PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU...
Transcript of PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU...
PERILAKU KONSUMSI
DAN KOMODIFIKASI KOMODITAS JASA LAUNDRY
(STUDI KASUS PADA NAULI LAUNDRY DI PONDOK CABE V
TANGERANG SELATAN)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
oleh
Aam Syamsiah
NIM: 111111000003
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
PERILAKU KONSTIMSI
DAI\ KOMODIFIKASI KOMODITAS JASA LAUNDRY
(sruDr KAsus rffixffij:#;x PoNDoK CABE v
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ihnu Sosial dan Ilmu politik untuk Memenuhi Persyaratan
Mernperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Oleh
Aam Svamsiah
NIM: 111111000003
PROGRAM STUDI SOSIOLOGIF'AKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF IIIDAYATULLAII
JAKARTA2017
M.Si.,M.Pd
e.:l"&:;e:-?i '-
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
PERtr,AKU KONSUMSIDAN KOMODIFIKASI KOMODITAS JASA LAUNDRY
(STUDI KASUS PADA NAULI LAUNDRY DI PONDOK CABE VTANGERANG SELATAI9
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (satu) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari tulisan terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya
saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka
saya bersedia menerima sanksi yang sesuai ketentuan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, B Apnl20l7
\l
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PERILAKU KONSUMSI DAN KOMODIFIKASI KOMODITAS JASALATINDRY (STUDI KASUS PADA NAULT LAUNDRY DI PONDOK CABE VTANGERANG SELATAN)
dan telah memenuhi persayaratan untuk diuji.
Jakarta, 13 April2017
Nama
Nirn
Program Studi
Mengetahui,Ketua Program Studi
: Aam Syamsiah
: llllll1000003
: Sosiologi
Menyetujui,Pembimbing
Dr. Cubu Nurhavati. M.SiNIP. 1 97 60 9 | 82003 I 22003 NrP. 1 9730927200501 1008
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSIPERILAKU KONSUMSI
DAN KOMODIFIKASI KOMODITAS JASA LAUNDRY(STUDI KASUS PADA NAULI LAUNDRY DI PONDOK CABE V
raNcpnaNc SELATAN)
oleh
Aam Syamsiah1111111000003
telah dipertahankan dalam. sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 April2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaSosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketu4 /
ntu^lOr. C[cilNurhayati, M.SiNIP. I 9760 9 I 82003 I 22003
Penguji I, Penguji II,
Muhammad Ismail, M.SiNrP. 19680308 199703 I 002
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan padatanggal 13 Arpril20l7.
Ketua Program Studi
FISIP UIN Jakarta
Dr. Jo
NIP. I 976091 82003 122003
i
ABSTRAK
Fokus penelitian ini adalah studi perilaku konsumtif, yang memuat
mengenai objek konsumsi (komoditas) dan subjek konsumsi (perilaku konsumsi).
Maka penelitian ini akan fokus pada aktor yang mengkomodifikasi komoditas dan
aktor yang berperilaku konsumtif. Objek konsumsi dapat dibedakan sebagai
komoditas barang dan jasa. Pada studi ini, objek penelitian adalah komoditas jasa.
Komoditas jasa yang dimaksud adalah komoditas jasa laundry. Dengan demikian,
tujuan studi ini untuk menelaah perilaku konsumtif pengguna jasa laundry dan
Naaktek-Naaktek komodifikasi jasa laundry oleh pemilik usaha. Secara teoritis,
penelitian ini menggunakan teori Marx tentang komodifikasi komoditas dan
Baudrillard tentang simulakra.
Studi ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.
Wawancara dilakukan terhadap dua kelompok informan, yakni empat orang dari
pihak Nauli Laundry dan 10 orang informan dari konsumen Nauli Laundry.
Selanjuntya, observasi dilakukan untuk melihat proses-proses komodifikasi jasa
laundry.
Hasil penelitian menunjukkan, Pertama, praktek-praktek komodifikasi
dilakukan untuk menciptakan nilai simbolik terhadap komoditas jasa laundry,
yang terlihat dari komodifikasi ragam jenis layanan jasa dan tarif, seperti jasa
laundry kiloan, satuan, dan paket bulanan. Selanjutnya, Naaktek-Naaktek
mempertahankan konsumen dengan layanan antar-jemput dan hutang. Terakhir,
Naaktek strategi pemasaran dengan iklan dan pembentukan agen-agen laundry.
Kedua, perilaku konsumtif terlihat dari ketertarikan pada komoditas laundry dan
layanan antar-jemput gratis. Selanjutnya, perilaku konsumtif dengan memilih
jenis layanan dengan tarif tinggi dan layanan laundry kiloan. Terakhir,
menggunakan jasa laundry demi menjaga gengsi dan status sosial terhadap
penampilan kebersihan pakaian.
Kata Kunci: Komodifikasi, Simulakra, Laundry
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 5
F. Kajian Teori ............................................................................. 8
1. Gaya Hidup Masyarakat Kota ........................................... 8
2. Komoditas Jasa ................................................................. 11
3. Konsep Simulakra: Teori Sosial Konsumsi ...................... 12
4. Konsep Komodifikasi Komoditas ..................................... 14
G. Defenisi Konsep ....................................................................... 17
H. Metode Penelitian ..................................................................... 18
1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 18
2. Jenis Penelitian .................................................................. 20
3. Sumber Data ...................................................................... 20
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 21
5. Teknik Pengambilan Informan .......................................... 22
6. Validitas Data .................................................................... 23
7. Teknis Analisis Data ......................................................... 24
I. Sistematika Penulisan .............................................................. 24
BAB II GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
A. Latar Belakang Nauli Laundry ................................................. 26
B. Permasalahan Laundry ............................................................. 31
C. Layanan dan Tarif Jasa Laundry .............................................. 33
D. Naoses Pengerjaan Laundry ..................................................... 36
BAB III ANALISA TEMUAN LAPANGAN
A. Naaktek Komodifikasi Jasa Laundry ....................................... 39
1. Komodifikasi: Jenis Ragam Jasa Laundry ......................... 39
2. Komodifikasi: Mempertahankan Konsumen .................... 43
3. Komodifikasi: Strategi Pemasaran .................................... 47
B. Perilaku Konsumtif Pengguna Jasa Laundry ........................... 54
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 64
B. Saran .......................................................................................... 65
Daftar Pustaka .....................................................................................................
Lampiran – Lampiran
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkah, rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul Perilaku
Konsumsi dan Komodofikasi Komoditas Jasa Laundry (Studi Kasus Pada Nauli
Laundry di Pondok Cabe V, Tangerang Selatan) dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa terselesikannya skripsi ini bukanlah semata hasil dari
“jerih payah” penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat
adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak lupa untuk
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada:
1. Bapak Naof. Dr. Zulkifli, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Sosiologi
3. Ibu Dr. Joharotul Jamilah, M.Si. selaku Seketaris Program Studi Sosiologi
dan penguji dalam sidang skripsi.
4. Bapak Muhamad Ismail, M.Si. selaku penguji dalam sidang skripsi
5. Bapak Dr. M. Guntur Alting, M.Si., M.Pd. selaku pembimbing skripsi,
terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas bimbingan dan
pengarahannya yang diberikan dengan sangat sabar, teliti, ikhlas, dan
tulus.
6. Untuk kedua orangtuaku, Abah dan Ema yang penulis cintai dan sayangi
terima kasih banyak atas dukungannya selama ini, selalu memberikan doa
yang tanpa putus-putus untuk penulis, selalu memberikan semangat dan
iv
motivasi ketika penulis lelah dan selalu memberikan dukungannya agar
penulis cepat menyelesaikan skripsinya. Terima kasih juga untuk tetehku,
Ida Rosida S.P., serta adik-adikku tersayang Didin Samsudin, M. Yunus
Yuspiani, Ahmad Irfan Rifani, Samsul Fajri, Deni Maulana, Laila
Nurfadilah, M. Yusuf Jamaludin, dan Nisa Nurfajriah yang selalu
memberikan semangat.
7. Terima kasih kepada Pemilik Nauli Laundry, yang telah memberikan izin
kepada penulis dalam melakukan penelitian ini dan memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti.
8. Terima kasih juga kepada semua karyawan Nauli Laundry yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi yang penulis
butuhkan, dan terima kasih juga kepada semua konsumen Nauli laundry
yang telah bersedia penulis wawancara.
9. Semua teman-teman Sosiologi angkatan 2011 khususnya kelas A, Muth,
Lisa, Elsa, Klara, Mei, Qinoy, Uji, Lulu, Ifah, Nida, Dita, Gita, Imam,
Rico, Sante, Hendi, Nanung, Rizky, Pebi, Zem, Noldi, Fathur, Riza terima
kasih untuk pertemanan kita selama ini.
10. Keluarga baruku teman kos-kosan bintang kejora, Dini, Listiani, Hana,
Elsa, Puput, Lia, susah senang, tawa canda dan air mata kita lewatin
bersama. Terima kasih telah mengajariku hidup sederhana, saling menjaga
dan saling peduli terhadap sesama.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam perkuliahan dan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima
kasih banyak dan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian.
v
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 13 April 2017
Aam Syamsiah
NIM: 1111111000003
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perbandingan Penelitian dengan Kajian Pustaka ............................ 8
Tabel 2 Daftar Informan Berdasarkan Waktu Wawancara .......................... 19
Tabel 3 Daftar Waktu Observasi .................................................................. 19
Tabel 4 Daftar Informan Berdasarkan Tanggung Jawab
dan Pilihan Jasa Laundry ................................................................. 22
Tabel 5 Daftar Informan Berdasarkan Jenis Kelamin .................................. 23
Tabel 6 Daftar Jenis dan Peralatan Kerja ..................................................... 30
Tabel 7 Daftar Tarif Laundry Kiloan ........................................................... 34
Tabel 8 Daftar Tarif Laundry Paket Bulanan ............................................... 34
Tabel 9 Daftar Tarif Laundry Satuan ........................................................... 35
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Informan .......................................................................... vii
Lampiran 2 Pedoman Wawancara ................................................................. xiii
Lampiran 3 Catatan Observasi ....................................................................... xiv
Lampiran 4 Transkrip Wawancara ................................................................. xviii
Lampiran 5 Dokumen Transkrip SMS Laundry ............................................ xlii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Penelitian
Skripsi ini memfokuskan penelitian mengenai perilaku konsumtif.
Penelitian ini secara sosiologis, menggunakan konsep simulakra dan
komodifikasi komoditas. Kemudian, subjek penelitian ini dibagi kedalam
dua kategori, yakni subjek yang melakukan komodifikasi dan subjek yang
berperilaku konsumtif. Dengan kata lain, penelitian ini akan menjelaskan
proses-proses penciptaan komoditas melalui konsep komodifikasi dan
menjelaskan perilaku konsumtif dalam pergeseran nilai guna menjadi nilai
simbolik pada konsep simulakra.
Pokok studi ini dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa pemenuhan atas
objek konsumsi (pangan, sandang, dan papan) merupakan kebutuhan pokok
manusia. Subiyatko (1997:17) menjelaskan bahwa aktivitas konsumsi
merupakan suatu cara pemenuhan kebutuhan konsumsi. Lebih lanjut, secara
sosial manusia membutuhkan manusia lainnya untuk mencukupi
kebutuhannya, sehingga secara sosiologis aktivitas ini terjadi dalam arena
pertukaran sosial-ekonomi, baik dalam bentuk barang maupun jasa.
Selanjutnya, arena pertukaran sosial ini bermetamorfosis menjadi nilai-nilai
simbolik yang memuat selera, hasrat, dan kepuasan.
Objek konsumsi simbolik menjadi seperangkat pengakuan, prestise,
kelas sosial, status sosial, dan penghargaan. Dengan demikian, realitas ini
menjadi instrument dalam mengklasifikasian aktor atau sekelompok orang
berperilaku konsumtif. Penggunaan objek konsumsi simbolik ini, dapat
2
dijumpai, khususnya pada masyarakat perkotaan. Perilaku konsumtif
masyarakat kota telah menjadi budaya dan gaya hidup (hiper-realitas). Kota
sebagai arena pertukaran ekonomi menciptakan masyarakat untuk berperilaku
konsumtif. Kemudian, masyarakat perkotaan dikonstruksikan dalam wacana
rasionalitas, efisiensi, dan modernitas. Pada sisi lain, realitas ini dimanfaatkan
pelaku usaha, untuk menghasilkan laba (akumulasi kapital). Oleh karena itu,
di perkotaan muncul berbagai bentuk usaha dan bisnis, yang
mengkomodifikasi komoditas dengan menciptakan simbol-simbol kepuasan.
Praktek komodifikasi terlihat dari fenomena usaha jasa laundry yang
terjadi saat ini merupakan bentuk pertukaran antara sejumlah uang dengan
jasa. Bila merujuk pada kerangka berpikir dari konsep simulakra bahwa
pada awalnya penggunaan jasa laundry, banyak diperuntukkan bagi
kalangan masyarakat yang memiliki aktivitas dengan intensitas tinggi.
Artinya, para pengguna jasa laundry lebih dominan berlatarbelakang
ekonomi menengah ke atas. Akan tetapi, pengguna jasa laundry pada
gilirannya juga dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai latar belakang
sosial-ekonomi. Fenomena inilah menjadi tanda bahwa produk budaya
konsumtif disebarluaskan kepada masyarakat secara umum. Meminjam
persepktif Bourdieu (Featherstone, 2005) menegaskan bahwa konsepsi baru
mengenai gaya hidup dapat dipahami dalam hubungannya dengan kebiasaan
pada anggota kelas menengah baru.
Budaya konsumtif ini berkerja dalam konteks kehidupan masyarakat
kota, selain dipengaruhi oleh kepribadian aktor konsumsi, perilaku
konsumen juga dipengaruhi oleh lingkungan perkotaan dan media masa
3
(Subandi, 2005:141). Lingkungan perkotaan yang dimaksud adalah semakin
banyaknya penyebaran pusat-pusat dan tempat-tempat untuk malakukan
transaksi pertukaran komoditas barang maupun jasa, sehingga keberadaan
tempat tersebut mendorong aktor untuk mengunjungi dan melakukan
transaksi pertukaran uang dengan jasa atau barang.
Maka, perdagangan jasa merupakan fokus studi dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, perdagangan jasa merupakan sektor ekonomi yang
memiliki kecenderungan pertumbuhan yang sangat pesat. Dialektika
pertumbuhan disektor ini setidaknya diakibatkan oleh pertumbuhan jenis
jasa yang sudah ada sebelumnya, ditambah dengan munculnya berbagai
jenis perdagangan jasa baru. Data mengenai tingkat pertumbuhan dalam
bidang jasa di kawasan Tangerang Selatan yaitu dari tahun 2009 sampai
2013 mencapai 14,46 persen yang menempati posisi kedua setelah
perdagangan dan hotel yaitu mencapai 35,12 persen, dan di peringkat ketiga
yaitu di tempati oleh industri dan pengolahan mencapai 14,37 persen (Data
BKPM Tangerang Selatan 2013). Data tersebut menunjukan bahwa indsutri
dalam bidang jasa mempunyai sumbangsih yang besar dalam pertumbuhan
kota, khususnya di Tangerang Selatan.
Dalam logika kapitalisme modern, upaya hegemoni budaya konsumtif
berlangsung tanpa disadari oleh pihak yang terhegemon. Maka, seiring
dengan perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, upaya
mengkonstruksi masyarakat konsumtif bisa terjadi melalui budaya dan
media. Logika ini setidaknya dapat ditemui melalui media dan aktor-aktor
yang terlibat dibalik prosesi pengkonstruksian budaya konsumtif, menjadi
4
medium yang sangat berperan dalam mempertahankan dan melanggengkan
masyarakat konsumtif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melihat praktek-praktek
komodifikasi komoditas yang dilakukan oleh pelaku usaha jasa laundry.
Selanjutnya, penulis meneliti perilaku konsumtif konsumen dengan menelaah
nilai guna (kebutuhan) dan nilai simbolik (budaya) jasa laundry, terkait
dengan pergeseran perilaku konsumtif dari nilai guna menjadi nilai tanda.
Realitas perilaku konsumtif disamping dilatarbelakangi oleh sebab-sebab
kultural, juga disebabkan praktek-pratek komodifikasi komoditas, sehinga
komoditas memiliki nilai simbolik. Maka peneliti merasa perlu untuk meneliti
perilaku konsumtif konsumen pengguna jasa laundry pada Nauli Laundry.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan penelitian di atas, maka studi ini akan mencoba
mendeskripsikan praktek-praktek komodifikasi pemilik usaha dan perilaku
konsumtif pengguna jasa Nauli Laundry. Maka, pertanyaan penelitian ini
didasarkan oleh asumsi bahwa objek konsumsi jasa merupakan hasil dari
praktek-praktek komodifikasi. Selanjutnya, perilaku konsumtif dalam
penggunaan jasa laundry dimaknai dalam bentuk kebutuhan (nilai guna) dan
ketertarikan pada komoditas (nilai simbolik). Maka pertanyaan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana praktek-praktek komodifikasi komoditas yang dilakukan
pelaku usaha, sehingga komoditas jasa laundry menarik minat (nilai
simbolik) konsumen?
5
2. Bagaimana proses bergesernya kebutuhan (nilai guna) menjadi
ketertarikan (nilai simbolik) terhadap objek konsumsi jasa laundry,
sehingga membentuk perilaku konsumtif pada konsumen Nauli
Laundry?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mendeskripsikan mengenai
praktek-praktek komodifikasi komoditas oleh pemilik usaha laundry dan
menjelaskan fenomena perilaku konsumtif dengan bergesernya nilai guna
(kebutuhan) komoditas jasa menjadi nilai simbolik (budaya).
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
dan wawasan akademik terhadap fenomena budaya konsumtif. Kemudian,
sebagai salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan program Strata Satu
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Sejauh pengamatan penulis, belum ada penelitian yang membahas
tentang perilaku konsumsi pada objek jasa laundry. Adapun penelitian
tentang perilaku konsumsi yaitu;
Pertama, penelitian Galih Ika Pratiwi (2014) mengenai Perilaku
Konsumtif dan Bentuk Gaya Hidup, Studi Fenomenologi pada Komunitas
Motor Bike of Kawasaki Riders Club (BKRC) Chapter Malang. Penelitian
ini mengkaji tentang pandangan dan pendapat informan mengenai aktivitas
dan hobinya. Penelitian Galih menunjukan bahwa bergesernya nilai
6
komoditas dari nilai guna ke nilai tanda yang menghasilkan simulasi. Nilai
guna dalam penelitian ini meliputi fungsi dari komoditas yang digunakan
oleh informan dalam menunjang hobi. Sedangkan nilai tanda merupakan
penanda yang melekat pada suatu komoditas yang digunakan oleh informan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Galih mengenai perilaku
konsumsi, menggunakan teori Baurdrillard sebagai pisau analisa dalam
melihat realitas sosial perilaku konsumsi. Maka, penelitian ini
menghantarkan suatu pemahaman penulis dalam melihat perilaku konsumtif
pengguna jasa Nauli Laundry terhadap proses bergesernya nilai guna
menjadi nilai tanda.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Alfitri (2007) dengan judul
Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan. Budaya konsumerisme
mempengaruhi seseorang untuk memutuskan pembelian pada satu produk,
yang dikendalikan oleh kekuatan media masa. Perubahan budaya
konsumerisme ini merupakan konsekuensi logis yang dipicu oleh
lingkungan kota, dengan fasilitas perbelanjaan modern. Budaya
konsumersime membuat orang tidak bisa mengatur keuangan, tidak
produktif dan hanya memberikan realisasi palsu kepada masyarakat. Pada
masyarakat kelas bawah, budaya konsumersime ini bisa memicu
menurunnya kualitas hidup dan juga menciptakan tindakan kriminalitas dan
menghancurkan hidup keluarga. Pada penelitian ini, peneliti dapat
menggambarkan bahwa perilaku konsumtif masyarakat perkotaan yang
banyak dikendalikan media massa. Hasil penelitian ini mengarahkan penulis
7
melihat proses pemilik usaha Nauli Laundry menggunakan media massa
dalam membentuk perilaku konsumtif .
Ketiga, penelitian oleh Regina, dkk (2015) dengan judul Hubungan
Antara Self-Control Dengan Perilaku Konsumtif Online Shopping Produk
Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara self-control dengan perilaku
konsumtif melalui online shopping produk fashion pada mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011. Semakin tinggi self-
control maka semakin rendah perilaku konsumtif online shopping produk
fashion, sebaliknya semakin rendah self-control maka semakin tinggi
perilaku konsumtif online shopping produk fashion. Dengan menelaah hasil
penelitian Regina memberikan suatu gambaran tentang perilaku konsumtif
yang memiliki kecenderungan bahwa aktor akan melakukan konsumsi tanpa
batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak terencana. Dengan
kata lain, hasil penelitian ini mampu memberikan gambaran dalam melihat
perilaku konsumtif dari konsumen Nauli Laundry berdasarkan faktor emosi.
Terakhir, Dwi Astuti (2013). Penelitian ini berjudul Perilaku
Konsumtif Dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah Tangga di Kota
Samarinda. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari empat orang subjek
penelitian, aktivitas berbelanja dilatarbelakangi pada ketertarikan aktor
konsumsi tidak dapat mengontrol dirinya dalam berbelanja. Perilaku ini
terlihat dari praktek berbelanja tidak berdasarkan kebutuhan (nilai guna),
melainkan hanya karena rasa ketertarikan (nilai simbolik) terhadap objek
konsumsi. Selanjutnya, aktor konsumsi tidak mempertimbangkan fungsi dan
8
manfaat (nilai guna) dari objek konsumsi tersebut. Dalam hal penelitian ini
bahwa perilaku konsumtif disebabkan ketertarikan pada objek konsumsi
merupakan bentuk praktek komodifikasi komoditas.
Tabel 1
Perbandingan Penelitian dengan Kajian Pustaka
Peneliti Pratiwi
(2014)
Regina
(2015)
Alfitri
(2007)
Astuti
(2013)
Peneliti
(2017)
Fokus
Penelitian
Perilaku
konsumtif
Perilaku
konsumtif
Perilaku
konsumtif
Perilaku
konsumtif
Perilaku
konsumtif
Objek
Konsumsi
Komoditas
barang
Komoditas
barang
Komoditas
barang
Komoditas
barang
Komoditas
jasa
Subjek
Konsumsi
Komunitas
Motor
Mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
Masyarakat
Kota
Ibu
Rumah
Tangga
Konsumen
Nauli
Laundry
Aspek yang
membentuk
perilaku
konsumtif
Jaringan
komunitas
Media
online
Media
Masa
Group
referens
Iklan, agen
pemasaran,
komodifikasi
objek
konsumsi
Metode
penelitian
Kualitatif
Pendekatan
Fenomenologi
Kuantitatif
Pendekatan
Deskriptif
Kualitatif
Pendekatan
Studi
Literatur
Kualitatif
Pendekatan
Deskriptif
Kualitatif
Pendekatan
Studi Kasus
F. Kajian Teori
1. Gaya Hidup Masyarakaat Kota
Sistem kapitalisme di negara berkembang akan dipandang
sebagai bagian pasar tunggal. Secara dialektis, keadaan ini melahirkan
perilaku konsumtif. Sebagai konsekuensi logis akan hal ini,
mengakibatkan melimpahnya komoditas produksi sebagai wujud
globalisasi pasar (Baudrillard, 2009:46–47). Masyarakat Kota
Tengarang Selatan mengalami praktek kapitalisme global ini, yang
menjelma dalam aktor-aktor pengusaha lokal. Sependapat dengan
9
Baudrillard bahwa munculnya kekuatan-kekautan produksi baru dan
restukturasi monopolistik pada sistem ekonomi pada produktifitas
yang tinggi, atau kelimpahan barang, atau jasa konsumsi memicu
budaya konsumerisme (Baudrillard, 2004:92).
Arus informasi menyebar ke dalam kelompok elit sebuah
negara, berakibat dari yang dinamai Galtung (1971) sebagai
pengambilalihan kebudayaan (cultural takeover). Dengan cultural
takeover ini banyak masyarakat mengikuti gaya hidup elitis tanpa
diimbangi oleh kemampuannya, sehingga budaya konsumerisme
menjadi fenomena lazim yang didapati dalam masyarakat perkotaan.
Dengan logika tersebut, maka lahirlah pengusaha lokal untuk
memainkan perannya dalam memanfaatkan budaya konsumtif
masyarakat, dengan mendirikan usaha baik pada sektor barang
maupun jasa.
Berdasarkan pengamatan penulis, hampir disetiap pelosok di
Kota Tengarang Selatan, terdapat banyak tempat perbelanjaan, baik di
pinggiran jalan besar, kecil, maupun di gang-gang. Misalanya, pada
tahun 1993 berdiri Bintaro Trade Center, tahun 2002 berdiri Plaza
Serpong, WTC Matahari, dan Giant Melati Mas. Kemudian, tahun 2004
berdiri ITC BSD, tahun 2005 berdiri BSD Junction, dan Pamulang Square.
Tahun 2006 berdiri Sumarecon Mal Serpong I, tahun 2009 berdiri Teras
Kota, tahun 2010 berdiri Giant BSD City dan BSD Square, tahun 2011
berdiri Living World dan Lotte Mart Bintaro. Selanjutnya, tahun 2012
berdiri Mal Alam Sutera, tahun 2013 berdiri The Breeze, dan terakhir
10
tahun 2014 berdiri Lifestyle Center Bintaro (Eneng Siti Saidah, dalam
Jurnal perencanaan Wilayah dan kota A SAPPK V1N1). Data tersebut
telah menunjukan bahwa pertumbuhan pusat-pusat perbelanjaan di
Tangerang Selatan yaitu dari tahun 1993 sampai dengan 2014 sebanyak 16
pusat perbelanjaan dengan kurun waktu 11 tahun, yang menyebar di
seluruh wilayah Tangerang selatan.
Perilaku konsumtif ini berkerja dalam konteks kehidupan
masyarakat kota, selain dipengaruhi oleh kepribadian aktor konsumsi,
perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh lingkungan perkotaan dan
media massa (Subandi, 2005:141). Perilaku konsumtif masyarakat
kota tidak terlepas dari konstruksi media massa. Hal inilah yang ikut
menambah tingginya minat masyarakat menjadi berperilaku
konsumtif.
Akan tetapi, bagaimanapun juga konsumsi merupakan perilaku
aktif dan kolektif dari masyarakat yang tercermin dari gaya hidup
seseorang. Gaya hidup ini telah menghantarkan wajah baru dari
perilaku konsumsi yang tidak lagi sekedar bersifat fungsional. Dengan
kata lain, bahwa pemenuhan kebutuhan dasar manusia telah bergeser
menjadi bersifat simbolik. Gaya hidup juga dapat dimaknai sebagai
tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya
hidup diasumsikan merupakan ciri sebuah dunia modern (Chaney,
2003:40), atau disebut modernitas, maksudnya adalah siapa pun yang
hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang
gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang
11
lain. Gaya hidup pribadi menimbulkan permintaan akan pencarian
barang, jasa, ataupun aktivitas secara pribadi yang membentuk
pergaulan yang dirasakan,
2. Komoditas Jasa
Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output
selain produk dalam pengertian fisik, yang memberikan nilai tambah dan
secara prinsip tidak berwujud bagi pembelinya. Kotler berpendapat bahwa
jasa sebagai suatu tindakan yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan
kepemilikan (Ratih, 2005:28). Dinamika yang terjadi pada sektor jasa
terlihat dari perkembangan berbagai industri seperti, perbankan, asuransi,
transportasi, rumah sakit, pendidikan, lembaga pemerintahan,
telekomunikasi, konsultan, dan bantuan hukum. Dengan kata lain,
perdagangan jasa telah mengalami peningkatan yang signifikan dalam
dunia industri. Data mengenai tingkat pertumbuhan dalam bidang jasa
di kawasan Tangerang Selatan dari tahun 2009 sampai 2013 mencapai
14,46 persen yang menempati posisi kedua setelah perdagangan dan
hotel, mencapai 35,12 persen, dan diperingkat ketiga ditempati
industri dan pengolahan mencapai 14,37 persen (Data BKPM
Tangerang Selatan, 2013). Data tersebut menunjukan bahwa indsutri
dalam bidang jasa mempunyai sumbangsih yang lumayan besar dalam
pertumbuhan kota, khususnya di Tangerang Selatan.
Selanjutnya, dalam konteks pemasaran jasa Zeithaml dan Bitner
(2003:319) menyatakan bahwa pemasaran jasa adalah mengenai janji-
12
janji yang dibuat kepada pelanggan dan harus dijaga. Dengan
demikian, pemasaran harus dikelola secara profesional, sehingga
kebutuhan dan keinginan konsumen akan terpenuhi dan terpuaskan.
Kasmir (2004:63) menyatakan bahwa pemasaran merupakan suatu
proses untuk menciptakan dan mempertukarkan produk jasa yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
dengan cara memberikan kepuasan.
3. Konsep Simulasi: Teori Sosial Konsumsi
Baudrillard (Nanang, 2012:134), rasionalitas konsumsi dalam
sistem masyarakat konsumen telah jauh berubah, karena saat ini
masyarakat membeli barang bukan untuk memenuhi kebutuhan
(needs) namun lebih sebagai pemenuhan hasrat (desire). Masyarakat
konsumsi akan ”membeli” simbol-simbol yang melekat pada suatu
objek, sehingga objek konsumsi banyak yang terkikis nilai gunanya.
Nilai simbolis kemudian menjadi sebuah komoditas. Komoditas
simbolik menjadi objek konsumsi, jika suatu objek menjadi tanda
(sign), karena hanya dengan cara demikian, objek tersebut dapat
dipersonalisasi dan dikonsumsi.
Konsumsi meliputi kebutuhan dan keinginan individu maupun
kolektif terhadap satu komoditas. Logika dasar konsumsi yang berdasarkan
akan nilai kebutuhan terdapat pada kenyataan bahwa masyarakat akan
membutuhakan konsumsi melalui konsep kebutuhan (Aziz, 2001:6-7). Di
samping nilai guna tersebut, nilai simbolik yang melekat pada objek
konsumsi, menjadikan objek konsumsi dimaknai sebagai prestise,
13
efisiensi, rasional, dan bahkan mencerminkan kelas sosial aktor konsumsi.
Dengan kata lain, perilaku konsumsi telah menjadi kebudayaan
masyarakat dan terlihat dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Baudrillard (2011:74) menjelaskan bahwa perilaku konsumsi
saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang murni
ekonomis dan berdasarkan pilihan rasional saja, akan tetapi terdapat
faktor budaya dan gengsi sosial yang mampu mengarahkan pilihan
individu atas suatu komoditas. Piliang (2004:138) mengemukakan
bahwa satu-satunya objek yang dapat memenuhi hasrat adalah objek
konsumsi yang muncul secara imajiner. Kemudian, objek konsumsi
ini menghilang dan hanya mampu mencari substitusinya dalam dunia
objek dari simbol-simbol yang dikonsumsi.
Konsep Baudrillard mengenai simulasi adalah tentang
penciptaan kenyataan melalui model konseptual atau sesuatu yang
berhubungan dengan “mitos” yang tidak dapat dilihat kebenarannya
dalam kenyataan. Model ini menjadi faktor penentu pandangan aktor
tentang kenyataan. Segala yang dapat menarik minat manusia, seperti
seni, rumah, kebutuhan rumah tangga dan lain sebagainya,
ditayangkan melalui berbagai media dengan model-model yang
ideal, disinilah batas antara simulasi dan kenyataan menjadi
tercampur aduk sehingga menciptakan hyper-reality dimana yang
nyata dan yang tidak nyata menjadi tidak jelas.
Lebih lanjut, Baudrillard menyatakan, bahwa dunia didominasi
oleh simulacrum, dengan memberikan contoh Disneyland.
14
Disneyland adalah suatu dunia imajiner dimana segala sesuatunya
bersifat futuristik. Disneyland telah menjadi bius bagi sebagian besar
konsumen kelas menengah, sehingga selalu dijejali orang sepanjang
tahunnya (Adian, 2002:5-16).
Menurut pemahaman Baudrillard terdapat keajaiban konsumsi,
bahwa mentalitas konsumen bersifat individu dan kolektif
(Baudrillard, 2009:13). Hal ini sesuai dengan eksistensi diri aktor,
yaitu sebagai mahluk individu dan kolektif. Berdasarkan fakta inilah
konsumen sebagai aktor konsumsi menjadi dasar pertimbangan dalam
berkonsumsi. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa hakekat
konsumsi bukan hanya merupakan objek pemuas dan kesenangan
aktor, melainkan seluruh arena kehidupan manusia sehari-hari
(Baudrillard, 2009:18).
Berdasarkan uraian singkat konsep simulasi ini, peneliti akan
menggunakan teori ini untuk mendeskripsikan perubahan dari nilai
guna ke nilai tanda dalam konteks penggunaan jasa laundry. Alhasil,
dapat dijelaskan secara teoritis terhadap perilaku konsumen Nauli
Laundry.
4. Konsep Komodifikasi Komoditas
Dalam kajian sosiologi kritis, komodifikasi mengacu pada
konsep yang dikembangkan oleh Karl Marx, ketika menganalisis
individu yang terhegemoni dan menerima kepercayaan yang dapat
mendukung dan mereproduksi status quo kapitalisme. Dalam
pengertian ini, Marx memberinya makna sebagai seluruh jenis objek
15
konsumsi yang diproduksi dan untuk diperjual-belikan. Sebagai
konsekuensi logis, objek konsumsi yang diproduksi sebagai
kebutuhan (nilai guna), dikomodifikasi menjadi nilai simbolik yang
diperjualbelikan. Dengan kata lain, komodifikasi menggambarkan
proses dimana komoditas (barang atau jasa) yang tidak memiliki nilai
ekonomis diberi nilai dan karenanya pasar dapat menggantikan nilai-
nilai sosial lainnya. Sebagai komoditas, objek konsumsi tidak hanya
penting, tetapi juga berdaya jual (Marx dalam Evans, 2004:16).
Pemikiran Marx ini selajutnya dikembangkan menjadi
operasionalisasi berbagai komoditas yang dihasilkan kapitalis dalam
membentuk kepercayaan individu. Bagi Marx, cara seorang individu
menerima dan mengalami dominasi kapitalis, berbeda dari cara
bagaimana sistem kapitalisme itu bekerja (Marx, dalam Lloyd, 2008).
Secara teknis, komodifikasi merupakan kata kunci yang dikemukakan
Marx sebagai „ideologi‟ yang bersemayam di balik media.
Menurutnya, kata itu bisa dimaknai sebagai upaya mendahulukan
peraihan keuntungan dibandingkan dengan tujuan-tujuan lain (Burton,
2008:198). Dengan demikian, konsep komodifikasi komoditas yang
menjadi fokus adalah praktek kapitalisme, dalam hal ini pemilik usaha
laundry bekerja membentuk kepercayaan pada tataran individu,
melalui komodifikasi komoditas.
Secara operasional, komodifikasi komoditas bekerja dengan cara
bagaimana produsen menunjukkan, bahwa asas pertukaran dapat
memaksakan kekuatannya secara khusus dalam komoditas. Dalam
16
kapitalisme, asas pertukaran akan selalu mendominasi asas manfaat
karena roda eksistensi kapitalis selalu berputar di sekitar produksi
objek konsumsi dan pemasaran komoditas. Konsekuensinya,
diperlukan suatu kondisi masyarakat merasa bahwa konsumsi yang
dilakukan merupakan upaya memenuhi kebutuhan hidupnya (Adorno,
dalam Strinati, 2007).
Kemudian, komodifikasi ini diperkuat oleh serangkaian proses
komodifikasi atas komoditas. Komodifikasi menurut Pialang adalah
sebuah proses menjadikan sesuatu yang sebelumnya bukan komoditi
menjadi komoditi. Barker mendefinisikan komodifikasi sebagai proses
asosiasi terhadap kapitalisme, yaitu objek kualitas dan tanda dijadikan
sebagai komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tujuan utamanya
adalah untuk perjualbelikan di pasar (Pradjnaparamita, 2012:16-35).
Menurut Barker (2004:14), komoditas adalah produk yang
memiliki unsur nilai guna dan nilai tukar. Selanjunya, komodifikasi
merupakan proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme, yaitu objek,
kualitas, dan tanda berubah menjadi komoditas. Lebih lanjut, Harris
(dalam Mulyanto, 2011:20) mempertegas dengan mengatakan bahwa
komodifikasi adalah satu ciri mendasar dari kapitalisme yang hampir
menjadikan semua barang dan jasa, termasuk tenaga kerja, yang
sebetulnya bukan komoditas menjadi komoditas.
Sebagai kebutuhan operasional dalam penelitian ini,
komodifikasi ditekankan kepada aspek-aspek yang berkaitan dengan
praktek pemilik usaha laundry untuk menjadikan jasa sebagai sebuah
17
komoditas yang menghasilkan laba. Meskipun sebenarnya perwujudan
komoditas tersebut hanyalah pendefinisian manusia yang mengambil
wujud fantastis dari suatu hubungan hasil produksi. Inilah yang
disebut Marx sebagai komodifikasi, yang merekatkan manusia pada
hasil-hasil kerja ketika diproduksi sebagai komoditas (Marx, dalam
Strinati, 2007:63).
G. Definisi Konsep
Berdasarkan tinjauan literatur dan kajian teori, yang telah diurai di
atas, maka penelitian ini menjelaskan definisi konsep yang dipergunakan
dalam penelitian ini. Adapun definisi konsep yang digunakan dalam
penelitian ini adalah, nilai guna, nilai tanda, komoditas, perilaku, konsumsi,
objek konsumsi, subjek konsumsi, komodifikasi, simulakra, rasionalitas,
efesiensi, dan efektif, sebagai berikut;
Nilai guna merupakan nilai pada komoditas, yang berdasarkan atas
kebutuhan dan manfaat dari penggunaan jasa laundry. Nilai tanda atau
simbolik merupakan nilai pada komoditas, yang berdasarkan atas keinginan
dan ketertarikan, dari pengguna jasa laundry.
Komodifikasi merupakan serangkaian praktek-praktek pemilik usaha
laundry untuk memberikan nilai simbolik pada sebuah komoditas.
Komoditas merupakan segala bentuk jenis-jenis layanan laundry, yang
diproduksi oleh pemilik usaha untuk diperdagangkan.
Perilaku merupakan aktivitas yang dilakukan oleh konsumen dalam
menggunakan jasa laundry. Konsumtif merupakan aktivitas yang dilakukan
18
oleh konsumen dalam menggunakan jasa laundry yang didasari pada
kertertarikan dan keinginan (nilai simbolik).
Objek konsumsi merupakan komoditas yang dikonsumsi oleh
pengguna jasa laundry. Subjek konsumsi merupakan orang atau aktor yang
menggunakan jasa laundry.
Simulakra merupakan proses-proses bergeser atau berubahnya
perilaku aktor konsumsi dalam menggunakan jasa laundry, yang secara
teoritis dimaknai sebagai pergeseran dari nilai guna kepada nilai simbolik.
Rasionalitas merupakan perilaku yang dinilai aktor konsumsi, bahwa
menggunakan jasa laundry adalah bentuk dari kecerdasan, penuh
pertimbangan, dan kebahagian. Efesiensi merupakan perilaku aktor
konsumsi yang memandang bahwa menggunakan jasa laundry dapat
mengurangi beban aktivitas kerja sehari-hari dalam rumah tangga. Efektif
merupakan perilaku aktor konsumsi yang memandang bahwa menggunakan
jasa laundry lebih cepat diselesaikan dibanding mengerjakan sendiri di
rumah. Definisi konsep ini dimaksudkan sebagai operasionalisasi dalam
penelitian ini, sehingga dengan mendefinisikan konsep ini sekaligus sebagai
pembatasan atas studi dalam penelitian ini.
H. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada objek laundry, yaitu pemilik usaha,
pekerja, dan konsumen Nauli Laundry, dengan pertimbangan untuk
mempermudah melakukan penelitian dan mengakses data bagi
penulis, mengingat lokasi penelitian berada di Kota Tangerang
19
Selatan. Selanjutnya, penelitian ini telah dilakukan mulai bulan Mei
2016 sampai dengan Januari 2017. Waktu wawancara sebagai beikut:
Tabel 2
Daftar Informan Berdasarkan Waktu Wawancara
No. Informan WaktuWawancara
1 PA 12 Juni, 25 Juli, dan 10 Agustus 2016
2 NA 15 Juni, 24 Juli 2016
3 RA 17 Juni dan22 Juli 2016
4 AM 14 Juni, 21 Juli, dan 8 Agustus 2016
5 Fah 02 Juni 2016
6 Eyang 10 Juli 2016
7 Rar 02 Juli 2016
8 Sas 12 Juli 2016
9 Par 13 Juli 2016
10 Pr 18 Juli 2016
11 Buf 18 Juli 2016
12 Tas 15 Juli 2016
13 Sem 09 Juli 2016
14 Pak Haji 15 Juli 2016
Sedangkan, waktu observasi penelitian sebagai berikut:
Tabel 3
Daftar Waktu Observasi
Waktu Observasi Fokus Observasi
16 Juni 2016 Proses Mencuci
17 Juni 2016 Proses Mencuci
21 Juni 2016 Proses Mensetrika
22 Juni 2016 Proses Mensetrika
27 Juni 2016 Proses Pengepakan
29 Juni 2016 Proses Pengepakan
01 Juli 2016 Proses Antar-Jemput
04 Juli 2016 Proses Antar-Jemput
06 Juli 2016 Proses Penjemuran
07 Juli 2016 Proses Pengeringan
10 Juli 2016 Proses Sortir
12 Juli 2016 Proses Sortir
14 Juli 2016 Proses Iklan
20
17 Juli 2016 Proses Iklan
18 Juli 2016 Proses di Agen
19 Juli 2016 Proses di Agen
21 Juli 2016 Proses Mencucian
23 Juli 2016 Proses Mensetrika
24 Juli 2016 Proses Pengepakan
03 Agustus 2016 Proses Pembukuan
04 Agustus 2016 Proses Pembukuan
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa mengenai perilaku
konsumtif para konsumen Nauli Laundry dan untuk mengkaji secara
mendalam penyebab mengapa lahirnya budaya konsumtif yang
ditelaah dari konsep komodifikasi komoditas yang dilakukan oleh
pemilik usaha Nauli Laundry.
3. Sumber Data
Penelitian ini memiliki sumber data primer dan sekunder. Data
primer adalah data yang merupakan sumber utama untuk dijadikan
landasan dalam penulisan penelitian ini, yang terdiri atas informasi
dari pemilik usaha, pekerja, konsumen, dan data-data pembukuan
Nauli Laundry. Selanjutnya, data sekunder adalah data yang
mendukung, menjelaskan serta mempunyai hubungan yang erat
dengan data primer, yang terdiri dari, buku-buku, jurnal, hasil
penelitian tentang ilmu sosial yang menyangkut perilaku konsumtif,
kemudian arsip, dokumentasi dan berbagai data yang memuat tentang
perkembangan pusat-pusat perbelanjaan, tingkat konsumsi,
21
karakteristik masyarakat Kota Tangerang Selatan, yang relevan bagi
pemecahan permasalahan dalam penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penggumpulan data dilakukan dengan wawancara
mendalam (indept interviewing), dengan tidak menggunakan struktur
yang ketat dan formal, namun dengan strategi untuk menggiring
pertanyaan yang makin membesar, sehingga informasi yang
dikumpulkan cukup memadai. Pada prakteknya, proses wawancara ini
selain panca indera peneliti yang digunakan sebagai pengumpul data,
didukung pula dengan penggunaan alat rekam tape recorder yang
telah dikemas sedemikian rupa, agar tidak mengganggu proses
wawancara. Disamping itu, demi lancaranya proses wawancara
digunakan petunjuk umum wawancara yang berupa daftar pertanyaan
yang telah disusun sebelum terjun ke lapangan. Wawancara ini
bertujuan untuk mengungkap proses-proses mengkonstruksian nilai-
nilai simbolik konsumsi jasa dalam praktek komodifikasi komoditas.
Selanjutnya, observasi langsung. Observasi ini dilakukan secara
informal sehingga mampu mengarahkan peneliti untuk mendapatkan
sebanyak mungkin informasi yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Terakhir, dokumentasi untuk pengumpulan data agar
memperoleh data sekunder dengan cara melihat kembali berbagai
litelatur, foto dokumentasi yang relevan dengan penelitian ini
(Moleong, 2009:186).
22
5. Teknik Pengambilan Informan
Jenis teknik pengambilan informan yang dipergunakan adalah
puposive sampling. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka yang
termasuk sebagai informan, yakni satu orang pemilik usaha, tiga
orang pekerja dan 10 orang konsumen Nauli Laundry. Sehingga, total
jumlah informan sebanyak 14 orang (Sugiono, 2007). Karakteristik
informan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok pihak Nauli
Laundry (pemilik usaha, petugas cuci, petugas setrika, dan kordinator)
dan kelompok konsumen Nauli Laundry, sebagai berikut;
Tabel 4
Daftar Informan Berdasarkan Tanggung Jawab
dan Pilihan Layanan Jasa Laundry
No. Informan Kelompok/Jenis
1 PA Pemilik Nauli Laundry
2 NA Pekerja Bagian Setrika
3 RA Pekerja Bagian Cuci
4 AM Penanggung Jawab
5 Fah Konsumen Paket Bulanan
6 Eyang Konsumen Paket Bulanan
7 Rar Konsumen Reguler/Kiloan
8 Sas Konsumen Reguler/Kiloan
9 Par Konsumen Reguler/Kiloan
10 Pr Konsumen Reguler/Kiloan
11 Buf Konsumen Reguler/Kiloan
12 Tas Konsumen Jasa Satuan
13 Sem Konsumen Jasa Satuan
14 Pak Haji Konsumen Jasa Satuan
Adapun karakteristik informan dilihat dari gender adalah enam
orang laki-laki dan delapan orang perempuan. Tetapi bila dirinci pada
pihak Nauli Laundry dua orang laki-laki (PA dan RA) dan dua orang
perempuan (NA dan AM). Sementara untuk kelompok konsumen
Nauli Laundry terbagi atas empat orang laki-laki (Fah, Pr, Tas, Pak.
23
Haji) dan enam orang perempuan (Eyang, Rar, Sas, Par, Buf, Sem),
sebagai berikut;
Tabel 5
Daftar Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Informan Jenis Kelamin
1 PA Laki-Laki
2 NA Perempuan
3 RA Laki-Laki
4 AM Perempuan
5 Fah Laki-Laki
6 Eyang Perempuan
7 Rar Perempuan
8 Sas Perempuan
9 Par Perempuan
10 Pr Laki-Laki
11 Buf Perempuan
12 Tas Laki-Laki
13 Sem Perempuan
14 Pak Haji Laki-Laki
6. Validitas Data
Dengan menggunakan teknik triangulasi (Sugiyono 2008:274)
teknik ini merupakan pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut, untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Dalam
prakteknya, fungsi triangulasi dalam penelitian ini untuk
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan
cara, yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, membandingkan apa yang disampaikan antara pemilik
usaha, pekerja dan konsumen.
24
7. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa interaktif, yaitu bahwa ketiga komponen aktivitasnya
berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data berbagai proses
siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak diantara tiga
komponen analisis, yaitu data reduction (reduksi data), data display
(sajian data) dan data conclusion drawing (penarikan kesimpulan).
Reduksi suatu bentuk analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang ha-hal yang tidak penting
dan mengatur data sedemikian rupa. Proses ini berlangsung sampai
penelitian selesai. Data Display menyajikan data yang disusun dengan
baik dan jelas supaya peneliti mendapatkan gambaran yang jelas,
tentang data keseluruhan, guna menyusun kesimpulan studi. Terakhir,
Conclusion Drawing dilakukan dari awal pengumpulan, sehingga
peneliti mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dan melakukan
pencatatan pola-pola (Sutopo, 1988:34).
I. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari empat bab, meliputi pendahuluan, gambaran
umum, hasil penelitian, terakhir penutup.
BAB I Pendahuluan, yang meliputi pernyataan masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjaun pustaka, kajian
teori, defenisi konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
25
BAB II Gambaran Umum, Latar Belakang Nauli Laundry,
Permasalahan Laundry, Layanan dan Tarif Jasa Laundry, Proses
Pengerjaan Laundry.
BAB III Hasil Penelitian mengenai Komodifikasi Jasa Laundry
dan Perilaku Konsumtif Pengguna Jasa Laundry.
BAB IV Penutup, Kesimpulan dan Saran.
26
BAB II
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha Nauli Laundry, jika dilihat
dari segi jumlah tenaga kerja, maka industri ini dapat diklasifikasikan
sebagai industri kecil, yaitu industri dengan tenaga kerjanya berjumlah
sekitar lima sampai 19 orang (BPS Nasional, 2016). Selanjutnya, pernyataan
ini juga didukung oleh temuan bahwa ciri-ciri industri kecil adalah memiliki
modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar
atau masih adahubungan saudara (Wulandari, 2016). Merujuk pada data
observasi dan wawancara, bahwa para pekerja pada Nauli Laundry adanya
hubungan saudara dengan pemilik usaha, disamping itu juga beberapa
pekerja merupakan tetangga di lingkungan Nauli Laundry. Setidaknya, hasil
penelitian ini menunjukkan terdapat empat orang pekerja yang masih
memiliki hubungan kekeluargaan dengan pemilik usaha dan tiga orang
merupakan tetangga, dan tiga orang berasal dari luar daerah Tangerang
Selatan.
Pada bagian ini, penulis akan mendeskripsikan latar belakang Nauli
Laundry, permasalahan laundry, layanan dan tarif jasa laundry, dan proses
pengerjaan.
A. Latar Belakang Nauli Laundry
Nauli Laundry merupakan salah satu jasa laundry yang berkembang di
Kota Tangerang Selatan. Pada umumnya, setiap hal ihwal memiliki aspek
kesejarahanya yang khas. Perlunya penelusuran kesejarahan dalam kajian
ilmiah menjadi bagian yang tidak terpisahakan dari pisau analisis untuk
27
melihat perubahan. Nauli Laundry juga memiliki apsek kesejarahan dalam
mendirikan dan menjalakan usahanya, yang meliputi dinamika suka dan
duka. Berdasarkan hasil tinjauan lapangan bahwa laundry ini berdiri sejak
11 Juni 2014 di Jurangmangu Timur, Pondok Aren - Tangerang Selatan.
Berdasarkan pengakuan pemilik usaha, bahwa inisiatif untuk
mendirikan usaha ini bermula dari sulitnya mecari pekerjaan diberbagai
instansi, baik swasta maupun pemerintah. Padahal pemilik usaha adalah
seorang sarjana, dengan modal inilah informan mencoba melamar pekerjaan
diberbagai tempat, tetapi tidak mendapatkan satupun pekerjaan.
Sebagaimana yang dituturkan oleh pemilik usaha;
Ya, awalnya sih enggak terpikir buat usaha, karena kan saya ini
lulusan perguruan tinggi, dan juga saya tidak memiliki modal yang
cukup untuk membuat usaha, lagian juga saya belum ada pengalaman
membuat usaha. Ya, awalnya hanya terpikir memanfaatkan
pendidikan saya untuk melamar pekerjaan, tapi setelah dicoba
kesana-kesini ya gak dapat-dapat, bahkan saya juga pernah mencoba
melamar cpns juga gak keterima. (Wawancara Pribadi, 12 Juni 2016).
Berdasarkan hal itu, informan mencoba mencari pengalaman baru
untuk membentuk satu usaha dengan ikut bersama salah seorang teman
informan, semasa kuliahnya dulu. Inisiatif informan ini, menjadi modal
untuk mendirikan usaha, informan mengikuti temannya yang telah
membuka usaha laundry di daerah Pondok Pinang - Jakarta Selatan. Pemilik
usaha ini, ikut dan terlibat dalam seluruh porses kerja di laundry temannya
selama kurang lebih enam bulan. Hingga pada akhirnya, setelah memahami
metode kerja laundry, informan berencana untuk mendidirkan usahanya
sendiri.
nah, setelah itu saya mengikuti teman yang sedang menggeluti
usaha ini, ya teman semasa kuliah dulu, dia itu sudah punya usaha di
28
Pondok Pinang, kurang lebih saya ikut enam bulanan, saya ikut untuk
mencari pengalaman, ya lama-lama kan saya jadi tahu gimana buat
buka usaha, setelah sekian lama saya ikut, ya saya dirikan usaha saya
sendiri, teman itupun sangat mendukung niat saya, bahkan membantu
saya, akhirnya berdiri juga laundry saya sendiri. (Wawancara
Pribadi, 12 Juni 2016).
Selanjutnya, informan mendirikan usaha di Jalan Pondok Pesantren,
Jurangmangu Timur, Pondok Aren - Tangerang Selatan, dengan modal
terbatas. Pemilihan tempat ini juga didasari olah keterbatasan modal,
sehingga harus mensiasatinya dengan mencari tempat di daerah pinggiran.
Hal ini dikarenakan, di daerah pinggiran harga sewa tempat usaha terbilang
lebih murah dibanding dibeberapa tempat seperti di Jakarta. Informan
menuturkan bahwa harga sewa kontrakan seharga Rp. 6.000.000 per tahun,
dengan fasilitas listrik 2200 Watt dan memiliki pompa air tersendiri. Daya
listrik tinggi dan ketersediaan air yang cukup menjadi prasyarat untuk
mendirikan usaha laundry. Fakta inilah menjadi pertimbangan bagi
informan untuk mengambil tempat di daerah tersebut, kerena dibeberapa
tempat, masih menurut penuturan informan bahwa fasilitas listrik dan air
tersebut belum tentu ada, kalaupun ada pemakaiannya sangat dibatasi oleh
pemilik kontrakan. (Wawamcara Pribadi, 12 Juni 2016).
Setelah mendapatkan tempat usaha tersebut, kemudian pemilik usaha
membuat rak pakaian dan hanya membeli satu unit mensin cuci. Padahal
untuk mendirikan usaha laundry, sangat tidak memungkinkan untuk
mendirikan usaha ini, hanya dengan modal satu unit mesin cuci, satu unit
setrika listrik, dan rak pakaian. Tetapi, karena telah memiliki pengalaman
dan relasi dengan pengusaha laundry lainnya, informan merasa tidak
29
khawatir akan kualitas dan layanan yang diberikan oleh laundry-nya kepada
konsumen. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh pemilik usaha bahwa;
Jadi gini, pada dasarnya saya tidak memiliki modal yang cukup
untuk mendirikan usaha laundry, kalau hitung-hitung modal untuk
membuka laundry ya minimalah 30 sampai 40 jutaan, diluar harga
sewa kontrakan ya, tapi saya pada masa itu hanya memiliki uang
sekitar 12-jutaan, jadi bagaimanapun itu gak cukup. Maka, saya
harus mencari kontrakan yang murah, enam juta per tahun, dan
kebetulan yang punya kontrakan mau memasangin listrik 2200 watt,
kan harus dayanya tinggi, juga airnya sendiri ada. Nah, lalu saya kan
masih punya sisa uang, maka saya beli mesin cuci yang kecil, kalau
tidak salah harganya tidak sampe dua jutaan dah, juga saya beli kayu
dan triplek untuk buat rak, ya saya buat sendiri, namanya juga
modalnya terbatas. Ya itulah yang bisa saya miliki diawal dulu, ya
saya taulah bagaimana triknya agar bisa menjalankan laundry ini
hanya modal mesin cuci satu, kan saya juga sudah ada pengalaman,
juga punya teman yang usaha laundry itu, kalau ada apa-apa tinggal
saya bawa pakaian kotor dari tempat saya ketempat teman saya untuk
diproses, gitu aja. (Wawancara Pribadi, 12 Juni 2016).
Dengan modal seadanya ini, pemilik usaha mendirikan dan
menjalankan usahanya, hingga setelah dua bulan menjalakan usaha, satu per
satu fasilitas laundry dilengkapi, mulai dari mesin cuci, mesin pengering
dan setrika uap. Kemudian, pada Desember 2015 pemilik usaha menambah
cabang laundry di daerah Pondok Cabe Ilir V, Tangerang Selatan. Dengan
bertambahnya cabang laundry ini semakin menguntungkan akan
perkembangan usahanya, di samping semakin bertambahnya mesin-mesin
produksi. Hingga akhirnya, dipertengahan bulan November 2016, Nauli
Laundry menambah cabang barunya di daerah Sandratex-Rempoa,
Tangerang Selatan. Artinya, informan memiliki tiga cabang laundry dengan
jumlah karyawan delapan orang dan memiliki agen-agen mitra sebanyak 50
agen.
30
Selanjuntya, pembagian kerja di laundry ini dibagi atas beberapa
bidang pekerjaan, yaitu tiga orang bertugas mencuci, tiga orang bertugas
mensetrika, dua orang bertugas sebagai pekerja lapangan, yang melakukan
pekerjaan antar-jemput pakaian laundry, baik kepelanggan, cabang laundry,
maupun agen-agen Nauli Laundry. Kemudian, satu orang bertanggung
jawab dalam transaksi keuangan dan pencatatan laporan penghasilan dan
pengeluran laundry. Terakhir, satu orang bertugas untuk mengontrol
pekerja, kualitas layanan, dan memastikan selesainya pekerjaan sesuai
dengan waktu pengerjaan, yang dimuat pada nota laundry.
Kemudian, terkait dengan peralatan kerja, hasil observasi
menunjukkan bahwa Nauli Laundry memiliki mensin cuci, mesin
pengering, setrika uap, vacum claner, vacum tabel, kenderaan pengangkut,
dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 6
Daftar Jenis dan Jumlah Peralatan Kerja
Jenis Peralatan Kerja Jumlah
(Unit) Kapasitas
Mesin Cuci 2 12 Kilogram
Mesin Cuci 2 10 Kilogram
Mesin Cuci 1 8 Kilogram
Mesin Cuci 1 7 Kilogram
Dryer (Pengering) 2 10 Kilogram
Dryer (Pengering) 1 7 Kilogram
Boyler (Setrika Uap) 1 25 Liter
Boyler (Setrika Uap) 1 15 Liter
Boyler (Setrika Uap) 1 5 Liter
Vacum Cleaner 1 2 PK
Vacum Table 3 -
Sepeda Motor 2 100 CC
Mobil 1 1000 CC
31
B. Permasalahan Laundry
Berdasarkan observasi dan wawancara, peneliti mendapatkan data
mengenai kualitas laundry, yang terkandang masih kurang memuaskan
konsumen diantaranya adalah;
Pertama, kurang bersihnya cucian. Kualitas kebersihan hasil cucian
merupakan hal yang sangat pokok untuk diperhatikan oleh para karyawan
laundry. Hal ini sangat menentukan kepuasan pelanggan, sehingga jika
kurang bersih akan berdampak pada protes (complain) dari pelanggan.
Berdasarkan pengamatan penulis di Nauli Laundry menunjukan bahwa
untuk kebersihan dan hasil cucian yang kurang memuaskan dikarenakan
masih kurang bersih, hal ini diakibatkan karena kurang telitinya para pekerja
dalam hal mencuci dan tidak mengunakan proses pencucian yang sesuai
dengan prosedurnya. Permasalahan ini sebagaimana yang tuturkan oleh
informan:
gimana ya, ya namanya juga mereka banyak yang dikerjakan
mungkin ya, kadang juga kita kecewa, lihat baju saya masih kotor tuh,
di bagian kerah kemejanya. (Wawancara Pribadi dengan Pr pada 18
Juli 2016)
sementara Fah juga menuturkan;
nah kalau yang ini ya adalah yah, pernah tuh benar-benar kotor
banget lagi, kayak belum dicuci gitu, terus saya datangi saja langsung
kesana, nanya saja udah dicuci apa belum, kok masih kotor gini.
(Wawancara Pribadi, 2 Juni 2016).
Kelalaian terhadap prosedur ini meliputi kurangnya ketelitian dari
pekerja laundry, dimana mereka tidak memerika dengan teliti noda dan
kotoran-kotoran. Akan tetapi, hal ini lazimnya akan diselesaikan dengan
cara mencuci ulang terhadap pakaian yang masih kotor tersebut, tanpa
dipungut biaya. Hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh pemilik usaha;
32
Terkait masalah ini, jujur memang harus saya akui itu ada, lagi-
lagi ini hanya persoalan kurang telitinya anggota kami dalam
bekerja. Kalau saya langsung tau laporan ini, baik dari pelanggan
maupun dari petugas yang mencek ini, biasanya langsung saya tegur
pekerja bagian pencucian, karena bagaimanapun kitakan usaha ini
jasa ya, yang kita jual itu kualitas layanan, jadi kalau kualitasnya
jelek, siapa ya mau gunain layanan kita, sederhanya gitu. Tapi saya
sudah tekankan jika ada pelanggan yang protes terhdap layanan yang
kurang bersih, wajib dicuci ulang, dan tidak perlu dia bayar lagi. Itu
selalu saya tekankan. (Wawancara Pribadi, 12 Juni 2016)
Terhadap pernyataan dari informan tersebut, peneliti mencoba mewawancari
pelanggan Nauli Laundry terkait masalah ini sebagaimana yang dituturkan
oleh Sem:
Kalau bisa dibilang ya, memang mereka bertanggung jawab ya,
kadang hal itu yang membuat saya suka, jika kita komplain ya
didengarin, dan mereka memang mencuci ulang pakaian yang masih
kotor itu, dan besoknya mereka sudah menghantarkan langsung
kerumah saya. Ya itulah namanya juga usaha ya, kadangkala
namanya manusia kan khilaf atau salah gitu. (Wawancara Pribadi, 9
Juni 2016).
Informasi informan di atas, menjelaskan bagaimana kepuasan pelanggan
terhadap penanganan keluhan yang dilakukan perusahaan bergantung pada
bagaimana persepsi keadilan yang dirasakan oleh pelanggan ketika
keluhannya ditangani (Charles, 2001:37).
Kedua, hasil cucian masih kurang wangi karena proses pengerjaan
tidak sesuai prosedur yang seharusnya dilakukan. Hasil wawancara dari
pemilik laundry bahwa pekerja kurang memperhatikan tugas dan tanggung
jawab pekerja. Hal ini terlihat dalam proses pencucian kadang para pekerja
mencampurkan terhadap seluruh jenis-jenis noda dan kualitas pakaian kotor,
antara satu pakaian dengan lainnya. Kemudian, cara pengerjaannya juga
seharusnya diproses berbeda, tetapi dikerjakan sekaligus. Disamping itu
juga, terkadang pakaian yang sudah diproses tidak sempat dijemur atau
33
dikeringkan dengan menggunakan mesin dryer, sehingga pekerja tersebut
menumpukkan sejumlah pakaian yang telah dicuci di dalam ember selama
satu malam.
Selanjutnya, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masalah yang
paling berbahaya adalah terkait dengan tertukarnya pakaian pelanggan. Hal
ini harusnya biasa ditangani saat proses pengemasan. Proses pengemasan
adalah proses akhir dari pengerjaan laundry, dimana hal ini menetukan
brand image perusahaan jasa laundry tersebut. Para pekerja laundry harus
mengelompokan berdasarkan kepemilikan konsumen, tetapi masih ada saja
kesalahan.
C. Layanan dan Tarif Jasa
Nauli Laundry menyediakan beberapa layanan, seperti jasa hanya
cuci, setrika, dan cuci-setrika untuk jasa laundry kiloan. Kepuasan pelanggan
terhadap jasa dipengaruhi oleh kualitas jasa yang berasal dari penilaian
terhadap kualitas hasil, kualitas interaksi dan kualitas lingkungan fisik
(Zethaml, 2006:33). Kemudian, jasa laundry satuan terhadap pakaian atau
barang, yang membutuhkan pelayanan khusus (seperti jas, kebaya, baju
pengantin, karpet, boneka, kasur, bantal) atau terhadap permintaan
konsumen untuk menggunakan jasa laundry satuan.
Jasa cuci, setrika, dan cuci-setrika tersebut, dalam pengamatan penulis
memiliki pilihan waktu penyelesaian mulai dari satu sampai dengan tiga
hari. Jasa laundry kiloan dan satuan seperti ini lazim dinamai jasa laundry
reguler. Sementara, disamping menyediakan jasa laundry reguler, Nauli
34
Laundry menyediakan jasa paket bulanan. Paket ini meliputi jasa cuci dan
setrika.
Nauli Laundry menerapkan ragam tarif, tergantung pilihan konsumen
terhadap jasa laundry. Berdasarkan hasil observasi, paket reguler ditarif
mulai dengan Rp. 4000 sampai dengan Rp. 10.000 per kilogram.
Tabel 7
Daftar Tarif Laundry Kiloan
Jenis Layanan Tarif
1 Hari 2 Hari 3 Hari
Cuci dan Setrika Rp. 10000 Rp. 8000 Rp. 5000
Hanya Setrika Rp. 8000 Rp. 6500 Rp. 4000
Hanya Cuci Rp. 9000 Rp. 7500 Rp. 4500
Sementara jasa paket bulanan diberikan dengan kuota 30 kilogram
selama satu bulan dengan tarif mulai dari Rp. 110.000 sampai dengan Rp.
260.000. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha,
bahwa terdapat beberapa konsumen tidak menghabiskan kuota sebesar 30
kilogram tersebut selama satu bulan. Nauli Laundry masih memberikan
perpanjangan waktu hingga kuota tersebut habis, untuk dilanjutkan kembali
dengan membayar sejumlah uang, yang disesuaikan dengan jenis layanan
paket bulanan yang dipilih.
Tabel 8
Daftar Tarif Laundry Paket Bulanan Keluarga
Jenis Layanan Tarif
1 Hari 2 Hari 3 Hari
Cuci dan Setrika Rp. 260.000 Rp. 210.000 Rp. 135.000
Hanya Setrika Rp. 210.000 Rp. 180.000 Rp. 110.000
Hanya Cuci Rp. 240.000 Rp. 195.000 Rp. 120.000
Selanjutnya, Nauli Laundry juga menawarkan jenis layanan pencucian
satuan (per potong pakaian atau barang). Tarif pengguna jasa laundry satuan
35
tergantung atas jenis dan ukuran pakaian atau barang, setidaknya dimulai
dengan tarif Rp. 8000 sampai Rp. 50.000 per potong pakaian/barang.
Tabel 9
Daftar Tarif Laundry Satuan
Dari data ini dapat dijelaskan, bahwa beragamnya jenis-jenis pakaian atau
barang, juga menentukan tarif jasa. Jenis layanan laundry satuan ini
merupakan produk yang dinilai memiliki keistimewaan, hal ini terlihat dari
bentuk pengepakannya. Data observasi menunjukkan bahwa pengepakan
Jenis Pakaian Tarif (Rp) Jenis Pakaian Tarif (Rp)
Baju tidur wanita 8000 Baju muslim 15000
Baju panas 7000 Baju anak 7000
Baju kurung 8000 Blazer 10000
Blouse 8000 Boneka jumbo 50000
Boneka besar 30.000 Kain jok mobil 40000
Boneka sedang 20000 Korset 8000
Boneka kecil 15000 Kasur kecil 25000
Boneka mini 8000 Kasur besar 30000
Bedcover tebal 20000 Kasur jumbo 40000
Bedcover tipis 17000 Koper 20000
Bulu domba 20000 Koper besar 30000
Bantal 10000 Long dress 15000
Celana panjang 10000 Mantel 10000
Celana pendek 8000 Mukena stelan 15000
Dasi 8000 Napkin 8000
Gordyn/kg 10000 Baju pengantin 30000
Handuk besar 10000 Baju adat 20000
Handuk kecil 8000 Piyama satu stel 15000
Jas 20000 Rok pendek 8000
Jas stelan 30000 Rok panjang 10000
Jaket 14000 Rompi 8000
Jaket kulit 15000 Selimut 10000
Jeans 9000 Seprei satu set 15000
Kimono 15000 Sajadah 10000
Kebaya 15000 Safari 10000
Kemeja 15000 Sarung 8000
Karpet tebal/M2 12000 Selendang 8000
Karpet tipis/M2 10000 Sepatu 15000
Keset 8000 Tas 10000
Kaos kaki 8000 Topi 8000
36
pada pakaian (seperti baju, jaket, jas, dan lain-lain) menggunakan hanger,
sehingga tampak lebih rapih dibanding dengan jasa laundry kiloan.
D. Proses Pengerjaan Laundry
Sebagai sebuah usaha jasa, Nauli Laundry berupaya menjaga dan
meningkatkan mutu kualitas layanan dan hasil produk dari proses
pengerjaan laundry. Dalam hal ini, pemilik usaha selalu memperhatikan
kinerja para pekerja. Secara teknis, petugas (kordinator) selalu
memperhatikan proses pencucian sampai pengepakan, untuk mendapatkan
hasil maksimal. Proses ketelitian ini merupakan cara untuk menghindari
keluhan-keluhan konsumen, agar tetap loyal dalam menggunakan jasa
laundry.
Pertama, penerimaan dengan bertemu dengan konsumen. Pekerjaan
ini meliputi menghitung jumlah dan berat (kilogram) pakaian, jenis pakaian,
jenis layanan, harga dan atas nama yang akan dituliskan pada nota. Hasil
observasi peneliti saat penerimaan cucian kotor secara operasional terlihat
dari menimbang pakaian pada alat timbangan, penghitungan jumlah potong
pakaian, baik kemeja, baju, celana, dan lain-laian. Proses ini bertujuan untuk
menghindari perselisihan atas jumlah pakaian dengan konsumen laundry
kiloan. Sementara, untuk laundry satuan mencatat dengan jelas jenis dan
jumlah pakaian/barang.
Kedua, pemilahan jenis pakaian. Proses ini terlihat dari teknik
mengenali tanda/label pada pakaian. Pemilahan pakaian berdasarkan
instruksi pencucian, yang memperhatikan jenis bahan pakaian. Kemudian,
petugas akan memisahkan pakaian yang sesuai dengan jenis bahannya,
37
memisahkan pakaian luntur atau tidak luntur, memisahkan pakaian putih
dan bukan, dan memisahkan pakaian bernoda berat yang memerlukan
proses penghilangan noda khusus.
Ketiga, pencucian. Beberapa tahap dalam proses menyuci sebagai
berikut, perendaman jika pakaian bernoda berat. Pada kasus ini, perendaman
dilakukan lebih dari satu kali. Hal ini dikarenakan, proses perendaman
untuk menghilangkan noda dengan menggunakan air panas. Berdasarkan
hasil observasi, perendaman biasanya dilakukan antara tiga hingga lima
menit. Perendaman pakaian bisa juga dilakukan dengan sabun atau deterjen.
Namun pekerjaan ini, biasanya dilakukan pada pakaian untuk noda berat.
Kemudian, penyabunan. Tahap ini merupakan tahap inti dari proses
pencucian. Umumnya dilakukan selama delapan hinggga 15 menit.
Selanjutnya, pembersihan akhir dilakukan untuk perawatan kain agar tidak
cepat rusak atau warnanya cepat pudar. Terakhir, pemerasan dilakukan
untuk mengurangi kadar air dipakaian sebelum akhirnya memasuki proses
pengeringan.
Keempat, proses pengeringan. Bagian ini dilakuan dengan dua cara,
yaitu pengeringan menggunakan mesin dryer. Penggunaan mesin dryer ini
lazimnya diperuntukkan untuk jasa laundry ekspres (satu hari). Proses
pengeringan dengan menggunakan mesein dryer ini sekirat 15 sampai 25
menit hingga kering 100 persen. Disamping itu, pengeringan dengan cara
menjemur pakaian di tempat yang telah disediakan. Proses pengeringan
dengan menjemur membutuhkan waktu relatif lama, sekitar tiga sampai
delapan jam.
38
Kelima, proses penyetrikaan. Pada proses ini, alat yang digunakan
adalah setrika uap (boiler). Alat setrika ini tidak menggunakan daya listrik,
tetapi menggunakan gas elpiji, untuk merebus air, kemudian dengan uap air
yang mengalir kesetrika itulah yang menjadi bahan untuk mensetrika
pakaian. Jadi, hasil observasi menunjukkan bahwa alat ini sangat aman
untuk seluruh jenis pakaian, dibanding dengan menggunakan setrika listrik.
Hasil observasi juga memperlihatkan, bahwa proses ini dikerjakan secara
bertahap. Dengan kata lain, setiap pakaian konsumen disetrika satu persatu,
hingga selesai, baru kemudian dilanjutnya dengan pakaian konsumen
berikutnya, demikian seterusnya.
Keenam, proses finishing. Pada usaha laundry tahapan finishing ini
sangat penting. Proses ini harus memahami karakter konsumen, yang
umumnya menyukai wewangian. Maka, teknis kerja dalam tahapan ini
dengan memberikan pewangi pada pakaian, dengan menggunakan parfum
khusus laundry, yang disemprotkan sebelum di-packing.
39
BAB III
ANALISA TEMUAN LAPANGAN
A. Pratek Komodifikasi Jasa Laundry
Pada pembahasan mengenai landasan teori sebelumnya, telah dijelaskan
bahwa komodifikasii komoditas merupakan rangkaian dari proses konsumsi
pada produk setelah perilaku konsumsi menjadi bersifat konsumtif dan pada
gilirannya berkembang menjadi gaya hidup. Dalam hal ini, komodifikasii
dimaknai sebagai operasionalisasi berbagai komoditas dari jasa laundry, yang
dihasilkan pemilik usaha dalam membentuk ketertarikan dan keinginan
konsumen. Dengan kata lain, proses ini ditujuan untuk membentuk semacam
dominasi pikiran konsumen, agar objek jasa yang ditawarkan mampu
menciptakan pangsa pasar atau permintaan atas jasa laundry tersebut.
Maka, fokus analisa dalam pembahasan ini adalah mengenai praktek-
praktek pemilik usaha mengkomodifikasi komoditas jasa laundry, sehingga
membentuk ketertarikan dan keinginan konsumen. Dalam penelitian ini akan
menjelaskan praktek komodifikasi komoditas melalui beragam jenis layanan
jasa laundry, komodifikasi jasa laundry melalui strategi mempertahankan
konsumen, dan komodifikasi jasa laundry melalui pemasaran.
1. Praktek Komodifikasi: Ragam Jenis Layanan Jasa Laundry
Berkembangnya jenis-jenis penawaran jasa laundry, didasarkan
oleh kepetingan pasar. Hal ini terlihat, bahwa pada awalnya Nauli
Laundry hanya menyajikan layanan jasa cuci dan setrika pakaian secara
regular (kiloan), dengan proses pengerjaan selama tiga hari. Kemudian,
berdasarkan dialektika permintaan konsumen, jenis jasa yang ditawarkan
40
mengalami inovasi, yaitu layanan jasa cuci dan setrika secara ekspres
(proses satu hari), dan layanan proses dua hari. Perbedaan proses lama
pengerjaan sekaligus menandakan perbedaan tarif. Pada layanan jasa
ekspres dibandrol dengan tarif Rp. 10.000 per kilogram, sedangakan
layanan untuk proses dua hari dengan tarif Rp. 8000 per kilogram, dan
layanan regular untuk proses tiga hari dengan tarif Rp. 5000 per
kilogram.
Perkembangan layanan ini juga dilakukan atas dasar permintaan
konsumen terhadap jenis layanan, khusus jasa setrika atau cuci. Dengan
proses-proses pengerjaan satu, dua, atau tiga hari dengan tarif yang
bervariasi. Layanan jasa setrika untuk proses satu hari dikenai tarif Rp.
8000 per kilogram, Rp. 6000 per kilogram untuk proses dua hari,
sedangkan untuk proses tiga hari dikenakan tarif Rp. 4500 per kilo gram.
Kemudian, jasa cuci dikenakan tarif Rp. 4000 per kilogram untuk proses
tiga hari, Rp. 5000 per kilogram untuk proses dua hari, dan proses satu
hari dikenakan tarif Rp. 7000 per kilogram.
Selanjutnya, Nauli Laundry menyediakan jasa laundry satuan. Jenis
laundry ini merupakan jasa cuci dan setrika, yang tarif jasanya dihitung
per satuan/helai pakaian. Penamaan jenis laundry ini juga dapat disebut
sebagai laundry profesional. Hal ini, dikarenakan proses pencuciannya
secara satuan. Dengan demikian, jenis jasa laundry satuan ini memiliki
nilai tambah dibanding dengan laundry kiloan. Secara praktis, proses
kerja jenis jasa ini memerlukan kecermatan, ketelitian, dan penanganan,
secara professional terhadap pakaian/barang, karena tarif jasa yang
41
dibandrol jauh lebih tinggi dibanding jasa laundry kiloan. Dengan kata
lain, laundry satuan menuntut hasil cucian lebih sempurna dari aspek
kebersihan noda dan perawatan serat bahan. Disamping itu, proses setrika
harus lebih rapih dibanding laundry kiloan, dan kenyamanan pamakaian
setelah selesai dikerjakan.
Laundry satuan sering juga diidentikan dengan istilah Dry
Cleaning. Peralatan, perlengkapan, dan metode kerja untuk jenis jasa
laundry satuan inipun dituntut lebih lengkap dan tingkat ketelitian yang
tinggi. Dengan ketelitian ini dapat memberikan hasil pelayanan yang
terbaik kepada konsumen. Hal inilah yang membedakan sistem laundry
kiloan lebih murah, dibandingkan dengan laundry satuan. Pada
prakteknya, sistem laundry kiloan tidak dilakukan perhitungan satu-
persatu pakaian, lalu dikalikan dengan harga satuan, melainkan dengan
menimbang jumlah berat (kilogram). Kemudian, berat pakaian tersebut
dikalikan dengan tarif jas laundry kiloan. Apabila dibandingkan dengan
laundry satuan untuk berat yang sama menjadi lebih murah.
Terakhir, paket bulanan keluarga merupakan salah satu bentuk dari
layanan jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Nauli Laundry
menghadirkan paket ini untuk layanan jasa cuci dan setrika, jasa cuci,
atau jasa setrika dalam tempo satu bulan dan dengan kuota sebanya 30
kilogram per bulan. Secara teknis, bagi konsumen yang memiliki paket
ini diwajibkan untuk membayar diawal, sebelum menggunakan jasa
laundry ini. Nauli Laundry memberikan tarif dari paket ini beragam,
42
yakni jasa cuci dan setrika sebesar Rp. 135.000, jasa cuci Rp. 120.000,
dan jasa setrika sebesar Rp. 110.000.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha, bahwa paket
bulanan lebih hemat dibanding dengan tarif reguler. Sebagai
perbandingan, jika Rp. 5000 per kilogram untuk jasa cuci dan setrika,
maka angka Rp. 5000 jika dikalikan dengan 30 kilogram (kuota selama
satu bulan), maka seharusnya tarifnya adalah Rp. 150.000. Artinya, paket
bulanan ini lebih hemat sebanyak Rp. 15.000 dari tarif reguler. Demikian
juga untuk tarif jasa setrika bulanan lebih hemat sekitar Rp. 10.000, dan
layanan jasa cuci bulanan dapat menghemat sekitar Rp. 15.000.
Dengan data di atas, dapat dianalisis bahwa cara yang dilakukan
oleh pemilik usaha tersebut adalah untuk mempertahankan eksistensinya
dengan mengikat hubungan secara berkelanjutan pada konsumen.
Setidaknya, ketergantungan konsumen selama rentang kuota 30 kilogram
atau satu bulan. Maka praktek komodifikasi komoditas ini mampu
mendominasi kebutuhan-kebutuhan nyata konsumen dengan kebutuhan
semu untuk melakukan pertukuran. Alhasil, asas pertukaran ini
berlangsung dengan mengkaburkan, sekaligus menghegemoni asas
manfaat dengan cara menyamarkan objek konsumsi simbolik sebagai
objek kepuasan dalam bentuk kepraktisan (Striniti, 2007).
Lebih lanjut, bagi konsumen hal ini direpsentasikan sebagai bentuk
kemudahan dalam bertransaksi. Para konsumen memilih jenis layanan ini
merasa tidak perlu khawatir untuk menganggarkan keuangan setiap hari
43
untuk keperluan laundry. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh Pak
Fah;
Benar memang paket ini lebih murah dibanding yang biasa
itu ya, tapi kita kan namannya juga manusia ya, kerja juga kan
gajiannya sebulan tuh, kan lebih aman kita pakai paket ini, mana
tau gak ada uang, kan tinggal diambil saja, gak perlu lagi bayar,
bayar laundry kan bulanan. Ya kita ambil gampangnya saja, biar
lebih tenang saja sih. (Wawancara Pribadi, 2 Juni 2016).
2. Komodifikasi: Strategi Mempertahankan Konsumen
Nauli Laundry menerapkan praktek mempertahankan konsumen,
dengan menghubungi konsumen melalui media elektronik (sort massage
service/sms, menelepon, dan menggunakan aplikasi WhatsUp/WA),
memberikan tenggang waktu pembayaran (hutang), memberikan
potongan harga dan bonus, sampai kepada memberikan jaminan atas
kerusakan dan kehilangan pakaian dari penggunaan jasa laundry.
Dalam prakteknya, laundry ini memiliki kegiatan rutin untuk
menghubungi para pelanggannya baik melalui sms, telepon, maupun
whatsup. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengingatkan pelanggan
terhadap pakaian yang belum diambil. Disamping itu, praktek ini juga
ditujukan bagi konsumen yang tidak lagi menggunakan jasa Nauli
Laundry dalam beberapa waktu. Hal ini terlihat dari data transaksi
percakapan pada handphone milik Nauli Laundry, 15 Mei 2016 Pukul
18.48 Wib, konsumen menyampaikan melalui sms;
Boss tolong ambil cucian dirmh saya ya, atas nama Ryan
yang ditempat biasa, Jalan Kubis ...... ditunggu ya, makasih.
Selanjutnya, pada 13 Juni 2016 Pukul 20.07 Wib, konsumen yang
bernama Ibu Fitri menyampaikan pesan melalui sms;
44
Assalamualaikum, mba, bsk pagi2 anter baju sy yah ke Lebak
Bulus, sekalian ambil baju kotornya supaya mggu malam baju sklh
nya bs dianter lagi.
Disamping dihubungi oleh konsumen, Nauli Laundry juga menghubungi
para pelanggannya sebagaimana dalam transkip yang terlihat dalam
ponsel milik laundry pada 10 Juli 2016, Pukul 17.30 Wib;
Salamat sore Ibu, ini dari laundry, sepertinya sudah lama
kami tidak mendapatkan informasi untuk mengambil pakaian ibu.
Jika ada masalah tentang kualitas pelayanan kami, mohon
disampaikan ya bu, terima kasih. Salam.
Selanjutnya, yang bersangkutan membalas pesan tersebut pada 11 Juli
2016, Pukul 11.30 Wib.
Oy iya mba, maaf ya. saya mah tidak ada masalah dengan
pelayanan laundry situ, tapi memang lagi ada urusan di luar kota
dalam dua bulan ini, jadi mungkin sepulang saya, nanti saya
kabari lagi, makasih ya sebelumnya. Salam.
Selain itu juga, Nauli Laundry memberikan layanan untuk
penundaan pembayaran atas tarif jasa laundry, kepada pelanggan yang
belum memiliki uang untuk mengambil pakaiannya. Hal ini sebagaimana
yang dituturkan oleh Pemilik Usaha;
Ya, gimana ya, namanya juga usaha, kita tidak terlapas dari
hutang-piutang, kayaknya masalah ini tidak dapat terlepaskan
dalam setiap bisnis apapun. Awalnya sih, gak pernah ada tuh
hutang-hutangan untuk laundry, tapi ke sini-sini sudah jadi
pelanggan kan gak enak juga gak dikasih, sementara baju itu mau
dipakai, dan mereka belum punya uang tuk tebus, ya kita punya
perasaan juga, kita kasih saja. Ya ada beberapa pelanggan yang
seperti itu, tapi mereka tetap bayar kok. (Wawancara Pribada, 12
Juni 2016).
Berdasarkan informasi di atas, hal ini membuktikan bahwa salah satu
strategi informan untuk mempertahankan konsumen adalah dengan
memberikan hutang kepada pelanggan.
45
Selain hal tersebut, salah satu yang menjadi keutamaan laundry ini
adalah terdapatnya layanan antar-jemput secara gratis. Layanan ini sangat
menarik perhatian konsumen Nauli Laundry. Berdasarkan hasil
wawancara bahwa layanan ini menggiring konsumen untuk tidak perlu
repot untuk menghantar dan mengambil pakaian ke tempat Nauli
Laundry. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh seorang informan, Buf;
Gini mba ya, dulu saya melaundry bukan di sini ya, Nauli
laundry, ada di sana tuh, tapi kadang waktu saya untuk
menghantar pakaian kotor itu gak ada, ya gimana saya kadang
nyampe ke rumah sudah malam, pas mau ngambil laundrian sudah
tutup, padahal besok pakaian mau dipakai lagi, kan jadi
ngerepotin. Ya dari situlah saya gak mau melaundry lagi. Eh pas
kebetulan saya lihat ada tempelan-templan iklan tuh di dinding
dekat rumah, ada laundry yang menawarkan layanan antar jemput,
ya saya hubungi, pas ada waktu saya datangi tuh ke tempat
laundry, ya mereka bersedia, ya saya melaundry lagi gitu
(Wawancara Pribadi 18 Juli 2016).
Dalam menerapkan layanan antar-jemput, Nauli Laundry selalu
menjalankan praktek ini setiap hari. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pemilik usaha, bahwa layanan ini menjadi faktor penting dalam
mempengaruhi kenyamanan konsumen, sebagaimana yang dituturkan
oleh Petugas Kordinator:
Layanan dengan mengantar pakaian ke tempat pelanggan
kan lebih memudahkan mereka, sehingga mereka tak perlu repot-
repot mengantar atau mengambilnya. Ya, kami menggunakan cara
ini sejak semula laundry ini ada, dan cara ini sangat
menguntungkan bagi kami, karena pelanggan kami tidak pada lari,
juga menguntungkan bagi pelanggan kami, karena kami tidak
memberikan biaya tambahan terhadap layanan ini, gitu. Ya, sama-
sama enak lah. Kan gak perlu repot lagi. Kita langsung ke
tempatnya. (Wawancara Pribadi, 14 Juni 2016).
Dengan adanya layanan ini, semakin membentuk ketertarikan dan
keinginan konsumen dalam berperilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan
46
konsumen tidak disibukkan dengan mengantar pakaian ke tempat Nauli
Laundry. Demikian juga setelah pakaian selesai diproses, konsumen
tidak direpotkan untuk mengambil pakaian tersebut. Hal ini juga
sebagaimana dituturkan oleh informan Rar:
Kan saya sudah lama langganan, mereka juga sudah tau rumah
ini, kadang juga saya gak sempat untuk membawa laundryan ke sana,
ya gimana pagi-pagi udah kerja, laundry belum buka, pulang kerja
juga sering malam, pas lewat di laundry sudah tutup. Jadi diantarin
saja, mereka juga nawarin gitu. Biasanya ya, pakaian kotor saya
letakin di depan pintu, dan pakaian yang sudah jadi diletakin juga di
situ, kan beres. (Wawancara Pribadi, 2 Juli 2016).
Dari data lapangan yang teleh diurai di atas, praktek-praktek
komodifikasi ini merupakan cerminan hegemoni dari pemilik usaha.
Praktek komodifikasi bekerja melalui subyek yang melebur kedalam
obyek konsumsi sebagai simbol, yang dibaca dan dipertukarkan. Seperti
halnya dengan konsumen laundry, yang terbentuk dari upaya-upaya
pemilik usaha membentuk keinginan konsumen untuk berperilaku
konsumtif. Menurut Martono (2012:83) fenomena modernisasi dalam
kehidupan sehari-hari salah satunya di bidang ekonomi, ditandai dengan
semakin kompleksnya kebutuhan manusia terhadap objek konsumsi
(barang dan jasa). Pada gilirannya, sektor industri dibangun secara besar-
besaran untuk memproduksi komoditas.
Dengan pergeseran perilaku konsumtif, maka gaya hidup
merupakan salah satu bentuk dari budaya konsumen. Hal ini dikarenakan
gaya hidup aktor konsumsi, menyangkut soal konsumsi barang maupun
jasa, yang lebih didasari pada konsumsi simbol. Dengan adanya praktek
komodifikasi, yang kadangkala tidak disadari membuat kesalafahaman
47
dalam memandang objek konsumsi. Dalam konteks ini tercermin dari
objek layanan jasa laundry. Pada gilirannya, aktor konsumsi akan merasa
percaya diri setelah mengkonsumsi komoditas jasa laundry. Hal ini
sejalan dengan pendapat Baudrillard (dalam Ritzer, 2006), bahwa
kapitalis menciptakan objek konsumsi secara massal, yang dalam hal ini
berbagai bentuk jenis layanan jasa laundry.
Secara operasioanl, komodifikasi bekerja dengan membangun kelas
atas atau pemilik usaha untuk merencanakan komodifikasi komoditas
konsumsi dan menciptakan kelas menengah dalam jumlah massif untuk
mengikuti pola konsumsi kelas atas. Maka, praktek komodifikasi
sebenarnya merupakan bentuk differensiasi sosial antara kelas atas dan
kelas menengah, serta jarak sosial antara keduanya yang selamanya
dikendalikan oleh pihak yang berkuasa, yaitu kelas atas (Featherstone,
2008:42).
3. Komodifikasi : Strategi Pemasaran Laundry
Strategi pemasaran Nauli Laundry, menciptakan konsumsi individu
terhadap produk jasa laundry tidak berada pada konsumsi yang
dibutuhkan (nilai guna). Akan tetapi, praktek komodifikasi pemilik
usaha, dimana aktor konsumsi tidak mengetahui fungsi utama produk
jasa laundry tersebut. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh Pr:
Pada awalnya sih, saya melaundry karena baru pulang dari
kampung, ada urusan tuh di sana, jadi saat pulang pakaian kotor
tuh jadi pada numpuk, ya gimana lagi, capek, ya laundry saja,
tinggal bayar, ya sudah rapih. Kebetulan tuh tetangga saya juga
melaundry jadi dia yang ngasih tau ada tempat laundry dekat sisni.
Terus kesini-kesininya jadi keterusan, ya itulah. Jadi kebiasaan
gitu, padahal di sini ada mesin cuci juga. Ya gitulah kan lebih
praktis. (Wawancara Pribadi, 18 Juli 2016).
48
Dengan melihat pernyataaan dari informan tersebut, menunjukkan
bentuk dari komodifikasi komoditas laundry. Jika dianalisis lahirnya
perilaku konsumtif ini merupakan rangkaian dari strategi-strategi
pemasaran pemilik usaha mulai dari periklanan, ragam jasa laundry,
layanan antar jemput, dan membentuk agen-agen sebagai bentuk
ekspansi pasar Nauli Laundry.
Dalam hasil wawancara dan observasi menunjukkan, bahwa Nauli
Laundry menggunakan berbagai bentuk iklan, tetapi ikalan ini tidak
sampai kepada iklan yang bersifat komersil, seperti televisi, radio, surat
kabar, dan majalah. Oleh karena itu, iklan ini lebih kepada bentuk
spanduk, brosur, media online dan pamflet.
Spanduk dipasang di tempat laundry, juga spanduk berukuran kecil
dipasang di lingkungan pemukiman penduduk, dengan ukuran 20 x 30
centimeter. Lazimnya, spanduk kecil ini dipasang di tiang-tiang listrik
dan pohon dengan menggunakan kawat atau tali sebagai pengikatnya. Isi
pesan yang disampaikan dalam spanduk tersebut mengenai jenis jasa
laundry, tarif, jaminan atas kualitas, alamat dan nomor ponsel, dan nama
usaha. Spanduk ini didesain dengan perpaduan warna seperti warna hijau,
merah dan hitam. Hal ini sebagaimana yang diungkakpan pemilik usaha;
.... Ya, kita secara reguler selalu memasang spanduk-
spanduk itu di pemukiman penduduk, bisa saja kita memasang di
tempat-tempat yang berbeda dari yang kita pasang sebelumnya, ya
melihat keadaanya. Kadang kita pasang di tempat dimana spanduk
kita sudah rusak atau dicopot orang ya.
.... Kita menyebarnya, ya dengan memasang di pohon atau
tiang listrik, tapi ya kita tidak merusak pohon, kita hanya
mengikatnya dengan kawat atau tali gitu, agar pohonnya gak
49
rusak, lagian kita kan takut juga nanti dimarahin warga atau pak
RT setempat, karena telah merusak.
.... memang ya, kita sengaja untuk memadukan berbagai
warna dalam spanduk itu, ya supaya terlihat menarik saja, kan
kalau satu warna kan monoton gitu ya. Ya itulah supaya menarik
saja, lagian harga untuk cetaknya juga sama mau berapa warna
juga tulisannya. (Wawancara Pribadi, 12 Juni 2016)
Disamping spanduk, laundry ini juga mengunakan pamflet yang
ditempel di dinding-dinding sekitar perumahan penduduk, hal ini sama
seperti penyebaran spanduk. Hanya saja pamflet ini lebih cepat rusak
ketimbang spanduk, karena terbuat dari kertas ukuran A4. Pamflet ini
juga hanya dicetak dengan menggunakan jasa fotocopy, sehingga warna
yang tampil pada pamflet tersebut hanya hitam, sementara untuk isi
tulisan sama persih seperti di dalam spanduk.
Selanjutnya, iklan dengan menggunakan brosur lazimnya dilakukan
dengan dua cara yakni, memasukkan brosur tersebut pada pakaian
pelanggan, seperti brosur untuk penawaran paket bulanan dan
menyebarkannya ke rumah-rumah penduduk. Dengan menggunakan
brosur ini lebih dapat menyentuh secara langsung kepada calon
konsumen. Dengan ukuran brosur setengah kertas A4 sangat mudah
disimpan dan mudah untuk dibaca, karena penjelasan di brosur tersebut
lebih detail dibanding dengan spanduk maupun pamflet.
Selanjutnya, dengan menggunakan media online dapat
memperbesar jangkauan pemasaran Nauli Laundry. Pada dasaranya
sasaran utama dalam media online ini lebih difokuskan untuk menjaring
masyarakat untuk bergabung menjadi agen-agen laundry dan mencari
tenaga kerja baru, baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Dari
50
fakta ini, dapat dideskripsikan bahawa Nauli Laundry memadukan
pemasaran secara luas melalui media online dan pemasaran solid melalui
brosur dan pamflet. Media ini akan lebih mudah mendapatkan respon
masyarakat untuk menggunakan suatu komoditas (Saeng, 2012:259).
Dari uraian di atas, komoditas jasa laundry yang ditawarkan
tersebut menciptkan daya tarik bagi yang melihat. Hal ini menunjukkan
bahwa spanduk memiliki sifat yang dapat ditangkap oleh kemampuan
indrawi. Meskipun pada dasarnya perwujudan komoditas tersebut
hanyalah hasil refleksi atau pendefenisian manusiadalam berbentuk
fantastis dari hubungan diantara produk-produk hasil produksi tersebut.
(Marx, 1963 dalam Strinati, 2007:63).
Praktek komodifikasi melalui iklan, bila dianalisis dengen
pemikiran Baudrillard, bahwa fenomena iklan ini tidak dapat
menyalahkan si pembuat iklan. Hal ini dikarenakan persuasi dan
mistifikasi bukan datang dari rasa tak bersalah pembuat iklan, namun
lahir dari rasa senang pembaca iklan untuk “ditipu”, bukan juga dari
hasrat operator iklan untuk merayu, tetapi datang dari hasrat pembaca
iklan untuk “dirayu”. Oleh karena itu, dalam terminologi sosiologi
budaya iklan tidak mendorong aktor atau masyarakat untuk belajar atau
mengerti, tetapi mengajak untuk berharap. Maka, dalam praktek iklan
yang dilakukan Nauli Laundry dalam kerangka komodifikasi komoditas,
mensyaratkan ihwal yang besifat nyata (nilai guna) akan berubah menjadi
ihwal yang bersifat semu (simbolik). Praktek komodifikasi ini didukung
51
oleh kepatuhan konsumen, yang tercermin dalam perilaku konsmumtif,
untuk mematuhi iklan.
Kemudian, pengetahuan dalam memahami pasar, menuntut pelaku
usaha laundry, bahwa bisnis ini mulai marak di Kota Tangerang Selatan,
karena keinginan untuk mencuci tanpa harus mengeluarkan banyak
tenaga dan mengganggu aktifitas kerja sehari-hari membuat para
pengguna jasa tersebut lebih memilih menitipkan pakaian kotor mereka
untuk dicuci penyedia pelayanan jasa. Bisnis ini berkembang di daerah
kos-kosan atau rumah kontrakan.
Oleh karena itu, luasnya minat masyarakat dalam menggunakan
jasa laundry, menjadi daya tarik tersendiri dalam mengembangkan usaha
diberbagai tempat di Tangerang Selatan. Akan tetapi, untuk
mengembangkan usaha dengan medirikan cabang-cabang laundry
diberbagai tempat, khususnya di Tengarang Selatan, bukanlah perkara
mudah. Dengan membuka cabang laundry tentu memerlukan modal yang
tidak sedikit.
Dengan melihat tingginya minat masyarakat akan jasa laundry dan
dengan mempertimbangakan modal dalam mendirikan cabang laundry.
Maka, pemilik usaha memiliki strategi merekrut agen-agen laundry yang
mau diajak berkerja-sama. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Nauli
Laundry menggunakan sistem agen yang bisa memberikan layanan
dengan harga lebih terjangkau. Layanan yang tadinya hanya
diperuntukkan bagi masyarakat disekitar lingkungan Nauli Laundry, kini
bias dinikmati masyarakat di berbagai tempat.
52
Berdasarkan hasil wawancara, bahwa secara teknis sistem agen
laundry ini dibentuk untuk memperluas jaungkauan pangsa pasar laundry
ini. Dengan perhitungan sistem bagi hasil, yakni pihak Nauli Laundry
sebesar 75 persen sedangakan hak agen sebesar 25 persen. Kemudian,
setiap agen difasilitasi nota asli laundry dan spanduk. Dengan
terdapatnya layanan keagenan ini, berdampak pada meningkatnya
pendapatan laundry secara umum. Akan tetapi, pada agen hanya
diberikan bentuk layanan laundry satuan. Walaupun ada beberapa
tempat, dengan pengecualian diberikan layanan cuci dan setrika secara
kiloan.
Pemilik usaha menjelaskan, bahwa sistem kerja ini merupakan
bentuk usaha, dimana para agen-agen tersebut tidak bekerja dalam proses
cuci maupun setrika. Tugas para agen ini hanya sebatas menerima
sejumlah pakaian kotor pelanggan. Kemudian, petugas Nauli Laundry
secara rutin menjemput pakaian kotor tersebut ke tempat para agen untuk
diproses di tempat laundry. Setelah proses pengerjaan selesai dilakukan,
petugas ini akan menghantarkan kembali pakaian ketempat agen.
Selanjutnya, agen inilah kemudian yang memberikan pakaian tersebut
kembali kepada konsumen. Artinya, tugas agen hanya menerima dan
mengembalikan sejumlah pakaian kepada pelanggan.
Adapun sasaran agen oleh Nauli Laundry, lebih diprioritas bagi
individu yang memiliki usaha, seperti salon, counter pulsa, fotocopy,
pedagang dan para penjaga kost-kostan/kontrakan. Pada prakteknya,
usaha keagenan ini bersifat sampingan, dengan kata lain hanya sebagai
53
penghasilan tambahan. Lebih lanjut, informan menuturkan bahwa
kerjsama ini tidak memiliki target penghasilan.
Kita tidak membebani para agen-agen itu untuk mengejar
target, harus sekian gitu, tidak, itu tidak ada. Kan kasihan kalau
tidak terpenuhi targetnya. Ya pokoknya, berapapun penghasilan
yang didapatkan itu yang kita bagi, agen ya 25 persen.
(Wawancara Pribadi, 12 Juni 2016)
Disamping itu, sistem pembayaran berlangsung sebulan dua kali,
yakni setiap tanggal 10 dan 28 setiap bulannya. Sementara untuk
konsumen agen Nauli Laundry menyimpan uangnya sampai dengan
tanggal kesepakatan untuk disetor dan dibagi antara agen dan Nauli
Laundry. Kemudian informan juga menyampaikan bahwa saat ini Nauli
Laundry telah memiliki 50.
Data di atas menjukkann suatu analisa sebagaimana yang
dinyatakan oleh Mulyanto (2012: xviii) bahwa komoditas adalah hasil
kerja manusia (layanan jasa) yang sengaja diproduksi untuk
dipertukarkan melalui mekanisme pasar dengan membentuk jejaring
keagenan. Komodifikasi inilah yang bekerja menjadikan sesuatu yang
bukan komoditas menjadi (diperlakukan) komoditas yang diperjual
belikan demi laba. Dapat dilihat bahwa, keberadaan agen seolah seperti
komoditas. Marvin Harris (dalam Mulyanto, 2011: 20), mengatakan
komodifikasi adalah satu ciri mendasar dari kapitalisme yang hampir
menjadikan semua barang dan jasa, termasuk tanah, dan tenaga kerja,
yang sebetulnya bukan komoditas menjadi komoditas.
Lebih lanjut, objek konsumsi yang dikomodifikasi tidak hanya
terbatas pada hasil kerja manusia berupa jasa, yang mengandung nilai
54
guna dan nilai tukar, tetapi juga tenaga kerja dalam bentuk agen.
Kemudian, untuk menguatkan pendapat ini penulis meminjam
pernyataan Foucault bahwa kekuasaan, merupakan suatu jaringan seluas
masyarakat atas hubungan power produktif yang bergantung pada operasi
dan perluasan bentuk-bentuk yang jauh lebih terspesialisasikan atas
pengetahuan.
Dengan demikian, power tidak hanya dimiliki, tetapi juga
dipraktekkan. Hal ini bukan sekadar sarana represi atau pemaksaan,
tetapi mengalir dengan sendirinya diseluruh masyarakat dalam jaringan
(Edkins-Williams, 2010:217). Dengan demikian, penelitian ini
menunjukkan bahwa pemilik usaha memiliki kekuasaan untuk menjaring
para agen. Kuasa pemilik usaha terhadap agen merupakan bentuk relasi-
relasi yang bekerja pembagian laba.
B. Perilaku Konsumtif Pengguna Jasa Laundry
Setiap individu mempunyai kebutuhan tersendiri terhadap objek
konsumsi. Kebutuhan tersebut memiliki nilai guna dan manfaat tersendiri.
Aktivitas sehari-hari manusia dalam mengurus kebutuhan rumah tangga,
tidak akan pernah lepas dari aktivitas konsumsi. Konsumsi dilakukan
manusia untuk memenuhi kebutuhan, baik berupa kebutuhan primer
maupun sekunder. Oleh karena itu, aktor dalam mengkonsumsi objek
konsumsi banyak dipengaruhi oleh makna-makna simbolik, seperti hasrat,
keinginan, dan rasa ketertarikan. Hal ini bukan tidak beralasan, munculnya
pusat-pusat perbelanjaan dan praktek komodifikasi, sehingga membuat para
aktor konsumsi berperilaku konsumtif.
55
Perilaku konsumtif tercermin dari pembelian objek konsumsi
berdasarkan nilai simbolik yang terdapat pada objek konsumsi tersebut.
Pada umumnya konsumsi ini dilakukan oleh aktor hanya untuk memenuhi
keinginan dan meningkatkan status pada diri mereka. Dengan tercapainya
keinginan dan status tersebut, diharapkan akan memperoleh pengakuan dari
lingkungan sosialnya. Dengan kata lain, dengan cara menggunakan jasa
laundry (kiloan, satuan dan paket bulanan) dapat memberikan simbol status,
agar terlihat oleh lingkungan sekitar. Salah satu nilai yang ditawarkan oleh
pemilik usaha kepada konsumen adalah nilai simbolis dari praktek
komodifikasi.
Bagian ini, peneliti mendeskripsikan ulasan dari informasi informan.
Informan menceritakan bahwa, menggunakan jasa laundry, tidak hanya
semata-mata disebabkan oleh ketiadaan waktu untuk melakukan aktivitas
mencuci pakaian. Sebagai konsekuensi logisnya, fenomena ini merupakan
suatu simbol gaya hidup masyarakat kota. Chaney (2004:40) mengatakan
bahwa gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku aktor dan menentukan
pilihan konsumsi seseorang. Dengan demikian, gaya hidup adalah
seperangkat praktik dan sikap yang dianggap masuk akal dalam
menggunakan jasa laundry. Hal inilah fokus studi dalam pembahasan
berdasarkan hasil penelitian pada beberapa konsumen Nauli Laundry.
Masyarakat perkotaan saat ini, dapat dikatakan hidup dalam budaya
konsumtif. Fakta ini terjadi sebagai konsekuensi logis dari efek industri dan
globalisasi. Fenomena globalisasi saat ini, menjadikan manusia sebagai
aktor sosial, tidak hanya bertindak sekedar sebagai pelaku ekonomi. Namun
56
lebih dari itu, hampir seluruh kebutuhan tersebut, manusia sebagai aktor
harus mengontrol setiap perilaku konsumsinya.
Pengguna jasa laundry juga memiliki kontrol atas aktivitas
pengeluaran biaya untuk menggunakan jasa laundry. Setidaknya, pernyataan
ini tercermin dari terdapatnya konsumen Nauli Laundry yang menggunakan
jasa laundry paket bulanan, sebagai bentuk nyata dari perencanaan anggaran
pengeluaran konsumen. Akan tetapi, disisi lain terjadi praktek dimana
individu mengkonsumsi secara berlebihan, yang tidak sesuai dengan
kebutuhannya. Data penelitian membuktikan, bahwa tidak seluruhnya
konsumen Nauli Laundry menggunakan jasa ini dikarenakan suatu
kesibukan, sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukan pekerjaan
mencuci pakaian. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh Rar:
Jujur saja, saya menggunakan jasa laundry ini, bukan karena
tidak ada waktu ya, karena ya memang saya tidak kerja, cuma suami
yang kerja. Tapi ya gimana ya, seperti mbak tahu rata-rata di sinikan
pada laundry, jadi ya ikut saja. Kadang ya namanya juga ibu-ibu ya
suka ngerumpi, terus suka ngomongin laundry, ya itulah jadi ikut.
Padahal suami juga nanya kok sekarang suka melaundry, ya kadang
suami saya nanya gitu. (wawancara Pribadi, 2 Juli 2016).
Dengan melihat temuan tersebut, fenomena masyarakat konsumtif
tidak lepas sebagai aktor konsumsi yang berperilaku konsumtif. Hal ini
menguatkan anggapan bahwa manusia merupakan aktor konsumsi yang
terus berkembang secara dialektis, dalam pemenuhan keinginannya. Dengan
kata lain, aktor sebagai konsumen mengalami perubahan perilaku, yang
disebabkan oleh komodifikasi komoditas. Konsumsi telah masuk ke dalam
rasionalitas berpikir masyarakat dan teraplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari (Ulfa, 2014:34).
57
Setidaknya pernyataan ini sependapat dengan Engel, Blackwell dan
Miniard (Tatik, 2008:5), bahwa hal tersebut merupakan perilaku konsumen
secara langsung melakukan tindakan dalam hal mendapatkan,
mengkonsumsi dan menghabiskan komoditas jasa. Kumudian juga, sikap
membuat keputusan untuk membeli objek konsumsi, telah mendahuli dan
mengikuti tindakan tersebut. Lebih jelasnya, Baudrillard menyatakan bahwa
dunia saat ini penuh dengan simbol. Pendapat ini sesuai dengan yang
dialami oleh Sas:
Gimana coba mba, disini orang kan pada laundry juga tuh.
Kadang sih saya merasa gak enak, kan disini jarang gitu orang ada
jemur-jemur pakaian, dulunya sih masih mau nyuci sendiri, kesini-sini
kan jadi gak enak aja, jadi ikutan tuh nge-laundry. Tapi ya sih, gak
dilarang juga sih kalo mau nyuci. (Wawancara Pribadi, 12 Juli 2016).
Selanjutnya, pada informan berikutnya, lebih memilih menggunakan
jasa laundry pada jenis pakaian tertentu, sebagai suatu gaya hidup. Gaya
hidup mempengaruhi keinginan seseorang untuk berperilaku konsumtif.
Pada gilirannya, perilaku ini menentukan pilihan aktor konsumsi terhadap
simbol komoditas (Kasali, 1998:225). Simbol ini bekerja ketika aktor
mengkonsumsi, sehingga yang dikonsumsi sebenarnya bukan nilai guna
komoditas, namun simbol komoditas. Simbol komoditas adalah keberadaan
komoditas dapat mempengaruhi diri individu atau kelompok ketika
menggunakannya. Dengan kata lain, simbol-simbol ini membawa status
sosial tertentu terhadap aktor yang mengkonsumsi komoditas.
Oleh sebab itulah, peneliti menggunakan teori masyarakat konsumsi
yang dikemukakan oleh Baudrillard. Pada masyarakat medern keberadaan
objek konsumsi karena diciptakan oleh praktek-praktek komodifikasi oleh
58
pemilik usaha. Artinya, komodifikasi objek konsumsi dimaknai sebagai
suatu tindakan sistematis untuk memanipulasi simbol-simbol.
Maraknya, fenomena masyarakat konsumsi saat ini bisa dilihat
melalui objek konsumsi, dimana mayoritas masyarakat modern saat ini lebih
mendahulukan keinginan dari pada kebutuhan. Disamping itu juga, perilaku
ini mengabaikan nilai guna komoditas. Sebagai bentuk nyata, data lapangan
menunjukkan bahwa terdapat konsumen yang ingin mencuci pakaian
dengan menggunakan jasa laundry, padahal konsumen tersebut memiliki
peralatan mencuci dan waktu kerja. Fakta ini menunjukkan bahwa
konsumen lebih memperlihatkan perilaku konsumtif dalam penggunaan jasa
laundry. Fakta ini, menjelaskan perilaku konsumtif yang mengedepankan
nilai simbolik, ketimbang fungsi atas kebersihan pakaiannya. Lebih lanjut
Piliang menyatakan:
Di dalam kebudayaan konsumer dewasa ini, konsumsi tidak lagi
bersifat fungsional, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kini
lebih dari itu, konsumsi bersifat materi sekaligus simbolik. Konsumsi
dalam pengertian yang sesungguhnya, mengekspresikan “posisi” dan
“identitas” seseorang di dunia (Piliang, 1998:203).
Dengan menganalisa lebih jauh fakta lapangan tersebut, teori
Budrillard ini mampu menjelaskan fenomena mengenai konsumsi.
Baudrillard berusaha menunjukkan bahwa telah lahir nilai baru, yaitu nilai
simbolik. Temuan data lapangan tersebut memberikan makna bahwa
aktivitas mencuci pakaian mempunyai fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan
manusia atas kebersihan dan kesehatan tubuhnya. Aktivitas mencuci dapat
diartikan sebagai nilai guna, yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
59
Akan tetapi, penting untuk diamati adalah suatu fenomena dibalik
aktivitas mencuci sebagai pemenuhan kebutuhan. Pada sisi lain, pemenuhan
aktivitas ini dengan menggunakan jasa laundry, menunjukkan bahwa
aktivitas mencuci yang dilakukan melebihi dari fungsi mencuci pakaian
untuk memenuhi kebutuhan. Aktivitas ini dapat menunjukkan suatu nilai
simbolis pada aktor konsumsi. Lebih lanjut, Tas menuturkan;
Kalau saya mba, gak begitu tertarik ya, menggunakan cuci
kiloan itu, ya namanya juga kiloan ya, kan khawatir, entar hilang atau
tertukar di sana, kan jadi repot. Yang saya gunakan, ya cuci yang
satuan, gak apa-apa lebih mahal, kan lebih bagus juga hasilnya. Ya
kita taulah, harga kan menentukan kualitas. (Wawancara Pribadi, 15
Juli 2016).
Demikian juga, yang disampaikan oleh Pr;
.... setahu saya ya, di laundry itu kan banyak layanannya, paket-
paketnya lah, jadi dulu awalnya saya gunakan yang kiloan itu, yang
tiga hari baru selesai, sekarang ini lebih suka yang ekspres kan cepat
satu hari saja, sekarang diantar, besoknya sudah rapi tuh. Terus,
kalau untuk nyuci kayak jaket, nah itu saya pakai yang satuan, ya
lumayan sih bedanya banding yang kiloan. Tapi wajarlah, kan itu kan
dikasih pake gantungan, gantungan baju, jadi jaket saya gak kusut,
kan gak dilipat, yang satuan itu kan digantung. (Wawancara Pribadi,
18 Juli 2016)
Sementara, Bapak Fah menuturkan;
.... kalau aku mah butuh. Gak ada yang nyuciin di rumah,
pulang kerja kan capek, jadi dari dulu pun sudah melaundry sebelum
di sini. Gimana gak butuh mba, kan kebayang tuh, waduh gak
sempatlah. Jadi kalau di laundry kan sudah rapih tuh, disetrika,
dikasih pewangi gitu juga dah. Jadinya kan tinggal dipake doang.
(Wawancara Pribadi, 2 Juni 2016).
Fakta ini lebih mempertegas proses bergesernya nilai guna menjadi
nilai simbolik. Data ini membuktikan juga, bahwa dalam mengkonsumsi
nilai tanda pada jenis layanan laundry satuan, menunjukkan kepuasan bagi
informan. Jika dibandingkan, antara pengguna layanan laundry satuan
60
dengan laundry kiloan, tampak bahwa jasa laundry satuan lebih
menunjukkan status sosial aktor konsumsi. Secara umum pernyataan itu,
menunjukkan antara kebutuhan sebagai nilai guna dan keinginan sebagai
nilai simbolik. Pernyataan informan juga menunjukkan mengenai fungsi
dari jasa laundry, yang digunakan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan.
Fungsi itu menunjukkan terdapatnya nilai guna dari jasa laundry sebagai
objek konsumsi pemenuhan atas kebersihan pakaian.
Dengan demikain, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pergeseran dari nilai guna ke nilai tanda, dimana informan harus
mengkonsumsi simbol yang terdapat pada komoditas jasa laundry. Dalam
posisi sedemikian ini, teori Baudrillard (2011:74) menjelaskan perilaku
konsumsi yang terjadi saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor yang
murni ekonomis dan pilihan rasional. Akan tetapi, jauh lebih dari itu adalah
adanya pengaruh sistem budaya dan sistem pemaknaan sosial yang mampu
mengarahkan pilihan individu atas suatu komoditi tertentu.
Selanjutnya, melihat data lapangan tersebut juga dapat dianalisa,
bahwa perilaku konsumsi seringkali didefinisikan sebagai kelesuan, yang
berarti sebagai pemborosan yang bersifat tidak produktif. Suatu makna
terbalik dari makna ekonomis, yang didasarkan atas kebutuhan. Konsumsi
merupakan penimbunan dan perhitungan atas kelebihan melampaui
keperluan, atau pengeluaran melampaui batas. Padahal, perilaku konsumtif
terkait dengan objek konsumsi jasa laundry bukanlah suatu objek yang
diproduksi dengan menggunakan tingkat kecerdasan dan kemahiran
tertentu.
61
Dengan kata lain, aktor dalam berperilaku konsumtif, salah satunya
dipengaruhi oleh ketidakmampuannya dalam memproduksi objek-objek
konsumsi. Maka, keadaan ini menimbulkan aktivitas konsumsi dengan
membeli objek-objek konsumsi. Misalnya, seorang aktor tidak mampu
memproduksi baju, dengan keadaan ini, aktor membeli baju untuk
kebutuhannya. Sementara dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa
aktivitas mencuci dan mensetrika pakaian bukanlah suatu pekerjaan yang
sulit dilakukan oleh manusia pada umumnya. Artinya, informan dalam
penelitian ini sebenarnya produktif dalam menghasilkan pakaian bersih
untuk keperluannya sehari-hari.
Kembali pada pernyataan informan sebelumnya dan penjelasan
Baudrillard. Pemilihan layanan jasa laundry satuan dengan tarif lebih mahal
dibanding jasa laundry kiloan, agar informan bisa tampil berbeda dan hal ini
termasuk dalam pengeluaran yang melampaui batas (Baudrillard, 2011: 33).
Lebih jelasnya, Fah mengutarakan;
... melaundry juga kan kita kan, suami, saya kan kerja. ... kalau
dihitung-hitung yang boros sih, saya kan menggunakan paket bulanan
itu, yang 135.000 rupiah, itu sebulan saya bayar dua kali lho, kan
terbayang berapa tuh, belum lagi saya cuci yang satuan, ya badcover
lah, ya boneka lah, tapi itu untungnya kita gak capek lagi, ya intinya
lebih praktis saja. (Wawancara Pribadi, 2 Juni 2016)
Pernyataan informan ini menunjukkan pilihannya terhadap layanan
laundry paket bulanan. Pilihan informan tersebut mempunyai fungsi sebagai
kebutuhan, karena tidak memiliki waktu untuk mencuci sendiri. Dalam
konteks ini dapat dikategorikan sebagai nilai guna komoditas. Akan tetapi,
disisi lain pernyataan informan juga menunjukkan bahwa pemilihan jenis
layanan laundry mengandung nilai simbolik. Hal ini terlihat dari pengguna
62
jasa laundry satuan dan paket bulanan keluarga. Padahal terdapat pilihan
jasa laundry kiloan, dengan biaya lebih hemat dibanding jasa laundry
satuan. Akan tetapi, pilihan jasa laundry ini lebih menekankan nilai
simbolik, sehingga informan tampil berbeda dengan konsumen lainnya.
Soebiyakto (1988:17) juga menegaskan bahwa perilaku konsumtif
merupakan perilaku konsumen dalam membeli komoditi, demi sebuah
pengakuan maupun penghargaan. Padahal secara nyata komoditas tersebut
kurang dibutuhkan, bahkan tidak dibutuhkan. Praktek konsumsi dalam
menggunakan jasa laundry merupakan hal yang seringkali tidak disadari
oleh pelakunya, karena alasan sebagai pemenuhan kebutuhan.
Perilaku aktor konsumsi tanpa pertimbangan akan memunculkan suatu
keinginan. Pada gilirannya, pemenuhan kebutuhan yang berlebihan
memunculkan perilaku konsumtif. Pernyataan ini sependapat seperti yang
dikemukakan Kotler (2002:192), bahwa gaya hidup merupakan pola hidup
seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya
hidup menggambarkan “keseluruhan diri aktor” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan uraian-uraian dari analisa penelitian ini, diketahui bahwa
diskursus pengetahuan melalaui saluran-saluran media dan komodifikasi
layanan laundry telah menciptakan makna-makna simbolik. Makna
simbolik ini diinterpretasikan oleh konsumen pada sebuah komoditas. Pada
gilirannya memiliki konsekuensi mendefenisikan posisi dirinya sebagai
aktor konsumsi. Pertama, menurut pengguna jasa laundry berbeda posisinya
dalam hirarki sosial dengan yang tidak menggunakan jasa laundry.
63
Selanjutnya, aktor yang menggunakan jasa laundry satuan berbeda
posisisnya dengan yang menggunakan jasa laundry satuan. Terakhir, aktor
yang menggunakan jasa laundry regular berbeda posisinya dengan yang
menggunakan jasa laundry paket keluarga.
64
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai
hasil penelitian, yaitu:
Pertama, subjek penelitian yang melakukan komodifikasi komoditas
dapat diketahui bahwa mereka melakukan praktek-praktek komodifikasi
untuk memberikan nilai simbolik pada komoditas jasa laundry. Praktek
komodifikasi komoditas terjadi dalam bentuk komodifikasi penciptaan
beragam jenis layanan dan tarif jasa laundry, seperti laundry kiloan, satuan,
dan paket bulanan. Selanjutnya, praktek-praktek mempertahankan
konsumen yang terlihat dari layanan antar-jemput gratis, menghubungi
konsumen, dan memberikan hutang. Terakhir, praktek-praktek strategi
pemasaran jasa laundry, seperti pemasaran dengan menggunakan iklan
(spanduk, pamflet, brosur) dan membentuk agen-agen pemasaran laundry.
Kedua, subjek penelitian berperilaku konsumtif dapat diketahui
bahwa mereka menggunakan jasa laundry ditempat yang sama, namun
berbeda jenis pilihan komoditasnya. Maka, penelitian ini menunjukkan
bahwa mereka menggunakan jasa laundry berdasarkan atas dasar
rasionalitas, sehingga tertarik pada komoditas dan layanan antar-jemput
gratis yang dianggap efesien. Selanjutnya, perilaku konsumtif memilih
komoditas jasa dengan harga mahal dan cepat (misal jasa laundry satuan
dan ekspres), akan menimbulkan rasa percaya dan terkesan efektif.
Kemudian, menggunakan jasa demi menjaga gengsi dari penampilan
65
kebersihan. Terakhir, menggunakan komoditas jasa untuk menjaga simbol
status sosial.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran yang diajukan
oleh peneliti yaitu :
1. Bagi konsumen disarankan agar dapat meningkatkan produktivitas
dengan mempertimbangan pengeluaran keuangan keluarga, untuk
jenis pakaian harian lebih baik dikerjakan sendiri. Jasa laundry lebih
tepat untuk jenis pakaian kerja atau jenis dan bahan cucian yang
memerlukan penangan khusus seperti karpet, kasur, gordyn, dan lain-
lain.
2. Bagi pemilik usaha disarankan agar dapat memberikan pemahaman
kepada konsumen atas jenis dan bahan pakaian, yang memiliki
dampak buruk terhadap pakaian, jika menggunakan jasa laundry
tertentu (misalnya, laundry kiloan atau satuan).
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih mendalam
mengenai aspek kebudayaan yang membentuk perilaku konsumtif,
relasi pemilik usaha dengan media, dan dampak dari perilaku
konsumtif dalam komoditas jasa.
viii
DAFTAR PUSTAKA
Adian, D. G. (2002). Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Teraju
Adlin, A. (2006). Resistensi Gaya Hidup Teori Dan Realitas. Bandung: Jalasutra
______, (2006). Menggeledah Hasrat. Yogyakarta: Jalasutra
Arikunto, S. (1990). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta
Aziz, M., Imam, (2001).Galaksi Simulacra (Esai-Esai Jean Baudrillard),
Yogyakarta: LKIS
Baudrillard, (2004). Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana
______, (2009). La Societe de Consommation, penerj. Wahyunto, dalam
Masyarakat Konsumsi, cet. ke-3, Yogyakarta : Kreasi Wacana
______,(2009). Masyarakat Konsumsi (La Societe de Consommation).
Terjemahan, Yogyakarta : Kreasi Wacana
______, (2010). Arena Produksi Kultural (The Field of Cultural
Production):Sebuah Kajian Sosiologi Budaya (Essays on Art and
Literature).(Terjemahan),Yogyakarta : Kreasi Wacana
Barker, C. (2004). The Sage Dictionary of Cultural Studies. London: SAGE
Publications Ltd
Chaney, D. (1996). Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta:
Jalasutra
______, (2003). Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta.
Jalasutra
Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl Mcdaniel (2001). Pemasaran. Jakarta.
Dharmesta, Basu Swastha.
Evans, D. S. & P., (2004).Das Kapital untuk Pemula, Yogjakarta: Resist Book
Fairclough, N., (1995).Critical Discourse Analysis. London and New York:
Longman
Featherstone, Mike, (2008) Consumer Culture and Postmodernism, penerj.
Misbah Zulfa Elizabeth, dalamPosmodernisme dan Budaya Konsumen, cet.
ke-3, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
ix
Graeme Burton, (2008). Pengantar untuk Memahami: Meida dan Budaya
Populer, Yogjakarta: Jalasutra
Kasali, R. (1998). Membidik Pasar Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum
Kasmir (2004).Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Keenam, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada
Koentjaraningrat. (1993). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Umum
_____, (1979). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan
Kootler, P. (2001). Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jilid 2.
TerjemahanTeguh dkk. Jakarta: Prenhallindo
Kurnia, S. S. (2007). Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Martono, Nanang, (2012). Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik,
Modern,Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Moleong,(1995). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdata Karya
______, (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdaKarya
Mulyanto, Dede, Stanley Khu (ed.),(2014). Pengantar Pemikiran Tokoh-tokoh
Antropologi Marxis. Tangerang: Marjin Kiri
Piliang, Yasraf Amir, (2004). Dunia yang Berlari: Mencari Tuhan-tuhan Digital,
Jakarta : Grasindo
_____, (1998). Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang
Milenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme, Bandung : Mizan
_____, (1999). Hiper-realitas Kebudayaan: Semiotika, Estetika, Posmodernisme,
Yogyakarta : LKIS
_____, (2001). Sebuah Dunia Yang Menakutkan: Realitas Kekerasan dan
Hiperkriminalitas, Bandung : Mizan
_____, (2003). Hiper-moralitas: Mengadili Bayang-bayang, Yogyakarta : Belukar
Budaya
_____, (1998).Sebuah Dunia yang Dilipat, Realitas Kebudayaan
MenjelangMalenium Ketiga dan Matinya Posmodernisme, Bandung:Mizan
x
Ratih,Hurriyati (2010). Bauran Pemasaran danLoyalitas Konsumen. Jakarta:
Alfabeta
Ritzer, George, (2003). Teori Sosial Postmodern.Yogyakarta : Kreasi Wacana
Robbie, Angela Mc, (2011). Posmodernisme dan Budaya Pop (Posmodernism
andPopular Culture). Terjemahan, Yogyakarta :Kreasi Wacana
Strinati, Dominic. (2007). Popular Culture : Pengantar Menuju Teori Budaya
Populer. Terjemahan. Yogyakarta : Jejak
Subandi, Ibrahim, (2005). Lifestyle Ecstasy, Kebudayaan Pop dalam Masyarakat
Komuditas Indonesia. Yogyakarta : Jalasutra
Sukmana, O. (2005). Sosiologi Politik dan Ekonomi. Malang : UMM Press
Sugiyono, 2007, Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta : Gramedia
Sutisna, (2003). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Sutopo(1988). Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS. Press
Zeithaml, Bitner, Gremler (2013). Services Marketing: Integrating Customer
Focus Across the Firm 6thed. Boston :Mc.Graw-Hill
Jurnal/Penelitian:
Alfitri (2007) Budaya Konsumerisme Masyarakat Perkotaan. Majalah Empirika,
Volume XI, No : 01
Dwi Astuti (2013). Perilaku Konsumtif Dalam Membeli Barang Pada Ibu Rumah
Tangga Di Kota Samarinda. eJournal Psikologi, ejournal.psikologi.fisip-
unmul.ac.id
Lloyd, Gareth. (2008). Thesis. Commodity Fetishism and Domination: The
Contributions of Marx, Lukacs, Horkheimer, Adorno and Bourdieu. Rhodes
University : School of Humanity
Pratiwi, Galih Ika (2014), Prilaku Konsumtif dan Bentuk Gaya Hidup, Studi
Kasus Fenomenologi pada Komunitas Motor Bike of Kawasaki Riders Club
(BKRC) Chapter Malang
Regina, dkk (2015). Hubungan Antara Self-Control Dengan Perilaku Konsumtif
Online Shopping Produk Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran.
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Zebrina Pradjnaparamita, (2012) Tesis, Komodifikasi tas belanja bermerek:
Motivasi dan Identitas Kaum ShopaholicGolongan Sosial Menengah
xi
Surabaya, Program Magister Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Airlangga
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan PA pada 12 Juni, 25 Juli, dan 10 Agustus 2016
Wawancara Pribadi dengan NA pada 15 Juni, 24 Juli 2016
Wawancara Pribadi dengan RA pada 17 Juni dan22 Juli 2016
Wawancara Pribadi dengan AM pada 14 Juni, 21 Juli, dan 8 Agustus 2016
Wawancara Pribadi dengan Fah pada 2 Juni 2016
Wawancara Pribadi dengan Eyang pada 10 Juli 2016
Wawancara Pribadi dengan Rar pada 2 Juli 2016
Wawancara Pribadi dengan Sas pada 12 Juli 2016
Wawancara Pribadi dengan Par pada 13 Juli 2016
Wawancara Pribadi dengan Pr pada 18 Juli 20156
Wawancara Pribadi dengan Buf pada 18 Juli 2016
Wawancara Pribadi dengan Tas pada 15 Juli 2016
Wawancara Pribadi dengan Sem pada 9 Juli 2016
Wawancara Pribadi dengan Pak Haji pada 15 Juli 2016
xii
Lampiran 1 Daftar Informan
No. Informan JenisKelamin Keterangan
1 PA Laki-Laki Pemilik Nauli Laundry
2 NA Perempuan Pekerja Bagian Setrika
3 RA Laki-Laki Pekerja Bagian Cuci
4 AM Perempuan Penanggung Jawab
5 Fah Laki-Laki Konsumen Paket Bulanan
6 Eyang Perempuan Konsumen Paket Bulanan
7 Rar Perempuan Konsumen Reguler/Kiloan
8 Sas Perempuan Konsumen Reguler/kiloan
9 Par Perempuan Konsumen Reguler/Kiloan
10 Na Laki-Laki Konsumen Reguler/Kiloan
11 Buf Perempuan Konsumen Reguler/Kiloan
12 Tas Laki-Laki Konsumen Jasa Satuan
13 Sem Perempuan Konsumen Jasa Satuan
14 Pak Haji Laki-Laki Konsumen Jasa Satuan
xiii
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Konsumen Nauli Laundry
1. Siapa nama Bapak/Ibu?
2. Sudah berapa usia Bapak/Ibu saat ini?
3. Selain Bapak/Ibu siapa lagi yang tinggal di rumah ini?
4. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menggunakan jasa laundry?
5. Mengapa Bapak/Ibu menggunakan jasa laundry?
6. Dari mana Bapak/Ibu tahu tentang Nauli Laundry?
7. Jenis layanan apa yang Bapak/Ibu gunakan?
8. Mengapa Bapak/Ibu memilih jenis layanan tersebut?
9. Berapa banyak Bapak/Ibu menghabisakan uang untuk laundry dalam satu
beluan?
10. Apakah Bapak/Ibu pernah kehilangan pakaian/barang dalam dalam
menggnuakan jasa laundry tersebut?
11. Apakah Bapak/Ibu pernah kerusakan pakaian/barang dalam menggunakan
jasa laundry tersebut?
12. Kalau pernah mengalami kerusakan atau kehilangan, bagaimana sikap
Bapak/Ibu?
13. Bagaimana penilayan Bapak/Ibu terhadap layanan Nauli Laundry?
Pemilik Usaha Nauli Laundry
1. Siapa nama Bapak?
2. Sudah berapa lama Bapak menjalankan usaha ini?
3. Mengapa Bapak memilih untuk menjalankan usaha ini?
4. Berapa anggaran modal usaha untuk mendirikan usaha ini?
5. Apa saja layanan yang terdapap pada laundry ini?
6. Mengapa banyak sekali jenis layanan pada laundry ini?
7. Apa saja yang menjadi tantangan dalam menjalankan usaha ini?
8. Bagaimana Naoses-Naoses pengerjaan laundry?
9. Bagaiman strategi Bapak dalam mengembangkan usaha ini?
10. Bagaimana cara Bapak untuk mempertahankan konsumen?
11. Bagaimana Naoses pembagian kerja disini?
12. Bagaiaman cara Bapak menyelesaikan perselisihan dengan konsumen?
13. Bagaimana cara Bapak mengontrol kualitas dari layanan jasa laundry ini?
Pekerja Nauli Laundry
1. Siapa nama Ibu?
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu bekerja disini?
3. Mengapa Bapak/Ibu memilih untuk bekerja disini?
4. Apa saja menjadi tugas dan tanggung jawab Bapak/Ibu dalam usaha ini?
5. Apa saja layanan yang terdapat pada laundry ini?
6. Mengapa banyak sekali jenis layanan pada laundry ini?
7. Apa saja yang menjadi tantangan dalam menjalankan usaha ini?
8. Bagaimana Naoses-Naoses pengerjaan laundry?
9. Bagaiman strategi Bapak/Ibu dalam mengembangkan usaha ini?
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu untuk mempertahankan konsumen?
11. Bagaimana proses pembagian kerja disini?
12. Bagaiaman cara Bapak/Ibu menyelesaikan perselisihan dengan konsumen?
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengontrol kualitas dari layanan jasa laundry ini?
xiv
Lampiran 3 Catatan Observasi
Waktu Fokus
dan Tempat Catatan Observasi
16 Juni 2016
Fokus: Naoses
Mencuci
Lokasi Jalan
Sandartex, Rempoa
– Tangerang
Selatan
Peneliti melihat pekerja melakukan penyikatan terhadap
beberapa bagian pakaian yang bernoda berat, seperti di bagian
kerah baju, bagian belakang dan bawah celana.
Sebelum penyikatan tersebut peneliti mendapati bahwa,
pakaian-pakaian yang kotorter sebut diambil dari dalam
plastik. Satu bungkus pakaian yang didalam plastik
menunjukkan satu orang pemilik atas pakaian tersebut.
Selanjutnya, peneliti melihat pekerja tersebut membuka
sejumlah pakaian didalam plastic tersebut, kemudian memilah-
milah pakaian untuk diskiat pada bagian yang bernoda berat.
Setelah disikat, mereka memasukkan pakaian tersebut kedalam
mesin cuci. Hingga selesai pakaian tersebut dikeluarkan dari
mesin cuci, dan dimasukkan kedalam keranjang pakaian.
Disini juga peneliti menyaksikan tidak ada Naoses
pencampuran pakaian dari setiap pelanggan. Artinya, pakaian
konsumen tersebut tidak dicampur dengan konsumen yang
lainnya. Sehingga Naoses kerja ini dilakukan satu per satu. Jika
sudah menyelesaikan pakaian satu orang konsumen,
kemudiandilanjutkan pada konsumen lainnya.
17 Juni 2016
Fokus: Naoses
Mencuci
Lokasi Jalan
Sandartex, Rempoa
– Tangerang Selatan
Pada kesempatan ini peneliti mencoba untuk ikut serta
melakukan pekerjaan mencuci ini, yang langsung ditemani
oleh petugas cuci laundry dan seorang kordinator pekerja.
Peneliti merasa, bahwa pekerjaan ini tidak begitu sulit, hanya
menyikat beberapa bagian yang bernoda berat saja, kemudian
langsung dimasukin kedalam mensin cuci. Disini juga peneliti
mendapatkan pengalaman bahwa tidak semua pakaian seorang
disikat, hal ini terjadi apabila pakaian konsumen tidak bernoda
yang berat. Maka saya diajarkan oleh kordinator terseb untuk
langsung memasukkan pakaian kedalam mesin cuci, tapi
sebelumnya sudah direndam sekitar 15 menit.
21 Juni 2016
Fokus: Naoses
Mensetrika
Lokasi Jalan
Sandartex, Rempoa
– Tangerang Selatan
Naoses mensetrika, menggunakan setrika uap. Peneliti
menyaksikan bahwa setrika ini tidak membutuhkan dayalistrik,
tapi hanya mengandalkan gas elpigi. Setrika ini mengeluarkan
uap. Setrika ini juga dapat melakukan pekerjaan dengan cepat
dibandinkang dengan menggunakan setrika listrik. Disamping
itu juga, setrika ini tidak berbahaya pada pakian, sebagaimana
setrika listrik yang dapat membahaya kanpakaian, seperti
terbakar karena setrikanya terlalu panas. Tapi setrika uap ini
tidak.
22 Juni 2016
Fokus: Naoses
Mensetrika
Lokasi Jalan Pondok
Cabe V, Tangerang
Selatan
Pada kesempatan ini peneliti, mendapatkan ijin untuk
menggunakan setrika ini. Peneliti mencoba mengosok
sejumlah pakaian. Peneliti merasa setrikanya jauh lebih berat
disbanding setrika listrik yang peneliti miliki dirumah. Tetapi,
dengan menggunakan setrika ini pakaianv lebih rapih dan
pekerjaan lebih cepat.
Dalam Naoses pensetrikaan ini juga dikerjaan secara bertahap-
tahap, artinya setelah selesai satu orang pakaian konsumen,
maka akan dilanjutkan dengan pakaian konsumen berikutnya,
demikian selanjutnya.
xv
27 Juni 2016
Fokus Naoses
Pengepakan
Lokasi Jalan Pondok
Cabe V, Tangerang
Selatan
Naoses ini adalah pekerjaan untuk membungkus sejumlah
pakaian kedalam plastic bewarna bening (istilahnya pelastik
PP). Sebelum membungkus pakaian tersebut terlebih dahulu
memberikan parfum yang disemNaotkan pada setiap helai
pakaian. Dan menghitung jumlah dan mencek jenis pakaian
yang telah dijumlah dan di tuliskan saat penerimaan pakaian
kotor.
29 Juni 2016
Fokus: Naoses
Pengepakan
Lokasi Jalan
Sandartex, Rempoa
– Tangerang Selatan
Peneliti mencoba melakukan pekerjaan ini, akan tetapi peneliti
kesulitan untuk membungkus pakaian tersebut dengan rapih
dan peneliti juga mengalami kesulitan saat mencek pakaian
berdasarkan jenisnya seperti membedakan antara bajukurung,
daster, kaos dan lain-lain.
01 Juli 2016
Fokus:Naoses Antar-
Jemput
Lokasi Jalan Pondok
Cabe IV, Tangerang
Selatan
Ini adalah pekerjaan yang dilakukan dari pukul 16.00 sampai
dengan 20.30 WIB, dimana petugas laundry mengantarkan
pakaian yang sudah terbungkus dengan rapih kerumah-rumah
konsumen, mereka menggunakan sepeda motor. Setelah
mengantarkan pakaian bersih itu, konsumen jugamemberikan
sejumlah pakaian yang kotor lagi untuk di laundry.
04 Juli 2016
Fokus: Naoses
Antar-Jemput
Lokasi Jalan
Lombok, Tangerang
Selatan
Pada kesempatan ini, peneliti ikut untuk mengantarkan pakaian
dan mengambil kan pakaian ketempat konsumen. Disini
peneliti mendapati bahwa konsumen telah mempersiapkan
sejumlah pakian kotornya untuk di laundry kembali. Dan ada
jugakonsumen yang
tidakberadadirumahsaatpengantaranpakaian, tetapi kami tetap
meninggalkan pakaian tersebut didepan pintu rumah
konsumen. Kemudian petugas mengkonfirmasi kepada
konsumen tersebut bahwapakaiannyasudahdiletakkan di
depanpinturumahnya.
06 Juli 2016
Fokus:Naoses
Penjemuran
Lokasi Jalan
Sandartex, Rempoa
– Tangerang Selatan
Pakaian yang telah dicuci, peneliti dan pekerja menjemur
pakaian tersebut, dengan cara setiap pakaian digantung dengan
menggunakan hanger, kemudian hanger tersebut digantungkan
pada jemuran yang terbuat dari bambu, setiap pakaian
konsumen yang satu dengan yang lainnya diberikan tanda
pembatas seperti nota ataupun plastik.
07 Juli 2016
Fokus: Naoses
Pengeringan
Lokasi Jalan
Sandartex, Rempoa
– Tangerang Selatan
Naoses pengeringan ini menggunakan mesin pengering atau
dryer. Mesin ini digunakan untukpakaian yang menggunakan
jasa eksNaess (satuhari), atau juga karena cuaca kurang baik,
sehingga Naoses penjemuran tidak kering, maka mesin ini
digunakan. Dan hasil dari Naoses pengeringan ini 100 persen
kering, bahkan pakaian bias jadi hangat. Mesin ini
menggunakan daya listrik dan gas elpigi. Waktu yang
digunakan untuk mengeringkan pakaian dalam satu kali
Naoses adalah sekitar 20 menit, dengankapasitas 10 kilogram.
10 Juli 2016
Fokus: Naoses Sortir
Lokasi Pondok Cabe
V- Tangerang
Selatan
Naoses ini dilakukan setalah menerima pakaian kotor dari
pelanggan dan sebelum melakukan Naoses mencuci. Pakaian
ini disortir untuk membedakan pakaian yang bernoda berat,
bewarna putih dan juga untuk melist satu persatu jenis-jenis
pakaian.
12 Juli 2016
Fokus: Naoses Sortir
Lokasi Jalan
Sandartex, Rempoa
– Tangerang Selatan
Pada kesempatan ini peneliti mencoba untuk melakukan
pekerjaan ini, disini peneliti merasakan bahwa pekerjaan ini
butuh keteliatian agar tidak salah dalam menuliskan jenis-jenis
pakaian pada buku yang telah dipersiapkan. Kemudian juga,
dalam Naoses mensortir ini tidak terhindarkan bau busuk dari
xvi
sejumlah pakaian pelanggan yang sangat kotor.
14 Juli 2016
Fokus: Naoses Iklan
Lokasi Jalan Pondok
Cabe I, II, III, IV,
VI, - Tangerang
Selatan
Pekerjaan ini tidak rutin dilakukan, kebetulan peneliti
mendapatkan kesempatan ini bahwa pekerjaan ini merupakan
aktivitas untuk membagi-bagikan brosur kerumah-rumah
warga, menempel pamplet didinding-dinging, juga spanduk
berukuran kecil.
17 Juli 2016
Naoses Iklan
Lokasi Jalan Slada I
dan II, Jalan
Lombok- Tangerang
Selatan
Naoses ini peneliti lakukan saat memasukkan brosur kedalam
pakaian konsumen yang telah bersih, kemudian juga peneliti
mencoba memberikan brosur kerumah-rumah warga.
18 Juli 2016
Naoses di Agen
Lokasi Jalan Mawar,
Pondok Pinang,
Jaksel, Jalan Gunung
Raya, Cirendeu, dan
Jalan Kemeri,
Pondok Cabe –
Tangerang Selatan
Naoses di agen laundry, merupakan pekerjaan rutin yang
dilakukan setiap sore hari dengan mengantar dan mengambil
sejumlah pakaian kotor. Petugas lazimnya berkeliling dari satu
agen keagen lainnya.
19 Juli 2016
Naoses di Agen
Lokasi Jalan Sasak,
Limo, Jalan Cinere
Raya, Jalan
Meruyung – Depok
Peneliti ikut terlibat dalam Naoses antar – jemput pakaian
ketempat agen dengan menggunakan mobil milik laundry
tersebut. Peneliti menyaksikan bahwa pakaian tersebut diambil
dalam keadaan kotor untuk diNaoses, dan kemudian setelah
besih dan terbungkus, kami mengantarkannya kembali
ketempat agen. Untuk transaksi pembayaran mereka
melakukannya dua kali sebulan yaitu pada setiap tanggal 15
dan 30 setiap bulannya.
21 Juli 2016
Naoses Pencucian
Lokasi Jalan
Sandratex, Rempoa
– Tangerang Selatan
Pada Naoses ini peneliti lebih memfokuskan pada pakaian
yang dicuci ulang, karena dinailai kurang bersih oleh
kordinator, kemudian juga Naoses pencucian karpet, badcover,
dan jas.
23 Juli 2016
Naoses Setrika
Lokasi Jalan Pondok
Cabe V, Tangerang
Selatan
Disini juga peneliti mengkonfirmasi kembali, bahwa setrikaan
yang kurang rapih akan diNaoses ulang kembali.
24 Juli 2016
Naoses Pengepakan
Lokasi, Jalan
Sandratex, Rempoa
– Tangerang Selatan
Pada Naoses pengepakan kali ini peneliti melihat bagaimana
pemilik usaha membuka pakaian yang sudah terbungkus
dengan rapih, untuk mencek kualitas cucian dan setrika, jika
kurang memuaskan maka akan dicuci ulang dan disetrika
ulang. Dan juga peneliti melihat bahwa ternyata Naoses
pengepakan ini ditandai dengan nota dan ditulis dengan
menggukan marker pada setiap satu orang pelanggan.
03 Agustus 2016
Naoses Pembukuan
Lokasi, Jalan
Pondok Cabe V,
Tangerang Selatan
Naose pembukuan yang peneliti lihat adalah pembukan yang
terkait dengan sejumlah catatan-catatan yang berisi data-data
jenis dan jumlah pakaian konsumen, sebagai arsip laundry.
Sehingga menjadi acuan bagi laundry ketika ada sengketa atas
laundry dan konsumen terkait jumlah dan jenis pakaian
04 Agustus 2016
Naoses Pembukuan
Pada kesempatan ini peneliti di izinkan untuk melihat sejumlah
data-data pemasukan kas laundry, dan pengeluaran. Pada
xvii
Lokasi, Jalan
Sandratex, Rempoa
– Tangerang Selatan
pembukuan ini setiap transaksi harus dicatat. Peneliti melihat
berbagai buku catatan laundry, seperti jumlah dan nama-nama
konsumen setiaphari, jumlah pengeluaran dan pemasukan, dan
buka catatan paket keluarga, buku catatan transaksi dengan
agen-agen laundry
xviii
Lampiran 4 Transkrip Wawancara
1. Informan PA
Pemilik Usaha
Wawancara Pertama 12 Juni 2016
Lokasi Jalan Pondok Cabe V, Tangerang Selatan
P (Peneliti): Hal apa yang melatarbelakangi kakak membuka usaha ini?
PA: Ya, awalnya sih enggak terpikir buat usaha, karena kan saya ini lulusan perguruan tinggi, dan
juga saya tidak memiliki modal yang cukup untuk membuat usaha, lagian juga saya belum ada
pengalaman membuat usaha. Ya, awalnya hanya terpikir memanfaatkan pendidikan saya untuk
melamar pekerjaan, tapi setelah dicoba kesana-kesini ya gak dapat-dapat, bahkan saya juga pernah
mencoba melamar cpns juga gak keterima
P: oh, stelah itu kakak membuka usaha ya?
PA: nah, setelah itu saya mengikuti teman yang sedang menggeluti usaha ini, ya teman semasa kuliah
dulu, dia itu sudah punya usaha di Pondok Pinang, kurang lebih saya ikut enam bulanan, saya ikut
untuk mencari pengalaman, ya lama-lama kan saya jadi tau gimana buat buka usaha, setelah sekian
lama saya ikut, ya saya dirikan usaha saya sendiri, teman itupun sangat mendukung niat saya, bahkan
membantu saya, akhirnya berdiri juga laundry saya sendiri.
P: berapa banyak modal yang dibutuhkan untuk membuat usaha ini, kak?
PA: Jadi gini, pada dasarnya saya tidak memiliki modal yang cukup untuk mendirikan usaha laundry,
kalau hitung-hitung modal untuk membuka laundry ya minimalah 30 sampe 40 jutaa diluar harga
sewa kontrakan ya, tapi saya pada masa itu hanya memiliki uang sekitar 12-jutaan, jadi
bagaiamanapun itu gak cukup. Maka saya harus mencari kontrakan yang murah, enam juta per tahun,
dan kebetulan yang punya kontrakan mau memasangin listrik 2200 watt, kan harus dayanya tinggi,
juga airnya sendiri ada. Nah, lalu sayakan masih punya sisa uang, maka saya beli mesin cuci yang
kecil, kalu tidak salah harganya tidak sampe dua jutaan dah, juga saya beli kayu dan triplek untuk
buat rak, ya saya buat sendiri, namanya juga modalnya terbatas. Ya itulah yang bisa saya miliki diwal
dulu, ya saya taulah bagaimana triknya agar bisa menjalankan laundry ini hanya modal mesin cuci
satu, kan saya juga sudah ada pengalaman, juga punya teman yang usaha laundry itu, kalau ada apa-
apa tinggal saya bawa pakaian kotor dari tempat saya ketempat teman saya untuk diNaoses, gitu aja.
P: Bagaimana tanggapan kakak, terhadap hasil cucian yang masih kotor?
PA: Terkait masalah ini, jujur memeng harus saya akui itu ada, lagi-lagi ini hanya persoalan kurang
telitinya anggota kami dalam bekerja. Kalau saya langsung tau laporan ini, baik dari pelanggan
maupun dari petugas yang mencek ini, biasanya langsung saya tegur pekerja bagian pencucian,
karena bagaimanapun kitakan usaha ini jasa ya, yang kita jual itu kualitas layanan, jadi kalau
kualitasnya jelek, siapa ya mau gunain layanan kita, sederhanya gitu. Tapi saya sudah tekankan jika
ada pelnggan yang Naotes terhadap layanan yang kurang bersih, wajib dicuci ulang, dan ndak perlu
dia bayar lagi. Itu selalu saya tekankan.
P: Bagaimana emangnya secara teknis pekerjaan mencuci itu kaka?
PA: Pada dasarnya, pekerjaan mencuci itu, kita sudah ajarkan bahwa adanya Naoses-Naoses kerja
yang wajib dilakukan, setidaknya ya tidak boleh pakaian itu langsung dari pelastik dituang kedalam
mesin cuci, itu enggak boleh
P: oh, berarti harus teliti ya?
PA: Artinya apa, bahwa pakaian-pakian yang kotor itu harus dicek kualitas kotornya, apakah ada
noda yang harus dihilangkan dengan cara menyikat. Jadi mesin cuci itu tidak semuanya mampu
dibersihkannya, harus dengan cara menyikatlah yang menurut pengalaman
P: hal apa yang paling menentukan kenyamanan pelanggan?
PA: Kalau kita memberikan gambaran umum, hasil cucian inilah yang paling menentukan
ketertarikan palanggan, itu poin utamanaya
P: adakah hal ini, yang menurut kakak perlu ketelitian yang penting?
PA: Nah, setelah itu baru urusan mensetrika, disini kita tidak menggunakan setrika listrik, tapi setrika
uap
P: oh, ini ya kak setrikanya?
PA: Setrika uap ini mengugunakan daya gas elpigi, tidak listrik, hal ini saya rasa kamu bisa pelajari
sendiri, itu saya izinkan, agar lebih memahaminya ya.
xix
P: bagaimana ya cara menggunakannya?
PA: Secara teknis, penggunaaan sterika uap ini mampu menimalisir Naoses kerja, lebih Naaktis,
efesien dan tentunya jauh lebih rapih dibanding dengan sentrika rumah tangga itu, ya setrika listrik
P: apa yang membedakan sentrika ini dengan setrika listrik?
PA: Kelebihannya juga terkait resiko kerja, setrika itu boleh dikatakan tidak memiliki resiko atas
terbakranya pakaian saat menggosok, nanti hal ini juga dapat kamu lihat sendiri ya, silahkan lihat
atau gunakan setrika listrik, itu ada petugasnya, silahkan konfirmasih ke mbak itu.
P: setelah disetrika, apa pekerjaan berikutnya?
PA: Selanjutnya, adalah Naoses mempacking, disini kita wajib mencek baik dari segi kualitas cucian
dan setrikaan, jumlah pakaian yang tertera dinota harus sama, juga jenis-jenis pakaian yang ditulis
dibuku juga harus pas, tidak boleh kurang dan tidak boleh juga berlebih
P: oh ini catatan pakaian pelanggan ya?
PA: Catatan-catatan ini didapat, sewaktu penerimaan pakaian dari pelanggan, disana kita menuliskan
jumlah pakaian di nota, kemudian kita juga merinci secara detail jenis-jenis pakaian sebagai acuan
kita saat Naoses finishing.
P: bagaimana cara kakak untuk memNaomosikan usaha ini, agar diketahui masyarakat?
PA: Ya, kita secara reguler selalu memasang spanduk-spanduk itu dipemukiman penduduk, bisa saja
kita memasang ditempat-tempat yang berbeda dari yang kita pasang sebelumnya, ya melihat
keadaanya. Kadang kita pasang ditempat dimana spanduk kita sudah rusak atau dicopot orang ya....
P: terus bagaimana cara kerjanya?
PA: Kita menyebarnya, ya dengan memasang dipohon atau tiang listrik, tapi ya kita tidak merusak
pohon kita hanya mengikatnya dengan kawat atau tali gitu, agar pohonnya gak rusak, lagian kita kan
takut juga nanti dimarahin warga atau pak RT setempat, karena telah merusak.
P: apakah desaian warna atau tulisan yang ada dispanduk itu memang memiliki motivasi tertentu?
PA: memang ya, kita sengaja untuk memadukan berbagai warna dalam spanduk itu, ya supaya
terlihat menarik saja, kan kalau satu warna kan monotong gitu ya. Ya itulah supaya menarik saja,
lagian harga untuk cetaknya juga sama mau berapa warna juga tulisannya.
P: selain spandukk, apalagi kak?
PA: Ya buat brosur, kita bagi-bagikan kerumah-rumah warga, atau juga kita masuk-masukkan ke
pakaian pelanggan yang sudah rapi, nah untuk lebih detailnya nanti hal ini bisa ditanyakan sama
kordinator kerja sini, ya
P: oh, iya disinikan tertulis ada layanan antar-jemput gratis, itu maksudnya seperti apa?
PA: Layanan dengan mengantar pakaian ketempat pelanggan kan lebih memudahkan mereka,
sehingga mereka tak perlu repot-repot mengantar atau mengambilnya. Ya, kami menggunakan cara
ini sejak semula laundry ini ada, dan cara ini sangat menguntungkan bagi kami, karena pelanggan
kami tidak pada lari, juga menguntungkan bagi pelanggan kami, karena kami tidak memberikan
biaya tambahan terhadap layanan ini, gitu. Ya, sama-sama enak lah. Kan gak perlu repot lagi. Kita
langsung ketempatnya
P: kemudian juga ada agen-agen laundrynya juga ya kak, klo itu bagaimana ya sistem kerjasamanya?
PA: Kita tidak membebani para agen-agen itu untuk mengejar target, harus sekian gitu, tidak, itu
tidak ada. Kan kasihan kalau tidak terpenuhi targetnya. Ya pokoknya, berapapun penghasilan yang
didapatkan itu yang kita bagi, agen ya 25 persen
P: oh,,, berarti kerja sama saling menguntungkan ya kak?
PA: Agen-agen ini intinya adalah kerja sama, sama-sama menguntungkan kedua belah pihak
P: teurs siapa yang mendatangi agen-agen itu setiap hari?
PA: Ya, ada petugas yang ngantar setiap hari, keliling ketempat-temapt agen
P: sudang berapa banyak agennya kak?
PA: Data terakahir jumlah agen ada 50 agen
P: bagaiamana dalam usaha ini, ada enggak ya hutang-hutangan gitu?
PA: Ya, gimana ya, namanya juga usaha, kita tidak terlapas dari hutang-piutang, kayaknya masalah
ini tidak dapat terlepaskan dalam setiap bisnis apapun. Awalnya sih, gak pernah ada tuh hutang-
hutangan untuklaundry, tapi kesini-sini sudah jadi pelanggan kan gak enak juga gak dikasih,
sementara baju itu mau dipakai, dan mereka belum punya uang tuk tebus, ya kita punya perasaan
juga, kita kasih saja. Ya ada beberapa pelanggan yang seperti itu, tapi mereka tetap bayar kok
P: berapa banyak layanan laundry disini kak?
PA: Banyak ya bermacam-macam, mulai dari jasa cuci saja, setrika, saja, dan cuci setrika. Ada lagi
xx
paket bulanan, ada lagi eksNaess, ya bermacam—macam lah
P: terus bagaiamana dengan tarifnya?
PA: Oh tentu saja, setiap layanan berbeda-beda tarif yang dikenakan, misalanya cuci dan setrika
selama tiga hari 5000 rupiah tuh, kalau satu hari 10000 rupiah, kan beda. Nanti hal ini bisa di pelajari
lagi ya, karena ada daftar list harga kita kok, silahkan ya.
P: mengapa ya harus banyak jenis layanannya?
PA: Alasannya ya, ya ini pake logika bisnis saja mba, semakin banyak tawaran kan semakin banyak
peluang. Makanya saya banyak menawarkan jenis-jenis layanan, agar peluang rezekinya juga
banyak, sederhanya gitu”
Wawancara Kedua 25 Juli 2016
Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan
P: dari beberapa informasi yang saya dapat, bahwa ada juga hasil cucuan yang masih kotor lho kak?
PA: Bentul, itu benar. Usaha ini juga tidak terlepas dari berbagai bentuk kelalaian kami, kadang
belum bersih dicuci sudah disetrika, kadang hilang baju pelanggan
P: terus bagaiamana penyesaiannya itu kak?
PA: Tapikan sepanjang konsumen kita komplein ya kita bertanggung jawab
P: apa-apa saja ya kak, yang biasanya dikomplein?
PA: Apakah itu kurang bersih, kurang rapih, tidak tepat waktu, hilang, rusak, itukan semua ada
resikonya, lagi-lagi konsument itu kan perlu pertanggung jawaban dari kita
P: terus untuk pakaian yang hilang itu gimana kak?
PA: Pakaian yang hilang ya harus diganti, berapa kali saya mengganti pakaian orang, mauali dari
yang 50.000, 100.000, 2000.000 bahkan 500.000, ya itulah resiko
P: siapa yang ganti?
PA: Yang mengganti saya lah, bukan anggota
P: terus bagaimana dengan tanggung jawab para petugas itu kak?
PA: Memang perjanjian kerjanya mereka harus mengganti, tapi ya gimana yah, kebayang enggak
kalau mereka mengganti misal 500.000 kan kasihan gitu, mereka juga punya keperluan, ya enggak
tega lah
P: berarti rugi dong kak?
PA: Ya sudalah, anggap saja biaya – biaya tak terduga
P: bukan itu mengilangkan tanggung jawab mereka, kan nanti terulang lagi?
PA: Benar, kalau saya ganti memang seakan-akan enggak memiloiki efek jera kepada mereka, tapi
saya dalam Nainsip saya, maaf ya agak keluar dari konteks penelitiannya, hukuman itu belum tentu
berbanding lurus dengan rasa jera seseorang, lihat saja berapa banyak yang yang dipenjara gara-gara
korupsi, apakah korupsi semakin sedikit? Tidakkan.
P: mengapa kakak mau mengganti, kan sudah tanggung jawab mereka?
Ya intinya itu, saya pun dulu kerja dilaundry kawan, saya paham bentul posisi itu, jadi dengan
katalain saya pernah berada diposisi mereka sekarang ini. Mereka itu saudara saya juga, karena
mereka juga usaha ini berjalan. Kalau kita pake teori Karl Marx, kan mereka uth kelas yang sangat
menentukan berjalannya Naoses Naoduksi, ya hormati dong. Emang tanpa mereka saya bisa
menjalankan usaha ini, enggak, saya pastikan sekali lagi tidak bisa
2. Informan AM
Kordinator/Penanggung Jawab Nauli Laundry
Wawancara Pertama 14 Juni 2016
Lokasi Jalan Pondok Cabe V, Tangerang Selatan
P (Peneliti) : berapa usia mbak?
Am: Usai saya 24 tahun
P: Mbak tugasnya sebagai apa di laundry ini?
Am: Pekerjaan bagian kordinator, pengecekan kualitas laundry dan pencatatan, juga pemasaran
P: sudah berapa lama kerja disini mbak?
Am: Ya, saya disini udah sekitar dua tahunanlah
xxi
P: bagaimana Naoses-Naoses kerja disini mbak?
Am: Naoses kerja yang ada di Nauli Laundry yaitu yang terdiri dari penerimaan pakaian kotor dari
pelanggan, menghitung jumlah pakaian di depan pelanggan. Kemudian menuliskannya pada nota
yaitu nama pelanggan, jumlah kilo, harga, waktu, jumlah ptong serta tarif.
P: selanjutnya, diapain lagi ya?
Am: Kemudian setelah itu mensortir pakaian dengan memisahkan antara pakaian yang kotor dan
pakaian yang tidak kotor.
P: oh, setelah disortir ketahuan ya mana yang kotor, terus pakaian yang kotor tadi dicuci?
Am: Setelah itu memasukan pakaian yang sudah di sortir tadi kedalam, kedalam mesin cuci,
kemudian mensikat bagian- bagian yang kotor nya dan dimasukan kembali kedalam mesin cuci.
P: oh gitu
Am: Setelah pakaian selesai di cuci maka Naoses kerja selanjutnya yaitu mengeringkan pakaian,
Naoses mengeringkan menjemur pakaian. Naoses penjemuran menggunakan dua cara yaitu
pengeringan menggunakan mesin pengering atau dryer dan Naoses pengeringan dengan cara di
jemur.
P: dijemur ya
Am: Nah setelah itu pakaian yang sudah kering kemudian diangkat satu persatu dan dimasukan
kembali kedalam kantong plastik untuk di setrika.
P: iya ya,Naoses kerja selanjutnya baru lah disetrika?
Am: Kemudian Naoses kerja selanjutnya yaitu Naoses pensetrikaan pakaian, disini kita
menggunakan setrika uap, dengaan menggunakan setrika uap, Naoses kerja lebih cepat dan lebh rapih
sehingga dengan menggunakan setrika uap dapat mengefisienkan waktu kerja.
Dan Naoses kerja yang terakhir yaitu diakhiri dengan Naoses pemakingan pakaian dan
pengembalian pakaian kepada konsumen,
P: oke baik mbak. Terus kalau layanannya apa saja ya?
Am: Ya kita banyak ya, mulai dari jasa cuci gosok, cuci saja, atau setrika saja. Kalau dari waktu
penyelesaiannya ada yang tiga hari atau reguler, ada yang dua hari, dan juga da yang satu hari atau
eksNaes. Ada lagi, ya seperti laundry kiloan dan satuan, juga paket bulanan, jadi cukup banyak ya
Pada dasarnya layanan-layanan ini, diNaogramkan bertahap-tahap, jadi gak langsung ada semunya.
P: bertahap-tahap maksudnya apa ya mbak?
Am: Maksudnya, dulu awalnya kita Cuma melayani laundry klioan yang sehari, dua hari, dan juga
tiga hari. Kemudian, setelah beberapa lama ada permintaan konsumen untuk jasa satuan, terus kita
mempelajari di berbagai laundry yang ada, sehingga kita pertimbangkan dann kesimpulannaya ya
kita adakan itu.
P: inikan ada tulisannya dispanduk paket bulanan, bagaimana tuh mbak?
Am: Ya, nah ini paket bulanan itu layanan kia yang terbilang baru ya dibanding ya lain, ya sekitar
delapan bulanan lah. Pemikiran itu lahir ketika kita coba melihat beberapa laundry, terus kita
mempelajari konsep laundry bulanan itu, dan akhirnya kita gunakan juga
Paket bulanan ini, dikenai tarif 135.000 rupiah per 30 kilo untuk jasa cuci dan setrika dengan lama
pengerjaan tiga hari.
P: terus apa yang membedakan jasa ini dengan yang lainnya?
Am: Yang membedakannya, pertama pembayarannya diawal ya, artinya ketika ada pelanggan kita
yang menggunakan paket ini mereka diharuskan membayar dulu, baru kemudian mereka
mengunakannya.
P: terus pelanggan-pelanggan itu harus melaundry sebulan?
Am: Ya, secara operasionalnya, kan kuotanya ada 30 kilo, terus pertama melaundry dia bawa misal 5
kilo, terus tinggal kita kurang-kurangi saja 30 dikurang 5 kilo ya sisanya 25 kilo lagi, terus besoknya
lagi mau melaundry katakan 4 kilo yang dikurang-kuangi saja, sampai habis. Klau sudah habis, ya
tinggal bayar lagi. Eh, bisa saja ada pelanggan yang sebulan sampe dua kali bayar, ya tergantung
pemakainnya juga.
P: terus kalau dengna yang reguler itu apa bedanya mba?
Am: Oh, iya yang membedakannya lagi dengan yang reguler ya lebih hemat paket keluarga ini, misal
ni, kan sekilo itu dihargai 5000 rupiah jika dikali 30 kilo kan udah ketahuan berapa, 150.000, nah
sementara mereka hanya bayar 135.000 kan lebih hemat 15.000.
P: paket bulanan ini hanya cuci gosok saja ya mba?
xxii
Am: masih banyak jenis paket bulananya, ada yang tiga hari, seperti yang sudah saya katakan, ada
juga yang Naosesnya dua hari dan satu hari, ada lagi yang peket bulanan hanya cuci atau hanya
setrika saja, yang tadikan paket bulanan cuci dan setrika selama tiga hari pengerjaan. Eh, supaya
lebih jelas nanti boleh deh dilihat daftar harganya ya.
P: oh gitu mbakya, terus kalau yang laundry satuan itu gimana mbak?
Am: Kalau jasa satuan ini, ya pakaian atau barang ya tidak lagi dikiloin tapi dihargai berdasarkan
jumlah potong pakaian, jadi persatu jenis dan potong, beda dengan kiloan
P: terus ada juga jasa cuci atau gosok saja?
Am: Oh, iya enggak ada tuh, untuk jasa satuan itu enggak terima hanya cuci atau gosok, layanan ini
hanya diperentukkan untuk jasa cuci dan setrika
P: berapa lama Naoses pengerjaannya untuk laundry kiloan ini mbak?
Am: Waktu pengerjaannya tiga hari, tapi khususnya seperti karpet ya 10 hari, kan agak susah
keringnya, boneka, dan bantal 5 hari
P: apa-apa saja ya mbak yang masuk jenis jasa cuci satuan ini?
Am: Waduh, kalau ditanya apa saja jenis pakaian yang masuk satuan, ya seluruhnya baju, celana,
jaket, bedcover, boneka tadi, ya kalau ini biar lebih jelasnya nanti saya tunjukin daftra pakaian
sekalian harganya ya.
P: oh iya mbak, kalai yang reguler tadi harga nya beda-beda ya satu hari, dua hari, atau tiga hari?
Am: Kalau yang reguler tadi ya itu dikiloin pokoknya sekilo 5000, kalau yang duhari juga dikiloin
sekilonya 8000, dan yang eksNaess itu juga dikiloin sekilonya 10000
P: ada batas sekilo harus berapa potong gitu pakainnya?
Am: Oh, kita enggak, pokoknya dikiloin, ditimbang mau berapa potong pun yang itu gak acuan, yang
acuan kitakan jumlah kilonya berapa gitu. Saya enggak tau ya ada batasannya sekilo itu harus berapa
potong, boleh juga tuh sebagai masukan, heheheh
Eh, ini lagi, nah kalau untuk kiloan ini ya, jika pelanggan kita pakaiannya kurang dari sekilo kita
anggap sekilo, jadi melaundry tempat kita itu minimal satu kilo.
P: apa pelanggan enggak keberatan digituan mbak?
Am: Ya, pelanggan kita tau, kan kita tulis juga pengumumannya, dan jika belum tahu ya kita kasih
tau. Kan kebayang kalau setengah kilo kalau dihargai ya 2500 dong, ya rugilah.
P: itu berlaku untuk seluruh jasa kiloan ya mbak?
Am: Ya, semua yang kiloan digituan, mau reguler maupun eksNaess, minimal satu kilo.
P: kalau yang satuan, ada batas minimalnya harus berapa potong gitu?
Am: Hehe, teliti banget ya pertanyaanya, tapi gak apa-apa saya juga senang kok, soalnya ini baru
pertama saya diwawancarai tentang laundry, ok mba kalau untuk satuan enggak ada minimalnya
harus berapa potong, satu botong boleh, dua boleh, berapa pun boleh.
P: ok, kalau iklan pernah ditelevisi mbak?
Am: Kalau iklan, kita enggak ada tuh iklan di televesi, kan laundry kita masih kecil mba, belum
mampu bayar iklan seperti itu, Radio, koran juga belum pernah ya paling kita iklanya di OLX, kan
gratis tuh
P: suka buat spanduk, brosur gitu mba ya?
Am: Oh, itu ya ada, kita buat spanduk, buat brosur terus kita bagi-bagian ke masyarakat
P: isinya tentang apa ya mbak?
Am: Isi iklannya, ya intinya menawarkan jasa laundry. Ada da kita juga tulis disitu layanan-layanan
laundry kita, harga, alamat, nomer hp, ya semuanya lah, biar masyarakat tau.
P: apakah iklan itu efektif untuk memNaomosikan laundry ini mbak?
Am: Kalau dibilang efektif, ya boleh dikatan efektif ya, contohnya enggak sedikit langganan kita tau
dari iklan itu, mereka menelpon kita, mereka tanya iklan itu, terus kita benarkan, ya banyaklah yang
kayak gitu. Apalagi yang ikut paket bulanan itu, rata-rata mereka tau dari iklan, eh juga yang mau
jadi agen laundry kita itu juga kebayakan tau dari iklan, ya efektif kan.
P: ada ya layanan antar jemput?
Am: Ya, kita ada layanan antar-jemput, itu gratis
P: mengapa mau mbak ngatarin, kan gak nambah penghasilan, gratis?
xxiii
Am: Layanan dengan mengantar pakaian ketempat pelanggan kan lebih memudahkan mereka,
sehingga mereka tak perlu repot-repot mengantar atau mengambilnya. Ya, kami menggunakan cara
ini sejak semulalaundry ini ada, dan cara ini sangat menguntungkan bagi kami, karena pelanggan
kami tidak pada lari, juga menguntungkan bagi pelanggan kami, karena kami tidak memberikan
biaya tambahan terhadap layanan ini, gitu. Ya, sama-sama enak lah. Kan gak perlu repot lagi. Kita
langsung ketempatnya
Kan pelanggan kita ini kadang ada pakaiannya yang banyak benar sampe dua karung, jadi mereka
kewalahan untuk bawanya, ya untuk memudahkan pelanggan itukan kita jemput saja.
P: cukup banyak ya pelanggan yang menggunakan layanan ini?
Am: Lagian juga, jika dipersentasikan pelanggan kami itu hampir 80 persen dilayani dengan antar-
jemput ini, apa lagi yang paket bulanan 100 persen itu diantar semua
P: Naogram andalan dong?
Am: Ya, Naogram ini andalan kami lho mba, disinikan banyak juga usaha laundry, setahu saya cuma
kami yang melayani antar-jemput gratis
P: apa perhitungan bisnis dengan layanan antar jemput ini mbak?
Am: Kalau diperhitungkan alasan antar-jemput ini, ya dengan diantarnya pakaian-pakaian pelanggan
kita ini, kan mereka jadi pelanggan tetap kita, kalau ada pakaiannya yang kotor mereka telepon terus
kita jemput, begitu juga kalau pakaiannya undah rapi langsung kita antarin kerumahnya.
P: oh gitu. Terus agen laundry itu maksudnya gimana mbak?
Am: Agen laundry itu kita buat dalam bentuk kerja sama ya, kerja samanya yang kita sistem bagi
hasil, mereka mendapatkan hak 25 persen dari harga laundry, jadi kita 75 persennya.
P: agen laundry ini difasilitasi apa mba dari laundry ini?
Am: Oh iya, agen laundry itu kita fasilitasi, ya spanduk, nota, juga brosur, iklan tadi
P: bagaimana ya teknis kerjasama ini?
Am: Secara teknis kerja sama ini, ya mereka hanya menerima pakaian dari pelanggan, dituliskan
pada nota yang telah kita berikan itu, kemudian ada petugas kita yang setiap hari mendatangi agen-
agen ini, baik untuk ngantarin pakaian yang sudah rapih, juga sekalian ngambil pakaian yang kotor
dari agen
P: sudah berapa banyak agen laundry mbak?
Am: Agen kita hari ini, sekitar 50, yang tersebar di wilayah cinere, ciputat, pondok piang, kampung
gunung, lebak-bulus, rempoa, ya tersebar la mba, kalau mba ada waktu silahkan mba ikut sekali
waktu, kita mengantarnya pake mobil kok, jadi enggak ngerepotin kok. Silahkan mba ya.
P: kapan datang ketempat agen?
Am: Oh, iya kita keliling agen, itu kalau tidak pagi jam sembilan-nan, ya sore sam tiga-an
P: agen tugasnya pa ya mba, gosok, atau nyuci gitu?
Am: Enggak mba, agen itu tidak menggosok, nyuci, hanya nerima pakaian saja dari pelanggan, terus
mereka yang kembalikan lagi
P: gimana transaksi keuangan dengan agen?
Am: Pembayaran, kita itu adakan sebulan dua kali setiap tanggal lima sama tanggal 25 setiap
bulannya.
P: oh, enggak tiap hari ya
Am: Enggak, itu tidak tiap hari, jadi konsumen membayarnya ya sama agen dulu, agen yang nyimpan
uangnya, terus kalau waktu pembayaran, setoran sama kita baru kita terima uangnya, jadi kita itu gak
terima uang dari konsumennya agen, tapi itu kerjanya agen, kita hanya urusan dengan agen.
P: itu tentang hutang gimana ya mba kok ada?
Am: Pada awalnya sih kita enggak terima hutang-hutangan ini. Tapi kesini-sini namaya juga udah
banyak pelanggan jadi ini enggak terelakkan ya, ya kayaknya ini udah jadi resiko setiap usaha ya,
mau gimana lagi kan
P: menurut mbak apa manfaatnya dengan kelonggaran seperti itu?
Am; Ya ada positifnya, ada juga negatifnya, kalau positifnya ya pelanggan kita lebih nyaman, kan
kadang mereka belum ada uang mau bayar, sementara pakaiannya mau di pakai, ya kita kasih saja
dulu, dari pada nanti mau kerja gak ada pakainnya ya jadi gak enak juga, kasihan gitu. Nah besoknya
kalau mau bayar mereka jadi bawa lagi pakaian kotornya, kan kita jadi dapat rezeki tuh. Kalau
negatifnya sih, jadi keterusan ngutang, teurs ada juga pelanggan kita yang belum-belum bayar
hutangnya, kita tagih ada saja alasannya. Ya udalah enggak rejeki.
xxiv
P: terkait soal pencatatan, emang apa yang dicatat mba?
Am: Oh, catatan disini banyak sekali mba, mulai dari catatan pemasukan laundry berapa kilo sehari,
catatan pengambilan pakaian dari pelanggan berapa rupiah per hari, catatan paket bulanan, catatan
list pakaian, catatan pengeluaran, catatan pemasukan, belum lagi catatan laporan keuangan dan
pendapat per minggu, itu harus dilaporkan ka abang, yang punya usaha
Seluruh catatan itu sangat penting sekali, kalau enggak ada waduh kita bisa kerepotan
P: oh seperti catatan pakaian pelanggan.
Am: Misal catatan list pakaian pelanggan, itu harus kita lakukan, maaf ya enggak sedikit orang
berbuat curang dengan kita, katanya ada pakaiannya yang hilang, setelah kita periksa catatan ternyata
pakaian yang dia sebut itu mamang gak dia laundry
P: kan repot benar itu mbak, emang apa ya fungsinya?
Am: Pernah tuh kejadian, pas ada konsumen kita nanyakan kemejanya yang berbahan levis, kok
enggak ada katnaya gitu, terus kita cek catatan pakaiannya, pas ditemukan mamang pada saat itu dia
engak ada nyuci kemeja apapun, apa lagi kemeja berbahan levis, terus dia pergi, ya banyaklah modus
yang kayak gitu, makanya kita harus hati-hati
P: kalau catatan keuangan?
Am: Kalau catatan keuangan juga perlu, kan untuk laporin keuangan sama abang nanti, gimana kalau
enggak ada catatannya, kan entar dituduh kita bohong, gak jujur. Pokoknya catatan itu pentinglah
mba, nanti saya tanya abang dulu boleh enggak saya tunjukin catatan-catatan itu sama mba. Tapi
setahu saya bagi abang itu enggak ada yang rahasia, kayaknya boleh sih, tapi saya ijin dulu ya, entar
mba saya kabarin
P: menurut mbak bagaiamna pengalamnnya dilaundry ini, biar konsumen tertarik?
Am: Banyak cara, membuat usaha kita ini menarik, seperti penysusnan dirak pakaian harus kelihatan
rapi, tertata, ya tidak berantakanlah
Juga waktu pemekingan pakaian harus rapih, benbentuk segi empat, kotak gitu, jadi kelihatan rapih
P: kalau untak pakaiannya biar menarik biasanya diapain mbak?
Am: Ya, kita berikan wangi-wangingan, kita semNaotin parfum sebelum di packing, terus kita
susuan pakaian itu dengan rapih
Sewaktu menggosok juga kita enggak sembarangan, ya bagaiamana melipat kemeja, kaos, celana,
celana berbahan levis, itu semua harus rapih, tidak bisa sembarang
Belum lagi saat mencuci kita pastikan noda-noda yang berat disikat, yang intinya gimana pakaian
mereka jadi terliaht bersih, rapih, dan wangi.
Wawancara Kedua 21 Juli 2016
Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan
P: ngomong-ngomong gimana ya mbak, terhadap pakain pelanggan yang masih kotor?
Am: Betul mba, kadang memang ada kekhilafan kita disii ya, ada pakaian yang masih kotor sampai
sama pelanggan.
P: tapikan seluruh Naoses kerja ii diperikasa mba?
Am: Seperti yang saya sampaikan tempo hari yang lalu bahwa pada dasarnya kita cek, hanya saja
terkadang ada noda itu sulit untuk kita hilangkan, ya mau gimana lagi. Tapi jika pelanggan komplen
kita tetap layani ya, kita coba cuci lagi.
P: terus untuk pakaian yang hilang gimana?
Am: Untuk pakaian hilang, ya memang tentu enggak semua pelanggan komplein, ada yang diam,
dak tau kenapa, ya kita kan jadi gak tau
Kalau pun ada yang komplein kita cek kapan waktu hilang itu berdasarkan catatan kita, kalau benar
ya kita ganti, atau kita cari dulu. Tapi masalahnya yang membuat repot itukan sudah sebulan
kehilangan baru sekarang disampaikan, itu membuat repot, padahal di nota itu kita telah tuliskan
komplein hanya berlaku 1 kali 24 jam.
P: kalau yang lama ketahuan hilang, terus dilaporin pelnggan enggak ya mba?
Am: Kan kalau sudah lama, kita kan repot untuk nyarinya, belum lagi pembukuan kita sudha baru,
jadi itu memang ada Naobelem tersendiri
xxv
Wawancara Ketiga 8 Agustus 2016
Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan
P: bagaiamana cara memastikan pekerjaan para petugas itu mbak?
Am: Kita terus mengontrol kerjaan petugas cuci dan setrika, kalau menurut pertimbangannya
mereka lalai, ya kita tegur dong
P: terkait dengan mengganti pakaian yang hilang, siapa yang ganti?
Am: Kalau masalah penggantian pakaian yang hilang, memang awalnya mereka itu diperingatkan
bahwa kalau ada pakaian yang hilang mereka harus ganti sendiri
Tapikan semuanya juga harus perlu pertimbangan, biasanya kalau ada maslah ini saya langsung
berkonsultasi dengan abang, gimana solusinya. Dan belum pernah memang pekerja itu yang ganti,
selalu abang yang ganti
P: lah, nanti mereka engak jera dong mbak?
Am: Memang iya, disatu sisi tidak memberikan efek jera ya, tapi disini lain juga kan kasihan juga
mereka harus ganti misal seratus ribu atu tigaratus tibu, kasihanlah mba, gak tega. Tapi itu tetap
diperingatkan supaya janga menglami kelalaian itu.
3. Informan NA
Petugas Bidang Setrika Nauli Laundry
Wawancara Pertama 15 Juni 2016
Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan
P (Peneliti): sudah berapa lama kerja disini mbak?
Na: aku udah sekitar satu tahun kerja disini mba
P: tugasnya apa-apa saja mbak dari awal sampe sekarang?
Na: ya memang dari awal sudah bagian setrika, sampai sekarang
P: selain itu ada lagi mbak, tugasnya yang lain?
Na: kalau pekerjaan aku kan bagian setrika sama mempacking
P: dari jam berapa mulai kerja?
Na: dari jam 8 pagi, terus istirahan dari jam 12 sampe jam 1 siang, terus masuk lagi, selesainya
sampe jam lima sore
P: apa yang mbak gosok disini mba?
Na: kalau kerjaan gosok inikan, ya menggosok pakaian yang sudah bersih, udah dicuci, terus saya
menggosok satu persatu
P: oh maaf, maksud saya, cara kerja gosoknya mbak gimana gitu?
Na: oh.., gosoknya satu orang dulu, satu pelastik itukan satu pelanggan, jadi kalau sudah selesai
satu orang baru dilanjutnya kepelanggan berikutnya, gitu seterusnya mba
contoh, inikan satu pelastik ini ada notanya didalam, nah satu nota inikan berarti milik satu orang
pelanggan, nah ini dulu yang aku setrika sampe selesai, kalau udah kelar, baru aku lanjutin lagi
dengan yang lainnya
P: terus klau sudah selasai, diapain lagi ya mbak?
Na: kalau satu orang ini sudah aku selesaikan, aku letakin dulu dibawah, untuk ngelanjutin yang
lain, yang nanti kalau ditumpukin diatas meja inikan nanti malah kecampur ama milik orang yang
lain
P: enggak langsung dibungkus kedalam plastik ya mba?
Na: oh enggak, gak bisa mba langsung dibungkus, kan ini pake setrika uap, nah kalau baru selesai
disetrika uapnya masih nempel di pakaian, jadi rada-rada anget dan agak basah gara-gara uap itu
P: nunggu kering, maksudnya?
Na: biasanya didiamin saja, dulu nunggu uapnya kering, sambil menggosok pakaian yang lain,
yang ditumpuk-tumpukin dulu, di baris-bariskan, pokoknya jangan sampai kecampur dengan
pakaian orang lain, entar jadi repot
P: oh, bedaya ya sama setrika listrik?
xxvi
Na: iya, ini setrika uap, beda dengan setrika listrik
bedanya ya, pertama lebih cepat rapih, sekali gosok sudah langsung rapih, kalau setrika listrik kan
kita gosokknya harus berulang-ulang dulu baru rapih, ini mah enggak
P: terus apa lagi yang membedakan setrika ini dengan yang biasa itu?
Na: lebih cepat juga, kebayang kalau pake setrika listrik, wah 70 kilo itu bisa lama, ngerjainnya
ini cepat mba, pokoknya satu kali ngisi bisa mensetrika 30 kilo, selama dua jam
P: sekali ngisi 30 kilo, maksudnya apa ya mbak?
Na: oh, maksudnya, sekali ngisi itu, inikan disetrika uap ini ada tabung tempat ngisi air. Jadi sekali
isi ini lima liter air, kan kapasitas setrika ini lima liter, terus air ini direbus, kan setrika ini dibawah
tabungnya ada kompornya mba, ya seperti ngerubus air saja
P: ditunggu sampai panas ya mbak?
Na: nunggu panas, agar ada uapnya sekitar kurang dari setengah jam lah, baru uapnya ada
P: terus kalau dah panas nie baru bisa digunai ya mbak?
Na; nah kalau sudah panas, ada uapnya, baru mulai menggosok, nah sampai habis air, uapnya itu
sekitar dua jam pemakaian, ya dapat 30 kiloanlah sampai habis
nah kalau udah habis diisi lagi, kayak tadi
P: oh gitu ya
Na: nah inikah, aku nunggu nie, baru ngisi air lagi, nunggu panas, pas saat nunggu ini saya
mempacking pakaian yang sudah kering
ya gitulah mba, cara kerjanya
P: berarti sehari berapa kali ngisi ini mbak?
Na: rata-rata sehari aku ngisi air itu tiga kali, mba
P: pakain ini dicek lagi enggak mbak?
Na: sewaktu menggosok aku enggak ada cek pakaian satu persatu, tapi waktu terakhir tuh pas mau
packing baru aku cek, sesuai dengan catatan yang ada dibuku
P: enggak gunain pelicin pakaian mba?
Na: oh enggak, kita enggak pakai krisNaei untuk disemNaotkan saat mensetrika, kan ini setrika
uap, jadi gak perlu itu, udah rapih kok, licin
P: enggak wangi donk mbak?
Na; biar wangi itu, kita semNaotin parfum laundry mba, sebelum dipacking, satu persatu
P: kapan di parfumin mbak?
Na: kan tadi udah selesai ni digosok, nah kita mau bungkus pakaian, tapi sebelumnya kita parfumin
dulu biar wangi, sebelum di packing
Wawancara Kedua 24 Juli 2016
Lokasi Jalan Pondok Cabe V - Tangerang Selatan
P: mbak pernah tau enggak ada pelangga yang komplein karena pakainnya masih kotor?
Na: iya mba, ada juga pelanggan yang komplein masih kotor
P: kan mbak juga bisa cek pakaian kotor sewaktu gosok?
Na: iya benar, memang Naoses disetrika ini juga aku ditugasi untuk memeriksa pakaian yang
masih kotor, kalau masih kotor biasaya aku enggak gosok, dibalikin lagi sama tukang cuci untuk
dicuci ulang
P: tapi kenapa ya mbak masih ada saja yang gitu/
Na: iya, seharusnya memang enggak ada pelanggan yang komplen, kan sudah dicek, tapi kan ada
juga lho mba noda itu menurut saya sulit untuk dihilangkan, jadi aku gosok saja
P: terus gimana dengan pelanggan ya mbak?
Na: yang namanya juga pelanggan, ya mba, adakan mau sempurna, bersih total seperti baru, ya
enggak bisalah
P: emangnya mengapa seperti itu mbak?
Na: sering juga yang dikomplein itu, yang memang sebelumnya aku udah minta dicuci ulang, terus
setelah dicuci ulang masih belum hilang juga nodanya, ya kan artinya memang enggak bisa hilang,
terus mau diapain lagi ya, tapi jarang sih penglanggan yang gitu
P: terus biasanya, kalau masih kotor mbak enggak gosok?
xxvii
Na: bukannya aku merasa sudah benar ya mba, aku juga harus akui terkadang juga lalai, ada
pakaian yang masih kotor yang aku setrika, itu tadi perasaannya sih kalaupun dicuci ulang, sama
saja hasilnya, kadang itu aku salah, seharunya kan dicba dulu, kalau enggak baru gosok saja
langsung
P: terus klo sudah gitu ditegur enggap mba?
Na; pastilah mba, ditegur, kan kalau kita ditegur ya aku jelasin dulu masalahnya
yang sering negur ya, si mba itu, yang tukang catet
P: oh kordinator, bukan bosnya ya mbak?
Na: iya, kordinator kerja, kan dia yang dipercaya sama bos untuk ngecek kerjaan kita
P: kalau bos nya pernah marah atau negur gitu?
Na: enggak, si mba sama aku gak pernah marah-marah, Cuma nanya doang, kenapa masih kotor
disetrika, ya aku jelasin saja,dia ngerti kok. Tapi kalau aku salah yang memang aku minta maaf,
kan kalau kita yang salah, terus si bos tau, kan yang ditegur kordinatornya mba
P: oh berarti bos negurnya kordinator ya mba?
Na: iya, kalau kita bertanggung jawab sama kordinator, terus kordinator bertanggung jawab sama
si bos
P: kalau bos nya pernah nanya-nannya pa gitu tentang kerjaan?
Na: kalau si bos si pernah juga nanya-nanya kenapa ini, kenapa itu, tapi orangnya kan lucu, suka
bercanda, kadang pun kita jawabnya bercanda juga
pokoknya maslahnya jagan pakaian orang sampai hilang saja, oh itu dia biasanya langsung marah-
marah sama kordinator
P: terus kalau hilang gimana mbak?
Na: kalau hilang, jarang sih saya yang ditanya, paling-paling bagian cuci atau sama bagian
penerimaan
saya kan Cuma gosok doang, mba
P: maaf ni mbak, tadikan mba juga bilang, mba ngelist juga?
Na: iya, saja juga ngelist pas packing pakaian, pokoknya yang ada yang di list, kalau enggak ada
enggak saya ceklist, terus aku sampaikan sama kordinator ini kurang, misalnya kaosnya, atau ini
berlebih kaosnya, gitu mba
ya sederhanya, masing-masih petugas ada tanggung jawabnya masing-amasing saja
4. Informan RA
Petugas Bidang Pencucian Nauli Laundry
Wawancara Pertama 17 Juni 2016
Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan
P (Peneliti): sudah berapa lama kerja disini bang?
Ra: bekerja diini sudah delapan bulan
P: tugasnya apa bang?
Ra: tugas saya nyuci sama sama jemur
P: bagaimana cara kerja nyuci disini bang?
Ra: cara kerjanya ya, pertama-tama kita ambil pakaian dalam pelastik yang kotor, itukan satu
pelastik satu orang, jadi kita keluarkan terus kita pilih-pilih mana yang harus disikat mana yang
enggak
P: dari mana abang tau pakaian-pakaian yang mana harus disikat?
Ra: taunya yang diskiat dari pakaiannya, ya kotor, misalnya ini bagian kerahnya kan pake mesih
noda inikan enggak hilang, harus disikat dulu, supaya nodanya ilang
P: setelah itu diapain lagi ya bang?
Ra: terus setelah disikat bagian-bagian yang kotor tadi dimasukin deh kedalam mesin cuci
P: pakai mesin cuci juga ya bang, terus gimana tuh kerjanya?
Ra: oh iya itu, mesinnya merendam dulu sekitar 10 menitan, kemudian mesinnya mutar, maulai
nyuci
P: berapa lama Naosesnya?
Ra: kira-kira sekitar 27 menit, karena dimesin itu ada tulisan 27
xxviii
P: terus dikeluarin dari mesin, kemudian dibilas diember itu ya bang?
Ra: enggak, enggak dibilas di ember, kan mesinnya langsung otomatis ngebilasnya
P: terus airnya enggak diganti-ganti dong?
Na: airnya, itu tiga kali ngisi, otomatis, ya pertama tadi ngerendam sekalian nyuci, terus mesinnya
ngeluarin, buang air kotornya, terus air bersih masuk lagi untuk pembilasan pertama, terus lagi air
bilasan itu dibuang lagi, sampe terakhir air masuk lagu untuk membilas yang terakhirnya, nah
dipembilasan
terakhir inikan, kita masukin pelembut, softener, udah tinggal nunggu di spin
P: oh gitu.
Na: nah setelah selesai, terus pakaian itu dimasukin ke ember untuk dijemur, mba
P: pake diterjen apa bang?
Na: kalau diterjennya kan sudah dibeliin, ya diterjen laundry, satu jerigen
P: gimana nakar ukuran diterjennya?
Na: ya ada alat penakarnyanya berapa banyak dituang ke dalam mesin cucu, itu seperti gelas kecil
alat menakarnya, disana ada ukuran-ukurannya
P: ngomong-ngomong ada target enggak berapa banyak yang di cuci ?
Na: iya ada lah mba, kita maksimal sehari nyuci 80 kilo per orang, itu targetnya
P: emang jam berapa mulai kerjanya?
Na: ya mulai kerja jam delapan pagi sampai jam lima sore
P: ada waktu istirahat?
Na: ya, istirahatlah, dari jam 12 sampe jam satu siang, mau makanlah, solatlah, istirahat
P: makannya dimana bang?
Na: kalau makan kita disini, kadang juga kalau kita pengen makan apa itu, kita yang masak, gak
apa-apa
P: dibatasin enggak berapa banyak makannya?
Na: enggak dibatasi makan mau berapa banyak, amau sepering kek, mau nambah kek, gak apa-apa,
gak pernah dilarang
P: eh iya, tadi bedain pakaian orang maksudnya napa ya?
Ra: ya cara bedaian pakaian orang ya, jangan dicapur, entar jadi kewalahan
P: lumayan repot juga ya bang?
Ra: tapi kadang kita juga jadi kenal tuh baju pelanggan, kan tiap hari dicuci, ya lama-lama jadi
kenal, tapi enggak semua ya, hanya beberapa pelanggan saja
P: terus setelah dicuci, kan dijemur tuh?
Ra: nah kalau menjemur, kita kan misahinnya, itu dipakaian ada notanya, jadi kalo jemur itu kita
susun berbaris dijemuran
P: digantung pake henger ya, gimana tuh caranya bedaiinya?
Ra: iya, digantung pake henger, tiap-tiap potong pakaian, terus dijemur deh, itu jemuran bambu,
terus dari satu pelanggan kita pisahin pake notanya, kita gantung nota itu dihenger
P: berapa lama keringgnya itu bang?
Ra: nah kalau sekarng nie, kita jemur, besok sudah diangkat, kadangkan ada bebrapa pakaian yang
enggak kering, terus kita masukin ke mesin pengering
P: terus klau pakaian yang gak kering, nunggu kering lagi dijemuran, atau pakai mesin?
Ra: iya itu mesin pengering yang dibawah, yang gede itu, itu untuk ngeringin pakaian
P: itu dayanya pake apa ya?
Ra: itu menggunakan gas sama listrik
P: berapa lama ngeringinnya pake mesin itu bang?
Ra: ya, waktunya sekitar 15 menit langsung kering, hangat lagi
P: selain pakaian yang enggak kering tasi, digunain untuk apa lagi itu ya?
Ra: iya, itu juga digunain untuk pakaian yang eksNaess, kan eksNaess satu hari tuh, jadi enggak
sempat kalau di jemur, makanyasetelah dicuci langsung dimasukin ke dalam mesin pengering
P: gimana ya pakaian ini biar enggak ketukar sama pelanggan yang lain?
Ra: pokoknya kita harus teliti, gak boleh ketukar, hilang, rusak, kena luntur, super hati-hatilah mba
P: kan kadang kita lupa atau apa gitu?
Ra: kan ada catatannya, berapa jumlah pakaian dan apa-apa saja jenisnya
jadi kalau sudah bersih, kita masukin kepelastik biar digosok, ama tukang setrika
xxix
P: kapan angan mencek pakaian yagn sudah selsai di cuci itu?
Ra: nah waktu memasukkan kepelastik itu, kita hitung dan list jenis-jenis pakaiannya, pas apa
enggak dengan catatan, juga disana kita periksa kualitas cucian, bersih atau masih ada yang kotor
Wawancara Kedua 22 Juli 2016
Lokasi Jalan Sandratex, Rempoa - Tangerang Selatan
P: menurut pengalaman abang kenapa ya masih ada pakaian yang kotor sampai ketangan pelangan?
Ra: iya memang mba, kadang itu salah kita, kadang juga ya pakaian itu kalau sudah basah, pas
nyucinya, kan susah juga dibedaian mana yang masih ada nodanya juga, jadi itu saya benarkan ada
kekhilafan kita
P: kan sudah abang cek?
Ra: benar memang kita sudah cek kualitasnya, seperti yang dulu pernah mba tanyain
P: terus kok bisa terjadi gitu ya bang?
Ra: ya kadang kalau kerjaan numpuk, kita jadi terburu-buru, jadi enggak teliti waktu ngeceknya
P: ditegur enggak klau seperti itu?
Ra: ya ditegur la, apalagi yang bagian ngecek kerjaan kita, itu mba yang satu itu, dia
kordinatornya, kadang juga ya dimarahin, tapi wajarlah supaya kita jadi teliti kerjanya, yang
pentingkan enggak marah-marah terus, kalau salah ya kita akui salah, kita minta maaf
P: terus apa hukumannya?
Ra: kalau hukumannya, ya enggak ada sich, Cuma saja kalau yang dicuci ulang itu enggak masuk
dalam target kita yang 80 kilo, lagian juga kan yang dicuci ulang kan gak banyak, Cuma satu atau
dua potong saja, enggak sampai beberapa kilo kok
P: oh enggak dipotong gaji gitu?
Ra: disini intinya kekeluargaan saja
P: kalau yang punya laundry, mau negir klau gini?
Ra: kalau yang punya, abang itu mah, jarang negur. Kalau pakaian hilang baru dia negur kita, kalau
sebatas kurang bersihkan bisa dicuci ulang, terus kalau hilang kan harus diganti, ya otomatis
diakan jadi rugi, lagian juga nanti pelanggan jadi enggak percaya
P: siapa yang bertanggung jawab mengganti?
Ra: perjanjian awal sewaktu kerja memang, kalau ada pakaian hilang kita yang disuruh ganti, tapi
enggak pernah kita dimanta untuk ganti baju orang
P: setahu abang pernah pakaian orang hilang?
Ra: pernah lah, setahu saya pernah pakaian orang hilang gitu, gaktu kemana, apa tertukar, atau
salah jumlah, atau salah ngelistnya, saat penerimaan, gak tau masalahnya dimana, tapi iya pernah
kehilangan
P: sudah berapa kali bang kehilangan, seingat abang?
Ra: selama kerja disini, seingat saya ada mungkin sekitar tiga kali kehilangan, tapi gau tau juga
persisnya berapa banyak
P: tau engak bang, kenapa enggak minta ganti sama abang atau sama pekerja lainnya?
Ra: alasannya, enggak minta ganti sama kita yang enggak tau ya, apa, mungkin abang itu ngerti,
keadaan keuangan kita
P: kalau diganti gitu, gimaman perasaan abang?
Ra; ya tetaplah ngerasa enggak enak, kan gara-gara kesilafan kita abang itu jadi ngeluarin uang
untuk ganti, seharusnya kan kita yang ganti
1. Informan Fah
Pengguna Jasa Laundry Paket Bulanan
Wawancara Pertama 2 Juni 2016
Lokasi Jalan cabe V No 52
xxx
P: Berapa usia abang?
Fah: Kalau umur, ya 30 tahuan the
P: udah berapa lama agang menglaundry? Dan tahu darimana kalau ada laundry?
Fah: Saya mah teh ngelaundry udah hampir setahunan kayanya, tahu laundry ini kan ada
spanduknya teh, pernah sih kayanya pernah liat bentuk brosur gitu teh warna hijau kalau gk salah
warnanya ada dimasukin pakaian, tapi sekarang gak tahu dimana brosurnya.
P: kenapa menglaundry bang?
Fah: Yaaa teh namanya juga masih sendiri, kadang pulang malam, nyampe rumah capek gk
sempat lagi saya nyuci, lebih simple teh dibawa ke laundry gk perlu ribet,
P: apakah menurut abang lebih murah paket bulanan dibandingkan dengan yang kiloan?
Fah: Benar memang paket ini lebih murah dibanding yang biasa itu ya, tapi kita kan namannya
juga manusia ya, kerja juga kan gajiannya sebulan tuh, kan lebih aman kita pakai paket ini, mana
tau gak ada uang, kan tinggal diambil saja, gak perlu lagi bayar, bayar laundry kan bulanan. Ya
kita ambil gampangnya saja, biar lebih tenang saja sih
P: dari mana abang tahu tentang paket bulanan?
Fah: saya pakai laundry yang 5 ribu apaa itu namaanya, tapi kadang kalau baju seragam saya,
sayaa ekpresin, tapi sekarang saya pake paket bulan teh, ditawarin sama yang jaga laundrynya
P: menurut abang bagaimana mengenai pelayanan laundry ini?
Fah: Menurut saya teh pelayanannya udah cukup lumayan bagus bisa antar jemput gratis lagi,
Petugas yang jaga nya juga sopan- sopan, suka senyum.
P: apakah abang pernah komplain?
Fah: Pernah teh saya komplain, waktu itu saya nguci seragam kerja tapi masih keliatan kotor gitu
saya bilang aja sama yang jaga laundrynya, trus mereka cuci ulang lagi
P: harus bayar lagi gak kalau dicuci ulang bang? Terus berapa hari kalau dicuci ulang bang?
Fah: Kalau cuci ulang, ya gak bayar, gratis teh waktu itu petuags laundrynya bilang sih Cuma 1
hari kalau dicuci ulang.
P: pernah gak selama menglaundry baju abang ada yang hilang?
Fah: Kalau kehilangan, saya enggak pernah tuh teh. Paling juga kurang bersih tadi. Setahu saya
mereka itu kan mencatat jumlah pakaian, dan juga saya pernah lihat tuh mereka juga punya buku
catatan jenis-jenis pakaian orang yang melaundry.
P: pernah gak bang komplain sama pemilik laundrynya?
Fah: gimana ya teh, saya juga cukup kenal dengan pemilik usaha itu, kita pernah ada kerja sama
dalam satu ya bisnis kecil-kecilanlah. Ya, kalaupun ada pelayanan yang kurang, jujur saya enggak
segan ngomongin sama dia, kan untuk kebaikan apa salahnya, kecuali saya ngejelekin
laundrynya, ya itu baru salah
P: menurut abang apakah pemilik laundry ini bertanggung jawab?
Fah: dan setahu saya, orang nya asik kok, bertangung-jawab. Ya kadangkan, namanya juga
karyawan, kan dia punya tuh beberapa karyawan, jadi secara tidak langsung dia kan gak ikut
dalam proses-proses kerja di laundry
P: menurut abang hal apa yang membuat laundry ini menarik?
Fah: kalau pertanyaanya, hal apa yang membuat laundry itu menarik, ini ya, jujur saja nie,
sepanjang yang saya tahu disekitar daerah pondok cabe ini, Cuma laundry dia tuh yang ngadaian
layanan antar jempu secara gratis, yang lain mah enggak teh, dan juga kan disini rasa kan
masyarakatnya banyak pekerja, karyawan, jadi tau saja Jakarta, kan macet tuh, kadang nyampe
sudah jam delapan, belum lagi mandi, makan malam, istirahan, jadi laundry yang lain cepat
tutupnya, nah di laundry ini kan tutup sampe jam 10 malam, jadi orang-orang pada bisa ngambil
atau bawa pakaian kotor gitu, sepulang kerja. teteh, boleh deh lihat sepanjang pondok cabe lima
ini ada tiga laundry, perhatiin saja, jam delapan sudah pada tutup. apalagi saya, saya kan kalau
sudah sabtu atau minggu sering pulang tuh kerumah yang di serang, nah baliknya lagi kesini ya
senin pagi, jam enam atau jam tujuah pagi sudah disini, kan pakaian kerja saya sudah rapih tuh,
biasanya kalau saya enggak dirumah, mereke letakin tuh depan pintu, ini yang membuat saya
merasa sangat nyaman. kebayang coba teh, mana ada laundry yang buka jam enam pagi, tapi
itulah laundry ini mereka sudah persiapkan dimalam hari, jadi paginya enggak kewalahan
P: menurut abang menglaundry ini prilaku konsumtif gk?
Fah: prilaku konsumtif, saya rasa teh, kalau hanya sekedar menggunakan jasa laundry enggalah
ya, tapi kalau foya-foya membeli barang-barang yang enggak ada gunanya ya boleh jadi. Atau
juga boros semuanya mau dibeli, apa yang dimiliki orang, dia juga harus miliki. Itu dah teh setahu
xxxi
2. Informan Eyang
Pengguna Jasa Laundry Paket Bulanan
Wawancara Pertama 10 Juli 2016
Lokasi Jalan lombok No 126
saya orang yang konsumtif hehehe, tapi enggak tau juga sih gimana teori-teorinya. bagaimanapun
sekarang ini serbah canggih, serba praktis, orang kan lebih tertarik dengan yang praktis, cepat,
siapa sih orang mau ribet. Jadi wajarlah ya orang yang tidak memiliki banyak waktu untuk
menggunakan jasa laundry, tapi iya juga sih ada juga memang karena malas
P: berapa usia eyang?
Eyang: Umur Eyang mah, sudah ada 65 tahuan
P: udah berapa lama eyang
Eyang: kalau eyang, sudah lebih dari setahunan langganan di Nauli Laundry, mbak
P: bagaimana pengalaman eyang menglaundry di sana?
Eyang: ya sudah banyak pengalamanlah ngelondry disana, mulai dari pakaian rusaklah,
hilanglah, enggak bersihlah, pokoknya banyaklah
P: kenapa eyang menglaundry?
Eyang: Menurut eyang kalau ngelondry itu gak bikin eyang pusing, kalau eyang nyuci sendiri itu
belum beli sabunnya, belum beli pewanginya, belum listriknya, trus kalau hujan eyang lari-lari
ngangkatin, eyang kan udah tua kaadang capek sendiri gitu kalau harus nyuci di rumah,
P: kenapa eyang gak pakai jasa pembantu rumah tangga?
Eyang: Ada sih yang bantu- bantu dirumah, tapi diakan pulang pergi, jadi datang pagi pulang
siang trus tugas dia itu hanya masak sama beres-beres rumah aja.
Eyang: Jadi kalau urusan baju eyang mah mending laundr aja gak ribet gitu,
P: udah berapa lama eyang mnggunakan jasa laundry?
Eyang: Eyang udah lama langgangan laundry, udah hampir empatan tahunan, tapi eyang sering
pindah-pindah laundry, kadang kalau kurang nyaman eyang pindah lagi.
Tapi semenjak eyang laundry disini, ini yang agak lama nih, menurut eyang lebih nyaman
laundry disini, karena diantar jemput jadi eyang gak perlu ribet- ribet lagi datang ke laundry
Eyang: Ngantar yang bersih sekalian ngambil yang kotor, trus kadang kalau Vito lagi butuh
bajunya buat sekolah, eyang udah tua, jadi eyang suka lupa besok Vito pakai baju apa.
Teyang: rus eyang minta bundanya(anak eyang) suruh nelpon laundry minta diantar pakaiannya
buat besok, nah biasanya langsung dianter,
Eyang: Trus lagi kadang-kadang Vito bajunya itu di simpan di dalam tas, jadi eyang gak tahu
kalau bajunya masih kotor, Kan kalau udah pulang mbaknya, jadi harus minta balik lagi untuk
ngambil pakaian yang masih ketinggalan di dalam tas, menurut eyang jadi kita sama enak gitu,
ketika eyang butuh mereka cepet responnya
P: pernah gak eyang kommplain sama mereka kalau ada pakaian yang msh kurang beersih?
Eyang: Kalau eyang sama bundanya sih udah ngewajarin aja, kalau masih ada kotor-kotor dikit
mah namanya juga laundry banyak yang mereka kerjain.
P: eyang tahu gak berapa rata-rata eyang menglaundry dala sebulan?
Eyang: Gak tahu yah berapa kg eyang laundry dalam sebulan gk pernah ngitungin, tapi Tanya aja
sama orang laundrynya biasanya mereka punya catatatan, soalnya eyang kan ikut paket jadi bayar
aja, nanti tinggal di kurang kurangin, kalau udah habis bayar lagi, tapi biasanya eyang dalam
sebulan itu bisa 2 kali bayar.
Jadi mungkin sekitar kurang lebih 60 kilo kayanya, tapi gak tahu juga yah,
P: setiap laundry pakaian siapa yang paling banyak?
Eyang: Paling banyak itu pakaian Vito, dia ganti bajunya sering- sering banget mau maen lain
lagi pakaiannnya,
Trus itu baju untuk tidurnya itu, gak mau di pakai 2 kali, pokoknnya tiap hari ganti baju untuk
tidur, jadi numpuk pakaian kotornya, tapi kalau eyang kalau belum bau eyang pakai terus, supaya
ngurangin cucian juga
xxxii
3. Informan Rar
Pengguna Jasa Laundry Kiloan
Wawancara pertama 02 juli
Lokasi Jalan Sawi No 128, Pondok Cabe – Tangerang Selatan
P: sejak kapan ibu menglaundry?
Rar: aku ya gunain laundry ini sejak laundry ini ada di sini, ya sekitar satu tahunan
P: kenapa ibu memilih Nauli Laundry?
Rar; ya, laundry inikan dekat dari rumah, tetangga aku, kalau ada apa-apa kan dekat
P: apa biasanya yang ibu laundrykan?
Rar: oh, sebelumnya aku belum pernah melaundrykan pakaian, paling juga dulu karpet saja ya,
kesana, yang dekat Indomaret itu
P: dari mana ibu tahu tentang laundry ini?
tau laundry ini, ya arena memang tetanggga aku, ya jadi taulahkan namanya juga tetangga
Rar: Jujur saja, saya menggunakanjasa laundry ini, bukan karena tidak ada waktu ya, karena ya
memang saya tidak kerja, cuma suami yang kerja. Tapi ya gimana ya, seperti mbak tahu rata-
rata disinikan padalaundry, jadi ya ikut saja. Kadang ya namanya juga ibu-ibu ya suka
ngerumpi, terus suka ngomongin laundry, ya itulah jadi ikut. Padahal suami juga nanya kok
sekarang suka melaundry, ya kadang suami saya nanya gitu.
Rar: ya awalnya sih, Cuma ngelaundry pakaian kerja, tapi lama-kelamaan jadi males nyuci
pakaian hari-hari. ya pikirannya sekalian saja, kan beres, enggak usah tangung-tanggung
P: berapa rata-rata biaya yang ibu keluarkan untuk kebutuhan laundry?
Rar: kalau biaya untuk melaundry ya sekitar seratusan ribu deh setiap bulannya, ya itungan
kasarnya saja
P: pernah selama ibu menglaundry ada pakaian ibu yang rusak atau hilang?
Rar: oh, itu pernah aku alamin, ada baju kaos ku yang hilang, padahal baru aku beli satu
mingguan
P: apakah pihak mengganti atas pakaian ibu yang hiolang itu?
Rar: ya, memang mereka ganti, kalau enggak salah 150.000 deh, ya itukan bentuk tanggung
jawab mereka
P: berapa lama proses pengganti pakaian tersebut?
Rar: enggak lama kok, tapi ka awalnya mereka janji mau nyari dulu, mana tau keslip, mereka
janji semingguan, ya setelah itu enggak ketemu juga, mereka langsung ganti
P: berapa ibu membeli baju itu? apakah mereka mengganti 100% dari harga baju ibu?
Rar: aku beli kaos itu ya segitu 150.000 di Mall Cinere, awalnya sih enggak nyangka mereka
ganti sepenuhnya, setahu aku kan awalnya mereka Tanya berapa dulu beli aku bilang segitu, eh
ternyata mereka ganti segitu
P: apakah setelah kejadian pakian ibu yang hilang ibu kapok menglaundry di tempat itu lagi?
Rar : enggaklah, enggak kapok kok, biasalah khilaf, lagian mereka kan tanggung jawab juga,
sepanjang pelayanannya baik dan tanggung jawab, ya tetap jadi langgangn, contohnya saja aku
udah lebih setahuanan melaundry kesana
P: kenapa ibu tidak memilih untuk mencuci sendiri?
Rar: aku mah orangnya simpel saja, lagian kalaupun aku nyuci sendiri kanyaknya kerepotan
juga, disinikan tempat jemurnya, kecil. Banyak penghuni kontrakan lagi, kadang yang rebutan
ngejemur, ah malas lah ribut gara-gara itu
P: menurut ibu bagaimana dengan kualitas pelayanan mereka?
Rar: ya rapih la, mereka bungkus, wangi diparfumi, setrikanya juga licin, rapih
P: layanan laundry apa yang ibu gunakan dalam menglaundry?
Rar: kalau aku menggunakan yang regular 5000 per kilo, tiga hari
P: apakah ibu menggunakan jasa antar jemput gratis?
Rar: Kan saya sudah lama langganan, mereka juga sudah tau rumah ini, kadang juga saya gak
sempat untuk membawa laundryan ke sana, ya gimana pagi-pagi udah kerja,laundry belum
buka, pulang kerja juga sering malam, pas lewat dilaundry sudah tutup. Jadi diantarin saja,
mereka juga nawarin gitu. Biasanya ya, pakaian kotor saya letakin di depan pintu, dan pakaian
xxxiii
yang sudah jadi letakin juga disitu, kan beres
4. Informan Sas
Pengguna Jasa Laundry Kiloan
Wawancara Pertama 12 Juli 2016
Lokasi jalan Slada II No 3, Pondok Cabe – Tangerang Selatan
P: berapa usia ibu?
Sas: Usia 29 Tahun, Agama Islam
P: sejak kapan ibu menggunakan jasa laundry?
Sas: aku menggunakan laundry ini ya sudah sekitar enam bulanan deh sepertinya
P: jenis layanan apa yang ibu gunakan?
Sas: aku pake jenis layanan laundry yang tiga hari itu, ya yang biasa saja kalo gak salah, namanya
reguler ya
P: kenapa ibu menggunakan jasa laundry?
Sas: Gimana coba mba, disini orang kan pada laundry juga tuh. Kadang sih saya merasa gak enak,
kan disini jarang gitu orang ada jemur-jemur pakaian, dulunya sih masih mau nyuci sendiri,
kesini-sini kan jadi gak enak aja, jadi ikutan tuh nge-laundry. Tapi ya sih, gak dilarang juga sih
kalo mau nyuci. soalnya tetangga sini kan gunain laundry, terus aku coba cocok saja.
Sas: tadinya sih, cuci sendiri, terus kerena aku ada kesibukan beberapa minggu jadi gak
kesempatan nyuci, ya pakaian kotor jadi numpuk, itulah tetangga, ibu disamping ini ngasih tau
tuh laundry, ya udah aku caba, ya cocok lah
Sas: melaundry kan kita jadi enggak repot tuh, gak perlu nyuci, nyikat, gosok, ya simpel saja, tau-
tau bersih, tinggal pakai
P: pakain apa yang biasanya ibu laundry?
Sas: kalau kita melaundry ya, kan semuanya disetrika juga, baju anak-anak, baju hari-hari, kalau
nyuci sendiri ya paling yang disetrika baju sekolah sama baju kerja
P: siapa yang menyarankan ibu untuk menglaundry?
Sas: sebenarnya, ya enggak siapa-siapa yang nyuruh ya, tapi memang tetangga aku itu yang
saranin, karena memang aku curhat sama Dia masalah pakaianku yang numpuk
P: apa pendapat suami ibu terkait ibu menglaundry?
Sas: suami sih awalnya enggak koment apa-apa, tapi kesini-sini Dia malah nyuruh, hehehe. Ya
Dia taulah aku juga kan capek
P: apakah ibu pernah menggunakan jasa laundry lain selain disini?
Sas: pernah sih pindah ke tempat yang lain, itupun karena laundry, di Nauli itu lagi tutup, gak tau
ya kenapa tutup
Sas: tapi Cuma sekali doang aku pindah, gara –gara itu saja, kan udah enakan disitu saja, kalau
aku datang kan sudah kenal, ya itulah
P: berapa yang ibu anggarkan setiap bulannya untuk menglaundry?
Sas: kalau ditanya sudah menganggarkan, ya enggak juga sih mba, pokoknya kalau aku
melaundry, ya selasai bayar saja, jadi enggak pernah tuh, ada anggaran-anggaran spesial
P: berapa yang ibu bayarkan setiap laundrynya?
Sas: ya, kalau bayarannya sih tergantung ya, setahu aku kan sekilonya 5000, ya udah berapa kilo
dibayar
Sas: nah ini contohnya mba (sambil menunjukkan nota laundry) disinikan ada 5.6 kilo kan, ya
bayarnya 28000
kalau dirata-ratakan sih, pengeluaran ya sekitar 50000 ya perminggu, jadi sebulan tinggal
dikalikan saja ya, udah ketahuan tuh,n ya 200.000, lumayan juga sih
P: menurut ibu apa dampak negatif dari menglaundry?
Sas: dampak ya, apa yah, kalau dampak yang negatif ya enggak lah ya, paling ya lebih boros saja
mungkin
P: apa dampaok positifya dengan menglaundry?
xxxiv
Sas: kalau positifnya, ya bisa dibilang ya lebih simpel saja pekerjaan rumah tangga, terus pakaian
anak-anak, pakaian harian kan lebih rapih dari pada sebelumnya, kan semuanya disetrika, ya
mendingan saja mba
P: gimana pendapat ibu tentang kualitas layanan laundry ini?
Sas: baguslah ya, setrikaannya juga rapih kok
5. Informan Par
Pengguan Jasa Laundry Kiloan
Wawancara pertama 13 Juli 2016
Lokasi Jalan Kubis IV Pondok Cabe-Tangerang Selatan
Uraian
P: berapa usia ibu?
Par: Usia ya 35 tahun
P: Layanan apa yang ibu gunakan dalam menglaundry?
Par: yang kita gunakan yang biasa saja, mba. Yang harga 5000 per kilo itu
P: owh yang layanan laundry reguler yah?
Par: ya yang tiga hari selesai itu, tapi kita jarang mengambil tiga hari, biasanya empat hari,
pokoknya saya mengambil itu hari minggu sama rabu, ya itu
P : kenapa ibu menglaundry?
Par: kita menggunakan laundry, memang karena kita sibuk, mba. Jadi agar lebih gampang ya
kita menggunakan jasa laundry
Par: lagian juga kan, harganya gak mahal-mahal banget mba ya, ya hitung-hitung nyuci sendiri
kan dah ketahuan juga tuh berapa untuk ditergen, listrik, belum lagi waktu ngerjainnya
P: bagaimana tentang kualitas layanan laundry?
Par : ini juga loh mba, kalau laundrykan pakaian tuh wangi, mungkin dikasih parfum ya, jadi ya
kan lumayan juga, sudah tinggal pake, wangi lagi. Soalnya jujur ya, kita baju harian itu jarang
dikasih parfum
Par: ada lagi ini mba, dilaundry itukan boleh juga dipesan untuk kesini ngambil pakaian, kan
kadang juga gak sempat. bagi-bagi rejekilah, intinya sih senang menggunakan laundry, enggak
repot, enggak perlu nyuci, jemur, setrika, ya itulah. Apalagi tuh mensetrik, itu pekerjaan yang
melelahka
P: sejak kapan ibu menggunakan jasa laundry?
Par: kalau menggunakan jasa laundry, ya dari dulu kita sudah gunain, dari sebelum tinggal
disini, ya udah kebiasaanlah
P : dari mana ibu tahu tentang laundry ini?
Par: terus kita tahu laundry itu, ya Nauli Laundry maksudnya, dari apa, yang kayak iklan yang
ditempel-tempel itu, kebetulan ditempelnya dekat rumah, pas baca, terus langsung deh kita
telepon, ya di iklannya itu ada nomor handphone nya
P: sudah berapa kali pindah laundry sejak disini?
Par: kita enggak pernah pindah-pindah laundry sejak tinggal disini
P: kenapa ibu lebih memilih laundry ini?
Par: karena ya, kan kalau ditelefon mereka kan datang jemput pakaian, coba kalo kita pindah-
pindah kan jadi bingung
ya intinya langganan saja, lagian juga mereka layanannya bagus kok, kalo kurang bersih mereka
bilang kurang bersih
P: apakah ibu pernah komplain soal pakaian ibu yang kurang bersih atau rusak?
Par: maksudnya gini mba, kadang kan ada satu atau dua potong pakaian kita tuh enggak dikasih,
mereka minta waktu untuk membersihkannya lagi, karena masih kotor katanya, ya kita kan
senang juga, artinya mereka menjaga kualitas
P: berapa rata-rata yang ibu keluarkan untuk menglaundry?
Par: kalau kita sebulan mungkin ya sekitar 150.000sampai 200.000 rupiah ya
P: berapa kali rata-rata ibu menglaundry dalam seminggu?
xxxv
Par: rata-rata menggunakan laundry satu minggu, dua kali. Tapi kadang juga mau sekali, juga
mau tiga kali, tapi itu tadi rata-ratanya dua kali, mba
P: berapa setiap bulannyan ibu anggarkan untuk menglaundry?
Par: enggak, enggak ada tuh dianggarkan segala, ya ngalir saja, datang pakain langsung bayar,
kadang juga pakaian yang masih baru dijemput nih, yang kotor sudah kita bayar duluan
P: kalau untuk keperluan yang lainnya ada gak ibu anggarkan?
Par: ya intinya sih, biasa saja, enggak ada tuh di kita, untuk laundry sekian, untuk jajan sekian,
enggak-enggak ada mba
P: menurut ibu apa dampak dari menglaundry?
Par: dampak ya, ya dampaknya pakaian bersih kalinya, hehehe
gimana ya, kan kita enggak kewalahan lagi sih intinya, sudah ada yang bereskan pakaian kotor
P: dengan menglaundry bukannya tambah mahal bu?
Par:kalau dari segi pengeluaran, wajarlah segitu, gak mahal juga lah mba
P: dengan adanya laundry membuat orang jadi malas mencuci benar gk bu?
Par: tapi iya juga sih ya, jadi malas nyuci, karena sudah keenakah laundry, kadang kan pernah
juga lho mba, saya nyuci seragam anak-anak tuh, baru dikit saja nyuci, langsung capek rasanya,
itu sih yang dirasa ya
P: apakah mereka membungkus pakaian dengan rapih?
Par: Ya, mereka membungkus pakaian itu rapih, pakai plastik
P: apakah menurut ibu cukup wangi pakaian ibu di laundry?
Par: wangi juga tuh, kan dikasih parfum itu sepertinya
P: gimana menurut ibu tentang pelayanan mereka?
Par: terus mereka juga responsif ya, kalau mau ngantar mengkonfirmasi dulu, kita ada atau
enggak
kalau ditelefon juga mereka datang, ya responlah sama pelangganya
6. Informan PR
Pengguna Jasa Laundry Kiloan
Wawancara Pertama 18 Juli 2016
Lokasi Jalan Kubis IV, Pondok Cabe - Tangerang Selatan
P (Peneliti):
Pr: Usia 46 Tahun
P: kenapa bapak menggunakan jasa laundry?
kan kemarin banyak yang ikut melaundry disitukan kan, terus nyoba dulu disitu yang regular saja,
siapa tahu hasilnya bagus ya
P: Apa alasan bapak menggunakan jasa laundry?
Pr: Pada awalnya sih, saya melaundry karena baru pulang dari kampung ada urusan tuh disana, jadi
saat pulang pakaian kotor tuh jadi pada numpuk, ya gimana lagi, capek, ya laundry saja, tinggal
bayar, ya sudah rapih. Kebetulan tuh tetangga saya juga melaundry jadi dia yang ngasih tau ada
tempat laundry dekat sisni. Terus kesini-kesininya jadi keterusan, ya itulah. Jadi kebiasaan gitu,
padahal disini ada mesin cuci juga. Ya gitulah kan lebih praktis
P: layanan jasa laundry apa yang bapak gunakan?
Pr: jadi kan rutin menggunakannya, yang yang regular saja sih
P: apakah bapak pernah menggunakan jasa laundry satuan?
Pr: tapi kadang nyoba juga yang satuan, karena memang untuk nyuci badcover disana enggak
kiloan, harus satuan
P: apakah bapak tahu harga jasa laundry satuan?
Pr: kalau badcover 20.000
P: apakah bapak alasan bedcover menggunakan jasa satuan?
Pr: enggak tau ya persis alasannya apa, kok bedcover harus laundry satuan, mungkin berbeda
penangannya ya, tapi wajarlah bedcover kan besar, enggak seperti pakaian, ya kalau hitung-
hitungan yah gak mahal lah ya
xxxvi
P : kenapa bapak menggunakan jasa laundry?
Pr: Jujur saja ya, alasan utamanya ya alas saja
P: apakah bapak sibuk bekerja?
Pr: kalau dikatakan sibuk, ya enggak juga sih. Kalau dipikir-pikir bisa saja saya nyuci, tapi itu tadi
masalahnya, ya yang malas lah
P: apakah bapak tahu mengenai jenis layanan jasa yang ada di Nauli Laundry?
Pr: setahu saya ya, dilaundry itukan banyak layanannya, paket-paketnyalah, jadi dulu awalnya saya
gunakan yang kiloan itu, yang tiga hari baru selesai, sekarang ini lebih suka yang ekspres kan cepat
satu hari saja, sekarang diantar, besoknya sudah rapi tuh. Terus, kalu untuk nyuci kayak jaket, nah
itu saya pakai yang satuan, ya lumayan sih bedanya dibanding yang kiloan. Tapi wajarlah, kan
itukan dikasih pake gantungan, gantungan baju, jadi jaket saya gak kusut, kan gak dilipat, yang
satuan itu kan digantung
yang kedua mungkin, ya ngambil simpelnya saja, itu saja sih mbak
oh iya, satu lagi mungkin ya murah, kalau mahal mah saya mikir-mikir juga tuh
P: sudah berapa lama bapak menglaundry?
Pr: ikut nyuci di laundry ya da sekitar delapan bulanan ada kali ya, pokok sudah lama lah mbak
P: dari mana bapak tahu mengenai Nauli Laundry?
Pr: saya tau Nauli Laundry itu awalnya, kan saya makan tuh disamping laundry itukan ada warung
makan, terus saya lihat-lihat, saya nanya, ya sudah jadi tertarik mau nyoba
P: dalam sebulan berapa uang yang harus bapak keluarkan untuk menglaundry?
Pr: kalau dengan biaya untuk melaundry, saya enggak terlalu banyak ya, ya kalau di total-total
sekitar 100.000 per bulan adalah
P: menurut bapak bagaimana dengan pelayanan yang ada di Nauli Laundry?
Pr:simpelnya saja begini, namanya juga orang kan usaha kan, tentu saja mereka mengutamakan
pelayanannya kepada pelanggan
Pr: makanya dulu saya pernah protes tuh, ada celana saya yang kurang bersih, masih kotor banget
tuh bagian belakang, terus saya lapor kesana, ya mereka menerima untuk mencuci ulang kembali
P: apakah dikenakan biaya lagi ketika dicuci ulang?
Pr: oh enggak bayar lah, kan kita protes, dan itulah senangnya kita ya mereka menerima kalau kita
protes
P: menurut bapak apakah mereka kurang teliti saat bekerja?
Pr: ya namanya juga manusia ya, kitakan masih punya perasaan, mungkin mereka lagi kecapean,
sehingga kurang teliti, ya intinya maklum saja, sepanjang mau bertanggung jawab
Pr: tambahan lagi, bahkan mereka mau mengantarkan celana saya itu, kesini, kan kita jadi, apa yah,
ya terima kasih lah
P: apakah bapak tidak merasa takut ada pakaian bapak yang hilang atau rusak?
Pr: memang ada sajalah ya, tantangan-tantangan kalau kita menggunakan jasa, pun juga mereka
yang punya usaha juga ada jugalah tantang-tantangannya, yang pentingkan kita sama-sama
mengerti, maklum, dan tanggung jawab
P: apakah bapak mengetahui laundry ini dari iklan?
Pr: kalau tentang iklan ya, saya tau tentang laundry itu tidak dari iklan, seperti yang saya katakan
tadi saya taunya pas mau makan di warung makan itu, tapi iya saya pernah melihat sekilah ada
iklan-iklan yang dipajang di gang dekat sini, ya itu pernah deh, klau gak salah saya lihat, tapi
sekilas saja, saya gak begitu teliti ya apa isi iklannya, hehehe
P: apakah bapak pernah melihat atau pernah dapat semacam brosur dari laundry ini?
Pr: oh… iya mbak, saya jadi ingat, dulu saya pernah dapat semacam kertas ukuran kecil yang
bisalah ya dikategorikan iklan, iya saya baca itu, ada seperti paket bulanan dah iya, seperti itu
P: kenapa bapak tidak menggunakan paket bulanan?
Pr: belum tertarik ya, hehehhe, karena kan kalau paket itu dibayarnya di awal, dan lumayan juga
harganya kan, kalau enggak salah sekitar seratus-ribuan ya
P: menurut bapak bagaimana dampak dari adanya laundry?
Pr: kalau dari segi dampak, saya rasa enggak ada dampaknya ya, inikan enggak dilarang sama
hukum, agama, masyarakat disini, hehehe
P: apakah bapak pernah kecewa mengenai pelayanan yang ada di laundry ini?
Pr: gimana ya, ya namanya juga mereka banyak yang dikerjakan mungkin ya, kadang juga kita
kecewa, lihat baju saya masih kotor tuh, di bagian kerah kemejanya
xxxvii
P: dengan adanya laundry membuat orang menjadi malas untuk mencuci, apakah bapak setuju
dengan pendapat saya?
Pr: oh.. gitu ya, ya memang jadi malas nyuci saja sih. Selebihnya enggak, atau bisa juga semakin
banyak pengeluaran.
7. Informan Baf
Waktu wawancara 18 juli 2016
Lokasi Jalan Cabe V No 58
P: berapa usia bapak?
Baf : Kalau umur, ya sudah bisa dibilang tua bapak ya, sudah 49 mau 50 nie
P: sudah berapa lama bapak menglaundry disana?
Baf: kalau bapak dek, ya sudang ada dah bangsa 10 bulanan melaundry disana
P: sebelum disini dimana lagi bapak pernah menglaundry?
Baf: ya memang sebelumnya bapak melaundry, yang di cabe empat itu, tapi maaf ya bukan mau
jelekin, disana bapak sering kehilangan pakaian, jadi bapak pindah, mau minta ganti ya gak tega,
harga laundry berapa, gantinya berapa
Baf: Gini mba ya, dulu saya melaundry bukan disini ya (Nauli laundry) ada disana tuh, tapi kadang
waktu saya untuk menghantar pakaian kotor itu gak ada, ya gimana saya kadang nyampe kerumah
sudah malam, pas mau ngambil laundrian sudah tutup, padahal besok pakaian mau dipakai lagi, kan
jadi ngerepotin. Ya dari situlah saya gak mau melaundry lagi. Eh pas kebetulan saya lihat ada
tempelan-templan iklan tuh didinding dekat rumah, adalaundry yang menawarkan layanan antar
jemput, ya saya hubungi, pas ada waktu saya datangi tuh ketempatlaundry, ya mereka bersedia, ya
saya melaundry lagi gitu.
Baf: terus bapak coba datang ke laundry ini, tapi sebelumnya bapak Tanya-tanya dulu seperti apa
kerjanya, bagaimana kalau pakaian hilang atau tertukar
nah yang jaga disana itu, jelasin sama bapak, bagaimana mereka mencatat jumlah pakaian, jenis-
jenis pakaian, bisa juga antar jemput, ada juga paket bulanan, ya banyaklah yang mereka ceritakan,
dan mereka kasih tuh daftar-daftar layanannya
P: Kenapa bapak tidak menggunakan jasa pembantu saja?
Baf: padahal sih, setelah dari laundry yang di cabe empat tadi, sudah enggak minat lagi gunai jasa
laundry.sudah kepikiran nyari orang yang kerja dirumah saja gitu
Baf: ya dipikir-pikir lagi, terus ibu juga nyaranin laundry ini, kan bapak bawa tuh daftar-daftar
layanan, terus bapak cerita juga bagaiman cara kerja mereka, ya akhirnya melaundry lagi deh
sampai sekaran, padahal dek ya sudah hampir saja ada orang yang mau bantu-bantu dirumah ini,
jadi bapak batalin saja
P: Menurut bapak bagaimana tentang laundry ini?
Baf : ya gitulah ya, orang pandai saja merayu pelanggan, tapi lumayan lah dek dibanding laundry
yang lama itu
P : menurut bapak bagaimana tentang layanan antar jemput?
Baf : ya lumayannya, kalau bapak pikir-pikir, yang awalnya bapak harus bolak-balaik ketempat
laundry itu, sekarang tinggal ditelepon atau sms, mereka datang, beres
P : harus bayar lagi gak pak kalau minta diantar atau dijemput?
Baf: enggak, enggak dek, ngantar itu enggak ada bayarannya, itu gratis, tapi Cuma bapak ya
namanya juga manusia kan, kadang kalau ada rejeki bapak kasih dah jajan-jajan beli permen lah
istilahnya. Pernah tuh, waktu ngantarin pakaian kesini, eh mereka mau pulang hujan deras benar,
kan kasihan mereka jadi kebasahan, terus kebetulan bapak punya jas hujan, ya bapak pinjamin saja,
terus bapak bungkusin makanan, kebetulan ada makanan ya lumayan enak dirumah, ya
kekeluargaan lah
P : Menurut bapak bagaimana tentang pelayanan mereka?
Baf: layanan yang lainnya ya, ini, kadang kan nanya juga lupa ya, kadang ada pakaian mau dipakai
besok misalnya, padahal waktu jatuh tempo selsainya lusanya, kalau kita minta tolong mereka bisa
selesaikan tuh satu potong pakaian untuk dipakai besok, itu paling enak tuh, dan lagi-lagi enggak
ada biaya tambahan, kitanya saja dong yang perasaan gitu, ya bapak kasihlah berapa, ala kadarnya
P: menurut bapak bagaimana tentang kualitas layanan mereka?
xxxviii
Baf: ya tetaplah dek, ada kekurangannya, ya kurang bersih lah, tapi kalau wajar enggap apa apalah,
tapi kalau terlalu kotor ya bapak bilangin, mereka rapikan lagi kok
Baf: juga kadang nganternya telat, tapi kalau enggak ada pakaian yang penting ya gak apa-apa,
sama-sama pengertian saja, kan tadi bapak da bilang kalau bapak minta tolong mereka tolongin
kok, kan enggak ada salahnya juga bapak memaklumi itu
8. Informan Tas
Wawancara 15 Juli 2016
Lokasi Jalan Slada I Pondok Cabe- Tangerang Selatan
P: berapa usia bapak:
Tas: Usia 34 tahun
P: Berapa kali rata-rata bapak menglaundry dalam seminggu?
Tas: oh ya, kalau saya melaundry itu, boleh dikatakan rutinlah yah, ya dalam seminggu ada saja
P: sudah berapa lama bapak menglaundry?
Tas: kalau gunain laundry ya sudah bisa dikatakan, udah lama banget, adalah setahunan lebih
P: jasa apa yang bapak gunakan dalam menglaundry?
Tas: iya, jasa yang saya gunakan disana itu cuci sama setrika juga
P : jasa kiloan ya pak?
Tas: oh, enggak, saya itu yang perpotong, satuan, enggak yang kiloan itu
P: kenapa bapak lebih memilih jasa cuci satuan?
Tas: alasannya, ya kan, gimanaya lebih bersih saja, karena yang saya laundryin itukan baju-baju
kerja saja, ya paling dua sampe 4 potong
Tas: Kalau saya mba, gak begitu tertarik ya, menggunakan cuci kiloan itu, ya namanya juga kiloan
ya, kan khawatir, entar hilang atau tertukar disana, kan jadi repot. Yang saya gunakan, ya cuci yang
satuan, gak apa-apa lebih mahal, kan lebih bagus juga hasilnya. Ya kita taulah, hargakan
menentukan kualitas
P: apakah bapak hanya menglaundry pakaain kerja saja?
Tas: iya betul, pakaian harian saya yang nyuci sendiri, itu tadi saya hanya mengunakan jasa itu
untuk pakaian kerja
P: bukannya laundry satuan lebih mahal pak dibandingkan laundry kiloan?
Tas: kan satuan, beda dengan kiloan, kalo gak salah kiloan itu lebih murah
Tas: ya bisa dikatakan, harga menentukan kualitaslah, hehehehe
P: menurut bapak bagaimana dengan kualitas landry satuan?
Tas: gini ya, misalanya kalau yang satuan itu, pakaian kita kan dihitung berapa banyaknya, terus
ditulis juga tuh dinotanya apa jenis-jenisnya, ya kemeja, celana, ya gitulah. Kemudian juga tuh,
kalau udah rapih tuh, pakaian saya enggak dilipat, digantung, mereka kasih gantungan baju, mereka
pelastikin satu per satu, jadi enggek lecek lagi, kalau dilipat kan, bisa saja jadi kusut bagian yang
terlipat, juga apa kelihatannya lebih rapih kan diplastikin
P: dari mana bapak tahu tentang laundry ini?
Tas: awalnya saya enggak melaundry disana dulu, saya melaundry setelah ada saudara pindah dari
sini, biasanya dia yang ngurusin baju kerja saya, nah kesini-sininya, setelah saudara saya enggak
ada lagi, ya saya lihat ada seperti toko pakaian sih sebelumnya, kirain itu jual baju, eh ternyata
laundry
Tas: ya, langsung saja saya datangi, saya tanya-tanya, terus dikasih daftar harga, nomer hendphone,
ya enggak beberapa lama, saya langsung coba saja, ya jadi keterusan sampai sekarang
P: berarti bapak tahu ada laundry ini karena bapak liat sendiri?
Tas: bukan, saya enggak ada yang nyaranin, ngasih tau disana ada Nauli Laundry, saya langsung
datang saja
P: kenapa bapak percaya pada laundry?
Tas: mengapa saya percaya, ya mungkin mereka kan usaha, enggak mungkinlah ngecewain
pelanggan, mereka kan membutuhkan pelanggan
P: selama bapak menglaundry pernah gak pakaian bapak hilang?
Tas: enggak, saya enggak pernah tuh kehilangan pakaian, dari sejak awal melaundry sampai
xxxix
sekarang, kan sudah saya katakan mereka mencatat jumlah dan jenis pakaian, nah waktu ngambil
kan kita lihat catatan yang aa di nota itu, pas atau enggak, ya sederhananya seperti itu, jadi kita
sama-sama menjagalah
P: selama bapak menglaundry pernah gak bapak mendapati pakaian bapak kena luntur atau rusak?
Tas: kalau rusak sama luntur, enggak juga, kan mereka itu katanya enggak nyampurin baju orang,
misal ni, baju saya enggak dicampuran sama baju pelanggan yang lain, jadi saya percaya baju saya
enggak ada yang luntur, jadi mustahil ada kelunturan
P: waktu pertama laundry apakah bapak menanyakan pakainnya di campur atau tidak?
Tas: iya dulu nanya, pas diawal-awal, pakaian dicampur enggak, mereka bilang enggak, alasannya
gini, bukan karena takut luntur katanya, kasihan saja kalau ada penyakit yang dapat menular, ya
masuk akal juga, bahkan disitu saya jadi tambah percaya, iya juga sih mba, namanya banyak orang
yang melaundry tuh, kan ada-ada saja mungkin yang kena penyakit menular
P: selama bapak laundry pernah ada yang rusaak gak pakaian bapak? Bagaimana bentuk tanggung
jawab mereka?
Tas: kalau rusak ya, sebentar saya ingat dulu, oh iya ya, pernah mba, iya dulu gini tapi enggak
parah ya, Cuma kacancing baju saja yang copot satu, itu pun bagian bawahnya, tapi saya enggak
komplein, besoknya saya laundry lagi tuh baju yang copot kancingnya, pas diambil lagi sudah
terpasang lagi, kayaknya mereka pasang deh
Tas: Ya itukan kita terima-kasih ya, mereka tanggung jawab walaupun masalah kecil, ya namanya
juga usahakan, harus jaga perasaan pelanggannya juga
P: apakah selama bapak laundry bapak pernah berhutang soal pembayarannya?
Tas: ya engga lah mba, untuk bayarnya, masak kita melaundry enggak bayar, hehehe, mereka kan
capek juga ngerjian baju kotor kita
P: apakah bapak sudah menganggarkan untuk laundry?
Tas: oh..., kalau itu ya sudah diperhitungkanlah lah, sekian untuk laundry, tapi enggak juga ya
dipersiapkan dengan matang segini untuk laundry, oh itu enggak ya berapa saja dibayar, jadi
enggak ada patokannya harus berapa
P: berapa rata-rata yang harus bapak keluarkan tiap laundry?
Tas: kalau biaya laundry saya, perpotong 15.000 kalau dua yang 30.000 sekali melaundry, kalu tiga
atau empat yang tinggal dikalikan saja kan berpaanya
P: setiap hari apa bapak menglaundry?
Tas: rata-rata saya yang banyak itu hari kamis, itu mau empat potong, untuk dipakai hari senin, kan
ngerjainnya tiga hari, hari minggu uda rapih, terus biasanya hari senin malam tuh dua potong,
kamis saya ambil, sambil letekin baju kotor lagi, gitulah seterusnya
P: menurut bapak apa dampak dari menglaundry?
Tas: apa ya dampaknya, saya rasa enggak ada, kalau dari pengeluaran biasa saja, enggak rugi-rugi
banget
P: apakah dengan menglaundry bapak berprilaku konsumtif?
Tas: berperilaku konsumtif? Enggaklah kan Cuma laundry doang, enggak beli mesin-mesinnya,
hehehe
P: dengan adanya laundry membuat bapak malas mencuci?
Tas: kalau saya enggaklah, enggak bikin malas tuh, misalnya untuk pakaian hari-hari saya masih
nyuci sendiri loh, hanya pakaian kerja saja, biar lebih rapi, kan baju kerja mba
Tas: kan saya rasa, saya ada pertimbangan, tapi enggak tau ya yang lain mungkin bisa jadi sih, jadi
menimbulkan malas, ya. Enggak perlu repot-repot lagi, pakai, kotor, tinggal di laundry, beres
P: menurut bapak bagaimana dengan pelaayanannya?
Tas: kalau respon saya sudah baik, pelayanannya tepat waktu, bersih, wangi juga
P:apa saran bapak tentang pelayannanya?
Tas: kalau sarannya, apa yah, ya mungkin pelayanannya saja lebih dimaksimalkan lagi
dari segi harga udah standar lah, enggak mahal-mahal amat
saya rasa sudah baik sih
xl
13. Informan Sem
Waktu wawancara 09 Juli 2016
Lokasi Jalan Kubis IV Pondok Cabe-Tangerang Selatan
P: berapa usia ibu?
Sem: Saya sudah lima puluan lebih, sudah nenek-nenek
P: sudah berapa lama ibu menglaundry?
Sem: Sudah lama dek, ada deh sekitar 10 bulanan ya melaundry disana
P; jenis layanan apa yang ibu gunakan?
Sem: ya saya khusus satuan
P: jenis pakaian apa yang biasanya ibu menglaundry?
Sem : ibu itu hanya menucuci bedcover, bantal, selimut, boneka cucu, ya itu-itu saja, jadi nyuci itukan
harus satuan, gak boleh dikiloin
P: kenapa ibu menggunakan jasa laundry?
Sem: kan kalau ibu sendiri yang nyuci, itukan repot benar, bedcover misalnya kan besar, mesin cuci
juga enggak masuk, belum lagi ngejermunya dimana, kan itu dek
Sem: kalau boneka, bantal kan susah keringnya, klau dilaundrykan mereka punya mesinnya jadi cepat
kering
simpel nya gini dek, pokoknya yang besar-besar, yang lama kering, sudah dikerjain di rumah ibu
bawak kelaundry
P: dari mana ibu tahu tentang laundry?
Sem: oh, awalnya sih kebetulan, sewaktu mereka ngantarin laundry kalo enggak salah ke warung
depan itu, iya depan rumah ibu ini, itukan ada warung pulsa, terus ibu tanya laundry ya, gitu
Sem : udah sekalian saja ibu suruh bawa, kalau enggak salah ingat pertama banget bedcover, mereka
langsung bawa, terus ibu dikasih nota, ya udah rapih langsung dibawa kemari lagi
P: kenapa ibu mau berlanggann di laundry ini?
Sem: kenapa lama langgan disitu, ya mungkin karena enak saja ya, cepat, biasaya dilaundry lain kan
badcover mau tuh sampe seminggu, disitu tiga hari sudah jadi
Sem: satu lagi ni, kadang kan ibu belum minta uang ke anak ibu, jadi belum bisa bayar, mereka enggak
apa-apa, ditunda dulu bayarnya, terus besoknya ibu hubungi untuk ngambil bayarnya, udah mereka
datang
jadi udah sama-sama percaya saja
P: apakah ibu pernah berhutang soal pembayaran laundry?
Sem: nah itu tadi dek, kadang kalau belum ada anggarannya ibu ngutang dulu lah istilahnya
P: dari ibu mendapatkan uang untuk laundry?
Sem: ibu kalau dikasih uang ama nak, ya dikasih saja, bukan khusus untuk bayar laundry, ya banyaklah
kebutuhan yang lain
P: apakah ibu menganggarkan untuk pembayaran laundry?
Sem: untuk bayar laundry, ya berapa dibayar saja, enggak ada tuh direncankan sekian harus berapa,
atau sekali melaundry harus berapa, itu enggak dek
P: menurut ibu apa dampak dari laundry?
Sem: belum kepikiran itu apa dampaknya, tapi yang ibu rasakan kan lebih gampang saja, enggak perlu
repot-repot
P: bukannya dengan menglaudnry lebih boros bu?
Sem: kalau boros, enggak lah dek, kan enggak tiap hari paling juga dua minggu sekali, ibu melaundry
masih wajar-wajar sajalah pengeluaran untuk laundry
P: bagaimana tentang kualitas pelayananya?
Sem: ya pastinya sudah baik, bedcover kan dimasukin ke pelastik, itu sangat baik, dubungkus rapi,
kuat disteplesnya, jadi kan gini kadang badcover yang sudah dilaundry enggak langsung dipakai, tapi
disimpan dulu, kalau sudha kotor yang dipakai baru lah ibu pakai yang udah bersih tadi
P: bagaiman tentang kualitas wanginya?
Sem: kan mau lama tuh baru dipakai, tetap masih ada aroma laundry, jadi baguslahkan
P: bagaiman bnetuk pertanggung jawaban mereka?
Sem: Kalau bisa dibilang ya, memang mereka bertanggung jawab ya, kadang hal itu yang membuat
saya suka, jika kita komplain ya didengarin, dan mereka memang mencuci ulang pakaian yang masih
kotor itu, dan besoknya mereka sudah menghantarkan langsung kerumah saya. Ya itulah namanya juga
xli
usaha ya, kadangkala namanya manusia kan khilaf atau salah gitu
14 Informan Pak. Haji
Pengguna Jasa Laundry Satuan
Wawancara 15 Juli 2016
Lokasi Jalan Pondok Cabe II Tangerang Selatan
P: berapa usia pak haji?
Pak Haji: alhamdulillah, usia pak haji mah udah mau kepala enam, ya 59 lah, udah tua
P: sudah berapa lama pak haji menglaundry?
Pak haji: udah lama, uda lama banget, mereka saja udah hafal tuh baju pak haji yang mana-mana saja
kalau dihitung-itung ni yak, lebih setengah tahuanan dah
P: apa biasanya yang pak haji laundry?
Pak haji: Kalau pak haji mah nyuci baju solat saja, baju gamis, dua kali pakai langsung cuci ke laundry
P: pak haji gunain yang kiloan apa yang satuan?
Pak haji: enggaklah ah, sayang dikiloan, hehehe, kan beli juga dulu satu, bukan kilo, nyucinya juga
satuan, hehehe
gini neng ya, baju solat pak haji itu kan besar-besar, panjang, warna putih lagi, kadang kalu cucu atau
yang bantu-bantu disini yang nyuci pada kagak persih dah
baju itukan dipakai solat, ya wajib bersih, menghadap Allah kita, harus bersih lahir batin
P: kenapa bapak memilih laundry ini?
Pak haji: nah itu neng, kalo pake laundry nie, bersih yang putih-putih enak dah ngeliatnya
P: kalau yang satuan digantung ya?
Pak haji: iya, digantung tuh baju pake henger, kan enggak lecek-lecek, rapi dari bawah sampe atas
P: pak haji tahu gak tentang iklan yang digunakan laundry ini?
Pak haji: waduh itu mah, pak haji enggak tau, ada iklan-iklannya, tapi pak haji tau dari sananya saja,
ditempat laundry
mungkin saja sih ada iklan-iklan itu, tapi pak hasi taunya itu dari laundrynya langsung
P: apakah pak haji pernah liat atau tahu ada spanduk yang di pasang di laundrynya?
Pak haji: ya taulah, kan di tokonya ada tuh tertulis besar-besar Nauli Laundry
P: bagaimana dengan pelayanan mereka?
Pak haji: alhamdullih yak, mereka itu kalau dimintai jangan dikasih wangi-wangin yang mengandung
alkohol mereka enggak kasih tuh, kan baju solah
ya gimana neng, kita inikan antara penyedia jasa sama yang gunain jasa mah harus saling percaya,
yang situ ngerjain dengan amanah, yang kita juga harus percaya, kalu saling curiga ya gimana
urusannya
P: apakah pak haji menganggarkan untuk pembayaran laundry?
Pak haji: alhamdulillah, adalah untuk anggaran, enggak sombong ni ya, maaf ni neng, bukan pak haji
mau ria, pak haji selalu lebihin bayarnya, ya itung-itung amal, kan mereka juga udah mau nyucian baju
pak haji
P: berapa yang pak haji anggarkan tiap bulannya?
Pak haji: enggak kepikiran tuh, harus berapa anggaran, berapa ya bayar, engak harus ditekankan segini,
segitu, enggaklah, pakaian untuk ibadah kok itung-itungan
P: menurut pak haji dengan mneglaundry menjadi malas?
Pak haji: oh itu, ya itu tadi neng, kalau melaundry, karena malas, kan udah jelek tuh niatnya, tapi kalau
enggak sempat atau lagi sibuk, ya bisa dibantu sama laundry, atau pengen hasil yang maksimal yang
insyaallah laundry bisa bantu
P: menurut pak haji bagaimana dengan kualitas pelayanannya?
Pak haji: Alhamdulillah, baik, bagus, bersih
1 Timbangan gantung 13 Model packing satuan 2 Meja setrika 14 Model setrika uap 3 Hasil setrika 15 Proses memparfumi 4 Pakaian yang sudah disetrika 16 Spanduk laundry 5 Penyusunan pakaian di rak 17 Timbangan laundry 6 Model jemuran 18 Model packing bedcover 7 Model jemuran 19 Baner laundry 8 Proses pensortiran 20 Mesin cuci laundry 9 Proses mentag un 21 Mesin pengering laundry 10 Proses pensortiran pakaian 22 Buku pemasukan laundry 11 Tampak luar tempat laundry 23 Papan informasi 12 Spanduk iklan