Proposal Mpk
-
Upload
ardita-nuzulkarnaen-azmi -
Category
Documents
-
view
28 -
download
2
Transcript of Proposal Mpk
-
Usulan Tugas Akhir Skripsi Kimia
PREPARASI SENYAWA NANOKOMPOSIT N-TIO2/CdS DENGAN
METODE CHEMICAL BATH DEPOSITION (CBD).
Oleh:
Ardita Nuzulkarnaen Azmi
10307141014
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
-
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
PROPOSAL TUGAS AKHIR SKRIPSI KIMIA
1. Judul Skripsi : Preparasi Senyawa Nanokomposit N-
TiO2/CdS dengan Metode Chemical Bath
Deposition (CBD).
2. Pelaksanaan
a. Nama Lengkap : Ardita Nuzulkarnaen Azmi
b. Nomor Induk Mahasiswa : 10307141014
c. Alamat : Candi III 06/07 Sardonoharjo Ngaglik
Sleman Yogyakarta 55581
d. Tempat Penelitian : Labotatorium Penelitian Kimia UNY
3. Pembimbing Utama : Prof. K.H. Sugiyarto, Ph. D
Lembaga : Universitas Negeri Yogyakarta
4. Jangka Waktu Penelitian : 2 bulan
5. Perkiraan Biaya : -
Menyetujui,
Pembimbing Utama
Yogyakarta, 24 April 2013
Peneliti,
Prof. K.H. Sugiyarto, Ph. D
NIP. 19480915 196806 1 001
Ardita Nuzulkarnaen Azmi
NIM. 10307141014
Mengetahui,
Koordinator Tugas Akhir Skripsi
Program Studi Kimia,
Prof. Dr. Endang Wijayanti L. FX, M.S.
NIP. 19621203 198601 2 001
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul
Preparasi Senyawa Nanokomposit N-TiO2/CdS dengan Metode Chemical
Bath Deposition (CBD).
1.2 Latar Belakang
Selama ini kebutuhan energi secara global terus meningkat seiring
bertambahnya jumlah penduduk di dunia. Pertambahan penduduk ini tentu tidak
berbanding lurus dengan ketersediaan minyak bumi sebagai penyangga utama
kebutuhan energi hampir di semua negara. Sementara itu, tidak dapat dipungkiri
bahwa sumber energi ini semakin langka ketersediaannya dan mahal harganya.
Bagi Indonesia masalah energi menjadi sangat urgent dan perlu mendapatkan
penanganan yang khusus karena kurang lebih 80% kebutuhan energi di Indonesia
dipenuhi oleh minyak bumi, sementara harga minyak bumi juga selalu melonjak
setiap tahunnya. Padahal, sumber-sumber energi alternatif di Indonesia juga
sangat melimpah dan hanya perlu dikembangkan, terlebih Indonesia merupakan
negara tropis yang sinar mataharinya melimpah, sehingga bentuk energi alternatif
ini sangat cocok untuk digunakan.
Pemanfaatan energi matahari yang tersedia melimpah, kontinyu, dan
ramah lingkungan merupakan salah satu solusi sumber energi terbarukan karena
ketersediaan energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi
jumlahnya sangat besar, yaitu mencapai 3x1024
joule pertahun. Jumlah energi
sebesar itu kira-kira setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia
saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1% saja permukaan bumi dengan
divais solar sel yang memiliki efisiensi 10% sudah mampu untuk menutupi
kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini.
Energi matahari dapat dirubah secara langsung menjadi listrik dengan
teknologi fotovoltaik dalam bentuk sistem sel surya. Perkembangan sel surya
sendiri sampai saat ini sudah mencapai sel surya generasi ketiga. Dimana sel surya
generasi ketiga ini berbasis pada nanostruktur semikonduktor, gabungan material
organik-anorganik mulai dikembangkan untuk mencapai efisiensi tinggi dengan
-
biaya yang lebih ekonomis (Kamat, 2007). Penemuan dye-sensitized solar cell
(DSSC) berbasis titanium dioksida (TiO2) oleh Gratzel et al. pada tahun 1991
dengan efisiensi 11% memberikan terobosan yang sangat menjanjikan di bidang
sel surya (Gratzel, 2005).
Sel surya nanokristal TiO2 tersensitasi dye dikembangkan sebagai konsep
alternatif bagi piranti fotovoltaik konvensional berbasis silikon. Sistem sel surya
ini pertama kali dikembangkan oleh Grtzel sehingga disebut juga sel Grtzel.
Beberapa keuntungan sistem sel surya ini adalah proses pabrikasinya lebih
sederhana tanpa menggunakan peralatan rumit dan mahal sehingga biaya
pabrikasinya lebih murah. Efisiensi konversi sistem sel surya tersensitasi dye telah
mencapai 10-11%. Namun demikian, sel surya ini memiliki kelemahan yaitu
stabilitasnya rendah karena penggunaan elektrolit cair yang mudah mengalami
degradasi atau kebocoran (Huang et al. 2007, Jeong et al. 2004).
Karena masih terdapat beberapa kelemahan dari DSSC ini, maka
berkembanglah gagasan sensitisasi dengan penggunaan kuantum dot disamping
dye pada matriks semikonduktor oksida sebagai penyerap sinar menghasilkan
quantum dots sensitized solar cells (QDSSC) atau sel surya tersensitisasi kuantum
dot. Keunggulan dari QDSSC dibandingkan dengan DSSC adalah, QDSSC
memiliki absorpsi sinar dan kestabilan yang lebih tinggi, kisaran panjang
gelombang absorpsi yang lebih lebar, kemungkinan generasi multi eksiton yang
lebih besar dan penggunaan elektron dengan energi yang lebih tinggi
dibandingkan pita konduksi semikonduktor (Nozik, 2002). Istilah sel surya
generasi ketiga diberikan kepada divais tersebut karena mampu mengatasi
keterbatasan Shockley-Queisser divais celah pita tunggal atau jembatan tunggal
(33,7%) menjadi 68%. Secara prinsip, sinar matahari dapat dirubah menjadi listrik
dengan efisiensi mendekati batas Carnot (93%). QDSSC merupakan sistem sel
surya yang berpotensi untuk mencapai rasio effisiensi-biaya yang kompetitif.
DSSC sebagai sel surya generasi kedua memiliki kemungkinan menjadi generasi
ketiga apabila efisiensinya dapat ditingkatkan.
Pada penelitian ini dilakukan penyisipan (doping) anion nitrogen sebagai
pengotor pada matriks TiO2 untuk memperkecil enegi celah (band gap). Sehingga
pada akhir penelitian akan dilakukan pembentukan sensitizer kuantum dot yakni
-
N-TiO2/semikonduktor kuantum dot yaitu CdS untuk menggantikan N-TiO2
tersensitisasi zat warna. Metode sensitisasi N-TiO2 dengan kuantum dot CdS
menghasilkan nanokomposit N-TiO2/CdS dilakukan dengan metode deposisi bak
kimia (chemical deposition bath).
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan yang dapat
diidentifikasi pada sintesis nanokomposit N-TiO2 antara lain :
a. Metode yang dipilih untuk sintesis nanokomposit N-TiO2.
b. Jenis prekusor yang digunakan dalam sintesis nanokomposit N-TiO2.
c. Sumber N dan Ti yang digunakan
d. Alat yang digunakan untuk karakterisasi hasil sintesis nanokomposit
N-TiO2
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah teridentifikasi dapat dibatasi
cakupannya sebagai berikut :
a. Metode yang dipilih untuk sintesis nanokomposit N-TiO2 adalah
metode Chemical Bath Deposition (CBD).
b. Jenis prekusor yang digunakan dalam sintesis nanokomposit N-TiO2
adalah campuran dari 4,7 mL DDA yang dilarutkan dalam 80 mL
etanol absolut dan diaduk selama 2 jam lalu ditambahkan 3 mL TTIP
ditambahkan bertetes-tetes sambil terus dilakukan pengadukan selama
4 jam.
c. Sumber N yang digunakan adalah DDA dan sumbet Ti yang digunakan
adalah TTIP.
d. Alat yang digunakan untuk karakterisasi hasil sintesis nanokomposit
N-TiO2 adalah Difraksi sinar-X (XRD), Scanning Electron
Microscopy-Energy Dispersive X-ray (SEM-EDX), spektrofotometer
FTIR, dan spektrofotometer UV-VIS.
-
1.5 Rumusan Masalah
a. Bagaimana preparasi nanokomposit N-TiO2/CdS melalui metode
Chemical Bath Deposition (CBD) ?
b. Bagaimanakah komposisi dan struktur nanokomposit N-TiO2 hasil sintesis ?
1.6 Tujuan
a. Melakukan sintesis material N-TiO2/CdS guna meningkatkan absorpsi
sinar dan juga fotoarus kemampuan konversi material.
b. Mengetahui komposisi dan struktur nanokomposit N-TiO2 hasil sintesis
dengan metode Chemical Bath Deposition (CBD)
1.7 Manfaat
a. Menghasilkan quantum dots sensitized solar cells N-TiO2/CdS yang
lebih efektif dan efisien dibandingkan dye-sensitized solar cell.
b. Memberikan informasi komposisi dan struktur nanokomposit N-TiO2 hasil
sintesis dengan metode Chemical Bath Deposition (CBD).
c. Menambah pustaka dalam upaya pengembangan Energi Baru
Terbarukan (EBT).
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 N-TiO2
Titanium dioksida (TiO2) merupakan bahan semikonduktor yang bersifat
inert, stabil terhadap fotokorosi dan korosi oleh bahan kimia, serta juga
merupakan senyawa semikonduktor bersifat fotokatalis sehingga banyak
digunakan untuk untuk manufaktur elemen optik. Penelitian tentang fotokatalis
TiO2 telah banyak dilakukan khususnya mengenai kemampuan dari senyawa ini
untuk mendekomposisi polutan organik dengan bantuan cahaya matahari.
Fotokatalis TiO2 dengan iluminasi cahaya ultra ungu (UV) mampu mendegradasi
senyawa organik seperti metilen biru. Energi celah pita (band gap) TiO2 relatif
besar, berkisar 3,0 eV fasa kristal rutile dan 3,2 eV anatase, menyebabkan
keterbatasan dalam aplikasinya, karena hanya dapat aktif pada daerah cahaya ultra
ungu (
-
mampu mengendalikan tingkat doping nitrogen dan ukuran partikel dengan variasi
sederhana dalam kondisi eksperimental, seperti tingkat hidrolisis, pH larutan dan
sistem pelarut.
1.2 Quantum dots sensitized solar cells (QDSSC)
Quantum Dots Sensitized Solar Cells (QDSSC) atau sel surya tersensitiasi
kuantum dot menggunakan istilah dari sel fotoelektrokimia Gratzel (DSSC)
dengan prinsip operasional seperti pada Gambar 1. Sehubungan dengan ukuran
yang hampir sama antara kuantum dot dan nanokristal semikonduktor logam
oksida, semua QDSSC merupakan nanokomposit yang bertujuan untuk optimasi
respon material yang dihasilkan terhadap spektrum matahari. Sensitiser kuantum
dot untuk sel surya menjanjikan beberapa keuntungan dibandingkan sensitiser dye
yaitu: 1) Energi celah pita yang dapat diatur dengan mengontrol bentuk dan
ukuran kuantum dot. Selain itu kuantum dot juga memiliki kisaran celah pita yang
lebih lebar dibandingkan dye; 2) Koefisien absorpsi yang besar dari material
semikonduktor skala nano; 3) Produksi multi pasangan elektron-hole karea
elektron kuantum dot memiliki energi lebih tinggi dari energi pita konduksi TiO2
dan; 4) Ketahanan kuantum dot terhadap photobleaching jauh lebih tinggi
dibandingkan kompleks organologam atau dye organik. Selain itu preparasi
kuantum dot jauh lebih mudah dan dapat dilakukan pada temperatur rendah.
(Hodes, 2008).
Terdapat dua metode utama untuk melakukan sensitisasi film mesopori
TiO2 yaitu penumbuhan langsung kuantum dot pada permukaan film TiO2 dan
sintesis quantum dot secara terpisah sebelum diadsorpsikan ke permukaan
semikonduktor oksida. Kedua metode tersebut seringkali dilakukan bersamaan
untuk mendapatkan efek ko-sensitisasi. Pada QDSSC, diameter kuatum dot yang
teradsorpsi pada metal oksida umumnya berkisar antara 3-8 nm, jauh lebih besar
dari sensitiser dye. Deposisi kuantum dot pada TiO2 dipengaruhi beberapa faktor
seperti morfologi, luas permukaan, struktur pori dalam, ukuran partikel dan energi
celah pita TiO2. Peningkatan efisiensi penataan kuantum dot pada fotoanoda TiO2
dan pengaruh sifat struktur beberapa fotoanoda TiO2 pada performa CdS/-QDSSC
telah diamati secara sistematis . Hasilnya menunjukkan bahwa tidak seperti DSSC
-
konvensional, kontribusi penataan deposisi CdS pada TiO2 dapat meningkatkan
panjang serapan sinar dan menurunkan rekombinasi elektron. Penggunaan TiO2
berukuran 300 nm pada fotoanoda dapat mencapai distribusi ukuran pori yang
lebih lebar dari beberapa nm menjadi lebih dari 50 nm untuk adsorpsi CdS yang
efisien di permukaan TiO2 dan memfasilitasi penetrasi elektrolit pada film TiO2.
Secara umum, nanokomposit QDSSC bekerja dengan dua efek yang
bermanfaat yaitu kisaran spektra absorpsi yang lebar dan interaksi antara dua
bagian semikonduktor dan dapat menurunkan rekombinasi. QDSSC berbasis
kuantum dot CdS pada TiO2 menunjukkan perkembangan yang cepat selama dua
dekade terakhir menghasilkan efisiensi berkisar antara 7-11% berpotensi untuk
dikembangkan lebih lanjut. (Yin dan Ye, 2011; Zhan et al., 2011).
1.3 CdS
Kadmium sulfida (CdS) adalah semikonduktor II-VI penting (Eg = 2,42
eV (515 nm) pada suhu kamar) dengan banyak sifat fisika dan kimia yang sangat
baik, sehingga mampu digunakan untuk aplikasi dalam beberapa bidang teknis
termasuk katalisis fotokimia, sensor gas, detektor untuk laser dan inframerah, sel
surya, bahan optik nonlinier, berbagai perangkat luminescence, perangkat
optoelektronik dan lain-lain. CdS juga merupakan salah satu senyawa yang paling
menjanjikan di antara senyawa II-VI untuk mendeteksi radiasi yang terlihat. CdS
dapat diperoleh dalam bentuk film tipis, dengan berbagai metode atau dalam
bentuk bubuk, dengan metode hidrotermal /solvothermal, dekomposisi termal, dll.
(Kamat, 2007).
Gambar 1
-
BAB III
METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
1. Alat utama yang digunakan: Alat-alat gelas, alat refluks, oven, muffle
furnace, alat kalsinasi, seperangkat alat Chemical Bath Deposition (CBD)
dan alat-alat instrumentasi analisis karakter senyawa seperti XRD, UV-Vis,
SEM dan FTIR.
2. Bahan utama yang digunakan: Titanium Tetraisopropoksida (TTIP),
dodesilamin (DDA), etanol pa, NaOH pa, Na2S, triton-X 100, tiourea, asam
asetat glasial, elektrolit redoks, kaca ITO, asetil asetonat, HCl, CdCl2, dan
natrium sulfit/tiosianat.
2.2 Subyek dan Objek
1. Subyek dalam penelitian ini adalah senyawa nanokomposit N-TiO2.
2. Objek dalam penelitian ini adalah metode pembentukan nanokomposti
dengan Chemical Bath Deposition (CBD).
-
3.2 Cara Penelitian
1. Preparasi lapis tipis N-TiO2.
-
2. Sintesis senyawa CdS
3. Sensitisasi kuantum dot CdS untuk menghasilkan nanokomposit N-
TiO2/CdS.
Pada metode ini, semua reagen dicampur menjadi satu pada awal sintesis.
Preparasi N-TiO2/CdS dilakukan dengan menambahkan sejumlah besar ion
Cd2+
dikomplekskan dengan agen pengompleks (TEA, trietanolamin) dan
dilepaskan pelan-pelan sebagai ion Cd bebas untuk bereaksi dengan ion
selenida atau sulfur yang ada dalam larutan. Larutan awal terdiri dari larutan
1 M CdCl2, 1 M NaOH, 1 M tiourea, 1 M TEA dan air. Selanjutnya, substrat
N-TiO2 direndam dalam larutan tersebut bervariasi antara 10 menit hingga
beberapa jam. Setelah itu, substrat dicuci dengan HCl 1 M atau dengan air
murni dan dipanaskan sampai 150 oC selama 30 menit. Substrat N-TiO2
yang telah dimodifikasi dengan kuantum dot tersebut selanjutnya
dikarakterisasi dengan XRD, UV-Vis, IR dan SEM.
-
DAFTAR PUSTAKA
Kamat, P. V., 2007, Meeting the Clean Energy Demand: Nanostructure Architectures for Solar Energy Conversion, J. Phys. Chem. C, 111, 7, 2834-2860
Gratzel, M., 2005, Conversion of Sunlight to Electric Power by Nanocrystalline
Dye-Sensitized Solar Cells. J. Photochem. Photobio.,164, 1-3 Zhang, Q. X., Guo, X. Z., Huang, X. M., Huang, S. Q., Li, D. M., Luo, Y. H., et
al., 2011, Highly Efficient Cds/Cdse-Sensitized Solar Cells Controlled by the Structural Properties of Compact Porous TiO2 Photoelectrodes. Physical Chemistry Chemical Physics, 13, 10, 4659-4667
Nozik, A. J., 2002, Quantum Dot Solar Cells. Physica E-Low-Dimensional
Systems & Nanostructures, 14, 1-2, 115-120 Yin, L., & Ye, C., 2011, Review of Quantum Dot Deposition for Extremely Thin
Absorber Solar Cells, Science of advanced materials, 3, 7, 41-58