Laporan Analisis Farmasi II

23
BAGIAN 1 THIN LAYER CHROMATOGRAPHY (TLC) Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen- komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Kegunaan dari kromatografi lapisan tipis (TLC) adalah mampu menganalisa senyawa berwarna dan tak berwarna, membutuhkan waktu yang relative cepat. Fase diam : SiO 2 , Al 2 O 3 , selulosa. Fase mobil: pelarut (1 atau campuran) Dasar pemisahan interaksi selektif antara: - absorpsi permukaan - kelarutan relatif komponen dg fase diam maupun fase mobil Salah satu contoh penggunaan alat ini adalah untuk mengetahui asam amino tertentu pada campuran asam amino, dan masih banyak lainnya. Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini: 1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis. Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 1

description

PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI II

Transcript of Laporan Analisis Farmasi II

Page 1: Laporan Analisis Farmasi II

BAGIAN 1

THIN LAYER CHROMATOGRAPHY (TLC)

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas

perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua

fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Kegunaan

dari kromatografi lapisan tipis (TLC) adalah mampu menganalisa senyawa

berwarna dan tak berwarna, membutuhkan waktu yang relative cepat.

Fase diam : SiO2, Al2O3, selulosa.

Fase mobil: pelarut (1 atau campuran)

Dasar pemisahan interaksi selektif antara:

- absorpsi permukaan

- kelarutan relatif komponen dg fase diam maupun fase mobil

Salah satu contoh penggunaan alat ini adalah untuk mengetahui asam amino

tertentu pada campuran asam amino, dan masih banyak lainnya.

Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini:

1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.

2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,

fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet.

3. Metode pemisahan senyawa yang cepat, mudah dan menggunakan

peralatan sederhana dalam menentukan kadar.

4. Dapat digunakan sampel yang sangat kecil (mikro).

Prinsip Kerja :

Sampel ditotolkan di atas fase diam (plat silica atau alumina) baik secara

manual maupun otomatis

Pelarut polar dan senyawa hidrofilik akan diabsorpsi dan tereluasi lebih

baik ke dalam fase diam dari pada pelarut non polar dan senyawa

hidrofilik.

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 1

Page 2: Laporan Analisis Farmasi II

Fase mobil (fase yang mengeluasi) membantu “menarik” or mengeluasi

senyawa baik ke arah bawah dari kolom (untuk CC) atau ke atas dari

sebuah plat/lempeng (untuk TLC)

Konsep dasar dari Kromatografi adalah polarity and lipophility

Alat-alat yang digunakan :

1. TLC CAMAG Linomat 5

Pada TLC CAMAG Linomat 5, penotolat terjadi secara otomatis.

Microsyringe kapasitas 100µL dicuci dengan pelarut (methanol, etil asetat, dll.).

Lalu microsyringe tersebut diisi dengan larutan yang akan dianalisa secaa manual.

Microsyringe yang berisi lautan ditempatkan paga tempatnya dan dengan bantuan

gas N2 totolan dihamburkan keluar.

Ada 2 jenis bentuk totolan yang dapat dibuat yaitu :

a. Bentuk Pita, untuk kadar larutan yang cukup besar

b. Bentuk Bulat, untuk kadar larutan yang relative kecil

2. Automatic Development Chamber (CAMAG ADC2)

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 2

Page 3: Laporan Analisis Farmasi II

Pada Automatic Development Chamber (CAMAG ADC2) ini, terjadi

3 proses sekaligus yang terjadi secara otomatis, yaitu :

a. Proses Penjenuhan

b. Proses Eluasi

c. Proses Pengeringan

Proses peletakan plat pada chamber ini harus pas, jika tidak

pas/miring sedikit saja maka detector tidak dapat memproses plat di dalam

chamber.

3. TLC Scanner 4 CAMAG

Lebar plat yang ditentukan untuk masuk scanner ini telah ditentukan

yaitu sebesar 9.25 cm. Untuk plat bekas atau kotor, secara otomatis tidak dapat

diproses dalam scanner.

Terdapat banyak perbedaan alat yang digunakan pada saat praktikum

analisis farmasi I di FFUA dengan alat yang terdapat pada ULP.

o Alat penotolan pada ULP sudah menggunakan TLC CAMAG

Linomat 5 yangbekerja secara automatis, sedangkan pada

praktikum analisis farmasi I masih menggunakan manual dengan

tangan.

o Chamber yang digunakan pada ULP Pada Automatic Development

Chamber (CAMAG ADC2) yang bisa melakukan 3 proses

sekaligus Proses Penjenuhan, Proses Eluasi, danProses

Pengeringan, sedangkan pada praktikum analisis farmasi I masih

menggunakan manual dengan chamber yang manual.

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 3

Page 4: Laporan Analisis Farmasi II

BAGIAN II

HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

(HPLC)

Deskripsi

HPLC adalah istilah yang umum dipakai di dunia internasional yang

merupakan kependekan dari “High Performace Liquid Chromatography” atau

“High Pressure Liquid Chromatograph”. Kadang-kadang HPLC hanya diberi

istilah LC (Liquid Chromatography). Di Indonesia, HPLC dipopulerkan

dengan istilah “KCKT” yang merupakan singkatan dari Kromatografi Cair

Kinerja Tinggi.

Ditinjau dari sistem peralatannya, HPLC termasuk kromatografi

kolom, karena dipakai fase diam yang diisikan atau terpacking dalam kolom.

Bila ditinjau dari asas pemisahannya, HPLC dapat digolongkan sebagai

kromatografi adsorpsi atau kromatografi partisi atau asas lainnya tergantung

jenis kolom yang dipakai dan kolom yang ditentukan.

HPLC merupakan satu teknik kromatografi cair- cair yang dapat

digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif.

Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan kepada pengukuran luas

atau area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau

area larutan standar. Pada prakteknya, perbandingan kurang menghasilkan

data yang akurat bila hanya melibatkan satu standar, oleh karena itu maka

perbandingan dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi

Kegunaan

HPLC atau KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima

secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel

pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi; lingkungan; bioteknologi;

polimer; dan industri- industri makanan. Kegunaan umum HPLC adalah

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 4

Page 5: Laporan Analisis Farmasi II

untuk: pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa

biologis ; analisis ketidakmurnian (impurities); analisis senyawa- senyawa

mudah menguap (volatile); penentuan molekul- molekul netral, ionik, maupun

zwitter ion; isolasi dan pemurnian senyawa; pemisahan senyawa-senyawa

yang strukturnya hampir sama; pemisahan senyawa- senyawa dengan jumlah

sedikit (trace elements), dalam jumlah yang banyak, dan dalam skala proses

industri, HPLC merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan

baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif

Perbedaan Dengan HPLC di Fakultas Farmasi UA

HPLC yang digunakan adalah HPLC MS/MS Quadrupole  Tipe

Triple Quad LC/MS 6410 Agilent Technologies

Dapat mengnalisis hingga senyawa yang memiliki BM lebih dari

4000 karena memilki 2 Mass Analyzer.

HPLC ini dapat mengukur senyawa dengan kadar hingga pg (pico

gram), yaitu memiliki sensitivitas lebih tinggi dibandingkan HPLC yang

berada di ruang praktikum. Tetapi hal ini memilki kekurangan, yaitu dengan

sedikit sekali pengotor dapat mempengaruhi hasil, bahkan membuat alat

rusak.

Menggunakan autosampler yang dapat mengurangi kesalahan dalam

melakukan injeksi, selain itu juga mempraktiskan pekerjaan sehingga pada

saat injeksi dapat ditinggal karena injeksi bersifat otomatis, tetapi dengan

batasan bahan yang digunakan cukup saat ditinggal dalam waktu tertentu dan

suhu ruang yang dapat memenuhi syarat untuk penggunaan HPLC, karena bila

suhu melewati batas maka alat HPLC akan otomatis terhenti. Pada ruang

praktikum,HPLC yang digunakan mungkin sudah memiliki software untuk

autosampler, tetapi hardware atau alat autosamplernya sendiri belum

terpasang. Kecepatan analisis lebih tinggi, yaitu hingga lebihdari 12.500

Da/second

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 5

Page 6: Laporan Analisis Farmasi II

HPLC dengan autosampler

LC/MS 6410 Agilent Technologies

LC/MS 6410 Agilent Technologies

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 6

Page 7: Laporan Analisis Farmasi II

BAGIAN III

AAS (ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY)

DESKRIPSI

AAS adalah prosedur spektroanalisis untuk uji kuantitatif dengan cara mengukur

atom netral bentuk gas dimana elektron dari atom pindah dari tingkat energi dasar

(ground state) ke tingkat energi tereksitasi (exitation state) oleh adanya energi

(panjang gekombang yang sesuai). Pada umumnya AAS ini digunakan untuk

mengukur kadar dari logam berat.

KEGUNAAN/ APLIKASI

Instrumen AAS yang terdapat pada ULP ini dibedakan menjadi 3, berdasarkan

teknik analisisnya, yaitu :

1. Hidrida (Cold Vapour)

Metode ini termasuk dalam Flameless AAS. Metode ini digunakan untuk

bahan-bahan yang mudah menguap, misalnya merkuri (Hg). Proses

analisis dari metode ini adalah dimulai ddengan sampel mekuri disedot

lewat pompa sampel. Kemudian merkuri bereaksi dengan HCl dan

pereduksi, sehingga menghasilkan uap. Uap tersebut akan didorong oleh

gas Argon hingga uap tersebut sampai pada detektor.

2. Grafit Furnace

Metode ini juga termasuk dalam metode flameless AAS, karena metode

ini menggunakan pemanasan elektrik. Proses analisis pada metode ini

yaitu sampel diteteskan ke grafit furnace pada suhu 30000C, dengan suhu

grafit furnace yang sangat tinggi, sampel dapat cepat berubah menjadi

bentuk uap, maka uap tersebut akan dideteksi oleh detektor.

3. Flame AAS

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 7

Page 8: Laporan Analisis Farmasi II

Sebelum dianalisis dengan metode AAS, suatu sampel harus di destruksi terlebih

dahulu. Dalam hal ini terdapat dua macam cara destruksi, yaitu destruksi dengan

cara kering dan cara basah. Destruksi cara kering ini suatu sampel di buat menjadi

abu (pengabuan), kemudian dibuat larutan jernih. Sedangkan destruksi cara basah

ini digunakan untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, pada cara ini suatu

sampel langsung dibuat menjadi larutan jernih. Setelah menjadi larutan jernih,

suatu sampel siap dianalisis dengan metode AAS.

PERBEDAAN DENGAN ALAT YANG ADA DI LABORATORIUM

FAKULTAS FARMASI UA

1. Alat yang ada di ULP memiliki kemampuan sebagai Flame AAS dan juga

Flameless AAS (Grafit Furnace AAS dan Cold Vapor Te). Sedangkan yang

ada di lab farmasi hanya bisa sebagai Flame AAS.

2. AAS yang di lab farmasi masih memakai lampu HCL sehingga hanya bisa

digunakan untuk analisis logam berat tertentu sesuai dengan jenis HCL. AAS

yang ada di ULP menggunakan lampu xenon yang dapat digunakan untuk

analisis berbagai macam logam tanpa perlu mengganti lampu.

3. alat AAS di ULP masih baru dan menggunakan software yang baru sehingga

memudahkan analisis, sedangkan yang di lab farmasi alatnya sedang rusak dan

masih menggunakan software lama untuk analisis.

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 8

Page 9: Laporan Analisis Farmasi II

BAGIAN IV

GAS CRHOMATOGRAPHY-MASS SPECKTROMETRY

(GCMS)

Gas Crhomatography-Mass Specktrometry

GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang

menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk

menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS)

untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.

Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang

menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan afinitas

suatu analit terhadap fase diam maupun fase gerak. Pada GC fase geraknya

berupa gas, misalnya saja helium atau nitrogen. Gas kromatografi biasa

digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran

gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.

Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat

molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion

yang muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam

medan magnetik seragam.

Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi

massa. Paduan keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam

pengidentifikasian senyawa yang dilengakapi dengan struktur molekulnya.

Aplikasi GCMS

Prinsip kerja GCMS dapat diibaratkan seperti sebuah distilasi fraksi.

Dimana senyawa yang telah mengalami pemisahan melalui gas kromatografi

kemudian dianalisa lebih lanjut ke dalam instrumen mass spektrometer. Pada

dasarnya semua senyawa dapat di analisa menggunakan GC. Namun gas

kromatografi ini lebih diutamakan untuk senyawa-senyawa yang mudah

menguap. Saat diinjeksikan ke dalam alat, suatu analit harus menguap pada

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 9

Page 10: Laporan Analisis Farmasi II

suhu yang telah diatur pada alat (umumnya 250-3000C). Senyawa yang sukar

menguap dapat diderivatisasi terlebih dahulu menjadi bentuk yang lebih

menguap. Misalnya saja, senyawa dengan banyak atom OH akan membentuk

ikatan hidrogen anatarmolekul maupun intramolekul, senhingga senyawa ini

sulit menguap pada suhu 200-3000C. Untuk dapat dianalisa menggunakan GC

maka, gugus OH pada senyawa ini diganti dengan gugus meti, sehingga ikatan-

ikatan hidrogennya hilang dan senyawa mampu menguap pada suhu 250-

3000C.

Pengguanaan gas kromatografi dalam rangkaian GCMS lebih kepada

penggunaan instrumen untuk analisa kuantitatif. Dalam analisa kuantitatif

untuk mengatahui kadar suatu analit, diperlukan beberapa larutan baku

pembanding. Larutan baku ini kemudian diukur peak areanya lalu dibuat suatu

kurva regresi hubungan antara kadar vs peak area. Dari kurva baku inilah

nantinya dapat dihitung kadar dari analit yang dianalisa.

Dari GC pula dapat diketahiu berapa jumlah senyawa yang ada dalam

suatu campuran sampel. Jumlah senyawa yang terkandung dalam sampel dapat

diketahui dari banyaknya puncak serta waktu retensi yang muncul. Waktu

retensi ini sebenarnya dapat digunakan sebagai parameter analisis kualitatif,

namun hasilnya kurang spesifik. Prinsipnya, suatu senyawa yang sama akan

memberikan hasil waktu retensi yang sama. Namun, apabila waktu retensi

sampel yang ditunjukkan sama dengan baku pembanding, senyawa tersebut

belum tentu sama dengan baku pembanding. Masih ada kemungkinan untuk

sama, tapi belum tentu sama. Sebab waktu retensi itu karakteristik namun tidak

spesifik untuk suatu senyawa.

Maka dari itu untuk analisa kualitatif yang akkurat dan spesifik,

digunakanlah Mass Spektrometri dalam rangkaian GCMS. Saat GC

dikombinasikan dengan MS, akan didapatkan sebuah metode analisis yang sangat

bagus. Umumnya spektrum massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu

sample menjadi ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan

perbandingan massa terhadap muatan. Spektroskopi massa mampu menghasilkan

berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi spektum yang sesuai

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 10

Page 11: Laporan Analisis Farmasi II

dengan perbandingan massa terhadap muatan dan merekam kelimpahan relatif

tiap jenis ion yang ada.

Setelah melewati rangkaian gas kromatografi, sampel gas yang akan diuji

dilanjutkan melalui rangkaian spekstroskopi massa. Molekul-molekul yang

melewati sumber ion ini diserang oleh elektron, dan dipecah menjadi ionion

positifnya. Pecahan stuktur suatu senyawa sangatlah khas dan berbeda satu sama

lain. Pecahan ion-ion tersebut kemudian melewati filter. Filter ini terus menyaring

ion-ion yang berasal dari sumber ion untuk kemudian diteruskan ke detektor.

Informasi yang  diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam

instrumen GC/MS adalah tak lain hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra

GC, informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap

senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bisa diperoleh informasi

mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersbut.

Perbedaan GCMS dengan GC-FID (Terdapat di Laboratorium Fakultas

Farmasi UA)

Gas chromatography di unit pelayanan uji FFUA telah dirangkai bersama

instrumen lain yaitu Mass spectrometry. Sehingga analisa kualitatif yang

dihasilkan lebih akurat karena hasil mass spectra sangat spesifik sesuai dengan

analit yang dianalisa. GC yang digunakan dalam praktikum menggunakan

detektor FID (flame ionization detector) dapat digunakan untuk analisa kualitatif

dengan membandingkan waktu retensi sampel dengan waktu retensi baku atau

pustaka. Namun penggunaan waktu retensi sebagai parameter uji kualitatif kurang

spesifik.

Selain itu GCMS di unit pelayanan uji FFUA juga telah menggunakan

autosampler, sehingga penyuntikan sampel ke dalam alat dapat dilakukan secara

otomatis dan secara komputerisasi. Sedangkan GC dalam praktikum,

penyuntikkan sampel masil dilakukan secara manual menggunakan injektor.

Secara umum penggunaan alat dalam unit pelayanan uji FFUA telah

dilakukan secara komputerisasi dan otomatis, sehingga dapat meminimalisir

kesalahan yang mungkin terjadi selama proses analisis.

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 11

Page 12: Laporan Analisis Farmasi II

BAGIAN V

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

Laboratorim Mikrobiologi yang berada di Kampus B Universitas

Airlangga berdiri sejak tahun 2002. Laboratorium Mikrobiologi UA berdasarkan

tingkat keamanannya merupakan laboratorium mikrobiologi yang masuk dalam

tingkat 2 (Bio Safety Level 2). pada laboratorium tersebut digunakan lantai yang

dilapisi dengam epoksi dan ruangannya berada pada suhu 16-20 FFC

Laboratorium mikrobiologi awalnya digunakan sebagai sarana penunjang

diagnosis, semakin majunya ilmu pengetahuan maka fungsi laboratorium semakin

meningkat, tidak hanya untuk diagnosis tetapi mencakup bidang pelayanan,

pendidikan, penelitian bahkan dibidang perlindungan tanaman laboratorium

mikrobiologi diperlukan dalam pengembangan agens pengendali hayati (APH)

untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).

Klasifikasi Laboratorium Mikrobiologi

Berdasarkan resiko infeksi, mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam 4 (empat)

kategori.

1. Kategori risiko 1 : tidak menimbulkan resiko/resiko sangat rendah (individu,

masyarakat), tidak menyebabkan penyakit (manusia/ternak).

2. Kategori resiko 2 : menimbulkan resiko sedang (individu), resiko rendah

(masyarakat), dapat menimbulkan sakit akan tetapi tidak menimbulkan bahaya

yang serius. Infeksi yang terjadi dapat dicegah dan resiko penyebaran terbatas.

3. Kategori resiko 3 : menimbulkan resiko tinggi (individu), resiko rendah

(masyarakat), dapat menimbulkan sakit serius tetapi tidak menyebar, tersedia

tindakan pencegahan dan pengobatan efektif.

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 12

Page 13: Laporan Analisis Farmasi II

4. Kategori resiko 4 : menimbulkan resiko tinggi (individu, mayarakat), dapat

menimbulkan sakit serius, sangat menular dan belum tersedia tindakan

pencegahan dan pengobatan yang efektif

Berdasarkan Tingkat Keamanan Biologis laboratorium diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Laboratorium Tingkat keamanan Biologis I :

Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme kategori

resiko1.

2. Laboratorium Tingkat keamanan Biologis II :

Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme resiko II.

3. Laboratorium Tingkat Keamanan Biologis III :

Menyelenggarakan kegiatan dengan mikroorganisme resiko III.

4. Laboratorium Tingkat Keamanan Biologis IV :

Menyelenggarakan kegiatan dengan kelompok mikroorganisme resiko IV.

Berdasarkan kategori diatas maka laboratorium mikrobiologi untuk

pengembangan APH dapat digolongkan ke dalam kelompok laboratorium tingkat

keamanan biologis I dan II, tergantung dari jenis mikroorganisme yang

dikembangkan.

Persyaratan Laboratorium Mikrobiologi Untuk Pengembangan APH

Dalam mengembangkan APH di laboratorium diperlukan persyaratan

tertentu sesuai dengan standart laboratorium tingkat keamanan Biologis I dan II.

Persyaratan laboratorium tingkat keamanan Biologis I meliputi : pintu

yang dapat digunakan untuk akses masuk dan keluar, terdapat bak cuci tangan,

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 13

Page 14: Laporan Analisis Farmasi II

disediakan jas laboratorium dan rak penyimpanannya, ruangan mudah

dibersihkaan, kedap air, perabotan kokoh, jendela dilengkapi saringan debu,

Biological Safety Cabinet (BSL), autoclave untuk sterilisasi alat, bahan maupun

sterilisasi sisa-sisa kultur/isolat yang tidak terpakai sebelum dibuang.

Persyaratan laboratorium tingkat keamanan Biologis II yaitu : pintu dapat

menutup sendiri, tersedia bak cuci tangan (steinless steel), perabotan kokoh,

jendela dilengkapi saringan debu, dilengkapi dengan Biological Safety Cabinet

(BSL)/Laminar flow menggunakan filter udara yang dapat mengalirkan ulang

udara yang tersaring, membuang sebagian udara ke atmosfer dan memasukkan

udara melalui bagian depan cabinet. Cahaya/penerangan cukup, membatasi lalu

lintas orang maupun barang ketika personil laboratorium sedang bekerja

Laboratorium Mikrobiologi di bagi dalam 3 area:

1. Area Preparasi

2. Clean Area

3. Inokulasi Area (Inkubasi)

Standart Operasional Praktek di Laboratorium Mikrobiologi

Selain peralatan pendukung laboratorium, juga diperlukan Standart

Operasional dalam praktek di laboratorium mikrobiologi. Standart operasional

tersebut harus dilakukan oleh setiap personil tanpa terkecuali. Aturan-aturan

standart keamanan dan keselamatan di laboratorium sebagai berikut :

- Mencuci tangan dengan menggunakan sabun disinfektan ketika memasuki dan

meninggalkan ruangan laboratorium.

- Tidak diperbolehkan menyimpan, meletakkan makanan, minuman dilaboratorium,

tidak boleh merokok di area laboratorium.

- Di dalam lokasi laboratorium sebaikknya menggunakan jas

laboratoriumvberlengan panjang dengan kancing di bagian depan agar mudah

dibuka.

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 14

Page 15: Laporan Analisis Farmasi II

- Sebaiknya didalam laboratorium menggunakan sepatu kusus, disesuaikan dengan

kondisi laboratorium.

- Singkirkan barang-barang yang tidak perlu dari area kerja. (sebaiknya tas, dompet,

dsb. tempatkan pada rak tersendiri).

- Bersihkan area kerja dengan menggunakan alkohol sebelum maupun setelah

bekerja.

- Pemberian label pada media/isolat/dll harus secara jelas, agar tidak terjadi

kekeliruan.

- Botol-botol reagen, botol kultur (isolat) harus tertutup rapat dan jangan dibuka

kalau tidak diperlukan.

- Peralatan inokulasi disterilisasi terlebih dulu dengan api bunsen sebelum dan

sesudah digunakan.- Perlakukan semua mikroorganisme sebagai pathogen yang

berpotensi (beresiko bagi kesehatan) dan gunakan cara perlindungan yang sesuai.

- Gunakan sarung tangan apabila bekerja dengan mikroorganisme yang berpotensi

menyebabkan penyakit.

- Sterilisasi seluruh bahan dan peralatan laboratorium.

- Jangan pernah menggunakan pipet dengan mulut.

- Pertimbangkan selalu setiap bahaya yang ada, autoclave terlebih dahulu cairan

sisa culture yang tidak terpakai sebelum membuangnya.

- Buang semua materi limbah padat kedalam kantong dan diautoclave sebelum

kemudian dibuang ke tempat sampah.

- Kenali letak alat-alat keselamatan di laboratorium (P3K,shower, pemadam api).

- Laporkan setiap terjadi kecelakaan sekecil apaun di laboratorium (zat kimia,

culture/ isolat tumpah rusak).

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 15

Page 16: Laporan Analisis Farmasi II

Sumber

Z, Linar, 2011. Perancangan Laboratorium dan Peralatan Mikrobiologi, RC Chem

Learning Centre.

Randall E.Hicks.Microbiology Lab Practices and Safety Rules diunggah dari

http://www.d.umn.edu/~rhicks1/diversity/Microbiology%20Lab

%20Safety.pdf. Pada hari kamis tanggal 8 November 2012, jam 9.15 wib.

Laporan Analisis Farmasi I Kelompok 4/Kelas A/Rabu Siang 16