Prom Kes

15
1 METODE DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN A. Metode Promosi Kesehatan Promosi atau pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran. Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping faktor masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Agar dicapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok, maka metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual dan sebagainya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode promosi atau pendidikan individual, kelompok dan massa (publik). 1. Metode Promosi Individual (Perorangan) Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi tetanus toxoid (TT) karena baru saja memperoleh/mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil segera imunisasi, ia harus didekati secara perorangan. Perorangan di sini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain: a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling) Dengan cara ini, kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). b. Wawancara (interview) Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk

Transcript of Prom Kes

1

METODE DAN MEDIA PROMOSI

KESEHATAN

A. Metode Promosi Kesehatan

Promosi atau pendidikan kesehatan pada

hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,

kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa

dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,

kelompok atau individu dapat memperoleh

pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.

Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat

berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain

dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan

dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku

kesehatan dari sasaran.

Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagai suatu

proses dimana proses tersebut mempunyai masukan

(input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses

pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan

promosi, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh

banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu

proses pendidikan di samping faktor masukannya

sendiri juga faktor metode, faktor materi atau

pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya,

dan alat-alat bantu atau media yang digunakan untuk

menyampaikan pesan. Agar dicapai suatu hasil yang

optimal, maka faktor-faktor tersebut harus

bekerjasama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa

untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus

menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus

disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bantu

pendidikan disesuaikan. Untuk sasaran kelompok,

maka metodenya harus berbeda dengan sasaran massa

dan sasaran individual dan sebagainya.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode

promosi atau pendidikan individual, kelompok dan

massa (publik).

1. Metode Promosi Individual (Perorangan)

Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat

individual ini digunakan untuk membina perilaku

baru, atau membina seseorang yang telah mulai

tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.

Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi

akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik

terhadap imunisasi tetanus toxoid (TT) karena baru

saja memperoleh/mendengarkan penyuluhan

kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu

tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil segera

imunisasi, ia harus didekati secara perorangan.

Perorangan di sini tidak hanya berarti harus hanya

kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin

juga kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini

karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan

yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan

atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan

mengetahui dengan tepat serta membantunya maka

perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk

pendekatan ini, antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and

counceling)

Dengan cara ini, kontak antara klien dan petugas

lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh

klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.

Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan

kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima

perilaku tersebut (mengubah perilaku).

b. Wawancara (interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari

bimbingan penyuluhan. Wawancara antara petugas

kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,

ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk

2

mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau

yang akan diadopsi itu mempunyai dasar

pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila

belum maka perlu penyuluhan yang lebih

mendalam lagi.

2. Metode Promosi Kelompok

Dalam memilih metode promosi kelompok, harus

mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat

pendidikan formal daro sasaran. Untuk kelompok

yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok

kecil. Efektivitasnya suatu metode akan tergantung

pula besarnya sasaran pendidikan.

a. Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah

apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang.

Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara

lain ceramah dan seminar.

1) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam menggunakan

metode ceramah antara lain:

Persiapan:

a) Ceramah yang berhasil apabila

penceramah itu sendiri menguasaai materi

apa yang akan diceramahkan. Untuk itu

penceramah harus mempersiapkan diri.

b) Mempelajari materi dengan sistematika

yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun

dengan diagram atau skema.

c) Mempersiapkan alat-alat bantu

pengajaran, misalnya makalah singkat,

slide, transparan, sound sistem, dan

sebagainya.

Pelaksanaan:

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan

ceramah adalah apabila penceramah

dapat menguasai sasaran ceramah.

Untuk dapat menguasai sasaran (dalam

arti psikologis), penceramah dapat

melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Sikap dan penampilan yang

meyakinkan, tidak boleh bersikap

ragu-ragu dan gelisah.

b) Suara hendaknya cukup keras dan

jelas.

c) Pandangan harus tertuju ke seluruh

peserta ceramah.

d) Berdiri di depan (di pertengahan),

seyogyanya tidak duduk.

e) Menggunakan alat-alat bantu lihat

(AVA) semaksimal mungkin.

2) Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran

kelompok besar dengan pendidikan

menengah ke atas. Seminar adalah suatu

penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau

beberapa orang ahli tentang suatu topik yang

dianggap penting dan dianggap hangat di

masyarakat.

b. Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang

biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-

metode yang cocok untuk kelompok kecil ini

antara lain:

1) Diskusi Kelompok

Dalam suatu kelompok agar semua anggota

kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam

diskusi, maka formasi duduk para peserta

diatur sedemikian rupa sehingga mereka

dapat berhadap-hadapan atau saling

memandang satu sama lain, misalnya dalam

bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan

diskusi juga duduk diantara peserta sehingga

3

tidak menimbulkan kesan ada yang lebih

tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa

dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota

kelompok mempunyai kebebasan/

keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi

harus memberikan pancingan-pancingan

yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan

atau kasus sehubungan dengan topik yang

dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup

maka pemimpin kelompok harus

mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa

sehingga semua orang dapat kesempatan

berbicara, sehingga tidak menimbulkan

dominasi dari salah seorang peserta.

2) Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi dari

metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama

dengan metode diskusi kelompk. Bedanya,

pada permulaan pemimpin kelompok

memancing dengan satu masalah dan

kemudian tiap peserta memberikan jawaban

atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan

atau jawaban-jawaban tersebut ditampung

dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis.

Sebelum semua peserta mencurahkan

pendapatnya, tidak boleh dikomentari

siapapun. Baru setelah semua anggota

mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota

dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi

diskusi.

3) Bola Salju (Snow Balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan

(1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan

suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih

kurang 5 menit maka tiap 2 pasang

bergabung menjadi satu. Mereka tetap

mendiskusikan masalah tersebut, dan

mencari kesimpulannya.

Kemudian tiap 2 pasang yang sudah

beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi

dengan pasangan lainnya dan demikian

seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi

diskusi seluruh anggota kelompok.

4) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi

kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang

kemudian diberi suatu permasalahan yang

sama atau tidak sama dengan kelompok lain.

Masing-masing kelompok mendiskusikan

masalah tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap

kelompok didiskusikan kembali dan dicari

kesimpulannya.

5) Memainkan Peranan (Role Play)

Dalam metode ini beberapa anggota

kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran

tertentu untuk memainkan peranan, misalnya

sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat

atau bidan, dan sebagainya, sedangkan

anggota yang lain sebagai pasien atau

anggota masyarakat.

Mereka memperagakan, misalnya bagaimana

interaksi atau berkomunikasi sehari-hari

dalam melaksanakan tugas.

6) Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini merupakan gabungan antara role

play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan

kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk

permainan seperti permainan monopoli.

Cara memainkannya persis seperti bermain

monopoli dengan menggunakan dadu, gaco

(petunjuk arah), selain beberan atau papan

main. Beberapa orang menjadi pemain, dan

sebagian lagi berperan sebagai narasumber.

4

3. Metode Promosi Kesehatan Massa

Metode pendidikan atau promosi kesehatan secara

massa dipakai untuk mengkomunikasikan pesan-

pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat

yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian

cara yang paling tepat ialah pendekatan massa. Oleh

karena sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti

tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,

pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,

dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang

akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.

Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah

awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu

inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai

pada perubahan perilaku. Namun demikian, bila

kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan

perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada

umumnya bentuk pendekatan massa ini tidak

langsung. Biasanya dengan menggunakan atau

melalui media massa.

Beberapa contoh metode promosi kesehatan secara

massa ini, antara lain:

a. Ceramah umum (public speaking): Pada acara-

acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan

Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat

kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa

rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu

bentuk pendekatan massa.

b. Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui

media elektronik, baik TV maupun radio, pada

hakikatnya merupakan bentuk promosi

kesehatan massa.

c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter

atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu

penyakit atau masalah kesehatan adalah juga

merupakan pendekatan pendidikan kesehatan

massa.

d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik

dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau

konsultasi tentang kesehatan dan penyakit

adalah merupakan bentuk pendekatan promosi

kesehatan massa.

e. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan,

spanduk, poster, dan sebagainya juga

merupakan bentuk promosi kesehatan massa.

Contoh: billboard Ayo ke Posyandu.

B. Media Promosi Kesehatan

Media Promosi Kesehatan adalah semua sarana

atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi

yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu

melalui media cetak, elektronika, dan media luar

ruang, sehingga sasaran dapat meningkat

pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat

berubah perilakunya ke arah positif terhadap

kesehatan.

Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media

karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan

dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran

dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai

memutuskan untuk mengadopsinya perilaku yang

positif.

1. Tujuan Media Promosi Kesehatan

Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media

sangat diperlukan di dalam pelaksanaan Promosi

Kesehatan antara lain adalah:

a. Media dapat mempermudah penyampaian

informasi.

b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

c. Dapat memperjelas informasi.

d. Media dapat mempermudah pengertian.

e. Mengurangi komunikasi verbalistik.

5

f. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa

ditangkap dengan mata.

g. Memperlancar komunikasi, dan lain-lain.

2. Penggolongan Media Promosi Kesehatan

Penggolongan media promosi kesehatan ini dapat

ditinjau dari berbagai aspek, antara lain:

a. Berdasarkan bentuk umum penggunaannya:

Berdasarkan penggunaan media promosi dalam

rangka promosi kesehatan, dibedakan menjadi:

1) Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan,

folder, leaflet, majalah, buletin, dan

sebagainya.

2) Bahan peragaan: poster tunggal, poster seri,

flipchart, transparan, slide, film, dan

seterusnya.

b. Berdasarkan cara produksi:

Berdasarkan cara produksinya, media promosi

kesehatan dikelompokkan menjadi:

1) Media cetak, yaitu suatu media statis dan

mengutamakan pesan-pesan visual. Media

cetak pada umumnya terdiri dari gambaran

sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata

warna. Adapun macam-macamnya adalah:

a) Poster,

b) Leaflet,

c) Brosur,

d) Majalah,

e) Surat kabar,

f) Lembar balik,

g) Stiker,

h) Pamflet, dan sebagainya.

2) Media elektronika, yaitu suatu media

bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan

didengar dalam menyampaikan pesannya

melalui alat bantu elektronika. Adapun

macam-macam media tersebut adalah:

a) TV,

b) Radio,

c) Film,

d) Video film,

e) Cassette,

f) CD,

g) VCD, dan sebagainya.

Kelebihan dan kekurangan media elektronik.

(1)Kelebihannya:

- Sudah dikenal masyarakat.

- Mengikutsertakan semua pancaindera.

- Lebih mudah dipahami.

- Lebih menarik karena ada suara dan

gambar bergerak.

- Bertatap muka.

- Penyajian dapat dikendalikan.

- Jangkauan relatif lebih besar.

- Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-

ulang.

(2)Kelemahannya:

- Biaya lebih tinggi.

- Sedikit rumit.

- Perlu listrik.

- Perlu alat canggih untuk produksinya.

- Perlu persiapan matang.

- Peralatan selalu berkembang dan

berubah.

- Perlu keterampilan penyimpanan.

- Perlu terampil dalam pengoperasian.

(3)Media luar ruang, yaitu media yang

menyampaikan pesannya di luar ruang

secara umum melalui media cetak dan

elektronika secara statis, misalnya

a) Papan reklame yaitu poster dalam

ukuran besar yang dapat dilihat secara

umum di perjalanan.

b) Spanduk yaitu suatu pesan dalam

bentuk tulisan dan disertai gambar

6

yang dibuat di atas secarik kain

dengan ukuran tergantung kebutuhan

dan dipasang di suatu tempat strategis

agar dapat dilihat oleh semua orang.

c) Pameran.

d) Banner.

e) TV layar lebar.

Kelebihan dan kelemahan media luar

ruang:

(1) Kelebihannya:

- Sebagai informasi umum dan hiburan.

- Mengikutsertakan semua pancaindera.

- Lebih mudah dipahami.

- Lebih menarik karena ada suara dan

gambar bergerak.

- Bertatap muka.

- Penyajian dapat dikendalikan.

- Jangkauan relatif lebih besar.

(2) Kelemahannya:

- Biaya lebih tinggi.

- Sedikit rumit.

- Ada yang memerlukan listrik.

- Ada yang memerlukan alat canggih

untuk produksinya.

- Perlu persiapan matang.

- Peralatan selalu berkembang dan

berubah.

- Perlu keterampilan penyimpanan.

- Perlu keterampilan dalam

pengoperasian.

3. Merancang Pengembangan Media Promosi

Kesehatan

Media promosi kesehatan yang baik adalah media

yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan

kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan

sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk

mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang

disampaikan. Untuk hal itu diperlukan langkah-

langkah merancang pengembangan media promosi

kesehatan sebagai berikut:

a. Menetapkan tujuan:

Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu

keadaan di masa datang yang akan dicapai melalui

pelaksanaan kegiatan tertentu. Secara umum dapat

dikatakan bahwa tujuan harus:

1) Realistis, artinya bisa dicapai bukan hanya

angan-angan.

2) Jelas dan dapat diukur.

3) Apa yang akan diukur.

4) Siapa sasaran yang akan diukur.

5) Seberapa banyak perubahan yang akan diukur.

6) Berapa lama dan di mana pengukuran

dilakukan.

Penetapan tujuan adalah sebagai dasar untuk

merancang media promosi kesehatan dan dalam

merancang evaluasi. Jika tujuan yang ditetapka

tidak jelas dan tidak operasional maka program

menjadi tidak fokus dan tidak efektif.

b. Menetapkan segmentasi sasaran:

Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan

memilih kelompok sasaran yang tepat dan

dianggap sangat menentukan keberhasilan

promosi kesehatan. Tujuannya adalah

memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya

dan memberikan kepuasan pada masing-masing

segmen. Dapat juga untuk menentukan

ketersediaan, jumlah, dan jangkauan produk.

Selain itu juga dapat menghitung jenis media

dan menempatkan media yang mudah diakses

oleh khalayak sasaran. Sebelum media promosi

kesehatan diluncurkan hendaknya perlu

mengumpulkan data sasaran seperti:

1) Data karakteristik perilaku khalayak sasaran.

2) Data epidemiologi.

7

3) Data demografi.

4) Data geografi.

5) Data psikologi.

c. Mengembangkan positioning pesan

Positioning adalah suatu proses atau upaya

untuk menempatkan suatu produk perusahaan,

individu atau apa saja dalam alam pikiran

mereka yang dianggap sebagai sasaran atau

konsumennya. Positioning bukan sesuatu yang

anda lakukan terhadap produk, tetapi sesuatu

yang anda lakukan terhadap otak khayalak

sasaran. Hal ini bukan strategi produk tetapi

strategi komunikasi. Di sini berhubungan

dengan bagaimana calon konsumen

menempatkan produk anda di dalam otaknya.

Positioning membentuk citra. Sesuatu citra bisa

kaya makna atau sederhana saja. Sebaiknya citra

bisa berubah-ubah dan dinamis. Citra bisa

diterima secara homogen dan sama.

d. Menentukan strategi positioning

Pada prinsipnya seseorang yang ingin

melakukan kegiatan positioning memerlukan

suatu ketekunan dan kejernihan berpikir dalam

memandang produk dan pasar yang tengah

diusahakan. Langkah-langkah yang perlu

dilakukan:

1) Identifikasi para pesaing: Tujuannya adalah

melakukan identifikasi atas sejumlah pesaing

yang ada di masyarakat.

2) Persepsi konsumen: Tujuannya adalah

memperoleh sejumlah atribut yang dianggap

penting oleh khalayak sasaran.

3) Menentukan posisi pesaing: Mengetahui

posisi yang diduduki pesaing dilihat dari

berbagai sudut pandang.

4) Menganalisis preferensi khalayak sasaran:

Mengetahui posisi yang dikehendaki oleh

khalayak sasaran terhadap suatu produk

tertentu.

5) Menentukan posisi merek produk sendiri:

Penentuan posisi merek yang akan kita jual

harus mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut:

- Analisis ekonomi.

- Komitmen terhadap segmen pasar.

- Jangan mengadakan perubahan yang

penting. Pertimbangkan simbol-simbol

produk.

6) Ikuti perkembangan posisi: Secara berskala

posisi produk harus ditinjau dan dinilai

kembali apakah masih cocok dengan

keadaan.

e. Memilih media promosi kesehatan

Pemilihan media adalah jabaran saluran yang

akan digunakan untuk menyampaikan pesan

pada khalayak sasaran.

Yang perlu diperhatikan di sini adalah:

1) Pemilihan media didasarkan pada selera

khalayak sasaran, bukan pada selera

pengelola program.

2) Media yang dipilih harus memberikan

dampak yang luas.

3) Setiap media akan mempunyai peranan yang

berbeda.

4) Penggunaan beberapa media secara serempak

dan terpadu akan meningkatkan cakupan,

frekuensi, dan efektivitas pesan.

PERENCANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

A. Pengertian

Pedoman yang dipakai sebagai petunjuk pada waktu

pelaksanaan proses belajar mengajar

B. Fungsi

8

Mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan

program pengajaran secara sistem untuk dijadikan

sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar.

C. Langkah-Langkah dalam Perencanaan

1. Menenukan Prioritas Masalah

Kebutuhan belajar harus diurut berdasarkan prioritas,

cara menentukan proritas diantaranya adalah:

- Motivasi klien/obyek untuk berkonsentrasi pada

kebutuhan belajar yang telah diidentifikasi

- Sesuai dengan herarki kebutuhan dasar maslow

Kriteria untuk memprioritaskan pengajaran di

dalam komunitas, antara lain:

- Kesadaran komunitas terhadap masalah

- Motivasi komunitas memecahkan masalah

- Kemampuan petugas/perawat untuk

mempengaruhi pemecahan masalah

- Berat serta konsekuensi jika masalah tidak

terpecahkan

2. Menetapkan Tujuan Belajar

Tujuan belajar dapat disamakan dengan tujuan asuhan

keperawatan, baik sekali jika berdasarkan tiga ranah

belajar yaitu:kognitif, afektif dan psikomotor.

Tujuan belajar yang dirancang dengan baik akan

menuntun perencanaan tentang isi atau

substansi, metode, strategi, aktivitas dan

perencanaan metode evaluasi belajar

Perumusan Tujuan Instruksional

Tujuan instruksional adalah tujuan yang

berbentuk tingkah laku atau kemampuan yang

diharapkan dapat dimiliki obyek/siwa setelah

proses belajar mengajar; tujuan instruksional

terdiri dari:

a. Tujuan Instruksioanal Umum: Tujuan umum

adalah suatu pernyataan umum tentang

tujuan akibatnya kurang jelas arahnya

b. Tujuan Instruksional Khusus: Tujuan khusus

jauh lebih bersifat spesifk dan jelas, tujuan

khusus dapat membantu secara nyata

memberikan arah yang jelas.

Menurut Bloom TIK dapat dikelompokan

menjadi tiga kelompok tujuan yaitu:

1) Tujuan Kognitif: Contoh-contoh tujuan

khusus yang tergolong pada tujuan kognitif:

Membandingkan, membedakan,

mendefinisikan, menguraikan,

menggambarkan, menjelaskan,

mengidentifikasi, memberi tanda,

mengurutkan, menjodohkan, menamakan,

menyiapkan, merencanakan, merangkum dan

lain-lain.

2) Tujuan afektif: Contoh tujuan khusus yang

tergolong pada tujuan afektif:

Merubah, menjawab, menentukan, memilih,

melengkapi, menyepakati, menuruti,

mempertahankan, mendiskusikan,

membantu, bekerjasama, merespon, dan lain-

lain.

3) Tujuan psikomotor: Contoh tujuan khusus

yang tergolong pada tujuan psikomotor.

Beradaptasi, memulai, merangkai,

menghitung, mengalikan, merubah,

mengukur, menciptakan, mengukur bereaksi,

dan lain-lain.

Jenjang Istilah yang Digunakan

Bidang kemampuan intelektual

a. Jenjang pengetahuan

1) Istilah untuk TIU

- mengetahui istilah-istilah umum

- mengetahui hal-hal terinci

- mengetahui metode dan prosedur

- mengetahui konsep-konsep dasar

- mengetahui prinsip-prinsip

2) Istilah kata kerja untuk TIK :

- Mendefinisikan (defines)

9

- Menggambarkan (describes)

- Mengidentifikasi (identifies)

- Memberi nama (labels)

- Membuat garis besar (out line)

- Menamakan (names)

- Menyusun daftar (list)

- Menyatakan kembali (reproduces)

- Memilih (selects)

- Menyatakan (states)

b. Jenjang pemahaman

1) Istilah utuk TIU :

- Memahami fakta dan prinsip

- mengintepretasi bagan dan grafik

- mengintepretasi secara lisan

- mengubah bahan tulisan menjadi rumus

matematik

- memperkirakan akibat-akibat yang

akan datang yang tercantum dalam data

- membenarkan metode dan prosedur

2) Istilah untuk TIK :

- mengubah (confent)

- mempertahankan (defends)

- memperkirakan (estimates)

- menjelaskan (explains)

- membedakan (distinguish)

- menyatakan secara luas (expresses)

- menarik kesimpulan umum

(generalises)

- memberi contoh (gives example)

- menarik kesimpulan (infers)

- melukiskan dengan kata-kata sendiri

(paraphrases)

- meramalkan (predicts)

- menuliskan kembali (rewrites)

- membuat rangkuman (summarizes)

c. Jenjang penerapan

1) Istilah untuk TIU :

- mentapkan konsep dan prinsip terhadap

situasi-situasi baru

- menerapkan hukum dan teori pada

situasi praktis

- memecahkan persoalan-persoalan

matematik

- mengonstruksi bagan dan grafiks

- mendemonstrasikan penggunaan

metode dan prosedur secar benar

2) Istilah untuk TIK :

- mengubah (changes)

- mendemonstrasikan (demonstrates)

- mengungkapkan (discovers)

- mengerjakan dengan teliti

(manipulates)

- membuat modifikasi (modifies)

- menjalankan (operates)

- meramalkan (predicts)

- menghubungkan (relates)

- menunjukan (show)

3. Menentukan Materi Pelajaran

Materi pelajaran atau bahan yang akan

dipelajari siswa untuk mencapai TIK yang perlu

dirumuskan meliputi pokok bahasan dan garis

besar uraiannya. Materi ini biasanya diambil

dari GBPP sesuai dengan kurikulum yang

berlaku

Materi pelajaran harus jelas atau bersumber dari

teks book atau sumber perpustakaan yang jelas

4. Menentukan Strategi dan Metode Belajar

a. Penggunaan strategi belajar mengajar dan

metode-metode mengajar sangat bervariasi

sesuai dengan tujuan instruksionalnya, sesuai

dengan materi yang dipelajari dan sesuai dengan

keinginan pengajarnya.

b. Jenis-jenis metode mengajar :

10

Ceramah, tanya jawab, demonstrasi, karya wisata,

penugasan, problem sloving, diskusi,

eksperimen, simulasi.

Metoda ceramah adalah cara penyajian

pelajaran yang dilakukan guru/petugas

dengan penuturan atau penjelasan lisan

secara langsung

Metoda tanya jawab adalah cara penyajian

pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang

harus dijawab terutama dari guru/petugas

kepada siswa/obyek atau sebaliknya

Metode demonstrasi ialah cara penyajian

pelajaran dengan meragakan atau

mempertunjukan kepada siswa/ obyek suatu

proses situasi, benda tertentu yang sedang

dipelajari baik yang sebenarnya ataupun

tiruan disertai penjelasan lisan.

Metode karyawisata ialah cara penyajian

pelajaran dengan membawa obyek/siswa

mempelajari bahan-bahan (sumber-sumber)

diluar kelas.

Metode penugasan ialah cara penyajian

bahan peljaran dimana guru/ petugas

memberikan tugas tersebut agar

obyek/siswa/sasaran melakukan kegiatan

belajar.

Metode pemecahan masalah adalah cara

penyajian bahan pelajaran dengan

menjadikan masalahan sebagai titik tolak

pembahasan untuk dianalisis dan disintesis

dalam usaha mencari pemecahan atau

jawaban

Metode diskusi adalah cara penyajian bahan

pelajaran dimana peserta dihadapkan kepada

suatu masalah yang dapat berupa pertanyaan

ataupertanyaan yang bersifat problematis

untuk dibahas dan dipecahkan bersama

Jenis-jenis diskusi : diskusi kuliah, diskusi

kelas, diskusi kelompok kecil, simposium,

diskusi panel, seminar, lokakarya,

brainstorming (sumbang saran)

Metode simulasi adalah cara penyajian

pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan

atau berpura-pura dalam situasi belajar untuk

memperoleh suatu pemahaman tentang

hakikat suatu konsep, prinsip atau

ketersmpilan tertentu.

Jenis simulasi : sosiodrama, psikodrama,

permainan simulasi

Metode eksperimen adalah cara penyajian

pelajaran dimana siswa melakukan

percobaan dengan mengalami dan

membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.

5. Menentukan Media Pengajaran

a. Ada dua unsur yang terkandung dalam media

yaitu (1) pesan atau bahan pengajaran yang akan

disampaikan dengan istilah lain perangkat lunak

(software) dan (2) alat penampil atau perangkat

keras (hardware)

b. Pembagia media pengajaran ;

1) Media auditif yaitu media yang

mengandalkan kemampuan suara saja, seperti

radio, cassette recorder, piringan audio

2) Media visual yaitu media yang hanya

mengandalkan indera pengelihatan seperti:

film strip, slides, foto, gambar / lukisan

cetakan, film bisu, film kartun

3) Media audio visual yatu media yang

mempunyai unsur suara dan unsur gambar

contoh, film, video cassete

6. Memilih Alat Bantu Mengajar

Mengajar / penyuluhan dengan menggunakan alat

bantu sangat baik, dikarenakan dapat memperjelas

materi yang disampaikan dan untuk memilih alat

11

bantu mengajar disesuaikan dengan tujuan yang

hendak dicapai, sehingga perlu hati-hati dalam

memilih alat bantu harus disesuikan juga dengan

kegunaannya.

7. Menetukan Evaluasi

a. Pengertian : suatu tindakan untuk menentukan

nilai sesuatu.

b. Bentuk dan Alat penilaian

1) Tes adalah suatu cara untuk mengadakan

penilainan yang berbentuk suatu tugas atau

serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh

anak sehingga menghasilkan suatu nilai

tentang tingkah laku atau prestasi anak

tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai

yang dicapai oleh anak-anak lain dengan nilai

standar yang ditetapkan.

2) Non tes, untuk menilai aspek-aspek tingkah

laku, jenis non tes lebih sesuai dipergunakan

sebagai alat penilaian. Alat penilaian jenis non

tes ini antara lain:

a) Observasi yaitu pengamatan tingkah laku

pada situasi tertentu

b) Wawancara yaitu berkomunikasi langsung

antara yang menginterview dengan yang

diinterview

c) Studi kasus yaitu mempelajari individu

dalam periode tertentu secara terus menerus

untuk melihat perkembangannya

Bentuk tes

1) Bentuk tes tertulis

2) Bentuk tes lisan

3) Bentuk tes perbuatan

Membuat rencana evaluasi

Rencana evaluasi harus dibuat dalam perencanaan

kegiatan penyuluhan kesehatan (HE)

Misalnya, waktu dan sasaran yang akan dievaluasi,

indikator/kriteria apa yang akan dipakai dalam

evaluasi. Evaluasi dapat dibedakan:

1) Evaluasi penyuluhan kesehatan yaitu menilai

langkah-langkah yang telah di jadwalkan dalam

perencanaan, apakah sesuai atau terjadi

perubahan dalam pelaksanaanya, misal

terjadinya perubahan pengetahuan, sikap,

tindakan.

Satuan Acara Pembelajaran/Penyuluhan

Pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan di:

1. Rumah sakit

2. Puskesmas

3. Masyarakat

Dengan cara individual, kelompok dan masa

Contoh secara rancangan

Pembelajaran secara individual

Pada kasus: Resti komplikasi masa nifas b.d

defisit pengetahuan tentang self care: laktasi dan

menyusui

Maka langkah-langkahnya adalah ditetakan

tujuan, materi belajar, alat bantu mengajar, dan

evaluasi

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan,

ibu A dan bapak A mampu melakukan

perawatan diri: laktasi dan menyusui selama

mas nifas dengan baik

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan

selama 3 x 60 menit ibu A dan bapak A akan

mampu:

a. Menjelaskan cara-cara perawatan diri

pada masa nifas

b. Menguraikan adaptasi/ perubahan yang

terjadi pada masa nifas baik fisik maupun

mental

12

c. Menjelaskan berbagai kemungkinan yang

terjadi pada masa nifas

d. Menjelaskan pentingnya menyusui bayi

secara ekslusif

e. Meperagakan cara menyusui dengan benar

f. Menjelaskan jumlah dan komposisi

makanan ibu menyusui

g. Menjelaskan sistem pendukung keluarga

selama masa nifas

3. Materi Penyuluhan

a. Pengertian masa nifas

b. Adaptasi fisiologi dan psikologis masa

nifas

c. Berbagai komplikasi yang dapat terjadi

pada masa nifas

d. Selft care: laktasi, menyusui

e. Pencegahan terjadinya komlikasi

f. Cara menyusui bayi yang benar

g. Nutrisi ibu menyusui

h. Dukungan keluarga selama masa nifas

4. Metode Penyuluhan

a. Diskusi

b. Demonstrasi

5. Media Penyuluhan

a. Leaflet

b. Model bayi

c. Chart sesuai dengan kepentingan

6. Kegiatan Penyuluhan

7. Evaluasi

Kriteria: lihat pada tujuan

Cara: lisan dan demonstrasi

MONITORING

A. Pengertian

Monitoring evaluasi proses adalah upaya supervisi

dan review kegiatan yang dilaksanakan secara

sistematis oleh pengelola program untuk menilai

apakah program sudah sesuai dengan yang

direncanakan (Depkes)

B. Tujuan

TUJUAN

Monitoring Evaluasi

Untuk mengadakan

perbaikan, perubahan

orientasi, atau desain

dari sistem pelayanan

bila perlu

Untuk menyesuaikan

strategi komunikasi

dan psan-pesannya

bila dianggap perlu,

berdasarkan temuan-

temuan dalam

monitoring

Untuk menunjukan

dampak daripada

komunikasi

kesehatan

Untuk menentukan

tingkat adopsi

perilakunya

Untuk menentukan

dampak program

terhadap status

kesehatan

C. Manfaat

1. Manajemen

Memberikan informasi sedini mungkin

masalah yang timbul

Memberikan informasi tentang proses dan

cakupan program

Memberikan informasi apakah program

sudah sesuai persyaratan yang ditentukan

2. Evaluasi

Monitoring yang dapat meramalkan hasil

akhir

Menjaga agar efektivitas tidak menurun

yang bisa disebabkan oleh:

Intervensi tidak dilaksanakan

dengan tepat

Intervensi tepat tapi tidak diarahkan

pada target atau sasaran

3. Citra

13

Dengan monitoring penyamdang dana

atau pihak terkait bisa melihat sutu

program

Memberi kesan keseriusan pimpro

khususnya dalam penggunaan dana

D. Apa yang Dimonitoring

Input:

Materi komunikasi

Distribusi materi cetak

Media yang digunakan: jenis, frekuensi dan

perkiraan jangkauan

Jangkauan target sasaran: apakah

kemampuan media sesuai

Distribusi peralatan: apakah sudah sesuai

Kegiatan komunikasi: jenis dan frekuensi

apakah sudah cocok

Pelatihan: kalau ada, apakah sudah dilakukan

sesuai kebutuhan

Output:

Apakah target sasaran terpapar dengan pesan

atau bahan penyuluhan yang didistribusikan,

misalnya:

Berapa jumlah ibu hamil yang

menunjukan kalender ibu hamil kepada

petugas

Berapa prosentasi target sasaran yang

mendengarkan pesan

Apakah target sasaran mempergunakan

bahan penyuluhan yang dibagikan petugas,

misalnya:

Prosentasi ibu yang menggunakan buku

petunjuk ibu hamil

Apakah ada masukan dari petugas atau

dari sasaran untuk memperbaiki buku

petunjuk ibu hamil

Apakah target sasaran merasakan bahwa ia

belajar sesuatu dari bahan penyuluhan

tersebut

Bagaimana reaksi sasaran:

Apakah ada tanda-tanda sasaran tidak

senang

Apakah ada tanda-tanda kejenuhan

Outcome:

Outcome merupakan hasil intervensi, dalam

komunikasi outcomenya adalah perubahan

perilaku.

Melalui monitoring outcome dapat

menentukan:

Apakah terjadi perubahan perilaku

sesuai target

Pada target sasaran mana, berapa lama,

sekali-kali atau terus-menerus

Apakah program berikutnya bisa dilanjutkan

Temuan dalam outcome penting untuk

menyesuaikannya:

Strategi bila dianggap perlu

Bantuan untuk kelompok yang belum

berubah atau kelompok yang sulit

dijangkau dan lain-lain

E. Cara Monitoring

Prinsif:

Harus dilakukan secara praktis, tidak menjadi

beban petugas, hasilnya harus berguna untuk

mengambil keputusan. Biasanya dialog menjadi

pilihan utama

Cara:

Mengunjungi rumah sasaran

Wawancara mendalam (indept interview)

dengan staf kesehatan, pemuka masyarakat

Fokus grup discussions, dengan provider dan

masyarakat

14

Mengobservasi apa yang dilakukan oleh

sasaran

Analisa surat pendengaran

Membaca artikel yang dibuat oleh tokoh

masyarakat

EVALUASI

A. Pengertian

American public health association: evaluasi ialah

sebagai proses menentukan nilai atau besarnya sukses

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Klineberg: evaluasi adalah suatu proses yang

memungkinkan administrator mengetahui hasil

programnya dan berdasarkan itu mengadakan

penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai tujuan

secara efektif.

Jadi, menurut Klineberg evaluasi tidak hanya

menentukan hasil/kegagalan juga menjawab mengapa

keberhasilan/kegagalan itu terjadi dan apa yang bisa

dilakukan terhadap hasil-hasil tersebut.

Dalan penyuluhan kesehatan evaluasi diartikan

sebagai penentu (Berdasarkan Pendapat, Catatan,

atau Data) hasil (Diharapkan atau Tidak, Sementara

atau Permanen, Hasil Langsung dapat Dilihat atau

Beberapa Lama Kemudian) yang diperoleh sebagai

hasil suatu kegiatan yang didesain untuk mencapai

tujuan tertentu (Tujuan Jangka Panjang, Jangka

Menengah atau Jangka Pendek)

B. Terminologi dalam Evaluasi

1. Evaluais formatif: evaluasi yang dilakukan

pada tahap pengembangan program, sebelum

dimulai dan informasi yang didapat berguna

untuk mengembangkan program agar lebih

sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran.

2. Evaluasi proses (process evaluation)-

monitoring: memberikan gambaran tentang

apa yang sedang berlangsung dalam suatu

program (apakah elemen-elemen spesifik

seperti fasilitas, staf, tempat atau pelayanan

yang sedang dikembangkan sesui rencana)

3. Evaluasi sumatif (sumative evaluation): aialah

evaluasi yang memberikan pernyataan

efektifitas suatu program dalam kurun waktu

tertentu.

4. Evaluasi dampak: ialah suatu evaluasi yang

menilai efektivitas keseluruhan program

dalam menghasilkan perubahan pengetahuan,

sikap dan perilaku pada target sasaran.

Misalnya, meningkatnya cakupan imunisasi

TT pada ibu hamil, meningkatnya

pengetahuan pemeliharaan payudara pada ibu

nifas.

Program ini mengukur efektivitas relatif

dari berbagai tipe program dalam

mencapai tujuan

Menentukan perubaha yang terjadi pada

dependent variabel

Memastikan apakah perubahan sebagai

akibat dari program yang direncanakan

5. Evaluasi hasil (health outcome evaluations):

evaluasi yang bertujuan untuk menilai

perubahan-perubahan tau perbaikan dalam

morbiditas, mortalitas atau indikator

kesehatan lainnya.

6. Analisa cost-efektif (cost effectiveness

analysis): yaitu evaluasi cost program yang

biasa dilihat dari perbandingan antara unit

cost dengan dampak dari program tersebut.

Proses Evaluasi

15

Menilai Pengaruh Kegiatan

Terhadap Pecapaian Tujuan

Pelaksanaan Kegiatan

Pembentukan Nilai

Identifikasi Kegiatan

(Perencanaan Program)

Pengukuran Tujuan

(Kriteria)

Penentuan Tujuan

(Goal Setting)