Modul Manajemen DIPA

361

Transcript of Modul Manajemen DIPA

i

Penyusun :

1. Saiful Islam

2. Bungkus Sasongko Purnomo

3. Linggo Supranggono

4. Agus Hendartono

5. Hafez Aditya

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan hidayahnya

sehingga kami dapat menyelesaikan draft modul Manajemen of Spending Authority

(MoSA) ini sesuai waktu yang direncanakan. Draft modul Manajemen of Spending

Authority atau yang biasa dikenal dengan Manajemen Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA) ini merupakan hasil kajian dari proses bisnis dalam kewenangan

Ditjen Perbendaharaan yaitu Mekanisme Pelaksanaan Anggaran.

Draft modul Manajemen DIPA merupakan kajian terhadap pelaksanaan

manajemen DIPA di Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dalam modul ini akan

diuraikan mekanisme manajemen DIPA saat ini, menganalisis dari sisi pelaksanaannya

serta kemudian memberikan masukan tentang rancangan manajemen DIPA di masa

mendatang berikut strategi penerapannya.

Penyusunan Draft Modul MoSA ini merupakan salah satu bagian dari tugas

pokok dan fungsi Direktorat Transformasi Perbendaharaan. Penyusunan modul ini

diharapkan dapat menjadi sarana untuk menggali lebih jauh mengenai mekanisme

penerbitan DIPA dan hubungannya dengan berbagai subsistem dalam Sistem

Perbendaharaan dan Anggaran Negara. Sedangkan bagi Direktorat Transformasi

Perbendaharaan khusunya bagi penyusun, draft modul ini diharapkan mampu

memberikan motivasi untuk selalu memperbaiki diri dan terbuka bagi segala masukan

dan kritikan yang membangun.

Penyelesaian draft modul Manajemen DIPA ini tidak terlepas dari bimbingan,

arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Tim Penyusun mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuannya dalam penyelesaian modul ini, khususnya kepada Direktur Transformasi

Perbendaharaan atas bimbingan dan masukannya sehingga draft modul ini dapat

diselesaikan.

iii

Terakhir, dengan kerendahan hati penyusun menyadari draft modul ini jauh

dari kesempurnaan, berbagai sudut pandang yang ada sangat kami butuhkan untuk

selalu memperbaiki analisis kami atas berbagai permasalahan yang ada. Oleh karena

itu maka penyusun sangat membuka bagi setiap masukan dan kritik yang membangun.

Sekian dan Terimakasih.

a.n Tim Penyusun

Kasubdit TPBI

Saiful Islam, MBA

iv

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Ruang Lingkup 2

C. Tujuan dan Manfaat 2

D. Metode Penulisan 3

BAB II LANDASAN KONSEPTUAL 5

A. Tinjauan Literatur 5

B. International Practices 20

BAB III GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING 28

A. Dasar Hukum 28

B. Pengertian Umum 30

C. Format DIPA 52

D. Proses Bisnis 56

E. Exception dalam Manajemen DIPA 64

F. Permasalahan Terkait Manajemen DIPA 66

BAB IV MANAJEMEN DIPA FUTURE 72

A. Visi dan Misi 72

B. Fitur Oracle (ERP SPAN) dalam Manajemen DIPA 74

C. Manajemen DIPA diluar ERP “Pemberian DIspensasi (UP dan Akun)” 83

D. Area of Improvement Manajemen DIPA Future 85

E. Usulan Format Baru DIPA 140

BAB V KONEKSITAS PENGEMBANGAN BISNIS PROSES DAN STRATEGI

IMPELEMENTASI

150

A. Koneksitas Pengembangan Proses Bisnis MoSA 150

B. Strategi Implementasi 151

BAB VI PENUTUP 157

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

158

161

v

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama beberapa dekade sebelum disahkannya peraturan perundang-

undangan terkait penganggaran dan keuangan negara, Indonesia menggunakan sistem

pengelolaan keuangan berdasarkan peraturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial.

Dengan perkembangan pelaksanaan keuangan pemerintah di berbagai negara dan

tuntutan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, mendorong pemerintah

Indonesia untuk melakukan reformasi pengelolaan keuangan negara.

Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 merupakan komitmen bersama dalam memperbaiki sistem

penganggaran negara. Pelaksanaan peraturan keuangan negara perlu didukung oleh

sistem manajemen penggaran dan perbendaharaan yang menunjang pelaksanaan

tugas-tugas yang dibebankan oleh pengelola keuangan baik oleh chief financial officer

(CFO) sebagai Bendahara Umum Negara maupun chief operating officer (COO) sebagai

pengguna anggaran. Sebagai tindak lanjut penerapan sistem manajemen

penganggaran maka diluncurkan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)

sebagai wadah dalam menerapkan sistem manajemen penganggaran dan

perbendaharaan negara.

Modernisasi pengelolaan keuangan pemerintah memerlukan dukungan

sistem informasi yang handal dan terintegrasi, mulai dari perencanaan anggaran,

perbendaharaan dan pelaksanaan anggaran, pengelolaan utang, maupun pelaporan

dan pengawasan.

Sebagai bagian dari reformasi di bidang keuangan sejak tahun 2004

Departemen Keuangan telah merencanakan untuk melakukan reformasi sistem

informasi, khususnya di bidang perbendaharan dan penganggaran. Rencana tersebut

akan dibiayai dengan pinjaman dari Bank Dunia dalam payung Government Financial

2

Management and Revenue Administration Project (GFMRAP) di Departemen

Keuangan. Salah satu unsur utama dalam GFMRAP tersebut adalah proyek Sistem

Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN).

SPAN adalah proyek jangka panjang yang menempatkan Direktorat Jenderal

Perbendaharaan dan Direktorat Jenderal Anggaran sebagai leading institutions,

meliputi pembangunan sistem perbendaharaan dan anggaran negara yang sesuai

dengan best practices yang diharapkan, dengan didukung oleh sistem informasi yang

modern, baik yang terkait dengan software maupun hardware, melibatkan dan

menghubungkan sistem informasi perbendaharaan dan anggaran di beberapa Eselon I

di Departemen Keuangan, lima kementrian/lembaga negara di pusat, DPR, seluruh

KPPN dan institusi pemerintah lainnya yang ditetapkan.

Sistem pelaksanaan anggaran harus memenuhi sasaran dari Public

Expenditure Management (PEM) yaitu pengawasan pengeluaran secara menyeluruh,

alokasi strategis dan efisiensi pelaksanaan. Dalam sistem pelaksanaan anggaran

sebelumnya mengacu pada : fokus pada kepatuhan dan meyakinkan penerapan

disiplin fiskal

B. Ruang Lingkup

Tulisan ini akan membatasi pembahasan pada permasalahan yang berkaitan

langsung dengan proyek SPAN sesuai dengan dokumen penawaran (bidding document)

yang telah disusun. Beberapa hal yang akan dibahas antara lain proses allotment,

annual financial plan dan cash limit

C. Tujuan dan Manfaat

Pembaharuan proses pelaksanaan anggaran agar sesuai dengan tuntutan

masyarakat yaitu keterbukaan, efisiensi dan sebagai sarana mencapai kesejahteraan

memerlukan format yang modern namun tetap disesuaikan dengan tingkat kesiapan

para penyelenggara secara keseluruhan agar tujuan akhir untuk peningkatan

kesejahteraan dapat dicapai. Berdasarkan kondisi yang ada dari satuan kerja dan

harapan di masa mendatang perlu disusun konsep pelaksanaan anggaran yang

komprehensif namun tetap mengakokomodasi keadaan-keadaan tertentu yang tidak

terdapat dalam pelaksanaan di negara lain yang sudah maju. Tulisan ini bertujuan

3

untuk mendefinisikan visi dan tujuan yang akan dicapai dari pelaksanaan Management

of Spending Authority (MoSA) serta bagaimana kondisi pelaksanaan anggaran saat ini

untuk dilakukan penyesuaian dengan konsep yang ada dalam SPAN.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan dalam modul ini dimulai dari penjelasan mengenai latar

belakang penulisan, ruang lingkup penulisan, tujuan dan manfaat serta metodologi

penulisan. Kemudian akan dijelaskan mengenai landasan konseptual dalam

manajemen DIPA baik yang berasal dalam literatur maupun best practice internasional

sebagai dasar pemikiran untuk pengembangan manajemen DIPA future. Langkah

selanjutnya yaitu analisis terhadap Manajemen DIPA existing, hal ini dilakukan untuk

mengetahui kekurangan dan kelebihannya serta menentukan pada titik-titik mana

yang memerlukan perbaikan. Berdasarkan analisis terhadap Mananajemen DIPA

existing, modul ini akan berusaha menguraikan bagaimana seharusnya Manajemen

DIPA future baik dalam tataran konsep maupun bisnis prosesnya.

Tabel I

Metodologi Penulisan

JUDUL BAB KETERANGAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang pembahasan Manajemen DIPA

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan dan Manfaat

D. Metode Penulisan

BAB II

LANDASAN KONSEPTUAL

A. Tinjauan Literatur tentang manajemen DIPA yang

akan membahas tentang teori dan best practice

manajemen DIPA di dunia.

B. International Practice akan membahas tentang

manajemen anggaran di beberapa negara

4

BAB III

GAMBARAN UMUM

MANAJEMEN DIPA

EXISTING

A. Manajemen DIPA saat ini baik dari sisi peraturan

yang mendasarinya, bisnis prosesnya dan exception-

exception dalam Manajemen DIPA saat ini.

B. Assesment manajemen DIPA yang berlaku saat ini

sehingga dapat mengetahui kekurangan dan

kelebihannya.

BAB IV

MANAJEMEN DIPA

FUTURE

A. Visi dan Misi

B. Fitur Oracle (ERP SPAN) dalam Manajemen DIPA

C. Areas of Improvement Manajemen DIPA Future

D. Proses Bisnis Manajemen DIPA Future

E. Proses Bisnis MoSA Kedepan (alur dan Penjelasan)

BAB V

KONEKSITAS

PENGEMBANGAN

PROSES BISNIS DAN

STRATEGI

IMPLEMENTASI

Identifikasi potensi permasalahan dalam penerapan

future Management of Spending Authority (MoSA) serta

strategi yang akan dilakukan dalam rangka mewujudkan

proses bisnis tersebut.

BAB VI

PENUTUP

Kesimpulan dan saran untuk proses pada tahap

selanjutnya

5

BAB II

LANDASAN KONSEPTUAL

Bab ini akan membahas beberapa pengertian terkait dengan manajemen

pelaksanaan anggaran serta beberapa konsep yang diterapkan oleh negara lain sebagai

bahan perbandingan dalam pelaksanaan anggaran di masa mendatang. Peningkatan

manajemen pelaksanaan anggaran berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 pasal 7 angka 2

huruf (c) yaitu Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara berwenang

melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara. Tugas dimaksud dilaksanakan

dengan mengoptimalkan peran DIPA bukan hanya sebagai dokumen alokasi pagu bagi

suatu satuan kerja namun juga sebagai alat kontrol dalam pengeluaran anggaran oleh

satuan kerja.

A. Tinjauan Literatur

1. Pentingnya Manajemen Pelaksanaan Anggaran

Pelaksanaan anggaran (budget execution) adalah tahapan pada saat sumber daya

digunakan untuk implementasi kebijakan dikaitkan dengan anggaran yang

disediakan. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam pelaksanaan

anggaran adalah implementasi anggaran yang formulasinya disusun dengan baik

namun pelaksanaannya jelek, namun tidak memungkinkan untuk

mengimplementasikan anggaran yang formulasinya buruk dengan baik.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan rencana penganggaran

yang baik sesuai dengan rangkaian proses yang telah disusun. Namun proses

pelaksanaan anggaran bukan mekanisme yang sederhana untuk memastikan

kepatuhan pelaksanannya berjalan sesuai dengan program awal. Bahkan dengan

sistem yang direncanakan dengan baik, adanya perkembangan ekonomi makro

yang tidak diharapkan dapat terjadi selama tahun anggaran berjalan akan

tercermin dalam pelaksanaan anggaran. Tentunya perubahan-perubahan yang ada

6

seharusnya diakomodasi sesuai dengan sasaran kebijakan awal secara konsisten,

untuk menghindari permasalahan pada kegiatan yang akan dilaksanakan dan

manajemen proyek yang telah disusun.

Keberhasilan pelaksanaan anggaran tergantung sejumlah faktor lain, seperti

kemampuan menyesuaikan dengan perubahan-perubahan dalam ekonomi makro

dan kapasitas implementasi/kemampuan penyesuaian dari pelaksana (satker K/L)

bersangkutan. Pelaksanaan anggaran melibatkan sejumlah besar pelaku yang

dimulai dari persiapan anggaran dan kedua proses tersebut dilibatkan untuk

memastikan bahwa perencanaan anggaran ditransmisikan dengan benar dan

untuk memperhitungkan umpan balik dari pengalaman yang terjadi dalam

implementasi anggaran (Allen, R, dkk, 2001).

Pelaksanaan anggaran yang efisien mencakup: (i) kepastian bahwa anggaran akan

diimplementasikan sesuai dengan otorisasi yang diperoleh dari UU baik aspek

yang terkait dengan keuangan dan kebijakan; (ii) mengadaptasi/menyesuaikan

pelaksanaan anggaran terhadap perubahan-perubahan yang signifikan dalam

ekonomi makro; (iii) mengatasi masalah yang muncul selama implementasi dan

(iv) mengatur/manajemen dalam pembelanjaan dan penggunaan sumber daya

secara efisien dan efektif.

2. Sistem Pelaksanaan Anggaran

Allen, R dan Tommasi, D, (2001) menyatakan bahwa siklus pelaksanaan anggaran

(The Budget Execution Cycle ) terdiri dari tahap :

a. Apportionment dari anggaran yang telah disahkan dan pemberian dana kepada

satuan kerja

b. Komitmen

c. Penerimaan (acquisition) dan verifikasi (tahap pengenalan liabiliti)

d. Pengeluaran permintaan pembayaran

e. Pembayaran

Terkait dengan Management of Spending Authority (MoSA) maka siklus anggaran

akan terfokus pada tahap otorisasi dan pengalokasian. Setelah anggaran disetujui

oleh lembaga legislatif, satuan kerja diberikan kewenangan untuk membelanjakan

7

uang melalui berbagai mekanisme, seperti warrant dari kementerian keuangan,

keputusan-keputusan dan rencana alokasi. Otorisasi ini pada umumnya diberikan

untuk sepanjang tahun anggaran, namun untuk beberapa negara persemakmuran

diberikan untuk periode yang lebih singkat (otorisasi untuk membelanjakan dana

untuk belanja barang dan jasa diberikan secara kuartalan). Dalam beberapa

negara, prosedur otorisasi terdiri dari dua langkah :

a. Warrant memberikan kewenangan kepada kementerian untuk menggunakan

anggaran yang telah disahkan atau bagian dari anggaran yang telah disahkan

tersebut.

b. Kementerian (satuan kerja utama) memberikan/membagi dana yang telah

disahkan untuk dibelanjakan oleh satuan kerja di bawahnya.

Kementerian keuangan dapat menggunakan prosedur otoriasi ini untuk menunda

sebagian dari dana yang telah disahkan untuk digunakan oleh satuan kerja. Suatu

prosedur dapat mengindikasikan manajemen penganggaran yang bijaksana,

namun dalam penerapannya sering timbul dari kenyataan bahwa terdapat proses

yang sulit dari perencanaan anggaran menjadi pelaksanaan anggaran. Proses

penganggaran seharusnya segera mengalokasikan pagu yang sudah disetujui

kepada satuan kerja. Namun dibeberapa negara prosedur pengesahan dapat

menghabiskan waktu sampai beberapa minggu. Khususnya beberapa negara yang

menggunakan konsep Perancis (francophone), dana-dana yang dialokasikan

kepada satuan kerja yang lokasinya jauh hanya dapat disediakan pada kuartal

kedua tahun anggaran berjalan. Hal ini tentunya secara umum akan menjadi

sumber inefisiensi utama yang seharusnya diatasi.

Sedangkan Thompson, F, dan Zumeta, W, (1981) memberikan pernyataan bahwa

Budget Execution memiliki dua fase :

a. Pengeluaran oleh pemerintah dalam suatu tahun anggaran dimulai dengan

membelanjakan alokasi yang diterimanya. Pengawasan pemerintah pusat

bertujuan meyakinkan bahwa pengeluaran yang dilaksanakan sesuai dengan

rencana. Jangka waktu pengeluaran dilaksanakan melalui sistem allotment

baik bulanan atau triwulanan. Lembaga yang melaksanakan pengeluaran

dilarang menciptakan kewajiban melebihi allotment. Lebih jauh lembaga yang

8

melaksanakan pengawasan meneliti semua permintaan transfer dari waktu ke

waktu antar rekening untuk beberapa pengeluaran yang digunakan;

b. Audit dan evaluasi setelah tahun anggaran berakhir, lembaga pencatat diaudit

melaksanakan verifikasi atas akurasi laporan pengeluaran berdasarkan

peraturan hukum berlaku. Evaluasi ex post dapat dilakukan untuk

memverifikasi apakah target yang dibuat sesuai dengan hasil yang dicapai.

Proses penganggaran pemerintah pusat dapat berlangsung lama sehingga setiap

lembaga baik pengguna anggaran, pengevaluasi dan sebagainya terlibat dalam

suatu siklus yang secara simultan terdiri atas fase yang multi proses. Kejadian-

kejadian yang timbul antara lain perubahan harga, proyeksi penerimaan akan

berpengaruh terhadap proses tersebut. Sehingga pengertian, komitmen dan

ekspektasi secara konstan direvisi seperti estimasi dan pengawasannya.

Komponen yang spesifik, kejadian dan waktu dari proses penganggaran tentunya

tidak identik di setiap tempat. Namun kegiatan penganggaran dimaksud tetap

merupakan hal yang spesifik dengan peran, struktur, fase serta kegiatan serta

tidak masalah dimana hal tersebut dilakukan (suatu negara). Hampir semua analis

anggaran dan pengujinya berpendapat bahwa proses pengeluaran/pelaksanaan

anggaran memerlukan waktu lebih panjang daripada proses persiapan

penganggaran.

Konsep pengawasan memiliki banyak arti apabila diterapkan pada pelaksanaan

penganggaran. Hal itu dapat berarti memangkas perkiraan-perkiraan yang

direncanakan karena tidak adanya dana, mengurangi rencana pengeluaran dalam

proses pelaksanaan anggaran atau mengimplementasikan kebijakan tertentu

terhadap suatu kegiatan atau pelaksana kegiatan. Namun para pejabat yang

terkait dengan pengawasan mengharapkan adanya keseimbangan anggaran

dengan mengontrol suatu ketidakpastian yang mungkin timbul (Wildavsky, 1975,

pp. 118-119).

Oleh karena itu dalam sektor publik, pengawasan terhadap pengeluaran memiliki

tiga manfaat : efisiensi (manajemen kontrol/pengawasan), memastikan kepatuhan

sesuai dengan persetujuan parlemen (kontrol politik) dan keseimbangan anggaran

(kontrol anggaran).

9

3. Overspending and Underspending

Kelebihan penggunaan (overruns) pembayaran terkadang disebabkan karena

ketidakpatuhan pengelola anggaran dengan jumlah pagu (spending limits) yang

telah ditentukan dalam anggaran yang terjadi pada saat pengeluaran dibuat

komitmennya. Karena dana yang dialokasikan kepada satuan kerja untuk

pengeluaran yang telah disetujui biasanya dikontrol maka kelebihan ini

menyebabkan tunggakan. Kelebihan sering terjadi sebagai hasil mekanisme

pengeluaran off-budget (pembayaran dari rekening khusus, neraca “below-the-

line”).

Pada beberapa negara, prosedur pengeluaran dapat menjadi tidak praktis

sehingga “pengaturan yang dikecualikan” dibuat untuk memangkas prosedur

tersebut. Pembayaran yang dibuat melalui prosedur pengecualian ini tidak

dikontrol sesuai dengan pengesahan dana (appropriation) sehingga menjadi

penyebab penting terjadinya kelebihan penggunaan. Kepatuhan yang kurang

dapat diatasi melalui penguatan sistem audit dan sistem pelaporan serta

meyakinkan pengawasan pelaksanaan anggaran. Penganggaran yang

komprehensif diperlukan dan prosedur yang dikecualikan seharusnya dihindari

dalam beberapa negara hal ini membutuhkan penyederhanaan sistem.

Kelebihan dapat terjadi karena kurang efisiennya pembahasan anggaran dan

underspending dapat terjadi karena tidak tercukupinya alokasi dana dalam

perencanaan anggaran dan program. Perkembangan pelaksanaan pengeluaran

anggaran yang mengalami kesulitan karena faktor perencanaan dapat diberikan

fleksibilitas untuk realokasi dana dalam pelaksanaan keseluruhan program.

Beberapa hal yang memungkinkan penyebab overspending :

- Berlanjutnya komitmen dalam investasi

- Pembayaran gaji yang melampaui pagu

- Dampak inflasi

- Keputusan atau peraturan yang diambil oleh pemerintah atau DPR yang

berakibat terhadap sektor keuangan

10

- Kekurangan dana pada rekening khusus pemerintah disebabkan pengeluaran

yang tidak memenuhi syarat

- Anggaran yang dianggarkan berlebihan serta proyeksi penerimaan yang tidak

realistis

- Perencanaan keuangan yang terlalu optimisits yang tidak mempertimbangkan

jangka waktu yang diperlukan untuk pengadaan atau mobilisasi dana dari luar

4. Assuring Financial Compliance (Allen, R, dkk, 2001)

a. Release of funds

Instrumen yang digunakan oleh Menteri Keuangan untuk memberikan suatu

otoritas kepada pengelola anggaran dalam melakukan pengeluaran berbeda antar

negara (penerbitan warrant dan pemberitahuan rencana pelaksanaan

anggaran/budget implementation plan). Hal ini penting bagi pelaksanaan anggaran

yang efektif yaitu menteri keuangan memberikan otoritas tersebut dalam rentang

waktu dan pola yang jelas sebagai usaha untuk menghindari terjadinya kesulitan

dalam penggunaan anggaran. Dalam pelaksanaan manajemen kas memerlukan

persiapan implementasi anggaran in-year dan rencana kas namun rencana-

rencana ini harus disesuaikan dengan otoriasi-otorisasi anggaran (kecuali dalam

keadaan khusus atau jika anggaran tidak dapat dipersiapkan dengan baik).

Di beberapa negara yang masih dalam keadaan transisi, karena adanya masalah

fiskal atau anggaran yang overestimated, dana yang diberikan kepada K/L

berdasarkan harian (day-to-day basis). Hal tersebut terdapat dalam sistem

perbendaharaan yang terpusat, mekanisme ini terdiri dari suatu lembaga yang

dipilih khusus yang akan diberikan dana atau pemilihan (penentuan) dari tagihan-

tagihan yang akan dibayar. Di beberapa negara pilihan ini dibuat oleh komite yang

disusun oleh pimpinan perbendaharaan, menteri keuangan dan perdana menteri.

Dana sering diberikan dalam keadaan darurat dan berdasarkan politik,

mengurangi/membuang prioritas-prioritas yang didefinisikan dalam anggaran

dimaksud. “Cash budget” yang efektif diformulasikan secara implisit dalam proses

ini, diganti untuk anggaran yang telah diotorisasi dan mungkin cukup berbeda dari

anggaran yang disetujui parlemen. Kelemahan lain dari sistem cash rationing

11

adalah bahwa pengelola pengeluaran dapat melanjutkan untuk membuat

komitmen sesuai dengan anggarannya dan kemudian mengakumulasi tunggakan

walaupun hal tersebut telah sesuai dengan bentuk prosedur anggaran yang

formal.

Sequestering adalah pemblokiran anggaran yang sudah disetujui oleh menteri

keuangan terkait dengan penyeimbangan kembali anggaran tanpa penyesuaian

rencana kas. Pada saat sequestering disetujui, komitmen yang sedang berjalan

seharusnya diperhitungkan di dalam suatu rekening. Walaupun sequestering

terkadang menjadi penting, namun hal tersebut dapat mengurangi kemampuan

prediksi dan seharusnya hanya digunakan dalam keadaan khusus.

Di beberapa negara, otorisasi pengeluaran melalui warrants oleh pengguna untuk

membuat komitmen pengeluaran memerlukan persetujuan sebelumnya (“visa”)

dari institusi audit tertinggi. Dalam kebanyakan kasus, prosedur ini adalah “ agak

seremonial” atau “muluk” (Premchand, 1993) murni secara formal dan tidak

menciptakan penundaan yang tidak perlu dalam pelaksanaan anggaran. Dalam

kaitan ini relevansi dari prosedur ini perlu dipertanyakan, setelah institusi audit

tertinggi seharusnya tidak dilibatkan dalam prosedur pengawasan ex ante.

b. Compliance controls

Dasar pengawasan kepatuhan selama pelaksanaan anggaran adalah :

- At the commitment stage (financial control),

Perlu verifikasi apakah (i) usulan untuk pengeluaran dana telah disetujui oleh

pihak yang diberi kewenangan; (ii) dana yang telah disetujui untuk digunakan

tercantum dalam dokumen anggaran; (iii) dana yang tersisa cukup tersedia

dalam kategori pengeluaran yang sesuai; dan (iv) pengeluaran diklasifikasikan

dalam cara yang tepat.

- When goods and services are delivered (verification)

Dokumen sebagai bukti yang diperlukan terkait barang yang telah diterima atau

jasa yang telah dilaksanakan harus diverifikasi.

12

- Before payment is made

Perlu konfirmasi terkait (i) komitmen telah dibuat dengan benar pada suatu

pengeluaran; (ii) penanggung jawab yang kompeten telah menyetujui bahwa

barang-barang telah diterima atau jasa telah dilaksanakan seperti yang

diharapkan; (iii) tagihan dan dokumen permintaan pembayaran lainnya

lengkap, benar dan sesuai untuk pembayaran dan (iv) kreditor diindentifikasi

dengan tepat.

- After final payment is made (audit)

Penting untuk menguji dan meneliti dengan cermat pengeluaran yang terkait

dan laporan yang tidak biasa.

Tanggung jawab dari kementerian keuangan antara lain :

- Terkait dengan pengawasan pelaksanaan anggaran, administrasi sistem

pemberian dana (release of funds), memonitor arus pengeluaran,

mempersiapkan revisi anggaran, manajemen sistem pembayaran yang terpusat

(jika ada), pengawasan rekening bank pemerintah, administrasi sistem

penggajian terpusat (jika ada), mempersiapkan laporan keuangan dan neraca.

- Dalam implementasi kebijakan, peninjauan perkembangan pelaksanaan secara

independen atau bersama dengan K/L, mengidentifikasi perubahan kebijakan

yang sesuai dan mengusulkan kepada Presiden realokasi appropriations dalam

kerangka yang disahkan oleh legislatif.

Tanggung jawab dari K/L antara lain :

- Terkait dengan administrasi anggaran, alokasi dana antar unit di bawahnya,

pembuatan komitmen, pembelanjaan dan pengadaan barang dan jasa,

verifikasi barang dan jasa yang diperoleh, penyiapan permintaan pembayaran

(pembuatan payment jika sistem payment tidak sentralisasi), penyiapan

laporan perkembangan pelaksanaan, memonitor indikator kinerja dan tetap

menjaga catatan keuangan dan rekeningnya.

13

- Terkait dengan implementasi kebijakan, secara periodik meninjau implementasi

program-program yang sesuai (termasuk memonitor indikator kinerja),

identifikasi permasalahan dan implementasi solusi yang tepat,dan realokasi

sumber dana antar program sektoral (namun masih di dalam kerangka

kebijakan anggaran secara keseluruhan).

c. Other Issues of Budget Implementation

- Monitoring the execution of the budget

Untuk menjaga pelaksanaan anggaran dalam suatu pengawasan maka suatu

sistem yang komprehensif dan tepat untuk memonitor transaksi anggaran

diperlukan. Hal ini pelru untuk mendata secara sistematik dan melacak

penggunaan dana yang sesuai. Akuntansi penganggaran (appropriation)

seharusnya mencakup appropriation, apportionment, kenaikan atau penurunan

dalam appropriation, komitmen/kewajiban (termasuk prosedur khusus untuk

memonitor komitmen ke depan), pengeluaran-pengeluaran yang berada pada

tahap verifikasi/pengiriman dan pembayaran (payment). Suatu sistem hanyalah

salah satu elemen dari sistem akuntansi pemerintah, namun hal yang paling

penting bagi kedua formulasi kebijakan dan implementasi anggaran yang

diawasi.

- In-year budget revisions

Kesulitan sering timbul dalam melakukan perencanaan yang akurat dari

implementasi dari program-program tertentu atau kunci pengembangan

ekonomi makro seperti perubahan ekonomi dunia, inflasi, tingkat bunga dan

nilai tukar. Lebih jauh, beberapa pengeluaran yang tidak direncanakan selama

persiapan anggaran mungkin muncul selama pelaksanaan anggaran. Untuk

membatasi pengaruh dari permasalahan dimaksud, pengaturan untuk

pemindahan (transfer) harus fleksibel dan suatu cadangan yang dimungkinkan

seharusnya dimasukkan dalam anggaran tersebut seperti tersebut.

Appropriation untuk pengembalian hutang merupakan contoh yang tidak dapat

dibatasi jumlahnya dan seharusnya direvisi sesuai dengan perkembangan

tingkat bunga dan nilai tukar.

14

- Dalam kasus perubahan dalam tahun berjalan maka perubahan komposisi dari

anggaran atau saat keseluruhan kenaikan pengeluaran tidak dapat diabaikan,

anggaran mungkin harus direvisi. Mekanisme revisi anggaran antar negara

berbeda-beda dan seharusnya secara jelas tercantum dalam undang-undang

penganggaran.

5. Pengertian Dasar Manajemen Pengeluaran : (Hashim, A and Allan, B, 2001)

a. Apportionment and Allotment

Anggaran tahunan yang disetujui oleh parlemen dimasukkan ke dalam sistem oleh

DJA. Persetujuan pagu anggaran bagi kementerian untuk membelanjakan

diuraikan dalam tingkat yang lebih detil yaitu ke dalam klasifikasi ekonomi dan

dialokasikan berdasarkan periode waktunya (triwulanan dan bulanan) dan

didaftarkan ke dalam sistem oleh kementerian keuangan dan diberitahukan

kepada kementerian/lembaga. Sebaliknya K/L mendaftarkan anggaran secara

mendetail kepada satker di bawahnya dan mengkomunikasikan alokasi pada

masing-masing satker. Inilah “batas pengeluaran” (spending limits) bagi K/L dan

satker setiap tirwulanan/bulanan sepanjang tahun anggaran. Spending limits

dimungkinkan bervariasi selama proses berjalan sepanjang tahun sesuai dengan

hasil pertimbangan kemampuan penganggaran triwulanan/bulanan. Sebagai

contoh suatu kasus yang disebabkan oleh variasi dan perbedaan dalam

perencanaan penerimaan, komitmen dan bentuk pengeluaran.

b. Warrant allocation

Setiap tahun perencanaan keuangan membuat proyeksi mendetil terhadap

perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang dilakukan oleh satker dan K/L. Dalam

perkembangannya selama tahun berjalan, pejabat sektoral mempersiapkan

permintaan penggunaan dana secara periodik berdasarkan kategori ekonomi.

Kemudian kementerian keuangan mengeluarkan warrant kepada K/L untuk setiap

kategori pengeluaran. Dari jumlah tersebut setiap K/L mengeluarkan sub-warrants

untuk tiap satker dan mempertimbangkan satker yang tepat. Proses-proses ini

dilaksanakan secara periodik sepanjang tahun. Jumlah warrant dan sub-warrant

diberikan dalam jumlah yang spesifik dalam spending limits/pagu masing-masing

15

satker. Jumlah warrant ditentukan berdasarkan hasil penelitian/pertimbangan

anggaran secara periodik, revisi perkiraan penerimaan dan cash balances.

Sistem manajemen anggaran yang ada pada Kantor Pusat Perbendaharaan

seharusnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk menerbitkan Treasury Warrants dalam

suatu batas anggaran yang telah disetujui parlemen sesuai dengan klasifikasi

anggarannya. Sistem manajemen anggaran yang berjalan pada kantor pusat K/L

seharusnya juga memiliki fasilitas untuk mencatat Treasury Warrants yang

diterima dari Perbendaharaan dan menerbitkan Sub-warrants kepada satker

dibawahnya dalam batas yang ditetapkan Perbendaharaan. Demikian pula

pelaksanaan sistem manajemen anggaran pada kantor perbendaharaan di daerah

(Kanwil) seharusnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk mencatat sub-warrants yang

diterima dari lembaga di atasnya dan menerbitkan sub-sub-warrants terhadap

sub-warrant yang dibutuhkan.

Pada umumnya warrants dan sub-warrants akan disampaikan kepada K/L, satker

dan kantor perbendaharaan dibawahnya secara elektronik melalui network.

c. Funds control register

Komitmen dibuat berdasarkan kombinasi kode klasifikasi anggaran pengeluaran

dan sub-warrant atau sejumlah sub-sub-warrant. Dana yang tersedia (fund

available) ditentukan oleh perbedaan antara akumulasi dana yang dialokasikan

oleh sub-warrant(s) atau sub-sub warrant(s) dan perkembangan komitmen total di

bawah masing-masing kode klasifikasi anggaran pengeluaran. Untuk meyakinkan

bahwa :

a) Warrants yang dikeluarkan oleh Treasury Office direkam secara akurat dan

lengkap;

b) Penerbitan sub-warrants masih dalam batas warrant yang tersedia untuk tiap

kode klasifikasi anggaran;

c) Penerbitan sub-sub-warrant dalam batas yang tersedia bagi sub-warrant untuk

tiap kode klasifikasi anggaran;

d) Komitmen terhadap tiap kode klasifikasi anggaran dalam batas yang disediakan

bagi sub-warrant atau sub-sub-warrant.

16

d. Budget Transfers/Virements

Pada umumnya peraturan terkait dengan penganggaran memberikan kewenangan

kepada kementerian keuangan, K/L dan satker untuk melakukan pergeseran

anggaran antar organisasi dan klasifikasi tujuan dalam pembatasan-pembatasan

yang terdapat dalam peraturan terkait. Kekurangan yang teridentifikasi oleh satker

dalam satu atau beberapa kategori ekonomi akan disesuaikan dengan kelebihan

yang terdapat pada kategori ekonomi lainnya dalam belanjanya. Dalam hal ini

permintaan transfer anggaran/dana perlu diproses.

Untuk beberapa item dan dalam batas tertentu, satker mungkin memiliki kekuatan

keuangan dalam transfer antar mereka sendiri. Dalam kasus-kasus ini, satker akan

mengupdate data base anggaran dalam sistem. Dalam kasus transfer yang berada

di luar kemampuan keuangannya, mereka akan mengajukan permohonan kepada

kementeriannya (pusat) atau kementerian keuangan untuk memproses transfer

tersebut, tergantung pada jenis transfer. Jika disetujui, K/L/MOF akan memproses

transfer dan mengupdate data base dimaksud. Satker akan diinformasikan tentang

keputusan atas permintaan yang diajukan.

Definition of virement (OECD, ADB, Ecorys, 2010)

Virement berasal dari kata Bahasa Perancis. Dalam sistem francophone secara

umum kata virement digunakan dalam pengertian yang sempit dan mengacu

hanya untuk realokasi antara budget items yang merubah pengeluaran dalam

kelompok ekonomi. Namun terminologi dalam bahasa Perancis sering digunakan

dalam peraturan/hukum dalam bidang penganggaran dan/atau regulasi keuangan

di negara-negara lain dan telah menggunakan pengertian yang lebih luas :

virement berarti realokasi antar budget items (kementerian/bagian, program, line

item, dll). Dalam definisi yang lebih luas ini pengertian virement dapat dibedakan

menjadi :

(1) realokasi yang bebas dibuat oleh SU;

(2) realokasi yang memerlukan persetujuan oleh L/M;

17

(3) realokasi yang dusampaikan untuk mendapat persetujuan dari Menteri

Keuangan.

Dalam beberapa kasus, terminologi virement bahkan termasuk (4) realokasi yang

memerlukan otorisasi legislatif terkait, yang didefinisikan dalam undang-

undang/peraturan penganggaran dan atau regulasi keuangan. Dalam kasus

keempat ini perubahan secara umum dalam apropriasi terhadap suatu prosentase

tertentu dari apropriasi awal, namun tanpa mempengaruhi pengeluaran total dari

persetujuan atas virement di pembahasan tingkat tinggi, dan tidak selalu anggaran

tambahan diperlukan. Dalam kasus perubahan-perubahan yang mempengaruhi

jumlah pengeluaran total, hal ini harus diajukan kepada legislatif untuk mendapat

persetujuan melalui anggaran tambahan.

OECD mendefinisikan virement lebih umum sebagai “ A movement of funds from

one account to another, which can be limited by formal rules. To prevent misuse,

government organitations must normally seek authorisation to make such

transfers”. Namun demikian definisi umum yang digunakan di banyak negara

difokuskan pada item (1) sampai (3).Hal ini sejalan dengan definisi yang digunakan

oleh organisasi-organisasi internasional (ADB) yaitu virement secara umum

didefinisikan sebagai : “The [simultaneous] transfer of expenditure provision from

one line item [object; sub-program] to another during the budget year”.

e. Supplementary Budgets

Proses revisi pada tahun tertentu terhadap anggaran yang telah disetujui oleh

parlemen mungkin akan dilaksanakan. Revisi-revisi ini dilakukan terkait dengan

finalisasi anggaran yang telah disetujui di awal. Proses penyiapan anggaran

tambahan mencakup persiapan, alur kerja dan persetujuan atas permintaan bagi

anggaran tambahan. Anggaran tambahan pada umunya disampaikan kepada

parlemen untuk dibahas pada pertengahan tahun. Tambahan dana ini pada

umunya digunakan untuk program yang langsung terkait dengan perekonomian

nasional antara lain digunakan dalam rangka meningkatkan lapangan kerja dan

pengentasan kemiskinan.

18

6. Performance Based Budgeting (PBB)

Dengan penerapan penganggaran berbasis kinerja (PBK) diharapkan efisiensi

dalam pencapaian suatu program-program pemerintah semakin meningkat.

Penggunaan tolok ukur kinerja akan mengoptimalkan penggunaan sumber daya

yang digunakan sehingga harapan masyarakat terhadap hasil kerja pemerintah

dapat lebih diterima.

1. Performance Budgeting

Didasarkan pada asumsi bahwa penyajian informasi kinerja dengan sejumlah

alokasi anggaran akan meningkatkan penyusunan keputusan penggunaan

anggaran yang terfokus pada pilihan pendanaan pada hasil-hasil program (Probst,

A, 2009). Penganggaran berbasis kinerja tidak dapat dimulai sampai suatu sistem

pengukuran kinerja telah dibuat. Fungsi sistem penganggaran berbasis kinerja

tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan output yang diinginkan dalam jangka

panjang pada tahun pertama sejak dikenalkan program tersebut. Untuk itu harus

dibangun suatu sistem manajemen berbasis kinerja.

2. Management Tool

Anggaran berdasar kinerja fokus pada misi, tujuan dan sasaran untuk menjelaskan

mengapa sejumlah dana/uang akan dibelanjakan dan menyediakan suatu cara

untuk mengalokasikan sumber-sumber untuk mencapai hasil khusus. PBK

dimaksudkan sebagai suatu alat manajemen bagi peningkatan program bukan

suatu metode “carrot and stick” yang digunakan untuk “punish” suatu K/L yang

tidak mencapai tujuan.

Kebanyakan pemerintah pusat di berbagai negara saat ini memerlukan evaluasi

outcome (pengukuran kinerja) dalam pelaksanaan tugas masing-masing. Sumber

penerimaan antara lain penjualan obligasi (bond) memerlukan indikator-indikator

terkait kondisi keuangan negara yang disajikan dengan data kinerja.

Memperkenalkan kaitan yang logis antara perencanaan dan penganggaran

merupakan cara bagi masyarakat untuk mengetahui bagaimana kinerja

pemerintah dibandingkan dengan pelaksanaan periode sebelumnya.

19

Dalam pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja perlu diperhatikan adanya

suatu potensi kesalahan yang cukup besar yaitu membuat asumsi-asumsi yang

disederhanakan berdasarkan pada hasil mentah (belum sepenuhnya dikaji) dan

kemudian diterapkan dalam suatu sistem reward and punishment. Karena suatu

pendekatan kerap menghasilkan akibat program sebaliknya. Jika PBB digunakan

sebagai sistem reward and punishment apakah dapat dipastikan bahwa

pengurangan anggaran misalnya 5 % untuk kinerja yang buruk tidak akan

mengakibatkan penurunan 20 % pada kinerja di masa mendatang. Bagaimana kita

dapat meyakinkan bahwa semua faktor telah dipertimbangkan yang akan

mempengaruhi penurunan kinerja.

3. Potensi Kelemahan

Kesalahan asumsi atau kesimpulan

Polisi : Penahanan meningkat; Kita memberi dana lebih banyak, apakah salah ?

Polisi : Penahanan menurun, kita memberi dana lebih banyak, apakah salah ?

Apakah lebih banyak penahanan berarti polisi berkerja lebih baik, kriminalitas

yang meningkat, berkurangnya kriminalitas, pencegahan kriminalitas yang lebih

baik atau pekerjaan polisi yang kurang ?

Sebagai contoh : Suatu satuan kepolisian yang bertugas mencegah kejahatan

dengan efektif, bagaimana suatu pengukuran “pencegahan” kejahatan ? “

Penahanan oleh polisi menurun 5 % dari tahun lalu sehingga berdasarkan

penganggaran berbasis kinerja seharusnya mengurangi anggaran kepolisian

sebesar 5 % sampai suatu saat dapat meningkatkan hasil”. Suatu pendekatan

sederhana akan gagal untuk menghitung keberhasilan usaha pencegahan

kejahatan di lingkungan kepolisian sehingga memberikan hukuman (punishment)

terhadap suatu kinerja yang bagus.

4. Performance Measurement

Pengumpulan data reguler secara sistematis, analisis dan pelaporan data melalui

sumber-sumber yang digunakan, bagaimana hasil pekerjaan yang akan diperoleh

dan apakah outcome yang spesifik dicapai oleh suatu organisasi merupakan bagian

20

dari pengembangan proses pengukuran kinerja. Performance measurement

seharusnya didasarkan pada tujuan program dan sasaran yang terkait dengan misi

program yang disampaikan atau tujuannya serta mengukur outcome program.

Kegiatan tersebut juga menyediakan perbandingan alokasi sumber daya sepanjang

waktu pelaksanaan serta mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas bagi

kelanjutan peningkatan program yang harus dapat diverifikasi, mudah

dipahami/dimengerti dan tepat waktu.

B. International Practices

Apabila di dalam budget preparation terdapat kemiripan sistem di dalam

Public Expenditure Management (PEM) namun terdapat perbedaan yang cukup

penting dalam sisi budget execution. Perbedaan penting dari dua sistem tersebut

adalah derajat desentralisasi tanggung jawab dari budget management kepada

spending ministries. Perbedaan-perbedaan dimaksud antara lain (Lienert, I, 2003) :

1. British approach

British approach memiliki karakteristik desentralisasi manajemen diberikan

kepada spending ministries sebagai penanggung jawab utama terhadap bugdet

execution. Sebaliknya dalam sistem French-based yaitu Ministry of Finance (MoF)

di tingkat pusat memainkan peranan penting dalam setiap tahapan proses

pengeluaran.

Di negara-negara anglophone, pejabat dalam spending ministries memiliki

tanggung jawab terhadap pelaksanaan dan otorisasi setiap langkah dalam proses

pengeluaran dimulai dari komitmen sampai payment. Dengan mengadopsi hal

tersebut pada penganggaran, Menkeu menerbitkan warrants baik secara

kuartalan maupun tahunan kepada “Accounting Officers” (AOs) yang pada

umumnya adalah pimpinan (permanent secretaries) dari spending ministries dan

memiliki tanggung jawab yang luas. Warrants membawa otoritas resmi kepada

penerima untuk melakukan otorisasi pengeluaran dana publik. Accounting Officer

selanjutnya mendelegasikan otoritas pencairannya kepada pejabat dalam

lingkungan kementeriannya.

21

Gambar : Hubungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis dalam

Budget Execution British Approach

Kementerian Keuangan Kementerian

Teknis

Anglophone African Countries

2. Sistem francophone

Dalam Sistem francophone tanggung jawab yang luas bukan terletak pada

spending ministries. Di negara-negara tersebut, yang dekat persamaannya dengan

AO (gestionnaires de crédit) memiliki peran yang lebih terbatas terutama dalam

inisiatif pengeluaran pada tahap komitmen pada anggaran yang tersedia. Mereka

tidak memiliki otoritas untuk mengeluarkan perintah pembayaran

(ordonancement).

Berbagai unit bagian (departments) di Kementerian Keuangan dari negara-negara

Francophone memainkan peranan yang penting dalam budget execution. Peranan-

peranan kunci tersebut antara lain :

Financial controllers yang pada umumnya di bawah departemen/unit

anggaran dari MOF;

Pejabat otorisasi pembayaran (ordonnateurs) yang menyetujui penerbitan

perintah pembayaran kepada treasury dan akuntan publik (comptables

publics) pada treasury.

Gambar : Hubungan Kementerian Keuangan dan Kementerian Teknis dalam

Budget Execution Sistem Franchophone

Secretary to the Treasury; Accountant General; Budget Director

“Accounting Officers” (permanent secretaries); Warrant holders; budget planners; accountants

22

Kementerian Keuangan Kementerian

Teknis

Francophone African Countries

Suatu prinsip penting dalam sistem PEM di Francophone adalah pemisahan

pejabat otorisator pembayaran dan pejabat perbendaharaan yang bertanggung

jawab untuk melakukan pembayaran. Dengan dua fungsi yang terpusat di MOF

(sentralisasi) maka manajemen pengeluaran pada spending ministries dikurangi

(semakin kecil).

Di banyak negara, Menteri Keuangan adalah pejabat otorisator tunggal

(ordonnateur unique). Namun Menteri Keuangan juga pengawas dari fungsi

treasury dan akuntan publik. Sehingga walaupun terdapat prinsip pemisahan

ordonnateur dan comptable, Menteri Keuangan adalah kepala ordonnateur dan

“chief of staff” dari semua comptables. Sebagai konsekuensinya Menteri Keuangan

memiliki kekuasaan yang unique dalam manajemen pengeluaran, tanpa posisi

paralel seperti dalam sistem yang digunakan di Anglophone.

Sistem yang digunakan di negara-negara Afrika bahkan lebih sentralisasi daripada

di Perancis, baik pada posisi menteri-menteri kabinet dan pemerintah pusat yang

mewakili tingkat lokal sebagai ordonnateur. Sehingga sistem yang digunakan di

Francophone Afrika hampir-hampir tidak memiliki tanggung jawab bagi

manajemen keuangan yang efektif pada kementerian di pemerintahan atau

pimpinan dari spending ministries.

Payment authorizing officers (ordonnateurs); Budget Department and Financial Controllers; Ordonnancement Department; Treasury Department and Public Accountants

Initiators of Spending (gestionnaires de crédit)

23

C.1.Budget Expenditure in UK

Kerangka pengeluaran publik di Inggris Raya didasarkan pada beberapa prinsip

utama yaitu :

1. Konsisten dengan penerapan kerangka jangka panjang, prudent, dan rezim yang

transparan dalam manajemen keuangan publik secara menyeluruh

2. Penilaian keberhasilan dengan menggunakan kebijakan outcomes daripada

menggunakan sumber-sumber input

3. Insentif yang kuat bagi department (bagian) dan partnernya dalam pemberian

pelayanan untuk merencanakan pada beberapa tahun dan merencanakan

bersama secara tepat sehingga memberikan pelayanan publik yang lebih baik

dengan efektifitas pengeluaran yang lebih tinggi

4. Pembebanan (costing) yang tepat dan manajemen aset modal (capital) untuk

memberi insentif yang baik bagi investasi publik

Hasil fiscal rules diuji (asses) oleh akuntan nasional yang berasal dari kantor

statistik pusat sebagai agen yang independen. Pemerintah membuat kerangka

pengeluaran untuk memenuhi dengan fiskal rules ini.

Departemental Expenditure Limits (DEL) and Annually Managed Expenditure

(AME)

Kerangka pengeluaran publik dibagi antara :

DEL spending yang direncanakan dan dikontrol dengan dasar periode 3 tahunan

Annually Managed Expenditure (AME) dimana pengeluaran tidak dapat menjadi

subyek yang mencukupi bagi perusahaan, batasan multi-year dengan cara yang

sama sebagai DEL. AME termasuk social security benefits, pengeluaran yang

dibiayai sendiri oleh otoritas lokal, bunga utang dan pembayaran untuk lembaga

seperti Uni Eropa.

1. Departemental Expenditure Limits (DEL)

Dari sisi pengeluaran rencana DEL disusun bagi department selama tiga tahun

untuk meyakinkan konsistensi dengan fiscal rules dari pemerintah, department

24

menyusun sumber-sumber yang terpisah (current) dan anggaran untuk kapital.

Sumber-sumber anggaran berisi suatu kontrol terpisah secara total untuk

pengeluaran “near cash”, yaitu pengeluaran untuk pembayaran dan grants yang

berpengaruh secara langsung terhadap pengukuran Golden Rule.

Untuk mendorong department dalam perencanaan sepanjang periode jangka

menengah, department akan mengcarryforward unspent DEL provision dari satu

tahun ke tahun berikutnya dan mengusahakan pengujian secara normal terhadap

kekuatan suatu perencanaan yang mungkin ditarik ditahun-tahun mendatang.

Fleksibilitas end-year ini juga menghilangkan/mengganti suatu insentif bagi

department untuk menggunakan persediaan (provision) sebagai pendekatan end-

year yang kurang terkait dengan nilai uangnya. Karena keuntungan yang penuh

dari fleksibilitas ini dan perencanaan tiga tahunan memberikan umpan ke dalam

pemberian pelayanan kepada publik yang meningkat, fleksibilitas end-year dan

penganggaran tiga tahunan seharusnya disalurkan dari department ke executive

agencies dan pemegang kuasa anggaran lainnya.

Anggaran tiga tahunan dan fleksibilitas end-year memberikan manajemen

pelayanan publik suatu stabilitas dalam merencanakan kegiatan dengan rentang

waktu yang masuk akal, lebih jauh sistem tersebut mengandung pengertian bahwa

department tidak dapat mencari penawaran dana tiap tahun (sebelum 1997),

rencana tiga tahunan disusun dan direview dalam public expenditure surveys

tahunan. Sehingga kredibilitas perencanaan jangka menengah ditingkatkan baik

pada tingkat pusat maupun departemental.

2. Annually Managed Expenditure (AME)

Umumnya terdiri atas program yang cukup besar, volatil dan lebih cenderung pada

sisi permintaan sehingga tidak memungkinkan menjadi suatu subyek dari limit

multi-years. Elemen tunggal yang terbesar adalah pengeluaran untuk social

security. Hal lain termasuk tax credits, pengeluaran yang dibiayai oleh otoritas

lokal, pengeluaran untuk Scottish Executive yang dibiayai oleh non-domestic rates,

dan pengeluaran yang dibiayai dari proses National Lottery. AME direview dua kali

setahun sebagai bagian dari proses Budget dan Pre Budget Report yang

25

mencerminkan integrasi yang dekat antara sistem tax and benefit yang

ditingkatkan dengan pengenalan tax credit. AME bukan hal pokok yang sama

seperti pembatasan pengeluaran tiga tahunan DEL, namun masih bagian dari

keseluruhan envelope dari public expenditure. Dalam cakupan yang menyeluruh

bagi public spending, peramalan dari AME mempengaruhi tingkat sumber daya

yang tersedia untuk pengeluaran DEL. Perkiraan-perkiraan yang cermat dan

batasan AME digunakan sehingga prakiraan AME ini akan mengurangi resiko

overspending.

C.2. Public Expenditure in France

Sejak 1998 strategi penganggaran jangka menengah Perancis didasarkan pada

penyusunan suatu target atas peningkatan yang terakumulasi dari pengeluaran

pemerintah riil sepanjang periode tiga tahun. Dalam pelaksanaannya pengeluaran

riil direncanakan peningkatannya lebih rendah daripada GDP riil potensial.

Penurunan poryeksi diimplied dalam rasio pengeluaran terhadap GDP. Penurunan

proyeksi dalam rasio pengeluaran terhadap GDP dianggap sebagai pendorong

pengurangan defisit cyclically-adjusted dan tax burden. Tiap tahun target baru

disusun selama periode tiga tahunan. Periode tersebut overlap sehingga target-

target pengeluaran pada tahun tertentu dapat dimodifikasi.

Budgetary Strategics Based on Expenditure Targets Have Clear Advantages

Dalam literatur ekonomi menekankan adanya keuntungan-keuntungan dari fiscal

rules dalam membentuk ekspektasi dan peningkatan transparansi dari kerangka

penganggaran. Peraturan penganggaran berdasarkan pada pembuatan spending

limits yang memiliki aspek-aspek positif antara lain :

Seperti disampaikan Mills dan Quinet (2002) yaitu komitmen pemerintah

terkait dengan keuangan publik yang berada di bawah pengawasan langsung,

hal itu biasanya menyebabkan masalah kurang pengukuran dan survelillance

(pengawasan) serta mengizinkan penstabilan otomatis secara penuh pada sisi

penerimaan

26

Lebih jauh seperti yang ditekankan oleh Brunila (2002) bahwa fiscal rules

membantu mengatasi bias defisit dengan menyoroti kemungkinan

pengeluaran yang overrun dan akan membantu menemukan sumber

utama/prinsip dari pemborosan fiskal : kecenderungan institusional dan

secara politis untuk meningkatkan pengeluaran pada waktu yang baik.

Akhirnya jika penyusunan dan penegakan fiscal rules memadai menyebabkan

kemungkinan pengurangan pajak dan membuat pelaku ekonomi

mengantisipasi bahwa hal tersebut akan menjadi permanen. Hal ini adalah

salah satu saluran (channel) yang memicu kemungkinan efek non-Keynesian

yang akan mengurangi biaya konsolidasi fiskal.

Terdapat beberapa cara berbeda dalam mendesain aturan pengeluaran :

Target-target dapat disusun untuk keseluruhan pengeluaran pemerintah secara

umum atau tidak termasuk beberapa kategori (pembayaran bunga,

unemployment benefits, belanja modal). Penyusunan target pengeluaran

pemerintah total memiliki keuntungan dengan simplifikasi dan transparansi.

Namun hal tersebut dapat mendorong bias yang menyebabkan berkurangnya

pengeluaran dengan kategori yang kurang sensitif secara politik sebagai

contoh pengeluaran belanja modal.

Target dapat didefinisikan dalam bentuk nominal atau riil. Sebuah target yang

didefinisikan dalam bentuk nominal lebih sederhana dan membuat

monitoring menjadi lebih mudah. Hal itu dapat juga membuktikan lebih

bermanfaat dalam stabilisasi perekonomian dalam kasus inflasi demand-pull

yang akan muncul. Di sisi lain, target yang disusun dalam bentuk riil

menyebabkan penghitungannya memasukkan akibat dari inflasi pada

pengeluaran.

Akhirnya terdapat isu rentang waktu (time span) yang dicakup oleh aturan

tersebut. Hal itu perlu dipertimbangkan karena secara umum multi-annual

fiscal rules adalah superior dari aturan tahunan, karena aturan tahunan dapat

lebih mudah diabaikan dengan menunda pengeluaran pada periode tahun

anggaran berikutnya. Idealnya dalam konteks aturan multi-annual, deviasi

dalam satu tahun seharusnya dikompensasi pada tahun berikutnya.

27

Penerapan konsep-konsep penganggaran dari negara lain yang telah lebih dahulu

melaksanakannya (Inggris, Perancis, dan lain sebagainya) menjadi bahan masukan

bagi penerapan sistem penganggaran di Indonesia tanpa harus menggunakan

semua metode yang sama. Hal ini dikarenakan peraturan hukum yang ada telah

ditetapkan sebagai landasan pelaksanaan penganggaran yaitu UU No. 17 Tahun

2003 dan UU No. 1 Tahun 2004. Produk hukum tersebut merupakan hal pokok

yang harus dipenuhi dalam setiap pelaksanaan penganggaran. Namun demikian

dalam penerapan penganggaran dimungkinkan untuk melakukan penyesuaian

atau penjelasan dengan membuat aturan yang lebih terinci antara lain melalui PP,

Keppres, PMK dan lain sebagainya. Dengan demikian maka modul yang disusun

juga menggunakan acuan utama UU Keuangan Negara (UU No. 17 Tahun 2003 dan

UU No. 1 Tahun 2004).

28

BAB III

GAMBARAN UMUM MANAJEMEN DIPA EXISTING

Bab ini akan memberikan gambaran mengenai manajemen DIPA yang berjalan

saat ini baik dari sisi dasar hukumnya, proses bisnisnya, maupun permasalahan yang

dihadapi. Gambaran mengenai manajemen DIPA saat ini sangat diperlukan sebagai

dasar penyempurnaan dan pengembangan manajemen DIPA yang akan dibahas pada

bab berikutnya.

A. DASAR HUKUM

Penulisan mengenai Gambaran Umum Manajemen DIPA existingakan

didasarkan pada peraturan-peraturan terkait Manajemen DIPA yang berlaku sampai

saat ini. Peraturan tersebut diantaranya :

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah

5. Undang-Undang Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana

Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian

29

Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2009

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk

Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan

Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara

Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2010

13. Peraturan Menteri Keuangan 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan

Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009

14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan

Kemiskinan

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011

16. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata Cara

Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009

17. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme Pemberian Kuasa Antar Kuasa

Pengguna Anggaran

18. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-57/PB/2008 tentang Format Daftar

Isian Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (DIPA BLU)

19. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-29/PB/2010 tentang Tata Cara Revisi

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010

30

B. PENGERTIAN UMUM

1. Pengertian RKAKL, SAPSK dan SRAA dan DIPA

a. RKAKL

Menurut Pasal 1 ayat (14) PP 21 Tahun 2004, Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut RKA-KL, adalah dokumen

perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu

Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja

Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga yang

bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk

melaksanakannya.

b. SAPSK

Satuan Anggaran Per Satuan Kerja yang selanjutnya disebut SAPSK adalah alokasi

anggaran yang ditetapkan untuk sebuah satuan kerja (Satker) berdasarkan hasil

penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (PER

29/PB/2010). SAPSK pada dasarnya ialah lampiran 5 Perpres Rincian Anggaran

Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP), hal ini sebagaiman diatur dalam Pasal

I ayat (2) Perpres 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah

Pusat

c. SRAA

Surat Rincian Alokasi Anggaran yang selanjutnya disebut SRAA ialah dokumen yang

dibuat berdasarkan Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja

Pemerintah Pusat yang memuat nama kementerian negara/lembaga, provinsi,

alokasi anggaran, sumber dana, kode dan nama Satker yang digunakan sebagai

dasar penelitian/pencocokan alokasi anggaran dalam konsep DIPA (PER

29/PB/2010).

SRAA disusun oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran DJPB berdasarkan Perpres

RABPP/SAPSK. SRAA menjadi dasar penelaahan DIPA pada Kanwil DJPB.

31

d. DIPA

Dalam Bab II Lampiran II PMK 119/PMK.02/2010 disebutkan bahwa DIPA adalah

dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa

Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Dirketur Jenderal Perbendaharaan atas

nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). DIPA berlaku

untuk satu tahun anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang

berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatandan penggunaan

anggaran.Disamping itu, DIPA dapat dimanfaatkan sebagai alat pengendali,

pelaksanaan, pelaporan, pengawasan dan sekaligus merupakan perangkat

akuntansi pemerintah.Pagu dalam DIPA merupakan batas pengeluaran tertinggi

yang tidak boleh dilampaui dan pelaksanaannya harus dapat

dipertanggungjawabkan.

DIPA merupakan kesatuan antara rincian rencana kerja dan penggunaan anggaran

yang disusun oleh Kementerian Negara/Lembaga dan disahkan oleh BUN. Dengan

demikian DIPA terdiri dari Konsep DIPA yang disusun oleh Menteri/Pimpinan

Lembaga dan Surat Pengesahan DIPA yang ditetapkan oleh Dirjen Perbendaharaan

atau Kepala Kanwil DJPB atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum

Negara. DIPA berlaku mulai tanggal 1 januari sampai dengan 31 Desember tahun

berkenaan.

2. Jenis DIPA

Berdasarkan pembagian anggaran dalam APBN, Jenis DIPA dapat dikelompokkan

atas DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL) dan DIPA Bendahara Umum

Negara (DIPA BUN)

a. DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL)

DIPA Kementerian Negara/Lembaga adalah DIPA Satuan Kerja yang memuat

rincian penggunaan anggaran dari Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

yang dapat dikategorikan menjadi :

1) DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat

32

DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan

anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh

satuan kerja yang merupakan satuan kerja Pusat atau satuan kerja kerja Kantor

Pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga, termasuk di dalamnya untuk DIPA

Badan Layanan Umum (BLU), dan Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT)

Satker Pusat dapat terdiri dari satuan kerja-satuan kerja yang dibentuk oleh

Kementerian Negara/Lembaga secara fungsional dan bukan merupakan instansi

vertikal.Sedangkan Satker Kantor Pusat ialah satuan kerja dalam lingkup Kantor

Pusat suatu Kementerian Negara/Lembaga.

2) DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah

DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan

anggaran Kementerian Negara/Lembaga, yang pelaksanaannya dilakukan oleh

Kantor/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga di daerah, termasuk di

dalamnya untuk DIPA Badan Layanan Umum (BLU).

3) DIPA Dana Dekonsentrasi

DIPA Dana Dekonsentrasi ialah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran

Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan dana dekonsentrasi,

yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur.

4) DIPA Tugas Pembantuan

DIPA Tugas Pembantuan ialah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran

Kementerian Negara/Lembaga dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan yang

pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.

33

b. DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN)

DIPA BUN adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang

bersumber dari Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang dikelola

Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran. Berdasarkan Surat Dirjen Anggaran

Nomor S-78/AG/2010 DIPA BA BUN berdasarkan kode anggaran terdiri dari :

1) Pengelolaan Utang Pemerintah (999.01)

2) Pengelolaan Hibah (999.02)

3) Pengelolaan Investasi Pemerintah (999.03)

4) Pengelolaan Penerusan Pinjaman (999.04)

5) Pengelolaan Transfer ke Daerah (999.05)

6) Pengelolaan Belanja Subsidi (999.07)

7) Pengelolaan Belanja Lain-lain (999.08)

8) Pengelolaan Transaksi Khusus (999.99)

DIPA BUN dapat dikelompokkan menjadi :

1) DIPA Utang dan Belanja Hibah

DIPA Utang dan Belanja Hibah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan

rincian penggunaan anggaran untuk keperluan pengelolaan utang pemerintah

yang alokasi anggarannya bersumber dari bagian anggaran 999.01 (Pengelolaan

Utang Pemerintah) dan untuk keperluan belanja hibah yang alokasi anggarannya

bersumber dari bagian anggaran 999.02 (Pengelolaan Hibah).

2) DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman

DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman adalah DIPA yang memuat

rencana kerja dan rincian penggunaan anggaran untuk keperluan Investasi

Pemerintah dan Penerusan Pinjaman baik dalam negeri maupun luar negeri, yang

bersumber dari bagian anggaran 999.03 (Pengelolaan Investasi Pemerintah) dan

999.04 (Pengelolaan Penerusan Pinjaman).

DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman terdiri dari :

a. Investasi Pemerintah

b. Dana Bergulir

34

c. Penerusan Pinjaman yang terdiri dari :

d. Penerusan Pinjaman kepada BUMN/BUMD

e. Penerusan Pinjaman kepada Pemerintah Daerah

3) DIPA Belanja Daerah

DIPA Belanja Daerah adalah DIPA yang memuat rencana kerja dan rincian

penggunaan danapenyeimbang dan dana otonomi khusus dan

penyeimbang/penyesuaian yang diserahkan kepada Daerah bersumber dari

Bagian Anggaran 999.05 (Pengelolaan Transfer ke Daerah). DIPA Belanja Daerah,

terdiri dari :

a) Dana Alokasi Umum (DAU)

b) Dana Alokasi Khusus (DAK)

c) DBH Pajak : Penghasilan, PBB, BPHTB

d) DBH Cukai

e) DBH SDA : Migas, Pertambangan Umum, Perikanan, Kehutanan

f) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

4) DIPA Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain

DIPA Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain adalah DIPA yang memuat rincian

penggunaan anggaran untuk alokasi anggaran yang bersumber dari Bagian

Anggaran 999.06 (Pengelolaan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain)

5) DIPA Format Khusus

DIPA Format Khusus adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran yang

berasal dari Bagian Anggaran BUN dimana karena sifat dan keperluan tertentu,

maka konsep DIPA dan Surat Pengesahannya perlu disusun dalam satu lembar.

Sifat dan keperluan penerbitan DIPA Format Khusus ini ditetapkan oleh Direktur

Jenderal Perbendaharaan untuk penanganan kejadian luar biasa yang mempunyai

tingkat urgensi tinggi dan bersifat mendesak seperti :

a) Penanganan keadaan darurat

b) Kegiatan yang bersifat politis dalam rangka menjaga kredibilitas pemerintah

35

Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus segera

dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus. Sebagaimana pada saat

penyediaan dana untuk korban gempa bumi di daerah yang menjadi prioritas

utama pemerintah. Mekanisme DIPA Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus

karena tidak melalui proses penganggaran dari DJA. Namun dalam modul akan

diusulkan suatu alur bukan merupakan mekanisme resmi penyusunan DIPA Format

Khusus sebagai berikut :

1. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk

melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena pertimbangan

bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan menyebabkan kerugian yang

besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat harus didukung dengan

anggaran/dana yang digunakan untuk melaksanakannya.

2. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk menyediakan

sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka melaksanakan perintah Presiden

tersebut.

3. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit PA) menghitung

jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan darurat tersebut.

4. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri satu

lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen DIPA

yang lain secara rinci.

5. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal

Perbendaharaan.

6. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan agar BI

melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang tercantum dalam

DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.

36

3. Pokok-Pokok Materi Konsep DIPA

Pokok-pokok materi Konsep DIPA terdiri dari: organisasi, fungsi, pejabat

perbandaharaan, rincian penggunaan anggaran,dan rencana penarikan dana serta

perkiraan pendapatan.

a. Organisasi

Alokasi anggaran pada Konsep DIPA disusun untuk masing-masing kementerian

negara/lembaga sesuai struktur organisasinya Rincian anggaran disusun mulai

Bagian Anggaran (kementerian negara/lembaga) Unit Organisasi (Unit Eselon I)

dan Satuan Kerja.Penyusunan Konsep DIPA menurut organisasi dilakukan untuk

melaksanakan tugas dalam rangka pancapaian program Kementerian

Negara/Lembaga sesuai dengan visi dan misi organisasinya. Pengertian bagian

anggaran, unit organisasi dan satuan kerja adalah sebagai berikut :

1) Bagian Anggaran

Bagian Anggaran adalah kementerian negara/lembaga yang menguasai bagian

tertentu dari penggunaan anggaran yang ditetapkan dalam Undang Undang

APBN.Kementerian Negaral Lembaga dalam hal ini bertindak sebagai Pengguna

Anggaran.

2) Unit Organisasi

Unit organisasi adalah unit eselon I kementerian negara lembaga yang

bertanggung jawab terhadap pencapaian tugas pokok, fungsi, dan program

tertentu dari kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.

3) Satuan Kerja

Satuan kerja adalah bagian dari suatu unit organisasi pada kementerian

negara/lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu

program.

Satuan Kerja dalam hal ini merupakan unit organisasi lini kementerian

negara/lembaga/pemerintahan daerah yang memperoleh kuasa penggunaan

37

anggaran untuk melaksanakan tugas, fungsi, program, dan misi Pengguna

Anggaran.

Dalam rangka melaksanakan tugas, fungsi, program dan misi tersebut, Satuan

Kerja juga merupakan kesatuan entitas manajemen dan keuangan yang melakukan

perencanaan pelaksanaan dan pertanggungiawaban anggaran.

b. Fungsi

Fungsi merupakan uraian kualitatif dari alokasi dana untuk menjawab

fungsi/program /kegiatan yang dilaksanakan dan sasaran/hasil/keluaran sebagai

akibat pelaksanaan fungsi/prograrn/kegiatan tersebut. Uraian kualitatif fungsi

dalam DIPA bermanfaat untuk mengkaitkan DIPA dengan pencapaian kinerja

satuan kerja sesuai dengan penugasan dan penguasaan anggaran dari Pengguna

Anggaran.

Dalam rangka memenuhi pencantuman materi fungsi, maka dalam Konsep DIPA

harus memuat uraian fungsi dan subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan,

sasaran dan indikator keluaran.

1) Fungsi dan Subfungsi

Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang

dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Sub fungsi

merupakan penjabaran lebih lanjut dari fungsi.

2) Program

Program adalah penjabaran kebijakan kementerian negara/lembaga yang berisi

satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan

untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi yang dilaksanakan instansi

atau masyarakat dalam koordinasi kementerian negara/lembaga yang

bersangkutan.

3) Kegiatan dan Subkegiatan

Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa

satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program

38

yang terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik berupa

personel (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi,

dana atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut

sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk

barang dan jasa.

Subkegiatan adalah bagian dari kegialan yang menunjang usaha pencapaian

keluaran /output dan tujuan kegiatan tersebut. Kegiatan dapat terdiri dari satu

atau lebih subkegiatan karena kegiatan tersebut mempunyai satu atau lebih jenis

dan satuan keluaran yang berbeda satu sama lain. Subkegiatan yang satu dengan

subkegiatan yang lain dapat dibedakan berdasarkan perbedaan keluaran, sehingga

besaran keluaran kegiatan tidak selalu merupakan penjumlahan dari besaran-

besaran subkegiatan dalam satu kegiatan.

4) Sasaran

Sasaran adalah kinerja atau tujuan yang akan dicapai dari suatu pengerahan

sumber daya dan anggaran pada suatu program dan kegiatan. Sasaran dirumuskan

secara kuantitatif, jelas dan terukur.Sasaran pada Konsep DIPA dirumuskan

berdasarkan sasaran program dan sasaran kegiatan. Sasaran program merupakan

sasaran program dari kementerian negara, lembaga dan unit eselon I berkenaan.

Sedangkan sasaran kegiatan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh satuan

kerja dalam rangka melaksanakan kegiatan dalam DIPA berkenaan.

5) Keluaran dan Indikator Keluaran

Keluaran (output) adalah hasil yang jelas dan terukur sebagar akibat dari

pelaksanaan subkegiatan dalam mencapai sasaran kegiatan oleh satuan kerja.

Indikator keluaran adalah satuan biaya/harga kuantitas dan/atau kualitas dari

keluaran yang dicapai langsung dari pelaksanaan kegiatan.Keluaran dapat

dibedakan ke dalam keluaran Subkegiatan dan Keluaran Kegiatan.

39

c. Pejabat Perbendaharaan.

Pejabat Perbendaharaan adalah para pengelola keuangan pada Satuan Kerja yang

diberi tugas sebagai kuasa pengguna anggaran, pengujian dan penerbitan Surat

Perintah Membayar (SPM), serta melaksanakan tugas kebendaharaan. Pejabat

Perbendaharaan tersebut terdiri dari: Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat

Penandatangan SPM, dan Bendahara Pengeluaran.

1) Kuasa Pengguna Anggaran

Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh

Pengguna Anggaran untuk melaksanakan program/kegiatan dan diberikan

kewenangan untuk menggunakan anggaran dalam DIPA.Kuasa Pengguna Anggaran

menjadi manajer, melakukan pengelolaan dan bertanggung jawab atas

pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran pada D IPA. Pejabat yang dapat

ditunjuk dan ditetapkan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran adalah Kepala Satuan

Kerja alau pejabat lain yang ditunjuk dalam lingkup satuan kerja tersebut.

2) Pejabat Penandatangan SPM.

Pejabat Penandatangan SPM adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk melakukan pengujian atas

permintaan pembayaran tagihan kepada negara dan selanjutnya menerbitkan

surat perintah bayar/SPM atas beban DIPA berkenaan.

3) Bendahara Pengeluaran.

Bendahara Pengeluaran adalah pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk menerima menyimpan,

membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk

keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada

kantor/satker/kementerian negara/lembaga

40

d. Rincian Penggunaan Anggaran

Rincian penggunaan anggaran adalah rincian anggaran yang dibelanjakan dalam

rangka :

a. Pelaksanaan rencana kerja satuan kerja untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.

Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, Konsep DIPA disusun berdasarkan

fungsi, subfungsi, program, kegiatan, subkegiatan, dan kelompok akun (klasifikasi

belanja). Masing-masing rincian anggaran dalam fungsi, subfungsi, program,

kegiatan, subkegiatan, dan akun dicantumkan perjenis belanja.

Kelompok akun yang ditampilkan pada DIPA adalah 4 (empat) digit pertama dari

rincian akun pada Bagan Akun Standar.Penetapan kelompok akun sebagai rincian

anggaran dalam DIPA dimaksudkan untuk memberikan fleksibilitas kepada Kuasa

Pengguna Anggaran untuk melakukan penyesuaian atas akun belanja pada 2 (dua)

digit terakhir dari Bagan Akun Standar. Hal ini sesuai prinsip let the managers

manage dan anggaran berbasis kinerja.

b. Anggaran yang disediakan dapat dibayarkan/dicairkan melalui mekanisme APBN.

Rincian penggunaan anggaran dalam Konsep DIPA berfungsi sebagai dasar

pembayaran dan pembebanan pada anggaran negara.Oleh karena itu, rincian

penggunaaan anggaran harus memenuhi ketentuan pembayaran dalam

mekanisme pelaksanaan APBN sehingga dana yang dialokasikan dapat dicairkan

oleh Kuasa BUN. Ketentuan pelaksanaan pembayaran meliputi kesesuaian

pencantuman rincian penggunaan dana dengan standar akuntansi pemerintah dan

persyaratan pencairan dana seperti kode kantor bayar, sumber dana dan

kesesuaian jenis belanja.

e. Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan.

Pencantuman rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan dalam Konsep

DIPA diperlukan untuk pencapaian optimalisasi fungsi DIPA sebagai alat

manajemen kas pemerintah. Disamping sebagai alat manajemen kas pemerintah

juga sebagai alat monitoring pembanding terhadap penyerapan pagu.

41

Rencana Penarikan Dana merupakan pelaksanaan fungsi manajemen kas

pemerintah dalam sisi belanja negara.Pengesahan DIPA oleh BUN memberi

jaminan bahwa anggaran dalam DIPA dapat disediakan oleh negara dalam jumlah

yang cukup pada saat anggaran tersebut ditagihkan.Dalam rangka optimalisasi

pengelolaan rekening kas negara, ketepatan waktu penyediaan uang untuk

memenuhi tagihan negara menjadi penting.

Perkiraan penerimaan yang dapat dipungut diperlukan untuk melakukan estimasi

penerimaan negara yang disetor ke rekening kas negara sebagai akibat dari

pelaksanaan DIPA Satuan Kerja. Melalui perkiraan penerimaan diestimasikan

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun penerimaan pajak yang akan

dipungut dalam rentang waktu satu tahun anggaran pada masing-masing satuan

kerja.

4. Pengertian Penyusunan DIPA

Penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA) dilakukan oleh

Menteri/Pimpinan Lembaga berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh

Presiden.Hal ini diatur dalam pasal 14 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No 1

tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Alokasi anggaran yang merupakan dasar penyusunan DIPA, saat ini disusun oleh

dua institusi yang berbeda yaitu :

1. Alokasi anggaran untuk Belanja Pemerintah Pusat disusun oleh Direktorat

Jenderal Anggaran (DJA) dalam bentuk Peraturan Presiden tentang Rincian

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP). Hal ini sesuai dengan pasal 6 ayat

(6) UU No 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010.

2. Alokasi anggaran untuk Transfer ke Daerah disusun oleh Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan (DJPK) dalam bentuk Perpres Rincian DAU dan PMK

mengenai alokasi transfer ke daerah. hal ini sesuai dengan pasal 5 ayat (2)

PMK 126/PMK.07/2010 yang berbunyi : “Alokasi transfer ke daerah

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) untuk provinsi dan kabupaten/kota

ditetapkan dengan Peraturan Presiden atau Peraturan Menteri Keuangan

42

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan berlaku sebagai Satuan

Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK)”

Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun DIPA berdasarkan alokasi anggaran yang

menjadi tanggung jawabnya.Dalam pelaksanannya, hampir semua

Menteri/Pimpinan Lembaga merupakan pengguna anggaran Belanja Pemerintah

Pusat sehingga penyusunan DIPAnya didasarkan pada Perpres RABPP.

DJPK merupakan satu-satunya instansi yang menggunakan anggaran belanja

pemerintah pusat sekaligus menggunakan anggaran transfer ke daerah, sehingga

penyusunan DIPA nya menggunakan dasar yang berbeda. DJPK menggunakan

Perpres RABPP sebagai dasar penyusunan DIPA anggaran belanja pemerintah

pusat, sementara dalam penyusunan DIPA Transfer ke Daerah DJPK akan

mendasarkannya pada Perpres Rincian DAU atau PMK mengenai alokasi transfer

ke daerah.

a. Penyusunan Rincian Penggunaan Anggaran

Dalam rangka pelaksanaan rencana kerja, penuangan muatan rencana kerja dan

anggaran ke dalam Konsep DIPA harus menunjukkan keterkaitan fungsi, subfungsi,

program, kegiatan, subkegiatan dengan sasaran dan indikator keluaran. Untuk

keperluan penggunaan anggaran, penuangan muatan rencana kerja dan anggaran

ke dalam Konsep DIPA harus sesuai dengan standar akuntansi pemerintah (Bagan

Akun Standar) dan ketentuan pembayaran/pencairan dana melalui mekanisme

APBN.

Berdasarkan tujuan di atas, tata cara penuangan rencana kerja dan anggaran ke

dalam rincian penggunaan anggaran pada Konsep DIPA adalah sebagai berikut :

1) Penuangan Program Kegiatan Sub Kegiatan dan Kelompok Akun.

Program, kegiatan, subkegiatan dan kelompok akun dalam Konsep DIPA

hendaknya memiliki keterkaitan satu sama lain dalam rangka pencapaian kinerja

satuan kerja, dan harus sesuai dengan program kegiatan, subkegiatan pada

rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Ketentuan penuangan

program, kegiatan, subkegiatan dan kelompok akun adalah sebagai berikut :

43

i. Penuangan Program

Program yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah progam yang akan

dilaksanakan oleh Satuan Kerja yang bersangkutan dalam rangka pelaksanaan

rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Apabila satuan kerja

melaksanakan lebih dari satu program, maka dalam Konsep DIPA juga harus

dicantumkan program-program yang dilaksanakan.

ii. Penuangan Kegiatan

Kegiatan yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh satuan kerja dalam rangka pencapaian sasaran program.

Kegiatan yang dicantumkan dalam Konsep DIPA adalah kegiatan yang terkait

langsung dengan pencapaian program dalam rencana kerja dan anggaran

berkenaan.Apabila satuan kerja melaksanakan lebih dari satu kegiatan dalam

satu program, maka dalam Konsep DIPA juga harus dicantumkan kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan.

iii. Penuangan Sub Kegiatan

Sub kegiatan yang dituangkan ke dalam Konsep DIPA adalah bagian-bagian dari

kegialan dalam rangka pencapaian keluaran/output dan tujuan kegiatan

tersebut. Pembedaan antara subkegiatan satu dengan subkegiatan yang lain

adalah jenis keluaran dari subkegiatan yang bersangkutan.

iv. Penuangan Kelompok akun

Kelompok akun adalah kelompok dari akun yang terdiri dari 6 (enam) digit

untuk dibelanjakan dalam rangka pencapaian tujuan dan keluaran

subkegiatan.Penuangan dalam DIPA hanya ditampilkan 4 (empat) digit pertama

pada Bagan Akun Standar.

2) Penempatan Akun dan Jenis Belanja

Dalam rangka akuntabilitas kinerja pelaksanaan anggaran oleh Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan penyusunan laporan keuangan,

penempatan akun harus sesuai dengan jenis belanja yang ditetapkan.

Ketidaktepatan penempatan jenis belanja dalam Konsep DIPA akan

44

mengakibatkan tertundanya pencairan dana karena masih memerlukan

penyesuaian.

Jenis belanja merupakan klasifikasi ekonomi dalam standar statistik keuangan

pemerintahan (Government Financial Statistics/GFS). Melalui jenis belanja akan

ditetapkan status kinerja pengeluaran pemerintah berupa hasil dan keluaran

dalam bentuk barang dan jasa sebagai akibat dari pengerahan sumber daya

melalui belanja/pengeluaran negara. Klasifikasi dalam jenis belanja akan

membedakan kinerja, sumber daya yang dikerahkan, dan bentuk keluaran baik

aset maupun non aset negara. Rincian penggunaan akun dalam jenis belanja

mengacu pada Bagan Akun Standar.

a. Pengisian Kode Kewenangan

Kode kewenangan pelaksanaan anggaran terdiri dari:

i) Kewenangan yang diberikan kepada satuan kerja Pemerintah Pusat terdiri

dari :

Kewenangan Kantor Pusat (KP) yaitu kewenangan untuk melaksanakan

kegiaran dalam DIPA yang diberikan kepada satuan kerja lingkup

kantor pusat kementerian negara/lembaga.

Kewenangan Kantor Daerah (KD) yaitu kewenangan untuk

melaksanakan kegiatan dalam DIPA yang diberikan kepada satuan

kerja pusat yang berada di daerah.

ii) Kewenangan yang diberikan kepada satuan kerja Pemerintah Daerah,

terdiri dari :

Kewenangan Dekonsentrasi (DK) yaitu kewenangan untuk

melaksanakan kegiatan dalam DIPA Dekonsentrasi yang diberikan

kepada Kepala Dinas lnstansi Pemerintah Provinsi.

Kewenangan Tugas Pembantuan (TP) yaitu kewenangan untuk

melaksanakan kegiatan dalam DIPA Tugas Pembantuan yang diberikan

kepada Kepala Dinas/Instansi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

45

b. Penetapan Sasaran dan Perhitungan Indikator Keluaran.

Penetapan sasaran pada DIPA harus sesuai dengan sasaran yang tercantum

dalam rencana kerja dan anggaran.Sasaran harus bersifat kuantitatif dan

terukur.Perhitungan indikator keluaran pada DIPA harus sesuai dengan

perhitungan hasil dan satuan keluaran pada rencana kerja dan anggaran.

c. Penetapan Sumber Dana, Kantor Bayar, dan Cara Penarikan Dana.

1. Sumber Dana

Sumber dana dalam DIPA dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :

Rupiah Murni, Sumber dana rupiah murni digunakan untuk

menampung pengeluaran yang dibiayai dari rupiah murni APBN.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Sumber dana PNBP

digunakan untuk menampung pengeluaran yang dibiayai dari PNBP.

Pencairan pengeluaran yang dibiayai dari PNBP harus mengacu kepada

batas maksimal pencairan dana yang diperkenankan dalam

penggunaan PNBP bersangkutan.

Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), Sumber dana PHLN digunakan

untuk menampung pengeluaran yang dibiayai dari PHLN. Pada setiap

pengeluaran yang dibiayai dari PHLN harus dicantumkan nomor

register PHLN dan tata cara penarikan dana.

2. Kantor Bayar

Kantor bayar yang perlu dicantumkan pada DIPA adalah kode Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang ditunjuk untuk

melaksanakan pembayaran /pencairan dana

3. Cara Penarikan Dana

Cara penarikan dana diperlukan untuk pengeluaran yang dibiayai dari

PHLN. Cara penarikan meliputi Pembayaran Langsung atau Rekening

Khusus.

46

b. Penyusunan Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan

Dokumen pelaksanaan anggaran (Konsep DIPA) yang disusun oleh

Menteri/Pimpinan Lembaga dirinci menurut sasaran yang hendak dicapai, fungsi,

program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran

tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja, serta pendapatan

yang diperkirakan (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 2 dan 3). Dalam PMK

119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat 2 rincian dalam dokumen DIPA diatur lebih rinci

yaitu menjadi fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian kegiatan/sub

kegiatan, jenis belanja, kelompok mata anggaran/akun dan rencana penarikan

dana serta perkiraan penerimaan.

Konsep DIPA yang telah disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga kemudian

disampaikan ke DJPB untuk ditelaah.Khusus untuk DIPA BLU harus dilampirkan

rencana kerja dan anggarannya (UU 1/2004 Pasal 14 ayat 4).

5. PengertianPenelaahan DIPA

Dalam Lampiran II PMK 119/PMK.02/2009 penelaahan DIPA didefinisikan sebagai

serangkain proses dan prosedur penilaian yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Perbendaharaan/Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terhadap

Konsep DIPA yang diajukan Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran satuan

kerja untuk menjamin kesesuaian Konsep DIPA dengan Peraturan Presiden

mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP), dan

prinsip pembayaran/pencairan dana, serta standar akuntansi pemerintahan.

Tujuan dari proses penelaah DIPA meliputi :

1. Menjamin kesesuain konsep DIPA dengan Perpres RABPP

2. Menjamin kesesuaian dengan prinsip pembayaran dalam mekanisme APBN

3. Menjamin kesesuaian dengan kaidah akuntansi

4. Menjamin kesesuaian rencana penarikan dan perkiraan penerimaan dana

47

6. Pengertian Pengesahan DIPA

Pengesahan DIPA merupakan penetapan oleh BUN atas Konsep DIPA yang disusun

oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan memuat pernyataan

bahwa rencana kerja dan anggaran pada DIPA berkenaan tersedia dananya dalam

APBN dan dapat menjadi dasar pembayaran/pencairan dana atas beban APBN.

Pengesahan DIPA dilakukan dengan penerbitan Surat Pengesahan DIPA yang

ditandatangani oleh :

1. Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan, untuk DIPA

Kantor Pusat/Satker Pusat, dan DIPA Tugas Pembantuan

2. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri

Keuangan, untuk DIPA Kantor Daerah/Satker Vertikal, dan DIPA Dana

Dekonsentrasi.

Penetapan SP DIPA oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Perbendaharaan dilakukan per tanggal 31 Desember sebelum

tahun berjalan.DIPA yang sudah disahkan terdiri dari Surat Pengesahan, Hal 1A

umum memuat rincian sumber dana, Hal 1B memuat rincian output, Hal II Rincian

biaya, Hal III Rencana Penarikan dan Penerimaan Dana (Pajak,PNBP, dan BLU)

serta Hal IV Catatan. DIPA yang dudah disahkan akan menjadi dasar penggunaan

anggaran bagi Satker.

Apabila sampai tanggal yang telah ditetapkan Satker belum menyerahkan Konsep

DIPA maka Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB akan menerbitkan DIPA

sementara berdasarkan Perpres RABPP/SRAA.DIPA sementara ini tidak perlu

ditandatangani oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Dana yang

dapat dicairkan dalam DIPA Sementara dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai,

pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan jasa, dan lauk

pauk/bahan makanan, sedangkan dana untuk jenis pengeluaran lainnya diblokir.

7. Pengertian Revisi DIPA

Menurut Pasal I ayat (2) Perdirjen 29/PB/2010, Revisi DIPA adalah perubahan

rincian dalam DIPA akibat revisi rincian anggaran pada halaman Surat Pengesahan

48

DIPA dan/atau halaman I dan/atau halaman II dan/atau halaman III dan/atau

halaman IV, termasuk perbaikan akibat kesalahan administrasi.

Dalam Bab II dan III Perdirjen 29/PB/2010, Revisi DIPA dikelompokan menjadi dua

yaitu revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK dan revisi DIPA tanpa perubahan

SAPSK.

a. Revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK

Revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK ialah revisi DIPA yang dilaksanakan

berdasarkan Revisi Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat ( Revisi RABPP)

yang ditetapkan dalam perubahan SAPSK. Menurut Pasal 2 ayat (2) PMK

69/PMK.02/2010, revisi DIPA berdasarkan perubahan SAPSK terjadi Karena hal-hal

sebagai berikut :

1) Anggaran belanja tambahan (ABT)

2) Kelebihan realisasi PNBP yang melampaui target APBN

3) Luncuran PHLN atau PHDN termasuk penerusan pinjaman

4) Percepatan penarikan PHLN atau PHDN termasuk penerusan pinjaman

5) Penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang diterushibahkan setelah

APBN/APBNP ditetapkankhususuntuk hibah yang diterima oleh pemerintah

c.q Kementerian Keuangan dan dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga

6) Pergeseran dari Bagian Anggaran (BA) 999.08 (Belanja Lainnya) ke BA KL

7) Pergeseran antar unit organisasi dalam satu Bagian Anggaran (BA)

8) Pergeseran antar kegiatan dalam satu program sebagai hasil optimalisasi

9) Penyelesaian kegiatan-kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur serta

rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam

10) Pencairan blokir (tanda *) yang diberikan oleh DJA

11) Perubahan pagu PHLN akibat perubahan kurs sepanjang perubahan tersebut

terjadi setelah kontrak ditandatangani dan untuk pembayaran utang

12) Perubahan nomenklatur Satker sepanjang kode satuan kerja berubah

13) Perubahan parameter dalam penghitungan subsidi

14) berdasarkan perubahan SAPSK ialah revisi DIPA yang dilakukan sesuai dengan

perubahan SAPSK.

49

b. Revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK

Menurut Bab III Perdirjen 29/PB/2010 Revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK

meliputi:

1) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi

2) Perubahan kantor bayar

3) Perubahan nomenklatur Satker sepanjang kode Satker tetap.

4) Pergeseran antas jenis belanja dalam satu kegiatan tanpa merubah target

kinerja

5) Revisi DIPA Dekonsentrasi (DK), Tugas Pembantuan (TP), dan Urusan Bersama

(UB), sepanjang tidak merubah target kinerja

6) Perubahan alokasi anggaran antar provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan

operasional (0001 dan 0002), termasuk pengadaan bahan makanan untuk

tahanan/narapidana yang dilakukan oleh unit organisasi di tingkat pusat

maupun oleh instansi vertikalnya di daerah sepanjang tidak mengubah target

kinerja.

7) Pencairan tanda bintang/blokir, khusus untuk anggaran yang diblokir oleh DJPB

8) Revisi DIPA untuk penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang

diterushibahkan setelah APBN/APBNP ditetapkan. Revisi penerimaan hibah ini

dikhususkan untuk hibah yang dilaksanakan secara langsung oleh

Kementerian/Lembaga dalam bentuk kas.

9) Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan kelebihan realisasi

penerimaan PNBP di atas target yang telah direncanakan dalam APBN untuk

Satker PT bukan BHMN dan Satker BLU

10) anggaran belanja yang Penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari

PNBP

11) Penyelesaian tunggakan tahun yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama,

dananya cukup tersedia dan tidak menggangu target kinerja tahun berjalan.

12) Revisi Rencana Penarikan dan Perkiraan Penerimaan Dana

Usulan konsep revisi DIPA beserta ADKnya untuk Satker Kantor Pusat yang

berlokasi di DKI Jakarta disampaikan ke Direktorat PA, sedangkan untuk DIPA

50

lainnya disampaikan ke Kanwil DJPB.Dalam pengajuan revisi DIPA tanpa

perubahan SAPSK, konsep revisi DIPA harus dilampiri dengan :

a. Surat pernyataan bahwa sasaran dan volume keluaran kegiatan/sub kegiatan

telah dicapai/dikontrakan dalam hal pengesahan revisi DIPA berupa

perubahan alokasi dana antar sub kegiatan atau perubahan volume keluaran

pada sub kegiatan

b. Dokumen yang menerangkan PHLN dalam hal revisi terkait PHLN

c. Naskah Perjanjian Hibah atau dokumen lain yang dipersamakan dan nomor

register dalam hal penerimaan hibah setelah APBN/APBN P ditetapkan

d. Surat pernyataan PA/Kuasa PA bahwa usul pengesahan revisi DIPA tidak

merubah/mengganggu target kinerja khusus untuk usulan revisi anggaran

berupa pergeseran antar jenis belanja dalam satu kegiatan, revisi DIPA DAK,

DIPA TP dan DIPA UB, dan perubahan alokasi anggaran antar

provinsi/kabupaten/kota

e. Usulan revisi DIPA dalam rangka penyelesaian tunggakan harus dilampiri :

Konsep revisi DIPA dengan mencantumkan catatan pada halaman IV DIPA

mengenai jumlah pagu dan uraian pembayaran, Surat Pernyataan PA/KPA

bahwa usul pengesahan revisi DIPA tidak mengubah target kinerja dan volume

keluaran kegiatan/sub kegiatan dan tanggung jawab kebenaran tagihan, hasil

verifikasi BPKP setempat untuk jumlah seluruh tunggakan Rp. 500.000.000,00

keatas.

Usulan revisi untuk DIPA Satker Kantor Pusat yang berlokasi di Jakarta

disampaikan ke Direktorat PA sedangkan untuk DIPA Satker selainnya disampaikan

ke Kanwil DJPB sesuai dengan wilayah kerjanya. Revisi DIPA yang diajukan Satker

kemudian ditelaah untuk menjamin kesesuainnya dengan Perpres RABPP, prinsip

pembayaran/pencairan dana dan standar akuntansi pemerintah. Konsep DIPA

revisi yang sudah ditelaah dan dinyatakan benar kemudian akan disahkan oleh

Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPB.

51

8. Pengertian SKPA

Dalam Perdirjen PER-07/PB/2005 disebutkan bahwa SKPA adalah surat kuasa yang

diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi (KPA asal) kepada KPA unit

eselon yang lebih rendah (KPA penerima) dalam unit eselon I yang sama pada

suatu departemen/kementerian negara/lembaga untuk menggunakan bagian

tertentu dari pagu anggaran yang dimilikinya dalam rangka pelaksanaan kegiatan

yang telah ditentukan.

Penerbitan SKPA dilakukan dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan

pembayaran antar wilayah. SKPA diterbitkan oleh KPA unit eselon yang lebih tinggi

ke unit eselon yang lebih rendah, dalam eselon I yang samapada suatu

Departemen/Kementerian/Lembaga. SKPA diterbitkan sesuai program, kegiatan,

sub kegiatan, dan MAK sebagaimana tercantum dalam DIPA. Penggunaan

mekanisme SKPA ini akan mengurangi alokasi pagu anggaran KPA asal dan

menambah alokasi pagu anggaran KPA penerima.

9. Pemberian Dispensasi

Dispensasi merupakan ijin bagi Satker untuk melakukan pengeluaran

dana/pelaksanaan anggaran di luar ketentuan umum yang berlaku.Dispensasi

dalam pelaksanaan anggaran hanya diberikan untuk hal-hal tertentu sebagaimana

diatur dalam Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005. Jenis Dispensasi

beserta instansi yang berhak memberikan dispensasi menurut Perdirjen

Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 dan Perdirjen Perbendaharaan PER-

07/PB/2005 ialah sebagai berikut :

2. Pemberian dispensasi di Direktorat PA

a. Dispensasi pemberian UP di atas Rp 200.000.000

b. Pengadaan tanah melalui UP

c. Dispensasi penerbitan SKPA

3. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN (PER-66/PB/2005)

a. Penambahan TUP

b. Pengadaan tanah melalui UP

c. Pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun sebelumnya

52

C. FORMAT DIPA

DIPA existing terdiri dari 5 halaman yaitu Surat Pengesahan (SP), Halaman I,

Halaman II, Halaman III, dan Halaman IV. Masing-masing halaman DIPA tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Surat Pengesahan DIPA (SP DIPA)

Halaman ini berisi informasi mengenai hal-hal yang disahkan dari DIPA. Surat

Pengesahan DIPA memuat informasi berikut :

a) Nomor SP DIPA

b) Peraturan yang menjadi dasar pengesahan DIPA

c) Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi

dan Satker pemilik DIPA

d) Pagu anggaran DIPA

e) Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan beserta jumlah pagu dananya masing-

masing

f) Rincian sumber dana DIPA

g) Kantor bayar beserta jumlah dananya

h) Pernyataan dari BUN bahwa penetapan dan perhitungan biaya serta

penggunaan dana dalam DIPA merupakan tanggung jawab Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

i) Informasi masa berlakunya DIPA

j) Tanda tangan Dirjen Perbendaharaan atau Kepala Kanwil Perbendaharaan atas

nama menteri keuangan sebagai tanda pengesahan DIPA.

2. DIPA Halaman I (Umum)

Halaman ini diisi dengan informasi yang bersifat umum dan merupakan

rekapitulasi dari seluruh Satuan Kerja dalam satu Unit Organisasi dan satu

Propinsi.Halaman ini terdiri dari Halaman IA dan Halaman I B.

a. Halaman I A memuat informasi mengenai :

a. Nomor SP DIPA

53

b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi

dan Satker pemilik DIPA

c. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Bendahara Pengeluaran, dan Pejabat

Penanda Tangan SPM

d. Fungsi, Sub Fungsi, Program beserta pagu dananya masing-masing

e. Sasaran Program

f. Sasaran/Keluaran Kegiatan beserta pagu dananya

g. Indikator Keluaran Sub Kegiatan beserta pagu dananya

h. Tanggal dan tempat penetapan Konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat

yang menetapkan konsep DIPA

b. Halaman I B memuat informasi mengenai :

1) Nomor SP DIPA

2) Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi,

Propinsi dan Satker pemilik DIPA

3) Pagu Anggaran DIPA total beserta rinciannya menurut sumber dana.

4) Pagu pinjaman/hibah luar negeri dan satuan mata uangnya (dalam bentuk

valuta asing dan kurs dalam rupiah)

5) Rincian Pinjaman Hibah Luar Negeri yang meliputi :

1) Sumber PHLN : No NPLN, tahun, No Register

2) Pagu total PHLN dan jumlah pagu yang akan dilaksanakan tahun ini

3) Jumlah penarikan s.d tahun lalu dan jumlah penarikan yang akan

dilakukan tahun ini (dalam US$)

4) Cara penarikan beserta jumlah dana yang ditarik (dalam ribuan rupiah)

5) Jenis dana pendamping beserta nilainya dalam rupiah

3. DIPA Halaman II (Rincian Pengeluaran)

Halaman II berisi informasi untuk masing-masing Satuan Kerja, baik sasaran yang

hendak dicapai maupun alokasi dana pada masing-masing jenis belanja dan

kelompok Akun, baik untuk DIPA Kementerian Negara/Lembaga (DIPA KL) maupun

54

DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA BUN). Secara umum halaman II DIPA

memuat informasi berikut :

a. Nomor SP DIPA

b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi

dan Satker pemilik DIPA

c. Informasi mengenai Satker, Fungsi, Sub Fungsi, Program, Kegiatan, Sub

Kegiatan dan Kelompok Akun

d. Informasi Kewenangan (KP/KD/DK/TP/UB)

e. Pagu anggaran per jenis belanja (dalam rupiah)

f. Lokasi (kabupaten) dan KPPN Pembayar

g. Sumber dana/cara penarikan dan nomor register

h. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang

menetapkan konsep DIPA.

Informasi pagu per jenis belanja dalam halaman II DIPA memiliki perbedaan untuk

tiap jenis DIPA, perbedaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Jenis belanja DIPA Kementerian Negara/Lembaga terdiri dari : pegawai, barang,

modal, bantuan sosial dan lain-lain

b. Jenis belanja untuk DIPA subsidi dan belanja lain-lain terdiri dari : pegawai,

barang, modal, bantuan sosial dan lain-lain

c. Jenis belanja DIPA Belanja Daerah terdiri dari : Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus, Dana Bagi Hasil, Dana Otonomi Khusus, Dana Penyesuaian

d. Jenis belanja untuk DIPA Belanja Utang dan Hibah terdiri dari : Hibah, Bunga

Utang Dalam dan Luar Negeri serta Cicilan Pokok Utang dalam Negeri dan Luar

Negeri

e. Jenis belanja untuk DIPA Investasi Pemerintah dan Penerusan Pinjaman terdiri

dari : pembiayan dalam negeri, pembiayaan luar negeri, penerusan pinjaman

dan penyertaan modal negara

55

4. DIPA Halaman III (Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan)

Halaman III merupakan rencana penarikan dana oleh masing-masing Satuan Kerja

sampai dengan jenis belanja serta rencana penerimaan perpajakan/bea dan cukai

dan PNBP yang menjadi tanggung jawab masing-masing satuan kerja. Informasi

yang terdapat dalam halaman III DIPA meliputi :

a. Nomor SP DIPA

b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi

dan Satker pemilik DIPA

c. Rencana penarikan dana per bulan yang dirinci sampai dengan jenis belanja

untuk masing-masingkegiatan

d. Perkiraan penerimaan per bulan menurut jenis penerimaannya (PBNP, Pajak,

BLU)

e. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang

menetapkan konsep DIPA

5. DIPA Halaman IV (Catatan)

Halaman IV merupakan catatan yang harus diperhatikan oleh Satuan Kerja dalam

melaksanakan DIPA. Informasi yang tercantum dalam halaman IV DIPA meliputi :

a. Nomor SP DIPA

b. Identitas DIPA yang meliputi : Kementerian/Lembaga, Unit Organisasi, Propinsi

dan Satker pemilik DIPA

c. Informasi mengenai belanja mengikat yang dirinci menurut fungsi, sub fungsi,

program, kegiatan, sub kegiatan dan akun serta uraian dana per akun

d. Informasi mengenai dana yang diblokir yang dirinci menurut fungsi, sub fungsi,

program, kegiatan, sub kegiatan dan akun serta uraian dana per akun.

Diberikan juga informasi keterangan pemblokiran

e. Tempat dan tanggal penetapan konsep DIPA beserta tanda tangan pejabat yang

menetapkan konsep DIPA

56

D. PROSES BISNIS

Bisnis proses manajemen DIPA existing terdiri dari 6 (enam) bisnis proses

utama yaitu penerbitaan SRAA, penelaahan dan pengesahan DIPA, pengesahan revisi

DIPA karena perubahan SAPSK, pengesahan revisi DIPA tanpa perubahan SAPSK,

Penerbitan SKPA, dan pemberian dispensasi. Untuk memperjelas penggambaran

mengenai bisnis proses Manajemen DIPA, akan dijelaskan juga bisnis proses

penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP yang dilaksanakan oleh DJA.

1. Penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP

Secara umum proses penyusunan DIPA oleh Satker dan proses penelaahan DIPA

oleh DJPB didasarkan pada Perpres RABPP yang selama ini disusun oleh DJA.

Untuk memperjelas gambaran bisnis proses manajemen DIPA, dibawah ini akan

digambarkan proses penyusunan RKAKL s.d Perpres RABPP dan kaitannya dengan

bisnis proses manajemen DIPA.

Penyusunan RKAKL

Satk

er

DJP

BD

JAK/L

Ese

lon I K

/L

DPR

Penyusunan Pagu

Sementara

Pembagian Pagu

Sementara per

Eselon I

Pagu

Sementara

Pembahasan

RKA/KL

Penyesuaian

RKAKL

Pembagian Pagu

Sementara per

Satker

Penyusunan

KK RKAKL

Konsolidasi

KK RKAKL

RKAKL

Penyusunan

RKAKL

Pagu Per

Eselon I

Pagu Per

Satker

KK RKAKL

RKAKL

Eselon I

Penelaahan

RKAKL

RKAKL Hasil

Kesepakatan DPR

Pembahasan

RAPBN

Himpunan RKAKL

Penyusunan Pagu

Definitif

Penyesuaian Pagu

Per Eselon I

Penyesuaian Pagu

Per Satker

Update

KK RKAKL

Konsolidasi

KK RKAKL

Pagu

Definitif

Pagu Per

Eselon I

Pagu Per

Satker

KK RKAKL

Penyesuaian

RKAKL

RKAKL

Eselon I

Pengesahan oleh

DPR

Penyusunan

Perpres RABPP

Penelaahan DIPA

Perpres

RABPP

Penyusunan

Konsep DIPA

Konsep

DIPA

Data RKAKL Final

Perpres

RABPP

Berdasarkan PMK 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan

Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga Tahun

57

Anggaran 2011, bisnis proses penyusunan RKA-KL s.d Penerbitan Perpres RABPP

adalah sebagai berikut :

a. Setelah menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara,

setiap K/L akan membreakdown pagu K/L menjadi pagu per eselon I dan

kemudian dibreakdown lebih lanjut oleh masing-masing Eselon I menjadi pagu

per Satker.

b. Berdasarkan pagu yang diterimanya, Satker menyusun kertas kerja (KK RKAKL)

dan menyampaikannya ke Eselon I. Eselon I kemudian mengkompilasi kertas

kerja dari satker dibawahnya dan menyampaikannya ke Biro Perencanaan K/L

c. Biro Perencanaan K/L menyusun RKAKL berdasarkan kompilasi KK RKAKL dari

masing-masing eselon I. RKAKL ini kemudian dibahas bersama komisi terkait di

DPR. RKAKL hasil pembahasan dengan DPR kemudian disampaikan ke DJA.

d. Biro Perencanaan K/L bersama DJA melakukan penelaahan RKAKL. Seluruh

RKA-KL hasil pembahasan atau yang telah disepakai oleh DPR kemudian

dihimpun menjadi Himpunan RKA-KL yang merupakan lampiran tak

terpisahkan dari Nota Keuangan dan RAPBN dan selanjutnya diajukan

Pemerintah kepada DPR untuk dibahas dan ditetapkan menjadi UU APBN

e. Kementerian Keuangan bersama K/L melakukan penyesuaian RKA-KL

sepanjang hasil pembahasan RAPBN antara Pemerintah dan DPR

menyebabkan adanya perubahan;

f. RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Peraturan Presiden

(Perpres) tentang Rincian ABPP. Rincian ABPP tersebut dirinci menurut

organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.

g. Perpres tentang Rincian ABPP ini akan menjadi dasar bagi K/L untuk

menyusun konsep DIPA dan menjadi dasar bagi DJPB dalam proses

penelaahan DIPA.

58

2. Penerbitan SRAA (mulai Tahun Anggaran 2011 diganti dengan Daftar Nominatif

Anggaran)

SRAA disusun oleh Direktorat PA DJPB dan akan menjadi dasar dalam

penelaahan/pencocokan DIPA di Kanwil DJPB. Alur proses penerbitan SRAA dapat

dilihat pada gambar berikut :

PENERBITAN SRAA

DO

WN

ST

RE

AM

DO

WN

ST

RE

AM

DIT

. P

AD

IT. P

AU

PS

TR

EA

MU

PS

TR

EA

M

B.2.1.1

Check

HARD

COPY

VS ADK

SAPSK

B.2.1.2

Penyusunan

Konsep SRAA

Konsep

SRAA

B.2.1.3

Penelaahan

SRAA

Sesuai

SAPSK?

Catatan

Penelaahan

B.2.1.4

Tanda tangan

SRAA

YES

Database

A.1.

DJA

SAPSK

B.2.2

SRAA

Salah

Setelah menerima Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK), Direktorat PA akan

mengklasifikasikan data SAPSK sesuai dengan tempat penelaahan dan pengesahan

DIPAnya. Untuk DIPA yang disahkan di Direktorat PA, data SAPSK bisa digunakan

langsung sebagai dasar penelaahan DIPA. Sedangkan untuk DIPA yang disahkan di

Kanwil DJPBN Direktorat PA harus terlebih dahulu menyusun Surat Rincian Alokasi

Anggaran (SRAA) yang akan menjadi dasar penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN

Konsep SRAA yang telah disusun akan ditelaah kesesuaiannya dengan SAPSK,

apabila telah sesuai maka akan ditandatangani dan disahkan menjadi SRAA.

Sebaliknya apabila data dalam Konsep SRAA belum sesuai dengan SAPSK maka

Konsep SRAA tersebut harus diperbaiki terlebih dahulu dan kemudian ditelaah

ulang untuk mendapatkan pengesahan. Data dalam SRAA sebenarnya sama

dengan data dalam DIPA hanya saja data dalam SRAA telah diuraikan per Satker

59

per Propinsi. Data SRAA kemudian akan diinput ke dalam database dan dikirimkan

ke Kanwil DJPB sebagai bahan dalam penelaahan DIPA di daerah.

3. Penelaahan dan Pengesahan DIPA

Proses Penelaahan DIPA di Direktorat PA dan di Kanwil DJPB pada prinsipnya

sama, yang membedakan ialah penelaahan DIPA di Direktorat PA didasarkan pada

Perpres RABPP/SAPSK sedangkan penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN didasarkan

pada SRAA. Alur proses penelaahan dan pengesahan DIPA dapat dilihat pada

gambar berikut :

Penerbitan dan Pengesahan DIPA

DO

WN

ST

RE

AM

DO

WN

ST

RE

AM

DIT

. P

A/K

an

wil

DJP

BD

IT. P

A/K

an

wil

DJP

BU

PS

TR

EA

MU

PS

TR

EA

M

DJA/Dit

PA

SAPSK/SRAA

B.1.1.2

Penelaahan

Konsep DIPA

DatabaseData

SAPSK

B.1.2

B.1.3

OK ?Konsep

DIPA

Konsep

DIPA

HardCopy

SAPSK

DIPA

Konsep DIPA

Salah

B.1.1.3

Penilaian

DIPA

Data DIPA

Final

B.1.1.4

Ttd SP

dan

DIPA

B.1.1.1.

Check

HARD

COPY

VS ADK

M.SU

Konsep DIPA

Data Perpres

B.2HDC

Data

DIPA

B.1.1.4

Penyesuaian

Konsep

DIPA

Rincian Proses Penelaahan DIPA ialah sebagai berikut :

a. Satker menyampaikan konsep DIPA beserta ADK ke Direktorat PA/Kanwil DJPB

b. Petugas dari Direktorat PA/Kanwil DJPBN dan Petugas dari Satker secara

bersama-sama melakukan penelaahan terhadap Konsep DIPA yang diajukan

Satker. Penelaahan DIPA pada Direktorat PA didasarkan pada Perpres

RABPP/SAPSK sedangkan penelaahan DIPA di Kanwil DJPBN didasakan pada

SRAA.

60

c. Penelaahan Konsep DIPA meliputi: penilaian kesesuaian dengan Perpres

RABPP/SRAA, kesesuaian dengan prinsip pembayaran dalam mekanisme

APBN, kesesuaian dengan kaidah akuntansi pemerintahan, kesesuaian

rencana penarikan dana tiap bulan dan perkiraan penerimaan tiap bulan.

d. Apabila dalam proses penelaahan ditemukan adanya ketidaksesuaian maka

akan dilakukan perbaikan terhadap Konsep DIPA tersebut, dalam beberapa

hal perlu juga disampaikan dalam catatan penelaahan atau pemberian tanda

bintang (blokir).

e. Setelah proses penelaahan selesai, Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil

DJPB akan mengesahkan DIPA dengan menerbitkan Surat Pengesahan (SP)

DIPA.DIPA yang telah disahkan kemudian dikirimkan ke Satker dan pihak-

pihak terkait lainnya

4. Pengesahan Revisi DIPA karena Perubahan SAPSK

Revisi DIPA Perubahan SAPSK

DO

WN

ST

RE

AM

DO

WN

ST

RE

AM

DIT

. P

A/K

an

wil

DJP

BD

IT. P

A/K

an

wil

DJP

BU

PS

TR

EA

MU

PS

TR

EA

M

A.3

DJA

SAPSK

Revisi

B.1.2.2

Penelaahan

Konsep DIPA

Revisi

Database

Data

SAPSK

Revisi

Sama

SAPSK-R ?

Konsep/

Net

DIPA Revisi

HardCopy

Revisi

SAPSK

DIPA-R

+ ADK

Pengembalian

Konsep DIPA-R

B.1.2.3

Cek

DIPA-

Revisi

Data SAPSK

Revisi

B.1.2.4

Ttd SP

dan

DIPA-R

B.1.2.1

Check

HARD

COPY

VS ADK

M. SU

Konsep

DIPA Revisi

M. SU

B.1.1.

Data

DIPA

B.1.3

DIPA-R

Data DIPA

setelah REVISI

HDC

Satuan kerja mengajukan permohonan revisi DIPA kepada Dit PA/Kanwil sebagai

dasar pelaksanaan pengesahan revisi DIPA. Selanjutnya data hardcopy SAPSK

Revisi dari DJA akan dibandingkan dengan ADK SAPSK Revisi yang dikirimkannya,

kemudian data ADK akan diinput ke dalam database. Data hardcopy SAPSK Revisi

61

akan menjadi dasar dalam penelaahan Konsep DIPA Revisi yang diajukan Satker.

Apabila Konsep DIPA revisi sudah sesuai dengan hardcopy SAPSK Revisi maka Dit

PA/Kanwil DJPB akan memberikan persetujuan revisi DIPA. Sebaliknya apabila

konsep DIPA Revisi tidak sesuai dengan hardcopy SAPSK Revisi maka konsep DIPA

yang diajukan Satker akan dikembalikan untuk diperbaiki.

Batas waktu pengesahan revisi DIPA paling lama 5 (lima) hari kerja setelah usulan

pengesahan revisi DIPA serta data pendukungnya diterima secara lengkap. Data

DIPA Revisi kemudian diinput kembali ke database untuk update data, selain itu

data tersebut juga akan dikirimkan ke payment management, comitment

management dan reporting untuk update data di masing-masing modul tersebut.

5. Pengesahan Revisi DIPA tanpa Perubahan SAPSK

Revisi DIPA Permohonan Satker – Dit. PA

DO

WN

ST

RE

AM

DO

WN

ST

RE

AM

DIT

. P

A/K

an

wil

DJP

BD

IT. P

A/K

an

wil

DJP

BU

PS

TR

EA

MU

PS

TR

EA

M

B.1.2.1

Penilaian

Revisi

Database

Sesuai

Ketentuan ?

Konsep/

Net

Surat Revisi

Surat

Penolakan

B.1.2.2

Cek

Surat

Revisi

Data DIPA

Dan Realisasi

B.1.2.3

Ttd

Surat

Revisi

M. SU

Permohonan

Revisi + ADK

M. SU

Data

DIPASurat

Pengesahan

Revisi

Data DIPA Revisi

HDC

Surat Revisi

Dan ADK

B.1.1.

B.1.3

Saker mengirimkan permohonan revisi DIPA beserta ADKnya. Permohonan revisi

tersebut kemudian akan diteliti oleh Dit PA/Kanwil DJPB dengan memperhatikan

data DIPA dan realisasi anggarannya untuk menjamin bahwa revisi tersebut sesuai

dengan pagu dana yang masih tersedia dan menghindari adanya pagu minus.

Apabila permohonan revisi telah sesuai dengan segala peraturan yang ada maka

Dit PA/Kanwil DJPB akan menerbitkan surat pengesahan revisi dan kemudian

62

menginput data DIPA revisi ke database serta mengirimkan data revisi DIPA ke

comitment management, payment management dan reporting untuk update data

di masing-masing modul tersebut.

6. PersetujuanPenerbitan SKPA

Penerbitan SKPA ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam

pelaksanaan pembayaran antar wilayah. Mekanisme penerbitan SKPA dapat

dilihat dalam gambar berikut :

Pengesahan SKPA

DO

WN

ST

RE

AM

DO

WN

ST

RE

AM

KP

PN

KP

PN

UP

ST

RE

AM

UP

ST

RE

AM

SKPA

SKPA

Sudah

DIsahkan

Pengembalian

SKPA

Data DIPA

Permohonan

Pengesahan

SKPA

Data

DIPA

SU

B.2.5.1

Penilaian

Permohonan

OK ?

C

B.1.1

B.2.2

Database

B.2.5.3

Ttd

SKPA

B.2.5.2

Cek D

Data

Realisasi

DIPA

SU

D

Update Data

Pagu DIPA

KPA Asal (pemberi) mengirimkan 10 dokumen SKPA ke KPPN Asal. KPPN Asal akan

melakukan penelitian terhadap permohonan SKPA dengan memperhatikan

kesesuaiannya dengan peraturan dan ketersediaan pagu DIPAnya. SKPA yang telah

disahkan oleh KPPN Aasal akan dijadikan pertinggal (1 buah), dikirimkan ke KPA

Asal (5 buah), Kanwil Asal (1 buah), Kanwil Penerima (1 buah), KPPN Penerima (1

buah) dan APK (1 buah). Pengiriman SKPA ke Kanwil, APK dan KPPN dimaksudkan

untuk update data DIPA.

63

7. PemberianDispensasi

Dalam pelaksanaan anggaran seringkali ditemui kondisi-kondisi yang memerlukan

adanya pemberian dispensasi bagi Satker. Pemberian dispensasi bagi Satker dapat

diuraiakan sebagai berikut :

a. Pemberian dispensasi di Direktorat PA, terdiri dari dispensasi pemberian UP di

atas Rp 200.000.000, pengadaan tanah melalui UP, dispensasi penerbitan SKPA

b. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN, terdiri dari penambahan TUP,

pengadaan tanah melalui UP, pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun

sebelumnya

Mekanisme pemberian dispensasi untuk semuda model dispensasi tersebut pada

dasarnya sama, yang membedakan hanyalah tempat pemberian dispensasi dan

syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengajuan dispensasi. Proses pemberian

dispensasi baik di Direktorat PA maupun di Kanwil DJPB dapat dilihat pada gambar

berikut :

Persetujuan Dispensasi

DO

WN

ST

RE

AM

DO

WN

ST

RE

AM

DIT

. PA

/Kan

wil

DJP

BD

IT. P

A/K

anw

il D

JPB

UP

ST

RE

AM

UP

ST

RE

AM

Konsep/

Net Surat

Persetujuan /

Penolakan

Surat

Pengembalian

Surat

Prmhnan

Dispensasi

B.1.3.3

Ttd

Surat

SU

B.1.3.2

Cek

B.1.3.1

Penilaian

Permohonan

Dispensasi

OK ?

D

SU

Data

DIPA

Database

B.1.1.

B.1.2.

Data

DIPA

Persetujuan perubahan besaran UP dapat diberikan berdasarkan permohonan

yang diajukan K/L. Pemberian perubahan UP harus sangat selektif dan sesuai

dengan kebutuhan, karena pemberian UP yang terlalu besar tidak sejalan dengan

prinsip pengelolaan kas yang baik.

64

Pada dasarnya seluruh pembayaran harus dilakukan dengan mekanisme LS dengan

tujuan mengurangiidle cash pada bendahara pengeluaran. Proses pengkajian

kelayakan meliputi penilaian urgensi dan jumlah permohonan perubahan besaran

UP. Dasar penilaian dapat menggunakan pertanggungjawaban UP/TUP

sebelumnya.

Penerbitan dispensasi pembayaran melalui mekanisme UP masih dilaksanakan

karena satker mengalami kesulitan apabila pelaksanaan kegiatan dilokasi tertentu

yang tidak memungkinkan menggunakan LS misalnya pembelian bahan bakar di

luar SPBU khususnya di daerah terpencil.

Dalam pelaksanaan anggaran seringkali ditemui kondisi-kondisi yang

memerlukan adanya pemberian dispensasi bagi Satker. Pemberian dispensasi bagi

Satker dapat diuraiakan sebagai berikut :

a. Pemberian dispensasi di Direktorat PA

- Dispensasi pemberian UP di atas Rp 200.000.000 (PER-66/PB/2005)

- Pengadaan tanah melalui UP (PER-66/PB/2005)

- Dispensasi penerbitan SKPA (PER-07/PB/2005)

b. Pemberian dispensasi di Kanwil DJPBN (PER-66/PB/2005)

- Penambahan TUP

- Pengadaan tanah melalui UP

- Pembayaran tunggakan daya dan jasa tahun sebelumnya

E. EXCEPTION DALAM MANAJEMEN DIPA

1. DIPA BLU

Dalam perdirjen 57/PB/2008 tentang format DIPA BLU disebutkan bahwa alur

proses DIPA BLU secara umum tetap mengikuti ketentuan penyusunan DIPA yang

digunakan satuan kerja Kementerian/Lembaga lainnya terutama pada kegiatan

yang dananya bersumber dari rupiah murni APBN, Pinjaman/Hibah dan PNBP.

Perlakuan terhadap PNBP BLU yang dapat digunakan langsung untuk memberikan

pelayanan pada masyarakat membutuhkan adanya format DIPA yang memiliki

65

karakteristik khusus.Karakteristik khusus yang dimiliki DIPA BLU yaitu

pencantuman persentase ambang batas, saldo awal kas, dan saldo akhir kas pada

halaman SP DIPA serta pencantuman pagu pembiayaan pada halaman II.B.

Karakteristik khusus yang lain yaitu diwajibkannya Satker melampirkan dokumen

Rencana Bisnis dan Anggaran dalam proses penyusunan DIPA BLU (UU No 1 Tahun

2004 Pasal 14 ayat 4).

Ambang batas berisi informasi jumlah anggaran (persentase) yang boleh

dikeluarkan melebihi pagu yang telah ditetapkan tanpa harus merevisi DIPA

terlebih dahulu sepanjang tercantum dalam RBA dan PNBP nya telah melebihi

target.

Saldo awal kas merupakan saldo kas yang bersumber dari surplus anggaran tahun

sebelumnya dan saldo anggaran bersih BLU tahun sebelumnya yang dicarry over

pada tahun berjalan. Saldo akhir kas adalah surplus dan pembiayaan netto akhir

tahun berjalan.

Pencantuman pagu pembiayaan mengisyaratkan bahwa Satker BLU diperbolehkan

untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam kegiatan

usahanya. Pengeluaran pembiayaan dimungkinkan dalam hal Satker BLU akan

melakukan investasi, pembayaran pokok pinjaman, dan pemberian pinjaman.

Sebaliknya penerimaan pembiayaan dimungkinkan dalah hal Satker BLU akan

melakukan divestasi, menerima pinjaman jangka pendek dan jangka panjang.

2. DIPA Belanja Daerah

DIPA Belanja Daerah memiliki beberapa perbedaan jika dibandingkan dengan DIPA

pada umumnya. Perbedaan tersebut meliputi :

a. Data sumber untuk penyusunan dan penelaahan DIPA Belanja Daerah tidak

berasal dari DJA.

DIPA pada umumnya disusun oleh Satker dan ditelaah oleh DJPB berdasarkan

Perpres RABPP yang diterbitkan oleh DJA. Akan tetapi, berbeda dengan DIPA pada

umumnya, DIPA Belanja Daerah disusun oleh Satker (DJPK) dan ditelaah oleh DJPB

66

berdasarkan Perpres/PMK yang diterbitkan oleh DJPK, hal ini sesuai dengan pasal

5 ayat (2) PMK 126/PMK.07/2010.

Dengan demikian, DJPK memiliki tiga peran sekaligus dalam proses pengelolaan

keuangan negara, yaitu sebagai unit perencana, unit pelaksana sekaligus sebagai

unit penanggung jawab Belanja Transfer ke Daerah. Proses bisnis penyusunan

DIPA Belanja Daerah dapat digambarkan sebagai berikut :

Penerbitan DIPA Transfer ke Daerah

DO

WN

ST

RE

AM

DO

WN

ST

RE

AM

DIT

. P

AD

IT. P

AU

PS

TR

EA

MU

PS

TR

EA

M

M. DJPK

Perpres DAU /

PMK TKD

B.1.1.3

Penelaahan

Konsep DIPA

D

Sesuai

Perpres /

PMK ?

Konsep/

Net DIPA

Hard copy

Perpres / PMK

DIPA

Transfer ke Daerah

Pengembalian

Konsep DIPA

B.1.1.4

Cek

DIPA

B.1.1.5

Ttd SP

dan

DIPA

B.1.1.1

Check

HARD

COPY

M. DJPK

Konsep DIPA

M. DJPK

b. Penyusunan DIPA Belanja Daerah belum menggunakan aplikasi DIPA

Penyusunan DIPA Belanja Daerah sampai saat ini masih dilakukan secara manual

menggunakan Microsoft Excel, belum bisa menggunakan aplikasi DIPA.Hal ini

dikarenakan belum ada interface data antara aplikasi DIPA dengan aplikasi di DJPK.

F. PERMASALAHAN TERKAIT MANAJEMEN DIPA EXISTING

Pada dasarnya best practise yang ada secara garis besar sudah sesuai dengan

SOP dalam manajemen DIPA saat ini. Kesesuaian tersebut secara langsung disebabkan

oleh adopsi terhadap best practise yang ada dengan paket Undang-Undang Keuangan

Negara serta petunjuk pelaksanaan lainya yang berkaitan dengan Management of

67

Spending Authority. Adapun berbagai permasalahan yang timbul dalam manajemen

DIPA eksisting antara lain :

1. Fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran

2. Pelaksanaan penarikan dana dan mekanisme penyesuaian

3. Perbedaan pagu dana antara appropriation (APBN) dan allotment (DIPA)

4. Komponen anggaran dalam APBN belum terdokumentasi seluruhnya dalam

DIPA (Penerimaan Pembiayaan)

5. DIPA belum optimal sebagai dokumen perencanaan penerimaan

6. Database terpisah

7. Format dan mekanisme penyusunan DIPA yang beragam

Penjelasan permasalahan sebagai berikut :

1. Fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran.

Fleksibilitas yang kurang pada dasarnya karena alokasi anggaran yang dibahas

dalam RKA-KL antara DPR, DJA dan K/L dan dalam dokumen DIPA tercantum

empat digit yaitu kelompok akun. Apabila dalam pelaksanaan memerlukan

pergeseran dana sehingga kelompok akun dalam DIPA berubah harus mendapat

pengesahan terlebih dahulu dari Ditjen Perbendaharaan.

2. Pelaksanaan pencairan dana dan mekanisme penyesuaian

Paket UU Keuangan Negara Tahun 2003 dan UU Perbendaharaan Negara Tahun

2004 menjadi dasar penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran. Namun sampai

tahun 2006 dokumen pada halaman III DIPA belum mencerminkan rencana

penarikan dana yang baik dan masih menggunakan pola bagi rata setiap bulan

dalam rencana yang disusun oleh satuan kerja. Diterbitkannya peraturan tentang

perencanaan kas yang dituangkan pada UU No 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan

Uang Negara dan SE-02/PB/2006 tentang Penyampaian Penerimaan dan

Pengeluaran Kas Satker Pusat maupun Daerah menjadi dasar bagi perencanaan

penarikan dan penerimaan dana satuan kerja.

Rencana penarikan dana pada halaman III DIPA menjadi perikatan antara menkeu

(selaku CFO) dan menteri teknis (selaku COO), sehingga perubahan yang

berhubungan dengan hal tersebut harus diketahui kedua belah pihak yang terikat.

68

Proses update rencana penarikan dana yang merubah halaman III DIPA dilakukan

oleh satker dan disampaikan kepada Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

per triwulan.

3. Perbedaan pagu dana appropriation (APBN) dan allotment (DIPA)

Setelah UU APBN disahkan dengan jumlah anggaran belanja, pendapatan dan

kalau dimungkinkan pembiayaan maka akan masuk dalam jurnal appropriation.

Namun jumlah anggaran tersebut sampai saat ini belum seluruhnya diterbitkan

DIPAnya khususnya anggaran pembiayaan pada awal tahun sehingga terjadi

perbedaan pagu antara appropriasi dan allotment (DIPA). Sebagaimana diketahui

DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran sebagai penjabaran dari UU

APBN sehingga pagu anggaran yang tercantum dalam APBN semestinya

ditampung dalam DIPA.

Selama ini DIPA yang diterbitkan pada awal tahun lebih banyak untuk anggaran

belanja dan pendapatan, sedangkan DIPA anggaran pembiayaan yang

ditatausahakan oleh BUN umumnya diterbitkan setelah UU APBN disahkan bahkan

sampai mendekati akhir tahun. Hal ini mengakibatkan perbedaan pagu antara

APBN dan DIPA tidak dapat diselesaikan dalam waktu dekat yaitu pagu APBN lebih

besar dari pagu di dalam DIPA.

4. Komponen anggaran dalam APBN belum terdokumentasi seluruhnya dalam DIPA

(Penerimaan Pembiayaan)

Untuk memenuhi kebutuhan belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah,

diperlukan sumber-sumber pendapatan negara dan pembiayaan anggaran.

Anggaran pembiayaan defisit merupakan sumber pendanaan apabila dalam

perhitungan APBN terjadi ketidakseimbangan dan digunakan untuk menutup

kekurangan anggaran belanja. Pembiayaan terdiri dari dua yaitu dalam negeri dan

luar negeri dan perencanaan serta penatausahaan anggaran pembiayaan

merupakan salah satu tugas Menteri Keuangan dalam pelaksanaan kebijakan fiskal

yang dilakukan pada saat menyusun rancangan APBN.

69

Kesenjangan APBN dan DIPA

Komponen APBN Anggaran dalamDIPA

Pendapatan Negara danHibah

Belanja Negara (Belanja PmthPusat dan Transfer keDaerah)

Anggaran Pembiayaan(Penerimaan danPengeluaran)

Pendapatan Negara danHibah

Belanja Negara (Belanja PmthPusat dan Transfer keDaerah)

Anggaran Pembiayaan(Penerimaan)

Tidak sama

Tidak sama

Selama ini anggaran pembiayaan khususnya dari sisi penerimaan belum

dicantumkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran sehingga terjadi kesulitan

untuk mengetahui dengan jelas kapan dan berapa besar rencana penerimaan

pembiayaan baik dari pembiayaan dalam negeri maupun luar negeri apabila dilihat

pada dokumen pelaksanaan anggaran.Pada waktu mendatang diharapkan semua

anggaran yaitu belanja, pendapatan dan pembiayaan yang tercantum pada UU

APBN ditatausahakan dalam suatu dokumen pelaksanaan anggaran.Untuk

melaksanakan hal tersebut perlu integrasi dalam penyusunan dokumen

pelaksanaan anggaran khususnya pada anggaran pembiayaan.Integrasi dimaksud

meliputi bagaimana BUN melaksanakan penatausahaan dan pendelegasian

wewenang (KPA) di lingkungan BUN dalam penyusunan DIPA BUN.

5. DIPA belum optimal sebagai dokumen perencanaan penerimaan

Sebagai bagian dari komponen anggaran dalam APBN maka pendapatan menjadi

bagian yang sangat penting dalam pengelolaan manajemen kas. Apabila informasi

yang terdapat dalam DIPA dapat digunakan bukan hanya sebagai informasi namun

lebih berdaya guna maka pendapatan harus ditatausakan dengan baik dalam DIPA.

Selama ini perkiraan penerimaan dalam halaman III DIPA belum dioptimalkan

dalam pengertian belum digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

manajemen kas.Salah satu hal yang menjadi penyebabnya adalah belum

dilaksanakannya mekanisme updating pada halaman III tentang perkiraan

penerimaan.Hal lainnya adalah belum dikaitkannya penerimaan dengan tupoksi

70

dari satker.Terlebih jika dikaitkan dengan konsep PBB maka keterkaitan antara

penerimaan dengan kegiatan satker perlu dicantumkan dalam DIPA.Selama ini

pada Halaman III DIPA perkiraan penerimaan tidak mengacu pada suatu fungsi,

program dan kegiatan tertentu sehingga informasi yang dicantumkan dalam DIPA

belum dapat digunakan dengan optimal.

6. Database yang digunakan dari proses perencanaan anggaran sampai dengan

pelaksanaan dan pelaporan masih terpisah yang menyebabkan antar pengelola

data tidak dapat menyajikan informasi yang menyeluruh. Setiap pengelola data

base di masing-masing unit apabila membutuhkan informasi dari database lainnya

harus melakukan interface secara manual antara lain dengan menggunakan media

penyimpanan.

Terpisahnya database ini mengakibatkan terjadinya perbedaan data karena

perubahan yang dilakukan disuatu database tidak diupdate secara otomatis oleh

pengelola database yang lain. Akibat dari tersegmentasinya database ini adalah

diperlukannya proses pencocokan data yang antara lain dilakukan dengan

rekonsiliasi. Permasalahan selanjutnya adalah jumlah data yang direkon antara

satu database dengan lainnya jumlahnya cukup besar sehingga memerlukan

menyita waktu yang seharusnya dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.

7. Perbedaan mekanisme dan penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran

khususnya antara DIPA K/L dan DIPA BUN saat ini terjadi sehingga menyebabkan

kurang efisien. Apabila mekanisme proses penyusuna DIPA dapat sama maka tidak

perlu dibuat aplikasi tersendiri untuk masing-masing bagian anggaran. Masalah

lainnya terkait dengan akuntansi dan pelaporan karena masih ada DIPA yang

menggunakan konsep simplifikasi. DIPA untuk kebutuhan tertentu masih

menggunakan satu akun untuk beberapa transaksi belanja apalagi jika digunakan

untuk membentuk suatu aset.

Mekanisme belanja yang berasal dari penerimaan PNBP satker BLU juga memiliki

karakteristik yang berbeda dengan mekanisme belanja bagi satker biasa.

Perbedaan tersebut perlu diantisipasi dalam sistem SPAN yang akan dibangun

karena dalam aplikasi SPAN proses pengembangannya sedapat mungkin tidak

berbeda jauh antara berbagai proses mekanisme yang dilaksanakan.

71

Hal lainnya adalah masih adanya perbedaan mekanisme penganggaran yang

dimulai dari penyusunan kertas kerja RKAKL dan dilanjutkan dengan DIPA

khususnya untuk DIPA transfer ke daerah. Sampai saat ini proses bisnis yang

dilakukan dalam penyusunan dokumen anggaran untuk transfer dilaksanakan oleh

DJPK dan penggunaan aplikasi yang berbeda dengan DIPA K/L lainnya. Aplikasi

yang tidak terintegrasi ini akan menyulitkan proses selanjutnya jika diperlukan

laporan realisasi transfer untuk suatu daerah tertentu karena data hanya dapat

dilihat pada institusi yang menanganinya.

72

BAB IV

MANAJEMEN DIPA FUTURE

Komitmen dalam penyempurnaan pengelolaan keuangan negara telah

dikukuhkan sejak disusunnya paket Undang-undang Keuangan Negara.

Penyempurnaan dari sisi pelaksanaan anggaran dilakukan secara bertahap dimulai dari

pelaksanaan unified budget (penyatuan anggaran rutin dan pembangunan dalam satu

dokumen yaitu DIPA) yang diikuti dengan pelaksanaan DIPA dimulai dari 1 Januari

hingga 31 Desember, fleksibilitas dalam pelaksanaan anggaran, pendelegasian

kewenangan dalam pembinaan pengelolaan keuangan negara, hingga perubahan

paradigma pelaksanaan anggaran yang memberikan keleluasaan satker selaku manajer

untuk memanajemen anggaran dalam lingkup kewenangannya.

A. VISI MISI

Visi merupakan hal yang penting untuk mencapai misi dalam perwujudan

implementasi tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola perbendaharaan negara

yang profesional.Diharapkan dengan adanya visi sebagai pengelola manajemen

pelaksanaan anggaran yang profesional dan dapat diandalkan dalam mengatasi

tantangan perubahan aspek pengelolaan keuangan negara. Lahirnya paket undang-

undang di bidang keuangan negara No. 17 Tahun 2003 dan No. 1 Tahun 2004

memberikan paradigma baru dalam pengelolaan keuangan di Indonesia. Kementerian

keuangan yang sebelumnya menjalankan fungsi financial administration dan financial

management sekaligus saat ini dititikberatkan pada pelaksanaan fungsi financial

management, sementara fungsi financial administration diberikan sepenuhnya kepada

kementerian teknis.

Dengan misi untuk menciptakan suatu sistem pengelolaan anggaran yang

simpel dan dapat mengakomodasi kepentingan Kementerian/Lembaga serta

menyediakan mekanisme penyediaan dana yang efektif dan efisien diharapkan DJPB

menjadi institusi yang dapat meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan negara

sehingga dapat disejajarkan dengan negara lain di bidang perbendaharaan negara.

73

Tantangan ke depan dalam bidang penganggaran adalah bagaimana pengelolaan

keuangan negara didasarkan pada penganggaran berbasis kinerja. Hal itu bertujuan

agar akuntabilitas dalam penggunaan dana dapat secara langsung diketahui dan dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat. Penerapan penganggaran berbasis kinerja mendorong

Kementerian/Lembaga untuk menciptakan kegiatan yang lebih produktif, terarah dan

efisien. DJPB bertugas untuk menciptakan ketersediaan dana yang diperlukan oleh

pengguna anggaran secara efektif dan efisien. Rencana penggunaan dana menjadi hal

yang penting dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal

Perbendaharaan. Revitaliasi rencana penggunaan dana pada dokumen pelaksanaan

anggaran menjadi sorotan utama ke depan bagi peningkatan efektifitas pelaksanaan

kegiatan masing-masing penggunaan anggaran.

Tanggungjawab pelaksanaan kegiatan di masing-masing kementerian/

lembaga akan semakin meningkat sehingga KPA akan semakin fleksibel dalam

mengatur pengelolaan kegiatan yang dilaksanakan. Agar maksud tersebut dapat

dicapai salah satu hal yang dapat digunakan adalah penyederhanaan format dokumen

Perpres Rincian APBN yang semula dirinci dalam enam digit rencananya akan dikurangi

menjadi dua digit. Pengurangan digit ini akan membuat K/L semakin mudah

penyusunan anggaran dan pelaksanaannya antara lain pergeseran akun untuk

mencapai suatu output tertentu dengan tetap memperhatikan kewenangan yang

dimiliki. Pelaksanaan kegiatan yang semakin fleksibel dalam melakukan pergeseran

dana akan memungkinkan waktu pelaksanaan pencairan dana juga berubah.

Penganggaran berbasis kinerja (performance base budgeting) diterapkan untuk

mengetahui sejauh mana kinerja masing-masing K/L dalam pencapaian output dengan

sejumlah dana yang telah ditetapkan. Dalam penganggaran berbasis kinerja ini akan

dilihat perkembangan pelaksanaan anggaran dari satu periode ke periode lainnya.

Penggunaan dua digit dalam dokumen anggaran berarti bahwa yang

digunakan sebagai acuan bagi MoF untuk penelaahan atau pembahasan hanya jenis

belanja.Apabila terjadi perubahan jenis belanja maka harus disetujui terlebih dahulu

oleh legislatif.Disamping perubahan format digit yang merupakan landasan bagi

rencana kegiatan, RKAKL juga mengakomodasi kepentingan bagi pelaksanaan anggaran

yang menjadi tanggung jawab DJPB. Perubahan dimaksud dengan menambah jumlah

74

halaman RKAKL menjadi lima halaman yaitu tambahan halaman IV dan V menjadi

bagian tugas yang akan dilaksanakan oleh DJPB meliputi rencana penarikan dana dan

batas pencairan dana serta catatan yang diperlukan. Pencantuman halaman tambahan

ini bertujuan agar dari awal proses perencanaan K/L sudah dapat menganalisis

kebutuhan dana untuk pelaksanaan kegiatan pada suatu periode tertentu namun hal

ini jika dikaitkan dengan fleksibilitas yang diberikan kepada K/L akan menjadi kendala

karena dapat terjadi pergeseran dana menyebabkan perubahan waktu pelaksanaan

kegiatan.

Pelaksanaan anggaran memerlukan suatu koridor/dasar pijakan yaitu

manajemen DIPA (Management of Spending Authority). Manajemen DIPA dilakukan

mulai dari diterimanya data dan dokumen hasil pembahasan dari Direktorat Jenderal

Anggaran bersama Kementerian Negara /Lembaga (K/L) hingga dana DIPA dapat

ditarik oleh K/L yang bersangkutan. Berkaitan dengan beberapa permasalahan dalam

manajemen DIPA saat ini seperti yang tertulis pada bab sebelumnya, maka disusunlah

berbagai proses untuk menyempurnakan pengelolaan keuangan negara, sampai

dengan pengembangan sistem pengelolaan keuangan negara yang terintegrasi yang

saat sedang dilaksanakan. Integrasi yang dimaksudkan adalah dari sisi database dan

konektivitas subsistem yang satu dengan yang lain ataupun dengan sistem lain

berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara. Sistem tersebut adalah SPAN yang

diharapkan akan dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan untuk perbaikan dalam

pengelolaan keuangan di masa mendatang.

B. FITUR ORACLE (ERP SPAN) DALAM MANAJEMEN DIPA

1. Penyusunan Annual Financial Plan (Rencana Penarikan Dana)

a. Konsep Penyusunan AFP dengan Alternatif Pertama

Untuk alternatif pertama dalam penyusunan AFP ini memiliki dua karakteristik

yaitu :

1) Bersifat mengikat dan sebagai batas pengeluaran memiliki ciri :

- Baik untuk manajemen kas karena treasury dapat menggunakan informasi yang

ada untuk melakukan penyediaan dana dengan tepat atau minimal tidak terlalu

banyak dana yang disimpan untuk jaga-jaga.

75

- Namun demikian bagi satker hal tersebut akan menambah proses bisnis baru

yaitu updating rencana penarikan dana setiap bulan karena AFP yang

dituangkan dalam Halaman III DIPA menjadi batas pengeluaran setiap bulan.

Apabila pengeluaran melebihi yang direncanakan dapat dilakukan dengan

merubah rencana pengeluaran pada bulan berikutnya sedangkan pada bulan

berjalan apabila terjadi kelebihan pengeluaran tidak dapat diajukan

penambahan dana yang dicairkan (sesuai dengan Permenkeu 192 Tahun 2009).

2) Perencanaan kas jangka panjang memiliki ciri :

- Tidak berlaku sebagai batas tertinggi sehingga apabila terdapat kebutuhan dana

untuk kegiatan yang dilakukan dengan ikatan dengan pihak ketiga atau kegiatan

non kontraktual yang lebih besar dari Halaman III akan dilakukan penyesuaian

data kebutuhan tersebut. Perencanaan kas jangka panjang menjadi lebih

fleksibel dalam pelaksanaannya dari sisi satker namun menyebabkan treasury

harus menyediakan dana yang cukup besar untuk jaga-jaga apabila terjadi

permintaan dana yang melebihi rencana.

- Untuk mengurangi resiko dana yang menganggur terlalu besar maka diperlukan

mekanisme penelaahan Halaman III DIPA yang seakurat mungkin dan proses

updating yang terintegrasi terkait pengeluaran yang melebihi rencana dari

satker. Dalam mendukung hal tersebut dibutuhkan aplikasi yang terhubung dan

terkoneksi antara baik komitmen maupun pengeluaran lain dan spending

authority di satker.

Hal-hal yang melatarbelakangi alternatif mekanisme manajemen kas jangka

panjang yaitu adanya konsep terkait AFP itu sendiri yang dijelaskan bahwa setelah

pagu dana diterima dari MoF maka satuan kerja menyusun rencana penggunaan

dana sesuai dengan kewenangannya. Dikaitkan dengan landasan hukum

berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3) dinyatakan antara lain bahwa

dalam dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan rencana penarikan dana tiap-tiap

satuan kerja dan Pasal 7 ayat (2F) yang menyatakan bahwa Bendahara Umum

Negara berwenang mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam

pelaksanaan anggaran negara. AFP yang termuat dalam DIPA bukanlah sesuatu

yang bersifat permanen (perencanaan kas jangka panjang). Ketika satker

76

melakukan suatu rencana pengeluaran khususnya terkait komitmen, rencana

pembayaran atas komitmen tersebut bisa mengakibatkan perubahan AFP. Setiap

perubahan AFP harus didaftarkan oleh satuan kerja ke dalam sistem. Sistem akan

secara otomatis mencek AFP/revisi AFP dengan ketersediaan pagu DIPA.

Perubahan rencana penarikan dana (AFP) dilaksanakan atas perubahan data

POK/revisi POK satker, sehingga DJPB dapat memperkirakan kebutuhan dana yang

harus disediakan di kas negara. Terkait dengan AFP, tidak ada kewenangan kantor

pusat DJPB untuk menolak usulan perubahan AFP satuan kerja. Karena

berdasarkan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 3 ayat (7) tentang Perbendaharaan

Negara, keterlambatan pembayaran dapat mengakibatkan denda/bunga. Dengan

demikian menjadi tugas DJPB untuk mencari tambahan dana untuk disesuaikan

dengan AFP satuan kerja.

b. Konsep Penyusunan AFP dengan Alternatif kedua

Penyusunan AFP untuk alternatif kedua ini memiliki beberapa karakteristik yaitu:

1) Pengecekan encumbrance terhadap ketersediaan pagu dilakukan terhadap saldo

pagu DIPA secara kumulatif satu tahun (tidak periodik/ bulanan);

2) Data komitmen dan realisasi terintegrasi dengan AFP, dimana AFP tidak

digunakan untuk mengontrol data komitmen (payment schedule) dan data

realisasi. Tidak dilakukan pengujian AFP pada saat approval SP2D

3) Sisa AFP maupun sisa encumbrance yang tidak direalisasi sampai akhir bulan

akan terbawa ke bulan berikutnya.

Penyesuaian terhadap kedua alternative tersebut dapat dilakukan dengan

mengatur kontrol anggaran (budgetary control) pada AFP. Untuk alternatif

pertama maka pengaturan budgetary control dilakukan secara period to date

(PTD) sehingga pagu anggaran perbulan tidak dapat dilampaui. Sehingga system

Oracle akan melakukan pengecekan ketersediaan pagu perbulan. Sedangkan

untuk alternative kedua maka pengaturan pada budgetary control dilakukan

year to date, pada pengaturan ini AFP tidak dijadikan mengikat perbulan, namun

pertahun.

77

2. Penerapan Cash Limit

Dalam dokumen bidding SPAN terdapat suatu mekanisme yang disebut cash limits

yaitu treasury menggunakan kewenangan untuk mengatur dana yang dapat

dicairkan oleh satuan kerja. Penerapan cash limits berdasarkan kondisi yang tidak

seimbang antara realisasi penerimaan dan rencana penarikan dana. Cash limits

merupakan suatu fasilitas bagi treasury untuk menerbitkan pembatasan pencairan

secara periodik baik bulanan/triwulanan maupun kebutuhan treasury yang

bersifat khusus (ada perintah dari eksekutif). Kasus cash limits di Indonesia

penerapannya ke depan ditekankan hanya pada saat kekurangan kas pada waktu

tertentu sehingga dimungkinkan apabila kondisi kas sudah pulih dapat dilakukan

pencairan sesuai dengan perencanaan semula. Pembatasan kas (cash limits) akan

membentuk dasar bagi pengawasan pelaksanaan anggaran yang akan digunakan

sedangkan AFP akan membentuk dasar bagi perencanaan penarikan dana pada

tingkat satuan kerja.

Apabila cash limit diterapkan di Indonesia maka institusi lingkup DJPB yang akan

memberikan data kas adalah Dit PKN. Data yang terekam dalam data base yang

sudah terintegrasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

melaksanakan cash forecasting bagi Direktorat PKN dan sesuai dengan bidding

document SPAN bahwa apabila terjadi ketidakseimbangan antara realisasi

penerimaan dan rencana penarikan dana maka diberlakukan cash limit.

Direktorat PKN sebagai owner pengelolaan kas melakukan analisa terhadap

kebutuhan kas satuan kerja kemudian diteliti apakah dana pemerintah yang

tersedia sesuai dengan kebutuhan satuan kerja. Apabila dana yang dapat

disediakan oleh pemerintah lebih sedikit berdasarkan perkiraan penerimaan

dikurangi dengan rencana penarikan dana maka untuk mengatasi hal tersebut

akan diberlakukan cash limit. Data cash limit akan dimasukkan dalam database

dan akan digunakan oleh KPPN sebagai dasar pencairan dana satuan kerja.

Kewenangan satker dalam pelaksanaan anggaran belanja terikat oleh cash limit.

Penerapan cash limit dapat dilihat pada UU No.1 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (2c)

bahwa Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara berwenang

mengendalikan pelaksanaan anggaran.

78

Namun demikian, usulan penerapan cash limit sebaiknya tidak dikenakan pada

kegiatan yang sudah dilakukan pembuatan komitmennya dengan pihak ketiga

karena akan berakibat pengenaan denda pada pemerintah. Cash limit dapat

dikenakan pada kegiatan yang belum memiliki ikatan serta kepastian jadwal

pelaksanaan sehingga merupakan kegiatan yang belum didaftarkan komitmennya

oleh satker ke dalam sistem antara lain kegiatan perjalanan dinas, honor dan

sebagainya. Apabila terjadi AFP tidak sama dengan cash limit, maka sistem akan

mengabaikan AFP dan menerapkan cash limit. Sistem yang akan digunakan juga

menyediakan interface dengan modul lain dalam pelaksanaan cash limit.

Pengaturan dana (kas) yang dapat digunakan oleh K/L dalam pengertian yang

sedikit berbeda yaitu warrant allocation yang diberikan oleh treasury kepada line

ministries baru kemudian dibagikan oleh line ministries kepada unit di bawahnya

dengan mengeluarkan sub warrant. Penerbitan warrant juga berdasarkan

pertimbangan ketersediaan kas pemerintah yang tidak sesuai dengan rencana

permintaan dana dari satuan kerja (cash shortage).

Sistem aplikasi dalam SPAN yang digunakan yaitu menggunakan Oracle secara

standar tidak dapat mengatur jumlah kas yang dapat digunakan oleh satker.

Dengan demikian maka pelaksanaan cash limits hanya dapat dilakukan melalui

modul MoSA menggunakan pembatasan pada pagu dana satker yang dapat

digunakan. Pagu dana pada periode tertentu (bulanan) akan dibatasi untuk jumlah

tertentu dan jenis pengeluaran tertentu yang tercantum pada Halaman III DIPA.

Informasi cash shortage dari Dit PKN akan digunakan bagi DJPB untuk melakukan

cash limits dan lebih dahulu melalui DJA jika pengurangan pagu terkait dengan

revisi kewenangan DJA.

3. Pencatatan MTEF

Hal ini dimaksudkan bahwa kewenangan satker dalam pelaksanaan anggaran

belanja yang bersifat multi years terikat MTEF. Dasar Hukum yang digunakan

adalah draft revisi PP 21/2004 tentang RKA-KL. Dengan adanya data yang akurat

tentang MTEF, MOF juga akan lebih mudah dalam menyusun perencanaan kas di

masa mendatang (forward cash plan). Sistem menyediakan fasilitas untuk

79

merekam, merubah dan menyimpan data perencanaan maju tiga tahun ke depan

(prakiraan maju). MTEF lebih menonjol pada sisi perencanaan lebih dari satu

tahun sedangkan DIPA merupakan dokumen pelaksanaan anggaran tahunan

sehingga modul MoSA tidak langsung terlibat dalam proses dalam MTEF.

Dalam konteks MTEF yang akan dibahas adalah rencana kegiatan yang baru

sebagai ”new initiative” sehingga kegiatan bersifat pengulangan dan tidak berubah

tidak perlu dibahas di legislatif. Terdapat suatu gagasan apabila kegiatan yang

bersifat rutin dapat langsung diusulkan setelah mendapat penetapan dari Menteri

Keuangan sehingga tidak perlu menunggu pembahasan dengan legislatif. Namun

apabila kegiatan dimaksud terdapat unsur baru yang akan dilaksanakan dan untuk

menyesuaikan tingkat harga-harga umum (inflasi) maka perlu dilakukan

pembahasan.

4. Vote on Account

Suatu mekanisme yang digunakan pada saat anggaran belum disetujui parlemen

pada batas waktu yang telah ditentukan dengan menerbitkan DIPA yang

digunakan untuk kegiatan operasional satker. MoSA dalam hal ini menerbitkan

DIPA yang bersifat sementara agar pelaksanaan pemerintahan tetap berjalan.

DIPA dimaksud akan digunakan untuk keperluan belanja pegawai dan belanja

lainnya (operasional) yang tidak dapat ditunda untuk kelancaran kegiatan satker.

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 Pasal 15 ayat (6) dinyatakan bahwa apabila

Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang yang

diusulkan, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya

sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.

80

Penerbitan DIPA VoA

Minggu ke dua November Bulan ketiga belum ada UU APBN

Sa

tke

rD

JP

BR

ore

n K

/L; U

nit

Es I

DJA

RKA-KL TA Baru

dg pagu anggaran

yg sudah

ditentukan Menkeu

SPAN

Alokasi per K/L;

Unit Eselon I

APBN belum

disahkan

APBN blm disepakati

Kertas Kerja RKA-

KLKonsep DIPA

Penelaahan DIPA

VoA

Alokasi tahun lalu

sebagai batas

maksimal pagu

DIPA VoA

KPPN

DIPA BiasaPencairan blokir

DJA

5. Carryforward (dalam modul ini diartikan sama dengan carryover)

Menurut L, Ian dan L, Gösta, (2009) Carry-over adalah hak untuk menggunakan

sisa alokasi (appropriation) melampaui jangka waktu yang diberikan sebelumnya

“Carry-over is the right to use an unspent appropriation beyond the time period

for which it was originally granted”. Hal ini berarti bahwa K/L dapat

menggunakan beberapa atau semua dari anggaran yang belum habis dari alokasi

tahun-tahun sebelumnya selain alokasi anggaran tahun berjalan ini. Beberapa

negara juga mengizinkan K/L untuk “meminjam” terhadap alokasi di masa depan,

yang secara konseptual serupa dengan “carry-forward negatif”.

Kebutuhan untuk carry-forward muncul sebagai akibat dari fakta bahwa otorisasi

anggaran biasanya diberikan untuk jangka waktu yang bersifat diskrit

(tertentu/penuh). Argumen untuk membatasi hak untuk melakukan pengeluaran

pada waktu yang telah ditentukan yang sering disebut sebagai prinsip tahunan

merupakan hal menarik yang dipertimbangkan, karena hal ini memungkinkan

untuk melakukan penilaian secara reguler dan merupakan konfirmasi terhadap

suatu prioritas pengeluaran. Sehingga Carry-overs harus ditafsirkan sebagai

pengecualian, dan dibenarkan karena pertimbangan praktis daripada sebuah

penentangan atas prinsip annuality itu sendiri.

81

Kebutuhan untuk carry-overs muncul karena dalam penganggaran sektor publik,

dalam banyak hal proses yang dilakukan tidak sempurna. Sifat heterogen kegiatan

pemerintah, informasi yang asimetris, keterbatasan waktu dan sumber daya yang

tersedia untuk penyusunan anggaran, serta prosedur persetujuan yang rumit di

eksekutif dan legislatif, merupakan hal yang menyulitkan jika tidak mungkin, untuk

benar-benar menilai semua item dalam anggaran setiap tahun. Akibatnya,

beberapa alokasi anggaran akan (harus) didasarkan pada perkiraan dan formula

terapan yang universal (perlu penyesuaian dalam pelaksanaan).

Carry-over adalah salah satu dari sejumlah prosedur anggaran yang digunakan

untuk mempermudah transisi antara dua tahun anggaran. Dalam anggaran

berbasis kas dan rezim akuntansi, rekening transaksi tahun sebelumnya kadang-

kadang dapat dicatat secara singkat ke dalam tahun fiskal yang baru, misalnya,

selama satu bulan. Seperti complementary accounting periods diperkenalkan

untuk mengatasi penundaan proses transaksi.

Pelaksanaan kegiatan dengan karakter multi-years merupakan hal yang berbeda,

dan beberapa negara memberikan multi-years appropriations. Seperti dengan

carry-over, maka prinsip annuality adalah bertentangan tetapi hal ini dapat

dibenarkan oleh pertimbangan praktis pengelolaan anggaran. Di sejumlah negara

maju, kewenangan anggaran adalah atas dasar akrual, antara lain mengukur

pemanfaatan sumber daya aktual. Ketika anggaran berbasis akrual, tidak ada

kemungkinan untuk menggunakan alokasi dengan pre-paying goods and services

atau dengan stocking-up on supplies. Sehingga anggaran berbasis akrual

mengurangi beberapa alasan (some of the rationale) untuk pelaksanaan carry-

over.

Carryforward dilaksanakan terkait dengan fund available seperti yang telah ditulis

di atas yaitu pengalihan pagu dana sedangkan yang lain adalah terkait dengan

encumbrance (ikatan atau kontrak yang melebihi satu tahun anggaran). Pengertian

carryforward terkait dengan fund available merupakan penggunaan alokasi dana

yang melebihi satu tahun anggaran sehingga dapat dilaksanakan pada tahun

anggaran berikutnya tanpa dibahas lagi oleh parlemen (persetujuan). Di Indonesia

pada umumnya digunakan untuk program yang menjadi prioritas pemerintah dan

82

berdampak luas dalam perekonomian nasional. Program PNPM merupakan salah

satu bentuk carryforward pada fund available yang menggunakan pedoman/dasar

UU APBN namun tidak dilakukan pembahasan persetujuan kegiatan.

Siklus penganggaran tahunan pada dasarnya dilaksanakan sesuai rentang

waktunya sehingga apabila terdapat pelaksanaan yang belum selesai pada akhir

tahun anggaran harus dilihat dahulu penyebabnya. Jika penyebabnya adalah dari

kesalahan pelaksanaan manajemen oleh satuan kerja sudah pasti tidak dapat

diberlakukan carryforward.

Terkait dengan encumbrance pada carryforward yaitu kontrak multiyears apabila

pelaksanaan kegiatan satu tahun belum selesai maka dapat dilaksanakan pada

tahun anggaran berikutnya dengan menggunakan kegiatan yang sama. Dengan

alokasi pagu kegiatan yang sama pada tahun berikutnya mengakibatkan adanya

alokasi dana kegiatan yang dikorbankan. Namun apabila dalam pelaksanaan

ternyata diperkirakan dapat diselesaikan maka pagu sisa tahun berjalan dapat

dialokasikan melalui APBN-P. Pelaksanaan carryforward untuk encumbrance only

dapat dilaksanakan dengan keputusan Menteri Keuangan.

Carryforward Encumbrance Only (Revisi DIPA)

KP

PN

Ka

nw

il D

JP

BD

JA

Sa

tke

r

Penelitian budget,

encumbrance,

fund available

ERP

Dana yg belum

direalisasikan

Data

encumbrance,

fund available

Jurnal

Carryforward

1

2

3

4

5

Database

satker

Revisi Kertas

Kerja

6

Penelitian

penyebab

Carryforward &

Perubahan Kertas

Kerja

7

Revisi Perpres

RABPP Hyperion

Revisi DIPA

SP DIPA Revisi

10

8

9

9

10Jurnal Allotment

11

12

83

Carryforward Fund Only (Revisi DIPA/DIPA Luncuran PNPM Mandiri)

DJA

Dit P

AK

an

wil

DJP

BK

PP

NS

atk

er

12

3 4

7

8

Appropriation/

allotment yg belum

direalisasikan

Data fund

available

Database

satker

“Konsep” DIPA

Hyperion

Penelitian budget,

encumbrance,

fund available

Jurnal

Carryforward

SP DIPA Revisi

ERP

Data fund

available

5

6

DIPA Revisi 13

APBN-PRevisi Perpres

RABPP

14

15 16

17

Penelaahan

9

11Jurnal Alloment

10

12

Jurnal

Appropriation 18

19

6. Retirement

Apabila digunakan konsep warrant pada saat akhir tahun, ketika dokumen

pelaksanaan anggaran habis masa berlakunya maka KPA/satuan kerja harus

mengirimkan kembali sisa dana yang tidak habis digunakan kepada kantor pusat

K/L.

C. Manajemen DIPA di luar Sistem ERP “Pemberian Dispensasi” (UP dan Akun)

Walaupun tidak terkait langsung dengan SPAN namun dispensasi masih diperlukan

sepanjang keputusan pemberian izin penggunaannya diperketat (tidak termasuk

dalam proses aplikasi SPAN). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun

2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah dinyatakan bahwa Uang

Persediaan adalah sejumlah uang yang disediakan untuk satuan kerja dalam

melaksanakan kegiatan operasional kantor sehari-hari. Pasal 28 PP No. 39 Tahun

2007 dinyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan pengeluaran, kementerian

negara/lembaga dapat diberikan Uang Persediaan sebagai uang muka kerja untuk

membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Sedangkan pada Pasal 29 disebutkan

Uang Persediaan hanya digunakan untuk jenis pengeluaran yang tidak dapat

84

dilakukan langsung oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran kepada

pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Penggunaan Uang Persediaan yang

menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

pelanggaran dan dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan fasilitas pemberian

uang persediaan. Uang persediaan lebih banyak terkait dengan manajemen

pembayaran sehingga dari modul MoSA akan sedikit menyinggung masalah UP.

Pada dasarnya kemudahan yang diharapkan bagi pelaksanaan kegiatan adalah

tujuan utama bagi Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam memberikan

pelayanan kepada satuan kerja. Namun di sisi lain perlunya dijaga agar penyediaan

dana oleh pemerintah tidak dimanfaatkan secara langsung sehingga terjadi idle

cash. Oleh karena itu diusulkan bahwa UP masih diperlukan namun dibatasi

pemberian UP sesuai dengan pedoman dalam PP No. 39 Tahun 2007.

Terkait dengan pemberian dispensasi perubahan besaran UP terdapat dua

alternatif usulan yaitu pemberian dispensasi besaran UP yang selektif dan kedua

adalah tidak diperlukan lagi perubahan dispensasi besaran UP. Pertimbangan yang

menjadi dasar bahwa dispensasi masih diperlukan adalah kegiatan yang sangat

khusus dan dilakukan dalam jangka waktu lama (tidak dapat diperkirakan dengan

pasti) di suatu lokasi yang tidak memungkinkan melakukan untuk penarikan dana

sewaktu-waktu. Apabila dibayarkan dengan LS pada jumlah tertentu sedangkan

pelaksanaan masih belum selesai maka akan menyulitkan dalam menyelesaikan

kegiatan (intelijen di daerah terpencil untuk jangka waktu yang tidak pasti).

Tambahan Uang Persediaan (TUP) masih diperlukan karena terkait dengan

semakin dibatasinya permohonan perubahan besaran UP.

85

Gambar : Proses Pengajuan Dispensasi Besaran UP

Dit PA/Kanwi l DJPBN

DJPBN

Satker

Da

ta D

IPA

da

n R

ea

lisasi

An

gg

ara

n

Pe

rmin

taa

n d

ispe

nsa

si

Yes

Su

rat p

en

ola

ka

n

No

Su

rat D

isp

en

sa

si

Data D ispensasi

Database

Penelaahan

terhadap

permintaan

dispensasi

Sesuai

dengan

aturan

Pemberian

Dispensasi

D. AREA OF IMPROVEMENT MANAJEMEN DIPA FUTURE

Untuk mencapai kondisi pengelolaan keuangan negara yang tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan

bertanggung jawab diperlukan suatu sistem manajemen untuk mendukung

pelaksanaannya. Disusunnya manajemen pelaksanaan anggaran dengan sistem yang

terpadu merupakan penjabaran dari tugas DJPB sebagai sarana untuk mendukung

kegiatan pelaksanaan anggaran pada Kementerian/lembaga

1. Database Terintegrasi

Dengan adanya SPAN maka akan terjadi pengintegrasian proses penganggaran

antara budget preparation dan budget authority (execution) sehingga perlu

dilakukan koordinasi untuk menentukan apakah future business yang akan

dilakukan oleh DJPB (budget authority) berjalan sesuai dengan proses

perencanaan yang dilakukan oleh DJA (budget preparation). Hal ini perlu dilakukan

karena tugas DJPB dalam mengelola manajemen pelaksanaan anggaran bukan

tugas yang berdiri sendiri namun merupakan suatu rangkaian proses

penganggaran yang menyeluruh. Koordinasi dapat dilaksanakan sebelum proses

perencanaan dilaksanakan dengan saling bertukar informasi atau data yang

86

diperlukan sehingga pada saat pelaksanaan akan memiliki kesesuaian baik secara

konseptual maupun aplikatif.

Konsep baru yang akan dilaksanakan yaitu kinerja dan penganggaran jangka

menengah serta penerapan fleksibilitas bagi satker dalam pelaksanaan anggaran

menyebabkan terjadinya perubahan struktur data pada RKAKL dan DIPA.

Kebutuhan informasi perencanaan anggaran dalam RKAKL dengan memasukkan

konsep baru tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan dari pelaksanaan

anggaran yang tercantum dalam DIPA yang salah satu fungsinya merupakan

dokumen untuk dasar pembayaran yang berlaku selama satu tahun.Sehingga

terdapat perbedaan kebutuhan informasi yang diperlukan antara RKAKL dan DIPA

walaupun dalam database semua berasal dari RKAKL.

Database yang terintegrasi juga memudahkan pelaksanaan kegiatan pada modul-

modul lain dalam proses bisnis tertentu. Dengan penyatuan database suatu modul

tidak memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proses bisnis hanya

tinggal mengambil informasi dari database pada modul lainnya.

Integrasi dimaksud terjadi antara data RKAKL yang ada di hyperion dengan data

DIPA di ERP (Oracle) yang akan dibuat suatu interface sehingga informasi dari

RKAKL dan DIPA dapat saling berhubungan tanpa ada media antara. Namun

demikian dalam perkembangan terdapat usulan agar RKAKL dan DIPA dijadikan

satu dalam sistem aplikasi hyperion sehingga akan menghemat proses

penyesuaian (custom) jika masing-masing aplikasi melakukannya secara terpisah.

2. StreamliningBudget Authority Processes for DIPA

Dengan adanya SPAN proses penyusunan dokumen DIPA dapat lebih cepat karena

tidak lagi melihat/mencocokkan pagu dana masing-masing kegiatan karena hanya

dua digit dan dengan sistem yang terintegrasi menyebabkan tidak akan terjadi

perbedaan data. Penelaahan akan semakin mudah dan dilakukan antara lain untuk

mencocokkan rencana penarikan dana pada Halaman III DIPA serta apabila

terdapat catatan terhadap penggunaan dana antara lain dana yang masih diblokir

pada Halaman IV DIPA. Namun demikian karena pembagian tugas/kewenangan

dari DJA dan DJPB maka masih diperlukan untuk melakukan penelaahan antara

87

lain terkait dengan Bagan Akun Standar (BAS) yang menjadi tugas DJPB untuk

menilai kebenarannya.

3. Peningkatan Fleksibilitas Dalam Pelaksanaan Anggaran

Rencana penggunaan dua digit dalam dokumen pelaksanaan anggaran akan

semakin meningkatkan fleksibilitas bagi satuan kerja dalam mengoptimalkan

sumber daya yang digunakan untuk mencapai suatu output disesuaikan dengan

kondisi riil. Dengan pengelolaan yang semakin fleksibel akan membuat KPA dapat

leluasa dalam penyesuaian pelaksanaan kegiatan karena yang direncanakan dapat

berubah serta kebutuhan yang mungkin berbeda sesuai dengan kondisi riil yang

dihadapi namun tetap mengacu pada output yang akan dicapai. Namun

pengertian let the managers manage bukan diartikan bahwa rencana yang telah

disusun tidak digunakan sama sekali sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.

Hanya kondisi yang benar-benar mendesak KPA sebagai penanggung jawab

kegiatan melakukan penyesuaian pelaksanaan pekerjaan.

4. Peningkatan Fungsi Halaman III DIPA

Rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan yang saat ini tercantum dalam

dokumen DIPA halaman III akan menjadi fokus tugas DJPB dalam

manajemen/pengelolaan kas masing-masing satuan kerja. Hal ini sejalan dengan

maksud Pasal 7 angka (2) huruf c UU No. 1 Tahun 2004 yaitu Menteri Keuangan

sebagai Bendahara Umum Negara melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran

negara. Dengan demikian maka kewenangan Menteri Keuangan untuk

pengendalian pelaksanaan anggaran negara termasuk mengawasi

pelaksanaanrencana penarikan dana agar dapat sejalan dengan rencana

penerimaan kas pemerintah sehingga dapat menjaga keseimbangan neraca

pemerintah.

Selama ini yang kerap terjadi adalah pencairan dana pada periode waktu tertentu

sedikit sedangkan pada periode waktu yang lain menumpuk yang tidak sesuai

dengan rencana kerja/kegiatan yang telah dibuat. Pelaksanaan pencairan dana

yang tidak terencana menyebabkan Direktorat PKN harus menyediakan kas yang

88

cukup besar yang digunakan sebagai kas untuk jaga-jaga. Namun ketidakpastian

waktu pencairan dana menyebabkan adanya idle cash yang cukup besar dan

membebani anggaran pemerintah karena terdapat biaya yang ditanggung untuk

menyediakan kas yang siap digunakan termasuk jika didanai dengan penerbitan

SUN.

Mekanisme yang ada saat ini dalam pengendalian pelaksanaan anggaran negara

masih belum dapat meningkatkan ketepatan waktu atau jadwal penarikan dana

karena tidak ada sanksi bagi pengguna anggaran. Hal yang sering terjadi adalah

penumpukan pencairan dana pada akhir tahun anggaran yang membuat beban

kerja KPPN bertambah.

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No.PMK 192/PMK.05/2009

tentang Perencanaan Kas salah satu tujuannya adalah meningkatkan pelaksanaan

manajemen kas.Peraturan dimaksud dapat mendukung revitalisasi Halaman III

DIPA sehingga peranan DIPA sebagai alat/dokumen perencanaan dapat

dilaksanakandengan memberikan informasi kebutuhan kas dari satker. Penerapan

Permenkeu tersebut mendorong satuan kerja lebih disiplin dalam pencairan

dananya, karena penggunaan dana tidak boleh melebihi rencana yang diusulkan

dalam satu bulan. Secara konteks peraturan tentang pencairan dana ini akan

merubah pola yang sudah ada yaitu Annual Financial Plan yang ada di halaman III

DIPAsebagai perencanaan kas jangka panjang.

Namun demikian prinsip keseimbangan menjadi pertimbangan dalam penyusunan

konsep rencana penarikan dana di masa mendatang. Selama ini pelaksanaan

pencairan dana penekanannya lebih banyak berada di satker yaitu fleksibilitas

dalam mengajukan permintaan pencairan. Namun di sisi lain sebagai BUN,

Menkeu memiliki kewajiban untuk mengelola kas agar lebih efisien. Untuk

menjalankan fungsi pengelolaan kas dengan baik disyaratkan adanya informasi

yang akurat tentang penggunaan dana yang dilakukan oleh satker. Dalam

menjembatani dua sisi kepentingan tersebut maka diperlukan data-data rencana

penarikan dana yang lebih baik dan dilakukan updating data pada periode

tertentu. Data dari satker digunakan oleh Dit PKN sebagai bahan informasi (by

product) dalam manajemen kas untuk keperluan satker.

89

Dalam pelaksanaan konsep AFP perencanaan pencairan dana digunakan selama

satu tahun dan dimungkinkan untuk terjadi penarikan dana berbeda dari rencana

dalam periode tertentu (pergeseran waktu pencairan dalam satu bulan).

Sedangkan pelaksanaan Permenkeu No. 192/PMK.05/2009 tidak memungkinkan

untuk menggunakan dana melebihi rencana dalam satu bulan. Sehingga terdapat

semacam pembatasan penggunaan dana pada satuan kerja. Pembatasan

penggunaan kas dalam satu bulan hampir seperti konsep ‘Cash Limit’ namun

pembatasan ini hanya sekedar menunda pelaksanaan pencairan dana bukan

mengurangi alokasi yang telah disahkan dalam DIPA dan bukan disebabkan karena

pemerintah kesulitan pendanaan. Sehingga penerapan Permenkeu 192 Tahun

2009 tersebut dapat diistilahkan sebagai “cash allocation” yaitu penetapan

sejumlah dana yang dapat digunakan pada periode tertentu. Rencana ke depan

dalam kaitannya dengan Halaman III DIPA :

Dalam sistem SPAN halaman III DIPA dapat disebut sebagai Annual Financial

Plan (AFP) yang berfungsi sebagai pedoman rencana penarikan dana dan

penerimaan dari satuan kerja. Di masa mendatang dimungkinkan untuk

meningkatkan peranan halaman III DIPA baik sebagai perencanaan penarikan

dana dan perkiraan penerimaan dari satuan kerja serta dapat digunakan (by

product) sebagai manajemen kas pemerintah.

Penelaahan rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan pada halaman

III DIPA antara DJPB dan K/L merupakan kegiatan untuk merinci dan

mengevaluasi hasil pembahasan yang dilakukan antara K/L dengan DJA (dalam

hal waktu pelaksanaan sudah tercantum di RKAKL). Rencana penarikan dana

dan perkiraan penerimaan yang telah tercantum dalam “konsep” POK pada

aplikasi RKAKL (existing) dapat berubah dalam pelaksanaannya sehingga perlu

penyesuaian agar dalam pelaksanaan kegiatan satuan kerja dapat berjalan

dengan baik. Hal ini dapat terjadi karena pembahasan dengan DJA

berlangsung dalam kurun waktu yang masih jauh dari pelaksanaan dan

memungkinkan rencana kegiatan yang disusun masih belum sesuai dengan

pelaksanaan. Karena fokus DJPB pada penelaahan halaman III DIPA maka

pelaksanaan konfirmasi dengan satuan kerja dilakukan secara mendetail

90

dengan menggunakan “konsep” POK atau dokumen lainnya.Namun terdapat

usulan lain yaitu RKAKL tidak memasukkan perkiraan waktu pelaksanaan

sehingga penelaahan AFP secara penuh dilakukan pada proses pengesahan

DIPA.

Proses Pengelolaan Halaman III DIPA (dengan alternative kelima)

RPD dalam Konteks Alternatif Kelima AFP

AFP = Rencana Penarikan

Dana

UpdatingOtomatis

Fund Available

dicarryforward ke

bulan berikutnya

- Perubahan AFP

karena POK

dirubah

- Perubahan

Fund Available

(mis Jenis

Belanja) harus

merubah Budget

Manual

Input data

AFP Awal + Fund

Available

- Perubahan AFP +

Fund Available

Berubah/Tetap

- AFP Awal +

Perubahan FA

Input data

Rencana

Penarikan Dana

(next month

plan/ updated)

OutputOutput

Minimum cash

information

Cash plan

informationUsed by Dit PKN

Keterangan gambar :

c. Pada awal tahun anggaran setelah penyusunan dan pengesahan selesai maka

halama rencana penarikan dana (Halaman III DIPA) merupakan AFP awal.

Perubahan AFP dapat dilaksanakan secara otomatis oleh sistem Oracle dengan

melakukan pergeseran sisa dana (fund available) yang belum direalisasikan ke

91

bulan berikutnya. Perubahan (updating) AFP dapat dilakukan secara manual jika

satker melakukan perubahan POK sehingga akan merubah rencana penarikan

dana. Hal ini dilaksanakan secara manual karena dalam sistem aplikasi Oracle tidak

dapat melakukan penyesuaian AFP jika tidak dilakukan lebih dahulu dengan

merubah POK (AFP bersifat statis).

d. AFP bersifat tidak mengikat namun demikian diperlukan penyesuaian jika terjadi

perubahan kegiatan sehingga mempengaruhi pelaksanaan pencairan dana.

Perubahan manual yang dilaksanakan karena perubahan POK akan mengakibatkan

perubahan AFP awal. Perubahan manual juga dilaksanakan jika fund available

dirubah sesuai dengan komposisi jenis belanja baru misal dari 52 (belanja barang)

ke 53 (belanja modal). Perubahan komposisi fund available dapat dilakasanakan

dengan melakukan perubahan komposisi pagu (bugdet) dalam sistem aplikasinya.

Dengan demikian perubahan manual akan mengakibatkan perubahan AFP awal

dan perubahan komposisi fund available.

e. Updating secara otomatis oleh sistem Oracle dimaksudkan agar satker tidak

selalau melakukan update tiap bulan jika satker tidak melakukan perubahan POK.

Penyesuaian secara otomatis dilakukan dengan mengcarryforward fund available

tiap satker sehingga akan menambah pagu rencana penarikan dana ke bulan

berikutnya (on top). Pelaksanaan updating secara otomatis dilakukan dalam

sistem diusulkan pada tiga hari sebelum bulan berakhir.

f. Perubahan manual yang akan merubah AFP dan fund available serta perubahan

otomatis yang hanya merubah fund available akan menjadi dasar perubahan

(updating) rencana penarikan dana dari satker. Output yang dihasilkan adalah

rencana penarikan dana bulan berikutnya dan digunakan sebagai informasi

minimun yang disediakan oleh modul MoSA bagi pelaksanaan manajemen kas bagi

Dit PKN.

92

5. Usulan Proses Bisnis Perubahan/Revisi Halaman III DIPA (Rencana Penarikan

Dana)

Berdasarkan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara khususnya

pasal 14 Ayat (3) dinyatakan bahwa dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan

sasaran antara lain rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja. Konsep DIPA

yang disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri

Keuangan merupakan persetujuan pencairan dana bagi satuan kerja untuk jangka

waktu tertentu sesuai dengan periode pelaksanaan kegiatan (AFP). Sehingga DIPA

memiliki dua fungsi tidak hanya sebagai dokumen alokasi anggaran, namun juga

sebagai surat keputusan otorisasi untuk jangka waktu tertentu (warrant). Namun

demikian dalam pelaksanaannya AFP memiliki sifat tidak mengikat dan tidak

berlaku sebagai batas pengeluaran/spending limit untuk jangka waktu

sebagaimana tertuang dalam AFP karena sifatnya sebagai perencanaan kas jangka

panjang. Apabila pada waktu pelaksanaan terdapat pergeseran penggunaan dana

pada bulan berjalan yang akan berakibat pencairan dana melebihi pagu bulanan

maupun hanya menggeser jenis belanja maka perlu diajukan updating AFP yang

akan berakibat pada perubahan rencana penarikan dana bulan berikutnya. Hal ini

dimaksudkan sebagai bagian dari fungsi Rencana Penarikan Dana (Halaman III

DIPA) yaitu memberikan informasi bagi perencanaan kas. Walaupun AFP tidak

mengikat perbulannya namun diperlukan informasi yang lebih baik sehingga

pencairan dana khususnya yang sudah terikat dengan pihak ketiga (sudah dibuat

komitmennya) dapat dilakukan sesuai dengan permintaan dari satker. Revisi AFP

juga dilakukan apabila terjadi penambahan pagu baik revisi antar DIPA maupun

jika terdapat APBN-P dan Revisi karena Eskalasi (Kenaikan Harga Barang dan Jasa

pemborongan karena kenaikan harga secara umum). Updating AFP diajukan

kepada KPPN dan akan diteruskan kepada Dit PA/Kanwil untuk untuk dilakukan

approval. Setelah rencana penarikan dana pada (halaman III DIPA existing) direvisi

digunakan oleh Dit PKN sebagai informasi minimun yang harus disediakan untuk

kebutuhan dana satker bulan berikutnya dan bagi KPPN sebagai pedoman

pencairan dana bagi satuan kerja. Pelaksanaan proses bisnis ini akan

mengakibatkan satuan kerja lebih terfokus untuk membuat perencanaan

pengeluaran yang baik dan di sisi lainnya Ditjen Perbendaharaan mendapatkan

93

informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan kas sehingga terjadi keseimbangan

antara kepentingan Ditjen Perbendaharaan sebagai BUN dan satker sebagai

pengguna anggaran yang masing-masing memiliki hak dan kewajibannya secara

proporsional.

6. Mekanisme perubahan AFP karena revisi pagu antar DIPA atau adanya APBN-P

a. Perubahan AFP dalam hal ini berbeda karena dilakukan pada saat penyusunan DIPA

baru.

b. Proses dimulai pada saat penelaahan revisi pagu antar DIPA atau APBN-P

c. Penelaahan dilakukan dengan melihat alokasi pagu baru sesuai dengan dokumen

sumber yang digunakan dan menambahkan pada AFP bulan berkenaan dan bulan-

bulan berikutnya.

d. Setelah DIPA baru disahkan (DIPA Revisi) maka rencana penarikan dana yang baru

digunakan sebagai dasar pencairan dana oleh KPPN

7. Perubahan Manajemen Penyusunan DIPA

a. Penyusunan DIPA BLU

Pada Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum Pasal 15 ayat (4) dinyatakan bahwa pelaksanaan DIPA BLU

dimungkinkan untuk menggunakan anggaran melebihi pagu yang telah ditetapkan

dalam DIPA khususnya yang berasal dari dana PNBP. Hal ini berbeda dari prinsip

pelaksanaan anggaran bahwa pagu DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat

digunakan oleh satuan kerja.

Untuk ke depannya diusulkan apabila kelebihan penerimaan (PNBP) akan

digunakan pada tahun anggaran berjalan perlu perubahan proses dokumen

pelaksanaan anggaran sehingga pendapatan PNBP yang diterima oleh satker BLU

dimasukkan keseluruhan dalam DIPA. Namun proses revisi perubahan pagu yang

dilakukan oleh DJPB seharusnya tidak rumit hanya mengesahkan perubahan pagu

yang akan disesuaikan/tercantum dalam APBN-P (Permenkeu No. 69 Tahun 2010).

Revisi/updatingperubahan atau penambahan pagu tersebut dapat dilakukan

setelah pelaksanaan kegiatan berjalan.

94

Proses Pengesahan DIPA BLU (Updating) dalam Ambang Batas

KP

PN

Sa

tke

rK

an

wil

DJP

B

SPM Pengesahan

Database

SPAN

Updating Pagu

DIPA BLUApproval

Pencocokan pagu

DIPA BLU

Hasil updatingDIPA BLU Pagu

Revisi

Input DIPA BLU Revisi

SP2D

Pengesahan

Pengajuan Pengesahan PNBP

Memasukkan data updating pagu

DJA

Input SP2D Pengesahan

Konsep Revisi

DIPA BLU

(triwulan)Input perubahan pagu

Pengajuan Revisi DIPA

Proses Pengesahan DIPA BLU (Updating) Melewati Ambang Batas

Sa

tke

rK

PP

NK

an

wil

DJP

B

Input perubahan pagu

Konsep Revisi

DIPA BLU

Revisi RBA

Definitif

Pencocokan RBA

Revisi & DIPA

BLU Revisi

Dit PA

Database

SPAN

DIPA BLU Pagu

RevisiInput DIPA Revisi

DJA

b. Penyusunan DIPA Transfer BA BUN (DAU, DP-DAU, Infrastruktur, Otsus, DBH,

Existing, DAK)

Format dan karakteristik yang berbeda khususnya pada DIPA Bagian Anggaran

BUN di masa mendatang perlu disesuaikan dengan dokumen DIPA lainnya (Bagian

Anggaran K/L) apabila dimungkinkan. Hal ini dimaksudkan untuk membuat DIPA

yang semakin konsisten sesuai dengan landasan hukum dan mekanisme yang ada

dan pada akhirnya penyusunan DIPA sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Dengan diterapkannya penganggaran berbasis kinerja yang menggunakan output

sebagai salah satu tolok ukur pencapaian kinerja, maka DIPA satker/K/L yang saat

ini menggunakan Bagian Anggaran BUN sedapat mungkin dikembalikan kepada

masing-masing K/L yang menangani hal tersebut sesuai dengan tupoksi terkait

dengan alokasi dana maupunPNBP yang saat ini dikelola oleh BUN.

95

Mekanisme penyusunan DIPA BUN diusulkan untuk mengikuti siklus DIPA BA K/L

secara umum sehingga dalam pelaksanaanya proses penyusunan DIPA tidak

menggunakan dokumen yang berbeda sebagai landasan hukum. Selama ini DIPA

BUN Transferadayang menggunakan Peraturan Menteri Keuangan sebagai

dokumen sumber alokasipenyusunan DIPA bukan menggunakan Perpres.

Berkaitan hal tersebut perlu dibuat dasar hukum yang dapat melingkupi kebijakan

penyatuan seluruh DIPA dalam satu mekanisme dan penetapan seluruh KPA pada

K/L sebagai pelaksana kegiatan.

Penerapan penganggaran berbasis kinerja pada masing-masing K/L mensyaratkan

bahwa setiap kegiatan menghasilkan suatu output yang dihasilkan dari

pelaksanaan anggaran yang telah dialokasikan pada DIPA. Dengan demikian

pengukuran kinerja adalah pencapaian output dari penggunaan dana yang telah

dialokasikantermasuk BA BUN.

Permasalahan pada DIPA BUN yaitu KPA dari DIPA yang diterbitkan adalah pejabat

Eselon I Departemen Keuangan sedangkan dana yang dialokasikan digunakan oleh

instansi/satker lainnya. Apabila diterapkan konsep penganggaran berbasis kinerja

akan mengalami kesulitan pengukuran kinerja pada DIPA-BUN. Namun apabila

kondisi khusus tidak memungkinkan diperlakukan sama, maka diperlukan suatu

pengecualian penerapan penganggaran berbasis kinerja pada DIPA-BUN sehingga

KPA tidak harus bertanggung jawab pada hasil kegiatan yang menggunakan dana

seperti dialokasikan pada DIPA dimaksud namun disusun suatu target kinerja

(output) tertentu yang mendukung tugas KPA bersangkutan bukan pada

pertanggungjawaban penggunaan dana. Hal yang menjadi pertimbangan adalah

UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaaan Negara pada pasal 3 ayat (6)

disebutkan untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak

terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur

dalam peraturan pemerintah. Namun Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih

lanjut mengenai hal tersebut belum terbit sehingga masih menggunakan Keppres

42 tahun 2002 tentang pedoman pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja

negara Pasal 6 (1) yang berbunyi Menteri Keuangan mempunyai kewenangan

96

otorisasi atas penguasaan bagian anggaran diluar bagian anggaran departemen/

lembaga.

8. Pemberian Kode Wilayah pada DIPA Transfer ke Daerah

Di dalam sistem SPAN dengan data terintegrasi akan terlihat keseluruhan realisasi

dari masing-masing satker, sehingga ke depannya database untuk Dana Transfer

diusulkan diberikan kode wilayah untuk masing-masing daerah penerima sehingga

mempermudah penatausahaan pencairan dana. Dengan demikian DIPA transfer

hampir mirip dengan satu DIPA yang memuat alokasi untuk berbagai satker (misal

untuk Gabrah TNI AD). Namun penerapan satu DIPA yang memuat informasi dari

berbagai daerah mungkin akan menyebabkan kesulitan penyusunan laporan

realisasi.

Alternatif yang dapat digunakan adalah memecah DIPA untuk masing-masing

daerah penerima. Permasalahan yang akan terjadi jika masing-masing daerah

memiliki DIPA tersendiri adalah jumlah DIPA menjadi terlalu banyak karena jumlah

daerah baik tingkat I maupun tingkat II seluruhnya melebihi 300. Jika alokasi untuk

masing-masing dana (dana bagi hasil dipisahkan per jenis , DAU dan DAK) maka

jumlahnya akan mencapai ribuan dokumen.

Oleh karena itu diharapkan agar dokumen DIPA untuk dana transfer ke daerah

tetap menjadi satu namun dapat dipisahkan alokasi untuk masing-masing daerah

penerima. Sistem SPAN diharapkan dapat membuat pemisahan alokasi pada satu

nomor DIPA sehingga jika ingin mengetahui pagu dan realisasi per daerah dapat

dilakukan dengan mudah. Hal lain yang mungkin timbul adalah terjadinya revisi

alokasi pada DIPA transfer baik keseluruhan daerah penerima maupun jika

dilakukan untuk suatu daerah penerima tertentu serta revisi pagu antar daerah

penerima yang satu digeser untuk daerah yang lain walaupun secara total pagu

DIPA tidak berubah.

Saat ini alokasi dana pada DIPA BA BUN khususnya dana transfer ke daerah

digabungkan dalam satu DIPA. DIPA Transfer ke daerah tersebut merupakan

gabungan alokasi dana seluruh daerah yang menerima. Apabila diperlukan laporan

realisasi penyaluran dana transfer pada daerah tertentu akan mengalami kesulitan

97

di dalam database SPAN karena realisasi dari daerah lain juga tergabung pada

DIPA tersebut. Menurut hemat kami untuk memudahkan dalam penatausahaan

khususnya data realisasi perlu pemecahan DIPA sesuai dengan daerah penerima.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi DIPA BUN khususnya dana transfer akan

lebih mudah jika DIPA Transfer dapat dipecah sesuai daerah penerima.

DIPA BUN untuk dana transfer ke daerah dapat dibagi dalam suatu kelompok

tertentu sesuai dengan jenis transfer dan apabila dimungkinkan sesuai dengan

daerah penerima minimal terbagi menjadi provinsi. Apabila diperlukan dapat

dibuat kode untuk menampung dana transfer dimaksud. Kode tersebut diletakkan

di bawah kegiatan misalnya pada sub output dengan maksud agar kinerja dari

DJPK sebagai pengelola dana perimbangan masih dapat tercantum dalam DIPA.

Permasalahan yang mungkin akan timbul adalah jumlah halaman DIPA menjadi

membengkak dan menambah kegiatan pada aplikasi dalam menentukan klasifikasi

kode yang akan digunakan (menempatkan kode daerah penerima).

9. Penyesuaian Anggaran Pendapatan dengan Kegiatan dan Fungsi

DIPA belum mencantumkan informasi terkait pendapatan sesuai konsep

penganggaran berbasis kinerja.Saat ini pencantuman pendapatan baik perpajakan

maupun PNBP tidak mengacu pada suatu fungsi dan kegiatan spesifik.

Perkiraan penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak serta hibah pada Halaman

III DIPA selama ini belum mencantumkan kode kegiatan (dan fungsi) dari

pendapatan yang diterima. DIPA yang ada saat ini memiliki karakteristik jumlah

kegiatan lebih dari satu. Sehingga penerimaan pendapatan yang diperoleh tidak

jelas mengacu pada kegiatan yang mana. Ke depannya diusulkan Halaman III DIPA

khususnya perkiraan penerimaan dapat memberikan informasi kegiatan dan fungsi

spesifik dari perkiraan penerimaan satker bersangkutan.

Penerimaan negara yang bersifat strategis (misal SDA) karena jumlahnya yang

cukup besar merupakan hasil pendapatan negara secara keseluruhan yang

diperoleh bukan dari kegiatan fungsional suatu K/L namun menjadi bagian

penerimaan BUN (ditatausahakan pada DIPA BA BUN). Namun di sisi lain terdapat

98

ketidakjelasan terkait dengan rencana penerapan konsep PBB yang

menitikberatkan kinerja sesuai dengan peran dan fungsi pada penerimaan suatu

K/L. Hal tersebut disebabkan perbedaan perlakuan pada PNBP strategis yang saat

ini ditatausahakan sekaligus menjadi bagian kinerja BUN. Dapat diambil contoh

penerimaan migas merupakan kegiatan yang dilakukan dengan fungsi yang lebih

dekat pada Departemen ESDM demikian juga penerimaan kehutanan lebih dekat

pada fungsi dari Departemen Kehutanan. Oleh karena itu maka pengelolaan

penerimaan SDA yang ditatausahakan oleh Kementerian Keuangan sebagai

Bendahara Umum Negara dalam DIPA BUN harus diperkuat dengan konsep yang

lebih jelas terkait dengan PBB.

Ke depannya baik penerimaan umum maupun fungsional baik perpajakan maupun

PNBP dapat merujuk ke fungsi dan kegiatan tertentu sesuai dengan kelompok

pendapatan yang diterima. Hal ini akan memperjelas konsep kinerja yang akan

diterapkan bagi setiap K/L dan mendorong transparansi dari sisi penerimaan

pendapatan khususnya pada saat penyesuaian/updating dapat dilakukan dengan

tertib. Masalah yang mungkin timbul adalah kesesuaian antara tupoksi dari K/L

dengan kinerja yang akan dilaksanakan. Terdapat kemungkinan pada K/L dengan

tupoksi tertentu melaksanakan penatausahaan penerimaan DIPA yang kurang

sesuai dengan misi K/L dimaksud.

10. Anggaran pembiayaan dari sisi penerimaan (DIPA BUN dipisah dengan K/L misal

Kementerian Keuangan)

Pada prinsipnya anggaran dalam APBN terdiri dari belanja, pendapatan dan

apabila diperlukan digunakan anggaran pembiayaan. Sehingga apabila ketiga

komponen APBN tersebut dapat dicantumkan dalam DIPA akan terjadi

keseimbangan anggaran atau minimal mengurangi kesenjangan data antara APBN

dan DIPA.

Menteri Keuangan sebagai pengelola kekuasaan fiskal mempunyai tugas antara

lain melaksanakan fungsi bendahara umum negara yang memiliki kewenangan

antara lain menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara.

Kewenangan dimaksud dilakukan dengan menentukan mekanisme pelaksanaan

99

anggaran negara yang tercantum dalam APBN. Dengan demikian, apabila dalam

APBN terdapat defisit yang dibiayai dengan pembiayaan seyogyanya anggaran

pembiayaan tersebut ditampung dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang

merupakan penjabaran dari amanat UU APBN.

Keputusan Presiden No. 36 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keppres No 109

Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen Pasal 11 ayat

(8) dinyatakan bahwa Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas

merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

perbendaharaan negara. Apabila dikaitkan dengan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 7

ayat (1) dan (2) maka dapat diartikan bahwa kewenangan pengelolaan

Perbendaharaan Negara oleh Menteri Keuangan didelegasikan kepada Direktur

Jenderal Perbendaharaan. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan tersebut, DJPB

akan menyusun pedoman teknis dalam pelaksanaan anggaran yang dituangkan

pada DIPA sebagai dokumen pelaksanaan APBN termasuk penerimaan

pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan belum dicantumkan dalam DIPA karena dalam UU No. 1

Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3) memang tidak dicantumkan secara eksplisit. Namun

demikian ke depannya alokasi anggaran dalam UU APBN termasuk pembiayaan

dicantumkan dalam DIPA, sehingga perlu penyesuaian untuk menampung

anggaran pembiayaan (penerimaan) dalam DIPA yang diusulkan dimasukkan pada

klasifikasi pendapatan. Saat ini anggaran pembiayaan yang berasal dari utang

dikelola dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang sedangkan

penerimaan lainnya (hasil privatisasi dan pengelolaan aset) dikelola oleh DJKN.

Dokumen sumber penerimaan pembiayaan yang digunakan saat ini bermacam-

macam tergantung dari jenis pembiayaan. Untuk pinjaman luar negeri dokumen

yang digunakan adalah Nota Perjanjian Pinjaman Luar Negeri sedangkan untuk

penerbitan surat berharga menggunakan dokumen lelang.

Format DIPA BUN untuk menampung penerimaan pembiayaan dapat disamakan

dengan format DIPA lainnya dengan pengertian terdapat dua sisi yaitu penerimaan

dan pengeluaran anggaran pembiayaan. Fungsi DIPA Anggaran Pembiayaan

disamping sebagai otorisasi pengeluaran juga sebagai penyedia informasi sampai

100

sejauh mana prosentase pembiayaan yang direncanakan dalam APBN serta

sebagai alat untuk analisis proporsi jumlah pinjaman dengan PDB tahun berjalan

secara makro. Dalam penatausahaan anggaran pembiayaan ke depannya,

diharapkan data-data penerimaan pembiayaan baik dari pinjaman, penjualan aset

maupun penerimaan pembiayaan lainnya dapat ditatausahakan dalam DIPA.

Hambatan yang mungkin timbul adalah penyesuaian data penerimaan yang tidak

dapat dipastikan waktunya dan keberadaan sumber data di unit organisasi

tertentu belum jelas.

11. Konsep neto dan bruto dalam anggaran pembiayaan

Anggaran pembiayaan harus sesuai dengan konsep yang digunakan mulai dari

perencanaan hingga pelaporan. Selama ini belum jelas konsep yang digunakan

oleh masing-masing institusi yang memiliki kewenangan dalam penatausahaan

anggaran pembiayaan. Apabila konsep neto yang akan dipilih harus konsisten

untuk dilaksanakan dari mulai perencanaan hingga pelaporan. Konsep neto yang

akan digunakan akan merubah CoA dari anggaran pembiayaan yang saat ini

digunakan. Jenis belanja yang digunakan dalam pembiayaan dikelompokkan

menjadi dua yaitu 71 merupakan penerimaan pembiayaan dan 72 pengeluaran

pembiayaan. Apabila disetujui penerapan konsep neto maka akan terjadi

perubahan penggunaan jenis belanja yaitu misalnya 71 menjadi pembiayaan neto

dalam negeri dan 72 adalah pembiayaan neto luar negeri.

12. Pencantuman Invormasi Valas pada DIPA Satker Luar Negeri

Selama ini informasi pagu dana bagi satker yang melaksanakan kegiatan di luar

negeri masih menggunakan rupiah. Ke depannya akan dimasukkan nilai valas

(dollar AS) sebagai nilai yang setara dengan rupiah yang berasal pada saat

pembahasan anggaran antara K/L dengan DJA. Informasi valas dicantumkan untuk

menjaga agar pelaksanaan kegiatan di luar negeri tetap berpedoman pada nilai

awal perhitungan anggaran dan digunakan untuk patokan nilai pagu jika terjadi

perubahan kurs.

101

Jika kita berpatokan hanya dengan nilai rupiah maka jika terjadi penurunan nilai

tukar rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan kegiatan tidak dapat

dilaksanakan karena nilai pekerjaan melebihi pagu pada DIPA. Sedangkan usulan

ke depannya yaitu jika pekerjaan dilakukan dengan berpedoman pada mata uang

asing (misal dollar AS)yang alokasinya tercantum pada DIPA, diharapkan tidak

akan ada permasalahan resiko kurs bagi K/L (satker) yang bersangkutan karena

perubahan kurs yang terjadi menjadi tanggung jawab BUN untuk mengatasinya

(selisih ditanggung oleh BUN). Valas juga digunakan tidak hanya pada sisi belanja

namun juga dilakukan untuk kegiatan sisi pendapatan dan pembiayaan.

Mekanisme pencantuman nilai pagu rupiah pada belanja satker setara dalam valas

( misalUS $):

a. Satker dalam pembahasan RKAKL dengan DJA khususnya satker luar negeri

mengajukan rencana pembiayaan dalam valas yang dikonversi menjadi rupiah

sesuai dengan kurs yang digunakan dalam APBN;

b. Pada database RKAKL data perhitungan biaya dalam US $ dicantumkan seperti

alokasi yang telah disesuaikan dalam rupiah;

c. Database dari budget preparation tersebut akan diinterface ke dalam database

budget execution sehingga dapat digunakan dalam penyusunan DIPA yang

mencantumkan nilai alokasi dalam US $.

13. Perubahan pagu DIPA karena selisih kurs dan pembayaran utang

Informasi valas yang tercantum dalam DIPA merupakan batas tertinggi yang dapat

dicairkan oleh satuan kerja. Namun demikian alokasi pagu dalam DIPA tetap

menggunakan mata uang rupiah sehingga transaksi pada DIPA adalah rupiah. Kurs

APBN yang digunakan untuk menghitung pagu DIPA bersifat tetap sehingga pada

saat proses pencairan dana menggunakan kurs transaksi dimungkinkan terjadi

selisih kurs. Kontrak/pembayaran utang dengan kurs yang mengakibatkan realisasi

pencairan dana melebihi pagu DIPA harus diantisipasi agar kegiatan tidak

tertunda. Terdapat dua alternatif untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan

melakukan update otomatis atas pagu kegiatan yang transaksinya menggunakan

valas. Alternatif lainnya tetap menggunakan konsep revisi pagu dari DJA namun

102

dalam sistem diberikan keleluasaan untuk loan dan cara tarik tertentu dapat

melewati pagu. Setelah itu baru dilakukan revisi dokumen sebagai pengesahan

atas realisasi pencairan yang melebihi pagu DIPA. Hal yang perlu mendapat

perhatian adalah nilai valas yang dituangkan dalam DIPA merupakan acuan

tertinggi yang tidak boleh dilewati.

14. Interface data antara SPAN dan DJPU

Jika terjadi kasus pinjaman belum efektif karena nomor register belum ada

sehingga alokasi dana masih dibintang, maka mekanisme pencairan tanda bintang

dapat dilakukan langsung oleh DJPB dengan melakukan revisi pencairan tanda

bintang. Tanda bintang untuk loan/grant yang belum efektif berasal dari DJA

namun bukan merupakan substansi penelaahan sehingga pencairannya dapat

dilaksanakan oleh DJPB (pemblokiran dari DJA tidak terkait dengan perhitungan

biaya yang datanya kurang memenuhi syarat).

Efektifitas pelaksanaan pencairan tanda bintang untuk register pinjaman/hibah

akan meningkat jika terdapat interface antara database di DJPU dengan SPAN

sehingga pengiriman data lebih akurat dan mempersingkat waktu proses revisi.

Selama ini pengiriman data antara DJPU dan DJPB masih manual sehingga

meningkatkan resiko kesalahan input data ke dalam database di DJPB dan proses

pengiriman data hardcopy memerlukan waktu yang cukup lama. Mekanisme

interface dan revisi pencairan tanda bintang sebagai berikut :

a. DJPU dalam hal ini Dit EAS meneliti loan register tahun anggaran berjalan yang

belum ada dan kemudian disusun daftar register bagi masing-masing

pinjaman/hibah.

b. Berdasarkan register pinjaman/hibah yang baru DJPU menyampaikan data ke

DJPB melalui interface antara sistem DMFAS dan SPAN.

c. DJPU juga menyampaikan notifikasi secara tertulis kepada Dit PA bahwa

pinjaman/hibah dimaksud sudah efektif dan digunakan sebagai dasar formal

untuk revisi pencabutan blokir pinjaman/hibah tersebut oleh DJPB.

103

d. Dit PA menyampaikan kepada satker bahwa pinjaman/hibah sudah efektif dan

berdasarkan hal tersebut agar satker menyampaikan surat permohonan dan

konsep revisi DIPA ke Dit PA.

e. Atas dasar permohonan dari satker Dit PA akan melakukan revisi pencairan

tanda bintang dengan mengisi/merubah register pinjaman/hibah sesuai dengan

data dari DJPU dan kemudian mengesahkan DIPA berkenaan.

15. Informasi Penerimaan Pembiayaan pada DIPA BUN DJPU

Pada dasarnya dokumen pelaksanaan anggaran merupakan penjabaran dari

alokasi yang tercantum dalam UU APBN. Salah satu komponen dalam UU APBN

yaitu pembiayaan selama ini belum ditatausahakan secara terintegrasi dalam

dokumen DIPA khususnya dari sisi penerimaannya. Sehubungan dengan hal

tersebut diusulkan agar ke depannya terdapat informasi penerimaan pembiayaan

yang dicatat dalam dokumen DIPA BUN DJPU untuk melengkapi data pembiayaan

sehingga tidak hanya dari sisi pengeluaran saja. Terdapat alternatif perubahan

akun dalam Bagan Akun Standar yang diusulkan yaitu jenis belanja yang saat ini

digunakan untuk menampung pembiayaan adalah 71 untuk penerimaan

pembiayaan dan 72 untuk pengeluaran pembiayaan. Ke depannya diusulkan agar

jenis belanja dibedakan berdasarkan mekanisme penerimaan pembiayaan yaitu 71

untuk penerimaan pembiayaan yang berdasarkan naskah perjanjian dan 72 untuk

mekanisme yang berasal dari SBN. Alasan yang digunakan sebagai dasar

perubahan usulan jenis belanja untuk pembiayaan adalah dalam UU APBN alokasi

pembiayaan yang berasal dari penerbitan SBN menggunakan neto dan tidak

dicantumkan masing-masing komponen pembiayaan (penerbitan dan pembayaran

pokok; pembelian kembali).

Mekanisme penatausahaan penerimaan pembiayaan dalam DIPA BUN DJPU

terbagi secara garis besar yaitu Pinjaman Hibah Dalam Negeri/Luar Negeri yang

menggunakan dasar naskah perjanjian pinjaman dan penerimaan yang berasal dari

Surat Berharga Negara sebagai berikut :

a. Penerimaan pembiayaan yang berasal dari pinjaman yang menggunakan dasar

naskah perjanjian dapat menggunakan informasi dari masing-masing satuan

kerja untuk melakukan rencana penarikan pinjaman sebagai dasar informasi

104

pencantuman penerimaan pembiayaan pada DIPA BUN DJPU. Rincian proses

sebagai berikut :

- Pada saat satker menyusun kertas kerja RKA-KL maka dicantumkan rencana

penarikan pinjaman dalam satu tahun dan dimasukkan dalam database

hyperion;

- Rencana penarikan pinjaman tersebut merupakan belanja pada DIPA satker

bersangkutan namun merupakan input bagi penerimaan pembiayaan DIPA

BUN DJPU;

- Setelah proses penelaahan RKA-KL diselesaikan dengan DJA maka informasi

rencana penarikan pinjaman yang ada di database hyperion akan masuk ke

dalam database ERP;

- Database rencana penarikan pinjaman dari satker yang ada dalam database

ERP akan digunakan oleh DJPU untuk menyusun perkiraan penerimaan

pembiayaan. Hal ini dimungkinkan karena DJPU akan diberi akses untuk

menggunakan aplikasi Oracle sekaligus melakukan download data;

- Konsep DIPA BUN DJPU yang sudah dimasukkan data penerimaan

pembiayaan akan disatukan dengan sisi pengeluaran pembiayaan menjadi

satu dokumen DIPA yang utuh sebagai bahan penelaahan dengan Dit PA;

b. Penerimaan pembiayaan yang berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara

memang sedikit berbeda karena konsep yang diterapkan merupakan selisih

antara rencana penerbitan dikurangi dengan pembayaran pokok dan pembelian

kembali (UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN). Perbedaan tersebut

mengakibatkan informasi penerimaan pembiayan yang akan dicantumkan

dalam DIPA BUN DJPU bukan berasal dari APBN namun dari data DJPU sendiri.

Rincian proses sebagai berikut :

- Pada saat penyusunan kertas kerja RKA-KL BA BUN maka DJPU sudah dapat

memasukkan informasi perkiraan penerbitan SBN dalam satu tahun

termasuk rincian penerbitan dalam tiap bulan;

- Apabila penelaahan yang dilakukan antara DJPU dan DJA disetujui maka

Informasi yang diusulkan dimasukkan dalam database hyperion;

105

- Berdasarkan data yang ada di hyperion kemudian ditransfer ke database

ERP dan digunakan DJPU untuk menyusun konsep DIPA BUN yang telah

memasukkan informasi penerimaan pembiayaan dari SBN;

- Setelah diajukan ke Dit PA maka konsep DIPA BUN sudah termasuk

informasi yang mencantumkan penerimaan pembiayaan yang akan

diterbitkan dalam satu tahun anggaran.

16. Pencantuman Informasi Lokasi, BUMN/BUMD dan Kategori dalam CoA pada

DIPA Penerusan Pinjaman

- Lokasi

Kode lokasi yang saat ini tercantum dalam DIPA digunakan untuk mengetahui

lokasi dari kegiatan suatu satker. Penempatan kode lokasi kegiatan untuk

memenuhi kebutuhan dari satker yang melaksanakan kegiatan yang sama

untuk beberapa lokasi (untuk penugasan tertentu). Ke depannya lokasi

kegiatan juga diusulkan digunakan untuk DIPA transfer sehingga dalam DIPA

akan terlihat pagu dari masing-masing daerah penerima.

- BUMN/BUMD

Bagi DIPA penerusan pinjaman terdapat kemungkinan dalam satu naskah

perjanjian pinjaman dialokasikan untuk lebih dari satu BUMN. Dengan demikian

dalam naskah perjanjian pinjaman dapat digunakan sebagai dasar

pengalokasian dalam DIPA karena alokasi bagi satu BUMN/BUMD sudah

ditetapkan dalam perjanjian tersebut.

- Kategori

Naskah perjanjian pinjaman luar negeri untuk lender tertentu sudah ditetapkan

alokasi untuk masing-masing cara penarikan khususnya PL dan L/C. Apabila

dalam DIPA tidak dialokasikan dalam CoA akan dimungkinkan dalam satu

nomor register pinjaman pencairannya tidak mengikat sehingga akan

berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan maupun terkait dengan perjanjian

pinjaman yang telah ditandatangani.

106

17. Manajemen DIPA untuk satker sementara atau jika suatu saat terjadi

penambahan dan pengurangan satker

Struktur organisasi (K/L/satker) di Indonesia memililki karakteristik yang mudah

berubah-ubah tergantung dengan kepentingan baik secara ekonomi maupun yang

bersifat politik. Jika dikaitkan dengan struktur organisasi pusat terdapat kemungkinan

suatu pergantian pimpinan akan terjadi perubahan jumlah maupun tugas pokok suatu

K/L. Terpilihnya presiden baru dapat mengakibatkan penambahan atau pengurangan

K/L terlepas dari kepentingan tertentu sehingga berpengaruh pada dokumen

pelaksanaan anggaran bagi unit organisasi bersangkutan. Demikian pula dengan

struktur organisasi di tingkat bawah mulai dari eselon I dan seterusnya sampai tingkat

satker dapat berubah termasuk satker di daerah yang sangat bergantung dengan

kebijakan Kepala Daerah setempat.

Dalam mengantisipasi kemungkinan tersebut perlu dibuat mekanisme penyusunan

anggaran sampai dengan pelaporan. Terkait dengan manajemen DIPA maka yang perlu

diperhatikan adalah bagaimana alokasi terkait dengan pengurangan atau penambahan

satker atau K/L yang mengalami perubahan tersebut. Hal ini dapat menjadi masalah

jika perubahan terjadi setelah UU APBN disahkan atau pelaksanaan anggaran sudah

berjalan. Sehingga perlu dibuat mekanisme penyusunan dokumen pelaksanaan

anggaran khususnya jika terjadi setelah tahun anggaran berjalan atau UU APBN sudah

disahkan. Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai dasar pelaksanaan perubahan :

1. Setelah usulan penambahan/pengurangan satker atau K/L disetujui oleh pihak

yang berwenang antara lain Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara

(Menpan) maka diajukan permohonan untuk perubahan dokumen bagi masing-

masing K/L.

2. Bagi satker yang mengalami pengurangan maka sisa alokasi yang belum digunakan

akan dikembalikan kepada unit eselon I atau bagi yang mempunyai hirarki dengan

kantor pusat dikembalikan kepada Setjen. Di dalam sistem penganggaran ada

suatu mekanisme yang memiliki kemiripan fungsi yaitu konsep warrant yang

dilakukan jika pada akhir tahun dana yang dialokasikan pada suatu satker akan

dikembalikan kepada K/L masing-masing. Jika pengurangan terjadi di tingkat K/L

107

maka alokasi akan digabungkan dengan K/L yang telah ditunjuk oleh pemerintah

sebagai induk dari unit organisasi yang ada dibawahnya. Namun unit eselon

dibawah K/L yang dilikuidasi akan tetap menggunakan alokasi pagu DIPAnya

namun dengan merubah Bagian Anggaran (BA) dalam hal tidak ada likuidasi unit

eselon.

3. Mekanisme sebaliknya jika terjadi penambahan jumlah satker maka alokasi kantor

pusat akan dikurangi sebagian untuk digunakan pada satker yang baru.

4. DJPB harus diberi kewenangan untuk melakukan revisi antar DIPA sepanjang tidak

menyangkut penambahan Bagian Anggaran (BA) suatu kementerian atau unit

eselon baru karena menyangkut kode satker dan nomenklatur yang menjadi

kewenangan DJA.

5. Sehingga revisi yang dapat dilakukan oleh DJPB adalah jika terjadi pengurangan

jumlah satker K/L atau unit organisasi sepanjang telah disetujui oleh pemerintah

(unit yang berwenang).

Mekanisme penyusunan DIPA baru sebagai penampung alokasi satker likuidasi :

a. KPPN melakukan perhitungan terhadap alokasi satker yang dilikuidasi termasuk

sisa dana baik UP maupun TUP yang belum dipertanggujawabkan.

b. Atas dasar perhitungan sisa pagu dana tersebut, KPPN menyampaikan data alokasi

satker likuidasi yang masih ada kepada Kanwil DJPB.

c. Kanwil DJPB akan menganalisis struktur DIPA satker yang dilikuidasi yaitu antara

lain terkait sisa pagu dan jumlah kegiatan dan diinvetarisir secara lengkap.

d. Data yang diperoleh dari Kanwil akan diteruskan ke Dit PA untuk dilakukan analisis

dan perhitungan jika akan digabungkan dengan DIPA Kantor Pusat.

e. Namun terjadi kemungkinan jika satker yang dilikuidasi masih memiliki pegawai

yang akan digabungkan dengan satker dalam unit organisasi yang sama di daerah

sehingga penggabungan bukan pada kantor pusat K/L namun pada satker di

daerah.

Penelaahan DIPA baru yang satkernya dilikuidasi :

1. Dit PA menyampaikan undangan penelaahan kepada Setjen K/L atau yang

setingkat

108

2. Setjen K/L atau setingkat menyampaikan konsep DIPA baru terkait penggabungan

alokasi dan kegiatan dari satker likuidasi

3. Dit PA dan Setjen K/L atau setingkat akan menganalisis konsep DIPA dari satker

dan data-data yang sudah dihitung/diteliti oleh Dit PA.

4. Apabila terjadi perbedaan data maka yang akan digunakan adalah data dari Dit PA

terkait dengan jumlah sisa alokasi, namun jika perubahan menyangkut rincian

pengeluaran maka disesuaikan dengan data konsep DIPA. Jika kegiatan dari satker

likuidasi berbeda dengan kegiatan pada DIPA yang akan digabung maka akan

dilakukan penelitian apakah kegiatan tersebut perlu dituntaskan atau tidak. Jika

kegiatan tersebut perlu dituntaskan maka kegiatan satker likuidasi akan

ditambahkan ke DIPA baru.

5. Setelah selesai penelaahan maka diterbitkan SP DIPA dan disatukan dengan DIPA

yang telah ditandatangani oleh Setjen K/L dalam hal penggabungan di tingkat

Kantor Pusat. Jika digabung dengan satker di daerah maka data hasil penelaahan

akan diteruskan kepada Kanwil DJPB untuk diterbitkan SP DIPA nya.

6. Setelah dilakukan penelaahan maka DIPA revisi akan disampaikan kepada DJA

untuk digunakan sebagai bahan penyusunan perubahan APBN (APBN-P).

A. BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA FUTURE

Perubahan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan anggaran

berpengaruh terhadap proses penyusunan dokumen DIPA yang memuat satuan-satuan

terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker dan jaminan

dari BUN atas sejumlah dana yang diperlukan bagi satker tersebut.Proses penyusunan

dokumen DIPA juga disesuaikan dengan kewenangan DJPB dalam kaitannya dengan

tugas sebagai BUN antara lain apabila terjadi kesalahan dalam pencantuman kode

kantor bayar, cara penarikan dan sebagainya oleh satker.

Proses bisnis manajemen DIPA Future terdiri dari 3 aktivitas utama (bisnis

domain) yaitu penerbitan DIPA, revisi DIPA, dan pelaksanaan penggunaan dana.Ketiga

proses tersebut di bagi lagi kedalam beberapa alur kerja sesuai dengan cakupan

masing-masing. Alur kerja untuk tiap-tiap bisnis proses adalah sebagai berikut :

109

1. Penerbitan DIPA

Penerbitan DIPA pada dasarnya dibagi menjadi beberapa alur kerja (workflow)

yaitu, Penerbitan DIPA biasa, penerbitan DIPA Sementara, carry forward dan Vote

on Account. Untuk yang pertama akan dibahas workflow penerbitan DIPA Biasa

atau DIPA tahunan yang rutin di terbitkan.

a. Penerbitan DIPA biasa

Terdapat 3 (dua) alternatif mekanisme penerbitan DIPA biasa, yaitu :

1) Alternatif I

Sesuai dengan gambar B.1.a tentang penebitan DIPA biasa maka dapat kami

jelaskan sebagai berikut:

1) Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP) selesai maka DJA

mengirimkan Perpres Rincian Angaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) ke

MoSA (Manajemen of Spending Authority)/Manajemen DIPA pada Ditjen

Perbendaharaan.

2) Berdasarkan perpres tersebut akan dilakukan penelaahan sesuai dengan

peraturan yang berlaku untuk menerbitkan DIPA. Kemudiaan untuk DIPA

Kantor Pusat (KP) akan dilakukan penelaahan di Direktorat Pelaksanaan

110

Anggaran, sedangkan untuk DIPA Kantor Daerah (KD) akan dilakukan

penelaahan pada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil DJPBN).

3) Kemudian setelah Spending Unit (satuan kerja/satker) mengirimkan Konsep

DIPA kepada Direktorat Pelaksanaan Anggaran untuk DIPA pusat dan ke Kanwil

Ditjen Perbendaharaan untuk DIPA daerah maka dilakukan Penelaahan konsep

DIPA satker.

4) Penelaahan tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker dengan

Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan, penelaahan, pengesahan

dan revisi DIPA. Hal yang penting untuk dilakukan pada saat penelaahan DIPA

adalah penyusunan rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan. Khusus

untuk rencana penarikan dana harus dilihat apakah usulan dari satker sudah

sesuai dan realistis dengan kondisi satker bersangkutan. Sebagai contoh

kegiatan non kontraktual yang dapat diperkirakan antara lain untuk pengeluran

belanja pegawai dan kegiatan operasional dapat dibuat per bulan dengan

dengan selisih yang tidak terlalu besar. Sedangkan untuk belanja baik

kontraktual maupun yang tidak dikontrakkan namun sulit dipastikan dapat

dilihat dari kebutuhan dana atau jadwal pelaksanaan.

5) Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat

dan Kanwil DJPB atas nama Ditjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Daerah.

6) Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak sesuai dengan

berbagai kriteria diatas maka Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil

DJPB akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA untuk segera

diperbaiki oleh satker untuk ditelaah kembali. Namun Ditjen Perbendaharaan

juga dapat melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan kewenangan yang

diberikan seperti dalam hal koreksi administratif misal kode Kantor bayar, kode

kewenangan dan penyesuaian antara lain dengan kaidah akuntansi.

Sistem yang digunakan dalam SPAN sudah terintegrasi maka proses

penelaahan akan lebih cepat karena sistem dengan mudah akan melakukan

pencocokan data kemudian menampilkan berbagai perbedaan yang ada dan

111

“user” pada Direktorat PA dan Kanwil DJPBN hanya tinggal melakukan tindak

lanjut atas berbagai “warning” yang dilakukan oleh sistem IT. Di masa mendatang

DJPB lebih fokus pada implementasi DIPA yang dilakukan oleh masing-masing

satuan kerja yaitu manajemen pengeluaran kas sehingga rencana penarikan dana

dari satuan kerja dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah

disusun, satuan kerja dapat menyesuaikan rencana penarikan dana dan DJPB akan

melakukan penyesuaian DIPA Halaman III berdasarkan pertimbangan yang

disampaikan satuan kerja.

2) Alternatif II

Alternatif Proses Penganggaran 1

Budget Preparation Budget Execution

Sa

tke

rD

JP

BK

/LD

JA

DIPAProses

Penyusunan

DIPA

Kertas Kerja

RKA-KL

RKA-KL Final

Penelaahan

RKA-KL dan

Hasil

Kesepakatan

DPR

Permenkeu

Pagu Definitif K/

L

SP DIPA

UU APBN/BA

Hasil

Pembahasan

Perpres Rincian

Alokasi APBN

RKA-KL (Pagu

Sementara)

Penelaahan

DIPA

a) Setelah UU APBN disahkan atau Berita Acara Hasil Kesepakatan Pembahasan

diterima oleh DJA maka bersama dengan Biro Perencanaan K/L melakukan

penelaahan RKAKL dari pagu sementara.

b) Apabila RKA-KL pagu sementara sudah sesuai dengan pagu yang disahkan

dalam APBN maka DJA akan menyusun Pagu Definitif per BA dan Program

masing-masing K/L

c) Berdasarkan Pagu Definitif tingkat K/L (berisi pagu BA dan Program), Biro

Perencanaan K/L melakukan penyesuaian konsep RKA-KL Final apabila alokasi

RKA-KL per satker berdasarkan pagu sementara berbeda dengan pagu definitif

yang ditetapkan oleh DJA. Hasil penelaahan tersebut disampaikan kepada

112

satker untuk melakukan penyesuaian pada kertas kerja masing-masing.

Setelah dilakukan penyesuaian terhadap kertas kerja akan disampaikan

kembali kepada Biro Perencanaan K/L untuk bahan penyusunan RKA-KL Final

dan diteruskan kepada DJA.

d) DJA akan menerbitkan Permenkeu pagu definitif yang berasal dari RKA-KL

Final dari masing-masing K/L yang dirinci sampai pagu satker.

e) Setelah Permenkeu tentang Pagu Definitif bagi K/L ditetapkan oleh DJA

disampaikan kepada DJPB dan akan digunakan sebagai dasar dalam

penyusunan Perpres Rincan Alokasi APBN.

f) Setelah Perpres Rincian Alokasi APBN ditetapkan oleh DJPB kemudian

disampaikan kepada K/L untuk diteruskan bagi satker masing-masing.

g) Berdasarkan kertas kerja RKA-KL yang sudah disesuaikan (final) dan perpres

alokasi APBN maka satker menyusun DIPA untuk dilakukan penelaahan dan

selanjutnya disahkan oleh DJPB.

h) Penelaahan hanya bersifat konfirmasi yang ditekankan pada pelaksanaan

kegiatan satker sehingga BUN dapat menyediakan kas pada saat satker

mengajukan permintaan pembayaran.

113

3) Alernatif II

Alternatif Proses Penganggaran 2 Paralel antara DJA dan DJPB

Budget Preparation Budget ExecutionS

atk

er

DJP

BK

/LD

JA

Proses Pengesahan

RKA-KL (Pagu

Sementara)

SP DIPA

DIPA

Penelaahan RKA-

KL dan Pagu

Definitif

UU APBN/BA

Hasil Pembahasan

Perpres Rincian

Alokasi APBNPagu Definitif

Input Perpres

RKA-KL Final

Konsolidasi Kertas

Kerja RKA-KL

Final

Konfirmasi Hal III DIPA

Konsep DIPA FInal

Bahan Penyusunan Alokasi DIPA

a) Setelah UU APBN disahkan atau Berita Acara Hasil Kesepakatan Pembahasan

diterima maka DJA akan menerbitkan pagu definitif bagi K/L.

b) DJA akan melakukan penelaahan bersama satker apabila RKA-KL dari pagu

sementara tidak sama dengan pagu definitif sehingga diperlukan penyesuaian.

c) Berdasarkan hasil penelaahan RKA-KL maka Biro Perencanaan menyampaikan

kepada satker agar melakukan penyesuaian terhadap kertas kerja masing-

masing.

d) Pada saat satker melakukan penyesuaian kertas kerja maka bersama dengan

DJPB dilakukan konsolidasi atas penyusunan rencana penarikan dana sehingga

terjadi proses paralel baik yang dilakukan oleh DJA untuk RKA-KL maupun data

rencana penarikan dana yang akan menjadi input DIPA.

e) Setelah dilakukan penyesuaian oleh satker maka kertas kerja RKA-KL akan

digunakan sebagai bahan penysunan RKA-KL Final oleh Biro Perencanaan K/L.

f) Data RKA-KL Final akan digunakan sebagai dasar penetapan Perpres Rincian

Alokasi APBN oleh DJA dan disampaikan kepada masing-masing K/L.

114

g) Berdasarkan kertas kerja RKA-KL Final dan mengacu pada pagu Perpres, satker

menyusun DIPA kepada DJPB untuk dilakukan pengesahan tanpa melakukan

penelaahan karena DIPA sudah bersih tidak ada penyesuaian.

b. Penerbitan DIPA Sementara

Penerbitan DIPA sementara dilakukan apabila sampai pada waktu yang ditentukan

Satker belum menyampaikan konsep DIPA. Sehingga Direktorat PA/ Kanwil DJPBN

akan menerbitkan DIPA namun hanya belanja pegawai dan belanja kegiatan

sehari-hari perkantoran yang dapat dicairkan dananya. Proses bisnis penerbitan

DIPA sementara adalah sebagai berikut:

1. Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/kanwil Ditjen PBN

2. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen PBN akan membuat

Konsep DIPA satker yang belum menyampaikan konsp DIPAnya sampai waktu

tertentu.

3. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka Dit PA/Kanwil

DJPB akan langsung melakukan pengesahan DIPA sementara tersebut, namun

hanya belanja pegawai dan kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak

diblokir.

4. Terakhir DIPA sementara tersebut dikirim ke satker sebagai dasar pelaksanaan

anggaran sebelum DIPA Tahunan satker tersebut disahkan

115

c. Penerbitan DIPA Vote on Account

Vote on Account dilakukan apabila sampai pada saat yang ditentukan DPR belum

menyetujui APBN, maka berdasarkan Undang-Undang kita dapat menggunakan

anggaran tahun lalu atau menggunakan pagu belanja maksimum tahun lalu.

Proses Vote on Account sebagaimana gambar di bawah ini.

Penerbitan DIPA VoA

Minggu ke dua November Bulan ketiga belum ada UU APBN

Sa

tke

rD

JP

BR

ore

n K

/L; U

nit

Es I

DJA

RKA-KL TA Baru

dg pagu anggaran

yg sudah

ditentukan Menkeu

SPAN

Alokasi per K/L;

Unit Eselon I

APBN belum

disahkan

APBN blm disepakati

Kertas Kerja RKA-

KLKonsep DIPA

Penelaahan DIPA

VoA

Alokasi tahun lalu

sebagai batas

maksimal pagu

DIPA VoA

KPPN

DIPA BiasaPencairan blokir

DJA

Proses Vote on Account :

1) Apabila sampai dengan minggu ke dua bulan Novemver UU APBN belum

disahkan oleh DPR maka DJA mengirimkan RKA-KL yang sudah ditetapkan pagu

anggarannya oleh Menkeu kepada DJPB dan setiap Biro Perencanaan K/L dan

diteruskan kepada Unit Eselon I untuk ditentukan alokasi per satker di tiap

Eselon I

2) Berdasarkan alokasi yang telah ditetapkan oleh setiap Unit Eselon I maka satker

menyesuaiakan kertas kerja RKA-KL dan menggunakannya sebagai dasar

penyusunan konsep DIPA

3) Konsep DIPA yang sudah disusun disampaikan kepada DJPB untuk dilakukan

penelaahan berdasarkan alokasi anggaran tahun lalu dan RKA-KL dari DJA untuk

diproses menjadi DIPA VoA

116

4) Berdasarkan data RKA-KL dari DJA yang dirinci sampai program dan alokasi

untuk anggaran satker bersangkutan tahun lalu, maka DJPB akan menyesuaikan

alokasi tersebut dengan konsep DIPA masing-masing satker. Pada proses

penyusunan DIPA VoA akan dilakukan pemblokiran kegiatan kecuali untuk

belanja pegawai dan operasional termasuk bahan permakanan napi

5) DIPA VoA digunakan sampai bulan ketiga, sedangkan apabila rancangan

anggaran dari pemerintah belum disetujui oleh DPR maka akan diterbitkan

DIPA “definitif” oleh DJPB dengan mengacu pada rencana kegiatan tahun yang

baru dengan alokasi pagu maksimal tahun lalu.

d. Penerbitan DIPA Format Khusus

Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus segera

dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus. Sebagaimana pada saat

penyediaan dana untuk korban gempa bumi di daerah yang menjadi prioritas

utama pemerintah. Mekanisme DIPA Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus

karena tidak melalui proses penganggaran dari DJA. Namun dalam modul akan

diusulkan suatu alur bukan merupakan mekanisme resmi penyusunan DIPA

Format Khusus sebagai berikut :

a. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk

melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena

pertimbangan bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan

menyebabkan kerugian yang besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat

harus didukung dengan anggaran/dana yang digunakan untuk

melaksanakannya.

b. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk menyediakan

sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka melaksanakan perintah Presiden

tersebut.

c. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit PA) menghitung

jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan darurat tersebut.

117

d. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya terdiri

satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan seluruh elemen

DIPA yang lain secara rinci.

e. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal

Perbendaharaan.

f. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan

agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang

tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.

2. Revisi DIPA

Revisi DIPA kedepan akan terdiri dari terdiri dari revisi DIPA akibat Perubahan

Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP), Revisi DIPA tanpa perubahan

RABPP dan revisi ambang batas BLU. Revisi DIPA pada dasarnya adalah semua

perubahan yang terjadi pada DIPA atas usulan satker. Berikut akan dijelaskan

mengenai bisnis proses revisi DIPA yang dimulai dari revisi akibat perubahan

RABPP.

a. Revisi DIPA Akibat Perubahan RABPP (Rincian Alokasi APBN)

Revisi DIPA yang merubah RABPP pada dasarnya merupakan usulan satker,

kemudian satker mengusulkan revisi RABPP ke sekjen kementerian masing-

masing. Setelah itu Sekjen masing-masing K/L mengusulkan revisi DIPA ke DJA dan

di DJA diproses sesuai peraturan penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi

RABPP. Berikutnya setelah proses pada Budget Preparation di DJA selesai maka

dimulailah proses pada Manajemen DIPA sebagai berikut :

118

1) Proses Revisi DIPA yang merubah RABPP dimulai setelah DJA mengirimkan

Perpres RABPP ke DJPB melalui Manajemen DIPA. RABPP revisi juga

disampaikan kepada Satker sebagai persetujuan dari DJA atas usulan

perubahan kertas kerja satker bersangkutan. Setelah dilakukan penyesuaian

atas DIPA bersangkutan berdasarkan persetujuan revisi RABPP dari DJA, maka

satker mengirimkan konsep DIPA dan bersama kanwil DJPB melakukan

penelaahan konsep DIPA.

2) Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep DIPA satker dengan

Perpres RABPP dan peraturan lainnya.

3) Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan

mengirimkan DIPA revisi ke satker.

4) Apabila terdapat ketidaksesuaian maka Kanwil DJPB akan mengirimkan (surat)

pengembalian konsep DIPA kepasa Satker.

Revisi ini dilaksanakan terutama dikaitkan dengan konsep penganggaran berbasis

kinerja yaitu target keluaran yang akan dicapai oleh satker walaupun perubahan

lainnya yang menjadi kewenangan DJA dapat dilakukan juga. Dengan demikian

konsep revisi di masa mendatang dititikberatkan untuk menjaga agar kinerja

pemerintah yang telah ditetapkan dapat dicapai yaitu sasaran program (outcome).

119

Outcome yang dicapai adalah hasil dari pelaksanaan program yang mencerminkan

berfungsinya keluaran (output) dari pelaksanaan kegiatan. Namun demikian

prinsip-prinsip penganggaran masih dipertahankan menjadi kewenangan DJA

apabila terjadi perubahan khususnya yang terkait dengan PHLN/PHDN, tambahan

belanja dalam APBN, program yang menjadi prioritas nasional, pergeseran dari BA

BUN ke K/L dan sebagainya.

b. Revisi Tanpa Perubahan RABPP

Karena dalam usulan proses bisnis ke depannya khususnya terkait dengan revisi

yang dilaksanakan untuk K/L umum (bukan BUN) diserahkan kepada Kanwil DJPB

maka dalam modul dijelaskan proses revisi hanya dilaksanakan di Kanwil DJPB

(secara teknis oleh Subdit PA).

Langkah-langkah dalam revisi DIPA yang tidak merubah RABPP :

1) Satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil DJPB beserta

dokumen pendukung dan ADK nya.

2) Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian permohonan

dengan peraturan yang ada.

3) Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB akan

mengirimkan (atau pengembalian) konsep DIPA kepada satker untuk segera

memperbaikinya.

120

4) Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang Kanwil DJPB maka

Kanwil dapat melakukan penyesuaian sesuai kewenanganya misalnya koreksi

administratif atas usulan dimaksud.

5) Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB melakukan

pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.

Karena DJA akan lebih fokus pada anggaran pada tingkat K/L dan pencapaian

output, maka kewenangan revisi pada DJPB akan meningkat. Kewenangan revisi

DJPB diusulkan kedepannya akan diserahkan seluruhnya pada Kanwil DJPB.

Kewenangan pengaturan penggunaan dana oleh Satker akan menjadi lebih besar

pada DJPB termasuk pergeseran antar jenis belanja dan pergeseran dana antar

satker (Permenkeu No. 69 Tahun 2010). Di masa mendatang pelaksanaan revisi

lebih banyak berada pada Kanwil DJPB, sedangkan Dit. PA akan ditekankan pada

revisi yang terjadi jika terdapat pergeseran dana antar provinsi maupun pada DIPA

BUN.

Revisi/virement oleh Kanwil dan Dit PA (Permenkeu No. 69 Tahun 2010) yaitu :

1) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi termasuk ralat kode akun

sesuai dengan kaidah akuntansi sepanjang dalam peruntukan dan sasaran

yang sama termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis belanja dan sudah

direalisasikan;

2) Perubahan kantor bayar (KPPN);

3) Perubahan nomenklatur satuan kerja sepanjang kode satuan kerja tetap;

4) Pergeseran antar jenis belanja dalam satu kegiatan sepanjang tidak mengubah

target kinerja;

5) Pergeseran dalam satu provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan dalam rangka

tugas pembantuan dan urusan bersama, atau dalam satu provinsi untuk

kegiatan dalam rangka dekonsentrasi sepanjang tidak mengubah target

kinerja;

6) Pergeseran antar provinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional

termasuk pengadaan bahan makanan untuk tahanan/narapidana yang

121

dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun oleh instansi

vertikalnya di daerah sepanjang tidak mengubah target kinerja;

7) Pencairan dana yang diblokir/bertanda bintang (*) sepanjang dicantumkan

oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kantor Wilayah Direktorat

Jenderal Perbendaharaan, apabila persyaratan telah dipenuhi;

8) Penerimaan hibah LN/DN termasuk hibah yang diterushibahkan setelah APBN

Tahun Anggaran 2010 dan/atau APBN-Perubahan Tahun Anggaran 2010

ditetapkan khusus untuk hibah LN/DN yang dilaksanakan secara langsung oleh

Pemberi Hibah atau Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh Kementerian

Negara/Lembaga;

9) Perubahan anggaran belanja sebagai akibat penggunaan kelebihan realisasi

PNBP di atas target yang direncanakan dalam APBN untuk satuan kerja PT

Bukan BHMN dan Satuan Kerja BLU; dan/atau

10) Perubahan rincian belanja sebagai akibat dari penyelesaian tunggakan tahun

yang lalu sepanjang dalam kegiatan yang sama, dananya masih tersedia dan

tidak mengubah target kinerja.

c. Revisi DIPA lintas kanwil oleh kantor pusat DJPBN cq Direktorat Pelaksanaan

Anggaran

Revisi DIPA antar kanwil selama ini dapat dilaksanakan untuk pergeseran dana

antar propinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan operasional (kode kegiatan 0001

dan 0002) yang dilaksanakan oleh unit organisasi di tingkat pusat maupun unit

organisasi vertikalnya. Revisi DIPA dilakukan melalui pergeseran dana antar satker

dalam satu eselon I yang sama. Kedepannya untuk mengantisipasi berbagai

perubahan dalam kebijakan maka diperlukan adanya fasilitas revisi lintas kanwil

ini.

1. Satker yang membutuhkan alokasi dana akan mengirimkan permohonannya

secara berjenjang hingga ke Setjen K/L masing masing dan mengirimkan

tembusan pemberitahuan kepada Kanwil DJPBN.

2. Kemudian melalui Setjen K/L tersebut surat pernohonan di ajukan ke Kantor

Pusat DJPBN cq Dit PA.

122

3. Dit PA akan melakukan revisi antar kanwil tersebut (beserta mengirimkan

surat revisi kepada kanwil DJPBN yang terlibat)

4. Dit PA akan melakukan revisi DIPA untuk mengurangi alokasi pagu satker pada

kanwil yang bersangkutan dengan kemudian menambahkan kepada satker

yang membutuhkan dana pada Kanwil DJPN lainya. (perubahan pagu antar

kanwil hanya bisa dilakuka oleh Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA)

5. Setelah pagu berubah maka kanwil masing-masing yang terlibat dalan revisi

tersebut melakukan penerbitan revisi DIPA sesuai kewenagan masing-masing

dan mengirimkan ke satker yang bersangkutan.

d. Updating Pagu DIPA BLU (Ambang Batas)

Updating ambang batas DIPA BLU (Badan Layanan Umum) merupakan perubahan

pagu dalam batas kewenangan Ditjen PBN. Revisi ini dibagi menjadi dua yaitu

dalam ambang batas dan diatas ambang batas.

1. Updating Dalam Ambang Batas

Untuk revisi didalam ambang batas pada dasarnya BLU sudah menggunakan

dananya namun untuk mempertanggung jawabnkan BLU menggunakan SPM

pengesahan. Sebelum mengajukan SPM pengesahan BLU wajib melakukan

penyesuaian POK dan DIPA terlebih dahulu, baru kemudian mengajukan SPM

pengesahan ke KPPN. Namun perubahan yang akan dilakukan hanya sekedar

mengupdate pagu DIPA karena pengeluaran yang masih dalam ambang batas

dapat dilaksanakan sebelum pagu direvisi.

Persoalan yang terkait dengan pagu DIPA BLU yaitu bahwa DIPA secara umum

merupakan batas maksimal pencairan dana. Sehubungan dengan hal tersebut

maka mekanisme revisi ambang batas BLU disesuaikan yaitu pada saat satker

mengajukan SPM Pengesahan maka KPPN akan meneruskan kepada Kanwil DJPB

melalui aplikasi SPAN agar dilakukan approval updating pagu DIPA sejumlah yang

diajukan SPM Pengesahannya oleh satker. Dengan demikian maka proses

penggunaan dana dan revisi pagu tidak menyalahi ketentuan umum tentang fungsi

DIPA sebagai alokasi maksimal.

123

Proses approval pagu BLU sampai ambang batas tidak akan memakan waktu

karena dilaksanakan secara langsung dalam sistem aplikasi SPAN dimana pada saat

KPPN memasukkan data satker BLU yang akan melakukan updating pagu maka

saat itu juga Kanwil DJPB akan melakukan approval pagu satker bersangkutan.

Secara alur proses, revisi DIPA Satker BLU yang masih dalam ambang batas dapat

dijelaskan sebangai berikut :

Proses Pengesahan DIPA BLU (updating)

KP

PN

Sa

tke

rK

an

wil D

JP

B

SPM Pengesahan

Database

SPAN

Updating Pagu

DIPA BLUApproval

Pencocokan pagu

DIPA BLU

Hasil updatingDIPA BLU Pagu

Revisi

Input DIPA BLU Revisi

SP2D

Pengesahan

Pengajuan Pengesahan PNBP

Memasukkan data updating pagu

DJA

Input SP2D Pengesahan

Konsep Revisi

DIPA BLU

(triwulan)Input perubahan pagu

Pengajuan Revisi DIPA

a. Pada saat satker mengajukan SPM Pengesahan kepada KPPN maka data SPM

Pengesahan yang melebihi alokasi pagu DIPA BLU akan dimasukkan ke dalam

database sistem SPAN;

b. KPPN akan melakukan penelitian atas PNBP dari kegiatan BLU yang telah

diterima sebagai bahan untuk disampaikan approval kepada Kanwil DJPB;

c. Berdasarkan input data dari KPPN maka Kanwil DJPB akan melakukan approval

atas perubahan/revisi pagu namun hanya bersifat updating tidak ada proses

pemberian pertimbangan sehingga akan langsung melakukan approaval oleh

Kanwil DJPB;

d. Setelah approval dilakukan oleh DJPB maka otomatis pagu DIPA BLU

berkenaan sudah disesuaikan dengan input data dari KPPN dalam database

SPAN;

124

e. Atas perubahan pagu tersebut maka KPPN menggunakannya sebagai dasar

penerbitan SP2D Pengesahan dan disampaikan kepada Satker;

f. Satker mengajukan konsep “revisi” pagu DIPA BLU kepada Kanwil tiap

triwulanan untuk dilakukan pengesahan revisi pagu DIPA BLU dalam ambang

batas;

g. Kanwil akan mengesahkan revisi pagu DIPA BLU berdasarkan data dari sistem

SPAN tanpa melakukan penelaahan sepanjang tidak merubah kegiatan di luar

BLU;

h. DIPA yang sudah disahkan akan disampaikan kepada DJA sebagai bahan untuk

perubahan pagu APBN (APBN-P) namun jika tidak ada proses APBN-P akan

digunakan untuk bahan LKPP.

Alternatif proses :

Setelah satker mengajukan SPM pengesahan dan diteliti oleh petugas KPPN maka tidak

dilanjutkan proses updating ke Kanwil DJPB. KPPN diberikan kewenangan langsung

untuk melakukan updating sehingga proses akan lebih sederhana dan cepat.

Penyesuaian pagu oleh KPPN akan diteruskan dengan memberikan notifikasi kepada

Kanwil DJPB bahwa pagu DIPA BLU tertentu telah disesuaikan.

Proses Pengesahan DIPA BLU (updating)

KP

PN

Sa

tke

rK

an

wil D

JP

B

SPM Pengesahan

Database

SPAN

Updating Pagu

DIPA BLU

Approval

Pencocokan pagu

DIPA BLU

Hasil updating

DIPA BLU Pagu

Revisi

Input DIPA BLU Revisi

SP2D

Pengesahan

Pengajuan Pengesahan PNBP

Memasukkan data updating pagu

DJA

Input SP2D Pengesahan

Konsep Revisi

DIPA BLU

(triwulan)Input perubahan pagu

Pengajuan Revisi DIPA

Updating

pagu

125

2. Revisi di atas ambang batas

Revisi kedua untuk penggunaan dana BLU diatas ambang batas/fleksibilitas, maka

satker tidak dapat membelanjakan dananya terlebih dahulu, BLU harus melakukan

revisi untuk menyesuaikan pagunya baru dapat melakukan belanja. Hal ini karena

BLU untuk melakukan belanja diatas ambang batas membutuhkan ijin Dirjen PBN

untuk menilai kelayakan penggunaan dananya. Alur Proses Revisi pagu DIPA BLU

yang melebihi ambang batas fleksibilitas adalah sebagai berikut :

Proses Pengesahan DIPA BLU (updating) Melewati Ambang Batas

Sa

tke

rK

PP

NK

an

wil D

JP

B

Input perubahan pagu

Konsep Revisi

DIPA BLU

Revisi RBA

Definitif

Pencocokan RBA

Revisi & DIPA

BLU Revisi

Dit PA

Database

SPAN

DIPA BLU Pagu

RevisiInput DIPA Revisi

DJA

a. Berdasarkan RBA definitif yang direvisi, satker BLU mengajukan konsep DIPA

BLU revisi kepada Kanwil DJPB;

b. Kemudian kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian dengan pagu

dan kaidah akuntansi. Penelaahan akan dilakukan untuk meneliti apakah

penerimaan PNBP BLU telah melewati rencana penerimaan dalam DIPA

sehingga pagu belanja melebihi ambang batas fleksibilitas;

c. Setelah proses penelaahan dilakukan dan disetujui oleh Kanwil DJPB maka

dilakukan pengesahan DIPA revisi BLU dan menyampaikan kepada Dit PA

DJPB.

d. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA BLU ke

DJA untuk penyesuaian data appropriation dan allotment untuk dimasukkan

pada APBN-P atau dilakukan pada akhir tahun dengan (LKPP).

126

e. Update Komponen Input

Sesuai dengan Permenkeu No. 69/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Revisi

Anggaran TA 2010 dinyatakan bahwa salah satu revisi anggaran yang menjadi

kewenangan satker adalah perubahan komponen input. Pergeseran komponen

input dimaksud untuk kebutuhan biaya operasional, digunakan pada satu keluaran

(output) sepanjang tidak menambah komponen honorarium dan dalam jenis

belanja yang sama dan pergeseran antar keluaran (output) dalam satu kegiatan

sepanjang dalam jenis belanja yang sama. Karena ke depannya diusulkan bahwa

komponen input dimasukkan dalam DIPA maka setiap perubahan kewenangan

satker namun mempunyai akibat perubahan DIPA harus dilakukan updating pada

database SPAN.

Penjelasan bisnis proses di atas adalah sebagai berikut :

1) Setiap akhir bulan satker merekap perubahan komponen input yang berakibat

perubahan DIPA.

127

2) Perubahan data komponen input (softcopy) disampaikan kepada Kanwil DJPB

beserta hardcopy perubahan DIPA satker.

3) Kanwil DJPA akan memasukkan data komponen input dari satker ke dalam

database SPAN.

4) Proses updating akan dilaksanakan satu bulan sekali untuk menyesuaikan database

SPAN dan DIPA dengan perubahan yang dilakukan oleh satker sehingga tidak akan

dilakukan proses pencocokan data.

f. Revisi halaman III DIPA (Rencana Penarikan Dana) Secara Manual

1) Mekanisme revisi AFP apabila realisasi pencairan dana melebihi rencana pada

suatu periode

a) Satker melakukan analisis kebutuhan dana yang akan digunakan untuk

pelaksanaan kegiatan yang melebihi rencana penarikan dana pada bulan

tertentu. Dana yang akan digunakan sebagai tambahan untuk melaksanakan

kegiatan tertentu diambil dari data rencana bulan-bulan berikutnya.

128

b) Hal ini mengakibatkan AFP pada bulan-bulan berikutnya akan berubah dan

disesuaikan untuk direalokasi sehingga perlu ditentukan pada bulan apa

sajakah AFP akan dikurangi untuk menambah kebutuhan tersebut. Proses

tersebut akan merubah POK satker bersangkutan dan setelah diteliti

kebutuhan dana yang diambil dari bulan berikutnya maka satker mengajukan

permintaan pembayaran kepada KPPN terhadap pelaksanaan kegiatan

tersebut termasuk menyampaikan perubahan data POK sebagai bahan

updating AFP.

c) Berdasarkan perubahan POK tersebut maka satker mengajukan update AFP

bulan bersangkutan dan bulan berikutnya yang berubah sesuai dengan jumlah

perubahan pencairan dana tersebut. Perubahan AFP yang diajukan oleh satker

kepada KPPN dilakukan setelah pengajuan permintaan pembayaran dan

bukan merupakan syarat dilakukannya pembayaran oleh KPPN karena AFP

bukan merupakan batas tertinggi bagi satker dalam melakukan pencairan

dana.

d) Updating AFP yang dilakukan oleh satker disampaikan kepada KPPN untuk

selanjutnya digunakan sebagai input perubahan pada DIPA Halaman III

bersangkutan yang selanjutnya diteruskan ke Kanwil DJPB.

e) Perubahan AFP akan menjadi bahan informasi bagi Dit PKN untuk

perencanaan kas pada bulan-bulan berikutnya sebagai informasi minimum

yang harus disediakan.

2) Mekanisme revisi AFP untuk kegiatan yang terkait dengan komitmen yang sudah

dibuat :

a) Satker melakukan analisis terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

dengan pihak ketiga atau dilaksanakan dengan kontrak. Setelah diteliti

terhadap prestasi yang diberikan oleh pihak ketiga maka satker mengajukan

permintaan pembayaran atas prestasi tersebut. Karena dalam POK yang

sudah disusun berbeda dengan realisasi (prestasi dapat dilakukan lebih

cepat/besar) maka setelah bulan berkenaan satker mengajukan permintaan

129

pembayaran yang lebih besar dari rencana. Sebagai batas pencairan dalam

satu bulan maka pada AFP perlu dilakukan perubahan rencana penarikan dana

bulan berkenaan khusus untuk pengeluaran yang terkait dengan ikatan atau

komitmen dengan pihak ketiga.

b) Satker mengajukan revisi penyesuaian AFP berdasarkan perubahan hasil

prestasi dari pihak ketiga pada suatu termin tertentu bulan berkenaan khusus

terkait komitmen kepada Kanwil DJPB melalui KPPN.

c) KPPN akan meneliti berkas-berkas pendukung yang menjadi dasar satker

mengajukan revisi AFP. Setelah data disesuaikan dengan usulan revisi satker

maka dalam database SPAN sudah ada informasi AFP yang baru. KPPN

kemudian memberikan notifikasi kepada Kanwil bahwa ada perubahan AFP

dalam database SPAN dari satker tertentu.

d) Setelah dilakukan penelitian (harus dilihat urgensinya) oleh Kanwil DJPB dan

sesuai dengan tujuan permintaan perubahan AFP (sesuai dengan komitmen

yang telah dibuat dan dana bulan bersangkutan sudah tidak cukup dan harus

segera dibayarkan) maka rencana penarikan dana bulan berkenaan

disesuaikan sebesar permintaan dari satker.

e) Berdasarkan perubahan rencana penarikan dana tersebut maka satker

mengajukan permintaan pembayaran kepada KPPN.

f) Atas dasar perubahan/revisi rencana penarikan dana dari Kanwil DJPB maka

KPPN melakukan pembayaran kepada satker sesuai dengan perubahan yang

disampaikan dari Kanwil DJPB. Proses pada modul MoSA sebagaimana gambar

di bawah.

3. Cash Limits

Apabila pemerintah pada suatu saat mengalami kekurangan kas/likuiditas (cash

shortage) maka diperlukan mekanisme untuk mengatur jumlah pencairan dana

yang dilakukan oleh satker. Setiap satker diberi batas prosentase tertentu dari

rencana penarikan dana yang dapat dicairkan. Terdapat dua alternatif dalam

mekanisme cash limits yaitu DJPB menentukan jenis pengeluaran yang akan

130

dibatasi jumlahnya dan alternatif lain satker diberikan kebebasan dalam

menentukan suatu alokasi tertentu pada kegiatan yang akan dikurangi sesuai

dengan kebutuhan satker bersangkutan. Menurut hemat kami penerapan cash

limits tidak dilakukan sepanjang tahun anggaran namun hanya diterapkan jika

pemerintah kesulitan kas (karena realisasi penerimaan kecil). Apabila kondisi

sudah memungkinkan maka cash limits akan ditiadakan dan dimungkinkan alokasi

yang semula dikurangi dapat dikembalikan.

a. Cash limits yang ditentukan DJPB

Penerapan cash limits tanpa usulan satker pada dasarnya memiliki tujuan yang

sama dengan cash limits lainya namun, penerapan cash limits metode ini dapat

dilakukan apabila kebutuhan untuk pembatasan kas diperlukan segera. Berikut ini

adalah gambar B.3.b workflow penetapan cash limit tanpa usulan satker

Langkah-langkah dalam penerapan cash limits ini dimulai dari:

1) Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas kepada Direktorat

Pelaksanaan Anggaran, kondisi ini berdasarkan perhitungan realisasi

penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan.

131

2) Dit PA kemudian akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat

digunakan oleh masing-masing satker.

3) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar

perubahan Halaman III DIPA dan menyampaikannya kepada satker.

4) Satker akan melakukan perubahan POK sesuai dengan keputusan DJPB

kegiatan dan belanja yang harus dikurangi untuk bulan tertentu. Setelah POK

disesuaikan maka disampaikan kepada KPPN untuk dilakukan penyesuaian

pagu rencana penarikan dana (budget).

5) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk

digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup.

Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki

dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana

DIPA masing-masing satker.

b. Cash limits dengan usulan satker

Mekanisme Cash Limits yang diserahkan kepada satker untuk menentukan sendiri

jumlah dana yang dikurangi pada kegiatan tertentu dapat digambarkan sebagai

berikut :

1) Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke Dit PA kondisi kas

yang tidak mencukupi bagi satker bulan depan berdasarkan perhitungan

realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan.

Kekurangan tersebut tidak dapat ditutupi dengan penerimaan pembiayaan

karena berbagai faktor.

2) Dari data PKN maka Dit PA akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi

yang dapat digunakan oleh masing-masing satker.

3) KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar pengeluaran pada

bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah tertentu sekaligus agar

menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya.

4) Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah disesuaikan

dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus menyesuaikan rencana

penarikan dana kepada KPPN.

132

5) Updating tersebut didasarkan pada perubahan POK untuk digunakan sebagai

batas pagu maksimum yang dapat dicairkan sesuai dengan kebutuhan satker.

6) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar

perubahan Halaman III DIPA. Cash limit dilakukan dengan membatasi budget

bulan tertentu sehingga tidak dapat digunakan melebihi batas yang

ditentukan.

7) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk

digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup.

Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki

dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana

DIPA masing-masing satker.

Berikut ini adalah gambar B.3.a workflow penetapan cash limit dengan usulan

satker

4. Carry Forward

Mekanisme penganggaran setiap tahunnya disesuaikan dengan prioritas dalam

program pemerintah. Program yang menjadi perhatian pemerintah menjadi hal

133

yang penting pada saat pembahasan anggaran sebagai usulan pemerintah dalam

RUU APBN. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa program/kegiatan yang

dapat di carry forward ke tahun anggaran berikutnya. Penerapan Carry Forward

pada dasarnya dibagi tiga yaitu Fund Only, Carry Forward Encumbrance only dan

Encumbrance and Fund Availability.

a. Carry Forward dengan Fund Only

Carryforward yang dilakukan dengan menggeser alokasi yang belum habis pada

tahun anggaran tertentu akan dilanjutkan pelaksanaan kegiatannya pada tahun

anggaran berikutnya. Carryforward untuk fund available pada TA 2010 terkait

dengan kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) pada DIPA PNPM TA 2009

namun sampai akhir tahun belum diselesaikan seluruhnya. Alokasi kegiatan

digunakan pada tahun anggaran berikutnya menggunakan DIPA Luncuran sesuai

dengan UU No. 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010.

Kegiatan BLM adalah kegiatan yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat sesuai

dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri, sehingga pelaksanaan kegiatan BLM

melalui mekanisme swakelola dan tidak melibatkan pihak ketiga walaupun dapat

juga dilaksanakan oleh pihak lain jika masyarakat tidak mampu. Alokasi kegiatan

yang diluncurkan dengan demikian tidak menggunakan kontrak sehingga yang

diluncurkan hanyalah pagu dananya (fund available), dengan demikian alokasi

pagu yang diluncurkan menjadi tambahan dana satker bersangkutan sehingga

bersifat on top.

b. Carry Forward dengan Encumbrance dan Fund Availability

Terkait dengan carryforward fund avaiable dan encumbrance sebagai contoh

adalah rekening escrow yaitu suatu jumlah alokasi yang sudah disediakan namun

belum dapat digunakan karena tagihan dari pihak lain belum ada. Hal ini dapat

diambil contoh berbagai pembayaran subsidi antara lain pupuk, listrik dan lainnya

pada akhir tahun yang sudah dialokasikan namun besarannya belum diketahui

karena belum ada penagihan dari pihak terkait. Jumlah yang harus dibayarkan

oleh pemerintah untuk biaya subsidi paling cepat diterima pada awal bulan tahun

anggaran baru sehingga komitmen dan fund available digeser pelaksanaannya

pada tahun anggaran berikutnya.

134

Penerapan metode ini dilakukan dengan membawa kegiatan yang telah

dikontrakan kepada pihak ketiga beserta alokasi dananya ke tahun yang akan

datang. Bisnis proses Carry Forward dengan Encumbrance dan Fund Availibility

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry

Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika

menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan

bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun untuk

program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan

hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan.

2) Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit

PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan Carry Forward.

3) Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry

Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan.

135

4) Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya

juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan

kepada Satker.

c. Carry Forward dengan Encumbrance only

Disamping proyek-proyek tahun jamak, maka kegiatan yang dicarryforward

ecumbrance only adalah kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur serta

rehabilitasi dan rekonstruksi bencana alam yang dilakukan dalam tahun 2009,

tetapi belum dapat diselesaikan sampai dengan akhir Desember 2009, dapat

dilanjutkan penyelesaiannya ke tahun 2010. Pendanaan untuk kegiatan-kegiatan

tersebut bersumber dari pagu kementerian negara/lembaga masing-masing

dan/atau belanja lain-lain dalam Tahun Anggaran 2010.

Penerapan metode ini Encumbrance only pada dasarnya memiliki langkah yang

sama dengan Encumbrance dan Fund Availability. Perbedan mendasar adalah

pada Encumbrance only sisa alokasi dana tahun lalu tidak dibawa untuk

menambahkan pagu DIPA tahun yang akan datang. Bisnis proses Carry Forward

dengan Encumbrance Only dapat dijelaskan sebagai berikut :

136

1) Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry

Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan pada akhir tahun (ketika

menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan) maka proses dapat dilakukan

bersamaan dengan penyusunan DIPA Tahunan namun untuk

program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan

hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan.

2) Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit

PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward.

3) Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry

Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan.

4) Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya

juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan

kepada Satker.

5. Mekanisme DIPA Pengesahan untuk Hibah LN/DN :

Terdapat kemungkinan bahwa anggaran untuk keperluan tertentu (antara lain

hibah, BLU) diterbitkan dokumen DIPA/Revisi DIPAnya pada waktu yang tidak

dapat dipastikan. Apabila dokumen pelaksanaan yang akan digunakan harus

menunggu Perpres Rincian APBN dalam pembahasan dengan DPR (APBN

Perubahan) hal tersebut sulit untuk dilaksanakan/tidak memungkinkan karena

kegiatan bersifat mendesak. Oleh karena itu perlu disusun mekanisme penerbitan

DIPA-Pengesahan untuk kepentingan tersebut.

Bagi penerimaan hibah baik Hibah LN/DN termasuk yang diterushibahkan setelah

APBN atau APBN-P disahkan yang dilaksanakan secara langsung oleh pemberi

hibah atau Hibah LN/DN yang diterima langsung oleh K/L dapat diterbitkan DIPA

Pengesahan. Kegiatan yang dibiayai dengan sumber dana hibah yang akan

dimasukkan alokasinya dalam DIPA adalah berbentuk uang sedangkan apabila

hibah dalam bentuk barang tidak dimasukkan dalam DIPA hanya dicatat dalam

catatan aset. Usulan ini disebabkan karena DIPA merupakan dokumen alokasi

untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang menghasilkan barang dan jasa

137

sehingga apabila hibah sudah berbentuk barang maka tidak perlu dimasukkan

dalam DIPA.

Apabila pengesahan DIPA Hibah dilaksanakan setelah APBN berjalan akan

diperhitungkan dalam APBN-Perubahan namun jika penerbitan DIPA setelah

APBN-Perubahan maka akan disesuaikan dalam LKPP. Hal ini karena kewenangan

dalam penerbitan dokumen pelaksanaan anggaran (revisi) dimaksud dilaksanakan

oleh DJPB sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 69/PMK.02/2010.

Pemberian dana hibah dapat dilaksanakan di luar periode penyusunan APBN

(APBN sudah disahkan) dan dapat dilaksanakan langsung oleh pemberi hibah

sehingga perlu dilaksanakan penatausahaan untuk mengupdate/revisi penerimaan

hibah pada DIPA. Updating/revisi dimaksud terdiri dari :

a. Updating/revisi hibah luar negeri dan dalam negeri bagi hibah yang diterima

melalui Kementerian Keuangan dilakukan pada saat nota perjanjian hibah

ditandatangani oleh pemerintah dan donor. Penggunaan nota perjanjian

hibah sebagai dokumen sumber penerimaan menyebabkan updating

penerimaan hibah tidak dapat diperkirakan waktunya karena dimungkinkan

dilaksanakan setelah UU APBN disahkan.

Apabila hibah diteruskan kepada pihak yang bukan sebagai satker (BUMN)

maka penatausahaannya dilakukan oleh Kementerian Keuangan termasuk

menyampaikan updating perkiraan penerimaan menggunakan DIPA BUN

setelah register diterima.

Revisi/updating disampaikan kepada DJPB untuk dilakukan penyesuaian data

beserta data pendukung dari penggunaan dana hibah disesuaikan dengan

kegiatan pada DIPA BUN berkenaan. DIPA BUN dimaksud dapat disusun oleh

beberapa unit eselon I di lingkup Kementerian Keuangan antara lain DJPK,

DJPU dan DJKN.

b. Updating/revisi penerimaan hibah yang diterima oleh K/L atau dilaksanakan

langsung oleh pemberi hibah dilakukan satker yang menerima hibah. Setelah

register diterima maka satker mengajukan revisi DIPA kepada DJPB beserta

138

rencana penggunaan dana atau apabila hibah berupa barang disertakan

keterangan tentang barang dimaksud beserta jumlahnya (satuan).

Terkait dengan konsep kinerja maka hibah yang diterima akan berpengaruh

kepada kegiatan yang dilaksanakan sehingga perlu disesuaikan dengan alokasi

hibah yang diterima. Pelaksanaan revisi DIPA yang menggunakan sumber

dana hibah dilaksanakan oleh Kanwil DJPB dan setelah disahkan diteruskan

kepada Dit PA. Dana hibah ini akan menambah pagu DIPA berkenaan (on top)

sehingga harus disampaikan perubahannya kepada DJA untuk bahan

penyusunan APBN-P.

Proses bisnis DIPA Pengesahan untuk Hibah LN/DN dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Setelah nomor register Hibah LN/DN (dokumen pendukung) diterima maka

sakter mengajukan permohonan pengesahan DIPA Hibah kepada Kanwil DJPB;

139

b. Pengajuan konsep DIPA dimaksud dilampiri dengan rencana penggunaan dana

hibah (RKAKL) sesuai dengan pagu hibah;

c. Kanwil DJPB menelaah kesesuaian pagu dana dari register yang telah diterima

dengan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Setelah selesai akan

diterbitkan DIPA Pengesahan sebagai persetujuan revisi penambahan pagu

DIPA.

6. Mekanisme Penerbitan DIPA DAU

Ke depannya DAU pada masing-masing kabupaten/kota maupun provinsi

diterbitkan DIPAnya dengan mekanisme penerbitan DIPA DAU sama dengan DIPA

BUN sebagai berikut :

a) Setelah Peraturan Presiden tentang Penetapan Alokasi Anggaran Belanja

maka Menteri Keuangan dalam hal ini unit organisasi yang mengelola dana

perimbangan menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk BA-BUN yang

dikelolanya;

140

b) Penyusunan konsep dokumen DIPA menggunakan RKA-KL BA-BUN sesuai

dengan alokasi anggaran yang tercantum dalam Perpres dan disampaikan

kepada Dit PA;

c) Penelaahan dilakukan untuk mengetahui kebenaran dalam konsep DIPA

sesuai kaidah akuntansi termasuk klasifikasi belanja dan kode-kode lainnya;

d) Setelah proses penelaahan selesai maka dilakukan pengesahan DIPA dengan

menerbitkan SP-DIPA.

E. USULAN FORMAT BARU DIPA

1. Format Baru DIPA

Dengan terintegrasinya sistem perencanaan dan pelaksanaan anggaran akan

semakin memudahkan dalam proses penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran

sehingga diharapkan terjadi ‘penyatuan’ alur penyusunan dokumen anggaran.

Agar tujuan dimaksud dapat dicapai maka direncanakan format dokumen DIPA

menampung item-item dalam RKAKL sehingga akan memudahkan dalam

pembuatan aplikasi. Disamping itu dengan adanya usaha untuk meningkatkan

peranan halaman III DIPA sebagai perencanaan penarikan dana maka item

halaman III DIPA ditambah dengan pencantuman kegiatan yang termasuk

kontraktual maupun non kontraktual.

Salah satu tugas menteri/pimpinan lembaga dalam rangka penyusunan dan

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yaitu menyusun Daftar

Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kementerian Negara/Lembaga yang

dipimpinnya. Dasar penyusunan DIPA adalah Peraturan Presiden tentang Rincian

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (Perpres RABPP). Dalam rangka penyusunan

DIPA, akan diwujudkan dalam suatu desain berupa rancang bangun format DIPA

dalam rangka memfasilitasi penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja dan

Kerangka Pembangunan Jangka Menengah yang memuat informasi terkait dengan

perencanaan dan pelaksanaan penganggaran. DIPA yang akan disusun formatnya

memberikan fleksibilitas kepada satuan kerja yaitu penggunaan pagu dana hanya

141

dua digit (jenis belanja) dan menampung beberapa item terkait dengan PBK dan

KPJM.

DIPA merupakan dokumen yang menjadi dasar pelaksanaan anggaran yang telah

disahkan dalam UU APBN. Tugas pemerintah adalah melaksanakan amanat UU

APBN dalam hal ini oleh Kementerian Keuangan sebagai BUN dan Kementerian

Negara/Lembaga sebagai pelaksana kegiatan. Menteri Keuangan sebagai BUN

mempunyai kewajiban antara lain mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran

yang disusun oleh K/L. Dalam kaitannya dengan DIPA maka Menteri Keuangan

sebagai BUN mengesahkan DIPA dalam Surat Pengesahan (SP-DIPA) dan K/L

menyusun isi/bagian DIPA yaitu Halaman I sampai IV. Yang harus diperhatikan

bahwa DIPA harus mencantumkan uraian seperti yang diamanatkan dalam UU No.

1 Tahun 2004 Pasal 14 ayat (3). Berikut ini akan dijelaskan fungsi bagian-bagian

DIPA :

a. SP-DIPA

SP-DIPA pada prinsipnya adalah persetujuan Menteri Keuangan sebagai BUN

terhadap sejumlah alokasi dana yang dapat digunakan oleh K/L. SP-DIPA juga

merupakan kewajiban bagi BUN untuk menyediakan sejumlah dana bagi satker

dalam melaksanakan kegiatan dengan jumlah anggaran tertentu yang sebaliknya

menjadi hak bagi satker untuk memperoleh dana dimaksud.

Informasi lain yang terdapat dalam SP-DIPA yaitu dasar penggunaan alokasi serta

ringkasan dari halaman DIPA yaitu informasi kinerja yang akan dicapai, fungsi, sub

fungsi, program, alokasi pagu untuk menghasilkan output, kantor bayar dan

periode waktu berlakunya DIPA serta tanggung jawab bagi K/L terhadap

pelaksanannya.

b. Halaman I

Halaman I DIPA memberikan informasi umum yang lebih rinci terkait dengan

satker bersangkutan antara lain pejabat perbendaharaan termasuk target kinerja

yang akan dicapai beserta rinciannya, dana yang diperlukan dalam mencapai

kinerja, sumber dana pelaksanaan kegiatan dan penjelasan terhadap sumber dana

yang berasal dari pembiayaan dan hibah. Pada halaman I DIPA juga disediakan

142

informasi kerangka pengeluaran jangka menengah sebagai bahan pertimbangan

bahwa kegiatan yang ada dalam DIPA akan dilaksanakan pada tahun berikutnya

termasuk perkiraan pendanaannya.

c. Halaman II

Halaman II berisi informasi rincian jumlah pagu untuk pelaksanaan kegiatan satker

untuk mencapai output yang telah ditentukan pada jenis belanja tertentu. Jumlah

pagu tersebut merupakan hak dari satker yang menjadi dasar permintaan

pembayaran. Terkait dengan diberlakukannya otonomi daerah dimana

pelaksanaan kegiatan pemerintah dibagi antara pusat dan daerah, maka informasi

kewenangan pelaksanaan kegiatan menjadi penting untuk membedakan

pelaksanaan di daerah dan pusat, sehingga pengklasifikasian kewenangan (KP, KD,

DK, TP dan UB) perlu dicantumkan dalam DIPA Halaman II. Perlakuan kegiatan

yang bersumber dari masing-masing sumber dana berbeda sehingga informasi

sumber dana dari masing-masing pengeluaran harus dicantumkan Halaman II.

d. Halaman III

Alokasi dana bagi satker pada Halaman II harus dijabarkan pelaksanaannya dalam

periode waktu tertentu baik dari sisi rencana penarikan dan perkiraan

penerimaan. Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan inilah yang dicantumkan dalam

halaman III DIPA dengan periode waktu bulanan sebagai acuan bagi sakter dalam

melaksanakan kegiatan maupun DJPB baik KPPN dalam penerbitan SP2D maupun

Dit PKN dalam manajemen kas. Yang perlu diperhatikan bahwa Halaman III harus

dibuat mekanisme updating baik rencana penarikan dana maupun perkiraan

penerimaan sehingga fungsi Halaman III menjadi efektif sebagai alat manajemen

kas (by product).

e. Halaman IV

Walaupun prinsip let the managers manage diterapkan dalam pelaksanaan

kegiatan namun untuk menjaga agar kebutuhan minimum yang penting bagi

kegiatan sehari-hari perkantoran tetap dapat dilaksanakan maka harus dijamin

pendanaannya dan tidak digunakan untuk keperluan lainnya. Disamping itu

143

Halaman IV juga mencantumkan hal-hal tertentu (catatan) sebagai acuan

pelaksanaan kegiatan bagi satker (dana yang masih diblokir, penggunaan dana

yang masih harus mendapat penjelasan).

Halaman IV DIPA ke depannya masih diperlukan untuk menampung hal-hal yang

harus dipenuhi dalam pelaksanaan kegiatan. Halaman Catatan dalam DIPA

mencakup antara lain pengeluaran yang alokasi dananya tidak boleh digunakan

sebelum diajukan perubahan kepada DJPB atau sudah dipenuhi persyaratan yang

sebelumnya tidak lengkap. Disamping itu halaman Catatan dalam DIPA juga

memberikan informasi alokasi dana yang belum dapat digunakan baik seluruhnya

maupun sebagian karena kurangnya kelengkapan data yang diperlukan dalam

pelaksanaan kegiatan. Halaman Catatan juga menampung informasi apakah suatu

kegiatan dilaksanakan oleh satker bersangkutan atau dilaksanakan oleh instansi

lainnya misalnya dana bantuan bagi satker lain.

1. Catatan DIPA :

b. Kegiatan yang masih diblokir dananya

Pada saat alokasi pada APBN disahkan maka kegiatan yang akan dilaksanakan

oleh satker (K/L) dibahas dengan data pendukung untuk penentuan rincian

biaya di DJA. Blokir tidak terbatas dilakukan oleh DJA namun dapat dilakukan

mulai dari DPR dan juga dapat dilaksanakan oleh DJPB sesuai dengan

kewenangannya. Blokir dapat diperoleh dari alokasi anggaran yang belum

ditetapkan penggunaannya (berasal dari efisiensi dan/atau komponen input

yang tidak relevan dengan output). Apabila data dukung yang dipersyaratkan

belum lengkap maka DJA akan melakukan blokir baik seluruhnya maupun

sebagian atas dokumen pendukung yang belum lengkap sebagai syarat untuk

penggunaan dana. Sebagai contoh dalam belanja modal untuk membangun

gedung salah satu persyaratannya misalnya adalah TOR dan RAB, namun

karena satker (K/L) belum menyampaikan maka alokasi dana pembangunan

gedung diblokir sebagian atau keseluruhan.

c. Akun yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan operasional (pemenuhan

kebutuhan minimum kantor)

144

Pagu dana untuk pelaksanaan kegiatan sehari-hari perkantoran diusahakan

tetap menggunakan jumlah pagu dana yang telah dialokasikan pada akun

bersangkutan. Apabila diberikan keleluasaan untuk melakukan pergeseran

untuk mengurangi alokasi dikhawatirkan akan menyebabkan kegiatan kantor

tidak berjalan dengan semestinya.

Daftar akun untuk belanja sehari-hari perkantoran (kondisi saat ini) namun

dapat disesuaikan baik jenis maupun jumlah akun dapat dikurangi atau

ditambah :

521111 : Belanja Keperluan Perkantoran 521112 : Belanja Barang Operasional Lainnya 521113 : Belanja untuk Menambah Daya Tahan Tubuh 521114 : Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat 521115 : Honor Terkait dengan Operasional Satuan Kerja 521119 : Belanja Barang Operasional Lainnya 522111 : Belanja Langganan Daya dan Jasa 522114 : Belanja Sewa 523111 : Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan Bangunan 523121 : Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin

Apabila dibutuhkan satker dapat mengajukan pergeseran antar belanja

operasional namun harus disampaikan perubahannya melalui KPPN untuk

seterusnya disampaikan kepada Kanwil DJPB untuk proses approval dalam

database SPAN. Pengajuan perubahan belanja operasional dapat dilakukan

bersamaan dengan pengajuan SPM sehingga satker tidak perlu

menyampaikan langsung kepada Kanwil DJPB karena perubahan 6 (enam)

digit sebenarnya merupakan kewenangan satker namun karena alokasi

belanja tersebut dicantumkan dalam Halaman Catatan DIPA yang harus

disesuaikan jika akan dirubah besaran alokasi masing-masing belanja.

2) Khusus untuk belanja pegawai alokasi yang telah disahkan tidak boleh

dikurangi namun dapat dilakukan penambahan terkait dengan penambahan

jumlah pegawai. Hal ini termauk untuk belanja honor, uang makan dan

tunjangan yang melekat pada gaji termasuk uang duka wafat, karena pada

suatu saat satker dapat menerima tambahan pegawai sehingga belanja yang

terkait dengan pegawai juga akan bertambah atau terjadi pegawai yang

145

meningggal dunia. Sedangkan untuk uang lembur sudah ditentukan tidak

boleh melebihi alokasi tahun 2010 sehingga harus dikunci tidak boleh

melewati pagu 2010.

Daftar akun untuk belanja pegawai : 511111 : Belanja Gaji Pokok PNS 511119 : Belanja Pembulatan Gaji PNS 511121 : Belanja Tunjangan Suami/Istri PNS 511122 : Belanja Tunjangan Anak PNS 511123 : Belanja Tunjangan Struktural PNS 511124 : Belanja Tunjangan Fungsional PNS 511125 : Belanja Tunjangan PPh PNS 511126 : Belanja Tunjangan Beras PNS 511129 : Belanja Uang Makan PNS 511147 : Belanja Tunjangan Lain lain Termasuk Uang Duka PN Dalam dan

Luar Negeri 511151 : Belanja Tunjangan Umum PNS 512211 : Belanja Uang Lembur

2. Catatan lainnya yang diperlukan

a. Catatan ini tidak terkait dengan jumlah alokasi pagu yang boleh digunakan

namun hanya untuk menjelaskan keperluan dalam pelaksanaan kegiatan.

Misalnya ada belanja modal yang dihibahkan untuk satker vertikal atau ada

belanja barang yang diterima oleh masyarakat. Sehingga catatan ini disesuaikan

dengan kebutuhan dan tidak menggunakan suatu konsep atau dasar

pertimbangan yang sudah ditentukan. Termasuk catatan untuk kegiatan yang

dilaksanakan dengan sumber dana PNBP terdapat catatan bahwa pencairan

dana yang bersumber PNBP dapat dibayarkan setelah dana disetorkan ke kas

negara.

b. Catatan untuk kegiatan (0003) Pelayanan Publik atau Birokrasi yang diikat

jumlah pagunya namun akun yang digunakan tidak dapat ditentukan seperti

pada kegiatan operasional perkantoran. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam

menentukan jumlah pagu pada akun untuk kegiatan (0003).

Penyesuaian Format Dokumen DIPA :

Halaman Surat Pengesahan (SP-DIPA) diusulkan sedikit penyesuaian antara lain

pencantuman kinerja kegiatan sesuai dengan konsep penganggaran yang baru

146

(PBK). Pencantuman kinerja menjadi komitmen bagi satker agar dalam

menggunakan alokasi dana yang diterima lebih terfokus pada pencapaian

target yang telah ditetapkan. Kepentingan DJPB dalam melakukan tugas

sebagai Bendahara Umum Negara tercantum dalam halaman SP-DIPA sesuai

dengan UU No. 1 Tahun 2004 Pasal 7 yaitu antara lain melakukan pembayaran

berdasarkan permintaan pejabat PA dapat dipenuhi.

Konsep format dokumen DIPA halaman IA diusulkan dibagi menjadi dua bagian

yaitu formulir 1 yang berisi informasi sasaran dan kinerja dari satker sedangkan

formulir 2 berisi informasi rincian sumber pendanaan. Usulan perubahan antara

lain penyesuaian item yang terkait dengan aspek penganggaran berbasis kinerja

147

dan penambahan indikator-indikator, prioritas nasional dan fokus prioritas

termasuk visi serta misi. Format DIPA yang diusulkan dapat dilihat pada di

bawah ini :

148

Usulan perubahan Halaman II DIPA yang saat ini menjadi formulir 3 yaitu

penambahan satu tabel yang berisi informasi target pendapatan/penerimaan

dalam satu tahun. Dasar pertimbangan terhadap usulan tersebut yaitu DIPA

diharapkan tidak hanya dititikberatkan sebagai dokumen yang memuat belanja

dari satker tetapi ke depannya juga memuat informasi rencana pendapatan

yang terdokumentasi dengan baik. Gambar usulan dapat dilihat di bawah :

Halaman III DIPA diusulkan untuk dirubah menjadi formulir 4 dengan

memisahkan rencana penarikan dana dan perkiraan pendapatan/penerimaan.

Perubahan tersebut dimaksudkan agar satker lebih terinci dalam

menyampaikan informasi terkait waktu pelaksanaan kegiatan. Data yang

dicantumkan dalam formulir 4 ini berasal dari formulir 3 yang dibagi dalam

periode waktu yang direncanakan. Gambar dapat dilihat dibawah :

149

Halaman IV DIPA diusulkan menjadi formulir 5, masih diperlukan disesuaikan

fungsinya antara lain untuk mencatat akun yang tidak boleh dikurangi

(mengikat/jika diperlukan) serta dana yang masih diblokir. Walaupun

fleksibilitas yang diberikan kepada satuan kerja/KPA dalam pelaksanaan

kegiatan namun perlu kepastian bahwa dana yang digunakan untuk kegiatan

tertentu terjamin kecukupannya. Apabila terjadi kelebihan dapat digunakan

namun dengan melakukan revisi. Gambar dapat dilihat di bawah :

150

BAB V

KONEKSITAS PENGEMBANGAN PROSES BISNIS DAN STRATEGI IMPLEMENTASI

MANAJEMEN DIPA KE DEPAN

Penyusunan sistem penganggaran yang terpadu berbasis teknologi informasi

(SPAN) membutuhkan kesiapan dari berbagai pihak. Persiapan perumusan kebijakan

dan strategi, perancangan, dan penyusunan proses bisnis yang terkait dengan

mekanisme penerimaan, pengeluaran, manajemen kas, pelaporan yang berbasis pada

akuntansi yang sehat membutuhkan dukungan penuh dari pihak-pihak terkait. Tanpa

adanya kerjasama baik dari internal Direktorat Transformasi Perbendaharaan sebagai

pelaksana kegiatan utama maupun dari pihak lain dalam memberikan masukan dan

saran maka rencana program yang telah disusun akan sulit dicapai.

A. Koneksitas Pengembangan Proses Bisnis MoSA

Manajemen DIPA tidak terlepas dari sisi proses bisnis perencanaan anggaran

(budget preparation) yang disusun oleh DJA seperti yang tercantum dalam dokumen

bidding SPAN. Proses penganganggaran merupakan serangkaian kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan oleh dua institusi Departemen Keuangan yang memiliki kewenangan

dan tanggung jawab yang berbeda. Di mulai dengan proses pembahasan rencana kerja

kementerian/lembaga disesuaikan dengan pagu dana dilaksanakan oleh DJA.

Selanjutnya dokumen yang dihasilkan (Perpres) dari proses perencanaan menjadi

bahan yang akan digunakan oleh DJPB sebagai dasar pengesahan DIPA yang

disampaikan oleh kementerian/lembaga. Secara alur pengembangan proses bisnis

MoSA dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Proses perencanaan yang telah dilaksanakan oleh DJA menghasilkan dokumen

Perpres tentang Rincian APBN yang selanjutnya disampaikan kepada Direktorat

Jenderal Perbendaharaan sebagai bahan pengesahan DIPA. Mekanisme

151

perencanaan anggaran saat ini dan konsep yang akan datang sebagai bahan

masukan bagi penyusunan proses bisnis MoSA.

2. Masukan dari the owner DIPA yaitu Direktorat Pelaksanaan Anggaran akan

digunakan sebagai acuan dalam mengkaji manajemen DIPA (MoSA). Berdasarkan

masukan baik DIPA saat ini maupun konsep DIPA yang akan datang dari Direktorat

PA serta mekanisme perencanaan anggaran dari DJA selanjutnya disusun kajian

MoSA oleh Bagian Transformasi Bisnis Internal Direktorat Transformasi

Perbendaharaan.

3. Setelah konsep penyempurnaan MoSA di susun maka dilakukan lagi pengayaan

yang diperoleh dari internal direktorat lingkup Direktorat Jenderal

Perbendaharaan maupun dari pihak eksternal yang pada saatnya akan terlibat

dalam pelaksanaan DIPA serta dari narasumber yang kompeten. Masukan dan

updating DIPA existing dari berbagai pihak akan diteliti kelebihan dan

kekurangannya serta kaitannya dengan landasan hukum yang berlaku. Penelitian

ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan dalam pelaksanaan dengan

peraturan khususnya paket Undang-undang Keuangan Negara.

4. Setelah dilakukan penelitian kemudian finalisasi dan kajian penerapan MoSA

dengan menerima berbagai usulan perubahan dari konsep semula. Setelah

pengkajian selesai maka Diretorat Transformasi Perbendaharaan menyusun

rekomendasi terhadap strategi dan implementasi DIPA yang akan datang.

5. Rekomendasi proses bisnis pelaksanaan DIPA yang akan datang disampaikan

kepada Direktorat PA untuk penyusunan aturan dan implementasi proses bisnis

yang baru.

B. Strategi Implementasi

Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai suatu organisasi harus menerapkan

strategi pelaksanaan yang efektif. Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan strategi

tersebut antara lain Birnbaum, B, (2009) :

1. Action Planning

2. Organization Structure

3. Human Resources

152

4. The Annual Business Plan

5. Monitoring and Control

6. Linkage

Terkait dengan penyempurnaan proses bisnis MoSA di masa mendatang perlu

langkah-langkah yang dilakukan sebagai strategi pelaksanaan yaitu :

1. Action Planning

Penyusunan proses bisnis MoSA yang baru tidak terlepas dari pertimbangan

rencana kegiatan yang rinci termasuk tahapan-tahapan pelaksanaan yang disusun

secara kronologis dengan membuat penambahan-penambahan yang mendetil

apabila diperlukan. Pada tahap sekarang yaitu penyusunan future state vision,

langkah-langkah yang dilakukan termasuk menyusun jadwal kegiatan. Dalam

penyusunan future state vision diperlukan sumber-sumber baik dari naskah

akademik maupun para pejabat/ahli yang berkompeten untuk dimintakan

masukan dalam penyusunan proses bisnis MoSA. Selajutnya adalah

menterjemahkan masukan-masukan tersebut dalam bentuk tertulis yaitu draft

naskah akademik MoSA.

Jadwal Pengembangan Proses Bisnis MoSA :

Perlu penyesuaian pelaksanaan SPAN terkait dengan ruang lingkup inti proses

bisnis/modul MoSA. Pengkajian MoSA sampai dengan penyusunan peraturan dan

implementasi proses bisnis baru dengan berbagai bahan/sumber yang diperoleh

dari berbagai pihak perlu dilakukan penyesuaian antara time line dan road map di

LINKAGE

STRATEG

Y

1 2 3 4 5

153

dalam lingkup pengembangan SPAN. Sesuai dengan rencana pelaksanaan SPAN

maka dibuat jadwal pengembangan proses bisnis MoSA pada tahun 2010 sebagai

berikut :

Dalam rencana penyusunan proses bisnis MoSA yang baru kegiatan yang akan

dilaksanakan antara lain berupa workshop, site visit, konsinyering serta apabila

naskah rekomendasi proses bisnis MoSA sudah disusun dan disetujui akan

dilakukan sosialisasi. Kegiatan yang penting dalam penyempurnaan proses bisnis

MoSA diperkirakan berlangsung pada bulan September sampai akhir tahun 2010.

Dengan rencana yang akan dilaksanakan tersebut diharapkan dapat sesuai dengan

target penyelesaian yang terdapat pada time line dan mendukung road map SPAN

secara menyeluruh. Tahapan-tahapan dalam jadwal kegiatan proses bisnis MoSA

direncakan antara lain:

a. Bulan Januari sampai dengan Maret 2010 akan dilakukan perumusan future

vision MoSA dan penjelasan secara mendetail bisnis proses dengan output

diharapkan adalah draft future definition MoSA.

154

b. Bulan April sampai dengan Juni 2010 akan dilaksanakan revisi dan

penyempurnaan future definition MoSA dengan output penyusunan

perbaikan draft proses bisnis

c. Bulan Juli sampai September 2010 akan dilakukan uji coba aplikasi

d. Bulan Oktober sampai Desember 2010 direncanakan melakukan piloting di

Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan serta

review untuk penyempurnaan.

2. Organization Structure

Setelah draft MoSA di masa mendatang disusun akan dimungkinkan terjadinya

perubahan dalam struktur organisasi khususnya tugas dan fungsi unit Direktorat

Jenderal Perbendaharaan yang saat ini dilaksanakan oleh Direktorat Pelaksanaan

Anggaran. Dengan SPAN maka proses penyusunan dokumen DIPA menjadi

semakin sederhana dengan data base yang sama sehingga akan merubah pola

penelaahan konsep DIPA dari satuan kerja. Semakin ringkasnya proses penelaahan

konsep DIPA dapat diantisipasi dengan fokus pada monitoring dan bimbingan

pelaksanaan kegiatan satker demikian juga dalam pencairan dana.

3. Human Resources

Penerapan suatu ide baru harus mempertimbangkan faktor sumber daya manusia

termasuk MoSA di masa mendatang agar penerapannya dapat berjalan sesuai

rencana. Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah gagasan yang baru

membutuhkan analisis manajemen komunikasi yang dibutuhkan. Sumber daya

manusia harus memahami langkah-langkah strategi dalam pengembangan

kegiatan yang akan diterapkan. Terkait dengan hal ini setiap SDM yang terlibat

harus diberikan penjelasan mulai dari ide/konsep sampai rencana implementasi.

Cara yang efektif adalah dilakukannya rapat, workshop dan site visit untuk

mengenalkan dan menerima masukan terhadap ide-ide baru.

Faktor terkait SDM kedua adalah kebutuhan SDM bagi pelaksanaan MoSA baru

harus dipertimbangkan karena penerapan SPAN dapat berdampak jumlah pegawai

yang terlibat dalam pelaksanaannya. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah

155

bagaimana para pegawai yang terlibat dapat mengembangkan ide-ide awal

dengan memberikan waktu untuk menambah pengalaman, melakukan pelatihan-

pelatihan maupun menggunakan pegawai baru yang dapat melaksanakannya.

4. The Annual Business Plan

Terkait dengan pelaksanaan MoSA perlu dipertimbangkan penyediaan dana yang

diperlukan untuk operasionalisasi sistem yang terintegrasi. Dukungan sarana dan

prasarana yang memadai memerlukan pendanaan yang cukup besar. Apabila dana

yang disediakan tidak mencukupi maka sebaik apapun strategi yang diterapkan

dalam pengembangan MoSA di masa mendatang tidak akan berjalan dengan baik

dan bahkan mungkin akan berhenti di tengah jalan.

5. Monitoring and Control

Monitoring dan kontrol perencanaan yang dilaksanakan tersebut menggunakan

penilaian yang periodik untuk melihat apakah strategi yang digunakan telah

berjalan sesuai rencana. Hal tersebut juga termasuk pertimbangan pilihan-pilihan

untuk mendapatkan suatu strategi agar pelaksanaan yang tidak sesuai dapat

dikembalikan pada jalurnya. Pilihan-pilihan ini termasuk perubahan jadwal,

perubahan taktik dalam langkah-langkah pelaksanaan, perubahan strategi atau

perubahan dalam tujuan (hal terakhir).

6. Linkage

Banyak organisasi yang sukses membangun kelima faktor pendukung di atas.

Mereka membangun rencana tindak, mempertimbangkan struktur organisasi,

mendekatkan dengan kebutuhan yang diperlukan SDM, pendanaan rencana

strategis melalui rencana bisnis tahunan dan mengembangkan rencana untuk

memonitor dan kontrol strategi dan taktik mereka. Namun dapat juga terjadi

kegagalan dengan alasan yang paling sering terjadi adalah kesenjangan

keterkaitan dari masing-masing faktor pendukung untuk meyakinkan bahwa

semua sumber-sumber organisasi adalah “rowing in the same direction”. Tidak

cukup untuk mengatur satu, dua, atau beberapa faktor pendukung strategi. Agar

156

penerapan strategi tersebut sukses, organisasi harus mengatur semuanya. Dan

harus diyakinkan bahwa kita telah mengaitkan/menghubungkan mereka bersama.

Strategi yang diperlukan untuk “linkage/hubungan” baik vertikal dan horisontal.

Hubungan vertikal dalam pengembangan MoSA adalah membangun koordinasi

dan dukungan antara rencana yang disusun dengan pelaksanaan dibawahnya.

Dalam hal ini penyusunan proses bisnis MoSA yang baru harus merupakan

aktivitas yang torkoordinir antara Kantor Pusat DJPB sebagai perencana dengan

unit eselon dibawahnya yang akan melaksanakan. Tanpa koordinasi maka tanpa

pengendalian terhadap tujuan yang akan dicapai akan mengalami kesulitan.

Hubungan horisontal antar unit yang terkait dengan manajemen DIPA akan

berpengaruh terhadap hasil pelaksanaan proses bisnis MoSA yang baru. Kerjasama

dan koordinasi antar unit antara lain karena dalam satu hal terkait dengan

beberapa tugas yang saling terkait dilaksanakan oleh unit-unit yang berbeda.

Sebagai contoh dalam rencana penggunaan dana halaman III DIPA akan terlibat

Direktorat Pelaksanaan Anggaran dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara. Tanpa

koordinasi dan kerjasama yang harmonis maka masing-masing unit akan

mengedepankan tugas masing-masing tanpa melihat keterkaitan dengan tugas

dari unit lainnya.

157

BAB VI

PENUTUP

Manajemen pelaksanaan anggaran merupakan bagian dari sistem dalam SPAN

yang memberikan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan oleh Pengguna/Kuasa

Pengguna Anggaran agar alokasi dana yang tertuang dalam DIPA dapat digunakan

sebaik mungkin. Tujuan dari penyusunan draft modul manajemen DIPA salah

satunya yaitu semakin fleksibel pelaksanaan kegiatan dari sisi satuan kerja dan dari

sisi Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah dapat menyediakan kebutuhan

dana yang diperlukan satuan kerja dengan sebaik-baiknya. Salah satu tujuan

pengembangan sistem SPAN adalah semakin mempermudah proses penganggaran

yang dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan. Dalam sistem SPAN

proses penyusunan dokumen pelaksanaan anggaran akan semakin terintegrasi

sehingga meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan negara.

Draft modul Manajemen DIPA/MoSA masih merupakan usulan yang harus

diberikan masukan dari berbagai pihak untuk memperbaiki dan menyempurnakan

materi dalam modul dimaksud sehingga diharapkan dapat menjadi bahan

pembahasan di tingkat yang lebih tinggi serta dapat memenuhi keinginan bersama

untuk memperbaiki pelaksanaan pengelolaan keuangan negara.

158

DAFTAR PUSTAKA

Allen, Richard dan Tommasi, Daniel, 2001, Managing Public Expenditure: A Reference

Book for Transition Countries, OECD

Allen, Richard, Schiavo-Campo, Salvatore dan Columkill Garity, Thomas, 2004,

Assessing and Reforming Public Financial Management “A New Approach”, IBRD,

The World Bank

Birnbaum, Bill, 2009, Strategy Implementation: Six Supporting Factors (Bimbaum

Associates, http://www.birnbaumassociates.com/strategy-implementation.htm

Edgardo Campos, Jose and Pradhan, Sanjay, 1997, Evaluating Public Expenditure

Management Systems ‘An Experimental Methodology with an Application to the

Australia and New Zealand Reforms’, Journal of Policy Analysis and Management

European Commission, 2008, European Union Public Finance, 4th Edition

Hashim, Ali dan Allan, Bill, 2001, Treasury Reference Model, The World Bank

HM Treasury, 2010, Public Expenditure Planning and Control in the UK : Spending

Review, www.hm-treasury.gov.uk

Lienert, Ian, 2003, A Comparison Between Two Public Expenditure Management

Systems in Africa, IMF Working Paper

M. Kim, John, 2009, Budget Execution ‘Performance Budgeting and Fiscal

Transparency’, Korea Institute of Public Finance

Moulin, Laurent, 2004, Expenditure Rules à la franҫ aise : An Assessment after Five

Years, ECFIN Country Focus, Volume 1, Issue 5, European Commission

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 119/PMK.02/2009 tentang

Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2010

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.05/2009 tentang

Perencanaan Kas

159

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 27/PMK.05/2010 tentang

Penyusunan dan Pelaksanaan DIPA Luncuran PNPM Mandiri TA 2009 sebagai ABT

Tahun 2010

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 28/PMK.05/2010 tentang

Sistem Akuntansi dan Pelaporan Penerusan Pinjaman

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 56/PMK.02/2010 tentang Tata

Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 69/PMK.02/2010 tentang Tata

Cara Revisi Anggaran

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 104/PMK.02/2010 tentang

Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL Tahun Anggaran 2011

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 126/PMK.07/2010 tentang

Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 180/PMK.02/2010 tentang

Perubahan atas PMK No. 69 tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2010

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 187/PMK.02/2010 tentang

Pengalihan Bagian Anggaran BUN ke Bagian Anggaran K/L

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192/PMK.05/2010 tentang

Petunjuk Penyusunan dan Pengesahan DIPA Tahun Anggaran 2011

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 193/PMK.02/2010 tentang

Perubahan atas PMK No. 104 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan

RKAKL Tahun Anggaran 2011

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 194/PMK.05/2010 tentang

Penyusunan dan Pelaksanaan DIPA Luncuran Penerusan Pinjaman Tahun Anggaran

2010 sebagai Tambahan Anggaran Tahuan Anggaran 2011

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum

160

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan

Uang Negara/Daerah

Premchand, A, 1993, Public Expenditure Management, International Monetary Fund

Probst, Alan, 2010, Performance Measurement & Performance Based Budgeting (PBB),

Financial Management Series No.8, University of Wisconsin-Extension

Shah, Anwar, 2007, Budgeting and Budgetary Institutions’ Public Sector Governance

and Accountability Series’, IBRD, The World Bank

Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-02/PB/2006 tentang

Penyampaian Rencana Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Forecasting)

Instansi / Satuan Kerja Pemerintah Pusat / Daerah

The International Banking for Reconstruction and Development, 1998, Public

Expenditure Management Handbook, The World Bank

Thompson, Fred dan Zumeta William, 1981, Control and Controls: A Reexamination of

Control Patterns in Budget Execution, Policy Science 13, 25-50, Elsevier Scientific

Publishing Company, Amsterdam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

KPMK, Departemen Keuangan RI

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara

Wildawsky, Aaron, 1975, Budgeting: A Comparative Theory of Budgetary Processes,

Little-Brown, Boston

161

LAMPIRAN

PENJELASAN PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA

RINCIAN PENJELASAN PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA

PENERBITAN DIPA

Process ID B.1.a

Process Name Penerbitan SP DIPA Biasa

Objective Proses penelahan dan pengesahan DIPA

Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,

Output Process Penelaahan dan Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB dan

Kantor Wilayah DJPB

Major Data

Input

UU APBN, Perpres Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

(RABPP)/Alokasi APBN, Konsep DIPA K/L

Major Data

Output

DIPA biasa/ DIPA Tahunan K/L

Department/Key

User

DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN dan Satker.

Controls Deadlines :

1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar

Legal Basis :

1 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3 UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4 UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5 PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum

6 PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7 Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran

Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010

162

8 PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

9 PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan

Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan

Kemiskinan

10 PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

11 PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan

dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian

Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011

12 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang Tata

Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009

Frekuensi Tahunan

SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran

SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB

Process

Description and

Special Rules

1. Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP)

selesai maka DJA mengirimkan Perpres Rincian Alokasi APBN

ke MoSA (Manajemen of Spending Authority)/Manajemen

DIPA pada DJPB.

2. Pada DIPA Kantor Pusat (KP) yang berlokasi di Jakarta akan

dilakukan penelaahan di Direktorat PA, sedangkan untuk DIPA

yang lainnya akan dilakukan penelaahan pada Kantor Wilayah

DJPB.

3. Satker menyampaikan Konsep DIPA (kepada Direktorat PA

untuk DIPA Pusat dan ke Kanwil DJPB untuk DIPA lainnya)

maka dilakukan Penelaahan “konsep” DIPA satker. Penelaahan

163

tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker

dengan Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan,

penelaahan, pengesahan dan revisi DIPA. Setelah semua sesuai

maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat dan

Kanwil DJPB a.n Menkeu mengesahkan DIPA selain Kantor

Pusat K/L yang berlokasi di Jakarta.

4. Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak

sesuai dengan berbagai kriteria diatas maka Direktorat

Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil DJPB akan menerbitkan

surat pengembalian konsep DIPA untuk segera diperbaiki oleh

satker untuk ditelaah kembali. Namun Ditjen Perbendaharaan

juga dapat melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan

kewenangan yang diberikan seperti dalam hal koreksi

administratif antara lain kode kantor bayar, kode kewenangan

penyesuaian dengan kaidah akuntansi.

Rincian Proses :

a. (ASUMSI PERPRES DI DJA) Setelah DJA menetapkan Perpres

dan diinput dalam hyperion kemudian data tersebut disampaikan

ke ERP (Oracle) sebagai database dari DJPB. Data di ERP

(Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi Perekaman Subdit

Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal appropriation.

Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit Dabantek

dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala Subdit

Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA juga mengirimkan

hardcopy Perpres sebagai dokumen formal untuk dasar

penerbitan SP DIPA.

b. Setelah itu data secara otomatis diterima oleh pelaksana Subdit

Teknis/Bidang PA Kanwil DJPB masing-masing serta dilakukan

persiapan penelaahan dengan membuat dan menyampaikan

pemberitahuan jadwal penelaahan bersama dengan petugas dari

K/L. Sedangkan untuk penelaahan di Kanwil DJPB, setelah

dilakukan posting untuk jurnal appropriation maka Direktur PA

164

membuat cover letter Perpres Rincian Alokasi APBN sebagai

dasar formal penelaahan DIPA.

c. Hardcopy Perpres diterima Subdit Dabantek PA untuk dilakukan

pemilahan masing-masing BA dan K/L. Pelaksana Subdit

Dabantek (Bagian Perekaman Data) juga melakukan pencocokan

data antara hardcopy dan database untuk memastikan bahwa

kedua data tidak berbeda (diusulkan alternative lain yaitu tidak

diperlukan pencocokan antara hardcopy dan database dengan

asumsi hardcopy hasil cetakan dari database). Apabila terjadi

data yang berbeda maka akan disampaikan pemberitahuan

kepada DJA untuk mendapatkan kepastian data yang benar.

Setelah data antara hardcopy dan softcopy dinyatakan sama akan

disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Dabantek untuk

dilakukan disposisi dan diteruskan kepada Subdit Teknis Dit PA

jika pembahasan di kantor pusat dan diteruskan kepada Kanwil

DJPB untuk DIPA selain kantor pusat K/L di Jakarta melalui

Subdit Teknis Dit PA.

d. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat

digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan

jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit

Teknis/Bidang PA Kanwil dengan terlebih dahulu melakukan

pengecekan pagu per satker dan selanjutnya disampaikan kepada

Kepala Subdit/Bidang PA untuk diteruskan kepada Direktur

PA/Kepala Kanwil DJPB untuk diparaf/ditandatangani.

e. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut dengan

jadwal penelaahan maka satker yang diwakili oleh pejabat

eselon III beserta staf melaksanakan penelaahan. Dokumen

sumber yang digunakan berdasarkan data Perpres dengan

menggunakan peraturan yang berlaku (Permenkeu) untuk

menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.

f. Pelaksanaan penelaahan bersama pejabat eselon III dan IV serta

staf Dit PA. Pejabat eselon III baik dari K/L maupun DJPB pada

165

umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan

sekilas kemudian untuk penelaahan yang bersifat teknis akan

dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masing-masing staf.

g. Satker memberikan data dan hardcopy konsep DIPA yang

dicetak dari aplikasi satker. Data tersebut diupload dalam

database ERP. Dari data yang disampaikan oleh satker maka

akan diketahui dalam database ERP komponen apa saja yang

tidak sesuai (validasi). Apabila terjadi perbedaan maka data

konsep DIPA yang digunakan diambil dari ERP oleh pelaksana

Subdit Teknis Dit PA. Setelah proses upload selesai maka data

tersebut diteruskan kepada Kepala Seksi dan Kepala Subdit

Teknis untuk dilakukan approval. (Dokumen konsep DIPA

dikembalikan untuk diperbaiki oleh Satker).

h. Dokumen DIPA hasil penelaahan diterbitkan Surat

Pengesahannya untuk diparaf oleh Kepala Seksi Dit

Teknis/Bidang PA Kanwil DJPB dan diteruskan kepada

Kasubdit/Kabid PA untuk diparaf dan selanjutnya

ditandatangani oleh Dirjen Perbendaharaan/Kepala Kanwil

DJPB.

i. Hasil penelaahan dalam database ERP dibuat posting untuk

jurnal allotment oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA/Bidang

PA Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksi dan Kasubdit

Teknis / Kabid PA Kanwil DJPB.

Proses aplikasi jika ada blokir (alternatif selain menggunakan

budget code) :

Blokir dari DJA

1. Pada saat data hyperion diinterface ke database ERP maka

sudah ada pemisahan antara alokasi yang dapat digunakan

dan yang masih diblokir. Alokasi yang diblokir akan

menggunakan data tersendiri namun bukan menggunakan

budget code yang berbeda.

166

2. Pelaksana Seksi Perekaman Data Subdit Dabantek membuat

posting jurnal appropriation atas data alokasi yang langsung

dapat digunakan dan jurnal blocking untuk alokasi yang

masih diblokir.

3. Proses berikutnya pengesahan DIPA (hardcopy).

Blokir oleh DJPB

1. Pelaksana Seksi Teknis Subdit PA/Kanwil DJPB menerima

notifikasi dari Dabantek bahwa alokasi untuk satker tertentu

sudah dibuat jurnal appropriation sehingga sudah dapat

dilakukan proses penelaahan.

2. Berdasarkan hasil penelaahan bersama dengan satker maka

apabila terdapat alokasi yang diblokir oleh DJPB akan dibuat

jurnal blocking.

3. Setelah selesai penelaahan pelaksana subdit Dabantek/Bagian

Umum Kanwil DJPB melakukan posting jurnal allotment

untuk alokasi yang dapat digunakan dan jurnal blocking

untuk alokasi yang diblokir.

4. Jurnal blocking mempunyai fungsi yang mirip dengan

encumbrance untuk alokasi yang kegiatannya dilaksanakan

secara kontraktual.

5. Proses selanjutnya pengesahan DIPA (hardcopy).

Process ID B.1.b

Process Name Penerbitan DIPA Sementara

Objective Pengesahan DIPA Sementara

Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA

Output Process Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB dan Kantor Wilayah

167

DJPB

Major Data

Input

UU APBN, Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP)

Major Data

Output

DIPA biasa/ DIPA Tahunan K/L

Department/Key

User

DJA, Dit PA DJPBN, Kanwil DJPBN, dan KPPN

Controls Deadlines :

1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran

Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010

8. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan

dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian

Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011

168

11. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan

Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan

Kemiskinan

Frequency Tahunan

SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran

SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB

Process

Description and

Special Rules

1. DJA mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/Kanwil

Ditjen PB (hard copy) termasuk database yang langsung

diterima DJPB sehingga mendahului hardcopynya.

2. Proses penerbitan SP DIPA Sementara tidak dilakukan melalui

proses penelaahan karena satker K/L belum menyampaikan

“konsep” DIPA sampai batas waktu yang telah ditentukan

sehingga DJPB mengambil langkah antisipasi agar pelaksanaan

kegiatan khususnya operasional dan pembayaran belanja

pegawai tidak terlambat.

3. Pada DIPA Kantor Pusat (KP) yang berlokasi di Jakarta akan

dilakukan penerbitan SP DIPA di Direktorat PA, sedangkan

untuk DIPA lainnya akan dilakukan pengesahan pada Kantor

Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil DJPB).

4. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi

Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal

appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman Subdit

Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada Kepala

Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang).

5. Dengan terbentuknya jurnal appropriation maka data sudah

dapat digunakan sebagai dasar penerbitan SP DIPA Sementara.

Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis masing-

masing untuk dilakukan persiapan penerbitan SP DIPA dengan

membuat DIPA secara langsung yang ditandatangani oleh

Direktur PA untuk DIPA Kantor Pusat dan Kabid PA di Kanwil

169

DJPB.

6. Pelaksana Subdit Teknis Dit PA/Bidang PA Kanwil DJPB

terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu per satker.

Kemudian dilakukan pemblokiran alokasi belanja terkecuali

untuk belanja pegawai dan operasional sehari-hari perkantoran.

Selanjutnya disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala

Subdit untuk dilakukan approval serta diteruskan kepada

Direktur PA untuk ditandatangani pada hardcopy DIPA

Sementara.

7. Langkah berikutnya Direktur PA akan melihat alokasi pagu

masing-masing satker dan apabila telah sesuai maka

disampaikan konsep SP DIPA satker yang telah ditandatangani

tersebut atas nama Dirjen Perbendaharaan. Konsep SP DIPA

Sementara yang telah ditandatangani diteruskan kepada Dirjen

Perbendaharaan untuk dilakukan penandatanganan SP DIPA.

8. Kemudian pelaksana subdit Teknis Dit PA / Bidang PA Kanwil

DJPB akan melakukan posting jurnal allotment dan diapprove

oleh Kepala Seksi dan Kepala Subdit Teknis Dit PA / Bidang

PA Kanwil DJPB.

9. Selanjutnya oleh Subdit Dabantek DIPA yang sudah

ditandatangani oleh Direktur PA disampaikan ke Dirjen

Perbendaharaan untuk penandatanganan SP DIPA Sementara.

10. SP DIPA Sementara yang telah diterbitkan tersebut menjadi

dasar pencairan dana pada kegiatan yang sudah dapat

direncanakan namun hanya belanja pegawai dan kebutuhan

sehari-hari perkantoran (kegiatan lain diblokir).

11. Langkah selanjutnya DIPA sementara tersebut dikirim ke KPPN

dan satker sebagai dasar pelaksanaan pembayaran.

Process ID B.1.c

170

Process Name Penerbitan SP DIPAVote An Account

Objective Pengesahan DIPAVote An Account

Input Process Konsep Mekanisme Penelaahan dan Pengesahaan DIPA

Output Process Pengesahan DIPA

Major Data

Input

RKA-KL

Major Data

Output

DIPA VoA

Department/Key

User

DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, dan KPPN

Controls Deadlines :

1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum

5. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

6. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan

Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan

Kemiskinan

7. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan

dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian

Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011

Frequency Apabila DPR/legislatif tidak mengesahkan APBN sampai batas

waktu yang ditentukan

SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran

Process

Description and

Special Rules

1. Penyampaian data kertas kerja RKA-KL menggunakan pagu

sementara dari modul Budget Preparation di hyperion

171

kemudian ditransfer ke Manajemen DIPA di ERP. Bahan

pertimbangan dalam penyusunan kertas kerja RKA-KL adalah

alokasi yang digunakan maksimal sebesar alokasi tahun

sebelumnya.

2. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi

Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal

appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman

Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada

Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang).

3. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis

masing-masing untuk dilakukan persiapan pencetakan DIPA

VoA. Sedangkan untuk proses di Kanwil DJPB setelah

dilakukan posting untuk jurnal appropriation oleh Subdit

Dabantek Dit PA, maka Direktur PA menandatangani cover

letter untuk dikirimkan ke masing-masing Kanwil sehingga

data yang diterima dapat diproses.

4. Penerbitan DIPA VoA menggunakan mekanisme yang hampir

sama dengan penerbitan SP DIPA Sementara yaitu satker tidak

perlu melakukan penelaahan dengan DJPB karena pagu yang

digunakan masih belum final. Apabila pagu final sudah

ditetapkan dengan Perpres Rincian Alokais APBN maka akan

dilakukan revisi DIPA VoA yang dilaksanakan dengan

penelaahan bersama antara satker dan DJPB.

5. Hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya

dikumpulkan oleh Pelaksana Subdit Teknis PA untuk dilakukan

pemilahan masing-masing BA dan K/L. Pelaksana Subdit

Teknis Dit PA melakukan pencocokan alokasi pagu per satker

antara hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun

sebelumnya dan hasil cetakan kertas kerja RKA-KL dari

database yang sudah dalam bentuk konsep DIPA untuk

memastikan bahwa alokasi pada konsep DIPA tidak melebihi

alokasi yang tercantum dalam Perpres Rincian APBN. Apabila

172

terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan

pemberitahuan kepada DJA untuk dilakukan penyesuaian data

sesuai dengan Perpes Rincian Alokasi APBN tahun

sebelumnya.

6. Setelah data antara kertas kerja RKA-KL disesuaikan dengan

Perpres oleh DJA maka akan disampaikan kembali ke DJPB

dan ditransfer ke dalam database ERP.

7. Demikian data kertas kerja RKA-KL sudah didalam ERP maka

oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA akan dilakukan

pemblokiran terhadap belanja pada kegiatan di luar keperluan

belanja pegawai dan operasional. Data yang sudah diinput oleh

pelaksana akan diteruskan kepada Kepala Seksi dan Kasubdit

Teknis Dit PA untuk dilakukan approval.

8. Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kasubdit

Teknis maka konsep DIPA dicetak dan diparaf untuk diteruskan

kepada Direktur PA. Direktur PA melakukan pengecekan pagu

per satker pada database, apabila tidak sesuai dikembalikan

kepada Subdit masing-masing untuk diperbaiki. Apabila sudah

sesuai maka DIPA akan ditandatangani oleh Direktur PA dan

disampaikan kepada Subdit Dabantek untuk dibuat jurnal

allotment oleh pelaksana yang diapprove Kepala Seksi dan

Kepala Subdit Teknis PA / Bidang PA Kanwil DJPB.

9. Subdit Dabantek / Bidang Umum Kanwil DJPB kemudian

mengirimkan DIPA VoA untuk penandatanganan SP oleh

Dirjen Perbendaharaan / Kepala Kanwil DJPB.

10. Kemudian Dit PA/Kanwil DJPB mengirimkan DIPA tersebut

kepada satker dan KPPN setempat.

Process ID B.1.d

Process Name Penerbitan DIPA BUN yang Dikelola Kementerian Keuangan

Objective Proses penelahan dan pengesahan DIPA

173

Input Process Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,

Output Process Penelaahan dan Pengesahan DIPA pada kantor Pusat DJPB

Major Data

Input

UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA BUN

Major Data

Output

DIPA BUN

Department/Key

User

DJA, Dit PA DJPB, KPPN dan Satker.

Controls Deadlines :

1 hari setelah seluruh dokumen kelengkapan diterima dan benar

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

Frekuensi Tahunan

SOP Reference SOP Direktorat Pelaksanaan Anggaran

SOP Bidang Pelaksanaan Anggaran Kanwil DJPB

Process

Description and

1. Setelah proses penganggaran dari Budget Preparation (BP)

174

Special Rules selesai maka DJA mengirimkan Perpres Rincian Alokasi APBN

di hyperion ke database MoSA (Manajemen of Spending

Authority)/Manajemen DIPA dalam sistem ERP pada Ditjen

Perbendaharaan. Apabila belum memungkinkan diterbitkannya

Perpres maka dalam proses pengesahan dokumen DIPA BUN

khususnya untuk dana transfer dapat menggunakan Permenkeu

yang saat ini diterbitkan oleh DJPK.

2. Berdasarkan perpres tersebut akan dilakukan penelaahan sesuai

dengan peraturan yang berlaku untuk menerbitkan DIPA BUN.

Karena dalam menyusun konsep DIPA BUN sudah

menggunakan aplikasi dan data dari ERP maka penelaahan yang

dilakukan sedikit berbeda dari yang dilaksanakan untuk DIPA

K/L biasa yang menggunakan aplikasi satker. Hal ini disebabkan

karena dalam aplikasi ERP data yang digunakan adalah sama

sehingga kemungkinan perubahan data sangat kecil.

3. Khusus untuk penyusunan dokumen DIPA BA BUN lingkup

Kementerian Keuangan, tiap PA/KPA diberikan akses untuk

menggunakan aplikasi ERP sehingga mulai dari penyusunan

konsep DIPA sampai perbaikan data dilakukan di ERP bukan

menggunakan aplikasi satker.

4. Terdapat dua perbedaan mendasar dalam penerbitan SP DIPA

BUN yaitu DIPA BUN yang disusun dengan mekanisme yang

sama pada DIPA K/L biasa dan DIPA BUN yang karena sifat

alokasi dananya masih belum memiliki rincian sehingga proses

penerbitan SP DIPAnya menunggu rincian tersebut.

5. DIPA BUN (selain DIPA Dana Transfer) yang memiliki

mekanisme sama dengan DIPA K/L biasa sebagai berikut :

a. (ASUMSI PERPRES DI DJA) Setelah DJA menetapkan

Perpres dan diinput dalam hyperion kemudian data tersebut

disampaikan ke ERP (Oracle) sebagai database dari DJPB.

Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi

Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal

175

appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman

Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada

Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA

juga mengirimkan hardcopy Perpres sebagai dokumen formal

untuk dasar penerbitan SP DIPA.

b. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis

masing-masing untuk dilakukan persiapan penelaahan dengan

membuat dan menyampaikan pemberitahuan jadwal

penelaahan bersama dengan pejabat/petugas dari unit

pengelola DIPA BUN.

c. Hardcopy Perpres diterima Subdit Dabantek PA untuk

dilakukan pemilahan masing-masing unit eselon I pengelola

BUN. Pelaksana Subdit Dabantek (Bagian Perekaman Data)

juga melakukan pencocokan data antara hardcopy dan

database untuk memastikan bahwa kedua data tidak berbeda.

Apabila terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan

pemberitahuan kepada DJA untuk mendapatkan kepastian

data yang benar. Setelah data antara hardcopy dan softcopy

dinyatakan sama akan disampaikan kepada Kepala Seksi dan

Kasubdit Dabantek untuk dilakukan disposisi dan diteruskan

kepada Subdit Teknis Dit PA.

d. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat

digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan

jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit

Teknis dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu

per satker dan selanjutnya disampaikan kepada Kepala Subdit

untuk diteruskan kepada Direktur PA untuk ditandatangani.

e. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut

dengan jadwal penelaahan maka unit pengelola BUN yang

diwakili oleh pejabat eselon III beserta staf melaksanakan

penelaahan. Dokumen sumber yang digunakan berdasarkan

data Perpres dengan menggunakan peraturan yang berlaku

176

(Permenkeu) untuk menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.

f. Pelaksanaan penelaahan dilakukan oleh staf dan pejabat

eselon III dan IV unit pengelola BUN serta pejabat dan staf

Dit PA. Pejabat eselon III baik dari unit pengelola BUN

maupun DJPB pada umumnya hadir untuk acara pendahuluan

yaitu pemaparan sekilas, kemudian pada saat proses

penelaahan yang bersifat teknis akan dilakukan oleh pejabat

eselon IV beserta masing-masing staf.

g. Pada saat penelaahan unit pengelola BUN/Satker

menyampaikan Konsep DIPA kepada Direktorat PA maka

dilakukan Penelaahan “konsep” DIPA satker (lebih bersifat

konfirmasi). Penelaahan tersebut untuk melihat kesesuaian

konsep DIPA dengan tugas DJPB sebagai Kuasa BUN antara

lain penentuan kode KPPN. Setelah semua sesuai maka

Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA BUN a.n

Menkeu.

h. Proses yang dilakukan unit pengelola BUN yaitu

menggunakan data di ERP untuk dilakukan penyesuaian dan

kemudian dicetak konsep DIPA BUN.

- Setelah data Kertas Kerja RKA-KL BA-BUN ditelaah di

DJA dan mendapat persetujuan dari DPR ditetapkan

dalam Perpres Rincian APBN maka pelaksana Teknis di

satker BUN mentransfer data Kertas Kerja dari aplikasi

satker ke dalam format DIPA dalam aplikasi ERP

(asumsi satker BUN tidak mendapat aplikasi hyperion).

- Kertas kerja tersebut akan dilakukan approval oleh

Kepala Seksi dan Kepala Subdit dan dicetak hardcopy

“konsep” DIPA.

- Hardcopy „konsep” DIPA disampaikan kepada Direktur

untuk diparaf dan ditandatangani an PA/KPA BUN

bersangkutan.

177

- Setelah jadwal penelaahan diterima dari Dit PA DJPB

maka staf dan pejabat eselon IV dan III satker BUN

menyampaikan hardcopy “konsep” DIPA untuk proses

“penelaahan” bersama staf dan pejabat Dit PA (eselon III

dan IV).

6. DIPA BUN khusus Dana Transfer Dana Bagi Hasil penetapan

SP DIPAnya sebagai berikut :

a. ASUMSI PERPRES OLEH DJA. Setelah UU APBN

disahkan maka alokasi masih belum dirinci sehingga perlu

ditetapkan dalam dokumen sebagai penjabaran APBN yaitu

Perpres Rincian Alokasi APBN atau Permenkeu.

b. Asumsi bahwa semua rincian alokasi APBN menggunakan

Perpres yang ditetapkan melalui DJA maka setelah data

rincian diperoleh (dilakukan dalam mekanisme budget

preparation) akan dimasukkan ke database hyperion dan

selanjutnya akan terhubung dengan database ERP di DJPB

dan DJPK karena unit pengelola BUN di Kemenkeu

diberikan akses terhadap ERP.

c. Data rincian baru alokasi DBH per daerah penerima

diperoleh setelah tahun anggaran baru berjalan sehingga

DIPA DBH disahkan paling cepat bulan Februari. Hal ini

merupakan salah satu perbedaan mendasar dalam proses

pengesahan DIPA DBH dengan DIPA lainnya.

d. Proses selanjutnya dalam penelaahan sama dengan DIPA K/L

lainnya yang dilakukan di Kantor Pusat DJPB (Dit PA).

e. Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi

Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting jurnal

appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi Perekaman

Subdit Dabantek dilakukan approval dan diteruskan kepada

Kepala Subdit Dabantek untuk approval (berjenjang). DJA

juga mengirimkan hardcopy Perpres sebagai dokumen formal

178

untuk dasar penerbitan SP DIPA.

f. Proses yang dilakukan DJPK yaitu menggunakan data di ERP

untuk dilakukan penyesuaian dan kemudian dicetak konsep

DIPA DBH.

g. Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis

masing-masing untuk dilakukan persiapan penelaahan dengan

membuat dan menyampaikan pemberitahuan jadwal

penelaahan bersama dengan pejabat/petugas dari unit

pengelola DIPA BUN.

h. Hardcopy Perpres/Permenkeu diterima Subdit Dabantek PA

untuk dilakukan pemilahan masing-masing unit eselon I

pengelola BUN. Pelaksana Subdit Dabantek (Bagian

Perekaman Data) juga melakukan pencocokan data antara

hardcopy dan database untuk memastikan bahwa kedua data

tidak berbeda. Apabila terjadi data yang berbeda maka akan

disampaikan pemberitahuan kepada DJA untuk mendapatkan

kepastian data yang benar. Setelah data antara hardcopy dan

softcopy dinyatakan sama akan disampaikan kepada Kepala

Seksi dan Kasubdit Dabantek untuk dilakukan disposisi dan

diteruskan kepada Subdit Teknis Dit PA.

i. Setelah terbentuk jurnal appropriation maka data sudah dapat

digunakan sebagai dasar penelaahan. Surat pemberitahuan

jadwal penelaahan diparaf oleh Kepala Seksi dari Subdit

Teknis dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan pagu

per satker dan selanjutnya disampaikan kepada Kepala Subdit

untuk diteruskan kepada Direktur PA untuk ditandatangani.

j. Setelah surat pemberitahuan penelaahan diterima berikut

dengan jadwal penelaahan maka unit pengelola BUN yang

diwakili oleh pejabat eselon III beserta staf melaksanakan

penelaahan. Dokumen sumber yang digunakan berdasarkan

data Perpres dengan menggunakan peraturan yang berlaku

(Permenkeu) untuk menerbitkan Surat Pengesahan DIPA.

179

k. Pelaksanaan penelaahan dilakukan oleh pejabat eselon III dan

IV unit pengelola BUN serta pejabat dan staf Dit PA. Pejabat

eselon III baik dari unit pengelola BUN maupun DJPB pada

umumnya hadir untuk acara pendahuluan yaitu pemaparan

sekilas, kemudian pada saat proses penelaahan yang bersifat

teknis akan dilakukan oleh pejabat eselon IV beserta masing-

masing staf.

i. Pada saat penelaahan unit pengelola BUN/Satker

menyampaikan Konsep DIPA kepada Direktorat PA maka

dilakukan Penelaahan “konsep” DIPA satker (lebih bersifat

konfirmasi). Penelaahan tersebut untuk melihat kesesuaian

konsep DIPA dengan tugas DJPB sebagai Kuasa BUN antara

lain penentuan kode KPPN. Setelah semua sesuai maka

Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA BUN a.n

Menkeu.

j. Proses yang dilakukan unit pengelola BUN yaitu

menggunakan data di ERP untuk dilakukan penyesuaian dan

kemudian dicetak konsep DIPA BUN.

- Setelah data Kertas Kerja RKA-KL BA-BUN ditelaah di

DJA dan mendapat persetujuan dari DPR ditetapkan

dalam Perpres Rincian APBN maka pelaksana Teknis di

satker BUN mentransfer data Kertas Kerja dari aplikasi

satker ke dalam format DIPA dalam aplikasi ERP

(asumsi satker BUN tidak mendapat aplikasi hyperion).

- Kertas kerja tersebut akan dilakukan approval oleh

Kepala Seksi dan Kepala Subdit dan dicetak hardcopy

“konsep” DIPA.

- Hardcopy „konsep” DIPA disampaikan kepada Direktur

untuk diparaf dan ditandatangani an PA/KPA BUN

bersangkutan.

180

PENJELASAN DETAIL FUTURE BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA

REVISI DIPA

Process ID B.2.a

Process Name Revisi Karena Perubahan Rincian Alokasi APBN

Objective Proses Penjelasan Revisi DIPA karena Perubahan Rincian Alokasi

APBN

Input Process Pada masing-masing submodul,

Konsep Mekanisme Penelaahan dan Pengesahan DIPA,

Output Process Pengesahan Revisi DIPA Kewenangan DJA, Pengesahan Revisi

DIPA Kewenangan DJPB,

Major Data

Input

UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN

Major Data

Output

DIPA, Revisi DIPA,

Department/Key

User

DJA, Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.

Controls Deadlines :

1 hari kerja

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. UU Nomor 2 Tahun 2010 tentang Perubahan atas UU No. 47

Tahun 2009 tentang APBN TA 2010

6. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

7. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

181

8. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran

Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010

9. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan

Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan

Kemiskinan

11. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

12. PMK Nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan

dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian

Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2011

13. PMK Nomor 180/PMK.02/2010 tentang Perubahan atas PMK

Nomor 69/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran

TA 2010

Frequency Sesuai kebutuhan satker dan berdasarkan kebijakan pemerintah

untuk perubahan Perpres Rincian APBN atau perubahan pagu

berdasarkan APBN-P

SOP Reference SOP Direktorat PA

SOP Subdit PA Kanwil DJPB

Process

Description and

Special Rules

1. Revisi DIPA yang merubah Rincian Alokasi APBN

merupakan usulan satker, kemudian satker mengusulkan

revisi Rincian Alokasi APBN ke sekjen kementerian masing-

masing. Namun perubahan tersebut dapat juga disebabkan

panambahan pagu APBN berdasarkan kebijakan pemerintah

dan DPR untuk tujuan tertentu antara lain memacu

pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan.

182

2. Apabila perubahan disebabkan oleh satker (K/L) maka

Sekjen masing-masing K/L mengusulkan revisi kertas kerja

RKA-KL yang dihimpun menjadi RKA-KL ke DJA dan di

DJA diproses sesuai peraturan penyusunan, penelaahan,

pengesahan dan revisi Rincian Alokasi APBN.

3. Namun apabila perubahan karena inisiatif pemerintah dan

DPR alur mekanismenya bersifat top down yaitu K/L akan

menerima sejumlah alokasi baru bagi masing-masing

satkernya untuk melaksanakan suatu program tertentu.

4. Berikutnya setelah proses pada Budget Preparation selesai

maka dimulailah proses pada Manajemen DIPA. Proses

Revisi DIPA yang disebabkan karena perubahan Rincian

Alokasi APBN dimulai setelah DJA mengirimkan Perpres ke

DJPB melalui Manajemen DIPA. Setelah Satker

mengirimkan konsep DIPA maka kanwil DJPB melakukan

penelaahan konsep DIPA.

5. Penerapan konsep let the manager manages menyebabkan

fleksibilitas bagi satker untuk melakukan penyesuaian

rincian kegiatan sepanjang tidak merubah jenis belanja dan

alokasi kegiatan pada Perpres Rincian Alokasi APBN.

6. Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep

DIPA satker dengan Perpres Rincian Alokasi APBN atau

peraturan lainnya. Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil

DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan DIPA

revisi ke satker.

7. Mekanisme selanjutnya sama dengan penelaahan dan

pengesahan DIPA yaitu :

- Penyampaian data kertas kerja RKA-KL menggunakan

pagu sementara dari modul Budget Preparation di

hyperion kemudian ditransfer ke Manajemen DIPA di

ERP. Bahan pertimbangan dalam penyusunan kertas

183

kerja RKA-KL adalah alokasi yang digunakan maksimal

sebesar alokasi tahun sebelumnya.

- Data di ERP (Oracle) diterima oleh pelaksana pada Seksi

Perekaman Subdit Dabantek PA dan dilakukan posting

jurnal appropriation. Selanjutnya oleh Kepala Seksi

Perekaman Subdit Dabantek dilakukan approval dan

diteruskan kepada Kepala Subdit Dabantek untuk

approval (berjenjang).

- Setelah itu data dikirim kepada pelaksana Subdit Teknis

masing-masing untuk dilakukan persiapan pencetakan

DIPA VoA sedangkan untuk proses di Kanwil DJPB

setelah dilakukan posting untuk jurnal appropriation

maka Direktur PA melakukan approval dan data siap

diterima oleh masing-masing Kanwil DJPB.

- Penerbitan DIPA VoA menggunakan mekanisme yang

hampir sama dengan penerbitan SP DIPA Sementara

yaitu satker tidak perlu melakukan penelaahan dengan

DJPB karena pagu yang digunakan masih belum final.

Apabila pagu final sudah ditetapkan dengan Perpres

Rincian Alokais APBN maka akan dilakukan revisi

DIPA VoA yang dilaksanakan dengan penelaahan

bersama antara satker dan DJPB.

- Hardcopy Perpres Rincian Alokasi APBN tahun

sebelumnya dikumpulkan oleh Pelaksana Subdit Teknis

PA untuk dilakukan pemilahan masing-masing BA dan

K/L. Pelaksana Subdit Teknis Dit PA melakukan

pencocokan alokasi pagu per satker antara hardcopy

Perpres Rincian Alokasi APBN tahun sebelumnya dan

hasil cetakan kertas kerja RKA-KL dari database yang

sudah dalam bentuk konsep DIPA untuk memastikan

bahwa alokasi pada konsep DIPA tidak melebihi alokasi

yang tercantum dalam Perpres Rincian APBN. Apabila

184

terjadi data yang berbeda maka akan disampaikan

pemberitahuan kepada DJA untuk dilakukan penyesuaian

data sesuai dengan Perpes Rincian Alokasi APBN tahun

sebelumnya.

- Setelah data antara kertas kerja RKA-KL disesuaikan

dengan Perpres oleh DJA maka akan disampaikan

kembali ke DJPB dan ditransfer ke dalam database ERP.

- Demikian data kertas kerja RKA-KL sudah didalam ERP

maka oleh pelaksana Subdit Teknis Dit PA akan

dilakukan pemblokiran terhadap belanja pada kegiatan di

luar keperluan belanja pegawai dan operasional. Data

yang sudah diinput oleh pelaksana akan diteruskan

kepada Kepala Seksi dan Kasubdit Teknis Dit PA untuk

dilakukan approval.

- Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan

Kasubdit Teknis maka konsep DIPA dicetak dan diparaf

untuk diteruskan kepada Direktur PA. Direktur PA

melakukan pengecekan pagu per satker pada database,

apabila tidak sesuai dikembalikan kepada Subdit masing-

masing untuk diperbaiki. Apabila sudah sesuai maka

DIPA akan ditandatangani oleh Direktur PA dan

disampaikan kepada Subdit Dabantek untuk dibuat jurnal

allotment oleh pelaksana yang diapprove Kepala Seksi

Perekaman dan Kasubdit Dabantek PA.

- Subdit Dabantek kemudian mengirimkan DIPA VoA

untuk penandatanganan SP oleh Dirjen Perbendaharaan.

- Kemudian Dit PA/kanwil DJPBN mengirimkan DIPA

tersebut kepada satker dan KPPN setempat.

Process ID B.2.b

Process Name Virement Tanpa Perubahan Rincian Alokasi APBN

185

Objective Proses Penjelasan Virement DIPA Kewenangan DJPB

Input Process Pada masing-masing submodul,

Konsep Mekanisme Pengesahaan dan Penelaahan DIPA,

Output Process Pengesahan DIPA R tanpa perubahan Rincian Alokasi APBN

Major Data

Input

UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA.

Major Data

Output

DIPA Revisi

Department/Key

User

Dit PA DJPB, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.

Controls Deadlines :

1 hari kerja

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7. Perpres Nomor 51 Tahun 2009 tentang Rincian Anggaran

Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2010

8. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

9. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan

Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan

186

Kemiskinan

10. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

Frequency Sesuai kebutuhan satker

SOP Reference SOP Kanwil DJPB

Process

Description and

Special Rules

1) Proses dilakukan berdasarkan kewenangan DJPB untuk

pengesahan perubahan/virement DIPA

2) Konsep fleksibilitas dari satker yang ditandai dengan penerapan

dua digit DIPA menyebabkan virement menjadi lebih sedikit,

namun demikian DJPB diberi kewenangan yang lebih besar

terkait dengan pergeseran belanja operasional baik dalam satu

DIPA maupun antar DIPA (satker) yang tercantum dalam PMK

No. 69 Tahun 2010

3) Satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil

DJPB beserta dokumen pendukung dan ADK nya.

4) Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian

permohonan dengan peraturan yang ada.

5) Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil

DJPB akan mengirimkan surat penolakan atau pengembalian

konsep DIPA kepada satker untuk segera memperbaikinya.

6) Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang

Kanwil DJPB maka Kanwil dapat melakukan penyesuaian

sesuai kewenanganya misalnya koreksi administratif atas usulan

dimaksud.

7) Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB

melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.

Rincian Proses :

a. Satker mengajukan permohonan perubahan DIPA yang

suratnya dikirim ke Kanwil DJPB/Dit PA. ADK dari kertas

187

kerja RKA-KL satker dimasukkan dalam database hyperion oleh

pelaksana subdit teknis Dit PA/Bidang PA Kanwil DJPB.

b. Pelaksana Subdit Teknis/Bidang PA menerima surat dari satker

tersebut untuk dilakukan penelitian apakah permohonan tersebut

merupakan kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan.

Apabila ternyata kewenangan berada di DJA maka surat

diteruskan kepada DJA dan memberitahukan kepada satker agar

menindaklanjuti permohonan kepada eselon yang lebih tinggi

dari satker bersangkutan.

c. Apabila usulan perubahan tersebut merupakan kewenangan DJA

maka dibuat konsep surat penerusan revisi oleh pelaksana untuk

diteliti oleh Kepala Seksinya. Setelah selesai diteliti maka

konsep surat diteruskan kepada Kepala Subdit/Bidang untuk

disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Kanwil/Direktur PA.

d. Sedangkan apabila perubahan menjadi kewenangan DJPB maka

dibuat disposisi untuk segera melakukan penelaahan konsep

DIPA. Berdasarkan disposisi dari kasubdit/Kepala Bidang PA

bahwa perubahan DIPA merupakan wewenang DJPB maka

segera dilakukan penelaahan bersama dengan pejabat dari satker

dengan jadwal yang fleksibel yaitu tidak harus dibuat jadwal

tertulis seperti penelaahan DIPA awal.

e. Pada saat penelaahan pelaksana Bidang PA/Subdit Teknis akan

mengupload data dari satker untuk dilihat perubahan-perubahan

yang diusulkan oleh satker dan kemudian hasilnya digunakan

sebagai bahan penelaahan. Proses akan dilakukan dengan

berpedoman bahwa pergeseran dititikberatkan untuk belanja

operasional baik antar satker maupun antar jenis belanja

(Permenkeu No. 69 Tahun 2010).

f. Kepala Seksi akan menilai apakah permohonan pergeseran

belanja dapat disetujui dan selanjutnya perubahan tersebut akan

dimasukkan dalam database untuk dilakukan penyesuaian oleh

Pelaksana Bidang PA.

188

g. Kemudian dilakukan approval oleh Kepala Seksi dan Kepala

Bidang di aplikasi hyperion. Data akan dibuat jurnal

appropriation dan diposting oleh pelaksana Seksi Perekaman

Data Subdit Dabantek/Perlengkapan Bidang Umum Kanwil

DJPB. Data tersebut selanjutnya diapprove oleh Kasubdit

Dabantek/Kabag Umum.

h. Setelah proses di hyperion selesai data akan ditransfer secara

“otomatis” ke aplikasi ERP. Pelaksana Bidang PA/Subdit

Teknis Dit. PA menyampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala

Bidang PA/Subdit Teknis untuk dibuat jurnal allotment.

i. Posting jurnal allotement dilakukan oleh pelaksana dan

diapprove oleh Kepala Seksi dan Kabid PA/Kasubdit Teknis Dit

PA.

j. Proses selanjutnya DIPA yang telah direvisi dicetak Surat

Pengesahannya untuk disampaikan kepada Kepala Kanwil

DJPB/Direktur PA untuk disahkan.

k. DIPA yang telah dilakukan perubahan virement disampaikan

kepada KPPN dan Dit PA serta pihak lainnya sesuai dengan

Permenkeu No. 119 Tahun 2009.

Process ID B.2.c

Process Name Revisi Update Pagu DIPA BLU (DIPA Pengesahan)

Objective Proses penjelasan updating yang merupakan kewengan satker

Input Process Pada masing-masing submodul,

Konsep Mekanisme Update/Pengesahaan DIPA

Output Process Updating pagu DIPA Kewenangan satker

Major Data

Input

UU APBN, Perpres Rincian Alokasi APBN, Konsep DIPA Revisi

DIPA R dan ADK

Major Data

Output

DIPA, Revisi DIPA,

Department/Key Dit PA, Kanwil DJPB, KPPN, Satker.

189

User

Controls Deadlines :

1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk

Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-43/PB/2010 tentang

Tata Cara Revisi Rencana Bisnis dan Anggaran dan Revisi

DIPA BLU

Frequency Sesuai kebutuhan satker

SOP Reference SOP Kanwil DJPB

Process

Description and

a. Update pagu DIPA BLU dalam ambang batas mekanismenya

sebagai berikut :

190

Special Rules - Pada saat satker mengajukan SPM ke KPPN maka data akan

diupload oleh pelaksana bagian FO ke database ERP. Karena

dalam database sudah dilock bahwa penggunaan alokasi pagu

belanja tidak boleh melebihi appropiration maka sistem akan

menolak sebesar selisih pagu yang ada di database.

- Pelaksana FO akan meneliti apakah satker BLU yang

mengajukan SPM melampirkan data pendukung yaitu

penerimaan PNBP BLU yang melebihi target.

- Setelah dilakukan penelitian oleh pelaksana FO bahwa satker

BLU memiliki bukti penerimaan PNBP BLU yang lebih

besar dari target maka data tersebut akan diteruskan kepada

Kepala Seksi untuk diteruskan kepada Kanwil DJPB.

- Karena realisasi tidak boleh melewati appropriation maka

data penolakan yang berasal dari KPPN tersebut diterima

secara sistem oleh Pelaksana Bagian Umum Kanwil DJPB.

Data tersebut diteruskan kepada pelaksana Bidang PA

Kanwil untuk dilakukan perubahan sesuai dengan ambang

batas dari pagu satker BLU bersangkutan dan diteruskan

kepada Kepala Seksi serta Kepala Bidang PA untuk

dilakukan approval. Proses ini dilakukan pada saat data

diterima sehingga tidak diperlukan waktu yang lama karena

tidak ada proses penelitian.

- Data akan dibuat jurnal allotment baru oleh pelaksana Bidang

PA dan diapprove oleh Kepala Seksi.

- Data akan diteruskan kepada Dit PA untuk dilakukan jurnal

appropriation oleh pelaksana Subdit Dabantek dan diapprove

oleh Kepala Seksi Perekaman Data.

- Database yang berubah tidak harus dibuat hardcopy yang

baru pada saat itu karena satker memiliki kewenangan untuk

melakukan pengeluaran sampai ambang batas. Diusulkan

agar tiap tiga bulan disampaikan updating hardcopy DIPA

kepada Kanwil untuk dibuat pengesahan DIPA.

Alternatif updating jika dilaksanakan oleh KPPN :

191

- Setelah satker menyampaikan SPM pengesahan dan diterima

oleh pelaksana FO KPPN akan diteliti apakah realisasi

penerimaan melebihi besaran alokasi belanja yang

menggunakan sumber dana BLU.

- Kepala Seksi FO KPPN melakukan validasi atas hasil penelitian

dari pelaksana dan meneruskan kepada Seksi MO untuk

dilakukan updating.

- Pelaksana MO KPPN menganalisis antara bukti penerimaan

PNBP BLU dengan pagu dan jika bukti-bukti telah cukup maka

pagu DIPA BLU akan diupdate sesuai dengan realisasi

penerimaan PNBP tersebut.

- Proses tersebut dilanjutkan dengan menyampaikan kepada

Kepala Seksi FO bahwa pagu DIPA BLU satker tertentu telah

dirubah.

- Kepala Seksi akan melakukan validasi dan apabila telah sesuai

akan dilakukan approval.

- Setelah dilakukan approval oleh Kepala Seksi FO data akan

diteuskan kepada Kepala Kantor untuk konfirmasi dan

disampaikan kepada Bidang PA Kanwil DJPB sebagai

notifikasi.

- Apabila proses sudah selesai akan diterbitkan SP2D pengesahan

oleh pelaksana BO KPPN dan diapprove Kepala Seksi.

b. Pengesahan Revisi DIPA BLU Sumber Dana PNBP dalam

Ambang Batas Fleksibilitas (pagu melewati ambang batas dan

terjadi penambahan kegiatan)

- Penggunaan dana yang bersumber dari PNBP BLU sampai

dengan ambang batas fleksibilitas dilaksanakan sesuai

dengan kebutuhan satker.

- Apabila dalam pengajuan SPM Pengesahan terdapat

penambahan kegiatan atau jenis belanja yang berbeda maka

sistem akan memberitahukan bahwa terdapat input data yang

tidak sama dengan database.

192

- Pada saat satker mengajukan SPM ke KPPN maka data akan

diupload oleh pelaksana bagian FO ke database ERP. Karena

dalam database sudah dilock bahwa kegiatan dan jenis

belanja harus sesuai dengan appropiration maka sistem akan

menolak data yang berbeda dari database.

- Pelaksana FO akan meneliti apakah satker BLU yang

mengajukan SPM melampirkan data pendukung yaitu

penerimaan PNBP BLU yang melebihi target.

- Setelah dilakukan penelitian oleh pelaksana FO bahwa satker

BLU memiliki bukti penerimaan PNBP BLU yang lebih

besar dari target maka data tersebut akan diteruskan kepada

Kepala Seksi untuk diteruskan kepada Kanwil DJPB.

- Adanya data penolakan yang berasal dari KPPN tersebut

diterima secara sistem oleh Pelaksana Bagian Umum Kanwil

DJPB. Data tersebut diteruskan kepada pelaksana Bidang PA

Kanwil untuk dilakukan perubahan sesuai dengan ambang

batas dari pagu satker BLU bersangkutan dan diteruskan

kepada Kepala Seksi serta Kepala Bidang PA untuk

dilakukan approval. Proses ini dilakukan pada saat data

diterima sehingga tidak diperlukan waktu yang lama karena

tidak ada proses penelitian.

- Data akan dibuat jurnal allotment baru oleh pelaksana Bagian

Umum Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksi.

- Data akan diteruskan kepada Dit PA untuk dilakukan jurnal

appropriation oleh pelaksana Subdit Dabantek dan diapprove

oleh Kepala Seksi Perekaman Data. Selanjutnya data akan

ditransfer ke hyperion sebagai bahan penyesuaian data

Perpres Rincian Alokasi dan APBN-P

- Database yang berubah tidak harus dibuat hardcopy pada

saat pengajuan SPM Pengesahan karena satker memiliki

kewenangan untuk melakukan pengeluaran dan perubahan

kegiatan sampai ambang batas.

- Namun untuk menjaga agar data yang ada di sistem sama

193

dengan hardcopy maka satker BLU setiap tiga bulan

mengajukan revisi hardcopy DIPA ke Kanwil DJPB dan akan

diterbitkan DIPA Pengesahan oleh Kanwil DJPB.

c. Revisi pagu DIPA BLU yang melewati ambang batas

mekanismenya sebagai berikut (Sumber Dana PNBP) :

- Satker mengajukan permohonan penggunaan dana DIPA

bersumber dari PNBP BLU yang melewati ambang batas ke

Kanwil DJPB.

- Prosesnya sama dengan revisi DIPA kewenangan DJPB

dengan penambahan proses yaitu satker dapat menggunakan

kegiatan yang baru namun tetap dalam program yang sama

Mekanisme :

- Satker mengajukan permohonan perubahan DIPA yang

suratnya dikirim ke Kanwil DJPB dengan mengajukan konsep

revisi DIPA BLU kepada kanwil DJPB berdasarkan RBA yang

telah direvisi dan ditandatangani oleh K/L

- Kemudian kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian

dengan pagu dan kaidah akuntansi

- Setelah disetujui kanwil melakukan pengesahan DIPA revisi

BLU dan melaporkan kepada Dit PA DJPB.

- Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA

BLU ke DJA untuk penyesuaian data appropriasi dengan

memasukkan pada APBN-P atau pelaporan dilakukan pada akhir

tahun dan melakukan rekonsiliasi (LKPP).

Rincian Proses :

- Pelaksana Subdit Teknis menerima surat dari satker tersebut

untuk dilakukan penelitian apakah permohonan tersebut

merupakan kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan.

Apabila ternyata kewenangan berada di DJA maka akan dibuat

konsep surat penerusan kepada DJA dan pemberitahuan kepada

satker agar menindaklanjuti permohonan kepada eselon yang

194

lebih tinggi dari satker bersangkutan. Apabila merupakan

kewenangan DJPB untuk melakukan perubahan maka dibuat

konsep surat revisi ke Kepala Seksinya dan menghubungi satker

untuk dilakukan penelaahan secara lisan. Setelah selesai dibuat

konsep surat maka disampaikan kepada Kepala Seksi Subdit

Teknis untuk dilakukan penelitian yang akan diteruskan kepada

Kepala Subdit untuk dibuat surat jawaban jika permohonan

menjadi kewenangan DJA. Sedangkan apabila perubahan

menjadi kewenangan DJPB maka dibuat disposisi untuk segera

melakukan penelaahan konsep DIPA.

- Berdasarkan disposisi dari kasubdit bahwa perubahan DIPA

merupakan wewenang DJPB maka segera dilakukan penelaahan

bersama dengan pejabat dari satker dengan jadwal yang

fleksibel yaitu tidak harus dibuat jadwal tertulis seperti

penelaahan DIPA awal.

- Pelaksana Bidang PA akan mengupload data dari staker untuk

dilihat perubahan-perubahan yang diusulkan oleh satker dan

kemudian hasilnya digunakan sebagai bahan penelaahan. Proses

akan dilakukan dengan berpedoman bahwa pergeseran

dititikberatkan untuk belanja operasional baik antar satker

maupun antar jenis belanja (Permenkeu No. 69 Tahun 2010).

- Kepala Seksi akan menilai apakah permohonan pergeseran

belanja dapat disetujui dan selanjutnya perubahan tersebut akan

dimasukkan dalam database untuk dilakukan penyesuaian oleh

Pelaksana Bidang PA kemudian dilakukan approval oleh Kepala

Seksi dan Kepala Bidang.

- Setelah dilakukan approval oleh Kasubdit maka DIPA yang

telah direvisi dicetak untuk disampaikan kepada Kepala Kanwil

DJPB untuk disahkan.

- DIPA yang telah dilakukan perubahan virement disampaikan

kepada KPPN dan Dit PA serta pihak lainnya sesuai dengan

195

Permenkeu No. 119 Tahun 2009.

- Data DIPA virement baru disampaikan kepada Bagian Umum

untuk dilakukan penyesuaian jurnal allotment oleh Pelaksana

Bidang PA Kanwil DJPB dan diapprove oleh Kepala Seksinya.

- Jurnal allotment yang telah diapprove oleh Kepala Seksi Bidang

PA Kanwil DJPB diteruskan kepada Subdit Dabantek PA untuk

dibuat jurnal appropriation yang baru oleh Pelaksana

Perekaman Data dan diapprove oleh Kepala Seksi Subdit

Dabantek Dit PA pada database hyperion.

Process ID B.2.d

Process Name Rekon Data Akun

Objective Proses mengatasi perbedaan data akun antara satker dan KPPN

Process ID B.2.d

Process Name Update Komponen Input

Objective Proses penjelasan penyesuaian komponen input yang merupakan

kewengan satker

Input Process Pada masing-masing submodul,

Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA

Output Process pengesahan revisi DIPA untuk komponen input

Major Data

Input

Konsep DIPA Revisi DIPA R dan ADK

Major Data

Output

DIPA, Revisi DIPA,

Department/Key

User

Kanwil DJPBN, KPPN, Satker.

Controls Deadlines :

1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

196

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk

Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

Frequency Sesuai kebutuhan satker

SOP Reference SOP Kanwil DJPBN

Process

Description and

Special Rules

1) Satuan kerja yang mengirimkan konsep DIPA kepada Kanwil

DJPB, kemudian kanwil akan melakukan pengecekan

kesesuaian komponen input pada konsep DIPA satker tersebut

2) Kemuadian Kanwil DJPB akan melakukan penyesuaian

komponen input yangtelah di revisi satker kedalam database

SPAN.

3) Setelah dilakukan penyesuaian komponen input Kanwil DJPB

akan mengirimkan hasil penyesuaian komponen input ke

Satker.

Process ID B.2.e

Process Name Revisi DIPA/Pengesahan Hibah Dalam dan Luar Negeri

197

(DM/LN)

Objective Proses penjelasan revisi penambahan pagu akibat hibah yang

diterima langsung oleh K/L atau yang langsung dilakukan oleh

pemberi hibah

Input Process Pada masing-masing submodul,

Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA

Output Process Revisi DIPA Pengesahan untuk Hibah Dalam dan Luar Negeri

(DN/LN)

Major Data

Input

Konsep Pengesahan DIPA Hibah Dalam dan Luar Negeri (DN/LN)

Major Data

Output

Revisi DIPA,

Department/Key

User

Kanwil DJPB, KPPN, Satker.

Controls Deadlines :

1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

198

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk

Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang

Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Tahun 2009

Frequency Sesuai kebutuhan satker

SOP Reference SOP Kanwil DJPBN

Process

Description and

Special Rules

a. Setelah dokumen perjanjian Hibah LN/DN diterima oleh

satker maka diajukan konsep DIPA pengesahan untuk

menampung alokasi hibah LN/DN

b. Surat permohonan pengesahan DIPA Hibah dan ADK akan

diterima oleh Kanwil DJPB dan oleh pelaksana Bagian

Umum menyampaikan informasi ke Kepala Seksi TU dan

melakukan upload pagu tambahan dana hibah dan diapprove

oleh Kepala Seksi Perekaman Data.

c. Data pagu tambahan dalam ERP akan digunakan oleh

pelaksana Bidang PA Kanwil sebagai bahan pengesahan

DIPA. Data akan diteruskan dan diapprove oleh Kepala

Seksi Bidang PA dan Kepala Bidang PA.

d. Satker mengajukan konsep DIPA Pengesahan dan bersamaan

dengan proses approval dalam sistem ERP diteruskan

kepada Kepala Kanwil untuk mengesahkan hardcopy DIPA

Pengesahan.

e. Pada saat approval oleh Bidang PA maka KPPN sudah dapat

melakukan penerbitan SP2D pengesahan karena pagu sudah

disesuaikan.

Hibah yang diterushibahkan oleh DJPU dan DJPK

199

Process

Description and

Special Rules

a. Setelah nomor register Hibah LN/DN diterima dari DJPU maka

sakter mengajukan permohonan revisi Kertas Kerja RKA-KL

dan setelah disetujui oleh DJA diajukan pengesahan DIPA

Hibah kepada Kanwil DJPB;

b. Pengajuan konsep DIPA dimaksud dilampiri dengan nomor

register sesuai dengan pagu hibah;

c. Kanwil DJPB menelaah kesesuaian kantor bayar (KPPN) dan

dokumen register yang telah diterima. Setelah selesai akan

diterbitkan DIPA Pengesahan sebagai persetujuan revisi

penambahan pagu DIPA karena tambahan dana hibah.

Proses Rincian :

- Sama dengan revisi RKA-KL dari DJA

Process ID B.2.f

Process Name Updating Rencana Penarikan Dana

Objective Proses penjelasan yang berkaitan dengan perubahan pada

rencana penarikan dana

Input Process Pada masing-masing submodul,

Konsep Mekanisme Pengesahaan DIPA

Output Process Perubahan DIPA halaman III

Major Data

Input

Pengajuan updating halaman III

Major Data

Output

Rencana penarikan dana updated

Department/Key

User

Kanwil DJPB, KPPN, Satker.

Controls Deadlines :

1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

200

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan

Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan

Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang

Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Tahun 2009

Frequency Sesuai kebutuhan satker

SOP Reference SOP Kanwil DJPBN

Updating otomatis

Process

Description and

Special Rules

- Dengan penerapan sistem yang baru diharapkan satker tidak

akan terlalu banyak berinteraksi untuk melakukan updating RPD

- Updating jika realisasi lebih kecil dari RPD :

1. Database dalam modul MoSA akan melakukan pemisahan

data otomatis terhadap fund available yaitu dana yang belum

dilakukan kontrak dan aktual. Data diperoleh setelah budget

dikurangi encumbrance dan actual

2. Hari kerja terakhir bulan berkenaan sistem akan memberi

201

notifikasi kepada pelaksana di MO KPPN dan pelaksana

menginformasikan kepada Kepala Seksi PB untuk melakukan

approval carryover atas fund available masing-masing satker

3. Data carryover atas fund available diterima oleh pelaksana

Bidang PA Kanwil DJPB dan diteruskan kepada Kepala

Seksi sebagai pemberitahuan bahwa rencana penarikan dana

suatu satker telah terupdate

4. Agar data hardcopy dan softcopy di database sama diusulkan

setiap tiga bulan satker menyampaikan updating RPD yang

telah ditandatangani KPA kepada Kanwil DJPB setiap tiga

bulan

- Updating jika rencana pencairan lebih besar dari RPD :

1. Jika satker mengajukan permintaan pencairan yang lebih

besar dari RPD maka sistem akan otomatis mengambil

alokasi AFP bulan Desember namun jika masih kurang akan

mengambil bulan November dan seterusnya.

2. Walaupun budget checking adalah year to date namun untuk

memberikan informasi perencanaan kas maka hal ini harus

dilakukan dalam rangka revitalisasi RPD

3. Pada saat satker melakukan input data RFC atau SPP maka

sistem akan melihat pada AFP bulan berkenaan, jika alokasi

tidak mencukupi maka sistem otomatis memberikan

notifikasi kepada pelaksana MO dan menggeser AFP bulan

Desember dan bulan sebelumnya jika belum mencukupi.

4. Pergeseran alokasi ini akan menjadi RPD yang baru karena

sistem tidak dapat merubah AFP secara otomatis dalam

standar Oracle (bersifat statis) kecuali dilakukan perubahan

secara manual. Pelaksana akan memberitahukan kepada

Kepala Seksi MO bahwa alokasi sudah digeser dari bulan

Desember ke bulan berkenaan dan dilakukan approval

carryover.

202

5. Proses penarikan dana yang lebih besar dari AFP membuat

otoritas perencanaan kas harus menyediakan tambahan dana

untuk memebuhi kebutuhan yang meningkat. Sehingga

diperlukan jangka waktu antara pengajuan SPP dengan

penerbitan SP2D agar Dit PKN dapat menyediakan dana

sesuai kebutuhan.

6. Perlu dibuat suatu standar waktu minimal yang dapat

digunakan oleh Dit PKN untuk menyediakan sejumlah dana

tambahan yang diperlukan oleh satker. Diusulkan bahwa

waktu yang dapat digunakan untuk mempersiapkan tambahan

dana oleh Dit PKN adalah minimal lima hari kerja yang

dilakukan dengan menggeser alokasi satker lainnya. Namun

jika cadangan dana secara keseluruhan tidak mencukupi

maka Dit PKN dapat menyediakan tambahan dana dengan

waktu yang lebih panjang.

Updating Manual

Process

Description and

Special Rules

a) Atas kebijakan unit eselon yang lebih tinggi maka KPA

diwajibkan untuk merubah jadwal pelaksanaan kegiatan baik

dalam satu jenis belanja atau antar jenis belanja. Perubahan

dilakukan misal untuk bulan tertentu dilakukan

perubahan/pergeseran belanja modal dan dialihkan untuk

perjalanan. Dengan demikian maka POK yang sudah disusun

harus disesuaikan dan diajukan kembali kepada KPPN.

b) Akibat perubahan POK tersebut maka AFP dalam database

harus disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan rencana

pelaksanaan kegiatan satker.

c) Satker mengajukan perubahan POK kepada KPPN untuk

dimasukkan dalam database ERP dan akan mengupdate

perubahan-perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan pada

periode tertentu sehingga mempengaruhi perubahan rencana

penarikan dana.

203

d) Pengajuan perubahan POK secara manual dapat dilakukan pada

saat pengajuan SPM dan akan diterima oleh pelaksana FO

kemudian data dimasukan dalam database untuk diapprove oleh

Kepala Seksi dan diteruskan kepada Kanwil DJPB.

e) Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB akan menerima notifikasi

perubahan rencana penarikan dana dan disampaikan kepada

kepala Seksi untuk dilakukan konfirmasi perubahan tersebut.

f) Berdasarkan perubahan rencana penarikan dana tersebut maka

satker dapat mengajukan permintaan pembayaran kepada KPPN

sesuai dengan perubahan rencana penarikan dana pada Halaman

III DIPA.

g) Perubahan rencana penarikan dana menjadi informasi bagi Dit

PKN dalam perencanaan kas.

PENJELASAN DETAIL FUTURE BISNIS PROSES MANAJEMEN DIPA

CASH LIMIT

Process ID B.3.a

Process Name Cash Limit dengan Usulan Satker

Objective Penetapan cash limit atas pagu DIPA satker dengan usulan

satker

Input Process Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara

Output Process Penerapan penetapan cash limit oleh KPPN

Major Data

Input

Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara

Major Data

Output

Perubahan AFP sebagai akibat penerapan cash limit

Department/Key

User

Dit PKN, Dit PA, Kanwil PBN KPPN dan Satker

Controls Deadlines :

1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

204

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk

Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang

Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Tahun 2009

Frequency Sesuai kebutuhan BUN

SOP Reference SOP Dit PA

SOP Kanwil DJPB

Process

Description and

Special Rules

1) Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke

Dit PA kondisi kas yang tidak mencukupi bagi satker bulan

depan berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan

ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan. Kekurangan

tersebut tidak dapat ditutupi dengan penerimaan pembiayaan

karena berbagai faktor.

205

2) Dari data PKN dimasukkan dalam ERP dan surat

pemberitahuan diterima pelaksana dan diteruskan Kepala

Seksi Subdit Dabantek Dit PA dan disampaikan kepada

KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-

masing satker.

3) KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar

pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah

tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang

akan dikurangi dananya.

4) Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang

telah disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut

sekaligus menyesuaikan rencana penarikan dana kepada

KPPN.

5) KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan

digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA.

6) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih

dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah

sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai

periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki

dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk

mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.

Proses detil :

a. Dit PKN menyampaikan kondisi kekurangan kas melalui

informasi kepada Dit PA dan Kanwil DJPB. Informasi akan

diterima oleh setiap subdit teknis dan bidang PA Kanwil

DJPB.

b. Pelaksana pada subdit teknis dan bidang PA Kanwil akan

melakukan analisis persentase atau jumlah alokasi yang akan

dikurangi untuk masing-masing satker yang menjadi

tanggung jawabnya. Datanya akan disampaikan kepada

Kepala Seksi dan Kasubdit/Kepala Bidang PA untuk

206

disetujui dan disampaikan melalui surat Direktur PA/Kepala

Kanwil kepada KPPN dan masing-masing satker untuk

melakukan penyesuaian.

c. Berdasarkan surat pemberitahuan tersebut maka masing-

masing satker akan melakukan perubahan POK sesuai

dengan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan

terlebih dahulu.

d. Perubahan POK akan disampaikan kepada KPPN dan

diterima oleh pelaksana FO dan diteruskan kepada Kepala

Seksi untuk dilakukan approval dan diteruskan kepada

Kanwil DJPB.

e. Berdasarkan notifikasi yang diterima dari KPPN maka

pelaksana subdit teknis/bidang PA melakukan penelitian

persentase atau jumlah alokasi yang dikurangi apakah sudah

sesuai. Apabila belum sesuai maka disampaikan kepada

satker untuk melakukan perubahan. Jika sudah selesai maka

pelaksana subdit teknis/bidang PA menyampaikan kepada

Kepala Seksi untuk dilakukan approval perubahan rencana

penarikan dana yang dapat dicairkan pada periode tertentu.

Dengan demikian akan terjadi perubahan mekanisme AFP

yang semula tidak dilakukan penguncian pencairan dana

yaitu pagu dihitung dalam satu tahun (year-to-date),

disesuaikan dengan jumlah kas tertentu yang diperkirakan

dapat disediakan oleh Dit PKN pada periode tertentu

(period-to-date).

f. Data tersebut akan diterima Dit PKN dalam penyediaan kas

pada periode tertentu dan untuk keperluan perencanaan kas

bulan berikutnya.

Process ID B.3.b

Process Name Cash Limits Tanpa Usulan Satker

207

Objective Penetapan cash limit atas pagu DIPA satker tanpa usulan satker

Input Process Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara

Output Process Penerapan penetapan cash limit oleh KPPN

Major Data

Input

Informasi kekurangan kas dari Dit Pengelolaan Kas Negara

Major Data

Output

Perubahan AFP sebagai penerapan penetapan cash limit

Department/Key

User

Dit PKN, Dit PA, Kanwil PBN KPPN dan Satker

Controls Deadlines :

1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk

Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

208

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang

Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Tahun 2009

Frequency Sesuai Informasi Kekurangan Kas PKN

SOP Reference SOP Dit PA

SOP Kanwil DJPB

Process

Description and

Special Rules

1) Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas

kepada Dit PA dan Kanwil DJPB, kondisi ini berdasarkan

perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan

pencairan dana bulan depan.

2) Dit PA dan Kanwil DJPB kemudian menyesuaikan pagu

yang dapat dicairkan pada periode tertentu kemudian

disampaikan kepada KPPN dan satker

3) KPPN memberitahukan bahwa jumlah alokasi yang dapat

digunakan oleh masing-masing satker dikurangi untuk

kegiatan/belanja tertentu.

4) Satker menyesuaikan POK berdasarkan pemberitahuan dari

KPPN dan surat dari Dit PA/Kanwil DJPB dan

menyampaikan kembali perubahannya kepada KPPN untuk

perubahan rencana penarikan dana di database ERP.

5) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih

dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah

sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai

periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki

dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk

mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.

Proses Rincian :

a. Dit PKN menyampaikan kondisi kekurangan kas melalui

informasi kepada Dit PA dan Kanwil DJPB. Informasi akan

diterima oleh setiap subdit teknis dan bidang PA Kanwil

DJPB.

209

b. Pelaksana pada subdit teknis dan bidang PA Kanwil akan

melakukan analisis persentase atau jumlah alokasi yang akan

dikurangi untuk masing-masing satker yang menjadi

tanggung jawabnya. Datanya akan disampaikan kepada

Kepala Seksi dan Kasubdit/Kepala Bidang PA untuk

disetujui dan disampaikan melalui surat Direktur PA/Kepala

Kanwil kepada KPPN dan masing-masing satker untuk

melakukan penyesuaian.

c. Berdasarkan surat pemberitahuan tersebut maka masing-

masing satker akan melakukan perubahan POK sesuai

dengan kebutuhan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan

terlebih dahulu.

d. Perubahan POK akan disampaikan kepada KPPN dan

diterima oleh pelaksana FO dan diteruskan kepada Kepala

Seksi untuk dilakukan approval dan diteruskan kepada

Kanwil DJPB.

e. Berdasarkan notifikasi yang diterima dari KPPN maka

pelaksana subdit teknis/bidang PA melakukan penelitian

persentase atau jumlah alokasi yang dikurangi apakah sudah

sesuai. Apabila belum sesuai maka disampaikan kepada

satker untuk melakukan perubahan. Jika sudah selesai maka

pelaksana subdit teknis/bidang PA menyampaikan kepada

Kepala Seksi untuk dilakukan approval perubahan rencana

penarikan dana yang dapat dicairkan pada periode tertentu.

Dengan demikian akan terjadi perubahan mekanisme AFP

yang semula tidak dilakukan penguncian pencairan dana

yaitu pagu dihitung dalam satu tahun (year-to-date),

disesuaikan dengan jumlah kas tertentu yang diperkirakan

dapat disediakan oleh Dit PKN pada periode tertentu

(period-to-date).

210

PENJELASAN DETAIL PROSES BISNIS FUTURE MANAJEMEN DIPA

CARRY FORWARD

Process ID B.4.a

Process Name Carry Forward Encumbrance Only

Objective Melakukan Carry Forward hanya untuk encumbrance saja

Input Process Dari masing-masing sub modul

Output Process Proses Carry Forward untuk encumbrance saja

Major Data

Input

Konsep Revisi DIPA

Major Data

Output

DIPA

Department/Key

User

DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker

Controls Deadlines :

1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. PMK Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2009

4. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

5. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

6. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang

211

Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme

Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran

7. PMK 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan Rincian

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar

Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk

Penanggulangan Kemiskinan

9. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

10. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

11. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

12. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang

Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Tahun 2009

13. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

14. 192/PMK.05/2010 tentang perencanaan kas

Frequency Sesuai kebutuhan satker

SOP Reference SOP Dit PA

SOP Kanwil DJPB

Process

Description and

Special Rules

1) Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data encumbrance

dalam database ERP maka KPPN menyampaikan kepada satker

bahwa kegiatan tertentu tidak dapat dilanjutkan pembayarannya.

Kontrak tahunan tidak dapat diperpanjang namun hambatan

pelaksanaan pekerjaan karena faktor alam yang tidak dapat

diatasi dapat dipertimbangkan untuk dilakukan carryforward

setelah mendapat persetujuan Menkeu.

212

2) Pelaksana di MO KPPN akan mendapat notifikasi dari sistem

bahwa masih ada encumbrance yang belum direalisasikan dan

pelaksana akan melakukan penundaan proses yang dalam sistem

Oracle disebut hold.

3) Sistem tidak secara langsung memisahkan antara kontrak

tahunan dan tahun jamak karena tidak ada setting untuk jangka

waktu pelaksanaan kegiatan.

4) KPPN memberitahukan kepada Kanwil tentang kontrak yang

belum direalisasikan dan menyampaikan informasi

encumbrance yang sama ke DJA sebagai bahan untuk revisi

RKA-KL yang menjadi kewenangan DJA (pembangunan

infrastruktur, rekonstruksi dan rehabilitasi bencana alam).

5) Kanwil akan meneliti encumbrance yang dapat dicarryforward

berdasarkan kewenangan DJPB (penyelesaian tunggakan dalam

kegiatan yang sama).

6) Berdasarkan informasi encumbrance tersebut maka DJA/Kanwil

akan melakukan revisi dokumen anggaran sebagai dasar

pencairan dana bagi KPPN.

7) Paling lambat minggu kedua bulan Januari satker mengajukan

permohonan revisi kepada Kanwil DJPB dan akan dilakukan

penelaahan paling lambat minggu ketiga bulan Januari.

Detil proses :

a. Data encumbrance dalam database ERP yang masih belum

direalisasikan sampai akhir Desember diteliti oleh pelaksana

Seksi MO di KPPN. Pelaksana MO di KPPN menyampaikan

kepada satker bahwa ada encumbrance yang belum

direalisasikan. Pemberitahuan juga dimaksudkan agar satker

yang ingin mengajukan perpanjangan (carryforward) segera

membuat permohonan kepada Kanwil DJPB.

b. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB meneliti apakah

encumbrance yang belum direalisasikan dapat dicarryforward

213

atau tidak. Seandainya dapat dicarryforward akan dinilai

kewenangan untuk melaksanakan hal tersebut. Apabila

kewenangan berada di DJA maka akan diteruskan sebagai bahan

revisi RKA-KL.

c. Kepala Seksi Bidang PA Kanwil memberitahukan kepada KPPN

bahwa encumbrance dapat dilakukan carryforward pada tahun

berikutnya oleh Kanwil DJPB.

d. Berdasarkan informasi tersebut Kepala Seksi KPPN akan

meneruskan kepada satker pada minggu pertama bulan Januari

dan memberikan batasan waktu bagi satker untuk

menyampaikan konfirmasi perubahan/revisi DIPA paling lambat

minggu kedua. Satker juga diminta untuk melakukan penelaahan

carryforward bersama Kanwil pada minggu ketiga bulan

Januari.

e. Apabila satker tidak memberikan konfirmasi sampai batas waktu

yang telah ditetapkan maka satker dianggap tidak akan

melakukan carryforward atas encumbrance tersebut.

f. Apabila satker memberikan konfirmasi maka akan diteruskan

kepada Kanwil untuk mempersiapkan penelaahan virement

encumbrance pada DIPA yang baru.

g. Penelaahan dilakukan bersama antara pelaksana dan Kepala

Seksi/Kabid PA Kanwil bersama pejabat dan pelaksana dari

satker untuk melakukan revisi DIPA.

h. Revisi dilakukan dengan melihat kegiatan yang sama dan tidak

merubah output yang telah ditetapkan dalam RKA-KL.

i. Perubahan DIPA karena adanya encumbrance hanya terlihat

dalam rincian database sedangkan untuk alokasi dua digit dan

pagu keseluruhan dapat berubah namun dapat juga sama dengan

DIPA yang ada.

j. Setelah dilakukan penelaahan maka pelaksana akan menginput

data yang baru dari semula encumbrance dirubah menjadi

214

budget yang ada dalam database ERP.

k. Kepala Seksi akan melakukan approval terhadap perubahan

tersebut dan diteruskan kepada Kepala Bidang PA.

l. Apabila terdapat perubahan pada hardcopy DIPA maka akan

dilakukan pengesahan oleh Kepala Kanwil DJPB.

Process ID B.4.b

Process Name Carry Forward Encumbrance dan Fund Available

Objective Melakukan Carry Forward untuk encumbrance dan Fund

available

Input Process Dari masing-masing sub modul

Output Process Proses Carry Forward untuk encumbrance dan Fund available

Major Data

Input

Perpres RABPP, konsep DIPA

Major Data

Output

DIPA

Department/Key

User

DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker

Controls Deadlines :

1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

215

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk

Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang

Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Tahun 2009

Frequency Sesuai kebutuhan satker

SOP Reference SOP Dit PA

SOP Kanwil DJPB

Process

Description and

Special Rules

1. Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data encumbrance dan

fund available dalam database ERP maka KPPN menyampaikan

kepada satker bahwa kegiatan tertentu tidak dapat dilanjutkan

pembayarannya.

2. Kanwil menyampaikan informasi encumbrance dan fund

available yang sama ke DJA sebagai bahan untuk revisi RKA-

KL yang menjadi kewenangan DJA (luncuran PHLN).

3. Mekanisme sama dengan revisi yang menjadi kewenangan DJA.

4. Berdasarkan informasi encumbrance dan fund available tersebut

maka DJA/Kanwil akan melakukan revisi dokumen anggaran

sebagai dasar pencairan dana bagi KPPN.

5. Paling lambat minggu kedua bulan Januari satker mengajukan

permohonan revisi kepada DJA dan akan dilakukan penelaahan

paling lambat minggu ketiga bulan Januari (tergantung pihak

DJA).

216

Detil proses :

a. Data encumbrance dan fund available dalam database ERP

yang masih belum direalisasikan sampai akhir Desember diteliti

oleh pelaksana Bidang PA Kanwil. Pelaksana MO di KPPN

menyampaikan kepada satker bahwa ada encumbrance dan fund

available yang belum direalisasikan.

b. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB meneliti apakah

encumbrance dan fund available yang belum direalisasikan

dapat dicarryforward atau tidak. Seandainya dapat

dicarryforward akan dinilai kewenangan untuk melaksanakan

hal tersebut. Apabila kewenangan berada di DJA maka akan

diteruskan sebagai bahan revisi RKA-KL.

c. Berdasarkan informasi tersebut Kepala Seksi KPPN akan

meneruskan kepada satker pada minggu pertama bulan Januari

dan memberikan batasan waktu bagi satker untuk

menyampaikan konfirmasi perubahan/revisi DIPA paling lambat

minggu kedua. Satker juga diminta untuk melakukan penelaahan

carryforward bersama Kanwil pada minggu ketiga bulan

Januari.

d. Apabila satker tidak memberikan konfirmasi sampai batas waktu

yang telah ditetapkan maka satker dianggap tidak akan

melakukan carryforward atas encumbrance dan fund available

tersebut.

e. Apabila satker memberikan konfirmasi maka akan diteruskan

kepada Kanwil dan disampaikan ke DJA bahwa satker akan

melakukan penelaahan carryforward.

f. Setelah hasil penelaahan antara K/L dan DJA selesai dan data

RKA-KL sudah direvisi akan digunakan sebagai bahan revisi

DIPA oleh Kanwil DJPB.

g. Data perubahan RKA-KL di hyperion akan digunakan sebagai

bahan revisi DIPA dan dimasukkan dalam database ERP.

217

h. Pelaksana Dabantek Dit PA akan melakukan jurnal

appropriation dan meneruskan kepada Kepala Seksi Perekaman

Data untuk dilakukan approval.

i. Setelah dilakukan approval data diteruskan kepada Kanwil

DJPB untuk bahan penelaahan.

j. Penelaahan dilakukan bersama antara pelaksana dan Kepala

Seksi/Kabid PA Kanwil bersama pejabat dan pelaksana dari

satker untuk melakukan revisi DIPA.

k. Penelaahan dititikberatkan antara data encumbrance dari satker

yang dituangkan dalam konsep DIPA dengan database ERP.

l. Setelah dilakukan penelaahan maka pelaksana Bidang PA akan

menginput data yang baru sesuai dengan kewenangan DJPB.

Kepala Seksi melakukan approval dan diteruskan kepada

Kepala Bidang PA Kanwil DJPB untuk approval.

m. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB akan melakukan posting

jurnal allotment dalam database ERP.

Process ID B.4.c

Process Name Carry Forward Fund Available

Objective Melakukan Carry Forward untuk Fund available

Input Process Dari masing-masing sub modul

Output Process Proses Carry Forward untuk Fund available

Major Data

Input

Konsep DIPA

Major Data

Output

DIPA

Department/Key

User

DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker

Controls Deadlines :

1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

218

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

4. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

5. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

6. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

7. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk

Penanggulangan Kemiskinan

9. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

10. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang

Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Tahun 2009

Frequency Sesuai kebutuhan satker

SOP Reference SOP Dit PA

SOP Kanwil DJPB

Process

Description and

Special Rules

1. Berdasarkan kebijakan pemerintah maka beberapa program

khususnya untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan

penyerapan lapangan pekerjaan dapat dilakukan

219

perpanjangan waktu kegiatan apabila sampai akhir tahun

tidak dapat diselesaikan. Sebagai contoh program

penanggulangan kemiskinan (PNPM) merupakan kegiatan

yang dapat diluncurkan yang ditetapkan dengan UU APBN.

2. Pada akhir bulan Desember, berdasarkan data fund available

dalam database ERP maka KPPN menyampaikan kepada

satker dana yang belum dicairkan.

3. Berdasarkan informasi data dari KPPN maka satker

menyampaikan konsep DIPA Luncuran sebesar sisa dana

yang belum dicairkan (fund available) kepada Kanwil DJPB.

4. Setelah penelaahan di Kanwil DJPB dilanjutkan dengan

pengesahan DIPA dan diteruskan kepada Dit PA dan

diteruskan ke DJA sebagai bahan perubahan APBN.

Rincian Proses :

a. Pelaksana MO di KPPN melakukan penelitian terhadap

jumlah dana (fund available) yang belum dicairkan oleh

satker yang melaksanakan program tertentu di akhir bulan

Desember.

b. Data diteruskan kepada Kepala Seksi untuk diteruskan

kepada satker setelah terlebih dahulu dibuat surat

pemberitahuan atau sarana lain dengan persetujuan Kepala

KPPN pada minggu pertama bulan Januari.

c. Pelaksana MO KPPN akan menyampaikan notifikasi kepada

Kanwil DJPB bahwa terdapat sejumlah fund available yang

akan dibuat DIPA Luncuran.

d. Berdasarkan informasi dari KPPN pelaksana Bidang PA

Kanwil DJPB mempersiapkan bahan untuk penelaahan

DIPA paling lambat minggu kedua bulan Januari.

e. Setelah data diterima maka satker membuat konsep DIPA

Luncuran dengan pagu sebesar fund available yang diperoleh

dari KPPN.

220

f. Konsep DIPA Luncuran ditelaah bersama antara pelaksana

dan Kepala Seksi/Kepala Bidang PA Kanwil DJPB bersama

pelaksana dan pejabat dari satker bersangkutan.

g. Pada penelaahan akan diteliti apakah data pagu dan kegiatan

yang disampaikan oleh satker dalam Konsep DIPA Luncuran

sama dengan database ERP.

h. Apabila belum sama akan dikembalikan untuk disesuaikan

dan setelah sesuai akan dicetak surat pengesahan DIPA.

i. Pelaksana bidang PA Kanwil akan melakukan jurnal

allotment terhadap hasil penelaahan tersebut dan

disampaikan kepada Kepala Seksi dan Kepala Bidang PA

Kanwil DJPB untuk dilakukan approval.

j. Pada tahap ini belum dapat dilakukan posting jurnal

appropriation oleh Subdit Dabantek PA karena data

appropriation belum disesuaikan.

k. Setelah DIPA Luncuran disahkan, Subdit Teknis PA

mendapat notifikasi bahwa satker tertentu telah mendapat

pengesahan DIPA Luncuran.

l. Pelaksana Subdit Teknis akan melakukan konfirmasi data

dan setelah sesuai diteruskan kepada Kepala Seksi dan

Kepala Subdit Teknis untuk dilakukan approval.

m. Setelah Subdit Teknsi melakukan approval, maka pelaksana

Subdit Dabantek akan meneruskan kepada Kepala Seksi

untuk approval dan diteruskan kepada DJA sebagai bahan

perubahan APBN (APBN-P) paling lambat minggu ketiga

bulan Januari.

Process ID C.1.

221

Process Name Penyusunan Data Output

Objective Rekonsiliasi data untuk menyusun laporan realisasi output

Input Process Dari masing-masing sub modul

Output Process Proses penyusunan output

Major Data

Input

Perpres RABPP, DIPA

Major Data

Output

DIPA

Department/Key

User

DJA, Dit PA, Kanwil DJPB dan satker

Controls Deadlines :

1 jam setelah semua dokumen pendukung lengkap diterima

Legal Basis :

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

3. PMK Nomor 105/PMK.02/2008 tentang Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2009

4. PMK Nomor 119/PMK.02/2009 tentang Petunjuk Petunjuk

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan,

Pengesahan dan Pelaksanaan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran Tahun Anggaran 2010

5. PMK Nomor 69/PMK.02/2010 tantang Tata Cara Revisi

Anggaran Tahun Anggaran 2010

6. Perdirjen Perbendaharaan Nomor Per-07/PB/2005 tentang

Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran Melalui Mekanisme

Pemberian Kuasa Antar Kuasa Pengguna Anggaran

7. PMK 06/PMK.02/2009 tentang Tata Cara Perubahan Rincian

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar

222

Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009

8. PMK Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman

Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk

Penanggulangan Kemiskinan

9. UU Nomor 47 tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

10. PP Nomor 39 tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah

11. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum

12. Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-26/PB/2009 tentang

Tata Cara Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Tahun 2009

13. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

14. PMK Nomor 192/PMK.05/2010 tentang perencanaan kas

Frequency Setiap bulan

SOP Reference -

-

Process

Description and

Special Rules

1. Pada tiap akhir bulan satker menyampaikan data realisasi output

atas kegiatan yang telah dilakukan pencairan dananya.

2. KPPN bersama dengan satker akan melakukan rekon namun

hanya satu pihak yaitu data dari satker sedangkan KPPN hanya

menerima laporan yang disusun oleh satker.

3. Setelah dilakukan rekon data output maka KPPN akan

melakukan input data tersebut dengan aplikasi statistik dalam

Oracle.

4. Kanwil DJPB menerima notifikasi data output dalam database

Oracle dan disampaikan ke Dit PA

223

5. Berdasarkan notifikasi tersebut Dit PA meneruskan data

realisasi output ke hyperion di DJA

Detil proses :

a. Pada akhir bulan pelaksana dan kepala seksi dari satker

melakukan rekon data realisasi output dengan pelaksana dan

kepala seksi Back Office di KPPN.

b. Rekon dilakukan dengan mencocokkan data output yang ada di

DIPA dengan data realisasi yaitu volume dan satuan harus

sesuai dengan DIPA.

c. Setelah selesai rekon maka pelaksana BO KPPN melakukan

input data output tiap satker menggunakan aplikasi statistik dan

diajukan kepada Kepala Seksi untuk approval.

d. Pelaksana Bidang PA Kanwil DJPB menerima notifikasi dari

KPPN atas output yang sudah direkon dan menyampaikan

kepada Kepala Seksi Bidang PA untuk diteruskan kepada DJA.

e. Pelaksana Bidang PA menginput data output ke hyperion dan

membuat notifikasi bagi proses selanjutnya di DJA. (lihat di sub

modul)

224

B.1.a Pengesahan (Endorsement) DIPA

Dit P

AK

an

wil

DJP

BS

atk

er

DJA Hardcopy Perpres

Hyper

ion

ERP

2

Jurnal

Appropriation3a

Penelaahan DIPA

4a

“Konsep” DIPA

4b

5

1b

Data

Perpres

1a

DIPA7

Jurnal

Allotment

3b

6 8

Rincian Proses

Sa

tke

rB

ida

ng

PA

Su

bd

it T

ekn

isS

ub

dit

Da

ba

nte

k

Hyperion

ERP

Jurnal

Appropriation

Posting

Approval

Interface (Automatically)

Hardcopy Perpres

Hardcopy Perpres

Hardcopy Perpres

Penyampaian dokumen

Cover Letter

Aplikasi Satker

Penelaahan

“Konsep” DIPAADK DIPA Cetak KonsepCopy data

Upload data DIPA & validation

Penyampaian dokumen

Proses penelaahan

Dokumen sumber

DIPA

Pengesahan

Jurnal

AllotmentPostingApproval

Dokumen sumber

B.1.b Penerbitan DIPA Sementara

Bid

an

g P

AS

ub

dit T

ekn

isS

ub

dit

Da

ba

nte

k

Posting

Approval

Interface (Automatically)

Penyampaian dokumen

Cover Letter

Dokumen sumber

Posting

Approval

HyperionJurnal

Appropriation

Hardcopy Perpres

Hardcopy Perpres

ERPJurnal

Allotment

Hardcopy Perpres

DIPA-SValidasi (Blokir

non operasional)

Download dataCetak SP

Dokumen sumber

225

B.1.c. Pengesahan DIPA VoAS

atk

er

Bid

an

g P

AS

ub

dit T

ekn

isS

ub

dit

Da

ba

nte

k

Posting

Approval

Interface (Automatically)

Cetak KonsepCopy data

Upload data DIPA & validation

Penyampaian dokumen

DIPA VoAERP

Aplikasi

Satker

“Konsep” DIPA

VoA

Jurnal

Appropriation

ADK DIPA

VoA

Penelaahan

Hyperion

Jurnal

Allotment

Download data

Pengesahan

Posting

Approval

Data pagu

tahun lalu

Data pagu maksimal

B.1.d Penerbitan DIPA BUN

Sa

tke

r B

UN

Su

bd

it T

ekn

isS

ub

dit

Da

ba

nte

k

ApprovalInterface (Automatically)

Penyampaian dokumen

Cetak Konsep Penyampaian dokumen

Dokumen sumber

Posting

Jurnal

AppropriationHyperion

Hardcopy Perpres/

Permenkeu

DIPAJurnal

Allotment

“Konsep” DIPA

ERP

Hardcopy Perpres/

PermenkeuPenelaahan

Posting

Aplikasi Satker

Pengesahan

Approval

226

B.2.a Revisi DIPA karena Perubahan Rincian Alokasi APBN Inisiatif K/L dan Karena Perubahan APBN-P

Ka

nw

il D

JP

B

Su

bd

it

Da

ba

nte

k D

it

PA

Su

bd

it T

ekn

is

Dit P

AK

/LD

JA

HyperionPenelaahan RKA-

KL

Revisi PerpresDownload Pengesahan

ERP

Interface (Automatically)

Hardcopy Perpres

Hardcopy Perpres

Pengiriman

Cover Letter

Hardcopy Perpres

Distribusi

Jurnal

Appropriation

Posting

Approval

Penelaahan

Download data

Dokumen Sumber

Dokumen Sumber

Aplikasi SatkerRevisi RKA-KL Konsep Revisi

DIPA

Transfer Data

DataADK Revisi

DIPA

Download Data

Upload data

Input Data

Pencetakan

SP DIPAPosting

Jurnal

Allotment

Pengesahan

Approval

B.2.b Virement Tanpa Perubahan Rincian Alokasi APBN

Su

bd

it T

ekn

is

Dit P

A

Bid

an

g P

A

Ka

nw

il D

JP

BS

atk

er

Su

bd

it

Da

ba

nte

k D

it

PA

Aplikasi Satker

Perubahan Kertas

Kerja RKA-KL

Konsep DIPA

Virement

ERPHyperion

Revisi KK Revisi DIPA

Upload Data

Penelaahan CetakSP DIPA

PostingJurnal

AllotmentUpload/Download

Bahan Virement

Jurnal

AppropriationPosting

Approval

Approval

Upload

227

B.2.c Revisi Kegiatan pada DIPA BLU

KP

PN

Bid

an

g P

A K

an

wil

DJP

BS

atk

er

Su

bd

it

Da

ba

nte

k D

it

PA

E

R

P

Penelitian

Kegiatan

Input

Kegiatan

beda/

bertambah

Output

Proses updating

pagu

Jurnal

Allotment

Hyperion

Upload

Jurnal

Appropriation

Posting

Approval

DIPA updated

Tiap tiga bulan

DIPA UpdatedAplikasi Satker

Upload

SPM Revisi KegiatanInput

Konfirmasi data

Input data

Pengiriman

Notifikasi Posting

Approval

Pengesahan

SP2DPersetujuan

SP2D

PengesahanPencetakan

Update pagu DIPA BLU

Sa

tke

rK

PP

NB

ida

ng

PA

Ka

nw

il D

JP

B

Su

bd

it

Da

ba

nte

k D

it

PA

Input

Output

Upload

Posting

Approval

Tiap tiga bulan

Pengiriman

Penelitian

Realisasi PNBP

dan Belanja

Realisasi

lebih besar

dan

kegaiatan

beda

DIPA updated

DIPA UpdatedSPM

Jurnal

Appropriation

Proses updating

pagu

Hyperion

Realisasi PNBP

E

R

P

Aplikasi Satker

Upload

Input

Input data realisasi

Notifikasi PostingJurnal

Allotment

Approval

Pengesahan

SP2D

Cetak

SP2D

Pengesahan

Pengiriman

228

Update pagu oleh KPPN

Sa

tke

r

SPM

KP

PN

Bid

an

g P

A

Ka

nw

il D

JP

B

Su

bd

it

Da

ba

nte

k D

it

PA

Input

Output

Upload

Posting

Approval

Tiap tiga bulan

Pengiriman

Upload

Input

Input data realisasi

Notifikasi Posting

Approval

Cetak

Pengiriman

DIPA updated

E

R

P

Proses updating

pagu

Jurnal

AppropriationHyperion

SP2D

Pengesahan

Jurnal

Allotment

DIPA UpdatedRealisasi PNBP

Pengesahan

SP2D

Penelitian

Realisasi PNBP

dan Belanja

Realisasi

lebih besar

dan

kegaiatan

beda

Aplikasi Satker

B.2.e Pengesahan DIPA Hibah

Bid

an

g P

A

Ka

nw

il D

JP

BS

atk

er

Da

ba

nte

k D

it

PA

Naskah Perjanjian

HibahAplikasi Satker

ERP

Upload

Input

Pengesahan DIPA

Download data

Konsep DIPA

Pengesahan

Hibah

Cetak

Pengiriman

PostingJurnal

Allotment

Approval

DIPA Pengesahan

Hibah

Pengiriman

Hyperion

Update

Jurnal

AppropriationPosting

Approval

B.2.f.Updating Rencana Penarikan Dana Realisasi Lebih Kecil (Otomatis)

Bid

an

g P

A

Ka

nw

il D

JP

BK

PP

NS

atk

er

FA Akhir

bulan

ERP

Notifikasi Carryover

Approval

Aplikasi Satker

RPD Updated

Triwulanan

229

Updating Rencana Penarikan Dana Realisasi Lebih Besar (Otomatis)S

atk

er

KP

PN

Bid

an

g P

A

Ka

nw

il D

JP

B

Notifikasi

ApprovalERP

Mengurangi

RPD

Desember

dst

Aplikasi Satker

RPD tidak

cukup

RPD Updated

Resume Tagihan/

SPP

Triwulanan

Updating Rencana Penarikan Dana (Manual)

Sa

tke

rK

PP

NB

ida

ng

PA

Ka

nw

il D

JP

B

Notifikasi

Approval

RPD Updated

ERP

Data

Perubahan

RPD

Aplikasi Satker

Penyesuaian

RPD

POK

Triwulanan

Data

konfirmasi

230

B.3.b Cash Limits

Bid

an

g P

A

Ka

nw

il D

JP

BK

PP

ND

ab

an

tek D

it

PA

Su

bd

it T

ekn

is

Dit P

AS

atk

er

Dit P

KN

Cash

Shortage

E

R

P

Alokasi yang bisa

digunakan

Cash Shortage

Aplikasi KPPN Revisi POK

Data alokasi yang

dapat

direalisasikan

Perubahan data

alokasi yang dapat

dicairkan

Analisis

persentase pagu

yang dapat

dicairkan

RPD baru

231

B.4. a Carryforward

Sa

tke

rB

ida

ng

PA

Ka

nw

il D

JP

BK

PP

N

Su

bd

it

Da

ba

nte

k D

it

PA

Encumbrance

/FA

ERP

NotifikasiPenelitian

carryforward

Data yang

dicarryforward

Penelitian

kewenangan

carryforward

Aplikasi satker

Kertas Kerja RKA-

KL

Perubahan rincian

kegiatan

Konfirmasi/validasi

DIPA

Virement DIPA

Virement DIPA

Jurnal

allotment

PostingApproval

HyperionJurnal

appropriation

Posting

Approval

Penyusunan Data Output

Bid

an

g P

A

Ka

nw

il D

JP

BK

PP

NS

atk

er

Da

ba

nte

k D

it

PA

Data output

Rekon data output

ERP

Data output hasil

rekon

HyperionDJA

232

Lampiran naskah akademis MOSA

Proses Bisnis Penyempurnaan manajemen DIPA

233

Proses Penyempurnaan Manajemen DIPA secara garis besar terdiri beberapa bisnis domain yang terdiri dari Penerbitan DIPA, Revisi DIPA , Cash

Limit dan Carry Forward. Setiap bisnis domain akan dijelaskan kedalam beberapa bisnis proses kemudian akan diuraikan kembali kedalam

sebuah workflow. Setiap work flow akan kami jelaskan sebagai berikut.

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

246

HIGH LEVEL GAP MANAJEMEN DIPA (MOSA)

No Bahasan Existing Proposal Oracle/Gap Arahan Proses ke Depan

1 Halaman III DIPA (Rencana Penarikan Dana dan Perkiraan Penerimaan)

Belum optimal sebagai digunakan sebagai rencana penarikan dana. Prosentase antara rencana dan realisasi penarikan dana baru 29 %

Perannya lebih ditingkatkan dengan menggunakan Halaman III DIPA sebagai batas pencairan dana dalam satu bulan

Belum bisa membuat informasi terkait kegiatan kontraktual dan non kontraktual

Diusulkan agar dibuat suatu kode yang merefer pengeluaran untuk kegiatan kontraktual dan non kontraktual (dalam COA) atau data dari POK yang sudah dirinci baik kontraktual maupun non kontraktual dituangkan dalam Halaman III DIPA

2 Kaitan RKAKL dan DIPA

Saat ini informasi yang ada di RKAKL dapat digunakan sebagai bahan penyusunan DIPA dengan jelas karena informasi yang tercantum dalam RKAKL per satker tidak merinci keluaran di bawah akun

DJA mengajukan konsep RKAKL sampai unit eselon I dan menyusun Kertas Kerja RKAKL bagi penyusunan perencanaan bagi satker. Secara dokumentasi ada link yang terputus bagi DJPB karena format RKAKL hanya sampai eselon I. Masalah lainnya yaitu dengan tambahan informasi kinerja yang disampaikan apakah sampai dengan satker atau satker sebagai unit eselon II

Masih mengalami kesulitan dalam menghubungkan aplikasi RKAKL dengan Oracle di dalam SPAN.

Diusulkan agar informasi dari RKAKL dapat dimasukkan seluruhnya dalam database SPAN walaupun informasi yang akan ditampilkan dalam dokumen DIPA tidak serinci pada RKAKL.

3 DIPA BA BUN disamakan dengan K/L

Beberapa DIPA BUN saat ini menggunakan dokumen sumber, mekanisme penyusunan dan format yang berbeda dibandingkan dengan

Ke depannya diharapkan semua DIPA bersumber pada Perpres Rincian APBN dan mekanisme penyusunannya menggunakan aplikasi dari database SPAN serta formatnya disesuaikan dengan DIPA

Pada DIPA BUN Dana Transfer yang merupakan dokumen gabungan dari seluruh daerah yang menerima dana tersebut belum

Apabila informasi yang diperoleh dari Oracle tidak dapat mengakomodasi pembagian alokasi pagu daerah penerima, diusulkan DIPA Dana Transfer ke Daerah dipecah sesuai dengan wilayah

247

DIPA K/L biasa K/L biasa dapat diuji apakah dapat memilah pagu masing-masing penerima

4 Posting rule Saat ini akuntansi dalam entry data pada budget journal menggunakan double entry yang menghubungkan dari perencanaan anggaran sampai ke pelaporan sehingga semua proses terhubung

Ke depannya usulan dari Oracle akan menggunakan single entry pada budget journal (MoSA)

Pada Oracle pada budget journal pada MoSA menggunakan single entry sehingga akan menyulitkan karena modul lainnya juga memerlukan data dari MoSA baik budget, encumbrance dan actual yang merupakan rangkaian proses yang tidak berdiri sendiri.

Perlu penyesuaian alur proses sehingga model yang akan diterapkan dapat dilaksanakan. Usulannya ke depan terkait dengan posting rule pada MoSA tetap menggunakan double entry agar apabila ada data yang berbeda dengan mudah dapat segera dilakukan pembalikan jurnal

5 Encumbrance dalam hubungannya dengan MoSA

Saat ini ikatan dengan pihak ketiga terkait dengan encumbrance tidak terlalu bermasalah karena tidak ada pembatasan pengeluaran bagi satker

Dengan peningkatan peran Halaman III DIPA pada rencana penarikan dana maka pengeluaran satu bulan tidak boleh dilewati. Hal ini akan menyulitkan kegiatan yang menggunakan kontrak.

Masih belum dapat membuat pengelompokan rencana penarikan dana untuk kegiatan kontraktual dan nonkontraktual

Usulan ke depannya dibuat suatu kode yang mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan kontraktual maupun non kontraktual

248

Perbandingan antara Eksisting, Future dan Oracle dalam pelaksanaan CRP I

No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan

1. Allotment

4) Allotment dari DJPBN ke satker dan dari Kanwil ke satker

Alotmen dilakukan dengan mentransfer data anggaran dari Budget Preparation(DJA) ke DJPBN

1. Penelaahan dilakukan secara manual karena belum ada integrasi database DJA dan DJPBN.

2. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan Satker blum dapat membuat konsep DIPA maka Ditjen PBN akan menerbitkan DIPA Sementara

3. Nomor DIPA merupakan nomor identik yang berfungsi sebagai singe indentity number dalam berbagai proses berikutnya dalam pelaksanaan anggaran

4. Selesai penelaahan approval dilakuakan secara manual berjenjang melalui persuratan

5. Untuk kanwil hanya berbeda approvalnya saja

Ketika DJA mengirim data Perpres RABPP ke MoSA dan meng-approve nya (approproation) maka Dit PA akan mendapat sinyal dan menerimanya pada modul MoSA. Satker akan mendapat data dari DJA dan mencetak konsep DIPA secara offline (terpisah dengan system SPAN).

1. Ketika Dit PA mendapatkan konsep DIPA dari Satker, maka akan dilakukan review oleh system untuk mencocokan data dari konsep DIPA dan database pepres RABPP pada SPAN.

2. Ketika tercapai kesesuaian maka akan dilakukan registrasi budget allotment pada SPAN dan dapat di cetak DIPA.

3. Data allotment pada Sistem SPAN akan detai sampai 6 digit.

4. Data allotmen akan di buat berdasarkan bulanan (PTD), sehingga AFP sudah tersedia.

5. Bila dalam review terdapat sesuatu/dokumen yang belum dilengkapi maka Dit PA akan memblokir akun tertentu dan satker tidak dapat mencairkan dananya kecuali melakukan revisi pembukaan dana blokir.

6. Approval dilakukan secara berjenjang melalui sistem dalam SPAN

7. Untuk kanwil hanya berbeda hanya kewenangan approvalnya saja

Oracle dapat melakukan transfer data dari DJA (stage Appropriation) ke DJPBN (stage)

1. Detail data anggaran 6 digit dapat diperoleh melalui fasilitas dossier oracle

2. Oracle akan menahan data allotmen yang belum dapat dilengkapi oleh Satker pada tahap appropriasi

3. Oracle dapat melakukan approval secara berjenjang

1. Oracle tidak dapat menunjukan/data-data non financial

2. Apabila oracle menahan data anggaran di stage 1 (appropriation)maka tidak dapat diterbitkan DIPA, karena data hanya dapat diterbitkan DIPA pada stage 2 (allotmen). Sedangkan bila di kirimkan ke stage allotmen maka data anggaran dapat langsung digunakan satuan kerja padahal dokumen pndukung belum lengkap(konsep DIPA satker)

3. Approval oracle dapat dilakukan oleh otoritas yang lebih rendah (missal pelaksana), namun tidak otomatis ter Approve tapi statusnya “hang” karena level yang lebih tinggi (missal kepala seksi juga tidak bisa malakukan approval)

4. Oracle tidak bisa menempatkan sebuah fitur yang memiliki keunikan

1. Selain data pagu oracle harus mampu menampilkan data non financial seperti output, outcome, volume, dll

2. Oracle dapat menfasilitasi penerbitan DIPA sementara, dengan cara mengirimkan data dari appropriation ke allotment namun tidak dapat digunakan oleh satuan kerja tanpa persetujuan Ditjen PBN.

3. Nomor DIPA seharusnya dapat dihasilkan setiap proses pengiriman akun dari allotment

249

No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan

seperti nomor DIPA

5) Alotmen untuk DIPA BUN(kecuali transfer pusat ke daeran dan investasi)

6) Alotment untuk DIPA transfer

1. Untuk DIPA BUN proses allotmen dilakukan sesuai dengan karakteristik DIPA BUN itu sendiri dan sistemnya terpisah2

2. DIPA transfer di kelola oleh DJPK dengan menggunakan excel dan tidak terintegrasi

3. DIPA transfer dilakukan dengan menggunakan satu DIPA dan didalamnya ada beberapa kabupaten penerima di halaman IV DIPA

1. DIPA BUN akan menggunakan mekanisme yang sama namun proses dari allotmen akan menggunakan akun tampungan dari appropriation ke allotment

2. Akun tampungan digunakan agar tidak secara otomatis membuat satuan kerja dapat menggunakan dananya karena ada beberapa DIPA BUN yang membutuhkan dokumen pendukung.

3. DIPA Transfer dilakukan dengan 2 skenario:

a. Dalam satu DIPA transfer ada beberapa kabupaten penerima dana di halaman IV DIPA

b. Setiap kabupaten penerima memiliki satu DIPA

1. Oracle dapat melakukan transfer dengan fasilitas dossier dari appropriation BA BUN ke allotmen

2. Oracle dapat membuat akun penampungan untuk BA BUN pada saat allotmen.

3. Untuk transfer belum dilakukan

1. Untuk DIPA BUN transfer yang belum dapat dilakukan karena untuk dana perimbangan didalamya ada beberapa kabupaten penerima sehingga belum bisa dilaksanakan

1. Seluruh DIPA BUN dapat menggunakan mekanisme yang sama dengan DIPA regular

2. DIPA transfer harus bisa memenuhi 2 skenario:

a. Dalam satu DIPA transfer ada beberapa kabupaten penerima dana di halaman IV DIPA

b. Setiap kabupaten penerima memiliki satu DIPA

7) Allotemen DIPA BLU

DIPA BLU pada dasarnya menggunakan mekanisme DIPA Umumnya namun dengan beberapa pengecualian

1. Adanya saldo awal san saldo akhir

2. Adanya fleksibilitas dalam penggunaan dana(prosebtase)

3. Penggunaan SPM pengesahan setiap tiga bulan

DIPA BLU kedepan masih menggunakan mekanisme yang sesuai dengan peraturan mengenai BLu yaitu:

1. Adanya penempatan saldo awal dan saldo ahkir

2. Setiap terjadi perubahan dalam batas ambang batas maka BLU wajib melakukan revisi DIPA otomatis pada KPPN untu menyesuaikan pagu pada DIPA BLU dengan permintaan pada SPM yg melebihi pagu

3. BLU dapat menggunakan selama masih dalam ambang batas dan harus merevisi diakhir tahun

4. Toleransi diberikan berdasarkan satker blu bukan berdasarkan user

1. Allotmen DIPA BLU pada oracle dilakukan sama dengan DIPA umumnya namun diberikan “budgetary control” pada user yang melakukan input data.

1. Oracle belum dapat menyajikan saldo awal dan saldo akhir

2. Oracle belum dapat membuat fleksibilitas sesuai permintaan scenario

3. Fleksibilitas terutama dalam penambahan ambang batas belum dapat dilakukan

1. Saldo awal dan akhir sebaiknya dimasukan ketika revisi DIPA awal

2. Seharusnya dalam menentukan budgetary contol dapat dilakukan berdasarkan indentifikasi satker BLU bukan berdasarkan user yang meninput.

3. Solusi yang diberikan oleh LG berkaitan dengan meniadakan “budgetary control” untuk mengatasi pembatasa pada user sangat fatal akibatnya

250

No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan

karena user dapat menambahkan pagu tanpa ada control.

8) Allotment budget Reserve

Dalam proses eksisting Reverse budget dapat dilakukan pada saat allotmen sehingga penerbitan DIPA dapat dilakukan segera ketika terjadi kejadian luar biasa

1. Allotmen untuk reverse budget kedepan akan sama perlakuannya namun lebih ditekankan pada isntansi mana yang seharusnya sebagai penerima outcome.

2. Proses allotment pada DIPAnya akan dilakukan ketika terjadi kejadian luar biasa.

3. Sebelum allotmen, budget terlebih dahulu dari Appropriation di kirimkan kea kun tampungan seperti bagian BA BUN lainya.

Oracle dapat melakukan transfer kepada akun tampungan sehingga Bunget tidak langsung terkirim ke Stage Allotment

Untuk melakukan transfer ke akun tampungan sementara, kemudian mengeluarkan ke Allotment (fase Penerbitan DIPA) tidak terdapat Gap

Sebaiknya oracle dapat melakukan budget reserve tanpa menambah stage.

2. AFP 1. AFP disusun pada awal tahun

2. Revisi AFP bisa dilakukan kapan saja

3. AFP tidak bersifat mengikat

1. AFP disusun pada awal tahun

2. Revisi AFP tidak bisa dilakukan pada bulan berjalan

3. AFP menjadi batas penarikan dana perbulan

4. AFP akan terintegrasi dengan manajemen komitmen, manajemen kas dan manajemen pembayaran

5. AFP digunakan sebagai alat bantu perencanaan kas

1. Oracle dapat mengeset AFP sebagai batasan penarikan dana per bulan (diset menjadi period to date)

2. Jumlah angsuran kontrak yang akan dibayarkan pada setiap bulan akan langsung masuk ke dalam AFP (melalui purchase order line)

1. Masih terdapat permasalahan dalam integrasi antara AFP dengan manajemen komitmen terkait dengan batasan dana untuk pembayaran angsuran kontrak

2. AFP belum bisa memberikan informasi cash forecasting yang akurat bagi manajemen kas

AFP sebaiknya disusun dengan mempertimbangkan berbagai hubungan antar modul namun juga simple dan dapat memberikan informasi yang akurat.

3. Cash Limit Cash limit secara baku belum diatur namun sudah digunakan secara otomatis apabila terjadi perubahan APBN-P ketika pengurangan APBN

Cash Limit akan dilakukan ketika pemerintah menilai diperlukanya pembatasan kas karena kejadian luar biasa.

1. Cash limit dilakukan dengan memindakan pagu anggaran ke bulan berikutnya bukan mengurangi

2. Cash limit dilakukan dengan menggunakan formula(prosentase pengurangan bulan tertentu dan memindahkan ke bulan lain) dilakukan oleh Menteri Keuangan

Oracle dapat mendukung pelaksanaan cash limit

1. Oracle dapat melakukan pemindahan pagu kebulan berikutnya

2. Oracle dapat menggunakan formula pengurangan sesuai kebijakan menteri Keuangan

Untuk melakukan transfer bulan beikutnya dari alokasi bulan bersangkutan maka tidak di temukan adanya gap

Prose pelaksanaan cash limit sebaiknya dapat dilakukan secara cepat Dan tidak terlalu membebani sitem karena cash limit akan dilakukan secara serentak kepada seluruh satker bila keadaan mendesak.

251

No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan

3. Menggunakan AFP sebagai batasan cash limit, yaitu Satker mengupdate AFPnya sesuai arahan Menteri Keuangan dan Menteri Keuangan mengguankan sebagai cash limit

4 Virement

a. Revisi dengan perubahan RABPP

1. Dit PA/Kanwil menerima hardcopy dan ADK revisi RABPP dari DJA

2. Hardcopy dan ADK tersebut kemudian direview untuk memastikan kesesuaian diantara keduanya

3. Dit PA/Kanwil menerima Konsep DIPA R dari Satker

4. Konsep DIPA R dari Satker ditelaah untuk memastikan kesesuiannya dengan data revisi RABPP

5. Apabila Konsep DIPA R sudah sesuai dengan ketentuan maka Dit PA/Kanwil akan mengesahkan konsep DIPA tersebut dan mengupdate database sesuai dengan data DIPA revisi

6. DIPA R yang sudah disahkan dikirimkan ke Satker

7. Data ADK DIPA revisi dikirimkan ke payment management, cash management dan accounting/reporting management

1. Setelah DJA melakukan input data revisi RABPP pada database SPAN, Kanwil DJPB langsung menerima notifikasi tentang adanya revisi RABPP. Data perubahan RABPP tersebut langsung bisa diakses oleh Kanwil DJPB melalui database SPAN

2. Satker mengirimkan konsep DIPA R beserta ADKnya. Konsep DIPA R Satker akan direview secara manual sedangkan ADKnya akan direview melalui aplikasi SPAN

3. Apabila Konsep DIPA R sudah sesuai dengan ketentuan maka Kanwil DJPB akan mengesahkan konsep DIPA tersebut dan mengupdate database SPAN sesuai dengan data DIPA revisi

4. Diperlukan approval dari Kepala Kanwil agar data yang diupdate bisa masuk ke database SPAN

5. Mdoul lain yang terkait MOSA secara langsung dapat mengakses data DIPA revisi dalam database SPAN sehingga tidak perlu ada pengiriman ADK dari Kanwil ke modul-modul tersebut

6. DIPA R yang sudah disahkan dikirimkan ke Satker

Oracle dapat mendukung proses revisi dengan melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain, dari satu stage ke stage lainnya

Dalam melakukan proses revisi oracle dapat melakukan dan tidak ada gap karena secara prinsip revisi adalah melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain dan dari satu stage ke stage lain.

Proses revisi sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah yang sederhana, tidak terlalu kompleks hanya untuk metransfer dari datu elemen ke elemen lain.

b. Revisi tanpa perubahan

1. Dit PA/Kanwil memperoleh surat permohonan revisi DIPA

1. Kanwil DJPB memperoleh surat permohonan revisi DIPA dari Satker

Oracle dapat mendukung proses revisi dengan melakukan

Dalam melakukan proses revisi oracle dapat

Proses revisi sebaiknya dilakukan dengan

252

No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan

RABPP dari Satker

2. Permohonan revisi tersebut diteliti oleh Dit PA/Kanwil DJPB dengan memperhatikan data DIPA dan realisasi anggarannya

3. Apabila permohonan revisi tersebut disetujui maka Dit PA/Kanwil akan mengirimkan surat pengesahan revisi dan melakukan update data di database

4. Dit PA/Kanwil mengirimkan surat persetujuan revisi DIPA ke Satker

5. Data ADK DIPA revisi dikirimkan ke payment management, cash management dan accounting/reporting

2. Permohonan revisi tersebut diteliti kanwil DJPB

3. Apabila permohonan tersebut sudah sesuai ketentuan maka akan dilakukan inpu data ke database SPAN

4. Kepala Kanwil DJPB akan meng approve data tersebut untuk bisa masuk ke Database SPAN.

5. Surat persetujuan revisi DIPA ke Satker

6. Modul lain yang berkaitan dengan mosa bisa langsung mengakses data DIPA revisi tersebut

transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain, dari satu stage ke stage lainnya

melakukan dan tidak ada gap karena secara prinsip revisi adalah melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain dan dari satu stage ke stage lain.

langkah-langkah yang sederhana, tidak terlalu kompleks hanya untuk metransfer dari satu elemen ke elemen lain.

c. SKPA

1. KPA Asal mengirimkan dokumen SKPA ke KPPN Asal.

2. KPPN Asal meneliti permohonan SKPA dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan peraturan dan ketersediaan pagu

3. SKPA yang telah disahkan oleh KPPN Asal dikirimkan ke KPA Asal, Kanwil Asal , Kanwil Penerima, KPPN dan APK (1 buah).

Mekanisme SKPA ditiadakan dan diganti dengan mekanisme revisi DIPA

Oracle dapat mendukung proses SKPA dengan melakukan transfer dari satu akun ke akun lain secara prinsip dama dengan revisi

Dalam melakukan proses SKPA sama dengan revisi dan oracle dapat melakukan dan tidak ada gap karena secara prinsip revisi adalah melakukan transfer dari satu akun ke akun lain, dari satu bulan ke bulan lain dan dari satu stage ke stage lain.

Proses SKPA sebaiknya dilakukan dengan langkah-langkah yang sederhana, tidak terlalu kompleks hanya untuk metransfer dari datu elemen ke elemen lain.

d. Revisi yang menjadi kewenangan Satker

Untuk eksisting proses revisi kewenangan satker dilakukan dalam akun dibawah 4 digit yaitu 2 digit terakhir. Proses revisi kewenangan satker dilakukan

1. Satker mengirimkan data revisi DIPA yang menjadi kewenangannya ke KPPN

2. Pengiriman data revisi DIPA ini bisa diajukan saat Satker mengajukan SPM ke KPPN

Oracle belum dicoba untuk melakukan ini

Gap belum dapat di tentukan Sebaiknya oracle dalam melakukan proses ini dan mempertimbangkan untuk dilakukan pada modul payment namun

253

No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan

hanya denga mengupdate dengan akun 2 digit yang diajukan satker

3. KPPN kemudian akan mengupdate database SPAN berdasarkan revisi yang diajukan Satker

secara prinsip data yang dirubah adalah data dari MoSA

5. Vote on Account Vote on account dilakukan bila hingga batas yang ditentukan APBN belum disetujui oleh DPR maka:

1. Pemerintah menggunakan pagu anggaran tahun lalu, untuk belanja adalah batasan tertinggi

2. Proses sama dengan proses penerbitan DIPA eksisiting namun yang digunakan belanja tahun lalu

Proses ini dilakukan untuk mengatasi permasalah apabila sampai batas yang ditentukan APBN belum disahkan oleh DPR sedangkan tahun anggaran akan segera berlangsung

Dit PA or Kanwil akan melakukan penerbitan DIPA vote on account :

1. Data perpres yang digunakan merupakan data tahun lalu.

2. DIPA yang dibuat hanya dapat dicairkan untuk belanja tertentu yaitu belanja gaji dan keperluan sehari-hari perkantoran.

3. Untuk proses Appropriasi DJA akan melakukan interface dengan SPAN untuk mengirim data perpres RABPP kepada Dit PA dan Kanwil

4. Dalam data yang dikirimkan ke DJPB sudah termasuk didalamnya terdapat AFP.

5. Prose Approval akan dilakukan pada DIT PA dan kanwil DJPB.

6. Proses yang dilakukan berikutnya adalah satker membuat konsep DIPA dan mengirimkan ke DJPB dan dilakukan penelaahan . proses lain sama dengan penerbitan DIPA biasa.

7. DIPA yang dicetak nomornya harus berbeda dengan penomoran DIPA biasa.

Oracle dapat melakukan vote on account namun ada beberapa catatan :

1. karena belum dapat menentukan fitur mana yang memiliki karakter sama dengan Nomor DIPA eksisiting sehingga ketika DIPA tahunan di lakukan pengesahan maka DIPA vote on account akan bercampur dengan DIPA tahunan tersebut dan tidak dapat dipisahkan mana realisasi untuk DIPA tahunan dan Vote on account

gap nya adalah

1. memisahkan realisasi belanja DIPA vote on account dengan belanja DIPA biasa(tahunan ) karena ketika DIPA Tahunan Disahkan maka dana belanjanya bercampur

2.

6. Review MTEF Budget

MTEF dapat dilihat dengan mengambil data dari Budget Preparation detail informasi yang disajikan

Oracle dapat menyediakan data MTEF berdasarkan koneksi

Tidak ada gap Usulan telah dipenuhi oracle

254

No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan

MTEF secara tahunan

dengan Budget preparation

7. Carry Forward

Budget balances

Akan dilakukan dengan tiga (3) skenario: 1. Encumbrance saja yang di carryforward 2. Fund Availibility saja yang di carryforward 3. Encumbrance dan fund availibility

Belum bisa dilakukan karena menunggu proses modul General Ledger (GL) yang sampai saai ini belum dapat dittutup buku angaran tahun yang bersangkutan.

Belum dapat dilihat gapnya Usulan harus sesuai dengan tiga (3) skenario: 1. Encumbrance saja yang

di carryforward 2. Fund Availibility saja

yang di carryforward 3. Encumbrance dan fund

availibility

8. Supplementary

Budget

Sistem dapat memproses perubahan pagu anggaran tahun berjalan/ APBN-P karena tambahan atau pengurangan anggaran.

Data APBN-P harus dapat di perlakukan seperti APBN sebelumnya dan memenuhi kriteria

1. Data APBN-P harus dapat dibuat laporan terpisah dengan APBN

2. Data APBN yang masuk kedalam allotment harus terlebih dahulu memiliki AFP (rencana penarikan dirinci perbulan)

Oracle dapat melakukan perubahan pagu anggaran tahun berjalan.

Oracle tidak dapat menyediakan informasi berkaitan dengan realisasi APBN-P karena ketika masuk kedalam sistem APBN dan APBN-P bercampur pagunya

Oracle harus dapat menyediakan data realisasi APBN-P karena hal itu penting sebagai dasar pertanggung jawaban pemerintah kepada seluruh stakeholder

9 Berkaitan teknis Aplikasi RKA-KL dan DIPA dapat melakukan transfer berdasarkan Satker atau transfer berdasarkan akun

Proses Transfer data keuangan dan non keuangan pada setiap transaksi diatas dilakukan dapat berdasarkan BA, Eselon 1, satker hingga antar akun

Oracle dapat melakukan transfer antar akun

1. Oracle tidak dapat mengumpulkan data keseluruhan akun dalam satu satker

2. Oracle tidak dapat mengirim data selain berdasarkan akun

Seharusnya dapat dilakukan transfer antar stage berdasarkan BA, Eselon 1, satker hingga antar akun agar proses pelimpahan dari appropriation ke allotmenjadi lebih cepat

Approval dilakukan menggunakan surat menyurat

Approval dilakukan juga menggunakan sistem sebelum proses selanjutnta dapat berlangsung agar validitas data dapat terjamin

Oracle dapat melakukan hierarki approval

masih belum dapat memisahkan kewenangan yang melakukan penginputan data dan yang melakukan approval

Approval merupakan bentuk pemisahan kewenangan yang sangat penting dalam sebuah proses bisnis sehingga Seharusnya setiap

255

No Process Eksisting Future Oracle Gap Usulan

approval disesuaikan dengan kewenangan yang dimiliki oleh pengguna.

Approval dapat dilakukan dengan berdasarkan pada sekumpulan akun

Approval dapat dilakukan dengan berdasarkan pada sekumpulan akun

Approval dilakukan berdasarkan akun

Oracle tidak dapat melakukan approval berdasarkan satker atau kumpulan akun semua approval dilakukan secara akun, bila dilakukan secara bersamaan, apabila ada satu akun yang salah maka harus mengulang dari awal

Oracle harus dapat melakukan approval berdasarkan satker karena hal itu akan sangat memudahkan user dalam pelaksanan tugas dilapangan.

256

Skenario dalam Pelaksanaan CRP I

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Define Budget

SA001

C_0000

Define Budget

Setup Budget

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Budgets > Define > Budget

DGB 24-

Mar-2010

24-Mar-2010

1

Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "APBN2010" , "FUNDING2010" and "APBN2011" 2. Enter Description for each budget book 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period " Jan-10" and "Adj-10" for APBN2011 --> Jan-11 and Adj-11 5. Click Open Next Year button 6. Save your work

SA006

Budget Book will be created

Pass N/A N/A BP010

C_00002

Define Organization

Setup Account range than will be budgeted

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Budgets > Define >

Organization

DGB 24-

Mar-2010

24-Mar-2010

1

Step Description : Define Budget Organization 1. Enter Organization name " DGB Org, Central Org and Kanwil Org 2. Enter Description 3. Click Ranges button 4. Enter range account code combination ( Low - High ) and budgetary control options. BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location /BudgetStage/Account(6)/Future DGB Org : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523120.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.1.423213.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.1.712122.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.1.711112.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.1.119119.0000018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.1.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.1.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.1.551318.0000022.E0015.412801.133.01000001.01.0408.02205.0220501.0152.1.532111.0000 022.E0015.412801.140.01000001.01.0408.02205.0220501.0152.1.536111.0000 Above code combination will be set Boundary: Period and Amount type :YTD, Fund Check : Advisory, Budget : APBN2010

N/A

Account combin

ation for each Budget Organiz

ation will be assigne

d

Pass N/A N/A BP010

257

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Central Org : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523121.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.423213.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.712122.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.711112.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.2.6111211.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.2.6111212.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0602.2.6111211.0000 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0602.2.6111212.0000 022.E0015.412801.133.01000001.01.0408.02205.0220501.0152.2.532111.0000 022.02204.412801.140.01000001.01.0408.02205.0220501.0152.2.536111.0000 Above code combination will be set Boundary: Year and Amount type :YTD, Fund Check : Advisory, Budget : FUNDING2010 Kanwil Org : 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551318.0000

Above code combination will be set Boundary: Period and Amount type:YTD, Fund Check : Advisory, Budget : FUNDING2010 5. Print report Budget - Organization Listing

Budget Appropri

ation (Annual Budget)

SA002 C_00001

Interface annual budget appropriation from PSB

Once annual budget is approved by parliament, it will be interfaced to general ledger by DGB with Presidential decree of RABPP (central goverment detail budget). It will be lowest level(6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Journals > Enter DGT 24-

Mar-2010

24-Mar-2010

1

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Find the the budget journal "Source = Budget Journal, Status = Unposted"

SA001 SA002 SA004

Find journal from PSB

Pass

015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.511

141.0000(DB) 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523

119.0000(DB) 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523

121.0000(DB) 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.1.711

SA_I_00010 SA_I_00015

N/A Fit

258

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Account(6)/Future

112.0000(DB) 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.1.712

122.0000(DB) 015.00000.000000.000.00000000.00.0000.00000.0000000.0000.1.311

214.0000(CR) 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.1.423

213.0000(CR)

Post Budget Journal

Post Budget Journal

(N) Change Responsibility to

Public Sector General Ledger

(N) OPSF(I)> Dossier

>GL>Post

DGT 24-

Mar-2010

24-Mar-2010

1

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget

Budget Journal will be POSTED

Pass

C_00002

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Budgets > Define > Budget

DGT 24-

Mar-2010

24-Mar-2010

1

Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "APBN2010COPY" 2. Enter Description "APBN 2010 BACKUP BUDGET" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period "Jan-10" and "Adj-10" 5. Click Autocopy button and choose "APBN2010" budget to be copied 6. Save your work

Budget balances will be copied

Pass N/A Fit

Budget Apportio

nment SA003

Annual Budget Apportionment from DGB Org to Line Ministry Org ( YTD Balances will be inputted in Jan-09 and this demo without Approval hierarchy )

Not Required in CRP1 ( There is no process annual budget apportionment from DGB to Line Ministry

-

N/A N/A N/A N/A N/A N/A

259

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Annual Financial

Plan SA005

C_00001

Annual FP Review

In Concept DIPA, there is Annual Financial Plan which is PTD balance. 1. After annual budget alloment registration, AFP information will be reviewed in SPAN system based on Concept DIPA. - Annual Financial Plan in database will be at lowest level (6 digits economic classification) and PTD balance but for reporting can be printed at 2 digits. BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Account/Future 2. Head of Kanwil/Dit PA will approve it.

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Budgets > Enter > Journals

24-

Mar-2010

24-Mar-2010

DGT

Because from PSB already break down into PTD balance process allotment and AFP will be done in the next process (Allotment process ) Step Description : Review AFP Information 1. Enter Budget "FUNDING2010" 2. Enter Budget Organization : "Central Org " or "Kanwil Org" 3. Enter Period : From and To Period

SA018 SA019

View AFP Information by month

Pass N/A

SA_I_00006

BC002 BC003 PM00

1

C_00002

Update Annual Financial Plan

Every month Spending Units will provide update AFP Revision information(Offine) 1. Spending Unit will send AFP Revision document to KPPN for updating AFP. - AFP Revision document will be 2 digits. but SU will provide detail information 6 digits economic classification by monthly but for reporting can be printed at 2 digits. BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier

Maintenance

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

1

Step Description : 1. Login as : KPPN USER 2. Select Dossier Type : AFP-Rev-295213 3. Enter Dossier Name : AFP Revision for SU 119091 and Description : Annual Financial Plan Revision for SU code 119091

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

AFPR1-2010-2 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838092: B 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551316.0000 (DB ) - Feb 2010- 25.000.000 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551316.0000 (CR) - Jan 2010 - 25.000.000

Fit

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

2

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Jan-10

Range account can be selected

Pass

260

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Focus/Activ-ActivPrio/Location/BudgetStage/Account/Future - Based on AFP Revision, Head of KPPN will register AFP Revision in SPAN System. 2. Head of KPPN will approve it and send AFP Revision to Spending Unit.

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

3

Enter Destination Budget Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Feb-10

Range account can be selected

Pass

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

4

Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"

Pass N/A

Approve Dossier Transaction

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

5

Step Description : Approval 1. Login as : KPPN HEAD 1. Select the Dossier transaction " AFP-Rev-295213" 2. Click Approve

Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"

Pass N/A

Print Report

Check report

(N) OPSF(I) > Dossier > GL >

Request > Standard

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

6

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis

The transaction show in the report

Pass N/A

261

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Budget Allotmen

t SA004

C_00001

Budget Allotment from DGT to LM HO

Once DGB interface approved budget, they will inform to Dit PA and SU will use DIPA system to print concept DIPA and send it to Dit PA. (Offline) 1. Once Dit PA get concept DIPA from SU, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. - Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio- Focus/Activ-ActivPrio/Location/BudgetStage/Account(6)/Future - DIPA with authority code Central Office, Assistance Task and Co-Administration will be approved and printed by Dit PA - If during process Review DIPA, Head of Dit PA find the documents from Spending Unit is not complete yet, Dit PA will block certain economic classification, so spending unit cannot use it until Spending Unit complete all the documents,( This blockade fund still in budget stage 1 ) - Need to protect certain expenditure so this expenditure cannot be switched/used with others expenditure ( During setup Dossier type, make sure that this certain expenditure not include in source account )

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier

Maintenance

24-

Mar-2010

24-Mar-2010

1

Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : 3. Enter Dossier Name : Central-119091 Description : Allotment & AFP in Central for SU 119091

SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

ALLC1-2010-2 Batch Name : CJE: Transfer 5836852: B Journal : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.511141.0000 (DB) - Jan 2010 - 166,666,666.67 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.511141.0000 (CR ) - Jan 2010- 166,666,666.67 ALLC1-2010-6 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 (DB) - Jan 2010 - 83,333,333.33 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523119.0000 (CR ) - Jan 2010- 83,333,333.33

SA_I_00008 SA_I_00011 SA_I_00012 SA_I_00013 SA_I_00014 SA_I_00017

BC002 BC003 PM00

1

2

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.1.523120.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523120.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10

Range account can be

selected

Pass

3

Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"

Pass

262

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Approve Dossier Transaction

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGT 24-

Mar-2010

24-Mar-2010

4

Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-119091" 2. Click Approve

Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"

Pass

Print Report

Check report

(N) OPSF(I) > Dossier > GL >

Request > Standard

DGT 24-

Mar-2010

24-Mar-2010

5

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis - FSG APBN - ALLOTMENT

The transaction show in the report

Pass

C_00002

Budget Allotment from Kanwil to SU

Once DGB interface approved budget, Dit PA will inform Kanwil that approved budget is uploaded. SU will use DIPA system to print concept DIPA and send it to related Kanwil. (Offline)

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier

Maintenance

DGT 25-

Mar-2010

25-Mar-2010

1

Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : KANWIL USER 2. Select Dossier Type : Kanwil-SU295213 3. Enter Dossier Name : Kanwil-SU295213 Description : Allotment & AFP in Kanwil for SU 295213

SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

ALLK1-2010-1 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5837149: B 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551316.0000 (DB) - Jan 2010 - 100,000,000.00

263

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

1. Once Kanwil get concept DIPA from SU, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. - Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio- Focus/Activ-ActivPrio/Location/BudgetStage/Account(6)/Future - DIPA with authority code Region Office and Deconcentration will be approved and printed by Head of Kanwil - If during process Review DIPA, Head of Kanwil find the documents from Spending Unit is not complete yet, Dit PA will block certain economic classification, so spending unit cannot use it until Spending Unit complete all the documents, ( This blockade fund still in budget stage 1 ) - Need to protect certain expenditure so this expenditure cannot be switched/used with others expenditure ( During setup Dossier type, make sure that this certain expenditure not include in source account )

2

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.1.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.1.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.1.551318.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551316.0000 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551318.0000 3. Enter Period Name : Jan-10

Range account can be selected

Pass

018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.1.551316.0000 (CR ) - Jan 2010- 100,000,000.00

3

Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"

Pass

Approve Dossier Transaction

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGT 25-

Mar-2010

25-Mar-2010

4

Step Description : Approval 1. Login as : KANWIL HEAD 1. Select the Dossier transaction "Kanwil-SU295213" 2. Click Approve

Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to

Pass

264

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

"Complete"

Print Report

Check report

(N) OPSF(I) > Dossier > GL >

Request > Standard

DGT 25-

Mar-2010

25-Mar-2010

5

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis - FSG APBN - ALLOTMENT

Report run successfully

Pass

C_00003

Budget Allotment for DIPA BUN

Once DGB interface approved budget, the DIPA BUN will not be created yet by each directorate who manage DIPA BUN until the supporting documents for each particular transactions is ready. 1. Once Dit PA get concept DIPA from each Directorate, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. - Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) level, from summary account into detail account and PTD Balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Account/Future - DIPA BUN will use authority code Central Office and approve by Head

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier

Maintenance

DGT 25-

Mar-2010

25-Mar-2010

1

Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : Central-SU999204 3. Enter Dossier Name : Central-SU999204 Description : Allotment & AFP in Central for SU 999204

SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

ALLC3-2010-4 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5837149: B 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.2.611121.0000 (DB) - Jan 2010 - 3,333,333.33 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.2.611121.0000 (DB) - Jan 2010 - 50,000,000.00 999.E0014.999204.999.01000001.05.0106.01006.0100601.0601.1.119119.0000 (CR) - Jan 2010 - 53,333,333.33

SA_I_00003 SA_I_00008 SA_I_00011 SA_I_00012 SA_I_00013 SA_I_00014 SA_I_00016 SA_I_00017

BC002 BC003 PM00

1

2

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.0601.1.119119.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.0601.2.6111211.0000 999.99905.999204.999.01000000.05.0106.01006.0100601.0601.2.6111212.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10

Range account can be selected

Pass

265

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

of Dit PA.

3

Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"

Approve Dossier Transaction

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGT 25-

Mar-2010

25-Mar-2010

4

Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-SU999204" 2. Click Approve

Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"

Print Report

Check report

(N) OPSF(I) > Dossier > GL >

Request > Standard

DGT 25-

Mar-2010

25-Mar-2010

5

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis - FSG APBN - ALLOTMENT

Report run successfully

C_00004

Budget Allotment for DIPA BLU

Once DGB interface approved budget, they will inform to Dit PA and SU will use DIPA system to print concept DIPA and send it to Dit PA. (Offline) 1. Once Dit PA get concept DIPA from SU, they will review with SPAN system and it is matched, they will register budget allotment information in SPAN system. - Annual allotment process will be at lowest

(N) OPSF(I) > Dossier > GL >

Setup> Summary

1 Input additional Budget balances using control account 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.2.999999.0000

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier

Maintenance

DGT 2

Step Description : 1. Choose Budget name : FUND2010 2. Input Batch Name : Revise end of Year SU 537721 3. From : Budget Organization Central Org Account : 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.2.999999.0000 4. To : Budget Organization : Central Org Account :

SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017

Pass N/A SA_I_00018

BC002 BC003 PM00

1

266

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

level (6 digits economic classification) and PTD balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func- SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/Location/BudgetStage/Account(6)/Future - DIPA with authority code Central Office, Assistance Task and Co-Administration will be approved by Dit PA. 2. Head of Dit PA will approve it. For DIPA BLU because they have their own revenue, BC and PM transactions can exceed YTD balance based on certain percentage rules 5%,10% etc . There are two scenarios need to consider : a. Tolerance apply to total Spending Unit and end of year Spending Unit must make revision of its DIPA. b. Every 3 months, Spending Unit will send SPM Pengesahan to KPPN but before that SPM Pengesahan is inputted into system , Spending Unit must make revision of its DIPA. Solutions : Scenario a, create Summary Account template based on total SU with total account values D.D.SU537721.D.T.D.T.T.T.T.DIPA.T.D Create additional budget using Control Account. (999999) Scenario b, because this revision no need approval process, can use Budget Transfer function to do this process

015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.2.423213.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.2.712122.0000 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01500.0070128.0152.2.711112.0000 5. Input Transfer Amount :

267

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

C_00005

Budget Allotment for Reserve Fund DIPA

Once DGB interface approved budget, this DIPA will not be created yet until the Goverment need to use it for special circumtances ( example Natural Disaster ). 1. The president will ask Ministry of Finance to prepare DIPA 2. Ministry of Finance will ask Dit PA team to create this DIPA and allocate it to Line Ministry that needed this fund. - Annual allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) level, from summary account ( miscellenaous expenditure ) into detail account and PTD Balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/ Location/BudgetStage/Account/Future There are two scenarios need to be consider : a. The outcome of the fund is belongs to MOF ( BUN ), example Contingency Fund for Bank Restructuring b. The outcome of the fund is belongs to Line Ministry , allot from BA 999 to BA LM

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier

Maintenance

DGT

30-Mar-2010

30-Mar-2010

30-Mar-2010

30-Mar-2010

1

(Scenario A) Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : Central-986829 3. Enter Dossier Name : Allotment for reserve fund from SU 986829 Description : Transfer Reserve fund because of Natural Disaster (Scenario B) Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as user : PA USER 2. Select Dossier Type : Central-986829 3. Enter Dossier Name : Allotment for reserve fund from SU 986829 Description : Transfer Reserve fund because of Natural Disaster

Scenario A) Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.0151.1.581149.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.534111.0000 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.523111.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 (Scenario B) Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : APBN 2010 2. Enter Account : 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.0151.1.581149.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 - Dec-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account and amount : 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.534111.0000 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.523111.0000 3. Enter Period Name : Jan-10

SA010 SA011 SA012 SA013 SA014 SA015 SA017

Find the Dossier Type that want to be used

Range account can be selected

Pass

Pass

ALLC4-2010-1 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.534111.0000 (DB) - Jan 2010 - 700,000.00 015.E0003.414406.006.01000001.02.0302.10301.1030406.0855.2.523111.0000 (DB) - Jan 2010 - 300,000.00 999.E0002.986829.140.01000001.01.0103.10304.1030105.0151.1.581149.0000 (CR) - Jan 2010 - 1,000,000.00

SA_I_00008 SA_I_00011 SA_I_00012 SA_I_00013 SA_I_00014 SA_I_00016 SA_I_00017

BC002 BC003 PM00

1

268

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

30-Mar-2010

30-Mar-2010

3

(Scenario A) Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button (Scenario B) Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"

Pass

Approve Dossier Transaction

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

4

(Scenario A) Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-986829" 2. Click Approve (Scenario B) Step Description : Approval 1. Login as : PA HEAD 1. Select the Dossier transaction "Central-986829" 2. Click Approve

Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"

Pass

Print Report

Check report

(N) OPSF(I) > Dossier > GL >

Request > Standard

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

5

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis - FSG APBN – ALLOTMENT

Report run successfully

Pass

269

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Cash Limit

SA014 C_00001

Make sure that transaction for each SU cannot exceed monthly budget balance

When Ministry of Finance announce that some expenditure need to be reduced without changing budget ceiling, then cash limit process will be applied. Ministry of Finance will make guide. For example, reduce employee salary up to 85%. As per guide, SU will prepare their updated AFP plan, and submit to KPPN. 1. KPPN will register their updated AFP plan which total ceiling for AFP is different with budget ceiling - Cash limit process in the system will be the same machanism with AFP. - Cash Limit will use monthly AFP information for blocking Commitment and Payment Management transaction - Blocking process is 4 digits account blocking and 2 digits account blocking for and PTD balances 2. Head of Kanwil/Dit PA will approve it. When reduce rate and specific account is decided byMOF, PA can reduce AFP information in the system automatically, for example reduce 10% for SU 295213 and for economic classification 551313 When Cash Limit is imposed, commitment and payment will be blocked by Cash Limit(Cash limit = Updated AFP)

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budget > Define > Mass Budget

DGT 25-Mar-2010

25-Mar-2010

1

Step Description : 1. Define Mass Budget formula depends on the requirement 2. Click Formulas 3. Input Formula Name " Reduce 10% for SU 295213 and acct 551313 "and Description " Reduce 10% for SU 295213 and acct 551313 " 4. Create formula : A: 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 B : 10 C : 100 O : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 T : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.9.551313.0000 Formula : A * B/C = T SU 295213 - acct 551313 - budget code 1 will be reduced 10% and SU 295213-acct 551313 - budget code 9 will be increased 10%.

SA020 SA021 SA022 SA023 SA024

Journal generated

Pass

Journal Name : Reduce 10% for all SU MOF

Accrual Ledger Source : MassAllocation

SA_I_00007

BC002 BC003 PM00

1

Fit

270

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Generate Mass Budget

Generate program to calculate budget reduction based on certain percentage

(N) OPSF(I) > Dossier > GL >

Budget > Generate >

Mass Budget

DGT 25-

Mar-2010

25-Mar-2010

2

Step Description :Choose Mass Budget Formula 1. Selet Mass Budget Formula " Reduce 10% for SU 295213 and acct 551313" 1. Select which period the budget will be reduced.

Virement SA006 C_00001

Virement process will change Presidential Decree RABPP

Because of the virement will change Presidential Decree RABPP, Spending Unit need to ask approval to DGB for its virement. Once the virement is approved, DGB will prepare notification then Spending Unit will send Concept DIPA-R to Dit PA or Kanwil. 1. Register Budget Virement by DGB : - Based on Virement request from Spending Unit, DGB will register Virement in SPAN System 2. DGB will approve it. - After DGB approve, DGT will get notification through SPAN system 3. DGT will review notification and approve it - DGT will review notification from DGB with DIPA-R from Spending Unit - DGT will approve this notification. 4. Dit PA or Kanwil will print DIPA Revision through SPAN System. -Below changes need to be approved by DGB : BA,Echelon,SU,Func-SubFunc,Prog-Prio-Focus,Activ-ActivPrio

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier

Maintenance

DGB 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

1

Step Description : Creating Budget Transfers to allocate budget funds 1. Login as : DGB USER 2. Select Dossier Type : Virement Pepres SU537721 3. Enter Dossier Name : Virement process change Perpres for SU537721 and Description : Virement process change Perpres for SU537721 Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.711112.0000 3. Enter Period Name : Jan-10 Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0009.410656.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.711112.0000

SA013

Find the Dossier Type that want to be used Range account can be selected

Pass

VIRM1-2010-1 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0009.410656.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.711112.0000 (DB) - Jan 2010 - 83,333,333.33 Batch Name : CJE: Transfer 5838092: B 015.E0011.537721.019.01000001.01.0401.01501.0070128.0152.2.711112.0000 (CR) - Jan 2010 - 83,333,333.33

SA_I_00002

BC002 BC003 PM00

1

Approve Dossier Transactions

DGB user will input Virement into SPAN System

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGB 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

2

Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"

Pass N/A

271

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Approve Dossier Transactions

DGB manager will review again and send notification to DGT

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGB 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

3

Step Description : Approval 1. Login as : DGB HEAD 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres SU295213" 2. Click Approve

Approved related Dossier transaction, notification will be sent to next hierarchy

Pass N/A

Approve Dossier Transactions

DGT user will review it with Concept DIPA-R from SU

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

4

Step Description : Approval 1. Login as : PA User 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres SU295213" 2. Click Approve

Approved related Dossier transaction, notification will be sent to next hierarchy

Pass N/A

Approve Dossier Transactions

DGB manager will review it again and approve it

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

5

Step Description : Approval 1. Login as : PA Head 1. Select the Dossier transaction "Virement Pepres SU295213" 2. Click Approve

Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"

Pass N/A

Print Report

Check report

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

6

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis

Report run successfully

Pass N/A

C_00002

Virement process will not change Presidential Decree RABPP

Spending Unit prepare "Request of DIPA Revision" letter and send it to Dit PA or Kanwil(currently SU prepares this letter manually)

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier

Maintenance

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

1

Step Description : 1. Login as : PA HEAD 2. Select Dossier Type : " Virement DGT SU295213" 3. Enter Dossier Name : Virement process for SU 295213 and Description : Virement Process for SU 295213

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

VIRM2-2010-2 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5839281: B 018.E0012.295213.127.01000001.02.0403.018

272

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

1. Dit PA or Kanwil will review this Request of DIPA Revision letter and register in SPAN system. 2. Head of Kanwil/Dit PA will approve it. 3. Dit PA or Kanwil will print DIPA Revision through SPAN System. -Below changes need to be approved by DGT : Central-Kanwil-KPPN/Location/Account( only if first 2 digits change )

2

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.020.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Jan-09

Range account can be selected

01.0180105.2952.2.551313.0000 (DB) - Jan 2010 - 10,000,000.00 018.E0012.295213.020.01000001.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 (CR) - Jan 2010 - 10,000,000.00

3

Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 018.E0012.295213.127.01000000.02.0403.01801.0180105.2952.2.551313.0000 3. Enter Period Name : Jan-09

Range account can be selected

4

Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"

Approve Dossier Transactions

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

1

Step Description : Approval 1. Login as : Head of Dit PA User 1. Select the Dossier transaction "Virement DGT SU295213" 2. Click Approve

Find the Dossier Type that want to be used

Pass N/A

Print Report

Check report

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

1

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis

Report run successfully

Pass N/A

273

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

C_00003

SKPA Virement ( Approve by KPPN )

Origin Spending Unit prepare "SKPA Concept" and send it to Origin KPPN : 1. KPPN will review this SKPA Concept letter and based on this document KPPN revise AFP information in SPAN system. 2. Head of Origin KPPN will approve it. 3. Head of Origin KPPN will print DIPA Revision through SPAN System and send it to Receiver KPPN and Origin Spending Unit. 4. Origin Spending Unit send DIPA Revision to Receiver Spending Unit for Budget Execution process.

(N)OPSF(I) Dossier > Dossier

Maintenance

KPPN 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

1

Step Description : 1. Login as : KPPN USER 2. Select Dossier Type : " Virement SKPA SU119091" 3. Enter Dossier Name : Virement SKPA for SU 2119091 and Description : Virement SKPA Process for SU 119091 Step Description : Approval 1. Login as : KPPN User 1. Select the Dossier transaction " Virement SKPA SU2119091" 2. Click Approve

Find the Dossier Type that want to be used

Pass

VIRM3-2010-2 Journal : Batch Name : CJE: Transfer 5838467: B 015.E0010.119106.139.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 (DB) - Jan 2010 - 3,333,333.33 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 (CR) - Jan 2010 - 3,333,333.33

2

Step Description : Enter Source Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0010.119091.133.01000001.01.0690.09102.0910202.0151.2.523119.0000 3. Enter Period Name : Jan-10

Range account can be selected

Pass

3

Step Description : Enter Destination Budget 1. Enter Budget : FUNDING2010 2. Enter Account : 015.E0010.119106.139.01000000.01.0690.09102.0550226.0151.2.523119.0000 3. Enter Period Name : Jan-10

Range account can be selected

Pass

4

Step Description : Check and Reserve Funds 1. Click Check Funds button 2. Reserve Funds 3. Click Approve button

Fund will be reserved and Dossier transaction will be saved with status "Creating"

Pass N/A

274

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Approve Dossier Transaction

Approve Dossier Transaction based on approval hierarchy that already defined

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

KPPN 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

1

Step Description : Approval 1. Login as : Head of KPPN 1. Select the Dossier transaction "Virement SKPA SU119091" 2. Click Approve

Find the Dossier transaction and after Approved the status will be changed to "Complete"

Pass N/A

Print Report

Check report

(N)OPSF(I) Dossier > Workflow Monitor

>Administrator Workflow

>Notifications

KPPN 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

1

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Print reports : - Trial Balance Budget - Budget - Funds Available Analysis

Report run successfully

Pass N/A

C_00004

Virement request from SU, in system will be updated by KPPN

When there is virement in Spending Unit itself, it will not be reflected to SPAN System. However, it need to be reflected for reporting purpose(budget realization not showing negative amount) Spending Unit will send their own virement information(softcopy) to KPPN - Whenever SU submit SPM, it will be provided to KPPN and KPPN will update in SPAN System - During monthly closing, SU will submit thier own virement information to KPPN and KPPN will update in SPAN System - During year end closing, SU will submit thier won virement information to APK and APK will update in SPAN System

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Budgets > Enter > Journals

KPPN 1

Step Description : 1. Choose Budget name : 2. Input Batch Name : 3. From : Budget Organization Account : 4. To : Budget Organization Account : 5. Input Transfer Amount :

275

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Budget Retireme

nt SA007

Transfer back remaining Budget balances to LM Org ( Can use Retirement Relationship )

Not Required in CRP1 N/A N/A N/A N/A N/A

Vote on Account

SA015 C_00001

Vote on Account

<<Assumption based on PIC suggestion>> This process covers scenario if annual Budget has not approved until beginning of Fiscal Year but some transactions at Spending Unit need to be paid. Dit PA or Kanwil will do following process : 1. Dit PA or Kanwill will create DIPA on behalf Spending Unit : - This DIPA will be created only for certain transactions ( salary, electricity, water bill, etc ) - The DIPA amount will use previous year budget with full year budget balance. 2. Appropriation process, DGB will not interface data budget to Dit PA or Kanwil 3. Register Budget Allotment: - Dit PA or Kanwill will register budget allotment in SPAN system. 4. Register Annual Financial

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "VoteonAcct2011" 2. Enter Description "Vote on Acctount budget 2011" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period " Jan-11" and "Adj-11" 5. Click Open Next Year button 6. Save your work

SA007

Budget Book will be created

Pass

N/A SA_I_00001

BC002 BC003 PM00

1

Login to Responsibility :

Desktop Integrator ADI

2

Step Description : Copy Data from Spreadsheet to WebADI 1. Create Document 2. Select Integrator General Ledger - Budgets 3. Click Next button 4. Select Excell Version 5. Click Next 6. Select data in mandatory field (field with * sign) 7. Click Next 8. Click Continue 9. Click Create Document, the WebADI Excell will pop up. Wait, till complete. 10. Click Tool on Toolbar then highlight Protect and select Unprotect, to enable you insert as many row as you needed. 11. Save your work

WebADI will be opened

Pass

276

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Plan process, AFP information will be registered in SPAN System based on AFP information from previous year DIPA. - Head of Dit PA/Kanwil will approve and print this DIPA After Annual budget has been approved, Spending Unit will create Concept DIPA and DGB will interface full year budget amount. Dit PA/Kanwil will perform following processes : 6. Annual Budget data from DGB will replace DIPA that has been created by Dit PA or Kanwil. Register Budget Allotment process: - SU will print Concept DIPA and DGT need to review it with SPAN System. 7. Register Annual Financial Plan process, - AFP information will be registered in SPAN System based on Concept DIPA from Spending Unit. - Head of Kanwil/Dit PA will approve and print it. 8. Vote on Account DIPA ( step no 3 ) and Annual Budget DIPA will have different DIPA number

3

Step Description : Upload data to system. 1. Copy data from your spreadsheet to WebADI excell. 2. Select Oracle from Toolbar then select Upload 3. Fill out parameter as you needed, then click Upload. Data : 015.E0010.119091.133.01000000.01.0402.08803.0880311.0151.1.511111.0000 015.E0010.119091.133.01000000.01.0402.08803.0880311.0151.1.511121.0000 Upload to Jan-11 - Dec-11 period Will use budget code 1

Data will be interfaced to Oracle

Pass

Post Budget Journal

Post Budget Journal

(N) Change Responsibility to Public Sector General Ledger (N) OPSF(I)> Dossier >GL>Post

DGB 30-Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget

Journal will be Posted

Pass N/A

277

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Budgets > Define > Budget

DGB 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "Vote on Acct 2011 BACKUP" 2. Enter Description "APBN Vote on Acct 2011 BACKUP" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period "Jan-11" and "Adj-11" 5. Click Autocopy button and choose which budget want to be copied 6. Save your work

Budget data will be copied

Pass N/A

C_00002

Replace Budget

After Annual Budget has been approved and transfer to General Ledger module, need to replace budget from budget Vote on Account to Approved Annual Budget

(N)OPSF(I) Dossier > GL > Budgets > Define > Organization

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : Find the Budget Organization 1. Enter Organization name " DGB Org, Central Org or Kanwil Org 2. Click Ranges button 3. Click Budgetary Account and delete Funding budget Vote on Account to APBN2011

After Budget has been approved, the process will be same like "Budget Allotment and Annual Financial Plan"

Additional Budget interfaced from PSB and do process Allotment and AFP again ( The allotment and AFP process only for difference amount )

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

1 Refer to Budget Allotment and Annual Financial Plan process

N/A Pass N/A

Review MTEF

Budget SA008

C_00001

Review MTEF Budget

Once MTEF budget is reviewed by parliament, DGB will interface its MTEF budget with Supporting Document. If will be 1 proposed year + 2 year estimates and YTD balance. BA/Echelon/000000/000/Fund/00/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/0000/0/000000/0000 1. MTEF budget will be inquiry and printed by SPAN system

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Journals > Enter DGT

30-Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Find the the budget journal "Source = Budget Journal, Status = Unposted"

SA025 SA026 SA027 SA029 SA032

Budget journal will be created with status Unpost

Pass N/A SA_I_00009 N/A Fit

278

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Post Budget Journal

Post Budget Journal

(N) Change Responsibility to

Public Sector General Ledger

(N) OPSF(I)> Dossier

>GL>Post

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget FSG MTEF BUDGET

Budget Journal will be POSTED

Pass N/A

Carry Forward Budget

balances

SA009

C_00001

Carry forward Open PO to next year

This process applicable for below condition : 1. If remaining PO decided to be carryforward to next year, SU will prepare report which need to be carryforward. 2. KPPN will receive this list from SU and after year end closing, it will be carryforward to next year.

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Setup >> Open / Close

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

1

Step Description : Check Period 1. Close Previous year period 2. Open Next Year Period

SA016

Encumbrance will be carried forward to next year

Pass N/A SA_I_00005

BC002 BC003 PM00

1

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Journal > Generate >

Carry foward

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

2

Step Description : Generate Carryforward 1. Choose Carryforward rule 2. Choose Budget and period 3. Choose account from / to 4. Click Preview 5. View Request to see the result 6. Click Carryforward if want to execute this process

C_00002

Carryforward budget to next year(SU realize its remaining fund in Dec – after Budget preparation phase is over)

After APBN is approved by parliament, there will be some fund which need to be carryforward to next year - Each LM(??) will make request for approval to parliament with supporting document - After the request has been approved by Parliament , Dit PA will carryforward the remaining fund and print DIPA based on Carry Forward amount . -After APBN-P is approved(include carryforward amount from last year), it will be interfaced to DGT. - The carry forward amount from APBN-P will not be allotted to SU. - Carryforward budget and APBN budget should be distinguished.

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Journal > Generate >

Carry foward

DGT 26-

Mar-2010

26-Mar-2010

1

Step Description : Generate Carryforward 1. Choose Carryforward rule 2. Choose Budget and period 3. Choose account from / to 4. Click Preview 5. View Request to see the result 6. Click Carryforward if want to execute this process

279

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

*Waktu carry forward harus dalam budget stage 1 ??? , hasil carry forward dilakukan process allotment dengan menggunakan dossier .?? bisa kah ?

Supplementary Budget

SA010 C_00001

Interface Supplementary budget appropriation from PSB

Once annual budget revision is approved by parliament, DGB will interface its annual budget revision budget with RABPP-R. It will be lowest level(6 digits economic classification) and YTD balance BA/Echelon/SU/Central-Kanwil-KPPN/Fund/Authority/Func-SubFunc/Prog-Prio-Focus/Activ-ActivPrio/Location/BudgetStage/Account/Future Once DGB interface approved budget, they will inform to Dit PA, and SU will use DIPA system to print concept DIPA-R and send it to Dit PA. (Offline) Based on Annual Budget Revision from DGB, Dit PA /Kanwil will perform following processes : 1. Register Budget Allotment : - Supplementary budget allotment process will be at lowest level (6 digits economic classification) and YTD balance - DIPA with authority code Central Office, Assistance Task and Co-Administration will be approved by Dit PA and DIPA with authority code Region Office and Deconcentration will be approved by Head of Kanwil 2. Update Annual Financial Plan :

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Journals > Enter DGT

30-Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Find the the budget journal "Source = Budget Journal, Status = Unposted" 015.E0010.119091.133.01000000.01.0690.09102.0910202.0151.1.511141.0000 015.E0010.119091.133.01000000.01.0690.09102.0910202.0151.1.523119.0000 022.02204.412801.133.01000000.01.0408.02205.0220501.0152.1.532100.0000 022.02204.412801.140.01000000.01.0408.02205.0220501.0152.1.536100.0000 Will use budget stage 1

SA003

Bugdet Jornal will be created with status Unposted

Pass N/A N/A

BC002 BC003 PM00

1

280

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

- After supplementary budget alloment registration, AFP information will be registered in SPAN system based on DIPA-R. - Head of Dit PA or Kanwil/Dit PA will approve it. - DIPA-R will be printed by DIT PA/Kanwil - In database, AFP information will be by 6 digits but for reporting purpose 2 digit account will be printed.

Post Budget Journal

Post Budget Journal

(N) Change Responsibility to

Public Sector General Ledger

(N) OPSF(I)> Dossier

>GL>Post

DGT 30-Mar-

2010 1

Step Description : Review and Post Budget Journal 1. Change responsibility to Public Sector General Ledger 2. Select the budget journal 3. Review Batch and click Post 4. Print report Trial Balance Budget

Budget Journal will be POSTED

Pass N/A N/A

C_00002

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

Create new Budget and copy Budget as a backup to maintain history of this budget

(N)OPSF(I) Dossier > GL >

Budgets > Define > Budget

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : Enter Budget 1. Enter Budget "APBN 2010 Supplement BACKUP" 2. Enter Description "APBN Supplement 2010 BACKUP" 3. Enter Status : Open 4. Enter First and Last Budget Period "Jan-10" and "Adj-10" 5. Click Autocopy button and choose which budget want to be copied 6. Save your work

Budget balances will be copied

Pass N/A N/A

C_00003

Repeat scenarions : Allotment and registering Annual Financial Plan

Repeat scenarions : Allotment and registering Annual Financial Plan

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

1

Allotment process and AFP will move from budget stage 4 to Budget stage 2

Dossier transaction created successfully and print report for checking.

Pass N/A N/A

281

Process Name

Scenario ID Business

Case Business Requirement (Required Information)

Path Owner Test Plan Date

Test Execute

Date Step Test Procedure Ref No.

Expected Result

Execution Result Issue NO

Cross Process

ID

Gap/Fit Process

ID Case

ID Result Detail Execution Result

Journal transfer

from Dossier

SA011 C_00001

Transfer Journal from Dossier

Check Journal Encumbrances from Dossier trasactions - After Budget Appropriation - After Budget Allotment - After Annual Financial Plan - After Cash Limit - After Virement

(N) OPSF(I) > Dossier > GL >

Inquiry > Budget (N) OPSF(I) >

Dossier > GL > Other > Request

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : Print Report 1. Click View 2. Select Request 3. Find Request and select Program - Create Journals 4. Click View Output to see the result

N/A

Journal Dossier will be created in GL with status Unposted

Pass N/A N/A

Inquiry Budget Journal

and Fund

SA012 C_00001

Query Budget Balances

Check Budget Journal - After Budget Appropriation - After Budget Allotment - After Annual Financial Plan - After Cash Limit - After Virement

(N) OPSF(I) > Dossier > GL >

Inquiry > Budget DGT

30-Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : View Annual Budget Data 1. Enter Ledger 2. Enter Budget 3. Enter Currency 4. Enter Inquiry Type 5. Enter Accounting Periods 6. Select Factor 7. Select Summary Template to limt the query 8. Select summary accounts 7. Click Show Balances button

SA008 SA009 SA015 SA030 SA031

Check budget balance online from system

Pass Check budget balance online from system

N/A

Query Fund

Check Fund Available - After Budget Appropriation - After Budget Allotment - After Annual Financial Plan - After Cash Limit - After Virement

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Inquiry > Fund

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : View Funds Available 1. Enter Ledger 2. Enter Budget 3. Enter Period 4. Select Range account

SA008 SA009 SA015 SA030 SA031

Check Fund Available online from system

Pass Check Fund Available online from system

N/A

Encumbrance

Checking SA013

C_00001

Check encumbrance from PR, PO, AP and GL

Check budget balances movement - After Budget Commitment - After Payment Management

(N) OPSF(I) > Dossier > GL > Inquiry > Fund

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

1

Step Description : 1. Create PR from Puirchasing Module 2. Check Fund 3. Create PO from Purchasing Module 4. Check Fund 5. Match AP Invoice from AP Module 6. Check Fund 7. Transfer from AP to GL and POST 8. Check Fund

N/A

Check Encumbrance movement from PR until GL

Pass Check Encumbrance movement from PR until GL

N/A

Other SA015 C_00001

Other Reporting

(N) OPSF(I) > Dossier > GL >

Inquiry > Budget (N) OPSF(I) >

Dossier > GL > Other > Request

DGT 30-

Mar-2010

30-Mar-2010

1

- SA008 Viewing and printing out the initial Annual Budget Appropriation - SA009 The system should have the ability to analyze the Annual Budget Appropriations in varied detail - SA030 Viewing and printing out the MTEF - SA031 The system should have the ability to analyze the MTEF in varied detail

SA008 SA009 SA030 SA031

N/A N/A N/A N/A Fit

282

Proses Skenario CRP II dan Penyempurnaannya

Nama Proses

Penjelasan Proses

Appropriasi Anggaran

(Anggaran Tahunan

Penjelasan :

Setelah DPR menyetujui RUU APBN menjadi UU APBN maka

diperlukan Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja

Pemerintah Pusat (RABPP) untuk melaksanakan UU APBN tersebut.

Perpres ini disusun berdasarkan rincian anggaran pemerintah per

satker, lokasi, program, kegiatan, fungsi/subfungsi, unit organisasi

dan jenis belanja (Pasal 26 ayat 1 UU 17/2003). Peraturan Presiden

tersebut menjadi dasar penyusunan dan pengesahan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (PMK 119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat 1).

Konsep Penganggaran Berbasis Kinerja dan Kerangka Pengeluaran

Jangka Menengah mulai diperkenalkan dalam DIPA terutama

dimulai pada tahun anggaran 2012. Antisipasi dalam pelaksanaan

anggaran ke depannya dengan pendekatan kinerja dan kerangka

jangka menengah, menyebabkan format RKAKL 2011 dan unsur-

unsurnya digunakan sebagai bahan penyusunan DIPA.

Pemroses : Pelaksana dan Kepala Seksi pada Ditjen Anggaran

Input : RUU APBN

Output : UU APBN

Rincian Proses

Anggaran tahunan yang disetujui oleh parlemen dimasukkan ke

dalam sistem oleh DJA. Persetujuan pagu anggaran bagi

kementerian untuk belanja diuraikan dalam tingkat yang lebih detil

yaitu ke dalam klasifikasi ekonomi

283

Pengesahan DIPA di Kantor Pusat

Penjelasan :

Berdasarkan Perpres RABPP Menteri/Pimpinan Lembaga

menyusun dokumen pelaksanaan anggaran (Konsep DIPA) yang

diuraikan menurut sasaran yang hendak dicapai, fungsi,

program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk

mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap

satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan (UU 1/2004

Pasal 14 ayat 2 dan 3). Dalam PMK 119/PMK.02/2009 pasal 6 ayat

2 rincian dalam dokumen DIPA diatur lebih rinci yaitu menjadi

fungsi/sub fungsi, program, sasaran program, rincian

kegiatan/sub kegiatan, jenis belanja, dan rencana penarikan dana

serta perkiraan penerimaan.

Konsep kinerja dan penganggaran jangka menengah yang akan

diterapkan menyebabkan penambahan beberapa unsur yang ada

pada RKAKL 2011 dicantumkan dalam DIPA. Unsur kinerja

tersebut yaitu visi, misi, hasil (outcome), indikator kinerja utama

program, sasaran strategis, prioritas nasional dan fokus prioritas.

Kerangka penganggaran jangka menengah menyebabkan DIPA

menyediakan informasi alokasi pagu untuk tiga tahun ke depan.

Pemroses:

1. Pelaksana/staff pada Dit PA DJPBN

2. Kepala Seksi Dit PA DJPBN

Waktu : Akhir tahun anggaran (Desember tahun n-1)

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK satker dan perpres RABPP dari Budget

Prepraration Modul

284

Output : DIPA

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN.

(Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun)

sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya

sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian merestore data DIPA

ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan

informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA

dengan RABPP.

3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan

penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep

DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP. Informasi

perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP yang

dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat

bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan

mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika

konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan

mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi

perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-

hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah

dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar

maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem

sehingga data DIPA akan langsung masuk ke dalam database

SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data

285

belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval

sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan

perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang

diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke

Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh

Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit

PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA

DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke

Direktur PA untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA

diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada

pihak-pihak terkait.

Catatan :

1. Jika terdapat perbedaan data akun antara SPAN dan ADK satker

maka sistem akan memilih data yang ada diSPAN. Karena sesuai

dengan hasil penelaahan DJA dengan Satker yang disepakati

adalah data yang disimpan pada database SPAN

2. Penekanan proses pada saat penelaahan adalah rencana

penarikan dana khususnya pada triwulan pertama apakah

sudah realistis atau belum

286

Pengesahan Anggaran dari Kantor Wilayah ke Satuan Kerja

Penjelasan:

Petugas dari Kanwil DJPBN dan Petugas dari Satker secara bersama-

sama melakukan penelaahan terhadap Konsep DIPA yang diajukan

Satker. Penelaahan DIPA pada Kanwil DJPBN didasarkan pada cover

letter Perpres Rincian APBN dari Dit PA

Pemroses

1. Pelaksana pada Bidang PA di Kanwil DJPBN

2. Kepala Seksi Kanwil DJPBN

Waktu : Akhir tahun anggaran (Desember tahun n-1)

Tempat : Bidang PA Kanwil DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK satker dan perpres RABPP dari Budget

Preparation Modul

Output : DIPA

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Bidang PA

Kanwil DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai

6 digit (akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA

disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN kemudian menginput

data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan

memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep

DIPA dengan RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN dan Satker akan

melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara

Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK.

287

Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA dengan

RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi

salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan

mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika

konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan

mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi

perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-

hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA yang telah

dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka

kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga

data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan

dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar

maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data

akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh

pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki

oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang

harus diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi

Bid PA Kanwil DJPBN untuk diparaf, kemudian diteruskan pada

kasubid PA Kanwil DJPBN untuk direview dan diparaf dan

terakhir diteruskan ke Kepala Kanwil untuk direview dan

ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPBN, DIPA

diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada

pihak-pihak terkait.

288

Pengesahan Anggaran untuk DIPA BUN

Penjelasan:

Setelah DJA mengesahkan anggaran, DIPA BUN (999.01

Manajemen Utang, 999.02 Manajemen Hibah, 999.03

Manajemen Investasi, 999.04 Perjanjian Penerusan Pinjaman,

999.07 Subsidi dan 999.08 Belanja lain-lain) tidak akan dilakukan

penelaahan oleh masing-masing Direktorat/Seksi yang mengelola

DIPA BUN sampai dokumen pendukung untuk masing-masing

transaksi khusus selesai. Khusus untuk DIPA BUN 999.05 Transfer

ke daerah, DIPA nya akan dibuat sekitar bulan November-

Desember. DIPA ini menggunakan kode kewenangan Kantor

Pusat (KP) pada sistem yang akan dilakukan oleh Kepala Seksi dan

akan dicetak oleh Pelaksana pada kantor Pusat DJPB.

Pemroses :

1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA,

memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, menelaah

Konsep DIPA dan mencetak DIPA.

2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana,

memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan

approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan

meneruskannya pada Kasubid PA.

Waktu : Sesuai dengan kebutuhan

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

289

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN.

Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun)

sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya

sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA

ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan

informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan

RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan

penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep

DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi

perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK

yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat

bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan

mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika

konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan

mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi

perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-

hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah

dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka

kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga

data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan

dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar

maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data

akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh

290

pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki

oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang

harus diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit

PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA

DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke

Direktur PA untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA

diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada

pihak-pihak terkait.

8. Penelaahan termasuk dari sisi penerimaan sesuai dengan

rencana dari satker bersangkutan.

291

DIPA Sementara Penjelasan :

Penerbitan DIPA sementara dilakukan apabila sampai pada

waktu yang ditentukan Satker belum menyampaikan konsep

DIPA. Sehingga Direktorat PA/ Kanwil DJPBN akan menerbitkan

DIPA namun hanya belanja pegawai dan belanja kegiatan

sehari-hari perkantoran yang dapat dicairkan dananya.

Pelaksana: Pelaksana pada kantor pusat DJPBN dan Kanwil

DJPBN

Proses yang dilakukan:

1. Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit

PA/kanwil Ditjen PBN

2. Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen

PBN akan membuat Konsep DIPA satker yang belum

menyampaikan konsp DIPAnya sampai waktu tertentu.

3. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka

Dit PA/Kanwil DJPB akan langsung melakukan pengesahan

DIPA sementara tersebut, namun hanya belanja pegawai dan

kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak diblokir.

4. Terakhir DIPA sementara tersebut dikirim ke satker sebagai

dasar pelaksanaan anggaran sebelum DIPA Tahunan satker

tersebut disahkan

292

Pengesahan Anggaran untuk DIPA BLU

Penjelasan:

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran BLU, yang selanjutnya

disingkat DIPA BLU adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang

dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga serta disahkan oleh

Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan

dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang

mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana BLU atas

beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi

pemerintah.

Pemroses :

1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA dan

RBA dari satker, memeriksa kelengkapan dokumen pendukung,

menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.

2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa

kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data

pada sistem, memaraf DIPA net dan meneruskannya pada

Kasubdit PA.

Waktu : Awal tahun anggaran.

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Peraturan Menkeu tentang prosentase ambang batas

fleksibilitas bagi BLU Penuh dan besaran pencairan dana bagi BLU

Bertahap (prosentase) + RBA Definitif + Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA BLU

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data

dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara

293

data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis

belanja)

2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke

Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi

tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan

untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan

Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep

DIPA dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan

menjadi salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data

DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum

sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai

dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK

dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh

pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan

tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk

ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya

jika data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval

sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan

oleh pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh

DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus

diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA

untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk

direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk

direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan

kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak

terkait.

294

Pengesahan DIPA Dekonsentrasi

Penjelasan :

DIPA Dekonsenrasi merupakan DIPA yang memuat rincian

penggunaan anggaran kementerian / lembaga dalam rangka

pelaksanaan dana dekonsentrasi, yang dilaksanakan oleh Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk Gubernur.

Pemroses

1. Pelaksana pada Bidang PA di Kanwil DJPBN akan menerima konsep

DIPA Dekon dari satker, memeriksa kelengkapan dokumen

pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.

2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana, memeriksa

kelengkapan dokumen pendukung, memberikan approval data

pada sistem, memparaf DIPA net dan meneruskannya pada

Kasubid PA.

Waktu : Awal tahun anggaran.

Tempat : Bidang PA Kanwil DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Bidang PA Kanwil

DJPBN. Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit

(akun) sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun

hanya sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN kemudian menginput

data DIPA ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan

memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep

DIPA dengan RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Bidang PA Kanwil DJPBN dan Satker akan

melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara

295

Konsep DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi

perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK yang

dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu

dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost

data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA

belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA

disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan

RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost

oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan

menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan

langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net

DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan

menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke

pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk

kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau

dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki

sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Bid PA

Kanwil DJPBN untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubid PA

Kanwil DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan

ke Kepala Kanwil untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPBN, DIPA

diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada

pihak-pihak terkait.

296

Pengesahan DIPA Tugas Pembantuan

Penjelasan :

DIPA Tugas Pembantuan adalah DIPA yang memuat rincian

penggunaan anggaran kementerian / lembaga dalam rangka

pelaksanaan tugas pembantuan yang pelaksanaanya dilakukan

oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk oleh Menteri/Pimpinan

Lembaga. Konsep DIPA Tugas Pembantuan disusun dan

ditetapkan oleh Kepala Satker di tingkat Pusat yang ditunjuk oleh

Menteri/Pimpinan Lembaga.

Pemroses

1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA

Tugas Pembantuan dari satker, memeriksa kelengkapan

dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA dan mencetak

DIPA.

2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana,

memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan

approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan

meneruskannya pada Kasubid PA.

Waktu : Awal tahun anggaran.

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data dalam

ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data dalam

Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke Sistem

297

SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi tentang

perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan

untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker

dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA

dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi

salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost data

DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA belum sesuai

maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA disertai dengan

informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-

hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh

pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan menekan

tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan langsung masuk

ke dalam database SPAN dan dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika

data belum benar maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga

data akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh

pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB)

atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki

sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA untuk

diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk direview

dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan

ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan kepada

Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.

8. Pejabat perbendaharaan yang akan melaksanakan kegiatan DIPA TP

ditunjuk oleh Kepala Intansi di daerah. Hal ini dapat berakibat

pengesahan DIPA TP menjadi lebih lama karena harus menunggu

informasi dari daerah.

298

Pengesahan DIPA satu satker banyak DIPA

Penjelasan :

DIPA untuk satu satker yang memiliki banyak DIPA adalah suatu

satker yang karena tugas, pokok dan fungsinya mendapatkan

kewenangan untuk mengelola DIPA Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan selain mengelola DIPA satker yang bersangkutan

(jika dimungkinkan).

Pemroses :

1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA

Tugas Pembantuan dan DIPA Dekonsentrasi dari satker,

meemriksa kelengkapan dokumen pendukung, memeriksa

kelengkapan dokumen pendukung, menelaah Konsep DIPA

dan mencetak DIPA.

2. Kasi Dit PA bertugas mereview data yang diinput pelaksana,

meemriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan

approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan

meneruskannya pada Kasudit PA.

Waktu : Awal tahun anggaran.

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

299

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN.

Data dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun)

sementara data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya

sampai 2 digit (jenis belanja)

2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA

ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan

informasi tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan

RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan

penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara Konsep

DIPA yang diajukan Satker dengan RABPP/SAPSK. Informasi

perbedaan data antara Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK

yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat

bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan

mempost data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika

konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan

mengembalikan konsep DIPA disertai dengan informasi

perbedaan data Konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK dan hal-

hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah

dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka

kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga

data DIPA akan langsung masuk ke dalam database SPAN dan

dapat di print Net DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar

maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data

300

akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh

pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki

oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang

harus diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit

PA untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA

DJPBN untuk direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke

Direktur PA untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA

diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada

pihak-pihak terkait.

8. Satker bisa mendapatkan DIPA Dekonsentrasi ketika

Kementerian / Lembaga lain atau Kementerian / Lembaga

yang sama dibawah satu organisasi ingin melakukan kegiatan

tertentu di lokasi dari satker yang bersangkutan namun

Kementerian / Lembaga tidak mempunyai kantor perwakilan

dan sumber daya. Tujuan dari kegiatan ini hanya untuk

kegiatan non-fisik.

9. Satker bisa mendapatkan DIPA Tugas Pembantuan ketika

Kementerian / Lembaga lain atau Kementerian / Lembaga

yang sama dibawah organisasi ingin melakukan kegiatan

tertentu di lokasi dari satker yang bersangkutan namun

Kementerian / Lembaga tidak mempunyai kantor perwakilan

dan sumber daya. Tujuan dari kegiatan ini hanya untuk

kegiatan fisik.

301

Pengesahan satu DIPA banyak satker

Penjelasan :

Satu DIPA banyak Satuan kerja (Satker) adalah satu DIPA yang

digunakan oleh lebih dari satu Satuan Kerja (Satker). Hal ini

dimungkinkan untuk satker Kementerian Pertahanan dimana

dokumen pelaksanaan anggaranya ada untuk Satker Kementerian

Pertahanan namun (tidak perlu ditulis) digunakan oleh lebih dari

satu satker dibawahnya meskipun data apropriasi telah di

turunkan untuk beberapa satker.

Pemroses :

1. Pelaksana pada Dit PA DJPBN akan menerima konsep DIPA

dari satker, meemriksa kelengkapan dokumen pendukung,

menelaah Konsep DIPA dan mencetak DIPA.

2. Kasi Dit PA bertugas mereview data yang diinput pelaksana,

memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, memberikan

approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan

meneruskannya pada Kasudit PA.

Waktu : Awal tahun anggaran.

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

Rincian Proses :

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA DJPBN. Data

dalam ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara

data dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit

(jenis belanja)

2. Pelaksana pada Dit PA DJPBN kemudian menginput data DIPA ke

Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi

302

tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan

RABPP/SAPSK.

3. Pelaksana pada Dit PA DJPBN dan Satker akan melakukan penelaahan

untuk memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker

dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA

dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi

salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost

data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA

belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA

disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan

RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA DJPB akan mereview data DIPA yang telah dipost

oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan

menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan

langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net

DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan

menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke

pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk

kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau

dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus diperbaiki

sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi Dit PA

untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit PA DJPBN untuk

direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk

direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA DJPBN, DIPA diserahkan

kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak

terkait.

303

Pengesahan DIPA

Reserve Fund (Dana

Cadangan) Kita

tidak ada DIPA

Dana Cadangan

yang ada DIPA

Format

Khusus/Belanja

Lain-lain

Penjelasan :

DIPA Reserved Fund merupakan DIPA yang menggunakan dana

cadangan. DIPA ini diterbitkan sewaktu-waktu saat ada kejadian

tertentu yang membutuhkan pengeluaran pemerintah dan belum

direncanakan sebelumnya, misalnya untuk penanganan bencana.

Sebelum dialokasikan ke dalam DIPA dana cadangan ini akan

terlebih dahulu di tampung pada akun 581149 (belanja lain-lain)

dan kemudian saat disahkan DIPAnya akan dibagi-bagi ke dalam

akun-akun lain sesuai peruntukannya

Pemroses :

1. Pelaksana pada Direktorat PA bertugas menelaah konsep DIPA,

menginput data dan mengeprint DIPA

2. Kasi bertugas mereview data yang diinput pelaksana,

memberikan approval data pada sistem, memaraf DIPA net dan

meneruskannya pada Kasubdit

3. Kasubdit bertugas mereview DIPA, memaraf DIPA net dan

meneruskannya pada Direktur PA

4. Direktur PA bertugas mereview DIPA dan menandatangani DIPA

Waktu : Temporary/sewaktu-waktu

Tempat : Direktorat PA

Input : Konsep DIPA + ADK

Output : DIPA

Rincian Proses

1. Satker mengirimkan Konsep DIPA dan ADK ke Dit PA. Data dalam

ADK Konsep DIPA diuraikan sampai 6 digit (akun) sementara data

304

dalam Dokumen Konsep DIPA disusun hanya sampai 2 digit (jenis

belanja)

2. Pelaksana pada Dit PA kemudian menginput data Konsep DIPA ke

Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan memberikan informasi

tentang perbedaan antara data konsep DIPA dengan RABPP/SAPSK

3. Pelaksana pada Dit PA dan Satker akan melakukan penelaahan untuk

memastikan kesesuaian antara Konsep DIPA yang diajukan Satker

dengan RABPP/SAPSK. Informasi perbedaan data antara Konsep DIPA

dengan RABPP/SAPSK yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi

salah satu alat bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA telah sesuai maka pelaksana akan mempost

data DIPA ke dalam database SPAN. Sebaliknya jika konsep DIPA

belum sesuai maka pelaksana akan mengembalikan konsep DIPA

disertai dengan informasi perbedaan data Konsep DIPA dengan

RABPP/SAPSK dan hal-hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA akan mereview data DIPA yang telah dipost oleh

pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka kasi akan

menekan tombol approval pada sistem sehingga data DIPA akan

langsung masuk ke dalam database SPAN dan dapat di print Net

DIPAnya. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi akan menekan

tombol disapproval sehingga data akan balik ke pelaksana dan bisa

dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk kesalahan yang

diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker

(untuk kesalahan yang harus diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi untuk

diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk direview dan

diparaf dan terakhir diteruskan ke Direktur PA untuk direview dan

ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Direktur PA, DIPA diserahkan kepada

Satker serta lampirannya dikirimkan pada pihak-pihak terkait.

305

Pengesahan DIPA

Format Khusus

Penjelasan :

Kegiatan-kegiatan yang bersifat mendesak dan sangat penting harus

segera dilaksanakan dapat menggunakan DIPA Format Khusus.

Sebagaimana pada saat penyediaan dana untuk korban gempa bumi di

daerah yang menjadi prioritas utama pemerintah. Mekanisme DIPA

Format Khusus tidak memiliki bentuk khusus karena tidak melalui proses

penganggaran dari DJA.

Pemroses : -

Waktu : Sewaktu-waktu.

Tempat : Dit PA DJPBN.

Input : Tidak dapat ditentukan

Output : DIPA

Rincian Proses :

1. Pertimbangan khusus oleh Presiden yang menghasilkan suatu perintah untuk

melakukan suatu kegiatan yang harus segera dilaksanakan karena

pertimbangan bahwa apabila pelaksanaan sampai terlambat akan

menyebabkan kerugian yang besar termasuk korban jiwa. Kegiatan darurat

harus didukung dengan anggaran/dana yang digunakan untuk

melaksanakannya.

2. Presiden memerintahkan Menteri Keuangan sebagai BUN untuk

menyediakan sejumlah dana yang diperlukan dalam rangka

melaksanakan perintah Presiden tersebut.

3. Menteri Keuangan dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan (Dit DPA)

menghitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan

darurat tersebut.

4. Hasil perhitungan dituangkan dalam DIPA Format Khusus yang hanya

terdiri satu lembar merupakan pengesahan sekaligus mencantumkan

seluruh elemen DIPA yang lain secara rinci.

5. Setelah DIPA selesai disusun segera disahkan oleh Direktur Jenderal

Perbendaharaan.

6. Berdasarkan pengesahan DIPA tersebut maka DJPB (Dit PA) memerintahkan

agar BI melakukan transfer dana di rekening kas negara sejumlah yang

tercantum dalam DIPA kepada KPPN yang akan menjadi kantor bayar.

306

Update AFP

(Rencana Penarikan

Dana dan Perkiraan

Penerimaan)

Penjelasan :

Annual financial Plan ialah rencana penarikan dana dan perkiraan

penerimaan Satker selama satu tahun anggaran yang diuraikan

perbulan. Rencana penarikan dana menjadi batas tertinggi jumlah

dana yang bisa dicairkan Satker dalam satu bulan.

Pemutakhiran/update AFP wajib dilakukan setiap bulan dan harus

disampaikan ke DJPB selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum

bulan perkiraan.

Pemroses

1. Pelaksana pada KPPN mereview dan menginput data AFP

2. Kasi pada Kanwil atasan KPPN mengnyetujuiaprove data yang

diinput pelaksana

Waktu : Setiap bulan

Tempat : KPPN

Input : Konsep AFP

Output : AFP

Rincian Proses

1. Satker menyampaikan update rencana penarikan dana ke KPPN

dalam bentuk dokumen dan ADK. Data dalam hardcopy hanya akan

ditampilkan sampai 2 digit sedangkan data dalam ADK akan berisi

sampai 6 digit

2. Pelaksana di KPPN akan mereview dokumen AFP dan kemudian

menginput data tersebut kedalam Sistem SPAN.

3. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data yang sudah diinput tadi.

Jika data telah sesuai maka Kasi pada Kanwil akan menyetujui

(menekan tombol approve pada sistem) sehingga data akan

langsung masuk di database SPAN.

307

Cash Limit dengan

usulan Satker

Penjelasan :

Cash limit dengan usulan Satker merupakan mekanisme

pembatasan jumlah kas yang bisa dicairkan Satker dengan

memberikan kesempatan pada Satker untuk mengusulkan

kegiatan apa saja yang akan ditunda terlebih dahulu penggunaan

dananya

.

Pemroses

1. Pelaksana KPPN mereview dan menginput data AFP yang

diajukan Satker

2. Kasi pada Kanwil mengapprove data yang diinput oleh

pegawai KPPN sesuai dengan prosentase jumlah yang

dikurangi

Waktu : Sewaktu-waktu/temporary

Tempat : KPPN

Input : Informasi kekurangan kas /cash limit dari Dit PKN, Konsep

AFP dari Satker

Output : AFP

Rincian Proses

1. Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara) akan memberikan informasi ke

Dit PA mengenai terjadinya kekurangan kas beserta nilai

kekurangannya.

2. Berdasarkan data dari Dit PKN maka Dit PA akan menyampaikan

308

kepada KPPN jumlah alokasi/dana yang dapat digunakan oleh

masing-masing satker.

3. KPPN menyampaikan kepada masing-masing Satker agar

pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah

tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan

dikurangi dananya.

4. Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah

disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus

menyesuaikan rencana penarikan dana kepada KPPN.

5. KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan

sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA.

6. Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan

untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana

kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu

diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan

dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA

masing-masing satker.

309

Cash Limit tanpa

Usulan Satker

Penjelasan :

Cash limit tanpa usulan Satker ialah mekanisme pembatasan

jumlah kas yang bisa dicairkan Satker yang pelaksanaannya

dilakukan langsung oleh pemerintah (BUN) tanpa terlebih dahulu

meminta masukan dari Satker. Langkah ini ditempuh jika

kebutuhan untuk pembatasan kas diperlukan sesegera mungkin.

Pemroses

1. Pelaksana pada Dit PA

2. Kasi pada Dit PA

3. Kasubdit pad Dit PA

Waktu : Sewaktu-waktu/temporary

Tempat : Dit PA

Input : Informasi kekurangan cash dari Dit PKN

Output : Cash Limit

Rincian Proses

1) Dit PA meneriman informasi kekurangan kas dari Dit PKN

beserta nilai kekurangannya.

2) Dit PA menetapkan jumlah dana yang bisa digunakan oleh

masing-masing Satker kemudian menyampaikannya kepada

KPPN untuk diteruskan kepada seluruh Satker terkait

3) Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan

untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana

kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu

diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan

dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA

masing-masing satker.

310

Revisi Karena

Perubahan RABPP

Penjelasan :

Apabila terjadi revisi RABPP/SAPSK maka Satker yang

bersangkutan harus mengajukan revisi DIPA ke DJPB untuk

menyesuaikan data DIPA dengan data revisi RABPP/SAPSK

Pemroses

1. Pelaksana pada Kanwil DJPB/Dit PA

2. Kasi pada Kanwil DJPB/Dit PA

Waktu : Setelah terjadinya revisi RABPP

Tempat : Direktorat PA/Kanwil DJPB

Input : Surat Permintaan Revisi, Konsep DIPA R, ADK DIPA R

Output : DIPA R

Rincian Proses

1. Satker mengirimkan Surat permohonan revisi, konsep DIPA R

dan ADKnya ke Dit PA/Kanwil DJPB

2. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB kemudian menginput data

konsep DIPA R ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan

memberikan informasi tentang perbedaan antara data konsep

DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R

3. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB dan Satker akan

melakukan penelaahan untuk memastikan kesesuaian antara

Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R. Informasi

perbedaan data antara Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK

R yang dihasilkan oleh Sistem SPAN akan menjadi salah satu

alat bantu dalam proses penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA R telah sesuai maka pelaksana akan

311

mempost data DIPA R ke dalam database SPAN. Sebaliknya

jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan

mengembalikan konsep DIPA R disertai dengan informasi

perbedaan data Konsep DIPA R dengan RABPP R/SAPSK R dan

hal-hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Kanwil DJPB akan mereview data DIPA R yang telah

dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah benar maka

kasi akan menekan tombol approval pada sistem sehingga

data DIPA R akan langsung masuk ke dalam database SPAN

dan dapat diprint. Sebaliknya jika data belum benar maka Kasi

akan menekan tombol disapproval sehingga data akan balik ke

pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh pelaksana (untuk

kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki oleh DJPB) atau

dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang harus

diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA R yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi

untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk

direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Kepala Kanwil

DJPB untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPB, DIPA R

diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada

pihak-pihak terkait

312

Revisi tanpa

Perubahan RABPP

Penjelasan :

Revisi DIPA tanpa perubahan RABPP

Pemroses

1. Pelaksana pada Kanwil DJPB/Dit PA

2. Kasi pada Kanwil DJPB/Dit PA

Waktu : Sewaktu-waktu/temporary

Tempat : Direktorat PA/Kanwil DJPB

Input : Surat Permintaan Revisi dan lampirannya, ADK DIPA R

Output : DIPA R

Rincian Proses

1. Satker mengirimkan Surat permintaan revisi, lampirannya dan

ADKnya ke Dit PA/Kanwil DJPB

2. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB kemudian menginput data

konsep DIPA R ke Sistem SPAN, sistem secara otomatis akan

membandingkan data pagu dana dalam ADK DIPA R dengan

data ketersediaan dana (fund available) dalam database SPAN

untuk memastikan tidak terjadinya DIPA minus yang

diakibatkan oleh Revisi DIPA. Sistem juga akan memberikan

informasi tentang perbedaan antara data ADK DIPA R dengan

data RABPP untuk memastikan bahwa revisi yang diajukan

Satker merupakan wewenang DJPB.

3. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB dan Satker akan

melakukan penelaahan untuk memastikan bahwa revisi yang

diajukan Satker sesuai ketentuan. Informasi perbandingan

pagu DIPA R dengan fund available dan informasi perbedaan

313

data antara ADK DIPA R dengan RABPP yang dihasilkan oleh

Sistem SPAN akan menjadi salah satu alat bantu dalam proses

penelaahan ini.

4. Apabila Konsep DIPA R telah sesuai maka pelaksana akan

mempost data DIPA R ke dalam database SPAN. Sebaliknya

jika konsep DIPA belum sesuai maka pelaksana akan

mengembalikan konsep DIPA R disertai dengan informasi

mengenai hal-hal yang membutuhkan perbaikan

5. Kasi pada Dit PA/Kanwil DJPB akan mereview data DIPA R

yang telah dipost oleh pelaksana. Apabila data tersebut telah

benar maka kasi akan menekan tombol approval pada sistem

sehingga data DIPA R akan langsung masuk ke dalam database

SPAN dan dapat diprint. Sebaliknya jika data belum benar

maka Kasi akan menekan tombol disapproval sehingga data

akan balik ke pelaksana dan bisa dilakukan perbaikan oleh

pelaksana (untuk kesalahan yang diperbolehkan diperbaiki

oleh DJPB) atau dikembalikan ke Satker (untuk kesalahan yang

harus diperbaiki sendiri oleh Satker)

6. DIPA R yang telah diprint kemudian disampaikan kepada Kasi

untuk diparaf, kemudian diteruskan pada kasubdit untuk

direview dan diparaf dan terakhir diteruskan ke Dirketur

PA/Kepala Kanwil DJPB untuk direview dan ditandatangani.

7. Setelah ditandatangani oleh Kepala Kanwil DJPB, DIPA R

diserahkan kepada Satker serta lampirannya dikirimkan pada

pihak-pihak terkait

314

Revisi DIPA

Pengesahan pada

BLU dan Hibah

(Alternatif proses

revisi perubahan

pagu)

Penjelasan :

Perlakuan belanja pada DIPA BLU Penuh memiliki karakteristik

yang berbeda dengan belanja pada DIPA umum karena satker

BLU diberikan kewenangan untuk melakukan belanja mendahului

permintaan pembayaran kepada KPPN. Apabila syarat telah

dipenuhi yaitu realisasi penerimaan melebihi suatu target maka

satker dapat menggunakan dana yang telah diterima sampai

ambang batas fleksibilitas yang telah ditentukan mendahului

permintaan pembayaran kepada KPPN. Setiap tiga bulan satker

mengajukan SPM Pengesahan dan disampaikan kepada KPPN

untuk diterbitkan SP2D Pengesahan.

Dana hibah terutama yang diterima langsung oleh K/L (satker)

maupun yang dilaksanakan langsung oleh pemberi hibah selama

ini belum ditatausahakan dengan baik pada DIPA bersangkutan.

Di masa mendatang diupayakan ada mekanisme pelaksanaan

DIPA yang bersumber dari hibah dan diusulkan menggunakan

mekanisme DIPA BLU penuh yaitu kegiatan/belanja dapat

dilakukan mendahului permintaan pembayaran kepada KPPN.

Pemroses

1. Pelaksana pada Dit PA/Kanwil DJPB

2. Seksi pada Dit PA/Kanwil DJPB

Waktu : Setiap saat/temporary

Tempat : Dit PA/Kanwil DJPB

Input :

1. Surat permintaan revisi pembukaan blokir

2. Kelengkapan peryaratan yang dibutuhkan

Output : SP2D Pengesahan, DIPA Pengesahan

315

Rincian Proses

1. Satker mengirimkan surat permintaan pembayaran sesuai

dengan jumlah penerimaan bagi satker BLU dan satker

penerima hibah.

2. Setelah dilakukan penelitian KPPN menerbitkan SP2D

Pengesahan berdasarkan data-data yang diterima dari satker.

3. SP2D Pengesahan disampaikan kepada Kanwil sebagai bahan

penerbitan DIPA Pengesahan.

4. Data DIPA Pengesahan disampaikan kepada DJA sebagai

bahan penerbitan APBN-P atau LKPP pada akhir tahun

anggaran

316

Revisi antar kanwil

Penjelasan :

Revisi DIPA antar kanwil selama ini dapat dilaksanakan untuk

pergeseran dana antar propinsi/kabupaten/kota untuk kegiatan

operasional (kode kegiatan 0001 dan 0002) yang dilaksanakan oleh

unit organisasi di tingkat pusat maupun unit organisasi vertikalnya.

Revisi DIPA dilakukan melalui pergeseran dana antar satker dalam

satu eselon I yang sama. Kedepannya untuk mengantisipasi

berbagai perubahan dalam kebijakan maka diperlukan adanya

fasilitas revisi lintas kanwil ini.

Pemroses :

a. Pelaksana pada Kanwil DJPB;

b. Kepala Seksi Bidang PA Kanwil DJPB.

Waktu : Sesuai kebutuhan

Tempat : Kantor Pusat DJPBN, Dit PA

Input :

a. Surat permohonan revisi DIPA

b. ADK dan Konsep DIPA-R dari satker.

Output : DIPA-R

Rincian proses :

1. Satker yang membutuhkan alokasi dana akan mengirimkan

permohonannya secara berjenjang hingga ke Setjen K/L

masing masing dan mengirimkan tembusan pemberitahuan

kepada Kanwil DJPBN.

2. Kemudian melalui Setjen K/L tersebut surat pernohonan di

ajukan ke Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA.

317

3. Dit PA akan melakukan revisi antar kanwil tersebut (beserta

mengirimkan surat revisi kepada kanwil DJPBN yang terlibat)

4. Dit PA akan melakukan revisi DIPA untuk mengurangi alokasi

pagu satker pada kanwil yang bersangkutan dengan

kemudian menambahkan kepada satker yang membutuhkan

dana pada Kanwil DJPN lainya. (perubahan pagu antar kanwil

hanya bisa dilakuka oleh Kantor Pusat DJPBN cq Dit PA)

5. Setelah pagu berubah maka kanwil masing-masing yang

terlibat dalan revisi tersebut melakukan penerbitan revisi

DIPA sesuai kewenagan masing-masing dan mengirimkan ke

satker yang bersangkutan.

318

Pembukaan tanda

blokir di

Perbendaharaan

Penjelasan :

Pemblokiran adalah suatu tindakan yang diambil oleh petugas

penelaah dengan maksud seluruh atau sebagian alokasi anggaran

dalam DIPA tidak dapat dicairkan, karena pada saat penelaahan

belum memenuhi satu atau lebih persyaratan alokasi anggaran.

Agar alokasi anggaran tersebut bisa digunakan maka Satker harus

terlebih dahulu mengajukan revisi pembukaan tanda bintang

(blokir) ke Dit PA/Kanwil DJPB. Pembukaan blokir terkait dengan

register pinjaman atau hibah maka direncanakan ada interface

antara sistem di DJPU dan SPAN. Pinjaman yang belum efektif

karena belum ada register maupun jika ada ralat kode register

dapat langsung dilakukan perubahan dari database DJPU ke SPAN.

Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan input data manual

dan mempercepat proses pembukaan blokir tersebut.

Pemroses

1. Pelaksana pada Kanwil DJPB

2. Seksi pada Kanwil DJPB

Waktu : Sesuai dengan kebutuhan

Tempat : Kanwil DJPB

Input :

1. Surat permintaan revisi pembukaan blokir

2. Kelengkapan peryaratan yang dibutuhkan

Output : DIPA R

Rincian Proses

1. DJPU menyampaikan data perubahan register ke dalam database

SPAN.

319

2. Berdasarkan data tersebut Dit PA menyampaikan kepada satker

bahwa register sudah efektif serta memberitahukan agar satker

mengajukan permohonan pembukaan blokir terkait dengan register

yang baru dari DJPU. Proses selajutnya sama dengan pembukaan

blokir lainnya.

3. Satker mengirimkan surat permohonan revisi pembukaan tanda

bintang (blokir) dan persyaratan tambahan dibutuhkan untuk

melengkapi syarat pembukaan blokir

4. Pelaksana pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan mereview

persyaratan tambahan yang diajukan Satker, jika persyaratan

tersebut telah memenuhi ketentuan maka pelaksana Ditjen

Perbendaharaan akan menginput ADK DIPA R yang diajukan Satker.

Proses ini dilakukan dengan mentransfer data akun yang diblokir

dari stage 9 (blokir) ke stage 2 (allotment). Sistem akan memastikan

bahwa data ADK DIPA R yang diajukan Satker sesuai dengan data

RABPP yang ada pada database SPAN

5. Kepala Seksi memeriksa data yang telah diinput pelaksana, jika data

tersebut telah benar maka Kepala Seksi akan memberikan

persetujuan (menekan tombol approval pada sistem) dan data

otomatis akan masuk ke database SPAN.

6. Setelah data di approve oleh Kepala Seksi, pelaksana bisa langsung

mencetak DIPA R untuk diajukan ke Subdit dan kemudian ke Kepala

Kanwil untuk mendapat persetujuan

7. Dana yang diblokir tidak berarti mengurangi total pagu DIPA selama

satu tahun.

8. Dana yang diblokir akan masuk kedalam perhitungan AFP karena

AFP mengacu pada total pagu DIPA setahun.

9. Dana yang diblokir dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan

kontrak, namun tidak dapat dilakukan pembayaran pada KPPN

sampai tanda blokirnya terbuka.

320

Vote On Account

Penjelasan :

Proses Penerbitan DIPA “Vote On Account” (VOA) dilakukan

apabila APBN untuk tahun depan yang diusulkan oleh

pemerintah tidak disetujui oleh DPR (Dewan Perwakilan

Rakyat/Parlemen) sampai batas waktu yang ditentukan. Proses

“Vote On Account” ini sangat penting karena untuk menunjang

kelanjutan berjalannya proses pemerintahan. Dalam

pelaksanaannya “Vote On Account” akan menggunakan batas

tertinggi Pagu Belanja Tahun sebelumnya namun rincian belanja

menggunakan rincian belanja Satker untuk tahun yang akan

dating/sesuai RKA-KL terbaru.

Pemroses :

Proses akan dilakukan oleh Pelaksana pada Kantor Pusat DJPBN

dan Kanwil DJPBN

Dokumen/data input :

Konsep DIPA/ADK(Arsip Data Komputer) dari satker, ADK Usulan

Perpres rincian APBN dari DJA dan Data Pagu Belanja DIPA Satker

Tahun sebelumnya.

Dokumen/data output :

DIPA Vote On Account

Waktu: (berdasarkan analisa sementara dan best practice dari

India)

1. DIPA VOA ini diterbitkan apabila pada akhir waktu yang

ditentukan APBN belum disetujui DPR (contoh sampai akhir

321

November).

2. Dana yang bisa dicairkan hanya Gaji dan keperluan sehari-hari

perkantoran paling lambat sampai 3 bulan pada tahun anggaran

berjalan APBN masih belum disetujui DPR.

3. Seluruh dana (pagu DIPA) dapat digunakan apabila lebih 3 bulan

tahun anggaran berjalan APBN masih belum disetujui DPR.

Penggunaan dana ini harus didahului dengan revisi DIPA.

Pelaksanaan proses pada Kantor Pusat dan Kanwil DJPBN

sebagai berikut:

A. A. Skenario Pertama (Berlaku sampai paling lambat bulan ke 3 TA

berjalan)

1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan

melakukan input data dan mencocokan konsep DIPA beserta AFP

dengan ADK dari usulan perpres RABPP dari DJA (interface

Hyperion).

2. Setelah selesai pencocokan kemudian dilakukan “approval” oleh

pelaksana/staff dan mengirim data/Cetakan draft SP DIPA ke

kepala Seksi.

3. Kemudian Kepala Seksi akan memeriksa dan melakukan

“Approval”. Setelah Approval dilakukan sepala seksi maka SP DIPA

dicetak kemudian dikirim ke Subdit dan melanjutkan ke Dirjen

PBN/Kepala Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahkan DIPA.

4. DIPA yang disahkan hanya dapat digunakan untuk belanja pegawai

dan keperluan sehari-hari perkantoran. Alternatif penyusunan

322

DIPAnya terdiri dari:

1. Alternatif pertama DIPA hanya berisi dana untuk belanja pegawai

dan keperluan sehari-hari perkantoran.

2. Alternatif kedua DIPA berisi seluruh dana satker namun diblokir

kecuali untuk belanja pegawai dan keperluan sehari-hari

perkantoran.

B. B. Skenario Kedua (Bila APBN masih belum disetujui DPR setelah

bulan ke 3 TA berjalan)

1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan

melakukan revisi DIPA sesuai dengan usulan konsep DIPA beserta

AFP yang diajukan satker dan ADK usulan Perpres RABPP.

2. Revisi DIPA bertujuan agar satker dapat menggunakan seluruh

dana dalam DIPAnya. Setelah selesai pencocokan kemudian

dilakukan “approval” dan mengirim data/Cetakan draft SP DIPA

ke kepala Seksi. Kemudian Kepala Seksi akan memeriksa dan

melakukan “Approval”.

3. Setelah Approval dilakukan oleh kepala seksi maka SP DIPA

dicetak kemudian dikirim ke Dirjen PBN/Kepala Kanwil DJPBN

untuk dilakukan pengesahkan DIPA berdasarkan konsep DIPA

satker dan Adk usulan Perpres dari DJA.

Revisi dapat dilakukan dengan:

1. Menerbitkan DIPA baru mengganti DIPA lama dengan pagu

disesuaikan dengan realisasi dana dari DIPA lama.

2. Membuka blokir dana DIPA Lama dan menerbitkan DIPA baru

323

dengan pagu disesuaikan dengan realisasi dana dari DIPA lama.

3. Revisi juga dilakukan untuk penyesuaian AFP/Rencana Penarikan

Dana.

C. C. Skenario ketiga (Bila APBN telah disetujui DPR)

1. Pelaksana (staff) pada Kantor Pusat dan/atau Kanwil akan

melakukan revisi DIPA (sesuai dengan usulan konsep DIPA beserta

AFP yang diajukan satker dan ADK Perpres RABPP dari DJA).

2. Revisi dilakukan dengan menerbitkan DIPA baru dan harus

diperhitungkan realisasi dana pada DIPA tahun sebelumnya

324

Carry Forward

Penjelasan :

Carryforward dilakukan apabila pelaksanaan anggaran pada

tahun ini akan dilimpahkan ke tahun anggaran berikutnya atau

melampaui tahun anggaran yang bersangkutan.

Waktu:

1. Sebelum tahun anggaran berlangsung (n-1) atau bersamaan

penganggaran tahun anggaran yang datang.

2. Ketika tahun anggaran berlangsung.

Carryforward dilakukan dengan tiga pendekatan:

1. A. Carryforward encumbrance only, dalam proses Carryforward ini

hanya dikirimkan kontraknya(yang sudah dilakukan perikatan dengan

pihak ketiga) saja ketahun anggaran berikutnya. Proses ini

mengakibatkan tidak bertambahnya pagu dana DIPA satker yang

bersangkutan ditahun anggaran berikutnya, namun kegiatan (yang

sudah dikontrakkan) ini akan menjadi prioritas pada perencanaan

anggaran ditahun anggaran berikutnya.

Contoh: pada tahun 2010 DIPA satker nomor 541278 pagunya

sebesar Rp 100 M, Aktual dana yang telah digunakan 90 M dan 10 M

dana yang tersisa dan sudah dikontrakkan/dikomitmenkan. Pada

tahun yang bersangkutan dana yang tersisa tersebut akan diajukan

oleh satker dalam perencanaan anggaran untuk tahun berikutnya.

Sehingga apabila pagu tahun depan satker nomor 541278 adalah

sebesar 120 maka didalamnya sudah termasuk 10 M sisa kontrak

yang tidak terealisasi pada tahun yang lalu.

325

Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan

kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN.

Prosesnya adalah :

1. Satker akan mengirimkan Encumbrance list/ daftar kegiatan yang

telah di kontrakan dan akan di caryforward-kan ke tahun depan

ke kanwil DJPBN.

2. Berdasarkan informasi ini , staff akan meregister kedalam Sistem

SPAN.

3. Rincian detail yang disampaikan adalah

Satker/KPPN/Dana/Kewenangan/Program/Output/Lokasi/Budget

Code/Akun/Cadangan.

4. Pelaksana pada kantor pusat/Kanwil DJPBN akan mereview data

usulan carryforward kemudian mengirimkan kepada kepala seksi

terkait.

5. Kepala seksi akan mengecek dan meng“approve” kemudian

mengirimkan konsep SP, DIPA ke kasubdit/kabag kemudian ke

Dirjen PBN/Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahan dan

menerbitkan DIPA bersamaan dengan DIPA tahunan.

B. Carryforward Fund availability saja

Pengertian: Proses pelaksanaan Caryforward ini dilakukan hanya

untuk dananya saja, hal ini dilakukan untuk program yang perlu di

carryforward ke tahun yang akan datang. Pada proses ini pagu DIPA

tahun berikutnya akan bertambah sesuai dengan sisa dana yang

326

belum terealisasi pasa tahun sebelumnya.

Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan

kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN.

Prosesnya adalah :

a) Satker akan mengirimkan data berkaitan dengan sisa dana atas

kegiatan yang belum selesai pada tahun ini dan akan di

caryforward-kan ke tahun depan ke kanwil DJPBN.

b) Berdasarkan informasi ini , staff akan meregister kedalam Sistem

SPAN

c) Rincian detail yang disampaikan adalah

Satker/KPPN/Dana/Kewenangan/Program/Output/Lokasi/Budget

Code/Akun/Cadangan

d) Pelaksana pada Central/Kanwil akan mereview data usulan

carryforward kemudian mengirimkan kepada kepala seksi terkait.

e) Kepala seksi akan mengecek dan meng “approve” kemudian

mengirimkan konsep SP, DIPA ke kasubdit/kabag kemudian ke

Dirjen PBN/Kanwil DJPBN untuk dilakukan pengesahan kemudian

menerbitkan DIPA pada waktu yang bersamaan dengan DIPA

tahunan.

D. Carry forward untuk Encumbrance dan Fund Availability

Pengertian: Penerapan metode ini dilakukan dengan membawa

kegiatan yang telah dikontrakan beserta alokasi dananya ke

tahun yang akan datang.

Pelaksana : Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan

kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN

327

Langkah-langkah dalam Carry Forward dengan Encumbrance dan

Fund Availability adalah sebagai berikut:

1. Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanaan

alokasi Carry Forward, mengingat proses ini dapat juga dilakukan

pada akhir tahun (ketika menebitkan DIPA Biasa/DIPA Tahunan)

maka proses dapat dilakukan bersamaan dengan penyusunan

DIPA Tahunan namun hanya untuk program/kegiatan yang di

Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya

penyesuaian kode administratif bila diperlukan.

2. Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward

diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan Carry

Forward.

3. Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan

data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang

bersangkutan.

4. Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang

didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward

dan mengirimkan kepada Satker.

5. Untuk DIPA BUN yang di carryforward untuk alokasi dan

kontraknya akan memerlukan scenario khusus lainnya. Contoh

Penerusan Pinjamana (SLA) maka harus dapat dibuat pelaporan

dana penerusan pinjaman untuk masing-masing penerima

dana(pemda atau BUMN ).

328

Suplemaentary Budget (APBN-P)

Penjelasan :

Suplementary budget adalah perubahan/penyesuaian APBN

pada saat tahun anggaran berjalan, penyesuaian ini dapat

menambah, mengurangi atau tetap namun komposisi didalam

APBN tahun berjalan berubah.

pemroses :

1. Proses ini akan dilakukan oleh pelaksana/staff dan

2. kepala seksi di Kantor pusat dan Kanwil DJPBN

Waktu : Setelah APBN tahun berjalan disahkan

Proses:

1. Setelah APBN-P disetujui oleh parlemen, Maka DJA akan

mengirimkan RABPP-R sampai pada tingkat terdetil (klasifikasi

ekonomi 6 digit) dan bersifat tahunan /Year To Date (YTD)

balances. Dengan kode Chart of Account (COA) sebagai

berikut, Satker / KPPN / Dana / Kewenangan / Program /

Output / Subsidiaries / Anggaran Kode / Akun / Cadangan.

2. Langkah berikutnya DJA akan mengirimkan data dan hardcopy

kepada Dit PA dan Satker, kemudian satker dengan Aplikasi

DIPA untuk mencetak konsep DIPA-R dan mengirimkannya ke

pelaksana pada kantor pusat DJPBN / Kanwil DJPBN secara

offline.

3. Kemudian proses revisi DIPA dilakukan sesuai dangan skenario

revisi DIPA dan AFP untuk DIPA yang berubah dan

menyesuaikan denan realisasinya(untuk menghindari pagu

minus).

329

Mengecek Jurnal Anggaran

a) Query Budget Balances

Mengecek Jurnal Anggaran :

Setelah apropriasi anggaran;

Setelah alotmen anggaran;

Setelah Annual Financial Plan (AFP);

Setelah Cash Limit;

Setelah Revisi.

b) Query Fund

Mengecek Ketersediaan Dana

Setelah apropriasi anggaran;

Setelah alotmen anggaran;

Setelah Annual Financial Plan (AFP);

Setelah Cash Limit;

Setelah Revisi.

Mengecek Encumbrance

Mengecek encumbrance dari PR, PO, AP and GL

Mengecek budget balances movement :

- Setelah Budget Commitment

- Setelah Payment Management

Lain-Lain

Reporting :

SA008 Tayang dan cetak initial Annual Budget Appropriation

SA009 Sistem harus bisa menganalisis Annual Budget

Appropriations

SA030 Tayang dan cetak MTEF

SA031 Sistem harus bisa menganalisis MTEF

330

Skenario CRP III Modul Spending Authority

No Process KPA OU

(Responsibility) Module Remark

1 Appropriation Detail Dit PA GL a>DJA will transfer Annual apporved budget from

Hyperion to SPAN and at the same time DJA need to send report data that being transferred to Staff Sub-Dit Dabantek

DJA HP

b> Journal Import Staff Sub- Dit

Dabantek GL

c> If journal import is REJECTED, Staff Sub-Dit

Dabantek will inform DJA to correct the data and re-transfer again to SPAN >

Staff Sub- Dit Dabantek

GL

d> Posting Journal Staff Sub- Dit

Dabantek GL

Auto Posting will be run every 1 hour e> Reconciliation data between Hyperion and

SPAN Staff Sub- Dit

Dabantek GL For this purposes need to create new

custom report 2 Allotment BA999 SU BA999 but under

MOF, eg : DJPU* SA SA * The KPA name is depend on the

business process

a>Download data from Hyperion into DIPA formatted file as DJPU have access to Hyperion.

Staff DJPU HP SU BA999 under MOF will have access to Hyperion

b> Input additional information in SPAN that not yet exist in RKA-KL but required for DIPA. Eg treasurer name, etc

Staff DJPU SA SU BA999 under MOF will have access to SPAN

c>Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA d>First Approval Section Head - DJPU e>Print Concept DIPA ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA f> Find Concept DIPA in SPAN that need to be

reviewed based on DIPA number Staff PA - Central SA

331

g> Validate Concept DIPA in SPAN against APBN amount

Staff PA - Central SA

h> If necessary, certain information will be modified

by Dit PA (KPPN, Location, Authority type or last 4 digits account ) else go to step (k)

Staff PA - Central SA System will show warning message if there is changed in KPPN, Location or Authority type because the APBN amount is not changed but the validation result need to be PASSED

i> If necessary, certain budget amount will be blocked by Dit PA else go to step (k)

Staff PA - Central SA

j> Re-validate modified uploaded ADK against

APBN amount Staff PA - Central SA

k>Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA l> First Approval Section Head - PA SA m>Second Approval Sub-Directorate

Head - PA SA

n> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA o> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL p> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA

332

No Process KPA OU

(Responsibility) Module Remark

1 Appropriation Detail Non BA 999 Dit PA GL GL

a>DJA will transfer Annual apporved budget from Hyperion to SPAN and at the same time DJA need to send report data that being transferred to Staff Sub-Dit Dabantek. b> Journal Import c> If journal import is REJECTED, Staff Sub-Dit Dabantek will inform DJA to correct the data and re-transfer again to SPAN > d> Posting Journal e> Reconciliation data between Hyperion and SPAN

Staff Sub- Dit Dabantek

GL Staff Sub- Dit Dabantek GL Auto Posting 2 Allotment Non BA999 SU s SA SA a> Upload formatted file Concept DIPA from SU into

SPAN Staff PA - Central SA

b> Validate Concept DIPA in SPAN against APBN

amount Staff PA - Central SA

c> If necessary, certain information will be modified by

Dit PA (KPPN, Location, Authority type or last 4 digits account ) else go to step (f)

Staff PA - Central SA

d> If necessary, certain budget amount will be blocked

by Dit PA else go to step (f) Staff PA - Central SA

e> Re-validate modified uploaded ADK against APBN

amount Staff PA - Central SA System will show warning message

if there is changed in KPPN, Location or Authority type because the APBN amount is not changed but the validation result need to be PASSED

333

f> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA g> First Approval Section Head - PA SA h> Second Approval Sub-Directorate Head -

PA SA

i> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA j> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting k> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA l> If uploaded formatted file is modified by Dit PA (

process c and d ) , Dit PA will export modified formatted file from SPAN database to formatted file again for SU

Staff PA - Central SA

334

No Process KPA OU

(Responsibility) Module Remark

1 Release Blockage - All Sus SA SA

a> SU will bring required document to Dit PA in Central/Kanwil

SUs SA

b> Dit PA will find DIPA that need to be released in SPAN

Staff PA - Central SA

c> Release blockage DIPA Staff PA - Central

d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA e> First Approval Section Head - PA SA f> Second Approval Sub-Directorate Head -

PA SA

g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA h> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting i> Print DIPA ( Validated data ) Staff PA - Central SA j>If uploaded formatted file is modified by Dit PA

( process c and d ) , Dit PA will export modified formatted file from SPAN database to formatted file again for SU ( Only for Non BA999 )

Staff PA - Central

335

No Process KPA OU

(Responsibility) Module Remark

1 Virement BA999 SU BA999 but under MOF, eg :

DJPU*

SA SA * The KPA name is depend on the business process

a> Find DIPA in SPAN system that need to be re-allocate

Staff DJPU

SA

SU BA999 under MOF will have access to SPAN

b> Input Virement transaction in SPAN system Staff DJPU SA

c> Validate againts Fund Available and make sure that exception accounts cannot be re-allocated to other accounts

Staff DJPU

SA

d> Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA

e> First Approval Section Head - DJPU

SA

f> Print DIPA-R ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA

g> Find Virement transaction (DIPA-R) that need to be reviewed in SPAN based on DIPA number

Staff PA - Central

SA

h> First Approval Staff PA - Central SA

i> Second Approval Section Head - PA SA

j> Third Approval Sub-Directorate Head - PA

SA

k> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA

l> Posting Journal Allotment Staff PA - Central GL Auto Posting

m> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff PA - Central SA

Exception rules for Virement :

- Below accounts cannot be re-allocated to other accounts

512211, 521111, 521112, 521113, 521114, 521115, 521119, 522111, 522114, 523111, 523121 ,511111, 511119, 511121, 511122, 511123, 511124, 511125, 511126, 511129, 511147, 511151

336

No Process KPA OU

(Responsibility) Module Remark

1 Virement Non BA999 SU s SA SA a> Upload formatted file Concept DIPA-R from SU into

SPAN Staff PA - Central

SA b> Validate againts Fund Available and make sure that

exception accounts cannot be re-allocated to other accounts

Staff PA - Central

SA c> If the validation result is REJECTED, the uploaded

formatted file need to be revised first by Spending Unit and uploaded again step (a) else go to step (d)

Staff PA - Central

SA d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA e> First Approval Section Head -

PA

SA f> Second Approval Sub-Directorate

Head - PA

SA g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA h> Posting Journal Allotment Section Head -

PA

GL i> Print DIPA-R ( Validated data ) SA

Exception rules for Virement :

- Below accounts cannot be re-allocated to other accounts

512211, 521111, 521112, 521113, 521114, 521115, 521119, 522111, 522114, 523111, 523121 ,511111, 511119, 511121, 511122, 511123, 511124, 511125, 511126, 511129, 511147, 511151

337

No Process KPA OU

(Responsibility) Module Remark

1 Update AFP Non BA999 SU s SA SA a> Upload formatted file Concept DIPA-R from SU into SPAN Staff PA - Central SA For AFP Update proces, the process is

similar with Virement but re-alocation between period

b> Validate againts Fund Available and make sure that exception accounts cannot be re-allocated to other accounts

Staff PA - Central

SA c> If the validation result is REJECTED, the uploaded

formatted file need to be revised first by Spending Unit and uploaded again step (a) else go to step (d)

Staff PA - Central

SA d> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central SA e> First Approval Section Head -

PA

SA f> Second Approval Sub-Directorate

Head - PA

SA g> Transfer to General Ledger Staff PA - Central SA h> Posting Journal Allotment Section Head -

PA

GL i> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff PA - Central SA

338

No Process KPA OU

(Responsibility) Module Remark

1 AFP Update BA999 SU BA999 but under MOF, eg : DJPU*

SA SA * The KPA name is depend on the business process

a> Find DIPA in SPAN system that need to be re-allocate

Staff DJPU

SA

SU BA999 under MOF will have access to SPAN

b> Input AFP information that need to be updated in to SPAN system

Staff DJPU

SA c> Validatie againts Fund Available and make

sure that exception accounts cannot be re-allocated to other accounts

Staff DJPU

SA d> Ask approval to higher hierachy Staff DJPU SA e> First Approval Section Head - DJPU SA f> Print DIPA-R ( Unvalidated data ) Staff DJPU SA g> Find Virement transaction (DIPA-R) that need

to be reviewed in SPAN based on DIPA number Staff KPPN/Kanwil

SA h> Ask approval to higher hierachy Staff KPPN/Kanwil SA i> First Approval Section Head -

Kanwil/KPPN

SA j> Second Approval Sub-Directorate Head -

Kanwil/KPPN

SA k> Transfer to General Ledger Staff KPPN/Kanwil SA l> Posting Journal Allotment Staff KPPN/Kanwil GL Auto Posting m> Print DIPA-R ( Validated data ) Staff KPPN/Kanwil SA

339

No Process KPA OU

(Responsibility) Module Remark

1 Cash Limit for all Sus ( MOF decides which expenditure type that going to be reduced )

SA SA

a> Decide Cash Limit regulation that going to be applied for all SU

Dit PKN

b> Create Mass Allocation formula based on Cash Limit rules ( which SUs, percentages Cash Limit)

Staff PA - Central

GL c> Print custom report to identify percentages of remaining

Fund Available against total budget amount based on summary 2 digits account

Staff PA - Central

GL

Need to custom report as identification which Fund Available by summary 2 digits account that exceed Cash Limit percentage

d> Run Mass Allocation program to generate Encumbrance journal to reserve Fund Available amount

Staff PA - Central

GL e> Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central GL f> First Approval Section Head - PA GL g> Second Approval Sub-Directorate

Head - PA

l> Posting Journal Cash Limit Sub-Directorate

Head - PA

GL Auto Posting m> Print Cash Limit report Staff PA - Central

GL Need to design report layout for this process

340

No Process KPA OU

(Responsibility) Module Remark

1 Cash Limit ( SU decides which expenditure type that going to be reduced )

SA SA

a> Decide Cash Limit regulation that going to be applied for all SU

Dit PA

b> Based on regulation from Dit PA, each Spending Unit will create Cash Limit report and send it to KPPN

SUs GL

c> Print custom report to identify percentages of remaining

Fund Available against total budget amount based on summary 2 digits account. If the Cash Limit amount is more than Fund Available then Cash Limit data need to be revised first by SU

Staff KPPN

GL

Need to custom report as identification which Fund Available by summary 2 digits account that exceed Cash Limit percentage

c> By using WebADI, Staff KPPN will upload Cash Limit report as Encumbrance journal with category Cash Limit

Staff KPPN

GL e> Ask approval to higher hierachy Staff KPPN GL f> First Approval Section Head -

KPPN

GL g> Second Approval Sub-Directorate

Head - KPPN

l> Posting Journal Cash Limit Sub-Directorate

Head - PA

GL Auto Posting m> Print Cash Limit report Staff KPPN

GL Need to design report layout for this process

341

No Process KPA OU

(Responsibility) Module Remark

1 Carry Forward - Fund Available SA SA * The KPA name is depend on the business process

a> Staff PA - Central SA

SU BA999 under MOF will have access to SPAN

b> Dit PA in Central/Kanwill will create Carry Forward DIPA file based on remaining Fund Available from previous year and will be uploaded in to SPAN with budget type 4

Staff PA - Central

c>There is no validation between uploaded formatted file

and Annual budget ( APBN ) Staff PA - Central

DIPA Luncuran will be created first without any annual budget (APBN) revision therefore this transaction will make Annual budget amount minus because DIPA amount is more than APBN.

d>Ask approval to higher hierachy Staff PA - Central e>First Approval Section Head - PA f>Second Approval Sub-Directorate Head -

PA

g>Posting Journal Carry Forward Staff PA - Central GL h>Print DIPA-R Staff PA - Central

This DIPA-Luncuran will increase amount of the DIPA and will use same DIPA number with beginning of year DIPA

342

Isu Selama Pelaksanaan CRP II Modul Spending Authority

NO Proses Bisnis

Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan

Status Usulan Solusi

1

Pengesahan DIPA Biasa

Setelah proses penganggaran di DJA selesai maka modul Budget Preparation (DJA) mengirimkan Perpres Rincian Angaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) ke Ditjen Perbendaharaan dan diterima oleh modul Manajemen DIPA. Perpres tersebut akan menjadi dasar penelaahan DIPA di DJPB. Kemudian setelah Spending Unit (satuan kerja/satker) mengirimkan Konsep DIPA kepada Direktorat Pelaksanaan Anggaran untuk DIPA pusat atau ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk DIPA daerah maka dilakukan Penelaahan konsep DIPA satker. Penelaahan tersebut untuk memeriksa kesesuaian konsep DIPA satker dengan Perpres RABPP dan Peraturan terkait penyusunan, penelaahan, pengesahan dan revisi DIPA. Proses penelaahan DIPA akan menggunakan bantuan aplikasi, aplikasi akan memberikan informasi perbedaan antara ADK Konsep DIPA Satker dan ADK Perpres RABPP. Setelah semua sesuai maka Dirjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Pusat dan Kanwil DJPB A.n Ditjen Perbendaharaan mengesahkan DIPA Daerah. Apabila dalam pelaksanaan penelaahan DIPA ada yang tidak sesuai dengan berbagai kriteria diatas maka Direktorat Pelaksanaan Anggaran (PA)/ Kanwil DJPB akan menerbitkan surat pengembalian konsep DIPA untuk segera diperbaiki oleh satker.

1. Masih terdapat jenis DIPA yang tidak menggunakan proses bisnis DIPA pada umumnya, contohnya untuk DIPA Transfer ke daerah.

2. Pemberian nomor DIPA belum dapat dihasilkan oleh sistem oracle

3. Dengan penerapan DIPA 2 digit, bagaimana jenis DIPA transfer dapat dibedakan?(perbedaan antar DIPA transfer selama ini dilihat dari digit ketiganya)

4. Penelaahan DIPA melalui aplikasi ini hanya bisa dilakukan untuk data yang masuk kedalam struktur COA, data lainnya masih manual.

5. Perbedaan blokir yang dilakukan DJA dan DJPB tidak dapat dibedakan oleh oracle

6. Perlunya standardisasi Kode BUMN sebagai dasar dalam penyusunan DIPA Penerusan Pinjaman Pemerintah (DIPA SMI)

Proses Bisnis Sistem Sistem Sistem Sistem Proses Bisnis

High Level Middle Level

Open Open Open Open Open Open

Seluruh Jenis DIPA menggunakan Proses Bisnis yang terstandardisasi Khusus DIPA transfer Dibuat 3 digit TIM Modul telah membuat usulan daftar kode BUMN

343

NO Proses Bisnis

Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan

Status Usulan Solusi

2 Pengesahan DIPA Sementara

Ditjen Anggaran mengirimkan Perpres RABPP Kepada Dit PA/kanwil Ditjen PBN Kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran/ Kanwil Ditjen PBN akan membuat Konsep DIPA satker yang belum menyampaikan konsep DIPAnya sampai waktu tertentu. Berdasarkan Perpres RABPP dan Konsep DIPA tersebut maka Dit PA/Kanwil DJPB akan langsung melakukan pengesahan DIPA sementara tersebut, namun hanya belanja pegawai dan kebutuhan sehari-hari perkantoran yang tidak diblokir

Perbedaan Blokir yang dilakukan DJA dan DJPB tidak dapat dibedakan oleh oracle

Sistem

3 Pengesahan DIPA Vote on Account

Penyampaian RABPP dari DJA ke DJPB melalui manajemen DIPA, kemudian pada manajemen DIPA baik di Dit PA maupun Bidang PA Kanwil DJPB menyusun konsep DIPA Vote on Account dan dilakukan penyesuaian untuk pelaksanaan anggaran di tahun yang akan datang. Setelah dilakukan penyesuaian pada konsep DIPA Vote on Account, maka DIPA Vote on Account disahkan oleh Direktur Pelaksanaan Anggaran (PA) / Kepala Kanwil DJPB

Proses bisnis membutuhkan kesepakatan dengan DJA, menginggat pengiriman data rancangan perpres rincian APBN yang menjadi dasar DIPA Vote on Account merupakan kewenangan DJA

Proses Bisnis

High Level Open Seluruh Jenis DIPA menggunakan Proses Bisnis yang terstandardisasi

4 Revisi DIPA dikarenakan Perubahan RABPP

Setelah DJA mengirimkan RABPP R ke Dit PA dan Kanwil DJPB melalui Manajemen DIPA, setelah Satker mengirimkan Konsep DIPA R maka Dit PA / kanwil DJPB melakukan penelaahan terhadap konsep DIPA R tersebut. Penelaahan dilakukan untuk menilai kesesuaian konsep DIPA R satker dengan Perpres RABPP R dan peraturan lainnya; Ketika semua sudah sesuai maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA R dan mengirimkan DIPA revisi ke satker; Apabila terdapat ketidaksesuaian maka Kanwil DJPB akan mengirimkan surat pengembalian konsep DIPA R kepada Satker .

344

NO Proses Bisnis

Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan

Status Usulan Solusi

5 Revisi DIPA tanpa Perubahan RABPP

Setelah satker mengirimkan Permohonan Revisi DIPA kepada Kanwil DJPB beserta dokumen pendukung dan ADK nya. Kanwil DJPB melakukan penelaahan/penilaian kesesuaian permohonan dengan peraturan yang ada. Apabila ada yang tidak sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB akan mengirimkan surat penolakan atau pengembalian konsep DIPA kepada satker untuk segera memperbaikinya. Namun apabila ketidak sesuainnya masih dalam wewenang Kanwil DJPB maka Kanwil dapat melakukan penyesuaian sesuai kewenanganya misalnya koreksi administratif atas usulan dimaksud. Setelah semua sesuai dengan peraturan maka Kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA dan mengirimkan kepada Satker.

6 Revisi Ambang Batas BLU

Revisi Ambang batas BLU (Badan Layanan Umum) merupakan revisi dalam batas kewenangan Ditjen PBN. Revisi ini dibagi menjadi dua yaitu dalam ambang batas dan diatas ambang batas. Untuk revisi didalam ambang batas pada dasarnya BLU sudah menggunakan dananya namun untuk mempertanggung jawabkannya BLU menggunakan SPM pengesahan. Sebelum mengajukan SPM pengesahan BLU wajib melakukan revisi DIPAnya terlebih dahulu, baru kemudian mengajukan SPM pengesahan ke KPPN.

Dalam revisi DIPA, satker BLU dapat melakukan belanja terlebih dahulu kemudian melakukan revisi namun apabila berada diatas ambang batas maka harus ijin Menkeu. Permasalahannya karena semua dana PNBP ada pada Satker BLU dan mereka dapat melakukan belanja. perlu dibuat batasan SPM pengesahan diatas ambang batas harus merevisi DIPAnya terlebih dahulu.

Proses bisnis

High Level Open Perlunya dibuat batasan SPM pengesahan diatas ambang batas harus merevisi DIPAnya terlebih dahulu.

345

NO Proses Bisnis

Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan

Status Usulan Solusi

Revisi kedua untuk penggunaan dana BLU diatas ambang batas/fleksibilitas, maka satker tidak dapat membelanjakan dananya terlebih dahulu, BLU harus melakukan revisi untuk menyesuaikan Pagunya baru dapat melakukan belanja. Hal ini karena BLU untuk melakukan belanja diatas ambang batas membutuhkan Ijin Dirjen PBN untuk menilai kelayakan penggunaan dananya. Secara alur proses revisi yang dilakukan oleh Satker BLU untuk merevisi DIPAnya baik yang dalam ambang batas maupun yang diatas ambang batas adalah sama, prosesnya adalah sebagai berikut: a. Satker BLU mengajukan konsep revisi DIPA BLU kepada kanwil DJPB b. Kanwil DJPBN melakukan penelaahan/penyesuaian dengan pagu dan kaidah akuntansi c. Setelah disetujui kanwil melakukan pengesahan DIPA revisi BLU dan melaporkan kepada Dit PA DJPB. d. kemudian Direktorat Pelaksanaan Anggaran mengirimkan revisi DIPA BLU ke DJA untuk penyesuaian data appropriasi dengan memasukkan pada APBN-P atau pelaporan dilakukan pada akhir tahun dan melakukan rekonsiliasi (LKPP).

Rencana Penarikan Dana

Satker mengajukan Rencana Penarikan dana ketika proses pengajuan konsep DIPA, sehingga Rencana Penarikan Dana hanya digunakan sebagai informasi awalperencanaan kas bukan pembatasan dalam pelaksanaan kontrak atau pencairan dana Rencana Penarikan Dana di ajukan bersama dengan pengajuan konsep DIPA satker ketika melakukan penelaahan DIPA di DJPBN (Dit PA/Kanwil)

Salah satu alat untuk melakukan cash limit adalah melalui pembatasan rencana penarikan dana

Sistem

346

NO Proses Bisnis

Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan

Status Usulan Solusi

7 Carry Forward

Mekanisme Carry Forward (encumbrance only)

Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward, namun untuk program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode administratif bila diperlukan. Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward. Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan. Selanjutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan kepada Satker. Carry Forward Encumbrance and fund availability

Ditjen Anggaran mengirimkan data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward, namun untuk program/kegiatan yang di Carry Forward-kan tidak melalui proses penelaahan hanya penyesuaian kode administrative bila diperlukan. Setelah data dan dasar hukum pelaksanan alokasi Carry Forward diterima Dit PA/kanwil DJPB melakukan Pengesahan Carry Forward. Langkah berikutnya Dit PA/kanwil DJPB melakukan penggabungan data Carry Forward kedalam DIPA Tahunan/Biasa Satker yang bersangkutan. Terakhir Dit PA/kanwil DJPB melakukan pengesahan DIPA yang didalamnya juga terdapat program/kegiatan yang di Carry Forward dan mengirimkan kepada Satker.

Pada proses carryforward tidak dapat dihasilkan jurnal dari oracle

Sistem

347

NO Proses Bisnis

Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan

Status Usulan Solusi

8 Cash Limit a. Cash limit tanpa usulan satker

• Direktorat PKN menyampaikan informasi kekurangan kas kepada Direktorat PA, kondisi ini berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan; • Dit PA kemudian akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-masing satker. • KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA dan menyampaikannya kepada satker. • Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup; • Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker. b. Cash limit dengan usulan satker

• Dit PKN (Pengelolaan Kas Negara ) akan menyampaikan ke Dit PA kondisi kas yang tidak mencukupi bagi satker berdasarkan perhitungan realisasi penerimaan bulan ini dan perkiraan pencairan dana bulan depan. • Dari data PKN maka Dit PA akan menyampaikan kepada KPPN jumlah alokasi yang dapat digunakan oleh masing-masing satker. • KPPN menyampaikan kepada masing-masing satker agar pengeluaran pada bulan tersebut dikurangi sebesar jumlah tertentu sekaligus agar menyesuaikan jumlah kegiatan yang akan dikurangi dananya. • Satker kemudian menyampaikan update pengeluaran yang telah disesuaikan dengan dana yang dikurangi tersebut sekaligus menyesuaikan rencana penarikan

Cash limit pada dasarnya adalah pembatasan kas keluar oleh BUN karena keadaan mendesak, namun dalam pelaksanaany pembatasan hanya dapat dilakukan melalui pagu DIPA satker. Belum ditemukan cara untuk melakukan cash limit

Proses Bisnis Sistem

high level Closed Menggunakan pembatasan pagu, apabila pembatasan kas sulit dilakukan

348

NO Proses Bisnis

Uraian Proses Isu Tipe Issue Pengambil Keputusan

Status Usulan Solusi

dana kepada KPPN. • KPPN menerapkan penetapan cash limit yang akan digunakan sebagai dasar perubahan Halaman III DIPA. • Pagu dana yang ditunda pelaksanaannya masih dimungkinkan untuk digunakan kembali jika pemerintah sudah memiliki dana kas yang cukup. Namun jika sampai periode tertentu diperkirakan pemerintah tidak memiliki dana maka akan dilakukan APBN Perubahan untuk mengurangi pagu dana DIPA masing-masing satker.

9 Pemblokiran Dana

Pemblokiran dana DIPA dapat dilakukan oleh DJA dan DJPB, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal sesuai peraturan yang berlaku, contohnya belum adanya no register loan atau dokumen pendukung lain yang belum lengkap.

Oracle tidak dapat membedakan siapa yang melakukan pemblokiran, sehingga akan berdampak pada sulitnya membagi kewenangan pemblokiran dan pembukaan blokir dana.

Sistem

10 Web ADI Selama CRP II proses dilakukan dengan WEB ADI yaitu aplikasi berbasis Microsoft excell yang dapat terhubung dengan oracle.

Web ADI bukanlah sebuah Aplikasi standar yang digunakan dalam transaksi Manajemen DIPA, hanya sebuah alat untuk memasukan data Pagu DIPA agar dapat digunakan oleh Modul lain

Sistem Untuk CRP III sudah ada Aplikasi dari Oracle untuk melakukan transaksi Manajemen DIPA

349

Jurnal dalam Manajemen DIPA

Pada dasarnya jurnal standar anggaran pada oracle menggunakan single jurnal, yaitu jurnal yang hanya menggunakan satu sisi debit atau

kreditnya saja. Jurnal standar anggaran ini tidak seperti jurnal transaksi double entry dimana salah satu akunnya akan menyeimbangkan akun

pasangannya. Struktur chart of account (COA) terdiri Satker-KPPN-Sumber dana-Kewenangan-BA,Esln,Program-Aktivitas-Lokasi-Kode budget-

Akun-Interco. Penentuan perbedaan jurnal dalam manejemen DIPA terletak pada kode budget didalam COA. Untuk sementara kode terdiri

dari:

Kode budget

Penjelasan

1 Appropriasi

2 Allotment

3 Carryforward

4 VOA

5 -

6 -

7 Pengembalian Belanja

8 Blokir DJA

9 Blokir DJPBN

Diusulkan kedepan kode dibuat menggunakan Alfabetis sehingga dapat menampung lebih banyak kemungkinan terjadinya penambahan kode

berkaitan dengan budget code. Berikut adalah contoh Jurnal pada manajemen DIPA.

350

1. Approprisasi

Jurnal appropriation terjadi saat Undang-Undang APBN disahkan. Jurnal appropriation menggunakan single jurnal yaitu hanya menggunakan

sisi debit saja. Contoh jurnalnya dapat kita lihat berikut ini:

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit Kredit

Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 1 532111 123546 30.000

2. Allotment

Jurnal Allotment

Alternatif I

Jurnal allotment terjadi saat Konsep DIPA disahkan oleh Dirjen PBN/Kepala Kanwil Ditjen PBN. Jurnal allotment ini tidak dapat melampaui pagu

pada jurnal appropriasi sebagai contoh : dilakukan pengesahan disahkan DIPA Satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp. 27.000,

maka akunnya adalah sebagai berikut :

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit Kredit

Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 27.000

Dalam membuat jurnal allotment, sebelumnya didahului dengan pengecekan pagu appropriasi sehingga tidak akan melampaui pagu

appropriasi.

351

3. Carryforward

Jurnal Carryforward merupakan jurnal yang terjadi pada saat transaksi pengiriman appropriasi menjadi allotment sesuai dengan metode

carryforward yang ditentukan:

a. Untuk carryforward Fund only maka akan digunakan kode budget 3 untuk membedakan chart of account dalam DIPA tahun berjalan dengan

DIPA carryforward.

b. Untuk Carryforward encumbrance dan Fund only juga menggunakan kode budget 3 untuk membedakan chart of account dalam DIPA tahun

berjalan dengan carryforward.

c. Untuk Carryforward encumbrance Only maka akan diperlakukan sama dengan penggunaan kode budget 3 agar

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit kredit

Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 3 532111 123546 27.000

4. Vote on Acount

Jurnal Vote on Account (VOA) terjadi apabila RUU APBN belum disahkan DPR sampai waktu yang ditentukan, maka DJPBN akan melakukan

Allotment dengan menerbitkan DIPA VOA. Nanti apabila APBN telah disetujui pada tahun berjalan maka akan di jurnal kembali ke kode budget

Allotment (2)

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit kredit

Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 4 532111 123546 27.000

352

5. Pengembalian Belanja

Jurnal pengembalian belanja terjadi apabila terdapat pengembalian belanja pada tahun anggaran berjalan. Jurnal ini berfungsi untuk

membedakan antara belanja yang merupakan pengembalian dan bukan.

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit kredit

Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 7 532111 123546 27.000

6. Blokir dana dari DJA

Jurnal Blokir DJA terjadi saat appropriasi yang diterima dari DJA telah diblokir dan kewenangan membuka blokirnya ada pada DJA, sebagai

contoh : dilakukan pemblokiran DIPA Satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp. 15.000, maka akunnya adalah sebagai berikut :

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit kredit

Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 8 532111 123546 15.000

353

7. Blokir dana dari DJPBN

Jurnal Blokir dana dari terjadi bila pada saat appropriasi tidak terdapat dana yang diblokir namun dalam membuat allotment, DJPBN diharuskan

melakukan blokir sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jurnal pemblokiran oleh DJPBN ini contohnya terjadi pada saat pengesahan DIPA

sementara. Contoh transaksi Dilakukan pemblikiran DIPA satker 123456 dengan kode akun 123456 sejumlah Rp.25.000, maka junalnya adalah

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit kredit

Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 9 532111 123546 25.000

8. Jurnal Revisi DIPA antar akun, satker,KPPN,dll

Jurnal revisi DIPA terjadi apabila terdapat pergeseran akun sesuai dengan peraturan tentang revisi anggaran, Jurnal ini pada dasarnya

bertujuan untuk mencatat perubahan pada struktur COA.

Contoh Revisi Antar Akun.

Dari:

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit kredit

Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 25.000

354

Menjadi:

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit kredit

Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 25.000

9. Jurnal AFP (Halaman III DIPA)

Halaman III DIPA pada dasarnya hanya digunakan untuk kepentingan cash forecasting, bukan sebagai salah satu syarat dalam pencairan dana. Contoh pada

DIPA satker 123456 memiliki pagu DIPA Rp. 1.000.000,00 kemudian pada halaman III DIPA disusun rencana penarikan dana.

Contoh Akun pada satker 123456 pada bulan Januari dan februari berdasarkan pembagian dana DIPA satu tahun yang dibagi menjadi 12 bulan.

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit kredit

Januari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 115.000

Struktur Chart of Account

Bulan Satker KPPN Sumber dana

Kewenangan

BA, Esln, program

kegiatan Lokasi Kode Budget

Akun Interco Debit kredit

Februari 439460 133 123456 1 1234567 123456 0151 2 532111 123546 150.000