Proposal Farmasi

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan , minuman ataupun obat-obatan. Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan telah menunjukkan bahwa pemakaian obat jauh dari keadaan optimal dan rasional sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat (Anonim,2005). Salah satunya apabila terdapat interaksi obat yang merugikan bagi pasien. Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaianobat dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk obat tradisional dan senyawa kimia lain. Suatu interaksi bisa terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungan. Definisi yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau yang terjadi ketika satu obat hadir

description

proposal d3

Transcript of Proposal Farmasi

Page 1: Proposal Farmasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya

interaksi bila tercampur dengan bahan kimia lain baik yang berupa

makanan , minuman ataupun obat-obatan. Pemakaian obat yang tidak

rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan

karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara,

pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan

temuan telah menunjukkan bahwa pemakaian obat jauh dari keadaan

optimal dan rasional sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak

diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat (Anonim,2005). Salah

satunya apabila terdapat interaksi obat yang merugikan bagi pasien.

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat

pemakaianobat dengan bahan-bahan lain tersebut termasuk

obat tradisional dan senyawa kimia lain. Suatu interaksi bisa

terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat

herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam

lingkungan. Definisi yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing

satu dengan yang lainnya, atau yang terjadi ketika satu obat hadir

bersama dengan obat yang lainnya (Stockley, 2008). Interaksi obat

yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat

sekaligus dalam satu periode (polifarmasi ) digunakan

bersama-sama. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering

mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat)

karena sebagai subjek untuk lebih dari satu dokter, sehingga

sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang di pengaruhi

tingkat keparahan penyakit atau usia. Interaksi antar obat dapat

berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi yang

menguntungkan, misalnya (1)Penicillin dengan probenesit : probenesit

1

Page 2: Proposal Farmasi

menghambat sekresi penilcillin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan

kadar penicillin dalam plasma dan dengan demikian meningkatkan

efektifitas dalam terapi gonore; (2)Kombinasi obat antihipertensi:

meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek samping; (3)Kombinasi

obat anti kanker juga meningkatkan efektifitas dan mengurangi efek

samping (4)kombinasi obat anti tuberculosis: memperlambat

timbulnya resistensi kuman terhadap obat; (5)antagonisme efek toksik

obat oleh anti dotnya masing-masing. Interaksi obat secara klinis

penting bila berakibat peningkatantoksisitas dan/atau pengurangan

efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut

obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang

rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat

sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa

digunakan bersama-sama.

Kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin besar dengan

meningkatnya kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam

pengobatan saat ini dan kecenderungan polifarmasi. Telah menjadi

semakin sulit bagi dokter dan apoteker untuk akrab dengan seluruh

potensi interaksi (Tatro, 2001). Sebuah studi yang melibatkan 9900

pasien dengan 83200 paparan obat, 234 (6,5%) dari 3600 pasien

mengalami reaksi obat merugikan yang termasuk ke dalam kategori

interaksi obat. Studi lain yang dilakukan oleh Gallery et al., (1994)

menemukan bahwa dalam peresepan dengan total jumlah pasien

sebanyak 160 pasien, terjadi 221 interaksi obat, sebanyak 24 kasus

(10,85%) termasuk kategori severe, 115 kasus (52,03%) termasuk

kategori moderate dan 82 kasus (37,12%) termasuk kategori low.

Studi lain yang dilakukan oleh Hajebi et al., (2000) mengevaluasi

interaksi obat pada 3130 resep dari 4 bagian di sebuah rumah sakit

2

Page 3: Proposal Farmasi

pendidikan, hasilnya menunjukkan bahwa dari 3130 resep terjadi 156

kejadian interaksi obat (Nazzari dan Mochadam, 2006).

Penelitian yang dilakukan disalah satu apotek di Jakarta, di peroleh

persentase obat oral Kardiovaskular yang rasional pada sampel yang

dibatasi 138 lembar resep adalah 89,86% (124 lembar resep) dan

sisanya 10,14% (14 lembar resep) dinyatakan tidak rasional jika

ditinjau dari interaksi obat yang terjadi. Ketidakrasionalan obat yang

terjadi karena ketidak sesuaian kombinasi obat dalam satu resep yang

mengakibatkan terjadinya interaksi antar obat yang dapat

mengakibatkan kehilangan kerja obat, berkurangnya efek obat, dan

peningkatan toksisitas obat (Herianto, dkk., 2006).

Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi interaksi yang

melibatkan aspek farmakokinetik obat dan interaksi yang

mempengaruhi respon farmakodinamik obat. Interaksi farmakokinetik

dapat terjadi pada beberapa tahap, meliputi absorpsi, distribusi,

metabolisme, atau ekskresi. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi

dimana efek suatu obat diubah oleh obat lain pada tempat aksi

(Fradgley, 2003). Beberapa kejadian interaksi obat sebenarnya dapat

diprediksi sebelumnya dengan mengetahui efek farmakodinamik serta

mekanisme farmakokinetik obat-obat tersebut. Pengetahuan

mengenai hal ini akan bermanfaat dalam melakukan upaya

pencegahan terhadap efek merugikan yang dapat ditimbulkan akibat

interaksi obat (Quinn dan Day, 1997). Keparahan/severitas interaksi

juga harus diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

level yaitu minor, moderate, dan major atau severe, moderate dan

low. Sebuah interaksi termasuk ke dalam severitas severe jika

interaksi mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial

berbahaya

3

Page 4: Proposal Farmasi

terhadap pasien jika terjadi kelalaian. Contohnya adalah penurunan

absorbsi ciprofloxacin oleh antasida ketika dosis diberikan kurang dari

dua jam setelahnya. Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan

moderate jika satu dari bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien,

dan beberapa tipe intervensi/monitor sering diperlukan. Efek interaksi

moderate mungkin menyebabkan perubahan status klinis pasien,

menyebabkan perawatan tambahan, perawatan di rumah sakit dan

atau perpanjangan lama tinggal di rumah sakit. Contohnya adalah

dalam kombinasi vancomicin dan gentamicin perlu dilakukan

monitoring nefrotoksisitas. Sebuah interaksi termasuk ke dalam

keparahan low jika terdapat probabilitas yang tinggi kejadian yang

membahayakan pasien termasuk kejadian yang menyangkut nyawa

pasien dan terjadinya kerusakan permanen. Contohnya adalah

perkembangan aritmia yang terjadi karena pemberian eritromisin dan

terfenadin (Bailie, 2004).

Tidak semua interaksi obat akan bermakna secara signifikan,

walaupun secara teoritis mungkin terjadi. Banyak interaksi obat yang

kemungkinan besar berbahaya terjadi hanya pada sejumlah kecil

pasien. Namun demikian, seorang farmasis perlu selalu waspada

terhadap kemungkinan timbulnya efek merugikan akibat interaksi obat

ini untuk mencegah timbulnya risiko morbiditas atau bahkan mortalitas

dalam pengobatan pasien (Rahmawati, 2006).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan

masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah terjadi interaksi obat pada pasien berdasarkan significance

code di Rumah Sakit Umum Ciamis?

b. Berapa persen interaksi obat yang terjadi pada pasien

berdasarkan significance code di Rumah Sakit Umum Ciamis?

4

Page 5: Proposal Farmasi

C. Batasan Masalah

a. Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis

b. Periode ( X-Y )

D. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui persentase dari interaksi obat yang terjadi pada

pasien di ruangan X berdasarkan significance code 1,2,3 dan 4.

2. Tujuan khusus

Menganalisis terjadinya interaksi obat terhadap pasien di ruangan

X melalui rekam medic di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis.

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat umum

b. Manfaat khusus

F. Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun

Nopi Susanti

ANALISIS INTERKASI

OBAT PADA PASIEN

RUANGAN X di WILAYAH

KERJA RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH CIAMIS

2013

5

Page 6: Proposal Farmasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pasien

Pasal 1 Undang-undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran menjelaskan definisi pasien adalah setiap orang yang

melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun

tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi.

a. Hak-Hak Pasien

Hak-hak yang dimiliki pasien sebagaimana diatur dalam Pasal 52

Undang-undang No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,

adalah :

1) Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan

medis;

2) Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

3) Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

4) Menolak tindakan medis;

5) Mendapatkan isi rekam medis.

b. Kewajiban-Kewajiban Pasien

Kewajiban pasien yang diatur dalam Pasal 53 Undang-undang No.

29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran ini adalah:

1) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatanya

2) Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter atau doter gigi

3)Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan

4) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

6

Page 7: Proposal Farmasi

2. Obat

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan,

hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan

untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan

atau menyembuhkan penyakit.

Obat ada yang bersifat tradisional seperti jamu, obat herbal

dan ada pula yang telah melalui proses kimiawi atau fisika tertentu

serta telah diuji khasiatnya. Yang terakhir inilah yang lazim dikenal

sebagai obat. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau

khasiatnya bisa didapatkan.

Macam-macam obat :

a. Obat bebas

Obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan

ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna

hijau. Dalam obat disertai brosur yang berisi nama obat, nama

dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis dan aturan pakai, nomor

batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik serta cara

penyimpanannya.

b. Obat bebas terbatas

Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan

yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat bebas terbatas

termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang

digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan

lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai

dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 ada tanda

peringatan P. No.1 sampai P.No.6 dan harus ditandai dengan

etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang

bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang

digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi,

7

Page 8: Proposal Farmasi

nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi,

cara pemakaian, peringatan serta kontraindikasi.

c. Obat keras

Obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,

dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan

lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat

huruf "K" yang menyentuh lingkaran hitam tersebut. Termasuk

juga semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang

digunakan secara parenteral baik dengan cara suntikan

maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek

jaringan.

3. Interaksi Obat

Interaksi obat merupakan peristiwa yang terjadi karena

perubahan efek obat pertama oleh pemberian obat lain

sebelumnya atau secara bersamaan. Interaksi obat dianggap

penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan

atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama

bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit

(Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 1 Januari 2008: 8 – 14).

Teori Lain Interaksi obat adalah kejadian di mana suatu zat

mempengaruhi aktivitas obat. Efek-efeknya bisa meningkatkan

atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang

tidak dimiliki sebelumnya. Biasanya yang terpikir oleh kita

adalah antara satu obat dengan obat lain. Tetapi, interaksi bisa

saja terjadi antara obat dengan makanan, obat dengan herbal,

obat dengan mikronutrien, dan obat injeksi dengan kandungan

infus.

Interaksi obat bisa ditimbulkan oleh berbagai proses,

antara lain perubahan dalam farmakokinetika obat tersebut,

seperti absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eksresi (ADME)

8

Page 9: Proposal Farmasi

obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari

sifat- sifat farmakodinamik obat tersebut, misal pemberian

bersamaan antara antagonis reseptor dan agonis untuk

reseptor yang sama. Pemberian obat-obatan merupakan

bagian dari terapi medis terhadap pasien. Ketika dikonsumsi,

obat dapat mempengaruhi status gizi seseorang dengan

mempengaruhi makanan yang masuk (drug-food interaction).

Hal sebaliknya juga dapat terjadi, makanan yang masuk juga

dapat mempengaruhi kerja beberapa obat-obatan (food-drug

interaction).

Interaksi obat menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi :

1. Interaksi Obat dengan obat

a. Interaksi Farmakokinetik

b. Interaksi Farmakodinamika

2. Interaksi Obat dengan makanan

a. Interaksi farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik dapat terjadi pada berbagai tahap meliputi

absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Interaksi ini

meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia (dalam

tubuh) untuk menimbulkan efek farmakologinya. Interaksi

farmakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang

segolongan dengan obat yang berinteraksi sekalipun struktur

kimianya mirip, karena antar obat segolongan terdapat variasi sifat-

sifat fisikokimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat

farmakokinetiknya.

• ABSORPSI

Absorpsi obat tergantung pada formulasi farmasetik, pKa dan

kelarutan obat dalam lemak, pH, flora usus, dan aliran darah dalam

organpencernaan. Dalam hal ini perlu dibedakan antara interaksi

yangmengurangi kecepatan absorpsi dan interaksi yang

9

Page 10: Proposal Farmasi

mengurangi jumlahobat yang diabsorpsi. Sebagian besar interaksi

yang berkaitan denganabsorpsi, tidak bermakna secara klinis dan

dapat diatur denganmemisahkan waktu pemberian obat.Obat-obat

yang digunakan secara oral biasanya diserap darisaluran cerna ke

dalam sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadiinteraksi

selama obat melewati saluran cerna. Absorpsi obat dapat

terjadimelalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar

obatdiabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari

daerah dengan kadar tinggi ke daerah dengan kadar obat yang

lebih rendah. Pada transport aktif terjadi perpindahan obat melawan

gradienkonsentrasi (contohnya ion-ion dan molekul yang larut air)

dan proses ini membutuhkan energi. Absorpsi obat secara transport

aktif lebih cepat daripada secara tansport pasif. Obat dalam bentuk

tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel,

sedangkan obat dalam bentukterion tidak larut lemak dan tidak

dapat berdifusi. Di bawah kondisi fisiologi normal absorpsinya agak

tertunda tetapi tingkat absorpsinya biasanyasempurna.Bila

kecepatan absorpsi berubah, interaksi obat secara signifikan akan

lebih mudah terjadi, terutama obat dengan waktu paro yang pendek

atau bila dibutuhkan kadar puncak plasma yang cepat untuk

mendapatkan efek. Mekanisme interaksi akibat gangguan absorpsi

antara lain :

a. Interaksi langsung

Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam lumen

saluran cernasebelum absorpsi dapat mengganggu proses

absorpsi. Interaksi inidapat dihindarkan atau sangat dikuangi

bila obat yang berinteraksidiberikan dalam jangka waktu

minimal 2 jam.

10

Page 11: Proposal Farmasi

2. Perubahan pH saluran cerna

Cairan saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat adanya

antasid,akan meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam

yang sukar larut dalam saluran cerna, misalnya aspirin. Dengan

demikiandipercepatnya disolusi aspirin oleh basa akan

mempercepatabsorpsinya. Akan tetapi, suasana alkalis di

saluran cerna akanmengurangi kelarutan beberapa obat yang

bersifat basa (misalnyatetrasiklin) dalam cairan saluran cerna,

sehingga mengurangiabsorpsinya. Berkurangnya keasaman

lambung oleh antasidaakan mengurangi pengrusakan obat yang

tidak tahan asamsehingga meningkatkan bioavailabilitasnya.

Ketokonazol yang diminum per oral membutuhkan medium

asam untuk melarutkan sejumlah yang dibutuhkan sehingga

tidak memungkinkan diberikan bersama antasida, obat

antikolinergik, penghambatan H2 atau inhibitor pompa proton

(misalnya omeprazol). Jika memang dibutuhkan, sebaiknya

abat-obat ini diberikan sedikitnya 2 jam setelah pemberian

ketokonazol.

a. Interaksi Farmakodinamik 

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang

bekerja padasistem fisiologik yang sama sehingga terjadi

efek yang sinergistik atauantagonistik. Interaksi

farmakodinamik merupakan sebagian besar dariinteraksi

obat yang penting dalam klinik. Berbeda dengan interaksi

farmakokinetik, interaksi farmakodinamik seringkali dapatdi

ekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat

yangberinteraksi, karena penggolongan obat memang

berdasarkan perlamaan efek farmakodinamiknya. Disamping

itu, kebanyakan interaksi farmakodinamik dapat diramalkan

kejadiannya, karena itu dapat dihindarkan bila dokter

11

Page 12: Proposal Farmasi

mengetahui. Efek yang terjadi pada interaksi farmakodinamik

yaitu :

a. Sinergisme Interaksi Farmakodinamik

yang paling umum terjadi adalah sinergisme antara

dua obat yang bekerja pada sistem organ, sel atau

enzim yang sama dimana kekuatan obat pertama

diperkuatoleh kekuatan obat yang kedua, karena

efek farmakologisnya searah, misalnya Sulfonamid

mencegah bakteri untuk mensintesa dihidrofolat,

sedangkan trimetoprim menghambat

reduksidihidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Kedua

obat ini bila diberikanbersama-sama akan memiliki

efek sinergistik yang kuat sebagaiobat anti

bakteri.Bila jumlah kekuatannya sama dengan

jumlah kekuatan masing-masing obat disebut adisi

atau sumasi misalnya asetosal danparasetamol.

Bila jumlah kekuatannya lebih besar dari

kekuatanmasing-masing obat disebut potensiasi ,

misalnya banyak diuretika yang menurunkan kadar

kalium plasma, dan yang akanmemperkuat efek

glikosid jantung yang mempermudah timbulnya

toksisitas glikosid, kemudian penghambat

monoamin oksidase meningkatkan jumlah

noradrenalin di ujung syaraf adrenergik dan karena

itu memperkuat efek obat-obat seperti efedrin dan

tiramin yang bekerja dengan cara melepaskan

noradrenalin.

b. Antagonisme

Dimana kegiatan obat pertama dikurangi atau

ditiadakan samasekali oleh obat yang kedua karena

mempunyai khasiatfarmakologi yang ber

12

Page 13: Proposal Farmasi

tentangan, misalnya antagonis reseptor

beta( beta bloker) mengurangi efektifitas obat-obat

bronkhodilator seperti salbutamol yang merupakan

agonis beta reseptor. Hal ini dapat disebabkan

karena mempunyai reseptor yang samasehingga

terjadi persaingan ( kompetitif ).

B. Landasan Teori

1. Significance code :

a. Sangat signifikan secara klinis

Interaksi obat yang merugikan dari potensi besar untuk pasien,

yang diprediksi atau sering dan yang didokumentasikan dengan

baik.

b. Cukup signifikan secara klinis

Interaksi obat berbahaya yang potensial serta moderat untuk

pasien, yang kurang dapat diprediksi atau sering dan yang

kekurangan dokumentasi lengkap.

c. Minimal klinis signifikan

Interaksi obat berbahaya yang potensial, sedikit pasien yang

memiliki prediktabilitas variabel atau jarang terjadi dan memiliki

dokumentasi kecil.

d. Tidak signifikan secara klinis

Interaksi obat di mana dokumentasi mungkin didasarkan pada

pertimbangan teoritis efeknya tidak signifikan secara klinis dan

tidak ada efek samping yang diharapkan.

2. Analisis statistik

Merupakan salah satu alat untuk mengumpulkan data,

mengolah, menarik kesimpulan dan membuat keputusan berdasar

analisis data, untuk menghitung besarnya anggota sampel,

menyajikan data berupa gambar, grafik, tabel, diagram serta alat

13

Page 14: Proposal Farmasi

untuk analisis data. Metode statistik ini adalah alat yang membantu

peneliti untuk memudahkan memahami dan memberikan makna

dari data penelitian yang diperoleh. Tugas peneliti untuk

memberikan interpretasi terhadap data yang diperoleh dan

membahasnya lebih lanjut secara lebih mendalam dan

komprehensif berdasarkan teori-teori yang mendukung serta fakta

yang terjadi di lapangan. Maka dalam penelitian ini metode analisis

statistik sangat penting dan sangat bermanfaat. Untuk lebih

memudahkan penelitian ini menggunakan analisis statistik

persentase karena tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa

persen tingkat kesalahan yang terjadi di tempat penelitian.

3. Analisis statistik persentase

Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui jumlah atau

rata rata dari hasil pengumpulan data pada suatu penelitian.

4. Kerangka konsep

14

pasien

obat

Rumah Sakit

Pengambilan Data

Rekam Medik

Ruangan X

Page 15: Proposal Farmasi

15

Analisis Statistik (persentase)

Hasil

Interaksi Obat

(signifikan kode 1,2,3,4)

periode Jumlah sampel

Page 16: Proposal Farmasi

14

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah seluruh dari suatu perencanaan

disusun sedimikian rupa yang dapat menuntun peneliti untuk dapat

memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro

Ismael, 2008). Secara umum rancangan penelitian perencanaan

seluruh penelitian yang tertuang dalam satu kesatuan naskah secara

ringkas, jelas dan utuh. Berdasarkan tujuan penelitian rancangan yang

digunakan adalah penelitian kualitatif untuk menganalisis interaksi obat

terhadap pasien berdasarkan significance code melalui rekam medik.

B. Variabel Penelitian

a. Analisis interaksi obat terhadap pasien berdasarkan significance

code yaitu :

1. Sangat signifikan secara klinis

Interaksi obat yang merugikan dari potensi besar untuk pasien,

yang diprediksi atau sering dan yang didokumentasikan dengan

baik.

2. Cukup signifikan secara klinis

Interaksi obat berbahaya yang potensial serta moderat untuk

pasien, yang kurang dapat diprediksi atau sering dan yang

kekurangan dokumentasi lengkap.

3. Minimal klinis signifikan

Interaksi obat berbahaya yang potensial, sedikit pasien yang

memiliki prediktabilitas variabel atau jarang terjadi dan memiliki

dokumentasi kecil.

16

Page 17: Proposal Farmasi

4. Tidak signifikan secara klinis

Interaksi obat di mana dokumentasi mungkin didasarkan pada

pertimbangan teoritis efeknya tidak signifikan secara klinis dan

tidak ada efek samping yang diharapkan.

b. Pengumpulan data dengan analisis data secara statistik

(persentase)

C. Definisi Operasional

Definisi Operasional Indikator Alat ukur

Pasien

Obat

adalah bahan

atau zat yang

berasal dari

tumbuhan,

hewan,mineral

maupun zat

kimia tertentu

yang dapat

digunakan untuk

mengurangi rasa

sakit,

memperlambat

proses penyakit

dan atau

menyembuhkan

penyakit.

Nilai persentase

tertinggi.

.

17

Page 18: Proposal Farmasi

Interaksi obat

Adalah

perubahan efek

suatu obat

akibat

pemakaian obat

lain (interaksi

obat-obat) atau

oleh makanan,

obat tradisional

dan senyawa

kimia lain.

Interaksi obat

yang signifikan

dapat terjadi jika

dua atau lebih

obat digunakan

bersama-sama.

Signifikan Kode

D. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Semua pasien yang dirawat di RSUD Ciamis.

b. Sampel

Pasien yang dirawat di ruangan X.

18

Page 19: Proposal Farmasi

E. Prosedur Kerja

F. Analisis Data

Kegiatan dalam penelitian dengan melakukan analisis data

meliputi persiapan, tabulasi (pengolahan data) dan aplikasi data. Data

yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan

pendekatan kualitatif.

G. Lokasi dan Waktu

a. Lokasi : Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis

b. Waktu penelitian : 2013

19

Pengajuan kepada pihak

kampus/akademik

Dinas kesehatan

Rumah sakit Ciamis

Surat izin

Penelitian

Page 20: Proposal Farmasi

ANALISIS INTERKASI OBAT PADA PASIEN RUANGAN X di

WILAYAH KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS

PERIODE X-Y

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Melakukan Penelitian

Disusun oleh :

NOPI SUSANTI

NIM. 10DF277014

PROGRAM STUDI D III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

CIAMIS

2012

20