Analisis Farmasi
description
Transcript of Analisis Farmasi
MAKALAH ANALISIS FARMASI
“BROMOMETRI”
DOSEN :Drs.Wahidin,MSi,Apt
Disusun oleh :
M.Didit.Herdiansyah (12330007)
Hesti Novadiyanti (12330008)
Nicky Wulan P (12330009)
Renti Aprianti (12330013)
Zsa Zsa Putri Anona (12330018)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI INDONESIA
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Analisis Farmasi ini sampai selesai.
Makalah ini membahas tentang “Bromometri“ .
Makalah ini telah melalui beberapa proses pengumpulan data tentang yang di ambil dari
referensi beberapa buku dan referensi internet. Dengan harapan makalah ini dapat berguna bagi
pembaca agar lebih mengetahui tentang “Bromometri”.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dapat
membawa wawasan khususnya bagai penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Tuhan yang
Maha Esa senantiasa membimbing kita menuju jalan-Nya dan melimpahkan karunia serta berkat-
Nya bagi pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan agar dapat melakukan perbaikan terhadap penulisan makalah ini
sehingga menjadi lebih baik, bermanfaat dan berguna.
Penulis,
Jakarta, 13 April 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis Kimis Farmasi Kuantitatif merupakan penganalisaan prosedur kimia analisis
kuantitatif terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam bidang farmasi terutaman dalam
menentukan kadar dan mutu obat-obatan dan senyawa kimia.
Bromometri merupakan salah satu metode titrimetri. Pada metode ini digunakan bromin,
sebagai oksidator. Brom akan direduksi oleh zat-zat organik dan terbentuk senyawa hasil
subtitusi yang tidak larut dalam air. Brom juga dapat digunakan untuk menetaplam kadar
senyawa-senyawa organik yang mampu bereaksi secara adisi atau subtitusi dengan brom.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa dengan menggunakan
metode bromo-bromatometri.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Menetapkan kadar asam salisilat, isoniazid dan asetanilida dengan menggunakan metode
bromo-bromatometri.
1.3 Prinsip Percobaan
Menetapkan kadar isoniazid dengan menggunakan metode bromometri dan bromatometri
berdasarkan reaksi redoks dengan mereaksikan sampel yang bersifat reduktor dengan Br,
sebagai oksidator dan kelebihan I akan direaksikan dengan KI yang menghasilkan I2,
dimana I2 dititrasi dengan NA2S2O3 memakai indikator kanji. TAT ditandai dengan
perubahan warna dari biru menjadi tak berwarna.
Penetapan kadar Na salisilat dengan menggunakan metode bromo-bromatometri
berdasarkan reaksi redoks dengan mereaksikan sampel (reduktor) dengan Br2 (oksidator)
dan kelebihan Br akan direaksikan dengan KI dan dihasilkan I2 kemudian dititrasi dengan
N2S2O3 menggunakan indikator kanji TAT ditandai dengan perubahan warna dari biru
menjadi tidak berwarna.
Penetapan kadar asetanilida dengan menggunakan metode bromometri berdasarkan reaksi
redoks antara sampel (reduktor) dengan Br2 (oksidator) dan kelebihan Br akan
direaksikan dengan KI dan dihasilkan I2, kemudian dititrasi dengan NaS2O3 memakai
indikator kanji. TAT ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari biru menjadi tidak
berwarna.
Penentuan kadar fenilferin HCl dengan menggunakan metode bromometri berdasarkan
reaksi oksidasi reduksi dengan merealisasikan sampel yang bersifat reduktor Br2 sebagai
oksidator dan kelebihan Br2I akan direaksikan dengan KI yang menghasilkan I2, dimana
I2 akan dititrasi dengan Na2S2O3 menggunakan indikator kanji. TAT ditandai dengan
terjadinya perubahan warna dari biru menjadi tak berwarna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11.1 Teori Umum
Bromo-bromatometri merupakan salah satu metode penetapam kadar suatu zat dengan
prinsip reaksi reduksi-oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya aatu
elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan
oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah zat yang
memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat tersebut direduksi. (1)
Reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperoleh satu elektron atau
lebih oleh zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah
menjadi lebih negatif (kurang positif), jadi suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan
elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. (1)
Oksidasi dan reduksi selalu berlangsung dengan serempak. Ini sangat jelas karena
elektron yang dilepaskan oleh sebuah zat harus diambil oleh zat yang lain.jika orang
membicarakan oksidasi suatu zat, ia harus ingat bahwa pada saat yang sama reduksi dari suatu
zat juga berlangsung. (3)
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion
bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa
kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk
menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam
kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida
bereaksi dengan ion bromat, dan bromin yang dibebaskan akan merubah larutan menjadi warna
kuning pucat, warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. (2)
Bromin yang dibebaskan ini tidak stabil, karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan
mudah menguap, karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu terendah mungkin, serta labu
yang dipakai untuk titrasi harus ditutup.
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. Metode ini dapat juga
digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent walaupun
tercampur dengan stanum valensi empat. (2)
Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida menjadi iod, sementara
dirinya direduksi menjadi brimida :
BrO3- + 6H+ + 6I+ Br- + 3I2 + 3H2O
Tidak mudah mengikuti serah terima elektron dalam hal ini, karena suatu reaksi asam
basa (penetralan H+ menjadi H2O) berimpit dengan tahap redoksnya. Namun nampak bahwa 6
ion iodida kehilangan 6 elektron, yang pada gilirannya diambil oleh sebuah ion bromat tunggal.
(4)
11.2 Uraian Bahan
1. Isoniazid (FI IV : 472)
Nama resmi : Isoniazidum
Sinonim : Isoniazid
RM / BM : C6H7NO2 / 137,14
Kandungan : Tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 102,0 % C6H7NO2
Pemerian : Hablur putih, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau,
perlahan-lahan dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, larut
dalam kloroform dan eter,
Kegunaan : Sebagai sampel
2. Asam Salisilat (FI III : 56)
Nama resmi : Acidum Salycilum
Nama lain : Asam Salisilat
RM/BM : C7H6O3 / 138,12
Kandungan : Mengandung tidak kurang dari 99,5 %
C7H6O3
Pemerian : Hablur ringan atau serbuk berwarna putih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4
bagian etanol (95%) P. Mudah larut dalam
kloroform dan eter. Larut dalam ammonium
asetat dinatrium hydrogenfosfat, kaliumn
sitrat dan natrium sitrat
3. Fenilferin hidroksida (F1 IV : 666)
Nama resmi : Phenylephrini hidrochoridum
Nama lain : Fenilferin hidroksida
RM / BM : C9H13NO3. HCL/203,67
RB : -
Kandungan :Tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari
102,5%
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol
Kegunaan : Sebagai sampel
4. Asam Klorida (F1 III : 53)
Nama resmi : Acidum hydrochloridum
RM / BM : HCl/ 36,46
Kandungan :Tidak kurang dari 35,0% dan tidak lebih dari 38%
HCl.
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau
merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian
air, asap dan bau hilang.
Kegunaan : Zat tambahan
5. Kalium Bromida (F1 III : 328-329)
Nama resmi : Kalii bromidum
Nama lain : Kalium bromidium
RM / BM : KBr / 119,01
Pemerian :Hablur heksahedral; transaparan atau tidak
bewarna, aspek dan putih / serbuk butiran putih,
higroskopis.
Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air mendidih : larut
dalam alkohol (95%) P, mudah larut dalam
gliserol P.
Kegunaan : Sebagai pereaksi
11.3 Prosedur Kerja
a). Isoniazid
1. Acuan Praktikum 2007 : 37
Lebih kurang 500 mg INH yang ditimbang seksama dilarutkan ke dalam 50 ml air
suling dalam erlenmeyer. Tambahkan 25 ml larutan iodin baku 0,1 N dan 10 ml larutan
HCL, biarkan selama 15 menit. Tambahkan dengan hati-hati 1 gram kalium iodida dalam
5 ml air. Titrasi dengan natrium trosulfat 0,1 N menggunakan indikator kanji.
Tiap ml bromin ~ 3,429 mg INH
2. Analisa Kimia Farmasi Kwantitatif : 112
Lebih kurang 50 mg isoniazida yang ditimbang seksama, larutkan dalam 50 ml
air dalam labu bersumbat kaca. Tambahkan 25 ml kalium bromat 0,1 N, 2,5 gram kalium
bromida dan 10 ml asam klorida, biarkan selama 15 menit. Tambahkan hati-hati larutan 1
gram kalium iodida dalam 5 ml air. Titrasi dengan natrium trosulfat 0,1 N menggunakan
indikator kanji.
Tiap ml kalium bromida ~ 3,429 mg C6H7N3O
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Baskom, botol semprot, buret, erlenmeyer, gelas ukur, kain putih, kertas laminating,
hitam putih, lap halus, lap kasar, statif dan klem.
III.1.2 Bahan
Aluminium foil, asam salisilat, aquadest, febilferin HCl, isoniazid, dan natrium
heksaborbital.
III.2 Cara Kerja
Isoniazid
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 10 mg sampel
- Dilarutkan dengan 10 ml air
- Ditambahkan 5 ml KBrO, 0,1 N
- Ditambahkan 5 gr KBr
- Ditambahkan 2 ml HCl P
- Dibiarkan selama 5 menit di tempat gelap
- Ditambahkan KI 10% b/v
- Dititrasi dengan natrium trosianat hingga kuning dan sampai tak berwarna
Na-Salisilat
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang 30 mg sampel
- Dilarutkan dalam 10 ml air
- Ditambahkan 30 ml KBr
- Ditambahkan 5 ml HCL P
- Ditambah di tempat gelap selama 5 menit
- Ditambahkan 10 ml KI 10%, kemudian dikocok
- Ditambahkan 5 ml kloroform
- Titrasi dengan Na tiosionat sampai warna kuning dan tidak berwarna
Asetanilid
- Disiapkan alat dan bahan
- Ditimbang seksama 30 mg
- Ditambahkan 20 ml air untuk melarutkan
- Ditambahkan 5 ml HCL 0,04 N, dipanaskan sampai 10 menit
- Ditambahkan 0,1 g KBr, 10 ml KbrO3 dan 15 ml KI 10% b/v
- Dititrasi sampai warna kuning dan tidak berwarna
BAB IV
DATA DAN HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
Sampel BS (mg) V. KBrO3 V. Na2S2O3 Perubahan WarnaIsoniazid 11 5 ml 1,6 ml Kuning = berwarna
10 5 ml 2,9 ml Kuning = berwarnaNa. Salisilat 30 30 ml 12,5 ml Kuning = berwarna
30 30 ml 10,7 ml Kuning = berwarnaAsetanilid 30 10 ml 9,5 ml Kuning = berwarna
30 10 ml 9,1 ml Kuning = berwarna
IV.2 Perhitungan
1. Isoniazid
Percobaan I
N.V.Bst- Cara 1 : % kadar = x 100 %
Bs.Fk
(5-1,6) . 0,1070 . 3,429= x 100%
11 . 0,1
= 113,406 %
N.V.BE- Cara 2 : % kadar = x 100 %
Bs
(5-1,6) . 0,1070 . 34,29= x 100%
11
= 113,406 %
Bs praktek
- Cara 3 : % kadar = x 100 %Bs teori
(5-1,6) . 0,1070 . 34,29= x 100%
11
= 113,406 %
Percobaan II
N.V.Bst- Cara 1 : % kadar = x 100 %
Bs.Fk
(5-2,9) . 0,1070 . 3,429= x 100%
11 . 0,1
= 77,0496 %
N.V.BE- Cara 2 : % kadar = x 100 %
Bs
(5-2,9) . 0,1070 . 34,29= x 100%
11
= 77,0496 %
Bs praktek- Cara 3 : % kadar = x 100 %
Bs teori
(5-2,9) . 0,1070 . 34,29= x 100%
11
= 77,0496 %
113,406 % + 77,0496 %% kadar rata-rata =
2
= 95,2278 %
2. Asetanilid
Percobaan I
N.V.Bst- Cara 1 : % kadar = x 100 %
Bs.Fk
(10-9,5) . 0,1070 . 2,253= x 100%
30 . 0,1
= 4,017 %
N.V.BE- Cara 2 : % kadar = x 100 %
Bs
(10-9,5) . 0,1070 . 22,53= x 100%
30
= 4,017 %
Bs praktek- Cara 3 : % kadar = x 100 %
Bs teori
(10-9,5) . 0,1070 . 22,53= x 100%
30
= 4,017 %
Percobaan II
N.V.Bst- Cara 1 : % kadar = x 100 %
Bs.Fk
(10-9,1) . 0,1070 . 2,253= x 100%
30 . 0,1
= 7,232 %
N.V.BE- Cara 2 : % kadar = x 100 %
Bs
(10-9,1) . 0,1070 . 22,53= x 100%
30
= 7,232 %
Bs praktek- Cara 3 : % kadar = x 100 %
Bs teori
(10-9,1) . 0,1070 . 22,53= x 100%
30
= 7,232 %
4,017 % + 7,232 %% kadar rata-rata =
2= 5,6745 %
Reaksi
Reaksi KBr, KBrO3 dan HCl
5 KBr + KBrO3 + 6 HCl 6 KCl + 3 Br2 + 3 H2O
Reaksi KI dengan Br2
2 KI + Br2 2 KBr + I2
Reaksi I2 dengan Na2S2O3
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
Reaksi sampel
- Na. Salisilat
C6H7O3 + 3 Br2 C6H3Br3O + 3 HBr + CO2
IV.3 Pembahasan
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion
bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa
kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk
menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam
kuat. Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida
bereaksi dengan ion bromat, dan bromin yang dibebaskan akan merubah larutan menjadi warna
kuning pucat, warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir.
Bromin yang dibebaskan ini tidak stabil, karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan
mudah menguap, karena itu penetapan harus dilakukan pada suhu terendah mungkin, serta labu
yang dipakai untuk titrasi harus ditutup.
Metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. Metode ini dapat juga
digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent walaupun
tercampur dengan stanum valensi empat.
Pada percobaan kali ini digunakan sampel isoniazid, Na-salisilat, dan Asetanilid.
Untuk isoniazid, mula-mula sampel ditimbang 10 mg. Kemudian dilarutkan dalam 10 ml
air. Setelah itu ditambahkan 5 ml KbrO3 sebagai oksidatornya. Kemudian ditambahkan KBr 5
gram, kelebihan KBr dalam larutan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat.
Setelah itu ditambahkan 2 ml HCl P dengan maksud untuk memberi suasana asam agar bromin
dapat terbebas. Kemudian didiamkan di tempat gelap selama 5 menit. Setelah itu ditambahkan
KI 10% b/v, penambahan ini akan menghasilkan iodida yang dioksidasi oleh bromin menjadi
iodin yang dititrasi dengan natrium untuk menentukan kadar sampel.
Dari percobaan ini % kadar rata-rata isoniazid adalah 95,2278%. Hal ini tidak sesuai
dengan persyaratan kadar yang tertera pada literatur, yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 102,0%.
Untuk Na-salisilat, mula-mula sampel ditimbang 30 mg. Kemudian dilarutkan dalam 10
ml air. Setelah itu ditambahkan 30 ml KBr dan 5 ml HCl P untuk memberi suasana asam.
Diamkan selama 5 menit di tempat gelap. Kemudian tambahkan 10 ml KI 10%, kemudian
kocok. Ditambahkan 5 ml kloroform untuk melarutkan endapan tribromfenol yang akan
mengganggu titik akhir titrasi. Kemudian dititrasi dengan Natrium tiosionat sampai warna
kuning, titrasi dihentikan. Kemudian dilanjutkan sampai tidak berwarna. % kadar yang diperoleh
adalah
Untuk Asetanilid, mula-mula ditimbang seksama 30 mg, kemudian dilarutkan dalam 20
ml air. Kemudian ditambahkan HCl 5 ml dan dipanaskan sampai 10 menit. Setelah itu larutan
ditambahkan 0,1 g KBr, 10 ml KBrO3. Kelebihan KBr dalam larutan menyebabkan ion bromida
bereaksi dengan ion bromat. Setelah itu ditambahkan 15 ml KI 10% b/v. Kemudian dititrasi
sampai warna kuning, titrasi dihentikan. Titrasi dilanjutkan sampai larutan tidak berwarna. %
kadar yang diperoleh adalah 5,6745%.
Dalam percobaan ini diperoleh persen kadar yang tidak sesuai dengan persyaratan kadar
yang tertera pada literatur, hal ini mungkin saja disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :
Cara titrasi yang kurang benar
Larutan teroksidasi oleh cahaya
Kesalahan dalam pengamatan
Penggunaan alat yang kurang bersih
Pengukuran kurang teliti
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
- Persen kadar rata-rata isoniazid = 95,2278%. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan kadar
yang tertera pada literatur, yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%.
- Persen kadar rata-rata asetanilid = 5,6745%
V.2 Saran
Untuk laboratorium
Kami harap laboratoriumnya dapat dijadikan laboratorium yang sebenar-
benarnya, misalnya sarana dan prasarana yang lengkap.
Untuk asisten
Semoga ada yang bisa kita dapat dari proses yang telah kita lalui selama ini, baik
untuk kami sebagai adik dan praktikan, maupun untuk kakak, sebagai seorang kakak dan
asisten.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rivai, H., (1995), “Asas Pemeriksaan Kimia”, Universitas Indonesia Press, Jakarta,
2. Wunas, J., Said, S., (1986), “Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif”< UNHAS, Makassar, 122-123
3. Underwood, A.L., day, RA., (1993), “Analisa Kimia Kuantitatif”, Edisi V, Alih Bahasa : R. Soedonro, Erlangga, Surabaya, 302-304
4. Roth, J., Blaschke, G., (1988), “Analisa Farmasi”, UGM Press, Yogyakarta, 271-279.
5. Dirjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, edisi III, Departemen Kesehatan RI., Jakarta, 143, 581, 587, 714
6. Dirjen POM, (1994), “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Depatemen Kesehatan RI., Jakarta, 649