Proposal Kualitatif
description
Transcript of Proposal Kualitatif
1
A. Judul
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING
PADA MATERI PECAHAN DI SMP NEGERI 1 TANJUNGSARI.
B. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan untuk
mengembangkan segala potensi yang sudah ada dalam diri manusia. Betapa
tidak dengan pendidikan yang memakan waktu lebih lama dari pada
pengajarannya. Pendidikan memiliki peran strategis dalam menciptakan
manusia berbudi dan berakhlak. Keberhasilan dalam bidang pendidikan suatu
bangsa diharapkan dapat memajukan bangsa itu sendiri, karena dengan
keberhasilannya pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas pada bangsa tersebut.
Keberhasilan siswa di sekolah merupakan harapan bagi setiap orang tua,
pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan pendidikan siswa
sangat di harapkan mengingat siswa merupakan generasi yang akan
meneruskan pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Proses
pendidikan yang di laksanakan di sekolah pada intinya adalah pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Melalui proses kegiatan belajar mengajar siswa di
harapkan dapat memperoleh prestasi yang setinggi-tingginya sesuai dengan
tingkat kemampuannya.
Dalam mempelajari matematika siswa banyak mengalami
permasalahan, salah satu yang menjadi permasalahan dalam mempelajari
2
matematika yaitu karakteristik matematika yang mempunyai objek bersifat
abstrak.
Menurut Ruseffendi (2006:266) sifat abstrak matematika adalah salah satu
hal yang menyebabkan banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
mempelajarinya. Oleh karena itu, seorang guru matematika harus dapat
memilih dan mengembangkan suatu metode dalam kegiatan belajar
mengajarnya dan disesuaikan dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.
Agar siswa dapat belajar lebih aktif, maka perlu diciptakan suasana
pembelajaran matematika yang kondusif yang dapat mengoptimalkan
kemampuan siswa dalam mempresentasikan, membaca, menulis,
mendengarkan, menerangkan, mendiskusikan, memberikan jawaban atau
alasan, mempertahankan pendapat, memprediksikan dan mengklarifikasi.
Berdasarkan kondisi yang telah di uraikan, masalah yang muncul adalah
model pembelajaran apa yang dapat dikembangkan guru agar siswa belajar
matematika aktif? Peneliti tertarik untuk menerapkan suatu model
pembelajaran yang diperkirakan siswa dapat belajar matematika dengan aktif
dan dapat berhasil dalam belajar matematikanya. Model pembelajaran yang
dimaksud adalah Model Pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep),
siswa tidak selalu harus bergantung kepada guru dalam belajarnya.
Menerapkan peta konsep dalam pemecahan masalah matematika
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika. Bahwa Ausubel (dalam Asmarandani, 2011:4)
menekankan dan menyarankan para guru-guru dalam mentransfer materi
3
pelajaran kepada siswa-siswa melalui pembelajaran bermakna. Hal itu dapat
dilakukan dengan pertolongan peta konsep. Peta konsep digunakan untuk
menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep untuk proporsisi-
proporsisi. Sedangkan proporsisi merupakan dua atau lebih konsep yang
dihubungkan dengan kata dalam satu unit semantik. Zaini (dalam
Asmarandani 2011:4) menyatakan bahwa pembelajaran dengan peta konsep
dapat mengembangkan kemampuan mensintesis informasi menjadi satu, dapat
mengembangkan kemampuan berfikir secara holistik untuk melihat
keseluruhan dan bagian-bagian, mengembangkan kecakapan dan strategi
belajar, mengembangkan kemampuan belajar konsep-konsep dan teori-teori
dan mengembangkan kemampuan membuat kesimpulan-kesimpulan dalam
suatu pembahasan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang
1) Bagaimana implementasi Model Pembelajaran Concept Mapping
2) Faktor apa saja yang mendukung implementasi Model Pembelajaran
Concept Mapping
3) Apa saja kendala implementasi Model Pembelajaran Concept Mapping
4) Apakah solusi kendala implementasi Model Pembelajaran Concept
Mapping
Kajian ini akan dilaksanakan melalui penelitian dengan judul “Implementasi
Model Pembelajaran Concept Mapping Pada Materi Pecahan di SMP Negeri
1 Tanjungsari”.
4
C. Rumusan Masalah
1) Bagaimana implementasi Model Pembelajaran Concept Mapping
2) Apakah semua siswa memahami proses belajar dengan menggunakan
Model Pembelajran Concept Mapping
3) Faktor apa saja yang mendukung implementasi Model Pembelajaran
Concept Mapping
4) Apa saja kendala implementasi Model Pembelajaran Concept Mapping
5) Apakah solusi kendala implementasi Model Pembelajaran Concept
Mapping
D. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengimplementasi Model Pembelajaran Concept Mapping
2) Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung implementasi
Model Pembelajaran Concept Mapping
3) Untuk mengetahui apa saja kendala implementasi Model Pembelajaran
Concept Mapping
4) Untuk menentukan solusi kendala implementasi Model Pembelajaran
Concept Mapping
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1) Ruang lingkup penelitian adalah implementasi Model Pembelajaran
Concept Mapping pada materi pecahan di SMP Negeri 1 Tanjungsari
2) Keterbatasan Penelitian adalah:
5
a. Implementasi model Concept Mapping di SMP N 1 Tanjugsari
b. Materi pecahan SMP
F. Definisi Operasional
1) Model Pembelajaran Concept Mapping atau Peta konsep atau pemetaan
konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan hubungan antara
beberapa konsep. Hubungan antar konsep dapat dirinci dalam bentuk
pernyataan-pernyataan. Peta konsep digunakan untuk menyatakan
hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-
proposisi.
2) Pemahaman merupakan salah satu aspek dalam Taksonomi Bloom yang
ditempatkan pada tahap kedua dalam jenjang kognitif. Berarti
pemahaman akan suatu konsep merupakan dasar yang penting sebelum
meningkat pada tahapan jenjang kognitif yang lebih tinggi
G. Kajian Teoritis
A. Metode Pembelajaran Concept Mapping
Cara lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta
didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya adalah metode
pembelajaran peta konsep. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah
potongan-potongan kartu-kartu yang bertuliskan konsep-konsep utama.
Selanjutnya guru membagikan potongan-potongan kartu yang telah
bertuliskan konsep utama kepada para peserta didik. Berikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mencoba beberapa kali membuat suatu peta yang
6
menggambarkan hubungan antar konsep. Pastikan peserta didik membuat
garis penghubung diharapkan peserta didik menulis kata atau kalimat yang
menjelaskan hubungan antar konsep. Kalimat-kalimat itu menujukkan
asumsi yang dibangun peserta didik dalam menjelaskan hubungan antar
konsep.
Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik. Sebagai bahan
perbandingan tampilkan satu peta konsep yang anda buat. Hasil pekerjaan
peserta didik yang telah dikumpulkan bahaslah satu persatu. Ajaklah seluruh
kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi terhadap peta-peta konsep yang
dipresentasikan. Di akhir pembelajaran ajaklanh seluruh kelas merumuskan
beberapa kesimpulan terhadap materi yang dipelajari melalui peta konsep
tersebut. (Concept Mapping Satu Lagi [dot] Com.htm)
Menurut Said (2009) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah alat
peraga untuk memperlihatkan hubungan antara beberapa konsep. Hubungan
antar konsep dapat dirinci dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Peta konsep
digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-
konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan
dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh katakata dalam suatu
unit semantik dalam bentuknya yang paling sederhana. Suatu peta konsep
hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh suatu kata penghubung
untuk membuat suatu proposisi.
Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti bahwa
ada beberapa konsep yang lebih eksklusif daripada konsep-konsep yang lain.
7
Konsep yang paling inklusif terdapat pada puncak, lalu menurun hingga
sampai pada konsep-konsep yang lebih khusus atau contoh-contoh. Bila dua
atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif,
terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu
Pembelajaran ini dilakukan dalam 6 (enam) kali pertemuan. Pada
pertemuan I pembelajaran dilakukan dengan ceramah bervariasi dan
pengenalan pembuatan peta konsep. Pertemuan II pembelajaran dilakukan
dengan memberi kesempatan kepada seluruh siswa yang telah berkelompok
melanjutkan pembuatan dan penyelesaian peta konsep. Pertemuan III
pembelajaran dilakukan dengan presentasi hasil pembuatan peta konsep dari
kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya dan dilakukan dalam
kelompok yang bersangkutan. Kelompok yang telah meyelesaikan
presentasi diberikan latihan soal guna meningkatkan pemahaman siswa
terhadap kompetensi yang telah dan sedang dipelajari. Pertemuan IV
pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada kelompok
yang belum menyelesaikan tugas pembuatan peta konsep dan melaksanakan
presentasi dalam kelompok. Sehingga pada pertemuan IV ini diharapkan
seluruh kelompok sudah menyelesaikan. Kelompok yang telah
menyelesaikan presentasi dan latihan soal dan menunggu kelompok lain
menyelesaikan tugas diberi pengayaan pada pertemuan ini, sehingga mereka
tidak tampak menganggur. Pada pertemuan V guru bersama siswa
melakukan pembahasan soal-soal latihan dan pengayaan yang telah
8
dikerjakan oleh siswa dan tanya jawab secara klasikal. Pertemuan VI
dilakukan uji kompetensi.
Kedua, pembentukan kelompok belajar. Pengelompokan ini dilakukan
secara bebas melalui metode hitungan satu sampai lima atau enam dan siswa
yang mendapatkan hitungan yang sama bergabung dalam satu kelompok
sehingga terbentuk kelompok yang heterogen baik dari segi kemampuan
akademis maupun latar belakang jenis kelamin dan lainnya.
Tahap selanjutnya adalah tahap pembelajaran. Langkah utama yang
dilakukan adalah: pertama, perencanaan pembelajaran. Beberapa hal yang
dilakukan pada perencanaan pembelajaran ini meliputi: (1) menetapkan
rancangan dalam proses belajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif
peta konsep, (2) menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kooperatif peta konsep, (3) menyusun lembaran kegiatan yang
akan diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya belajar dalam
kelompok, (4) mempersiapkan lembar pengamatan, dan (5) mempersiapkan
perangkat tes hasil belajar.
Kedua, pelaksanaan pembelajaran. Adapun urutan kegiatan secara
garis besar adalah sebagai berikut: (1) Penyajian materi. Penyajian materi ini
dilakukan secara klasikal selama 15 menit. Penyajian materi meliputi pokok-
pokok materi secara garis besar. (2) Belajar kelompok. Setelah penyajian
materi pelajaran secara klasikal dan penjelasan pembuatan peta konsep,
selanjutnya siswa akan berkumpul dalam kelompok yang telah ditentukan.
Setiap kelompok akan diberikan lembar kegiatan berupa kertas karton
9
manila atau kertas buram duplikator ukuran besar. Siswa membagi tugas
pemetaan berdasarkan standar kompetensi/kompetensi dasar menjadi sub-
sub kompetensi dasar sehingga setiap siswa memperoleh bagian tugas
pemetaan dan dikerjakan secara bersamaan dalam kelompok. Siswa dapat
bekerja sama dan saling berdiskusi dalam kelompok. Penentuan tugas
dilakukan secara demokratis oleh kelompok tersebut dan dikerjakan dalam
satu karton, sehingga hasilnya membentuk semacam jaring labalaba. (3)
Belajar generatif (pemahaman konsep). Setelah selesai pembuatan peta
konsep oleh seluruh anggota dalam kelompok, dilakukan pembelajaran
generatif, yaitu siswa aktif mempresentasikan hasil sub peta konsep yang
dibuat kepada teman-temannya dalam satu kelompok secara bergantian.
Kegiatan ini dipandu dengan lembar kegiatan presentasi dalam kelompok.
Kegiatan presentasi ini dimaksudkan untuk mengungkapkan ide mereka dan
mampu untuk mempertahankan pendapatnya di depan teman-temannya. (4)
Tes individual. Setelah siswa belajar dalam kelompok untuk pembelajaran
kooperatif peta konsep dan generatif. Selanjutnya akan diberikan tes secara
individual yang merupakan salah satu langkah dalam mengetahui hasil
proses pembelajaran. Hasil tes hanya digunakan untuk mengetahui
peningkatan pemahaman siswa melalui pendekatan kooperatif peta konsep.
Ketiga, pengamatan (observasi). Observasi dilakukan dengan tujuan
agar memperoleh informasi yang lebih mendasar dan komprehensif tentang
data aktivitas siswa, motivasi, dan suasana pembelajaran dilakukan mulai
dari awal sampai akhir pembelajaran. Data hasil observasi tersebut
10
digunakan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Keempat, refleksi. Setelah menyelesaikan pembelajaran, guru bersama
siswa melakukan diskusi guna membahas hasil observasi terhadap kegiatan
belajar yang telah dilakukan. Dari hasil observasi dan diskusi tersebut
selanjutnya dijadikan sebagai tahap refleksi dalam rangka memperbaiki
pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
H. Metode Penelitian
Penelitian jenis ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan
metodologi penelitian kualitatif deskritif. Menurut Riduwan (2009) Penelitian
Deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas
suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang
diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini akan berangkat dari penggalian data
berupa pandangan berupa informan dalam bentuk cerita rinci atau asli yang
diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan para subjek
penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP).
I. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa SMP kelas VII. Subjek diambil dari siswa
SMP kelas VII. Subjek dipilih langsung oleh peneliti. Disamping itu juga,
memperhatikan pertimbangan guru yang berkaitan dengan kemampuan subjek
11
untuk mengemukakan pendapat atau jalan pikirannya secara lisan maupun
tulisan, agar diperoleh subjek yang dapat mengemukakan jalan pikirannya
mengenai implementasi model Concept Mapping pada materi pecahan.
J. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2009). Jadi Instrumen utama penelitian
ini adalah peneliti sendiri. Sebagai instrumen utama, peneliti berperan sebagai
perencana pengumpul data, analisator, penafsir data, dan pelapor penelitian
(Sugiyono, 2009). Sebagai instrumen, peneliti tidak melakukan intervensi
ketika subjek menyelesaikan tugas pemecahan masalah.
Instrumen lainnya adalah (1) angket sikap siswa (2) pedoman wawancara,
untuk mengungkap proses implementasi model Concept Mapping pada materi
pecahan.
Pedoman wawancara dimaksud untuk membimbing peneliti dalam
mengungkap proses berpikir ketika subjek menyelesaikan masalah. Pedoman
wawancara hanya membimbing peneliti agar materi wawancara tetap terfokus
pada permasalahan yang ingin diungkap. Dalam pelaksanaannya peneliti dapat
mengembangkannya sesuai dengan kondisi yang sedang dialami saat itu,
tetapi masih tetap mengacu pada pedoman wawancara. Data hasil wawancara
berupa transkrip wawancara. Transkrip tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan
peneliti dan jawaban subjek dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
Berdasarkan transkrip tersebut, data tentang proses berpikir asimilasi dan
12
akomodasi dapat diidentifikasi. Diagram penyusunan dan pengembangan
instrumen digambarkan sebagai berikut.
Tidak
Ya
Gambar 1 Diagram Alur Penyusunan dan Pengembangan Instrumen
K. Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan angket dan wawancara,
pada penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur. yang merupakan
wawancara berbasis tugas. Menurut Esterbeg (Satori & Aan, 2010:135)
wawancara Semi struktur adalah pendekatan menggunakan petunjuk umum
wawancara yang merupakan kombinasi wawancara struktur dan tak struktur yang
menggunakan beberapa inti pokok pertanyaan yang akan diajukan, yaitu
Penyusunan instrumen
Layak digunakan
Keterangan:
: urutan kegiatan
: siklus jika diperlukan
: kegiatan yang dilakukan
: hasil yang diperoleh
: pilihan/pertanyaan
Draf instrumen
Dikonsultasikan dengan ahli dan praktisiRevisi
Instrumen yang layak digunakan
13
interviewer membuat garis-garis besar pokok-pokok pembicaraan, namun dalam
pelaksanaannya interviewer mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok
pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan
pemilihan kata-katanya juga tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat wawancara
berdasarkan situasinya.
Tugas yang diberikan adalah tes pemecahan masalah. Subjek diberi tes
pemecahan masalah kemudian diwawancara. Cara yang dilakukan adalah siswa
diberi tugas pemecahan masalah. Pada setiap langkah pemecahan masalah
menurut teori Polya, siswa diwawancara untuk diketahui aktivitas asimilasi dan
akomodasinya, bagaimana dan mengapa untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Proses berpikir asimilasi dan akomodasi yang diungkap pada penelitian ini
mengacu pada langkah pemecahan masalah menurut Polya. Untuk setiap langkah
Polya tersebut akan dideskripsikan proses berpikir setiap subjek.
Wawancara direkam secara audio visual dengan menggunakan handphone.
Hasil pekerjaan tertulis dan hasil rekaman wawancara dengan handphone. Proses
berpikir asimilasi dan akomodasi dikaji dengan melihat strategi berpikir asimilasi
dan akomodasi yang dilakukan siswa, yakni dalam melakukan proses merancang,
proses memantau, dan proses menilai atau merefleksi kegiatannya. Aktivitas
tersebut diamati pada keempat langkah pemecahan masalah Polya, agar dapat
diketahui proses berpikir asimilasi dan akomodasi siswa. Pada akhir setiap
langkah penyelesaian masalah dilakukan wawancara.
14
L. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistimatis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri atau orang lain (Sugiyono, 2009: 274).
Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Moleong (2007:
248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan
apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang
lain.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif, mengikuti konsep Miles dan Huberman. Miles dan Huberman
(1992) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif sampai tuntas datanya dan berlangsung terus menerus pada setiap
tahap penelitian sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction,
data display, dan conclusion drawing/ verification.
Kegiatan yang dilakukan setelah pengumpulan data adalah membuat
transkrip seluruh hasil rekaman. Hasil transkrip tersebut direduksi, hal-hal yang
tidak berkaitan dengan tujuan penelitian dibuang dari transkrip. Data hasil reduksi
diuji kredibilitasnya dan dianalisis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan.
15
1. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” di lapangan.
Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu kegiatan yang
mengacu pada proses pemilihan dan pengidentifikasian data yang memiliki
makna jika dikaitkan dengan pertanyaan penelitian, dan selanjutnya membuat
koding pada setiap satuan sehingga diketahui berasal dari sumber mana.
Proses pengecekan keabsahan data yaitu menggunakan triangulasi waktu.
2. Penyajian data meliputi pengklasifikasian dan identifikasi data, yaitu
menuliskan kumpulan data yang terorganisasi dan terkategori sehingga
memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut.
3. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistimatis data
yang diperoleh dari hasil pekerjaan tertulis siswa, hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri atau oleh
orang lain.
4. Kategorisasi data
Dalam analisis data, juga dilakukan pengkategorisasian data, agar
analisis data yang dilakukan dapat mengarah kepada tujuan penelitian.
Kategorisasi dimaksudkan untuk: (1) mengelompokkan bagian-bagian data
yang berkaitan, (2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori
16
dan akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi kategori dan juga
sebagai dasar pemeriksaan keabsahan data, dan (3) menjaga agar setiap
kategori yang telah disusun satu dengan yang lainnya mengikuti prinsip taat
asas.
5. Penafsiran Data
Penafsiran data bertujuan untuk salah satu dari tiga, yaitu: deskripsi
semata, deskripsi analitik, atau teori substantif. Untuk tujuan deskrispi
semata digunakan teori dan rancangan organisasional yang sudah ada dalam
suatu disiplin. Sedangkan pada deskripsi analitik rancangan operasional
dikembangkan dari kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan-
hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data. Sementara untuk
tujuan teori substantif diperlukan untuk memperoleh teori baru. Dalam hal ini
peneliti menempatkan metafora atau rancangan yang telah ada dalam analisis.
Penafsiran data dalam penelitian ini ditujukan untuk menunjukkan teori
substantif yang berkaitan dengan terjadinya proses berpikir siswa berdasarkan
kerja asimilasi dan akomodasi.
Berkaitan dengan proses analisis dan penafsiran data, perlu dilakukan
penyusunan satuan. Satuan merupakan alat untuk menghaluskan pencatatan
data. Lincoln dan Guba (Moleong, 2007) menamakan satuan sebagai satuan
informasi yang berfungsi untuk menentukan atau mendefinisikan kategori.
Satuan juga merupakan bagian terkecil yang mengandung makna yang bulat
dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain. Dalam penelitian ini
17
penyusunan satuan didasarkan pada permasalahan yang dikaji, yaitu indikator
proses berpikir dalam menyelesaikan masalah matematika.
6. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang telah
dikumpulkan, baik yang diperoleh menggunakan wawancara, foto, rekaman
video, dan lembar tugas. Penarikan kesimpulan didasarkan pada satuan proses
berpikir yaitu asimilasi dan akomodasi pada setiap langkah penyelesaian
masalah yaitu: memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian,
melaksanakan rencana penyelesaian, dan mengecek kembali.
Menurut Miles & Huberman (Sugiyono, 2009:248) Secara umum diagram
alur teknik analisis data digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2. Proses Analisis Data
Reduksi data
Memilih yang penting, membuat kategori. Dan membuang yang tidak dipakai.
Pemaparan Data/Kategorisasi
Conclusion/verification
Penarikan kesimpulan
DATA
Analisis hal-hal yang menarik
18
M. Kredibilitas Data
Menurut Sugiyono (2009:270) Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap
data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, menggunakan bahan
referensi, analisis kasus negatif dan member check.
Lebih lanjut Sugiyono (2009:273) mengemukakan bahwa triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu. Pada penelitian ini uji kredibilitas
data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian dilakukan dengan
triangulasi waktu, yaitu menggunakan pengulangan wawancara, yakni mencari
kesesuaian data yang bersumber dari dua masalah yang setara pada waktu
yang berbeda.
Untuk itu mempertanggungjawabkan kredibilitas dalam penelitian ini, peneliti
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan triangulasi, yaitu dengan melakukan pengulangan wawancara
dengan tes pemecahan masalah yang setara. Hasil wawancara dan hasil tes
tertulis dikaji sesuai berdasarkan langkah pemecahan masalah Polya.
Dengan cara demikian diharapkan keseluruhan data saling menguatkan
dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses
berpikir.
19
2. Membuat catatan setiap tahapan penelitian dan dokumentasi yang lengkap.
Secara berkala peneliti melakukan refleksi mengenai pemikiran-pemikiran
yang muncul dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan.
3. Melakukan pentranskripan segera setelah melakukan pengambilan data.
Hal ini dilakukan agar unsur-unsur subyektifitas peneliti tidak ikut
mengintervensi data penelitian.
4. Melakukan pengecekan berulang kali terhadap rekaman suara, video,
lembar jawaban dan transkrip wawancara agar diperoleh hasil yang sahih.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, A. (2006). Pengaruh Model Pembelajaran Osborn terhadap Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Dananjaya, U. (2010). Media Pembelajaran Aktif.Bandung.Nuasa.
Darmansyah. (2010). Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor .Jakarta.Bumi Aksara.
Dasari, D. (2002). Pengembangan Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Proceeding National Science Education Seminar. Malang: JICA-IMSTEP FPMIPA UPI.
Depdiknas. (2003). Pedoman Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). [Online]. Tersedia: http://jip.pdkjateng.go.id/Data/Juklak%20Kurikulum%202004%20Januari/PEDOMAN-SMA/JARTAS/Jartas%20SMU%2010-03%5BI%5D.doc[31 Juli 2008].
Dimyanti dan Mudjiyono.(2006).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta.
FKIP Universitas Pasundan Bandung.(2006). Pedoman Penyusunan Skripsi dan Pelaksanaan Ujian Sidang. Bandung: FKIP Universitas Pasundan.http://Concept-Mapping-Satu-Lagi[dot]Com.html . [17 oktober 2011]http://Penerapan-Model-Pembelajaran-Kooperatif-Peta-Konsep-untuk-Meningkatkan-Motivasi-dan-Hasil-Belajar-Siswa.html. [17 oktober 2011].
Rusefendi, E.T.(2005).Dasar-Dasar Penelitian dan Bidang Non Eksata Lainnya. Bandung : Tarsito
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Guru Membantu Mengembangkan Potensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Said, I. M. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Peta Konsep untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa.[Online]. Tersedia:
Suherman, E.(2003).Evaluasi Pembelajaran Matematika.Bandung: JICA UPI.
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta. PUSTAKA PELAJAR
Tim Penyusun. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka