Proposal KTI Kelompok 6 Pemanfaatan Ekstrak Daun Buah Alpukat Sebagai Pengawet Alami Pengganti...

28
  PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN BUAH ALPUKAT SEBAGAI PENGAWET ALAMI PENGGANTI PENGAWET SINTETIK PADA TAHU YANG AMAN BAGI KESEHATAN Oleh : 1. Akhmad Syafi’i Ma’arif (1403076033) 2. Eko Saputro (1403076028) 3. Umi Fauziah (1403076031) 4. Arin Widiyanti (1403076027) 5. Siti Nafisatul Isabah (1403076029) 6.  Nailal Husna (1403076030) JURUSAN TADRIS KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG TAHUN 2014

Transcript of Proposal KTI Kelompok 6 Pemanfaatan Ekstrak Daun Buah Alpukat Sebagai Pengawet Alami Pengganti...

  • PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

    PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN BUAH ALPUKAT SEBAGAI

    PENGAWET ALAMI PENGGANTI PENGAWET SINTETIK PADA

    TAHU YANG AMAN BAGI KESEHATAN

    Oleh :

    1. Akhmad Syafii Maarif (1403076033)

    2. Eko Saputro (1403076028)

    3. Umi Fauziah (1403076031)

    4. Arin Widiyanti (1403076027)

    5. Siti Nafisatul Isabah (1403076029)

    6. Nailal Husna (1403076030)

    JURUSAN TADRIS KIMIA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

    TAHUN 2014

  • 1

    A. JUDUL PENELITIAN

    Pemanfaatan Ekstrak Daun Buah Alpukat sebagai Pengawet Alami Pengganti

    Pengawet Sintetik pada Tahu yang Aman bagi Kesehatan

    B. LATAR BELAKANG MASALAH

    Indonesia memiliki ragam makanan dan minuman yang beraneka macam.

    Perkembangan industri makanan ini tidak lepas dari adanya tambahan zat

    kimia yang membantu menambah daya simpan dari bahan makanan yang

    disajikan. Semua aspek yang berkaitan dengan bahan pangan akan selalu

    terlibat dengan zat kimia praktis yang ditambahkan guna meningkatkan tujuan

    dari pengolahan bahan pangan. Perlakuan yang memang menjadi kontraditif

    dengan faktor kesehatan bahan pangan yang disajikan tersebut. Sebagian

    besar zat kimia praktis yang ditambahkan pada bahan pangan (zat aditif)

    akan menimbulkan dampak kumulatif yang berkepanjangan pada manusia.

    Zat aditif yang dimaksud adalah pemanis, penyedap rasa, pewarna,

    pengawet, dan sebagainya. Jenis senyawa kimia sintetik ini dapat merusak

    secara langsung maupun genetik pada tubuh manusia. Zat aditif jenis

    penyedap rasa menduduki peringkat I disusul pengawet sebagai peringkat

    II dan pemanis buatan pada peringkat III dalam pengolahan industri bahan

    pangan. Berdasarkan peringkat konsumsi per hari pengawet buatan menduduki

    nomor II tetapi hal ini perlu dijadikan alternatif dalam penggunaan pengawet

    bahan makanan dan minuman dengan bahan alami karena pengawet buatan

    dapat menyerang organ dalam dibanding zat aditif lain.

    Bahan Pengawet adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan

    memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan

    kimia makanan.1 Bahan pengawet ada dua macam yaitu bahan pengawet alami

    dan bahan pengawet sintetik. Bahan pengawet alami yaitu bahan pengawet

    yang tidak mengandung zat-zat yang tidak berbahaya untuk kesehatan,

    1 Wikipedia, Pengawet Makanan, diakses dari id.wikipedia.org/wiki/pengawet_makanan, pada

    tanggal 27 November 2014 pukul 11.33

  • 2

    misalnya gula, garam, bawang putih, dan asam cuka.2 Sedangkan bahan

    pengawet sintetik yaitu bahan pengawet yang mengandung zat-zat berbahaya

    untuk kesehatan, misalnya asam sobat, natrium nitrit, natrium benzoat, dan

    asam propionat.3 Salah satu bahan pengawet alami dapat diperoleh dari ekstrak

    daun buah alpukat.

    Tahu termasuk bahan pangan yang cepat mengalami kerusakan sehingga

    dapat digolongkan ke dalam golongan high perishable food. Tahu hanya dapat

    tahan selama kurang lebih tiga hari tanpa menggunakan bahan pengawet

    walaupun disimpan pada suhu rendah, yaitu suhu maksimum 15oC. Komposisi

    tahu banyak mengandung protein dan air yang menyebabkan tahu merupakan

    media yang cocok untuk tumbuhnya mikroba sehingga tahu menjadi cepat

    mengalami kerusakan. Produksi tahu di Indonesia mayoritas menggunakan

    bahan pengawet sintetik. Dalam penelitian ini, akan digunakan alternatif dalam

    penggunaan bahan pengawet alami yaitu dari daun buah alpukat yang memiliki

    senyawa antioksidan (flavonoid) yang dapat menghambat bakteri dan

    mikroorganisme, menjaga bentuk, dan mengawetkan tahu. Dengan metode

    maserasi yang umum dilakukan untuk penyaringan zat kandungan aktif.

    Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan senyawa antioksidan

    (flavonoid) sebagai bahan alami yaitu daun buah alpukat sebagai bahan

    pengawet dalam produksi tahu di Indonesia.

    2 Tini Rustini, Pasti Bisa! Peringkat 1: Rangkuman Pelajaran Super lengkap, diakses dari

    http://books.google.co.id/books?id=bcsGBAAAQBAJ&pg=PA142&lpg=PA142&dq=peringkat

    +zat+aditif+pengawet&source=bl&ots=d8s5JCjH52&sig=7ApHG36XKlbNxR8tixKWa09OAxg

    &hl=en&sa=X&ei=nNR2VJL7JseuATJoLQAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=peringkat%20zat

    %20aditif%20pengawet&f=false, pada tanggal 27 November 2014 pukul 14.42

    3 Tini Rustini, Pasti Bisa! Peringkat 1: Rangkuman Pelajaran Super lengkap, diakses dari

    http://books.google.co.id/books?id=bcsGBAAAQBAJ&pg=PA142&lpg=PA142&dq=peringkat

    +zat+aditif+pengawet&source=bl&ots=d8s5JCjH52&sig=7ApHG36XKlbNxR8tixKWa09OAxg

    &hl=en&sa=X&ei=nNR2VJL7JseuATJoLQAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=peringkat%20zat

    %20aditif%20pengawet&f=false, pada tanggal 27 November 2014 pukul 14.42

  • 3

    C. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan, yaitu :

    1. Apakah ekstrak daun buah alpukat dapat digunakan sebagai pengawet alami

    dalam tahu ?

    2. Bagaimana proses pembuatan ekstrak daun buah alpukat sebagai pengawet

    pada tahu ?

    3. Bagaimana aplikasi ekstrak daun buah alpukat sebagai bahan pengawet

    alami pada tahu ?

    D. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui apakah ekstrak daun buah alpukat dapat digunakan

    sebagai pengawet alami pada tahu.

    2. Untuk mengetahui proses pembuatan ekstrak daun buah alpukat sebagai

    pengawet alami pada tahu.

    3. Dapat mengaplikasikan ekstrak daun buah alpukat sebagai pengawet alami

    pada tahu.

    E. MANFAAT PENELITIAN

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya :

    1. Bagi Masyarakat

    Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah pengetahuan

    masyarakat tentang pemanfaatan dari ekstrak daun buah alpukat sebagai

    bahan pengawet tahu alami.

    2. Bagi Peneliti Lain

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain sebagai

    bahan rujukan dalam pengembangan penelitian lebih lanjut.

    3. Bagi Pengembangan IPTEK

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menciptakan teknologi sederhana

    dalam pemanfaatan ektrak daun buah alpukat sebagai bahan pengawet

    alami.

  • 4

    4. Bagi Kesehatan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menanggulangi penyebaran penyakit

    akibat bahan pengawet buatan karena ekstrak daun buah alpukat dapat

    digunakan sebagai bahan pengawet alami serta sintetik yang baik untuk

    kesehatan.

    F. KAJIAN RISET SEBELUMNYA

    Pada tahun 2006 Herastuti Sri Rukmini dan Rifda Naufalin dari Fakultas

    Pertanian, Universitas Jendral Soedirman telah melakukan penelitian tentang

    Pemanfaatan Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) sebagai Pengawet

    Alami pada Tahu yang menggunakan tahapan sortasi pada bunga kecombrang

    segar, membandingkan antara bubur dari bunga kecombrang segar dan bubuk

    kering dalam aplikasi mengawetkan tahu. Aplikasi dari bubur bunga

    kecombrang dalam mengawetkan tahu selama masa simpan yang dicobakan

    dan tahapan analisis terhadap variabel yang diamati. Senyawa antioksidan yang

    terkandung dalam bunga kecombrang berpotensi sebagai bahan pengawet

    alami untuk tahu.

    Pada tahun 2010 Agnes Sri Harti, dkk dari STIKes Kusuma Husada telah

    melakukan penelitian tentang Potensi Chito-OligoSaccharide (COS) sebagai

    Prebiotik dan Pengawet Alami dalam Pembuatan Tahu Sinbiotik dengan tiga

    tahapan yakni mensintesis Chito-OligoSaccharide (COS) dan bekatul,

    membuat tahu sinbiotik, dan menganalisis produk tahu sinbiotik. COS sebagai

    senyawa turunan kitosan hasil proses deasetilasi kitin memiliki ikatan 1,4

    glukosamin yang bersifat bersifat antimikrobia sehingga mampu berfungsi

    sebagai pengawet. Hasil penelitian menunjukkan potensi Chito-

    OligoSaccharide (COS) sebagai prebiotik dan pengawet alami dalam produksi

    tahu sinbiotik. Sehingga tahu sinbiotik dapat berfungsi sebagai pangan

    fungsional yang memberikan nilai tambah dari aspek teknologi, ekonomi

    maupun sosial untuk peningkatan gizi seseorang yang pada akhirnya dapat

    meningkatkan kesejahteraan.

  • 5

    G. KAJIAN PUSTAKA

    1. Alpukat4

    Alpukat merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika

    Tengah dan mulai diperkenalkan di Indonesia pada abad ke-19. Berikut

    adalah taksonomi dari alpukat.

    Kingdom : Plantae

    Divisio : Spermatophyta

    Sub-divisio : Angiospermae

    Kelas : Magnoliopsida

    Sub-kelas : Magnoliidae

    Ordo : Laurales

    Famili : Lauraceae

    Genus : Persea

    Spesies : Persea Americana

    1.1 Morfologi Tumbuhan Alpukat

    Tinggi pohon alpukat bisa mencapai 20 m. Ukuran daun 12

    s/d 25 cm. Bunga tersembunyi dengan warna hijau kekuningan dan

    memiliki ukuran 5-10 mm. Buah bertipe buni, memiliki kulit lembut

    tak rata berwarna hijau tua hingga ungu kecoklatan. Buah tumbuh

    tergantung pada varietasnya. Daging buah alpukat berwarna hijau

    muda dekat kulit dan kuning muda dekat biji. Daging buah memiliki

    tekstur lembut subtropis beriklim sejuk dan basah perbanyakan

    tanaman alpukat dengan biji dan okulasi pada tanah gembur dan

    subur.5

    4 Wikipedia, Apokat, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Apokat, pada tanggal 10

    Desember 2014 pukul 09.49

    5 Masdalena, Manfaat Sari Daun Buah Alpukat Bagi Kesehatan, diakses dari

    http://doktersehat.com/manfaat-sari-daun-alpukat-bagi-kesehatan/#ixzz3KBVhclhH, pada

    tanggal 26 November 2014 pukul 14.55

  • 6

    1.2 Macam-Macam Tumbuhan Alpukat

    Berbagai tipe alpukat telah menyebar ke berbagai wilayah di

    Indonesia. Penyebaran itu termasuk keturunannya, baik keturunan

    dari hasil persarian sendiri maupun persarian silang alamiah antar

    tiga kelompok. Sampai tahun 2003 telah dilepas 7 varietas alpukat6,

    sebagai berikut:

    a. Alpukat Ijo Bundar

    b. Alpukat Ijo Panjang

    c. Alpukat Merah Bundar

    d. Alpukat Merah Panjang

    e. Alpukat Mega Gagauan

    f. Alpukat Mega Murapi

    g. Alpukat Mega Paninggahan

    1.3 Manfaat Alpukat

    Manfaat alpukat diantaranya yaitu:

    a. Daun

    Pada daun dapat digunakan untuk mengobati hipertensi atau

    tekanan darah tinggi, untuk obat herbal batu ginjal, mengatasi

    sakit kepala, mengobati sakit perut, obat alami sakit pinggang,

    dan sebagai bahan pengawet alami.7

    b. Buah

    Pada buah dapat digunakan untuk menurunkan kolesterol,

    menurunkan tekanan darah, mengontrol gula darah, melindungi

    6 Suharsimi, Jenis Alpukat, diakses dari http://jenis-jenisalpukat.com/jenis-jenis-alpukat-di-

    Indonesia.html pada tanggal 26 November 2014 pukul 14.43

    7 Dadi Carwadi, Manfaat dan Khasiat Daun buah alpukat Bagi Kesehatan Tubuh, diakses dari

    http://manfaatdaunbuah.blogspot.com/2013/11/manfaat-dan-khasiat-daun-alpukat-bagi.html,

    pada tanggal 27 November 2014 pukul 10.58

  • 7

    dari kanker, mencegah peradangan, meningkatkan berat badan,

    menyehatkan kulit dan rambut.8

    c. Biji

    Pada buah biji dapat digunakan untuk mengatasi sakit gigi,

    mengobati sariawan, mengatasi sakit maag, menghilangkan

    nyeri pada tubuh, mengatasi penyakit diabetes atau kencing

    manis.9

    1.4 Kandungan Daun Buah Alpukat

    Kandungan dari daun buah alpukat, yaitu:

    a. Flavonoid

    Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang

    ditemukan di alam dan terkandung pada tumbuhan, baik di daun,

    batang, buah maupun bunga. Senyawa flavonoid merupakan

    senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau.

    b. Quersetin

    Quersetin adalah senyawa kelompok flavonol terbesar,

    quersetin dan glikosidannya berada dalam jumlah sekitar 60%

    s/d 75% dari flavonoid.

    c. Polifenol

    Polifenol adalah sub-kelompok fitonutrien yang merupakan

    zat kimia yang banyak ditemukan pada tumbuhan.

    Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada

    tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak

    gugus fenol dalam molekulnya.10

    8 Tommy Sun, Manfaat Buah Alpukat, diakses dari http://manfaatbuahalpukat.blogspot.com/

    2012/04/manfaat-buah-alpukat.html, pada tanggal 27 November 2014 pukul 10.47

    9 Tobiel, Manfaat Biji Alpukat Untuk Kesehatan, diakses dari http://www.tubuhwanita.com/

    manfaat-biji-alpukat-untuk-kesehatan, pada tanggal 27 November 2014 pukul 11.00

    10 Nerazuri, Kandungan Alpukat, diakses dari http://kandunganalpukat.com/kandungan-kimia-

    pada-alpukat, pada tanggal 27 November 2014 pukul 11.02

  • 8

    2. Ekstrak

    Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari tanaman

    menggunakan pelarut, tetapi pelarutnya diuapkan kembali sehingga zat aktif

    ekstrak menjadi pekat. Bentuknya dapat kental atau kering tergantung

    apakah sebagian saja pelarut yang diuapkan atau seluruhnya.

    2.1 Jenis-Jenis Ekstrak

    Ekstrak dapat dibedakan berdasarkan konsistesi, komposisi dan

    senyawa aktif yang terdapat di dalamnya.

    Berdasarkan konsistensinya:

    1. Ekstrak cair : Ekstrak cair, tingtur, maserat minyak

    (Extracta Fluida Liquida).

    2. Semi solid : Ekstrak kental (Extracta spissa).

    3. Kering : Ekstrak kering (Extracta sicca).

    Berdasarkan komposisi:

    1. Ekstrak alami, ekstrak murni sediaan obat herbal alami (Native

    Herbal Drugs Preparation) kering (sicca), berminyak

    (oleoresin). Tidak mengandung solvent (air, etanol) eksipien

    (maltodekstrin, laktosa, sakarosa).

    2. Ekstrak non alami sediaan ekstrak herbal, sediaan ekstrak (Non

    native Herbal Drugs Preparation). Ekstrak non alami dapat

    berbentuk extracta spissa (campuran gliserin, propilenglikol);

    extracta sicca (maltodekstrin, laktosa); extracta fluida, tingtur

    (tinctura), air, etanol. Sediaan cair non alkohol (gliserin, air) dan

    maserat berminyak11.

    11 Alfi Rahmi Anis, Ekstraksi dengan Metode Perkolasi, diakses dari http://alfirahmia.blogspot.

    com/2014/05/ekstraksi-dengan-metode-perkolasi.html, pada tanggal 27 November 2014 pukul

    13.29

  • 9

    2.2 Ekstraksi

    Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan

    perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang

    berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.

    2.3 Macam-Macam Ekstraksi

    Macam-macam metode ekstraksi diantaranya yaitu :

    a. Perkolasi

    Perlokasi adalah metode ekstraksi cara dingin yang

    menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi

    banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari

    bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas

    (termolabil).

    b. Infundasi

    Infundasi adalah metode penyaringan dengan cara

    menyaring simplisia dalam air pada suhu 90 derajat selama 15

    menit. Influndasi merupakan penyaringan yang umum

    dilakukan untuk menyaring zat kandungan aktif yang larut

    dalam air dari bahan-bahan nabati.

    c. Maserasi

    Maserasi adalah metode ekstraksi bahan dengan pelarut

    pada suhu kamar selama waktu tertentu dengan sesekali diaduk

    atau dikocok.

    3. Tahu

    Tahu adalah makanan yang dibuat dari endapan perasan biji kedelai

    yang mengalami koagulasi. Tahu berasal dari Tiongkok, nama "tahu"

  • 10

    merupakan serapan dari bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: , hanyu

    pinyin: doufu), yang secara harfiah berarti "kedelai terfermentasi.12

    Versi tahu yang dikenal di Jepang adalah tofu. Tofu lebih lunak dan

    kurang tahan terhadap pengolahan. Tofu dan tahu dibawa para perantau

    Cina ke seluruh penjuru dunia sehingga menyebar ke Asia Timur dan Asia

    Tenggara, lalu juga akhirnya ke seluruh dunia.

    3.1 Tahu di Indonesia

    Tahu telah mengalami indigenisasi di Indonesia sehingga

    muncul berbagai varian tahu serta panganan berbahan tahu.

    Tampilan luar tahu ada yang berwarna putih maupun kuning. Karena

    populernya, tahu menjadi bagian tak terpisahkan tempat makan

    berbagai tingkat sosial di Indonesia, bersama-sama dengan tempe.13

    3.2 Macam-Macam Tahu14

    a. Tahu Putih

    Tahu jenis ini teksturnya padat dengan pori-pori agak besar,

    di pasaran dapat dijumpai dalam beragam bentuk dan ukuran.

    Tahu putih cocok diolah menjadi lauk, hidangan berkuah (sup,

    sayur kuah), aneka tumis, adonan isian dan goreng. Selain itu

    juga cocok digunakan sebagai campuran beragam kudapan

    seperti kroket, perkedel, nugget dan lain-lain. Tapi ingat, karena

    tahu putih mudah hancur, sebaiknya tambahkan sedikit tepung

    terigu atau telur saat mengolahnya. Dengan begitu teksturnya

    akan tetap kokoh.

    12 Wikipedia, Tahu, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu, pada tanggal 4 Desember

    2014 pukul 14.56

    13 Wikipedia, Tahu, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu, pada tanggal 4 Desember

    2014 pukul 14.56

    14 Wikipedia, Tahu, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu, pada tanggal 4 Desember

    2014 pukul 14.56

  • 11

    Kualitas tahu putih hanya bisa bertahan selama 2 hari, lebih

    dari itu akan terjadi perubahan aroma dan tekstur. Proses

    pengukusan dan penyimpanan dalam almari pendingin hanya

    mampu menambah usia konsumsi maksimal 1 hari.

    b. Tahu Kuning

    Tahu ini dikenal dengan nama tahu takwa atau tahu Kediri,

    karena sentra pembuatan tahu ini banyak dijumpai di Kediri.

    Tekstur tahu kuning sangat padat, kenyal, berpori halus dan

    lembut. Bentuknya kotak segi empat dan agak pipih. Karena

    kepadatannya yang lebih baik dari pada tahu putih ketika

    dipotong tahu tidak mudah hancur. Warna kuning pada tahu

    menggunakan pewarna alami yang berasal dari kunyit.

    c. Tahu Sutera (Tofu)

    Tofu disebut tahu sutera karena teksturnya sangat halus,

    lembut, dan rapuh. Pada umumnya tofu berwarna putih, di

    pasaran dijual dalam keadaan segar dan dikemas dengan plastik

    kedap udara. Tofu ada yang berbentuk selinder dan segi empat.

    Tofu yang ditambah dengan telur dikenal dengan nama egg tofu,

    warnanya lebih kuning. Sedangkan tofu dengan tambahan

    udang namanya shrimp tofu. Memilih tofu lebih mudah karena

    dalam kemasannya telah tercantum tanggal kadaluarsa. Tofu

    disimpan dalam lemari es hingga tanggal kadaluarsanya.

    d. Tahu Pong

    Teksturnya padat dengan pori-pori besar. Ciri khasnya

    ketika digoreng kering, maka bagian dalamnya akan terdapat

    rongga dan kulitnya akan kecokelatan dan renyah. Tahu pong

    lebih umum disajikan untuk camilan dan campuran masakan

    berkuah.

    e. Tahu Susu

    Tahu susu diperoleh dari proses curdling (mengumpalkan)

    susu dengan rennet atau asam seperti lemon juice atau cuka,

  • 12

    kemudian menghilangkan bagian cairnya. Bagian susu yang

    telah mengumpal tersebut kemudian di padatkan hingga

    terbentuk batangan tahu yang padat.

    Tampilan tahu susu mirip dengan tahu air, tetapi lebih padat

    dan gurih. Pembuatan tahu susu adalah salah satu upaya

    memanfaatkan susu yang kualitasnya rendah.

    Tahu susu cocok untuk olahan panggang seperti steak, di

    goreng, untuk campuran isi pai dan topping pizza.

    f. Tahu Air

    Warnanya putih seperti tahu putih, tetapi teksturnya lebih

    lembut dan lunak karena terbuat dari gumpalan susu kedelai

    yang dipadatkan. Tahu air cocok diolah untuk sapo, mapo dan

    beragam sajian berbumbu sechuan. Anda juga bisa

    memotongnya dalam ukuran kecil (33 cm) lalu

    menggorengnya untuk camilan santai sore hari. Rasanya gurih

    dan lembut, cocok dicocol dengan sambal atau saus siap saji.

    g. Tahu Kulit

    Jenis tahu kulit paling populer adalah tahu Sumedang.

    Kulitnya berwarna kecokelatan dengan rongga bagian dalam

    yang akan tampak jika tahu digoreng. Tahu Sumedang termasuk

    tahu siap santap, jadi tak perlu mengolahnya lagi. Cukup

    menggoreng, lalu mendampingkan saus sebagai padanannya.

    4. Pengawetan Makanan

    Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat

    makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat

    fisik dan kimia makanan.15

    15 Wikipedia, Pengawetan Makanan, diakses dari

    http://id.wikipedia.org/wiki/Pengawetan_makanan, pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 13.28

  • 13

    Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan

    yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik

    produk pengawetan makanan. Teknologi pengawetan makanan yang

    dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara

    tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi

    bahan makanan.

    4.1 Pengawet Alami16

    a. Garam Dapur

    Garam dapur adalah senyawa kimia Natrium klorida

    (NaCl). Garam dapur juga dapat menghambat dan

    menghentikan reaksi autolisis yang dapat mematikan bakteri

    yang ada di dalam bahan pangan

    b. Gula Pasir

    Gula pasir adalah butiran menyerupai kristal yang

    merupakan hasil pemanasan dan pengeringan sari tebu atau bit.

    Anda tentu sudah tahu bentuk gula pasir, yaitu butiran berwarna

    putih yang tersusun atas 99.9% sakarosa murni.

    c. Asam Cuka

    Cuka adalah produk hasil fermentasi dari bakteri

    acetobacter. Banyak jenis cuka beredar di pasaran, seperti cuka

    apel, cuka hitam, cuka aren dan cuka limau. Masing-masing

    cuka ini diperoleh dari bahan dasar fermentasi yang berbeda.

    Ada lagi satu jenis cuka yang sering digunakan untuk memasak

    yang disebut juga cuka masak. Cuka jenis ini adalah cuka

    sintetis/kimiawi dengan rasa asam yang sangat kuat. Biasanya

    cuka mengandung asam asetat 98%. Selain memberikan rasa

    asam pada masakan dan minuman, cuka juga bisa digunakan

    16 Dedihmis Bahatori, http://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/06/05/pengawet-

    makanan-alami/, pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 15.06

  • 14

    sebagai bahan pengawet. Produk yang biasanya diawetkan

    dengan cuka adalah acar, kimchi, jelly dan minuman.

    Penggunaanya disesuaikan dengan jenis produk yang

    diawetkan. Selain meningkatkan daya simpan, cuka juga dapat

    mempertahankan warna atau mencegah reaksi browning

    (pencokelatan) pada buah dan sayuran. Dengan penambahan

    cuka, sayuran dan buah akan lebih bertahan warnanya.

    d. Bawang Putih

    Bawang putih (Allium sativum) merupakan bumbu dapur

    yang sangat populer. Aroma dan rasanya yang khas, dapat

    memberikan citarasa lezat dan harum pada masakan. Selain

    sebagai bumbu dapur, bawang putih ternyata sangat efektif

    sebagai pengawet. Hal ini desebabkan karena bawang putih

    dapat menghambat pertumbuhan khamir dan bakteri.

    4.2 Pengawet Sintetis17

    a. Asam Benzoat

    Asam Benzoat adalah bahan pengawet yang sering dipakai

    dalam pembuatan makanan. Penggunaan bahan pengawet ini

    cukup banyak mendominasi produk makanan. Bahan pengawet

    ini dicampurkan dalam suatu produk makanan dengan tujuan

    untuk mempertahankan bahan pangan dari serangan mikroba.

    Mikroba merupakan sel mikroorganisme seperti jamur, kapang,

    bakteri maupun kuman. Sel mikroorganisme ini dapat

    mempercepat pembusukan makanan. Akan tetapi, asam

    benzoate dapat mencegah atau menghentikan proses

    pertumbuhan bakteri dalam suatu produk makanan.

    b. Kalium Nitrit

    17 Ahmad Husnil, Pengawet Sintetis, diakses dari http://ahmadhusnilubis.blogspot.com/

    2012/02/pengawet-sintetis.html, pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 13.30

  • 15

    Kalium Nitrit merupakan bahan pengawer sintetis yang

    berwarna putih atau kuning. Bahan pengawt ini mempunyai

    solubility (kelarutan) yang tinggi dalam air. Bahan ini dapat

    menghambat pertumbuhan bakteri. Kalium nitrit mempunyai

    efektivitas sangat tinggi karena dapat membunuh bakteri dalam

    kurun waktu yang relatif singkat. Pengawet ini sering digunakan

    pada daging dan ikan. Biasanya kalium nitrit dicampurkan pada

    daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna

    merah agar tampak selalu segar misalnya pada daging kornet.

    c. Kalsium Propionat/Natrium Propionat

    Kalsium Propionat/Natrium Propionat termasuk golongan

    asam propionat. Penggunaan kedua pengawet ini adalah untuk

    mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Jamur dan kapang

    sangat merugikan dalam makanan karena dapat mempercepat

    pembusukan. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk

    produk roti dan tepung yang ditambahkan bahan pengawet ini

    dapat bertahan lebih lama di pasaran.

    d. Formalin

    Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam

    air dengan kadar 30% s/d 40%. Di pasaran, formalin dapat

    diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar

    formaldehidnya 40%, 30%, 20%, dan 10% serta dalam bentuk

    tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram.

    e. Natrium Metasulfat

    Natrium metasulfat merupakan bahan pengawet yang

    memiliki fungsi hampir sama dengan kalsium propionat/natrium

    propionat, yaitu mencegah tumbuhnya jamur dan kapang yang

    dapat mempercepat proses pembusukan. Natrium metasulfat

    juga sering digunakan pada produk roti dan tepung.

  • 16

    H. METODOLOGI PENELITIAN

    1. Desain atau Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian yang mencoba alternatif baru dalam

    menggunakan bahan pengawet alami dengan daun buah alpukat pada

    pembuatan tahu.

    2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia IAIN Walisongo.

    Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan.

    3. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

    a. Persiapan Alat dan Bahan

    1) Alat yang diperlukan antara lain:

    Blender

    Timbangan duduk

    Labu erlenmeyer

    Kertas saring

    Kain Saringan Tahu 1,8 m

    Cawan porselin 100 ml

    Water bath

    Aluminium foil

    Kompor

    Rak bambu

    Baskom 200 L

    Panci Besar Stainless

    Serbet Makan/Kain

    Plat Takus Tahu 60x60 cm

    2) Bahan yang diperlukan antara lain:

    Daun buah alpukat

    Etanol 96%

    Kacang Kedelai

    Cuka makan

  • 17

    b. Pelaksanaan Penelitian

    1) Pembuatan Ekstrak Daun Buah Alpukat Menggunakan

    Metode Maserasi

    a) Tahap Pengeringan

    Menyiapkan sejumlah daun buah alpukat dan mencuci

    bersih daun yang akan di keringkan. Kemudian memotong

    kecil-kecil daun buah alpukat untuk di keringkan dibawah

    sinar matahari sampai kandungan airnya hilang.

    b) Tahap Ekstraksi

    Menghaluskan daun buah alpukat yang telah dikeringkan

    menggunakan blender hingga menjadi bubuk. Kemudian

    menimbang bubuk menggunakan timbangan bubuk

    sebanyak 100 g, dan memasukkan ke dalam labu

    erlenmeyer dengan ukuran 1000 ml. Menambahkan

    etanol 96% dalam labu erlemeyer, dan menutupnya dengan

    aluminium foil. Mendiamkan selama 5 hari sambil

    berulang, mengaduk setiap harinya. Setelah didiamkan

    selama 5 hari, campuran tersebut disaring menggunakan

    kertas saring dan memeras ampasnya. Perasan ampas

    ditambah dengan etanol 96% sebanyak 25 ml kemudian

    menyaring kembali dengan kain saring, sehingga diperoleh

    hasil saringan sebanyak 100 bagian. Hasil saringan tersebut

    didiamkan selama 2 hari. Menguapkan ekstrak diatas water

    bath menggunakan cawan porselin hingga mendapatkan

    ekstrak kental.

    2) Pengaplikasian dalam Pembuatan Tahu dengan Campuran

    Ekstrak Daun Buah Alpukat

    Menyiapkan kedelai yang telah direndam semalaman dalam

    baskom untuk di pecah dengan meremas-remasnya. Setelah

    bersih kemudian memasukkan kedelai dalam blender dengan

  • 18

    memberinya air secukupnya, memblender hingga halus dan

    lembut. Saat selesai maka akan jadi seperti susu kedelai,

    selanjutnya merebus air kedelai tadi di panci hingga mendidih.

    Menyiapkan baskom untuk tempat air dingin. Ketika rebusan air

    kedelai tadi mulai mendidih akan muncul busa, maka segera

    untuk menambahkan air dingin sedikit demi sedikit. Kemudian

    memasukkan ekstrak daun buah alpukat yang telah dibuat

    dengan metode maserasi dan menurunkan suhu kompor. Setiap

    busa mulai muncul lagi, menambahkan air dingin sedikit demi

    sedikit dan tetap merebus air kedelai hingga busa habis. Setelah

    itu mendiamkan rebusan itu di atas kompor dengan api kecil

    selama 20 menit. Kemudian mematikan kompor dan

    mendiamkan hingga dingin. Setelah rebusan tadi mulai dingin,

    segera untuk menyaring dengan saringan yang di atasnya telah

    di lapisi serbet makan/ kain. Memeras ampas rebusan kedelai

    tadi hingga air perasan keluar semua. Air hasil penyaringan tadi

    di rebus di atas kompor dengan api sedang namun tidak sampai

    mendidih. Mengangkat susu kedelai dari kompor kemudian

    memasukkan 100 ml cuka makan dan mengaduknya sebentar.

    mendiamkan susu kedelai selama 30 menit dengan sendirinya

    susu kedelai akan terpisah menjadi calon tahu dan air.

    Kemudian menyaring massa tahu dengan serbet makan atau

    kain bersih tipis hingga air keluar dan menyusun pada cetakan

    rak bambu. Kemudian menindihkan dengan pemberat sehingga

    semua air keluar dan mendiamkan selama 15 s/d 20 menit.

    Akhirnya tahu buatan dengan campuran ekstrak daun buah

    alpukat pun telah jadi dengan memotong sesuai ukuran.

  • 19

    I. DAFTAR PUSTAKA

    Anis, Alfi Rahmi. 2014. Ekstraksi dengan Metode Perkolasi. Aceh.

    http://alfirahmia.blogspot.com/2014/05/ekstraksi-dengan-metode-

    perkolasi.html (akses tanggal 27 November 2014).

    Bahatori, Dedihmis. 2013. Pengawet Makanan Alami. Jakarta.

    http://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/06/05/pengawet-

    makanan-alami/ (akses tanggal 4 Desember 2014).

    Carwadi, Dadi. 2013. Manfaat dan Khasiat Daun Buah Alpukat Bagi

    Kesehatan Tubuh. Bekasi. http://manfaatdaunbuah.blogspot.com/

    2013/11/manfaat-dan-khasiat-daun-alpukat-bagi.html (akses tanggal 27

    November 2014).

    Husnil, Ahmad. 2012. Pengawet Sintetis. Medan. http://ahmadhusnilubis.

    blogspot.com/2012/02/pengawet-sintetis.html (akses tanggal 4 Desember

    2014).

    Masdalena. 2013. Manfaat Sari Daun Buah Alpukat Bagi Kesehatan. Jakarta.

    http://doktersehat.com/manfaat-sari-daun-alpukat-bagi-kesehatan/

    #ixzz3KBVhclhH (akses tanggal 26 November 2014).

    Nerazuri. 2013. Kandungan Alpukat. Bogor. http://kandunganalpukat.com/

    kandungan-kimia-pada-alpukat (akses tanggal 27 November 2014).

    Rustini, Tini. 2011 Pasti Bisa! Peringkat 1: Rangkuman Pelajaran Super

    lengkap. Jakarta. http://books.google.co.id/books?id=bcsGBAAAQBAJ

    &pg=PA142&lpg=PA142&dq=peringkat+zat+aditif+pengawet&source=

    bl&ots=d8s5JCjH52&sig=7ApHG36XKlbNxR8tixKWa09OAxg&hl=en

    &sa=X&ei=nNR2VJL7JseuATJoLQAQ&redir_esc=y#v=onepage&q=pe

    ringkat%20zat%20aditif%20pengawet&f=false (akses tanggal 27

    November 2014).

    Suharsimi. 2011. Jenis Alpukat. Sumatera. http://jenis-jenisalpukat.com/jenis-

    jenis-alpukat-di-Indonesia.html (akses tanggal 26 November 2014).

    Sun, Tommy. 2010. Manfaat Buah Alpukat. Jakarta. http://manfaatbuah

    alpukat.blogspot.com/2012/04/manfaat-buah-alpukat.html, (akses tanggal

    27 November 2014).

  • 20

    Tobiel. 2013. Manfaat Biji Alpukat Untuk Kesehatan. Jakarta.

    http://www.tubuhwanita.com/manfaat-biji-alpukat-untuk-kesehatan,

    (akses tanggal 27 November 2014).

    Wikipedia. 2014. Apokat, http://id.wikipedia.org/wiki/Apokat, (akses 10

    Desember 2014).

    Wikipedia, Pengawet Makanan, id.wikipedia.org/wiki/pengawet_makanan,

    (akses tanggal 27 November 2014).

    Wikipedia. 2014. Pengawetan Makanan, http://id.wikipedia.org/wiki/

    Pengawetan_makanan, (akses tanggal 4 Desember 2014).

    Wikipedia, Tahu, http://id.wikipedia.org/wiki/Tahu, (akses tanggal 4

    Desember 2014).

  • 21

    J. LAMPIRAN

    JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

    No. Kegiatan

    Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1. Tahap Persiapan

    2. Tahap Pendahuluan

    3. Tahap Pembuatan Ekstrak

    Daun Buah Alpukat dan

    Pembuatan Tahu

    4. Tahap Analisis

    5. Penyusunan Laporan

    6. Penyerahan

    Laporan Akhir

  • 22

    RANCANGAN BIAYA

    NO. URAIAN JUMLAH

    A. BAHAN HABIS PAKAI

    1. Daun buah alpukat 1 kg @ Rp. 1.500,00 Rp. 15.000,00

    2. Etanol 96% 1 L Rp. 36.000,00

    3. Kacang Kedelai 1 kg Rp. 8.200,00

    4. Cuka Makan 100 ml Rp. 10.000,00

    SUB TOTAL A Rp. 69.200,00

    B. PERALATAN PENUNJANG PKM

    1. Blender Rp. 89.300,00

    2. Timbangan duduk Rp. 185.000,00

    3. Labu erlenmeyer 2 buah @ Rp 107.500,00 Rp. 215.000,00

    4. Kertas saring 2 buah @ Rp. 4.500,00 Rp. 9.000,00

    5. Cawan Porselin 100 ml 2 buah @ Rp. 20.000,00 Rp. 40.000,00

    6. Water bath Rp. 1.200.000,00

    7. Aluminium foil Rp. 280.000,00

    8. Kain Saringan Tahu 1,8 m 2 buah @ Rp. 15.000,00 Rp. 30.000,00

    9. Kompor Rp. 115.000,00

    10. Rak Bambu Rp. 64.500,00

    11. Baskom 200 L Rp. 35.000,00

    12. Panci Besar Stainless Steel 2 buah @ Rp. 180.000,00 Rp. 360.000,00

    13. Plat Takus 60x60 cm Rp. 87.000,00

    14. Serbet Makan/Kain 2 buah @ Rp. 8.500,00 Rp. 17.000,00

    15. Pisau 2 buah @ Rp. 7.500,00 Rp. 15.000,00

    SUB TOTAL B Rp. 2.741.800,00

    C. BIAYA PERJALANAN

    1. Biaya persiapan alat dan bahan Rp. 200.000,00

    2. Biaya pengurusan perijinan laboratorium Rp. 115.000,00

  • 23

    3. Biaya transportasi selama penelitian Rp. 550.000,00

    SUB TOTAL C Rp. 865.000,00

    D. BIAYA PENYUSUNAN LAPORAN

    1. Kertas 2 rim @ Rp. 42.000,00 Rp. 84.000,00

    2. Sewa Printer 90 hari Rp. 200.000,00

    3. Sewa Komputer 90 hari Rp. 200.000,00

    4. Tinta Printer 4 botol @ Rp. 25.000,00 Rp. 100.000,00

    5. Alat Tulis (Buku, Pulpen, Pensil, lain-lain) Rp. 150.000,00

    6. Biaya penggandaan laporan 6 kali @ Rp. 50.000,00 Rp. 300.000,00

    7. Dokumentasi cetak foto Rp. 120.000,00

    8. Flash disk Rp. 80.000,00

    9. Biaya lain-lain Rp. 90.000,00

    SUB TOTAL D Rp. 1.324.000,00

    TOTAL A+B+C+D Rp. 5.000.000,00

  • 24

    RANCANGAN PENELITIAN

    PEMBUATAN EKSTRAK DAUN BUAH ALPUKAT MENGGUNAKAN

    METODE MASERASI

    1. Tahap Pengeringan

    Daun Buah Alpukat

    Daun Buah Alpukat

    Bersih

    Potongan Halus

    Daun Buah Alpukat

    Daun Buah

    Alpukat Kering

    Membersihkan Daun Buah

    Alpukat dengan Air

    Memotong Daun Buah Alpukat

    Hingga Halus Menggunakan Pisau

    Mengeringkan Potongan Halus Daun

    Buah Alpukat di Bawah Terik Matahari

  • 25

    2. Tahap Ekstraksi

    Menghaluskan Daun Buah

    Alpukat dengan Blender

    Daun Buah

    Alpukat Kering Bubuk

    Menimbang dengan

    Timbangan Duduk

    Sebanyak 100 g

    Bubuk 100 g

    Memasukkan dalam Labu

    Erlenmeyer dengan ukuran

    1000 ml

    Menambahkan etanol 96% dalam

    labu erlemeyer, dan menutupnya

    dengan aluminium foil

    Mendiamkan selama 5 hari sambil

    berulang, mengaduk setiap harinya.

    Ampas

    Menyaringnya dengan

    Kertas Saring

    Perasan ampas

    Memeras Ampas

    Menguapkan ekstrak diatas water

    bath menggunakan cawan porselin

    Mendiamkan

    Selama 2 Hari

    Ekstrak Kental

    Ditambah dengan Etanol 96% Sebanyak

    25 ml Kemudian Menyaring Kembali

    dengan Kain Saring, Sehingga Diperoleh

    Hasil Saringan Sebanyak 100 Bagian

    Hasil Saringan

    Hasil Saringan

    Telah di Diamkan

  • 26

    PENGAPLIKASIAN DALAM PEMBUATAN TAHU DENGAN CAMPURAN

    EKSTRAK DAUN BUAH ALPUKAT

    Menyaring Massa Tahu

    dengan Serbet Makan, dan

    Menyusun Pada Cetakan Rak

    Memasukkan 100 ml Cuka

    Makan, Mengaduknya Sebentar

    dan Mendiamkan 30 Menit

    Merebusnya Namun

    Tidak Mendidih

    Memeras Ampas Rebusan

    Kedelai Tadi Hingga Air

    Perasan Keluar Semua

    Menyaring dengan Saringan

    yang diatasnya Telah di Lapisi

    Serbet Makan/ Kain

    Mendiamkan Rebusan diatas

    Kompor dengan Api Kecil

    Selama 20 Menit

    Menambahkan Ekstrak Daun Buah Alpukat

    Memblender Kedelai dengan

    Memberi Air Secukupnya

    Merebus Air Kedelai Tadi

    di Panci Hingga Mendidih

    Menambahkan Air Dingin

    Sedikit Demi Sedikit

    Membersihkan dan

    Merendam Kedelai

    Semalaman

    Menyiapkan

    Kedelai

    Kedelai

    Bersih

    Menyiapkan Baskom

    untuk Tempat Air Dingin

    Kedelai Halus

    dan Lembut

    Muncul Busa

    Ekstrak Daun

    Buah Alpukat

    Rebusan

    Telah Dingin Ampas

    Air Hasil Penyaringan

    dan Pemerasan

    Air Hasil Penyaringan

    dan Pemerasan yang

    Telah direbus

    Air

    Calon Tahu

    Tahu dengan Pengawet Alami