Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

download Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

of 40

Transcript of Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    1/40

    Manajemen Pendidikan

    Senin, 01 Desember 2014

    Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan

    BAB I

    PENDAHULUAN

    . Latar Belakang

    Sekolah merupakan sebagai suatu institut atau lembaga pendidikan yang

    merupakan sarana untuk melaksanakan proses pendidikan. Sekolah bukan hanya

    dijadikan sebagai tempat berkumpul antara guru dan siswa melainkan suatu sistem

    yang kompleks dan dinamis. Selain itu juga sekolah merupakan suatu wadah untuk

    menciptakan sosok manusia yang berpendidikan sesuai dengan visi, misi dan target

    yang direncanakan.

    Manajemen diperlukan agar pengelolaan pendidikan di sekolah terarah

    melalui pengembangan visi, misi dan tujuan yang jelas. Bisa saja sekolah yang

    memiliki guru yang berkualitas, sarana dan prasarana yang memadai, siswa yang

    kualitasnya diatas rata-rata tetapi gagal dalam mewujudkan lulusan yang

    berkualitas. Hal ini bisa saja disebabkan karena tidak adanya visi, misi dan tujuan

    yang jelas, disamping kurangnya koordinasi tim kerja dengan pihak manajemen

    sekolah.

    Tenaga pendidik dan kependidikan merupakan salah satu unsur terpenting

    dalam meningkatkan mutu pendidikan. Tenaga kependidikan adalah anggota

    masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang

    penyelenggaraan pendidikan, yang meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik,

    pamong belajar, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran dan teknisi

    Beranda

    http://ar-royyanmizar.blogspot.co.id/?m=1http://ar-royyanmizar.blogspot.co.id/?m=1http://ar-royyanmizar.blogspot.co.id/?m=1
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    2/40

    sumber belajar. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai

    guru, dosen konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,

    dan sebutan lain sesuai dengan kekhususannya, serta berpatisipasi, dalam

    penyelenggaraan pendidikan.[1]

    Melihat peran tenaga pendidik dan kependidikan begitu penting maka perlu

    adanya strategi rekrutmen (penarikan) yang bisa menghasilkan calon-calon tenaga

    pendidik dan kependidikan yang profesional. Rekrutmen pendidik dan

    kependidikan adalah seperangkat kegiatan dan proses yang dipergunakan untuk

    memperoleh sejumlah orang yang bermutu pada tempat dan waktu yang tepat

    sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku sehingga orang dan sekolah dapat

    saling menyeleksi berdasarkan kepentingan terbaik masing-masing dalam jangkapanjang maupun jangka pendek.[2]

    Dengan pelaksanaan rekrutmen yang baik diharapkan sekolah mendapat

    tenaga pendidik dan kependidikan yang sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan

    sekolah, karena di dalam keberlangsungan kegiatan sekolah unsur manusia

    merupakan unsur yang sangat penting, karena kelancaran jalannya pelaksanaan

    program sekolah sangat ditentukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya.Bagaimanapun lengkap dan modernnya fasilitas gedung, perlengkapan, alat kerja,

    metode dan dukungan masyarakat, akan tetapi apabila orang-orang yang ada di

    dalamnya kurang berkompeten terhadap setiap tugas yang diembannya, maka akan

    sangat sulit dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

    Salah satu permasalahan yang sering terjadi dalam rekrutmen tenaga

    pendidik dan kependidikan yaitu masalah perencanaan rekrutmen yang kurangmatang sehingga sering kali terjadi kegagalan dalam pencapain tujuan sekolah

    karena banyak pekerjaan-pekerjaan yang harusnya dilakukan oleh beberapa orang

    harus dikerjakan sendiri. Hal tersebut biasanya terjadi karena kurangnya tenaga

    ahli dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu. Terkadang juga terjadi

    ketidaksesuaian penempatan personalia terhadap tugas dan fungsinya, misalnya

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn2http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn1
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    3/40

    menempatkan guru musik hanya berdasarkan bakat si pelamar bukan berdasarkan

    latar belakang pendidikan si pelamar tanpa didukung dengan pelatihan. Bahkan

    permasalahan tidak berhenti sampai di sini saja, mengingat peran tenaga pendidik

    dan kependidikan adalah pelaksana utama kegiatan pendidikan di sekolah. Tidak

    jarang ditemukan guru yang kurang memiliki gairah kerja dalam melakukan

    tugasnya, yang berakibat kurang berhasilnya tujuan yang dicapai. Hal ini

    disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kurangnya motivasi guru

    sehingga dalam melakukan pekerjaannya tidak memberikan kinerja yang

    maksimal.

    Motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, semangat, tekanan, atau

    mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untukmencapai prestasi tertentu sesuai apa yang dikehendakinya.[3]Adapun faktor yang

    mempengaruhi motivasi kerja salah satunya adalah moral kerja. Moral kerja adalah

    kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang atau kelompok orang

    untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.[4] Maka dalam hal ini peran kepala

    sekolah dan lembaga sangat penting guna menciptakan suasana yang nyaman dan

    membangkitkan semangat saat bekerja, atau dengan kata lain bagaimana kepalasekolah dan lembaga mempunyai visi dan misi yang jelas.

    Sehubungan dengan pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa

    motivasi terdiri dari dua dimensi, yaitu (1) dimensi dorongan internal, dan (2)

    dimensi dorongan ekternal. Motivasi internal adalah motivasi yang datang dari

    dalam diri seseorang dan tidak memerlukan rangsangan dari luar. Sedangkan

    motivasi ekternal adalah motivasi yang berasal dari lingkungan dan timbul karenaadanya rangsangan dari luar.[5]

    Berdasarkan fenomena di atas, maka perlu adanya kesadaran dari lembaga

    sekolah dalam perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan bahwa perlu ada

    tindak lanjut dalam meningkatkan motivasi kerja secara berkelanjutan.

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn5http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn4http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn3
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    4/40

    Dari uraian di atas penulis ingin skripsi dengan judul STRATEGI

    REKRUTMEN DAN MOTIVASI KERJA TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN

    (Studi Kasus pada Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) BIAS Giwangan).

    Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

    masalah-masalahnya antara lain:

    Bagaimanakah strategi dan proses rekrutmen tenaga pendidik dan kependidikan di

    SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta?

    Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi kerja tenaga pendidik dan

    kependidikan di SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta?

    Tujuan Penelitian

    Untuk menganalisis dan mengetahui strategi dan proses perekrutan tenaga pendidik

    dan kependidikan di SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta.

    Untuk menganalisis dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

    motivasi kerja tenaga pendidik dan kependidikan di SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta.

    .

    Batasan MasalahAgar pembahasan yang akan dipaparkan oleh penulis lebih terfokus, maka

    penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti hanya pada pelaksanaan

    strategi perekrutan dan motivasi kerja tenaga pendidik dan kependidikan yang

    diterapkan di SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta sebagai suatu studi kasus.

    Fokus Penelitian

    Fokus dari penelitian yang akan dilakukan adalah STRATEGI REKRUTMENDAN MOTIVASI KERJA TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN (Studi Kasus pada

    Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) BIAS Giwangan Yogyakarta).

    Manfaat Penelitian

    Bagi Penulis

    Dapat memberikan pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang segala

  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    5/40

    sesuatu yang berkaitan dengan penerapan manajemen di SDIT BIAS Giwangan

    Yogyakarta, khususnya dalam strategi rekrutmen dan motivasi kerja tenaga pendidik

    dan kependidikan agar dapat bekerja lebih baik, efektif dan efisien sehingga menjadi

    sumber daya manusia yang lebih efektif dan produktif.

    Bagi Lembaga

    Sebagai bahan masukan untuk terus mengembangkan sekolah.

    Sebagai upaya perbaikan serta peningkatan mutu pendidikan sehingga

    menghasilkan out putatau lulusan yang bermutu.

    Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk mendayagunakan tenaga pendidik

    dan kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan yang

    maksimal demi kemajuan lembaga. Bagi Pihak Lain yang Membacanya

    Memperkaya dan menambah teori-teori dalam dunia pendidikan.

    Dapat menjadi acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

    Dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan mengenai strategi

    perekrutan dan motivasi kerja tenaga pendidik dan kependidikan yang baik, ataupun

    sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti berikutnya.

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah

    1. Pengertian Pendidik dan Tenaga Kependidikan

    Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya yang

    sangat penting dalam dunia pendidikan. Di dalam dunia pendidikan sumber

    daya manusia dikenal dengan istilah tenaga pendidik dan kependidikan.

    Berdasarkan Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional)

  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    6/40

    Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI pasal 39 ayat :

    1) Tenaga Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,

    pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk

    menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

    2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan

    dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar,

    melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian

    dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik dan

    perguruan tinggi.

    3) Pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah

    disebut guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan

    tinggi disebut dosen.

    4) Ketentuan mengenai guru pada ayat diatur dengan undang-undang

    sendiri.[6]

    Sedangkan pada Bab XI pasal 40 ayat (1) dan ayat (2) dijelaskan mengenai

    hak dan kewajiban pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu :

    a. Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh :

    1) Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan

    memadai.

    2) Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.

    3) Pembinaan karir sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.

    4) Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil.

    5) Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas

    pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

    b. Pendidik dan kependidikan berkewajiban :

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn6
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    7/40

    1) Menciptakan suasan pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

    kreatif, dinamis, dan dialogis.

    2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan

    mutu pendidik dan

    3) Memberikan teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

    kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

    [7]

    Sebagai seorang pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan

    kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan sehat rohani, serta

    memiliki kemampuan mewujudkan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik

    yang dimaksud ialah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh

    seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian

    yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini sesuai

    dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai berikut :

    Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar

    dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi : kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

    Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,

    SDLB/SMPLB/SMALB,SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C,

    dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi

    kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi,

    tenaga keperpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompokbelajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.[8]

    Tenaga kependidikan juga dapat diartikan sebagai orang yang berperan

    serta dalam proses pelaksanaan pendidikan pada satuan pendidikan untuk

    menciptakan sosok manusia yang berpendidikan. Tenaga kependidikan

    merupakan orang yang membimbing, menguji, mengajar melatih peserta didik,

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn8http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn7
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    8/40

    menjadi tenaga fungsional kependidikan yang memiliki, mengawasi, meneliti

    dan mengembangkan perencanaan-perencanaan di bidang pendidikan.

    Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri

    dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, yang meliputi

    pengelola satuan pendidikan, penilik, pamong belajar, pengawas, peneliti,

    pengembang, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar. Pendidik adalah

    tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen konselor, pamong

    belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain sesuai

    dengan kekhususannya, serta berpatisipasi, dalam penyelenggaraan

    pendidikan.[9]

    Dengan demikian, Guru merupakan tenaga kependidikan yang tergolong

    sebagai pendidik. Secara yuridis guru di sekolah dasar merupakan guru kelas.

    Selain guru kelas, di sekolah dasar juga terdapat guru mata pelajaran Pendidikan

    Jasmani dan Kesehatan. Dalam kondisi normal, jumlah pegawai di sekolah dasar

    konvesional terdiri atas yaitu enam guru, dua orang guru mata pelajaran

    (Pendidikan Agama dan Jasmani dan Kesehatan), satu orang Kepala Sekolah, dan

    satu orang pesuruh), walaupun akhir-akhir ini telah bermunculan sekolah dasar

    swasta yang dikelola secara profesional yang memiliki tenaga kependidikan

    dalam jumlah yang banyak sekali.[10]

    Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Tenaga artinya orang yang

    bekerja/pekerja,[11]Pendidik adalah guru atau orang yang berpendidikan,[12]

    sedangkan guru adalah orang yang mengajari orang lain baik di sekolah atau

    bukan tentang suatu ilmu pengetahuan atau tentang suatu ketrampilan,[13]

    maksudnya yaitu bahwa tenaga pendidik atau guru adalah orang yang bekerja

    untuk menyampaikan suatu ilmu kepada orang lain baik itu ilmu pengetahuan

    maupun ilmu tentang suatu ketrampilan.

    Dalam ilmu pendidikan, pendidik adalah tokoh masyarakat dan mereka

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn13http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn12http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn11http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn10http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn9
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    9/40

    yang mengfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja dapat menjadi pendidik

    dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal ataupun nonformal. Para

    pendidik dikenal dengan sebutan guru atau ustadz/ah pada sekolah agama.

    Perbuatan pendidik artinya seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan

    dan sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi/mengasuh anak

    didik dengan istilah lain, yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing,

    memberikan pertolongan dari seorang pendidik kepada anak didik menuju

    kepada tujuan pendidikan islam (Nur Uhbiyati, 2004:14)

    Para pendidik melakukan beberapa hal yang penting dalam kaitannya

    dengan pendidikan, sebagaimana dijelaskan oleh Nur Uhbiyati (2005: 14-16),

    yaitu:

    a. Perbuatan memberikan keteladanan, yaitu berbuat yang terbaik agar layak

    ditiru oleh anak didiknya (Nur Uhbiyati, 2004:14).

    b. Perbuatan memberikan pembinaan, yaitu memberikan arahan kepada

    perbuatan yang terpuji.

    c. Perbuatan menuntun ke arah yang dijadikan tujuan pendidikan.[14]

    Oleh karena itu masyarakat kita masih sangat memerlukan sosok guru

    yang dapat menjadi panutan dan teladan yang baik khususnya bagi anak-anak

    mereka sebagai peserta didik juga bagi orang tua dan masyarakat sekitar pada

    umumnya, sehingga masyarakat merasa aman menitipkan putra-putrinya

    kepada guru yang bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai pendidik.

    2. Guru yang Profesional dan Efektif

    a. Kompetensi Guru

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn14
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    10/40

    Secara umum, ada tiga tugas guru sebagai profesi, yakni mendidik,

    mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan

    nilai-nilai hidup; mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

    pengetahuan; melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan

    untuk kehidupan siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung

    jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan

    kompetensi tertentu sebagai bagian dari profesionalisme guru.[15]

    Pada dasarnya, kompetensi diartikan sebagai kemampuan atau

    kecakapan. McLeod (1990) mendefinisikan kompetensi sebagai perilaku yang

    rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi

    yang diharapkan. Kompetensi guru sendiri merupakan kemampuan guru

    dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak di mata

    pemangku kepentingan.[16]

    Sebagai pengajar, guru dituntut mempunyai kewenangan mengajar

    berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar,

    setiap guru harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang

    pembelajaran. Dengan kemampuan tersebut, guru dapat melaksanakan

    peranannya sebagai berikut.

    1) Fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa

    dalam proses belajar-mengajar;

    2) Pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan pada proses

    belajar-mengajar;

    3) Penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan belajar

    yang menantang bagi siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar

    dengan bersemangat;

    4) Model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepada siswa agar

    berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di dunia pendidikan;

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn16http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn15
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    11/40

    5) Motivator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaharuan

    kepada masyarakat, khususnya kepada subyek didik, yaitu siswa;

    6) Agen perkembangan kognitif, yang menyebarluaskan ilmu dan

    teknologi kepada siswa dan masyarakat;

    7) Manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga

    keberhasilan proses belajar mengajar tercapai.

    Hakikat mengajar adalah proses yang mengantarkan siswa untuk

    belajar. Oleh karena itu, kegiatan mengajar meliputi persiapan materi,

    persiapan menyampaikan dan mendiskusikan materi, memberikan

    fasilitas, memberikan ceramah dan intruksi, memecahkan masalah,

    membimbing, serta mengarahkan dan memberikan motivasi.[17]

    b. Guru Profesional

    Dengan pola rekrutmen dan pembinaan karir guru yang baik, akan

    tercipta guru yang profesional dan efektif. Untuk kepentingan sekolah,

    memiliki guru yang profesional dan efektif merupakan kunci keberhasilan

    bagi proses belajar-mengajar di sekolah. bahkan, John Goodlad, seorang tokoh

    pendidikan Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian yang hasilnya

    menunjukan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan

    proses pembelajaran. Penelitian itu kemudian dipublikasikan dengan judul

    Behind the Classroom Doors, yang di dalamnya dijelaskan bahwa ketika guru

    telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu kelas maka kualitas

    pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru.[18]

    Hal tesrsebut sangat masuk akal, karena ketika proses pembelajaran

    berlangsung, guru dapat melakukan apa saja di kelas. Ia dapat tampil sebagai

    sosok yang menarik sehingga mampu menebarkan-meminjam terminologi

    McClelland-virus nAch (needs for achievement) atau motivasi berprestasi. Di

    dalam kelas, seorang guru juga dapat tampil sebagai sosok yang mampu

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn18http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn17
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    12/40

    membuat siswa berfikir berbeda dengan memberikan berbagai pertanyaan

    yang jawabannya tidak sekedar terkait dengan ya-tidak. Seorang guru di kelas

    dapat merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban

    kreatif, imajinatif-hipotesis, dan sintesis.

    Sebaliknya, dengan otoritas di kelas yang begitu besar, seorang guru

    tidak menutup kemungkinan akan tampil sebagai sosok yang membosankan,

    instruktif, dan tidak mampu menjadi idola bagi siswa. Bahkan, proses

    pembelajaran tersebuat secara tidak sadar mematikan kreatifitas,

    menumpulkan daya nalar, dan mengabaikan aspek afektif, seperti yang

    ditakutkan Paulo Freire dalam banking concept of education.[19]

    Lantas, seperti apa suatu pekerjaan disebut profesional? C.O. Houle

    (1980), membuat ciri-ciri suatu pekerjaan disebut profesioanl , yaitu:

    1) Harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat;

    2) Harus berdasarkan atas kompetensi individual (bukan atas dasar KKN-

    pen);

    3) Memiliki sistem seleksi dan sertifikasi;

    4) Ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antarsejawat;

    5) Adanya kesadaran profesioanal yang tinggi;

    6) Memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik);

    7) Memiliki sistem sanksi profesi;

    8) Adanya militansi individul;

    9) Memiliki organisasi profesi.[20]

    c. Guru Efektif

    Dalam manajeman sumber daya manusia, menjadi profesioanal adalah

    tuntutan jabatan, pekerjaan, ataupun profesi. Hal penting yang menjadi aspek

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn20http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn19
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    13/40

    bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Menjadi

    profesioanl berarti menjadi ahli di bidangnya. Seorang ahli, tentunya

    berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua ahli

    dapat menjadi berkualitas, karena menjadi berkualitas bukan hanya masalah

    persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan kepribadian.

    Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional

    adalah satu kesatuan antara konsep integritas dan kepribadian yang

    dipadupadankan dengan keahliannya.

    Menjadi guru yang profesional adalah keniscayaan. Profesi guru juga

    sangat lekat dengan integritas dan kepribadian, bahkan identik dengan citra

    kemanusiaan. Ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan

    yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga bangsa.

    Jika seorang guru tidak memiliki integritas keilmuwan dan personalitas yang

    mumpuni maka bangsa ini tidak akan memiliki masa depan yang baik.[21]

    Semua orang mungkin bisa menjadi guru. Tetapi, menjadi guru

    memiliki keahlian dalam mendidik perlu pendidikan, pelatihan, dan jam

    terbang yang memadai. Dalam konteks tersebut, menjadi guru profesional

    setidaknya memiliki standar minimal, yaitu:

    1) Memiliki kemampuan intelektual yang baik;

    2) Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional;

    3) Memiliki keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara

    efektif;

    4) Memahami konsep perkembangan psikologi anak;

    5) Memiliki kemampuan mengorganisasi proses belajar;

    6) Memiliki kreatifitas dan seni mendidik.

    Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing,

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn21
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    14/40

    membina, mengasuh, ataupun mengajar. Ibaratnya seperti sebuah contoh

    lukisan yang akan dipelajari oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan

    tersebut tergantung pada contoh yang diberikan sang guru sebagai sosok yang

    digugu lan ditiru.[22]

    Sebagai salah satu elemen kependidikan, seorang guru harus mampu

    melaksanakan tugasnya secara profesional, dengan selalu berpegang teguh pada

    etika kerja, merdeka (bebas dari tekanan pihak luar), produktif, efektif, efisien

    dan inovatif serta melakukan pelayanan prima berdasarkan pada kaidah ilmu

    atau teori yang sistematis, kewenangan profesional, pengakuan masyarakat dan

    kode etik yang regulatif.

    Selain itu, guru profesional dituntut untut untuk memiliki tiga kemampuan.

    Pertama, kemampuan kognitif, berarti guru harus menguasai materi, metode,

    media dan mampu merencanakan dan mengembangkan kegiatan pembelajaran.

    Kedua, kemampuan afektif, berarti guru memiliki akhlak yang luhur, terjaga

    perilakunya sehingga ia akan mampu manjadi model yang bisa diteladani oleh

    siswanya. Ketiga, kemampuan psikomotorik, berarti guru dituntut memiliki

    pengetahuan dan kemampuan dalam mengimplementasikan ilmu yang ia miliki

    dalam kehidupan sehari-hari.[23]

    Selain memiliki ketiga kemampuan tersebut, guru profesional juga perlu

    melakukan pembelajaran di kelas secara efektif. Bagaimakah ciri-ciri guru

    efektif? Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas (1989), telah mengelompokannya

    kedalam empat kelompok besar, yaitu:

    1) Memiliki kemampuan yang terikat dengan iklim belajar di kelas, yang dapat

    dirinci lagi menjadi:

    a) Memiliki ketrampilan antarpersonal, khususnya kemampuan

    menunjukan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan;

    b) Memiliki hubungan baik dengan siswa;

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn23http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn22
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    15/40

    c) Mampu menerima, mengakui, memperhatikan siswa secara tulus;

    d) Menunjukan minat dan antusiasme yang tinggi dalam mengajar;

    e) Mempu menciptakan atmosfer untuk tumbuhnya kerja sama dan

    keakraban antar kelompok siswa;

    f) Mampu melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan

    kegiatan pembelajaran;

    g) Mampu menedengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk

    berbicara dalam setiap diskusi;

    h) Mampu meminimalkan fiksi-fiksi di kelas jika ada.[24]

    2) Kemampuan yang terkait dengan starategi manajemen pembelajaran, yang

    meliputi:

    a) Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang

    tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan

    mampu memberikan transisi substansi bahan belajar dalam proses

    pembelajaran;

    b) Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan

    berfikir yang berbeda untuk semua siswa.

    3) Memiliki kemapuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback)

    dan penguatan, yang meliputi:

    a) Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respons siswa;

    b) Mampu memberikan respons yang bersifat membantu terhadap siswa

    yang lamban belajar;

    c) Mampu memberikan tindak lanjut jawaban siswa yang kurang

    memuaskan;

    d) Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan.

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn24
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    16/40

    4) Memiliki kemapuan yang terkait peningkatan diri, meliputi:

    a) Mampu menerapakan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif;

    b) Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-

    metode pengajaran;

    c) Mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk

    menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang relevan.[25]

    B. Rekrutmen Tenaga Pendidik dan Kependidikan

    1. Rekrutmen

    Arun Monappa dan Mirza S. Saiyadain (1979: 104) berpendapat bahwa

    rekrutment is generating of applications or applicants for specific positions. Artinya

    penarikan pegawai adalah memproses lamaran atau memproses calon-calon

    pegawai untuk posisi pekerjaaan tertentu.[26]

    Dale Yoder (1981: 261) mengatakan bahwa penarikan pegawai mencangkup

    identifikasi dan evaluasi sumber-sumbernya, tahapan dalam keseluruhan menjadiuntuk organisasi, kemudian dilanjutkan dengan mendaftar kemampuan penarikan,

    seleksi, penempatan, dan orientasi.[27]

    Agar tenaga kerja yang akan diterima bekerja itu sesuai dengan keinginan

    organisasi, harus ditentukan standar tenaga kerja yang akan dibutuhkan. Standar

    tersebut merupakan persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh tenaga kerja

    agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Penentuan standar ini

    meliputi:

    a. Desain pekerjaan

    b. Tugas dan kewajiban pekerjaan untuk menentukan kemampuan kerja

    yang diperlukan.

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn27http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn26http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn25
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    17/40

    Salah satu bagian penting dari proses rekrutmen adalah pengembangan suatu

    pernyataan tertulis mengenai isi dan lokasi dari setiap pekerjaan. Ini disebut

    diskripsi pekerjaan dan dalam tingkatan manajerial disebut diskripsi posisi.[28]

    2. Sumber dan Metode Perekrutan

    a. Sumber Perekrutan

    Perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan dapat ditentukan dari

    berbagai sumber. Prioritas utama dititik beratkan pada orientasi manejemen tenaga

    pendidik dan kependidikan berdasarkan pertimbangan dan kebijakan yang diambil.

    Keseimbangan penentuan sumber penarikan mungkin merupakan hal yang perlu

    mendapat pertimbangan Sumber Daya Manusia (SDM). Namun, ini tidak menjamin

    bahwa kelangsungan sekolah bergantung pada keseimbangan penentuan sumber

    tenaga pendidik dan kependidikan.

    Yang jelas, masa depan sekolah salah satunya bergantung pada kelihaian

    manajemen SDM dalam menentukan dan memilih tenaga pendidik dan

    kependidikan yang cakap, sesuai dengan motif orientasi sekolah. Secara garis besar

    penentuan sumber tenaga pendidik dan kependidikan dapat dilakukan dengan dua

    sumber, yaitu perekrutan dari internal dan perekrutan dari eksternal sekolah.

    1) Sumber Internal Sekolah

    Sumber internal adalah pegawai yang akan mengisi lowongan kerja yanglowongan diambil dan dalam perusahaan tersebut, yakni dengan cara memutasikan

    atau memindahkan pegawai yang memenuhi spesifikasi pekerjaan jabatan itu.

    Pemindahan karyawan bersifat vertikal (promosi ataupun demosi) maupun bersifat

    horizontal.[29]

    Salah satu sumber perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn29http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn28
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    18/40

    adalah melalui rekrutmen secara internal, artinya lembaga yang membutuhkan

    tenaga kerja hanya perlu membuat pengumuman mengenai lowongan pekerjaan

    untuk posisi yang kosong tersebut. Informasi tersebut akan menyebar dari pegawai

    yang satukepada pegawai yang lain atau bisa juga terjadi mutasi beberapa pegawai

    dari suatu posisi yang kosong tersebut melalui rapat internal lambaga.

    2) Sumber Eksternal Sekolah

    Sumber eksternal adalah karyawan/pegawai yang akan mengisi jabatan yang

    lowong dilakukan penarikan dari sumber-sumber tenaga kerja di luar perusahaan,

    antara lain berasal dari:

    1. Media cetak (koran);

    2. Media elektronik (Radio dan Televisi);

    3. Sekolah/perguruan tinggi;

    4. Rekomendasi dari para karyawan;

    5. Departemen Tenaga Kerja;

    6.

    Internet;

    7. Bursa Tenaga Kerja;

    8. Asosiasi-asosiasi.[30]

    a. Metode Perekrutan

    1) Metode Tertutup

    Metode tertutup adalah ketika penarikan hanya diinformasikan kepada

    para karyawan/pegawai atau orang-orang tertentu saja.[31] Lowongan kerja

    dapat dicari melalui pengumuman pada papan pengumuman. Dari mulut ke

    mulut, surat personalia sekolah, daftar promosi berdasarkan kinerja, ranting

    potensial dari aktivitas-aktivitas penilaian, daftar senioritas, dan daftar yang

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn31http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn30
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    19/40

    dihasilkan oleh inventarisasi skill dalam departemen SDM sekolah.

    2) Metode Terbuka

    Metode terbuka adalah ketika penarikan diinformasikan secara luas

    dengan memasang iklan pada media massa, cetak maupun elektronik. Agar

    tersebar luas ke masyarakat.[32] Metode ini biasanya digunakan untuk

    menjaring pelamar yang lebih banyak dan berasal dari beragam latar belakang

    yang berbeda baik latar belakang pendidikan, asal muasal sampai latar belakang

    kebudayaan si pelamar yang datang.

    3. Seleksi Pelamar

    Setelah pendaftaran atau pelamaran guru baru ditutup, kegiatan berikutnya

    adalah seleksi atau penyaringan terhadap semua pelamar. Seleksi merupakan

    suatu proses pembuatan perkiraan mengenai pelamar yang mempunyai

    kemungkinan besar untuk berhasil dalam pekerjaanya setelah diangkat menjadi

    guru. Ada lima teknik dalam hal ini yaitu wawancara, pemeriksaan badan, biografis,

    dan teknik tes.[33]

    Sebelum sekolah menerima karyawan/pegawai menjadi tenaga pendidik dan

    kependidikan tentunya ada prosedur perekrutan yang harus dilakukan dengan

    menggunakan tes seleksi untuk menentukan seorang karyawan/pegawai dapat

    diterima. Adapaun langkah-langkah seleksi meliputi sebagai berikut.

    1. Seleksi surat-surat lamaran;

    2. Pengisian blangko lamaran;

    3. Pemeriksaan refrensi;

    4. Wawancara pendahuluan;

    5. Tes penerimaan;

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn33http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn32
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    20/40

    6. Tes psikologi;

    7. Tes kesehatan;

    8. Wawancara akhir atasan langsung;

    9. Memutuskan diterima atau ditolak.[34]

    10. Masa Percobaan

    Untuk mendapatkan keyakinan atas kemampuan calon karyawan, maka

    dalam undang-undang ketatanegaraan memperbolehkan untuk melakukan masa

    percobaan maksimum tiga bulan. Jika dalam masa percobaan calon karyawan

    tersebut dianggap kurang tepat, maka pengusahaan dapat nelakukan pemutusan

    sepihak tanpa perlu persetujuan dari pihak yang berwenang (Depnaker).[35]

    4. Strategi Rekrutmen Tenaga Pendidik dan Kependidikan Sekolah

    Strategi adalah suatu rencana kegiatan yang dikembangkan oleh seorang

    administratur untuk mencapai suatu tujuan, baik itu pribadi ataupun untuk

    organisasi.[37] Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) strategi

    adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai kegiatan

    khusus[38].

    Penarikan tenaga pendidik dan kependidikan sekolah merupakan suatu

    proses pemikatan para calon tenaga dan kependidikan yang mempunyai

    kemampuan sesuai dengan rencana kebutuhan suatu lembaga pendidikan.

    Pada latar sekolah dasar, rekrutmen dapat didefinisikan sebagai aktivitas

    manajeman sekolah dasar yang mengupayakan didapatkannnya seorang atau lebih

    guru yang betul-betul potensial untuk menjadi guru kelas, guru mata pelajaran atauguru lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan guru di sekolah dasar yang

    bersangkutan.[39]

    Menurut E. Mulyasa Rekrutmen yaitu suatu upaya untuk mencari dan

    mendapatkan calon-calon tenaga kependidikan yang memenuhi syarat sebanyak

    mungkin, untuk kemudian dipilih calon terbaik dan tercakap. [40]Agar rekrutmen

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn40http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn39http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn38http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn37http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn35http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn34
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    21/40

    menghasilkan calon-calon yang qualified maka tahap selanjutnya perlu diadakan

    seleksi. Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan dan penentuan pelamar yang

    diterima atau ditolak untuk menjadi karyawan perusahaan. Seleksi ini didasarkan

    kepada spesifikasi tertentu dari setiap perusahaan bersangkutan.[41]

    Kegiatan penyaringan tenaga pendidik dan kependidikan dapat dibuat

    selektif dengan jalan permohonan kepada kelompok khusus. Dalam kondisi tertentu

    mungkin terdapat kesempatan yang lebih menguntungkan untuk memperoleh

    tenaga pendidik dan kependidikan yang memenuhi harapan sekolah. Namun

    demikian, perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan kebanyakan merupakan

    suatu fungsi yang positif untuk mencari, menentukan, dan menarik para pencari

    kerja untuk mengisi formasi tenaga pendidik dan kepandidikan.

    Pertimbangan yang matang dalam menentukan seleksi khusus kepada calon

    tenaga pendidik dan kependidikan merupakan prioritas utama. Kondisi psikologi

    tenaga pendidik dan kependidikan harus sejalan dengan kondisi sekolah.

    C.

    Motivasi Kerja Tenaga Pendidik dan Kependidikan

    1. Definisi Motivasi Kerja

    Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kerja

    seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi kerja seseorang tergantung pada

    seberapa besar motivasi tersebut dipengaruhi oleh dimensi internal dan dimensi

    eksternal. Dan adanya perbedaan motivasi kerja seorang tenaga pendidik dan

    kependidikan biasanya tercermin dalam berbagai kegiatan dan bahkan

    keberhasilan yang dicapai dalam melaksanakan tugasnya.

    Motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, semangat, tekanan, atau

    mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk

    mencapai prestasi tertentu sesuai apa yang dikehendakinya. Istilah motivasi paling

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn41
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    22/40

    tidak memuat tiga unsur esensial. Pertama, faktor pendorong atau pembangkit

    motif, baik internal maupun eksternal. Kedua, tujuan yang ingin dicapai. Ketiga,

    strategi yeng diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan

    tersebut.[42]

    Oleh karena itu, motivasi merupakan hal yang sangat penting demi

    terwujudnya kinerja maksimal seorang tenaga pendidik dan kependidikan dalam

    mencapai tujuan pendidikan.

    2. Teori-teori Motivasi

    a. Teori Patton

    Menurut patton (1961), motivasi merupakan fenomena kehidupan yang

    sangat kompleks. Setiap individu memiliki motivasi yang berbeda dan banyak

    jenisnya. Motivasi menurut Patton dipengaruhi oleh dua hal, yaitu individu itu

    sendiri dan situasi yang dihadapinya. Dengan kata lain ada dua faktor yang

    mempengaruhi motivasi dalam bekerja, yaitu motivasi internal dan motivasi

    ekternal. Lebih lanjut lagi Patton berpendapat bahwa ada seperangkat motivator

    yang sangat penting bagi pimpinan untuk memotivasi karyawanya. Motivator

    yang dimaksud adalah sebagai berikut.

    1. Tuntutan akan dunia kerja;

    2. Posisi;

    3. Kepemimpinan;

    4. Persaingan;

    5. Ketakutan; dan

    6. Uang.[43]

    b. Model Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn43http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn42
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    23/40

    Abraham H. Maslow berpendapat bahwa ada kebutuhan internal yang

    sangat mempengaruhi motivasi manuasia dalam bekerja. Maslow berpendapat

    bahwa kebutuhan itu tersusun sebagai hierarki yang terdiri atas lima tingkatan

    kebutuhan, di mana sifatnya berjenjang. Jika kebutuhan pertama sudah

    terpenuhi, orang akan berusaha mencapai pemenuhan kebutuhan kedua, dan

    demikian seterusnya. Adapun tingkat-tingkat kebutuhan menurut Maslow

    tersebut adalah:

    - Tingkat 1 : fisik atau biologik.

    - Tingkat 2 : rasa aman .

    - Tingkat 3 : rasa disertakan, rasa cinta dan aktivitas sosial.

    - Tingkat 4 : rasa hormat.

    - Tingkat 5 : aktualisasi diri atau realisasi diri.[44]

    c. Tiga Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

    Motivasi sangat mempengaruhi produktivitas kerja. Motivasi yang tinggi

    akan menghasilkan produktivitas tinggi dan motivasi yang rendah akan

    menurunkan produktivitas. Namun demikian, tesis ini tidak dapat diterima

    secara mutlak, sebab banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas tersebut.

    Apalagi di lembaga pendidikan, sulit menentukan ukuran produktifitas.

    Motivasi guru yang tinggi dapat meningkatkan produktivitas pendidikan.

    Akan tetapi, faktor siswa tidak kalah pentingnya, demikian juga lingkungan

    sekolah dan lingkungan masyarakat. Bagi administrator atau manajer, yang

    paling utama perlu mendapat perhatian adalah upaya membangkitkan motif

    kerja staf. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu:

    a. Gaya kepemimpinan administrator;

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn44
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    24/40

    b. Sikap individu; dan

    c. Situasi kerja.

    Gaya kepemimpinan

    Kepemimpinan dengan gaya otoriter membuat pekerja menjadi tertekan

    dan tak acuh dalam bekerja. Manusia tipe Y menurut McGegor atau manusia

    dewasa menurut Argyris perlu didekati secara demokratis. Dengan demikian

    perilaku kepemimpinan yang cocok adalah kepemimpinan yang situasional

    (sitiasional leadership). Tugas pimpinan di sini antara lain adalah membangun

    kesadaran karyawannya. Bentuk-bentuk kesadaran itu antara lain:

    a.

    Rasa malu jika melanggar peraturan;

    b. Gaya kerja konsisten menurut situasi;

    c. Tidak menunda pekerjaan yang dapat diselesaikan sekarang;

    d. Membantu rekan yang memerlukan bantuan; dan

    e. Tepat waktu.

    Sikap Individu

    Ada individu yang statis dan ada pula yang dinamis. Demikian juga ada

    individu yang bermotivasi kerja tinggi dan ada pula yang bermotivasi kerja

    rendah. Situasi dan kondisi di luar diri individu memberi pengaruh terhadap

    motivasi. Akan tetapi yang paling membentuk adalah individu itu sendiri.

    Karakteristik individu yang mendukung menurunya motivasi adalah:

    a. Sikap tidak mau meraih prestasi baru;

    b. Rasa cepat puas;

    c. Cingcong atau usil; dan

    d. Lemah fisik.[45]

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn45
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    25/40

    Situasi Kerja

    Lingkungan kerja, jarak tempuh dan fasilitas yang tersedia

    membangkitkan motivasi, jika persyaratan terpenuhi. Tetapi apabila persyaratan

    tersebut tidak diperhatikan dapat menekan motivasi. Orang dapat bekerja

    dengan baik jika faktor pendukungnya terpenuhi begitu juga sebaliknya. Ketiga

    faktor di atas tidak dapat dipisahkan. Gaya kepemimpinan, sikap individu, dan

    situasi kerja adalah penentu motivasi.[46]

    3. Faktor-faktor Motivasi Kerja

    a. Beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi kerja menurut J. Ravianto yang

    di kutib oleh Susilo Martoyo adalah: atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan

    dan peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan dan

    tantangan.[47]

    b. Faktor-faktor motivasi kerja menurut Kae E Chung dan Leon C. Megginson

    yang dikuti oleh Faustion, ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

    sesorang, yaitu:

    1) Faktor-faktor yang sifatnya individual adalah: kemampuan-kemampuan

    (abilities), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitudes), kebutuhan-kebutuhan

    (needs).

    2) Faktor-faktor organisasional adalah: keamanan pekerjaan (job security),

    pujian (praise), pengawasan (supervision), sesama pekerjaan (co-workers),

    pembayaran atau gaji (pay), dan pekerjaan itu sendiri (job it self).[48]

    Nilai-Nilai Kerja

    Dewasa ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada sebuah masalah yang

    bersumber dari perubahan-perubahan transformatif dan struktural, termasuk

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn48http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn47http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn46
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    26/40

    perubahan sosial dan budaya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sebagai

    dampak perkembangan zaman dan globalisasi yang di alami bangsa Indonesia.

    Perubahan-perubahan yang menimbulkan gejolak tersebut mengancam nilai-

    nilai luhur budaya bangsa. Gejolak yang timbul akibat dari perubahan pola

    pikir tersebut tidak hanya membawa konsekuensi pada perubahan fisik, tetapi juga

    pada perubahan tatanan dan pranata nilai, sosial, dan budaya.[49]

    Terjadinya perubahan struktur masyarakat sebagai akibat dari terjadinya

    perubahan orientasi nilai dalam pembangunan nasional maupun globalisasi,

    membuat peran pendidikan dalam pemberdayaan manusia dan masyarakat

    Indonesia menjadi cukup sentral dan strategis. Menurut Farisi, dkk (1998), dalam

    setiap transformasi kultural, ada dua peran yang harus ditunaikan olehseorang guru, yaitu penyinambungan proses budaya (cultural continuity) dan

    peran pengubahan proses budaya (cultural change). Kedua peran strategis ini

    menuntut setiap guru secara kreatif, inovatif, dan mandiri, serta bertanggung

    jawab agar proses transformasi nilai kultural ini tetap berlandaskan pada nilai-

    nilai luhur bangsa.[50] Akibatnya, pembudayaan melalui pendidikan, disatu sisi

    mampu mewahanai dan memberikan wawasan dan substansi budaya bagisetiap upaya kemandirian dan identitas jatidiri budaya dan bangsa. Di sisi

    lain, pembudayaan melalui pendidikan mampu mewahanai dan memberikan

    wawasan dan substansi budaya bagi setiap upaya untuk menjadi bangsa yang

    maju. Kedua peran sentral ini sangat bergantung pada orientasi nilai yang

    dimiliki dan diyakini oleh setiap guru dalam menjalankan tugas budayanya

    melalui pilihan kariernya dalam profesi guru.Orientasi nilai merupakan dasar bagi setiap probadi dalam bersikap,

    berpikir, berkeyakinan, dan dalam pembentukan atau pengembangan

    pengetahuannya (Selvanayagan dalam Farisi, 1998). Dalam setiap pribadi,

    aktivitas berpikir, bersikap, dan bertindak ini senantiasa dilakukan secara

    sistematis dan konsisten atas dasar orientasi nilai yang dimiliki dan diyakini. [51]

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn51http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn50http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn49
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    27/40

    Menurut Harefa (2007), dalam dunia kerja setidaknya terdapat empat

    orientasi nilai yang melandasi aktivitas berpikir, bersikap, dan bertindak

    seorang individu, yakni nilai ekonomis, nilai personal, nilai sosial, serta nilai

    moral-spiritual.[52]

    a. Nilai Ekonomi

    Nilai ekonomis yang berorientasi pada materi atau keinginan yang

    didasarkan pada kebendaan. Disini juga berarti mengedepankan nilai ekonomis

    dari kerja. Seseorang bekerja untuk mendapatkan penghasilan berupa uang,

    dan uang tersebut bisa digunakan untuk memenuhi segala sesuatu yang

    diinginkannya. Sebagai seorang guru, dari apapun jasa-jasa yang telah

    diberikan, tidak boleh mengharapkan imbal jasa berupa apapun (sepi ing pamrih),bahkan adalah suatu kewajiban bagi dirinya untuk dapat menghidupi diri

    sendiri (Farisi, 1998).[53]Di Indonesia, profesi guru termasuk dalam golongan

    sepi ing pamrih, yang juga bisa diartikan tidak materialistik sebagai seorang

    guru karena di Indonesia terdapat jargon Guru adalah pahlawan tanpa tanda

    jasa.

    b.

    Nilai PersonalOrientasi nilai dalam bekerja selain nilai ekonomis yang dikemukakan

    oleh Harefa (2007) adalah Nilai Personal. Maksud dari nilai personal dari

    kerja disini adalah karena dengan aktivitas yang direncanakan itu manusia

    dimungkinkan untuk mengalami pertumbuhannya ke arah kedewasaan dan

    kemandirian. Dengan bekerja, individu dapat mengembangkan talenta dan bakat-

    bakat yang dititipkan Tuhan kepada manusia untuk dikembangkan, serta individudapat meningkatkan keterampilannya dan menambah pengetahuan untuk berpikir

    dan bertindak rasional. Dengan menyadari hal ini maka setidaknya manusia

    melihat dirinya sebagaiphysical being yang bekerja untuk hidup, dan sekaligus

    rational beingyang mampu berpikir untuk tidak asal kerja, tidak kerja asal-asalan,

    tapi bekerja secara rasional.[54]

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn54http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn53http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn52
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    28/40

    c. Nilai Sosial

    Nilai sosial dari kerja dapat diartikan bahwa dengan bekerja manusia

    memberikan makna atas kehadirannya dalam suatu komunitas tertentu

    (Harefa, 2007). Di sini individu mengembangkan jatidiri kemanusiaannya

    sebagai social- emotional being. Manusia adalah makhluk sosial yang hanya

    mungkin mengembangkan potensi kemanusiaannya jika melihat dirinya dalam

    suatu hubungan saling bergantung dengan orang lain. Bukan berarti manusia

    bergantung sepenuhnya (dependence), sebab dengan begitu manusia sama seperti

    parasit dan kanker dalam kehidupan bermasyarakat.[55]

    d. Nilai moral-spiritual

    Nilai moral-spiritual dari kerja adalah bahwa dengan bekerja kitadimungkinkan untuk mengakui Tuhan sebagai Tuhan, memanusiawikan

    manusia (diri sendiri dan sesama), dan alam diberikan Tuhan untuk dikelola

    guna kemaslahatan manusia yang sebesar-besarnya. Inilah dimensi teologis

    dari kerja, dimana kerja dipahami sebagai bagian dari ibadah, sebab kita ini

    juga moral-spiritual being (Harefa, 2007).[56]

    Sinamo (2005) memasukkan nilai kerja adalah ibadah menjadi salah satubagian dalam bukunya 8 Etos Kerja Profesional. Sinamo berpendapat:

    Kerja memang ibadah, atau bisa juga, sebentuk ibadah. Kita beribadah

    di dua tempat. Pertama di gedung peribadatan seperti gereja, masjid,

    pura, dan vihara. Kedua, di tempat kerja. Bentuk ibadah pertama adalah

    ritual rutin sedangkan bentuk ibadah kedua adalah olah kerja yang

    dipersembahkan kepada Tuhan.[57]Nilai penting terhadap penelitian perilaku organisasional karena menjadi

    dasar pemahaman sikap dan motivasi individu, dan karena hal tersebut

    berpengaruh terhadap persepsi kita (Robbins, 2008).[58]

    5. Kepemimpinan dan Motivasi

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn58http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn57http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn56http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn55
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    29/40

    Kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang berbeda meski

    memiliki tautan yang kompleks kerja dan interaksi antar-manusia organisasional.

    Keith Davis mengemukakan bahwa tanpa kepemimpinan organisasi hanya

    merupakan kelompok manusia yang kacau, tidak teratur dan tidak akan dapat

    melahirkan perilaku tujuan. Kepemimpinan adalah faktor manusiawi yang

    mengikat suatu kelompok bersama dan memberinya motivasi menuju tujuan-tujuan

    tertentu, baik jangka pendek maupun jangka panjang.[59]

    Dari rumusan di atas, keterkaitan antara kepemimpinan dengan motivasi

    dapat dianalisis sebagai berikut.

    a. Tanpa kepemimpinan, organisasi tidak lain adalah sekelompok manusia yang

    kacau.

    Kehadiran pemimpin memungkinkan manusia organisasional dimotivasi

    untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien. Kelompok dengan sistem yang

    kurang padu dapt menurunkan produktifitas organisasi. Atas dasar itu, manusia

    organisasional perlu diarahkan dan dimotivasi oleh pemimpinnya agar dapat

    bekerja secara efektif dan efisien, dengan akuntabilitas tertentu.

    b. Kepemimpinan berkaitan dengan kepengikutan

    Kepengikutan adalah bagian yang paling penting dalam usaha melahirkan

    perilaku organisasi yang sesungguhnya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa

    hakikatnya kepemimpinan adalah kepengikutan. Kepemimpinan yang baik

    dihasilkan dari pengikut yang baik. Manusia pengikut di sini tidak dapat di

    persepsikan sebagai robot, melainkan mereka adalah manusia biasa yang memiliki

    persaan, kebutuhan, harapan, dan aspek manusia lainnya.

    c. Kepemimpinan mengandung arti kemampuan memotivasi.

    Kompetensi bawahan antara lain tercermin dari motivasi kerjanya. Dia

    bekerja disebabkan oleh dua kemungkinan, yaitu benar-benar panggilan untuk

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn59
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    30/40

    berbuat atau karena diharuskan untuk melakukan tugas-tugas itu. Banyak faktor

    yang memmpengaruhi motivasi kerja manusia dalam bekerja. Salah satu faktor

    yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang adalah gaya kepemimpinan. Dengan

    demikian, kepemimpinan dapat pula berarti kemampuan memberi motivasi kepada

    bawahan.[60]

    D. Penelitian Relevan

    Putri Amalia (2010) melakukan penelitian dengan judul Strategi Rekrutmen

    Tenaga Pendidik dan Kependidikan pada SDIT Darul Muttaqien Parung Bogor.

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan

    menggunakan pendekatan empiris. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

    menggunakan teknik wawancara dan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah

    tenaga dan kependidikan yang berjumlah 33 orang dan semuanya dijadikan sampel.

    Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis secara deskriptif.

    Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata dari

    aspek penelitian strategi rekrutmen tenaga pendidik dan kependidikan pada SDIT

    Darul Muttaqien Parung Bogor sebesar 73,265% dan berkategori cukup baik.[61]

    Arif Nur Fauzi (2011) melakukan penelitian dengan judul Strategi Rekrutmen

    Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) Kota Yogyakarta Tahun 2005-2009. Metode

    penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode wawancara/interview,

    observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan kerangka berfikir

    induktif yaitu pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, untuk menarik generalisasi-generalisasi yang bersifat

    umum. Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa Gerakan

    Ahmadiyah Indonesia (GAI) dalam melakukan rekrutmen anggota menggunakan

    langkah-langkah yang diawali dengan meakukan pemetaan sosial. Dimana

    pengurus Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) melihat, membaca realita sosio

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn61http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn60
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    31/40

    kultur, budaya, dan kebutuhan masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan

    menentukan prioritas sasaran, dimana memilih calon-calon kader yang sesuai yaitu

    kader yang cerdas. Baru setelah itu merumuskan strategi dasar (grand strategy).

    Kemudian melakukan metodologi rekrutmen terhadap sasaran. Setelah semua

    selesai diakhiri dengan pembaiatan dan evaluasi kerja. Untuk mengetahui hasil

    rekrutmen yang dijalankan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) berdampak efektif

    pada produktivitas dan kinerja organisasi.[62]

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    . Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yangdiarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian

    secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

    [63] Penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

    menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

    dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain penelitian deskriptif kualitatif

    ini bertujuan untuk mendapatkan informasi-informasi yang jelas serta lengkap yang

    berhubungan dengan rekrutmen dan motivasi kerja pendidik dan tenaga

    kependidikan di SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta.

    Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SDIT BIAS Giwangan Yogyakarta yang berkantor

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn63http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn62
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    32/40

    pusat di Jl. Mendung Warih 155 Giwangan Yogyakarta. Telp. 0274-389 200.

    Agar kegiatan penelitian dapat berjalan lancar dan terarah, maka peneliti

    membuat rencana penelitian yang dijabarkan dalam rencana atau jadwal penelitian

    yang sebagai berikut:

    NO WAKTU KEGIATAN KETERANGAN

    1. 11 Agustus 4

    September 2014

    Penyusunan

    Proposal

    Persetujuan

    proposal oleh Dosen

    Pembembing

    2. 4 6 September

    2014

    Mengurus

    Perizinan

    Penelitian

    Surat Izin

    penelitian dari

    kampus

    3. 8 20 September2014

    Observasilapangan dan

    pengambilan

    data

    wawancara dandokumentasi

    4. 22 30

    SeptembeI2014

    Pengolahan

    Data

    Instrumen Penelitian

    Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti

    sendiri atau anggota tim peneliti atau sering disebut human instrument yang

    berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,

    melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

    data dan membuat kesimpulan atas temuannya.[64]

    Karena dalam penelitian ini menggunawan metode wawancara, maka

    peneliti menyiapkan pedoman wawancara sebagai instrumennya.

    . Sampel dan Sumber Data

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn64
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    33/40

    Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik

    pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu.[65] Peneliti memilih

    bagian SDM sebagai sampel dalam penelitian ini karena peneliti menganggap

    bahwa bagian SDM adalah orang yang paling dipercaya untuk memberikan

    informasi yang lengkap dan mengetahui secara menyeluruh tentang strategi

    rekrutmen di SDIT BIAS Giwangan Yohyakarta.

    Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

    tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

    Yang dimaksud kata-kata dan tindakan disini yaitu kata-kata dan tindakan

    orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama

    (primer). Sedangkan sumber data lainnya bisa berupa sumber tertulis (sekunder),dan dokumentasi seperti foto.

    1. Data primer

    Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui

    pengamatan dan wawancara dengan informan atau responden. Peneliti

    akan wawancara dengan informan untuk menggali informasi mengenai

    strategi rekrutmen dan motivasi kerja tenaga pendidik dan kependidikan.2. Data sekunder

    Data sekunder merupakan data tambahan berupa informasi yang

    akan melengkapi data primer. Data tambahan yang dimaksud meliputi

    dokumen atau arsip didapatkan dari berbagai sumber, foto pendukung yang

    sudah ada, maupun foto yang dihasilkan sendiri, serta data yang terkait dalam

    penelitian ini.Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama adalah Kepala

    Departemen SDM BIAS Yogyakarta dan Tenaga Pendidik dan Kependidikan SDIT

    BIAS Giwangan. Sumber data pendukung dalam penelitian ini adalah Kepala

    Sekolah SDIT BIAS Giwangan.

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn65
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    34/40

    Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

    penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

    mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

    yang memenuhi stustadz/ah data yang ditetapkan. Oleh karena itu agar hasil yang

    diperoleh dalam penelitian ini benar-benar data yang akurat dan dapat

    dipertanggungjawabkan, maka teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan

    dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Interview / Wawancara

    Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

    penelitian ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

    permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-

    hal responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

    Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri

    sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau

    keyakinan pribadi.

    Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau

    keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan

    dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara

    mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk

    tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

    pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau

    tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan

    terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

    Dalam penelitian ini peneliti memilih wawancara terstruktur demi

    terarahnya saat pewawancaraan dan lebih memudahkan dalam pengambilan

    data dan informasi yang dibutuhkan. Wawancara Terstruktur adalah sebagai

    teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui

  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    35/40

    dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam prakteknya

    selain membawa instrument sebagai pedoman wawancara, maka pengumpul

    data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur

    dan amterial lain yang dapat membantu dalam wawancara.

    2. Observasi

    Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunya ciri yang spesifik

    bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner.

    Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka

    observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.

    Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu

    proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologisdan psikhologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan

    dan ingatan.

    Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian

    berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

    responden yang diamati tidak terlalu besar.

    3.

    TriangulasiDalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

    pengumpulan data yang bersifat menggambungkan dari berbagai teknik pengumpulan

    data dan sumber data yang telah ada.

    Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

    berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan

    observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber datayang sama secara serempak. Tringulasi sumber berarti, untuk mendapatkan dari

    sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.[66]

    Teknik Analisis Data

    Penulis menganalisis data dengan analisis data model Miles and Huberman

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn66
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    36/40

    (1984) selama berada di lapangan. Telah dipahami bersama dalam analisis data

    kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai

    tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivits dalam analisis data meliputi reduksi

    data, penyajian data, dan verification atau sering dikenal dengan penarikan

    kesimpulan dan verifikasi.[67]

    1. Reduksi Data

    Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

    perlu dicatat secara teliti dan rinci, untuk itu segera dibutuhkan analisis data

    melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

    pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

    membuang yang tidak perlu. [68] Dengan begitu, maka data yang nantinya akan

    dipaparkan dalam penelitian ini akan lebih jelas dan mudah dipahami karena

    hanya merupakan data-data yang memberikan informasi yang penting dan

    memberi gambaran secara lebih menyeluruh.

    2. Penyajian Data

    Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykandata. Dalam penelitian ini penyajian data akan disajikan dengan uraian teks yang

    bersifat naratif. Tujuan dalam pendisplayan data ini adalah agar hasil penelitian ini

    mudah untuk difahami.

    3. Verification

    Langkah ketiga dalam analisi data adalah Verifikasi atau penarikan

    kesimpulan dan verifikasi. Dengan langkah ini maka diharapkan dapat menjawab

    rumusan masalah yang telah ditetapkan sehingga menjadi suatu masalah yang

    sudah jelas dan mungkin dapat menemukan temuan baru yang sebelumnya belum

    pernah ada.

    G. Keabsahan Data

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn68http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn67
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    37/40

    Untuk mendapatkan tingkat kepercayaan atau kredibilitas yang tinggi

    sesuai dengan fakta di lapangan, maka validasi internal data penelitian dilakukan

    melalui teknik member chek oleh responden setelah peneliti menuliskan hasil

    wawancara ke dalam tabulasi data. Member chekadalah proses pengecekan data

    oleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member chek adalah untuk

    mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

    diberikan oleh pemberi data.[69]

    Sedangkan untuk menguji validitas eksternal, peneliti menggunakan uji

    depenabilitydengan mengaudit keseluruhan proses penelitian. Untuk itu pengujian

    depenabilitydilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses

    penelitian. Caranya dengan mengaudit keseluruhan aktivitas penelitian yangdilakukan oleh auditor yang independen yaitu dosen pembimbing.

    [1]Suparlan. Guru sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat Publising, 2006), cet. 1, halaman

    72-73.

    [2]Panduan Diklat,Manajeman Pemberdayaan Sumber Daya Tenaga Pendidikan

    Kependidikan Sekolah, (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan

    Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas, 2008), halaman 8. Skripsi PutriAmalia,

    , (diakses 20 Agustus 2014)

    [3]Sudarwan Danin.Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. (Jakarta: PT

    Rineka Cipta. 2004), halaman 2.

    [4]Ibid, halaman 48.

    [5]E. Mulyasa.Manajemen Berbasis Sekolah.(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),

    halaman 120.[6] Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003,

    Bab XI pasal 39 ayat (1) dan (2), halaman 30.

    [7]Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003,

    Nan XI pasal 40 ayat (1) dan (2), halaman 31.

    [8]http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=107/

    [9]Drs. Suparlan, M. Ed. Guru sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat Publising, 2006), cet.

    1, halaman 72-73.

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref9http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref8http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref7http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref6http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref5http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref4http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref3http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2529/1/PUTRI%20AMALIA-FITK.pdfhttp://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref2http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref1http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftn69
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    38/40

    [10]Ibrahim Bafadal,Penigkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Dalam Kerangka

    Manajeman Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Bumu Aksara, 2008), cet. 4,

    halaman 18.

    [11]JS Badudu, dkk,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

    1994), halaman 1473.

    [12]Ibid. halaman 342.

    [13]Ibid. halaman 478.

    [14]Tatang S. M. Si,Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012),[15]Suyanto dan Jihad Asep,Menjadi Guru Profesional, (Jakarta : Esensi Erlangga Group,

    2013), halaman 1.

    [16]McLeod, ibid.

    [17]Ibid, halaman1-2.

    [18]John Goodlad, Ibid, halaman 4.

    [19]Paulo Freire, banking concept of education, ibid.

    [20]Ibid.

    [21]Ibid. halaman 5.

    [22]Ibid. halaman 5.[23]Ibid. halaman 6.

    [24]Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas (1989), ibid. halaman 6-7.

    [25]Ibid. halaman 7.

    [26]Arun Monappa dan Mirza S. Saiyadain (1979: 104), Syukur Fatah,Manajemen

    Sumber Daya Manusia Pendidikan, (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, Cet Pertama,

    2012), halaman 67.

    [27]Dale Yoder (1981: 261),Ibid.

    [28]Syukur Fatah,Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, (Semarang : PT

    Pustaka Rizki Putra, Cet Pertama, 2012), halaman 67-68.[29]Hasibun Malayu S.P.Manejemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Bumi Aksara,

    2013), halaman 42.

    [30]Edison Emron,Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta, 2010),

    halaman 59.

    [31]Hasibun Malayu S.P.Manejemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Bumi Aksara,

    2013), halaman 44.

    [32]Ibid. halaman 42.

    [33]Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru......., h.30

    [34]Hasibun Malayu S.P.Manejemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Bumi Aksara, 2013), h.57[35]Edison Emron,Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta, 2010),h.65

    [36]Edison Emron,Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung:Alfabeta, 2010),h.64

    [37]Buskirk Richard, Teknik Manajemen Yang Sukses,(Jakarta:Cypress, 1980), halaman 1.

    [38]Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Basar Bahasa Indonesia_Pusat Bahasa,

    (Jakarta: PT Gramedia, 2008), halaman 1340.

    [39]Ibrahim Bafadal,Penigkatan Profesionalisme, ... halaman 21.

    [40]E. Mulyasa,Menjadi Kepala Sekolah Profesional_Dalam Konteks Menyukseskan MBS

    dan KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 2, halaman 153.

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref40http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref39http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref38http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref37http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref36http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref35http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref34http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref33http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref32http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref31http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref30http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref29http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref28http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref27http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref26http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref25http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref24http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref23http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref22http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref21http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref20http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref19http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref18http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref17http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref16http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref15http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref14http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref13http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref12http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref11http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref10
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    39/40

    [41]Hasibun Malayu S.P.Manejemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:Bumi Aksara, 2013),

    halaman 47.

    [42]Sudarwan Danin.Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. (Jakarta: PT

    Rineka Cipta. 2004),h.2

    [43]Patton (1961), Sudarwan Danin.Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok.

    (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2004), halaman 28.

    [44]Abraham H. Maslow, ibid. halaman 25.[45]Ibid. halaman 29-30.

    [46]Ibid. halaman 31.

    [47]Susilo Martoyo,Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: BPFE, 1998),

    halaman 155.

    [48]Faustino Cordoso Gomes,Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Andi

    Offset, 2003), halaman 181.

    [49]Gunawan Ikhsan,Motivasi Kerja Guru Tidak Tetap Di Berbagai SMK Swasta Di Kota

    Semarang, Semarang: Universitas Diponegoro, 2010) halaman 44. (tidak diterbitkan)

    (diakses 8September 2014)

    [50]Farisi, (1998)Ibid.

    [51]Ibid.

    [52]Ibid. halaman 45.

    [53]Harefa (2007),Ibid

    [54]Ibid.

    [55]Ibid.

    [56]Ibid.

    [57]Sinom (2007)Ibid.[58]Robbins (2008)Ibid.

    [59]Keith Davis, Danin Sudarwan.Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok.

    (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2004), halaman 18.

    [60]Danin Sudarwan.Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. (Jakarta: PT

    Rineka Cipta. 2004), halaman 18-19.

    [61]Putri Amalia, Strategi Rekrutmen Tenaga Pendidik dan Kependidikan pada SDIT

    Darul Muttaqien,Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN), 2010 (tidak diterbitkan)

    , (diakses 20 Agustus 2014)[62]Arif Nur Fauzi, Strategi Rekrutmen Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) Kota

    Yogyakarta Tahun 2005-2009, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri, 2011(diterbitkan)

    [63]Yatim Riyanto,Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: PENERBIT SIC, Cetakan

    ke 3 2010), halaman 23.

    [64]Sugiyono,Metode Pendidikan pendekatan Kuantitaif, kualitatif, dan R&D,(Bandung:

    Penerbit Alfa Beta, 2013), halaman 306.

    [65]Ibid. Halaman.300

    [66]Ibid. halaman 330.

    http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref66http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref65http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref64http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref63http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref62http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2529/1/PUTRI%20AMALIA-FITK.pdfhttp://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref61http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref60http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref59http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref58http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref57http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref56http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref55http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref54http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref53http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref52http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref51http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref50http://eprints.undip.ac.id/23084/1/SKRIPSI_Lengkap_-_C2A006075.pdfhttp://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref49http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref48http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref47http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref46http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref45http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref44http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref43http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref42http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref41
  • 7/26/2019 Proposal Penelitian Kualitatif Pendidikan.pdf

    40/40

    Beranda

    Lihat versi web

    Sang Pendidik di 23.32

    [67]Miles and Huberman (1984), ibid. halaman 337.

    [68]Ibid. halaman 338.

    [69]Sugiyono,Metode Pendidikan pendekatan Kuantitaif, kualitatif, dan R&D,(Bandung:

    Penerbit Alfa Beta, 2013), halaman 375.

    Berbagi 0

    Keluar

    Beri tahu saya

    Masukkan komentar Anda...

    Beri komentar sebagai: Unknown (Goo

    Publikasikan

    Pratinjau

    1 komentar:

    andriana diego 1 Desember 2014 23.45

    informasinya bermanfaat sekali gan, wah jangan lupa kunjungi balik lapak ane nih

    useful information gan, oh do not forget to visit the stall behind ane nih

    Obat Penyakit Maag

    http://obatpenyakitmaag.net/

    Balas

    https://www.blogger.com/http://obatpenyakitmaag.net/http://obatpenyakitmaag.net/http://ar-royyanmizar.blogspot.com/2014/12/proposal-penelitian-kualitatif.html?showComment=1417506349296&m=1#c8920519782256666601https://www.blogger.com/profile/18364374443301535154https://ar-royyanmizar.blogspot.com/logout?d=https://www.blogger.com/logout-redirect.g?blogID%3D565857761105412446%26postID%3D6165888667925072541http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref69http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref68http://d/SEMESTER%20AKHIR/SKRIPSI%20DEDY/BAB%20I%20-%20%20BAB%20III%20SKRIPSI.docx#_ftnref67http://ar-royyanmizar.blogspot.co.id/2014/12/proposal-penelitian-kualitatif.html?m=1https://www.blogger.com/profile/14673978397468674601http://ar-royyanmizar.blogspot.com/2014/12/proposal-penelitian-kualitatif.html?m=0http://ar-royyanmizar.blogspot.co.id/?m=1http://ar-royyanmizar.blogspot.co.id/2013/11/contoh-laporan-ppl-kkn.html?m=1