Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ
-
Upload
code-igniter -
Category
Documents
-
view
85 -
download
8
description
Transcript of Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ
![Page 1: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/1.jpg)
PROFIL MIKROBA DAN AKTIVITAS ENZIM SELULOLITIK RUMEN SAPI (Bos taurus) PASCA PEMBERIAN
JANGKA PENDEK EKSTRAK SAPONIN BUAH LERAK (Sapindus rarak L)
PROPOSAL KULIAH KERJA
diajukan untuk memenuhi syarat Kuliah Kerja (KK)tahun akademik 2013-2014
Oleh: Laila Karomah
NIM 101810401027
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER 2013
i
![Page 2: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/2.jpg)
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sapi merupakan hewan ternak yang menjadi pilihan utama manusia dalam
rangka memenuhi kebutuhan esensial akan bahan makanan berprotein tinggi. Hal
ini ditunjukkan dengan permintaan pasar yang terus mengalami kenaikan. Pada
tahun 2005 Biro Pusat Statistik mencatat kenaikan angka permintaan pasar
terhadap daging sapi sekitar 219 ton/tahun pada periode tahun 2000-an dan yang
menjadi permasalahan, kenaikan angka permintaan pasar tersebut tidak diimbangi
oleh kenaikan produktivitas hasil peternakan sapi nasional.
Menurut Wina et al. (2005a) faktor yang menyebabkan rendahnya
produktivitas ternak ruminansia (salah satu diantaranya adalah sapi) di negara
berkembang seperti Indonesia antara lain sistem managemen, kualitas pakan serta
kesehatan ternak yang buruk. Peternak umumnya memberikan sapi-sapi mereka
pakan yang mengandung lignoselulosa dan selulosa yang sulit dicerna.
Suharti et al. (2010) menyatakan bahwa permasalahan tersebut dapat
diatasi dengan melakukan defaunasi pada mikroflora rumen. Defaunasi rumen
adalah usaha untuk mengontrol jumlah Protozoa didalam rumen karena meski turut
membantu sapi serta hewan ruminansia lain untuk mencerna serat kasar, Protozoa
dapat melakukan predasi terhadap bakteri-bakteri rumen bahkan Eugene et al.
(2004) menyatakan bahwa keberadaan Protozoa dalam rumen cenderung
merugikan karena dapat mengganggu keseimbangan ekologis dalam rumen.
Defaunasi dilakukan dengan memberikan ransum yang mengandung
metabolit sekunder tumbuhan seperti tannin. . Namun Benchaart et al. 2008 tannin
memiliki kemampuan meningkatkan daya cerna dan daya serap nutrisi pada
ruminansia. Saponin juga mampu membunuh Protozoa dengan merusak membran
sel (Noudeh et al., 2011). Tumbuhan yang memiliki saponin tinggi namun kurang
memiliki nilai ekonomi yaitu buah lerak (Sapindus rarak). Wina et al. (2005b)
melaporkan bahwa pemberian ekstrak ethanol buah lerak mampu meningkatkan
average daily gain (efisiensi pakan) pada domba hingga 40%.
![Page 3: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/3.jpg)
2
Dilatarbelakangi analisis masalah diatas, maka perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak buah lerak hasil maserasi terhadap
mikroflora rumen dan aktivitas bakteri selulolitik rumen sapi sebagai salah satu
usaha meningkatkan produktivitas ternak sapi nasional.
1.2 Perumusan masalah
Pemberian ekstrak hasil maserasi buah lerak diharapkan dapat men-
defaunasi rumen sapi untuk meningkatkan kecernaan pakan kaya lignoselulosa
dan selulosa sebagai salah satu metode meningkatkan produktivitas ternak sapi.
Dengan demikian, permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
bagaimana pengaruh pemberian ekstrak hasil maserasi buah lerak terhadap
mikroflora dan aktivitas selulolitik rumen sapi dan berapakah pemberian
konsentrasi ekstrak lerak paling efektif?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian ekstrak hasil maserasi buah lerak terhadap mikroflora dan aktivitas
selulolitik rumen sapi serta untuk mengetahui konsentrasi ekstrak lerak yang
paling efektif mendefaunasi mikroflora rumen.
Hasil kegiatan ini bermanfaat sebagai sumber pustaka pemanfaatan buah
lerak sebagai agen defaunasi rumen sapi untuk meningkatkan kecernaan pakan
dan produktas peternakan sapi Indonesia.
![Page 4: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/4.jpg)
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah Lerak dan Kandungan SaponinTanaman lerak (Sapindus rarak) merupakan tanaman yang berasal dari
Asia Tenggara dan telah lama dikenal di Pulau Jawa. Tanaman lerak berbentuk
pohon tinggi mencapai ± 42 m dan besar dengan diameter batang ± 1m. Daun
berbentuk bundar telur sampai lanset. Perbungaan terdapat di ujung (terminalis),
batang warna putih kekuningan. Bentuk buah bundar seperti kelereng dan bila
telah masak warnanya coklat kehitaman, permukaan buah licin/mengkilat. Bijinya
bundar dan berwarna hitam (Gambar 2.1). Antara buah dan biji terdapat daging
buah yang sedikit berlendir dan beraroma wangi (Widowati 2003 ).
Gambar 2.1 Habitus lerak (Sapindus rarak)(Sumber: eol.org, 2011)
Senyawa aktif pada buah lerak yang sampai saat ini telah diketahui adalah
senyawa-senyawa dari golongan saponin dan sesquiterpene (Wina et al. 2005c).
Thalib et al. (1994) melaporkan bahwa daging buah lerak yang diekstrak dengan
heksan dan metanol mengandung saponin sebesar 14.6%, serta berbagai senyawa
organik lain seperti protein, tanin, fenol dan karbohidrat terlarut.
2.2 Ekologi Mikroba Rumen dan InteraksinyaSapi (Bos taurus) merupakan kelompok ruminansia yang memiliki peran
penting dalam peternakan. Hal ini terjadi karena hewan ruminansia seperti sapi
![Page 5: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/5.jpg)
4
memiliki kemampuan untuk mencerna pakan berupa tumbuhan dengan jumlah
serat kasar (lignoselulosa dan selulosa) yang tinggi menjadi energi.
Efisiensi sistem pencernaan (digestif) ruminansia merupakan faktor
penting dibalik efisiensi tersebut. Keistimewaan sistem digestif sapi dan ruminan
lain terletak pada lambungnya yang terdiri dari empat kompartemen (Gambar
2.2). Kompartemen tersebut antara lain rumen, omasum, abomasum, dan
retikulum (Univ. Minesota, 2008).
Gambar 2.2 Skema sistem digestif sapi (Bos taurus) (Sumber: Univ. Minesota, 2008)
Rumen adalah bagian utama dari lambung sapi. Kompartemen ini
merupakan kompartemen paling luas dibandingkan tiga kompartemen lain.
Rumen terdiri dari beberapa saccus (kantong-kantong) yang mampu menampung
lebih dari 25 galon bahan makanan atau material lain tergantung ukuran dari sapi
tersebut. Selain berfungsi sebagai penampung bahan makanan, rumen juga
berfungsi sebagai fermentation vat atau ruang tempat terjadinya degradasi dan
fermentasi bahan makanan oleh mikrobia-mikrobia rumen seperti protozoa, fungi
dan berbagai jenis bakteri (Univ. Minesota, 2008).
Rumen memiliki jumlah polulasi bakteri yang sangat tinggi (>1010 sel/gr)
dan bakteri tersebut berperan besar dalam berbagai jalur degradasi dan fermentasi
![Page 6: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/6.jpg)
5
substrat dalam rumen (Russel & Wilson 1996). Ekosistem mikroba rumen terdiri
atas bakteri (1010–1011 sel/ml, sekitar lebih dari 50 genera), protozoa (Cilliata)
(104–106/ml dari 25 genera), kapang/jamur (103–105 zoospores/ml, kurang lebih 5
genera) (Hobson & Stewart 1997). Namun, jumlah sebenarnya lebih besar karena
sebagian besar bakteri tidak dapat dikulturkan.
Tabel 2.1. Karakteristik Beberapa Bakteri Rumen
OrganismeBentuk Motilitas Produk Fermentasi
Pencerna Serat F. succinogenes Batang - Suksinat, asetat, formatR. albus Coccus Coccus + Asetat, format, H2, CO2 B. fibrisolvens Batang + Acetat, format, laktat, butirat,
H2 dan CO2 Clostridium Iochheadii
Batang - Asetat, format, butirat H2, CO2
Pencerna Pati
Bacteriodes Amylophilus
Batang - Format, asetat, suksinat
B. ruminocola Batang Format, asetat, suksinatSelenomoins Ruminantium
Batang + Asetat, Propionat, Laktat
Succinomonas Amylolyctica
Oval + Asetat, Propionat, suksinat
Streptococcus bovis Coccus - Laktat
Pencerna Laktat Selenomonas Lactylitica
Batang + Asetat, suksinat
Peptostreptococcus Elsdenic
Coccus - Acetat, propionat, butirat, valerat, H2, CO2
Pencerna Pectin Lachnospira Multipany
Batang + Acetat, format, laktat, H2, CO2
Methanobreribacter Ruminantium
Batang - CH4 (dari H2 + CO2 atau format)
Weimer et al., (1999)
Mempertahankan rumen selalu sehat dan seimbang merupakan kunci agar
degradasi serat dan penyerapan nutrisi dapat dimaksimalkan. Selain pemberian
pakan berupa tumbuhan (dedaunan atau rerumputan) sering diberikan pula
![Page 7: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/7.jpg)
6
konsentrat yang lebih cepat difermentasi dalam rumen. Fermentasi yang lebih
aktif menghasilkan VFA (volatile fatty acid) yang lebih banyak dan dapat
menurunkan pH. Bakteri rumen dapat bekerja dengan baik apabila pH rumen
selalu dipertahankan 6.8. Penurunan pH dibawah 6 dapat menyebabkan kinerja
enzim terhenti dan demikian pula tingkat pertumbuhan bakteri-bakteri tersebut
(Russel & Wilson 1996). Russel & Wilson (1996) juga menyatakan bahwa bakteri
rumen tidak memiliki mekanisme homeostasis hingga tidak mampu hidup pada
pH dibawah 6.
Bakteri rumen terdiri dari jenis gram positif dan gram negatif. Spesies
bakteri rumen yang termasuk dalam gram positif antara lain Lactibacillus ruminis,
Lactobacillus vitulinus, Eubacterium ruminantium, Clostridium
polysaccarilyticum, Streptococcus bovis dan Butyrivibrio fibrisolvens, sedangkan
yang termasuk dalam gram negatif antara lain Prevotella sp., Ruminobacter
amylophilus, Fibrobacter succinogenes, Selenomonas ruminantium, Succinimonas
amylolitica dan Treponema bryantii (Hobson & Stewart 1997).
2.3 Pengaruh Saponin Pada Mikroba Rumen dan Aktivitas Fermentasi
Rumen
Saponin merupakan glikosida steroid atau triterpenoid yang banyak
terdapat pada tanaman. Diberi nama saponin karena kemampuannya membentuk
senyawa stabil yaitu busa seperti sabun dalam larutan air. Saponin terdiri atas gula
yang biasanya mengandung glukosa, galaktosa, asam glukoronat, xylosa,
rhamnosa atau methylpentosa yang berikatan membentuk glikosida dengan
hydrophobic aglycone (sapogenin) yang membentuk triterpenoid (Francis et al.
2002). Budan (2012) mengemukakan bahwa saponin memiliki kemampuan untuk
mendistrupsi (merusak) membran sel protozoa hingga dapat digunakan sebagai
agen defaunasi rumen.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidak ada indikasi toksisitas dari
saponin pada pertumbuhan bakteri atau degradasi protein secara in vitro (Van
Nevel & Demeyer 1990). Steroidal saponin (SAP) dari ekstrak Yucca schidigera
mempunyai pengaruh yang berbeda pada beberapa spesifik bakteri rumen.
![Page 8: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/8.jpg)
7
Pertumbuhan bakteri Streptococcus bovis, Prevotella bryantii dan Ruminobacter
amylophilus menurun, sedangkan pertumbuhan bakteri Selonomonas ruminantium
meningkat. Kurva pertumbuhan semua bakteri non selulolitik hampir sama baik
yang diberi SAP maupun tidak. Aktivitas pencernaan oleh tiga bakteri selulolitik
utama (Ruminococcus albus, Ruminococcus flavefaciens dan Fibrobacter
succinogenes) dihambat oleh SAP, namun F. succinogenes adalah bakteri yang
memiliki sensifitas terendah terhadap SAP dibandingkan R flavefaciens dan R.
albus (Wang et al. 2000).
![Page 9: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/9.jpg)
8
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan dilakukan di Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi Bogor
pada bulan Juli 2013 hingga selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antaralain: buah lerak,
methanol, rumput gajah, wheat pollard, methylen green, formaldehyde, NaCl
0.8%. Instrumentasi: strring magnetic,rotary evaporator, mortar dan pestle, pisau,
seperangkat alat tulis, kain saring muslin cloth, dan haemocytometer
.
3.3 Rancangan Penelitian
Dasar perancangan penelitian dalam kegiatan ini adalah penelitian
eksperimental dan digunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan tiga kali
ulangan. Data yang didapat dianalisis dengan metode ANOVA dengan software
PSPP (program analisis statistika dari Free software Foundation). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jangka pendek
ekstrak saponin buah lerak hasil maserasi terhadap populasi mikrobia dan
aktivitas selulolitik rumen sapi.
3.4 Prosedur Kegiatan
3.4.1 Ekstraksi Saponin Dari Buah Lerak Dengan Metode Maserasi
Buah lerak dicuci dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C. Setelah
pengeringan, biji dipisahkan dari perikarpiumnya. Perikarpium kering yang
didapat selanjutnya digerus hingga halus. Serbuk perikarpium lerak kering
ditempatkan dalam labu alas bulat dan dimaserasi dengan methanol pada suhu
ruang (28-30°C) selama 3 hari pada stirring (1:3; w/v). Setelah 3 hari, solvent
dipisah dari filtrat dengan metode dekantasi selanjutnya dievaporasi dengan rotary
![Page 10: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/10.jpg)
9
evaporator (Sae Yun et al. 2006). Residu hasil maserasi dikeringkan dengan oven
pada suhu ruang (30°C) dan disimpan dalam wadah kedap udara.
3.4.2 Pemberian Ransum Jangka Pendek (short-term feeding) Ekstrak
Saponin Buah Lerak
Sebagai sumber cairan rumen, digunakan sapi PO berfistula. Sebelum
dilakukan pengujian dengan ekstrak lerak hasil maserasi, sapi hewan uji didietkan
selama dua minggu. Ekstrak saponin buah lerak hasil maserasi dicampurkan
dengan wheat pollard sebanyak 0.6 mg /bb sapi uji. Rasum diberikan sebanyak
dua kali sehari pada pukul 8:00 pagi dan 17:00 sore selama tujuh hari. Setelah
ransum ekstrak saponin buah lerak dihabiskan, dilanjutkan dengan pemberian
rumput gajah (Pennisetum purpureum).
3.4.3 Prosedur pengumpulan Sampel Rumen
Pengumpulan sampel cairan rumen dilakukan sebelum, saat dan setelah
pemberian ransum ekstrak saponin buah lerak . Sampling diambil melalui
stomach tube sebanyak delapan kali. Cairan rumen yang didapat selanjutnya
disaring dua kali dengan menggunakan dua lapis muslin cloth.
Aliquot (filtrat hasil penyaringan rumen) yang didapat digunakan untuk
pengukuran konsentrasi RNA ribosomal (identifikasi jenis bakteri selulolitik)
dengan jumlah sampel ± 0.3ml, untuk mengukur aktivitas CMCase sebanyak
1.5ml dan untuk penghitungan jumlah protozoa digunakan sampel cairan rumen
sebanyak 0.3ml (Wina et al. 2005c).
3.4.4 Pengukuran Aktivitas CMCase dan Jumlah Protozoa
Aktivitas enzim CMCase diukur dengan mengukur kadar/konsentrasi gula
reduksi dengan metode yang dikembangkan oleh Groleu dan Forsbeg (1983).
Sebagai pembanding digunakan standart glukosa. Untuk pengukuran jumlah
protozoa, sampel cairan rumen difiksasi menggunakan larutan fiksasi yang terdiri
dari 4% formaldehid, NaCl 0.8%, dan pewarna mehyl green 0.6 mg/ml (Wina et
al. 2005c). Penghitungan dilakukan dengan metode Haemocytometer.
![Page 11: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/11.jpg)
10
3.4.5 Identifikasi Bakteri Selulolitik
Dari sampel aliquot rumen diekstraksi RNA ribosomalnya dengan
menggunakan phenol chloroform menurut metode yang dikembangkan oleh
Muetzel et al. (2001). Kemudian kemurnian RNA hasil ekstraksi diukur dengan
standart RNA E.coli dan Saccharomyces cerevisiae. Selanjutnya dilakukan dot
blot hybridization sesuai prosedur Stahl (1988). 50µl sampel di-blotting dengan
Miniflod II™ .
Sampel RNA standart yang telah diketahui diblotting pula pada membran
paling atas dengan label (probe) c-adenosine 32P-ATP (ICN Biochemicals Inc.,
Eschewege, Germany) menggunakan T4-Nuclease Kinase (Fermentas EK0031,
Fermentas GmbH, Saint Leon-Rot, Germany) pada suhu 37°C. Hasil
hybridization di-scan dengan phosphor imager (BAS 1000, Fuji Photo Film Co.).
kemudian gambar hasil scanning dianalisis dengan menggunakan oftware AIDA
v. 231 (Raytest, Straubenhardt, Germany).
![Page 12: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/12.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Benchaar C., T. A. McAllister, & P. Y. Choulnard. 2008. Digestion, ruminal fermentation, ciliate protozoal populations, and milk production from dairy cows fed Cinnamaldehyde, Quebracho condensed tannin, or Yucca schidigera saponin extracts. J. Dairy Sci. 91: 4786-4777
Francis G, Kerem Z, Makkar HPS, Becker K. 2002. The biological action of saponins in animal systems: a review. Br. J. Nutr. 88 :587-605.
Hobson PN, Stewart CS. 1997. The Rumen Microbial Ecosystem. Second Ed. Blackie Academic & Professional, London.
Mackie, A. M., H. T. Singh, T. C. Fletcher. Studies on the cytolytic effects of seastar (Marthasterias glacialis) saponins and synthetic surfactants in the plaice Pleuronectes platessa. Marine Biology April 10, 1975, Volume 29, Issue 4, pp 307-314
Russell JB, Rychlik JL. 2001. Factors that alter rumen microbial ecology. Science 292:1119-1122
.
Suharti, A., Kurniawati, D., A. Astuti, & E. Wina. 2010. Microbial Population and Fermentation Characteristic in Response to Sapindus rarak Mineral Block Supplementation. Media Peternakan, Desember 2010, hlm. 150-154 EISSN 2087-4634
Thalib A, Winugroho M, Sabrani M, Widiawati Y, Suherman D. 1994. The use of methanol extracted Sapindus rarak fruit as a defaunating agent of rumen protozoa. Ilmu dan Peternakan 7:17-21
.
Univ. Minesota, 2008. Ruminant Anatomy and Physiology. [Serial online] http://www.extension.umn.edu/distribution/livestocksystems/DI0469.html#tc. Diakses 7 Juni 2013
![Page 13: Proposal Magang (PKL) FMIPA UNEJ](https://reader030.fdokumen.com/reader030/viewer/2022020106/55cf9cbc550346d033aadac7/html5/thumbnails/13.jpg)
Van Nevel CJ, Demeyer DI. 1990. Effect of antibiotics, a deaminase inhibitor and Sarsaponin on nitrogen metabolism of rumen contents in vitro. Anim. Feed Sci. Tech. 31:323-348
Wang Y, McAllister TA, Yanke LJ, Cheeke PR. 2000. Effect of steroidal saponin from Yucca schidigera extract on ruminal microbes. J. App. Microb. 88:887-896.
Weimer P.J. G.C. Waghorn, DR. Merten S., 1999. Effect of Diet on Population of Three Species of Ruminal Cellulolytic Bacteria in Lactating Dairy Cows Journal of Dairy Science. Vol. 82.
Widowati L. 2003. Sapindus rarak DC. Medicinal and Poisonous Plants. 12:358-359. [Serial Online] www.prosea.org Diakses 3 Juni 2013
Wina, E., S. Mue el, & K. Becker. 2005c. The dynamics of major fibrolytic microbes and enzyme activity in the rumen in response to short-and long-term feeding of Sapindus rarak saponins. J. Appl. Microbiol. 100: 114-122.
Wina, E., S. Muezel, E. Hoffman, H. P. S. Makkar, & K. Becker. 2005a. Saponins containing methanol extract of sapindus rarak affect microbial fermentation, microbal activity and microbial comunity structure in vitro. Anim. Feed Sci. and Tech. 121:159-174.
Wina, E., S. Muezel, E. Hoffman, H. P. S. Makkar, & K. Becker. 2005b. The impact of saponin-containing plant materials on ruminant production. A Review. J. Agric. Food Chem. 53: 8093–8015.