Promkes HIV

6
A. Latar Belakang Stigma pada ODHA adalah sebuah penilaian negatif yang diberikan oleh masyarakat karena dianggap bahwa penyakit HIV-AIDS yang diderita sebagai akibat perilaku yang merugikan diri sendiri dan berbeda dengan penyakit akibat virus lain. Ditambah lagi kondisi ini diperparah karena hampir sebagian besar kasus penularan HIV pada ODHA disebabkan karena aktivitas seksual yang berganti-ganti pasangan. Wan Yanhai (2009) menyatakan bahwa orang- orang dengan infeksi HIV (HIV positif) menerima perlakuan yang tidak adil (diskriminasi) dan stigma karena penyakit yang dideritanya. Stigma pada ODHA melekat kuat karena masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai moral, agama dan budaya atau adat istiadat bangsa timur (Indonesia) di mana masyarakatnya belum/ tidak membenarkan adanya hubungan di luar nikah dan seks dengan berganti- ganti pasangan, sehingga jika virus ini menginfeksi seseorang maka dianggap sebagai sebuah balasan akbibat perilakunya yang merugikan diri sendiri. Hal ini terjadi karena masyarakat menganggap ODHA sebagai sosok yang menakutkan. Maka dari itu mencibir, menjauhi serta menyingkirkan ODHA adalah sebuah hal biasa karena menjadi sumber penularan bagi anggota kelompok

description

Promkes HIV

Transcript of Promkes HIV

Page 1: Promkes HIV

A. Latar Belakang

Stigma pada ODHA adalah sebuah penilaian negatif yang diberikan

oleh masyarakat karena dianggap bahwa penyakit HIV-AIDS yang

diderita sebagai akibat perilaku yang merugikan diri sendiri dan berbeda

dengan penyakit akibat virus lain. Ditambah lagi kondisi ini diperparah

karena hampir sebagian besar kasus penularan HIV pada ODHA

disebabkan karena aktivitas seksual yang berganti-ganti pasangan.

Wan Yanhai (2009) menyatakan bahwa orang-orang dengan

infeksi HIV (HIV positif) menerima perlakuan yang tidak adil

(diskriminasi) dan stigma karena penyakit yang dideritanya. Stigma pada

ODHA melekat kuat karena masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai

moral, agama dan budaya atau adat istiadat bangsa timur (Indonesia) di

mana masyarakatnya belum/ tidak membenarkan adanya hubungan di luar

nikah dan seks dengan berganti-ganti pasangan, sehingga jika virus ini

menginfeksi seseorang maka dianggap sebagai sebuah balasan akbibat

perilakunya yang merugikan diri sendiri. Hal ini terjadi karena masyarakat

menganggap ODHA sebagai sosok yang menakutkan. Maka dari itu

mencibir, menjauhi serta menyingkirkan ODHA adalah sebuah hal biasa

karena menjadi sumber penularan bagi anggota kelompok masyarakat

lainnya. Justifikasi seperti inilah yang keliru atau salah karena bisa saja

masyarakat tidak mengerti bahwa penuluaran virus HIV itu tidak hanya

melalui hubungan seksual akibat " membeli sex" tetapi ada banyak korban

ODHA yang tertular akibat penyebab lain seperti jarum suntik, transfusi

darah ataupun pada bayi-bayi yang tidak berdosa karena ibunya adalah

ODHA.

Stigma dari lingkungan sosial dapat menghambat proses

pencegahan dan pengobatan. Penderita akan cemas terhadap diskriminasi

dan sehingga tidak mau melakukan tes. ODHA dapat juga menerima

perlakuan yang tidak semestinya, sehingga menolak untuk membuka

status mereka terhadap pasangan atau mengubah perilaku mereka untuk

menghindari reaksi negatif. Mereka jadi tidak mencari pengobatan dan

Page 2: Promkes HIV

dukungan, juga tidak berpartisipasi untuk mengurangi penyebaran. Reaksi

ini dapat menghambat usaha untuk mengintervensi HIV & AIDS.

Stigma yang ada dalam masyarakat dapat menimbulkan diskriminasi.

Perlakuan diskriminasi terjadi karena faktor risiko penyakit HIV-AIDS

terkait dengan penyimpangan perilaku seksual, penggunaan jarum suntik

secara bersamaan pada pengguna narkoba. Diskriminasi yaitu

penghilangan kesempatan untuk ODHA seperti ditolak bekerja, penolakan

dalam pelayanan kesehatan bahkan perlakuan yang berbeda pada ODHA

oleh petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Andrewin et al. (2008) di Belize, diketahui bahwa petugas

kesehatan (dokter dan perawat) mempunyai stigma dan melakukan

diskriminasi pada ODHA. Tidak hanya itu diskriminasi yang dialami orang

ODHA bisa datang dari berbagai kelompok masyarakat mulai dari

lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja,

lingkungan sekolah, serta lingkungan komunitas lainnya.

Stigma dan diskriminasi terhadap ODHA biasanya berupa sikap sinis,

perasaan ketakutan yang berlebihan dan persepsi negatif tentang ODHA

dapat mempengaruhi dan menurunkan kualitas hidup ODHA. Stigma dan

diskriminasi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan persepsi. Stigma

dan diskriminasi dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas

kesehatan menjadi sala satu kendala kualitas pemberian pelayanan

kesehatan kepada ODHA yang pada akhirnya dapat menurunkan derajat

kesehatan ODHA.

Pelayanan kesehatan dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS perlu

dilakukan secara komprehensif. Layanan komprehensif adalah upaya yang

meliputi upaya preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif bagi masyarakat

yang membutuhkan (yang belum terinfeksi agar tidak tertular, yang sudah

terinfeksi agar kualitas hidup meningkat).

Melibatkan seluruh sektor terkait, masyarakat termasuk swasta, kader,

lembaga swadaya masyarakat (LSM), kelompok dampingan sebaya,

ODHA, PKK, tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta

organisasi kelompok masyarakat. Layanan komprehensif HIV atau

Page 3: Promkes HIV

paripurna sejak dari rumah atau komunitas hingga ke fasilitas pelayanan

kesehatan (puskesmas, klinik dan rumah sakit).

Layanan berkesinambungan untuk memberikan dukungan dari aspek

manajerial, medis, psikologis dan sosial untuk ODHA. Dukungan selama

perawatan dan pengobatan tersebut untuk mengurangai dan menyelesaikan

permasalahan yang dihadapinya. Orang HIV positif perlu mendapatkan

dukungan psikologis dan sosial di masyarkat. Jangan sampai ada stigma

sehingga mereka justru mendapatkan intimidasi yang dapat menyebabkan

mereka bunuh diri atau frustasi menghadapi keadannya. Dukungan dari

keluarga juga sangat dibutuhkan selain proses medis yang dijalankan.

Satu upaya dalam menanggulangi adanya diskriminasi terhadap

ODHA adalah meningkatkan pemahaman tentang HIV & AIDS di

masyarakat, khususnya di kalangan petugas kesehatan, dan terutama

pelatihan tentang perawatan. Pemahaman tentang HIV & AIDS pada

gilirannya akan disusul dengan perubahan sikap dan cara pandang

masyarakat terhadap HIV & AIDS dan ODHA, sehingga akhirnya dapat

mengurangi tindakan diskriminasi terhadap ODHA.

Page 4: Promkes HIV

B. Cara Perubahan Perilaku

1. Melalui kekuasaan/dorongan (pemerintah/instansi tertentu)

Melakukan upaya-upaya advokasi terhadap instansi/lembaga

pemerintah dan swasta dalam hal penegakan hukum terhadap hak-

hak dasar (HAM) ODHA. Pada tingkat desa misalnya, bisa

dibentuk Kader Desa Peduli AIDS.

2. Melalui informasi atau sosialisasi

Melakukan sosialisasi tentang patofisiologi HIV-AIDS yang benar

kepada masyarakat 

3. Melalui diskusi partisipatif

Melakukan simulasi hubungan sosial atau terapi kerja dengan

ODHA sehingga dapat menghapuskan fobia pada masyarakat pada

ODHA dalam interaksi sosial