Bagian II (DIPA)

download Bagian II (DIPA)

of 42

Transcript of Bagian II (DIPA)

DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)M. Arifin

Pengertian DIPA1.

2.

Dokumen Pelaksanaan anggaran yang memuat uraian sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, dicapai, fungsi, kegiatan, rencana penarikan dana tiap-tiap bulan dalam satu tahun serta tiappendapatan yang diperkirakan oleh kementerian negara/ negara/lembaga Sesuai PMK 80/PMK.05/2007, DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Menteri/ Lembaga serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendahaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah

JenisJenis-Jenis DIPAa.

DIPA Kementerian Negara/Lembaga :1.2. 3. 4.

DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat DIPA Satker Vertikal/ Kantor Daerah DIPA Dana Dekonsentrasi (SKPD Provinsi) DIPA Tugas Pembantuan (SKPD Prov/Kab/Kota)

b.

DIPA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (DIPA APP)1. 2. 3. 4.

DIPA Belanja Pemerintah Pusat (contoh : BA 061) DIPA Belanja Daerah (contoh : BA 070) DIPA Pembiayaan (contoh : BA 096) DIPA Khusus (kondisi darurat, bersifat politis)

DIPA (lengkap) (lengkap)1. 2.

3.

4.

5.

Surat Pengesahan DIPA (SP DIPA), berisi informasi mengenai hal - hal yang disahkan dari DIPA dan ditandatangani oleh DirjenPerbendaharaan atau Kakanwil DJPB atas nama Menteri Keuangan. Keuangan. DIPA halaman I (Umum), terdiri dari halaman IA dan halaman IB. Halaman (Umum), IA memuat informasi yang bersifat umum dari setiap satuan kerja. Halaman kerja. IB memuat informasi umum tentang rincian fungsi, program dan fungsi, sasarannya serta indikator keluaran untuk masing2 kegiatan. kegiatan. DIPA halaman II, berisi informasi setiap satuan kerja, uraian kegiatan / sub kerja, kegiatan beserta volume keluaran yang hendak dicapai serta alokasi dana pada masing-masing belanja yang dicerminkan dalam MAK masingDIPA halaman III, berisi informasi tentang rencana penarikan dana dan penerimaan negara bukan pajak yang menjadi tanggungjawab setiap satuan kerja DIPA halaman IV, berisi catatan-catatan yaitu hal-hal yang perlu menjadi catatanhalperhatian oleh pelaksana kegiatan

DIPA KANTOR PUSAT : DIPA Kantor Pusat adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran Kantor Pusat Kementerian Negara/Lembaga. Penelaahan DIPA dilakukan secara bersama antara Direktorat Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan Kementerian Negara/Lembaga terkait. Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA dan Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan mengesahkan DIPA

DIPA KANTOR DAERAH : DIPA Kantor Daerah adalah Dokumen pelaksanaan anggaran Kantor Daerah/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga. Penelaahan DIPA dilakukan secara bersama antara Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan Kantor Daerah/Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga. Kepala Kantor Daerah/Instansi Vertikal Kementerian Negara /Lembaga atau pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA dan Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan mengesahkan DIPA

DIPA dalam rangka Pelaksanaan Dekonsentrasi :DIPA dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi adalah dokumen pelaksanaan anggaran dalam rangka pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu. Penelaahan DIPA dilakukan secara bersama antara Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan Dinas terkait atas nama Gubernur. Gubernur/Kepala Dinas atau pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan mengesahkan DIPA

DIPA dalam rangka Pelaksanaan Tugas Pembantuan : DIPA dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan adalah dokumen pelaksanaan anggaran dalam rangka penugasan dari Pemerintah kepada Daerah dan/atau Desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Penelaahan DIPA dilakukan secara bersama antara Direktorat Pelaksanaan Anggaran Ditjen Perbendaharaan dengan Kementerian Negara/Lembaga terkait. Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA dan Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan mengesahkan DIPA

DIPA ANGGARAN PEMBIAYAAN DAN PERHITUNGAN1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11)

Cicilan Bunga Utang (BA 061) Subsidi dan Transfer (BA 062) Belanja Lain-Lain (BA 069) LainDana Perimbangan (BA 070) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (BA 071) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negari (BA 096) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Dalam Negeri (BA 097) Penerusan Pinjaman sebagai Pinjaman (BA 098) Penyertaan Modal Negara (BA 099) Penerusan Pinjaman sebagai Hibah (BA 101) 9 Penerusan Hibah sebagai Hibah (BA 102)

PENYUSUNAN DIPA

PENYUSUNAN DIPA- Pengertian : rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh kantor/satker K/L dalam mempersiapkan konsep DIPA yang akan dimintakan pengesahannya kpd Dirjen PBN utk DIPA kantor pusat atau Kakanwil DJPBN utk DIPA daerah.-

DIPA yg disusun oleh K/L harus berpedoman pd Perpres tentang rincian APBN, maka struktur penganggaran dalam DIPA harus terinci unit organisasi, fungssi, program, kegiatan, sub kegiatan , jenis belanja dan lokasi.

11

HalHal-hal yang harus diperhatikan dlm pencantuman PHLN dalam DIPA1. 2. 3. 4. 5. 6.

Status loan. loan. Jenis cara pembayaran. pembayaran. Alokasi dana. dana. Standar biaya. biaya. Kartu Pengawasan Alokasi Pagu PHLN NPPHLN.

12

PENYUSUNAN DIPAPenyusunan DIPA oleh Satker berpedoman pada : Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 80/PMK.05/2007 tanggal 18 Juli 2007 tentang : Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan DIPA Tahun Anggaran 2008 Peraturan

Menteri Keuangan No.

81/PMK.02/2007 tanggal 23 Juli 2007 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 200813

BELANJA PEGAWAIa.

Belanja Pegawai yg Terikatadalah belanja pegawai yang dibutuhkan secara terus menerus dalam satu tahun dan harus dialokasikan oleh K/L dgn jumlah yg cukup pada thn bersangkutan. Gaji Gaji Dokter PTT & Bidan PTT Honorarium Uang Lembur Vakasi LainLain-lain Uang Lauk Pauk TNI/Polri Uang Makan PNS Besarnya uang lauk pauk bagi anggota TNI/Polri dihitung sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perhitungan untuk gaji dan tunjangan dibuat berdasarkan masing masing mata anggaran dan dibulatkan dalam ribuan rupiah.

l l l l l l l l l l

14

b. Belanja pegawai tidak mengikat

adalah belanja pegawai yang diberikan dalam rangka mendukung pembentukan modal dan atau kegiatan yang bersifat temporer.

Pelaksanaannya memerlukan pembentukan panitia/tim/kelompok kerja; Mempunyai keluaran (output) jelas dan terukur; Sifatnya koordinatif dengan mengikutsertakan satker/organisasi lain; Sifatnya temporer sehingga pelaksanaannya perlu diprioritaskan atau di luar jam kerja; Merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu kepada PNS disamping tugas pokoknya sehari-hari;

Bukan operasional yang dapat diselesaikan secara internal satker. Contoh : Honorarium KPA, Tim Penyusun Draft Peraturan

BELANJA BARANGa. Belanja Barang Terikat Belanja Barang Mengikat adalah belanja barang yang dibutuhkan secara terus menerus selama 1 (satu) tahun dan dialokasikan oleh kementerian/lembaga dengan jumlah yang cukup pada tahun yang bersangkutan.1) 2) 3) 4)

Belanja barang. Belanja jasa. Belanja Pemeliharaan. Belanja Perjalanan.

b.

Belanja Barang Tidak Mengikat Belanja Barang Tidak Mengikat adalah belanja barang yang dibutuhkan secara insidentil (tidak terus menerus) yang meliputi barang non operasional, belanja jasa (jasa konsultan, sewa, jasa profesi dan jasa lainnya), belanja pemeliharaan serta belanja perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan suatu kegiatan/tugas pokok fungsi satuan kerja.16

BELANJA MODALBelanja Modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset kementerian negara/lembaga dengan kewajiban untuk menyediakan biaya pemeliharaan. Dengan demikian, Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu perode akuntansi

17

Aset Tetap

Aset tetap mempunyai ciri-ciri/karakteristik sebagai berikut : berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, nilainya relatif material (di atas Rp 300.000,- per unit). Sedangkan batasan minimal kapitalisasi untuk Gedung dan Bangunan dan Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah sebesar Rp 10.000.000,-. Ciri-ciri/karakteristik Aset Lainnya adalah tidak berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari dari 1 (satu) tahun, nilainya material.

Dikategorikan Belanja Modal apabila memenuhi kreteria :

Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya; Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap; Aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah; Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.

BELANJA MODAL1. 2. 3. 4. 5.

belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan mesin. belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, belanja modal fisik lainnya.

Belanja BungaBunga yaitu pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding), baik utang dalam negeri maupun luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP).

SubsidiSubsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja ini antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada perusahaan negara dan perusahaan swasta. Jenis belanja ini khusus digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BAPP).

Belanja Bantuan Sosial.Bantuan sosial yaitu transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Yang termasuk kedalam belanja bantuan sosial adalah : bantuan kompensasi sosial, Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan kepada masyarakat, sebagai dampak dari adanya kenaikan harga BBM. Bantuan kepada lembaga pendidikan dan peribadatan. Transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa yang diberikan kepada lembaga pendidikan dan peribadatan.

PENELAAHAN DIPA

PengertianPengertian penelaahan adalah proses pencocokan SRAA, peraturan presiden tentang rincian APBN (menurut organisasi, fungsi, sub fungsi, program, kegiatan, sub kegiatan, jenis belanja, serta lokasi kegiatan/sub kegiatan) dari Direktur Jenderal Anggaran dengan konsep DIPA dari instansi kementerian negara/ lembaga/satuan kerja terkait. terkait. Proses penelaahan DIPA s/d penetapan SP DIPA harus telah diselesaikan selambat-lambatnya pada selambattanggal 31 Desember sebelum tahun anggaran berjalan. berjalan.

Tujuan

Tujuan penelaahan adalah untuk memperoleh kesesuaian DIPA yang akan ditetapkan dengan dokumen resmi yang menjadi dasar penyusunannya. penyusunannya. Apabila penelaahan konsep DIPA tersebut telah sesuai dengan SRAA dan rincian peraturan presiden selanjutnya ditetapkan SP DIPA yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk DIPA pusat dan Kepala Kanwil DJPb untuk DIPA yang telah ditelaah di daerah. daerah. Pengesahan ini berlaku sebagai dasar pencairan dana oleh KPPN, sedangkan tanggungjawab terhadap perhitungan biaya dan penggunaan dana yang tertuang dalam DIPA sepenuhnya menjadi tanggungjawab pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran. garan.

PENELAAHAN KONSEP DIPA PUSAT

Khusus untuk DIPA Satker Kantor Pusat Kementerian Negara/Lembaga menbuat konsep DIPA dan disampaikan ke Ditjen PBN cq Dit Pelaksanaan Anggaran. Pagu yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian APBN bagi masing-masing unit masingorganisasi, fungsi, sub fungsi, program, kegiatan, dan per jenis belanja merupakan batas tertinggi yang tidak boleh dilampaui. Apabila dalam DIPA telah sesuai dengan rincian Perpres, maka Ditjen PBN dapat melakukan pengesahan DIPA berkenaan.27

Penetapan SRAA1)

2)

3)

DJPb c.q. Direktorat Pelaksanaan Anggaran menerima Peraturan Presiden tentang Rincian APBN dari Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran pada akhir bulan Nopember dan setelah itu menerbitkan SRAA. SRAA ditetapkan berdasarkan lokasi kegiatan yang secara nyata ada di daerah. Segera setelah SRAA ditetapkan, kantor pusat DJPb mengirimkan SRAA dan atau peraturan presiden tentang rincian APBN tersebut ke Kantor Wilayah DJPb

28

PENELAAHAN KONSEP DIPA DAERAHSRAA dan atau Peraturan Presiden tentang Rincian APBN diterima dari Kantor Pusat DJPb, Kanwil DJPb melakukan koordinasi dan menyampaikan kopi SRAA kepada satuan kerja dalam wilayah masing masing. 2) Pagu yang telah ditetapkan dalam SRAA untuk masing masing satuan kerja per kegiatan dan per jenis belanja merupakan batas tertinggi yang tidak boleh dilampaui. 3) Apabila dalam penelaahan DIPA di daerah terdapat ketidaksesuaian atau permasalahan lainnya, maka Kanwil DJPb dapat melakukan pemblokiran dana kegiatan pada DIPA.29

1) Setelah

PEMBLOKIRAN DANA KEGIATAN1.

2.

3.

Terdapat ketidaksesuaian kegiatan dan alokasi pagu jenis belanja yang tercantum pada konsep DIPA yang diajukan oleh satuan kerja terkait dengan yang tercantum pada SRAA dan atau Peraturan Presiden tentang Rincian APBN satuan kerja yang bersangkutan. Keperluan biaya operasional satuan kerja baru yang belum mendapat persetujuan Menteri Negara PAN, kecuali satuan kerja sementara. Naskah Perjanjian Pinjaman/Hibah Luar Negeri (NPHLN) belum efektif dan atau kegiatan PHLN yang belum tersedia dana pendampingnya.30

Catatan atas hasil penelaahan DIPA1.

2.

3.

Dalam hal sebagian atau seluruh kegiatan DIPA dibiayai dana yang berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dalam halaman IV Catatan DIPA agar dicantumkan catatan khusus. Dalam penelaahan belanja pegawai dalam DIPA agar tetap memperhatikan dasar perhitungan gaji atas dasar gaji bulan April 2007 (untuk DIPA tahun 2008). Apabila dalam penelaahan DIPA dijumpai alokasi pagu kegiatan pada jenis belanja tertentu yang tidak sesuai dengan klasifikasi belanja sebagaimana diatur dalam PP 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, DIPA tetap diproses dengan dengan catatan diadakan pemblokiran atau tanda bintang(*) sampai adanya penetapan lebih lanjut dari Direktur Jenderal 31 Perbendaharaan

Keterlambatan penyampaian konsep DIPA

Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan menyusun Konsep DIPA Sementara dan mengesahkan DIPA Sementara berdasarkan Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat; Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan menyusun Konsep DIPA Sementara dan mengesahkan DIPA Sementara berdasarkan SRAA; DIPA Sementara tidak perlu ditandatangani Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran; Dana yang dapat dicairkan dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai, pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan seharijasa, dan lauk pauk/bahan makanan. Sedangkan dana untuk jenis makanan. pengeluaran lainnya harus diblokir; Apabila konsep DIPA sudah diterima dari Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran setelah DIPA Sementara diterbitkan, maka dilakukan penelaahan dan pengesahan revisi pertama DIPA bersangkutan.32

PENGESAHAN DIPA

Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengesahkan DIPA Pusat setelah ditelaah kesesuaian antara konsep DIPA dengan Rincian APBN yang ditetapkan dalam Perpres. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara mengesahkan DIPA daerah setelah ditelaah kesesuaian antara konsep DIPA dengan SRAA dan/atau Rincian APBN yang ditetapkan dalam Perpres.

33

PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK)

Setelah DIPA disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kanwil Ditjen PBN, setiap satker dapat menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) sebagai pedoman pelaksanaan lebih lanjut dari DIPA. Revisi POK dilakukan oleh satker sepanjang tidak bertentangan dengan DIPA. DIPA.34

REVISI DIPA

PEDOMAN REVISI DIPAa) b) c)

d)

e)

Revisi DIPA oleh Dirjen PBN dan/atau kepala Kanwil Ditjen Dirjen PBN : Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi; Perubahan kantor bayar (KPPN); Perubahan alokasi dana antar sub kegiatan atau penambahan/pengurangan sub kegiatan dalam satu kegiatan/program/jenis belanja; Perubahan volume keluaran pada sub kegiatan dengan memperhatikan kesesuaian sasaran kegiatan dan atau sasaran program tanpa mengubah alokasi dana pada Kegiatan/ program/jenis belanja; Pencairan dana yang dibubuhi tanda bintang (*), sepanjang dicantumkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala Kanwil DJPb, apabila persyaratan telah dipenuhi.36

REVISI MENDAPAT PERSETUJUAN PRINSIP DJA MELALUI DJPBN1) 2) 3)

4)

5)

6) 7)

8)

Pagu masing - masing kegiatan dalam satu program; Pagu masing - masing jenis belanja; Pagu masing - masing unit organisasi dan lokasi dalam satu bagian anggaran; Pagu anggaran belanja yang bersumber dari peningkatan penerimaan PNBP; Pagu anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN) sebagai akibat luncuran PHLN; Perubahan sasaran dan volume kegiatan; Perubahan volume keluaran pada kegiatan dengan memperhatikan kesesuaian sasaran kegiatan dan atau sasaran program tanpa mengubah alokasi dana pada kegiatan/program/jenis belanja. Pencairan blokir/tanda bintang (*) yang dicantumkan oleh Direktur Jenderal Anggaran.37

Revisi dapat dilakukan oleh Satker :1) 2)

3)

4)

Tidak mengakibatkan perubahan DIPA; Tidak mengurangi belanja gaji dan tunjangan lainnya yang melekat pada gaji; Tidak mengurangi/tidak merelokasi belanja terikat; Masih dalam kelompok pengeluaran yang sama (4 digit).

38

PENCAIRAN DANA BLOKIR ATAU TANDA BINTANG (*) Diajukan oleh PA/KPA kepada Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan untuk Satker Daerah, dan kepada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan untuk Satker Pusat. Dalam hal pemblokiran dilakukan oleh Kantor Pusat Ditjen PBN, usul pencairannya ditujukan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan melalui Eselon I yang bersangkutan

39

PENYELESAIAN REVISI DIPA1)

2)

Revisi DIPA untuk DIPA Satker Pusat yang berlokasi di DKI Jakarta, disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan Revisi DIPA untuk : a. DIPA satker pusat yang berlokasi di daerah (di luar DKI Jakarta) b. DIPA satker vertikal; c. DIPA dekonsentrasi; d. DIPA tugas pembantuan, baik yang di sahkan di pusat maupun di daerah, disahkan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat;

40

Revisi DIPA disampaikan kepada:

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; Ketua BPK; Gubernur; Direktur Jenderal Anggaran; Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Akuntansi dan Pelaporan; Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan terkait, beserta arsip data komputernya; Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara bersangkutan, beserta arsip data komputernya.

BATAS WAKTU PENGESAHAN

Batas waktu pengesahan revisi DIPA atau dokumen yang dipersamakan dengan DIPA diselesaikan paling lambat (5) lima hari kerja setelah usulan revisi serta data pendukung diterima. diterima.