Materi Mpk Bahasa Indonesia

287
BUKU AJAR MPK BAHASA INDONESIA UPT MPK UNSRI DENGAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FKIP UNSRI 2011 Editor: 1 Edisi

description

Materi MPK Bahasa Indonesia Universitas Sriwijaya

Transcript of Materi Mpk Bahasa Indonesia

BUKU AJAR MPK

BAHASA INDONESIA

UPT MPK UNSRIDENGAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA DAN DAERAHFKIP UNSRI

2011

Editor:Suhardi Mukmin

Tim Sembilan

1

Edisi Revisi

1. Dra. Hj. Nurbaya, M.Pd., Dosen FKIP Universitas Sriwijaya, Alumnus IKIP Jakarta dan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya

2. Dra. Hj. Latifah Ratnawati, M.Hum.,Dosen FKIP dan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Alumnus FKIP Universitas Sriwijaya dan Program Pascasarjana Universitas Indonesia

3. Drs. Surip Suwandi, M.Hum., Dosen FKIP Universitas Sriwijaya, Alumnus Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada dan Program Pascasarjana Universitas Pajajaran

4. Dra. Sri Utami, M.Hum., Dosen FKIP dam Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Alumnus Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada dan Program Pascasarjana Universitas Pajajaran

5. Dra. Hj. Sri Indrawati, M.Pd., Dosen FKIP dan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Alumnus FKIP Universitas Sriwijaya dan Program Pascasarjana IKIP Bandung

6. Drs. H. Suhardi Mukmin, M.Hum., Dosen FKIP dan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Alumnus FKIP Universitas Sriwijaya dan Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

7. Dra. Hj. Zahra A., M.Pd., Dosen FKIP dan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Alumnus FKIP Universitas Sriwijaya dan Program Pascasarjana IKIP Malang

8. Ernalida, S.Pd., M.Hum., Dosen FKIP dan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Alumnus IKIP Padang dan Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada

9. Izzah Zen Syukri, S.Pd., M.Pd., Dosen FKIP Universitas Sriwijaya dan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Alumnus FKIP Unsri dan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya

KATA SAMBUTAN

2

DEKAN FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Penulisan buku ajar merupakan tuntutan yang sudah mendesak sifatnya karena dalam proses pembelajaran, terutama di Perguruan Tinggi, dituntut mempunyai perencanaan yang matang khususnya dalam bentuk materi pembelajaran. Dengan memiliki buku ajar, seorang dosen dan para mahasiswa sudah memiliki rambu-rambu yang harus dicapai sebagai tujuan bersama.

Sehubungan dengan itu, saya menyambut baik penerbitan perdana Buku Matakuliah Pengembangan Keperibadian (MPK) Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Sembilan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Sriwijaya.

Saya berharap, terbitnya buku ini akan bermanfaat bagi kelancaran proses pembelajaran Bahasa Indonesia bagi mahasiswa Universitas Sriwijaya. Selain itu, saya berharap pula agar terbitnya buku ini akan memotivasi dosen-dosen lain untuk menerbitkan buku serupa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Universitas Sriwijaya.

Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan kepada para dosen Bahasa Indonesia yang tergabung dalam Tim Sembilan yang telah berinisiatif merencanakan dan mewujudkan terbitnya buku ini.

Indralaya, Akhir September 2006 Dekan,

Drs. Tatang Suhery, M.A.,Ph.D.

KATA SAMBUTAN

3

KEPALA UPT MPK UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Mata Kuliah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata ajar yang tergabung dalam Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yang saat ini dikelola secara intensif oleh UPT MPK Universitas Sriwijaya. Dengan demikian, tempat bertatap muka pun tidak dilakukan dari fakultas yang satu ke fakultas lainnya. Mahasiswa dapat mendaftar secara lansung di MPK dengan pertimbangan tidak mengganggu jadwal kuliah di fakulkatsnya.

Beberapa mata kuliah yang ditawarkan di UPT MPK diharapkan dapat membentuk dan meningkatkan kepribadian yang kritis, teliti, tanggung jawab,. Pada tahap lanjut, diharapkan, bahwa mahasiswa yang tadinya tidak suka menjadi sangat cinta dan menghargai sesuatu, termasuk bahasa bangsanya sendiri, yakni bahasa Indonesia. Selain mereka dapat mencintai bahasanya sendiri, sekaligus mampu mengaplikasikannya, terutama dalam ragam tulis.

Sebagai tugas akhir, mahasiswa S1 wajib menulis skripsi, jauh sebelum itu, selama proses perkuliahan yang mereka tempuh, mereka dibebani dengan tugas-tugas menulis laporan atau kertas kerja. Dalam mengerjakan tugas-tugas seperti ini dituntut untuk mahir berbahasa Indonesia, dalam hal ini bahasa Indonesia ragam tulis. Oleh sebab itu, sangat perlu bagi mereka diberikan bacaan alternatif yang mendukung ke arah kemampuan itu.

Sehubungan dengan itu, saya menyambut baik terbitnya edisi ke-6 Buku Ajar Matakuliah Pengembangan Keperibadian (MPK) Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Sembilan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Sriwijaya.

Saya berharap, buku ini dapat menunjang keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia di Universitas Sriwijaya. Selain itu, saya berharap pula agar dosen-dosen

4

mata kuliah lain, khususnya dalam lingkungan UPT MPK Unsri, dapat menerbitkan buku ajar serupa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Universitas Sriwijaya.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus saya sampaikan kepada Tim Sembilan yang telah berinisiatif dan bekerja keras menerbitkan kembali buku ini.

Indralaya, Agustus 2014 Kepala UPT MPK Unsri,

Dr. Aisyah A. R., M.Pd.

KATA PENGANTAR

Alhamdullillah, kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan rahmat dan petunjuk-Nya

5

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas menyusun materi Buku Ajar MPK Bahasa Indonesia ini. Tugas penyusunan materi ini sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh sebuah tim yang ditunjuk oleh Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Unsri sebelum pengajaran mata kuliah Bahasa Indonesia dipusatkan di UPT MPK Universitas Sriwijaya. Akan tetapi, hasil kerja tim tersebut tidak dapat diterbitkan dalam bentuk buku karena berbagai kendala teknis. Alhamdulillah melalui Penataran dan Lokakarya selama dua hari yang dilaksanakan oleh UPT MPK Universitas Sriwijaya (2006), gagasan penerbitan buku itu dapat direalisasikan oleh tim sembilan yang mengikuti penataran dan lokakarya tersebut.

Pada kesempatan yang baik ini, tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Mulyadi Eko Purnomo yang telah membantu mengoreksi materi dan penulisan buku ini. Selain itu, terima kasih kami sampaikan juga kepada Dekan FKIP Universitas Sriwijaya dan Ketua UPT MPK Universitas Sriwijaya (Bapak Achmad Burhan, Bapak Guntur M. Ali, dan Ibu Aisyah A.R.) yang telah merestui penerbitan buku ini.

Penyusun mengharapkan adanya masukan dan kritik dari pembaca, khususnya para pengampu MPK Bahasa Indonesia yang menggunakan buku ini sehingga buku ini dapat tampil lebih baik lagi.

Palembang, Agustus 2011

Tim Sembilan

DAFTAR ISI

6

KATA SAMBUTAN DEKAN FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA ……………………………………..KATA SAMBUTAN KETUA UPT MPK UNIVERSITAS SRIWIJAYA ………………………………………PENGANTAR...........................................................1. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia2. Penulisan Huruf, Kata, dan Tanda Baca................3. Kalimat Efektif ......................................................4. Paragraf dan Wacana.............................................5. Topik dan Pembatasannya.....................................6. Kerangka Karangan dan Pengembangannya7. Kutipan dan Daftar Pustaka ........................8. Tata Persuratan..........................................9. Membaca Kritis dan Menulis Esai...................10. Karya Ilmiah

1. SEJARAH BAHASA INDONESIA

KOMPETENSI DASAR

7

Mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia.

INDIKATOR1) Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan bahasa

Indonesia 2) Mahasiswa dapat menerapkan Ejaan yang

Disempurnakan (EYD) MATERI

1. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia bersumber dari bahasa Melayu,

yakni bahasa Melayu Riau. Bahasa Melayu dikukuhkan

sebagai bahasa persatuan diikrarkan pada peristiwa Sumpah

Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta.

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosa kata dari bahasa daerah dan bahasa asing. Penyerapan itu terjadi karena dalam bahasa Indonesia belum ada padanannya.

2. Kongres Bahasa IndonesiaDalam pembinaan bahasa Indonesia dilakukan

kongres bahasa Indonesia pertama di Solo tahun 1938, ke-2 di Medan tahun 1954, ke-3 di Jakarta tahun l968, ke-4 tahun 1973 di Jakarta, ke-5 tahun 1978, ke-6 tahun 1983, ke-7 tahun 1993, ke-8 tahun 1998, dan kongres bahasa Indonesia yang ke-9 tahun 2003 di Jakarta.

3. Ejaan Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia mengalami beberapa kali

penerapan ejaan, yaitu ejaan Van Opuysen 1902—1947,

8

Ejaan Soewandi (Ejaan Republik) 1947—1972, dan Ejaan yang Disempurnakan tahun 1972—sekarang.Ejaan Van Opuysen Ejaan Suwandi EYD oe u u

j j y tj tj c dj dj j nj nj ny ‘ ‘ k

4. Kedudukan Bahasa IndonesiaBahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa

nasional dan bahasa negara. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang jatidiri (identitas) nasional, (3) alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya antardaerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi sebagai (1) bahasa resmi negara, (2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, (3) bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan, dan (4) bahasa resmi di dalam pembangunan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi.

5. Kekuatan Hukum Bahasa IndonesiaPada tahun 1928 bahasa Melayu dikukuhkan sebagai

bahasa nasional dan pada tahun 1945 secara konstitusional

dikukuhkan sebagai bahasa negara—tercantum dalam

Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV pasal 36. Pembinaan

bahasa Indonesia sejalan dengan Ketetapan MPRS tahun

1966 yaitu “Meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia

sebagai alat pemersatu yang ampuh”, Ketetapan MPR tahun

9

1983 yaitu “Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia

dilaksanakan dengan mewajibkan penggunaannya secara

baik dan benar”, Ketetapan MPR No. 983 tahun 1978 yaitu,

“Pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia perlu makin

ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakup semua

lembaga pendidikan dan menjangkau masyarakat luas”, dan

GBHN Bab 21 tahun 1988 yaitu, “Usaha pembinaan bahasa

Indonesia akan ditingkatkan melalui jalur pendidikan formal

dan nonformal”. Oleh sebab itu, pemerintah meningkatkan

pemasyarakatan Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan dan

Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan mencanangkan

penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama

di kalangan petugas pemerintah.

Slogan yang mendapat tanggapan positif dari masyarakat tersebut berisi anjuran kepada masyarakat untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik (sesuai dengan lingkungan dan keadaan yang dihadapi) dan benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia).

DAFTAR PUSTAKA

10

Arifin, E Zaenal, dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo.

Halim, Amran. Editor. 1976a. Politik Bahasa Nasional. Jilid 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Halim, Amran. 1982. “Pembinaan Bahasa Indonesia”. Makalah dalam Pertemuan Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Saadie, Ma’mur, H.M. Idris Suryana, dan Eddy Sapardi.1997/1998. Bahasa Bantu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III

Widagdho, Djoko. 1997. Bahasa Indonesia : Pengantar Kemahiran bahasa di Perguruan Tinggi. Jakarta: Manajemen PT Raja Grafindo Persada.

LEMBAR JAWABANNama :

11

NIM :Jurusan/Prodi:

TUGAS DAN LATIHAN

1. Jelaskanlah kapan bahasa Melayu dikukuhkan sebagai bahasa negara!

2. Jelaskanlah kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara!

3. Jelaskanlah perbedaan dua ejan yang pernah digunakan dalam bahasa Indonesia!

12

Jawab:

Jawab:

4. Jelaskanlah contoh slogan dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia!

2. PENULISAN HURUF, KATA, DAN TANDA BACA

13

Jawab:

Jawab:

KOMPETENSI DASARMahasiswa dapat memahami penulisan huruf, kata, dan tanda baca dengan benar.

INDIKATORMahasiswa dapat menerapkan penggunaan huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, dan tanda baca dengan benar.

MATERI

A. Penulisan HurufDalam ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,

penulisan huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan (2) penulisan huruf miring.

1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital Penulisan huruf besar atau kapital yang kita jumpai dalam tulisan-tulisan resmi kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf kapital itu adalah sebagai berikut.

a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kalimat yang berupa petikan langsung.Tanda baca sebelum tanda petik awal adalah tanda koma (,), bukan titik dua (:). Tanda baca akhir (tanda titik, tanda seru, dan tanda tanya) dibubuhkan sebelum tanda petik penutup. Misalnya : 1) Adik bertanya, ”Kapan kita pulang?”2) “Kemarin Engkau terlambat,” katanya.3) Pak Guru menasihatkan,”Rajin-rajinlah belajar agar

lulus dalam ujian.”b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam

ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan: nama agama (seperti Islam, Kristen, dan Budha), kitab

14

suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku, mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan huruf kapital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Hal-hal keagamaan itu hanya terbatas pada nama diri, sedangkan kata-kata yang menunjukkan nama jenis, seperti jin, iblis, surga, malaikat, mahsyar, zakat, dan puasa meskipun bertalian dengan keagamaan tidak diawali dengan huruf kapital. Misalnya:1) Limpahkanlah rahmat-Mu, ya Allah.2) Alquran mengajarkan manusia berakhlak mulia.

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang. Akan tetapi, jika di dalam rangkaian tulisan itu sudah ditafsirkan bahwa penyebutan yang tanpa nama mengacu kepada orangnya, hal itu harus menggunakan huruf kapital. Misalnya: 1) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.2) Calon jemaah haji Sumsel berjumlah 525 orang.3) Seorang presiden akan diperhatikan rakyatnya. 4) Pagi ini Menteri Perdagangan terbang ke Nusa

Penida. Di Nusa Penida Menteri beristirahat.d. Kata-kata seperti van, den, bin, dan ibnu yang digunakan

sebagai nama orang, tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali kata-kata itu terletak pada awal kalimat. Misalnya:1) Tokoh Tanam Paksa adalah Van den Bosch.2) Pergerakan itu dipimpin oleh Mursid bin Hatim.

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Akan tetapi, jika hal itu menunjukkan nama jenis (sperti petai cina, jeruk bali, dan dodol garut) atau mendapat awalan dan akhiran sekaligus (seperti kesunda-sundaan), harus ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:1) Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan.2) Saya prihatin melihat suku Kubu di Jambi.

15

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.Misalnya: Kemerdekaan yang terjadi pada hari Jumat itu diperingati setiap bulan Agustus.

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi. Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-kata seperti selat, teluk, terusan, gunung, kali, danau, dan bukit ditulis dengan huruf kecil.Misalnya:1) Danau Toba terletak di Pulau Sumatera. 2) Nelayan itu berlayar sampai ke teluk.

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:1) Program “Orang Tua Asuh” dikampanyekan oleh

Departemen Pendidikan Nasional. 2) Menurut undang-undang dasar kita, semua warga

negara mempunyai hak yang sama.i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata

di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti: di, ke, dari, untuk, yang dan sejenisnya, yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

j. Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar dokter. Misalnya:(lihat contoh C.1.b.)Catatan:Ada perbedaan antara gelar Dr. dan dr. (doktor dituliskan dengan D kapital dan r kecil jadi Dr., sedangkan dokter, singkatannya ditulis dengan d dan r kecil, jadi dr).

16

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Kata Anda juga diawali huruf kapital. Misalnya:1) Surat Saudara sudah saya terima. 2) Samsi bertanya kepada ibunya, “Pagi tadi Ibu

menjemput siapa di pelabuhan?”3) Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.

2. Penulisan Huruf Miringa. Huruf miring dalam cetakan dipakai

untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan tangan atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan huruf miring ditandai oleh garis bawah satu yang terputus-putus, kata demi kata. Misalnya: Majalah Pusat Bahasa adalah Bahasa dan Kesusastraan.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar.c. Huruf miring dalam cetakan dipakai

untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya. Misalnya:

Apakah tidak sebaiknya kita menggunakan kata penataran daripada kata upgrading? Catatan: Penulisan huruf miring ataupun penandaan suatu maksud dengan memakai bentuk huruf tertentu (ditebalkan dan sebagainya) merupakan masalah tipografi pencetakan.

B. Penulisan Kataa. Kata dasar ditulis sebagai satu

satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran)

17

dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya mendapat awalan atau akhiran saja, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan saja.Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku beritahukan beri tahukan memberitahu memberi tahu

b. Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata turunannya itu harus dituliskan serangkai. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku menghancur leburkan menghancurleburkan pemberi tahua pemberitahuandianak-tirikan dianaktirikanmenguji-cobakan mengujicobakan

c. Kata ulangpada tulisan resmi ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan, hendaknya dibatasi pada tulisan cepat atau pencatatan saja.

d. Gabungan kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk, bagian-bagiannya ditulis terpisah. Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Bakuibukota ibu kotatatabahasa tata bahasakerjasama kerja samalokakarya loka karya dutabesar duta besar sepakbola sepak bola

e. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai. Misalnya:

Tidak Baku Bentuk Bakumana kala manakalasekali gus sekaligusbila mana bilamana

18

dari pada daripadaapa bila apabilapada hal padahalbarang kali barangkalimata hari mataharihulu balang hulubalangbagai mana bagaimanasapu tangan saputanganke pada kepada

f. Kalau salah satu unsur gabungan kata tidak dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu haruslah dituliskan serangkai dengan unsur lainnya (kecuali gabungan unsur peri dan maha dengan kata berimbuhan).Misalnya:

Tidak Bak Bentuk Bakua moral amoralantar warga antarwargaantar pulau antarpulaucatur tunggal caturtunggaldasa darma dasadarmadwi warna dwiwarnaekstra kurikuler ekstrakurikulermaha siswa mahasiswakontra revolusi kontrarevolusipurna bakti purnabaktipurna wirawan purnawirawansapta krida saptakridasub bagian subbagiansub sistem subsistemtuna netra tunanetratuna rungu tunarungupasca sarjana pascasarjanapoli gami poligamipoli teknik politeknik

19

non formal nonformal non muslim nonmuslimnon RRC non-RRCnon Indonesia non-Indonesiaperi bahasa peribahasaperi laku perilakuperikemanusiaan peri kemanusaiaanperikeadilan peri keadilanmaha besar Mahabesarmahapengasih Maha Pengasih

g. Penulisan ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau mengikutinya.Misalnya: Sepatuku, sepatumu, dan sepatunya boleh kauambil.

h. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah padu benar seperti kepada dan daripada. Misalnya: 1) Ia telah diungsikan di tempat yang aman. 2) Saya pergi ke Jakarta menghadiri wisudanya.3) Surat itu sudah saya sampaikan kepadanya.

i. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah hampir seperti kata lepas. Akan tetapi, kelompok kata berikut ini, yang sudah dianggap padu benar, ditulis serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya dua belas kata, yaitu adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun (yang berarti walaupun), sungguhpun, dan walaupun. Misalnya: 1) Jika saya berangkat, ia pun ingin berangkat. 2) Siapa pun yang terpilih harus kita dukung. 3) Tidak satu pun orang rela diperkosa haknya.4) Sekalipun rumah kami berdekatan, tak sekali pun

kami bertegur sapa.

20

5) Bagaimanapun juga akan dicobanya. 6) Walaupun tidak beruang, ia tetap gembira. 7) Kendatipun hari hujan, ia tetap berangkat. 8) Biarpun banyak rintangan, ia menikah juga.

j. Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', atau 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendampinginya. Misalnya: 1) Harga kain itu Rp10.000,00 per meter.2) Saya diangkat pegawai negeri per Oktober 1987.3) Calon kepala sekolah itu dipanggil satu per satu.

k. Angka lazim dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan juga menomori karangan atau bagian-bagian karangan. Misalnya: Hotel Swarna Dwipa, Kamar 13Bab XV, Pasal 26Surat Ali Imron, Ayat 12

l. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.1) Abad XX ini dikenal juga dengan abad teknologi.2) Abad ke-20 ini adalah abad perempuan.3) Abad kedua puluh ini adalah abad kebangkitan.

m. Cara penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an adalah sebagai berikut.1) A. A. Navis adalah pujangga angkatan 60-an.2) Saya memiliki sepuluh lembaran 1.000-an.

n. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian atau pemaparan.1) Dia memesan dua ratus batang bibit kayu jati.2) Seribu calon mahasiswa tidak diterima di Unsri.3) Republika memberitakan 70 perkara, yaitu 20 perkara

pencurian, 25 perkara tanah, dan 25 perkara waris. o. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.

Jika perlu susunan kalimat diubah sehingga yang tidak

21

dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat lagi pada awal kalimat.1) Dua belas orang luka dalam kecelakaan itu.2) Sebanyak 150 orang tamu telah hadir.

p. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus. Contoh berikut salah:1) Jumlah pegawai kami 12 (dua belas) orang.2) Kami membeli 100 (seratus) judul buku.

C. Pemakaian Tanda Baca1. Tanda Titika. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

Misalnya: 1) W. S. Rendra 2) Abdul Hadi W. M. 3) Endang S.

b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya:

Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Munif, M.Sc.Ed. Sdr. Abdullah Ahmad Nawawi Kol. Burlian, M.Hum.

c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan huruf kecil. Singkatan yang terdiri atas dua huruf diberi dua titik, sedangkan singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya diberi satu tanda titik. Misalnya:

1) s.d. (sampai dengan) 2) a.n. (atas nama) 3) d.a. (dengan alamat) 4) u.p. (untuk perhatian) 5) dkk. (dan kawan-kawan) 6) dst. (dan seterusnya)

d. Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah, untuk memisahkan ribuan, jutaan, dst.

Misalnya:

22

1) Tebal buku itu 1.250 halaman. 2) Dia membuka buku halaman 1250. 3) NIP 131694732

e. Tanda titik tidak digunakan pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata (akronim).

Misalnya: DPR, SMA, Sekjen Depdagri, tilang f. Tanda titik tidak dipakai di belakang singkatan lambang

kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Misalnya:

1) Harga kertas kuarto itu Rp30.000,00 per pak. 2) Cu adalah lambang kuprum. 3) Seorang pialang membeli 10 kg emas batangan.g. Tanda titik tidak digunakan di belakang judul yang

merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi tabel, dan sebagainya. Misalnya:

1) Acara Orientasi Mahasiswa 2) 1.1 Latar Belakang 3) Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

h. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat dan di belakang nama dan alamat penerima surat. Misalnya:

1) Jalan Seduduk Putih I RT 18 Nomor 4 Palembang 2) Palembang, 7 Mei 1960 3) Yth. Sdr. Eduwar Jaya Kesuma Jalan R. Soeprapto 13 Palembang

2. Tanda Komaa. Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam

suatu perincian atau pembilangan. Jika perincian itu hanya terdiri atas dua unsur, sebelum kata dan tidak perlu dibubuhi tanda koma. Misalnya:

1) Alat tulis yang digunakan dalam kegiatan itu

23

adalah pena, kertas, dan tinta. 2) Satu, dua, …. tiga. 3) Kegiatan itu hanya membutuhkan tenaga dan pikiran. b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat

setara yang satu dengan kalimat setara yang lain yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya: 1) Dia bukan mahasiswa, melainkan pelajar. 2) Saya mau membantu, tetapi Anda berusaha. 3) Ia hidup mewah, sedangkan saya sederhana.

c. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induknya. Jika anak kalimat tersebut mengikuti induknya, tanda koma tidak digunakan. Biasanya anak kalimat didahului oleh kata penghubung seperti: bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya. Misalnya: 1) Karena sibuk, ia lupa makan.2) Ia lupa makan karena sibuk.3) Apabila belajar tekun, ia akan berhasil.4) Ia akan berhasil apabila belajar tekun.

d. Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, namun, meskipun demikian, dalam hubungan itu, sementara itu, sehubungan dengan itu, dalam pada itu, oleh sebab itu, sebaliknya, selanjutnya, pertama, kedua, misalnya, sebenarnya, selain itu, kalau begitu, kemudian, malah, dan sebagainya. Misalnya: 1) Oleh sebab itu, kita tidak boleh malas.2) Jadi, kita harus bekerja keras. 3) Namun, kita harus tetap tawakal.

24

e. Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: 1) O, kalau begitu saya setuju.2) Ya, Anda boleh mencobanya lebih dahulu. 3) Wah, selamat Anda sukses mengelolanya.

f. Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya: (lihat A.1.a.)

g. Tanda koma digunakan untuk memisahkan (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:

1) Abdan Syakuron, Jln. Musyawarah I, Griya Mitra 2 Tahap 4, Blok B1 No. 007, Bukit Lama, Palembang, Sumatera Selatan

2) Palembang, 30 Agustus 2006h. Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian

nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:

1) Nurgiantoro, Burhan. 2002. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

2) Mukmin, Suhardi. 2008. Teori dan Aplikasi Semiotika. Palembang: Penerbit Unsri.

i. Tanda koma digunakan di antara nama orang dengan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dengan singkatan nama keluarga atau marga. Misalnya: (lihat C.1.b)

j. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan. Misalnya:

1) Dosen, yang cantik itu, disenangi mahasiwa.2) Mahasiswa kami, misalnya, masih ada yang

mengeluhkan nilai akhir semester.

25

3) Jurusan kami, sejak 2006, memperoleh PHK A2.

3. Tanda Titik KomaTanda tidik koma dapat dipakai untuk memisahkan

kalimat setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya:

Para pemikir mengatur strategi yang harus ditempuh; para pelaksana melakukan tugas sebik-baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan.

4. Tanda Titik Duaa. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan

lengkap yang diikuti rangkaian. Misalnya: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Sriwijaya mempunyai dua program studi: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.

b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Sriwijaya mempunyai Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah dan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris.

5. Tanda Hubunga. Tanda hubung digunakan untuk memperjelas

hubungan bagian-bagian ungkapan. Misalnya: 1) mesin-potong tangan (mesin potong yang

digunakan dengan tangan)2) mesin potong-tangan (mesin khusus untuk

memotong tangan) b. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan (1) se-

dengan kata berikutnya yang didahului dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka, (3) angka dengan –an,

26

dan (4) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata. Misalnya:

1) Lomba Baca Puisi SD se-Sumsel2) Ia ditangkap karena tidak ber-KTP. 3) Siapa dalang G-30-S PKI itu?

6. Tanda PisahTanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat

yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat, menjelaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti 'sampai dengan' atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke' atau 'sampai'. Misalnya:

1) Buku itu—menurut saya—akan segera terbit. 2) Jalan Raya Palembang—Prabumulih itu sempit.3) Acara itu berlangsung tanggal 1—2 September 2006.

7. Tanda Petik Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan

langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal. Misalnya: 1) Ia memakai celana "cutbrai".2) Sajak "Aku" karya Chairil Anwar itu telah mendunia. 8. Tanda Petik TunggalTanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan bahasa daerah atau asing. Misalnya:

Ia berjaga-jaga pada malam lailatul qodar 'malam bernilai' itu.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: NSP.

Arifin, E. Zainal dan Farid Hadi. 2000. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta: CV Akademika Pressindo.

27

Arifin E. Zainal. 2000. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Yogyakarta: NSP.

Suparno dan Mohammad Yunus. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

TUGAS DAN LATIHAN1. Salinlah teks di bawah ini sesuai dengan kaidah penulisan

huruf, penulisan kata, dan penulisan tanda baca!

28

Teksbulu tangkis yang mendapat rekomendasi dari

badan eksekutif ioc, akhirnya resmi menjadi cabang olahraga ke 24 yang dipertandingkan dalam olimpiade 1992. keputusan ini dibuat dalam sidang parpurna ke-90 komite olimpiade internasional (ios) di berlin timur, rabu malam.

sidang juga mengangkat dua anggota badan eksekutif tambahan sehingga menjadi 11, yakni shen liang dari cina dan marchodler dari swiss. ini merupakan tambahan kekuatan bagi cina yang kembali menjadi anggota ioc tahun 1979.

kabar baik:keptusan ioc ini disambut baik oleh manajer

pemasaran ibf (federasi bulutangkis internasional), ciro ciniglo dari london. “kami sudah sejak lama memperjuangkan agar bulu tangkis masuk olimpiade, keputusan ini merupakan kabar baik bagi indonesia, cina, dua negara raksasa dalam cabang ini,” ujarnya. dia juga melihat keputusan ini akan dirasakan pula manfaatnya oleh negara-negara bulu tangkis di eropa seperti inggris dan denmark.

di jakarta, sekjen koni pusat mf siregar menganggap hal ini merupakan tantangan bagi indonesia, dan untuk menghadapinya kita harus mempersiapkan diri sejak jauh hari. karena pemain-pemain yang sekarang menjadi bintang, tidak bakal lagi bisa diharapkan tujuh tahun mendatang.

29

mf siregar yang baru saja diumumkan ioc mendapat gold award itu, mengatakan kita harus dapat melakukan pembinaan yang baik untuk mencari bibit baru.

dari sidang ioc itu juga didapat keterangan, kemungkinan hanya akan ikut serta 32 pemain putra dan 16 pemain putri di olimpiade 1992 nanti.

seoul menang

tuan rumah olimpiade 1988, seoul, berhasil menjuarai pertarungan untuk mengubah tradisi waktu pertandningan olimpiade, dalam rangka menggaet banyak uang dari jaringan televisi as.

kecuali satu dari 23 federasi cabang olahraga olimpiade menyetujui permintaan korsel, untuk menyelenggarakan final di petang hari untuk olimpiade 1988, sekali pun itu bertentangan dengan kebiasaaan selama ini yang menyelenggarakan final di sore hari atau menjelang malam.

tindakan pihak korsel ini diambil, agar siaran langsung televisi bertepatan dengan waktu utama bagi penonton televisi di as yang mahal harganya. dengan demikian, dapat diraih uang sekitar 200 juta dollar as (sekitar 200 milyar) dari kontrak jaringan televisi as yakni abs, nbc, dan cbs, yang perundingannya bakal dimulai minggu depan.

(Kompas, 7 Juni 1985)

2.a Klipinglah sebuah cuplikan berita di dalam surat kabar terbitan Palembang!2.b Analisislah kesalahan penulisan huruf, kata, dan tanda

bacanya dengan mendeskripsikan kesalahgan dan perbaikannya!

30

LEMBAR JAWABAN Nama :NIM :Jurusan/Prodi :

1. Salinan Teks

3. KALIMAT EFEKTIF

KOMPETENSI DASAR

Mahasiswa dapat menyusun kalimat bahasa Indonesia dengan efektif.

INDIKATOR

Mahasiswa dapat membuat kalimat efektif dalam kalimat bahasa Indonesia.

MATERI

1. Kalimat EfektifKalimat dalam suatu karangan bukan sekadar untaian kata yang

berstruktur dan mengandung gagasan atau pesan. Kalimat dalam karangan, dan juga dalam berbicara adalah kalimat yang hidup, kalimat yang dapat berinteraksi dengan pembaca. Kalimat dalam karangan adalah kalimat yang mewakili penulis. Kalimat yang demikian itulah yang disebut kalimat efektif dan benar-benar memenuhi fungsinya sebagai mediator antara penulis dan pembaca. Dengan kalimat yang demikian, pembaca seolah-olah berinteraksi langsung dengan penulis.

Ada dua pokok bahasan yang yang harus dipahami mengenai kalimat efektif, yakni (1) persyaratan kalimat efektif dan (2) kiat mengembangkan kalimat efektif.

2. Persyaratan Kalimat EfektifKalimat efektif dapat diwujudkan dengan memperhatikan

persyaratan yang berlaku. Menurut Widdowson (1979) ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yakni persyaratan kebenaran struktur (correctness) dan persyaratan kecocokan konteks (appropriacy).

31

1) Persyaratan Kebenaran Struktur

Kalimat efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu, kalimat efektif dituntut memiliki struktur yang benar. Struktur itu dapat dilihat pada hubungan antar unsur kalimat. Contoh kalimat (1) adalah kalimat yang tidak mengikuti kaidah struktur frase verba, contoh kalimat(2) adalah kalimat yang juga tidak mengikuti struktur frase verba, contoh (3) adalah kalimat yang mengikuti kaidah struktur tanpa kesalahan.

(1) Saya sarankan sudah agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya hadir.

(2) Saya sudah sarankan agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya hadir.

(3) Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat ditunda agar semua anggota dapat hadir.

Dari uraian tersebut, dapat dilihat bahwa struktur kalimat berada dalam rentangan kebenaran struktur. Ada yang betul-betul tidak berstruktur, ada yang berstruktur tetapi mengandung kesalahan struktur, dan ada yang betul-betul berstruktur benar. Pada umumnya, dua kategori terakhir itulah yang lazim ditemukan dalam penggunaan bahasa. Saya sarankan sudah pada kalimat (1), saya sudah sarankan pada kalimat (2) adalah struktur verba pasif yang salah, karena struktur verba pasif yang benar berpola kata ganti persona saya yang dikuti langsung oleh kata verba dasar sarankan, sehingga sudah saya sarankan adalah bentuk verba pasif yang benar, sedangkan kata sudah sebagai aspek yang kehadirannya selalu diawal verba. Di bawah ini ada beberapa contoh struktur verba pasif yang terdiri atas unsur aspek yang diikuti verba pasif: telah saya katakan; sudah mereka bawa; akan dia berikan; sedang mereka cari. Kata akan, sedang, telah, sudah, telah termasuk jenis kata aspek. Kata mereka, saya, dia termasuk jenis kata pronomina. Kata katakan, bawa, berikan, cari merupakan jenis kata verba dasar.

32

Contoh kalimat (1) berikut termasuk contoh kalimat yang mengandung kesalahan struktur, sedangkan contoh kalimat (2) dan (3) berstruktur benar tanpa kesalahan.(1) Dibukanya sampul surat itu, lalu dia membaca surat dari

kekasihnya itu dengan hati berbunga-bunga. (2) Dibukanya sampul surat itu, lalu dibacanya surat dari

kekasihnya itu dengan hati berbunga-bunga. (3) Dia membuka sampul surat itu, lalu membaca surat dari

kekasihnya itu dengan hati berbunga-bunga.Predikat dibukanya pada kalimat (1) merupakan verba pasif,

sedangkan predikat membaca sebagai verba aktif juga pada kalimat (1), ternyata kedua predikat tersebut merupakan bentuk yang tidak pararel, sehigga kalimat tersebut tidak memiliki struktur yang benar. Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur-unsur predikatnya bersifat pararel, apabila pada satu kalimat memiliki predikat lebih dari satu maka bentuk yang dipilih harus sama, pasif dengan pasif atau aktif dengan aktif.

Hubungan Fungsi Harus Jelas,Hubungan kata dengan kata, frasa dengaan frasa akan membentuk sebuah makna tertentu. Pada tataran frasa, dapat dibedakan makna tadi pagi dan pagi tadi, ayah almarhum dan almarhum ayah, usulan dana dan dana usulan berdasarkan hukum D-M. Unsur yang di depan pada setiap frasa itu menjadi unsur inti, sedangkan unsur yang di belakang menjadi unsur atribut atau penjelas.

Pada tataran kalimat, unsur-unsur yang memiliki fungsi sintaktis seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan juga harus jelas. Kalimat berikut, walaupun sering ditemukan dan didengar dalam penggunaan bahasa, tetapi sebenarnya melanggar hubungan antarfungsi sintaktisnya, sehingga maknanya tidak jelas.

Kepada hadirin dimohon berdiri!

33

Kalimat (1) terdiri atas tiga unsur fungsi, yakni kepada hadirin, dimohon, dan berdiri. Hubungan ketiga unsur fungsi itu tidak jelas, karena tidak dapat dicari fungsi subjeknya, walaupun dapat ditentukan predikatnya, yakni dimohon, dan unsur berdiri,, kepada hadirin jelas bukan fungsi subjek. Bahkan, kalimat tersebut tidak logis dengan pembuktian bahwa yang dimohon berdiri adalah kepada hadirin. Kalimat menjadi logis jika yang dimohon berdiri adalah hadirin. Dengan kata lain, subjek haruslah unsur kalimat yang berupa nomina atau frasa nomina, bukan frasa preposisional, ciri ciri frasa preposisional apabila diawali dengan kata depan, misalnya dengan sepeda, untuk saya. Dengan menghilangkan preposisi kepada, hubungan fungsi antarunsur menjadi jelas, seperti yang dapat diamati pada contoh (1) dan (2) berikut.

(1) Hadirin dimohon berdiri!(2) Hadirin kami mohon berdiri!

Frasa preposisional hanya berfungsi sebagai keterangan atau pelengkap penyerta, misalnya dalam kalimat (1) atau kalimat (2) berikut.(1) Kepada hadirin, kami ucapkan terima kasih! (2) Kami ucapkan terima kasih kepada hadirin!

Uraian di atas membuktikan bahwa kesalahan struktur dapat berdampak pada kebenaran isi kalimat. Perhatikan juga kalimat berikut yang jika didengar atau dibaca sepintas, seolah-olah tidak terdapat kesalahan struktur.

(1) Dengan peringatan Sumpah Pemuda, dapat menggalang rasa persatuan dan nasionalisme.

(2) Barang siapa yang kehilangan kunci sepeda motor, dapat diambil di kantor.

Kalimat (1) dan (2) merupakan kalimat yang tidak logis karena terjadi kesalahan struktur karena tidak memiliki subyek dan akan menjadi kalimat yang benar jika kalimat-kalimat yang terungkap adalah sebagai berikut.

(1a) Rasa persatuan dan nasionalisme dapat kita galang melalui peringatan sumpah pemuda.

34

Rasa persatuan dan nasionalisme merupakan subyek, dapat kita galang sebagai predikat, melalui peringatan sumpah pemuda adalah pelengkap

(2) Peringatan Sumpah Pemuda dapat kita gunakan untuk

menggalang rasa persatuan dan nasionalisme.Rasa persatuan dan nasionalisme merupakan subyek dapat kita

gunakan sebagai predikat, kita galang sebagai predikat, untuk menggalang rasa persatuan dan nasionalisme adalah pelengkap.

(3) Barang siapa yang kehilangan kunci sepeda motor, dapat mengambilnya di kantor.

Kalimat ( 3) adalah kalimat yan tidak (4) Kunci sepeda motor yang hilang dapat diambil di kantor.

Salah satu kesalahan struktur yang banyak ditemukan dalam pemakaian bahasa Indonesia adalah penggunaan preposisi. Perhatikan pemakaian preposisi yang salah pada kalimat (1), (2), dan (3) di bawah ini. (1) Bagi mahasiswa dipersilakan masuk!(2) Dalam makalah ini membahas arus udara. (3) Ia membicarakan tentang hal itu .

Kalimat (1), (2), dan (3) dikatakan salah karena bagi pada kalimat (1) dalam pada kalimat (2) dan tentang pada kalimat (3) kehadirannya bersifat opsional. Preposisi sebagai penanda frase eksosentrik, maksudnya pemakaian preposisi yang bisa dihilangkan apabila dipakai justru tidak gramatikal (salah). Kalimat (1), (2), dan (3) seharusnya dibetulkan menjadi kalimat (4), (5), dan (6) berikut

(4) Mahasiswa dipersilakan masuk!(5) Makalah ini membahas arus udara. (6) Ia membicarakan hal itu.

Selain itu, sering pula dijumpai kesalahan struktur verba pasif. Salah satu struktur verba pasif adalah kata ganti orang + verba dasar (kan) misalnya:

saya + beri (kan).

35

kata ganti orang verba dasarPelanggaran struktur verba dasar sering kita temukanseperti pada contoh kalimat salah berikut.

(1) Buku itu saya sudah berikan kepada mereka.Kata sudah di antara kata saya dan berikan adalah unsur yang kehadirannya merusak struktur verba pasif, kata sudah, belum, telah, sedang dan baru adalah kata aspek yang seharusnya di awal subyek pasif atau subyek aktif, sehinga seharusnya menjadi sudah saya berikan, belum saya berikan, telah saya berikan, sedang saya berikan, baru saya berikan. Kalimat (1) seharusnya diubah menjadi kalimat (2) berikut.

(2) Buku itu sudah saya berikan kepada mereka.

2) Persyaratan Kecocokan Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang mengatur

ketepatan kalimat dalam konteks. Kalimat pada (1), (2), (3), dan (4) berikut sudah memenuhi persyaratan kebenaran, tetapi hanya pada contoh (1) dan (2) yang memenuhi persyaratan kecocokan.(1) Belum ada hujan di daerah yang mengalami kekurangan air

itu. Gerimis pun tak pernah ada.(2) Sudah lama tidak hujan. Gerimis pun tak pernah ada.(3) Kemungkinan akan ada hujan bulan ini. Gerimis pun tak

pernah ada.(4) Pada musim kemarau hanya ada satu atau dua kali hujan.

Gerimis pun tak pernah ada. Kita dapat memanfaatkan struktur informasi dalam

melihat kecocokan tersebut. Jika dalam tuturan pendahulu ada informasi yang sudah diketahui bersama, informasi itu harus dipahami sebagai informasi lama dan dikemukakan sebagai pangkal tolak tuturan, seperti contoh (1), yang kadang-kadang tidak perlu diungkapkan, seperti contoh (2). Pada contoh (3) dan (4) struktur informasi itu dilanggar sehingga kalimat yang terungkap menjadi salah karena tidak kontekstual.

(1)A: Apa yang menyebabkan tanaman itu rusak? B: Yang menyebabkan tanaman itu rusak adalah angin

puyuh.

36

(2)A: Apa yang menyebabkan tanaman itu rusak? B: Angin puyuh.

(3)A: Apa yang menyebabkan tanaman itu rusak? B: Angin puyuh menyebabkan tanaman itu rusak.

(4)A: Apa yang menyebabkan tanaman itu rusak? B: Tanaman itu rusak.

Kecocokan tidak hanya ditentukan oleh konteks kebahasaan, yakni konteks yang berupa kalimat sebelumnya. Konteks nonkebahasaan juga sangat menentukan kecocokan itu. Kalimat (1) dan (2) berikut ini memiliki konteks penggunaan yang berbeda. Kalimat diungkapkan di depan orang yang hubungannya dengan penutur berbeda.(1) Silakan minum, Pak!(1)Minumlah! (3) Minum!

2. Kiat Penyusunan Kalimat EfektifAda sejumlah kiat untuk menimbulkan kemampuan

sebuah kalimat menjadi kalimat efektif. Kiat-kiat itu perlu dipahami agar kalimat dalam tulisan menjadi efektif.

Kiat pertama yang dapat dilakukan adalah pengulangan. Dalam menghasilkan kalimat efektif, kiat itu digunakan untuk memperlihatkan bagian yang dipentingkan dalam kalimat. Dengan pengulangan itu, bagian kalimat yang diulang menjadi menonjol. Pengulangan itu dapat diperlihatkan dalam sebuah kalimat seperti contoh (1) berikut dan dapat pula dalam untaian kalimat seperti contoh (2) atau contoh (3).(1) Untuk menguasai kemahiran menulis diperlukan latihan,

latihan, dan sekali lagi latihan. (2) Anda berdarah seniman. Anda punya bakat seni. Anda akan

menjadi seniman jika mau.(3) Rhonald sangat aman. Teknologi micorgrain Rhonald

memberikan perlindungan maksimum bagi lambung. Sedemikian aman hingga kita perlu Rhonald dapat diminum setiap saat.

Pengulangan dapat dilakukan dengan bentuk-bentuk yang berbeda. Dengan cara begitu, kita dapat mengungkapkan suatu hal dengan bentuk yang bervariasi. Variasi itu, di samping untuk menonjolkan informasi, juga penting untuk membuat

37

tuturan menjadi lebih segar. Pengulangan dapat dilakukan dalam menonjolkan informasi pada sebuah kalimat dengan sinonim, seperti yang terlihat pada contoh (1) dan (2), dan dapat juga pada untaian kalimat, seperti pada contoh (3).

(1) Badan Azwar itu tinggi, kurus, kerempeng, dan bahkan teman-temannya mengatakan ceking.

(2) Lirik gerak saya, lihat usaha saya, perhatikan saya, lototi semua keberhasilan saya, jika Anda ingin berhasil.

(3) John Davy menuntut maskapai penerbangan Malaysian Airlines System (MAS) agar membayar ongkos tes darahnya, Selasa pekan lalu. Tentara Australia ini takut ketularan penyakit menular. Pasalnya, dalam penerbangan menuju Sydney, Australia, awal September, tiba-tiba seorang penumpang benama Louis Helen Wardan jatuh pingsan. Davy, yang cekatan, langsung menolong wanita berusia 29 tahun itu. la melakukan pernafasan buatan dengan menyedot dan menghembuskan udara lewat mulut si korban.

Kiat kedua yang dapat dilakukan adalah pengedepanan. Dalam penyampaian informasi, pengedepanan itu lazim untuk menunjukkan bahwa hal yang dikedepankan itu penting. Hal itu dapat dipahami karena kesan penerima tutur akan terpusat pada bagian yang diterima pertama daripada bagian yang lain. Oleh sebab itu, jika ada kepentingan menonjolkan informsi bagian yang berisi informasi itu ditampilkan pada bagian awal kalimat, sebagaimana yang terlihat pada contoh berikut.

Konidin melenyapkan batuk dengan melegakan tenggorokan Anda. Konidin, tablet batuk dengan formulasi khusus dari Konimex untuk meredakan batuk dengan cepat. Konidin telah terbukti kemanjurannya.

Kiat ketiga yang dapat dilakukan untuk membuat kalimat efektif adalah penyejajaran. Penyejajaran itu menimbulkan kesan bahwa unsur disejajarkan itu penting. Hal itu dapat dipahami karena unsur yang disejajarkan itu tampak menonjol, seperti yang terlihat pada contoh berikut.

Yang dilakukannya selama ini di kampung adalah mengurus harta mengerjakan sawah, menjenguk sanak famili, dan

38

membersihkan kuburan nenek. Penyejajaran dapat pula dilakukan dalam untaian kalimat, seperti contoh berikut. Mengarang bukanlah pekerjaan yang sukar, yang membuat Anda tersiksa. Mengarang bukanlah momok, yang membuat orang ketakutan. Mengarang adalah pekerjaan yang menarik, yang membuat orang bahagia.

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyejajaran itu adalah konsistensi, yang dapat dipilah atas konsistensi kategori dan konsistensi struktur. Konsistensi kategori ditampakkan pada kategori kata. Jika penyejajaran dikenakan pada verba, seperti melirik, anggota selanjutnya juga verba, seperti melihat, memperhatikan, dan melototi. Pada contoh (1) dan (2) berikut di samping kita melihat konsistensi kategori (nomina atau kata benda, verba atau kata kerja), juga kita lihat konsistensi struktur bentukan peN-an dan meN. Sebaliknya konsistensi dilanggar pada contoh (3) berikut ini.

(1) Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yakni penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, dan pembuatan laporan.

(2) Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yakni menyusun proposal, melaksanakan penelitian, dan membuat laporan.

(3) Penelitian dilakukan melakui tiga tahap, yakni menyusun proposal, pelaksanaan penelitian, dan membuat laporan.

Kiat keempat yang dapat dilakukan adalah pengaturan

variasi kalimat. Variasi itu dapat dikenakan pada dua hal, yakni variasi struktur dan variasi jenis. Variasi struktur memiliki kemungkinan struktur aktif-pasif, struktur panjang-pendek. Variasi jenis memiliki kemungkinan jenis kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat seru. Variasi struktur terlihat pada contoh (1) sedangkan variasi jenis terlihat pada contoh (2) berikut.

(1) Kemarin saya meminjam buku di perpustakaan. Buku itu saya baca tadi malam.

(2) Anda harus berani menghadapi berbagai usaha penyelewengan. Jangan ragu-ragu! Jangan takut-takut! Anda adalah calon pemimpin masa depan.

Pola Kalimat Baku

39

Kalimat bahasa Indonesia memiliki pola kalimat sederhana yang terdiri (subyek predikat; subyek predikat obyek; subyek predikat obyek keterangan). Selain pola kalimat sederhana dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan kalimat majemuk. Keberadaan predikat adalah penanda kalimat baik yang kalimat sederhana maupun kalimat majemuk. Kalimat sederhana memiliki satu predikat, sedangkan kalimat majemuk adalah kaimat yang memliki dua predikat. Pernyataan yang tidak memiliki predikat tidak bisa dikategorikan sebagai kalimat baku. Lihat pernyataan berikut:

(1) Perpustakaan wilayah Palembang(2) Yang bertanda tangan di bawah

ini(3) Beberapa wilayah yang

kekeringan Perpustakaan wilayah di Palembang bukan merupakan kalimat baku, karena tidak memiliki predikat. Perpustakaan sebagai unsur pusat atau diterangkan sedang wilayah palembang merupakan unsur yang menerangkan, sehingga bisa dikatakan sebagai frase DM. Ciri frase DM dalam bahasa Indonesia tidak bisa diubah menjadi MD, hal ini terlihat bahwa perpustakaan wilayah Palembang tidak bisa dipermutasikan menjadi

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga.

40

Arifin, E. Zainal. 1987. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Melton Putra.

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapres.

Depdikbud. 1995. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Depdikbud. 1997. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Kaswanti, Bambang. 1980. Untaian Sintaksis. Arcan.

Pusat Bahasa Indonesia. 1985. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Yunus, Mohamad dan Suparno. 2006. Kererampilan Dasar

Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

LEMBAR JAWABAN Nama :NIM :

Jurusan/Prodi :

41

Bacalah kalimat kalimat berikut dan salinlah menjadi kalimat yang efektif!

Semua psikopat mungkin tidak sama, tetapi memiliki pola bicara yang sama ketika menceritakan kejahatannya. Ketika menceritakan kejahatannya, psikopat tidak memiliki emosi dan membicarakan sebab-akibat.

Baru-baru ini, sebuah penelitian kecil menunjukkan bahwa lebih dikategorikan sebagai psikopat dari populasi umum. Namun jumlah ini, hanya 1 persen dari populasi umum memiliki kecenderungan psikopat.

Tentang pola hidup hal ini tidak hanya memfokuskan pada makanan sehat juga dengan kebiasaan dalam menjalani kehidupan serta tidak kalah penting adalah kepemilikan pola pikir positif.

Hal itu disarankan untuk mengkomsumsi makanan untuk sehat hal itulah yang dibutuhkan tubuh.

Bacalah wacana dibawah!

Deteksi Depresi Lewat Tes DarahAda perbedaan dalam darah individu yang mengidap gangguan mental dan yang sehat. VIV news-tes darah sudah menjadi alat bantu mendiaagnosis berbagai penyakit dan pengobatannya. Kini tes darah juga membantu psikiatri menemukan gangguan keshatan mental serta membuat pilihan dalam perawatannya. Ilmuawan Belanda meneliti variasi dalam gen (DNA) untuk meneliti individu yang sehat dan pasien yang didiagnosis dengan penyakit depresi (PDK).Hasilnya peneliti dapat mengidentifikasi adanya perbedaan dalam satu set tujuh gen darah utuh antara pasien depresi dengan kelompok kontrol yang sehat. Temuan ini merupakan yang pertama kali, tapi merupakan langkah besar

42

untuk menyediakan alat diagnostik molekuler untuk depresi. Meskipun psikiatri memiliki kriteria mendiagnosis gangguan keshatan mental, sebagian diagnosis akan bisa dan sangat sulit dilakukan pada mereka yang enggan berkomunikasi.Adanya tes darah untuk melihat masalah kesehatan mental juga membantu mengurangi stigma yang ada.Terlalu dini untuk yakin bahwa ekspresi gen akan membawa kita untuk mendiagnosis atau prognostik untuk depresi. Dia menambahkan, ekspresi gen dapat digunakan untuk mendeteksi sensitivitas dan membantu dokter mendiagnosis atau memilh perawatan untuk gangguan mental. Penulis berharap bahwa studi ini merupakan batu loncatan untuk menemukan penanda yang bisa memprediksi hasil pengobatan dan kekambuhan penyakit.

Kalimat topik atau kalimat utama adalah kalimat yang menjadi ide pokok dari sebuah paragraf. Tentukan kalimat topik pada salah satu wacana diatas.

Setiap kalimat topik akan dikembangkan dengan beberapa kalimat penjelas baik secara induktif maupun deduktif, namun demikian dalam kenyataannya sering ditemukan kalimat kalimat yang tidak mendukung ide pokok dalam paragraf tersebut atau tadak koheren, tentukan kalimat kalimat yang tidak koheran pada wacana ( ) di atas.

Sebuah paragraf selain meliliki kalimat topik, juga memiliki kalimat kalimat penjelas yang didalamnya terdapat beberapa pernyataan informasi penting atau data. Rentangan data dalam paragraf akan dilengkapi dengan argumen argumen sebagai atributnya. Wacana di bawah adalah rentangan yang terdiri dari pernyataan informasi penting (ditandai dengan cetak tebal), dan selebihnya adalah sebagai argumennya

43

Lembar kerjaSemua informasi argumen yang terdapat dalam paragraf tersebut telah dirumpangkan, maka tulislah kembali dengan bahasa yang berbeda tetapi memiliki makna yang sama.

VIV Anew-Tes

1) Kalimat yang memenuhi syarat kebenaran struktur adalah:A. Kue itu saya sudah terima.B. Saya sudah terima kue itu.C. Kue itu sudah saya menerima.D. Saya dengan kue itu sudah kuterima.

2) Kalimat " Laporan itu memuat berita tentang Desy" dapat diubah menjadi kalimat yang mengikuti kebenaran struktur, yakni ”Di dalam majalah itu ....A. ada memuat berita tentang Desy.B. termuat berita tentang Desy.C. ada pemuatan berita tentang Desy.D. berita tentang Desy dimuat di dalamnya.

3) Manakah kalimat yang hubungan fungsi-fungsi sintaksisnya paling jelas?A. Proposal itu tercantum berbagai aspek kajian sosial.B. Dalam proposal itu mencantumkan berbagai aspek

kajian sosial.C. Dalam poposal iu tercantum berbagai aspek kajian

sosial.D. Proposal itu dicantumkan berbagai aspek kajian

sosial.4) Kalimat "Karena memotong gaji guru, sehingga

bendaharawan itu diberhentikan dari jabatannya" dapat diperbaiki dengan cara:

A. kata karena dihilangkan.B. kata sehingga dihilangkan.C. kata dari dihilangkan.D. kata guru dihilangkan.

44

5) Manakah kalimat berikut yang paling bernalar?A. Untuk minggu depan, kuliah ditiadakan.A. Minggu depan kuliah ditiadakan.B. Ditiadakan kuliah untuk minggu depan.C. Kuliah ditiadakan untuk minggu depan.

6) Pengedepanan yang benar tampak pada kalimat kedua yang mengikuti kalimat ini: ”Semua peserta berupaya keras menyelesaikan kuliah tepat waktu”. ....A. Dia telah berhasil dengan upayanya itu.A. Upayanya itu telah berhasil.B. Upaya kerasnya itu telah berhasil.C. Upaya mereka itu telah berhasil.

7) Kalimat "Tuti ambil baju batik, lalu baju batik itu Tuti pakai sambil tersenyum" adalah kalimat yang tidak efektif dari segi penyejajaran struktur. Agar penyejajaran struktur benar, kalimat tersebut diubah menjadi sebagai berikut.A. Tuti ambil baju batik, baju baik itu lalu Tuti pakai sambil

tersenyum.B. Tuti ambil baju batik, lalu sambil tersenyum baju batik itu

Tuti pakai.C. Tuti mengambil baju batik, lalu Tuti pakai baju batik itu

sambil tersenyum.

D. Tuti ambil baju batik, lalu tuti pakai baju batik itu sambil tersenyum.

8) Manakah di antara kalimat berikut yang mengandung pengulangan leksikal dan pengulangan semantis.A. Anda boleh ngomong, Anda boleh bicara, Anda

boleh juga mengomel. B. Anda bertanya, saya menjawab. C. Jika Anda setuju dan saya tidak berkeberatan, mari kita

selesaikan masalaha ini dengan kesepakatan. D. Saya akan menyelesaikan tanggungan, tetapi bank

menolak niat baik saya. 9) Tentukan kalimat pada contoh berikut yang mengalami variasi

jenis.A. Jangan khawatir dengan masa depan! Ingatlah bahwa

masa depan Anda masih panjang.

45

B. Mengapa Anda khawatir dengan masa depan? Bukankah masa depan itu masih terbuka untuk Anda?

C. Aku tidak khawatir dengan masa depan. Bukankah masa depan harus diperjuangkan?

D. Khawatirkah Anda dengan masaa depan? Bukankah masa depan itu milik Anda?

10) "Setelah ... saya terkejut karena munculnya kasus itu tidak saya duga sebelumnya"..A. munculnya kasus ituB. kasus itu munculC. muncul kasus ituD. memunculkan kasus itu

2. Klipinglah sebuah artikel dalam surat kabar dan analisislah kesalahan yang terdapat dalam lima buah kalimat!

46

4. PARAGRAF DAN WACANA

KOMPETENSI DASAR

Mahasiswa dapat membuat berbagai jenis karangan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

INDIKATOR1) Mahasiswa dapat membuat paragraf yang

baikyangmemiliki kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. 2) Mahasiswa dapat menulis wacana eksposisi, argumentasi,

persuasi, narasi, dan deskripsi. 3) Mahasiswa dapat membedakan berbagai wacana

berdasarkan ciri khas tiap-tiap wacana.

MATERI

1. ParagrafIstilah ‘paragraf’ sering disejajakan dengan istilah

‘alinea’. Kedua istilah itu sebenarnya dapat dibedakan. Paragraf dapat diartikan sebagai suatu karangan mini, berisi satu kesatuan ide yang ‘dibangun’ dari kalimat atau beberapa kalimat yang saling berhubungan sedangkan alinea adalah penanda suatu paragraf, ada alinea menjorok ke dalam, alinea menggantung, dan alinea penuh. Tulisan ini menggunakan alinea menjorok ke dalam.

Panjang atau pendek paragraf tidak mencirikan bahwa paragraf itu baik atau tidak. Ada paragraf yang panjang, baik; dan ada pula paragraf yang panjang tetapi tidak baik. Baik atau tidaknya suatu paragraf ditentukan oleh syarat-syarat yang harus dipenuhinya.

2. Syarat-syarat Pembentukan Paragraf

47

Suatu paragraf yang baik yang disebut juga paragraf efektif harus memenuhi tiga syarat, yakni (1) kesatuan, (2) kepaduan, dan (3) kelengkapan. 1) Kesatuan (unity)

Satu paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran. Paragraf dikatakan memiliki kesatuan bila seluruh kalimat yang ‘membangun’ paragraf itu membicarakan hal yang sama, satu pokok pikiran. Bila dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih ide pokok, maka paragraf tersebut harus dijabarkan menjadi dua atau lebih paragraf. Jadi, paragraf memiliki kesatuan bila paragraf itu memiliki satu pokok pikiran.

2) Kepaduan (kohesi)Kalimat-kalimat yang membangun suatu paragraf harus padu, adanya kekompakan hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Kekompakan hubungan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan penanda kohesi atau dengan menggunakan keruntutan hubungan semantis. Beberapa penanda kebahasaan yang dapat digunakan untuk membangun paragraf adalah sebagai berikut. (1) Penunjukan, yaitu penggunaan kata untuk

menunjukkan/mengacu atau suatu acuan yang sudah disebutkan. Misalnya: kata itu, tersebut, demikian, ini.

(2) Penggantian, yaitu penanda hubungan kalimat yang menggunakan kata yang lain yang sudah disebutkan sebelumnya. Misalnya: menggunakan kata ganti orang (dia, mereka), hal itu, begitu, begini, sana, sini, itulah.

(3) Pelesapan, yaitu melesapkan/ menghilangkan unsur suatu kalimat pada kalimat berikutnya karena kehadiran unsur itu dapat diperkirakan dan untuk penghematan/ efektifitas.

(4) Perangkaian, yaitu penggunaan kata-kata perangkai/transisi untuk menghubungan

48

antarkalimat dalam paragraf. Misalnya: seperti, sebaliknya, walaupun demikian, oleh karena itu.

(5) Pengulangan, yaitu mengulangi suatu kata/bentukan yang terdapat dalam suatu kalimat pada kalimat selanjutnya. Tujuannya adalah untuk penekanan atau pementingan.

3) KelengkapanSuatu paragraf yang memiliki satu pokok pikiran yang dikembangkan harus memiliki kelengkapan, ada ketuntasan pembicaraan pada paragraf itu. Suatu paragraf tidak memiliki kelengkapan bila pada pokok pikiran dinyatakan ada dua masalah utama pembelajaran bahasa Indonesia, tetapi dalam paragraf itu hanya dijelaskan satu masalah.

Contoh paragraf yang baik:Dunia tumbuhan terbagi atas empat divisi yang besar,

yaitu tumbuhan daun (talofita), lumut (briofita), paku-pakuan (pteridofita), dan tumbuhan bunga (spermatofita). Setiap divisi itu terbagi lagi atas kelas, kelas atas bangsa, bangsa atas marga, dan marga atas jenis. Setiap jenis mempunyai satu varietas atau lebih.(paragraf di atas memiliki kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan)

3. Letak Kalimat Topik dalam suatu ParagrafSuatu paragraf memiliki topik, penjelas, kalimat

topik, dan kalimat penjelas. Topik suatu paragraf diletakkan dalam suatu kalimat topik. Letak kalimat topik dalam suatu paragraf dapat di awal, di akhir, di awal dan di akhir, di tengah, atau di seluruh paragraf.

1) Contoh Letak Kalimat Topik di Awal Paragraf (Paragraf Deduktif)Saat ini banyak sekali hewan yang mendiami

bumi dan banyak pula yang hidup pada zaman yang telah silam. Kekaburan orang tentang hewan yang hidup

49

di darat dan di laut kini dapat dihindarkan. Jenis-jenis hewan itu saat ini sudah dapat ditentukan. Angka yang menyatakan berapa jumlah hewan di muka bumi ini peratama kali dikemukakan oleh Linaeus tahun 1758, yaitu 4.236 jenis. Pada tahun 1859 Agassiz dan Brown menghitung ada 129.370 jenis dan masih banyak yang belum diberi nama.2) Contoh Letak Kalimat Topik di Akhir Paragraf

(Paragraf Induktif)Bulu domba dapat dipakai sebagai sumber bahan

pakaian. Benang sutera dari ulat sutera juga sebagai bahan pakaian. Kelenjar-kelenjar dari alat-alat hewan merupakan bahan pembuatan hormon atau obat-obatan lain. Madu tawon, kulit penyu, spons alam merupakan hasil hewan yang digunakan manusia. Penyediaan daging, pengawetan dan pengalengan daging dan ikan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan hasil hewan. Memang hewan tidak saja merupakan sumber protein, tetapi juga sebagai sumber bahan pakaian atau sumber bahan keperluan lain.3) Contoh Letak Kalimat Topik di Awal dan di

Akhir Paragraf (Paragraf Campuran)Dalam kehidupan tiada satu hewan pun yang

hidup sendiri. Mereka selalu bergantung pada faktor-faktor lingkungan, baik yang biotik maupun yang abiotik. Sebagian hewan mempunyai hubungan yang erat dengan musuh-musuhnya, penyakit, dan saingannya. Seluruh interaksi antara faktor-faktor itu menimbulkan jaringan hidup atau keseimbangan alam, termasuk di dalamnya manusia. Memang semua hewan yang hidup selalu bergantung pada faktor lingkungan, baik yang biotik maupun yang abiotik.4) Contoh Letak Kalimat Topik di Tengah Paragraf

Jam meja yang biasanya berdering pukul 04.30 untuk membangunkan saya, sekali ini membisu karena lupa diputar. Akibatnya, saya terlambat bangun. Cepat-cepat

50

saya pergi ke kamar mandi, ternyata sabun mandi habis. Mau sarapan, nasi hangus. Sial benar nasib saya hari ini. Ditambah lagi, mau berpakaian, semua baju kotor sehingga saya terpaksa memakai baju bekas kemarin. Pada saat naik kendaraan ke sekolah mogok pula. Ketika turun dari kendaraan, hujan lebat sehingga badan saya basah kuyup.

5) Contoh Letak Kalimat Topik di Seluruh Paragraf (Paragraf Deskriptif)Sandal ‘ITB’ adalah sandal yang terbuat dari ban

bekas. ‘ITB’ singkatan dari Ieu tilas ban (ini bekas ban). Sandal ini sangat menarik karena dibuat dari ban bekas yang dilengkapi dengan aksesori yang menarik sehingga memikat hati pembelinya. Dari satu ban dapat dibuat 10 pasang sandal cantik yang laku dijual seharga Rp10.000,00 per pasang.

4. Pengembangan ParagrafPengembangan paragraf berkaitan erat dengan

kemudahan pemahaman terhadap paragraf tersebut. Paragraf yang dikembangkan dengan baik akan memberikan kemudahan kepada pembaca untuk memahami maksud/isi paragraf tersebut. Sebaliknya, pembaca akan mengalami kesulitan memahami maksud suatu paragraf karena paragraf itu tidak dikembangkan dengan baik.

Paragraf dapat dikembangkan dengan beberapa model, yaitu: (1) paragraf contoh, paragraf klasifikasi, (2) paragraf definisi, (3) paragraf perbandingan, (4) paragraf klimaks dan anti klimak, (5) paragraf deduksi, dan (6) paragraf induksi. Berikut disampaikan beberapa contoh. 1) Contoh Pengembangan dengan Definisi

Reaksi redoks adalah gabungan reaksi oksidasi dan reaksi reduksi yang berjalan secara bersamaan. Reaksi oksidasi adalah proses pelepasan elektron oleh sesuatu reaktan sehingga reaktan tersebut akan mengalami kenaikan nilai bilangan oksidasinya. Adapun reaksi

51

reduksi adalah reaksi penangkapan elektron oleh suatu reaktan, sehingga reaktan tersebut akan mengalami penurunan bilangan oksidasinya.

2) Contoh Pengembangan dengan PerbandinganBila ditinjau dari segi bangunnya, paragraf dan esai

itu memiliki kesamaan. Misalnya, paragraf diawali dengan kalimat topik. Dalam esai, paragraf pertama merupakan pendahuluan yang memperkenalkan bahan bahasan dan menetapkan fokus topik. Begitu pula tubuh karangan terdiri atas rangkaian paragraf yang memperluas dan menunjang gagasan yang dikemukakan dalam paragraf pendahuluan. Akhir sebuah paragraf dapat berisi penegasan kembali, kesimpulan, atau pengamatan. Demikian juga dengan sebuah karangan, mempunyai sarana yang memberi ketuntasan gagasannya, khususnya pada wacana eksposisi.

3) Contoh Pengembangan dengan ContohSaat ini pelbagai upaya pemerataan itu sudah

dilakukan. Misalnya, program-program inpres, kemitraaan usaha antara bapak angkat dan anak angkat, serta penyebaran proyek pembangunan di semua daerah. Hal yang lebih baru dan mendasar adalah pengalihan saham dari perusahaan besar dan sehat kepada koperasi serta penyediaan kredit usaha kecil oleh perbankan.

5. WacanaSecara garis besar Keraf (1995) membagi wacana

dalam dua bagian, yakni wacana ilmiah dan wacana nonilmiah. Pengertian tulisan/wacana ilmiah dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut bahasa dan sudut analisisnya. Dari sudut bahasa, tulisan ilmiah menggunakan bahasa teknis yang diwarnai dengan istilah-istilah sesuai dengan bidang garapan/topik yang dibicarakan. Pilihan kata (diksi) pada wacana ini tidak mengandung ambiguitas. Dengan demikian, bahasa yang digunakan pun adalah bahasa yang objektif dan rasional. Bahasa yang demikian ini, cenderung

52

memungkinkan dibaca oleh pembaca dengan pendidikan dan pengetahuan yang tinggi.

Dari sudut analisis, tulisan ilmiah harus menggunakan metode dan teknik analisis berdasarkan kerangka teori atau acuan tertentu. Penyajiannya pun harus didukung oleh data yang akurat dan disajikan secara logis dan sistematis. Penulis karya ilmiah dituntut menguasai sejumlah syarat sebagai berikut.(1) Menguasai aspek kebahasaan : kosa kata, tata bahasa,

sintaksis, dan gaya bahasa yang lugas.(2) Menguasai topik bahasan dengan baik serta menguasai

kerangka acuan atau prinsip ilmiah sesuai dengan topik dan bidang yang ditulisnya.

(3) Memiliki kemampuan penalaran yang baik untuk menganalisis dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi serta mampu menyusun semua hasil analisis dan pemecahan masalahnya secara sistematik.

(4) Menguasai kemampuan analisis bidang ilmunya untuk memecahkan objek garapan secara kritis.

(5) Menguasai dan menerapkan metode-metode dan teknik pengumpulan dan pengolahan data secara tepat.

(6) Mengetahui, menguasai, dan menggunakan konvensi-konvensi pernaskahan yang berlaku, sehingga dapat menyajikan tulisannya dalam bentuk dan perwajahan yang menarik.

6. Wacana dan PenggolongannyaPengertian wacana dapat dibatasi dari dua sudut yang

berlainan. Pertama dari sudut bentuk bahasa dan kedua dari sudut tujuan umum sebuah karangan yang utuh atau sebagai bentuk sebuah komposisi.

Dari sudut bentuk bahasa atau yang bertalian dengan hierarki bahasa, yang dimaksud wacana adalah bentuk bahasa di atas kalimat yang mengandung sebuah tema. Satuan bentuk yang mengandung tema ini biasanya terdiri atas paragraf-paragraf, bab-bab, atau karangan-karangan

53

utuh, baik yang terdiri atas bab-bab maupun tidak. Jadi, tema merupakan ciri sebuah wacana.

Berdasarkan tujuannya, karangan yang utuh (biasa disebut jenis wacana) dapat dibedakan menjadi 5 macam, yakni (1) eksposisi, (2) argumentasi, (3) persuasi, (4) deskripsi, dan (5) narasi.

1) Eksposisi Ditinjau dari sudut penulis wacana ini bertujuan

memenuhi keinginan manusia untuk memberi informasi kepada orang lain, sedangkan dari sudut pembaca wacana ini berkeinginan untuk memperoleh informasi dari orang lain mengenai suatu hal.

(1) Pengertian EksposisiEksposisi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha

menguraikan suatu obyek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Bentuk wacana ini menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai topik-topik yang mungkin rumit, menyampaikan pernyataan yang lengkap dan dapat dipercaya, serta dilengkapi dengan penjelasan tentang suatu objek.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa eksposisi adalah bentuk wacana yang tujuan utamanya memberitahukan atau memberi informasi mengenai objek tertentu. Melalui informasi itu, pengetahuan para pembaca diharapkan menjadi bertambah luas. Apakah pembaca menerima semua informasi yang disampaikan penulisnya atau tidak, tidak menjadi masalah. Karena itu, jenis wacana ini sama sekali tidak bermaksud mempengaruhi atau mengubah sikap dan pendapat orang lain/pembacanya.

Wacana eksposisi mengandung tiga bagian utama, yaitu sebuah pendahuluan, tubuh/isi eksposisi, dan simpulan.(2) Teknik Penulisan Eksposisi

Pada bagian pendahuluan dikemukakan latar belakang, alasan memilih topik/pentingnya topik itu,

54

permasalahan, tujuan, dan kerangka acuan yang digunakan. Selanjutnya, untuk menulis bagian isi/tubuh eksposisi terlebih dahulu dibuat kerangka karangan yang berupa pengembangan topik yang dipilih itu. Setelah itu, penulis menyajikan secara rinci tiap-tiap bagian dari kerangka karangan. Bagian-bagian ini ditulis secara sistematis, sehingga informasi yang diberikan dapat dipahami oleh pembaca.

Penulisan eksposisi dapat menggunakan salah satu atau perpaduan dari beberapa metode yang ditawarkan. Beberapa metode itu adalah (1) identifikasi, (2) analisis (analisis umum, analisis bagian, analisis kausal, analisis fungsi, dan analisis proses), (3) klasifikasi, dan (4) definisi

Pada bagian akhir atau simpulan dikemukakan mengenai hal-hal yang telah disajikan, tidak berisi saran untuk mempengaruhi pembaca.

(3) Contoh EksposisiVariabel merupakan karakteristik atau ciri-ciri dari

orang, benda-benda atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda, seperti usia, pendidikan, kedudukan sosial, kedudukan ekonomi, jenis kelamin.

Ada dua bentuk variabel:1) Variabel Kategorikal (Categorical Variable) yaitu:

Variabel yang membagi responden menjadi dua kategori atau beberapa kategori. Variabel yang terdiri dari dua kategori disebut variabel dikotomi sedangkan variabel yang terdiri dari banyak kategori disebut politomi.

2) Variabel Bersambungan

Variabel yang nilai-nilainya merupakan suatu skala, baik bersifat ordinal maupun rasio.Contoh: umur, jumlah pendapatan, jumlah pengeluaran rumah tangga, tingkata efektifitas, tingkat prevalensi, kontrasepsi modern, tingkat sentuhan media masa,

55

tingkat kriminalitas (Djojosuroto dan M.L.A. Sumaryati:2004).

2) Argumentasi Wacana ini jika ditinjau dari sudut penulis memiliki

tujuan meyakinkan pendengar atau pembaca mengenai suatu kebenaran dan lebih jauh mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Sebaliknya, jika dilihat dari pihak pembaca atau pendengar, mereka ingin mendapatkan kepastian tentang kebenaran itu.

(1) Pengertian ArgumentasiArgumentasi adalah bentuk wacana yang berusaha

membuktikan suatu kebenaran. Sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran yang didukung bukti-bukti mengenai objek yang diargumentasikan. Argumentasi dilihat dari sudut proses berpikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menurunkan simpulan serta menerapkannya pada suatu kasus, misalnya perdebatan.

Argumentasi dibedakan dari bentuk wacana yang lain karena fungsi utamanya adalah membuktikan. Metode pembuktian dalam argumentasi direduksi atau disusutkan sehingga menjadi atau berdasarkan suatu ilmu, yang dikenal sebagai logika.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa argumentasi adalah bentuk wacana yang bertujuan mengubah pikiran, sikap, dan pandangan, seseorang dengan menyodorkan sejumlah data dan bukti .

(2) Teknik Penulisan ArgumentasiSeperti jenis tulisan lainnya, argumentasi selalu

terdiri dari tiga bagian utama, yaitu pendahuluan, isi argumentasi, dan simpulan. (1) Pendahuluan

56

Pendahuluan berfungsi menarik perhatian pembaca dengan menyajikan fakta-fakta pendahuluan untuk memusatkan perhatian untuk memahami argumentasi yang akan disampaikan nanti dalam isi karangan.(2) Isi Argumentasi

Seluruh isi argumentasi diarahkan kepada usaha penulis untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran dari masalah yang dikemukakan, sehingga kesimpulannya juga benar.(3) Simpulan

Penulis harus memperhatikan bahwa kesimpulan yang diturunkan tetap menjaga pencapaian tujuan, yaitu membuktikan kebenaran untuk mengubah sikap dan pendapat pembaca.

(3) Contoh ArgumentasiDi pihak lain, kualitas hasil pendidikan kita mulai

dari SD sampai Perguruan Tinggi dirasakan sangat rendah. Hal ini, bukan dikarenakan guru dan dosen kita tidak berkualitas, tetapi intensitas pengajaran dan perkualiahan kita kurang. Kekurangan Intensitas ini tidak lain Karena guru dan dosen itu tidak memberikan waktu cukup didalam pemberian pengajaran dan perkuliahan, karena mereka terpaksa mengajar atau bekerja lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bukan rahasia lagi jika ada guru yang mengojek, untuk menambah kebutuhannya, karena dari gaji sebagai guru atau dosen, sulit untuk hidup mereka bersama keluarganya (Mimbar Masyarakat, No. 9, Juli 2006).

3) PersuasiWacana persuasi sebenarnya merupakan sebuah

varian dari argumentasi. Wacana ini lebih cenderung mempengaruhi manusia (sasaran) daripada mempertahankan kebenaran mengenai suatu objek tertentu. Walaupun tidak seratus persen mempertahankan kebenaran, bentuk wacana

57

ini masih termasuk dalam wacana ilmiah, bukan wacana fiksi.

(1) Pengertian dan Dasar PersuasiPersuasi adalah suatu bentuk wacana yang

merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca, agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang dikatakan itu. Jadi, persuasi lebih condong menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk mempengaruhi orang lain.

Argumentasi bertujuan membuktikan suatu kebenaran, dan karena itu akan berusaha sekuat tenaga dengan teknik-teknik yang rasional untuk mempertahankan kebenaran itu. Karena itu sasaran selanjutnya adalah mencapai persesuaian rasional mengenai kebenaran itu dengan orang lain. Sebaliknya, persuasi bertujuan mencapai kesepakatan dengan orang yang dipersuasi dengan menggunakan pendekatan psikologis.

(2) Alat Pengembangan Karangan Persuasi Menurut Akhmadi (1980), alat pengembangan

persuasi ada lima, yaitu, (1) bahasa, (2) nada, (3) detail, (4) pengaturan (organisasi), dan (5) kewenangan. Alat-alat ini dapat dipakai untuk mengembangkan sebuah karangan persuasi. Berikut ini uraian kelima alat tersebut.

1) Bahasa Bahasa adalah alat komunaksi. sebagai alat, bahasa

sangat luwes dalam menjalankan fungsinya. Artinya, bahasa dapat dipakai oleh pemakaiannya untuk kepentingan apa saja selama dalam batas-batas fungsinya sebagai alat komunikasi. Untuk membuat tulisan perlu dikaitkan dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam kehidupan

58

bermasyarakat: terjadi penipuan, kesuksesan, kedengkian, dan percekcokan. Contoh nyata mengenai pemakaian bahasa dapat diamati pada penjual obat. Obat yang dibawanya biasanya disanksikan mutunya. Akan tetapi, mengapa dia berhasi l memperdayakan orang untuk membeli obatnya? Salah satu faktor yang tidak dapat diingkari adalah karena bahasa yang dipakainya. Dia berhasil memanfaatkan bahasa sebagai alat untuk mempengaruhi orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat yang cukup primer dalam mewujudkan paparan persuasi.

2) Nada Nada berkaitan dengan sikap pengarang dalam

menyampaikan gagasannya. Dalam kehidupan tentunya dapat dijumpai bermacam-macam nada, antara lain: nada marah, nada senang, nada sedih, dan nada bersemangat. Masing-masing nada itu dapat dipakai sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Seorang anak akan meninggalkan kebiasaan berdustanya, misalnya apabila dia diberi kata-kata marah oleh orang tua atau gurunya. Seorang pegawai akan bersemangat dalam bekerja seandainya mendapatkan kata-kata pujian atasannya atau majikannya.

Pengarang harus menentukan nada dalam membuat persuasi dengan membayangkan respon apa yang ada di benak pembaca. Sebuah karangan akan direspon oleh pembaca dengan rasa sedih jika persuasi bernada sedih. Bila pembaca merasa takut, maka persuasi dibuat dengan nada marah/menakutan.

3) Detail Dalam karangan persuasi, detail cukup

penting dalam kedudukan sebagai alat persuasi. Yang dimaksud detail adalah uraian terhadap ide sampai ke bagian yang sekecil-kecilnya. Untuk memilih detail pengembangan persuasi perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:

59

(1) penting-tidaknya detail itu untuk keperluan persuasi dan pemahaman pembaca;

(2) jumlah detail yang harus dikumpulkan untuk mendukung ide pokok;

(3) macam detail yang seharusnya diangkat untuk mendukung ide pokok;

(4) kapan setiap detail itu dihadirkan?;(5) ada atau tidaknya korelasi dan relevansi detail dengan

ide pokok sebaiknya diangkat. Detail yang baik adalah detail yang esensial dalam

mendukung persuasi, yakni detail yang dapat memenuhi kriteria di atas. Dengan kehadiran detail yang baik, usaha penalaran dalam persuasi menjadi lebih jelas.

4) OrganisasiOrganisasi ini menyangkut masalah

pengaturan detail dalam tiga karangan. Dalam persuasi, pengaturan detail menggunakan prinsip "mengubah keyakinan dan pandangan". Artinya, detail-detail i tu diatur agar mampu mengarahkan keyakinan pandangan pembaca. Cara-cara penataan detail-detail ini adalah cara induktif, cara deduktif, cara kronologi dan cara penonjolan.

5) KewenanganKewenangan (authority) dapat kita sebut

sebagai alas persuasi. Kewenangan dalarn hal tidak selalu berkaitan dengan kewenangan hukum. Kewenangan menyangkut "penerimaan dan kesadaran" pembaca terhadap pengarang. Seorang pengarang diyakini pembacanya sebagai orang yang berwenang apabi la d ia : (a) mempunya i da sa r hukum menduduk i j aba t an - j aba t an t e r t en tu , ( b ) berkecimpung dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan tertentu, dan (c) mampu menunjukkan pola pikir yang bermutu. Kewenangan yang dimiliki oleh

60

seorang pemimpin formal adalah kewenangan hukum, kewenangan yang dimiliki oleh seorang profesor adalah kewenangan profesional, dan orang yang tidak mempunyai dasar hukum jaba tan a tau profes i juga dapa t mempunyai kewenangan apabila dia mampu menunjukkan pola berpikir yang bermutu dalam paparannya.

Ciri khas persuasi dimulai dari judul yang dibuat secara provokatif, yang membuat pembaca "tergiur" untuk melihat, bahkan memiliki dan menggunakan produk/iklan/promosi tertentu. Selain itu, gaya penulisan juga mengandung data dan fakta yang bertujuan supaya pembaca tertarik dan mengikuti apa yang ditulis. Gaya bahasa ini didukung dengan diksi yang "menggoda" pembaca. Di samping itu, penulis juga menampilkan bukti-bukti secara konkret, detil, dan masuk akal.

(3) Contoh Persuasi: Pesona Pulau Paling Eksotis

Chrismas Island tampak mungil di peta, namun kenyataannya adalah pulau karang yang kokoh di Samudera India. Alam tropis di Chrismas Island menghadirkan pesona eksotis yang menakjubkan dan tak dimiliki oleh pulau lainnya. Chrismas Island Resort, sebuah resort berbintang 5 dengan kemewahan eksklusifnya, menambah suasana liburan Anda di Chrismas Island lebih menyenangkan dan bergairah.

Hanya 45 menit dari Jakarta, berarti kurang dari satu jam Anda sudah berada di Chrismas Island melalui jadwal penerbangan 5 kali seminggu bersama Sempati Air.

Aneka petualangan rekreatif dapat Anda lakukan sendiri seperti, melakukan kegiatan yang menantang keberanian Anda: memancing di laut lepas (game fishing), berolah raga bukit karang sekaligus menikmati keindahan

61

pemandangan di laut, menyelam di dasar Samudera India untuk mengagumi pesona karang dan kekayaan lain miliknya (scuba diving), atau bersantai dalam kemewahan resort eksklusif bertaraf internasional (dalam Suparno dan Mohammad Yunus, 2002).

Melalui contoh di atas, jelas terlihat bahwa wacana ini tergolong persuasi. Judulnya benar-benar diplih sehingga membuat pembaca ”tergiur”. Demikian pula pilihan katanya. Penulis sengaja memilih diksi, seperti menghadirkan pesona eksotis yang menakjubkan dan tak dimiliki oleh pulau lainnya, dengan harapan supaya pembaca makin tergiur berkunjung ke pulau itu.

Contoh lain dalam bentuk iklan berbahasa Palembang berikut ini.

FIF Motornyo wonk qito

Lah…keren, Hargo Enteng pulok

DP. 1,5 Juta, hanya….

( Lah pacak bawa balek motor HONDA )

HADIAH LANGSUNG : Jaket Vinyl Semi Kulit & Potongan Angsuran s.d. Rp.30.000,-/Bln Via FIF

Hubungi : , Tempatnyo….wonk qito

Jl. A. Yani 200-201, 8 Ulu Palembang

Telp. 512551, 511078Jl. Lintas Sumatera KM. 32 Indralaya

Telp. 7084278, 7082702

62

Di dalam iklan di atas dipromosikan hal-hal seperti keren, hargo enteng ‘harga enteng’, dengan membayar hanya Rp700.000,00 motor tersebut dapat dibawa pulang. Hal-hal yang ditulis ini adalah diksi yang sengaja dipilih untuk “menjerat” pembaca supaya membeli produk yang dimaksudkan itu.

4) Deskripsi Penulis atau pembicara dalam wacana ini

berkeinginan untuk menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau objek. Selain itu, wacana ini juga dipergunakan untuk mendeskripsikan cita rasa sesuatu, menggambarkan peristiwa, atau mencandrakan suatu bunyi.

(1) Pengertian DeskripsiDeskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha

menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu. Deskripsi memberi suatu citra mental mengenai suatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang, ruang, atau sensasi.

Deskripsi dibedakan dari eksposisi dalam hal bahwa fungsi utamanya adalah membuat para pembacanya seolah-olah melihat, menyaksikan, atau merasakan suatu benda, orang, keadaan, atau barang-barang yang digambarkan dalam suatu wacana.

(2) Cara Menulis Wacana DeskripsiYang paling utama harus dilakukan penulis untuk

menulis wacana deskripsi adalah mengidentifikasi dan menyusun detil-detil objek atau sesuatu yang akan dideskripsikan itu. Ada beberapa macam yang dapat dideskripsikan, yaitu (1) deskripsi orang yang meliputi fisiknya, keadaan sekitar orang itu, watak atau tingkah

63

lakunya, dan gagasan-gagasan orang/tokoh yang dideskripsikan itu. (2) Deskripsi tempat, yaitu gambaran tentang lingkungan atau ruang tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penulisan deskripsi adalah sebagai berikut:

1) menentukan apa yang akan dideskripsikan;2) merumuskan tujuan deskripsi (sebagai alat Bantu

karangan eksposisi, argumentasi, narasi, atau persuasi);

3) menetapkan bagian apa saja yang akan dideskripsikan (fisik, watak, dll.);

4) merinci hal-hal apa saja yang harus dideskripsikan sehingga membuat pembaca tergambar mengenai apa yang diceritakan penulis.

(3) Contoh Wacana DeskripsiLaki-laki itu diam. Dan manakala aku mengerling

baru aku ingat bahwa dia tadinya duduk di bangku paling belakang, dekat seorang laki-laki sebayanya yang memakai jaket biru, yang kini sudah di seberang. Kukira dia sedang mengenangkan sesuatu, jelas tampak pada air mukanya yang tenang, bersih, tak berkumis ataupun jenggot., tapi dikotori debu.

Kata-kataku seperti tak didengarnya. Hanya kepalanya digerakkannya, meletakkan dagunya pada belakang tangannya atas besi-besi terali, sedangkan matanya mamandang lebih tenang ke bawah (B. Yass dalam Sastrawan Bertanya Siswa Menjawab, 2006).

5) NarasiDalam wacana ini penulis atau pembicara ingin

menceritakan pada orang lain kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang didengarnya dari orang lain. Dengan cara ini, penulis/pembicara memenuhi pula kebutuhan para pendengar atau pembacanya untuk memperoleh cerita

64

tentang kejadian itu. Perlu dicatat bahwa ciri khas wacana ini adalah kronologisnya. Artinya, sebuah cerita dari awal hingga akhir atau sebaliknya diceritakan secara runut atau dengan urutan waktu tertentu.

(1) Pengertian NarasiNarasi adalah bentuk wacana yang berusaha

menyajikan suatu peristiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca. Secara singkat dapat dikatakan bahwa narasi bertujuan menyajikan suatu peristiwa kepada pembaca, mengisahkan apa yang terjadi, dan bagaimana kejadian itu berlangsung. Yang perlu digarisbawahi bahwa untuk membedakan narasi dari jenis wacana lainnya adalah bahwa narasi ditulis secara kronologis, sesuai dengan urutan waktu tertentu.(2) Cara Penulisan Narasi

Cara menulis narasi adalah sebagai berikut:(1) menentukan tema dan amanat;(2) menetapkan sasaran pembaca: dewasa, anak-anak,

atau secara umum;(3) merancang peristiwa secara kronologis;(4) membagi peristiwa ke dalam 3 tahap: awal,

perkembangan, dan akhir cerita;(5) merinci detil-detil peristiwa/kejadian sebagai

pendukung cerita;(6) menuliskan tokoh, watak, latar, dan sudut pandang

penulisan.

(3) Contoh NarasiAda dua tengkorak kepala yang sampai saat ini

masih membuat aku harus menghela napas dalam-dalam. Dua tengkorak kepala manusia yang paling memberikan arti bagi hidupku.

Aku harus berurusan dengan dua tengkorak kepala itu. Ini bermula dari telepon interlokal Umi, ibuku: aku harus segera berangkat ke Lhok Seumawe, Aceh.

65

Umi telah dua kali menginterlokalku. Kata beliau, aku telah diangkat menjadi Ketua Panitia pemindahan kuburan kakekku. Aku sudah paham benar, umi jangan sampai menginterlokal yang ketiga kali. Aku tentu tak mau menjadi anak durhaka.

Kali ini aku memilih pulang kampong lewat jalan darat. Dalam perjalanan dari Lampung hingga ke Aceh Selatan, banyak sekali jalan raya yang buruk. Lagi pula, kota-kota yang kulewati tak memberikan suasana batin bagiku (Busye dalam Dua Tengkorak Kepala, 2000).

Yang perlu diingat adalah bahwa pembagian bentuk karangan seperti yang diuraikan di atas pada dasarnya bersifat teoretis. Kenyataannya, sangat sulit untuk menulis karangan yang sepenuhnya narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi. Kelima bentuk karangan itu umumnya dipakai secara bergantian dalam satu karangan. Deskripsi yang murni boleh dikatakan tidak ada dalam praktik karangmengarang. Akan tetapi, dalam eksposisi biasanya digunakan deskripsi dan narasi. Demikian pula bila menulis argumentasi atau persuasi, kadang -kadang karangan tersebut menjadi hidup dengan tambahan deskripsi atau narasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zainal. 1987. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Melton Putra.

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapres.

Busye, M. 2000. "Dua Tengkorak Kepala" dalam Kumpulan Cerpen Dua Tengkorak Kepala. Kenedi Nurhan (ed.). Jakarta: Harian Kompas.

66

Depdikbud. 1995. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Depdikbud. 1997. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Depdiknas. 2000. Ikhtisar Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Depdiknas. 2002. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Sastrawan Bicara Siswa Bertanya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Djojosuroto, K. dan M. L. A. Sumaryati. 2004. Prinsip-Prinsip Dasar Penelitian Bahasa dan SastraBandung: Nuansa.

Halim, Amran. 1988. Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Depdikbud, PPPB.

Keraf, Goris. 1988. Komposisi. Ende, Flores: Nusa IndahKeraf, G. 1995. Eksposisi: Komposisi Lanjutan II. Jakarta:

PT Gramedia Widiasarana Indonesia.Majalah Mimbar Masyarakat No. 9, Juli 2006. "Dunia

Pendidikan Kita Sekarang".Sugono, D. 1994. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar.

Jakarta: Gramedia.Suparno dan Mohammad Yunus. 2002. Keterampilan Dasar

Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.Zakaria, Syofyan. 1998. Wisata Bahasa:Kapita Selekta

Bahasa Indonesia. Bandung: Humaniora Utama Press.

TUGAS DAN LATIHAN

67

1. Buatlah sebuah karangan eksposisi dengan memilih salah satu kata kunci berikut ini:

3. Dari kelima jenis wacana, manakah wacana yang cenderung ilmiah dan mana pula yang sebaliknya. Jelaskan dengan bukti-bukti.

LEMBAR JAWABAN 1Nama :NIM :Jurusan/Prodi :

1.

68

69

LEMBAR JAWABAN 2Nama :NIM :Jurusan/Prodi :

2.

70

LEMBAR JAWABAN 3Nama :NIM :Jurusan/Prodi :

3.

71

5. TOPIK DAN PEMBATASANNYA

KOMPETENSI DASARMahasiswa diharapkan dapat memahami topik yang mencakup (1) pengertian topik, (2) kriteria pemilihan topik, (3) cara membatasi topik, dan (4) hubungan topik dan judul.

INDIKATORSetelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat:1) mengemukakan pengertian topik karangan;2) mengemukakan kriteria pemilihan topik;3) membatasi topik dengan cara tertentu;4) membuat judul karangan sesuai dengan topik.

MATERI

1. Pengertian Topik Tulisan ilmiah, seperti makalah, tidak dapat

dilakukan sekali jadi, tetapi melalui tahap (1) prapenulisan, (2) penulisan, dan (3) pascapenulisan. Kegiatan prapenulisan terdiri atas (1) menentukan topik, (2) menentukan tujuan, dan (3) memilih bahan.

72

Secara sempit topik dapat disebut sebagai hal pokok yang dibicarakan. Secara luas topik dapat dinyatakan sebagai hal pokok yang dituliskan atau diungkapkan dalam karangan.

2. Kriteria Pemilihan TopikSekurang-kurangnya ada lima hal yang harus

diperhatikan sebelum menentukan topik tulisan. Kelima hal itu adalah (1) kemanfaatan dan kelayakan, (2) kemenarikan, (3) kekuatan, (4) dikenal dengan baik, (5) ketersediaan bahan, dan (6) tidak terlalu luas dan/atau terlalu sempit.

1) Kemanfaatan dan Kelayakan DibahasKetika akan menentukan topik karangan, penulis

harus mempertimbangkan manfaat tulisannya bagi pembaca. Dalam hal ini, penulis tentu saja harus melakukan analisis kebutuhan pembaca. Sebuah topik akan bermanfaat bagi pembaca apabila topik itu berkaitan dengan kebutuhan pembacanya. Selain itu, kemanfaatan dapat pula dilihat dari sumbangan topik itu bagi pengembangan ilmu atau profesi yang ditekuni. Sebagai contohnya, jika pembaca tulisan adalah para remaja, tentu saja topik yang menarik bagi mereka adalah masalah seputar remaja.

Selain itu, topik yang dipilih harus layak dibahas. Kelayakan ini baik dipandang dari sudut penulis maupun sudut pembacanya. Kelayakan dapat pula dikaitkan dengan kenyataan bahwa topik itu memang memerlukan pembahasan dan sesuai dengan bidang yang ditekuni. Contohnya, topik ”kerja bakti untuk membersihkan lingkungan” bukan topik yang layak dibahas mahasiswa sedangkan ”pelestarian sumber daya perairan” lebih layak dibahas. 2) Kemenarikan

Selain bermanfaat, topik yang dipilih juga harus menarik. Diharapkan topik yang dipilih tidak saja menarik bagi penulis, tetapi yang lebih penting lagi adalah bahwa

73

topik itu menarik bagi pembaca. Kemenarikan ini berkaitan erat dengan kemanfaatan. Pembaca akan tertarik pada sebuah tulisan jika tulisan itu dirasakan pembaca bermanfaat bagi dirinya. Sebagai contohnya, hal yang bermanfaat bagi para petani di pedesaan adalah cara meningkatkan produksi pertanian. 3) Keaktualan

Selain bermanfaat dan menarik, topik yang dipilih juga harus bersifat aktual. Artinya, topik itu merupakan hal yang hangat dibicarakan. Oleh sebab itu, topik terkini merupkan topik pilihan utama.

4) Dikenal dengan BaikTopik yang dipilih hendaklah merupakan topik yang

tidak asing bagi penulis. Hal ini menyangkut penguasaan terhadap topik yang akan ditulisnya. Dengan dikenalnya topik itu oleh penulis, diharapkan penulis mengetahui segala sesuatu tentang topik itu.5) Ketersediaan Bahan

Ketersediaan bahan ini harus diperhatikan mengingat bahan merupakan hal yang penting dalam menulis. Ketersediaan bahan memungkinkan penulis mengembangkan topik itu ke dalam tulisan secara luas dan dalam. Sebaliknya, jika topik itu tidak didukung oleh ketersediaan bahan, penulis akan mengalami kesulitan dalam mengembangkannya. 6) Tidak Terlalu Luas dan/atau Terlalu Sempit

Topik yang terlalu luas akan menyulitkan penulis. Konsekwensinya penulis harus memiliki pengetahuan yang sebanyak-banyaknya tentang topik itu. Jika tidak, tulisannya menjadi tidak dalam dan luas sehingga membosankan pembaca. Sebaliknya, topik yang terlalu sempit juga harus dihindari karena penulis akan membahas topik itu secara berulang-ulang sehingga pembaca juga akan mengalami kebosanan.

74

3. Cara Membatasi Topik

1) Menggunakan Diagram Jarum JamDiagram ini disebut diagram jarum jam karena

bentuk pembatasannya menyerupai jarum jam. Cara ini dilakukan dengan menempatkan topik yang masih luas sebagai pusatnya. Di sekelilingnya ditempatkan topik-topik yang merupakan pembatasan topik itu ditinjau dari berbagai sudut.

Diagram Jarum Jam

75

Laut sebagai sumber energi masa depan

Kekayaan di lautan

Laut sebagai lapangan kerja

Kehidupan dalam laut

LAUT Laut Atlantik

Kandungan kimia air laut

Peranan laut dalam

hubungan antarbangsa

Ilmu kelautan

Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram jarum jam itu, Anda dapat melihat delapan topik yang lebih terbatas tentang laut. Bila Anda merasa subtopiknya masih terlalu luas, Anda pun dapat membatasinya lagi. Dengan demikian topik terasa lebih spesifik dan mudah dibahas secara luas dan mendalam.

2) Menggunakan Diagram PohonMembatasi topik dengan diagram pohon dapat

dilakukan dengan menggambarkannya sebagai cabang-cabang dan ranting-ranting pohon yang terbalik seperti contoh berikut.

Diagram Pohon

Lautan

Laut sebagai sumber energi

Lautan sebagai lapangan kerja yang potensial

Kekayaan di lautan

faunaflora

ikanudang

Kerang mutiara

Pembudiyaannya

mineral

76

mineral

Pemasarannya

Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram pohon itu, Anda memperoleh topik yang lebih spesifik dari topik ”lautan”, yaitu (1) ”pembudidayaan kerang mutiara” dan (2) ”pemasaran kerang mutiara” yang lebih mudah dikembangkan dalam bentuk tulisan yang luas dan dalam kajiannya.

3) Mengunakan Diagram Piramida TerbalikCara membatasi topik dengan cara ini hampir sama

dengan menggunakan diagram pohon karena topik dapat dibatasi tahap demi tahap sehingga terbentuk topik yang lebih spesifik.

77

Piramida Terbalik

laut

Lautan Indonesia

Kekayaan laut Indonesia

fauna

kerang

Pembudidayaan kerang mutiara

di Maluku Selatan

Dari contoh pembatasan topik dengan menggunakan diagram piramida terbalik di atas, Anda memperoleh sebuah topik yang lebih kecil dan lebih spesifik, yaitu “pembudidayaan kerang mutiara di Maluku Selatan”.

4. Hubungan Topik dan JudulKetika Anda menggunakan topik yang telah Anda

tentukan ke dalam tulisan, Anda perlu membri judul tulisan Anda itu. Judul tentu saja tidak sama dengan topik. Judul merupakan nama, titel, atau label bagi sebuah tulisan atau karangan, sedangkan topik merupakan pokok pembicaraan dalam keseluruhan tulisan yang akan digarap. Judul sebuah tulisan mungkin sama dengan tetapi kadang-karang tidak selalu sama. Pada tulisan/karangan nonfiksi boleh saja judulnya sama dengan topik, seperti topik “pembudidayaan kerang mutiara di Maluku Selatan” judul tulisannya sama, yaitu “Pembudidayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan”. Pada karangan-karangan/tulisan fiksi, judul tidak harus sama dengan topiknya. Misalnya, novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli, topiknya tidak hanya tentang kehidupan seorang gadis bernama Siti Nurbaya, tetapi tentang cinta yang tidak sampai karena pengaruh adat.

78

Pada tulisan ilmiah judul harus menunjukkan topiknya. Sebuah judul tulisan yang baik harus memperhatikan persyaratan berikut.1) Judul harus sesuai dengan topik atau isi karangan beserta

jangkauannya.2) Judul harus dinyatakan dalam bentuk frasa (benda)

bukan dalam bentuk kalimat.Contoh: “Pembudidayaan Kerang Mutiara di Maluku Selatan”. (frasa).“Kerang Mutiara di Maluku Selatan Perlu Dibudidayakan” (kalimat).

3) Judul harus diusahakan sesingkat mungkin.4) Judul harus dinyatakan secara jelas, dalam arti judul itu

tidak dinyatakan dalam bahasa kias dan tidak menggunakan kata-kata yang mempunyai tafsiran ganda.

5) Judul dapat dibuat setelah tulisan selesai.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsyad, dan Sakura H.Ridwan. 1988. Pembinaan Kemampuan MenulisBahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998.

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yangDisempurnakan. Jakarta: Depdikbud.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi: Sebuah Pengantra Kemahiran Berbahasa. Ende: Nusa Indah.

Suparno, Muhammad Yunus. 2002. KeterampilanDasar Menulis. Jakarta: Pusat PenerbitanUniversitasTerbuka.

79

TUGAS DAN LATIHAN1. Apa saja yang harus Anda perhatikan jika Anda mencari

topik untuk tulisan Anda.2. Tentukanlah sebuah topik yang sesuai dengan bidang

ilmu Anda, lalu batasilah topik itu dengan menggunakan salah satu diagram yang dapat digunakan untuk membatasi topik.

3. Buatlah judul tulisan untuk topik yang telah Anda tentukan dan batasi itu.

80

LEMBAR JAWABAN Nama :NIM :Jurusan/Prodi:

1. Hal yang harus diperhatikan ketika menentukan topik tulisan adalah sebagai berikut.

81

2. Topik yang ditentukan:

3. Diagram yang digunakan untuk

membatasi topik adalah diagram:

4. Pembatasan topik berupa diagram:

5. Judul tulisan yang tepat untuk mengembangkan topik yang dipilih itu:

6. KERANGKA KARANGAN DAN PENGEMBANGANNYA

KOMPETENSI DASARMahasiswa dapat membuat mengembangkan karangan ilmiah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

INDIKATORMahasiswa dapat membuat dan mengembangkan kerangka karangan ilmiah dengan benar.

MATERI

1. Kerangka KaranganKerangka karangan (out line) adalah kerangka tulisan

yang menggambarkan bagian-bagian atau butir-butir isi karangan dalam tataan yang sistematis. Tataan yang sistematis ini menggambarkan organisasi isi karangan. Gambaran isi yang demikian itu menampakkan butir-butir isi karangan dalam hubungannya dengan butir-butir yang lain. Dalam kerangka karangan itu akan tampak butir-butir isi karangan yang menggambarkan (1) sub-subtopik karangan

82

baik dari segi jumlah maupun dari segi jenisnya, (2) urutan sub-subtopik isi karangan, (3) hubungan antarsubtopik dalam karangan: hubungan logis atau kronologis, dan hubungan setara atau hubungan bertingkat.

Topik dan sub-subtopik yang akan ditulis perlu ditata dengan baik agar sub-sub topik lengkap, urutan yang sesuai, dan terlihat hubungan antarsubtopik. Penataan sub-subtopik ini dapat dilakukan dengan pemetaan pikiran. Buzan (2003:31) mengemukakan pemanfaatan pemetaan pikiran (mind- map) dalam menulis dapat memunculkan kreativitas tanpa batas. Hal ini diperkuat oleh Hernowo (2003:141) ” Pemetaan-pikiran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan gagasan sebelum mulai menulis. Pemetaan-pikiran bisa dikatakan jaminan hilangnya rintangan yang dihadapi penulis.

Bagian yang paling sulit dalam menulis adalah mengetahui apa yang akan Anda tulis yaitu apa temanya dan bagaimana cara memulainya. Dengan menggunakan pemetaan pikiran akan memudahkan untuk menemukan apa yang akan ditulis. Dengan kata lain, pemetaan-pikiran akan membantu Anda menemukan pikiran (topik-topik atau sub-subtopik yang akan ditulis).

Buzan (2003:38—39) mengemukakan pemetaan-pikiran (mind-map) dapat dilakukan dengan sederhana, mudah dan menyenangkan. Langkah-langkah kreatif dapat dilakukan sebagai berikut.1) Mulailah di tengah-tengah sebuah kertas kosong dengan

sisi terpanjangnya diletakkan mendatar.2) Pilihlah sebuah gambar sebagai gagasan sentral.3) Gunakan warna selama proses ini.4) Hubungkan cabang-cabang utama dengan gambar sentral

dan hubungkan anak cabang kedua dan ketiga dengan anak cabang pertama dan kedua, dan seterusnya.

5) Buatlah cabang yang melengkung, bukan garis lurus.6) Gunakan satu kata untuk setiap cabang.7) Gunakan gambar di seluruh proses tersebut.

83

Lengkapilah gambar mind-map di bawah ini sesuai dengan langkah-langkah yang dikemukakan Buzan di atas.

2. Kegunaan Kerangka KaranganPenyusunan kerangka karangan sangat dianjurkan

karena akan menghindarkan penulis dari kesalahan-kesalahan yan tidak perlu terjadi. Secara rinci kegunaan kerangka karangan dikemukakan oleh Suparno dan Yunus (2002:3.8) sebagai berikut.1) Kerangka karangan memungkinkan Anda dapat

mengarang secara terarah karena isi karangan sebenarnya mengambarkan arah sebuah karangan. Arah yang jelas itu akan tampak pada bab-bab karangan, sub-subbab karangan beserta isi karangan yang perlu dituliskan, urutan sub-subbab karangan, dan hubungan antarisi karangan. Akhadiah (1989:25) menegaskan bahwa kerangka karangan dapat membantu penulis menyusun karangan secara teratur dan tidak membahas satu gagasan dua kali dan mencegah penulis keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik atau judul.

2) Kerangka karangan memungkinkan Anda dapat memasukkan dan menempatkan materi tulisan yang baru Anda temukan dalam bab atau subbab tertentu, bahkan dalam bab atau subbab yang baru. Dengan demikian, penulis dapat memperluas isi tulisan jika diperlukan untuk memperjelas isi tulisan.

84

IBU

3) Kerangka karangan memungkinkan Anda dapat bekerja lebih feksibel dari segi penyelesaian bagian karangan. Karangan tidak harus dimulai dari bagian awal. Anda dapat memulainya dari bagian tengah, bahkan dari bagian belakang. Anda juga dapat menulis bagian tertentu tidak sampai tuntas karena terkendala materi misalnya. Bahkan karena hanya ingin melakukan variasi berpikir dalam proses mengarang, antara lain karena kejenuhan, Anda dapat menuliskan karangan dengan variasi pindah ke bagian karangan lain. Dengan teknologi komputer, fleksibelitas kerja dapat Anda lakukan dengan mudah dan tanpa resiko dalam penataan isi karangan.

4) Kerangka karangan akan memperlihatkan kepada penulis bahan-bahan atau materi yang diperlukan dalam pembahasan isi karangan (Akhadiah, 1989:26).

5) Kerangka karangan yang berfungsi sebagai miniatur atau prototipe tulisan akan memudahkan pembaca melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum sebuah tulisan. Kerangka karangan akan menjadi daftar isi karya ilmiah yang Anda buat (Utorodewo, dkk. 2004:71).

3. Syarat-syarat Kerangka KaranganAda empat syarat kerangka karangan yaitu (1)

tema/tesis harus jelas, (2)tiap unit mengandung satu gagasan, (3) topik-topik disusun secara logis, (4) sistem penomoran konsisten. Penjelasan yang lebih rinci diuraikan sebagai berikut.1) Tema/tesis harus dirumuskan dengan jelas karena

rumusan yang jelas membantu penulis mengungkapkan gagasan dengan mudah dan lancar.

2) Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan yang akan diuraikan secara tuntas. Rangkaian antara gagasan sentral dan gagasan bawahan tersusun dengan baik. Gagasan bawahan harus mengandung dukungan dan alasan bagi gagasan

85

sentralnya. Dengan demikian, fakta yang terhimpun dapat menjelaskan dengan baik gejala/topik yang ditulis.

3) Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis. Hanya dengan penyusunan yang logis, Anda dapat mencapai tujuan dengan baik. Rangkaian sebab-akibat harus tersusun dengan baik agar pembaca mudah menarik kesimpulan.

4) Setiap topik, sub-subtopik harus menggunakan penomoran yang konsisten, misal I, A, 1, a dan seterusnya.

4. Bentuk Kerangka KaranganBentuk kerangka karangan dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu (1) kerangka karangan kalimat dan (2) kerangka karangan topik. Menurut Suparno dan Yunus (2002:3.8) dua bentuk kerangka karangan ini dibedakan berdasarkan redaksi kerangka karangan tersebut. Kerangka karangan kalimat yaitu kerangka karangan yang mengunakan kalimat lengkap untuk merumuskan setiap topik, subtopik maupun sub-subtopik. Sebaliknya, kerangka karangan topik adalah kerangka karangan yang diredaksikan dengan kata atau frasa. Setiap bagian karangan diungkapkan dengan kata atau frasa. Pada umumnya, kata atau frasa yang digunakan dalam kerangka karangan topik adalah kata benda (nomina) atau frasa benda (frasa nominal).

1) Contoh Krangka Karangan KalimatJudul Karangan : Pupuk AlamKerangka Kalimat :

1) Pupuk Alam dapat dikategorikan menjadi dua macam yaitu pupuk kandang dan pupuk buatan. 2) Pupuk alam memiliki keuntungan-keuntungan.

3) Pupuk alam lebih murah daripada pupuk buatan. 4) Pupuk alam tidak merusak daya kesuburan tanah.

86

5) Pupuk alam tidak mematikan organisme di lahan.6) Pupuk kandang berguna untuk menghamorniskan sistem ekologi.

2) Contoh Krangka Karangan TopikJudul Karangan: Budaya Baca dalam Masyarakat ModernKerangka Topik:

1) Pembinaan Minat Baca2) Peran Lingkungan terhadapBudaya Baca3) Tipe-tipe Membaca4) Penerapan Strategi Membaca5) Pentingnya Pengembangan Budaya Baca

Pada umumnya, penulis menggunakan bentuk kerangka topik karena dua pertimbangan. Pertama, kerangka topik lebih sederhana karena rumusannya lebih singkat. Kedua, karena kesederhanaannya itu, kerangka topik lebih mudah dibuat daripada kerangka kalimat. Namun, seorang penulis dapat memilih bentuk yang dianggap mudah.

Kerangka karangan harus sudah menunjukkan sistematika karangan yang akan diwujudkan. Dalam kerangka karangan yang demikian, urutan karangan secara berjenjang akan tampak pula. Sebagai contoh, kerangka karangan topik berikut menunjukkan jenjang sistematika tataan isi karangan dengan menambah bagian-bagian yang memperjelas topik-topik yang akan ditulis.

Judul Karangan : Poses MengarangKerangka Topik:

1. Kegiatan Prapenulisan1.1 Penentuan Topik Karangan1.2 Penentuan Tujuan Karangan1.3 Penyusunan Kerangka Karangan2. Kegiatan Penulisan2.1 Penulisan Draf Bagian Karangan2.2 Penulisan Draf Karangan Utuh

87

3. Kegiatan Pascapenulisan3.1 Kegiatan Pemeriksaan Kesalahan Draf Karangan3.2 Revisi Draf Karangan3.3 Penyuntingan Draf Karangan3.4 Penulisan Karangan Utuh

Dengan menggunakan kerangka karangan yang mengacu pada uraian di atas, penulis akan terbantu dalam mengembangkan kerangka karangan.

LEMBAR JAWABANNama :NIM :Jurusan/Prodi:

1. Gambarlah peta-pikiran tentang topik yang Anda pikirkan dalam kotak ini!

88

2. Buatlah kerangka karangan berupa kerangka topik atau kerangka kalimat berdasarkan gambar di atas!

89

5. Pengembangan Kerangka KaranganKerangka karangan yang sudah dibuat baik dalam

bentuk kerangka topik maupun kerangka kalimat dapat dikembangkan dalam bentuk paragraf-paragraf. Bagaimana mengembangkan topik dalam bentuk paragraf-paragraf, Anda dapat menggunakan materi yang sudah dibahas pada bagian a kerangka karangan

Pengembangan kerangka karangan ilmiah dapat dibagi menjadi dua yaitu pengembangan kerangka karangan secara alamiah dan pengembangan kerangka karangan secara logis (Utorodewo dkk., 2004:75).

6. Pengembangan Kerangka Secara AlamiahPengembangan kerangka karangan secara alamiah

adalah pengurutan pokok pikiran sesuai dengan kenyataan/apa adanya seperti yang bisa diamati dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, pengembangan kerangka karangan dapat dilakukan dengan cara (1) pengembangan spasial atau ruang yaitu pengembangan kerangka tulisan yang berkaitan dengan lokasi kejadian. Sifat uraiannya lebih deskriptif, (2) pengembangan kronologis atau waktu adalah pengembangan kerangka tulisan berdasarkan urutan kejadian suatu peristiwa atau tahap kejadian, (3) pengembangan berdasarkan topik yang ada yaitu pengembangan kerangka

90

tulisan berdasarkan hal-hal yang sudah diketahui bagian-bagiannya dan dijelaskan secara berturut-turut dan logis (Utorodewo dkk., 2004:75).

7. Pengembangan Kerangka Secara LogisPengembangan kerangka karangan secara logis

adalah pengurutan pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan penalaran dan berdasarkan kepentingan tujuan penulisan. Pengembangan kerangka karangan secara logis dapat dilakukan dengan cara pengembangan klimak-antiklimaks, pengembangan umum-khusus-khusus-umum, pengembangan perbandingan dan pertentangan, pengembangan sebab-akibat dan lain-lain.

8. Contoh Pengembangan Topik Kerangka Karangan

Topik: Perekonomian Sektor InformalAwal tahun 1970-an, kota-kota di dunia ketiga

ditandai dengan tumbuhnya kegiatan ekonomi sektor informal yang fenomenal. Kegiatan ekonomi itu muncul dari inisiatif masyarakat sendiri sebagai respon terhadap sistem ekonomi yang cenderung birokratis.

Dalam hal ini, era negara maju dominan dalam mengontrol dan mendinamisasikan kehidupan ekonomi. Dengan demikian, kelompok masyarakat yang dapat masuk dan memperbesar skala kegiatan ekonomi adalah mereka yang mampu membangun atau telah memiliki relasi dengan birokrasi.

Sebaliknya, kelompok masyarakat, yang tidak dapat membangun hubungan dengan birokrasi, merespon dinamika ekonomi dengan cara mereka sendiri, yakni dengan ‘menciptakan’ kegiatan ekonomi yang bergerak di luar jalur pengakuan resmi birokrasi negara. Dengan kata lain, kegiatan sektor informal ini merupakan strategi dari sebagian warga negara untuk mengisi peluang yang masih tersisa dari pertumbuhan ekonomi yang dimotori negara itu.

91

Melihat kenyataan ini, tidak keliru bila sektor informal ini diletakkan sebagai kegiatan ekonomi pinggiran. Mengapa demikian? Karena meskipun lapangan pekerjaan itu digeluti oleh banyak orang, ia merupakan usaha kecil-kecilan yang didukung oleh individu-individu yang memiliki tingkat pendidikan, keahlian dan keterampilan yang rendah serta modal usaha kecil.

Apabila dikomparasikan denan kegiatan ekonomi sektor formal dari segi skala usaha, maka jumlah produksi, jangkauan pasar, dan pemasukan pajak untuk pemerintah memang tidak sebanding. Namun bila dilihat dari segi jumlah tenaga kerja yang diserap, kegiatan ekonomi ini ternyata menyerap tenaga kerja yang lebih banyak dan dapat memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan subsistem ekonomi rumah tangga bagi mereka yang menggelutinya.

Selain itu, sektor informal ini memiliki kaitan dengan kegiatan ekonomi sektor formal. Untuk pasar dalam negeri, hasil produksi sektor formal di samping dipasarkan di supermarket, departemen store, toko-toko besar lainnya, juga di pasarkan di sektor informal, meskipun mungkin dengan kualitas barang yang lebih rendah.

Kemunculan dan pertumbuhan sektor informal perlu dikorelasikan dengan migrasi desa-kota karena sektor pertanian di pedesaan telah terbatas dalam menyerap tenaga kerja akibat dari pertumbuhan penduduk yang tinggi, kemudian juga dibarengi oleh pembaruan pertanian dengan mekanisme teknologi yang mengurangi penyerapan tenaga kerja (labour displacing). Akibatnya sebagian penduduk pedesaan yang kehilangan lapangan pekerjaan terdorong (push factor) bermigrasi ke kota untuk mencari peluang berusaha dan bekerja.

Kegiatan ekonomi sektor informal ini timbul sebagai akibat dari transformasi ekonomi di pedesaan, ditambah dengan kegiatan ekonomi formal di kota yang juga tidak dapat menyerap tenaga kerja. Dengan kata lain, ia terbentuk

92

sebagai implikasi dan keterbatasan situasi dan kondisi ekonomi formal di pedesaan, sekaligus juga di perkotaan yang tidak dapat menampung tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga.

Arifin, E. Zainal. 1987. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Melton Putra.

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapres.

Buzan, Tony. 2003. Sepuluh Cara Jadi Orang Jenius Kreatif. Jakarta: PT Gramedia.

Depdikbud. 1995. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Depdikbud. 1997. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Hernowo (ed). 2003. Quantum Writing: Cara Cepat dan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis.Bandung: MLC.

Keraf, Goris. 1988. Komposisi. Ende, Flores: Nusa Indah.Sugono, D. 1994. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar.

Jakarta: Gramedia. Suparno dan M. Yunus. 2002. Ketrampilan Dasar Menulis.

Jakarta: UT.

93

Utoro Dewo, Felicia N., Lucy R. Montolu, dan L. Pamela Kawira. 2004. Bahasa Indonesia. Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah. Jakarta: UI

TUGAS DAN LATIHAN1. Carilah sebuah topik tulisan yang akan Anda

kembangkan menjadi tulisan ilmiah!2. Buatlah kerangka karangan berupa kerangka topik

atau kerangka kalimat berdasarkan topik yang sudah Anda temukan pada nomor 1!

3. Kembangkanlah kerangka karangan topik yang sudah Anda buat pada nomor 2 menjadi karangan utuh dan beri judul yang tepat.

LEMBAR JAWABANNama :NIM :Jurusan/Prodi :

1.Topik

2.Kerangka Karangan

94

Judul

Karangan Utuh

95

7. KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA

KOMPETENSI DASARMenulis kutipan langsung dan tak langsung serta menulis daftar pustaka.

INDIKATORSetelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat1) membuat kutipan langsung yang kurang dari 40 kata,2) membuat kutipan langsung yang lebih dari 40 kata,3) membuat kutipan tidak langsung kurang dari 40 kata, 4) membuat kutipan langsung yang lebih dari 40 kata, dan 5) menulis belbagai jenis daftar pustaka.

MATERI

1. Kutipan Kutipan adalah pengambilan bagian dari pernyataan,

buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil penelitian dari tulisan orang lain atau tulisan penulis sendiri yang telah terdokumentasi yang bertujuan untuk memberikan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan.

Kutipan terdiri atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah cuplikan tulisan

96

orang lain tanpa perubahan ke dalam karya tulis kita. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika mengutip langusng adalah sebagai berikut.1) Tidak boleh mengadakan perubahan terhadap teks asli

yang dikutip.2) Harus menggunakan tanda [ sic!] jika ada kesalahan

dalam teks asli.3) Menggunakan tiga titik berspasi […] jika ada bagian

dari kutipan yang dihilangkan.4) Mencantumkan sumber kutipan dengan sistem MLA,

APA, atau sistem yang berlaku di selingkung bidang.Selain itu, dalam mengutip perlu diperhatikan juga

butir-butir ini. Pengutipan atau perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhit dan tahun di antara tanda kurung. Jika ada dua penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama akhir kedua penulis tersebut. Jika penulisnya lebih dari dua, penulisan rujukan dilakukan dengan cara menulis nama pertama dari penulis tersebut diikuti dengan dkk. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama koran. Untuk karya terjemahan, perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya. Rujukan dari dua sumber atau lebih yang ditulis oleh penulis yang berbeda dicantumkan dalam satu tanda kurung dengan titik koma sebgaai tanda pemisahnya.

A. Kutipan Langsung Kutipan langsung pendek atau kurang dari 4 baris

atau ada yang mengatakan kurang dari 40 kata dilakukan dengan cara:

1) diintegrasikan dengan teks;2) diapit oleh tanda petik;3) diberi berjarak antarbaris yang sama dengan teks;4) disebut sumber kutipan.

Contoh:

97

Chaer dan Agustina (1995:15) mengatakan “bahasa adalah sebuah sistem, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dikaidahkan”.

“Bahasa adalah sebuah sistem, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dikaidahkan” (Chaer dan Agustina, 1995:15).

Kutipan langsung panjang (lebih dari 4 baris atau 40 kata) dilakukan dengan cara:

1) ditulis tanpa kutip,2) terpisah dari teks dengan spasi (jarak antarbaris)

lebih dari teks,3) diberi jarak rapat antarbaris dalam kutipan,4) disebut sumber kutipan, dan 5) boleh diapit tanda kutip, boleh juga tidak.

Contoh:Istilah dan cakupan etnografi komunikasi dikemukakan oleh Hymes (yang dikutip oleh Sumarsono dan Patana, 2004:311) berikut ini.

Istilah etnografi komunikasi itu sendiri menunjukkan cakupan kajiannya, yaitu etnografis landasannya dan komunikatif rentangannya dan jenis kerumitannya yang terkait. Dalam cakupan kajian, orang tidak dapat hanya secara terpisah mengambil hasil-hasil kajian dari linguistik, psikologi, sosiologi, etnologi dan menghubung-hubungkannya.

Jika kita ingin mengutip sebagian pernyataan dari

suatu teks atau ada sebagian kutipan yang dihilangkan, kata-kata yang dibuang itu dapat diganti dengan tiga titik. Contoh: “Bagi instrumen yang belum ada persediaaan di Lembaga Pengukuran dan penilaian, peneliti harus

98

menyususn sendiri, mulai dari merencanakan, … mencoba, merevisi” (Arikunto, 1989:134)

Apabila ada kalimat yang dibuang, kalimat yang dibuang diganti dengan empat titik. Contoh:“Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara mata, tangan, atau bagian tubuh lain …. Yang termasuk gerak manipulatif antara lain adalah menangkap bola, menendang bola, dan menggambar (Asim, 1995:315).

B. Kutipan Tidak LangsungKutipan tidak langsung adalah kutipan yang

dikemukakan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Untuk itu, pengutip harus memahami inti sari dari bagian yang dikutip secara tidak langung. Kutipan tidak langsung dapat dibuat secara pendek maupun panjang dengan cara:

1) diintegrasikan dengan teks,2) diberi jarak antarbaris yang sama dengan teks,3) tanpa diapit tanda petik, dan 4) dicantumkan sumber rujukan dengan sistem

MLA atau APA.Contoh:Eriyanto (2001:61) mengemukakan bahwa analisis paradigmatik kritis menitikberatkan penginterpretasian teks pada peneliti itu sendiri.

2. Daftar Pustaka Daftar pustaka diletakkan di bagian akhir sebuah

tulisan. Daftar pustaka merupakan rujukan penulis selama ia melakukan dan menyusun penelitian atau laporannya. Daftar pustaka berisi buku, makalah, artikel, atau bahan cetakan lainnya yang dikutip, baik secara lansung maupun tidak langsung.

Daftar pustaka berfungsi untuk 1) membantu pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis, 2) memberi informasi kepada pembaca untuk memperoleh pengetahuan

99

yang lebih lengkap dan mendalam daripada kutipan yang digunakan oleh penulis, dan 3) membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya.

Daftar pustaka dapat disusun dengan berbagai format. Ada format yang diuraikan dengan menggunakan MLA (The Modern Language Association) dan format APA (American Psychological Association). Akan tetapi, ada berbagai format daftar pustaka yang berlaku selingkung bidang ilmu. Misalnya, ada format daftar pustaka untuk bidang ilmu biologi, kedokteran, hukum, dan lain-lain. Dalam buku ini akan dibahas teknik penulisan daftar pustaka yang berlaku secara umum dalam penulisan karya ilmiah di Indonesia. Teknik penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut.1) Baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri,

baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3 ketukan ke dalam.

2) Jarak antarbaris adalah 1,5 spasi.3) Daftar pustaka diurut berdasarkan abjad huruf pertama

nama keluarga penulis. (Akan tetapi, cara mengurutkan daftar pustaka amat bergantung pada ilmu. Setiap bidang ilmu memiliki gaya selingkun).

4) Jika penulis yang sama menulis beberapakarya ilmiah yang dikutip, nama pneulis itu harus dicantumkan ulang.

Unsur yang harus dicantumkan dalam daftar pustaka:1) nama penulis ditulis dengan urutan nama akhir, nama

awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik, 2) tahun penerbitan, 3) judul, , termasuk anak judul (subjudul), 4) kota tempat penerbiatan, dan 5) nama penerbit.

Jika penulisnya lebih dari satu, cara penulisan namanya sama dengan penulis pertama. Nama penulis yang terdiri dari dua bagian ditulis dengan urutan: nama

100

akhir diikuti koma, nama awal (disingkat atau tidak disingkat, tetapi harus konsisten dalam satu karya ilmiah) diakhiri dengan titik. Apabila sumber yang dirujuk ditulis oleh tim ( lebih dari 3 penulis), semua nama penulisnya harus dicantumkan dalam rujukan .*

2.1 Rujukan dari Buku Tahun penerbitan setelah penulis, diakhiri dengan

titik. Judul buku ditulis dengan huruf miring dengan huruf besar pada awal setiap kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan nama penebit dipisahkan dengan titik dua (:).Contoh: Arikunto, S. 1989. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: BinaAksara. Jika ada dua atau tiga penulis, maka cara penulisannya sama dengan buku yang dirujuk oleh satu penulis. Contoh: Sumarsono & Partana, P. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta:

Bina Aksara.Akhadiah, S., Arsjad, M.G., & Ridwan, S.H. 1989.

Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga..

Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun penerbitan diikuti oleh lambang a, b, c, dan setersunya yang urutannya ditentukan secara kronolgis atau berdasarkan abjad judul bukunya. Contoh:. Cornet, L. & Weeks, K. 1985a. Career Ladder Plans:

Trends and Emerging Issues-1985. Atlanta: Career Ladder Clearinghouse.

Cornet, L. & Weeks, K. 1985b. Planning Career Ladders: Lesson from the States. Atlanta: Career Ladder Clearinghouse.

2.2 Rujukan dari Buku yang Berisi Kumpulan Artikel (Ada Editornya)

101

Seperti menulis rujukan dari buku ditambah tulisan (ed.) jika ada satu editor dan (Eds.) jika editornya lebih dari satu, di antara nama penulis dan tahun penerbitan. Contoh:Aminuddin (ed.) 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif

dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.

Letheridge, S. & Cannon, C.R. (Eds.) 1980. Bilingual Education: Teaching English as a Second Language. New York: Praeger.

2.3 Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada Editornya)

Nama penulis artikel di depan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul artikel ditulis tanpa cetak miring. Nama editor ditulis seperti menulis nama biasa, diberi keterangan (Ed.) bila hanya satu editor, dan (Eds.) bila lebih dari satu editot. Judul buku kumpulannya ditulis dengan huruf miring, dan nomor halamannya disebutkan dalam kurung. Contoh: Hartley, J.T. Harker, J.O. &Walsh, D.A. 1980. Contempory

Issues and New Direction in Adult Development of Learning and Memory. Dalam L.W. Poon (Ed.), Aging in the 1980s: Psychological Issues (hlm. 219—252). Washington, D,C.: American Psychological Association.

Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Dalam Aminuddin (Ed.), Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra (hlm. 12—25). Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.

2.4 Rujukan dari Artikel dalam Jurnal Nama penulis ditulis paling depan diikuti dengan tahun

dan judul artikel yang ditulis cetak biasa, dan huruf kapital pada setiap awal kata. Nama jurnal ditulis dengan cetak miring dan huruf awal dari setiap katanya dengan huruf esar kecuali kata hubung. Bagian akhir bertirut ditulis jurnal tahun ke berapa, nomor berapa (dalam kurung) dan nomor halaman dari artikel tersebut. Contoh:

102

Santosa, R. 2004. Peran Leksis dalam Analisis Teks. Linguistik Indonesia:Jurnal Ilmiah Masyarakat Linguistik Indonesia, 22 (1): 62—71.

2.5 Rujukan dari Arikel dalam Jurnal dari CD-ROMPenulisannya di daftar rujukan sama dengan rujukan

dari artikel dalam jurnal cetak ditambah dengan penyebutan CD-ROM-nya dalam kurung. Contoh: Krashen, S., Long, M. & Scarcella, R. 1979. Age. Rate and

Eventual Attainment in Second Language Acquisition. TESOL Quarterly, 13: 573—582 (CD-ROM: TESOL Qauterly-Digital, 1997)

2.6 Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran Nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal,

bulan, dan tahun (jika ada judul artikel ditulis cetak biasa, dan huruf besar pada setiap awal kata, kecuali kata hubung. Nama majalah atau koran ditulis huruf kecil kecuali huruf pertama setiap kata dan dicetak miring. Nomor halaman disebut bagian akhir. Contoh: Subadiyono & Indrawati, S. 2004. Persepsi Masyarakat

terhadap Kesantunan Berbahasa dalam Tindak Tutur Direktif. Masa: Bina Kampus Bina Umat, XI (17): 55—65.

Ferdiansyah. 2 Mei, 2008. Refleksi Pendidikan Tak Tuntas. Seputar Indonesia, hlm. 5.

2.7 Rujukan dari Koran Tanpa PenulisNama koran ditulis di bagian awal. Tanggal, bulan,

dan tahun ditulis setelah nama koran, kemudian judul ditulis dengan huruf kapital-kecil dicetak miring dan diikuti dengan nomor halaman. Contoh:Seputar Indonesia. 2 Mei, 2008. Gerakan Penghematan

Energi, hlm. 4.

2.8 Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang

103

Diterbitkan oleh Suatu Penerbit Tanpa Penulis dan Tanpa Lembaga

Judul atau nama dokumen ditulis di bagian awal dengan cetak miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit dan nama penerbit. Contoh:Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

2.9 Rujukan dari Lembaga yang Ditulis atas Nama Lembaga Tersebut

Nama lembaga penanggungjawab langsung ditulis paling depan, diikuti dengan tahun, judul karangan yang dicetak miring, nama tempat penerbitan, dan nama lembaga yang bertanggung jawab atas penerbitan karangan tersebut. Contoh:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978.

Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2.10 Rujukan Berupa Karya TerjemahanNama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun

penerbitan karya asli, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan. Apabila tahun penerbitan buku asli tidak dicantumkan ditulis dengan kata tanpa tahun. Contoh:Nunan, D. 1987. Mengembangkan Pemahaman Wacana:

Teori dan Praktik. Terjemahan Elly W. Silangen. 1992. Jakarta: PT Rebia Indah Prakasa.

2.11 Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau DisertasiNama penulis ditulis paling depan, diikuti tahun yang

tercantum pada sampul, judul skripsi, tesis atau disertasi ditulis dengan cetak miring diikuti dengan pernytaan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, nama kota tempat

104

perguruan tinggi, dan nama fakultas serta nama perguruan tinggi. Contoh:Ardianni, R. 2005. Keterbacaan Wacana dalam Buku Teks

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 2 Madrsah Tsanawiyah Negeri di Palembang. Skripsi tidak diterbitkan. Inderalaya: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya.

2.12 Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, atau Lokakarya

Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun, judul makalah ditulis dengan cetak miring, kemudian diikuti pernyataan ”Makalah disajikan dalam ...”, nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat penyelengaraan dan tanggal serta bulannya. Contoh: Indrawati, S. 2004. Pembelajaran Keterampilan Membaca

dan Berbicara: Merancang Strategi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2004. Makalah disajikan dalam Pelatihan Model-Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Berlandasakan Kurikulum 2004 bagi Guru-Guru SD dan SMP, Palembang, 8—9 Mei 2004.

2.13 Rujukan dari Internet berupa Karya Individual Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak,

diikuti secara berturut-turut oleh tahun, judul karya tersebut (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan alamt sumber rujukan tersebut disertai keterangan kapan diakses di antara tanda kurung. Contoh:Hitchcock, S. Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM

Online Jornals, 1990-195: The Calm before the Strom, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, diakses 12 Juni 1996).

105

2.14 Rujukan dari Internet berupa Bahan DiskusiNama penulis ditulis seperti rujukan bahan cetak,

diikuti secara berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi, nama bahan diskusi (dicetak miring) dengan diberi ketrangan dalam kurung (Online) dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung. Contoh:Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet

Sites. NETTRAIN Discussion List, (Online), ([email protected], diakses 22 November 1995).

2.15 Rujukan dari Internet berupa E-mail PribadiNama pengirim (jika ada) dan disertai keterangan

dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti secara berturut oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dicetak miring), nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirim). Contoh: Naga, Dali S. ([email protected]). 1 Oktober 1997. Artikel untuk

JIP. E-mail kepada Ali Saukah ([email protected]).

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, G. 1988. Komposisi. Ende, Flores: Nusa Indah.

Saukah, A. dkk. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, dan Laporan Penelitian. Malang: Penerbit UNM.

Utoro Dewo, F..N., Montolu, L.R., dan Kawira, L.P. 2004. Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah. Jakarta: UI.

Wijono, Hs. 2004. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian di PT. Jakarta: Grasindo.

106

LEMBAR JAWABAN 1Nama :NIM :Jurusan/Prodi :

TUGAS DAN LATIHAN A. Buatlah contoh masing-masing kutipan langsung dan

tidak langsung, baik yang kurang dari 4 baris (40 kata) maupun lebih dari 4 baris (40 kata)!

1. Kutipan langsung kurang dari 40 kata

2. Kutipan langsung lebih dari 40 kata

107

3. Kutipan tidak langsung kurang dari 40 kata

4. Kutipan tidak langsung lebih dari 40 kata

108

LEMBAR JAWABAN 2Nama :NIM :Jurusan/Prodi :

TUGAS DAN LATIHAN B.1. Buatlah sebuah tulisan yang di dalamnya terdapat

contoh kutipan langsung dan tidak langsung. Lalu buatlah pula daftar pustakanya dari buku atau sumber yang Saudara kutip itu! (minimal 4 referensi darai berbagai sumber, misal interent, buku, jurnal, koran).

2 Tulisan itu hendaklah sesuai dengan Fakultas/ Jurusan/Program Studi Saudara!

3. Tulisan itu minimal satu setengah halaman

109

110

8. TATA PERSURATAN

KONPETENSI DASARDengan mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep dan menerapkannya dalam menulis surat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

INDIKATORSetelah mempelajari bagian ini , mahasiswa diharapkan dapat:(1) memahami arti surat; (2) memahami berbagai jenis surat; (3) memahami bentuk surat; (4) memahami bagian-bagian surat dan fungsinya; (5) memahami bahasa surat; (6) menulis surat dengan benar dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar; (7) menulis surat lamaran kerja.

MATERI1. Arti dan Fungsi Surat

Surat adalah alat untuk menyampaikan suatu maksud secara tertulis kepada pihak lain. Maksud yang disampaikan melalui surat dapat berupa permintaan, pertanyaan, pertimbangan, lamaran, dan sebagainya. Pihak lain yang

111

dimaksud dapat diartikan atas nama perseorangan (pribadi) dan dapat pula atas nama jabatan dalam suatu organisasi.

Fungsi Surat adalah sebagai berikut: (1) wakil pribadi, kelompok, atau organisasi untuk berhubungan dengan pribadi, kelompok, dan organisasi lain; (2) dasar dan pedoman untuk bekerja, misalnya surat keputusan dan surat tugas; (3) bukti tertulis; (4) alat mengingat atau arsip; (5) dokumen historis.

2. Jenis-jenis Surat Sebagai alat komunikasi tulis, surat terdiri atas beraneka ragam, yakni sebagai berikut. 1 ) Surat menurut wujudnya, yaitu surat bersampul, kartu

pos, warkat pos, telegram dan teleks, memo dan nota, dan surat tanda bukti.

2) Surat menurut ruang lingkup kegiatannya adalah: a. surat intern, yaitu surat yang dipakai untuk hubungan

dalam lingkungan sendiri atau lingkungan suatu kantor; b. surat ekstern, yaitu surat yang dipakai untuk kegiatan-

kegiatan ke instansi/pihak-pihak di luar kantor.3) Surat menurut pemakaiannya, yaitu surat pribadi dan surat

resmi (dinas pemerintah dan swasta).4) Surat menurut sifatnya dibagi atas tiga golongan, yaitu

surat biasa, surat konfidensial (terbatas), dan surat rahasia. Perbedaan itu didsarkan pada segi keamanan isinya.

3 Bentuk SuratYang dimaksud dengan bentuk surat adalah pola

atau patron sebuah surat yang ditentukan oleh tataletak (layout) bagian-bagian surat. Penempatan bagian-bagian surat pada posisi tertentu akan membentuk model (style) yang tertentu pula

Bentuk surat dalam surat-menyurat Indonesia sangat beragam. Keberagaman itu sangat bergantung pada

112

hasil kesepakatan (konvensi). Kesepakatan yang diambil hendaknya mempertimbangkan teknis pengetikan dan penampilan surat secara keseluruhan. Oleh karena itu, bentuk surat yang ideal seyogianya didasarkan atas penalaran seni dan tata ruang sehingga tercipta kepaduan seni dan kebenaran ilmu.

Bentuk surat harus dibedakan dahulu antara surat berperihal dan surat berjudul. Yang dimaksud dengan surat berperihal adalah surat yang memakai notasi perihal dan tidak berjudul, sedangkan surat berjudul adalah surat yang memakai judul dan tidak berperihal.Jadi, perbedaan antara surat berperihal dan surat berjudul terletak pada sistem penulisan. Surat berperihal ditulis dengan menggunakan salah satu di antara tiga bentuk utama, yaitu1) bentuk resmi Indonesia (official style),2) bentuk lurus (block), dan 3) bentuk bertakuk (indented style).

Selanjutnya, pada halaman-halaman berikut ini dapat dilihat gambar bentuk surat berperihal dan gambar bentuk surat berjudul, masing-masing disertai uraian singkat tentang posisi bagian-bagian suratnya.

4. Bagian Surat, Fungsi, dan Cara Menuliskannya Setiap surat terdiri atas bagian-bagian. Dari gabungan bagian surat itulah terbentuk sebuah surat. Penempatan bagian-bagian surat pada posisi tertentu akan membentuk model (style) yang tertentu pula. Bagian-bagian surat resmi pada umumnya adalah: (1) kepala (kop); (2) nomor; (3) tanggal; (4) lampiran; (5) hal/perihal; (6) alamat tujuan; (7) salam pembuka; (8) isi; (9) salam penutup; (10) nama organisasi/unit organisasi yang mengeluarkan surat; (11) jabatan penanda tangan; (12) tanda tangan dan nama penanggung jawab; (13) tembusan; (14) inisial pengonsep dan pengetik; (15) sifat.

113

Beberapa instansi ada yang menambahkan sifat atau klasifikasi surat, umpamanya sifat biasa, segera, penting, atau rahasia dalam surat yang umumnya memakai bentuk resmi Indonesia. Notasi itu umumnya ditempatkan setelah nomor surat. Pada bagian akhir sebuah surat, sebelum inisial, dapat dicantumkan tambahan untuk menambahkan sesuatu yang mungkin terlupa.Tambahan itu dapat dituliskan dengan notasi catatan, N.B. (Nota Bene), atau P.S. (Post Scriptum). Khusus di dalam undangan, pada bagian akhir surat lazim dituliskan RSVP (Respondes si’l Vouz Plait). Misalnya, RSVP 4893095 berarti melalui telepon itu orang yang diundang dapat memberi respon apakah ia akan hadir atau tidak.

Setiap bagian surat mempunyai fungsi tertentu. Di bawah ini diuraikan fungsi masing-masing bagian, cara penempatan, dan teknik penulisannya.

1) Kepala (kop)Surat resmi umumnya ditulis pada kertas yang

memakai kepala surat. Biasanya kepala surat disusun dengan tata letak yang menarik, terutama kepala surat perusahaan.

Pada kepala surat dapat dicetak hal-hal yang merupakan identitas organisasi, yaitu: (1) nama organisasi atau lembaga; (2) alamat kantor pusat dan kantor cabang; (3) nomor telepon; (4) nomor faksimili; (5) nomor kotak pos atau tromol pos; (6) alamat kawat; (7) lambang (logo)

Khusus surat perusahaan, pada kepala suratnya juga sering dicantumkan macam usaha atau bidang kegiatan dan nama banker sebagai referensi.

Setelah menilik isinya dapat diketahui guna kepala surat adalah untuk 1) identitas organisasi, 2) mengetahui nama dan alamat kantor suatu organisasi. 3) memberi informasi atau keterangan tentang organisasi, dan 4) alat promosi (bagi perusahaan).

Harus diingat, kertas berkepala surat hanya dipakai untuk kepentingan organisasi. Kertas berkepala surat tidak

114

boleh dipakai untuk keperluan pribadi, kecuali kertas berkepala surat untuk tujuan promosi, misalnya kertas surat yang disediakan di kamar-kamar hotel yang besar. Perseorangan yang dalam keadaan tertentu menggunakan kertas berkepala surat resmi terlebih dahulu harus mencoret tulisan pada kepala surat tersebut sebagai petanda surat itu tidak mewakili organisasi.

2) NomorSetiap surat resmi terutama yang dikirim ke luar

lingkungan organisasi hendaknya diberi nomor dan kode tertentu. Nomor tersebut adalah nomor verbal. Guna nomor surat: (1) untuk mempermudah mencari surat itu kembali jika sewaktu-waktu dibutuhkan; (2) untuk mempermudah penunjukkan dalam surat-menyurat; (3) untuk mempermudah pengarsipan; (4) untuk mengetahui jumlah surat yang telah dibuat.

3) Tanggal Penulisan tanggal surat hendaklah ditulis dengan penuh, tidak boleh disingkat dan untuk penulisan bulan tidak boleh memakai angka, baik angka Arab maupun Romawi. Penulisa tanggal surat tidak perlu disertai kota tempat surat itu ditulis apabila surat itu ditulis pada kertas yang berkepala surat.

4) Lampiran Kata lampiran dapat disingkat Lamp: dan ditulis jika ada yang dilampirkan. Kata bilangan yang menyatakan jumlah yang dilampirkan itu ditulis dengan huruf awal kapital tampa diakhiri tanda baca. Contoh: Lampiran: Tiga lembar Lampiran: Satu berkas Lampiran: Satu bundel

5) Perihal atau Hal

115

Perihal atau hal adalah berfungsi sebagai petunjuk mengenai pokok isi surat. Perihal sama pengertiannya dengan judul pada karangan lain. Prihal atau hal dalam surat dinas biasanya ditulis setelah nomor dan lampiran surat.Contoh: Nomor : …………………………….. Lampiran: ……………………………. Perihal : Undangan lokakarya

6) Alamat Tujuan Petunjuk menulis alamat tujuan adalah sebagai berikut.

a) Dalam penulisan alamat tujuan, kata kepada dan sejenisnya tidak wajib ditulis asalkan alamat tujuan ditempatkan pada posisi yang tepat.

b) Ungkapan yang terhormat (disingkat yth.) juga tidak selalu dipakai dalam penulisan alamat tujuan. Ungkapan yth. dipakai:

(1) jika surat ditujukan kepada seseorang yang dihormati; jika seorang bawahan mengirim surat kepada atasannya; atau jika sebuah perusahaan mengirim surat kepada relasinya;

(2) jika surat ditujukan kepada seseorang dengan menuliskan nama jabatannya yang diikuti nama organisasi atau unit organisasi.

Contoh:I. Yth. Rektor Unsri

II. Yth. Kabag Personalia PT Adil Makmur III. Yth. Ketua Dharma Wanita Unit FKIP UnsriIV. Yth. Ibu Amalia Rakhman

Akan tetapi, jika surat ditujukan kepada organisasi, ungkapan yth. tidak dipakai; dan pada amplopnya langsung dituliskan nama organisasi beserta alamatnya. Contoh :

PT Aero Wisata Jln. Pemuda No. 53 Medan 15320

116

Sumatra Utarac) Pada akhir setiap baris, termasuk setelah baris terakhir

yang biasanya berisi nama kota, nama daerah, termasuk nama negara, tidak diberi tanda titik, kecuali bila ada singkatan.

d) Dalam penulisan alamat tujuan dapat dipakai singkatan yang lazim dengan mengindahkan ketentuan penulisan singkatan yang berlaku (lihat pedoman EYD).

e) Kode pos hanya ditulis pada alamat luar. Kode pos perlu dicantumkan untuk memudahkan petugas pos mengetahui wilayah/lokasi alamat yang dituju.

Agar lebih jelas, dibawah ini diberikan beberapa contoh penulisan alamat tujuan pada sampul surat.

a. Kepada perseoranganYth. Sdr. Wawan RuswantoJln. Persatuan No. 35Ciputat, Kebayoran LamaJakarta 12230

b. Kepada pejabat pemerintahYth. Rektor UTu.p. Kepala Pusat pengujianJalan Cabe Raya, Ciputat, Tanggerang 15418

c. Kepada organisasi/perusahaanBagian Pemasaran CV Sinar KemilauJln. Jend. Sudirman 10Ujung Pandang 14250Sulawesi Selatan

d. Kepada pimpinan organisasi/perusahaanYth. Direktur PT SentosaJln. Tunjungan No. 57Surabaya 17812

e. Kepada pemasang iklanYth. Pemasang IklanHarian Kompas (Kode: S-01)d.a Palmerah Selatan 86

117

Jakarta 11480f. Alamat yang memakai u.p. (untuk perhatian)

Yth. Direktur Perum Asteku.p. Bpk. Suratno, S.H.Jln. Letjen Suprapto 139Jakarta 10530

g. Kepada kotak pos (P.O. Box)Kotak Pos 247/JKSJakarta 12160

7) Salam PembukaSalam pembuka hanya dipakai dalam surat berita.

Gunanya agar surat tidak terasa kaku. Secara teoritis pemakaian salam pembuka sifatnya tidak wajib. Surat berita tanpa salam pembuka, sama sekali tidak salah. Namun, dalam praktik pemakaian kita menemukan fakta bahwa surat pribadi selalu memakai salam pembuka, surat niaga umumnya memakai salam pembuka, dan surat dinas pemerintah jarang memakai salam pembuka.

Khusus tentang pemakaian salam pembuka di dalam surat dinas pemerintah, ada orang yang berpendapat bahwa surat dinas pemerintah tidak boleh memakai salam pembuka. Pendapat yang demikian itu kiranya perlu diluruskan. Tidak ada ketentuan yang melarang penulis surat dinas pemerintah mencantumkan salam pembuka di dalam suratnya.Beberapa contoh salam pembuka pada surat resmi.(1) Dengan hormat,(2) Bapak (Pak)….. yang terhormat,(3) Ibu (Bu)…… yang terhormat,(4) Saudara……yang saya/kami hormati,(5) Salam sejahtera,(6) Assalamualaikum wr. wb.

8) Isi SuratDitinjau dari segi komposisi, isi surat yang paling

ideal adalah yang terdiri atas tiga alinea, yaitu alinea pembuka, alinea transisi, dan alinea penutup. Ketiga jenis

118

alinea tersebut akan menjalankan fungsi tertentu di dalam suatu karangan, termasuk di dalam surat. Memang isi surat dapat dibuat singkat, terdiri atas dua atau bahkan satu alinea. Akan tetapi, sebagai suatu karangan, surat yang demikian terasa kurang lengkap atau kurang ideal.(1) Alinea Pembuka

Alinea pembuka pada sebuah surat berfungsi sebagai pengantar bagi pembaca untuk segera mengetahui masalah pokok surat. Di dalam surat resmi, alinea pembuka harus telah mengandung masalah pokok surat. Setelah membaca alinea pembuka, pembaca surat hendaknya tidak lagi bertanya-tanya atau merasa heran akan surat yang diterimanya.Contoh alinea pembuka untuk memberitahukan, menanyakan, meminta, melaporkan dan menyampaikan sesuatu dapat dipergunakan bentuk-bentuk di bawah ini setelah disesuaikan dengan maksud suratnya. (1) Kami beri tahukan bahwa……(2) Dengan ini kami kabarkan bahwa…….(3) Dengan sangat menyesal kami beritahukan……..(4) Pada kesempatan ini kami bermaksud menanyakan……(5) Dengan ini kami menanyakan………(6) Kami mohon bantuan saudara untuk……..(7) Perkenankanlah kami melaporkan……..(8) Sebagai tindak lanjut pertemuan kita………(9) Sebagai realisasi perundingan kita……….(10) Bersama ini kami kirimkan daftar……..(11) Sesuai dengan pembicaraan kita minggu yang lalu…

Jika menjawab atau membalas surat dan menunjuk surat/iklan tertentu, untuk awal alinea pembukanya dapat dipergunakan bentuk-bentuk dibawah ini.(1) Untuk menjawab surat Saudara Nomor………….(2) Untuk membalas surat Saudara Nomor………….(3) Sehubungan dengan surat Saudara Nomor………(4) Berkenaan dengan surat Saudara Nomor………..(5) Untuk memenuhi Saudara melalui surat Nomor……….

119

(6) Menunjuk surat Anda Nomor……….(7) Setelah membaca iklan perusahaan Bapak dalam

harian………Sebagai lanjutan dari awal alinea pembuka yang

diperkenalkan di atas dapat dipakai beberapa pilihan anak kalimat yang sesuai dengan kasus dan konteks permasalahan. Kenyataan menunjukkan bahwa anak kalimat itu sering diawali dengan frase dengan ini atau bersama ini sebagai alternatif.Misalnya:i. Sebagai tindak lanjut pertemuan kita tanggal ……..

dengan ini/bersama ini….(harus dipilih salah satu frase).ii. Untuk menjawab surat Saudara Nomor…….dengan

ini/bersama ini….(harus dipilih salah satu frase).(2) Alinea Transisi

Yang dimaksud dengan alinea transisi adalah seluruh alinea yang terdapat antara alinea pembuka dan alinea penutup. Alinea transisi berisi uraian, keterangan, atau penjelasan tentang masalah pokok surat yang sudah terdapat dalam alinea pembuka. Alinea transisi sangat penting karena di dalamnya terdapat isi surat yang sesungguhnya berupa pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh pengirim surat. Oleh sebab itu, alinea transisi juga sering disebut alinea isi atau alinea pesan. Cara penulisan alinea transisiadalah sebagai berikut.

a) Dengan Cara RepetisiYang dimaksud dengan repetisi adalah pengulangan

sebagian unsur alinea sebelumnya untuk memulai alinea baru ( alinea transisi). Contoh: alinea awal (alinea pembuka):

Dengan ini kami kabarkan bahwa direktur kami sedang menderita sakit, dan kini beliau dirawat di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah.

alinea lanjutan (alinea transisi):

120

Karena direktur kami sakit, pertemuan yang semula dijadwalkan berlangsung tanggal ….. terpaksa ditunda.

b) Dengan Bantuan Frase TransisiFrase adalah kelompok kata dengan konstruksi

nonprediktif yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam membentuk kalimat atau alinea. Salah satu jenis frase yang cukup produktif pemakaiannya di dalam surat-menyurat adalah frase transisi, yaitu frase penghubung yang berfungsi untuk mempererat hubungan antaralinea. Dengan bantuan frase transisi, hubungan antar alinea akan terasa lebih padu. Di bawah ini diberikan sebagian contoh frase transisi.(1) Oleh sebab itu,…..(2) Sehubungan dengan itu,…….(3) Sehubungan dengan hal tersebut,……….(4) Akan tetapi,………….(5) Walaupun demikian,………..(6) Dalam pada itu,…………(7) Di samping itu,…………..(8) Selain itu,……………(9) Berkenaan dengan hal tersebut,………….(10) Berkaitan dengan hal di atas,………….

c) Dengan Bantuan Kata PenghubungKata-kata penghubung seperti meskipun,

berhubungan, tetapi, namun, sebaliknya, kemudian, selanjutnya, dan jadi, dapat dipakai untuk memulai alinea transisi, asal disesuaikan dengan fungsi masing –masing kata tersebut. Contoh:

alinea awal (alinea pembuka): Menurut catatan kami, ternyata Saudara belum melunasi faktur No. 357/A/90 tanggal 15 Oktober 2005 sebesar Rp975.000,00. Utang tersebut sebenarnya sudah harus Saudara bayar pada akhir

121

bulan Desember (jatuh tempo tanggal 28 Desember 2005).alinea lanjutan (alinea transisi):Meskipun keterlambatan itu mungkin tidak disengaja, tetapi untuk menjaga kelancaran perputaran uang kami, kami mengharap agar Saudara segera melunasi utang tersebut.

(3) Alinea PenutupAlinea penutup harus singkat dan tegas serta tidak

berisi basa-basi yang berlebihan. Alinea penutup harus selaras dengan misi surat. Bunyi alinea penutup untuk sebuah surat berita dengan sendirinya berbeda dari bunyi alinea penutup surat-surat nonberita. Di bawah ini disajikan beberapa contoh alinea penutup yang pemakaiannya dapat sesuai dengan isi dan sifat surat yang akan dibuat.(1) Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.(2) Atas bantuan dan perhatian Saudara, kami ucapkan

terima kasih.(3) Harapan kami semoga kerja sama yang telah kita bina

dapat ditingkatkan terus.(4) Mudah-mudahan bahan pertimbangan yang kami

kemukakan di atas bermanfaat bagi Saudara.(5) Kami menunggu kabar lebih lanjut, dan atas perhatian

Saudara, kami ucapkan terima kasih.(6) Kami harap hal ini mendapat perhatian Saudara

sepenuhnya, dan tak lupa kami ucapkan terima kasih.(7) Perhatian Saudara terhadap hal ini sangat kami hargai.(8) Agar instruksi ini dilaksanakan dengan penuh rasa

tanggun gjawab.

(9) Salam PenutupSeperti halnya salam pembuka, pemakaian salam

penutup di dalam surat sifatnya tidak wajib. Dalam praktik pemakaian, surat pribadi dan surat niaga selalu memakai

122

salam penutup, sedangkan surat dinas pemerintah jarang memakai salam penutup.Contoh:

(1) Hormat kami, Salam kami,(2) Salam hormat, Teriring salam,(3) Disertai salam, Salam takzim,(4) Wasalam,

Dalam surat niaga, setelah salam penutup masih sering dicantumkan nama organisasi yang mengeluarkan surat. Hal ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa surat yang dikirim mewakili organisasi, bukan mewakili pribadi. Namun, setelah ditimbang-timbang manfaatnya, terasa nama organisasi tidak perlu dicantumkan lagi karena telah terdapat pada kepala surat. Lain halnya bila surat menggunakan lebih dari satu lembar kertas. Lembar kedua, ketiga, dan seterusnya tidak lagi memakai kertas berkepala surat, cukup memakai kertas polos saja. Untuk itu, nama organisasi perlu dicantumkan lagi. Pencantuman itu memang bukan sesuatu yang wajib karena hal itu telah ada pada kepala surat.Contoh: Hormat kami Divisi Pemasaran,

Robby Tumewu Manajer Pemasaran

Di dalam surat dinas pemerintah, setelah isi surat langsung dicantumkan nama jabatan penanda tangan surat dan NIP. Kadang-kadang dicantumkan nama organisasi yang mengeluarkan surat. Hal ini terjadi karena dalam surat dinas pemerintah penggunaan kepala surat sangat banyak variasinya. Hampir setiap unit organisasi, bahkan proyek-proyek khusus, menggunakan kertas berkepala surat tersendiri. Contoh:

Kepala Biro Kepegawaian,

123

Dr. Andhika SaputraNIP 131694732

Jabatan penanda tangan sering pula dicantumkan di bawah nama orang. Contoh:

Yours Faithfully,

Rina RotinsuluSecretary to Mr. Brown

Cara seperti itulah yang dipakai dalam surat-surat niaga di Indonesia, terutama dalam penggunaan bentuk lurus.Contoh: Hormat kami PT Mawar Melati,

Dewi Sekar Taji Sekretaris Direksi

Dalam hal penulisan atas nama (a.n.) dan untuk beliau (u.b.) sebagai penanggung jawab surat diatur sebagai berikut.

a. Atas NamaCara ini dipakai bila pejabat utama melimpahkan kekuasaan kepada bawahannya untuk menandatangani surat atas nama pejabat utama. Pemberian kuasa harus sesuai dengan bidang tugas rutin pejabat yang diberi kuasa, kecuali untuk hal-hal yang bersifat khusus. Batas wewenang penandatanganan dan jenis-jenis surat yang boleh ditandatangani dengan atas nama, tentu harus diatur dengan jelas dalam ketentuan tersendiri. Atas dasar ketentuan tersebut, surat yang ditandatangani pejabat bawahan dengan mengatasnamakan atasannya tidak perlu lagi mendapat persetujuan atasan terlebih dahulu karena atas nama telah mengandung pengertian mewakili atasan, termasuk kekuasaan dan tanggung jawab untuk surat yang ditandatangani.Contoh:

124

a.n. Menteri Pendidikan Nasional Sekretaris Jenderal,

Dr. Bambang Dorajatun NIP 131694732

b. Untuk BeliauContoh: a.n. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kepala Biro Kepegawaian u.b. Kepala Bagian Mutasi Tenaga Edukatif,

Bagus Setiawan, S.H. NIP 130230670

10) Tembusan Sebuah surat mempunyai tembusan bila kopi surat dikirimkan kepada pihak ketiga yang ada sangkut-paut atau keterkaitannya dengan surat yang dikeluarkan. Dengan cara itu, orang yang dikirimi tembusan ikut mengetahui permasalahan surat, dan orang yang dikirimi surat juga mengetahui kepada siapa saja surat yang diterimanya itu ditembuskan. Tembusan ditempatkan disebelah kiri bawah kertas surat pada margin kiri, lurus ke atas dengan nomor surat (pada bentuk lurus) dan lurus ke atas dengan nomor, lampiran, prihal (pada bentuk resmi). Teknis penulisan tembusan ada dua macam:1) tembusan yang objeknya hanya satu, dituliskan sebaris

atau sejajar dengan notasinya. Contoh:

Tembusan: Kepala Biro Perencanaan

125

2) Tembusan yang obyeknya lebih dari satu, dituliskan berderet ke bawah, dan diberi nomor urut.

Contoh: Tembusan: 1. Kabag Kepegawayan2. Kabag Keuangan3. Kabag Rumah Tangga

Setiap instansi penulis surat dinas yang baik pasti menyimpan arsip surat yang dikeluarkannya. Oleh sebab itu, kata arsip tidak perlu ditulis lagi. Penambahan kata-kata sebagai laporan atau untuk diketahui tidak diperlukan karena sudah jelas. Contoh: tembusan yang salah: Tembusan:

1. Dekan (sebagai laporan) 2.Kabag Tata Usaha (untuk diketahui)3. Arsip

3. Bahasa Surat Surat berfungsi sebagai sesulih/pengganti diri dari orang yang menyurati untuk menyampaikan sesuatu kepada orang yang disurati/dikirimi surat. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan di dalam menulis surat seyogianya bahasa yang memiliki tingkat kesopanan yang tinggi dan halus. Sopan berarti santun sehingga pilihan kata dalam berbahasa tidak menyinggung perasaan orang lain. Selain itu, kesopanan berbahasa maksudnya adalah kesantunan dalam menggunakan laras atau ragam bahasa tertentu sebagai sarana komunikasi yang sesuai dengan adat serta ranah bahasa. Oleh sebab itu, penulis surat hendaknya menggunakan bahasa yang benar, yang sesuai dengan kaidah bahasa secara umum dan kaidah bahasa surat secara khusus. Sebagai suatu karangan, surat juga harus tunduk pada kaidah komposisi atau kaidah karang-mengarang pada umumnya.

4. Ciri-Ciri Bahasa Surat

126

1) Bahasa yang Jelas Agar informasi yang disampaikan dapat dipahami dengan tepat, bahasa yang dipakai harus jelas. Jelas tidak hanya berati mudah dimengeri, tetapi juga bebas dari kemungkinan salah tafsir. Bahasa yang jelas tidak taksa, tidak meragukan, tidak kabur sehingga dapat mengalihkan gagasan kepada pembaca tepat seperti yang dimaksud oleh penulis. Contoh bentuk salah a. Bersama ini kami beritahukan … b. Demikian agar maklum.Contoh bentuk benar a. Bersama ini kami kirimkan… b. Demikian agar Bapak maklumKata bersama ini pada (a) dipakai untuk menyatakan surat sebagai pengantar sesuatu yang disertakan bersama surat misalnya barang, dokumen dll. Pada (b) kehilangan subjek.

2) Bahasa yang Lugas Lugas dapat diartikan sederhana, bersahaja (simple), langsung pada permasalahan (strig to the poin), yaitu praktis, cekatan, dan cepat. Kata lugas jika diterapkan dalam kalimat berarti langsung menunjukkan persoalan yang pokok-pokok saja, tidak bertele-tele, dan tidak menimbulkan penapfsiran ganda. Contoh: Berlebihan Lugas adalah merupakan adalah merupakan agar supaya agar supaya demi untuk demi untuk disebabkan karena disebabkan

karena keputusan daripada rapat keputusan rapat membicarakan tentang membicarakan… sejak dari sejak

127

dari seperti misalnya seperti misalnya3) Bahasa yang Umum Yang dimaksud bahasa umum adalah bahasa ragam resmi. Kaidah bahasa resmi berlaku pula dalam surat-menyurat resmi. Hal itu tidak bisa ditawar lagi. Memang dalam surat-menyurat resmi dipakai kata-kata atau ungkapan yang khas, tetapi kata-kata dan ungkapan itu tetap berlaku umum karena dipakai bersama-sama oleh penulis surat. Oleh sebab itu, ragam bahasa surat tergolong ragam resmi khas surat-menyurat. Jika seseorang akan bergabung ke dalam situasi pemakaian ragam khas surat-menyurat, ia harus tunduk pada kaidah bahasa surat, yaitu kaidah yang disepakati oleh pemakai bahasa surat, termasuk pemakaian kata/ungkapan khas surat-menyurat. Berikut ini contoh kata-kata ungkapan yang dimaksud.

bersama ini nota bene (N.B.)dengan hormat salinandengan ini terlampirdengan alamat (d.a.) tembusanhal/perihal tertandahormat kami/hormat saya untuk perhatian (u.p.)lampiran untuk beliau (u.b.)

Kata-kata dan ungkapan di atas sudah mendominasi bahasa surat. Bentuk-bentuk tersebut telah menjadi kesepakatan (konvensi) di kalangan penulis surat. Para penulis surat harus mengikuti dengan jalan turut memakai ungkapan khas tersebut. Dalam pemilihan kata-kata, penulis surat perlu memperhatikan unsur kelaziman, jangan mencoba menentang arus kalau tidak mau menghadapi resiko, yaitu bahasa surat tidak komunikatif. Bahasa surat terasa asing, aneh, dan tidak umum. Perhatikan salah satu contoh kalimat penutup surat berikut ini.

128

Kami tunggu balasan Saudara selekasnya, dan untuk itu sebelumnya kami ucapkan terima kasih. Pemakaian kata selekasnya dan sebelumnya di dalam kalimat di atas tidak umum dan tidak lazim dipakai dalam konteks tersebut. Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut:a) Kami tunggu balasan Saudara secepatnya, dan untuk itu

kami ucapkan terima kasih.b) Kami tunggu balasan Saudara secepat mungkin, dan…c) Kami tunggu balasan Saudara segera, dan…

4) Kata yang Baku Yang dimaksud kata yang baku atau standar adalah kata yang dianggap paling benar ditinjau dari segi penulisan dan pengucapannya. Kata yang sudah dibakukan sepenuhnya menjadi kata bahasa Indonesia. Berikut ini daftar sebagian kata baku yang sering dipakai dalam surat-menyurat. Baku Tidak Baku Agustus Augustus a.n. (atas nama) a. n bertanda tangan bertandatangan berterima kasih berterimakasih CV C. V. Februari Pebruari d. a. d/a jadwal jadual Jumat Jum’at Kuitansi kwitansi

5) Ungkapan Tetap Ungkapan tetap (stam) atau dapat juga disebut ungkapan idiomatik adalah ungkapan yang unsurnya terdiri atas dua kata atau lebih yang berpola tetap. Susunannya baku dan permanen sehingga unsurnya tidak boleh dipertukarkan, ditambah, atau dikurangi. Contoh:

berbicara tentang sehubungan dengan,berdiskusi tentang sesuai dengan,

129

bergantung pada disebabkan olehbertalian dengan terjadi dari berpasangan dengan terdiri atasberkaitan dengan sejalan dengan,

6) Pemakaian Ejaan yang Disempurnakan Ketentuan pemakaian EYD terdapat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang meliputi (1) pemakaian huruf , (2) penulisan huruf kapital dan huruf miring, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca. Bahasa surat-menyurat harus tunduk pada kaidah EYD. 5. Surat Lamaran Kerja Surat lamaran kerja yaitu surat permohonan seseorang yang ditujukan kepada instansi untuk mendapatkan pekerjaan atau jabatan sesuai dengan kualifikasi pendidikan atau keterampilan yang dimiliki.1) Syarat Penyusunan Surat Lamaran Pekerjaan:

(1) Surat lamaran yang ditulis tangan harus ditulis oleh pelamar sendiri pada kertas yang berkualitas baik, tidak boleh timbal balik dan tidak harus pada kertas bergaris.

(2) Penampilan surat lamaran harus necis, bebas dari coretan atau koreksian.

(3) Isi surat lamaran harus menggambarkan sikap optimis bahwa pelamar akan mampu bekerja dengan baik

(4) Isi surat lamaran tidak boleh bernada memelas atau minta dikasihani.

(5) Sapaan yang dipergunakan:a. Bapak/Ibu, jika melamar pada instansi

pemerintah atau perusahaan swasta nasional.b. Tuan, jika melamar pada perusahaan swasta

asing.2) Riwayat Hidup dan Teknis Penulisannya

130

Riwayat hidup terdiri atas lima subjudul, yaitu data pribadi, pendidikan, pengalaman bekerja, keterangan lain, dan referensi pribadi (boleh dicantumkan, boleh juga tidak).3) Ada dua cara menyusun surat lamaran.

a. Surat lamaran dijadikan satu dengan daftar riwayat hidup.

b. Surat lamaran terpisah dengan daftar riwayat hidup.Contoh:

Jalan Ahmad Yani 12 Kompleks Bina MargaJakarta 13420 3 April 1994

Yth. Manajer Personalia PT AstraJalan Senarai Raya 16Jakarta Selatan

Hal: Lamaran kerja sebagai sekretaris

Dengan hormat,Dengan ini saya, Ayu Werawati, 20 tahun,

lulusan Lembaga Pendidikan Keterampilan Sekretaris YANTI tahun 2007 mengajukan lamaran pekerjaan sebagai sekretaris.

Saya mampu melaksanakan tugas-tugas kesekretarisan dengan baik, mengetik 200 HPM, computer (berbagai program), steno 75 KPM, serta akuntansi. Saya juga menguasai bahasa Inggris dan Mandarin baik lisan maupun tulisan.

Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan riwayat hidup, salinan sertifikat ketrampilan sekretaris, fotokopi KTP, dan dua lembar pasfoto terbaru.

Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih.

131

Hormat saya, Ayu Herawati

132

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zainal. 1996. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Edisi Revisi Ketiga, Cetakan V. Jakarta: Akademika Pressindo.

Arifin, Zainal dan Hadi, Farid. 1991. Aneka Surat Sekretaris dan Surat Bisnis. Jakarta: Akademika Pressindo.

Bratawijaya, Thomas wijasa. 1987. Petunjuk Baru

Korespondensi Niaga Bahasa Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita.

Finoza, Lahmudin dkk. 1991. Aneka Surat Sekretaris dan Surat Bisnis. Jakarta: Nina Dinamika.

TUGAS DAN LATIHAN1) Saudara diberi tugas untuk membuat surat kepada Dekan.

Surat itu berisi permohanan dana untuk mengadakan seminar dalam rangka peringatan Hardiknas. Saudara ditunjuk sebagai ketua pelaksana. Tugas Saudara sekarang: buatlah sebuah surat resmi sesuai dengan rambu-rambu yang telah dipelajari!

2) Buatlah surat lamaran kerja atas nama Saudara sendiri berdasarkan iklan di bawah ini dengan ketentuan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan modelnya bergabung dengan dafar riwayat hidup.

133

134

Lowongan KejaPerusahaan properti yang sedang berkembang butuh tenaga kerja:1. Tenaga sekretaris

Wanita usia min. 22 tahun Lulusan SMEA/SMA Jurusan Sosial Kursus Pembukuan Dasar I & II Dapat mengoprasikan Komputer (WS & Lotus). Diutamakan pengalaman kerja min 1 tahun

2. Sales Pria usia min. 23 tahun Lulusan SMA/STM. Pengalaman kerja min. 3-4 tahun (building Material)

3. Estimator Pria usia max. 25 tahun Lulusan D3 Komputer

(Manajemen Informatika) Menguasai Spreadsheed, Database, Windows. Dapat berbahasa Inggris min. pasif Pengalaman kerja min. 2 tahun.

Kirim lamaran berikut CV ke:

P.O. BOX 7318 JKS PM 12073 JKT

Paling lambat 10 hari setelah iklan ini.

135

LEMBAR JAWABAN 1 Nama :

NIM :Jurusan/Prodi :

1) Surat Permohonan Dana ke Dekan

136

137

LEMBAR JAWABAN 2 Nama :

NIM :Jurusan/Prodi :

2) Surat Lamaran Kerja

138

9 . M E M B A C A K R I T I S D A N M E N U L I S ESAI

KOMPETENSI DASAR

Mahasiswa dapat membuat tulisan esai untuk menunjang proses perkuliahannya.

INDIKATOR

Setelah membaca tulisan ini diharapkan mahasiswa dapat (1) membaca kritis (2) membuat tulisan esai naratif, dan (3) mengomentari tulisan temannya.

MATERI

1. PANDUAN MEMBACA KRITIS

Setelah memilih dan memilah teks esai untuk keutuhan membaca kritis, perhatikanlah langkah-langkah/panduan membaca kritis (Alwasilah, 2007) berikut ini.

Bacalah wacana esai dengan seksama. Untuk memudahkan mahasiswa, ikutilah langkah-langkah berikut (tahap-tahap ini disebut tahap prapenulisan).

(1) Bacalah dengan cepat dan cermat seluruh isi tulisan untuk mendapatkan gambaran ide secara keseluruhan.

(2) Baca sekali lagi dengan lebih seksama.

(3) Gunakan stabilo, pulpen, atau pensil untuk menandai hal-hal yang menarik, meragukan, mengagetkan, atau yang membuat penasaran.

139

(4) Berikan tanda, seperti garis bawah, lingkaran, tanda tertentui, atau bahkan komentar pada margin kiri atau kanan, atau pada spasi yang ada.

(5) Komentar dapat berupa pujian, hardikan, decak kagum, koreksi, elaborasi, atau “No comment” saja.

(6) Pada bagian akhir tulisan itu dapat dituliskan komentar sekehendaknya sebagai refleksi dan reaksi pribadi.

(7) Semua ini adalah bagian dari proses membaca kritis sekaligus merupakan strategi membaca yang tepat.

2. PANDUAN MENULIS ESAI NARATIF

Setelah membaca kritis, mahasiswa diharapkan mendapat gambaran tentang tulisan esai. Untuk memantapkan hal itu, mereka bebas melakukan tanya jawab (interaksi), baik kepada teman sekelasnya maupun kepada dosen pengampu. Setelah itu, mereka diberikan panduan menulis esai sebagai berikut (tahap-tahap ini disebut tahap penulisan/writing).

(1) Lihatlah album foto diri (mahasiswa) dan/atau foto keluarga untuk memperolah gagasan.

(2) Berbicaralah pada kakek, nenek, dan atau orang tua atau siapa saja yang ada di foto itu

(3) Lengkapilah beberapa ungkapan seperti, “Saya ingat .....”

(4) Buatlah gambar jalan raya dari A sampai Z yang membentangkan kisah hidup. Tandailah kejadian-

140

kejadian yang sangat penting atau yang paling mengesankan dalam hidup.

(5) Gunakan buku harian atau catatan harian untuk lebih memudahkan bercerita.

(6) Kumpulkan bahan-bahan untuk setiap kategori fase kehidupan, misalnya kejadian di masa kecil, masa TK, masa SD, masa SMP, masa SMA, masa kuliah S1, dan sebagainya.

(7) Yang paling penting dalam membuat esai naratif adalah penyajian detil-detil cerita untuk menjawab 5 W (Who, What, When, Where, dan Why) yang berisi ihwal pengalaman dan kejadian.

3. PANDUAN MENGOMENTARI TULISAN TEMAN

Berikut ini adalah langkah-langkah kolaborasi untuk menilai tulisan esai yang telah dibuat teman sekelas. Bagian ini adalah tahap editing.

(1) Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 3—4 orang.

(2) Upayakan ada jarak yang cukup supaya masing-masing kelompok tidak saling mengganggu.

(3) Masing-masing anggota membaca karangan orang lain di dalam kelompoknya.

(4) Sewaktu membaca perhatikan mekanik tulisan. Tandai “dosa-dosa kecil” menggunakan tinta warna-warni agar tampak variatif. Perhatikan hal-hal berikut.

a. Apakah karangan diberi nomor halaman

b. Apakah karangan diberi tanggal.

141

c. Apakah karangan distrepler rapi sehingga tidak mudah tercecer.

d. Apakah judul dan subjudul tidak diberi titik

e. Penulisan nama orang tidak diberi gelar akademis dan hanya nama belakangnya saja.

f. Judul artikel dari koran diberi tanda petik.

g. Nama koran dan nama buku ditulis dengan huruf miring.

h. Semua tanda baca harus menempel pada kata, tidak boleh ada spasi lebih.

i. Setelah koma, titik koma, dan titik dua diberi satu ketukan spasi agar ada jarak yang wajar antara dua kata. Hal ini tidak berlaku pada tanda pisah.

j. Setelah titik, tanda tanya, dan tanda seru diberi dua ketukan spasi agar ada jarak yang wajar antara dua kalimat. Akan tetapi, setelah tanda kurung buka dan sebelum kurung tutup tidak ada spasi ekstra.

k. Tidak boleh ada salah eja/salah ketik.

l. Pemotongan kata pada akhir baris harus sesuai dengan silabifikasi dan tidak ada spasi ekstra sebelum atau sesudah tanda pemisah suku kata

m. Semua istilah asing harus dicetak miring.

n. Angka dari nol sampai sembilan harus ditulis dengan huruf, bukan angka. Angka sepuluh dan seterusnya ditulis dengan angka.

o. Penulisan bibliografi harus baku: alfabetis, dimulai dari nama belakang, tanpa gelar,

142

tahun penerbitan, judul buku dicetak miring, judul artikel diberi tanda petik, mencantumkan nama kota, nama penerbit. Ada beberapa cara penulisan bibliografi, mahasiswa boleh memilih salah satunya. Yang penting konsisten.

(5) Baca setiap kalimat dan cermati hal-hal berikut.

a. Kalimat harus ada subjeknya.

b. Kalimat harus ada predikatnya.

c. Antara subjek dan predikat tidak boleh ada koma.

d. Setiap kalimat harus menyampaikan pesan yang logis dan bernalar.

e. Satu paragraf engan paragraf lainnya harus sinambung dan logis, tidak ada loncatan-loncatan yang mengagetkan atau menjengkelkan pembaca.

f. Tandailah karangan itu dengan tanda tanya, komentar, pujian, tantangan, dan saran-saran yang konstruktif.

g. Pada akhir tulisan itu cantumkan bukti kolaborasi sebagai berikut.

Kolaborator 1: ---------------- Tanggal: ------------ Paraf: ----------

Kolaborator 2: ---------------- Tanggal: ------------ Paraf: ----------

Kolaborator 3: ---------------- Tanggal: ------------ Paraf: ----------

143

Kolaborator 4: ---------------- Tanggal: ------------ Paraf: ----------

(6) Tanyakan langsung kepada penulisnya manakala ditemukan hal-hal yang tidak jelas, aneh, atau tidak bernalar.

(7) Kembalikan karangan yang telah dikomentari itu kepada penulisnya untuk ditulis ulang.

(8) Minggu berikutnya Anda melakukan kerja kelompok (kolaborasi) serupa pada karangan yang sudah direvisi oleh penulisnya

(9) Kegiatan kolaborasi dan revisi ini dilakukan minimal empat kali.

(10) Karangan yang telah direvisi empat kali diserahkan kepada dosen pengampu untuk mendapatkan feedback lain.

4. TEORI DAN APLIKASI MENULIS ESAI

4.1 Pengertian dan Jenis EsaiEsai merupakan tulisan yang terdiri atas beberapa

paragraf. Tulisan ini berbicara tentang satu topik yang dibahas lebih kompleks, sehingga tidak hanya satu paragraf. Ciri khas karangan esai adalah adanya paragraf pendahuluan dan paragraf simpulan, selain paragraf-paragraf penjelas. Jika seseorang pandai mengembangkan ide dalam paragraf, otomatis mahir pula dalam menulis esai (Oshima dan Ann Hogue, 1982:77).

4.2 Menulis Esai

144

Menulis tidak dapat dilakukan sekali jadi karena menulis merupakan proses. Paling tidak, ada tiga tahapan yang harus dilalui dalam proses penulisan, yaitu 1) prapenulisan, 2) menulis, dan 3) editing (menyunting dan merevisi). 4.2.1 Pramenulis

Pada tahap ini penulis dianjurkan untuk mencari dan memilih topik. Topik dapat diambil dari pengalaman diri sendiri atau mengingat kembali pengetahuan. Setelah itu, seorang penulis harus mencari bahan (mendengarkan/membaca/berdiskusi/berwawancara) untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan topik tulisan (Suparno dan Mohammad Yunus, 2002: 1.15).

Menentukan TopikMenurut Suparno dan Mohammad Yunus (2002: 1.15

—1.16) topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh karangan. Pertanyaan-pertanyaan berikut berhubungan dengan topik: “Apa yang akan saya tulis?”, “Berbicara tentang apa tulisan saya?” Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut berisi topik karangan. Topik karangan dapat muncul dari bacaan-bacaan yang dibaca, pengalaman sendiri, pengamatan, penyimakan berita, atau permintaan dari suatu lembaga. Topik yang Anda pilih sendiri hendaknya didasarkan atas arti pentingnya. Misalnya, tentang bagaimana meningkatkan minat baca masyarakat. Topik itu dipilih karena memang membaca belum membudaya di masyarakat kita.

Pemilihan topik pun harus didasari oleh pertimbnagan waktu atau kapan tulisan itu akan dibaca orang. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan karangan tersebut. Keberhasilan sebuah karangan ditentukan oleh trend ketika itu. Bila orang sedang ramai membicarakan otonomi daerah, topik karangan yang berhubungan dengan itu akan lebih cepat diterima orang.

145

Pertimbangan lain dalam memilih topik ialah kemudahan dalam mendapatkan bahan-bahan rujukannya. Topik yang mudah diperoleh bahan-bahan rujukannya lebih diutamakan daripada topik yang bahan-bahan rujukan sulit didapat atau langka.

Mengembangkan Topik Luas yang DipilihHendaknya topik yang dipilih tidak terlalu luas.

Apabila topik yang Anda pilih masih terlalu luas hendaknya Anda menyempitkannya agar terdapat kesatuan dan kejelasan dalam karangan tersebut. Berikut ini cara menemukan topik yang lebih sempit lingkupnya. Widyamartaya (1980:16—19) memberikan cara-cara yang dapat ditempuh dalam mengembangkan topik luas tersebut yaitu sebagai berikut. a. Menggunakan silsilah gagasanb. Menggunakan diagram pohonc. Menggunakan diagran jam

Setelah topik tersebut dibuat dalam bentuk silsilah gagasan atau diagram, Anda harus memilih salah satu topik yang lebih sempit lingkupnya. Dipertimbangkan pula minat Anda sebagai penulis, minat pembaca, arti penting topik, kesempatannnya, dan kemudahan mendapatkan informasi.

Mempertimbangkan Tujuan dan Sasaran TulisanSetelah mendapatkan topik yang baik, Anda harus

menentukan tujuan Anda menulis karangan tersebut. Apakah tujuannya hanya sekedar memberikan informasi atau meyakinkan pembaca. Tujuan menulis karangan ini akan menetukan corak tulisan yang Anda buat. Misalnya, Anda akan menulis dampak negatif menonton televisi bagi anak-anak. Jika tulisan Anda hanya sekedar memberitahu dampak menonton televisi tersebut, Anda cukup memberi paparan. Apabila tulisan Anda ingin meyakinkan pembaca dampak negatif menonton televisi, Anda harus memberi argumen

146

yang logis dengan menambahkan data yang akurat misalnya hasil penelitian yang mendukung dampak negatif tersebut.

Selanjutnya Anda harus memperhatikan siapa yang akan membaca tulisan Anda. Hal ini akan menentukan cara Anda menyajikan tulsian Anda. Jika pembaca tulisan Anda adalah orang yang berpendidikan tinggi, Anda dapat menggunakan bahasa yang lebih teknis dan formal. Akan tetapi jika tulisan Anda dibaca oleh pembaca yang berpendidikan rendah, Anda lebih baik menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh mereka. Dengan kata lain bahasa yang Anda gunakan adalah bahasa yang lebih santai.

Mengumpulkan Bahan atau InformasiPada dasarnya setiap orang dapat menulis dengan

baik apabila ia memiliki sumber yang berhubungan dengan topik yang akan ditulisnya. Oleh sebab itu, tulisan Anda tidak akan bagus dan mendalam apabila Anda tidak memiliki rujukan atau informasi yang memadai. Bahan rujukan atau informasi dapat Anda peroleh dari buku-buku, majalah, jurnal ilmiah, surat kabar, pengamatan, wawancara, angket atau pengalaman pribadi Anda sendiri.

Sumber atau informasi tentang topik Anda tersebut dapat dikumpulkan sebelum, sewaktu, atau sesudah penulisan terjadi. Akan tetapi sebaiknya Anda telah memiliki sumber tulisan yang cukup ketika tulisan dimulai. Jika Anda masih memerlukan informasi tambahan, Anda dapat mencarinya sembari Anda menyelesaikan tulisan Anda.

Menyusun Kerangka KaranganAnda harus merancang kerangka karangan tulisan esai

sebelum menulis agar Anda yakin semua ide akan cocok. Belajar membuat kerangka karangan akan mengembangkan kemampuan menulis Anda karena tiga alasan. Pertama, kerangka karangan akan membantu mengorganisasi ide-ide Anda. Sebuah kerangka karangan akan menjamin bahwa Anda tidak memasukkan ide-ide yang tidak relevan sehingga

147

paragraf-paragraf Anda akan tersusun secara logis. Kedua, kerangka karangan akan membantu Anda menulis dengan cepat. Memang kegiatan ini akan membuat Anda harus berlatih namun selanjutnya Anda akan terbiasa membuat kerangka karangan sebelum menulis. Selanjutnya Anda akan terkejut betapa cepatnya Anda dapat menulis sebab Anda sudah memiliki rencana yang terorganisasi dengan baik. Terakhir, Anda dapat mengembangkan gramatikal kalimat sebab Anda tidak dipusingkan lagi dengan urusan organisasi karangan. Untuk ketiga alasan tersebut yakni kerangka karangan yang terorganisasi, cepat, dan gramatikal, menyebabkan belajar membuat kerangka karangan sangat berguna (Oshima dan Ann Hogue, 1982: 21). Lebih jauh tentang menyusun kerangka karangan dapat dilihat pada uraian berikutnya.

4.2.2 MenulisSetelah menentukan topik dan tujuan karangan,

mengumpulkan informasi yang relevan serta membuat kerangka karangan mulailah Anda menulis dengan mengembangkan kerangka karangan tahap demi tahap. Upayakan mengikuti sistematika tulisan esai yaitu adanya paragraf pembuka, paragraf tubuh, dan paragraf penutup. Paragraf pembuka berisikan pernyataan umum dan pernyataan tesis. Selanjutnya paragraf tubuh menyajikan pembahasan ide-ide yang dinyatakan dalam pernyataan tesis dengan menyertakan detail-detail pendukung yang kongkret (concrete supporting details) berupa kutipan, contoh, fakta, atau alasan. Kemudian paragraf akhir bertugas mengembalikan pembaca kepada ide-ide yang merupakan inti karangan. Penulis dapat merangkum atau menekankan ide-ide penting. Dapat pula ditambah dengan rekomendasi atau saran jika diperlukan. Sedapatnya selesaikan menulis secara keseluruhan baru menyuntingnya. Lebih jauh tentang sistematika tulisan esai dapat dibaca pada uraian selanjutnya.

148

4.2.3 Menyunting dan MerevisiTahap ini merupakan tahap penyempurnaan draf

pertama yang dihasilkan. Jadi, kegiatan pada tahap ini berisikan kegiatan menyunting atau merevisi karangan. Penulis harus membaca draf tulisan lalu merevisi baik pada aspek mekanik seperti ejaan, diksi, pengalimatan, paragraf, penulisan daftar pustaka, maupun pada aspek isi karangan.

4.3 Sistematika/Kerangka EsaiSebuah esai terdiri atas tiga bagian: paragraf pembuka,

tubuh (paling sedikit 1 namun biasanya 2 atau lebih paragraf), dan paragraf penutup (Oshima dan Ann Hogue, 1982: 77). Berikut ini dijelaskan sistematika esai berdasarkan pendapat Oshima dan Ann Hogue (1982) tersebut.

Paragraf Pembuka Paragraf pembuka terdiri atas dua bagian yaitu

pernyataan umum dan pernyataan tesis. Paragraf pembuka memiliki empat tujuan yaitu (1) memperkenalkan topik esai; (2) memberikan latar belakang secara umum tentang topik; (3) sering mengindikasikan rencana keseluruhan esai; (4) menarik perhatian pembaca terhadap topik yang dibicarakan.

Perhatikan paragraf pembuka berikut ini.

Orang yang dilahirkan pada abad dua puluhan melihat banyak perubahan dalam hampir semua aspek kehidupan. Sebagian orang merasa senang dengan tantangan-tantangan yang membawa perubahan; sebagian orang lagi ingin kembali ke gaya hidup yang lebih sederhana, dan tidak serba otomatis seperti masa lalu. Hidup di abad dua puluhan memiliki tidak hanya keuntungan tertentu seperti standar kehidupan yang lebih tinggi tetapi juga memiliki beberapa kerugian seperti lingkungan yang terpolusi, hubungan

149

kemanusiaan yang semakin renggang, dan nilai-nilai spiritual yang semakin lemah.

Kalimat pertama dalam paragraf pembuka harus berisikan pernyataan yang sangat umum tentang topik. Tujuannya untuk menarik perhatian pembaca dan memberikan informasi latar belakang (background information) tentang topik. Setiap kalimat selanjutnya harus lebih khusus daripada kalimat sebelumnya dan akhirnya mengarah ke pernyataan tesis.

Pernyataan umum bertugas: (1) memperkenalkan topik esai; (2) memberikan latar belakang secara umum tentang topik;

Pernyataan tesis adalah kalimat yang paling penting dalam paragraf pembuka. Pernyataan tesis ini menyatakan topik utama dan menyatakan sub-subtopik utama yang akan didiskusikan dalam bagian tubuh esai. Lebih jauh lagi, pernyataan tesis ini mengindikasikan metode pengorganisasian seperti urutan kronologis atau urutan berdasarkan keurgensiannya.

Pernyataan tesis: (1) menyatakan topik utama; (2) mendaftarkan sub-sub topik; (3) mengindikasikan metode pengorganisasian keseluruhan tulisan; (4) biasanya kalimat akhir dalam paragraf pembuka.

Tubuh EsaiTubuh sebuah esai membicarakan sub-subtopik satu per

satu. Tubuh paragraf ini berisikan sejumlah paragraf yang diperlukan untuk menjelaskan ide-ide pengontrol dalam pernyataan tesis.

150

Paragraf PenutupParagraf penutup merupakan bagian yang sangat penting

dalam esai. Dalam paragraf ini Anda menyatakan bahwa Anda telah “selesai” dan mengingatkan pembaca tentang yang telah dibicarakan. Jangan lupa menggunakan tanda transisi “kesimpulan.” Paragraf penutup merupakan rangkuman ide-ide utama, atau menyatakan kembali tesis dalam kalimat yang berbeda (parafrasa), dan atau pernyataan akhir tentang topik (dapat berupa komentar). Berikut contoh paragraf penutup.

Orang yang dilahirkan pada abad dua puluhan melihat banyak perubahan dalam hampir semua aspek kehidupan. Sebagian orang merasa senang dengan tantangan-tantangan yang membawa perubahan; sebagian orang lagi ingin kembali ke gaya hidup yang lebih sederhana, dan tidak serba otomatis seperti masa lalu. Hidup di abad dua puluhan memiliki tidak hanya keuntungan tertentu seperti standar kehidupan yang lebih tinggi tetapi juga memiliki beberapa kerugian seperti lingkungan yang terpolusi, hubungan kemanusiaan yang semakin renggang, dan nilai-nilai spiritual yang semakin lemah.

Kesimpulannya, abad dua puluhan memberi sejumlah keuntungan dengan membuat kita lebih kaya, lebih sehat, dan lebih bebas menikmati hidup kita. Hal itu tidak membuat kita semua menjadi lebih bijaksana. Abad dua puluhan membuat bumi semakin kotor, mengurangi sifat manusiawi kita, dan memiskinkan kehidupan spiritual kita. Kita sebaiknya tetap menikmati keuntungan penemuan

151

teknologi sebab penemuan tersebut menolong kita mengejar tujuan-tujuan. Bagaimanapun, kita harus mengupayakan usaha bersama untuk melindungi lingkungan bagi generasi mendatang. Tambahan lagi, kita harus meluangkan waktu untuk membuat kehidupan lebih bermakna di dunia yang serba mekanis ini.

Latihan 1: Mengenal Bagian-Bagian Paragraf Pembuka

Langkah-langkahnya:

1) Bacalah paragraf pembuka berikut ini. Di dalamnya terdapat susunan yang salah.

2) Tulislah kembali paragraf tersebut dimulai dari pernyataan yang paling umum sampai ke pernyataan yang paling khusus (yang mengandung pernyataan tesis).

(1) Walaupun para ilmuwan telah meneliti dengan berbagai metode untuk memprediksi kemunculan gempa bumi, dari mengamati perilaku hewan sampai mengukur sinyal radio quasar (bintang di angkasa luar), mereka belum berhasil membuktikannya. (2) Gempa bumi merupakan bencana alam yang paling menghancurkan karena menyebabkan jutaan kematian dan kehilangan milyaran dolar. (3) Walaupun akibat yang ditimbulkannya maha dahsyat, para ilmuwanm tetap belum dapat memprediksi gempa bumi itu. (4) Tulian ini akan meninjau sejarah prediksi gempa bumi, kemudian mendeskripsikan metode-metode untuk memprediksi tersebut secara rinci dan akhirnya menyajikan data rasio kesuksesan dan kegagalan dari setiap metode tersebut.

Latihan 2: Pernyataan Tesis

152

A. Pelajari pernyataan tesis dari esai yang berbeda berikut ini dengan topik status wanita di Xanadu, sebuah negara imajiner. Metode pengorganisasian yang mana yang digunakan pada masing-masing pernyataan tesis tersebut ( urutan kronologis ataukah perbandingan dan pertentangan).

1. Dimulai pada Perang Dunia II dan berlanjut ke periode “ledakan ekonomi”, status wanita di Xanadu telah berubah secara drastis. Metode pengorganisasiannya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Walaupun status perempuan di Xanadu telah berubah

secara drastis akhir-akhir ini, perubahan tersebut masih rendah dibandingkan dengan status perempuan di negara-negara barat.

Metode pengorganisasian: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. Pada dua pernyataan tesis berikut ini telah dapat

diindikasikan metode pengorgnisasian dan subbagian-subbagian topiknya. Setiap subbagian akan menjadi topik paragraf dalam paragraf tubuh. Tentukan berapa banyak paragraf yang akan menjadi paragraf tubuh pada esai tersebut. Garisbawahi setiap paragraf.

3. Status perempaun Xanadu telah berubah secara drastis akhir-akhir ini disebabkan meningkatnya kesempatan memperoleh pendidikan dan perubahan-perubahan hukum.

Kemungkinan jumlah paragraf tubuh: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Status perempuan di Xanadu telah meningkat secara

drastis akhir-akhir ini dalam bidang ekonomi, hak-hak politik, kesempatan-kesempatan pendidikan, dan status sosial.

153

Kemungkinan jumlah paragraf tubuh: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Latihan 3: Pernyataan Tesis IISempurnakan pernyataan tesis berikut ini dengan menambahkan topik-topik ke dalamnya.1. Harapan hidup setiap orang meningkat disebabkan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2. Teknologi mengubah kehidupan kita dalam tiga bidang penting: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Seorang guru harus memiliki kualitas berikut ini: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4. Tujuan tulisan ini adalah untuk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5. Penyebab-penyebab utama inflasi adalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Latihan 4: Menulis Paragraf PenutupTulislah paragraf penutup bagi paragraf pembuka berikut ini.Langkah 1: Simpulkan butir-butir penting atau parafrasakan

(nyatakan dengan kalimat lain) pernyataan tesis yng ada dalam paragraf pembuka beikut ini.

Langkah 2: Tambahkan komentar Anda sebagai pesan akhir bagi pembaca.

Televisi merupakan media hiburan yang terpopuler di rumah tangga di seluruh dunia. Masyarakat di segala umur menggunakan medium ini untuk menghibur diri selama rata-rata 4 jam sehari. Dengan demikian, televisi memiliki pengaruh yang luar biasa terutama bagi anak-anak. Para ilmuwan menyatakan bahwa anak-anak dapat dipengaruhi secara langsung lewat tayangan televisi. Kegiatan menonton ini dapat menyebabkan anak-anak sedikit bergerak secara fisik, sedikit membaca, dan belajar dan mereka melihat dunia kejahatan yang akan mempengaruhi jiwa mereka.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

154

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . .4.4 Kerangka Karangan Esai

Di atas sudah dikemukakan pentingnya membuat sebuah kerangka karangan. Sebelum menulis Anda harus mengorganisasikan ide-ide yang akan ditulis. Dengan demikian Anda harus membuat rencana karangan esai sebelum Anda mulai menulis esai tersebut. Cara yang terbaik adalah dengan membuat kerangka karangan esai Anda.

Penomoran bagi setiap paragraf dengan angka-angka Romawi. Misalnya, pada tulisan esai yang panjangnya 5 paragraf, paragraf pembuka adalah paragraf I, tiga paragraf tubuh ialah paragraf II, III, dan IV, dan paragraf penutup adalah paragraf V.

Pelajari contoh kerangka karangan esai berikut ini.

Keuntungan dan Kerugian Hidup di Abad Dua Puluhan

155

Per-nyataan

Tesis

I Hidup di abad dua puluhan memiliki tidak hanya keuntungan tertentu seperti standar kehidupan yang lebih tinggi tetapi juga memiliki beberapa kerugian seperti lingkungan yang terpolusi, hubungan kemanusiaan yang semakin renggang, dan nilai-nilai spiritual yang semakin lemah.

II Keuntungan terbesar hidup di abad dua puluhan adalah tingginya standar

kehidupan yang dapat dinikmati.A. Lebih banyak uang untuk kerja yang

lebih sedikit1. Pekerja kantor yang lebih banyak

daripada buruh manual2. Gaji yang lebih tinggi

B. Harapan hidup yang lebih panjang1. Perawatan kesehatan yang lebih baik

a. Lebih banyak rumah sakit, dokter,

perawatb.Penemuan-penemuan di bidang teknologi kesehatan

2. Nutrisi yang lebih baik3. Waktu luang yang lebih banyak

C. Alat-alat modern 1. Komunikasi

a. Telepon

b. Radio dan televisi2. Tenaga mesin di rumah

a. Mesin cucib. Vacuum cleanerc. Microwave

3. Transportasi yang lebih cepatIII Satu dari kerugian utama hidup di abad dua

puluhan adalah kita hidup di lingkungan

156

yang semakin terpolusi.A. Polusi udara

1. Asap 2. Radioaktif

B. Polusi air 1. Limbah kimia dari pabrik-pabrik

a. Ikan matib. Persediaan air minum

terkontaminasi 2. Limbah kota-kota besar 3. Tumpahan minyak dari kapal-kapal

IV Kerugian kedua hidup di abad dua puluhan ialah merenggangnya hubungan kemanusiaan.

A. Manusia dan mesin 1. Mesin-mesin penjual otomatis, ATM dsb.2. Mesin perekam telepon3. Pelayanan data lewat komputer

B. Manusia dan nomor1. Nomor-nomor pelayanan sosial2. Nomor-nomor kartu kredit

V. Kerugian terakhir hidup di abad dua puluhan ialah melemahnya nilai-nilai spiritual.

A. Budaya materialistikB. Persaingan lebih di bidang ilmu

pengetahuan daripada di bidang agamaVI Kesimpulannya, abad dua puluhan

memberi sejumlah keuntungan dengan membuat kita lebih kaya, lebih sehat, dan lebih bebas menikmati hidup kita. Hal itu tidak membuat kita semua menjadi lebih bijaksana. Abad dua puluhan membuat bumi semakin kotor, mengurangi sifat manusiawi kita, dan memiskinkan

157

kehidupan spiritual kita. Kita sebaiknya tetap menikmati keuntungan penemuan teknologi sebab penemuan tersebut menolong kita mengejar tujuan-tujuan. Bagaimanapun, kita harus mengupayakan usaha bersama untuk melindungi lingkungan bagi generasi mendatang. Tambahan lagi, kita harus meluangkan waktu untuk membuat kehidupan lebih bermakna di dunia yang serba mekanis ini.

Pertanyaan:1. Berapa banyak paragraf yang akan muncul dalam

esai tersebut?2. Berapa banyak paragraf dalam tubuh esai?3. Lihat isi paragraf II. Berapa banyak ide-ide utama

diberikan? Apakah terlalu banyak ide dalam satu paragraf? Dibagi ke dalam berapa seharusnya paragraf tersebut? Apa bunyi kalimat topik yang baru?

Tanda-Tanda Transisi AntarparagrafTanda transisi sangat penting bukan hanya di dalam

paragraf melainkan juga antarparagraf. Jika Anda menulis dua atau lebih banyak paragraf Anda perlu menunjukkan hubungan antara paragraf pertama dan paragraf kedua, antara paragraf kedua dan ketiga, dan seterusnya.

Transisi antarparagraf bagaikan mata rantai. Mata rantai tersebut menghubungkan paragraf-paragraf tersebut dan menghubungkan ide-ide yang terdapat di dalamnya.

Dua paragraf dihubungkan dengan menambahkan tanda transisi pada kalimat topik pada paragraf kedua. Transisi ini dapat berupa kata, frasa, klausa terikat yang

158

mengulangi atau menyimpulkan ide pokok di dalam paragraf pertama.

Contoh Transisi ParagrafSalah satu perubahan terpenting dalam manajemen

industri akhir-akhir ini adalah penjadwalan jam kerja yang fleksibel bagi karyawan-karyawannya. Para karyawan diberi kebebasan untuk memilih jam kerja mereka. Cara ini memungkinkan karyawan memiliki waktu luang bersama keluarganya dan bersantai sesuai dengan jadwal yang telah mereka atur. Pengaturan jam kerja yang fleksibel ini memiliki manfaat baik bagi karyawan maupun bagi manajemen kendati hal ini tidak dapat dilaksanakan pada bisnis industri lainnya. Kata transisi Keuntungan pertama adalah dapat meningkatkan produksi per jam kerja. (+ kalimat-kalimat pendukung) Kata transisi Keuntungan kedua adalah karyawan industri tersebut lebih bahagia. ( + kalimat-kalimat pendukung)Frasa transisi Selain meningkatnya produksi

dan kebahagiaan karyawannya, manajemen industri tersebut melaporkan bahwa tingkat absensi karyawannya menurun. (+ kalimat-kalimat pendukung)

Klausa transisi Walaupun kebebasan memilih jam kerja tersebut memiliki sisi positif pada beberapa industri, hal ini tidak menguntungkan bagi jenis industri lainnya. (+ kalimat-kalimat pendukung)

4.5 Pola-Pola Pengorganisasian Esai

159

Dalam menulis dikenal beberapa pola pengorganisasian esai yaitu susunan kronologis, pembagian logis, sebab dan akibat, dan perbandingan dan pertentangan. Berikut ini diuraikan satu per satu.

4.5.1 Esai Susunan KronologisSusunan tulisan kronologis seperti uummnya

diketahui merupakan susunan tulisan berdasarkan waktu. Susunan ini banyak digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sejarah dan biografi serta otobiografi. Selain itu, pada dasarnya susunan kronologis dapat digunakan dalam tulisan teknis dan sains. Susunan ini dapat digunakan untuk menjelaskan proses fisika, kimia, biologi, dan mekanis seperti bagaimana kerja suatu mesin, bagaimana reaksi kimia berlangsung, bagaimana proses biologi tertentu terjadi dan sebagainya. Susunan ini pun digunakan untuk memberi instruksi atau petunjuk, bagaimana melangsungkan eksperimen kimia, bagaimana mengopersikan seperangkat alat dan sebagainya.

Yang perlu diingat dalam tulisan esai dengan susunan kronologis adalah langkah-langkah utama di dalam proses tersebut merupakan topik-topik paragraf.Latihan:Pilih salah satu topik berikut dan tulislah esai berdasarkan urutan kronologis.Topik yang dipilih:Bagaimana mendaftar ke Universitas SriwijayaJelaskan proses teknis atau proses bekerjanya suatu alat yang Anda kenal.

4.5.2 Esai Pembagian LogisPembagian logis merupakan bentuk pengorganisasian

esai yang yang digunakan untuk mengelompokkan hal-hal yang berhubungan berdasarkan kesamaan kualitas yang dimilikinya. Pembagian logis dapat digunakan dalam merancang sebuah tulisan sebab sebuah topik yang terlalu

160

luas dapat dibagi ke dalam su-sub topik yang lebih kecil lagi berdasarkan kategori atau kelompok tertentu. Misalnya, sebagai seorang mahasiswa yang sedang belajar bahasa Indonesia, Anda dapat membuat tulisan dalam bidang bahasa Indonesia misalnya sastra Indonesia yang dapat dibagi atas sastra Indonesia tradisional, sastra Indonesia modern, dan sastra Indonesia kontemporer. Dalam bidang pengajaran bahasa Indonesia, Anda dapat membaginya atas pengajaran sastra, pengajaran membaca, pengajaran menyimak, pengajaran menulis, dan pengajaran berbicara.Latihan:

Pilih salah satu topik di bawah ini dan daftarkan sebanyak mungkin butir-butir yang berhubungan dengan topik tersebut. Bagilah topik tersebut ke dalam kelas-kelas dan subkelasnya dengan sistem pembagian yang berbeda. Selanjutnya susunlah pembagian tersebut menjadi kerangka karangan dan kembangkan menjadi esai yang baik.

Misalnya jika Anda memilih topik yang pertama yaitu mobil, Anda dapat membaginya ke dalam pembagian seperti: Volkswagen Rabbit, Mercedes 450SL, Ford Fiesta, dan Cadillac Seville. Selanjutnya topik tersebut dikembangkan berdasarkan impor/nonimpor, ukuran, harga, ekonomis, dan kecepatannya. Kemudian buatlah menjadi kerangka karangan dan esainya.Topik-topik yang dipilih:Model-model Mobil Jenis-jenis MahasiswaSumber-sumber Energi Jenis-jenis KomunikasiMacam-macam Hewan Jenis-jenis Guru

4.5.3 Esai Sebab dan Akibat Cara lain dalam mengorganisasikan esai ialah dengan

menyusun sebab dan akibat. Dalam esai seperti ini Anda menampilkan alasan-alasan suatu hal, dan mendiskusikan hasilnya.

161

Ada dua cara mengorganisasikan esai sebab dan akibat yaitu cara “blok” dan cara “rantai”. Pada cara blok, pertama Anda

menyebutkan semua sebab sebagai sebuah “blok” (dalam satu, dua, atau tiga paragraf bergantung pada jumlah sebab). Selanjutnya Anda menguraikan semua akibat sebagai sebuah “blok”. Pada cara “rantai”, Anda menguraikan sebab yang pertama dan akibatnya, kemudian sebab yang kedua dan akibatnya, dan sebab yang ketiga dan akibatnya sehingga membentuk “rantaian.”

Tipe pengorganisasian yang dipilih tergantung pada topik. Pola rantai lebih mudah digunakan apabila sebab-sebab dan akibat sangat dekat hubungannya. Jika hubungan sebab dan akibat agak jauh, teknik blok akan lebih mudah. Akan tetapi

Blok Rantai

Sebab-sebabSebab Akibat

Sebab Akibat

Blok Rantai

Sebab-sebabSebab Akibat

Sebab Akibat

Akibat-akibatSebab Akibat

162

Anda dapat menggabungkan di antara kedua teknik tersebut terutama pada topik-topik tertentu.

Jangan lupa untuk menggunakan transisi paragraf seperti sebab pertama, alasan selanjutnya, akibat pertama, hasilnya, oleh sebab itu. Latihan: Pilihlah topik-topik berikut dan tulislah esai tentangnya dengan mengikuti pola sebab dan akibat.Polusi Diskriminasi usia, jenis kelamin, suku, dan agamaInflasi Peningkatan angka kelahiranMasalah pengungsi

4.5.4 Esai Perbandingan dan PertentanganCara lainnya yang dapat digunakan untuk

mengorganisasikan esai ialah perbandingan dan pertentangan. Segala sesuatu dapat dibandingkan dan dipertentangkan seperti periode sejarah, karakter tokoh cerita, dan jenis-jenis peralatan. Yang terpenting harus diingat ialah yang diperbandingkan dan dipertentangkan hendaklah dalam satu golongan. Misalnya, Anda dapat memperbandingkan dan mempertentangkan antara apel dan nenas namun Anda tidak dapat membandingkan antara apel dan mesin tik. Jadi, yang dibandingkan tersebut memiliki aspek-aspek tertentu yang sama.

Jika membuat pertentangan dua hal, hendaknya Anda melihat perbedaan di antara keduanya. Pertentangan menjawab pertanyaan “Apa perbedaan antara X dan Y? atau “Bagaimana X dan Y dapat berbeda?”

Jangan lupa gunakan kata-kata yang dapat menunjukkan perbandingan dan pertentangan seperti persamaannya, juga, seperti dan, walaupun, sementara itu, bukan hanya . . . melainkan . . ., dibandingkan dengan, berbeda dari, tidak seperti.

163

Latihan:Tinggal di asrama (pondokan) versus tinggal di rumahStasiun televisi pemerintah versus stasiun televisi swastaUnversitas negri dan unviversitas swastaBelajar di SMU dan di universitas

Daftar Pengecekan Esai

Daftar pengecekan di bawah ini sangat berguna dalam mengecek tulisan esai Anda. Letakkan daftar ini di depan Anda ketika Anda menulis esai. Daftar ini akan mengingatkan Anda unsur-unusr penting sebuah esai. Setelah selesai menulis draf pertama Anda, cek esai tersebut dengan memperhatikan unsur-unsur di dalam daftar cek ini. Jika ada yang tertinggal, tambahkan sebelum Anda membuat draf akhir esai tersebut.

Organisasi Esai

Pendahuluan

Pernyataan umum

Pernyataan tesis

Tubuh

Kelogisan dan ketepatan pola pengorganisasian topik

164

(susunan kronologis, pembagian logis, perbandingandan pertentangan atau sebab dan akibat)

Transisi antarparagraf

Kesimpulan

Ringkasan ide-ide utama atau parafrasa pernyataan tesis, dan komentar akhir Anda terhadap topik

Organisasi Paragraf

Kalimat topik setiap paragraf

Kalimat-kalimat penjelas

Dukungan kongkret

165

Kesatuan

Koherensi (tanda-tanda transisi plus susunan logis)

Kalimat kesimpulan (jika perlu)

Koherensi

Ada dua cara untuk memperoleh koherensi. Pertama, menggunakan tanda transisi untuk menunjukkan bagaimana satu ide dihubungkan dengan ide selanjutnya. Kedua, menyusun kalimat-kalimat ke dalam urutan yang logis.

Tanda-tanda transisi dapat berupa kata-kata dan, seperti, tetapi, atau, karena, meskipun, bila, jika, maka, setelah, pertama, kedua, selanjutnya, akhirnya, oleh karena itu, dan bagaimanapun. Bila Anda memberi ide yang sejajar digunakan lebih jauh lagi, tambahan pula, demikian pula, sama halnya dengan, selain itu, lagi pula, selanjutnya. Bila Anda memberi ide yang bertentangan digunakan transisi sebaliknya, berbeda dengan, akan tetapi, pada sisi lain, di pihak lain. Bila Anda memberi contoh digunakan sebagai contoh, contohnya. Bila Anda menyatakan akibat digunakan akibatnya. Bila Anda memberi kesimpulan digunakan kesimpulannya.

Koherensi dalam bidang urutan logis terbagi dua yaitu urutan secara kronologis dan urutan berdasarkan keurgensiannya.

Urutan kronologis digunakan utnuk menjelaskan peristiwa-peristiwa historis, proses dan prosedur dalam

166

bidang ilmu pengetahuan, bisnis, dan teknik. Misalnya, urutan kronologis digunakan untuk menjelaskan bagaimana memecahkan persoalan matematika, bagaimana melakukan eksperimen kimia atau bagaimana mengadakan sistem perhitungan dalam akuntansi.

Berikut contoh pertanyaan yang muncul yang menyebabkan Anda menggunakan urutan kronologis sebagai metode organisasi tulisan.

1. Deskripsikan proses pemisahan garam dari air laut.2. Jelaskan fungsi enzim pepsin dalam pencernaan makanan.

3. Jelaskan sejarah penemuan komputer.Ada dua kunci utama agar dapat membuat paragraf yang memiliki urutan kronologis dengan baik (1) jelaskan peristiwa-peristiwa (dalam paragraf historis) atau langkah-langkah (dalam pargraf proses) dalam urutan itu terjadi; (2) gunakan tanda transisi untuk mengidentifikasi urutan peristiwa atau langkah-langkah.

Cara lain yang sering digunakan untuk mengembangkan ide-ide dalam sebuah paragraf ialah dengan menjelaskan ide-ide tersebut berdasarkan urutan keurgensiannya. Misalnya, Anda diminta menjelaskan dua pengaruh penting di dalam kehidupan Anda selain keluarga. Anda lalu menulis gurulah yang memberi pengaruh besar dalam kehidupan Anda tersebut atau mungkin kejadian dramatis dalam kehidupan Anda yang mempengaruhi Anda. Oleh sebab itu, Anda harus menjelaskan dua pengaruh itu dalam urutan berdasarkan keurgensiannya; bagaimana kuatnya setiap pengaruh itu terhadap Anda.

Ada dua kunci utama agar dapat membuat paragraf yang memiliki urutan berdasarkan

167

keurgensiannya secara baik (1) jelaskan ide-ide Anda ke dalam urutan berdasarkan tingkat keurgensiannya. Letakkan ide yang terpenting di awal atau terakhir; (2) gunakan tanda transisi untuk membantu pembaca menandai ide pertama ke ide selanjutnya dan untuk menunjukkan ide yang terpenting yang Anda nyatakan.

Tugas: Buatlah sebuah paragraf yang menjelaskan sebab-sebab munculnya inflasi.

BAIKKAH ANAK MENONTON TELEVISI TERLALU BANYAK

Paragraf Pengantar:(PEMBUKA) Sudah umum diketahui bahwa tamatan sekolah menengah atas tipikal dewasa ini sekurang-kurangnya 15.000 jam telah bertatap muka dengan si mata siklops televisi. Itu berarti, banyak waktu dipakai untuk menonton televisi daripada untuk kegiatan lain apa pun kecuali tidur. Kiranya jelas bahwa TV, sedikit-dikitnya, telah menyita waktu berharga yang perlu untuk kegiatan-kegiatan pengembangan yang tradisional seperti membaca, bercertia, bermain-main imajinatif, berjalan-jalan ke luar rumah, berpikir, dan berkomunikasi dengan orang tua dan kawan sebaya. Si mata silops telah menggerser banyak berinteraksi yang esensial untuk perkembangan maksimum. (ANGAPAN) Berjuta-juta orang tua percaya bahwa anak-anak mereka harus dibiarkan menonton televisi sesuka hatinya. (PERALIHAN) Sayang, orang –orang tua itu bersikap keliru yang cukup memprihatinkan. (TESIS) Orang tua harus membatasi banyaknya waktu yang boleh digunakan oleh anak-anak mereka untuk bertatapan dengan si mata satu yang kelihatannya mempesona itu. (PENJELASAN) Perkembangan intelek dan perilaku yang terhambat oleh TV dapat ditingkatkan dengan interaksi

168

instruktif yang akan mendatangkan pengetahuan sunguh-sunguh jika waktu nonton TV dibatasi.

Paragraf tubuh pertama pendukung tesis:(PENDAPAT) Kerap kali orang tua, dengan maksud baik, menyuruh anak-anak mereka untuk menonton televisi sampai berjam-jam agar pengetahuan mereka bertambah luas. (PERALIHAN) Agaknya orang-orang tua itu tidak tahu apa sebenarnya yang sedang mereka lakukan! (PENDIRIAN) Salah satu sebab untuk memperingatkan orang tua agar membatasi banyaknya waktu anak mereka memandang layar televisi ialah bahwa terlalu banyak menonton televisi dapat merugikan perkembangan intelektual. (PERALIHAN) Misalnya, (SANGGAHAN 1) serangkaian penelitian telah menunjukkan bahwa ketagiah televisi mematikan daya nalar kreatif. (PENJELASAN) Para peneliti dari Universitas Kalifornia Selatan memberikan kesempatan padat untuk menonton terus-menerus kepada 250 orang siswa sekolah dasar yang berbakat. Setelah tiga minggu, mereka kenatara sekali mundur dalam segala bentuk kemampuan kreatif yang diteskan kecuali kemampuan verbal (kosa kata). Televisi terbukti merugikan perkembangan intelaktual siswa-siswa itu. (PERALIHAN) Selanjutnya, (SANGGAHAN 2) sekalipun anak-anak kelihatan kosa katanya menjadi lebih banyak sebagai hasil banyak menonton televisi, penguasaan kosa kata mereka tidak menjadi lebih baik secara menyolok. (PENJELASAN) Bahkan sesungguhnya, tes-tes kosa kata mengungkapkan bahwa siswa-siswa hanya secara dangkal memahami makna kata. Mereka berkata mereka pernah mendengar sebuah kata, tetapi tidak dapat mendefinisikan atau menggunakan kata itu secara tepat dalam kalimat. Menurut penelitian-penelitian soal membaca dan menulis, selama sepuluh tahun terakhir jelas terjadi kemerosotan kemampuan verbal.(PERALIHAN) Lebih-lebih lagi, (SANGGAHAN 3) spontanitas imajinatif pada anak-anak TK yang menyantap suguhan TV yang

169

“sehat” tidaklah begitu terbukti seperti seharusnya. (PENJELASAN) Dewasa ini anak-anak TK jauh kurang kreatif dan inventif bermain dibandingkan dengan angkatan pratelevisi. “ Anda tidak melihat anak-anak membuat mainan mereka sendiri dari barang-barang remeh sperti waktu kita dulu.” kata Stephen Worchel, profesor psikologi dari Universitas Virginia.” Anda tidak melihat mereka bermain berjingkat-jingkat, atau membuat permainan mereka sendiri. Segala sesuatu dianjurkan kepada mereka oleh televisi.” (PERALIHAN) Oleh karena itu, (KESIMPULAN PARAGRAF) sesudah menyadari efek-efek negatif menonton televisi atas daya khayal imajinatif, kemampuan verbal, dan spontanitas imajinatif anak-anak, maka orang tua harus membatasi banyaknya waktu untuk bertatap muka dengan si Siklops itu agar perkembangan intelektual anak-anak mereka meningkat.

Paragraf tubuh kedua pendukung tesis:(PERALUHAN) Akan tetapi, masalah pembicaraan ini tidaklah terbatas pada segi-segi intelektual perkembangan anak. (PENDAPAT) Orang tua juga beranggapan bahwa menonton TV tanpa batas tidak berakibat buruk atas perilaku anak. (PERALIHAN) Keliru! (PENDIRIAN) Dari segi perilaku, menonton televisi kelewat batas merugikan. (PERALIHAN) Pertama-tama, (SANGGAHAN 1) Akibat nonton TV tanapa batas ialah anak-anak menjadi pasif, menjadi orang yang sudah puas menjadi penonton saja dalam hidup ini. (PENJELASAN) Karena anak-anak dapat melihat aneka ragam tempat dan peristiwa, mereka menjadi senang dengan menonton; akibatnya, mereka tidak mempunyai hasrat besar untuk melibatkan diri secara langsung dalam pengalaman hidup riil. (PERALIHAN) Kedua, (SANGGAHAN 2) Menonton segala masalah terpecahkan dlam waktu tiga puluh atau enam puluh menit berakibat anak tidak tahan menghadapai belajar yang lama dan panjang dan menjemukan. (PENJELASAN) Jika kita berkunjung ke

170

sekolah dasar di negeri ini mana pun, akan kentaralah bahwa anak sekolah dasar tidak menyenangi keterampilan-keterampilan baru yang kelihatan sukar. Mereka ingin memperoleh kepuasan seketika, sebab itulah yang mereka peroleh dengan dan dari televisi, itulah yang telah dikondisikan pada mereka oleh televisi. Perilaku yang disebabkan oleh frstasi anak sering menimbulkan kekacauan di ruang kelas. (PERALIHAN) Ketiga, (SANGGAHAN 3) karena iklan-iklan televisi yang menjajakan makanan yang lezat-lezat anak menjadi kurang majan. (PENJELASAN) Pada hari Sabtu dan Minggu pagi anak akan menikmati suguhan iklan kembang gula, permen karet, coca-cola, kue coklat, dan bermacam-macam biskuit. Anak-anak menjadi terbiasa untuk hanya makan sedikit, lama sebelum mereka mampu melawan godaan itu. (KESIMPUALN PARAGRAF) Pendek kata, agar anak-anak kita tidak menjadi pasif, mudah frustasi, dan bergigi rapuh, orang tua harus membatasi waktu menonton TV agar dapat memekarkan perkembangan perilaku-perlikau yang diinginkan.Paragraf Kesimpulan:(PERALIHAN) Akhirnya, (PERTANYAAN ANGGAPAN KEMBALI) meskipun banyak orang tua percaya bahwa menonton TV tanpa batas tidak merugikan bagi anak-anak mereka, (PERALIHAN) sebenarnya mereka keliru. (PENGESAHAN TESIS KEMBALI) Orang tua yang bersangutan harus membatasi nonton anak-anak mereka (RANGKUMAN PENDIRIAN) demi peningkatan perkembangan intelek dan perilaku mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Oshima, A. dan A. Hogue. 1983. Writing Academic English: A Writing and Sentence Structure Workbook for International Students. Boston, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.

171

Suparno dan M. Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Pusat Penerbitan Univerisitas Terbuka.

Widyamartaya, A. 1993. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga.

Arifin, E. Zainal. 1987. Penulisan Karangan Ilmiah dengan Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Melton Putra.

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 1999. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapres.

Depdikbud. 1995. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. 1995. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Widyamartaya. 1990. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius

TUGAS DAN LATIHAN1. Buatlah sebuah esai dengan memilih topik yang sesuai

dengan bidang studi Saudara!2. Buatlah sebuah esai dengan topik yang aktual dengan

memilih salah satu pola penulisan esai!

172

LEMBAR JAWABAN TUGAS 1Nama :NIM :Jurusan/Prodi:

1. Tugas

173

174

LEMBAR JAWABAN LATIHAN 2Nama :NIM :Jurusan/Prodi:

2. Latihan

10. KARYA ILMIAH

1. RAGAM ILMIAH

Berbagai laras/ragam ilmiah seperti iklan, laras lagu, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras sastra dikenal dalam bahasa. Setiap laras masih dapat dibagi lagi atas sublaras, misalnya laras sastra dapat dibagi lagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya. Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk formal, semi formal, atau nonformal.

Karya tulis ilmiah bukan sepenuhnya karya ekspresi diri. Sebuah karya tulis fiksi, atau sering disebut karya sastra, merupakan ekspresi diri penulisnya yang dihasilkan dari imajinasi penulis. Hasil karya penulis merupakan hasil

175

rekaannya sendiri berdasarkan realisasi di sekelilingnya. Oleh karena itu, hasil karyanya disebut karangan dan penciptanya disebut pengarang (Soeseno, 1993:1).Penulis laras ilmiah tidak hanya untuk mengekspresikan pikiran, tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian.

2. PERSYARATAN KARYA TULIS ILMIAH a. Menyajikan fakta objektif secara sistematis atau

menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik.

b. Ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan.

c. Harus disusun secara sistematis.d. Menyajikan rangkaian sebab-akibat yang mendorong

pembaca untuk menarik kesimpulan.e. Mengandung pandangan yang disertai dukungan dan

pembuktian berdasarkan suatu hipotesis.f. Ditulis secara tulusg. Pada dasarnya bersifat ekspositoris.

3. KARYA TULIS ILMIAH MEMILIKI 3 CIRI

1. Harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna.

2. Harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan; dan

3. Harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.

Ada lima ciri yang dapat dengan mudah digunakan untuk membedakan ragam formal dari ragam nonformal. Setiap ciri adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti2. Penggunaan kata tertentu3. Penggunaan imbuhan

176

4. Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi)

5. Penggunaan fungsi yang lengkap

1) Penggunaan kata sapaan dan kata gantiMerupakan ciri pembeda ragam formal dari ragam

nonformal yang sangat menonjol. Kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda, atau kita akan menyertakan penyebutan jabatan, gelar, atau pangkat. Dalam ragam formal kita akan menggunakan kata saya, sedangkan aku digunakan dalam ragam semiformal. Dalam ragam nonformal, kita akan menggunakan kata gue, ogut.

2) Penggunaan kata tertentuMerupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan

ragam formal dari ragam nonformal. Dalam ragam nonformal akan sering muncul kata nggak, bakal, gede, udahan, kegedean, cewek, bokap, ortu.

3) Penggunaan imbuhanAdalah ciri lain. Dalam ragam formal kita harus

menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.

4) Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi)

Merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonformal, sering kali kata sambung kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan itu mengganggu kejelasan kalimat.

5) Kelengkapan FungsiBerkaitan dengan adanya bagian dalam kalimat yang

dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang

177

nonformal, predikat kalimat sering dihilangkan. Sering kali pelepasan fungsi terjadi ketika kita menjawab pertanyaan orang.

178

LEMBAR JAWABAN TUGAS Nama :NIM :Jurusan/Prodi:

1. Tugas Bacalah teks di bawah ini dengan cermat. Tentukanlah unsure-unbsur yang menandai teks ini sebagai sebuah karya ilmiah!

UPAYA PENINGKATAN MUTU BELAJAR MAHASISWA

Haryadi1

1. PendahuluanSering terdengar keluhan tentang mahasiswa yang

tidak dapat menyelesaikan kuliah pada waktunya atau justru terpaksa berhenti kuliah. Salah satu faktor penyebab ialah tidak ada petunjuk atau pedoman cara belajar yang efektif dan efesien (Ad Rooijakkers, 2007:62). Mengikuti perkuliahan akan berhasil bdaAnda benninat sungguh-sungguh mgin belajar sesuatu. Bila tidak berminat dengan sungguh-sungguh lebih baik di rumah saja. Berdasarkan 1 Dosen Tetap Yayasan FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang, Wawasan Kependidikan, Juli 2010

179

pengamatan penulis selama mengajar di beberapa perguruan tinggi dapat dikatakan bahwa kesulitan mahasiswa dalam belajar disebabkan beberapa faktor. Di antaranya adalah (a) mahasiswa kurang minat membaca, (b) mahasiswa jarang melakukan diskusi kelompok, (c) mahasiswa tidak berpikir kritis, (d) mahasiswa pasif dan menghafal, dan (e) mahasiswa belajar hanya untuk mengejar nilai. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak memiliki cara belajar yang baik. Oleh karena itu, perlu ada cara atau motivasi agar mahasiswa dapat belajar efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian tersebut artikel ini akan menjawab pertanyaan bagaimana upaya peningkatan mutu belajar mahasiswa. Tujuan artikel ini adalah untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan faktor penghambat, faktor pendukung, dan cara belajar yang baik bagi mahasiswa.

2. Upaya Peningkatan Mutu Belajar MahasiswaAda tiga permasalahan yang akan dibahas dalam

atikel ini, yaitu faktor pendukung belajar mahasiswa, faktor penghambat belajar mahasiswa, dan bagaimana cara belajar yang baik bagi mahasiswa.

2.1 Faktor Pendukung Belajar MahasiswaFaktor pendukung belajar mahasiswa menurut

Slameto (2010:15) antara lain adalah sebagai berikut. (1) sikap mahasiswa terhadap belajar; (2) memiliki motivasi belajar; (3) konsentrasi belajar; (4) dapat mengolah bahan ajar; dan (5) percaya diri.

Sikap mahasiswa terhadap belajar. Dalam berbagai literatur kita menemukan bahwa sikap adalah kecenderungan seseorang untuk berbuat. Sikap sungguh berbeda dengan perbuatan, karena perbuatan, merupakan implementasi atau wujud nyata dari sikap. Namun sikap seseorang akan tercermin melalui tindakannya. Oleh karena itu, mahasiswa

180

yang memiliki sikap positif terhadap belajar, maka akan menjadi pendukung mahasiswa untuk belajar lebih giat.

Memiliki motivasi belajar. Motivasi di dalam kegiatan. belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi mahasiswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan potensi belajar. Oleh karena itu, mahasiswa yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi dan sungguh-sungguh akan dapat menempuh prestasi di kampusnya dengan gemilang.

Konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar merupakan salah satu aspek psikologis yang tidak begitu mudah untuk diketahui oleh orang lain, selain diri individu yang sedang belajar. Hal ini disebabkan kadang-kadang apa yang terlihat melalui aktivitas seseorang belum tentu sejalan dengan apa yang sesungguhnya sedang individu tersebut pikirkan. Oleh karena itu, bagi mahasiswa yang memiliki konsentrasi dalam belajar, maka akan mudah menerima mata kuliah dengan baik dan tidak mengalami kesulitan dalam belajarnya.

Dapat mengolah baban ajar. Mengolah bahan ajar dapat diartikan sebagai proses berpikir seseorang untuk mengolah informasi-informasi yang diterima sehingga bermakna bagi mahasiswa yang dapat mengolah bahan ajar, maka akan dapat menyampaikan argumen-argumen yang berkaitan dengan mata kuliah. Sehingga dapat memberiikan umpan balik bagi dosen.

Percaya diri. Rasa percaya dm merupakan salah satu kondisi psikologis seseorang yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri pada umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di dalam suatu aktivitas tertentu di mana pikirannya terarah untuk mencapai sesaatu hasil yang diinginkannya. Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri akan berkembang di dalam studinya.

Menurut Dimyati (2009:23), faktor intelegensi juga dapat mendukung mahasiswa belajar. Hal ini dapat

181

ditunjukkan dengan kreativitas dan inovasi mahasiswa dalam mengemas belajar.

2.2 Faktor Penghambat Mahasiswa BelajarMenurut Soejanto (1995:35), ada dua faktor yang

menghambat belajar mahasiswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern, meliputi: factor jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelahan, dan cara belajar. Faktor ekstem, meliputi: faktor keluarga, kampus, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

2.2.1 Faktor InternFaktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam

diri mahasiswa. Di antaranya adalah sebagai berikut (1) Faktor jasmaniah, yang terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh Kesehatan, apabila kesehatan terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman, dan lain-lain maka hal ini dapat membuat tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. (2) Faktor Psikologis, terdiri dari intelegensi, minat dan motivasi, bakat, kematangan, kesiapan. (a) Intelegensi, faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kernampuan belajar anak Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal. (b) Minat dan motivasi, minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses, belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dan luar lingkungan, (c) Bakat, kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar

182

atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang / tidak berbakat di bidang itu. (d) Kematangan, suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. (e) Kesiapan, berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika mahasiswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. (3) Faktor kelelahan, dapat mempengaruhi belajar. Agar mahasiswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam. belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang betas dari kelelahan. (4) Cara belajar, perlu untuk diperhatikan bagairnana, teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta, fasilitas, belajar.

2.2.2 Faktor EksterenFaktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar

mahasiswa. Di antaranya adalah sebagai berikut. (1) Faktor Keluarga, situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan mahasiswa. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak. (2) Sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi Leman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar. (3) Masyarakat, apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar. (4) Lingkungan sekitar, bangunan rumah, suasana sekitar,

183

keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan

Dari sekian banyak faktor yang harus diperhatikan, tentu tidak ada situasi 100% yang dapat dilakukan secara keseluruhan dan sempuma. Namun berusaha untuk memenuhinya sesempurna mungkin bukanlah faktor yang mustahil untuk dilakukan.

2.3 Cara Belajar yang BaikBagi MahasiswaSetelah mengetahui faktor penunjang dan faktor

penghambat dalarn belajar, maka Anda tinggal mengatur bagaimana cara belajar yang baik. Beriikut ini akan diuraikan cara belajar yang baik menurut beberapa pakar pendidikan. Di antaranya adalah pendapat Nasution (1993:29), Ahmadi (1993:35), Soejanto (1995:95), dan Rooijakkers (2007), Belajar dengan Teratur

Setiap pekedaan apapun akan bediasil dengan baik jika dikcrjakan dengan teratur. Lebih-lebih dalam belajar. Oleh karena itu, pokok pangkal pertama dari cara belajar yang baik adalah keteraturan. Misalnya, mengikuti kuliah secara teratur, belajar di rumah secara teratur, membaca buku secara teratur, membuat catatan kuliah disusun secara teratur, dan atas belajar termasuk buku-buku dipelihara secara teratur.

Kosentrasi terhadap Mata KuliahKosentrasi berarti berusaha mengarahkan, baik pada acuan semua bahan pembelajaran maupun dengan mengeriakan secara metodik. Kosentrasi bahan pembelaaran meliputi mata kuliah dan rencana perlahan. Sedangkan kosentrasi metodik meliputi pusat mmat, pengajaran proyek, dan pengajaran totalitas.

Mengadakan KontrolMahasiswa harus meneliti pada akhir perkuliahan, sehingga dapat mengetahui bahan pelajaran mana yang dikuasai dan yang belum dikuasai. Kalau hasil riya baik

184

akan menggembirakan Kalau hasilnya buruk mencari kekurangan-kekurangamya, sehingga dapat diperbaiki di kemudian hari.

Memupuk Sikap OptimisAdakan persaingan dengan diri sendiri niscaya prestasi akan meningkat. Misalnya, menyelesaikan pekeraan dengan sempurna, tulisan yang rapi dan buku-buku yang tersusun rapi serta pena yang baik.

Membuat Rencana KerjaSehari sebelumnya, sebaiknya sebelum tidur mahasiswa membuat rencana kerja secara tertulis untuk dan berikutnya. Hanya dengan rencana kerja yang teliti mahasiswa dapat menggunakan waktu efisien. Dengan rencana kerja dan pembagian waktu, tampaklah bahwa selalu cukup waktu untuk belajar,

Kecepatan MembacaMembaca dipelajari sejak kelas I SD, tetapi banyak mahasiswa gagal karena kurang pandai membaca. Oleh karena itu, mahasiswa harus sanggup menangkap isi yang sebanyak-banyaknya dan bacaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Mahasiswa harus mencapai kecepatan membaca sekurang-kurangnya 200 kata dalam satu menit.

Membuat CatatanMembuat catatan memerlukan pemikim Jadi, tidak sama dengan menyalin. Catatan itu harus merupakan outline atau rangkuman yang memberi gambaran tentang garis besar mata kuliah itu Gunanya ialah membantu mahasiswa untuk mengingat mata kuliah. Sehingga waktu belajar mahasiswa telah memahami dan mengecamkan isi perkuliahan. Catalan itu sangat berguna bila mahasiswa hendak mengulanginya kelak.

Menjadi Anggota Organisasi KemahasiswaanUntuk menumbuhkan kemandinan dan keberaman, sebaiknya mahasiswa menjadi anggota salah satu organisasi kemahasiswaan yang ada di fakultas.

185

Misalnya, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Mahasiswa Pencinta Alam (MAPALA), dll. Melalui organisasi inilah mahasiswa belajar ekstrakurikuler tentang etika, retorika, kepemimpinan, dapat mengembangkan wawasan, dan lain sebagainya,

Istirahat dan TidurPada dasamya, sudah menjadi fitrah manusia bekerja siang hari dan tidur pada malam hari untuk istirahat. Dengan begitu, apapun yang dilakukan di siang hari apakah meletihkan fisik atau mental. Insya-Allah esok hari akan segar kembali. Namun jika kondisi ini terbalik hasilnya pun akan berbeda.

3. PenutupSebagai penutup, agar mahasiswa dapat berprestasi

mahasiswa dituntut untuk dapat mengembangkan faktor penunjang dalam belajar. Di samping itu, mahasiswa dapat mengatasi faktor penghambat dalam belajar. Setelah mahasiswa dapat mengembangkan faktor penunjang dan dapat mengatasi hambatan dalam belajar, maka mahasiswa dapat mengatur cara belajar yang baik.

Dengan demikian tugas orang tua dan dosen akan lebih ringan apabila mahasiswa dapat memiliki notivasi dan kesungguhan dalam belajar. Sehingga tugas dosen dan orang adalah "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”. Di depan memberikan contoh atau teladan, di tengah membantu tugas dan tanggung jawabnya, di belakang memberikan dorongan dan motivasi untuk maju.

DAFTARPUSTAKA

186

Ahmadi, Abu. 1993. Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses. Solo: CV Aneka Solo.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution, S. 1995. Didaktis: Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rooijkkers, Ad. 2007. Cara Belajar di Perguruan Tinggi: Beberapa Petunjuk Praktis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Slmeto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi: Rineka Cipta.

Soejanto, Agoes. 1995. Bimbingan ke-Arah Belajar yang Sukses. Jakarta: PT Rikneka Cipta.

Sunarto, Agung. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

187