Proposal Kualitatif

32
1 A. Judul IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING PADA MATERI PECAHAN DI SMP NEGERI 1 TANJUNGSARI. B. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan untuk mengembangkan segala potensi yang sudah ada dalam diri manusia. Betapa tidak dengan pendidikan yang memakan waktu lebih lama dari pada pengajarannya. Pendidikan memiliki peran strategis dalam menciptakan manusia berbudi dan berakhlak. Keberhasilan dalam bidang pendidikan suatu bangsa diharapkan dapat memajukan bangsa itu sendiri, karena dengan keberhasilannya pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pada bangsa tersebut. Keberhasilan siswa di sekolah merupakan harapan bagi setiap orang tua, pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan pendidikan siswa sangat di harapkan mengingat siswa merupakan generasi yang

description

peta konsep

Transcript of Proposal Kualitatif

Page 1: Proposal Kualitatif

1

A. Judul

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING

PADA MATERI PECAHAN DI SMP NEGERI 1 TANJUNGSARI.

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan untuk

mengembangkan segala potensi yang sudah ada dalam diri manusia. Betapa

tidak dengan pendidikan yang memakan waktu lebih lama dari pada

pengajarannya. Pendidikan memiliki peran strategis dalam menciptakan

manusia berbudi dan berakhlak. Keberhasilan dalam bidang pendidikan suatu

bangsa diharapkan dapat memajukan bangsa itu sendiri, karena dengan

keberhasilannya pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia yang

berkualitas pada bangsa tersebut.

Keberhasilan siswa di sekolah merupakan harapan bagi setiap orang tua,

pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan pendidikan siswa

sangat di harapkan mengingat siswa merupakan generasi yang akan

meneruskan pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Proses

pendidikan yang di laksanakan di sekolah pada intinya adalah pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar. Melalui proses kegiatan belajar mengajar siswa di

harapkan dapat memperoleh prestasi yang setinggi-tingginya sesuai dengan

tingkat kemampuannya.

Dalam mempelajari matematika siswa banyak mengalami

permasalahan, salah satu yang menjadi permasalahan dalam mempelajari

Page 2: Proposal Kualitatif

2

matematika yaitu karakteristik matematika yang mempunyai objek bersifat

abstrak.

Menurut Ruseffendi (2006:266) sifat abstrak matematika adalah salah satu

hal yang menyebabkan banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

mempelajarinya. Oleh karena itu, seorang guru matematika harus dapat

memilih dan mengembangkan suatu metode dalam kegiatan belajar

mengajarnya dan disesuaikan dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.

Agar siswa dapat belajar lebih aktif, maka perlu diciptakan suasana

pembelajaran matematika yang kondusif yang dapat mengoptimalkan

kemampuan siswa dalam mempresentasikan, membaca, menulis,

mendengarkan, menerangkan, mendiskusikan, memberikan jawaban atau

alasan, mempertahankan pendapat, memprediksikan dan mengklarifikasi.

Berdasarkan kondisi yang telah di uraikan, masalah yang muncul adalah

model pembelajaran apa yang dapat dikembangkan guru agar siswa belajar

matematika aktif? Peneliti tertarik untuk menerapkan suatu model

pembelajaran yang diperkirakan siswa dapat belajar matematika dengan aktif

dan dapat berhasil dalam belajar matematikanya. Model pembelajaran yang

dimaksud adalah Model Pembelajaran Concept Mapping (Peta Konsep),

siswa tidak selalu harus bergantung kepada guru dalam belajarnya.

Menerapkan peta konsep dalam pemecahan masalah matematika

merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi

belajar matematika. Bahwa Ausubel (dalam Asmarandani, 2011:4)

menekankan dan menyarankan para guru-guru dalam mentransfer materi

Page 3: Proposal Kualitatif

3

pelajaran kepada siswa-siswa melalui pembelajaran bermakna. Hal itu dapat

dilakukan dengan pertolongan peta konsep. Peta konsep digunakan untuk

menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep untuk proporsisi-

proporsisi. Sedangkan proporsisi merupakan dua atau lebih konsep yang

dihubungkan dengan kata dalam satu unit semantik. Zaini (dalam

Asmarandani 2011:4) menyatakan bahwa pembelajaran dengan peta konsep

dapat mengembangkan kemampuan mensintesis informasi menjadi satu, dapat

mengembangkan kemampuan berfikir secara holistik untuk melihat

keseluruhan dan bagian-bagian, mengembangkan kecakapan dan strategi

belajar, mengembangkan kemampuan belajar konsep-konsep dan teori-teori

dan mengembangkan kemampuan membuat kesimpulan-kesimpulan dalam

suatu pembahasan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan

di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang

1) Bagaimana implementasi Model Pembelajaran Concept Mapping

2) Faktor apa saja yang mendukung implementasi Model Pembelajaran

Concept Mapping

3) Apa saja kendala implementasi Model Pembelajaran Concept Mapping

4) Apakah solusi kendala implementasi Model Pembelajaran Concept

Mapping

Kajian ini akan dilaksanakan melalui penelitian dengan judul “Implementasi

Model Pembelajaran Concept Mapping Pada Materi Pecahan di SMP Negeri

1 Tanjungsari”.

Page 4: Proposal Kualitatif

4

C. Rumusan Masalah

1) Bagaimana implementasi Model Pembelajaran Concept Mapping

2) Apakah semua siswa memahami proses belajar dengan menggunakan

Model Pembelajran Concept Mapping

3) Faktor apa saja yang mendukung implementasi Model Pembelajaran

Concept Mapping

4) Apa saja kendala implementasi Model Pembelajaran Concept Mapping

5) Apakah solusi kendala implementasi Model Pembelajaran Concept

Mapping

D. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengimplementasi Model Pembelajaran Concept Mapping

2) Untuk mengetahui faktor apa saja yang mendukung implementasi

Model Pembelajaran Concept Mapping

3) Untuk mengetahui apa saja kendala implementasi Model Pembelajaran

Concept Mapping

4) Untuk menentukan solusi kendala implementasi Model Pembelajaran

Concept Mapping

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

1) Ruang lingkup penelitian adalah implementasi Model Pembelajaran

Concept Mapping pada materi pecahan di SMP Negeri 1 Tanjungsari

2) Keterbatasan Penelitian adalah:

Page 5: Proposal Kualitatif

5

a. Implementasi model Concept Mapping di SMP N 1 Tanjugsari

b. Materi pecahan SMP

F. Definisi Operasional

1) Model Pembelajaran Concept Mapping atau Peta konsep atau pemetaan

konsep adalah alat peraga untuk memperlihatkan hubungan antara

beberapa konsep. Hubungan antar konsep dapat dirinci dalam bentuk

pernyataan-pernyataan. Peta konsep digunakan untuk menyatakan

hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-

proposisi.

2) Pemahaman merupakan salah satu aspek dalam Taksonomi Bloom yang

ditempatkan pada tahap kedua dalam jenjang kognitif. Berarti

pemahaman akan suatu konsep merupakan dasar yang penting sebelum

meningkat pada tahapan jenjang kognitif yang lebih tinggi

G. Kajian Teoritis

A. Metode Pembelajaran Concept Mapping

Cara lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta

didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya adalah metode

pembelajaran peta konsep. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah

potongan-potongan kartu-kartu yang bertuliskan konsep-konsep utama.

Selanjutnya guru membagikan potongan-potongan kartu yang telah

bertuliskan konsep utama kepada para peserta didik. Berikan kesempatan

kepada peserta didik untuk mencoba beberapa kali membuat suatu peta yang

Page 6: Proposal Kualitatif

6

menggambarkan hubungan antar konsep. Pastikan peserta didik membuat

garis penghubung diharapkan peserta didik menulis kata atau kalimat yang

menjelaskan hubungan antar konsep. Kalimat-kalimat itu menujukkan

asumsi yang dibangun peserta didik dalam menjelaskan hubungan antar

konsep.

Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik. Sebagai bahan

perbandingan tampilkan satu peta konsep yang anda buat. Hasil pekerjaan

peserta didik yang telah dikumpulkan bahaslah satu persatu. Ajaklah seluruh

kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi terhadap peta-peta konsep yang

dipresentasikan. Di akhir pembelajaran ajaklanh seluruh kelas merumuskan

beberapa kesimpulan terhadap materi yang dipelajari melalui peta konsep

tersebut. (Concept Mapping Satu Lagi [dot] Com.htm)

Menurut Said (2009) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah alat

peraga untuk memperlihatkan hubungan antara beberapa konsep. Hubungan

antar konsep dapat dirinci dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Peta konsep

digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-

konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan

dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh katakata dalam suatu

unit semantik dalam bentuknya yang paling sederhana. Suatu peta konsep

hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh suatu kata penghubung

untuk membuat suatu proposisi.

Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti bahwa

ada beberapa konsep yang lebih eksklusif daripada konsep-konsep yang lain.

Page 7: Proposal Kualitatif

7

Konsep yang paling inklusif terdapat pada puncak, lalu menurun hingga

sampai pada konsep-konsep yang lebih khusus atau contoh-contoh. Bila dua

atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif,

terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu

Pembelajaran ini dilakukan dalam 6 (enam) kali pertemuan. Pada

pertemuan I pembelajaran dilakukan dengan ceramah bervariasi dan

pengenalan pembuatan peta konsep. Pertemuan II pembelajaran dilakukan

dengan memberi kesempatan kepada seluruh siswa yang telah berkelompok

melanjutkan pembuatan dan penyelesaian peta konsep. Pertemuan III

pembelajaran dilakukan dengan presentasi hasil pembuatan peta konsep dari

kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya dan dilakukan dalam

kelompok yang bersangkutan. Kelompok yang telah meyelesaikan

presentasi diberikan latihan soal guna meningkatkan pemahaman siswa

terhadap kompetensi yang telah dan sedang dipelajari. Pertemuan IV

pembelajaran dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada kelompok

yang belum menyelesaikan tugas pembuatan peta konsep dan melaksanakan

presentasi dalam kelompok. Sehingga pada pertemuan IV ini diharapkan

seluruh kelompok sudah menyelesaikan. Kelompok yang telah

menyelesaikan presentasi dan latihan soal dan menunggu kelompok lain

menyelesaikan tugas diberi pengayaan pada pertemuan ini, sehingga mereka

tidak tampak menganggur. Pada pertemuan V guru bersama siswa

melakukan pembahasan soal-soal latihan dan pengayaan yang telah

Page 8: Proposal Kualitatif

8

dikerjakan oleh siswa dan tanya jawab secara klasikal. Pertemuan VI

dilakukan uji kompetensi.

Kedua, pembentukan kelompok belajar. Pengelompokan ini dilakukan

secara bebas melalui metode hitungan satu sampai lima atau enam dan siswa

yang mendapatkan hitungan yang sama bergabung dalam satu kelompok

sehingga terbentuk kelompok yang heterogen baik dari segi kemampuan

akademis maupun latar belakang jenis kelamin dan lainnya.

Tahap selanjutnya adalah tahap pembelajaran. Langkah utama yang

dilakukan adalah: pertama, perencanaan pembelajaran. Beberapa hal yang

dilakukan pada perencanaan pembelajaran ini meliputi: (1) menetapkan

rancangan dalam proses belajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif

peta konsep, (2) menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kooperatif peta konsep, (3) menyusun lembaran kegiatan yang

akan diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya belajar dalam

kelompok, (4) mempersiapkan lembar pengamatan, dan (5) mempersiapkan

perangkat tes hasil belajar.

Kedua, pelaksanaan pembelajaran. Adapun urutan kegiatan secara

garis besar adalah sebagai berikut: (1) Penyajian materi. Penyajian materi ini

dilakukan secara klasikal selama 15 menit. Penyajian materi meliputi pokok-

pokok materi secara garis besar. (2) Belajar kelompok. Setelah penyajian

materi pelajaran secara klasikal dan penjelasan pembuatan peta konsep,

selanjutnya siswa akan berkumpul dalam kelompok yang telah ditentukan.

Setiap kelompok akan diberikan lembar kegiatan berupa kertas karton

Page 9: Proposal Kualitatif

9

manila atau kertas buram duplikator ukuran besar. Siswa membagi tugas

pemetaan berdasarkan standar kompetensi/kompetensi dasar menjadi sub-

sub kompetensi dasar sehingga setiap siswa memperoleh bagian tugas

pemetaan dan dikerjakan secara bersamaan dalam kelompok. Siswa dapat

bekerja sama dan saling berdiskusi dalam kelompok. Penentuan tugas

dilakukan secara demokratis oleh kelompok tersebut dan dikerjakan dalam

satu karton, sehingga hasilnya membentuk semacam jaring labalaba. (3)

Belajar generatif (pemahaman konsep). Setelah selesai pembuatan peta

konsep oleh seluruh anggota dalam kelompok, dilakukan pembelajaran

generatif, yaitu siswa aktif mempresentasikan hasil sub peta konsep yang

dibuat kepada teman-temannya dalam satu kelompok secara bergantian.

Kegiatan ini dipandu dengan lembar kegiatan presentasi dalam kelompok.

Kegiatan presentasi ini dimaksudkan untuk mengungkapkan ide mereka dan

mampu untuk mempertahankan pendapatnya di depan teman-temannya. (4)

Tes individual. Setelah siswa belajar dalam kelompok untuk pembelajaran

kooperatif peta konsep dan generatif. Selanjutnya akan diberikan tes secara

individual yang merupakan salah satu langkah dalam mengetahui hasil

proses pembelajaran. Hasil tes hanya digunakan untuk mengetahui

peningkatan pemahaman siswa melalui pendekatan kooperatif peta konsep.

Ketiga, pengamatan (observasi). Observasi dilakukan dengan tujuan

agar memperoleh informasi yang lebih mendasar dan komprehensif tentang

data aktivitas siswa, motivasi, dan suasana pembelajaran dilakukan mulai

dari awal sampai akhir pembelajaran. Data hasil observasi tersebut

Page 10: Proposal Kualitatif

10

digunakan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan

pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Keempat, refleksi. Setelah menyelesaikan pembelajaran, guru bersama

siswa melakukan diskusi guna membahas hasil observasi terhadap kegiatan

belajar yang telah dilakukan. Dari hasil observasi dan diskusi tersebut

selanjutnya dijadikan sebagai tahap refleksi dalam rangka memperbaiki

pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

H. Metode Penelitian

Penelitian jenis ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan

metodologi penelitian kualitatif deskritif. Menurut Riduwan (2009) Penelitian

Deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang

diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini akan berangkat dari penggalian data

berupa pandangan berupa informan dalam bentuk cerita rinci atau asli yang

diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan para subjek

penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan pada siswa Sekolah Menengah

Pertama (SMP).

I. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa SMP kelas VII. Subjek diambil dari siswa

SMP kelas VII. Subjek dipilih langsung oleh peneliti. Disamping itu juga,

memperhatikan pertimbangan guru yang berkaitan dengan kemampuan subjek

Page 11: Proposal Kualitatif

11

untuk mengemukakan pendapat atau jalan pikirannya secara lisan maupun

tulisan, agar diperoleh subjek yang dapat mengemukakan jalan pikirannya

mengenai implementasi model Concept Mapping pada materi pecahan.

J. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2009). Jadi Instrumen utama penelitian

ini adalah peneliti sendiri. Sebagai instrumen utama, peneliti berperan sebagai

perencana pengumpul data, analisator, penafsir data, dan pelapor penelitian

(Sugiyono, 2009). Sebagai instrumen, peneliti tidak melakukan intervensi

ketika subjek menyelesaikan tugas pemecahan masalah.

Instrumen lainnya adalah (1) angket sikap siswa (2) pedoman wawancara,

untuk mengungkap proses implementasi model Concept Mapping pada materi

pecahan.

Pedoman wawancara dimaksud untuk membimbing peneliti dalam

mengungkap proses berpikir ketika subjek menyelesaikan masalah. Pedoman

wawancara hanya membimbing peneliti agar materi wawancara tetap terfokus

pada permasalahan yang ingin diungkap. Dalam pelaksanaannya peneliti dapat

mengembangkannya sesuai dengan kondisi yang sedang dialami saat itu,

tetapi masih tetap mengacu pada pedoman wawancara. Data hasil wawancara

berupa transkrip wawancara. Transkrip tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan

peneliti dan jawaban subjek dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

Berdasarkan transkrip tersebut, data tentang proses berpikir asimilasi dan

Page 12: Proposal Kualitatif

12

akomodasi dapat diidentifikasi. Diagram penyusunan dan pengembangan

instrumen digambarkan sebagai berikut.

Tidak

Ya

Gambar 1 Diagram Alur Penyusunan dan Pengembangan Instrumen

K. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan angket dan wawancara,

pada penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur. yang merupakan

wawancara berbasis tugas. Menurut Esterbeg (Satori & Aan, 2010:135)

wawancara Semi struktur adalah pendekatan menggunakan petunjuk umum

wawancara yang merupakan kombinasi wawancara struktur dan tak struktur yang

menggunakan beberapa inti pokok pertanyaan yang akan diajukan, yaitu

Penyusunan instrumen

Layak digunakan

Keterangan:

: urutan kegiatan

: siklus jika diperlukan

: kegiatan yang dilakukan

: hasil yang diperoleh

: pilihan/pertanyaan

Draf instrumen

Dikonsultasikan dengan ahli dan praktisiRevisi

Instrumen yang layak digunakan

Page 13: Proposal Kualitatif

13

interviewer membuat garis-garis besar pokok-pokok pembicaraan, namun dalam

pelaksanaannya interviewer mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok

pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan

pemilihan kata-katanya juga tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat wawancara

berdasarkan situasinya.

Tugas yang diberikan adalah tes pemecahan masalah. Subjek diberi tes

pemecahan masalah kemudian diwawancara. Cara yang dilakukan adalah siswa

diberi tugas pemecahan masalah. Pada setiap langkah pemecahan masalah

menurut teori Polya, siswa diwawancara untuk diketahui aktivitas asimilasi dan

akomodasinya, bagaimana dan mengapa untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Proses berpikir asimilasi dan akomodasi yang diungkap pada penelitian ini

mengacu pada langkah pemecahan masalah menurut Polya. Untuk setiap langkah

Polya tersebut akan dideskripsikan proses berpikir setiap subjek.

Wawancara direkam secara audio visual dengan menggunakan handphone.

Hasil pekerjaan tertulis dan hasil rekaman wawancara dengan handphone. Proses

berpikir asimilasi dan akomodasi dikaji dengan melihat strategi berpikir asimilasi

dan akomodasi yang dilakukan siswa, yakni dalam melakukan proses merancang,

proses memantau, dan proses menilai atau merefleksi kegiatannya. Aktivitas

tersebut diamati pada keempat langkah pemecahan masalah Polya, agar dapat

diketahui proses berpikir asimilasi dan akomodasi siswa. Pada akhir setiap

langkah penyelesaian masalah dilakukan wawancara.

Page 14: Proposal Kualitatif

14

L. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistimatis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri atau orang lain (Sugiyono, 2009: 274).

Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Moleong (2007:

248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang

lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kualitatif, mengikuti konsep Miles dan Huberman. Miles dan Huberman

(1992) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif sampai tuntas datanya dan berlangsung terus menerus pada setiap

tahap penelitian sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction,

data display, dan conclusion drawing/ verification.

Kegiatan yang dilakukan setelah pengumpulan data adalah membuat

transkrip seluruh hasil rekaman. Hasil transkrip tersebut direduksi, hal-hal yang

tidak berkaitan dengan tujuan penelitian dibuang dari transkrip. Data hasil reduksi

diuji kredibilitasnya dan dianalisis untuk selanjutnya ditarik kesimpulan.

Page 15: Proposal Kualitatif

15

1. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” di lapangan.

Reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu kegiatan yang

mengacu pada proses pemilihan dan pengidentifikasian data yang memiliki

makna jika dikaitkan dengan pertanyaan penelitian, dan selanjutnya membuat

koding pada setiap satuan sehingga diketahui berasal dari sumber mana.

Proses pengecekan keabsahan data yaitu menggunakan triangulasi waktu.

2. Penyajian data meliputi pengklasifikasian dan identifikasi data, yaitu

menuliskan kumpulan data yang terorganisasi dan terkategori sehingga

memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut.

3. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistimatis data

yang diperoleh dari hasil pekerjaan tertulis siswa, hasil wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke

dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri atau oleh

orang lain.

4. Kategorisasi data

Dalam analisis data, juga dilakukan pengkategorisasian data, agar

analisis data yang dilakukan dapat mengarah kepada tujuan penelitian.

Kategorisasi dimaksudkan untuk: (1) mengelompokkan bagian-bagian data

yang berkaitan, (2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori

Page 16: Proposal Kualitatif

16

dan akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi kategori dan juga

sebagai dasar pemeriksaan keabsahan data, dan (3) menjaga agar setiap

kategori yang telah disusun satu dengan yang lainnya mengikuti prinsip taat

asas.

5. Penafsiran Data

Penafsiran data bertujuan untuk salah satu dari tiga, yaitu: deskripsi

semata, deskripsi analitik, atau teori substantif. Untuk tujuan deskrispi

semata digunakan teori dan rancangan organisasional yang sudah ada dalam

suatu disiplin. Sedangkan pada deskripsi analitik rancangan operasional

dikembangkan dari kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan-

hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data. Sementara untuk

tujuan teori substantif diperlukan untuk memperoleh teori baru. Dalam hal ini

peneliti menempatkan metafora atau rancangan yang telah ada dalam analisis.

Penafsiran data dalam penelitian ini ditujukan untuk menunjukkan teori

substantif yang berkaitan dengan terjadinya proses berpikir siswa berdasarkan

kerja asimilasi dan akomodasi.

Berkaitan dengan proses analisis dan penafsiran data, perlu dilakukan

penyusunan satuan. Satuan merupakan alat untuk menghaluskan pencatatan

data. Lincoln dan Guba (Moleong, 2007) menamakan satuan sebagai satuan

informasi yang berfungsi untuk menentukan atau mendefinisikan kategori.

Satuan juga merupakan bagian terkecil yang mengandung makna yang bulat

dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain. Dalam penelitian ini

Page 17: Proposal Kualitatif

17

penyusunan satuan didasarkan pada permasalahan yang dikaji, yaitu indikator

proses berpikir dalam menyelesaikan masalah matematika.

6. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang telah

dikumpulkan, baik yang diperoleh menggunakan wawancara, foto, rekaman

video, dan lembar tugas. Penarikan kesimpulan didasarkan pada satuan proses

berpikir yaitu asimilasi dan akomodasi pada setiap langkah penyelesaian

masalah yaitu: memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian,

melaksanakan rencana penyelesaian, dan mengecek kembali.

Menurut Miles & Huberman (Sugiyono, 2009:248) Secara umum diagram

alur teknik analisis data digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Proses Analisis Data

Reduksi data

Memilih yang penting, membuat kategori. Dan membuang yang tidak dipakai.

Pemaparan Data/Kategorisasi

Conclusion/verification

Penarikan kesimpulan

DATA

Analisis hal-hal yang menarik

Page 18: Proposal Kualitatif

18

M. Kredibilitas Data

Menurut Sugiyono (2009:270) Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap

data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, menggunakan bahan

referensi, analisis kasus negatif dan member check.

Lebih lanjut Sugiyono (2009:273) mengemukakan bahwa triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu. Pada penelitian ini uji kredibilitas

data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian dilakukan dengan

triangulasi waktu, yaitu menggunakan pengulangan wawancara, yakni mencari

kesesuaian data yang bersumber dari dua masalah yang setara pada waktu

yang berbeda.

Untuk itu mempertanggungjawabkan kredibilitas dalam penelitian ini, peneliti

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Melakukan triangulasi, yaitu dengan melakukan pengulangan wawancara

dengan tes pemecahan masalah yang setara. Hasil wawancara dan hasil tes

tertulis dikaji sesuai berdasarkan langkah pemecahan masalah Polya.

Dengan cara demikian diharapkan keseluruhan data saling menguatkan

dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses

berpikir.

Page 19: Proposal Kualitatif

19

2. Membuat catatan setiap tahapan penelitian dan dokumentasi yang lengkap.

Secara berkala peneliti melakukan refleksi mengenai pemikiran-pemikiran

yang muncul dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan.

3. Melakukan pentranskripan segera setelah melakukan pengambilan data.

Hal ini dilakukan agar unsur-unsur subyektifitas peneliti tidak ikut

mengintervensi data penelitian.

4. Melakukan pengecekan berulang kali terhadap rekaman suara, video,

lembar jawaban dan transkrip wawancara agar diperoleh hasil yang sahih.

Page 20: Proposal Kualitatif

20

DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, A. (2006). Pengaruh Model Pembelajaran Osborn terhadap Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Dananjaya, U. (2010). Media Pembelajaran Aktif.Bandung.Nuasa.

Darmansyah. (2010). Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor .Jakarta.Bumi Aksara.

Dasari, D. (2002). Pengembangan Pembelajaran Matematika Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, Proceeding National Science Education Seminar. Malang: JICA-IMSTEP FPMIPA UPI.

Depdiknas. (2003). Pedoman Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). [Online]. Tersedia: http://jip.pdkjateng.go.id/Data/Juklak%20Kurikulum%202004%20Januari/PEDOMAN-SMA/JARTAS/Jartas%20SMU%2010-03%5BI%5D.doc[31 Juli 2008].

Dimyanti dan Mudjiyono.(2006).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta.

FKIP Universitas Pasundan Bandung.(2006). Pedoman Penyusunan Skripsi dan Pelaksanaan Ujian Sidang. Bandung: FKIP Universitas Pasundan.http://Concept-Mapping-Satu-Lagi[dot]Com.html . [17 oktober 2011]http://Penerapan-Model-Pembelajaran-Kooperatif-Peta-Konsep-untuk-Meningkatkan-Motivasi-dan-Hasil-Belajar-Siswa.html. [17 oktober 2011].

Rusefendi, E.T.(2005).Dasar-Dasar Penelitian dan Bidang Non Eksata Lainnya. Bandung : Tarsito

Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Guru Membantu Mengembangkan Potensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Said, I. M. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Peta Konsep untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa.[Online]. Tersedia:

Suherman, E.(2003).Evaluasi Pembelajaran Matematika.Bandung: JICA UPI.

Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta. PUSTAKA PELAJAR

Tim Penyusun. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka