kebersihan tubuh pekerja sampai kebersihan semua
perlengkapan yang digunakan oleh pekrja (Hariadi dan Dewanti, 2009). Sanitasi
pekerja juga ditetapkan oleh UU no 7, Tahun 1996 yang menyatakan bahwa orang
perseorangan yang menangani secara langsung dan atau secara langsung berada di
lingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau
peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi.
Kesehatan Pekerja
Kesehatan pekerja merupakan hal terpenting dalam penanganan produk,
karena pekerja melakukan kontak langsung dengan produk. Oleh karena itu,
kesehatan pekerja perlu di periksakan setahun sekali atau enam bulan sekali guna
menjaga keamanan produk pangan dari kontaminasi langsung dari pekerja
(Fathonah, 2005). Dwiloka et al., (2005) menambahkan bahwa sanitasi pekerja
dan kesehatan pekerja merupakan syarat yang harus diperhatikan dalam sanitasi.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan membiasakan pekerja untuk menjaga
kebersihan toilet dan menyucihamakan tangan setelah menggunakan toilet.
Kesehatan karyawan juga harus diperhatikan guna mencegah terjadinya
kontaminasi mikroba pada pangan, dan semua peralatan yang berhubungan
langsung dengan pangan.
Sanitasi Lingkungan
Pembersihan sanitasi dinding, atap dan lantai ruang pengolahan pangan
hanya boleh diberlakukan dengan senyawa kimia pembersih yang diizinkan untuk
digunakan pada permukaan yang kontak langsung dengan makanan. Saat
dilakukan sanitasi perlu diperhatikan agar bahan pembersih tidak terkena bahan
pangan. Sanitasi lingkungan kerja sebaiknya dilakukan setiap hari sebelum dan
sesudah kegiatan. Sanitasi lingkungan juga erat kaitannya dengan upaya
pengendalian binatang pengganggu (Hariadi dan Dewanti, 2009). Sanitasi
lingkungan meliputi sanitasi kandang, terutama bagian lantai, harus diperhatikan.
Sebelum memerah, kandang harus bersih sehingga bebas dari pencemaran kuman.
Dalam keadaan kotor, angin dan gerakan ekor sapi memudahkan kotoran masuk
ke wadah air susu (Hatmono, 2008).
Pengendalikan Hama
Pengendalian hama merupakan hal yang penting dilakukan dalam sanitasi.
Karena hama dapat menjadi sumber kontaminasi untuk bahan pangan, seperti :
tikus, kecoa, dan lalat. Menurut pendapat Fathonah (2005) bahwa lingkungan
yang berhubungan langsung dengan bahan pangan haruslah bersih dan terhindar
dari hama atau binatang pengganggu.
Kontaminasi Silang
Kontaminasi silang terjadi disebabkan oleh sisa bahan organik yang masih
menempel pada peralatan produksi saat proses pencucian. Menurut pendapat
Buckle et al., (2007) bahwa dalam melakukan pembersihan peralatan harus
dilakukan sebaik mungkin, jangan sampai meninggalkan sisa. Pencucian dapat
peralatan dilakukan hanya dengan air biasa atau juga bisa dibantu dengan bahan
pembersih lainnya, seperti deterjen.
MATERI DAN METODE
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama dua minggu yang dimulai
dari tanggal 12-25 Juli 2010 di Koperasi Susu Getasan, Desa Somogawe, Kec.
Getasan, Kab. Semarang.
Materi
Materi yang digunakan dalam praktek kerja lapangan (PKL) adalah
seluruh data, kegiatan dan peralatan yang berhubungan dengan tatalaksana
kegiatan sanitasi yang dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Getasan.
Metode
Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapangan adalah metode
partisipasi aktif dengan cara praktek dan mencatat data serta wawancara langsung
dengan kepala koperasi unit desa dan karyawan. Pengamatan data primer meliputi
keadaan umum perusahaan, penerimaan susu, prosedur sanitasi, sedangkan data
sekunder berasal dari catatan yang ada di perusahaan dan studi pustaka. Data yang
diperoleh dari pengamatan primer dan sekunder akan diolah dan dibandingkan
dengan pustaka sehingga didapat suatu kesimpulan.
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Tabel 2. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
KegiatanJuli2010
Agustus2010
2 3 4 1 2 3 4Pelaksanaan X XPengolahan data X X XPenyusunan Laporan X X X XKonsultasi X X X XUjian X
Keterangan : 1: minggu pertama 3: minggu ketiga2: minggu kedua 4: minggu keempat
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M. 2008. Upaya penyelamatan gizi pada susu. (http://momsnbabies. Wordpress.com/2008/07/23/proses-uht-upaya-penyelamatan-gizi-pada-susu). Diakses tanggal 8 Juli 2010 pukul 22.30 WIB.
Buckle K. A, R. A. Edward. W. R. Day, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 2007. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. (Diterjemahkan oleh H. Purnomo dan Adiono)
Dwiloka, B. Nurwantoro dan Soepardie. 2005. Pengwasan Mutu Hasil Ternak. Laboratorium Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Fathonah, S. 2005. Higien dan Sanitasi Makanan. Universitas Negeri Semarang Press. Semarang.
Hariadi, P dan Dewayanti R. H. 2009. Memproduksi Pangan Yang Aman. P.T. Dian Rakyat. Jakarta.
Hatmono, H. 2008. Teknik Sanitasi Susu bagi Peternak. (http://tech.groups.yahoo .com/group/berkebun/message/225) Diakses tanggal 8 Juli 2010 pukul 22.40 WIB.
SNI 01-3141-1998. Standar Mutu Susu Segar. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
SNI 01- 6366-2000. Standar Kandungan Mikroba Susu Segar. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Suardana, I.W. dan I. B. N. Swacita. 2009. Higiene Makanan. Udayana University. Press, Denpasar.
Winarno, F. G. dan I. E. Fernandez. 2007. Susu dan Produk Fermentasinya. M-BRIO Press, Jakarta.
Undang-Undang Dasar 1996 Tentang Pangan
Daftar Kuisioner
I. Keadaan Umum dan Kondisi Perusahaan
1. Identitas Perusahaan
- Nama perusahaan
- Sejarah perusahaan
- Bentuk perusahaan
- Tanggal didirikan
2. Bangunan Perusahaan
- Lokasi perusahaan
- Luas area perusahaan
- Tata letal perusahaan
- Denah perusahaan
3. Produk yang Dihasi
- Rata-rata produksi per hari
4. Susunan Organisasi Perusahaan
- Kepemilikan perusahaan
- Karyawan perusahaan
II. Kegiatan Sanitasi
1. Jadwal sanitasi
2. Sistem sanitasi yang dilakukan
3. Macam sanitasi yang dilakukan
4. Sanitasi peralatan
- Alat-alat yang digunakan dalam proses pengolahan, jumlah, prinsip
kerja dan fungsinya
- Alat transportasi yang digunakan
- Syarat peralatan produksi
- Peralatan sanitasi dan fungsinya
- Cara pencucian peralatan produksi
5. Bahan sanitaiser
- Bahan sanitaiser yang digunakan
- Penanganan sisa bahan sanitaiser
- Aturan pemakaian bahan sanitaiser
- Syarat bahan sanitaiser
- Manfaat dan kekurangan bahan sanitaiser
6. Sanitasi lingkungan
- Sanitasi dinding, lantai, dan atap
- Pembuangan limbah
- Pembersihan sisa kegiatan produksi
7. Sanitasi pekerja
- Syarat kebersihan pekerja
- Peralatan yang harus digunakan pekerja
- Perlakuan untuk menjaga kebersihan pekerja
8. Kesehatan pekerja
- Syarat pekerja yang sehat
- Perlakuan pada pekerja yang sakit menular
- Jadwal cek kesehatan pekerja
9. Sanitasi bahan baku
- Asal susu segar
- Uji yang dilakukan
- Metode penanganan
- Standar kualitas penarimaan susu segar
- Metode penyimpanan
- Suhu penyimpanan
- Lama penyimpanan
- Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan serta fungsinya
- Cara penanganan susu saat dikirimkan
10. Pengendalian hama
- Pencegahan terhadap hama
- Bahan atau peralatan untuk mencegah hama
11. Kontaminasi silang
- Ciri-ciri peralatan yang sudah tak layak pakai
- Pencegahan terjadinya kontaminasi silang