Guidelines For Writing a Research Grant Proposal And Research Grant Protocol in Medical Research
PROPOSAL PENELITIAN RESEARCH GRANT … · Web viewDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen...
Transcript of PROPOSAL PENELITIAN RESEARCH GRANT … · Web viewDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen...
OLEHProf. Dr. Sukestiyarno
Dra. MuslikhahDra. Titi Indriastuti
Dibiayai oleh:Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Tahun Anggaran 2006Nomor: 0145.0/023-04.0/-/2006 Tanggal 31 Desember 2005 dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Nomor : 259/8104/P2TK & KPT/2006
Tanggal 3 Maret 2006Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi (PPTK dan KPT)Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Semarang
September 2006
ARTIKELPENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE
PEMBELAJARAN HEROIK DAN TURNAMEN MATEMATIKA MATERI STATISTIKA KELAS XI
SMAN 14 SEMARANG
Meningkatkan Hasil belajar matematika dengan Metode Pembelajaran Heroik dan Turnamen Matematika Materi Statistika kelas XI SMAN 14 Semarang
Oleh : Prof. Dr. Sukestiyarno, Dra Muslikhah, Dra Titi Indriastuti
Abstrak
Pembelajaran matematika dewasa ini masih saja menjadi sorotan masyarakat, bahwa matematika dipandang merupakan materi sukar. Belajar materi statistika bagi siswa SMAN 14 Semarang sebagai materi konsep yang membutuhkan penanganan khusus. Berdasar pengalaman sebelumnya masih nampak siswa mempunyai semangat belajar yang rendah. Dalam penelitian ini ditawarkan pembelajaran yang memerankan siswa menjadi pemimpin yang berjiwa heroik. Siswa diminta bekerja dalam kelompok menyelesaikan tugas terstruktur untuk materi yang belum diajarkan. Pada saat tatap muka, guru melakukan review materi dari bahan yang dipelajari melalui tugas terstruktur. Untuk pemantapan penguasaan konsep, kegiatan dilanjutkan, siswa diajak melaksanakan permainan turnamen matematika yang dijiwai dengan kepemimpinan heroik. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan keaktifan, ketrampilan bermain peran dan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya dengan metode pembelajaran heroik dan turnamen matematika. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian tindakan kelas, dilaksanakan di SMA 14 Semarang untuk kelas XI pada materi statistika. Variabel penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran, ketrampilan siswa bermain peran, dan prestasi belajar siswa. Data diambil dengan lembar pengamatan untuk variabel keaktifan dan ketrampilan proses, dan untuk variabel prestasi belajar data diambil dengan tes. Data hasil pengamatan dan hasil tes diskoring dan diolah serta disajikan secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan, setelah melewati 3 siklus yang didalamnya dilaksanakan refleksi, terlihat adanya peningkatan proporsi siswa yang tuntas dan rata-rata skor kelas pada ketiga variabel tersebut. Untuk jumlah siswa yang tuntas berturut-turut, pada variabel keaktifan 57%, 74%, dan 94%, ketrampilan proses 51%, 77%, dan 91%; dan prestasi belajar 20%, 58% dan 71%. Peningkatan yang terjadi benar-benar menunjukkan penerapan perbaikan tindakan pembelajaran pada materi statistika dengan metode heroik dan turnamen yang tepat. Walaupun pada awalnya siswa mengalami canggung dalam perannya, tetapi pada akhirnya siswa dapat menyesuaikan diri dan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Kata Kunci: kepemimpinan heroik, turnamen matematika, keaktifan, ketrampilan
PENDAHULUAN
Guru memandang siswa SMA adalah individu yang menginjak proses dewasa.
Oleh karena itu setiap guru mata pelajaran selalu memberi tantangan dengan
menyodorkan sejumlah masalah baru kepada siswa untuk menyelesaikannya, termasuk
pelajaran matematika. Pembelajaran matematika mengajarkan pemecahan masalah
1
(problem solving) tidak hanya untuk keperluan mata pelajaran matematika saja, karena
matematika mendasari ilmu-ilmu lain. Dalam melakukan proses hitung-menghitung,
proses menentukan langkah efisien (algoritma) penyelesaian masalah, menentukan
logika kebenaran keputusan yang akan diambil, dan lain sebagainya, hal ini diajarkan di
matematika dan dibutuhkan oleh orang-orang non matematika. Jadi merupakan suatu
kesempatan bagi siswa SMA yang sedang berada pada kondisi kritis dalam berpikir,
perlu dilatih secara terus menerus melakukan problem solving melalui pembelajaran
matematika.
Berdasar pengalaman peneliti mengajar di SMA Negeri 14 Semarang dijumpai
kesulitan dalam menanamkan konsep matematika. Begitu juga membelajarkan materi
statistika di kelas X1 merupakan materi konsep yang membutuhkan penanganan khusus.
Materi tersebut memang bersifat abstrak, sehingga wajar apabila guru maupun siswa
mengalami kesulitan mempelajarinya.
Umumnya guru dalam kelas dapat mengamati siswanya dalam tiga kelompok,
yaitu kelompok berkemampuan baik, kelompok berkemampuan sedang dan kelompok
berkemampuan rendah. Mereka berada dalam situasi kondisi satu kelas. Apabila mereka
diberi tugas rumah, umumnya siswa kelompok dua dan tiga masih banyak mengalami
kesulitan. Daya inovasi siswa umumnya untuk menyelesaikan masalah masih rendah.
Dari pengalaman pembelajaran seperti tersebut di atas, berkat kolaborasi tim
peneliti, menumbuhkan pemikiran baru untuk mengajukan suatu strategi
memberlajarkan matematika baru. Pembelajaran bagaimana memberi peran masing-
masing siswa sesuai dengan kemampuan yang ia miliki merupakan penekanan utama.
Pembelajaran dengan metode kepemimpinan heroik (pemimpin yang rela berkorban)
diterapkan. Dengan menanamkan jiwa kepahlawanan (heroic leadership) pada siswa,
diharapkan antar mereka terjadi interaksi positif. Dalam heroic leadership semua
anggota menjadi pemimpin dibidangnya masing-masing. Siswa dibagi dalam kelompok
beranggotakan 4 orang. Seorang sebagai pemimpin akademik, seorang sebagai
pemimpin dalam penyelesaian tugas, seorang sebagai pemimpin administrasi, dan
seorang lagi sebagai pemimpin mengikuti permainan tournamen matematika. Dengan
menerapkan strategi pembelajaran yang mengandalkan pemberian tugas terstruktur
2
untuk materi yang belum diajarkan. Melalui tugas terstruktur tersebut siswa diharapkan
dapat bersosialisasi kepada lingkungan sekitar sebelum dilakukan diskusi pada tatap
muka di kelas. Para siswa diminta mengumpulkan pertanyaan dari bahan yang ada,
merangkum dan mengerjakan soal. Pada saat tatap muka di kelas bahan hasil diskusi
mandiri tersebut didiskusikan secara kelompok. Dalam hal ini guru tidak akan mengajar
mulai dari awal, kegiatan belajar mengajar dimulai langsung dengan diskusi.
Dimaksudkan siswa berada dalam kelompok masing-masing menjadi pemimpin dalam
tugasnya. Dalam pembelajaran tatap muka, antar kelompok dipacu dengan mengadakan
kompetisi memecahkan masalah matematika yang berasal dari guru. Dengan adanya
kompetisi matematika tersebut siswa diberi kesempatan untuk berlomba melakukan
unjuk kemampuan. Siswa yang menjadi pemimpin bidang kemampuan akademik
bertanggung jawab menjelaskan pada rekan sekelompoknya.
Berdasar permasalahan yang dihadapi seperti tersebut di atas maka dapat
dimunculkan rumusan masalah, apakah pembelajaran dengan metode heroik dan
turnamen matematika untuk membelajarkan materi statistika dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran, ketrampilan proses siswa dalam bermain peran,
dan proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya. Tujuan penelitian ini untuk
meningkatkan keaktifan, ketrampilan proses, dan proporsi siswa yang tuntas prestasi
belajarnya dengan metode pembelajaran heroik dan turnamen matematika pada materi
statistika. Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah diperoleh variasi
pembelajaran yang mengajak siswa aktif belajar.
Menurut Sunaryo (2003:27), untuk mencapai aktivitas maksimal belajar siswa,
dalam pembelajaran harus ada komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa,
sehingga kegiatan belajar oleh siswa dapat berdaya guna dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Aktivitas siswa dalam pembelajaran bisa positif maupun negatif.
Aktivitas siswa yang positif misalnya; mengajukan pendapat atau gagasan, mengerjakan
tugas atau soal, komunikasi dengan guru secara aktif dalam pemebelajaran dan
komunikasi dengan sesama siswa sehingga dapat memecahkan suatu permasalahan yang
sedang dihadapi, sedangkan aktivitas siswa yang negatif, misalnya menganggu sesama
siswa pada saat proses belajar mengajar di kelas, melakukan kegiatan lain yang tidak
3
sesuai dengan pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru.
Aktivitas belajar matematika adalah proses komunikasi antara siswa dan guru
dalam lingkungan kelas baik proses akibat dari hasil interaksi siswa dan guru, siswa
dengan siswa sehingga menghasilkan perubahan akademik, sikap, tingkahlaku dan
keterampilan yang dapat diamati melalui, perhatian siswa, kesungguhan siswa,
kedisiplinan siswa, keterampilan bertanya/menjawab siswa.
Dari pengertian belajar oleh Peaget dalam Suparno (2001), yaitu belajar untuk
memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat
digunakan pada bermacam-macam situasi. Dengan demikian proses belajar merupakan
proses seseorang menemukan struktur pemikiran yang lebih umum. Melihat Bruner
dalam buku Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004), belajar adalah merupakan
suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar
informasi yang diberikan kepada dirinya. Jadi, proses belajar merupakan proses aktif
seseorang untuk menemukan suatu informasi dengan menggunakan pengetahuan awal
yang sudah dikuasai.
Menurut Syah (2003), dijelaskan keterampilan proses adalah kemampuan
melakukan pola-pola tingkah laku proses aktif yang kompleks dan tersusun rapi secara
mulus dan sesuai dengan keadaan strategi pembelajaran yang disusun untuk mencapai
hasil tertentu. Selanjutnya dijelaskan bahwa keterampilan bukan hanya meliputi gerakan
motorik saja melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ketrampilan berproses matematika
adalah suatu tuntutan proses aktif siswa dalam melakukan suatu kegitan secara motorik
yang merupakan pengejawantahan fungsi mental yang dilakukan oleh siswa dan
dirancang secara sistematis strategi pembelajarannya oleh pengajar untuk memperoleh
suatu keterampilan tertentu secara optimal.
Menurut Winkel (1991:42), prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang
telah dicapai siswa di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan
yang khas. Prestasi adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu kegiatan,
secara singkat dapat dikatakan prestasi adalah hasil usaha.
4
Penilaian prestasi belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektifan
pembelajaran tampak pada kemampuan siswa mencapai tujuan belajar yang telah
ditetapkan. Dari segi guru, penilaian prestasi belajar akan memberikan gambaran
mengenai keefektifan mengajarnya, apakah pendekatan dan media yang digunakan
mampu membantu siswa mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Tes prestasi belajar
yang dilakukan oleh setiap guru dapat memberikan informasi sampai dimana
penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran tersebut.
Pendekatan gaya kepemimpinan yang dikemukakan oleh Lowney (2005)
adalah merupakan gaya kepemimpinan yang melawan arus kebanyakan metode
kepemimpinan kontemporer. Kepemimpinan yang ditawarkan memandang bahwa:
a. kita semua adalah pemimpin sepanjang waktu. Terkadang kepemimpinan itu
dilaksanakan dengan cara langsung, dramatis, dan jelas nyata, yang lebih sering
dengan cara halus, sulit diukur.
b. kepemimpinan muncul dari dalam bukan apa yang kita lakukan (what we do)
melainkan siapa kita (who we are). Alat kepemimpinan yang paling menarik
perhatian ialah siapa dirinya. Seorang pribadi yang memahami apa yang
dianggapnya bernilai, dan memandang dunia secara konsisten.
c. kepemimpinan bukan suatu tindakan tetapi cara hidup. Kepemimpinan bukan
tugas yang dapat dikesampingkan sewaktu pulang rumah melainkan memerlukan
suatu perilaku yang cocok tergantung dari cara kita bertindak. Dengan kita
mengetahui apa yang dianggap bernilai, ingin dicapai, ia mengorientasikan
dirinya pada lingkungan yang baru dan dapat beradaptasi dengan baik.
d. kepemimpinan berlangsung terus menerus. Kepemimpinan pribadi merupakan
sebuah kerja tanpa akhir dan bersumber pada pemahaman diri yang tumbuh.
Pemimpin yang kuat menikmati peluang untuk terus belajar tentang diri sendiri
dan dunia serta menatap kedepan.
Gaya kepemimpinan yang heroik adalah gaya kepemimpinan yang bersifat
memiliki kesadaran seperti seorang pahlawan (hero). Kesadaran itu meliputi ;
5
a. kesadaran diri untuk mengembangkan potensi-potensi dengan menambah
keterampilan pribadi secara terus menerus.
b. Kesadaran mau mencari kelemahan-kelemahan diri yang dapat dipakai sebagai
titik tolak memperbaiki konsep diri.
c. Kesadaran untuk mengambil nilai manfaat dari apa yang telah dipelajari.
d. Kesadaran menentukan pendirian sebagai pandangan hidup yang rela berkorban.
e. Kesadaran untuk menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi heroik.
Turnamen belajar matematika digambarkan oleh Robert Slavin dalam Silberman,
1996) dengan mengadakan kompetisi antar tim untuk menyelesaikan masalah.
Turnamen Matematika dalam kegiatan ini membatasi sebagai suatu teknik pembelajaran
yang memerankan perlombaan memecahkan masalah berupa soal, yang diperebutkan
dalam bentuk kelompok. Turnamen matematika menggunakan turnamen permainan
akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim
lain yang setara dalam kinerja akademik. Uraian selengkapnya komponen-komponen
turnamen adalah melakukan kegiatan presentasi kelas atau tim dan permainan.
Pembelajaran matematika materi statistika dengan menerapkan metode
pembelajaran kepemimpinan yang heroik adalah dimulai dengan menanamkan
kesadaran diri bahwa siswa baik dalam kelompok maupun dalam kelas supaya merasa
dirinya pemimpin yang mempunyai sifat heroik. Pada kegiatan antar siswa bekerja sama
dan melaksanakan perannya ditunjukkan melalui penyelesaian tugas terstruktur yang
diberikan guru untuk materi yang akan dibahas pada pertemuan yang akan datang.
Mereka lebih giat bekerja karena persiapan itu akan dipakai untuk menghadapi
kompetisi pemecahan masalah melalui turnamen.
Turnamen matematika diselenggarakan dalam membelajarkan Statistika ini
dimunculkan sebagai berikut: Siswa dibagi dalam beberapa tim kelompok. Setiap
anggota diberi peran sebagai pemimpin yang dijiwai semangat seperti pendapatnya
Lowney (2005). Tiap kelompok diberi masalah berupa soal untuk dikompetisikan pada
kelompok. Apabila masalah sudah terpecahkan siswa yang mampu harus berjiwa heroik
membantu mensosialisasikan ke tim kelompoknya. Selanjutnya guru mengorganisir
jalannya kompetisi antar kelompok. Setiap siswa bertanggung jawab dalam
6
kelompoknya. Kegiatan yang memacu siswa saling membantu dan berjuang
memenangkan turnamen inilah yang memacu semangat siswa untuk lebih aktif dan
trampil dalam belajar. Olah karena itu peningkatan pada keaktifan dan ketrampilan
siswa belajar akan disertai peningkatan pada prestasi belajarnya.
Berdasar uraian tersebut dapatlah dirumuskan hipotesis bahwa pembelajaran
dengan metode heroik dan turnamen matematika dapat meningkatkan keaktifan,
ketrampilan bermain peran, dan proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya pada
pembelajaran materi statistika kelas XI SMAN 14 Semarang.
METODE PENELITIAN
Subyek yang diteliti atau sampel yang diteliti ialah siswa yang mendapat
pembelajaran Statistika pada semester gasal yakni siswa kelas XI SMA Negeri
Semarang. SMA N 14 terletak tidak jauh dari pusat kota, jumlah responden 35 siswa.
Penelitian ini dirancang berlangsung selama 3 bulan. Pada pelaksanaannya
dilaksanakan dengan siklus-siklus kegiatan. Hasil siklus sebelumnya digunakan untuk
merevisi rancangan pada siklus berikutnya.
Variabel indikator yang diamati dalam penelitian ini meliputi 1) keaktifan siswa
dalam menyelesaikan tugas sebagai pemimpin heroik dan melaksanakan turnamen
matematika, 2) Keterampilan proses siswa dalam berperan menjadi pemimpin heroik
dan melaksanakan turnamen matematika dalam kelompok maupun antar kelompok, dan
3) prestasi belajar siswa untuk mengakhiri proses pembelaran.
Indikator variabel keaktifan meliputi: aktif dalam tugas dan reaksi menyelesaikan
tugas, partisipasi dalam mengawali pembelajaran, partisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, dan kegiatan aktif menutup jalannya pembelajaran. Pencapaian target
keberhasilan untuk variabel keaktifan mencapai skor rata-rata 75%. Indikator untuk
variabel ketarampilan proses meliputi, trampil dalam menyelesaikan tugas dan reaksi
tugas, ketrampilan siswa dalam mengawali pembelajaran, ketrampilan siswa dalam
proses pemebelajaran, dan ketrampilan siswa dalam menutup jalannya pembelajaran.
Indikator ketuntasan untuk variabel ketrampilan proses adalah 75%. Indikator untuk
7
variabel prestasi belajar meliputi kemampuan konsep statistika berhubungan dengan data
tunggal maupun kelompok. Indikator ketuntasan mencapai skor rata-rata 65%.
Data kualitatif diambil dengan lembar pengamatan untuk variabel keaktifan
dan keterampilan proses untuk indicator-indikator tersebut di atas, data Kuantitatif
diambil dengan tes, dalam hal ini variabel prestasi belajar. Data yang diperoleh diolah
dengan menggunakan analisis deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Kegiatan dimulai dengan mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang
sudah disusun untuk materi statistika tendensi sentral dan dispersi data tungal yang
dilaksanakan 6 jam pelajaran. Selanjutnya dilakukan pembagian kelompok dan
mendistribusi peran masing-masing siswa sebagai pemimpin heroik. Tugas rumah
diberikan yang diambil dari buku lembar kerja siswa (LKS) untuk tiap kelompok.
Tugasnya merangkum kembali materi, membuat pertanyaan, dan menyelesaiakan soal
latihan (semua hal di atas untuk materi baru yang belum diajarkan). Tugas direview
pada tatap muka di kelas dengan menyerahkan ke 3 tugas di atas. Guru menampung
semua permasalahan yang ada. Selanjutnya diberi soal latihan untuk diturnamenkan.
Hasil pengamatan dan tes pada siklus 1 untuk ke tiga variable lihat tabel 1
Tabel 1 : Diskripsi pengukuran variabel siklus 1
no Variable jml tutas Jml tak tuntas mean
1 Keaktifan 20 (57%) 15 (43%) 68%
2 Ketrampilan 18 (51%) 17 (49%) 67%
3 Prestasi
belajar
7 (20%) 28 (80%) 54%
Dilakukan refleksi, ternyata pada siklus 1 ini masih banyak siswa belum tuntas
dan mengalami masalah. Pada variable keaktifan ternyata masih cukup besar yang
belum mengalami ketuntasan 43%. Merupakan bilangan yang cukup tinggi untuk
8
variable keaktifan. Permasalahan terletak pada partisipasi mengawali pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran. Untuk menaikkan keaktifan ini akan dilakukan penyembuhan
dengan lebih mendekatkan tugas pada anak dengan cara wawancara secara informal.
Pada variable ketarampilan proses juga masih banyak yang belum tuntas. Angka 49%
merupakan angka yang cukup memprihatinkan. Dalam hal ini siswa pada siklus 1 ini
masih saling belum percaya diri, masih bingung mengikuti strategi yang dilaksanakan.
Pada variable prestasi belajar menjadi rendah, hal ini sebagai dampak kurangnya
keaktifan siswa dalam pembelajaran dan rendahnya ketrampilan siswa bermain peran.
Siswa masih banyak yang belum mengetahui system pembelajaran yang
disosialisasikan. Ada 20% saja yang mendapatkan skor tuntas. Merupakan tugas cukup
serius untuk melaksanakan peningkatan skor variable di siklus berikutnya.. Dilihat dari
skor rata-rata untuk ketiga variable tersebut masih ada yang di bawah 60%. Jadi pada
siklus berikutnya diupayakan diperbaiki cara belajar siswa.
Dilakukan refleksi, siswa lebih diberi perhatian. Pada tugas siswa diminta tetap
mengerjakan walaupun masih banyak kesalahan, siswa dapat menulis pertanyaan
sebanyak-banyaknya untuk dibahas dalam review tatap muka. Pada permainan turnamen
siswa juga diberi kesempatan berani mengemukakan pendapat walau masih banyak
kesalahan, yang penting siswa mau berpartisipasi.
Pada tahap siklus 2 perencanaan telah dilakukan perbaikan rencana pembelajaran
berdasar hasil refleksi siklus 1. Materi yang diberikan adalah distribusi frekuensi data
kelompok, yang dilaksanakan 6 jam pelajaran. Pada tahap ini untuk pelaksanaannya
lebih memperhatikan psenyelesaian stugas terstruktur. Dilakukan pengumpulan tugas,
selanjutnya mendiskusikan tentang tugas tersebut. Guru menampung semua
permasalahan yang muncul terbaru. Selanjutnya diberi soal latihan untuk
diturnamenkan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada diri siswa nampak adanya
perbaikan untuk ketiga variabel di atas. Mereka sudah bisa menangkap tugas yang harus
dikerjakan, melakukan permainan turnamen matematika yang sehat. Disini siswa tetap
dituntut aktif, bisa bekerja sama dengan baik berdasar tugas dan perannya. Pada kegiatan
9
turnamen matematika siswa nampak terkoordinasi lebih baik dari sebelumnya. Hasil
pengamatan dan tes ke tiga variable seperti tabel 2.
Tabel 2 : Diskripsi pengukuran variabel siklus 2
no Variable jml tutas Jml tak tuntas mean
1 Keaktifan 26 (74%) 9 (26%) 73%
2 Ketrampilan 27 (77%) 8(23%) 75%
3 Prestasi
belajar
20 (58%) 15(42%) 65%
Ternyata pada siklus 2 ini sudah mengalami peningkatan keaktifan, ketrampilan
dan prestasi belajar. Pada variable keaktifan ternyata cukup besar mengalami perubahan,
yang tuntas mencapai 74%, begitu juga pada variabel ketrampilan proses yang tuntas
77%, prestasi belajar yang tuntas 58%. Skor rata-ratanyapun mengalami peningkatan
yang cukup signifikan.
Dilakukan refleksi, siswa lebih diberi perhatian. Pada pemberian tugas rumah
lebih diintensifkan dengan cara mereka melakukan diskusi dalam kelompoknya.
Sebelum mereka bertemu di luar kelas disarankan mereka sudah mempersiapkan
tugasnya, bertanya orang sekitar dia, mengerjakan terlebih dahulu sebisanya, menyusun
pertanyaan-pertanyaan, baru mereka berdiskusi bersama. Pada saat tatap muka di kelas
tiap kelompok dilakukan presentasi dari wakil kelompok dapat meningkatkan keaktifan
dan ketrampilan proses siswa. Karena masih belum optiman maka siswa lebih
diintensifkan untuk kerja kelompok dalam menyelesiakan tugas rumah.
Pada tahap siklus 3 perencanaan telah dilakukan perbaikan rencana pembelajaran
berdasar hasil refleksi. Materi yang diberikan adalah ukuran tendensi sentral data
kelompok, yang dilaksanakan 6 jam pelajaran. Pada tahap ini untuk pelaksanaannya
lebih memperhatikan psenyelesaian tugas terstruktur. Dilakukan pengumpulan tugas,
selanjutnya mendiskusikan tentang tugas tersebut. Guru menampung semua
permasalahan yang muncul. Selanjutnya diberi soal latihan untuk diturnamenkan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kegitan siswa nampak lebih serius dan
inovatif. Dengan dilakukannya diskusi pada kelompok masing-masing dalam rangka
menyelesaikan tugas rumah sangat membantu siswa lebih aktif dan trampil. Menurut
10
pengakuan siswa ternyata siswa lebih berani bertanya kepada siswa dari pada kepada
guru. Hasil pengamatan dan tes ke tiga variabel seperti tabel 3.
Tabel 3 : Diskripsi pengukuran variabel siklus 3
no Variable jml tutas Jml tak tuntas mean
1 Keaktifan 33 (94%) 2 (6%) 80%
2 Ketrampilan 32 (91%) 3(9%) 79%
3 Prestasi
belajar
25 (71%) 10(29%) 78%
Hasil tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Ke tiga variabel
mencerminkan sudah melebihi skor tuntas. Dengan adanya perhatian lebih khusus
terhadap tugas rumah yaitu melalui intensifikasi dengan diskusi pada kelompok masing-
masing di luar kelas memberi ekfektifitas baik dari segi waktu maupun dari segi
peningkatan skor variabel.
Pembahasan
Pada pembelajaran dengan strategi di atas yang menjadi fokus pengamatan
adalah variabel keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, ketrampilan bermain
peran dalam pembelajaran. Rangkuman hasil tiap siklus dapat diperlihatkan seperti
gambar di bawah:
11
Pada variabel keaktifan siswa mengalami perubahan setiap siklus cukup
sifnifikan, baik bagi jumlah siswa yang tuntas maupun rata-rata skor siswa. Kegiatan itu
terjadi juga pada variabel ketrampilan proses. Keberhasilan di atas tercermin dengan
adanya intensifitas pada pemberian tugas terstruktur yang diselesaikan dengan jiwa
kepahlawanan. Selanjutnya kegiatan pemantapan pada materi dengan adanya turnamen
matematika.
Penelitian dengan tiga siklus ini menerapkan strategi pembelajaran yang
mengandalkan pemberian tugas terstruktur materi baru. Tugas bisa diselesaikan di
rumah dapat meberi kesempatan siswa berkomunikasi dengan siapa saja untuk bertanya.
Disana siswa benar-benar memerankan fungsinya yakni berperan pada prestasi
akademik, berperan pada penyelesaian tugas, berperan secara andmistrasi, berperan
dalam pengelolaan turnamen matematika. Pada saat tatap muka disamping melakukan
review materi tugas dilanjutkan dengan permainan turnamen matematika. Dengan
adanya turnamen matematika sengaja digunakan untuk lebih memberi kemantapan siswa
penangkapan konsep secara mantap.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa mulanya siswa merasa protes dengan
tugas yang diberikan, mereka merasa kesulitan mempelajari karena materinya belum
pernah diajarkan. Akan tetapi memang hal itu yang diinginkan dalam penelitian ini.
Siswa dituntut aktif mandiri sebelumnya, mereka bisa bertanya pada siapa saja sebelum
bertanya pada guru pada saat tatap muka. Setelah dilakukan review materi mereka
merasa lega untuk membahas bersama terhadap soal yang diberikan. Pada perjalanan
siklus berikutnya yaitu siklus dua dan tiga siswa sudah bisa merasakan manfaatnya. Hal
ini terbukti dengan adanya peningkatan keaktifan dan ketrampilan proses siswa.
Pada kegiatan permainan turnamen matematika siswa harus memerankan sebagai
pemimpin yang heroik. Siswa yang bertugas sebagai pemimpin akademik umumnya
tidak banyak mengalami kesulitan, karena mereka memang tergolong siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi. Akan tetapi bagi siswa yang bertugas pada
pemimpin administrasi, pemimpin penyelesaian tugas, dan pemimpin turnamen pada
awalnya merasa canggung dalam melaksanakan tugas. Setelah diberikan penjelasan, dan
12
dipraktekkan terlebih dahulu di luar kelas mereka dapat juga melaksanakan tugas dengan
baik.
Berdasar hasil peningkatan keaktifan dan ketrampilan proses belajar member
dampak peningkatan pada proporsi siswa yang tuntas prestasi belajarnya pada tiap
siklus. Hal tersebut seperti tambak gambar berikut:
Hal yang perlu mendapat catatan penting untuk kegiatan bagaimana memerankan
diri harus rela berkorban dan dapat menyemangati orang lain, disini juga merupakan
latihan yang terus menerus harus dipantau oleh guru. Bagi siswa seumur SMA masih
memiliki ego-ego yang dominan. Akan tetapi dalam perjalanannya selalu disemangati
oleh guru akhirnya mereka juga menyadari pentingnya tugas membantu sesama hanya
dalam sharing pengetahuan dan bukan pada menghadapi tes ulangan.
Pada kegiatan mengambil nilai manfaat juga perlu mendapat perhatian. Pada diri
siswa pada umumnya mereka belajar matematika yang merupakan konsep abstrak
cenderung mempelajari konsepnya sesuai petunjuk guru atau sesuai yang tertulis dalam
LKS. Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk bisa mengaplikasikan konsep yang dipelajari
pada kehidupan sehari-hari. Manfaat apa yang bisa dipetik dari apa yang sedang
dipelajari. Misalnya belajar tentang statistika apa keterkaitannya dengan pendataan yang
dilakukan di kantor-kantor. Disinilah siswa diajak untuk menyadari akan pentingnya
mengambil nilai manfaat.
Untuk kegiatan menyemangati diri sendiri tidak banyak terjadi kesulitan. Justru
siswa nampak semangatnya untuk menjalankan peran tersebut. Dengan adanya masalah
yang diturnamenkan siswa menjadi bersemangat untuk berperan menyemangati diri
sendiri agar meraih prestasi yang terbaik.
13
Hasil penelitian di atas mendukung pada penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Penelitian ini didasar oleh penelitian Sukestiyarno, 2004 yang mengeksperimenkan
pembelajaran matematika berbasis Media dan Teknologi diawali dengan pemberian
tugas terstruktur yang diwujudkan dalam bentuk CD interaktif. Dikatakan bahwa
pembelajaran dengan pemberikan tugas terstruktur pada materi yang belum diajarkan
mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan melatih siswa mandiri.
Begitu juga temuan penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan
Wardono, 2005 tentang penerapan pembelajaran kooperatif dengan teams games
Turnamen (TGT) yang memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran dengan kooperatif
TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Keaktifan siswa merupakan faktor utama dalam proses belajar dan ketrampilan
berproses merupakan kemampuan siswa dalam memperoleh informasi, struktur
pengetahuan, dan perkembangan dirinya seperti yang diungkapkan Thompson dalam
Lundgren, 1995. Variabel tersebut juga nampak dalam temuan penelitian ini. Keaktifan
dan ketrampilan proses bermain peran mampu mengantarkan siswa menuju seperti yang
diungkapkan Thompson tersebut. Oleh karena itu proses keaktifan dan ketrampilan
berproses dalam suatu pembelajaran matematika dengan pilihan strategi memerankan
siswa menjadi pemimpin (heroic leadership) dalam kelompoknya dan dipadu dengan
permainan turnamen matematika akan membawa siswa mencapai prestasi belajar yang
lebih baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Mata pelajaran statistika SMA diberikan untuk membekali siswa dalam
membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan pengolahan
data. Agar siswa menguasai konsep yang ada maka perlu adanya usaha bagaimana
membelajarkan materi matemika tersebut menjadi menyenangkan dan mudah untuk
diajarkan. Melalui penelitian, kemudahan tersebut akan mampu diupayakan.
Dengan menanamkan jiwa kepahlawanan (heroic leadership) diharapkan antar
siswa dapat melakukan sosialisasi saling membantu. Siswa dibagi dalam kelompok
14
beranggotakan 4 orang (masing-masing sebagai pemimpin akademik, penyelesaian
tugas, administrasi, dan pemimpin turnamen) Dengan menerapkan strategi pembelajaran
yang mengandalkan pemberian tugas terstruktur untuk materi yang belum diajarkan
dapat menggugah siswa aktif mandiri. Kegiatan selanjutnya adalah pada tatap muka di
kelas diawali dengan review materi. Untuk menguatkan penangkapan konsep dilakukan
permainan turnamen matematika.
Hasil yang diperoleh pada siklus 1 hingga siklus 3 untuk masing-masing
variabel menunjukkan adanya peningkatan. Jumlah siswa yang mencapai skor tuntas
75% untuk variabel keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan
berturut-turut 57%, 74% dan 94%; begitu juga pada variabel ketrampilan proses
mengalami kenaikan masing-masing 51%, 77%, dan 91%. Pada variabel prestasi
belajar, jumlah siswa yang mencapai tuntas 65% juga mengalami peningkatan
masing-masing berturutan dari 20%, 58% dan 71%.
Hasil penelitian yang ditunjukkan oleh skor rata-rata untuk ke tiga variabel
tersebut di atas juga mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Untuk variabel
keaktifan berturutan 68%, 73% dan 80%; untuk variabel ketrampilan proses
berturutan 67%, 75%, dan 79%; dan untuk variabel prestasi belajar berturutan 54%,
65% dan 78%. Pada siklus ke 3 untuk ketiga variabel tersebut semuanya memenuhi
mencapai skor ketuntasan yang diprogramkan. Hal ini menandakan bahwa penelitian
ini berhasil sesuai dengan tujuan yang dicapai.
Saran
Dengan meningkatnya skor variabel keaktifan, ketrampilan proses dan prestasi
belajar siswa pada pembelajaran statistika dengan strategi yang dilandasi dengan jiwa
heroic leadership dan pemberian tugas terstruktur untuk materi yang akan diajarkan
kemudian dilanjutkan dengan permainan turnamen matematika , maka penelitian ini
dikatakan berhasil mencapai peningkatan keaktifan, ketrampilan bermain peran, dan
akhirnya kenaikan prestasi belajar. Oleh karena keberhasilan terebut maka perlu
disarankan:
15
1. Bagi guru hendaknya dalam melakukan pembelajaran selalu berusaha
mencari variasi-variasi strategi pembelajaran. Betapa pentingnya membelajarkan
matematika perlu dilakukan dengan menyajikan strategi yang memberi keaktifan
siswa, ketrampilan siswa bermain peran.
2. Bagi siswa hendaknya dalam melakukan pembelajaran selalu berusaha
aktif. Siswa bersedia belajar mandiri melalui buku-buku bacaan yang
mendukung maupun dari sajian pangetahuan yang dapat dicari dengan mudah
melakui internet. Dengan aktif mencoba sendiri akan diperoleh konsep yang
benar-benar mendalam.
3. Bagi penentu kebijakan hendaknya bersifat responsif, memberi fasilitas
sarana dan prasarana yang cukup untuk membantu guru kreatif melakukan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Lowney, C, 2005, Heroic Leadership, Terjemahan oleh Taryadi, Jakarta: Gramedia.
Suharyono, 1990, Problem Posing dalam Pembelajaran Matematika, Makalah dan seminar Nasional PPS IKIP Malang, Tanpa penerbit.
Sukestiyarno, 2002, Mengefektifkan Pembelajaran Teori Peluang dan Statistika Dasar dengan memerankan Media untuk tingkat Dasar dan Menengah dengan problem posing dan tugas terstruktur, Laporan Penelitian Due Like UNNES.
Sukestiyarno, 2004, Penerapan Strategi Berbasis Media Dan Teknologi Dalam
Mengajarkan Materi Matematika Perdana Sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Laporan Penelitian Due Like UNNES.
Suprodjo, 2002, Acuan Penyusunan Kurikulum Inti yang Berlaku Secara Nasional, Dirjen Dikti, Jakarta.
Sutadi, 2004, Mengurangi Siswa Berkesulitan Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Multigrade Teaching, Buletin Pelangi Pendidikan, Vol 6 no 2.
Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Depdikbud Dirjendikti.,
16
Tim Pengembang Kurikulum 2004 SMA, 2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika, Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan dasar dan Menengah.
Winarti, ER, 2004, Pengembangan Metode Pembelajaran Matematika dengan VCD di SD, Laporan Penelitian DUE-Like UNNES.
Wardono, 2005, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II dan Team Games Tournament untuk mengingkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa SMP, Laporan Penelitian Sementara PTK.
17