Proposal Jadi

53
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARCS (ATENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACATON) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 SUKAWATI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 OLEH: Komang Dewi Maharani NIM: 2010.V.1.0173 JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI 2013

Transcript of Proposal Jadi

Page 1: Proposal Jadi

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARCS (ATENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACATON) TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS

VII SMP NEGERI 1 SUKAWATI TAHUN PELAJARAN

2013/2014

OLEH: Komang Dewi Maharani

NIM: 2010.V.1.0173

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI 2013

Page 2: Proposal Jadi

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan

Yang Maha Esa), karena berkat rahmat-Nyalah proposal yang berjudul

β€œPengaruh Model Pembelajaran Arcs (Atention, Relevance,

Confidence, Satisfacaton) Terhadap Prestasi Belajar Matematika

Ditinjau Dari Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1

Sukawati Tahun Pelajaran 2013/2014” dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Dalam proses penyusunan proposal ini banyak mendapatkan bimbingan,

arahan atau saran dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka

dalam kesempatan ini ucapan terimakasih diberikan kepada kepada:

1. Dr. I Made Suarta S.H., M.Hum selaku Rektor IKIP PGRI Bali

2. Drs. I Wayan Suanda, SP., M.Si., selaku Dekan FPMIPA IKIP PGRI Bali.

3. I Wayan Eka Mahendra, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika.

4. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan FPMIPA atas motivasi dan bantuannya

kepada penulis.

5. Rekan-rekan mahasiswa dan seluruh pihak yang telah mendukung proses

penulisan proposal ini dari awal sampai akhir.

Disadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca tetap

diharapkan demi penyempurnaan proposal ini dan penulisan selanjutnya.

Akhir kata diharapkan semoga proposal ini dapat memberi manfaat bagi

pembaca yang berkepentingan.

Denpasar, Oktober 2013

Penulis

Page 3: Proposal Jadi

iii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7

D. Manfaat ...................................................................................................... 8

E. Asumsi dan Keterbatasan ........................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 10

A. Model Pembelajaran ARCS ( Atention , Relevance, Confidence,

Statisfaction) ............................................................................................ 10

B. Prestasi Belajar Matematika ..................................................................... 13

C. Motivasi Belajar ....................................................................................... 15

D. Model Pembelajaran konvensional ......................................................... 19

E. Kajian penelitian yang Relevan ............................................................... 19

F. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 22

G. Hipotesis ................................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 25

A. Rancangan Penelitian ............................................................................... 25

B. Populasi dan Sampel ................................................................................ 30

C. Variabel dan Definisi Variabel ................................................................. 32

D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 33

E. Instrumen Penelitian ................................................................................. 34

F. Metode Analisis Data ............................................................................... 39

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 45

Page 4: Proposal Jadi

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai

upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga

merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum

memenuhi harapan. Hal ini disebabkan banyak lulusan pendidikan formal yang

belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja yang tersedia. Menurut

UU NO 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dimana telah

disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi

manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah

sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang

baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu

menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. maka

perlu dilakuakn beberapa upaya strategis untuk menunjang penyelenggaraan

pendidikan yang berkualitas, mulai dari pendidikan usia dini hingga jenjang

pendidikan yang tinggi tanpa ada diskriminasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Salamanca tentang pendidikan insklusif, yaitu tanpa partisipasi aktif dari semua

pihak, tentunya sulit mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas, oleh karena

itu upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan. Banyak hal yang

dapat dilakukan guna meningkatkan kualitas pendidikan sumber daya manusia di

Indonesia diantaranya adalah dengan menigkatkan kualitas seorang pendidik yang

nantinya akan mendidik dan menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

Page 5: Proposal Jadi

2

Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari banyaknya pendidik-

pendidik berprestasi yang mampu menghasilkan peserta didik yang berprestasi

secara nasional maupun internasional. Peningkatan kualitas pendidikan tidak

hanya mutlak harus dilakukan oleh seorang pendidik tetapi semua aspek yang

dapat mendukung dalam perkembangan kualitas pendidikan harus bekerjasama

dan saling mendukung agar kualitas pendidikan yang di harapkan dapat terwujud.

Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap perkembengan kualitas pendidikan

adalah kurikulum. Perkembangan kurikulum haruslah memperhatikan segala

aspek yang menyangkut proses perkembangan peserta didik. Menurut Ragan

dalam buku Panduan Menajemen Mutu Kurikulum Pendidikan berpendapat

bahwa kurikulum dalam arti yang luas adalah mencangkup semua program dan

kehidupan dalam sekolah. Kurikulum tidak hanya mencakup bahan pelajaran,

namun seluruh kehidupan dalam kelas, hubungan sosial antar pendidik dan

peserta didik, metode mengajar, dan cara mengevaluasi termasuk di dalamnya.

Artinya segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan diatur dalam kurikulum.

Dalam UU No 20 tahun 2003 disebutkan bahwa kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Saat ini di Indonesia

baru saja diperkenalkan dengan kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum

2013. Namun belum semua sekolah menggunakan kurikulum ini karena

Kurikulum 2013 masih dalam proses uji coba. Kurikulum yang saat ini masih

banyak digunakan adalah kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan). KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan masing–masing satuan

pendidikan dan dilaksanakan ditingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.

Artinya setiap satuan pendidikan memiliki kewenangan untuk menyusun

kurikulumnya sendiri. Di dalam KTSP disebutkan bahwa tujuan utama kegiatan

pembelajaran di sekolah yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,

dapat menarik minat dan antusias peserta didik serta dapat memotivasi peserta

didik untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat, sebab dengan suasana

belajar yang menyenangkan akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi

Page 6: Proposal Jadi

3

belajar yang optimal. Prestasi belajar peserta didik merupakan suatu indikasi dari

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta setelah mengalami proses

belajar-mengajar. Dari prestasi inilah dapat dilihat keberhasilan peserta didik

dalam memahami suatu materi pelajaran.

Dengan diberlakukan KTSP ini secara bertahap, membuktikan bahwa dunia

pendidikan di Indonesia telah mengalami pergantian. Pengembangan kurikulum

ini tentu saja perlu di imbangi dengan pengembangan perangkat kerja lainnya,

sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Untuk itu pendidik harus

dapat mengambil keputusan yang tepat ketika peserta didik belum dapat

membentuk kompetensi dasar seperti yang diinginkan, untuk itu pendidik harus

memiliki kemampuan dalam mengembangkan model–model pembelajaran yang

efektif, yang dapat membuat peserta didik semakin tertarik untuk mengikuti

kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh pendidik sehingga hasil pembelajaran

yang di lakukan dapat di tingkatkan. Pendidik tidak semata-mata menggunakan

model pembelajaran yang menurut mereka gampang, tetapi harus memikirkan

kondisi peserta didik yang akan dididik, fasilitas pendidikan di tempat melakukan

kegiatan pendidikan dan faktor-faktor lainnya yang nantinya dapat mengganggu

proses pembelajaran. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar

matematika peserta didik diantaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, dalam proses pembelajaran pendidik jarang mengkaitkan konsep-

konsep atau materi yang diajarkan dengan kehidupan dunia nyata dan jarang

mengarahkan peserta didik untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapan konsep yang diajarkan. Dampak pembelajaran tersebut adalah

konsep-konsep yang dipelajari peserta didik sulit diintegrasi dengan konsep-

konsep yang sudah ada di dalam struktur kognitif mereka.

Kedua, pembelajaran di kelas hanya berorientasi pada target menuntaskan

materi dalam kurikulum. Dalam pembelajaran yang berorientasi untuk

menuntaskan materi kurikulum, pendidik akan berusaha agar materi yang ada

pada kurikulum habis disampaikan atau disajikan di kelas tanpa memperhatikan

apakah peserta didik sudah dapat menguasai materi tersebut atau belum. Pendidik

akan cenderung mengabaikan pemahaman peserta didik terhadap materi yang

Page 7: Proposal Jadi

4

telah disajikan. Pembelajaran yang hanya bertujuan menuntaskan materi, akan

berdampak pada peserta didik, yaitu peserta didik akan sulit menemukan atau

mengaitkan materi yang dipelajari di kelas dengan situasi dunia nyata.

Pembelajaran seperti ini hanya berhasil dalam kompetensi mengingat jangka

pendek, tapi gagal dalam membekali peserta didik memecahkan masalah dalam

jangka panjang.

Ketiga, pendidikan matematika di sekolah pada umumnya masih berada pada

pendidikan matematika konvensional. Dalam hal ini pendidik belum mampu

secara optimal melaksanakan pembelajaran berorientasi pemecahan masalah

sesuai tuntutan KTSP. Pendidik lebih banyak memberikan soal/masalah dimana

ide-ide, konsep-konsep, dan pola-pola hubungan matematika, serta strategi,

teknik, dan algoritma pemecahannya diberikan secara explicit sehingga peserta

didik dapat dengan mudah menebak dan mendapat solusinya (immediate

solution), tanpa melalui proses mengerti. Sebaliknya, peserta didik akan

mengalami masalah besar atau gagal mengerjakan tugas matematika, jika soalnya

sedikit saja diubah atau konteksnya dibuat sedikit berbeda dari contoh-contoh

yang telah diberikan. Hal ini mengindikasikan dalam pembelajaran pendidik

belum menjadikan pemecahan masalah sebagai kegiatan utama dalam

pembelajaran padahal kemampuan pemecahan masalah sangat penting

ditanamkan pada peserta didik.

Tujuan utama dari berkembangnya kurikulum ini adalah meningkatkan

kualitas peserta didik yang dihasilkan. Hal ini berarti ada indikasi paksaan yang

timbul terhadap peserta didik yaitu peserta didik dipaksa untuk berkembang atau

mengembangkan kemampuannya agar bisa mengikuti semua kompetensi dasar

yang ingin di capai. Kondisi ini dirasa berhasil saat materi yang diajarkan dikelas

dirasa mudah oleh peserta didik sehingga peserta didik hanya perlu

mengembangkan kemampuan yang telah ia miliki. Namun kondisi ini akan

berdamapak negatif saat materi pelajaran yang diajarkan dirasa sulit untuk di

pelajari. Hal ini akan menimbulkan kesenjangan di dalam kelas dimana peserta

didik yang memiliki kemampuan lebih dari peserta didik yang lain akan bisa

Page 8: Proposal Jadi

5

mengikuti perkembangan ini sedangkan peserta didik yang tidak memiliki

kemampuan itu akan semakin tidak mampu mengikuti perkembangan.

Hal ini akan berakibat semakin buruk saat pendidik hanya mengejar materi

yang harus diselesaikan tanpa memperhatikan kemampuan peserta didik atas

materi tersebut sehingga peserta didik yang belum mampu menguasai materi

tersebut akan semakin sulit mengikuti materi berikutnya karena ia belum mampu

menguasai materi sebelumnya. Pada pembelajaran Matematika hal ini berdampak

buruk karena pada dasarnya pembelajaran matematika lebih menekankan

pemahaman konsep peserta didik dari pada penyelelesaian materi yang harus

diselesaikan. Pembelajaran matematika pada dasarnya memiliki keterkaitan antar

bab, sehingga jika peserta didik tidak mampu menguasai bab sebelumnya ia akan

merasa kesulitan untuk menguasai bab berikutnya. Ini akan berakibat pada hasil

belajar peserta didik yang semakin menurun seiring dengan tingkat kesulitan

meteri yang harus diselesaikan peserta didik.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di kelas VII F SMP Negeri 1

Sukawati dapat diketahui bahwa kejadian seperti di atas terjadi pada kelas ini,

dimana pada bab bilangan bulat yang sesungguhnya hanyalah penerapan konsep

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian banyak peserta didik yang

merasa kesulitan ketika mendapat pengembangan soal tentang operasi hitung

tersebut. Ini berdampak pada rendahnya tingkat pemahaman peserta didik akan

materi berikutnya yaitu materi aljabar. Hal ini terbukti dengan banyaknya peserta

didik yang merasa kesulitan ketika menemui soal tentang operasi hitung aljabar

karena peserta didik sebelumnya kurang dalam pemahaman konsep operasi hitung

bilangan bulat. Hal ini berdampak pada semakin sulitnya peserta didik untuk

berkembang mengikuti materi yang harus mereka selesaikan. Semakin sulit materi

yang diajarkan maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan materi tersebut, sehingga pembelajaran akan semakin tertunda

untuk mulai memasuki materi baru. Namun hal ini tidak berlaku ketika seorang

pendidik hanya mementingkan penyelesaian materi saja tanpa memperhitungkan

mampukah peserta didiknya menguasai materi tersbut.

Page 9: Proposal Jadi

6

Menjadi pendidik sebaiknya tidak hanya memikirkan penyelesaian akhir dari

materi yang dijelaskan tetapi harus memikirkan mampukah peserta didik

menguasai materi yang diajarkan. Untuk memenuhi hal tersebut pendidik

sebaiknya mampu membuat kondisi belajar dikelas menjadi kondisi belajar yang

mampu membuat peserta didik memahami konsep dasar dari materi apa yang

sedang di pelajari. Kondisi seperti ini sebaiknya menjadikan pembelajaran dikelas

berpusat kepada peserta didik dimana pendidik hanya sedikit menjelaskan tentang

konsep dasar apa yang akan mereka pelajari sedangkan pengembangan dari materi

tersebut peserta didik sendiri yang mengembangkannya. Kegiatan seperti ini akan

memotivasi peserta didik untuk berusaha memahami konsep dasar dari apa yang

mereka pelajari dengan cara mereka sendiri dan mengembangkannya dengan cara

mereka juga.

Salah satu model pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar

peserta didik tentang pemahaman konsep dasar materi apa yang mereka pelajari

adalah penerapan model pembelajran ARCS (Atention, Relevance, Convidence

and Statisfaction) dimana model pembelajaran ini merupakan prinsip-prinsip

motivasional dalam proses pembelajaran untuk merangsang, meningkatkan dan

memelihara motivasi peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, proses

pembelajaran menjadi manarik, bermakna dan memberikan tantangan kepada

peserta didik (Warsita, 2008 ; 81)

Berdasarkan kondisi di atas peneliti mencoba mengadakan penelitian

tentang pengaruh penerapan model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,

Convidence and Statisfaction) terhadap hasil belajar peserta didik ditinjau dari

motivasi belajar matematika peserta didik kelas VII semester 2 SMP Negeri 1

Sukawati tahun pelajaran 2013/2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajarkan

dengan model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and

Page 10: Proposal Jadi

7

Statisfaction) dan peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran konvensional ?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar Matematika Peserta didik yang

memiliki motivasi belajar tinggi dengan peserta didik yang memiliki

motivasi belajar rendah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati

Tahun Ajaran 2013/2014 ?

3. Apakah ada perbedaan hasil belajar Matematika antar model pembelajaran

dan antar motivasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun

Ajaran 2013/2014 ?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran ARCS (Atention,

Relevance, Convidence and Statisfaction) dan Motivasi belajar terhadap

hasil belajar Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini untuk mendapatkan data empiris tentang perstasi belajar

matematika akibat pengaruh model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,

Convidence and Statisfaction) setelah ditijnau dari motivasi belajar matematika.

Secara oprasional tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik

yang diajarkan dengan model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,

Convidence and Statisfaction) dan peserta didik yang diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar Matematika Peserta

didik yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan peserta didik yang

memiliki motivasi belajar rendah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1

Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar Matematika antar

model pembelajaran dan antar motivasi peserta didik kelas VII SMP

Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014.

4. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran ARCS

(Atention, Relevance, Convidence and Statisfaction) dan Motivasi belajar

Page 11: Proposal Jadi

8

terhadap hasil belajar Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1

Sukawati.

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu alternatif

untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik melalui model

pembelajaran probing prompting.

1. Secara teoritis

Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam bidang pendidikan tentang penggunaan model-model pembelajaran yang

lebih kreatif agar mampu menciptakan suasana belajar yang lebih bervariasi. Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat menunjang teori-teori pembelajaran terutama

teori tentang model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and

Statisfaction).

2. Secara praktis

Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai

berikut.

a. Bagi peserta didik, sebagai pemicu motivasi belajar sehingga peserta didik

dapat belajar matematika dengan baik dan tidak membosankan.

b. Bagi pendidik, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penggunaan dan pemilihan

model dalam mengajar.

c. Bagi pihak sekolah, pihak sekolah dapat memberikan fasilitas yang ada, agar

guru-guru agar bias lebih kreatif.

d. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan terkait dengan penggunaan metode

pembelajaran Matematika di sekolah.

E. Asumsi dan Keterbatasan

1. Asumsi

Page 12: Proposal Jadi

9

Asumsi adalah suatu anggapan dasar yang tidak perlu diuji lagi kebenarannya.

Asumsi adalah keterangan yang sebenarnya diterima tanpa pembuktian lebih

lanjut untuk menjadi dasar awal suatu pedoman dalam suatu perbincangan.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Jawaban yang diberikan oleh peserta didik selaku responden diasumsikan

telah mencerminkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya

b. Nilai yang diperoleh dari hasil tes terhadap responden diasumsikan telah

mencerminkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya

2. Keterbatasan penelitian

Dalam penelitian ini dibatasi ruang lingkup dari aspek yang di teliti sesuai

dengan judul yang diajukan dalam penelitian ini, maka keterbatasan penelitian ini

adalah bahwa dalam penelitian ini gejala yang diteliti terbatas pada pengaruh

penerapan model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and

Statisfaction) terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari motivasi belajar

matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran

2013/2014

Page 13: Proposal Jadi

10

Page 14: Proposal Jadi

10

BAB II KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran ARCS ( Atention , Relevance, Confidence, Statisfaction)

Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik dituntut untuk dapat

membangkitkan motivasi belajar pada diri peserta didik. Seseorang tidak akan pernah

belajar jika tidak termotivasi untuk itu, orang tidak bisa dipaksa untuk belajar.

Maksudnya peserta didik harus termotivasi untuk melibatkan diri dalam proses

belajar. Motivasi dan usaha mempengaruhi belajar dan unjuk kerja peserta didik.

Untuk itu motivasilah peserta didik dengan tugas-tugas riil dalam kehidupan nyata

sehari-hari dan kaitkan tugas dengan pengalaman pribadinya. Kemudian dorong

peserta didik untuk memahami kaitan antara usaha dan hasil yang dicapai.

Pengertian ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Statisfaction) menurut

Warsita (2008:81) adalah prinsip–prinsip motivasional dalam proses pembelajaran

untuk merangsang, meningkatkan, dan memelihara motivasi peserta didik dalam

belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran menjadi menarik, bermakna, dan

memberikan tantangan kepada peserta didik. Model pembelajaran ARCS adalah

model pembelajaran yang dikembangkan oleh Keller pada tahun 1987. Adapun

keempat kondisi motivasional itu sebagai berikut:

Attention (Perhatian), menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah β€œminat”

atau β€œpengamatan” artinya melihat dengan seksama atau dengan teliti sehingga

menghasilkan sesuatu yang benar. Menurut Warsita (2008; 81) Attention atau

perhatian yaitu merupakan sikap dari seseorang yang umumnya didorong oleh rasa

keingintahuan. Sedangkan rasa ingin tahu ini dirangsang melalui sesuatu yang baru,

unik aneh dan sebagainya. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran perlu

menarik dan memperhatika perhatian peserta didik. Menurut warsita (2008 : 81)

adapun strategi untuk merangsang atau membangun minat dan perhatian peserta didik

dalam pembelajaran ,yaitu : 1) menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi

Page 15: Proposal Jadi

11

(metode ceramah, diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, studi kasus,

demonstrasi, dan sebagainya); 2)menggunakan media pembelajaran; 3) menggunakan

contoh-contoh peristiwa nyata dalam menjelaskan konsep; 4) menggunakan teknik

bertanya untuk melibatkan peserta didik.

Relevance (Relevansi), menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah

β€œhubungan” artinya setiap materi yang dipelajari harus berhubungan dengan

kebutuhan perserta didik sehingga dapat memotivasi peserta didik dalam proses

pembelajaran. Menurut Warsita (2008; 81) Relevance atau hubungan yaitu

menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi

peserta didik. Motivasi akan terpelihara apabila mereka menganggap apabila apa

yang dipelajari memenuhi kebutuhannya. Sedangkan kebutuhan pribadi meliputi

motif pribadi, motif instrumental dan motif cultural. Ada beberapa stratergi untuk

mengembangkan dan meningkatkan relevansi dalam pembalajaran, yaitu : 1)

menjelaskan tujuan yang ingin dicapai; 2) menjelaskan manfaat pengetahuan dan

keterampilan yang dipelajarinya, dan bagaimana dalam penerapannya didunia kerja;

3) memberikan contoh, latihan atau tes yang sesuai dengan kondisi peserta didik atau

profesi tertentu.

Confidence (percaya diri) yaitu merasa diri kompeten atau mampu, merupakan

potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan linkungan. Prinsip ini

menunjukkan bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan

untuk berhasil. Harapan ini sering kali dipengaruhi oleh pengalaman sukses masa

lampau. Sehingga pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk

mengerjakan tugas berikutnya. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kepercayaan diri, yaitu : 1) member materi matematika secara

sistematis, dari yang mudah ke yang sukar dan dari yang kongkret ke abstrak,

sehingga kemampuan siswa mengikuti pelajaran termotivasi sejak awal kegiatan; 2)

menyampaikan tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai dari pembelajaran,

sehingga arah dan tujuan kegiatan jelas bagi siswa; 3) menumbuh kembangkan rasa

percaya diri pada siswa, dengan tidak mengatakan β€œkamu bodoh”, atau β€œkamu salah”,

Page 16: Proposal Jadi

12

akan tetapi guru dapat menggunakan kata lain jika jawaban siswa salah dengan

β€œmungkin masih ada jawaban yang lain” atau β€œjawaban kamu sudah hamper tepat”

dan sebagainya; 4) memberikan umpan balik yang membangun selama pembelajaran,

agar siswa mengetahui pemahaman dan prestasi belajar mereka selama ini.

Statisfaction (kepuasan) adalah perasaan gembira, perasan ini dapat positif yaitu

timbul kalau orang mendapatkan penghargaan dalam dirinya. Perasaan ini meningkat

kepada perasaan harga diri kelak, membangkitkan semangat belajar. Adapun strategi

untuk meningkatkan kepuasan peserta didik dalam pembelajaran yaitu, 1)

memberikan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan cacian atau

ancaman; 2) berikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan

pengetahuan yang dipelajarinya; 3) menyuruh peserta didik yang telah berhasil untuk

membantu teman lain; 4) bandingkan prestasi peserta didik dengan prestasinya

sendiri di masa lalu dengan standar tertentu.

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan model pembelajaran ARCS (Attention

Relevance Confidence Statisfaction) adalah suatu bentuk pembelajaran yang

mengutamakan perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan

pengalaman belajar siswa, menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan

menimbulkan rasa puas dalam diri siswa tersebut. Model pembelajaran ini menarik

karena dikembangkan atas dasar teori-teori dan pengalaman nyata intsruktur sehinga

mampu membangkitkan semangat belajar siswa secara optimal dengan memotivasi

diri siswa sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut Astra Winaya ada

keunggulan dalam penggunaan model pembelajaran ARCS (Attention Relevance

Confidence Statisfaction ) yaitu : 1) memberikan petunjuk aktif dan arahan tentang

apa yang harus dilakukan peserta didik, 2) cara penyajian materi dengan menggunakn

model ARCS dilakukan dengan menarik, 3) model motivasi yang diperkuat oleh

rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada peserta didik, 4) penerapan model

ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang materi lainnya yang pada hakikatnya

kurang menarik, 5) penilaian dilakukan menyeluruh terhadap kemampuan-

kemampuan yang lebih karakteristik siswa agar startegi pembalajaran lebih efektif.

Page 17: Proposal Jadi

13

B. Prestasi Belajar Matematika

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Di

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan presatasi adalah: Hasil

yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).Adapun belajar menurut

pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam

seluruh aspek tingkah laku.

Ada beberapa pengertian belajar yang dikemukan oleh beberapa ahli

diantaranya sebagai berikut.

1. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2. Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar

menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:

perubahan dalam pengertian, pemecahan suat masalah atau berpikir,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

3. Belajar itu mencakup berbagai macam perbuatan mulai dari mengamati,

membaca, menurun, mencoba sampai mendengarkan untuk mencapai suatu

tujuan.

4. Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami

itu si pelajar mempergunakan pancainderanya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat mengambil suatu kesimpulan,

bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai

akibatdari pengalaman atau latihan. Sedangkan pengertian prestasi belajar

sebagaimana yang tercantum dam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar

dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena sepanjang

Page 18: Proposal Jadi

14

kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-

masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang

bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah.

Matematika adalah suatu matapelajaran wajib yang harus diikuti peserta didik

baik peserta didik tingkat SD, SMP, SMA maupun yang telah mengnjak di bangku

kuliah. Matematika sangat erat dengan kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan

sehari-hari tidak ada satuhhal pun yang luput dari matematika.Matematika sering

menjadi momok bagi peserta didik, karena masih banyak anggapan bahwa

matematika itu susah namun pada dasarnya ketika kita dapat memahami konsep dasar

dari pembelajaran matematika, matematika itu menjadi hal yang mudah dan

menyenangkan untuk dipelajari.

Prestasi belajar matematika sering dikaitkan dengan tingkat kemampuan peserta

didik, ketika peserta didik dengan prestasi belajar matematikanya tinggi maka peserta

didik tersebut dapat dikatagorikan kedalam peserta didik dengan kemampuan tinggi,

begitupun sebaliknya ketika seorang peserta didik memiliki prestasi yang rendah di

bidang matematika maka peserta didik tersebut dikategorikan dalam peserta didik

dengan kemampuan rendah. Beberapa uapaya telah dilakukan dalam peningkatan

prestasi belajar matematika, baik melalui berbagai model pembelajaran yang

bervariasi atau penggunaan media yang dapat menarik minat peserta didik dalam

proses belajar matematika.

Prestasi belajar matematika dapat dilihat dari berbagai aspek matematis peserta

didik.Tidak hanya melalui hasil tes yang diberikan namun dapat dilihat pula dalam

pengaplikasian materi matematika tersebut kedalam kehidupan sehari-hari peserta

didik.Namun yang paling memperlihatkan bahwa seorang peserta didik berprestasi

dalam belajar matematika yaitu melalui hasil-hasil tes yang ddidapat oleh peserta

didik tersebut, apakah hasil tes yang diterima meningkat, menurun atau tetap.Ketika

hasil tes yang diterima peserta didik meningkat maka ada suatu perubahan positif

yang didapt oleh peserta didik, namun bila hasil tes menurun itu berarti terdapat

perubahan negative yang terjadi pada peserta didik.

Page 19: Proposal Jadi

15

C. Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari dua kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut

bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat

diinterprestasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit

tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu, maka motivasi diartikan sebagai

dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan

tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Mernurut Mc. Donald,

motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai yang

ditandai dengan munculnya”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan. David Mc Clelland, berpendapat A motive is the redintegration by a

cue of change in effective situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil

pertimbangan yang telah dipelajari dengan ditandai suatu perubahan pada situasi

afektif. Dari beberapa definisi motivasi diatas dapat kita simpulkan bahwa motivasi

merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun

dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku

atau aktivitas tertentu lebih baik ari keadaan sebelumnya.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar

adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi

sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan

tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsic, berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar

kondusif,dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh

rangsangan terrtentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas

belajar yang lebih giat dan semangat.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta

didik yang sedang belajar untuk mengadakan peribahan tingkah laku, pada umunya

dengan beberapa indicator atau unsur-unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai

Page 20: Proposal Jadi

16

peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar

dapat diklasifikasikan sebagi berikut: 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2)

adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya harapan dan cita-cita masa

depan; 4) adanya perghargaan dalam belajar; 5) adanya kegiatan yang menarik dalam

belajar; 6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Peranan motivasi dalam belajar dan

pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang

belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan

hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

2. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan

kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang

dipelajari itu sedikitnya dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

3. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha

mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil

yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan

seseorang tekun belajar.

Dari peranan motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berperan

penting dalam proses belajar karena motivasi dapat menguatkan apa yang telah

dipelajari peserta dididk serta memperjelas tujuan belajar dan menentukan ketekunan

belajar peserta didik.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan

belajar di sekolah.

1. Memberikan angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak

siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik.

Page 21: Proposal Jadi

17

Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai

pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para

peserta didik merupakan motivasi yang sangat kuat.

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian.

Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi

seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan

tersebut.

3. Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakann sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun

persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik agar merasakan pentingnya

tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan

mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu motivasi yang cukup

penting. Seseorang berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai

prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas

dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri.

5. Memberi ulangan

Para peserta didik akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada

ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana

motivasi.

6. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan

mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui

bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri peserta

didik untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian

Page 22: Proposal Jadi

18

Apabila ada peserta didik yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas

dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement

yang positif dan sekaligus merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.

Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan

mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga

diri.

8. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara

tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus

memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan

yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu

memang ada motivasi untuk belajar, tentu akan hasilnya akan baik.

10. Minat

Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul

karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat

merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancer

kalau disertai dengan minat.

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan

alat motivasi yang sangat penting. Oleh sebab dengan memahami tujuan

yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan,

maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Page 23: Proposal Jadi

19

D. Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Djamarah (2000), model pembelajaran konvensional disebut juga model

pembelajaran tradisional karena sejak dulu model ini telah dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan

pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar, pembelajaran konvensional ditandai

dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Selanjutnya menurut Roestiyah (1991), pembelajaran konvensional yang

dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh para guru. Bahwa,

pembelajaran konvensional (tradisional) pada umumnya memiliki kekhasan tertentu,

misalnya lebih mengutamakan hapalan daripada pengertian, menekankan kepada

keterampilan berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran

berpusat pada guru. Dalam pembelajaran konvensional ini, metode yang digunakan

dalam proses pembelajaran adalah metode ceramah.

Dari kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru yang ditandai

dengan pemberian penjelasan atau ceramah, serta pembagian tugas dan latihan dalam

proses pembelajaran.

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai penerapan model

pembelajarn ARCS (Attention Relevance Confidence Statisfaction) ini adalah sebagai

berikut.

Zusfahair dalam Penelitian berjudul” Aplikasi Teori Motivasi (ARCS Model)

untuk pencapaian kompetensi Mata Kuliah Biokimia I” menyimpulkan bahwa

Penerapan teori motivasi (ARCS model) terhadap proses pembelajaran mata kuliah

Biokimia I telah dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa dalam bentuk kepuasan

mahasiswa terhadap penggunaan alat bantu ajar dan peningkatan perhatian dosen

selama proses pembelajaran. Hasil kuisioner menunjukkan secara umum mahasiswa

menilai proses pembelajaran sudah berjalan baik.

Page 24: Proposal Jadi

20

Zahra Chairani dalam penelitian berjudul β€œModel ARCS dalam Pembelajaran

Hubungannya dengan Aspek Kecakapan Hidup” menyimpulkan bahwa 1) 1. Model

ARCS merupakan prinsip-prinsip teori motivasi yang dapat diimplementasikan dalam

pembelajaran matematika dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

kecakapan hidup (life skill) dalam Kurikulum 2004, 2) Pembelajaran matematika

dengan penerapan ARCS dapat meningkatkan minat dan perhatian

siswa,meningkatkan rasa percaya diri serta memberikan rasa kepuasan bagi siswa

dalam perolehan hasil belajarnya, 3) Sembilan peristiwa belajar dalam model ARCS

dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif strategi dalam pembelajaran matematik

dan bersesuaian dengan struktur pembelajaran matematika yang selama ini

dilaksanakan guru, 4) Peningkatan kemampuan siswa dalam matematika dengan

penerapan model ARCS dapat menjadi bahan penelitian tindakan kelas bagi guru.

Envir Setyadin dalam penelitian berjudul β€œPerbedaan Hasil Belajar Model

Pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction (Arcs) Dengan Model

Pembelajaran Konvensional Pada Kelas X Titl Di Smkn 2 Surabaya” menyimpulkan

bahwa 1) Rerata hasil belajar siswa yang dikenakan pembelajaran dengan model

pembelajaran ARCS sebesar 79,78 dan hasil belajar siswa yang dikenakan

pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional rerata sebesar 72,35 atau

terdapat perbedaan signifikan atau lebih tinggi antara hasil belajar siswa yang

dikenakan pembelajaran dengan model pembelajaran ARCS dengan hasil belajar

siswa yang dikenakan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada

standar kompetensi memperbaiki peralatan rumah tangga listrik, 2) Tingkat kepuasan

siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran ACSR sebesar 88,35%,

sedangkan tingkat kepuasan siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran

konvensional sebesar 72,87% atau terdapat perbedaan secara signifikansi atau lebih

tinggi tingkat kepuasan siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran

ACSR dibandingkan dengan tingkat kepuasan siswa dalam pembelajaran dengan

model pembelajaran konvensional pada standar kompetensi memperbaiki peralatan

rumah tangga listrik.

Page 25: Proposal Jadi

21

I Made Astra Winaya dalam penelitian berjudul β€œpengaruh model ARCS

terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa pada pembelajaran ips

dikelas iv sd chis denpasar” nenyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian

sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini

sebaga iberikut: (1) terdapat terbedaan hasil belajarIPS antara siswa yang mengikuti

modelpembelajaran ARCS dengan siswa yangmengikuti model pembelajaran

konvensional,(2) Perbedaan hasil belajar IPS siswa yangmengikuti pembelajaran

model pembelajaran ARCS lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan model pembelajaran konvensional. Setelah motivasi belajar dikendalikan, (3)

Terdapat kontribusi motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD

CHIS Denpasar. Berdasarkan temuan penelitian, pembahasan, dan refleksi akademik

terkait dengan beberapa teori sejenis, serta dengan mempertimbangkan karakteristik

serta keunggulan komparatif yang dimiliki oleh model pembelajaran ARCS, maka

dapat diformulasikan saran sebagai berikut: bahwa penelitian ini menunjukkan hasil

belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran ARCS berbeda dengan hasil

belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Untuk itu model

pembelajaran ARCS perlu diperkenalkan den dikembangkan lebih lanjut kepada para

guru, siswa dan praktisi pendidikan lainya sebagai alternative pembelajaran.

Page 26: Proposal Jadi

22

F. Kerangka Berfikir

Dalam proses pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar,

sedangkan tugas utama setiap peserta didik adalah belajar. Keterkaitan antara belajar

dan mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran (Sanjaya, 2006).

Salah satu pembelajaran wajib yang dilaksanakan di sekolah adalah

pembelajaran matematika. Pada saat belajar matematika di sekolah banyak dijumpai

peserta didik yang kurang senang dalam mengikutinya. Hal itu karena mereka

menganggap pelajaran matematika itu sulit, menakutkan bahkan membosankan.

Salah satu penyebab hal tersebut karena motivasi belajar siswa terhadap pelajaran

matematika masih tergolong rendah. Akibatnya, minat siswa untuk belajar

matematika juga rendah.

Latar belakang masalah

Motivasi belajar matematika

siswa rendah

Model pembelajaran

Konvesional

Prestasi matematika peserta

didik rendah

Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)

Motivasi belajar matematika siswa meningkat

Prestasi peserta didik meningkat

Page 27: Proposal Jadi

23

Minat siswa yang rendah menyebabkan siswa sering mengalami kesulitan belajar.

Tidak banyak dari mereka yang berani untuk menanyakan kesulitan belajarnya di

kelas. Hal itu karena mereka merasa malu, takut dan ragu-ragu untuk

menyampaikannya. Jika tidak ditanggulangi, hal tersebut akan berdampak langsung

terhadap motivasi belajar dan kompetensi mereka di bidang matematika. Berdasarkan

uraian di atas, perlu adanya suatu model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi hal

tersebut. model pembelajaran merupakan perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melalui model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction).

Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction)

merupakan merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk

merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan

mempertahankan motivasi siswa untuk belajar (Keller, 1987). Model pembelajaran

ini berkaitan erat dengan motivasi siswa terutama motivasi untuk memperoleh

pengetahuan yang baru. motivasi sangat penting dalam belajar karena motivasi dapat

mendorong peserta didik mempersepsi informasi dalam bahan ajar. Sebagus apa pun

rancangan bahan ajar, jika peserta didik tidak termotivasi maka tidak akan terjadi

peristiwa belajar karena siswa tidak akan mempersepsi informasi dalam bahan ajar

tersebut. Sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar peserta didik guna

meningkatkan prestasi/hasil belajarpeserta didik khususnya dalam mata pelajaran

matematika, maka penerapan model pembelajaran ARCS ini sangat efektif

dipergunakan karena model pembelajaran ARCS ini disesuaikan dengan kebutuhan

ataupun minat siswa. Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas

dasar teori-teori dan pengalaman nyata intsruktur sehinga mampu membangkitkan

semangat belajar peserta didik secara optimal dengan memotivasi diri peseta didik

sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dimana guru masih menjadi

pusat informasi peserta didik, sehingga apa pun yang di katakan oleh guru menjadi

Page 28: Proposal Jadi

24

referensi bagi peserta didik. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan

belajar mengajar semuanya di lakukan oleh guru, peserta didik hanya menerima

informasi tanpa di libatkan dalam penentuan segala sesuatu yang berhubungan

dengan kegiatan belajar yang berlangsung.

Berdasarkan nilai matematika peserta didik kelas VII semester II SMP N 1

Sukawati tahun pelajaran 2012/2013 yang masih berada pada kisaran KKM bahkan

cenderung menurun, ini disebabkan mungkain karena model pembelajaran yang

dilakukan oleh guru yang mengajar matematika tidak terlalu menarik perhatian

peserta didik untuk belajar.

Dengan demikian berdasarkan uraian diatas peneliti akan menggunakan model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction) untuk

menigkatkan prestasi belajar matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 1

Sukawati tahun pelajaran 2012/2013.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarka kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang

dikemukakan maka dapat disusun suatu hipotesis sebagai berikut.

1. Ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajarkan dengan

model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and

Statisfaction) dan peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional.

2. Ada perbedaan hasil belajar Matematika Peserta didik yang memiliki motivasi

belajar tinggi dengan peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah

peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014.

3. Ada perbedaan hasil belajar Matematika antar model pembelajaran dan antar

motivasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran

2013/2014.

Page 29: Proposal Jadi

25

4. Ada interaksi antara model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,

Convidence and Statisfaction) dan Motivasi belajar terhadap hasil belajar

Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati

Page 30: Proposal Jadi

25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahuai apakah

penerapan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance,

Statisfaction) berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika, ini berarti peneliti

memabandingkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance,

Statisfaction) dengan hasil belajar yang diperoleh peserta didik yang belajar tanpa

menggunakan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance,

Statisfaction) Menurut metode yang digunakan penelitian ini adalah penelitian

eksperimen karena peneliti sengaja memanipulasi salah satu variabel yang disebut

dengan variabel eksperimental. Selain itu juga penelitian ini bertujuan untuk melihat

hubungan sebab akibat (Emzir, 2011).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat dengan variabel bebasnya adalah pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction) dan variabel

terikatnya adalah prestasi belajar matematika peserta didik yang di tinjau dari

motivasi belajar matematika peserta didik.

Pada penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas control

dimana kedua kelas tersebut mempunyai kemampuan yang sama dalam

menyelesaikan permasalahan matematika. Kelas eksperimen adalah kelas yang

dimanipulasi oleh peneliti yaitu kelas yang dalam proses belajarnya diterapkan model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction) sedangkan

kelas kontorl adalah kelas yang dalam proses belajaranya tidak mendapat perlakuaan

(manipulasi) seperti yang terjadi pada kelas eksperimen namun dalam proses

Page 31: Proposal Jadi

26

belajarnya kelas kontorl menggunakan model pembelajaran konvensional sebagimana

model pembelajaran yang sering digunakan oleh pendidik. Pada kedua kelompok

tersebut akan dibandingkan prestasi belajar matematikanya yang ditinjau dari

motivasi belajar metematika peserta didik.

2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah desain

eksperimental semu (quasi-experimental designs) dimana desain eksperimental semu

agak lebih baik dibandingkan dengan pra-eksperimental, karena melakukan suatu

cara untuk membandingkan kelompok (Emzir: 2012). Bentuk desain ekaperimen ini

merupakan pengembangan dari true esperimental design, yang sulit dilaksanakan.

Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya

untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen

(Sugiyono, 2011). Desain eksperimental semu adalah sebagai berikut. (1) The

Nonequivalent Control Group Design, (2) Desain Rangkaian Waktu (3) Desain

Berimbang (4) Desain Faktorial.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain factorial

(Factorial Design) karena dalam penelitian ini melibatkan dua variabel bebas dan

satu variabel yang dimanipulasi. Pada dasarnya desai ini merupakan elaborasi dari

desain true-experimental dan mengizinkan penyelidikan terhadap dua variabael,

secara individu dan dalam interaksi satu sama lain. Istilah faktorial mengacu pada

fakta bahwa desain tersebut melibatkan beberapa faktor. Setiap faktor memiliki dua

atau lebih tingkatan; dalam penelitian ini faktor metode pengajaran yaitu model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction) memiliki dua

tingkatan karena terdapat dua jenis pengajaran, dan faktor motivasi memiliki dua

tingkatan: motivasi tinggi dan motivasi rendah. Desain factorial dapat dilihat pada

gambar berikut.

Page 32: Proposal Jadi

27

Tabel 3.1 Desain Faktorial Variabel Ekpsrimental Jenis Pengajaran

Variabel Kontrol Model ARCS Model Konvensional

Motivasi Tinggi A1 B1 Rendah A2 B2

Keterangan: A1, A2: Kelas Dengan Model Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance,

Statisfaction) B1, B2: Kelas Dengan Model Pembelajaran konvensional (Emzir, 2010; 106) 3. Rancangan penelitian

Berdasarkan pengertiannya rancangan penelitian dapat diartikan sebagai

strategi mengatur latar (setting) penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat

(valid) sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian

eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkan

peneliti untuk mengendalikan (mengontrol) variabel-variabel bebas. Dalam keadaan

ini peneliti benar-benar mempunyai peran penuh dalam penelitiannya karena peneliti

yang akan mengendalikan semua keadaan yang terdapat dalam penelitiannya.

Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada

hipotesis yang dikaji. Rancangan ini nantinya akan membantu peneliti dalam proses

penelitiannya. Rancangan penelitian dibuat membantu peneliti dalam menentukan

langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti dalam melakukan penelitiannya.

Berikut adalah diagram alur penelitian yang dilakukan.

Diagram alur penelitina

PROPOSAL

ANALISIS SK DAN KD

ANALISIS MATERI AJAR

Page 33: Proposal Jadi

28

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitiam

1. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap pengolahan data.

a) Tahap persiapan

Tahap persiapan dimulai dari pemilihan bahan ajar yang akan digunakan dalam

proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ARCS.

Tahap selanjutnya adalah menganalisis bahan ajar yang akan digunakan dalam

proses pembelajaran, proses analisis ini sangat penting karena bahan ajar yang akan

digunakan dalam proses penelitian nanti harus dapat disesuaikan dengan model

pembelajaran yang digunakan. Kita tahu bahwa tidak semua materi matematika SMP

kelas VII sesuai dengan model pembelajaran yang kita inginkan. Setelah bahan

PEMBUATAN BAHAN BELAJAR

PENGELOMPOKAN SAMPEL KELAS EKPERIMEN DAN KELAS KONTROL

KELAS EKSPERIMEN KELAS KONTROL

MODEL PEMBELAJARAN ARCS MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TEST TEST

ANALISIS DATA

KESIMPULAN PENELITIAN

Page 34: Proposal Jadi

29

belajar dianalisis tahap berikutnya adalah pembuatan bahan ajar yang nantinya

digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar ini harus sesuai dengan model

pembelajaran yang diterapkan yakni model pembelajaran ARCS (Attention,

Relevance, Confidance, Statisfaction).

Selanjutnhya adalah pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

nantinya akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Ini dilakukan agar guru

tahu dimana dan kapan bahan belajar yang telah dibut ini disertakan dalam proses

pembelajaran.

Proses berikutnya adalah penyusunan instrument tes yang akan diberikan kepada

peserta didik. Dalam menyusun instrument tes dapat dilakukan dengan mengerjakan

soal di buku Matematika kelas VII lalu merubah bentuk soal tersebut kedalam bentuk

soal yang lebih bervariasi. Setelah itu menentukan konsep yang terlibat dan kognitif

untuk setiap butir soal.

Selanjutnya adalah uji validitas soal tersebut. Uji validitas soal dapat dilakukan

oleh peneliti sendiri atau meminta bantuan pembimbing agar mendapatkan butir soal

yang valid sebagai instrument tes dalam penelitian tersebut. Seletah dilakukan uji

validitas selanjutnya adalah proses revisi butir soal hasil validasian tersebut

kemnudian di uji cobakan kepada peserrta didik kelas VII yang tidak termasuk dalam

objek penelitian untuk mengetahui reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan

kualitas pengecoh. Setelah di uji coba instrument tes tersbut di revisi kembali

sebelum diujikan kepada peserta didik yang menjadi sampel penelitian.

b) Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan tes awal untuk

mengetahui tingkat kemampuan peserta didik yang menjadi sampel penelitian.

Selanjutnya peserta didik dikelompok kelas eksperimen diberikan pengajaran dengan

menggunakan model pembelajraan ARCS (Attention, Relevance, Confidance,

Statisfaction) sedangkan peserta didik dikelompok control diberikan pengajaran

dengan menggunakan model pembelajran konvfensional. Setelah dikelompokkan

Page 35: Proposal Jadi

30

menjadi kelas kontrol dan kelas eksperimen peneliti dapat melakukan penelitian

sesuai rancangan yang telah dibuat. Menyelesaikan materi yang telah dibuat adalah

hal wajib yang harus dilakukan karena dari penyelesaian materi nantinyanya kita bisa

melihat perubahan yang terjadi setelah mendapat treatmen berupa model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction).

Setelah materi yang disampaikan pendidik telah selesai seluruh peserta didik yang

menjadi sampel diberikan tes yang sama untuk mengetahui apakan ada perubahan

yangterdi saat peserta didik mendapatkan pengajaran dengan menggunakan model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction).

c) Evaluasi

Tahap ahir yang dilakukan adalah menganalisis hasil dari tes yang telah diberikan

keseluruh sampel yang terdapat dalam penelitian ini. Setelah analisis hasil tes selesai

dilakukan peneliti selanjutnya membuat kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan apakah model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance,

Statisfaction) membawa perubuhan terhadap prestasi belajar metematika peserta didik

kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran 2012/2013

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Popoluasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapka oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,2011)

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam

lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau

obyek itu. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 1

Sukawati maka SMP Negeri 1 Sukawati merupakan populasi. SMP Negeri 1

Sukawati mempunyai sejumlah orang atau obyek yang lain. Hal ini berarti populasi

Page 36: Proposal Jadi

31

dalam hal jumlah atau kuantitas. Tetapi SMP Negeri 1 Sukawati juga mempunyai

karakteristik orang-orangnya yang bervariasi, misalnya motovasi kerjanya, disiplin

kerjanya atau kepemimpinannya atau juga iklim organisasinya. Ini berarti segala

sesuatu yang ada di SMP Negeri 1 Sukawati merupakan populasi dari penelitian ini.

2. Sampel

Sampel adalah baigan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono,2011). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua

yang ada di dalam populasi mungkin karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, maka

peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang

akan dipelajari dari sampel tersebut kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar

representatif.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel peserta didik kelas VII dimana

sebelum menjadi sampel dalam penelitian, peneliti memberikan sejenis test kecil

kepada seluruh peserta didik kelas VII untuk mengetahui tingkat homogenitas setiap

kelas. Setelah diketahui tingkat homogenitas setiap kelas peneliti akan lebih mudah

menentukan kelas mana yang akan dijadikan kelas kontrol dan kelas mana yang akan

menjadi kelas eksperimen.

Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah probability sampling

karena peneliti memberi peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2011). Teknik probability sampling

yang digunakan adalah sample random sampling karena pengambilan anggota sampel

dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi tersebut. Cara ini dapat dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

Page 37: Proposal Jadi

32

Table 3.2 Data jumlah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati

NO Kelas Jumlah 1 Kelas VII A 34 2 Kelas VII B 30 3 Kelas VII C 30 4 Kelas VII D 32 5 Kelas VII E 35 6 Kelas VII F 36 7 Kelas VII G 36 8 Kelas VII H 34

Total 284

Dari data diatas akan dipilih dua kelas sebagai objek dalam penelitian ini dua

kelas ini sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol. Dua kelas ini akan

dipilih dengan teknik sample random sampling.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel

Variabl penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini ada beberapa

variabel yang dilibatkan yaitu:

Populasi Homogen/relatif

homogen

Sampel yang representatif

Diambil secara

acak/random

Gambar 3.2 Sample Random Sampling

Page 38: Proposal Jadi

33

1. Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dipenden (variabel terikat).

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalh model pembelajaran

yang digunakan yaitu model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,

Confidance, Statisfaction). Kenapa model pembelajaran ARCS (Attention,

Relevance, Confidance, Statisfaction) dikatakan sebagai variabel bebas, karena

model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Statisfaction) ini

diharapakn menimbulkan perubahan prestasi belajar matematika peserta didik

kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati tahun pelajaran 2013/2014.

2. Varibel dipenden (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oelh

variabel independen (variabel bebas). Dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah prestasi belajar matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 1

Sukawati tahun pelajaran 2013/2014

3. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau disebut konstan sehingga

hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh factor

luar yang tidak diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel kontrol adalah

motivasi belajar peserta didik.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data yang dikumpul dalam penelitian ini adalah data tentang prestasi belajar

matematika peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran ARCS (Attention,

Relevance, Confidance, Statisfaction). Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data kuantitatif karena prestasi belajar matematika memiliki skala pengukuran

yang dapat diukur besar kecilnya nilai prestasi belajar tersebut.

2. Metode Pengumpulan Data

Page 39: Proposal Jadi

34

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh dan

mengumpulkan data yang di perlukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini

metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut.

a. Instrument Tes

Instrumen tes yang digunakan adalah Tes uraian objektif dimana tes uraian

objektif adalah tes yang memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relative

lebih pasti sehingga mampu dilakukan penskoran secara objektif (Zaenal Arifin,

2011). Walaupun dalam konsepnya pemeriksaan berbeda namun mempunyai sekor

yang relative sama. Dalam penskoran bentuk soal uraian objektif, sekor hanya

dimungkinkan menggunakan dua kategori, yaitu benar atau salah. Jika benar

memperoleh sekor 1 dan jika salah memperoleh sekor 0.

Langkah-langkah pemberian sekor uraian objektif adalah:

1) Tuliskan semua kata kunci atau kemungkian jawaban dengan benar secara jelas

untuk setiap soal.

2) Setiap kata kunci yang dijawab benar diberi sekor 1. Tidak ada sekor setengah

untuk jawaban yang kurang sempurna. Jawabandengan sekor 1 adalah jawaban

sempurna dan jawaban yang lainnya adalah 0.

3) Jika satu pertanyaan memiliki beberapa sub pertanyaan, perincilah kata kunci

dari jawaban soaltersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban dan buatkan

sekornya.

4) Jumlahkan sekor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal tersebut.

Jumlah sekor ini disebut sekor maksimal.

b. Instrumen Non-Test

Intrumen non tes yang digunakan adalah intrumen angket untuk mengetahui

motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Angket adalah alat penilaian hasil

belajar yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang

sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan

Page 40: Proposal Jadi

35

siswa terhadap metode pembelajaran, media, dan lain-lain (BSNP, 2007; 16). Angket

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab

(Sugiyono, 2010; 199). Mernurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2010; 200) ada

beberapa prinsip penulisan angket yaitu:

1) Isi dan tujuan pertanyaan

2) Bahasa yang digunakan

3) Tipe dan bentuk pertanyaan

4) Pertanyaan tidak mendua

5) Tidak menanyakan yang sudah lupa

6) Pertanyaan tidak menggiring

7) Panjang pertanyaan

8) Urutan pertanyaan

9) Prinsip pengukuran

10) Penampilan fisik angket

Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 193), prosedur untuk membuat angket

adalah :

1) merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan angket.

2) Mengidentifikasikan variabel ayang akan dijadikan sasaran angket.

3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih spesifik dan

tunggal

4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk menentukan

teknik analisisnya.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan yaitu intrumen tes

berupa tes uraian objektif dan instrumen non-tes berupa instrumen angket motivasi.

1. Konsepsi

a) Insturmen tes uraian objektif

Page 41: Proposal Jadi

36

Seperti dijelaskan pada sub bab sebelumnya tes uraian objektif adalah tes yang

memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti sehingga

mampu dilakukan penskoran secara objektif (Zaenal Arifin, 2011). Instrument ini

dapat digunakan saat ulangan ahir bab atau sub bab, karena dari ulangan ahir bab atau

sub bab kita bisa tau materi-materi apa yang benar-benar dikuasai oleh peserta didik.

Dari setiap istrumen soal yang diberikan memiliki nilai tersendiri sehingga kita bisa

tau kelemahan dan kelebihan peserta didik dalam menyelesaikan masalah pasa materi

tersebut.

b) Intrumen angket motivasi

Dalam penelitian ini angket motivasi bertujuan untuk mengetahui motivasi

belajar peserta didik dalam belajar matematika untuk kelas VII SMP Negeri 1

Sukawati. Instrumen angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien

asalkan isi dari instrumen ini sesuai dengan variabel apa yang akan diukur. Angket

juga sangat efektif jika terdapat banyak responden yang akan menjadi sampel dalam

penelitian. Ketepatan pemilihan pertanyaan adalah salah satu unsur terpenting dalam

penyusunan angket karena bila pertanyaan-pertanyaan yang disajikan tidak sesuai

dengan variabel yang akan diteliti maka akan membuat penelitian semakin sulit

dilakukan karena peneliti tidak menemukan sesuatu yang dicari dalam penelitian

tersebut.

2. Kisi-kisi instrumen

a) Tes uraian objektif

Sekolah : SMP Negeri 1 Sukawati Kelas : VII Mata Pelajaran : Matematika Semester : II(dua) Standar Kompetensi : Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah

Page 42: Proposal Jadi

37

NO Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Indikator Soal Bentuk

Soal No.Butir

1

Memahami pengertian dan notasi himpunan, serta penyajiannya

Menyatakan masalah sehari- hari dalam bentuk himpunan dan mendata anggotanya

Menyatakan masalah sehari- hari dalam bentuk himpunan dan mendata anggotanya

Uraian Objkektif

1

Menyebutkan anggota dan bukan anggota himpunan

Menyebutkan anggota dan bukan anggota himpunan

Uraian Objkektif

2

Menyatakan notasi himpunan

Menyatakan notasi himpunan

Uraian Objkektif

3

Mengenal himpunan kosong dan notasinya

Mengenal himpunan kosong dan notasinya

Uraian Objkektif

4

2

Memahami konsep

himpun an bagian

Menentukanhimpunan bagian dari suatu himpunan

Menentukan himpunan bagian dari suatu himpunan

Uraian Objkektif

5

Menentukan banyak himpunan bagian suatu himpunan

Menentukan banyak himpunan bagian suatu himpunan

Uraian Objkektif

6

Mengenal pengertian himpunan semesta, serta dapat menyebutkan anggotanya

Mengenal pengertian himpunan semesta, serta dapat menyebutkan anggotanya

Uraian Objkektif

7

3

Melaku kan operasi

irisan, gabungan,

kurang (difference)

, dan komplemen

pada himpunan

Menjelaskan pengertian irisan dan gabungan dua himpunan

Menjelaskan pengertian irisan dan gabungan dua himpunan

Uraian Objkektif

8

Menjelaskan kurang(difference) suatu himpinan dari himpunan lainnya

Menjelaskan kurang(difference) suatu himpinan dari himpunan lainnya

Uraian Objkektif

9

Page 43: Proposal Jadi

38

NO Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Indikator Soal Bentuk

Soal No.Butir

Menjelaskan komplemen dari suatu himpunan

Menjelaskan komplemen dari suatu himpunan

Uraian Objkektif

10

b) Angket motivasi

Sekolah : SMP Negeri 1 Sukawati Kelas : VII Mata Pelajaran : Matematika Semester : II(dua) Standar Kompetensi : Menggunakan konsep himpunan dan diagram Venn dalam pemecahan masalah

NO Kompetensi Dasar Butir Soal Pilihan Jawaban 1 2 3 4 5

1 Memahami pengertian dan notasi himpunan, serta penyajiannya

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

2 Memahami konsep himpun an bagian

11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

3 Melaku kan operasi irisan, gabungan, kurang (difference), dan komplemen pada himpunan

21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30

Jumlah Instrumen 30 Butir Soal

3. Uji Instrumen

a) Uji validitas

Tes prestasi belajar matematika tergolong tes uraian, oleh karena itu validitasnya

perlu diuji dengan korelasi product moment, dengan mengkorelasikan skor tiap butir

tes dengan skor total yaitu dengan rumus:

rxy = π‘βˆ‘π‘₯π‘¦βˆ’(βˆ‘π‘₯)(βˆ‘π‘¦)

��𝑁 βˆ‘π‘₯2βˆ’(βˆ‘π‘₯)2��𝑁 βˆ‘π‘¦2βˆ’(βˆ‘π‘¦)2οΏ½

Keterangan: rxy= koefisien korelasi product moment

Page 44: Proposal Jadi

39

N = banyak sampel x= skor butir y= skor total

Setelah didapat nilai rxy, kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel dengan taraf

signifikansi 5%. Jika nilai rxy yang didapat lebih besar dari nilai rtabel maka dapat

disimpulkan instrumen tersebut valid.

Tabel 3.3 tafsiran koefisien validitas

Koefisien Validitas Interpretasi 0,90 ≀ rxy ≀ 1,00 validitas sangat tinggi (sangat baik) 0,70 ≀ rxy < 0,90 validitas tinggi (baik) 0,40 ≀ rxy < 0,70 validitas sedang (cukup) 0,20 ≀ rxy < 0,40 validitas rendah (kurang) 0,00 ≀ rxy < 0,20 validitas sangat rendah

rxy < 0,00 tidak valid

b) Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk setiap tes yang valid dan menggunakan rumus

alpha cronbach.

r11 = οΏ½ π‘˜π‘˜βˆ’1

οΏ½ οΏ½1βˆ’ βˆ‘π‘ π‘–2

𝑠𝑑2οΏ½

Dengan:

𝑠𝑖2= βˆ‘ 2𝑋 βˆ’( βˆ‘π‘‹)2

𝑁𝑁

𝑠𝑑2= βˆ‘ 2π‘Œ βˆ’( βˆ‘π‘Œ)2

𝑁𝑁

Keterangan: r11 = realibitas tes 𝑠𝑖2= varians butir 𝑠𝑑2 = varians total N = jumlah responden X = Skor tiap item Y = Skor total item

Page 45: Proposal Jadi

40

k = banyak soal yang akan diujicobakan (soal valid)

Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rtabeldengan taraf

signifikansi 5%. Apabila r11lebih besar dari rtabel maka dapat dikatakan soal tersebut

reliabel.

Tabel 3.4 koefisien reliabililas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi 0,90 ≀ r11 ≀ 1,00 reliabilitas tinggi (baik) 0,70 ≀ r11 < 0,90 reliabilitas tinggi (baik) 0,40 ≀ r11 < 0,70 reliabilitas sedang (cukup) 0,20 ≀ r11 < 0,40 reliabilitas rendah (kurang) 0,00 ≀ r11 < 0,20 reliabilitas sangat rendah

F. Metode Analisis Data

Untuk menguji data yang dikumpulkan, maka data diolah dengan menggunakan

analisis uji prasyarat dan uji analisis varian dua arah (ANOVA DUA JALUR).

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan

analisis agar kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan.

1) Uji normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

bisa diuji lanjut dengan menggunakan statistik parametrik atau tidak. Apabila sebaran

data sudah berdistribusi normal, maka uji lanjut dengan menggunakan statistik

parametrik bisa dilakukan.Sebaliknya, bila data tidak berdistribusi normal maka uji

lanjut dengan menggunakan statistik parametrik tidak bisa dilakukan, tetapi

menggunakan statistik non parametrik. Untuk menguji normalitas sebaran data bisa

dilakukan dengan empat cara, yaitu kertas peluang normal, Chi-Square.

Dalam hal ini, untuk mengetahui apakah sebaran data hasil suatu penelitian

berdistribusi normal atau tidak, digunakan analisis Chi-Square dengan rumus sebagai

berikut.

Page 46: Proposal Jadi

41

βˆ‘ βˆ’=

n

i e

ehit f

ffx2

02 )(

Keterangan: fo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan i = kelas interval

Sementara itu, hipotesis statistik yang akan diuji dalam uji normalitas data

adalah:

Ha : fe≠ fo

Ho : fe= fo

Kriteria pengujian adalah )1,(22

βˆ’β‰€ khit XX Ξ± , maka Ho diterima (gagal ditolak)

yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan taraf signifikansinya adalah 5%

dan derajat kebebasannya (dk) = (k – 1).

2) Uji Homogenitas Varians

Uji kesamaan dua varians digunakan untuk menguji apakah sebarab tersebut

homogeny atau tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika dua

kelompok data atau lebiih mempunyai varians yang sama besarnya, maka uji

homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena datanya sudah dianggap homogen.

Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji

statistik Anakova benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan

sebagai akibat perbedaan dalam kelompok.

Uji homogenitas data dilakukan dengan uji F dari Havley dengan rumus sebagai

berikut.

22

21

ssF =

Keterangan:

21s = varians yang lebih besar

Page 47: Proposal Jadi

42

22s = varians yang lebih kecil

Hipotesis yang akan diuji adalah:

Ha : 22

21 σσ β‰ 

Ho : 22

21 σσ =

Kriteria pengujian homogenitas, data mempunyai varians yang homogeny bila

Fhit< Ftabel = FΞ± (db pembilang -1, db penyebut – 1) pengujian dilakukan paada taraf signifikansi

5% )05,0( =Ξ± .

3) Uji Hipotesis Data tentang motivasi berprestasi dan prestasi belajar yang muncul pada diri siswa

dan perubahannya setelah diberikan pembelajaran dideskripsikan secara naratif dan

dianalisis secara deskriptif dengan persentase. Teknik analisis data yang digunakan

untuk pengujian hipotesis adalah dengan teknik analisis varian (anova) dua jalur. Dasar

pemikiran teknik anava adalah variasi total semua subjek dalam suatu eksperimen dapat

dianalisis menjadi dua sumber yaitu varians antar kelompok dan varians dalam

kelompok. Anova dapat digunakan untuk menguji dua mean atau lebih (Furchan Arief,

2005 :220).

Melalui anava dua jalur penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui interaksi antara

prestasi belajar dalam pelajaran matematika yang diberikan dengan model pembelajaran

ARCS dengan motivasi berprestasi yang berbeda dan perbedaan rata-rata prestasi belajar

antara yang menggunakan model pembelajaran ARCS dan Konvensional. Kemudian

dilanjutkan dengan uji-t untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar yang dapat dicapai

siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ARCS dan

Konvensional dilihat dari motivasi berprestasi baik tinggi maupun yang rendah, mana

yang lebih tinggi antara model pembelajaran ARCS dan model pembelajaran

konvensional.

Page 48: Proposal Jadi

43

Penelitian ini menggunakan Anava dua jalan untuk mengetahui apakah ada interaksi

antara model pembelajaran ARCS dengan motivasi belajar pada mata pelajaran

matematika.

Tabel 3.5. Rumus Anava Dua Jalur

Sumber Variansi Jumlah Kuadrat (JK) Db MK Fo

Antara A NX

nX

JK T

A

AA

βˆ‘βˆ‘ βˆ‘ βˆ’=22 )()(

A-1 A

A

dbJK

d

A

MKMK

Antara B NX

nX

JK T

B

BB

βˆ‘βˆ‘ βˆ‘ βˆ’=22 )()(

B-1 B

B

dbJK

d

B

MKMK

Antara AB

(interaksi) BA

T

B

BB JKJK

NX

nX

JK βˆ’βˆ’βˆ’= βˆ‘βˆ‘ βˆ‘ 22 )()( BA dbdb Γ—

AB

AB

dbJK

d

AB

MKMK

Dalam (d) ABBAD JKJKJKJK βˆ’βˆ’= ABBAT dbdbdbdb βˆ’βˆ’βˆ’

Total (T) βˆ‘ βˆ‘βˆ’=NX

XJK TTT

22 )(

N-1

Keterangan : JKT = jumlah kuadrat total JKA= jumlah kuadrat variabel A JKB = jumlah kuadrat variabel B J KAB= Jmlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B JKa = jumlah kuadrat dalam MKA = mean kuadrat variabel A MKB = mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B MKd = meand kuadrat dalam FA= harga FΒ° untuk fariabel A FB = harga FΒ° untuk variabel B FAB= harga Fo untuk interaksi variabel A dengan variabel B (Suharsinii Arikunto, 1005 : 253 Tabel 3.6 Cara penarikan kesimpulan

Jika tFF β‰₯0 1% Jika tFF β‰₯0 5% Jika tFF <0 5% Harga F0 yang diperoleh sangat signifikan

Harga F0 yang diperoleh signifikan

Harga F0 yang diperoleh tidak signifikan

Ada perbedaan mean secara sangat signifikan

Perbedaan mean secara signifikan

Tidak ada perbedaan mean secara sangat signifikan

Page 49: Proposal Jadi

44

Hipotesis Nilil (Ho) ditolak Hipotesis Nilil (Ho) ditolak Hipotesis Nilil (Ho) diterima

P < 0.01 atau P = 0.01 P < 0 P < 0.01 atau P = 0.01 (Suharsimi Arikunto, 2005 :256)

Jika terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan pengujian menggunakan uji t. T-

test Dua Sampel Independen . Terdapat beberapa rumus t-test yang digunakan untuk

pengujian hipotesisi komparatif dua sampel independen, yaitu :

2

22

1

21

21

nS

nS

XXT

+

βˆ’=

(Sparated Varian)

+

+βˆ’+βˆ’

βˆ’=

2121

221

211

21

11)1()1(nnnn

SnSn

XXT

(Polled Varian)

Keterangan:

X1 = rata-rata hasil belajar siswa kelas esperimen X2 = rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol S12 = banyaknya sampel kelompok 1 S22 = banyaknya sampel kelompok 2 n1 = banyaknya sampel kelompok 1 n2 = banyaknya sampel kelompok 2

Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih rumus t-test yaitu :

1. Apakah rata-rata itu berasal dari dua sa.mpel yang jumlahnya sama atau tidak

2. Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak. Untuk menjawab

itu perlu pengujian homogen varians.

Page 50: Proposal Jadi

45

Berdasarkan dua hal di atas maka berikut ini diberikan petunjuk untuk memilih

rumus t-test.

1. BiIa jumlah anggota sampel nl = n2 dan varians homogen, maka dapat

menggunakan rumus t-test baik separated varians maupun poled varians untuk

mengetahui t-tabel maka digunakan dk yang besarnya dk=n1 + n2 -2.

2. bila nl tidak sama dengan n2 da varians homogen dapat digunakan rumus t-test

dengan polled varians, dengan dk = nl + n2 - 2.

3. bila nl = n2 varians homogen, dapat digunakan rumus t-test dengan polled

varians maupun separated varians, dengan dk=n1- 1 atau n2 -2, jadi bukan n1-

n2-2

4. Bila nl tidak sama dengan n2 dan varians tidak homogen, dapat digunakan

rumus t-test dengan separated varians, harga t sebagai pengganti harga t tabel

hitung dari selisih harga t tabel dengan dk = (n1-1) dan dk = n2-1, dibagi dua

kemudian ditambah dengan harga t terkecil.

Rumusan hipotesis 1

Ha : Ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajarkan dengan model

pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and Statisfaction) dan

peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajarkan dengan

model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance, Convidence and Statisfaction)

dan peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional

Rumusan Hipotesis 2

Ha : Ada perbedaan hasil belajar Matematika Peserta didik yang memiliki motivasi

belajar tinggi dengan peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah

peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran 2013/2014

Page 51: Proposal Jadi

46

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar Matematika Peserta didik yang memiliki

motivasi belajar tinggi dengan peserta didik yang memiliki motivasi belajar

rendah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran

2013/2014

Rumusan Hipotesis 3

Ha : Ada perbedaan hasil belajar Matematika antar model pembelajaran dan antar

motivasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran

2013/2014

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar Matematika antar model pembelajaran dan

antar motivasi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati Tahun Ajaran

2013/2014

Rumusan Hipotesis 4

Ha : Ada interaksi antara model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,

Convidence and Statisfaction) dan Motivasi belajar terhadap hasil belajar

Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati.

Ho : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran ARCS (Atention, Relevance,

Convidence and Statisfaction) dan Motivasi belajar terhadap hasil belajar

Matematika Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1 Sukawati.

Kriteria pengujian

Ho ditolak jika F (interaksi AB) hasil analisis lebih besar atau sama dengan F Tabel

dengan signifikan 5% atau F nilai interaksi AB mempunyai tingkat signifikan dibawah

0,05

Ho diterima jika F (interaksi AB) hasil analisis lebih kecil atau sama dari F Tabel dengan

signifikan di atas 0,05 (Sugiyono, 2003,203)

Page 52: Proposal Jadi

DAFTAR RUJUKAN

Ahmad, Abu dan Widodo Supriyono. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. Rosda

Astra Winaya, I Made DKK.2013.PENGARUH MODEL ARCS TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SD CHIS DENPASAR tersedia pada http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0CHcQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fpasca.undiksha.ac.id%2Fe-journal%2Findex.php%2Fjurnal_pendas%2Farticle%2Fdownload%2F522%2F314&ei=9IdiUsnIEIqyrAffnYGYDw&usg=AFQjCNHAyq6bZgwsJ_sjj0irLuBagOYYvQ&sig2=Czmz7j1PTxnbE9Vv4S9oDQ&bvm=bv.54934254,d.bmk. (diakses pada 19 Oktober 2013)

B.Uno, Hamzah. 2011. Profesi Kependidikan. Jakarta. Bumi Aksara

------------------- dan Satria Koni. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksana

Chairani, Zahra.2005. MODEL ARCS DALAM PEMBELAJARAN (Hubungannya dengan Aspek Kecakapan Hidup) tersedia pada http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDEQFjAB&url=http%3A%2F%2Flocal.sman3sda.sch.id%2Fdownload%2Fdownload%2Febook%2FBUku%2Fbuku%2520matematika%2Fmodel%2520ARCS%2520dalam%2520pembelajaran.pdf&ei=9IdiUsnIEIqyrAffnYGYDw&usg=AFQjCNHQ41fMhihFXTjHcz_lHhwBT_22YQ&sig2=c5Dy45WtCiCYyux1ZgB5rA&cad=rja. (diakses pada 19 Oktober 2013)

Daryanto dan Tasrial. 2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Malang. Gava Media

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta

Emzir. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif & Kuantitatif. Jakarta. Rajawali Pers

Envir Setyadin, Joko.2013.PERBEDAAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE,

Page 53: Proposal Jadi

SATISFACTION (ARCS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA KELAS X TITL DI SMKN 2 SURABAYA terdapat pada ejournal.unesa.ac.id/article/1287/44/article.pdf. (diakses pada 19 Oktober 2013)

Gudono. 2012. Analisis Data Multivariat. Yogyakarta. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM

Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta.Bumi Aksana

Seputri, Resti Switaning Edy.2010.Penerapan pembelajaran model ARCS untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar sistem persamaan linier dan kuadrat dua variabel siswa SMU Laboraturium UM kelas X semester I oleh Resti Switaning Edy Seputri. tersedia pada http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=43259. (diakses pada 19 Oktober 2013)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabet

-----------.2011. Statistik Untuk Penelitian. Bandung. Alfabet

Supangat, Andi. 2007. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensif, dan Nonparametrik. Jakarta.Kencana Prenada Group

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Belajar. Yogyakarta. Rajawali Pers

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Bandung. Rajawali Pers

Zusfahair,Dkk.2007. Aplikasi Teori Motivasi (ARCS Model) untuk PencapaianKompetensi Mata Kuliah Biokimia I terdapat pada http://www.scribd.com/doc/117460686/Aplikasi-Teori-Motivasi-ARCS-Model-untuk-Pencapaian-Kompetensi-Mata-Kuliah-Biokimia-I. (diakses pada 19 Oktober 2013)