PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep...

24
PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU PADA KADER YANG ADA ANGGOTA MASYARAKATNYA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI KABUPATEN SUKOHARJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: HARUN JOKO PURNOMO J210140032 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep...

Page 1: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU

PADA KADER YANG ADA ANGGOTA MASYARAKATNYA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh: HARUN JOKO PURNOMO

J210140032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Page 2: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

i

Page 3: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

ii

Page 4: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

iii

Page 5: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

1

PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KECENDERUNGAN BERPERILAKU

PADA KADER YANG ADA ANGGOTA MASYARAKATNYA MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI KABUPATEN SUKOHARJO

Abstrak

Kader kesehatan memiliki peran yang strategis dalam mendampingi keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa. Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kader kesehatan sangat penting sehingga kader kesehatan dapat mendampingi keluarga dengan optimal. Pemberian promosi kesehatan merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kecenderungan perilka kader dalam membantu keluarga yang anggotanya mengalami gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah ada pengaruh promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kecenderungan berperilaku pada kader yang ada anggota masyarakatnya mengalami gangguan jiwa di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain one-grup pre-post test design. Populasi penelitian adalah 33 kader kesehatan yang disekitarnya terhdapat keluarga yang anggotanya keluarga terdapat pasien gangguan jiwa pasca pasung di Kabupaten Sukoharjo. Sampel penelitian sebanyak 33 kader kesehatan yang ditentukan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data penelitian menggunakan instrument kuesioner, sedangkan analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed rank test dan Paired Sample t-test. Kesimpulan penelitian adalah terdapat pengaruh yang signifikan promosi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan kecenderungan perilaku tentang perawatan pasien gangguan jiwa pada kader kesehatan jiwa di Kabupaten Sukoharjo. Kata kunci: kader kesehatan, promosi kesehatan, pengetahuan, sikap dan

kecenderungan berperilaku

Abstract

Health cadres have a strategic role in assisting families in caring for mental patients. Increasing knowledge, attitude and behavior of health cadres is very important so that health cadres can assist family optimally. Providing health promotion is one step to increase knowledge, attitude and tendency perilka cadres in helping families whose members have mental disorders. This study aims to determine whether there is influence of health promotion to improve knowledge, attitudes and tendency to behave on the existing cadres of members of society experiencing mental disorders in Sukoharjo District. This research is a quantitative research using one-group design pre-post test design. The population of this research is 33 health cadres around the family whose family members are patient of post-pasca mental disorder in Sukoharjo regency. The sample of 33 health cadres were determined using total sampling technique. The data were collected using questionnaire instrument, while data analysis used Wilcoxon

Page 6: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

2

Signed rank test and Paired Sample t-test. The conclusion of the study is that there is a significant influence of health promotion on the improvement of knowledge, attitude and behavioral trends about the treatment of mental patients in mental health cadres in Sukoharjo District. Keywords: health cadres, health promotion, knowledge, attitude and behavioral trends 1. PENDAHULUAN

Kesehatan adalah dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa, serta sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonimis World

Health Organization (WHO, 2015). Menurut undang-undang No.18 tahun

2014 pengertian kesehatan jiwa ialah dimana kondisi seseorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu

tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat

bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk

komunitasnya (Kemenkumham, 2014). Dikatakan orang itu sehat jiwanya

dimana suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan social yang terlibat dari

hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif,

konsep diri yang efektif, serta kestabilan emosional (Suharto, 2014).

Dikatakan seseorang sehat jiwanya dimana kondisi mental sejahtera dalam

kehidupanya serta harmonis dan seorang itu produktif sebagai bagian yang

sangat utuh dari kualitas hidup seseorang itu sendiri (Afnuhazi, 2015).

Gangguan jiwa dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom atau pola

psikologis dan prilaku yang sangat penting secara klinis yang dapat terjadi

pada seseorang yang dikaitkan dengan adanya distess serta disabilitas dapat

disertai meningkatnya resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas

atau kehilangan kebebasan. Gangguan jiwa merupakan gejala yang dapat

dimanifestasikan melalui perubahan karakteristik yang utama dari kerusakan

fungsi prilaku dan psikologis yang secara umum dapat diukur dengan berbagai

konsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan

respon yang mungkin diharapkan pada kejadian tertentu tetapi dapat juga

dengan keterbatasan hubungan antara individu dan lingkungan sekitarnya.

(Suharto, 2014)

Page 7: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

3

Berdasarkan WHO sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan

jiwa. Menurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dimana dengan

jumlah penduduk sekitar 250 juta orang sakit jiwa, sedangakan Indonesia

hanya memiliki 600-800 psikiater, sehingga dalam satu orang harus

menangani 300.000 sampai 400.000 pasien gangguan jiwa. (Wijayanti dan

Rahmandani, 2016). Gangguan jiwa di Indonesia menunjukan prevalensi 1,7

permil. Data gangguan jiwa berat yang pernah mengalami pemasungan

sebanyak 14,3 persen. Pemasungan terbanyak terjadi di pedesaan 18,2 persen.

Prevalensi gangguan mental emosional yang terjadi pada penduduk Indonesia

6,0 persen. Dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di Indonesia jumlah penderita

gangguan jiwa berat mencapai sekitar 2,5 juta jiwa. Studi penelitian

(Wijayayanti dan Rahmandani, 2016), penyebaran orang dengan pasung di

provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2015 kebanyakan orang tersbut

dibawa RSJ dr. Soerojo Magelang kasus orang yang dibawa berjumlah sekitar

260 kasus. Jumlah kunjungan pada orang dengan gangguan jiwa pada tahun

2015 sebanyak 31.504. kunjungan pada orang dengan gangguan jiwa terbesar

dirumah sakit sebanyak 60,59 persen (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2015). Sedangkan di Kabupaten Sukoharjo terdapat 2778 dengan kasus

gangguan jiwa yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo (DKK Kabupaten

Sukoharjo, 2013). Pasien pasung pada wilayah Kabupaten Sukoharjo pada

tahun 2013 yang masuk RSDJ Surakarta sebanyak 37 pasien data ini didapat

dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Menurut (Syarniah, Rizani A,

Sirait E, 2014) gangguan kesehatan jiwa atau mental illnes ialah kesulitan

yang perlu dihadapi oleh seseorang karena hubunganya dengan orang

disekitarnya, kesulitan dalam presepsinya tentang kehidupan dan sikap

terhadap dirinya sendiri.

Menurut Hidayat (2017) sebanyak 37 orang di berbagai kecamatan di

Kabupaten Sukoharjo mengalami gangguan jiwa yang dipasung. Keluarga

yang anggota keluarganya menderita gangguan jiwa yang pasien tersebut

mengalami pemasungan maka keluarga tersebut memberikan penanganan

yang khusus terhadap pasien gangguan jiwa yeng mengalami pasung. Dalam

Page 8: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

4

hal ini kader kesehatan diperlukan untuk membantu keluarga mengatasi

permasalahan pada gangguan jiwa. Kader bertugas untuk mendata pasien jiwa

sehingga dapat mengajak pasien jiwa dirumah sakit. Untuk itu kader juga

perlu diberikan pengetahuan tentang gangguan jiwa (Zulkifli, 2003).

Pengetahuan jiwa tentang cara penyembuhan dan kekambuhan

gangguan jiwa pada kader, memperbaiki tingkat pengetahuan kader kesehatan.

Sehingga bisa meningkatkan kinerja kader secara profesional. Pengetahuan

akan mempengaruhi yaitu: meliputi, tahu, memahani, aplikasi, analisa,

sintesis, evaluasi (Notoatmodjo, 2012). Pemenuhan kebutuhan pengetahuan

akan bedampak positif pada kader dan dapat memperoleh sikap yang baik dan

perilaku pada penanganan pada gangguan jiwa.

Sikap merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan

prediposisi tindakan suatu perilaku para kader. Para kader harus memiliki

sifat, menerima, merespons, menghargai, bertanggung jawab (Notoatmodjo,

2012). Adanya pengalaman pribadi dan faktor kebudayaan yang

mempengaruhi perilaku kader dalam penanganan gangguan jiwa (Azwar,

2013). Perilaku kader sebagai respons atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar dapat diartikan bahwa perilaku ialah pemahaman dan

aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan

eksternal.

Berdasarkan masalah pada studi pendahuluan diatas maka penelitian

tertarik untuk melakuakan penelitian tentang promosi kesehatan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kecenderungan berprilaku pada kader

yang ada anggota masyarakatnya mengalami gangguan jiwa dikabupaten

sukoharjo.

2. METODE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah ada pengaruh

promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

kecenderungan berperilaku pada kader yang ada anggota masyarakatnya

mengalami gangguan jiwa di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif menggunakan desain one-grup pre-post test design.

Page 9: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

5

Populasi penelitian adalah 33 kader kesehatan yang disekitarnya terhdapat

keluarga yang anggotanya keluarga terdapat pasien gangguan jiwa pasca

pasung di Kabupaten Sukoharjo. Sampel penelitian sebanyak 33 kader

kesehatan yang ditentukan menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan

data penelitian menggunakan instrument kuesioner, sedangkan analisis data

menggunakan uji Wilcoxon Signed rank test dan Paired Sample t-test.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No Karakteristik Responden Frek % 1. Jenis kelamin

a. Perempuan b. Laki-laki Total

29 4

33

88 12

100 2. Umur

a. 20 – 40 tahun b. 41 – 65 tahun Total

6

27 33

18 82

100 3. Pendidikan

a. SD b. SMP c. SMA d. Perguruan Tinggi (PT) Total

6 7

18 2

33

18 21 56 6

100 4. Pekerjaan

a. Ibu rumah tangga (IRT) b. Swasta c. Tani d. Pedagang e. Perangkat desa f. Buruh Total

17 7 3 1 4 1

33

52 21 9 3

12 3

100

Karakteristik jenis kelamin responden sebagian besar adalah

perempuan (88%) dan sisanya adalah laki-laki (12%). Keberadaan kader

perempuan dalam penelitian ini yang lebih banyak dibandingkan kader laki-

laki disebabkan kader perempuan memiliki waktu lebih luang dibandingkan

laki-laki. Kader perempuan yang sebagian besar perempuan memiliki waktu

Page 10: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

6

luang untuk melakukan aktivitas sebagai kader kesehatan desa dibandingkan

laki-laki yang memiliki aktivitas pekerjaan (Irtiani, 2009).

Distribusi umur responden sebagian besar adalah berusia 41 – 65 tahun

(82%). Distribusi umur menunjukkan sebagian besar responden merupakan

kelompok dewasa yang telah memiliki tanggung jawab terhadap anggota

keluarga atau orang lain. Umur seseorang umumnya berhubungan dengan

tingkat pengetahuan seseorang. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh

Notoatmodjo (2010) yang mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan anatara lain umur pada keluarga penderita mempengaruhi

terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur

akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya.

Seorang kader yang berusia kurang dari 30 tahun, dianggap belum

memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup, serta cara bersosialisasi

dalam masyarakat juga masih kurang. Sedangkan umur > 35 tahun dimana

seseorang sudah masuk puncak produktivitasnya, hal ini disebabkan karena

keterampilan fisik seperti kecepatan, kelenturan, kekuatan dan koordinasi

mencapai puncak-puncaknya. Sedangkan kader dengan usia di atas 60 tahun

telah melewati masa produktif, sehingga kecepatan, kelenturan dan

kekuatannya telah menurun (Arini, 2012).

Karakteristik tingkat pendidikan responden menunjukkan distribusi

tertinggi adalah SMA sebanyak 18 responden (56%) dan distribusi terendah

adalah perguruan tinggi sebanyak 2 responden (6%). Tingkat pendidikan yaitu

pendidikan yang dimiliki oleh responden cukup mendukung responden untuk

memahami informasi dari pendidikan kesehatan dan meningkatkan

pengetahuan mereka tentang perawatan pasien gangguan jiwa . Perry & Potter

(2005) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat meningkatkan

pengetahuan tentang kesehatan. Pendidikan merupakan hal yang sangat

penting dalam mempengaruhi pikiran seseorang. Seorang yang berpendidikan

ketika menemui suatu masalah akan berusaha berfikir sebaik mungkin dalam

menyelesaikan masalah tersebut. Orang yang berpendidikan baik cenderung

akan mampu berfikir tenang terhadap suatu masalah. Notoatmodjo (2010)

Page 11: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

7

lebih lanjut mengungkapkan bahwa pendidikan adalah upaya pembelajaran

kepada individu dan masyarakat agar melakukan tindakan-tindakan untuk

memelihara, dan meningkatkan kesehatan. Tingkat pendidikan seseorang yang

baik diharapkan mampu untuk menambah ilmu pengetahuan dan dapat

mengaplikasikannya, salah satunya dalam hal kesehatan.

Karakteristik pekerjaan responden menunjukkan distribusi tertinggi

adalah sebagai ibu rumah tangga (52%). Kondisi ini sesuai dengan salah satu

persyaratan yang diinginkan oleh pemerintah terhadap kader kesehatan, yaitu

adanya keluangan waktu yang lebih untuk berperan di dalam masyarakat.

Salah satu syarat calon kader adalah wanita yang mempunyai waktu yang

cukup untuk melakukan semua tugas kader yang telah ditetapkan, dimana

kegiatan Posyandu biasanya dilaksanakan pada hari dan jam kerja (Depkes RI,

2006).

3.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

Pre test tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki pengetahuan dalam kategori cukup (76%), kurang (15%)

dan baik (9%). Pengetahuan adalah hasil tahu terhadap informasi-informasi

tentang perawatan pasien gangguan jiwa yang diperoleh responden baik dari

pembinaan yang kader terima dari petugas kesehatan ataupun dari sumber-

sumber informasi lainnya misalnya dari buku, dari internet dan lain

sebagainya. Pengetahuan kader selain diperoleh dari sumber-sumber informasi

di luar kader, juga dipengaruhi oleh faktor internal kader, misalnya tingkat

pendidikan kader.

Tingkat pengetahuan responden yang cukup tersebut salah satunya

disebabkan oleh tingkat pendidikan yang cukup baik yaitu terdapat 18

responden (55%) yang berpendidikan SMA. Responden yang berpendidikan

baik memiliki kemampuan menelaah atau menganalisis suatu pertanyaan dan

mencari solusi jawabannya. Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa

tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan kemampuan orang tersebut

dalam memahami suatu informasi yang menjadi sumber dari terbentuknya

suatu pengetahuan. Hubungan tingkat pendidikan kader dengan pengetahuan

Page 12: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

8

kader sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian Muslima, dkk (2012) yang

menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan

dengan tingkat pengetahuan kader.

Hubungan informasi dan pengalaman terhadap pengetahuan

sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) yang mengemukakan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman.

Pengalaman yang dialami oleh responden tentang orang gangguan jiwa di

sekitar responden menjadi sumber informasi terhadap pengetahuan responden

tentang perawatan pasien gangguan jiwa. Hubungan pengalaman kader

terhadap tingkat pengetahuan kader sebagaimana disimpulkan dalam

penelitian Wardani, dkk (2014) yang menyebutkan bahwa pengalaman

merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan pengetahuan kader

kesehatan selain faktor minat dan keaktifan dalam kegiatan kader kesehatan.

Penelitian juga menunjukkan terdapat 18% responden yang memiliki

pengetahuan tentang perawatan pasien gangguan jiwa yang kurang. Kondisi

ini disebabkan terdapat responden berpendidikan SD dan SMP. Tingkat

pendidikan yang dimiliki responden tersebut menyebabkan kemampuan

mereka untuk memahami informasi tentang faktor predisposisi baik dari

pelajaran di sekolah maupun dari media massa lebih rendah dibandingkan

responden yang berpendidikan SMA, sehingga tingkat pengetahuan mereka

menjadi rendah. Sedangkan responden yang berpendidikan baik disebabkan

oleh tingkat pendidikan responden yang terdapat pula berpendidikan

perguruan tinggi sebanyak 2 responden (6%). Kemampuan penalaran yang

dimiliki responden berpendidikan tinggi membantu mereka untuk memahami

informasi tentang perawatan pasien gangguan jiwa baik yang diperoleh dari

petugas kesehatan atau sumber-sumber informasi lainnya, sehingga

pengetahuan mereka menjadi baik.

3.3 Distribusi Frekuensi Sikap

Pre test tingkat sikap menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki sikap dalam kategori cukup (70%), kurang (18%) dan baik (12%).

Sikap adalah reaksi kader terhadap perawatan pasien gangguan jiwa, sikap

Page 13: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

9

yang baik ditunjukkan dengan kecenderungan kader untuk mau mengikuti

petunjuk-petunjuk perawatan pasien gangguan jiwa dengan baik, sedangkan

sikap yang buruk ditunjukkan dengan ketidaksetujuan kader terhadap proses

keperawatan pasien gangguan jiwa (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap kader sebelum pemberian

promosi kesehatan sebagian besar adalah baik. Kondisi ini salah satunya

dipengaruhi oleh faktor umur responden, dimana sebagian besar responden

merupakan orang dalam kelompok usia dewasa, sehingga kematangan berpikir

dan rasionalitasnya telah mencapai titik yang tertinggi.

Proses pembentukan sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia,

pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh

kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama dan

pengaruh faktor emosional (Azwar, 2007). Sikap seseorang dalam

memberikan dukungan merupakan langkah awal dalam sebuah motivasi dalam

memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa terutama agar proses

penyembuhannya berjalan dengan cepat, apabila sikap dalam dalam

memberikan dukungan tidak baik, bisa di pastikan motivasi dalam

memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa rendah, sikap dalam

memberikan dukungan tersebut seperti dukungan informasi, dukungan harga

diri, dan dukungan praktis harus dimiliki keluaarga agar motivasi dalam

memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa tinggi (Utami, 2013).

3.4 Distribusi Frekuensi Kecenderungan berperilaku

Pre test tingkat perilaku menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki perilaku dalam kategori cukup (58%), (24%) dan baik

(18%). Perilaku merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas

seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal.

Perilaku kader kesehatan disini adalah bagaimana tindakan-tindakan yang

dilakukan kader secara nyata terhadap perawatan pasien gangguan jiwa yang

terdapat di sekitarnya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku kader terhadap perawatan

pasien gangguan jiwa sebagian besar adalah cukup. Salah satu faktor yang

Page 14: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

10

berhubungan dengan kondisi tersebut adalah umur responden yang sebagian

besar telah berusia 40 tahun keatas. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan

oleh Sarwono (2012) yang menjelaskan bahwa usia produktif maksimal umur

40 tahun lebih mampu berkinerja dalam ilmu pengetahuan dan kesenian

karena kreatifitasnya lebih tinggi dibanding umur diatas 40 tahun. Namun

asumsi tersebut berbalik dengan teori yang dikemukakan oleh Robbins (2006)

yang mengatakan bahwa semakin bertambah umur kemampuan dan motivasi

akan menurun, sebaliknya semakin muda umur seseorang maka akan semakin

kreatif dan inovatif.

Di sisi lain terdapat teori yang menyebutkan bahwa, umur merupakan

salah satu yang mempengaruhi individu dalam memperoleh pengetahuan.

Semakin lanjut usia seseorang diharapkan semakin matang jiwa dan semakin

bijaksana, semakin berfikir secara rasional, semakin mampu mengontrol

emosi, semakin toleran dengan perilaku dan pandangan yang berbeda dari

perilaku sendiri. Umur yang dewasa memiliki banyak pengalaman, sehinnga

dapat diartikan bahwa semakin dewasa umur seseorang maka semakin tinggi

tingkat pengalamannya. Dalam suatu lembaga, karyawan yang sudah lama

bekerja di sebuah sistem artinya sudah bertambah tua, bisa mengalami

peningkatan karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam pengambilan

keputusan (Notoatmodjo, 2010). Hubungan umur dengan perilaku

sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ratih (2012)

yang mendapatkan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara umur

dengan kinerja kader dalam kegiatan posyandu.

3.4.1 Analisis Bivariate

3.4.1.1 Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap perubahan Pengetahuan

Tabel 2. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pengetahuan

Pengetahuan Hasil Analisis Rerata Z-hit p-value Kesimpulan

Pre test 19,30 2,018 0,044 Signifikan Post test 20,36

Page 15: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

11

Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test pengetahuan diperoleh nilai Zhitung

2,018 dan nilai signifikansi sebesar 0,044. Karena nilai pv < 0,05 (0,044 <

0,05), maka diambil keputusan uji adalah H0 ditolak. Nilai rata-rata pre test

pengetahuan adalah 19,30 dan post test sebesar 20,36. Sehingga disimpulkan

terdapat pengaruh promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pada

kader yang ada anggota masyarakatnya mengalami gangguan jiwa di

Kabupaten Sukoharjo sebagai berikut:

Peningkatan Pre test dan Post test Pengetahuan Kader

20.3619.30

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Pre test Post test

Pengamatan

Rer

ata

Gambar 1. Grafik Peningkatan Pengetahuan Kader Sebelum dan

Sesudah Promosi Kesehatan

Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test pengetahuan diperoleh nilai Zhitung

2,018 dan nilai signifikansi sebesar 0,044. Nilai rata-rata pre test pengetahuan

adalah 19,30 dan post test sebesar 20,36. Sehingga disimpulkan terdapat

pengaruh promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pada kader

yang ada anggota masyarakatnya mengalami gangguan jiwa di Kabupaten

Sukoharjo.

Peran kader kesehatan dalam membantu proses perawatan pasien jiwa

khususnya untuk mencegah tindakah pemasungan sangat penting. Meijel et.al

(2012) yang meneliti tentang praktik pengenalan dan perawatan pasien

gangguan jiwa menyebutkan bahwa salah satu perencanaan pengasuhan

pasien gangguan jiwa setelah perawatan di rumah sakit adalah menyediakan

tempat tinggal yang nyaman serta dukungan lingkungan sosial yang memadai.

Pekerja kesehatan sukarela (health worker) memiliki peran yang sangat

penting dalam menciptakan dukungan sosial bagi pasien gangguan jiwa.

Page 16: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

12

Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan kader

kesehatan setelah mendapatkan promosi kesehatan. Peningkatan pengetahuan

responden disebabkan oleh diterimanya informasi oleh responden selama

promosi kesehatan. Informasi tentang perawatan pasien gangguan jiwa

selanjutnya akan menambah pemahaman responden tentang pencegahan

gangguan jiwa sehingga akan meningkatkan pengetahuan mereka tentang

pencegahan kekambuhan gangguan jiwa. Promosi kesehatan tentang

pencegahan kekambuhan gangguan jiwa bertujuan untuk memberikan

informasi kepada responden tentang pengertian pencegahan kekambuhan

gangguan jiwa. Dengan pemberian informasi tersebut diharapkan pengetahuan

responden tentang pencegahan kekambuhan gangguan jiwa meningkat

menjadi baik. Promosi kesehatan sebagai suatu bentuk pendidikan ataupun

pelatihan terhadap seseorang dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk

proses treatment dan rehabilitasi (Bordbar & Faridhosseini, 2010).

Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh promosi

kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan kader kesehatan dalam

perawatan pasien gangguan jiwa, ternyata didukung oleh hasil penelitian

terdahulu. Penelitian Yesi (2014) tentang pengaruh pendidikan kesehatan

dengan metode ceramah dan audio terhadap pengetahuan kader tentang sadari

di Kecamatan Baki Sukoharjo. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada

perbedaan skor pengetahuan kader sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan dengan metode ceramah dan audio visual tentang SADARI.

Penelitian lain dilakukan oleh Chenoweth (2015) yang meneliti

promosi kesehatan terhadap peningkatan kemampuan relawan kesehatan,

dimana penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian promosi kesehatan

dengan berbagai metode terbukti efektif untuk meningkatkan pengetahuan

relawan kesehatan. Namun pendapat lain dikemukakan oleh Saxena (2013)

dalam artikelnya tentang promosi dan pencegahan kekambuhan jiwa, yang

menjelaskan bahwa peningkatan pengetahuan kader dalam penanganan

kekambuhan jiwa tidak hanya diperoleh dari adanya promosi kesehatan,

Page 17: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

13

namun juga diperoleh dari faktor lain misalnya faktor pendidikan, faktor usia,

faktor lingkungan dan lain sebagainya.

3.1.1.1 Pengaruh Promosi Kesehatan untuk Meningkatkan Sikap

Tabel 3. Hasil Uji Paired Sample t-test Sikap

Sikap Hasil Analisis Rerata t-hit p-value Kesimpulan

Pre test 61,27 2,864 0,007 Signifikan Post test 64,55

Hasil uji Paired sample t-test sikap diperoleh nilai thitung 2,864 dan nilai

signifikansi sebesar 0,007. Karena nilai pv < 0,05 (0,000 < 0,05), maka

diambil kesimpulan uji H0 ditolak. Nilai rata-rata pre test sikap adalah 61,27

dan post test sebesar 64,55, sehingga disimpulkan terdapat pengaruh promosi

kesehatan untuk meningkatkan sikap pada kader yang ada anggota

masyarakatnya mengalami gangguan jiwa di Kabupaten Sukoharjo sebagai

berikut:

Peningkatan Pre test dan Post test Sikap Kader

64.5561.27

0

10

20

30

40

50

60

70

Pre test Post test

Pengamatan

Rera

ta

Gambar 2. Grafik Peningkatan Sikap Kader Sebelum dan

Sesudah Promosi Kesehatan

Hasil uji Paired sample t-test sikap diperoleh nilai thitung 2,864 dan nilai

signifikansi sebesar 0,007. Nilai rata-rata pre test sikap adalah 61,27 dan post

test sebesar 64,55, sehingga disimpulkan terdapat pengaruh promosi kesehatan

untuk meningkatkan sikap pada kader yang ada anggota masyarakatnya

mengalami gangguan jiwa di Kabupaten Sukoharjo.

Salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat

adalah dengan memberdayakan masyarakat. Salah satu upaya pemberdayaan

Page 18: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

14

masyarakat yaitu dengan mengikutsertakan anggota masyarakat atau kader

yang bersedia secara sukarela terlibat dalam masalah–masalah kesehatan.

Kader merupakan orang terdekat yang berada di tengah-tengah masyarakat,

yang diharapkan dapat memegang peranan pekerjaan penting, khususnya

setiap permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan. Kader kesehatan

mempunyai peran besar dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat

menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal Sikap kader

merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program

pemeliharaan kesehatan masyarakat (Yulifah, R. dan Yuswanto, TJA, 2005).

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh promosi kesehatan

terhadap sikap kader kesehatan tentang perawatan pasien gangguan jiwa. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian Artaria (2015) yang meneliti efektifitas

pendidikan kesehatan reproduksi dengan media VLM (Video Learning

Multimedia) terhadap pengetahuan dan sikap kader kesehatan. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi dengan media VLM

terbukti efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap kader kesehatan.

Penelitian lain yang mendukung adanya pengaruh promosi kesehatan terhadap

peningkatan sikap dilakukan oleh Roberts and Marvin (2011) yang meneliti

peningkatan pengetahuan dan sikap melalui promosi kesehatan penanganan

pasien obesitas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa promosi kesehatan yang

dilakukan terbukti mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap khususnya

tentang penanganan pasien obesitas.

Hubungan pemberian promosi kesehatan terhadap peningkatan

kemampuan kader kesehatan sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian

Dieleman and Harnmaijer (2006) dalam penelitiannya tentang “Improving

health worker performance : in search promising practice”. Penelitian ini

menunjukkan bahwa sebagai unsur penting peningkatan kemampuan kader

kesehatan adalah dengan memberikan intervensi pembelajaran secara

komprehensif dengan pemberian simulasi-simulasi sesuai dengan level

kebutuhan keahlian yang diperlukan oleh kader kesehatan.

Page 19: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

15

3.1.1.2 Pengaruh Promosi Kesehatan untuk Meningkatkan Perilaku

Tabel 4. Hasil Uji Paired Sample t-test Norma Subyektif

Perilaku Hasil Analisis Rerata t-hit p-value Kesimpulan

Pre test 56,85 2,612 0,014 Signifikan Post test 59,67

Hasil uji Paired sample t-test perilaku diperoleh nilai thitung 2,612 dan

nilai signifikansi sebesar 0,014. Karena nilai pv < 0,05 (0,000 < 0,05), maka

diambil kesimpulan uji H0 ditolak. Nilai rata-rata pre test perilaku adalah

56,85 dan post test sebesar 59,67, sehingga disimpulkan terdapat pengaruh

promosi kesehatan untuk meningkatkan kecenderungan perilaku pada kader

yang ada anggota masyarakatnya mengalami gangguan jiwa di Kabupaten

Sukoharjo sebagai berikut:

Peningkatan Pre test dan Post test Kecenderungan Perilaku Kader

59.6756.85

010203040506070

Pre test Post test

Pengamatan

Rer

ata

Gambar 3. Grafik Peningkatan Kecenderungan Perilaku Kader Sebelum dan

Sesudah Promosi Kesehatan

Hasil uji Paired sample t-test perilaku diperoleh nilai thitung 2,612 dan

nilai signifikansi sebesar 0,014. Nilai rata-rata pre test perilaku adalah 56,85

dan post test sebesar 59,67 sehingga disimpulkan terdapat pengaruh promosi

kesehatan untuk meningkatkan kecenderungan perilaku pada kader yang ada

anggota masyarakatnya mengalami gangguan jiwa di Kabupaten Sukoharjo.

Perilaku kader dalam perawatan pasien gangguan jiwa merupakan peran atau

tindakan nyata yang dilakukan kader kesehatan dalam upaya perawatan pasien

gangguan jiwa di wilayah sekitar kader berada.

Page 20: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

16

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan

kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat

mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan

kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, serta mampu pula

berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur

terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat (Kholid, 2012).

Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh promosi kesehatan

terhadap peningkatan kecenderungan perilaku kader terhadap perawatan

pasien gangguan jiwa. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian

terdahulu diantaranya adalah penelitian Kurniawati (2014). Penelitian tersebut

menyimpulkan adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan

perilaku dan peran kader posyandu dalam pemantauan pertumbuhan balita.

Penelitian lain dilakukan oleh Maryse, et.all (2015) yang meneliti “A

qualitative assessment of health extension workers’ relationships with the

community and health sector in Ethiopia: opportunities for enhancing

maternal health performance”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

penyuluhan kesehatan terbukti mampu meningkatkan kinerja kader kesehatan

di Etiophia.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan kader kesehatan tentang perawatan pasien gangguan jiwa

paska pasung di Kabupaten Sukoharjo tentang perawatan pasien gangguan

jiwa sebelum mendapatkan promosi kesehatan sebagian besar cukup dan

kurang.

2. Sikap kader kesehatan tentang perawatan pasien gangguan jiwa paska

pasung di Kabupaten Sukoharjo tentang perawatan pasien gangguan jiwa

sesudah mendapatkan promosi kesehatan sebagian besar cukup dan kurang.

Page 21: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

17

3. Kecenderungan perilaku kader kesehatan tentang perawatan pasien

gangguan jiwa paska pasung di Kabupaten Sukoharjo tentang perawatan

pasien gangguan jiwa sesudah mendapatkan promosi kesehatan sebagian

besar cukup dan kurang.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan promosi kesehatan terhadap

peningkatan pengetahuan tentang perawatan pasien gangguan jiwa pada

kader kesehatan jiwa di Kabupaten Sukoharjo.

5. Terdapat pengaruh yang signifikan promosi kesehatan terhadap

peningkatan sikap tentang perawatan pasien gangguan jiwa pada kader

kesehatan jiwa di Kabupaten Sukoharjo.

6. Terdapat pengaruh yang signifikan promosi kesehatan terhadap

peningkatan kecenderungan perilaku tentang perawatan pasien gangguan

jiwa pada kader kesehatan jiwa di Kabupaten Sukoharjo.

4.2 Saran-saran

1. Bagi Kader kesehatan

Kader kesehatan hendaknya meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilkau mereka dalam pelayanan kesehatan di masyarakat salah satunya

pelayanan kesehatan pada pasien dan keluarga pasien gangguan jiwa.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan keperawatan hendaknya memberikan kesempatan bagi

mahasiswa untuk meningkatkan kerampilan dalam memberikan

penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

3. Bagi peneliti yang akan datang

Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian hendaknya

menambahkan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pengetahuan

dan sikap kader kesehatan tentang perawatan pasien gangguan jiwa .

DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R., (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Page 22: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

18

Arini, S. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Dalam Kegiatan Posyandu (Studi Di Puskesmas Palasari Kabupaten Subang ). Jurnal Kesehatan Masyarakat. Kemas 10 (1) (2012) 73-79. Cimahi: Program Studi Kesehatan Masyarakat, Stikes Jenderal A. Yani.

Azwar, S., (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azwar, S., (2013). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Bordbar, M. & Faridhosseini, F., (2010). Psychoeducation for Bipolar Mood Disorder. Jurnal Clinical Research,Treatment Approach to Affective Disorder. Mashhad University of Medical Sciences Psychiatry and Behavioral Sciences Research Center Iran

Chenoweth., (2015). Worksite Health Promotion. USA: Human Kinetics.

Depkes RI., (2006). Pedoman Kegiatan Kader di Posyandu: Jakarta

Dieleman, M & Hammeijer., (2006). Improving Health Worker Performance: in Search of Promoting Practices. Journal Of Metal Health Promotion. Royal Tropical Institute The Netherlands.

Hidayat, A., (2007). Metode penelitian keperawatan dan Teknik Analisa data. Jakarta: Salemba Medika.

Irtiani, F. B., 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader Rukun Warga Siaga di Wilayah Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia / Kemenkuham. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia, No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa (2014). Tidak dipublikasikan tersimpan dalam lembaran negara RI Tahun 2014, Nomor 185.

Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan : Dengan Pendekatan Teori Perilakau, Media, dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Kholid, 2012. Peranan Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Dalam Pembagunan Kesehatan Masyarakat (Studi Kasus Di Desa Jatijajar kabupaten Kebumen). Karya Tulis Ilmiah Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.

Kurniawati, A (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pemantauan Pertumbuhan Balita Terhadap Peningkatan Peran Kader Di Desa Tambong Wetan Kalikotes Klaten. Jurnal Kebidanan. INFOKES, VOL.4 NO.2

Page 23: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

19

September 2014 ISSN : 2086 – 2628. Surakarta: Poltekes Kemenkes Jurusan Kebidanan.

Maryse, C. K, Aschenaki Z. K, Daniel G, Jacqueline E.W., Marjolein Dieleman, Miriam T and Olivia T. (2015) A qualitative assessment of health extension workers’ relationships with the community and health sector in Ethiopia: opportunities for enhancing maternal health performance. Human Resources for Health. VU University Amsterdam, Athena Institute for Research on Innovation and Communication in Health and Life Sciences, De Boelelaan 1081, 1081 HV, Amsterdam, The Netherlands

Meijel VB, Gaag VD, Kahn and Grypdonck., (2012). The Practice of Early Recognition and Early Intervention to Prevent Psychotic Relapse in Patients with Schizophrenia: An Exploratory Study. Journal of Health Mental. Department of Nursing Science University Medical Center Utrecht PO Box 85060 3508 AB Utrecht The Netherlands

Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

Perry, P. A & Potter A, G., (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Robbins, S. P., (2006). Perilaku Organisasi (alih bahasa Drs. Benjamin Molan). Jakarta: Erlangga.

Roberts, & Marvin., (2011). Knowledge and Attitudes Towards Healthy Eating and Physical Activity. Journal of Nutrition. National Obesity Observatory Ken Fox, University of Bristol.

Sarwono., (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Saxena, S. (2013). Prevention and Promotion in Metal Health. Journal of Psychology. Department of Mental Health and Substance Dependence World Health Organization Geneva

Suharto, Bekti. (2014). Budaya Pasung dan Dampak Yuridis Sosiologi (Studi Tentang Upaya Pelepasan dan Pencegahan Tindakan Pasung dan Pencegahan Tindakan Pemasungan di Kabupaten Wonogiri). Journal on medical sciene. Vol.1. No. 2, Sukoharjo, Poltekes Bhakti Mulia. Diakses pada 13 Oktober 2017.

Syarniah, Rizani. A, Sirait. E. (2014). Studi Deskriptif Persepsi Masyarakat Tentang Pasung pada Klien Gangguan Jiwa Berdasarkan Karakteristik Demografi di Desa Sungai Arpat Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar: Jurnal Skala Kesehatan. Vol.5. No.2. 2014.

Page 24: PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENGETAHUI PERUBAHAN …eprints.ums.ac.id/66364/1/NASKAH PUBLIKASI.pdfkonsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang

20

Utami. D.S. (2013). Materi Analisi Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementrian Kesehatan RI

Wardani, NI, Sarwani DSR, dan Masfiah S. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Kader Kesehatan Tentang Thalassaemia Di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Jurnal Kesmasindo, Volume 6, Nomor 3 Januari 2014, Hal. 194-206. Purwokerto: Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman.

World Healt Organization (WHO). Global Tuberculosos Report 2015. Switzerland. 2015.

Wijayanti, A. P. & Rahmandani, A. (2016). Jawa Tengah free from pasung 2019: A case record of mentally illness ex-physically restraind patients in mental health hospital. Proceeding International Conference on Health and Well-Being (ICHWB) 2016. Diunduh dari: https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/7358.

Yulifah, R. & Yuswanto. (2005). Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.

Zulkifli. (2003). Posyandu dan Kader Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utama.