PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN...

94
KEKUATAN FIGUR DALAM PARTAI POLITIK (Studi Terhadap Abdurrahman Wahid di Partai Kebangkitan Bangsa) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: M. Ridoi NIM: 1112112000046 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Transcript of PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN...

Page 1: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

KEKUATAN FIGUR DALAM PARTAI POLITIK

(Studi Terhadap Abdurrahman Wahid

di Partai Kebangkitan Bangsa)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

M. Ridoi

NIM: 1112112000046

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

KEKUATAN FIGUR DALAM PARTAI POLITIK: STUDI TERHADAP

ABDURRAHMAN WAHID DI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

1. Merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya

asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Mei 2016

M. Ridoi

Page 3: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : M.Ridoi

NIM : 111211200046

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

KEKUATAN FIGUR DALAM PARTAI POLITIK: STUDI TERHADAP

ABDURRAHMAN WAHID DI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Jakarta, 30 Mei 2016

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding R Hasan, M.Si Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si

NIP.197010132005011003 NIP.19720412200312002

Page 4: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

KEKUATAN FIGUR DALAM PARTAI POLITIK: STUDI TERHADAP

ABDURRAHMAN WAHID DI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

Oleh:

M.Ridoi

1112112000046

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Juni

2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.Si

NIP.197010132005011003 NIP.19770424007102003

Pengguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Idzam Fautanu, MA Dr. Nawiruddin, M.Ag

NIP.196210261992031002 NIP.197201052001121003

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 14 Juni

2016.

Ketua Program Studi Ilmu Politik

Dr. Iding Rosyidin M.Si

NIP.197010113200501100

Page 5: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

iv

ABSTRAKSI

Keberadaan dan eksistensi beberapa partai politik di Indonesia tidak bisa

dilepaskan dari figur sentral. Lihat saja, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

(PDI-P) dengan figur sentralnya Megawati Soekarno Putri, Partai Demokrat (PD)

dengan figur sentralnya Susilo Bambang Yudoyono, Partai Gerakan Indonesia

Raya (Gerindra) dengan figur sentralnya Prabowo Subianto, Partai Amanat

Nasional (PAN) dengan figur sentralnya Amin Rais, Partai Nasional Demokrat

(Nasdem) dengan figur sentralnya Surya Paloh, Partai Hati Nurani Rakyat

(Hanura) dengan figur sentralnya Wiranto, begitu pula Partai Kebangkitan Bangsa

(PKB) dengan figur sentralnya Abdurrahman Wahid.

Realitas di atas tentu menarik untuk dikaji terkait dengan kekuatan figur

dalam partai politik. Dalam penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan dan

menganalisa kekuatan figur dalam partai politik, dengan mengambil studi atas

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Gus Dur

dan PKB tidak bisa dipisahkan, meskipun hubungan keduanya dipenuhi dengan

konflik yang berujung pada “keluarnya” Gus Dur dari PKB.

Perolehan suara PKB pada pemilu 2009-2014 menunjukkan perolehan

yang sangat berbeda dibandingkan pada pemilu 1999-2004 ketika Gus Dur masih

di PKB. Penelitian ini mencoba mengungkap kekuatan figur Gus Dur di PKB

melalui tiga kerangka teori yakni teori sumber kekuasaan, teori dimensi

kekuasaan, dan teori otoritas karismatik. Di samping menggunakan pendekatan

teoritis, penelitian ini juga menggunakan tehnik wawancara dan dokumenter dari

beberapa literatur dan data-data yang otentik.

Dalam penelitian ini, ditemukan fakta ada kekuatan figur dalam partai

politik, khususnya Gus Dur di PKB. Latar belakang keluarga Gus Dur sangat

disegani oleh basis massa PKB. Di samping itu, posisinya sebagai mantan ketua

umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), deklarator PKB, mantan ketua

umum dewan syuro PKB dan mantan presiden Indonesia menjadi nilai plus bagi

Gus Dur untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Tidak hanya itu,

pemikiran-pemikirannya yang toleran membuat Gus Dur di terima di semua

kalangan. Akan tetapi, Gus Dur bukanlah satu-satunya kekuatan di PKB. Ada

faktor-faktor lain yang juga mempunyai kekuatan misalnya soliditas suara NU,

konsolidasi kader, sistem dan mesin partai juga sosok Muhaimin Iskandar sebagai

ketua umum.

Kata Kunci: Figur, Partai Politik, Gus Dur, dan PKB

Page 6: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Alhamdulillah, inilah kata pertama sebagai ungkapan rasa syukur

kehadirat Allah SWT berkat pertolongan dan petunjuk-Nya, skripsi ini bisa

terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan

keharibaan Baginda Rasulullah SAW yang telah berjuang untuk mengantarkan

umatnya dari alam yang sesat menuju alam yang lurus yakni dengan adanya iman

dan Islam seperti yang kita anut sekarang ini.

Skrispi ini bisa selesai dengan baik berkat bantuan beberapa pihak. Oleh

karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada,

MA.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA.

3. Ibuku, ST. Fatima Azzahra Madani dan Ayahku, Alm H. Syafi’i Sya’roni

kedua telah mendidik dan mencintai penulis dengan sepenuh hati.

4. Bapak Adhrian Mahardhani, S.IP Staf Wakil Rektor III, dan Ibu Amellya

Hidayat, S.Pd Staf Kepala Sub Bagian Kesejahteraan Mahasiswa. Mereka

adalah komponen rektorat yang turut serta menyukseskan beasiswa Bidik

Misi penulis selama menempuh studi.

5. Bapak Dr. Iding R Hasan M.Si dan Ibu Suryani Suaeb M.Si selaku ketua

dan Sekretaris program studi Ilmu Politik. Mereka berdua adalah dosen

penulis yang telah memberikan ilmu dengan sepenuh hati.

Page 7: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

vi

6. Bapak Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si Selaku dosen mata kuliah seminar

proposal sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan dan motivasi untuk penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr. Idzam Fautanu, MA dan Bapak Dr. Nawiruddun, MAg

sebagai tim penguji yang telah memberikan koreksi untuk perbaikan

skripsi ini.

8. Bapak H. Abdul Kadir Karding, S.Pi, M.Si, Bapak Dr. Firman Noor, SIP,

M.Si, (Hons) dan Ibu Zanuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid yang telah

meluangkan waktunya untuk menjadi narasumber skripsi ini.

9. Segenap keluarga besar Pondok Pesantren Sabilunnajat Bangkalan

khususnya saudara-saudara saya: H. Fuad Syafii, H. Mujib Syafii,

Fauziyah Syafii, H. Abdul Cholik Syafii, Abdul Mukti Syafii dan Faizah

Syafii yang telah banyak membantu dalam proses menjalani kehidupan ini.

10. Bapak Didik, Saudara Ready Bachtiar (Compac Camp Semarang ), Ibu

Rina Widyatmoko (Flora Laundry Semarang), Saudara Sofyan (Pondok

Pesantren Sabilussalam Jakarta) dan Saudara Sulaiman (Formad Jakarta).

Mereka adalah sosok–sosok yang telah menjadi penyambung hidup ketika

semuanya sudah hampir putus.

11. Segenap keluarga besar ma’had UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khusunya

Bapak Kyai Utob Tabroni Lc. Di sanalah saya bisa belajar dan

mendapatkan banyak pengalaman.

Page 8: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

vii

12. Segenap keluarga besar QMM Institute: Entis Soemantri, Dede Sandra,

Denden Taupik Hidayat, Yunal Isra, Izzuddin Abdul Hakim. Di sanalah

saya bisa belajar dan mendapatkan banyak pengalaman.

13. Segenap teman-teman kelas ilmu politik B angkatan 2012: Fajar Fahrian,

Achmad Setyadi, Angga Setyadi, Eko Aji Wahyudin, Akbar Faqih Maula

Nahdli, dan teman-teman yang lain yang tentu tidak bisa kami sebutkan

satu persatu. Di sanalah saya bisa belajar dan mendapatkan pengalaman.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini bermanfaat untuk penulis sendiri

khususnya dan para pembaca umumnya

Jakarta, 30 Mei 2016

M. Ridoi

Page 9: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Pernyataan Masalah ........................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................ 8

1. Tujuan Penelitian........................................................................ 9

2. Manfaat Penelitian....................................................................... 9

D. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 9

F. Metode Penelitian .......................................................................... 12

1. Pendekatan Penelitian................................................................ 12

2. Tehnik Pengumpulan Data......................................................... 13

3. Tehnik Analisis Data.................................................................. 14

G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 15

BAB II DEFINISI, TEORI, DAN URGENSI FIGUR................................ 17

A. Konsep Kekuatan Figur.................................................................. 17

1. Definsi Kekuatan...................................................................... 17

2. Definisi Figur........................................................................... 19

B. Kerangka Teori............................................................................... 22

1. Teori Sumber Kekuasaan......................................................... 22

Page 10: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

ix

2. Teori Dimensi Kekusaan........................................................ 24

3. Teori Otoritas Karismatik........ .............................................. 25

C. Urgensi Figur dalam Partai Politik.............................................. 28

BAB III BIOGRAFI POLITIK ABDURRAHMAN WAHID DAN

RELASINYA DENGAN PARTAI KEBANGKITAN BANGSA.. 33

A. Perjalanan Politik Abdurrahman Wahid........................................ 33

B. Relasi Abdurrahman Wahid dan Partai Kebangkitan Bangsa........ 40

BAB IV KEKUATAN FIGUR GUS DUR DAN PENGARUHNYA

TERHADAP PARTAI KEBANGKITAN BANGSA................... 44

A. Komparasi Perolehan Suara Partai Kebangkitan Bangsa ............. 44

B. Gus Dur Sebagai Magnet .............................................................. 50

C. Kualitas Tokoh Gus Dur dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku

Pemilih.......................................................................................... 54

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 59

A. Kesimpulan ................................................................................... 59

B. Saran ............................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 70

Page 11: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa..........................42

Tabel 4.1 Perolehan Suara Partai kebangkitan Bangsa..................................44

Tabel 4.2 Partai Sepuluh Besar Hasil Pemilihan Umum 1999......................45

Tabel 4.3 Partai Sepuluh Besar Hasil Pemilihan Umum 2004......................46

Tabel 4.4 Partai Sepuluh Besar Hasil pemilihan Umum 2009......................48

Tabel 4.5 Partai Sepuluh Besar Hasil Pemilihan Umum 2014......................49

Tabel 4.6 Afeksi Pemilih Terhadap Tokoh Partai 1999-2004.......................55

Tabel 4.7 Tokoh Nasional yang Paling di Sukai............................................56

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Kesukaan Terhadap Tokoh Partai...................57

Page 12: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Partai politik adalah suatu kumpulan individu yang membentuk organisasi

dan mempunyai visi, misi yang sama untuk meraih tujuan yang diinginkan. Partai

politik didirikan sebagai media untuk memperoleh kekuasaan dalam rangka

meraih tujuan-tujuan tertentu.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, partai

politik didefinisikan sebagai sebuah perkumpulan yang didirikan untuk

memperjuangkan ideologi tertentu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.2

Partai politik merupakan sarana publik dalam menjalankan aspirasinya.

Dengan adanya partai politik manajeman permasalahan yang ada di tengah-tengah

masyarakat bisa terakomodasi dengan baik. Dalam catatan sejarah, keberadaan

partai politik relatif masih baru yaitu berawal dari daratan Benua Eropa ketika

masyarakat menyadari bahwa rakyat adalah komponen penting yang harus

diperhitungkan dalam setiap proses politik yang ada. Maka, lahirlah partai politik

sebagai sarana penghubung antara rakyat dan pemerintah.3

Keberadaan dan eksistensi beberapa partai politik di Indonesia saat ini

menunjukkan gejala ketergantungan terhadap figur sentral. Lihat saja, Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dengan figur sentralnya Megawati

1Dadang Supardian, Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Pendekatan Struktural (Jakarta:

Bumi Aksara, 2007), h. 506. 2”Pengertian Partai Politik” Diakses pada 2 September 2015 dari

https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_politik 3Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008),

h. 398.

Page 13: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

2

Soekarno Putri, Partai Demokrat (PD) dengan figur sentralnya Susilo Bambang

Yudhoyono, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan figur sentralnya

Prabowo Subianto, Partai Amanat Nasional (PAN) dengan figur sentralnya Amin

Rais, Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dengan figur sentralnya Surya Paloh,

Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dengan figur sentralnya Wiranto, begitu pula

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan figur sentralnya Abdurrahman Wahid

(Gus Dur).

Beberapa figur yang ada di belakang partai politik setidaknya memiliki

dua kekuatan penting. Pertama karismatik, dengan karisma yang mereka miliki,

membantu memudahkan partai politik untuk mencari massa dengan sebanyak-

banyaknya. Kedua finansial, tidak bisa dipungkiri bahwa untuk menjalankan

sebuah organisasi partai politik, membutuhkan dana yang tidak kecil, di sinilah

pentingnya figur yang mempunyai kekuatan finansial yang mumpuni.

Dari aspek psikologi politik ada pengaruh sosok figur yang signifikan

terhadap keberadaan dan eksistensi partai politik, terutama berkaitan dengan

tingkat elektabilitas partai politik di tengah-tengah masyarakat. Dalam kaca mata

psikologi, kita bisa melihat dari beberapa aspek yang menjadi faktor mengapa

seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi oleh masyarakat secara luas, baik

dari segi latar belakang, motivasi, sikap, karakter, dan prestasinya.4

Ada dua pendekatan yang bisa dipakai dalam mengamati kepemimpinan

politik. Pertama, pendekatan agent-centered. Yakni pendekatan yang

berpandangan bahwa kepemimpinan politik lebih banyak dipengaruhi oleh sang

4Hamdi Muluk, Mozaik Politik Indonesia ( Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 549.

Page 14: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

3

aktor, baik dari segi kapasitas, ciri kepribadian, serta tindak-tanduknya. Faktor di

luar diri aktor, dalam pandangan pendekatan ini tidak punya pengaruh terhadap

bentuk dan kepemimpinan politik.5 Dalam pendekatan ini, mengharuskan sosok

pemimpin yang ideal dan punya kelebihan yang jarang dimiliki masyarakat

umum. Kedua, pendekatan environment-centered. Menurut pendekatan ini,

kepemimpinan politik lebih banyak ditentukan oleh faktor lingkungan serta

pengaruh dari orang-orang yang bekerja pada seorang pemimpin politik.6 Artinya,

letak jantung maju mundurnya kepemimpinan politik tidak terfokus pada figur

pemimpin, akan tetapi faktor-faktor eksternal di luar seorang pemimpin yang

menentukan maju mundurnya partai politik.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) merupakan salah satu partai politik

yang sudah banyak mewarnai perjalanan bangsa ini. Didirikan di Jakarta pada

tanggal 23 Juli 1998/29 Robiul Awal 1419 yang dideklarasikan oleh para kiai-kiai

Nahdlatul Ulama, K.H. Munasir Ali, K.H. Ilyas Ruchiyat, K.H. Abdurrahman

Wahid, K.H. A. Mustofa Bisri dan K.H. A. Muhit Muzadi. PKB didirikan sebagai

bentuk tanggung jawab para kyai melihat perkembangan bangsa yang tidak

kunjung mengalami perubahan kearah yang lebih baik, sekaligus sebagai wadah

kaum Nahdliyyin dalam menyampaikan aspirasi politiknya.7

PKB sudah empat kali mengikuti pemilihan umum yakni pada tahun 1999

dengan perolehan suara sebesar 12,61% atau meraup 13.336.982 suara, dengan

begitu PKB bisa mendudukkan 51 wakilnya di parlemen. Signifikansi perolehan

5Ibid., h. 549.

6Ibid., h. 62.

7Zainal Abidin Amir, Peta Islam Politik Pasca-Soeharto (Jakarta: LP3S, 2003), h. 113.

Page 15: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

4

suara PKB pada kontestasi perdana ini tidak bisa dilepaskan dari soliditas suara

NU yang menjadi basis massa PKB dan sosok Gus Dur.8

Pada pemilihan umum tahun 2004, PKB menduduki tiga besar di bawah

Partai Golkar dan PDI-P dengan meraih suara 10,61% atau 12.002.885 suara dan

bisa mendudukkan 52 wakilnya di parlemen.9 Penurunan suara PKB pada

penampilan keduanya akibat konflik di internal PKB antar kubu Gus Dur dan

kubu Matori Abdul Jalil. Konflik ini berawal dari keinginan beberapa pihak di

parlemen terkait dengan posisi Gus Dur sebagai presiden yang hendak

dilengserkan oleh lawan-lawan politiknya. Di mana sebelumnya Fraksi

Kebangkitan Bangsa (F-PKB) menginstruksikan agar anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (DPR-RI F-

PKB) untuk tidak hadir dalam sidang istimewa. Namun, Matori Abdul Jalil

dengan ijtihadnya sendiri memutuskan untuk hadir, kehadiran Matori pada sidang

istimewa berujung pada pemecatan dirinya dari PKB.10

Seolah tidak puas dengan konflik pertama, PKB kembali di rundung

konflik, kali ini terkait dengan pemecatan Alwi Shihab dan Saifullah Yusuf dari

posisi ketua umum dan sekretaris jendral DPP PKB, karena keduanya merangkap

jabatan sebagai menteri di kabinet Indonesia bersatu.11

Pada tahun 2008 partai ini kembali di landa konflik, di awali dengan

pemecatan Muhaimin Iskandar dari posisi ketua umum dewan tanfidz dan

8”Sejarah Partai Kebangkitan Bangsa” diakses pada 01 Oktober 2015 dari

http://www.dpp.pkb.or.id/. 9Koirudin, Menuju Partai Advokasi (Yogyakarta:Pustaka Tokoh Bangsa, 2005), h.85.

10A.Effendy Choirie, PKB Politik Jalan Tengah NU (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 2002),

h.296. 11

Bebal Sejarah PKB Dalam Pusaran Konflik dan Konflik (Jakarta: LP3B, 2008), h.29.

Page 16: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

5

Lukman Edi yang sebelumnya menduduki posisi sekretaris jendral dipecat dari

jabatannya. Baik Muhaimin Iskandar dan Lukman Edi kedua-duanya tidak terima

terhadap pemecatan ini dan menggugat balik Gus Dur yang di anggap tidak

prosedural. Perpecahan dua kubu ini akhirnya berimbas munculnya dua muktamar

yakni muktamar luar biasa Parung yang menghasilkan keputusan Gus Dur sebagai

ketua umum dewan Syuro dan Ali Masykur Musa sebagai ketua umum dewan

tanfidz menggantikan posisi Muhaimin Iskandar sedangkan sekretaris jendral di

pegang Yenny Wahid. 12

Tidak ketinggalan PKB kubu Muhaimin Iskandar juga melakukan

langkah-langkah politik dengan melaksanakan muktamar luar biasa di Hotel

Mercure Ancol, muktamar ini menghasilkan keputusan Muhaimin Iskandar

sebagai ketua umum dewan tanfidz, sementara ketua umum dewan syuro di

pegang oleh K.H. Aziz Mansur dan Lukman Edi sebagai sekretaris jendral. Pada

tanggal 18 Juli 2008 kasasi PKB Gus Dur di Mahkamah Agung terkait konflik

PKB ditolak. Dalam putusan kasasi Mahkamah Agung memutuskan struktur

kepengurusan PKB kembali ke hasil muktamar 2005 di Semarang yang memberi

mandat A. Muhaimin Iskandar sebagai ketua umum dan Lukman Edy tetap

sebagai jekretaris jendral.13

Akibat dari konflik yang cukup panjang, PKB pada pemilihan umum

tahun 2009 turun drastis hanya memperolah 5.146.122 suara atau hanya 4, 94%

12

”Jalan Panjang Konflik PKB’’ diakses pada 12 Oktober 2015 dari

http://nasional.kompas.com/red/2008/07/19/0 316441/jalan.panjang.konflik.pkb. 13

Supriyadi, “ Peran Politik Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Di Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB),’’(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 68.

Page 17: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

6

dan bisa menempatkan 27 wakilnya di parlemen.14

Terakhir pada tahun 2014

meroket tajam menjadi 9,04% atau 11.298.957 suara dan bisa mendudukkan 47

wakilnya di Parlemen.15

Naiknya suara PKB yang begitu signifikan merupakan

hasil konsolidasi partai pasca PKB terlibat konflik dalam kurun waktu yang cukup

panjang.16

Seperti partai-partai politik lainnya di Indonesia yang mempunyai sosok

figur sebagai ikon partai. PKB juga punya sosok figur Gus Dur yang selalu

menjadi ikon partai. Figur Gus Dur, meskipun sempat berkonflik dengan para

petinggi PKB. Namun, Gus Dur sampai sekarang tetap menginspirasi dan

dijadikan sebagai maha guru PKB. Hal ini bisa dilihat dari beberapa poster dan

baliho pada saat musim kampanye yang tidak bisa dilepaskan dari foto-foto Gus

Dur baik tingkat pusat maupun daerah. Tidak hanya itu, kata-kata, perjuangan,

serta cita-cita Gus Dur selalu mewarnai acara-acara PKB, bahkan kantor-kantor

PKB baik di tingkat pusat maupun daerah diberi nama Graha Gus Dur. Tentu,

Pemasangan foto-foto Gus Dur dan pencatutan nama Gus Dur dalam acara-acara

PKB membuat pihak keluarga Gus Dur marah, mereka menilai PKB pimpinan

Muhaimin kini sudah melenceng dari cita-cita awal Gus Dur, dan hal ini juga

yang menjadi wasiat Gus Dur untuk tidak mencatut namanya untuk kepentingan

politik. 17

14

”Sejarah Pendirian PKB’’ diakses pada tanggal 15 Oktober 2015 dari

http://www.dpp.pkb.or.id/. 15

Yosep Saepullah, “ Strategi Politik Partai Kebangkitan Bangsa Menjadikan Rhoma

Irama Sebagai Vote Getter Di Pemilihan Umum 2014,’’ (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2015), h. 4. 16

Wawancara Pribadi dengan Abdul Kadir Karding, Jakarta, 07 Januari 2016 17

“Keluarga Gugat PKB Soal Penggunaan Gambar Gus Dur Untuk Kampanye” diakses

pada tanggal 05 Mei 2016 dari http://merdeka.com

Page 18: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

7

Gus Dur dengan segala kontroversinya merupakan sosok pemikir yang di

kagumi oleh banyak orang, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia. Beliau

punya banyak penggemar baik di Islam perkotaan, pedesaan, pesantren dan

perguruan tinggi. Gus Dur punya “pangsa pasar” yang luas. Semangat

perjuangannya untuk membela kaum minoritas, pluralisme, dan sekularisme

mendapatkan sambutan hangat di tengah-tengah masyarakat. Realitas ini disadari

betul dan menjadi perhatian PKB, sehingga PKB selalu menjadikan Gus Dur

sebagai ikon partai untuk menaikkan elektabilitas PKB.18

Figur merupakan salah satu elemen penting dalam partai politik. Figur bisa

menjadi pendorong, navigator, dan inspirator berjalannya partai politik. Begitu

pula sosok figur sangat membutuhkan partai politik sebagai sarana untuk

menjalankan idealisme dan pengabdiannya. Figur menjadi kurang bertaji bila

tidak didorong partai politik yang kuat.

PKB merupakan salah satu partai politik yang telah lebih dari satu dekade

mewarnai kehidupan sosial-politik di Indonesia. Perjalanan partai politik ini

menarik untuk dikaji secara ilmiah terutama kaitannya dengan sosok Gus Dur.

Pasca ditinggalkan Gus Dur, perolehan suara hasil pemilihan umum PKB tahun

2009 hanya memperoleh 5.146.122 atau 4,94%, sementara tahun 2014 PKB

memperoleh suara 11.298.957 atau 9,04%. Perolehan PKB pada pemilu 2009 dan

2014 masih di bawah hasil pemilihan umum tahun 1999 yang memperoleh

13.336.982 atau 12,61%, dan tahun 2004 yang memperoleh 11.989.564 atau

10,57% ketika Gus Dur masih memimpin PKB. Tidak hanya itu, pasca Gus Dur

18

Wawancara Pribadi dengan Abdul Kadir Karding, Jakarta, 07 Januari 2016

Page 19: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

8

kalah di tingkat kasasi yang membuatnya tersingkir dari partai, dan kini Gus Dur

sudah meninggal. Namun, foto-foto, pemikiran, cita-cita, hingga kini masih

mewarnai PKB. Skripsi ini mencoba menjawab relasi kekuatan figur Gus Dur dan

pengaruhnya terhadap elektabilitas PKB.

B. Pertanyaan Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, membahas tentang kekuatan figur dalam

partai politik. Penulis membatasi pokok permasalahan yang akan dibahas hanya

berkisar pada masalah kekuatan figur dalam partai politik yang mengambil studi

terhadap Abdurrahman Wahid di Partai Kebangkitan Bangsa, agar

pembahasannya lebih mendalam dan nilai keilmiahannya bisa

dipertanggungjawabkan. Untuk menjawab pertanyaan di atas, Penulis akan

merumuskan secara garis besar dalam pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana kekuatan figur Gus Dur berpengaruh terhadap elektabilitas

PKB?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Fenomena keberadaan dan eksistensi partai politik di Indonesia belakangan

ini, tidak bisa dilepaskan dari sosok figur di belakangnya. Penelitian ini untuk

mengetahui kekuatan figur Gus Dur terhadap peningkatan elektabilitas PKB.

Semenjak PKB pertama kali berdiri sampai sekarang, partai ini tidak bisa

dilepaskan dari figur Gus Dur. Sehingga muncul persepsi masyarakat bahwa PKB

adalah Gus Dur dan Gus Dur adalah PKB.

Page 20: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

9

Setelah konflik dengan kubu Muhaimin dan kalah di pengadilan, Gus Dur

“keluar” dari PKB. Hasilnya, suara dua pemilihan umum tahun 2009 dan 2014

tidak mampu menyamai hasil perolehan suara ketika Gus Dur masih di PKB.

Anehnya, meskipun Gus Dur sudah tidak di PKB lagi, figur Gus Dur selalu

dijadikan ikon di PKB. Hal ini menarik perhatian penulis untuk mengkajinya

secara akademik. Sesuai masalah ini, maka tujuan dan manfaat penelitian yang

diharapkan dari skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kekuatan figur dalam partai politik, khususnya figur

Gus Dur di PKB.

b. Untuk mengetahui pengaruh figur Gus Dur terhadap elektabilitas PKB.

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan kajian kepustakaan (Library Research) di lingkungan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Khususnya

program studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

b. Sebagai bahan refleksi bagi para politisi untuk menempatkan sosok figur

secara tepat

c. Penulisan skripsi ini juga diharapkan menambah khazanah keilmuan

pembaca teoretis, mahasiswa dan tokoh masyarakat.

D. Tinjauan Pustaka

Tulisan tentang sosok figur di beberapa organisasi politik, sosial dan

keagaman cukup banyak menarik kajian para peneliti. Begitu pula kajian tentang

Page 21: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

10

PKB dan Sosok Gus Dur sudah banyak dibahas dan dibicarakan, sehingga penting

untuk menempatkan skripsi ini secara tepat, agar kemungkinan terjadinya

pengulangan penelitian bisa dihindari.

Supriadi mahasiswa Pemikiran Politik Islam, Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengangkat

tema skripsinya dengan tema: Peran Politik Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Skripsi ini membahas tentang peran politik

Gus Dur di PKB, mulai dari biografi Gus Dur dan pemikiran politiknya, sejarah

berdirinya PKB, serta orientasi politiknya dari tahun 1999-2008.19

Yosep Saepullah mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta telah

mengangkat skripsi tentang: Strategi Politik Partai Kebangkitan Bangsa,

Menjadikan Rhoma Irama Sebagai Vote Getter di Pemilihan Umum 2014. Skripsi

ini menjelaskan tentang bagaimana kenaikan suara PKB pada pemilihan umum

tahun 2014 sedikit banyak dipengaruhi oleh Rhoma Irama. Rhoma Irama sebagai

public figure sudah malang melintang dalam dunia hiburan terutama musik.

Rhoma Irama punya tempat tersendiri di hati para penggemarnya. Adanya

organisasi Fans Rhoma Irama dan Soneta (FORSA) merupakan bukti nyata bahwa

Rhoma Irama punya ceruk pasar tersendiri untuk dijadikan sebagai Vote Getter

bagi PKB.20

19

Supriadi,”Peran Politik Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Partai Kebangkitan

Bangsa,’’ (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008), h 1-5. 20

Yosep Saipullah,”Strategi Politik Partai Kebangkitan Bangsa Menjadikan Rhoma

Irama Sebagai Vote Getter di Pemilihan Umum 2014,’’ (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 53-55

Page 22: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

11

Hadi Mustofa mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta juga menulis

tentang skripsi yang membahas tentang pengaruh figur terhadap partai politik

dengan tema: Kepemimpinan Karismatik: Studi Tentang Kepemimpinan Politik

Megawati Soekarno Puteri Dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Dalam skripsi ini diperoleh penjelasan bagaimana figur sentral punya pengaruh

terhadap berjalannya roda organisasi partai politik, tetapi sosok figur yang bisa di

terima di tingkat partai, belum tentu bisa diterima di luar internal partai. Hal ini

berdasarkan bukti empiris menurunnya suara PDI-P pada pemilu 1999, 2004,

2009.21

Realitas dan temuan dari skripsi diatas seharusnya menjadi perhatian

partai-partai politik untuk menempatkan sosok figur secara tepat.

Dalam tinjauan penulis terhadap tiga skripsi di atas, memang ada kaitan

erat dengan karya penulis sendiri, yakni tentang bagaimana pengaruh figur

terhadap partai politik. Skripsi yang pertama menjelaskan tentang peran politik

Gus Dur di PKB, dalam skripsinya Supriadi lebih menekankan pada peran Gus

Dur di PKB dari tahun 1999-2008, sedangkan skripsi penulis sendiri objek kajian

pembahahasannya lebih menekankan pada kekuatan Gus Dur sebagai figur di

PKB dan juga membahas relasi PKB dan Gus Dur pada pemilu 1999- 2014 yang

ini tidak dibahas sama sekali oleh Supriadi.

Skripsi kedua menjelaskan tentang bagaimana strategi PKB yang

menjadikan Rhoma Irama sebagai vote getter di pemilihan umum 2014.

Sedangkan skripsi yang ketiga menjelaskan tentang sisi karismatik Megawati

21

Hadi Mustofa,’’Kepemimpinan Politik: Studi Terhadap Kepemimpinan Politik

Megawati Soekarno Putri dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan,” (Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011),h. 69.

Page 23: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

12

Soekarno Puteri dalam kepemimpinannya di Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan. Dua skripsi di atas memang punya kesamaan inti pembahasan dengan

skripsi penulis. Namun, objek kajiannyalah yang membedakan. Dalam skripsi ini

memang penulis membahas tentang kekuatan figur dalam partai politik, tapi objek

kajiannya adalah kekuatan figur Gus Dur di PKB.

Selain beberapa skripsi di atas, penulis juga melakukan peninjauan

terhadap buku karya Greg Barton dosen senior pada Fakultas Seni Deakin,

University, Geelong, Victoria yang berjudul: Biografi Gus Dur: The Authorized

Biography of Abdurrahman Wahid. Dalam bukunya Greg Barton menulis tentang

sejarah perjalanan hidup Gus Dur sejak masih kecil hingga saat Gus Dur

dilengserkan dari kursi kepresidenan, selain membahas tentang Gus Dur penulis

juga membahas tentang corak masyarakat Islam Indonesia.22

Dalam pengantarnya

penulis sudah menegaskan bahwa bukunya sama sekali tidak membahas tentang

PKB yang menjadi tempat berlabuhnya Gus Dur dalam dunia politik. Penulis

berasalan kajian tentang PKB bukan dalam area studinya.23

Penulis selama ini

konsen terhadap kajian Islam liberal di Indonesia. Sehingga, kemungkinan

terjadinya kesamaan dan pengulangan penelitian dengan buku ini bisa dihindari.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini

adalah kualitatif yakni penelitian yang dilakukan dengan cara penggalian dan

22

Greeg Barton, Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid

(Jakarta: LkiS), h. 131. 23

Ibid., h. xiii

Page 24: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

13

pemahaman pemaknaan terhadap apa yang terjadi pada berbagai individu atau

kelompok yang berasal dari persoalan sosial atau kemanusiaan. 24

Tujuan dari

pendekatan penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh pemahaman yang

otentik mengenai beberapa hal yang terjadi. Di pihak lain riset kualitatif berguna

untuk menganalisis prilaku dan sikap politik yang tidak dapat dapat atau

dianjurkan untuk dikuantifikasikan.25

2. Tehnik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari dokumen, yang artinya barang-barang tertulis,

metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data

yang sudah ada.26

Tehnik pengumpulan data dokumenter merupakan tehnik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis

dokumen-dokumen, baik yang tertulis, gambar, maupun elektronik.

b.Wawancara

Wawancara adalah kegiatan wawancara dengan terlebih dahulu

pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tentang apa yang hendak

ditanyakan kepada narasumber.27

Wawancara dilakukan dalam rangka membantu

proses pengidentifikasian dokumen mana yang penting, perlu dibaca, dan

ditindaklanjuti. Selain itu, wawancara dapat mengisi kesenjangan dalam

pendokumentasian, terutama ketika dokumentasi makin langka.

24

Saptiawan Santana K, Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Buku

Obor), h. 1 25

Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: Kencana), h. 86. 26

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta), h.5. 27

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group), h.133.

Page 25: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

14

3. Tehnik Analisis Data

Adapun metode tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode diskriptif-analitis, yaitu dengan cara, data yang diperoleh dari

informan dideskriptifkan secara menyeluruh untuk memperoleh gambaran terkait

objek penelitian lalu menganalisis, menginterprestasikan dan memverifikasi data-

data yang sesuai dengan skripsi ini.28

Data-data yang digunakan dalam penyusunan ini ada yang bersifat primer

ada juga yang bersifat sekunder. Data primer meliputi: sumber-sumber yang

digunakan sebagai rujukan utama dalam penelitian yang langsung berhubungan

dengan objek penelitian meliputi sumber dari internal partai politik, media massa,

biografi, autobiografi, memoar politik dan internet (website resmi PKB dan Gus

Dur). Adapun untuk data sekunder dilakukan dengan cara menggali informasi

dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang

bersumber dari berbagai literatur terkait.

Untuk pedoman penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan

proposal ini mengacu pada: Buku Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan

Skripsi yang diterbitkan oleh FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

28

Mila Kamilatul Arsyia, “Keterwakilan Perempuan di Lembaga Legislatif: Studi

Terhadap Penguatan Kapasitas Pemahaman Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kota Depok

Priode 2014-2019,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , Universitas Islam Negeri

Syaruf Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 48

Page 26: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

15

F. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan

dalam menelaah skripsi ini. Maka penulis membagi skripsi ini kedalam beberapa

bab berikut ini:

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari pernyataan masalah, pertanyaan

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Konsep, Teori, dan Urgensi Figur. Dalam bab ini menjelaskan

konsep kekuatan figur, pengertian kekuatan, pengertian figur.

Seberapa penting figur di partai politik. Beberapa teori tentang

figur dan relasinya terhadap partai politik juga dijelaskan dalam

bab ini.

Bab III Biografi Politik Abdurrahman Wahid dan Relasinya Terhadap

Partai Kebangkitan Bangsa. Pada bab ini dibahas tentang

perjalanan politik Abdurrahman Wahid, kiprahnya di dunia politik

serta pengaruh dan relasinya di tengah-tengah masyarakat

Indonesia umumnya, konstituen Partai Kebangkitan Bangsa

khususnya.

Bab IV Kekuatan Figur Gus Dur di PKB. Pada bab ini dijelaskan hasil

analisis terhadap objek kajian setelah membaca banyak literatur

dari banyak data, membandingkan hasil perolehan suara PKB pada

pemilu 1998, 2004 dan 2009, 2014, melihat kampanye PKB pada

pemilu 2009, 2014, mengkaji hasil survei tentang pengaruh

Page 27: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

16

seorang tokoh terhadap perilaku pemilih, melakukan wawancara

dengan beberapa pihak di internal PKB, Gus Durian dan pengamat

politik.

Bab V Penutup merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan

yang diambil dari pembahasan-pembahasan sebelumnya. Dalam

bab juga berisi tentang saran pribadi penulis untuk partai politik

Indonesia pada umumnya, PKB khususnya, dalam menempatkan

figur di partai politik.

Page 28: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

17

BAB II

KONSEP, TEORI, DAN URGENSI FIGUR DI PARTAI POLITIK

A. KONSEP KEKUATAN FIGUR

Sebagai bagian penting dalam kehidupan organisasi partai politik,

keberadaan figur menarik untuk dikaji secara akademis. Terutama berkaitan

dengan keberadaan dan eksistensi sebuah partai politik. Berbicara tentang

kekuatan figur, sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari kekuasaan yang dimilikinya.

Dengan kekuasaan yang dimilikinya, seorang figur bisa melakukan apa yang

menjadi keinginannya, mulai dari mengendalikan internal partai, kebijakan partai,

hingga mempengaruhi pemilih untuk memilih partainya. Untuk memahami secara

konprehensif tentang konsep kekuatan figur kita perlu memahami definsi

kekuatan dan definisi figur itu sendiri.

1. Definisi Kekuatan

Kekuatan diambil dari kata dasar kuat yang mempunyai beberapa arti

yaitu:Pertama prihal kuat tentang tenaga; gaya. Kedua Keteguhan; kekukuhan:

batin. Misalnya, kekuatan batin adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh adanya

daya jiwa seseorang; kekuatan rahasia; kekuatan jiwa. Kekuatan fisik adalah

kekuatan yang dimiliki berdasarkan jasmaninya. Kekuatan sosial adalah desakan

atau dorongan efektif yang menjurus pada tindakan sosial.1 Dari definisi ini kita

bisa memahami makna kekuatan, yaitu kelebihan yang dimiliki oleh makhluk

hidup atau benda.

1“Pengertian Kekuatan” diakses pada tanggal 2 Juni 2016 dari http://kbbi.web.id/figur.

Page 29: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

18

Kekuatan figur dalam partai politik merupakan bagian dari kekuatan

sosial dimana seorang figur bisa memberikan desakan atau dorongan efektif yang

menjurus pada tindakan sosial. Desakan atau dorongan yang dilakukan seorang

figur mampu mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat untuk melakukan apa

yang dia inginkan. Figur itu pemimpin. Pemimpin itu adalah manusia pilihan.

Dalam organisasi baik yang skalanya masih kecil sampai yang sudah maju

sekalipun, pasti tidak bisa dilepaskan dari seoarang pemimpin: pemimpin ialah

puncak yang terpilih, ia diberi amanah dan kepercayaannya untuk melaksanakan

tanggung jawab yang melebihi orang-orang yang masih dibawahnya secara

struktural. Kekuatan seorang pemimpin terletak pada keistimewaannya. Amanah

dan tanggung jawab inilah yang membuat seoarang pemimpin istimewa (kuat).2

Seorang figur menjadi istimewa (kuat) karena ia punya pengaruh terhadap

orang lain. Ia menjadi harapan masyarakat karena solutif menghadapi banyak

masalah yang muncul ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Figur merupakan

minoritas kreatif yang mampu mempengaruhi (kuat) dan mampu memainkan

sumber daya yang ada, bagi kemajuan dan kepentingan organisasi atau komunitas

yang dipimpinnya.3 Kekuatan melekat pada diri seoarng figur, dengan begitu

antara kekuatan dan figur mempunyai hubungan yang saling berkaitan erat.

Kekuatan bisa diraih diantaranya dengan dengan menjadi figur. Dan seorang yang

menjadi figur relatif mempunyai kekuatan.

2M. Alfan Alfian, Kekuatan Pemimpin (Jakarta: Kubah Ilmu, 2012), h. 75.

3Ibid., h. 76.

Page 30: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

19

2. Definisi Figur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia figur diartikan sebagai; Pertama,

bentuk; wujud. Kedua, tokoh4. Dari arti ini, kita bisa memahami bahwa figur

adalah individu-individu yang sudah menjadi tokoh dan punya peran sentral di

tengah-tengah kehidupan masyarakat. Berbicara tentang pengertian figur, kita

tidak bisa melepaskan dari pengertian seorang pemimpin. Meskipun sebenarnya

figur derajatnya jauh lebih tinggi dari pemimpin. Legitimasi seorang figur dalam

waktu tertentu sangat dibutuhkan oleh seorang pemimipin. Figur memiliki akses

yang mudah untuk berembrio menjadi seorang pemimpin, tetapi pemimpin butuh

waktu lama untuk menjadi seorang figur.

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata figur juga diartikan sebagai

“1 bentuk (tubuh); 2 tokoh: contohnya seorang yang menjadi figur sentral dari

suatu peristiwa”.5 Dari arti ini bisa diambil kesimpulan bahwa figur itu adalah

orang yang punya peran sentral dalam suatu peristiwa. Figur adalah individu yang

menjadi tokoh di tengah-tengah masyarakat.

Dalam kamus Oxford Advanced Learned’s Dictionary kata figur memiliki

banyak arti, di antaranya sebagai berikut: “representation of a person or an

animal in drawing, painting, etc “ human form, esp appereance, what it suggest,

and it seen by others’’. 6 Dari penjelasan ini bisa dipahami bahwa figur adalah

individu yang bisa menjadi representasi dilihat dari penampilannya dan

bagaimana orang menilainya. Figur adalah individu yang mempunyai kelebihan,

4“Pengertian Figur” diakses pada 11 November 2015 dari http://kbbi.web.id/figur.

5JS Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, h. 406. 6A.P Cowie, ed ., Oxford Advanced Learned Dictionary(Oxford: Oxford Uneversity

Press, 1989), h. 452.

Page 31: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

20

sehingga layak untuk menjadi representasi banyak orang. Figur merupakan sosok

yang memainkan peran penting dalam menentukan kebijakan, termasuk strategi

dan peraturan internal.7

Pengamat politik LIPI Firman Noor (2016) menjelaskan tentang

karakteristik seorang figur dengan kriteria:

“Memiliki peran yang penting dalam kehidupan partai secara umum, yang

disebabkan kekuasaan-kekuasaan politik yang dimiliki, apakah itu atas

dasar peran penting dalam pendirian partai (historical reason) keluasan

jaringan, karisma pribadi, sebagai penerjemah dan pelaksana ideologi

partai (ideolog), pengetahuan atau visi, kekuatan finansial, kemampuan

berkomunikasi, memiliki akses besar pada pemerintahan, keturunan atau

kemampuan manajerial.8

Esensi dari figur itu sendiri punya kesamaan dengan esensi dari istilah

tokoh, pemimpin, atau elit. Hamdi Muluk dalam bukunya Mozaik Psikologi

Politik Indonesia (2010) menjelaskan bahwa seorang pemimpin pada dasarnya

tidak harus memiliki kemampuan yang luar biasa, pemimpin hanya di tuntut

memiliki kualitas akhlak dan keteladanan yang luar biasa, pemimpin harus

amanah, segala tingkah lakunya harus bisa menjadi teladan bagi para

pengikutnya.9 Beberapa kriteria di atas menjadi poin penting bagi seorang

individu untuk disebut sebagai seorang figur atau pemimpin.

Tanpa kualitas akhlak, keteladanan, dan kredibilitas seorang figur sangat

sulit untuk menjadi seorang figur, karena pada hakikatnya figur muncul bukan

dari rekayasa atau hanya dibuat-buat, seseorang individu bisa menjadi figur

karena adanya kepercayaan dan legitimasi dari publik, dan itu semua bisa

didapatkan bila masyarakat sudah melihat keteladanan, kredibilitas dan

7Wawancara Pribadi dengan Firman Noor, via email, 13 Maret 2016.

8Wawancara Pribadi dengan Firman Noor, via email, 13 Maret 2016.

9Hamdi Muluk, Mozaik Psikologi Politik indonesia (Jakarta: Raja Wali Pres, 2010), h.70.

Page 32: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

21

kemampuan untuk memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang

muncul di tengah-tengah masyarakat.

Istilah figur, tokoh, elit, pemimpin adalah empat istilah yang hampir punya

kaitan pengertian yang sama. Keempat istilah tersebut tidak terlepas dari beberapa

kriteria yaitu individu-individu yang punya kemampuan, kecerdasan, dan punya

pengikut dalam menjalankan cita-cita dan keinginannya. Ketika kita menyebut

nama Megawati, Prabowo, SBY, dan Gus Dur pasti kita semua bersepakat bahwa

keempat orang tersebut adalah figur, tokoh, pemimpin, dan juga elit. Contoh ini

memberikan gambaran kepada kita, bahwa empat istilah ini punya kesamaan dan

ciri yang sama.

Dalam kajian kepemimpinan politik Dan Nimmo menjelaskan beberapa

karakteristik seseorang individu bisa dikatakan sebagai seorang pemimpin

diantaranya adalah:

“proses ketika seorang individu menimbulkan banyak pengaruh dari pada

orang lain dalam menjalankan fungsi-fungsi kelompok”. “anggota

masyarakat yang menduduki posisi yang membuatnya bisa, dengan agak

tetap menyampaikan opini tentang masalah kepada orang-orang yang

tidak dikenal”. “Orang tertentu dalam kelompok yang bertugas

mengarahkan dan mengkordinasi kegiatan kelompok yang berkaitan

dengan tugas’’10

(2005:38).

Menurut kajian kepemimpin politik, ada empat gambaran untuk melihat

seorang pemimipin. Pertama, menjelaskan bahwa pemimpin pasti mempunyai

perbedaan dengan massa atau rakyat, pemimpin punya karakter, keinginan, dan

kemampuan yang luar biasa. Kedua, teori konstelasi sifat, teori ini menjelaskan

bahwa setiap pemimpin pada hakikatnya punya karakter yang sama dengan rakyat

10

Dan Nimmo, Komunikasi Politik (Bandung: Rosdakarya, 2005), h.38.

Page 33: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

22

biasa, hanya saja, ada kelebihan yang dimiliki oleh seorang pemimpin baik, dari

segi bentuk tubuhnya, karakternya, maupun pendidikannya. Ketiga, teori

situasional. Dalam teori ini menjelaskan bahwa untuk menentukan siapa

pemimpin dan siapa pengikut, bisa terjawab dengan situasi dan kondisi yang

ada.11

Secara garis besar ciri-ciri untuk menggambarkan apakan seorang individu

layak disebut sebagai figur yaitu mereka punya peran sentral, dan ini tidak bisa

dilakukan kecuali mempunyai kemampuan dan pengikut. Jadi adanya kemampuan

dan pengikut itu merupakan syarat wajib dan sekaligus ciri-ciri bagaimana

seorang individu layak disebut figur.

B. Kerangka Teori

Berbicara tentang kekuatan seorang figur, maka tidak bisa dilepaskan dari

kekuasaan yang dimilikinya. Oleh karena itu sebagai kerangka orientasi dalam

mengumpulkan, mengolah, dan menganalisi data yang dibahas dalam studi ini,

penulis menggunakan menggunakan 3 (tiga) teori yaitu sumber kekuasaan,

dimensi kekuasaan, dan teori otoritas karismatik.

1. Teori Sumber Kekuasaan.

Seorang individu bisa memiliki kekuatan diantaranya karena memiliki

kekuasaan. Dalam konteks ilmu politik terdapat dua bentuk bentuk sumber-

sumber kekuasaan yaitu: Pertama sumber kekuasaan yang bersifat prosedural.

Dikatakan prosedural karena kekuasaan ini sifatnya terlembaga dalam sebuah

11

Ibid., h. 39-40.

Page 34: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

23

institusi legal formal. Kedua sumber kekuasaan yang bersifat substansial.

Dikatakan substansial karena kekuasaan ini melekat pada diri pemimpin, atau

kekuasaan disini bersifat non legal formal.12

Kekuasan bisa didapat oleh seseorang melalui beberapa hal: Pertama,

Kedudukan. Seorang individu yang memiliki kedudukan struktural baik di

pemerintahan, organisasi politik, sosial kemasyarakatan akan memiliki kekuatan.

Kedua, Kekayaan. Dengan kekayaan sesorang individu bisa mengendalikan orang

lain mulai dari politisi, aparat, hingga masyarakat bawah. Ketiga, Kepercayaan

atau agama. Kepercayaan-kepercayaan tertentu dan faktor agama merupakan salah

satu dari sumber kekuasaan. Seorang tokoh agama baik itu kyai, pendeta, rabbi

memiliki kekuasaan yang luas di hadapan umatnya. Keempat, Kepandaian dan

keterampilan. Dalam kehidupan masyarakat kepandaian dan keterampilan

mempunyai posisi terhormat, dua sifat ini sangat dibutuhkan dalam meyelesaikan

permasalahan yang ada ditengah-tengah kehidupan masyarakat, sehingga individu

yang mempunyai keterampilan dan kepandaian bisa mempunyai kekuasaan.

Kelima, hubungan kerabat. Orang tua dalam rumah tangga bisa memiliki

kekusaan terhadap anak-anaknya.

Gus Dur, ayahnya adalah KH. Wahid Hasyim putera dari KH. Hasyim

Asy’ari, sementara ibunya adalah Nyai Solehan puteri KH. Bisri Syamsuri. Baik

dari jalur ayahnya dan ibunya Gus Dur merupakan keturunan pemuka agama,

pendiri organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama.

Dalam tradisi masyarakat NU, seorang yang lahir dari keluarga kyai, biasanya

12

Leo Agustino, Prihal Ilmu Politik (Jakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 75.

Page 35: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

24

secara otomatis menjadi kyai, maka muncul istilah-istilah terhormat untuk

memanggil putera kyai semisal Gus, Cak, dan Lora.

Tidak jarang dalam tradisi masyarakat tradisional kyai kerap kali menjadi

“Tuhan yang kedua”, di mana setiap petuah-petuahnya layaknya sabda Tuhan

yang harus diikuti, prilakunya serba benar. Endang Turmudi dalam bukunya

menjelaskan tentang kekuatan kyai:

“Kyai di Jawa khususnya biasanya mempunyai pengaruh litas desa.

Sebagian bahkan mempunyai pengaruh di tingkat nasional. Posisi seorang kyai di

sebuah pesantren dan keterlibatannya di NU dapat membuatnya menjadi

pemimpin nasional umat Islam Indonesia. Pengaruh kyai yang lebih luas dan pola

kepemimpinannya yang lintas desa memungkinkan terus berhubungan dengan

pihak-pihak pemerintah dan swasta. Kyai kadang-kadang berperan sebagai

pialang dalam mentranmisikan pesan-pesan pembangunan, dan masyarakat dapat

menerima program yang lebih mudah ketika mereka didekati oleh kyai. Posisi

terhormat kyai merupakan sesuatu yang melekat, karena dalam masyarakat

memandang penting pengetahuan agama dalam kehidupan mereka. Kyai adalah

sumber dari pengetahuan penting ini.13

2. Teori Dimensi Kekuasaan.

Dalam masyarakat yang sudah modern kekuasaan itu terkandung erat

dalam jabatan-jabatan, seperti presiden, menteri, ketua umum partai, organisasi,

dan lain sebagainya. Contoh tanpa memandang kualitas pribadinya, seorang

presiden di Amerika Serikat memiliki kekuasaan formal yang besar. Namun,

penggunaan kekuasaan yang terkandung dalam jabatan itu secara efektif

bergantung sekali pada kualitas pribadi yang dimiliki.14

Begitu pula elit partai,

tanpa memandang kualitas pribadinya seorang elit partai dengan sendirinya

mempunyai wewenang untuk melaksanakan kebijakan partai. Gus Dur adalah

tokoh kunci di balik berdirinya PKB,deklarator, sekaligus mantan ketua umum

13

Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan (Yogyakarta: LKiS, 2004),

h.101 14

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 78-79

Page 36: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

25

dewan syuro tiga priode, membuat Gus Dur mempunyai kekuasaan lebih di

struktural partai.

Dalam masyarakat tradisional struktur kekuasaan lebih ditekankan atas

kualitas pribadi. Dalam hal ini, pemimpin lebih efektif menggunakan

kekuasaannya karena mempunyai kemampuan pribadi, seperti karisma,

penampilan diri, asal-usul keluarga, dan wahyu.15

Dua penjelasan di atas yakni dimensi kekuasaan jabatan dan pribadi sangat

berkorelasi dalam memahami kekuatan figur Gus Dur di PKB. Di wilayah

perkotaan yang pola pikir masyarakatnya modern, terutama kalangan DPP Gus

Dur dengan jabatannya bisa banyak melakukan wewenangnya sebagai pejabat

partai. Sementara di kalangan tradisionalis, terutama di basis-basis suara PKB

kalangan pedesaan, Gus Dur sebagai pribadi lebih diperhitungkan, tanpa

memandang jabatan yang disandangnya.

3. Teori Otoritas Karismatik.

Ketergantungan partai politik terhadap figur sentral terjawab dalam teori

Marx Weber tentang wewenang karismatik. Wewenang karismatik adalah

wewenang yang dimiliki seseorang, karena kemampuan yang dimiliki secara

pribadi. Wewenang ini dengan sendirinya bisa hilang apabila figur tersebut

melakukan kesalahan fatal atau pola pikir dan pradigma masyarakat sudah

berubah.16

Otoritas karismatik ini muncul disebabkan kualitas luar biasa yang

dimiliki seorang pemimpin, di luar kebanyakan masyarakat umum, meliputi

kepribadiannya, karakternya, cita-cita dan idealismenya. Bahkan Weber

15

Ibid., h. 79 16

Yusron Razak, ed., Sosiologi Sebuah Pengantar: Tujuan Pemikiran Sosiologi Presfektif

Islam (Jakarta: LSA, 2008), h.153.

Page 37: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

26

menjabarkan, lebih dari itu pada diri seorang pemimpin karismatik ada hubungan

khusus dengan sang ilahi.17

Faktor-faktor inilah yang membuat pemimpin

karismatik punya daya tarik khusus di mata para pengikutnya.

Loyalitas masyarakat terhadap pemimpin karismatik sungguh luar biasa,

mereka dalam situasi tertentu memiliki loyalitas yang tinggi, pengorbanan para

loyalis kadang di luar perkiraan banyak orang, mereka rela menyerahkan jiwa dan

raganya kepada pemimpin yang sangat di kagumi itu. Kepatuhan masyarakat

kepada pemimpin karismatik diatas rata-rata, ia sering meminta petuah dalam

menghadapi kesulitan hidup, meminta petunjuk sebelum mengambil keputusan.18

Pemimpin karismatik biasanya sulit melakukan regenerasi kepemimpinan bila

sudah meninggal. Para pengikutnya sulit untuk mempercayai penggantinya,

meskipun pemimpin itulah yang memilihnya. Karena penerusnya harus

meyakinkan para pengikutnya bahwa kemampuannya kurang lebih sama dengan

pemimpin sebelumnya.

Kalau kita cermati penjelasan diatas. Bisa mengambarkan bagaimana sosok

Gus Dur di PKB. Gus Dur secara pribadi memiliki kemampuan yang luar biasa,

cita-citanya tentang humanisme, pluralisme, dan multikulturalisme diapresiasi

banyak orang.19

Gus Dur kerap kali membela komunitas-komunitas yang

tertindas. Perjuangan dalam membela komunitas Tionghoa adalah bentuk nyata

17

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1 (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1994), h. 229. 18

Ibid., h. 231. 19

Abu Muhammad Waskita, Cukup 1 Gus Dur SAJA! (Jakarta: Pustaka Alkaustar, 2010),

h. 86.

Page 38: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

27

bagaimana Gus Dur sangat menghargai pluralisme dan memperjuangkan hak-hak

kaum minoritas.20

Komunitas yang tergabung dalam wadah Gus Durian adalah bukti bagaimana

sosok Gus Dur punya pengaruh dan pengikut tersendiri di tengah-tengah

masyarakat. Gus Durian selalu konsisten memperjuangkan pemikiran, cita-cita

dan idealisme Gus Dur. Gus Durian lebih dari sekadar fans, mereka dengan

sungguh-sungguh hadir untuk Gus Dur, melanjutkan pemikiran, cita-cita dan

perjuangan Gus Dur, mereka selalu siap memberikan segalanya untuk pemimpin

yang dicintai. Fanatisme para pengikut Gus Dur bisa dilihat pada saat Gus Dur

dilengserkan dari posisi presiden, pengikut Gus Dur melakukan aksi-aksi yang

ekstrim. Sebagian dari mereka meyakini bahwa sebenarnya Gus Dur lebih dari

seorang pemimpin. Gus Dur adalah sosok wali yang mempunyai adiduniawi, tidak

heran bila kadang beliau di anggap nyeleneh, yang sebenarnya masyarakat umum

banyak yang tidak nyambung terhadap pemikiran-pemikirannya.21

Kemampuan otoritas karismatik sulit untuk diwariskan kepada orang lain,

meskipun ia diangkat sendiri oleh pemimpin sebelumnya.22

Dalam kasus Gus Dur

di PKB, memperlihatkan ini semua, meskipun PKB selalu memakai Gus Dur

sebagai ikon partai, tapi masyarakat sulit mempercayai bahwa PKB sekarang

adalah Gus Dur. Lebih-lebih setelah konflik antara Muhaimin Iskandar dan Gus

Dur, masyarakat makin punya keyakinan bahwa PKB saat ini, sudah bukan Gus

20

Ibid., h. 86. 21

M.Hanif Dhakiri, 41 Gus Dur’s Great Legacies (Yogyakarta: LKiS, 2011), h. 173-179. 22

Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1 (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1994), h. 231.

Page 39: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

28

Dur lagi. Imbas dari ini semua, terlihat bagaimana perolehan suara PKB pada

pemilu 2009 dan 2014 tidak semaksimal pada pemilihan 1999 dan 2004.

C. Urgensi Figur

Perkembangan terakhir perpolitikan Indonesia menampilkan wajah dan

pengalaman yang berbeda. Hal ini mulai terlihat semenjak tahun 2004 ketika

rakyat Indonesia untuk yang pertama kalinya memilih presiden dan wakil presiden

secara langsung. Terpilihnya SBY sebagai presiden yang berasal dari partai

politik yang hanya memperoleh suara sekitar 8% menunjukkan urgensi figur

mempunyai peran sentral dalam partai politik. Capara dan Zimbardo (2004)

seperti yang dikutip oleh Hamdi Muluk dalam bukunya Mozaik Psikologi Politik

Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa terjadi era personalisasi politik (Capara

dan Zimbardo 2004) bisa terjadi. Pertama, masyarakat semakin cerdas dan

informasi mudah diraih. Sehingga hal ini mempengaruhi pilihan dan orientasi

politik publik. Kedua, peran mobilisasi dan elit politik yang semakin terbatas.

Ketiga, peran media massa yang semakin gencar sebagai alat kampanye, dan yang

Keempat, perbedaan ideologi-ideologi partai yang semakin tipis, perbedaan antara

satu partai dengan partai lainnya sulit dibaca. Kondisi seperti inilah yang

membuat publik semakin menjadikan tokoh sebagai referensi untuk memilih

partai politik.23

Indonesia sebagai negara yang masih belajar untuk memantapkan

demokrasi harus terus menerus melakukan perbaikan terutama pada pelembagaan

23

Hamdi Muluk, Mozaik Psikologi Politik Indonesia (Jakarta: Rajawali Pres, 2010), h.

61.

Page 40: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

29

partai politik yang masih belum tertata dengan baik. Lemahnya pelembagaan

partai politik membuat sosok figur sangat dibutuhkan sebagai referensi calon

pemilih untuk menentukan partai politik pilihannya. Ketika identitas partai-partai

politik terlanjur kabur, publik hanya bisa melihat dan menilai dari figur yang di

miliki oleh partai tersebut sebagai representasi dalam menilai kualitas partai

politik.24

Fenomena kekuatan tokoh dalam partai politik sebenarnya tidak hanya

terjadi di Indonesia tapi juga negara-negara yang sudah dalam taraf maju

demokrasinya seperti Italia dan Amerika.25

Hampir secara keseluruhan pada pemilihan umum di era reformasi,

pemilih Indonesia punya afeksi tersendiri terhadap tokoh-tokoh politik tertentu.

Hal ini, tentu punya alasan yang beragam mulai dari karakternya, fisiknya dan visi

misinya tentang Indonesia kedepan. Afeksi pemilih terhadap tokoh politik terjadi

hampir di semua pemilihan umum era reformasi.26

Namun meskipun demikian, faktor figur bukan satu-satunya variabel

independen, yang menentukan sikap pemilih untuk memilih partai politik, ada

variabel lain yang juga menentukan bagaimana pemilih menentukan pilihannya

terhadap partai politik semisal faktor ekonomi dan politik. Tapi, tokoh tetap punya

pengaruh yang kuat untuk menentukan pilihan para pemilih. Semakin kuat afeksi

seseorang kepada tokoh partai, maka kecenderungan individu untuk memilih

partainya juga semakin kuat. Semisal mereka yang suka terhadap figur Megawati

akan beridentitas PDI-P, yang suka Amin Rais akan beridentitas PAN, yang suka

Habibi atau Akbar Tanjung atau JK akan beridentitas Golkar, yang suka Gus Dur

24

Saiful Mujani,dkk., Kuasa Rakyat (Jakarta: Mizan, 2012), h.425. 25

Ibid., h.425. 26

Ibid., h.426.

Page 41: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

30

akan beridentitas PKB, dan tokoh-tokoh yang lain dengan partainya masing-

masing.27

Kalau kita mengamati perilaku pemilih dengan menggunakan pendekatan

psikologis, maka urgensi figur dalam partai politik makin menunjukkan

relevansinya. Dalam pendekatan psikologis dijelaskan bahwa seseorang individu

bisa berpartisipasi dalam pemilihan umum atau pemilihan presiden karena mereka

punya kedekatan khusus dengan partai politik atau tokoh partai. Pendekatan ini

lahir untuk melengkapi pendekatan sebelumnya yang lebih dulu lahir yakni

pendekatan sosiologis yang berargumen bahwa seseorang individu bisa

berpartisipasi dalam pemilihan umum maupun pemilihan presiden karena punya

daya sosial-ekonomi yang lebih baik.28

Dalam pendekatan psikologis, figur

menjadi modal utama untuk memperoleh massa atau pengikut dengan sebanyak-

banyaknya.

Massa atau pengikut bisa setia dan mempunyai rasa hormat kepada

figurnya dikarenakan aura dan karisma. Sehingga meskipun sang figur atau

pemimpin tidak lagi berada di tampuk kekuasaan, para pengikut tetap

menghormati figurnya. Aura dan karisma yang di miliki oleh seorang figur bisa

menjadi magnet bagi orang-orang di sekitarnya. Seorang figur haruslah

menjalankan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya dengan kejujuran, tanggung

jawab, keadilan, solutif dan kerja keras juga kerja cerdas, sehingga muncullah

sosok pemimpin yang impersonal seperti yang dijelaskan oleh Max Weber.29

27

Ibid., h. 433. 28

Ibid., h. 22. 29

Hasrullah, Opium Politik & Dramaturgi (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h.67.

Page 42: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

31

Keberadaan figur dalam partai politik mempunyai efek positif dan negatif

tehadap perkembangan partai. Positifnya figur dalam partai politik bisa menjadi

rujukan masyarakat luas untuk memilih sebuah partai. Partai yang belum dikenal

bisa menjual figurnya kepada masyarakat luas. Figur dalam partai politik bisa

menjadi “garansi” dan representasi partai. Lebih-lebih bila figur tersebut punya

kelebihan ekonomi yang kuat, bisa dijadikan sebagai alat untuk menjalankan

organisasi partai. Di samping itu, figur bisa menjadi simbol penggerak massa

yang ada di bawah, sekaligus pemersatu di tengah-tengah perbedaan yang ada

dalam dinamika partai politik.

Efek negatif figur dalam partai politik terjadi apabila ada ketergantungan

berlebihan terhadap figur tersebut. Ketergantungan ini akan berakibat pada

mandulnya regenerasi kepemimpinan dalam partai tersebut. Bila ini yang terjadi,

akan berpengaruh terhadap perkembangan partai dimasa-masa yang akan datang.

Regenerasi kepemimpinan merupakan jantung yang menentukan maju mundurnya

partai politik. Masa akan terus berjalan, seorang figur tidak mungkin selamanya

dalam partai tersebut. Regenerasi kepemimpinan menjadi keharusan dalam partai

politik. Selain meyebabkan kemandulan, ketergantungan terhadap figur yang

berlebihan juga bisa merusak sistem, sehingga sistem yang seharusnya menjadi

peta jalan sebuah organisasi, bisa berantakan, partai seolah-olah menjadi milik

satu orang yang bisa menabrak regulasi yang sudah menjadi keputusan partai.30

Adalah tugas para politisi untuk menempatkan figur secara tepat di

partainya masing-masing. Keberadaan figur tetaplah penting di partai politik

30

Wawancara Pribadi dengan Firman Noor, via email, 13 Maret 2016.

Page 43: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

32

sebagai simbol dan representasi bagi masyarakat secara luas, dan juga sebagai

rujukan para kader. Meskipun begitu, ketergantungan yang berlebihan terhadap

seorang figur harus dihindari, karena hal ini membahayakan terhadap eksistensi

partai-partai politik, ketika figur sudah tidak lagi di partai politik.

Figur dalam tradisi partai politik Indonesia kerap kali dijadikan sebagai

magnet suara. Figur banyak terlibat dalam kampanye partai politik baik secara

langsung maupun tidak langsung. Tidak hanya untuk memenangkan partai politik

secara keseluruhan, tetapi figur juga banyak terjun kebawah untuk menjadi daya

tarik masyarakat agar mereka memilih kader-kader yang mencalonkan diri baik di

legislatif maupun di ekskutif, baik di pusat maupun yang di daerah. Oleh karena

itu, tidak mengherankan dalam baliho-baliho ataupun poster-poster kandidat ikut

menyertakan foto-foto figur disampingnya.

Lebih-lebih dalam budaya kita masih patrialis, di mana figur masih banyak

menjadi acuan dalam masyarakat Indonesia. Sehingga figur dalam partai politik

menjadi magnet di tengah-tengah kehidupan masyarakat untuk berpartisipasi dan

memilih partai-partai yang terdapat sosok figur yang sesuai dengan idealisme

mereka.31

31

Wawancara Pribadi dengan Abdul Kadir Karding, Jakarta, 07 Januari 2016.

Page 44: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

33

BAB III

BIOGRAFI POLITIK ABDURRAHMAN WAHID DAN RELASINYA

TERHADAP PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

A. Perjalanan Politik Abdurrahman Wahid

Abdurrahman Wahid biasa dipanggil Gus Dur lahir di Kabupaten

Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 7 September 1940. Ayahnya adalah K.H.

Wahid Hasyim ibunya Hj. Solichah, Gus Dur dari ayah dan ibunya merupakan

keturunan darah biru. Ayahnya K.H. Wahid Hasyim adalah putera K.H. Hasyim

Asy’ari sementara ibunya Hj. Solichah adalah Puteri K.H. Bisri Syamsuri.

Menempuh pendidikan pertamanya di SD KRIS sebelum akhirnya pindah ke SD

Matraman Perwari. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya Gus Dur

melanjutkan pendidikan menengah, namun karena tidak naik kelas, ibunya

memindahkan untuk mengaji ke K.H. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Setelah

menyelesaikan pendidikan menengahnya Gus Dur pindah lagi ke Pesantren Tegal

Rejo. Tahun 1959 Gus Dur Pindah ke Jombang tempat kelahirannya. Selain itu,

Gus Dur sempat melalang buana ke luar negeri seperti Mesir, Irak dan juga

Belanda. 1

Setelah melakukan pengembaraan intelektualnya kebeberapa negara di

Timur Tengah maupun Eropa, Gus Dur kembali ke Jombang Jawa Timur dan

bekerja di LP3ES. Di tanah kelahirannya Jombang Gus Dur juga menjadi dosen

sekaligus dekan di Fakultas Ushuluddin Universitas Hasyim Asy’ari Jombang. Di

1’’Sejarah Abdurrahman Wahid’’ Peduli, Mei 2003, h.41.

Page 45: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

34

samping sebagai pengajar selama di Jombang Gus Dur juga beraktivitas sebagai

kolumnis di beberapa media, dari sinilah Gus Dur mulai punya nama dan banyak

mendapatkan undangan untuk menjadi pembicara di beberapa seminar.2 Namun,

karena kesibukannya yang padat semenjak memutuskan bergabung di jajaran

syuriyah PBNU Gus Dur memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Tidak lama di

Jakarta Gus Dur sudah bisa beradaptasi dengan baik, beberapa aktivitas

intelektual dan karir politiknya, Gus Dur lakoni dengan baik. Selain sebagai

kolumnis Gus Dur juga menjadi konsultan di Departemen Agama, Depertemen

Koperasi, Depertemen Hankam.3

Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah pada tanggal 11 Juli 1968, Sinta

Nuriyah adalah muridnya sendiri pada saat beliau mengajar di Pesantren Tambak

Beras Jombang. Dari pernikahan ini Gus Dur dikaruniai empat anak, yaitu Alissa

Qotrotunnada Munawwarah, Zannuba Ariffah Chafsoh, Annita Hayatunnufus, dan

Inayah Wulandari.4

Gus Dur mulai bersentuhan dengan dunia politik secara nasional semenjak

bergulirnya ide tentang pancasila sebagai asas tunggal. Di mana pada saat itu PPP

sebagai partai yang berbasis Islam menolak untuk menjadikan pancasila sebagai

asas tunggal. Sikap PPP yang menolak penerapan pancasila sebagai asas tunggal

mendapatkan perlawanan dari Gus Dur, kata Gus Dur Islam bisa beriringan

dengan pancasila.5 Setelah Soeharto melakukan fusi politik, Gus Dur ikut terlibat

dalam kampanye-kampanye PPP. Pada tahun 1987 Gus Dur masuk dan

2Adi Sastra Rasyidin, dkk., Perjalanan Politik Sang Kyai (Jakarta:Nias, 2000), h. 81.

3Ibid., h. 80.

4Irwan Suhanda, ed., Perjalanan Politik Gus Dur (Jakarta: Kompas Media Nusantara,

2010), h.XVI. 5Adi Satra Rasyidin, dkk., Kemahiran Politik Sang Kyai (Jakarta: Nias, 2000), h.82.

Page 46: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

35

memperkuat partai Golkar. Ia kemudian menjadi anggota Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) mewakili partai Golkar. Namun sikapnya yang

terlalu kritis kepada pemerintah membuat hubungan dengan pemerintah kurang

harmonis.6

Setelah jatuhnya rezim Soeharto bermunculan partai-partai baru seperti

PAN, PK, PBB. Tidak ketinggalan Gus Dur juga mendeklarasikan PKB bersama-

sama para kyai Nahdlatul Ulama yang menjadi tempat berlabuhnya Gus Dur di

dunia politik.

Latar belakang Gus Dur sebagai putera K.H. Wahid Hasyim yang

notabene seorang ulama dan politisi dari kalangan Nahdliyyin telah

memungkinkan Gus Dur untuk bersentuhan dengan dunia politik. Lebih-lebih

posisinya sebagai ketua umum PBNU salah satu ormas terbesar di Indonesia. Di

samping kemampuan dan pemikirannya yang cemerlang membuat Gus Dur secara

personal mempunyai daya tawar (bergaining position) di mata masyarakat secara

luas, tidak terkecuali para penguasa pada saat itu.

Pada tanggal 10 November 1998 Gus Dur melakukan pertemuan

bersejarah dengan tiga tokoh nasional yaitu Megawati Soekarno Puteri, Amin

Rais, dan Sultan Hamengkubuwono. Pertemuan ini selanjutnya menghasilkan

deklarasi Ciganjur, isi dekalarasi ini mendesak presiden BJ Habibie untuk segera

mempercepat pemilihan umum. Hasil deklarasi ini selanjutnya mendapatkan

angin positif ketika keputusan sidang istimewa MPR memutuskan untuk

6Abu Muhammad Waskita, Cukup 1 Gus Dur SAJA! (Jakarta: Alkaustar, 2010), h.20.

Page 47: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

36

mempercepat pemilu dari awalnya direncanakan pada tahun 2002 dipercepat

menjadi Mei 1999.7

Akhirnya pada tanggal 7 Juni 1999 Indonesia bisa menggelar pemilihan

umum. Hasil pemilihan umum tahun 1999 menghasilkan PDI-P sebagai

pemenang dengan hasil perolehan suara 33,74% dan memperolehan kursi 153. Di

susul Golkar memperoleh 22,44% sehingga mendapatkat 120 kursi. Posisi ketiga

di tempati PKB yang memperoleh suara 12,61% suara dan bisa menempatkann

wakilnya sebanyak 51 kursi. Kemudian PPP dengan perolehan suara sebanyak

10,71% dan mendapatkan 58 kursi. Setelah itu ada PAN dengan perolehan suara

7,12% dan mendapatkan 34 kursi.8

Peta politik pada pemilihan umum 1999 ini setidaknya bisa terbagi

menjadi dua yaitu kelompok nasionalis dan kelompok islamis. Kelompok

nasionalis bisa terwakili dari kekuatan PDI-P dan Golkar, sementara kelompok

islamis terlihat dari PKB, PPP, dan PAN. Peta kekuatan ini terbaca oleh kalangan

politisi Islam yang akhirnya memunculkan ide untuk membentuk poros tengah,

yaitu koalisi di antara partai-partai yang bernafaskan Islam untuk mendudukkan

kadernya di RI 1, tujuan ini berhasil dicapai dengan mendudukkan Gus Dur

sebagai Presiden.9

Secara garis besar ada beberapa hal yang menjadi konsen perjuangan Gus

Dur selama menjadi presiden: Pertama, adanya supremasi sipil. Sebelum era

reformasi, Indonesia di bawah komando militer, sehingga sistem pemerintahan

7Mohammad Sobary, dkk., Gus Dur di Istana rakyat, (Jakarta: LKBN Antara, 2000), h.

1-2. 8Ibid., h.124.

9Ibid., h.136.

Page 48: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

37

pada saat itu tidak demokratis. Hal ini bertentangan dengan keinginan rakyat yang

selama ini menginginkan adanya demokrasi. Sehingga Gus Dur mengubah

kebijakan dengan melakukan supremasi sipil. Kedua, Gus Dur memisahkan

kepolisian tidak lagi berada di bawah militer, tetapi di bawah pemerintahan sipil.

Ketiga, Gus Dur mempunyai komitmen terhadap pemberantasan korupsi.

Komitmen terhadap pemberantasan korupsi dilakukan dengan cara menaikkan

gaji pegawai negeri. Tingginya gaji para pegawai negeri diharapkan mampu

meminimalisir adanya tindak pidana korupsi. Keempat, Gus Dur membentuk

badan khusus yang menangani bidang kemaritiman. Kelima, Gus Dur selalu

memperjuangkan adanya keadilan dan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Bentuk kongkrit Gus Dur dalam memperjuangkan keadilan di

antaranya dilakukan dengan cara mengubah kepres Soeharto tentang hari raya

Imlek. Keenam, Gus Dur membuat undang-undang otonomi khusus yang

mengatur permasalahan Papua. Isi dari undang-undang ini diantaranya berisi

tentang penganggaran keuangan antara pusat dan daerah yang memberikan jatah

yang lebih besar kepada pemerintah Papua. Ketujuh, Gus Dur membentuk poros

ekonomi baru bekerjasama dengan Jepang, Cina, dan India. Untuk mengimbangi

kekuatan ekonomi Barat.10

Kekuasaan Gus Dur sebagai presiden tidak berlangsung lama. Gus Dur

hanya bisa duduk di RI 1 selama 20 bulan.11

Di samping banyak melakukan

agenda yang pro rakyat. Gus Dur juga kerap kali melakukan langkah-langkah

kontroversial terutama terkait dengan pemecatan para pembantunya seperti

10

Wawancara dengan Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, Jakarta 18 April 2016. 11

Mohamad Sobary, dkk., Gus Dur di Istana Rakyat, (Jakarta: LKBN Antara, 2000),

h.146.

Page 49: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

38

Laksmana Sukardi dan Jusuf Kalla. Akibatnya, Gus Dur kerapkali mendapatkan

kritik dari banyak pihak. Sikap kontroversial Gus Dur berimbas pada hubungan

antara ekskutif dan legislatif yang kurang harmonis. Gus Dur dinilai tidak punya

kecakapan dalam mengelola negara. Keadaan menunjukkan tidak ada tanda-tanda

menuju kearah yang lebih baik. Hal ini berujung pada permintaan pembagian

wewenang kepada Wakil Presiden Megawati. 12

Ketegangan Gus Dur dan anggota parlemen berlanjut pasca sidang

tahunan MPR setelah rapat paripurna DPR menyetujui penggunaan hak angket

terkait kasus Bruneigate dan Bullogate. Ketegangan ini memuncak ketika Amin

Rais selaku ketua MPR meminta Gus Dur mundur dan mengancam akan

menggelar sidang istimewa untuk mendongkel posisi Gus Dur dari posisi

presiden.13

Ancaman ini akhirnya menjadi kenyataan yang berujung pada

pendongkelan Gus Dur dari posisi presiden sebagai hasil sidang istimewa MPR.

Setelah tidak lagi menjadi presiden, Gus Dur kembali ke Ciganjur

melakukan aktivitasnya seperti sedia kala saat beliau tidak menjadi presiden.

Setiap hari setelah memberikan kuliah di Ciganjur, Gus Dur berkantor di PBNU

menemui para tamu dari berbagai kalangan, wawancara dengan beberapa media,

menjadi pembicara dalam beberapa acara, di samping masih sebagai Ketua Umum

Dewan Syuro DPP PKB.14

Pada pemilihan umum tahun 2004 Gus Dur mendaftarkan diri sebagai

kandidat calon presiden berpasangan bersama Marwah Daud Ibrahim lewat PKB.

12

Ibid., h. 102. 13

Ibid., h. 106. 14

Arif Mudatsir Mandan dan Mifathudin, Jejak Langkah Guru Bangsa (Jakarta: Pustaka

Indonesia Satu, 2010), h. 128.

Page 50: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

39

Namun, karena tidak lolos tes kesehatan, Gus Dur gagal melenggang menjadi

calon presiden. Akhirnya, Gus Dur mendukung Salahuddin wahid yang

merupakan adiknya sendiri, yang pada saat itu berpasangan dengan Wiranto.

Namun pasangan Wiranto-Salahuddin kalah dari pasangan SBY-JK dan Mega

Hasyim.15

Pada tahun 2005, Gus Dur menjadi pemimpin koalisi politik bersama Try

Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung, dan Megawati, koalisi ini aktif melakukan

kritik terhadap kebijakan pemerintahan SBY, terutama terkait dengan pencabutan

subsidi BBM yang menyebabkan naiknya harga BBM.16

Meskipun tidak lagi

berada di lingkaran kekuasaan, Gus Dur tetap menunjukkan kepeduliannya

terhadap perkembangan kebangsaan. Hal ini, terlihat saat Gus Dur mendukung

lembaga anti korupsi KPK, saat lembaga ini mencoba dilemahkan, termasuk

memberikan jaminan agar Bibid-Samad segera dibebaskan dari tahanan.

Kepedulian Gus Dur tehadap kondisi bangsa juga terlihat saat skandal Bank

Century.17

Dengan ragam aktivitasnya yang begitu padat membuat energi Gus Dur

terkuras, kondisi kesehatannya makin menurun. Gus Dur mempunyai catatan

kesehatan yang negatif. Ia mengalami gangguan penglihatan, stroke, diabetes, dan

gangguan ginjal dan harus harus menjalani Hemodialisis (cuci darah). akibat

komplikasi penyakit yang dideritanya sejak lama. Gus Dur wafat pada hari Rabu,

15

Muhammad Rifai, Gus Dur: Biografi Singkat Gus Dur 1940-2009 ( Yogyakarta: Garasi

House of Book, 2010), h. 84-85. 16

Ibid., h. 85. 17

Ibid., h. 86.

Page 51: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

40

30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangkusumo, Jakarta, pukul 18.45

WIB.18

Sosok Gus Dur secara fisik kini telah tiada. Namun, jasa-jasanya,

pemikiran-pemikirannya tetap menarik untuk dibicarakan. Gus Dur adalah sosok

yang setia mengarungi seluruh dimensi ruang dan waktu dari pojok yang satu

kepojok yang lainnya sama rata. Membahas Gus Dur seolah tidak ada selesainya,

selalu ada sisi-sisi yang menarik untuk dibahas.

B. Relasi Gus Dur dan PKB

Relasi antara Gus Dur dan PKB sudah terjalin semenjak wacana warga

Nahdliyyin untuk mendirikan partai sendiri, pada saat itu Gus Dur sedang

menjabat sebagai ketua umum PBNU. PKB didirikan atas permintaan warga NU,

sebagai wadah politik yang selama ini terus terkebiri rezim otoritarian. Pendirian

PKB tidak terlepas dari restu dan partisipasi petinggi PBNU, yang saat itu Gus

Dur menjadi orang nomor satu di struktural PBNU. Dalam pandangan Gus Dur

saat itu, NU selama ini sebenarnya sudah berada di jalan yang tepat sebagai

organisasi sosial keagamaan, akan tetapi sebagai organisasi yang punya basis

massa yang banyak, warga NU harus diberi wadah politik, agar tidak

gentanyangan di mana-mana.19

Setelah melalui proses yang cukup panjang, yang melibatkan banyak

warga NU. PKB akhirnya dideklarasikan di kediaman Gus Dur di Ciganjur,

Jakarta Selatan. Pada saat pertama kali berdiri Gus Dur hanya sebagai dekalarator

18

Ibid., h. 48. 19

Zainal Abidin Amir, Peta Islam Politik Pasca Soeharto (LP3S: Jakarta, 2003), h. 108-

111.

Page 52: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

41

dan tidak punya posisi sentral baik di jajaran syuriah maupun di jajaran tanfidz.

Pada periode awal berdirinya PKB Gus Dur hanya menempatkan Matori Abdul

Jalil sebagai ketua umum dewan tanfidz, setelah melalui proses perdebatan yang

panjang.20

Baru pada tahun 2000 berdasarkan hasil muktamar I PKB, Gus Dur

terpilih menjadi ketua umum dewan syuro, menggantikan posisi KH. Ma’ruf

Amin. Pada 20 Januari 2002 muktamar luar biasa PKB di Yogyakarta juga

memberi kepecayaan kepada Gus Dur untuk menduduki posisi ketua umum

dewan syuro untuk periode 2002-2007. Hal ini berlanjut pada muktamar II

Semarang yang kembali memberikan kepercayaan kepada Gus Dur untuk

memegang posisi ketua umum dewan syuro periode 2005-2010.21

Praktis Gus Dur

menempati posisi ketua umum dewan syuro selama 8 tahun.22

Posisi dewan syuro di struktural PKB merupakan posisi yang sangat

strategis. Dewan syuro merupakan strukutural dengan posisi terkuat dan

pemegang komando yang paling tinggi. Tidak sembarang orang bisa menduduki

posisi dewan syuro, hanya para ulama dan pakar yang diberi kesempatan untuk

duduk di posisi ini.23

Posisi Gus Dur sebagai ketua umum dewan syuro dalam

kurun waktu yang cukup panjang telah memungkinkan Gus Dur untuk

melaksanakan wewenangnya dalam rangka menjaga kemurnian perjuangan partai,

melaksanakan pengawasan terhadap kebijakan umum partai. Jabatan dewan syuro

yang diemban Gus Dur dalam waktu yang cukup panjang, berdampak terhadap

20

Ibid., h. 129. 21

Irwan Suwanda, ed., Perjalanan Politik Gus Dur (Kompas: Jakarta, 2010), h. XIX 22

Posisi Dewan Syuro DPP PKB diganti oleh KH. Aziz Mansur berdasarkan hasil

muktamar Ancol, muktamarnya kubu Cak Imin yang diakui oleh Mahkamah Agung. 23

Firman Noor, Perpecahan dan Soliditas Partai Islam di Indonesia: Kasus PKS dan

PKB di Dekade Awal Reformasi (LIPI: Jakarta, 2015), h. 94.

Page 53: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

42

munculnya personalisasi partai, beberapa kebijakan penting tidak lepas dari

bayang-bayang dan pengaruh Gus Dur, termasuk penentuan nama partai dan

posisi penting di PKB semisal ketua umum dewan tanfidz mulai dari Matori

Abdul Jalil, Alwi Shihab, dan Muhaimin Iskandar, mereka adalah kader-kader

yang pada awalnya mempunyai soliditas tinggi terhadap Gus Dur, meskipun pada

akhirnya berkonflik.24

Tabel: 3.1.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa sejak 1998-2014

No Ketua Umum Mulai Menjabat Akhir Menjabat Periode

1 Matori Abdul Jalil 23 Juli 1998 15 Agustus 2001 1

Pjs

Alwi Shihab

15 Agustus 2001 17 Januari 2002

2 17 Januari 2002 25 Mei 2005 2

3

Muhaimin Iskandar

25 Mei 2005 23 Juli 2010 3

23 Juli 2010 1 September 2014 4

1 September 2014 1 September 2019 5

Sumber: http//id/Wikipedia.org

Gus Dur adalah pendiri dan merupakan sosok paling utama di PKB. Tanpa

campur tangan Gus Dur, PKB sulit untuk terbentuk dan mampu menduduki posisi

tiga besar pada pemilihan umum tahun 1999. Tanpa Gus Dur pula sulit bagi PKB

untuk tetap mempertahankan dan memaksimalkan suara pada pemilihan umum

24

Ibid., h. 146-148.

Page 54: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

43

tahun 2004. Di awal reformasi Gus Dur merupakan pendiri dan menjadi lumbung

suara bagi PKB.25

Sampai sekarang pun image masyarakat masih menganggap bahwa PKB

adalah partainya Gus Dur, sehingga masyarakat masih mencoblos PKB, dan itu

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan PKB hingga detik ini masih bisa

mempertahankan eksistensinya. Meskipun sebenarnya telah terjadi

penyimpangan-penyimpangan oleh PKB terhadap nilai-nilai yang dibawa dan

diajarkan oleh Gus Dur selama ini, terutama terkait dengan sikap pragmatisme elit

partai, yang hanya mengedepankan popularitas, finansial, dan jabatan, bukan atas

dasar kualitas dan pengabdian kepada masyarakat.26

25

Wawancara pribadi dengan Firman Noor, via email, 13 Maret 2016. 26

Wawancara dengan Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, Jakarta, 08 Aril 2016.

Page 55: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

44

BAB IV

KEKUATAN FIGUR GUS DUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PARTAI KEBANGKITAN BANGSA

Untuk membaca secara pasti tentang kekuatan figur Gus Dur dan

pengaruhnya terhadap elektabiltas PKB penulis melihat melalui 3 (tiga) indikator

yaitu dengan melihat perolehan suara PKB dalam empat pemilu di era reformasi,

ketokohan Gus Dur, dan perilaku pemilih.

A. Komparasi Perolehan Suara Partai Kebangkitan Bangsa

PKB telah mengikuti empat kali mengikuti pemilihan umum, dua kali

periode awal PKB mengikuti pemilihan umum masih di bawah komando Gus Dur

sebagai ketua umum dewan syuro. Sedangkan dua kali pemilihan umum periode

akhir Gus Dur sudah tidak lagi di PKB. Dua kali priode awal dan dua kali periode

akhir menunjukkan dua realitas yang berbeda.

Tabel: 4.1.

Perolehan Suara Partai Kebangkitan Bangsa Sejak 1999-2014

No Tahun Suara % Kursi % +/-

1 1999 13.336.982 12.61 51 11.03 n/a

2 2004 11.989.565 10.57 52 9.45 +1

3 2009 5.146.122 4.94 27 4.82 -25

4 2014 11.298.957 9.04 47 9.40 +20

Sumber: http//id/Wikipedia.org

Page 56: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

45

Pemilu tahun 1999 suara PKB menduduki tiga besar di bawah Golkar dan

PDI-P dengan memperoleh persentase suara 12,61%. Meskipun sebagai partai

yang masih baru secara organisatoris. Namun, secara basis massa suara PKB

sudah tersistem sejak lama, yaitu semenjak NU berdiri. Karena bagaimanapun

juga harus di akui bahwa PKB lahir dari rahim NU. Meskipun, secara

organisatoris NU sudah tidak lagi bergelut dengan dunia politik dan kembali

khittah.

Di samping soliditas warga NU yang solid, tingginya suara PKB juga tidak

bisa di lepaskan dari sosok Gus Dur, karena jauh sebelum Gus Dur mendirikan

PKB. Gus Dur sudah banyak terlibat dalam perjalanan bangsa ini. Aktivitas Gus

Dur sebelumnya, dalam dunia kemasyarakatan telah memudahkan partainya untuk

memperoleh dukungan dari masyarakat.

Tabel: 4.2.

Sepuluh Besar Hasil Pemilu 1999

No Partai Suara % Kursi %

1 PDI-P 35.689.073 33,74 153 33,12

2 Golkar 23.741.749 22.44 122 25,97

3 PKB 13.336.982 12,61 51 11,03

4 PPP 11.329.904 10,71 58 12,55

5 PAN 7.528.956 7,12 34 7,36

6 PBB 2.049.704 1,94 13 2,81

7 PK 1.436.565 1,36 7 1,51

8 PKP 1.065.686 1,01 4 0,87

Page 57: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

46

9 PNU 679.179 0,64 5 1,08

10 PDKB 550.846 0,52 5 1,08

Sumber: Diolah dan diringkas dari buku Haniah Hanafie dan Suryani, 2011

Pada pemilihan umum tahun 2004 ada 24 partai politik yang ikut

berkontestasi meramaikan pemilihan umum. Hasilnya Golkar muncul sebagai

pemenang dengan perolehan suara 21,58%, di susul PDI-P dengan memperoleh

18,53%, semantara posisi ketiga di duduki PKB yang memperoleh suara sebanyak

10,57%.1 Perolehan suara PKB pada pemilihan umum tahun 2004 mengalami

penurunan akibat konflik dengan Matori Abdul Jalil yang mendirikan Partai

Demokrasi Kebangsaan (PDK).2 Tetapi menurunnya suara PKB tidak begitu

drastis, PKB hanya mengalami penurunan suara sebesar 1,4 juta suara pada

pemilu 2004 ini, 3 dan masih bisa mempertahankan posisinya di peringkat tiga

besar.

Tabel: 4.3.

Sepuluh Besar Hasil Pemilu 2004

No Partai Suara % Kursi %

1 Golkar 24.480.757 21,58 128 23,27

2 PDI-P 21.026.629 18,53 109 19,83

3 PKB 11.989.564 10,57 52 9,45

4 PPP 9.248.764 8,15 58 10,55

1Haniah Hanafie dan Suryani, Politik Indonesia (Jakarta: Lemlit UIN JKT 2011), h. 156.

2Partai ini tidak lolos verivikasi Partai Politik yang dilakukan oleh Depertemen Hukum

dan HAM RI dan Komisi Pemilihan Umum (KPU). 3Bebal Sejarah, PKB dalam Pusaran Konflik dan Konflik (Jakarta: LP3B 2008), h. 26.

Page 58: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

47

5 PD 8.455.225 7,45 55 10,00

6 PKS 8.325.020 7,34 45 8,18

7 PAN 7.303.324 6,44 53 9,64

8 PBB 2.970.487 2,62 11 2,00

9 PBR 2.764.998 2,44 14 2,55

10 PDS 2.414.254 2,13 13 2,36

Sumber: Diolah dan diringkas dari buku Haniah hanafie, Suryani, 2011

Pada pemilihan umum tahun 2009 ada 38 partai politik yang ikut

berkontestasi meramaikan hajatan lima tahunan ketiga ini. Hasilnya, pada

pemilihan umum tahun 2009 PD muncul sebagai pemenang dengan perolehan

suara sebanyak 20,85%, di susul partai Golkar dengan memperoleh suara

sebanyak 14,45% lalu di bawahnya ada PDI-P memperoleh suara 14,03%, posisi

keempat di tempati PKS dengan perolehan suara 7,88%, kelima ada PPP dengan

perolehan suara 6,61%, lalu PAN dengan perolehan suara 6,01%, sementara PKB

harus puas berada di posisi ketujuh dengan perolehan suara 4,94%.4

Hasil perolehan suara PKB pada pemilihan umum kali ini menurun tajam

dari posisi ketiga harus jatuh ke posisi ketujuh. Rendahnya suara PKB sudah di

prediksi banyak pihak. Masalahnya, ketika partai-partai lain sibuk melakukan

konsolidasi, PKB masih sibuk dengan konflik yang berkepanjangan mulai dari

konflik antara kubu Matori Abdul Jalil versus Gus Dur, kubu Alwi Shihab,

Saifullah Yusuf versus kubu Gus Dur dan kubu Cak Imin, Lukman Edy versus

kubu Gus Dur. Praktis, akibatnya, PKB tidak punya waktu banyak melakukan

4Haniah Hanafie dan Suryani, Politik Indonesia (Jakarta: Lemlit UIN JKT 2011), h.163-

165.

Page 59: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

48

persiapan mengahadapi pemilihan umum. Lebih-lebih suara warga NU yang

selama ini menjadi captive market PKB pecah, terutama pasca adanya PKNU

sebagai partai sempalan PKB. Bahkan di wilayah-wilayah banyak terjadi

penggembosan suara PKB oleh kubu Gus Dur.

Tabel: 4.4.

Sepuluh Besar Hasil Pemilu 2009

No Partai Suara % Kursi %

1 PD 21.703.137 20,85 150 26,79

2 Golkar 15.037.757 14,45 107 19,11

3 PDI-P 14.600.091 14,03 95 16,96

4 PKS 8.206.955 7,88 57 10,18

5 PAN 6.254.580 6,01 43 7,68

6 PPP 5.533.214 5,32 37 6,61

7 PKB 5.146.122 4,94 27 4,82

8 Gerindra 4.646.406 4,46 26 4,64

9 Hanura 3.922.870 3,77 18 3,21

10 PBB 1.864.752 1,79 0 0,00

Sumber: Diolah dan diringkas dari buku Haniah hanafie, Suryani. 2011

Pada pemilihan umum tahun 2014 terdapat dua belas partai politik

nasional dan tiga partai lokal aceh yang turut serta meramaikan pesta lima tahunan

ini. Hasilnya PDI-P menjadi pemenang pemilu dengan perolehan suara sebanyak

23.681.471 atau 18,95%, posisi kedua diraih partai Golkar dengan perolehan suara

sebanyak 18.432.312 atau 14,75%, posisi ketiga ditempati partai Gerindra dengan

Page 60: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

49

perolehan suara 14,760,371 atau 11,81%, dan posisi yang keempat diraih PD

dengan perolehan suara 12.728.913 atau 10,19% sedangkan PKB menduduki

perolehan suara kelima dengan total suara 11.298.956 atau 9,04%. Perolehan

suara PKB pada pemilihan umum 2014 ini naik 100% di bandingkan hasil

pemilihan umum tahun 2009.5

Kenaikan suara PKB pada pemilihan umum tahun 2014 setidaknya

disebabkan oleh beberapa faktor yakni Pertama, konsolidasi partai berjalan

dengan baik. Pengalaman konflik pada periode-periode sebelumnya sudah tidak

lagi terlihat. Kedua, suara NU yang selama ini menjadi basis suara PKB relatif

menyatu dan tidak lagi terpecah kepartai-partai lain. Ketiga, sosok-sosok yang ada

di PKB memberikan daya magnet tersendiri untuk menaikkan suara PKB seperti

Muhaimin Iskandar, Rhoma Irama, Mahfud MD, Jusuf Kalla, dan beberapa publik

figur lainnya yang turut memperkuat PKB.

Tabel: 4.5.

Sepuluh Besar Hasil pemilu 2014

No Partai Suara % Kursi %

1 PDI-P 23.681.47 18,95 109 19,5

2 Golkar 18.432.312 14,75 91 16,3

3 Gerindra 14,760,37 11,81 73 13,0

4 PD 12.728.913 10,19 61 10,9

5 PKB 11.298.956 9,04 47 8,4

5Diakses dari nasional. kompas.com/ red/2014/5/09/2357075/ Disahkan. KPU. Ini.

Perolehan. Suara. Pemilu. Legislatif.2014.

Page 61: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

50

6 PAN 9.481.621 7,59 49 8,8

7 PKS 8.480.104 6,79 40 7,7

8 Nasdem 8.402.812 6,71 35 6,3

9 PPP 8.157.488 6,53 39 7,0

10 Hanura 6.579.498 5,26 16 2,9

Sumber: Diolah dan diringkas dari Wikipedia.org

Kalau kita melihat perolehan suara PKB dari pemilu kepemilu mulai dari

tahun 1999, 2004, dan 2009, 2014 menggambarkan bahwa figur Gus Dur

mempunyai kekuatan tersendiri di PKB. Buktinya, dua kali pemilihan umum

awal dan dua kali pemilihan umum akhir menunjukkan dua hal yang berbeda. Dua

kali pemilihan umum pertama yakni tahun 1999 dan 2004 suara PKB masih bisa

maksimal dan bisa menduduki tiga besar. Pada tahun 2004 meskipun PKB sudah

di rundung konflik antara kubu Gus Dur dan kubu Matori Abdul Jalil, suara PKB

masih bisa termaksimalkan di posisi tiga besar. Sementara pada pemilihan umum

tahun 2009 suara PKB turun drastis. Pada pemilihan umum tahun 2014 suara PKB

mengalami kenaikan suara yang signifikan, tetapi belum mampu menyamai suara

ketika PKB masih dibawah komando Gus Dur.

B. Gus Dur Sebagai Magnet

Gus Dur merupakan pemikir hebat. Beliau bisa di setarakan dengan para

pemikir dunia seperti Hassan Hanafi, Muhammad Arkoun, Ali Abdurroziq dan

tokoh-tokoh lain.6 Sejak tahun tahun 1980-an Gus Dur sudah memulai kiprahnya

6John L. Esposito dan John O. Voll, Tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Pustaka, 2002), h. 255.

Page 62: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

51

menjadi tokoh yang sangat berpengaruh. Gus Dur lahir dari trah yang cukup di

segani –K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Bisri Mustofa- membuat Gus Dur mudah

untuk mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat. Hal ini, sangat berkolerasi

dengan basis-basis suara PKB yang kebanyakan massa Islam tradisionalis (NU).

Dalam pandangan warga NU sendiri, kepemimpinan tidak hanya bersumber pada

kemampuan secara personal, tetapi lebih dari itu kekuasaan itu harus diimbangi

dengan penguasan tradisi pemikiran aswaja, trah kyai, dan kemampuan

spritualitasnya.7

Secara pribadi Gus Dur punya kemampuan di luar kebanyakan orang, ia

tidak hanya mengandalkan kemampuan rasionalitasnya, tetapi juga kemampuan

irrasionalitasnya misalnya Gus Dur dalam suatu kesempatan tertidur ketika

menjadi narasumber, namun ketika ada sesi tanya jawab Gus Dur bangun dan bisa

menjawab pertanyaan secara tepat.8 Implikasinya pemikiran-pemikiran Gus Dur

banyak diadopsi oleh banyak kalangan masyarakat. Tidak hanya warga NU,

komunitas-komunitas di luar NU juga sering menjadikan Gus Dur sebagai

rujukan.9

Kacung Marijan dalam tulisannya Gus Dur NU, dan Indonesia

menjelaskan bahwa sulit untuk mencari sosok yang seperti Gus Dur, yang mampu

di terima di semua lapisan masyarakat. Gus Dur berasal dan lahir dari komunitas

Islam tradisionalis tetapi Gus Dur tumbuh dan bisa diterima dari kalangan Islam

7Abdullah Ubaid dan Muhammad Bakir, Nasionalisme dan Islam Nusantara (Jakarta:

Kompas Media Nusantara, 2015), h. 107. 8Arkawi Kandito, Ngobrol dengan Gus Dur dari Alam Kubur (Yogyakarta: LKiS Printing

Cemerlang), 2010), h. vii 9Abdullah Ubaid dan Muhammad Bakir, Nasionalisme dan Islam Nusantara (Jakarta:

Kompas Media Nusantara, 2015), h. 107.

Page 63: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

52

modernis. Gus Dur tidak saja menjadi magnet di internal komunitas muslim,

komunitas non muslimpun banyak yang mengagumi sosok Gus Dur, terutama

pemikiran-pemikiran tentang pluralisme, multikulturalisme juga perjuangannnya

dalam membela kaum minoritas.

Laode Ida menjelaskan kekuatan figur Gus Dur:

”Dari segi budaya, harus diakui bahwa Gus Dur merupakan salah satu

figur pemilik means of mental production Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

main group-nya, ditambah lagi dengan kapasitas pribadinya sebagai

intelektual dan aktivis yang diakui nasional dan internasional. Kekuatan-

kekuatan di luar NU -nasionalis, sosial sekuler, dan non Muslim-

mendekati Gus Dur bukan hanya karena kapasitasnya, tapi juga karena

pemikiran-pemikiran yang akomodatif dengan mereka. Dampaknya, lama-

kelamaan terbangun suatu social image bahwa Gus Dur dengan NU-nya

bisa dijadikan “kawan aliansi’’ dalam gerakan. Maka, ia pun dianggap

representasi kekuatan yang ampuh di luar negara”10

Gus Dur dengan segala kelebihannya tentu menjadi magnet tersendiri di

tengah-tengah masyarakat. Akhirnya, Gus Dur sering menjadi “korban

pencatutan” para politisi yang ingin mendulang suara. Terutama di basis-basis

warga NU. Tidak terkecuali PKB sebagai partai yang pernah menjadi tempat

berlabuhnya Gus Dur di dunia politik, partai-partai lainpun juga berusaha

menggunakan Gus Dur sebagai magnet suara.

Bila negara Indonesia mempunyai sosok besar Soekarno yang sangat

familiar di tengah-tengah masyarakat internasional. Sehingga bila kita menyebut

negara Indonesia, maka yang muncul di pikiran masyarakat internasional adalah

Soekarno atau katakanlah Indonesia adalah Bung Karno dan Bung Karno adalah

Indonesia. Dalam masyarakat NU khususnya, PKB umumnya juga mempunyai

figur sentral yang begitu dominan yaitu Gus Dur. Sosok Gus Dur secara individu

10

Ibid., h.57.

Page 64: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

53

menyaingi kebesaran NU dan juga PKB. Gus Dur seolah melembaga menjadi

kekuatan sentral baik di NU maupun PKB.11

Di PKB Gus Dur bisa melampaui

AD/ART.12

Di PKB Gus Dur adalah pendiri, guru, dan inspirator bagi kader-kader

PKB. Pemikiran-pemikiran Gus Dur selama ini dinilai cocok untuk perkembangan

PKB, NU, dan bangsa. Sehingga inilah yang menjadi salah satu cita-cita PKB,

untuk melestarikan ajaran-ajaran yang diperjuangkan Gus Dur saat ini.13

Untuk membaca kekuatan antara Gus Dur, NU, dan PKB bisa melihat

rumusan berikut: Gus Dur+NU=Gus Dur dan NU+Gus Dur=Gus Dur, jelas disini

bahwa Gus Dur punya dominasi. Kalau dilanjutkan dengan kekuatannya di PKB

menjadi sebagai berikut: Gus Dur+NU+PKB=Gus Dur dan PKB+NU+Gus

Dur=Gus Dur.14

Dari rumusan-rumusan ini bisa terbaca bagaimana dominasi

kekuatan Gus Dur baik di NU maupun di PKB.

Saat ini pun meskipun Gus Dur sudah meninggal, kekuatan Gus Dur di

PKB sangat kuat. Secara fisik sosok Gus Dur telah tiada, tetapi nilai-nilai dan

ajaran-ajaran Gus Dur tetap dilestarikan dan disebarkan baik di internal PKB

sendiri maupun kepada masyarakat secara keseluruhan. Jadi kekuatan Gus Dur di

PKB bukan terletak pada sosoknya tetapi lebih kepada pemikiran-pemikirannya

11

A. Mustofa Bisri, Gus Dur Garis Miring PKB ( Surabaya: MataAir Publishing, 2008),

h. 108. 12

Bebal Dalam Sejarah, PKB Dalam Pusaran Konflik dan Konflik (Jakarta: LP3B, 2008),

h. 32. 13

Wawancara Pribadi dengan Abdul Kadir Karding, Jakarta, 07 Januari 2016. 14

Musa Kazhim dan Alfian Hamzah, 5 Partai Dalam Timbangan (Bandung: Pustaka

Hidayah, 1999), h. 234.

Page 65: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

54

yang menjadi “jualan” PKB agar bisa menjadi daya tarik di tengah-tengah

masyarakat.15

Bukti empiris kekuatan figur Gus Dur terlihat majelang masa kampanye

baik di legislatif maupun ekskutif, di pusat maupun daerah. Di mana foto-foto Gus

Dur selalu terpasang di samping tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai

sebagai anggota legislatif maupun ekskutif. Tidak hanya itu pemikiran-pemikiran

Gus Dur tentang pluralisme, sekularisme dan humanisme selalu menjadi jualan

dan janji kampanye para kandidat. Kantor-kantor PKB baik di pusat dan daerah

pun diberi nama Graha Gus Dur16

Gus Dur sebagai magnet di PKB berlangsung semenjak partai ini berdiri

sampai sekarang. Bahkan berdasarkan hasil temuan lembaga survey, setelah

diberikan pertanyaan tentang pandangan orang dan presepsi masyarakat terhadap

PKB, ternyata menghasilkan temuan bahwa masyarakat masih mengganggap

bahwa PKB itu masih sebagai partainya Gus Dur, dan itu yang menjadi

pendorong utama masyarakat untuk memilih PKB.17

C. Kualitas Tokoh Gus Dur dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Pemilih

Negara Indonesia sebagai negara yang masih dalam tahap konsolidasi dan

pemantapan sistem demokrasi, di mana sistem pelembagaan partai politik masih

belum tertata dengan baik, ideologi antara satu partai dengan partai lainnya sulit

untuk dibedakan, Pengkelompokan dua model partai-partai Indonesia yang

15

Wawancara Pribadi dengan Abdul Kadir Karding, Jakarta. 07 Januari 2016 . 16

Wawancara Pribadi dengan Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, Jakrata, 08 April

2016. 17

Wawancara dengan Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, Jakarta, 08 April 2016.

Page 66: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

55

terpecah menjadi dua model partai yakni partai Islam dan partai sekuler belum

bisa memberikan referensi yang utuh kepada pemilih untuk membedakan antara

partai Islam dan partai sekuler. Akibatnya, partai Islam dan partai sekuler kini

semakin bersifat abu-abu. Ideologi yang seharusnya menjadi titik pembeda antara

satu partai dengan partai lain semakin tidak jelas, tidak bersifat hitam putih.

Dalam kondisi inilah tokoh menjadi referensi alternatif bagi pemilih untuk

menentukan partai pilihannya. Sehingga para pemilih bisa menentukan pilihannya

kepada partai-partai tertentu berlandaskan figur yang ada dalam partai tersebut.18

Di dekade awal reformasi afeksi pemilih terhadap tokoh mencapai angka

yang cukup positif. Hal ini bisa dilihat data pada pemilu 1999 afeksi pemilih

terhadap tokoh partai politik mencapai 71%, terus meningkat pada pemilu 2004

mencapai 76%. Sementara pada pilpres Juli 2004 78% dan pilpres September

70%. Pada pemilu 2009 jumlahnya mencapai 86% dan pilpres 2009 sekitar 88%.19

Tabel: 4.6.

Afeksi Pemilih Terhadap Figur Partai

Pemilu / Pilpres %

1999 71%

2004a 77%

2004b 78%

2004c 70%

2009a 86%

18

Saiful Mujani, dkk., Kuasa Rakyat (Jakarta: Mizan Publika, 2012), h. 425. 19

Ibid., h. 426.

Page 67: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

56

2009b 88%

Sumber: Saiful Mujani, dkk., 2010

Afeksi pemilih terhadap Gus Dur pada pemilu 1999 berada di urutan

ketiga mencapai 12%, di bawah Megawati (48%), dan Habibi/ Akbar

Tanjung/Wiranto (18%). Pada pemilu dan pilpres 2004 tingkat kesukaan publik

terhadap Gus Dur mencapai 8,6% di bawah SBY (41,4%) dan Megawati (15,1%).

Pada Juli 2004 tingkat kesukaan publik terhadap Gus Dur mencapai 10,6%, di

bawah SBY (46,2%), Megawati (19,9%), dan Habibie/ Akbar Tanjung/ Wiranto

(11,7%). Pada September 2004 tingkat kesukaan publik terhadap Gus Dur

menurun 8,8%, di bawah SBY (48,9%), Megawati (17,5%).20

Tabel: 4.7.

Tokoh nasional yang paling disukai (%)

Tokoh 1999 2004a 2004b 2004c

Megawati 41,1 15,1 19,9 17,5

Habibi/Akbar Tandjung/Wiranto 18,7 7,7 11,7 1,6

Abdurrahman Wahid 12,0 8,6 10,6 8,8

Amin Rais 11,2 6,2 10,6 8,7

Hamzah Haz 2,1 2,5 2,7 ,7

SBY NA 41,4 46,2 48,9

Hidayat Nur Wahid NA 4,0 NA 4,5

Nama lain 14,9 14,6 1,3 10

Sumber: Saiful Mujani, dkk., 2010

20

Ibid., h. 427.

Page 68: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

57

Afeksi pemilih terhadap Gus Dur semenjak pemilu 1999 sampai

September 2004 selalu menempati posisi tiga besar, kecuali hasil survey Juli 2004

Gus Dur berada di posisi empat besar. Hasil survey tingkat kesukaan publik

terhadap Gus Dur sangat berkorelasi dengan hasil perolehan suara PKB pada

pemilu 1999 dan pemilu 2004, PKB mampu menduduki posisi tiga besar di bawah

suara PDI-P dan Golkar.

Pada tahun 2008, semenjak Gus Dur tidak lagi di PKB, afeksi pemilih

terhadap figur di PKB berubah pada sosok Muhaimin Iskandar yang menempati

posisi ke delapan sebesar 4,30%, di bawah SBY (8,03%), Megawati (6,17%), JK

(6,00), Prabowo Subianto (5,16%), Wiranto (5,45%), Amin Rais (4,99), Soetrisno

Bachir (4,41).21

Rendahnya tingkat kesukaan publik terhadap Cak Imin sangat

berkorelasi terhadap penurunan suara PKB pada pemilu 2009. Dari sini jelaslah

bahwa kekuatan sosok Gus Dur dan pengaruhnya terhadap elektabilitas PKB

cukup signifikan.

Tabel: 4.8.

Statistik deskriptif kesukaan terhadap tokoh partai, April 2009

(Dalam skala10: 1= sangat tidak suka,10 = sangat suka

Tokoh Mean Std. Deviaton

Susilo Bambang Yudhoyono (Demokrat) 8,03 2,067

Megawati Soekarno Puteri (PDI-P) 6,17 2,366

M. Jusuf Kalla (Golkar) 6,00 2,207

Prabowo Subianto (Gerindra) 5,61 2,240

21

Ibid., h.428.

Page 69: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

58

Wiranto (Hanura) 5,45 2,158

Amin Rais (PAN) 4,99 2,200

Soetrisno Bachir (PAN 4,41 2,160

Muhaimin Iskandar (PKB) 4,30 2,211

Suryadharma Ali (PPP) 4,05 2,252

Hidayat Nur Wahid (PKS) 5,12 2,480

Tifatul Sembiring (PKS) 4,20 2,369

Sumber: Saiful Mujani, dkk,. 2009

Page 70: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada penjelasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa ada

kekuatan figur dalam partai politik. Dalam hal ini, figur Gus Dur di PKB, tidak

hanya mempunyai kekuatan, Gus Dur juga mampu menaikkan elektabilitas PKB,

semenjak PKB berdiri sampai pemilihan umum tahun 2014. Kesimpulan ini

berlandaskan beberapa pertimbangan ilmiah sebagai berikut:

Pertama, penulis menganalisa kekuatan figur Gus Dur dengan mencari

definisi dari kekuatan itu sendiri, lalu melihat sosok Gus Dur dari beberapa

literatur, untuk mencocokkan apakah Gus Dur sudah sesuai dengan definisi arti

dari kekuatan itu sendiri. Dari sekian banyak definisi tentang arti kekuatan,

kekuatan sosial adalah definisi kekuatan yang paling relevan untuk menjelaskan

kekuatan figur Gus Dur. Kekuatan sosial adalah desakan atau dorongan efektif

yang mengarah pada tindakan sosial. Gus Dur dalam hal ini merupakan sosok

yang paling efektif untuk menghasilkan tindakan sosial baik di internal partai

maupun eksternal partai.

Kedua, untuk memastikan sosok Gus Dur sebagai figur, penulis

melakukan studi dengan menganalisa definisi dari kata figur itu sendiri. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia figur memiliki dua penegertian yaitu bentuk,

wujud dan tokoh. Dari arti ini bisa kita pahami bahwa seorang individu bisa

menjadi figur apabila dia sudah menjadi tokoh dan punya peran sentral. Gus Dur

Page 71: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

60

di PKB tidak saja menjadi tokoh, tetapi lebih dari itu kadang Gus Dur menjadi

“tuhan yang kedua” di PKB.

Ketiga, ditinjau dari teori sumber kekuasaan, bahwa seorang individu bisa

berkuasa dan menentukan banyak kebijakan serta mendapatkan legitimasi dari

bawahannya karena faktor agama dan kepercayaan. Seorang kyai, pendeta, biksu,

dan rabbi bisa mempunyai kekuasaan di hadapan umatnya. Latar belakang

keluarga Gus Dur yang notabene dari kalangan kyai secara otomatis menjadikan

Gus Dur sebagai seorang kyai. Ke kyaian Gus Dur menjadi daya tarik tersendiri

bagi masyarakat luas, khususnya warga Nahldiyyin yang selama ini menjadi basis

massa PKB.

Keempat, Ramlan Surbakti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik,

Menjelaskan bahwa salah satu dimensi kekuasaan adalah karena faktor jabatan

dan pribadi. Dengan jabatan yang dimiliki oleh seseorang, baik itu presiden, ketua

umum partai politik, dan jabatan-jabatan lainnya, bisa menjadi salah satu faktor

seorang berkuasa. Di tengah-tengah masyarakat yang sudah modern, jabatan

sangat menentukan kekuasaan seseorang, tetapi bagi masyarakat tradisional-

pedesaan, kemampuan pribadi lebih memberikan legitimasi dibandingkan faktor

jabatan. Gus Dur memiliki keduanya, di PKB Gus Dur merupakan salah satu

deklarator, dan mantan ketua umum dewan syuro. Di samping itu, tanpa

jabatannya sekalipun, kemampuan Gus Dur secara pribadi cukup brilian dan

mendapatkan apresiasi dari banyak kalangan. Realitas ini memberikan dampak

bagi Gus Dur untuk melakukan banyak “kiprahnya” di PKB.

Page 72: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

61

Kelima, secara teoritis kekuatan figur dalam partai politik bisa teranalisis

lewat teori otoritas karismatiknya Max Weber. Dalam teori ini dijelaskan bahwa

seorang individu bisa mempunyai otoritas dan pengaruh di tengah-tengah publik,

karena mempunyai kemampuan individu yang mumpuni. Kemampuan ini tidak

hanya di dasarkan pada kemampuan yang bersifat rasional, tetapi juga ada

kemampuan yang bersifat irrasional-Weber menyebutnya karena anugerah ilahi-.

Di mana kemampuan ini, hanya di miliki orang-orang tertentu. Dengan otoritas

karismatik yang dimiliki oleh seorang figur, membuat publik mendukung secara

sukarela apa yang menjadi keinginan sang figur tersebut. Gus Dur memiliki

semua itu.

Keenam, melihat dari sisi urgensi keberadaan figur di partai politik

memberikan ruang bagi Gus Dur untuk mendayagunakan kekuatan yang

dimilikinya dan banyak mendapatkan dukungan dari internal PKB. Figur

berfungsi sebagai inspirasi, navigator, penyatu, dan penggerak mesin partai.

Keberadaan seorang figur di partai politik sangat dibutuhkan untuk menjaga

soliditas partai. Gus Dur hadir dalam kondisi seperti itu.

Ketujuh, dalam perjalanan hidupnya, Gus Dur telah banyak melakukan

kegiatan sosial kemasyarakatan lintas suku, agama, bahasa dan wilayah. Banyak

pihak yang merasa berjasa terhadap sosok Gus Dur. Beliau diterima di semua

segmen masyarakat. Dari sini Gus Dur memiliki “tabungan” sosial, dan ini sangat

berarti dalam rangka menjaga PKB.

Kedelapan, berbicara tentang PKB sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari

sosok Gus Dur. Kelahiran PKB dibidani oleh PBNU yang saat itu Gus Dur

Page 73: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

62

menjadi ketua umumnya. PKB dideklarasikan di rumahnya Gus Dur di Ciganjur,

dan Gus Dur termasuk salah satu deklarator bersama kyai-kyai lainnya. Gus Dur

juga mantan ketua umum dewan syuro peletak dasar-dasar perjuangan partai.

Relasi yang erat ini memungkinkan Gus Dur untuk mengendalikan PKB.

Kesembilan, semenjak pertama kali PKB berdiri pada tahun 1998 sampai

sekarang. PKB sudah empat kali mengikuti kontestasi pemilihan umum yakni

pada pemilu tahun 1999, 2004 dan 2009, 2014. Empat kali pemilihan umum ini

menggambarkan bahwa Gus Dur memiliki kekuatan untuk memaksimalkan suara

PKB. Terbukti, pada pemilihan umum tahun 1999 dan 2004 ketika Gus Dur masih

di PKB, suara PKB selalu menempati posisi tiga besar. Sementara dua kali

terakhir yakni pada pemilu tahun 2009 dan 2014 ketika Gus Dur tidak lagi di

PKB, suara PKB tidak pernah mencapai posisi tiga besar.

Kesepuluh, melihat kampanye PKB pada pemilihan umum tahun 2009 dan

2014 terlihat bahwa sebenarnya Gus Dur punya kekuatan di PKB. Hal ini, bisa

dilihat pola kampanye PKB yang selalu membawa nama Gus Dur, baik foto-

fotonya, pemikirannya, dan cita-citanya. Hal ini juga diakui oleh Sekretaris

Jendral DPP PKB Abdul Kadir Karding, bahwa sosok Gus Dur adalah inspirasi

dan guru yang sampai saat ini masih punya kekuatan dan mampu menaikkan

elektabilitas PKB, ajaran-jarannya juga cocok untuk dibumikan di tengah-tengah

kehidupan masyarakat.

Kesebelas, ada pengaruh figur terhadap prilaku pemilih. Semakin tinggi

tingkat kesukaan individu terhadap salah satu figur di partai politik, semakin

tinggi pula kemungkinan besar seorang individu memilih partainya. Hasil survey

Page 74: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

63

menunjukkan semakin tinggi tingkat kesukaan publik terhadap Gus Dur,

berkorelasi terhadap perolehan suara PKB, begitu pula sebaliknya.

B. Saran

Partai politik merupakan instrumen penting dalam menjalankan

demokrasi. Oleh karena itu keberadaannya perlu dijaga dengan sebaik-baiknya.

Fenomena beberapa partai politik di Indonesia menunjukkan gejala

ketergantungan terhadap figur sentral. Dalam pengamatan penulis hanya ada tiga

partai politik yang tidak punya figur sentral yakni partai Golkar, PKS, dan PPP.

Dari ketiganya hanya PKS yang masih bisa survive tanpa figur sentral, sedangkan

partai Golkar dan PPP sedang mengalami dualisme kepemimpinan.

Partai politik haruslah menempatkan secara tepat sosok figur sentral di

partainya masing-masing. Sosok figur sentral berfungsi sebagai pendorong,

navigator, dan inspirator untuk kader-kader partai. Selain itu, figur juga bisa

menjadi bahan referensi publik untuk memilih salah satu partai politik, ketika

masyarakat sulit untuk membedakan ideologi antara satu partai dengan partai

lainnya.

Meskipun demikian, sistem, tradisi dan proses kaderisasi haruslah berjalan

sebagaimana mestinya. Karena hanya dengan sistem, tradisi, dan kaderisasi yang

akan menjadi tumpuan masa depan. Partai politik sebagai sebuah organisasi besar

tentu tidak cukup bila hanya mengandalkan satu individu. Harus ada regenerasi

kepemimpinan di internal partai. Sehingga, bila sosok figur sentral sudah tidak

Page 75: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

64

lagi di partai, partai tetap bisa survive menjaga eksistensinya ditengah-tengah

masyarakat.

PKB bisa menjadi partai percontohan untuk partai-partai lain, terkait

dengan penempatan sosok figur di partai politik. Semenjak awal berdirinya partai

ini sampai sekarang, figur Gus Dur selalu menjadi ikon PKB. PKB sempat

terjebak pada figurisme yang akut. Namun, pasca “keluarnya” Gus Dur dari PKB,

PKB mengalami defigurisasi yang justru berdampak sehat terhadap mesin partai.

Ketika Gus Dur berkonflik dengan sebagian elit PKB. PKB sempat goyah.

Hal ini, terlihat saat pemilihan umum tahun 2009 suara PKB terjun bebas dari

posisi ketiga turun keposisi ketujuh. Pada pemilihan tahun 2014 PKB bangkit

dengan kenaikan suara 100% dibandingakan pada pemilihan umum tahun 2009

dan menjadi partai Islam terbesar saat ini. Selain mengalami kenaikan yang

signifikan, PKB juga sukses mengantarkan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai

presiden dan wakil presiden, serta bisa mengantarkan empat kadernya mengisi

posisi orang nomor satu di empat kementrian.

Gus Dur di PKB sampai sekarang tetap sebagai figur yang sangat di

hormati. cita-citanya, pemikiran-pemikirannya, petuah-petuahnya selalu mewarnai

PKB. Gus Dur tetap sebagai ikon. Tetapi, proses regenerasi di partai tetap berjalan

dengan baik. Anak-anak muda potensial mendominasi di tubuh PKB mulai dari

Muhaimin Iskandar, Abdul Kadir Karding, Imam Nahrawi, Helmy Faisal Zaini,

Marwan Ja’far, Lukman Edi, dan lain-lain.

Figur memang punya kekuatan di partai politik, tetapi figur bukanlah

segalanya. Masih ada kekuatan-kekuatan lain, yang bisa dioptimalkan bila figur

Page 76: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

65

sentral tidak lagi di partai politik. Misalnya, soliditas para kader, vote getter,

optimalisasi lumbung-lumbung suara partai dan lain-lain. Strategi inilah yang

diterapkan oleh PKB pasca Gus Dur sudah tidak di PKB lagi, yang seharusnya

bisa ditiru partai-partai lain.

Page 77: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

66

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agustino, Leo. Prihal Ilmu Politik. Jakarta: Graha Ilmu, 2007.

Alfian, M. Alfan. Kekuatan Pemimpin. Jakarta: Kubah Ilmu, 2012.

Amir, Zanial Abidin. Peta Islam Politik Pasca Soeharto. Jakarta: LP3ES, 2003.

Badudu, JS dan Sutan Muhammad Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001.

Barton, Greg. Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of ABDURRAHMAN

WAHID. Jakarta: LkiS, 2002

Bisri, A. Mustofa. Gus Dur Garis Miring PKB. Surabaya: MataAir Publishing,

2008

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2008.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2013.

Cowie, A P, ed. Oxford Anvanced Learner’s Dictionary. Oxford: Oxford

Uneversity press, 1989.

Dhakiri, M. Hanif. 41 Gus Dur’s Great Legacies. Yogyakarta: Lkis, 2011.

Esposito, John L dan John O. Voll Tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.

Hanafie, Haniah dan Suryani. Politik Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

JKT, 2011.

Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana, 2009.

Page 78: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

67

Hasrullah, Opium Politik & Dramaturgi, Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.

Johnson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1994.

Kazhim, Musa dan Alfian Hamzah. 5 Partai Dalam Timbangan. Bandung:

Pustaka Hidayah, 1999.

Koiruddin. Menuju Partai Advokasi. Yogyakarta: Pustaka Tokoh Bangsa, 2005.

Mandan, Arief Mudastir dan Miftahuddin. Jejak Langkah Guru Bangsa, Jakarta:

Pustaka Indonesia Satu, 2010.

Mujani, Saiful. dkk. Kuasa Rakyat. Jakarta: Mizan, 2012.

Muluk, Hamdi. Mozaik Psikologi Politik, Jakarta: Raja Wali Pres, 2010.

Nimmo, Dan. Komunikasi Politik, Bandung: Rosdakarya, 2005.

Noor, Firman. Perpecahan dan Soliditas Partai Islam di Indonesia: Kasus PKB

dan PKS di Dekade Awal Reformasi, Jakarta: LIPI Pres, 2015.

Rasyidin, Adi Sastra. Dkk. Pemikiran Politik Sang Kyai. Jakarta: Nias, 2000.

Rifai, Muhammad. Gus Dur: Biografi Singkat 1940-2009. Jakarta: Garasi House

of Book, 2010.

Rozak, Yusron. Ed. Sosiologi Sebuah Pengantar:Tinjauan Pemikiran Sosiologi

Perspektif Islam. Jakarta: LSA. 2008.

Sobary, Muhammad. dkk. Gus Dur di Istana Rakyat. Jakarta: LKBN Antara,

2000.

Suhanda, Irwan. Perjalanan Politik Gus Dur. Jakarta: Kompas Media Nusantara,

2010.

Page 79: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

68

Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural.

Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo, 2010

Tim Lembaga Pengembangan Politik Bangsa, Bebal Dalam Sejarah, Jakarta:

LP3B. 2008.

Turmudi, Endang. Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan. Jakarta: LKiS, 2004.

Ubaid, Abdullah, dan Mohammad Bakir. Ed. Nasionalisme dan Islam Nusantara.

Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2015.

Waskita, Abu Muhammad. Cukup 1 Gus Dur SAJA!. Jakarta: Pustaka Alkaustar,

2010.

Skripsi, Tesis, Disertasi atau Makalah

Arsyia, Mila Kamilatul “Keterwakilan Perempuan di Lembaga Legislatif: Studi Terhadap

Penguatan Kapasitas Pemahaman Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kota

Depok Priode 2014-2019,” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ,

Universitas Islam Negeri Syaruf Hidayatullah Jakarta, 2015.

Mustofa, Hadi “Kepemimpinan Kharismatik: Studi Tentang Kepemimpinan

Megawati Soekarno Puteri Dalam Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan,’’ Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Saifullah, Yosef, “ Strategi Politik Partai Kebangkitan Bangsa Menjadikan

Rhoma Irama Sebagai Vote Getter Pada Pemilihan Umum 2014.” Skripsi

S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2015.

Page 80: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

69

Supriadi.’’ Peran Politik Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB).’’ Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Majalah

Sejarah Abdurrahman Wahid, Makassar: Peduli, 2003

Internet

http://kbbi.web.id

http://www.dpp.pkb.or.id/

https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_politik,

http://nasional.kompas.com/red/2008/07/19/0316441/jalan.panjang.konflik.pkb

http://nasional.kompas.com/red/2014/05/09/2357075/Disahkan.KPU.Ini.Peroleha

n.Suara.Pemilu.2014

http://m.merdeka.com/foto/politik/348096/20140408144911-keluarga-gugat-pkb-

soal-penggunaan-gambar-gus-dur-untuk-kampanye-001

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Abdul Kadir Karding, Jakarta, Kamis 7 Januari 2016.

Wawancara Pribadi dengan Firman Noor, via email, Kamis 13 Maret 2016 .

Wawancara Pribadi dengan Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid, Jakarta 08

April 2016.

Page 81: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN II

Wawancara dengan H. Abdul Kadir Karding, SPi, M.Si

(Sekjen PKB pro Muhaimin) Kamis 7 Januari 2016

Pak bisa diceritakan perkembangan PKB terakhir Pak?

Alhamdulillah PKB akhir-akhir ini bagus, karena satu bisa menjaga

soliditas, yang kedua tidak ikut arus kegaduhan-kegaduhan politik, dan kita punya

standing politik sendiri atau warna politik sendiri dan keyakinan politik sendiri.

Jadi doanya sekarang kita melakukan pembenaran internal baik soal struktulisasi,

kaderisasi dan hal-hal penting yang dibutuhkan untuk perkembangan partai

menjadi lebih besar.

Menurut Bapak pentingkah seorang figur sentral dalam partai politik?

Penting, tapi tidak boleh menjadi acuan utama, yang dibutuhkan oleh

sebuah partai yang berdimensi jangka panjang adalah sistem, tradisi, dan

kolektifitas, jadi kebersamaan. Jadi kalau banyak kader, lalu kader-kader itu terus

melakukan fungsi-fungsi kaderisasinya, maka partai itu akan tumbuh dan

berkembang sampai yaumil qiyamah.

Mengapa figur itu penting dalam partai politik?

Penting karena memang kultur kita patrialis di kebudayaan, tapi menurut

saya jangan jadikan satu-satu faktor, dia harus diimbangi, jadi kayak di PKB itu

harus tokoh kita rawat, tetapi juga kaderisasi juga kita jalankan, sistem juga kita

bangun, tradisi terus kita bangun.

Page 82: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

71

Figur sentral di PKB saat ini sebenarnya siapa pak?

Ya kyai, kyai-kyai. Jadi gak ada sentral tapi tokoh-tokoh itu, karena banyak

tokoh di NU di Pesantren, di manapun, selain tokoh-tokoh seperti tentu Pak

Muhaimin, Kyai Said, Kyai Ma’ruf dan kyai-kyai lain.

Bagaimana dengan sosok Gus Dur selama ini?

Gus Dur adalah pendiri PKB, Gus Dur adalah inspirator kita, Gus Dur

adalah guru kita. Oleh karena itu, salah satu cita-cita PKB adalah membumikan

ajaran-ajaran atau nilai-nilai yang selama ini diperjuangkan oleh Gus Dur.

Pak suara PKB pada tahun 2009, 2014 itu ternyata tidak sama dan bahkan

lebih rendah dari pada pemilu tahun 1999 dan 2004 kira-kira apa faktornya

Pak?

Faktornya karena politik berkembang, lalu banyak kader masih kaget,

sehingga belum mapan, belum mateng, sehingga masih kadang-kadang tergoda

untuk konflik dan sebagainya dan tidak bisa menjalankan amanah sebaik-baiknya,

oleh publik dinilai lain. Yang ketiga yang paling penting bahwa PKB ini partai

yang gak punya uang, sementara 2009,2014 masih pragmatisme politik itu masih

berjalan.

Apakah Gus Dur masih punya kekuatan di PKB?

Sangat,sangat,sangat kuat,sangat kuat, Gus Dur sangat kuat, sangat kuat,

karena para kader terutama kami-kami yang mimpin ini meyakini betul bahwa

ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang kembangkan Gus Dur itu cocok bagi

keberlangsungan PKB, NU dan bangsa kedepan.

Page 83: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

72

PKB tanpa Gus Dur berarti berefek Pak, penurunan suara?

Jadi Gus Dur jangan dilihat orangnya, tapi nilainya ya. kalau figurnya beliau

sudah gak ada tetapi PKB sekarang baik.

Foto-foto Gus Dur selalu mewarnai PKB, padahal Gus Dur sudah tidak lagi

PKB?

Ndak siapa bilang Gus Dur sudah di PKB

Yenny Wahid?

Orang anaknya, bisa beda. Tetapi Gus Dur masih di PKB. Apa pernah Gus

Dur menyatakan saya keluar keluar dari PKB? Gak pernah

Oh ya terima kasih Pak.

Ya..

Page 84: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

73

LAMPIRAN II

Wawancara dengan Dr. Firman Noor, SIP, MA (Hons)

(Pengamat Politik LIPI) Jumat 13 Maret 2016

Assalamualaikum. Apa sebenarnya definisi figur Pak?

Waalaikumsalamwrwb. Definisi figur dalam ilmu politik banyak ragamnya, kerap

ini disamakan dengan elit atau patron. Apapun istilah yang digunakan dengan elit

atau patron. Apapun istilah yang digunakan figur atau tokoh setidaknya adalah

sosok yang memainkan peran penting dalam menentukan dalam menyusun

kebijakan partai, termasuk strategi dan aturan main internal, menetapkan nama-

nama yang akan menduduki baik dalam partai ataupun dalam publik dan

melakukan hubungan atau negoisasi dengan pihak-pihak tertentu di luar partai.

Karakteristik figur itu apa saja Pak?

Memiliki peran yang penting dalam kehidupan partai secara umum, yang

disebabkan karena sumber-sumber kekuasaan politik yang dimiliki, apakah itu

atas dasar peran penting dalam pendirian partai (Historical reason), keluasan

jaringan, kharisma pribadi, sebagai penerjemeh dan pelaksana ideologi partai

(ideolog), pengetahuan atau visi, kekuatan finansial, kemampuan berkomunikasi,

memiliki akses besar pada pemerintahan, keturunan ataupun kemampuan

manajerial.

Pentingkah figur dalam partai politik?

Figur diperlukan terutama dalam kondisi membutuhkan kata putus dari seseorang

yang di hormati. Ketiadaan figur kerap akan memunculkan kesulitan dalam

menentukan kebijakan mana yang harus diambil dan dijalankan oleh partai,

Page 85: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

74

sehingga berpotensi memunculkan kekacauan internal karena ketiadan sosok yang

dapat memutuskan perkara, sekaligus tetap dapat mempersatukan mereka yang

berbeda. Figur juga diperlukan agar eksalasi konflik tidak makin dan konflik tidak

menjadi berkepanjangan. Figur juga dibutuhkan dan keragaman pandangan tetap

ada dan ditolerir oleh pihak-pihak atau faksi-faksi yang ada dalam sebuah partai.

Namun demikian, di sisi lain, peran yang berlebihan, tanpa kontrol yang efektif

dapat membawa partai dalam genggaman kepentingan figur itu, akibatnya partai

amat bergantung pada figur. Dalam situasi ini figur dapat mengalahkan dan

melemahkan sistem, sehingga sistem partai menjadi berantakan. Kadar peran figur

yang berlebihan juga dapat memicu kekecewaan yang dapat mengarah pada

ketidakpuasan. Sehingga akhirnya bisa saja kader keluar dari partai atau

melakukan perlawanan yang mengarah pada konflik berkepanjangan yang

akhirnya memunculkan fragmentasi partai.

Sebenarnya letak urgensi figur dalam partai politik?

Dengan beberapa peran diatas terutama terkait dengan efektifitas pengambilan

keputusan, pemersatu partai pencegah konflik berkepanjangan maka figur jelas

memiliki urgensi. Namun jelas mengingat potensi dekstuktif yang juga ada dalam

seorang figur perannya harus proporsional atau dibatasi sehingga tidak melampau

keberadaan dan peran sistem dalam partai politik.

Apakah Gus Dur layak disebut figur?

Gus Dur layak disebut figur karena perannya yang menentukan dalam

menentukan dalam kehidupan PKB.

Page 86: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

75

Menurut pandangan Bapak PKB dengan Gus Dur dan PKB tanpa Gus Dur

ada perbedaan?

PKB saat ini tidak lagi mengandalkan figur, namun elit dan sistem.

Tanggapan Bapak menanggapi turbulensi PKB pada pemilu 2009, 2004

PKB masuk tiga besar, tahun 2009 turun tajam, dan tahun 2014 naik tajam?

Dari presfektif relasi antara pelembagaan partai dan konflik internal terlihat

bahwa pelembagaan yang lemah karena konflik yang berkepanjangan . Itu terjadi

terutama didekade awal reformasi (1998-2008). Setelah Gus Dur “dikeluarkan”

dari PKB. Partai mengalami defigurisasi yang justru berdampak sehat bagi

kehidupan internal partai. Partai kemudian dapat melakukan konsolidasi secara

jauh lebih baik, baik secara internal maupun konsolidasi lagi dengan NU, yang

menyebabkan mesin partai jauh lebih prima. Terbukti kemudian PKB mampu

kembali merebut posisi sebagai partai berbasis massa islam terbesar di Indonesia.

Bapak melihat relasi antara Gus Dur dan PKB selama ini?

Gus Dur adalah sosok figur paling utama dalam PKB. Beliau adalah pendiri

sekaligus penentu kehidupan PKB dalam hampir segenap aspeknya. Tanpa Gus

Dur partai ini mungkin tidak akan terbentuk dan mampu menjadi partai terbesar

ketiga ( dalam konteks jumlah suara) pada pemilu 1999. Tanpa Gus Dur juga PKB

mungkin akan mengalami penurunan suara yang cukup signifikan pada pemilu

2004. Di awal reformasi jelaslah bahwa Gus Dur adalah pendiri dan sekaligus

lumbung suara bagi PKB.

Namun di sisi lain, peran figur yang dimainkan Gus Dur terlalu besar sehingga

mematikan pertumbuhan sistem. Partai menjadi sakit dalam konteks kesisteman.

Page 87: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

76

Sementara sistem amat diperlukan dalam sebuah partai. Dalam situasi ini PKB

akhirnya terjerembab dalam ketergantungan yang akut pada figur dan menjadi

partai yang tradisional, dalam makna tidak bergantung pada figur dan tidak juga

bersifat demokratis. Dalam kondisi ini banyak kebijakan diputuskan atau

ditentukan oleh Gus Dur seorang. Situasi ini tidak dapat dicegah oleh siapapun.

Sayangnya Gus Dur kerap mengedepankan intuisi (bahkan emosi) dan lebih

mendengarkan sosok kepercayaannya (“para pembisik’’) ketimbang

mengedepankan objektifitas. Akibatnya banyak keputusan yang kontroversial dan

polemik. Satu persatu orang kepercayaan dan tokoh-tokoh penting yang dulu

mendukungnya justru mengambil potensi melawan dirinya. Akibatnya justru

merugikan bagi PKB. Konflik demi konflik dialami oleh partai ini sehingga nyaris

waktu dan energi dihabiskan untuk pembenahan atau konsolidasi internal.

Sementara partai lain telah makin melebarkan sayapnya di masyarakat.

Di sini dapat dilihat bahwa Gus Dur tidak dapat memanfaatkan posisinya sebagai

tokoh bangsa yang kharismatik untuk membesarkan PKB, namun sebaliknya

justru makin menjauhkan PKB dari simpati banyak orang. Tidak mengherankan

kalau kemudian beliau sendiri mendapatkan tantangan dari kalangan kader PKB

sendiri. Dengan semakin banyak kalangan penentang dan mereka yang tidak

simpati dengan PKB, tidak mengherankan pada pemilu 2009 suara PKB

mengalami penurunan yang amat signifikan.

Page 88: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

77

LAMPIRAN III

Wawancara dengan Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid

(Sekjen PKB Pro Gus Dur) Jumat 08 April 2016

Mungkin Mbak bisa menjelaskan sebenarnya apa sumbangsih Gus Dur

terhadap perpolitikan Indonesia?

Itu menurut saya kamu cek aja, apa saja sih yang sudah ada selama ini, itu kan

banyak bisa di google itu ya. Tap begini deh kalau menurut dari meja saya, ee

takutnya ada beberapa yang lupa ya. Jadi misalnya Gus Dur yang paling utama itu

beliau menegakkan supremasi sipil dan itu prasyarat utama terciptanya demokrasi

yang sehat, karena kan dulu Indonesia dikuasai oleh militer. Sehingga kemudian

terjadi sistem yang tidak demokratis itu satu, dan tindakan yang dilakukan Gus

Dur melakukan demiliterisasi di Indonesia itu berdampak secara politis ke Gus

Dur itu sendiri. Gus Dur sendiri banyak diserang oleh pihak-pihak yang tidak

menginginkan hal itu terjadi.

Kemudian yang kedua yang dilakukan oleh Gus Dur adalah memisahkan

kepolisian tidak lagi berada di bawah militer, tetapi berada di bawah kendali

pemerintahan sipil yang itu juga satu ya, kemudian yang kedua ranah besarnya

Gus Dur lagi adalah Gus Dur itu berkeinginan agar tidak ada korupsi. Caranya

gimana? Korupsi kan selama ini banyak di pegawai negeri, maka yang pertama

dilakukan oleh Gus Dur adalah menaikkan gaji pegawai negeri. Jadi konsepnya

adalah kalau orang sudah diberi gaji yang tinggi, maka kita bisa mengharapkan

kinerjanya juga maksimum, tapi kalau gajinya masih rendah ya susah ya kan?

Page 89: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

78

Zaman Gus Dur gaji pegawai negeri dinaikkan 200% itu awalnya, jadi konsep

awalnya kesejateraan, pemerataan.

Dan ketiga Gus Dur menginginkan adanya pemerataan kesejahteraan masyarakat

itu ya. Jadi kemudian eksplorasi bidang-bidang yang selama ini belum tergarap

misalnya, contohnya, soal isu maritim itu mulai awalnya zaman Gus Dur. Nah

zaman Gus Dur pertama. Jadi karena Gus Dur melihat ini potensi yang luar biasa

dari bangsa kita, dikelilingi laut sebegitu banyaknya, potensi maritimnya belum

tergarap dengan maksimum. Jadi dibuatlah badan khusus menangani maritim di

zaman Gus Dur. Terus kemudian, yang dilakukan Gus Dur berikutnya adalah

memastikan bahwa ada keadilan hukum dan demokrasi berjalan dengan baik,

artinya persamaan hak setiap warga, itu kan dalam demokrasi itu dijamin. Maka

kemudian Gus Dur mengubah kepres Pak Harto yang soal itu, yang soal Imlek

dan lain sebagainya. Karena sebelumnya keturunan Tionghoha kan didiskriminasi,

mereka disuruh buat surat keterangan warga negara dan lain sebagainya. Jadi di

luar negeri mereka mewakili Indonesia Susi Susanti lah dan segela macem, ada

Budi Kusuma ya ikut olimpiade, sampai mengibarkan bendera merah putih di

kejuaran-kejuaran Internasional, begitu sampainya di Indonesia ditanya lagi, harus

punya lagi surat keterangan warga negara. Nah kayak gitu ya ada kontradiksi-

kontradiksi, nah itu oleh Gus Dur dihapus.

Kemudian apa lagi ya, Papua ya, Warga Papua itu Gus Dur yang pertama kali

berusaha untuk menempuh jalan diplomasi dan perdamaian untuk merebut hatinya

masyarakat Papua, itu kan panas juga, panas. Jadi masyarakat Papua oleh Gus Dur

diperbolehkan untuk mengibarkan bendera bintang kejora, oleh Gus Dur juga di

Page 90: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

79

advokasi dibela haknya. Undang-undang otonomi khusus awalnya di zaman Gus

Dur juga mulai bergulir. Terus kemudian undang-undang otonomi khusus itu

memberikan apa namanya jatah keuangan yang jauh lebih besar untuk warga

Papua. kayak selama ini prefort di zaman orde baru kan sebagian besar untuk

pusat. Sekarang kembali kemasyarakat Papua, itu zaman Gus Dur dimulainya.

Gus Dur juga membela orang-orang yang dianggap OPM, ditangkepin orde baru

salah satunya ateis, ateis kepala suku Papua, itu menjadi teman Gus Dur juga, jadi

gitu beberapa hal besar.

Terus kemudian Gus Dur juga berusaha melakukan secara ekonomi, menaikkan

posisi tawar Indonesia di luar negeri. Selama ini kita kan hanya kiblatnya hanya

Barat saja. Nah Gus Dur berusaha menyeimbangkan itu dengan cara membuat

poros ekonomi baru dengan Cina, Jepang, dan India. Gus Dur berharap bahwa

kalau ini sampai dibikin poros baru, ini sudah sangat kuat sebagai sebuah blok

ekonomi, pangsa pasarnya gede banget, duitnya juga ada, kita jual barang kesitu-

situ aja itu pasti lakunya. Tapi sayang ya kemudian Gus Dur turun. Itu Amerika

sempat khawatir juga mengirim utusan untuk menemui Gus Dur, menanyakan hal

itu.

Mbak Gus Dur pernah di Partai kebangkitan Bangsa, mungkin Mbak bisa

menjelaskan bagaimana relasi Gus Dur dan PKB?

Gus Dur kan pendiri PKB, Gus Dur pendiri PKB dan kemudian menjadi ketua

umum dewan syuro, itu pengambil keputusan tertinggilah dalam partai. PKB

didirikan Gus Dur tahun 1998, kemudian apa namanya juga termasuk

mengantarkan Gus Dur menjadi presiden. Dalam perjalanannya apa namanya

Page 91: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

80

terjadi konflik dan kemudian ada faksi yang membangkang terhadap Gus Dur

yang di back up pemerintah, sehingga Gus Dur dikalahkan oleh faksi. Sampai

sekarang Gus Dur sebagai pendiri partai, yang terpaksa Gus Dur harus tersingkir,

walaupun fotonya tetap dipajang dan dipakai untuk menarik dukungan. Jadi itu

ya, ibaratnya Gus Dur di pecat oleh partai yang didirikan sendiri.

Menurut Mbak sumbangsih Gus Dur terhadap PKB yang menyebabkan

PKB bisa eksis hingga saat ini apa Mbak?

Ya sekarang masih tetep ini ya, sampai sekarang karena begitu simpatinya pada

Gus Dur, masih menganggap PKB itu partainya Gus Dur, ya masih menganggap

seperti itu ya masih mencoblos PKB.

Apa saja warisan Gus Dur di PKB yang diabaikan pasca Gus Dur tidak lagi

di PKB?

Banyak ya, terutama pragmatisme politik begitu. Jadi kalau dulu Gus Dur sangat

idealis sekali dalam ini urusan-urusan politik, selalu acuannya pada masyarakat,

bukan pada posisi, bukan mencari kekuasaan, kedudukan begitu. Kalau sekarang

kita lihat tokoh aneh-aneh PKB yang sebenarnya tidak cocok banget terhadap

nilai-nilai yang selama ini dibawa oleh Gus Dur misalnya Roma Irama, Dani

Dewa dan lain sebagainya. Membuat publik jadi bertanya-tanya sebenarnya apa

sih ini maksudnya? Jadi PKB yang sekarang ini sih sudah tidak bisa

memperjuangkan nilai-nilai politis yang dibawa, diusung oleh Gus Dur. Jadi yang

lebih kental adalah pragmatis bukan idealis lagi.

Page 92: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

81

Apakah Mbak melihat bahwa masih ada kekuatan Gus Dur di PKB saat ini?

Ya, foto-fotonya dipajang gede-gedean, kantornya diberi nama Graha Gus Dur,

karena mereka melihat, bahwa masyarakat menganggap bahwa PKB itu identik

dengan Gus Dur. Ada teman dari lembaga survei diminta oleh PKB untuk

mensurvei. Jadi pandangan orang menganggap bahwa PKB itu apa? Ternyata

orang masih menganggap bahwa PKB itu yang menjadi pendorong utama itu

karena figur Gus Dur. Itu sekarang gambarnya, masih ini, masih ada. Makanya

sampai sekarang setiap kali pencalonan gambarnya Gus Dur tetap dipajang oleh

mereka. Walaupun Gus Durnya sendiri ditendang dari partai, dijual aja, korban

jualan begitu.

Bagaimana Mbak menanggapi ketika suara PKB yang begitu pesat pada

pemilu tahun 2014 dan itu sudah tidak ada Gus Dur lagi?

Iya Gus Dur nya gak ada, tetapi image, bahwa itu partai itu masih partainya Gus

Dur dieksploitasi habis-habisan. Lihat caleg-calegnya, pasti gambarnya gambar

Gus Dur dan yang kedua, warga NU tidak ada lagi partai yang namanya seolah-

olah partainya NU. Karena tidak ada lagi altenatif partai, yang sudahlah

mencoblos PKB. Jadi banyak diuntungkan oleh keadaan. Jadi ada dua faktor besar

itu. kalau misalnya ada partai lain yang menjadi penantangnya sebenarnya

suaranya tidak sebesar itu.

Nama Gus Dur, foto-foto Gus Dur dan juga pemikiran Gus Dur selalu

mewarnai PKB. Bagaimana tangggapan Mbak menanggapi hal ini?

Kalau buat saya, kalau kemudian diikuti dengan sikap pengabdian-pengabdian

kepada masyarakat gak masalah, baik-baik aja. Justru kadang kala kita berharap

Page 93: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

82

ada yang meneruskan politik Gus Dur yang begitu tulus, perjuangan Gus Dur

selama ini. Tapi kalau cuma jual-jualan, cuma dieksploitasi tapi ajarannya tidak

dilaksanakan, itu namanya mengajarkan kemunafikan kepada publik, dan itu tidak

baik, bukan hanya tidak baik ya, itu apa ya, sebuah hal yang sangat tidak

bermoral.

Mbak pluralisme, humanisme, dan hal-hal yang selama ini diperjuangkan

Gus Dur itu juga masih terlihat selalu gembor-gemborkan PKB, bukankah

itu merupakan bukti bahwa PKB sekarang masih memperjuangkan dan

selalu menjaga apa yang diperjuangkan oleh Gus Dur?

Benar gak? di bawah lihat gitu gak? Kalau cuma lips service oke-oke aja dan

kelihatannya begitu. Benar gak? mereka benar-benar mengadvokasi kelompok-

kelompok minoritas gak?. Ketika ada kelompok-kelompok minoritas Islam

misalnya, mereka ada disana gak? Belain Ahmadiyah, Syiah dan sebagainya.

Kalau cuma mengadvokasi kelompok non muslim, jangan-jangan alasannya

bukan hanya karena idealis tetapi karena minta sumbangan, nyari sumbangan.

Nah itu nyari funding. Jadi kalau begitu ya tidak singkron antara apa yang

diucapkan dan apa yang dilakukan.

Mbak mungkin ada perbedaan kongkrit yang bisa menegaskan dan

menggambarkan bahwa PKB saat ini sudah tidak lagi seperti PKB Gus Dur

yang dulu, perbedaan kongkritnya?

Ya pencalonan Roma Irama gampangnya. Gak gini, zaman Gus Dur kalau

misalnya apa namanya, kita mencalonkan orang-orang, itu pertimbangannya,

karena betul-betul, karena kualitas bisa membawa perbaikan di masyarakat, bukan

Page 94: PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40522/2/M.RIDOI-FISIP.pdf · seorang pemimpin bisa dibenci dan disenangi

83

orang yang bisa bayar, bukan sekedar karena orangnya diusung aja karena seolah-

olah populer. Tapi orang-orang yang punya nilai perjuangan yang sama. Itu yang

tidak dilakukan oleh PKB, itu jelasnya, contoh kongkritnya. Terus yang kedua

pembelaannya pada kaum minoritas itu gak ada.

Ini yang terakhir Mbak, apa pesan-pesan Mbak sebagai puteri Gus Dur

terhadap PKB dan perpolitikan Indonesia?

Buat saya kalau memang tidak bisa mengusung nilai-nilai perjuangan Gus Dur,

jangan lagi memajang gambarnya Gus Dur itu satu. Yang kedua jangan kamu

pajang gambarnya Gus Dur, tetapi kamu belum bisa menyelesaikan persoalan

hukum Gus Dur yang dilengserkan dari partai, itu kan diselesaikan dulu secara

hukum. Jadi gak ada upaya sama sekali untuk melakukan hal itu, gitu. jadi

munafik pada akhirnya. Jangan munafik, karena rakyat akan lelah bahwa kok

begini politisi kita. Kalau rakyat tidak percaya, maka demokrasi akan terancam.

Makanya kayak Ahok mau maju secara independen kenapa? Karena tidak percaya

pada partai. Ada unsur-unsur itu kan? Misalnya kayak gitu-gitulah.