PROPOSAL PENELITIAN DIPA FISIP UNIVERSITAS LAMPUNG
Transcript of PROPOSAL PENELITIAN DIPA FISIP UNIVERSITAS LAMPUNG
1
PROPOSAL PENELITIAN
DIPA FISIP UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH MONEY POLITICS TERHADAP TRUST
MASYARAT DESA
(STUDI KASUS DESA MARGOTOTO LAMPUNG TIMUR)
TIM PENGUSUL:
Ketua : Budi Kurniawan, S.IP., M.PP
(NIDN: 0029128102, SINTA ID: 6042108)
Anggota 1 : Drs. Hertanto, M.Si., Ph.D
(NIDN: 0010106003, SINTA ID: 6040920)
Anggota 2 : Himawan Indrajat, S.IP., M.Si.
(NIDN: 0027078302, SINTA ID: 6154325)
Anggota 3 : Lilih Muflihah, S.I.P., M.I.P.
(NIDN: 0209058203, SINTA ID: 6681249)
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2021
2
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN DIPA FISIP UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Penelitan : PENGARUH MONEY POLITICS TERHADAP TRUST MASYARAT
DESA: STUDI KASUS DESA MARGOTOTO LAMPUNG TIMUR
Manfaat sosial ekonomi : Menjelaskan pengaruh politik uang terhadap trust masyarat desa sehingga
didapat usaha untuk mencari model pilkada yang efektif Nama rumpun ilmu : V Ilmu Sosial
Ketua Penelitian
a. Nama Lengkap : Budi Kurniawan, S.IP., M.PP. b. NIDN : 00291281002
c. SINTA ID : 6042108
d. Jabatan Fungsional : e. Program Studi : Ilmu Pemerintahan
f. No HP : 082380888667
g. Alamat Surel (e-mail) :
Anggota Penelitian (1) a. Nama Lengkap : Drs. Hertanto, M.Si, Ph.D
b. NIDN : 0010106003
c. SINTA ID : 6040920 d. Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Anggota Penelitian (2)
a. Nama Lengkap : Himawan Indrajat, S.IP, M.Si.
b. NIDN : 0027078302 c. SINTA ID : 6154325
d. Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Anggota Penelitian (2) a. Nama Lengkap : Lilih Muflihah, S.I.P.,M.I.P
b. NIDN : 0209058203
c. SINTA ID : 6681249 d. Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Jmlh Mahasiswa yang terlibat : 5 orang
Jmlh Alumni yang terlibat : 3 orang
Jmlh Staf yang terlibat : 1 orang Lama Kegiatan : 6 (enam) Bulan
Biaya Kegiatan : Rp.12.500.000,-(dua belas juta lima ratus ribu rupiah)
Sumber dana : DIPA BLU FISIP Tahun Anggaran 2020
Bandar Lampung, 16 April 2021
Kajur Ilmu Pemerintahan FISIP Ketua Peneliti
Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.I.P Budi Kurniawan, S.IP., M.PP. NIP. 19611218 1989021001 NIP. 198112292006041002
Menyetujui
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama
Dr. Dedy Hermawan, M.Si
NIP. 197507202003121002
3
IDENTITAS DAN URAIAN UMUM
1. Judul Penelitian : PENGARUH MONEY POLITICS TERHADAP TRUST MASYARAT DESA: STUDI KASUS DESA MARGOTOTO LAMPUNG TIMUR
2. Tim Peneliti
No Nama Jabatan Bidang Keahlian Program
Studi
AlokasiWaktu
(jam/minggu)
1. Budi Kurniawan,
S.IP., M.PP.
Ketua Politik dan
Pemerintahan
Ilmu
Pemerintahan
20
2. Drs. Hertanto,
M.Si., Ph.D.
Anggota 1 Politik dan
Pemerintahan
Ilmu
Pemerintahan
15
3. Himawan
Indrajat, S.IP.,
M.Si.
Anggota 2 Politik dan
Pemerintahan
Ilmu
Pemerintahan
15
4. Lilih Muflihah,
S.I.P., M.I.P.
Anggota 3 Politik dan
Pemerintahan
Ilmu
Pemerintahan
15
3. Objek Penelitian (jenis material yang akan diteliti dan segi penelitian):
Partisipasi politik masyarakat desa dalam pemilihan kepala desa serentak
4. Masa Pelaksanaan
Mulai : bulan Mei tahun 2021
Berakhir : bulan November tahun 2021
5. UsulanBiaya : Rp. 12.500.000,00
6. Lokasi Penelitian (lab/studio/lapangan)
Desa Margototo, Lampung Timur
7. Instansi lain yang terlibat (jika ada, dan uraikan apa kontributornya):
..............
8. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu (uraikan tidak lebih dari 50 kata, tekankan pada
gagasan fundamental dan orisinal yang akan mendukung pengembangan iptek)
Ilmu Pemerintahan: mengenai politik dan pemerintahan yang berkaitan dengan hubungan
politik uang dan kepercayaan masayarakat.
9. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran untuk setiap penerima hibah (tuliskan nama terbitan
berkala ilmiah dan tahun rencana publikasi) ...............
4
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian ini bertujuan menjelasakan secara komprehensive fenomena politik uang dan
pengaruhnya terhadap modal sosial dan partisipasi politik masyarakat desa. Idealnya
partispasi politik seperti pada Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) sejatinya adalah demokrasi
berbasis kearifan lokal pada pada level pemerintahan paling bawah. Pilkades bahkan sudah
ada sebelum adanya pemilihan presiden dan DPR di tingkat pusat. Bahkan jauh sebelum
Republik Indonesia berdiri pilkades telah eksis sejak lama di Nusantara. Namun, akhir-akhir
ini cerita tentang pilkades yang demokratis dengan budaya partisipasi politik yang tinggi
sudah semakin luntur seiring dengan banyaknya masalah-masalah yang menyebabkan
lunturnya trust dan social capital di masyarakat yang berdimensi luas terhadap konflik sosial
dan hancurnya trust di desa. Penelitian ini mencoba untuk mengexplore masalah-masalah di
seputaran politik uang pada saat pemilihan kepala daerah dan relasinya terhadap modal sosial
dan partisipasi politik di Provinsi Lampung.
Salah satu faktor kunci dalam demokrasi termasuk di level desa adalah tingkat kepercayaan
terhadap aparat pemerintahan desa dan juga kepercayaan antar sesama masyarakat desa. Teori
tentang social capital dimana trust adalah salah satu unsur di dalamnya menjadi elemen
penting dalam partisipasi politik masyarakat desa. Studi tentang Robert Putnam (1999) di
Italia dalam bukunya How Democracy Work menemukan fakta bahwa daerah yang memiliki
trust dan social capital lebih baik maka akan berdampak positif pada tingkat partisipasi
politik masyarakat. Lebih jauh partisipasi politik masyarakat inilah yang kemudian membuat
pemerintahan dapat menjalankan fungsi pembangunannya dengan baik. Sebaliknya di daerah
yang trust rendah maka partisipasi politik rendah dan berdampak pada output pemerintahan
yang buruk pula seperti gagalnya pembangunan dan buruknya government service.
Politik uanglah yang kami sinyalir menyebabkan rendahnya trust yang berujung pada konflik
politik di level desa terutama pada saat Pilkades. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap elite
desa kami sinyalir disebabkan oleh pilkada yang serat akan politik uang. Cara ini
mengabaikan perbaikan institusi yang inklusif yang sejatinya harus dibangun terlebih dahulu.
Akibatnya politik uang menjadi sumber kecurigaan antar penduduk yang merusak budaya
guyub dan gotong royong yang selama ini merupakan potensi social capital di desa.
5
Perebutan sumber resource antar elite desa juga kemudian hanya menempatkan masyarakat
desa sebagai penonton saat Pilkades dan dilupakan ketika penyusunan kebijakan anggaran.
Pada akhirnya masyarakat yang terbiasa dengan materi dan uang menjadi sumber konflik
politik di desa.
Lemahnya trust di desa dan konflik di desa juga disebabkan praktik politik uang dan
klientelism di desa yang mengikis jiwa sukarela dan guyub di desa. Mobilisasi yang
dilakukan politisi saat ini untuk mendapat dukungan politik saat Pilkada adalah dengan
imbalan uang dan barang termasuk sembako yang kita kenal sebagai praktik clientelelism.
Praktik-praktik inilah yang kemudian membuat budaya kesukarelawanan atau voluntarism
mengikis di desa. Akibatnya kemudian masyarakat susah digerakkan untuk berpartisipasi
dalam ruang demokrasi dikarenakan tidak adanya imbalan sebagaimana budaya yang selama
ini dikembangkan politisi di Pilkada. Hal inilah kemudian membuat budayab guyub juga
tercerabut dari masyarakat desa. Ajang Pilkades pun menjadi ajang politik uang atau vote
buying. Dalam hubungannya dengan konflik saat pilkades maka yang terjadi kemudian
Pilkades berbiaya tinggi karena politik uang dan dalam praktik lapangannya menjadi sumber
konflik antar masyarakat pada saat pemilihan kepala desa.
Hipotesis awal kami bahwa penyebab rendahnya partisipasi politik masyarakat di desa adalah
karena mengikisnya social capital di desa seperti trust, budaya guyup semangat kesukarelaan
dan lain sebagainya. Rendahnya modal sosial ini kemudian dipengaruhi oleh faktor maraknya
praktik politik uang di desa sebagai “budaya baru” yang dibawa politisi saat Pilkada.
Berangkat dari hipotesa inilah kemudian mendorong kami untuk melakukan penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan merujuk pada permasalahan ilmiah yang tertera diatas maka ada beberapa hal yang
akan diteliti dalam penelitian ini:
1. Bagaimana dampak politik uang terhadap modal sosial dan partisipasi politik
masyarakat desa ?
2. Apakah ada perubahan budaya politik akibat politik uang paska rezim pilkada
diterapakan ?
3. Apakah pengaruh keterbatasan informasi tentang kandidat kepala daerah terhadap
meningkatnya praktik politik uang ?
6
1.3 Tujuan Kegiatan
1. Memberikan analisis terhadap pengaruh politik uang terhadap modal sosial dan
partisipasi politik masyarakat desa.
2. Merekomendasikan system pemilihan kepala daerah baru yang dapat mengurangi
praktik politik uang di masyarat.
7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab sebelumnya dibahas tentang latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian. Bab ini
akan membahas karangka teoritis dalam peneliti melakukan penelitian ini. Karangka teoritis
pertama adalah membahas tentang perdebatan para ahli politik tentang partisipasi politik
khususnya dalam pemerintahan sebagai karangka dasar teori. Bagian kedua akan membahas
tentang penelitian penelitian sebelumnya tentang politik uang.
2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik
Mengapa seorang warga negara memilih untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan politik
dan pemerintahan telah menjadi concern ilmuan politik sejak lama. Salah satu karya klasik
yang banyak dikutip adalah karya Almond dan Verba (1965). Kedua begawan ilmu politik ini
membagi budaya politik dalam hubungannya dengan partisipasi politik kedalam tiga katagori
setelah melakuan studi perbandinga politik di lima negara yakni Amerika Serikat, Inggris,
Mexico, Jerman dan Italia.
Kategori pertama diistilahkan dengan budaya politik parokial yakni budaya politik dimana
masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan politik sangat rendah, perhatian mereka terhadap
dunia politik nyaris tidak ada. Almond dan Verba mencontohkan budaya politik di suku-suku
pedalaman Afrika untuk menggambarkan budaya politik parokial. Katagori kedua diistilahkan
dengan budaya politik subjek atau kaula. Budaya politik subjek atau kaula berkarakter
masyarakat yang realatif maju secara ekonomi namun masih bersifat pasif. Mereka masih
paham terhadap politik dan sistem politik namun acuh terhadap kegiatan politik dan enggan
berpartisipasi.
Katagori ketiga, katagori yang ideal diistilahkan dengan budaya politik partisipan atau civic
culture dimana masyarat sudah baik secara ekonomi dan sosial ditambah berpartisipasi aktif
dalam kegiatan kegiatan politik. Mereka juga memiliki kesadaran kritis untuk merubah
kebijakan publik.
8
2.1.1 Modal Sosial, Trust, dan Partisipasi
Kelemahan dari kategori-kategori yang diajukan Almond dan Verba di atas adalah tidak
menjadikan factor political self-interest dan budaya kritis dalam menilai variabel budaya
politik. Faktanya banyak masyarakat yang sadar penuh secara politik namun tidak percaya
dengan sistem politik yang berjalan dan tidak memiliki pilihan yang tepat dari caloncalon
yang ditawarkan dalam pemilu. Masyarakat seperti ini umumnya tidak memiliki kepentingan
politik individual, paham politik namun pilihan yang ditawarkan dirasa tidak akan membawa
perubahan.
Untuk itu kemudian teori Robert Putnam (2003) dirasa tepat untuk melihat budaya politik
kritis dan partisipasi dalam kegiatan politik yang dihubungkan dengan trust atau kepercayaan
terhadap sesama warga dan terhadap politisi yang menjalankan pemerintahan. Dalam
studinya di Italia Putnam menemukan dua daerah yang berbeda di Italia dalam budaya politik.
Masyarat di Utara Italia lebih memiliki budaya politik civic yang lebih baik ketimbang daerah
selatan. Dalam analisanya social capital yang kemudian ada unsur trust di dalamnya menjadi
faktor penentu dari berbedanya kedua daerah itu. Trust itulah kemudian menjadikan social
capital yakni munculnya organisasi sukarela, ikut seta dalam pemilu, tingkat literasi politik
yang tinggi dan kepercayaan terhadap sesama anggota masyarakat dan politisi menjadi modal
utama dalam suksesnya sebuah pemerintahan. Kepercayaanlah yang kemudian menggerakkan
masyarakat untuk aktif berpartisipasi menjalankan pemerintahan termasuk dalam hal ini ikut
serta dalam proses pemilu dan pembuatan kebijakan publik.
Ide Putnam tentang modal sosial menjadi sebuah penemuan teori penting dalam melihat
suksesnya sebuah pemerintahan. Sukses sebuah pemerintahan berarti sukses pula
pembangunan. Ide Putnam kemudian menjadikan Bank Dunia mengadopsinya untuk menjadi
syarat sebuah negara agar dapat sukses dalam pembangunan ekonomi. Ide Putnam juga
diteruskan oleh beberapa ilmuan di berbagai negara termasuk Indonesia.
Ide social capital dan trust issue sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ajaran gotong royong
dan guyub dalam budaya luhur bangsa Indonesia sejak lama. Penelitian Sujarwoto dan
Tampubolon (2013) menggarisbawahi bahwa gotong royong adalah social capital penting
dalam suksesnya program kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Social capital didefinisikan
mereka dalam bentuk budaya partisipasi di komunitas-komunitas kesehatan.
9
2.2 Penelitian Politik Uang Sebelumnya
Studi tentang politik uang di Indonesia bisa dikatakan sedang tumbuh subur. Karya karya ilmuan
politik dalam dan luar negeri bermunculan mengkaji hal ini. Adanaya kekhawatiran akan
rusaknya demokrasi membuat studi ini menjadi penting dilakukan oleh para ahli. Beberapa yang
kami bisa sebut namanya seperti contoh Edward Aspinall (2016) dari ANU, Mada Sukmajati
(2016) dari UGM, desertasi dari Burhanudin Muhtadi (2019) di ANU dan banyak lagi lainnya.
Selain menulis desertasi Burhanudin Muhtadi sendiri banyak meneliti tentang politik uang dan
menuliskannya di jurnal baik nasional maupun internasional. Tulisan awalnya tahun 2013
melihat politik uang dalam konteks prilaku memilih berdasarkan party identification. Tulisan
berikutnya lebih merupakan penjabaran dari desertasinya di ANU termasuk bukunya tahun
2020.
Di level lokal studi kami tentang politik uang dari jurusan pemerintahan Universitas Lampung
pun pernah ada. Misal studi tentang korupsi di Lampung dan peran budaya lokal (Kurniawan
et.al 2019, 2020), peran perusaahaan perkebunan dalam praktik pilkada (Kurniawan et all, 2019)
adalah sumbangsih ilmiah jurusan pemerintahan fisip unila dalam studi politik uang di
Indonesia. Sebelumnya Cahyadi (2017) juga melakukan research politik uang di Lampung
secara deskriptif.
Namun dari beberapa penyelusuruan ilmiah kami di google scholar masih menemukan sedikit
sekali penalitian quantitative di level desa tentang praktik budaya politik uang sejak rezim
pilkada langsung dan pengaruhnya terhadap budaya guyub dan gotong royong di desa sebagai
bagian dari konsep besar tentang trust. Studi dari Harianto dan Baru 2018 mengkaji politik uang
dan konflik horizontal di pemilihan kepada desa di Jawa Timur. Inilah salah satu studi yang
secara explisit melihat politik uang namun sayangnya dalam praktik pilkades bukan pilkada.
Harianto dan Baru hanya mendeskripsikan secara qualitative tanpa melihat hubungan sebab
akibat seperti yang akan kami lakukan.
Studi Okhtariza (2019) dari CSIS ingin menguji hipotesis bahwa pertahana akan cenderung
menggunakan politik sehingga politik uang menjadi salah satu factor penting yang
mempengaruhi preperensi pemilih. Studi ini setidakanya membantu menjawab pertanyaan
bahwa factor politik uang cenderung tidak kuat dalam mempengaruhi pemilih. Sayangnya
kemudian ada konteks di mana pilkada terjadi pada saat pemilih tak punya informasi yang utuh
10
tentang track record kandidat. Sehingga kemudian bagaimana politik uang dalam keterbatasan
informasi tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini. Kami mencoba untuk mengexercise
hipotesis awal kami bahwa politik uang memang tidak berlaku di dalam konteks pemilih
memiliki ketercukupan info tentang masing masing kandat tetapi akan berpengaruh signifikan
ketika pemilih sama sekali tidak punya informasi yang cukup tentang kandidat.
Secara literature ilmuwan asing yang signifikan kontribusinya dalam mengkaji politik uang tentu
saja Aspinall. Dalam konteks desa Aspinall pernah mengkaji praktik politik uang di pemilihan
kepada desa (2017). Dalam studinya bersama Rohman ini Aspinall mengexplore bagaimana
demokratisasi telah merubah wajah para elite di desa dengan adanya keterlibatan mereka yang
kaya yang sebelumnya tak memiliki akses kekuasaan selama orde baru dapat menggunakan uang
yang mereka miliki untuk merebut kekuasaan dalam system pilkades melalaui mekanisme politik
uang. Karya Aspinall ini berkontribusi terhadap studi desa dan politik uang di Indonesia namun
sayang dalam konteks pilkades. Aspinall memiliki kelemahan dalam menjelaskan fenomena
politik uang dalam konteks pilkada yang memang tidak menjadi fokus kajiannya waktu itu.
Setelah membaca berbagai penelitian sebelumnya setidaknya kami mengindetifikasi beberapa
topic penelitian yang menarik untuk diajukan sebagai judul penelitian. Pertama, belum ada
peneltian yang signifikan melihat pengaruh politik uang terhadap trust sebagaiman konsep trust
yang dikemukakan oleh Putnam. Kedua, jikapun ada penelitian yang meneliti tentang factor
politik uang terhadap preperensi pemilih namun luput dari konteks politik informasi yakni
apakah mereka memilih kandidat karena mereka tahu atau tidak tahu informasi tentang track
record kandidat. Atau apakah politik uang terjadi karena asymmetric information. Atas dasar
inilah kemudian penelitian ini mencoba menjawab dua kelemahan penelitian sebelumnya.
11
BAB 3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitif, penelitian ini menganalisis kompleksitas
politik uang dihubungkan dengan modal sosial dan partisipasi politik. Data dasar tinggi
rendahnya modal sosial di desa adalah data Index Desa Membangun (IDM) 2019 yang
dilakukan tim peneliti Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung. Penelitian
kami sebelumnya di tahun 2020 tentang dan desa juga dijadikan studi pendahuluan untuk
penelitian ini.
Seluruh pemangku kepentingan di desa akan menjadi participant atau peserta dalam
penelitian ini. Secara metodologis sampel dalam penelitian ini dilakukan menurut kaidah
purposive sampling, sampel diambil berdasarkan pada kriteria dan tujuan tertentu. Fokus dari
penelitian ini adalah melakukan penilaian secara kualitatif terhadap tantangan modal sosial
dan partisipasi publik serta fakor-faktor yang memperngaruhinya dengan mengambil studi
kasus Desa.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis data. Data primer yang diambil dari
hasil quantitative well informed assestment yang dilakukan oleh para 33 orang responden dari
stakeholders terpilih baik unsur pemerintah desa, civil society termasuk tokoh desa, tokoh
agama dan pemuda maupun swasta. Untuk mendukung data primer tersebut peneliti juga
akan mengambil data sekunder dengan melakukan dokumen analisis terhadap kebijakan dan
data partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan desa.
Quantitative well-informed person assessment adalah sebuah metode untuk melakukan
penilaian terhadap objek penelitian yang dilakukan oleh pemangku kepentingan yang
memiliki informasi yang baik tentang tema penelitian. Dalam konteks ini, penelitian ini akan
memilih responden/informan yang diminta untuk melakukan penilaian kualititif terhadap
jalannya pemerintahan di desa dari aspek modal sosial, politik uang, kolaborasi dan
partisipasi dan kemudian para responden atau informan terpilih tersebut akan memberikan
penilaian apa tantangan yang dihadap daerah tersebut dalam meningkatkan modal sosial,
partisipasi politik dan kolaborasi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan
informan akan dilakukan didasarkan pada rekam jejak dan aktivitas sosial politik yang
dimiliki oleh para informan tersebut.
13
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
4.1. ANGGARAN BIAYA
Tabel 1. Rancangan Anggaran Biaya
No. Keterangan Sat Vol Frek Jml Besaran Total
ATK/BHP
1 Kertas HVS rim 5 1 5 Rp70.000 Rp350.000
2 Tinta printer catridge 2 2 4 RP250.000 Rp1.00.0000
3 Ballpoint dus 1 1 1 Rp30.000 Rp30.000
4 Block Notes pcs 20 1 20 Rp10.000 Rp200.000
5 Spidol Snowman pcs 20 1 20 Rp10.000 Rp200.000
6 Kertas Plano gulung 1 1 1 Rp20.000 Rp20.000
7 Map Plastik pcs 10 1 10 Rp5.000 Rp50.000
8 CD keping 5 2 10 Rp5.000 Rp50.000
9 Playwood pcs 5 1 5 Rp20.000 Rp100.000
subtotal ATK/BHP Rp2.000.000
Pengadaan Alat dan
Bahan
10 Bahan pustaka
penunjang eks 3 1
3 Rp200.000 Rp600.000
11 Pengadaan Instrumen keg 3 1 1 Rp100.000 Rp100.0000
12 Komunikasi keg 1 1 4 Rp100.000 Rp400.000
13 Koordinasi dengan
pihak terkait keg 4 1
1 Rp600.000 Rp600.000
Subtotal Pengadaan
Alat dan Bahan Rp2.600.000
Perjalanan
14 Sewa kendaraan keg 1 1 1 Rp400.000 Rp400.000
15 Konsumsi turun
lapang keg 1 1 1 Rp3.300.000 Rp3.300.000
Subtotal Perjalanan Rp3.700.000
Laporan/Publikasi
16 Proposal penelitian eks 1 1 4 Rp50.000 Rp200.000
17 Laporan penelitian eks 1 1 4 Rp50.000 Rp200.000
18 Biaya olah data keg 1 1 1 Rp800.000 Rp800.000
19 Seminar dan publikasi keg 1 1 Rp3.000.000 Rp3.000.000
Subtotal
Laporan/Publikasi Rp4.200.000
TOTAL Rp12.500.000
14
4.2. JADWAL PENELITIAN
Tabel 2. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan:
a. Rapat tim peneliti
b. Mengurus Perijinan ke lembaga terkait
c. Menyiapkan bahan wawancara
2 Pengumpulan Data dan Analisis Data:
a. Tabulasi Data
b. Pengujian Data
c. Analisis Data keseluruhan
d. Intepretasi dan Kesimpulan
3 Pembuatan draft laporan penelitian
4 Laporan akhir
5 Seminar hasil penelitian dan Jurnal
DAFTAR PUSTAKA
Almond, G. A., & Verba, S. (2015). The civic culture: Political attitudes and democracy in
five nations. Princeton university press.
Aspinall, E., & Sukmajati, M. (Eds.). (2016). Electoral dynamics in Indonesia: Money
politics, patronage and clientelism at the grassroots. NUS Press.
Aspinall, E., & Rohman, N. (2017). Village head elections in Java: Money politics and
brokerage in the remaking of Indonesia's rural elite. Journal of Southeast Asian
Studies, 48(1), 31-52. doi:10.1017/S0022463416000461
Cahyadi, R., & Hermawan, D. (2019). Strategi Sosial Pencegahan Politik Uang di
Indonesia. Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS KPK RI, 5(1), 29-41.
Cahyadi, R., Rahmatunnisa, M., Agustino, L., & Mariana, D. (2017). Vote Buying in
Lampung Local Election. MIMBAR, The Journal of Social and Development, 33(2), 359-
367.
Cahyadi, R., & Hermawan, D. (2019). Strategi Sosial Pencegahan Politik Uang di
Indonesia. Jurnal Antikorupsi INTEGRITAS KPK RI, 5(1), 29-41.
Harianto, H., Rahardjo, M., & Baru, B. M. (2018, September). Politik Uang dan Konflik
Horisontal dalam Pemilihan Kepala Desa, di Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
In Seminar Nasional Sistem Informasi (SENASIF) (Vol. 2, No. 1, pp. 1593-1602).
Kurniawan, R. C., Warganegara, A., Kurniawan, B., & Indrajat, H. (2020). Corruption In
Lampung Local Election. MIMBAR: Jurnal Sosial dan Pembangunan, 36(2).
Leonardi, R., Nanetti, R. Y., & Putnam, R. D. (2001). Making democracy work: Civic
traditions in modern Italy. Princeton, NJ: Princeton university press.
McDougall, C., & Banjade, M. R. (2015). Social capital, conflict, and adaptive collaborative
governance: exploring the dialectic. Ecology and Society, 20(1).
Muhtadi, B. (2019). Politik uang dan new normal dalam pemilu paska-orde baru. Integritas:
Jurnal Antikorupsi, 5(1), 55-74.
Muhtadi, B. (2013). Politik uang dan dinamika elektoral di Indonesia: Sebuah kajian awal
interaksi antara “Party-ID” dan Patron-Klien. Jurnal Penelitian Politik, 10(1), 17.
Muhtadi, B. (2020). Kuasa Uang. Kepustakaan Populer Gramedia.
Okhtariza, N. (2019). Petahana, Patronase, dan Politik Uang di Jawa. Centre for Strategic
and International Studies.