Proposal Pkl Kap 24

19
Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini bidang Ilmu geologi mulai memiliki peranan sangat penting dikalangan masyarakat, khususnya informasi mengenai kondisi geologi yang berkembang di daerah tersebut. Dari perkembangan dan kemajuan ilmu ini akan mendorong para ahli untuk melakukan penelitian secara regional. Oleh sebab itu masih diperlukan suatu penelitian yang lebih detail guna melengkapi data geologi yang telah ada mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi serta aspek geologi teraplikasi lainnya. Pemetaan adalah kegiatan pengambilan data geologi selengkap mungkin yang terdapat dilapangan. Data yang diambil dilapangan meliputi data pengukuran Strike/Dip , litologi, pengukuran plunge/trench dan pitch untuk struktur (sesar, kekar, lipatan), stratigrafi dan pengamatan geomorfologi. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diplot didalam peta geologi dan peta geomorfologi, sehingga dapat menentukan dan mendapatkan batas satuan batuan pada peta geologi dan satuan morfologi pada peta geomorfologi. Peta geologi adalah peta yang memberikan gambaran mengenai seluruh penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna atau symbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat di dalamnya dapat memberikan pencerminan dalam tiga dimensi mengenai susunan batuan di bawah permukaan. Petageomorfologi adalah peta yang memberikan gambaran mengenai morfologi saat ini sehingga dapat dijadikan sebagai sarana interpretasi awal yang mencakup pola kelurusan, pola sungai dan zona longsoran dari suatu kawasan.

description

pkl 3x4

Transcript of Proposal Pkl Kap 24

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Saat ini bidang Ilmu geologi mulai memiliki peranan sangat penting

    dikalangan masyarakat, khususnya informasi mengenai kondisi geologi yang

    berkembang di daerah tersebut. Dari perkembangan dan kemajuan ilmu ini akan

    mendorong para ahli untuk melakukan penelitian secara regional. Oleh sebab itu

    masih diperlukan suatu penelitian yang lebih detail guna melengkapi data geologi

    yang telah ada mencakup kondisi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi serta

    aspek geologi teraplikasi lainnya.

    Pemetaan adalah kegiatan pengambilan data geologi selengkap mungkin

    yang terdapat dilapangan. Data yang diambil dilapangan meliputi data pengukuran

    Strike/Dip , litologi, pengukuran plunge/trench dan pitch untuk struktur (sesar,

    kekar, lipatan), stratigrafi dan pengamatan geomorfologi. Berdasarkan data

    tersebut, maka dapat diplot didalam peta geologi dan peta geomorfologi, sehingga

    dapat menentukan dan mendapatkan batas satuan batuan pada peta geologi dan

    satuan morfologi pada peta geomorfologi.

    Peta geologi adalah peta yang memberikan gambaran mengenai seluruh

    penyebaran dan susunan dari lapisan-lapisan batuan dengan memakai warna atau

    symbol, sedangkan tanda-tanda yang terlihat di dalamnya dapat memberikan

    pencerminan dalam tiga dimensi mengenai susunan batuan di bawah permukaan.

    Petageomorfologi adalah peta yang memberikan gambaran mengenai morfologi

    saat ini sehingga dapat dijadikan sebagai sarana interpretasi awal yang mencakup

    pola kelurusan, pola sungai dan zona longsoran dari suatu kawasan.

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 2

    2. Maksud dan Tujuan

    Maksud dan tujuan yang utama pada kegiatan PKL ini adalah sebagai

    syarat untuk menyelesaikan program studi strata satu (S1) di Teknik Geologi

    Universitas Jenderal Soedirman.

    Adapun maksud dari penelitian ini adalah pembuatan peta lintasan dengan

    skala 1 : 25.000, peta geomorfologi dengan skala 1 : 25.000, peta geologi dengan

    skala 1 : 25.000 dan pembuatan kolom stratigrafi dari data yang didapat atau

    diambil dilapangan.

    Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menentukan dan mengetahui

    daerah penelitian dengan merekontruksi sejarah pembentukan atau sejarah

    geomorfologi, merekonstruksi sejarah tektonik dalam ruang dan waktu,

    merekonstruksi sejarah geologi berdasarkan analisis mikropaleontologi.

    3. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian masuk ke dalam peta geologi regional lembar

    Purwokerto-Tegal. Lokasi penelitian berada didaerah Pedagung dan sekitarnya,

    Kecamatan Bantar Bolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Pada peta daerah

    penelitian ditandai dengan kotak berwarna hitam. Posisi geografis daerah ini UTM

    WGS 84 Easting: 325500329000 dan Northing: 92165009219000 .Daerah

    penelitian memiliki luas 12 km2 (4 X 3 km) meliputi : Desa Pedagung, Desa

    Suru, Desa Gunung Batu, dan Desa Pasir.

    Daerah penelitian dapat dicapai dengan alat transportasi darat ( Sepeda

    Motor ). Waktu yang ditepuh dari kampus Purbalingga hingga daerah Kecamatan

    Belik adalah 2 jam dengan jarak tempuh 35,3 km.

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 3

    Gambar 1.1 Peta geologi regional daerah penelitian (diambil dari Peta Geologi Lembar

    Purwokerto-Tegal, Jawa. Oleh M.Djuri, H.Samodra, T.C. Amin & S.Gafoer)

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 4

    Gambar 1.2 Lokasi Kapling Daerah Penelitian berdasarkan Peta Jawa Tengah dan SRTM.

    4. Batasan Masalah

    Bahasan utama penelitian ini adalah menyangkut tentang pemetaan

    geologi umum daerah penelitian. Dengan demikian penelitian ini diberi judul

    Pemetaan Geologi Daerah Pedagung Dan Sekitarnya Kecamatan Bantar Bolang

    Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.

    5. Hasil yang Diharapkan

    Dengan melakukan pemetaan geologi didaerah Pedagung dan sekitarnya,

    peneliti berharap dapat mengetahui lingkungan pengendapan serta umur dari

    Formasi Formasi yang terdapat di daerah penelitian, yang semuanya itu dapat

    diketahui dengan analisis laboratorium (mikropaleontologi dan petrografi). Selain

    itu, dari hasil-hasil analisis tersebut kita dapat menceritakan sejarah geologi

    pembentukan daerah Pedagung dan sekitarnya.

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 5

    BAB II

    GEOLOGI REGIONAL

    1. Fisiografi Regional

    Gambar 2.1Fisiografi Jawa Tengah-Jawa Timur (Van Bemmelen, 1949)

    Secara fisiografis Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Tengah

    dengan enam satuan (Gambar 2.1 ), yaitu Satuan Gunungapi Kuarter, Dataran

    Aluvial Jawa Utara, Antiklinorium Bogor-Serayu Utara-Kendeng, Depresi Jawa

    Tengah, Pegunungan Serayu Selatan, Pegunungan Selatan.

    Dataran pantai Utara

    Di Jawa Tengah, zona ini mempunyai lebar maksimum 40 km di Selatan

    Brebes. Lembah Pemali ini memisahkan zona Bogor (Bogor Range) dari Jawa

    Barat dengan Pegunungan Utara dari Jawa Tengah. Ke arah Timur dataran pantai

    ini makin menyempit + 20 km di sebelah Selatan Purbalingga dan kemudian

    menghilang seluruhnya di sebelah Timur Pekalongan. Dataran tinggi merupakan

    dataran yang ditumbuhi gunungapi Kuarter yang sebagian menjorok ke laut.

    Antara Weleri dan Kaliwungu, dataran ini muncul kembali, dibentuk oleh

    hamparan endapan aluvial dari sungai Bodri yang mengalami pertumbuhan maju

    ke arah Laut Jawa.

    Pegunungan Serayu Utara

    Zona ini menempati bagian utara Jawa tengah dan membentuk rantai

    penghubung antara zona Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di

    Lokasi Penelitian

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 6

    Jawa Timur. Di bagian Barat dibatasi oleh Gunung Slamet (3429 m) dan bagian

    Timur tertutup oleh hasil endapan vulkanik muda dari Gunung Regojembang

    (2177 m), Komplek Dieng (Gunung Prahu, 2566 m) dan Gunung Ungaran (2050

    m). Garis batas dengan zona Bogor adalah Prupuk-Bumiayu-Ajibarang.

    Zona Depresi Sentral

    Zona ini menempati bagian tengah dari Jawa Tengah dan dikenal dengan

    nama Lembah Serayu. Lembah ini memisahkan antara Pegunungan Serayu Utara

    dengan Pegunungan Serayu Selatan. Penyebaran zona ini mulai dari Majenang,

    Ajibarang, Purwokerto, Banjarnegara dan Wonosobo.

    Pegunungan Serayu Selatan

    Zona ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Barat dan Timur. Bagian

    Barat merupakan akibat dari pengangkatan yang sekarang merupakan zona

    depresi Bandung dari Jawa Barat atau sebagai struktur baru yang terdapat di Jawa

    Tengah, sedangkan di bagian Timur merupakan Pegunungan Serayu Selatan yang

    membentuk antiklin. Bagian Barat dengan bagian Timur dipisahkan oleh Lembah

    Jatilawang, yang dimulai dekat Ajibarang. Antiklin ini menjadi sempit dan

    dipotong oleh sungai Serayu yang melintang dengan arah Utara-Selatan. Sebelah

    timur dari Banyumas, antiklin ini berkembang ke arah Timur, membentuk

    antiklinorium yang mencapai lebar hingga 30 km.

    Dataran Pantai Jawa Tengah Selatan

    Zona ini mempunyai lebar 10 25 km. Wilayah ini membentuk morfologi

    yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan pantai selatan dari Jawa Barat dan

    Jawa Timur yang merupakan wilayah berbukit. Jalur dataran ini mirip dengan

    zona Bandung dari Jawa Barat. Pada bagian tengah jalur ini terganggu oleh

    adanya pegunungan Karang Bolong yang secara fisiografis dan strukturil sama

    atau mirip dengan pegunungan Selatan dari Jawa Barat dan Jawa Timur.

    Berdasarkan pembagian fisiografi diatas, daerah penelitian termasuk ke

    dalam Zona Pegunungan Serayu Utara (Van Bemmelen, 1949) yang mana daerah

    ini didominasi oleh bentukan morfologi perbukitan.

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 7

    2. Stratigrafi Regional

    Stratigrafi daerah ini tersusun oleh batuan yang berumur dari tersier

    hingga kuarter atau susunan formasi dari tua ke muda , yang terdiri dari Formasi

    pemali, Formasi Rambatan, Formasi Halang, Formasi Kumbang, Formasi Tapak,

    Formasi Kalibiuk, Formasi Kaligagah, Formasi Ligung, Formasi Mengger,

    Formasi Gintung, Formasi Linggopodo, Batuan Gunungapi Slamet tak-terurai.

    (Gambar 2.2).

    Gambar 2.2 Kolom Stratigrafi Regional daerah penelitian(diambil dari Peta Geologi Lembar

    Majenang, Jawa oleh Kastowo dan N. Suwarna,1996)

    Lokasi Pengamatan

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 8

    Formasi Pemali

    Lokasi Tipe Formasi Pemali terletak di Sungai Cibabakan, dekat Kali

    Pemali di daerah Bumiayu. Van Bemmelen (1949) mengkorelasikan formasi ini

    dengan Formasi Merawu di Daerah Karangkobar.

    Formasi Pemali tersusun atas napal-globigerina berwarna biru keabu-

    abuan dan hijau keabu-abuan. Kadang terdapat sisipan batugamping pasiran

    berwarna abu-abu kebiruan, batupasir tufaan dan lensa-lensa batupasir kasar.

    Perlapisan umumnya kurang baik.

    Kandungan foraminifera menunjukkan umur Miosen Tengah (menurut

    Marshak,1957), sedangkan menurut Kastowo dan Sunaryo (1996) menyebutnya

    umur dari formasi ini adalah Miosen Awal. Tebal formasi ini mencapai 900 meter.

    Formasi Rambatan

    Nama Formasi Rambatan ini pertama kali ditemukan oleh Sumarso 1974,

    op.cit. Kartanegara et al., 1978, Van Bemmelen menyebutnya Rambatan Belt,

    sedangkan Ter Haar 1934, op.cit., Marks, 1957 menamakan satuan ini sebagai

    Rambatan Serie. Lokasi tipe satuan ini berada di Kali Rambatan dekat Cikeusal.

    Formasi Rambatan bagian bawah tersusun atas batupasir gampingan dan

    konglomerat berselang-seling dengan lapisan tipis napal dan serpih. Sedangkan

    bagian atas tersusun atas batupasir gampingan berwarna abu-abu muda sampai

    biru keabu-abuan. (menurut Kastowo dan Suwarna, 1996).

    Mengenai umur dari formasi ini masih terdapat perbedaan antara para

    peneliti terdahulu. Kandungan Foraminifera besar menunjukan umur Miosen

    Tengah, sedangkan foraminifera plankton menunjukkan umur Miosen Akhir-

    Pliosen Awal. Tebal dari Formasi Rambatan ini berbeda disetiap tempat dari 400-

    900 m.

    Formasi Halang

    Nama Formasi pertama kali ditemukan oleh Sumarso (1974, op.cit.

    Kartanegara et al., 1978, sedangkan Ter Haar 1934, op.cit., Marks, 1957

    menyebutnya Halang Serie. Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Sungai

    Cikabuyutan yang melewati Geger Halang Malahayu.

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 9

    Formasi Halang merupakan jenis endapan sedimen turbiditik pada zona

    Bathyal atas (menurut Kastowo dan Suwarna, 1996). Struktur sedimen yang

    terlihat jelas, antara lain berupa perlapisan bersusun, convolute lamination, flute

    cat, dan sebagainya. Litologinya tersusun atas batupasir tufaan, konglomerat,

    napal dan batulempung yang berselang-seling dan beerlapis baik. Batupasir pada

    umumnya bersifat wacke dengan fragmen batuan andesitic. Dibagian bawah dari

    satuan terdapat breksi dengan susunan fragmen andesit. Di beberapa tempat

    dibagian atas formasi terdapat batugamping terumbu (menurut Marks, 1957).

    Di Bantarkawung, kandungan foraminifera menujukan umur Miosen Atas,

    sedangkan di dekat Majenang, foraminifera menunjukkan umur Miosen Tengah

    (menurut Maks,1957). Ketebalan formasi ini beragam dari 390-2600 m.

    Formasi Kumbang

    Lokasi tipe dari formasi ini terletak pada hulu Sungai Babakan di dekat

    Gunung Kumbang. Formasi ini merupakan hasil endapan yang khas dari produk

    gunungapi Pliosen (menurut Marks, 1957). Tetapi menurut Van Bemmelen (1949)

    menyebuttnya Miosen Akhir, sedangkan menurut Kastowo dan Suwarna (1996)

    menyatakan bahwa umur dari formasi ini Miosen Tengah-Pliosen Awal.

    Formasi Kumbang tersusun atas breksi gunungapi yang bersifat andesitis,

    massif dan berlapis buruk dengan fragmen yang umumnya menyudut. Terdapat

    juga aliran lava dan retas andesit, tufa, tufa pasiran dan batupasir tufaan yang

    berlapis, konglomerat dan sisipan tipis magnetit. Sebagian breksi mengalami

    propilitisasi.

    Ketebalan maksimum dari formasi ini adalah 750 -2000 m dan menipis

    kearah timur. Menurut Darman (1991) bahwa formasi ini di endapkan di bagian

    atas dari kipas bawah laut (upper fan) dengan mekanisme turbiditik.

    Formasi Tapak

    Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Gunung Tapak, 12 km NNE dari

    Bantarkawung. Formasi Tapak tersusun oleh batulempung gampingan secara

    dominan, kadang-kadang napal tidak berlapis, atau batugamping dengan sisipan

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 10

    batupasir. Sering dijumpai pecahan-pecahan cangkang moluska yang merupakan

    ciri khas dari formasi ini (menurut Kartanegara, 1987).

    Satuan ini juga tersusun oleh batupasir kasar kehijauan pada bagian bawah

    yang berangsur-angsur berubah menjadi batupasir lebih menghalus kehijauan kea

    rah atas dengan sisipan berupa napal berwarna kelabu sampai kekuningan

    (menurut Kastowo dan Suwarna, 1996). Setempat dijumpai batugamping terumbu

    (menurut Marks, 1957).

    Formasi Kalibiuk

    Formasi Kalibiuk tersusun atas batulempung dan napal kebiruan dengan

    kandungan fosil. Pada bagian tengah ditemukan sisipan lensa-lensa batupasir

    kehijauan dengan kandungan moluska yang melimpah. Kelompok moluska

    tersebut mengindikasikan tidal zone facies yang berumur Pliosen. Menurut Marks

    (1957) menjelaskan bahwa umur dari formasi ini adalah bagian bawah Pliosen

    Atas, atau bagian atas Pliosen Bawah.

    Formasi ini memiliki ketebalan 2500m (Kastowo dan Suwarna, 1996).

    Formasi Kalibiuk dapat dikoreasikan dengan Formasi Cijulang dibagian barat atau

    dengan Bodas Series di bagian timur (menurut Marks, 1957).

    Formasi Kaliglagah

    Formasi Kaliglagah tersusun atas batupasir kasar dengan sisipan

    konglomerat, batulempung dan napal. Setempat ditemukan lapisan lignit dengan

    ketebalan 0,6 1,0 m. batupasir pada umumnya menunjukan struktur sedimen

    berupa silang siur dengan mengandung beberapa lapisan tipis batubara muda

    (lignit). Pada formasi ini ditemukan fosil mamalia dan moluska air tawar yang

    mengindikasikan bahwa umur dari formasi ini adalah Pliosen Akhir.

    Pada bagian bawah tersusun atas batulempung hitam, napal kehijauan dan

    batupasir bersusun andesit dan konglomerat. Pada umumnya batupasir

    menunjukkan struktur sedimen berupa silang siur dengan beberapa lapisan

    batubara muda (lignit). Tebal diperkirakan mencapai 350 meter (menurut

    Kastowo dan Suwarna, 1996).

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 11

    Anggota Lempung Formasi Ligung

    Batulempung tufan, batupasir tufan berlapis silangsiur dan konglomerat,

    setempat sisa tumbuhan dan batubara muda yang menunjukkan bahwa anggita

    yang diendapkan di lingkungan bukan laut, sebelumnya disebut anggota bawah

    Formasi Ligung (Van Bemmelen, 1937).

    Formasi Ligung

    Aglomerat andesit, breksi dan tuf kelabu di beberapa tempat. Sebelumnya

    dinamakan Anggota Atas Formasi Ligung (Van Bemelen, 1937).

    Formasi Mengger

    Lokasi tipe satuan ini berada di Gunung Mengger, 10 km arah NNW dari

    Bumiayu, singkapan terbaik terdapat di Desa Cisaat. Formasi Mengger tersusun

    atas tufa abu-abu muda dan batupasir tufaan dengan sisipan konglomerat dan

    lapisan tipis magnetit. Pada formasi ini juga ditemukan fosil mamalia yang

    termasuk kategori Upper Vertebrate Zone yang menunjukan umur Pliestosen

    Awal. Ketebalan dari formasi ini diperkirakan mencapai 150m (menurut Marks,

    1957).

    Formasi Gintung

    Formasi Gintung tersusun atas perselingan konglomerat bersusun andesit

    dan batupasir kelabu kehijauan, batulempung pasiran dan batulempung. Formasi

    ini juga dicirikan dengan hadirnya konkresi batupasir karbonatan dan napal. Pada

    bagian atas dijumpai perselingan tufa.

    Sepanjang Kaligintung, tebal dari formasi ini mencapai 800 meter.

    Formasi iini berada di atas Upper Vertebrate Zone (Formasi Mengger), sehingga

    diperkirakan bahwa umur dari satuan ini Plistosen Awal-Akhir (menurut Marks,

    1957).

    Formasi Linggopodo

    Formasi Linggopodo ini merupakan produk gunungapi, tersusun atas

    breksi tufa dan lahar yang berasal dari Gunung Slamet Tua dan Gunung Copet

    (menurut Van Bemmelen, 1949). Formasi ini menindih secara tidak selaras

    formasi yang berada dibawahnya, serta ditutupi oleh produk Gunung Slamet

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 12

    Muda. Komposisi dari formasi ini secara umum dapat disetarakan dengan Formasi

    Kumbang. Oleh karena itu, diperkirakan keduanya berasal dari produk gunungapi

    yang sama atau setipe dengan waktu yang berbeda. Lokasi tipe dari satuan ini

    berada di Gunung Linggopodo.

    Batuan Gunungapi Slamet Tak-Terurai

    Breksi gunungapi, lava dan tuf, sebarannya membentuk dataran dan

    perbukitan.

    3. Struktur Geologi Regional

    Proses tektonik yang terjadi di Pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh

    subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Mikro Sunda. Berdasarkan

    berbagai macam data (data foto udara, penelitian lapangan, citra satelit, data

    magnetik, data gaya berat, data seismik, dan data pemboran migas) dapat

    disimpulkan bahwa pada dasarnya di pulau Jawa ada 3 (tiga) arah kelurusan

    struktur dominan yaitu pola Meratus, pola Sunda, dan pola Jawa.

    Pola Meratus

    Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri,

    dibagian tengah terekspresikan dari pola penyebarab singkapan batuan pra-

    Tersier di daerah Karang Sambung. Sedangkan di bagian timur

    ditunjukkanvoleh sesar pembatas Cekungan Pati, Florence timur, Central

    Deep. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian

    Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus

    tampak lebih dominan terekspresikan di bagian timur dengan arah Timurlaut-

    Baratdaya ( NE-SW ).Pola struktur dengan arah Meratus ini merupakan pola

    dominan yang berkembang di Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994)

    terbentuk pada 80 sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur Akhir-Eosen Awal)

    Pola Sunda

    Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan

    sementara perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan. Ekspresi yang

    mencerminkan pola ini adalah pola sesar-sesar pembatas Cekungan Asri,

    Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada Umumnya berupa

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 13

    struktur regangan. Pola Sunda berarah utara-selatan (N-S) terbentuk 53

    sampai 32 juta tahun yang lalu (Eosen Awal-Oligosen Awal).

    Pola Jawa

    Pola Jawa di bagian barat pola ini diwakili oleh sesar-sesar naik seperti

    sesar Beribis dan sear-sear dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak

    pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu

    Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah Sesar Pegunungan Kendeng

    yang berupa sesar naik. Pola Jawa berarah barat-timur (E-W) terbentuk sejak

    32 juta tahun yang lalu

    Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus

    merupakan pola yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini

    berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian Karimun Jawa

    menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar

    ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda. Pola Sunda lebih

    muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah

    mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga

    Oligosen Akhir. Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali

    seluruh pola yang telah ada sebelumnya (Pulunggono, 1994). Data seismic

    menunjukkan bahwa pola sesar naik dengan arah barat-timur masih aktif hingga

    sekarang.

    Gambar 2.3 Pola struktur geologi Pulau Jawa (Van Bemmelen, 1949 dalam Pulunggono

    dan Martodjojo, 1994)

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 14

    Gambar 2.4Pola struktur Pulau Jawa (Martodjojo & Pulunggono, 1994)

    Gambar 2.5 Pola Struktur regional Pulau Jawa

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 15

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    1. Tahap Persiapan

    Dalam tahap persiapan yang dilakukan adalah dengan pembuatan proposal

    dan melengkapi persyaratan-persyaratan yang diperlukan. Tahapan ini mulai

    dikerjakan pada bulan September.

    2. Tahap Studi Pendahuluan

    Dalam tahap studi pendahuluan ini bertujuan untuk mempelajari geologi

    regional (Jawa Tengah) secara umum dan khususnya geologi daerah penelitian

    diambil dari laporan-laporan berupa paper-paper, studi referensi, dan data

    sekunder lainnya untuk mendapatkan gambaran umum tentang daerah penelitian

    mengenai lokasi dan penyebaran batuan, hubungan stratigrafi antar satuan batuan

    yang ada, serta stuktur geologi yang ada.

    3.Tahap Persiapan Perlengkapan Penelitian

    Untuk mendukung kegiatan penelitian maka dibutuhkan beberapa alat

    pendukung penelitian yang diantaranya adalah :

    Buku catatan lapangan

    Peta dasar (basemap).

    Kompas geologi dilengkapi dengan clinometer dan horizontal

    levelling.

    Palu geologi jenis chisel point (untuk batuan sedimen) dan pick point

    (untuk batuan beku dan metamorf).

    GPS (Global Position System).

    Lensa pembesaran (Loup) dengan pembesaran 30 kali.

    Meteran dengan panjang 50 meter.

    Komparator

    Larutan HCL dengan kadar 10 %.

    Papan jalan ( Clip Board ).

    Kamera digital.

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 16

    Alat tulis, seperti pensil (2B), penghapus, pensil warna, mistar

    segitiga, busur derajat, peruncing pensil, spidol marker, spidol atau

    stabilo dan lain-lain.

    Kantong contoh batuan dan kertas label, untuk ukuran kantong

    contoh batuan berukuran 13 x 9 x 3 cm.

    Tas lapangan, sepatu lapangan, dan pakaian lapangan.

    4. Tahap Pengambilan Data lapangan

    Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah pemetaan geologi daerah

    penelitian yakni Daerah Purbasari dan sekitarnya dengan skala 1 : 25.000 yang

    bertujuan untuk memperoleh data lapangan berupa litologi batuan, struktur

    geologi ( meliputi strike / dip, sesar, sinklin, antiklin, dan seterusnya ) , stratigrafi

    dan geomorfologi . Pada tahapan berikutnya, data data yang telah diperoleh

    tersebut akan diolah dan dianalisis. Rincian kegiatan pada tahapan awal pemetaan

    yakni sebagai berikut:

    Pada tahap penelitian lapangan yang dilakukan adalah melakukan

    pengambilan data lapangan berdasarkan peta lintasan yang telah direncanakan

    sebelumnya. Pengambilan data ini berupa pengambilan contoh batuan atau sampel

    yang selanjutnya akan dilakukan penelitian atau dianalisis di laboratorium dan

    pengambilan data geologi seperti pengukuran Strike/Dip perlapisan, pengukuran

    data struktur, plotting lokasi penelitian, pencatatan, pengambilan foto dan

    pengamatan geomorfologi. Tahapan ini sangat penting untuk memperoleh data

    yang akan digunakan untuk menguji hipotesa dan interpretasi yang dilakukan

    tahap sebelumnya.

    5. Tahap Analisis dan Pengolahan Data

    Pada tahap ini dilakukan analisis dan pengolahan data yang dilakukan di

    laboratorium.Dalam analisis dan pengolahan data ini meliputi laboratorium dan

    studio pengolahan data. Adapun analisis yang dilakukan pada tahap ini :

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 17

    Analisis Mikropaleontologi

    Dibutuhkan untuk mengetahui umur relatif dari lokasi penelitian

    dan menentukan lingkungan pengendapannya.

    Analisis Petrografi

    Dibutuhkan untuk mengetahui komposisi batuan dan

    menentukan jenis litologi.

    Analisis Stratigrafi

    Dibutuhkan untuk mendapatkan data litologi secara detail dari

    urutan suatu stratigrafi dan mendapatkan data ketebalan secara detail

    dari setiap satuan stratigrafi yang menjadi objek penelitian.

    Analisis Sedimentologi

    Dibutuhkan untuk mengetahui mekanisme dan lingkungan

    pengendapan.

    Analisis Struktur

    Dibutuhkan untuk menganalisis deformasi yang telah terjadi

    pada daerah penelitian.

    6. Tahap Penulisan Laporan

    Pada tahap ini dilakukan setelah seluruh tahapan diatas telah selesai

    dengan bimbingan dari pembimbing terkait.

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 18

    7. Diagram Alir Metode Penelitian

    Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian

    Studi Literatur Survei Awal Penyusunan Proposal

    Praktek Kerja Lapangan

    TAHAP PERSIAPAN

    MULAI

    TAHAP PENGAMBILAN

    DATA LAPANGAN

    Observasi

    Geomorfologi

    Observasi

    Litologi

    Observasi

    Struktur

    Geologi

    Measuring Section

    (MS)

    TAHAP ANALISIS

    Analisis Petrografi Analisis

    Mikropaleontologi

    Analisis Struktur

    Geologi

    TAHAP PENGOLAHAN DATA

    Pebuatan Peta

    Lintasan dan

    Observasi

    Pembuatan Peta

    Geoorfologi

    Pembuatan Peta

    Geologi dan

    Penampang

    Pembuatan Kolom

    Stratigrafi Daerah

    Penelitian

    SEMINAR

    Geologi Daerah Pedagung dan Sekitarnya, Kecamatan Bantar Bolang

    Kabupaten Pemalang, Jawa tengah.

    Pengambilan Sampel

    Batuan dan Sampel

    Fosil

    Peta Potensi

    dan

    Bencana

  • Proposal Praktek Kerja Lapangan Page 19

    BAB IV

    RENCANA KEGIATAN

    1. Jadwal Kegiatan Penelitian

    No. Kegiatan

    Rencana Kegiatan PKL 2014

    September Oktober November Desember

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Studi

    Literatur &

    Pengumpulan

    Data

    Sekunder

    2 Observasi &

    Perizinan

    Daerah

    Penelitian

    3 Penentuan

    Basecamp

    4 Orientasi

    Lapangan

    5 Pemetaan &

    Pengambilan

    Data

    Lapangan

    6 Pengolahaan

    Data

    Lapangan &

    Pekerjaan

    Studio Peta

    7 Kegiatan

    Analisis

    Laboratorium

    8 Konsultasi &

    Bimbingan

    9 Penyusunan

    Laporan

    10 Seminar

    11 Revisi

    Laporan &

    Penjilidan

    Tabel 4.1 Rencana Kegiatan Praktek Kerja Lapangan.